perkembangan teori hukum_revisi

Upload: yudi-hardiyanto

Post on 04-Apr-2018

233 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    1/30

    TEORI HUKUM ABAD KE-6 M (ZAMAN KLASIK)

    1. Teori Socrates (470 SM - 399 SM)

    Menurut Socrates, sesuai dengan hakikat manusia bahwa hukum

    merupakan tatanan kebajikan dan keadilan bagi umum. Hukum bukanlah

    aturan yang dibuat untuk melanggengkan nafsu untuk kuat, bukan pula aturan

    untuk memenuhi naluri hedonisme diri. Hukum sejatinya, adalah tatanan

    obyektif untuk mencapai kebajikan dan keadilan umum tadi. Yang itu

    merupakan filsafat dari kebijaksanaan Socrates.

    1

    HUKUM TATANAN

    KEBAJIKAN

    KEBAJIKAN

    TUJUAN

    KEADILANUMUM

    EUDAIMONIA

    (KEBAHAGIAAN)

    FILSAFAT KEBIJAKSANAANSOCRATES

    http://id.wikipedia.org/wiki/470_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/399_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/470_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/399_SM
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    2/30

    2. Teori Plato(427 SM - 347 SM)

    Pengungkapan kebaikan hanya diterima oleh kaum aristokrat (para

    filsuf). Sebab mereka adalah orang-orang bijaksana. Maka di bawah

    pemerintahannya, dimungkinkan adanya partisipasi semua orang dalam

    gagasan keadilan. Keadilan bisa tercipta tanpa hukum. Karena yang menjadi

    penguasa adalah kaum cerdik pandai, kaum arif bijaksana yang pasti

    mewujudkan theoria (pengetahuan dan pengertian terbaiknya) dalam

    tindakan.

    Sebagai pelaksanaan hukum yang dipegang oleh kaum Aristokrat

    (filsuf), Plato merumuskan standarisasi sebagai berikut:

    a. Hukum untuk menangani fenomena di dunia yang penuh dengan

    ketidakadilan.

    b. Aturan hukum dihimpun dalam kitab, agar tidak muncul kekacauan

    hukum.

    c. Setiap UU harus didahului preambule tentang motif dan tujuan dari

    UU itu.

    2

    HUKUM KEBIJAKSANAAN ARISTOKRAT(FILSUF)

    KEADILAN

    HUKUM

    RESOLUSI

    KETIDAKADILANKODIFIKASI

    HUKUMMOTIF DAN

    TUJUAN UU

    PETUNJUK

    MANUSIA

    SANKSI BAG

    PELANGGAR

    UU

    http://id.wikipedia.org/wiki/427_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/347_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/427_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/347_SM
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    3/30

    HUKUM KEBENARAN

    AKAL MORAL

    d. Membimbing manusia ke arah hidup yang saleh dan sempurna.

    e. Orang yang melanggar UU harus dihukum, yang bertujuan

    memperbaiki sikap moral pelaku.

    3. Teori Aristoteles (384 SM 322 SM)

    Inti manusia moral yang rasional menurut Aristoteles adalah

    memandang kebenaran (theoria, kontemplasi) sebagai keutamaan hidup

    (summum bonum). Hal ini manusia dipandu dua peran, yaitu akal dan moral.

    Akal (ratio, nalar) memandu pada pengenalan hal yang benar dan yang salah

    secara nalar murni. Sedang moral memandu manusia untuk memilih jalan

    tengah antara dua ekstrim yang berlawanan, termasuk dalam menentukan

    keadilan (sikap moderat).

    Dasar teori Aristoteles menempatkan perasaan sosial etis dalam ranah

    keadilan yang bertumpu kepada tiga prinsip keadilan umum, yaitu honeste

    vivere, alterum non laedere, sum quique tribuere (hidup secara terhormat,

    tidak mengganggu orang lain dan memberi kepada tiap orang bagiannya).

    3

    KEADILAN

    HIDUP SECARA

    TERHORMAT

    (HONESTE VIVERE)

    TIDAK MENGGANGGU

    ORANG LAIN

    (ALTERUM NONLAEDERE)

    MEMBERI KEPADA

    TIAP ORANG

    BAGIANNYA (SUMQUIQUE TRIBUERE)

    http://id.wikipedia.org/wiki/384_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/322_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/384_SMhttp://id.wikipedia.org/wiki/322_SM
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    4/30

    Prinsip ini patokan dari apa yang benar, baik dan tepat dalam hidup sehingga

    mengikat semua orang, baik masyarakat maupun penguasa.

    4. Teori Epicurus (341 SM - 270 SM)

    Terputusnya hubungan individu manusia dengan negara, sehingga

    individu tidak lagi mengabdi pada komunitas, termasuk negara. Sehingga

    afiliasi apapun (negara) ialah kepentingan-kepentingan perorangan. Karena

    sifat dasar manusia adalah individualistis. Jadi, hukum (aturan publik)

    dipandang sebagai tatanan untuk melindungi kepentingan-kepentingan

    perorangan. Termasuk didalamnya gagasan kontrak sosial, ditetapkannya UU

    dan persetujuan diantara warga negara dan untuk menghindari munculnya

    ketidakadilan. Yang kesemuanya itu bermuara kepada kepentingan individu-

    individu, demi menciptakan ketertiban dan keamanan bagi mereka.

