perkembangan peserta didik

36
MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui pendidikan dapat diwujudkan generasi muda yang berkualitas baik dalam bidang akademis, religious maupun moral. Hal ini erat kaitannya dengan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan : Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

Upload: srie-hartono

Post on 23-Jun-2015

4.314 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: perkembangan peserta didik

MAKALAH PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk membantu individu mencapai

perkembangan yang optimal sesuai dengan potensi yang dimilikinya, dan melalui

pendidikan dapat diwujudkan generasi muda yang berkualitas baik dalam bidang

akademis, religious maupun moral. Hal ini erat kaitannya dengan Undang-undang Sistem

Pendidikan Nasional No 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1 menyebutkan:

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat,

bangsa dan negara.

Dari pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha

sadar yang dilaksanakan secara bersama-sama yang bertujuan untuk mengembangkan

potensi individu agar menjadi manusia yang berakhlak mulia, beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Berdasarkan tujuan pendidikan nasional, salah satu upaya sekolah dalam rangka

meningkatkan mutu lulusan siswanya adalah dengan menanamkan aspek kepribadian

kepada setiap siswa. Aspek kepribadian ini merupakan nilai-nilai dasar yang

berhubungan dengan sikap dan perilaku. Untuk mencapai dan memiliki kepribadian yang

Page 2: perkembangan peserta didik

mantap, diperlukan kepribadian siswa yang disiplin, giat, gigh, dan tekun. Menurut

Mattimena dalam Tulus Tu’u (2004:44) pembinaan disiplin siswa sangatlah perlu dalam

proses belajar mengajar karena disiplin dapat membantu kegiatan belajar.

Lingkungan sekolah tempat berlangsungnya proses pembelajaran diharapkan

memberikan konstribusi yang positif terhadap perkembangan jiwa siswa karena sekolah

adalah tempat berlangsungnya pendidikan. Sarlito dalam Monalisa (2004:117) dalam hal

ini siswa yang memasuki periode tugas perkembangan memerlukan bimbingan dan

bantuan untuk mencapai konstribusi yang positif untuk perkembangan jiwanya. Sejalan

dengan itu, Hurlock dalam Syamsu (2001:140) menyatakan:

Pengaruh sekolah terhadap perkembangan kepribadian anak sangat besar karena sekolah

merupakan substansi dari keluarga dan guru-guru sebagai substansi dari orangtua,

sebagai lembaga pendidikan, sekolah mengajarkan norma-norma dan nilai-nilai yang

berlaku dalam masyarakat disamping mengajarkan berbagai keterampilan dan kepandaian

kepada para remajanya.

Anak belajar untuk menjalani kehidupan melalui interaksi dengan lingkungan.

Lingkungan yang kedua setelah lingkungan keluarga dikenal anak adalah lingkungan

sekolah. Sekolah mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan

kepribadian anak didik. Di sekolah siswa melakukan berbagai kegiatan untuk mencapai

keberhasilan belajar.

Dalam melaksanakan suatu kegiatan disekolah, siswa melakukan berbagai cara untuk

mencapai berbagai tujuan yang diinginkan, salah satu cara untuk dapat mensukseskan

tujuan tersebut adalah dengan mengikuti ketentuan-ketentuan yang telah disepakati, siswa

yang mengikuti kegiatan belajar di sekolah dituntut untuk mematuhi ketentuan-ketentuan

yang ada di sekolah yaitu Peraturan Sekolah.

Di sekolah siswa melakukan interaksi sosial dengan teman sebayanya dan gurunya.

Apabila teman sepergaulannya menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai agama

Page 3: perkembangan peserta didik

(berakhlak baik), maka anak berakhlak baik. Sebaliknya, apabila temannya menampilkan

perilaku yang kurang baik, amoral, atau melanggar norma-norma agama, maka anak

cendrung akan terpengaruh untuk mengikuti atau mencontoh prilaku tersebut.

Akhir-akhir ini di sekolah sering ditemui siswa yang cabut, melanggar peraturan,

mengompas adik kelas, tidak menghormati guru dan melakukan prilaku menyimpang

lainnya disekolah. Dalam proses belajar mengajar muncul sikap dan perilaku siswa yang

mengganggu proses belajarnya di kelas. Perilaku siswa yang mengganggu proses belajar

mengajar tersebut disebut perilaku menyimpang. Perilaku menyimpang tersebut ada yang

berpengaruh terhadap dirinya sendiri dan ada yang berpengaruh pada orang lain.

