ppk rehab medis rev.pdf

21
1 PANDUAN PRAKTEK KLINIS REHABILITASI MEDIK DAFTAR ISI : 1. Osteoarthritis Genu (Lutut) ..................................................... 2 2. Low Back Pain ......................................................................... 6 3. Stroke ....................................................................................... 10 4. Carpal Tunnel Syndrome ......................................................... 15 5. Cerebral Palsy .......................................................................... 18

Upload: ria-puspa

Post on 13-Dec-2015

181 views

Category:

Documents


35 download

TRANSCRIPT

Page 1: PPK Rehab Medis rev.pdf

1

PANDUAN PRAKTEK KLINIS

REHABILITASI MEDIK

DAFTAR ISI :

1. Osteoarthritis Genu (Lutut) ..................................................... 2

2. Low Back Pain ......................................................................... 6

3. Stroke ....................................................................................... 10

4. Carpal Tunnel Syndrome ......................................................... 15

5. Cerebral Palsy .......................................................................... 18

Page 2: PPK Rehab Medis rev.pdf

2

OSTEOARTHRITIS GENU (LUTUT)

Definisi :

Osteoarthritis mengubah keseimbangan antara degradasi dan sintesis tulang rawan artikular

dan tulang subchondral. Osteoarthritis lutut dapat muncul dari faktor mekanik dan idiopatik.

Osteoarthritis lutut dapat melibatkan salah satu atau semua dari tiga kompartemen lutut utama

: medial, patellofemoral, atau lateral. Kompartemen medial paling sering terlibat dan sering

menyebabkan runtuhnya ruang medial sendi dan dengan demikian menyebabkan deformitas

genu varum (bowleg). Keterlibatan kompartemen lateral dapat menyebabkan deformitas genu

falgum (knock-knee). Penyakit terisolasi dari sendi patellofemoral terjadi sempai

sepersepuluh dari pasien dengan Osteoarthritis lutut. Arthritis dalam satu kompartemen dapat

melalui perubahan pola stres biomekanik, akhirnya mengarah pada keterlibatan kompartemen

lainnya.

Osteoarthritis secara perlahan menjadi penyebab paling umum dari disabilitas untuk usia

tengah baya dan telah menjadi penyebab paling umum dari disabilitas bagi mereka yang

lebih tua dari 65 tahun. Sebelum usia 50 tahun, pria memiliki prevalensi dan insiden lebih

tinggi daripada wanita. Namun setelah usia 50 tahun perempuan memiliki prevalensi dan

insidensi lebih tinggi secara keseluruhan. Untuk orang – orang ini, lutut adalah bagian tubuh

yang paling sering terkena Osteoarthritis. Osteoarthritis lutut simptomatis ditemukan pada

sekira 10% dari populasi yang lebih tua dari 65 tahun. Selain pertumbuhan populasi pasien

usia lanjut dengan Osteoarthritis lutut, semakin banyak mantan atlet dengan cedera lutut

sebelumnya mungkin mengalami Osteoarthritis lutut post trauma.

Gejala Klinis

♣ Nyeri sendi di sekitar lutut terutama selama weight-bearing dan berkurang dengan

istirahat namun dengan perkembangan penyakit, rasa sakit dapat bertahan bahkan pada

saat istirahat.

♣ Nyeri tekan pada lutut

♣ Penurunan ROM karena kekakuan sendi atau pembengkakan

♣ Sensasi ”locking” atau ”catching” karena berbagai penyebab, termasuk debris dari

degenerasi tulang rawan atau meniskus pada sendi, peningkatan perlekatan permukaan

artikular yang relatif kasar, kelemahan otot dan bahkan peradangan jaringan

♣ Krepitasi

Page 3: PPK Rehab Medis rev.pdf

3

♣ Terkadang efusi

♣ Peradangan dalam berbagai derajat

Pemeriksaan fisik

Inspeksi Hipertrofi tulang Varus deformita dari keterlibatan kompartemen medial preferensial

Palpasi Peningkatan temperatur Efusi sendi Nyeri tekan sendi

LGS Nyeri saat fleksi lutut Penurunan fleksi sendi sekunder terhadap sendi Krepitus (kasar)

