pernafasan - pengkajian sistem pernapasan rn
DESCRIPTION
pengkajianTRANSCRIPT
PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN
Pernapasan adalah tanda vital yang paling mudah dikaji, namun yang
paling sering diukur secara sembrono. Perawat tidak boleh menaksir
pernapasan. Pengukuran yang akurat memerlukan observasi dan palpasi
gerakan dinding dada.
Perawat yang terampil tidak akan memberitahu klien bahwa
pernapasannya sedang dikaji. Pengkajian akan sangat Baik di lakukan segera
setelah mengukur frekuensi nadi, dengan tangan perawat tetap di atas abdomen
atau dada. Pada saat mengkaji pernapasan , perawat harus mengingat pola dan
frekuensi normal ventilasi klien, pengaruh dari penyakit atau keadaan sakit pada
fungsi pernapasan, hubungan antara pernapasan dan fungsi kardiovaskular dan
pengaruh terhadap terapi pada pernapasan. Pengukuran Objektif dari pengkajian
status pernapasan termasuk frekuensi dan kedalaman bernapas serta irama
gerakan ventilatori.
Fungsi pernapasan dapat dengan dramatis mempengaruhi fungsi dan
parameter hemodinamik. Pengkajian pernapasan yang lengkap penting untuk
semua pasien dan terutama penting bagi yang membutuhkan pemantauan
hemodinamik karena kemungkinan komplikasi.
Riwayat kesehatan yang juga penting dikaji pada pasien Gangguan
Sistem pernapasan , meliputi data saat ini dan masalah yang lalu. Perawat
mengkaji klien atau keluarga dan berfokus kepada manifestasi klinik dari keluhan
utama, Riwayat masa lalu, riwayat keluarga dan riwayat psikososial.
Riwayat kesehatan dimulai dari biografi klien, dimana aspek biografi yang
sangat erat hubungannya dengan gangguan oksigenasi mencakup usia, jenis
kelamin, pekerjaan ( terutama berhubungan dengan kondisi tempat kerja ) dan
tempat tinggal. Keadaan tempat tinggal mencakup kondisi tempat tinggal serta
apakah klien tinggal sendiri atau dengan orang lain yang nantinya berguna bagi
perencanaan pulang ( “Discharge Planning ).
1
A. KELUHAN UTAMA
Keluhan utama menentukan prioritas intervensi dan mengkaji
pengetahuan klien tentang kondisinya saat ini. Keluhan Utama yang biasa
muncul pada klien gangguan kebutuhan oksigen dan karbondioksida
antara lain : batuk, peningkatan produksi sputum , dyspnea, hemoptysis,
dan chest pain.
B. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit pernafasan klien. Secara
umum perawat dapat mengkaji tentang : Riwayat merokok, pengobatan
saat ini dan masa lalu , Riwayat Alergi , dan Tempat tinggal.
C. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Tujuan dari pengkajian keluarga dan sosial pasien untuk pasien penyakit
paru-paru yaitu :
a. Mengetahui adanya penyakit infeksi tertentu : khususnya
Tuberculosa.
b. Kelainan Alergis seperti : Asma Bronchial ( factor predisposisi
herediter atau pencetus stress )
c. Mengetahui pasien bronchitis kronik yang mungkin bermukim di
daerah yang polusi udaranya tinggi.
D. PENGKAJIAN FISIK SISTEM PERNAPASAN
D.1. Pada Orang dewasa
Inpeksi
Dada :
Bandingkan kesamaan gerakan sisi kiri dan kanan
Kaji Ukuran dan Bentuk
Kaji simetrisitas : Barrel Chest, Pigeon chest, Funnel Chest, Lordosis,
Kiposis, Skoliosis.
2
Frekuensi dan pola pernapasan
Frekuensi Pernapasan rata-rata normal menurut usia :
Usia Frekuensi
Bayi baru lahir 35 – 40 x /mnt
Bayi ( 6 bulan ) 30 – 50 x / mnt
Todler ( 2 tahun ) 25 – 32 x / mnt
Anak-anak 20 – 30 x / mnt
Remaja 16 – 19 x / mnt
Dewasa 12 – 20 x / mnt
Bila frekuensi pernapasan orang dewasa lebih besar dari 20 x/mnt,
temukan penyebabnya. Penyebab yang mungkin termasuk cemas dan
nyeri; stimulasi system syaraf simpatis; kenaikan suhu; hipoksemia;
asidosis metabolik; dan masalah –masalah neurologi primer.
