perancangan mesin pilin

Upload: toa-suhandita

Post on 13-Oct-2015

136 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia setelah sandang (pakaian) dan pangan (makanan). Pembangunan perumahan suatu daerah tentunya tidak lepas dari peningkatan pertumbuhan penduduk di daerahnya. Balai Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia tahun 2004 menyebutkan bahwa, pertumbuhan penduduk di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun 2000-2004 sebesar 81%. Hal tersebut mengakibatkan kepadatan penduduk yaitu dari 980/km2 pada tahun 2000 menjadi 1012/km2 pada tahun 2004 . Sehingga permintaan perumahan untuk DIY tahun 2004 mencapai 148.312 unit. Berdasarkan data di atas, dinilai dari sudut pandang ekonomi dapat disimpulkan bahwa bisnis dalam bidang properti memiliki nilai eksistensi yang cukup besar. Beberapa bisnis properti perumahan selain bidang konsultan dan pembangunan adalah desain interior dan eksterior. Desain interior mencakup penataan ruang dan seluruh kebutuhan di dalam rumah. Sedangkan desain eksterior lebih menitikberatkan pada tampilan rumah dari luar seperti area taman, pagar rumah dan lain sebagainya. Desain interior rumah selain menggunakan unsur kayu, saat ini mulai banyak ditambah logam. Alasannya adalah karena sifat logam yang kuat, tahan lama dan mudah dalam perawatannya. Bisnis interior dan eksterior rumah yang berhubungan dengan logam adalah teralis jendela, tangga rumah, meja, kursi, dan lain sebagainya. Jenis logam yang digunakan bermacam-macam antara lain adalah besi pipa, besi beton, besi kotak, dan besi plat

TRANSCRIPT

  • 1

    BAB I

    IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Rumah adalah salah satu kebutuhan pokok manusia setelah sandang (pakaian) dan

    pangan (makanan). Pembangunan perumahan suatu daerah tentunya tidak lepas dari

    peningkatan pertumbuhan penduduk di daerahnya. Balai Pusat Statistik (BPS) Republik

    Indonesia tahun 2004 menyebutkan bahwa, pertumbuhan penduduk di Daerah Istimewa

    Yogyakarta (DIY) pada tahun 2000-2004 sebesar 81%. Hal tersebut mengakibatkan

    kepadatan penduduk yaitu dari 980/km2 pada tahun 2000 menjadi 1012/km

    2 pada tahun 2004

    . Sehingga permintaan perumahan untuk DIY tahun 2004 mencapai 148.312 unit.

    Berdasarkan data di atas, dinilai dari sudut pandang ekonomi dapat disimpulkan

    bahwa bisnis dalam bidang properti memiliki nilai eksistensi yang cukup besar. Beberapa

    bisnis properti perumahan selain bidang konsultan dan pembangunan adalah desain interior

    dan eksterior. Desain interior mencakup penataan ruang dan seluruh kebutuhan di dalam

    rumah. Sedangkan desain eksterior lebih menitikberatkan pada tampilan rumah dari luar

    seperti area taman, pagar rumah dan lain sebagainya.

    Desain interior rumah selain menggunakan unsur kayu, saat ini mulai banyak

    ditambah logam. Alasannya adalah karena sifat logam yang kuat, tahan lama dan mudah

    dalam perawatannya. Bisnis interior dan eksterior rumah yang berhubungan dengan logam

    adalah teralis jendela, tangga rumah, meja, kursi, dan lain sebagainya. Jenis logam yang

    digunakan bermacam-macam antara lain adalah besi pipa, besi beton, besi kotak, dan besi plat

  • 2

    strip. Salah satu model besi yang menarik saat ini adalah besi teralis model spiral atau sering

    disebut juga besi ulir tempa.

    Besi teralis model spiral adalah hasil inovasi dari besi kotak (gambar 1), seperti yang

    dilakukan oleh beberapa industri kecil menengah (UKM) atau bengkel-bengkel las. Inovasi

    tersebut dilakukan untuk menghasilkan produk baru yang berbeda serta meningkatkan daya

    jualnya.

    Gambar 1. Besi teralis model spiral dan besi kotak

    Berdasarkan informasi toko Jaya Bersama Yogyakarta usaha ini cukup berhasil karena

    berdasarkan tingkat penjualannya, produk besi teralis model spiral memiliki tingkat penjualan

    yang baik walaupun harganya lebih mahal daripada produk besi kotak (tabel 1).

    Tabel 1. Perbandingan harga besi kotak dan besi teralis model spiral

    Besi Kotak Besi Teralis Model Spiral

    Ukuran (mm) Harga Ukuran (mm) Harga

    12x12x4500 Rp 46.500,00 12x12x4500 Rp 47.000,00

    10x10x3800 Rp 22.000,00 10x10x3800 Rp 22.500,00

    8x8x3400 Rp 12.500,00 8x8x3400 Rp 13.000,00

  • 3

    Prinsip produksi besi teralis model spiral adalah proses pemilinan atau pemuntiran

    besi kotak dengan mesin pilin. Daya puntir mesin yang bekerja pada proses pemilinan

    disesuaikan dengan tegangan luluh material. Proses ini disebut juga dengan pekerjaan dingin

    karena tanpa adanya proses treatment. Ironisnya mesin pilin yang digunakan saat ini masih

    banyak kekurangan (gambar 2), yaitu:

    1. Konsumsi listrik yang tidak sesuai untuk tingkat usaha kecil menengah karena daya motor

    listrik penggerak mesin yang digunakan terlalu besar yaitu 3 HP.

    2. Putaran mesin terlalu cepat dengan putaran motor 1500 rpm sehingga dapat

    membahayakan (no safety) bagi operator mesin.

    Gambar 2. Mesin pilin sederhana

    Keterangan di atas menunjukkan bahwa mesin pilin tersebut kurang proposional untuk

    dikembangkan di tingkat usaha kecil menengah. Oleh karena itu dibutuhkan proses

    perancangan dan pembuatan mesin pilin besi teralis model spiral yang proposional. Fungsi

    dari proses tersebut adalah untuk:

    1. Meningkatkan produksi dan profit dengan menyesuaikan sumber listrik UKM.

    2. Meningkatkan nilai safety bagi operator mesin.

  • 4

    Dengan adanya kesesuaian terhadap kebutuhan market, mesin ini diharapkan mampu

    membantu proses produksi UKM dengan hasil yang baik.

    B. Identifikasi Masalah

    Berdasarkan uraian sebelumnya dapat diperoleh identifikasi beberapa masalah,

    diantaranya:

    1. Bagaimanakah perancangan mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral yang

    sesuai dengan kebutuhan listrik UKM serta memenuhi safety bagi operator.

    2. Bagaimanakah proses pembuatan mesin pilin tersebut.

    3. Berapakah kapasitas kerja mesin pilin tersebut.

    4. Bagaimanakah efektifitas kinerja mesin pilin tersebut.

    5. Berapakah biaya yang dibutuhkan dan keuntungan yang didapat dalam pembuatan mesin

    tersebut.

    C. Batasan Masalah

    Mengingat luasnya masalah untuk menghasilkan produk mesin pilin untuk produksi

    besi teralis model spiral, maka penulisan laporan ini difokuskan pada masalah perancangan

    mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral dengan kapasitas produksi besi kotak

    10101300 mm dan waktu produksi 9 menit/ pcs dengan daya penggerak motor listrik

    HP dan manual.

    D. Rumusan Masalah

    Berdasarkan tuntutan desain, beberapa masalah pada perancangan mesin pilin untuk

    produksi besi teralis model spiral adalah sebagai berikut:

    1. Bagaimanakah desain dan gambar kerja konstruksi mesin pilin tersebut?

  • 5

    2. Bagaimanakah tingkat keamanan pada bahan-bahan komponen mesin pilin tersebut?

    3. Bagaimanakah analisis ekonomi produk mesin pilin tersebut?

    E. Tujuan

    Tujuan perancangan mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral adalah

    sebagai berikut:

    1. Untuk mengetahui desain dan gambar kerja konstruksi mesin pilin.

    2. Untuk mengetahui tingkat keamanan bahan yang digunakan pada komponen-komponen

    mesin pilin.

    3. Untuk mengetahui analisis ekonomi produk mesin pilin untuk pembuatan besi teralis

    model spiral.

    F. Manfaat

    Manfaat dari perancangan dan pembuatan mesin pilin untuk produksi besi teralis

    model spiral adalah sebagai berikut:

    1. Bagi Mahasiswa

    a. Sebagai model belajar aktif tentang cara inovasi teknologi bidang teknik mesin.

    b. Sebagai proses pembentukan karakter kerja mahasiswa dalam menghadapi persaingan

    dunia kerja.

    2. Bagi Perguruan Tinggi

    a. Secara teoritis dapat memberikan informasi terbaru khususnya Teknik Mesin UNY

    tentang berbagai inovasi teknologi tepat guna kepada institusi pendidikan lain.

    b. Sebagai bahan kajian di Jurusan Teknik Mesin dalam mata kuliah bidang teknik

    mesin.

  • 6

    c. Sebagai wujud salah satu Tri Dharma Perguruan Tinggi tentang pengabdian kepada

    masyarakat.

    3. Bagi Masyarakat

    Untuk meningkatkan meningkatkan kualitas, kuantitas dan keamanan produksi besi teralis

    model spiral di industri kecil dan menengah.

    G. Keaslian

    Perancangan mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral merupakan bentuk

    modifikasi mesin pilin yang sudah ada. Kesesuaian konsep kerja mesin merupakan dasar

    utama perancangan mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral yang tidak dirubah.

    Perubahan mesin difokuskan pada perbaikan konstruksi dan sistem kontrol mesin. Modifikasi

    mesin ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas, kuantitas dan keamanan pada proses

    produksi besi teralis model spiral.

  • 7

    BAB II

    PENDEKATAN PEMECAHAN MASALAH

    A. Kajian tentang Mesin Pilin untuk Besi Teralis Model Spiral

    1. Jendela dan Besi Teralis Model Spiral

    a. Jendela Rumah

    Menurut Gunadi (2007), jendela rumah merupakan salah satu bagian bukaan

    rumah. Setiap penghuni rumah dapat merasakan manfaatnya, diantaranya dapat

    menghirup udara segar, merasakan teriknya matahari atau menatap rintik hujan.

    Beberapa fungsi yang penting dari jendela adalah tinjauan segi kesehatan, keamanan

    dan estetika bangunan sehingga jendela merupakan elemen terpenting fisik rumah.

    Ukuran jendela menyesuaikan ukuran luar bangunan atau ruang dalam. Beberapa

    metode menyebutkan bahwa, ukuran luas bidang bukaan jendela pada suatu ruang

    berkisar 1/6 sampai 1/8 luas seluruh bidang lantai atau tidak boleh kurang 1/10 dari

    luas lantai ruangan (Gunadi, 2007:36). Artinya, setiap ruangan yang sering digunakan

    atau membutuhkan sinar alami dan udara segar cukup memiliki satu bukaan jendela.

    Bukaan jendela harus dibuat fungsional sehingga paling sedikit dari luas lantai

    ruangan bersifat terbuka. Penentuan standar ketinggian jendela dapat mengacu pada

    ketinggian badan manusia atau sejajar dengan ambang atas kusen pintu.

    Kusen yaitu kerangka yang berfungsi sebagai penyangga jendela atau pintu.

    Kusen jendela rumah tinggal memiliki standar ketinggian minimal 40 cm dan lebar

    sesuai kebutuhan. Kusen kayu umumnya disukai oleh pembuat rumah karena

    memiliki sentuhan alami yang kuat yang berasal dari kayu pohon pilihan dan dapat

  • 8

    disesuaikan dengan selera. Untuk memperindah jendela, setiap pembuat rumah

    memasang teralis pada kusen jendela. Oleh karena itu teralis dapat berfungsi ganda,

    yaitu sebagai pengaman dan memperindah ruangan. Teralis dapat dibuat dari berbagai

    macam bahan, seperti kayu, aluminium dan besi.

    b. Besi Teralis Model Spiral

    Istilah besi teralis secara umum adalah besi yang dimanfaatkan untuk elemen

    tambahan perabotan eksterior dan interior perumahan. Untuk lingkungan eksterior

    diantaranya adalah pintu gerbang, pagar balkon, tempat tanaman hias, dan accessories

    garasi luar. Sedangkan untuk lingkungan interior adalah teralis jendela, meja, kursi,

    dan perabotan rumah lainnya. Secara khusus besi teralis merupakan elemen tambahan

    jendela rumah yang berfungsi sebagai accessories dan pengaman. Besi teralis

    memiliki model yang bermacam-macam. Salah satunya adalah besi teralis model

    spiral atau besi ulir tempa.

