pengertian dan cara pandang tentang keramik (sinta)

24
1 PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK Oleh Agus Mulyadi Utomo* Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Seni Indonesia Denpasar [email protected] Lempung atau tanah liat adalah bahan baku keramik, yang mempunyai sifat plastis dan mudah dibentuk dalam keadaan basah (lembab). Pada umumnya tanah liat memiliki karakter yang tidak menentu dan tidak memperlihatkan sesuatu yang alami seperti yang dimiliki batu atau kayu. Karena sifat-sifat yang penurut itu dan tidak banyak memberikan resistensi apapun sehingga lempung dapat dipergunakan untuk keperluan yang luas dan tidak terbatas, misalnya untuk bangunan, tembok pembatas pekarangan, perabotan rumah tangga, benda teknis, benda hias dan benda ekspresi. Sebenarnya, apapun yang terkandung dalam suatu benda keramik, baik sebagai benda teknis, benda praktis (pakai), benda estetis, maupun sebagai benda spiritual (magis), adalah berasal dari daya “imajinasi” penciptanya saja. Namun demikian sifat yang penurut itu, tidak akan banyak bermanfaat apabila tidak didukung oleh ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni untuk merekayasa lempung menjadi keras, kedap air, tahan panas, tahan dingin, awet, berfungsi pakai dan mempunyai bentuk yang indah serta menarik. Disamping itu arah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu keramik sampai sekarang ini telah semakin meluas dan kompleks, sehingga pengertiannya pada masa kini dan mendatang tidak lagi sederhana, dikarenakan riset bahan, seni, sosial-budaya-ekonomi dan teknologi terus bergulir serta berkembang dengan pesatnya di era keterbukaan (kesejagatan / globalisasi) yang sarat dengan persaingan. Clay or clay is a ceramic raw material, which has plastic properties and is easily formed in wet (moist) conditions. In general, clay has an erratic character and does not show anything natural like that of a stone or wood. Due to its imperceptible properties and does not provide much resistance to clay so that it can be used for a wide and unlimited use, for example for buildings, parapet walls, household furniture, technical objects, ornamental objects and expression objects. Actually, whatever is contained in a ceramic object, whether as a technical item, a practical (wearing) object, aesthetic objects, or as a spiritual (magical) object, is derived from the imaginary power of the creator alone. Nevertheless, the impermanent nature will not be of much use if it is not supported by science, knowledge, technology and art to engineer clay into hard, waterproof, heat-resistant, cold-resistant, durable, functional and has a beautiful and attractive shape. Besides, the direction of scientific development, especially about ceramics science until now has been increasingly widespread and complex, so that understanding in the present and future is no longer simple, because the research materials, art, socio-cultural-economy and technology continues to roll and develop rapidly in an era of openness (globalization / globalization) that is full of competition. Keywords: Ceramics, glaze, art and design PENDAHULUAN Tidak dipungkiri lagi bahwa spesialisasi ilmu terus dilakukan, karena semakin dirasakan perlu untuk dapat lebih mendalaminya dan apalagi akan mengembangkannya. Dunia senirupa, khusus ilmu keramik dalam pandangan seni memerlukan suatu wawasan tertentu untuk memudahkan dalam mendudukkan, mencirikan, mengkonsep penciptaan karya dan memahami akan arah pengembangannya, baik sebagai seni pakai (fungsional), seni kerajinan maupun sebagai seni murni.

Upload: others

Post on 16-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

1

PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK Oleh

Agus Mulyadi Utomo* Program Studi Kriya Seni, Fakultas Seni Rupa dan Desain

Institut Seni Indonesia Denpasar [email protected]

Lempung atau tanah liat adalah bahan baku keramik, yang mempunyai sifat plastis dan mudah

dibentuk dalam keadaan basah (lembab). Pada umumnya tanah liat memiliki karakter yang tidak menentu dan tidak memperlihatkan sesuatu yang alami seperti yang dimiliki batu atau kayu. Karena sifat-sifat yang penurut itu dan tidak banyak memberikan resistensi apapun sehingga lempung dapat dipergunakan untuk keperluan yang luas dan tidak terbatas, misalnya untuk bangunan, tembok pembatas pekarangan, perabotan rumah tangga, benda teknis, benda hias dan benda ekspresi. Sebenarnya, apapun yang terkandung dalam suatu benda keramik, baik sebagai benda teknis, benda praktis (pakai), benda estetis, maupun sebagai benda spiritual (magis), adalah berasal dari daya “imajinasi” penciptanya saja. Namun demikian sifat yang penurut itu, tidak akan banyak bermanfaat apabila tidak didukung oleh ilmu, pengetahuan, teknologi dan seni untuk merekayasa lempung menjadi keras, kedap air, tahan panas, tahan dingin, awet, berfungsi pakai dan mempunyai bentuk yang indah serta menarik. Disamping itu arah pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang ilmu keramik sampai sekarang ini telah semakin meluas dan kompleks, sehingga pengertiannya pada masa kini dan mendatang tidak lagi sederhana, dikarenakan riset bahan, seni, sosial-budaya-ekonomi dan teknologi terus bergulir serta berkembang dengan pesatnya di era keterbukaan (kesejagatan / globalisasi) yang sarat dengan persaingan.

Clay or clay is a ceramic raw material, which has plastic properties and is easily formed in wet (moist) conditions. In general, clay has an erratic character and does not show anything natural like that of a stone or wood. Due to its imperceptible properties and does not provide much resistance to clay so that it can be used for a wide and unlimited use, for example for buildings, parapet walls, household furniture, technical objects, ornamental objects and expression objects. Actually, whatever is contained in a ceramic object, whether as a technical item, a practical (wearing) object, aesthetic objects, or as a spiritual (magical) object, is derived from the imaginary power of the creator alone. Nevertheless, the impermanent nature will not be of much use if it is not supported by science, knowledge, technology and art to engineer clay into hard, waterproof, heat-resistant, cold-resistant, durable, functional and has a beautiful and attractive shape. Besides, the direction of scientific development, especially about ceramics science until now has been increasingly widespread and complex, so that understanding in the present and future is no longer simple, because the research materials, art, socio-cultural-economy and technology continues to roll and develop rapidly in an era of openness (globalization / globalization) that is full of competition. Keywords: Ceramics, glaze, art and design PENDAHULUAN

Tidak dipungkiri lagi bahwa spesialisasi ilmu terus dilakukan, karena semakin dirasakan perlu untuk dapat lebih mendalaminya dan apalagi akan mengembangkannya. Dunia senirupa, khusus ilmu keramik dalam pandangan seni memerlukan suatu wawasan tertentu untuk memudahkan dalam mendudukkan, mencirikan, mengkonsep penciptaan karya dan memahami akan arah pengembangannya, baik sebagai seni pakai (fungsional), seni kerajinan maupun sebagai seni murni.

Page 2: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

2

Dalam kenyataan sehari-hari, seringkali terlihat secara visual produk atau karya keramik hanya berupa kecenderungan-kecenderungan dan perpaduan dari seni pakai, seni kerajinan dan seni murni. Belum banyak kalangan dan para pegiat senirupa serta keramikus yang mencoba menonjolkan “ciri khas” masing-masing dari ketiga bagian ilmu seni tersebut sebagai spesialisasi ilmu tersendiri. Apalagi kini pandangan seni dan teknologi dalam ilmu keramik ada yang bersifat teknis (fisika & Kimia), ilmu pakai-guna (fungsi praktis), kriya (seni kerajinan) dan ekspresi (seni murni), dimana kini strata pengembangannya pun sangat relatif.

Membuat bentuk dari keramik bagi kalangan tertentu ternyata cukup menyenangkan, dapat kembali bernostalgia seperti sewaktu belajar di Sekolah Dasar (SD) atau Taman Kanak-kanak (TK) ditahun 1970-an. Dimana saat itu, didalam pelajaran prakarya (membentuk) dipergunakan bahan lempung atau tanah liat yang dicari di sawah atau dipinggir sungai untuk membuat bentuk mobil-mobilan, patung atau asbak dan bentuk-bentuk lainnya. Lempung atau tanah liat pada masa kini tidak lazim lagi dipergunakan disekolah-sekolah karena tidak praktis (dianggap kotor dan bisa “cacingan”). Kini bahan untuk membentuk tersebut diganti dengan plastisin berwarna-warni (sejenis lilin atau malam) yang mudah dibentuk dan mudah pula diperoleh di toko-toko buku.

Bagi penghobi keramik, bahan tanah liat atau lempung itu mudah sekali dibentuk karena sifatnya plastis, sehingga bermacam bentuk bisa dibuat. Untuk itulah penulis perlu membuat buku penuntun yang dapat mengarahkan pegiat keramik, perajin dan pecinta keramik agar tidak membuat benda keramik yang bersifat “iseng tanpa arti”, tetapi mampu membuat bentuk keramik yang berkualitas, berintelektual tinggi, bermakna dan bernilai ungkap atau berguna bagi kehidupan sehari-hari serta hasilnya dapat dibanggakan sebagai warisan berharga yang diperuntukkan untuk generasi mendatang.

Kebebasan yang teramat besar dan penggunaan yang begitu luas dari pemanfaatan tanah liat, tentu dapat merangsang daya cipta, imajinasi dan pengembangan IPTEKS itu sendiri. Disisi lain dari dampak kebebasan itu, dapat berakibat buruk karena benda keramik bisa menjadi tidak bermutu akibat kehilangan “arah” dan “tujuan” yang jelas, dengan kata lain menjadi “benda iseng” yang ”tanpa arti”.

Sejalan dengan perkembangan budaya manusia, maka kehadiran seni keramik mengalami peningkatan baik kuantitas maupun kualitasnya. Disertai pula kandungan makna dan filosofis serta konsep penciptaan yang semua itu bergayut dengan nilai-nilai yang mencakup segi-segi material, teknologi, ilmu pengetahuan, seni, spiritual, fungsi-fungsi religi, ekspresi pribadi sampai pada kemanusiaan itu sendiri.

Tanah liat atau lempung ternyata memberikan banyak kemungkinan bentuk-bentuk dengan berbagai variasinya, karena bahannya yang mudah dibentuk, termasuk dalam pengungkapan ekspresi dari pancaran emosi dan kesadaran tentang nilai-nilai tertentu yang dianggap bermakna.

Perkembangan keramik Indonesia dewasa ini ditandai dengan perkembangan industri, yang melibatkan banyak desainer dalam perancangan produk yang berkualitas secara massal melalui mesin-mesin berteknologi canggih. Selain keramik yang berada di jalur industri massal, adapula keramik yang diproduksi terbatas oleh kriyawan atau perajin berupa benda hias, benda rumah tangga dan cenderamata. Disamping itu terdapat pula keramik yang dibuat khusus dan benda tersebut merupakan benda tiada duanya atau merupakan satu-satunya di Dunia, yang dibuat oleh seniman individu, benda tersebut sering disebut sebagai benda “ekspresi” yang memiliki daya tarik tersendiri.

Page 3: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

3

Kelompok perajin dan seniman keramik di Indonesia belumlah berkembang sebagaimana mestinya, bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan industri massal padat modal. Hal ini karena kurangnya apresiasi dan langkanya penyelenggaraan pameran-pameran keramik, disamping itu penguasaan teknologi keramik bakaran madya dan tinggi masih relatif baru di Indonesia.

Pengembangan konsep penciptaan keramik yang terarah dan berwawasan ke depan kini memang dirasakan perlu untuk meningkatkan kreativitas, produktivitas dan kualitas keramik. Kebutuhan dan minat terhadap keramik juga perlu ditumbuh kembangkan serta didorong kepermukaan untuk masuk millennium ketiga dan pasar bebas. Dengan terpenuhinya kebutuhan masyarakat dan selera pasar melalui seni dan desain, akan dengan sendirinya masa depan perkeramikan, produksi dan penciptaan keramik akan cerah. Sentuhan tangan-tangan trampil yang berwawasan ke depan dan bercitarasa tinggi mempunyai harapan untuk bersaing dalam kegidupan global dan pasar Dunia.

