perancangan buku pop up legenda batu ular dari cerita...
TRANSCRIPT
i
Perancangan Buku Pop Up Legenda Batu Ular Dari
Cerita Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun
Artikel Ilmiah
Haryati Margaret Basinung (692011052)
Martin Setyawan, S.T., M.Cs.
Amelia Rukmasari, M.Sn.
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Mei 2016
ii
Perancangan Buku Pop Up Legenda Batu Ular Dari
Cerita Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun
Artikel Ilmiah
Diajukan kepada
Fakultas Teknologi Informasi
untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain
Oleh :
Haryati Margaret Basinung
NIM : 692011052
Program Studi Desain Komunikasi Visual
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Salatiga
Mei 2016
iii
iv
v
vi
vii
viii
ix
1
Perancangan Buku Pop Up Legenda Batu Ular Dari Cerita
Rakyat Talaud Kepada Anak Umur 9-10 Tahun
1) Haryati Margaret Basinung,
2) Martin Setyawan,
3)Amelia Rukmasari
Fakultas Teknologi Informasi
Universitas Kristen Satya Wacana
Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga
Email: 1)
Abstract
Folklore is one of local cultures in Indonesia thats need to be preserve as one of
national treasure, one of them which need to be known is foklore of Talaud,from North
Celebes. There is no foklore book of Talaud, which made most of children of Talaud not
knowing about their own folkore. Children of Talaud should know and understand the
foklores of Talaud so they aren’t going to extinct and could continue to be preserved.
This research’s purpose is to design Pop Up book “Legend of Stone Snake” from Talaud
foklore for children especially 9 – 10 year age using mixing method approach. The result
of design like a Pop Up book dummy “Legend of Stone Snake” to make childrens be
interesting to knowning the folkore.
Keywords: Folklore, Talaud, Legend of the Stone Snake, Dummy, Pop Up
Abstrak
Cerita rakyat merupakan salah satu budaya daerah Indonesia yang perlu
dilestarikan, salah satunya adalah cerita rakyat yang berasal dari Talaud Sulawesi
Utara. Tidak adanya media buku tentang cerita rakyat khusus daerah Talaud
mengakibatkan anak-anak Talaud kebanyakan tidak mengetahui cerita rakyat di
daerahnya. Anak-anak Talaud perlu mengenal cerita rakyat Talaud sehingga cerita
rakyat ini tidak akan punah dan bisa terus dilestarikan. Penelitian ini bertujuan
untuk merancang buku Pop Up “Legenda Batu Ular” dari cerita rakyat Talaud
kepada anak umur 9-10 Tahun melalui pendekatan metode campuran (mixing
method). Hasil perancangan berupa dummy buku Pop Up “Legenda Batu Ular”
untuk menarik minat baca anak-anak dalam mengenalkan cerita rakyat Talaud.
Kata Kunci: Cerita rakyat, Talaud, Legenda Batu Ular, Dummy, Pop Up
1 Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
3 Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana
2
1. Pendahuluan
Negara Indonesia adalah negara yang kaya akan beragam budaya dan
bahasa, dimana salah satu keberagaman budayanya adalah cerita rakyat. Cerita
rakyat merupakan salah satu bagian dari folklore yang dapat di definisikan sebagai
kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan turun temurun, diantara
kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi yang berbeda, baik dalam
bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak isyarat atau alat pembantu
pengingat [1].
Menurut Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Diah Harianti, masih ada ribuan cerita
rakyat di berbagai daerah belum teridentifikasi dan tercatat oleh pemerintah.
Usaha untuk mencatat cerita rakyat itu sangat penting agar bisa terdokumentasi
dengan baik. Menurut Diah Harianti cerita rakyat akan dilupakan dan hilang dari
peradaban bila tidak dicatat. Saat ini pihaknya telah berhasil mencatat sekitar
4.000 cerita rakyat dari berbagai daerah. Sebagian cerita itu adalah cerita yang
telah cukup dikenal oleh masyarakat seperti cerita Malin Kundang dari Sumatera
Barat. Namun, sebagian cerita lagi ada yang mungkin masih asing di telinga
masyarakat Indonesia, salah satunya adalah cerita rakyat Talaud [2].
Berdasarkan data yang diperoleh dari Ketua Dewan Adat Talaud, Drs. Ishak
Tamaroba, saat ini Dewan Adat Talaud sedang berupaya untuk menghimpun
cerita rakyat Talaud. Dalam penyusunannya baru beberapa cerita rakyat yang
terkumpul dalam bentuk literatur seperti cerita rakyat Woi Taloda dan Ratu
Asiare. Saat ini Dewan Adat Talaud masih berupaya untuk merangkum semua
cerita rakyat Talaud, akan tetapi dikarenakan keterbatasan waktu, tenaga dan juga
biaya sehingga cerita rakyat belum semuanya terhimpun hingga sekarang.
