peningkatan keterampilan guru
DESCRIPTION
Keterampilan GuruTRANSCRIPT
-
1
Tugas Makalah
Peningkatan Keterampilan Guru Mengadakan
Variasi Dalam Mengajar Melalui Supervisi Klinis
Mata Kuliah :
Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan
Dosen Pengampu :
Dr. Darwin, M.Pd
Oleh :
Nama : M. IKHWAN CANIAGO
NIM : 8146132047
Kelas : A2W
Jurusan : AP KEPENGAWASAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014
-
2
KATA PENGANTAR
Segenap puji syukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Mudah-mudahan tugas yang penulis
kerjakan dapat diterima oleh dosen yang mengampu matakuliah Evaluasi dan Penjaminan
Mutu Pendidikan yaitu Bapak Dr. Darwin, M.Pd. serta tidak lupa penulis juga mengharapkan
nilai yang sangat memuaskan.
Tugas penulisan makalah ini penulis lakukan adalah sebagai bagian tugas Porto folio
yang sesuai dengan kontrak matakuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan dengan
dosen pengampu. Isi tulisan makalah ini adalah berupa tulisan dengan judul Peningkatan
Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Dalam Mengajar Melalui Supervisi Klinis
Penulis menyadari bahwa hasil tulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari
dosen pengampu yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan penulisan Makalah ini.
Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan serta dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akhir, khususnya kepada dosen
pengampu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.
Medan, Maret 2015
M. IKHWAN CANIAGO
NIM : 8146132047
-
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... I
DAFTAR ISI ......................................................................................................... II
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2
C. Batasan Masalah ................................................................................... 3
D. Tujuan Tujuan Pembuatan Makalah .................................................... 3
E. Manfaat Pembuatan Makalah ............................................................... 5
BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 5
A. Kompetensi Guru Dalam Konteks Kebijakan ....................................... 5
B. Supervisi Klinis .................................................................................. 10
C. Keterampilan Mengadakan Variasi Dalam Mengajar ......................... 16
BAB III PENUTUP ............................................................................................ 20
A. Kesimpulan ........................................................................................ 20
B. Saran ................................................................................................. 20
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23
-
4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 20051 tentang standar nasional pendidikan
disebutkan salah satu standar nasional pendidikan adalah standar proses. Dalam standar
nasional pendidikan tersebut, yang menjadi standar proses adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Jadi untuk mewujudkan mutu lulusan agar memiliki
standar kompetensi, maka proses pembelajaran haruslah juga memenuhi standar nasional
pendidikan
Segala hal yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan telah dilakukan oleh
pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan mutu proses pembelajaran. Namun kenyataan
yang ada dilapangan masih belum bisa dikatakan memuaskan. Hal ini sesuai dengan temuan
Kementerian Pendidikan Nasional. 2Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2013,
bahwa nilai rata-rata kompetensi guru di seluruh Indonesia adalah 4,25. Tujuan dari
dilaksanakannya UKG tersebut menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah untuk
melihat kompetensi guru apakah sudah memenuhi 4 ranah yang diujikan, yaitu kompetensi
pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi institusional, kompetensi profesi.
3Begitupun Hasil kajian yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan dan Uni Eropa di 110 kabupaten/kota di 16 provinsi menemukan kinerja umum
1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan
2 Portal www.Tribunnews.com, Selasa 4 Juni 2013
3 Portal www.antaranews.com, Kamis 11 Desember 2014
-
5
pendidikan di Indonesia bagian timur rendah. Hasil kajian menyebutkan indikator Standar
Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan belum sepenuhnya tercapai. SPM terdiri atas 13
indikator dikelompokkan dalam aspek isi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian
pendidikan, buku, peralatan, dan media pembelajaran. Dari kedua data di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam mendidik dan mengajar masih tergolong rendah.
Dari 13 indikator pencapaian SPM diatas, Salah satu indikatornya adalah proses
pembelajaran. Salah satu aspek dalam proses pembelajaran tersebut adalah adanya
ketrampilan guru dalam memberikan variasi dalam mengajar. Dari hasil pengamatan,
ketrampilan guru dalam memberikan variasi dalam mengajar masih rendah. Maka diperlukan
cara untuk meningkatkan kemampuan tersebut melalui peran supervisor atau pengawas
pendidikan.