ISTILAH KERAMIK

Buku Dictionary of Art yang ditulis Bernard S. Myers menyatakan bahwa, kata keramik berasal

dari bahasa Yunani Kuno yaitu “keramos” yang berarti tanah liat (Myers, 1969:429). Dictionary of Art tulisan Mills J.F.M. menyebutkan bahwa kata keramik berasal dari bahasa Gerika yaitu kata “keramikos” yang berarti benda–benda yang terbuat dari tanah liat; yang merupakan suatu istilah umum untuk studi seni dari pottery dalam arti kata yang luas, termasuk segala macam bentuk benda yang terbuat dari tanah liat dan dibakar serta mengeras oleh api (Mills, 1965:39). Ruth Lee, dalam bukunya yang berjudul Exploring The World of Pottery menjelaskan bahwa istilah Yunani untuk kata keramik ialah “keramos” yang berasal dari kata “keramikos” suatu daerah di Athena di sekitar pintu gerbang Dypilon tempat tinggal kebanyakan kaum perajin tanah liat, dimana mereka juga bekerja dan menjual keramik (Ruth Lee, 1971:25). Ditelusuri lebih jauh oleh para peneliti, ditemukan bahwa sebenarnya “keramos” itu merupakan nama salah satu dewa di Yunani. Encyclopedia of The Arts menjelaskan bahwa di dalam mitologi Yunani, “Keramos”, adalah putra Dewi Ariaduc (Ariadne) dengan Dewa Baccus, yang merupakan dewa pelindung para pembuat keramik (Runes, 1946:151). Seperti telah diketahui bahwa orang Yunani juga sangat percaya kepada banyak dewa (lihat mitologi Yunani), dimana setiap jenis pekerjaan atau kegiatan yang berhubungan dengan kebutuhan manusia ada dewa-dewanya yang diharapkan selalu dapat membantu serta melindunginya.

PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK Pengertian keramik adalah cakupan untuk semua benda yang terbuat dari tanah liat (lempung),

yang mengalami proses panas / pembakaran sehingga mengeras. Balai Besar Keramik Bandung, mendefinisikan keramik sebagai berikut:

“Keramik adalah produk yang terbuat dari bahan galian anorganik non - logam yang telah mengalami proses panas yang tinggi. Dan bahan jadinya mempunyai struktur kristalin dan non-kristalin atau campuran dari padanya” (Praptopo Sumitro, dkk, 1984:15).

Definisi keramik yang pengertiannya luas dan umum adalah “bahan-bahan yang dibakar tinggi”, termasuk didalamnya adalah semen, gibs, besi (metal) dan lain sebagainya. Karena hal itulah sebutan keramik bervariasi seperti gerabah, tembikar, mayolika, email, keramik putih, terracota, porselin,

Page 4: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

4

keramik batu (stoneware), benda tanah liat, barang pecah-belah, benda api, cermet (keramik-metal), gelas, semen api, keramik halus, kaca, silikon dan lain sebagainya.

Pengertian keramik dapat pula dipandang dari bentuk visualnya (wujud rupa), dari bahan material (kimia - fisik) dan teknologinya (teknik kimia, teknik fisika, teknologi proses, dan lain-lain), serta dari fungsi praktis, konsep seni dan desain.

Bila ditinjau dari sudut ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), keramik dapat digolongkan dalam lingkup silika enjinering (Teknik Kimia) karena bahan materialnya menjadi titik pusat perhatian dan karakteristiknya. Bisa juga digolongkan dalam lingkup fisika enjinering (Teknik Fisika), hal ini bila ditinjau dari sifat fisik dan cara pemanasan atau pembakarannya. Iptek-material ini meneropong berbagai segi keramik modern. Dari bahan baku, bahan mentah, pemrosesan, sampai dengan analisis dan penerapannya untuk berbagai rekayasa teknologi mutakhir. Rekayasa canggih tersebut meliputi elektronika dan outomotif serta komputer, juga akhir-akhir ini telah merambah ke bidang biologi (tulang dan gigi) yang mengetengahkan keramik modern yang menakjubkan. Dengan demikian keramik juga termasuk dalam lingkup bidang ilmu Teknik dan MIPA.

Keramik Menutup Bangunan Bertingkat di Perkotaan

Arah baru dari pengembangan riset bahan keramik pada akhir abad 20 ditandai dengan Iptek-bahan yaitu “Material Multifungsi” yang penggunaannya teramat banyak, termasuk piranti (komponen) elektronika (elektro-keramik), komponen bertegangan tinggi dan suhu tinggi seperti mesin dan cerobong pesawat, komponen untuk industri produksi seperti permrosesan gelas dan logam serta piranti dari proses manufaktur (alat potong dan lainnya). Lapisan pelindung pesawat antariksa dan kendaraan hipersonik Angkatan Laut Amerika memakai bahan multifungsi yang tahan pada suasana oksidatif dan reduktif serta menghambat suhu dingin dan aliran cepat suhu yang amat panas (Anton J.H., 1994:100). Gelas-keramik alumunium silikat sebagai bahan pelapis dan komposit karbon-karbon (C-C), sangat stabil pada suhu panas 1500°C. Pemrosesan sol-gel sangat baik untuk membuat bahan-multifungsi misalnya optika silikat, keramik-metal (cermet) dan lainnya. Selain itu, pengembangan baru IPTEKS yang menggabungkan biologi, kimia-fisik dan DNA-rekombinan, para ahli telah dapat menciptakan bahan untuk perbaikan enamel gigi manusia. Teknologi canggih dan eksperimentasi terus berlangsung dan kemudian Zircone-Y merupakan hasil temuan cemerlang, sehingga para ahli mampu menjadikan keramik sebagai bahan mentah terkeras dan sangat kuat, tahan terhadap goresan, panas dan berbagai bentuk efek kimia dan mekanik. Temuan tersebut telah diterapkan dan dimanfaatkan oleh pabrik jam tangan merek Rado La Coupole ‘Ceramique’ dipadukan dengan batu sapir dan oksidasi metal serta kilauan berlian di beberapa

Page 5: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

5

sudutnya membuat nyaman dan menyatu dengan keindahan desain. Lalu pemanfaatan tulang sebagai komposit keramik yang mengandung serat organik (kolagen) dan mineral, merupakan bahan baku (biologi-material) yang cukup potensial. Dan kini telah dimanfaatkan oleh perusahaan patungan dalam negeri yaitu PT. Han Kook Keramik Indonesia, yang meramu tulang sapi dengan tanah liat sebagai bahan baku peralatan rumah tangga.

Pengertian keramik secara “khusus” dikaitkan dengan bidang senirupa, yang ditinjau dari segi perwujudan bentuknya. Secara umum disebut sebagai “seni keramik”, yaitu suatu pengertian dari proses pengubahan atau penciptaan benda yang bernilai “seni”. Hasil dari pengolahan, penyusunan dan proses kreasi seni tersebut biasa disebut sebagai “keramik seni”. Penciptaan bentuk keramik ada hubungannya dengan penyusunan dari unsur-unsur sat-mata (element visual) dan latar belakang atau tujuan dari pembuatan, yang tertuang dalam kegiatan perancangan atau men-desain, disamping menyangkut kreativitas juga bisa berupa ungkapan (ekspresi). Cara pandang keramik di dalam bidang senirupa bisa berada dalam kajian seni murni atau bisa dalam kajian seni kriya atau bisa dalam kajian seni pakai (terapan) dan kajian desain.

Riset bahan keramik dan seni keramik terus bergulir dengan wawasan yang semakin luas, kompleks, rinci serta mendalam; sehingga pengertian keramik masa kini dan mendatang tidak lagi sederhana atau sekedar keterampilan dan ketekunan mengolah lempung belaka, tetapi sudah berwajah Iptek tinggi. Dengan demikian, spesialisasi keahlian perlu dikembangkan untuk memudahkan dalam mengarahkan dan mendalami keramik.

Untuk memudahkan dalam menanggapi persoalan-persoalan keramik, dalam hal ini ada beberapa cara pandang yaitu keramik sebagai “meterial” (bahan), yaitu pembahasan yang meliputi bahan baku dan bahan mentah serta Iptek-material seperti masalah tanah atau lempung, batuan, bahan galian, air, bahan glasir, komposisi bahan, yang meliputi pembahasan ilmu kimia dan fisika. Keramik juga bisa dilihat dari sudut “teknik”, yang meliputi proses pembuatan, teknologi proses, penerapan kimia dan fisika, bahan konstruksi dan arsitektur, tungku dan pembakaran, komponen rekayasa teknologi pesawat, komputer, elektro, dapur tinggi (pengecoran) dan lain sebagainya. Dan cara pandang yang khas adalah keramik sebagai “konsep visual”, yang berhubungan dengan pengorganisasian dan penyusunan unsur-unsur sat-mata (element visual) berkaitan dengan bidang senirupa dan desain.

Ciri-ciri keramik sebagai pengetahuan ilmiah bila dipandang dari filsafat ilmu berfungsi untuk menjelaskan secara logis (masuk akal), meramalkan dan membuktikan kenyataan (hipotesis) serta untuk pengontrol. Semua itu bertujuan untuk menjawab permasalahan kehidupan sehari-hari dan digunakan sebagai penawaran berbagai kemudahan dan sebagai alat manusia untuk memecahkan masalah. Dengan tinjauan sudut pandang filsafat ilmu sebagai landasan proses lahirnya atau diakuinya sebuah ilmu, tentu dapat memberikan kerangka dasar, mengarahkan dan menentukan corak dari keilmuan yang dihasilkan. Untuk menjawab keramik sebagai ilmu, maka diperlukan tinjauan filsafat yang menjelaskan dari sudut tinjauan ontologi yaitu tentang “ada” dan “keberadaannya”, lalu suatu tinjauan epistemologi yakni tentang pengetahuan ilmiah, teori-teori pengetahuan dan yang menyangkut metode (bersistem), dan suatu tinjauan aksiologi yang merupakan “kelayakan” atau kepantasan, ada analisis, tata nilai dan memiliki ciri khas.

Bakhtiar menyatakan, bahwa kata ilmu berasal dari bahasa Arab: Alima yang berarti mengerti, memahami benar-benar (Bahtiar, 2005:12). Dalam bahasa Inggris science, dari bahasa Latin scientia

Page 6: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

6

(pengetahuan) dan scire (mengetahui dan belajar). Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan, bahwa Ilmu merupakan pengetahuan tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode tertentu yang dapat digunakan untuk menjelaskan gejala-gejala tertentu di bidang (pengetahuan) itu (KBBI, 1994: 370). Kemudian Suriasumantri menjelaskan bahwa ilmu merupakan salah satu dari buah pikiran manusia, kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu (Suriasumantri 1991: 3, 4). Kata ontologi berasal dari perkataan Yunani Ontos: ada, keberadaan. Dan logos: ilmu tentang, studi atau On= being, dan logos= logic. Jadi Ontologi adalah The theory of being qua being / teori tentang keberadaan sebagai keberadaan (Feldman,1976: 219). Suriasumantri menjelaskan, bahwa ontologi membahas apa yang ingin diketahui, seberapa jauh keingintahuan, atau dengan perkataan lain suatu pengkajian mengenai teori tentang ”ada” (Suriasumantri. 1985:5). Kemudian Dardiri menjelaskan ontologi adalah penyelidikan sifat dasar dari apa yang nyata secara fundamental dan cara yang berbeda di mana entitas dari kategori-kategori yang logis yang berlainan (obyek fisis, hal universal, abstrak) dapat dikatakan ”ada” (Dardiri,1986:17). Dari penjelasan ini dapat dipahami bahwa ontologi dipandang sebagai teori mengenai apa yang ”ada”. Dalam konteks dengan ilmu keramik akan ditelusuri dari sejarah keramik. Menurut Suriasumantri, epistemologi, atau teori pengetahuan, membahas secara mendalam segenap proses yang terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan. Metode inilah yang membedakan ilmu dengan buah pikiran / pengetahuan yang lainya (Suriasumantri. 1985: 9). Keramik sebagai ilmu akan diperjelas lebih lanjut dalam tinjauan aksiologi. Aksiologi terdiri kata aksios berarti layak, pantas, dan logos yang berarti ilmu, studi mengenai. Aksiolgi yang artinya studi mengenai hal yang layak (meliputi analisis nilai-nilai). Menurut Bakhtiar, beberapa pengertian tentang aksiologi seperti berikut ini: Aksiologi berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai dan logos berarti teori. Jadi Aksiologi berarti teori tentang nilai.