Menurut Bapak Jemri Maarende yang adalah salah seorang guru seni rupa
di SMA Negeri I Melonguane, cerita rakyat Talaud belum dibukukan dan hanya
tersimpan dalam sebuah makalah sejarah sebagai salah satu bentuk penugasan
yang pernah diberikan kepada siswa, dan ada sekitar 99 cerita rakyat Talaud yang
berhasil dikumpulkan, dari 99 cerita rakyat Talaud yang dikumpulkan ada satu
cerita rakyat yang paling familiar di telinga masyarakat Talaud seperti cerita
rakyat Legenda Batu Ular. Sangat disayangkan jika cerita rakyat Talaud ini tidak
dilestarikan dalam media buku, sehingga banyak anak-anak Talaud yang tidak
mengenal cerita rakyat di daerahnya sendiri, cerita rakyat Talaud hanya
disampaikan dari mulut ke mulut saja. Padahal menurut Bascom dalam cerita
anak-anak sebetulnya terkandung nilai-nilai luhur, terutama berkaitan dengan
pendidikan [3].
SDN Inpres sebagai salah satu perwakilan sekolah dasar yang ada di
Talaud yang terletak di kota kabupaten Melonguane tidak memiliki buku maupun
literatur mengenai cerita rakyat Talaud. Buku cerita rakyat yang ada merupakan
buku cerita rakyat dari luar daerah yang ada di Indonesia seperti cerita rakyat
Timun Mas, Sangkuriang, dll. Jenis buku cerita yang ada bersifat umum dengan
isi bergambar dan berwarna, bahkan ada yang hitam putih. Maka dari itu, melalui
teknik Pop Up yang memiliki unsur tiga dimensi sebagai model baru untuk
perancangan buku cerita, diharapkan bisa lebih menarik minat baca anak-anak
untuk mengenal cerita rakyat Talaud. Menurut Darmiati Zuchdi dan Budiasih
3
jenis bacaan untuk anak SD kelas 3 dan 4 antara lain puisi, sastra tradisional dan
cerita fantasi [4]. Cerita rakyat masuk dalam kategori sastra tradisional, sehingga
cerita rakyat sangat cocok ditargetkan pada anak umur 9-10 tahun.
Berdasarkan pemaparan masalah dan data yang ada maka dirancanglah
sebuah buku cerita rakyat Talaud untuk memperkenalkan cerita rakyat dalam
bentuk buku Pop Up pada anak umur 9-10 tahun. Perancangan buku Pop Up ini
bermanfaat untuk mengenalkan cerita rakyat Legenda Batu Ular, menarik minat
baca anak dan dapat dijadikan bahan kepustakaan daerah di Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan Talaud sehingga bisa mengenalkan cerita rakyat Talaud sebagai
bagian dari pelestarian budaya cerita rakyat di Indonesia.
2. Tinjauan Pustaka
Penelitian terdahulu dengan judul “Perancangan Buku Pop Up tentang
Duan Wu Jie untuk Anak Usia 5-10 Tahun” oleh Evelyn Limanto pada tahun
2014 [5]. Hasil perancangan, berbentuk buku seri dengan dua cerita berbeda.
Pertama tentang asal usul Duan Wu Jie dan kedua mengajarkan anak cara
membuat bakcang. Hasil yang didapat buku ini mengajarkan nilai moral kepada
anak-anak. Buku cerita dibuat dengan teknik Pop Up agar anak-anak lebih tertarik
dengan ceritanya. Warna yang digunakan adalah warna-warna cerah dengan ciri
khas warna Cina yaitu warna merah, oranye, kuning, dan coklat.
Penelitian yang berjudul “Perancangan Visual Buku Pop Up “Dunia
Penyu” oleh Edbert Tjanggora pada tahun 2012 [6]. Hasil yang dicapai, ialah
buku ini mampu merangsang minat baca anak untuk membaca dan memberikan
informasi penting tentang penyu tanpa melalui pengamatan langsung ke lokasi
karena buku ini sudah memberikan informasi yang cukup lengkap. Hasil yang di
dapat anak-anak tertarik pada ilustrasi dengan pewarnaan yang cerah, serta
menginginkan buku yang tidak terlalu banyak tulisan.
Kedua penelitian tersebut sama-sama merancang buku Pop Up tapi yang
membedakannya dari penelitian yang dilakukan terletak pada asal usul cerita,
karakteristik budaya dan alam Talaud yang ingin diangkat serta jumlah teknik Pop
Up yang digunakan. Pada penelitian sebelumnya teknik yang digunakan
kebanyakan menggunakan teknik V-fold dan lift the flap, sementara penelitian
yang dilakukan menggunakan enam teknik dan modifikasi dari tiga teknik dasar
yang ada. Selain itu cerita yang diangkat belum pernah dibukukan dan legenda
cerita rakyat ini dianggap benar-benar terjadi oleh masyarakat dan menjadi
legenda dari asal mula terbentuknya pulau Sarra besar dan Sarra kecil serta batu
ular yang sampai sekarang masih ada di Talaud.
