perengkahan katalitik asam oleat untuk menghasilkan...

8
1 Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan Biofuel Menggunakan HZSM-5 Sintesis Nurjannah, Irmawati, Achmad Roesyadi, Danawati Jurusan Teknik Kimia FTI ITS E-mail : [email protected] Abstract Oleic acid, the dominant fatty acid in palm oil, can be processed to produce biofuel which is renewable and environmentally friendly fuel. Oleic acid based palm oil underwent a catalytic cracking process to produce gasoline-like, kerosene-like and diesel-like fuels. The catalyst used was synthesized HZSM-5 which has Si/Al ratio of 243, surface are of 213,3524 m2/gr and pore size of 13,255 A o . The cracking process was carried out in a fixed bed microreactor under nitrogen atmosphere at flow rate ranges from 90-190 ml/min, temperature ranges from 370 - 500 ° C for 75 minutes. The liquid products were analyzed using gas chromatography (GC). It was found that the highest yield was recovered during the process conducted at temperature 450 o C and N 2 flowrate of 150 ml/min; they were gasoline fraction 39.53%, kerosene fraction 18.70% and diesel fraction 4.20%, respectively. PENDAHULUAN Perkembangan teknologi dan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk berakibat semakin meningkatnya kebutuhan energi yang sangat dibutuhkan dalam bidang transportasi dan industri, padahal minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui. Bensin (gasoline), minyak tanah (kerosene) maupun minyak solar (diesel oil) merupakan bahan bakar fosil yang banyak digunakan pada alat transportasi, industri dan rumah tangga di Indonesia. Pemakaian bahan bakar tersebut kian hari kian meningkat tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan penyediaannya sehingga mendorong upaya untuk mencari bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis minyak bumi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan melalui Instruksi Presiden No. I/2006, Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006. Dalam Inpres dan Pepres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan bahan bakar alternatif lain yang dapat diperbaharui dan mengacu pada Rencana Umum Kebijakan Energi, untuk program jangka panjang sampai tahun 2020 dimana para pelaku energi berkewajiban untuk memanfaatkan energi terbarukan (non-fosil fuel obligation) serta penerapan kewajiban penghematan energi dan menggunakan teknologi efisien dan ramah lingkungan. (Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2003) Berbagai sumber energi baru yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan dapat diandalkan adalah berasal dari berbagai jenis minyak nabati (minyak sawit, minyak jarak pagar, minyak kedelai, dll). Pemilihan minyak sawit sebagai sumber energi alternatif sangat tepat dilakukan di Indonesia karena saat ini Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar nomor dua di dunia setelah Malaysia. Dengan produksi sebesar 16juta ton pertahun pada 2006, Indonesia memastikan diri untuk menjadi yang terbaik di Industri kelapa sawit di masa depan (forum Biodiesel, 2007). Dengan ketersedian minyak sawit yang cukup banyak, maka minyak sawit merupakan salah satu bahan baku alternatif yang sangat potensial untuk membuat bahan bakar pengganti gasoline, kerosene dan solar, selain itu pembuatan bahan bakar yang dihasilkan dari minyak sawit telah diteliti lebih ramah lingkungan. Minyak sawit memiliki rantai hidrokarbon panjang yang mirip dengan minyak bumi. Hidrokarbon inilah yang memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Komposisi asam lemak minyak sawit ditampilkan pada Tabel 1.

Upload: ngotram

Post on 06-Feb-2018

225 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

1

Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan Biofuel Menggunakan HZSM-5 Sintesis

Nurjannah, Irmawati, Achmad Roesyadi, Danawati

Jurusan Teknik Kimia FTI ITS E-mail : [email protected]

Abstract

Oleic acid, the dominant fatty acid in palm oil, can be processed to produce biofuel which is renewable and environmentally friendly fuel. Oleic acid based palm oil underwent a catalytic cracking process to produce gasoline-like, kerosene-like and diesel-like fuels. The catalyst used was synthesized HZSM-5 which has Si/Al ratio of 243, surface are of 213,3524 m2/gr and pore size of 13,255 Ao. The cracking process was carried out in a fixed bed microreactor under nitrogen atmosphere at flow rate ranges from 90-190 ml/min, temperature ranges from 370 - 500 ° C for 75 minutes. The liquid products were analyzed using gas chromatography (GC). It was found that the highest yield was recovered during the process conducted at temperature 450 oC and N2 flowrate of 150 ml/min; they were gasoline fraction 39.53%, kerosene fraction 18.70% and diesel fraction 4.20%, respectively.

PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi dan pesatnya pertumbuhan jumlah penduduk berakibat semakin meningkatnya kebutuhan energi yang sangat dibutuhkan dalam bidang transportasi dan industri, padahal minyak bumi merupakan bahan bakar fosil yang tidak dapat diperbaharui.

Bensin (gasoline), minyak tanah (kerosene) maupun minyak solar (diesel oil) merupakan bahan bakar fosil yang banyak digunakan pada alat transportasi, industri dan rumah tangga di Indonesia. Pemakaian bahan bakar tersebut kian hari kian meningkat tetapi tidak diimbangi dengan kemampuan penyediaannya sehingga mendorong upaya untuk mencari bahan bakar alternatif sebagai pengganti bahan bakar berbasis minyak bumi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan mengeluarkan beberapa kebijakan melalui Instruksi Presiden No. I/2006, Peraturan Presiden No. 5 tahun 2006. Dalam Inpres dan Pepres tersebut mengamanatkan pengembangan dan penggunaan bahan bakar alternatif lain yang dapat diperbaharui dan mengacu pada Rencana Umum Kebijakan Energi, untuk program jangka panjang sampai tahun 2020 dimana para pelaku energi berkewajiban untuk memanfaatkan energi terbarukan (non-fosil fuel obligation) serta penerapan kewajiban penghematan energi dan menggunakan teknologi efisien dan ramah

lingkungan. (Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konservasi Energi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, 2003)

Berbagai sumber energi baru yang dapat diperbaharui (renewable resources) dan dapat diandalkan adalah berasal dari berbagai jenis minyak nabati (minyak sawit, minyak jarak pagar, minyak kedelai, dll). Pemilihan minyak sawit sebagai sumber energi alternatif sangat tepat dilakukan di Indonesia karena saat ini Indonesia merupakan negara penghasil minyak kelapa sawit terbesar nomor dua di dunia setelah Malaysia. Dengan produksi sebesar 16juta ton pertahun pada 2006, Indonesia memastikan diri untuk menjadi yang terbaik di Industri kelapa sawit di masa depan (forum Biodiesel, 2007). Dengan ketersedian minyak sawit yang cukup banyak, maka minyak sawit merupakan salah satu bahan baku alternatif yang sangat potensial untuk membuat bahan bakar pengganti gasoline, kerosene dan solar, selain itu pembuatan bahan bakar yang dihasilkan dari minyak sawit telah diteliti lebih ramah lingkungan. Minyak sawit memiliki rantai hidrokarbon panjang yang mirip dengan minyak bumi. Hidrokarbon inilah yang memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar nabati (biofuel). Komposisi asam lemak minyak sawit ditampilkan pada Tabel 1.

Page 2: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

2

Tabel 1 Komposisi Asam Lemak dalam Minyak Kelapa Sawit

Asam lemak ( > 1% ) Komposisi ( % )

Asam Miristat Asam Palmitat Asam stearat Asam Oleat Asam Linoleat

3 30 3 55 8

Asam Lemak ( < 1 % ) Komposisi (ppm)

Karotenoid Tokoferol / tokotrienol Sterol / sitosterol Kampesterol Stigmasterol Kolesterol Lainnya

500-700 600-1000 218 – 370

90 – 151 44 – 66 7 – 13 2- 18

Sumber : Hui, 1996

Tabel II. Sifat fisik asam oleat Rumus

molekul C18H34O2

Nama lain Cis-9-octadecenoic acid

18:1 cis-9

Berat

molekul 282.4614 g/mol

Kelarutan

Tidak larut dalam air, larut

dalam alcohol, eter dan

beberapa pelarut organic.