    4

    HUKUM KEPENTINGAN

    PERORANGAN

    GAGASANKONTRAKSOSIAL

    DITETAPKAN UU

    DAN PERSETUJUAN

    DIANTARA WARGA

    NEGARA

    MENGHINDARI

    MUNCULNYAKETIDAKADILAN

    WATAK DASAR MANUSIA:

    INDIVIDUALISTIS

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    5/30

    TEORI HUKUM ABAD PERTENGAHAN (TAHUN 1200 M)

    1. Teori Thomas Aquinas (1225 - 1274)

    Tata hukum menurut Aquinas, harus dibangun dalam struktur yang

    berpuncak kepada kehendak Tuhan. Maka konfigurasi tata hukum dimulai

    dari: (1) lex aeterna atau hukum dan kehendak Tuhan, (2) lex naturalis atau

    hukum alam, (3) lex divina atau hukum Tuhan dalam kitab suci, dan (4) lex

    humane atau hukum buatan manusia yang sesuai dengan hukum alam.

    Pengklasifikasiannya yaitu lex aeterna dan lex divina itu berasal dari wahyu

    Tuhan sedangkan lex naturalis dan lex humane itu berasal dari akal manusia

    (ciptaan rasional)

    Jadi, bersumber pada lex naturalis, hukum dalam perundang-undangan

    itu harus: rasional, ditujukan bagi kebaikan umum, dibuat oleh nalar semua

    orang, dan perlu dipublikasikan kepada orang banyak.

    5

    TATA HUKUM

    LEX AETERNA:HUKUM DAN

    KEHENDAK TUHAN

    LEX NATURALIS:HUKUM ALAM

    LEX DIVINA:HUKUM TUHAN

    DALAM KITAB SUCI

    LEX HUMANE:

    HUKUM BUATANMANUSIA

    IUS DIVINUM

    POSITIVUM(HUKUM

    BERASAL

    DARI WAHYU)

    HUKUMMELALUI

    KEGIATAN

    AKAL

    http://id.wikipedia.org/wiki/1225http://id.wikipedia.org/wiki/1274http://id.wikipedia.org/wiki/1225http://id.wikipedia.org/wiki/1274
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    6/30

    TEORI HUKUM ABAD RENAISSANCE (ABAD 17 AKHIR, AWAL ABAD

    18)

    1. Teori Thomas Hobbes(1588 1679)

    Hukum alam sebagai tatanan perilaku yang terdiri dari aturan-aturan

    bijak. Maka hukum merupakan pilihan sadar manusia untuk mengamankan

    hidup masing-masing terhadap serangan orang lain. Agar hukum itu berjalan

    efektif, maka butuh penegak yang kuat, yaitu penguasa yang mempunyai

    kekuasaan besar. Sehingga sebagai out putdari itu semua, akan menciptakan

    masyarakat yang adil dan damai.

    6

    HUKUMBEKERJA

    EFEKTIF

    PENGUASA YANG

    KUAT/MEMILIKI

    KEKUASAAN YANG BESAR

    HAKIM

    HUKUM ALAM

    SEBAGAI

    KEADILAN

    TIDAK

    MENGEJAR

    KEKAYAAN

    KEADAAN

    STABIL

    SABAR, TEKUN,

    INGATAN KUAT

    MENGGALI DANMENERAPKAN AP

    YANG IA DENGA

    DAN SAKSIKAN

    TERCIPTANYA

    MASYARAKATYANG AMAN DAN

    DAMAI

    HUKUM ALAM

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    7/30

    2. Teori Hugo Grotius / Hugo de Groot (1583 - 1645)

    Hukum asalnya dari kesadaran manusia sosial yang berbudi agar

    sosialitas tetap terjaga. Maka hukum merupakan lampiran tambahan dalam

    sosiabilitas manusia untuk menjamin agar prinsip-prinsip individual sosial

    yang berbudi tetap tegak. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

    a. Milik orang lain harus dihormati, jika kita pinjam dan membawa

    keberuntungan, maka harus diberi imbalan.

    b. Kesetiaan pada janji, kontrak harus dihormati.

    7

    HUKUM

    HUKUM ALAM

    KESADARAN

    MANUSIA YANGBERSOSIAL

    PRINSIP-PRINSIPINDIVIDU SOSIAL

    MILIK ORANGLAIN HARUS

    DIHORMATI

    KESETIAAN PADAJANJI/

    MENGHORMATIKONTRAK

    ADA GANTI RUGI

    UNTUK TIAP

    KERUGIAN YANGDIDERITA

    HARUS ADAHUKUMAN SETIAP

    ADA

    PELANGGARAN

    RASIOMANUSIA

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    8/30

    c. Harus ada ganti rugi untuk tiap Harus ada ganti rugi untuk tiap

    kerugian yang diderita.

    d. Harus ada hukuman untuk setiap pelanggaran.

    3. Teori John Locke (1632 1704)

    Prinsip hukum alam dari John Locke yaitu kebebasan individu dan

    keutamaan ratio. Hidup tertib apabila ada perdamaian dan dituntun oleh ratio.

    Maka, adanya kekuasaan penguasa untuk melindungi hak-hak kodrat/dasar

    manusia dari bahaya-bahaya yang mungkin mengancam dari manapun.

