persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi badan ... · pdf filepersepsi masyarakat...
TRANSCRIPT
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSIBADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA FATUFIA
KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI
OLEH:
KISWANSTB: 20908029
SKRIPSI
Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratanuntuk memperoleh gelar Sarjana (S1) Ilmu Politik
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHANFAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHKENDARI
2013
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Telah diperiksa dan disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di hadapan
Panitia Ujian Skripsi Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Kendari.
Judul : Pelaksanaan Tertib Administrasi PemerintahanKelurahan Dalam Memberikan Pelayanan KepadaMasyarakat (Studi Di Kelurahan Konda KecamatanKonda Kabupaten Knawe Selatan)
Nama : HENI SARIPA
No. Stambuk : 20908095
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Kendari, Juni 2013
Menyetujui:
Pembimbing I
Drs. Akhyar Abdullah, M.Si
Pembimbing II
Andi Syaiful, S.Sos, M.Si
Mengetahui:
Ketua Program StudiIlmu Pemerintahan
Wahyuddin, S.IP, M.Si
iii
HALAMAN PENGESAHAN
SKRIPSI
PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSIBADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA FATUFIA
KECAMATAN BAHODOPI KABUPATEN MOROWALI
OLEH:
KISWANSTB:20908029
Telah dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi Program Studi IlmuPemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas MuhammadiyahKendari pada tanggal 20 Juni 2013 untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politikdengan sebutan S.IP dan hasilnya dinyatakan telah memenuhi syarat dandinyatakan lulus.
PANITIA UJIAN SKRIPSI
Ketua : Dr. RifaiNur, M.Hum (…………………….......)
Sekretaris : Drs. Akhyar Abdullah, M.Si (………………………...)
Anggota : Wahyuddin, S.IP, M.Si (………………………...)
Kendari, 22 Juni 2013
Mengetahui,Dekan Fisip UMK
Drs. Muh. Arsyad, M.Si
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Kiswan
Stambuk : 20908029
Program Studi : Ilmu Pemerintahan
Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan jiplakan atau plagiat dari
tulisan orang lain.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil jiplakan
atau plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Kendari, Juni 2013
Yang membuat pernyataan
KISWAN
v
ABSTRAK
Kiswan (20908029) : Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan FungsiBadan Permusyawaratan Desa (BPD) Di Desa Fatufia Kecamatan BahodopiKabupaten Morowali, di bawah bimbingan: Dr. Rifai Nur, M.Hum selakuPembimbing I dan Abd. Rahman, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing II.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadappelaksanaan fungsi BPD di Desa Fatufia, dan untuk mengetahui berbagai faktoryang menjadi pendorong dan penghambat pelaksanaan fungsi tersebut.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Kepala Keluarga (KK) yangberjumlah 147 KK. Adapun sampel ditetapkan secara acak dan sederhana diambil5% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 30 KK. Untuk mendukung data yang ada,maka dalam penelitian ini ditetapkan informan sebanyak 5 orang dari pengurusBPD.
Hasil penelitian menunjukkan persepsi masyarakat terhadap pelaksanaanfungsi BPD diketahui bahwa (1) Fungsi menetapkan peraturan desa kurangterlaksana karena adanya hambatan dalam pelaksanaannya yaitu minimnya saranadan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi, (2) Fungsi menampung danmenyalurkan aspirasi masyarakat kurang terlaksana karena masih terdapat kendaladalam pelaksanaannya yaitu masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsiyang diemban oleh BPD, sehingga dalam proses menampung dan menyalurkanaspirasi masyarakat sering mendapat pertentangan atau perdebatan darimasyarakat, (3) Pelaksanaan fungsi pengawasan telah terlaksana dengan baiksesuai implementasi karena di dukung koordinasi dan kerjasama antar lembagayang ada di desa. Adapun faktor pendorong pelaksanaan fungsi BPD diketahuibahwa (1) Koordinasi dan kerjasama antar lembaga, (2) Kemampuan danpengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus BPD. Sedangkan faktorpenghambat yaitu, (1) Masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsiyang diemban oleh BPD, sehingga dalam pelaksanaan fungsi BPD seringkalimendapat pertentangan atau perbedaan dari masyarakat, dan (2) Minimnya saranadan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi. Oleh karena itu terdapatnyaberbagai faktor pendorong dan penghambat dalam pelaksanaan fungsi BadanPermusyawaratan Desa (BPD), sehingga dalam pelaksanaan fungsi tersebut dapatberjalan dan juga kadang terhambat dalam pelaksanaannya.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya-Nya, sehingga tulisan ini bisa terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Sesuai dengan keberadaan penulis maka apa yang tertuang dalam
tulisan ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang telah penulis lakukan.
Penulis menyadari bahwa proses kegiatan penulisan, penyusunan, serta
perbaikan materi skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum selaku pembimbing I dan
Bapak Abd. Rahman, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan tulus dan ikhlas, sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
Kemudian yang teristimewa saya haturkan sembah sujud tak terhingga
kepada Ayahanda Bapak Kayum dan Ibunda tercinta Sa’adia yang telah
memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dukungan, dan pengorbanan atas
segalanya demi keberhasilan penulis dalam penyelesaian studi.
Oleh karena itu patutlah kiranya pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kendari.
2. Bapak Drs. Muh. Arsyad, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Kendari
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya-Nya, sehingga tulisan ini bisa terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Sesuai dengan keberadaan penulis maka apa yang tertuang dalam
tulisan ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang telah penulis lakukan.
Penulis menyadari bahwa proses kegiatan penulisan, penyusunan, serta
perbaikan materi skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum selaku pembimbing I dan
Bapak Abd. Rahman, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan tulus dan ikhlas, sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
Kemudian yang teristimewa saya haturkan sembah sujud tak terhingga
kepada Ayahanda Bapak Kayum dan Ibunda tercinta Sa’adia yang telah
memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dukungan, dan pengorbanan atas
segalanya demi keberhasilan penulis dalam penyelesaian studi.
Oleh karena itu patutlah kiranya pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kendari.
2. Bapak Drs. Muh. Arsyad, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Kendari
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya-Nya, sehingga tulisan ini bisa terselesaikan sebagaimana yang
diharapkan. Sesuai dengan keberadaan penulis maka apa yang tertuang dalam
tulisan ini merupakan perwujudan dari upaya optimal yang telah penulis lakukan.
Penulis menyadari bahwa proses kegiatan penulisan, penyusunan, serta
perbaikan materi skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih
yang tak terhingga kepada Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum selaku pembimbing I dan
Bapak Abd. Rahman, S.Sos, M.Si selaku pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan dan arahan dengan tulus dan ikhlas, sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
Kemudian yang teristimewa saya haturkan sembah sujud tak terhingga
kepada Ayahanda Bapak Kayum dan Ibunda tercinta Sa’adia yang telah
memberikan curahan kasih sayang, perhatian, dukungan, dan pengorbanan atas
segalanya demi keberhasilan penulis dalam penyelesaian studi.
Oleh karena itu patutlah kiranya pada kesempatan ini penulis juga
menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Dr. Rifai Nur, M.Hum, selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Kendari.
2. Bapak Drs. Muh. Arsyad, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Kendari
vii
3. Bapak Wahyuddin, S.IP, M.Si, selaku Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Muhammadiyah Kendari
4. Para Dosen Civitas Akademik lainnya yang telah memberikan
pengetahuan dan pelayanan administrasi sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
5. Bapak Kepala Desa, Pengurus BPD, dan Sekretaris Desa Fatufia
beserta seluruh pihak yang telah banyak membantu memberikan data
dan informasi selama penulis mengadakan penelitian.
6. Kakakku tercinta yakni Karlina dan adikku tersayang yakni Zulkifli
dan Jefri, serta iparku yakni Albert dan teman terdekatku yakni
Herawati Waode yang tulus membantu penulis dalam menyelesaikan
studi.
7. Teman-teman seperjuangan dari BMB (Bungku Muna Buton) yaitu
Bang Sahid, Bang Bayu, Aswar, Harto, La Samurani dan teman-teman
lain yang tidak sempat saya sebutkan satu persatu.
8. Rekan-rekan seangkatan Program Studi Ilmu Pemerintahan angkatan
2009 yang senantiasa membantu penulis selama proses perkuliahan.
Penulis berdoa apa yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala
dan amal disisi Allah SWT serta senantiasa mendapat perlindungan-Nya dalam
menjalankan aktivitas kehidupan, Amin.
Kendari, Juni 2013
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................... iHALAMAN PERSETUJUAN ......................................................... iiHALAMAN PENGESAHAN ........................................................... iiiPERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ........................................ ivABSTRAK ........................................................................................ vKATA PENGANTAR ...................................................................... viDAFTAR ISI ..................................................................................... viiiDAFTAR TABEL ............................................................................. x
BAB I PENDAHULUANA. Latar Belakang Masalah ............................................ 1B. Rumusan Masalah ..................................................... 8C. Tujuan Penelitian ..................................................... 9D. Manfaat Penelitian .................................................... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKAA. Konsep Persepsi ........................................................ 10B. Proses Terbentuknya Persepsi.................................... 12C. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) ........... 16D. Faktor-Faktor yang Menjadi Pendorong dan
Penghambat Pelaksanaan Fungsi BPD ...................... 23E. Kerangka Pikir ........................................................... 29
BAB III METODE PENELITIANA. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian .................... 31B. Populasi dan Sampel ................................................. 31C. Teknik Pengumpulan Data ........................................ 31D. Teknik Analisis Data ................................................. 32E. Defenisi Operasional ................................................. 34
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASANA. Deskripsi Lokasi Penelitian ........................................ 36B. Data Umum Responden yang Diteliti ......................... 42C. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan
Fungsi BPD ................................................................ 461. Pelaksanaan Fungsi Menetapkan Peraturan Desa 462. Pelaksanaan Fungsi Menampung dan
Menyalurkan Aspirasi Masyarakat ....................... 493. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan .......................... 52
D. Faktor Pendorong dan Penghambat PelaksanaanFungsi BPD ................................................................ 551. Faktor Pendorong ................................................. 55
ix
a. Koordinasi/kerjasama antar lembaga ............ 55b. Kemampuan/pengalaman organisasi
pengurus BPD ................................................ 572. Faktor Penghambat ............................................... 59
a. Masyarakat belum sepenuhnya memahamiFungsi-fungsi yang diemban oleh BPD .......... 60
b. Sarana dan prasarana penunjang ..................... 62
BAB V PENUTUPA. Kesimpulan ................................................................. 64B. Saran-Saran ................................................................. 65
DAFTAR PUSTAKALAMPIRAN-LAMPIRAN
x
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah Penduduk Desa Fatufia Menurut Usia danJenis Kelamin Tahun 2012 ............................................. 37
Tabel 2 Klasifikasi Tingkat Pendidikan Penduduk Desa FatufiaTahun 2012 ..................................................................... 38
Tabel 3 Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa FatufiaTahun 2012 ..................................................................... 39
Tabel 4 Sebaran Agama yang Dianut oleh PendudukDesa Fatufia Tahun 2012 ............................................... 40
Tabel 5 Sebaran Suku Penduduk Desa Fatufia Tahun 2012 ....... 41
Tabel 6 Sebaran Responden Menurut Tingkat Umur .................. 42
Tabel 7 Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin .................. 43
Tabel 8 Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan ......... 44
Tabel 9 Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian ............ 45
Tabel 10 Sebaran Responden Menurut Agama yang Dianut ........ 46
Tabel 11 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan FungsiMenetapkan Peraturan Desa ........................................... 47
Tabel 12 Jenis-Jenis Peraturan Desa Fatufia yangSudah di Tetapkan .......................................................... 49
Tabel 13 Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan FungsiMenampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat ..... 50
Tabel 14 Jenis-Jenis Aspirasi yang ditampung dan disalurkanoleh BPD ........................................................................ 52
Tabel 15 Tanggapan Responden Terhadap PelaksanaanFungsi Pengawasan ........................................................ 53
Tabel 16 Tanggapan Responden Terhadap PelaksanaanKoordinasi/Kerjasama Antar Lembaga Oleh BPD ....... 55
Tabel 17 Jalur Koordinasi yang dilakukan oleh BPD ................... 57
xi
Tabel 18 Tanggapan Responden Terhadap PengalamanOrganisasi Kemasyarakatan Pengurus BPD .................. 57
Tabel 19 Tanggapan Responden Terhadap Masyarakat yangBelum Sepenuhnya Memahami Fungsi-Fungsi yangDiemban Oleh BPD ........................................................ 60
Tabel 20 Tanggapan Responden terhadap Sarana dan PrasaranaPenunjang Pelaksanaan Fungsi BPD .............................. 62
Tabel 21 Keadaan Sarana dan Prasarana BPD Desa FatufiaTahun 2013 ..................................................................... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dengan dikeluarkannya UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan
Daerah, desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa,
adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yurisdiksi, berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan atau
dibentuk dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di Kabupaten.
Landasan pemikiran dalam pengaturan mengenai desa adalah
keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan
masyarakat.
Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa atau yang sering disingkat BPD atau sebutan lain yang
sesuai dengan budaya yang berkembang di desa bersangkutan, BPD adalah
unsur lembaga dalam menyelenggarakan pemerintahan desa. Peran BPD
sangat penting, karena sebagai unsur lembaga yang paling dekat dengan
masyarakat. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan dibentuknya BPD
diharapkan dapat terwujudnya suatu proses demokrasi yang baik dimulai dari
sistem pemerintahan terkecil yaitu desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dibentuk ditiap-tiap desa di
seluruh Indonesia yang pembentukannya di latar belakangi oleh Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah maupun
2
Undang-Undang penggantinya yaitu Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004
tentang Pemerintahan Daerah. Sesuai dengan fungsi dari lembaga ini yakni
sebagai lembaga yang menjalankan fungsi legislasi, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat serta menjalankan fungsi pengawasan, maka
diharapkan dengan efektifnya pelaksanaan fungsi tersebut dapat diwujudkan
keseimbangan kekuatan antara elemen masyarakat yang direpresentasikan
oleh BPD dengan pemerintah desa. Di level desa perlu dibangun good
governance (tata kelola pemerintahan yang baik) yang memungkinkan
keterlibatan seluruh elemen desa yang direpresentasikan melalui kelembagaan
BPD dalam setiap urusan publik, penyelenggaraan pemerintahan serta
merumuskan kepentingan desa. Tentunya ini dapat terwujud apabila BPD
memiliki posisi tawar (bargaining position) yang kuat tidak hanya terhadap
pemerintah desa tetapi juga terhadap pemerintah supra desa.
