problematika membaca menulis permulaan (autosaved) 2
TRANSCRIPT
PROBLEMATIKA MEMBACA MENULIS PERMULAAN
Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah
Pembelajaran Bahasa dan Sastra di SD
Dosen Pengampu : Dra. Rukayah, M.Hum
Disusun Oleh :
Mitha Yulia Sari
K7113142
5C
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2015
i
Kata PengantarSegala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah Problematika
Membaca Menulis Permulaan dengan baik.
Makalah ini membahas mengenai apa saja masalah yang dihadapi peserta
didik kelas rendah ketika belajar Membaca dan Menulis Permulaan (MMP).
Awalnya guru akan mendiagnosa terlebih dahulu, apa penyebab permasalahan
anak dalam masalah MMP. Setelah itu guru mencari cara mengatasi permasalahan
tersebut. Selanjutnya penulis akan bahas lebih jauh lagi dalam makalah ini.
Selama proses penulisan, ada kesulitan-kesulitan yang penulis hadapi.
Namun kesulitan itu tidak membuat penulis menyerah.
Dalam proses penulisan makalah ini, penulis telah banyak mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung dan tidak langsung. Oleh karena
itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dra. Rukayah, M.Hum selaku dosen pembimbing pada mata kuliah
Keterampilan Berbahasa dan Sastra Indonesia yang telah membimbing
penulis dalam menyusun makalah ini.
2. Teman-teman kelas 5C yang telah memberikan semangat dan bantuan
kepada penulis.
Penulis menyadari, makalah ini jauh dari sempurna karena segala
kesempurnaan hanyalah milik Allah dan kekurangan berasal dari penulis sendiri,
maka penulis mohon maaf jika banyak kekurangan mengenai isi dan penulisan
dari makalah ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun, agar dapat dijadikan masukan dalam menyempurnakan makalah ini.
Harapan dari penulis, semoga makalah ini memberikan manfaat bagi kita
semua, baik bagi pembaca maupun penulis sendiri. Aamiin.
ii
Daftar IsiKata Pengantar......................................................................................................ii
Daftar Isi................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................iv
A. Latar Belakang...............................................................................................iv
B. Rumusan Masalah...........................................................................................iv
C. Tujuan Penulisan............................................................................................iv
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................5
A. Pengertian Problem dan Kesulitan Belajar....................................................5
B. Membaca permulaan.....................................................................................8
1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan..................................................................................................8
2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan...................9
3. Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan............................................12
C. Menulis Permulaan........................................................................................17
1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Menulis17
2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Menulis Permulaan....................17
3. Bimbingan yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang Mengalami Kesulitan Menulis Permulaan..............................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................24
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan sistemastis, yang dilakukan orang-
orang yang diserahi tanggung jawab untuk mempengaruhi peserta didik agar
mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan (Achmad Munib,
2004:34). Pendidikan ialah pimpinan yang diberikan dengan sengaja oleh orang
dewasa kepada anak-anak, dalam pertumbuhannya (jasmani dan rohani) agar
berguna bagi diri sendiri dan bagi masyarakat (M. Ngalim Purwanto, 2002:10).
Untuk itu mereka harus disiapkan sejak dini agar mempunyai kemampuan,
karakter dan kepedulian terhadap perkembangan bangsa dan negaranya (Izhar,
1998).
Salah satu kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik adalah
kemampuan membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis
merupakan bekal utama bagi peserta didik untuk dapat memahami mata pelajaran
yang diberikan oleh guru di sekolah (Stephens, 2004). Kemampuan ini dapat
mulai pada kelas rendah. Namun, selama keberjalanan pembelajaran tidak semua
anak langsung mampu semua dalam mempelajari membaca menulis, ada beberapa
anak yang mengalami kesulitan. Hal inilah yang merupakan suatu permasalahan
atau problem yang dihadapi guru. Guru harus dapat memecahkan permasalahan
dalam membelajarkan Membaca dan Menulis Permulaan di kelas rendah.
B. Rumusan Masalah
1. Pengertian Problem dan Kesulitan Belajar
2. Permasalahan dalam Membaca Permulaan
3. Permasalahan dalam Menulis Permulaan
C. Tujuan Penulisan
A. Untuk Mengetahui hakikat dari problem/masalah dan kesulitan belajar
B. Untuk mengetahui macam-macam permasalahan dalam Membaca
Permulaan
C. Untuk mengetahui macam-macam permasalahan dalam Menulis Permulaa
iv
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Problem dan Kesulitan Belajar
Istilah problema/problematika berasal dari bahasa Inggris yaitu
"problematic" yang artinya persoalan atau masalah. Sedangkan dalam bahasa
Indonesia, problema berarti hal yang belum dapat dipecahkan; yang
menimbulkan permasalahan. (Debdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Bulan Bintang, 2002), hal.
