pengaruh pendidikan dan pengalaman petani...

107
PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS TANAMAN KOPI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI KABUPATEN TAPANULI UTARA T E S I S Oleh ERWIN HASUDUNGAN HUTAURUK 077003037/PWD SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2 0 0 9

Upload: lenhu

Post on 07-Mar-2019

243 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI

TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS TANAMAN KOPI

DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

T E S I S

Oleh

ERWIN HASUDUNGAN HUTAURUK 077003037/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

Page 2: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI

TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS TANAMAN KOPI DAN KONTRIBUSINYA TERHADAP PENGEMBANGAN

WILAYAH DI KABUPATEN TAPANULI UTARA

T E S I S

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan (PWD) pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERWIN HASUDUNGAN HUTAURUK

077003037/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

2 0 0 9

Page 3: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Judul Tesis : PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN

PETANI TERHADAP TINGKAT PRODUKTIVITAS

TANAMAN KOPI DAN KONTRIBUSINYA

TERHADAP PENGEMBANGAN WILAYAH DI

KABUPATEN TAPANULI UTARA

Nama Mahasiswa : Erwin Hasudungan Hutauruk

Nomor Pokok : 077003037

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

Menyetujui

Komisi Pembimbing

(Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D)

Ketua

(Dr. Ir. Tavi Supriana, MS) (Prof. Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. H. Bachtiar Hassan Miraza, SE) (Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa, B,M.Sc)

Tanggal Lulus : Juli 2009

Page 4: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Telah diuji pada

Tanggal 21 Juli 2009

PANITIA PENGUJI TESIS Ketua : Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D

Anggota : 1. Dr. Ir. Tavi Supriana, MS

2. Prof. Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA

3. Prof. Dr. Badaruddin

4. Kasyful Mahalli, SE, M.Si

Page 5: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

ABSTRAK ERWIN HASUDUNGAN HUTAURUK. NIM 077003037. “Pengaruh

Pendidikan dan Pengalaman Petani terhadap Tingkat Produktivitas Tanaman

Kopi dan Kontribusinya terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten

Tapanuli Utara”, di bawah bimbingan Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D, Dr. Ir. Tavi Supriana, MS dan Prof. Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA.

Pengetahuan petani sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman petani maka diharapkan semakin tinggi pula produktivitas tanaman yang dihasilkan.

Namun masalahnya adalah apakah pendidikan atau pengalaman petani kopi menentukan produktivitas tanaman kopi dan bagaimana kontribusinya terhadap

pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Atas dasar itu maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap tingkat produktivitas tanaman kopi dan mengetahui kontribusi

produktivitas tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Populasi penelitian ini adalah petani kopi yang ada di Kabupaten Tapanuli

Utara. Penetapan sampel penelitian berdasarkan teknik Proporsional Random Sampling dengan mengambil tiga wilayah kecamatan, yakni Kecamatan Siborongborong, Sipahutar dan Pangaribuan dengan total sampel berjumlah 95 orang.

Teknik pengumpulan data melalui kuisioner dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendidikan (formal dan non

formal) dan pengalaman berpengaruh positif dan signifikan terhadap produktivitas tanaman kopi. Sedangkan faktor pendidikan formal berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap produktivitas tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara.

Kontribusi produktivitas tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara dapat dilihat dari pendapatan, penyerapan tenaga kerja,

semakin berkembangnya toko - toko pertanian dan pedagang pengumpul serta berdirinya pabrik pengolahan biji kopi di Kecamatan Siborongborong.

Kata Kunci : Produktivitas, pendidikan, pengalaman petani dan pengembangan wilayah.

Page 6: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

ABSTRACT

ERWIN HASUDUNGAN HUTAURUK. NIM 077003037. “The Effect of

Education and Experience of Farmers on Productivity of Coffee Plants and The

Contribution on Regional Development of North Tapanuli District”, under supervision of Mr. Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc. Ph.D, Mrs. Dr. Ir. Tavi Supriana,

MS and Mr. Prof. Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA. The knowledge of farmer is highly affected by the education and experience

they hold. The higher educational level and experience of the farmers, the greater

productivity will be. However the problem is, whether education and experience can improve the productivity of coffee plants and what is the contribution to regional

development of North Tapanuli district. To take it as background, thus the objective of this research would be to know the effect of education and experience on productivity of coffee plants, and it‘s contribution on regional development of North

Tapanuli District through the coffee farming. The population of the research was coffee growers found in district of North Tapanuli. The determination of sample was

made by technical of proportional random sampling taking three sub districts: sub district of Siborongborong, Sipahutar and Pangaribuan, total sample 95 peoples. The technical of data collection was accomplished by distributing the questionnaires and

interview. The result of research indicated, that factors of education (formal and non

formal) and experience have positive and significant effect on productivity of coffee plants. However the factor of formal education has positive, but insignificantly, effect on productivity of coffee plants in North Tapanuli District. The contribution of coffee

farming on regional development of North Tapanuli District could be seen by income, accommodation of labors (workers), the improved agricultural shops and the

collecting traders and the operation of coffee grain mill in sub district of Siborongborong.

Key words : Productivity, education, the experience of farmers and regional

development

Page 7: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur disampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas izin-

Nyalah penelitian yang berjudul “Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap

Tingkat Produktifitas Tanaman Kopi dan Kontribusinya terhadap pengembangan

wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara”, dapat diselesaikan. Penulisan tesis ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains (M.Si) pada

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

Atas rampungnya tesis ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada seluruh

pihak yang turut memberikan bantuan dan dukungan, baik sewaktu penulis mengikuti

proses perkuliahan maupun pada saat penulis melakukan penelitian. Ucapan terima

kasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H, Sp.A(K), selaku Rektor Universitas

Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa B. MSc, selaku Direktur Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Bachtiar Hassan Miraza, selaku Ketua Program Studi Perencanaan

Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD).

4. Bapak Prof. Ir. Zulkifli Nasution, MSc, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing

dalam penulisan tesis ini.

5. Ibu Dr. Ir. Tavi Supriana, MS, selaku anggota komisi pembimbing yang telah

banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan tesis ini.

Page 8: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

6. Bapak Prof. Dr. Drs. Marlon Sihombing, MA, selaku anggota komisi

pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan serta arahan dalam penulisan

tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Lic.rer.reg. Sirozujilam, SE, Prof. Dr. Badaruddin, dan Kasyful

Mahalli, SE, M.Si, yang bersedia menjadi dosen penguji serta telah memberikan

masukan dan arahan yang bermanfaat dalam penulisan tesis ini.

8. Seluruh civitas akademika Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,

yang telah banyak membantu penulis dalam proses administrasi maupun

kelancaran kegiatan akademik, termasuk juga seluruh teman-teman di jurusan

PWD USU Medan.

9. Menteri Pendidikan Nasional yang telah memberikan dukungan pembiayaan

melalui Program Beasiswa Unggulan hingga penyelesaian tesis ini berdasarkan

DIPA Sekretariat Jenderal DEPDIKNAS Tahun Anggaran 2007 sampai dengan

2009.

10. Khusus kepada istriku ’Meri’ dan putraku ’Kiel’ yang telah memberikan

perhatian khusus, sehingga peneliti dapat merampungkan penulisan tesis ini.

Akhirnya dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa, tesis ini

dipersembahkan bagi semua pihak yang membacanya dengan harapan dapat memberi

koreksi konstruktif apabila terdapat kesalahan.

Medan, Juni 2009

Penulis,

Page 9: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

RIWAYAT HIDUP

Erwin Hasudungan Hutauruk dilahirkan di Medan pada tanggal 20 Oktober

1978. Anak kedua dari Eliakim Hutauruk dan Luse Situmeang. Menyelesaikan

pendidikan : SD Negeri 064012 Medan tahun 1991, SMP Negeri 6 Medan tahun

1994, SMA Negeri 9 Medan tahun 1997. Memperoleh gelar sarjana dari Fakultas

Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan tahun 2002.

Pada tahun 2007 mendapatkan beasiswa untuk mengikuti pendidikan di

Sekolah Pascasarjana Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan (PWD) Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini bekerja sebagai

Pegawai Negeri Sipil (PNS) di Bagian Pengendalian Program Sekretariat Daerah

Kabupaten Tapanuli Utara.

Page 10: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ........................................................................................................... i

ABSTRACT .......................................................................................................... ii

KATA PENGANTAR ......................................................................................... iii

RIWAYAT HIDUP ............................................................................................. v

DAFTAR ISI ........................................................................................................ vi

DAFTAR TABEL ............................................................................................... viii

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... x

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ................................................................................ 1

1.2. Perumusan Masalah ........................................................................ 7 1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................ 8

1.4. Manfaat Penelitian .......................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 9

2.1. Pengembangan Wilayah ................................................................. 9 2.2. Pendidikan ...................................................................................... 16

2.2.1. Pendidikan Formal .............................................................. 20 2.2.2. Pendidikan Non Formal ...................................................... 21

2.3. Pengalaman .................................................................................... 22 2.4. Komoditi Kopi ............................................................................... 24 2.5. Penelitian Sebelumnya ................................................................... 26

2.6. Kerangka Berpikir .......................................................................... 31 2.7. Hipotesis Penelitian ....................................................................... 32

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................... 33

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian ......................................................... 33 3.2. Ruang Lingkup Penelitian .............................................................. 34 3.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................... 34

Page 11: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

3.4. Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 35 3.5. Teknik Analisis Data ...................................................................... 36 3.6. Defenisi Operasional ...................................................................... 38

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................... 39

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .............................................. 39 4.1.1. Letak Geografis ................................................................... 39

4.1.2. Topografi ............................................................................. 39 4.1.3. Iklim .................................................................................... 40

4.1.4. Luas Wilayah dan Penggunaan Lahan ................................ 40 4.1.5. Penduduk ............................................................................. 42

4.2. Gambaran Umum Responden ....................................................... 42

4.3. Gambaran Umum Usahatani Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara 48 4.3.1. Luas Lahan Petani Kopi ....................................................... 48 4.3.2. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi ......................... 50

4.3.3. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Usahatani Kopi .. 52

4.4. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Tingkat Produktifitas Tanaman Kopi ......................................................... 54

4.5. Kontribusi Usahatani Tanaman Kopi terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara .......................................... 60

4.5.1. Pendapatan Petani Kopi ....................................................... 61 4.5.2. Penyerapan Tenaga Kerja .................................................... 62 4.5.3. Berkembangnya Toko-toko Pertanian ................................ 65

4.5.4. Berkembangnya Pedagang Pengumpul dan Berdirinya Pabrik Pengolahan Biji Kopi di Siborongborong ................ 67

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 69

5.1. Kesimpulan ................................................................................... 69 5.2. Saran .............................................................................................. 70

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 71

Page 12: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 - 2006 (Persen) .................................................. 2

2. Distribusi Persentase Sektor Pertanian Terhadap PDRB

Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 - 2004 (Persen) ..................... 3 3. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman

Tahun 2005 - 2006 (Ha) ...................................................................... 3

4. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Tahun 2005 - 2006 (Ton) .................................................................... 4

5. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kopi Per Kecamatan Tahun 2002 - 2004 .............................................................................. 5

6. Luas Tanaman, Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi Menurut Kecamatan pada

Tahun 2006 ......................................................................................... 6

7. Lokasi Penelitian ................................................................................. 33 8. Populasi dan Sampel Penelitian ........................................................... 35

9. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Menurut

Kecamatan 2004 .................................................................................. 41 10. Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk

Menurut Kecamatan Tahun 2006 ........................................................ 42

11. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur ............................... 43 12. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ................................... 44

13. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan.............................. 45

Page 13: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

14. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ........................... 46 15. Distribusi Responden Menurut Lama Berkebun Kopi ........................ 47

16. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan Kebun Kopi .................... 48

17. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Produktivitas Tanaman Kopi .............................................................. 54

Page 14: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumberdaya Alam, Sumberdaya Manusia dan Teknologi......................................................... 12

2. Kerangka Pemikiran .................................................................................. 32

Page 15: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuisioner Penelitian ............................................................................ 75

2. Identitas Responden ............................................................................ 80

3. Rekapitulasi Produktivitas Tanaman Kopi Responden (Ton/Ha/Tahun) ................................................................ 83

4. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman

terhadap Produktivitas Tanaman Kopi ................................................ 86

5. Data Input Penelitian ........................................................................... 89

6. Surat Izin Penelitian dari Bappeda Kabupaten Tapanuli Utara .......... 92

7. Surat Izin Penelitian dari Sekolah Pascasarjana USU Medan ............ 93

Page 16: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertanian dan perdesaan merupakan satu-kesatuan yang tak terpisahkan.

Pertanian merupakan komponen utama yang menopang kehidupan perdesaan di

Indonesia. Pertanian tidak hanya sebatas pertanian dalam artian sempit, namun dalam

artian luas yaitu penghasil produk primer yang terbarukan, termasuk di dalamnya

pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan dan

kehutanan.

Pertanian merupakan sektor yang memiliki peranan penting dalam

perekonomian. Peranan pertanian antara lain adalah (1) menyediakan kebutuhan

bahan pangan yang diperlukan masyarakat untuk menjamin ketahanan pangan, (2)

menyediakan bahan baku industri, (3) sebagai pasar potensial bagi produk-produk

yang dihasilkan oleh industri, (4) sumber tenaga kerja dan pembentukan modal yang

diperlukan bagi pembangunan sektor lain, (5) sumber perolehan devisa, (6)

mengurangi kemiskinan dan peningkatan ketahanan pangan dan (7) menyumbang

pembangunan perdesaan dan pelestarian lingkungan hidup.

Kabupaten Tapanuli Utara yang terletak di wilayah pengembangan dataran

tinggi Sumatera Utara merupakan salah satu daerah pertanian di Propinsi Sumatera

Utara. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi sektor pertanian dalam pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto sampai dengan tahun 2006 masih tetap dominan,

Page 17: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

yakni mencapai lebih dari 55 persen dari total PDRB yang dihasilkan Kabupaten

Tapanuli Utara. Struktur ekonomi menurut lapangan usaha atas dasar harga berlaku

tahun 2000 - 2006 (Persen) dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Struktur Ekonomi Menurut Lapangan Us aha Atas Dasar Harga Berlaku Tahun

2000 - 2006 (Persen)

No. Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006

1 Pertanian 57.50 57.11 56.94 56.46 56.19 56.08 55.16

2 Pertambangan

dan Penggalian 0.08 0.08 0.08 0.09 0.11 0.11 0.12

3 Industri 2.27 2.24 2.08 1.90 1.87 1.95 1.86

4 Listrik, Gas & Air

Bersih 0.75 0.78 0.85 0.86 0.86 0.88 0.86

5 Bangunan 5.85 5.93 5.79 5.86 5.70 5.66 6.00

6 Perdagangan, Hotel &

Restoran 13.22 13.12 13.13 13.72 13.83 13.80 13.76

7 Pengangkutan dan

Komunikasi 3.64 3.81 4.12 4.09 4.21 4.36 4.27

8 Keuangan, Persewaan &

Jasa Perusahaan 4.24 4.20 4.45 4.49 4.73 4.63 4.47

9 Jasa-jasa 12.45 12.73 12.56 12.53 12.50 12.52 13.52

PDRB 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00 100.00

Sumber. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004 dan Tapanuli Utara Dalam Angka 2007

Tabel 1 menunjukkan bahwa sektor pertanian hingga saat ini masih menjadi

tulang punggung perekonomian Kabupaten Tapanuli Utara, baik ditinjau dari aspek

penghasil nilai tambah dan devisa maupun sumber penghasilan atau penyedia

lapangan pekerjaan bagi sebagian besar penduduknya.

Bila dilihat dari distribusi persentase sektor pertanian terhadap PDRB atas

dasar harga berlaku maka sub sektor perkebunan adalah penyumbang terbesar kedua

terhadap sektor pertanian setelah sub sektor tanaman bahan makanan, yakni sebesar

19,10 persen pada tahun 2004. Distribusi persentase sektor pertanian terhadap PDRB

atas dasar harga berlaku tahun 2000 - 2004 (Persen) dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 18: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Tabel 2. Distribusi Persentase Sektor Pertanian Terhadap PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2000 - 2004 (Persen)

No. Sektor 2000 2001 2002 2003 2004

I.

II.

Pertanian

1. Tanaman Bahan Makanan

2. Tanaman Perkebunan

3. Peternakan 4. Kehutanan

5. Perikanan

Bukan Pertanian

57,50

32,82

18,91

4,23 0,80

0,74

42,50

57,11

32,93

18,51

4,08 0,81

0,77

42,89

56,94

32,08

19,12

4,10 0,91

0,73

43,06

56,46

32,11

18,71

3,95 1,02

0,66

43,54

56,19

31,59

19,10

3,75 1,09

0,65

43,81

PDRB 100 100 100 100 100

Sumber. PDRB Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki beberapa komoditi perkebunan rakyat

seperti tanaman kopi, kemenyan, karet, kulit manis, cengkeh, kelapa, coklat, jahe,

kemiri, aren, pinang, vanili, nilam, andaliman dan lain - lain. Namun komoditi yang

banyak dibudidayakan masyarakat adalah tanaman kopi. Hal ini dapat dilihat dari

luas tanaman kopi lebih besar dari luas tanam komoditi perkebunan lainnya, yakni

sebesar 14.806,75 Ha pada tahun 2006, kecuali tanaman kemenyan, tumbuh liar

dalam jumlah yang besar di hutan. Luas tanaman perkebunan rakyat menurut jenis

tanaman tahun 2005 - 2006 (Ha) dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Luas Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Tahun 2005 - 2006 (Ha)

No. Jenis Tanaman 2005 2006

1.

2.

3.

4. 5.

6.

7.

8.

9. 10.

11.

12.

13.

14. 15.

16.

17.

Karet

Kemenyan

Kopi

Cengkeh Kelapa

Tebu

Kulit Manis

Kemiri

Tembakau Kelapa Sawit

Coklat

Jahe

Aren

Pinang Vanili

Nilam

Andaliman

8.031,25

16.282,50

14.693,25

242,00 349,00

172,00

680,50

451,50

10,35 69,00

2.458,30

90,25

371,60

184,75 2,50

53,00

21,00

8.082,50

16.282,50

14.806,75

189,00 349,85

171,50

484,81

454,50

10,35 69,00

2.599,00

30,08

371,60

184,75 1,50

53,00

21,00

Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2007

Page 19: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Begitu juga halnya dengan produksi tanaman kopi lebih besar dari produksi

komoditi perkebunan lainnya, yakni masing-masing sebesar 8.249,68 ton pada tahun

2005 dan sebesar 8.935,74 ton pada tahun 2006. Produksi tanaman perkebunan

rakyat menurut jenis tanaman tahun 2005 - 2006 (Ton) dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Produksi Tanaman Perkebunan Rakyat Menurut Jenis Tanaman Tahun 2005 - 2006 (Ton)

No. Jenis Tanaman 2005 2006

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

16.

17.

Karet

Kemenyan

Kopi

Cengkeh

Kelapa

Tebu

Kulit Manis

Kemiri

Tembakau

Kelapa Sawit

Coklat

Jahe

Aren

Pinang

Vanili

Nilam

Andaliman

4.565,99

3.508,53

8.249,68

15,86

244,57

109,50

1.189,51

181,49

4,25

0,00

530,71

1.725,87

81,73

39,25

0,22

7,31

5,64

4.629,58

3.642,40

8.935,74

13,45

287,73

151,34

1.337,26

182,80

4,25

0,00

722,42

186,88

122,10

48,81

0,22

10,28

7,53

Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2007

Tingginya produksi kopi seiring dengan meningkatnya luas areal tanaman

kopi. Pertumbuhan luas areal tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara selama 3

tahun (2002 - 2004) mencapai 2,76 persen per tahunnya, yakni dari seluas 13.834 Ha

pada tahun 2002 meningkat menjadi 14.560 Ha pada tahun 2003 dan 14.600 Ha pada

tahun 2004. Bila dilihat per kecamatan, maka kecamatan yang memiliki areal

tanaman kopi yang terluas adalah Kecamatan Pangaribuan sebesar 2.747 Ha dengan

produksi tertinggi sebesar 1.587,90 ton pada tahun 2004. Kemudian diikuti

Kecamatan Siborongborong dan Sipahutar dengan luas tanam masing - masing

Page 20: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

sebesar 1.632 Ha dan 1.495 Ha dengan produksi masing - masing sebesar 1.124,48

ton dan 1.005,43 ton. Luas tanam dan produksi tanaman kopi per kecamatan tahun

2002 - 2004 dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas Tanam dan Produksi Tanaman Kopi Per Kecamatan Tahun 2002 - 2004

No.

