pengujian aktivitas lokomotor.docx

33
LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI “PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR” Disusun Oleh: Imam Hafiz Rahayuda 260110100087 Data Pengamatan dan Perhitungan Dita Apriani 260110110104 Alat Bahan, Prosedur dan Kesimpulan Armydha Iga Pambudi 260110110105 Editor, Tujuan dan Prinsip Bimo Dwi Patra HS 260110110106 Pembahasan Gina Fajar Andinia 260110110107 Grafik dan Pembahasan Grafik Dilla Wulan Ningrum 260110110108 Teori Dasar Isni Meisya Adzani 260110110109 Teori Dasar Aryo Dwi Wicaksono 260110110110 Pembahasan Agam Maulana 260110110111 Pembahasan LABORATORIUM FARMAKOLOGI

Upload: armydha-iga

Post on 11-Dec-2014

144 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM FARMAKOLOGI

“PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR”

Disusun Oleh:

Imam Hafiz Rahayuda 260110100087 Data Pengamatan dan Perhitungan

Dita Apriani 260110110104 Alat Bahan, Prosedur dan Kesimpulan

Armydha Iga Pambudi 260110110105 Editor, Tujuan dan Prinsip

Bimo Dwi Patra HS 260110110106 PembahasanGina Fajar Andinia 260110110107 Grafik dan Pembahasan

GrafikDilla Wulan Ningrum 260110110108 Teori DasarIsni Meisya Adzani 260110110109 Teori DasarAryo Dwi Wicaksono 260110110110 PembahasanAgam Maulana 260110110111 Pembahasan

LABORATORIUM FARMAKOLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS PADJADJARAN

2013

Page 2: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR

I. TUJUAN

Mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang

dimasukkan ke dalam roda putar yang dimasukkan dalam “roda putar” (wheel

cage),berdasarkan pengamatan jumlah putaran roda.

II. PRINSIP

Pemberian stimulant dan depresan yang mempengaruhi aktivitas

lokomotor hewan percobaan.

III. TEORI

Sistem saraf pusat (SSP) adalah bagian dari sistem saraf yang

mengkoordinasi kegiatan dari semua bagian tubuh hewan bilaterian yaitu semua

hewan multiseluler kecuali simetris radial spons dan binatang seperti ubur-ubur.

Pada vertebrata, sistem saraf pusat yang ditutupi dalam meninges ini berisi

sebagian besar sistem saraf dan terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang.

Bersama-sama dengan sistem saraf perifer memiliki peran fundamental dalam

kontrol perilaku. Yang termasuk SSP adalah otak dan sumsum tulang belakang.

Otak dilindungi oleh tengkorak, sedangkan sumsum tulang belakang dilindungi

oleh tulang belakang(Neal, 2005).

Walaupun otak dan sumsum tulang belakang mempunyai materi sama

tetapi susunannya berbeda. Pada otak, materi kelabu terletak di bagian luar atau

kulitnya (korteks) dan bagian putih terletak di tengah. Pada sumsum tulang

belakang bagian tengah berupa materi kelabu berbentuk kupu-kupu, sedangkan

bagian korteks berupa materi putih. Otak dan sumsum tulang belakang

mempunyai 3 materi esensial yaitu:

1. badan sel yang membentuk bagian materi kelabu (substansi grissea)

2. serabut saraf yang membentuk bagian materi putih (substansi alba)

3. sel-sel neuroglia, yaitu jaringan ikat yang terletak di antara sel-sel saraf di

dalam sistem saraf pusat(Neal, 2005).

Page 3: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Dalam sel saraf, energi dialihkan dengan penghantaran saraf yang

melibatkan proses elektrik murni. Proses hantaran sinaptik melibatkan pengalihan

energi dari ujung cabang akson pada neuron yang satu ke neuron yang lain yang

tidak saling berhubungan. Penghantaran impuls saraf melalui sambungan sinaptik

adalah suatu proses kimia. Perubahan aktivitas listrik disebabkan oleh perubahan

permeabilitas membran sel pascasinaptik, dan ini disebabkan pula oleh pelepasan

transmiter. Bila zat transmiter bereaksi dengan reseptor pascasinaptik, zat itu

dapat menimbulkan eksitasi atau hambatan. Kerja transmiter itu meningkatkan

atau menurunkan secara selektif penghantaran ion atau permeabilitas membran

terhadap ion(Sukandar, 2010).

Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat (SSP) memperlihatkan efek

yang sangat luas. Obat tersebut mungkin merangsang atau menghambat aktivitas

SSP secara spesifik atau secara umum. Beberapa kelompok obat memperlihatkan

selektivitas yang jelas misalnya analgesik antipiretik yang khusus mempengaruhi

pusat pengatur suhu dan pusat nyeri tanpa pengaruh jelas terhadap pusat lain.

Sebaliknya anestetik umum dan hipnotik sedatif merupakan penghambat SSP

yang bersifat umum sehingga takar lajak yang berat selalu disertai koma.

