peningkatan keterampilan guru

26
1 Tugas Makalah Peningkatan Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Dalam Mengajar Melalui Supervisi Klinis Mata Kuliah : Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan Dosen Pengampu : Dr. Darwin, M.Pd Oleh : Nama : M. IKHWAN CANIAGO NIM : 8146132047 Kelas : A2W Jurusan : AP KEPENGAWASAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2014

Upload: ikhwancaniago

Post on 30-Sep-2015

58 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Keterampilan Guru

TRANSCRIPT

  • 1

    Tugas Makalah

    Peningkatan Keterampilan Guru Mengadakan

    Variasi Dalam Mengajar Melalui Supervisi Klinis

    Mata Kuliah :

    Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan

    Dosen Pengampu :

    Dr. Darwin, M.Pd

    Oleh :

    Nama : M. IKHWAN CANIAGO

    NIM : 8146132047

    Kelas : A2W

    Jurusan : AP KEPENGAWASAN

    UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

    2014

  • 2

    KATA PENGANTAR

    Segenap puji syukur kepada Allah Swt, Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan

    Rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas ini. Mudah-mudahan tugas yang penulis

    kerjakan dapat diterima oleh dosen yang mengampu matakuliah Evaluasi dan Penjaminan

    Mutu Pendidikan yaitu Bapak Dr. Darwin, M.Pd. serta tidak lupa penulis juga mengharapkan

    nilai yang sangat memuaskan.

    Tugas penulisan makalah ini penulis lakukan adalah sebagai bagian tugas Porto folio

    yang sesuai dengan kontrak matakuliah Evaluasi dan Penjaminan Mutu Pendidikan dengan

    dosen pengampu. Isi tulisan makalah ini adalah berupa tulisan dengan judul Peningkatan

    Keterampilan Guru Mengadakan Variasi Dalam Mengajar Melalui Supervisi Klinis

    Penulis menyadari bahwa hasil tulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh

    karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak terutama dari

    dosen pengampu yang sifatnya membangun, demi kesempurnaan penulisan Makalah ini.

    Akhir kata, penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah

    berperan serta dalam penulisan makalah ini dari awal hingga akhir, khususnya kepada dosen

    pengampu. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita.

    Medan, Maret 2015

    M. IKHWAN CANIAGO

    NIM : 8146132047

  • 3

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .......................................................................................................... I

    DAFTAR ISI ......................................................................................................... II

    BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

    A. Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1

    B. Rumusan Masalah ................................................................................. 2

    C. Batasan Masalah ................................................................................... 3

    D. Tujuan Tujuan Pembuatan Makalah .................................................... 3

    E. Manfaat Pembuatan Makalah ............................................................... 5

    BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................................. 5

    A. Kompetensi Guru Dalam Konteks Kebijakan ....................................... 5

    B. Supervisi Klinis .................................................................................. 10

    C. Keterampilan Mengadakan Variasi Dalam Mengajar ......................... 16

    BAB III PENUTUP ............................................................................................ 20

    A. Kesimpulan ........................................................................................ 20

    B. Saran ................................................................................................. 20

    DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................... 23

  • 4

    BAB I

    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah

    Dalam Peraturan Pemerintah No 19 tahun 20051 tentang standar nasional pendidikan

    disebutkan salah satu standar nasional pendidikan adalah standar proses. Dalam standar

    nasional pendidikan tersebut, yang menjadi standar proses adalah standar nasional pendidikan

    yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk

    mencapai standar kompetensi lulusan. Jadi untuk mewujudkan mutu lulusan agar memiliki

    standar kompetensi, maka proses pembelajaran haruslah juga memenuhi standar nasional

    pendidikan

    Segala hal yang diperlukan untuk mewujudkan tujuan pendidikan telah dilakukan oleh

    pemerintah yang berkaitan dengan peningkatan mutu proses pembelajaran. Namun kenyataan

    yang ada dilapangan masih belum bisa dikatakan memuaskan. Hal ini sesuai dengan temuan

    Kementerian Pendidikan Nasional. 2Berdasarkan hasil Uji Kompetensi Guru (UKG) 2013,

    bahwa nilai rata-rata kompetensi guru di seluruh Indonesia adalah 4,25. Tujuan dari

    dilaksanakannya UKG tersebut menurut Kementerian Pendidikan Nasional adalah untuk

    melihat kompetensi guru apakah sudah memenuhi 4 ranah yang diujikan, yaitu kompetensi

    pedagogik, kompetensi akademik, kompetensi institusional, kompetensi profesi.

