presentasi pbl 2 gangguan pendengaran

40
Presentasi PBL 2 Gangguan Pendengaran Benedicta MS – Calvin KM – Christopher R – Deriyan S – Dwi W – Evan R – Faradila K – Farah A – Hanifah RN – Herliani DPH

Upload: benny

Post on 23-Feb-2016

320 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Presentasi PBL 2 Gangguan Pendengaran. Benedicta MS – Calvin KM – Christopher R – Deriyan S – Dwi W – Evan R – Faradila K – Farah A – Hanifah RN – Herliani DPH. Pemicu. Kata Sulit dan Kata Kunci. Kata sulit Timpanogram Autofoni Morbili Kata kunci Penurunan pendengaran perlahan bilateral - PowerPoint PPT Presentation

TRANSCRIPT

Page 1: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Presentasi PBL 2 Gangguan Pendengaran

Benedicta MS – Calvin KM – Christopher R – Deriyan S – Dwi W – Evan R – Faradila K – Farah A – Hanifah RN – Herliani DPH

Page 2: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pemicu

Page 3: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Kata Sulit dan Kata Kunci Kata sulit

Timpanogram Autofoni Morbili

Kata kunci Penurunan pendengaran perlahan bilateral Telinga terasa tertutup Rasa penuh tidak ada Berdenging tidak ada Autofoni tidak ada Batuk Pilek tidak ada Riwayat cairan keluar dari telinga ada Cairan tidak berbau Riwayat tidak naik kelas Riwayat trauma tidak ada

Page 4: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pertanyaan1. Buatlah 3 diagnosis banding tersering untuk

kelainan di atas dan lengkapi anamnesisnya.

2. Diskusikan patogenesis dari masing-masing diagnosis banding yang Anda buat

Page 5: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Jawaban Pertanyaan1. Diagnosis banding

1. Otitis media 2. Gangguan fungsi tuba3. Timpanosklerosis

Tuli kongenital (x) : infeksi TORCH (-), riwayat pembelajaran baik, keterampilan bicara baik

Tuli mendadak (x) : infeksi virus, iskemia koklea, riwayat trauma

Tuli akibat bising (x) : riwayat pajanan bising tidak ada (lebih lanjut dilihat karakteristik penurunan ambang dengardengan pemeriksaan audiometri)

Tuli akibat pajanan ototoksik (x) : riwayat penyakit dahulu tidak ada yang membutuhkan obat-obatan ototoksik (mis. Infeksi TB, malaria), pemakaian obat ototoksik dapat ditanyakan dalam anamnesis tambahan

Page 6: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

2. Anamnesis tambahan1. “Berapa kali dan berapa lama cairan keluar dari

telinga?”2. “Ketika cairan keluar dari telinga, apakah diiringi

dengan keluhan panas tinggi, nyeri telinga, rewel/susah tidur, memegang telinga yang sakit?”

3. “Karakteristik cairan yang keluar selain dari bau, apakah encer, kental, bening, atau nanah?”

4. “Ada riwayat mengorek telinga atau memasukkan benda ke dalam telinga?”

5. “Apakah terdapat gangguan keseimbangan?”

Page 7: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

2. Anamnesis tambahan6. “Apakah sering batuk pilek sebelumnya, nyeri

tenggorokan, sakit gigi, ada riwayat alergi?”7. “Keluhan suara sengau, mengorok, sesak

napas?”8. “Apakah ada kebiasaan menyelam atau

berenang?” (barotrauma)9. “Lebih berat gangguan pada telinga kanan atau

kiri?”10. “Alasan terutama mengapa tidak naik kelas?”11. “Riwayat pengobatan dahulu ketika berobat di

RSAD?”12. “Riwayat obat-obatan ototoksik?”

Page 8: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

PATOGENESIS, MANIFESTASI KLINIS

Page 9: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Otitis Media Inflamasi pada telinga

tengah yang mengenai sebagian atau seluruh mukosa telinga tengah, tuba Eustachius, antrum mastoid dan sel mastoid.

Sebagian besar disebabkan oleh infeksi.

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.64-77.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

http://www.pedisurg.com/pteducent/middle_ear.gifhttp://www.walgreens.com/marketing/library/graphics/images/en/19324.jpg

Page 10: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Patofisiologi

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Vicious cycle

Page 11: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Lanjutan PatofisiologiGangguan ventilasi (~disfungsi tuba)

Inflamasi dan Infeksi Inflamasi Non-infeksius

•Stenosis tuba eusthachius •Barotrauma tekanan negatif•Tumor•Gangguan m.tensor veli palatini (contoh pada cleft palate) tuba tidak dapat membuka•Striktur akibat sikatriks•Bony stenosis kongenital atau didapat

•Adenoiditis reservoir mikroorganisme patogen hiperplasia adenoid (penyebab otitis media pada anak)•Infeksi mukosa telinga tengah oleh bakteri dan virus saluran napas atas.

