pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,...
TRANSCRIPT
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit,
Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place
Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam
Laporan Tahunan (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nova Yulianti
NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite Audit,
Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress, dan Assets in Place
Terhadap Pengungkapan Sukarela ( Voluntary Disclosure ) Dalam
Laporan Tahunan
(Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek
Indonesia Periode 2012-2014)
SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Untuk Memenuhi Syarat-syarat Guna Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh:
Nova Yulianti
NIM: 1112082000012
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1437 H/2016 M
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama Lengkap : Nova Yulianti
2. Tempat, Tanggal Lahir : Padang, 23 November 1993
3. Alamat : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok
Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang,
Sumatera Barat
4. Telepon : 082221170414
5. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. TK Sandy Putra Tahun 2000-2001
2. SD Kartika 1-11 Padang Tahun 2001-2004
3. SDN 20 Tunggul Hitam Padang Tahun 2004-2006
4. Pondok Pesantren Thawalib Padang Tahun 2006-2009
5. Madrasah Aliyah Negeri 2 Padang Tahun 2009-2012
6. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun 2012- 2016
(Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Akuntansi)
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Divisi bahasa OSIS Pondok Pesantren Thawalib Padang periode 2008-
2009
2. Divisi Dana Usaha Mandiri HMJ Akuntansi Periode 2013-2014
IV. LATAR BELAKANG KELUARGA
1. Ayah : Dr.H. Nurasa MA
2. Ibu : Yusmeili
3. Alamat : Pondok Indah Permai Blok G/1 Kel. Dadok
Tunggul Hitam Kec. Koto Tangah Padang,
Sumatera Barat
4. Anak ke- dari : 2 dari 3 bersaudara
vii
COMMITTEE EFFECTIVENES, OWNERSHIP CONCENTRATION,
FINANCIAL DISTRESS AND ASSETS IN PLACE ON VOLUNTARY
DISCLOSURE IN THE ANNUAL REPORTS
ABSTRACT
This research purpose is to find the effect of composition of board
commissioners, audit committee effectiveness, ownership concentration, financial
distress and assets in place on voluntary disclosure. This research using
secondary data as a sample of 83 banking companies listed Indonesia Stock
Exchange on period 2012-2014 with purposive sampling method. Variables on
this research are be measured by multiple regression analysis.
Result of this research find that audit committee effectiveness has
significant effect positively voluntary disclosure while composition of board of
commissioners, ownership concentration, financial distress and assets in place
didn’t have significant effect on voluntary disclosure in the annual report.
Keywords : Voluntary Disclosure, Composition of Board Commissioners, Audit
Committee Effectiveness, Ownership Concentration, Financial
Distress and Assets in Place.
viii
PENGARUH KOMPOSISI DEWAN KOMISARIS, EFEKTIVITAS
KOMITE AUDIT, KONSENTRASI KEPEMILIKAN, FINANCIAl
DISTRESS DAN ASSETS IN PLACE TERHADAP PENGUNGKAPAN
SUKARELA (VOLUNTARY DISCLOSURE) DALAM LAPORAN
TAHUNAN
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh komposisi dewan
komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Penelitian ini menggunakan data sekunder dengan sampel 83 perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2012-2014 yang
diperoleh dengan menggunakan metode purposive sampling. Variabel dalam
penelitian ini diukur dengan menggunakan analisis regresi berganda.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa efektivitas komite audit
berpengaruh signifikan positif terhadap pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure), sedangkan komposisi dewan komisaris, konsentrasi kepemilikan,
finacial distress dan assets in place tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan.
Kata Kunci : Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure), Komposisi Dewan
Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan,
Financial Distress dan Assets in Place.
ix
KATA PENGANTAR
Assalmu’alaikum Wr. Wb
Alhamdulillahirabbil’alamin, Segala puji dan syukur penulis panjatkan
kepada Allah SWT. yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengaruh Komposisi Dewan
Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial
Distress, dan Assets in Place terhadap Pengungkapan Sukarela (Voluntary
Disclosure)” dengan lancar. Shalawat serta salam senantiasa selalu tercurah
kepada junjungan Nabi Muhammad SAW. teladan bagi insan di muka bumi.
Penulis sangat bersyukur atas selesainya penyusunan skripsi ini.
Disamping itu, penulis juga menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih
sangat jauh dari nilai sempurna. Hal ini dikarenakan keterbatasan kemampuan dan
pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu, kiranya pembaca dapat memaklumi
kelemahan dan kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Skripsi ini merupakan
tugas yang diselesaikan sebagai syarat guna meraih gelar Sarjana Ekonomi di
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Dalam kesempatan ini,
penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang
secara langsung maupun tidak langsung telah membantu tersusunnya skripsi ini
terutama kepada:
1. Kedua orang tua (Papa dan Mama) yang telah memberikan kasih sayang,
motivasi, doa serta dukungan finansial yang tiada hentinya kepada penulis.
2. Kak Iya dan ii yang selalu memberikan semangat,dukungan, keceriaan dan
senantiasa menghibur penulis.
3. Bapak Dr.Arief Mufraini,Lc.,M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Yessi Fitri,SE,M.Si.,Ak.,CA selaku Ketua Jurusan Akuntansi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Hepi Prayudiawan,SE.,MM.,Ak.,CA selaku Sekretaris Jurusan
Akuntansi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
x
6. Bapak Drs. Abdul Hamid Cebba, MBA.,Ak.,CPA selaku penasehat akademik
penulis.
7. Bapak Prof. Dr. Azzam Jassin MBA selaku dosen Pembimbing Skripsi I yang
telah bersedia meluangkan waktu, serta memberikan pengarahan dan
bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
8. Ibu Nur Wachidah Yulianti, SE, MS, Ak selaku dosen Pembimbing Skripsi II
yang telah bersedia meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
9. Seluruh Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan yang
sangat luas kepada penulis selama perkuliahan, semoga menjadi ilmu yang
bermanfaat dan menjadi amal kebaikan bagi kita semua.
10. Seluruh Staff Tata Usaha Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu penulis dalam
mengurus segala kebutuhan administrasi dan lain-lain.
11. Sahabat dan keluarga di kampus (GAAP) yaitu Anin, Desi, Haifa, Laila,
Lidiyna, Muti, Naya, Opi, Rini dan Tasya yang selalu memberikan semangat,
keceriaan, dukungan dan doa kepada penulis.
12. Teman seperjuangan di KKN Parahita (Adit, Akbar, Anas, Daeng, Dinan,
Eja, Irfan, Rista, Tasya) yang telah memberikan semangat dan motivasi serta
bersama- sama berjuang bersama penulis.
13. Seluruh teman Akuntansi 2012 (khususnya Akuntansi A dan Kelas
Konsentrasi Audit) yang telah banyak memberikan motivasi kepada penulis.
14. Kosan Rizqia ( Kak Mela, Kak Halimah, Kak Ida, Kak Uroh, Indy, Mala,
Gigi, Sita, Andi, Tidy, Dani dan Elsi) yang telah memberikan semangat dan
dukungan kepada penulis.
xi
Dalam menyusun skripsi ini, penulis telah berusaha untuk semaksimal
mungkin memberikan yang terbaik. Namun, penulis sadar bahwa skripsi ini masih
perlu banyak saran dan masukan yang membangun dari para pembaca. Penulis
berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membaca.
Amiiin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 9 Juni 2016
Nova Yulianti
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .......................... iii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI .......................................... iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .................................................................... vi
ABSTRACT .................................................................................................. vii
ABSTRAK .................................................................................................... ix
KATA PENGANTAR .................................................................................. x
DAFTAR ISI ................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ........................................................................................ xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian ......................................................... 1
B. Perumusan Masalah .................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 11
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur ..................................................................... 13
1. Teori Terkait Pengungkapan Sukarela ................................. 13
2. Pengungkapan dalam Laporan Tahunan .............................. 18
3. Komposisi Dewan Komisaris ............................................... 36
4. Efektivitas Komite Audit ..................................................... 38
5. Konsentrasi Kepemilikan ..................................................... 41
xiii
6. Financial Distress ................................................................ 43
7. Assets in Place...................................................................... 46
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis ............. 47
1. Komposisi Dewan Komisaris dengan Pengungkapan
Sukarela ................................................................................ 47
2. Efektivitas Komite Audit dengan Pengungkapan
Sukarela ................................................................................ 48
3. Konsentrasi Kepemilikan dengan Pengungkapan
Sukarela ................................................................................ 49
4. Financial Distress dengan Pengungkapan Sukarela ............ 50
5. Assets in Place dengan Pengungkapan Sukarela ................. 51
6. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas
Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial
Distress dan Assets in Place Secara Simultan Terhadap
Pengungkapan Sukarela ....................................................... 52
C. Penelitian Sebelumnya .............................................................. 53
D. Kerangka Pemikiran ................................................................. 59
E. Hipotesis ................................................................................... 61
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian ........................................................ 62
B. Metode Penentuan Sampel ........................................................ 62
C. Metode Pengumpulan Data ....................................................... 64
D. Metode Analisis Data ................................................................ 64
1. Statistik Deskriptif ............................................................... 65
2. Uji Asumsi Klasik ................................................................ 65
a. Uji Normalitas ................................................................. 65
b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 66
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 67
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 68
3. Koefisien Determinasi (R²) .................................................. 68
4. Analisis Regresi ................................................................... 69
5. Uji Statistik .......................................................................... 70
xiv
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................... 70
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .................. 71
E. Operasional Variabel Penelitian ............................................... 71
1. Variabel Dependen (Pengungkapan Sukarela)..................... 72
2. Variabel Independen ............................................................ 73
a. Komposisi Dewan Komisaris .......................................... 74
b. Efektivitas Komite Audit ................................................. 75
c. Konsentrasi Kepemilikan ................................................ 75
d. Financial Distress ........................................................... 76
e. Assets in Place ................................................................. 77
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 79
1. Deskripsi Objek Penelitian ................................................... 79
2. Deskripsi Sampel Penelitian ................................................ 79
B. Analisis dan Pembahasan .......................................................... 82
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif ................................................ 82
2. Hasil Uji Asumsi Klasik ...................................................... 85
a. Uji Normalitas ................................................................. 85
b. Uji Multikolinieritas ........................................................ 88
c. Uji Heteroskedastisitas .................................................... 90
d. Uji Autokorelasi .............................................................. 92
3. Koefisien Determinasi (R²) .................................................. 92
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan .................................. 93
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F) .................................... 93
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t) .................. 94
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 99
B. Saran ......................................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 102
LAMPIRAN .............................................................................................. 108
xv
DAFTAR TABEL
No. Tabel Keterangan Halaman
2.1 Penelitian Sebelumnya .............................................................. 54
3.1 Operasional Variabel .................................................................. 78
4.1 Proses Seleksi Sampel ................................................................ 80
4.2 Daftar Nama Perusahaan Sampel ............................................... 81
4.3 Hasil Statistik Deskriptif ........................................................... 83
4.4 Hasil Uji Normalitas .................................................................. 88
4.5 Hasil Uji Multikolinieritas ......................................................... 89
4.6 Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas ....................................... 89
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ..................................................... 91
4.8 Ringkasan Hasil Uji Heteroskedastisitas ................................... 91
4.9 Hasil Uji Autokorelasi................................................................ 92
4.10 Hasil Uji Koefisien Determinasi ................................................ 93
4.11 Hasil Uji Signifikansi Simultan (Uji F) ..................................... 94
4.12 Hasil Uji Statistik t ..................................................................... 95
4.13 Ringkasan Hasil Penelitian ........................................................ 98
xvi
DAFTAR GAMBAR
No.Gambar Keterangan Halaman
2.1 Skema Kerangka Pemikiran ................................................. 60
4.1 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram ................... 86
4.2 Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot .............. 87
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
No. Keterangan Halaman
1 Nama Perusahaan Perbankan .................................................... 109
2 Indeks Pengungkapan Sukarela ................................................ 110
3 Daftar Pertanyaan Efektivitas Komite Audit ............................ 112
4 Hasil Pengungkapan Sukarela .................................................. 117
5 Hasil Perhitungan Komposisi Dewan Komisaris ...................... 119
6 Hasil Perhitungan Efektivitas Komite Audit ........................... 120
7 Hasil Perhitungan Konsentrasi Kepemilikan ........................... 121
8 Hasil Perhitungan Financial Distress ...................................... 122
9 Hasil Perhitungan Assets in Place ............................................ 124
10 Hasil Output SPSS ................................................................... 127
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Perusahaan diwajibkan untuk menyampaikan laporan tahunan.
Laporan yang disampaikan kepada Bapepam dapat berupa laporan
keuangan maupun laporan tahunan. Laporan keuangan terdiri dari laporan
posisi keuangan, laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas,
laporan perubahan ekuitas serta catatan atas laporan keuangan. Sedangkan
laporan tahunan adalah laporan yang diterbitkan setahun sekali, berisi data
keuangan (laporan keuangan) dan informasi non-keuangan (Sudarmadji
dan Sularto,2007:1).
Berdasarkan pedoman pengungkapan yang diterbitkan oleh Badan
Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam–LK) melalui
peraturan No. X.K.6 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik terdapat 161 poin laporan tahunan yang wajib
diungkapkan perusahaan termasuk di dalamnya adalah laporan keuangan
yang telah diaudit. Selain itu, Keputusan Ketua Bapepam-LK Nomor:
KEP-431/BL/2012 dinyatakan bahwa terdapat sembilan kategori
pengungkapan lain seperti gambaran umum perusahaan, ikhtisar data
keuangan, laporan dewan komisaris, laporan dewan direksi, profil
perusahaan, analisa dan pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan,
tanggung jawab sosial perusahaan serta tanggung jawab dewan komisaris
dan direksi.
2
Menurut Darrough (1993) dalam Almilia dan Retrinasari (2007:1)
pengungkapan dalam laporan tahunan ada dua yaitu pengungkapan wajib
(mandatory disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure). Pengungkapan wajib adalah pengungkapan yang disyaratkan
oleh standar akuntansi dan peraturan yang berlaku, sedangkan
pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang bebas dilakukan
manajemen perusahaan untuk memberikan informasi akuntansi dan
informasi lainnya yang dipandang relevan untuk pengambilan keputusan
para pemakai laporan tahunan.
Pengungkapan dibuat dalam laporan tahunan melalui kalimat
penjelasan maupun catatan yang menyertainya. Pengungkapan laporan
tahunan merupakan sebuah isu tata kelola perusahaan yang dihadapi oleh
negara-negara di Asia termasuk Indonesia. Perusahaan publik di Asia
cenderung memiliki kualitas pengungkapan dan transparansi yang rendah
sebagai akibat dari lemahnya struktur tata kelola yang ada (Claessens &
Fan, 2002).