Kecamatan

2002 2003 2004

Luas

Tanam

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Tanam

(Ha)

Produksi

(Ton)

Luas

Tanam

(Ha)

Produksi

(Ton)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Parmonangan

Adian Koting

Sipoholon

Tarutung

Siatas Barita

Pahae Julu

Pahae Jae

Purbatua

Simangumban

Pangaribuan

Garoga

Sipahutar

Siborongborong

Pagaran

Muara

1.480

311

582

522

422

352

233

187

197

2.642

936

1.389

2.545

1.602

434

723,06

128,11

242,07

229,50

205,00

198,51

75,00

70,00

70,84

838,70

360,59

646,00

830,00

580,00

160,00

1.520

335

608

552

432

372

260

226

242

2.742

1.012

1.490

2.625

1.656

488

990,10

220,05

320,15

240,08

210,00

200,00

128,00

110,00

125,00

1.206,00

560,00

990,00

1.108,00

680,00

270,00

1.520

335

612

559

432

372

260

226

242

2.747

1.012

1.495

1.632

1.661

495

999,87

221,24

412,20

260,78

249,94

256,70

172,00

136,01

168,28

1.587,90

624,63

1.005,43

1.124,48

792,22

274,54

Jumlah 13.834 5.357,38 14.560 7.357,38 14.600 8.223,22

Sumber. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara

Tabel 5 menunjukkan bahwa areal pertanaman kopi terdapat di semua

kecamatan Kabupaten Tapanuli Utara. Adapun jenis kopi yang banyak diusahakan

oleh masyarakat Kabupaten Tapanuli Utara adalah Kopi Lintong yang merupakan

jenis spesies arabika. Kopi tersebut merupakan Natural Endowment Kabupaten

Tapanuli Utara yang memiliki keunggulan dibandingkan jenis kopi lainnya karena

memiliki keunggulan mutu dan cita rasa (aroma, taste dan flavour).

Page 21: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Besarnya minat masyarakat untuk bertanam kopi selain dikarenakan kondisi

lahan dan iklim di semua kecamatan yang sangat sesuai dengan syarat tumbuh dan

berkembangnya tanaman kopi, faktor lainnya yang mendukung adalah pemasaran

produksi tanaman kopi yang relatif lancar karena tersedianya industri pengolahan

kopi di Kecamatan Siborongborong.

Ukuran keberhasilan petani di dalam bertani tercermin dari produktivitas yang

dihasilkan. Salah satu kecamatan di Kabupaten Tapanuli Utara yang memiliki

produktivitas tanaman kopi yang tertinggi adalah Kecamatan Siborongborong,

dimana pada tahun 2006 produktivitas tanaman kopi yang dihasilkan dari daerah ini

sebesar 1.097,15 Kg/Ha, lebih tinggi dari kecamatan lainnya. Kemudian diikuti oleh

Kecamatan Sipahutar dan Pangaribuan masing - masing sebesar 1.087,10 Kg/Ha dan

1.004,90 Kg/Ha. Luas Tanaman, Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan

Produktivitas Tanaman Kopi Menurut Kecamatan pada Tahun 2006 dapat dilihat

pada Tabel 6.

Tabel 6. Luas Tanaman, Luas Tanaman Menghasilkan, Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi

Menurut Kecamatan pada Tahun 2006

No. Kecamatan Luas Tanaman

(Ha)

Luas Tanaman

Menghasilkan (Ha)

Produksi

(Ton)

Produktivitas

(Kg/Ha)

1. 2. 3.

4. 5. 6. 7.

8. 9.

10. 11.

12. 13. 14.

15.

Parmonangan Adian Koting Sipoholon

Tarutung Siatas Barita Pahae Julu Pahae Jae

Purbatua Simangumban

Pangaribuan Garoga

Sipahutar Siborongborong Pagaran

Muara

1.526,75 343,25 620,00

563,50 440,50 372,00 260,00

226,00 242,00

2.821,00 1.012,00

1.495,00 2.637,75 1.663,25

583,75

1.071,25 265,50 454,75

355,75 293,50 311,25 255,75

189,75 240,75

1.627,50 766,00

965,75 1.069,25 860,25

348,25

1.040,02 260,43 454,73

294,38 293,45 295,92 226,57

172,00 200,55

1.635,47 678,06

1.049,87 1.173,13 818,05

343,11

970,85 980,90 999,96

827,49 999,83 950,75 885,90

906,46 833,02

1.004,90 885,20

1.087,10 1.097,15

950,94

985,24

Total 14.806,75 9.075,25 8.935,74 984,63 Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2007

Page 22: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Produktivitas tanaman kopi yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh

pengetahuan petani di dalam bertani. Pengetahuan petani tentunya juga sangat

dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan pengalaman yang dimilikinya. Semakin

tinggi pendidikan petani maka diharapkan semakin tinggi pula kemampuannya dalam

mengadopsi teknologi pertanian dan hasil akhirnya tercermin dari produktivitas yang

tinggi. Begitu juga halnya dengan tingkat pengalaman petani, bila semakin lama

pengalaman petani maka diharapkan petani tersebut akan lebih mampu mengatasi

berbagai permasalahan di dalam bertani. Namun yang menjadi permasalahannya

adalah apakah pendidikan atau pengalaman yang menentukan meningkatnya

produktivitas tanaman kopi dan bagaimana kontribusinya terhadap pengembangan

wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara.

Atas dasar itu, maka peneliti tertarik untuk meneliti seberapa besar pengaruh

pendidikan dan pengalaman terhadap produktivitas tanaman kopi yang ada saat ini di

Kabupaten Tapanuli Utara dan bagaimana kontribusinya terhadap pengembangan

wilayah di daerah tersebut.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di bagian latar belakang, maka dapat dirumuskan

beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap tingkat produktivitas

tanaman kopi ?

Page 23: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

2. Bagaimana kontribusi usahatani tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di

Kabupaten Tapanuli Utara ?

1.3. Tujuan Penelitian

Dari permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap tingkat

produktivitas tanaman kopi

2. Untuk mengetahui kontribusi usahatani tanaman kopi terhadap pengembangan

wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara

1.4. Manfaat Penelitian

Sedangkan manfaat yang dapat direkomendasikan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai sumber data dan informasi bagi pihak yang terkait dengan perencanaan

pendidikan pertanian

2. Sebagai bahan masukan kepada Pemerintah daerah dalam rangka pengambilan

kebijakan pengembangan budidaya tanaman kopi sebagai komoditi unggulan di

Kabupaten Tapanuli Utara

3. Sebagai informasi bagi penelitian lanjutan.

Page 24: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengembangan Wilayah

Pada hakekatnya pengembangan (development) merupakan upaya untuk

memberi nilai tambah dari apa yang dimiliki untuk meningkatkan kualitas hidup.

Menurut MT Zen dalam buku Tiga Pilar Pengembangan Wilayah (1999)

pengembangan lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah

kekayaan. Tetapi bukan berarti bahwa kekayaan itu tidak relevan. Pengembangan

juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi; belajar memanfaatkan

kemampuan yang dimiliki bersandar pada lingkungan sekitar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Pada dasarnya proses pengembangan itu juga merupakan proses

belajar (learning process). Hasil yang diperoleh dari proses tersebut, yaitu kualitas

hidup meningkat, akan dipengaruhi oleh instrument yang digunakan (Susilo, 2003).

Mengacu pada filosofi dasar tersebut maka pengembangan wilayah

merupakan upaya memberdayakan stake holders (masyarakat, Pemerintah,

Pengusaha) di suatu wilayah, terutama dalam memanfaatkan sumberdaya alam dan

lingkungan di wilayah tersebut dengan instrument yang dimiliki atau dikuasai, yaitu

teknologi. Dengan lebih tegas MT Zen menyebutkan bahwa pengembangan wilayah

merupakan upaya mengawinkan secara harmonis sumberdaya alam, manusia dan

Page 25: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

teknologi, dengan memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri (Susilo,

2003).

Dalam Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang,

wilayah adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap unsur yang

terkait kepadanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

administratif dan atau aspek fungsional. Menurut Rustiadi (2004) wilayah dapat

didefinisikan sebagai unit geografis dengan batas-batas spesifik tertentu dimana

komponen-komponen wilayah tersebut satu sama lain saling berinteraksi secara

fungsional. Sehingga batasan wilayah tidaklah selalu bersifat fisik dan pasti tetapi

seringkali bersifat dinamis. Komponen-komponen wilayah mencakup komponen

biofisik alam, sumberdaya buatan (infrastruktur), manusia serta bentuk-bentuk

kelembagaan. Dengan demikian istilah wilayah menekankan interaksi antar manusia

dengan sumberdaya-sumberdaya lainnya yang ada di dalam suatu batasan unit

geografis tertentu. Konsep wilayah yang paling klasik (Hagget, Clif f dan Frey, 1977

dalam Rustiadi, 2004) mengenai tipologi wilayah, mengklasifikasikan konsep

wilayah ke dalam tiga kategori, yaitu: (1) wilayah homogen (uniform/homogenous

region); (2) wilayah nodal (nodal region); dan (3) wilayah perencanaan (planning

region atau programming region). Sejalan dengan klasifikasi tersebut, (Glason, 1974

dalam Tarigan, 2005) berdasarkan fase kemajuan perekonomian mengklasifikasikan

region/wilayah menjadi : 1). fase pertama yaitu wilayah formal yang berkenaan

dengan keseragaman/homogenitas. Wilayah formal adalah suatu wilayah geografik

Page 26: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

yang seragam menurut kriteria tertentu, seperti keadaan fisik geografi, ekonomi,

sosial dan politik. 2). fase kedua yaitu wilayah fungsional yang berkenaan dengan

koherensi dan interdependensi fungsional, saling hubungan antar bagian-bagian

dalam wilayah tersebut. Kadang juga disebut wilayah nodal atau polarized region dan

terdiri dari satuan-satuan yang heterogen, seperti desa-kota yang secara fungsional

saling berkaitan. 3). fase ketiga yaitu wilayah perencanaan yang memperlihatkan

koherensi atau kesatuan keputusan-keputusan ekonomi.

Pembangunan atau pengembangan, dalam arti development, bukanlah suatu

kondisi atau suatu keadaan yang ditentukan oleh apa yang dimiliki manusianya,

dalam hal ini penduduk setempat. Sebaliknya, pengembangan itu adalah kemampuan

yang ditentukan oleh apa yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki,

guna meningkatkan kualitas hidupnya, dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi,

pengembangan harus diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta

kemampuan untuk merealisasikannya. Disini, mulai kelihatan masalah dasarnya,

yaitu motivasi. Ia lebih merupakan motivasi dan pengetahuan daripada masalah

kekayaan (Zen, 2001).

Jadi pengembangan wilayah itu tidak lain dari usaha mengkombinasikan

sumberdaya alam, manusianya, dan teknologi secara harmonis dengan

memperhitungkan daya tampung lingkungan itu sendiri. Kesemuanya itu disebut

memberdayakan masyarakat (lihat Gambar 1).

Page 27: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Gambar 1. Hubungan antara Pengembangan Wilayah, Sumberdaya Alam, Sumberdaya

Manusia dan Teknologi (Zen, 2001)

Secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan

sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai

sumber daya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan

wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor

pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan

pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI. Berpijak pada pengertian

diatas maka pembangunan seyogyanya tidak hanya diselenggarakan untuk memenuhi

tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun lebih dari itu, pembangunan

diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat

komprehensif dan holistik dengan mempertimbangkan keserasian antara berbagai

sumber daya sebagai unsur utama pembentuk ruang (sumberdaya alam, buatan,

manusia dan sistem aktivitas), yang didukung oleh sistem hukum dan sistem

Pengembangan

Wilayah

Sumberdaya Alam Teknologi

Sumberdaya

Manusia

Lin

gk

ung

an H

idup

Lin

gk

ung

an H

idup

Lingkungan Hidup

Page 28: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

kelembagaan yang melingkupinya (Dirjen Penataan Ruang Departemen Permukiman

dan Prasarana Wilayah, 2003).

Pengembangan wilayah yaitu setiap tindakan pemerintah yang akan dilakukan

bersama-sama dengan para pelakunya dengan maksud untuk mencapai suatu tujuan

yang menguntungkan bagi wilayah itu sendiri maupun bagi kesatuan administratif

dimana wilayah itu menjadi bagiannya, dalam hal ini Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pada umumnya pengembangan wilayah dapat dikelompokkan menjadi

usaha-usaha mencapai tujuan bagi kepentingan-kepentingan di dalam kerangka azas :

a. Sosial

Usaha-usaha mencapai pemenuhan kebutuhan-kebutuhan dan peningkatan

kualitas hidup serta peningkatan kesejahteraan individu, keluarga, dan seluruh

masyarakat di dalam wilayah itu diantaranya dengan mengurangi pengangguran

dan menyediakan lapangan kerja serta menyediakan prasarana-prasarana

kehidupan yang baik seperti pemukiman, papan, fasilitas transportasi, kesehatan,

sanitasi, air minum dan lainnya.

b. Ekonomi

Usaha-usaha mempertahankan dan memacu perkembangan dan pertumbuhan

ekonomi yang memadai untuk mempertahankan kesinambungan dan perbaikan

kondisi-kondisi ekonomis yang baik bagi kehidupan dan memungkinkan

pertumbuhan kearah yang lebih baik.

Page 29: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

c. Wawasan Lingkungan

Pencegahan kerusakan dan pelestarian lingkungan terhadap kesetimbangan

lingkungan. Aktivitas sekecil apapun dari manusia yang mengambil sesuatu dari,

atau memanfaatkan potensi alam, sedikit banyak akan mempengaruhi

kesetimbangannya, yang apabila tidak diwaspadai dan dilakukan penyesuaian

terhadap dampak-dampak yang terjadi akan menimbulkan kerugian bagi

kehidupan manusia, khususnya akibat dampak yang dapat bersifat tak berubah

lagi (irreversible changes). Untuk mencegah hal-hal ini maka di dalam

melakukan pengembangan wilayah, program-programnya harus berwawasan

lingkungan dengan tujuan mencegah kerusakan, menjaga kesetimbangan dan

mempertahankan kelestarian alam (Mulyanto, 2008).

Pembangunan ekonomi wilayah memberikan perhatian yang luas terhadap

keunikan karakteristik wilayah (ruang). Pemahaman terhadap sumberdaya alam,

sumberdaya manusia, sumberdaya buatan/infrastruktur dan kondisi kegiatan usaha

dari masing-masing daerah di Indonesia serta interaksi antar daerah (termasuk

diantara faktor- faktor produksi yang dimiliki) merupakan acuan dasar bagi

perumusan upaya pembangunan ekonomi nasional ke depan (Menteri Permukiman

dan Prasarana Wilayah, 2003).

Menurut Jhon Glasson (1977), pertumbuhan wilayah dapat terjadi sebagai

akibat dari penentu endogen atau eksogen, yaitu faktor- faktor yang terdapat di dalam

wilayah yang bersangkutan ataupun faktor-faktor di luar wilayah, atau kombinasi dari

Page 30: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

keduanya. Dalam model-model ekonomi makro disebutkan bahwa ekonomi penentu

intern pertumbuhan wilayah adalah modal, tenaga kerja, tanah (sumberdaya alam),

dan sistem sosio-politik, sedangkan menurut model ekspor pertumbuhan, industri

ekspor dan kenaikan permintaan adalah penentu pokok pertumbuhan wilayah yang

bersifat ekstern (Sirojuzilam, 2005).

Sejarah mencatat bahwa negara yang menerapkan paradigma pembangunan

berdimensi manusia telah mampu berkembang meskipun tidak memiliki kekayaan

sumber daya alam yang berlimpah. Penekanan pada investasi manusia diyakini

merupakan basis dalam meningkatkan produktivitas faktor produksi secara total.

Tanah, tenaga kerja, modal fisik bisa saja mengalami diminishing returns, namun

tidak dengan pengetahuan (Kuncoro, 2004).

Dalam membangun suatu wilayah, minimal ada tiga pilar yang perlu

diperhatikan, yaitu sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan teknologi. Pilar

sumberdaya manusia (SDM) memegang peranan sentral karena mempunyai peran

ganda dalam sebuah proses pembangunan. Pertama, sebagai obyek pembangunan,

SDM merupakan sasaran pembangunan untuk disejahterakan. Kedua, SDM berperan

sebagai subyek (pelaku) pembangunan. Dengan demikian, pembangunan suatu

wilayah sesungguhnya merupakan pembangunan yang berorientasi kepada manusia

(people center development), dimana SDM dipandang sebagai sasaran sekaligus

sebagai pelaku pembangunan (Suhandojo, 2002).

Page 31: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Salah satu pilar yang cukup penting adalah sumberdaya manusia (SDM),

karena dengan kemampuan yang cukup akan mampu menggerakkan seluruh

sumberdaya wilayah yang ada. Berbeda dengan sumberdaya alam yang mempunyai

keterbatasan, semakin lama semakin berkurang dan habis. Disamping itu sumberdaya

manusia mempunyai peran ganda dalam sebuah proses pembangunan, dapat sebagai

obyek maupun subyek pembangunan. Sebagai obyek pembangunan, SDM merupakan

sasaran pembangunan untuk disejahterakan, dan sebagai subyek pembangunan SDM

berperan sebagai pelaku pembangunan. Keberhasilan pembangunan ditentukan oleh

pelaku-pelaku pembangunan itu sendiri. Dengan demikian konsep pembangunan itu

sesungguhnya adalah pembangunan manusia (human development), dimana manusia

dipandang sebagai sasaran sekaligus sebagai pelaku pembangunan (Nachrowi dan

Suhandojo, 2001).

2.2. Pendidikan

Pendidikan merupakan komponen penting dan vital terhadap pembangunan

terutama dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang keduanya merupakan

input bagi total produksi (Todaro, 2003). Pendidikan juga berfungsi meningkatkan

produktivitas. Selain dari itu kemampuan untuk menyerap teknologi memerlukan

peningkatan kualitas sumber manusia (Sirojuzilam, 2008).

Chaudhri 1979 (dalam Soekartawi, 1988), menyatakan bahwa pendidikan

merupakan sarana belajar, dimana selanjutnya diperkirakan akan menanamkan

pengertian sikap yang menguntungkan menuju penggunaan praktek pertanian yang

Page 32: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

lebih modern. Dengan demikian hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat

adopsi pertanian adalah berjalan secara tidak langsung, kecuali bagi mereka yang

belajar secara spesifik tentang inovasi baru tersebut. Hal ini sesuai dengan

Reksohadiprojo (1982) mengemukan bahwa dengan pendidikan akan menambah

pengetahuan, mengembangkan sikap dan menumbuhkan kepentingan petani terutama

dalam menghadapi perubahan.

Di lain pihak Soetarjo, dkk 1973 (dalam Azwardi, 2001), menyatakan bahwa

pendidikan seseorang pada umumnya mempengaruhi cara berpikirnya. Makin tinggi

tingkat pendidikannya makin dinamis sikapnya terhadap hal-hal baru. Selanjutnya

Efferson (dalam Soedjadmiko, 1990), bahwa tingkat pendidikan baik formal maupun

non formal besar sekali pengaruhnya terhadap penyerapan ide- ide baru, sebab

pengaruh pendidikan terhadap seseorang akan memberikan suatu wawasan yang luas,

sehingga petani tidak mempunyai sifat yang tidak terlalu tradisional. Jadi tingkat

pendidikan masyarakat merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi pola pikir

seseorang dalam menentukan keputusan menerima inovasi baru, karena semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang diharapkan dapat berpikir lebih baik dan mudah

menyerap inovasi pertanian yang berkaitan dengan pengembangan usahataninya.

Mereka yang berpendidikan tinggi adalah relatif lebih cepat dalam melaksanakan

adopsi inovasi. Begitu pula sebaliknya mereka yang berpendidikan rendah, agak sulit

dan memakan waktu yang relatif lama untuk mengadakan perubahan.

Page 33: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Mosher, 1965 (dalam Hasan, 2000), mengatakan bahwa pendidikan membuat

seseorang berpikir secara rasional terhadap apa yang dilakukan, membuat seseorang

lebih mampu mengambil keputusan atas berbagai alternatif dalam mengelola

usahataninya.

Faktor pendidikan pada umumnya akan mempengaruhi cara berpikir petani

dalam mengelola usahataninya. Pendidikan membuat seseorang berpikir ilmiah

sehingga mampu untuk membuat keputusan dari berbagai alternatif dalam mengelola

usahataninya dan mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak

mungkin untuk memperoleh pendapatan. Petani yang memiliki tingkat pendidikan

yang lebih tinggi memiliki kemampuan yang lebih baik dalam memahami dan

menerapkan teknologi produktif sehingga produktivitasnya menjadi tinggi. Selain itu

juga dengan pendidikan maka akan memberikan atau menambah kemampuan dari

petani untuk dapat mengambil keputusan, mengatasi masalah-masalah yang terjadi.

Dalam hal ini adalah masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pertanian seperti

pengendalian hama penyakit, pengambilan keputusan dalam faktor produksi dan

pemeliharaan (Mamboai, 2003).

Menurut Mosher (1991), pendidikan membuat cara berpikir lebih baik

(rasional) terhadap apa yang dilakukan dan mampu mengambil keputusan atas

berbagai alternatif yang dihadapi. Petani yang berpendidikan tinggi mempunyai pola

berpikir yang lebih luas, sehingga mudah menerapkan hal-hal yang sifatnya

Page 34: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

menguntungkan seperti halnya mereka dapat menggunakan pupuk dan obat-obatan

dalam mengelola usahataninya.