    Begitupula dengan hukum yang bertugas untuk melindungi hak-hak dasar

    tersebut.

    8

    HUKUM

    HUKUM ALAM

    KEBEBASAN

    INDIVIDU

    KEUTAMAANRATIO

    HAK-HAKDASAR

    MANUSIA

    http://id.wikipedia.org/wiki/1632http://id.wikipedia.org/wiki/1704http://id.wikipedia.org/wiki/1632http://id.wikipedia.org/wiki/1704
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    9/30

    4. Teori Immanuel Kant(1724 - 1804)

    Prinsip imperatif kategoris Kant: (1) tiap manusia diperlakukan sesuai

    dengan martabatnya, sebagai subyek bukan obyek; (2) orang harus bertindak

    dengan dalil bahwa apa yang menjadi dasar tindakannya merupakan prinsip

    semesta, yakni penghargaan manusia yang bebas dan otonom. Maka tatanan

    hukum yang obyektif dan imperatif adalah bahwa hukum menjamin

    9

    HUKUM IMPERATIFKATEGORIS

    TIAP MANUSIADIPERLAKUKAN

    SESUAI

    MARTABATNYA

    MANUSIA YANG

    BEBAS DAN

    OTONOM:

    PRINSIP SEMESTA

    AKAL

    AKAL MURNI

    (TEORITIS) : SEIN/

    YANG ADA

    AKAL PRAKTIS:

    SOLLEN/ NORMA-

    NORMA / YANG

    SEHARUSNYA

    HUKUM

    http://id.wikipedia.org/wiki/1724http://id.wikipedia.org/wiki/1804http://id.wikipedia.org/wiki/1724http://id.wikipedia.org/wiki/1804
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    10/30

    kepentingan semua individu menurut dua prinsip imperatif tadi. Prinsip

    imperatif ini berpedoman kepada hukum dalam bidang akal praktis, sollen

    (norma-norma), bukan sein (empirik). Ia berbicara tentang apa yang

    seharusnya. Singkatnya prinsip-prinsip kelakuan yang dirasa sebagai

    kewajiban.

    TEORI HUKUM ABAD KE-19 (POSITIVISME)

    1. Teori John Austin (1790-1859) ANALYTICAL JURISPRUDENCE

    John Austin dengan analytical legal positivism-nya memberikan ajaran

    positivisme yuridis bahwa hukum merupakan perintah-perintah dalam bentuk

    peraturan-peraturan formal dari penguasa yang sah suatu negara dan

    keberlakuannya dipaksakan. Kalau tidak, maka dijatuhi sanksi. Sehingga

    unsur-unsur hukum menurut Austin antara lain: (1) penguasa; (2) perintah; (3)

    kewajiban; dan (4) sanksi.

    10

    HUKUMBENTUK YURIDIS

    (ANALYTICAL

    LEGAL

    POSITIVISM)

    ATURAN-ATURAN

    FORMAL DARI

    NEGARA

    (PENGUASA)

    PERINTAH DARI

    KEKUASAAN POLITIK

    YANG BERDAULATDALAM SUATU NEGARA

    PENGUASA PERINTAH KEWAJIBAN SANKSI

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    11/30

    2. Teori H.L.A. Hart (1972)

    Pemikiran Hart sangat berpengaruh bagi perkembangan positivisme

    hukum modern. Inti pemikirannya terletak kepadaprimary rules of obligation

    dan secondary rules of obligation. Keduanya merupakan pusat dari sistem

    hukum. Primary rules menekankan kepada kewajiban manusia untuk

    11

    LAW

    PRIMARY RULESOF OBLIGATION

    SECONDARYRULES OF

    OBLIGATION

    KEWAJIBAN

    MANUSIA UNTUK

    BERTINDAK DANTIDAK BERTINDAK

    KETERATURAN

    PERILAKU DALAMKELOMPOK SOSIAL

    ATURAN DIRASA

    SEBAGAI SUATUKEWAJIBAN BAGI

    KELOMPOK SOSIAL

    RULES ABOUT

    RULES

    ATURAN

    MANA YANG

    DIANGGAPSAH

    BAGAIMANA

    DAN OLEH

    SIAPA DAPATDIUBAH

    BAGAIMANA

    DAN OLEH

    SIAPA DAPAT

    DITEGAKKAN

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    12/30

    bertindak dan tidak bertindak dalam social rules. Aturan sosial ini harus

    memenuhi dua hal, yaitu: keteraturan perilaku dalam kelompok sosial dan

    aturan dirasa sebagai suatu kewajiban bagi kelompok sosial.

    Lalu secondary rules berupa rules about rules meliputi tiga hal: aturan

    mana yang dianggap sah (rules of recognition), bagaimana dan oleh siapa

    aturan dapat diubah (rules of change) dan bagaimana dan oleh siapa aturan

    ditegakkan (rules of adjudication).