1. Aksiologi juga diartikan teori nilai yang berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang diperoleh.

2. Aksiologi terbagi dalan tiga bagian; Pertama merupakan produk moral; Kedua ekspresi keindahan; Dan ketiga kehidupan sosial politik.

Sebagai ilmu, seni keramik harus dapat diajarkan. Misalnya di Sekolah dari TK, SD, SMP, SMU atau SMK baik sebagai mata pelajaran atau ekstrakurikuler (ketrampilan atau senirupa atau membentuk atau kerajinan) maupun di sekolah khusus keramik pada tingkat menengah seperti SMIK atau SMSR atau SMK.

Pada perguruan tinggi, ilmu keramik bisa masuk sebagai mata kuliah penunjang atau pengkayaan jurusan & fak-fak tertentu atau mata kuliah khusus yang dikelola oleh program studi keramik, semua itu terdapat dalam kurikulum yang akan membentuk profil lulusan yang diinginkan oleh perguruan tinggi. Disiplin ilmu keramik pada pendidikan Sarjana (S1) pada Fakultas Seni Rupa dan Desain, bisa masuk di Jurusan Seni Murni atau Kriya atau Desain dengan Program Studi Keramik. Dimasukkannya ilmu keramik sebagai salah satu cabang ilmu senirupa yang mempelajari tentang seluk beluk penciptaan barang atau produk keramik khusus seni (art) mulai dari seni murni (kesenimanan), desain keramik pakai - fungsional (produk guna-pakai massal atau industri) dan keramik kerajinan atau kriya seperti: perabotan rumah tangga, benda hias dan lain-lainnya, semuanya sebagai penunjang aktivitas manusia. Keramik sebagai mata kuliah mayor (utama) tersirat pelajaran yang bersifat paket dan mempunyai fleksibelitas yang tinggi, tergantung dari kreatifitas pengajar dan perkembangan zaman atau kepentingan ilmu serta

Page 7: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

7

sesuai pula dengan kebutuhan masyarakat pengguna. Sedangkan sebagai mata kuliah minor memberikan tambahan ilmu sesuai pilihan atau minat mahasiswa, untuk memperkaya dan memperluas wawasan keilmuan sebagai bekal nantinya hidup dimasyarakat.

Khusus ilmu dan profesi keramik tertuang dalam mata kuliah mayor keramik, dengan materi mulai dari pengolahan bahan mentah berupa material tanah (lempung), lalu teknik-teknik pembentukan sederhana dan masinal (industri massal), mempelajari tungku dan sistem pembakaran, mempelajari kimia glasir sampai pada keterampilan teknik proses pembuatan produk keramik. Juga praktek kerja dilapangan baik dalam bentuk teori maupun praktek. Sebagai tambahan wawasan diberikan juga minor desain. Kemampuan berolah keramik yang didasari ilmu seni dan teknologi, diharapkan lulusannya dapat memiliki keahlian yang profesional dalam ilmu keramik, seni rupa dan desain. Sehingga semua mata kuliah yang diberikan merupakan kompetensi dasar yang dapat dikembangkan menuju spesialisasi sesuai dengan kemajuan masyarakat dan perkembangan zaman.

Secara implisit paradigma ilmu keramik merupakan bidang lintasan strategis antara Ilmu Pengetahuan (sains), teknologi dan seni yang mengkonstruksi menjadi bangun keilmuan. Hal ini mengingat dalam lingkup yang lebih luas penciptaan keramik tidaklah semata-mata mengandalkan keahlian tangan (virtuosity), namun ditempuh dengan pemikiran yang sistematis dan terarah dengan menggunakan metode-metode tertentu serta didukung oleh seni, teknologi dan pengetahuan lainnya. Sehingga ilmu keramik dapat menyesuaikan untuk ditempatkan dibawah payung Institut atau Universitas atau di bawah bidang-bidang Teknologi, Seni, Keguruan, Kekeriyaan, Politeknik, Lingkungan, Produk dan lainnya.

Pengertian keramik pada umumnya adalah cakupan untuk semua benda yang terbuat dari tanah liat (lempung), yang mengalami proses kimia-fisika atau dipanaskan dengan suhu tinggi, baik oleh proses alam (contoh batu lahar, batu gamping, intan-berlian, marmer, dan lain-lain) maupun oleh pembakaran dengan panas api buatan dalam oven atau tungku (contoh piring, guci, dan lain-lain) sehingga mengeras.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka pengetahuan keramik sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia. Mengingat pengetahuan ini lebih berorientasi pada hal-hal yang bersifat praktis atau memiliki manfaat yang melingkup dua hal: yakni fisik dan psikhis; selain memberi solusi terhadap permasalahan yang muncul di masyarakat yang bersifat fisik berupa produk-produk keramik, juga memberi pertimbangan nilai keindahan dalam suatu produk yang terkait dengan masalah psikhis. Kebanyakan produk keramik yang diciptakan tidak bertentangan dengan kaidah moral, bahkan banyak produk keramik dipakai sebagai sarana upacara keagamaan (Hindu). Namun bagaimanapun juga keramik bisa berwujud apa saja, tergantung kemampuannya mengolah dan semua ini berpulang pada moral pelakunya, seperti seniman, perajin, desainer, pengusaha atau pengembang.

SEKILAS TENTANG LEMPUNG Di bumi unsur kimia terbanyak diperkirakan ada 4 unsur (90%) diantaranya terdiri dari oksida

(50%), silica (25%), alumunium (8%) dan besi (6%). Kira-kira 70% atau 80% dari kulit bumi terdiri dari batuan yang merupakan sumber tanah liat atau lempung. Pada ketebalan tanah 0,25 sampai 1 meter terdapat akar-akar dan sisa-sisa tumbuhan dan bahan organik lainnya yang membusuk, memberi warna dan sifat yang beragam pada tanah.

Page 8: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

8

Lempung atau tanah liat, berasal dari proses pemecahan geologis pada permukaan bumi secara alamiah. Lempung disebut juga sebagai produk pencuacaan dari feldspar. Berawal dari pendinginan bahan-bahan yang meleleh dan pijar dari perut bumi berupa magma atau lava leleh menjadi batu-batuan, yaitu batuan beku, batuan bentukan metamorf adalah bahan yang berubah karena tekanan panas dan air, juga berbagai sumber pegmatit dengan mineral yang kadar unsur tanahnya tinggi . Juga ada pula batuan sidemen yang bahannya berpindah dari tempat asal terbentuk yang terbawa oleh angin, air (melalui sungai), salju / gletser dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah kemudian mengendap pada suatu tempat yang stabil menjadi lempung atau tanah liat, mika dan kapur, yang terdiri dari berbagai macam mineral, feldspat, silica, alumina dan lainnya. Ada beberapa macam bahan batuan, yang terjadinya berasal dari magma cair, kemudian membeku melalui proses pendinginan. Apabila pembekuan terjadi di dalam kawah (perut bumi) disebut batuan plutonik (granit) dan bila terjadi diluar kawah atau dipermukaan bumi disebut batuan effussi (batu apung / batu kembang). Batuan plutonik dan effussi disebut juga sebagai bahan beku atau karok (igneous rocks). Batuan beku yang telah mengalami perubahan-perubahan sifat karena pengaruh tekanan dan panas yang tinggi disebut batuan metamorfosa (metamorphic rocks) contohnya marmer, batu kapur kristalin yang berasal dari batu kapur kwarsa. Bahan yang terbentuk baik dari batuan beku maupun metamorfosa yang mengendap pada suatu tempat dan mengeras disebut batuan endapan atau sedimen (sedimentary rocks).

Lempung berdasarkan keadaan terdapatnya di alam bisa berupa bahan gembur (limpas) yang terdapat di alam jumlahnya cukup berlimpah dan tersebar luas, misalnya pasir kuarsa dan clay. Bisa juga berupa bahan batuan yang terdapat dalam struktur geologis yang terbatas seperti feldspar, mika dan quartzite. Dapat pula berupa bahan batuan padat yang di alam jumlahnya relatif besar seperti batu gamping, batu dolomite, batu pasir kuarsa dan sebagainya.

Tanah liat atau lempung terbagi menjadi 2 katagori yaitu: Pertama sebagai tanah liat residu atau tanah murni (primary clay) yang terdapat ditempat asal batuan itu terbentuk atau tanah belum berpindah tempat sejak terbentuknya. Pada umumnya tanah murni berwarna cerah atau putih atau putih-keabu-abuan dan krem, berbutir kasar dan sifatnya tidak plastis. Tanah primer ini terproses secara alamiah (bisa jutaan tahun) dengan tekanan yang tinggi (veldspaat), temperatur tinggi (feldspar) dan pelapukan kulit tanah (kaolin) serta termasuk pula hasil semburan lumpur panas dari dalam perut bumi. Katagori yang kedua, berupa tanah campuran (secondary clay), tanah liat endapan atau tanah sekunder yang terbentuk dari hasil proses perpindahan tempat oleh air, angin, gletser dan sebagainya, berbutir halus dan bersifat plastis serta tercampur dengan kotoran mineral (impurities). Pada umumnya tanah campuran ini warnanya beragam dan itu tergantung bahan lain yang banyak mencemarinya seperti cobalt menjadi kebiruan, mangan menjadi violet, chrome menjadi kehijau-hijauan, besi terlihat kemerahan dan lainnya. Disamping itu tanah jenis tersebut terdapat aneka proses geologis lainnya. Contoh tanah endapan adalah tanah limpah sungai, tanah marin (laut), tanah rawa, tanah danau dan tanah sawah.

Terjadinya lempung yang berasal dari proses peruraian batuan, terutama dari batuan beku yaitu proses hipogenik dan epigenik. Proses hipogenik terjadi di bawah permukaan bumi, biasanya oleh pengaruh uap panas yang mengandung larutan-larutan kimia. Proses ini dinamakan proses hydrothermal, khususnya untuk proses terjadinya kaolin yang disebut kaolinisasi. Proses epigenik terjadi di atas permukaan bumi, proses ini dikenal dengan sebutan pelapukan yaitu pelapukan fisika dan kimia. Pelapukan fisika umumnya oleh karena pengaruh panas, dingin, mekanis atau benturan dan jamur,

Page 9: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

9

sehingga batuan beku yang keras dan besar menjadi bagian-bagian yang kecil. Pasir-pasir halus hasil pelapukan fisika dilarutkan oleh pelapukan kimia yaitu terutama karena pengaruh adanya air dan udara, proses ini disebut pelapukan kimia.

Lempung adalah bahan bahan tanah sebagai hasil dari pemurnian batuan-batuan terutama feldspar dan yang mengandung senyawa alumina silikat hidrat (mineral lempung). Bahan ini akan plastis bila basah dan akan sangat keras seperti batu bila dipanaskan pada temperatur tinggi. Mineral lempung adalah senyawa alumina silikat hidrat yang mempunyai butir-butir sangat halus dan merupakan mineral yang dominan di dalam lempung, terdiri dari 3 kelompok yaitu kelompok kaolin, kelompok momorillonit dan kelompok yang mengadung alkali.

