peranan wali dalam pernikahan menurutdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/alfiatus soliha_e93215090.pdf ·...

95
PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUT AL-JAS{S{AS{ DAN AL-QURT{UBI< (Analisis Surat Al-Baqarah Ayat 221 dan 232) Skripsi: Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Alquran dan Tafsir Oleh: ALFIATUS SOLIHA NIM. E93215090 JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2019

Upload: others

Post on 14-Dec-2020

10 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUT

AL-JAS{S{AS{ DAN AL-QURT{UBI<

(Analisis Surat Al-Baqarah Ayat 221 dan 232)

Skripsi:

Disusun untuk Memenuhi Tugas Akhir Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Strata Satu (S-1) dalam Ilmu Alquran dan Tafsir

Oleh:

ALFIATUS SOLIHA

NIM. E93215090

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019

Page 2: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUT

AL-JAS{S{AS{ DAN AL-QURT{UBI<

(Analisis Surat Al-Baqarah Ayat 221 dan 232)

Skripsi:

Diajukan kepada

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Pesyaratan

dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)

Oleh:

ALFIATUS SOLIHA

NIM. E93215090

JURUSAN ILMU ALQURAN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

2019

ii

Page 3: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
Page 4: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
Page 5: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
Page 6: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun
Page 7: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiii

ABSTRAK

Alfiatus Soliha, Peranan Wali dalam Pernikahan Menurut Al-Jas}s}as} dan

Al-Qurt}ubi> (Analisis Surat Al-Baqarah ayat 221 dan 232).

Allah menciptakan manusia berpasang-pasangan melalui sebuah ikatan

pernikahan. Pernikahan merupakan suatu ikatan suci bagi pria dan wanita

sebagaimana yang disyariatkan agama dengan maksud dan tujuan yang luhur.

Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan

rukun-rukun pernikahan. Dan salah satu rukun dari pernikahan yaitu adanya wali

nikah. Mengenai peranan wali dalam pernikahan ada perbedaan pendapat

dikalangan ulama’ tafsir dan ulama’ fiqh.

Penelitin ini difokuskan menjadi beberapa masalah yaitu: Pertama,

bagaimana penafsiran Al-Jas}s}as} mengenai peranan wali dalam pernikahan?,

kedua, bagaimana penafsiran Al-Qurt}ubi> mengenai peranan wali dalam

pernikahan?, kemudian Apa persamaan dan perbedaan penafsiran diantara kedua

mufassir tersebut?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan

penafsiran Al-Jas}s}as} mengenai peranan wali dalam pernikahan, untuk

mendeskripsikan penafsiran Al-Qurt}ubi> mengenai peranan wali dalam pernikahan

dan untuk menganalisis persamaan dan perbedaan penafsiran antara Al-Jas}s}as} dan

Al-Qurt}u>bi>.

Penelitian ini menggunakan pendekatan metode muqoron yang biasanya

dikenal dengan metode komparatif, yang bertujuan untuk membandingkan

interpretasi Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> terhadap peranan wali dalam pernikahan.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan tentang

peranan wali dalam pernikahan menurut Al-Jas}s}as} ialah tidak ada keharusan wali

dalam pernikahan. Karena perempuan yang sudah dewasa dan sehat akalnya dapat

berbut atas dirinya sendiri baik yang berhubungan dengan akad nikah maupun

memilih laki-laki yang disukainya dengan tidak bersandar pada walinya, asalkan

dengan laki-laki yang sekufu dengannya. Tetapi jika tidak sekufu dengan pihak

perempuan maka wali mempunyai hak untuk memisahkan keduanya. Sedangkan

Al-Qurt}u>bi> menafsirkan tentang peranan wali dalam pernikahan adalah suatu hal

yang muthlak untuk diadakan baik untuk seorang perawan ataupun seorang janda.

Karena tidak akan sah suatu pernikahan jika tanpa adanya wali dan tidak ada hak

sama sekali bagi perempuan untuk mengakadkan dirinya sendiri maupun

menikahkan saudara perempuannya.

Kata kunci: Al-Jas}s}as}, Al-Qurt}ubi>, Wali nikah.

Page 8: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xiv

DAFTAR ISI

PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................................ iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING .......................................................................... iv

PENGESAHAN TIM PENGUJI ............................................................................. v

MOTTO ................................................................................................................. vi

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii

PEDOMAN TRANSLITERASI ............................................................................ xi

ABSTRAK ............................................................................................................. xi

DAFTAR ISI .......................................................................................................... xv

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ..................................................................................... 6

C. Rumusan Masalah ........................................................................................ 7

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ................................................................. 7

E. Kerangka Teoritik ........................................................................................ 8

F. Telaah Pustaka ............................................................................................. 9

G. Metodologi Penelitian ................................................................................ 10

H. Sistematika Pembahasan ............................................................................ 13

BAB II : MAKNA WALI NIKAH

A. Wali Nikah ................................................................................................. 15

B. Teori yang digunakan Al-jas}s}as} dan Al-qurt}ubi> ........................................ 24

BAB III : BIOGRAFI BESERTA PENAFSIRAN MUFASSIR AL-JAS}S}AS} DAN

AL-QURT}UBI>> DALAM TAFSIR AH{KA<M ALQURA<N DAN

TAFSIR AL-JA<MI’ LI AH{KA<M ALQURA<N

Page 9: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

xv

A. Biografi Tokoh

1. Al-jas}s}as} ................................................................................................. 43

2. Al-qurt}ubi> ............................................................................................... 52

B. Tafsir Ayat-Ayat Terkait Dengan Wali Dalam Pernikahan

1. Ayat dan Terjemah ................................................................................. 62

2. Asbab Al-Nuzul ..................................................................................... 62

3. Penafsiran Al-jas}s}as} dan Al-qurt}ubi> ..................................................... 63

BAB IV: ANALISIS TERHADAP TAFSIR AH{KA<M ALQURA<N DAN

TAFSIR AL-JA<MI’ LI AH{KA<M ALQURA<N TENTANG

PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN

A. Peranan Wali Dalam Pernikahan Menurut Mufassir Al-jas}s}as} dan Al-

qurt}ubi> dalam Tafsir Ah{ka>m Alqura>n dan Tafsir Al-Ja>mi’ Li Ah{ka<m

Alqura>n ....................................................................................................... 73

B. Analisis Persamaan dan Perbedaan Penafsiran dari Mufassir Al-jas}s}as} dan

Al-qurt}ubi> Dalam Tafsir Ah{ka>m Alqura>n dan Tafsir Al-Ja>mi’ Li Ah{ka<m

Alqura>n ....................................................................................................... 77

BAB V: PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................ 81

B. Saran ........................................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 83

Page 10: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Agama Islam adalah agama fitrah dan manusia adalah makhluk ciptaan

Allah yang ada di bumi yang paling sempurna dan mulia diantara makhluk lainnya

yaitu diberi akal, dengan adanya akal manusia bisa mengetahui mana perkara yang

hak dan yang bathil. Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang mempunyai

naluri manusiawi yang perlu mendapatkan pemenuhan. Pemenuhan naluri manusiawi

salah satunya adalah keperluan biologis yang dapat disalurkan melalui pernikahan.1

Pernikahan menurut Islam merupakan tuntunan agama yang perlu mendapat

perhatian, sehingga tujuan melangsungkan pernikahan hendaknya ditujukan untuk

memenuhi petunjuk agama.2

Dalam Islam, pernikahan merupakan salah satu perintah agama kepada

orang yang mampu untuk melaksanakannya. Dan juga merupakan sunnah Rasulullah

yang bertujuan untuk melanjutkan keturunan dan menjaga manusia dari perbuatan-

perbuatan yang dilarang oleh syara’. Allah menciptakan makhluk berpasang-

pasangan dan berjodoh-jodohan baik hewan, tumbuhan dan manusia dalam

kehidupan adalah pernikahan. Firman Allah SWT:

1Anwar Harjomo, Hukum Islam Keluasan dan keadilan (Jakarta: Bulan Bintang, 1987), 220. 2Nasaiy Aziz, Ketidak-Mutlakan Laki-Laki dalam Perwalian Nikah menurut Perspektif Ulama tafsir, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 2, Oktober 2012, 135.

Page 11: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

2

3 “Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat

akan kebesaran Allah.”4

Ayat ini menjelaskan bahwa setiap makhluk diciptakan oleh Allah dan

sesungguhnya Allah juga menciptakan jodohmu dengan berlainan denganmu dari

bentuk dan juga tujuannya. Masing-masing dari keduanya merupakan jodoh bagi

yang lain.

Pernikahan merupakan ikatan suci bagi pria dan wanita sebagaimana yang

disyariatkan agama dan dengan maksud dan tujuan yang luhur. Pernikahan akan

berperan setelah masing- masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif

dalam mewujudkan tujuan dari pernikahan itu sendiri.5 Pernikahan yang dilaksanakan

oleh seorang pria dan seorang wanita, baik yang masih sendiri atau belum pernah

menikah maupun yang sudah pernah menikah baik janda maupun duda itu merupakan

sendi dasar dari terbentuknya keluarga yaitu unit penting untuk pembentukan pribadi

dan pembinaan masyarakat, yang bertujuan untuk mencapai keluarga yang sakinah

mawaddah wa rahmah.6 Oleh karena itu, dibutuhkan norma-norma untuk mengatur

pernikahan dengan segala syarat dan rukun tertentu agar penetapan dan tujuan

pernikahan dapat tercapai.

Untuk memenuhi ketentuan tersebut, maka pernikahan harus dilaksanakan

sesuai ketentuan syari’at Islam, yaitu dengan cara yang sah. Suatu pernikahan

3Alquran, 51: 49. 4Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan., 36. 5Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1 (Bandung: Pustaka Setia, 1999), 9. 6Rahmat Hakim, Hukum Perkawinan Islam (Bandung: Pustaka Setia,2000), 13

Page 12: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

3

dianggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun pernikahan. Dan salah

satu syarat atau rukun pernikahan adalah adanya wali nikah.7

Dalam Alquran ada beberapa ayat yang berhubungan dengan wali dalam

pernikahan yang menjadi perbedaan pendapat ulama’. Ayat-ayat yang menjadi pokok

kajian dalam pembahasan peranan wali dalam pernikahan adalah Surat Al-Baqarah

ayat 221 dan ayat 223

8

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,

walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran.”9

10

7Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2012), 46. 8Alquran, 2: 221. 9Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan (Jakarta:TP, 1982), 34. 10Alquran, 2: 232.

Page 13: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

4

“Apabila kamu mentalak isteri- isterimu, lalu habis iddahnya, maka janganlah kamu

(para wali) menghalangi mereka untuk kawin lagi dengan bakal suaminya, apabila

terdapat kerelaan diantara mereka dengan cara yang ma’ruf itulah yang dinasehatkan

kepada orang- orang yang beriman diantara kamu kepada Allah dan hari kemudian itu

lebih baik bagimu dan lebih suci Allah Mengetahui, sedang kamu tidak

Mengetahui.”11

Dalam kajian fiqh, adanya wali dalam pernikahan diperdebatkan oleh

beberapa ulama’. Imam Malik berpendapat bahwa tidak ada pernikahan tanpa wali,

dan wali merupakan syarat sah dari pernikahan. Pendapat ini juga dikemukakan oleh

Imam Syafi’i. Sedangkan Imam Abu Hanifah, Abu Yusuf, Zufar, Al-Sya’bi dan Al-

Zuhri berpendapat bahwa sesungguhnya seorang perempuan yang berakal dan dewasa

berhak mengurus langsung akan dirinya sendiri termasuk dalam akad nikah, baik ia

gadis. Jika calon suami sebanding atau sekufu dengannya, maka pernikahannya

diperbolehkan, begitupun juga sebaliknya.12 Berbeda dengan Abu Dawud, ia

memisahkan antara gadis dan janda dengan syarat adanya wali pada gadis dan tidak

mensyaratkannya pada seorang janda. Pendapat lain mengatakan bahwa persyaratan

wali itu hukumnya sunnah bukan fardhu, karena mereka berpendapat bahwa adanya

waris mewarisi antar suami dan istri yang perkawinannya terjadi tanpa menggunakan

wali, juga wanita terhormat itu boleh mewakilkan kepada seorang laki-laki untuk

menikahkannya.13

Dalam menafsirkan ayat tentang wali diatas, ulama’ tafsir juga berbeda

pendapat. Al-Qurt}ubi> menganggap khithab yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut

11Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan (Jakarta:TP, 1982), 36. 12Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1,..84. 13Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat,..60.

Page 14: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

5

khusus ditujukan kepada wali.14 Dengan ayat yang sama juga, Al-Jas}s}as} menafsirkan

bahwa khithab yang dimaksud ditujukan kepada semua orang termasuk wali di

dalamnya.15 Apabila khithab yang ditunjukkan pada ayat-ayat di atas khusus

ditunjukan kepada wali, sebagian ulama’ berpendapat bahwa adanya wali laki-laki

dalam penikahan adalah muthlak.16 Dan sebaliknya apabila khithab yang dimaksud

ayat diatas ditujukan kepada semua orang termasuk wali di dalamnya berarti adanya

wali tidak muthlak dalam pernikahan. Hal ini berarti wanita yang telah memenuhi

syarat pernikahan dapat menjadi wali untuk dirinya sendiri dalam pernikahan.17

Dari kedua mufassir diatas, tampaknya berbeda pendapat terkait adanya wali

dalam pernikahan, dikarenakan berbedanya madzhab yang dianut oleh kedua

mufassir. Al- Jas}s}as} adalah penganut madzhab Hanafi yang sangat fanatik dan buta

madzhab sehingga memaksa-maksakan penafsiran dan penakwilannya untuk

mendukung madzhab yang dianut. Sedangkan Al-Qurt}u>bi> adalah penganut madzhab

Maliki yang tidak fanatik sehingga ia menafsirkan Alquran dengan apa adanya yang

ada di dalam Alquran dan tidak terlalu berpegang teguh dengan pendapat imam

madzhab yang dianutnya.18

Dari perbedaan pendapat tersebut, penulis tertarik untuk membahas lebih

lanjut tentang judul ini, selain berbeda pendapat dalam menafsirkan sebuah ayat

14Al-Qurthu>bi>, Al-Jami’ Li Ahkam Alquran, Juz III (Beirut: Dar Al-Fikr, 1995), 146. 15Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap(Jakarta: Rajawali Pers,

2009), 136. 16Ibid,...137. 17Al-Jaṣsaṣh, Ahkaam al Qur’an, Juz II (Kairo: Mathba’at Abd Rahman, t.t.), 101. 18Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah (Yogyakarta: TH-Press, 2010), 73.

Page 15: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

6

tentunya dalam metode atau langkah- langkah mufassir dalam menafsirkan ayat juga

berbeda. Untuk itu penulis akan mencari perbedaan maupun persamaan metode yang

digunakan mufassir sehingga pendapat yang sudah dijadikan pedoman para mufassir

tersebut juga bisa diterima oleh umat yang lain.

Maka dari itu, penelitian ini akan memaparkan bagaimana Al-Jas}s}as} dan Al-

Qurt}ubi> memahami khitab mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan wali di atas

dalam tafsirnya yaitu Tafsir Ah}ka>m Alqura>n dan Tafsir Li Ah}ka>m Alqura>n . Dan di

penelitian ini akan menganalisis metode yang diterapkan oleh para mufassir salah

satuya adalah Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> karena kedua mufassir tersebut berbeda

pendapat terkait dengan tema yang sudah tertera.

B. Identifikasi Masalah dan Batasan Masalah

Dari pemaparan latar belakang, dapat diidentifikasi beberapa masalah yang

timbul terkait dengan peranan wali dalam pernikahan menurut Al-Jas}s}as} dan Al-

Qurt}u>bi meliputi:

1. Apa yang dimaksud dengan wali nikah

2. Apa pendekatan ulumul quran yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi> dalam

menafsirkan Alquran

3. Bagaimana biografi Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi>

4. Bagaimana penafsiran Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi> berkaitan dengan tema diatas

5. Metode apa yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> dalam menafsirkan ayat

Page 16: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

7

6. Apa perbedaan teori yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> sehingga keduanya

memiliki perbedaan dalam menafsirkan sebuah ayat

Dari identifikasi diatas, penelitian ini hanya fokus pada pendapat kedua

mufassir yaitu Al-Jas}s}as} da Al-Qurt}u>bi> mengenai penafsiran ayat tentang wali nikah.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, dapat dirumuskan beberapa

permasalahan untuk memperkuat fokus penelitian ini diantaranya:

1. Bagaimana penafsiran Al-Jas}s}as} mengenai peranan wali dalam pernikahan?

2. Bagaimana penafsiran Al-Qurthu>bi> mengenai peranan wali dalam pernikahan?

3. Apa persamaan dan perbedaan penafsiran diantara kedua mufassir tersebut?

D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, penelitian ini mempunyai beberapa

tujuan, diantaranya:

1. Untuk mendeskripsikan penafsiran Al-Jas}s}as} mengenai peranan wali dalam

pernikahan

2. Untuk mendeskripsikan penafsiran Al-Qurt}ubi> mengenai peranan wali dalam

pernikahan

3. Untuk menganalisis persamaan dan perbedaan penafsiran antara Al-Jas}s}as} dengan

Al-Qurt}ubi>

Page 17: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

8

E. Kerangka Teoritik

Penelitian ini memposisikan bagaimana wali dalam pernikahan dan tentang

teori Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> yang digunakan dalam menafsirkan suatu ayat. Oleh

karena itu, pengertian dari wali dan teori-teori yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-

Qurt}u>bi> sebagai acuan dari penelitian ini.

Makna perwalian menurut bahasa adalah rasa cinta dan pertolongan. Bisa

juga diartikan kekuasaan atau kemampuan. Sedangkan menurut istilah, yang

dimaksud dengan wali adalah seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk

bertindak terhadap dan atas nama orang lain adalah karena orang lain itu memiliki

suatu kekurangan pada dirinya yang tidak memungkinkan ia bertindak sendiri secara

hukum, baik dalam urusan bertindak atas harta atau atas dirinya.19

Mengenai peranan wali dalam pernikahan, ada perbedaan pendapat para

ulama’ madzhab secara prinsip sebagai berikut: Ulama’ Hanafiyah dan Ulama’

Syi’ah Imamiyah berpendapat bahwa untuk perempuan yang sudah dewasa dan sehat

akalnya dapat melangsungkan sendiri akad perkawinannya tanpa adanya wali.