Pengungkapan sukarela merupakan salah satu cara meningkatkan
kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan dan untuk membantu investor
dalam memahami strategi bisnis perusahaan (Healy, Palepu, 1993).
Menurut Financial Accounting Standard Board, laporan yang paling
terkini menyokong pandangan bahwa perusahaan bisa mencapai
keuntungan dalam pasar modal dengan mempertinggi pengungkapan
mereka secara sukarela. Laporan ini meliputi tuntutan bagaimana
3
perusahaan bisa menggambarkan dan menjelaskan investasi potensial
mereka kepada investor, dimana para investor tersebut menuntut
informasi yang mendetail dan berkala, sedangkan tingkat pengungkapan
sukarela hanya meningkat pada negara dengan pasar yang telah maju dan
baru muncul (Frederick & Gary, 2010: 176).
Pertimbangan manajemen untuk mengungkapkan informasi secara
sukarela dipengaruhi oleh faktor biaya dan manfaat. Manajemen akan
mengungkapkan informasi secara sukarela jika manfaat yang diperoleh
lebih besar daripada biayanya. Manfaat utama yang diperoleh perusahaan
dari pengungkapan sukarela adalah biaya modal yang rendah (Elliot,
Robert K. Dan Jacobson, Peter D, 1994).
Pentingnya pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan untuk
membantu para investor melihat nilai lebih dari perusahaan serta melihat
transparannya perusahaan dalam mengungkapkan hal-hal di luar
pengungkapan wajib. Perusahaan yang kurang transparan akan
menyebabkan terjadinya asimetri informasi antara manajer sebagai agen
dengan pemilik yang dalam hal ini merupakan pemegang saham/investor,
dimana manajemen memiliki informasi lebih banyak dan akurat daripada
pemegang saham.
Basari (2013) mengemukakan dalam tulisannya pada salah satu
situs berita online mengenai masalah keterbukaan informasi PKPU PT
Davomas Abadi Tbk yang dipertanyakan, dimana pemegang saham
mayoritas PT Davomas Abadi Tbk menengarai ada keanehan dalam
4
penundaan kewajiban pembayaran utang (PKPU) yang pernah dijalani
perseroan. Pemegang saham mayoritas PT Davomas Abadi Tbk
mencurigai PKPU direkayasa, karena data internal menjelaskan
permasalah hutang tersebut berupa bonus karyawan yang belum dibayar
namun disamping itu dibawa juga nama kreditur lain yaitu PT Aneka
Surya Agro atas hutang tersebut. Tidak ada klarifikasi, rincian atau
penjelasan mengenai bagaimana utang kepada PT Aneka Surya Agro
timbul. Dalam penjelasannya juga disampaikan Basari (2013) bahwa
perusahaan publik diwajibkan untuk mengumumkan kepada masyarakat
atas setiap informasi material mengenai peristiwa yang dapat
memengaruhi harga surat berharga atau keputusan para investor.
Informasi-informasi material mengenai peristiwa tersebut bisa
diungkapkan di luar informasi laporan keuangan, yaitu berupa informasi
pendukung mengenai kondisi perusahaan seperti pemaparan peristiwa
penting perusahaan baik bersifat kualitatif maupun kuantitatif oleh
manajemen, penjelasan rincian jumlah biaya yang dibelanjakan untuk
karyawan, atau pemaparan elemen laporan yang diperbandingkan lebih
dari tiga tahun, untuk menganalisis lebih rinci perbandingan informasi
keuangan per periode. Karena informasi tentang peristiwa sangat
diperlukan penjelasannya diluar laporan keuangan sebagai pemahaman
yang cukup mengenai kondisi perusahaan periode yang terkait.
5
Pengungkapan sukarela pada laporan tahunan perusahaan dapat
memberikan informasi-informasi tentang keberlangsungan perusahaan
yang lebih transparan. Hal ini akan berpengaruh terhadap nilai
perusahaan di mata investor yang dapat memengaruhi harga saham
perusahaan. Pengungkapan sukarela dipengaruhi oleh penerapan good
corporate governance yang akan mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas perusahaan. Penerapan corporate governance yang baik
dapat mengurangi adanya asimetri informasi karena perusahaan akan
memberikan lebih banyak informasi yang dapat mengurangi asimetri
informasi tersebut. Informasi yang diberikan akan ditunjukan dalam
tingkat pengungkapan, semakin baik penerapan corporate governance
maka akan banyak pula informasi yang diungkapkan oleh perusahaan.
Dalam penelitian ini corporate governance diproksikan dengan komposisi
dewan komisaris dan efektivitas komite audit.
Penelitian yang dilakukan oleh Khaldoon (2015:1) dinyatakan
bahwa ukuran komite audit berpengaruh positif terhadap pengungkapan
sukarela sedangkan komisaris independen dan struktur kepemilikan
berpengaruh negatif terhadap tingkat pengungkapan sukarela. Penelitian
ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Evi dan Rosa
(2014:389) menyatakan bahwa komite audit berpengaruh positif terhadap
pengungkapan sukarela perusahaan.
Nugrahadi (2008) menemukan bahwa komposisi dewan komisaris
independen, kepemilikan saham manajerial dan kepemilikan saham
6
blockholder tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap indeks
pengungkapan sukarela. Kepemilikan blockholder adalah persentase
saham yang dimiliki oleh pemegang saham dari luar perusahaan di atas
lima persen. Berbeda dengan Nugrahadi (2008), Hadi dan Sabeni (2002)
menghasilkan bukti bahwa komposisi dewan komisaris, ukuran
perusahaan, operasi perusahaan, dan jenis industri berpengaruh secara
signifikan terhadap luas pengungkapan sukarela. Hal ini disebabkan luas
pengungkapan sukarela antara perusahaan yang satu dengan yang lain
berbeda-beda. Perbedaan ini dikarenakan oleh masing-masing industri
juga berbeda-beda.
Perbedaan luas pengungkapan sukarela menurut Hardiningsih
(2008) dalam Wahyuni Wijayanti (2013:3) dapat dipengaruhi oleh
karakteristik perusahaan seperti budaya perusahaan, bidang usaha, proses
produksi, pasar, sumber daya dan lain-lain. Struktur meliputi ukuran (size)
perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk melunasi kewajiban.
Kinerja (performance) meliputi likuiditas perusahaan dan laba
(profitabilitas). Pendekatan pasar meliputi faktor-faktor kualitatif seperti
tipe industri, tipe auditor dan status perusahaan.
Menurut Ho dan Wong (2001:139) independensi komite audit juga
menjadi penentu luas pengungkapan sukarela di Hong Kong. Di samping
itu komisaris independen juga berpengaruh, semakin besar proporsi
komisaris independen maka tingkat pengawasan manajerial akan semakin
7
efektif dan kemudian perusahaan lebih banyak melakukan pengungkapan
sukarela (Eng dan Mak, 2003:325).
Selanjutnya penelitian mengenai pengaruh konsentrasi kepemilikan
terhadap pengungkapan sukarela dijelaskan dalam penelitian yang
dilakukan oleh Nuryaman (2009:89) yang menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarel. Berbeda dengan Nuryaman (2009:89), Mohamed dan Ehab
(2014:67) menyatakan bahwa konsentrasi kepemilikan signifikan negatif
terhadap pengungkapan sukarela, hasil ini juga didukung oleh penelitian
yang dilakukan oleh Javad et al. (2014:767) yang menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan
sukarela. Fatemeh dan Mansour (2014:423) juga menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan tidak memiliki korelasi terhadap pengungkapan
sukarela.
Dalam teori signalling dinyatakan bahwa perusahaan yang sehat
cenderung lebih banyak mengungkapkan informasi daripada perusahaan
yang mengalami financial distress. Jadi perusahaan yang mengalami
financial distress cenderung lebih sedikit mengungkapkan informasi.
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Hanifa dan Cooke (2002)
menunjukan bahwa profitabilitas dan indikator good news dan bad news
berhubungan dengan tingkat pengungkapan sukarela.
Perusahaan yang memiliki good news dapat ditandai dengan
perolehan laba tinggi maupun profitabilitas yang tinggi akan
8
mengungkapkan lebih banyak informasi tambahan yang bersifat
nonmandatory guna menunjukan kinerja perusahaan yang baik. Dalam
penelitian yang dilakukan oleh Omar dan Simon (2011) dalam Anggi
Nurfadillah (2012:32) dikatakan bahwa karakteristik aset perusahaan
(assets in place) menjadi salah satu faktor yang penting dalam
menentukan nilai perusahaan (firm value). Penelitian mengenai pengaruh
karakteristik aset perusahaan (assets in place) terhadap pengungkapan
sukarela dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007) dalam Anggi
Nurfadillah (2012:32) yang melaporkan bukti empiris mengenai tingkat
sukarela yang dilakukan oleh 38 perusahaan dan bank di India. Hasil
penelitian ini memberikan bukti empiris menunjukan bahwa karakteristik
aset perusahaan (asset in place) berpengaruh positif dan signifikan dalam
menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.
Assets in place secara sistematis memengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela di Amerika Serikat, oleh karena itu assets in place
menjadi penting dalam menentukan tingkat pengungkapan sukarela.
Perusahaan dengan persentase aset tetap yang lebih tinggi akan memiliki
agency cost yang lebih rendah, karena akan lebih sulit bagi manajemen
perusahaan untuk melakukan penyalahgunaan dalam pelaporan
keuangannya (opportunis) terkait aset tetap, karena adanya definisi yang
jelas bagi aset tetap (Butler et al, 2002).
Pengungkapan sukarela menarik untuk diteliti karena
pengungkapan ini dapat mengurangi kesenjangan asimetri informasi
9
antara perusahaan dan pasar yang memfasilitasi perdagangan sahamnya
(Godfrey,2010:438). Berdasarkan beberapa penelitian sebelumnya maka
peneliti akan melakukan penelitian mengenai pengaruh komposisi dewan
komisaris, komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress, dan
assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian terdahulu.
Berdasarkan uraian di atas, maka menarik bagi peneliti untuk
melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Komposisi Dewan
Komisaris, Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi Kepemilikan,
Financial Distress, dan Assets in Place Terhadap Pengungkapan
Sukarela (Voluntary Disclosure) Dalam Laporan Tahunan (Studi
Empiris pada Perbankan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Periode 2012-2014)”.
Penelitian ini merupakan gabungan dari penelitian-penelitian
sebelumnya mengenai voluntary disclosure. Adapun perbedaannya
dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah:
1. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan dengan periode dari
tahun 2012-2014. Penelitian-penelitian sebelumnya hanya sampai
tahun 2013.
2. Penelitian ini menggunakan variabel efektivitas komite audit yang
diukur menggunakan skor dari segi aktivitas, size dan kompetensi.
Penelitian sebelumnya hanya meihat proporsi, ukuran dan keberadaan
komite audit.
10
3. Penelitian ini menggunakan laporan tahunan perusahaan perbankan.
Penelitian-penelitian sebelumnya menggunakan laporan tahunan
perusahaan manufaktur.
4. Penelitian ini menggunakan assets in place yang belum banyak diteliti
di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan permasalahan
yang hendak diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
2. Apakah efektivitas komite audit berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
3. Apakah konsentrasi kepemilikan berpengaruh secara signifikan
terhadap pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
4. Apakah financial distress berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
5. Apakah assets in place berpengaruh secara signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)?
6. Apakah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,
konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place
berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure)?
11
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk
menemukan bukti empiris atas hal-hal sebagai berikut:
a. Pengaruh komposisi dewan komisaris terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure).
b. Pengaruh efektivitas komite audit terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
c. Pengaruh konsentrasi kepemilikan terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
d. Pengaruh financial distress terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
e. Pengaruh assets in place terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
f. Pengaruh secara simultan dari komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place terhadap pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure)
2. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :
a. Ilmu Pengetahuan
Penelitian ini berguna untuk memberikan wawasan dalam
ilmu pengetahuan khususnya bidang akuntansi. Hasil penelitian
12
juga diharapkan memperluas dan memperkuat penelitian
sebelumnya.
b. Perusahaan
Penelitian ini diharapkan mampu untuk meningkatkan
aspek pengungkapan laporan tahunan perusahaan khususnya
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) agar akuntabilitas
publik dan transparansi dapat tercapai.
c. Investor
Penelitian ini dapat menambah informasi bagi investor
sebagai alat bantu pengambilan keputusan investasi di pasar modal.
d. Pemerintah
Penelitian ini diharapkan mampu mendorong pemerintah
memperluas item pengungkapan dalam laporan tahunan serta
membuat regulasi atau standar akan pengungkapan sukarela agar
bisa meminimalisir adanya pengungkapan sukarela yang berbeda-
beda dalam laporan tahunan.
13
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Literatur
1. Teori Terkait Pengungkapan Sukarela
a. Teori Keagenan (Agency Problem)
Teori yang digunakan adalah Teori Keagenan (Agency
Theory). Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan hubungan
agensi sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih principal
yang melibatkan agent untuk melaksanakan beberapa layanan
bagi mereka dengan melakukan pendelegasian wewenang
pengambilan keputusan kepada agent. Principal maupun agent
diasumsikan sebagai orang ekonomi rasional dan semata-mata
termotivasi oleh kepentingan pribadi. Principal mendelegasikan
pembuatan keputusan mengenai perusahaan kepada manajer
atau agent.
Tujuan utama teori keagenan (agency theory) adalah untuk
menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang melakukan hubungan
kontrak dapat mendesain kontrak yang tujuannya untuk
meminimalisasi cost sebagai dampak adanya informasi yang
tidak simetris dan kondisi ketidakpastian.
Pada teori agensi, information gap yang terjadi pada
berbagai perusahaan dikarenakan pihak manajer setiap hari
berinteraksi langsung dengan kegiatan perusahaan, sehingga
14
pihak manajer sangat mengetahui kondisi dalam perusahaan
dengan demikian pihak manajer mempunyai informasi yang
sangat lengkap tentang perusahaan yang dikelolanya. Sedangkan
pemilik perusahaan hanya mengandalkan laporan yang
diberikan oleh pihak manajemen, karena pemilik perusahaan
tidak berinteraksi secara langsung pada kegiatan perusahaan.
Sebagai pemilik perusahaan hanya memiliki sebagian atau lebih
sedikit informasi dibanding manajer perusahaan. Karena
kurangnya informasi oleh pemegang saham maka perusahaan
dituntut untuk transparansi dalam mengungkapkan informasi
pada laporan tahunan yaitu salah satu caranya dengan
melakukan pengungkapan sukarela.
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
disampaikan di luar pengungkapan wajib. Perusahaan yang
melakukan pengungkapan sukarela berarti telah melakukan
salah satu dari prinsip good corporate governance yaitu
transparency (keterbukaan informasi). Dengan adanya
pengungkapan sukarela pemegang saham dapat mengetahui
informasi-informasi tambahan yang relevan dalam pengambilan
keputusan.