Cuping hidung mengembang dan penggunaan otot – otot Bantu bernapas
menunjukkan peningkatan upaya bernapas dan stress bagi pasien –
temukan penyebabnya.
Pola pernapasan abnormal dapat mengubah keseimbangan asam –basa
tergantung pada frekuensi dan volume tidal.
Gambaran pola nafas yang dapat mengganggu pola pernafasan antara lain :
Gambaran pola nafas Deskripsi Keterangan
Eupnea Irama halus dan ekspirasi
lebih lama daripada
inspirasi.
Wanita mempunyai
frekuensi pernapasan
agak lebih tinggi dari pria
Takipnea Pernafasan superfisial,
cepat; irama teratur atau
tidak teratur
Penyakit keterbatasan
paru ; pleuris
Bradipnea Frekuensi lambat dan
lebih dalam , irama
teratur
Saat tidur, minum
alkohol, narkotik opiat,
peningkatan tekanan
intrakranial
Apnea Penghentian nafas Terlihat pada periode
3
pernafasan atau henti
nafas
Cheyne Stokes Pernafasan periodik
sehubungan dg periode
apnea, bergantian
dengan serentetan siklus
pernafasan, siklus
bertahap meningkat lalu
menurun frekuensi dan
kedalamannya
Normal selama siklus
tidur pada usia lanjut,
peningkatan intrakranial,
gagal jantung kiri
Pernafasan ataxik
( pernafasan Biot’s )
Periode Apnea
bergantian, tidak teratur
dg rentetan pernafasan
dangkal pada kedalaman
yg sama
Meningitis , lesi fossa
posterior
Pernafasan Kussmaul’s Pernafasan mendesah
teratur, dalam dg
peningkatan pada
frekuensi pernafasan
Asidosis metabolik,
umumnya terlihat pada
asidosis diabetik, uremia
Apneusis Fase inspirasi terengah-
engah, panjang di ikuti
dengan fase ekspirasi tdk
adekuat, pendek.
Cedera pada mekanisme
pernafasan.
Obstruksi pernafasan Fase ekspirasi tdk
efektif , panjang dg
pernafasan
dangkal ,peningkatan
pernafasan.
Penyakit paru Obstruktif
4
Palpasi
Dikaji untuk melihat kesimetrisan pergerakan dada dan mengobservasi
abnormalitas ( kemungkinan adanya massa , lesi, atau bengkak ),
mengidentifikasi keadaan kulit ( kaji terutama pada saat klien mengeluh nyeri )
dan mengetahui vocal fremitus ( vibrasi )
Dada :
1. Pernapasan normal mempunyai rasio inspirasi : Ekspirasi 1 : 2 atau 1 : 3
2. Trakea harus dalam garis lurus di antara otot sternokleidomastoideus
pada leher. Deviasi trakea mungkin jauh dari keadaan patologi kearah sisi
normal atau kearah abnormalitas. Bila berat , deviasi trakea dapat
mengganggu ventilasi
3. Fremitus vocal adalah vibrasi yang dirasakan ketika pasien mengatakan
“ninety nine “. Vibrasi normal bila terasa diatas batang bronkus utama.
Bila teraba di atas perifer paru, hal ini menunjukkan konsolidasi sekresi
atau efusi pleura ringan sampai sedang.
4. Fremitus Ronkhi adalah vibrasi yang teraba di atas sekresi dan kongesti
pada bronkus atau trakea.
5. Emfisema subkutan menyebabkan krepitasi di atas daerah yang terkena.
Bila di auskultasi, juga terdengar crackles. Hal ini dapat berpindah ke
daerah yang berbeda tergantung pada posisi pasien. Kebocoran udara
dari suatu pneumothoraks atau pneumomediastinum ke dalam jaringan
subkutan menyebabkan emfisema subkutan.