Sedangkan Ulama’ Syafi’iyah dan Ulama’ Hanabilah berpendapat bahwa setiap akad

perkawinan dilakukan oleh wali, baik itu perempuan dewasa atau masih kecil, janda

atau masih perawan, sehat akalnya atau tidak..20 Sedangkan pendapat Imam Malik

menurut riwayat Asyhab, wali mutlak dalam suatu pernikahan dan tidak sah

pernikahan tanpa adanya wali.

19Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta:Kencana, 2006, 2014), 69. 20Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat… ,166.

Page 18: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

9

Pada wali disyaratkan beberapa syarat yang disepakati oleh para fuqaha’:

Kemampuan yang sempurna: baligh, berakal, merdeka dan adanya kesamaan agama

antara orang yang mewalikan dengan orang yang diwalikan.

Dalam menafsirkan Alquran disyaratkan untuk menguasai teori uumul

quran. Berikut salah satu teori ulu>mul qura>n yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-

Qurt}u>bi> dalam menafsirkan Alquran yaitu dengan menggunakan teori asbab al-nuzul,

teori munasabah dan teori qira’at.

F. Telaah Pustaka

Sejauh penelusuran yang telah dilakukan, belum ada penelitian terdahulu yang

membahas spesifik seperti tema di atas. Akan tetapi, ditemukan beberapa karya

ilmiah yang ada kaitannya dengan tema yang penulis angkat. Adapun karya yang

ditemukan di antaranya:

1. “Wali Nikah Beda Agama Dalam Perspektif Madzhab Sunni Dan Syi’ah” judul

skripsi yang ditulis oleh Naharia yang mana di dalamnya membahas bagaimana

perwalian beda agama menurut madzhab Sunni dan Syi’ah.

2. “Wali Nikah Dalam Hukum Islam” adalah judul skripsi yang ditulis oleh M.

Wadis yang mana di dalamnya membahas tentang bagaimana wali nikah menurut

hukum islam.

3. “Perspektif Kiai Krapyak Mengenai Wali Nikah Dalam Pandangan Abu Hanifah”

judul skripsi yang ditulis oleh Su’udi Al- Asyari yang dalam nya membahas

Page 19: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

10

tentang bagaimana pandangan seorang Kiyai yang ada di Krapyak tentang wali

nikah dalam sudut pandang Abu Hanifah.

4. “Kedudukan Anak Kandung Menjadi Wali Nikah Ibunya Menurut Perpsektif Fiqih

Munakahat” judul skripsi yang ditulis oleh Mario Guno yang di dalamnya

membahas tentang anak yang akan menjadi wali nikah untuk ibunya menurut

Fiqih Munakahat.

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang diterapkan dalam menyelesaikan penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research), yakni

metode pengumpulan data dengan melakukan kegiatan kepustakaan melalui buku-

buku, skripsi, jurnal, karya ilmiah, penelitian terdahulu, dan lain sebagainya yang

berkaitan dengan penelitian yang sedang dilakukan, dengan cara pengutipan baik

secara langsung maupun tidak langsung, selanjutnya data tersebut dibahas dan

dianalisis. Adapun dalam penelitian ini hanya terfokus pada sumber data primer

yaitu Tafsi>r Ahka>m Alqura>n karya Al- Jas}s}as} dan Tafsi<r Al- Ja>mi’ Li Ahka>m

Alqura>n karya Al-Qurt}ubi<.

Adapun sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kualitatif, yakni jenis penelitian yang hasil penemuannya didapatkan tidak melalui

prosedur pengukuran atau statistik.

Page 20: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

11

2. Metode Pendekatan

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode komparatif

yaitu membandingkan antara dua redaksi yang bermiripan atau lebih, atau

membandingkan antara ayat dengan hadis, atau antara berbagai pendapat mufassir

dalam menafsirkan suatu ayat sebagaimana yang telah disebutkan21.

Selain itu, digunakan metode analitis yaitu membicarakan asbab al-

nuzul, munasabat dan aspek- aspek lainnya yang berkaitan dengan ayat yang

ditafsirkan seperti halnya kosakata, susunan kalimat dan lain sebagainya. Dari

pengertian tersebut maka paling penting nantinya akan mencari asbab al- nuzul

dari ayat yang dengan tema untuk mengetahui asal usul turunnya ayat tersebut, dan

munasabah ayat sebelumnya dari ayat yang sudah tertera pada topik pembahasan

tersebut. Dalam hal ini penulis mengambil pendapat Al- Jassash dan Al- Qurtubi

sebagai penafsiran mengenai ayat-ayat yang berkaitan dengan hukum.

3. Sumber Data

Adapun sumber yang digunakan dalam menyelesaikan penelitian ini

adalah bersumber pada referensi yang ada kaitannya dengan permasalahan di atas,

yang mana sumber data dibagi menjadi dua, yakni sumber data primer dan

sekunder.

a. Sumber data primer

Sumber data primer, yakni Tafsir Ahkam Alquran karya Al- Jassash

dan TafsirAl- Jami’ Li Ahkam Alquran karya Al- Qurtubi.

21Nasruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar Offset, 2012), 65.

Page 21: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

12

b. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder, yakni buku- buku yang ada kaitannya dengan

pembahasan tema dalam penelitian ini, antara lain yaitu:

1) Fiqih Islam Wa Adillatuhu karya Prof. Dr. Wahbah Zuhaili.

2) Fiqih Munakahat karya Drs. Slamet Abidin.

3) Fikih Munakahat karya Prof. Dr. H.M.A. Tihami, M.A., M.M. dan Drs.

Sohari Sahrani, M.M., M.H.

4) Metodologi Penafsiran Al-Quran karya Nasruddin Baidan

4. Teknik Pengumpulan Data

Mengenai pengumpulan data, penulis menggunakan metode atau teknik

library research, yaitu mengumpulkan data-data melalui bacaan dan literatur-

literatur yang ada kaitannya dengan pembahasan penulis. Dan sebagai sumber

pokoknya adalah Alquran dan Tafsir Ahkam Alquran karya Al- Jassash dan

TafsirAl Jami’ Li Ahkam Alquran karya Al- Qurtubi penafsirannya, kitab , serta

sebagai penunjangnya yaitu buku-buku ke-Islaman dan beberapa jurnal ilmiah.

5. Teknik Pengolahan Data

Mayoritas cara atau teknik yang digunakan dalam pembahasan ini adalah

dengan mengumpulkan beberapa data yang terkait dengan fok us permasalahan,

kemudian mengklarifikasi sesuai dengan sub bab dan penyusunan yang akan

digunakan dalam penelitian berdasarkan konsep kerangka yang sebelumnya telah

dipersiapkan.

Page 22: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

13

6. Teknik Analisis Data

Pada teknik ini, penulis menggunakan dua macam teknik, yaitu :

a) Metode deduktif, yaitu metode yang digunakan untuk menyajikan bahan atau

teori yang sifatnya umum untuk kemudian diuraikan dan diterapkan secara

khusus dan terperinci.

b) Metode induktif, yaitu metode analisis yang berangkat dari fakta-fakta yang

khusus lalu ditarik suatu kesimpulan yang bersifat umum.

H. Sistematika Pembahasan

Keseluruhan penulisan ini akan disusun dalam rangkaian bab sebagai

berikut:

Bab pertama berisi pendahuluan. Pada bab ini akan dikemukakakn latar

belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah, rumusan masalah,

tujuan dan kegunaan penelitian, telaah pustaka, metodologi penelitian, dan

sistematika pembahasan. Selain itu, pada bab ini juga akan dijelaskan pengertian serta

dalam bab ini juga digunakan sebagai pedoman, acuan, dan arahan sekaligus target

penelitian, agar penelitian dapat terlaksana secara terarah dan pembahasannya tidak

melebar.

Bab dua berisi tentang teori secara umum terkait dengan wali nikah dan teori

yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt{u>bi>. Dimana pada bab ini menjelaskan

gambaran umum tentang wali nikah dan teori ulu>mul qura>n apa saja yang digunakan

oleh Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt{u>bi> dalam menafsirkan ayat-ayat tentang wali.

Page 23: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

14

Bab ketiga membahas tentang biografi mufassir yaitu Al-Jas}s}as} dan Al-

Qurt{u>bi> disertai dengan karya-karyanya, dan penafsiran ayat-ayat tentang wali dari

kedua tokoh mufassir yaitu Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt{u>bi>.

Bab keempat berisi tentang analisis gambaran Al-Jas}s}as} dan Al-Qurtu>bi>,

serta persamaan dan perbedaan diantara kedua tokoh tersebut.

Bab kelima membahas penutup, dimana pada bab ini merupakan hasil akhir

dari penelitian ini, yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Page 24: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

15

BAB II

MAKNA WALI

A. Wali Nikah

1. Definisi Wali

Makna perwalian menurut bahasa adalah rasa cinta dan pertolongan,

sebagaimana difirmankan oleh Allah:

1 “Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang

beriman yang mendirikan sholat dan menuaikan zakat, seraya mereka tunduk

(kepada Allah).”2

Juga dalam firman-Nya:

3 “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain.”4

Bisa juga diartikan kekuasaan atau kemampuan.Dikatakan al-wali yang

berarti pemilik kekuasaan.5

Sedangkan menurut Abdur Rahman Ghazali, perwalian dalam arti umum

yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan wali. Dan wali mempunyai banyak

arti, yaitu:

a. Orang yang menurut hukum agama, adat diserahi kewajiban mengurus anak

yatim serta hartanya sebelum anak itu dewasa.

1Alquran, 5:56. 2Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan (Jakarta:TP, 1982), 118. 3Alquran, 9: 71. 4Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan.,199. 5Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyi al-Kattani, (Jakarta: Gema Insani,

2011), 178.

Page 25: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

16

b. Pengasuh pengantin perempuan pada waktu menikah (yaitu yang melakukan

janji nikah dengan pengantin laki-laki).

c. Orang saleh penyebar agama

d. Kepala pemerintah.6

Sedangkan dalam istilah, fuqaha’ memiliki makna yaitu kemampuan untuk

langsung bertindak tanpa bergantung pada izin seseorang.Orang yang

melaksanakan akad ini dinamakan wali. Termasuk diantaranya adalah firman

Allah: “Hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur”. (QS. Al-Baqarah:282).

Sebab disyariatkan perwalian dalam menikahkan anak kecil dan orang-orang

gila yaitu perwalian yang bersifat harus.Yang berupa perlindungan terhadap

kepentingan mereka, serta penjagaan hak-hak mereka akibat ketidakmampuan dan

kelemahan mereka agar jangan sampai hak mereka hilang ataupun tersia-siakan.

Menurut Amir Syarifuddin yang dimaksud dengan wali secara umum adalah

seseorang yang karena kedudukannya berwenang untuk bertindak terhadap dan

atas nama orang lain adalah karena orang lain itu memiliki suatu kekurangan pada

dirinya yang tidak memungkinkan ia bertindak sendiri secara hukum, baik dalam

urusan bertindak atas harta atau atas dirinya. Dalam pernikahan, wali adalah

seseorang yang bertindak atas nama mempelai perempuan dalam suatu akad nikah.

Akad nikah dilakukan oleh dua pihak, yaitu laki-laki yang dilakukan oleh

mempelai laki-laki itu sendiri dan pihak perempuan yang dilakukan oleh walinya.7

6Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2012), 22. 7Amir Syarifuddin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Jakarta:Kencana, 2006, 2014), 69.

Page 26: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

17

2. Kedudukan wali dalam perkawinan menurut para ulama’ fiqih

Keberadaan seorang wali dalam akad nikah adalah suatu yang mesti dan

tidak sah akad pernikahan yang tidak dilakukan oleh wali.Wali ditempatkan

sebagai rukun dalam perkawinan menurut kesepakatan ulama’ secara prinsip.

Dalam akad perkawinan itu sendiri wali dapat berkedudukan sebagai orang yang

bertindak atas nama mempelai perempuan dan dapat pula sebagai orang yang

diminta persetujuannya untuk kelangsungan pernikahan tersebut.

Dalam kedudukannya sebagai orang yang bertindak atas nama mempelai

perempuan dalam melakukan akad terdapat perbedan pendapat di kalangan

ulama’. Terhadap mempelai yang masih kecil tidak dapat melakukan akad dengan

sendirinya dan oleh karenanya akad tersebut dilakukan oleh walinya. Namun

terhadap perempuan yang telah dewasa baik ia janda ataupun ia perawan, ulama’

berbeda pendapat. Beda pendapat itu disebabkan oleh karena tidak adanya dalil

yang pasti yang dapat dijadikan rujukan.8

Ada dua perbedaan pendapat para ulama’ madzhab secara prinsip sebagai

berikut:

a. Ulama’ Hanafiyah dan Ulama’ Syi’ah Imamiyah berpendapat bahwa untuk

pernikahan anak kecil baik sehat akal atau tidak sehat akal diwajibkan adanya

wali yang akan mengakadkan pernikahannya. Sedangkan perempuan yang

sudah dewasa dan sehat akalnya dapat melangsungkan sendiri akad

perkawinannya tanpa adanya wali.

8Ibid., 69.

Page 27: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

18

b. Ulama’ Syafi’iyah dan Ulama’ Hanabilah berpendapat bahwa setiap akad

perkawinan dilakukan oleh wali, baik itu perempuan dewasa atau masih kecil,

janda atau masih perawan, sehat akalnya atau tidak. Tidak ada hak sama sekali

bagi perempuan untuk mengakadkan perkawinannya. Akan tetapi apabila

seorang anak kecil menginjak baligh dalam keadaan mengerti lalu terkena ke-

safih-an (idiot), maka perwaliannya khusus berada ditangan hakim, tidak pada

ayah atau kakeknya, apalagi pada pada orang-orang yang menerima wasiat dari

mereka berdua.9

c. Pendapat Imam Malik menurut riwayat Asyhab, wali mutlak dalam suatu

pernikahan dan tidak sah pernikahan tanpa adanya wali.

d. Ulama’ Zhahiriyah berpendapat bahwa untuk perempuan yang masih kecil atau

tidak sehat akal diwajibkan adanya wali, sedangkan untuk perempuan yang

sudah dewasa yang diwajibkan adalah izin dari wali untuk melangsungkan

pernikahan.10

3. Macam-macam Wali

Wali Nikah ada empat macam yaitu:

a) Wali Nasab

Wali Nasab adalah wali nikah karena ada hubungan nasab dengan wanita

yang akan melangsungkan pernikahan. Tentang urutan wali nasab, terdapat

perbedaan pendapat diantara ulama’ fiqih.Imam Malik mengatakan bahwa

9Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat… ,166. 10Ibid,.. 74.

Page 28: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

19

perwalian itu didasarkan atas keabsahan kecuali anak laki-laki, dan keluarga

terdekat lebih berhak untuk menjadi wali.

Selanjutnya, ia mengatakan anak laki-laki sampai ke bawah lebih utama,

kemudian ayah sampai keatas, kemudian saudara-saudara lelaki seayah ibu,

kemudian saudara lelaki seayah saja, kemudian anak lelaki dari saudara-saudara

lelaki seayah saja, lalu kakek dari pihak ayah, sampai keatas.

Imam Syafi’i memegangi keabsahan, yakni bahwa anak lelaki tidak

termasuk asabah seorang wanita. Sedangkan Imam Malik tidak menganggap

asa>bah pada anak. Jumhur ulama’ fikih berpendapat bahwa urutan-urutan wali

adalah sebagai berikut:

1) Ayah seterusnya ke atas

2) Saudara laki-laki ke bawah

3) Saudara laki-laki ayah ke bawah

b) Wali hakim

Wali hakim adalah wali nikah dari hakim atau qa>dhi>. Orang yang berhak

menjadi wali hakim adalah: kepala pemerintahan (sultho>n), khali>fah

(pemimpin), penguasa (rai>s) atau qadi nikah yang diberi wewenang dari kepala

Negara untuk menikahkan wanita yang berwali hakim. Apabila tidak ada orang-

orang tersebut, maka wali hakim dapat diangkat oleh orang-orang yang

terkemuka dari daerah tersebut atau orang-orang alim (ahlu al-halli wa al-

‘aqdi). Adanya wali hakim apabila terjadi hal-hal sebagai berikut:

Page 29: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

20

1) Tidak ada wali nasab

2) Tidak cukup syarat-syarat wali aqrab ataupun wali ab’ad

3) Wali aqrab ghaib atau pergi dalam perjalanan sejauh kurang lebih 92.5

atau dua hari perjalanan

4) Wali aqrab dipenjara dan tidak bisa ditemui

5) Wali aqrabnya ‘adhol

6) Wali aqrabnya berbelit-belit (mempersulit)

7) Wali aqrabnya sedang ihram

8) Wali aqrabnya sendiri akan menikah

9) Wanita yang dinikahkan gila, tetapi sudah dewasa dan wali mujbir tidak

ada.

c) Wali tahkim

Wali yang diangkat oleh calon suami atau calon istri. Wali tahkim terjadi

apabila:

1) Wali nasab tidak ada

2) Wali nasab gaib atau bepergian sejauh dua hari perjalanan dan tidak ada

wakilnya disitu

3) Tidak ada qadhi atau pegawai pencatat nikah, talak dan rujuk (NTR)11

d) Wali maula

Wali maula yaitu wali yang menikahkan budaknya, artinya majikannya

sendiri.Laki-laki boleh menikahkan perempuan yang berada dalam

11Ibid,.. 74.

Page 30: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

21

perwaliannya bilamana perempuan itu rela menerimanya.Perempuan yang

dimaksud adalah hamba sahaya yang berada di dalam kekuasaannya.

e) Wali mujbir dan wali ‘adhol

Bagi orang yang kehilangan kemampuannya, seperti orang gila,

perempuan yang belum mencapai umur mumayyiz, termasuk perempuan yang

masih gadis, maka boleh dilakukan wali mujbir atas dirinya.

Yang dimaksud dengan berlakunya wali mujbir yaitu seorang berhak

menikahkan perempuan yang diwalikannya diantara golongan tersebut tanpa

menanyakan pendapat mereka terlebih dahulu, da berlaku juga bagi orang yang

diwalikan tanpa melihat ridha atau tidaknya.