Pelaksanaan fungsi BPD di Desa Fatufia yang menjadi ukuran dalam
menilai kinerja organisasi tersebut meskipun dinilai baik, namun terlepas dari
penilaian masyarakat tersebut ternyata masih ditemukan sejumlah fakta yang
apabila dikaitkan dengan indikator-indikator kinerja organisasi menunjukkan
bahwa ada beberapa indikator kinerja yang belum terpenuhi dalam struktur
keanggotaan BPD di Desa Fatufia yaitu masih adanya sejumlah elemen
masyarakat yang belum terwakili dalam struktur keanggotaan lembaga
tersebut. Fungsi pengawasan dari BPD dinilai sebagai fungsi yang paling
gencar dilaksanakan dibandingkan pelaksanaan fungsi-fungsi yang lain yaitu
menetapkan peraturan desa dan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi
3
masyarakat, dimana merupakan fungsi yang paling minim dalam hal
penerapan dan pelaksanaannya.
Masih terdapatnya pelaksanaan fungsi dari BPD yang dinilai masih
minim, tentu tidak dapat dilepaskan dari sejumlah faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan fungsi tersebut yaitu faktor pendorong dan penghambat. Salah
satu faktor pendorong yang cukup berpengaruh dalam pelaksanaan fungsi
tersebut adalah pengalaman individu yang dimiliki oleh anggota BPD perihal
pelaksanaan fungsinya, seperti pengalaman kegiatan organisasi
kemasyarakatan, dan adapun salah satu faktor-faktor yang dapat menghambat
yaitu kurangnya sarana dan prasarana. Mengutip pendapat yang menyorot
tentang kinerja Lembaga Musyawarah Desa (LMD) menyatakan bahwa:
berdasarkan hasil pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tingkat
kemampuan para anggota Lembaga Musyawarah Desa masih terbatas
sehingga dengan keterbatasan itu para anggota Lembaga Musyawarah Desa
belum memahami, mengkaji dan melaksanakan ketentuan-ketentuan yang
digariskan dalam undang-undang, maupun yang telah ditetapkan dalam
berbagai peraturan pelaksanaannya.
Identik dengan masalah yang melingkupi Lembaga Permusyawaratan
Desa, kondisi itu juga masih terjadi pada pembentukan Badan
Permusyawaratan Desa (BPD), apalagi dengan nuansa yang lebih dinamis,
dimana Badan Permusyawaratan Desa semakin dituntut untuk dapat berperan
secara aktif menjalankan fungsinya dalam rangka peran partisipatif lembaga
dalam membangun desa.
4
Peran partisipatif tersebut akan terhambat secara kolektif, apabila
kemampuan sumber daya anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
sangat rendah dan atau konteks pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) di arahkan kepada tujuan dan maksud tertentu, demi kepentingan
kelompok atau golongan tertentu.
Karena begitu kompleksnya fungsi dari Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), sehingga untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaan fungsinya,
perlu kiranya dikenali beberapa faktor penghambat yang sering terjadi dalam
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai suatu lembaga yaitu antara lain :
(1) Dari aspek hubungan dalam organisasi pemerintahan Desa, (2)
Komunikasi dan kerjasama organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD),
dan (3) dari Aspek kemampuan individual anggota Badan Permusyawaratan
Desa (BPD).
Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi, merupakan salah satu wilayah
Desa yang secara administratif berada dalam wilayah Kabupaten Morowali
Propinsi Sulawesi Tengah. Di lihat dari segi geografisnya, wilayah Desa
Fatufia sangat dekat dengan Ibukota Kabupaten Morowali. Kondisi ini
menyebabkan Desa Fatufia harus dapat memposisikan diri secara administrasi
dan struktural untuk dapat mengikuti dinamisasi perkembangan wilayah desa-
desa yang ada disekitarnya.
Dinamisasi pertumbuhan pembangunan di Desa Fatufiia, seluruh
komponen dalam struktur Pemerintahan Desa (Kepala Desa dan aparaturnya
beserta BPD) dituntut untuk dapat berinisiatif secara aktif dalam rangka
5
pemikiran perkembangan dan pertumbuhan Desa Fatufia. Perkembangan dan
pertumbuhan Desa Fatufia sangat di dukung oleh tingkat kemampuan
Pemerintah Desa untuk meningkatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja
Desa, tingkat perekonomian dan pendapatan masyarakat Desa, pertumbuhan
produksi dan hasil usaha masyarakat. Untuk kesemua itu, diperlukan tatanan
peraturan yang bersifat mengikat. Dalam arti bahwa ketentuan dan peraturan
yang berlaku dalam masyarakat Desa Fatufia tumbuh dan berkembang
berdasarkan aspirasi dan dinamika masyarakat.
Untuk dapat mewujudkan hal tersebut, diperlukan suatu bentuk
struktur kelembagaan BPD sebagai perumus, dan pengayom dalam ketentuan
peraturan desa, dimana hal ini harus didukung oleh koordinasi struktural
intern kelembagaan, kemampuan individu yang berupa kecakapan dalam
merumuskan aspirasi masyarakat ke dalam peraturan desa yang bersifat
mengikat.
Pelaksanaan fungsi BPD di Desa Fatufia dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor tersebut dapat saja menjadi faktor Pendorong dan penghambat
pelaksanaan fungsi. Faktor tersebut dapat saja bersumber dari individu
pengurus BPD yang berupa tingkat pendidikan dan pengalaman, hubungan
organisasi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan lembaga lain yang
ada di desa, dan tingkat pemahaman masyarakat terhadap fungsi BPD, sarana
dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi.
Dikalangan masyarakat Desa Fatufia, masih terdapat perbedaan
pandangan terhadap realisasi fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
6
Hal ini menyebabkan realisasi pelaksanaan fungsi badan tersebut masih
sering disalah artikan atau tidak dapat dipahami dengan baik oleh masyarakat,
karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang fungsi yang diemban
oleh Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Hal pokok yang menjadi
perdebatan adalah adanya pandangan yang sempit dan keliru yaitu bahwa
BPD hanya bertugas untuk mengawasi pelaksanaan tugas dari Kepala Desa.
Sementara tugas dan kewajiban BPD yang harus dilakukan sangat kompleks
di antara (1) Membahas rancangan peraturan desa bersama kepala desa, (2)
Mengayomi adat istiadat, (3) Merumuskan rencana pembangunan desa
bersama dengan pemerintah desa, (4) Menggali, menampung, menghimpun,
merumuskan dan menyalurkan aspirasi masyarakat, (5) Mengawasi atas
kebijakan yang dijalankan pemerintah desa, (6) Melaksanakan peraturan desa,
(6) Menyetujui anggaran pendapatan dan belanja desa (APBDes), (7)
Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian kepala desa, (8) Membentuk
panitia pemilihan kepala desa.
Adanya keinginan untuk mengetahui persepsi masyarakat, dilakukan
sebagai evaluasi terhadap pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) yang ditujukan untuk lebih meningkatkan kinerja dan kualitas sebagai
wadah pengayom, legislasi dan menampung aspirasi masyarakat di desa.
Pelaksanaan fungsi pengayoman adat oleh BPD dapat berjalan dengan baik
jika adanya peran dari BPD dan juga kesadaran masyarakat yang cukup tinggi
terhadap nilai-nilai sosial yang harus tetap dijaga dan dipatuhi seperti
mengedepankan nilai-nilai sosial musyawarah dalam menyelesaikan
7
perselisihan yang timbul di dalam masyarakat akan menghasilkan jalan keluar
yang dapat memuaskan hasil yang diterima. Fungsi BPD dalam Pemerintahan
Desa sangat penting, salah satunya sebagai penyalur aspirasi masyarakat.
Usulan atau masukan untuk rancangan suatu Peraturan Desa dapat datang dari
masyarakat dan disampaikan melalui BPD. Inisiatif juga bisa datang dari
Kepala Desa. Usulan-usulan tersebut dilakukan pemeriksaan oleh BPD
apakah usulan tersebut mencakup semua keperluan warga desa atau masalah
tersebut datangnya hanya dari satu golongan tertentu untuk memenuhi
kepentingan mereka sendiri.
Berkenaan dengan hal di atas, BPD harus tanggap terhadap kondisi
sosial masyarakat, setiap keputusan yang dihasilkan diharapkan mampu
membawa sebuah perubahan yang bersifat positif bagi semua warga desa.
Inisiatif dalam pembuatan Peraturan Desa baik yang datangnya dari anggota
BPD maupun dari Kepala Desa terlebih dahulu dituangkan dalam rancangan
Peraturan Desa. Rancangan yang datang dari Kepala Desa diserahkan kepada
BPD untuk dibahas dalam rapat BPD untuk mendapatkan persetujuan dari
anggota BPD, demikian juga sebaliknya apabila rancangan Peraturan Desa
datang dari BPD maka harus dimintakan persetujuan Kepala Desa. Setelah
mendapatkan persetujuan bersama, maka rancangan tersebut diserahkan
kepada Desa untuk dijadikan sebuah Peraturan Desa.
BPD dalam menjalankan fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan
peraturan desa berpedoman kepada kebijakan yang telah disepakati
bersama yaitu program kerja, APBDes serta berbagai peraturan perundang-
8
undangan yang berlaku. Konsisten dalam melakukan pengawasan terhadap
bagaimana suatu program pemerintah, fungsi pemerintahan, peraturan dan
keputusan yang telah ditetapkan bersama akan mengurangi adanya
penyelewengan atas kewenangan dan keuangan desa dalam penyelenggaraan
pemerintahan desa. Tujuan dilakukan pengawasan yaitu agar pelaksanaan
suatu kegiatan dapat berjalan dan mencapai hasil sebagaimana yang telah
direncanakan atau diprogramkan sebelumnya.
Di Desa Fatufia, fungsi BPD belum dilaksanakan secara optimal. Hal
ini ditunjukkan dengan terdapatnya persepsi masyarakat yang menganggap
BPD tidak menjalankan fungsinya yakni fungsi pengawasan terhadap
pelaksanaan program yang telah disepakati, sehingga banyak program yang
dijalankan oleh kepala desa sering terjadi penyelewengan. Begitu juga dengan
Aspirasi masyarakat yang ditampung dan disalurkan BPD belum representatif.
Berdasarkan pemikiran di atas penulis tertarik untuk melakukan kajian
khusus mengenai persepsi masyarakat tentang pelaksanaan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam suatu judul penelitian yaitu: “Persepsi
Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) di Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Fatufia.
9
2. Faktor - faktor apakah yang menjadi pendorong dan penghambat
pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Fatufia.
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka penelitian ini
bertujuan:
1. Untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Fatufia.
2. Untuk mengetahui faktor - faktor yang menjadi pendorong dan
penghambat pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di
Desa Fatufia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Akademik
Sebagai bahan referensi dan bahan pembanding dalam pembahasan dan
pengkajian ilmu pengetahuan khususnya mengenai persepsi masyarakat
terhadap pelaksanaan fungsi BPD demi kemajuan dan penyempurnaan
kelembagaan Desa di Desa Fatufia dan bagi peneliti lain yang berminat
pada topik yang sama meskipun lokasi yang berbeda.
2. Manfaat Praktis
Bagi Pemerintah Desa khususnya di Desa Fatufia dalam rangka
meningkatkan pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa demi
kemajuan Sistem Pemerintahan Desa.
10
BAB II
TINJAUN PUSTAKA
A. Konsep Persepsi
Secara etimologis, persepsi berasal dari kata perception (Inggris) dan
berasal dari bahasa latin perception; dari percipare yang artinya menerima
atau mengambil (Sobur, 2003: 445).
Menurut kamus lengkap psikologi, persepsi adalah: (1) Proses
mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan
indera, (2) Kesadaran dari proses-proses organis, (3) (Titchener) satu
kelompok penginderaan dengan penambahan arti-arti yang berasal dari
pengalaman di masa lalu, (4) Variabel yang menghalangi atau ikut campur
tangan, berasal dari kemampuan organisasi untuk melakukan pembedaan
diantara perangsang-perangsang, (5) Kesadaran intuitif mengenai kebenaran
langsung atau keyakinan yang serta merta mengenai sesuatu (Chaplin, 2006:
358).
Selanjutnya menurut Leavit (dalam Sobur, 2003: 445) persepsi dalam
arti sempit adalah penglihatan, bagaimana cara seseorang melihat sesuatu,
sedangkan dalam arti luas persepsi adalah pandangan atau pengertian yaitu
bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.
Definisi persepsi menurut para ahli sangat beragam, seperti yang
dikemukakan berikut ini. Persepsi menurut Epstein & Rogers (dalam
Stenberg, 2008: 105) adalah seperangkat proses yang dengannya kita
mengenali, mengorganisasikan dan memahami cerapan-cerapan inderawi yang
11
kita terima dari stimuli lingkungan.
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses yang menggabungkan dan
mengorganisir data-data indera kita (penginderaan) untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk
sadar akan diri kita sendiri (Shaleh, 2009: 110).
Menurut Wittig (1977: 76) persepsi adalah proses menginterpretasikan
stimulus oleh seseorang (perception is the process by which a person
interprets sensory stimuli). Persepsi muncul dari beberapa bagian pengalaman
sebelumnya.
Definisi persepsi yang diberikan oleh Desiderato (dalam Rakhmat,
1996: 51) adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan
pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory
stimuli). Hubungan dengan persepsi sudah jelas. Sensasi adalah bagian dari
persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna informasi inderawi tidak
hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi, ekspektasi, motivasi, dan
memori.
Persepsi dalam pengertian psikologi menurut Sarwono (2002: 94)
adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh
informasi tersebut adalah penginderaan (penglihatan, pendengaran, peraba dan
sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau
kognisi.
12
Menurut Moskowitz dan Ogel (dalam Walgito, 2003: 54), persepsi
merupakan proses yang integrated dari individu terhadap stimulus yang
diterimanya. Dengan demikian dapat dikemukakan bahwa persepsi itu
merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus
yang diterima oleh organisme atau individu sehingga merupakan sesuatu yang
berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu.
Menurut Thoha (2007: 141),bahwa: Persepsi pada hakikatnya adalah
proses kognitif yang dialami oleh setiap orang di dalam memahami informasi
tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan,
perasaan, dan penciuman, pada dasarnya memahami persepsi bukan suatu
pencatatan yang benar terhadap suatu situasi yang dihadapi, melainkan
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi.
Selanjutnya Dimyati dan Mudjiono (2006: 239), mengemukakan
dengan adanya persepsi tentang sesuatu, mengakibatkan sikap menerima,
menolak, atau bisa juga mengabaikan.