Kabupaten Talaud adalah salah satu kabupaten di Provinsi Sulawesi
Utara, Indonesia dengan ibu kota Melonguane. Kabupaten ini berasal dari
pemekaran Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Talaud pada tahun 2000 [7].
Sebagai daerah perbatasan daerah Talaud merupakan daerah yang terpencil,
meskipun demikian tradisi dan budaya masih kental menyelimuti kehidupan
masyarakat Sangihe dan Talaud. Tradisi dan budaya Sangihe Talaud yang masih
ada sampai sekarang berdasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh Alffian
Walukow dalam bukunya yang berjudul Kebudayaan Sangihe seperti
4
perlengkapan upacara adat Talaud yang meliputi pakaian adat, pedang adat, dan
ragam hias serta rumah adat Talaud [8].
Motif adalah suatu corak atau pola, motif dapat diartikan lagi secara
khusus berdasarkan jenisnya, yaitu motif dasar, motif hiasan dan motif intrinsik
[9]. Cerita rakyat merupakan salah satu bagian dari folklor yang dapat
didefinisikan sebagai kebudayaan suatu kolektif, yang tersebar dan diwariskan
turun temurun, diantara kolektif macam apa saja, secara tradisional dalam versi
yang berbeda, baik dalam bentuk lisan maupun contoh yang disertai dengan gerak
isyarat atau alat pembantu pengingat. Cerita rakyat sendiri dibagi menjadi tiga
yaitu mite, legenda dan dongeng [10].
Pop Up didasarkan pada tiga ide sederhana. Tiga ide tersebut ialah V-Fold,
Parallelogram, dan 450
Fold. Tiga ide sederhana ini bisa dimodifikasi sehingga
menghasilkan ide baru yang berpotensi untuk menggambarkan berbagai bentuk
cerita, topik dan gagasan yang ingin dibuat. Pop Up juga memiliki kaitan dengan
slide, pull strip, dan rottating disks yang mana biasanya teknik ini umumnya
digunakan pada buku Pop Up anak-anak. Sejak digunakannya kertas dalam
pembuatannya, Pop Up umumnya disebut dengan Paper Engineering [11].
Ilustrasi adalah gambar yang memperjelas ide cerita atau narasi. Tujuan
dari gambar ilustrasi adalah memperkuat, memperjelas, memperindah,
mempertegas, dan memperkaya cerita atau narasi. Jenis-jenis dari gambar ilustrasi
yaitu kartun, karikatur, komik, ilustrasi karya sastra dan vignette [12].
Story adalah keseluruhan jalinan/jalur cerita, mulai dari awal hingga akhir.
Story terkadang juga disebut dengan nama storyline. Story dapat diringkas
menjadi sinopsis (synopsis), atau rangkuman keseluruhan cerita (rangkuman
storyline). Storyline mempunyai dinamika cerita yang biasanya melibatkan
kesengsaraan, perjuangan, konflik dan ending dari perjalanan karakter [13].
Target audience adalah “particular group of people, identified as intended
recipient of an advertisement or message. Also called target population”, yang
artinya sekelompok orang tertentu, yang diidentifikasi sebagai target sebuah iklan
atau pesan, juga disebut populasi target [14].
Warna didefinisikan secara subjektif (secara psikologis) atau secara
obyektif. Secara subjektif, warna adalah bagian dari pengalaman indra
penglihatan. Secara obyektif, warna merupakan hasil dari panjang gelombang
cahaya yang dipancarkan [15].
Tipografi adalah ilmu yang mempelajari tentang huruf. Setiap bentuk
huruf mempunyai keunikan tersendiri, semisal pada jenis huruf sans serif, serif,
dekoratif, dan monospace, dimana masing-masing huruf memiliki arti khusus
[16]. Dalam perancangan ini ada tiga jenis huruf yang digunakan yaitu Futura
MT Bold, Trojan Pro, dan Century Gotic. Futura MT Bold dan Century Gotic
adalah jenis huruf sans serif yang bersifat akrab dan ramah sehingga mudah
dibaca oleh anak-anak, sedangkan Trajan Pro adalah jenis huruf serif yang
dipakai khusus untuk judul buku karena menyesuaikan dengan judul yang
diangkat.
5
3. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode campuran (mixing
method) yaitu suatu metode yang menggunakan pendekatan secara kualitatif dan
kuantitatif, dimana pendekatan kualitatif menekankan pada makna, penalaran,
definis atas suatu situasi tertentu (dalam keterikatan konteks tertentu) dan lebih
banyak meneliti hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.