Penyebab Deviasi Trakea :
a. Deviasi kearah patologi : Fibrosis paru unilateral , Atelektasis berat ,
Pneumothoraks.
b. Deviasi menjauh dari Patologi : Pneumothoraks tekanan ( Tension
Pneumothoraks ) , Hemothoraks atau silothoraks , Efusi pleura massif ,
Mediastinum atau massa paru yang mendorong jaringan paru menjauh.
5
Perkusi
Dada : Tonus perkusi antara lain :
Tonus perkusi Karakteristik Lokasi
Timpani Intensitas keras, bunyi nada
tinggi, lamanya sedang setara
dengan bunyi drum
Lambung, abdomen
distensi dengan udara
Hiperresonansi Intensitas sangat keras, bunyi
dg nada sgt rendah, lamanya
sangat singkat setara dg
bunyi dentuman
Bunyi abnormal
terdengar pada
emphisema , asthma,
pneumothoraks.
Resonansi Intensitas sedang, bunyi nada
rendah , lamanya panjang
setara dengan gaung
Bunyi paru normal
Pekak Intensitas lembut, bunyi nada
tinggi, lamanya sedang
Konsolidasi paru, Hati
Bunyi datar Intensitas halus, bunyi nada
tinggi, lamanya singkat
Paha , Sternum
Auskultasi
Dada :
Evaluasi frekuensi, kualitas, dan karakter bunyi napas serta mendengarkan bunyi
tambahan. Memperhatikan kesamaan bunyi napas tidaklah cukup. Meskipun
bunyi napas dapat menunjukkan masalah. Untuk memaksimalkan auskultasi,
anjurkan pasien bernafas melalui mulut daripada melalui hidung. Periksa mulai
aspek anterior, posterior dan lateral dari dada.
Bunyi napas normal :
Vesikular : terdengar di atas daerah perifer paru, fase inspirasi lebih panjang
dari fase ekspirasi. Karena bunyi terdengar di atas alveoli, aliran udara
kontinu dan tidak ada jeda diantara inspirasi dan ekspirasi. Bunyi ini
6
mempunyai kualitas tenang, menghembus. Bunyi vesicular mempunyai
karakter halus dan menghembus atau bergerisik.
Bronkial : mempunyai fase inspirasi singkat dan fase ekspirasi lebih panjang
serta lebih keras. Karena bunyi tersebut tidak terdengar di atas alveoli, ada
jeda yang jelas diantara kedua fase. Bunyi tubular tersebut hanya terdengar
pada cabang utama bronkus.
Bronkovesikular , mempunyai kualitas kombinasi dari bunyi bronchial dan
vesicular. Bunyi ini mempunyai fase inspirasi dan ekspirasi yang sama
dengan jeda diantaranya. Bunyi bronkial kualitasnya lebih tubular ( seperti
meniup pipa ) dari bunyi bronkovesikular ; bronkovesikular lebih tubular dari
vesicular.
Bunyi Nafas Abnormal :
1. Tidak terdengar bunyi nafas sama sekali
2. Bunyi bronchial atau bronkovesikular terdapat pada daerah perifer paru,
yang seharusnya hanya terdengar bunyi vesicular saja. Penyebabnya
adalah kompresi atau kolaps alveoli, konsolidasi sekresi, dan efusi pleura
ringan sampai sedang.
3. Bunyi Napas Tambahan ( bunyi napas abnormal menutupi bunyi napas
normal dan abnormal.
Bunyi Nafas Tambahan :
a. Crackles Halus / Rales / Krepitasi Halus / Bubbling.
Bunyi eksplosif , tidak kontinu ; seperti menggosokkan helaian rambut ke
dekat telinga berasal dari sekresi di alveoli , terdengar pada akhir
inspirasi.
b. Crackles sedang / Rales
Bunyi eksplosif, tidak kontinu; bunyi basah, lembab, menggelembung
tetapi lebih halus daripada crackles kasar, terdengar pada fase
pertengahan inspirasi di atas jalan nafas berukuran menengah.