    Besi teralis model spiral atau besi ulir tempa adalah produk inovasi dari proses

    pemuntiran atau pemilinan besi kotak. Ukuran besi teralis model spiral dibedakan

    menjadi beberapa jenis (tabel 2).

    Tabel 2. Ukuran besi teralis model spiral

    No. Ukuran Penampang (mm) Ukuran Panjang (cm)

    1. 14x14 570

    2. 12x12 450

    3. 10x10 380

    4. 8x8 340

    (Sekawan, 2007)

  • 9

    Berdasarkan hasil survey, kebutuhan ukuran besi teralis model spiral yang banyak

    digunakan atau diminati konsumen adalah penampang 10x10 mm karena mudah

    dibentuk dan murah.

    2. Mesin Pilin untuk Besi Teralis Model Spiral

    Mesin pilin untuk besi teralis model spiral adalah salah satu jenis alat tepat guna.

    Sesuai dengan namanya, mesin tersebut berfungsi sebagai alat produksi besi teralis model

    spiral atau biasa disebut besi ulir tempa. Ornamen spiral merupakan hasil deformasi

    plastis pada material besi kotak akibat proses pilin atau puntir yang berulang-ulang.

    Kapasitas mesin tersebut disesuaikan dengan spesifikasi ukuran ketinggian rata-rata

    jendela perumahan daerah tropis seperti Indonesia, yaitu 1/8 luas bidang lantai ruangan

    atau sekitar 120 hingga 130 centimeter (Gunadi, 2007).

    Konsep dan cara kerja mesin tersebut memiliki persamaan dengan alat uji torsi,

    karena mesin tersebut terdiri dari kepala puntir yang dilengkapi cekam untuk

    mencengkeram benda uji dan untuk memberikan momen puntir pada benda uji serta

    kepala bobot yaitu dengan cara mencengkeram salah satu ujung benda uji dan mengukur

    besarnya momen ulir atau torsi (Djaprie, 1990). Namun, untuk menghasilkan mesin pilin

    besi teralis model spiral yang reasonable di kalangan UKM diperlukan beberapa

    minimalisasi desain pada konstruksi mesin. Beberapa bentuk minimalisasi desain tersebut

    bertujuan untuk mengurangi biaya produksi mesin. Harapannya adalah untuk

    menyesuaikan harga produk terhadap pasar atau pengguna yaitu UKM.

  • 10

    3. Besi dan Baja

    Besi dan baja merupakan logam ferro yang sering digunakan dalam konstruksi

    mesin.

    a. Besi

    Besi atau iron merupakan salah satu unsur pembentuk bermacam-macam logam

    dan baja paduan. Dalam perkembangan bahan teknik, besi memiliki peranan penting

    dalam sejarah teknologi. Kandungan biji besi berdasarkan prosentase terbagi menjadi

    empat macam dengan ciri yang berbeda pula (tabel 3).

    Tabel 3. Senyawa besi berupa biji besi dan kandungannya

    Iron Core Colour Iron Content %

    Magnetite (Fe 2 O 3 ) Black 72

    Haematite (Fe 2 O 4 ) Red 70

    Limonite (Fe 2 CO 3 ) Brown 60-65

    Siderite[(Fe 2 O 3 (H O 3 )] Brown 48

    (Khurmi, dan Gupta,1928:27)

    Besi untuk perkakas dingin merupakan hasil dari beberapa paduan unsur seperti

    karbon, silikon, mangan, kromium dan lain-lain. Beberapa unsur paduan tersebut

    itulah yang mampu membentuk sifat-sifat tertentu pada besi untuk dapat digunakan

    sebagai perkakas dingin. Berdasarkan unsur paduannya besi terbagi menjadi dua jenis,

    yaitu:

    1) Wrought Iron

    Wrought iron adalah besi yang mempunyai kemurnian besi mendekati 100%.

    Komposisi kimia bahan tersebut yaitu besi 99,5%-99,9%, 0,02% karbon, 0,120%

  • 11

    silikon, 0,018 sulfur, 0,02% fosfor, dan 0,07% kerak besi. Bahan tersebut bersifat

    lunak, liat dan tidak mampu menahan beban kejut secara tiba-tiba serta berlebihan.

    Kekuatan tarik wrought iron 2500-5000 Kg/cm2

    dan kekuatan tekan 3000 Kg/cm2.

    Bahan tersebut biasa digunakan pada pembuatan rantai (chains), cranks books,

    railway coupling, pipa uap, dan pipa air.

    2) Cast Iron

    Cast iron merupakan paduan besi dan karbon. Kandungan karbon pada

    material ini bervariasi dari 1,7% sampai 4,5%. Cast iron juga mengandung

    sejumlah unsur lain, seperti silikon, mangan, fosfor, dan sulfur. Bentuk karbon

    yang terdapat dalam cast iron terdapat dua macam, yaitu: karbon bebas yang

    dinamakan graphite dan gabungan karbon yang dinamakan simentite.

    Cast iron adalah material yang rapuh, tidak dapat digunakan untuk elemen

    mesin yang mengalami pembebanan kejut (shock loaded). Sifat-sifat yang

    membuatnya berharga adalah karena harganya murah, karakteristik coran yang

    baik, kekuatan kompresinya lebih tinggi daripada tegangan tariknya. Variasi dari

    cast iron meliputi: grey cast iron, mottled cast iron, White cast iron, malleable

    cast iron, dan alloy cast.

    b. Baja (Steel)

    Baja atau steel didefinisikan sebagai logam ferro berkristal halus yang dihasilkan

    dari proses pembuangan unsur pengotor, yakni sulfur dan fosfor dari pig iron dan

    proses penambahan sejumlah unsur meliputi mangan, silikon, dan lain-lain. Secara

    garis besar baja dibagi menjadi dua macam, yaitu: baja karbon (carbon steel) dan baja

    paduan (alloy steel).

  • 12

    1) Baja Karbon

    Baja karbon merupakan paduan besi dan karbon serta mengandung

    mangan, silikon, fosfor, dan sulfur dalam jumlah tertentu yang dapat diketahui.

    Apabila keempat unsur tersebut terdapat dalam jumlah normal, maka hasilnya

    adalah plain carbon steel atau baja karbon biasa. Kekuatan dan sifat baja karbon

    dipengaruhi oleh kandungan karbon. Semakin meningkat kandungan karbon akan

    meningkatkan kekuatan dan kekerasan bahan tersebut, namun keuletan dan

    kemampuannya dalam menahan beban kejut berkurang. Unsur lain dalam baja

    karbon tidak begitu berpengaruh dalam menentukan sifat seperti halnya unsur

    karbon. Berdasarkan unsur karbon yang terkandung dalam baja karbon terdiri

    bermacam-macam jenis (tabel 4).

    Tabel 4. Jenis-jenis baja karbon

    No. Nama C (%) Keterangan

    1. Dead mild steel 0,25

    Bersifat: liat dan tidak

    mampu dikeraskan dengan

    perlakuan panas dan

    mampu las baik.

    Penggunaan : bodi mobil

    2. Low carbon steel

    atau mild steel 0,15-0,25

    Bersifat: liat, kuat dan

    cocok untukl pengerolan.

    Penggunaan: bahan-bahan

    pekerjaan permesinan dan

    pengelasan

    3. Medium carbon

    steel 0,3-0,5

    Bersifat: keras dan cocok

    untuk pekerjaan panas.

    Penggunaan: rel kereta api,

    crankshaft, wheels, dan

    aplikasi sejenis

    4. High carbon steel 0,5-0.95

    Bersifat: sangat keras, kuat,

    sedikit liat dan memiliki

    responsitas yang baik

    terhadap perlakuan panas.

    Penggunaan: alat-alat

    potong pertanian, high

  • 13

    tensile strength wire, pahat

    potong, pegas.

    (Khurmi, 1982:31)

    2) Baja Paduan (Alloy Steel)

    Baja paduan memiliki perbedaan dengan baja karbon. Perbedaannya terdapat

    pada unsur-unsur pembentuk baja yang berpengaruh pada sifat ketangguhan baja.

    Menurut (Saito, dan Surdia:1999:84-85), sebagai unsur paduan untuk baja paduan

    bagi konstruksi mekanik adalah Ni-Cr, Ni-Cr-Mo, Cr-Mo-Mn, dan Mn-Cr. Baja

    paduan memiliki beberapa kelebihan, diantaranya adalah:

    a) Mempunyai mampu keras yang baik meskipun berukuran besar dapat

    dikeraskan sampai ke dalam, jadi dengan penemperan dapat diperoleh struktur

    yang lebih uniform atau seragam. Disamping itu kekuatan yang lebih tinggi

    dan keuletan yang lebih baik dapat diperoleh.

    b) Karena memiliki mampu keras yang lebih baik, tidak diperlukan pendinginan

    yang cepat pada pengerasannya, hal ini menyebabkan rendahnya tegangan

    sisa.

    Komponen mekanis yang umumnya dibuat adalah: poros, roda gigi, baut, mur,

    batang torak dan seterusnya. Baja Ni-Cr-Mo sangat baik kekuatan dan

    keuletannya, tetapi harganya mahal. Usaha yang dilakukan untuk

    menggantikannya adalah baja Cr-Mo atau baja Cr.

  • 14

    4. Proses Pengerasan Baja

    Menurut Rohyana (1999: 113-122), pengerasan baja adalah proses pemanasan bahan

    sampai suhu tertentu kemudian dipertahankan pada suhu yang telah ditentukan untuk

    beberapa saat, dan selanjutnya didinginkan dengan cepat. Tujuan dari pengerjaan panas

    ini adalah untuk mengubah kekerasan logam. Pada proses pengerasan (hardening) baja

    beberapa faktor yang perlu menjadi pertimbangan, antara lain:

    a. Bahan pendingin

    Bahan pendingin pada proses pengerasan baja mempunyai beberapa klasifikasi sesuai

    kebutuhan. Adapun urutannya adalah sebagai berikut:

    1) Udara

    2) Udara tiupan

    3) Minyak (mineral, tumbuh-tumbuhan dan hewan)

    4) Air

    5) Air yang mengalir

    6) Na2CO3

    7) Larutan NaCl (5%-10%)

    8) Laruatan Na(OH) (5%-10%)

    b. Temperatur pemanasan (lama pemanasan)

    Waktu pemanasan benda kerja pada saat pengerasan dapat dipengaruhi oleh

    beberapa faktor, antara lain:

    1) Alat pemanas yang digunakan

    2) Temperatur yang diinginkan

    3) Ukuran benda kerja yang dipanaskan

    Lunak

    Keras

  • 15

    Untuk proses pemanasan dengan jumlah benda kerja yang banyak perlu diberi waktu

    tambahan (holding time) setelah benda kerja mencapai temperatur pengerasan.

    Holding time bertujuan untuk merubah struktur dari benda kerja menjadi austenit yaitu

    fasa pemanasan baja yang mampu melarutkan 2 % karbon secara menyeluruh.

    Tabel 5. Holding time (menit)

    Tebal atau

    (mm)

    MATERIAL BAJA ASSAB

    K-100 760 DF.2 XW-

    10

    M4 XW

    41/5

    8407

    HWT-11

    12 5 10 15-20 15

    25 5-10 15 25-30 15-20

    38 5-10 15-20 30-35 20-25

    50 10-15 20-25 35-40

    75 10-15 30-40 40-45 3-35

    100 10-15 35-40 45-50 35-40

    150 15 40-45 45-50 40-45

    200 15 45 50 45

    (Rohyana,1999)

    c. Perubahan Struktur

    Setelah proses pengerasan, pada baja akan terjadi perubahan struktur mikronya.

    Struktur halus berbentuk jarum disebut martensit dan struktur yang sangat halus

    berbentuk jarum disebut bainit. Kedua struktur ini akan mempengaruhi pada nilai

    kekerasan baja.