Pembagian obat dalam kelompok yang merangsang dan kelompok yang

menghambat SSP tidak tepat, karena psokofarmaka misalnya menghambat fungsi

bagian SSP tertentu dan merangsang bagian SSP yang lain. Obat yang

mempengaruhi susunan saraf pusat (SSP) dapat bersifat merangsang atau

mendepresi. Berdasarkan kegunaan terapeutiknya, obat SSP dapat dibagi dalam

tiga golongan :

1. Depresi SSP umum

Obat-obat ini menimbulkan efeknya dengan mendepresi secara tak selektif

struktur sinaptik, termasuk jaringan prasinaptik, termasuk jaringan

prasinaptik dan prasinaptik. Obat-obat ini menstabilkan membran neuron

dengan mendepresi struktur pascasinaptik, disertai dengan pengurangan

jumlah transmiter kimia yang dilepaskan oleh neuron prasinaptik.

2. Perangsang DDP umum

Page 4: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Obat-obat ini melakukan kerjanya secara tak selektif dengan salah satu

mekanisme berikut : merintangi hambatan pascasinaptik atau mengeksitasi

neuron secara langsung. Eksitasi neuron secara langsung dapat dicapai

dengan mendepolarisasi sel prasinaptik, meningkatkan pelepasan

prasinaptik akan transmiter, melemahkan kerja transmiter, melabilkan

membran neuron atau menurunkan waktu pulih sinaptik.

3. Obat-obat SSP selektif

Obat golongan ini dapat berupa depresan atau perangsang. Kerja melalui

berbagai mekanisme, dan mencakup obat antikejang, pelemas otot yang

bekerja sentral, analgetika dan sedativa(Tjay, 2002).

Obat-obat depresi SSP umum dapat menimbulkan ketergantungan psikis

maupun fisik. Taraf ketergantungan dan toleransinya berbeda-beda, karena

masing-masing memiliki mekanisme kerja sendiri. Pada umumnya,

ketergantungan sudah dapat timbul setelah 2 minggu penggunaan kontinu. Gejala

withdrawal serius terutama timbul pada barbiturat dibandingkan senyawa

benzodiazepam. Insidepresi penyalahgunaan senyawa barbiturat, benzodiazepin,

dan sejenisnya melampaui daripada opioida(Tjay, 2007).

Secara kualitatif benzodiazepin mempunyai efek yang hampir sama,

namun secara kuantitatif spektrum farmakodinamik serta data farmakokinetik

yang berbeda. Hal ini yang menyebabkan aplikasi terapi golongan ini sangat luas.

Benzodiazepin berefek hipnosis, sedasi, relaksasi otot, ansiolitik dan antikonvulsi

dengan potensi yang berbeda-beda(Andrianto, 2008).

Efek benzodiazepin hampir semua merupakan hasil kerja golongan ini

pada SSP dengan efek utama: sedasi, hiposis, pengurangan terhadap rangsangan

emosi/ansietas, relaksasi otot dan antikonvulsi. Walaupun benzodiazepin

mempengaruhi aktivitas saraf pada semua tingkatan, namun beberapa derivat yang

lain pengaruhnya lebih besar dari derivatnya yang lain, sedangkan sebagian lagi

memiliki efek yang tak langsung. Penggolongan benzodiazepin :

Obat-obat long-acting antara lain klordiazepoksida, diazepam, nitrazepam,

dan flurazepam. Obat-obat ini dirombak antara lain dengan jalan

Page 5: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

demetilasi dan hodrolsilasi menjadi metabolit aktif desmetildiazepam dan

hidroksidiazepam.

Obat-obat short-acting : oksazepam, lorazepam, lormetazepam,

temazepam, loprazolam dan zopiclon. Obat-obat ini dimetabolisasi tanpa

menghasilkan metabolit aktif yang memiliki kerja panjang. Obat ini layak

digunakan sebagai obat tidur karena tidak berkumulasi saat penggunaan

berulang kali dan jarang menimbulkan efek sisa, sebaliknya risiko yang

lebih besar akan reboundinsomnia dan lebih cepat menimbulkan gejala

abstinensi.

Obat-obat ultra-short acting : triazolam, midazolam, dan estazolam. Risiko

akan efek abstinensi dan rebound-insomnia lebih besar lagi pada obat-

obat ini sehingga setidaknya jangan digunakan labih lama dari 2 minggu

(Muchtaridi,2008).

Barbiturat sejak lama digunakan sebagai hipnotika dan sedativa, tetapi

penggunaannya dalam tehun-tahun terakhit sangat menurun karena adanya obat-

obat dari kelompok benzodiazepin yang lebih aman. Yang merupakan

pengecualian adalah fenobarbital, yang memiliki sifat antikonvulsif dan tiopental

yang masih banyak digunakan sebagai anestetikum i.v.(Mutchler, 1991).

Barbital digunakan sebagai obat pereda untuk siang hari dalam dosis yang

lebih rendah dari dosisnya sebagai obat tidur. Faktor-faktor yang membatasi

penggunaan barbiturat dan menyebabkan penggunaannya terdesak oleh

benzodiazepin adalah :

Toleransi dan ketergantungan cepat timbul menyangkut sifat

menidurkannya pada dosis berulang laki dan lebih ringan mengenai

khasiat anti-epilepsinya.

