pengawasan dan pengendalian

Upload: muhammad-baiquni

Post on 11-Oct-2015

79 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB IPENGAWASAN DAN PENGENDALIAN DALAM ORGANISASIA. Latar BelakangPengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi. Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan. Suatu Pengawasan dikatakan penting karena Tanpa adanya pengawasan yang baik tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasinya itu sendiri maupun bagi para pekerjanya. Di dalam suatu organisasi terdapat tipe-tipe pengawasan yang digunakan, seperti pengawasan Pendahuluan (preliminary control), Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control).Di dalam proses pengawasan juga diperlukan Tahap-tahap pengawasan untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tahap-tahap pengawasan tersebut terdiri dari beberapa macam, yaitu Tahap Penetapan Standar, Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan, Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan dan Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi.Suatu Organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Untuk menjalankan proses pengawasan tersebut dibutuhkan alat bantu manajerial dikarenakan jika terjadi kesalahan dalam suatu proses dapat langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan. Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya.

B. Permasalahan1. Pengertian Koperasi2. Laporan Keuangan Koperasi3. Sistem Pengendalian Intern4. Keberhasilan Usaha Koperasi

C. Tujuan1. Untuk mengetahui Pengertian Koperasi2. Untuk mengetahui Laporan Keuangan Koperasi3. Untuk mengetahui Sistem Pengendalian Intern4. Untuk mengetahui Keberhasilan Usaha Koperasi D. Fungsi1. Menambah wawasan penulis tentang pengambilan keputusan 2. Sebagai bahan bacaan bagi pembaca3. Untuk memenuhi tugas makalahE. PendekatanPendekatan yang digunakan adalah study library.

BAB IIKAJIAN PUSTAKA

A. Pengawasana. PengertianPengawasan dapat didefinisikan sebagai proses untuk menjamin bahwa tujuan-tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Definisi pengawasan yang dikemukanan oleh Robert J. Mockler berikut ini telah memperjelas unsur-unsur esensial proses pengawasan :Pengawasan manajemn adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang system informasi umpan balik, membandingkan, kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penimpangan-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang perlu untuk menjamin bahawa sumber daya perusahaan dipergunakan dengan xara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan-tujuan persusahaan.b. Proses PengawasanPertama kali orang harus menentukan standar-pengawasan pada pusat-pusat yang strategis, oleh karena itu orang tidak dapat mengecek segalanya. Harus dibedakan hal apa yang harus diawasi, hal apa yang tak dapat diawasi. Kemudia diadakan pengecekan dan laporan kegiatan kerja. Dalam beberapa hal manajemen perlu meninjau hasil kerja karyawan. Laporan tertulis harus dibut untuk pimpinan secara tepat dan teratur, terutama tentang adanya penyimpangan-penyimpangan.Manajemen karya T. Hani Handoko dijelaskan lima tahap dalam proses pengawasan.Tahap 1 : Penetapan StandarStandar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukur yang dapat digunakan sebagai patokan untuk penilaian hasil-hasil. Tiga bentuk standar yang umum adalah:1. Standar-standar phisik, meliputi kualitas barang, jasa, jumlah langganan, atau kualitas produk.2. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dam mencakup biaya tenaga kerja, biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan sejenisnya.3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus diselesaikan.

Tahap 2 : Penetuan Pengukuran Pelaksanaan KegiatanTahap kedua dalam pengawasan ini adalahmenentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.

Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan KegiatanAda berbagai cara unutk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu:1. Pengamatan (observasi)2. Laporan-laporan, baik lisan maupun tulisan.3. Metoda-metoda otomatis4. Inspeksi, pengujian (test)

Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan Kegiatan dengan Standard an Analisa PenyimpanganTahap krisis dari pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walapun tahap ini paling mudah dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterpretasikan adanya penimpangan. Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai.

Tahap 5 : Pengambiln Tindakan Koreksi Bila DiperlukanBila hasil analisa menujukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan koreksi bisa berupa:1. Mengubah standar mula-mula2. Mengubah ukuran pelaksanaan.3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpratasikan penyimpangan-penyimpangan.

c. Macam-Macam PengawasanPengawasan dapat dipusatkan dapat didesentralisir tergantung pada karyawannya. Apabila karyawan ahlimaka dapat di desentralisir. Didalam buku Prinsip-Prinsip Manajemen karangan George R. Terry pengawasan terbagi atas 4, yaitu:1. Pengawasan produksi, yaitu agar hasil produksi sesuai dengan permintaan/pemuasan langganan dalam jumlah, harga, waktu dan servis.2. Pengawasan persediaan, yaitu menjamin tersedianya bahan dalam jumlah, harga, waktu yang tepat sehingga proses produksi tidak terganggu.3. Pengawasan kualita, yaitu menjamin agar kualitas hasil produksi, bahan dan bahan proses memenuhi ukuran-ukuran standar yang telah ditentukan.4. Pengawasan ongkos, yaitu menjamin agar produksi/operasi dijalankan dengan ongkos minimum sesuai dengan standar.Walaupun pengawasan mahal tetapi diharapkan agar hasil pengawasan akan dapat memperbaiki kedudukan perusahaan karena penjualan dapat didorong karena kualita barang lebih unggul dari saingan, atau harganya bersaing, dan lain-lain. Didalam pengawasan perlu diperhatikan motivasi. Apabila motivasi kerja tidak cukup percuma saja dilakukan pengawasan, karena akibatnya pelaksana akan berbuat sekehendak hati.Sementara itu didalam buku Manajemen karya T. Hani Handoko pengawasan dibagi dalam tiga tipe dasar, yaitu:1. Pengawasan pendahuluan.2. Pengawasanconcurrent.3. Pengawasan umpan balik.Pengawasan pendahuluan (feedforward control) dirancang untuk mengantisipasi masalah-masalah atau penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu diselesaikan. Jadi pendekatan pengawasan ini lebih aktif dan agresif, dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan (concurrent control). Pengawasan ini sering disebut pengawasan Ya-Tidak, screening control, atau berhenti-terus. Tipe pengawasan ini merupakan proses dimana aspek tertentu dari suatu prosedur harus disetujui dulu atau syarat-syarat harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan bisa dilanjutkan.Pengawasan umpan balik(feedback control) juga dikenal sebagai past-action controls, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan. Sebab-sebab penyimpangan dari rencana dan penemnuan-penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan dating. Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