    5. Tempering (Pemudaan)

    Tempering adalah suatu proses perlakuan panas untuk menghilangkan tegangan sisa

    dan membuat baja tidak rapuh. Prinsip dari memudakan adalah memanaskan suatu baja

    yang dikeraskan pada temperatur tempering dan kemudian didinginkan. Sistem

  • 16

    pendinginan pada proses tempering adalah benda kerja dibiarkan dingin di udara atau

    dimasukkan ke dalam oli. Tujuan dari tempering adalah untuk mendapatkan baja yang

    keras dan ulet, karena sebagian kekerasan baja akan berkurang dengan adanya

    pemanasan.

    Menurut Rohyana (1999), dalam praktiknya, tempering ini dapat dilakukan

    bersamaan pada proses pengerasan. Caranya adalah sebagai berikut: Bahan kita

    panaskan kemudian kita masukkan pada medium pendingin pada ujungnya (bagian yang

    dikeraskan) sampai dingin, lalu bahan kita angkat dari medium pendingin. Selanjutnya,

    bagian ujung benda kita bersihkan dengan kertas gosok, karena perambatan panas pada

    sisi benda kerja yang tidak dimasukkan dalam medium maka benda akan berubah warna.

    Setelah semua benda kerja berubah warna maka tempering dapat dilanjutkan kemudian

    dimasukkan kembali ke media pendingin hingga dingin dengan sempurna.

    6. Pengaruh Gaya terhadap Bahan

    a. Modulus Elastik dan Modulus Kekakuan

    Menurut (Saito, dan Surdia, 1999) deformasi di daerah elastik merupakan sifat

    proposinal atau sebanding lurus dengan tegangan. Hubungan lurus ini disebut

    modulus elastik, dan dalam deformasi memanjang disebut modulus elastik

    memanjang atau modulus young yang dinyatakan E.

    E ......................................................................................... (1)

  • 17

    (Saito dan Surdia, 1999: 8)

    lo

    l ......................................................................................... (2)

    (Saito dan Surdia, 1999: 8)

    Keterangan E = modulus elastik, GPa

    = regangan,

    l = pertambahan panjang, mm

    lo = panjang mula-mula, mm

    Modulus kekakuan atau modulus geser adalah hubungan deformasi di daerah

    elastik yang berbanding lurus dengan tegangan geser atau puntir. E dan adalah

    modulus elastik yang penting dalam bahan teknik. Harga memiliki hubungan

    dengan E pada bahan isotropik adalah:

    vE

    12 ................................................................................. (3)

    Keterangan, = perbandingan poisson, (0,33)

    (Saito dan Surdia, 1999: 8)

    b. Kekuatan Luluh (Yield Strength)

    Batasan elastik suatu logam yang berguna dalam keperluan rekayasa adalah

    kekuatan luluh. Kekuatan luluh atau yield strength adalah tegangan yang akan

    menghasilkan deformasi permanen dalam jumlah kecil. Umumnya regangan yang

    dihasilkan sebesar 0,002 (Djaprie, 1990). Menurut Djaprie (1990), gambar 4 regangan

    permanen yang terjadi ialah OC. Deformasi plastik suatu logam akan muncul setelah

    melampaui batas elastiknya.

  • 18

    Gambar 3. Tegangan-regangan

    7. Sifat Mekanis Logam

    Menurut (Saito, dan Surdia, 1999: 7), sifat mekanis logam adalah kemampuan logam

    untuk menahan beban yang dikenakan padanya, baik pembebanan statis maupun

    pembebanan dinamis. Pembebanan statis adalah pembebanan yang besar dan arahnya

    tetap setiap saat. Pembebanan dinamis adalah pembebanan yang besar maupun arahnya

    berubah setiap saat.

    Kekuatan mekanis logam adalah sebagai berikut:

    a. Kekuatan bahan (strength),

    Kekuatan bahan (strength) disebut juga tegangan batas atau ultimate stress.

    Kekuatan bahan merupakan bagian penting dari sifat mekanis bahan logam yang

    didefinisikan sebagai tegangan satuan terbesar suatu bahan yang dapat ditahan tanpa

    menimbulkan kerusakan (Rohyana,1999:15). Kekuatan bahan bervariasi menurut

    bentuk dan beban yang diberikan, sehingga ada kekuatan atau ketahanan terhadap

    beban statis seperti tarik, lentur, tekan, puntir (torsi) maupun geser. Sedangkan beban

    dinamis adalah seperti pemberian beban dengan tiba-tiba (kejut) dan berubah-ubah.

    Contoh, bila percobaan tarik dilakukan terhadap batang logam maka akan terjadi

  • 19

    deformasi yang berupa pertambahan panjang dan penciutan/ pengurangan penampang

    sampai patah. Deformasi ini dapat berupa deformasi elastis yaitu perubahan bentuk

    yang segera hilang kembali bila beban dihilangkan dan deformasi plastis yaitu

    perubahan bentuk yang tetap walaupun beban dihilangkan.

    1) Tegangan Tarik dan Tegangan Tekan

    Gaya aksial P yang bekerja tegak lurus terhadap penampang A akan

    menimbulkan tegangan normal (gambar 4). Menurut (Achmad, 1999:15) tegangan

    tarik disebut tegangan normal positif, dimana gaya yang bekerja mempunyai arah

    keluar (positif). Sedangkan tegangan tekan disebut tegangan normal negatif,

    karena gaya yang bekerja mempunyai arah masuk penampang (negatif).

    A

    P ................................................................................... (4)

    (Saito, dan Surdia. 1999)

    Dimana = tegangan, N/m2 (Kg/mm2)

    P = beban, N (Kg)

    A = luas penampang, m2 (mm

    2)

    Gambar 4. Gaya aksial yang bekerja pada plat

    2) Torsi

    Menurut (Harahap, 2000:68), setiap vektor momen yang berimpit dengan

    sumbu suatu bagian mesin disebut vektor torsi, karena momen ini menyebabkan

    bagian mesin tersebut memuntir terhadap sumbunya. Batang yang menerima

    b P P

    a

  • 20

    momen seperti itu disebut batang torsi. Ukuran panjang batang torsi dapat

    mempengaruhi besarnya momen yang terjadi. Gambar 5 menerangkan torsi T yang

    bekerja pada sebuah batang torsi dengan panjang L dinyatakan dengan

    menggambarkan anak panah pada permukaan batang untuk menyatakan arahnya,

    atau menggambarkan vektor torsi sepanjang sumbu putar batang tersebut. Vektor

    torsi adalah berupa tanda anak panah kosong pada sumbu x.

    Gambar 5. Analisa tegangan torsi

    Sudut puntir untuk penampang bulat, yaitu:

    = GJ

    TL ................................................................................. (6)

    (Harahap, 2000:68)

    Dimana = Sudut puntir, rad

    T = torsi, N.m

    L = panjang, m

    G= modulus kekakuan, N/m2 (Pa)

    J = momen inersia sudut dari penampang atau momen inersia polar, m4

    Momen puntir (torsi) dari daya motor penggerak adalah :

  • 21

    NT ...................................................................................................................................

    (7)

    60

    2 n ...............................................................................................................................

    (8)

    (Achmad, 1999 : 21 )

    Keterangan : T = Momen puntir ( N.m)

    N = Daya (Watt)

    n = Putaran motor (rpm)

    = kecepatan sudut (rad/s)

    3) Tegangan Geser

    Perhitungan tegangan geser maksimum untuk penampang batang bulat

    cukup mudah. Tegangan geser di titik pusat adalah nol, dan tegangan geser

    maksimum ( max ) berada di permukaan. Dengan menyatakan radius permukaan

    luar sebagai r, maka:

    max = J

    Tr ........................................................................... (9)

    (Harahap, 2000:70)

    Perhitungan tegangan geser maksimum untuk penampang yang tidak bulat adalah

    suatu persoalan yang rumit, sehingga tegangan geser maksimum untuk penampang

    kotak atau persegi (gambar 6) dapat didekati dengan rumus:

    max = a

    b1.83

    2

    ab

    T .................................................... (10)

    (Ugural, 2003:81)

  • 22

    Gambar 6. Batang torsi dengan penampang persegi (a) sebelum dan (b) setelah

    dipuntir

    Dimana a dan b adalah ukuran panjang dan lebar dari batang torsi dengan syarat

    a>b. Untuk penampang persegi dapat dilakukan pendekatan dengan membagi dua

    penampang persegi, dimana setiap penampang menerima setengah dari torsi yang

    ada.

    b. Kekerasan

    Kekerasan bahan adalah sifat dasar dari logam setelah kekuatan. Kekerasan

    didefinisikan sebagai ketahanan suatu bahan untuk menahan pembebanan yang berupa

    goresan atau penekanan. Untuk pengukuran kekerasan dengan penekanan dapat

    dilakukan dengan pengujian Brinell (HB), Vickers (HV) dan Rockwell skala C

    (HRC).

    c. Elastisitas

    Elastisitas adalah kemampuan untuk kembali ke bentuk semula setelah menerima

    beban yang mengakibatkan perubahan bentuk. Sifat ini perlu diperhatikan dalam

    perancangan elemem mesin, karena jika beban melebihi batas elastisitasnya, maka

    bahan akan berubah bentuk serta melemahkan struktur atau turunnya kekuatan bahan.

  • 23

    d. Kekakuan

    Kekakuan bahan adalah ukuran dari kekampuan suatu bahan untuk menahan

    perubahan bentuk atau deformasi bila bahan tersebut diberi beban, kekakuan ini bisa

    didefinisikan sebagai modulus young dari suatu bahan.

    e. Plastisitas

    Plastisitas adalah kemampuan dari suatu bahan padat untuk mengalami

    perubahan bentuk tetap tanpa kerusakan. Perubahan bentuk plastis ini hanya akan

    terjadi setelah melewati daerah elastis. Banyak dari pengerjaan panas dan pengerjaan

    dingin tergantung pada deformasi plastis (Rohyana, 1999:21). Biasanya plastisitas

    dari suatu bahan akan bertambah bila suhunya naik. Oleh sebab itu banyak bahan

    yang dikerjakan dengan menaikkan suhunya.

    f. Kelelahan bahan.

    Kelelahan bahan adalah kemampuan bahan untuk menerima beban yang

    berganti-ganti dimana tegangan maksimum diberikan pada setiap pembebanan

    (Rohyana, 1999:21). Pada kondisi ini bahan akan rusak atau patah setelah berkali-kali

    menerima pembebanan atau sebaliknya bahan mampu menahan beban. Sifat-sifat ini

    perlu diperhatikan dalam pemilihan bahan untuk pembuatan elemen mesin, karena

    sifat ini jika tidak dipenuhi akan menimbulkan kerugian yang fatal.

    8. Faktor Keamanan (Factor of Safety)

    Faktor keamanan n adalah faktor yang digunakan untuk mengevaluasi keamanan dari

    suatu elemen mesin (Achmad, 1999: 3). Analisis faktor keamanan banyak digunakan pada

  • 24

    proses membandingkan antara tegangan dengan kekuatan untuk menaksir angka

    keamanannya. Cara menentukan faktor keamanan adalah:

    p

    F

    Fpn ............................................................................... (11)

    (Harahap, 2000:13)

    Dimana, Fp = Beban yang diijinkan

    F = Beban yang bekerja

    p = Tegangan yang diijinkan

    = Tegangan yang bekerja

    Menurut Achmad (1999), Berikut ini adalah rekomendasi nilai faktor keamanan

    menurut P. Vidosic (tabel 6 ).

    Tabel 6. Faktor keamanan berdasarkan tegangan luluh

    No. Nilai keamanan, n Keterangan

    1. 1,251,5

    Untuk bahan yang sesuai dengan

    penggunaan pada kondisi terkontrol dan

    beban tegangan yang bekerja dapat

    ditentukan dengan pasti.

    2. 1,52,0

    Untuk bahan yang sudah diketahui dan pada

    kondisi lingkungan beban dan tegangan yang

    tetap dan mudah ditentukan dengan mudah.

    3. 2,02,5 Untuk bahan yang beroperasi pada

    lingkungan biasa dan beban serta tegangan

  • 25

    dapat ditentukan.

    4. 2,53,0

    Untuk bahan getas di bawah kondisi,

    lingkungan beban dan tegangan dapat

    ditentukan.

