pengertian progresivisme ok

34
BAB II PEMBAHASAN A. ALIRAN PROGRESSIVISME 1. PENGERTIAN PROGRESSIVISME Progressivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-centered). Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O. Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusi maupun yang lain, tidak bersifat sama atau 1

Upload: viafa

Post on 04-Aug-2015

178 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pengertian Progresivisme Ok

BAB II

PEMBAHASAN

A. ALIRAN PROGRESSIVISME

1. PENGERTIAN PROGRESSIVISME

Progressivisme adalah gerakan pendidikan yang mengutamakan penyelenggaraan pendidikan

di sekolah berpusat pada anak didik (child-centered), sebagai reaksi terhadap pelaksanaan

pendidikan yang masih berpusat pada guru (teacher-centered) atau bahan pelajaran (subject-

centered).

Filsafat Pendidikan Progresivisme bukan merupakan bangunan filsafat atau aliran filsafat

yang berdiri sendiri, melainkan merupakan suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada

tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa kini mungkin

tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan

pada guru atau bidang muatan. Beberapa tokoh dalam aliran ini : George Axtelle, william O.

Stanley, Ernest Bayley, Lawrence B.Thomas, Frederick C. Neff

Progresivisme memandang bahwa lingkungan yang ada, baik yang mengenai manusi maupun

yang lain, tidak bersifat sama atau statis, tetapi selalu mengalami perubahan. Perubahan-

perubahabn tersebut disebabkan oleh kemampuan manusia dalam mempelajari banyak hal dan

memikirkan serta mengantisipasi hal- hal yang akan datang. Meskipun dalam kehidupan manusia

ada hal- hal yang mengecewakan, seperti kekurangan berbagai percobaan yang ada. Namun

kekurang berhasilan itu dapat dikoreksi yang akhirnya dapat dikembangkan menjadi lebih

positif. Sebagai contoh, berbagai ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh manusia dapat

mengungkap rahasia alam sehingga manusia mempu memanfaatkan dan bahkan menguasainya.

1

Page 2: Pengertian Progresivisme Ok

Dengan menampilkan contoh tersebut, dapat diperkirakan bahwa progresivisme menaruh

perhatian yang positif terhadap kemampuan manusia. Perhatian yang positif itu juga berarti

kepositifan terhadap kemampuan manusia, kemampuan untuk belajar dan kemampuan untuk

mereka-reka tentang manusia atau lingkungannya.

Dengan demikian bila pandangan tersebut dikaitkan dengan aspek kontinuitas dan

diskontinuitas, progresivisme berpendapat bahwa karena potensi yang dimiliki oleh manusia,

perubahan lingkungan yang dihadapi diharapkan tidaak berakibat negative pada perjalanan hidup

sampai ia mengalami dikontinuitas. Bahkan progresivisme berpendapat bahwa peserta didik

mempunyai kemampuan untuk bereksperimen dalam perjalanan hidupnnya karena adanya bekal-

bekal pengetahuan dan keterampilan yang telah dipelajari dan dimiliki. Yang dimaksud dengan

bereksperimen adalah mampu menemukan permasalahan dan mencari alternative-alternatif

pemecahannya. Pada progresivisme, menculnya kemungkinan adanya diskontinuitas diharapkan

dapat diselesaikan oleh manusia(peserta didik).

2. SEJARAH ALIRAN PROGRESIVISME

Tokoh Francis W. Parker (1837-1902) dilahirkan di New Hampshire. Ayahnya meninggal

pada waktu berusia enam tahun. Dua tahun kemudian ia magang di pertanian sambil mengikuti

sekolah dasar. Ketika berusia 13 tahun ia meninggalkan pertanian dan mengikuti pendidikan

secara penuh.

Pada usia 16 tahun ia mengajar di sebuah sekolah desa, dan pada usia 20 tahun ia diangkat

menjadi kepala sekolah di Carrolton, Illinois, tempat ia berhenti karena pecah perang sipil dan

menjadi tentara selama beberapa tahun. Setelah perang selesai, ia kembali mengajar di berbagai

tempat hingga 1872.

Ia pergi ke Jerman untuk belajar filsafat dan pendidikan serta mengadakan observasi dari

dekat terhadap sekolah yang didirikan oleh Pestalozzi dan Froebel. Setelah pulang ke Amerika,

ia mulai lagi mengajar dan menjadi inspektur sekolah di Quincy, Massachusstes, 1875. Disini ia

memperkenalkan gagasan-gagasan dan praktek-praktek pendidikannya, yang kemudian dikenal

sebagai dasar dari pendidikan progresif.

2

Page 3: Pengertian Progresivisme Ok

Kemudian menjadi Kepala Sekolah Guru Cook Country di Chicago. Sebelum akhir abad 18,

ia diangkat menjadi Kepala Institut Chicago yang didirikan yang didirikan terutama untuk

melakukan eksperimen pendidikan. Institut ini kemudian menjadi bagian Universitas Chicago,

tetapi sebelum ia meyelesaikan tugasnya, ia meninggal dunia 1902.

3. BEBERAPA FAKTOR PENDORONG LAHIRNYA PROGRESIVISME :

a) Semangat radikalisme dan reformasi yang dimulai di sekolah yang dipimpin oleh Francis

W. Parker.

b) Masuknya aliran Froebelianisme, yang menekankan perwujudan diri melalui kegiatan

sendiri, dan penggunaan metode Montessori yang menekankan pada pendidikan diri

sendiri.

c) Perluasan studi tentang perkembangan anak secara ilmiah (psikologi perkembangan).

4. DASAR FILOSOFIS ALIRAN PROGRESIVISME :

1. Realisme Spiritualistik

Gerakan Pendidikan Progresif bersumber dari prinsip-prinsip spiritualistik dan kreatif dari

Froebel dan Montessori serta ilmu baru tentang perkembangan anak.

2. Humanisme Baru

Paham ini menekankan pada penghargaan terhadap martabat dan harkat manusia sebagai

individu. Dwengan demikian orientasinya individualistik.

