plagiat merupakan tindakan tidak terpujirepository.usd.ac.id/17967/2/108114027_full.pdf · i...

101
OPTIMASI GELLING AGENT CMC-Na DAN HUMEKTAN POLIETILEN GLIKOL 400 DALAM SEDIAAN GEL ANTIINFLAMASI EKSTRAK LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Mill.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi Oleh : Enggar Nugraheni Putri NIM : 108114027 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2014 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 19-Oct-2020

6 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • OPTIMASI GELLING AGENT CMC-Na DAN HUMEKTAN POLIETILEN GLIKOL 400 DALAM SEDIAAN GEL ANTIINFLAMASI EKSTRAK

    LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Mill.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Enggar Nugraheni Putri

    NIM : 108114027

    FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • i

    OPTIMASI GELLING AGENT CMC-Na DAN HUMEKTAN POLIETILEN GLIKOL 400 DALAM SEDIAAN GEL ANTIINFLAMASI EKSTRAK

    LIDAH BUAYA (Aloe barbadensis Mill.) DENGAN APLIKASI DESAIN FAKTORIAL

    SKRIPSI

    Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu SyaratMemperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

    Program Studi Farmasi

    Oleh :

    Enggar Nugraheni Putri

    NIM : 108114027

    FAKULTAS FARMASIUNIVERSITAS SANATA DHARMA

    YOGYAKARTA2014

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iii

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • iv

    HALAMAN PERSEMBAHAN

    Janganlah takut, sebab Aku menyertai engkau,janganlah bimbang, sebab Aku ini Allahmu;

    Aku akan meneguhkan, bahkan akan menolong engkau;

    Aku akan memegang engkau dengan tangan kanan-Ku yang membawa kemenangan.

    (Yesaya 41 : 10)

    Karya ini kupersembahkan untuk :

    Tuhan Yesus Kristus Juru Selamatku yang Hidup

    Papah dan Mamah

    Aad, Tities, Christin, Lucky

    Sahabat-sahabatku

    Almamaterku tercinta

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • v

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vi

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • vii

    PRAKATA

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa

    berkat dan rahmatNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

    “Optimasi Gelling Agent CMC Na dan Humektan Polietilen Glikol 400 Dalam

    Sediaan Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.) dengan

    Aplikasi Desain Faktorial” ini dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi

    salah satu syarat memperoleh gelar sarjana farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

    Selama proses masa perkuliahan studi S1 hingga penyusunan

    skripsi ini selesai, penulis menerima bantuan, sarana, dukungan, nasehat,

    bimbingan, saran, dan kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin

    mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

    1. Orang tua, kakak, adik, dan keluarga besar penulis atas doa dan dukungan

    yang telah diberikan baik secara moril maupun materiil

    2. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

    3. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt. selaku dosen pembimbing

    atas bantuan, kesabaran, perhatian, dan semangat selama penyusunan

    proposal hingga selesainya skripsi ini

    4. Bapak Yohanes Dwiatmaka, M.Si dan Ibu Melania Perwitasari, M.Sc., Apt.

    selaku dosen penguji atas segala masukan dan bimbingannya

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • viii

    5. Segenap dosen atas kesabarannya dalam mengajar dan membimbing penulis

    selama perkuliahan di fakultas farmasi Universitas Sanata Dharma

    6. Pak Musrifin, Pak Agung, Pak Wagiran, Pak Heru, serta laboran-laboran lain

    yang telah membantu penulis selama penelitian

    7. Rekan kerja selama penelitian dan selama perkuliahan, Skolastika Ruth

    Maharani dan Daniel Pradipta atas kerja samanya.

    8. Priskila Agnes Salviana, Agustinus Hendy Larsen, Oswaldine Heraolia

    Pramesthi atas bantuan yang sudah diberikan selama penelitian.

    9. Teman-teman skripsi lantai I, Via, Sita, Juli, Cilla, Aries, Niken, dan teman-

    teman lain atas kebersamaan yang telah diberikan

    10. Teman-teman angkatan 2010 atas kebersamaan yang tidak terlupakan dan

    kekompakannya

    11. Sahabat dahsyat “KONYIL” Mae, Adit, Renni, Hendy, Pras, Vincent, Wisnu

    atas keceriaan semangat, dan doa yang diberikan ditengah-tengah pengerjaan

    penelitian

    12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu karena keterbatasan

    penulis, terima kasih untuk bantuan yang telah diberikan kepada penulis

    Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.

    Penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari seluruh pihak.

    Akhir kata, semoga penelitian ini dapat berguna bagi semua pihak terutama dalam

    bidang farmasi.

    Yogyakarta, Juli 2014

    Penulis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • ix

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL......................................................................................

    HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING.............................................

    HALAMAN PENGESAHAN........................................................................

    HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................

    HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI..................................................

    HALAMAN KEASLIAN KARYA................................................................

    PRAKATA......................................................................................................

    DAFTAR ISI...................................................................................................

    DAFTAR TABEL...........................................................................................

    DAFTAR GAMBAR......................................................................................

    DAFTAR LAMPIRAN...................................................................................

    INTISARI.......................................................................................................

    ABSTRACT......................................................................................................

    BAB I PENDAHULUAN..................................................................

    A. Latar Belakang....................................................................

    B. Perumusan Masalah............................................................

    C. Keaslian Penelitian.............................................................

    D. Manfaat Penelitian..............................................................

    1. Manfaat Teoritis...........................................................

    2. Manfaat Metodologis....................................................

    3. Manfaat Praktis.............................................................

    i

    ii

    iii

    iv

    v

    vi

    vii

    ix

    xiii

    xv

    xvii

    xviii

    xix

    1

    1

    4

    4

    5

    5

    5

    5

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • x

    E. Tujuan Penelitian................................................................

    1. Tujuan Umum...............................................................

    2. Tujuan Khusus..............................................................

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................

    A. Gel......................................................................................

    B. Gelling Agent......................................................................

    C. Humektan............................................................................

    D. Natrium Benzoat.................................................................

    E. Lidah Buaya.......................................................................

    F. Acemannan.........................................................................

    G. Inflamasi.............................................................................

    H. Isolasi Polisakarida.............................................................

    I. Viskositas............................................................................

    J. Daya Sebar..........................................................................

    K. Pergeseran Viskositas.........................................................

    L. Metode Desain Faktorial....................................................

    M.Landasan Teori...................................................................

    N. Hipotesis.............................................................................

    BAB III METODOLOGI PENELITIAN..............................................

    A. Jenis Rancangan Penelitian................................................

    B. Variabel Penelitian.............................................................

    1. Variabel Bebas.............................................................

    2. Variabel Tergantung.....................................................

    5

    5

    6

    7

    7

    8

    10

    11

    12

    14

    15

    17

    17

    18

    18

    19

    20

    21

    22

    22

    22

    22

    22

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xi

    3. Variabel Pengacau Terkendali......................................

    4. Variabel Pengacau Tak Terkendali...............................

    C. Definisi Operasional...........................................................

    D. Bahan Penelitian.................................................................

    E. Alat Penelitian....................................................................

    F. Tata Cara Penelitian............................................................

    1. Determinasi Tanaman Lidah Buaya.............................

    2. Pengumpulan dan Penyiapan Tanaman Lidah Buaya

    (Aloe barbadensis Mill.)...............................................

    3. Pembuatan Jus Lidah Buaya........................................

    4. Isolasi Polisakarida Acemannan dari Lidah

    Buaya............................................................................

    5. Formula Gel Antiinflamasi...........................................

    6. Pembuatan Gel Antiinflamasi.....................................

    7. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.)............

    8. Orientasi Waktu Pengolesan Sediaan..........................

    9. Uji Kemampuan Antiinflamasi Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya (Aloe barbadensis Mill.)...........

    G. Analisis Hasil......................................................................

    BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................

    A. Determinasi dan Ekstraksi Lidah Buaya............................

    B. Pembuatan Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya..........

    22

    22

    23

    25

    25

    25

    25

    26

    26

    26

    27

    28

    29

    30

    31

    31

    32

    32

    34

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xii

    C. Uji pH Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya.................

    D. Karakteristik Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya..........................................................

    1. Uji Daya Sebar..............................................................

    2. Uji Viskositas dan Pergeseran Viskositas....................

    E. Efek Penambahan CMC-Na dan PEG 400 serta

    Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisik Gel

    Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya...................................

    1. Uji Normalitas Data......................................................

    2. Uji Variansi Data..........................................................

    3. Respon Viskositas.........................................................

    4. Respon Daya Sebar.......................................................

    F. Stabilitas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya.............

    G. Contour Plot Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya.......

    H. Uji Aktivitas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya.......

    BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...............................................

    A. Kesimpulan.........................................................................

    B. Saran..................................................................................

    DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................

    LAMPIRAN....................................................................................................

    BIOGRAFI PENULIS....................................................................................

    38

    39

    39

    40

    43

    44

    44

    45

    48

    50

    52

    53

    57

    57

    57

    58

    63

    81

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiii

    DAFTAR TABEL

    Tabel I Formula Aloe vera Gel.......................................................... 27

    Tabel II Formula Gel Hasil Modifikasi............................................... 27

    Tabel III Level Rendah dan level Tinggi CMC-Na dan PEG 400

    pada Formula Gel Antiinflamasi ekstrak Lidah Buaya......... 28

    Tabel IV Formula Gel Antiinflamasi.................................................... 28

    Tabel V Uji pH Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya.................... 38

    Tabel VI Daya Sebar Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya 48 Jam

    setelah Pembuatan................................................................. 40

    Tabel VII Daya Sebar Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya setelah

    1 Bulan Penyimpanan.......................................................... 40

    Tabel VIII Viskositas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya 48 Jam

    setelah Pembuatan (dPa.s)..................................................... 41

    Tabel IX Viskositas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya setelah

    1 Bulan Penyimpanan (dPa.s)................................................ 41

    Tabel X Pergeseran Viskositas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah

    Buaya..................................................................................... 42

    Tabel XI Uji Normalitas Data Viskositas dan Daya Sebar Sediaan

    Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya............................. 44

    Tabel XII Uji Variansi Data Viskositas dan Daya Sebar....................... 45

    Tabel XIII Analisis ANOVA Efek CMC-Na dan PEG 400 dan

    Interaksinya dalam Menentukan Respon Viskositas............. 45

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xiv

    Tabel XIV Analisis ANOVA Efek CMC-Na dan PEG 400 dan

    Interaksinya dalam Menentukan Respon Daya

    Sebar...................................................................................... 48

    Tabel XV Pergeseran Viskositas tiap Formula setelah 1 Bulan

    Penyimpanan ( x ± SD).......................................................... 51

    Tabel XVI Hasil Uji t Berpasangan Sediaan Gel Antiinflamasi Ekstrak

    Lidah Buaya terhadap Viskositas.......................................... 51

    Tabel XVII Hasil Uji Aktivitas Antiinflamasi Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya............................................................. 54