d. Pentinganya PengawasanFaktor-faktor yang menyebabkan pentingnya pengawasan adalah:1. Perubahan yang selalu terjadi baik diluar maupun didalam organisasi, memerlukan perencanaan dan tentu saja pengawasan.2. Kekompleksan organisasi memerlukan pengawasan formal karena adanya desentralisasi pengawasan.3. Kesalahan-kesalahan atau penyimpangan yang dilakukan anggota organisasi memerlukan pengawasan dan pembenahan.

e. Persyaratan Sistem PengawsanAgar supaya pengawasan itu efektif perlulah dipenuhi berbagai persyaratan, yaitu:[4]1. Pengawasan haruslah memenuhi sifat serta kebutuhan kegiatan yang ada. Walaupu ada teknik-teknik pengawasan umum seperti anggaran, titik impas, waktu standar, dan lain-lain, organisasi perlu juga menyiapkan system pengawasan khusus pada masing-masing bagian, seperti pengawasan kualita untuk bagian produksi.2. Pengawasan harus dapat memberikan laporan penyimpangan secepat mungkin. Oleh karena itu perlu informasi yang baik agar data penyimpangan cepat samapai kepada yang berkepentingan dan diputuskan dengan cepat pula.3. Pengawasan harus luwes. Walaupun rencana berubah, system pengawasan tetap berjalan.4. Pengawasan harus menyatakan pola organisasi. Setiap bagian perlu memper tanggungjawabkan hasil-hasil kegiatannya.5. Pengawsan haruslah ekonomis tidak memakan biaya besar.6. Pengawasan haruslah mudah dimengerti maksud dan tujuannya, sederhana, mudah diterapkan dan dilaksanakan.7. Pengawasan haruslah menjamin tindakan perbaikan setelah didapati adanya penyipangan, artinya harus mengandun prosedur memperbaiki penyimpngan.8. Pengawasan harus berhubungan dengan tujuan tertentu dan yang telah disetujui.9. Pengawasan hendakanya mengadung hal-hal yang memotifasi pelaksana tugas, artinya tujuan yang dicapai itu harus dapat tercapai, tidak terlalu muluk.10. Pengawasan perlu dibatasi, yaitu pada tempat dan waktu krisis saja tidak perlu menyeluruh.

f. System Pengawasan ManajemenSystem ini ditemukan oleh R.N. Anthony, dari Harvar Business School. Pengawasan manajemen merupakan proses dengan mana manajemen dijamin mendapatkan serta sumber daya secara efesien dan efektif dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi.Pengawasan manajemen ditunjang oelh pengawasan operasional. Pengawasan manajenem terdiri dari kegiatan-kegiatan: (a) membuat anggaran, (b) merencanakan arah staff, (c) menentukan pelaksana, (d) merencanakan modal kerja, (e)membuat program pengiklanan, (f)menentukan proyrk penelitian, (g)memilih perbaikan produk, (h)memutuskan penyusunan kembali pabrik, (i)memutuskan investasi rutin, (j) membuat pedoman pengambilan keputusan pengawasan oprasional, (k)mengukur, menilai dan memperbaikihasil oprasi manajemen.Sedang pengawasan oprasional tersiri dari:1. Pengawasan usaha menarik karyawan.2. Pelaksanaan kebijakan.3. Mengawasi pemberian kredit penjualan.4. Mengawasi periklanan.5. Menjadwalkan produksi.6. Mengawasi persediaan.7. Mengukur, menilai, memperbaiki efisiensi karyawan.