5. TEORI PENDIDIKAN PROGRESIVISME :

1. Tujuan Pendidikan

Ia menyatakan bahwa tujuan keseluruhan pendidikan adalah melatih anak agar kelak

dapat bekerja, bekerja secara sistematis, mencintai kerja, dan bekerja dengan otak dan hati.

3

Page 4: Pengertian Progresivisme Ok

Untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan harusnya merupakan pengembangan sepenuhnya

bakat dan minat setiap anak.

2. Kurikulum

Kurikulum pendidikan progresf adalah kurikulum yang berisi pengalaman-pengalaman

atau kegiatan-kegiatan belajar yang diminati oleh setiap siswa (experience curriculum). Contoh

kurikulum pendidikan progresif dari Lewster Dix adalah berisi tentang :

- Studi tentang dirinya sendiri

- Studi tentang lingkungan sosial dan alam

- Studi tentang seni

3. Metode Pendidikan

Ada beberapa metode yang diperguanakan dalam pendidikan progresif :

a. Metode Belajar Aksecara

Metode ini lebih berupa penyediaan lingkungan dan fasiltas yang memungkinkan

berlangsungnya proses belajar secara bebas pada setiap anak untuk mengembangkan bakat dan

minatnya.

b. Metode Memonitor Kegiatan Belajar

Mengikuti proses kegiatan-kegiatan anak belajar sendiri, sambil memberikan bantuan-

bantuan tertentu apabila diperlukan yang sifatnya memperlancar proses berlangsungnya

kegiatan-kegiatan belajar tersebut. Bantuan-bantuan yang diberikan sebagai campur tangan dari

luar diusahakan sesedikit mungkin.

c. Metode Penelitian Ilmiah

Progresif merintis digunakannya motode penelitian ilmiah yang tertuju pada penyusunan

konsep, sedangkan metode pemecahan masalah lebih tertuju pada pemecahan masalah-masalah

kritis.

4

Page 5: Pengertian Progresivisme Ok

d. Pemerintahan Belajar

Progresif memperkenalkan pemerintahan pelajar dalam kehidupan sekolah (student

government) dalam rangka demokratisasi dalam kehidupan sekolah, sehingga pelajar diberikan

kesempatan untuk turut serta dalam penyelenggaraan kehidupan di sekolah.

e. Kerjasama Sekolah dengan Keluarga

Pendidikan Progresif mengupayakan adanya kerjasama antara sekolah dengan keluarga

dalam rangka menciptakan kesempatan seluas-luasnya untuk dapat ter-ekspresi-kan secara

alamiah semua minat dan kegiatan yang diperlukan anak. Upaya ini mendorong didirikannya

sebuah organisasi guru dan orangtua murid, yang dipelopori F.W. Parker di Chicago. Organisasi

ini berfungsi sebagai forum komunikasi dan kerjasama dalam upaya pembaharuan pendidikan di

sekolah.

f. Sekolah sebagai Laboratorium Pembaharuan Pendidikan

Pendidikan progresif menganjurkan peranan baru sekolah, tidak lagi hanya tempat anak

belajar, tetapi berperanan pula sebagai laboratorium pengembangan gagasan baru pendidikan.

Hal ini baru dilaksanakan oleh J. Dewey.

4. Pelajar

a. Pendidikan berpusat pada anak-anak

Pendidkan progresivisme menganut prinsip pendidikan berpusat pada anak. Anak

merupakan pusat dari keseluruhan kegiatan-kegiatan pendidikan. Manurut Parker, mengajar yang

bermutu berarti aktivitas siswa, pengembangan keproibadian siswa, studi ilmiah tentang

pendidikan, dan latihan guru sebagai seniman pendidikan.

b. Tiap anak adalah unik

Pendidikan progresivisme sangat memuliakan harkat dan artabat anak dalam pendidikan.

Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini, anak adalah anak yang sangta berbeda dengan

orang dewas. Setiap anak (menurut Parker), mempunyai individualitas sendiri, anak mempunyai

5

Page 6: Pengertian Progresivisme Ok

alur pemikiran sendiri, mempunyai keinginan sendiri, mempunyai harapan dan kecemasan

sendiri, yang berbeda dengan orang dewasa. Dengan demikian anakn harus diperlakukan berbeda

dengan orang dewasa.

5. Pengajar

a. Guru dalam melakukan tugasnya dalam praktek pendidikan berpusat pada anak mempunyai

peranan sebagai :

1) Fasilitator,

2) Motivator,

3) Konselor

b. Guru perlu mempunyai pemahaman yang baiktentang karakterisatik siswa, dan teknik-teknik

memimpin perkembangan siswa, serta kecintaan kepada anak, agar dapat melaksanakan peranan-

peranan dengan baik.

6. PERKEMBANGAN PROGRESIVISME

Atas bantuan Ny. Emmons Blaine akhirnya terbentuklah Sekolah Pendidikan (School of

Education) di lingkungan Universitas Chicago, dibawah pimpinan Parker pada tahun 1901.

Untuk menghormati jasa-jasanya, didirikan Sekolah Dasar Progresif di Chicago, dengan nama

Sekolah Francis W. Parker, dengan kepala sekolah Flora Cook, salah seorang pembantu

dekatnya, pada tahun 1901, atas bantuan Ny. Baline juga. Selain itu, banyak pula bersiri sekolah

progresif lain.

Semenjak tahun 1930, sekolah-sekolah progresif sudah tersebar ke seluruh Amerika Serikat.

Sekolah-sekolah tesebut hampir semuanya swasta, dan hampir semuanya berorientasi pada anak,

tetapi tidak ada yang betul-betul merupakan sekolah Instrumental. Baru pada tahun 1896 John

Dewey mendirikan Laboratory School.