    Tabel XVIII Uji Normalitas Data Aktivitas Antiinflamasi Gel

    Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya...................................... 55

    Tabe XIX Uji t Independent Nilai Persentase Inhibisi Kontrol (-)

    dengan Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya................... 56

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xv

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1 Struktur CMC-Na.................................................................. 9

    Gambar 2 Struktur PEG......................................................................... 11

    Gambar 3 Struktur Natrium Benzoat...................................................... 11

    Gambar 4 Tanaman Lidah Buaya........................................................... 12

    Gambar 5 Struktur Acemannan.............................................................. 14

    Gambar 6 Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent

    terhadap Daya Sebar.............................................................. 36

    Gambar 7 Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent

    terhadap Viskositas................................................................ 36

    Gambar 8 Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi PEG 400 terhadap

    Daya Sebar............................................................................. 37

    Gambar 9 Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi PEG 400 terhadap

    Viskositas.............................................................................. 37

    Gambar 10 Grafik Viskositas Gel tiap Minggu........................................ 43

    Gambar 11 Grafik Hubungan CMC-Na terhadap Respon Viskositas

    setelah 48 jam........................................................................ 46

    Gambar 12 Grafik Hubungan PEG 400 terhadap Respon Viskositas

    setelah 48 jam........................................................................ 47

    Gambar 13 Grafik Hubungan CMC-Na terhadap Respon Daya Sebar

    setelah 48 jam........................................................................ 49

    Gambar 14 Grafik Hubungan PEG 400 terhadap Respon Daya Sebar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvi

    setelah 48 jam........................................................................ 49

    Gambar 15 Contour plot Viskositas Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah

    Buaya..................................................................................... 52

    Gambar 16 Contour plot Daya Sebar Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah

    Buaya.................................................................................... 52

    Gambar 17 Contour plot Viskositas dan Daya Sebar Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya............................................................. 53

    Gambar 18 Persentase Inhibisi Kontrol (-) dan Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya............................................................. 55

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xvii

    DAFTAR LAMPIRAN

    Lampiran 1 Lembar Determinasi Tanaman Lidah Buaya..................... 63

    Lampiran 2 Data Hasil Uji pH.................................................................. 64

    Lampiran 3 Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Antiinflamasi

    Ekstrak Lidah Buaya............................................................. 64

    Lampiran 4 Hasil Analisis Data Menggunakan R.2.14.1......................... 66

    Lampiran 5 Uji Statistik Aktivitas Antiinflamasi..................................... 72

    Lampiran 6 Dokumentasi.......................................................................... 76

    Lampiran 7 Ethical Clearence.................................................................. 80

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xviii

    INTISARI

    Inflamasi merupakan respon jaringan protektif terhadap cedera atau kerusakan jaringan yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung baik agen yang menyebabkan cedera maupun jaringan yang cedera itu. Lidah buaya banyak mengandung polisakarida, salah satunya adalah acemannan.Acemannan ditemukan mayoritas dalam gel daun lidah buaya yang diidentifikasi sebagai bahan aktif utama dalam gel daun lidah buaya. Acemannan memiliki mekanisme aksi sebagai antiinflamasi dengan cara mengeblok pembentukan histamin dan bradikinin, serta menghambat aktivitas bradikinin dan histamin.

    Tujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mendapatkan komposisi optimum sebagai formula optimum gel dari gelling agent CMC Na dan humektan PEG 400 serta mengetahui aktivitas antiinflamasi yang diberikan oleh ekstraklidah buaya (Aloe barbadensis Mill.). Penelitian ini merupakan eksperimental murni yang bersifat eksploratif. Bahan aktif yang digunakan adalah acemannan yang terdapat didalam daging daun tanaman lidah buaya dan diketahui memiliki aktivitas antiinflamasi. Isolasi polisakarida acemannan diperoleh dengan cara mengendapkan kandungan polisakarida didalam jus lidah buaya denganmenggunakan pelarut etanol 96% pada suhu 10ºC selama 10 jam. Bahan yang akan dioptimasi dalam penelitian ini adalah CMC-Na sebagai gelling agent dan PEG 400 sebagai humektan. Pada penelitian akan dilakukan pedekatan desain faktorial dengan membuat beberapa variasi komposisi CMC-Na dan PEG 400. Optimasi dilakukan terhadap parameter sifat fisik gel (daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas). Dilakukan uji kemampuan antiinflamasi gel antiinflamasiekstrak lidah buaya menggunakan hewan uji tikus galur Wistar yang diinduksi karagenan untuk masing-masing formula yang dibuat.

    Hasil penelitian menujukkan bahwa CMC-Na, PEG 400, dan interaksi keduanya memberikan respon yang signifikan terhadap viskositas dan daya sebar. Tidak ditemukan area komposisi optimum yang diprediksi sebagai formula optimum gel dari gelling agent dan humektan yang memenuhi persyaratan sifat fisik gel (viskositas serta daya sebar) dan stabilitas gel (pergeseran viskositas). Gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya memberikan efek farmakologis berupa antiinflamasi terhadap kaki tikus yang diinduksi karagenan.

    Kata kunci : Aloe barbadensis Mill., gel antiinflamasi, CMC-Na, PEG 400, Acemannan, desain faktorial

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • xix

    ABSTRACT

    Inflammation is a protective tissue response to injury or tissue damage which serves destroy, reduce, or confine both agents that cause injury or tissue injury. Aloe vera contains many polysaccharides, one of which is acemannan. Acemannan found in the majority of the leaves of aloe vera gel which is identified as the main active ingredient in the gel of aloe vera leaves. Acemannan has as anti-inflammatory mechanism of action by blocking the formation of histamine and bradykinin, as well as inhibit the activity of bradykinin and histamine.

    The purpose of this study to determine the optimum composition and obtain optimum formula gel as a gelling agent of CMC Na and humectant PEG 400 and know that given by the anti-inflammatory activity of extracts of aloe vera (Aloe barbadensis Mill.). This study is purely explorative experimental. The active ingredient used is acemannan contained in leaf aloe vera plant and is known to have anti-inflammatory activity. Isolation of acemannan obtained by precipitationof polysaccharides content in aloe vera juice using 96 % ethanol at 10ºC during 10 hours. Materials to be optimized in this study is CMC - Na as a gelling agent and PEG 400 as a humectant. In the research will be conducted factorial design to make several variations of the composition of CMC - Na and PEG 400. The parameter optimization is physical properties of the gel (dispersive power, viscosity, and viscosity shift). Tested the ability of anti-inflammatory of aloe vera gel using test animals Wistar rats induced carrageenan for each formula are made.

    The results showed that CMC - Na, PEG 400, and the interaction of the two gives a significant response to the viscosity and dispersive power. Not found the optimum composition of the area predicted as optimum gel formula of a gelling agent and a humectant that meets the requirements of the physical properties of the gel (viscosity and dispersive power) and stability of the gel (viscosity shift). Aloe vera gel in the form of anti-inflammatory pharmacological effect against carrageenan -induced mice.

    Keywords : Aloe barbadensis Mill., Anti-inflammatory gel, CMC - Na, PEG 400, Acemannan, factorial design

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 1

    BAB IPENDAHULUAN

    A. Latar Belakang

    Fungsi utama kulit adalah sebagai organ pelindung terhadap lingkungan.

    Hilangnya integritas kulit akan menimbulkan cedera atau nyeri yang

    mengakibatkan sakit. Nyeri muncul jika integritas kulit rusak. Luka atau nyeri

    adalah keadaanya hilangnya kontinuitas jaringan tubuh, dapat disebabkan oleh

    diantaranya sengatan listrik, ledakan, gigitan hewan, atau trauma yang disebabkan

    oleh benda tumpul ataupun benda tajam.

    Inflamasi merupakan respon jaringan protektif terhadap cedera atau

    kerusakan jaringan yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung

    baik agen yang menyebabkan cedera maupun jaringan yang cedera itu. Ketika

    tubuh mendapatkan stimulus dari luar maka tanda awal yang muncul adalah rubor

    (memerah) disertai dengan kalor (panas), dolor (nyeri) dan pada akhirnya terjadi

    tumor (bengkak) dan functio laesa (hilangnya fungsi) (Anonim, 1996).

    Sebenarnya inflamasi merupakan respon normal dari tubuh ketika tubuh diinvasi

    oleh benda asing. Namun inflamasi dapat juga mengakibatkan kerusakan pada

    jaringan. Kerusakan sel akibat stimulus dari luar akan membebaskan mediator

    seperti histamin, bradikinin, prostaglandin dan leukotrien dimana mediator-

    mediator tersebut berperan dalam proses inflamasi (Katzung, 2001).

    Penyembuhan inflamasi sangat diperlukan untuk mendapatkan kembali

    jaringan tubuh yang utuh. Beberapa faktor yang berperan dalam mempercepat

    penyembuhan, yaitu faktor internal (dari dalam tubuh) dan faktor eksternal (dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 2

    luar tubuh). Faktor eksternal yang dapat mempercepat penyembuhan inflamasi

    yaitu dengan cara irigasi luka menggunakan larutan fisiologis (NaCl 0,9%) dan

    penggunaan obat-obatan sintetik dan alami (Rahayu, 2012).

    Lidah buaya menurut sejarah banyak digunakan sebagai obat konstipasi,

    luka terbuka, serta luka terbakar (Gaby dkk., 2006). Lidah buaya biasanya

    dimanfaatkan sebagai bahan pangan atau dijadikan obat dan bahan kosmetik.

    (Sudarto, 1997). Lidah buaya banyak mengandung polisakarida, salah satunya

    adalah acemannan (Hamman, 2008). Acemannan ditemukan mayoritas dalam gel

    daun lidah buaya yang diidentifikasi sebagai bahan aktif utama dalam gel daun

    lidah buaya (Cowsert, 2010). Acemannan memiliki mekanisme aksi sebagai

    antiinflamasi dengan cara mengeblok pembentukan histamin dan bradikinin, serta

    menghambat aktivitas bradikinin dan histamin (Cowsert, 2010).

    Bentuk sediaan antiinflamasi sebaiknya mampu memberikan lingkungan

    yang lembab. Lingkungan yang lembab akan mencegah dehidrasi jaringan dan

    kematian sel, mempercepat angiogenesis dan meningkatkan pecahnya fibrin dan

    jaringan mati (Yuliani, 2012). Berbagai bentuk sediaan yang ditujukan untuk

    inflamasi salah satunya adalah gel.

    Gel adalah sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari

    partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, terpenetrasi oleh

    suatu cairan (Dirjen POM, 1995). Gel mengandung basis senyawa hidrofilik

    sehingga memiliki konsistensi lembut dan memberikan rasa dingin pada kulit.