Stabilitas Sendi Ketidakstabilan mediolateral Neurologi Umumnya normal dengan pengecualian penurunan

kekuatan otot, terutama di quadriceps, karena tidak digunakan atau guarding sekunder terhadap rasa sakit

Keterbatasan Fungsional

♣ Kekakuan sendi dan nyeri selama weight bearing mengarah langsung ke kesulitan berdiri

lama, transfer, berjalan dan partisipasi dalam aktivitas fisik atau program latihan

♣ Keterlibatan kompartemen patellofemoral dapat menyebabkan kesulitan naik tangga serta

sensasi buckling

♣ Dapat diperparah oleh faktor – faktor sekunder seperti depresi, pasitas aerobik rendah dan

kondisi kronis lainnya.

Pemeriksaan Penunjang

♣ Radiografi polos pada posisi weight bearing (berdiri) anteroposterior, lateral dan tunnel

view/skyline view

Diferensial Diagnosis

Penyebab Nyeri Lutut Umum menurut Kelompok Umur

Anak – anak dan remaja

Subluksasi patella Penyakit osgood-Schlatter Patela Tendinitis Nyeri alih (e.q Slipped capital femoral epiphysis) Osteochondritis disseecans Fraktur subchondral Kelainan genetik atau bawaan

Page 4: PPK Rehab Medis rev.pdf

4

Septic arthritis Tumor

Dewasa

Sindrom nyeri patellofemoral (chondromalacia patelae) Sindrom plica medial Bursitis pes anserinus Trauma sprain ligamen Robekan meniskus Inflamasi arthropathy ; rhematoid arthritis, sindroma reiter Septic arthritis Radikulopati midiumbar Tumor

Dewasa Usia Lanjut

Osteoartritis Crystal-induced inflammatory arthropathy : gout, pseudogout Rhematoid arthritis Kista poplitea Tumor

Diferensial Diagnosis Nyeri Lutut oleh Situs Anatomik

Nyeri Lutut anterior Subluksasi atau dislokasi patela Tibialis apophysitis (lesi osgood-Schlatter) Jumper’s knee (tendinitis patella) Sindrom nyeri patellofemoral (Condromalacia patelae)

Nyeri lutut medial Sprain ligamen kolateral medial Robekan miniskus medial Bursilitis pes anserinus Sindrom plica medial

Nyeri lutut lateral Sprain ligamen kolateral lateral Robekan meniskus medial Iliotabial band tendinitis

Nyeri lutut posterior Kista popliteal (kista Baker) Cedera ligamentum cruciatum posterior

Tujuan tatalaksana

• Mengurangi nyeri

• Mengoreksi dan mencegah kelainan biomakanik

• Memperbaiki kekuatan otot, fungsi dan kualitas hidup

Tatalaksana

Fase Akut

• Protectin, rest, ice,compression dan elevation

• Oral dan topikal OAINS (NSAIDs)

• Orthotik dan sepatu

Page 5: PPK Rehab Medis rev.pdf

5

Rehabilitasi

• Latihan penguatan statis atau dinamis dapat mempertahankan atau meningkatan kekuatan

otot periartikular sehingga memperbaiki atau mencegah kelainan biomekanik dan

kontribusinya terhadap disfungsi dan degenerasi sendi

• Latihan aerobik dapat mengurangi rasa sakit dan nyeri sendi dan meningkatkan status

fungsional serta kasitas pernapasan, meningkatkan toleransi aktivitas, ambang rasa sakit,

dan dapat memiliki efek positif pada suasana hati dan motivasi untuk berpartisipasi

dalam kegiatan lainnya

• Transcutaneuos electrical nerve stimulan (TENS) untuk nyeri

• Tongkat atau wolker, dapat mengurangi beban panggul atau lutut, sehingga mengurangi

rasa sakit dan mencegah jatuh.

• Penggunaan kmee brace pada osteoarthritis lutut unikompartemental untuk,

meningkatkan fungsi dengan mengurangi gejala- gejala pasien

• Pengurangan berat badan secra non farmakologik dengan restriksi intake kalori dan lemak

serta peningkatan aktivitas fisik.