Progresivisme mendapat kritik dari berbagai pihak antara lain :

6

Page 7: Pengertian Progresivisme Ok

1. John Dewey mengatakan :

a. Progresivisme terlampau menekankan pada pendidikan individu, sebagaimana dikemukakan

pula oleh Dr. Bode dan Counts.

b. Kelas sekolah progresif artifisial / dibuat-buat dan tidak wajar.

c. Progresivisme bergantung pada minat sewaktu dan spontan.

d. Siswa merencanakan sesuatu sendiri dan mereka tidak bertanggung jawab terhadap hasil dari

tugas-tugas yang dikerjakan.

2. George S. Counts dkk menghendaki agar sekolah berperanan mengambil bagian dalam

membangun masyarakat Amerika.

3. Kalangan Gereja Katolik di Amerika Serikat, membentuk gerakan pendidikan yang disebut

aliran ”Perennialisme” yang dipelopori Robert M. Hutchin, kemudian ada pula kalangan yang

menghendaki pendidikan kembali pada kebudayaan lama yang menjadi inti peradaban manusia,

mereka membentuk aliran ”Essensialime” yang dipelopori William C. Bagley.

4. Kaum Eksistensialisme menghendaki agar sekolah menjadi sebuah forum yang melibatkan

dialog antara siswa dan guru, yang dipelopori A.S. Neil.

7

Page 8: Pengertian Progresivisme Ok

B. ALIRAN ESENSIALISME

1. PENGERTIAN ALIRAN ESENSIALISME DAN SEJARAHNYA

Aliran Filsafat Esensialisme adalah suatu aliran filsafat yang menginginkan agar manusia

kembali kepada kebudayaan lama. Mereka beranggapan bahwa kebudayaan lama itu telah

banyak memperbuat kebaikan-kebaikan untuk umat manusia. Yang mereka maksud dengan

kebudayaan lama itu adalah yang telah ada semenjak peradaban manusia yang pertama-tama

dahulu. Akan tetapi yang paling mereka pedomani adalah peradaban semenjak zaman

Renaissance, yaitu yang tumbuh dan berkembang disekitar abad 11, 12, 13 dan ke 14 Masehi.

Didalam zaman Renaissance itu telah berkembang dengan megahnya usaha-usaha untuk

menghidupkan kembali ilmu pengetahuan dan kesenian serta kebudayaan purbakala, terutama

dizaman Yunani dan Romawi purbakala. Renaissance itu merupaka reaksi terhadapa tradisi dan

sebagai puncak timbulnya individualisme dalam berpikir dan bertindak dalam semua cabang dari

aktivitas manusia. Sumber utama dari kebudayaan itu terletak dalam ajaran para ahli filsafat,

ahli-ahli pengetahuan yang telah mewariskan kepada umat manusia segala macam ilmu

pengetahuan yang telah mampu menembus lipatan qurun dan waktu dan yang telah banyak

menimbulkan kreasi-kreasi bermanfaat sepanjang sejarah umat manusia.

Esensialisme modern dalam pendidikan adalah gerakan pendidikan yang memprotes terhadap

skeptisisme dan sinisme dari gerakan progrevisme terhadap nilai-nilai yang tertanam dalam

warisan budaya/ sosial. Menurut Esensialisme, nilai-nilai kemanusiaan yang terbentuk secara

berangsur-angsur dengan melalui kerja keras dan susah payah selama beratus-ratus tahun, dan

didalamnya berakar gagasan-gagasan dan cita-cita yang telah teruji dalam perjalanan waktu.

Bagi aliran ini “Education as Cultural Conservation”, Pendidikan Sebagai Pemelihara

Kebudayaan. Karena ini maka aliran Esensialisme dianggap para ahli “Conservative Road to

Culture” yakni aliran ini ingin kembali kekebudayaan lama, warisan sejarah yang telah

membuktikan kebaikan-kebaikannya bagi kehidupan manusia. Esensialisme percaya bahwa

pendidikan itu harus didasarkan kepada nilai-nilai kebudayaan yang telah ada sejak awal

peradaban umat manusia.

8

Page 9: Pengertian Progresivisme Ok

Karena itu esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang

memiliki kejelasan dan tahan lama sehinga memberikan kestabilan dan arah yang jelas.

2. CIRI-CIRI UTAMA ALIRAN ESENSIALISME

Esensialisme yang berkembang pada zaman Renaissance mempunyai tinjauan yang berbeda

dengan progressivisme mengenai pendidikan dan kebudayaan. Jika progressivisme menganggap

pendidikan yang penuh fleksibelitas, serba terbuka untuk perubahan, tidak ada keterkaitan

dengan doktrin tertentu, toleran dan nilai-nilai dapat berubah dan berkembang, maka aliran

Esensialisme ini memandang bahwa pendidikan yang bertumpu pada dasar pandangan

fleksibilitas dalam segala bentuk dapat menjadi sumber timbulnya pandangan yang berubah-

ubah, mudah goyah dan kurang terarah dan tidak menentu serta kurang stabil. Karenanya

pendidikan haruslah diatas pijakan nilai yang dapat mendatangkan kestabilan dan telah teruji

oleh waktu, tahan lama dan nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan terseleksi

Nilai-nilai yang dapat memenuhi adalah yang berasal dari kebudayaan dan filsafat yang

korelatif, selama empat abad belakangan ini, dengan perhitungan zaman Renaisans, sebagai

pangkal timbulnya pandangan-pandangan Esensialistis awal. Puncak refleksi dari gagasan ini

adalah pada pertengahan kedua abad ke sembilan belas.

Idealisme dan Realisme adalahaliran-aliran filsafat yang membentuk corak Esensialisme.

Sumbangan yang diberikan oleh masing-masing ini bersifat eklektik, artinya dua aliran filsafat

ini bertemu sebagai pendukung Esensialisme, tetapi tidak lebur menjadi satu. Berarti, tidak

melepaskan sifat-sifat utama masing-masing.

Realisme modern yang menjadi salah satu eksponen esensialisme, titik berat tinjauannya

adalah mengenai alam dan dunia fisik; sedangkan idealisme modern sebagai eksponen yang lain,

pandangan-pandangannya bersifat spiritual.