    3. Teori Lon L. Fuller

    12

    LAW

    POSITIVE

    LEGALCONTENT

    PRINCIPLESOF LEGALITY

    Harus Ada Aturan-Aturan Sebagai

    Pedoman Dalam

    PembuatanKeputusan

    Peraturan-peraturan

    yang menjadi

    pedoman bagi

    otoritas harusdiumumkan

    Hukum (peraturan)

    tidak boleh berlaku

    surut

    Aturan-aturan tidak

    boleh bertentangansatu sama lain

    Peraturan-peraturantidak boleh

    mengandung

    tuntutan melebihi

    apa yang dapatdilakukan

    Peraturan tidak

    boleh sering diubah-

    ubah

    Harus adakonsistensi antara

    aturan-aturan yang

    diundangkan dengan

    pelaksanaan sehari-hari

    Peraturan-peraturan

    disusun dalam

    rumusan yang dapatdimengerti

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    13/30

    Teori Fuller menekankan pada isi hukum positif(positive legal content),

    oleh karena harus dipenuhi delapan azas (principles of legality) antara lain:

    a. Harus Ada Aturan-Aturan Sebagai Pedoman Dalam

    Pembuatan Keputusan;

    b. Peraturan-peraturan yang menjadi pedoman bagi otoritas

    harus diumumkan;

    c. Hukum (peraturan) tidak boleh berlaku surut;

    d. Peraturan-peraturan disusun dalam rumusan yang dapat

    dimengerti;

    e. Aturan-aturan tidak boleh bertentangan satu sama lain;

    f. Peraturan-peraturan tidak boleh mengandung tuntutan

    melebihi apa yang dapat dilakukan;

    g. Peraturan tidak boleh sering diubah-ubah;

    h. Harus ada konsistensi antara aturan-aturan yang diundangkan

    dengan pelaksanaan sehari-hari.

    4. Teori Karl Marx (1818 1883)

    13

    HUKUMATURAN

    HUKUM

    KEPENTINGAN

    PEMILIK

    MODAL

    PEMEGANG

    KENDALI

    EKONOMI

    MENGUASAI

    ALAT-ALAT

    PRODUKSI

    EKSPLOITASI

    BURUH

    ALAT

    LEGITIMASI

    KELAS EKONOMI

    TERTENTU

    http://id.wikipedia.org/wiki/1818http://id.wikipedia.org/wiki/1883http://id.wikipedia.org/wiki/1818http://id.wikipedia.org/wiki/1883
  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    14/30

    Dalam setiap bidang kehidupan manusia, tidak lepas dari ekonomi,

    termasuk hukum. Hukum adalah alat legitimasi dari kelas ekonomi tertentu,

    yaitu para pemilik modal (borjuis) yang berperan sentral dalam ekonomi,menguasai alat-alat produksi dan mengeksploitasi buruh. Aturan hukum hanya

    berisi muatan-muatan kepentingan pemilik modal, termasuk agama, politik

    dan ideologi.

    5. Teori Friedrich Carl von Savigny (1770-1861) MAZHAB SEJARAH

    14

    HUKUM VOLKGEIST

    JIWA BANGSA

    DI TINGKAT

    LOKAL

    HUKUM

    KARAKTER

    BANGSA

    R

    E

    L

    A

    S

    I

    MENEMUKAN

    ASAS DANDOKTRIN DALAM

    NILAI-NILAI

    HUKUM YANGHIDUP

    BERKEMBANGMENGIKUTI

    EVOLUSI

    VOLKGEIST

    ILMUWANHUKUM

    TEKNOLOG

    HUKUM(PEMBUAT UU)

    MELAKUKANRESEARCH

    TENTANG

    VOLKGEIST

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    15/30

    Von Savigny dengan madzhab sejarahnya terdapat relasi antara hukumdengan watak bangsa yang merupakan cerminan dari volkgeist atau jiwa

    bangsa. Maka hukum adat yang tumbuh dan berkembang dalam volkgeist

    harus dipandang sebagai hukum kehidupan yang sejati. Persoalan utama

    dalam hukum adalah menemukan asas dan doktrin dalam nilai-nilai hukum

    yang hidup dan berkembang mengikuti evolusi volkgeist. Lalu posisi ilmuwan

    hukum berada di depan pembuat UU.

    Para ilmuwan melakukan riset ilmiah dengan mengungkap fakta-fakta

    tentang volkgeist, setelah itu baru pembuat UU merumuskan secara teknis

    dalam wujud aturan formal. Kedua kalangan itu berjalan sinergi untuk

    memahami arti hukum yang bersifat kontekstual bagi bangsa tertentu.

    15

    MERUMUSKAN

    HUKUM DALAM

    WUJUD ATURAN

    FORMALBERSINERGI

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    16/30

    \

    TEORI HUKUM ABAD KE-20 (HUKUM MODERN)

    1. Teori Hans Kelsen (1881-1973) REINE RECHTLEHRE

    Hukum sebagai suatu sistem norma, yang dibuat menurut norma yang

    lebih tinggi dan tertinggi yaitu Grundnorm atau norma dasar. Norma dasar ini

    harus dibersihkan dari anasir-anasir yang bersifat meta-yuridis, maka harus

    diletakkan di luar kajian hukum. Dengan menggunakan konsep Stufenbau

    16

    STUFENBAU

    THEORYHUKUM

    HIERARKI

    PERATURANHUKUM

    (BERJENJANG)

    GRUNDNORM(NORMA DASAR)

    SISTEM

    PERUNDANG-UNDANGAN

    KONKRETISASIDARI NORMA-

    NORMA

    HUKUM POSITIF

    KONSISTEN KOHEREN KORESPONDEN

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    17/30

    Theory, Kelsen mengkonstruksi aturan-aturan yang tertib yuridis dengan

    ditentukan jenjang perundang-undangan secara hierarki, mulai dari yang

    abstrak (grundnorm) sampai kepada yang konkret dari sistem perundang-

    undangan. Dan sistem perundang-undangan itu satu sama lain harus konsisten,

    koheren dan koresponden.