Perilaku menyimpang siswa dapat merugikan diri sendiri dan lingkungannya. Perilaku

menyimpang pada siswa dapat menjadi masalah pada diri siswa saat ini dan pada saat

yang akan datang. Salah satu jalan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya adalah

dengan membantu siswa melakukan interaksi dengan lingkungan sekolah baik itu dengan

guru, teman sebaya maupun dengan peraturan sekolah.

B.     Tujuan

Makalah ini bertujuan untuk mendeskripsikan:

1.      Pengertian perilaku menyimpang

2.      Bentuk-bentuk perilaku menyimpang

3.      Ciri-ciri perilaku menyimpang siswa yang ada di lingkungan sekolah

4.      Penyebab perilaku menyimpang

5.      Akibat perilaku menyimpang

6.      Usaha atau kiat sekolah dalam mengatasi perilaku menyimpang

7.      Untuk memenuhi tugas mata kuliah perkembaangan peserta didik

C.    Rumusan masalah

Page 4: perkembangan peserta didik

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, masalah yang akan di angkat

adalah berkaitan dengan “Perilaku Menyimpang dan Upaya Pengentasannya ”

berdasarkan uraian di atas dirumuskan masalah makalah ini yaitu:

1.      Pengertian perilaku menyimpang

2.      Bentuk-bentuk perilaku menyimpang

3.      Ciri-ciri perilaku menyimpang

4.      Penyebab dan akibat daari perilaku menyimpang

5.      Cara mengatasi perilaku menyimpang

BAB II

PEMBAHASAN

TINGKAH LAKU MENYIMPANG

A.    Hakikat Perilaku

Perilaku adalah suatu aktifitas pada manusia, perilaku manusia mempunyai

bentangan yang sangat luas mencakup berjalan,berbicara, dan lain-lain. Kamus

bahasa Indonesia (2003:859)menjelaskan “perilaku merupakan tanggapan atau reaksi

individu terhadap rangsangan pada lingkungan”. Sejalan dengan itu. Akhyar

Hasibuan (2001:15) juga mengemukakan “Perilaku merupakan realitas penghayatan

dan aktifitas yang merupakan hasil akhir jalinan dan dimana terjadi saling

mempengaruhi antara berbagai macam kemampuan jiwa yang sering berdiri sendiri.”

Page 5: perkembangan peserta didik

Dari beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa perilaku itu

merupakan wujud dari suatu kebutuhan manusia yang berlangsung dari suatu

perbuatan ke perbuatan berikutnya baik yang disadari maupun yang tidak disadari,

yang tampak dan tidak tampak yang dipengaruhi oleh stimulus dan respon.

B.     Pengertian Perilaku Menyimpang

Pengertian perilaku menyimpang menurut Sarlito Wirawan dalam Monalisa

(2010:5) yaitu “semua tingkah laku yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan yang

berlaku dalam masyarakat (norma, agama, etika, peraturan sekolah dan keluarga, dan

lain-lain)”. Senada dengan itu, Mudjirat,dkk(2007:175) menyatakan perilaku

seseorang dapat dikatakan menyimpang bila mana perilaku tersebut dapat merugikan

dirinya sendiri maupun orang lain dan juga melanggar aturan-aturan, nilai-nilai, dan

norma baik norma agama, hukum maupun adat. Tidak jauh dengan itu, Elida

(2006:139) juga menjelaskan tingkah laku menyimpang terutama yang berkaitan

dengan gangguan kepribadian, tidak tercapainya tugas-tugas perkembangan dengan

sempurna terutama yang menyangkut kemampuan dan keinginan bertanggung jawab

terhadap tingkah laku sosial.

Sedangkan menurut Andi Mappiare (1982) Perilaku menyimpang juga disebut

dengan tingkah laku bermasalah. Tingkah laku bermasalah yang masih dianggap

wajar dan dialami oleh remaja, yaitu tingkah laku yang masih dalam batas ciri-ciri

pertumbuhan dan perkembangan sebagai akibat adanya perubahan secara fisik dan

psikis, serta masih dapat diterima sepanjang tidak merugikan dirinya sendiri dan

masyarakat sekitarnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perilaku menyimpang itu adalah perilaku yang

tidak sesuai dengan keadaan yang seharusnya yang dilakukan oleh setiap individu,

yang berakibat pada gangguan kepribadian terutama gangguan konsep diri dan emosi,

serta dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

Page 6: perkembangan peserta didik

M. Gold dan J. Petronio (dalam Sarlito, 1989:205) juga mendefenisikan

penyimpangan tingkah laku remaja dalam arti Kenakalan Remaja, yaitu tindakan dari

seorang yang belum dewasa yang sengaja melanggar hokum dan yang diketahui oleh

anak itu sendiri bahwa jika perbuatannya itu diketahui petugas hokum ia bisa dikenai

hukuman. Sejalan dengan itu Jensen (dalam Sarlito, 1989:209) membagi kenakalaan

remaja menjadi empat jenis (1) kenakalan yang menimbulkan korban fisik pada oang

lain: perkelahian, perkosaan, perampokan, pembunuhan, dan lain-lain, (2) kenakalaan

yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian, pencopetan, pemerasan, dan

lain-lain, (3) kenakalan yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain: pelacuran

dan penggunaaan obat, (4) kenakalan yang melawan status, misalnya mengingkari

status anak sebagai pelajar dengan cara membolos, mengingkari status orang tua

dengan cara minggat dari rumah atau membantah perintah mereka dan sebagainya.