Titik lebur 13 - 14 °C

Titik didih 360°C(633K) (760 mmHg)

Densitas 0.895 g/ml

Viscositas

mPa·s (°C) 27.64 (25), 4.85 (90)

Specific Heat

J/g (°C) 2.046 (50)

Sumber : Departemen Perindustrian, 2007

Komposisi asam lemak dalam minyak sawit yang paling tinggi adalah asam oleat, 55 %. Kandungan asam oleat yang tinggi ini yang menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

oleat sebagai bahan baku dalam penenlitian perengkahan asam oleat. Asam oleat merupakan asam lemak rantai panjang tak jenuh yang tersusun dari 18 atom C dengan satu ikatan rangkap di antara atom C ke-9 dan ke-10. Asam oleat memiliki rumus kimia : CH3(CH2)7CH=CH(CH2)7COOH (C18H34O2). Asam lemak tak jenuh ini mempunyai bentuk cis . Asam oleat membentuk cis karena mempunyai titik lebur yang rendah dan mempunyai panas pembakaran yang tinggi. Secara komersial minyaknya berwarna kuning sampai merah dan dalam kondisi murni berwarna putih seperti air. Sifat-sifat fisik asam oleat dapat dilihat pada Tabel II.

Berbagai proses telah dilakukan untuk menghasilkan biofuel diantaranya proses esterifikasi namun kelemahan proses ini adalah pada pemisahan biofuel dan gliserol, proses transesterifikasi, minyak nabati yang digunakan kandungan asam lemak bebasnya harus rendah, jika kandungan asam lemak bebasnya tinggi kebutuhan katalis besar yang menyebabkan terbentuknya sabun sehingga menyulitkan dalam proses pemisahan. Proses perengkahan non katalis (thermal cracking) berlangsung pada suhu dan tekanan yang tinggi sehingga membutuhkan energi yang besar.

Saat ini mulai dikembangkan penelitian tentang pembuatan biofuel dari minyak nabati dengan proses perengkahan katalitik, proses ini merupakan suatu cara untuk memecahkan rantai karbon yang cukup panjang, menjadi suatu molekul dengan rantai karbon yang lebih sederhana, dengan bantuan katalis yang merupakan substansi mempercepat reaksi kimia, meningkatkan kualitas dan kuantitas produk, berlangsung pada suhu dan tekanan yang rendah. Pada beberapa penelitian proses perengkahan minyak nabati dengan berbagai macam katalis menghasilkan berbagai jenis biofuel yang komposisinya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya waktu reaksi, suhu reaksi, laju alir umpan, dan katalis.

Berbagai jenis katalis telah digunakan dalam proses perengkahan untuk menghasilkan biofuel diantaranya adalah katalis X, Y dan faujasite katalis-katalis ini merupakan katalis perengkahan yang awalnya digunakan pada proses perengkahan minyak bumi, kemudian dikembangkan lebih lanjut pada proses perengkahan minyak nabati. Beberapa katalis