276)
Sedangkan ahli lain mengatakan menyatakan bahwa "definisi
problema/problematika adalah suatu kesenjangan antara harapan dan kenyataan
yang diharapkan dapat menyelesaikan atau dapat diperlukan atau dengan kata lain
dapat mengurangi kesenjangan itu." (Syukir, Dasar-dasarStrategi Dakwah Islami, (Surabaya : Al-Ikhlas,
1983), hal. 65)
Jadi, problema adalah berbagai persoalan-persoalan yang belum sesuai
dengan tujuan yang diinginkan.
Sedangkan arti dari kesulitan belajar adalah kesulitan atau gangguan
yang dialami seseorang dalam mempelajari bidang akademik dasar tertentu
sebagai akibat dari terganggunya sistem saraf pusat yang terkait, atau pengaruh
tidak langsung dari berbagai faktor lain. Kesulitan ini ditandai oleh kesenjangan
antara kemampuan umum seseorang dengan kemampuan yang ditunjukannya
dalam mempelajari bidang tertentu. The National Joint Committee for Learning
Disabilities (NJCLD), mendefinisikan kesulitan belajar adalah istilah generik
yang mengacu kepada sekelompok gangguan yang heterogen, yang muncul dalam
bentuk berbagai kesulitan dalam mendengarkan, berbicara, membaca, menulis,
member penalaran, atau kemampuan matematika, baik dalam perolehan maupun
penggunaannya.
Gangguan ini bersifat intrinsik artinya berada dalam diri individu
bersangkutan, dan dianggap disebabkan oleh tidak berfungsinya sistem saraf
pusat. Meskipun kesulitan belajar mungkin muncul bersamaan dengan kondisi
kecacatan yang lain (seperti gangguan sensori, cacat mental, gangguan sosial dan
emosi) atau pengaruh lingkungan (seperti perbedaan budaya, pengajaran yang
tidak tepat, dll), kesulitan belajar bukan merupakan akibat atau pengaruh langsung
dari faktor-faktor tersebut. (Lewis, 1988, hal. 258-359).
5
Banyak faktor yang menyebabkan kesulitan belajar, faktor-faktor tersebut
tidak berdiri sendiri, tetapi saling berinteraksi dengan faktor yang lain dalam
memunculkan kesulitan belajar. Osman (1979) menyebutkan sedikitnya ada 9
faktor yang berperan baik langsung maupun tidak langsung dalam memunculkan
kesulitan belajar, yaitu: intelegensi, ketidaksempurnaan sensori, tingkat keaktifan
dan kemampuan memusatkan perhatian, memar otak dan fungsi otak yang
minimal, faktor keturunan, ketidakmatangan atau kematangan yang terlambat,
faktor emosi, faktor lingkungan, dan faktor pendidikan. Gejala-gejala kesulitan
belajar dapat muncul dalam tiga bidang utama, yaitu : bahasa dan pengembangan
konsep, keterampilan perseptual, dan manifestasi perilaku.
Dalam pendidikan luar biasa, identifikasi merupakan langkah awal dan
sangat penting untuk menandai munculnya gejala kelainan atau kesulitan. Tujuan
utama identifikasi adalah menemukan adanya gejala kelainan atau kesulitan, yang
kemudian akan dijadikan dasar untuk mengambil langkah selanjutnya, yang
biasanya berupa assesment yang lebih akurat dan sistematis. Identifikasi dapat
dilakukan dengan berbagai prosedur yang mampu membuat guru tanggap
terhadap kelainan atau kesulitan yang muncul pada diri anak. (Mc Loughlin, J.A.
& Lewis, R.B, 1981). Agar dapat melakukan identifikasi gejala kesulitan dalam
belajar membaca menulis permulaan, guru harus menguasai kemampuan yang
dituntut dalam membaca menulis permulaan serta berbagai jenis kesulitan yang
mungkin dialami murid dalam usaha menguasai kemampuan tersebut. Di samping
itu, guru harus dapat mengenal gejala-gejala yang merupakan indikator dari
adanya kesulitan.