C.    Bentuk-Bentuk Perilaku Menyimpang

Batasan tentang perilaku menyimpang tidak begitu jelas dan sangat luas,

sebagai acuan bahwa perilaku dapat dikatakan menyimpang, maka Gunarsa

(1986:146) berpendapat tentang bentuk-bentuk perilaku menyimpang:

(a)Penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asoaial yang tidak diatur

dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggeran

hokum. Contohnya berbohong, membolos, kabur dari rumah, berpakaian tidak

pantas dll, (b) penyimpangan tingkah laku yang sifat melanggar hukum dengan

penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hokum, yang biasa disebut dengan

kenakalan remaja (deliquency). Misalnya berjudi, membunuh,

merampok,memperkosa.

Page 7: perkembangan peserta didik

Senada dengan itu, Elida (2006:141) mengungkapkan bahwa bentuk-bentuk

perilaku menyimpang adalah: (a)Tingkah laku merusak kehidupan orang lain,

misalnya merampas sesama siawa yang lebih muda, menipu, mencuri, memperkosa,

membunuh (merkelahi dengan kelompok maupun denga sesame indiividu), (b)

tingkah laku merusak diri sendiri, seperti cabut dari sekolah, mabuk-mabukkan,

narkoba, (c) tingkah laku merusak lingkungan alam sekitar, seperti mencoret-coret

bangunan, melukai pohon-pohon, menghancurkan tanaman, mencederai dan

membunuh binatang, menghancurkan batu-batuan alam, dan mengotori air.

Berdasarkan batasan tentang tingkah laku tersebut, dapat dikemukakan bahwa

perilaku menyimpang yang sering terjadi pada remaja adalah:

1.     Suka bolos/cabut sebelum pelajaran berakhir.

2.     Tidak suka bergaul/suka menyendiri.

3.     Suka berbohong kepada guru dan orang lain.

4.     Suka berkelahi atau mengganggu temannya pada waktu belajar.

5.     Suka merusak fasilitas sekolah dan lain-lainnya.

6.     Sering mencuri barang-barang kepunyaan orang lain.

7.     Suka curi perhatian.

8.     Ugal-ugalan dijalan sehingga mengganggu lalu lintas dan dapat membahayakan dirinya

sendiri serta orang lain.

9.     Kecanduan narkotik dan obat terlarang (narkoba).

10.  Suka mabuk-mabukan dan dapat mengganggu ketenangan orang lain.

11.  Melakukan permekosaan dan hubungan seks secara bebas.

Page 8: perkembangan peserta didik

12.  Melakukan perjudian (dengan menggunakan uang sebagai taruhannya).

13.  Melakukan pemerasan untuk mendapatkan uang kepada orang lain.

14.  Suka melawan kepada guru dan personil sekolah lainnya.

15.  Berpikiran atau bersifat dan berperilaku radikal atau ekstrim.

D.    Ciri-Ciri Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang tidaklah terjadi secara mendadak, tetapi melalui suatu

proses yang lama dan kadang-kadang menunjukkan suatu gejala. Beberapa gejala

yang tampak antara lain:

1.     Remaja tersebut tidak disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering menyendiri.

2.     Remaja yang menghindari diri dari tanggung jawab baik dirumah maupun disekolah.

3.     Remaja yang sering mengeluh, ini berarti ia tidak mampu mengatasi masalahnya.

4.     Remaja yang suka berbohong.

5.     Remaja yang sering mengganggu atau menyakiti teman atau orang lain.

6.     Remaja yang tidak menyenangi guru atau mata pelajaran disekolah.

Menurut Sunarto (2002:58) siswa yang mengalami perilaku menyimpang

mempunyai ciri-ciri yang dapat terlihat pada dirinya, yaitu (a) kegelisahan, keadaan

yang tidak tenang menguasai diri remaja, (b) pertentangan yaitu pertentangan yang

ada dalam diri mereka yang menimbulkan kebingungan baik pada diri mereka

maupun pada orang lain, (c) berkeinginan besar untuk mencoba segala hal yang

belum diketaahui, (d) keinginan menjelajahi alam sekitar yang lebih luas, (e)

berfantasi, (f) aktifitas kelompok.