Page 3: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

3

yang juga digunakan pada proses perengkahan yaitu HZSM-5, Zeolit β dan ultrastabil Y (USY). Dari ketiga jenis katalis ini ternyata HZSM-5 yang menghasilkan konversi dan yield produk yang terbesar, sebagaimana yang telah diteliti oleh Twaiq dkk (1999), konversi katalitik minyak sawit menjadi berbagai jenis hidrokarbon dimana pada suhu 350oC laju umpan 1 h-1 katalis HZSM-5, konversi yang dihasilkan 99% yield gasoline 28,3% dan pada koindisi yang sama untuk katalis zeolit β konversinya 82% yield gasoline 22%, katalis USY konversi yang diperoleh 53% dan yield gasoline 7,3%. Sedangkan menurut Sang Ooi Y dkk (2004), konversi katalitik minyak sawit berdasar pada residu campuran asam lemak dengan katalis HZSM-5 menggunakan reaktor fixed-bed pada tekanan atmosfir, hasil yang diperoleh fraksi gasoline 44,4% berat pada laju umpan 3,66 h-1 dan suhu reaksi 440oC. Perengkahan metil ester minyak sawit menjadi biogasoline dengan katalis alam dalam reaktor berpengaduk menunjukkan destilat yang dihasilkan mempunyai komponen antara C5 – C11 (Nasikin et al., 2005). Pada pembuatan bahan bakar biodiesel dengan proses perengkahan dengan katalis zeolit dengan bahan baku minyak goreng berbahan dasar Crude Palm Oil menghasilkan produk antara C9 – C17 (Widayat, 2005).Marcello J.B. Souza dkk (2008), meneliti tentang ” Selective Cracking of natural gasoline over HZSM-5 zeolite”. Proses perengkahan dilakukan pada reaktor katalitik fixed bed beroperasi pada laju alir kontinyu dan tekanan atmosfir. Sebelumnya katalis Zeolit HZSM-5 diaktivasi pada 450oC selama 2 jam dengan laju alir nitrogen 20 ml/min. Percobaan dirancang untuk mempelajari pengaruh temperatur dan rasio katalis terhadap laju alir (W/F) terhadap selektifitas perengkahan dan konversi. Temperatur antara 350-450 oC dan W/F antara 5-17 gcat h/mol. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa selektifitas maksimum dan produksi massa tiap jam dari eten diperoleh pada temperatur 450oC dan rasio berat katalis dengan laju alir, (W/F) (7,2-8,2 gcat h/mol). Selektifitas maksimum propene diperoleh pada 350oC dan 7,0 gcat h/mol. Produksi massa untuk butene disukai pada temperatur tinggi 450oC dengan W/F 12,1 gcat h/mol, sedang selektifitas yang paling

tinggi ditemukan pada temperatur rendah (350oC).

Menurut Subagjo (1991) zeolit ZSM-5 mempunyai sifat unik yaitu mempunyai ukuran pori 0,54 x 0,57 nm (≤ ukuran molekul hidrokarbon C11), berstruktur dimensi tiga, bersifat organofil. Kombinasi ketiga sifat diatas menyebabkan ZSM-5 bersifat selektif terhadap pembentukan hidrokarbon ≤ C11, mempunyai umur katalis yang panjang serta tahan terhadap perlakuan panas dan asam.

Kebutuhan katalis perengkahan di Indonesia sangat besar dan selama ini dipenuhi dengan mengimpor dari negara lain. Indonesia memiliki bahan baku pembuatan katalis dalam jumlah yang besar sehingga Indonesia sebaiknya memulai pengembangan katalis perengkahan.

Tujuan dari penelitian ini adalah membuat katalis HZSM-5, HZSM-5 sintesis yang diperoleh di uji katalitik pada proses perengkahan asam oleat untuk menghasilkan biofuel.

Dari Tabel I. Komposisi asam lemak dalam minyak sawit yang paling tinggi adalah asam oleat, 55 % (Hui,1996). Kandungan asam oleat yang tinggi ini dapat dijadikan dasar pertimbangan untuk proses perengkahan asam oleat untuk menghasilkan biofuel dengan katalis zeolit HZSM-5. METODOLOGI Tahap Penelitian Tahap Pembuatan Katalis

Tahap ini adalah proses pembuatan katalis zeolit sintetis yang dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu preparasi katalis, karakterisasi katalis dan uji reaksi katalitik. Preparasi katalis dilakukan dengan dua tahapan yaitu sintesa katalis dan karakterisasi katalis yang terbentuk untuk mendapatkan perbandingan Si/Al, luas permukaan (surface area)d dan volume pori (porosity). Katalis yang terbentuk lalu diuji ke reaksi perengkahan berkatalis menjadi biofuel. Tahap Proses Perengkahan