Adapun yang dimaksud dengan ijbar (mujbir) adalah hak seorang ayah

(ke atas) untuk menikahkan anak gadisnya tanpa persetujuan yang bersangkutan

dengan syarat-syarat tertentu, yaitu:

1) Tidak ada rasa permusuhan antara wali dengan perempuan yang menjadi

wilayat (calon pengantin wanita)

2) Calon suaminya sekufu dengan calon istri atau lebih tinggi.

3) Calon suami sanggup membayar mahar pada saat dilangsungkan akad nikah.

Apabila syarat-syarat tersebut tidak terpenuhi, maka hak ijbar menjadi

gugur.Sebenarnya ijbar bukan harus diartikan paksaan, tetapi lebih cocok bila

diartikan pengarahan.12Dikatakan wali yang tidak mujbir adalah:

1) Wali selain ayah, kakek dan terus keatas

12Ibid., 75.

Page 31: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

22

2) Wilayatnya terhadap wanita-wanita yang sudah baligh dan mendapat

persetujuan dari yang bersangkutan.

3) Bila calon pengantin wanitanya janda maka izinnya harus jelas baik secara

lisan atau tulisan.

4) Bila calon pengantin wanitanya gadis, maka cukup dengan diam.

Apabila wali itu tidak mau menikahkan wanita yang sudah baligh yang

akan menikah dengan seorang pria yang sekufu,maka dinamakan wali ‘adhol.

Apabila terjadi seperti itu, maka perwalian langsung pindah kepada wali hakim

(Qadhi>) bukan kepada wali ab’ad, karena wali ‘adhol adalah dzalim sedangkan

yang menghilangkan sesuatu yang dzalim adalah hakim.Tapi jika ‘adhol-nya

sampai tiga kali, berarti dosa besar dan fasiq maka perwaliannya pindah ke wali

ab’ad.

Lain hal-nya kalau adhol-nya itu karena sebab nyata yang dibenarkan

oleh syara’, maka disebut tidak adhol, seperti wanita yang menikah dengan pria

yang tidak sekufu atau menikah maharnya dibawah misil atau wanita dipinang

oleh pria lain yang lebih pantas (kufu) dari peminang pertama.13

4. Syarat wali

Para ulama’ madzhab sepakat bahwa wali dan orang-orang yang menerima

wasiat untuk menjadi wali, dipersyaratkan harus baligh, mengerti dan seagama,

13Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1..,96.

Page 32: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

23

bahkan banyak diantara mereka yang mensyaratkan bahwa wali itu harus adil,

sekalipun ayah ataupun kakek.14

Pada wali disyaratkan beberapa syarat yang disepakati oleh para fuqaha’:

a) Kemampuan yang sempurna: baligh, berakal, merdeka.

b) Adanya kesamaan agama antara orang yang mewalikan dengan orang yang

diwalikan.

Ada juga sebagian fuqaha’ telah sepakat bahwa sifat-sifat seorang wali

adalah harus islam, dewasa dan laki-laki. Akan tetapi berbeda pendapat dalam hal

wali dari hamba sahaya, orang fasiq dan orang bodoh.

Mengenai kecerdikan (al-rusyd) menurut madzhab Maliki tidak termasuk

syarat dalam perwalian.Pendapat senada juga dikemukakan oleh imam Abu

Hanifah.Akan tetapi, Imam Syafi’i berpendapat bahwa kecerdikan menjadi syarat

dalam perwalian.Sama halnya dengan pendapat Asyhab dan Abu

Musy’ab.Perbedaan ini disebabkan oleh kemiripan kekuasaan dalam menikahkan

dengan kekuasaan (perwalian) dalam urusan harta benda.Dengan demikian, dapat

dikemukakan bahwa orang yang bodoh tidak sah menjadi wali.

Bagi fuqaha’ yang berpendapat bahwa kecerdikan merupakan syarat dalam

perwalian untuk menikahkan bersama ketiadaannya pada perwalian dalam urusan

harta benda, mereka berkata bahwa seorang wali tidak disyaratkan harus cerdik

dalam urusan harta benda, mereka mengatakan bahwa seorang wali tidak

disyaratkan harus cerdik pula dalam urusan harta benda.

14Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat,…169.

Page 33: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

24

Sedangkan bagi fuqaha’ yang berpendapat bahwa kecerdikan itu tidak

diisyaratkan dalam perwalian, maka mereka mengharuskan adanya kecerdikan

dalam masalah harta benda.

Dengan demikian dalam hal ini terdapat dua bagian yaitu kecerdikan dalam

urusan harta berlainan dengan kecerdikan dalam memilih calon suami yag patut

untuk wanita.

Dalam masalah keadilan, ulama’ juga berbeda pendapat dalam kaitannya

dengan kekuasaan untuk menjadi wali, apabila tidak terdapat keadilan maka tidak

dapat dijamin bahwa wali tidak akan memilihkan calon suami yang seimbang bagi

wanita yang berada di bawah perwaliannya.

Sedangkan tentang hamba sahaya, karena tidak sempurnanya maka terdapat

perselisihan tentang perwaliannya sebagaimana diperselisihkan tentang

keadilannya.15

B. Teori yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi>

Kajian ilmu- ilmu syariat pada umumnya dan ilmu tafsir pada khususnya

merupakan aktifitas yang harus memperhatikan dan mengetahui sejumlah syarat dan

adab agar dengan demikian jernihlah salurannya serta terpeliharalah keindahan

wahyu dan keagungannya. Salah satu syarat atau alat untuk menafsirkan Alquran

adalah mengetahui tentang pokok-pokok ilmu yang berkaitan dengan Alquran seperti

15Slamet Abidin, Fiqih Munakahat 1.., 98.

Page 34: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

25

ilmu qira’at, ilmu makki madani, dan lainnya.16 Berikut salah satu teori ulum Alquran

yang digunakan Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}u>bi> dalam menafsirkan Alquran yaitu:

1. Asbab Al-Nuzul

a. Pengertian Asbab Al-Nuzul

Kata Asbab al-Nuzul terdiri atas kata asbab dan al-nuzul. Asbab adalah

kata jamak dari kata sabab, sabab yang secara etimologis berarti sebab, alasan,

illat (dasar logis), perantaraan, wasilah pendorong (motivasi), tali kehidupan,

persahabatan, hubungan kekeluargaan, kerabat, asal, sumber dan jalan.Yang

dimaksud dengan nuzul ialah turun. Maka, asbabal-nuzul merupakan

pengetahuan mengenai sebab-sebab yang melatarbelakangi turunnya surat, atau

ayat Alquran secara keseluruhan dari Allah kepada Nabi Muhammad melalui

perantaraan malaikat Jibril.17

Secara terminologi, M.Hasbi ash-Shiddiqie mendefinisikan asbab al-

nuzul sebagai suatu kejadian yang karenanya Alquran diturunkan untuk

menerangkan hukum pada hari timbulnya kejadian itu serta suasana yang di

dalamnya Alquran diturunkan dan membicarakan sebab itu, baik diturunkan

langsung sesudah terjadi sebab tersebut atau lantaran adanya suatu hikmah.

Banyak pengertian terminologi tentang asbab al-nuzul yang dirumuskan

oleh para ulama’, diantaranya:

16Manna’ Khalil Al-Qattan, terj.Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor:Pustaka Litera

AntarNusa, 2013), 465. 17Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2017), 204.

Page 35: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

26

1) Menurut Al-Zarqani: Asbab Al-Nuzul adalah khusus atau sesuatu yang

terjadi seta ada hubungannya dengan turunnya ayat alquran sebagai penjelas

hukum hukum pada saat peristiwa itu terjadi.

2) Menurut Al-Shabuni: Asbab Al-Nuzul adalah peristiwa atau kejadian yang

menyebabkan turunnya satu atau beberapa ayat mulia yang berhubungan

dengan peristiwa dan kejadian tersebut, baik berupa pertanyaan yang

diajukan kepada Nabi atau yang berkaitan dengan urusan agama.

3) Menurut Shubhi Shalih: Asbab Al-Nuzul adalah sesuatu yang menjadi sebab

turunnya satu atau beberapa ayat Alquran terkadang menyiratkan peristiwa

itu sebagai respon atasnya. Atau sebagai penjelas terhadap hukum-hukum di

saat peristiwa itu terjadi.

4) Menurut Al-Qatthan: Asbab Al-Nuzul adalah peristiwa-peristiwa yang

menyebabkan turunnya alquran berkenaan dengan waktu peristiwa itu

terjadi, baik berupa satu kejadian atau berupa pertanyaan yang diajukan

kepada Nabi.18

5) Menurut Imam Al-Suyuthi: Asbab al-Nuzul merupakan rangkaian peristiwa

berdasarkan riwayat dari para sahabat dan tabi’in serta penukilan Alquran

dan Al-Sunnah yang tidak ada ruang didalamnya kecuali dengan melakukan

tarjih antara berbagai dalil atau menghimpun berbagai dalil yang kerap

terdapat pertentangan.19

18Manna’ Khalil Al-Qattan, terj.Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an ., 110. 19Imam Suyuthi, terj. Ali Nurdin, Asbab al-nuzul (Jakarta: Qisthi Press, 2017), 1.

Page 36: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

27

Bisa disimpulkan, bahwa asbab al-nuzul adalah kejadian atau peristiwa

yang melatarbelakangi turunnya ayat Alquran. Ayat tersebut dalam rangka

menjawab, menjelaskan, dan menyelesaikan masalah-masalah yang timbul dari

kejadian tersebut.

Bentuk-bentuk peristiwa yang melatarbelakangi turunnya Alquran sangat

beragam, diantaranya berupa konflik sosial seperti ketegangan yang terjadi

antara suku Aus dan suku Khazraj, kesalahan besar seperti kasus salah seorang

sahabat yang mengimami sholat dalam keadaan mabuk, dan pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan oleh salah seorang sahabat kepada Nabi baik

berkaitan dengan sesuatu yang telah leawat, sedang atau yang akan terjadi.

Tetapi hal ini tidak berarti bahwa setiap orang harus mencari sebab

turun setiap ayat, karena tidak semua ayat Alquran diturunkan karena timbul

suatu peristiwa atau kejadian ataupun karena suatu pertanyaan.Tetapi ada

diantara ayat alquran yang diturunkan sebagai permulaan, tanpa sebab,

mengenai akidah iman, kewajiban Islam dan syariat Allah dalam kehidupan

pribadi dan sosial.20Al-Ja’bari menyebutkan bahwa Alquran diturunkan dalam

dua kategori yaitu yang turun tanpa sebab dan yang turun karena suatu

peristiwa atau pertanyaan.

Maka tidak selamanya harus diartikan dengan segala sesuatu yang

terjadi lebih dahulu dan baru kemudian turun ayat alquran. Sebab bisa saja

peristiwanya itu sendiri masih jauh akan terjadi, tetapi ayat alqurannya telah

20Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,.109.

Page 37: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

28

diturunkan lebih dahulu. Berkenaan dengan perihal ini, Al-Zarkasyi

menegaskan bahwa terkadang memang terjadi turunnya ayat Alquran lebih

dahulu daripada pensyariatan hukum atau kejadian peristiwanya itu sendiri.

Hal ini bisa terjadi mengingat alquran itu seperti disimpulkan para ahli

tafsir, tidak hanya memuat berita-berita masa lalu, akan tetapi sekaligus

berisikan informasi peristiwa yang akan terjadi masa depan. Turunnya ayat

yang demikian kepada Nabi Muhammad sudah tentu dalam rangka memberikan

peringatan atau semacam aba-aba terhadap peristiwa yang akan terjadi.21

b. Urgensi dan kegunaan Asbab al-nuzul

Al-Zarqani dan Al-Suyuthi mensinyalir adanya kalangan yang

berpendapat bahwa mengetahui asbab al-nuzul merupakan hal yang sia-sia

dalam memahami Alquran, mereka beranggapan bahwa mencoba memahami

Alquran dengan meletakkan ke dalam koteks historis adalah sama dengan

membatasi pesan-pesannya pada ruang dan waktu tertentu. Namun, keberatan

ini seperti tidaklah berdasar, dikarenakan tidak mungkin menguniversalkan

pesan Alquran diluar masa dan tempat pewahyuan, kecuali melalui pemahaman

yang semestinya terhadap makna Alquran dalam konteks kesejarahan.

Sementara itu, mayoritas ulama’ berpendapat bahwa konteks kesejarahan

yang terakumulasi dalam riwayat asbab al-nuzul merupakan salah satu hal

yang signifikan untuk memahami pesan-pesan Alquran. Ibn Taimiyah

menyatakan:

21Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,.207.

Page 38: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

29

معرفة سبب النزول تعين على فهم الاية فان العلم بالسبب يورث العلم بالمسبب “Asbab al-nuzul sangat menolong dalam mengintrepetasikan Alquran”

بيان سبب النزول طريق قوي فى فهم معانى الكتاب العزيز“Penjelasan terhadap Asbab al-nuzul merupakan metode yang kondusif

untuk menginterpretasikan makna-makna Alquran.”

Urgensi pengetahuan akan asbab al-nuzul dalam memahami Alquran

yang diperlihatkan oleh para ulama’ salaf yang ternyata mendapatkan dukungan

dari para ulama’ khalaf. Berikut urgensi asbab al-nuzul dalam memahami

Alquran, sebagai berikut

1) Membantu dalam memahami sekaligus mengatasi ketidakpastian dalam

menangkap pesan ayat-ayat Alquran

2) Mengatasi keraguan ayat yang diduga mengandung pengertian umum.

3) Mengkhususkan hukum yang terkandung dalam ayat Alquran, bagi ulama’

yang berpendapat bahwa yang menjadi pegangan adalah sebab yang bersifat

khusus (khusus al-sabab) dan bukan lafadzh yang bersifat umum (umum al-

lafadz)

4) Asbab al-nuzul dapat menerangkan tentang siapa ayat itu diturunkan

sehingga ayat tersebut tidak diterapkan kepada orang lain karena dorongan

permusuhan dan perselisihan.22

5) Memudahkan untuk menghafal dan memahami ayat, serta untuk

memantapkan wahyu ke dalam hati orang yang mendengarkannya.23

22Manna’ Khalil Al-Qattan, terj.Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an (Bogor: Pustaka Litera, 2013),

114. 23Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an, (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 63.

Page 39: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

30

c. Cara mengetahui riwayat asbab al-nuzul

Asbab al-nuzul adalah peristiwa yang terjadi pada zaman Rasulullah.

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain untuk mengetahuinya kecuali berdasarkan

periwayatan yang benar (an-naql ash-shalih) dari orang-orang yang melihat dan

mendengar langsung tentang turunnya ayat Alquran. Dengan demikian, seperti

halnya periwayatan pada umumnya, maka diperlukan kehati-hatian dalam

menerima riwayat yang berkaitan dengan asbab al-nuzul . Dalam kitabnya Al-

Wahidi menyatakan:

لاسباب وبحثوا عن لايحل القول في اسباب نزول الكتاب الا بالرواية والسماع ممن شاهد والتنزيل ووقفوا على ا علمها وجدوا فى الطلب

“Pembicaraan Asbab al-nuzul tidak dibenarkan kecuali dengan

berdasarkan riwayat dan mendengar dari mereka yang secara langsung

menyaksikan peristiwa nuzul, dan bersungguh-sungguh dalam mencarinya.”

Para ulama’ salaf sangatlah ketat dan keras dalam menerima berbagai

riwayat yang berkaitan dengan asbab al-nuzul .Keketatan mereka itu dititik

beratkan pada seleksi pribadi si pembawa riwayat (para rawi), sumber riwayat

(isnad) dan redaksi berita (matan). Bukti keketatan itu diperlihatkan oleh Ibn

Sirin ketika menceritakan pengalamannya sendiri:

اتق الله وقل سدادا ذهب الذين يعلمون فيما انزل الله من القران

“Aku pernah bertanya kepada Ubaidah tentang sebuah ayat Alquran, tetapi ia

menjawab, hendaklah engkau bertakwa kepada Allah dan berbicaralah yang

benar. Orang-orang yang mengetahui mengenai apa ayat alquran diturunkan

sudah tidak ada lagi.”

Akan tetapi, sikap kekritisan mereka tidak dikenakan terhadap materi

Asbab al-nuzul yang diriwayatkan oleh sahabat Nabi. Mereka berasumsi

Page 40: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

31

bahwa apa yang dikatakan sahabat Nabi yang tidak masuk dalam lapangan

penukilan dan pendengaran, dapat dipastikan ia mendengar ijtihadnya sendiri.

Karena itu pula ibn Shalah, Al-Hakim dan para ulama’ hadits menetapkan,

“Seorang sahabat Nabi yang mengalami masa turun wahyu, jika ia

meriwayatkan suatu berita tentang asbab al-nuzul , maka riwayatnya berstatus

marfu’.

Berkaitan dengan Asbab al-nuzul , ucapan seorang tabi’ tidak dipandang

sebagai hadis marfu’, kecuali bila diperkuat oleh hadits mursal lainnya, yang

diriwayatkan oleh salah seorang imam tafsir yang dipastikan mendengar hadits

itu dari Nabi. Para imam tafsir itu diantaranya adalah Ikramah, Mujahid, Sa’ad

bin Jubair,’Atha, Hasan Bisri, Sa’id ibn Musayyab dan Al-Dhahhak.24

d. Macam-macam Asbab al-nuzul

Dilihat dari sudut pandang redaksi-redaksi yang dipergunakan dalam

riwayat Asbab al-nuzul:

1) Sa{rih (jelas)

2) Muhtamilah (kemungkinan)

Dilihat dari sudut pandang berbilangnya asbab al-nuzul untuk satu ayat

atau berbilangnya ayat untuk satu Asbab al-nuzul .

1) Berbilangnya asbab an nuzul untuk satu ayat (ta’addud al-sabab wa nazil al

wahid)

2) Variasi ayat untuk satu sebab (ta’addud al-nazil wa as-sabab al-wahid)

24Ibid,..66.

Page 41: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

32

e. Kaidah al-ibrah

Dikalangan umat islam, ada fenomena menarik dengan cara memahami

alquran. Mayoritas ulama’ berpendapat bahwa pemahaman Alquran harus

didasarkan pada keumuman lafadz bukan pada kekhususan sebab turunnya

ayat.Pandangan itu melahirkan kaidah al-ibratu bi ‘umumi al-lafdzi la

bikhusushi as-sabab (kesimpulan makna didasarkan pada keumuman lafadznya

bukan pada keumuman sebab turunnya ayat).As-Suyuthi memberikan alasan

bahwa itulah yang dilakukan oleh para sahabat dan golongan lain.