Page 9: perkembangan peserta didik

Sedangkan Menurut Maslow dan Mittelman (dalam Mudjiran,dkk 2007) ciri-

ciri pribadi yang normal dan mental yang sehat adalah: (a)Memiliki perasaan aman,

(b) Mempunyai spontanitas dan emosional yang tepat, (c) Mampu menilai dirinya

secara objektif dan positif, (d) Mempunyai kontak dengan suatu realitas yang baik, (e)

Memiliki dorongan dan nafsu jasmaniah yang sehat serta memiliki kemampuana

untuk memenuhi pemanfaatannya, (f) Mempunyai tujuan hidup yang adekwat, (g)

Memiliki kemampuan untuk belajar dari pengalaman hidupnya, (h) Mempunyai

pemahaman diri yang baik, (i) Ada kesanggupan untuk memenuhi tuntutan dan

kebutuhan kelompok dimana ia berada, (j) Ada sikap emansipasi yang sehat terhadap

kelompoknya, (k) Ada integrasi dalam kepribadiannya.

Sesuai dengan ciri-ciri tersebut dapat dikemukakan bahwa remaja yang

terlampau jauh/banyak menyimpang dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa

remaja tersebut memiliki perilaku menyimpang.

E.Penyebab Perilaku Menyimpang

Banyak faktor atau kondisi yang menyebabkan timbulnya perilaku

menyimpang, baik yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan maupun

yang berasal dari luar. Hasil studi Symond yang dikutip oleh Moh. Surya (dalam

Mudjiran,dkk 2007) menyatakan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang

sering bertengkar ternyata lebih banyak mengalami masalah, bila dibandingkan

dengan anak-anak yang berasal dari keluaga yang harmonis. Selanjunya studi Lewin

(dalam Mudjiran,dkk 2007) menungkapkan bahwa 90% anak-anak yang bersifat jujur

itu berasal dari keluarga yang keadaannya stbil dan harmonis dan 75% anak-anak

pembohong berasal dari keluarga yang tidak harmonis (broken home).

Sedangkan menurut pandangan aliran Behaviorisme ( dalam Bill. S.

Reksadjaya 1981) peristiwa menyimpang itu terjadi apabila:

1.     Seseorang gagal menemukan cara-cara penyelesaian yang cocok untuk perilakunya.

Page 10: perkembangan peserta didik

2.     Seseorang belajar tentang cara-cara penyesuaian yang salah.

3.     Seseorang dihadapkan pada konflik-konflik yang tidak mampu diatasinya.

Dewasa ini lembaga pendidikan sedang menghadapi banyak tantangan.

Sekolah dengan segala kelengkapannya tidak lagi merupakan satu-satunya

lingkungan setelah lingkungan keluarga, sebagaimana yang berlaku di masa lalu,

terutama dikota besar. Lebih lanjut Sarlito (dalam Monalisa 2010) mengungkapkan:

Adanya banyak lingkungan lain yang dapat dipilih remaja selain sekolahnya:

Pasar swalayan, pusat perbelanjaan taman hiburan, atau warung di tepi jalan

diseberang sekolah atau rumah salah seorang teman yang kebetulan sedang tidak

ditunggui orangtuanya, mungkin saja merupakan alternatif yang menarik daripada

sekolah itu sendiri

Oleh karena itu banyaknya lingkungan yang lebih menarik untuk dapat dipilih

oleh siswa selain sekolah, maka sangat sulit bagi guru untuk menjadikan sekolah

sebagai satu-satunya lingkungan yang dipilih siswa setelah rumah.

Dalam masyarakat, individu terutama anak dan remaja yang akan melakukan

interaksi sosial dengan temam-teman sebayanya atau masyarakat lainnya. Apabila

teman sepergaulannya itu menampilkan perilaku yang sesuai dengan nilai agama

(berakhlak baik), maka anak remaja cendrung akan berakhlak baik. Sebaliknya,

apabila teman menampilkan perilaku yang kurang baik, amoral atau melanggar

norma-norma agama, maka anak cendrung akan terpengaruh untuk mengikuti atau

mencontoh perilaku tersebut.

Perilaku menyimpang dikalangan siswa merupakan masalah yang rumit dalam

dunia pendidikan. Perilaku menyimpang tidaklah terjadi secara mendadak. Tetapi

melalui proses yang lama dan kadang-kadang menunjukkan suatu gejala.