Proses perengkahan katalitik minyak sawit dalam mikro reaktor fixed bed pada berbagai suhu dan laju alir umpan pada tekanan 1 atm Tahap Analisa Produk

Produk hasil perengkahan dianalisa dengan gas kromatografi FID jenis kolom poraplotQ

Page 4: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

4

untuk produk fase cair. Analisa sifat fisik katalis dilakukan dengan metode Brunauer Emmett Teller (BET), X-Ray Difraction (XRD), Atomic Adsorption Spectrofotometri (AAS).

Penelitian dilakukan dengan memanaskan minyak sawit dalam tangki umpan sampai suhu 350°C dan Reaktor pada suhu yang diinginkan (370-500)oC. Kedalam tangki dialiri gas N2 sebagai gas pembawa dengan laju antara 90 – 190 ml/menit. Uap minyak dan gas N2 akan mengalir kedalam reaktor unggun tetap yang dilapisi dengan elemen pemanas dan berisi katalis ± 1 gram. Reaksi perengkahan dilakukan selama 75 menit. Hasil perengkahan dianalisa dengan metode gas kromatografi. Rangkaian alat proses perengkahan minyak nabati dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Rangkaian alat proses perengkahan minyak nabati. Gambar 1. Rangkaian alat proses perengkahan

minyak nabati.

Prosedur Sintesa Katalis Sintesa Katalis dengan Metode Plank Formulasi komposis awal gel yang digunakan dalam perbandingan mol adalah sebagai berikut: SiO2/Al2O3 = 94 Na2O/Al2O3 = 8,6 H2O/Al2O3 = 3870 C2H5OH/Al2O3 = 146 pH total = 10-11 Dibuat larutan A dalam beaker glass dengan komposisi ( 360 gram water glass( 28,8% SiO2, 8,9% Na2O, 62,4% H2O) + 450 garm H2O). Kemudian larutan B dibuat dalam beaker glass dengan komposisi ( 12,3 gram Al2(SO4)3.18H2O + 30 gram H2SO4 98% + 600 gram H2O). Larutan B kemudian ditambahkan ke dalam larutan A sedikit demi sedikit sambil diaduk dengan magnetik stirrer dan dijaga agar pencampuran menghasilkan campuran yang homogen. Campuran akhir adalah gel yang berwarna putih, yang kemudian didiamkan sambil tetap diaduk selama 1 jam untuk memperoleh gel yang halus dan homogen. Selanjutnya kepada gel yang homogen ini ditambahkan 124 gram etanol sedikit demi sedikit sambil diaduk. Kemudian gel terus diaduk selama 1 jam. pH gel dicek dengan kertas lakmus universal dan harus berkisar antara 10-11, jika tidak, dilakukan penambahan larutan H2SO4 atau NaOH hingga didapat pH 10-11. Gel dengan perbandingan SiO2/Al2O3 94 ini kemudian masukkan dalam autoklaf dan dipanaskan pada suhu 170oC dan diaduk pada kecepatan 100 rpm selama 48 jam Kemudian didiamkan selama 24 jam. Kristal yang terbentuk kemudian disaring dan dicuci dengan akuades sampai pH filtrate pencucian sekitar 8. Kristal yang diperoleh kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 110oC selama 14 jam. Kristal ZSM-5 siap untuk di karakterisasi. Skema sintesa katalis Na-Zeolit ditunjukkan pada Gambar 2 Pengubahan ke H-Zeolit Katalis Na-Zeolit diubah menjadi bentuk H-Zeolit. H-Zeolit diperoleh dengan cara pertukaran ion Na-Zeolit dengan larutan amonium klorida 2M dengan perbandingan zeolit terhadap larutan ammonium klorida sebanyak 1:10 sebanyak tiga kali. H-Zeolit yang terbentuk disaring, dicuci dan dikeringkan pada