    2. Teori Max Weber (1864-1920)

    17

    HUKUM

    TINGKAT

    RASIONALITAS

    MODEL

    KEKUASAAN

    SUBSTANTIF-IRASIONAL

    SUBSTANTIF-RASIONAL

    RASIONALPENUH

    PIKIRAN

    YANG

    ALAMIAHDAN

    NALURIAH

    ADAT DAN

    KEBIASAANTRADISIONAL

    MASYARAKAT

    MAJU DANMODERN

    KHARISMATIK TRADISI-ONAL

    RASIO

    NAL

    SETIA

    THD.

    ORANGYANG

    MEMILI

    KI

    SPIRITUAL DAN

    TRANSE

    NDENT

    AL

    KEPERC

    AYAAN

    MENURUT

    TRADISI

    ORANG

    YANGPANTAS

    MEMIM

    PIN

    KEKUAS

    AAN

    FORMALUNTUK

    BERKUA

    SA YG

    DIKUKUHKAN

    NEGARA

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    18/30

    Max Weber menggunakan ukuran tingkat rasionalitas dan model

    kekuasaan untuk mengkonstruksi teorinya tentang hukum. Dalam tingkat

    rasionalitas, tingkat rasionalitas masyarakat akan menentukan warna hukum

    dalam masyarakat itu. Pembagiannya yaitu: pertama, substantif-irasional,

    bahwa masyarakat masih lekat dengan pikiran mistis, alamiah dan naluriah;

    kedua, substantif-rasional, bahwa masyarakat bertopang kepada hukum adat

    dan kebiasaan tradisional; dan ketiga, rasional penuh, bahwa masyarakatnya

    maju dan modern.

    Kemudian dalam tingkat rasionalitas, Weber membaginya ke dalam tiga

    tipe otoritas dalam masyarakat, yakni: tipe pertama, kharismatik, bertumpu

    kepada orang yang memiliki jiwa spiritual dan transendental; tipe kedua,

    tradisional, bertumpu pada kepercayaan berdasar tradisi terhadap orang yang

    dianggap layak memimpin masyarakat; dan tipe ketiga, otoritas yang rasional,

    bertumpu pada kekuasaan formal untuk berkuasa yang dikukuhkan secara

    formal oleh negara.

    3. Teori Roscoe Pound (1912) SOCIOLOGICAL JURISPRUDENCE

    18

    HUKUMMENATA / ALA

    PERUBAHAN

    HUBUNGANFUNGSIONAL HUKUM

    DAN MASYARAKAT

    LAW AS A TOO

    OF SOCIAL

    ENGINEERING

    Mempelajari

    social effectyang

    nyata dari peranlembaga dan

    doktrin-doktrinhukum

    Melakukan

    studi sosiologis

    untukmenyiapkan

    per-UU-an dandijalankan

    Mengusa

    kan

    efektifnypencapai

    tujuanhukum

    Melakukan

    studi

    bagaimanaperaturan

    hukum mjd.efektif

    Melakukan

    penyelesaian

    individuberdasarkan

    nalar, bukan

    semata

    peraturanhukum

    Melakukan

    studi sejarah

    hukum tentangsocial effect

    yang timbul

    dari doktrin

    hukum masalalu

    THE LIVINGLAW (Eugen

    Erlich)

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    19/30

    Roscoe Pound menyatakan bahwa terdapat hubungan timbal balik

    (fungsional) antara hukum dengan masyarakat. Artinya hukum yang baik

    menurut Pound adalah hukum yang sesuai dengan hukum yang hidup di

    dalam masyarakat atau populernya the living law yang digagas oleh Eugen

    Erlich. Untuk mempraktikkannya, maka dilakukan langkah yang progresif,

    yaitu memfungsikan hukum untuk menata atau sebagai alat perubahan,

    sehingga muncullah teorinya tentang law as a tool of social engineering. Agar

    benar-benar efektif sebagai alat rekayasa sosial, Pound mengajukan 6 langkah:

    a) Mempelajarisocial effectyang nyata dari peran lembaga dan

    doktrin-doktrin hukum.

    b) Melakukan studi sosiologis untuk menyiapkan per-UU-an dan dijalankan.

    c) Melakukan studi bagaimana peraturan hukum mjd. Efektif.

    d) Melakukan studi sejarah hukum tentang social effect yang

    timbul dari doktrin hukum masa lalu.

    e) Melakukan penyelesaian individu berdasarkan nalar, bukan

    semata peraturan hukum.

    f) Mengusahakan efektifnya pencapaian tujuan hukum.