B. Proses Terbentuknya Persepsi
Persepsi menurut Slameto (2010: 102) adalah proses yang menyangkut
masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. Melalui persepsi
manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya.
Persepsi dalam pengertian diatas merupakan Proses persepsi individu
dituntut untuk memberikan penilaian terhadap suatu obyek, persepsi tersebut
dapat bersifat positif atau negatif. Persepsi menjadikan diri berinteraksi
dengan sekitarnya, khususnya antar manusia. Kehidupan sosial salah satunya
13
di dalam kelas tidak lepas dari interaksi antara masyarakat dengan
masyarakat serta antara masyarakat dan pemerintah. Adanya interaksi antar
komponen yang ada menjadikan masing-masing komponen (masyarakat dan
pemerintah) akan saling memberikan tanggapan, penilaian dan persepsinya.
Persepsi penting adanya untuk menumbuhkan komunikasi aktif, sehingga
dapat meningkatkan kapasitas interaksi dalam masyarakat.
Feigi (dalamYusuf,1991: 108), menjelaskan proses pembentukan
persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya
stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang
berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan
"closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi,
maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang
dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi
tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna,
sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi
tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut
Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam
atau dahulu memegang peranan yang penting.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya bahwa dalam persepsi
individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan stimulus yang
diterimanya sehingga stimulus tersebut mempunyai arti bagi individu yang
bersangkutan. Dengan demikian, stimulus merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam pembentukan persepsi. Sejalan hal tersebut dapat
14
disimpulkan bahwa proses terbentuknya persepsi berawal dari sebuah
rangsangan atau stimulus yang kemudian diinterprestasikan sesuai dengan
pengenalan, penalaran, dan perasaan individu yang disebut juga sebagai
variabel psikologis yang muncul diantara rangsangan dan tanggapan.
Selanjutnya Sobur (2003: 447), mengemukakan dalam proses persepsi
terdapat tiga komponen utama yaitu:
1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari
luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.
2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga
mempunyai arti bagi seseorang.
3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah
laku sebagai reaksi.
Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan
pembulatan terhadap informasi yang diterima, sehingga menghasilkan sebuah
bentuk tingkah laku sebagai reaksi.
Dalam menelaah proses terbentuknya persepsi sangat dipengaruhi oleh
faktor fungsional yang menentukan persepsi seseorang yang berasal dari
kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain termasuk yang kita sebut
sebagai faktor-faktor personal (Rakhmat1998:55). Selanjutnya Rakhmat
menjelaskan yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli,tetapi
karakteristik orang yang memberi respon terhadap stimuli.
Persepsi meliputi juga kognitif (pengetahuan), yang mencakup
penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan
15
(Gibson,1986:54). Selaras dengan pernyataan tersebut Krech, dkk. (dalam Sri
Tjahjorini Sugiharto (2001:19) mengemukakan bahwa persepsi seseorang
ditentukan oleh dua faktor utama, yakni pengalaman masa lalu dan faktor
pribadi.
Dalam pengertian diatas secara lebih jauh akan melahirkan lima prinsip
dasar tentang persepsi yang perlu diketahui agar menjadi komunikator yang
efektif seperti diungkapkan Slameto (2010:103-105) yaitu:
1. Persepsi Itu Relatif Bukan Absolut
Artinya: pada dasarnya manusia bukan merupakan instrumen ilmiah yang
mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan yang sebenarnya.
2. Persepsi Itu Selektif
Artinya: Seseorang hanya memperhatikan beberapa rangsangan dari
banyak rangsangan yang ada disekelilingnya pada saat-saat tertentu.
Persepsi itu selektif berarti bahwa rangsangan yang diterima akan
tergantung pada apa yang pernah dipelajari, pada suatu yang menarik
perhatian dan kearah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.
Keterbatasan dalam kemampuan seseorang untuk menerima rangsangan.
3. Persepsi Itu Tatanan
Artinya: orang yang menerima rangsangan dilakukan dengan hubungan-
hubungan atau kelompok- kelompok. Jika rangsangan datang tidak
lengkap maka akan dilengkapi dengan sendirinya sehingga hubungan itu
menjadi jelas.
16
4. Persepsi Dipengaruhi Oleh Harapan dan Kesiapan
Artinya: harapan dan kesiapan penerima pesan akan menentukan pesan
yang akan dipilih untuk diterima, selanjutnya pesan yang dipilih akan
ditata dan kemudian pesan akan di interpretasi.
5. Persepsi Seseorang atau Kelompok Berbeda dengan Persepsi Orang atau
Kelompok Lain Walaupun Situasinya Sama.
Artinya: perbedaan persepsi dapat ditelusuri pada adanya perbedaan-
perbedaan individual, perbedaan dalam kepribadian, perbedaan dalam
sikap atau perbedaan dalam motivasi.
C. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Sebelum dikemukakan mengenai fungsi Badan Permusyawaratan.
Desa, akan dikemukakan terlebih dahulu mengenai pengertian Badan
Permusyawaratan Desa. Di era otonomi daerah ini pemerintah daerah diberi
keleluasaan untuk mengurus daerahnya sendiri sesuai dengan prinsip
demokrasi. Dalam mewujudkan prinsip demokrasi tersebut maka didalam
pemerintahan desa dibentuklah suatu badan yang dapat mewujudkan aspirasi
dari masyarakat desa. Badan tersebut dinamakan Badan Permusyawaratan
Desa atau sering kita sebut dengan BPD.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) adalah unsur lembaga dalam
penyelenggaraan pemerintahan desa. Peran BPD sangat penting, karena
sebagai unsur lembaga yang paling dekat dengan masyarakat. Oleh karena
itu, sesuai dengan tujuan dibentuknya BPD diharapkan dapat terwujudnya
suatu proses demokrasi yang baik dimulai dari sistem pemerintahan terkecil
17
yaitu desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dapat dianggap sebagai parlemennya desa.
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga baru di desa pada
era otonomi daerah di Indonesia.
BPD merupakan salah satu bentuk pemerintahan permusyawaratan
yang terdapat di desa. Menurut Ndraha dalam buku Napitupulu (2007: 15)
menjelaskan bahwa konsep pemerintahan permusyawaratan dapat dijelaskan
dari konsep Governance relationship yaitu terjadinya hubungan pemerintahan
diterangkan melalui berbagai pendekatan, mulai dari pendekatan
parlementologi ,ilmu politik, sosiologi, dan antropologi
Pemerintahan Permusyawaratan merupakan lembaga yang berperan
aktif dalam menjalankan tugasnya sebagai penghubung antara masyarakat
dan pemerintah desa agar pembangunan dapat dilaksanakan secara bersama-
sama . Hal tersebut sejalan dengan Napitupulu (2007: 15) yang menyatakan
inti dari konsep pemerintahan permusyawaratan itu adalah “rakyat bersama-
sama membentuk negara dan mengisi jabatan-jabatan negara serta menyusun
suatu sistem pemerintahan melalui suatu mekanisme pemilihan tertentu”.
Dengan demikian pemerintah Permusyawaratan akan menjaring
aparatur yang benar-benar mewakili seluruh kelompok dalam masyarakat.
Praktik pemerintahan yang demokratis itu akan melembagakan suatu sistem
pemerintahan permusyawaratan yang memberikan kesempatan yang sama
18
kepada semua rakyat untuk memimpin suatu wilayah dalam proses
pemerintahan.
Badan Permusyawaratan Desa menurut Undang-Undang Nomor 32
Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dalam bab XI bagian ketiga
pasal 209 bahwa Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan
peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat.
Badan Permusyawaratan Desa memiliki kedudukan sejajar dengan
pemerintah desa, dengan fungsi utama pengawasan kinerja pemerintah desa
(fungsi legislasi) meliputi pengawasan pelaksanaan peraturan desa, Anggaran
Pendapatan dan Belanja Desa, dan keputusan menetapkan peraturan desa,
menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
BPD terbentuk sebagai salah satu implementasi dari pada Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang erat
kaitannya dengan pemerintahan desa dikenal sebagai Badan Perwakilan Desa.
Berdasarkan atas pergantian undang-undang tersebut dengan Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 maka kata perwakilan diganti dengan
Permusyawaratan dengan demikian BPD berganti nama menjadi Badan
Permusyawaratan Desa. Sesuai dengan fungsinya maka BPD ini dapat
dikatakan sebagai lembaga permusyawaratan atau DPR kecil yang berada di
desa yang mewadahi aspirasi masyarakat desa.
Menurut Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan
daerah disebutkan bahwa di desa dibentuk pemerintahan desa dan badan
19
Permusyawaratan desa, jadi BPD berkedudukan sebagai bagian dari
pemerintah desa. BPD merupakan badan Permusyawaratan di desa sebagai
wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan Pancasila.
Kedudukan sejajar sebagai mitra pemerintahan desa ini terlihat dalam
pasal 209 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 bahwa, “badan
Permusyawaratan desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala
desa”. Sebagai sebuah lembaga yang terbentuk dari, oleh, dan untuk
masyarakat, maka BPD dapat disebut sebagai lembaga permusyawaratan
desa, yang memiliki fungsinya: 1) Pengawasan terhadap pelaksana peraturan
desa dan peraturan lainnya. 2) Mengawasi pelaksanaan keputusan kepala
desa. 3) Mengawasi pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa. 4)
Mengawasi kebijakan desa.
Perlu untuk lebih diperjelas soal fungsi dari Badan Permusyawaratan
Desa (BPD). Dalam pasal 34 PP No 72 Tahun 2005 disebutkan bahwa BPD
berfungsi menetapkan peraturan desa bersama Kepala Desa, menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat dan disamping itu BPD mempunyai fungsi
mengawasi pelaksanaan peraturan desa dalam rangka pemantapan
pelaksanaan kinerja pemerintah Desa. Dengan fungsi yang demikian kuat,
maka BPD sewajarnya berada pada posisi yang setingkat di atas pemerintah
desa. Untuk itu kemudian BPD mempunyai wewenang ialah diantaranya:
1. Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
2. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
20
3. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa.
4. Membentuk Panitia Pemilihan Kepala Desa
5. Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan
aspirasi masyarakat, dan
6. Menyusun tata tertib BPD
Bab II Wewenang BPD Pasal 2 Tentang Tata Tertib Badan
Permusyawaratan Desa Fatufia, memutuskan bahwa:
1. BPD sebagai lembaga permusyawaratan rakyat di desa, merupakan
wahana untuk melaksanakan demokrasi berdasarkan pancasila.
2. BPD mempunyai wewenang
a) Melaksanakan pengawasan terhadap:
1. Pelaksanaan peraturan desa dan peraturan perundang-undangan
lainnya yang khusus mengatur Penyelenggaraan Pemerintahan
Desa.
2. Pelaksanaan anggaran pendapatan dan belanja desa.
b) Menampung dan menindak lanjuti aspirasi masyarakat desa.
Yang harus dipikirkan lebih jauh adalah: (a) Mengupayakan
standarnisasi penilaian hasil kerja pemerintah desa; (b) Batasan kewenangan
pemerintah desa, dan (c) Mekanisme penyelesaian masalah yang terjadi antar
lembaga pemerintah desa.
BPD akan berfungsi sebagai sebuah lembaga yang mempersiapkan
segala hal yang berkaitan dengan pembangunan di desa, kemudian akan
dilaksanakan sepenuhnya oleh Kepala Desa sebagai eksekutif, melalui sebuah
21
mekanisme kontrol dari BPD, hingga pada penerimaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan kepada BPD. Dengan demikian
kelembagaan BPD akan mengatur soal-soal: (a) Mekanisme penampungan
serta penggalian aspirasi rakyat; (b) Mekanisme pembuatan peraturan agar
aspirasi yang diterima tadi dapat direalisasikan; (c) Mekanisme melakukan
kontrol pengawasan agar pelaksanaan dan aspirasi tersebut dapat berjalan
sesuai yang diharapkan; (d) Mekanisme penerimaan pertanggung
pertanggungjawaban dari hasil-hasil yang telah dilaksanakan (Team work
lapera, 2011: 103).
Untuk pelaksanaan fungsi-fungsi ini, biasanya akan dibuatkan suatu
aturan tersendiri dalam kelembagaan Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
Realisasi pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut di atas tentunya
memerlukan berbagai sarana dan prasarana Pendorong, terutama integritas
lembaga, kemampuan individu anggota lembaga dan koordinasi antar
lembaga sebagai bentuk kerja sama yang sinergis dalam mewujudkan
rencana-rencana yang telah dirumuskan dalam bentuk aplikasi kegiatan untuk
menuju sasaran yang dihadapi.
Jika suatu keputusan tepat dan pelaksanaannya, maka sukses yang
dicapai akan sangat memuaskan. Jika keputusan tepat, sedangkan
pelaksanaannya jelek, maka hal itu bisa menghambat tercapainya sasaran,
apabila keputusan tidak tepat dan pelaksanaannya baik, hasilnya bisa dua
kemungkinan yaitu menyelamatkan kebijaksanaan yang kurang baik atau
mempercepat kegagalan. Apabila keputusan tidak tepat dan pelaksanaannya
22
jelek, maka hasilnya adalah kegagalan total. Rumusan ini mengandung
makna bahwa suatu keputusan yang tepat harus dibarengi pula dengan
pelaksanaannya atau langkah-langkah yang tepat. Jika keduanya sulit tercapai
maka kegagalan yang akan diperoleh (Salusu. 198 : 118)
Selain dari faktor teknik pengambilan keputusan dalam konsep
kelembagaan, faktor yang harus diperhatikan dalam perumusan keputusan
adalah objek penerima kebijaksanaan atau keputusan tersebut yaitu
masyarakat. Diharapkan bahwa setiap keputusan yang dibuat harus
memperhatikan hasil akhir (dampak) dari pelaksanaan kebijaksanaan tersebut
terhadap masyarakat sebagai kelompok sasaran penerima, karena kelompok
sasaran tersebut memiliki kondisi dan peranan yang saling berbeda dan
beraneka ragam.