B. PengendalianMengendalikan ialah suatu usaha untuk meneliti kegiatan-kegiatan yang telah dan akan dilaksanakan. Pengendalian berorientasi pada obyek yang dituju dan merupakan alat untuk menyuruh orang-orang bekerja menuju sasaran yang ingin dicapai.Pengendalian merupakan suatu proses dasar untuk mendapatkan suatu yang identik dan apa saja yang dikendalikan. Pengendalian yang baik membantu memperlancar hubungan antar manusia. Response manusianya terhadap langkah-langkah pengendalian merupakan kunci dari sebuah pertimbangan. Usaha-usaha pengendalian dapat dan harus digunakan untuk mendorong hubungan yang baik diantara para pegawai. Manajer-manajer yang efektif akan menggunakan usaha pengendalian untuk menjadi informasi guna memuji pelaksana yang baik dan membantu mereka memerlukannya dan menentukan jenis kebutuhan mereka.Pengendalian juga umumnya diberlakukan terhadap berbagai jenis kegiatan seperti pengendalian jenis produksi, pengendalian penjualan dan pengendalian pembelian. Pendekatan lain yang mungkin lebih penting lagi diikuti oleh empat factor berikut: (a) kuantitas, (b) kualitas, (c) waktu yang digunakan, dan (d) biaya.Dua macam pendekatan tersebut saling berhubungan erat, misalnya pengendalian produksi menekankan pada pengendalian kuantitas dan waktu yang digunakan. Ada beberapa karakteristik lagi dari usaha pengendalian tersebut, yakni: Pertama, bahwa jenis pengendalian yang digunakan harus sesuai dengan yang bersangkutan. Kedua, penyimpangan yang perlu dikoreksi harus segera di-identifikasikan, bahkan sebelum terjadi, seperti dapat dilakukan terhadap kualitas dengan mengunakan data-data statistic. Biaya pun harus ringan. Manfaat dari usaha pengendalian bersifat relative dan tergantung dari urgensi kegiatang yang bersangkutan.Beberapa jenis pengendalian dibahas dalam materi ini dan dianggap sebagai kunci pengendalian manajemen. Pertama ialah pengendalian kuantitas yang bertujuan untuk menertibkan arus barang atau jasa. Pengendalian kuantitas tersebut diperlakukan terhadap berbagai lingkup operasional.Tujuan dari pengendalian kuatitas ialah untuk menyediakan item0item barang secukupnya degan biaya yang memadai dan selalu tersedia untuk memenuhi permintaan. Kita berusaha menghindari:1. Penjualan yang tidak berimbang dengan hanya menjual barang-barang yang mudah dijual saja.2. Penjualan barang-barang dari daerah-daerah yang kurang potensinya.3. Langkanya fasilitas penjualan barang-barang didaerah, termasuk personil penjualan, iklan, dan usaha-usaha promosi penjualan.Untuk menyelenggarakan pengendalian kuantitas penjualan barang, akan timbul kesulitan dalam menetapkan suatu unit kerja yang akan dikendalikan rencana dan hasil operasionalnya.Kunci kedua dalam pengendalian manajemen ialah pengawasan kualitas. Dengan meningkatnya perhatian terhadap produk yang peka presisinya, produk-produk missal dan produk-produk bebas cacad, perlu diadakan pengawasan terhadap kualitasnya. Untuk menghidari kesimpangsiuran dalam menafsirkan arti kata pengawasan kualitas, perlu dikemukakan bahwa perngertian yang sebernanya ialah mengusahakan supaya kualitasnya memuaskan sesuai dengan tujuan barangnya. Lebih tepatnya ialah:a. Supaya harga barang konsisten dengan kualitasnya.b. Hasilnya memuaskan dan dapat dipercaya.Untuk maksud tersebut juga dapat dilakukan melalui pengawasan dalam bentuk inspeksi. Inspeksi dilakukan terhadap bagian-bagian atau satuan produk yang harus memenuhi persyaratan teknis. Apabila seluruh bagia yang diperiksa, ini disebut inspeksi 100%; apabila hanya sebagian yang diperiksa, ini disebut inspeksi contoh.[7] Pengawasan kualitas dengan statistic, didasarkan pada teori-teori stastik dan kemungkinan-kemungkinan yang didapat dari tes hasil contoh, bersifat preventif dan dapat diperbaiki. Itu berarti pengawasan terhadap kualitas dengan statistic dapat mencegah timbulnya barang-barang cacad

BAB IIIPENGARUH SISTEM PENGENDALIAN INTERN TERHADAP KEBERHASILAN USAHA KOPERASI PEGAWAI

A . Pengertian KoperasiKoperasi berasal dari kata co yang berarti bersama dan operation yang mengandung makna bekerja. Jadi, secara harfiah koperasi bermakna sebagai suatu perkumpulan kerja sama yang beranggotakan orang-orang maupun badan-badan dimana ia memberikan kebebasan untuk keluar dan masuk sebagai anggotanya (Anoraga 2002:1).The International Labour Organization (ILO) mendefinisikan koperasi sebagai suatu perkumpulan orang, biasanya yang memiliki kemampuan ekonomi terbatas, yang melalui suatu bentuk organisasi perusahaan yang diawasi secara demokratis, masing-masing memberikan sumbangan yang setara terhadap modal yang diperlukan dan bersedia menanggung risiko serta menerima imbalan yang sesuai dengan usaha yang mereka lakukan (Sitio 2001:16).Sedangkan pengertian koperasi menurut Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian, pengertian koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) merupakan suatu badan koperasi yang beranggotakan para pegawai negeri dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan para anggotanya.34

B. Laporan Keuangan Koperasi

Laporan keuangan merupakan bagian laporan pertanggungjawaban pengurus selama satu periode akuntansi, sehingga dapat dipakai sebagai bahan untuk menilai hasil kerja dan prestasi koperasi. Oleh karena itu, laporan keuangan koperasi harus dapat mencerminkan tujuan koperasi (Sitio 2001:107).Dalam Standar Akuntansi Keuangan No. 27 Tahun 2002 disebutkan bahwa laporan keuangan koperasi meliputi Neraca, Perhitungan Hasil Usaha, Laporan Arus Kas, Laporan Promosi Ekonomi Anggota, dan Catatan atas Laporan Keuangan.1. Neraca menyajikan informasi mengenai aktiva, kewajiban, dan ekuitas koperasi pada waktu tertentu.2. Perhitungan Hasil Usaha

Perhitungan hasil usaha menyajikan informasi mengenai pendapatan dan beban-beban usaha dan beban perkoperasian selama periode tertentu. Perhitungan hasil usaha menyajikan hasil akhir yang disebut sisa hasil usaha. Sisa hasil usaha yang diperoleh mencakup hasil usaha dengan anggota dan laba atau rugi kotor dengan non anggota. Istilah perhitungan hasil usaha digunakan mengingat manfaat dari usaha koperasi tidak semata-mata diukur dari sisa hasil usaha atau laba tetapi lebih ditentukan pada manfaat bagi anggota.