7
c. Crackles kasar / Rales / Krepitasi kasar
Bunyi eksplosif dengan kualitas gelembung, tidak kontinu, mirip dengan
gelembung soda bikarbonat, berasal dari sekresi mukosa pada jalan
napas atau alveoli; terdengat pada awal inspirasi atau akhir ekspirasi
( sering di hubungkan dengan fremitus ronki dan memerlukan
pembersihan jalan napas ).
d. Ronki
Bunyi keras, nada rendah, kualitas mendengkur yang kontinu; seperti
gesekan dua balon, berasal dari sekresi mukosa atau obstruksi pada jalan
nafas besar.
e. Mengi / Wheezing
Bunyi kualitas musical yang kontinu dengan nada meninggi, berasal dari
penyempitan atau obstruksi jalan Napas; terdengar selama selama
inspirasi atau ekspirasi. ( Mengi mungkin lebih keras oleh beta blocker
yang mengganggu dengan efek bronkodilasi dari rangsangan system
saraf simpatis, dan oleh penyakit hiperaktif / Obstruksi jalan nafas, seperti
PPOM atau Asma).
D.2. PENGKAJIAN SISTEM PERNAPASAN PADA ANAK ( pediatric )
Persiapan untuk mengkaji anak atau bayi , yaitu dengan menanyakan
pada orangtua atau anak tentang batuk, demam, dispnea, kesulitan bernapas,
mengi, mudah letih, infeksi pernapasan masa lalu, sering pileks, dan riwayat
keluarga mengenai gangguan pernapasan. Bayi dan anak usia bermain paling
baik dikaji pada saat digendong orangtuanya.
Pengkajian Temuan / Tanda klinis
a. Kaji dada terhadap stridor, serak,
dengkur, mengi, dan batuk.
Stridor inspirasi dan dengkur
ekspirasi menunjukkan
epiglotitis.
Mengi menunjukkan asma,
bronkiolitis, atau aspirasi benda
asing.
8
b. amati nares eksternal terhadap
pengembangan
Pengembangan nares eksternal
menunjukkan distress pernapasan.
c. Amati bantalan kuku terhadap warna
dan clubbing
1. Sianosis kadang kadang
menunjukkan gagal nafas ,
vzsokontriksi atau polisitemia.
2. Clubbing biasanya menunjukkan
hipoksemia kronik, seperti pada
kistik fibrosis dan bronkoektasis.
d. Amati warna badan anak Sianosis dan bercak-bercak pada
badan menunjukkan hipoksemia yang
berat.
e. Periksa thoraks terhadap
konfigurasi, kesimetrisan, dan
abnormalitas.
Pada anak yang lebih tua > 6
tahun, bila dada bundar
menunjukkan gangguan paru
kronik
Sternum yang menonjol atau
tertekan harus diperhatikan . hal
ini dapat membahayakan
ekspansi paru.
Gerakan asimetris, dimana satu
sisi thoraks menurun
menunjukkan pneumonia,
pneumothoraks, atau benda
asing
f. Perhatikan ukuran payudara dalam
hubungan dengan umur anak.
Ginekomastia pada anak laki-laki
menunjukkan obesitas atau masalah
hormonal atau sistemik.
9
g. Amati dada terhadap retraksi atau
tertarik ke dalam di area
supraklavikula, trakea, substernal dan
interkostal. Pembengkakan atau
penonjolan pada area ini mungkin juga
dijumpai.
Retraksi merupakan indikasi dari
adanya pernapasan yang
memerlukan usaha besar pada
bayi dan anak-anak.
Pembengkakan menyertai air
trapping yang berat.
h. Amati jenis pernapasan anak Pernapasan abdomen pada anak > 7
tahun menunjukkan gangguan
pernapasan /tulang iga yang fraktur.
Amati kedalaman dan regularitas
pernapasan dan lama inspirasi dan
ekspirasi.
Palpasi : letakkan tangan anda dan ibu
jari bersama-sama sepanjang batas iga
dada atau punggung anak ketika anak
sedang duduk. Untuk fremitus taktil
bisa digunakan jari telunjuk atau
permukaan telapak tangan. Gerakan
secara simetris ketika berucap “99” .
Pada bayi fremitus dapat dirasakan
saat bayi menangis.
Perkusi : Lakukan diatas sela iga,
bergerak secara simetris dan
sistematik.
Auskultasi : dapat dilakukan pada
lapangan paru secara sistematis dan
simetris dari apeks ke dasar paru.