Salah satu teknik supervisor/pengawasan pendidikan adalah dengan metode Supervisi
Klinis. Menurut Nana Sudjana4 bahwa supervisi klinis merupakan bantuan profesional yang
diberikan kepada guru secara individual yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar
guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang
sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap pengamatan, dan tahap analisis, dan tindak
lanjut.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah
adalah :
1. Bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam mengajar melalui supervisi klinis?
4 H. Nana Sudjana, Supervisi Pendidikan : Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah, Bekasi : 2012, Hlm.
113
-
6
2. Bagaimana peningkatan keterampilan guru memberikan variasi dalam pembelajaran
melalui metode supervisi klinis?
C. Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi
batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah : upaya untuk meningkatkan kompetensi
guru dalam mengajar yaitu keterampilan dalam memberikan variasi dalam proses
pembelajaran melalui supervisi klinis.
D. Tujuan Pembuatan Makalah
Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi
tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :
1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar melalui metode supervisi
klinis.
2. Untuk meningkatkan ketrampilan guru memberikan variasi dalam pembelajaran
melalui metode supervisi klinis.
E. Manfaat Pembuatan Makalah
Apabila tujuan tersebut di atas dapat tercapai, maka hasil dari penulisan makalah ini
akan bermanfaat kepada :
1. Bagi kepala dinas pendidikan, sebagai bahan informasi bagi kepada dinas bahwa
dalam rangka mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi maka para
pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam mengajar khususnya dalam
memberikan variasi saat proses belajar mengajar.
-
7
2. Bagi pengawas pendidikan, sebagai bahan informasi untuk memastikan mutu lulusan
pendidikan tetap bermutu, maka para pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam
mengajar khususnya keterampilan dalam memberikan variasi.
3. Bagi tenaga pendidik, untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar, khususnya
keterampilan dalam membarikan variasi agar mutu lulusan memiliki kompetensi yang
sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
-
8
BAB II
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kompetensi Guru Dalam Konteks Kebijakan
Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan
empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah
5No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu :
1. Kompetensi Pedagogik
Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tersebut, yang
dikatakan dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk
mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Suyanto6, dalam kompetensi
pedagogik, dijabarkan indikator esensial sebagai berikut :
1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik
dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip
kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.
2. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan untuk
kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan
teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan
5 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan, Loc. Cit.
6 Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era
Global. Jakarta:2013. Hal. 41.
-
9
karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta
menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.
3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan
melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan
melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara
berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan
hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan
memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program
pembelajaran secara umum.
5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya
meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik,
dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.
2. Kompetensi Kepribadian
Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tersebut, yang
dikatakan dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan
kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta
didik, dan berakhlak mulia. Menurut Suyanto7, dalam kompetensi kepribadian, dijabarkan
indikator esensial sebagai berikut :
1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial,
bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.
2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai
pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.
7 Ibid, Ha 42
-
10
3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada
kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan
dalam berpikir dan bertindak.
4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.
5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma
religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang
diteladani peserta didik.
3. Kompetensi Sosial
Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah8 No. 19 tahun 2005 tersebut, yang
dikatakan dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta
didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Suyanto9, dalam kompetensi sosial, dijabarkan
indikator esensial sebagai berikut :
1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa dengan indikator
esensial; berkomunikasi secara efektif dengan siswa; gurubisa memahami keinginan
dan harapan siswa
2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga
kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa
serta solusinya
8 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan. Loc. Cit.
9 Prof. Suyanto, Ph.D. Op. Cit, hal. 42
-
11
3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali siswa dan
masyarakat sekitar. Misalnya guru bisa memberikan informasi tentang bakat, minat,
dan kemampuan siswa kepada orangtua siswa.
4. Kompetensi Profesional
Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah10
No. 19 tahun 2005 tersebut, yang
dikatakan dengan kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas
dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan
substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan
metodologi keilmuannya. Menurut Suyanto11
, dalam kompetensi profesional, dijabarkan
indikator esensial sebagai berikut :
1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru
harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur,
konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar;
memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait;dan menerapkan konsep-
konsep keilmuan dalam proses belajar-mengajar
2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus
menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam
pengetahuan / materi bidang studi.