Untuk melakukan hal itu, guru dipersyaratkan mempunyai pengamatan
yang sensitive terhadap perilaku siswa dalam belajar membaca menulis
permulaan. Identifikasi harus menghasilkan informasi tentang siapa yang perlu
menjalani assesmen dan dalam bidang apa assesmen itu harus dilakukan. Assemen
bertujuan untuk mendapatkan informasi yang rinci mengenai kekuatan dan
kelemahan murid dalam bidang tertentu, sehingga informasi ini dapat
dimanfaatkan untuk penempatan atau mengembangkan pelajaran atau
merencanakan penanganan kesulitannya.
6
B. Membaca permulaan
1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan Membaca
Permulaan
Membaca merupakan proses memperoleh makna dari barang cetak
(Spodek dan Sacacho, 1994). Adapun tujuan pembelajaran membaca permulaan di
kelas rendag adalah agar siswa dapat membaca kata-kata dan kalimat sederhana
dengan lancar dan tepat (Depdikbud, 1994/1995:4). Dalam praktek lapangan,
banyak kita jumpai pada anak usia Sekolah Dasar, terutama di kelas rendah masih
terhitung banyak siswa yang mengalami kesulitan belajar dalam hal membaca
bacaan. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal (yang
berasal dari diri pembaca) maupun faktor eksternal (yang berasal dari luar diri
pembaca). Faktor internal antara lain meliputi : minat baca, kepemilikan
kompetensi pembaca, motivasi dan kemampuan pembacanya. Sedangkan faktor
eksternal antara lain meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan baca.
♦ Faktor Internal
1. Minat baca
Minat merupakan kegiatan siswa dengan penuh kesadaran terhadap suatu
objek, oleh karena itu minat perlu dikembangkan dan dilatih dengan terus
menerus. Jika minat baca anak rendah maka tingkat keberhasilan anak dalam
membaca akan sulit tercapai. Minat baca anak harus ditumbuhkembangkan sejak
dini. Dan untuk membangkitkan minat baca siswa, guru harus memberikan
motivasi dan bimbingan pada diri siswa.
2. Motivasi
Kegiatan pembelajaran akan berhasil dan tercapai tujuannya jika dalam
diri siswa tertanam motivasi. Motivasi dalam proses pembelajaran berfungsi
untuk: (1) fungsi membangkitkan (arousal function) yaitu mengajak siswa belajar,
(2) fungsi harapan (expectasi function) yaitu apa yang harus bisa dilakukan
setelah berakhirnya pengajaran, (3) fungsi intensif (incentive function) yaitu
memberikan hadiah pada prestasi yang akan datang, (4) fungsi disiplin
(disciplinary function) yaitu menggunakan hadiah dan hukuman untuk mengontrol
tingkah laku yang menyimpang (Abd. Rachman, 1993 : 115).7
3. Kepemilikan Kompetensi Membaca
Keterampilan berbahasa ada empat, yaitu : keterampilan membaca,
berbicara, menyimak dan menulis. Keterampilan dalam membaca diperlukan
latihan- latihan tahap demi tahap. Kegiatan membaca berkaitan dengan
pengenalan huruf, bunyi dan huruf atau rangkaian kata, makna atau maksud dan,
pemahaman terhadap makna atau maksud. Jika kegiatan membaca tidak
dilakukan secara teratur maka keterampilan membaca yang dimiliki anak akan
berkurang dengan sendirinya.
♦ Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini meliputi unsur-unsur yang berasal dari lingkungan
baca. Dalam hal ini sekolah sebagai pusat kebudayaan harus menciptakan siswa
yang gemar membaca melalui perpustakaan sekolah. Sekolah harus dapat
menciptakan suasana perpustakaan yang menyenangkan dan memberi
kenyamanan siswa dalam belajar. Lingkungan baca sangat mempengaruhi tingkat
keberhasilan membaca anak. Lingkungan baca anak yang menyenangkan akan
memberi kenyamanan bagi si pembaca dan mempermudah anak dalam membaca.
2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Membaca Permulaan
Dalam pelaksanaan pengajaran membaca, guru seringkali dihadapkan pada
anak yang mengalami kesulitan belajar membaca khususnya di kelas rendah.
Kesulitan-kesulitan tersebut antara lain :
1. Kurang mengenali huruf
Ketidakmampuan anak dalam mengenal huruf-huruf alfabetis seringkali
dijumpai oleh guru yang sulit membedakan huruf besar / kapital dan huruf
kecil.