Peran strategis Badan Permusyawaratan Desa terletak pada kewenangan
memutuskan setiap kebijakan yang akan dijalankan oleh Pemerintah Desa,
dimana hal itu sangat terkait dengan konsep pelaksanaan kebijaksanaan yang
dalam kajiannya menelaah sekurang-kurangnya 3 unsur yaitu: (1) Adanya
program yang dijalankan; (2) Adanya kelompok masyarakat yang menjadi
sasaran serta (3) Adanya unsur pelaksana baik organisasi maupun perorangan
yang bertanggung jawab dalam pengelolaan dan pelaksanaan serta
pengawasan dari proses pelaksanaan tersebut
Dengan demikian, dalam lembaga Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) yang menurut ketentuannya adalah perumus suatu kebijakan strategis
di Desa dan sekaligus bertindak sebagai pengawas dari pelaksanaan kegiatan
23
tersebut harus mampu membuat keputusan atau kebijakan yang tepat terarah
sesuai kondisi dan prioritas dalam masyarakat, serta harus mampu melakukan
evaluasi dan pengawasan yang optimal, agar apa yang telah digariskan dalam
kebijakan yang permanen tersebut benar-benar bermanfaat bagi masyarakat
secara keseluruhan. Untuk hal itu tentunya dibutuhkan kesatuan pemahaman,
koordinasi yang mantap antar seluruh unsur atau lembaga di dalam desa dan
yang paling utama adalah kemampuan sumber daya anggota Badan
Permusyawaratan Desa harus memadai
D. Faktor –Faktor yang Menjadi Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan
Fungsi (BPD)
Sebelum dikemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan
Fungsi BPD, terlebih dahulu akan dikemukakan mengenai pengertian
pelaksanaan. Dimana untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka
haruslah ada pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang
berkesinambungan sehingga tercapai tujuan yang diharapkan.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Santoso Sastropoetro (1982: 183)
sebagai berikut: pelaksanaan diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan
tertentu yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam
kenyataannya.
Selanjutnya dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia yang disusun oleh
Poerwadarmita (1986: 553), mengemukakan batasan mengenai pelaksanaan
tersebut dengan terlebih dahulu mengemukakan pengertian pelaksanaan
sebagai berikut: Pelaksana adalah orang yang mengerjakan atau melakukan
24
rencana yang telah disusun. Sedangkan pelaksanaan adalah perihal
(perbuatan, usaha) melaksanakan rancangan.
Berdasarkan batasan dikemukakan oleh Poerwadarmita di atas, maka
dapat dibedakan antara pengertian pelaksanaan adalah perbuatan yang
dilakukan oleh pelaksana. Jadi dengan demikian kedua pengertian tersebut
diatas mempunyai arti yang berbeda namun keduanya berasal dari kata
laksana.
Sedangkan pengertian pelaksanaan menurut The Liang Gie (1977: 191)
sebagai berikut: Usaha-usaha yang dijalankan untuk melaksanakan semua
rencana dan kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan
melengkapi segala kebutuhan alat-alat yang diperlukan, dimana
pelaksanaannya, kapan waktunya dimulai dan berakhir, dan bagaimana cara
dilaksanakan.
Kemudian SP. Siagian (1984: 120), menyatakan bahwa jika suatu
rencana yang terealisasi telah tersusun dan jika program kerja yang
“achievement oriented” telah dirumuskan maka kini tinggal pelaksanaannya.
Lebih lanjut, Siagian (1984: 121) mengatakan bahwa dalam pelaksanaan ada
beberapa hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu:
1. Membuat rencana detail, artinya merubah rencana strategis (jangka
panjang) menjadi rencana teknis (jangka pendek) dan mengorganisir
sumber-sumber dan staf dan selanjutnya menyusun peraturan-peraturan
dan prosedur-prosedur tertentu.
2. Pemberian tugas artinya merubah rencana teknis menjadi rencana praktis,
25
dan tujuan selanjutnya melakukan pembagian tugas- sumber-sumber
3. Monitor artinya pelaksanaan dan kemajuan pelaksanaan tugas jangan
sampai terjadi hal-hal yang berhubungan dengan rencana praktis. Dalam
hal ini diperlukan untuk memeriksa hasil-hasil yang dicapai.
4. Review artinya pelaporan hasil-hasil pelaksanaan kegiatan, analisis
pelaksanaan tugas-tugas, pemeriksaan kembali dan penyusunan jadwal
waktu pelaksanaan selanjutnya dalam laporan diharapkan adanya saran
dan perbaikan bila ditemui adanya perbedaan dan penyimpangan.
Pelaksanaan sebagaimana dikatakan oleh Jones (dalam Idrus, 1992: 9)
adalah suatu yang sederhana dan mudah dimengerti, “ambil pekerjaan dan
laksanakan”. Suatu definisi yang teramat sederhana karena hanya berbentuk
suatu istilah, tetapi “laksanakan” memerlukan keterlibatan banyak orang,
uang dan keterampilan organisasi dari apa yang tersedia. Demikian juga kata
“kerjakan” juga memerlukan keterlibatan banyak orang, uang dan
keterampilan organisasi dari apa yang tersedia. Dengan kata lain pelaksanaan
adalah suatu proses yang memerlukan ekstra sumber agar dapat memecahkan
masalah pekerjaan.
Pressman dan Widalusky (dalam Muh. Idrus Mufty, 1992: 11)
memandang pelaksanaan sebagai suatu proses interaksi antara penentuan
tujuan dengan tindakan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian pelaksanaan menjadi jaringan yang mampu untuk
mengaitkan hubungan yang menjadi mata rantai hubungan berikutnya yang
memungkinkan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Karena itulah unsur
26
yang saling terkait merupakan konsep penting dari pelaksanaan.
Allison (dalam Abdullah, 1987: 44) mengemukakan bahwa konsep
pelaksanaan merupakan tahap yang penting dan kritis yang memerlukan kerja
sama segenap pihak dalam penyusunan dan pelaksanaan suatu kebijaksanaan.
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi pelaksanaan itu ialah
untuk membentuk suatu hubungan yang memungkinkan tujuan-tujuan
ataupun sasaran kebijaksanaan dapat diwujudkan secara “out come” (hasil
akhir). Sebab itu fungsi pelaksanaan mencakup pula penciptaan apa yang ada
yang biasanya terdiri dari cara-cara atau sarana-sarana tertentu yang
dirancang secara khusus serta diarahkan menuju tercapainya tujuan-tujuan
dan sasaran yang dikehendaki.
Menurut Abdullah (1988) pengertian dan unsur-unsur pokok dari proses
pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1. Proses pelaksanaan program (kebijaksanaan) ialah rangkaian tindak lanjut
(setelah sebuah program atau kebijaksanaan diterapkan), yang terdiri atas
pengambilan keputusan, langkah-langkah strategis maupun operasional
yang ditempuh guna mewujudkan suatu program atau kebijaksanaan
menjadi kenyataan guna mencapai sasaran dari program (kebijaksanaan)
yang ditetapkan.
2. Proses pelaksanaan dalam kenyataan sesungguhnya dapat berhasil, kurang
berhasil ataupun gagal sama sekali, ditinjau dari sudut hasil yang dicapai
atau “out come”, karena dalam proses tersebut turut bermain dan terlibat
sebagai unsur yang pengaruhnya dapat bersifat mendukung maupun
27
menghambat pencapaian sasaran program.
3. Dalam proses pelaksanaan sekurang-kurangnya terdapat tiga unsur
penting dan mutlak yaitu: (i) Program (kebijaksanaan) yang dilaksanakan
yang dapat menjadi ukuran utama dalam melaksanakan kegiatan; (ii)
Target group yaitu kelompok masyarakat yang menjadi sasaran dan
diharapkan akan menerima manfaat dari program tersebut; dan (iii) Unsur
pelaksanaan (implementer) baik organisasi maupun perorangan yang
bertanggung jawab dalam pengelolaan, pelaksanaan dan pengawasan dari
pelaksanaan tersebut.
Faktor pelaksanaan menempati posisi yang paling penting dalam
menentukan keberhasilan suatu program untuk diwujudkan. Maka dalam
proses kegiatannya menurut Bintoro (1991: 199) perlu memperhatikan
beberapa hal, antara lain
1. Perlu ditentukan secara jelas siapa atau badan/lembaga mana secara
fungsional akan diserahi wewenang mengkoordinasikan program didalam
suatu sektor.
2. Perlu diperhatikan penyusunan program pelaksanaan yang jelas dan baik.
Dalam program pelaksanaan itu, dasar prinsip fungsional perlu
dituangkan kedalam rangkaian prosedur yang serasi, jelas dan ditaati oleh
semua pihak yang terlibat dalam hubungan pelaksanaan program tersebut.
3. Perlu dikembangkan hubungan kerja yang lebih baik, antara lain dalam
bentuk badan kerjasama atau suatu panitia kerjasama dengan tanggung
jawab dan koordinasi yang jelas.
28
4. Perlu diusahakan koordinasi melalui proses penyusunan anggaran dan
pelaksanaan pembiayaannya.
5. Bertolak dari rumusan di atas maka dapatlah diambil sebuah kesimpulan,
bahwa pelaksanaan itu adalah suatu kegiatan dalam proses merealisasikan
suatu program dengan melalui prosedur dan tata cara yang dianggap tepat.
Selanjutnya perlu ditegaskan bahwa hendaknya suatu pelaksanaan
harus dapat dipertanggungjawabkan. Ada beberapa segi yang berpengaruh
diantaranya adalah pelaksanaan itu sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Seperti yang dikemukakan Bintoro (1991: 219), suatu segi lain dari dapatnya
dipertanggungjawabkan suatu pelaksanaan pemerintah adalah apakah
pelaksanaannya itu sesuai dengan kepentingan masyarakat. Dengan demikian
pelaksanaan sebagai suatu kegiatan untuk merealisasikan tujuan terhadap
sebuah sasaran sehingga suatu pelaksanaan akan mengarah kepada usaha
yang sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Berdasarkan uraian tentang pelaksanaan di atas, maka dapat
dikemukakan bahwa terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaksanaan fungsi BPD.
1. Faktor Pendorong
Koordinasi antar lembaga atau jalinan kerjasama yang baik antar
lembaga, diperlukan dalam menunjang kegiatan pembangunan (Cause
dalam Abdullah, 1990: 21). Selain itu Pengalaman organisasi juga adalah
faktor yang sangat berpengaruh dalam proses interaksi individu dalam
masyarakat. Dengan pengalaman organisasi yang cukup, dapat melakukan
29
tugas-tugasnya merumuskan keputusan yang tepat bagi organisasi, dan
menyusupi keseluruhan cara bertindak organisasi (Salusu, 1989: 114).
Jadi dapat disimpulkan faktor Pendorong pelaksanaan fungsi BPD
adalah sebagai berikut: (1) Koordinasi/kerjasama antar lembaga (2)
Kemampuan pengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus.
2. Faktor Penghambat
Masyarakat sepenuhnya belum memahami fungsi yang diemban
oleh BPD, hal ini akan mengakibatkan perbedaan pemahaman antara
masyarakat dengan anggota BPD dalam merealisasikan fungsinya. Faktor
penghambat yang lain adalah sarana dan prasarana yang mutlak
diperlukan dalam pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa
(BPD), tanpa sarana dan prasarana yang memadai, maka tidak mungkin
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dapat melaksanakan fungsinya
secara maksimal.
Jadi dapat disimpulkan faktor penghambat pelaksanaan fungsi
BPD adalah sebagai berikut: (1) Masyarakat belum sepenuhnya
memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh BPD, (2) Minimnya sarana
dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi.
E. Kerangka Pikir
Persepsi masyarakat terhadap Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
tentunya tidak terlepas dari keberadaan dan pelaksanaan fungsi yang di
emban oleh BPD sebagai lembaga perwujudan demokrasi yang terbentuk
dari, oleh dan untuk masyarakat. Keberadaan BPD akan diterima dan
30
menimbulkan persepsi yang baik di tengah-tengah masyarakat dalam
melaksanakan serta mewujudkan kinerjanya jika dalam melaksanakan
fungsinya berhasil menetapkan peraturan desa yang dapat dilihat dari
beberapa indikator yang telah ditentukan dalam wewenang BPD, siap
menampung dan menyalurkan aspirasi dari masyarakat kepada pemerintah
desa, dan mampu mengawasi pelaksanaan peraturan desa. Namun dalam
pelaksanaan fungsi BPD tidak terlepas dari faktor pendorong dan penghambat
dalam pelaksanaan fungsi tersebut antara lain, faktor pendorong yaitu
koordinasi/kerjasama antar lembaga, dan kemampuan/pengalaman organisasi
kemasyarakatan pengurus, selain itu ada juga faktor penghambat yakni,
masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh
BPD dan minimnya sarana dan prasarana pendukung.
Adapun bagan kerangka pikir mengenai persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan fungsi BPD, dapat di gambarkan sebagai berikut:
BAB III
Persepsi MasyarakatTentang Fungsi BPD
Fungsi BPD1. Menetapkan peraturan desa2. Menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat3. Mengawasi pelaksanaan peraturan
desa
Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi BPD1. Faktor Pendorong Koordinasi / kerjasama antar lembaga Kemampuan/pengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus
BPD2. Faktor Penghambat Masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang
diemban oleh BPD Minimnya sarana dan prasarana
31
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi
Kabupaten Morowali. Pemilihan lokasi ini didasarkan pertimbangan bahwa di
Desa ini terdapat persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) di nilai belum optimal. Adapun waktu
penelitian untuk memperoleh data dan informasi dilaksanakan pada bulan
Februari sampai dengan April 2013 tentang pelaksanaan fungsi BPD tahun
2012.
B. Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan Kepala Keluarga yang berjumlah 147 KK.
Mengingat jumlah populasi cukup banyak, maka penarikan sampel dilakukan
secara simple random sampling sebesar 5% dari jumlah populasi yaitu
sebanyak 30 KK, selain itu di tetapkan informan sebanyak 5 orang dari
pengurus BPD.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, baik
data primer maupun sekunder yaitu:.
1. Angket / Quesioner, yaitu dengan cara pembagian quesioner (daftar
pertanyaan) kepada responden yang telah dipilih untuk diisi. Teknik ini
32
dipergunakan untuk mengetahui Persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa di Desa Fatufia.
2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab secara langsung dengan
informan pengurus Badan Permusyawaratan Desa (BPD). Wawancara
digunakan untuk mengetahui faktor Pendorong dan penghambat
pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
3. Dokumentasi, yaitu menelaah berbagai dokumen-dokumen resmi yang
dimiliki seperti, arsip-arsip, buku, dan literatur lainnya yang berhubungan
dengan permasalahan yang diteliti.
D. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan
metode analisis data kualitatif yaitu mendeskripsikan serta menganalisis data
yang diperoleh di lokasi penelitian kemudian diolah dan ditabulasi
berdasarkan sifat dan jenisnya selanjutnya di interpretasi secara deskriptif
untuk menjawab rumusan masalah. Miles dan Huberman (2007:16-20
Penerjemah: Rohidi), mengemukakan bahwa analisis terdiri dari beberapa alur
kegiatan yang terjadi secara bersamaan yaitu pengumpulan data, reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan/verifikasi. Berikut penjelasan dari
alur kegiatan dari analisis sebagai berikut:
1. Pengumpulan Data
Data collecting atau pengumpulan data yaitu pengumpulan data
pertama atau data mentah yang dikumpulkan dalam suatu penelitian.
2. Reduksi Data
33
Data reduction atau penyederhanaan data adalah proses memilih,
memfokuskan, menyederhanakan, dengan membuat abstraksi, mengubah
data mentah menjadi yang dikumpulkan dari penelitian kedalam catatan
yang telah diperiksa. Tahap ini merupakan Tahap analisis data yang
mempertajam atau memusatkan, membuat sekaligus dapat dibuktikan.
3. Penyajian Data
Data Display atau penyajian data adalah menyusun informasi
dengan cara tertentu sehingga diperlukan penarikan kesimpulan atau
pengambilan tindakan. Pengambilan data ini membantu untuk memahami
peristiwa yang terjadi dan mengarah pada analisa atau tindakan lebih
lanjut berdasarkan pemahaman.
4. Penarikan Kesimpulan / Verifikasi
Conclutions drawing atau penarikan kesimpulan adalah
merupakan langkah ketiga meliputi makna yang telah disederhanakan,
disajikan dalam pengujian data dengan cara mencatat keteraturan, pola-
pola penjelasan secara logis dan metodologis, konfigurasi yang
memungkinkan diprediksi hubungan sebab akibat melalui hukum-hukum
empiris.
Adapun siklus dari keseluruhan proses analisis data oleh Miles dan
Huberman digambarkan dalam skema berikut.
34
Gambar
Siklus dari keseluruhan proses analisis data oleh Miles dan Huberman
E. Definisi Operasional
Untuk mengetahui lebih jelas mengenai variabel penelitian ini yaitu
variabel bebas, maka persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi BPD
yaitu:
1. Fungsi menetapkan Peraturan Desa, yaitu peranan BPD dalam menetapkan
Peraturan Desa yang di mulai dari proses rancangan, pembahasan sampai
pada tahap penetapan Peraturan Desa bersama Kepala Desa.
2. Fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi, yaitu menangani aspirasi
yang diterima dari masyarakat kemudian menindak lanjuti aspirasi
tersebut kepada Pemerintah Desa atau instansi yang berwenang.
3. Fungsi mengawasi pelaksanaan Peraturan Desa, yaitu pengawasan yang
dilakukan oleh BPD kepada Pemerintah Desa agar menjalankan
programnya sesuai dengan rencana, tujuan dan ketentuan peraturan desa
yang berlaku.
Pengumpulan Data
Penyajian Data
Menarik Kesimpulan /
Verifikasi
Reduksi Data
35
Faktor Pendorong pelaksanaan fungsi BPD yaitu:
1. Koordinasi antar lembaga, yaitu suatu aktifitas atau kegiatan
mengintegrasikan dan mengsinkronkan berbagai pelaksanaan fungsi dari
berbagai elemen yang terkait, instansi maupun organisasi dalam hal ini
koordinasi antar lembaga yang dilaksanakan oleh anggota BPD kepada
pemerintah desa, maupun lembaga-lembaga lain di tingkat desa dan yang
diatasnya.
2. Kemampuan/pengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus, yaitu
suatu pengalaman berorganisasi yang dimiliki oleh pengurus BPD baik itu
didapatkan melalui organisasi formal maupun tidak formal.
Faktor penghambat
1. Masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang diemban
oleh BPD, yaitu fungsi BPD belum seluruhnya dipahami dengan baik oleh
masyarakat, sehingga menimbulkan perbedaan pandang antara masyarakat
dengan anggota BPD dalam merealisasikan fungsinya.
2. Minimnya sarana dan prasarana, yaitu sarana dan prasarana yang dimiliki
masih sangat minim sehingga berpengaruh kepada kinerja BPD di dalam
melaksanakan fungsinya.
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi Penelitian
1. Letak Wilayah
Desa Fatufia merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali Propinsi Sulawesi Tengah yang
terbentuk pada tanggal 12 Oktober Tahun 1970 yang secara geografis berada
di sebelah Selatan Ibukota Kabupaten Morowali. Adapun jarak Desa Fatufia
ke Ibukota Kecamatan Bahodopi adalah ± 5 Km dan Ibukota Kabupaten
Morowali ± 45 Km, jarak dari Ibukota Propinsi ± 500 Km. Adapun yang
menjadi batas-batas wilayah adalah sebagai berikut:
- Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Keurea
- Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Banda
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Labota
- Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Trans Bahomakmur
Adapun luas wilayah Desa Fatufia 119,79 km2, yang sebagian besar
merupakan lokasi lahan pertambangan yang berada pada kawasan pegunungan
dan lokasi lahan perkebunan yang berada pada kawasan rata dan berbukit.
Selain itu dari luas wilayah Desa Fatufia meliputi 5 Dusun yaitu Dusun I,
Dusun II, Dusun III, Dusun IV, Dusun V.
Sejak defenitifnya menjadi desa otonom hingga sekarang Desa Fatufia
baru dipimpin oleh 6 Orang Kepala Desa.
37
2. Jumlah dan Usia Penduduk
Mengenai jumlah penduduk Desa Fatufia untuk tahun 2012 berjumlah
825 jiwa yang terdiri dari 415 Jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 410 berjenis
kelamin perempuan serta jumlah kepala keluarga yaitu 147 KK. Hal ini dapat
dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Jumlah Penduduk Desa Fatufia Menurut Usia dan JenisKelamin Tahun 2012
NoKlasifikasi Usia
(Tahun)
Jenis Kelamin Jumlah(Jiwa)
Persentase(%)Laki-laki Perempuan
1 0 – 4 29 32 61 7,39
2 5 – 9 22 17 39 4,73
3 10 – 14 30 28 58 7,03
4 15 – 19 23 20 43 5,21
5 20 – 24 36 44 80 9,70
6 25 – 29 49 43 92 11,15
7 30 – 34 53 49 102 12,36
8 35 – 39 52 45 97 11,76
9 40 – 44 40 48 88 10,67
10 45 – 49 31 30 61 7,39
11 50 – 54 25 21 46 5,58
12 55 – 59 19 24 43 5,21
13 60 – Ke atas 6 9 15 1,82
Total 415 410 825 100,00
Sumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2012
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk laki-laki
lebih besar dari jumlah penduduk perempuan, demikian pula dengan tingkat
usia produktif yaitu antara 15-54 tahun menunjukkan jumlah yang cukup besar
yaitu mencapai 7,82% (609 jiwa) dari jumlah penduduk.
38
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tingkat produktivitas
penduduk cukup tinggi dari besarnya jumlah penduduk yang berada dalam
usia produktif yang juga ditunjang oleh daya dukung lahan yang cukup luas
untuk bidang pertanian dan perkebunan.
3. Pendidikan dan Mata Pencaharian Penduduk
a. Tingkat Pendidikan
Mengenai tingkat pendidikan penduduk Desa Fatufia dapat
dikatakan mengikuti berbagai level pendidikan mulai dari tingkat SD
sampai dengan Perguruan Tinggi. Begitu pula dengan yang belum masuk
sekolah. Mengenai tingkat pendidikan tersebut dikemukakan dalam tabel
sebagai berikut.
Tabel 2. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Penduduk Desa FatufiaTahun 2012
NoKlasifikasi Usia
(Tahun)
Jenis KelaminJumlah(Jiwa)
Persentase(%)Laki –
laki Perempuan
1Belum Sekolah/Tidak PernahSekolah
107 121 228 27,64
2 SD/Sederajat 91 104 195 23,64
3 SMP/Sederajat 124 103 227 27,52
4 SMA/Sederajat 87 75 162 19,64
5 Diploma 4 3 7 0,85
6 Sarjana 4 2 6 0,73
Total 417 408 825 100,00
Sumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2012
Data pada tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar
penduduk Desa Fatufia yang belum/tidak pernah sekolah merupakan
39
kelompok terbesar yaitu mencapai 28%, sedangkan yang terkecil yaitu
kelompok penduduk yang berlatar belakang pendidikan Perguruan Tinggi
(Diploma, Sarjana) yaitu hanya 2% dari jumlah penduduk Desa Fatufia
b. Mata Pencaharian Penduduk
Mata pencaharian sebagian besar penduduk Desa Fatufia
Kecamatan Bahodopi Kabupaten Morowali bekerja sebagai karyawan di
perusahaan tambang nikel. Hal ini disebabkan karena terbukanya
lowongan kerja oleh perusahaan untuk masyarakat Desa Fatufia, dimana
perusahaan yang dimaksud adalah perusahaan PT. Bintang Delapan
Mineral yang merupakan salah satu perusahaan terbesar di Kabupaten
Morowali. Mata pencaharian lain yang terdapat di Desa Fatufia ialah
petani/berkebun, nelayan, pedagang, pegawai negeri sipil, TNI, POLRI
dan pertukangan. Sebaran mata pencaharian penduduk dapat terlihat dalam
tabel berikut.
Tabel 3. Jenis Mata Pencaharian Penduduk Desa Fatufia Tahun 2012
No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)
1 Karyawan Perusahaan Tambang 81 55,10
2 Petani/Berkebun 26 17,69
3 Nelayan 15 10,20
4 Pedagang 11 7,48
5 Pegawai Negeri Sipil 8 5,44
6 TNI 1 0,68
7 POLRI 1 0,68
8 Pertukangan 4 2,72
Total 147 100,00
Sumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2012
40
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa 55,10% dari jumlah
Kepala Keluarga Penduduk Desa Fatufia bermata pencaharian sebagai
karyawan dan merupakan kelompok terbesar, disusul petani/berkebun
17,69%, selanjutnya nelayan 10,20%, pedagang yaitu sebanyak 7,48%,
pegawai negeri sipil sebanyak 544%, pertukangan sebanyak 2,72%, dan
kelompok terkecil adalah kepala Keluarga yang bermata pencaharian
sebagai (TNI dan POLRI) yaitu hanya 1,36% dari jumlah Kepala Keluarga
Desa Fatufia.
4. Sosial Budaya
a. Agama
Masyarakat Desa Fatufia Kecamatan Bahodopi Kabupaten
Morowali yang saat ini berjumlah 825 Jiwa yang terdiri dari laki-laki 415
dan perempuan 410 jiwa dengan jumlah 147 KK memeluk agama Islam
dan Kristen Protestan. Agama Islam merupakan agama mayoritas yang
dianut oleh penduduk Desa Fatufia, sebagaimana dikemukakan dalam
tabel berikut.
Tabel 4. Sebaran Agama yang Dianut oleh Penduduk Desa FatufiaTahun 2012
No Agama Yang Dianut Jumlah Persentase (%)
1
2
Islam
Kristen Protestan
809
16
98,06
1,94
Total 825 100,00
Sumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2012
41
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa jumlah penduduk yang
memeluk Agama Islam merupakan kelompok mayoritas yaitu sebanyak
98,06%, dan kelompok penduduk yang beragama Kristen Protestan
merupakan kelompok terkecil yaitu hanya 1,94% dari jumlah penduduk
Desa Fatufia. Kenyataan ini menyebabkan suasana kehidupan beragama di
Desa Fatufia diwarnai oleh kehidupan agama Islam.
b. Suku
Kelompok suku bangsa penduduk Desa Fatufia terdiri dari suku
Bungku yang merupakan kelompok suku mayoritas, suku Bajo, suku
Bugis, suku Jawa, suku Tolaki, dan suku Tator sebagaimana dikemukakan
dalam tabel berikut.
Tabel 5. Sebaran Suku Penduduk Desa Fatufia Tahun 2012
No Nama Suku Jumlah Persentase (%)
1 Bungku 632 76,61
2 Bajo 135 16,36
3 Bugis 21 2,55
4 Jawa 24 2,91
5 Tolaki 8 0,97
6 Tator 5 0,61
Total 825 100,00
Sumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2012
Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa kelompok suku
Bungku merupakan kelompok suku terbesar yaitu sebanyak 76,61%,
kemudian disusul suku Bajo yaitu sebanyak 16,36%. Selain dari itu masih
terdapat suku pendatang lainnya yang jumlahnya tidak memenuhi 10%,
42
dari jumlah penduduk Desa Fatufia yaitu suku Tolaki dan Tator sebanyak
1,58%, suku Bugis 2,55%, dan suku Jawa 2,91%.
B. Data Umum Responden yang Diteliti
1. Umur Responden
Umur responden yaitu penduduk Desa Fatufia yang diambil dari
berbagai umur, yakni mulai dari umur 25 tahun ke atas, jumlah responden
menurut golongan umur dapat dirincikan sebagaimana dikemukakan pada
tabel berikut.
Tabel 6. Sebaran Responden Menurut Tingkat Umur
No Umur (thn)Responden
Jumlah Persentase (%)P. BPD KK
1
2
3
4
25 – 35
36 – 45
46 – 55
56 – 65
4
1
4
15
9
2
8
16
9
2
22,86
45,71
25,71
5,71
Total 5 30 35 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35
responden adalah jumlah terbanyak berada pada tingkat umur 36-45 tahun
yaitu sebanyak 16 orang (45,71%), sedangkan responden yang terkecil berada
pada tingkat umur 56-65 tahun yaitu hanya 2 orang (5,71%). Pemilihan
responden yang berumur di tengah usia ini dilihat dari tingkat pengalaman dan
keaktifannya dalam segala urusan kegiatan dalam masyarakat, sedangkan yang
lanjut usia dilihat dari pengetahuan yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari
karena telah cukup lama beraktivitas dalam masyarakat, sehingga dapat
43
dianggap mengetahui secara rinci kegiatan Badan Permusyawaratan Desa
(BPD).
2. Jenis Kelamin Responden
Berdasarkan data yang diperoleh di lokasi penelitian, maka dapat
diketahui jenis kelamin dari 35 responden sebagaimana dikemukakan pada
tabel berikut.
Tabel 7. Sebaran Responden Menurut Jenis Kelamin
NoJenis
Kelamin
RespondenJumlah
Persentase
(%)P. BPD KK
1
2
Laki – Laki
Perempuan
4
1
26
4
30
5
85,71
14,29
Total 5 30 35 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35 responden
didominasi oleh laki-laki yaitu sebanyak 30 orang (85,71%), sedangkan
jumlah responden perempuan hanya sebanyak 5 orang dengan persentase
14,29%. Pemilihan responden laki-laki sesuai dengan populasi penelitian yang
akan diteliti yaitu Kepala Keluarga (KK), sedangkan responden perempuan
dilakukan karena pada saat pengisian angket Kepala Keluarga sedang berada
di luar desa atau sementara tidak berada ditempat dan responden perempuan
tersebut dianggap mengetahui secara rinci kegiatan BPD Desa Fatufia.