Lempung untuk bisa dimanfaatkan dengan baik sebagai bahan mentah keramik, maka bahan tanah tersebut dapat diusahakan dengan pemisahan bahan secara mekanis, yaitu dengan mencuci atau menghilangkan bahan mineral tambahan yang bersifat lemak dan kurang larut dari pada kuarsa. Bisa juga dengan pengendapan kimia, yaitu dengan memekatkan hidroksida karbonat. Usaha lainnya dengan pembilasan kimia, yaitu dengan pencuacaan lempung dari feldspar. Dan perubahan termal (panas) dengan pemekatan unsur tanah oleh perubahan termal batuan beku.

Bahan mentah keramik memiliki pengertian sebagai kumpulan mineral atau batuan dari mana barang-barang keramik dibuat, baik dari keadaan aslinya (alam) maupun setelah diproses (dibuat). Bahan mentah bisa berdasarkan asal bahan mentah yaitu bahan alam seperti kaolin, lempung, feldspar, kuarsa dsbnya. Lalu bahan buatan seperti borida, nitride, mullit, dsbnya. Bisa juga berdasarkan sifat keplastisannya, yaitu bahan plastis seperti ballclay, kaolin dan bentonit serta bahan non-plastis seperti feldspar, kuarsa, kapur, dolomite dsbnya.

Berdasarkan penggunaanya, bahan mentah keramik diperuntukan dalam pembuatan body (raga) keramik dan pembuatan perwarna atau glasir keramik. Bahan mentah juga berdasarkan fungsinya didalam membuat suatu komposisi bahan keramik yaitu sebagai bahan yang bersifat sebagai pembentuk (kerangka), bahan pengikat (gelas) dan sebagai bahan pelebur (flux) yang menurunkan suhu bakar bahan secara menyeluruh. Tentu saja untuk menjadikan bahan mentah yang siap pakai diperlukan bahan-bahan penolong seperti air, minyak, bahan perekat, bahan elektrolit dan sebagainya. Dalam proses pembakaran juga diperlukan bahan-bahan kondisioner untuk suasana pembakaran yang bersifat oksidasi, reduksi, mert dan dalam proses pengglasiran.

Lempung sebagai bahan mentah keramik diperlukan keplastisan, adalah suatu sifat bahan basah yang dapat diberi bentuk tanpa mengalami retak dan bentuk yang dibuat tetap dapat dipertahankan setelah tenaga pembentuk dilepaskan. Sifat ini sangat mutlak atau penting dalam pembentukan barang-barang keramik. Lempung basah mempunyai sifat-sifat tersebut, maka lempung merupakan bahan pokok dalam pembuatan keramik, terutama untuk benda seni dan kerajinan.

SEKILAS TENTANG GLASIR KERAMIK

Glasir merupakan lapisan gelas tipis yang kontinyu melekat pada permukaan barang keramik,

yang umumnya dibuat dari campuran bahan-bahan silikat yang melebur pada pembakaran tertentu.

Page 10: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

10

Sifat fisik maupun kimia dari glasir hampir sama dengan gelas yaitu keras, licin, awet, tidak tembus air, tidak larut kecuali dalam asam florida (basa kuat lainnya) dan impermeable terhadap gas maupun cairan. Seperti halnya gelas, glasir tidak mempunyai ikatan molekul yang tegas, tetapi terdiri dari ikatan yang kompleks dan sifatnya mirip dengan larutan “lewat dingin” atau undercooled solutions.

Glasir mempunyai tekstur permukaan berwarna atau tidak berwarna, bias juga transparan, translusen (opak), matt atau dof (tidak mengkilap), yang sangat efektif dipergunakan sebagai unsur dekorasi atau ungkapan ekspresi para seniman (keramikus). Glasir mempunyai banyak fungsi, yang beberapa diantaranya tidak dapat diukur sifatnya.

Glasir keramik pada hakekatnya sama dengan gelas, yaitu keduanya dibuat dari bahan yang sama dari pasir kwarsa atau silika. Prosesnya pun sama yaitu dengan pembakaran suhu tinggi. Untuk mengerti apa sebenarnya gelas dan glasir, harus diketahui apa yang terjadi dalam proses pelelehan bahan dan gejala bahan untuk berkristal. Masalahnya adalah suhu atau temperatur sesuatu bahan padat yang tidak organis, ada yang berupa cairan, gas dan wujud padat / pasir / tepung serta tergantung pada tinggi suhu bakar. Misalnya air yang dikenal berwujud padat yaitu berupa es pada suhu di bawah 0°C, berupa cairan bila di atas 0°C sampai 100°C dan bila di atas 100°C air berupa uap (menguap) selanjutnya sebagai gas. Demikian pula dengan bahan padat seperti batu-batuan, pada suhu yang sangat tinggi seperti yang terjadi di dalam perut Bumi batu-batuan itu berupa cairan, bahkan pada suhu yang lebih tinggi lagi akan menjadi gas. Biasanya bahan cair suhu tinggi menjadi dingin, dan bahan tersebut terlihat mengkristal / membeku / memadat / membatu. Dalam keadaan kristal, molekul-molekul bahan akan tersusun dalam pola-pola yang berulang secara 3 dimensional berupa struktur. Tiap-tiap bahan membentuk kristal-kristal dengan bentuk dan susunan yang berbeda-beda.

Bagaimana caranya bahan berkristal ? Sebagai contohnya adalah gula dan garam, yang masing-masing memiliki pola sendiri-sendiri. Apabila bahan kristalin dipanaskan, ikatan diantara molekulnya terpecahkan. Dan molekul-molekul menjadi lepas, tidak lagi terikat satu sama lain. Bahan-bahan yang meleleh tidak memiliki struktur yang kristalin. Saat menjadi dingin molekul itu menjadi jaringan yang teratur dan membeku, jadi padat dan kembali menjadi kristal.

Untuk mengerti sebaik - baiknya apa yang disebut glasir, pertama - tama harus mengetahui apa yang disebut gelas itu. Gelas dapat disebut sebagai bahan yang transparan (yang tembus oleh cahaya) dan terbentuk dari pendinginan suatu lelehan bahan – bahan bumi, khususnya bahan silica dan berupa bahan yang tidak berbentuk kristal. Untuk mengenal sifat gelas sebaiknya harus meninjau masalah pelelehan dan pembentukan kristal (kristalisasi) waktu pendinginan.

Pada umumnya apabila suatu bahan dari bumi dipanaskan cukup tinggi, maka bahan itu akan meleleh dan sewaktu dingin kembali bahan itu akan berbentuk kristal. Memang kabanyakan dari bahan – bahan bumi berstruktur kristal. Dan dalam bentuk kristal, molekul – molekul dari bahan itu tersusun menurut pola – pola tertentu yang berulang – ulang. Pada waktu bahan yang berbentuk kristal dipanaskan, ikatan molekul itu akan terpacah. Molekul – molekul itu akan lepas dari susunan menurut pola tadi dan apabila sampai dalam keadaan cair maka disebut lelehan, karena suatu lelehan tidak memiliki kristal – kristal atau struktur kristal. Pada umumnya bahan-bahan diwaktu menjadi dingin molekul – molekulnya akan mulai lagi menyusun diri menurut pola kristalnya dan jika bahan itu membeku akan berbentuk kristal lagi.

Page 11: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

11

Ada kalanya suatu bahan yang meleleh menjadi cairan waktu mendingin dan membeku kembali tidak berbentuk kristal, sehingga tetap memiliki sifat – sifat cairan. Cairan yang membeku demikian adalah gelas, sehingga dapat dianggap bahwa gelas itu sebagai “cairan” yang mendingin dan membeku tanpa re – kristalisasi. Adapun oksida yang membeku demikian itu dan menjadi gelas adalah Silika.

Silika adalah bahan dasar untuk membuat gelas. Silika leleh pada suhu 1710°C suatu suhu yang cukup tinggi, didalam alam jarang sekali terdapat gelas alam. Salah satu gelas adalah Obsidian. Gelas yang dibuat dari pasir kwarsa atau silika yang berada dalam keadaan kristalin. Dan dalam pemanasan tinggi seperti pasir kwarsa yang meleleh dan tidak lagi berbentuk kristalin, cairan ini didinginkan secara khusus hingga menjadi padat. Dan bahan padat gelas tidak menjadi kristalin lagi, juga memilki karakteristik seolah seperti cairan. Cairan dimaksud adalah cairan yang membeku yang bersifat solid (padat) dan disebut gelas. Jadi gelas adalah: “Cairan yang membeku menjadi padat (solid) tanpa re-kristalin”. Bahan silika yang menjadi bahan utama gelas, bila didinginkan tidak berkristal kembali, yaitu berada dalam bentuk cairan yang disebut amorphous, sebagai gelas. Dan proses pencairan silika menjadi gelas disebut fitrifikasi (penggelasan). Adakalanya cairan glasir biasa membeku padat dan kembali menjadi kristalin, kejadian ini dinyatakan sebagai de-fitrifikasi. Untuk menjadi gelas yang bening / transparan dan tembus cahaya, cairan silika yang meleleh dalam proses pendinginannya tidak boleh mengalami de-fitrifikasi.

Di atas telah dikatakan bahwa glasir keramik pada hakekatnya adalah “gelas”, akan tetapi walaupun glasir itu adalah gelas, komposisi bahannya memang agak berbeda karena fungsinya adalah sabagai pelapis suatu benda keramik. Glasir pada prinsipnya harus melekat pada suatu benda keramik, sedangkan gelas dibentuk secara langsung dari lelehan bisa berupa botol, gelas, kaca, dan lainnya. Dengan demikian lelehan gelas itu harus agak cair.

Pada keramik, glasir itu tidak boleh meleleh turun dari benda yang dilapisi sehingga glasir itu harus lebih kaku. Glasir dibuat dari bermacam – macam campuran bahan baku yang belum meleleh dan campuran itu dicairkan dengan air kemudian dilapiskan merata pada permukaan benda keramik, dimana bahan tersebut akan meleleh ditempat (dalam tungku / oven) waktu dibakar.

Gelas dibuat dari campuran bahan Silika dengan bahan – bahan tambahan untuk menurunkan suhu pembakaran yang seluruhnya dilelehkan dulu menjadi cairan, dan kemudian pada saat cair itu dibentuk menjadi bermacam – macam benda.

Di atas telah dikatakan bahwa glasir itu tidak boleh terlalu cair sehingga akan turun dari benda yang dilapisi. Glasir itu harus lebih kaku dan hal tersebut dapat dicapai dengan membubuhkan alumina kedalam glasir. Alumina ini mempertinggi viskositas (viscous = lengket, liat) dari glasir. Dengan demikian glasir yang pada hakekatnya adalah ‘gelas’ tersebut dibuat dengan bahan dasar untuk gelas yaitu Silika beserta dengan bahan pelapis tambahan lainnya untuk menurunkan suhu pembakaran glasir, diperlukan juga bahan alumina untuk membuatnya lebih liat serta melekat pada benda keramik yang dilapisi.

Glasir adalah lapisan berupa gelas yang telah dilelehkan setempat pada permukaan benda keramik, sehingga membuat benda yang dilapisi itu menjadi halus dan tidak berpori, serta bisa diberi warna atau tekstur menurut kehendak si pembuat.

Page 12: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

12

Glasir harus melekat pada benda keramik yang akan dilapisi. Untuk mencapai itu ada 3 komponen yang diperlukan, misalnya pasir kwarsa / silika sebagai bahan gelas; lalu bahan peleleh (flux) yang dapat mempercepat pelelehan dan menurunkan titik lebur / titik leleh seluruh bahan glasir; Dan diperlukan pula bahan yang memungkinkan glasir itu dapat melekat dan bersatu dengan body benda keramik, berupa bahan tanah liat.