Sebagian ulama’ yang lain berpandangan bahwa pemahaman alquran

didasarkan atau disesuaikan dengan situasi atau kondisi yang melatarbelakangi

turunnya suatu ayat. Pandangan inilah yang kemudian melahirkan kaidah al-

‘ibratu bikhusushi al-sabab la bi’umumi al-lafdzi (kesimpulan makna

didasarkan pada kekhususan sebab turunnya ayat, bukan keumuman lafadznya).

Jadi, cakupan ayat tersebut terbatas pada kasus yang menyebabkan sebuah ayat

diturunkan.25

Adanya pandangan tersebut, kemudian melahirkan kajian asbab al-nuzul

yang tidak lepas dari kenyataan sejarah diturunkannya alquran yang tidak

sekaligus atau memakan waktu yang cukup lama. Berbeda dengan kitab-kitab

lainnya seperti Zabur, Injil, Taurat yang diturunkan sekaligus kepada Nabi-

Nya.Diturunkannya alquran secara bertahap itu mengandung pesan bahwa

25Ibid,..76

Page 42: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

33

terdapat beberapa konteks peristiwa yamg terjadi pada masyarakat Arab yang

kemudian menjadi sebab Allah menurunkan firman-Nya.26

2. Munasabah

a) Pengertian Munasabah

Kata munasabah secara etimologi, menurut As-Suyuthi berarti al-

musykalah (keserupaan) dan al-muqarabah (kedekatan).Secara harfiah, kata

munasabah berarti perhubungan, pertalian, pertautan, persesuaian, kecocokan,

dan kepantasan.Kata al-munasabah adalah sinonim (muradif) dengan kata al-

muqarabah (berdekatan) dan al- musyakalah (persamaan).27

Menurut pengertian terminologi, munasabah dapat didefinisikan sebagai

berikut:

1) Menurut Al-Zarkasyi: Munasabah adalah suatu hal yang dapat diapahami.

Tatkala dihadapkan kepada akal, pasti akal itu akan menerimanya.

2) Menurut Manna’ Al-Qatthan: Munasabah adalah sisi keterikatan antara

beberapa ungkapan di dalam satu ayat atau antar ayat pada beberapa ayat,

atau antar surat (di dalam Alquran).

3) Menurut Ibn Al-‘Arabi: Muanasabah adalah keterikatan ayat-ayat alquran

sehuingga seolah-olah merupakan satu ungkapan yang memounyai kesatuan

makna dan keteraturan redaksi. Munasabah merupakan ilmu yang sangat

agung.

26Rusydie Anwar,Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits (Yogyakarta:IRCiSoD, 2015), 63. 27Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an,..237.

Page 43: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

34

4) Menurut Al-Biqa’i: Munasabah suatu ilmu yang mencoba mengetahui

alasan-alasan di balik susunan atau urutan bagian-bagian alquran, baik ayat

dengan ayat, atau surat dngan surat.

Jadi, munasabah berarti menjelaskan korelasi makna antar ayat atau

antar surat, baik korelasi yang bersifat umum atau khusus, rasional (‘aqli),

persepsi (hassiy), atau imajinatif (khayali) atau korelasi berupa sebab akibat,

illat dan ma’lul, perbandingan dan perlawanan.

b) Cara mengetahui munasabah

Para ulama’ menjelaskan bahwa pengetahuan tentang munasabah

bersifat ijtihadi. Artinya, pengetahuan tentangnya ditetapkan berdasarkan

ijtihad karena tidak ditemukan riwayat, baik dari Nabi maupun para sahabatnya.

Oleh karena itu, tidak ada keharusan mencari munasabah pada setiap ayat.

Dikarenakan Alquran diturunkan secara berangsur-angsur mengikuti berbagai

kejadian dan peristiwa yang ada. Maka terkadang seorang mufassir menemukan

keterkaitan suatu ayat dengan yang lainnya dan terkadang tidak. Ketika tidak

menemukan keterkaitan itu, ia tidak diperkenankan untuk memaksakan diri.

Untuk meneliti keserasian susunan ayat dan surat (munasabah) dalam

Alquran diperlukan ketelitian dan pemikiran yang mendalam. Al-Suyuthi

menjelaskan ada beberapa langkah yang diperhatikan untuk menemukan

munasabah, yaitu:

1) Harus diperhatikan tujuan pembahasan suatu surat yang menjadi objek

pencarian.

Page 44: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

35

2) Memerhatikan uraian ayat-ayat yang sesuai dengan tujuan yang dibahas

dalam surat.

3) Menentukan tingkatan uraian-uraian itu, apakah ada hubungannnya atau

tidak.

4) Dalam mengambil kesimpulannya, hendaknya memerhatikan ungkapan-

ungkapan bahasanya dengan benar dan tidak berlebihan.

c) Macam-macam munasabah

Macam- macam munasabah ada delapan, antara lain:

1) Munasabah antar surat dengan surat sebelumnya

As-suyuthi menyimpulkan bahwa munasabah antara satu surat dengan

surat sebelumya berfungsi menerangkan dan menyempurnakan ungkapan

pada surat sebelumnya.

2) Munasabah antar nama surat dan tujuan turunnya

Setiap surat mempunyai tema pembicaraan yang menonjol dan itu

tercemin pada namanya masing-masing, seperti cerita tentang lembu betina

dalam surat Al-Baqarah merupakan inti dalam pembicaraannya, yaitu

kekuasaan Tuhan membangkitkan orang mati. Dengan perkataan lain, tujuan

surat ini adalah menyangkut kekuasaan tuhan dan keimanan pada hari

kemudian.

3) Munasabah antar bagian suatu ayat

Munasabah antar bagian suatu ayat sering berbentuk pola munasabah

al-tadhadat (perlawanan).

Page 45: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

36

4) Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan

Munasabah antar ayat yang letaknya berdampingan sering terlihat

dengan jelas tetapi sering pula tidak jelas.Munasabah antar ayat yang terlihat

dengan jelas umumnya menggunakan pola ta’kid (penguat), tafsir (penjelas),

i’tiradh (bantahan), dan tasydid (penegasan).

5) Munasabah antar suatu kelompok ayat dan kelompok ayat disampingnya.

Dalam surat Al-Baqarah ayat 1 sampai 20, misalnya Allah memulai

penjelasan-Nya tentang kebenaran dan fungsi Alquran bagi orang-orang

yang bertaqwa. Dalam kelompok ayat berikutnya dibicarakan tiga kelompok

manusia dan sifat-sifat mereka yang berbeda, yaitu mukmin, kafir dan

munafik.

6) Munasabah antar fashilah (pemisah) dan isi ayat.

Munasabah seperti ini mengandung tujuan-tujuan tertentu. Diantaranya

adalah untuk menguatkan (tamkin) makna yang terkandung dalam suatu

ayat. Tujuan lain dari fashilah adalah memberi penjelasan tambahan, yang

meskipun tanpa fashilah sebenarnya makna ayat sudah jelas.

7) Munasabah antar awal surat dengan akhir surat yang sama.

Contoh munasabah ini terdapat dalam surat al qashash yang bermula

dengan menjelaskan perjuangan NabiMusa dalam berhadapan dengan

kekejaman Fir’aun. Atas perintah dan pertolongan Allah, Nabi Musa berhasil

keluar dengan penuh tekanan. Diakhir surat Allah menyampaikan kabar

gembira pada Nabi Muhammad yang menghadapi tekanan dari kaumnya dan

Page 46: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

37

janji Allah atas kemenangannya. Kemudian jika diawal surat dikemukakan

bahwa Nabi Musa tidak akan menolong orang kafir. Munasabah disini

terletak dari sisi kesamaan kondisi yang dihadapi oleh kedua Nabi tersebut.

8) Munasabah antar penutup suatu surat dengan awal surat berikutnya.

Jika diperhatikan pada setiap pembuka suratakan dijumpai munasabah

dengan akhir surat sebelumnya, sekalipun tidak mudah untuk mencarinya.

Misalkan dalam permulaan surat Al-Hadid dimulai dengan tasbih, awal surat

Al-Hadid bermunasabah dengan akhir surat sebelumnya yaitu surat Al-

Waqi’ah yang memerintahkan untuk bertasbih.28

d) Relevansi Ilmu Munasabah dengan tafsir Alquran

Petunjuk Alquran yang agung senatiasa bercorak baru. Demikian

seterusnya setiap generasi pada setiap masa akan menemukan padanya yakni

titik kait petunjuknya dengan setiap apa yang telah dipadukan Allah baginya

tentang masalah-masalah khas, baik yang bersifat intelektual, spiritual maupun

kemasyarakatan. Bentuk-bentuk penafsiran yang diletakkan oleh Rasulullah

SAW, antara lain sebagai berikut:

1) Penafsiran Mutabiq yaitu penafsiran dengan arti yang sama dan sepadan

dengan yang ditafsirkan, misalnya penafsiran kalimat al-sala>t al-wustha>

dengan shalat ashar sebagaimana terdapat dalam surat Al-Baqarah ayat 238.

2) Penafsiran Talazum, artinya penafsiran dengan yang ditafsirkan terdapat

hubungan yang saling terkait antara satu dengan yang lainnya, sedangkan

28Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an,.. 95.

Page 47: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

38

keterkaitan itu sifatnya saling mempengaruhi, misalnya penafsiran terhadap

firman Allah tentang arti perintah do’a dalam surat al-mukmin ayat 60

ditafsirkan dengan perintah beribdah, artinya setiap doa pasti ibadah dan

setiap ibadah pasti mengandung doa.

3) Penafsiran Tadamun, yaitu penafsiran dimana penjelasan yang dimaksud

secara eksplisit menunjukkan hanya sebahagian kecil dari cakupan

kandungan lafadz yang begitu luas. Misalnya menafsirkan kata akhirat

dengan kata kubur. Kubur dalah bagian dari akhirat. Hal ini terdapat dalam

firman Allah surat Ibrahim ayat 27.

4) Penafsiran Tafsil, yaitu penafsiran yang menjelaskan secara rinci atas suatu

ayat tertentu. Contohnya adalah informasi bahwa Allah selalu bersama

dengan manusia dimanapun manusia itu berada, dan bahwa Allah melihat

apa saja yang dikerjakan oleh setiap orang seperti dalam surat Al-Hadid ayat

4.29

e) Urgensi dan kegunaan mempelajari munasabah

Urgensi mempelajari munasabah adalah sebagai berikut:

1) Dapat mengembangkan bagian anggapan orang bahwa tema-tema alquran

kehilangan relevansinya antara satu bagian dan bagian yang lainnya.

2) Mengetahui hubungan atau persambungan antara bagian ayat Alquran baik

antara kalimat atau antar ayat, sehingga lebih memperdalam pengetahuan

29Muhammad Daming, Keagungan Al-Qur’an: Analisis Munasabah (Makassar: Pustaka Al-Zikra,

2012), 149.

Page 48: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

39

dan pengenalan terhadap kitab alquran dan memperkuat keyakinan terhadap

kewahyuan dan kemukjizatannya.

3) Dapat dikethui mutu dan tingkat kebalaghahan bahsa alquran dan konteks

kalimat-kalimatnya yang satu dengan yang lainnya serta persesuaian ayat

atau surat yang satu dari yang lainnya.

4) Dapat membantu dalam menafsirkan ayat-ayat alquran setelah diketahui

hubungan suatu kalimat atau suatua ayat dengan kalimat atau ayat yang

lain.30

2. Qira’at

a) Pengertian Qira’at

Berdasarkan pengertian etimologi (bahsa), qira’at merupakan kata masdar

dari kata kerja qara;a (membaca). Sedangkan berdasarkan pengertian

terminologi , maka ada beberapa definisi dari para ulama’:

1) Menurut Al-Zarqani

Suatu madzhab yang dianut seorang imam qiraat yang berbeda dengan

lainnya dalam pengucapan alquran serta riwayat-riwayat dan jalur-jalurnya

baik perbedaan itu dalam pengucapan huruf ataupun dalam pengucapan

bentuk- bentuknya.

30Ibid,..,97.

Page 49: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

40

2) Menurut Al-Zarkasyi

Qira’at dalah perbedaan (cara mengucapkan) lafadz-lafadz Alquran

baik menyangkut huruf atau cara pengucapan huruf tersebut seperti takhfif

(meringankan), tatsqil (memberatkan) dan atau yang lainnya.

3) Menurut Al-Shabuni

Qira’at adalah suatu madzhab cara pelafalan Alquran yang dianut salah

seorang imam berdasarkan sanad-sanad yang bersambung kepada

Rasulullah.31

4) Menurut Manna’ Al-Qatthan

Qira’at adalah salah satu madzhab (aliran) pengucapan Alquran yang

dipilih oleh salah seorang imam Qurra’ sebagai suatu madzhab yang berbeda

dengan madzhab lainnya.32

Perbedaan cara pendefinisian diatas sebenarnya berada pada satu

kerangka yang sama bahwa ada beberapa cara melafalkan alquran walaupun

samasam berasal dari satu sumber yaitu Nabi muhammad.33

b) Sebab-sebab perbedaan Qira’at

Diantara sebab sebab munculnya beberapa qira’at yang berbeda adalah

sebagai berikut:

31Mohammad Ali Ash-Shabuni, terj.Moch. Chudlori Umar, Pengantar Ilmu al-Qur’an (Bandung: Al-

Ma’arif, 1996), 316. 32Manna’ Khalil Al-Qattan, terj.Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,..247. 33Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an,.. 141.

Page 50: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

41

1) Perbedaan qira’at Nabi

2) Perbedaan dalam hal tulisan Alquran.34

3) Pengakuan dari Nabi terhadap berbagai qira’at yang berlaku dikalangan

kaum muslimin waktu itu.

4) Adanya riwayat dari para sahabat Nabi menyangkut berbagai versi qira’at

yang ada.

5) Adanya lajnah atau dialek kebahasaan di kalangan bangsa Arab pada masa

turunnya Alquran35

c) Macam macam Qira’at

Macam-macam qira’at ada dua macam, yaitu:

1) Dari segi kuantitas

a) Qira’ah sab’ah (qira’ah tujuh)

b) Qira’ah asyrah (qira’ah sepuluh)

c) Qira’ah arba’at asyrah (qira’at empat belas)

2) Dari segi kualitas

a) Qira’ah mutawattir

b) Qira’ah masyhur

c) Qira’ah ahad

d) Qira’ah syadz (menyimpang)

e) Qira’at maudhu’ (palsu)

34Rusydie Anwar,Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits,..131. 35Rosihon Anwar, Ulum Al-Qur’an,.. 149.

Page 51: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

42

f) Qira’at yang menyerupai hadits mudraj (sisipan)36

d) Urgensi mempelajari Qira’at

Urgensi mempelajari Ilmu Qira’at yaitu:

1) Dapat menguatkan ketentuan-ketentuan hukum yang telah disepakati para

ulama’.

2) Dapat men-tarjih hukum yang diperselisihkan para ulama’

3) Dapat menggabungkan dua ketentuan hukum yang berbeda

4) Dapat menunjukkan dua ketentuan hukum yang brbeda dalam kondisi

berbeda pula.

5) Dapat memberikan penjelasan terhadap suatu kata di dalam Alquran yang

mungkin sulit dipahami maknanya.37

6) Meringankan umat Islam dan memudahkan mereka untuk membaca

Alquran.38

36Ibid,.. 155. 37Ibid,..157. 38Manna’ Khalil Al-Qattan, terj.Mudzakir AS, Studi Ilmu-ilmu Qur’an,...258.

Page 52: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

43

BAB III

BIOGRAFI BESERTA PENAFSIRAN MUFASSIR

AL-JAS{S{AS{ DAN AL-QURTU{BI< DALAM TAFSIR

AH{KA<M ALQUR’A<N DAN TAFSIR AL-JA<MI’ LI AH{KA<M

ALQUR’A<N

A. Biografi Tokoh

1. Al-Jas}s}as}

a. Riwayat Hidup Al-Jas}s}as}

Nama lengkapnya adalah Abu> Bakar Ahmad Ibn Ali> Al-Ra>zi>, yang

terkenal dengan sebutan Al-Jas}s}as}. Ia lahir di Baghdad pada tahun 305 H. Ia

terkenal dengan panggilan Jas}s}as}. Al-Jas}s}as} merupakan nama Laqab beliau

yang dinisbatkan kepada pekerjaan beliau sebagai tukang atau penjual

plester (campuran semen, pasir, kapur, untuk melekatkan batu bata).1 Dalam

kamus Lisa>n al-‘Ara>b kata Al-Jas}s}as} maknanya adalah kapur atau tukang

kapur. Kadang ia juga dipanggil dengan panggilan Al-Jas}s}as} Al-Hanafi, Al-

Razi Al-Jas}s}as}, Ahmad ibn ‘Ali, dan Abu Bakar. Sedangkan untuk

panggilan Abu Bakar adalah kunyah-nya. Selain ia tumbuh dalam keluarga

yang taat beragama, ia juga diuntungkan sejarah sebab ia hidup pada masa

pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada waktu ia menjadi seorang pujangga, Al-Jas}s}as} selalu

disibukkan dengan mencari ilmu ke daerah-daerah yang terkenal dengan

1Manna al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an, terj. H. Aunur Rafiq el Mazni, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 2013), 469.

Page 53: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

44

para ulama’. Dia berguru tentang ilmu fiqh kepada Abu Sahal Al-Zujaj dan

Abu Al-Hasan Al-Harakhi. Tepat pada tahun 325 H/ 937 M ketika ia berusia

19 tahun, ia pergi menuju Baghdad. Sesampai di Baghdad kemudian ia pergi

ke negeri Ahwaz untuk mendatangi ulama’-ulama’ terkenal pada masa itu.

Namun, setelah Al-Jas}s}as} kembali lagi ke Baghdad. Setelah itu ia keluar lagi

dan menuju Naisaburi untuk berguru kepada Hakim Al-Naisaburi yang

dianggap pemikirannya sama persis dengan gurunya Abu Hasan Al-

Kharakhi.2

Setelah beberapa waktu, Al-Jassas pulang dari Naisaburi ke

Baghdad pada tahun 344 H, dan tidak diduga ternyata gurunya, Abu Hasan

Al-Karakhi telah meninggal dunia. Sepeninggal Abu Hasan Al-Karakhi

pada tahun 340 H/ 952 M, kemudian digantikan oleh Abu ‘Ali Ahmad bin

Muhammad Al-Shashi. Namun, pada tahun 344 H/ 956 M, Al-Shashi jatuh

sakit parah, maka kemudian Abu Bakar Al-Jas}s}as} yang menggantikannya.