44
3. Tingkat Pendidikan Responden
Tingkat pendidikan responden tersebar mulai dari tingkat SD sampai
dengan tingkat pendidikan Sarjana, sebagaimana dikemukakan pada tabel
berikut.
Tabel 8. Sebaran Responden Menurut Tingkat Pendidikan
NoTingkat
Pendidikan
RespondenJumlah
Persentase
(%)P. BPD KK
1
2
3
4
5
SD/Sederajat
SMP/Sederajat
SMA/Sederajat
Diplomat
Sarjana
-
3
2
-
-
2
10
14
1
3
2
13
16
1
3
5,71
37,14
45,71
2,86
8,57
Total 5 30 35 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat
pendidikan responden yang terbanyak adalah pada klasifikasi pendidikan
SMA yaitu sebanyak 16 orang (45,71%), sedangkan yang terendah adalah
klasifikasi pendidikan Diploma yaitu hanya 1 orang (2,86%).
Pemilihan responden dengan berbagai latar belakang pendidikan
dianggap memungkinkan untuk mewakili masyarakat secara keseluruhan
dengan berbagai layar belakang pendidikan sebagaimana halnya keterwakilan
masyarakat pada lembaga Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
4. Mata Pencaharian Responden
Selain itu keterwakilan masyarakat melalui responden juga dinilai dari
latar belakang pekerjaan atau nama mata pencaharian sebagaimana
dikemukakan pada tabel berikut.
45
Tabel 9. Sebaran Responden Menurut Mata Pencaharian
NoJenis Mata
Pencaharian
RespondenJumlah
Persentase
(%)P. BPD KK
1
2
3
4
5
6
Petani
Nelayan
PNS
Pegawai Swasta
Pedagang
Pertukangan
2
-
-
2
1
-
11
8
2
4
4
1
13
8
2
6
5
1
37,14
22,86
5,71
17,14
14,29
2,86
Total 5 30 35 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa responden
terbanyak berasal dari kalangan petani yaitu sebanyak 13 orang (37,14%),
kemudian kalangan nelayan yaitu 8 orang (22,86%), selanjutnya pada
responden yang mewakili mata pencahariannya sebagai pegawai swasta
sebanyak 6 orang (17,14), kemudian yang pencahariannya sebagai pedagang
sebanyak 5 orang (14,29), Sedangkan kelompok responden terkecil yang tidak
mencapai 10% berasal dari kalangan PNS yaitu hanya 2 orang (5,71%) dan
pertukangan 1 orang (2,86%). Besarnya jumlah responden dari kalangan
petani karena penduduk Desa Fatufia sebagian besar bermata pencaharian
sebagai petani dan dianggap mengetahui kegiatan BPD, sehingga dengan
besarnya dan pengetahuannya tentang kegiatan BPD dalam responden
merupakan bentuk keterwakilan masyarakat dalam penelitian ini.
46
5. Agama yang Dianut Responden
Dari 35 responden penelitian yang terdiri dari 5 orang anggota BPD
dan 30 Kepala Keluarga (KK) menganut agama mayoritas yaitu agama Islam
sebagaimana dikemukakan pada tabel berikut.
Tabel 10. Sebaran Responden Menurut Agama yang Dianut
NoAgama yang
Dianut
RespondenJumlah
Persentase
(%)P. BPD KK
1 Islam 5 30 35 100
Total 5 30 35 100
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa dari 35
responden seluruhnya menganut agama Islam atau 35 orang (100%) beragama
Islam. Besarnya kelompok responden yang berasal dari agama Islam
mengingat karena sebagian besar penduduk Desa Fatufia mayoritas menganut
agama Islam, sehingga dalam penelitian ini dianggap dapat mewakili
masyarakat Desa Fatufia dalam memberikan keterangan mengenai kegiatan
BPD.
C. Persepsi Masyarakat Terhadap Pelaksanaan Fungsi BPD
1. Pelaksanaan Fungsi Menetapkan Peraturan Desa
Menetapkan peraturan desa merupakan fungsi BPD yang dimulai dari
proses rancangan, pembahasan, sampai pada tahap penetapan peraturan desa
bersama kepala desa.
Dari hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan fungsi menetapkan peraturan desa oleh BPD di Desa Fatufia,
47
berdasarkan hasil isian angket oleh responden masyarakat, diketahui bahwa
fungsi tersebut telah dilaksanakan. Adapun persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan fungsi tersebut dikemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 11. Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan FungsiMenetapkan Peraturan Desa
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Terlaksana
Kurang Terlaksana
Tidak Terlaksana
14
16
-
46,67
53,33
-
Total 30 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas tentang adanya tanggapan
responden mengenai pelaksanaan fungsi menetapkan peraturan desa oleh BPD
di Desa Fatufia menunjukkan bahwa persentase sebaran jawaban responden,
dimana 14 responden (46,67%) menyatakan bahwa pelaksanaan fungsi
menetapkan peraturan desa terlaksana, dan 16 responden (53,33%)
menyatakan kurang terlaksana, hal ini menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan
fungsi tersebut terdapat hambatan
Pengertian responden yang menyatakan terlaksana adalah dengan
melihat bahwa BPD telah melaksanakan fungsinya seperti membuat dan
menetapkan Peraturan Desa yaitu Nomor 01 Tahun 2010 Tentang Pencalonan,
Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa dan Peraturan Desa
Nomor 01 Tahun 2011 Tentang Pengutan Desa. Dengan adanya peraturan
desa di atas berdampak positif pada masyarakat seperti Perdes Tentang
Pencalonan, Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, dimana
48
terdapat sebagian masyarakat mengetahui mekanisme atau tata cara pemilihan
Kepala Desa serta pemberhentian Kepala Desa. Sedangkan untuk responden
yang menyatakan kurang terlaksana mendasari alasan jawabannya karena
melihat bahwa fungsi menetapkan peraturan desa tidak berjalan dengan
optimal.
Hasil wawancara dengan informan pengurus Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) Fatufia dikatakan bahwa:
“Dalam pelaksanaan fungsi menetapkan peraturan desa oleh BPDselalu berkoordinasi dan kerja sama dengan seluruh elemen/lembaga dalammasyarakat, sehingga dalam membuat dan menetapkan peraturan desa atauketentuan yang akan dijalankan di desa benar-benar sesuai dengan kondisimasyarakat ” (Idrus, Wakil Ketua BPD, Wawancara, 25 Februari 2013).
Selaras dengan hal di atas dipertegas oleh ketua BPD Desa Fatufia
mengemukakan bahwa:
“Proses pembuatan peraturan desa memang dibutuhkan kerjasamaantar lembaga dan tingkat kemampuan, wawasan dan pengalamankemasyarakatan yang cukup, sehingga dalam pembuatan peraturan desa akandapat memenuhi keinginan, kebutuhan dan kepentingan masyarakat”(Basrudin, Wawancara, 26 Februari 2013).
Namun dengan adanya tanggapan di atas, pengakuan dari anggota
BPD Desa Fatufia bahwa:
“Pelaksanaan fungsi menetapkan peraturan desa oleh BPD dapatberjalan dengan optimal namun karena sarana dan prasarana pendukung dalammenjalankan fungsi ini belum memadai, sehingga fungsi ini belumsepenuhnya berjalan dan terlaksana dengan baik” (Naswin, Wawancara, 2Maret 2013).
“Hambatan yang sangat nyata yang saat ini dihadapi oleh pengurusBPD Desa Fatufia dalam membuat dan menetapkan peraturan desa adalahtidak tersedianya sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi. Olehkarena itu ada peraturan desa yang seharusnya dibuat atau dijalankan kadangterhambat atau tertunda karena BPD tidak mempunyai sarana dan prasaranayang memadai” (Nadir, anggota BPD, Wawancara, 7 Maret 2013).
49
Dengan demikian dapat diketahui bahwa fungsi menetapkan peraturan
desa oleh BPD di Desa Fatufia kurang terlaksana. Dimana seharusnya BPD
menetapkan 8 peraturan desa yang wajib ditetapkan, namun yang
dilakukannya hanya 2.
Untuk itu dapat dilihat mengenai jenis-jenis peraturan desa pada tabel
berikut.
Tabel 12. Jenis-Jenis Peraturan Desa Fatufia yang Sudah di Tetapkan
No Jenis Peraturan Desa Jumlah Keterangan
12
Peraturan Desa Tentang Pungutan DesaPeraturan Desa Tentang Pencalonan,Pemilihan, Pelantikan dan PemberhentianKepala Desa
1
1
Terlaksana
Terlaksana
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
2. Pelaksanaan Fungsi Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
Fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat merupakan
wewenang dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai wujud
kedaulatan masyarakat desa dalam menampung, menyalurkan dan
mengarahkan setiap ide dan aspirasi masyarakat.
Dari hasil penelitian mengenai persepsi masyarakat terhadap
pelaksanaan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat,
berdasarkan hasil isian angket oleh responden masyarakat, diketahui bahwa
fungsi tersebut telah dilaksanakan. Adapun tanggapan responden terhadap
pelaksanaan fungsi tersebut dikemukakan dalam tabel berikut.
50
Tabel 13. Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan FungsiMenampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Terlaksana
Kurang Terlaksana
Tidak Terlaksana
7
23
-
23,33
76,67
-
Total 30 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas tentang adanya tanggapan
responden mengenai pelaksanaan fungsi menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat oleh BPD di Desa Fatufia sebagian besar 23 responden
(76,67%) menyatakan kurang terlaksana, dan 7 responden (23,33%) yang
menyatakan terlaksana.
Pernyataan responden yang menyatakan terlaksana memberikan alasan
bahwa apa yang menjadi aspirasi masyarakat telah dapat ditindak lanjuti oleh
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) seperti aspirasi untuk pemberhentian
Kepala Desa yang terlibat KKN, BPD membentuk panitia pemilihan Kepala
Desa yang baru. Sedangkan alasan responden yang menyatakan kurang
terlaksana dengan alasan bahwa mereka tidak puas dengan hasil yang mereka
rasakan, hal ini disebabkan karena adanya kepentingan lain setiap individu
pengurus BPD. Oleh karena itu dengan kurang terlaksananya fungsi tersebut
menunjukan adanya hambatan dalam pelaksanaannya.
Hambatan pelaksanaan fungsi BPD dalam fungsi menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat tersebut, sesuai dengan pernyataan anggota
BPD Desa Fatufia yang mengatakan bahwa:
51
“Pelaksanaan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasimasyarakat menjadi kurang terlaksana dengan baik disebabkan karena masihrendahnya animo masyarakat untuk menyalurkan aspirasi dan masalahnyakepada pengurus BPD, hal ini terjadi karena kurangnya pemahaman danpengetahuan masyarakat terhadap fungsi yang diemban oleh BPD, dimanasebagian masyarakat beranggapan bahwa BPD hanya berfungsi mengawasikepala desa. oleh karena itu sehingga BPD belum dapat mengakomodirseluruh masalah yang berkembang di dalam masyarakat,” (Siti Ramadhan,Wawancara, 10 Maret 2013).
Sejalan dengan ungkapan di atas, dikuatkan oleh ketua BPD
mengemukakan bahwa:
“Kendala utama yang dihadapi dalam menampung dan menyalurkanaspirasi masyarakat adalah masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsiyang diemban oleh BPD, sehingga dalam proses menampung danmenyalurkan aspirasi kadangkala terjadi perbedaan pandangan antarapengurus BPD dengan masyarakat” (Basrudin, Wawancara 13 Maret 2013).
Terhadap kendala dalam melaksanakan fungsi menampung dan
menyalurkan aspirasi masyarakat, anggota BPD mengemukakan bahwa:
“Pelaksanaan fungsi ini seharusnya dapat berjalan dan dilaksanakandengan baik, namun karena masyarakat bermasa bodoh untuk menyalurkandan menyelesaikan permasalahan yang terjadi kepada BPD, sehingga dalampelaksanaan fungsi ini hanya sebagian kecil saja aspirasi yang diterima darimasyarakat” (Naswin, Wawancara, 16 Maret 2013).
Senada dengan tanggapan di atas wakil ketua BPD mengemukakan
bahwa:
“Diakui bahwa kurangnya pemahaman masyarakat terhadap fungsiyang diemban oleh BPD dan kurangnya inisiatif masyarakat untukmenyelesaikan masalahnya kepada pengurus BPD, dikarenakan sosialisasiyang dilakukan oleh BPD untuk diketahui kedudukan dan fungsinya masihminim, hal ini disebabkan karena minimnya sarana dan prasarana pendorongpelaksanaan fungsi, dan sumber dana yang tidak tersedia untuk melakukansosialisasi tersebut” (Idrus, Wawancara, 21 Maret 2013).
Untuk itu dapat dilihat mengenai jenis-jenis aspirasi yang ditampung
oleh BPD pada tabel berikut.
52
Tabel 14. Jenis-Jenis Aspirasi yang ditampung dan disalurkan oleh BPD
No Jenis Aspirasi Tujuan Keterangan
1
2
Pemberhentian Kepala Desa
Pembentukan panitia PILKADES
Camat
BPD
Selesai
Selesai
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Data tabel di atas menunjukan bahwa hanya terdapat 2 jenis aspirasi
yang ditampung dan diselesaikan oleh BPD. Seharusnya BPD menerima,
menampung dan menindak lanjuti puluhan aspirasi yang ada dalam
masyarakat, namun karena kurangnya sosialisasi yang dilakukan oleh BPD
mengenai kedudukan dan fungsinya kepada masyarakat, sehingga masyarakat
sepenuhnya belum memahami fungsi–fungsi yang diemban oleh BPD. Hal ini
mengakibatkan kurangnya inisiatif masyarakat untuk menyampaikan dan
menyelesaikan permasalahannya kepada pengurus BPD. Oleh karena itu
diketahui bahwa dalam pelaksanaan fungsi menampung dan menyalurkan
aspirasi masyarakat yang diemban BPD kurang terlaksana.
3. Pelaksanaan Fungsi Pengawasan
Fungsi pengawasan merupakan wewenang dari Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dalam melakukan kontrol dan pengawasan
terhadap setiap ketentuan dan peraturan desa dan kegiatan pemerintahan desa.