Dengan demikian dalam pembuatan glasir telah dapat ditetapkan komponen dasar yang umumnya dipakai para keramikus sebagai berikut:

a) terdiri dari komponen bahan pembentuk gelas, misalnya: pasir kwarsa murni atau silika --- SiO2

b) terdiri dari komponen flux atau bahan peleleh (pelebur), misalnya: oksida-oksida yang titik leburnya relatif rendah; dan

c) terdiri dari komponen pelekat, yang merupakan kerangka glasir yang sifatnya sama dengan bahan body benda keramik yang akan dilapisi (unsur tanah liat) misalnya: alumina --- Al2

.2SiO2 .2O2

Menurut Brian Alexander yang mengemukakan bahwa diperlukan 3 macam bahan mentah dalam membuat glasir , yaitu :

1) Gelas forma (Glass former) adalah bahan mentah untuk membuat bahan seperti kaca (silika),

2) Stabilisator (stiffener) adalah bahan mentah untuk mencegah meleleh (alumina) sebagai kerangka.

3) F l u x s (pelebur) adalah bahan yang membuat melebur bahan-bahan di atas (1&2), melebur dan meleleh di dalam suhu yang lebih rendah ( Brian Alexander, 2001: 44 ).

Selanjutnya untuk dapat membuat glasir diperlukan pengetahuan khusus (tersendiri) yaitu tentang jenis-jenis glasir, bahan-bahan baku glasir, rumus- perhitungan-formula dan resep-resep glasir.

RAGAM JENIS KERAMIK

Untuk memudahkan pembahasan keramik, perlu kiranya dikelompokkan yang pembagiannya berdasarkan segi bahan (material) dan mutunya, lalu dari segi pembuatnya, kemudian dari struktur dan kegunaannya.

A. Segi Bahan dan Mutu

1) Gerabah atau terracotta (Bhs. Itali = tanah liat bakar), earthenware (Bhs. Inggris), aardewerk (Bhs. Belanda), terbuat dari tanah liat yang plastis dan mudah dibentuk dengan tangan, yang dibakar di bawah suhu 1000º C. Keramik jenis ini struktur dan teksturnya rapuh, kasar dan terdapat pori-pori, sehingga untuk dapat kedap air biasanya dilapisi glasir, semen, cat atau bahan pelapis lainnya. Gerabah termasuk golongan keramik yang berkualitas rendah. Sebutan “gerabah lunak” karena dibakar dibawah 1000°C dan disebut “gerabah keras” karena dibakar 1000°C. Contoh gerabah misalnya: bata, genteng, paso, periuk, anglo, celengan, pot, kendi, gentong, dan lain-lain. Genteng-genteng yang terbaru kini telah berglasir warna-warni yang cukup menarik dan menambah kekuatan dan mutunya. Ada pula sebutan “gerabah halus” dikarenakan pembuatannya halus dan tampak indah atau hiasannya menonjol. Sedangkan disebut “gerabah kasar” disebabkan tanpa hiasan atau polos, misalnya bata. Sebutan sebagai “gerabah padat” karena dibakar sampai 1200°C.

Page 13: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

13

2) Keramik Batu atau stoneware (Bhs. Inggris), steengoet (Bhs. Belanda), terbuat dari campuran tanah plastis dengan tanah refractory (tahan suhu tinggi) sehingga pembakarannya pun meningkat dari suhu pijar 1200ºC hingga 1300ºC. Seperti nama yang disandangnya, sebagai “keramik batu”, benda jenis golongan ini mempunyai struktur dan tekstur yang kokoh, kuat, padat dan berat seperti batu. Keramik batu ini termasuk golongan keramik kualitas madya atau menengah. Jenis keramik ini sering disebut pula sebagai “gerabah padat” yang dipijar sampai suhu 1200ºC.

3) Porselin atau poslen, porcelain (Bhs. Inggris), termasuk jenis keramik bakaran tinggi suhu pijar 1350º C atau 1400º C bahkan ada yang lebih tinggi lagi hingga 1500ºC. Bahan yang dipergunakan adalah lempung murni berwarna putih / terang yang bersifat refractory seperti kaolin (Bhs. China: Kaoling), alumina dan silika. Badan porselin setelah dibakar berwarna putih dan bahkan bisa tembus cahaya dan seringkali disebut sebagai “keramik putih”. Pengembara Venesia, Marco Polo, menciptakan nama porselin ketika pertama kalinya melihat bahan ajaib itu di Asia, yaitu dalam perjalanannya ke Istana Kublai Khan. Ia menamakannya “porcellana” atau kulit kerang karena permukaannya seperti gelas dan keras (Herman, 1984:6). Porselin yang tampaknya tipis dan rapuh, sebenarnya mempunyai kekuatan, dimana struktur dan teksturnya padat dan rapat serta keras seperti gelas, karena dipijar suhu tinggi dan terjadi vitrifikasi (penggelasan). Secara teknis, keramik ini mempunyai kualitas yang tinggi dan bagus, disamping mempunyai daya tarik khusus dalam hal keindahan dan kelembutan khas porselin. Juga bahan porselin yang putih tersebut sangat peka dan cemerlang terhadap warna glasir serta semakin tinggi suhu pijarnya semakin nyaring bunyinya bila body keramik di pukul/terbentur benda logam.

4) Keramik Baru atau New Ceramic, adalah jenis keramik yang bersifat teknis (Sumitro: 1984) , diproses untuk keperluan teknologi (canggih) seperti peralatan mobil (busi), perlengkapan listrik (zekering, kompor), bahan konstruksi, piranti komputer, dapur tinggi, cerobong pesawat, kristal-optik, keramik-metal (cermet), keramik-multilapis, keramik-multifungsi, komposit-keramik, silikon, bio-keramik, keramik- magnetik, gigi porselin, dan lain-lain. Bentuk dan material keramik disesuaikan dengan keperluan yang bersifat teknis, seperti tahan benturan, tahan gesek, tahan panas, tahan dingin, isolator, pelapis, piranti lunak atau komponen teknis lainnya.

B. Dari Segi Pembuatan

1) Keramik rakyat / tradisi, jenis keramik ini terdapat dimana-mana, terutama dipedesaan yang dibuat secara turun temurun dengan teknik sederhana atau tradisional sebagai pekerjaan tangan (kerajinan) yang cenderung sebagai industri rumah tangga. Produk keramik ini meliputi peralatan rumah tangga, peralatan upacara, benda hias, cenderamata dan lain sebagainya. Keramik tradisional ini umumnya memiliki pasar untuk masyarakat golongan bawah dan menengah. Namun demikian pada perkembangannya telah mampu menembus pasaran ekspor, hotel dan restoran, pariwisata dan kelompok pecinta lingkungan serta golongan tertentu.

2) Keramik industri, diproduksi oleh pabrik-pabrik secara masinal dengan memanfaatkan teknologi canggih yang sifatnya padat modal, mengutamakan pembuatan benda-benda keperluan umum dan yang bersifat teknis serta memiliki nilai ekonomi. Di samping itu keramik jenis ini dirancang secara massal (mass-product) bersifat praktis dan fungsional dengan pasaran masyarakat luas dan untuk keperluan ekspor. Keramik industri banyak melibatkan para desainer dan insinyur sebagai tim kerja.

Page 14: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

14

3) Keramik seni, adalah hasil karya para seniman, desainer, perajin, keramikus, baik secara individu maupun kelompok sanggar-sanggar atau studio. Keramik jenis ini memiliki ciri khusus adanya penonjolan keindahan atau ekspresi tersendiri. Benda seni ini tidak terikat oleh kegunaan tertentu, tetapi dibuat lebih banyak berdasarkan kesenangan, bersifat eksklusif dan unik. Produksi benda keramik seni sangat terbatas, bahkan bersifat “tunggal” atau satu-satunya di Dunia, sehingga kepemilikannya dapat membuat kebanggaan tersendiri. Keramik jenis ini pasarannya hanya pada masyarakat golongan tertentu saja, yakni orang-orang yang tertarik atau yang berminat saja.

C. Dari Segi Struktur

1) Keramik berat, adalah jenis keramik yang memiliki struktur dan tekstur yang kasar serta berbobot (relatif berat). Keramik yang rapuh dan berpori-pori termasuk juga dalam kelompok ini. Produk “ keramik berat” ini contohnya adalah mortar, bata, hong, semen, gibs, benda tahan api (bata api), abrasive, insulator dan lain sebagainya.

2) Keramik halus, adalah produk keramik yang mempunyai kesan halus dan lembut, berbobot ringan, strukturnya kokoh dan kuat, benda kedap air, juga benda yang memiliki nilai keindahan dan seni. Contoh “keramik halus” seperti porselin, saniter, kaca, glasir, ubin atau tegel keramik, peralatan makan dan minum (tableware), vitrous teknik, keramik-metal, sircon, patung, guci, vas bunga, kap lampu, pewadahan IC pada komputer dan elektronik, kristal dan lainnya.

3) Keramik galian, meliputi bahan-bahan mentah dan galian seperti kaolin, feldspar, silika, sircon, gibs, kapur, bauxite, ballclay, batu bara, marmer, pumice, magnesit, lempung, silimanit, andalusit, titan, timbel, nikel, mangan, alumunium dan lain sebagainya.

D. Dari Segi Kegunaan

1) Keramik pakai, meliputi benda-benda yang bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari (handled). Barang pakai-guna ini senantiasa berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, yang mengutamakan fungsi pakainya. Contoh benda pakai seperti piring, cangkir, mangkuk, saniter, wastafel, kap lampu, tempat perhiasan, teko, kendi, zakering, fitting, periuk, pemanggang sate dan lain sebagainya.

2) Keramik teknis, adalah keramik untuk keperluan teknis (teknologi) misalnya untuk keperluan mesin (onderdil) mutakhir seperti glow plug dan hot plug dari mesin diesel, ujung lengan rocker (Mitsubishi), turbo charger (Nissan), bata tahan api, semen api, alat tenun porselin, busi motor dan mobil, landasan kumparan kompor listrik, sircon lapisan luar pesawat antariksa dan lapisan dalam cerobong roket atau pesawat (combustion area), ceramic-metal (cermet), pewadahan IC elektonik dan komputer, gelas-keramik alumunium silikat, material multifungsi, bio-keramik untuk kesehatan dan ilmu kedokteran, metalurgi dan sebagainya.

3) Keramik psikhis, adalah keramik yang cenderung sebagai benda spiritual atau benda ungkap atau benda kejiwaan, seperti benda kubur, benda hias, peralatan upacara agama atau adat, benda ekspresi, benda seni, patung-patung, keramik lukisan, relief, benda kriya (kerajinan), termasuk benda arkeologi atau benda bersejarah dan lain sebagainya.

PENGERTIAN SENI RUPA DAN DESAIN

Page 15: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

15

a) Pengertian Seni Rupa

Seni lain yang beralih ke keramik dan untuk mencoba menyelami arti dari keramik di dalam ke-

senirupa-an, maka harus jelas juga cara memandang peranan material lempung sebagai medium senirupa. Sebagai medium senirupa yang menghasilkan karya-karya yang disebut keramik tidak lepas dari yang dikenal selama ini yaitu materi yang disebut tanah liat atau lempung, sehingga sangat berperanan dalam seni keramik. Kemudian materi itu diwujudkan dalam bentuk tertentu atau tekanan pada pengertian bentuk tertentu, karena materi tanah liat itu diwujudkan dalam bentuk yang dikenal umum sebagai gerabah atau pottery. Dan yang jelas bentuk-bentuk gerabah atau pottery itu memang merupakan bentuk yang khusus, tidak meniru alam, tetapi timbul karena keinginan atau akan kebutuhan yang bersifat fisik yaitu sebagai “wadah”.