    5. 3,03,5

    Untuk bahan belum diuji yang digunakan

    pada kondisi lingkungan, beban dan

    tegangan rata-rata atau untuk bahan yang

    sudah diketahui baik yang bekerja pada

    tegangan yang tidak pasti.

    Elemen mesin dengan beban berulang, faktor ketetapan nomor 1 sampai 5 sudah sesuai,

    tetapi harus disalurkan pada batas ketahanan lelah daripada kekuatan luluh bahan. Apabila

    elemen mesin dengan gaya kejut, faktor keamanan yang sesuai adalah nomor 3 sampai 5

    tetapi faktor kejut termasuk dalam beban kejut.

    9. Analisis Ekonomi

    Analisis ekonomi merupakan salah satu bagian dari pertimbangan dalam

    perencanaan sebuah produk yang berupa mesin. Pertimbangan tersebut dipengaruhi oleh

    biaya-biaya yang dikeluarkan selama menghasilkan produk.

    a. Biaya

    Biaya dalam arti luas adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam

    satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan

    tertentu. Sedangkan biaya dalam arti sempit adalah pengorbanan sumber ekonomi

    untuk memperoleh aktiva (Mulyadi, 1993).

    Biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Penggolongan biaya ditentukan

    atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Biaya dapat digolongan menurut :

  • 26

    1) Objek pengeluaran

    Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya biaya gaji dan

    biaya asuransi.

    2) Fungsi pokok dalam perusahaan

    Biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan terbagi menjadi tiga, yaitu: biaya

    produksi, biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya produksi adalah biaya-

    biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap

    untuk dijual. Contoh: biaya bahan baku, biaya karyawan, biaya bahan penolong.

    Biaya pemasaran adalah biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan

    pemasaran produk. Contoh: biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan.

    Sedangkan biaya administrasi adalah biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan

    produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya personalia, biaya akuntan dan

    biaya foto kopi.

    3) Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

    Berdasarkan hubungannya, biaya dibagi menjadi dua golongan, yakni: biaya

    langsung dan biaya tidak langsung. Biaya langsung adalah biaya yang terjadi yang

    penyebab satu-satunya karena ada sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung

    adalah biaya yang terjadi tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.

    4) Perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan

    Berdasarkan perilaku dalam hubungannya dengan volume kegiatan, biaya

    digolongkan menjadi tiga, yaitu: biaya variabel, biaya semivariabel, biaya

    semifixed, dan biaya tetap.

  • 27

    a) Biaya variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan

    perubahan volume kegiatan.

    b) Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan

    perubahan volume kegiatan.

    c) Biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan

    tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada volume produksi

    tertentu.

    d) Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar

    volume kegiatan tertentu.

    5) Jangka waktu manfaatnya

    Berdasarkan jangka waktu manfaatnya biaya dapat dibagi menjadi dua, yaitu:

    pengeluaran modal dan pengeluaran pendapatan. Pengeluaran modal adalah biaya

    yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pada saat terjadi

    dibebankan sebagai harga pokok aktiva. Sedangkan pengeluaran pendapatan

    adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya

    pengeluaran.

    Pembuatan suatu produk terdapat dua kelompok biaya yaitu biaya produksi dan

    biaya non produksi. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang dikeluarkan dalam

    pengolahan bahan baku menjadi produk. Sedangkan biaya non produksi seperti

    pemasaran dan administrasi. Biaya produksi membentuk harga pokok produksi yang

    digunakan untuk menghitung harga pokok produk. Kemudian biaya non produksi

    ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total harga pokok produk.

    b. Metode Penentuan Harga Pokok Produk Berdasarkan Pesanan

  • 28

    Penentuan harga pokok produk berdasarkan pesanan (full costing) dilakukan

    dengan mengumpulkan biaya-biaya produksi pesanan tertentu dan harga pokok

    produksi persatuan dihitung dengan cara membagi total biaya produksi pesanan

    dengan jumlah satuan produk pesanan yang bersangkutan. Sebuah perusahaan dengan

    proses produksi berdasarkan pesanan memulai proses produksi suatu produk

    berdasarkan spesifikasi yang ditentukan oleh pemesan. Biaya produksi pesanan yang

    satu dengan pesanan yang yang lain akan berbeda sesuai keinginan dari pemesan.

    Harga jual yang dibebankan pada pemesan sangat ditentukan oleh besarnya biaya

    produksi yang akan dikeluarkan untuk memproduksi pesanan tertentu.

    Harga jual produk yang dipesan oleh pemesan, terkadang sudah terbentuk di

    pasar. Hal tersebut menjadikan manajemen untuk mengambil keputusan menerima

    atau menolak pesanan. Manajemen memerlukan informasi total harga pokok pesanan.

    Informasi total harga pokok pesanan memberikan perlindungan bagi manajemen agar

    dalam menerima pesanan tidak mengalami kerugiaan. Tanpa memiliki informasi yang

    lengkap, manajemen tidak dapat mengetahui laba.

    c. Neraca Ekonomi

    Selain biaya-biaya yang akan dikeluarkan selama proses pembuatan menjadi

    produk, dalam analisis ekonomi juga diperhitungkan mengenai neraca ekonomi.

    Neraca ekonomi adalah suatu laporan yang berisi kegiatan perusahaan yang dibuat

    dengan jangka waktu tertentu (Machfoedz, 1987). Hal-hal yang terdapat dalam neraca

    perusahaan antara lain BCR (Benefit Cost Ratio), BEP (Break Event Point).

    1) BCR (Benefit Cost Ratio)

  • 29

    BCR atau Benefit Cost Ratio merupakan perbandingan antara hasil yang

    dipresentasikan dengan biaya modal sebagai indikator diterima atau tidaknya

    investasi yang dijalankan dalam suatu usaha. BCR lebih dari satu maka investasi

    yang ditanamkan menguntungkan (Saputro, 1993).

    Menurut Budiono (1993), perhitungan BCR dapat dihitung dengan rumus :

    ksiBiayaprodu

    PenerimaanBCR .......................................................... (12)

    2) BEP (Break Event Point)

    BEP atau Break Event Point adalah suatu keadaan dimana penghasilan dari

    penjualan hanya cukup untuk menutup biaya baik yang bersifat variabel maupun

    yang bersifat tetap atau hanya mampu menutup biaya produksi dan biaya usaha

    yang diperlukan dalam menjalankan kegiatannya. BEP menunjukkan jumlah laba

    sama dengan nol atau jumlah penghasilan total sama dengan biaya total

    (Partadiredja, 1996).

    BEP bermanfaat untuk menetapkan penjualan minimal yang harus

    dipertahankan agar tidak rugi dalam menjalankan kegiatan produksi dalam biaya

    tetap maupun biaya variabel tertentu (Saputra, 2000). Perhitungan BEP dapat

    dilakukan dengan rumus :

    TR

    TVC

    TFCBEP

    1

    ..................................................................... (13)

    Dimana: TFC = Total Fixed Cost

    TVC = Total Variable Cost

    TR = Total Revenue (Pendapatan)

  • 30

    d. Pendapatan

    Berdasarkan produk yang terjual, diperoleh pendapatan. Pendapatan merupakan

    selisih antara output (penerimaan) yang diperoleh dari penjualan hasil produksi

    dengan input (biaya) yang dikeluarkan untuk menghasilkan suatu produk (Adisaputro,

    1993).

    Menurut Budiono (1993), jumlah pendapatan yang diterima oleh perusahaan

    dapat dirumuskan sebagai berikut :

    Pendapatan = Total output total input ........................................ (14)

    Pendapatan merupakan selisih antara output (penerimaan) yang diperoleh dari

    penjualan hasil produksi dengan input (biaya) yang dikeluarkan untuk menghasilkan

    suatu produk (Saputra, 2000).

    Pendapatan sangat dipengaruhi oleh input dan output. Input merupakan faktor

    yang dapat digunakan untuk menghasilkan sebuah produk yang dapat memuaskan

    kebutuhan atau keinginan manusia. Sedangkan output adadalah hasil produksi total

    sumber daya yang digunakan dalam usaha ekonomi.

    B. Tuntutan Mesin Pilin untuk Besi Teralis Model Spiral dari Calon Pengguna

    Pengembangan teknis suatu desain merupakan salah satu syarat utama keberhasilan

    sebuah produk dalam memenuhi kebutuhan konsumen. Upaya tersebut memerlukan beberapa

    langkah konstruktif (Budiman, dan Priambodo, 1999) yaitu:

    1. Produksi perdana. Memenuhi target yang telah ditentukan.

    2. Pengembangan lanjut. Eliminasi hambatan, kesempurnaan, kesederhanaan, dan penurunan

    harga dari hasil desain.

  • 31

    3. Penyesuaian hasil desain untuk penerapan di bidang khusus dan pengembangan produksi

    khusus.

    4. Spesifikasi khusus. Menentukan ukuran tertentu, bentuk dan daya tahan khusus, jika hal

    ini belum dilakukan dalam langkah terdahulu.

    5. Memproduksi dengan cara lain atau bahan lain.

    6. Hasil desain yang lebih bermutu.

    Berdasarkan uraian di atas langkah awal proses perencanaan yang perlu dilakukan

    adalah mempelajari syarat-syarat dan spesifikasi tugas secara detail. Sebagian besar masalah

    atau kegagalan desain disebabkan karena kurang jelasnya kriteria tuntutan pemakai dan

    kaburnya definisi tugas yang harus dipenuhi. Sedangkan alasan utama penolakan desain dari

    konsumen adalah faktor investasi atau ekonomi yang tidak sepadan. Oleh karena itu,

    diperlukan formula khusus sebagai langkah awal pengembangan desain dengan mempelajari

    tuntutan produk dari pemakai. Formula tersebut tidak menutup kemungkinan pada

    perencanaan mesin pilin untuk besi teralis model spiral (tabel 7).

    Tabel 7. Identifikasi kebutuhan dan tuntutan pengguna mesin pilin untuk besi teralis model

    spiral

    Identifikasi Kekebutuhan dan

    Analisa Desain Produk Sebelumnya

    Kesimpulan

    Tuntutan Pengguna

    1. Sumber tenaga motor listrik (AC)

    2. Daya motor terlalu besar atau

    tidak sebanding dengan kinerja

    mesin motor 3HP untuk

    penampang besi kotak 8x8x380

    mm

    1. Diperlukan modifikasi sumber

    tenaga penggerak dengan klasifikasi:

    a. Memiliki alternatif sumber

    tenaga penggerak yaitu tenaga

    manusia dan motor listrik

    b. Sumber tenaga motor listrik

  • 32

    3. Tenaga penggerak boros biaya

    listrik

    4. No safety operator, karena putaran

    terlalu cepat 1500 rpm

    5. Quality control hasil produk

    kurang akurat atau metode

    konvensinal dengan visual

    6. Konstruksi mesin terlalu berat

    175 Kg sehingga, sulit dipindah

    tempat.

    7. Biaya bahan Rp.2.500.000,00

    harus sebanding dengan kinerja

    mesin dan tidak boros biaya

    listrik

    c. Diperlukan sistem reduksi

    putaran motor penggerak untuk

    meningkatkan safety operator dan

    fungsi kontrol kerja produksi

    2. Diperlukan konstruksi mesin yang

    kuat, kokoh, ringan, mudah

    dipindah-pindah, dan harganya

    terjangkau.

    C. Analisis Morfologis Mesin Pilin untuk Besi Teralis Model Spiral

    Analisis morfologi adalah suatu pendekatan yang sistematis dan terstruktur untuk

    mencari alternatif penyelesaian dengan menggunakan matriks sederhana. Sebagai langkah

    kedua pengembangan produk, penyelesaian tugas desain dapat dicapai dengan memahami

    karakteristik mesin dan menguasai berbagai fungsi komponen mesin. Materi dasar inilah yang

    selanjutnya dapat dikembangkan untuk memilih komponen mesin yang paling ekonomi,

    perhitungan teknis dan menciptakan bentuk luar yang menarik. Oleh karena itu, diperlukan

    beberapa pengalaman individu untuk mencapai penyelesaian tugas desain tersebut.

    Pengalaman individu desainer khususnya pada konsep kerja mesin pilin untuk besi teralis

    model spiral menyesuaikan cara kerja alat uji torsi. Benda kerja atau besi kotak dipasang pada

  • 33

    masing-masing sistem penjepit mesin dan disalah satu penjepit diputar untuk menghasilkan

    profil spiral.