Menurut Mudjiran,dkk (2007:178) ada beberapa gejala yang nampak antara

lain: (a)remaja tersebut tidak disukai oleh teman-temannya, akibatnya sering

Page 11: perkembangan peserta didik

menyendiri, (b) remaja yang menghindari diri tanggung jawab baik dirumah maupun

di sekolah, (c) remaja yang sering mengeluh, ini berarti ia tidak mampu mengatasi

masalahnya, (d) remaja yang suka berbohong, (e) remaja yang sering mengganggu

atau menyakiti teman atau orang lain, (f) remaja yang tidak menyenangi guru dan

mata pelajaran di sekolah.

Dari pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa seseorang mengalami

perilaku menyimpang melalui proses yang cukup panjang. Perilaku menyimpang

muncul karena gagal dalam cara-cara penyelesaian dalam perilaku, cara penyesuaian

yang salah dan mempunyai konflik yang tidak dapat di atasi

Masalah intern dan ekstern yang ada dalam diri remaja ini yang dapat

menyebabkan remaja mengalami perilaku menyimpang. Kondisi intern dan ekstrn

remaja yang masih pancaroba menyebabkan masa remaja lebih rawan daripada tahap-

tahap lain dalam perkembangan jiwa manusia.

Sejalan dengan itu, Mudjiran,dkk (2007:179) menjelaskan bahwa:

Faktor-faktor penyebab muncul perilaku menyimpang pada kalangan siswa,

ada yang berasal dari dalam diri individu yang bersangkutan dan ada berasal dari luar

diri individu bersangkutan. Perilaku menyimpang pada remaja yang timbul dari

dalam diri remaja sendiri seperti: potensi kecerdasan dasar yang rendah. Faktor yang

berasal dari luar diri remaja berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah.

Faktor lingkungan keluarga seperti broken home. Lingkungan sekolah juga menjadi

penyebab perilaku menyimpang seperti tuntutan kurikulum yang terlalu tinggi atau

yang terlalu rendah dibandingkan dengan kemampuan rata-rata anak yang

bersangkutan atau pendekatan yang dilakukan guru tidak sesuai dengan

perkembangan remaja serta lingkungan masyarakat yang tidak membelajarkan anak,

pengaruh media cetak dan elektronik serta model yang salah pada masyarakat.

Sedangkan menurut Lewis & Lewis (dalam Sunarto, 2002:68) menyatakan

manusia atau remaja itu berbuat didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu jasmaniah,

psikologis, ekonomi, sosial, politik, penghargaan, dan kebutuhan aktualisasi diri.

Page 12: perkembangan peserta didik

Dari beberapa pendapat tentang penyebab timbulnya perilaku menyimpang di

atas Elida prayitno (2006:141)menambahkan penyebab utama perilaku menyimpang

adalah gangguan psikologis.

Ada beberapa situasi yang dialami remaja yang menimbulkan gangguan

psikologis, yaitu:

1.     Perasaan tidak puas karena potensi fisik dan psikis tidak tersalurkan

Yang dimaksud dengan potensi fisik adalah ketentuan-ketentuan dan

dorongan-dorongan untuk beraktifitas fisik. Sebagai akibat dari tuntutan

perkembangan, maka energi fisik bertambah dengan hebat sekali. Hal ini diakibatkan

oleh bertambah kuat dan panjangnya otot-otot dan tulang-tulang. Sedangkan poteensi

psikis adalah berupa bakat-bakat khusus, ide-ide, cita-cita yang mendorong remaja

untuk merealisasikannya dalam kehidupannya.

2.      Nilai-nilai hidup yang dijunjung tinggi yang salah

Remaja yang tidak memiliki filsafat hidup yang benar yang sesuai dengan

nilai-nilai kebenaran agama dan ilmu pengetahuan cenderung mempedomani

pendapat-pendapat yang salah melaksanakan kehidupannya.

3.Terlanjur memiliki filsafat hidup yang salah

Seperti menilai uang atau materi lebih tinggi dari hubungan sosial dan menilai

kerja dan belajar bukan sebagai nilai yang tinggi.

4.     Mengalami gangguan emosi

Para remaja nakal mengalami gangguan emosi yang menyebabkan mereka

bertingkah laku nakal.merasa tidak puas terhadap kehidupan mereka sendiri, merasa

dendam, dan tidak bahagia walaupun mereka memiliki harta benda yang bercukupan.

Sedangkan emosi itu sendiri menurut Hathersall (dalam Elida, 2006:69) yaitu sebagai

situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi

wajah, dan tubuh. Misalnya seorang remaja yang sedang marah memperlihatkan

Page 13: perkembangan peserta didik

muka merah padam, wajah yang seram, dan postur ttubuh menegang, menendang dan

menyerang dan jantungnya berdenyut cepat.