2. Membaca kata demi kata
Jenis kesulitan ini biasanya berhenti membaca setelah membaca sebuah kata,
tidak segera diikuti dengan kata berikutnya. Hal ini disebabkan oleh :
(a) gagal menguasai keterampilan pemecahan kode (decoding)
(b) gagal memahami makna kata
(c) kurang lancar membaca.
8
3. Pemparafase yang salah
Dalam membaca anak seringkali melakukan pemenggalan (berhenti
membaca) pada tempat yang tidak tepat atau tidak memperhatikan tanda baca,
khususnya tanda koma.
4. Miskin pelafalan
Ketidak tepatan pelafalan kata disebabkan anak tidak menguasai bunyi-bunyi
bahasa (fonem).
5. Penghilangan
Penghilangan yang dimaksud adalah menghilangkan (tidak dibaca) kata atau
frasa dari teks yang dibacanya. Biasanya disebabkan ketidakmampuan anak
mengucapkan huruf-huruf yang membentuk kata.
6. Pengulangan
Kebiasaan anak mengulangi kata atau frasa dalam membaca disebabakan oleh
faktor tidak mengenali kata, kurang menguasai huruf, bunyi, atau rendah
keterampilannya.
7. Pembalikan
Beberapa anak melakukan kegiatan membaca dengan menggunakan orientasi
dari kanan ke kiri. Kata nasi dibaca isan. Selain itu, pembalikan juga dapat
terjadi dalam membunyikan huruf-huruf, misal huruf b dibaca d, huruf p
dibaca g. Kesulitan ini biasanya dialami oleh anak-anak kidal yang memiliki
kecenderungan menggunakan orientasi dari kanan ke kiri dalam membaca
dan menulis.
8. Penyisipan
Kebiasaan anak untuk menambahkan kata atau frase dalam kalimat yang
dibaca juga dipandang sebagai hambatan dalam membaca, misalnya, anak
menambah kata seorang dalam kalimat “anak sedang bermain”.
9. Penggantian
Kebiasaan mengganti suatu kata dengan kata lain disebabkan
ketidakmampuan anak membaca suatu kata, tetapi dia tahu dari makna kata
tersebut. Misalnya, karena anak tidak bisa membaca kata mengunyah maka
dia menggantinya dengan kata makan.
9
10. Menggunakan gerak bibir, jari telunjuk dan menggerakkan kepala
Kebiasaan anak menggerakkan bibir, menggunakan telunjuk dan
menggerakan kepala sewaktu membaca dapat menghambat perkembangan
anak dalam membaca.
11. Kesulitan konsonan
Kesulitan dalam mengucapkan bunyi konsonan tertentu dan huruf yang
melambangkan konsonan tersebut.
12. Kesulitan vokal
Dalam bahasa Indonesia, beberapa vokal dilambangkan dalam satu huruf,
misalnya e selain melambangkan bunyi e juga melambangkan bunyi é (dalam
kata keras, kepala, kerang, telah dan sebagainya) huruf-huruf yang
melambangkan beberapa bunyi seringkali menjadi sumber kesulitan anak
dalam membaca.
13. Kesulitan kluster, diftong dan digraf
Dalam bahasa Indonesia dapat dijumpai adanya kluster (gabungan dua
konsonan atau lebih), diftong (gabungan dua vokal), dan digraf (dua huruf
yang melambangkan satu bunyi). Ketiga hal tersebut merupakan sumber
kesulitan anak yang sedang belajar membaca.
14. Kesulitan menganalisis struktur kata
Anak seringkali mengalami kesulitan dalam mengenali suku kata yang
membangun suatu kata. Akibatnya anak tidak dapat mengucapkan kata yang
dibacanya.
15. Tidak mengenali makna kata dalam kalimat dan cara mengucapkannya
Hal ini disebabkan kurangnya penguasaan kosakata, kurangnya penguasaan
struktur kata dan penguasaan unsur konteks (kalimat dan hubungan antar
kalimat).
10
3. Bimbingan yang dapat Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang
Mengalami Kesulitan Membaca Permulaan
Peran guru sebagai fasilitator sangat berpengaruh besar terhadap
perkembangan peningkatan belajar anak. Keberhasilan belajar anak tidak lepas
dari cara guru membimbing dan mendidik siswanya. Bimbingan yang harus
dilakukan guru dalam menghadapi anak yang mengalami kesulitan membaca
antara lain :
1. Bimbingan terhadap anak yang kurang mengenali huruf
Langkah yang harus ditempuh guru dalam membantu anak yang
mengalami kesulitan kurang mengenali huruf ini dapat berupa :
Huruf dijadikan bahan nyanyian.