Potensi Komplikasi Penyakit

• Berkurangnya mobilitas dengan komplikasi sistemik imobilitas dan deconditioning

• Antalgic gait menyebabkan kelainan pinggul kontralateral

• Peningkatan resiko jatuh

• Nyeri kronik

Potensi komplikasi Penatalaksanaan

• Cryotherapy atau pemanasan dapat menyebabkan frostbite atau luka bakar

• OAINS dapat menyebabkan komplikasi lambung, hati atau ginjal

• Infeksi dan kerusakan permukaan membran sendi pada tindakan pembedahan

Page 6: PPK Rehab Medis rev.pdf

6

LOW BACK PAIN

Definisi :

Nyeri yang dirasakan di bawah punggung bagian bawah yaitu di antara iga terbawah sampai

lipatan gluteal.

Epidemiologi

• 60 – 90 % insiden dalam seluruh hidup

• 5 % insiden tahunan

• Insiden pada pria sama dengan wanita

• Pada usia 60 th : wanita lebih banyak dari pria

• Pada sekitar 50% - 80% orang dewasa yang bekerja terjadi LBP tiap tahunnya

Faktor resiko : okupasional

• Pekerjaan & aktivitas fisik berat : 60% LBP

• Etiologi mekanik : mengangkat, menarik, mendorong, berputar, menggeser, duduk lama

• Melakukan pekerjaan manual (manual handling)termasuk kombinasi : gerakan

mengangkat & memutar punggung dalam kecepatan tertentu (teknik salah)

• Faktor lain : vibrasi dalam waktu lama (khususnya seluruh tubuh), trauma & psikologis

Etiologi

1. Mekanikal

• Strain, sparin lumbal (70%)

• Proses degeneratif diskus dan facet (10%)

• Herniasi diskus (4%)

• Stenosis spinal (3%)

• Fraktur kompresi osteoporotik (4%)

• Spondilolistesis (2%)

• Fraktur traumatik (<1%)

• Penyakit kongenital (<1%)

2. Non mekanikal

• Neoplasma

• Infeksi (0.01%)

Page 7: PPK Rehab Medis rev.pdf

7

• Infeksi (0.01%)

• Osteomyelitis

• Abses epidural

• Abses paraspinal

• Penyakit Pott

• Artritis inflamation (0.3%)

• Ankylosing spondylitis

• Psoriatic spondylitis

• Sindroma Reiter

• Penyakit paget tulang

3. Penyakit organ visceral

• Penyakit organ – organ pelvis

⇒ Prostatitis

⇒ endometriosis

• Penyakit ginjal

⇒ Nefrolitiasis

⇒ Pielonefritis

⇒ Abses perineprik

• Aneurisma aorta

• Penyakit gastrointestinal

⇒ Pankreatitis

⇒ Kolelitiasis

Anamnesis

• Lokasi

• Karakter nyeri

• Tingkat keparahan

• Waktu : onset, durasi, frekuensi

• Faktor pemicu

• Pekerjaan

• Aktivitas sehari – hari

Page 8: PPK Rehab Medis rev.pdf

8

Perlu perhatian khusus jika didapati hal – hal berikut (red flags) :

• Back pain pada anak < 18 th, atau dewasa > 55 th

• Riwayat trauma

• Nyeri progresif pada malam hari

• Riwayat keganasan

• Riwayat pengobatan dengan steroid

• Drug abuse, HIV infection

• Penurunan berat badan (weight loss)