    Rasa dingin tersebut merupakan efek evaporasi (penguapan) air. Keuntungan gel

    adalah setelah kering akan membentuk lapisan tipis tembus pandang elastis

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 3

    dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori kulit dan dapat dengan

    mudah dicuci dengan air (Voight, 1994). Tipe gel yang dibuat dalam penelitian ini

    adalah hidrogel, karena memiliki kompatibilitas yang relatif baik terhadap

    jaringan biologi sehingga meminimalkan timbulnya iritasi (Swarbrick dan Boylan,

    1992).

    Sediaan kosmetik yang baik adalah sediaan yang optimum dalam

    komposisi bahan yang digunakan. Untuk mendapatkan sediaan gel antiinflamasi

    yang baik perlu dilakukan optimasi terhadap bahan yang memegang peranan

    penting di dalam sediaan tersebut, yaitu gelling agent dan humektan.

    Optimasi merupakan tahap yang penting di dalam formulasi, dalam

    penelitian ini penulis ingin melakukan optimasi CMC-Na sebagai gelling agent

    dan PEG 400 sebagai humektan dengan aplikasi desain faktorial terhadap hasil

    pengujian sifat fisik gel yang meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran

    viskositas. Metode yang digunakan untuk melihat pengaruh dari gelling agent dan

    humektan adalah desain faktorial. Desain faktorial merupakan desain yang

    digunakan untuk mengevaluasi efek dari faktor yang dipelajari secara simultan

    dan efek yang relatif penting dapat dinilai (Armstrong dan James, 1996). Desain

    faktorial digunakan dalam penelitian ini untuk mengetahui efek dari faktor pada

    kondisi yang berbeda. Metode desain faktorial ini dapat mengurangi trial and

    error dalam percobaan dibandingkan dengan meneliti efek faktor-faktor secara

    terpisah (Bolton, 1997).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 4

    B. Perumusan Masalah

    1. Apakah ditemukan area komposisi optimum yang diprediksi sebagai

    formula optimum gel dari gelling agent dan humektan yang memenuhi

    persyaratan sifat fisik gel (viskositas serta daya sebar) dan stabilitas gel

    (pergeseran viskositas) ?

    2. Apakah ekstrak lidah buaya memberikan aktivitas antiinflamasi?

    C. Keaslian Penelitian

    Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang

    optimasi gelling agent CMC-Na dan humektan polietilen glikol 400 dalam

    sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya dengan aplikasi desain faktorial

    belum pernah dilakukan. Adapun penelitian terkait yang pernah dilakukan :

    1. Kurniawan (2013) yaitu “Optimasi Natrium Alginat dan CMC-Na

    sebagai Gelling Agent pada Sediaan Gel Antiinflamasi Ekstrak Daun

    Petai Cina (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) dengan Aplikasi

    Desain Faktorial”. Dalam penelitian ini dilakukan optimasi gelling agent

    yaitu natrium alginat dan CMC-Na pada sediaan gel antinflamasi dengan

    ekstrak daun petai cina.

    2. Sanjaya (2013) yaitu “Optimasi Humektan Propilenglikol dan Gelling

    Agent CMC-Na dalam Sediaan Cooling Gel Ekstrak Daun Petai Cina

    (Leucaena leucocephala (Lam.) de Wit.) : Aplikasi Desain Faktorial”.

    Dalam penelitian ini dilakukan optimasi antara CMC-Na sebagai gelling

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 5

    agent dan propilenglikol sebagai humektan dalam sediaan cooling gel

    dengan ekstrak daun petai cina.

    D. Manfaat Penelitian

    1. Manfaat Teoritis

    Menambah ilmu pengetahuan bagi perkembangan dunia farmasi mengenai

    optimasi gelling agent CMC-Na dan humektan Polietilen glikol 400 pada

    pembuatan gel antiinflamasi dari bahan alam.

    2. Manfaat Metodologis

    Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi tentang

    komposisi optimum dari gelling agent dan humektan dengan metode

    desain faktorial.

    3. Manfaat praktis

    Dengan adanya sediaan gel antiinflamasi ini diharapkan dapat menjadi

    alternatif pilihan obat dari bahan alam dan masyarakat dapat

    mengembangkan potensi lidah buaya sebagai antiinflamasi.

    E. Tujuan Penelitian

    1. Tujuan Umum

    Tujuan dari penelitian ini adalah membuat sediaan gel

    antiinflamasi dengan ekstrak lidah buaya yang memenuhi syarat sifat fisik

    gel yang baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 6

    2. Tujuan Khusus

    a. Mengetahui perbandingan gelling agent CMC-Na dan humektan

    Polietilen glikol 400 agar didapat sediaan gel antiinflamasi ekstrak

    lidah buaya yang memenuhi persyaratan sifat fisik gel.

    b. Mengetahui sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya yang dibuat

    memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 7

    BAB IITINJAUAN PUSTAKA

    A. Gel

    Gel merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung larutan

    bahan aktif tunggal maupun campuran dengan pembawa senyawa hidrofilik dan

    hidrofobik. Gel juga dirumuskan sebagai sistem dispersi, yang minimal terdiri dari

    dua fase yaitu sebuah fase padat dan sebuah fase cair (gel liofil) atau terdiri dari

    sebuah fase padat dan fase berbentuk gas (gel kserofil). Gel mengandung basis

    senyawa hidrofilik sehingga memiliki konsistensi lembut dan memberikan rasa

    dingin pada kulit. Rasa dingin tersebut merupakan efek evaporasi air (Voight,

    1994).

    Hidrogel adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer

    yang mempunyai kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa

    menyimpan air dalam strukturnya. Hidrogel secara umum terdiri dari 2 komponen

    sistem, satu komponen bersifat hidrofilik, tidak larut, merupakan jaringan polimer

    tiga dimensi, dan komponen yang lain merupakan air. Sifat hidrogel yaitu

    kandungan airnya relatif tinggi dan bersifat lembut, konsistensinya elastis

    sehingga kuat (Swarbrick dan Boylan, 1992). Hidrogel adalah sistem yang

    menjebak air karena adanya polimer-polimer tidak larut yang membentuk

    jaringan. Alasan digunakannya hidrogel sebagai komponen dari sistem

    penghantaran dan pelepasan obat adalah kompatibilitasnya dengan jaringan

    biologis relatif baik (Zats dan Kushla, 1996).

    Hidrogel cocok untuk penerapan pada kulit dengan fungsi kelenjar

    sebaseus yang berlebihan. Setelah kering akan meninggalkan suatu film tembus

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 8

    pandang yang elastis dengan daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori kulit,

    dan mudah dicuci dengan air (Voight, 1994). Sediaan gel hidrofilik memiliki sifat

    daya sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik, tidak menghambat

    fungsi fisiologis kulit, efek dingin yang ditimbulkan, dan mudah dicuci dengan air

    (Voight, 1995).

    Karekteristik gel yang digunakan harus sesuai dengan tujuan penggunaan

    gel. Gel topikal tidak boleh terlalu liat, dan konsentrasi bahan pembentuk gel yang

    terlalu tinggi atau penggunaan bahan pembentuk gel dengan berat molekul yang

    terlalu besar yang dapat mengakibatkan sediaan sulit dioleskan dan sulit pula

    didispersikan (Zats dan Kushla, 1989). Kemampuan menembus permeabilitas

    kulit merupakan salah satu penghalang dalam sistem penghantaran topikal. Upaya

    dalam meningkatkan penetrasi zat aktif ke dalam kulit dapat dilakukan dengan

    beberapa cara, antara lain dengan memodifikasi lapisan stratum corneum seperti

    pada penggunaan enhancer dan dengan menggunakan sistem

    pembawa (Benson, 2005).

    B. Gelling Agent

    Saat didispersikan dalam suatu pelarut yang sesuai, gelling agent

    bergabung dan saling menjerat, kemudian membentuk struktur jaring koloid tiga

    dimensi. Jaring ini akan membatasi cairan dengan menjebak dan menghentikan

    pergerakan molekul pelarut. Struktur ini juga menahan deformasi dan

    bertanggung jawab terhadap viskositas gel (Pena, 1990).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 9

    Gelling agent adalah gum alam atau sintetis, resin, atau hidrokoloid lain

    yang digunakan di dalam formulasi gel untuk menjaga konstituen cairan dan

    padatan dalam suatu bentuk gel yang halus. Gelling agent yang sering digunakan

    antara lain Carpobol dan Sodium Carboxy Methyl Cellulose (CMC-Na)

    (Lieberman dan Martin, 1996).

    Pada penelitian ini digunakan CMC-Na sebagai gelling agent. CMC-Na

    adalah polimer sintetik dengan berat molekul besar yang terdiri atas rantai silang

    antara asam akrilat dengan alil selulosa atau alil eter dari pentaerythritol.

    Pemeriannya adalah tidak berwarna, asam, halus, serbuk higroskopis dengan bau

    khas (Rowe dkk., 2009).

    Gambar 1. Struktur CMC-Na (Rowe dkk., 2009)

    CMC-Na larut di dalam air di segala temperatur. Garam natrium yang

    terbentuk dapat didispersikan di dalam air dingin dengan cepat sebelum partikel

    terhidrasi dan mengembang menjadi gumpalan-gumpalan padatan membentuk

    sistem gel yang lengket. CMC-Na berada pada range konsentrasi 3,0 – 6,0 % yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 10

    berfungsi sebagai gelling agent. Solusi CMC-Na stabil pada pH 2 – 10. Jika pH

    kurang dari 2 maka dapat terjadi presipitasi sedangkan bila pH lebih dari 10 dapat

    menyebabkan penurunan viskositas (Rowe dkk., 2009).

    C. Humektan

    Humektan adalah bahan dalam produk kosmetik yang dimaksudkan

    untuk mencegah hilangnya lembab dari produk dan meningkatkan jumlah air

    (kelembaban) pada lapisan kulit terluar saat produk digunakan (Loden, 2001).

    Gliserol, propilen glikol, sorbitol, dan polyethylene glycol biasa digunakan

    sebagai humektan dalam sediaan untuk mencegah penguapan dan pembentukan

    lapisan kering pada permukaan produk (Zocchi, 2001). Gel transparan

    diformulasikan dengan konsentrasi humektan maksimal sebesar 80% (Lieberman

    dan Martin, 1996).

    Pada penelitian ini digunakan Polietilen glikol 400. Polietilen glikol 400

    adalah polimer dari etilen oksida dan air. Pemeriannya adalah cairan kental,

    jernih, tidak berwarna, memiliki bau khas, dan agak higroskopis. PEG 400

    memiliki sifat larut dalam air, dalam etanol, dalam aseton, dalam glikol lain, dan

    dalam hidrokarbon aromatik, praktis tidak larut dalam eter dan bahan hidrokarbon

    alifatik (Dirjen POM, 1995). PEG dapat berfungsi sebagai humektan bila

    diformulasikan dalam sediaan gel (Lieberman dan Martin, 1996). Polyethylene

    glycol 400 disebut juga dengan makrogol 400 atau PEG 400 adalah polimer dari

    etilen oksida dan air, dinyatakan dengan rumus H(OCH2CH2)nOH dengan harga

    rata-rata n antara 8,2 dan 9,1 dengan berat molekul antara 380 – 420 yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • memiliki suatu tingkat polimerasi lebih dari 10 menunjukkan struktur PEG

    berbelok-belok, rantai pendek yang berbentuk zig

    Gambar 2. Struktur PEG (Rowe dkk., 2009)

    Natrium benzoat merupakan butiran atau kristal

    Natrium benzoat tidak berbau, atau dengan sedikit bau kapur barus dan memiliki

    rasa seperti garam. Natrium benzoat memiliki rumus empiris C

    berat molekul 144,11 (Rowe dkk., 2009).