Setelah meninggalnya Al-Shashi pada tahun 344 H, tanggung jawab untuk

mengajar dipercayakan kepada Abu Bakar Al-Jas}s}as}. Dan saat ini ia sudah

menjadi ulama’ besar dan diakui menjadi seorang pemimpin sekolah Hanafi

yurisprudensi. Beliau mulai mengajar murid-muridnya di masjid Abu Hasan

Al-Karakhi.3

Sejak saat itu, Al-Jas}s}as} menetap di Irak. Sangat banyak sekali

murid-murid yang berguru kepadanya. Mereka adalah murid-murid yang

melakukan perjalanan mereka (musafir) ketempat Al-Jas}s}as} untuk menimba

2Abu Bakr Ahmad bin Ali Al-Razi Al-Jas}s}as}, AhkamAlquranjuz I (Beirut: Dar Al-Fikr,tt ), 3. 3Ibid., 3.

Page 54: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

45

ilmu pengetahuan dari murid-muridnya yang teladan sifat zuhud dan wara’

(rendah hati). Diantara murid-murid Al-Jas}s}as} yang memiliki sifat mulia

tersebut adalah Abu Bakar Ahmad bin Musa Al-Khawarizmi, Abu Abdullah

Muhammad bin Yahya Al-Jurjani (Syaikh Al-Qudury), Abu Al-Fajr

Muhammad bin Umar yang lebih dikenal dengan sebutan Ibn Al-Muslimah,

Abu Ja’far Muhammad bin Ahmad Al-Nasafi, Abu Al-Hasan Muhammad

bin Ahmad Al-Za’farani, Abu Hasan bin Muhammad bin Ahmad bin Al-

Thayyib Al-Ka’ari ayah dari Ismail Qadi Wasith. Dan masih banyak lagi

murid-murid yang lainnya.

Al-Jas}s}as} merupakan salah satu ulama’ yang ahli dalam bidang

ilmu tafsir dan ushul fiqh yang bermadzhab Imam Hanafi (atau lebih dikenal

dengan Abu Hanifah).4 Adalah Imam Ahlu Ra’yu (nalar) sehingga Abu

Hanifah sering dinilai lebih al-ra’yu daripada teks (dalam hal ini adalah

hadits) dalam sejumlah pandangannya tentang hukum. Dan kitab tafsirnya

adalah Ahka>m Alqura>n dipandang sebagai kitab fikih terpenting, terutama

bagi pengikut mazhab Hanafi. Al-Jas}s}as wafat pada Ahad, 7 Dzulhijjah di

Baghdad tahun 370 H . Kitab lain menyebutkan beliau meninggal pada

tahun 376 H.5

4Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-IlmuQur’an, Terj. Mudzakir(Jakarta: Litera Antara Nusa,

2000), 518. 5Al-Dawudy, Thabaqat al-Mufassirin. PDF (t.t: t.p, t.th), 55.

Page 55: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

46

b. Karya-karya

Disamping kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah yang

ditekuninya adalah menuliskan karya-karyanya dalam bentuk buku atau

kitab, diantaranya adalah:

1) Ushu>l Al-Jas{s{as}

2) Tafsi>r Ahka>m Al-Qur’a>n

3) Syarah Mukhtas}ar Al-Karkhi

4) Syarah Mukhtas}ar Al-Tahawi

5) Syarah Ja>mi’ Al-Saghir Wa Al-Ja}mi’ Al-Kabi>r

6) Syarah Asma>’ Al-Husna>

7) Jawa>b Al-Masa>’il6

c. Karakteristik Kitab Tafsir

Kitab tafsir Ahka>m Al-Qur’a>n terdiri dari lima jilid dengan tebal

halaman secara keseluruhan 2.0005 halaman yang terdiri dari: jilid pertama

ada 450 halaman, penafsirannya dimulai dari surat Al-Fatihah sampai Al-

Baqarah ayat 216. Jilid yang kedua ada 377 halaman, penafsirannya dimulai

dari Al-Baqarah ayat 217 sampai surat An-Nisa’ ayat 10. Jilid yang ketiga

ada 385 halaman, penafsirannya dimulai dari Surat An-Nisa’ ayat 11 sampai

dengan surat Al-Taubah ayat 5, jilid yang keempat ada 409, penafsirannya

dimulai dari surat Al-Taubah ayat 6 sampai dengan surat Ibrahim. Jilid yang

kelima ada 384 halaman, penafsirannya dimulai dari surat Ibrahim sampai

6Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah, Ensiklopedi Islam Indonesia, (Jakarta: Djambatan, 1992),

486.

Page 56: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

47

Al-Nas.7 Kitab ini diterbitkan oleh Dar al-Hiya’ Bairut, Lebanon pada tahun

1992 dan telah beredar luas di kalangan ahli ilmu. Di dalam kitab tafsirnya,

Al-Jas}s}as} tidak hanya menafsirkan Alquran saja, melainkan juga mengkritik

aliran-aliran lain yang tidak sependapat dengannya.

Urutan sumber penafsiran Al-Jas}s}as} adalah, pertama: menafsiri

ayat dengan ayat, kedua menafsiri ayat dengan hadist atau perkataan sahabat

atau tabi’in, ketiga: menafsiri ayat dengan ra’yi atau pemikirannya.

Tafsir Ahkam Al-Quran ini lebih layak dikategorikan dalam

kelompok buku-buku Fiqih. Selain karena ia selalu mengemukakan satu

atau beberapa ayat lalu menjelaskan maknanya dengan ats}ar dan

memaparkan masalah fiqh yang berhubungan dengannya baik hubungan itu

dekat ataupun jauh, serta selalu mengemukakan berbagai perbedaan

pendapat antar madzhab sehingga pembaca merasa bahwa ia sedang

membaca kitab fiqh, bukan kitab tafsir.8Dan dari pemaparannya yang tidak

pernah menunjukkan nomer ayat yang hendak ditafsirkan, juga daftar isinya

yang lebih memperkenalkan tema-tema yang akan dibahas daripada ayat

Alqurannya sendiri, maka tidak sedikit para pembaca mengalami kesulitan

dan harus bersabar ketika mencari tafsir ayat-ayat tertentu dalam tafsir ini.

d. Sistematika Penafsiran

Terkait dengan sistematika penafsirannya, Al-Jas}s}as} menampilkan

surat per surat, lalu menyebutkan pokok-pokok bahasan tentang hukum

yang terkandung dalam surat tersebut. Selanjutnya ia memulai dengan

7Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam (Jakarta: Rajawali Press, 2001), 141. 8Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-IlmuQur’an, Terj. Mudzakir., 518.

Page 57: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

48

menjelaskan ayat-ayat yang terkait dengan masalah hukum, kemudian

melakukan penggalian hukum dengan menyebutkan beberapa pendapat

yang diungkapkan dalam perkataan “qi>la” (dikatakan). Dalam menafsirkan

ayat tersebut, Al-Jas}s}as} menyertakan penjelasan hukum dan menentukan

tarjihnya berdasarkan ajaran madzhab Hanafi.9

Disamping itu, Al-Jas}s}as} mencantumkan banyak kutipan-kutipan

pendapat ahli fiqh mulai dari kalangan sahabat, tabi’in dan generasi sesudah

mereka. Bahkan pemikiran-pemikiran rasional mereka juga ia kemukakan.

Menurut Nasruddin Baidan bahwa Al-Jas}s}as} tidak terlihat

keinginan penulisnya untuk membawa pembaca ke suatu titik kesimpulan

yang harus dianut, melainkan ia membiarkan berbagai pendapat yang

dikemukakannya itu bergulir begitu saja tanpa ada penekanan atau tarjih

dari penulis.10

Manna’ Al-Qat}}t}an berpendapat bahwa Al-Jas}s}as} terlalu fanatik dan

buta terhadap mazhab Hanafi sehingga mendorongnya untuk memaksa-

maksakan penafsiran ayat dan penakwilannya, guna mendukung

mazhabnya. Ia sangat ekstrim dalam menyanggah mereka yang tidak

sependapat dengannya dan bahkan berlebih-lebihan dalam menta’wilkan

sehingga menyebabkan pembaca tidak suka meneruskan bacaannya, karena

ungkapan-ungkapannya dalam membicarakan mazhab lain sangat pedas.11

9Moh. Sabiq, Kajian Kritis Ahkam Al-Qur’an Karya Al-Jas}s}as} (Yogyakarta: tp, tt), 8. 10NashruddinBaidan, WawasanBaruIlmu Tafsir (Yogyakarta: PustakaPelajar, 2016), 382. 11Manna’ Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-IlmuQur’an, Terj. Mudzakir(Jakarta: Litera Antara Nusa,

2000), 518.

Page 58: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

49

e. Bentuk, Metode, dan Corak Penafsiran

1) Bentuk Penafsiran

Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jas}s}as merupakan kitab

tafsir yang istimewa. Hal ini dikarenakan dalam penafsirannya termasuk

dalam tafsir bi Al-Ma’tsur (bi Al-Riwayah), yaitu menafsirkan Alquran

dengan Alquran, dengan perkataan sahabat atau dengan apa yang

dikatakan tokoh-tokoh besar tabi’in disamping itu ia juga mengemukakan

beberapa pendapat berdasarkan pada pemikirannya.12 Sedangkan

biasanya kebanyakan orang yang bermazhab Hanafi lebih condong

kepada ra’yi daripada riwayat.

2) Metode Penafsiran

Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jas}s}as} dikategorikan

pada tafsir yang menggunakan metode analitik (tahlili).13Metode tahlili

adalah suatu metode penafsiran ayat-ayat Alquran dengan memaparkan

segala aspek-aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat yang ditafsirkan

serta menerangkan makna-makna yang tercakup di dalamnya.14Metode

yang digunakan Al-Jas}s}as} adalah metode tahlili, dengan bukti bahwa

dalam penafsiran lafadz basmalah ditafsirkan dari berbagai segi, mulai

dari segi nahwu, keutamaan basmalah, dan hukum membaca basmalah,

dan lain-lain.

12Nashruddin Baidan, Metodologi Penafsiran Al-Quran, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), 32-

33. 13Ahmad Arif Junaidi, Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Quran (Semarang: Gunung Jati, 2001),

27-28. 14NasruddinBaidan, MetodologiPenafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: PustakaBelajar, 2012), 31.

Page 59: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

50

Tafsir Al-Jas}s}as} selain dikatakan penafsirannya menggunakan

metode tahlili bisa juga dikatakan menggunakan metode maudhu’i,

dengan bukti pengklasifikasian penafsirannya diletakkan dengan sebuah

bab-bab tersendiri dan juga tidak melebar pada pembahasan yang lain,

seperti bab Qaul fī Bismillahi al-Rahmān al-Rahīm, bab Ahkāmu al-

Bismillah, bab Julūdu al-maitāh, dan lain-lain.15

3) Corak Penafsiran

Kitab tafsir Ahkam Al-Quran karya Al-Jas}s}as} termasuk tafsir

yang bercorak fiqih.16Dalam hal ini khususnya fiqih mazhab Imam

Hanafi. Dan ia membatasi diri pada ayat yang berhubungan dengan

hukum-hukum cabang (masalah-masalah furu’iyah). Ia mengemukakan

satu atau beberapa ayat lalu menjelaskan maknanya dengan dasar dan

memaparkan masalah fiqih yang berhubungan dengannya baik hubungan

itu dekat ataupun jauh, serta mengemukakan berbagai perbedaan

pendapat antar mazhab sehingga pembaca merasa bahwa ia sedang

membaca kitab fiqih, bukan kitab tafsir17

Sehingga kitab tafsir ini memiliki kedudukan yang penting

khususnya di kalangan mazhab Hanafiyah, karena kitab tafsir ini

berporos argumen-argumen yang menguatkan mazhab Hanafiyah serta

bantahan-bantahan terhadap pendapat yang menyanggah mazhab

hanafiyah. Al-Jas}s}as} adalah penganut aliran ahlu as-Sunnah wa al-

15Ibid., 399. 16Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: Pustaka Setia, 2015), 171. 17Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, ter. Mudzakir., 518.

Page 60: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

51

Jama’ah tetapi ada sebagian orang yang memandang beliau sebagai

penganut aliran Mu’tazilah.

Dari tafsirnya ini nampak jelas bahwa Al-Jas}s}as} menganut

paham Mu’tazilah.18 Misalnya ia mengatakan mengenai firman Allah, ia

tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata (Al-An’am:103), makna ayat

ini ialah: Ia tidak dapat dilihat oleh penglihatan mata. Ini merupakan

pujian dengan peniadaan penglihatan mata, seperti firman-Nya: ...tidak

mengantuk dan tidak tidur... (al-Baqarah:255). Apa yang ditiadakan

Allah untuk memuji diri-Nya maka penetapan kebalikannya adalah

celaan dan penghinaan, karena itu tidak diperkenankan menetapkan

kebalikan tersebut, oleh karena itu memuji-Nya dengan peniadaan dari-

Nya penglihatan mata, maka menetapkan kebalikannya tidak

diperkenankan karena hal demikian berarti menetapkan sifat aib dan

kurang (bagi-Nya).19

Dari contoh di atas dapat disimpulkan penafsiran Al-Jas}s}as},

bahwa Allah itu tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata, berarti

penafsirannya mengarah pada aliran muktazilah. Karena menurut aliran

muktazilah Allah tidak bisa dilihat dengan menggunakan mata.

18Ibid., 518. 19Manna al-Qattan, Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an, terj. H. Aunur Rafiq el Mazni, (Jakarta:

Pustaka al-Kautsar, 469.

Page 61: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

52

2. Al-Qurt}ubi>

a. Riwayat Hidup Al- Qurt}ubi>

Al-Qurt}ubi> adalah salah seorang mufassir dan seorang alim yang

mumpuni. Nama lengkap Al- Qurt}ubi > adalah Abu> Abdulla>h Muhammad

bin Ahmad bin Ali> Abi> Bakr bin Faraj Al-Ansha>ri> Al-Khajraji Al-Andalusi>

Al-Qurt}ubi >.20Ia termasuk salah satu ulama’ yang dilahirkan di Spanyol

pada tahun 600 H (1204 M). Ia adalah hamba Allah yang shaleh, bijaksana,

zuhuddan wira’i. Ia menghabiskan hidupnya untuk urusan-urusan yang bisa

menolong ke arah akhirat dan untuk mencari keridhaan Allah, beribadah dan

mengarang.

Al- Qurt}ubi > merantau keluar daerahnya (Al-Makary) untuk belajar

ilmu-ilmu agama, sehingga menjadi sarjana yang teliti dan kehidupannya

cenderung asketisme dan selalu meditasi tentang kehidupan setelah mati.

Al- Qurt}ubi> telah belajar ilmu-ilmu agama kepada para ulama’ di

masanya. Ia menggembara di Timur dan menetap di Andalusia. Disana

beliau berguru kepada yaitu: Abu> Abba>s Ahmad bin Umar Al-qurt]ubi>, Al-

Hafi>zh Abu Ali> Al-Hasan bin Muhammad bin Bakry. Diantara para gurunya

yang terkenal adalah : Abu> Abba>s Ahmad bin Umar Al- Qurt}ubi>, yang

mempunyai kitab Shahih Muslim. Tokoh ini seorang guru ulama’ salaf yang

terkenal ahli bahasa Arab.21

20Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir Klasik-Tengah (Yogyakarta: TH-Press, 2010), 66. 21Muhammad Husain Al-Zahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun (Mesir: DarAl-Maktabah Al-

Harisah, 1976), 512.

Page 62: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

53

Setelah Al- Qurt}ubi > menuntut ilmu ke arah timur di dataran tinggi

Mesir dari beberapa guru, reputasinya menjadi besar ternyata beliau juga

belajar ilmu hadith. Seperti Imam Nawawi telah mengutip dari kitab

mufhimnya di beberapa tempat dari karya-karyanya yang menyebutkan ada

dua tokoh dari siapa Al- Qurt}ubi telah belajar ilmu hadith, yaitu dari Al-

Hafidz Abu Ali Hasan bin Muhammad bin Ali Hafzi bin Yahsubi.22Dari

beberapa ulama’ pada masanya ia belajar agama dan belajar bahasa Arab

serta belajar ilmu hadith dari tokoh ulama’ di Mesir, ia menjadi paham

agama serta meneruskan cita-citanya untuk mengarang dan menulis yang

bermanfaat pada masanya.

Dari latar belakang keilmuannya dari para Ulama’, Al- Qurt}ubi >

dikategorikan seseorang yang memiliki keinginan yang sangat besar untuk

membuat dan menyusun kitab tafsir yang bernuansa fiqh dengan

menampilkan hadits yang sesuai dengan masalah yang dibahas dan beberapa

pendapat imam-imam madzhab fiqh.23 Karena banyak kitab tafsir yang

sedikit mengangkat dari aspek fiqh, maka dari itu Al- Qurt}ubi > mengarang

kitab tafsir yang berjudul Tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n wa al-Mubayyin

Lima> Tad{amnahmin al-Sunnah wa al-a>yil Furqa>n.

Al- Qurt}ubi > mempunyai sifat-sifat yang menjadikan para ulama’

menyebut-nyebut keagungannya. Al-Hafidz Abdul Karim berkata

tentangnya: “Dia termasuk hamba Allah yang shalih, ulama’ yang arif,

22Ibid., 512. 23Ella Sartika, dkk. Keluarga Sakinah dalam Tafsir Al-Qur’an vol 2 (Bandung: Al-Bayan, 2017),

106.

Page 63: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

54

zuhud dan selalu menyibukkan diri dengan urusan-urusan akhirat”. Dalam

sejarah Kitaby juga terdapat pujian baginya “Dia seorang syaikh,

mempunyai karangan-karangan yang berfaedah dan menunjukkan pada

ketinggian ilmunya, diantaranya adalah tafsir Alquran. Al-Dzahabi

menyampaikan dalam sejarah Islam, “Abu Abdullah Muhammad bin

Ahmad bin Abu Bakar bin Farh Al-Imam Al-Qurt}ubi > pemilik lautan ilmu”.