Banyak kalangan berpendapat bahwa salah satu penyebab rendahnya

produktivitas tenaga kerja sektor pertanian adalah rendahnya tingkat pendidikan para

petaninya. Dengan tingkat pendidikan yang rendah maka adopsi teknologi tidak

berjalan secara optimal, sehingga upaya peningkatan produksi per satuan luas

(produktivitas) sulit dilakukan. Pernyataan tersebut benar adanya, namun perlu juga

dipertimbangkan adanya keterbatasan sumberdaya, khususnya lahan dan biaya, yang

dimiliki petani, sehingga petani lebih memilih melaksanakan kegiatan usahataninya

dengan resiko yang paling rendah. Sikap seperti inilah yang oleh Scott (1994) disebut

sebagai moral ekonomi petani, khususnya petani kecil, yang hakiki, yaitu rasionalitas

yang didasarkan kepada kemampuan sumberdaya yang dimilikinya. Jadi yang hendak

dikatakan disini adalah pendidikan memang dibutuhkan untuk mendukung

kemampuan seseorang dalam bekerja, namun hal tersebut tidaklah mutlak karena

masih ada faktor lain yang menentukan seorang individu harus bersikap dalam

pekerjaan yang digelutinya (Mamboai, 2003).

Dalam pelaksanaan usahatani banyak faktor yang mempengaruhi keberhasilan

suatu usaha tani. Faktor-faktor tersebut baik yang berasal dari luar maupun dari

dalam usahatani itu sendiri. Faktor- faktor dari dalam usahatani itu sendiri menurut

Gitosudarmo (1990) adalah :

1. Pendidikan Formal

Page 35: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

2. Pendidikan Non Formal

3. Umur Petani

4. Jumlah Tanggungan Keluarga

Sedangkan faktor dari luar adalah :

1. Tersedianya sarana transportasi dan komunikasi

2. Aspek-aspek yang menyangkut pemasaran hasil dan bahan usahatani (harga hasil,

harga saprodi, dan lain- lain)

3. Fasilitas kredit

4. Sarana penyuluhan bagi petani

5. Iklim dan drainase

2.2.1. Pendidikan Formal

Pendidikan dapat berasal dari dua sumber yaitu pendidikan formal dan non

formal. Pendidikan formal sebagai suatu usaha mengadakan perubahan perilaku

berdasarkan ilmu dan pengetahuan yang diperoleh masyarakat lewat bangku sekolah

dasar sampai perguruan tinggi (Wiratmadja, 1978 dalam Hole, 1988). Selain itu

(Millikan dan Hapgood, 1972 dalam Kambuaya O, 1982) menerapkan bahwa dengan

adanya pendidikan formal yang cukup matang bagi petani, maka kegiatan-kegiatan

seperti penelitian lainnya, yang berhubungan dengan pembangunan pertanian akan

lebih mudah, jika dibandingkan dengan masyarakat yang lebih rendah tingkat

pendidikannya. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa semakin tinggi tingkat

pendidikan seseorang, semakin tinggi pula kemampuan seseorang untuk berpikir dan

Page 36: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

mengambil keputusan. Keputusan untuk memilih, mengatur dan menilai faktor-faktor

produksi yang akan dipakai dalam usahataninya serta mengetahui kapan ia harus

menjual usahataninya sebanyak-banyaknya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Petani yang memiliki tingkat pendidikan formal yang lebih tinggi memiliki

kemampuan yang lebih baik dalam mengelola usahataninya, selain itu juga petani

dapat mengambil keputusan-keputusan dan mengatasi masalah-masalah yang terjadi

(Mamboai, 2003).

Secara teoritis semakin tinggi tingkat pendidikan formal dan semakin banyak

frekuensi mengikuti pendidikan non formal dari seseorang maka akan memberikan

atau menambah kemampuan dari orang tersebut untuk dapat mengambil keputusan,

mengatasi masalah-masalah yang diperoleh. Dalam hal ini masalah-masalah yang

dimaksud adalah dalam bidang pertanian seperti pengendalian hama, mengambil

keputusan dalam penggunaan faktor-faktor produksi dan pemeliharaan. Pendidikan

formal merupakan salah satu usaha untuk mengadakan perubahan perilaku

berdasarkan ilmu dan pengalaman yang diperoleh di bangku sekolah (Hasan, 2000).

Karafir dalam Aditan (1994), menyatakan bahwa kemampuan petani sebagai

pengelola erat hubungannya dengan pendidikan formal petani, frekuensi mengikuti

penyuluhan dan pengalaman petani dimana semakin tinggi tingkat pendidikan petani

semakin luas wawasan usaha. Menurut Roger dan Scoemaker dalam Fodjoe (1996),

bahwa tingkat pendidikan yang dimiliki berpengaruh terhadap adopsi teknologi.

Ditambahkan pula bahwa petani yang berpendidikan tinggi lebih cepat dalam

Page 37: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

mengadopsi teknologi jika dibandingkan dengan petani yang berpendidikan rendah

(Hasan, 2000).

2.2.2. Pendidikan Non Formal

Pendidikan non formal bagi petani biasanya diperoleh melalui pendidikan luar

sekolah misalnya penyuluhan - penyuluhan, kursus - kursus dan pelatihan - pelatihan.

Dinamika pendidikan yang didapat dari pengetahuan - pengetahuan praktis terutama

yang mempengaruhi kemampuan petani dalam mengelola usahataninya, sehingga

penguasaan dan penerapannya dapat dilaksanakan dengan baik (Anon, 1987 dalam

Daryanto, 1987). Wiriatmadja (1987, dalam Wahono, 1995) mengatakan bahwa

tujuan utama pendidikan non formal adalah untuk menambah kesanggupan petani

dalam mengelola usahataninya, dengan ini diharapkan ada perubahan perilaku petani

sehingga dapat memperbaiki cara-cara dalam mengelola usahataninya. Dengan

demikian semakin tinggi/ banyak petani mengikuti kegiatan - kegiatan seperti

penyuluhan - penyuluhan, kursus - kursus serta pelatihan - pelatihan maka makin

tinggi tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahataninya sehingga produksi

yang dihasilkan semakin tinggi, dimana pengalaman - pengalaman yang telah

diperolehnya selama mengikuti kegiatan - kegiatan kursus dan penyuluhan dapat

diterapkan dalam usahataninya terutama dalam mengambil keputusan untuk memilih,

mengatur dan menilai faktor - faktor produksi yang akan dipakai dalam usahataninya

serta mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak - banyaknya

untuk memperoleh hasil yang diinginkan. (Mamboai, 2003).

Page 38: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

2.3. Pengalaman

Pengalaman petani merupakan suatu pengetahuan petani yang diperoleh

melalui rutinitas kegiatannya sehari-hari atau peristiwa yang pernah dialaminya.

Pengalaman yang dimiliki merupakan salah satu faktor yang dapat membantu

memecahkan masalah yang dihadapi dalam usahataninya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Liliweri (1997), menyatakan bahwa pengalaman merupakan faktor personal

yang berpengaruh terhadap perilaku seseorang.

Pengalaman seseorang seringkali disebut sebagai guru yang baik, dimana

dalam mempersepsi terhadap sesuatu obyek biasanya didasarkan atas

pengalamannya. Pengalaman berusahatani tidak terlepas dari pengalaman yang

pernah dia alami. Jika petani mempunyai pengalaman yang relatif berhasil dalam

mengusahakan usahataninya, biasanya mempunyai pengetahuan, sikap dan

keterampilan yang lebih baik, dibandingkan dengan petani yang kurang

berpengalaman. Namun jika petani selalu mengalami kegagalan dalam

mengusahakan usahatani tertentu, maka dapat menimbulkan rasa enggan untuk

mengusahakan usahatani tersebut. Dan bila ia harus melaksanakan usahatani tersebut

karena ada sesuatu tekanan, maka dalam mengusahakannya cenderung seadanya.

Dengan demikian pengalaman petani dalam berusahatani merupakan salah satu faktor

yang mempengaruhi tingkat adopsi inovasi pertanian (Syafruddin, 2003).

Pengalaman bertani merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi petani

dalam menerima suatu inovasi. Pengalaman berusahatani terjadi karena pengaruh

Page 39: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

waktu yang telah dialami oleh para petani. Petani yang berpengalaman dalam

menghadapi hambatan-hambatan usahataninya akan tahu cara mengatasinya, lain

halnya dengan petani yang belum atau kurang berpengalaman, dimana akan

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan hambatan-hambatan tersebut. Semakin

banyak pengalaman yang diperoleh petani maka diharapkan produktivitas petani akan

semakin tinggi, sehingga dalam mengusahakannya usahatani akan semakin baik dan

sebaliknya jika petani tersebut belum atau kurang berpengalaman akan memperoleh

hasil yang kurang memuaskan (Hasan, 2000).

2.4. Komoditi Kopi

Hingga saat ini belum diketahui dengan pasti sejak kapan tanaman kopi

dikenal dan masuk ke peradaban manusia. Menurut catatan sejarah, tanaman ini

mulai dikenal di benua Afrika, tepatnya di Etiopia. Pada mulanya, tanaman kopi

belum dibudidayakan secara sempurna oleh penduduk, melainkan masih tumbuh liar

di hutan-hutan dataran tinggi (Najiyati dan Danarti, 2006).

Mula-mula penyebaran kopi ke berbagai wilayah cukup. Hal ini dikarenakan

pada waktu itu minuman kopi hanya dikenal sebagai minuman berkhasiat

menyegarkan badan, terbuat dari cairan daun dan buah segar yang diseduh air panas.

Namun, sejak ditemukan cara pengolahan buah kopi yang lebih baik, selain

berkhasiat, minuman kopi juga beraroma harum khas dan rasanya nikmat. Dengan

demikian, kopi pun menjadi terkenal hingga tersebar ke berbagai negara di Eropa,

Asia dan Amerika (Najiyati dan Danarti, 2006).

Page 40: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Di Indonesia, tanaman kopi diperkenalkan pertama kali oleh VOC antara

tahun 1696 – 1699. Awalnya, penanaman kopi hanya bersifat coba-coba (penelitian).

Namun, karena hasilnya memuaskan dan dipandang cukup menguntungkan sebagai

komoditas perdagangan maka VOC menyebarkan bibit kopi ke berbagai daerah agar

penduduk dapat menanamnya. Kemudian, perkebunan besar pun didirikan dan

akhirnya tanaman kopi tersebar ke daerah Lampung, Sumatera Barat, Sumatera

Utara, Sumatera Selatan dan daerah lain di Indonesia (Najiyati dan Danarti, 2006).

Walaupun jenis kopi itu banyak sekali jumlahnya, namun dalam garis

besarnya ada tiga jenis besar, yakni :

a. Kopi Arabika

Yang berdaun kecil, halus mengkilat, panjang daun 12 – 15 cm x 6 cm, panjang

buah 1,5 cm.

b. Kopi Canephora

Daun besar dan panjang daun lebih dari 20 cm x 10 cm bergelombang, sedangkan

panjang buah ± 1,2 cm.

c. Kopi Liberika

Daun lebat, besar, mengkilat, buah besar sampai 2/3 cm, tetapi biji kecil.

(AAK, 1991).

Kopi Arabika berasal dari Etiopia dan Abessinia. Kopi ini merupakan jenis

pertama yang dikenal dan dibudidayakan, bahkan termasuk kopi yang paling banyak

diusahakan hingga akhir abad ke-19. Setelah abad ke-19, dominasi kopi arabika

Page 41: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

menurun karena kopi ini sangat peka terhadap penyakit HIV, terutama di dataran

rendah. Beberapa sifat penting kopi arabika sebagai berikut :

1. Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700 - 1.700 m dpl dengan suhu

sekitar 16 - 20 0 C.

2. Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara

berturut-turut, tetapi sesekali mendapat hujan kiriman (hujan yang turun di musim

kemarau).

3. Umumnya peka terhadap serangan penyakit HV, terutama bila ditanam di dataran

rendah atau kurang dari 500 m dpl.

4. Rata-rata produksi sedang (4,5 - 5 ku kopi beras/ha/tahun), tetapi mempunyai

kualitas, cita rasa dan harga relatif lebih tinggi dibandingkan kopi lainnya. Bila

dikelola secara intensif, produksinya bisa mencapai 15 - 20 ku/ha/tahun dengan

rendemen sekitar 18 %. Kopi beras yang dimaksud adalah kopi kering siap

digiling.

5. Umumnya berbuah sekali dalam satu tahun (Najiyati dan Danarti, 2006).

Najiyati dan Danarti (1991), menyatakan bahwa dalam luasan 1 hektar

tanaman kopi yang dikelola secara baik artinya petani kopi melakukan kegiatan

pemeliharaan secara baik dan benar dari pemilihan bibit, penanaman, perawatan,

pemangkasan dan panen seta iklim yang mendukung maka kopi yang mampu

dihasilkan sebanyak 1,5 - 2 ton/ha/tahun.

Page 42: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

2.5. Penelitian Sebelumnya

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, dkk, (2002) yang berjudul

“Analisis Berbagai Upaya Dalam Perbaikan Produktivitas dan Mutu Hasil Kakao di

Sulawesi Selatan“ menunjukkan hubungan yang sangat nyata antara pendidikan

formal dengan produktivitas kakao dimana hal ini terlihat dari nilai Chi-Square ( 2) =

9,25 lebih besar dari nilai tabel untuk 2

(0,05 ; 1) = 3,84 dan 2(0,01 ; 1) = 6,64. Umumnya

semakin tinggi tingkat pendidikan formal seseorang semakin besar pula

keterbukaannya untuk menerima inovasi baru yang dirasanya menguntungkan atau

baik bagi dirinya. Selain itu petani yang berpendidikan formal tinggi biasanya

memiliki wawasan pemikiran yang relatif lebih luas dalam mempertimbangkan

segala sesuatunya dibandingkan dengan petani yang berpendidikan lebih rendah.

Selanjutnya, hasil penelitian Arsyad, dkk, (2002) juga menunjukkan hubungan

yang sangat nyata antara pengalaman berusahatani kakao dengan produktivitas kakao

dimana hal ini terlihat dari nilai Chi-Square 2 = 42,57 lebih besar dari nilai tabel

untuk 2(0,05 ; 1) = 3,84 dan 2

(0,01 ; 1) = 6,64. Semakin lama petani memiliki

pengalaman mengusahakan tanaman kakao maka semakin tinggi juga produktivitas

kakao yang dihasilkan. Hal ini mudah difahami, karena dengan pengalaman yang

mereka miliki petani dapat mengembangkan usaha-usaha yang mengarah kepada

peningkatan produksi persatuan luas.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyono, dkk, (2003) yang berjudul

“Faktor-faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu

Page 43: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

(PHT) dan Hubungannya terhadap Produktivitas Usahatani Padi “ menunjukkan

hubungannya yang tidak nyata antara Pendidikan Formal dengan tingkat adopsi

teknologi PHT dimana hal ini terlihat dari nilai t-hitung untuk Pendidikan Formal

yakni - 0,25583 lebih kecil dari t (α/2 ;2) = ± 2,05953 pada tingkat kepercayaan 95 %

(α = 0,05).

Namun sebaliknya, penelitian itu menunjukkan hubungan yang nyata antara

Pengalaman Berusahatani Padi dengan tingkat adopsi teknologi PHT dimana hal ini

terlihat dari nilai t-hitung untuk Pengalaman Berusahatani Padi yakni 3,00362 lebih

besar dari t (α/2 ;2) = ± 2,05953 pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).

Hasil penelitian Priyono, dkk, (2003) juga menunjukkan hubungan yang nyata

antara tingkat adopsi teknologi PHT dengan produktivitas usahatani padi dimana

melalui uji korelasi Rank Spearman didapat nilai korelasinya sebesar 0,96643 dengan

t hitung = 18,03952 lebih besar dari t tabelnya = 2,05953 pada taraf kepercayaan 95

% (α = 0,05). Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa semakin tinggi tingkat adopsi

teknologi PHT maka semakin tinggi produktivitas usahatani padi, sebaliknya semakin

rendah tingkat adopsi teknologi PHT maka semakin rendah pula produktivitas

usahatani yang didapat oleh petani.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra, (2006) yang berjudul

“Kajian Irigasi Embung Terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten

Buleleng“ menunjukkan tingkat pendidikan berpengaruh nyata terhadap produktivitas

jagung pada kedua musim tanam dimana hal ini terlihat dari nilai t-hitung tingkat

Page 44: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

pendidikan pada musim tanam pertama (I) dan kedua (II) masing-masing sebesar

3,347 dan 4,982 lebih besar dari t-tabel sebesar 2,66 pada pada tingkat kesalahan 1%.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mahaputra, (2006), juga menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan yang meningkat 1% pada kedua musim tanam, maka

menaikkan produktivitas jagung masing-masing sebesar 0,0061 % dan 0,0094 %.

Tingkat pendidikan sangat berpengaruh pada kualitas dan kemampuan kerja

seseorang. tingkat pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung

dengan pelaksanaan tugas, akan tetapi juga landasan untuk lebih mengembangkan

diri serta memanfaatkan semua sarana yang ada disekitar lingkungan untuk

kelancaran aktivitas usaha tani. Sehingga semakin tinggi tingkat pendidikan akan

semakin tinggi pula produktivitas yang dihasilkan.

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hafizah, dkk, (2003) yang berjudul

“Aktivitas Penyuluhan Sebagai Bentuk Komunikasi Untuk Meningkatkan

Pengetahuan Petani“ (Studi Kasus di Desa Sambirejo Kecamatan Selupu Rejang

Kabupaten Rejang Lebong) menunjukkan pendidikan formal tidak berpengaruh nyata

terhadap tingkat partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dimana dari hasil uji

korelasi Rank Spearman diperoleh nilai t-hitung sebesar 0,1916 lebih kecil dari nilai

t-tabel sebesar 0,24395 pada tingkat kepercayaan 95 % (α = 0,05).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Purwoko dan Sumantri, (2007) yang

berjudul “Faktor-Faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pemeliharaan Sapi di

PT. Agricinal Kabupaten Bengkulu Utara“ diperoleh koefisien regresi variabel

Page 45: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

pendidikan formal nilainya sebesar -5.31E-02 dan tidak berpengaruh nyata terhadap

tingkat adopsi teknologi pemeliharaan ternak sapi. Artinya tinggi rendahnya tingkat

pendidikan formal pemanen tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi

teknologi pemeliharaan teknak sapi. Hasil penelitian sebelumnya menyatakan bahwa

semakin tinggi tingkat pendidikan akan menyebabkan petani lebih responsif terhadap

teknologi pertanian, dan sebaliknya tingkat pendidikan yang rendah akan menjadi

kendala dalam proses adopsi teknologi pertanian (Rogers dan Shoemaker, 1987;

Mardikanto1993; Prasmatiwi, 1997; 2000). Hasil penelitian ini bertentangan dengan

hasil-hasil penelitian tersebut, karena pendidikan formal bukan merupakan salah satu

kriteria dalam perekrutan tenaga pemanen dan pendistribusian ternak sapi kredit

kepada pemanen oleh PT. Agricinal.

Pada umumnya, semakin lama petani berusahatani maka petani akan

mempunyai sikap yang lebih berani dalam menanggung resiko penerapan teknologi

pertanian. Artinya semakin lama berusahatani, petani lebih respon dan cepat tanggap

terhadap gejala yang mungkin akan terjadi dengan penerapan teknologi pertanian dan

apabila terjadi kegagalan dalam penerapannya maka yang bersangkutan lebih siap

untuk menanggulanginya. Penelitian Gultom et al. (1997) dan Zulfikri (2003),

menyimpulkan bahwa pengalaman berusahatani berpengaruh nyata terhadap adopsi

teknologi pertanian. Hasil estimasi variabel pengalaman beternak sapi menghasilkan

koefisien regresi sebesar 9.882E-02, artinya jika pemanen makin berpengalaman

dalam beternak maka akan semakin tinggi tingkat adopsi teknologi pemeliharaan

Page 46: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

ternak sapinya. Uji statistik juga menunjukkan bahwa pengalaman beternak

berpengaruh nyata terhadap tingkat adopsi teknologi pemeliharaan ternak sapi. Hasil

penelitian juga menunjukkan bahwa selain berasal dari petugas peternakan, maka

pengetahuan dan ketrampilan pemanen yang belum berpengalaman dalam

pemeliharaan sapi juga diperoleh dari pemanen yang sudah berpengalaman. Hal ini

menyebabkan terjadinya transfer teknologi pemeliharaan sapi dari pemanen yang

berpengalaman kepada pemanen yang belum berpengalaman.

2.6. Kerangka Berpikir

Pengetahuan bertani adalah salah satu faktor produksi yang sangat

menentukan berhasil atau tidaknya petani di dalam bertani. Dengan pengetahuan

bertani yang dimilikinya maka seorang petani dapat mempergunakan metode, teknik,

dan cara bertani yang tepat untuk kondisi lahan dan iklim di daerahnya, agar

diperoleh produktiftas yang tinggi. Pengetahuan bertani dapat dipengaruhi oleh dua

faktor yaitu pendidikan (pendidikan formal dan pendidikan non formal) dan

pengalaman. Semakin tinggi tingkat pendidikan dan pengalaman petani maka

diharapkan semakin tinggi pula produktivitas tanaman kopi yang dihasilkan.