    Berdasarkan keterangan dan penjelasan terkait dengan produk mesin pilin untuk besi

    teralis model spiral, dapat memberikan gambaran mengenai kebutuhan spesikasi (tabel 8).

    Spesifikasi mesin dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:

    1. Keharusan (demands) disingkat D, yaitu syarat mutlak yang harus dimiliki mesin (jika

    tidak terpenuhi maka mesin merupakan solusi yang tidak diterima).

    2. Keinginan (wishes) disingkat W, yaitu syarat yang masih dapat dipertimbangan

    keberadaannya agar dapat dimiliki oleh mesin yang dirancang.

    Tabel 8. Spesifikasi mesin pilin untuk besi teralis model spiral

    No. Tuntutan

    Perencanaan Persyaratan

    Tingkat

    Kebutuhan

    1. Energi a. Menggunakan tenaga motor b. Dapat diganti dengan penggerak lain

    D

    W

    2. Gaya a. Mempunyai dan mampu memberikan

    gaya torsi

    D

    3. Kinematika

    a. Arah torsi dapat berubah-ubah b. Mekanismenya mudah beroperasi c. Mengunakan transmisi untuk

    mendapatkan keuntungan mekanis

    W

    D

    D

    4. Material

    a. Mudah didapat dan murah harganya b. Baik mutunya c. Sesuai dengan standar umum d. Memiliki umur pakai yang panjang e. Mempunyai sifat mekanis yang baik

    D

    W

    D

    D

    D

    5. Geometri

    a. Panjang area kerja 130 cm b. Lebar 50 cm c. Tinggi 100 cm d. Dimensi dapat diperbesar / diperkecil

    D

    D

    D

    W

    6. Ergonomi

    a. Sesuai dengan kebutuhan b. Mudah dipindahkan c. Tidak bising d. Mudah dioperasikan

    D

    D

    D

    D

    7. Sinyal

    a. Petunjuk pengoperasian mudah dimengerti dalam bahas Indonesia

    b. Petunjuk pengoperasian mudah

    D

    W

  • 34

    dipahami

    8. Keselamatan

    a. Konstruksi harus kokoh b. Bagian yang berbahaya ditutup c. Tidak menimbulkan polusi

    D

    D

    W

    9. Produksi

    a. Dapat diproduksi bengkel kecil b. Suku cadang murah dan mudah

    didapat

    c. Biaya produksi relatif murah d. Dapat dikembangkan lagi

    D

    D

    W

    W

    10. Perawatan

    a. Biaya perawatan murah b. Perawatan mudah dilakukan c. Perawatan secara berkala

    D

    D

    W

    11. Transportasi a. Mudah dipindahkan

    b. Perlu alat khusus untuk memindah

    D

    D

    Berdasarkan cara kerja, identifikasi kebutuhan dan keterangan spesifikasi kebutuhan

    mesin untuk mendapatkan klasifikasi kebutuhan komponen yang memiliki nilai ergonomis

    dan ekonomis, maka dapat digunakan alternatif penyelesaian tugas desain dengan matriks

    morfologi (tabel 9).

    Tabel 9. Matriks morfologi mesin pilin untuk besi teralis model spiral

    No. Variabel Varian

    A B C D

    1.

    Sumber

    tenaga

    penggerak

    Motor listrik

    Bantuan alam

    Manual/tenaga

    manusia

    Gabungan

    motor

    listrik dan

    tenaga

    manusia

    2.

    Sistem

    transmisi

    bawah

    Sproket dan rantai

    Belt dan

    Pulley

    Sistem

    transmisi

    perantara

    bawah dan

    tengah

    Roda gigi payung

    Ulir dan roda

    gigi cacing Speed reducer

  • 35

    Sistem

    transmisi

    tengah Sproket dan rantai

    Belt dan

    Pulley

    Sistem

    transmisi

    atas

    Roda gigi payung

    Ulir dan roda

    gigi cacing Speed reducer

    Lanjutan tabel 9. Matriks morfologi mesin pilin untuk besi teralis model spiral

    3. Sistem

    penjepit

    Chuck mesin bubut

    Chuck persegi

    Chuck bor

    4.

    Bahan

    profil

    rangka Kanal UNP

    Siku

    &

    Kanal UNP

    dan Siku

    5. Bahan

    casing Plat Plastik

    D. Gambaran Mesin Pilin untuk Besi Teralis Model Spiral

    8

    7

    6

    6

    5

    4

    3

    1

    3

    2

    Keterangan:

    1. Kepala tetap dengan penjepit berputar,

    2. Kepala lepas dengan penjepit tetap,

    3. Tombol kelistrikan mesin (saklar

    ON/OFF),

    4. Handel pemutar untuk pekerjaan manual,

    5. Casing sebagai pengaman transmisi

    mesin dari jangkauan

    tangan operator,

    6. Motor listrik penggerak dan sistem transmisi

    mesin,

  • 36

    Gambar 7. Model mesin pilin untuk besi teralis model spiral

  • 37

    BAB III

    KONSEP PERANCANGAN

    Perencanaan atau perancangan mesin, berarti perencanaan dari sistem dan segala yang

    berkaitan dengan sifat mesin-mesin, produk, struktur, alat-alat, dan instrumen. Pada umumnya

    perencanaan mesin mempergunakan matematika, ilmu bahan, dan ilmu mekanika teknik (Shigley

    dan Mitchell, 2000).

    A. Diagram Alir Proses Perancangan

    Metode perencanaan merujuk dari metode perencanaan menurut Pahl dan Beitz

    (Dharmawan,1999) yang terbagi menjadi empat tahap, yaitu:

    1. Perencanaan dan penjelasan tugas

    Tahapan pertama ini meliputi pengumpulan informasi permasalahan dan kendala

    yang dihadapi serta dilanjutkan dengan persyaratan mengenai sifat dan performa tuntutan

    produk yang harus dimiliki untuk mendapatkan solusi.

    2. Perencanaan konsep produk

    Perencanaan konsep produk berguna untuk memberikan beberapa solusi alternatif

    konsep produk selanjutnya dievaluasi berdasarkan persyaratan teknis, ekonomis, dan lain-

    lain. Tahapan ini dapat diawali dengan mengenal dan menganalisis spesifikasi produk

    yang telah ada. Hasil analisis spesifikasi produk dilanjutkan dengan memetakan struktur

    fungsi komponen sehingga dapat disimpulkan beberapa varian solusi pemecahan masalah

    konsep produk.

  • 38

    pasar, perusahaan, ekonomi

    Tugas

    Daftar Persyaratan(Spesifikasi Produk)

    Mengembangkan Solusi UtamaMengidentifikasi masalah-masalah penting

    Menentukan struktur fungsi produkMencari prinsip-prinsip kerja produk

    Membentuk beberapa alternatif produk(varian)Evaluasi terhadap kriteria teknis dan ekonomis

    Perencanaan dan Penjelasan TugasAnalisis pasar dan keadaan perusahaan

    Mencari dan memilih ide produkMemformulasi usulan produk

    Penjelasan tugasMengembangkan daftar persyaratan

    Konsep Produk (solusi)

    Mengembangkan Struktur ProdukMenentukan bentuk awal, memilih material, perhitungan

    Memilih layout awal yang terbaikMemperbaiki layout

    Evaluasi terhadap kriter ia teknis dan ekonomis

    Layout Awal

    Layout Akhir

    Dokumen Produk

    Menentukan Struktur ProdukMenghilangkan kelemahan dan kekurangan

    Cek kalau-kalau ada kesalahanPersiapan daftar komponen awal dan dokumen

    Pembuatan dan susunan produk

    Menyiapkan Dokumen PembuatanMengembangkan gambar atau daftar detail

    Menyelesaikan instruksi-instruksi pembuatanPeriksa semua dokumen

    Solusi

    Pen

    ing

    kat

    an

    dan

    Per

    ba

    ika

    n

    Info

    rmas

    i per

    ba

    iki

    da

    ftar

    per

    sya

    rata

    n h

    asi

    l u

    mp

    an

    bal

    ik

    Per

    anc

    ang

    an D

    etai

    lP

    era

    nca

    ngan

    Pro

    du

    kP

    era

    nca

    ngan

    Kon

    sep

    Pro

    duk

    Per

    enca

    naan

    da

    n P

    enje

    lasa

    n P

    rod

    uk

    Gambar 8. Diagram alir proses perancangan Pahl dan Beitz

  • 39

    3. Perencanaan produk (embodiment design)

    Perencanaan produk memerlukan beberapa pertimbangan untuk menentukan

    keputusan atau solusi setiap proses perencanaan. Berdasarkan kasus masalah yang

    dihadapi yaitu perencanaan produk mesin pilin untuk besi teralis model spiral, pendekatan

    konsep yang digunakan adalah perencanaan produk dengan perencanaan simultan atau

    perencanaan dengan pendekatan proses produksi.

    Konsep perencanaan simultan terdapat empat elemen utama, yaitu: fungsi, bentuk,

    material, dan produksi. Fungsi merupakan elemen penting diantara keempat elemen

    perencanaan simultan.

    Gambar 9. Elemen dasar dalam perencanaan simultan

    Langkah untuk perencanaan produk terdiri dari sembilan langkah, yaitu:

    a. Mencari produk jadi yang tersedia di pasar

    Memilih dan memakai komponen yang telah tersedia di pasar atau produk

    khusus (special product) adalah jauh lebih murah daripada merancang,

    mengembangkan dan membuat komponen sendiri, seperti: bantalan, mur dan baut.

    Alternatif memilih produk jadi yang tersedia untuk memenuhi fungsi komponen

    merupakan solusi penting perencanaan produk untuk menghemat waktu dan biaya

    produksi.

    Bentuk

    Fungsi

    Produksi Material

    l Produksi= manufaktur + merakit

  • 40

    b. Memilih material dan teknik produksi

    Memilih material dan teknik produksi merupakan alternatif kedua perencanaan

    produk jika produk jadi hasil konsep produk tidak ditemukan di pasar. Beberapa

    faktor yang perlu diperhatikan pada proses pemilihan material dan teknik produksi

    adalah:

    1) Kuantitas produk yang harus dibuat

    Faktor tersebut merupakan pertimbangan proses produksi. Jika produk yang

    dirancang hanya sebuah, maka perlu dihindari penggunaan tooling atau alat

    produksi yang mahal harganya.

    2) Pengetahuan tentang penggunaan material pada aplikasi terdahulu

    Informasi pemakaian material serupa merupakan faktor pertimbangan proses

    produksi terkait pada bagaimana teknik produksi material yang baik, sifat dan

    kinerja material terhadap beban yang diderita.

    3) Pengetahuan dan pengalaman

    Pengetahuan dan pengalaman yang terbatas akan berpengaruh pada keterbatasan

    pemilihan material dan teknik produksi pula, oleh karena itu perlu didukung

    dengan literatur aplikasi material.

    4) Syarat-syarat teknis tentang material

    Syarat-syarat teknis tentang material merupakan pertimbangan yang dapat

    membatasi pemilihan material dan teknis produksi. Solusi untuk memenuhi syarat-

    syarat teknis material dapat dipecahkan dengan mementingkan esensial fungsi

    produk.

    5) Faktor ketersediaan

  • 41

    Faktor ketersediaan material merupakan hambatan utama setiap perencanaan, oleh

    karena itu beberapa alternatif pemilihan material maerupakan solusi penting

    perencanaan produk.

    c. Mendalami keterbatasan ruang

    Salah satu persyaratan teknis perencanaan produk adalah batasan-batasan

    ruang yang ditempati produk. Batasan-batasan ruang merupakan dasar pembuatan

    gambar layout yang berfungsi sebagai referensi batas dimensi produk atau komponen.

    d. Mengidentifikasi komponen-komponen produk

    Identifikasi komponen-komponen produk berfungsi untuk memisahkan

    beberapa komponen hasil sketsa konsep produk. Pemisahan komponen-komponen

    produk bertujuan untuk mempermudah proses pemilihan material dan pembuatan

    komponen yang sulit berdasarkan fungsi komponen.

    e. Mengembangkan interface atau titik kontak antara dua komponen

    Mengembangkan interface berfungsi untuk mengantisipasi interferensi atau

    gangguan proses perakitan.

    f. Memberi bentuk

    Proses pemberian bentuk diharapkan menghasilkan produk yang memenuhi

    tuntutan produk, seperti kuat, stabil, korosi dan aus yang terjadi dalam batas yang

    diijinkan, dan lain-lain.

    g. Evaluasi

    Evalusi produk dilakukan pada proses perencanaan produk bertujuan untuk

    mendapatkan ketelitian yang lebih baik. Pada langkah evaluasi dikumpulkan

  • 42

    informasi yang lengkap agar dapat dibandingkan dengan syarat-syarat pada spesifikasi

    perancangan. Tiga hal pertimbangan hasil evaluasi, yaitu:

    1) Hasil evaluasi baik, sehingga produk hasil rancangan telah siap ditinjau ulang

    bersama produk hasil rancangan alternatif lainnya atau dilanjutkan pada

    perencanaan detail.