Menampilkan huruf dan mendiskusikan bentuk (karakteristiknya) khususnya
huruf-huruf yang memiliki kemiripan bentuk (misalnya p, b, dan d).
2. Bimbingan terhadap anak yang membaca kata demi kata
Langkah yang dilakuan guru untuk mengatsi anak yang mengalami
kesulitan jenis ini adalah :
– Gunakanlah bacaan yang tingkat kesulitannya rendah.
– Anak disuruh menulis kalimat dan membacanya dengan keras.
– Jika kesulitan ini disebabkan oleh kurangnya penguasaan kosakata, maka
perlu pengayaan kosakata.
– Jika anak tidak menyadari bahwa dia membaca kata demi kata, rekamlah
kegiatan anak membaca dan putarlah hasil rekaman tersebut.
3. Bimbingan terhadap anak yang salah memparafrase.
Langkah yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan ini yaitu dengan cara :
– Jika kesalahan disebabkan ketidaktahuan anak terhadap makna kelompok
kata (frasa), sajikan sejumlah kelompok kata dan latihkan cara membacanya.
– Jika kesalahan disebabkan oleh ketidaktahuan anak tentang tanda baca,
perkenalkan fungsi tanda baca dan cara membacanya.
– Berikan paragraf tanpa tanda baca, suruhlah anak untuk membacanya.
11
Selanjutnya ajaklah anak untuk menuliskan tanda baca pada paragraf
tersebut.
4. Bimbingan terhadap anak yang miskin pelafalan
Untuk mengatasi kesulitan pelafalan, guru dapat menggunakan cara berikut :
– Bunyi-bunyi yang sulit diucapkan perlu diajarkan secara tersendiri.
– Bagi anak yang tidak dapat mengucapkan kata secara tepat berikan latihan
khusus pengucapan kata-kata tertentu yang dipandang sulit.
5. Bimbingan terhadap anak yang mengalami penghilangan kata
Untuk mengatasi hal ini ditempuh cara :
– Anak disuruh membaca ulang.
– Kenali jenis kata atau frasa yang dihilangkan.
– Berikan latihan membaca kata atau frasa.
6. Bimbingan terhadap anak yang sering mengulangi kata
Upaya yang dilakukan guru dalam hal ini antara lain :
– Anak perlu disadarkan bahwa mengulang kata dalam membaca merupakan
kebiasaan buruk.
– Kenali jenis kata yang sering diulang.
– Siapkan kata atau frasa jenis untuk dialatihkan.
7. Bimbingan terhadap anak yang sering melakukan pembalikan kata
Upaya mengatasi kesulitan ini dapat dikukuhkan dengan cara sebagai berikut :
– Anak perlu disadarkan bahwa membaca (dalam bahan yang menggunakan
sistem alfabetis) menggunakan orientasi dari kiri ke kanan.
– Bagi anak yang kurang menguasai hubungan huruf-bunyi, siapkan kata-
kata yang memiliki bentuk serupa untuk dilatihkan.
– Latihan hendaknya dilakukan dalam bentuk kata yang bermakna,
misalnya: huruf p dan b dilatihkan dengan menggunakan kata pagi dan
bagi.
8. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menyisipkan kata
Untuk mengatasi hal ini, bimbinglah anak dengan menyuruh anak
membaca dengan pelan-pelan dan mengingatkan bahwa dia telah menambahkan
kata dalam membaca.
9. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan mengganti suku kata
12
Untuk mengatasi hal ini dapat dilakukan dengan cara :
– Gunakan bahan bacaan yang teramsuk kategori mudah.
– Identifikasi kata-kata yang sulit diucapkan oleh anak.
– Latihkan cara mengucapkan kata-kata tersebut.
10. Bimbingan terhadap anak yang memiliki kebiasaan menggunakan gerak bibir,
jari telunjuk dan menggerakan kepala.
Untuk mengubah kebiasaan anak yang selalu menggerakkan bibir sewaktu
membaca dalam hati, dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut
– Anak disuruh mengumumkan suatu kalimat, selanjutnya suruh anak untuk
mengulangi membaca kalimat tersebut tanpa mengunyam.
– Jelaskan pada anak bahwa membaca mengunyam dapat menghambat
keefektifan membaca.
Sedangkan untuk menghadapi anak yang menggunakan jari telunjuk dalam
membaca, dapat dilakukan kegiatan berikut.