3. Laporan Arus KasLaporan arus kas menyajikan informasi mengenai perubahan kas yang meliputi saldo awal kas, sumber penggunaan kas, pengeluaran kas, dan saldo kas akhir pada periode tertentu.

4. Laporan Promosi Ekonomi AnggotaLaporan promosi ekonomi anggota adalah laporan yang memperlihatkan manfaat ekonomi yang diperoleh anggota koperasi selama satu tahun tertentu. Laporan tersebut mencakup empat unsur, yaitu :a. Manfaat ekonomi dari pembelian barang atau pengadaan jasa bersama. b. Manfaat ekonomi dari pemasaran dan pengolahan bersama.c. Manfaat ekonomi dari simpan pinjam lewat koperasi. d. Manfaat ekonomi dalam bentuk pembagian SHU.

5. Catatan atas Laporan KeuanganCatatan atas laporan keuangan menyajikan pengungkapan (disclosure) yang memuat perlakuan akuntansi dan pengungkapan informasi lain.(IAI 2002:12-14).

C. Sistem Pengendalian Interna. Pengertian Sistem Pengendalian Intern

Menurut Tunggal (1995:1) pengendalian intern meliputi organisasi dan semua metode serta ketentuan-ketentuan yang terkoordinasi dalam suatu perusahaan untuk mengamankan kekayaan, memelihara kecermatan dan sampai seberapa jauh dapat dipercayanya data akuntansi.

Sistem pengendalian intern meliputi struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen (Mulyadi 1997:165)Sedangkan menurut Dep.Kop dan UKM (2002:162) pengendalian intern dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang dijalankan oleh dewan komis(pengawas pada koperasi), manajemen (pengurus dan manajer/direksi), personel organisasi (koperasi, perusahaan) yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan organisasi : (a) keandalan pelaporan keuangan, (b) efektivitas dan efisiensi operasi, dan (c) kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.Dari pengertian pengendalian intern tersebut di atas, terdapat beberapa konsep dasar sebagai berikut :1. Pengendalian intern merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan tertentu.2. Pengendalian intern dijalankan oleh orang.3. Pengendalian intern diharapkan hanya dapat memberikan keyakinan yang memadai, bukan keyakinan mutlak.4. Pengendalian intern ditujukan untuk mencapai tiga golongan tujuan yang saling terkait, yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi. Tujuan sistem pengendalian intern yang efektif dapat digolongkan sebagai berikut :1. Untuk menjamin kebenaran data akuntansi.2. Untuk mengamankan harta kekayaan dan catatan pembukuannya.3. Untuk menggalakan efisiensi usaha.4. Untuk mendorong ditaatinya kebijakan pimpinan yang telah digariska. (Tunggal 1995:2)

b. Penanggung Jawab Sistem Pengendalian InternSeluruh stakeholders koperasi sangat berkepentingan dengan pencapaian tujuan koperasi. Oleh karena itu pada dasarnya semua stakeholders bertanggung jawab atas implementasi pengendalian intern yang memadai di koperasi. Namun yang paling bertanggung jawab pihak internal koperasi, yaitu :1. Pengawas2. Pengurus, Manajer/Direksi3. Auditor Intern4. Personel KoperasiSedangkan pihak ekstern yang merupakan bagian dari stockholder yang terkait langsung dengan fungsi pengendalian intern adalah anggota (rapat anggota) dan auditor independen. Anggota bertanggung jawab dalam mematuhi ketentuan, sistem dan prosedur bilamana menemukan praktik- praktik tidak sehat dalam pengelolaan aktivitas koperasi. Auditor independen bertanggung jawab dalam menentukan memadai tidakn

pengendalian intern untuk mengurangi lingkup pengujian (Dep.Kop dan UKM 2002:165-166).

c. Diterapkannya Sistem Pengendalian InternAlasan diterapkannya sistem pengendalian intern adalah :1. Luas dan ukuran kesatuan usaha yang menjadi bagian komplek dan meluas sehingga manajemen harus mempercayai berbagai macam laporan dan analisis-analisisnya yang banyak jumlahnya.2. Pengawasan dan penelitian yang melihat pada sistem pengendalian intern yang baik mampu melindungi terhadap kelemahan manusia dan mengurangi terhadap kelemahan manusia serta mengurangi kemungkinan kesalahan atau ketidakberesan yang akan terjadi.3. Tidak praktis apabila akuntan untuk memeriksa secara keseluruhan dengan keterlibatan uang tanpa mempercayai sistem pengendalian intern (Artadi 1990:2).

d. Membangun Elemen Sistem Pengendalian InternMenurut Mulyadi (1997:166) unsur pokok sistem pengendalian intern adalah :1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas.Pembagian tanggung jawab fungsional dalam organisasi didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut:a. Harus dipisahkan fungsi-fungsi koperasi dan penyimpanan dari fungsi akuntansi.

b. Suatu fungsi tidak boleh diberi tanggung jawab penuh untuk melaksanakan semua tahap suatu transaksi.