Salah satu ciri dari bentuk-bentuk khusus yang disebut pottery adalah adanya rongga-rongga pada setiap bentuk pottery yang diciptakan, didalam proses pembentukkan dengan menggunakan teknik pembentukkan yang khusus pula. Yaitu teknik pembentukkan yang dikenal sebagai pemutaran, teknik pembentukkan dengan tangan, baik itu dengan teknik pijat pinching atau teknik coil, maupun teknik yang lebih lanjut dikenal sebagai teknik cetak dan teknik cor. Semua macam-macam teknik itu, memungkinkan untuk membuat benda dengan bentuk-bentuk khusus yang selalu “berongga” atau memiliki “ketebalan” dinding merata seperti tegel atau ubin. Dan dalam hal ini bentuk “khusus” yang demikian itu dimungkinkan karena sifat meteri yang khusus pula, ialah adanya sifat yang plastis dari tanah liat.

Apabila dipelajari hakekat dari maksud dan tujuan pembuatan benda-benda yang dibuat dengan materi tanah liat itu di masa lampau, maka akan berkesimpulan bahwa pada “hakekat”nya benda-benda yang dibuat dari bahan keramik (tanah liat) itu adalah benda “pakai” atau “wadah”.

Benda keramik dibuat dengan tujuan praktis, yaitu sebagai benda yang dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari, memenuhi kebutuhan dalam hidup; baik sebagai wadah yang dibutuhkan untuk makan dan minum yang digolongkan sebagai kebutuhan yang bersifat material. Namun demikian dapat dilihat pula bahwa ada kebutuhan dalam hidup yang bersifat non-material, karena menyangkut kebutuhan mengenai kejiwaan dan digolongkan sebagai kebutuhan spiritual. Dalam hal ini keramik telah digunakan pula untuk memenuhi kebutuhan spiritual tersebut, antara lain dengan pembuatan berbagai macam benda yang berupa mainan maupun benda sebagai pemujaan dan upacara-upacara yang bersangkutan dengan kepercayaan atau keperluan agama (Hindu). Benda-benda ini antara lain banyak yang berupa patung-patung kecil (figurin) yang dibuat dari bahan keramik. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwa sejak zaman dahulu kala bahan keramik telah dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan material maupun spiritual dari manusia. Berbagai macam bentuk jembangan, cawan, periuk, mangkok dan benda pakai-pakai lainnya telah dibuat dari bahan keramik sejak zaman pra-sejarah sampai sekarang. Berbagai macam bentuk mainan berupa boneka-boneka, celengan, hiasan telah dibuat dengan bahan keramik untuk mengisi kebutuhan akan benda-benda yang tidak semata-mata untuk dipakai sebagai wadah, melainkan sebagai benda yang mengisi kebutuhan akan keindahan dan kebutuhan lainnya yang bersifat spiritual.

Pada bangsa-bangsa primitif dapat dilihat pula bahwa benda-benda yang dibuat dari bahan keramik itu banyak yang dipergunakan sebagai benda-benda ritual dalam keagamaan, yaitu dalam pemujaan nenek moyang / dewa-dewa baik berupa patung maupun bentuk lainnya. Bahkan dalam beberapa agama / kepercayaan hingga sekarang benda-benda keramik sebagai benda ritual masih banyak

Page 16: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

16

dipergunakaan contohnya dalam agama Hindu di Bali. Memang, pada akhirnya keramik dipergunakan dalam pembuatan benda-benda yang bersifat profan atau sekuler maupun sakral.

Perkembangan pembuatan benda-benda keramik selanjutnya menunjukkan bahwa benda-benda yang berupa pottery yang semula bertujuan praktis sebagai benda keperluan sehari-hari, suatu ketika berubah karena kehadiran nilai-nilai tertentu pada benda-benda pakai tersebut, yang digolongkan sebagai nilai seni. Mangkuk-mangkuk atau periuk-periuk yang semula digunakan untuk wadah dalam kehidupan sehari-hari, pada suatu ketika fungsinya berubah menjadi benda yang tidak lagi dipakai sebagai wadah, melainkan dikagumi oleh karena dianggap memiliki keindahan, bentuk yang has, karena warnanya atau karena hiasannya yang indah. Benda tersebut fungsinya beralih, dari benda pakai menjadi benda seni yang dikagumi karena keindahannya. Kini benda itu dihargai sebagai benda seni yang harus disimpan baik-baik, beralih tempatnya dari dapur ke tempat penyimpanan yang dibanggakan di ruang tamu. Disamping benda-benda yang sudah dibuat khusus sebagai benda hias yaitu berupa patung-patung keramik kecil, dapat dilihat pula bahwa benda-benda khusus keramik yang berupa pottery pun fungsinya berubah menjadi benda seni.

Sesungguhnya orang-orang yang membuat benda keramik pakai pada masa lalu sebenarnya adalah perajin atau tukang-tukang ahli, yang sama sekali tidak bertujuan membuat karya seni. Yang dilakukan oleh mereka adalah sebenarnya suatu pemecahan mengenai soal yang praktis-praktis saja, yaitu membuat sebuah benda dengan sebaik mungkin, jelas manfaat serta kegunaannya dengan cara yang teratur dan harmonis. Mereka sama sekali tidak memikirkan soal estetika, mereka hanya mencari ketepatgunaan. Para tukang ahli seperti itu dizaman dahulu tidak pernah dijuluki seniman. Dan hasil karyanya tak pernah dipersoalkan mengenai keindahannya seperti sekarang. Oleh karena tumbuhnya keindahan pada waktu itu dianggap sebagai suatu pertumbuhan yang natural, dianggap sebagai sesuatu yang sudah dengan sendirinya harus hadir.

Kini setelah memasuki suatu fase yang berlainan dalam sejarah seni. Kondisi sosial dan ekonomi, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa pembaharuan-pembaharuan, penggunaan bahan-bahan baru dan teknik pengerjaan yang juga baru. Semua perkembangan tersebut dengan sendirinya membawa pengaruh terhadap pandangan mengenai penggunaan bahan keramik terutama pada produk benda pakai. Keramik tidak lagi satu-satunya bahan untuk benda pakai kebutuhan sehari-hari. Kini banyak bahan baru yang menggantikannya, yang harganya lebih murah seperti dari bahan plastik dan melamin serta sintetis lainnya, yang lebih tahan dan mudah pengerjaannya secara massal. Karena keramik memiliki mutu yang tinggi dengan keindahannya, disamping menggunakan bahan tanah yang khas, maka keramik masih tetap menjadi pilihan alternatif dan tetap diolah sebagai bahan industri massal untuk keperluan produk pakai fungsional seperti barang pecah belah terutama porselin.

Pembuatan keramik sebagai pekerjaan tangan, kini sifatnya berubah menjadi terbatas pada pembuatan barang dengan jumlah yang juga terbatas, bertujuan lebih khusus dengan penekanan sifat yang lebih khas pula. Benda keramik dari jenis ini tergolong sebagai benda pakai yang eksklusif. Penggunaan bahan keramik yang demikian itu menempatkannya pada penempatan taraf yang lebih tinggi dari produksi massal yang biasa. Penggunaan bahan keramik hasil pekerjaan tangan secara sadar lebih diarahkan kepada pembuatan benda yang bersifat estetik (keindahan) dan artistik (ungkapan seni dari seniman) dan tidak pada pengisian kebutuhan yang bersifat praktis. Dengan demikian keramik meningkat menjadi seni keramik untuk menunjukkan perbedaan-perbedaan kepentingan, baik itu sebagai seni

Page 17: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

17

murni, seni kriya dan seni pakai serta keramik jalur industri dimana segi fungsional atau segi teknis tetap menjadi tujuan utama.

Dalam perkembangan sejarah keramik, telah ditunjukkan bahwa benda-benda fungsional yaitu benda pakai bisa saja memiliki kualitas estetis disamping kualitas fungsional, sehingga dapat saja dikatakan bahwa pada benda pakai semacam itu disamping memiliki kualitas fungsi rasional terdapat pula kualitas yang manusiawi. Memang pada umumnya dapat dikatakan pula bahwa benda-benda pakai yang telah memenuhi fungsinya dengan sempurna, seringkali memiliki bentuk yang memang sesuai dengan fungsinya itu. Kesempurnaan fungsi harus diiringi dengan kesempurnaan bentuk. Dengan demikian dalam pembuatan benda pakai secara massalpun segi estetis mendapat perhatian pula dalam desain bentuk tersebut.

Mengingat perkembangan yang demikian dalam dunia perkeramikan, ada beberapa arah perhatian dalam penggunaan bahan keramik sebagai berikut:

Pertama : Penggunaan bahan keramik sebagai pekerjaan tangan yang telah ditingkatkan ketaraf seni. Dengan memperhatikan dan menggali tradisi-tradisi yang ada dan ekspresi seni, keramik tidak akan kehilangan ciri khas dan kualitasnya.

Kedua : Penggunaan bahan keramik sebagai industri massal, dengan mengutamakan fungsi sebagai tujuan dan persyaratan yang utama, disamping itu kualitas estetis yang diperpadukan dalam proses desain menjadi bagian penting untuk diperhatikan.

Selanjutnya ditelaah hal-hal apa yang tampak dari arah tersebut, maka dapat dilihat:

1. Peningkatan pengerjaan bahan keramik dengan tangan ketaraf seni yang hasilnya menjadi keramik seni, maka tidak terlalu terikat mengenai persyaratan tentang fungsi dan kegunaan. Benda keramik yang dibuat harus memiliki nilai-nilai tertentu, apakah sebagai benda kriya atau seni murni. Tetapi bila harus menjadi benda seni, tidak cukup hanya memiliki kualitas estetis saja, melainkan harus hadir pula nilai-nilai yang disebut nilai artis-tik. Sebagai karya seni, produk tersebut harus merupakan kehadiran tersendiri atau eksistensi pribadi, karena sifat-sifatnya yang juga bersifat khusus individual. Sifat-sifat tersebut hadir dalam hasil ciptaan dan akan terdapat atau muncul pada bentuknya atau teksturnya atau glasirnya dan warnanya. Secara terpadu merupakan kesatuan yang tak dapat dikurangi atau ditambah lagi, dengan perkataan lain merupakan ekspresi atau ungkapan si pembuat.

2. Benda-benda keramik pakai hasil industri sering disebut juga sebagai hasil seni industri, apabila memiliki kualitas menurut persyaratan seni. Dalam pembuatan seni industri tidak semata-mata menghadapi persoalan pembuatan benda seni, melainkan benda yang mempunyai kualitas keindahan dan sekaligus mempunyai fungsi pakai. Sehubungan dengan hal tersebut, ada pendapat yang mengatakan bahwa sesuatu benda yang telah memenuhi fungsi pakainya secara efisien adalah benda yang memiliki kualitas estetis dianggap sebagai pendapat yang keliru oleh karena nilai-nilai estetis tidak ditentukan oleh fungsi saja. Pengertian mengenai produksi industri adalah suatu system industri yang menggunakan alat-alat berupa mesin, yang menghasilkan benda-benda yang sama dan serupa, secara tepat dan seragam, sehingga tidak menunjukkan perbedaan-perbedaan individual dan tidak memiliki daya tarik pribadi. Pada saat mesin diintrodusir ke dalam industri timbul sebagai persoalan yaitu bagaimana dapat menguasai mesin itu. Benda-benda hasil mesin harus menarik bentuknya bagi si pembeli, karena memiliki suatu keindahan, dekorasinya yang menawan dan warnanya yang sesuai.