    Natrium benzoat digunakan sebagai

    makanan, dan obat. Natrium benzoat dalam obat oral digunakan pada konsentrasi

    0,02% - 0,5%; untuk produk parenteral sebesar 0,5%; dan 0,1%

    kosmetik (Rowe dkk., 2009).

    Gambar 3. Struktur natrium benzoat (Row

    memiliki suatu tingkat polimerasi lebih dari 10 menunjukkan struktur PEG

    belok, rantai pendek yang berbentuk zig-zag (Voight, 1994).

    Gambar 2. Struktur PEG (Rowe dkk., 2009)

    D. Natrium Benzoat

    Natrium benzoat merupakan butiran atau kristal putih, sedikit higroskopis.

    Natrium benzoat tidak berbau, atau dengan sedikit bau kapur barus dan memiliki

    rasa seperti garam. Natrium benzoat memiliki rumus empiris C7H5NaO

    berat molekul 144,11 (Rowe dkk., 2009).

    Natrium benzoat digunakan sebagai bahan antimikroba dalam kosmetik,

    makanan, dan obat. Natrium benzoat dalam obat oral digunakan pada konsentrasi

    0,5%; untuk produk parenteral sebesar 0,5%; dan 0,1% - 0,5% dalam

    kosmetik (Rowe dkk., 2009).

    Gambar 3. Struktur natrium benzoat (Rowe dkk., 2009)

    11

    memiliki suatu tingkat polimerasi lebih dari 10 menunjukkan struktur PEG

    putih, sedikit higroskopis.

    Natrium benzoat tidak berbau, atau dengan sedikit bau kapur barus dan memiliki

    NaO2 dengan

    bahan antimikroba dalam kosmetik,

    makanan, dan obat. Natrium benzoat dalam obat oral digunakan pada konsentrasi

    0,5% dalam

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 12

    E. Lidah Buaya

    Tanaman lidah buaya berbatang pendek. Batangnya tidak kelihatan

    karena tertutup oleh daun-daun yang rapat dan sebagian terbenam dalam tanah.

    Daun tanaman lidah buaya berbentuk pita dengan helaian yang memanjang.

    Daunnya berdaging tebal, tidak bertulang, berwarna hijau keabu-abuan, bersifat

    sukulen (banyak mengandung air) dan banyak mengandung getah atau lendir

    (Sudarto, 1997).

    Bunga lidah buaya berwarna kuning atau kemerahan berupa pipa yang

    mengumpul, keluar dari ketiak daun. Bunga berukuran kecil, tersusun dalam

    rangkaian berbentuk tandan. Akar tanaman lidah buaya berupa akar serabut yang

    pendek dan berada di sekitar permukaan tanah. Panjang akar berkisar antara 50

    cm - 100 cm (Sudarto, 1997).

    Gambar 4. Tanaman lidah buaya (Bassetti dan Sala, 2005)

    Aloe mengandung glikosida-C dan resin. Glikosida utama yang

    berbentuk kristal adalah barbaloin yang ditemukan pada semua jenis Aloe. Aloe-

    emodin kadang-kadang ditemukan dalam jumlah sedikit. Resin Aloe memiliki

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 13

    khasiat purgatif, yang termasuk dalam senyawa resin adalah senyawa kromon

    glukosil-C aloesin (aloeresin B). Antrakuinon adalah metabolit di dalam aloe yang

    kadarnya bergantung pada aktivitas metabolisme secara keseluruhan

    (Wiryowidagdo, 2008).

    Acemannan ditemukan mayoritas dalam gel daun lidah buaya yang

    diidentifikasi sebagai bahan aktif utama dalam gel daun lidah buaya (Cowsert,

    2010). Acemannan memiliki mekanisme aksi sebagai antiinflamasi dengan cara

    mengeblok pembentukan histamin dan bradikinin, serta menghambat aktivitas

    bradikinin dan histamin (Cowsert, 2010).

    Khasiat dari lidah buaya diantaranya untuk melembabkan kulit,

    melegakan tenggorokan, meluruhkan cacing, mendinginkan dan mengurangi rasa

    sakit. Lidah buaya menurut sejarah banyak digunakan sebagai obat konstipasi,

    luka terbuka, serta luka terbakar (Gaby dkk., 2006). Aloe vera dapat bersifat

    sebagai antibakteri yang membantu penyembuhan dari sunburn. Hal ini

    dikarenakan adanya kandungan aloectin B yang merangsang sistem kekebalan

    (Anonim, 2012).

    Daging lidah buaya yang berupa gel dilaporkan meiliki banyak khasiat

    farmakologis, terutama sebagai penyembuh luka dan juga luka bakar. Selain itu

    lidah buaya juga meiliki khasiat lain seperti antiinflamasi, anti jamur, dan juga

    gastroprotektif (Choi dan Chung, 2005). Sebagai antiinflamasi, lidah buaya

    diketahui dapat menghilangkan edema pada kaki tikus yang diinduksi oleh

    karegenan dengan mekanisme penghambatan pada jalur asam arakidonat melalui

    siklooksigenase (Choi dan Chung, 2005).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 14

    F. Acemannan

    Acemannan adalah mukopolisakarida D-isomer dalam gel daun lidah

    buaya. Senyawa ini dikenal memiliki imunostimulan, antivirus, dan antineoplastik

    (Anonim, 2013). Kelompok sakarida berfungsi untuk menghasilkan energi. Aloe

    memiliki dua kategori gula, glukosa dan manosa sebagai monosakarida dan

    acemannan serta selulosa sebagai polisakarida. Di dalam gel daun lidah buaya,

    prekursor beta-(1,4)-asetil-polymannose lebih dikenal sebagai acemannan. Dalam

    glukomannan ini terdiri dari 97% air dan 0,7% padatan, campuran gula sederhana

    dan polisakarida dengan panjang rantai bervariasi dan dari berbagai berat molekul.

    Polisakarida yang memiliki rantai berkisar dari 10.000 hingga 20.000 unit

    monomer glukosa dan manosa disebut mukopolisakarida (Nema, 2012).

    Gambar 5. Struktur Acemannan (Anonim, 2013)

    Acemannan dapat berfungsi sebagai antiinflamasi. Acemannan memiliki

    mekanisme aksi sebagai antiinflamasi dengan cara mengeblok pembentukan

    histamin dan bradikinin, serta menghambat aktivitas bradikinin dan histamin

    (Cowsert, 2010). Polisakarida, acemannan, dan mannose-6-phosphate merupakan

    konstituen terbesar dari karbohidrat yang terdapat di dalam lidah buaya dan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 15

    memiliki aktivitas sebagai penyembuh luka dan antiinflamasi (Choi dan Chung,

    2005).

    G. Inflamasi

    Inflamasi adalah respon terhadap cedera jaringan dan infeksi. Ketika

    proses inflamasi berlangsung terjadi reaksi vaskular dimana cairan, elemen-

    elemen darah, sel darah putih, dan mediator kimia berkumpul pada tempat cedera

    jaringan atau infeksi. Proses inflamasi adalah suatu mekanisme perlindungan

    untuk menetralisir dan membasmi agen-agen yang berbahaya pada tempat cedera

    dan untuk mempersiapkan keadaan untuk perbaikan jaringan. Meskipun ada

    hubungan antara inflamasi dan infeksi, namun istilah ini berbeda. Infeksi

    disebabkan oleh mikroorganisme dan menyebabkan inflamasi, sedangkan tidak

    semua inflamasi disebabkan oleh infeksi. Ciri khas atau tanda umum inflamasi

    adalah kemerahan, panas, pembekakan, nyeri, dan hilangnya fungsi. Kemerahan

    terjadi karena darah berkumpul pada daerah cedera akibat pelepasan mediator

    kimia tubuh. Histamin mendilatasi arteriol. Pembengkakan yang merupakan tahap

    kedua dari inflamasi disebabkan karena plasma yang merembes kedalam jaringan

    interstisial pada tempat cedera. Kinin mendilatasi arteriol, meningkatkan

    permeabilitas kapiler. Sedangkan panas pada tempat inflamasi disebabkan oleh

    bertambahnya pengumpulan darah dan mungkin darah dan mungkin juga karena

    pirogen yang mengganggu pusat pengatur panas pada hipotalamus. Nyeri

    disebabkan oleh pembengkakan dan pelepasan mediator-mediator kimia.

    Hilangnya fungsi disebabkan karena penumpukan cairan pada tempat cedera

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 16

    jaringan dan karena rasa nyeri yang mengurangi mobilitas pada daerah yang

    terkena (Kee dan Hayes, 1996).

    Inflamasi biasanya dibagi dalam 3 fase : inflamasi akut, respons imun, dan

    inflamasi kronis. Inflamasi akut merupakan respon awal terhadap cedera jaringan,

    hal tersebut terjadi melalui autacoid serta pada umumnya didahului oleh

    pembentukan respon imun. Sejumlah autocoid yang terlibat seperti histamin,

    serotonin, bradikinin, prostaglandin, dan leukotrien (Katzung, 2001). Respon

    imun terjadi bila sejumlah sel yang mampu menimbulkan kekebalan diaktifkan

    merespon organisme asing atau susbtansi antigenik yang terlepas selama respon

    terhadap inflamasi akut serta kronis.

    Mekanisme inflamasi sangat dipengaruhi oleh senyawa dan mediator yang

    dihasilkan oleh asam arakidonat. Bila membran sel mengalami kerusakan oleh

    suatu rangsangan kimiawi, fisik, atau mekanis, enzim fosfolipase kemudian

    diaktifkan untuk mengubah fosfolipid yang terdapat di membran sel tersebut

    menjadi asam arakidonat (Tjay dan Rahardja, 2003). Asam arakidonat merupakan

    komponen normal yang disimpan pada sel dalam bentuk fosfolipid. Adanya

    stimulus menyebabkan asam arakidonat dilepaskan dari sel penyimpanan lipid

    oleh asil hidrolase sebagai respon inflamasi. Asam arakidonat kemudian

    mengalami metabolisme menjadi dua alur. Alur sikloosigenase yang

    membebaskan prostaglandin (PGE2, PGF2, PGD2), prostasiklin, dan tromboksan

    dan alur lipooksigenase yang membebaskan leukotrien. Leukotrien dan

    prostaglandin merupakan mediator nyeri yang dilepaskan saat terjadi inflamasi

    (Katzung, 2001).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 17

    H. Isolasi Polisakarida

    Isolasi polisakarida dapat dilakukan dengan 2 tahap, yaitu ekstraksi dan

    pengendapan. Tahap yang pertama adalah ekstraksi dengan penambahan solvent

    yang dapat melarutkan polisakarida, umumnya air. Polisakarida memiliki

    kelarutan dalam air murni yaitu sekitar 0,133 sampai 0,769 g/g (Bouchard, 2007).