    2) Hasil evaluasi tidak memenuhi syarat sebagai produk bermutu, sehingga perlu

    dikembalikan pada tahapan sebelumnya untuk ditinjau kembali sehingga diperoleh

    konsep produk yang lebih baik.

    3) Hasil evaluasi perlu perbaikan berdasarkan kekurangan-kekurangan yang

    ditemukan pada proses evaluasi. Perbaikan terdiri dari dua jenis, yaitu: perbaikan

    material dan atau cara pembuatannya dan perbaikan bentuk produk atau

    komponen produk.

    h. Perbaikan material dan cara produksi

    Langkah perbaikan ini bertujuan untuk mendapatkan produk yang lebih baik

    atau memenuhi syarat mutu evaluasi,seperti kekuatan bahan atau kualitas dan efisiensi

    hasil perencanaan proses produksi.

    i. Perbaikan bentuk

    Langkah perbaikan bentuk berfungsi untuk menghilangkan interferensi gangguan atau

    memperbaiki kinerja produk hasil evaluasi dengan cara merubah ukuran hingga

    mengganti bentuk komponen.

    Berdasarkan keterangan di atas, kesembilan langkah perancangan produk dapat

    digambarkan dalam diagram alir (gambar 10).

  • 43

    Gambar 10. Langkah- langkah perancangan produk

    4. Perencanaan detail

    Perencanaan detail merupakan hasil keputusan perencanaan berdasarkan beberapa

    tahapan sebelumnya. Luaran atau hasil akhir dari tahapan ini adalah gambar rancangan

    lengkap dan spesifikasi produk untuk pembuatan yang biasa disebut dokumen pembuatan

    produk.

    Konsep produk

    1. Mencari produk jadi yang tersedia

    2. Memilih material dan teknik produksi

    3. Mendalami keterbatasan ruang

    4. Mengidentifikasi komponen-komponen

    5. Mengembangkan interface

    6. Pemberian bentuk

    7. Evaluasi

    8. Perbaiki material & cara produksi

    9. Perbaiki bentuk

    Per

    anca

    ng

    an k

    on

    sep p

    rod

    uk

    (fe

    edba

    ck)

    Menetapkan

    assemblies dan

    komponen baru

    Peninjauan

    rancangan

  • 44

    Setiap tahapan proses perancangan berakhir, hasil tahapan selanjutnya tersebut

    menjadi masukan untuk tahapan selanjutnya dan menjadi umpan balik tahapan sebelumnya.

    Sebagai konsep utama perancangan metode tersebut, bahwa hasil setiap tahapan dapat

    berubah setiap saat berdasarkan umpan balik yang diterima dari hasil tahapan-tahapan

    berikutnya.

    B. Pernyataan Kebutuhan

    Mesin pilin untuk besi teralis model spiral merupakan alat produksi ditingkat usaha

    kecil menengah. Berdasarkan analisis tuntutan calon pengguna diperoleh, beberapa

    pernyataan kebutuhan terhadap mesin tersebut, antara lain:

    1. Diperlukan modifikasi sumber tenaga penggerak dengan klasifikasi:

    a. Memiliki alternatif sumber tenaga penggerak yaitu tenaga manusia dan motor listrik

    b. Sumber tenaga motor listrik harus sebanding dengan kinerja mesin dan tidak boros

    biaya listrik

    2. Diperlukan sistem reduksi putaran motor penggerak untuk meningkatkan safety operator

    dan fungsi kontrol kerja produksi

    3. Diperlukan konstruksi mesin yang kuat, kokoh, ringan, mudah dipindah-pindah, dan

    harganya terjangkau.

    C. Analisis Kebutuhan

    Berdasarkan pernyataan kebutuhan di atas maka, diperlukan beberapa langlah analisis

    kebutuhan untuk memperjelas tugas perencanaan mesin pilin besi teralis model spiral.

    Langkah-langkah analisis kebutuhan terdiri dari:

    Spesifikasi mesin

  • 45

    Spesifikasi mesin pilin untuk besi teralis model spiral yaitu panjang 1800 mm,

    lebar 560 mm dan tinggi1060 mm. Spesifikasi tersebut dipengaruhi oleh beberapa

    ketentuan pernyataan kebutuhan konsumen, yaitu: harga penjualan, kapasitas kerja dan

    daya motor penggerak.

    Harga penjualan mesin yang terjangkau dapat dipengaruhi oleh jenis dan kualitas

    material yang digunakan. Oleh karena itu, untuk memenuhi kebutuhan konstruksi

    mesin yang kuat diharapkan perencanaan mesin mampu mengoptimalkan bahan-

    bahan dengan harga terjangkau namun mampu menghasilkan konstruksi mesin yang

    baik.

    Kapasitas kerja dan daya motor penggerak merupakan satu kesatuan pengaruh spesifikasi

    mesin yang penting. Kapasitas kerja mesin sebagai penghasil besi model spiral dari

    bahan besi kotak dengan penampang 10x10 mm diharapkan mampu dikerjakan

    dengan daya motor penggerak dengan kapasitas yang kecil. Alternatif perencanaan

    sebagai solusi adalah mengoptimalkan kerja daya motor listrik HP karena daya

    listrik yang dibutuhkan rata-rata dapat dipenuhi oleh listrik UKM untuk proses

    pemilinan besi kotak penampang 10x10 mm. Kapasitas kerja perlu didukung dengan

    batasan produksi. Untuk produksi bahan besi teralis disesuaikan dengan kebutuhan

    standar umum jendela maka, kapasitas kerja maksimal adalah besi kotak penampang

    10x10x1300 mm.

    Standar Penampilan

    Berdasarkan batasan kapasitas kerja tersebut maka, standar penampilan dapat

    ditentukan batasan kapasitas kerja serta postur rata-rata orang dewasa sebagai operator.

    Tujuannya adalah dengan spesifikasi mesin di atas mampu memberikan kenyamanan

  • 46

    operator, memudahkan proses produksi dan mampu menghasilkan hasil produk besi

    teralis model spiral sesuai standar kebutuhan umum.

    Target Keunggulan Produk

    Target yang ingin dicapai sebagai keunggulan pada perencanaan dan proses

    pemilinan besi kotak menjadi besi model spiral adalah:

    Proses pembuatan dapat dikerjakan dengan mudah dan cepat.

    Biaya keseluruhan pembuatan mesin yang terjangkau.

    Mudah dalam pengoperasiannya dan cukup 1 orang sebagai operator.

    Mesin tidak bising.

    Safety operator sehingga mampu mendukung efektifitas proses produksi.

    Mampu meningkatkan kualitas hasil produksi.

    Mempunyai ukuran dan bentuk yang sesuai dengan ruang usaha yang kecil dan dapat

    dipindah tempatkan.

    Tidak menimbulkan polusi udara karena tidak menggunakan bahan bakar.

    Perawatan dan pemeliharaan mesin tidak memerlukan biaya khusus.

    D. Pertimbangan Perencanaan

    Berdasarkan uraian analisis kebutuhan di atas pertimbangan perencanaan mesin pilin

    besi teralis dibagi menjadi enam jenis, yaitu:

    1. Pertimbangan Teknis

    Pertimbangan nilai teknis identik dengan kekuatan konstruksi mesin sebagai

    jaminan terhadap calon pembeli. Pertimbangan teknis mesin pilin untuk besi teralis model

    spiral adalah sebagai berikut:

  • 47

    a. Konstruksi yang kuat dan proses finishing yang baik untuk menambah umur mesin.

    b. Proses assemblies mesin relatif mudah sehingga perawatan dan maintenance mesin

    dapat dilakukan dengan mudah dan murah.

    2. Pertimbangan Ekonomis

    Pertimbangan nilai ekonomis merupakan pertimbangan kedua setelah diterimanya

    produk oleh calon pemakai. Pertimbangan nilai ekonomis memiliki keterkaitan antara

    kemampuan nilai teknis produk terhadap daya beli konsumen serta harga jual produk

    yang ditawarkan. Sebagai pertimbangan ekonomis mesin pilin untuk besi teralis model

    spiral terhadap calon pemakai yaitu kalangan UKM adalah sebagai berikut:

    a. Hasil kinerja mesin mampu memberikan jaminan modal pembeli cepat kembali.

    b. Harga mesin yang terjangkau untuk kalangan UKM.

    c. Jaminan umur produk yang lama sebagai pendukung profit usaha calon pemakai.

    d. Suku cadang yang berkualitas dengan harga murah dan mudah didapat serta

    perawatan yang mudah dikerjakan.

    3. Pertimbangan Ergonomis

    Pertimbangan ergonomis mesin pilin untuk besi teralis model spiral sebagai berdasarkan analisis kebutuhan adalah sebagai

    berikut:

    a. Kinerja mesin mampu menghasilkan produk besi model spiral yang baik sehingga

    memberikan nilai efektifitas kerja mesin sebagai mesin produksi besi teralis model

    spiral.

    b. Konstruksi mesin yang sederhana dan proposional memungkinkan setiap orang dapat

    mengoperasikannya dengan mudah sehingga memberikan efisiensi tenaga dan waktu

    serta memberikan nilai comfortable atau kenyamanan terhadap kerja operator.

  • 48

    c. Berdasarkan spesifikasi mesin yang cukup proposional, dapat mempermudah proses

    pemindahan tempat mesin serta pengaturan lingkungan tempat atau area kerja mesin

    pilin untuk besi teralis model spiral.

    4. Pertimbangan Lingkungan

    Pertimbangan lingkungan sebagai pendukung diterimanya produk oleh masyarakat

    dan calon pembeli adalah mesin pilin yang bebas polusi dan tidak bising, sebagai

    pendukung kenyamanan operator.

    5. Pertimbangan Keselamatan Kerja

    Pertimbangan keselamatan kerja merupakan syarat ketentuan mesin untuk dapat

    dikatakan layak pakai. Syarat tersebut dapat berupa bentuk komponen mesin yang

    berfungsi sebagai pengaman atau pelindung operator pada bagian mesin yang berpotensi

    terhadap kecelakaan kerja.

    E. Tuntutan Perancangan

    Berdasarkan uraian pertimbangan perencanaan, dapat diuraikan menjadi tuntutan

    perencanaan. Tuntutan perencanaan mesin pilin untuk besi teralis model spiral terdiri dari:

    1. Tuntutan Konstruksi

    a. Kontruksi/Rangka dapat menahan beban dan juga getaran saat mesin sedang

    dioperasikan.

    b. Perawatan dapat dilakukan pada konstruksi mesin tanpa harus membongkar mesin

    secara keseluruhan.

    2. Tuntutan Ekonomi

    a. Biaya yang dibutuhkan untuk membuat mesin relatif murah atau terjangkau.

  • 49

    b. Perawatan mesin dapat dilakukan dengan mudah dan tidak memerlukan biaya yang

    mahal.

    3. Tuntutan fungsi

    a. Kapasitas kerja mesin dapat bekerja untuk proses pemilinan besi kotak dengan

    dimensi 10x10x1300 mm.

    b. Kinerja mesin dapat menghasilkan besi teralis model spiral dengan baik.

    4. Tuntutan Pengoperasian

    a. Proses pengoperasian mesin cukup mudah tanpa pengaturan-pengaturan yang sulit

    dipahami oleh operator.

    b. Mesin ini tidak menuntut pemakainya untuk harus mempunyai latar belakang

    pendidikan yang tinggi dan juga keahlian khusus untuk mengoperasikannya.