Godfrey et al (2010) membagi biaya keagenan dalam tiga
jenis biaya yaitu:
15
1) Biaya monitoring
Biaya yang ditujukan untuk mengawasi perilaku
agen. Prinsipal melakukan pengukuran, pengamatan
dan pengendalian atas perilaku agen.
2) Biaya perikatan (Bonding Cost)
Biaya yang dikeluarkan oleh agen dalam rangka
mematuhi dan mengimplementasikan mekanisme
kontrak yang menjamin bahwa agen akan bertindak
sejalan dengan kepentingan prinsipal.
3) Residual Loss
Biaya yang masih dapat timbul ketika tindakan yang
dilakukan agen berbeda dengan apa yang
seharusnya dilakukan untuk memenuhi kepentingan
prinsipal walaupun biaya terkait pengawasan dan
perikatan sudah dilakukan.
Masalah keagenan terjadi apabila konflik kepentingan
yang terjadi antara prinsipal dan agen menyebabkan kerugian
pada sisi prinsipal. Secara teori, masalah keagenan dapat
dieliminasi dengan kontrak lengkap yang menjelaskan sikap-
sikap yang perlu diambil setiap pihak pada kondisi tertentu di
masa depan (Chrisman et al.,2012). Selain menggunakan kontrak
tersebut, masalah keagenan dapat dieliminasi dengan
membentuk pihak independen untuk melakukan pengawasan.
16
Pembentukan pihak independen yang melakukan
pengawasan efektif terhadap manajemen inilah yang menjadi
dasar pembentukan struktur tata kelola perusahaan. Struktur tata
kelola yang efektif akan meningkatkan baik kualitas maupun
kuantitas pengungkapan informasi perusahaan dan menjadi
salah satu mekanisme untuk mengatasi masalah agensi (Sun et
al., 2012).
b. Teori Sinyal (Signalling Theory)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang
dilakukan perusahaan di luar apa yang diwajibkan oleh standar
akuntansi atau peraturan badan pengawas. Menurut Suwardjono
(2008) teori sinyal (signalling theory) melandasi pengungkapan
sukarela. Teori sinyal menjelaskan bahwa manajemen
perusahaan sebagai agen, memiliki dorongan untuk memberikan
informasi laporan keuangan kepada pihak eksternal. Dorongan
tersebut disebabkan adanya asimetri informasi atau
ketidakseimbangan penguasaan informasi antara agen dengan
prinsipal (konflik keagenan).
Dalam teori ini, pengungkapan informasi sukarela yang
dilakukan perusahaan merupakan sinyal bagi pasar. Sinyal
positif yang diberikan oleh perusahaan diharapkan akan
mendapat respon yang positif dari investor dan pasar. Ketika
suatu perusahaan melakukan pengungkapan yang lebih sedikit
17
maka pasar menginterpretasikan hal tersebut sebagai “bad news
signal”. Teori ini menyatakan bahwa manajer suatu perusahaan
akan berusaha untuk mengungkapkan informasi private yang
dimilikinya sebanyak-banyaknya untuk mengurangi
ketidakakuratan pasar dalam menilai perusahaannya. Menurut
Amalia (2005) hal ini biasanya dilakukan manajer ketika
manajer merasa perusahaannya dinilai terlalu rendah
(undervalued). Oleh karena itu, perusahaan perlu untuk
mengungkapkan informasi keuangan dan non-keuangan secara
sukarela agar dapat menjadi good signal bagi perusahaan.
c. Stakeholder Theory
Dalam sebuah perusahaan memiliki berbagai macam
stakeholder. Perspektif dasar dalam teori ini adalah bahwa
tingkat kepentingan stakeholder yang beragam mempengaruhi
operasi dan pelaporan yang dilakukan perusahaan (Agustina,
2012). Pihak yang termasuk sebagai stakeholder adalah para
pemegang saham (investor), pemasok (supplier), pelanggan
(customer), karyawan (employee), pemerintah (government) dan
masyarakat publik.
Dalam teori ini terdapat dua perspektif . yang pertama
adalah perspektif yang berpusat pada perusahaan (Organization-
Centered Perspective). Perspektif ini muncul karena
beragamnya stakeholder yang berhubungan dengan perusahaan
18
memiliki kepentingan yang berbeda-beda dan tidak semuanya
dapat dipenuhi oleh perusahaan.
Berdasarkan pandangan tersebut, penting bagi perusahaan
untuk memberikan perlakuan yang sama dan perusahaan harus
mampu mengidentifikasi kelompok stakeholder yang memiliki
peranan penting serta mengelola hubungan yang baik dengan
kelompok tersebut. Salah satu caranya adalah melalui
pengungkapan sukarela.
Persepektif yang kedua adalah perspektif yang berdasar
prinsip-prinsip akuntabilitas (accountability perspective). Dalam
perspektif ini, perusahaan harus memperhatikan hak seluruh
stakeholder yang dianggap memiliki peranan penting terhadap
perusahaan. Jadi, dalam perspektif ini pengungkapan sukarela
merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan terhadap
seluruh stakeholder.
2. Pengungkapan Dalam Laporan Tahunan
a. Pengertian Pengungkapan
Laporan tahunan merupakan elemen signifikan dalam
keseluruhan proses pengungkapan karena merupakan sumber
informasi perusahaan yang tersebar secara umum (Todd &
Sherman,1991). Laporan tahunan adalah laporan yang dterbitkan
setahun sekali berisi data keuangan dan informasi non-keuangan.
Laporan tahunan dijadikan sebagai pertanggungjawaban atas
19
kinerja manajemen dan digunakan bagi para pemegang saham
atau investor dalam pengambilan keputusan.
Berdasarkan UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 Bab X
Pasal 86, Perusahaan Publik wajib menyampaikan laporan
secara berkala kepada Bapepam-LK dan mengumumkan laporan
tersebut kepada masyarakat. Laporan tersebut terdiri dari
laporan tahunan atau laporan berkala untuk periode berakhir
tertentu dan laporan keuangan yang telah disusun sesuai dengan
peraturan yang berlaku umum.
Bapepem menambahkan item-item yang wajib
diungkapkan dalam laporan tahunan dimana pada peraturan
sebelumnya (Peraturan Nomor VIII.G.2 tahun 1996) belum
diwajibkan yaitu laporan dewan komisaris, laporan direksi,
profil perusahaan, tata kelola perusahaan dan tanggung jawab
direksi atas laporan keuangan
Dalam ketentuan umum dan isi laporan tahunan yang
dibuat Bapepam disebutkan bahwa laporan tahunan wajib
memuat ikhtisar data keuangan penting, laporan dewan
komisaris, laporan dewan direksi, profil perusahaan, analisis dan
pembahasan manajemen, tata kelola perusahaan, tanggung
jawab direksi atas laporan keuangan dan laporan keuangan yang
telah diaudit.
20
Pengungkapan berarti penyampaian (release) informasi.
Para akuntan cenderung menggunakan kata ini dalam pengertian
yang agak lebih terbatas, yaitu penyampaian informasi keuangan
tentang suatu perusahaan di dalam laporan keuangan, biasanya
laporan tahunan.
Menurut Lopez & Rodrigues (2007) dalam Jason Effendi
(2014) menjelaskan bahwa pengungkapan merupakan sebuah
fungsi kompleks dari beberapa landasan; bergantung kepada
baik faktor spesifik perusahaan (internal) maupun eksternal
yang terkait dengan konteks lingkungan perusahaan yang di
dalamnya termasuk budaya, sistem hukum dan latar belakang
institusi.
Menurut Stolowy & Lebas (2004) dalam Jason Effendi
(2014) pemangku kepentingan perusahaan mengharapkan
pengungkapan informasi mengenai operasi perusahaan untuk
mendapatkan pengertian yang lebih jelas yang akan menjadi
dasar pengambilan keputusan mereka. Jadi dapat disimpulkan
bahwa pengungkapan adalah penyampaian informasi baik
informasi mengenai internal perusahaan maupun eksternal
perusahaan yang digunakan sebagai pertimbangan dalam
mengambil keputusan bagi para pemakai laporan keuangan
maupun laporan tahunan.
21
Menurut Hendriksen dan Breda (2002:432) ada tiga konsep
pengungkapan, yaitu :
1) Pengungkapan memadai (adequate disclosure),
yaitu pengungkapan minimum disyaratkan oleh
peraturan yang berlaku, di mana informasi dan
angka-angka disajikan dalam laporan tahunan dapat
diinterpretasikan oleh investor dan para pihak yang
berkepentingan.
2) Pengungkapan wajar (fair disclosure), secara tidak
langsung menyiratkan suatu etika, yaitu
memberikan perlakuan yang sama kepada semua
pemakai laporan keuangan untuk menerima
informasi yang handal sehingga tidak ada
ketimpangan informasi antar para pembaca.
3) Pengungkapan lengkap (full disclosure),
menyangkut penyajian informasi yang relevan. Bagi
sebagian orang pengungkapan lengkap berarti
penyajian informasi secara berlimpah sehingga
tidak tepat. Menurut mereka terlalu banyak
informasi akan membahayakan karena penyajian
rinci dan yang tidak penting justru akan
mengaburkan informasi yang signifikan dan
22
membuat laporan keuangan sulit ditafsir oleh para
penggunanya.
b. Peran Pengungkapan dalan Laporan Keuangan
Menurut Healy dan Palepu (2001), hubungan antara
manajemen dan investor menghasilkan dua permasalahan yaitu
information problem dan agency problem. Information problem
atau yang sering disebut dengan asymmetri information adalah
perbedaan informasi antara manajemen dan investor yang
mendorong munculnya konflik antara kedua pihak tersebut.
Menurut Oktoviana (2009) dalam Wulandari (2015), Agency
Problem adalah konsekuensi dari tidak berperan aktifnya
investor dalam pengelolaan perusahaan. Adanya pengungkapan
informasi dalam laporan keuangan dapat menyelesaikan dua
permasalahan tersebut.
1) Menurut Healy dan Palepu (2001), terdapat tiga langkah
penting yang dapat dilakukan oleh manajemen untuk
meningkatkan kualitas laporan keuangan untuk mengatasi
information problem tersebut.
a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen dan
investor.
b) Membuat kebijakan yang mengatur tentang
pengungkapan berbagai informasi yang harus
dilakukan oleh perusahaan.
23
c) Mengoptimalkan fungsi dari intermediaries, seperti
analis keuangan dan lembaga pemeringkat.
Keberadaan intermediaries tersebut diharapkan
menjadi kontrol atas pengungkapan informasi yang
dilakukan oleh perusahaan.
2) Agency Problem
Dalam mengatasi agency problem tersebut, pelaporan
keuangan memiliki peran yang sangat penting. Terdapat
tiga langkah untuk meningkatkan pelaporan keuangan,
yaitu:
a) Mengoptimalkan kontrak antara manajemen
perusahaan dan investor. Salah satu cara untuk
mengoptimalkan kontrak antara manajemen
perusahaan dengan investor adalah dengan
perjanjian kompensasi.
b) Mengoptimalkan fungsi dewan komisaris
Dewan komisaris berfungsi sebagai pihak yang
mewakili kepentingan para pemilik modal. Fungsi
utama dari dewan komisaris adalah mensupervisi
kinerja yang dilakukan oleh manajemen perusahaan
dalam mengelola perusahaan. Supervisi efektif yang
dilakukan dewan komisaris, diharapkan mampu
untuk mencegah terjadinya agency problem.
24
c) Mengoptimalkan keberadaan intermediaries
Information intermediaries seperti analis keuangan
dan lembaga pemeringkat dapat meningkatkan
kualitas pengungkapan informasi yang dilakukan
manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena
intermediaries merupakan pihak luar yang dapat
memberikan penilaian yang objektif terhadap
kondisi dan kinerja perusahaan.
c. Tujuan Pengungkapan
Menurut Belkoui dan Riahi (2006:338) tujuan dari
pengungkapan adalah sebagai berikut:
1) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan memberikan
pengukuran yang relevan atas hal-hal tersebut di luar
pengukuran yang digunakan dalam laporan keuangan.
2) Untuk menguraikan hal-hal yang diakui dan untuk
memberikan pengukuran yang bermanfaat bagi hal-hal
tersebut.
3) Untuk memberikan informasi yang akan membantu
investor dan kreditor menilai risiko dan potensial dari hal-
hal yang diakui dan tidak diakui.
4) Untuk memberikan informasi penting yang memungkinkan
pengguna laporan keuangan melakukan perbandingan
dalam satu tahun dan di antara beberapa tahun.
25
5) Untuk memberikan informasi mengenai arus kas masuk
atau arus kas keluar di masa depan.
6) Untuk membantu para investor menilai pengembalian dari
investasi mereka.
d. Manfaat Pengungkapan
Menurut Soemarso (2003) dalam Adhika Nirmalasari
(2012:13) pengungkapan laporan tahunan oleh perusahaan
bermanfaat untuk:
1) Kepentingan perusahaan, yaitu dapat diperolehnya biaya
modal yang lebih rendah yang bekaitan dengan
berkurangnya risiko informasi bagi investor dan kreditur
yang menyebabkan investor dan kreditur bersedia membeli
sekuritas dengan harga tinggi.
2) Investor, yaitu dapat mengurangi risiko kesalahan
pembuatan keputusan investasi sehingga investor menjadi
lebih percaya kepada perusahaan yang berakibat ada
naiknya harga sekuritas perusahaan.
3) Kepentingan Nasional, yaitu dengan diperolehnya biaya
modal yang lebih rendah oleh perusahaan, maka
pertumbuhan ekonomi akan meningkat dan kesempatan
kerja akan meluas, sehingga pada akhirnya standar
kehidupan secara nasional akan meningkat pula. Dengan
berkurangnya risiko informasi yang dihadapi investor,
26
pasar modal juga dapat menjadi liquid. Likuiditas pasar
modal ini diperlukan oleh perekonomian nasional karena
dapat membantu alokasi modal secara efektif.
e. Jenis Pengungkapan
Meek, et al (1995) dalam Hardiningsih (2008:67)
menyatakan pengungkapan dalam laporan tahunan terdiri dari
dua jenis antara lain:
1) Pengungkapan Wajib (mandatory disclosure)
Pengungkapan wajib adalah pengungkapan informasi yang
diwajibkan dalam laporan tahunan perusahaan yang
diwajibkan dan diatur oleh suatu peraturan pasar modal.
2) Pengungkapan sukarela (voluntary disclosure)
Pengungkapan sukarela adalah pengungkapan informasi
melebihi yang diwajibkan karena dipandang relevan dengan
kebutuhan pemakai laporan keuangan.
f. Pengungkapan Sukarela
Pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan yang
tidak diwajibkan peraturan, dimana perusahaan bebas memilih
jenis informasi yang akan diungkapkan yang sekiranya dapat
mendukung dalam pengambilan keputusan bagi pihak-pihak
berkepentingan dengan laporan keuangan perusahaan.