Sedangkan Crider dan kawan-kawan ( dalam Elida, 2006:69) mengemukakan

dua jenis emosi, yaitu emosi positif dan emosi negatif yang mungkin terjadi dalam

diri remaja. Emosi positif misalnya, gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani.

Emosi positif merupakan reaksi kepuasan dan emosi negatif reaksi ketidakpuasan

terhadap kebutuhan yang dirasakan remaja. Kita telah mengetahui bahwa remaja

mempunyai kebutuhan-kebutuhan seperti kebutuhan mendapatkan status, diakrabi,

sukses, mandiri, filsafat hidup (havighurst dalam Elida, 2006:69). Jika kebutuhan-

kebutuhan itu terpenuhi maka remaja merasa bahagia da gembira dan jika tidak

terpuaskan maka mereka akan kecewa, marah, cemas, takut, dan sedih.

F.     Akibat Perilaku Menyimpang

Perilaku menyimpang sangat merugikan siswa itu sendiri. Ia bisa kehilangan

masa depannya sebagai remaja. Ia juga dapat mengalami kesalahan dalam

menentukan perilaku dalam hidupnya. Di sisi lain, ia akan mendapatkan cap yang

buruk dari lingkungan. Sangat disayangkan apabila potensi fisik yang dimiliki remaja

tersebut yang berupa kekuatan, dorongan-dorongan untuk beraktifitas tidak

dikembangkan dengan baik. Apabila itu terjadi maka, kekuatan dan dorongan-

dorongan itu akan mencari jalan penyalur sendiri kearah yang tidak baik seperti

merusak lingkungan, melanggar hukum dan lain-lain.

Dari segi potensi psikis berupa ide-ide, bakat khusus yang mendorong siswa

untuk merealisasikannya dalam kehidupan. Bakat khusus itu seperti olah raga yang

tidak tersalurkan menyebabkan siswa suka berkelahi, merusak alam, merusak

bangunan, membunuh binatang dan sebagainya. Sejalan dengan itu Elida (2006:142)

menyatakan

Bakat khusus untuk seni lukis yang tidak tersalurkan menyebabkan siswa

menyalurkanya dengan mencoret-coret, membuat gambar porno, dan melukai batang

Page 14: perkembangan peserta didik

pohon untuk menyalurkan kreatifitas seninya. Bakat untuk menyanyi dan musik

disalurkan dengan cara berteriak-teriak atau membuat keributan dengan berbagai

bendayang ditemuinya, memutar kaset secara berlebihan nadanya, bahkan mencuri

untuk memenuhi kebutuhan penyaluran bakatnya. Ada perasaaan dendam, terhina,

dilecehkan, dan berbbagai perasaan negatif lainnya dalam dirinya. Mereka menjadi

marah, lalu melakukan pemberontakan. Biasanya mencari teman senasib dan mencari

cara untuk menyalurkan kemarahan dan pemberontakan mereka seperti: berkelahi,

mencoret-coret dinding, berteriak-teriak dan lain-lain.

Pendapat diatas mengungkapkan ketidakpuasan remaja dalam menyalurkan

bakat dan minatnya, dan mengarahkannya kearah yang negatif. Hal inilah yang

menyebabkan remaja melakukan perilaku menyimpang. Remaja sangat membutuhkan

seseorang yang dapat membimbing dan mengarahkannya sesuai dengan bakat dan

minatnya tersebut.

Perilaku menyimpang juga bisa diakibatkan oleh moral remaja, menurut

Kolberg (dalam Mudjiran, 2007:97) remaja berada pada taraf perkembangan moral

yang merupakan tingkat perkembangan moral yang tertinggi. Sedangkan moral itu

sendiri menurut Santrock dan Yusan (dalam Mudjiran, 2007:96) adalah kebiasaan

atau aturan yang harus dipatuhi seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain.

Selain itu Kolberg dan piaget (dalam Mudjiran, 2007:96) mengemukakan bahwa

moral itu meliputi tiga pengertian yang berbeda satu sama lain, yaitu pandangan

moral, perasaan moral dan tingkah laku moral.

Pandangan moral adalah pendapat atau pertimbangan seseorang tentang

persoalan moral. Pandangan moral remaja bagus apabila pertimbangannya dalam

menelaah masalah atau persoalan moral sesuai dengan aturan-aturan dan etika moral

yang berlaku (Slavin, dalam Elida, 1992).

Moral remaja dapat berkembang melalui peniruan dan pembiasaan, setiap

remaja melakukan kesalahan atau tergoda untuk melakukan kesalahan sehingga

remaja bisa melakukan perilaku menyimpang. Untuk menghindari perilaku

Page 15: perkembangan peserta didik

menyimpang itu, remaja harus melakukan perilaku sesuai dengan nilai moral melalui

peniruan terhadap perilaku orang tua atau remaja memerlukan adanya model dari

orang tua, guru dan teman sebaya untuk mengembangkan, membentuk pandangan

melalui diskusi tentang moral.