Idealisme modern mempunyai pandangan bahwa realita adalah sama dengan substansi

gagasan-gagasan(ide-ide). Di balik duni fenomenal ini ada jiwa yang tidak terbatas yaitu Tuhan,

yang merupakan pencipta adanya kosmos. Manusia sebagai makhluk yang berpikir berada dalam

9

Page 10: Pengertian Progresivisme Ok

lingkungan kekuasaan Tuhan. Dengan menguji menyelidiki ide-ide serta gagasan-gagasannya,

manusia akan dapat mencapai kebenaran, yang sumbernya adalah Tuhan sendiri.

Sedangkan, ciri-ciri filsafat pendidikan esensialisme yang disarikan oleh William C. Bagley

adalah sebagai berikut :

1. minat-minat yang kuat dan tahan lama sering tumbuh dari upaya-upaya belajar awal yang

memikat atau menarik perhatian bukan karena dorongan dari dalam diri siswa.

2. pengawasan pengarahan, dan bimbingan orang yang dewasa adalah melekat dalam masa

balita yang panjang atau keharusan ketergantungan yang khusus pada spsies manusia.

3. oleh karena kemampuan untuk mendisiplin diri harus menjadi tujuan pendidikan, maka

menegakan disiplin adalah suatu cara yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut.

4. esensialisme menawarkan sebuah teori yang kokoh, kuat tentang pendidikan, sedangkan

sekolah-sekolah pesaingnya (progresivisme) memberikan sebuah teori yang lemah.

3. POLA DASAR PENDIDIKAN ESSENSIALISME

Uraian berikut ini akan memberikan penjelasan tentang pola dasar pendidikan aliran

esensialisme yang didasari oleh pandangan humanisme yang merupakan reaksi terhadap hidup

yang mengarah kepada keduniaan, serba ilmiah dan materialistik.

Untuk mendapatkan pemahaman pola dasar yang lebih rinci kita harus mengenal dari

referensi pendidikan esensialisme. Imam Barnadib (1985)11) mengemukakan beberapa tokoh

terkemuka yang berperan dalam penyebaran aliran essensialisme dan sekaligus memberikan pola

dasar pemikiran mereka.

1) Desidarius Erasmus, humanis Belanda yang hidup pada akhir abad ke15 dan permulaan

abad ke 16, adalah tokoh pertama yang menolak pandangan hidup yanag berbijak pada

“dunia lain”. Ia berusaha agar kurikulum di sekolah bersifat humanistis dan bersifat

internasional, sehingga dapat diikuti oleh kaum tengahan dan aristokrat.

10

Page 11: Pengertian Progresivisme Ok

2) Johann Amos Comeniuc (1592-1670), tokoh Reinaissance yang pertama yang berusaha

mensistematiskan proses pengajaran. Ia memiliki pandangan realis yang dogmatis, dan

karena dunia ini dinamis dan bertujuan, maka tugas kewajiban pendidikaan adalah

membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.

3) John Lock (1632-1704), tokoh dari inggris dan populer sebagai “pemikir dunia”

mengatakan bahwa pendidikan hendaknya selalu dekat dengan situasi dan kondisi.

4) Johann Henrich Pestalozzi (1746-1827), mempunyai kepercayaan bahwa sifat-sifat alam

itu tercermin pada manusia, sehingga pada diri manusia terdapat kemampuan-

kemampuan wajarnya. Selain itu ia percaya kepada hal-hal yang transendental, dan

manusia mempunyai hubungan transendental langsung dengan Tuhan.

5) Johann Frederich Frobel (1782-1852), seorang tokoh transendental pula yang corak

pandangannya bersifat kosmissintetis, dan manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang

merupakan bagian dari alam ini. Oleh karena itu ia tunduk dan mengikuti ketentuan dari

hukum-hukum alam. Terhadap pendidikan ia memandang anak sebagai makhluk yang

berekspresi kreatif, dan tugas pendidikan adalah memimpin peserta didik kearah

kesadaran diri sendiri yang murni, sesuai fitrah kejadiannya.

6) Johann Fiedrich Herbart (1776-1841), salah seorang murid Immanuel Kant yang

berpandangan kritis. Ia berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah menyesuaikan jiwa

seseorang dengan kebajikan dari Yang Mutlak, berarti penyesuaian dengan hukum-

hukum kesusilaan, dan ini pula yang disebut “pengajaran yang mendidik” dalam proses

pencapaian pendidikan.

7) Tokoh terakhir dari Amerika Serikat, William T. Harris (1835-1909)-pengikut Hegel,

berusaha menerapkan Idealisme Obyektif pada pendidikan umum. Menurut dia bahwa

tugas pendidikan adalah mengizinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang pasti,

berdasarkan kesatuan spiritual. Keberhasilan sekolah adalah sebagai lembaga yang

memelihara nilai-nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri

setiap orang kepada masyarakat

11

Page 12: Pengertian Progresivisme Ok

4. BEBERAPA PANDANGAN DALAM ESENSIALISME

Sebagai reaksi dalam tuntutan zaman yang ditandai oleh suasana hidup yang menjurus

kepada keduniaan, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang mulai terasa sejak abad

ke15, realisme dan idealisme perlu menyusun pandangan-pandangan yang modern. Untuk itu

perlu disusun kepercayaan yang dapat menjadi penuntun bagi manusia agar dapat jadi penuntun

bagi manusia agar dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan keadaan itu. Kepercayaan yang

dimaksud diusahakan tahan lama, kaya akan isinya dan mempunyai dasar-dasar yang kuat.

Dasar-dasar yang telah diketemukan, yang akhirnya dirangkum menjadi konsep filsafat

pendidikan esensialisme ini, tamapk manifestasinya dalam sejarah dari zaman Renaisans sampai

timbulnya Progresivisme.