Mengenai pelaksanaan fungsi pengawasan oleh BPD, berdasarkan
hasil isian angket responden menyatakan telah dilaksanakan. Adapun hasil
persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan tersebut, masyarakat memberikan
tanggapan bahwa pelaksanaan terlaksana dengan baik dan kurang terlaksana.
53
Sebaran jawaban responden tersebut selanjutnya dikemukakan dalam tabel
berikut.
Tabel 15. Tanggapan Responden Terhadap Pelaksanaan FungsiPengawasan
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Terlaksana
Kurang Terlaksana
Tidak Terlaksana
26
4
-
86,67
13,33
-
Total 30 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan tanggapan responden
terhadap pelaksanaan fungsi pengawasan oleh Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) di Desa Fatufia, 26 responden (86,67%) masyarakat menyatakan
terlaksana, dan 4 responden (13,33%) menyatakan kurang terlaksana. Pada
responden yang menyatakan fungsi pengawasan telah terlaksana adalah
dengan melihat realitas bahwa pengurus BPD telah melakukan pengawasan
dalam bidang pelaksanaan peraturan desa yaitu tentang Pencalonan,
Pemilihan, Pelantikan dan Pemberhentian Kepala Desa, dimana Kepala Desa
yang dianggap terlibat KKN telah berhasil dilengserkan oleh BPD, dan
kemudian BPD membentuk Panitia untuk menyelenggarakan pemilihan
Kepala Desa yang baru. Sedangkan untuk responden yang menyatakan kurang
terlaksana memberi alasan bahwa efektivitas dan optimalisasi pengawasan
yang dilakukan tidak tercapai. Adanya pernyataan masyarakat yang
menyatakan kurang terlaksana menunjukkan bahwa masih terdapat hambatan
dalam pelaksanaan fungsi pengawasan yang dilaksanakan oleh BPD.
54
Hasil wawancara dengan informan oleh ketua Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) memberikan keterangan bahwa:
“Dalam pelaksanaan fungsi pengawasan Badan Permusyawaratan Desa(BPD) di Desa Fatufia menerapkan tingkat koordinasi dan kerja sama yangbaik, yaitu dengan melaksanakan koordinasi antar lembaga yang ada di desasebagai pendukung pelaksanaan fungsi dan bekerja sama yang baik, sehinggaproses pengawasan dilakukan secara sungguh-sungguh dan dapat mencapaihasil yang optimal, walaupun tidak dapat dipungkiri bahwa tetap dibutuhkansarana dan prasarana yang memadai dalam pelaksanaan fungsi pengawasan”(Basrudin, Wawancara 21 Maret 2013).
Dengan demikian diketahui bahwa pelaksanaan fungsi pengawasan
oleh BPD sudah terlaksana dengan baik, hal ini didorong oleh faktor
koordinasi dan kerja sama antar lembaga. Oleh karena itu dalam rangka
melaksanakan fungsi pengawasan ini, pengurus BPD di Desa Fatufia dapat
mempertimbangkan beberapa aspek yang melingkupi dan berhubungan
dengan fungsi tersebut, termasuk koordinasi dengan mitra kerjanya
(pemerintah desa) sebagai objek diawasi.
Selain itu tujuan pengawasan yang dilakukan harus dapat diarahkan
untuk membuat suatu penilaian objektif dan bukan hanya bersifat mencari-cari
kesalahan dan atau ingin menjatuhkan pemerintah desa. Olehnya dengan
tujuan yang demikian akan mengarahkan fungsi pengawasan pada substansi
yang sebenarnya yaitu mewakili kepentingan masyarakat yang membutuhkan
suatu bentuk kegiatan pemerintah yang mendahulukan kepentingan
masyarakat secara keseluruhan, bukan kepentingan kelompok atau
perseorangan.
55
D. Faktor Pendorong dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi BPD
1. Faktor Pendorong
Dalam pembahasan mengenai faktor pendorong pelaksanaan fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Fatufia, sebagaimana telah
dikemukakan dalam kerangka pikir yaitu, (1) Koordinasi/kerja sama antar
lembaga, (2) Kemampuan/pengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus
BPD.
a. Koordinasi/kerjasama antar lembaga
Berdasarkan hasil isian angket dapat diketahui bahwa koordinasi
antar lembaga baik yang berada di desa yaitu pemerintah desa maupun
lembaga yang berada diatasnya, terjalin dengan baik.
Kriteria terjalin dalam penelitian ini adalah dengan melihat situasi
dan tingkat koordinasi atau hubungan yang dilakukan oleh BPD dengan
lembaga lainnya, yang meliputi keadaan dan intensitas koordinasi yang
dilakukan. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat tanggapan responden
tentang koordinasi antar lembaga tersebut pada tabel berikut.
Tabel 16. Tanggapan Responden Terhadap PelaksanaanKoordinasi/Kerjasama Antar Lembaga Oleh BPD
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Baik
Cukup Baik
Tidak Baik
30
-
-
100
-
-
Total 30 100
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
56
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh
responden menyatakan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Fatufia
dalam melaksanakan fungsinya melakukan jalinan koordinasi yang baik
dengan lembaga lain. Hal ini menunjukkan bahwa setiap pelaksanaan
fungsi BPD Desa Fatufia selalu melaksanakan koordinasi dengan lembaga
lain.
Data tersebut sejalan dengan keterangan anggota BPD Desa Fatufia
menyatakan bahwa:
“Terhadap pelaksanaan seluruh fungsi BPD Desa Fatufia selaludilakukan koordinasi dan jalinan kerja sama dengan lembaga atau institusilainnya yang ada di desa atau tingkatan di atasnya, sehingga prosespelaksanaan fungsi BPD Desa Fatufia dapat berjalan lancar” (Nadir,Wawancara 28 Maret 2013).
Senada dengan ungkapan tersebut dikuatkan oleh keterangan
kepala Desa Fatufia bahwa:
“Pada setiap pelaksanaan fungsi BPD Desa Fatufia selalumelakukan koordinasi dengan pemerintah desa. Hal ini tentunya demimendorong tercapainya tujuan pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut”(Jalaludin Ismail, SH. 4 April 2013).
Data tersebut di atas memberikan gambaran bahwa pengurus
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa Fatufia sepenuhnya
menerapkan asas kerjasama dan koordinasi dengan lembaga lain yang
berada desa. Dengan demikian dapat diketahui bahwa salah satu faktor
yang mendorong pencapaian atau target pelaksanaan fungsi-fungsi BPD
Desa Fatufia adalah karena pengurus secara kontinyu melakukan
koordinasi dengan lembaga lain yaitu kepada Kepala Desa, Kepala Dusun,
Karang Taruna (KT), Kelompok Tani, dan Kelompok Nelayan.
57
Untuk itu dapat dilihat jalur koordinasi yang dilakukan oleh BPD
Desa Fatufia pada tabel berikut.
Tabel 17. Jalur Koordinasi yang dilakukan oleh BPD
No Jalur Koordinasi Sifat Koordinasi Keterangan
1
2
3
4
5
Kepala Desa
Kepala Dusun
Karang Taruna
Kelompok Tani
Kelompok Nelayan
Sering
Sering
Sering
Sering
Sering
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Terlaksana
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
b. Kemampuan/pengalaman organisasi pengurus BPD
Mengenai tingkat kemampuan/pengalaman organisasi pengurus
BPD Desa Fatufia, tentunya didasari oleh latar belakang kebiasaan
individu pengurus berperan aktif dalam kegiatan kemasyarakatan. Oleh
responden dinyatakan bahwa kemampuan/pengalaman organisasi pengurus
BPD Desa Fatufia sangat mendorong pelaksanaan fungsinya. Mengenai
tingkat kemampuan/pengalaman organisasi pengurus dikemukakan dalam
tabel berikut.
Tabel 18. Tanggapan Responden Terhadap Pengalaman OrganisasiKemasyarakatan Pengurus BPD
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Mendorong
Kurang Mendorong
Tidak Mendorong
30
-
-
100
-
-
Total 30 100Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
58
Berdasarkan data pada tabel di atas tentang adanya tanggapan
responden mengenai kemampuan/pengalaman organisasi kemasyarakatan
pengurus BPD seluruhnya menyatakan mendorong untuk melaksanakan
fungsinya. Dari jawaban responden berdasarkan alasan bahwa anggota
BPD cukup banyak bergelut dengan kegiatan administrasi dan
berhubungan dengan masyarakat seperti ketua BPD yang saat ini sudah
menjabat 2 kali masa periode dan pada periode sebelumnya juga
memegang jabatan sebagai ketua, wakil ketua BPD yang saat ini juga
pernah menjawab sebagai ketua BPD pada periode sebelumnya, kemudian
anggota BPD lainnya mempunyai latar belakang aktivitas keseharian
sebagai ketua organisasi kemasyarakatan yaitu mantan Ketua Kelompok
Tani, sedangkan yang lainnya adalah mantan Fasilitator Desa (FD) pada
program P2DTK atau sekarang PNPM, mantan ketua KPPS pada
pemilihan presiden. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa seluruh
pengurus BPD sebelumnya telah bergelut dengan kegiatan administrasi
dan organisasi, sehingga dalam melaksanakan fungsi yang diembannya
dalam kepengurusan BPD Desa Fatufia dianggap dapat berjalan dengan
lancar.
Hasil wawancara dengan informan pengurus Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) Fatufia dikatakan bahwa:
“Latar belakang keseharian sebagian besar pengurus BPD DesaFatufia sebelumnya adalah sebagai ketua organisasi dan selama ini telahaktif dalam kegiatan kemasyarakatan, sehingga sangat mendorongpelaksanaan fungsi yang diemban sebagai pengurus BPD Desa Fatufia”(Naswin, Anggota BPD, Wawancara 5 April 2013).
59
Selaras dengan hal di atas, dipertegas oleh wakil ketua BPD Desa
Fatufia mengemukakan bahwa:
“Sebagian besar dari pengurus BPD Desa Fatufia saat ini telahbanyak membantu kegiatan-kegiatan kemasyarakatan khususnya kegiatankepemudaan, sehingga dapat dikatakan bahwa dengan menjadi pengurusBPD, apa yang telah dilakukan akan semakin meningkat karena telahmengetahui dengan jelas seluruh aspek permasalahan dalam masyarakat”(Idrus, Wawancara 5 April 2013).
Pernyataan di atas memberikan gambaran bahwa tingkat
kemampuan/pengalaman organisasi kemasyarakatan pengurus BPD di
Desa Fatufia dapat menjadi pendorong pelaksanaan fungsi-fungsi BPD
yang diembannya saat ini. Didasari oleh latar belakang
kemampuan/pengalaman tersebut yang sebelumnya sangat bersentuhan
dengan aktivitas yang dijalankan dalam kepengurusan BPD yaitu
menetapkan peraturan desa, menampung dan menyalurkan aspirasi
masyarakat dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
desa.
2. Faktor Penghambat
Faktor penghambat pelaksanaan fungsi yang diemban oleh BPD
berdasarkan defenisi operasional yang telah dikemukakan meliputi: (1)
Masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh
BPD, dan (2) Minimnya sarana dan prasarana.
60
a. Masyarakat belum sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang
diemban oleh BPD
Mengenai tingkat pemahaman masyarakat terhadap fungsi-fungsi
yang diemban oleh BPD, sebagian responden memberikan tanggapan
bahwa masyarakat memahami fungsi BPD, sedangkan yang lainnya
menyatakan belum memahami atau mengetahui sepenuhnya fungsi-fungsi
yang diemban oleh BPD. Sebaran tanggapan responden tersebut
dikemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 19. Tanggapan Responden Terhadap Masyarakat yang BelumSepenuhnya Memahami Fungsi-Fungsi yang DiembanOleh BPD
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase(%)
1
2
3
Memahami Fungsi BPD
Kurang Memahami Fungsi BPD
Tidak Memahami Fungsi BPD
8
22
-
26,67
73,33
-
Total 30 100,00
Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa sebagian
besar masyarakat atau 22 responden (73,33%) menyatakan bahwa
Masyarakat kurang memahami fungsi yang diemban oleh BPD, hal ini
dapat menghambat pelaksanaan fungsi BPD. Sedangkan sebagian kecil
masyarakat 8 responden (26,67%) menyatakan memahami fungsi–fungsi
yang diemban oleh BPD.
Tanggapan responden yang menyatakan kurang memahami fungsi
BPD memberi alasan bahwa anggota BPD tidak pernah mensosialisasikan
61
mengenai fungsinya, sehingga sepengetahuan masyarakat bahwa BPD
hanya memiliki satu fungsi yaitu sebagai pengawas kepala desa dalam
menjalankan tugasnya. Hal ini mengakibatkan kurang terlaksananya
terhadap fungsi-fungsi lain yang diemban oleh BPD dan berbagai masalah
yang harus diselesaikan seringkali terjadi perbedaan sudut pandangan
antara masyarakat dengan pengurus BPD. Kemudian pada responden yang
menyatakan memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh BPD dengan
melihat kegiatan-kegiatan yang dilakukan BPD seperti BPD membentuk
panitia untuk pemilihan Kepala Desa.
Terhadap masalah kurangnya pemahaman masyarakat terhadap
fungsi ini, Ketua BPD Desa Fatufia mengemukakan bahwa:
“Masyarakat belum sepenuhnya dapat memahami fungsi-fungsiyang diemban oleh BPD, sehingga mereka hanya melihat konteks individuyang duduk sebagai pengurus BPD bukan dalam bentuk organisasi yangmewakili aspirasi masyarakat” (Basrudin, Wawancara 11 April 2013).
Data tersebut di atas, memberikan gambaran bahwa persoalan
hambatan yang terjadi karena masyarakat belum sepenuhnya dapat
memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh BPD. Oleh karena itu perlu
dilakukan sosialisasi secara rutin mengenai kedudukan dan fungsi BPD
kepada masyarakat, dengan demikian secara perlahan akan mengarah
kepada peningkatan perhatian dan antusias masyarakat dalam memberikan
dukungan kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD).
62
b. Sarana dan prasarana penunjang
Mengenai sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), oleh responden dinyatakan bahwa
keadaan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi BPD Desa
Fatufia kurang memadai, sebagaimana dikemukakan dalam tabel berikut.
Tabel 20. Tanggapan Responden terhadap Sarana dan PrasaranaPenunjang Pelaksanaan Fungsi BPD
No Tanggapan Responden Jumlah Persentase (%)
1
2
3
Memadai
Kurang Memadai
Tidak Memadai
-
30
-
100
Total 30 100Sumber: Olahan Data Kuesioner. Tahun 2013
Berdasarkan data pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh
responden menyatakan sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi
BPD kurang memadai. Hal ini jelas akan mempengaruhi optimalisasi
pelaksanaan fungsi BPD.