G.    Upaya Sekolah Dalam Mengatasi Perilaku Menyimpang

Dalam kaitannya dengan fungsi pendidikan untuk mencegah perilaku

menyimpang, peranan sekolah pada hakikatnya tidak jauh dari peranan keluarga,

yaitu sebagai rujukan dan tempat perlindungan jika anak didik menghadapi masalah.

Oleh karena itulah di setiap sekolah lanjutan seharusnya memiliki seorang konselor

sekolah. Peran konselor adalah sebagai orang tua bagi anak-anak di sekolah.

Penyimpangan perilaku remaja atau siswa tidak hanya merugikan dirinya dan

juga masa depannya, tetapi juga mengganggu orang lain dan memusnahkan harapan

orang tua, sekolah dan bangsa. Oleh karena itu perlu adanya tindakan dari berbagai

pihak untuk menanggulanginya, baik itu sekolah, keluarga, maupun lingkungan

masyarakat. Usaha itu dapat bersifat pencegahan (preventive), pengentasan(curative),

pembetulan (corrective), dan penjagaan atau pemeliharaan (perseverative).

Sebelum itu sekolah terlebih dahulu perlu melaksanakan pembinaan disiplin

disekolah tersebut karena disiplin merupakan aspek paling penting dalam pembinaan

siswa,karena siswa harus menyadari bahwa dalam kehidupan bermasyarakat

diperlukan kedisiplinan. Menurut Depdikbud (dalam Linda Gusti, 2009:27)

Pembinaan disiplin adalah upaya unutk mendidik, membina dan membentuk perilaku-

perilaku tertentu yang sesuai dengan nilai-nilai yang ditanamkan, diajarkan dan

diteladankan sekolah. Sejalan dengan itu Sarbaini (2001:25) mengemukakan

Page 16: perkembangan peserta didik

Pembinaan disiplin adalah tindakan yang dilakukan guru dalam mengenalkan norma-

norma sekolah, melalui tindakan yang tegas dan konsisten, serta berorientasi pada

upaya membantu peserta didik memahami diri dan lingkungannya.

Jadi dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan disiplin siswa merupakan

upaya yang dilakukan guru dan membentuk perilaku yang sesuai dengan norma-

norma dan nilai-nilai yang berlaku serta menciptakan suasana sekolah yang kondusif

dalam proses pendidikan yang efektif.

Menurut Rogert (dalam Sarlito, 1989:232) ada lima ketentuan yang harus

dipenuhi untuk membantu remaja: (1) kepercayaan, remaja harus percaya kepada

orang tua atau orang yang mau membantunya, (2) kemurnian hati, remaja harus

merasa bahwa penolong itu sungguh-sungguh mau membantunya tanpa syarat, (3)

kemampuan mengarti dan menghayati(Emphaty) perasaan remaja, (4) kejujuran,

remaja mengharapkan penolongnya menyampaaikan apa adanya saja, termasuk hal-

hal yang kurang menyenangkan, (5) mengutamakan persepsi remaja sendiri.

Dari berbagai penyebab terjadinya perilaku menyimpang diatas dapat

dikemukakan usaha yang dapat dilakukan sekolah untuk mencegah dan mengatasi

perilaku menyimpang tersebut diantaranya:

a.      Menegakkan disiplin sekolah

Penegakkan disiplin sekolah ini berlaku untuk semua personil sekolah, bagi siswa

perlu ketertiban pakaian seragam sekolah, kehadiran dan pulang sekolah serta

penegakkan peraturan sekolah.

b.     Membantu mengatasi masalah yang dialami siswa

Sebagaimana diketahui bahwa salah satu sumber terjadinya perilaaku

menyimpang, yaitu siswa menghadapi masalah yang tidak terpecahkan. Oleh karena itu

Page 17: perkembangan peserta didik

pihak sekolah melalui guru pembimbing dan guru mata pelajaran membantu mengatasi

masalah dan kesulitan belajar yang dialami siswa.

c.      Menyediakan fasilitas, sarana dan prasarana

Sekolah secara bertahap perlu melengkapi fasilitas, saraana dan prasaraana belajar

agar proses belajar-mengajar dan kegiatan sekolah lainnya dapat berjalan dengan baik.