• Penyakit sistemik

• Lingkup gerak sendi terbatas dan pesisten

• Nyeri yang intens dengan gerakan minimal

• Incontinenia

• Kelemahan motorik

Pemeriksaan Fisik

• Observasi

Postur : anterior, posterior, lateral

Deformitas tulang belakang

Kulit : atau penyakit vaskular yang menimbulkan nyeri

Pola jalan

• Palpasi

Tulang

Otot : trigger point, spasme, tonus

• Gerakan

ROM Spine : forword Flexion, extension, side bending, rotasi

Ekstremitas

• Tes neurologi

MMT : miotom L1-S1

Sensitifitas ; dermatom L1S1

Reflex

Keseimbangan dan koordinasi

• Low Back Maneuver

• Patrick-Contra Patrick

Page 9: PPK Rehab Medis rev.pdf

9

Keterbatasan fungsional

• Lingkup gerak sendi

• Transfer dan mobilisasi

• Aktivasi kehidupan sehari – hari

• Bekerja

Tujuan Tatalaksana

• Mengurangi nyeri

• Meningktakan kekuatan otot – otot trunkus dan panggul

• Meningkatkan stabilitas lumbal

• Mengurangi spasme otot lumbal

Tatalaksana

Program Manajemen Konservatif Nyeri Punggung Bawah

• Edukasi pasien, konseling (fisik, okupasi, vokasional, psikososial)

• Terapi obat : parasetamol, OAINS, Muscle relaxant dan anti depresan.

• Terapi suntikan : 1 % xylocaine, kortokosteroid trigger point injection

• Modalitas fisik : cold pack (48 jam pertama). Hot packs, ultrasound, TENS

• Orthosis : LSO bila perlu

• Terapi latihan :

Peregangan lumbal & panggul + ROM exercise (+ head/cold modalities)

Penguatan ekstensor trunkus + panggul

Latihan stabilisasi lumbal

• Okupasi : body mechanics dan posture training

• Manual medicine : manipulasi untuk mengurangi spasme

Page 10: PPK Rehab Medis rev.pdf

10

STROKE Batasan dan Uraian Umum

Stroke adalah kumpulan gejala kelainan neurologis lokal yang timbul mendadak akibat

gangguan peredaran darah di otak yang disebabkan penyakit atau kelainan yang juga

merupakan faktor risiko.

Gejala tersebut dapat disertai atau tidak disertai gangguan kesadaran dan manifestasi klinis

tergantung lokasi lesi neuroanatomis.

Klasifikasi stroke yaitu :

1. Berdasarkan lokasi neuroanatomis dari lesi :

a. Kortikal

b. Sub kortikal

c. Batang otak

2. Berdasarkan letak gangguan sirkulasi

a. Sindroma sirkulasi anterior total

b. Sindroma sikulasi anterior parsial

c. Sindroma sirkulasi posterior

d. Sindroma lakunar

3. Berdasarkan sifat gangguan aliran darah

a. Non hemoragik

b. Hemoragik

4. Berdasarkan waktu terjadinya

a. Stroke in progression

b. stroke komplit

Gejala

Kelemahan anggota gerak merupakan kelainan yang sering ditemukan pada penderita stroke.

Kelainan lain yang juga sering ditemukan adalah gangguan bicara, menelan, afasia, gangguan

kognitif, hilangnya fungsi gerak sensorik dan gangguan penglihatan. Peningkatan tonus otot,

kelemahan, depresi, dan nyeri merupakan gejala yang dapat timbul setelah stroke terjadi.

Pemeriksaan Fisik

Diperlukan pemeriksaan neurologis yang menyeluruh. Pemeriksaan ini meliputi :

Page 11: PPK Rehab Medis rev.pdf

11

• Pemeriksaan kesadaran dengan Glasgow Cma scale

• Evaluasi status mental dengan minimental state evaluation

• Uji fungsi kognisi dengan Rabcho Los Amigos Cognitive Scale

• Pemeriksaan Saraf kranial

• Pemeriksaan sesabilitas superfisial dan dalam, propioseptif, diskriminasi 2 titik,

monofilamen tes

• Pemeriksaan lingkup gerak sendi

• Pemeriksaan kekuatan dan tonus otot

• Pemeriksaan kondiasi motorik

• Uji keseimbangan statis dan dinamis

• Uji fungsi lokomotor

• Pemeriksaan refleks fisiologis/refleks tendon dalam

• Pemeriksaan refleks patologis (Babinski, dll)

• Uni fungsi komunikasi

• Uji fungsi menelan

• Uji fungsi berkemih

• Uji fungsi defekasi

• Uji kemampuan fungsional dan perawatan diri

• Uji pola jalan

Keterbatasan Fungsional

• Gangguan gerak

• Gangguan keseimbangan

• Gangguan sensibilitas

• Gangguan menelan

• Gangguan kognitif (memeori, perhatian, persepsi ruangan)

• Gangguan komunikasi

• Gangguan fungsi seksual

• Gangguan berkemih

• Gangguan defekasi

• Gangguan psikis

• Gangguan fungsional dan perawatan diri

Page 12: PPK Rehab Medis rev.pdf

12

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium yang sesuai

Tujuan tatalaksana

Mengoptimalkan kemampuan fungsi dengan memodifikai sehingga insan pasca stroke

mampu beradaptasi, mandiri dengan kualitas hidup yang sesuai.