Di aksila untuk penderita pneumonia.
Fase ekspirasi yang memanjang
menunjukkan masalah
pernapasan obstruktif, seperti
asma.
Fremitus yang menurun
menunjukkan asma,
pneumothoraks, atau benda
asing .
Fremitus meningkat terjadi pada
pneumonia dan atelektasis.
Nada perkusi adalah pekak jika
terdapat cairan atau massa di
paru-paru.
Laporkan bunyi tambahan yang
terdengar. Ronki atau mengi
asimetris menunjukkan adanya
10
Rales atau crackles dengan mudah
terdengar di area ini.
Bunyi dapat menyebar dari traktus
respiratorius atas jika anak mempunyai
mucus di hidung atau tenggorok.
benda asing.
Tidak adanya bunyi nafas
unilateral menunjukkan
pneumothoraks.
Bunyi nafas normal pada anak : Vesikular ( inspirasi > ekspirasi );
bronkovesikular ( Inspirasi = Ekspirasi ) ; Bronkotubular ( Inspirasi < Ekspirasi ).
Bunyi nafas Tambahan pada anak : Rales ( halus terdapat pada pneumonia,
gagal jantung kongestif ; sedang pada edema paru ; Kasar pada pneumonia
dengan gejala paru yang mereda, bronchitis) , Ronki ( Mengi ); Sonor terdengar
pada penyakit bronchitis ; bunyi berdesis ( sibilant ) terdengar pada asma. Mengi
yang terdengar inspirasi : obstruksi tinggi, pada ekspirasi : Obstruksi rendah.
Pleural Friction Rub : terdengar pada inspirasi atau ekspirasi menunjukkan
adanya permukaan pleura yang meradang.
E. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
Dalam hal ini,perawat dapat mengkaji tentang aspek kebiasaan
hidup klien yang secara signifikan berpengaruh terhadap fungsi respirasi.
Beberapa kondisi respiratory timbul akibat stress.
Penyakit pernafasan kronik dapat menyebabkan perubahan dalam
peran keluarga dan hubungan dengan orang lain, isolasi sosial, masalah
keuangan, pekerjaan atau ketidakmampuan.
Dengan mendiskusikan mekanisme koping, perawat dapat
mengkaji reaksi klien terhadap masalah stress psikososial dan mencari
jalan keluarnya.
11
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK SISTEM PERNAPASAN
Yang perlu dilakukan antara lain : Pemeriksaan gas darah , foto, atau
fluoroscopi, pemeriksaan faal paru, EKG, pemeriksaan sputum dan lain –
lain.
Analisa Gas darah arterial
Penting untuk menentukan adanya Asidosis atau alkalosis atau
campuran keduanya. Selain itu analisa gas darah penting dalam
memperbaiki oksigenasi serta evaluasi kemajuan pengobatan.
Nilai gas darah Normal :
Variabel Arteri Vena
pH 7,35 -7,45 7,35 -7,45
pCO2 35 - 45 45 – 50
HCO3 22 - 26 22 – 26
O2 40 – 50
Saturasi O2 95 – 100 % 75 – 80 %
Kelebihan Basa +2 0 s.d +4
Secara definisi , pH di bawah 7,35 adalah asam dan di atas 7,45 adalah
basa. Kematian sel terjadi bila pH kurang dari 6,8 atau lebih dari 7,8.
Asidosis disebabkan oleh penambahan ion hidrogen ( H+ ) atau hilangnya
bicarbonat ( HCO3- ); Alkalosis adalah hilangnya hidrogen atau
penambahan bicarbonat.
Perubahan akut Analisa Gas Darah dan respon kompensasi :
Abnormalitas pH PaCO2 HCO3 Kondisi klinis
Asidosis Respiratorik
(retensi CO2, penurun-
an ventilasi permenit)
< 7,35 > 45 > 26 * CO2 tertahan shg
tidak berfungsinya
empat fase perna-
fasan : ventilasi,
difusi, perfusi dan
12
difusi sel
Alkalosis Respiratorik
( hilangnya CO2,
peningkatan ventilasi
per menit )
> 7,45 < 35 < 22 * Syok , edema paru
, emboli paru ,
hipoksemia.