    Faktor yang berpengaruh pada proses ekstraksi antara lain, waktu pasca panen,

    perbandingan gel lidah buaya dan solvent, jenis solvent, suhu waktu kontak,

    ukuran partikel dan pengadukan. Tahap selanjutnya adalah pengendapan

    polisakarida dari filtrat lidah buaya menggunakan co-solvent berupa alkohol.

    Faktor yang berpengaruh dalam proses pengendapan antara lain, jenis co-solvent,

    perbandingan co-solvent dan solute yang akan diendapkan, suhu, kecepatan

    pengadukan, kecepatan penambahan co-solvent, pengaruh ion sejenis dan ion

    kompleks, serta pH (Ayuningsih dan Setyaningrum, 2011). Sebagai pengendap

    polisakarida dalam tanaman lidah buaya, etanol memiliki kemampuan melarutkan

    polisakarida yang relatif kecil, meskipun kemampuan dalam melarutkan zat-zat

    lain yang relatif besar. Etanol dapat digunakan dalam proses pengendapan

    polisakarida penyusun karbohidrat dalam jaringan tanaman lidah buaya yang

    membentuk endapan polisakarida (Kusmawati dan Pratiwi, 2009).

    I. Viskositas

    Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

    mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Liebermann dan

    Martin, 1996). Viskositas, elastisitas dan rheology merupakan karakteristik

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 18

    formulasi yang penting dalam produk akhir ssediaan semosolid. Viskositas

    sediaan ditingkatkan oleh bahan baku yang digunakan secara umum, misalnya

    polimer yang memiliki tingkat viskositas tertentu. Semakin tinggi viskositas,

    maka tahanan suatu cairan untuk dapat mengalir semakin besar pula. Rheology

    sangat berperan dalam aplikasi formulasi sediaan farmasi seperti emulsi, pasta,

    suppositoria, dan tablet salut (Liebermann dan Martin, 1996). Peningkatan

    viskositas akan memperngaruhi daya sebar (Garg dkk., 2002). Pergeseran

    viskositas yang kecil terjadi pada temperatur penyimpanan normal (Zats dan

    Kushla, 1996).

    J. Daya Sebar

    Daya sebar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu karakteristik formula,

    kekuatan dan lama tekanan yang menghasilkan kelengketan dan temperatur

    tempat aksi. Kecepatan penyebaran suatu sediaan bergantung pada viskositas

    formula, kecepatan evaporasi, dan kecepatan peningkatan viskositas karena

    evaporasi. Efikasi sediaan topikal bergantung pada daya sebar formulasi untuk

    menghantarkan dosis. Penghantaran dosis obat bergantung pada daya sebar suatu

    formula (Garg dkk., 2002).

    K. Pergeseran Viskositas

    Perubahan viskositas sediaan dari waktu ke waktu sangat penting untuk

    diperhatikan karena viskositas berpengaruh pada stabilitas dan karakteristik

    sediaan. Beberapa faktor yang bertanggung jawab dalam perubahan viskositas

    antara lain bahan-bahan yang dapat meningkatkan viskositas atau interaksi bahan

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 19

    tersebut dengan sistem dispersi, sedangkan faktor lainnya yang ikut berpengaruh

    yaitu agregasi partikel yang tidak tergantung pada kandungan polimer, meskipun

    polimer dapat mengurangi kecepatan perubahan ukuran partikel (Zatz dkk., 1996).

    L. Metode Desain Faktorial

    Desain faktorial merupakan cara yang digunakan untuk mengevaluasi efek

    faktor yang dipelajari secara stimultan dan efek yang relatif penting dapat dinilai

    (Armstrong dan James, 1996). Desain faktorial merupakan aplikasi persamaan

    regresi yaitu teknik untuk memberikan model hubungan antara variabel-respon

    dengan satu atau lebih variabel bebas. Model yang diperoleh dari analisa tersebut

    berupa persamaan matematika (Bolton, 1997). Penelitian desain faktorial dimulai

    dengan menentukan faktor dan aras yang akan diteliti, serta respon yang akan

    diukur. Desain faktorial merupakan desain yang dipilih untuk mendeterminasi

    efek-efek secara simultan dan interaksi dari efek-efek tersebut. Dengan desain

    faktorial, dapat didesain suatu percobaan untuk mengetahui faktor yang dominan

    berpengaruh secara signifikan terhadap respon. Juga memungkinkan untuk

    mengetahui interaksi antara faktor-faktor tersebut (Bolton, 1997).

    Dalam desain faktorial terdapat beberapa istilah seperti faktor, level, efek,

    dan interaksi. Faktor adalah suatu variabel yang menentukan variabel lain atau

    suatu besaran yang memberi pengaruh terhadap respon. Level adalah tetapan atau

    nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara numerik. Efek adalah perubahan

    respon yang disebabkan oleh variasi dari level faktor (Bolton, 1997).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 20

    Desain faktorial memiliki beberapa keuntungan. Metode ini memiliki

    efisiensi yang maksimum untuk memperkirakan efek yang dominan dalam

    menentukan respon. Keuntungan utama desain faktorial adalah bahwa metode ini

    memungkinkan untuk mengidentifikasi efek masing-masing faktor, maupun efek

    interaksi antar faktor (Bolton, 1997).

    M. Landasan Teori

    Gel antiinflamasi merupakan bentuk sediaan semisolid yang mengandung

    larutan bahan aktif dengan pembawa senyawa hidrofilik dan hidrofobik yang

    berfungsi untuk menyembuhkan nyeri akibat trauma dari benda tumpul atau

    akibat adanya benda asing. Lidah buaya yang digunakan memiliki kemampuan

    sebagai antiinflamasi. Zat aktif yang diketahui memiliki efek antiinflamasi di

    dalam lidah buaya adalah acemannan. Acemannan dapat memberikan efek

    antiinflamasi dengan cara mengeblok pembentukan histamin dan bradikinin, serta

    menghambat aktivitas bradikinin dan histamin (Cowsert, 2010). Ekstrak lidah

    buaya didapat dengan cara isolasi polisakarida yang dilakukan dengan

    pengendapan polisakarida, pengendapan dilakukan dengan menggunakan etanol

    96%. Etanol memiliki kemampuan melarutkan polisakarida yang relatif kecil,

    meskipun kemampuan dalam melarutkan zat-zat lain yang relatif besar. Dalam

    pembuatan gel antiinflamasi, digunakan gelling agent untuk menjaga karakteristik

    gel yang stabil dan baik, dalam penelitian ini digunakan CMC-Na sebagai gelling

    agent. CMC-Na memiliki gugus natrium yang dapat mengikat air, sehingga air

    terhidrasi dalam pembentukan karakteristik gel yang baik dan stabil, dan juga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 21

    CMC-Na memiliki rentang pH 5-10 sehingga dalam pencampuran di dalam

    formula tidak dibutuhkan agen pembasa. Selain itu dalam penelitian juga

    digunakan humektan untuk mempertahankan kelembaban pada gel antiinflamasi,

    humektan yang digunakan adalah PEG 400. Polietilen glikol 400 berperan dalam

    meningkatkan ikatan struktur gel yang terbentuk, karena memiliki gugus

    hidrofilik yang dapat berikatan dengan struktur gel yang sebagian besar

    penyusunnya adalah air. Sifat fisik gel yang meliputi daya sebar dan viskositas

    berpengaruh pada acceptability dan penghantaran zat aktif, oleh karena itu

    diperlukan konsistensi formula yang optimum agar formula dapat menghantarkan

    zat aktif dengan baik.

    Pada penelitian ini, dilakukan model percobaan dengan menggunakan

    metode desain faktorial dua aras 2 faktor. Dengan menggunakan metode ini, akan

    diketahui efek dari interaksi kedua faktor yang digunakan.

    N. Hipotesis

    Ada efek yang dominan dari komposisi CMC-Na sebagai gelling agent

    dan PEG 400 sebagai humektan dalam penentukan sifat fisik dan stabilitas

    sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya, selain itu gel ekstrak lidah buaya

    memiliki aktivitas sebagai antiinflamasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 22

    BAB IIIMETODOLOGI PENELITIAN

    A. Jenis Rancangan Penelitian

    Penelitian ini merupakan rancangan eksperimental murni menggunakan

    Desain Faktorial dan bersifat eksploratif, yaitu mencari range formula gel

    antiinflamasi ekstrak lidah buaya yang memenuhi uji fisik

    B. Variabel Penelitian

    1. Variabel bebas

    Variabel bebas pada penelitian ini adalah komposisi CMC-Na dan Polietilen

    glikol 400 dalam formula gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya (Aloe

    barbadensis Mill.).

    2. Variabel tergantung

    Variabel tergantung pada penelitian ini adalah sifat fisik gel (meliputi daya

    sebar, viskositas, pergeseran viskositas) dan efek antiinflamasi yang

    dihasilkan.

    3. Variabel pengacau terkendali

    Variabel pengacau terkendali pada penelitian ini adalah kecepatan dan lama

    pengadukan, metode pembuatan gel yang digunakan, dan wadah

    penyimpanan gel.