Manajer memiliki informasi yang lebih baik daripada pihak
luar mengenai performa perusahaan mereka saat ini dan ke
27
depannya. Beberapa kajian menunjukan bahwa manajer
berinisiatif untuk mengungkap informasi seperti itu secara
sukarela (Frederick & Gary, 2010: 176).
Keuntungan dari pengungkapan sukarela menyangkut biaya
transaksi yang lebih rendah dalam perdagangan sekuritas
perusahaan, bunga yang lebih tinggi dari analis keuangan dan
investor, meningkatkan likuiditas saham dan biaya modal yang
lebih rendah.
Menurut Frederick & Gerhard (1999: 291) pengungkapan
keuangan yang disediakan oleh entitas bagi pembaca luar negeri
mungkin melebihi atau jauh lebih sedikit dari kewajiban
pengungkapan yang disyaratkan. Perusahaan umumnya akan
melakukan pengungkapan melebihi kewajiban pengungkapan
minimal jika mereka merasa pengungkapan semacam itu akan
menurunkan biaya modalnya atau jika mereka tidak ingin
ketinggalan praktik-praktik pengungkapan yang kompetitif.
Sebaliknya, perusahaan akan mengungkapkan lebih sedikit
jika mereka merasa pengungkapan keuangan akan menampakan
informasi rahasia kepada para pesaing atau menampakan sisi
buruk perusahaan di depan berbagai pihak-pihak misalnya,
keengganan perusahaan-perusahaan Jepang untuk menyediakan
pengungkapan segmental karena takut dituduh melakukan
praktik perdagangan yang tidak adil.
28
Kumar, Wilder & Stocks (2008) dalam Hossain &
Hammami (2009) menjelaskan pengungkapan sukarela
merupakan pengungkapan poin selain laporan keuangan. Eng
dan Mak (2003) menyatakan bahwa pengungkapan sukarela
dapat dinilai berdasarkan jumlah item pengungkapan tidak wajib
yang terdapat pada segmen analisis dan pembahasan manajemen
pada laporan tahunan. Sedangkan Healy & Palepu (2001)
menyatakan pengungkapan sukarela merupakan pengungkapan
lebih informatif atas dasar inisiatif manajemen.
Luas pengungkapan mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu yang dipengaruhi oleh perkembangan ekonomi, sosial
dan budaya suatu negara, teknologi informasi, kepemilikan
perusahaan dan peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh
lembaga yang berwenang. Henderson et al. (2004) menyatakan
pengungkapan sukarela dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang
diungkapkan adalah informasi yang berkaitan dengan
kinerja ekonomi dari sebuah perusahaan dan keputusan
mengenai aktivitas operasi, investasi dan pembiayaan
perusahaan.
2) Non-Traditional Voluntary Disclosure yaitu informasi yang
diberikan berkaitan dengan interaksi perusahaan dengan
lingkungan fisik dan sosial.
29
Menurut Adhariani (2004), keuntungan yang
diperoleh perusahaan ketika melakukan pengungkapan
sukarela adalah biaya modal yang rendah dan pemahaman
atas risiko investasi. Sementara biaya pengungkapan
sukarela berupa seluruh pengorbanan secara langsung
maupun tidak langsung yang dihadapi perusahaan ketika
melakukan pengungkapan sukarela. Biaya pengungkapan
sukarela dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:
1) Biaya langsung
Biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan yang
berkaitan langsung dengan pengembangan dan
penyajian infomasi. Biaya-biaya tersebut meliputi
biaya pengumpulan, biaya pemrosesan, dan biaya
penyajian informasi.
2) Biaya tidak langsung
Biaya yang timbul akibat pengungkapan atau tidak
diungkapkannya informasi. Biaya jenis ini meliputi
biaya legitimasi dan proprietary cost (biaya
competitive disadvantage dan biaya politik). Biaya
legitimasi timbul akibat dari pengungkapan
informasi yang tidak mencukupi atau pengungkapan
informasi yang menyesatkan. Biaya kompetisi
timbul sebagai akibat diungkapkannya informasi
30
tambahan oleh perusahaan justru akan digunakan
oleh kompetitor untuk melakukan positioning,
sehingga melemahkan posisi perusahaan yang
melakukan disclosure. Sementara biaya politik
timbul karena pengungkapan yang dilakukan
perusahaan akan memicu ditetapkannya peraturan
pemerintah yang baru.
Pengungkapan dapat mengurangi kesenjangan
asimetri informasi antara perusahaan dan pasar yang
memfasilitasi perdagangan sahamnya. Respon dari pasar
akan kurangnya pengungkapan secara penuh juga menjadi
penyebab pentingnya pengungkapan sukarela dilakukan,
karena ketika investor kehilangan kepercayaan dari laporan
keuangan perusahaan maka dampak yang dialami
perusahaan akan sangat buruk. Contohnya adalah kejatuhan
perusahaan Enron di Amerika Serikat yang melakukan
manipulasi laporan keuangan dan tidak memberikan
informasi secara lengkap di laporan keuangannya
khususnya mengenai utang yang tidak diungkapkan
seluruhnya sehingga menyebabkan penurunan nilai rating
investasi perusahaan (Godfrey, 2010:438).
Beberapa studi mengenai pengungkapan sukarela
berasumsi bahwa perusahaan memiliki informasi yang
31
superior untuk para investor terhadap ekspektasi kinerja
masa depan perusahaan. Berikut beberapa motif yang
mendasari perusahaan melakukan pengungkapan sukarela
dalam laporan keuangan berdasarkan studi empiris (Healy
dan Palepu, 2001):
1) Capital Market Transaction Hypothesis
Menurut Healy dan Palepu (1993), motif pertama
yang memengaruhi perusahaan melakukan
pengungkapan sukarela adalah rencana perusahaan
dalam menerbitkan surat utang, saham maupun
instrumen keuangan lainnya. Myers dan Maljuf
(1986) berpendapat bahwa tantangan utama yang
dihadapi manajemen adalah timbulnya asimetri
informasi yang dapat mengurangi kepercayaan
investor. Ketika hal tersebut terjadi, maka biaya
atas pendanaan eksternal akan meningkat. Hal ini
yang memotivasi perusahaan dalam melakukan
pengungkapan sukarela sehingga dapat mengurangi
asimetri informasi yang terjadi sehingga pada
akhirnya mampu mengurangi pendanaan eksternal.
2) Corporate Control Contest Hypothesis
Motif kedua yang memotivasi perusahaan dalam
melakukan pengungkapan sukarela karena adanya
32
penyerahan tanggung jawab dalam pengelolaan
perusahaan, dewan komisaris dan para pemilik
modal menyerahkan tanggung jawab atas kinerja
saham perusahaan kepada manajer. Wanner dan
Weinsbach (1988) membuktikan bahwa pergantian
chief executive officer (CEO) berhubungan
terhadap buruknya kinerja saham perusahaan.
Harga saham yang rendah juga berhubungan
dengan adanya kemungkinan pengambilalihan
pengelolaan perusahaan oleh pihak lain yang
berakibat pada pergantian CEO. Risiko
pengambilalihan pengelolaan perusahaan ini
menjadi pemicu manajemen dalam melakukan
pengungkapan sukarela.
3) Stock Compensation Hypothesis
Terdapat dua alasan dari sudut pandang yang
berbeda yang memotivasi manajer melakukan
pengungkapan sukarela, yaitu:
a) Sudut pandang manajer sebagai pihak yang
berniat untuk melakukan jual beli saham
yang diperolehnya. Adanya larangan insider
trading yang semakin diperketat,
33
memotivasi manajer untuk melakukan
pengungkapan sukarela.
b) Sudut pandang manajer sebagai pemegang
saham perusahaan. Dalam hal ini manajer
akan meningkatkan pengungkapan sukarela
dengan maksud menurunkan biaya kontrak
terkait dengan kompensasi saham yang
diberikan kepada karyawan baru.
Kompensasi saham merupakan salah satu
alternatif kompensasi yang menarik bagi
manajer dan karyawan ketika harga saham
ditentukan benar-benar mencerminkan nilai
perusahaan.
4) Litigation Cost Hypothesis
Terdapat dua hal yang memengaruhi keputusan
manajemen dalam melakukan pengungkapan dari
aspek hukum. Pengaruh pertama adalah ketika
hukum atau peraturan yang berlaku menuntut
perusahaan untuk melakukan pengungkapan pada
tingkat dan waktu yang tepat. Manajer
meningkatkan pengungkapannya dengan maksud
untuk menurunkan risiko terkena tuntutan hukum,
karena ketika adanya informasi negatif munculnya
34
kerugian terhadap beberapa pihak yang pada
akhirnya meningkatkan risiko perusahaan terkena
masalah hukum.
Pengaruh kedua yaitu aspek hukum justru
menurunkan kecenderungan manajer untuk
melakukan pengungkapan sukarela. Hal ini terjadi
karena ketika sebuah perusahaan yakin bahwa
perusahaan tidak melakukan kesalahan yang
disengaja, termasuk dalam pengungkapan informasi
kepada stakeholder dan perusahaan yakin bahwa
sistem hukum dapat membedakan kesalahan
manajemen yang benar-benar disengaja dengan
yang tidak disengaja.
5) Management Talent Signalling Hypothesis
Truman (1986) menyatakan bahwa manajer dengan
kemampuan yang baik memiliki kecenderungan
untuk mengungkapkan peramalan pendapatan
perusahaan dengan sukarela. Ketika manajer
melakukan pengungkapan sukarela terutama
peramalan pendapatan di masa datang, maka
investor akan menginterpretasikan bahwa manajer
memiliki strategi dalam menghadapi perubahan di
35
masa mendatang. Pada akhirnya hal tersebut akan
meningkatkan nilai perusahaan.
6) Proprietary Cost Hypothesis
Hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya
menyatakan bahwa perusahaan memiliki insentif
untuk tidak mengungkapkan suatu informasi jika
informasi tersebut dianggap akan membahayakan
posisi persaingannya. Teori ini dikaji lebih jauh oleh
Verrechia (2001), proprietary cost hypothesis
mengasumsikan bahwa tidak ada konflik
kepentingan antara manajer dan pemegang saham.
Sebagai hasilnya hipotesis ini memprediksikan
bahwa pengungkapan sukarela akan selalu kredibel.
Penelitian Hayes dan Lundholm (1996)
membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang
tingkat kinerjanya relatif sama dengan bidang
industri yang sama cenderung akan mengungkapkan
lebih sedikit informasi dibanding dengan
perusahaan yang bergerak dalam industri yang
berbeda jenis.
Jadi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan di
luar pengungkapan wajib dan pengungkapan ini disajikan
secara sukarela oleh manajemen terkait informasi yang
36
dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
3. Komposisi Dewan Komisaris
Berdasarkan UU Perseroan Terbatas No.40 Tahun 2007
menyatakan bahwa dewan komisaris terdiri atas satu orang atau
lebih. Forum for Corporate Governance Indonesia (FCGI, 2000),
dewan komisaris merupakan salah satu unsur terpenting dari
corporate governance yang memiliki tanggung jawab menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan berjalan sesuai tujuan, mengawasi
manajemen dalam mengelola perusahaan serta mewajibkan
terlaksananya akuntabilitas.
Berdasarkan pedoman Good Corporate Governance di
Indonesia tahun 2010, komposisi atau jumlah komisaris independen
tidak ditentukan dalam jumlah tertentu namun demikian jumlah atau
komposisi komisaris independen harus dapat menjamin agar
mekanisme pengawasan berjalan secara efektif dan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. Adapun kriteria yang ditetapkan
yaitu salah satu dari komisaris independen harus mempunyai latar
belakang akuntansi atau keuangan.
Meskipun Pedoman Good Corporate Governance tidak
menentukan jumlah komisaris independen, dalam Peraturan
Bapepam-LK, emiten atau perusahaan publik wajib memiliki
sekurang-kurangnya satu orang komisaris independen sedangkan
37
Bursa Efek Indonesia mewajibkan sekurang-kurangnya 30% dari
dewan komisaris adalah komisaris independen. Kriteria komisaris
independen secara rinci diatur dalam peraturan Bapepam-LK yaitu:
a. Berasal dari luar emiten atau Perusahaan Publik.
b. Tidak mempunyai saham emiten atau Perusahaan Publik baik
lansung maupun tidak langsung.
c. Tidak mempunyai hubungan Afiliasi dengan Komisaris, Direksi
dan Pemegang Saham Utama Emiten atau Perusahaan Publik.
d. Tidak mempunyai hubungan usaha dengan emiten atau
Perusahaan Publik baik langsung maupun tidak langsung.
Tugas dewan komisaris dalam kaitannya dengan laporan
keuangan adalah mengawasi manajemen dalam membuat laporan
keuangan sehingga laporan keuangan dibuat dengan keadaan yang
sebenarnya dan tidak menguntungkan pihak tertentu saja. Luo He et
al. (2008) menemukan bahwa independensi board merupakan
pencegah yang paling efektif agar laporan keuangan tidak
mengalami penyimpangan (fraud). Sun et al. (2012) menemukan
bahwa semakin tingginya jumlah board independen, perusahaan
cenderung mengungkapkan pengendalian internalnya pada laporan
audit. Dengan demikian, peluang manajemen untuk menutupi
kecurangan yang dilakukan akan semakin kecil.
38
4. Efektivitas Komite Audit
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, Komite
Audit adalah komite yang dibentuk oleh dan bertanggung jawab
kepada Dewan Komisaris dalam rangka membantu melaksanakan
tugas dan fungsi Dewan Komisaris. KNKG (2006) menyatakan
bahwa Komite Audit dibentuk untuk membantu Dewan Komisaris
dalam memastikan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar
sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum, struktur
pengendalian internal perusahaan dengan baik, pelaksanaan audit
internal maupun eksternal dilakukan sesuai dengan standar audit
yang berlaku, serta melakukan tindak lanjut atas temuan hasil audit
yang dilaksanakan manajemen. Selain itu Komite Audit juga terlibat
dalam pemrosesan calon auditor eksternal beserta imbalan jasanya
untuk kemudian disampaikan kepala Dewan Komisaris.
Berdasarkan Peraturan Bapepam-LK No. IX.I.5, dalam
menjalankan fungsinya, Komite Audit memiliki tugas dan
tanggung jawab antara lain sebagai berikut:
a. Melakukan penelaahan atas informasi keuangan yang akan
dikeluarkan perusahaan seperti laporan keuangan, proyeksi,
dan laporan lainnya terkait dengan informasi keuangan
perusahaan.