Tatalaksana

Rehabilitasi

Rehabilitasi stroke adalah pengelolaan medis dan rehabilitasi komprehensif terhadap

disabilitas yang diakibatkan stroke melalui pendekatan neurorehabilitasi. Program rehabilitasi

perlu disusun sesuai dengan tingkat keparahan akibat serangan stroke. Rehabilitasi stroke fase

akut dilaksanakan selama pasien dirawat inap. Pada kondisi medis dan neurologis stabil (fase

subakut), pasien bisa dilakukan rehabilitasi rawat inap maupun rawat jalan/home care.

Sedangkan fase kronik/lanjut rehabilitasi dilakukan dengan rawat jalan. Program rehabilitasi

multidisiplin secara komprehensif dimulai dari fase akut secara inter maupun intra disiplin

dengan spesialis lain.

• Latihan (exercise)

Program latihan fisik bertujuan untuk meningkatkan kapasitas fungsi dengan penekanan

pada peningkatan kemampuan untuk malakukan aktivitas sehari – hari (ADL). Instruksi

mengenai teknik-teknik kompensasi dan edukasi yang dibutuhkan pasien diajarkan juga

terhadap keluarga atau caregiver penting untuk mempersiapkan kembalinya pasien ke

rumah. Bukti – bukti menunjukkan bahwa terapi fisik bermanfaat terhadap reorganisasi

korteks pasca stroke, yang diiringi dengan perbaikan pada kontrol motorik dan kapasitas

fungsinya.

• Disfagia

Penanganan disfagia neurogenik tergantung pada fasenya, meliputi penggunaan selang

nasogastrik, modifikasi diet (mis : cairan kental, makanan dihaluskan), dan terapi

menelan (mis : penggunaan tehnik kompensasi seperti mengangkat dagu saat menelan).

• Komunikasi

Gangguan komunikasi bisa berupa afasia, disartria, dan lain – lain. Tindakan rehabilitasi

diberikan sesuai dengan penilaian kelainan yang terdapat pada pasien.

• Kognisi

Page 13: PPK Rehab Medis rev.pdf

13

Stroke seringkali mempengaruhi kemampuan kognisi pasien, perubahan dalam memori,

perhatian, insight, dan kemampuan penyelesaian masalah sering ditemukan pada pasien

dengan stroke. Penentuan tingkatan dari gangguan kognisi dapat ditentukan dengan

Ranchoo Los Amigos Scale dan minimental. Edukasi dan latihan keluarga merupakan

komponen penting dalam rehabilitasi kognitif. Pengenalan dan penatalaksanaan depresi

paska stroke merupakan hal yang sangat penting, karena depresi dapat menyebabkan

penurunan kognitif paska stroke.

• Ortotis

Ortosis dapat membantu kegiatan mobilisasi penderita stroke. Ortosis dapat membantu

kompensasi pada gangguan dorsofleksi pergelangan kaki, mengontrol pergerakan kaki,

spastisitas dan stabilisasi sendi lutut.

• Bantuan Ambulasi dan Kursi Roda

Adanya hemiparesis pada penderita stroke menyebabkan banyak penderita stroke

membutuhkan alat bantu untuk ambulasi, seperti tongkat, tongkat kaki empat, hemi-

walker, atau pada beberapa kasus dapat menggunakan walker konvensional. Pada kondisi

stroke one-side arm wheelchair berguna karena dapat mengontrol kedua roda hanya dari

satu sisi.