Produktivitas tanaman kopi akan mempengaruhi pendapatan petani,

penyerapan tenaga kerja dan Industri hulu/hilir, yaitu kegiatan-kegiatan ekonomi

pendukung produksi kopi (toko-toko pertanian) dan pemasarannya (pedagang

pengumpul dan industri pengolahan biji kopi). Sehingga diharapkan nantinya, dengan

Page 47: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

meningkatnya pendapatan petani, penyerapan tenaga kerja dan Industri hulu/hilir,

akan memberikan kontribusi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli

Utara. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar 2.

5.1. Hipotesis Penelitian

Pendidikan formal dan pendidikan non formal serta pengalaman secara

bersama-sama dan secara parsial berpengaruh signifikan terhadap tingkat

produktivitas tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara.

Pengetahuan Bertani

Pendidikan

Produktivitas Tanaman Kopi

Pendapatan Petani

Pengembangan Wilayah

Pendidikan Formal Pendidikan Non Formal

Pengalaman

Gambar 2. Kerangka Pemikiran

Kesempatan Kerja Industri hulu/hilir

Page 48: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dari bulan Januari 2009 sampai Mei 2009. Lokasi

penelitian bertempat di 3 (tiga) kecamatan yakni Kecamatan Pangaribuan,

Siborongborong dan Sipahutar. Ketiga kecamatan tersebut dipilih sebagai lokasi

penelitian karena kecamatan tersebut adalah penghasil kopi terbesar di Kabupaten

Tapanuli Utara. Selanjutnya, untuk setiap kecamatan dipilih 2 (dua) desa yang

memiliki produksi kopi tertinggi, yaitu untuk Kecamatan Pangaribuan dipilih Desa

Silantom Tonga dan Batu Manumpak, Kecamatan Siborongborong dipilih Desa

Pohan Julu dan Pohan Jae dan Kecamatan Sipahutar dipilih Desa Siabal-abal I dan

Siabal-abal II. Lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel. 7. Lokasi Penelitian

No. Kecamatan Produksi Kopi

(ton) Desa

Produksi Kopi

(ton)

1. Pangaribuan 1.635,47 Silantom Tonga

Batu Manumpak

157,69

119,43

2. Siborongborong 1.173,13 Pohan Julu

Pohan Jae

88,42

84,11

3. Sipahutar 1.049,87 Siabal-abal I Siabal-abal II

131,32 87,78

Sumber. Kecamatan Pangaribuan, Siborongborong dan Sipahutar dalam Angka 2007.

Page 49: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah umur tanaman kopi milik

petani relatif sama sehingga pengaruh umur terhadap produktivitas tidak dianalisis.

3.3. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh rumah tangga usahatani kopi yang ada di 6

(enam) desa. Sedangkan Sampel penelitian adalah sebagian dari rumah tangga

usahatani kopi yang ada di 6 (enam) desa yang dianggap dapat mewakili populasi

penelitian. Populasi dan sampel penelitian dapat dilihat pada Tabel 8.

Pemilihan responden (sampel) dilakukan secara proporsional random

sampling. Sedangkan penentuan total sampel digunakan melalui persamaan Taro

Yamane sebagai berikut :

∑n = ∑N

∑N (d2) + 1

dimana :

∑n = total sampel

∑N = total populasi

d = presisi (10%)

maka :

∑n = 2111

2111 (10%)2 + 1

= 95.47715966

= 95 (dibulatkan)

Page 50: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Tabel 8. Populasi dan Sampel Penelitian

No. Desa Populasi (N) Sampel (n)

1 Siabal-abal I 363 363 / 2111 x 95 =16

2 Siabal-abal II 392 392 / 2111 x 95 =18

3 Silantom Tonga 174 174 / 2111 x 95 = 8

4 Batu Manumpak 500 500 / 2111 x 95 = 22

5 Pohan Jae 311 311 / 2111 x 95 = 14

6 Pohan Julu 371 371 / 2111 x 95 = 17

∑N = 2111 ∑n = 95

Sumber. Kecamatan Sipahutar, Pangaribuan dan Siborongborong dalam Angka Tahun 2007.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut :

1. Teknik pengumpulan data primer dengan menggunakan instrumen (alat) antara

lain : observasi, interview dan kuisioner.

2. Teknik pengumpulan data sekunder dari sumber - sumber yang dianggap relevan

dengan tujuan penelitian yakni :

a. Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tapanuli Utara

b. Badan Penyuluhan Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tapanuli

Utara

c. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara

d. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Tapanuli Utara

e. Kantor Camat Siborongborong, Sipahutar, Pangaribuan dan Kepala Desa

Tempat Penelitian.

Page 51: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

3.5. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab permasalahan pertama yang dituangkan dalam hipotesis

penelitian ini maka digunakan analisis statistik regresi linier berganda melalui

bantuan perangkat lunak (software) Statistical Product and Service Solutions (SPSS)

versi 15 dengan formulasi sebagai berikut :

Y = b0 + b1X1 + b2D2 + b3X3 + e

dimana :

Y = Produktivitas Tanaman Kopi b0 = Intercept

b1,b2,b3 = Koefisien regresi X1 = Variabel Pendidikan Formal D2 = Variabel Dummy Pendidikan Non Formal

X3 = Variabel Pengalaman e = Erorr term

Untuk menguji signifikansi pengaruh pendidikan formal, pendidikan non

formal dan pengalaman terhadap produktifitas tanaman kopi baik secara simultan dan

parsial maka dilakukan uji F dan uji t sebagai berikut :

Signifikansi Simultan (Uji F)

a. Model hipotesis yang digunakan untuk menguji F adalah :

Ho : b1 = b2 = b3 = 0, artinya pendidikan formal, pendidikan non formal dan

pengalaman secara bersama-sama tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi.

Page 52: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ 0, artinya pendidikan formal, pendidikan non formal dan

pengalaman secara bersama - sama mempunyai pengaruh yang signifikan

terhadap produktifitas tanaman kopi.

b. Kriteria Pengambilan Keputusan :

1. Jika F-hitung < F-tabel maka Ho diterima, Ha ditolak

2. Jika F-hitung > F-tabel maka Ha diterima, Ho ditolak

Signifikansi Parsial (Uji t)

a. Model hipotesis yang digunakan untuk menguji t adalah :

Ho : b1 = 0, artinya pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat

produktifitas tanaman kopi

Ha : b1 ≠ 0, artinya pendidikan formal berpengaruh nyata terhadap tingkat

produktifitas tanaman kopi

Ho : b2 = 0, artinya pendidikan non formal tidak berpengaruh nyata terhadap

tingkat produktifitas tanaman kopi

Ha : b2 ≠ 0, artinya pendidikan non formal berpengaruh nyata terhadap tingkat

produktifitas tanaman kopi

Ho : b3 = 0, artinya pengalaman tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat

produktifitas tanaman kopi

Ha : b3 ≠ 0, artinya pengalaman berpengaruh nyata terhadap tingkat

produktifitas tanaman kopi

Page 53: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

b. Kriteria Pengambilan Keputusan :

1. Jika t-hitung < t-tabel maka Ho diterima, Ha ditolak

2. Jika t-hitung > t-tabel maka Ha diterima, Ho ditolak

Sedangkan untuk menjawab permasalahan kedua pada penelitian ini, yaitu

kontribusi usahatani tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah digunakan

analisis deskriptif.

3.6. Defenisi Operasional

Defenisi operasional dari variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Pendidikan Formal adalah pendidikan yang diperoleh dari bangku sekolah

(Tahun)

b. Pendidikan Non Formal adalah pendidikan yang diperoleh di luar bangku sekolah

seperti petugas penyuluh pertanian, Sekolah Lapang dan lain sebagainya

c. Pengalaman adalah lamanya petani berkebun kopi (tahun)

d. Produktivitas Tanaman Kopi adalah produksi kopi yang dihasilkan oleh petani

kopi responden per luas lahan dalam satuan ton/ha

e. Petani yang diambil sebagai responden adalah petani yang berkebun tanaman

kopi.

Page 54: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1. Letak Geografis

Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu dari dua puluh lima daerah

tingkat dua di Propinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak di bagian

tengah Sumatera Utara tepatnya pada wilayah pengembangan dataran tinggi

Sumatera Utara dengan posisi astronomis pada 1020’- 2041’ Lintang Utara dan 980

05’ - 99016’ Bujur Timur.

Wilayah geografis Kabupaten Tapanuli Utara berbatasan dengan 5 (lima)

kabupaten lainnya, yaitu :

1. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Toba Samosir

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Labuhan Batu

3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Selatan

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan dan

Kabupaten Tapanuli Tengah.

4.1.2. Topografi

Kabupaten Tapanuli Utara berada di jajaran pegunungan Bukit Barisan

dengan topografi dan kemiringan tanah yang beraneka ragam, berada pada ketinggian

antara 300 - 1500 meter di atas permukaan laut dengan keadaan kontur tanah

Page 55: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

dominan berbukit dan bergelombang, selingan dataran di tenggara dan selatan Danau

Toba, dengan rincian sebagai berikut : terjal (44,35 persen), miring (25,63 persen),

landai (26,86 persen) dan datar (3,16 persen).

4.1.3. Iklim

Sebagian besar wilayah Kabupaten Tapanuli Utara berada pada ketinggian

1000 meter di atas permukaan laut, kondisi tersebut berpeluang memperoleh curah

hujan relatif besar. Pada tahun 2004, rata - rata curah hujan tahunan tercatat sebesar

2.134 mm dan lama hari hujan 149 hari atau rata - rata curah hujan bulanan sebesar

178 mm dan rata - rata lama hari hujan bulanan sebanyak 12 hari. Curah hujan

terbesar terjadi pada Bulan April yaitu sebesar 284 mm dengan jumlah hari hujan

sebanyak 16 hari, sedangkan curah hujan terkecil terjadi pada Bulan Juli sebesar 35

mm dengan hari hujan sebanyak 5 hari. Rata - rata kelembaban udara (relatif

humadity) sebesar 85 persen.

4.1.4. Luas Wilayah dan Penggunan Lahan

Luas wilayah daratan Kabupaten Tapanuli Utara sebesar 3.793,71 Km2 atau

5,29 persen dari luas wilayah daratan Sumatera Utara seluas 71.680,68 Km2. Selain

itu Kabupaten Tapanuli Utara juga memiliki wilayah perairan (Danau Toba) seluas

6,60 Km2. Luas lahan kehutanan merupakan pola penggunaan terluas (41,26 persen),

pola penggunaan lahan pertanian 21,42 persen dan terdapat sekitar 17,59 persen lahan

yang termasuk lahan kritis.

Page 56: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Dari 15 kecamatan yang berada di Kabupaten Tapanuli Utara, Kecamatan

Garoga merupakan kecamatan yang terluas yaitu dengan luas 567,58 Km2 atau 14,96

persen dari luas Kabupaten Tapanuli Utara, sedangkan kecamatan tersempit adalah

Kecamatan Muara dengan luas 79,75 Km2 atau hanya 2,10 persen dari luas

Kabupaten Tapanuli Utara. Selengkapnya luas wilayah Kabupaten Tapanuli Utara

menurut kecamatan tahun 2004 tersaji pada Tabel 9.

Tabel 9. Luas Wilayah Kabupaten Tapanuli Utara Menurut Kecamatan

Tahun 2004

No. Kecamatan Luas Wilayah

(Km2) Rasio Terhadap Total

(%)

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Parmonangan

Adian Koting

Sipoholon

Tarutung

Siatas Barita

Pahae Julu

Pahae Jae

Purba Tua

Simangumban

Pangaribuan

Garoga

Sipahutar

Siborongborong

Pagaran

Muara

257,35

502,90

189,20

107,68

92,92

165,90

203,20

191,80

150,00

459,25

567,58

408,22

279,91

138,05

79,75

6,78

13,26

4,99

2,84

2,45

4,37

5,36

5,06

3,95

12,11

14,96

10,76

7,38

3,64

2,10

Tapanuli Utara 3.793,71 100,00

Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2007

Page 57: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

4.1.5. Penduduk

Jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 adalah 262.642

jiwa yang terdiri dari 130.429 jiwa laki- laki dan 132.213 jiwa perempuan. Banyaknya

rumah tangga tahun 2006 sebesar 56.345 dengan rata-rata anggota rumah tangga

sebesar 4,66 orang. Sedangkan tingkat kepadatan penduduk relatif rendah, yaitu

69,23 penduduk per kilometer persegi. Rumah tangga, penduduk dan kepadatan

penduduk menurut kecamatan tahun 2006 tersaji pada Tabel 10.

Tabel 10. Rumah Tangga, Penduduk dan Kepadatan Penduduk Menurut

Kecamatan Tahun 2006

No.

Kecamatan

Rumah

Tangga (KK)

Penduduk

(Jiwa)

Kepadatan (Jiwa/Km2) Laki-Laki Perempuan Total

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

14.

15.

Parmonangan

Adian Koting

Sipoholon

Tarutung

Siatas Barita

Pahae Julu

Pahae Jae

Purba Tua

Simangumban

Pangaribuan

Garoga

Sipahutar

Siborongborong

Pagaran

Muara

2.707

2.872

4.383

7.861

2.559

2.821

2.404

1.485

1.534

5.342

3.245

4.836

7.987

3.377

2.932

6.283

6.519

10.304

18.580

5.814

5.906

5.051

3.083

3.503

11.973

7.974

11.152

19.758

8.118

6.411

6.231

6.488

10.105

19.824

6.136

6.226

5.493

3.145

3.644

12.119

7.874

10.969

19.428

7.966

6.565

12.514

13.007

20.409

38.404

11.950

12.132

10.544

6.228

7.147

24.092

15.848

22.121

39.186

16.084

12.976

48,63

25,86

107,87

356,65

128,61

73,13

51,89

32,47

47,65

52,46

27,92

54,19

139,99

116,51

162,71

Tapanuli Utara 56.345 130.429 132.213 262.642 69,23

Sumber. Tapanuli Utara Dalam Angka 2008

4.2. Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden mencakup karakteristik individu sebagai

indikator dalam penelitian ini menurut kelompok umur, jenis kelamin, status

Page 58: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

perkawinan, tingkat pendidikan, lama berkebun kopi dan luas lahan kebun kopi yang

dapat dijelaskan sebagai berikut.

Karakteristik umur responden di masing-masing desa adalah berbeda.

Karakteristik umur responden yang paling banyak adalah pada kelompok umur 40 -

50 tahun yaitu 66,32 %, selanjutnya rentang umur > 50 tahun sebanyak 17,89 % dan

< 40 tahun sebanyak 15,79 %. Ini memberi makna bahwa responden yang terpilih

berada pada kategori dewasa dan merupakan penduduk yang produktif yang

representatif untuk memberi informasi tentang kondisi petani kopi yang ada di

Kabupaten Tapanuli Utara.

Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, maka jumlah

responden dengan kelompok umur 40 - 50 tahun terbanyak adalah Desa Batu

Manumpak yakni sebesar 14,74 %. Sedangkan jumlah responden dengan kelompok

umur 40 - 50 tahun yang terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 5,26 %.

Distribusi responden menurut kelompok umur dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Distribusi Responden Menurut Kelompok Umur

Sumber. Data Olahan

Umur

Desa < 40 tahun 40 - 50 tahun > 50 tahun Jumlah

n % n % n % N %

Pohan Jae 2 2.11 10 10.53 2 2.11 14 14.74

Pohan Julu 4 4.21 11 11.58 2 2.11 17 17.89

Siabal-abal I 2 2.11 11 11.58 3 3.16 16 16.84

Siabal-abal II 3 3.16 12 12.63 3 3.16 18 18.95

Batu Manumpak 3 3.16 14 14.74 5 5.26 22 23.16

Silantom Tonga 1 1.05 5 5.26 2 2.11 8 8.42

Total 15 15.79 63 66.32 17 17.89 95 100.00

Page 59: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Karakteristik jenis kelamin responden di masing-masing desa adalah berbeda.

Jenis kelamin responden yang paling banyak adalah laki- laki yaitu 88,42%,

sedangkan perempuan sebanyak 11,58 %. Ini memberi makna bahwa responden yang

berperan dalam budidaya tanaman kopi lebih didominasi oleh laki- laki.

Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden

dengan jenis kelamin laki- laki terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar

21,05 %. Sedangkan jumlah responden dengan jenis kelamin laki- laki terendah

adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 %. Distribusi responden menurut

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Sumber. Data Olahan

Karakteristik status perkawinan responden di masing-masing desa adalah

berbeda. Status perkawinan responden yang paling banyak adalah status kawin yaitu

sebanyak 97,89 %, sedangkan status belum kawin sebanyak 2,11 %. Ini memberi

makna bahwa responden yang berperan dalam budidaya tanaman kopi lebih

didominasi olek penduduk yang telah mempunyai tanggung jawab untuk menafkahi

Jenis Kelamin

Desa Laki-laki Perempuan Jumlah

n % n % N %

Pohan Jae 14 14.74 0 0 14 14.74

Pohan Julu 13 13.68 4 4.21 17 17.89

Siabal-abal I 14 14.74 2 2.11 16 16.84

Siabal-abal II 15 15.79 3 3.16 18 18.95

Batu Manumpak 20 21.05 2 2.11 22 23.16

Silantom Tonga 8 8.42 0 0 8 8.42

Total 84 88.42 11 11.58 95 100.00

Page 60: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

keluarganya, sehingga merasakan perlunya memberikan perhatian yang lebih serius

dalam budidaya tanaman kopi.

Jika diamati dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden

dengan status kawin terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar 23,16 %.

Sedangkan jumlah responden dengan status kawin terendah adalah Desa Silantom

Tonga yakni sebesar 8,42 %. Distribusi responden menurut status perkawinan dapat

dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Distribusi Responden Menurut Status Perkawinan

Sumber. Data Olahan

Komposisi responden untuk masing-masing desa sampel pendidikan

respondennya beragam sesuai dengan karakteristik pendidikan masyarakat di desa

bersangkutan. Responden di Desa Pohan Jae adalah tamat SLTP dan SLTA masing-

masing 6,32 %, Perguruan Tinggi (PT) 1,05 % sedangkan yang belum tamat dari

SLTP sebanyak 1,05 %. Responden di Desa Pohan Julu tamat SLTP 10,52 %, SLTA

6,31 %, SD 1,05 %. Responden di Desa Siabal-abal I adalah tamat SLTP 11,58 %,

SLTA 3,16 % dan Perguruan Tinggi (PT) 1,05 % sedangkan yang belum tamat SLTA

sebanyak 1,05 %. Responden di Desa Siabal-abal II tamat SLTP 13,69 %, SLTA 4,21

% dan SD 1,05 %. Responden di Desa Batu Manumpak tamat SLTP 11,58 %, SLTA

Status Perkawinan

Desa Kawin Belum Kawin Jumlah

n % n % N %

Pohan Jae 14 14.74 0 0 14 14.74

Pohan Julu 16 16.84 1 1.05 17 17.89

Siabal-abal I 16 16.84 0 0 16 16.84

Siabal-abal II 17 17.90 1 1.05 18 18.95

Batu Manumpak 22 23.16 0 0 22 23.16

Silantom Tonga 8 8.42 0 0 8 8.42

Total 93 97.89 2 2.11 95 100.00

Page 61: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

9,47 % sedangkan yang belum tamat SLTP dan SLTA masing-masing 1,05 %.

Responden di Desa Silantom Tonga tamat SLTP 4,21 %, SLTA 3,16 % dan SD 1,05

% sedangkan yang belum tamat SLTP dan SLTA masing-masing 1,05 %.

Dari komposisi pendidikan ini terlihat bahwa tingkat pendidikan responden

termasuk kategori menengah, ditandai dengan jumlah responden yang tamatan SLTP

dan SLTA yang cukup banyak yakni masing-masing 57,89 % dan 32,63 %. Dengan

demikian diperkirakan secara umum responden dapat memahami permasalahan yang

sedang diteliti dan diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan,

guna mencari informasi tentang pengaruh tingkat pendidikan terhadap produktifitas

tanaman kopi.

Jika diamati dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, maka jumlah

responden dengan tingkat pendidikan tamat SLTP terbanyak adalah Desa Siabal-abal

II yakni sebesar 13,69 %. Sedangkan jumlah responden dengan tingkat pendidikan

tamat SLTP terendah adalah Desa Silantom Tonga yakni sebesar 4,21 %. Data

distribusi responden menurut tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Sumber. Data Olahan

Tingkat Pendidikan

Desa Tamat

SD

Belum

Tamat SLTP

Tamat SLTP

Belum

Tamat SLTA Tamat SLTA Tamat PT Jumlah

n % n % n % n % n % n % N %

Pohan Jae 0 0 1 1.05 6 6.32 0 0 6 6.32 1 1.05 14 14.74

Pohan Julu 1 1.05 0 0 10 10.52 0 0 6 6.31 0 0 17 17.89

Siabal-abal I 0 0 0 0 11 11.58 1 1.05 3 3.16 1 1.05 16 16.84

Siabal-abal II 1 1.05 0 0 13 13.69 0 0 4 4.21 0 0 18 18.95

Batu Manumpak 0 0 1 1.05 11 11.58 1 1.05 9 9.47 0 0 22 23.16

Silantom Tonga 1 1.05 0 0 4 4.21 0 0 3 3.16 0 0 8 8.42

Total 3 3.16 2 2.11 55 57.89 2 2.11 31 32.63 2 2.11 95 100.00

Page 62: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Lama berkebun kopi responden di masing-masing desa adalah berbeda.

