presentasi dkk

42
TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN SUKOHARJO M.Arief Syaifuddin G99112091 Whendi Setyawan G99122007 Gilda Ditya Asmara G99122003 Hanindyo BaskoroG99122004 Jatnika Permana G99122005 Aldwin Arifin G99122001 Bachels Joko S. A G99122002 Octava Prima Arta G99122091 Fika Khulma Sofia G99122044 Aviaddina R. G99122022 Sumayyah S. G99122105 Fanny Aprilia S G99122041 Pembimbing: Bp. Bejo Raharjo KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

Upload: fika-khulma-sofia

Post on 29-Nov-2015

55 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

TINJAUAN PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN

TUBERKULOSIS PARU DI KABUPATEN SUKOHARJO

M.Arief Syaifuddin G99112091Whendi Setyawan G99122007Gilda Ditya Asmara G99122003Hanindyo Baskoro G99122004Jatnika Permana G99122005Aldwin Arifin G99122001 

Bachels Joko S. A G99122002

Octava Prima Arta G99122091

Fika Khulma Sofia G99122044

Aviaddina R. G99122022

Sumayyah S. G99122105

Fanny Aprilia S G99122041

Pembimbing:Bp. Bejo Raharjo

KEPANITERAAN ILMU KESEHATAN MASYARAKATFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2013

Latar Belakang

Latar Belakang

Situasi TB di dunia semakin memburuk dengan meningkatnya jumlah kasus TB dan banyaknya pasien TB yang tidak berhasil disembuhkan terutama pada negara yang dikelompokan dalam 22 negara dengan high burden. Sekitar 95% kasus dan 98% kematian akibat TB di dunia, terdapat di negara-negara berkembang (Depkes, 2007).

Berdasarkan SKRT tahun 2001, diketahui bahwa TB berkontribusi sekitar 9,4% terhadap total kematian di Indonesia. Dengan demikian, dalam kelompok penyakit infeksi, TB tetap berada pada peringkat pertama penyebab kematian di Indonesia (Tim surkesnas, 2012).

Hasil monitoring dan evaluasi yang dilakukan oleh tim TB External Monitoring Mission pada tahun 2005 dan evaluasi yang dilakukan oleh WHO serta program nasional TB menunjukkan bahwa meskipun angka penemuan kasus TB di rumah sakit cukup tinggi, angka keberhasilan pengobatan masih rendah yaitu dibawah 50% dengan angka default yang mencapai 50% sampai 80% (Depkes RI, 2007).

RUMUSAN MASALAH Bagaimana pelaksanaan program penggulangan Tuberkulosis (TB)

dalam rangka menurunkan jumlah kasus TB di DKK Sukoharjo dan hambatan apa saja yang ditemukan dalam pelaksanaan program tersebut?TUJUANMengetahui pelaksanaan program penanggulangan TB dalam rangka menurunkan jumlah kasus TB di DKK Sukoharjo dan hambatan apa saja yang ditemukan dalam pelaksanaan program tersebut

MANFAAT1.Memberikan pengalaman bagi para dokter muda tentang program kesehatan yang telah dilakukan DKK Sukoharjo dalam pelaksanaan program

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi bidang pelayanan kesehatan khususnya bidang P2PL DKK Sukoharjo dalam pelaksanaan program TB

Kebijakan dan Penanganan Tuberculosis di DKK Sukoharjo

Struktur OrganisasiDKK Sukoharjo

Kepala Dinas

Subbag Program

Subbag Umum & Kepegawaian

Subbag Keuangan

Bidang Promosi

Kesehatan Kemitraan dan

Gizi

Bidang Registrasi

Informasi dan Sumber Daya

Kesehatan

Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan

Bidang Pelayanan Kesehatan

Seksi Promosi Kesehatan

Seksi Jaminan Pemeliharaan

Kesehatan

Seksi Gizi

Seksi Registrasi, Akreditasi,

Sertifikasi & Farmamin

Seksi Sumber Daya

Kesehatan

Seksi Informasi &

Data Kesehatan

Seksi Pencegahan

Penyakit

Seksi Pengendalian

Penyakit

Seksi Penyehatan Lingkungan

Seksi Pelayanan Kesehatan Dasar & Rujukan

Seksi Pelayanan Kesehatan

Matra

Seksi Kesehatan Keluarga

UPTD

Sekretariat

Visi dan Misi

• Tuberkulosis tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat.Visi

• Menjamin bahwa setiap pasien TB mempunyai akses terhadap pelayanan yang bermutu, untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian karena TB