    4. Variabel pengacau tak terkendali

    Variabel pengacau pada penelitian ini adalah suhu penyimpanan dan

    kelembaban ruangan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 23

    C. Definisi Operasional

    a. Ekstrak lidah buaya adalah endapan polisakarida yang didapatkan dengan

    cara mencampur jus lidah buaya dengan etanol 96% (1:4) pada suhu 10ºC

    selama 10 jam.

    b. Efek antiinflamasi adalah kemampuan zat aktif dalam sediaan

    antiinflamasi untuk meredakan nyeri, menurunkan suhu tubuh yang naik

    dan menghambat agregasi platelet (antikoagulan).

    c. Gelling agent adalah bahan pembentuk sediaan gel yang membentuk

    matriks. CMC-Na digunakan sebagai gelling agent dalam penelitian ini.

    d. Humektan adalah bahan yang berfungsi untuk menarik lembab dari

    lingkungan sehingga kelembaban kulit dapat dipertahankan. Polietilen

    glikol 400 digunakan sebagai humektan dalam penelitian ini.

    e. Sifat fisik gel adalah parameter untuk mengetahui kualitas fisik gel yang

    meliputi daya sebar, viskositas, dan pergeseran viskositas setelah

    penyimpanan selama 1 bulan.

    f. Daya sebar adalah kemampuan menyebar dari gel ekstrak lidah buaya

    yang diukur menggunakan kaca bulat dan diberi pemberat dimana berat

    kaca pembulat dan pemberat adalah 125 gram, kemudian diukur diameter

    penyebarannya. Daya sebar gel diukur 48 jam setelah formulasi.

    g. Viskositas adalah tingkat kekentalan gel ekstrak lidah buaya yang diukur

    menggunakan viscotester. Viskositas gel diketahui dengan mengamati

    gerakan jarum penunjuk viskositas. Pengukuran viskositas dilakukan 48

    jam setelah formulasi.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 24

    h. Pergeseran viskositas adalah persentase perubahan viskositas gel setelah

    penyimpanan 1 bulan. Viskositas gel setelah 1 bulan diketahui dengan

    mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas menggunakan viscotester.

    i. Formula gel optimum adalah formula gel yang memenuhi standar sediaan

    semisolid yang ditetapkan (daya sebar 3-5 cm, viskositas 250 - 440 dPas,

    dan pergeseran viskositas kurang dari atau sama dengan 10%).

    j. Desain faktorial adalah metode yang memungkinkan untuk mengetahui

    efek yang dominan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas sediaan gel

    antiinflamasi.

    k. Faktor adalah variabel yang diteliti dalam penelitian (CMC-Na dan PEG

    400).

    l. Respon adalah besaran yang diamati, perubahan efek dan besarnya dapat

    dinyatakan secara kuantitatif. Dalam penelitian ini adalah sifat fisik dan

    stabilitas gel.

    m. Level adalah tetapan atau nilai dari suatu faktor yang dinyatakan secara

    numerik.

    n. Efek adalah perubahan respon yang disebabkan oleh variasi level dan

    faktor.

    o. Contour plot adalah grafik yang merupakan area optimum dari formula

    yang menunjukkan parameter sediaan gel yang baik.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 25

    D. Bahan Penelitian

    Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah lidah buaya,

    etanol 96% (kualitas teknis), CMC-Na (kualitas farmasetis), PEG 400 (kualitas

    farmasetis), Natrium benzoat (kualitas farmasetis), Asam sitrat (kualitas

    farmasetis), Oleum menthae piperita (kualitas farmasetis), Akuades, Hewan uji

    tikus galur Wistar yang berusia 2-3 bulan dengan berat badan 200-300 gram,

    ketamin-xilazine, karagenan.

    E. Alat Penelitian

    Alat-alat gelas (PYREX-GERMANY), neraca analitik, mixer (Phillips),

    pH universal, viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN), stopwatch, alat uji daya

    sebar, corong Buchner, jangka sorong, spuit injeksi, wadah plastik (net @200 g).

    F. Tata Cara Penelitian

    1. Determinasi tanaman lidah buaya

    Determinasi dilakukan di Laboratorium Farmakognosi Fitokimia

    Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tujuan dilakukannya determinasi adalah

    untuk memastikan kebenaran dari tanaman yang digunakan dalam penelitian ini.

    Determinasi dilakukan dengan mengacu pada buku determinasi (Backer dan Van

    Den Brink, 1965).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 26

    2. Pengumpulan dan penyiapan tanaman lidah buaya

    Tanaman lidah buaya diperoleh dari kawasan Daerah Istimewa

    Yogyakarta. Tanaman diambil daunnya yang berwarna hijau, utuh, dan segar

    tetapi tidak terlalu tua (umur 8-10 bulan) kemudian dicuci dengan air mengalir.

    Setelah itu dilakukan sortasi basah, dan kulit daun dikupas kemudian diambil

    daging daunnya.

    3. Pembuatan jus lidah buaya

    Lidah buaya yang telah dipanen dikupas kulit luarnya hingga didapat

    daging daunnya. Daging daun tersebut dibersihkan dengan menggunakan air

    mengalir untuk menghilangkan cairan kuning (eksudat) dan kotoran yang

    menempel pada daging lidah buaya, kemudian daging dipotong kecil-kecil.

    Potongan daging lidah buaya yang telah dibersihkan kemudian dimasukkan ke

    dalam blender, kemudian disaring untuk memisahkan padatan dan cairannya

    kemudian disaring.

    4. Isolasi polisakarida acemannan dari lidah buaya

    Jus lidah buaya yang disaring kemudian ditambahkan etanol 96% dengan

    perbandingan 1 : 4, dalam hal ini 50 mL jus lidah buaya ditambah dengan 200 mL

    etanol 96%. Campuran jus lidah buaya tersebut diaduk selama 10 menit dengan

    menggunakan magnetic stirer, kemudian didiamkan untuk proses pengendapan

    selama 10 jam pada suhu 10oC. Endapan yang terbentuk dipisahkan dari

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 27

    larutannya dengan menggunakan saringan penghisap (Kusmawati dan Pratiwi,

    2009).

    5. Formula gel antiinflamasi

    Formula standar : Aloe vera Gel (Niazi, 2004)

    Tabel I. Formula Aloe vera GelMaterial Name Quantity (g)

    Aloe vera exctract 4,0Propylene glycol 50,0Preservative q.s.Water 736,0Cremophor RH 40 11,0Perfume q.s.Lutrol F 127 200,0

    Dalam penelitian ini dilakukan modifikasi formula seperti terlihat pada tabel II.

    Tabel II. Formula gel hasil modifikasi

    BahanJumlah (% b/b)

    Ekstrak lidah buaya 0,5CMC-Na 5-6PEG 400 25-30Natrium benzoat 0,3Asam sitrat q.s.Akuades 63,13Oleum menthae piperitae 0,07

    Penelitian menggunakan 2 faktor yaitu CMC-Na dan PEG 400

    dengan 2 level yaitu level rendah dan level tinggi. Hasil orientasi level rendah

    dan level tinggi CMC-Na dan PEG 400 pada formula gel antiinflamasi ekstrak

    lidah buaya dapat dilihat pada tabel III.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 28

    Tabel III. Level rendah dan level tinggi CMC-Na dan PEG 400 pada formula gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya

    Formula CMC-Na (% b/b) PEG 400 (% b/b)1 5 25a 6 25b 5 30ab 6 30

    Berdasarkan formula yang akan dibuat dapat dilakukan perhitungan

    untuk menentukan besarnya sampel yang akan digunakan, yaitu :

    (n-1)(p-1) > 15

    Keterangan : n = jumlah sampel

    p = jumlah perlakuan

    p = 4 (4 formula kombinasi komposisi CMC-Na dan PEG 400)

    Dari rumus perhitungan tersebut didapatkan hasil jumlah sampel n

    ≥ 2 sehingga pada penelitian ini dipergunakan jumlah sampel sebanyak 3 replikasi

    untuk masing-masing formula yang digunakan (Bolton, 1997).

    6. Pembuatan gel antiinflamasi

    Berdasarkan tabel III, dibuat 4 formula gel antiinflamasi ekstrak lidah

    buaya menjadi seperti dalam tabel IV.

    Tabel IV. Formula gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya (200 gram)

    Bahan F1 Fa Fb FabEkstrak Lidah Buaya 1 1 1 1CMC-Na 10 12 10 12PEG 400 50 50 60 60Natrium Benzoat 0,6 0,6 0,6 0,6Akuadest 126,26 126,26 126,26 126,26Asam Sitrat q.s. q.s. q.s. q.s.Oleum menthae piperita 0,14 0,14 0,14 0,14

    *semua formula dalam gram

    CMC-Na dikembangkan dengan akuades selama 24 jam. CMC-Na

    dimasukkan dalam wadah, diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 29

    level 1 selama 2 menit. PEG 400 dimasukkan kedalam wadah yang berisi CMC-

    Na diaduk menggunakan mixer dengan kecepatan putar level 1 selama 3 menit.

    Ekstrak Aloe barbadensis Mill. ditambahkan dan terus diaduk selama 2 menit

    dengan kecepatan putar level 2, kemudian ditambahkan natrium benzoat diikuti

    asam sitrat sedikit demi sedikit dan oleum menthae piperita sambil terus diaduk

    selama 2 menit pada kecepatan putar level 1 hingga pH yang didapat 4-6. Setelah

    itu dilakukan uji pH dengan kertas pH universal, pH sediaan yang diharapkan pH

    sediaan antara 4-6.

    7. Uji sifat fisik dan stabilitas gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya

    Uji sifat fisik gel dilakukan dengan menguji daya sebar dan viskositas,

    untuk uji stabilitas dilakukan dengan menguji viskositas gel setelah penyimpanan

    selama 1 bulan.

    Uji sifat fisik :

    1. Uji daya sebar

    Uji daya sebar sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya dilakukan 48 jam

    setelah dibuat. Cara ujinya yaitu dengan gel ditimbang seberat 1 gram,

    diletakkan ditengah kaca bulat berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain

    dan pemberat dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit,

    kemudian dicatat diameter penyebarannya (Garg dkk., 2002).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 30

    2. Uji viskositas

    Pengukuran viskositas menggunakan alat viscotester. Cara pengujiannya

    yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester.

    Viskositas gel diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk

    viskositas. Pengukuran viskositas gel dilakukan 48 jam setelah formulasi.

    3. Uji pergeseran viskositas

    Pergeseran viskositas gel ekstrak lidah buaya diketahui dengan menghitung

    persentase perubahan viskositas gel setelah penyimpanan selama 1 bulan.

    Viskositas gel setelah penyimpanan 1 bulan diukur menggunakan alat

    viscotester. Cara pengujiannya yaitu gel dimasukkan dalam wadah dan

    dipasang pada portable viscotester. Viskositas gel setelah 1 bulan diketahui

    dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas.

    8. Orientasi waktu pengolesan sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah

    buaya

    Hewan percobaan sejumlah 3 ekor dianestesi menggunakan ketamin-xilazine,

    lalu pada kaki kiri tiap tikus diinjeksi 0,05 ml keraganin-saline 1% yang

    sebelummnya sudah diukur tebal kakinya. Kemudian dilakukan pengukuran setiap

    1 jam selama 6 jam. Waktu yang menunjukkan pembengkakan yang tidak

    mengalami kenaikan secara signifikan (pembengkakan optimum) merupakan

    waktu pengolesan sediaan.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 31

    9. Uji kemampuan antiinflamasi gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya

    Hewan percobaan dibagi secara acak menjadi 5 kelompok yang masing-

    masing-masing berjumlah 3 ekor, terdiri dari 4 kelompok untuk masing-masing

    formula dan 1 kelompok kontrol negatif. Sebelum perlakuan semua tikus

    dianastesi menggunakan ketamin-xilazine, lalu pada kaki kiri tiap tikus diinjeksi

    0,05 ml keraganin-saline 1%. Setelah menunjukkan pembengkakan optimum

    (waktu hasil orientasi), masing-masing kelompok perlakuan diberi formula-

    formula gel antiinflamasi secara topikal, dan satu kelompok kontrol yang tidak

    diberi formula gel antiinflamasi. Pengukuran dilakukan setiap 1 jam selama 4 jam.