10
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan.
11 Prof. Suyato, Ph.D, Op.Cit. Hal. 43
-
12
Selanjutnya, Meriam12
menyarankan agar kompetensi profesional yang harus dimiliki
oleh guru adalah :
a. Memahami motivasi para siswa
b. Memahami kebutuhan belajar siswa
c. Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktik
d. Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan
e. Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran
f. Memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi (Lisan dan Tulisan)
g. Mengetahui bagaimana menggunakan materi yang diajarkan dalam praktik kehidupan
nyata
h. Memiliki pandangan yang terbuka untuk memperkenankan siswa mengembangkan
minatnya masing-masing
i. Memiliki keinginan untuk terus memperkaya pengetahuan dan melanjutkan studinya
j. Memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi suatu program pembelajaran.
Dari uraian mengenai subkompetensi sosial di atas, bahwa seorang guru haruslah
mampu berkomunikasi efektif dengan siswa, dan pada subkompetensi pedagogik disebutkan
bahwa seorang guru harus mampu melaksanakan pembelajaran. Dari sisi sub kompetensi
profesional, seorang guru harus menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang
studi. Serta ditambah dengan pernyataan dari pendapat ahli bahwa dalam kompetensi
12
Dalam Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru
di Era Global. Jakarta:2013. Hal. 44
-
13
profesional, seorang guru haruslah memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi
serta mampu menggunkan beragam metode dan teknik pembelajaran. Kesemuanya itu dapat
dijadikan suatu landasan bahwa untuk mewujudkan mutu lulusan agar memiliki standar
kompetensi, maka peningkatan mutu pendidik dalam aspek keterampilan dalam memberikan
variasi dalam mengajar mutlak diperlukan.
Untuk dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memberikan variasi dalam
mengajar, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan supervisi klinis.
B. Supervisi Klinis
1. Defenisi Supervisi Klinis
Supervisi klinis adalah salah satu pendekatan dalam supervisi akademik yang target
utamanya adalah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maksud dari supervisi
klinis adalah untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan guru dalam melaksanakan
pembelajaran. Karenanya seorang pengawas pendidikan untuk dapat melaksanakan supervisi
klinis, diperlukan pemahaman agar dapat melaksanakan supervisi klinis terhadap guru-guru
yang memiliki kelemahan dan kekurangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.
Pada awalnya Supervisi klinis diperkenalkan oleh Morris L. Cogan dan Richard
Weller13
dari Universitas Harvard. Ada dua asumsi yang melatarbelakangi munculnya konsep
supervisi klinis. Pertama, pembelajaran adalah aktivitas yang sangat kompleks yang
memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hati melalui pengamatan dan analisis
kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesional ingin
dikembangkan dengan cara yang kolegial dari pada yang otoritarian. Dengan dasar asumsi
13
H. Nana Sudjana, Op. Cit. Hal. 113
-
14
tersebut, maka lahirlah konsep supervisi klinis mengingat proses belajar mengajar yang
kompleks dan pengembangan guru secara kolegial.
Cogan14
mengatakan bahwa supervisi klinis adalah :
The rational and practice designed to improve the teachers supervisi classroom
performance. It takes its principal data from events of the classroom. The analysis of
these data and the relationships between teacher and supervisor from teh basis of the
program, procedures, and the strategies designed to improve the students supervisi
learning by improving the teacher supervisi classroom behavior
Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa supervisi klinis pada dasarnya merupakan
pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya
dirancang secara praktis dan rasional, baik desainnya maupun pelaksanaannya dikembangkan
atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.
Sedangkan menurut Nana Sudjana15
bahwa supervisi klinis diartikan sebgai bantuan
profesional yang diberikan kepada seorang guru yang mengalami masalah dalam
melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya
berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Weller16
berpendapat bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada pada perbaikan
pembelajaran.
14
Loc. Cit.