• Menurunkan resiko penularan TB• Mengurangi dampak sosial dan ekonomi akibat

TB

Misi

Penemuan Pasien TB (Januari - Juni 2013)

No.Nama

UPK

Pasien Baru Pasien Pengobatan Ulang

BTA positifBTA(-) dengan

Ro. (+)

TB Ekstra

Paru

Kambuh Default Gagal Kronik Lain -

lain

1. RSUD

sukoharjo 6 21 00 0 0 0 0

2. Rs.Dr.Oen

Solo baru 0 5 10 0 0 0 0

3. RS. YARSIS5 2 3

0 0 0 0 0

4. Weru 8 10 3 1 0 0 0 0

5. Bulu 10 20 0 0 0 0 0 0

6. Tawangsari15 8 0

0 0 1 0 0

Penemuan Pasien TB (Januari - Juni 2013)

No. Nama UPK

Pasien Baru Pasien Pengobatan Ulang

BTA positifBTA(-) dengan

Ro. (+)

TB Ekstra

Paru

Kambuh Default Gagal Kronik Lain -

lain

7. Sukoharjo 21 11 0 1 0 0 0 0

8. Nguter 22 11 1 0 0 0 0 0

9 Bendosari 11 9 2 0 0 0 0 0

10. Polokarto 9 0 0 1 0 1 0 0

11. Mojolaban 7 5 0 0 0 0 0 0

12. Grogol 12 17 0 0 0 0 0 0

13. Baki 11 3 0 1 0 0 0 0

14. Gatak 5 6 0 0 0 0 0 0

15. Kartasura 7 3 2 1 0 0 0 0

Jumlah 149 141 12 5 0 2 0 0

Kebijakan

1

2

3

Penanggulangan TB di Indonesia dilaksanakan sesuai dengan azas desentralisasi dengan Kabupaten/kota sebagai titik berat manajemen program yang meliputi: perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi serta menjamin ketersediaan sumber daya (dana, tenaga, sarana dan prasarana).

Penanggulangan TB dilaksanakan dengan menggunakan strategi DOTS

Penguatan kebijakan untuk meningkatkan komitmen daerah terhadap program penanggulangan TB

Kebijakan

5

4Penguatan strategi DOTS dan pengembangannya ditujukan terhadap peningkatan mutu pelayanan, kemudahan akses untuk penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai penularan dan mencegah terjadinya MDR-TB.

Penemuan dan pengobatan dalam rangka penanggulangan TB dilaksanakan oleh seluruh Unit Pelayanan Kesehatan (UPK), meliputi Puskesmas, Rumah Sakit Pemerintah dan swasta, Rumah Sakit Paru (RSP), Balai Pengobatan Penyakit Paru Paru (BP4), KliniK Pengobatan lain serta Dokter Praktek Swasta (DPS).

Kebijakan

6

7

Penanggulangan TB dilaksanakan melalui promosi, penggalangan kerja sama dan kemitraan dengan program terkait, sektor pemerintah, non pemerintah dan swasta dalam wujud Gerakan Terpadu Nasional Penanggulangan TB (Gerdunas TB)

Peningkatan kemampuan laboratorium diberbagai tingkat pelayanan ditujukan untuk peningkatan mutu pelayanan dan jejaring.

Obat Anti Tuberkulosis (OAT) untuk penanggulangan TB diberikan kepada pasien secara cuma-cuma dan dijamin ketersediaannya.8

Kebijakan

9

10

11

12

Ketersediaan sumberdaya manusia yang kompeten dalam jumlah yang memadai untuk meningkatkan dan mempertahankan kinerja program.

Penanggulangan TB lebih diprioritaskan kepada kelompok miskin dan kelompok rentan terhadap TB.

Pasien TB tidak dijauhkan dari keluarga, masyarakat dan pekerjaannya.

Memperhatikan komitmen internasional yang termuat dalam Millennium Development Goals (MDGs)

StrategiPeningkatan komitmen politis yang berkesinambungan

untuk menjamin ketersediaan sumberdaya dan menjadikan penanggulangan TB suatu prioritas

Pelaksanaan dan pengembangan strategi DOTS yang bermutu dilaksanakan secara bertahap dan sistematis

Peningkatan kerjasama dan kemitraan dengan pihak terkait melalui kegiatan advokasi, komunikasi dan

mobilisasi social

Kerjasama dengan mitra internasional untuk mendapatkan komitmen dan bantuan sumber daya.