Karakteristik lama berkebun kopi responden yang paling banyak adalah pada

kelompok lama berkebun kopi 6-10 tahun yaitu sebesar 86,32 %, selanjutnya diikuti

dengan lama berkebun kopi kurang dari 6 (enam) tahun (8,42 %) dan lebih dari 10

(sepuluh) tahun (5,26 %). Ini memberi makna bahwa sebagian besar responden

adalah petani kopi yang sudah berpengalaman.

Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden

dengan lama berkebun kopi terbanyak adalah Desa Batu Manumpak yakni sebesar

23,16 %. Sedangkan jumlah responden dengan lama berkebun kopi terendah adalah

Desa Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 %. Distribusi responden menurut lama

berkebun kopi dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Distribusi Responden Menurut Lama Berkebun Kopi

Sumber. Data Olahan

Karakteristik luas lahan kebun kopi responden di masing-masing desa adalah

berbeda. Luas lahan kebun kopi responden yang paling banyak adalah dengan luas

lahan kebun kopi seluas 0,3 Ha yaitu sebanyak 41,05 %, sedangkan luas lahan kebun

kopi paling sedikit adalah dengan luas lahan kebun kopi seluas 0,08 Ha yaitu

Pengalaman Berkebun Kopi

(tahun)

Desa < 6 6 – 10 > 10 Jumlah

n % n % n % N %

Pohan Jae 0 0 13 13.69 1 1.05 14 14.74

Pohan Julu 4 4.21 12 12.63 1 1.05 17 17.89

Siabal-abal I 1 1.05 14 14.74 1 1.05 16 16.84

Siabal-abal II 1 1.05 16 16.84 1 1.05 18 18.95

Batu Manumpak 1 1.05 20 21.06 1 1.05 22 23.16

Silantom Tonga 1 1.05 7 7.37 0 0 8 8.42

Total 8 8.42 82 86.32 5 5.26 95 100.00

Page 63: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

sebanyak 1,05 %. Ini memberi makna bahwa sebagian besar responden hanya mampu

mengusahakan kebun kopi dengan luas lahan yang kecil. Mengingat, bila semakin

luas lahan yang diusahakan maka semakin besar pula biaya dan tenaga yang

dibutuhkan. Sedangkan petani kopi yang ada saat ini adalah petani kopi yang hanya

fokus dalam pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari bukan orientasi bisnis.

Jika diamati, dari keenam desa lokasi penelitian tersebut, jumlah responden

dengan luas lahan kebun kopi tertinggi adalah Desa Batu Manumpak sebesar 23,16

%. Sedangkan jumlah responden dengan luas lahan kebun kopi terendah adalah Desa

Silantom Tonga yakni sebesar 8,42 %. Distribusi responden menurut luas lahan

kebun kopi dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Distribusi Responden Menurut Luas Lahan Kebun Kopi

Sumber. Data Olahan

4.3. Gambaran Umum Usahatani Kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

4.3.1. Luas Lahan Petani Kopi

Bila pertumbuhan luas areal tanaman kopi di Kabupaten Tapanuli Utara

selama 6 tahun (2002 - 2007) mencapai 1,56 persen per tahunnya, yakni dari seluas

Luas Lahan Kebun Kopi

(Ha)

Desa 0.08 0.12 0.25 0.3 0.4 0.5 1 Jumlah

n % n % n % n % n % n % n % N %

Pohan Jae 1 1.05 0 0 0 0 8 8.42 2 2.11 1 1.05 2 2.11 14 14.74

Pohan Julu 0 0 1 1.05 2 2.10 7 7.37 6 6.31 1 1.05 0 0 17 17.89

Siabal-abal I 0 0 1 1.05 2 2.11 7 7.37 3 3.16 2 2.11 1 1.05 16 16.84

Siabal-abal II 0 0 1 1.05 1 1.05 9 9.48 7 7.37 0 0 0 0 18 18.95

Batu Manumpak 0 0 2 2.11 3 3.16 8 8.42 5 5.26 4 4.21 0 0 22 23.16

Silantom Tonga 0 0 0 0 0 0 0 0 5 5.26 2 2.11 1 1.05 8 8.42

Total 1 1.05 5 5.26 8 8.42 39 41.05 28 29.47 10 10.53 4 4.21 95 100.00

Page 64: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

13.834 Ha pada tahun 2002 menjadi 14.560 Ha pada tahun 2003, 14.600 Ha pada

tahun 2004, 14.693 Ha pada tahun 2005, 14.806 Ha pada tahun 2006 dan 14.934 Ha

pada tahun 2007. Maka dapat diproyeksikan untuk tahun 2008 luas areal tanaman

kopi akan meningkat menjadi seluas 15.167,48 Ha dan pada tahun 2009 meningkat

menjadi 15.400,46 Ha.

Berdasarkan distribusi responden menurut luas lahan kebun kopi pada Tabel

17 maka untuk luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara pada saat ini yakni

seluas 15.400,46 Ha dapat dirinci sebagai berikut. Untuk luas lahan kebun kopi seluas

0,08 Ha terdistribusi seluas 161,70 Ha (1,05 % dari total luas areal tanaman kopi

Kabupaten Tapanuli Utara saat ini). Untuk luas lahan kebun kopi seluas 0,12 Ha

terdistribusi seluas 810,06 Ha (5,26 % dari adalah total luas areal tanaman kopi

Kabupaten Tapanuli Utara saat ini). Untuk luas lahan seluas 0,25 Ha terdistribusi

seluas 1.296,72 Ha (8,42 % dari adalah total luas areal tanaman kopi Kabupaten

Tapanuli Utara saat ini). Untuk luas lahan seluas 0,3 Ha terdistribusi seluas 6.321,89

Ha (41,05 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini).

Untuk luas lahan seluas 0,4 Ha terdistribusi seluas 4.538,52 Ha (29,47 % dari total

luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini). Untuk luas lahan seluas

0,5 Ha terdistribusi seluas 1.621,67 Ha (10,53 % dari total luas areal tanaman kopi

Kabupaten Tapanuli Utara saat ini) dan untuk luas lahan seluas 1 Ha terdistribusi

seluas 648,36 Ha (4,21 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli

Utara saat ini). Sehingga untuk luas lahan kurang 0,5 Ha terdistribusi seluas

Page 65: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

13.128,89 Ha (85,25 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara

saat ini) dan untuk luas lahan 0,5 - 1 Ha terdistribusi seluas 2.270,03 Ha (14,74 %

dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara saat ini).

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar petani kopi di

Kabupaten Tapanuli Utara memiliki luas areal tanaman kopi kurang dari 0,5 Ha yakni

seluas 13.128,89 Ha atau 85,25 % dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten

Tapanuli Utara saat ini. Sedangkan sebagian kecil lagi hanya memiliki luas lahan 0,5

- 1 Ha yakni seluas 2.270,03 Ha atau 14,74 % dari total luas areal tanaman kopi

Kabupaten Tapanuli Utara saat ini.

4.3.2. Produksi dan Produktivitas Tanaman Kopi

Apabila dipelihara dengan baik, tanaman kopi telah dapat berproduksi pada

umur 2,5 - 3 tahun walaupun biji kopi yang dihasilkan masih sedikit. Produksi

tanaman kopi akan terus meningkat seiring dengan dengan bertambahnya umur

tanaman kopi. Namun apabila masa produktifnya telah habis maka tanaman kopi itu

akan terus mengalami penurunan produksi sampai pada akhirnya tanaman kopi itu

mati.

Tanaman kopi yang sudah menghasilkan, umumnya akan terus berproduksi

sepanjang tahun walaupun mengalami turun naik produksi. Hal ini dapat dilihat pada

lampiran 3, dimana pada bulan Februari, Maret, September dan Oktober produksi

tanaman kopi mengalami masa puncaknya selanjutnya kemudian mengalami masa

Page 66: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

penurunan produksi (masa panceklik) pada bulan Januari, April, Mei, Juni, Juli,

Agustus, Nopember dan Desember.

Pada dasarnya, semakin luas areal tanaman kopi maka semakin tinggi pula

produksi biji kopi yang dihasilkan. Dari hasil analisis yang dilakukan pada lampiran

3, untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,08 Ha produksi rata - rata biji kopi basah

yang dihasilkan adalah sebesar 0,216 ton/tahun. Selanjutnya, produksi rata - rata biji

kopi basah yang dihasilkan terus meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal

tanaman kopi, yakni 0,286 ton/tahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,12 Ha,

0,336 ton/tahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,25 Ha, 0,437 ton/tahun untuk

luas areal tanaman kopi seluas 0,3 Ha, 0,567 ton/tahun untuk luas areal tanaman kopi

seluas 0,4 Ha, 0,821 ton/tahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 0,5 Ha dan 1,392

ton/tahun untuk luas areal tanaman kopi seluas 1 Ha.

Dari hasil analisis yang dilakukan pada lampiran 3, diperoleh rata-rata

produktivitas tanaman kopi sebesar 1,5 ton/ha/tahun. Ini artinya bahwa untuk 1 (satu)

hektar luas areal tanaman kopi dapat dihasilkan 1,5 ton biji kopi basah dalam 1 (satu)

tahun. Produktivitas tanaman kopi ini termasuk baik. Hal ini sesuai dengan

pernyataan Najiyati dan Danarti (1991), bahwa dalam luasan 1 hektar tanaman kopi

yang dikelola secara baik artinya petani kopi melakukan kegiatan pemeliharaan

secara baik dan benar dari pemilihan bibit, penanaman, perawatan, pemangkasan dan

panen seta iklim yang mendukung maka kopi yang mampu dihasilkan sebanyak 1,5 -

2 ton/ha/tahun.

Page 67: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

4.3.3. Peran Pemerintah dalam Pengembangan Usahatani Kopi

Sebagaimana visi pembangunan Kabupaten Tapanuli Utara, yakni ”

Mewujudkan Kemakmuran Masyarakat Berbasis Pertanian ” maka Pemerintah

Kabupaten Tapanuli Utara telah mengambil beberapa kebijakan dalam rangka

membangun pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara termasuk pengembangan

usahatani kopi. Beberapa kebijakan itu antara lain adalah menempatkan petugas

penyuluh pertanian lapangan untuk melakukan penyuluhan, bimbingan teknis dan

pelatihan budidaya tanaman kopi yang baik, melaksanakan program bantuan

penyediaan bibit unggul tanaman kopi, subsidi biaya pengolahan lahan dan bantuan

penyediaan mesin pengupas kulit biji kopi.

Dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kopi, diharapkan petugas

penyuluhan pertanian lapangan mampu menguasai, memperkenalkan dan

menerapkan teknologi budidaya tanaman kopi terbaru saat ini kepada masyarakat

sehingga teknik budidaya tanaman kopi yang telah dimiliki oleh petani kopi dapat

berkembang. Untuk itu, diperlukan peningkatan kualitas sumberdaya manusia

petugas penyuluhan pertanian lapangan melalui pendidikan formal seperti S2 dan S3

dan pendidikan non formal seperti studi banding ke negara atau daerah yang telah

berhasil mengembangkan usahatani kopi sebagai suatu komoditi unggulan di negara

atau daerah itu.

Program bantuan penyediaan bibit unggul tanaman kopi hingga saat ini terus

dilakukan oleh pemerintah untuk mengurangi penggunaan bibit yang tidak unggul

Page 68: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

oleh petani kopi. Mengingat keterbatasan dana pemerintah maka penyaluran bibit

tersebut dilakukan secara bertahap dari tahun ke tahun untuk setiap kecamatan di

Kabupaten Tapanuli Utara. Sehingga diharapkan nantinya, bantuan penyediaan bibit

unggul tanaman kopi dapat tersebar merata di setiap kecamatan Kabupaten Tapanuli

Utara.

Program bantuan subsidi biaya pengolahan lahan juga telah dilakukan oleh

Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk mengatasi terlantarnya lahan- lahan

pertanian yang tidak dapat dikelola (lahan tidur) oleh petani karena keterbatasan

tenaga dan biaya untuk mengolah lahan- lahan tidur yang masih terbentang luas.

Bantuan subsidi biaya pengolahan lahan yang diberikan untuk lahan seluas 1 Ha

yakni sebesar 50 % dari total biaya pengolahan lahan. Sedangkan sisanya 50 % lagi

ditanggung oleh pemilik lahan. Bila total biaya pengolahan lahan sebesar Rp.

1.500.000 untuk lahan seluas 1 Ha, maka bantuan subsidi biaya pengolahan yang

diberikan oleh pemerintah daerah adalah sebesar Rp. 750.000 dan sisanya sebesar Rp.

750.000 lagi menjadi tanggungan petani sebagai pemilik lahan.

Selain itu, program bantuan penyediaan mesin pengupas kulit biji kopi juga

telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Tapanuli Utara untuk membantu

mempermudah para petani kopi dalam mengupas biji-biji kopi yang telah dipanen

sehingga pekerjaan pengupasan biji-biji kopi dalam jumlah yang banyak dapat lebih

cepat dilakukan bila dibandingkan dengan secara manual atau menggunakan ta ngan

manusia.

Page 69: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

4.4. Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap Tingkat Produktivitas

Tanaman Kopi

Untuk melihat pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktifitas

tanaman kopi maka digunakan analisis linier berganda dengan α = 5 %. Hasil analisis

pengaruh pendidikan dan pengalaman terhadap produktifitas tanaman kopi dapat

dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman terhadap

Produktifitas Tanaman Kopi

Koefisien Regresi t-hitung Signifikansi (p)

Konstanta .278 1.707 0.91

Pendidikan Formal .011 0.627 0.533

Pendidikan Non Formal .186 2.675 0.009

Pengalaman .151 9.929 .000

t-tabel

F-tabel

R

R2

Adj R Square

F-hitung

1,66

2,72

0.911

0.830

0.824

147,979

Sumber. Data Olahan

Untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan

variasi variabel produktifitas tanaman kopi maka dapat dilihat dari nilai koefisien

determinasinya (R2). Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien determinasi untuk

model ini adalah 0,830. Artinya bahwa 83 % produktifitas tanaman kopi dipengaruhi

oleh faktor pengalaman, pendidikan formal dan pendidikan non formal. Sedangkan

17 % (100 % - 83 %) dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dapat dijelaskan

dalam model ini.

Page 70: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Koefisien determinasi (R2) di atas termasuk tinggi karena mendekati nilai 1

namun untuk melihat seberapa jauh signifikan pengaruh faktor pengalaman,

pendidikan formal dan pendidikan non formal secara bersama-sama terhadap

produktifitas tanaman kopi maka perlu dilakukan Uji Signifikansi Simultan (Uji F).

Tabel 17, menunjukkan bahwa model regresi ini memiliki nilai F-hitung

147,979 sedangkan nilai F-tabel 0.05 (3 : 91) 2,72. Berdasarkan kriteria keputusan,

maka Ha diterima karena F-hitung lebih besar dari F-tabel. Itu artinya variabel

pendidikan formal, pendidikan non formal dan pengalaman secara bersama-sama

mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Karafir dalam Aditan (1994),

menyatakan bahwa kemampuan petani sebagai pengelola erat hubungannya dengan

pendidikan formal petani. Frekuensi mengikuti penyuluhan (pendidikan non formal)

dan pengalaman petani dimana semakin tinggi tingkat pendidikan petani maka

semakin luas pula wawasan usahanya termasuk dalam hal peningkatan produktifitas

tanaman budidayanya.

Dengan pengujian simultan di atas telah diketahui, bahwa seluruh variabel

bebas secara bersama-sama memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel

terikat. Namun perlu diketahui pula variabel bebas mana yang memiliki pengaruh

yang lebih signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi, apakah variabel

pendidikan formal, pendidikan non formal atau pengalaman. Untuk melihat itu, maka

perlu dilakukan pengujian parsial (Uji t).

Page 71: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Tabel 17, menunjukkan bahwa variabel pendidikan formal memiliki nilai t-

hitung 0,627 sedangkan nilai t-tabel (0.05 ; 91) 1,66. Berdasarkan kriteria keputusan,

maka Ho diterima karena t-hitung lebih kecil dari t-tabel. Itu artinya variabel

pendidikan formal tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas

tanaman kopi.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Priyono, dkk,

(2003) yang berjudul “Faktor-faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi

Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Hubungannya terhadap Produktivitas

Usahatani Padi“ menunjukkan hubungannya yang tidak nyata antara Pendidikan

Formal dengan tingkat adopsi teknologi PHT dan hasil penelitian yang dilakukan

oleh Purwoko dan Sumantri, (2007) yang berjudul “Faktor-Faktor Penentu Tingkat

Adopsi Teknologi Pemeliharaan Sapi di PT. Agricinal Kabupaten Bengkulu Utara“

menunjukkan variabel pendidikan formal tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat

adopsi teknologi pemeliharaan ternak sapi. Artinya tinggi rendahnya tingkat

pendidikan formal tidak mempunyai pengaruh nyata terhadap tingkat adopsi

teknologi pemeliharaan teknak sapi.

Variabel pendidikan non formal memiliki nilai t-hitung 2,675 sedangkan nilai

t-tabel (0.05 ; 91) 1,66. Berdasarkan kriteria keputusan, maka Ha diterima karena t-

hitung lebih besar dari t-tabel. Itu artinya variabel pendidikan non formal mempunyai

pengaruh yang signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi.

Page 72: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Hal ini sesuai dengan pernyataan Wiriatmadja (1987, dalam Wahono, 1995)

mengatakan bahwa tujuan utama pendidikan non formal adalah untuk menambah

kesanggupan petani dalam mengelola usahataninya, dengan ini diharapkan ada

perubahan perilaku petani sehingga dapat memperbaiki cara-cara dalam mengelola

usahataninya. Dengan demikian semakin tinggi/ banyak petani mengikuti kegiatan -

kegiatan seperti penyuluhan - penyuluhan, kursus-kursus serta pelatihan-pelatihan

maka makin tinggi tingkat kemampuan petani dalam mengelola usahataninya

sehingga produksi yang dihasilkan semakin tinggi, dimana pengalaman - pengalaman

yang telah diperolehnya selama mengikuti kegiatan - kegiatan kursus dan penyuluhan

dapat diterapkan dalam usahataninya terutama dalam mengambil keputusan untuk

memilih, mengatur dan menilai faktor - faktor produksi yang akan dipakai dalam

usahataninya serta mengetahui kapan ia harus menjual hasil usahataninya sebanyak-

banyaknya untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

Variabel pengalaman memiliki nilai t-hitung 9,929 sedangkan nilai t-tabel

(0.05 ; 91) 1,66. Berdasarkan kriteria keputusan, maka Ha diterima karena t-hitung

lebih besar dari t-tabel. Itu artinya variabel pengalaman mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi. Pengalaman petani itu dapat dilihat

dari penggunaan bibit tanaman yang bersumber dari tanaman induk sebelumnya yang

tidak memiliki sifat-sifat unggul, penanaman dilakukan tanpa memperhatikan jarak

tanam yang ideal sehingga di satu sisi dijumpai pertanaman kopi yang rapat dan sisi

yang lain dijumpai pertanaman kopi yang sangat jarang, pemberian pupuk kimia

Page 73: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

seadanya tanpa memperhitungkan dosis pupuk yang tepat. Umumnya, petani hanya

mengandalkan pupuk kandang seperti kotoran babi atau kerbau sebagai sumber hara

bagi tanaman kopi. Bahkan gulma seperti lalang dan rumput-rumput yang tumbuh di

sekitar tanaman setelah dipotong dapat juga dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman

kopi. Begitu juga halnya dengan penyemprotan pestisida dilakukan seadanya tanpa

memperhatikan dosis yang tepat. Pemanenan tidak memperhatikan kemasakan biji

sehingga banyak dijumpai biji-biji kopi yang belum masak dan sebaliknya adapula

biji kopi yang sudah terlalu masak karena terlambat dipetik. Kesalahan pemanenan

berakibat terhadap rendahnya kualitas biji kopi yang dipanen.

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Arsyad, dkk, (2002)

yang menunjukkan hubungan yang sangat nyata antara pengalaman berusahatani

kakao dengan produktivitas kakao dimana hal ini terlihat dari nilai Chi-Square 2 =

42,57 lebih besar dari nilai tabel untuk 2(0,05 ; 1) = 3,84 dan 2

(0,01 ; 1) = 6,64. Semakin

lama petani memiliki pengalaman mengusahakan tanaman kakao maka semakin

tinggi juga produktivitas kakao yang dihasilkan. Hal ini mudah difahami, karena

dengan pengalaman yang mereka miliki petani dapat mengembangkan usaha-usaha

yang mengarah kepada peningkatan produksi persatuan luas.