    3Begitupun Hasil kajian yang diselenggarakan Kementerian Pendidikan dan

    Kebudayaan dan Uni Eropa di 110 kabupaten/kota di 16 provinsi menemukan kinerja umum

    1 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan

    2 Portal www.Tribunnews.com, Selasa 4 Juni 2013

    3 Portal www.antaranews.com, Kamis 11 Desember 2014

  • 5

    pendidikan di Indonesia bagian timur rendah. Hasil kajian menyebutkan indikator Standar

    Pelayanan Minimal (SPM) pendidikan belum sepenuhnya tercapai. SPM terdiri atas 13

    indikator dikelompokkan dalam aspek isi pembelajaran, proses pembelajaran, penilaian

    pendidikan, buku, peralatan, dan media pembelajaran. Dari kedua data di atas, maka dapat

    disimpulkan bahwa kompetensi guru dalam mendidik dan mengajar masih tergolong rendah.

    Dari 13 indikator pencapaian SPM diatas, Salah satu indikatornya adalah proses

    pembelajaran. Salah satu aspek dalam proses pembelajaran tersebut adalah adanya

    ketrampilan guru dalam memberikan variasi dalam mengajar. Dari hasil pengamatan,

    ketrampilan guru dalam memberikan variasi dalam mengajar masih rendah. Maka diperlukan

    cara untuk meningkatkan kemampuan tersebut melalui peran supervisor atau pengawas

    pendidikan.

    Salah satu teknik supervisor/pengawasan pendidikan adalah dengan metode Supervisi

    Klinis. Menurut Nana Sudjana4 bahwa supervisi klinis merupakan bantuan profesional yang

    diberikan kepada guru secara individual yang mengalami masalah dalam pembelajaran agar

    guru yang bersangkutan dapat mengatasi masalahnya dengan menempuh langkah yang

    sistematis mencakup tahap perencanaan, tahap pengamatan, dan tahap analisis, dan tindak

    lanjut.

    B. Rumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka yang menjadi rumusan masalah

    adalah :

    1. Bagaimana peningkatan kemampuan guru dalam mengajar melalui supervisi klinis?

    4 H. Nana Sudjana, Supervisi Pendidikan : Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah, Bekasi : 2012, Hlm.

    113

  • 6

    2. Bagaimana peningkatan keterampilan guru memberikan variasi dalam pembelajaran

    melalui metode supervisi klinis?

    C. Batasan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi

    batasan masalah dalam penulisan makalah ini adalah : upaya untuk meningkatkan kompetensi

    guru dalam mengajar yaitu keterampilan dalam memberikan variasi dalam proses

    pembelajaran melalui supervisi klinis.

    D. Tujuan Pembuatan Makalah

    Berdasarkan rumusan masalah dan pembatasan masalah di atas, maka yang menjadi

    tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah :

    1. Untuk meningkatkan kemampuan guru dalam mengajar melalui metode supervisi

    klinis.

    2. Untuk meningkatkan ketrampilan guru memberikan variasi dalam pembelajaran

    melalui metode supervisi klinis.

    E. Manfaat Pembuatan Makalah

    Apabila tujuan tersebut di atas dapat tercapai, maka hasil dari penulisan makalah ini

    akan bermanfaat kepada :

    1. Bagi kepala dinas pendidikan, sebagai bahan informasi bagi kepada dinas bahwa

    dalam rangka mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi maka para

    pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam mengajar khususnya dalam

    memberikan variasi saat proses belajar mengajar.

  • 7

    2. Bagi pengawas pendidikan, sebagai bahan informasi untuk memastikan mutu lulusan

    pendidikan tetap bermutu, maka para pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam

    mengajar khususnya keterampilan dalam memberikan variasi.

    3. Bagi tenaga pendidik, untuk meningkatkan kemampuan dalam mengajar, khususnya

    keterampilan dalam membarikan variasi agar mutu lulusan memiliki kompetensi yang

    sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.