Alasan responden menyatakan kurang memadai adalah sebagai
suatu lembaga formal yang ada di desa dan merupakan pencerminan
aspirasi masyarakat desa, seharusnya BPD mempunyai ruangan kantor
tersendiri dan tidak bergabung kepada kantor Kepala Desa sebagai mitra
kerjanya, dan tidak tersedianya peralatan administrasi yang cukup, serta
tidak ada mekanisme kerja yang dibuat dalam suatu perencanaan dan time
schedule yang jelas.
63
Untuk mengetahui gambaran tentang keadaan Sarana dan prasarana
BPD Desa Fatufia dalam melaksanakan pekerjaan dapat dilihat pada tabel
berikut.
Tabel 21. Keadaan Sarana dan Prasarana BPD Desa FatufiaTahun 2013
No Sarana dan Prasarana Jumlah Keadaan
1235
Mesin KetikKursi PlastikMeja KerjaStempel Dinas
1511
Kurang BaikBaikBaik
Kurang BaikSumber: Kantor Desa Fatufia, Tahun 2013
Terhadap sarana dan prasarana penunjang ini, anggota BPD Desa
Fatufia mengemukakan bahwa:
“Hambatan yang sangat nyata saat ini dihadapi oleh pengurus BPDDesa Fatufia adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana penunjangpelaksanaan fungsi. Oleh karena itu kadangkala terjadi hal-hal yangseharusnya segera teratasi atau program yang terealisir harus tertunda atauterhambat hanya karena BPD tidak mempunyai sarana dan prasarana yangmemadai” (Siti Ramadhan, Wawancara 12 April 2013).
Oleh ketua BPD Desa Fatufia, masalah ketersediaan sarana dan
prasarana penunjang pelaksanaan fungsi BPD ini mengemukakan bahwa:
“Telah dilakukan upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan saranadan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi BPD agar tercapaioptimalisasi dalam melaksanakan fungsi tersebut. Namun karenaketerbatasan dana pemerintah desa, sehingga hal tersebut belum terwujud”(Basrudin, Ketua BPD, Wawancara 15 April 2013).
Berdasarkan jawaban responden dan informan tersebut di atas
diketahui bahwa salah satu faktor penghambat utama optimalisasi
pelaksanaan fungsi BPD Desa Fatufia adalah karena minimnya sarana dan
prasarana penunjang dalam pelaksanaan fungsi BPD.
64
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.
1. Persepsi masyarakat terhadap pelaksanaan fungsi Badan Permusyawaratan
Desa (BPD) adalah sebagai berikut: (a) Untuk pelaksanaan fungsi
menetapkan peraturan desa belum sepenuhnya terlaksana dengan baik
karena terdapat adanya hambatan dalam pelaksanaannya yaitu minimnya
sarana dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi. Selanjutnya (b) Untuk
pelaksanaan fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat
belum terlaksana dengan baik disebabkan karena masyarakat belum
sepenuhnya memahami fungsi-fungsi yang diemban oleh BPD, dimana
sering terjadi kesalahpahaman atau perbedaan antara masyarakat dengan
pengurus BPD dalam menampung, dan menindak lanjuti aspirasi, dan (c)
Untuk pelaksanaan fungsi pengawasan sudah terlaksana dengan baik
karena didorong oleh koordinasi dan kerjasama yang baik antar lembaga
yang ada di desa.
2. Faktor pendorong pelaksanaan fungsi BPD di Desa Fatufia Kecamatan
Bahodopi Kabupaten Morowali adalah (1) Melaksanakan koordinasi dan
kerja sama dengan lembaga lain, (2) Pengalaman organisasi
kemasyarakatan pengurus BPD dalam memahami setiap aspirasi dan
kepentingan masyarakat. Adapun faktor penghambat yaitu, (1) Masyarakat
belum sepenuhnya memahami fungsi yang diemban oleh BPD yang
65
mengakibatkan BPD dalam menjalankan fungsinya seringkali mendapat
perdebatan atau pertentangan dari masyarakat, dan (2) Ketersediaan sarana
dan prasarana yang tidak memadai,
B. Saran-Saran
Berdasarkan hasil pembahasan maka disarankan sebagai berikut.
1. Diharapkan agar pengurus BPD Desa Fatufia dapat memperhatikan
tanggapan, usul dan saran yang diberikan oleh masyarakat, dan
memperhatikan pelaksanaan fungsi-fungsi yang diemban, dengan
demikian akan memberikan petunjuk dan arah bagi pengurus dalam
mengoptimalkan kinerja pelaksanaan fungsi-fungsi tersebut.
2. Diharapkan agar pengurus BPD Desa Fatufia untuk mengoptimalkan
faktor pendorong yang terdapat dalam organisasi BPD, dengan demikian
akan terjadi peningkatan kinerja pengurus BPD dalam melaksanakan
fungsinya, sedangkan untuk faktor penghambat harus diminimalisir dan
dicari cara mengatasinya, sehingga tidak menghambat kinerja pengurus
BPD dalam melaksanakan fungsinya.
3. Diharapkan partisipasi masyarakat Desa Fatufia untuk menyediakan sarana
dan prasarana penunjang pelaksanaan fungsi BPD, dan jangan menunggu
bantuan dari pemerintah, dengan demikian akan mendorong dan dapat
mengoptimalkan kinerja BPD dalam melaksanakan fungsi-fungsinya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah Rozali. 2005. Pelaksanaan Otonomi Luas Dengan Pemilihan KepalaDaerah Secara Langsung. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Adisasmita, Rahardjo. 2006. Pengembangan Desa Aspiratif. Yogyakarta: GrahaIlmu.
Adisubrata, Winarna Surya. 2003. Perkembangan Otonomi Daerah diIndonesia. Semarang: Aneka Ilmu.
Beratha I Nyoman. 1991. Pengembangan Desa Berwawasan Lingkungan. Jakarta:Bumi Aksara.
Dadang Juliantara. 2000. Arus bawah Demokrasi dan Otonomi PemberdayaanDesa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Utama.
Dimyatidan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.
Miles dan Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI Press.
Rakhmat, Jalaludin. 1996. Keluarga Sakinah, Suatu Tinjaun Psikologi danAgama. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Rasyid, Ryaas. 1997. Perkembangan Pemikiran Tentang Masyarakat Kewargaan.Dalam Jurnal Ilmu Politik No. 17. hal. 3-11. Jakarta: PT GramediaPustaka Utama.
Salusu. 1986. Suatu Analisis Tentang Proses Pengambilan Keputusan Strategikpada Tingkat Managemen Eksekutif Puncak, Sebuah Studi Kasus padaUniversitas Hasanudin Antara Tahun 1974-1982 Unhas. Ujung Pandang.
Saparin. 1977. Tata Pemerintahan dan Administrasi Desa. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Sarwono, Sarlito. 2009. Pengantar Psikologi Umum. Jakarta: Rajawali Press
Sedarmayanti. 2003. Good Governance (Kepemerintahan yang Baik) dalamrangka Otonomi Daaerah. Bandung: Mandar Maju.
Shaleh, Abdul Rahman. 2009. Psikologi Suatu Pengantar Dalam PerspektifIslam. Jakarta: Kencana.
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:Rineka Cipta.
Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Soemitro, Ronny Hanitijo. 1988. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: GhaliaIndonesia.
Stenberg, J Robert. 2008. Psikologi Kognitif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sulastomo. 2001. Demokrasi atau Democracy. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Syarifin, Pipin. dan Jubaedah, Dedah. 2006. Pemerintahan Daerah di Indonesia :Bandung: Pustaka Setia.
Team Work Lapera. 2001. Politik Pemberdayaan; Jalan Mewujudkan OtonomiDesa. Yogyakarta: Lapera Pustaka Umum.
Thoha, Miftah. 1984. Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasi. AlumniBandung.
........................ (2007). Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya.Jakarta : P.T. Rajagrafindo Perkasa.
Usman, Sunyoto. 1998. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Walgito, Bimo. 2003. Psikologi Sosial. Yogyakarta: C.V Andi Offset.
Wasistiono, Sadu dan Tahir, M. Irwan. 2006. Prospek Pengembangan Desa.Bandung: Fokus Media.
Widjaja. 2003. Otonomi Desa. Jakarta: Raja Grafindo.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang PemerintahanDaerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 tentang Desa.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 29 Tahun 2006 tentang PedomanPembentukan Mekanisme Penyusunan Peraturan Desa.
Keputusan Badan Permusyawaratan Desa Fatufia Tentang Peraturan Tata TertibBadan Permusyawaratan Desa Fatufia.
DAFTAR PERTANYAAN (ANGKET)
Assalamu Alaikum, Wr, Wb.Salam sejahtera semoga Tuhan Yang Maha Kuasa tetap memberikan perlindungandan rahmatNya kepada kita semua, amin.Melalui daftar pertanyaan ini, diharapkan bantuan Bapak/Ibu, Sdr(i) untukmengisi jawaban sesuai dengan kenyataan dan perasaan Bapak/Ibu, Sdr(i).Daftar pertanyaan ini adalah untuk kepentingan penelitian yang berjudul:PERSEPSI MASYARAKAT TERHADAP PELAKSANAAN FUNGSI BADANPERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DI DESA FATUFIA KECAMATANBAHODOPI KABUPATEN MOROWALI. Tidak ada hubungannya dengankepentingan-kepentingan lainnya.Oleh karena itu diharapkan kesediaan Bapak/Ibu, Sdr(i) untuk membantukelancaran penelitian ini. Atas perhatian, bantuan dan kerjasamanya disampaikanterima kasih.
I. Petunjuk Pengisian:Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan memberi tanda ( √ ) pada salahsatu jawaban yang dianggap benar sesuai dengan kenyataan menurutpandangan Bapak/Ibu, Sdr(i), dan berikan alasan secara singkat dan objektif.
II. Identitas Responden: Nomor Responden1. Nama :2. Jenis Kelamin :3. U m u r :4. Pend. Terakhir :5. Pekerjaan :6. Alamat :
III. Pertanyaan:1. Apakah anda setuju dengan fungsi menetapkan peraturan desa yang
diemban oleh BPD?a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
2. Apakah anda setuju bila BPD merumuskan, membuat, dan menetapkanaturan dengan alasan kepentingan masyarakat?a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
3. Bagaimana pandangan anda tentang pelaksanaan fungsi menetapkanperaturan desa oleh BPD?a. Terlaksanab. Kurang terlaksanac. Tidak terlaksana
Alasannya: …………………………………………………………
4. Apakah anda setuju dengan fungsi menampung dan menyalurkanaspirasi masyarakat yang diemban oleh BPD?a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
5. Apakah anda setuju apabila segala bentuk aspirasi masyarakat harusditangani oleh BPD, kemudian menyalurkannya sesuai dengan petunjukdan kebutuhan?a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
6. Bagaimana pandangan anda tentang pelaksanaan fungsi menampung danmenyalurkan aspirasi masyarakat oleh BPD?a. Terlaksanab. Kurang terlaksanac. Tidak terlaksana
Alasannya: …………………………………………………………...
7. Apakah anda setuju dengan fungsi mengawasi pelaksanaan peraturandesa oleh BPD yang diemban oleh BPD?a. Setujub. Kurang setujuc. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
8. Apakah anda setuju bila BPD melakukan pengawasan dan penerapanyang ketat terhadap pelaksanaan peraturan desa dengan alasankepentingan pembangunan?a. Setujub. Kurang setuju
c. Tidak setuju
Alasannya: …………………………………………………………
9. Bagaimana pandangan anda tentang pelaksanaan fungsi mengawasipelaksanaan peraturan desa oleh BPD?a. Terlaksanab. Kurang terlaksanac. Tidak terlaksana
Alasannya: ………………………………………………………..
10. Menurut anda apakah koordinasi dan kerjasama antar lembaga yangdilakukan oleh BPD telah terjalin dengan baik?a. Baikb. Cukup baikc. Tidak baik
Alasannya: ………………………………………………………..
11. Menurut anda apakah kemampuan/pengalaman organisasi dari pengurusBPD mendorong dalam melaksanakan fungsi-fungsinya?a. Mendorongb. Cukup mendorongc. Kurang mendorong
Alasannya: ………………………………………………………..
12. Menurut anda apakah masyarakat sudah memahami sepenuhnyamengenai fungsi-fungsi yang diemban oleh BPD?a. Memahamib. Kurang memahamic. Tidak memahami
Alasannya: ………………………………………………………..
13. Menurut anda apakah sarana dan prasarana penunjang pelaksanaanfungsi BPD telah memadai?a. Memadaib. Kurang memadaic. Tidak memadai
Alasannya: ………………………………………………………..
DAFTAR PEDOMAN WAWANCARA
I. Identitas Informan:1. Nama :2. Jenis Kelamin :3. U m u r :4. Pend. Terakhir :5. Pekerjaan :6. Jabatan :7. Alamat :
II. Faktor Penunjang dan Penghambat Pelaksanaan Fungsi BPD1. Faktor-faktor apakah yang selama ini menurut bapak/ibu yang menjadi
penunjang pelaksanaan fungsi BPD? dijelaskan...............................
2. Mengapa faktor-faktor tersebut menjadi penunjang pelaksanaan fungsiBPD ? dijelaskan ................................................................................
3. Faktor-faktor apakah yang selama ini menurut bapak/ibu yang menjadipenghambat pelaksanaan fungsi BPD? dijelaskan ...............................
4. Mengapa faktor-faktor tersebut menjadi penghambat pelaksanaan fungsiBPD? dijelaskan ................................................................................
5. Menurut bapak/ibu bagaimana koordinasi antar lembaga yang dilakukanoleh BPD dalam rangka menjalankan fungsi BPD ? dijelaskan
6. Menurut bapak/ibu apakah pengalaman organisasi kemasyarakatanpengurus BPD berpengaruh terhadap pelaksanaan fungsi BPD?dijelaskan ……………………………………………………………….
7. Menurut bapak/ibu bagaimana dukungan masyarakat terhadappelaksanaan fungsi BPD ? dijelaskan …………………......................
8. Menurut bapak/ibu apakah fasilitas sarana dan prasarana yang adadapat/tidak dapat membantu terhadap pelaksanaan fungsi BPD?dijelaskan ……………………………………………………………….
9. Menurut bapak/ibu apakah tingkat pendidikan pengurus BPDberpengaruh terhadap pelaksanaan fungsi BPD? dijelaskan……………………………………………………………………………