8

Keterangan gambar : 1. Gas N2 2. Flow meter 3. Pemanas umpan 4. Katalis 5. Mikroreaktor 6. Kondensor 7. Air pendingin 8. Sampel liquid

Page 5: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

5

suhu 110 °C selama 24 jam yang diikuti dengan kalsinasi dengan mengalirkan gas nitrogen (N2) pada suhu 550 °C selama 5 jam. Skema pengubahan katalis Na-Zeolit menjadi H-Zeolit ditunjukkan oleh Gambar 3. Gambar 2. Prosedur Sintesa Na-Zeolit

Gambar 3. Prosedur pengubahan Na-zeolit jadi H-zeolit dengan Pertukaran ion

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisasi Katalis

Karakterisasi dari katalis berupa analisa rasio si/Al menggunakan Absorption Atomic Spectroscopy (AAS), luas permukaan (surface area) dan ukuran pori rata – rata menggunakan metode Brunauer Emmet Teller (BET). Untuk mengetahui jenis dan struktur kristal yang terbentuk dengan difraksi sinar X (XRD). Hasil karakterisasi rasio Si/Al adalah 243 m/m, luas permukaan katalis 213,3524 m2/g dan ukuran pori rata-rata 13,255 Ao. Katalis tersebut memenuhi kriteria dari katalis standar yang digunakan untuk perengkahan yang minimal berukuran 8oA luas permukaan minimum yang disintesa telah melebihi dari 100 m2/g sehingga dapat digunakan dalam proses perengkahan. (Bekkum, dkk, 1991).

Gambar 4 menunjukkan hasil analisa XRD yang merupakan pola difragtogram HZSM-5 standart dan pola difragtogram HZSM-5 sintetis. Puncak HZSM-5 diamati pada nilai 2θ antara 7-90 dan antara 22-250 yang merupakan puncak yang spesifik dari HZSM-5. Berdasarkan hasil perbandingan antara pola difraktogram produk hasil sintesis dan pola difraktogram standard maka dapat disimpulkan bahwa keduanya memberikan pola difraktogram yang sama, sehingga dapat disimpulkan bahwa produk hasil sintesis yang terbentuk adalah HZSM-5.

Gambar 4. Spektrum Difraksi Sinar X HZSM-5

standar dan HZSM-5 sintesis

NH4Cl 1M

Na-Zeolit

NH4-Zeolit

H-Zeolit

Disaring, dicuci, dikeringkan pada suhu 110oC selama 24 jam, kalsinasi

pada suhu 800oC selama 5 jam

Ion Exchange selama 12 jam (3x)

Larutan B Al2SO4.18H2O

H2SO4 98%; H2O

Dimasukkan reaktor pada 170oC selama 48

jam. Pendiaman 24 jam

Larutan Gel Berwarna Putih

Larutan A Na-Silicate; H2O

Etanol 98 %

Larutan Gel pH 10-11

Na-Zeolit

Page 6: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

6

Analisa Hasil Proses Perengkahan Kromatogram Gasoline, Kerosin dan Diesel Komersial. Kadar gasoline, kerosene dan diesel dalam produk cair hasil proses perengkahan dihitung berdasarkan % luas area dari analisa gas khromatografi (GC). Penentuan fraksi gasoline, kerosene dan diesel didasarkan pada waktu tambat (retention time) dari gasoline, kerosene dan diesel komersial. Untuk gasoline komersial retention timenya berada pada ≤ 12 untuk kerosine komersial berada pada ≥ 12 ≤ 17,5 dan diesel komersial berada pada ≥ 17,5 ≤ 21. Selanjutnya untuk analisis produk, hasil gasoline, kerosene dan diesel di klasifikasi berdasarkan pengelompokan Retention time seperti hasil analisa untuk gasoline, kerosene dan diesel komersial. Pada Gambar 5 untuk suhu 4500C dan laju alir gas N2 150 ml/menit dapat dilihat dari kromatogram bahwa persen area fraksi gasoline 59.75 %, fraksi kerosin 27.26 % dan fraksi diesel 6.76 %

Gambar 5. Kromatogram produk cair pada suhu 450 oC dan laju alir N2 150 ml/menit Pengaruh Suhu Reaktor Terhadap Yield Gasoline, Kerosine dan Diesel.