Stadium REM (dengan mimpi) dipersingkat, yang berefek pasien

mengalami tidur kurang nyaman.

Efek paradoksal dapat terjadi dalam dosis rendah pada keadaan nyeri,

yakni justru eksitasi dan kegelisahan.

Overdise barbital menimbulkan depresi sentral, dengan penghambatan

pernapasan berbahaya, koma, dan kematian(Mutchler, 1991).

Page 6: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Ada indikasi kuat bahwa terjadinya toleransi dan ketergantunga berkaitan

erat dengan aktivasi dari sistem dopaminerg di otak. Semua zat yang bersifat

adiksi berkhasiat meningkatkan jumlah dopamin secara akut yang dihubungkan

dengan efek eufori, labilitas emosional, kekacauan dan histeri. Lebih dari sepuluh

neurotransmiter lain antaranya noradrenalin dan serotonin, memegang peranan

pula pada adiksi tetapi pengaruhnya jauh lebih ringan. Kadar dopamin yang

terlalu tinggi dapat mengakibatkan halusinasi dan psikosis akut(Dewoto,

2007).

Kafein

Khasiat : kafein berkhasiat menstimulasi SSP, dengan efek

menghilangkan rasa letih, lapar dan mengantuk juga daya

konsentrasi dan kecepatan reaksi dipertingg,prestasi otak dan

suasana jiwa diperbaiki. Kerjanya terhadap kulit otak lebih ringan

dan singkat daripada amfetamin. Kafein juga berefek inotrop

positif terhadap jantung, vasodilatasi perifer dan diuresis.

Efek samping : bila diminum lebih dari 10 cangkir kopi dapat

berupa debar jantung, gangguan lambung, tangan gemetar, gelisah,

ingatan berkurang dan sukar tidur.

Dosis : pada rasa letih 1-3dd 100-200 mg, sebagai adjuvans

bersama analgetik 50 mg sekali, bersama ergotamin pada migrain

100 mg(Depkes RI,1979).

Obat barbiturat merupakan satu kumpulan obat yang seringkali

dipreskripsikan oleh doctor untuk menciptakan rasa tenang dan membuat

penderita merasa mengantuk agar mudah tidur. Sebanyak lebih kurang 2500

terbitan asid barbiturik telah dapat disintesiskan, tetapi hanya lebih kurang 15

sahaja yang berguna untuk tujuan pengubatan. Dosis terapeutik yang kecil dapat

menenangkan perasaan resah, dan untuk dosis yang lebih besar dapat membantu

sesorang untuk tidur selam 20 hingga 60 menit. Namun, apabila dosis

ditingkatkan lagi, maka akan terjadi koma dan kemudian pernafasan akan terhenti

(Mansjoer, 1999).

Page 7: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

IV. ALAT DAN BAHAN

A. Alat

1. Alat roda putar (wheel cage)

2. Kandang

3. Stopwatch

4. Sonde oral

5. Timbangan

B. Bahan

1. Obat depresan dan stimulan yang diuji (Fenobarbital dan Kafein)

2. Suspensi PGA 2%

C. Gambar Alat

Alas Roda PutarKandang

Stopwatch Sonde Oral

Page 8: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Timbangan

V. PROSEDUR

Alat dan bahan untuk percobaan, larutan gom, dan larutan obat disiapkan.

Tiga hewan percobaan (mencit) dipilih secara acak. Kemudian masing-masing

hewan ditimbang dan diberi tanda pengenalnya. Hewan percobaan dibagi menjadi

tiga kelompok, yaitu kelompok kontrol, kelompok obat uji 1, dan kelompok obat

uji 2. Kelompok kontrol diberi larutan gom arab 2%, kelompok 2 diberi obat uji

kafein, dan kelompok 3 diberi obat uji fenobarbital secara oral dengan sonde oral.

Setelah 30 menit, mencit dimasukkan ke dalam alat roda putar. Aktivitas mencit

dicatat selama 30 menit dengan interval 5 menit. Data yang diperoleh dianalisis

secara statistik berdasarkan analisis variansi dan kebermaknaan perbedaan lama

waktu tidak bergerak antara kelompok kontrol dan kelompok obat uji. Kemudian

data disajikan dalam bentuk tabel dan dibuat grafiknya.