39
b. Melakukan penelaahan atas ketaatan perusahaan terhadap
peraturan perundang-undangan lainnya yang berhubungan
dengan kegiatan perusahaan.
c. Memberikan rekomendasi kepada Dewan Komisaris
mengenai penunjukan Akuntan yang didasarkan pada
independensi, ruang lingkup penugasan dan fee untuk
disampaikan kepada RUPS.
d. Melakukan penelaahan atas pelaksanaan tindak lanjut
pemeriksaan oleh Auditor Internal dan pelaksanaan tindak
lanjut oleh Direksi atas temuan Auditor Internal.
e. Melakukan penelaahan terhadap aktivitas pelaksanaan
manajemen risiko yang dilakukan oleh direksi.
f. Menelaah pengaduan yang berkaitan dengan proses akuntansi
dan pelaporan keuangan, dan manajemen risiko Emiten dan
Perusahaan Publik.
g. Menelaah dan memberikan saran kepada Dewan Komisaris
terkait dengan potensi adanya benturan kepentingan.
h. Menjaga kerahasiaan dokumen, data dan informasi
perusahaan.
Adapun wewenang Komite Audit dalam melaksanakan tugas
dan tanggung jawabnya adalah sebagai berikut:
40
a. Mengakses dokumen, data dan informasi perusahaan tentang
karyawan, dana, aset, sumber daya perusahaan yang
diperlukan.
b. Berkomunikasi langsung atau tidak langsung dengan
karyawan, dan pihak yang menjalankan fungsi internal dan
eksternal audit serta manajemen risiko.
c. Melibatkan pihak independen di luar anggota Komite Audit
yang diperlukan untuk membantu pelaksanaan tugasnya (jika
diperlukan).
d. Melakukan kewenangan lain yang diberikan oleh Dewan
Komisaris.
Hermawan (2009) menilai efektivitas komite audit melalui
tiga aspek, yaitu aktivitas, jumlah anggota dan kompetensi. Aspek
aktivitas komite audit menilai sejauh mana tanggung jawab komite
audit dalam mengevaluasi kontrol internal, penunjukan auditor
eksternal, mengkaji laporan keuangan, evaluasi terhadap kondisi
legal perusahaan, serta penyusunan laporan komite audit atas
pengungkapan. Aspek aktivitas komite audit juga menilai sejauh
mana komite audit mengevaluasi lingkup, akurasi, efektivitas
biaya, independensi, serta objektivitas auditor eksternal. Selain itu,
penilaian mengenai jumlah pertemuan dan kehadiran anggota
komite audit juga merupakan bagian dari aspek aktivitas. Aspek
jumlah anggota menilai ukuran komite audit dengan melihat jumlah
41
anggota komite. Aspek kompetensi komite audit menilai apakah
anggota komite audit memiliki latar belakang akuntansi serta umur
dari anggota komite audit.
5. Konsentrasi Kepemilikan
Concentration yaitu kategori perusahaan yang
kepemilikannya terkonsentrasi pada satu pihak (blockholder) dan
dispersion yaitu kategori perusahaan yang kepemilikannya
tersebar. La Porta et al. (1999) dalam Arifin (2003) menyatakan
bahwa mereka menduga di negara-negara berkembang perusahaan
dengan kepemilikan yang terkonsentrasi akan lebih besar porsinya
dibandingkan dengan yang kepemilikannya menyebar. Ini terjadi
karena pada negara yang sedang berkembang, perlindungan
terhadap pemegang saham minoritas masih rendah sehingga
menghambat niat investor kecil untuk membeli saham.
Sinta dan Ahmar (2011) menyebutkan konsentrasi
kepemikan akan memberikan insentif kepada pemegang saham
untuk memonitor tindakan manajemen agar sesuai dengan
kepentingan pemilik. Oleh karena itu, konsentrasi kepemilikan
memberikan manfaat berupa kontrol terhadap manajemen. Namun,
konsentrasi kepemilikan juga dapat menimbulkan potensi kerugian
bagi perusahaan karena menurunkan nilai perusahaan.
Kepemilikan saham dikatakan terkonsentrasi jika sebagian
besar saham dimiliki oleh sebagian kecil individu atau kelompok,
42
sehingga pemegang saham tersebut memiliki jumlah saham yang
relatif dominan dibandingkan dengan yang lainnya (Dallas, 2004).
Konsentrasi kepemilikan dapat menjadi mekanisme internal
pendisiplinan manajemen sebagai salah satu mekanisme yang dapat
digunakan untuk meningkatkan efektivitas monitoring, karena
dengan kepemilikan yang besar menjadikan pemegang saham
memiliki akses informasi yang cukup signifikan untuk
mengimbangi keuntungan informasional yang dimiliki manajemen
(Hubert dan Langhe, 2002).
Penelitian yang dilakukan oleh Dang dan Wang dalam
Javad et al. (2014:770) menunjukan bahwa adanya hubungan
terbalik antara konsentrasi kepemilikan dan risiko dari perusahaan
yang sehat terhadap pengungkapan sukarela. Penelitian yang juga
dilakukan oleh Haiyan et al. (2011:39) menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan dan risiko asimetri informasi
memperlemah konsentrasi kepemilikan.
6. Financial Distress
Mekanisme perusahaan dalam menerbitkan surat utang,
merupakan alternatif pendanaan yang dipilih perusahaan. Berutang
bisa menyebabkan perusahaan bangkrut ketika perusahaan tidak
dapat mengelola utangnya dengan baik. Kondisi financial distress
terjadi sebelum perusahaan mengalami kebangkrutan, dengan kata
lain perusahaan tidak mampu membayar kewajiban-kewajiban
43
yang telah jatuh tempo. Istilah umum untuk menggambarkan
situasi tersebut adalah kebangkrutan, kegagalan, ketidakmampuan
melunasi utang, dan default. Default berarti suatu perusahaan
melanggar perjanjian dengan kreditur dan dapat menyebabkan
tindakan hukum.
Menurut Platt (2002), financial distress adalah tahap
penurunan kondisi keuangan yang dialami oleh suatu perusahaan,
yang terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi.
Almalia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang
mengalami financial distress adalah perusahaan yang selama
beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net operation
income ) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak melakukan
pembayaran dividen. Menurut Rodoni dan Ali (2010:171) financial
distress pada dasarnya sukar untuk didefinisikan secara tepat. Hal
ini disebabkan oleh bermacam-macam kejatuhan perusahaan pada
saat financial distress. Peristiwa kejatuhan perusahaan yang
disebabkan financial distress hampir tidak ada akhirnya, seperti
berikut ini: terjadinya pengurangan dividen, penutupan perusahaan,
kerugian-kerugian, pemecatan, pengunduran diri direksi dan
jatuhnya harga saham.
Rodoni dan Ali (2010;171) menyatakan bahwa financial
distress dapat diartikan sebagai berikut:
44
a. Jika beberapa tahun perusahaan mengalami laba bersih operasi
(net operating income) negatif, digunakan oleh Holfer (1980)
dan Whitaker (1999).
b. Adanya pemberhentian tenaga kerja atau menghilangkan
pembayaran dividen, digunakan oleh Lau (1987) dan Hill, et al
(1996).
c. Arus kas hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk
memenuhi kewajiban perusahaan, digunakan oleh Karen
Wruck (1990).
d. Rendahnya Interest Coverage Ratio, atau EBIITDA negatif,
digunakan oleh Asquith et al (1991) dan Pindando et al (2006).
e. Perubahan harga ekuitas atau EBIT negatif, digunakan oleh
Jhon et al (1992) dalam Platt (2004).
f. Stock-based insolvency yaitu kekayaan bersih negatif dan nilai
aset kurang dari nilai utang dan flo-based insolvency yaitu arus
kas yang berjalan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban,
digunakan oleh Altman (1993).
g. Beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (Net Operating
Income Negatif) dan selama lebih dari stu tahun tidak
melakukan pembayaran dividen, digunakan oleh Almilia dan
Kristijadi (2003).
45
h. Perusahaan mengalami delisted akibat laba bersih dan nilai
buku ekuitas negatif berturut-turut, serta perusahaan tersebut
telah dimerger, digunakan oleh Almilia (2004).
i. Perusahaan yang selama dua tahun berturut-turut mengalami
laba bersih (net income) negatif dan nilai buku ekuitas negatif,
digunakan oleh Almilia (2006).
Menurut Damodaran (1997) dalam Hasymi (2007),
kesulitan keuangan (financial distress) dapat disebabkan oleh
faktor internal dan eksternal perusahaan.
a. Faktor Internal
Merupakan faktor dan kondisi yang timbul dari dalam
perusahaan yang bersifat mikro ekonomi. Faktor internal
dapat berupa :
1) Kesulitan arus kas
2) Besarnya jumlah utang
3) Kerugian dalam kegiatan operasional perusahaan
selama beberapa tahun
b. Faktor eksternal
Merupakan faktor-faktor di luar perusahaan yang bersifat
makro ekonomi yang memengaruhi secara langsung terhadap
financial distress perusahaan. Faktor eksternal financial
distress perusahaan dapat berupa kenaikan tingkat bunga
pinjaman.
46
7. Assets in Place
Karakteristik aset perusahaan (assets in place) merupakan
pengalokasian jumlah aset tetap dari total keseluruhan aset yang
dimiliki perusahaan. Jeanjean dam Stolowy (2009) menyatakan
assets in place dinyatakan secara independen sebagai kesempatan
investasi masa depan perusahaan dan pilihan pertumbuhan yang
dinyatakan dengan keputusan investasi masa depan perusahaan.
Penelitian yang dilakukan oleh Omar dan Simon (2011)
menyatakan bahwa karakteristik aset perusahan (assets in place)
menjadi salah satu faktor yang penting dalam menentukan nilai
perusahaan (firm value). Omar dan Simon (2011) juga menyatakan
bahwa berdasarkan teori agensi (agency theory), perusahaan
dengan proporsi kepemilikan assets in place yang besar memiliki
peluang yang lebih kecil untuk mentransfer kekayaan dari kreditur
(debtholders) kepada pemegang saham (shareholders).
Penelitian mengenai pengaruh karakteristik aset perusahaan
(assets in place) terhadap pengungkapan sukarela dilakukan oleh
Hossain dan Reaz (2007) yang melaporkan bukti empiris mengenai
tingkat pengungkapan sukarela yang dilakukan oleh 38 perusahaan
dan bank di India. Hasil penelitian Hossain dan Reaz (2007)
memberikan bukti empiris yang menunjukan bahwa karakteristik
aset perusahaan (assets in place) berpengaruh positif dan signifikan
dalam menjelaskan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan.
47
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hossain dan Hammami
(2009) yang menguji secara empiris tentang faktor-faktor yang
menentukan (determinant) pengungkapan sukarela dalam laporan
tahunan perusahaan dengan sampel 25 perusahaan yang listing di
Doha Securities Market (DSM) pada tahun 2007. Hasil penelitian
ini adalah karakteristik aset perusahaan (assets in place)
berpengaruh positif dan signifikan dalam menjelaskan tingkat
pengungkapan sukarela.
B. Keterkaitan Antar Variabel dan Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan dugaan sementara atas suatu hubungan, sebab
akibat dari kinerja variabel yang perlu dibuktikan kebenarannya
(Hamid,2012:26). Perumusan hipotesis pada penelitian ini berdasarkan
teori dan penelitian-penelitian terdahulu yang bertujuan untuk menguji
pengaruh komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,
konsentkepemilikan, financial distress dan assets in place terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan.
1. Komposisi dewan komisaris dengan Pengungkapan Sukarela
(Voluntary Disclosure)
Pada penelitian yang dilakukan oleh Arcay dan Vazquez
(2005) menemukan bukti empiris penunjukan dewan komisaris
yang independen memberikan pengaruh yang positif dan signifikan
terhadap pengungkapan sukarela perusahaan. Selanjutnya Cheng
dan Courtenay (2006) menemukan bahwa perusahaan yang
48
memiliki dewan komisaris independen yang lebih besar memiliki
pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pengungkapan
sukarela dibandingkan dengan perusahaan dengan komposisi
dewan komisaris yang seimbang. Iaad et al.(2014) juga
menyatakan bahwa ukuran dewan pada perusahaan mempunyai
hubungan positif terhadap pengungkapan sukarela. Hossain dan
Reaz (2007) mendapatkan bukti empiris bahwa komposisi dewan
komisaris yang independen tidak signifikan dalam menjelaskan
tingkat pengungkapan sukarela. Nuryaman (2009) menyatakan
bahwa komposisi dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela. Komposisi dewan komisaris menunjukan
arah hubungan positif dengan pengungkapan sukarela, tetapi tidak
signifikan. Khaldoon (2015) menyatakan bahwa dewan komisaris
independen signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela.
Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang diajukan adalah
sebagai berikut:
Ha₁ :Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
2. Efektivitas Komite Audit dengan Pengungkapan Sukarela
Chen dan Jaggi (2000) meneliti pengaruh keberadaan
komite audit yang independen dengan kebijakan pengungkapan
sukarela dalam laporan keuangan perusahaan menemukan bahwa
terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara independensi
49
audit dengan tingkat pengungkapan sukarela perusahaan. Chen dan
Jaggi (2000) menyatakan independensi komite audit dapat
meningkatkan aktivitas monitoring board yang akan berguna untuk
meningkatkan transparansi perusahaan dalam laporan keuangan.
Ho dan Wong (2001) menggunakan keberadaan komite audit untuk
melihat hubungannya dengan pengungkapan sukarela perusahaan.
Dengan menggunakan index disclosure untuk menentukan tingkat
pengungkapan sukarela perusahaan, hasilnya adalah keberadaan
komite audit secara signifikan dan positif memengaruhi tingkat
pengungkapan sukarela perusahaan.
Evi dan Rosa (2014) juga menyatakan bahwa komite audit
independen dan frekuensi pertemuan komite audit memiliki
signifikan positif berpengaruh pada tingkat pengungkapan
sukarela. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Hermawan (2009)
yang menggunakan skor efektivitas komite audit dalam menilai
pengaruhnya terhadap kualitas laba perusahaan, dan seperti halnya
dewan komisaris.
Ha₂ :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
3. Konsentrasi Kepemilikan dengan Pengungkapan Sukarela
Sejumlah penelitian menemukan bahwa pengungkapan
sukarela dianggap mampu meningkatkan transparansi laporan
keuangan dan mengurangi asimetri informasi (Verrecchia, 2001).
50
Sinta dan Ahmar (2011) menyebutkan konsentrasi kepemikan akan
memberikan insentif kepada pemegang saham untuk memonitor
tindakan manajemen agar sesuai dengan kepentingan pemilik. Jadi
dapat disimpulkan bahwa konsentrasi kepemilikan yang cenderung
terjadi pada negara-negara berkembang akan mampu memonitor
manajemen dalam memberikan informasi pada pengungkapan
sukarela. Mohamed dan Ehab (2014:67) menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan
sukarela, hasil ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan
oleh Javad et al. (2014:767) yang menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan signifikan negatif terhadap pengungkapan sukarela.