    Presentase inflamasi masing-masing tikus dihitung dengan rumus :

    % ℎ = − 100(Kharat dkk., 2010).

    G. Analisis Hasil

    Data yang terkumpul dari uji sifat fisik dan stabilitas fisik gel dianalisis

    sesuai dengan metode perhitungan desain faktorial untuk mengetahui efek dari

    CMC-Na, PEG 400, dan interaksinya. Pendekatan desain faktorial digunakan

    untuk menghitung koefisien b0, b1, b2, b12 sehingga didapatkan persamaan Y =

    b0 + b1 X1 + b2 X2 + b12 X1X2. Dari persamaan ini kemudian dapat dibuat

    contour plot sifat fisik gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya. Dari masing-masing

    contour plot digabungkan menjadi contour plot superimposed untuk mengetahui

    area komposisi optimum CMC-Na dan PEG 400, terbatas pada level yang diteliti.

    Analisis data dilakukan dengan menggunakan program R-2.14.1 dengan uji two

    way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 32

    BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Determinasi dan Ekstraksi Lidah Buaya

    Tanaman lidah buaya yang digunakan dalam penelitian ini didapatkan

    dari daerah kota Yogyakarta dan digunakan tanaman yang berumur 8-10 bulan

    karena pada usia ini tanaman memiliki kandungan metabolit yang optimum

    (Sudarto, 1997). Selain itu juga dipilih tanaman lidah buaya yang memiliki daun

    segar, utuh dan berwarna hijau untuk menghindari kemungkinan berkurangnya

    atau rusaknya kandungan kimia di dalamnya yang diakibatkan oleh hama ataupun

    lingkungan sekitarnya. Sebelum digunakan tanaman lidah buaya diuji terlebih

    dahulu kebenaran tanaman yang dimaksud adalah benar tanaman lidah buaya.

    Maka dilakukan determinasi pada tanaman lidah buaya yang akan digunakan.

    Determinasi bertujuan untuk mendapatkan informasi apakah tanaman yang

    digunakan dalam penelitian adalah benar tanaman yang dimaksud. Determinasi

    dilakukan dengan mencocokkan morfologi tanaman lidah buaya dengan kunci

    determinasi yang ditulis oleh Backer dan Van Den Brink (1965) (lampiran 1).

    Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang diambil merupakan Aloe

    barbadensis Mill.

    Sebelum diisolasi, tanaman lidah buaya terlebih dahulu dicuci dengan air

    mengalir yang bertujuan untuk menghilangkan pengotor-pengotor yang menempel

    pada daun lidah buaya seperti debu, serangga, dan benda-benda asing lainnya

    yang dapat mempengaruhi perolehan hasil pada penelitian. Setelah ditiriskan,

    daun lidah buaya tersebut dikupas kulit daun yang berwarna hijau sehingga

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 33

    nantinya akan didapatkan daging daun lidah buaya yang berwarna bening,

    transparan, dan agak berlendir. Dalam proses pengupasan, bagian bergerigi pada

    tepi daun dihilangkan terlebih dahulu untuk mempermudah proses pengupasan.

    Daging daun lidah buaya tersebut kemudian direndam dalam air untuk

    mengilangkan eksudat cairan yang menempel.

    Daging daun lidah buaya yang telah bersih dari eksudat, kemudian

    dihaluskan dengan blender sehingga didapatkan jus lidah buaya. Jus lidah buaya

    ini selanjutnya disaring untuk memisahkan sari dengan padatannya sehingga

    didapatkan filtrat lidah buaya yang bening dan sedikit kental. Jus lidah buaya

    yang disaring kemudian ditambah dengan etanol 96% dengan perbandingan 1 : 4,

    dalam hal ini 50 mL jus lidah buaya ditambah dengan 200 mL etanol 96%.

    Campuran jus lidah buaya tersebut diaduk selama 10 menit dengan menggunakan

    magnetic stirer, agar filtrat dan etanol bercampur homogen dan didapatkan hasil

    yang optimum. Kemudian didiamkan untuk proses pengendapan selama 10 jam

    pada suhu 10oC. Endapan yang terbentuk dipisahkan dari larutannya dengan

    menggunakan saringan penghisap. Sebagai pengendap polisakarida dalam

    tanaman lidah buaya, etanol memiliki kemampuan melarutkan polisakarida yang

    relatif kecil, meskipun kemampuan dalam melarutkan zat-zat lain yang relatif

    besar dengan demikian etanol dapat digunakan dalam proses pengendapan

    polisakarida penyusun karbohidrat dalam jaringan tanaman lidah buaya yang

    membentuk endapan polisakarida (Kusmawati dan Pratiwi, 2009).

    Menurut Voight (1995), etanol dapat menghambat kerja enzim sehingga

    tidak akan terjadi reaksi enzimatik, selain itu etanol yang digunakan sebagai

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 34

    pengekstrak bersifat lebih selektif, tidak beracun, dapat bercampur dengan air

    pada berbagai perbandingan serta kapang dan bakteri tidak dapat tumbuh di

    dalamnya.

    B. Pembuatan Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya

    Bentuk sediaan yang dibuat pada penelitian ini adalah hidrogel. Hidrogel

    adalah sediaan semisolid yang mengandung material polimer yang mempunyai

    kemampuan untuk mengembang dalam air tanpa larut dan bisa menyimpan air

    dalam strukturnya. Sifat hidrogel yaitu kandungan airnya relatif tinggi dan bersifat

    lembut, konsistensinya elastis sehingga kuat (Swarbrick dan Boylan, 1992).

    Dipilih hidrogel sebagai bentuk sediaan karena zat aktif yang larut dalam air,

    selain itu hidrogel memiliki kompatibilitas dengan jaringan biologis relatif baik,

    setelah kering akan meninggalkan suatu film tembus pandang yang elastis dengan

    daya lekat tinggi, yang tidak menyumbat pori kulit (Voight, 1994), memiliki sifat

    daya sebar yang baik pada kulit, pelepasan obat yang baik, tidak menghambat

    fungsi fisiologis kulit, efek dingin yang ditimbulkan, dan mudah dicuci dengan air

    (Voight, 1995).

    Formula gel yang dijadikan sebagi acuan adalah formula Aloe vera Gel

    (Niazi, 2004) dan yang digunakan dalam penelitian merupakan formula hasil

    modifikasi. Dilakukan modifikasi formula agar sesuai dengan zat aktif yang akan

    digunakan, selain itu agar didapatkan sediaan yang memiliki karakteistik fisik dan

    stabilitas yang diingingkan yaitu memiliki daya sebar 3 – 5 cm, viskositas 250 –

    440 dPa.s dan pergeseran viskositas kurang dari 10%. Pada formula sediaan gel

    komposisi paling besar adalah gelling agent dan humektan. Gelling agent yang

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 35

    digunakan adalah CMC-Na, menurut Rowe dkk. (2009), sebagai gelling agent

    CMC-Na berada pada range 3% - 6%. CMC-Na aman digunakan baik secara oral

    maupun topikal dan stabil pada pH 4 – 10. Untuk mencegah hilangnya lembab

    dari produk dan meningkatkan jumlah air (kelembaban) pada lapisan kulit terluar

    saat produk digunakan maka dalam sediaan gel ditambahkan humektan (Loden,

    2001). Humektan yang digunakan dalam penelitian ini adalah polietilen glikol 400

    (PEG 400). PEG 400 dapat berfungsi sebagai humektan bila diformulasikan

    dalam sediaan gel (Lieberman dan Martin, 1996) dan memiliki sifat larut dalam

    air, sehingga cocok untuk sediaan hidrogel. Pengawet yang digunakan dalam

    formula ini adalah natrium benzoat, karena relatif aman digunakan untuk sediaan

    topikal.

    Sebelum dilakukan pembuatan gel, terlebih dahulu dilakukan orientasi

    gelling agent dan humektan untuk menentukan level rendah dan level tinggi yang

    akan digunakan dalam penelitian. Grafik hasil orientasi pengaruh konsentrasi

    CMC-Na sebagai gelling agent terhadap daya sebar dan viskositas dapat dilihat

    pada gambar 6 dan 7.

    Pada gambar 6 dan 7 dapat diketahui bahwa pada konsentrasi CMC-Na

    5% dan 6% memberikan efek yang besar terhadap viskositas gel dan konsentrasi

    CMC-Na 5%, 6%, dan 7% memberikan efek yang besar pada daya sebar gel. Oleh

    karena itu, didapat daerah irisan dari kedua grafik tersebut, yakni konsentrasi

    CMC-Na 5% dan 6%. Pada daerah tersebut juga sudah memenuhi viskositas yang

    diinginkan (250-440 dPa.s) serta daya sebar yang diinginkan (3-5 cm), sehingga

    dipilih level rendah CMC-Na 5% dan level tingginya 6%. Gel yang dibuat tiap

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 36

    formula sejumlah 200 gram, sehingga CMC-Na yang digunakan sebanyak 10-12

    gram.

    Gambar 6. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent terhadap Daya Sebar

    Gambar 7. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi Gelling Agent terhadap Viskositas

    y = -0.344x + 5.534R² = 0.9452

    0

    1

    2

    3

    4

    5

    0 2 4 6 8

    Day

    a se

    bar (

    cm)

    Konsentrasi CMC Na dalam formula (%)

    Daya sebar

    Linear (Daya sebar)

    y = 153x - 459.93R² = 0.9572

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    0 2 4 6 8

    Visk

    osita

    s (d

    Pas)

    Konsentrasi CMC-Na dalam formula (%)

    Viskositas

    Linear (Viskositas)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 37

    Gambar 8. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi PEG 400 terhadap Daya Sebar

    Gambar 9. Grafik Orientasi Pengaruh Konsentrasi PEG 400 terhadap Viskositas

    Dari gambar 8 dan 9 dapat diketahui bahwa pada konsentrasi PEG 400

    10%, 15%, 25% dan 30% memberikan efek yang besar terhadap viskositas gel

    dan konsentrasi PEG 400 25% dan 30% memberikan efek yang besar pada daya

    sebar gel. Oleh karena itu, didapat daerah irisan dari kedua grafik tersebut, yakni

    konsentrasi PEG 400 25% dan 30%. Pada daerah tersebut juga sudah memenuhi

    y = 0.0152x + 3.4R² = 0.9389

    3.5

    3.55

    3.6

    3.65

    3.7

    3.75

    3.8

    3.85

    3.9

    0 10 20 30 40

    Day

    a Se

    bar (

    cm)

    Konsentrasi PEG 400 dalam formula (%)

    Daya sebar

    Linear (Daya sebar)

    y = -11.333x + 726.66R² = 0.85

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    0 10 20 30 40

    Visk

    osita

    s (d

    Pas)

    Konsentrasi PEG 400 dalam formula (%)

    viskositas

    Linear (viskositas)

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 38

    viskositas yang diinginkan (250-440 dPa.s) serta daya sebar yang diinginkan (3-5

    cm), sehingga dipilih level rendah PEG 400 25% dan level tingginya 30%. Gel

    yang dibuat tiap formula sejumlah 200 gram, sehingga PEG 400 yang digunakan

    sebanyak 50-60 gram. Setelah didapatkan level tinggi dan level rendah dari

    gelling agent CMC-Na dan humektan PEG 400 maka dilanjutkan dengan

    pembuatan sediaan gel.