  • 8

    BAB II

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    A. Kompetensi Guru Dalam Konteks Kebijakan

    Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional, pemerintah telah merumuskan

    empat jenis kompetensi guru sebagaimana tercantum dalam penjelasan Peraturan Pemerintah

    5No. 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan, yaitu :

    1. Kompetensi Pedagogik

    Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tersebut, yang

    dikatakan dengan kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta

    didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan

    pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

    mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Menurut Suyanto6, dalam kompetensi

    pedagogik, dijabarkan indikator esensial sebagai berikut :

    1. Memahami peserta didik secara mendalam yang meliputi memahami peserta didik

    dengan memamfaatkan prinsip-prinsip perkembangan kognitif, prinsip-prinsip

    kepribadian, dan mengidentifikasi bekal ajar awal peserta didik.

    2. Merancang pembelajaran,teermasuk memahami landasan pendidikan untuk

    kepentingan pembelajaran yang meliputi memahmi landasan pendidikan, menerapkan

    teori belajar dan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berdasarkan

    5 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan, Loc. Cit.

    6 Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era

    Global. Jakarta:2013. Hal. 41.

  • 9

    karakteristik peserta didik, kompetensi yang ingin dicapai, dan materi ajar, serta

    menyusun rancangan pembelajaran berdasarkan strategi yang dipilih.

    3. Melaksanakan pembelajaran yang meliputi menata latar (setting) pembelajaran dan

    melaksanakan pembelajaran yang kondusif.

    4. Merancang dan melaksanakan evaluasi pembelajaran yang meliputi merancang dan

    melaksanakan evaluasi (assessment) proses dan hasil belajar secara

    berkesinambungan denga berbagai metode,menganalisis hasil evaluasi proses dan

    hasil belajar untuk menentukan tingkat ketuntasan belajar (mastery level), dan

    memamfaatkan hasil penilaian pembelajaran untuk perbaikan kualitas program

    pembelajaran secara umum.

    5. Mengembangkan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensinya

    meliputi memfasilitasi peserta didik untuk pengembangan berbagai potensi akademik,

    dan memfasilitasipeserta didik untuk mengembangkan berbagai potensi nonakademik.

    2. Kompetensi Kepribadian

    Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tersebut, yang

    dikatakan dengan kompetensi kepribadian adalah kemampuan personal yang mencerminkan

    kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta

    didik, dan berakhlak mulia. Menurut Suyanto7, dalam kompetensi kepribadian, dijabarkan

    indikator esensial sebagai berikut :

    1. Kepribadian yang mantap dan stabil meliputi bertindak sesuai dengan norma sosial,

    bangga menjadi guru, dan memiliki konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norma.

    2. Kepribadian yang dewasa yaitu menampilkan kemandirian dalam bertindak sebagai

    pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru.

    7 Ibid, Ha 42

  • 10

    3. Kepribadian yang arif adalah menampilkan tindakan yang didasarkan pada

    kemamfaatan peserta didik, sekolah dan masyarakat dan menunjukkan keterbukaan

    dalam berpikir dan bertindak.

    4. Kepribadian yang berwibawa meliputi memiliki perilaku yang berpengaruh positif

    terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani.

    5. Berakhlak mulia dan dapat menjadi teladan meliputibertindak sesuai dengan norma

    religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka menolong) dan memiliki perilaku yang

    diteladani peserta didik.

    3. Kompetensi Sosial

    Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah8 No. 19 tahun 2005 tersebut, yang

    dikatakan dengan kompetensi sosial adalah kemampuan guru untuk berkomunikasi dan

    bergaul secara efektif dengan peserta didik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta

    didik, dan masyarakat sekitar. Menurut Suyanto9, dalam kompetensi sosial, dijabarkan

    indikator esensial sebagai berikut :

    1. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan siswa dengan indikator

    esensial; berkomunikasi secara efektif dengan siswa; gurubisa memahami keinginan

    dan harapan siswa

    2. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan sesama pendidik dan tenaga

    kependidikan, misalnya bisa berdiskusi tentang masalah-masalah yang dihadapi siswa

    serta solusinya

    8 Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan. Loc. Cit.

    9 Prof. Suyanto, Ph.D. Op. Cit, hal. 42

  • 11

    3. Mampu berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan orangtua/wali siswa dan

    masyarakat sekitar. Misalnya guru bisa memberikan informasi tentang bakat, minat,

    dan kemampuan siswa kepada orangtua siswa.