1. PANDANGAN MENGENAI REALITA

Sifat yang menonjol dari ontologi esensialisme adalah suatu konsepsi bahwa dunia ini

dikuasai oleh tata yang tiada cela, yang mengatur dunia beserta isinya dengan tiada cela pula, ini

berarti bagaimanapun bentuk, sifat, kehendak dan cita-cita manusia haruslah disesuaikan dengan

tata tersebut. Dibawah ini adalah uraian mengenai penjabarannya menurut realisme dan

idealisme.

a. Realisme yang mendukung esensialisme disebut realisme obyektif karena mempunyai

pandangan yang sistematis mengenai alam serta tempat manusia didalamnya. Terutama

sekali ada dua golongan ilmu pengetahuan yang mempengaruhi realisme ini.

Dari fisika dan ilmu-ilmu lain yang sejenis dapat dipelajari bahwa tiap aspek dari alam fisik

ini dapat dipahami berdasarkan adanya tata yang jelas khusus. Ini berarti bahwa suatu

kejadian yang sederhanapun dapat ditafsirkan menurut hukum alam, seperti misalnya daya

tarik bumi.

b. Idealisme obyektif mempunyai pandangan kosmis yang lebih optimis dibandingkan dengan

realisme obyektif. Yang dimaksud dengan ini adalah bahwa pandangan-pandangannya

12

Page 13: Pengertian Progresivisme Ok

bersifat menyeluruh yang boleh dikatakan meliputi segala sesuatu. Dengan landasan pikiran

bahwa totalitas dalam alam semesta ini pada hakikatnya adalah jiwa atau spirit, idealisme

menetapkan suatu pendirian bahwa segala sesuatu yang ada ini nyata. Ajaran-ajaran Hegel

memperjelas pandangan tersebut diatas.

2. PANDANGAN MENGENAI NILAI

Nilai, seperti halnya pengetahuan berakar pada dan diperoleh dari sumber-sumber obyektif.

Sedangkan sifat-sifat nilai tergantung dari pandangan yang timbul dari realisme dan idealisme.

Kedua aliran ini menyangkutkan masalah nilai dengan semua aspek peri kehidupan manusia

yang berarti meliputi pendidikan. Pandangan dari dua aliran ini, yang mengenai nilai pada

umumnya dan nilai keindahan pada khususnya akan dipaparkan berikut ini.

Untuk hal yang pertama, dapatlah ditunjukan bahwa nilai mempunyai pembawaan atas dasar

komposisi yang ada. Misalnya, kombinasi warna akan menimbulkan kesan baik, bila penempatan

dan fungsinya disesuaikan dengan pembawaan dari komponen-komponen yang ada.

Untuk hal yang kedua, dapatlah diutarakan bahwa sikap, tingkah laku dan ekspresi perasaan

juga mempunyai hubungan dengan kualitas baik dan buruk.

3. PANDANGAN MENGENAI PENDIDIKAN

Pandangan mengenai pendidikan yang diutarakan disini bersifat umum, simplikatif dan

selektif, dengan maksud agar semata-mata dpat memberikangambaran mengenai bagian-bagian

utama dari esensialisme. Disamping itu karena tidak setiap filsuf idealis dan realis mempunyai

faham esensialistis yang sistematis, maka uraian ini bersifat eklektik.

Esensialisme timbul karena adanya tantangan mengenai perlunya usaha emansipasi diri

sendiri, sebagaimana dijalankan oleh para filsuf pada umumnya ditinjau dari sudut abad

pertengahan. Usaha ini diisi dengan pandangan-pandangan yang bersifat menanggapi hidup yang

mengarah kepada keduniaan, ilmiah dan teknologi, yang ciri-cirinya telah ada sejak zaman

Renaisans.

13

Page 14: Pengertian Progresivisme Ok

Tokoh yang perlu dibicarakan dalam rangka menyingkap sejarah esensialisme ini adalah

William T. Harris (1835-1909). Sebagai tokoh Amerika Serikat yang dipengaruhi oleh Hegel ini

berusaha menerapkan idealisme obyektif pada pendidikan umum. Menurut Harris, tugas

pendidikan adalah mengijinkan terbukanya realita berdasarkan susunan yang tidak terelakan

(pasti) bersendikan kesatuan spiritual. Sekolah adalah lembaga yang memelihara nilai-nilai yang

telah turun-menurun, dan menjadi penuntun penyesuaian orang kepada masyarakat.

Oleh karena terasaskan adanya saingan dari progresivisme, maka pada sekitar tahun 1930

timbul organisasi yang bernama Esentialist Comittee for the Advancement of Education. Dengan

timbulnya Komite ini pandangan-pandangan esensialisme (menurut tafsiran abad xx), mulai

diketengahkan dalam dunia pendidikan.

4. PANDANGAN MENGENAI PENGETAHUAN

Pada kacamata realisme masalah pengetahuan ini, manusia adalah sasaran pandangan sebagai

makhluk yang padanya berlaku hukum yang mekanistis evolusionistis. Sedangkan menurut

idealisme, pandangan mengenai pengetahuan bersendikan pada pengertian bahwa manusia

adalah makhluk yang adanya merupakan refleksi dari Tuhan dan yang timbul dari hubungan

antara makrokosmos dan mikrokosmos.

5. PANDANGAN MENGENAI BELAJAR

Idealisme, sebagai filsafat hidup, memulai tinjauannya mengenai pribadi individual dengan

menitikberatkan pada aku, menurut idealisme, seseorang belajar pada taraf permulaan adalah

memahami akunya sendiri, terus bergerak keluar untuk memahami dunia obyektif. Dari

mikrokosmos menuju kemakrokosmos.

Sebagai contoh, dengan landasan pandangan diatas, dapatlah dikemukakan pandangan

Immanuel Kant (1724-1804). Dijelaskan bahwa segala pengetahuan yang dicapai oleh manusia

lewat indera memerlukan unsur a priori, yang tidak didahului oleh pengalaman lebih dahulu.

14

Page 15: Pengertian Progresivisme Ok

6. PANDANGAN MENGENAI KURIKULUM

Beberapa tokoh idealisme memandang bahwa kurikulum itu hendaklah berpangkal pada

landasan ideal dan organisasi yang kuat. Bersumber atas pandangan ini, kegiatan-kegiatan

pendidikan dilakukan. Pandangan dari dua tokoh dipaparkan dibawah ini.