• Subluksasi Bahu

Subluksasi bahu terjadi pada kasus hemiplegia pasca stroke. Menopang lengan dengan

menggunakan penopang lengan (arm board) dan penggunaan shoulder sling/cuff dapat

mencegah dan memperbaiki subluksasi tersebut. Pada nyeri bahu Stimulasi listrik

bermanfaat untuk mengurangi nyeri bahu.

• Evaluasi untuk dapat bekerja kembali

Evaluasi dilakukan terhadap kemampuan fungsional yang masih dimiliki dan

ditingkatkan kemampuannya untuk dapat melakukan pekerjaan seperti sebelum terkena

stroke dengan atau tanpa alat bantu

• Alat bantu adaptif

Alat bantu adaptif merupakan alat bantu yang bentuk dan fungsinya disesuaikan untuk

meningkatkan kemampuan fungsi seorang penderita stroke untuk mampu melakukan

aktifitas yang diperlukan.

Komplikasi

• Spastisitas

Page 14: PPK Rehab Medis rev.pdf

14

• Nyeri

• Subluktasi bahu, frozen shoulder

• Ulcus decubitus

• Infeksi saluran kemih

• Komplikasi medikamentosa

• Gangguan fungsi menelan

• Kontraktur

• Penyakit sendi

• Osteoporosis

• Gangguan vascular dan kardiorespirasi

Page 15: PPK Rehab Medis rev.pdf

15

CARPAL TUNNEL SYNDROME

Batasan dan Uraian Umum

Carpal Tunnel Syndrome (CTS) adalah neuropati akibat kompresi nervus medianus pada

terowongan carpal dipergelangan tangan. Kelainan ini merupakam mononeuropati yang

tersering akibat kompresi saraf pada anggota gerak atas. Biasa dihubungkan dengan jenis

pekerjaan tertentu seperti posisi pergelangan tangan dan tangan yang salah, penekanan pada

bagian dasar telapak tangan dan gerakan yang berlebihan dan vibrasi.

Gejala

≈ Gejala klasik CTS adalah baal dan parestesia pada digiti I,II,III dan setengah lateral digiti

IV. Gejala awal berupa terbangun pada malam hari dengan rasa baal atau nyeri pada jari –

jari. Gejala pada siang hari biasanya disebabkan oleh aktivitas yang memposisikan

pergelangan tangan pad fleksi atau ekstensi berlebihan atau gerakan repetitif yang

berlebihan.

≈ Gejala nyeri pada sisi volar pergelangan tangan dan pegal pada forearm juga dapat

ditemukan. Gejala berkurang dengan mengibas – ngibaskan tangan (flick sign).

≈ Gangguan otonom dapat dideskripsikan sebagai adanya edema pada tangan, kulit kering

dan dingin.

≈ Pada tahap yang lebih lanjut, rasa baal dirasakan konstan dan ganguan motorik tampak

lebih jelas, dengan keluhan kelemahan yang berhubungan dengan prehensi tangan.

Dilaporkan sering menjatuhkan benda yang digenggam.

Pemeriksaan fisik

♣ Inspeksi kedua tangan, bandingkan sisi yang sakit dan sehat, perhatikan asimetis

eminentia thenar dan hypothenar. Kelemahan pada otot thenar dapat di tes dengan

dinamometer atau secara klinis dengan memberikan tahanan pada gerakan abduksi digiti

I.

♣ Pemeriksaan sensoris diskriminasi 2 titik merupakan pemeriksaan bedside yang paling

sensitif. Tes khusus yang sering dilakukan adalah tes Phalen (sensitivitas 68%), Tinel

(50%;77%) dan tes kompresi saraf (64%;83%)

Page 16: PPK Rehab Medis rev.pdf

16

Tes Phalen Dilakukan Dengan Fleksi Pada Pergelangan Tangan Sebesar 90° selama 1

menit, hasil positif akan menimbulkan gejala CTS. Tes reverse phalen dilakukan

dengan cara yang serupa dan ekstensi.

Tes tinel dilakukan dengan mengetuk pergelangan tangan bagian volar, distal dan

wrist crease. Hasil positif bila terjadi gangguan sensoris yang menjalar ke daerah

inervasi nervus medianus.