    4. Kompetensi Profesional

    Berdasarkan penjelasan atas Peraturan Pemerintah10

    No. 19 tahun 2005 tersebut, yang

    dikatakan dengan kompetensi profesional adalah penguasaan materi pembelajaran secara luas

    dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan

    substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap struktur dan

    metodologi keilmuannya. Menurut Suyanto11

    , dalam kompetensi profesional, dijabarkan

    indikator esensial sebagai berikut :

    1. Menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Hal ini berarti guru

    harus memahami materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah; memahami struktur,

    konsep, dan metode keilmuan yang menaungi dan koheren dengan materi ajar;

    memahami hubungan konsep antar matapelajaran terkait;dan menerapkan konsep-

    konsep keilmuan dalam proses belajar-mengajar

    2. Menguasai struktur dan metode keilmuan memiliki implikasi bahwa guru harus

    menguasai langkah-langkah penelitian dan kajian kritis untuk memperdalam

    pengetahuan / materi bidang studi.

    10

    Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan.

    11 Prof. Suyato, Ph.D, Op.Cit. Hal. 43

  • 12

    Selanjutnya, Meriam12

    menyarankan agar kompetensi profesional yang harus dimiliki

    oleh guru adalah :

    a. Memahami motivasi para siswa

    b. Memahami kebutuhan belajar siswa

    c. Memiliki kemampuan yang cukup tentang teori dan praktik

    d. Mengetahui kebutuhan masyarakat para pengguna pendidikan

    e. Mampu menggunakan beragam metode dan teknik pembelajaran

    f. Memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi (Lisan dan Tulisan)

    g. Mengetahui bagaimana menggunakan materi yang diajarkan dalam praktik kehidupan

    nyata

    h. Memiliki pandangan yang terbuka untuk memperkenankan siswa mengembangkan

    minatnya masing-masing

    i. Memiliki keinginan untuk terus memperkaya pengetahuan dan melanjutkan studinya

    j. Memiliki kemampuan untuk melakukan evaluasi suatu program pembelajaran.

    Dari uraian mengenai subkompetensi sosial di atas, bahwa seorang guru haruslah

    mampu berkomunikasi efektif dengan siswa, dan pada subkompetensi pedagogik disebutkan

    bahwa seorang guru harus mampu melaksanakan pembelajaran. Dari sisi sub kompetensi

    profesional, seorang guru harus menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang

    studi. Serta ditambah dengan pernyataan dari pendapat ahli bahwa dalam kompetensi

    12

    Dalam Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru

    di Era Global. Jakarta:2013. Hal. 44

  • 13

    profesional, seorang guru haruslah memiliki keterampilan mendengar dan berkomunikasi

    serta mampu menggunkan beragam metode dan teknik pembelajaran. Kesemuanya itu dapat

    dijadikan suatu landasan bahwa untuk mewujudkan mutu lulusan agar memiliki standar

    kompetensi, maka peningkatan mutu pendidik dalam aspek keterampilan dalam memberikan

    variasi dalam mengajar mutlak diperlukan.

    Untuk dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memberikan variasi dalam

    mengajar, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan supervisi klinis.

    B. Supervisi Klinis

    1. Defenisi Supervisi Klinis

    Supervisi klinis adalah salah satu pendekatan dalam supervisi akademik yang target

    utamanya adalah guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Maksud dari supervisi

    klinis adalah untuk memperbaiki kekurangan dan kelemahan guru dalam melaksanakan

    pembelajaran. Karenanya seorang pengawas pendidikan untuk dapat melaksanakan supervisi

    klinis, diperlukan pemahaman agar dapat melaksanakan supervisi klinis terhadap guru-guru

    yang memiliki kelemahan dan kekurangan dalam melaksanakan proses belajar mengajar.

    Pada awalnya Supervisi klinis diperkenalkan oleh Morris L. Cogan dan Richard

    Weller13

    dari Universitas Harvard. Ada dua asumsi yang melatarbelakangi munculnya konsep

    supervisi klinis. Pertama, pembelajaran adalah aktivitas yang sangat kompleks yang

    memerlukan pengamatan dan analisis secara berhati-hati melalui pengamatan dan analisis

    kemampuan guru mengelola proses pembelajaran. Kedua, guru-guru yang profesional ingin

    dikembangkan dengan cara yang kolegial dari pada yang otoritarian. Dengan dasar asumsi

    13

    H. Nana Sudjana, Op. Cit. Hal. 113

  • 14

    tersebut, maka lahirlah konsep supervisi klinis mengingat proses belajar mengajar yang

    kompleks dan pengembangan guru secara kolegial.