Herman Harrell Horne menulis dalam bukunya yang berjudul This New Education

mengatakan bahwa hendaknya kurikulum itu bersendikan atas fundamental tunggal, yaitu watak

manusia yang ideal dan ciri-ciri masyarakat yang ideal. Kegiatan dalam pendidikan perlu

disesuaikan dan ditujukan kepada yang serba baik tersebut. Atas dasar ketentuan ini berarti

bahwa kegiatan atau keaktifan anak didik tidak terkekang, asalkan sejalan dengan fundamen-

fundamen itu.

Bogoslousky, dalam bukunya The Ideal School, mengutarakan hal-hal yang lebih jelas dari

Horne. Disamping menegaskan supaya kurikulum dapat terhindar dari adanya pemisahan mata

pelajaran yang satu dengan yang lain, kurikulum dapat diumpamakan sebagai sebuah rumah

yang mempunyai empat bagian, ialah :

a) Universum. Pengetahuan yang merupakan latar belakang dari segala manifestasi hidup

manusia, diantaranya adalah adanya kekuatan-kekuatan alam, asal-usul tata surya dan lain-

lainnya. Basis pengetahuan ini adalah ilmu pengetahuan alam kodrat yang diperluas.

b) Sivilisasi. Karya yang dihasilkan manusia sebagai akibat hidup masyarakat. Dengan

sivilisasi manusia mampu mengadakan pengawasan terhadap lingkungannya, mengejar

kebutuhan, hidup aman dan sejahtera.

c) Kebudayaan. Karya manusia yang mencakup diantaranya filsafat, kesenian, kesusasteraan,

agama, penafsiran dan penilaian mengenai lingkungan.

d) Kepribadian. Bagian yang bertujuan pembentukan kepribadian dalam arti riil yang tidak

bertentangan dengan kepribadian yang ideal.

Jadi, tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia didunia dan

akhirat. Isi pendidikannya mencakup ilmu pengetahuan, kesenian dan segala hal yang mampu

menggerakan kehendak manusia. Kurikulum sekolah bagi esensialisme merupakan semacam

miniatur dunia yang bisa dijadikan sebagai ukuran kenyataan, kebenaran dan kegunaan. Maka

dalam sejarah perkembangannya, kurikulum esensialisme menerapkan berbagai pola kurikulum,

15

Page 16: Pengertian Progresivisme Ok

seperti pola idealisme, realisme dan sebagainya. Sehingga peranan sekolah dalam

menyelenggarakan pendidikan bisa berfungsi sesuai dengan prinsip-prinsip dan kenyataan sosial

yang ada dimasyarakat.

16

Page 17: Pengertian Progresivisme Ok

C. ALIRAN PERENIALISME

1. Pengertian Aliran Perenialisme

Perenialisme berasal dari kata perenial, yang dalam oxford advanced learner`s dictionary of

current english diartikan sebagai ”continuiting throughout the whole year” atau ”lasting for a

very long time” – ”kekal atau abadi” dan dapat pula berarti pula ”terus tiada akhir” dengan

demikian esensi kepercayaan filsafat perenialisme adalah berpegang pada nilai-nilai atau norma-

norma yang bersifat kekal abadi.

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai bidang kehidupan

manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk mengembalikan keadaan krisis ini, maka

perenialisme memberikan jalan keluur yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau

yang dianggap cukup ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih

banyak mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan tangguh.

Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kepada masa

lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa lampau ini, kebudayaan yang dianggap

krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya

pada pendidikan zaman dahulu dengan sekarang. Perenialisme rnemandang pendidikan sebagai

jalan kembali atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan

sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun praktek bagi kebudayaan dan pendidikan

zaman sekarang.

Perenialisme merupakan suatu aliran dalam pendidikan yang lahir pada abad kedua puluh.

Aliran ini lahir sebagai suatu reaksi terhadap pendidikan progresif. Keadaan sekarang adalah

zaman yang mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kekacauan, kebingungan dan

kesimpangsiuran. Perenialisme memandang situasi dunia dewasa ini penuh kekacauan,

ketidakpastian, dan ketidakteraturan, terutama dalam kehidupan moral, intelektual dan sosio

kultual. Oleh karena itu perlu ada usaha untuk mengamankan ketidakberesan tersebut, yaitu

dengan jalan menggunakan kembali nilai-nilai atau prinsip-prinsip umum yang telah menjadi

17

Page 18: Pengertian Progresivisme Ok

pandangan hidup yang kukuh, kuat dan teruji. Beberapa tokoh pendukung gagasan ini adalah:

Robert Maynard Hutchins dan Mortimer Adler.

Berhubung dengan itu dinilai sebagai zaman yang membutuhkan usaha untuk mengamankan

lapangan moral, intelektual dan lingkungan sosial kultural yang lain. Perenialisme mengambil

jalan regresif, yakni kembali kepada prinsip umum yang telah menjadi dasar tingkah laku dan

perbuatan zaman Kuno dan Abad Pertengahan. Yakni kepercayaan-kepercayaan aksiomatis

mengenai pengetahuan, realita dan nilai dari zaman-zaman tersebut.

a. Ontologi Perenialsime:

1). Asas Teleologi

Perenialisme dalam bidang ontologi berasas pada teleologi yakni memandang bahwa realita

sebagai subtansi selalu cenderung bergerak atau berkembang dari potensialitas menuju aktualitas

(teleologi). Bila dihubungkan dengan manusia, maka manusia itu setiap waktu adalah

potensialitas yang sedang berubah menjadi aktualitas. Di samping asas teleologi, juga asas

supernatural bahwa tujuan akhir bersifat supernatural, bahkan ia adalah Tuhan sendiri. Manusia

tak mungkin menyadari asas teleologis itu tanpa iman dan dogma. Segala yang ada di alam ini

terdiri dari materi dan bentuk atau badan dan jiwa yang disebut dengan substansi, bila

dihubungan dengan manusia maka manusia itu adalah potensialitas yang di dalam hidupnya tidak

jarang dikuasai oleh sifat eksistensi keduniaan, tidak jarang pula dimilikinya akal, perasaan dan

kemauannya semua ini dapat diatasi. Maka dengan suasana ini manusia dapat bergerak untuk

menuju tujuan (teleologis) dalam hal ini untuk mendekatkan diri pada supernatural (Tuhan) yang

merupakan pencipta manusia itu dan merupakan tujuan akhir.