- Perhatikan apakah anak mengalami gangguan mata.
- Gunakan bacaan yang cetakannya besar dan jelas.
- Latihkan teknik membaca prosa.
- Peringkatkan anak untuk tidak menggunakan jari telunjuk dalam
membaca.
11. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan mengucapkan bunyi konsonan dapat
dilakukan bimbingan antara lain :
- Kembangkan anak dalam mendengarkan konsonan yang sulit
misalnya tuliskan kata-kata yang dimulai dengan konsonan (depan,
adat, dapat, diri dan sebagainya).
- Suruh anak mencari dan mengumpulkan kata yang didalamnya
terkandung konsonan tersebut.
- Latihkan anak mengucapkan kata-kata yang didalamnya terkandung
konsonan.
12. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan vokal
Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini dapat dilakukan :
- Tanamkan pengertian pada diri anak bahwa huruf-huruf tertentu
dalam melambangkan lebih dari satu bunyi misalnya : huruf e dapat
melambangkan bunyi e dan é.
13
- Berikan contoh huruf e yang melambangkan bunyi e dan é dalam
kata-kata
- Ajaklah anak mengumpulkan kata yang didalamnya terkandung huruf
tersebut.
13. Bimbingan terhadap anak yang mengalami kesulitan kluster, diftong dan
digraf
Untuk mengatasi kesulitan ini lakukan :
– Kenalkan kluster (misalnya st, kl, gr, pr, sw), diftong (misalnya ai, oi,
ui) dan digraf (misalnya sy, ng, kh, dan ny) dalam kata atau kalimat.
– Tuliskan kata atau kalimat yang mengandung kluster, diftong, dan
digraf.
– Mintalah anak untuk mengumpulkan kata-kata yang di dalamnya
terkandung kluster, diftong, dan digraf.
– Perintahkan anak membacakan kata-kata yang telah dikumpulkan.
14. Bimbingan terhadap anak yang kesulitan menganalisis struktur kata
Untuk mengatasi kesulitan ini lakukanlah :
– Catatlah kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan oleh
anak.
– Perkenalkan kata-kata yang seringkali dipandang sulit untuk diucapkan
oleh anak.
– Perkenalkan kata-kata tersebut kepada anak dengan memanfaatkan
metode yang ada.
– Suruhlah anak mencari kata-kata lain yang sejenis dan membacanya.
15. Bimbingan terhadap anak yang sulit mengenali makna kata dalam kalimat dan
cara mengucapkannya.
Untuk mengatasi anak yang mengalami kesulitan ini lakukan :
- Ambil satu kata dan daftarkan kata turunannya (misalnya kata :
membaca, membacakan, dibaca, dibacakan, bacaan, dan terbaca).
- Bimbinglah anak untuk mengenali kata baca dan turunannya yang
terdapat dalam bacaan tersebut.
- Alihkan pada kata lain (misalnya kata tulis, gambar, makan, lari dan
sebagainya) (http://digilib.unnes.ac.id).
14
C. Menulis Permulaan
1. Faktor-faktor Yang Menyebabkan Anak Mengalami Kesulitan
Menulis
1) Lingkungan keluarga
Orang tua merupakan guru bahasa pertama yang memberikan makna
lisan dari benda-benda yang ada disekitarnya. Namun terkadang orang
tua kurang memperhatikan anaknya. Keberhasilan anak sekolah pada
dasarnya dapat ditentukan pada apa yang dilakukan di rumah,
dorongan serta rangsangan minat menulis anak. Luangkan waktu
untuk membimbingnya, kenalkan anak pada huruf abjad, ajarkan pada
anak cara memegang pensil yang benar, sikap menulis yang benar
supaya anak memiliki kemampuan dasar menulis dari rumah.
2) Lingkungan sekolah
adanya penggunaan metode pengajaran yang kurang tepat sehingga
timbul permasalahan dalam proses pembelajaran menulis anak
materi – materi yang diajarkan belum tepat, belum sesuai dengan
tingkat perkembangan intelektual siswa Sekolah Dasar kelas I
guru kurang memahami keinginan siswa
siswa yang benar-benar malas belajar menulis.