Sedangkan pendekatan kuantitatif mementingkan adanya variabel-variabel
sebagai obyek penelitian dan variabel-variabel tersebut harus didefinisikan dalam
bentuk operasionalisasi masing-masing variabel agar dapat diukur. Selain itu
pendekatan kuantitatif memerlukan adanya hipotesis dan pengujian yang
kemudian akan menentukan tahapan-tahapan berikutnya, seperti penentuan teknik
analisis dan formula statistik yang akan digunakan.
Metode campuran digunakan dalam penelitian ini guna memperoleh data
empiris. Metode campuran yang digunakan hanya dibatasi pada teknik
pengumpulan data saja, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Pengumpulan
data secara kualitatif digunakan untuk memperoleh informasi yang jelas mengenai
keberadaan buku cerita rakyat Talaud. Sedangkan pengumpulan data kuantitatif
untuk mengetahui pengaruh ada dan tidaknya buku cerita rakyat Talaud bagi
anak-anak, serta untuk mengetahui informasi lainnya yang dibutuhkan dalam
perancangan buku cerita.
Metode perancangan desain yang digunakan pada penelitian ini adalah
metode strategi garis lurus (Linear Strategy). Metode strategi garis lurus atau
linear strategy menetapkan urutan logis pada tahapan perancangan yang
sederhana dan relatif sudah dipahami komponennya. Suatu tahap dimulai setelah
tahap sebelumnya diselesaikan, dan demikian seterusnya [17]. Tahapan-tahapan
dalam strategi perancangan buku Pop Up cerita rakyat talaud dapat dilihat pada
Gambar 1.
Gambar 1 Tahapan perancangan buku Pop Up cerita rakyat Talaud
Tahap I
Pengumpulan data
Tahap II
Pengolahan data
Tahap III
Perancangan
Konsep
Storyline
Ilustrasi
Pewarnaan
Percetakan
Penyelesaian/Finishing
Tahap IV
Pengujian
6
Tahap pertama yaitu pengumpulan data, data yang dikumpulkan pada
tahap ini berupa data kualitatif dan kuantitatif. Data kuantitatif menggunakan
kuesioner sedangkan untuk data kualitatif dengan cara wawancara. Pengumpulan
data dilakukan dengan mewawancarai narasumber untuk memperoleh data
kualitatif mengenai cerita rakyat Talaud. Wawancara dilakukan dengan Ketua
Adat Talaud, Bapak Ishak Tamaroba dan guru seni rupa SMA Bapak Jemri
Maarende. Wawancara juga ditujukan kepada perwakilan guru wali kelas 3 dan 4.
Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui apakah buku cerita rakyat khusus
daerah Talaud ada di perpustakaan sekolah atau tidak dan mengapa perlu ada
buku cerita rakyat Talaud bagi anak-anak Talaud.
Sedangkan untuk pengumpulan data secara kuantitatif dilakukan melalui
kuesioner terhadap anak SD kelas 3 dan 4 serta wali kelasnya, di salah satu
sekolah SD di kecamatan Melonguane, yaitu SDN Inpres Melonguane sebagai
perwakilan dari seluruh sekolah yang ada di Talaud.
Tahap kedua adalah tahap pengolahan data, data yang didapat baik secara
kualitatif dan kuantitatif kemudian diolah guna mencapai hasil akhir yang
maksimal dalam merancang buku Pop Up cerita rakyat Talaud yang akan dibuat
pada tahap berikutnya. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Dewan Adat
Talaud, Bapak Ishak Tamaroba dan Jemri Maarende didapati bahwa belum ada
media buku untuk cerita rakyat Talaud, kenyataannya cerita rakyat Talaud hanya
disusun dalam bentuk literatur dan penugasan makalah di sekolah. Hasil yang
diperoleh dari wawancara kepada guru SD wali kelas 3 dan 4 yaitu tidak adanya
buku khusus cerita rakyat Talaud di perpustakaan. Guru menyatakan bahwa perlu
adanya buku cerita rakyat Talaud sebagai pelestarian budaya Talaud agar anak-
anak Talaud bisa mengenal budayanya sendiri lewat cerita rakyat Talaud.
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan membagikan kuesioner
kepada 50 anak SD kelas 3 dan 4 di SDN Inpres Melonguane. Berdasarkan data
yang diperoleh sebagian besar anak tidak mengetahui cerita rakyat Talaud
sedangkan hanya sebagian kecil yang mengetahui cerita rakyat Talaud seperti
cerita rakyat “Legenda Batu Ular”, hal ini dikarenakan tidak adanya buku khusus
cerita rakyat Talaud. Anak-anak suka membaca buku cerita yang berwarna dan
bergambar dengan gaya semirealis.