Tes kompresi saraf dilakukan dengan memberikan penekanan dengan kedua ibu jari

pada daerah carpal tunnel selama 1 menit.

♣ Diskriminasi 2 titik adalah tes yang spesifik tapi tidak sensitif

♣ Atrofi dan tes kekuatan otot abduktor pollicis brevis terbukti sebagai tes yang spesifik,

tapi tidak sensitif.

Keterbatasan fungsional

Sering terbangun saat tidur dimalam hari

Kesulitan melakukan gerakan repetitif seperti mengetik, mengemudi kendaraan bermotor

Kesulitan menggenggam benda

Kesulitan mengikat tali sepatu, mengancingkan baju dan memasukkan kunci ke lubang

kunci

Pemeriksaan Penunjang

Elektrofisiologi EMG dan kecepatan Hantar Saraf

Ultrasound muskuloskeletal

Radiologi pergelangan tangan

Laboratorium, untuk menyingkirkan kemungkinan kelainan endokrin dan reumatologi

Tujuan tatalaksana

Mengurangi nyeri, kesemutan

Meningkatkan kekuatan otot

Mengoptimalkan kemampuan fungsi tangan

Tatalaksana

Terapi konservatif/rehabiitasi

Page 17: PPK Rehab Medis rev.pdf

17

Medikamentosa steroid sesuai dengan indikasi (baik oral maupun injeksi). Pemberian oral

dapat berupa Prednison 1x20 mg pada minggu pertama dan 1 x 10 mg minggu kedua atau

Prenisolone 1 x 25 mg selama 10 hari .

Modifikasi pekerjaan sementara waktu termasuk modifikasi postur

Tendon and nerve gliding exercise

Modalitas :

• Low level laser therapy (LLLT) pada daerah carpal tunnel, LLLT dapat mengurangi

nyeri, meningkatkan ROM aktif dan memperbaiki toleransi aktivitas fungsional.

• Pulsed ultrasound (25% duty cycle), 1 1 MHz, 1.0 W/cm² selama 15 menit

Ortotik, penggunaan splint pada posisi netral pada malam hari dapat mengurangi gejala

CTS. Penggunaan full-time, bila dapat dilakukan, dapat memberikan perbaikan gejala dan

elektrofisiologi yang lebih baik. Perbaikan maksimal terjadi pada 2 – 3 minggu

Selama periode istirahat, dilakukan streching fleksi dan ekstensi pergelangan tangan dan

forearm dengan dibantu oleh tangan yang sehat (tendon & nerve exercise). Latihan

streching dapat dilakukan, namun hindari streching yang agresif.

Semua tindakan diatas disesuaikan dengan derajat keparahan dan hasil pemeriksaan

kemampuan fungsional (functional Status Scale (FSS) dan Symton Saverity Scale (SSS)

Komplikasi

Ganguan sensoris dan motorik kronik, kerusakan saraf permanen

Page 18: PPK Rehab Medis rev.pdf

18

Cerebral Palsy

Batasan dan Uraian Umum

Cerebral Palsy (CP) adalah kelainan gerak dan postur yang disebabkan oleh suatu penyakit

atau cedera yang bersifat non progresif pada otak yang imatur.

Epidemiologi

2 – 3 per 1000 kelahiran hidup

Penyebab

• Prenatal : kelainan kongenital, kelainan plasenta, infeksi, toksik

• Neonatal : prematuritas, BBLR, Infeksi, hipoksia, hiperbillirubinemia, perdarahan

intrakranial, partus lama

• Postnatal : Trauma, infeksi, toksik, perdarahan intracranial, tumor otak

Anamnesis

• Disfungsi motorik halus dan kasar

• Gangguan gerak, transfer, ambulasi

• Gangguan AKS : makan, minum, berpakaian, toileting, berhias

• Gangguan komunikasi

• Gangguan psikososial dan vokasional

Pemeriksaan Fisik

• Keterlambatan tahapan perkembangan

• Gerak postur berupa spastik atau diskenite yang ik

• Poja jalan (crouch gait)