(http://digilib.unnes.ac.id)
2. Kesulitan Yang dihadapi Anak Dalam Menulis Permulaan
Kemampuan menulis seperti halnya dengan kemampuan berbahasa yang
lain, yaitu tidak akan datang secara otomatis, melainkan harus melalui
latihan dan praktek yang banyak dan teratur (Henry Guntur Tarigan, 1993:
3). Sejak awal masuk sekolah anak harus belajar menulis dengan tangan
karena kemampuan ini merupakan prasyarat bagi upaya belajar berbagai
15
bidang studi yang lain. Kesulitan menulis dengan tangan tidak hanya
menimbulkan masalah bagi anak, tetapi juga guru (Mulyono, 1999: 227).
Tulisan yang tidak jelas misalnya, baik anak maupun guru tidak dapat
membaca tulisan tersebut. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kemampuan anak untuk menulis antara lain :
a) Motorik
Anak yang perkembangan motoriknya belum matang akan
mengalami gangguan atau kesulitan dalam menulis (tulisannya tidak
jelas, terputus-putus atau tidak mengikuti garis).
b) Perilaku
Anak yang hiperaktif atau yang perhatiannya mudah teralihkan, dapat
menyebabkan pekerjaannya terhambat, termasuk pekerjaan menulis.
c) Persepsi
Anak yang terganggu persepsinya dapat menimbulkan kesulitan dalam
menulis. Jika persepsi visualnya yang tergangu, anak mungkin akan
sulit membedakan bentuk-bentuk huruf yang hampir sama seperti d
dengan b, p dengan q, dan lain-lain. Namun jika persepsi auditorisnya
yang terganggu, mungkin anak akan mengalami kesulitan menulis
kata-kata yang diucapkan oleh guru.
d) Memori
Gangguan memori juga dapat menjadi penyebab terjadinya kesulitan
belajar menulis karena anak tidak mampu mengingat apa yang akan ia
tulis.
e) Kemampuan melaksanakan cross modal
Kemampuan melaksanakan cross modal menyangkut kemampuan
mentransfer dan mengorganisasikan fungsi visual ke motorik.
16
f) Penggunaan tangan yang dominan
Anak yang tangan kirinya lebih dominan atau kidal, tulisannya juga
sering terbalik-balik dan kotor.
g) Kemampuan memahami instruksi
Jika anak tidak memiliki kemampuan untuk memahami instruksi dapat
menyebabkan anak sering keliru menulis kata-kata yang sesuai dengan
perintah guru. (Mulyono, 2003:227)
Kesulitan belajar menulis sering disebut juga dengan istilah disgrafia
(disgraphia). (Jordon dikutip dalam Hallahan dkk, 1985 dalam
Mulyono, 2003:227). Kesulitan belajar menulis yang berat disebut
juga agrafia. Disgrafia menunjuk pada adanya ketidakmampuan
mengingat cara membuat huruf atau simbol-simbol matematika.
Disgrafia sering dikaitkan dengan kesulitan belajar membaca atau
disleksia (dyslexia) karena jenis kesulitan tersebut sesungguhnya
sangat terkait. (Mulyono, 1003:228). Kesulitan belajar menulis sering
dikaitkan dengan cara anak memegang pensil yang dapat dijadikan
sebagai petunjuk bahwa anak berkesulitan belajar menulis, yaitu (1)
sudut pensil terlalu besar, (2) sudut pensil terlalu kecil, (3)
menggenggam pensil, (4) menyangkutkan pensil ditangan atau
menyeret. (Hornsby, 1984 dalam Mulyono, 2003:228). Jenis
memegang pensil yang terakhir (menyeret pensil) adalah khas bagi
anak kidal.
Untuk mengetahui apakah anak mengalami kesulitan menulis tangan,
guru dapat melakukan observasi terhadap berbagai kemampuan
sebagai berikut:
1. Menulis dari kiri ke kanan
2. Memegang pensil dengan benar
17
3. Menulis nama penggilannya sendiri
4. Menulis huruf-huruf
5. Menyalin kata-kata dari papan tulis ke buku atau kertas
6. Menulis pada garis yang tepat. (Mulyono, 2003:233).
3. Bimbingan yang Dilakukan Guru Dalam Mengatasi Anak yang
Mengalami Kesulitan Menulis Permulaan
Ada 10 macam aktivitas yang dapat digunakan untuk membantu anak
berkesulitan belajar menulis dengan tangan (menulis permulaan) sebagai
berikut :
1) Aktivitas menggunakan papan tulis
Aktivitas ini dilakukan sebelum pelajaran menulis yang
sesungguhnya. Kepada anak disediakan papan tulis dan
sepidol/kapur, dan pada papan tulis tersebut anak diberi kebebasan
untuk menggambar garis, lingkaran, dsb.