Dari hasil pengujian parsial (Uji t), dapat diketahui bahwa variabel bebas yang

memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produktifitas tanaman kopi adalah

variabel pengalaman dimana nilai t-hitung variabel pengalaman lebih besar dari nilai

t-hitung variabel pendidikan formal dan pendidikan non formal. Hal ini sesuai dengan

Page 74: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

pendapat Scott (1994) bahwa pendidikan (pendidikan formal dan pendidikan non

formal) memang dibutuhkan untuk mendukung kemampuan seseorang dalam bekerja,

namun hal tersebut tidaklah mutlak karena adanya keterbatasan sumberdaya yang

dimiliki petani, sehingga petani lebih memilih melaksanakan kegiatan usahataninya

dengan resiko yang paling rendah berdasarkan pengalamannya selama berusaha tani.

Sikap seperti inilah yang oleh Scott disebut sebagai moral ekonomi petani, khususnya

petani kecil, yang hakiki, yaitu rasionalitas yang didasarkan kepada kemampuan

sumberdaya yang dimilikinya.

Dari Tabel 17 dapat dibentuk persamaan regresi linier berganda seperti di

bawah ini :

Y = 0,278 + 0,011 X1 + 0,186 D2 + 0,151 X3

Persamaan regresi linier berganda di atas dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Konstanta (b0) sebesar 0,278, artinya jika tidak terdapat pengaruh dari pendidikan

formal, pendidikan non formal dan pengalaman maka produktifitas tanaman kopi

akan tetap sebesar 0,278 ton/ha.

b. Koefisien regresi D2 (b2) = 0,186 menunjukkan bahwa pendidikan non formal

berpengaruh positif terhadap produktifitas tanaman kopi. Jika setiap petani kopi

mendapat pendidikan non formal maka produktifitas tanaman kopi akan

bertambah sebesar 0,186 ton/ha.

c. Koefisien regresi X3 (b3) = 0,151 menunjukkan bahwa pengalaman berpengaruh

positif terhadap produktifitas tanaman kopi. Jika pengalaman petani kopi

Page 75: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

meningkat 1 (satu) tahun maka produktifitas tanaman kopi bertambah sebesar

0,151 ton/ha.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan formal, pendidikan

non formal dan pengalaman menunjukkan pengaruh yang positif terhadap

produktifitas tanaman kopi. Hal itu berarti bahwa semakin tinggi pendidikan non

formal dan pengalaman petani maka semakin tinggi produktivitas tanaman kopi.

4.5. Kontribusi Usahatani Tanaman Kopi terhadap Pengembangan Wilayah

di Kabupaten Tapanuli Utara

Sampai saat ini, sektor pertanian adalah sektor yang memberikan kontribusi

yang besar terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara. Ini dapat

dilihat dari penggunaan lahan di Kabupaten Tapanuli Utara sebagian besar untuk

sektor pertanian (Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan).

Sedangkan, penggunaan lahan di sektor non pertanian seperti pertambangan, industri,

perdagangan, hotel, restoran dan jasa masih sedikit. Khusus sub sektor perkebunan,

tanaman kopi adalah tanaman yang paling banyak ditanam oleh masyarakat

Kabupaten Tapanuli Utara. Ini dapat dilihat dari tabel 3, bahwa luas tanaman kopi di

Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 sebesar 14.806,75 Ha lebih besar dari

luas tanam komoditi perkebunan lainnya. Atas dasar itulah, perlu dilihat seberapa

besar kontribusi usahatani tanaman kopi terhadap pengembangan wilayah di

Kabupaten Tapanuli Utara melalui beberapa indikator seperti pendapatan petani kopi,

penyerapan tenaga kerja, kegiatan-kegiatan ekonomi pendukung produksi kopi (toko-

Page 76: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

toko pertanian) dan pemasarannya (pedagang pengumpul dan industri pengolahan biji

kopi), dengan uraian sebagai berikut :

4.5.1. Pendapatan Petani Kopi

Dari hasil analisis yang dilakukan pada lampiran 3, diperoleh bahwa

pendapatan petani kopi rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Rp. 5.012.526

per tahun atau Rp. 417.710 per bulan dengan asumsi harga jual biji kopi basah di

pasar adalah Rp. 110.000 setiap kalengnya (1 kaleng = 12 Kg). Bila pendapatan

petani kopi rata-rata ini dibandingkan dengan PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007, yakni sebesar

Rp. 10.348.813. Maka dapat disimpulkan bahwa pendapatan petani kopi di

Kabupaten Tapanuli Utara adalah rendah.

Pendapatan petani tentunya sangat dipengaruhi oleh produksi tanaman.

Produksi tanaman dipengaruhi oleh luas areal tanaman kopi. Semakin luas areal

tanaman kopi maka semakin banyak pula jumlah tanaman kopi yang dapat ditanam.

Bila seluruh jumlah tanaman kopi yang ditanam dapat menghasilkan maka semakin

tinggi pula produksi tanaman kopi. Semakin tinggi produksi tanaman kopi maka

semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

dari uraian berikut ini. Untuk luas lahan seluas 0,12 Ha diperoleh produksi rata-rata

sebanyak 24 kaleng per tahun sehingga diperoleh pendapatan petani kopi rata-rata

setahun sebesar Rp. 2.618.000. Untuk untuk luas lahan seluas 0,25 Ha diperoleh

Page 77: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

produksi rata-rata sebanyak 28 kaleng per tahun sehingga diperoleh pendapatan

petani kopi rata-rata setahun sebesar Rp. 3.080.000. Untuk luas lahan seluas 0,3 Ha

diperoleh produksi rata-rata sebanyak 36 kaleng per tahun sehingga diperoleh

pendapatan petani kopi rata-rata setahun sebesar Rp. 4.005.128. Untuk luas lahan

seluas 0,4 Ha diperoleh produksi rata-rata sebanyak 47 kaleng per tahun sehingga

diperoleh pendapatan petani kopi rata-rata setahun sebesar Rp. 5.193.571. Untuk luas

lahan seluas 0,5 Ha diperoleh produksi rata-rata sebanyak 76 kaleng per tahun

sehingga diperoleh pendapatan petani kopi rata-rata setahun sebesar Rp. 8.382.000.

Untuk luas lahan seluas 1 Ha diperoleh produksi rata-rata sebanyak 116 kaleng per

tahun sehingga diperoleh pendapatan petani kopi rata-rata setahun sebesar

Rp. 12.760.000.

Produksi petani kopi yang tinggi tidak selamanya memberikan pendapatan

yang tinggi. Karena apabila harga kopi di pasar internasional mengalami penurunan

maka hal ini tentunya juga akan berdampak pada menurunnya pendapatan petani kopi

sebagai akibat rendahnya harga jual kopi di pasar dalam negeri.

4.5.2. Penyerapan Tenaga Kerja

Pada umumnya, usahatani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara adalah usahatani

keluarga dimana ayah, ibu dan anak adalah tenaga kerja inti usahatani kopi itu. Jadi,

kebutuhan tenaga kerja mulai dari pengolahan tanah sampai panen baik panen

panceklik maupun panen raya diusahakan sedapat mungkin menggunakan tenaga

Page 78: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

kerja dari anggota keluarga guna menghemat biaya pengeluaran. Karena tenaga kerja

dari anggota keluarga adalah tenaga kerja yang tidak dibayar (tidak mendapat upah).

Namun demikian, pada masa panen raya khususnya untuk luas lahan 0,5 - 1

Ha penggunaan tenaga kerja dari anggota keluarga saja tidak mampu memanen

seluruh biji-biji kopi yang memang sudah saatnya untuk dipanen. Oleh karena itu,

untuk membantu tenaga kerja keluarga yang sudah ada maka dibutuhkan tenaga kerja

dari luar keluarga (tenaga kerja upahan).

Untuk mengetahui seberapa besar kebutuhan tenaga kerja untuk luas lahan

seluas 1 Ha dapat diuraikan sebagai berikut. Dari data pada lampiran 3, untuk luas

lahan 1 Ha dengan jumlah tanaman kopi 1100 - 1200 batang diperoleh produksi rata-

rata pada masa panceklik yaitu Bulan Januari, April - Agustus dan Nopember -

Desember yaitu 6 kaleng. Bila dilakukan pemanenan 2 kali dalam sebulan, yaitu

panen pertama untuk minggu kedua dan panen kedua untuk minggu keempat maka

biji kopi basah yang dapat diperoleh untuk sekali panen adalah sebanyak 3 kaleng.

Bila seorang tenaga pemanen hanya mampu memanen sebanyak 1 kaleng atau

setara dengan 12 kg dalam sehari maka dibutuhkan tenaga kerja hanya 3 orang saja.

Namun pada masa panen raya yaitu Bulan Februari - Maret dan September - Oktober

diperoleh produksi rata-rata masing-masing sebesar 19 dan 16 kaleng. Bila dilakukan

pemanenan 2 kali dalam sebulan, yaitu panen pertama untuk minggu kedua dan

panen kedua untuk minggu keempat maka biji kopi basah yang dapat diperoleh untuk

sekali panen adalah masing-masing sebanyak 10 dan 8 kaleng. Bila seorang tenaga

Page 79: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

pemanen hanya mampu memanen sebanyak 1 kaleng atau setara dengan 12 kg dalam

sehari maka dibutuhkan tenaga kerja antara 8 - 10 orang tenaga kerja. Itu

menunjukkan bahwa untuk luas lahan seluas 1 Ha pada masa panceklik dibutuhkan

hanya 3 orang tenaga kerja namun pada masa panen raya kebutuhan tenaga kerja

meningkat menjadi 8 - 10 orang tenaga kerja seiring dengan meningkatnya produksi

tanaman kopi.

Bila diasumsikan untuk luas lahan seluas 1 Ha dibutuhkan 3 orang tenaga

kerja pada masa panceklik dan 8 - 10 orang tenaga kerja pada masa panen raya maka

untuk luas lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha dibutuhkan sebanyak 39.386,68

orang tenaga kerja pada masa panceklik atau dengan keterserapan tenaga kerja

sebesar 15 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006 dan

meningkat menjadi 105.031,14 - 131.288,92 orang tenaga kerja pada masa panen

raya atau dengan keterserapan tenaga kerja sebesar 39,99 % - 49,99 % dari jumlah

penduduk Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006. Sedangkan kebutuhan tenaga kerja

pada usahatani kopi untuk luas lahan 0,5 - 1 Ha seluas 2.270,03 Ha dibutuhkan

6.810,08 orang tenaga kerja pada masa panceklik atau dengan keterserapan tenaga

kerja sebesar 2,59 % dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006

dan meningkat menjadi 18.160,22 - 22.700,28 orang tenaga kerja pada masa panen

raya atau dengan keterserapan tenaga kerja sebesar 6,91 % - 8,64 % dari jumlah

penduduk Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2006. Ini menunjukkan bahwa

keterserapan tenaga kerja dari usahatani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara untuk luas

Page 80: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha masih sangat rendah yakni hanya sebesar 15

% pada masa panceklik dan meningkat menjadi 39,99 % - 49,99 % pada masa panen

raya dari jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006.

Sampai saat ini, potensi perluasan lahan pertanaman kopi di Kabupaten

Tapanuli Utara masih cukup besar. Hal ini dapat dilihat dari masih luasnya

ketersediaan lahan- lahan kosong yang tidak dikelola. Berdasarkan pendataan lahan

kosong yang dilakukan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten

Tapanuli Utara (Bappeda Kab. Tapanuli Utara) tahun 2008 diperoleh luas lahan

kering/kosong dengan kemiringan lereng 0 - 2 % (datar) dan 2 - 15 % (landai) adalah

15.290 Ha. Bila luas lahan ini dikelola menjadi areal pertanaman kopi, maka akan

diperoleh pertambahan kebutuhan tenaga kerja sebanyak 45.870 orang tenaga kerja

pada masa panceklik dan meningkat menjadi sebanyak 122.320 - 152.900 orang

tenaga kerja pada masa panen raya.

4.5.3. Berkembangnya Toko-toko Pertanian

Munculnya toko-toko pertanian di Kabupaten Tapanuli Utara tentunya

dipengaruhi oleh perkembangan usahatani yang semakin pesat. Kebutuhan terhadap

alat-alat pertanian, pupuk dan pestisida alat-alat pertanian memang sangat dibutuhkan

oleh petani untuk membantu meringankan pekerjaan mereka. Tanpa adanya alat-alat

pertanian maka pekerjaan yang dilakukan tidak akan dapat berjalan dengan lancar,

efisien dan efektif.

Page 81: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Kebutuhan petani terhadap pupuk khususnya pupuk anorganik seperti Urea,

KCl, TSP, SP 36 dan lain sebagainya, juga semakin sangat dibutuhkan untuk menjaga

agar ketersediaan unsur-unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman tetap dalam

keadaan yang cukup dan seimbang. Indikator tersedianya unsur-unsur hara di dalam

tanah dapat terlihat dari tumbuh dan berkembangnya dengan baik tanaman yang

dibudidayakan. Hasil akhirnya tercermin dari produktivitas tanaman yang tinggi.

Kebutuhan petani terhadap pestisida sama halnya kebutuhan petani terhadap

pupuk, yakni juga sangat dibutuhkan oleh petani. Seperti tanaman budidaya lainnya,

tanaman kopi juga sangat rentan terhadap serangan hama, penyakit dan gulma. Oleh

karena itu, agar tanaman dapat tumbuh dan berkembang dengan baik tanpa adanya

gangguan dan serangan hama, penyakit dan gulma maka tanaman kopi perlu

disemprot dengan pestisida secara periodik.

Kenyataannya, kebutuhan petani terhadap alat-alat pertanian, pupuk dan

pestisida sangat terbatas. Hal ini dapat dilihat dari penggunaan alat-alat pertanian

yang masih sederhana dan dapat dibuat sendiri. Pemakaian pupuk kurang dari

dosis/takaran yang sudah ditentukan. Sehingga untuk menutupi kekurangan akan

pupuk, banyak petani menambahkan kompos dari kotoran hewan seperti kotoran babi

dan kerbau. Begitu juga halnya dengan penggunaan pestisida dilakukan dengan dosis

yang kurang dari yang ditentukan untuk menghemat biaya. Keterbatasan itu tidak

terlepas dari pendapatan petani yang rendah, yang mana hanya sebagian kecil dar i

pendapatannya dipergunakan untuk membeli alat-alat pertanian, pupuk dan pestisida

Page 82: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

sedangkan sebagian besar dari pendapatannya dipergunakan untuk membeli barang-

barang kebutuhan hidup sehari-hari.

Untuk mendapatkan alat-alat pertanian, pupuk dan pestisida maka petani

dapat membelinya di toko-toko pertanian di tiap pekan/pasar ibukota kecamatan.

Untuk Kecamatan Siborongborong saat ini terdapat 12 (dua belas) toko pertanian

yang berada di Pasar Siborongborong. Untuk Kecamatan Sipahutar dan Pangaribuan

saat ini masing-masing terdapat 5 (lima) toko pertanian yang berada di Pasar

Sipahutar dan Pangaribuan.

4.5.4. Berkembangnya Pedagang Pengumpul dan Berdirinya Pabrik

Pengolahan Biji Kopi di Siborongborong

Munculnya pedagang pengumpul di setiap desa dan kecamatan tentunya tidak

terlepas dari petani kopi sebagai penghasil kopi (produsen) dan pedagang besar atau

pengusaha sebagai pembeli kopi yang telah mereka kumpulkan dari beberapa petani

kopi. Pedagang pengumpul tidak akan ada apabila salah satu dari petani kopi atau

pedagang besar atau pengusaha tidak ada.

Biasanya, yang menjadi pedagang pengumpul adalah orang-orang yang

memiliki kemampuan modal untuk membeli produksi kopi petani dalam jumlah yang

cukup besar dari suatu desa atau kecamatan. Selain memiliki kemampuan modal,

pedagang pengumpul juga harus mempunyai hubungan yang cukup baik dengan

pedagang besar atau pengusaha pengolahan biji kopi kering. Sebab tanpa adanya

Page 83: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

hubungan yang baik maka tentu saja biji-biji kopi yang telah mereka beli dan

kumpulkan dari petani tidak akan dibeli oleh pengusaha pengolahan biji kopi kering.

Dalam hal pemasaran produksi, petani kopi sangat membutuhkan pedagang

pengumpul untuk membeli biji-biji kopi mereka secara langsung ke desa atau

kecamatan mereka. Karena selain mempermudah penjualan kopi juga dapat

menghemat biaya pengeluaran untuk biaya transportasi pengangkutan dari desa ke

lokasi pengusaha pengolahan biji kopi. Sebaliknya, pedagang pengumpul

mendapatkan keuntungan dari selisih harga jual kopi dari petani kopi ke pedagang

besar atau pengusaha pengolahan biji kopi kering.

Harga komoditi kopi dari pedagang pengumpul, pedagang besar atau

pengusaha pengolahan biji kopi kering sewaktu-waktu dapat berubah-ubah seiring

dengan perubahan harga komoditi kopi di pasar dunia. Bila harga kopi di pasar dunia

mengalami kenaikan maka tentunya akan berdampak pada meningkatnya pendapatan

pedagang besar/pengusaha, pedagang pengumpul dan petani kopi. Namun sebaliknya,

bila harga kopi di pasar dunia mengalami penurunan maka tentunya juga akan

berdampak pada menurunnya pendapatan pedagang besar/pengusaha, pedagang

pengumpul dan petani kopi.

Sebagaimana yang telah diuraikan di atas, bahwa tanpa adanya pengusaha

pengolahan biji kopi kering maka keberadaan dari pedagang pengumpul pun juga

tidak akan ada. Oleh karena itu agar tetap selalu eksis sebagai pengusaha pengolahan

biji kopi kering di Kabupaten Tapanuli Utara maka sangat diharapkan kepada seluruh

Page 84: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

pedagang pengumpul yang ada di Kabupaten Tapanuli Utara agar pasakon biji-biji

kopi basah dapat selalu tetap terjaga baik dari jumlah maupun kualitasnya. Sehingga

selain sebagai pengusaha pengolahan biji kopi kering juga sekaligus sebagai eksportir

yang tetap dapat memenuhi permintaan kebutuhan akan biji-biji kopi kering di pasar

internasional.

Hingga saat ini, satu-satunya pengusaha pengolahan biji kopi kering di

Kabupaten Tapanuli Utara adalah PT. Tapanuli Investasi Agro, yang ada di Silangit

Kecamatan Siborongborong. Dimana industri pengolahan biji kopi kering tersebut

mempunyai kapasitas produksi pabrik sebesar 36 ton biji kopi kering per hari.

Page 85: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dari hasil analisis regresi, dapat diketahui bahwa variabel bebas yang

memiliki pengaruh yang lebih signifikan terhadap produktifitas tanaman

kopi adalah variabel pengalaman dimana nilai t-hitung variabel pengalaman

lebih besar dari nilai t-hitung variabel pendidikan formal dan pendidikan

non formal.

2. Kontribusi usahatani kopi terhadap pengembangan wilayah di Kabupaten

Tapanuli Utara masih sangat rendah. Ini dapat dilihat dari pendapatan petani

kopi rata-rata di Kabupaten Tapanuli Utara adalah Rp. 5.012.526 per tahun

lebih rendah bila dibandingkan dengan PDRB (Produk Domestik Regional

Bruto) perkapita Kabupaten Tapanuli Utara tahun 2007, yakni sebesar Rp.

10.348.813. Keterserapan tenaga kerja dari usahatani kopi di Kabupaten

Tapanuli Utara untuk luas lahan kurang 0,5 Ha seluas 13.128,89 Ha (85,25

% dari total luas areal tanaman kopi Kabupaten Tapanuli Utara) juga masih

sangat rendah yakni dengan keterserapan sebesar 15 % dari jumlah

penduduk Kabupaten Tapanuli Utara pada tahun 2006 pada masa panceklik

dan meningkat menjadi 39,99 % - 49,99 % pada masa panen raya.

Page 86: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

5.2. Saran

1. Untuk meningkatkan pendidikan non formal petani kopi di Kabupaten

Tapanuli Utara baik dari segi kualitas dan kuantitas maka Pemerintah

Kabupaten Tapanuli Utara melalui petugas penyuluh pertanian lapangan

agar lebih gencar mengadakan penyuluhan, bimbingan dan pelatihan/kursus

budidaya tanaman kopi yang baik. Selain itu, perlu juga dibentuk kelompok-

kelompok tani sebagai wadah saling berbagi pengalaman antara petani yang

telah berpengalaman dengan petani yang belum berpengalaman.

2. Mengingat luasnya lahan kering/lahan kosong yang ada saat ini di

Kabupaten Tapanuli Utara maka dibutuhkan kebijakan pemerintah daerah

untuk mengusahakan agar lahan- lahan kosong itu dapat dikelola menjadi

lahan pertanaman kopi sehingga selain dapat meningkatkan produksi

tanaman kopi juga berdampak terhadap peningkatan pendapatan petani dan

penyerapan kerja di Kabupaten Tapanuli Utara.

Page 87: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

DAFTAR PUSTAKA

AAK, 1991. Budidaya Tanaman Kopi. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Arsyad, Hajrah., 2002. Analisis Berbagai Upaya dalam Perbaikan Produktifitas dan

Mutu Hasil Kakao di Sulawesi Selatan. Yayasan Santigi Makassar

Azwardi, D., 2001. Kajian Tingkat Teknologi Pembenihan Ikan Mas (Cyprinus

Carpio) Pada Sentra Benih Ikan Di Sumatera Barat. Thesis, Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2004. Produk Domestik Regional

Bruto Kabupaten Tapanuli Utara Tahun 2004. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2007. Tapanuli Utara Dalam Angka

2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2007. Kecamatan Pangaribuan dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Badan

Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2007. Kecamatan Siborongborong

dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Tapanuli Utara dan Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara, 2007. Kecamatan Sipahutar dalam Angka 2007. Badan Pusat Statistik Kabupaten Tapanuli Utara. Tarutung.