2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap kekayaan, utang, pendapatan dan biaya.Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Dan prosedur pencatatan yang baik akan menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang, pendapatan dan biaya suatu organisasi.3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi.Adapun cara-cara yang umumnya ditempuh oleh perusahaan dalam menciptakan praktik yang sehat adalah :a. Penggunaan formulir bernomor urut yang pemakaiannya harus dipertanggungjawabkan oleh yang berwenang.b. Pemeriksaan mendadak (surprised audit).c. Setiap transaksi tidak boleh dilaksanakan dari awal sampai akhir oleh satu orang atau satu unit organisasi.d. Perputaran jabatan (job rotation).e. Keharusan pengambilan cuti bagi karyawan yang berhak.f. Secara periodik diadakan pencocokan fisik kekayaan dengan catatannya.

g. Pembentukan unit organisasi (staf pemeriksa intern) yang bertugas untuk mengecek efektivitas unsur-unsur pengendalian intern yang lain.

4. Karyawan yang mutunya sesuai dengan tanggung jawabnya.Untuk mendapatkan karyawan yang kompeten dan dapat dipercaya dapat ditempuh dengan cara sebagai berikut :a. Seleksi calon karyawan berdasarkan persyaratan yang dituntut oleh pekerjaannya.b. Pengembangan pendidikan karyawan selama menjadi karyawan perusahaan, sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya.Sedangkan menurut Dep.Kop dan UKM (2002:170) pengendalian intern hanya dapat diimplementasikan dengan baik, apabila koperasi mampu membangun elemen-elemen pengendalian yang memadai. Terdapat lima elemen pokok pengendalian intern, yaitu : (1) lingkungan pengendalian, (2) penaksiran risiko, (3) informasi dan komunikasi, (4) aktivitas pengendalian, dan (5) pemantauan.1. Lingkungan pengendalianLingkungan pengendalian merupakan atmosfer yang menciptakan suasana yang koheren mengenai pengendalian dalam satu organisasi (koperasi). Oleh karena lingkungan pengendalian merupakan atmosfer atau iklim dalam organisasi koperasi, maka lingkungan pengendalian tersebut akan dibentuk oleh berbagai faktor, antara lain adalah :

a. Nilai integritas dan etikaMenurut Yusuf (2001:258) untuk menekankan pentingnya integritas dan nilai-nilai etika diantara para personel suatu organisasi, pengurus dan manajemen puncak koperasi harus bertanggung jawab dalama) Menciptakan iklim dengan memberikan contoh. b) Mengkomunikasikan kepada seluruh karyawan.b) Memberi pedoman moral kepada para karyawan yang karena latar belakang moralnya yang buruk.c) Mengurangi atau menghilangkan dorongan dan godaan yang tidak jujur, melanggar hukum dan bertindak tidak etis.b. Komitmen terhadap kompetensiPengurus harus mempunyai komitmen terhadap kompetensi, yaitu mencakup pendidikan, pengalaman, pengetahuan, pelatihan dan ketrampilan dalam memberikan penugasan dan pengembangan kemampuan personel koperasi.c. PengawasPengawas harus menjalankan fungsi pengawasan secara teratur dan efektif untuk menilai kinerja pengendalian. Dan untuk meningkatkan akuntabilitas laporan keuangan, koperasi dianjurkan untuk diaudit oleh auditor independen. Penunjukkan auditor independen ditunjuk oleh pengawas.

d. FilosofiFilosofi merupakan keyakinan dasar mengenai apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan dalam membangun organisasi (bisnis koperasi). Dengan menanamkan filosofi integritas ini para personel dituntut untuk membina hubungan dengan anggota, para pemasok dan mitra bisnis koperasi atas dasar kejujuran dan saling membutuhkan.e. Struktur organisasi dan pembagian tanggung jawabStruktur organisasi merupakan rerangka mengenai jenjang organisasi, tatanan tingkat wewenang dan pembebanan tanggung jawab dalam mencapai tujuan organisasi pada setiap tingkat struktur jabatan.f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusiaPengurus mempunyai tanggung jawab untuk memberikan kompensasi dan penghargaan yang sebanding dengan prestasi karyawan untuk memunculkan praktik-praktik yang sehat.g. Kesadaran pengendalianKesadaran pengendalian menunjukkan tingkat kepekaan pengurus terhadap kelemahan pengendalian yang sedang berjalan.

2. Penaksiran risikoPengurus harus dapat menaksir risiko, yang mencakup: mengidentifikasi, menganalisis dan mengelola risiko pengendalian intern. Risiko pengendalian dapat timbul akibat perubahan-perubahan yang terjadi dalam organisasi koperasi, dan akibat

lain adalah penambahan bidang usaha baru, atau jenis transaksi baru yang memerlukan sistem dan prosedur baru.Sedangkan perubahan lingkungan bisnis antara lain perubahan dalamperaturanperundang-undangan atau ketentuan pemerintah mengenai industri dan perdagangan, yang mengharuskan setiap produsen memiliki standar industri, perubahan sistem pengolahan data dari manual ke sistem berbasis komputer.3. Informasi dan komunikasiPengendalian intern ditujukan untuk meningkatkan kualitas dari sistem informasi akuntansi. Kualitas sistem informasi akuntansi yang dihasilkan akan berdampak terhadap kemampuan pengurus mengambil keputusan yang tepat dalam mengelola dan mengendalikan sumber- sumber ekonomi (aktiva) koperasi, dan dalam menyusun dan menyajikan laporankeuangan koperasi. Sedangkan komunikasi menyangkut penyampaian informasi kepada personel di dalam koperasi dan kepada pihak luar yang berkepentingan. Disamping itu komunikasi juga menyangkut pemberian pemahaman yang jelas tentang peran dan tanggung jawab masing-masing individu berkenaan dengan struktur pengendalian intern atas pelaporan keuangan.4. Aktivitas pengendalianAktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang untuk memberikan keyakinan bahwa tindakan atau aktivitas yang diperlukan

telah dilaksanakan dengan efektif dan efisien. Aktivitas pengendalian meliputi beberapa aspek, yaitu :a. Kebijakan manajemen

