ppt tptp kakao
DESCRIPTION
teknologi produksi pangan kakao , Agribisnis A 2012 Universitas PadjadjaranTRANSCRIPT
Teknologi Pembibitan KakaoMeldina Sembiring 150610120009Armenia Ridhawardani 150610120019Ratih Rizky N 150610120020Riris Novytania 150610120022Sarah Najelina Y 150610120026
Pembibitan KakaoPembibitan adalah suatu kegiatan untuk menghasilkan atau memproduksi bibit. Kegiatan yang dilakukan dalam pembibitan terdiri dari perencanaan pembibitan, pembangunan persemaian, penyiapan media bibit, perlakuan pendahuluan terhadap benih sebelum disemaikan, penyemaian benih, penyapihan bibit, pemeliharaan bibit, pengepakan dan pengangkutan bibit serta administrasi pembibitan.
Dalam pembibitan kakao harus menggunakan benih yang baik yang dapat diperoleh dari buah terpilih dengan syarat-syarat sebagai berikut:
• Buah sudah masak dengan kriteria sudah mengalami perubahan warna yakni bila muda berwarna hijau sudah berubah menjadi kuning dan yang muda merah sudah berwarna oranye atau jingga.
• Dompolan biji sudah terlepas dari kulit buah.• Buah dipetik dari batang utama atau cabang primer.• Bebas dari serangan hama dan penyakit.• Ukuran buah sedang.
Pembibitan Kakao
Penyiapan bibit dapat dilakukan dari • biji (generatif) • cara okulasi (vegetatif)
Tahap penyiapan bibit
Pemilihan buah Pengupasan Pemilihan
biji
Pengeringan biji hingga
kadar air 40%
Tabel Kebutuhan Bibit Kakao Untuk areal Pertanaman 1 Hektar
Tanah Datar
Jarak Tanam (3x3 m) Persediaan Sulaman
(20%)
Jumlah
1.111 pohon 222 pohon 1.333 pohon atau 1.300
pohon (dibulatkan)
Tanah Miring
Jarak Tanam (4x2,5 m) Persediaan Sulaman
(20%)
Jumlah
1000 pohon 200 pohon 1.200 pohon• Bibit apkir 20% sehingga bibit yang harus disiapkan di pembibitan = 100/80 x 1.300 pohon = 1.625 pohon.
• Bibit apkir 20%, sehingga yang harus disiapkan di pembibitan = 100/80 x 1.200 pohon = 1.500 pohon.
Teknologi Pembibitan Kakao
Generatif• Bahan berupa: Biji / benih• Tanaman kakao semaian dengan
batang utama ortotrop yang tegak, mempunyai rumus daun 3/8
• Pada umur tertentu akan mempunyai jorquet dengan cabang-cabang plagiotrop yang mempunyai rumus daun ½.
Vegetatif• Stek• Okulasi• Sambung Pucuk• Sambung Samping• Somatik Embriogenesis
Stek
Perbanyakan tanaman dengan stek yaitu menumbuhkan bagian atau potongan tanaman dalam media tanah sehingga menjadi tanaman
baru.
Memilih pohon induk sebagai entres
Pemberian hormon perangsaang tumbuh
akar
Disimpan kedalam peti
pembibitan/bedengan
Menjaga kelembaban dan penyinaran
Setelah berakar, dipindahkan ke
polybag dengan tanah dan pupuk organik
Stadium HardeningSetelah 5-6 bulan bibit
siap dipindahkan ke lapangan.
Okulasi
Teknologi okulasi dilakukan dengan mengambil potongan kecil kulit batang yang mengandung satu tunas vegetatif dari entres lalu menempelkannya pada
batang bawah. Biasanya mata tunas yang digunakan untuk okulasi diambil di sekitar pangkal daun, di antara tangkai daun (petiole) pada batang. Mata tunas yang ditempelkan secara benar pada batang bawah akan tumbuh dengan baik (Wiesman dan Jaenicke 2002).
Perbanyakan tanaman kakao dengan okulasi sebaik-nya dilakukan pada saat tanaman pada
stadium pertum-buhan generatif. Dengan menggunakan teknologi ini akan dihasilkan
tanaman yang cepat berbunga dan berbuah. Keuntungan teknologi okulasi adalah entres yang digunakan lebih sedikit karena hanya
perlu satu tunas untuk menghasilkan satu bibit. Selain itu, pelaksanaannya lebih cepat dan
ekonomis apabila tersedia batang bawah yang banyak.