Asidosis Metabolik
( penurunan HCO3 atau
kelebihan Hidrogen )
< 7,35 < 35 * < 22 Retensi asam
laktat dari syok ,
obat-obatan,
ketoasidosis,
toksin dll
Alkalosis Metabolik
(peningkatan HCO3
atau penurunan
hidrogen)
> 7,45 > 45 * > 26 Dapat
memperbaiki
keadaan
hipoventilasi pada
PPOM dan retensi
CO2.
* Perubahan kompensasi
Lingkungan sel dipertahankan oleh paru-paru dan ginjal dan dipantau
secara ketat oleh kemoreseptor di batang otak. Kemoreseptor mendeteksi
perubahan pada lingkungan dan menstimulasi paru-paru dan ginjal untuk
mengatur keseimbangan asam- basa. Keseimbangan ini dapat diubah
oleh teknologi dan terapi perawatan kritis.
Radiologis
Pemeriksaan foto thoraks PA atau AP, dan lateral ; Pemeriksaan
fluoroscopy , Kalau perlu CT Scan Thoraks .
( Multiple slices ) , dapat diperoleh data seperti adanya : hiperinflasi ,
pneumothoraks , efusi pleura, hidro pneumothoraks , edema dan tumor
paru.
13
Contoh Gambaran X- Ray pada kelainan paru – paru :
Asthma Chronic Atelektasis paru Cancer Paru Efusi pleura
Efusi pleura Odema paru Pneumonia Tbc paru
Faal Paru
Dengan spirometri dapat di ketahui adanya gangguan obstruksi
dan retriksi paru. Normal FEV1 = 83 % , Obstruksi bila FEV1 = 70 % , dan
FEV1 / FVC = lebih kecil dari normal. FEV1 normal , tetapi FEV1 / FCV
sama atau lebih besar dari normal menunjukkan retriksi.
Tes Fungsi paru meliputi :
a. Tidal Volume ( VT ) adalah volume udara inspirasi atau ekspirasi
selama tiap pernapasan normal; nilai normal : 6 -7 ml /kg
14
b. Minute Volume ( VE ) adalah total udara inspirasi atau ekspirasi dalam
satu menit, nilai normal = 5 – 10 L / mnt.
E K G
Pulmonary HT ( Hypertension ) tampak pada EKG, P tinggi di II dan
III dan aVF dan biasanya pada Right Ventricular Hypertrophy. Iskemia dan
aritmia sering dijumpai pada gangguan ventilasi dan oksigenasi.
Sputum
Warna , bau , kekentalan, kultur, uji kepekaan, Blood streaked
sputum, kemungkinan bronchitis , bronkiektasis, pneumonia, TB dan
keganasan. “ Pink Frothy “ Sputum, kemungkinan edema paru. Groosy
bloody sputum kemungkinan terjadi pada TB Paru , Infark paru atau
keganasan. Cara pemeriksaan sputum Bta cukup diambil specimen
secara langsung ( dalam wadah tidak steril ) ; Untuk pemeriksaan kultur :
ambil dengan canula suction steril dan dalam wadah yang steril pula ;
untuk pemeriksaan keganasan pada paru, sputum di taruh dalam wadah
steril dengan alkohol 70 % ; dan untuk anak-anak dapat di periksa pagi
hari sebelum makan , diambil dari sputum aspirasi.
Pulse Oksimeter
Oksimeter nadi ( Pulse Oksimeter ) merupakan salah satu bentuk
monitoring oksigen dengan mengukur absorban komputer dari berbagai
panjang gelombang dapat diketahui kadar oksihemoglobin. Oksimeter
dapat mengukur saturasi yang di dasarkan atas pulse oksimeter sampai
kepada 2 % dari Sa O2. tempat pengukuran biasanya pada ujung pada
ujung jari , kepala , cuping telinga , dahi. Nilai Normalnya adalah 95 –
100% baik pada arteri maupun perifer.
Pengangkutan Oksigen transkutan dan karbondioksida
Tekanan oksigen transkutan ( Ptc CO2 ) dalah tekanan kedua gas
ini dari pembuluh darah yang mendifus ke dalam jaringan akhirnya ke
dalam kulit. Digunakan untuk mengetahui gangguan perfusi atau
pertukaran gas tetapi tidak pada keduanya.