VI. DATA PENGAMATAN

PerlakuanBB

Mencit (g)

Volume Pemberian

(ml)

Jumlah PutaranΣ Rata-

Rata5' 10' 15' 20' 25' 30'

Kontrol (PGA 2%)

1. 16.5 0.41252 44 50 24 9 13 46 186 31

2. 15.5 0.3875 0 0 1 0 2 0 3 0.5

3. 16.2 0.405 2 0 0 24 29 1 56 9.33

Jumlah 46 50 25 33 44 47 245 40.83

Rata-rata 81.67 13.61

Page 9: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Stimulan (Kafein)

1. 17.3 0.43 43 34 36 54 63 33 263 47.16

2. 18.2 0.455 0 12 24 25 26 30 117 19.5

3. 19.5 0.4875 11 13 19 20 29 32 124 20.67

Jumlah 54 59 79 99 118 95 504 87.33

Rata-rata 168 29.11

(Depresan)Fenobarbit

al

1. 16.8 0.42 0 0 0 0 0 0 0 0

2. 18.0 0.45 3 0 0 0 0 0 3 0.5

3. 18.2 0.455 0 0 13 0 4 4 21 3.5

Jumlah 3 0 13 0 4 4 24 4

Rata-rata 8 1.67

VII. PERHITUNGAN DAN GRAFIK

1. Perhitungan % aktivitas stimulan dan depresan

a. Volume pemberian obat

- Kelompok Kontrol

1.16.520

x 0.5=0.41252 ml

2.15.520

x 0.5=0.3875 ml

3.16.220

x0.5=0.405 ml

- Kelompok Kafein

1.17.320

x 0.5=0.43 ml

2.18.220

x0.5=0.455 ml

3.19.520

x 0.5=0.4875 ml

- Kelompok Fenobarbital

V = bobot mencit

20x 0.5

Page 10: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

1.16.820

x 0.5=0.42 ml

2.18.020

x 0.5=0.45 ml

3.18.220

x0.5=0.455 ml

b. Perhitungan % aktivitas lokomotor

- % Aktivitas Kafein (Stimulan)

% Aktivitas Stimulan=∑kafein−∑kontrol∑kontrol

× 100 %

= 168−81.67

81.67x100 %

= 1,057 x 100%

= 105.7%

- % Aktivitas Fenobarbital

% Aktivitas Depresan=∑kontrol−∑fenobarbital∑kontrol

×100 %

= 81,67−8

81.67x100 %

= 0.902 x 100%

= 90.2%

2. Perhitungan anava

α=5%

Perlakuan Jumlah Putaran

5’ 10’ 15’ 20’ 25’ 30’ n ∑x ∑x2

PGA 2% 46 50 25 33 44 47 6 2451047

5Kafein

(Stimulan) 54 59 79 99 118 95 6 5044631

4

Fenobarbital(Depresan) 3 0 13 0 4 4 6 24 210

Jumlah 18 773 5699

Page 11: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

9

Tabel Anava

Sumber Variasi Df SS MS F

Obat 1 19240.11 19240.11 42.16696Error 10 4562.84 456.284

Total 11 23802.95α = 5%

Ho diterima = tidak ada perbedaan efek yang ditimbulkan oleh kafein

dan fenobarbital

Ho ditolak = terdapat perbedaan efek yang ditimbulkan dari kafein

dan fenobarbital

SSobat = ¿¿ + ¿¿

= 2452

6+ 5042

6+ 242

6−7732

18

= 60025

6+ 254016

6+ 576

6−597529

18

= 19240.11

SStotal = ∑ x2−¿¿

= 56999 −¿ 7732

18

= 56999 −¿ 597529

18

= 23802.95

SSerror = SStotal – SSobat

= 23802.95 – 19240.11

= 4562.84

MSobat = SSobat

df

= 19240.11

1

= 19240.11

Page 12: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

MSerror = SSerror

df

= 4562.84

10

= 456.284

Fhitung = MSobat

MSerror

= 19240.11456.284

= 42.16696

Ftabel =(0,05)(1,10) = 4,96

Maka, Fhitung > Ftabel = 42.16696 > 4,96

Maka H0 ditolak, yang berarti ada perbedaan efek yang ditimbulkan dari

kafein dan fenobarbital terhadap hewan percobaan.

Grafik Pengaruh Bahan Uji Terhadap Jumlah Putaran pada Tiap Kelompok

KEL 1KEL 2

KEL 3

0

5

10

15

20

25

30

35

40

45

50

31

0.5

9.33

47.16

19.520.6

00.5 3.5

PGA KAFEIN Fenobarbital

VIII. PEMBAHASAN

Page 13: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Pada praktikum kali ini yang berjudul Pengujian Aktivitas Lokomotor

bertujuan untuk mengetahui efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan

percobaan yang dimasukkan ke dalam “roda putar” (wheel cage), berdasarkan

pengamatan jumlah putaran roda. Digunakan hewan percobaan berupa mencit

yang akan diberikan beberapa sediaan untuk menguji aktivitas lokomotor. Sediaan

yang digunakan adalah PGA 1-2%, Fenobarbital dan Kafein. Kemudian

digunakan wheel cage sebagai alat yang dapat menjadi acuan dari aktivitas

lokomotor mencit yang telah diberi sediaan uji.

Terdapat tiga keterampilan motorik dasar seseorang, yaitu gerak

lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif. Gerak lokomotor dapat diartikan

sebagai gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain. Bentuk

gerak lokomotor diantaranya berjalan, berlari, berjingkat melompat dan meloncat,

berderap, merayap dan memanjat. Lokomotor sendiri berasal dari kata loko

“gerak”, dan motor “penggerak”. Jadi, lokomotor adalah gerak yang dilakukan

oleh penggerak.