Setiap fungsi operasi dalam koperasi memerlukan kebijakan manajemen, agar fungsi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, dan dapat mencapai tujuan koperasi.b. Pemisahan fungsiPengendalian intern yang memadai menghendaki pembagian wewenang dan pemisahan fungsi otorisasi dengan fungsi pencatatan dan dengan fungsi pelaksana atau penyimpanan aktiva.c. Pengendalian pengolahan informasiBagian akuntansi yang menyelenggarakan fungsi pengolahan dan pencatatan transaksi untuk menghasilkan informasi akuntansi harus dikendalikan secara baik, karena output dari fungsi ini merupakan media pertanggungjawaban pengurus dan sumber utama informasi dalam pengambilan keputusan bisnis.d. Pengendalian fisik atas kekayaan dan catatanAktiva yang memiliki wujud fisik, termasuk catatan-catatan akuntansi harus dikendalikan dengan melindungi fisiknya dari berbagai risiko, baik karena gangguan alamiah maupun karena kecurian oleh pihak tertentu dengan maksud mengacaukan pertanggungjawaban pengurus.

e. Prosedur operasiProsedur operasi ini mencerminkan fungsi, penggunaan formulir pembukuan dan penggunaan catatan akuntansi yang menjamin ketelitian dan keamanan serta keakuratan data akuntansi.f. Pengecekan secara independenPengecekan yang independen adalah pengecekan aktivitas seseorang oleh seseorang atau beberapa orang lain yang tidak melakukan aktivitas tersebut.g. Review atas kinerjaReview atas kinerja adalah penilaian yang dilakukan oleh pengurus atau manajemen tingkat atas dari koperasi atas kinerja para manajer unit, kepala bagian dan personel yang dibebani tanggung jawab tertentu.5. PemantauanPemantauan adalah suatu proses penilaian kualitas kinerja struktur pengendalian intern sepanjang masa. Hal itu menyangkut penilaian tentang rancangan dan pelaksanaan operasi pengendalian oleh orang tepat untuk setiap periode waktu tertentu, untuk menentukan bahwa sistempengendalianintern telah berjalan sesuai dengan yang dikehendaki dan modifikasi yang diperlukan karena adanya perubahan- perubahan kondisi telah dilakukanPengurus mempunyai tanggung jawab memantau sepanjang waktu atau secara terus-menerus tentang apakah sistem pengendalian intern yang ada masih efektif atau tidak. Bilamana koperasi diaudit oleh

auditor independen, auditor tersebut akan melakukan penelahaan mengenai pengendalian intern yang ada, dan jika terdapat kelemahan ia bertanggung jawab menyampaikan kepada pengurus. Informasi dari auditor tersebut dijadikan bahan pertimbangan oleh pengurus dalam mengembangkan atau merevisi pengendalian intern yang ada.(Dep.Kop dan UKM 2002:170-190).

e. Efektivitas Sistem Pengendalian InternEfektivitas adalah kemampuan untuk melakukan hal yang tepat atau untuk menyesuaikan sesuatu dengan baik. Hal ini mencakup pemilihan sasaran yang paling tepat dan pemilihan metode yang sesuai untuk mencapai sasaran tersebut (Handoko 1995:7).Efektivitas sistem pengendalian intern diartikan sebagai kemampuan sistem pengendalian intern yang direncanakan dan diterapkan agar mampu mewujudkan tujuannya yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, serta efektivitas dan efisiensi operasi. Tercapainya tujuan tersebut diwujudkan dalam bentuk adanya unsur-unsur sistem pengendalian intern dalam pengelolaan koperasi secara efektif dan efisiensi.

D. Keberhasilan Usaha Koperasia. Pengertian Keberhasilan UsahaKeberhasilan berasal dari kata dasar hasil yang artinya sesuatu yang diadakan, dibuat atau dijadikan oleh usaha, dan berhasil artinya mendatangkan hasil tercapainya maksud (Poerwadarminta 2002:348). Sedangkan usaha artinya kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran ataubadan untuk mencapai suatu maksud (Poerwadarminta 2002:1136). Dari uraian tersebut keberhasilan usaha dapat diartikan suatu kondisi atau keadaan tercapainya suatu maksud atau tujuan yang telah dikerjakan oleh suatu badan, tenaga, dan pikiran.Menurut Thoby (1992:89) pertumbuhan (keberhasilan) usaha dilihat sebagai usaha peningkatan dalam kuantitas asset usaha, jasa, pendapatan, SHU, simpan pinjam, kekayaan, modal sendiri. Secara umum, variabel kinerja koperasi yang diukur untuk melihat perkembangan atau pertumbuhan (growth) koperasi di Indonesia sebagai badan usaha terdiri dari kelembagaan (jumlah koperasi per propinsi, jumlah koperasi per jenis/kelompok koperasi, jumlah koperasi aktif dan non aktif), keanggotaan, volume usaha, permodalan, asset, dan Sisa hasil Usaha (Sitio 2001:137). Sedangkan menurut Dep.Kop. dan PK & M (1997:23) pertumbuhan atau keberhasilan usaha merupakan suatu kondisi atau keadaan bertambah majunya suatu maksud dalam suatu kegiatan yang dilihat dari volume usaha, nett asset dan laba bersih.Dari pengertian di atas keberhasilan usaha dapat diartikan suatu kegiatan dengan mengerahkan tenaga dan pikiran agar terjadi perubahan yang lebih baik atau bertambah maju, baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.Jadi, dalam penelitian ini yang dimaksud dengan keberhasilan usaha KPRI adalah tercapainya tujuan secara kelembagaan dan kegiatan usaha yang telah direncanakan olehKPRI .