Page 18: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

18

IMAJINASI LINGKUNGAN (ALAM)

KEHIDUPAN

MATERIAL “FUNGSI” SOSIAL

SPIRITUAL “ ABSTRAK” BE NTUK / WUJUD

PRAKTIS “ T E K N I K” “ ILMU PASTI

KIMIA FISIKA BIOLOGI

M E S I N KONSTRUKSI KOMPONEN METALURGI ELEKTRONIK KOMPUTER, DLL

SENI MURNI SENI KRIYA SENI PAKAI

PRODUK & INDUSTRI

PENYEHATAN

MULTI FUNGSI

PROSES DAN ARAH PENGEMBANGAN SPESIALISASI ILMU KERAMIK

PENCARIAN PENGALAMAN KEBUTU- HAN PERASAAN METODE

PAKAI (GUNA)

K E R A M I K

SENI RUPA B A H A N TEKNOLOGI

D E S A I N

Page 19: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

19

Di zaman permulaan munculnya industrialisasi, telah disadari bahwa seni adalah factor komersial yang sangat potensial. Karena pada saat itu dianggap barang-barang yang paling ber-seni dan paling artistik-lah rupanya yang akan memenangkan pasaran. Oleh karena itu para industriawan mulai membeli seni seperti orang membeli sesuatu barang yang lepasan. Dan seni yang dibeli itu diterapkan begitu saja (applied) pada barang-barang hasil industrinya. Mereka membeli dan menerapkan seni dari berbagai periode seperti seni dari zaman klasik Yunani, seni Barok, Rococo dan lainnya lalu menerapkannya pada barang hasil produksi mereka dengan seenaknya saja. Tentu hal semacam itu merupakan tindakan yang keliru dan jelas tidak menunjukkan adanya pengertian terhadap persoalan yang sebenarnya. Pendapat keliru ini menduga bahwa seni adalah sesuatu yang lepas dan tidak ada hubungannya dengan produksi mesin, sehingga seni harus dibubuhkan atau ditempelkan (applied) pada benda hasil produksi mesin. Pada saat itu para industriawan belum menyadari bahwa masalah itu harus diatasi dengan perencanaan bentuk produk yang akan dihasilkan oleh mesin yang dikenal sekarang sebagai “Produk Desain” atau “Desain Produk” atau “Industrial Desain”.

Pada masyarakat agraris tradisional di masa yang lampau tidaklah membedakan antara seni, ilmu pengetahuan, teknologi dan keagamaan, melainkan lebih banyak menyatu dalam kehidupan sosial kemasyarakatan dan keagamaan itu sendiri. Indonesia pada peralihan zaman Batu ke zaman Perunggu, dikenal sebagai masa “Perundagian” yaitu suatu masa “kemahiran teknik” mengolah bahan dan mengukir logam, dan para ahli ketukangan disebut sebagai “Undagi”. Orang-orang “cerdik pandai” atau “orang bijaksana” atau “ahli-ahli” pada masa lampau di Indonesia sering pula disebut sebagai “Empu”, yaitu sebagai orang yang menguasai akan ilmunya atau “mumpuni”. Pada masa di kerajaan Hindu ada disebut Empu Gandring sebagai ahli pembuat keris, Empu Tantular sebagai cerdik pandai dengan kitab sastra “Sutasoma”, Empu Prapanca dengan kitab “Negara Kertagama” dan lain-lain. Bali yang merupakan bagian dari wilayah Majapahit, pernah memperoleh sekotak wayang dari Raja Hayam Wuruk, yang diterima oleh Raja Gelgel, Dalem Semara Kepakisan, seusai upacara pensucian roh (Srada) dari Rajapatni, nenek Hayam Wuruk, pada tahun 1362. Tersebutlan nama Raden Sangging Prabangkara (Putra Brawijaya terakhir), yang telah melakukan perubahan dan penyempurnaan warna-warna pada pakaian wayang sesuai dengan martabat ketokohannya, sehingga ahli senirupa atau desainer zaman Majapahit ini, namanya sering dipakai sebagai gelar atau sebutan untuk para ahli seni rupa atau perancang desain dengan sebutan “Sangging” atau “Sungging” atau “Prabangkara”. Pengertian “seni” bagi orang Jawa adalah “kencing” atau buang “air kecil” dan air kencing itu sering pula disebut sebagai “air seni”. Juga perkatan “seni” juga untuk menyatakan suatu benda berukuran “kecil” atau “mungil” atau “Jlimet” atau “rumit”. Orang Jawa sering pula menyebut suatu produk hasil dari kehalusan jiwa manusia yang indah-indah dengan istilah “kagunan” sebagai sesuatu yang bermanfaat. Sering pula disebut “ngrawit”, dimana pada umumnya produk yang dihasilkan memang mempunyai tekanan pada “halus” atau “remitan” atau “rumit” dalam pengerjaannya, yang umumnya disebut “kerajinan” atau “kriya’ yang memerlukan ketrampilan atau “keprigelan”. Kata ‘technic” atau “teknik” yang berasal dari bahasa Yunani yaitu “techne” dipadankan dengan kata “ars” bahasa Latin, memiliki arti atau makna “kecakapan” atau “ketrampilan” yang berguna, merupakan cikal-bakal dari sebutan “seni”, “ilmu pengetahuan” dan “teknologi” yang ada kemiripannya dengan arti “kagunan” dalam bahasa Jawa atau sesuatu yang berguna atau bermanfaat dalam arti luas. Orang Belanda sering menyebut “kepintaran” sebagai “Genie” atau “Jenius” yang mirip dengan “ketangkasan” atau “kemahiran” seperti istilah “techne” atau “ars” yang sepadan pula dengan pengertian “seni- kagunan” di Jawa. Sehingga sampai

Page 20: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

20

masa kini pun pengertian “seni-kagunan“sebagai “kepandaian” atau “kepintaran” atau “ketangkasan” atau “kemahiran” dan “ketrampilan” masih sering dipergunakan seperti halnya istilah “seni mengajar”, “seni memasak”, “seni bela diri”, “seni berhitung”, “seni bercocok tanam”, “seni membaca”, “seni bangunan” dan lain sebagainya.

Sebelum Revolusi Industri di Eropa kata “ars” mencakup disiplin ilmu tata bahasa, logika, dan astrologi. Pada abad pertengahan di Eropa terjadi pembedaan kelompok ars yaitu “artes liberales” atau kelompok “seni tinggi” yang terdiri dari bidang tata bahasa, dialektika, retorika, aritmatika, geometri, musik dan astronomi; Dan “artes serviles” atau kelompok “seni rendah” yang mengandalkan tenaga kasar dan berkonotasi “pertukangan”. Dari tujuh bidang-bidang keahlian hanya musik yang masuk “seni tinggi” , sedangkan lukis, patung, arsitektur, pembuatan senjata dan alat-alat transpor termasuk katagori “seni rendah”. Kemudian Leonardo da Vinci (1452-1519), pelukis Italia dari masa Renaissance, mempelopori perjuangan dan berhasil memasukkan atau menaikkan seni lukis ke dalam status “seni tinggi”. Sebagai orang yang serba bisa dan memiliki kemampuan sebagai arsitek dan ilmuwan itu, Leonardo, beragumentasi bahwa melukis juga memerlukan pengetahuan “teoritis” seperti matematika, perspektif dan anatomi serta mempunyai tujuan moral seperti puisi lewat penggambaran sikap dan ekspresi wajah dalam lukisan.

Suatu fenomena kemudian terjadi bersamaan dengan Revolusi Industri di Eropa akhir abad ke 18 sampai awal abad ke 19, dimana masyarakat industri yang baru tumbuh menuntut adanya pembagian kerja dan spesialisasi kerja dalam mengembangkan proses produksi. Dalam masyarakat industri status “seni” menjadi tiga kelompok yaitu “seni tinggi” (high art), “seni menengah” (middle art), dan “seni rendah” (low art). Katagori ini masih memperlihatkan kelanjutan tradisi klasik, yaitu semakin tinggi kedudukan seni apabila semakin dekat atau tinggi tingkat integrasinya dengan industri, demikian pula sebaliknya semakin jauh tingkat hubungannya dengan industri maka semakin rendah pula kedudukan seninya. Pertemuan seni dan industri ini mengakibatkan banyak benturan, dimana penemuan-penemuan mesin-mesin produksi massal mendorong kalangan industri untuk mengembangkan teknik produksi dan hanya “menempelkan” reproduksi karya-karya seni klasik yang berstandar pada bentuk produk yang dihasilkan. Sehingga menimbulkan reaksi keras dan serius dari kalangan seniman, sebab standariasi dan mekanisasi serta penempelan begitu saja karya-karya klasik pada produk merupakan ancaman bagi kelangsungan hidup seni, disamping tidak ada kesesuaian bentuk dengan motif dekorasi yang ditempelkan tersebut. Sehingga akhirnya seni harus memutuskan hubungan dengan ikatan-ikatan seni masa lalu yang dianggap membelenggu dan membatasi perkembangan seni, karena tidak ada hubungannya dengan nilai-nilai estetika. Otonomi seni diharapkan dapat mempertegas dan dapat meningkatkan standar nilai estetik secara terus-menerus atau berkelanjutan. Pada akhirnya seni selalu melahirkan norma yang menjunjung nilai kebaruan, nilai keaslian dan nilai kreativitas yang lebih lanjut mendasari pandangan seni modern pada abad ke 19 – 20. Ketika seni telah menjadi komoditi dan tunduk pada hukum permintaan dan penawaran ekonomi, maka seni dianggap jatuh pada selera massa yang rendah dan seni itu menjadi seni “picisan” atau kitsch. Status rendah ini dikarenakan seni telah kehilangan “roh seni” atau “jiwa seni”. Jelaslah kiranya pengertian “seni” yang sekarang dan sepadan dengan “art” adalah datangnya dari Dunia Barat yang terbentuk pada abad ke 18 sampai abad 20.

Istilah “seni rupa” di Indonesia muncul dalam surat-surat kabar untuk pertama kali pada masa pendudukan Jepang, dalam laporan dan resensi tentang pameran lukisan. Oleh pemerintah pendudukan

Page 21: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

21

secara resmi istilah itu dipakai dalam sebutan “bagian seni rupa” yaitu nama bagian Keimin Bunka Shidosho (Pusat Kebudayaan) yang berurusan terutama dalam lukis-melukis (Sanento Yuliman, 1983). Para seniman sebelumnya tidak begitu populer menggunakan istilah “seni” atau “seniman” yang sepadan dengan “ art ” atau “artis” yakni masih mempergunakan istilah “ahli gambar” pada nama PERSAGI (Persatuan Ahli Gambar Indonesia), Balai Pendidikan Universiter Guru Gambar dan sebagainya. Kamus Modern Bahasa Indonesia dari Mohammad Zain, terbit sekitar tahun 1950, menerangkan bahwa yang masuk seni rupa ialah seni lukis, seni pahat dan seni patung. Memang hingga kini dalam pemakaian populer, istilah “senirupa” sering digunakan dengan lingkup pengertian yang terbatas pada seni lukis, dan seni pahat atau seni patung. Akan tetapi pendidikan formal senirupa di Indonesia dalam perkembangannya telah memperluas lingkup pengertian istilah itu. Pendidikan tinggi seni rupa dapat menyelenggarakan sejumlah keahlian seperti seni grafis atau desain grafis atau komunikasi visual, desain industri atau desain produk, desain interior atau arsitektur interior, desain tekstil, seni keramik, seni lukis, seni patung dan kriya kayu-logam-kulit-keramik dan sebagainya.

I Gusti Bagus Sugriwa dalam tulisannya Dasar-dasar Kesenian Bali, mengatakan bahwa “seni” berasal dari bahasa Sansekerta yaitu “sani”, yang berarti pemujaan, pelayanan, donasi, permintaan atau pencarian yang jujur (IGB Sugriwa, 1957:219-233). Seni menurut WJS Poerwadarminta dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (1976) yaitu suatu karya yang dibuat atau diciptakan dengan kecakapan yang luar biasa seperti sanjak, lukisan, dan sebagainya. Atau kecakapan menciptakan sesuatu yang elok dan indah. Definisi seni menurut Ki Hadjar Dewantara adalah : “Segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia lainnya” (1962:330). Sedangkan Thomas Munro mengatakan: “Seni adalah alat buatan manusia untuk menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia lainnya yang melihat. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud pengamatan, pengenalan imajinasi, rasional maupun emosional” (1963:419). Lebih lanjut Herbert Read (1962), mengatakan bahwa lahirnya sebuah karya seni melalui beberapa tahapan sebagai suatu proses. Tahapan yang pertama adalah pengamatan kualitas-kualitas bahan seperti tekstur, warna dan banyak lagi kualitas fisik lainnya yang sulit untuk didefinisikan. Tahapan kedua yaitu adanya penyusunan hasil daripada pengamatan kualitas tadi dan menatanya menjadi suatu susunan. Dan ketiga yaitu proses suatu obyektifikasi dari tahapan-tahapan di atas yang berhubungan dengan keadaan sebelumnya. Keindahan yang berakhir pada tahapan pertama belum dapat disebut seni, karena seni jauh telah melangkah ke arah emosi atau perasaan. Seni telah mengarah pada ungkapan sebagai “peng-ekspresian” dengan tujuan untuk komunikasi perasaan.