Organ-organ yang terlibat dalam lokomotor adalah tulang, otot, saraf, dan

darah atau pembuluh. Tulang berfungsi sebagai pemberi bentuk tubuh, alat gerak,

melindungi organ-organ tubuh, dan sebagai tempat pembuatan sel-sel darah

terutama sel darah merah. Otot merupakan suatu organ yang memungkinkan

tubuh dapat bergerak, gerak sel terjadi karena sitoplasma merubah bentuk. Saraf

merupakan penghantar informasi, koordinasi dan pengaturan untuk mengontrol

dan mengintegrasikan aktivitas tubuh. Fungsinya adalah menerima stimulus dari

lingkungan, mengubah stimulus menjadi impuls, dan sebagai tempat

berlangsungnya semua proses kejiwaan dan psikis. Darah merupakan suatu

jaringan tubuh yang terdapat di dalam pembuluh darah yang berwarna merah dan

beredar di dalam tubuh karena adanya kerja jantung. Fungsi darah adalah sebagai

alat pengangkut, pertahanan tubuh, dan menyebarkan panas ke seluruh tubuh.

Untuk menguji aktivitas lokomotorik tersebut digunakanlah sediaan uji

yang berupa obat yang bersifat sedative dan stimulan. Obat sedative atau yang

sering disebut obat penenang adalah jenis obat-obatan yang memberikan efek

tidur dengan cara memberikan rasa tenang kepada orang yang mengkonsumsinya.

Page 14: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Sedangkan obat stimulan adalah obat-obatan yang menaikkan tingkat

kewaspadaan di dalam rentang waktu singkat.

Obat-obat sedative biasanya tidak dijual bebas diapotik, melainkan harus

menggunakan resep dokter. Obat-obat sedative biasanya bekerja di sistem saraf

pusat dengan berikatan pada reseptor GABA yang merupakan neurotransmiter

bersifat inhibisi pada sistem saraf pusat manusia. Obat ini juga bekerja

menghambat efek eksistasi pada reseptor glutamate sehingga pada dosis yang

tepat orang yang mengkonsumsinya akan merasa tenang dan dapat tertidur dengan

nyaman. Contoh obat-obat sedative adalah sebagai berikut:

1. Barbiturat seperti: amobarbital, pentobarbital, secobarbital, Phenobarbitol

2. Benzodiazepin seperti : clonazepam, diazepam, estazolam, flunitrazepam,

lorazepam,midazolam, nitrazepam, oxazepam, triazolam, temazepam,

chlordiazepoxide, alprazolam

3. Herbal sedatif seperti : ashwagandha, catnip, kava, mandrake, valerian

4. Nonbenzodiazepin sedatif seperti : eszopiclone, zaleplon, zolpidem,

zopiclone

5. Antihistamin seperti : Diphenhydramine dan Dimenhydrinate.

Fenobarbital yang digunakan dalam praktikum ini termasuk golongan

barbiturat, obat yang bersifat hipnotik sedatif, selain itu juga merupakan anestetik

parenteral, pelemas otot, antiepilepsi dan anticemas (antiansietas). Obat sedative

bekerja pada sistem GABA, yaitu dengan memperkuat fungsi hambatan neuron

GABA. Reseptor barbiturat dalam seluruh sistem saraf pusat, terdapat dengan

kerapatan yang tinggi terutama dalam korteks otak frontal dan oksipital, di

hipokampus dan dalam otak kecil. Pada reseptor ini, barbiturat akan bekerja

sebagai agonis. Terdapat korelasi tinggi antara aktivitas farmakologi berbagai

barbiturat dengan afinitasnya pada tempat ikatan. Dengan adanya interaksi

barbiturat, afinitas GABA terhadap reseptornya akan meningkat, dan dengan ini

kerja GABA akan meningkat. Dengan aktifnya reseptor GABA, saluran ion

klorida akan terbuka sehingga ion klorida akan lebih banyak yang mengalir masuk

ke dalam sel. Meningkatnya jumlah ion klorida menyebabkan hiperpolarisasi sel

bersangkutan dan sebagai akibatnya, kemampuan sel untuk dirangsang berkurang.

Page 15: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

Sementara itu, untuk obat-obat stimulan biasanya bekerja merangsang

susunan saraf pusat melalui 2 mekanisme yaitu mengadakan blokade sistem

penghambatan dan meningkatkan perangsangan sinaps. Kafein dapat berfungsi

sebagai stimulan (perangsang) karena kafein bekerja pada susunan saraf pusat

dengan meningkatkan perangsangan sinaps yaitu terutama pada korteks serebri.

Selain itu, kafein yang merupakan senyawa hasil metabolisme sekunder golongan

alkaloid ini juga dapat memberikan rangsangan pada medula oblongata sehingga

pusat vasomotor dan pusat pernapasan pun ikut terangsang. Akan tetapi tekanan

darah tidak naik, hal ini terjadi karena pada saat bersamaan, terjadi juga dilatasi

pembuluh kulit, ginjal dan koroner, akibat kerjanya di sistem saraf perifer.