Dia mempunyai karangan-karangan yang berfaedah yang menunjukkan

pada ketinggian ilmu kejeniusan otak dan keutamaannya.24

Imam Al-Qurt}ubi> kemudian tinggal di Munyah Ibn Kasib,

kemudian beliau meninggal dan dimakamkan di Munyah pada malam senin

9 syawal 671 H.25

b. Karya-karya

Disamping kegiatan belajar mengajar, kegiatan ilmiah yang

ditekuninya adalah menuliskan karya-karyanya dalam bentuk buku atau

kitab, diantaranya adalah:

1) Al- Ja>mi’ li Ah }ka>m Al-Qura>n

2) Al- Tadzkiratu fi Ah}wa>li Al-MautawaUmu>ri al-A<khirat

3) Al-Asna fi>Syarkhi al-Asma>’ al-Husna>

4) Al-Tadzkiratu fi>Afd}ali al-Adzkari

5) Al-Tadzkiratu bi al-Umu>ri al-A<khirati

6) Syarh al-Tuqsho> fi> al-Hadi>th al-Nabawi>

24Ibid., 512. 25Al-qurt]ubi>, Al-Jami’ Li AhkamAlquran, Juz I (Beirut: Dar Al-Kutub, 1967), 1.

Page 64: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

55

7) Al-I’lambima > fi> Di>ni al-Nasho>ro>min al-Mafa>sidwa al-Auhani wa Idha>ri

Makho> sini Di>ni al-Isla>mi26

Komentar-komentarnya dalam kitab diatas sangatlah sempurna dan

sangat bermanfaat. Kebanyakan para pengarang yang menceritakan tentang

Al- Qurt}ubi> mereka mengaku serta mengambil rujukan pendapat dari

komentar kitab Al- Qurt}ubi> >. E.J. Brill menjelaskan dalam kaitannya

muqoddimah tafsir Al- Ja>mi’ li Ah }ka>m Al-Qura>n, yang menerangkan pada

nilai Alquran akan mendapatkan tingkatan yang tinggi dan keutamaan di

mata Allah bagi mereka yang membawa dan mempunyai kemampuan

ijtihad untuk menggali isi kandungan Alquran.27

c. Seputar Nama Kitab Tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n

Kitab tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n ini sering disebut dengan

tafsir al-Qurt{hubi>, hal ini dapat dipahami karena tafsir ini adalah karya

seseorang yang mempunyai nisbah nama Al-qurt]ubi> atau bisa juga karena

dalam halaman sampul kitabnya sendiri tertulis judul, tafsir al-Qurt{hubi>, al-

Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n. Jadi tidak sepenuhnya salah apabila seseorang

menyebut tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n dengan sebutan tafsir al-

Qurt}ubi> bila yang dimaksud adalah tafsir karya Al-Qurt}ubi> > tersebut. Judul

lengkap tafsir karya al-Qurt}ubi> adalah Tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n

wa al-Mubayyin Lima> Tad{amnahmin al-Sunnah wa al-a>yil Furqa>n yang

26Ibid., 1. 27Muhammad Husein Al-Zahabi, Al-Tafsir wa Al-Mufassirun., 512.

Page 65: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

56

berarti kitab ini berisi kumpulan hukum-hukum dalam Alquran dan

penjelasan terhadap isi kandungannya dari Sunnah dan Alquran.28

d.Karakteristik Kitab Tafsir

Kitab Tafsir al-Ja>mi’ li Ah}ka>m Alqura>n tergolong sangat tebal dan

rupa-rupa jilid. Ada yang sepuluh jilid tebal, dan ada yang terdiri atas 22

jilid dengan jumlah halalaman sekitar 7.723. Beberapa ulama kitab ini

adalah kitab yang sangat bermutu dan paling besarmanfaatnya. Disisi lain

yang layak dikemukakan tentang tafsir Al-Qurt}ubi> ini adalah komitmennya

sangat tegas dengan kejujuran ilmiah.

Berbeda dengan tafsir Alquran karya para ulama’ lainnya, Tafsir

Al-Jami’ Li Ahkam Alquran lebih menekankan pada pemahaman hukum

Islam dari segi fungsinya sebagai petunjuk bagi umat islam untuk mencapai

kebahagiaan dunia dan akhirat, karena inilah tujuan utama dan menafsirkan

Alquran. Tafsir Al-Qurt}ubi> merupakan referensi paling diperhatikan dalam

ilmu tafsir, melihat bahwa muatan atau isi tafsir ini sangatlah lengkap,

tentang hukum-hukum, faedah bahasa, menyebutkan bacaan-bacaan, naskh-

mansukh serta muhkam dan mutasyabih. Kitab ini mengalami banyak

revisi karena banyak diminati dan menjadi reverensi utama dalam

pemahaman Alquran di banyak kalangan.

Dalam kitab tafsirnya Al-Qurt}ubi> mengurai secara mendalam

tentang berbagai persoalan fikih dari berbagai seginya. Seringkali Al-

Qurt}ubi> mengemukakan persoalan-persoalan khilafiyah dengan

28Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir Klasik-Tengah (Yogyakarta: TH-Press, 2010), 67.

Page 66: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

57

menyebutkan berbagai pendapat berikut argumentasi masing-masing, dan

Al- Qurt}ubi> mengemukakan pendapatnya sendiri tanpa ta’assub (fanatik)

terhadap mazhab Maliki yang dianutnya dan tidak bersikap apriori terhadap

pendapat mazhab-mazhab yang lain.29

Di dalam tafsirnya ini Al-Qurt}ubi> tidak membatasi diri pada ayat-

ayat hukum semata, tetapi juga menafsirkan Alquran secara menyeluruh.

Metode yang ditempuh ialah menyebutkan sebab-sebab nuzul,

mengemukakan macam-macam qira’at dan i’rab, menjelaskan lafadz-lafadz

yang gharib, menghubungkan pendapat-pendapat kepada yang

mengatakannya, menyediakan paragraf khusus bagi kisah para mufassir dan

berita-berita dari para ahli sejarah, dan mengutip dari para ulama’ terdahulu

yang dapat dipercaya, khususnya penulis kitab hukum. Misalnya, ia

mengutip dari Ibn Jarir at-Thabari, Ibn ‘Atiyah, Ibn Arabi, al- Kaya al-

Haras dan Abu Bakar Al-Jas}s}as}.30

Al-Qurt}ubi> sangat luas dalam mengkaji ayat-ayat hukum. Ia

mengemukakan masalah-masalah khilafiah, mengetengahkan dalil bagi

setiap pendapat dan mengomentarinya serta tidak fanatik terhadap

mazhabnya, yaitu mazhab maliki.

Al-Qurt}ubi> juga melakukan konfrontasi terhadap sejumlah

golongan lain. Misalnya, ia menyanggah kaum mu’tazilah, qadariah, syi’ah

rafidah, para filosof dan kaum sufi yang melampaui batas. Akan tetapi

dilakukan dengan gaya bahasa yang halus. Dan didorong oleh rasa keadilan,

29Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam., 146. 30Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-ilmu Qur’an, ter. Mudzakir AS., 520.

Page 67: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

58

kadang-kadang ia pun membela orang-orang yang diserang oleh Ibn ‘Arabi

dan mencelanya karena ungkapan-ungkapannya kasar dan keras terhadap

ulama’ kaum muslimin. Dan jika perlu mengkritik maka kritiknya pun

bersih serta dilakukan dengan cara sopan dan terhormat.31

Kitab Al-Ja>mi’ li Ahka>m Alqura>n ini pernah hilang dari

perpustakaan hingga akhirnya Da>r al-Kutub al-Misriyah mencetaknya

kembali. Maka kini para pembaca mudah untuk memperolehnya.

e. Sistematika Penafsiran

Dalam penulisan kitab tafsir dikenal dengan adanya tiga

sistematika: pertama sistematika mushafi yaitu penyusunan kitab tafsir

dengan berpedoman pada tertib susunan ayat-ayat dan surat-surat dalam

mushaf, dengan dimulai surat al-fatihah dan diakhiri dengan surat al-nas.

Kedua, sistematika nuzuli yaitu dalam menafsirkan alquran berdasarkan

kronologi turunnya surat-surat Alquran, contoh mufassir yang menggunakan

sistematika ini adalah Muhammad ‘Izzah Darwazah dengan tafsirnya yang

berjudul al- tafsir al- hadis. Ketiga, sistematika maudhu’i yaitu menafsirkan

Alquran berdasarkan topik-topik tertentu dengan mengumpulkan ayat-ayat

yang ada hubungannya dengan topik tertentu kemudian ditafsirkan.32

Dalam menulis kitab tafsirnya, Al-Qurt}ubi> memulai dari surat al-

fatihah dan diakhiri dengan surat al- Nas, dengan demikian ia memakai

31Ibid,. 521. 32Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah., 68.

Page 68: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

59

sistematika mushafi yaitu dalam menafsirkan Alquran sesuai dengan urutan

ayat dan surat yang terdapat didalam mushaf.33

e. Bentuk, Metode dan Corak Penafsiran

1) Bentuk Penafsiran

Kitab tafsir Al-Jami’ li Ahkam Alquran karya Al-Qurt}ubi>>

merupakan Tafsir bi Al-Ra’yi yaitu suatu metode penafsiran Alquran

yang pola pemahamannya dilakukan melalui ijtihad setelah mufassir

mengetahui beberapa syaratnya. Al- ra’yi terlebih dahulu harus mencari

makna ayat-ayat alquran yang terdapat dalam Alquran itu sendiri, lalu

pada Sunnah Nabi SAW, perbuatan para sahabat dan tabi’in, jika tidak

menjumpai dalil yang terdapat pada sumber sebelumnya,barulah seorang

mufassir menggunakan kekuatan akal pikirannya (ijtihad).34

2) Metode penafsiran

Metode yang dipergunakan oleh para mufassir, menurut al-

Farmawi, dapat diklasifikan menjadi empat: pertama, metode tahlili

adalah menjelaskan ayat-ayat Alquran secara rigkas tapi mencakup

dengan bahasa yang popular, mudah dimengerti, dan enak

dibaca.35Keuntungan metode ini adalah peminat tafsir dapat menemukan

pengertian secara luas dari ayat-ayat Alquran. Kedua, metode ijmali,

yaitu ayat-ayat Alquran dijelaskan dengan pengertian-pengertian garis

besarnya saja, contoh kitab tafsir yang menggunakannya adalah Tafsir

jalalain. Ketiga, metode muqaran yaitu menjelaskan ayat-ayat Alquran 33Ibid.,68. 34M. Nur Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu Alquran (Semarang: tp, 2001), 215. 35NashruddinBaidan, Metodologi Penafsiran Al-Qur’an (Yogyakarta: PustakaBelajar, 2012), 13.

Page 69: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

60

berdasarkan apa yang pernah ditulis oleh mufassir sebelumnya dengan

cara membandingkannya. Keempat, metode maudhui, yaitu dimana

seorang mufassir menghimpun ayat-ayat yang mempunyai satu makna

dan menyusun dibawah satu judul bahasan kemudian menafsirkannya

secara tematik.36

Langkah-langkah yang dilakukan oleh Al-Qurt}ubi> dalam

menafsirkan Alquran yaitu sebagai berikut:

a) Memberikan kupasan dari segi bahasa.

b) Menyebutkan ayat-ayat lain yang berkaitan dan hadits-hadits dengan

menyebut sumbernya sebagai dalil.

c) Mengutip pendapat ulama’ dengan menyebut sumbernya sebagai alat

untuk menjelaskan hukum-hukum yang berkaitan dengan pokok

bahasan.

d) Menolak pendapat yang dianggap tidak sesuai dengan ajaran Islam.

e) Mendiskusikan pendapat ulama’ dengan argumentasi masing-masing,

setelah itu melakukan tarjih dan mengambil pendapat yang dianggap

paling benar.

Langkah-langkah yang ditempuh oleh Al-Qurt}ubi>> ini masih

mungkin diperluas lagi dengan melakukan penelitian yang lebih seksama.

Satu hal yang sangat menonjol adalah adanya penjelasan panjang lebar

mengenai persoalan fiqhiyyah merupakan hal yang sangat mudah ditemui

dalam tafsir Al-Jami’ li Ahkam Alquran.

36Al-Hay Al-Farmawi, Metode Tafsir Mawdhu’iy, terj. Abd. Al-Hary(Jakarta: RajaGrafindo,

1996), 34.

Page 70: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

61

Dengan memperhatikan pembahasannya, maka dapat

disimpulkan metode yang digunakan oleh Al-Qurt}ubi>> adalah metode

tahlili, karena ia berupaya menjelaskan seluruh aspek yang terkandung

dalam Alquran dan mengungkapkan segenap pengertian yang dituju.

Sebagai sedikit ilustrasi dapat diambil contoh ketika ia menafsirkan surat

al-fatihah dimana ia membagi atas 4 bab yaitu: bab keutamaan dan nama

surat al fatihah, bab turun dan hukum-hukum yang terkandung di

dalamnya, bab ta’mim (bacaan amin), dan bab tentang Qira’at dan I’rab.

Masing-masing dari bab tersebut memuat beberapa masalah.

4) Corak penafsiran

Al-Farmawi membagi corak tafsir menjadi tujuh corak tafsir

yaitu corak tafsir fiqhi, corak tafsir falsafi, corak tafsir ‘ilmi, corak tafsir

tarbawy, corak tafsir akhlaqy, corak tafsir i’tiqodi, corak tafsir sufi dan

corak tafsir adabi‘ijtima’i.37 Para pengkaji tafsir memasukkan tafsir

karya Al-qurt]ubi> ke dalam tafsir yang mempunyai corak fiqhi sehingga

sering disebut tafsir ahkam. Karena dalam menafsirkan ayat-ayat alquran

lebih banyak dikaitkan dengan persoalan-persoalan hukum.38

37Ahmad Izzan, MetodologiIlmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2009), 200. 38Ahmad Baidowi, Studi Kitab Tafsir,.71.

Page 71: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

62

B. Tafsir Ayat-Ayat Terkait Dengan Wali DalamPernikahan

1. Ayat Dan Terjemah

39

“Dan janganlah kamu menikahi wanita-wanita musyrik, sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik dari wanita

musyrik, walaupun Dia menarik hatimu. dan janganlah kamu menikahkan

orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum mereka

beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik dari orang musyrik,

walaupun Dia menarik hatimu. mereka mengajak ke neraka, sedang Allah

mengajak ke surga dan ampunan dengan izin-Nya. dan Allah menerangkan

ayat-ayat-Nya (perintah-perintah-Nya) kepada manusia supaya mereka

mengambil pelajaran.”40

41

“Apabila kamu mentalak isteri-isterimu, lalu habis masa iddahnya, Maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka kawin lagi dengan bakal

suaminya, apabila telah terdapat kerelaan di antara mereka dengan cara yang

ma'ruf. Itulah yang dinasehatkan kepada orang-orang yang beriman di antara

kamu kepada Allah dan hari kemudian. itu lebih baik bagimu dan lebih suci.

Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”42

2. Asbabun Nuzul

Sehubungan dengan diturunkannya Surat Al-Baqarah ayat 232

tersebut, berkaitan dengan Ma’qil bin Yasar yang mempunyai saudari, ia

menyerahkan urusan perkawinannya kepada Ma’qil. Kemudian saudari dari

Ma’qil menikah dan setelah beberapa lama hidup bersama dengan suami,

39Alquran, 2: 221. 40Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan (Jakarta:TP, 1982), 36. 41Alquran, 2: 232. 42Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan., 38.

Page 72: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

63

kemudian suaminya menceraikan saudari Ma’qil sampai masa iddahnya habis.

Setelah masa iddahnya habis, si suami menyesal telah meninggalkan saudari

Ma’qil dan meminangnya kembali, namun Ma’qil menolak untuk

menerimanya, sehingga turunlah ayat ini.

3. Penafsiran Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi>>

a.Surat Al-baqarah ayat 221

Dalam Tafsir Al-Ja>mi’ li Ahka>m Alqura>n karya Al-Qurt}ubi>>, ia

menafsirkan firman Allah Ta’ala wala >tunkihu> “Dan janganlah kamu

menikahkan”. Yakni janganlah kalian (para wali) menikahkan wanita

muslim dengan lelaki musyrik. Dalam hal ini, umat islam sepakat bahwa

orang musyrik tidak boleh melakukan hubungan badan dengan wanita

muslim dengan alasan apapun, sebab dengan adanya hal itu dapat menodai

Islam.43

Dalam ayat ini juga terdapat dalil yang menyatakan bahwa

pernikahan itu tidak sah kecuali dengan adanya wali. Ibnu Al-Mundzir

berkata, “Telah ditetapkan bahwa Rasulullah SAW bersabda,

لا نكاح الا بولي

“Tidak ada pernikahan (yang sah) kecuali dengan (adanya) wali”

Di pihak lain, tambahan redaksi adanya wali dalam pernikahanpun

diperkuat oleh beberapa dasar. Menurut Al-Qurt}ubi>>>, diantara yang

menunjukkan tentang pernikahan yang diharuskan adanya wali adalah

firman Allah Ta’ala:

43Al-Qurt}ubi>>, Al-Ja>mi’ Li Ahka>mAlquranJilid 3 (Beirut: Dar Al-Fikr, 1995), 67.

Page 73: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

64

44

45dengan seizin Tuan mereka mereka kawinilah Karena itu

Dan firman Allah dalam Surat An-Nur ayat 32:

Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu

Allah berfirman menirukan Nabi Syu’aib pada kisah Nabi Musa AS:

46

Sesungguhnya aku bermaksud menikahkan kamu47

Jadi, dengan adanya firman Allah dan sunnah yang menguatkan.