Peningkatan kinerja program melalui kegiatan pelatihan dan supervisi, pemantauan dan evaluasi yang

berkesinambungan

Tinjauan Pustaka

Definisi

Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis, khas ditandai dengan terjadinya

pembentukan granuloma dan nekrosis. Tuberkulosis dapat menyerang paru ataupun terdapat di ektra paru.

Patogenesis

KUMAN SALURAN NAFAS PAR

U

Sarang Pneumonia / Afek primer

Limfangitis Lokal

Sembuh dengan bekas

Bisa Sembuh Tanpa Bekas

MENYEBAR : • Per kontinuitatum ke hilus obstruksi atelektasis• Bronkogen ke 2 lap. paru• Hematogen - Tergantung Daya Tahan Milier• Limfogen - Virulensi Meningitis

organ lain : tulang

ginjal

Alur diagnosis TB Paru

Penemuan kasus TB

Penjaringan pasien dengan gejala TB

Pemeriksaan dahak, pemeriksaan biakan , Uji kepekaan obat TB

Diagnosis TB Paru

Klasifikasi penyakit dan tipe pasien

Pengobatan Tuberkulosis

Strategi DOTS

Komitmen politis

Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.

Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.

Jaminan tersedianya OAT yang bermutu.

System pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan (Priyanti, 2008).

Angka penemuan kasus Persentase jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dibanding jumlah

pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70%.

Analisis dan Pembahasan

ANGKA PENJARINGAN SUSPEKadalah jumlah suspek yang diperiksa dahaknya pada

suatu wilayah tertentu dalam 1 tahun dengan memperhatikan kecenderungannya dari waktu ke

waktu (triwulan/tahunan)

PROPORSI PASIEN TB BTA POSITIF DIANTARA SUSPEK

adalah prosentase pasien BTA positif yang ditemukan diantara seluruh suspek yang diperiksa

dahaknya.

Angka ini sekitar 5 - 15%.

Bila angka ini terlalu kecil ( < 5 % ) kemungkinan disebabkan : Penjaringan suspek terlalu longgar. Banyak orang yang tidak memenuhi kriteria

suspek, atau

Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( negatif palsu ).

Bila angka ini terlalu besar ( > 15 % ) kemungkinan disebabkan :

Penjaringan terlalu ketat atau

Ada masalah dalam pemeriksaan laboratorium ( positif palsu).

PROPORSI PASIEN TB BTA POSITIF DIANTARA SUSPEK

Berdasarkan tabel tersebut baik,dilihat dari prosentase yang berkisar diantara 5-15%.

No Triwulan Angka

Penjaringan

Suspek

Proporsi Pasien TB BTA

Positif diantara Suspek

1 Pertama 815 8%

2 Kedua 874 10%

3 Ketiga 878 7%

4 Keempat 770 10%

Tabel Hasil Perhitungan Indikator suspek TB Tahun tahun 2012 (per triwulan)

ANGKA KEBERHASILAN PENGOBATAN

angka yang menunjukkan prosentase pasien baru TB paru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan (baik yang sembuh maupun pengobatan lengkap)

diantara pasien baru TB paru BTA positif yang tercatat

Target program penanggulangan TB adalahtercapainyapenemuanpasienbaru TB BTA positif paling sedikit 70% dariperkiraandanmenyembuhkan 85 % darisemuapasientersebutsertamempertahankannya

Menurut data sekunder DKK padatriwulanpertamadankeduatahun 2013,, angkakeberhasilanpengobatannyaadalah:

Sehingga, padatahun 2013 iniselamatriwulanpertamadankedua, angkakeberhasilanpengobatan TB di wilayahSukoharjotergolongsangatbaikdandapatmemenuhi target yaitudiatas 85%.

Case Detection Rateprosentase jumlah pasien baru BTA positif yang

ditemukan dan diobati dibanding jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah

tersebut.

Perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif diperoleh berdasarkan perhitungan angka insidens kasus TB paru BTA positif dikali dengan jumlah penduduk.

Target Case Detection Rate Program Penanggulangan Tuberkulosis Nasional minimal 70%.

Angka CDR di wilayah Sukoharjo belum dapat kami ketahui karena kami tidak mengetahui perkiraan jumlah pasien baru TB BTA positif.