Rangsangan pada pusat vasomotor oleh kafein disebabkan adanya kostriksi

pembuluh darah otak dan turunnya tekanan liquor. Meningkatnya perangsangan

sinaps oleh kafein mengakibatkan kondisi tubuh menjadi siaga dan kemampuan

psikis pun akan meningkat. Dengan pemberian secara per oral, kafein akan

diabsorpsi dengan cepat dan sempurna sehingga efek kafein dapat dengan cepat

dirasakan.

Sebagai hewan percobaan mencit yang digunakan harus memenuhi

beberapa persyaratan yaitu: bersifat homogen baik dari segi galur, berat, umur dan

jenis kelaminnya karena akan mempengaruhi dosisnya. Jenis kelamin mencit yang

digunakan pada percobaan ini adalah mencit jantan karena mencit betina tidak

stabil. Mencit betina mengalami menstruasi dan pada saat menstruasi maka

hormonnya akan meningkat sehingga mempengaruhi kondisi

psikologisnya.Kenaikan hormon ini juga akan berpengaruh pada efek obat.

Dengan alasan inilah mencit betina jarang digunakan sebagai hewan percobaan.

Prosedur yang dilakukan pertama kali dilakukan pada percobaan ini adalah

membagi mencit menjadi tiga kelompok. Setelah dibagi, kemudian mencit

tersebut ditimbang berat badannya menggunakan neraca lengan. Hal tersebut

harus dilakukan agar dapat diketahui dosis pemberian obat pada masing-masing

mencit. Kemudian mencit diberi tanda dengan spidol pada ekornya sesuai dengan

kelompok mencit tersebut. Diketahui bahwa berat mencit adalah sebesar I 16,2 g,

mencit II 19,5 g dan mencit III 18,2 g. Setelah ditimbang, dari data berat mencit

Page 16: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

kemudian dihitung dosis masing-masing sediaan yang akan diberikan kepada

mencit. Dosis obat yang diberikan haruslah berbanding lurus terhadap bobot

mencit agar obat memberikan efek yang sesuai. Pada kelompok yang pertama

mencit hanya akan diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 1-2 % secara per

oral, kelompok ini disebut kelompok kontrol. Kelompok yang kedua adalah

kelompok mencit yang diberikan obat kaffein secara per oral. Kelompok ketiga

adalah kelompok mencit yang diberi obat fenobarbital juga secara per oral. Semua

pemberian obat dilakukan pada t = 0. Kemudian setelah t = 30, mencit kemudian

dimasukkan ke dalam wheel cage. Mencit baru dimasukkan setelah 30 menit

pemberian sediaan dikarenakan untuk menunggu sediaan yang masuk telah

diabsorbsi oleh tubuh, sehingga pengamatan dapat dilakukan dengan benar. Wheel

cage kemudian dinyalakan, lalu selama 30 menit mulai dihitung putaran roda yang

dilakukan oleh mencit dengan interval pengamatan tiap 5 menit.

Pada kelompok pertama (I), yaitu kelompok kontrol, pada kelompok ini

mencit hanya diberikan larutan suspensi gom arab (PGA) 2 % saja, sehingga

mencit pada kelompok ini bekerja alami tanpa ada pengaruh obat, sehingga

kelompok-kelompok yang lain dapat dibandingkan dengan kelompok kontrol ini.

Aktivitas mencit (jumlah putarannya) yaitu: menit ke 5= 2, menit ke 10= 0, menit

ke 15= 0, menit ke 20= 24, menit ke 25= 29 dan menit ke 30= 1. Hal ini

menunjukkan aktivitas mencit berlangsung tidak normal (fluktuatif), respon saraf

terhadap gerak pada otot yang di aplikasikan dalam bentuk gerak berlari dalam

roda putar. Kelompok kontrol dibuat agar dapat dijadikan pembanding dengan

kelompok lainnya dimana mencit tersebut tidak diberikan sediaan obat sehingga

dapat diketahui efek obat mana yang dapat menimbulkan efek yang cukup kuat.

Pada mencit kedua yang diberikan obat uji depresan yaitu kafein.

Didapatkan jumlah putarannya yaitu: menit ke 5= 11, menit ke 10= 13, menit ke

15= 19, menit ke 20= 20, menit ke 25= 29 dan menit ke 30= 32. Sedangkan pada

mencit ketiga yang diberi fenobarbital, menunjukkan aktivitas yang lebih rendah

dibandingkan mencit kontrol negatif yang diberi PGA. Jumlah putaran yang

dilakukan mencit pada roda putar yaitu: menit ke 5= 0, menit ke 10= 0, menit ke

Page 17: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

15= 13, menit ke 20= 0, menit ke 25= 4 dan menit ke 30= 4. Jumlah putarannya

menunjukkan aktivitas mencit menurun dengan pemberian fenobarbital.