Al-Qurt}ubi>> berpendapat bahwa tidak ada pernikahan yang sah kecuali

dengan adanya wali.48

Muhammad bin Ali bin Al-Husain berkata,”Sesungguhnya

pernikahan itu dengan adanya wali sebagaimana yang dijelaskan dalam

Kitab Allah (Alquran). At- Thabari berkata: Pada hadits Hafsah ketika ia

menjanda–kemudian Umar menetapkan perkawinannya–terdapat dalil yang

membatalkan pendapat orang-orang yang mengatakan bahwa wanita dewasa

itu lebih berhak mengawinkan dirinya dan melangsungkan perkawinannya ,

dan bukan walinya. Sebab jika demikian, maka Rasulullah akan langsung

melamarnya jika ia memang lebih berhak atas dirinya daripada ayahnya,

44Alquran, 4: 25. 45Ayat ini merupakan pernikahan yang diperuntukkan untuk budak atau pun hambasahaya, di

wilayah kekuasaan tuan mereka yang memiliki dan memberi izin mereka. Demikian pula hamba

sahaya laki-laki tidak bisa menikah kecuali dengan izin tuannya, karena hamba sahaya dimiliki

atau dia tidak punya kuasa dan secara fisik dia dieksploitasi. Para ulama’ kaum muslim telah

sepakat bahwa pernikahan hamba sahaya laki-laki tidak dipebolehkan tanpa seizin tuannya. Jika

hamba sahaya perempuan terlanjur menikah tanpa izin maka dibatalkan dan tidak diperbolehkan

kecuali dengan izin tuannya. 46Alquran, 28: 27. 47Ayat ini merupakan dalil atas diperbolehkannya bagi wali wanita untuk menawarkan anaknya

kepada laki-laki. Disamping itu ayat ini menjadi dalil bahwa tidak boleh bagi wanita menikahkan

dirinya sendiri, sebab lelaki shalih Madyan ini menjadi wali bagi anaknya. Demikian pendapat

mayoritas ulama’ kecuali Abu Hanifah. Ayat ini juga menjadi dalil bahwa hak bagi orang tua

untuk menikahkan wanita gadisnya tanpa meminta persetujuannya. 48Al-qurt}ubi>, Al-Ja>mi’ Li Ahka>m Alquran Jilid 3., 68.

Page 74: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

65

beliau akan langsung mengajukaan lamarannya itu kepada orang yang

memiliki dirinya, dan beliau pasti akan mengikat dirinya. Dalam kasus ini

terdapat penjelasan atas sabda beliau:

الايم احق بنفسها من وليهاان معنى ذلك احق بنفسها في انه لا يعقد عليها الا برضاها لا انها احق بنفسها في ان تعقد عقد النكاح على نفسها دون وليها

“Orang yang lajang (ayim) itu lebih berhak atas dirinya daripada

walinya. Sesungguhnya makna itu lebih berhak atas dirinya sendiri,

sesungguhnya tidak akad kecuali dengan ridhanya (para wali), bukan

sesungguhnya lebih berhak atas dirinya sendiri untuk akad, bukan

walinya.”

Pengertian dari sabda beliau tersebut, bahwa orang yang lajang

adalah lebih berhak atas dirinya untuk tidak menetapkan perkawinan kecuali

dengan keridhaannya, bukan bahwa dirinya lebih berhak atas dirinya dalam

hal menetapkan akad nikah untuk dirinya, bukan walinya.49

Di dalam tafsir Al-Qurt}ubi>> juga dijelaskan bahwa tidak

diperbolehkan seorang perempuan menjadi wali bagi perempuan lain

ataupun dirinya sendiri (wanita yang akan menikah) yang menjadi wali di

dalam pernikahannya. Ad-Daraquthni meriwayatkan dari Abu Hurairah, dia

berkata Rasulullah bersabda:

تزوج المرءة نفسها فان الزانية هي التى تزوج نفسها ولا تزوج المرءة ولا“Seorang perempuan tidak boleh menikahkan seorang perempuan

(lainnya) dan seorang perempuan (juga) tidak boleh menikahkan dirinya.

Sesungguhnya wanita pezina adalah wanita yang menikahkan dirinya.” Ad-

Daraquthni berkata”Hadits Shahih.

Berdasarkan riwayat diatas, maka hal ini sudahlah jelas bahwa

perempuan yang menikah dengan wali dirinya sendiri atau perempuan

menikahkan perempuan lain hukumnya tidak diperbolehkan dan bisa

dinamakan seorang wanita pezina.

49Ibid., 69.

Page 75: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

66

Dalam kitab Al-Muwaththa’ dinyatakan bahwa Aisyah menikahkan

puteri saudaranya kepada Abdurrahman, ketika saudara itu sedang tidak ada.

Ibnu Juraij meriwayatkan dari Abdurrahman bin Al-Qasim bin Muhammad

bin Abi Bakr, dari ayahnya, dari Aisyah, bahwa dia menikahkan seorang

wanita dari keturunan saudaranya kepada seorang laki-laki yaitu Al-

Mundzir bin Al-Zubair, kemudian dia membuat tirai diantara mereka.

Setelah itu dia berbicara, hingga ketika tidak ada yang tersisa kecuali akad,

maka dia memerintahkan lelaki itu untuk menikah, sehingga lelaki itupun

dinikahkan. Setelah itu ia berkata,”Kaum wanita itu tidak boleh

menikahkan”.50

Dengan demikian, yang dimaksud dalam hadits Imam Malik

tersebut adalah bahwa adanya kesalahpahaman, Aisyah hanya menetapkan

mahar dan hal ihwal pernikahan, sedangkan yang melangsungkan akad

nikah adalah salah satu dari asha>bah (keturunan pria dari pihak ayah)

perempuan tersebut. Akad itu kemudian dinisbatkan kepada Aisyah, sebab

ia yang menetapkan mahar untuk perempuan itu.

Imam Malik berkata dalam riwayat yang disebutkan oleh Ibn Al-

Qasim darinya:”Jika seorang wanita dikawinkan oleh selain walinya tapi

dengan izin perempuan tersebut, jika perempuan tersebut memiliki kondisi

yang terpandang di antara manusia, maka walinya memiliki hak pilih untuk

menfasakh pernikahan tersebut atau menetapkannya. Tapi jika itu wanita

50Ibid.,71.

Page 76: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

67

yang dimerdekakan atau wanita yang tidak mempunyai status, maka dia

boleh dinikahkan dan walinya tidak mepunyai hak pilih.51

و قد روي عن مالك ان الشريفة والدنيئة لا يزوجها الا وليها او السلطان“Dan diriwayatkan dari Imam Malik bahwa wanita yang mulia dan

rendahan itu tidak boleh dinikahkan kecuali oleh walinya atau penguasa.”52

Pendapat inilah yang dipilih oleh Ibn Al-Mundzir. Ibn Al-Mundzir

berkata,”Adapun pemilahan yang dilakukan oleh Imam Malik antara wanita

miskin dan yang berkedudukan, hal itu tidak diperbolehkan. Sebab Nabi

menyetarakan dalam pandangan hukum. Rasulullah bersabda, “Kaum

muslim itu setara darahnya. Apabila darah mereka sama, dalam hal lain pun

mereka adalah sama.

Adapun pendapat Imam Syafi’i dan para sahabatnya, menurut

mereka pernikahan tanpa wali harus dibubarkan, baik sebelum maupun

sesudah terjadi hubungan badan, dan keduanya tidak dapat saling mewarisi

apabila salah satunya meninggal dunia. Menurut Imam Syafi’i, wali

merupakan suatu hal yang wajib dipenuhi dalam pernikahan karena adanya

dalil atas hal itu, baik di dalam Alquran maupun Sunnah.53

Jadi, menurut Al-Qurt}ubi>> tidak akan sah suatu pernikahan

seseorang jika tidak ada izin ataupun kehadiran wali dari pihak perempuan.

Karena adanya wali merupakan salah satu syarat dan rukun sah dari

perkawinan.

Sedangkan orang-orang yang memegang pendapat Az-Zuhri, Abu

Hanifah, dan Asy-Sya’bi menafsirkan sabda Rasulullah SAW:

51Ibid., 72. 52Ibid., 72. 53Ibid., 73.

Page 77: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

68

لا نكاح الا بولي ”Tidak ada pernikahan (yang sah) kecuali dengan adanya wali”,

Menurut madzhab Hanafi tafsir dari sabda Rasulullah diatas diartikan

kepada makna kesempurnaan (tidak ada pernikahan yang sempurna), bukan

kepada makna wajib, sebagaimana sabda Rasulullah:

دلا صلاة لجار المسجد الا في المسج “Tidak ada sholat (yang sah) bagi tetangga masjid kecuali di

masjid”

Maksud dari hadits diatas apabila ada seseorang yang rumahnya

bertetangga dengan masjid jika tidak sholat di masjid maka sholatnya tidak

sah. Itu hanya perumpamaan, dan disetarakan dengan hadits tentang wali

nikah.Jadi, madzhab Hanafi berpendapat tentang hukum pernikahan tanpa

adanya wali itu sah, karena di dalam hadits tidak ada kata yang mewajibkan

adanya wali dalam sebuah pernikahan.54

b. Surat Al-Baqarah ayat 232

Dalam tafsir Al-Qurt}ubi>> Al Ja>mi’ Li Ahka>m Alqura>n tentang

firman Allah yang berbunyi fala> ta’dhulu >hunna, maka janganlah kamu (para

wali) menghalangi mereka”. Diriwayatkan bahwa Ma’qil bin Yasar

memiliki saudari yang sebelumnya adalah istri Abul Baddah. Abul Baddah

telah menceraikannya dan meninggalkannya sampai habis masa iddahnya.

Kemudian Abul Baddah menyesal dan sekarang meminangnya, dan saudari

Ma’qil menerima pinangan itu, namun saudaranya (yakni Ma’qil) tidak mau

menikahkannya. Ma’qil berkata “Wajahku dan wajahmu menjadi haram jika

kau menikah dengan Abul Baddah” lalu turunlah ayat ini.

Lalu Rasulullah memanggil Ma’qil, lalu beliau bersabda,”Jika

kamu orang yang beriman maka janganlah kamu melarang saudarimu untuk

54Ibid., 74.

Page 78: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

69

menikah dengan Abul Baddah. Ma’qil berkata, “Aku beriman kepada

Allah”. Lalu ia pun menikahkan saudarinya dengan Abul Baddah.55

Berdasarkan riwayat diatas maka ayat ini mengandung dalil bahwa

tidak boleh nikah (tidak sah pernikahan) tanpa adanya wali. Sebab saudari

Ma’qil adalah seorang janda. Seandainya perkara pernikahannya terserah

kepadanya (saudari Ma’qil), bukan kepada wali, tentu saudari Ma’qil dapat

menikahkan dirinya sendiri dan tidak membutuhkan kepada walinya, yaitu

Ma’qil.

Dengan demikian firman Allah fala> ta’dhulu >hunna “Maka

janganlah kamu (para wali) menghalangi mereka”. Dalam ayat ini ditujukan

kepada para wali dan merupakan dalil bahwa perkara perkawinan

diserahkan pada wali, disamping adanya persetujuan dari mempelai wanita.

Sedangkan menurut Al-Jas}s}as} dalam kitab Ahka>m Alqura>n

dijelaskan bahwa:

و قد دلت هذه ضيقوا عليهن فى التزويج تمنعوهن او لا ت عضلوهن( معناه: لاو قوله تعالى:)و لا تاضافة : بغير ولي ولا اذن وليها: احدهمااذا عقدت على نفسها النكاحية من وجوه على جواز الا

56زوجانعن العضل اذا تراضى الولي والثاني: نهيه ذن الها من غير شرط االعقد الي“Dan firman Allah: Maka janganlah kamu halangi mereka. Maknanya

janganlah kamu menghalangi atau melarangnya (wanita-wanita itu) dan

jangan pula mempersulit atas diri mereka dalam melangsungkan pernikahan.

Dan sungguh ayat ini menunjukkan atas diperbolehkannya menikah tanpa

adanya wali ataupun tidak dengan izinnya wali. Yang pertama adalah

disandarkannya sebuah akad kepadanya (wanita) tanpa adanya syarat ini dari

seorang wali. Yang kedua adalah melarangnya seorang wali untuk

menghalangi kedua orang yang masih ridho untuk ruju’ lagi.”

Dari penafsiran Al-Jas}s}as} berarti janganlah kamu larang atau

janganlah kamu sempitkan jalan mereka dalam perkawinan. Maka teranglah

55Al-qurt]ubi>,Al-Ja>mi’ Li Ahka>mAlquranJilid 3 (Beirut: Dar Al-Kutub, 1967), 147. 56Al-Jas}s}as}, Ahka>m Alqura>n (Beirut: Dar Al-Fikr,tt ), 545.

Page 79: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

70

bahwa ayat ini dengan melalui beberapa cara menjadi dalil atas bolehnya

perempuan itu melakukan akad perkawinan atas dirinya sendiri , tidak ada

wali atau tidak dengan seizin walinya.

Beberapa cara atau jalan diperbolehkan diantaranya ialah pertama

kata “au yankihna” (mereka itu menikahi) menyandarkan akad nikah itu

kepada perempuan tanpa syarat dan izinnya wali, dan kedua dilarangnya

wali melakukan halangan (‘adhal) jika keduanya hendak rujuk kembali

dengan sukarela diantara mereka berdua. Dalam tafsir Al Jas}s}as} ia

menyebutkan bahwa:

هي نفسها من كفو كان الولي منهيا عن العضل اذا زوجتة الاية على ما ذكرنا وهو انه لما جه اخر من دلالوو “Dari aspek yang lain, dalil dari ayat yang telah disebutkan maksudnya

adalah apabila wali menghalangi ketika pernikahan, maka ia boleh

menikahkan dirinya sendiri dengan tidak berwali asal dengan laki-laki yang

sekufu.” Pengertian diatas bisa disimpulkan bahwa perempuan itu dapat

menikahkan dirinya sendiri dengan tidak berwali, asal dengan laki-laki yang

sekufu dengan perempuan itu, maka wali tidak boleh menghalangi keduanya

untuk menikah. Tetapi jika tidak sekufu maka wali mempunyai hak untuk

memisahkan keduanya. Dengan demikian menurut Al-Jas}s}as} ayat tersebut

tidak menunjukkan bahwa wali menjadi syarat sah akad pernikahan.

Sebagaimana diketahui, imam Abu Hanifah sebagai kiblat dari Al-Jas}s}as}

berpendapat bahwa wanita yang berstatus lajang dapat melakukan akad

nikah tanpa melalui wali. Terdapat beberapa ayat yang menegaskan

disandarkannya pernikahan kepada wanita yaitu sebagai berikut:

Page 80: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

71

57

“Kemudian jika si suami mentalaknya (sesudah Talak yang kedua),

Maka perempuan itu tidak lagi halal baginya hingga Dia kawin dengan

suami yang lain.”58

59 “Kemudian apabila telah habis 'iddahnya, Maka tiada dosa bagimu

(para wali) membiarkan mereka berbuat terhadap diri mereka.”60

Pada ayat yang pertama makna kata ruju’ (kembali) dinisbatkan

kepada suami istri tanpa ada penyebutan wali. Dan pada ayat yang kedua

tentang diperbolehkan atas dirinya menikah tanpa syarat adanya wali dan di

dalam ketetapan syarat wali telah menafikan wajib adanya wali.61 Ayat-ayat

tersebut dengan jelas menerangkan masalah nikah wanita atau menikah

dengan tanpa bergantung pada izin wali dan tidak pelaksanaannya oleh wali.

Selain itu Rasul bersabda:

الايم احق بنفسها من وليها“Wanita lajang itu lebih berhak atas dirinya daripada walinya”

Hadits ini menyatakan bahwa wali tidak punya urusan kepada

wanita lajang. Selain itu, pernyataan diatas telah menjatuhkan hak wali

dalam akad. Dan perkataan wanita yang tidak bersuami berhak ada darinya

daripada walinya. Maka dari itu, ayat dan hadits diatas telah menjadi

penghalang bagi wali untuk menghentikan wanita yang menikahkan dirinya

sendiri.62

57Alquran, 2:230. 58Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan., 36. 59Alquran, 234. 60Departemen Agama RI, Alquran dan terjemahan, 38. 61Al-Jas}s}as}, Ahkam Alquran., 546. 62Ibid,.545.

Page 81: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

72

Dari penjelasan diatas maka bisa disimpulkan bahwa Al-Jas}s}as

mengakui adanya wali, tetapi ia memperbolehkan seorang perempuan untuk

menikahkan dirinya sendiri dengan tidak berwali asal dengan laki-laki yang

sekufu.

Page 82: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

73

BAB IV

ANALISIS TERHADAP TAFSIR AH{KA<M ALQURA<N DAN

TAFSIR AL-JA<MI’ LI AH{KA<M ALQURA<N TENTANG

PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN

A. Analisis Peranan Wali dalam Pernikahan Menurut Mufassir Al-Jas{s}as} dan

Al-Qurt}ubi> Dalam Tafsir Ah{ka>m Alqura>n dan Tafsir Al-Ja>mi’ Li Ah {ka<m

Alqura>n

Penjelasan terkait dengan Surat Al-Baqarah ayat 221 dijelaskan bahwa

tidak diperbolehkannya menikah dengan tanpa adanya wali kemudian disana juga

dijelaskan bahwa hukum-hukum dan hubungan atau keterkaitan dengan ayat lain

dalam hal itu ada keterkaitan dengan surat Al-Baqarah ayat 232.

Al-Qurt}ubi> menafsirkan ayat demi ayat dan menjelaskan dengan

gambaran dan bahasa yang baik, dimana ketika menjelaskan terkait dengan wali

dalam pernikahan surat Al-Baqarah ayat 221 dijelaskan dengan baik bahwa setiap

akad perkawinan dilakukan oleh wali, baik itu perempuan dewasa atau masih

kecil, janda atau masih perawan, sehat akalnya atau tidak. Karena tidak ada hak

sama sekali bagi perempuan untuk mengakadkan perkawinannya sendiri dan

mengakadkan perkawinan saudara wanitanya.

Sedangkan Al-Jas}s}as} dalam ayat ini hanya menjelaskan tentang

keharaman pernikahan seorang laki-laki yang muslim dengan perempuan yang

musyrik. Dan dalam hal ini ia tidak menjelaskan terkait tentang wali dalam

Page 83: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

74

pernikahan. Dikarenakan menurutnya memang tidak wajib adanya wali dalam

pernikahan.

Dalam surat Al-Baqarah 221 diatas berkaitan dengan Surat Al-Baqarah

ayat 232 bahwa di dalamnya terdapat penjelasan tentang adanya sebuah larangan

pada ayat ini yang ditujukan pada wali, berdasarkan hadits yang yang

diriwayatkan oleh Imam Bukhari tentang Qasim Ma’qil bin Yasar. Dan kemudian

didalamnya dijelaskan pula bagaimana tentang hukum wanita yang menikah

dengan wali dirinya sendiri atau tanpa adanya wali.

Dalam melaksanakan pernikahan, memang harus dibutuhkan wali.