15 Loc. Cit.
16 Loc. Cit.
-
15
Menurut Keith Acheson dan Meredith DGall 17 supervisi klinis adalah proses
membantu guru untuk memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar nyata dengan
tingkah laku mengajar yang ideal.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah
salah satu metode yang dapat ditempuh untuk membantu serta memberikan advokasi kepada
guru untuk memperbaiki dan mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran,
termasuk kepada keterampilan guru dalam mengajar.
2. Tujuan Supevisi Klinis
Sejalan dengan pengertian dari supervisi klinis yaitu membantu guru untuk
memperbaiki cara mengajar kepada cara yang paling ideal, maka dapat disimpulkan apa yang
menjadi tujuan dari diadakannya supervisi klinis. Supervisi klinis memiliki tujuan umum dan
tujuan khusus.
Tujuan umum dari supervisi klinis adalah menurut Nana Sudjana18
adalah agar guru
memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.
Sedangkan tujuan khusunya adalah agar guru :
a. Guru memiliki keterampilan dalam mendiagnosis kesulitan pembelajaran dan
mencari solusi pemecahannya.
b. Guru memiliki keterampilan dalam melakasanakan pembelajaran dengan
menggunakan strategi yang efektif
17
Ibid, Hal. 114
18 Ibid, Hal. 116
-
16
c. Guru memiliki sikap yang positip dan kritis terhdap upaya perbaikan mutu
pembelajaran.
Selanjutnya Nana Sudjana19
menjelaskan indikator keberhasilan pelaksanaan
supervisi klinis adalah :
a. Meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan
mengevaluasi proses pembelajaran
b. Kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga
diharapkan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai peserta didiknya
c. Terjalin hubungan kolegial antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan
masalah pembelajaran dan tugas profesinya.
3. Pelaksanaan Supervisi Klinis
Untuk dapat melaksanakan supervisi klinis, maka ada beberapa persyaratan yang
harus dipenuhi oleh seorang pengawas. Nana Sudjana20
merinci beberapa persyaratan
tersebut, yaitu :
1. Keahlian Pengawas sekolah
Keahlian pengawas sekolah harus sama dengan guru yang menjadi sasaran supervisi.
Artinya jika guru sasaran supervisi adalah guru bidang studi matematika, maka
keahlian supervisor haruslah juga bidang matematika
2. Nilai lebih pengawas sekolah
19
Loc. Cit. hal. 116
20 Loc. Cit. Hal.117
-
17
Pengawas sekolah harus memiliki kelebihan dari guru dalam penguasaan mata
pelajaran serta teori dan praktek pembelajaran
3. Menemukenali masalah pembelajaran
Pengawas sekolah perlu mengetahui guru-guru manakah yang perlu mendapat
pendampingan supervisi klinis, sehingga bisa memberikan solusi bagi masalah guru
tersebut dalam proses pembelajaran.
4. Niat dan motivasi
Pengawas sekolah juga harus memiliki niat untuk memperbaiki dan meningkatkan
mutu pendidikan serta motivasi untuk membantu guru.
5. Kordinasi dengan kepala sekolah
Guru dan kepala sekolah merupakan mitra yang sejajar dengan pengawas sekolah.
Program kepengawasan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ada kordinasi yang
baik dengan guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang
baik untuk menjalankan proses supervisi klinis.
6. Menguasai materi pembelajaran
Pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya haruslah menguasai materi
pembinaan, seperti silabus mata pelajaran, strategi pembelajaran, keterampilan
mengajar, alat bantu pembelajaran,media pembelajaran dan sebagainya.
-
18
Setelah mengetahui syarat untuk melaksanakan supervisi klinis di atas, maka langkah
selanjutnya adalah pelaksanaan supervisi klinis itu sendiri. Nana Sudjana21
menyebutkan
bahwa ada empat tahapan dalam pelaksanaan supervisi klinis yaitu :
1. Pertemuan Awal atau Pertemuan Pendahuluan
Adalah dialog awal antara pengawas sekolah dengan guru atau beberapa orang guru
yang serumpun. Pertemuan ini dirancang oleh pengawas sekolah dengan suasana yang
penuh keakraban, terbuka, dan saling percaya dan saling memahami sehingga dengan
pertemuan tersebut dihasilkan kesepahaman mengenai maksud dan tujuan dari
supervisi klinis. Hal ini juga dapat dimanfaatkan oleh pengawas sekolah sebagai
informasi dasar mengenai seberapa jauh pembimbingan atau advokasi yang dapat
diberikan kepada para guru
2. Observasi guru mengajar
Setelah pada pertemuan pendahuluan disepakati jadwal pelaksanaan supervisi, maka
pada waktu yang telah ditentukan, supervisor melaksanakan tugasnya dengan
melakukan observasi ke kelas dimana guru melaksanakan kegiatan belajar- mengajar.