b. Usaha Meningkatkan Keberhasilan Usaha KoperasiAgar supaya koperasi dapat terkelola dengan baik, dapat bertahan dan berkembang dalam melangsungkan usaha-usahanya maka perlu diperhatikan usaha mempertinggi tingkat efisiensi koperasi itu sendiri. Koperasi harus mampu menangani bidang-bidang usahanya dengan biaya atau pengeluaran yang sehemat-hematnya, yaitu dengan cara harus sanggup menghindarkan pemborosan-pemborosan.Beberapa pedoman untuk meningkatkan keberhasilan usaha koperasi, diantaranya yaitu :a. Penghematan pengeluaranModal dan investasi-investasi yang diperoleh koperasi untuk mengembangkan usaha-usahanya harus benar-benar dipelihara dan dipertanggungjawabkansecara terbuka. Penggunaan modal harus digunakanuntuk usaha-usaha yang tepat dengan pengeluaran- pengeluaran (inputs) yang sehemat-hematnya, sehingga keberhasilan usaha akan tercapai.b. Perencanaan usahaPerencanaan usaha harus benar-benar dipertimbangkan dan diperhitungkan. Penyusunan rencana usaha yang mantap sebaiknya diserahkankepada anggota pengurus yang memiliki skill dan pengalaman luas dengan dasar keputusannya demi keberhasilan dan perkembangan usaha koperasi.

c. Produktivitas/peningkatan hasil per kapitaDalam hal ini usaha yang dijalankan koperasi harus dapat mendorong para anggotanya agar bergairah kerja, sehingga peningkatan- peningkatan hasil akan diperoleh dan hal ini berarti diperolehnya peningkatan pendapatan oleh para anggota.d. Usaha koperasi dengan gambaran jelas bagi kemudahan pemasaran dan kemantapan hargaKegairahan berproduksi sangat berkaitan dengan usaha koperasinya yang menjamin pemasaran yang mudah dan perolehan harga yang wajar dan memuaskan para anggotanya. Untuk mempertahankan kegairahanberproduksi para anggotanya, koperasi harus mempertahankan pula gairah para konsumen untuk membeli poduk- produk jadi dengan memenuhi kuota yang ditentukan. (Kartasapoetra 2002:7-10).

c. FaktorFaktor yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha KoperasiKoperasi untuk dapat mengembangkan usahanya perlu mengingat akan efektivitas dan efisiensi usaha. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas dan efisiensi usaha adalah :a. Efisiensi proses usahaSebagai bentuk usaha koperasi juga harus melaksanakan fungsi-fungsi yang dimaksud seperti fungsi pembelanjaan, produksi, pemasaran, personalia dan administrasi

b. Loyalitas anggotaLoyalitas anggota tercermin pada kesetiaan anggota sebagai pelanggan koperasi, memenuhi kewajiban dan melaksanakan hak keanggotaannya dalam segala bentuk kegiatan didalam tata kehidupan koperasi.c. Penawaran yang cukupBarang-barang yang dibutuhkan oleh anggota ataupun kepentingan lainnya yang sesuai dengan bidang usaha koperasi hendaknya cukup tersedia di koperasi, sehingga mereka tidak perlu mencarinya diluar koperasi. Tersedianya semua barang barang kebutuhan anggota di koperasi akan mendidik anggota menjadi pelanggan yang setia.d. PersainganKeberadaan bentuk usaha lain di luar koperasi, memaksa koperasi untuk bersaing. Oleh karena itu, koperasi harus peka terhadap pengaruh- pengaruh persaingan itu didalam upaya mengendalikan usahanya.e. Harga eceranPerbedaan harga eceran koperasi dengan harga eceran di pasar merupakan salah satu sumber koperasi untuk meningkatkan tabungan anggota di koperasi (Widiyanti 1992:96).Asrori (1992) dalam penelitian tentang Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Yang Mempengaruhi Keberhasilan Usaha KUD Sebagai Badan Usaha Ekonomi diperoleh hasil bahwa keberhasilan usaha KUD yang diukur dari aspek keuangan dipengaruhi oleh :

1. Faktor internal meliputi :a. Aspek anggotab. Aspek usahac. Aspek manajemen2. Faktor eksternal meliputi :a. Aspek lingkungan alamb. Aspek lingkugan ekonomi

Sedangkan menurut Apsari (1987:5) berhasil tidaknya pengelolaan koperasi tergantung dari berbagai faktor, namun demikian untuk mencapai keberhasilan setiap koperasi harus berpedoman pada tiga sehat. Adapun pedoman tiga sehat itu meliputi :a. Sehat organisasi yaitu kerja sama yang teratur, disertai pembagian tugas yang jelas.a. Sehat usaha yaitu koperasi merupakan organisasi ekonomi rakyat yang dalam menjalankan usahanya harus berdasarkan prinsip ekonomi, sehingga tercapai tingkat efisiensi sesuai dengan rencana.b. Sehat mental merupakan dasar utama dari kokohnya koperasi. Tanpa adanya dukungan sehat mental, suatu koperasi meskipun memenuhi dua sehat sebelumnya, belum dapat dikatakan sempurna dan memenuhi harapan.