15
Kapnografi
Kapnografi adalah display untuk mengukur ekspirasi PCO2 dan
untuk mengetahui perbedaan End- tidal PCO2 dan arterial PaCO2.
Continous Invasive intraarterial oxygen and carbondioxide monitors.
Dapat memonitor dengan tindakan invasive memasukkan kateter
sensor ke dalam kateter arteri nomor 20 dan berbagai faktor dapat diukur
dengan sensor ini yakni PCO2 dan PO2. Dengan cara ini system monitor
aman, akurat dan dapat digunakan .
Untuk mengetahui Gangguan oksigenasi dan karbondioksida pada system
nafas, sangat penting kita mengetahui komponen normal oksigenasi :
Komponen Normal Oksigenasi :
Transport oksigen 600 – 100 cc/mnt
500 – 600 mL/mnt/m2
Oksigen
konsumsi
120 – 160 mL/mnt/m2
3 – 4 cc/mnt/kg
Ekstrasi Oksigen 0.25 – 0.35 %
Cardiac Output 4 – 8 liter/mnt
2,5 – 4 ltr/mnt/m2
Hemoglobin 12 – 16 g/dL
SaO2 > 0,90 atau > 90 %
PaO2 60 – 100 mm Hg
Dengan mengetahui secara lengkap dan detail tentang pengkajian Sistem
Pernapasan baik pengkajian fisik maupun Diagnostik, serta penunjang lainnya,
diharapkan perawat yang professional dapat dengan segera mengetahui
16
gangguan pernapasan yang terganggu dari pasien, sehingga dapat menentukan
intervensi yang tepat dan melakukan kolaborasi dengan cepat dan akurat.
PENGKAJIAN PERNAFASAN PADA GAWAT DARURAT
Pada kondisi Gawat Darurat nafas , yang harus di perhatikan adalah :
AIRWAY : Lihat apakah ada sumbatan jalan nafas ( pada pasien tidak sadar,
hilangnya tonus otot tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh ke belakang. ,
buka jalan nafas dengan pengangkatan rahang bawah ( jaw thrust ) dan
Tengadah kepala topang dagu ( Head tilt Chin Lift ) untuk membebaskan
jalan nafas bila pasien tidak sadar, pasang oral / nasal airway; untuk
menahan pangkal lidah dari dinding belakang faring.
Yang harus di Ingat :
1. Selalu periksa apakah nafas spontan timbul selelah pemasangan oral /
nasopharing.
2. Bila ada nafas spontan lakukan nafas buatan dengan alat bantu nafas
yang memadai.
3. Bila tidak ada alat bantu nafas yang memadai , lakukan pernafasan dari
mulut ke mulut.
BREATHING : Setelah jalan nafas terbuka , kita perlu memonitor
pernafasan pasien dan apabila belum adekuat dapat diberikan pernafasan
buatan antara lain :
a. Pernafasan mulut ke mulut atau mulut ke hidung
b. Pernafasan mulut ke sungkup muka ( pocket Facemask )
c. Tahap lanjut bisa dengan bagging , atau pemasangan Endo trakeal Tube.
CIRCULATION : Periksa apakah ada tanda-tanda henti Jantung ; apabila
ada segera lakukan Resusitasi Jantung Paru ( RJP )
17
DAFTAR PUSTAKA
M. Amin , Hood Alsagaff , Pengantar Ilmu Penyakit Paru cetakan
kedua , Airlangga University Press , 1993.
Irman Somantri ; www. Pengkajian Sistem Nafas . com ; kumpulan
karya Ilmiah Sistem Pernapasan , 29 April 2008.
Potter & Perry ; Buku ajar Fundamental Keperawatan edisi 4 , EGC ,
cetakan 1 , 2005.
Brenda Goodner , Linda Skidmore Roth , Panduan Tindakan
Keperawatan klinik Praktis , cetakan I . EGC , 1995.
Anna Owen, Pemantauan Perawatan Kritis , cetakan 1 , EGC, 1997.
H. Tabrani Rab , Agenda Gawat Darurat ( Critical Care ) Jilid 1, edisi
pertama , penerbit alumni bandung , 1998.
18
19