    C. Uji pH Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya

    Uji pH pada gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya dilakukan dengan pH

    stik atau kertas pH universal. Uji pH bertujuan untuk mengetahui pH sediaan

    sesaat setelah dibuat, setelah 48 jam, dan pada penyimpanan 1 bulan. Hasil uji pH

    pada sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya dapat dilihat pada tabel V.

    Tabel V. Uji pH gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya

    FormulaUji pH

    Hari ke-0 Hari ke- 2Hari ke-28 (1 bulan)

    F1 6 6 6Fa 6 6 6Fb 6 6 6Fab 6 6 6

    Dari tabel V dapat diketahui bahwa pH sediaan gel antiinflamasi ekstrak

    lidah buaya memenuhi kriteria pH yang sesuai untuk kulit normal dan kriteria

    sediaan topikal yaitu antara 4 – 6 sehingga tidak mengiritasi kulit. Pada

    penyimpanan selama 1 bulan pH sediaan tidak berubah, hal ini menunjukkan

    bahwa pH sediaan stabil.

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 39

    D. Karakterisasi Sifat Fisik dan Stabilitas Gel Antiinflamasi Ekstrak

    Lidah Buaya

    Sifat fisik dan stabilitas berfungsi untuk mengetahui kualitas dari suatu

    sediaan. Sediaan obat yang baik adalah sediaan yang memenuhi persyaratan sifat

    fisik dan stabil dalam penyimpanan. Untuk sediaan gel, sifat fisik yang dapat

    diukur adalah daya sebar dan viskositas, sedangkan untuk stabilitas dapat

    dilakukan uji pergeseran viskositas. Untuk mengetahui sifat fisik sediaan gel,

    pengukuran daya sebar dan viskositas sediaan gel antiinflamasi ekstrak lidah

    buaya dilakukan 48 jam setelah pembuatan, sedangkan untuk mengetahui

    stabilitasnya dilakukan uji pergeseran vikositas setelah 1 bulan penyimpanan.

    1. Uji daya sebar

    Uji daya sebar dilakukan 48 jam setelah sediaan gel dibuat. Uji daya sebar

    bertujuan untuk mengetahui luas area gel dapat menyebar dan merata saat

    digunakan. Cara ujinya yaitu dengan gel ditimbang seberat 1 gram, diletakkan

    ditengah kaca bulat berskala. Diatas gel diletakkan kaca bulat lain dan pemberat

    dengan berat total 125 gram, didiamkan selama 1 menit, kemudian dicatat

    diameter penyebarannya (Garg dkk., 2002). Daya sebar merupakan karakteristik

    yang bertanggungjawab terhadap penghantaran obat ke tempat aksi, kemudahan

    dalam mengeluarkan sediaan dari wadah, dan penerimaan konsumen (Garg dkk.,

    2002).

    Daya sebar berbanding terbalik dengan viskositas. Daya sebar yang luas

    berarti viskositas sediaan kecil, begitu pula sebaliknya, daya sebar sempit, maka

    viskositas sediaan besar. Sediaan topikal yang ideal memiliki nilai daya sebar

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 40

    yang tidak terlalu kecil ataupun terlalu besar. Besarnya daya sebar yang dituju

    pada penelitian ini adalah 3 – 5 cm. Berikut hasil uji daya sebar yang dilakukan 48

    jam setelah pembuataan sediaan dan 1 bulan setelah penyimpanan.

    Tabel VI. Daya sebar gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya 48 jam setelah pembuatan

    Replikasi F1 Fa Fb Fab1 3,58 cm 3,4 cm 3,9 cm 3,45 cm2 3,53 cm 3,5 cm 4,05 cm 3,63 cm3 3,55 cm 3,55 cm 3,93 cm 3,3 cm

    rata-rata 3,55 cm 3,48 cm 3,96 cm 3,46 cmSD 0,025 0,076 0,079 0,165

    Tabel VII. Daya sebar gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya setelah 1 bulan penyimpanan

    Replikasi F1 Fa Fb Fab1 4,08 cm 3,65 cm 4,18 cm 3,50 cm2 4,20 cm 3,80 cm 3,95 cm 3,63 cm3 3,95 cm 3,38 cm 4,10 cm 3,55 cm

    rata-rata 4,08 cm 3,61 cm 4,07 cm 3,56 cmSD 0,125 0,212 0,116 0,065

    Hasil uji daya sebar tabel VI menunjukkan bahwa sediaan gel yang dibuat

    memenuhi persyaratan daya sebar yaitu memiliki daya sebar diantara 3 – 5 cm.

    2. Uji viskositas dan pergeseran viskositas

    Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk

    mengalir, makin tinggi viskositas maka makin besar tahanannya (Lieberman dan

    Martin, 1996). Uji viskositas dilakukan 48 jam setelah sediaan dibuat dengan

    maksud bahwa sediaan dalam keadaan stabil, tidak dipengaruhi oleh suhu dan

    pengadukan, sedangkan untuk uji pergeseran viskositas dilakukan 1 bulan setelah

    penyimpanan. Uji ini dapat mengindikasikan perubahan stabilitas fisik dari

    sediaan. Viskositas yang diharapkan dalam penelitian ini adalah 250 – 440 dPa.s

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 41

    dengan pergeseran viskositas kurang dari 10%. Hasil uji viskositas 48 jam setelah

    pembuatan dan 1 bulan setelah penyimpanan dapat dilihat pada tabel VIII.

    Tabel VIII. Viskositas gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya 48 jam setelah pembuatan (dPa.s)

    Replikasi F1 Fa Fb Fab1 400 420 450 6002 410 410 430 5003 430 425 460 650

    rata-rata 413,33 418,33 446,67 583,33SD 15,275 7,637 15,275 76,376

    Tabel IX. Viskositas gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya 1 bulan setelah penyimpanan (dPa.s)

    Replikasi F1 Fa Fb Fab1 400 450 455 6002 420 460 430 5903 430 440 460 650

    rata-rata 416,667 450 448,333 613.33SD 15,275 10 16,073 32,145

    Dari hasil yang didapat (tabel VIII) menunjukkan hanya formula F1 yang

    memiliki viskositas seperti yang dikehendaki, yaitu diantara 250 – 440 dPa.s,

    sedangkan formula lainnya tidak masuk kedalam rentang, hal ini kemungkinan

    disebabkan adanya interaksi antara bahan yang satu dengan yang lain sehingga

    mempengaruhi viskositas sediaan.

    Pergeseran viskositas didapatkan dari uji viskositas setelah 1 bulan

    penyimpanan, dan juga viskositas sediaan setiap minggunya untuk melihat profil

    pergeseran viskositas. Pergeseran viskositas yang dikehendaki adalah kurang dari

    10% (Zatz dkk., 1996).

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 42

    Tabel X. Pergeseran viskositas gel antiinflamasi ekstrak lidah buaya

    Formula ReplikasiViskositas (dPa.s) Pergeseran

    viskositas (%)2 hari 1 bulan

    F1

    1 400 400 0,0002 410 420 2,4393 430 430 0,000

    rata-rata ± SD 0,813 ± 1,408

    Fa

    1 420 450 7,1432 410 460 12,1953 425 440 3,529

    rata-rata ± SD 7,622 ± 4,352

    Fb

    1 450 455 1,1112 430 430 0,0003 460 460 0,000

    rata-rata ± SD 0,3704 ± 0,642

    Fab

    1 600 600 0,0002 500 590 183 650 650 0,000

    rata-rata ± SD 6,000 ±10,392

    Hasil uji pergeseran viskositas menunjukkan formula gel dengan

    konsentrasi CMC-Na rendah yaitu formula F1 dan Fb memiliki persentase

    pergeseran viskositas yang lebih kecil dibandingkan dengan formula dengan

    konsentrasi CMC-Na tinggi (Formula Fa dan Fab) hal ini kemungkinan

    disebabkan adanya interaksi molekular di dalam sediaan yaitu adanya

    perpanjangan polimer CMC-Na seiring dengan penyimpanan sediaan selama 1

    bulan. Formula dengan konsentrasi CMC-Na tinggi terkandung lebih banyak

    polimer dibandingkan dengan formula dengan konsentrasi CMC-Na rendah,

    sehingga pada saat penyimpanan 1 bulan perpanjangan polimer yang terjadi lebih

    banyak pada formula dengan konsentrasi CMC-Na tinggi dan menyebabkan

    viskositas meningkat selama penyimpanan yang berpengaruh pada persentase

    pergeseran viskositas sediaan. Secara keseluruhan, hasil pengukuran pergeseran

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 43

    viskositas menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat memiliki nilai pergeseran

    viskositas kurang dari 10%. Hal ini menunjukkan bahwa sediaan yang dibuat

    memiliki stabilitas yang baik.

    Gambar 10. Grafik Viskositas Gel setiap Minggu

    E. Efek Penambahan CMC-Na dan PEG 400 serta Interaksinya dalam

    Menentukan Sifat Fisik Gel Antiinflamasi Ekstrak Lidah Buaya

    Perbedaan level dan faktor menyebabkan perubahan respon yang disebut

    dengan efek. Efek dari CMC-Na, PEG 400, dan interaksi keduanya terhadap sifat

    fisik sediaan gel dapat diketahui dengan menggunakan analisis statistik program

    R.-2.14.1 dengan uji two way ANOVA pada taraf kepercayaan 95%. Dilakukan

    juga analisis signifikansi pada masing-masing faktor dalam menimbulkan efek.

    Penelitian ini menggunakan rancangan desain faktorial dengan 2 faktor pada 2

    level yaitu level tinggi dan rendah.

    0

    100

    200

    300

    400

    500

    600

    700

    1 2 3 4 5

    Visk

    osita

    s (d

    Pa.s

    )

    Waktu penyimpanan (minggu)

    formula 1

    formula a

    formula b

    formula ab

    PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

  • 44

    1. Uji normalitas data

    Uji normalitas data pada penelitian ini dilakukan dengan melihat

    distribusi data yang dihasilkan dalam penelitian yang diharapkan distribusi

    datanya adalah normal (Mario dan Sujarweni, 2006). Distribusi data dikatakan

    normal jika memiliki p-value > 0,05 (Istyastono, 2012). Uji Shapiro-Wilk

    digunakan untuk menguji normalitas data. Hasil pengujian yang dilakukan,

    menunjukkan bahwa data memilki p-value lebih dari 0,05 yang berarti data

    memiliki distribusi normal.

    Tabel XI. Uji no