2) Posisi
Untuk latihan menulis, anak hendaknya disediakan kursi yang
nyaman dan meja yang cukup berat agar tidak mudah goyang.
Kedua tangan anak diletakkan diatas meja, tangan yang satu untuk
menulis dan tangan yang lain untuk memegang kertas bagian atas.
3) Kertas
Posisi kertas untuk menulis cetak sejajar dengan sisi meja, untuk
menulis tulisan sambung 60 derajat ke kiri bagi anak yang
menggunakan tangan kanan, dan 60 derajat ke kanan bagi anak
yang menggunakan tangan kiri atau kidal. Agar kertas tidak
bergerak, dapat direkat dengan selotip.
18
4) Memegang pensil
Banyak anak berkesulitan belajar menulis yang memegang pensil
dengan cara yang tidak benar. Untuk memegang pensil yang benar,
ibu jari dan telunjuk di atas pensil, sedangkan jari tengah berada di
bawah pensil, dan pensil di pegang agak sedikit di atas bagian yang
diraut. Bagi anak yang belum dapat memegang pensil dengan
benar, bagian pensil yang harus dipegang dapat dibatasi dengan
selotip, atau latihan dapat dimulai dengan sepidol besar, sepidol
sedang, sepidol biasa, dan baru kemudian pensil.
5) Titik-titik
Guru membuat dua jenis huruf, huruf yang utuh dan huruf yang
terbuat dari titik titik. Selanjutnya, anak diminta untuk
menghubungkan titik-titik tersebut menjadi huruf yang utuh
6) Menjiplak dengan semakin dikurangi
Pada mulanya guru menulis huruf utuh dan anak diminta untuk
menjiplak huruf tersebut. Lama kelamaan guru yang menulis
sebagian besar hingga sebagian kecil huruf tersebut dan anak
diminta untuk meneruskan penulisan.
7) Buku bergaris tiga
Buku bergaris tiga sering disebut juga buku tebal tipis (halus
kasar). Dengan buku bergaris semacam itu, anak dapat berlatih
membuat dan meletakkan huruf-huruf secara benar.
8) Memperhatikan tingkat kesulitan penulisan huruf
Ada huruf yang mudah dan ada pula huruf yang sulit ditulis.
Berbagai huruf yang mudah ditulis adalah m, n, t, i, u, r, s, l, dan e;
sedangkan yang sulit adalah x, z, y, j, p, b, h,k,f, g, dan q. Anak
hendaknya diajar menulis dengan huruf-huruf yang lebih mudah,
19
meningkat ke yang lebih sulit, dan baru kemudian gabungan dari
keduanya.
9) Bantuan verbal
Pada saat anak sedang menulis, guru dapat memberikan bantuan
dengan mengucapkan petunjuk seperti “naik”, “turun”, “belok”,
“stop”, dll.
10) Kata dan kalimat
Setelah anak mampu menulis huruf-huruf, latihan ditingkatkan
dengan menulis kata-kata dan selanjutnya kalimat. Penempatan
huruf, ukuran, dan kemiringan hendaknya juga memperoleh
perhatian. (Lerner, 1988 dalam Mulyono, 2003: 240 243).
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
(1) Kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan akan berpengaruh
pada siswa dalam proses pembelajaran mata pelajaran lainnya.
(2) Terdapat berbagai macam faktor yang dapat mempengaruhi anak sehingga
ia mengalami kesulitan dalam belajar membaca menulis permulaan.
(3) Peran guru sangatlah penting dalam membantu siswa untuk mengatasi
berbagai kesulitan belajar yang dialaminya.
B Saran
(1) Guru harus mempunyai pengamatan yang sensitive dalam mengidentifikasi
berbagai kesulitan yang dihadapi oleh siswa.
(2) Guru perlu meningkatkan dan pengembangan kompetensi dalam merancang
dan melaksanakan pembelajaranmembaca menulis permulaan.
(3) Guru perlu mengembangkan kemampuan untuk dapat menggunakan media-
media pembelajaran yang menarik dan dapat memberikan pengaruh
kontruktif pada kemampuan membaca dan menulis anak.
21
DAFTAR PUSTAKA
Diakses pada Minggu, 04 Oktober 2015
http://mumiro29.blogspot.co.id/2013/05/mengatasi-kesulitan-belajar-membaca.html
http://www.sarjanaku.com/2013/04/pengertian-problematika-defisi-menurut.html
http://dodoprastyoko.blogspot.co.id/2013/04/belajar-menulis-awal.html
22