Sebagaimana asbab al-nuzul surat Al-baqarah ayat 232 yang jelas bahwa larangan

ditujukan untuk wali. Untuk itu Al-Qurtubi menjelaskan terkait wali dalam

pernikahan disitu baik untuk orang yang belum menikah ataupun yang sudah

menikah, yang tidak disetujui oleh walinya ataupun yang tidak setujui oleh

walinya. Selain ayat ini yang menjelaskan mengenai pernikahan yang diwajibkan

adanya wali, Nabi pun bersabda:

لا نكاح الا بولي“Tidak ada pernikahan (yang sah) kecuali dengan (adanya) wali”

Dalam agama islam telah dijelaskan bahwa adanya wali adalah suatu

rukun dan syarat sah sebuah pernikahan. Rukun dan syarat menentukan suatu

perbuatan hukum, terutama yang menyangkut dengan sah atau tidaknya

perbuatan tersebut dari segi hukum. Kedua kata tersebut mengandung arti yang

sama dalam suatu hal, bahwa keduanya merupakan sesuatu yang harus diadakan.

Dalam suatu acara pernikahan, rukun dan syaratnya tidak boleh satupun yang

Page 84: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

75

tertinggal, karena dalam pernikahan tidak sah bila salah satu ataupun keduanya

tidak ada atau tidak lengkap.1

Mengenai hukum wali atas seorang janda ada yang mengatakan bahwa

seorang janda lebih berhak mengawinkan dirinya sendiri dan melangsungkan

pernikahannya sendiri. Dalam hal ini Al-Qurt}ubi> menyebutkan bahwa tidak

diperbolehkannya seorang janda mengawinkan dirinya dan melangsungkan

perkawinan tanpa persetujuan ataupun adanya wali di dalam perkawinan tersebut.

Karena adanya wali adalah mutlak dalam suatu pernikahan dan tidak sah

pernikahan jika tanpa adanya wali.

Sedangkan dalam penafsiran Al-Jas}s}as} dijelaskan bahwa apabila ada

suatu perkawinan yang tidak dihadiri atau tanpa izin wali maka hukum

perkawinan tersebut adalah sah. Karena didalam kitabnya telah disebutkan bahwa

perempuan yang sudah dewasa dan sehat akalnya dapat melangsungkan sendiri

akad perkawinannya tanpa adanya wali asal dengan laki-laki yang sekufu. Pun

menurut imam Abu Hanifah sebagai kiblat dari Al-Jas{s{as} berpendapat bahwa

ayyim (wanita yang lajang) dapat melakukan akad nikah tanpa melalui izin

seorang wali. Tetapi Al-Jas{s{as tetap mengakui atas keeksistensian wali, hanya

saja ia memberikan kesempatan seorang perempuan untuk menikah dengan wali

dirinya sendiri.

Dengan demikian asbab al-nuzul ayat atau sebab-sebab turunnya ayat,

hadits Rasulullah SAW dan pendapat para sahabat dan tabi’in-tabi’in sangat

1Abdul Rahman Ghazali, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2012), 46.

Page 85: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

76

dibutuhkan pada Surat Al-Baqarah ayat 232 ini dijelaskan secara rinci terkait

dengan wali dalam pernikahan sebagai berikut:

Ma’qil mempunyai saudara perempuan yang dinikahi oleh Abibaddah.

Kemudian ia cerai oleh suaminya. Setelah selesai masa iddahnya, Abibaddah

merasa menyesal dan ingin kembali kepada bekas istrinya itu. Tetapi Ma’qil

sebagai wali tidak menyetujuinya sehingga peristiwa ini diketahui oleh Rasulullah

dan kemudian turunlah ayat inidan Ma’qil memperkenankan Abibaddah untuk

menikahi atau ruju; dengan saudaranya. Jadi bisa disimpulkan dari riwayat ini

sudah jelas bahwa larangan menghalangi mereka (suami istri yang sudah bercerai)

untuk ruju’ ditujukan kepada wali.

Dari riwayat yang merupakan asbab al-nuzul dari ayat ini, maka

larangan (menghalangi suami istri yang sudah bercerai) ditujukan kepada wali.

Seandainya larangan ayat itu tidak ditujukan kepada wali, maka perempuan itu

(saudara Ma’qil) dapat menikah sendiri dan tidak perlu tertunda oleh sikap Ma’qil

sebagai walinya.

Selanjutnya jika dilihat dari cabang ulumul Quran terdapat adanya

munasabah. Munasabah yaitu pertalian yang terdapat di dalam ayat-ayat Alquran

dan surat-suratnya, dari sudut makna, susunan kalimat, maupun letak surat, ayat

dan sebagainya. Pada ayat diatas terdapat munasabah yaitu sebagai berikut:

Dimana pada ayat sebelumnya dijelaskan tentang hukum-hukum yang

berhubungan dengan talak, mentalak istri dengan cara yang baik, dan apa saja

hak-hak suami istri. Pada ayat ini menjelaskan tentang larangan untuk wali

mencegah wanita ruju’ (kembali) dengan bekas suami.

Page 86: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

77

B. Analisis Persamaan Dan Perbedaan Penafsiran dari Mufassir Al-Jas{s}as} dan

Al-Qurt}ubi> Dalam Tafsir Ah{ka>m Alqura>n dan Tafsir Al-Ja>mi’ Li Ah {ka<m

Alqura>n

1. Persamaan

a. Dalam menafsirkan terkait dengan wali dalam pernikahan, Al-Jas}s}as} dan

Al-Qurt}ubi> sama-sama mengambil sumber dari hadits yang berbunyi:

الايم احق بنفسها من وليها

“Wanita lajang itu lebih berhak atas dirinya daripada walinya”

b. Metode yang digunakan sama-sama menggunakan metode tahlili dimana

metode tahlili merupakan metode tafsir dengan menggunakan ayat-ayat

Alquran dan memaparkan segala aspek yang terkandung di dalam ayat-ayat

yang ditafsirkan itu, selain itu menerangkan makna-makna yang terkandung

di dalamnya, sesuai dengan keahlian dan kecenderungan mufassir yang

menafsirkan ayat-ayat tersebut.2 Selain itu tafsir tahlili juga dikatakan tafsir

yang mempunyai keluasan serta keutuhannya dalam memahami Alquran.

Melalui metode ini juga maka seseorang seakan-akan diajak serta

memahami Alquran dari awal surat yakni surat Al-Fatihah sampai akhir

surat dalam Alquran yakni surat Al-Nas. Metode ini memunculkan sikap

yang sangat hati-hati dan penuh tanggung jawab dalam memahami pesan

moral Alquran. Metode tafsir tahlili juga menyajikan pembahasan Alquran

yang sangat luas yang meliputi berbagai aspek, seperti kebahasaan, sejarah

dan hukum.3

2Abd. Al-Hayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’i, Suryan A. Jamrah (Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 1996), 12. 3Ahmad Izzan, Metodologi Ilmu Tafsir (Bandung: Tafakur, 2009), 105

Page 87: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

78

c. Corak yang digunakan dalam menafsirkan ayat yang terkait dengan wali

pernikahan yaitu sama-sama menggunakan corak fiqhy yang kemudian lebih

populer dengan sebutan Tafsir al-ahkam yaitu corak penafsiran yang lebih

berorientasi pada ayat-ayat hukum dalam Alquran. Corak ini berbeda

dengan tafsir-tafsir lainnya seperti tafsir ilmy dan tafsir falsafi yang

eksistensinya dan proses pengembangannya diperdebatkan oleh pakar tafsir,

keberadaanya tafsir ayat-ayat ahkam ini diterima hampir seluruh lapisan

mufassirin.4

2. Perbedaan

a. Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi> tentang peranan wali dalam pernikahan. Al-Jas}s}as}

berpendapat bahwa apabila ada suatu perkawinan yang tidak dihadiri atau

tanpa izin wali maka hukum perkawinan tersebut adalah sah. Karena

menurut Al-Jas}s}as}, perempuan yang sudah dewasa dan sehat akalnya dapat

melangsungkan sendiri akad perkawinannya tanpa adanya wali asalkan

dengan laki-laki yang sekufu. Sedangkan menurut Al-Qurt}ubi> wali dalam

pernikahan itu harus ada, karena menurut Al-Qurt}ubi> bahwa wali adalah

suatu hal yang mutlak dalam pernikahan dan tidak sah pernikahan tanpa

adanya wali. Perbedaan penafsiran ini disebabkan karena berbedanya

madzhab yang dianut oleh kedua kedua mufassir tersebut.

b. Al-Jas}s}as} bermadzhab Imam Hanafi sedangkan Al-Qurt}ubi> bermadzhab

Imam Malik. Seperti yang diketahui Imam Hanafi adalah salah satu ulama’

yang selalu menggunakan daya akalnya untuk ijtihad dan selalu

4Muhammad Amin Suma, Ulumul Qur’an (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), 399.

Page 88: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

79

menggunakan istihsan sebagai dasar pemikirannya setelah menggunakan

Alquran, hadits dan qiyas. Sedangkan Imam Malik juga menggunakan daya

akalnya dan menggunakan istihlah sebagai dasarnya setelah menggunakan

Alquran, hadits dan ahli Madinah.

c. Al-Jassash terlampau fanatik terhadap madzhab Hanafi sehingga

mendorongnya untuk memaksa-maksakan penafsiran ayat dan

pentakwilannya guna mendukung madzhabnya. Sedangkan Al-Qurthubi

mengemukakan pendapatnya sendiri tanpa ta’assub (fanatik) terhadap

mazhab Maliki yang dianutnya dan tidak bersikap apriori terhadap pendapat

mazhab-mazhab yang lain.5

d. Bentuk penafsiran yang digunakan oleh Al-Jas}s}as} yaitu Tafsir bi Al-

Ma’tsur ialah penafsiran dengan berpegang pada penjelasan yang terdapat di

dalam ayat Alquran itu sendiri yang mencakup penjelasan, perincian tentang

sebagian ayat, serta riwayat yang dikutip dari Nabi, sahabat dan tabi’in.6

Sedangkan Al-Qurt}ubi> menggunakan bentuk penafsiran yaitu Tafsir bi Al-

Ra’yi yaitu suatu metode penafsiran Alquran yang pola pemahamannya

dilakukan melalui ijtihad setelah mufassir mengetahui beberapa syaratnya.

Al- Ra’yi terlebih dahulu harus mencari makna ayat-ayat Alquran yang

terdapat dalam Alquran itu sendiri, lalu pada Sunnah nabi SAW, perbuatan

para sahabat dan tabi’in, jika tidak menjumpai dalil yang terdapat pada

5Moh. Amin Suma, Pengantar Tafsir Ahkam., 146. 6Samsurrohman, Pengantar Ilmu Tafsir (Jakarta: Amzah, 2014), 141.

Page 89: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

80

sumber sebelumnya, barulah seorang mufassir menggunakan kekuatan akal

pikirannya (ijtihad).7

7M. Nur Ichwan, Belajar Mudah Ilmu-ilmu Alquran (Semarang: tp, 2001), 215.

Page 90: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

81

BAB V

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari paparan di depan dapat diambil kesimpulan berikut ini:

1. Penafsiran terkait dengan peranan wali dalam pernikahan, menurut Al-Jas}s}as}

perempuan itu dapat berbuat atas dirinya sendiri baik yang berhubungan

dengan akad nikah ataupun memilih laki-laki yang disukainya dengan tidak

bersandar kepada walinya asalkan dengan laki-laki yang sekufu dengannya.

Tetapi Al-Jas{s{as tetap mengakui atas keeksistensian wali, hanya saja ia

memberikan kesempatan seorang perempuan untuk menikah dengan wali

dirinya sendiri.

2. Menurut Al-Qurt}ubi} peranan wali dalam pernikahan adalah setiap akad

perkawinan dilakukan oleh wali, baik itu perempuan dewasa atau masih kecil,

janda atau masih perawan, sehat akalnya atau tidak. Karena tidak ada hak sama

sekali bagi perempuan untuk mengakadkan perkawinannya sendiri dan

mengakadkan perkawinan saudara wanitanya.

3. Persamaan dan perbedaan diantara dua mufassir tersebut yaitu: persamaannya

terletak pada ketika menafsirkan Alquran Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi> sama

menggunakan metode tahlili. Tentang corak yang digunakan dalam

menafsirkan juga sama menggunakan corak fiqhy. Sedangkan ada perbedaan

diantara penafsiran mufassir Al-Jas}s}as} dan Al-Qurt}ubi> tentang kedudukan wali

Page 91: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

82

dalam pernikahan. Al-Jas}s}as} berpendapat bahwa apabila ada suatu perkawinan

yang tidak dihadiri atau tanpa izin wali maka hukum perkawinan tersebut

adalah sah. Karena menurut Al-Jas}s}as}, perempuan yang sudah dewasa dan

sehat akalnya dapat melangsungkan sendiri akad perkawinannya tanpa adanya

wali asalkan dengan laki-laki yang sekufu. Sedangkan menurut Al-Qurt}ubi>

wali dalam pernikahan itu harus ada, karena menurut Al-Qurt}ubi bahwa wali

adalah mutlak dalam suatu pernikahan dan tidak sah pernikahan tanpa adanya wali.

Perbedaan penafsiran ini disebabkan karena berbedanya madzhab yang dianut oleh

kedua kedua mufassir tersebut.

B. Saran

Setelah mengemukakan kesimpulan dari penelitian ini, saran yang

diusulkan penulis sebagai berikut:

1. Bermacam-macam metode penafsiran Alquran yang disajikan oleh mufassir

pada dasarnya merupakan upaya mereka masing-masing untuk dapat

memahami kandungan Alquran. Maka dari itu, hendaknya para generasi islam

selanjutnya lebih bersifat fleksibel dan terbuka dalam menerima hal-hal yang

baru.

2. Keterbatasan pada analisis mengenai masalah tersebut kiranya kurang begitu

terwakili. Maka dari itu, diharapkan ada orang lain yang bersedia untuk

melanjutkan penelitian ini sehingga bisa dijadikan teori oleh orang banyak.

Page 92: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

83

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Slamet. Fiqih Munakahat 1. Bandung: Pustaka Setia, 1999.

Al-Jaṣsaṣh. Ahkaam al Qur’an, Juz II. Kairo: Mathba’at Abd Rahman, t.t.

Agama RI, Departemen. Alquran dan terjemahan. Jakarta: TP, 1982.

Al-Dawudy, Thabaqat al-Mufassirin. PDF. t.t: t.p, t.th.

Al-Farmawi, Al-Hay. Metode Tafsir Mawdhu’iy, terj. Abd. Al-Hary. Jakarta:

RajaGrafindo, 1996.

Al-Qurthubi. Al-Jami’ Li Ahkam Alquran, Juz III. Beirut: Dar Al-Fikr, 1995.

Al-Qatthan, Manna’ Khalil. terj.Mudzakir AS. Studi Ilmu-ilmu Qur’an. Bogor:

Pustaka Litera AntarNusa, 2013.

Al-Qatthan, Manna’ Khalil. Pengantar Studi Ilmu al-Qur`an. terj. H. Aunur Rafiq el

Mazni. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2013.

Al-Zahabi, Muhammad Husain. Al-Tafsir wa Al-Mufassirun. Mesir: DarAl-Maktabah

Al-Harisah, 1976.

As-Shabuni, Mohammad Ali. terj.Moch. Chudlori Umar. Pengantar Ilmu al-Qur’an

Bandung: Al-Ma’arif, 1996.

Page 93: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

84

Anwar, Rosihon. Ulum Al-Qur’an. Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Anar, Rosihon. Ilmu Tafsir . Bandung: Pustaka Setia, 2015.

Anwar, Rusydie. Pengantar Ulumul Qur’an dan Ulumul Hadits. Yogyakarta:

IRCiSoD, 2015.

Aziz, Nasaiy. Ketidak-Mutlakan Laki-Laki dalam Perwalian Nikah menurut

Perspektif Ulama tafsir, Jurnal Substantia, Vol. 14, No. 2, Tk: tp. 2012.

Az-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyi al-Kattani.

Jakarta: Gema Insani, 2011.

Baidan, Nasruddin. Metodologi Penafsiran Al-Quran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Offset, 2012.

Baidan, Nasruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2016.

Baidowi, Ahmad. Studi Kitab Tafsir Klasik Tengah. Yogyakarta: TH-Press, 2010.

Daming, Muhammad. Keagungan Al-Qur’an: Analisis Munasabah. Makassar:

Pustaka Al-Zikra, 2012.

Ghazali, Abdul Rahman. Fiqh Munakahat. Jakarta: Kencana, 2012.

Hakim, Rahmat. Hukum Perkawinan Islam. Bandung: Pustaka Setia,2000.

Page 94: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

85

Harjomo, Anwar. Hukum Islam Keluasan dan keadilan. Jakarta: Bulan Bintang,

1987.

Ichwan, M. Nur. Belajar Mudah Ilmu-ilmu Alquran. Semarang: tp, 2001.

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur, 2009.

Junaidi, Ahmad Arif. Pembaharuan Metodologi Tafsir Al-Quran. Semarang: Gunung

Jati, 2001.

Sabiq. Moh, Kajian Kritis Ahkam Al-Qur’an Karya Al-Jassash. Yogyakarta: tp, tt.

Sartika, Ella, dkk. Keluarga Sakinah dalam Tafsir Al-Qur’an vol 2 (Bandung: Al-

Bayan, 2017.

Suma, Moh. Amin. Pengantar Tafsir Ahkam. Jakarta: Rajawali Press, 2001.

Suma, Muhammad Amin. Ulumul Qur’an. Jakarta: Rajawali Pers, 2017.

Suyuthi, Imam. terj. Ali Nurdin, Asbab al-nuzul. Jakarta: Qisthi Press, 2017.

Syarifuddin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia. Jakarta:Kencana, 2006,

2014.

Tihami, Sohari Sahrani, Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta:

Rajawali Pers, 2009.

Page 95: PERANAN WALI DALAM PERNIKAHAN MENURUTdigilib.uinsby.ac.id/31674/2/Alfiatus Soliha_E93215090.pdf · Dalam suatu pernikahan bisa dinggap sah apabila memenuhi syarat-syarat dan rukun-rukun

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

86

Tim Penulis IAIN Syarif Hidayatullah. Ensiklopedi Islam Indonesia. Jakarta:

Djambatan, 1992.