    Cogan14

    mengatakan bahwa supervisi klinis adalah :

    The rational and practice designed to improve the teachers supervisi classroom

    performance. It takes its principal data from events of the classroom. The analysis of

    these data and the relationships between teacher and supervisor from teh basis of the

    program, procedures, and the strategies designed to improve the students supervisi

    learning by improving the teacher supervisi classroom behavior

    Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa supervisi klinis pada dasarnya merupakan

    pembinaan performansi guru dalam mengelola proses belajar mengajar. Pelaksanaannya

    dirancang secara praktis dan rasional, baik desainnya maupun pelaksanaannya dikembangkan

    atas dasar analisis data mengenai kegiatan-kegiatan di kelas.

    Sedangkan menurut Nana Sudjana15

    bahwa supervisi klinis diartikan sebgai bantuan

    profesional yang diberikan kepada seorang guru yang mengalami masalah dalam

    melaksanakan pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang dialaminya

    berkaitan dengan proses pembelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut, Weller16

    berpendapat bahwa supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada pada perbaikan

    pembelajaran.

    14

    Loc. Cit.

    15 Loc. Cit.

    16 Loc. Cit.

  • 15

    Menurut Keith Acheson dan Meredith DGall 17 supervisi klinis adalah proses

    membantu guru untuk memperkecil jurang antara tingkah laku mengajar nyata dengan

    tingkah laku mengajar yang ideal.

    Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa supervisi klinis adalah

    salah satu metode yang dapat ditempuh untuk membantu serta memberikan advokasi kepada

    guru untuk memperbaiki dan mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran,

    termasuk kepada keterampilan guru dalam mengajar.

    2. Tujuan Supevisi Klinis

    Sejalan dengan pengertian dari supervisi klinis yaitu membantu guru untuk

    memperbaiki cara mengajar kepada cara yang paling ideal, maka dapat disimpulkan apa yang

    menjadi tujuan dari diadakannya supervisi klinis. Supervisi klinis memiliki tujuan umum dan

    tujuan khusus.

    Tujuan umum dari supervisi klinis adalah menurut Nana Sudjana18

    adalah agar guru

    memiliki kemampuan untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran.

    Sedangkan tujuan khusunya adalah agar guru :

    a. Guru memiliki keterampilan dalam mendiagnosis kesulitan pembelajaran dan

    mencari solusi pemecahannya.

    b. Guru memiliki keterampilan dalam melakasanakan pembelajaran dengan

    menggunakan strategi yang efektif

    17

    Ibid, Hal. 114

    18 Ibid, Hal. 116

  • 16

    c. Guru memiliki sikap yang positip dan kritis terhdap upaya perbaikan mutu

    pembelajaran.

    Selanjutnya Nana Sudjana19

    menjelaskan indikator keberhasilan pelaksanaan

    supervisi klinis adalah :

    a. Meningkatnya kemampuan guru dalam merencanakan, melaksanakan, dan

    mengevaluasi proses pembelajaran

    b. Kualitas pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru menjadi lebih baik sehingga

    diharapkan berpengaruh terhadap kualitas hasil belajar yang dicapai peserta didiknya

    c. Terjalin hubungan kolegial antara pengawas sekolah dengan guru dalam memecahkan

    masalah pembelajaran dan tugas profesinya.

    3. Pelaksanaan Supervisi Klinis

    Untuk dapat melaksanakan supervisi klinis, maka ada beberapa persyaratan yang

    harus dipenuhi oleh seorang pengawas. Nana Sudjana20

    merinci beberapa persyaratan

    tersebut, yaitu :

    1. Keahlian Pengawas sekolah

    Keahlian pengawas sekolah harus sama dengan guru yang menjadi sasaran supervisi.

    Artinya jika guru sasaran supervisi adalah guru bidang studi matematika, maka

    keahlian supervisor haruslah juga bidang matematika

    2. Nilai lebih pengawas sekolah

    19

    Loc. Cit. hal. 116

    20 Loc. Cit. Hal.117

  • 17

    Pengawas sekolah harus memiliki kelebihan dari guru dalam penguasaan mata

    pelajaran serta teori dan praktek pembelajaran

    3. Menemukenali masalah pembelajaran

    Pengawas sekolah perlu mengetahui guru-guru manakah yang perlu mendapat

    pendampingan supervisi klinis, sehingga bisa memberikan solusi bagi masalah guru

    tersebut dalam proses pembelajaran.