• Evaluasi pendengaran

• Evaluasi penglihatan

• Pemeriksaan tonus dan spastisitas

• Reflek primitive yang menetap

• Evaluasi nervus kranialis

• Evaluasi komunikasi

Page 19: PPK Rehab Medis rev.pdf

19

Klasifikasi Pelsi Serebral

Berdasarkan pola gerakan dibagi menjadi lima :

1. Spastic

2. Diskeinetik

3. Hipotonia

4. Ataksi

5. Campuran

Berdasarkan penyebaran anatomi gangguan motorik dibagi menjadi tiga :

1. Monoplegia

2. Hemiplegia

3. Diplegia

4. Quadriplegia

5. Total body involvement

Berdasarkan fungsi kemampuan motorik menurut Gross Motor Function Classification

System (GMFCS)

1. GMFCS I : anak dapat berjalan di dalam dan diluar ruangan dan naik tangga

tanpa bantuan

2. GMFCS II : anak dapat berjalan di dalam dan di luar ruangan dan naik tangga

dengan berpegangan

3. GMFCS III : dapat berjalan di dalam ruangan atau luar ruangan pada permukaan

datar dengan alat bantu

4. GMFCS IV : dapat berjalam dalam jarak pendek dengan alat bantu namun lebih

sering dengan menggunakan kursi roda di dalam dan diluar rumah

5. GMFCS V : tidak bisa mobilisasi

Pemeriksaan Penunjang

Evaluasi kognitif

Radiologi konvensional

Tujuan tatalaksana

1. Mampu berkomunikasi untuk dapat mengekpresikan keinginan, pikiran dan perasaannya

secara oral/verbal dan non oral (melalui isyarat, tulisan atau simbol)

2. Mampu melaksanakan AKS, seperti merawat diri sendiri, aktivitas makan, defakasi.miksi,

mandi, berdandan dan berpakaian

Page 20: PPK Rehab Medis rev.pdf

20

3. Mobilitas : kemandirian dalam ambuulasi, kemandirian sebagian dalam ambulasi,

ketrgantungan total dalam ambulasi

4. Berjalan di dalam rumah, menggunakan kursi roda di luar rumah, mampu berjalan di

tempat latihan dengan banuan orang lain, dan dengan kursi roda pada lokasi lain,

menggunakan kursi roda untuk semua aktivitas.

Tatalaksana

1. Edukasi

Edukasi keluarga dan lingkungan mengenai penanganan dalam hal interaksi keluarga

dengan penderita (bayi/anak), serta lingkungan yang sesuai untuk anak tersebut.

2. Terapi disfungsi motorik

Kombinasi berbagai bentuk teknik fasilitas dengan latihan aktifitas motorik

fungsional sesuai tahap perkembangan mulai dari kontrol kepala hingga berjalan

untuk motorik kasar.

Stimulasi gerakan dan ketrampilan tangan sesuai tahapan perkembangan yang

sudah/belum dicapai

Metode : inhibisa, fasilitas, stimulasi

3. Casting/splint dan ortosis/ortotik dan prostetik

Resting atau night splint, untuk memelihara ROM, misalnya pada ankle (mencegah

plantar fleksi) dan pada pergelangan tangan atau jari tangan untuk stabilisasi

AFO (Ankle Foot Orthosis), untuk kontrol spastik equinus dan hiperekstensi lutut

saat ” stance phase”

HIP abduction arthosis, untuk mencegah kontraktur adduktor panggul dan dipasang

juga pada pasca operasi adductor panggul

4. Tatalaksana gangguan wicara

Stimulasi bahasa

Stimulasi sesuai tingkat perkembangan

Stimulasi perbendaharaan kata – kata

5. Manajemen feeding dan drooling serta gangguan manelan

6. Terapi psikososial dan edukasional

7. Medikamentosa dengan obat antipastisitas

Baclofen

Injeksi Botox

Page 21: PPK Rehab Medis rev.pdf

21

8. Operasi

Dilakukan oleh ahli bedah orthopedic pada kondisi :

Terjadi deformitas kontraktur yang mengganggu aktivitas vokasiobal dan perawatan diri

Komplikasi

Kontraktur – deformitas muskuloskeletal

Skoliosis

Sublksasi/dislokasi panggul

Infeksi perbafasan

Obstipasi

Infeksi fraktur urinarius