Berdasarkan uraian di atas dan pengertian secara umum, seni dapat diterjemahkan (diinterpretasikan) sebagai ungkapan atau ekspresi, bentuk, arti, simbol, abstrak, indah, guna atau pakai, kepandaian atau kepintaran atau kemahiran atau ketangkasan, wakilan (representatif), cantik, molek, mungil atau kecil, rumit, halus, fungsi, kreasi, imajinasi, intuisi dan lain sebagainya.

b) Pengertian Desain

Revolusi Industri (1745-1770 M) di Eropa, dimana industri massal ini kemudian menghasilkan

barang-barang pakai yang menjadi murah baik dalam mutu maupun ekonomi. Memasuki suatu masa spesialisasi dan otonomi seni, dimana bidang teknik dipisahkan dengan bidang seni, sehingga seni bukan

Page 22: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

22

lagi bagian penting dalam keteknikan. Kejenuhan akan hasil industri, membuat orang – orang tertentu mulai menolak buatan mesin yang dianggap kaku dan polos tanpa sentuhan tangan manusia. Hal inilah yang membuat para pengusaha dan pemilik modal kembali menarik seni disaat barang atau produk pabrik tidak laku dan menjadi murah. Dalam hal ini agar supaya produk terjual atau dapat menarik pembeli kemudian para pengusaha atau industriawan membeli seni seperti barang lepas yang tidak ada hubungannya dengan produksi, kemudian menempelkan begitu saja pada benda produksinya. Mereka membeli seni dari berbagai masa seperti zaman klasik Yunani, gaya Neo-clasic, seni Barok, Rococo dan Renaissance dengan menerapkannya pada produk industri dengan seenaknya saja. Tindakkan yang keliru ini menunjukkan belum adanya pengertian terhadap persoalan yang sebenarnya dan beranggapan bahwa seni tidak ada hubungannya dengan mesin. Saat itu belum disadari bahwa masalah tersebut dapat di atasi dengan “perencanaan” bentuk yang akan dihasilkan oleh mesin yang dikenal sekarang sebagai industrial design atau desain produk. William Morris (1870) adalah salah seorang yang mempertanyakan kembali hasil industri, dan menganjurkan untuk kembali kepada ketrampilan atau kriya atau kerajinan tangan, yaitu mencari kemungkinan baru dengan memadukan atau mempertemukan antara fungsi yang praktis dengan seni sebagai unsur keindahan. Pertemuan antara seni dan industri sebagai “seni tengah”, yang awal kemunculannya disebut sebagai “seni industri” atau “seni dekoratif” atau “seni terapan” dan pada akhirnya disebut sebagai “desain”. Melalui gerakan “Art & Craft” (seni dan kerajinan) memberikan nafas baru kepada barang pakai dengan menekankan pada faktor fungsi dan dekorasi sesuai dengan metode industri atau sistem pembuatan produk dalam jumlah banyak. Selain “desain” juga “kriya” yang termasuk “seni tengah” ini memiliki persamaan yang berkaitan dengan proses penciptaan obyek pakai. Sedangkan perbedaannya, desain menghasilkan rancangan yang berupa gambar-sketsa, foto, diagram, model, spesifikasi verbal dan numerik, maka kriya hasil akhirnya adalah benda pakai. Dalam proses desain industri realisasi produk dilakukan dengan proses manufaktur. Sedangkan kriya, produk dikerjakan secara tradisional dan manual mulai dari bahan mentah hingga menjadi produk benda pakai, sebagai tradisi techne di masa lalu. Muncullah kemudian suatu istilah “machine art” atau “seni Mesin” yang menunjukkan perlunya unsur seni diterapkan pada produk yang dihasilkan mesin. Kemudian “seni industri” atau “industrial art” terjadi ketika mekanisasi semakin berkembang di berbagai industri manukfakturing. Sistem tersebut ternyata menuntut ketrampilan ketukangan dan wawasan industri si seniman dalam merangcang produk. Baru setelah Perang Dunia ke II tatkala bisnis modern yang mencanangkan modal, pemasaran dan industrialisasi melanda Eropa Barat dan Amerika, persaingan tak terelakkan lagi dan konsekuensinya setiap industriawan atau pengusaha harus menyusun strategi untuk menjawab dan menjabarkan kebutuhan konsumen yang beraneka ragam, dari daya beli, latar belakang sosial-budaya, cita-rasa dan tuntutan lainnya. Dan mengangkat perancang yang disebut sebagai “desainer” yang berprofesi menelaah bentuk fisik produk dan memikirkan pula kelayakan psikologis, fisiologis-ergonomis, sosial, ekonomis, estetis, fungsi dan teknis. Victor Papanek, seorang pemikir desain terkenal merumuskan, bahwa tujuan desain sebagai “pengubah lingkungan manusia dan peralatannya, bahkan lebih jauh lagi mengubah manusia itu sendiri”.

Selama perjalanan sejarah kriya dan desain, dimana teknologi telah diterima dan dipahami oleh umat manusia serta menjadikan desain sebagai suatu kegiatan “khusus” atau “tersendiri” dari bagian kegiatan industri. Desain merupakan juga bagian dari aktifitas suatu penelitian dan pengembangan bentuk, yang kemudian menjadi bagian tersendiri dari proses kerja untuk dapat merealisasikannya.

Pengertian desain menurut terminologinya dari bahasa Latin yaitu “designare” atau bahasa Inggris “design” (to mark out). John Echols (1975) dalam kamusnya mengatakan sebagai potongan, pola, model, mode, konstruksi, tujuan dan rencana. Sedangkan Kamus Webster (1974), pengertiannya adalah gagasan awal, rancangan, perencanaan, pola, susunan, rencana, proyek, hasil yang tepat, produksi,

Page 23: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

23

membuat, mencipta, menyiapkan, meningkatkan, pikiran, maksud, kejelasan dan sterusnya. Demikian Webster berfikir jauh lebih luas akan beban makna. Khusus dalam seni rupa, desain dapat diartikan sebagai pengorganisasian atau penyusunan elemen-elemen visual sedemikian rupa menjadi kesatuan organik dan harmonis antara bagian-bagian serta secara keseluruhan. Dalam proses desain dikenal beberapa “prinsip desain” atau principles of design sebagai berikut:

1) Kesatuan (unity);

2) Keseimbangan (balance);

3) Perbandingan (proportion);

4) Tekanan (center of interest / point of emphasis);

5) Irama (rhytme);

6) Keselarasan (harmony).

Mendesain merupakan suatu proses berkreasi. Semakin baik perancangan dan perencanaan sebuah desain, semakin baik produk yang akan diselesaikan. Jika telah memiliki beberapa pengalaman yang aktual dengan beberapa macam teknik proses pengerjaan tanah liat atau lempung (clay-ceramics). Saat itulah diperlukan untuk bereksperimen atau mencoba untuk meningkatkan aktivitas proses desain dari produk-produk keramik.

Desain masing-masing bagian dari keseluruhan pekerjaan kini menjadi begitu penting. Seorang pengembang tanpa disertai dengan rancangan gambar, seolah-olah seperti sebuah buku tanpa sketsa, atau seorang wisatawan tanpa peta, semuanya terasa kurang terencana. Merencanakan sesuatu dengan baik adalah merupakan kebutuhan utama dalam hidup dan juga dalam seni dan desain. Perencanaan merupakan suatu jalan berpikir, demikian juga sebuah desain merupakan hasil dari melakukan pengamatan suatu objek terlebih dahulu, akan memungkinkan untuk dapat mempertimbangkan beberapa perbaikan maupun beberapa pemecahan masalah sebelum hal yang tidak diinginkan terjadi. Dengan mendesain suatu objek secara berhati-hati, akan mencegah waktu, usaha dan material yang terbuang secara percuma.

Mendesain sesuai fungsi, hal pertama yang paling penting dalam mempertimbangkan suatu bentuk desain adalah kegunaan dari benda tersebut. Objek harus dibuat sesuai dengan kegunaannya. Tempat gula dan toples kue misalnya harus mempunyai lubang yang cukup besar untuk memungkinkan tangan untuk mengambil gula dan kue. Vas tinggi untuk tempat bunga bertangkai panjang harus mempunyai alas yang cukup besar untuk mencegah vas tersebut terbalik bila nantinya dipergunakan. Sebuah teko teh harus mempunyai ujung corot atau ceret yang lebih tinggi dari batas bentuk teko tersebut. Ada benda keramik yang dibentuk dengan unik, penuh dihiasi ornamen dan diwarnai dengan warna-warna yang beragam, semuanya itu harus dapat didesain sesuai dengan lingkungan di sekitarnya. Namun terkadang ada saja seseorang seniman yang mendesain sebuah karya hanya untuk dirinya sendiri. Disini Ia dapat mengekspresikan suatu kegiatan atau ide khayalannya. Kemungkinan Ia hanya bermaksud untuk melihat bagaimana perwujudan dari sebuah ide, apakah itu berupa keindahan yang terdapat pada benda itu sendiri seperti halnya karya seni murni ataupun hanya berupa benda fungsi sekedarnya saja untuk bisa dipakai. Dalam membuat suatu desain yang baik, tentu keramikus/seniman/kriyawan tersebut harus melatih pikiran yang sehat dan masuk akal (ilmiah).

Page 24: PENGERTIAN DAN CARA PANDANG TENTANG KERAMIK (SINTA)

24

PUSTAKA Anton J.H., 1994, Mengenal Keramik Modern, Andi Offset, Yogyakarta Astuti, Ambar, 1997, Pengetahuan Keramik, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Bahtiar, 2005, Filsafat Ilmu, Bandung Brian Alexander, 2001, Kamus Keramik untuk Praktisi dan Industri, Australia Indonesia Institut, Milenia Populer, Jakarta. Bernard S. Myers, 1969 Dictionary of Art Dardiri, 1994, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Herbert Read, 1962, The Meaning of Art, Faber and Faber Limited, London IGB Sugriwa, 1957, Dasar-dasar Kesenian Bali, Pemda TK.I Bali, Denpasar John Echols, 1975, Kamus Lengkap Ki Hadjar Dewantara, 1962, Pendidikan (1) Majelis Luhur, Taman Siswa Dewantara, Yogyakarta Mills J.F.M., 1965, Dictionary of Art), Pergamon Press Ltd, London Mulyadi Utomo, Agus, 2007, Wawasan & Tinjauan Seni Keramik, Pn. Paramita, Surabaya Poerwodarminto, WJS, 1976, Kamus Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta Praptopo Sumitro, 1984, Balai Besar Keramik Bandung, Bandung Ruth Lee,1971, Exploring The World of Pottery, Ward Lock Ltd, London. Runes, 1946, Encyclopedia of The Arts, D and Harry, USA. Thomas Munro, 1963, Evolution in The Arts, The Cleveland Museum of Art Clevend WJS Poerwadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia

JamTangan Merek

Rado La Coupole

‘Ceramique’

Zircone-Y Bahan Bubuk

Keramik Teknologi Tinggi

Koleksi Keramik Tua Dengan Guratan Khas

Sumatra (Ornamen Syailendra)

Genteng Keramik Berglasir dan Tegel

Keramik Dinding dan Lantai