Dirjen Penataan Ruang Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003.

Pengembangan Wilayah dan Penataan Ruang di Indonesia : Tinjauan Teoritis dan Praktis. Diakses dari http://www.penataanruang.net/taru/Makalah/DirjenPR STTNASYogya.pdf pada tanggal 02-06-2009.

Gitosudarmo, I.M., 1990. Prinsip Dasar Manajemen. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Page 88: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Gultom, D.T., Nurmayasari, Sumaryo dan Efendi, 1997. Persepsi dan Penerapan Teknologi pada Proyek Pembangunan Pertanian Rakyat Terpadu (P2RT) di Dusun Kedawung, Kelurahan Sukadanaham. Kecamatan Tanjung Karang Barat.

Kotamadya Bandar Lampung.

Hafizah, dkk., 2003. Aktivitas Penyuluhan Sebagai Bentuk Komunikasi Untuk Meningkatkan Pengetahuan Petani (Studi Kasus di Desa Sambirejo Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong). Diakses dari

www.geocities.com/ejurnal/files/agrisep/edisi2/109.pdf pada tanggal 05-12-2008.

Hasan, Iswandhie., 2000. Analisis Produksi Kopi di Desa Mbenti Kecamatan

Minyambow Kabupaten Manokwari. Program Studi Agrobisnis. Diakses dari

www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/hasan/s1.pdf pada tanggal 05-12-2008.

Hole, Y., 1988. Perbedaan Efektifitas Komunikasi dalam Penyuluhan Pertanian antara Petani Transmigrasi Nasional dan Petani Transmigrasi APPDT di Daerah Transmigrasi Prafi - Manokwari. Fakultas Pertanian Universitas Negeri

Cenderawasih Manokwari.

Kuncoro, Mudrajad., 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah : Reformasi, Perencanaan, Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta.

Kambuaya, O., 1982. Analisa Produksi dan Tataniaga Ikan Teri (Stolephorus comersionil anchovies) di Wilayah Kecamatan Sorong dan Raja Ampat

Kabupaten Sorong Irian Jaya. Fakultas Pertanian Peternakan dan Kehutanan. Universitas Negeri Cenderawasih.

Liliweri, A., 1997. Sosiologi Organisasi. Citra Aditya Bakti. Bandung.

Mahaputra, IK, Rubiyo., 2006. Kajian Irigasi Embung Terhadap Usahatani Jagung di Lahan Kering Kabupaten Buleleng. Diakses dari bbp2tp.litbang.deptan.go.id/FileUpload/files/publikasi/JPPTP%209106(7).pdf

pada tanggal 05-12-2008.

Mamboai, Hans., 2003. Sistem Pengelolaan Usahatani Komoditi Kopi (Coffea sp) di Kampung Ambaidiru Distrik Angkaisera Kabupaten Yapen Waropen. Diakses dari www.papuaweb.org/unipa/dlib-s123/mamboai/s1.PDF pada tanggal 05-12-

2008.

Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah, 2003. Strategi Pengembangan Wilayah dalam Kerangka Pembangunan Ekonomi Nasional Yang Lebih Merata dan

Page 89: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Lebih Adil. Diakses dari www.penataanruang.pu.go.id.pdf. pada tanggal 02-06-2009.

Mosher, A.T., 1991. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. CV. Yasaguna. Jakarta.

Mulyanto, H.R., 2008. Prinsip-Prinsip Pengembangan Wilayah. Graha Ilmu.

Yogyakarta.

Nachrowi dan Suhandojo, 2001. Analisis Sumberdaya Manusia, Otonomi Daerah dan

Pengembangan Wilayah. BPPT. Jakarta. Najiyati, S dan Danarti, 2006. Kopi, Budidaya dan Penanganan Pasca Panen. Penebar

Swadaya. Jakarta.

Priyono, dkk., 2003. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Terpadu (PHT) dan Hubungannya Terhadap Produktivitas Usahatani Padi (Studi Kasus di Kecamatan Gading Cempaka Kota Bengkulu). Diakses

dari www.geocities.com/ejurnal/files/agrisep/edisi2/96.pdf pada tanggal 05-12-2008.

Purwoko dan Sumantri, 2007. Faktor-Faktor Penentu Tingkat Adopsi Teknologi

Pemeliharaan Sapi di PT. Agricinal Kabupaten Bengkulu Utara. Diakses dari

bdpunib.org/jipi/artikeljipi/edkhus1/78.PDF pada tanggal 05-12-2008.

Reksohadiprojo, S., 1982. Teori dan Rerilaku Organisasi Perusahaan. BFEE. UGM. Yogyakarta.

Rustiadi, E., 2004. Pemantapan Kebijakan dalam Mendukung Pengembangan Kawasan Agropolitan. Makalah pada lokakarya Nasional Agropolitan. Proyek

Pengembangan prasarana dan sarana Desa Agropolitan. Gorontalo. Scott, J.C., 1994. Moral Ekonomi Petani, Pergolakan dan Subsistensi di Asia

Tenggara. LP3ES.

Sirojuzilam, 2005. Beberapa Aspek Pembangunan Regional. Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI). Bandung.

Sirojuzilam, 2008. Disparitas Ekonomi dan Perencanaan Regional. Ketimpangan Ekonomi Wilayah Barat dan Wilayah Timur Provinsi Sumatera Utara. Pustaka

Bangsa Press. Medan.

Page 90: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

Soedjadmiko, A., 1990. Kajian Terhadap Teknologi Dalam Rangka Program Intensifikasi Kedelai (Suatu Kasus di Kec. Gumuk Mas Jember). Thesis. Pasca Sarjana UGM. Yogyakarta.

Soekartawi, 1988. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia Press.

Jakarta. Suhandojo, 2002. Pengembangan Sumberdaya Manusia dalam Rangka Pelaksanaan

Otonomi Daerah. BPPT. Jakarta.

Sulistiono, 2008. Model Pengembangan Wilayah dengan Pendekatan Agropolitan (Studi Kasus Kabupaten Banyumas). Tesis Sekolah Pascasarjana IPB. Bogor. Diakses dari http://www.damandiri.or.id/file/sulistionoipbbab2.pdf pada tanggal

04-06-2009.

Susilo, Kasru., 2003. Kebijaksanaan Pengembangan Wilayah Di Masa Yang Akan Datang dan Implikasinya terhadap Kebutuhan Analisa dengan Memanfaatkan Sistem Informasi Geografis. Diakses dari http://www.penataanruang.net/taru/

Makalah/Prospek%20GIS-ITB.pdf pada tanggal 04-06-2009.

Syafruddin, 2003. Pengaruh Media Cetak Brosur dalam Proses Adopsi dan Difusi Inovasi Beternak Ayam Broiler di Kota Kendari. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada. Diakses dari www.damandiri.or.id/detail.php?id=240

pada tanggal 05-12-2008.

Tarigan, R., 2005. Perencanaan Pembangunan Wilayah. PT Bumi Aksara. Jakarta Zen, M.T., 2001. Falsafah Dasar Pengembangan Wilayah : Memberdayakan

Manusia. BPPT. Jakarta.

Zulfikri, 2003. Faktor- faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Adopsi Teknologi Pertanian Organik (Studi Kasus di Desa Air Bang Kecamatan Curup dan Desa Air Duku Kecamatan Selupu Rejang Kabupaten Rejang Lebong. Jurusan Sosek.

Pertanian. Fakultas Pertanian UNIB.

Page 91: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

75

Lampiran 1. Kuisioner Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Petani terhadap Tingkat

Produktivitas Tanaman Kopi dan Kontribusinya terhadap Pengembangan

Wilayah di Kabupaten Tapanuli Utara

A. IDENTITAS RESPONDEN

1. Nama :

2. Alamat : Desa :

Kecamatan :

Kabupaten : Tapanuli Utara

3. Jenis Kelamin : a. Pria b. Wanita

4. Umur :

5. Status : a. Menikah b. Belum Menikah

B. PENDIDIKAN FORMAL

Apa Pendidikan Terakhir ?

I. SD (TAHUN) : 1 2 3 4 5 6

II. SMP (TAHUN) : 7 8 9

III. SMA (TAHUN) : 10 11 12

IV. PERGURUAN TINGGI : 13/ D 1 15 / D 3 17 / S2

(TAHUN) 14/ D 2 16 / D 4/ S1

C. PENDIDIKAN NON FORMAL

PERTANYAAN JAWABAN

1. PERNAHKAH MENGIKUTI PELATIHAN/

KURSUS/ PENYULUHAN ?

A. YA, PERNAH

B. BELUM

PERNAH

Page 92: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

76

2. BILA PERNAH, PELATIHAN/ KURSUS/

PENYULUHAN APA?

3. BERAPA LAMA ?

4. SIAPA PENYELENGGARA PELATIHAN/

KURSUS/ PENYULUHAN ITU ?

5. APAKAH DENGAN PELATIHAN/ KURSUS/

PENYULUHAN ITU MENINGKATKAN

PENGETAHUAN BAPAK/IBU/SAUDARA

DALAM BERTANI KOPI ?

A. YA

B. TIDAK

D. PENGALAMAN

1. SUDAH BERAPA LAMA BERTANI KOPI

(TAHUN) ?

2. DARIMANA TAHU BERTANI KOPI ?

3. BILA ADA MASALAH DI DALAM

BERTANI, KEPADA SIAPA MEMINTA

PEMECAHANNYA ?

E. PRODUKTIFITAS TANAMAN KOPI

1. BERAPA LUAS TANAMAN KOPI YANG

BAPAK/IBU/SAUDARA USAHAKAN ?

2. BERAPA BATANG TANAMAN KOPI

YANG DIUSAHAKAN ?

3. APAKAH SETIAP BULAN BISA

DILAKUKAN PANEN ?

A. YA, BISA B. TIDAK, BISA

4. BILA BISA, BERAPA KALI ? A. 1 X SEBULAN B. 2X SEBULAN

5. SETIAP KALI PANEN, BERAPA PRODUKSI

RATA-RATA KOPI YANG DIHASILKAN ?

(KALENG) (1 KALENG = 12 KG)

Page 93: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

77

PRODUKSI TANAMAN KOPI RESPONDEN (KALENG / BULAN)

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGUS SEP OKT NOP DES TOTAL

F. PENGEMBANGAN WILAYAH

PENDAPATAN PETANI

1. PRODUKSI KOPI YANG DIPEROLEH

KEMANA DIJUAL ?

A. PASAR B. PEDAGANG

PENGUMPUL

C. KOPERASI

2. SETIAP KG ATAU SETIAP KALENG

PRODUKSI KOPI DIHARGAI PEMBELI ?

A. KG B. KALENG

3. 1 KG BERAPA RUPIAH ? ATAU

1 KALENG BERAPA RUPIAH ?

INDUSTRI HILIR

1. APAKAH BAPAK/IBU/SAUDARA TAHU

KEMANA DIJUAL KEMBALI OLEH

PEDAGANG PENGUMPUL BIJI KOPI

YANG ANDA JUAL ?

A. PENGUMPUL

BESAR

B...PABRIK

PENGOLAHAN

KOPI

C. DLL

2. APAKAH BAPAK/IBU/SAUDARA TAHU

ADA PABRIK ATAU HOME INDUSTRI

PENGOLAHAN KOPI DI KECAMATAN INI

ATAU DI TAPANULI UTARA INI ?

A. YA, TAHU B. TIDAK, TAHU

3. BILA TAHU, DIMANA ?

4. APAKAH BAPAK/IBU/SAUDARA TAHU,

UNTUK DIOLAH MENJADI APA BIJI KOPI

ITU?

A. YA, TAHU B. TIDAK, TAHU

5. BILA TAHU, MENJADI PRODUK APA ?

Page 94: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

78

INDUSTRI HULU

1. APAKAH BAPAK/IBU/SAUDARA

MEMBUAT BIBIT SENDIRI ATAU

MEMBELI ?

A. MEMBUAT

SENDIRI

B. MEMBELI

2. BILA MEMBELI, DIMANA TEMPATNYA ?

3. DARIMANA BAPAK/IBU/SAUDARA

MEMBELI PUPUK, HERBISIDA DAN

PESTISIDA ?

4. DARIMANA BAPAK/IBU/SAUDARA

MEMBELI ALAT-ALAT PERTANIAN ?

TENAGA KERJA

1. APAKAH DALAM BERKEBUN KOPI

BAPAK/IBU/SAUDARA

MEMPERGUNAKAN TENAGA KERJA ?

A. YA B. TIDAK

2. BILA MEMPERGUNAKAN TENAGA

KERJA, BERAPA JUMLAH TENAGA

KERJA YANG BAPAK/IBU/SAUDARA

KERJAKAN ?

3. APAKAH TENAGA KERJA YANG

BAPAK/IBU/SAUDARA KERJAKAN

BERASAL DARI KELUARGA SENDIRI

ATAU ORANG LAIN ?

A. KELUARGA

SENDIRI

B. ORANG LAIN

4. APAKAH MEREKA DIPAKAI MULAI DARI

SAAT PENANAMAN SAMPAI PANEN DAN

PENANGANAN HASIL ?

A. YA B. TIDAK

5. BILA TIDAK, PADA SAAT KAPAN

TENAGA MEREKA DIBUTUHKAN ?

A. PENGOLAHAN TANAH (........... orang)

B. PENANAMAN (..................orang)

Page 95: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

79

C. PEMELIHARAAN (PEMUPUKAN

..........orang, PENYIANGAN .........orang,

PEMANGKASAN...........orang,

PENYEMPROTAN PESTISIDA.........orang,

HERBISIDA..........o rang, DLL)

D. PEMANENAN (....................orang)

E. PENANGANAN HASIL PERTANIAN

(PENYORTIRAN................orang,

PENGUPASAN KULIT..............orang,

PENGERINGAN.............orang, DLL)

6. BIASANYA BERAPA LAMA TENAGA

MEREKA DIBUTUHKAN ?

A. SATU MINGGU

B. SATU BULAN

C. LAIN – LAIN .....................

7. APAKAH MEREKA MENERIMA UPAH

HARIAN, MINGGUAN ATAU BULANAN ?

A. UPAH HARIAN

B. UPAH MINGGUAN

C. UPAH BULANAN

8. BILA UPAH MEREKA DIBERIKAN

HARIAN, BERAPA UPAH YANG MEREKA

TERIMA ?

Page 96: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

80

Lampiran 2. Identi tas Res ponden

Kecamatan : Siborongborong

Desa : Pohan Jae

No. Nama Responden Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun) 1 Mariden Simanjuntak √ - √ - 44 12 0 6

2 Usdiman Sianipar √ - √ - 47 12 1 8 3 Wasinton Simanjuntak √ - √ - 47 9 0 6

4 Parasian Pardede √ - √ - 43 9 0 6

5 Maidin Simanjuntak √ - √ - 45 12 1 7

6 Jonner Aruan √ - √ - 39 7 0 6

7 Edi Siahaan √ - √ - 46 16 1 8

8 Sukardi Hutabarat √ - √ - 45 9 0 7

9 Sahat Tambunan √ - √ - 52 12 1 12

10 Nopen Simanjuntak √ - √ - 47 12 1 9

11 Robet Siagian √ - √ - 43 9 0 6 12 Paian Simanjuntak √ - √ - 45 9 0 6

13 Pariaman Tambunan √ - √ - 54 12 1 9

14 Parlin Hutagalung √ - √ - 38 9 0 6

Desa : Pohan Julu

No. Nama Responden Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-Laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun) 1 Mula Simanjuntak √ - √ - 47 12 1 8

2 Betani Pardede - √ √ - 37 9 0 6

3 Junus Simanjuntak √ - √ - 46 12 1 8

4 Risma Panjaitan - √ √ - 40 9 0 6

5 Bistok Simangunsong √ - √ - 55 12 1 10

6 Benri Pasaribu √ - √ - 43 9 0 5 7 Sabar Simanjuntak √ - √ - 42 9 0 5

8 Efendi Simanjuntak √ - - √ 35 9 0 5

9 Nelson Simanjuntak √ - √ - 53 12 1 9

10 Dapot Simanjuntak √ - √ - 49 12 1 11

11 Manguntor Sihombing √ - √ - 37 9 0 6

12 Robinson Purba √ - √ - 43 6 0 5

13 Hormat Marpaung √ - √ - 43 9 0 6

14 Asima Tampubolon - √ √ - 46 9 0 6

15 Ramses Simanjuntak √ - √ - 44 9 0 6

16 Damaris Simanjuntak - √ √ - 45 12 1 7

17 Kalpin Marpaung √ - √ - 39 9 0 6

Page 97: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

81 Kecamatan : Sipahutar

Desa : Siabal-abal I

No. Nama Responden Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-Laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun) 1 Retni Panjaitan - √ √ - 44 9 0 7

2 Rizal Simanjuntak √ - √ - 52 12 1 10

3 Sampe Tua Simanjuntak √ - √ - 41 9 0 6

4 Chandra Silitonga √ - √ - 43 9 0 6

5 Potlen Silitonga √ - √ - 36 9 0 5

6 Denni Simanjuntak √ - √ - 43 9 0 6

7 Sabar Panjaitan √ - √ - 54 16 1 12

8 Timbul Simanjuntak √ - √ - 51 12 1 9

9 Hotmel Simanjuntak √ - √ - 46 9 0 7

10 Glomber Simanjuntak √ - √ - 42 10 0 6

11 Marudut Gultom √ - √ - 47 9 0 8

12 Monang Marbun √ - √ - 41 9 0 7

13 Lamhot Panjaitan √ - √ - 45 9 0 8

14 Tiurma Pardede - √ √ - 42 9 0 7

15 Madden Simanjuntak √ - √ - 39 9 0 7

16 Marganda Simanjuntak √ - √ - 48 12 0 7

Desa : Siabal-abal II

No. Nama Responden

Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-Laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun)

1 Rospita Silitonga - √ √ - 43 9 0 7

2 Kasih Panjaitan - √ √ - 41 9 0 7

3 Sintong Simanjuntak √ - √ - 45 12 1 8

4 Fernando Panjaitan √ - √ - 42 12 1 8

5 Halomoan Simanjuntak √ - √ - 38 9 0 6

6 Sanyo Simanjuntak √ - √ - 43 9 0 7

7 Herbet Simanjuntak √ - √ - 55 12 1 11

8 Hiras Simatupang √ - √ - 40 9 0 6

9 Riko Simanjuntak √ - √ - 40 9 0 8

10 Jimmy Simanjuntak √ - √ - 44 9 0 5

11 Tonggor Sihombing √ - √ - 44 9 0 7

12 Sanggam Simanjuntak √ - - √ 38 6 0 6

13 Charles Nainggolan √ - √ - 39 9 0 7

14 Suparto Simanjuntak √ - √ - 50 9 0 8

15 Edi Simanjuntak √ - √ - 47 9 0 8

16 Modi Simatupang - √ √ - 45 9 0 7

17 Jiman Simanjuntak √ - √ - 48 9 0 6

18 Saur Simanjuntak √ - √ - 54 12 1 8

Page 98: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

82 Kecamatan : Pangaribuan

Desa : Silantom Tonga

No. Nama Responden Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-Laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun)

1 Marganti Sitinjak √ - √ - 36 6 0 5

2 Manuntun Nainggolan √ - √ - 51 12 1 8

3 Wakner Pakpahan √ - √ - 44 12 1 7

4 Asel Nainggolan √ - √ - 54 12 1 8

5 Norman Nainggolan √ - √ - 47 9 0 6

6 Josen Nainggolan √ - √ - 43 9 0 6

7 Aman Nainggolan √ - √ - 42 9 0 6

8 Hotman Sibarani √ - √ - 44 9 0 7

Desa : Batu Manumpak

No. Nama Responden Jenis Kelamin Status Perkawinan Umur Pendidikan Pengalaman

Laki-Laki Perempuan Kawin Belum Kawin (Tahun) Formal (Tahun) Non Formal (Tahun) 1 Pukka Nainggolan √ - √ - 44 9 0 7

2 Elman Nainggolan √ - √ - 43 10 0 6

3 Radot Nainggolan √ - √ - 36 9 0 6

4 Mangantar Nainggolan √ - √ - 44 9 0 7

5 Sihol Nainggolan √ - √ - 52 12 1 10

6 Bempi Nainggolan - √ √ - 48 12 1 11

7 Pendi Nainggolan √ - √ - 49 9 0 7

8 Butler Nainggolan √ - √ - 47 9 0 7

9 Lamrata Pakpahan √ - √ - 35 8 0 6

10 Balongsu Pakpahan √ - √ - 45 9 0 6

11 Guliper Purba √ - √ - 41 9 0 6

12 Jusen Pakpahan √ - √ - 54 9 0 8

13 Kepler Nainggolan √ - √ - 44 9 0 7

14 Badia Nainggolan √ - √ - 45 12 1 8

15 Bilpon Aritonang √ - √ - 42 9 0 7

16 Jintar Nainggolan √ - √ - 56 12 1 10

17 Marlis Nainggolan - √ √ - 45 12 1 8

18 Jonson Nainggolan √ - √ - 37 9 0 5

19 Wosmen Nainggolan √ - √ - 42 12 1 8

20 Rindu Pakpahan √ - √ - 53 12 1 9

21 Sahala Nainggolan √ - √ - 45 12 1 8

22 Cyrus Nainggolan √ - √ - 52 12 1 9

Keterangan :