Siswa dapat menyalurkan kegemarannya. Ini dapat mengurangi aktifitas siswa yang

negatif.

d.     Menjalin kerjasama dengan berbagai pihak terkait

Untuk tujuan sekolah dan menghindari serta mengatasi perilaku menyimpang,

perlu menjalin hubungan dan kerjasama yang intensif dengan para orang tua siswa,

masaarakat, lingkungan sekolah, dan instansi yanmg terkait seperti kepolisian, puskesmas

dan sebagainya.

Selain itu pihak-pihak lain juga berperan penting dalam mengatasi perilaku

menyimpang. Pihak-pihak tersebut diantaranya:

1.     Usaha yang dapat dilakukan oleh konselor

Sarlito (dalam Monalisa, 2010:30) mengungkapkan bahwa pendidikan yang pada

hakikatnya merupakan pengalihan norma-norma, jika dilakukan dengan sebaik-baiknya

sejak dini, akan diserap dan dijadikan tolok ukur yang mapan pada saat anak memasuki

usia remaja.

2.Usaha yang dapat dilakukan oleh keluarga

a.      Menciptakan hubungan yang harmonis dan terbuka diantara angggota

keluarga.

Page 18: perkembangan peserta didik

b.     Orang tua jangan menuntut berlebihan kepada anak untuk berprestasi dan

memaksakan kehendaknya untuk mengambil jurusan/bidang studi tertentu bila

mana tidak sesuai dengan kemampuan /potensi yang dimiliki anak.

c.      Membantu mengstasu berbagai kesulitan yang dialami remaja.

3.Usaha masyarakat dalam mengatasi perilaku menyimpang

a.      Secara bersama-sama ikut mengontrol dan menegur bila ada siswa yang tidak

masuk kelas pada jam pelajaran berlangsung, misalnya duduk di warung,

berkeliaran di luar sekolah dan sebagainya.

b.     Melaporkan kepada pihak sekolah bila mengetahui ada siswa dari sekolah itu

melakukan perilaku menyimpang.

c.      Ikut menjaaga ketertiban sekolahserta menciptakan suasana yang aman dan

nyaman untuk terwujudnya proses belajar-mengajar yang baik.

Page 19: perkembangan peserta didik

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Perilaku menyimpang pada remaja merupakan problema yang dapat menimbulkan

keresahan bagi lingkungan sosial masyarakat ataupun lingkungan keluarga. Begitu juga

dalam kehidupan berbangsaa dan bernegara, perilaku menyimpang pada remaja dapat

merusak masa depan bangsa. Lingkungan keluarga akan membantu perkembangan

kepribadian anak dalam berperilaku sesuai dengan tuntutan lingkungan serta

penyesuaaian dirinya secara seimbang ddikemudian hari sehingga anak mampu

mewujudkam potensi diriinya secaara optimal. Peranan orang tua adalah salaah satu

kunci untuk mengambangkan kepribadian anak, begitu juga dengan peranan sekolah.

Ditinjau dari upaya yang dilakukan sekolah uutuk mengatasi perilaku menyimpang pada

remaja antara lain sebagai berikut:

a.      Menegakkan disiplin sekolah.

b.     Membantu mengatasi masalah yang dialami siswa.

c.      Usaha preventif; guru hendaknya memahami kondisi psikis peserta didiknya dan

mamahami kebutuhaan peserta didik tersebut.

d.     Memberikan pembekalan agama kepada peserta didik.

e.      Mengintensifkan pelayanan BK di sekolah.

B.     Saran

Adapun upaya yang dilakukan untuk mengatasi penyimpangan perilaku pada

remaja oleh sekolah salah satunya dengan mengetahui faktor-faktor penyebab dari

perilaku menyimpang itu sendiri. Dalam makalah ini akan dibahas tentang perilaku

menyimpang dan upaya sekolah dalam mengatasinya.

Page 20: perkembangan peserta didik

Penulis menyadari bahwa banyak kekurangan dan kesalahan dalam pembuatan

makalah ini. Karena keterbasan ilmu atau pengatahuan yang penulis miliki sehingga

penulis sangat berharap kritikan dan saran dari semua kalangan yang membaaca makalah

ini demi kesempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Elida Prayitno. 2006. Psikologi Perkembangan Remaja. Padang: Angkasa Raya

Gunarsa, D.S dan Nyonya Gunarsa. 1986. Psikologi Remaja. Jakarta: Gunung Mulia

Mudjiran,dkk. 2007. Perkembangan Peserta Didik. Padang: Unp press

Sarwono, Sarlito W. 1989. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada

Sunarto & B. Agung Hartono. 2002. Perkembangan Peserta didik. Jakarta: Rineka Cipta

قبل النشر 10تم th December 2012 بواسطة Indah Ainun

0

Add a comment

Page 21: perkembangan peserta didik

التحميل جاٍر�تعليقات إٍرسال