Gambar 6 – 9 menunjukkan yield gasoline, kerosene dan diesel pada berbagai suhu pada laju alir gas N2 tertentu. Gambar 6, 7 dan 8 terlihat dengan semakin tinggi suhu reaksi, laju pembentukan produk pada proses perengkahan semakin cepat sehingga dihasilkan pula senyawa

dengan rantai molekul yang lebih pendek. Hasil yang diperoleh memiliki yield fraksi gasoline tertinggi pada temperatur 4500C dan laju alir gas N2 150 ml/menit yaitu sebesar 39.53 %. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas katalis pada suhu 4500C dapat merengkah lebih lanjut komponen C14H30 menjadi senyawa paraffin dengan atom karbon yang lebih pendek (C5-C7). Gambar 6 menunjukkan bahwa yield kerosine dan diesel tertinggi pada suhu 4000C kemudian terjadi penurunan dengan naiknya suhu, hal ini disebabkan karena aktivitas katalis pada suhu ini mampu merengkah rantai karbon asam oleat (C18H34O2) menjadi senyawa C17H36 yang berada pada fraksi solar dan C14H30 pada fraksi kerosene dengan melepaskan gas CO2 dan CO.

Pada Gambar 9 yaitu pada suhu 5000C dan laju alir 190 ml/menit terjadi penurunan prosentase fraksi gasoline. Hal ini menunjukkan bahwa dengan meningkatnya suhu dan laju alir gas N2 maka waktu kontak antara reaktan dengan katalis lebih kecil, Juga terjadi dekomposisi lanjut dari komponen asam oleat menjadi gas (C1-C4) dan produk gas meningkat karena bertambahnya produk perengkahan berupa gas CO, CO2 dan H2.

0

10

20

30

40

350 400 450 500

Temperatur ( C )

Yie

ld (%

) gasolinekerosinediesel

Gambar 6. Pengaruh Suhu Terhadap Yield

Pada Laju Gas N2 90 ml/min

Page 7: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

7

0

10

20

30

40

350 400 450 500

Temperatur ( C )

Yie

ld (%

) gasolinekerosinediesel

Gambar 7. Pengaruh Suhu Terhadap Yield Pada Laju Gas N2 120 ml/min

01020304050

350 400 450 500

Temperatur ( C )

Yie

ld (%

) gasolinekerosinediesel

Gambar 8. Pengaruh Suhu Terhadap Yield

Pada Laju Gas N2 150 ml/min

05

10152025303540

350 400 450 500

Temperatur ( C )

Yie

ld (%

) gasolinekerosinediesel

Gambar 9. Pengaruh Suhu Terhadap Yield

Pada Laju Gas N2 190 ml/min Pengaruh Suhu Terhadap Selektifitas Gasoline, Kerosine dan Diesel. Gambar 10-13 menunjukkan bahwa dengan

meningkatnya suhu reaktor selektifitas biofuel cenderung meningkat, namun pada suhu yang sangat tinggi selektifitas biofuel menurun,

karena pada suhu yang Sangat tinggi aktifitas katalis mulai menurun.(Qadariah, L 2003) Selektifitas maksimum fraksi gasoline diperoleh pada suhu 450oC

00.20.40.60.8

1

350 400 450 500 550

Temperatur ( C )

Sele

ktifi

tas

gasolinekerosinediesel

Gambar 10. Pengaruh Suhu Terhadap selektifitas pada Laju Gas N2 90 ml/min

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

350 400 450 500 550

Temperatur ( C )

Sele

ktifi

tas

gasolinekerosinediesel

Gambar 11. Pengaruh Suhu Terhadap selektifitas pada Laju Gas N2 120 ml/min

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

350 400 450 500 550

Temperatur ( C )