    5. Tuntutan Keamanan

    Komponen-komponen mesin yang berpotensi terhadap kecelakaan kerja operator

    dibutuhkan pelindung atau pengamanan dalam bentuk komponen yang sesuai.

    6. Tuntutan Ergonomis

    a. Mesin tersebut tidak memerlukan ruangan yang luas atau lebar karena ukurannya

    tidak terlalu besar.

    b. Mesin tersebut dapat dipindah-pindah tempat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan

    karena bobot mesin yang tidak terlalu berat.

    c. Mesin tersebut membutuhkan alat bantu kunci L sebagai pengencang baut pengunci

    benda kerja.

  • 50

    BAB IV

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Desain dan Gambar Kerja Konstruksi Mesin Pilin

    1. Desain Konstruksi Mesin Pilin

    Desain konstruksi mesin pilin untuk produksi besi teralis model spiral ditentukan

    dari beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

    a. Spesifikasi mesin yang ergonomis dengan dimensi yang nyaman bagi operator dan

    mudah disesuaikan dengan ruang kerja mesin diperkirakan berdimensi panjang

    1800lebar 560 tinggi1060 mm.

    b. Kapasitas produksi untuk satu besi teralis model spiral (Pcs) adalah dari besi kotak

    berdimensi 10x10x1300 mm.

    c. Proses produksi setiap satu besi teralis model spiral direncanakan 14 kali putaran

    dengan waktu 9 menit atau 6 hingga 7 Pcs/ Jam.

    d. Sumber penggerak motor listrik AC HP dan manual.

    2. Gambar Kerja Konstruksi Mesin Pilin

    Gambar kerja mesin pilin terlampir.

    B. Analisis Konstruksi Mesin

    Proses evaluasi adalah langkah yang dibutuhkan dalam perencanaan produk mesin

    pilin untuk besi teralis model spiral. Tujuannya adalah untuk menentukan kelayakan

    perancangan atau identifikasi kelemahan hasil perancangan. Hasil evaluasi dilanjutkan

    sebagai bahan kajian pengembangan produk selanjutnya atau sebagai langkah

  • 51

    penyempurnaan mesin. Pendekatan evaluasi tersebut dilakukan berdasarkan pendekatan teori

    dan aktual desain produk, antara lain: analisis konstruksi mesin dan analisis ekonomi.

    1. Analisis Daya Puntir Material

    a. Perencanaan Kekuatan Benda Kerja

    Benda kerja besi teralis model spiral adalah besi kotak. Dimensi benda kerja

    yang direncanakan adalah 10x10x1300 mm.

    Tabel 10. Hasil uji tarik besi kotak

    Spesimen maks Kg/mm2 maks rata-rata Regangan () rata-rata

    R 51.6129 51.9197 Kg/mm2

    0.59125x109 N/m2

    0.51 GN/m2

    0.0868

    0.08823 S 51.6129 0.0907

    T 52.5333 0.0872

    Catatan: Pendekatan Gravitasi=9.806 m/s2 (1 Kg=9.806 kgf=9.806 N)

    Hasil pengujian tarik (tabel 10) diperoleh data bahwa bahan besi kotak tersebut

    memiliki kekuatan tarik maksimum maks=51,9197 Kg/mm2=0,51 GN/m2 (GPa).

    Berdasarkan keterangan di atas, masih terdapat kekurangan pengujian karena

    tidak adanya nilai modulus elastisitas E secara aktual. Oleh karena itu, untuk

    mendapatkan modulus elastisitas besi kotak dilakukan dengan pendekatan teori

    persamaan 1 (Saito dan Surdia, 1999: 8) sebagai berikut:

    GPa

    E

    GPa08823.0

    51.0E

    GPa78.5E

  • 52

    Jika nilai E bahan tersebut digunakan untuk mencari modulus kekakuan atau G

    dengan pendekatan poisons ratio = 0.33 maka, modulus kekakuan (persamaan 3)

    besi kotak adalah sebagai berikut:

    GPa)1(2

    E

    Pa)33.01(2

    1078.5 9

    2.17GPaPa2172932331

    b. Perencanaan Kebutuhan Daya Puntir (Torsi)

    Kebutuhan daya puntir sesuai persamaan 6 (Harahap, 2000: 68) untuk material

    besi kotak 10x10x1300 mm adalah sebagai berikut:

    JG

    LT

    rad

    G

    L

    JGT mN

    Karena penampang adalah kotak pejal (gambar 11) dengan b=h=10 mm dan L=1300

    mm atau 1,3 m, maka momen inersia polar J adalah:

    422

    m12

    )( hbhbJ

    ............................................................. (15)

    (Ugural, 2003)

    Gambar 11. Penampang besi kotak

    Jika asumsi beban torsi besi kotak dipuntir 1 kali putaran penuh (360) maka, asumsi

    sudut puntir =2rad. Sehingga, kebutuhan torsi besi kotak adalah:

    b

    h

  • 53

    mN

    L

    JGT

    mN

    rad2}1012

    )({ 12-

    22

    L

    hbhb

    T

    14331

    12

    101010102172932331

    22

    .mNm,

    rad2}m10)(

    {m/N 4-122

    T

    mN 17,5mN, 4948917T

    2. Analisis Torsi Penggerak

    a. Perancangan Sistem Transmisi Mesin

    Sistem transmisi mesin (gambar 12) direncanakan terdiri dari empat komponen

    reduktor, yaitu: 1. pulley, 2. speed reducer, 3. gear (sprocket), dan 4. roda gigi cacing.

    Sistem transmisi tersebut diharapkan mampu menghasilkan reduksi putaran motor dari

    1400 rpm menjadi 2 rpm pada putaran kerja untuk memenuhi syarat rencana kerja 14

    putaran/ benda kerja= 9menit. Transmisi roda gigi cacing dan ulir cacing dipilih

    karena pertimbangan perencanaan berdasarkan interferensi sistem transmisi yang

    tidak memungkinkan untuk memakai bevel gear. Tujuannya adalah sebagai berikut:

    1) Untuk meningkatkan torsi penggerak karena roda gigi dan ulir cacing mampu

    mereduksi putaran yang besar.

    2) Karena putaran kerja hasil reduksi berkurang maka, keamanan operator lebih baik

    karena dapat mengantisipasi apabila benda kerja putus operator cepat untuk

    menghindar.

  • 54

    Gambar 12. Sistem transmisi mesin pilin

    Keterangan di atas menjelaskan secara konsep bahwa beban puntir benda kerja

    (besi kotak) ditumpu oleh roda gigi cacing karena letak roda gigi satu sumbu dengan

    benda kerja atau satu interface (gambar 13). Sehingga daya puntir yang bekerja pada

    sistem transmisi terdapat pada roda gigi cacing setelah putaran utama direduksi oleh

    pulley, speed reducer dan gear.

    Berikut ini adalah nilai perbandingan rasio dan putaran reduksi sistem

    transmisi mesin pilin (tabel 11).

    Tabel 11. Perbandingan rasio putaran sistem transmisi mesin pilin

    No. Transmisi (mm) Z i i Kerja n kerja

  • 55

    (rpm)

    1. Pulley motor 58,5 -

    58,5/44,5 1,32 1848 Pulley rotor 44,5 -

    2. Speed reducer - - 1/20 0,05 92,4

    3. Sprocket pinyon - 14

    14/36 0,4 36,96 Sprocket Pinion - 36

    4. Ulir cacing - -

    1/20 0,05 1,85 Roda gigi cacing - -

    i Total (i1xi2xi3xi4) 0,0013 n akhir=1,85

    Keterangan:

    n1 = 1400 rpm

    i

    1 =

    Z2

    Z1

    1

    2

    Z2m

    Z1m

    2

    1

    n

    n

    d

    d ......................................... (16)

    (Sularso, dan Suga, 1997:216)

    n kerja1=1400i1

    n kerja2=1400(i1i2)

    n kerja3=1400(i1i2i3)

    n kerja4=1400(i1i2i3i4)= n akhir=1400i total

    Keterangan di atas menyatakan, untuk satu benda kerja diperlukan waktu kerja

    produktif 67851

    14,

    ,

    rpm

    putaranmenit. Sehingga waktu produksi yang dihasilkan mesin

    pilin jika ditambah waktu non produktif yaitu bongkar pasang benda kerja dengan

    perkiraan 1 hingga 1,5 menit maka, total waktu produksi adalah 9 menit/ benda kerja

    atau mesin mampu memproduksi 6 hingga 7 besi teralis model spiral/ jam.

    Roda gigi

    cacing

    Detail A

    Besi kotak

  • 56

    Gambar 13. Interface (hubungan) roda gigi cacing dan benda kerja

    b. Perencanaan Torsi Penggerak

    Identifikasi kemampuan daya listrik untuk usaha kecil menengah (home

    industry) diperkirakan rata-rata berkisar antara 900 sampai 1300 Watt. Kemampuan

    daya listrik tersebut merupakan pertimbangan variasi model perencanaan produk.

    Berdasarkan hasil pertimbangan ekonomis, motor listrik yang dipilih adalah motor AC

  • 57

    HP, karena harganya cukup terjangkau dan tidak memerlukan daya listrik yang

    besar yaitu 500 Watt.

    Berdasarkan keterangan tersebut, maka nilai torsi penggerak T (persamaan 7)

    adalah sebagai berikut:

    sradnN

    T /60

    2dan kW 0,746HP 1mN

    mN

    n

    NT

    2

    60

    Jika daya penggerak yang direncakan adalah motor listrik AC HP dengan asumsi

    efiensi = 90%, faktor koreksi transmisi belt dan rantai pada reduksi pulley dan

    sproket fc=1,4 (Sularso dan Suga: 1997:165) serta efisiensi mekanis speed reducer

    dan roda gigi cacing =57% (Sularso dan Suga: 1997: 280) maka, torsi penggerak

    adalah:

    mN

    n

    cingrodagigicafcrantaireducerfcbeltmotorNT

    2

    60

    mN

    ,,

    ,,,,,),(

    8511432

    5704141570906050746T 90%motor

    mN,

    ,

    611

    512826T

    mN, 110671105T

    Jadi, Tpenggerak 1106 Nm>T benda kerja17,5Nm)

    Sesuai data di atas dapat disimpulkan bahwa, motor listrik penggerak mesin pilin

    dengan daya HP yang direncanakan memenuhi syarat mampu kerja dengan

    kapasitas 10x10x1300 mm.

    3. Analisis Beban Konstruksi

  • 58

    Secara analisis, beban pada konstuksi mesin pilin merupakan hasil reaksi proses

    pemilinan dan sebagian beban aksi dari beberapa komponen mesin. Beban reaksi

    merupakan beban yang timbul akibat beban aksi T penggerak terhadap benda kerja pada

    proses pemilinan. Sedangkan beban aksi yang lain adalah massa dari beberapa elemen

    yang tersusun pada sistem transmisi terhadap konstruksi rangka.

    a. Analisis Reaksi Besi Kotak Proses Pemilinan

    Proses pemilinan besi kotak dikerjakan pada dua tumpuan yaitu jepit dan rol

    (gambar 14).

    Gambar 14. Model diagram analisis batang torsi

    Keterangan:

    L=Panjang batang torsi (m)

    T=Torsi (Nm)

    Tabel 12. Titik Koordinat model diagram analisis batang torsi (meter)

    Titik Koordinat

    x y

    1 0 0

    2 1,3 0

    Beban puntir yang bekerja T = 1106 Nm. Panjang benda kerja L= 1300 mm atau 1,3

    m. Modulus elastisitas besi kotak E=5,78 GPa dan poisons ratio =0,33. Pendekatan

    analisis pada konsep kerja proses pemilinan besi kotak adalah pendekatan numeris

    dengan software Ansys 5.4.

    2 1

    L

    T

  • 59

    Hasil analisis proses pemilinan besi kotak diperoleh bahwa gaya-gaya reaksi

    yang terjadi (tabel 13 ) adalah sebagai berikut:

    Tabel 13. Gaya-gaya reaksi proses pemilinan (satuan gaya)

    Titik FX FY MZ

    1 0 1276,2 553

    2 0 -1276,2 0

    Gaya-gaya reaksi yang muncul dapat disimpulkan sebagai berikut:

    1) Reaksi gaya vertikal positif yang terjadi pada titik satu yaitu 1276,2 N.

    2) Reaksi gaya vertikal negatif yang terjadi pada titik satu yaitu 1276,2 N.