Tahap ketiga adalah tahap perancangan. Pada tahap ini langkah pertama
yang dilakukan adalah membuat konsep perancangan buku Pop Up cerita rakyat
Talaud sesuai dengan data yang diperoleh pada tahap sebelumnya, dimana konsep
buku lebih menonjolkan karakteristik Talaud. Konsep ini disesuaikan dengan
teknik Pop Up yang ada untuk menonjolkan ciri khas daerah Talaud dan peristiwa
yang terjadi dalam cerita. Media yang akan dibuat berupa dummy buku Pop Up
berwarna dengan ukuran 23,5 x 16 cm. Ilustrasi yang digunakan adalah gaya
semirealis yaitu jenis gaya kartun yang agak realis. Konten yang ada dalam buku
seperti narasi, teknik Pop Up, informasi narasumber, dan tempat terjadi peristiwa
cerita rakyat “Legenda Batu Ular”.
Narasi berisi gambaran cerita Legenda batu Ular yang dibuat dalam bentuk
sinopsis. Cerita “Legenda Batu Ular” bermula dari Woi Wulabulen seorang
perempuan yang sedang mengandung dan hidup sendiri karena ditinggal mati oleh
suaminya. Suatu ketika ia pergi ke hutan untuk mencari makan dan tanpa sengaja
7
melihat padi yang sudah menguning, ia tertarik untuk mengambilnya dan ternyata
perbuatannya itu mengakibatkannya bertemu dengan si Ular besar yang disebut
Atoan dan Woi Wulabulaen menerima hukuman atas perbuatannya itu yang
melibatkan keselamatan anak-anaknya kedepan. Woi Wulabulaen dihukum untuk
memberikan anaknya sudah besar. Setelah Woi Wulabulaen melahirkan dan anak-
anaknya tumbuh besar ia berencana melarikan diri bersama dengan anak-anaknya
yang berjumlah delapan orang, diantaranya tujuh laki-laki, dan satu orang
perempuan yang paling bungsu.
Keberadaan anak laki-laki Woi Wulabulen sesungguhnya tidak diketahui
Atoan, diam-diam Wonte Ratu Adio sebagai anak yang sulung memimpin rencana
dan menyusun strategi untuk melarikan diri dari Atoan dan akhir berhasil. Namun
dalam perjalanan, Atoan mengetahui kenyataan itu dan ia menjadi marah,
menebaskan ekornya dan membelah pulau Sarra menjadi dua, hingga akhirnya
Atoan bertemu dengan Manntatta dan Daralos yang merupakan akhir dari
pengejarannya, Atoan mati karena memakan batu panas yang dikiranya pinang,
sirih dan tembakau. Cerita ini mengajarkan agar tidak mencuri karena setiap
perbuatan yang dilakukan pasti ada akibatnya.
Setelah sinopsis disusun dibuatlah storyline yang berisi tentang alur cerita
dengan tahap kesengsaraan, perjuangan, konflik dan ending. Sumber storyline
diambil dari penuturan cerita tua-tua adat Talaud yang diterjemahkan oleh Bapak
Dantje Gumolung dan K. Pangemanan berdasarkan sumber dokumen yang telah
diperoleh dalam bentuk literatur dan makalah. Tahap kesengsaraan dimulai ketika
Woi Wulabulaen ketahuan mencuri padi si Ular Besar (Atoan) dan ia harus
memperjuangkan kehidupan anak-anaknya setelah ia melahirkan agar tidak
dibunuh dan diambil Atoan. Tahap perjuangan terjadi ketika Woiwulabulaen
berserta anak-anaknya melarikan diri dari Atoan dan tahap klimaks terjadi ketika
perkelahian sengit antara Wonte Ratu Adio dengan Atoan sampai Atoan membelah
pulau Sarra menjadi dua. Tahap ending terjadi ketika Atoan memakan pinang,
sirih dan tembakau yang diberikan oleh Mannatta dan Daralos sampai akhirnya ia
mati dan menjadi batu.
Di dalam storyline juga dimasukkan gambaran teknik Pop Up yang akan
digunakan sesuai dengan peristiwa penting yang terjadi, setelah itu dilanjutkan
dengan pembuatan sketsa dimana dalam pembuatannya termasuk layout dan
bentuk Pop Up yang digunakan. Sketsa yang dibuat yaitu sketsa karakter seperti
Atoan (Si Ular Besar), Woi Wulabulaen yang berperan sebagai ibu, ketujuh anak
laki-laki Woi Wulabulaen yaitu Wonte Ratu Adio, Wonte Wulawan, Wonte Pera,
Wonte Tembaga, Wonte Salaa, Wonte Ulu, Wonte Bambolo dan anak bungsu
perempuan yaitu Putri Errusuello. Selain itu dibuat juga sketsa ilustrasi halaman
buku serta Pop Up yang akan digunakan. Ilustrasi yang dipilih berupa kartun tapi
sedikit realistis. Kemudian sketsa yang sudah jadi dipindai ke komputer untuk
diberi pewarnaan.