    19

    MENCAPAI KETERTIBAN

    SOSIAL YANG LEBIH MAJU/ KEADAAN MASYARAKAT

    YANG DICITA-CITAKAN

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    20/30

    4. Teori Oliver W. Holmes, Jerome Frank dan B. Cardozo (LEGAL REALISM)

    Holmes, Frank dan Cardozo sebagai Hakim Agung U.S.A ketika itu

    meletakkan keputusan yang berbobot kepada kenyataan hidup atau gejala-

    gejala hidup (das sein), bukanlah seperangkat aturan hukum dalam undang-

    20

    HUKUM

    KENYATAAN

    HIDUP/ DASSEIN

    HAKIM

    KEMANFAATANKEUTAMAAN

    KEPENTINGANSOSIAL

    KEBEBASAN

    HAKIM

    PRASANGKAEKONOMI,

    POLITIK DANMORAL

    MORAL

    SIMPATI DANANTIPATI

    PRIBADI

    KEPUTUSAN

    YANGBERBOBOT

    MENOLAK

    DOKTRIN

    LEGALISME

    KAIDAH

    HUKUM YANGBERLAKU

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    21/30

    HUKUM

    BERTUJUAN

    MENCIPTAKAN

    KETERTIBAN

    BERTUJUAN

    MEMPERKUATLEGITIMASI

    BERTUJUAN

    MENCIPTAKANKOMPETENSI

    undang. Itulah makna kebebasan hakim bahwa kebenaran yang lebih unggul

    itu sebenarnya di luar aturan formal. Dalam konteks ini seorang hakim harus

    mempertaruhkan kepekaan dan kearifannya.

    Lalu parameter keputusan hakim yang dianggap berbobot antara lain:

    mempertimbangkan faktor moral, kemanfaatan dan keutamaan kepentingan

    sosial. Faktor-faktor lain yang berpengaruh yaitu selain berpatokan kepada

    kaidah hukum yang berlaku, juga melihat prasangka ekonomi, politik dan

    moral serta simpati dan antipati pribadi. Karena sebenarnya Holmes menolak

    doktrin legalisme. Doktrin ini menggunakan cara berpikir yang mendasarkan

    diri pada aturan, prinsip, atau norma obyektif yang dianggap harus berlaku

    dalam situasi dan kondisi apapun.

    TEORI HUKUM ABAD 21 (POSTMODERNISME)

    1. Teori Philippe Nonet dan Philip Selznick (1978) HUKUM

    RESPONSIF

    21

    REPRESIF OTONOM RESPONSIF

    PERATURAN YANGKAKU DAN

    BERLAKU LEMAH

    BAGI PEMBUAT

    HUKUM

    PERATURAN YANG

    KOMPLEKS DANMENGIKAT

    PENGUASA ATAUPUN

    MASYARAKAT

    PERATURAN

    BERSIFATSUBORDINAT DARI

    PRINSIP DAN

    KEBIJAKAN

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    22/30

    Nonet dan Selznick membagi tiga tipe hukum:

    1) Hukum Represif: bertujuan untuk menciptakan ketertiban, legitimasi

    mengarah kepada ketahanan sosial dan tujuan negara, peraturan yang kakudan berlaku lemah bagi pembuat hukum, hukum subordinat terhadap politik

    kekuasaan dan eksklusif bagi masyarakat untuk berpartisipasi, maka kritik

    terhadap pemerintah dianggap tidak setia (pembangkangan).

    Indikasi dari tipe ini adalah adaptasi yang pasif dan oportunistik dari

    institusi-institusi hukum terhadap lingkungan sosial dan politik.

    2) Hukum Otonom: bertujuan untuk memperkuat legitimasi, keadilan

    yang dijalankan bersifat prosedural, peraturan yang kompleks dan mengikat

    penguasa ataupun masyarakat, pemisahan kekuasaan (hukum independen dari

    politik), akses dibatasi oleh prosedur baku, sehingga memunculkan kritik atas

    hukum.

    Indikasi dari tipe ini adalah reaksi yang menentang terhadap keterbukaan,

    menjaga integritas institusional dengan cara hukum mengisolasikan dirinya,

    tanggungjawabnya dan menerima formalisme yang buta demi mencapai

    sebuah integritas.

    3) Hukum Responsif: bertujuan menciptakan kompetensi, peraturan

    bersifat subordinat dari prinsip dan kebijakan, terintegrasi antara hukum dan

    politik, meluasnya akses melalui integrasi advokasi hukum dan sosial.

    Tipe yang terakhir inilah berusaha untuk mengatasi ketegangan dari kedua

    tipe sebelumnya, yakni lebih terbuka atau adaptif, beradaptasi secara

    22

    HUKUMSUBORDINAT

    TERHADAP

    POLITIK

    KEKUASAAN

    PEMISAHANKEKUASAAN

    (HUKUM

    INDEPENDEN DARIPOLITIK)

    INTEGRASI(TERPADU)

    ANTARA HUKUMDAN POLITIK

    EKSKLUSIF BAGI

    MASYARAKAT UNTUKBERPARTISIPASI, MAKA

    KRITIK DIANGGAP

    TIDAK SETIA

    AKSES DIBATASI OLEHPROSEDUR BAKU,

    SEHINGGA

    MEMUNCULKAN

    KRITIK ATAS HUKUM

    MELUASNYA AKSES

    MELALUI INTEGRASADVOKASI HUKUM

    DAN SOSIAL

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    23/30

    bertanggungjawab dan memperhatikan keberadaan kekuatan-kekuatan baru di

    dalam lingkungannya, mengkritisi praktik yang sudah mapan serta membuka

    jalan untuk melakukan perubahan.