    4. Niat dan motivasi

    Pengawas sekolah juga harus memiliki niat untuk memperbaiki dan meningkatkan

    mutu pendidikan serta motivasi untuk membantu guru.

    5. Kordinasi dengan kepala sekolah

    Guru dan kepala sekolah merupakan mitra yang sejajar dengan pengawas sekolah.

    Program kepengawasan tidak dapat berjalan dengan baik jika tidak ada kordinasi yang

    baik dengan guru dan kepala sekolah. Oleh karena itu perlu adanya komunikasi yang

    baik untuk menjalankan proses supervisi klinis.

    6. Menguasai materi pembelajaran

    Pengawas sekolah dalam melaksanakan tugasnya haruslah menguasai materi

    pembinaan, seperti silabus mata pelajaran, strategi pembelajaran, keterampilan

    mengajar, alat bantu pembelajaran,media pembelajaran dan sebagainya.

  • 18

    Setelah mengetahui syarat untuk melaksanakan supervisi klinis di atas, maka langkah

    selanjutnya adalah pelaksanaan supervisi klinis itu sendiri. Nana Sudjana21

    menyebutkan

    bahwa ada empat tahapan dalam pelaksanaan supervisi klinis yaitu :

    1. Pertemuan Awal atau Pertemuan Pendahuluan

    Adalah dialog awal antara pengawas sekolah dengan guru atau beberapa orang guru

    yang serumpun. Pertemuan ini dirancang oleh pengawas sekolah dengan suasana yang

    penuh keakraban, terbuka, dan saling percaya dan saling memahami sehingga dengan

    pertemuan tersebut dihasilkan kesepahaman mengenai maksud dan tujuan dari

    supervisi klinis. Hal ini juga dapat dimanfaatkan oleh pengawas sekolah sebagai

    informasi dasar mengenai seberapa jauh pembimbingan atau advokasi yang dapat

    diberikan kepada para guru

    2. Observasi guru mengajar

    Setelah pada pertemuan pendahuluan disepakati jadwal pelaksanaan supervisi, maka

    pada waktu yang telah ditentukan, supervisor melaksanakan tugasnya dengan

    melakukan observasi ke kelas dimana guru melaksanakan kegiatan belajar- mengajar.

    Hal yang diamati oleh pengawas adalah perilaku guru dalam melaksanakan proses

    pembelajaran. Hasil dari pengamatan ini adalah berupa catatan-catatan atau rekaman-

    rekaman yang bisa digunakan untuk memberikan perbaikan kepada tingkah laku guru

    dalam mengajar

    3. Pertemuan balikan

    21

    Loc. Cit. Hal. 121

  • 19

    Yaitu pertemuan pengawas dan guru sasaran supervisi klinis yang tujuannya adalah

    untuk menganalisis hasil tindakan guru serta menetapkan keputusan cara pemecahan

    masalah pembelajaran yang dialami guru.

    4. Tindak lanjut

    Tindak lanjut adalah pengawas sekolah membina guru yang bersangkutan agar selalu

    memperbaiki kekurangan dirinya dalam melaksanakan pemebelajaran. Oleh karena

    itu guru yang bersangkutan kembali disupervisi dalam mengajar, namun dengan

    memperaktekkan dan menjalan segala masukan dan arahan dari pengawas. Hal ini

    dapat dilakukan berulang-ulang hingga masalah yang dialami guru dapat

    terselesaikan.

    C. Keterampilan Mengadakan Variasi Dalam Mengajar

    Menurut Soetomo22

    keterampilan mengadakan variasi dalam belajar mengajar dapat

    diartikan sebagai perubahan penjajaran dari yang satu ke orang lain dengan tujuan

    menghilangkan kebosanan dan kejenuhan siswa dalam menerima bahan pengajaran yang

    diberikan guru, sehingga siswa dapat aktif lagi dan berpartisipasi dalam belajarnya.

    Sedangkan menurut Hamid Darmadi23

    menjelaskan bahwa dalam kegiatan pembelajaran,

    pengertian variasi merujuk pada tindakan dan perbuatan guru yang disengaja ataupun secara

    spontan, yang dimaksudkan untuk mengacu dan mengingat perhatian siswa selama pelajaran

    berlangsung.