•Alergi•Inflamasi toksik saluran napas atas•Refluks asam lambung

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Page 12: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Klasifikasi Otitis Media

Otitis Media

Otitis Media Akut

Tipe bahaya

Otitis Media Non-supuratif= otitis media serosa/sekretoria/musi

nosa/efusi

Otitis Media Akut Rekuren

Otitis Media Supuratif Kronik

Tipe aman

Otitis Media Supuratif

Risiko rendahRisiko Tinggi

Page 13: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Otitis Media Akut Paling sering mengenai

anak terutama pada tiga tahun pertama kehidupan.

Penyebab utama S.pneumoniae (35%), H.influenzae (20%), dan M. catarrhalis (4-13%) pada dua per tiga kasus. Sisanya, virus dari saluran napas atas.

Adenoid merupakan fokus infeksi tersering, meski tidak membesar.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.Trasher RD. Otitis media with effusion. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/858990-overview#showall. Diakses pada 11 Maret 2013, pukul 21.00 WIB.

Page 14: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Tanda dan GejalaStadium hiperemis

Stadium resolusi

Rasa nyeri di telinga

DemamRiwayat

batuk pilek (+)

Rasa penuh atau rasa kurang dengar

Rewel dan gelisah

Diare Kejang-

kejang

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.64-77.Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Page 15: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Otitis Media Akut Rekuren Frekuensi kejadian inflamasi akut ≥5x dalam 1

tahun atau 3x inflamasi dalam 6 bulan. Terjadi pada 10% anak dengan riwayat otitis

media akut. Sulit dibedakan dari infeksi akut pada otitis

media sekretorik kronik.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Page 16: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Otitis Media Efusi Kumpulan cairan non-purulen (mukoid atau serosa) di telinga

tengah tanpa disertai tanda inflamasi akut dan perforasi membran timpani.

Penyakit telinga tersering pada anak yang belum sekolah, mengenai telinga bilateral.

Dapat terjadi selama resolusi otitis media akut yang menimbulkan gejala sisa berupa sekret yang menetap.

Sekret tidak selalu steril.

Trasher RD. Otitis media with effusion. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/858990-overview#showall. Diakses pada 11 Maret 2013, pukul 21.00 WIB.

Page 17: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Klasifikasi dan Etiologiakut

(< 3minggu) subakut Kronik(>3bulan)

Faktor utama

•Gangguan fungsi tuba

Refluks•Crapko et al menyatakan 60% anak dengan OME ditemukan pepsin di telinga tengah akibat refluks.

Lainnya•Hipertrofi adenoid•Adenoiditis•Sumbing palatum•Tumor nasofaring•Barotrauma•Sinusitis•Rinitis•Defisiensi imunologik•Alergi (faktor tambahan)

Trasher RD. Otitis media with effusion. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/858990-overview#showall. Diakses pada 11 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.64-77.

Page 18: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Tanda dan Gejala Otitis Media Efusi Pendengaran berkurang Telinga terasa penuh Tidak ada demam Tidak ada nyeri telinga (jarang) Pada pasien dewasa, telinga terasa tertutup dan

beberapa pasien mengeluhkan popping sound

Trasher RD. Otitis media with effusion. Diunduh dari http://emedicine.medscape.com /article/858990-overview#showall. Diakses pada 11 Maret 2013, pukul 21.00 WIB. Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Page 19: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Diagnosis OME

Diagnosis ditegakkan secara otoskopik. Membran timpani tampak opak, tebal, dan

retraksi. Warna dapat pucat, kemerahan, kekuningan,

kebiruan. Mobilitas membran timpani menurun. Timpanogram dapat menunjukkan kurva tipe

B atau tipe C.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. Thieme. 2006; 234-41.

Page 20: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Gambaran Otoskop

Page 21: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Gambaran Timpanogram

Page 22: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Tatalaksana Akut dekongestan, steroid topikal Kronik parasentesis, miringotomi, adenotomi

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic Otorhinolaryngology. Thieme. 2006; 234-41.

Page 23: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Parasentesis dan Miringotomi

Page 24: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Otitis Media Supuratif Kronik Infeksi kronis di telinga tengah

dengan perforasi membran timpani kronik tanpa harus disertai inflamasi aktif mukosa, serta tidak terdapat infeksi spesifik dan kolesteatoma.

Berdasarkan aktivitas sekret dibagi menjadi:aktif (wet) menandakan

infeksi tenang (dry) tanda

inflamasi (-)Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.64-77.Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Page 25: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Klasifikasi

Tipe aman•Peradangan terbatas pada mukosa•Perforasi sentral•Komplikasi bahaya (-), kolesteatoma (-)

Tipe bahaya•Proses peradangan mengenai tulang•Perforasi marginal atau atik.•Komplikasi bahaya (+), kolesteatoma (+/-)

Soepardi EA, Iskandar N, Bashiruddin J, Restuti RD. Kelainan telinga tengah. Dalam buku ajar kesehatan telinga, hidung, tenggorok, kepala, dan leher. Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbeit FKUI; 2011, hal.64-77.Sumber gambar: http://www.med.unc.edu/ent/adunka/images/Perforationexamples.jpg.

Page 26: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Tanda dan

Gejala Otorhea kronik Ketika infeksi (-), keluhan hanya berupa gangguan

pendengaran. Ketika infeksi (+), sekret mukopurulen, bisa berbau atau

tidak.