Namun, data yang kami dapat dari Ditjen PP dan PL Kemenkes RI tentang Laproan terkini situasi perkembangan tuberulosis di Indonesia tahun 2011 periode Januari-Juni, provinsi Jawa tengah memiliki CDR 27,4%. Sehingga untuk Wilayah Jawa Tengah pada tahun 2011 belum dapat mencapai target nasional

Hasil penelitian Murti dkk pada tahun 2010 di Eks Karisidenan Surakarta, termasuk di dalamnya Kabupaten Sukoharjo dilaporkan bahwa umumnya petugas TB dan petugas laboratorium memiliki tugas rangkap sebagai petugas kusta, penyakit tidak menular, malaria, pengobatan dasar dan perawatan. Hal ini menyebabkan petugas TB tidak bisa maksimal dalam menjalankan tugasnya.

Pada umumnya para dokter umum maupun spesialis yang praktik pribadi maupun praktik di RS tidak menggunakan pemeriksaan dahak untuk diagnosis TB. Alasan yang umumnya dikemukakan adalah waktu yang terlalu lama untuk mendapatkan hasil pemeriksaan dahak di laboratorium. Sebagai gantinya para dokter dan spesialis menggunakan foto Roentgen yang menurut mereka lebih cepat dan praktis.

Kebiasaan ini tidak mendukung strategi DOTS, karena diagnosis TB dengan pemeriksaan toraks dengan foto Roentgen memiliki reliabilitas (keterandalan) yang rendah.

Selain itu, Tidak terdapat sistem pencatatan dan pelaporan pasien TB pada dokter umum dan spesialis praktik pribadi.

HAMBATAN

Untuk mengatasi rendahnya tingkat CDR Tuberkulosis khususnya di wilayah kerja DKK Sukoharjo, maka dapat dilakukan beberapa langkah diantaranya :

1. Meningkatkan keaktifan bagi petugas dalam mencari penderita,

2. Meningkatkan koordinasi dengan pelayanan kesehatan swasta,

3. Melakukan bimbingan teknis medis secara rutin tentang TB kepada semua petugas pelayanan,

4. Memberikan penyuluhan kepada penderita dan keluarganya tentang resiko penyakit TB,

5. Upaya menggerakkan partisipasi masyarakat untuk meningkatkan penjaringan kasus TB

6. Penertiban sistem pencatatan dan pelaoran kasus TB.

Analisis SWOT

Opportunity Dukungan Dinkes pusat dan propinsi berupa pendanaan dan

program-program mengenai masalah pengendalian TB

Adanya media berupa TV, radio, ataupun spanduk sebagai sarana promosi untuk membentuk masyarakat yang waspada TB

Adanya koordinasi mengenai permasalahan TB antara DKK dengan Puskesmas dan UPK lainnya.

Adanya perpanjangan tangan UPK seperti puskesmas keliling, puskesmas pembantu dan posyandu yang dapat memberikan informasi dan edukasi mengenai TB baik dari masyarakat dan untuk masyarakat

Weakness Penatalaksanaan penderita dan kdisiplinan dalam sistem

pencatatan pelaporan yang belum maksimal di UPK baik pemerintah maupun swasta.

Petugas TB dan petugas laboratorium memiliki tugas rangkap dalam program lain sehingga menyebabkan kinerja kurang optimal

Fasilitas laboratorium kurang memadai

Rendahnya partisipasi dan komitmen UPK swasta dalam menerapkan program pengendalian TB dengan strategi DOTS

Follow up dan evaluasi program yang masih kurang baik

Strength Adanya kerjasama lintas bidang P2PL dengan bidang

Pelayanan Kesehatan untuk melakukan pendekatan ke keluarga

Alokasi dana yang cukup memadai

Sarana dan prasarana Unit pelayanan Kesehatan di Sukorjo yang sudah baik

Adanya jejaring dari Dinas Kesehatan Kabupaten Puskesmas Posyandu Masyarakat salah satunya program pemberantasan penyakit menular

Adanya tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi bidang pemberantasan penyakit menular

dan tersebar di tiap-tiap puskesmas ataupun rumah sakit

Pengetahuan mengenai TB yang dimiliki oleh dokter dan petugas kesehatan

Threat Pendidikan masyarakat yang masih kurang, sehingga

belum menyadari pentingnya deteksi dan pelaporan sedini mungkin sehubungan dengan penemuan kasus TB

Kurangnya kesadaran masyarakat tentang PHBS dan penyakit menular

Rasa jenuh masyarakat selama pengobatan TB

Pengaruh social budaya dan obilitas penduduk tinggi yang memungkinkan penularan penyakit TB

 

O(OPPORTUNITY)

T(THREAT)

S(STRENG

TH)

Mendorong dan memfasilitasi inisiatif dan keaktifan karyawan yang bermotifasi tinggi dengan dukungan peran serta masyarakat dan Puskesmas yang siap sebagai ujung tombak dalam program pengendalian penyakit menular

Memanfaatkan ketersediaan jumlah pelayanan kesehatan serta pusling, pustu, posyandu, dalam membantu kinerja bidang P2PL khususnya angka penemuan kasus TB

Memaksimalkan pelaksanaan fungsi organisasi dan kerjasama lintas sektoral.