Pada waktu pewarnaan komposisi warna digital perlu diperhatikan agar tidak
tabrakan dengan warna lainnya, selain itu pengaturan warna pada convert profil
diberi custome cmyk maksimum, hal ini diperlukan agar warna hasil cetak tidak
jauh beda dengan gambar di layar monitor. Gambar yang sudah diwarnai lalu
dicetak, digunting, dilipat dan dilem per halaman serta dijilid. Ada 14 jumlah
8
halaman buku, dua diantaranya informasi narasumber cerita dan informasi
keberadaan legenda batu ular, dan sisanya cerita rakyat legenda batu ular. Berikut
merupakan sumber perancangan sketsa yang diperoleh dari penelitian Alffian
Walukow, dapat dilihat pada Gambar 2 dan Gambar 3.
Gambar 4 Sketsa karakter dan pewarnaannya
Gambar 2 Laku Bali Rakyat biasa model kreasi baru, Laku Bali (Pakaian laki-laki) dan Laku
Tepu (Pakaian perempuan) sekitar tahun 1920-an, dan baju perang
Gambar 3 Rumah dan Perahu Adat Sangihe Talaud
9
Gambar 4 merupakan sketsa dan pewarnaan tiap karakter dalam buku Pop Up
cerita rakyat Talaud. Gambar dari kiri ke kanan adalah Atoan, Mannata dan
Daralos, Woi Wulabulaen, Kadal, Biawak, dan terakhir yang dibawahnya adalah
anak-anak Woi Wulabulaen. Teknik Pop Up yang digunakan dalam perancnagan
ini, dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Teknik Pop Up dari kiri ke kanan V-fold, Parallelogram, 450 Fold ,
Miscelllaneous Mechanism, Slide, Pivot dan Hub
Gambar 6 Sketsa pola halaman yang sudah diwarnai
10
Gambar 6 merupakan sketsa pola halaman yang sudah diwarnai. Gambar
kiri adalah pola-pola yang dalam perancangan dibentuk menjadi Pop Up,
sedangkan gambar kanan merupakan lembaran halaman yang dilipat menjadi dua
sebagai tempat direkatkannya pola-pola pada gambar disebelah kiri.
4. Hasil dan Pembahasan
Hasil desain berupa dummy buku Pop Up cerita rakyat Talaud “Legenda
Batu Ular”. Pengambilan judul buku Legenda Batu Ular didasarkan pada bukti
legenda yang paling menonjol di Talaud seperti terbentuknya pulau Sarra dan
Puangkatoan (kepala ular) yang masih ada di Talaud sampai sekarang dan sebagai
salah satu dari cerita rakyat yang di ketahui oleh sebagian kecil anak-anak Talaud
dari data awal yang diperoleh. Pop Up dalam buku merupakan bagian yang
berperan dalam menarik minat anak-anak untuk mengenal cerita rakyat Talaud
Legenda Batu Ular selain dari tampilannya yang memiliki warna dan teknik
penggambaran gaya semirealis untuk ilustrasi buku cerita.
Cover depan buku Pop Up cerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular”
memperlihatkan ilustrasi kepala naga atau yang disebut oleh orang Talaud sebagai
ular besar (Atoan). Ilustrasi kepala Atoan ditonjolkan dalam cover buku ini agar
menarik anak-anak untuk mengenal tokoh utama dalam cerita ini sebagai bagian
cerita yang melegenda di Talaud. Ekspresi marah menunjukan sifat dari sang
tokoh legenda ini. Ukuran font judul lebih besar dari sub judul dan ilustrator
dengan maksud agar pembaca melihat dan membaca terlebih dahulu judul dan
ilustrasi sebagai bagian utama yang hendak ditonjolkan dalam cerita rakyat ini.
Pada cover buku terdapat motif hias kerawang sebagai motif hias yang biasa
digunakan di Talaud.
Penggunaan jenis font pada judul memberi kesan yang tegas, karena
judulnya Legenda Batu Ular, dimana batu bersifat keras dan watak Atoan yang
juga tegas. Sedangkan pada bagian belakang cover berisi sinopsis dan ajakan
untuk membaca kisah dalam buku. Bagian ini bertujuan agar pembaca menjadi
penasaran dengan kelanjutan cerita dan Pop Up seperti apa yang ada di
dalamnya. Selain itu terdapat pula logo dan nama penerbit sebagai contoh
penempatan apabila buku akan dicetak dan diterbitkan. Warna dominan buku
adalah ungu sebagai warna dominan daerah Talaud yang memiliki unsur religius
berdasarkan data yang diperoleh dalam sejarah kebudayaan sangihe dan Talaud.