Setelah didapat hasil pengamatan percobaan, dilihat pengaruh pemberian

obat fenobarbital maupun kaffein pada mencit dengan perhitungan persentasi

aktivitas masing-masing obat. Setelah dilakukan perhitungan % aktivitas stimulan

untuk mengukur efek dari kafein yang diberikan dengan rumus:

% Aktivitas Stimulan = ∑ Putaran Kafein−∑ Putaran Ko ntrol

∑ Putaran Kontrolx100 %

Didapatkan hasil % aktivitas stimulan sebesar 113,87%. Kemudian

dilakukan juga perhitungan % aktivitas depresan untuk mengukur efek dari

fenobarbital yang diberikan dengan rumus :

%Aktivitas Depresan=∑ Putaran Kontrol−∑ Putaran Fenobarbital

∑ Putaran Kontrolx 100 %

Setelah dihitung, didapatkan hasil % aktivitas depresan sebesar 90,20%.

Hal ini menunjukkan baik obat stimulan (kafein) maupun depresan (fenobarbital)

memiliki efek yang cukup signifikan terhadap kontrol uji. Kemudian dilakukan

pengujian dengan Student’s t-test. Berdasarkan pengujian data secara statistika,

dapat dilihat bahwa pemberian fenobarbital ataupun kafein memberikan efek

terhadap mencit apabila dibandingkan dengan kontrol sesuai dengan fungsinya.

Pada percobaan kali ini, dilakukan pengamatan terhadap 3 kelompok uji,

yaitu kelompok kontrol (I), dengan pemberian larutan suspensi gom arab (PGA)

2% sehingga mencit pada kelompok ini bekerja alami tanpa ada pengaruh obat.

Pada kelompok kedua (II) adalah kelompok mencit yang telah diberikan obat

kafein, sedangkan pada kelompok ketiga (III), mencit diberikan obat fenobarbital.

Setelah diamati, mencit yang tidak diberikan obat uji (kelompok kontrol)

memberikan efek atau pengaruh yang fluktuatif terhadap perubahan aktivitas yang

ditunjukkan dengan peningkatan atau penurunan jumlah putaran roda putar yang

seringkali tidak konstan, dimana aktivitas yang dilakukan mencit tiap selang

waktu pengamatan tidak memberikan angka yang tetap (penurunan aktivitas

seiring lamanya waktu pengamatan). Hal ini dapat disebabkan perbedaan perilaku

dan sifat dari mencit uji saat ditempatkan ke dalam wheel cage sehingga dapat

Page 18: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

mempengaruhi jumlah perputaran roda yang diamati. Sedangkan untuk mencit

yang diberikan obat uji berupa fenobarbital, seiring dengan berjalannya waktu

pengamatan, ternyata aktivitas mencit perlahan mengalami penurunan. Hal

tersebut di tunjukkan dengan berkurangnya jumlah putaran roda putarnya.

Penurunan aktivitas pada mencit ini disebabkan karena fenobarbital termasuk

golongan barbiturate dimana termasuk obat yang bersifat hipnotik sedatif

sehingga mengakibatkan mencit perlahan mengalami rasa sedasi yang cukup kuat

dan apabila dosisnya ditingkatkan maka kemungkinan mencit tersebut akan

tertidur atau tidak melakukan aktivitas apapun.

Untuk mencit yang diberikan obat kafein ternyata mengalami peningkatan

aktivitas yang cukup signifikan yang ditandai dengan peningkatan jumlah putaran

rodanya. Kafein meningkatan kerja psikomotor sehingga tubuh tetap terjaga dan

memberikan efek fisiologis berupa peningkatan energi. Dengan demikian maka

mencit akan terus aktif bergerak selama efek obat tersebut masih ada namun

seiring dengan berjalannya waktu pengamatan maka lama-lama efeknya akan

menurun karena ketersediaan obat makin berkurang di dalam tubuh mencit karena

terjadinya metabolisme obat dalam tubuh. Hal ini ditandai dengan berkurangnya

jumlah putaran roda.

Banyak sekali faktor yang dapat mempengaruhi jumlah putaran selain

pemberian obat uji. Salah satunya yang sangat mempengaruhi adalah

keseragaman berat badan dari mencit uji yang digunakan. Seperti yang sudah

dijelaskan sebelumnya, adanya metabolisme obat dalam tubuh dapat menurunkan

aktivitas obat. Kemampuan metabolisme obat dalam tubuh dipengaruhi oleh luas

permukaan daerah absorpsi obat, yang berkaitan dengan berat badan mencit

karena semakin berat mencit maka luas permukaan daerah absorpsi obat akan

semakin besar.

Hal tersebut mempengaruhi bagaimana ketersediaan obat dalam mencit.