Hal yang diamati oleh pengawas adalah perilaku guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Hasil dari pengamatan ini adalah berupa catatan-catatan atau rekaman-
rekaman yang bisa digunakan untuk memberikan perbaikan kepada tingkah laku guru
dalam mengajar
3. Pertemuan balikan
21
Loc. Cit. Hal. 121
-
19
Yaitu pertemuan pengawas dan guru sasaran supervisi klinis yang tujuannya adalah
untuk menganalisis hasil tindakan guru serta menetapkan keputusan cara pemecahan
masalah pembelajaran yang dialami guru.
4. Tindak lanjut
Tindak lanjut adalah pengawas sekolah membina guru yang bersangkutan agar selalu
memperbaiki kekurangan dirinya dalam melaksanakan pemebelajaran. Oleh karena
itu guru yang bersangkutan kembali disupervisi dalam mengajar, namun dengan
memperaktekkan dan menjalan segala masukan dan arahan dari pengawas. Hal ini
dapat dilakukan berulang-ulang hingga masalah yang dialami guru dapat
terselesaikan.
C. Keterampilan Mengadakan Variasi Dalam Mengajar
Menurut Soetomo22
keterampilan mengadakan variasi dalam belajar mengajar dapat
diartikan sebagai perubahan penjajaran dari yang satu ke orang lain dengan tujuan
menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang
diberikan guru, sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya.
Sedangkan menurut Hamid Darmadi23
menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran,
pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang disengaja ataupun secara
spontan, yang dimaksudkan untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa selama pelajaran
berlangsung.
Dari pendapat ahli di atas, maka yang dimaksud dengan ketrampilan memberikan
variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah segala tingkah laku guru yang masih berkaitan
22
Yando Dwi Machendra, Keterampilan dalam Mengadakan Variasi. http://yando-duwi-machendra-tp-
unbara.blogspot.com/2012/12/keterampilan-mengadakan-variasi.html. Desember 2012.
23 Loc. Cit.
-
20
dengan kegiatan pembelajaran baik disengaja maupun yang spontan yang dimaksudkan untuk
menghilangkan rasa kebosanan siswa sehingga siswa lebih fokus untuk mengingat.
Tujuan mengadakan variasi menurut Marno dan Idris24
menyebutkan lima tujuan
menggunakan variasi mengajar, yaitu :
1. Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah
dibicarakan.
2. Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.
3. Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.
4. Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.
5. Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.
Komponen komponen keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran
menurut Suwarno25
meliputi :
a. Variasi dalam gaya mengajar
1) Menggunakan Variasi Suara
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi
menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada
suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2) Pemusatan perhatian siswa
Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting,
dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.
3) Kesenyapan Guru
24
Fidian Rahman, Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran.
http://remajasampit.blogspot.com/2014/04/keterampilan-mengadakan-variasi.html . April 2014
25 Loc. Cit.
-
21
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau selingan diam yang tiba-tiba dan disengaja
selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian siswa.
4) Mengadakan kontak pandang dan gerak.
Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya
pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk
menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.
5) Gerak badan dan mimik
Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek
yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan
untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.
6) Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas,
gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif
b. Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran
1) Variasi media yang dapat dilihat.
Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar.
Film, dan slide.
2) Variasi media yang dapat di dengar.
Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara, suara radio,
musik, dll.
3) Variasi media yang dapat diraba,
-
22
Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh guru atau
siswa, patung, topeng, dan lain-lain.
4) Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.