Tampilan cover depan dan belakang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 7 Cover buku Pop Up cerita rakyat Talaud legenda batu ular
11
Isi buku berjumlah 14 halaman diantaranya halaman pertama berisi
narasumber cerita, halaman kedua sampai tiga belas berisi cerita beserta Pop Up,
dan halaman terakhir berisi informasi mengenai keberadaan legenda batu ular
yang ada di Talaud. Jenis Pop Up yang terdapat pada halaman cerita
menyesuaikan dengan ilustrasinya. Jenis Pop Up dibuat lebih banyak variasi agar
menarik anak-anak untuk mengetahui kelanjutan cerita dengan kejutan-kejutan
Pop Up yang berbeda di tiap halamannya. Tata letak penulisan cerita rata-rata
terletak di sudut halaman, hal ini dimaksudkan untuk menyeimbangkan tebal
halaman pada Pop Up yang berpusat di tengah halaman dan agar supaya
memudahkan dalam membaca dengan ruang yang cukup. Isi buku tidak hanya
memperlihatkan keunikan Pop Up tapi juga ciri khas daerah Talaud seperti rumah
adat, perahu, baju adat, burung endemik Talaud, dan kekayaan alam Talaud.
Tampilan isi buku dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9.
Gambar 9 Hal 2-13 buku Pop Up cerita rakyat Talaud legenda batu ular
Gambar 8 Hal 1 dan 14 buku Pop UP cerita rakyat Talaud legenda batu ular
12
Tabel 1. Hasil pengujian kepada anak SD kelas 3 dan 4 SDN Inpres Melonguane di Talaud
Pengujian hasil perancangan berupa pengujian kuantitatif dan pengujian
kualitatif. Pengujian kualitatif ditujukan kepada dua orang guru wali kelas 3 dan
4, satu orang perwakilan dari Dinas Pariwisata dan budaya di Talaud serta salah
satu tokoh masyarakat Talaud. Alasan pengujian terhadap Dinas Pariwisata dan
Kebudayaan dikarenakan cerita rakyat dan adat Talaud merupakan bagian dari
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Menurut wawancara dengan guru wali kelas di
SDN Inpres Melonguane, buku Pop Up cerita rakyat Talaud unik dan menarik
bagi anak-anak juga orang dewasa. Dengan adanya media buku ini anak-anak bisa
mengenal cerita rakyat Talaud sebagai budaya daerahnya, selain itu buku ini juga
bisa dijadikan bahan ajaran untuk pelajaran muatan lokal.
Menurut perwakilan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan di Talaud Bapak
Marxison Gumolung, hasil perancangan sudah bagus dan menarik, cocok untuk
bacaan anak-anak Paud sampai SD kelas 4 dilihat dari ilustrasi yang dibuat. Buku
Pop Up ini perlu untuk ditindaklanjuti agar dilipatgandakan dan didistribusikan
ditiap-tiap sekolah yang ada di Talaud dengan persetujuan Bupati. Sebaiknya juga
dilengkapi dengan dokumen HAKI sehingga bisa lebih meyakinkan untuk
mempromosikan buku ini kedepan.
Menurut salah satu tokoh masyarakat Bapak Jemri Maarende perancangan
buku Pop Up cerita rakyat Talaud sangat layak diterima anak-anak sebagai upaya
untuk melestarikan cerita rakyat yang ada di Talaud. Pengujian kuantitatif
ditujukan kepada anak-anak umur 9-10 tahun di sekolah SDN Inpres Melonguane
dengan jumlah responden sebanyak 50 orang menggunakan kuesioner. Berikut
merupakan hasil dari pengujian kepada anak-anak SD kelas 3 dan 4 dapat dilihat
pada Tabel 1.
No. Pertanyaan STS
(1)
TS
(2)
CS
(3)
S
(4)
SS
(5)
1 Apakah adik suka buku cerita rakyat Legenda
Batu Ular Talaud? 0 0 0 6 44
2 Apakah adik suka dengan gambar tokoh dalam
cerita? 0 3 2 11 34
3 Apakah adik suka dengan warna buku pop up
cerita rakyat Talaud “Legenda batu Ular”? 0 0 0 8 42
4 Apakah setelah membaca buku ini, adik jadi
mengenal cerita rakyat Talaud “Legenda batu
Ular”?
0 0 0 18 32
5 Apakah setelah membaca buku ini, adik
mendapatkan pesan moral daricerita rakyat Talaud
“Legenda Batu Ular”?
0 0 0 18 32
6 Apakah dengan membaca buku ini, adik tertarik
untuk membaca buku Pop Up cerita rakyat Talaud
lainnya ?