c. Cara Mengukur Keberhasilan Usaha Dalam KoperasiSampai saat ini belum ada suatu ukuran keberhasilan yang mantap mengenai lembaga ekonomi koperasi sebagai badan usaha ekonomi masyarakat. Ukuran keberhasilan sebenarnya sangat penting diperlukan untuk dapat mengarahkan kegiatan koperasi secara komprehensif dan terpadu agar dapat mengembangkan suatu badan usaha ekonomi yang mendukung keterlanjutan pembangunan yang lebih tepat, efektif dan efisien.Menurut Departemen Koperasi dan Pembinaan Usaha kecil (1997:23) untuk mengukur kriteria pertumbuhan atau perkembangan usaha suatu koperasi digunakan pengukuran sebagai berikut :

d. Kerangka BerpikirKPRI adalah koperasi primer yang anggotanya para pegawai negeri di Indonesia. Dengan dibentuknya koperasi ini diharapkan pegawai mampu berpartisipasi secara nyata dalam pembangunan sesuai dengan kemampuan masing-masing dalam usaha meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya serta masyarakat luas pada umumnya. KPRI merupakan badan usaha yang harus dikelola dengan baik sebagai layaknya badan usaha lain.Dalam menjalankan kegiatan usahanya dikelola secara lebih profesional. Pengelolaan yang profesional memerlukan adanya sistem pertanggungjawaban dan informasi yang relevan serta dapat diandalkan. Laporan pertanggungjawaban harus dapat mencerminkan bagaimana pengurus koperasi mendesain pengelolaan

usaha agar semua kekayaan koperasi aman dari semua tindakan yang dapat merugikan dan penggunaannya dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Sehingga kepercayaan para pihak terhadap koperasi dapat ditumbuhkembangkan. Kepercayaan pihak luar, dapat menjadikan koperasi memperoleh berbagai dukungan dari anggota yang meliputi dukungan modal, dukungan usaha sehingga usaha-usaha koperasi menjadi lebih berkembang.Dengan implementasi pengendalian intern yang memadai diharapkan keamanan atas kekayaan koperasi dan pengelolaan usaha koperasi dapat berkembang dengan baik tanpa adanya kecurangan dari pihak manapun. Dengan tidak adanya kecurangan berarti jika koperasi memperoleh laba/SHU, maka anggota akan menerima bagiannya sesuai dengan prinsip yang berlaku (Dep.Kop dan UKM 2002:155). Jadi, dengan mengimplementasikan sistem pengendalian intern yang memadai diharapkan koperasi dapat memperoleh laba/SHU yang sesuai dengan kemampuannya. Sehingga dapat mendorong koperasi untuk mencapai keberhasilan usahanya, dalam hal ini peningkatan perolehan laba. Keberhasilan usaha merupakan suatu kondisi atau keadaan bertambah majunya suatu maksud dalam suatu kegiatan pada koperasi yang dapat dilihat dari aspek omzet/volume usaha, nett asset dan SHU (Dep.Kop dan PK & M 1997:23).Dari uraian tersebut di atas dapat diambil suatu pemahaman bahwa sistem pengendalian intern yang memadai akan berpengaruh terhadap keberhasilan usaha koperasi.

BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN

4.1 KesimpulanPengwasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan.Tipe-tipe pengawasan yaitu ; Pengawasan Pendahuluan (preliminary control),Pengawasan pada saat kerja berlangsung (cocurrent control), Pengawasan Feed Back (feed back control). Tahap Proses Pengawasan ; Menetapkan standar pelaksanaan (perencanaan), Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan, Pembandingan pelaksanaan kegiatan dengan standard dan penganalisa penyimpangan penyimpangan, Pengambilan tindakan koreksi.Pengawasan penting disebabkan karena Perubahan lingkungan organisasi, Peningkatan kompleksitas organisasi, Meminimalisasikan tingginya kesalahan-kesalahan, Kebutuhan manager untuk mendelegasikan wewenang, Komunikasi dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi.Perancangan proses pengawasan diantaranya yaitu; Merumuskan hasil yang di inginkan, Menetapkan penunjuk hasil, Menetapkan standar penunjuk dan hasil, Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik dan Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi. Bidang strategik dalam pengawasan ialah Transaksi Keuangan, Hubungan Manajer dan Bawahan, dan Operasi-operasi Produktif. Alat-alat pengawasan yang paling umum ialah Manajemen Pengecualian (Management by Exception), Management Information System (MIS), Analisa Rasio dan Penganggaran.

4.2 SaranPengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.

Daftar Pustaka

George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993. George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993. George R. Terry Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993. Handoko T. Hani, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986.Koont & ODonnell, op,cit.,Reksohadiprodjo Sukanto, Dasar- Dasar Manajemen, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 1992.Sukanto Reksohadiprodjo, Dasar- Dasar Manajemen, BPFE-Yogyakarta: Yogyakarta, 1992, T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986, T. Hani Handoko, Manajemen, BPFE, Yogyakarta: Yogyakarta, 1986, Terry George R. Prinsip-Prinsip Manajemen, Bumi Askara: Jakarta 1993