Sele

ktifi

tas

gasolinekerosinediesel

Gambar 12. Pengaruh Suhu Terhadap selektifitas pada Laju Gas N2 150 ml/min

Page 8: Perengkahan Katalitik Asam Oleat Untuk Menghasilkan ...digilib.its.ac.id/public/ITS-PhD-10561-Paper.pdf · Jurusan Teknik Kimia FTI ITS ... menjadi dasar pertimbangan penggunaan asam

8

0

0.2

0.4

0.6

0.8

1

350 400 450 500 550

Temperatur ( C )

Sele

ktifi

tas

gasolinekerosinediesel

Gambar 13. Pengaruh Suhu Terhadap selektifitas pada Laju Gas N2 190 ml/min KESIMPULAN 1. Katalis HZSM-5 yang disintesa sesuai

dengan HZSM-5 standar dan dapat digunakan dalam proses perengkahan katalitik asam oleat untuk menghasilkan biofuel.

2. Yield dan selektifitas biofuel meningkat dengan meningkatnya temperatur reaksi, akan tetapi pada temperatur yang sangat tinggi yield biofuel menurun.

3. Proses Perengkahan katalitik asam oleat dengan katalis HZSM-5 sintesis mengarah pada fraksi gasoline dan kerosene.

Daftar Pustaka Hui,Y. H. (1996), “Bailey’s Industrial Oil and

Fat Products” : Industrial and Consumer Non edible products from Oils and Fats, vol 5, 5th ed , John Wiley & Sons , New York

Levenspiel,Octave. (1999), Chemical Reaction Engineering, 3rd edition,John Wiley & Sons,Inc,new York.

Nasikin, M, Wahid, A, (2005), ”Perengkahan Metil Ester menjadi Biogasoline dengan Katalis Zeolite Alam“, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan aplikasi Teknik Kimia, Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Ooi SY, Zakaria R, Mohamed AR, Bhatia S (2004), “Catalytic conversion of palm oil-based fatty acid mixture to liquid fuel.” Biomass and Bioenergy 27:477-484.

Plank, Charles J,”Methode for Producing Zeolite”, United State Patent 4,341,748, 1990.

Qadariyah, L (2003), ”Preparasi dan karakterisasi Cu/Ni/Ga-HZSM-5 untuk konversi metana”, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan aplikasi Teknik Kimia , Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya

Subagio (1993), “Zeolit I, Struktur dan Sifat – Sifatnya”, Warta Insinyur Kimia, Vol 7 No 3

Souza.M.J.B, Fernandes.F.A.N, Pedrosa A.M.G and Araujo.A.S (2008), ” Selective Cracking of natural gasoline over HZSM-5 zeolite”, Fuel Processing Technology, Vol 89, p. 819-827.

Twaiq, Farouq, A., Zabidi, Noor, Asmawati, Abdul, Raahman, Mohamed, Bhatia, Subhash (2003), “Catalytic Conversion of Palm Oil over Mesoporous Aluminosilicate MCM-41 for the Production of Liquid Hydrocarbon Fuels“, Fuel Processing Technology , vol 84, pp.105-120.

Van Bekkum, H, Flaningen, E.M and Jansen, J.C. (1991), Introduction to Zeolite Science and Practice. New York : Elsevier.

Widayat (2005), ”Pembuatan Bahan Bakar Biodiesel dengan Proses Perengkahan Berkatalis Zeolit dan Bahan Baku Minyak Goreng Berbahan Dasar Crude Palm Oil”, Prosiding Seminar Nasional Fundamental dan Aplikasi Teknik Kimia, Institut Tekonologi Sepuluh November Surabaya.

http://www.apolin.blogspot.com. “Forum Biodiesel”, tanggal akses 26 Juni 2007

http://tfugm2002.wordpress.com, “Kebijakan Pengembangan Energi Terbarukan dan Konversi Energi (Energi Hijau)”, tanggal akses 24 Pebruari 2007