    Dari pendapat ahli di atas, maka yang dimaksud dengan ketrampilan memberikan

    variasi dalam kegiatan pembelajaran adalah segala tingkah laku guru yang masih berkaitan

    22

    Yando Dwi Machendra, Keterampilan dalam Mengadakan Variasi. http://yando-duwi-machendra-tp-

    unbara.blogspot.com/2012/12/keterampilan-mengadakan-variasi.html. Desember 2012.

    23 Loc. Cit.

  • 20

    dengan kegiatan pembelajaran baik disengaja maupun yang spontan yang dimaksudkan untuk

    menghilangkan rasa kebosanan siswa sehingga siswa lebih fokus untuk mengingat.

    Tujuan mengadakan variasi menurut Marno dan Idris24

    menyebutkan lima tujuan

    menggunakan variasi mengajar, yaitu :

    1. Menarik perhatian peserta didik terhadap materi pembelajaran yang tengah

    dibicarakan.

    2. Menjaga kelestarian proses pembelajaran baik secara fisik meupun metal.

    3. Membangkitkan motivasi belajar selama proses pembelajaran.

    4. Mengatasi situasi dan mengurangi kejenuhan dalam proses pembelajaran.

    5. Memberikan kemungkinan layanan pembelajaran individual.

    Komponen komponen keterampilan mengadakan variasi dalam pembelajaran

    menurut Suwarno25

    meliputi :

    a. Variasi dalam gaya mengajar

    1) Menggunakan Variasi Suara

    Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah, dari tinggi

    menjadi rendah dan cepat menjadi lambat, dari gembira menjadi sedih atau pada

    suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.

    2) Pemusatan perhatian siswa

    Guru dapat memusatkan perhatian siswa pada hal-hal yang dianggap penting,

    dapat dengan gaya bahasa menurut kebutuhan anak.

    3) Kesenyapan Guru

    24

    Fidian Rahman, Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran.

    http://remajasampit.blogspot.com/2014/04/keterampilan-mengadakan-variasi.html . April 2014

    25 Loc. Cit.

  • 21

    Adanya kesenyapan, kebisuan, atau selingan diam yang tiba-tiba dan disengaja

    selagi guru menerangkan sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik

    perhatian siswa.

    4) Mengadakan kontak pandang dan gerak.

    Apabila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya, sebaiknya

    pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat kemata murid-murid untuk

    menunjukkan adanya hubungan yang akrab dengan mereka.

    5) Gerak badan dan mimik

    Variasi dari expresi wajah guru. Gerakan kepala dan gerakan badan adalah aspek

    yang sangat penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk menarik perhatian dan

    untuk menyampaikan arti dan pesan lisan yang di maksudkan.

    6) Pergantian posisi guru dalam kelas

    Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan

    perhatian siswa, terutama sekali dalam menyampaikan pelajaran dalam kelas,

    gerakan hendaknya bebas. Tidak kaku dan hindarkan tingkah laku negatif

    b. Variasi Dalam Menggunakan Media Pembelajaran

    1) Variasi media yang dapat dilihat.

    Media yang termasuk ke dalam jenis ini ialah gerafik, bagan, poster, gambar.

    Film, dan slide.

    2) Variasi media yang dapat di dengar.

    Media yang termasuk ke dalam jenis ini adalah rekaman suara, suara radio,

    musik, dll.

    3) Variasi media yang dapat diraba,

  • 22

    Yang termasuk ke dalam jenis ini ialah peragaannya dilakukan oleh guru atau

    siswa, patung, topeng, dan lain-lain.

    4) Variasi media yang dapat di dengar, dilihat dan dapat diraaba.

    Media yang temasuk ke dalam jenis ini adalah film tv, cd, proyektor, yang

    diiringi oleh penjelasan guru.

    c. Variasi Pola Interaksi dan Kegiatan Siswa

    Penggunan variasi pola interaksi ini dimaksudkan untuk meningkatkan interaksi guru-

    siswa dan siswa-siswa agar kegiatan pembelajaran tidak menimbulkan kebosanan,

    kejenuhan, suasana kelas pun menjadi hidup.

    d. Penggunaan di Kelas

    Sebagai rambu-rambu penerapan keterampilan mengadakan variasi tidak semata-mata

    indiviual dan berganti-ganti. Maksudnya dalam suatu keterampilan mengajar guru dapat

    memadukan secara serempak beberapa keterampilan sekaligus. Namun, hal itu perlu

    dilandasi oleh prinsif-prinsif penggunaan secara profesional. Sebagai gambaran dalam

    suatu penampilan guru dapat memadukan penggunaan mimik gestural dan perubahan

    posisi sekaligus bakan dapat dipandukan dengan aspek variasi lain.