2). Individual thing, essence, accident and substance

Perenialisme membedakan suatu realita dalam aspek-aspek perwujudannya menurut istilah

diatas. Penganut ajaran Aristatoles biasanya mengerti dari sesuatu dari yang kongkrit, yang

khusus sebagai individual thing yang kita amati di mana-mana, seperti baru, rumput, dan

aktivitas tertentu. Tetapi eksistensi realita tersebut tetap mengandung sifat asasi sebagai

identitasnya, yakni essence (esensi) sebagai wujud realita itu. Dalam suatu individual thing

terdapat suatu accident (hal-hal kebetulan), dan keseluruhan individual thing yang mempunyai

18

Page 19: Pengertian Progresivisme Ok

esensi dan accident yang terbentuk atas unsur-unsur jasmaniah dan rohaniah dengan segala

kepribadiannya inilah sebagai realita substance atau disebut juga hylomorphisme.

3). Asas supernatul

Paham perenialisme memandang bahwa tujuan akhir atau supremend dari substansi dunia

adalah supernatul, bahkan ia Tuhan sendiri. Namun Tuhan sebagai sprit murni, sebagai

aktualisasi murni hanya dapat dipahami melalui iaman (faith). Seluruh realita teleologis hanya

dapat dipahami dengan iman dan biasanya bersifat dogmatis-doktriner.

b. Epistemologi Perenialisme:

Dalam bidang epistemologi, perenialisme berpendapat bahwa segala sesuatu yang dapat

diketahui dan merupakan kenyataan adalah apa yang terlindung pada kepercayaan. Kebenaran

adalah sesuatu yang menunjukkan kesesuaian antara pikir dengan benda-benda. Benda-benda

yang dimaksudkan ialah hal-hal yang adanya bersendikan atas prinsip-prinsip keabadian.

Menurut perenialisme, filsafat yang tertinggi adalah ilmu metafisika. Sebab science sebagai ilmu

pengetahuan menggunakan metode induktif yang bersifat analisis empiris kebenarannya terbatas,

relativ atau kebenaran probabiliti. Tetapi filsafat dengan metode deduktif bersifat anological

analysis, kebenaran yang dihasilkannya bersifat self evidence universal, hakiki dan berjalan

dengan hukum-hukum berpikir sendiri yang berpangkal pada hukum pertama, bahwa

kesimpulannya bersifat mutlak asasi.

c. Aksiologi Perenialisme:

Dalam bidang aksiologi, perenialisme memandang masalah nilai berdasarkan prinsip-

prisinsip supernatural, yakni menerima universal yang abadi. Khususnya dalam tingkah laku

manusia, maka manusia sebagai subjek telah memiliki potensi-potensi kebaikan sesuai dengan

kodratnya, di samping itu ada pula kecenderungan-kecenderungan dan dorongan-dorongan

kearah yang tidak baik. Tindakan manusia yang baik adalah persesuaian dengan sifat rasional

(pikiran) manusia. Kebaikan yang teringgi ialah mendekatkan diri pada Tuhan sesudah tingkatan

ini baru kehidupan berpikir rasional.

Beberapa prinsip pendidikan perenialisme secara umum, yaitu:

19

Page 20: Pengertian Progresivisme Ok

1. Menghendaki pendidikan kembali kepada jiwa yang menguasai Abad Pertengahan, karena

jiwa pada Abad Pertengahan telah merupakan jiwa yang menuntun manusia hingga dapat

dimengerti adanya tata kehidupan yang telah dapat menemukan adanya prinsip-prinsip pertama

yang mempunyai peranan sebagai dasar pegangan intelektual manusia dan yang dapat menjadi

sarana untuk menemukan evidensi-evidensi diri sendiri (Imam Barnadib, 2002). Tujuan

pendidikan adalah sama dengan tujuan hidup, yaitu untuk mencapai kebijakan dan kebajikan.

2. Rasio merupakan atribut manusia yang paling tinggi. Manusia harus menggunakannya untuk

mengarahkan sifat bawaannya, sesuai dengan tujuan yang ditentukan. Tugas pendidikan adalah

memberikan pengetahuan yang kebenarannya pasti, dan abadi. Kurikulum diorganisir dan

ditentukan terlebih dahulu oleh orang dewasa, dan ditujukan untuk melatih aktivitas akal, untuk

mengembangkan akal. Yang dipentingkan dalam kurikulum adalah mata pelajaran general

education yang meliputi bahasa, sejarah, matematika, IPA, filsafat dan seni dan 3 R’S (membaca,

menulis, berhitung). Mata-mata pelajaran tersebut merupakan esensi dari general education.

3. Siawa seharusnya mempelajari karya-karya besar literature yang menyangkut sejarah, filsafat,

seni, begitu juga dalam literature yang berhubungan dengan kehidupan social, terutama politik

dan ekonomi. Dalam literature-literatur tersebut manusia sepanjang masa telah melahirkan hasil

yang maha besar.