Media yang temasuk ke dalam jenis ini adalah film tv, cd, proyektor, yang
diiringi oleh penjelasan guru.
c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa
Penggunan variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi guru-
siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,
kejenuhan, suasana kelas pun menjadi hidup.
d. Penggunaan di Kelas
Sebagai rambu-rambu penerapan keterampilan mengadakan variasi tidak semata-mata
indiviual dan berganti-ganti. Maksudnya dalam suatu keterampilan mengajar guru dapat
memadukan secara serempak beberapa keterampilan sekaligus. Namun, hal itu perlu
dilandasi oleh prinsif-prinsif penggunaan secara profesional. Sebagai gambaran dalam
suatu penampilan guru dapat memadukan penggunaan mimik gestural dan perubahan
posisi sekaligus bakan dapat dipandukan dengan aspek variasi lain.
-
23
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Hal yang dapat disimpulkan dalam penulisan makalah ini adalah :
a) Dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2005, pemerintah telah
merumuskan bahwa ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru
untuk mengajar yaitu : kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,
Kompetenasi Sosial, Kompetensi Profesional.
b) Penjelasan mengenai kompetensi guru yaitu pada kompetensi Sosial, bahwa
seorang guru haruslah mampu berkomunikasi efektif dengan siswa, pada
kompetensi pedagogik disebutkan bahwa seorang guru harus mampu
melaksanakan pembelajaran. Dari sisi kompetensi profesional, seorang guru
harus menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Serta
ditambah dengan pernyataan dari pendapat ahli bahwa dalam kompetensi
profesional, seorang guru haruslah memiliki keterampilan mendengar dan
berkomunikasi serta mampu menggunkan beragam metode dan teknik
pembelajaran. Kesemuanya itu dapat dijadikan suatu landasan bahwa untuk
mewujudkan mutu lulusan agar memiliki standar kompetensi, maka
peningkatan mutu pendidik dalam aspek keterampilan dalam memberikan
variasi dalam mengajar mutlak diperlukan.
c) Untuk dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memberikan variasi
dalam mengajar, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan
menggunakan supervisi klinis.
-
24
d) supervisi klinis adalah salah satu metode yang dapat ditempuh untuk
membantu serta memberikan advokasi kepada guru untuk memperbaiki dan
mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran, termasuk kepada
keterampilan guru dalam mengajar.
e) Tujuan umum dari supervisi klinis adalah agar guru memiliki kemampuan
untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran
B. Saran
Makalah ini merupakan makalah yang membahas tentang bagaimana meningkatkan
mutu pendidikan menengah. Maka dari hasil kajian teori dan pembahasan yang ada di BAB II
di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah :
a) Saran kepada pihak dinas pendidikan, supaya makalah ini menjadi bahan informasi
dalam rangka mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi maka para
pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam mengajar khususnya dalam
memberikan variasi saat proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilaksanakan
dengan menggunakan supervisi klinis
b) Bagi para pengawas pendidikan, agar dapat melaksanakan program supervisi klinis
secara berkelanjutan, khususnya berkaitan dengan pemberian advokasi terhadap
keterampilan guru dalam memberikan variasi dalam pengajaran. Diharapkan dengan
pemberian advokasi dan bimbingan tersebut, maka akan menghasilkan mutu lulusan
yang memiliki kompetensi yang sesuai sebgaimana yang diharapkan oleh undang-
undang.
c) Bagi para pendidik yang melaksanakan tugasnya dalam mengajar supaya menerapkan
atau mengaplikasikan keterampilan dalam memberikan variasi dalam mengajar agar
-
25
menghasilkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai sebagaimana yang
diharapkan oleh undang-undang.
-
26
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Machendra, Yando. Keterampilan dalam Mengadakan Variasi. http://yando-duwi-
machendra-tp-unbara.blogspot.com/2012/12/keterampilan-mengadakan-
variasi.html. Desember 2012.
Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan.
Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan
Kualitas Guru di Era Global. Erlangga. Jakarta:2013
Rahman. Fidian, Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran.
http://remajasampit.blogspot.com/2014/04/keterampilan-mengadakan-
variasi.html . April 2014
Sudjana, H. Nana. Supervisi Pendidikan : Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah,
Binamitra Publishing. Bekasi : 2012