  • 23

    BAB III

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Hal yang dapat disimpulkan dalam penulisan makalah ini adalah :

    a) Dalam Peraturan Pemerintah No. 10 Tahun 2005, pemerintah telah

    merumuskan bahwa ada 4 kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru

    untuk mengajar yaitu : kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian,

    Kompetenasi Sosial, Kompetensi Profesional.

    b) Penjelasan mengenai kompetensi guru yaitu pada kompetensi Sosial, bahwa

    seorang guru haruslah mampu berkomunikasi efektif dengan siswa, pada

    kompetensi pedagogik disebutkan bahwa seorang guru harus mampu

    melaksanakan pembelajaran. Dari sisi kompetensi profesional, seorang guru

    harus menguasai substansi keilmuan yang terkait dengan bidang studi. Serta

    ditambah dengan pernyataan dari pendapat ahli bahwa dalam kompetensi

    profesional, seorang guru haruslah memiliki keterampilan mendengar dan

    berkomunikasi serta mampu menggunkan beragam metode dan teknik

    pembelajaran. Kesemuanya itu dapat dijadikan suatu landasan bahwa untuk

    mewujudkan mutu lulusan agar memiliki standar kompetensi, maka

    peningkatan mutu pendidik dalam aspek keterampilan dalam memberikan

    variasi dalam mengajar mutlak diperlukan.

    c) Untuk dapat meningkatkan keterampilan guru dalam memberikan variasi

    dalam mengajar, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan

    menggunakan supervisi klinis.

  • 24

    d) supervisi klinis adalah salah satu metode yang dapat ditempuh untuk

    membantu serta memberikan advokasi kepada guru untuk memperbaiki dan

    mengatasi masalah yang muncul dalam proses pembelajaran, termasuk kepada

    keterampilan guru dalam mengajar.

    e) Tujuan umum dari supervisi klinis adalah agar guru memiliki kemampuan

    untuk memperbaiki dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran

    B. Saran

    Makalah ini merupakan makalah yang membahas tentang bagaimana meningkatkan

    mutu pendidikan menengah. Maka dari hasil kajian teori dan pembahasan yang ada di BAB II

    di atas, maka saran yang dapat diberikan adalah :

    a) Saran kepada pihak dinas pendidikan, supaya makalah ini menjadi bahan informasi

    dalam rangka mewujudkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi maka para

    pendidik haruslah memiliki kompetensi dalam mengajar khususnya dalam

    memberikan variasi saat proses belajar mengajar. Hal tersebut dapat dilaksanakan

    dengan menggunakan supervisi klinis

    b) Bagi para pengawas pendidikan, agar dapat melaksanakan program supervisi klinis

    secara berkelanjutan, khususnya berkaitan dengan pemberian advokasi terhadap

    keterampilan guru dalam memberikan variasi dalam pengajaran. Diharapkan dengan

    pemberian advokasi dan bimbingan tersebut, maka akan menghasilkan mutu lulusan

    yang memiliki kompetensi yang sesuai sebgaimana yang diharapkan oleh undang-

    undang.

    c) Bagi para pendidik yang melaksanakan tugasnya dalam mengajar supaya menerapkan

    atau mengaplikasikan keterampilan dalam memberikan variasi dalam mengajar agar

  • 25

    menghasilkan mutu lulusan yang memiliki kompetensi yang sesuai sebagaimana yang

    diharapkan oleh undang-undang.

  • 26

    DAFTAR PUSTAKA

    Dwi Machendra, Yando. Keterampilan dalam Mengadakan Variasi. http://yando-duwi-

    machendra-tp-unbara.blogspot.com/2012/12/keterampilan-mengadakan-

    variasi.html. Desember 2012.

    Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional pendidikan.

    Prof. Suyanto, Ph.D. Menjadi Guru Profesional : Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan

    Kualitas Guru di Era Global. Erlangga. Jakarta:2013

    Rahman. Fidian, Keterampilan Mengadakan Variasi Pembelajaran.

    http://remajasampit.blogspot.com/2014/04/keterampilan-mengadakan-

    variasi.html . April 2014

    Sudjana, H. Nana. Supervisi Pendidikan : Konsep dan Aplikasinya Bagi Pengawas Sekolah,

    Binamitra Publishing. Bekasi : 2012