Fatemeh dan Mansour (2014:423) juga menyatakan bahwa
konsentrasi kepemilikan tidak memiliki korelasi terhadap
pengungkapan sukarela.
Nuryaman (2009:89) yang menyatakan bahwa konsentrasi
kepemilikan signifikan positif berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela Dengan demikian hipotesis yang diajukan adalah sebagai
berikut:
Ha₃ :Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
4. Financial Distress dengan Pengungkapan Sukarela
Kondisi financial distress suatu perusahaan yang
dicerminkan dengan laba bersih negatif perusahaan yang
51
diharapkan berhubungan dengan luasnya pengungkapan sukarela.
Hal ini didasarkan bahwa secara financial, perusahaan yang kuat
akan mengungkapkan informasi yang lebih dibandingkan dengan
perusahaan yang lemah. Beberapa penelitian termasuk penelitian
yang dilakukan oleh Wijaya (2009) mengungkapkan bahwa
financial distress tidak berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela, selanjutnya Evi dan Rosa (2014) juga mengungkapkan
bahwa status financial distress secara negatif berkaitan dengan
pengungkapan sukarela. Penelitian yang dilakukan oleh Immanuel
(2015) mengungkapkan bahwa financial distress berpengaruh
signifikan terhadap luas pengungkapan informasi sukarela. Namun
dalam beberapa penelitian yang lain dikatakan bahwa distress firm
akan mengeluarkan pengungkapan sukarela lebih rendah dari pada
healthy firms. Dari pernyataan di atas maka hipotesis yang diajukan
sebagai berikut:
Ha₄ :Kondisi financial distress berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
5. Assets in Place dengan Pengungkapan Sukarela.
Penelitian yang dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007)
melaporkan bukti empiris bahwa karakteristik aset perusahaan
(assets in place) signifikan dalam menjelaskan tingkat
pengungkapan suarela perusahaan. Penelitian selanjutnya
dilakukan oleh Hossain dan Hammami (2009) yang menghasilkan
52
karakteristik aset (assets in place) signifikan dalam menjelaskan
tingkat pengungkapan sukarela. Ho dan Wong (2001) memasukkan
variabel karakteristik aset perusahaan (assets in place) sebagai
variabel kontrol dalam menjelaskan tingkat pengungkapan
sukarela. Menurut Hossain (2008) bahwa assets in place tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap pengungkapan sukarela
pada bank di India. Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang
diajukan adalah sebagai berikut:
Ha₅ :Karakteristik Asset (assets in place) berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure).
6. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Efektivitas Komite
Audit, Konsentrasi Kepemilikan, Financial Distress dan Assets
in Place Secara Simultan terhadap Pengungkapan Sukarela.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin mengetahui apakah
semua variabel independen yaitu komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan sukarela, sehingga
diajukan hipotesis sebagai berikut:
Ha6 : Komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,
konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in
place berpengaruh secara simultan terhadap pengungkapan
sukarela.
53
C. Penelitian Sebelumnya
Adapun hasil-hasil sebelumnya dari penelitian-penelitian terdahulu
mengenai topik yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat
pada tabel 2.1 berikut.
54
Tabel 2.1
Penelitian-penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
1. Khaldoon Albitar
(2015)
Firms
characteristics,
governance
attributes and
corporate voluntary
disclosure : a study
of Jordanian listed
companies
Voluntary
disclosure
Firms characteristic,
governance attributes
a. Ukuran perusahaan,
leverage, umur
perusahaan, profitabilitas,
likuiditas, ukuran dewan,
dan ukuran komite audit
signifikan positif terhadap
pengungkapan sukarela
b. Direktur independen dan
struktur kepemilikan
signifikan negatif dengan
tingkat pengungkapan
sukarela
2. Iaad I.S. Mustafa
Sartawi, Riyad M.
Hindawi, Ruba
Bsoul & Ala’eddin
Jamil Ali
(2014)
Board composition,
firms characteristic,
and voluntary
disclosure: the case
of Jordanian firms
listed on the
Amman Stock
Exchange
Voluntary
disclosure
Board composition
and firms
characteristics
a. Perusahaan asuransi
cenderung
mengungkapkan
pengungkapan secara
sukarela daripada jenis
perusahaan lainnya.
Bersambung pada halaman selanjutnya
55
Tabel 2.1 (lanjutan )
No Nama Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
b. Dewan direksi asing
signifikan positif terhadap
pengungkapan sukarela
dan dewan direksi yang
lebih tua berpengaruh
signifikan terhadap
pengungkapan sukarela.
3. Javad Dashti,
Mohammad Mehdi
Salehi & Sariush
Mohammadi
Zanjirani
(2014)
The impact of
ownership
concentration on
the level of
voluntary
disclosure of
information in
Tehran Stock
Exchange Firms
Voluntary
disclosure
Ownership
concentraion
a. Jumlah persentase sebesar
95% signifikansi
kepemilikan dari tiga
pemegang saham utama
memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap
pengungkapan sukarela.
b. Ukuran perusahaan,
leverage keuangan,
produksi properti dan
jumlah persentase
kepemilikan tiga
pemegang saham utama
memiliki dampak negatif
yang signifikan terhadap
pengungkapan sukarela.
Bersambung pada halaman selanjutnya
56
Tabel 2.1 (lanjutan )
No Nama Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
4. Evi Gantyowati &
Rosa Lenna
Nugraheni
(2014)
The impact of
financial distress
and corporate
governace
structures on the
level of voluntary
disclosure within
annual reports of
firms (case study of
Non-financial firms
in Indonesia over
period of 2009-
2011)
Voluntary
disclosure
Financial distress
status and corporate
governance structures
a. Independensi komite audit
dan frekuensi pertemuan
komite audit memiliki
dampak positif yang
signifikan pada tingkat
pengungkapan sukarela.
b. Status financial distress
berhubungan negatif
dengan tingkat
pengungkapan di berbagai
tingkat signifikansi.
5. Mohamed A.K.
Basuony & Ehab
K.A. Mohammed
(2014)
Board composition,
ownership
concentration and
voluntary internet
disclosure by
MSM-listed
companies
Voluntary internet
disclosure
Board composition
and ownership
concentration
a. Hasil mengungkapkan
bahwa konsentrasi
kepemilikan memiliki
pengaruh negatif pada
internet financial
disclosure.
b. Profitabilitas perusahaan
secara signifikan
berdampak pada internet
financial disclosure.
Bersambung pada halaman selanjutnya
57
Tabel 2.1 (lanjutan )
No Nama Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
6. Haiyan Jiang, Ahsan
Habib & Baiding Hu
(2011)
Ownership
concentration,
voluntary disclosures
and information
asymmetry in New
Zealand
Information
asymmetry
Ownership
concentration and
voluntary disclosures
a. Hasil menunjukan bahwa
konsentrasi kepemilikan
signifikan positif
berhubungan dengan bid-
ask spread (proxy asimetri
informasi).
b. Pengungkapan sukarela
secara signifikan
dilemahkan oleh risiko
asimetri informasi yang
terkait dengan konsentrasi
kepemilikan.
7. Nuryaman
(2009)
Pengaruh konsentrasi
kepemilikan, ukuran
perusahaan dan
mekanisme corporate
governance terhadap
pengungkapan
sukarela
Pengungkapan
sukarela
Konsentrasi
kepemilikan, ukuran
perusahaan dan
mekanisme corporate
governace
a. Konsentrasi kepemilikan
signifikan positif
berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela
b. Ukuran perusahaan
signifikan positif
berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela
Bersambung pada halaman selanjutnya
58
Tabel 2.1 (lanjutan)
No Nama Peneliti
(tahun)
Judul
Penelitian
Variabel
Dependen
Variabel
Independen
Hasil
Penelitian
c. dewan komisaris tidak
berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela
d. Kualitas audit secara
signifikan dan positif
berpengaruh terhadap
pengungkapan sukarela
8. Mohammed Hossain
(2008)
The extent of
disclosure in
annual reports of
banking
comapanies: the
case of India
Voluntary
disclosure
Size, profitability,
board composition ,
market discipline, age,
complexity of
business and assets in
place
a. Ukuran perusahaan,
profitabilitas, komposisi
dewan dan market
discipline signifikan
terhadap pengungkapan
sukarela.
b. Umur, kompleksitas
perusahaan dan assets in
place tidak signifikan
terhadap pengungkapan
sukarela.
Sumber : Diolah dari berbagai referensi
59
D. Kerangka Pemikiran
Hamid (2012:25) mengungkapkan bahwa kerangka pemikiran
merupakan sintesa dan serangkaian teori yang tertuang dalam tinjauan
pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran sistematis dari kinerja
teori dalam memberikan solusi atau alternatif solusi dari serangkaian
masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat disajikan dalam
bentuk bagan, deskripsi kualitatif, dan atau gabungan dari keduanya. Ada
beberapa masalah yang terdapat dalam penelitian ini di antaranya adalah
komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi
kepemilikan, financial distress dan assets in place yang diduga dapat
memengaruhi manajemen dalam mengungkapkan informasi secara
sukarela pada laporan tahunan.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat digambarkan kerangka
pemikiran dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
60
Gambar 2.1
Skema Kerangka Pemikiran
Adanya asimetri informasi antara investor
(prinsipal) dan manajemen (agen) sehingga
menimbulkan agency conflict
Basis Teori : agency theory,signalling theory and
stakeholder theory
Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris,
Efektivitas Komite Audit, Konsentrasi
Kepemilikan, Financial Distress dan Assets in
Place Terhadap Pengungkapan Sukarela
Metode Analisis : Regresi Berganda
Variabel Independen Variabel Dependen
Hasil Pengujian dan Pembahasan
Assets in Place (X5)
Konsentrasi Kepemilikan
(X3)
Pengungkapan
Sukarela
(Voluntary
Disclosure) (Y)
Financial Distress (X4)
Komposisi Dewan
Komisaris (X1)
Efektivitas Komite Audit
(X2)
Kesimpulan dan Saran
61
E. Hipotesis
Ha₁ :Komposisi dewan komisaris berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure).
Ha₂ :Efektivitas komite audit berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure).
Ha₃ :Konsentrasi kepemilikan berpengaruh terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure).
Ha₄ :Financial distress berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
Ha₅ :Assets in place berpengaruh terhadap pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
Ha6 : Komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi
kepemilikan, financial distress dan assets in place berpengaruh
secara simultan terhadap pengungkapan sukarela.
62
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh komposisi
dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan,
financial distress dan assets in place pada pengungkapan sukarela dalam
laporan tahunan dengan populasi perbankan yang terdaftar di BEI tahun
2012, 2013, dan 2014. Jenis data yang dikumpulkan mencakup data
laporan tahunan selama periode penelitian yaitu 2012 sampai 2014.
B. Metode Penentuan Sampel
Penelitian ini dilakukan dengan mengamati seluruh perusahaan
perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode observasi
2012 sampai 2014. Peneliti mengumpulkan data dari laporan keuangan
dan laporan tahunan perusahaan. Sampel pada penelitian ini adalah
perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI selama periode tahun 2012-
2014. Metode yang digunakan peneliti dalam pemilihan sampel penelitian
adalah purposive sampling dengan teknik berdasarkan pertimbangan
(judgement) yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak
yang informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu.
Teknik penarikan sampel purposive ini dilakukan dengan cara memilih
sampel dari sutu populasi berdasarkan pada informasi yang tersedia
(Sarwono dan Suhayati 2010:50). Metode purposive sampling dengan
tujuan untuk mendapatkan sampel yang representatives sesuai dengan
63
kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria sampel yang akan digunakan
adalah sebagai beriikut:
1. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan
dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
2. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2012-2014
3. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang laporan keuangannya
telah diaudit dan menyediakan informasi keuangan lengkap.
4. Laporan tahunan perusahaan perbankan menggunakan bahasa Indonesia
dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan
unit moneternya
Pengambilan sampel pada periode 2012-2014 dilakukan karena
peneliti ingin memperoleh informasi terkini mengenai keterkaitan antara
komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi
kepemilikan, financial distress dan assets in place terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan suatu perusahaan. Laporan
tahunan menjadi salah satu sumber informasi bagi keputusan investor
dalam menginvestasikan dananya melalui pasar saham. Keputusan
investasi ini biasanya dipengaruhi oleh ketersediaan informasi akuntansi
pada laporan keuangan perusahaan dan informasi non keuangan dalam
laporan tahunan perusahaan.
64
C. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder, yaitu
annual report untuk tahun 2012, 2013, dan 2014. Annual report digunakan
karena pada annual report terdapat sumber informasi yang dilaporkan
oleh perusahaan yang penting dan bermanfaat bagi stakeholder dalam
pengambilan keputusan dengan tujuan untuk mengurangi adanya asimetri
informasi.
Untuk metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah content analysis, yaitu suatu metode pengumpulan data
penelitian melalui teknik observasi dan analisis terhadap isi atau pesan dari
suatu dokumen. Tujuan content analysis adalah melakukan identifikasi
terhadap karakteristik atau informasi spesifik yang terdapat pada suatu
dokumen untuk menghasilkan deskripsi obyektif dan sistematik
(Indriantoro dalam Istanti, 2009). Content analysis dilakukan dengan cara
membaca laporan tahunan setiap perusahaan sampel dan memberi kode
informasi yang terkandung di dalamnya.
D. Metode Analisis Data
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode
analisis regresi yang perhitungannya menggunakan SPSS versi 22. Regresi
digunakan untuk mengukur besarnya pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen. Analisis regresi ada 2 jenis, yaitu regresi
linier sederhana dan regresi linier berganda. Penelitian ini menggunakan
regresi linier berganda karena variabel independen yang digunakan lebih
65
dari satu variabel. Metode analisis regresi berganda yang dipergunakan
dalam penelitian ini meliputi statistik deskriptif, uji asumsi klasik, uji
hipotesis dan uji statistik.
1. Statistik Deskriptif
Ghozali (2013:19) menyatakan bahwa statistik deskriptif
memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata
(mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range,
kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Statistik deskriptif
biasanya digunakan untuk menggambarkan profil data sampel sebelum
memanfaatkan teknik analisis statistik yang berfungsi untuk menguji
hipotesis.
2. Uji Asumsi Klasik
Pengujian asumsi klasik digunakan untuk menguji apakah persamaan
regresi yang telah ditentukan merupakan persamaan yang dapat
menghasilkan estimasi yang tidak bias. Uji asumsi klasik ini terdiri
dari:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki
distribusi normal atau tidak, yaitu dengan analisis grafik dan uji
statistik (Ghozali,2013:160). Model regresi yang baik adalah
distribusi datanya normal atau mendekati normal. Uji F dan uji t
66
mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi
normal.