2. TOKOH-TOKOH PERENIALISME

1. Plato

Plato (427 – 347 SM) hidup pada zaman kebudayaan yang syarat denganketidakpastian, yaitu

sedang berkembangnya filsafat sofisme. Ukuran kebenarandan ukuran moral menurut sofisme

adalah manusia secara pribadi, sehingga pada zaman itu tidak ada kepastian dalam moral, tidak

ada kepastian dalam kebenaran,tergantung pada masing-masing individu. Bahaya perang dan

kejahatan mengancam bangsa Athena. Siapa yang bisa memperoleh kebenaran secara retorik,

maka dialah yang benar. Plato ingin membangun dan membina tata kehidupan dunia yang ideal,

di atas tata kebudayaan yang tertib dan sejahtera,membina cara yang menuju kepada

kebaikan.Dalam pandangan Plato, bahwa realitas yang hakiki itu tetap, tidak berubah. Realitas

20

Page 21: Pengertian Progresivisme Ok

atau kenyataan itu telah ada pada diri manusia sejak dariasalnya yang berasal dari realitas yang

hakiki. Dunia idea bersumber dari idemutlak, yaitu Tuhan. Kebenaran, pengetahuan dan nilai

sudah ada sebelum manusia lahir, yang semuanya bersumber dari idea yang mutlak tadi.

Manusia tidak menciptakan kebenaran, pengetahuan dan nilai moral, melainkan bagaimana

menemukan semuanya itu. Dengan menggunakan akal dan rasio, semuanya itudapat ditemukan

kembali oleh manusia.

2. Aristoteles

Aristoteles (384 – 322 SM), adalah murid Plato, namun dalam pemikirannya ia mereaksi

terhadap filsafat gurunya yaitu idealisme. Cara berpikir Aristoteles berbeda dengan gurunya,

Plato, yang menekankan berpikir rasional spekulatif. Aristoteles menggunakan cara berpikir

rasional empiris realistis. Cara berpikir ini kemudian disebut filsafat Realisme.Meski hidup pada

abad sebelum masehi, namun Aristoteles dinayatkansebagai pemikir abad pertengahan. Karya-

karya Aristoteles merupakan dasar berpikir abad pertengahan yang melahirkan renaissance.

Menurut Aristoteles, manusia adalah makhluk materi dan rohani sekaligus. Sebagai materi, ia

menyadari bahwa manusia dalam hidupnya beradadalam kondisi alam materi dan sosial. Sebagai

makhluk rohani manusia sadar, ia akan menuju pada proses yang lebih tinggi yang menuju

kepada manusia ideal,manusia sempurna. Perkembangan budi merupakan titik pusat perhatian

pendidikan dengan filsafat sebagai alat mencapainya. Ia menganggap penting pula pembentukan

kebiasaan pada tingkat pendidikan usia muda dalam menanamkan kesadaran menurut aturan

moral. Aristoteles juga menganggap kebahagiaan sebagai tujuandari pendidikan yang baik. Ia

mengembangkan individu secara bulat, totalitas.Aspek-aspek jasmaniah, emosi, dan intelek sama

dikembangkan, walaupun ia mengakui bahwa kebahagiaan tertinggi ialah kehidupan berpikiran.

3. Thomas Aquinas

Tomas Aquinas mencoba mempertemukan suatu pertentangan yang muncul pada waktu itu,

yaitu antara ajaran Kristen dengan ajaran filsafat Aristoteles. Menurutnya di antara keduanya

sebenarnya tidak terdapat perbedaan, keduanya bisa berjalan secara beriringan dalam

lapangannya masing-masing. Pandangannya tentang realitas, ia mengamukakan bahwa segala

sesuatu yang ada, adanya itu karena diciptakan oleh Tuhan, dan tergantung kepada-Nya.Ia

21

Page 22: Pengertian Progresivisme Ok

mempertahankan bahwa Tuhan bebas menciptakan dunia. Ia tidak setuju tentang teori emanasi

dalam penciptaan alam sebagaimana dikemuakan oleh Neopaltonisme. Tomas Aquinas

menekankan dua hal dalam pemikiran tentang realitas, yaitu :

a) dunia tidak diadakan semacam bahan dasar.

b) penciptaan tidak terbatas pada satu saja

Dalam masalah pengetahuan, Aquinas mengemukakan bahwa pengetahuan itu diperoleh

sebagai persentuhan antara dunia luar dan / oleh akal budi, yang kemudian menjadi pengetahuan.

Sumber pengetahuan selain bersumber dari akal budi, juga berasal dari wahyu Tuhan. Disinilah

dia menggabungkan pemikiran filsafat idealisme dan realisme dengan diktrin-doktrin Gereja),

sehingga filsafat Aqinas disebut filsafat tomisme.

Dalam konteks pendidikan, dia menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu usaha dalam

menuntun kemampuan-kemampuan yang masih tidur menjadi aktif atau nyata tergantung pada

kesadaran tiap-tiap individu. Seorang guru bertugas untuk menolong membangkitkan potensi

yang masih tersembunyi dari anak agar menjadi aktif dan nyata.

3. IMPLIKASI ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN PERENIALISME TERHADAP

DISIPLIN

Teori dasar dalam belajar menurut perenialisme adalah mental disiplin sebagai teori dasar

penganut perenialisme sependapat bahwa latihan dan pembinaan berfikir (mental dicipline)

adalah salah satu kewajiban dari belajar, atau keutamaan dalam proses belajar (yang tertinggi).

Karena itu teori dan program pendidikan pada umumnya dipusatkan kepada pembinaan

kemampuan berfikir.

Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal dan

mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin mental. Karya-

karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar pada masa lampau. Berbagai buah pikiran

mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra,

22

Page 23: Pengertian Progresivisme Ok

sejarah, filsafat, politik, ekonomi, matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah

banyak yang mampu memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.

Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal tersebut, yang

sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua keuntungan yakni:

1. Anak-anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah dipikirkan oleh

orang-orang besar.

2. Mereka memikirkan peristiwa-peristiwa penting dan karya¬-karya tokoh tersebut untuk diri

sendiri dan sebagai bahan pertimbangan (reverensi) zaman sekarang.

Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan pemikiran karya-karya buahpikiran

para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana

pemikiran para ahli terse¬but dalam bidangnya masing-masing dan dapat mengetahui bagaimana

peristiwa pada masa lampau tersebut sehingga dapat berguna bagi diri mereka sendiri, dan

sebagai bahan pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai

dengan aliran filsafat pereni¬alisme tersebut. 

23