    3) Reaksi torsi yang terjadi pada titik satu yaitu 533 Nm.

    Beberapa gaya reaksi di atas merupakan gaya-gaya aksial atau beban yang bekerja

    pada konstruksi mesin pilin.

    b. Analisis Konstruksi Rangka

    Konsep perancangan pada rangka mesin pilin adalah satu kesatuan elemen

    penopang yang terdiri menjadi dua bagian, yaitu:

    1) Rangka utama

    2) Dudukan transmisi

    Kedua komponen tersebut berfungsi sebagai penyangga komponen kerja dengan

    tumpuan jepit (baut tanam) dan penghubung beberapa elemen sistem transmisi mesin

    (gambar 15).

  • 60

    Gambar 15. Konstruksi rangka mesin pilin

    Beban yang diterima oleh konstruksi rangka adalah reaksi gaya proses

    pemilinan besi kotak dan beban sistem transmisi serta beberapa elemen yang terdapat

    pada dudukan transmisi. Bahan yang digunakan pada konstruksi rangka adalah besi

    siku 50505 mm, dengan luas penampang A=480 mm2 dan momen inersia

    I=110000 mm4. Asumsi bahan konstruksi rangka adalah mild steel dengan modulus

    elastisitas E=214 GPa dan poisons ratio =0,33.

    Bentuk konstruksi rangka mesin pilin memiliki desain yang simetris. Sehingga

    untuk mempermudah analisis maka pendekatan yang dilakukan adalah dengan

    membagi dua bagian komponen dan gaya yang bekerja (gambar 16).

  • 61

    Gambar 16. Model diagram analisis konstruksi rangka mesin pilin

    Keterangan:

    P1= N ,2

    N 276,21638

    1

    P2= N ,2

    N 276,21638

    1

    T= Nm,2

    Nm 335266

    5

    P3 = N 49N03,492

    Kg 10m/s ,8069 2

    (massa motor dan transmisi)

    Gaya-gaya yang bekerja pada konstruksi rangka tersebut adalah gaya-gaya reaksi

    akibat proses pemilinan besi kotak.

    Tabel 14. Titik-titik koordinat model diagram analisis rangka (meter)

    Titik

    Koordinat Titik

    Koordinat

    x y x y

    1 0 0 7 -1.5 0

    2 0 0.151 8 0.06 0.906

    3 0 0.906 9 0.03 0.906

    4 -1.42 0.906 10 0.03 0.151

    5 -1.5 0.906 11 0.150 0.151

    6 -1.5 0.151

  • 62

    Hasil analisis konstruksi rangka didapatkan bahwa, gaya reaksi yang terjadi

    pada masing-masing tumpuan (tabel 15) adalah sebagai berikut:

    1) Tumpuan pada titik 1 reaksi terhadap sumbu x dengan arah negatif sebesar 361,46

    N 361,5 N, terhadap sumbu y vertikal dengan arah negatif sebesar 1144,3 N

    1144 N dan reaksi terhadap torsi senilai 12,580 Nm 12,6 Nm searah jarum jam.

    2) Tumpuan pada titik 7 reaksi terhadap sumbu x dengan arah positif sebesar 361,46

    361,5 N, tehadap sumbu y vertikal dengan arah positif sebesar 1193,3 N 1193

    N dan reaksi terhadap torsi senilai 31,282 Nm 31,3 Nm searah jarum jam.

    Tabel 15. Gaya-gaya reaksi pada model diagram konstruksi rangka

    Titik FX FY MZ

    1 -235,22 -741,37 -7,9592

    7 235,22 790,37 -20,025

    Sambungan pengikat atau pengunci pada tumpuan yang digunakan adalah

    sambungan baut M121,75. Sambungan baut dirancang berdasarkan gaya reaksi pada

    tumpuan yang mengakibatkan gaya tarik. Berdasarkan gaya reaksi di atas, gaya tarik

    yang bekerja pada tumpuan F=790,37 N. Maka, faktor keamanan sambungan baut

    berdasarkan tegangan tarik bahan 360t N/mm2 (asumsi bahan mild steel) adalah:

    Syarat perencanaan td

    F

    2

    4 ............................................... (17)

    (Achmad, 1999:82)

    Keterangan: t = Tegangan tarik yang diijinkan (N/mm2)

    Karena sambungan baut bekerja pada konstruksi mesin yang bekerja secara berulang-

    ulang (untuk proses produksi), maka angka keamanan (tabel 17) yang digunakan

    adalah 5.

  • 63

    Jadi, td

    F

    2

    4

    5360

    12143

    3779042

    ,

    ,

    N/mm2,99N/mm2 726

    N/mm2N/mm2 727

    Karena beban yang bekerja lebih kecil dari tegangan tarik bahan yang diijinkan (7

    N/mm2 72N/mm2) dapat disimpulkan bahwa, ukuran sambungan baut M121,75

    dapat dinyatakan aman untuk sambungan tumpuan konstruksi rangka mesin pilin.

    Tabel 16. Angka keamanan beberapa bahan

    No. Bahan Beban

    statis

    Beban

    berulang

    Beban

    berganti

    Beban

    kejut

    1. Cast iron, Brittle

    metals dan alloys 4 6 10 15

    2. Wrought iron,

    mild steel 3 5 8 13

    3. Cast steel 3 5 8 15

    4. Copper, other soft

    metal dan alloys 5 6 9 15

    5. Timber 6 8 12 18

    (Budiman, dan Priambodo, 1992)

    Tabel 17 merupakan hasil analisis beberapa gaya yang bekerja pada model

    diagram konstruksi rangka.

    Tabel 17. Gaya yang bekerja pada model diagram konstruksi rangka

    Titik FX FY MZ

  • 64

    1 225,4 735,3 7,774

    2 -0,2366E-11 -0,5924E-12 0,1776E-14

    3 0,5755E-10 0 -0,4263E-13

    4 0,4221E-10 638,1 -266,5

    5 0,4249E-10 0,2842E-11 -0,1421E-13

    6 -0,1705E-12 0,1197E-12 0,1243E-13

    7 -225,4 -784,3 19,37

    8 0,4529E-10 -638,1 0,4108E-14

    9 -0,9191E-11 0,4363E-11 -0,8882E-14

    10 0,1279E-12 0,1037E-11 -0,8882E-14

    11 0,7496E-12 49 0,1776E-14

    Jumlah total gaya dan momen yang bekerja pada model diagram konstruksi rangka

    adalah:

    a) FX = 0.0000000

    b) FY = 0.0000000

    c) FZ = 0.0000000

    d) MX = 0.0000000

    e) MY = 0.0000000

    f) MZ = 0,1301099E-11

    Tabel 18. Pergeseran masing-masing titik pada model diagram konstruksi rangka

    Titik UX UY ROTZ

    1 0.00000 0.00000 0.00000

    2 -0.13507E-04 0.16615E-05 0.23198E-03

    3 -0.41249E-03 0.98794E-05 0.25439E-03

    4 -0.41512E-03 0.15361E-03 0.23633E-02

    5 -0.41527E-03 -0.10512E-04 0.17910E-02

    6 0.56709E-05 -0.17722E-05 0.22031E-04

    7 0.00000 0.00000 0.00000

    8 -0.41247E-03 0.27846E-04 0.32249E-03

    9 -0.41237E-03 0.11284E-03 0.41324E-03

    10 -0.13627E-04 0.11232E-03 0.48557E-03

    11 -0.13567E-04 0.47052E-04 0.37389E-03

    Model diagram konstruksi rangka tersebut memiliki nilai pergeseran masing-

    masing titik (tabel 18). Nilai pergeseran yang cukup kritis adalah pada titik lima yaitu

    pergeseran terhadap sumbu x ke kiri (negatif) sebesar UX=0,4152710-3

    m 0,4 mm.

  • 65

    Sedangkan pergeseran terhadap sumbu y sebesar UY=0.1536110-3

    m 0,15 mm

    dan pergeseran akibat momen terhadap sumbu Z sebesar ROTZ=0,2363310-2

    rad

    0,002 rad yang terdapat pada titik empat. Karena pergeseran tersebut dapat

    dinyatakan kecil untuk berpengaruh terhadap konstruksi maka, konstruksi tersebut

    dapat dinyatakan aman.

    Berdasarkan aliran gaya dan tekanan yang bekerja pada masing-masing

    elemen (gambar 17) konstruksi rangka, diperoleh bahwa gaya dan tekanan maksimum

    (tabel 19) yang terjadi terdapat pada elemen dua (2). Sedangkan deformasi maksimum

    konstruksi rangka yang terjadi adalah DMX=0,46110-3

    m 0,5 mm (gambar 18).

    Tabel 19. Aliran gaya dan tekanan kerja pada konstruksi rangka

    Elemen AX FORCE (N) AX STRESS (N/m2)

    1 11.602 37157

    2 50,248 0.16092E+06

    3 12.748 40287

    4 12.748 40287

    5 -60.923 -.19511E+06

    6 -60.602 -.19408E+06

    7 -19.300 -61808

    8 4.0073 12833

    9 4.0073 12833

    10 10.676 34188

    11 -4.0073 -12833

    12 -4.0073 -12833

    Secara aktual, elemen satu dan dua merupakan satu kesatuan. Jika diasumsikan

    bahan konstruksi rangka 50505 mm adalah mild steel dengan kekuatan tarik

    360t N/mm2 (lampiran 1). Maka, tingkat keamanan n berdasarkan kekuatan tarik

    konstruksi rangka dan tekanan yang terjadi pada elemen dua adalah:

  • 66

    8 berulangbeban untuk steel mildbahan keamanan angka

    p

    F

    Fpn

    Pa,

    Pa

    6

    6

    1016092037157

    105

    360

    n

    198077

    72000000n =363,5

    Berdasarkan beberapa data di atas, dengan asumsi bahan konstruksi rangka

    50505 mm adalah mild steel dengan modulus elastisitas E=214 GPa, tegangan

    tarik 360t N/mm2 dapat dinyatakan aman terhadap gaya-gaya yang bekerja pada

    konstruksi mesin.

    Gambar 17. Elemen konstruksi rangka

  • 67

    Gambar 18. Deformasi model diagram konstruksi rangka

    c. Analisis Konstruksi Kepala Lepas

    Konstruksi kepala lepas (gambar 19) mesin pilin terdiri dari beberapa elemen,

    yaitu:

    Gambar 19. Konstruksi kepala lepas

    1) Rumah kepala

    2) Poros pengunci cekam

    3) Cekam

    4) Pengunci

  • 68

    Sesuai gambar di atas, elemen cekam dan poros merupakan satu kesatuan sehingga,

    untuk mempermudah analisis pendekatan yang dibutuhkan adalah:

    1) Poros dan cekam diasumsikan sebagai satu komponen poros sehingga, analisis

    pada cekam dititikberatkan pada dimensi sambungan baut pengunci cekam dengan

    poros dan sambungan las poros dengan kepala.

    2) Rumah kepala diasumsikan sebagai tumpuan jepit. Sehingga analisis rumah kepala

    dititikberatkan pada dimensi sambungan baut pengunci kepala.

    Berdasarkan pendekatan analisis konsruksi kepala lepas, pendekatan model

    diagram konstruksi kepala lepas adalah sebagai berikut (gambar 20).

    Gambar 20. Model diagram konstruksi kepala lepas

    Keterangan:

    1) Gaya P merupakan hasil reaksi vertikal akibat puntiran benda kerja pada kepala lepas sebagai tumpuan senilai 638,1 N.

    2) Beban torsi T adalah hasil distribusi torsi yang diterima titik 4 dari transmisi torsi T motor pada proses pemilinan senilai T=266,5 Nm

    3) Panjang poros kerja L adalah 20 mm. 4) Poros cekam adalah poros cincin bertingkat dengan luar minimum 37 mm dan

    dalam 20 mm.

    5) Bahan poros adalah CK 45 atau S 45 C dengan tegangan tarik t= 570 MPa (asumsi modulus elastisitas E=207GPa dan poisons ratio=0.33).

    Berdasarkan keterangan di atas, maka nilai keamanan konstruksi sambungan baut

    kepala lepas adalah apabila mampu menghasilkan gaya 1276,2 N dan torsi T 533 Nm.

    4 2

    3

    1

    T

    L P

  • 69

    Tegangan geser