Grafik histogram untuk membandingkan data observasi
dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Metode
yang lebih handal adalah dengan melihat normal probability
plot yang membandingkan distribusi kumulatif dari distribusi
normal. Distribusi normal akan membentuk satu garis lurus
diagonal dan ploting data residual akan dibandingkan dengan
garis diagonal. Jika distribusi data residual normal, maka garis
yang menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagonalnya (Ghozali, 2013:161).
Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
analisis grafik histogram, normal probability plot, dan analisis
statistik non-parametrik Kolmogorov-Smirnov Z (1-Sample K-
S). Jika nilai Kolmogorov-Smirnov memiliki tingkat signifikan
di atas α > 0,05 berarti regresi memenuhi asumsi normalitas
(Ghozali, 2013:165).
b. Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah suatu kondisi yang menunjukan
satu atau lebih variabel independen terdapat korelasi dengan
variabel independen lainnya. Uji multikolinieritas bertujuan
untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi
antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik
67
seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen.
Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independen yang nilai korelasi antar sesama variabel
independen sama dengan nol (Ghozali, 2013:105)
Adanya multikolinieritas dapat dilihat dari tolerance value
atau nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas
dari nilai tolerance adalah 0,01 dan batas VIF adalah 10.
Apabila nilai tolerance di bawah 0,01 atau nilai VIF di atas 10
maka terjadi multikolinieritas (Ghozali, 2013:106).
c. Uji heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu varian pengganggu
yang tidak mempunyai varian yang sama untuk setiap observasi,
sehingga mengakibatkan penaksiran regresi yang tidak efisien.
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari
residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka
disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut
heteroskedastisitas.
Model regresi yang baik adalah yang homoskedastisitas
atau tidak terjadi heteroskedastisitas (Ghozali,2013:139).
Kebanyakan data crossection mengandung situasi
68
heteroskedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran baik ukuran kecil, sedang maupun
besar.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model
regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1
(sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada
problem autokorelasi (Ghozali, 2013:110). Autokorelasi muncul
karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu
sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan
pengganggu) tidak bebas dari suatu observasi ke observasi
lainnya.
Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time
series) karena “gangguan” pada seseorang individu/kelompok
cenderung memengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok
yang sama pada periode berikutnya.
3. Koefisien Determinasi (R²)
Koefisien determinasi (R²) pada intinya mengukur seberapa jauh
kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R² yang kecil
berarti kemampuan variabel-variabel independen yang menjelaskan
variabel-variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu
69
berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang
(crosssection) relatif rendah karena adanya variasi yang besar antara
masing-masing pengamatan.
Kelemahan mendasar dalam menggunakan koefisien determinasi
adalah bias terhadap jumlah variabel independen yang dimasukkan
dalam model. Apabila satu variabel independen ditambah, R² akan
meningkat tanpa mempedulikan apakah variabel tersebut berpengaruh
secara signifikan atau tidak terhadap variabel dependen. Oleh karena
itu, penelitian ini menggunakan nilai adjusted R² untuk mengevaluasi
model regresi. Nilai adjusted R² mampu naik atau turun apabila satu
variabel independen ditambahkan dalam model regresi. Seperti halnya
koefisien determinasi (R²), nilai adjusted R² juga berkisar antara nol dan
satu. Apabila mendekati nilai 1 berarti semakin kuat kemampuan
variabel independen dalam menjelaskan variabel dependennya
(Ghozali, 2013:97).
4. Analisis Regresi
Hipotesis dalam penelitian ini diuji dengan menggunakan model
regresi berganda (multiple regression). Model regresi berganda
umumnya digunakan untuk menguji pengaruh dua atau lebih variabel
independen terhadap variabel dependen dengan skala pengukuran
interval atau rasio dalam suatu persamaan linier.
70
Analisis regresi berganda merupakan eksistensi dari modal regresi
dalam analisis bivariate yang umumnya digunakan untuk menguji
pengaruh dua atau lebih variabel independen terhadap variabel
dependen. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan atas lima
variabel dengan menggunakan rumus persamaan matematis seperti di
bawah ini:
Y = α + β₁X₁ + β₂X₂ + β₃X₃ + β₄X₄ + β₅X₅ + ɛ
Dimana:
Y = Pengungkapan Sukarela (voluntary disclosure)
α = Konstanta (tetap)
β₁-β₅ = Koefisien variabel independen, apabila nilai β positif maka akan
terjadi kenaikan pada variabel dependen (Y), jika nilai β negatif
akan terjadi penurunan pada variabel dependen (Y)
X₁ = Komposisi dewan komisaris
X₂ = Efektivitas komite audit
X₃ = Konsentrasi kepemilikan
X₄ = Financial distress
X₅ = Assets in place
ɛ = Kesalahan baku/error
5. Uji Statistik
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel
independen atau bebas yang dimasukkan dalam model
71
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel
dependen. Untuk menguji hipotesis ini digunakan statistik F
dengan kriteria pengambilan keputusan bahwa apabila nilai
signifikansi > 0,05 maka Ha ditolak, sedangkan apabila nilai
signifikansi < 0,05 maka Ha diterima (Ghozali,2013:98).
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t pada dasarnya menunjukkan seberapa jauh
pengaruh satu variabel penjelas atau independensecara individual
dalam menerangkan variasi variabel dependen dan digunakan
untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh masing-masing
variabel independen secara individual terhadap variabel dpenden
yang diuji pada tingkat signifkansi 0,05 (Ghozali,2013:99).
Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan tingkat
signifikansi 5%. Hipotesis Ha diterima jika tingkat signifikansi <
5% (kurang dari 0,05) dan hipotesis Ha ditolak apabila tingkat
signifikansi > 5% (Ghozali, 2013:98)
E. Operasional Variabel Penelitian
Data dalam penelitian ini dapat dikelompokan menjadi dua variabel
yaitu variabel dependen dan variabel independen. Berikut ini akan
diuraikan definisi mengenai variabel yang digunakan beserta dengan
dimensi, operasional, indikator dan skala pengukurannya.
72
1. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen merupakan variabel yang menjadi perhatian
utama peneliti. Variabel dependen adalah tipe variabel yang dijelaskan
atau dipengaruhi variabel independen (Indriantoro dan Supomo,
2002:63). Dalam penelitian ini, peneliti mengambil voluntary
disclosure (VD) sebagai variabel dependen. Pengungkapan sukarela
adalah pengungkapan di luar pengungkapan wajib dan pengungkapan
ini disajikan secara sukarela oleh manajemen terkait informasi yang
dapat berguna bagi para pengguna laporan keuangan dalam
pengambilan keputusan.
Indikator luas pengungkapan sukarela berupa indeks voluntary
disclosure, yang merupakan rasio antara jumlah item informasi yang
seharusnya diungkapkan. Makin besar indeks voluntary disclosure
berarti semakin luas pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan.
Pembuatan daftar item pengungkapan didasarkan pada item yang
pernah dilakukan oleh penelitian sebelumnya, yaitu Hossain dan Reaz
(2007), Sehar et al (2013) dan Barros et al (2013) dan telah disesuaikan
dengan Peraturan No. KEP-431/BL/2012. Informasi yang diungkapkan
dibagi menjadi 8 kategori utama yaitu:
a. Corporate Strategy
b. Corporate Governance
c. Financial Performance
73
d. Risk Management
e. Accounting Policy Review
f. Key Non-Financial Statistics
g. Corporate Sosial Responsibility
h. Others
Pengukurannya dengan menggunakan indeks artinya sebuah item
diberi skor 1 jika diungkapkan dan skor 0 jika tidak diungkapkan.
Perhitungan untuk mencari angka indeks ditentukan dengan formulasi
sebagai berikut:
Indeks = 𝛴 𝑄
𝛴 𝑆 × 100%
Dimana:
Q = jumlah item indeks voluntary disclosure yang diungkapkan
S = total indeks voluntary disclosure yang seharusnya diungkapkan
Semakin banyak item yang diungkapkan oleh perusahaan semakin
tinggi skor indeks pengungkapan perusahaan tersebut. Nilai indeks
pengungkapan yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut
melakukan praktek pengungkapan yang lebih komprehensif
dibandingkan dengan perusahaan yang lain (Almilia dan Retrinasari,
2007).
2. Variabel Independen (Bebas)
Variabel independen adalah variabel yang memengaruhi variabel
terikat, baik secara positif maupun secara negatif. Jika terdapat variabel
dependen maka variabel independen juga harus hadir, dan di setiap unit
74
kenaikan dalam variabel independen maka akan terdapat pula kenaikan
atau penurunan dalam variabel dependen (terikat).
Dalam penelitian ini, variabel independen terdiri dari komposisi
dewan komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan,
financial distress dan assets in place. Tujuan peneliti adalah untuk
menjelaskan dan memprediksi apakah komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan
assets in place memengaruhi atau tidak memengaruhi voluntary
disclosure laporan tahunan suatu perusahaan. Variabel independen
dapat secara umum dipaparkan sebagai berikut:
a. Komposisi Dewan Komisaris
Komposisi dewan komisaris didefinisikan sebagai sebuah
gabungan atau isi dari dewan komisaris yang berada di
perusahaan. Komposisi dari dewan komisaris meliputi tentang
banyaknya dewan komisaris independen. Independen ini sendiri
merupakan sebuah komposisi dewan komisaris yang berasal dari
luar perusahaan (eksternal).
Komposisi dewan komisaris diukur dengan rumus sebagai
berikut:
Keberadaan Dewan Komisaris Independen
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠
75
b. Efektivitas Komite Audit
Efektivitas komite audit digunakan metode checklist yang
disusun oleh Hermawan (2009) dan dihitung berdasarkan nilai
yang diperoleh dari daftar pertanyaan (checklist) yang disusun
berdasarkan karakteristik yang mencakup aktivitas, size, serta
kompetensi komite audit. Seluruh sampel dihitung nilai skornya,
termasuk yang tidak ada datanya. Efektivitas komite audit
dihitung dengan rumus berikut.
Efektivitas komite audit
= 𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛
Untuk setiap pertanyaan penilaian akan terdiri dari tiga
kemungkinan, yaitu Good, Fair dan Poor, atau dua kemungkinan
Good dan Poor. Untuk menguji kehandalan dari pertanyaan-
pertanyaan yang digunakan dalam checklist, dilakukan pengujian
cronbach alpha atas hasil yang diperoleh.
c. Konsentrasi Kepemilikan
Kepemilikan saham yang terkonsentrasi adalah suatu kondisi
dimana sebagian besar saham dimiliki oleh sebagian kecil
individu/kelompok sehingga individu atau kelompok tersebut
memiliki jumlah saham relatif dominan dibandingkan dengan
pemegang saham lainnya. Konsentrasi kepemilikan suatu
perusahaan diukur dengan menggunakan persentasi kepemilikan
terbesar pada perusahaan (sesuai dengan rumus yang
76
dikembangkan oleh ICMD dalam Taman dan Nugraha (2010))
yang menjadi sampel penelitian dengan rumus sebagai berikut:
Konsentrasi Kepemilikan
= 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑡𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟 (𝑑𝑙𝑚 𝑙𝑏𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑝)
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑝𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛 (𝑑𝑙𝑚 𝑙𝑏𝑟 𝑎𝑡𝑎𝑢 𝑅𝑝) X 100%
d. Financial Distress
Financial distress adalah tahap penurunan kondisi keuangan
yang dialami oleh suatu perusahaan, yang terjadi sebelum
terjadinya kebangkrutan ataupun likuidasi. Financial distress
terjadi saat perusahaan mempunyai laba bersih negatif beberapa
tahun. Almalia dan Kristijadi (2003) menyatakan bahwa
perusahaan yang mengalami financial distress adalah perusahaan
yang selama beberapa tahun mengalami laba bersih operasi (net
operation income ) negatif dan selama lebih dari satu tahun tidak
melakukan pembayaran dividen. Penelitian ini menggunakan
sampel perusahaan perbankan sehingga untuk pengukuran
financial distress digunakan rumus sebagai berikut:
𝑁𝑃𝐿 = 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%
Peraturan Bank Indonesia (PBI) No.13/1/PBI/2011
menyatakan penilaian Non Performing Loan (NPL) digolongkan
menjadi dua kategori yaitu kategori 1 untuk NPL yang lebih dari
5% (tidak sehat) dan kategori 0 untuk NPL yang kurang dari 5%
(sehat).
77
e. Assets in place
Assets in place adalah kebijakan investasi perusahaan pada
saat ini yang digunakan untuk menghasilkan arus kas saat ini.
Shammari (2008) mengambil assets in place sebagai determinan
tingkat pengungkapan sukarela, dan mengukurnya dengan
membagi total aset tetap perusahaan dengan total aset perusahan
secara keseluruhan. Serupa dengan penelitian sebelumnya,
Hossain dan Hammami (2009) yang juga menggunakan assets in
place untuk mengetahui perbedaan tingkat pengungkapan
sukarela, menghitung assets in place dengan membagi total aset
tetap dibagi dengan total aset perusahaan secara keseluruhan.
Selanjutnya, Omar dan Simon (2011) menghitung nilai assets in
place dengan membagi book value of fixed assets dengan book
value of total assets.
Dalam penelitian ini assets in place diukur dengan rumus:
Assets in place = 𝐴𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝 –𝑎𝑘𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑦𝑢𝑠𝑢𝑡𝑎𝑛 𝑎𝑠𝑒𝑡 𝑡𝑒𝑡𝑎𝑝
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑎𝑠𝑒𝑡
Berdasarkan penjelasan di atas, maka operasional variabel
penelitian dapat disajikan dalam tabel 3.1 di bawah ini:
78
Tabel 3.1
Operasional Variabel
Variabel Indikator Skala
Pengungkapan
sukarela laporan
tahunan (Y)
(Sumber : Nuryaman
(2009))
Indeks = 𝛴 𝑄
𝛴 𝑆 × 100% Rasio
Komposisi dewan
komisaris
(X1)
(Sumber: Hossain dan
Reaz (2007))
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 𝐼𝑛𝑑𝑒𝑝𝑒𝑛𝑑𝑒𝑛
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐷𝑒𝑤𝑎𝑛 𝐾𝑜𝑚𝑖𝑠𝑎𝑟𝑖𝑠 Rasio
Efektivitas komite
audit
(X2)
(Sumber: Hermawan
(2009))
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑒𝑟𝑝𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖
𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑘𝑒𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ𝑎𝑛 Rasio
Konsentrasi
kepemilikan
(X3)
(Sumber: Nuryaman
(2009))
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐾𝑒𝑝𝑒𝑚𝑖𝑙𝑖𝑘𝑎𝑛 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑇𝑒𝑟𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑃𝑒𝑟𝑢𝑠𝑎ℎ𝑎𝑎𝑛
Rasio
Financial Distress
(X4)
(Sumber: Kurniasari
(2013))
𝑁𝑃𝐿 = 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝐵𝑒𝑟𝑚𝑎𝑠𝑎𝑙𝑎ℎ
𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐾𝑟𝑒𝑑𝑖𝑡 𝑥 100%
NPL >5% (tidak sehat) = 1 dan NPL <5%
(sehat) = 0
Rasio
Assets in place
(X5)
(Sumber: Hossain dan
Reaz (2007
Assets in place= (Aset tetap-akumulasi
penyusustan aset )/total aset
Rasio
Sumber: Data diolah dari berbagai referensi
79
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Deskripsi Objek Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan perbankan yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) mulai tahun 2012-2014.