Semakin lama obat dalam mencit akan bekerja sampai puncaknya dan kemudian

lama-lama efeknya akan menurun karena ketersediaan obat makin berkurang,

sehingga efek obat uji yang diberikan baik berupa depresan (fenobarbital) maupun

stimulan (kafein) dapat berkurang aktivitasnya. Maka dari itu mencit yang

Page 19: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

digunakan diusahakan memiliki keseragaman bobot antar mencit yang sama atau

tidak terlalu berbeda agar efek dari obat uji yang diamati dapat diteliti lebih

akurat. Selain itu, pemberian jeda waktu yang diperlukan obat untuk mencapai

efek kerja setelah diberikan sebelum mencit dimasukkan dalam wheel cage dapat

mempengaruhi. Hal ini disebabkan obat uji yang diberikan mencit yang memiliki

bobot berat akan lebih mudah termetabolisme daripada mencit yang memiliki

bobot yang lebih ringan, sehingga efek yang ditimbulkan pun lebih cepat.

Sehingga dikhawatirkan efek obat yang ditimbulkan dapat tidak sesuai dengan

literatur.

Berdasarkan hasil pengamatan yang dituangkan dalam penyajian data

berupa grafik, dapat dilihat perbedaan yang signifikan antara ketiga bahan uji

PGA, Kafein, dan Fenobarbital terhadap jumlah putaran roda. Pada kelompok

mencit dengan pemberian PGA seharusnya aktivitas mencit dalam memutar roda

akan berjalan normal. Sehingga, mencit akan bergerak tidak terlalu aktif namun

juga tidak pasif. Pada kelompok 1, mencit memiliki aktivitas yang cukup tinggi,

namun masih berada di kategori normal. Hal itu dapat dilihat ketika mencit pada

kelompok 1 memiliki aktivitas lebih rendah dibandingakan mencit 2 pada

kelompok yang sama yang diberi stimulan kafein dan lebih tinggi dibandingkan

mencit ketiga pada kelompok 1 pula yang diberi obat depresan fenobarbital.Pada

mencit pertama kelompok 2 yang diberi PGA, yang seharusnya tidak memberi

efek apa-apa dan aktivitas mencit seharusnya berjalan normal, mencit ini malah

memiliki aktivitas yang cukup rendah dalam memutar roda atau dapat dikatakan

cukup pasif. Ini terlihat dari jumlah putaran roda selama 30 menit yang rata-rata

hanya berkisar 0,5 atau setengah putaran.Sedangkan pada mencit pertama di

kelompok 3, jumlah putaran roda tergolong normal. Pada ketiga kelompok,

mencit yang diberi kafein sebagai stimulan, menunjukkan peningkatan aktivitas

yang signifikan, ini menunjukkan bahwa aktivitas stimultan dari kafein tergolong

baik. Begitu pula pada mencit yang diberikan fenobarbital pada ketiga kelompok,

dari grafik dapat terlihat jumlah putaran rata-rata pada tiap kelompok memiliki

jumlah yang rendah, bahkan pada mencit ketiga di kelompok 1 jumlah putaran

rodanya sama sekali tidak ada atau dapat diakatakan selama 30 menit tikus tidak

Page 20: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

mealkukan aktivitas atau bergerak pasif. Sehingga ini menunjukkan aktivitas

depresan fenobarbital tergolong baik pula. Sebenarnya, pengamatan dilakukan

harusnya selama 90 menit untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dari setiap

aktivitas bahan uji.

IX. KESIMPULAN

Efek obat terhadap aktivitas lokomotor hewan percobaan yang

dimasukkan ke dalam roda putar (wheel cage) dapat diketahui yang didasarkan

pada persen aktivitas stimulan yaitu sebesar 113,873% pada kafein dan persen

aktivitas depresan yaitu sebesar 90,20448% pada fenobarbital.

Page 21: PENGUJIAN AKTIVITAS LOKOMOTOR.docx

DAFTAR PUSTAKA

Andrianto. 2008. Sistem Saraf Pusat. Dapat diakses pada http://medicastore.com/

[diakses tanggal 20 April 2013].

Depkes RI. 1979. Farmakope Indonesia Edisi ke 3. Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Jakarta.

Dewoto, Hedi R. 2007. Analgesik Opiod dan Antagonis-Farmakologi dan Terapi

edisi 5. Fakultas kedokteran-UI. Jakarta.

Mansjoer, Arif. 1999. Kapita Selekta Kedokteran. Media Aescullapius. Jakarta.

Muchtaridi. 2008. Lokomotor Mencit. Dapat diakses pada

http://farmasi.ugm.ac.id/ [diakses tanggal 20 April 2013].

Mutchler, Ernst. 1991. Dinamika Obat. Edisi Kelima. Penerbit ITB. Bandung.

Neal, M.J. 2005. At A Glance Farmakologi Medis. Penerbit Buku EGC. Jakarta.

Sukandar, Elin Yulinah, dkk. 2010. ISO Farmakoterapi. PT. ISFI. Jakarta.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2007. Obat-obat Penting edisi keenam.

PT. Elex Media Komputindo. Jakarta.

Tjay, Hoan Tan dan Kirana Rahardja. 2002. Obat-obat Penting Khasiat,

Penggunaan, dan Efek-efek Sampingnya edisi kelima. PT. Elex Media

Komputindo. Jakarta.