0 0 0 15 35
13
Jumlah poin 0 3 2 76 219
Total poin keseluruhan 0 + 3 + 2 + 76 + 219 = 300
Dari tabel tersebut dihitung persentase likert dengan rumus sebagai berikut:
Hasil perhitungan akhirnya ialah
= Total skor / Y x 100
= 1411 / 1500 x 100
= 94.06% (masuk interval “sangat setuju”)
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa anak-anak sangat menyukai
buku Pop Up cerita rakyat Talaud, baik dari segi konten pewarnaan, tokoh, pesan
moral yang diperoleh, dan versi cerita rakyat lainnya jika tersedia buku Pop Up
cerita rakyat Talaud lainnya, serta melalui perancangan ini anak-anak bisa
mengenal cerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” berdasarkan hasil persentase
dari total keseluruhan yaitu sebesar 94,06 %.
5. Simpulan
Berdasarkan hasil pengujian terhadap Anak-anak SD Kelas 3 dan 4 dan
wawancara kepada Guru, Dinas Pariwisata dan salah satu tokoh masyarakat maka
perancangan buku Pop Up Cerita Rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” telah
berhasil memperkenalkan cerita rakyat Talaud kepada anak-anak dilihat dari
ketertarikan murid-murid untuk membaca, dari segi konten yang disukai seperti
gambar, warna, dan Pop Up didalamnya, juga pesan moral yang didapat anak-
anak didik. Saran kedepan untuk pengembangan lebih lanjut buku Pop Up cerita
rakyat Talaud yaitu Pemerintah Talaud dapat mendukung dan melipatgandakan
buku Pop Up cerita rakyat Talaud “Legenda Batu Ular” guna melestarikan cerita
rakyat yang ada di Talaud. Sangat disarankan juga untuk membuat versi cerita
rakyat Talaud lainnya dalam bentuk Pop Up untuk memperkaya wawasan
generasi muda Talaud tentang budaya didaerahnya.
6. Daftar Pustaka
[1] Danandjaja, James, 1984 , Folklor Indonesia ; Ilmu Gosip, dongeng, Dan
Lain-lain, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.
[2] Pambudi, Agung, 2014, Ribuan cerita rakyat belum tercatat.
http://www.antaranews.com/berita/465006/ribuan-cerita-rakyat-belum-
tercatat, (diakses pada tanggal 29 November 2014).
[3] Endraswara, Suwardi, 2009, Metodologi Penelitian Foklor (Konsep, Teori
dan Aplikasi), Yogyakarta : MedPress.
[4] Zuchdi, Darmiati dan Budhiasih, 1997, Pendidikan Bahasa dan Sastra
Indonesia di Kelas Rendah, Jakarta : Depdikbud.
Rumus index % = Total Skor / Y x 100
14
[5] Limanto, Evelyn, 2014, Perancangan Buku Pop Up tentang Duan Wu Jie
untuk Anak Usia 5 – 10 Tahun, Skripsi, Surabaya : Fakultas Seni dan
Desain, Universitas Kristen Petra.
[6] Tjanggora, Edbert, 2012, Perancangan Visual Buku Pop Up “Dunia
Penyu”, Skripsi, Jakarta : Fakultas Komunikasi dan Multimedia,
Universitas Bina Nusantara.
[7] Republik Indonesia, 2002, Undang – Undang No 8 tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Kepulauan Talaud, Jakarta : Lembaran Negara RI
Tahun 2002, No. 21, Sekretariat Negara.
[8] Walukow, Allfian, 2009, Kebudayaan Sangihe, Lenganeng : tidak
diterbitkan.
[9] Pusat Bahasa Depdiknas, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Edisi
Ketiga), Jakarta : Balai Pustaka.
[10] Danandjaja, James, 1984, Folklor Indonesia ; Ilmu Gosip, dongeng, Dan
Lain-lain, Jakarta : PT Pustaka Utama Grafiti.
[11] Birmingham, Duncan, 2006, Pop Up! A Manual of Paper Mechanism,
United Kingdom : Tarquin Publication.
[12] Kurikulum 2013, 2014, Seni Budaya untuk SMP/MTs Kelas VIII Semester I,
Jakarta : Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
[13] Gumelar, M. S., 2011, Comic making, Jakarta : Indeks.
[14] Kamus bisnis, Definisi Target Audience, businessdictionary.com, (diakses
pada tanggal 4 Juni 2015).
[15] Soewignjo, Santosa, 2013, Seni Mengatur Komposisi Warna Digital.
Yogyakarta : TAKA Publisher.
[16] Hendratman, Hendi, 2006, Tip & Trix Computer Graphic, Bandung :
Informatika.
[17] Sarwono, Jonathan, Hary Lubis, 2007, Metode riset untuk desain
komunikasi visual, Bandung : Andi.