 

Mendorong keaktifan tenaga kesehatan, kader dan masyarakat dalam pencarian suspek dan pelaporkan kasus TB

Mengoptimalkan kinerja puskesmas sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan program P2PL

Mengoptimalkan koordinasi lintas sektoral / organisasi dalam mendukung kelangsungan program P2PL.

Memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di puskesmas dalam meningkatkan angka penemuan kasus TB di Kabupaten Sukoharjo

 

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

 

O(OPPORTUNITY)

T(THREAT)

W(WEAKNE

SS)

Pelaksanaan upaya-upaya ke Pemerintah Daerah untuk meningkatkan anggaran Subdin yang digunakan untuk pelaksanaan program retraining yang lebih intensif.

Pelatihan penemuan kasus TB baru kepada dokter, paramedis, yang belum mendapatkan pelatihan

Mengoptimalkan koordinasi lintas program dengan adanya program DOTS dari pemerintah terhadap penanggulangan kasus TB

Memanfaatkan media seperti embuat spanduk, brosur atau iklan layanan masyarakat untuk menginformasikan masyaakat agar sadar untuk melapor jika ada kasus TB dan segera berobat jika merasakan gejala/tanda TB.

 

Pelaksanaan sistem pelaporan yang baik untuk memantau tingkat pengetahuan dan kesadaran masyarakat mengenai pengendalian penyakit menular khususnya TB

Pembuatan kesepakatan antara DKK dan UPK dalam menaati prosedur standar diagnosis dan penatalaksanaan kasus TB sesuai dengan program DOTS.

 

STRATEGI PEMECAHAN MASALAH

SimpulanPenentuan suspek TB dilakukan dengan penemuan secara pasif maupun aktif. Serta dengan melakukan pemeriksaan terhadap semua kontak TB BTA positif. Sedangkan tingkat keberhasilan penemuan kasus TB dapat dilihat melalui angka penjaringan suspek dan proporsi pasien TB BTA positif diantara suspek.

Angka penjaringan suspek TB paru di Sukoharjo tahun 2012 telah memenuhi syarat yaitu sekitar 5-15%. Hal ini dapat menunjukkan bahwa upaya penemuan kasus TB telah dilakukan dengan baik.

Rata-rata angka kesembuhan dari cakupan wilayah Kabupaten Sukoharjo sudah melampaui target 85%, yaitu 97%,

Perlu adanya Dukungan pemerintah daerah dan DPRD dalam pembiayaan program pengendalian TB, Perbaikan sistem pelaporan dan pendataan terutama oleh pihak dokter swasta, serta optimalisasi monitoring pengobatan TB

Simpulan

Rata-rata angka kesembuhan dari cakupan wilayah Kabupaten Sukoharjo sudah melampaui target 85%, yaitu 97%,

Dukungan pemerintah daerah dan DPRD dalam pembiayaan program pengendalian TB masih rendah. Kepatuhan para dokter, spesialis, dan RS swasta masih rendah dalam menerapkan prosedur standar DOTS dalam pemeriksaan, diagnosis, pengobatan, maupun pencatatan dan pelaporan pasien TBsehingga diperlukan stragetegi untuk meningkatkan efektivitas program penanggulangan TB melalui jalur evaluasi, monitoring dan penertiban pencatatan dan pelaporan.

Saran

Perlu penguatan sistem dan peningkatan partisipasi semua tenaga kesehatan, dengan cara membangun jaringan eksternal, membuat nota kesepakatan, dan mewajibkan dokter praktik swasta dan RS untuk memeriksa, mendiagnosis, dan mengobati pasien TB dengan prosedur standar DOTS, dengan cara mengaitkannya dengan persyaratan izin praktik dan akreditasi RS.

upaya penemuan kasus TB di DKK yang sudah memenuhi syarat dipertahankan dan bila perlu ditingkatkan untuk menurunkan angka kejadian TB di daerah Sukoharjo.

Terima kasih