    2. Teori Roberto Mangabeira Unger CRITICAL LEGAL STUDIES

    23

    THREE CONCEPTOF LAW

    CUSTOMARY LAWBUREAUCRATIC

    LAWLEGAL ORDER

    UNIFORMITYIN BEHAVIOR

    NORMATIVE

    IS EQUALITY

    UNWRITTEN

    RULES

    WRITTEN

    RULES

    LEGAL

    GOVERN-MENT

    TO ISOLATE

    STATE AND

    PEOPLES

    STATES

    RULE OF

    LAW

    GENERAL

    AND

    AUTONO-MOUS

    PUBLIC

    ANDPOSITIVE

    AUTONOMY

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    24/30

    Critical Legal Studies yang dimotori oleh Roberto M. Unger secara umum

    meninjau, mengembangkan pemikiran dan ajaran yang bertujuan meninjau

    kembali norma-norma, standar-standar dalam teori hukum danimplementasinya yang berasal dari sistem hukum modern. Sistem ini berasal

    dari tatanan sosial Eropa Barat di abad 19 yang merupakan konfigurasi dari

    konsep hukum rule of law.

    Unger membagi tiga konsep hukum:

    1) Customary law concept or interactional law: mempunyai dua sisi, yakni

    keseragaman yang tampak nyata dalam berperilaku dan bersifat

    normatif, yakni sentimen akan kewajiban dan hak atau kecenderungan

    untuk menyamakan bentuk-bentuk behavior yang sudah mapan. Konsep

    ini bersifat non publik, artinya dikenal oleh seluruh masyarakat atau

    berupa adat istiadat yang terdiri dari standar-standar implisit perilaku,

    bukan standar peraturan yang sudah dirumuskan.

    2) Bureaucratic law concept or regulatory law: terdiri dari peraturan-

    peraturan eksplisit yang ditetapkan dan ditegakkan oleh pemerintah yang

    sah, tidak memiliki sifat universal kehidupan sosial, maka state terpisah

    dengan masyarakat, terdapat pembedaan antara kebiasaan dengan

    kewajiban dan didominasi oleh negara-negara penganut rule of law.

    3) Legal order or legal system. Tatanan hukum ini bersifat general dan

    otonom, sekaligus publik dan positif. Lalu otonomi memiliki empat

    aspek, (1) substantif manakala peraturan-peraturan yang dirumuskan dan

    24

    AUTONOMYSUSBTANTIVE AUTONOMYINSTITUTIONAL

    AUTONOMYMETHODOLOGY

    AUTONOMYOCCUPATIONAL

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    25/30

    ditegakkan oleh pemerintah tidak dapat dianalisa sebagai norma-norma

    non-hukum; (2) institusional, bahwa peraturan-peraturan diterapkan oleh

    institusi-institusi khusus yang bertugas membuat keputusan hukum; (3)

    metodologis, ketika cara-cara institusi khusus tersebut menjustifikasi

    keputusannya berbeda dengan keputusan lainnya; (4) okupasional,

    berarti sekelompok profesi khusus di bidang hukum yang mengisi

    jabatan dalam institusi hukum serta terlibat secara aktif dalam praktik

    perdebatan hukum.

    3. Teori Satjipto Rahardjo (HUKUM PROGRESIF, Th. 2002)

    25

    LAW PROGRESSIVELAW

    PROSPERITY

    OF HUMAN

    HAPPINESS

    OF HUMAN

    SELF VALUE

    OF HUMAN

    SUBLIMITY

    OF HUMAN

    P

    U

    RP

    O

    SE

    PEMBANGUNANHUKUM

    ETIKA/MORAL

    AKAL

    BERHATINURANI

    MEMBEBASKAN

    DARI BELENGGU

    STRUKTUR

    MENOLAKSTATUS QUO

    RULE BREAKING

    TEROBOSAN /

    LOMPATAN DARIATURAN

    LAW IN THEMAKING

    NEVER FINAL

    HUKUM

    PROGRESIF

    MERANGKUL

    BEBERAPAMAZHAB /

    TEORI/GERAKANHUKUM

    ALAM

    SOCIOLOGICAL

    JURISPRUDENCE

    LEGALREALISMINTERESSEN-

    JURISPRUDENZRESPONSIVE

    LAW

    BEHAVIOR

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    26/30

    Teori hukum Progresif menurut pemikiran Satjipto Rahardjo

    menempatkan MANUSIA sebagai dasar penentu dan titik orientasi hukum.

    Karena kembali kepada filosofi dasar bahwa hukum itu bertugas untuk

    melayani manusia, bukan sebaliknya. Bertitik pangkal kepada manusia itulah

    tujuan hukum sebenarnya untuk kesejahteraan, kebahagiaan, harga diri dan

    kemuliaan manusia.

    Lalu hukum progresif yang oleh karena manusia sebagai pijakannya,

    menempatkan etika atau moral dan akal yang berhati nurani sebagai unsur

    perilaku (behavior) manusia untuk membangun hukum, terutama para aparat

    penegak hukum. Dengan pondasi inilah dibutuhkan manusia hukum yang

    berani untuk berpikir kreatif melakukan terobosan-terobosan hukum, demi

    kepentingan yang lebih luas yaitu kepentingan atau kebutuhan sosial,

    sekalipun itu rule breaking(mematahkan aturan). Dalam konteks ini, hukum

    sudah tidak lagi dipandang sebagai seperangkat peraturan-peraturan normatif,

    logik dan sistematis yang terbingkai dalam undang-undang.