Probst R, Grevers G, Iro H. Basic otorhinolaryngology. Ear: otitis media. USA: Thieme; 2006, p.238-47.

Inflamasi kronik sekunder tuba eustachiusDaya regenerasi (penyembuhan) yang tidak adekuat akibat

genetik atau faktor lainnyaAnatomi telinga tengah berupa pneumatisasi dan besar relatif.Faktor lainnya: terapi yang terlambat, tidak adekuat, virulensi

kuman tinggi, daya tahan tubuh yang menurun, higiene buruk.

Etiopatogenesis

Page 27: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Timpanosklerosis

Komplikasi dari otitis media atau trauma Deposit hyalin aseluler dan kalsium pada

membran timpani dan jaringan submukosa telinga tengah

Plak timpanosklerotik tampak berbentuk bulan sabit atau tapal kuda pada membran timpani

Jika mencapai tulang pendengaran (ossicles) tuli konduktif

Patogenesis belum sepenuhnya dipahami

Page 28: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Patogenesis Timpanosklerosis

Penatalaksanaan: timpanoplasti dan operasi rekonstruktif ossikel

inflamasiDegener

asi fibroblast

ik

Akumulasi vesikel

(kalsium, fosfat dan

alkalin fosfatase)

Pelepasan ekstraselu

ler saat apoptosis

Kalsifikasi matriks

kolagen pada TM, mukosa

telinga tengah dah

mastoid

Page 29: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Patogenesis Gangguan fungsi tuba

Page 30: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Patogenesis Gangguan fungsi tuba

Fungsi tuba Ventilasi Drainase Proteksi

Gangguan telinga tengah (middle ear) berasal dari terganggunya fungsi ventilasi dan terjadi inflamasi Gangguan ventilasi kronik mencetus proses inflamasi yang

selanjutnya memperburuk fungsi tuba dan ventilasi telinga tengah Penyebab gangguan ventilasi:

Stenosis lumen tuba akibat edema mukosa tuba inflamatorik Tekanan negatif pada barotrauma Obstruksi ekstrinsik, misal akibat tumor Kurangnya pembukaan aktif dari tuba oleh m.veli palatini atau

kongenital

Page 31: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Patogenesis Gangguan fungsi tuba

Page 32: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

TAMBAHAN

Page 33: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran
Page 34: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pertanyaan tambahan1. Diagnosis kerja pada pasien ini berdasarkan

tambahan informasi dari hasil pemeriksaan.

2. Penatalaksanaan pasien pada kasus ini?

Page 35: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan Penunjang Audiometri

Page 36: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan Penunjang Interpretasi hasil audiometri

Hantaran udara (air conduction/AC) dan hantaran tulang (bone conduction/BC) tanpa masking AD menunjukkan gap dengan ambang dengar (AD) = 61,6 dB tuli konduktif sedang berat (55-70 dB)

AC dan BC AS menunjukkan gap dengan AD = 48,3 dB tuli konduktif sedang (40-55 dB)

Cairan efusi atau kekakuan ossikel tuli konduktif Hasil pemeriksaan otoskop tidak senantiasa berkorelasi

dengan derajat ketulian. Pemeriksaan penala menunjukkan lateralisasi ke telinga yang terganggu lebih berat (telinga kiri), namun hasil audiometri menunjukkan tuli konduktif pada telinga kanan tanpa masking lebih berat BC pada AS lebih berat dari AD, berkorelasi dengan hasil Weber AD hanya memperhitungkan AC saja sehingga AC pada AS yang lebih

berat dapat menunjukkan keadaan patologis pada hantaran konduktif telinga kanan yang lebih berat

Page 37: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan Penunjang Hasil timpanometri

Interpretasi timpanometri Tipe B : flat curve

Imobilitas membran timpani akibat cairan atau atelektasis timpani

Menunjukkan terdapat penurunan respon akustik akibat penumpukan cairan (riwayat keluarnya cairan dari kedua telinga) ataupun otosklerosis

Page 38: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Pemeriksaan Penunjang Refleks akustik (stapedial reflex)

AD dan AS negatif Menggunakan intensitas suara sebesar 80-90 dB

HL untuk mencetus refleks stapedius (kontraksi m.stapedius yang menyebabkan pengkakuan aparatus konduktif peningkatan impedansi suara)

Membedakan gangguan pendengaran koklear dan retrokoklear

Page 39: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Jawaban Pertanyaan Diagnosis kerja

Tuli konduktif ADS ec otitis media serosa Gangguan fungsi tuba ec hipertrofi adenoid Hipertrofi adenoid bilateral – oklusi tuba bilateral –

tekanan negatif pada telinga tengah – transudasi cairan kapiler pada telinga tengah – otitis media efusi → telinga terasa tertutup, penurunan pendengaran (tuli konduktif) ADS

Page 40: Presentasi PBL 2  Gangguan Pendengaran

Penatalaksanaan Miringotomi Adenotomi Terapi antibiotik tidak diperlukan jika tidak ada

tanda infeksi Kontrol teratur spesialis THT