Sambung PucukTeknologi sambung pucuk adalah penggabungan dua individu klon tanaman kakao yang berlainan menjadi satu kesatuan dan tumbuh menjadi tanaman baru. Teknologi ini menggunakan bibit kakao sebagai batang bawah yang disambung dengan entres dari kakao unggul sebagai batang atas. Bibit batang bawah siap disambung pada umur 2,5–3 bulan
Sambung SampingTeknologi sambung samping digunakan untuk mereha-bilitasi tanaman kakao yang sudah tua dan tidak produktif lagi, bukan untuk perbanyakan bibit. Teknologi ini dilakukan dengan menyambungkan entres kakao unggul (sebagai batang atas) pada tanaman kakao dewasa yang tidak produktif (sebagai batang bawah).
Somatik EmbriogenesisSomatik embriogenesis (SE) adalah proses menumbuhkan sel somatik dalam kondisi terkontrol, yang selanjutnya berkembang menjadi sel embriogenik. Selanjutnya sel embriogenik mengalami perubahan morfologi dan biokimia sehingga terbentuk embrio somatik (Von Arnold 2008). Teknologi ini dapat menyediakan bibit dalam jumlah banyak, sehingga dapat mengatasi masalah penyediaan bibit. Dengan demikian, SE berperan penting dalam perbanyakan klonal kakao, karena dapat menghasilkan tanaman yang secara genetik sama dengan induknya dan secara morfologi normal.
Walaupun teknologi SE masih dalam tahap uji coba, teknologi ini memiliki prospek yang baik karena lebih unggul dibanding tanaman asal benih, okulasi ortotrop, okulasi plagiotrop, maupun setek. Tanaman hasil SE memiliki tajuk sempurna, berakar tunggang, pertumbuhan tanaman seragam, vigor sempurna, masa tanaman belum menghasilkan 4 bulan lebih cepat, relatif tahan kekeringan, dan mampu berproduksi tinggi (Winarsih et al. 2002).
Pertimbangan Pemilihan Teknologi Perbanyakan Vegetatif
Ketersediaan Entres
Kemampuan Sumber Daya Manusia
Keberhasilan Perbanyakan vegetatif
Ketersediaan fasilitas penunjang
Sambung Pucuk Sebagai Unggulan
Teknologi perbanyakan vegetatif yang paling banyak diterapkan petani kakao adalah sambung
pucuk. Teknologi ini selain mudah dipraktikkan, bahan-bahan yang digunakan mudah didapat dan
harganya murah. Selain itu dapat dilakukan dalam berbagai bentuk variasi disesuaikan dengan jenis
tanaman, kondisi batang atas dan batang bawah, serta lingkungan tempat teknologi perbanyakan
tersebut akan diterapkan.
KesimpulanPerbanyakan bibit kakao secara vegetatif bertujuan untuk memperoleh bibit yang secara genetik sama
dengan induknya, dalam jumlah banyak dalam waktu relatif singkat. Pemilihan teknologi perbanyakan vegetatif yang sesuai diterapkan di suatu lokasi
pengembangan kakao bergantung pada ketersediaan entres, kemampuan petani, tingkat keberhasilan
sambungan, kebutuhan bibit, dan ketersediaan fasilitas penunjang. Dari beberapa pertimbangan tersebut, petani kakao di beberapa daerah pengembangan memilih menggunakan teknologi sambung pucuk.
Usaha penangkaran bibit kakao pada setiap daerah pengembangan perlu didorong dengan memanfaatkan
klon unggul lokal yang ada di setiap daerah sebagai sumber entres.
Referensi• Limbongan, Jermia, dan Fadjry Djufry, 2013, “Pengembangan
Teknologi Sambung Pucuk Sebagai Alternatif Pilihan Perbanyakan Pembibitan Kakao”. J. Litbang Pert. Vol. 32 No. 4 Desember 2013: 166-172, http://ejurnal.litbang.deptan.go.id/, 27 September 2014.
• http://worldagroforestry.org/sea/Publications/files/leaflet/LE0128-09.PDF
• http://www.smecda.com/Files/Budidaya/pengemb&pengolahan_kakao.pdf
TerimakasihAda pertanyaan?