    Karakteristik dari hukum progresif ala Satjipto ini antara lain: hukum

    yang membebaskan, dalam artian membebaskan dari belenggu struktur-

    struktur atau skeleton hukum atau asas-asas hukum lama (doktrin), menolak

    status quo, melakukan rule breaking, adanya kreativitas operator hukum

    berupa terobosan hukum, law in the makingdan tidak pernah final.

    Uniknya, hukum progresif ini memiliki hubungan kedekatan atau

    merangkul dengan beberapa mazhab, teori dan gerakan antara lain: Hukum

    26

    CRITICALLEGAL STUDIES

    (CLS)

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    27/30

    Alam, Sociological Jurisprudence, Legal Realism, Interessenjurisprudenz,

    Hukum Responsif dan Critical Legal Studies (CLS).

    4. Teori Jacques Derrida (1930-sekarang) DEKONSTRUKSI

    27

    HUKUM DEKONSTRUKSI

    PENCARIAN

    FILOSOFISTERHADAP

    HUKUM

    MELULUHKANKEPASTIAN

    ARTI PENTINGKEADILAN

    LEGAL TEXT:KONVENSIONAL DAN

    FORMAL

    KEPASTIAN TEKS,

    KEPASTIAN UNDANG-UNDANG DAN

    KEPASTIAN PASAL

    STRUKTURALISM

    & LINGUISTIC

    (SAUSSURE)

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    28/30

    Derrida, seorang post-strukturalis memberikan alternatif pemahaman atas

    teks hukum yaitu melalui dekonstruksi. Dekonstruksi ini memusatkanperhatian kepada tiga hal, yaitu pencarian filosofis terhadap hukum,

    meluluhkan kepastian dan arti pentingnya akan keadilan.

    Dekonstruksi ini sangat perlu dilakukan karena: (1) pemahaman teks

    hukum selama ini bersifat konvensional dan formal; (2) pandangan kepastian

    hukum berubah menjadi kepastian teks, kepastian undang-undang dan

    kepastian pasal. Hal ini sebagai akibat dari proses pensakralan teks melalui

    interpretasi; (3) menolak pandangan formalisme (strukturalisme) dan

    linguistik, serta oposisi biner, terutama yang dikemukakan oleh Saussure; (4)

    interpretasi teks dianggap pasti dan sudah jadi.

    Maka, dengan semuanya itu, haruslah dibongkar melalui

    DEKONSTRUKSI untuk mencapai sebuah KEADILAN.

    28

    INTERPRETASI TEKS:

    PASTI DAN SUDAH

    JADI

    JUSTICE(KEADILAN)

    HARUS DIBONGKAR DEKONSTRUKSI

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    29/30

    SUMBER KEPUSTAKAAN

    Allan C. Hutchinson, Critical Legal Studies, U.S.A.: Rowman & LittlefieldPublishers, 1989.

    Anthon Freddy Susanto, Semiotika Hukum: Dari Dekonstruksi Teks Menuju

    Progresivitas Makna, Cet. I, Bandung: Refika Utama, 2005.

    Bernard L. Tanya, dkk., Teori Hukum: Strategi Tertib Manusia Lintas Ruang

    dan Generasi, Cet. I, Surabaya: CV. KITA, 2006.

    Esmi Warassih, Pranata Hukum; Sebuah Telaah Sosiologis, Cet. I, Semarang:

    PT Suryandaru Utama, 2005.

    Khudzaifah Dimyati, Teorisasi Hukum: Studi Tentang Perkembangan

    Pemikiran Hukum Di Indonesia 1945-1990, (seri Disertasi), Cet. 2, Surakarta:Muhammadiyah University Press, 2004.

    Listiyono Santoso, dkk.,Epistemologi Kiri, Cet. VI, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

    Group, 2009.

    Otje Salman dan Anthon F. Susanto, Teori Hukum: Mengingat, Mengumpulkan

    dan Membuka Kembali, Cet. V, Bandung: Refika Utama, 2009.

    Philippe Nonet dan Philip Selznick, Law and Society in Transition: Toward

    Responsive Law, First Edition, Harper Colophon Books, New York, U.S.A.,1978.

    Roberto M. Unger, Teori Hukum Kritis: Posisi Hukum dalam Masyarakat

    Modern, (terj.), Cet. I, Bandung: Nusamedia, 2007.

    29

  • 7/31/2019 Perkembangan Teori Hukum_revisi

    30/30

    Satjipto Rahardjo,Hukum Dalam Jagad Ketertiban, Jakarta: UKI Press, 2006.

    Satjipto Rahardjo,Ilmu Hukum, Cet. 6, Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 2006.

    Satjipto Rahardjo, Lapisan-Lapisan Dalam Studi Hukum, Cet. I, Malang:Bayumedia, 2009.

    Suteki, Urgensi Sociological Jurisprudence Dalam Pencarian KeadilanSubstansial di Era Globalisasi, (Orasi Ilmiah), Disampaikan pada Dies Natalis

    ke-53 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang pada tanggal 11

    Januari 2010.