0 = Tidak Mendapatkan Pendidikan Formal

1 = Penyuluhan Pertanian

Page 99: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

83 Lampiran 3. Rekapitulasi Produktivitas Tanaman Kopi Responden (Ton/Ha/Tahun)

Kecamatan : Siborongborong

Desa : Pohan Jae

No. Nama Responden Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Mariden Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 6 4 3 3 1 2 3 5 2 2 37 444 0.444 1.480

2 Usdiman Sianipar 0.30 2 X 2 1/2 500 3 5 6 5 3 3 3 3 4 6 3 2 46 552 0.552 1.840

3 Wasinton Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 3 5 7 5 4 3 3 3 4 6 3 2 48 576 0.576 1.440

4 Parasian Pardede 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 3 3 2 1 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

5 Maidin Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 3 7 5 4 4 2 2 3 4 6 3 3 46 552 0.552 1.840

6 Jonner Aruan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 6 5 4 3 2 3 3 4 6 3 3 45 540 0.540 1.350

7 Edi Siahaan 0.30 2 X 2 1/2 500 3 8 6 4 4 2 2 3 5 7 3 2 49 588 0.588 1.960

8 Sukardi Hutabarat 1.00 3 X 2 1/2 1200 5 15 18 6 3 3 2 6 16 22 8 6 110 1320 1.320 1.320

9 Sahat Tambunan 0.08 2 X 2 200 2 3 3 1 1 1 1 1 2 1 1 1 18 216 0.216 2.700

10 Nopen Simanjuntak 0.50 2 X 2 1/2 800 5 16 12 8 6 3 3 3 7 10 6 4 83 996 0.996 1.992

11 Robet Siagian 0.30 2 X 2 1/2 500 3 3 6 3 3 2 2 2 3 5 3 2 37 444 0.444 1.480

12 Paian Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 3 5 4 2 2 2 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

13 Pariaman Tambunan 0.30 2 X 2 1/2 500 3 7 5 4 3 3 3 3 5 7 4 2 49 588 0.588 1.960

14 Parlin Hutagalung 1.00 3 X 2 1/2 1200 6 17 20 8 5 5 5 9 12 20 8 5 120 1440 1.440 1.440

Desa : Pohan Julu

No. Nama Responden

Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Mula Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 3 8 6 4 3 2 2 3 4 6 3 2 46 552 0.552 1.840

2 Betani Pardede 0.30 2 X 2 1/2 500 3 5 4 4 2 1 1 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

3 Junus Simanjuntak 0.50 2 X 2 1/2 800 4 16 12 7 4 3 2 3 8 14 6 3 82 984 0.984 1.968

4 Risma Panjaitan 0.30 2 X 2 1/2 500 3 5 4 4 3 1 1 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

5 Bistok Simangunsong 0.40 2 X 2 1/2 700 4 15 13 8 4 2 2 3 9 13 7 3 83 996 0.996 2.490

6 Benri Pasaribu 0.40 2 X 2 1/2 700 2 5 7 4 3 3 2 2 4 6 2 2 42 504 0.504 1.260

7 Sabar Simanjuntak 0.25 2 X 2 1/2 400 2 4 3 2 2 1 1 2 2 3 2 1 25 300 0.300 1.200

8 Efendi Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 6 4 3 2 2 2 2 4 5 2 2 36 432 0.432 1.080

9 Nelson Simanjuntak 0.12 2 X 2 250 2 3 2 2 2 1 1 1 2 3 2 1 22 264 0.264 2.200

10 Dapot Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 4 16 14 10 6 3 3 4 7 10 6 5 88 1056 1.056 2.640

11 Manguntor Sihombing 0.40 2 X 2 1/2 700 3 5 8 6 4 2 2 3 4 5 3 2 47 564 0.564 1.410

12 Robinson Purba 0.40 2 X 2 1/2 700 2 4 6 4 3 2 2 2 3 4 3 2 37 444 0.444 1.110

13 Hormat Marpaung 0.30 2 X 2 1/2 500 3 3 5 3 3 2 2 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

14 Asima Tampubolon 0.25 2 X 2 1/2 400 2 3 4 3 2 1 2 2 2 3 2 2 28 336 0.336 1.344

15 Ramses Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 3 4 6 4 2 2 2 3 3 4 2 2 37 444 0.444 1.480

16 Damaris Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 6 4 4 2 2 2 3 5 3 2 39 468 0.468 1.560

17 Kalpin Marpaung 0.30 2 X 2 1/2 500 3 5 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

Catatan :

0.00 0.00

1 Bulan = 2 x Panen

1 Kaleng = 12 Kg

Page 100: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

84 Kecamatan : Sipahutar

Desa : Siabal-abal I

No. Nama Responden Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Retni Panjaitan 0.30 2 X 2 1/2 500 3 4 6 3 3 2 2 2 3 4 2 2 36 432 0.432 1.440

2 Rizal Simanjuntak 0.50 2 X 2 1/2 800 4 11 15 8 4 2 2 3 9 12 5 3 78 936 0.936 1.872

3 Sampe Tua Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 6 4 3 2 1 1 2 3 4 2 2 32 384 0.384 1.280

4 Chandra Silitonga 0.40 2 X 2 1/2 700 2 8 5 4 3 2 2 2 3 6 3 2 42 504 0.504 1.260

5 Potlen Silitonga 0.40 2 X 2 1/2 700 2 7 4 3 3 2 2 3 3 5 3 3 40 480 0.480 1.200

6 Denni Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 7 5 3 3 2 2 2 4 6 3 3 42 504 0.504 1.260

7 Sabar Panjaitan 0.12 2 X 2 250 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 2 1 24 288 0.288 2.400

8 Timbul Simanjuntak 0.50 2 X 2 1/2 800 3 8 11 7 4 3 3 4 7 9 4 3 66 792 0.792 1.584

9 Hotmel Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 6 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

10 Glomber Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 32 384 0.384 1.280

11 Marudut Gultom 1.00 3 X 2 1/2 1100 6 25 20 14 8 4 4 6 10 15 6 4 122 1464 1.464 1.464

12 Monang Marbun 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 3 2 2 2 2 3 4 3 2 34 408 0.408 1.360

13 Lamhot Panjaitan 0.25 2 X 2 1/2 400 2 4 3 3 2 2 2 2 2 3 2 2 29 348 0.348 1.392

14 Tiurma Pardede 0.25 2 X 2 1/2 400 2 3 5 3 2 1 1 2 2 4 2 2 29 348 0.348 1.392

15 Madden Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

16 Marganda Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 3 5 4 3 2 2 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

Desa : Siabal-abal II

No. Nama Responden

Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Rospita Sil itonga 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 4 3 2 2 2 3 4 2 2 35 420 0.420 1.400

2 Kasih Panjaitan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 3 5 4 3 2 2 2 3 4 2 2 34 408 0.408 1.360

3 Sintong Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 6 4 3 3 2 2 2 4 5 3 2 38 456 0.456 1.520

4 Fernando Panjaitan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 5 8 7 5 2 2 3 4 6 3 2 50 600 0.600 1.500

5 Halomoan Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 4 6 5 4 2 2 2 4 5 3 2 41 492 0.492 1.230

6 Sanyo Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 3 4 7 5 3 2 2 3 4 6 3 2 44 528 0.528 1.320

7 Herbet Simanjuntak 0.12 2 X 2 250 2 3 3 2 2 1 1 2 2 3 1 1 23 276 0.276 2.300

8 Hiras Simatupang 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

9 Riko Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 3 3 2 2 2 4 5 2 2 36 432 0.432 1.440

10 Jimmy Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 7 5 4 3 2 2 2 4 5 2 2 40 480 0.480 1.200

11 Tonggor Sihombing 0.25 2 X 2 1/2 400 2 3 5 2 2 2 2 2 2 3 2 2 29 348 0.348 1.392

12 Sanggam Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 5 8 4 4 2 2 2 4 6 3 2 44 528 0.528 1.320

13 Charles Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

14 Suparto Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 4 3 2 2 2 3 4 2 2 35 420 0.420 1.400

15 Edi Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 6 3 3 2 2 2 4 5 2 2 37 444 0.444 1.480

16 Modi Simatupang 0.40 2 X 2 1/2 700 2 4 7 5 4 2 2 3 4 6 3 2 44 528 0.528 1.320

17 Jiman Simanjuntak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 7 5 5 3 2 2 2 3 5 2 2 40 480 0.480 1.200

18 Saur Simanjuntak 0.30 2 X 2 1/2 500 2 6 4 3 3 2 2 2 4 5 3 2 38 456 0.456 1.520

Catatan :

1 Bulan = 2 x Panen

1 Kaleng = 12 Kg

Page 101: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

85

Kecamatan : Pangaribuan

Desa : Silantom Tonga

No. Nama Responden Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Marganti Sitinjak 0.40 2 X 2 1/2 700 2 4 6 4 3 2 2 2 3 4 3 2 37 444 0.444 1.110

2 Manuntun Nainggolan 0.50 2 X 2 1/2 800 4 10 15 8 5 2 2 4 9 13 7 4 83 996 0.996 1.992

3 Wakner Pakpahan 0.50 2 X 2 1/2 800 4 13 9 7 4 3 3 3 8 10 7 4 75 900 0.900 1.800

4 Asel Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 5 9 6 4 3 3 4 5 7 3 3 55 660 0.660 1.650

5 Norman Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 2 5 7 5 4 2 2 3 4 5 3 2 44 528 0.528 1.320

6 Josen Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 4 8 5 4 2 2 3 4 6 3 2 46 552 0.552 1.380

7 Aman Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 2 5 7 4 3 2 2 2 4 5 3 2 41 492 0.492 1.230

8 Hotman Sibarani 1.00 3 X 2 1/2 1200 7 14 20 7 6 3 3 8 14 15 9 6 112 1344 1.344 1.344

Desa : Batu Manumpak

No. Nama Responden

Luas Lahan Jarak Tanam Jlh Tanaman Produksi Kopi (Kaleng/Bulan) Total Produksi Kopi Produktivitas Tan. Kopi

(Ha) (Meter x Meter) (Batang) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des (Kaleng) (Kg) (ton) (ton/ha/tahun)

1 Pukka Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 3 2 2 3 3 4 3 2 36 432 0.432 1.440

2 Elman Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 3 2 2 32 384 0.384 1.280

3 Radot Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 3 5 4 3 2 2 2 3 4 3 2 35 420 0.420 1.400

4 Mangantar Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 6 3 2 2 2 2 4 5 3 2 37 444 0.444 1.480

5 Sihol Nainggolan 0.12 2 X 2 250 2 3 4 2 2 1 1 2 2 3 1 1 24 288 0.288 2.400

6 Bempi Nainggolan 0.12 2 X 2 250 2 3 4 3 2 1 1 1 2 3 2 2 26 312 0.312 2.600

7 Pendi Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 6 3 2 2 2 2 4 5 2 2 36 432 0.432 1.440

8 Butler Nainggolan 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 4 2 2 33 396 0.396 1.320

9 Lamrata Pakpahan 0.25 2 X 2 1/2 400 2 4 3 2 2 1 1 2 2 3 2 2 26 312 0.312 1.248

10 Balongsu Pakpahan 0.40 2 X 2 1/2 700 2 6 8 4 3 2 2 2 4 6 3 2 44 528 0.528 1.320

11 Guliper Purba 0.30 2 X 2 1/2 500 2 5 4 3 2 2 2 2 3 5 2 2 34 408 0.408 1.360

12 Jusen Pakpahan 0.25 2 X 2 1/2 400 2 3 5 3 2 2 2 2 2 3 2 2 30 360 0.360 1.440

13 Kepler Nainggolan 0.25 2 X 2 1/2 400 2 5 3 3 2 1 1 2 2 3 2 2 28 336 0.336 1.344

14 Badia Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 8 7 5 4 3 3 3 4 7 3 2 52 624 0.624 1.560

15 Bilpon Aritonang 0.30 2 X 2 1/2 500 2 4 5 3 3 2 2 2 4 5 2 2 36 432 0.432 1.440

16 Jintar Nainggolan 0.50 2 X 2 1/2 800 3 14 12 10 6 4 3 3 7 12 4 3 81 972 0.972 1.944

17 Marlis Nainggolan 0.50 2 X 2 1/2 800 3 10 12 8 6 2 2 3 6 10 4 3 69 828 0.828 1.656

18 Jonson Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 2 4 6 3 2 2 2 2 4 6 3 2 38 456 0.456 1.140

19 Wosmen Nainggolan 0.50 2 X 2 1/2 800 3 12 8 8 6 2 2 4 7 9 4 3 68 816 0.816 1.632

20 Rindu Pakpahan 0.50 2 X 2 1/2 800 3 14 10 9 6 3 3 4 7 10 5 3 77 924 0.924 1.848

21 Sahala Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 8 6 5 4 2 2 3 5 8 5 3 54 648 0.648 1.620

22 Cyrus Nainggolan 0.40 2 X 2 1/2 700 3 8 10 5 4 2 2 4 5 7 5 3 58 696 0.696 1.740

Catatan :

1 Bulan = 2 x Panen

0

1 Kaleng = 12 Kg

Page 102: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

86

Lampiran 4. Hasil Analisis Pengaruh Pendidikan dan Pengalaman Terhadap Tingkat

Produktifitas Tanaman Kopi

Variables Entered/Removed(b)

Model Variables Entered Variables Removed Method

1

Pengalaman , Pendidikan Formal ,

Pendidikan Non Formal(a) . Enter

a All requested variables entered. b Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Model Summary(b)

Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate

1 .911(a) .830 .824 .149998

a Predictors: (Constant), Pengalaman , Pendidikan Formal , Pendidikan Non Formal

b Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

ANOVA(b)

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 9.988 3 3.329 147.979 .000(a)

Residual 2.047 91 .022

Total 12.036 94

a Predictors: (Constant), Pengalaman , Pendidikan Formal , Pendidikan Non Formal

b Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Coefficients(a)

Model

Unstandardized

Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig.

B Std. Error Beta B Std. Error

1 (Constant) .278 .163 1.707 .091

Pendidikan Formal .011 .017 .054 .627 .533

Pendidikan Non Formal .186 .069 .245 2.675 .009

Pengalaman .151 .015 .668 9.929 .000

a Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Page 103: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

87

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N

Predicted Value 1.09755 2.44734 1.53335 .325973 95

Residual -.367490 .387410 .000000 .147585 95

Std. Predicted Value -1.337 2.804 .000 1.000 95

Std. Residual -2.450 2.583 .000 .984 95

a Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Charts

Pendidikan Formal

420-2

Pro

dukt

ifita

s Ta

nam

an K

opi

0.400

0.200

0.000

-0.200

-0.400

Partial Regression Plot

Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Page 104: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

88

Pendidikan Non Formal

0.50.250-0.25-0.5-0.75

Prod

uktif

itas

Tana

man

Kop

i

0.600

0.400

0.200

0.000

-0.200

-0.400

Partial Regression Plot

Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Pengalaman 4 3 2 1 0 -1 -2

Produktifitas Tanaman Kopi

0.750

0.500

0.250

0.000

-0.250

-0.500

Partial Regression Plot

Dependent Variable: Produktifitas Tanaman Kopi

Page 105: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

89

Lampiran 5. Data Input Penelitian

Nama Formal Nonformal Pengalaman Produktivitas

1 Mariden Simanjuntak 12 0 6 1.480

2 Usdiman Sianipar 12 1 8 1.840 3 Wasinton Simanjuntak 9 0 6 1.440

4 Parasian Pardede 9 0 6 1.320 5 Maidin Simanjuntak 12 1 7 1.840

6 Jonner Aruan 7 0 6 1.350 7 Edi Siahaan 16 1 8 1.960

8 Sukardi Hutabarat 9 0 7 1.320 9 Sahat Tambunan 12 1 12 2.700

10 Nopen Simanjuntak 12 1 9 1.992

11 Robet Siagian 9 0 6 1.480 12 Paian Simanjuntak 9 0 6 1.320

13 Pariaman Tambunan 12 1 9 1.960 14 Parlin Hutagalung 9 0 6 1.440

15 Mula Simanjuntak 12 1 8 1.840 16 Betani Pardede 9 0 6 1.320

17 Junus Simanjuntak 12 1 8 1.968 18 Risma Panjaitan 9 0 6 1.360

19 Bistok Simangunsong 12 1 10 2.490 20 Benri Pasaribu 9 0 5 1.260

21 Sabar Simanjuntak 9 0 5 1.200 22 Efendi Simanjuntak 9 0 5 1.080

23 Nelson Simanjuntak 12 1 9 2.200 24 Dapot Simanjuntak 12 1 11 2.640

25 Manguntor Sihombing 9 0 6 1.410 26 Robinson Purba 6 0 5 1.110

27 Hormat Marpaung 9 0 6 1.360

28 Asima Tampubolon 9 0 6 1.344 29 Ramses Simanjuntak 9 0 6 1.480

30 Damaris Simanjuntak 12 1 7 1.560 31 Kalpin Marpaung 9 0 6 1.360

32 Retni Panjaitan 9 0 7 1.440 33 Rizal Simanjuntak 12 1 10 1.872

34 Sampe Tua Simanjuntak 9 0 6 1.280 35 Chandra Silitonga 9 0 6 1.260

36 Potlen Silitonga 9 0 5 1.200 37 Denni Simanjuntak 9 0 6 1.260

38 Sabar Panjaitan 16 1 12 2.400 39 Timbul Simanjuntak 12 1 9 1.584

40 Hotmel Simanjuntak 9 0 7 1.360

Page 106: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

90

41 Glomber Simanjuntak 10 0 6 1.280 42 Marudut Gultom 9 0 8 1.464

43 Monang Marbun 9 0 7 1.360 44 Lamhot Panjaitan 9 0 8 1.392

45 Tiurma Pardede 9 0 7 1.392

46 Madden Simanjuntak 9 0 7 1.320 47 Marganda Simanjuntak 12 0 7 1.360

48 Rospita Silitonga 9 0 7 1.400 49 Kasih Panjaitan 9 0 7 1.360

50 Sintong Simanjuntak 12 1 8 1.520 51 Fernando Panjaitan 12 1 8 1.500

52 Halomoan Simanjuntak 9 0 6 1.230 53 Sanyo Simanjuntak 9 0 7 1.320

54 Herbet Simanjuntak 12 1 11 2.300 55 Hiras Simatupang 9 0 6 1.320

56 Riko Simanjuntak 9 0 8 1.440 57 Jimmy Simanjuntak 9 0 5 1.200

58 Tonggor Sihombing 9 0 7 1.392 59 Sanggam Simanjuntak 6 0 6 1.320

60 Charles Nainggolan 9 0 7 1.320

61 Suparto Simanjuntak 9 0 8 1.400 62 Edi Simanjuntak 9 0 8 1.480

63 Modi Simatupang 9 0 7 1.320 64 Jiman Simanjuntak 9 0 6 1.200

65 Saur Simanjuntak 12 1 8 1.520 66 Marganti Sitinjak 6 0 5 1.110

67 Manuntun Nainggolan 12 1 8 1.992 68 Wakner Pakpahan 12 1 7 1.800

69 Asel Nainggolan 12 1 8 1.650 70 Norman Nainggolan 9 0 6 1.320

71 Josen Nainggolan 9 0 6 1.380 72 Aman Nainggolan 9 0 6 1.230

73 Hotman Sibarani 9 0 7 1.344 74 Pukka Nainggolan 9 0 7 1.440

75 Elman Nainggolan 10 0 6 1.280 76 Radot Nainggolan 9 0 6 1.400

77 Mangantar Nainggolan 9 0 7 1.480

78 Sihol Nainggolan 12 1 10 2.400 79 Bempi Nainggolan 12 1 11 2.600

80 Pendi Nainggolan 9 0 7 1.440

Page 107: PENGARUH PENDIDIKAN DAN PENGALAMAN PETANI …repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/7268/1/09E01816.pdf · pengaruh pendidikan dan pengalaman petani terhadap tingkat produktivitas

91

81 Butler Nainggolan 9 0 7 1.320 82 Lamrata Pakpahan 8 0 6 1.248

83 Balongsu Pakpahan 9 0 6 1.320 84 Guliper Purba 9 0 6 1.360

85 Jusen Pakpahan 9 0 8 1.440

86 Kepler Nainggolan 9 0 7 1.344 87 Badia Nainggolan 12 1 8 1.560

88 Bilpon Aritonang 9 0 7 1.440 89 Jintar Nainggolan 12 1 10 1.944

90 Marlis Nainggolan 12 1 8 1.656 91 Jonson Nainggolan 9 0 5 1.140

92 Wosmen Nainggolan 12 1 8 1.632 93 Rindu Pakpahan 12 1 9 1.848

94 Sahala Nainggolan 12 1 8 1.620 95 Cyrus Nainggolan 12 1 9 1.740