Perusahaan perbankan tersebut telah terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan
selama periode penelitian tersebut tidak keluar dari Bursa Efek Indonesia
atau mengalami delisting. Peneliti memilih perbankan karena untuk
menghindari industrial effect yaitu resiko industri yang berbeda antara
sektor industri yang satu dengan yang lain.
Periode pengamatan dalam penelitian ini adalah 3 tahun yaitu
2012, 2013 dan 2014. Peneliti menggunakan tahun pengamatan tersebut
dikarenakan tahun 2012 Peraturan Bapepam Nomor Kep-134/BL/2006
telah disempurnakan dengan Peraturan Bapepam Nomor Kep-
431/BL/2012 tentang Penyampaian Laporan Tahunan Emiten atau
Perusahaan Publik.
2. Deskripsi Sampel Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan tiga periode pengamatan
dan pemilihan sampel dari populasi menggunakan teknik purposive
sampling yang merupakan tipe pemilihan sampel secara tidak acak yang
informasinya diperoleh dengan menggunakan pertimbangan tertentu.
Metode purposive sampling dengan tujuan untuk mendapatkan sampel
80
yang representatives sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun
kriteria sampel yang akan digunakan adalah sebagai beriikut:
a. Perusahaan listing atau terdaftar di BEI dari awal periode pengamatan
dan tidak delisting sampai akhir periode pengamatan.
b. Perusahaan perbankan yang terdaftar secara berturut-turut di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2012-2014
c. Perusahaan perbankan yang terdaftar di BEI yang menyediakan
informasi yang lengkap.
d. Laporan tahunan perusahaan perbankan menggunakan bahasa Indonesia
dalam pelaporan keuangannya dan mata uang rupiah dalam pelaporan
unit moneternya.
Tabel 4.1
Proses Seleksi Sampel
No Kriteria Pelanggaran
Kriteria Jumlah
1 Total perusahaan perbankan yang listing
di BEI 2012-2014 40
2
Perusahaan perbankan yang terdaftar
secara berturut-turut di Bursa Efek
Indonesia selama periode 2012-2014
(5) 35
3 Perusahaan perbankan yang
menyediakan informasi yang lengkap (2) 33
4
Laporan keuangan menggunakan
bahasa Indonesia dan mata uang rupiah
dalam pelaporan keuangannya
- 33
Jumlah sampel yang memenuhi
kriteria 33
Tahun pengamatan 3
Jumlah 99
Jumlah data outlier (16)
Jumlah sampel penelitian 83
81
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui bahwa total perusahaan
perbankan yang terdaftar di BEI berjumlah 40. Namun, berdasarkan hasil
seleksi sampel hanya ada 33 perusahaan perbankan yang masuk dalam
kriteria sampel. Periode pengamatan yang diambil oleh peneliti adalah 3
(tiga) tahun, yaitu tahun 2012, 2013 dan 2014. Jadi, total sampel yang
diteliti sebanyak 99 data laporan tahunan perusahaan perbankan,
selanjutnya dikarenakan adanya data outlier maka jumlah sampel dalam
penelitian ini adalah sebanyak 83 data laporan tahunan perusahaan
perbankan. Outlier adalah kasus atau data yang memiliki karakteristik unik
yang terlihat sangat berbeda jauh dari observasi-observasi lainnya dan
muncul dalam bentuk ekstrim baik untuk sebuah variabel tunggal atau
variabel kombinasi (Ghozali,2013).
Dari proses seleksi sampel tersebut diperoleh perusahaan yang menjadi
sampel dalam penelitian ini. Tabel 4.2 menyajikan daftar nama perusahaan
perbankan yang menjadi sampel pada penelitian ini.
Tabel 4.2
Daftar Nama Perusahaan Sampel
No Daftar Bank Kode
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO
2 Bank MNC International Tbk BABP
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA
4 Bank Central Asia BBCA
5 Bank Bukopin Tbk BBKP
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
Bersambung pada halaman berikutnya
82
Tabel 4.2 (lanjutan)
11 Bank Mutiara Tbk BCIC
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
21 Bank Permata Tbk BNLI
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN
25 Bank Victoria International Tbk BVIC
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR
28 Bank Mega Tbk MEGA
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS
33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA
Sumber : Data diolah
B. Analisis dan Pembahasan
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini diuji dengan model regresi
berganda. Tujuannya adalah memperoleh gambaran yang menyeluruh
mengenai pengaruh variabel independen (komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan
assets in place ) terhadap variabel dependen yaitu pengungkapan sukarela
(voluntary disclosure).
1. Hasil Uji Statistik Deskriptif
Uji data statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu
data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian,
83
maksimum, minimum, sum, range kurtosis dan skewness (kemencengan
distribusi) (Ghozali, 2013).
Tabel 4.3 menggambarkan statistik deskriptif seluruh variabel dalam
penelitian ini yang meliputi nilai minimum, maksimum, mean (rata-rata)
dan standar deviasi. Nilai minimum menggambarkan nilai paling kecil
yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data yang telah
dilakukan terhadap perusahaan sampel. Nilai maksimum menggambarkan
nilai paling besar yang diperoleh dari hasil pengolahan dan analisis data
yang telah dilakukan, sedangkan mean (rata-rata) menunjukan nilai rata-
rata dari masing-masing variabel.
Berikut ini adalah gambaran statistik deskriptif perusahaan sampel
secara keseluruhan.
Tabel 4.3
Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VD 83 ,38 ,78 ,5976 ,09318
KDK 83 ,30 ,75 ,5683 ,10350
KA 83 ,33 ,97 ,7853 ,14395
KK 83 ,22 1,00 ,6221 ,21157
FD 83 0 1 ,02 ,154
AIP 83 ,001 ,026 ,01108 ,005513
Valid N
(listwise) 83
Sumber : Data diolah (Output SPSS 22)
Tabel 4.2 di atas merupakan hasil statistik deskriptif dari data-data yang
dikumpulkan yang menunjukan bahwa variabel dependen yaitu
pengungkapan sukarela atau voluntary disclosure (VD) memiliki nilai
minimum sebesar 0,38 yang diperoleh dari Bank Maspion Indonesia Tbk
dan Bank Panin Syariah Tbk pada tahun 2012 sedangkan nilai
84
maksimumnya sebesar 0,78 diperoleh dari Bank Internasional Indonesia
Tbk pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Nilai rata-rata pengungkapan
sukarela sebesar 0,5976. Hal ini menunjukan rata-rata perusahaan
perbankan mengungkapkan 24 item pengungkapan yang dipenuhi
perusahaan dari jumlah semua item yang mungkin dipenuhi perusahaan
yaitu 40 item dan standar deviasinya adalah sebesar 0,09318.
Variabel komposisi dewan komisaris (KDK) menunjukan nilai
minimum sebesar 0,30 yang diperoleh dari Bank Tabungan Negara Tbk
pada tahun 2012 dan nilai maksimum sebesar 0,75 diperoleh dari Bank
Victoria Internasional Tbk pada tahun 2012, 2013 dan 2014. Hal ini berarti
dalam perusahaan sampel paling kecil ada sebesar 30% dari total jumlah
dewan komisaris dan paling besar aadalah sebesar 75% dari total dewan
komisaris. Rata-rata variabel komposisi dewan komisaris adalah sebesar
0,5683. Hal ini berarti rata-rata komposisi dewan komisaris independen di
sektor perbankan telah memenuhi ketentuan mengenai dewan komisaris
independen diatur dalam Keputusan Direksi PT Bursa Efek Jakarta
No:Kep-305/BEJ/07-2004 Tentang Pencatatan Saham dan Efek bersifat
Ekuitas Selain Saham yang Diterbitkan oleh Perusahaan Tercatat.
Berdasarkan peraturan tersebut, perusahaan yang listing di Bursa Efek
Indonesia harus memiliki dewan komisaris independen yang jumlahnya
sekurang-kurangnya 30% dari seluruh jumlah anggota dewan komisaris.
sedangkan standar deviasinya adalah sebesar 0,10350.
85
Variabel efektivitas komite audit (KA) memiliki nilai minimum sebesar
0,33 yang diperoleh dari Bank of India Indonesia Tbk pada tahun 2012,
2013 dan 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,97 yang diperoleh
dari Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Nilai rata-rata efektivitas
komite audit sebesar 0,7853 dan standar deviasinya sebesar 0,14395.
Variabel konsentrasi kepemilikan (KK) memiliki nilai minimum
sebesar 0,22 yang diperoleh dari Bank Mayapada International Tbk pada
tahun 2013 dan 2014 sedangkan nilai maksimum sebesar 1,00 diperoleh
dari Bank Mutiara Tbk tahun 2012,2013 dan 2014. Nilai rata-rata
konsentrasi kepemilikan adalah sebesar 0,6221dan standar deviasi sebesar
0,21157.
Variabel financial distress (FD) memiliki nilai rata-rata sebesar 0,02
dan standar deviasi sebesar 0,154. Variabel assets in place (AIP) memiliki
nilai minimum sebesar 0,001 yang diperoleh dari Bank Ina Perdana Tbk
pada tahun 2013 sedangkan nilai maksimum sebesar 0,026 yang diperoleh
dari Bank Capital Indonesia Tbk pada tahun 2012. Nilai rata-rata assets in
place adalah sebesar 0,01108 dan standar deviasi sebesar 0,005513.
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji variabel pengganggu atau
residual dalam model regresi mempunyai distribusi normal atau tidak.
Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah
dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data
86
observasi dengan distribusi yang mendekati distribusi normal. Hasil uji
normalitas berdasarkan grafik histogram disajikan pada gambar berikut
ini.
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram
Uji yang kedua menggunakan uji pengganggu yang terdistribusi
secara normal. Normal Probability Plot yang membandingkan distribusi
kumulatif dari data yang sesungguhnya dengan distribusi kumulatif dari
data distribusi normal. Gambar 4.1 merupakan hasil uji normal
probability plot sebagai berikut.
87
Gambar 4.1
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Pada grafik normal plot terlihat titik menyebar disekitar garis
diagonal. Dengan memperhatikan grafik ini, dapat dikatakan bahwa
model regresi memenuhi asumsi normalitas sehingga layak untuk
digunakan.
Uji normalitas selanjutnya yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji statistic non-parametrik One-Sample Kolmogorof-Smirnof
Test. Nilai signifikansi dari residual yang terdistribusi secara normal
adalah jika nilai Asymp. Sig (2-tailed) dalam uji One-Sample
Kolmogorof-Smirnof Test lebih besar dari α = 0,05. Uji normalitas
dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.4
88
Tabel 4.4
Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Norm
al
Para
meter
sa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,07428122
Most
Extre
me
Differ
ences
Absolute ,073
Positive ,073
Negative -,057
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Tabel di atas menunjukan hasil perhitungan dengan menggunakan
uji One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test yang memiliki probabilitas
tingkat signifikansi di atas kepercayaan α = 0,05 yaitu 0,200. Hal ini
berarti dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini berdistribusi
normal.
b. Uji Multikolinieritas
Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi
ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model
regresi yang baik yaitu model regresi yang tidak terjadi korelasi di
antara variabel independen. Untuk mengetahui ada atau tidaknya
multikolinieritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan lawannya
89
Variance Inflation Factor (VIF) dalam Collinearity Statistics. Hasil uji
multikolinieritas terdapat pada tabel 4.5 berikut ini.
Tabel 4.5
Hasil Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant)
KDK ,853 1,172
KA ,891 1,122
KK ,829 1,206
FD ,898 1,113
AIP ,969 1,032
a. Dependent Variable: VD
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolinieritas yang masih
dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0,10 sama dengan
tingkat kolinieritas 0,95. (Ghozali,2013). Selanjutnya dengan melihat
nilai VIF, jika tidak terdapat nilai VIF yang lebih dari 10 menunjukan
bahwa antar variabel independen dalam model regresi tidak terdapat
multikolinieritas. Tabel berikut ini menunjukan ringkasan dari hasil uji
multikolinieritas.
Tabel 4.6
Ringkasan Hasil Uji Multikolinieritas
Variabel Independen Collinearity Statistics
Kesimpulan Tolerance VIF
Komposisi Dewan Komisaris 0,853 1,172 Tidak ada multikolinieritas
EfektivitasKomite Audit 0,891 1,122 Tidak ada multikolinieritas
Konsentrasi Kepemilikan 0,829 1,206 Tidak ada multikolinieritas
Financial Distress 0,898 1,113 Tidak ada multikolinieritas
Assets in Place 0,969 1,032 Tidak ada multikolinieritas
Sumber : Data Diolah
90
Berdasarkan pada tabel di atas, terlihat bahwa tidak ada variabel
independen yang memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10.
Selanjutnya hasil perhitungan VIF juga menunjukan hal yang sama
yaitu tidak ada satupun variabel independen yang memiliki nilai VIF
lebih besar dari 10. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi
multikolinieritas antar variabel independen dalam model regresi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat apakah dalam
sebuah model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2013:139).. Model regresi
yang baik adalah tidak terjadi heteroskedastisitas. Kebanyakan data
crossection mengandung situasi yang heteroskedastisitas karena data ini
menghimpun berbagai data yang memiliki semua ukuran baik kecil,
sedang, maupun besar Dalam penelitian ini uji heteroskedastisitas yang
digunakan adalah uji Glejser. Uji Glejser dilakukan untuk meregresi
nilai absolute residual terhadap variabel independen. Jika nilai
signifikansi antar variabel independen dengan absolute residualnya
lebih dari tingkat signifikansi 0,05 maka tidak terjadi masalah
heteroskedastisitas.
91
Tabel 4.7
Uji Glejser
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,073 ,050 1,468 ,146
KDK -,021 ,047 -,053 -,442 ,660
KA -,026 ,033 -,094 -,795 ,429
KK ,031 ,023 ,164 1,340 ,184
FD -,003 ,031 -,010 -,082 ,935
AIP ,141 ,830 ,019 ,170 ,866
a. Dependent Variable: ABS_RES
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Jika variabel independen secara signifikan mempengaruhi variabel
dependen dengan tingkat kepercayaan di bawah 5% berarti ada indikasi
terjadinya heteroskedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil Uji Glejser dapt dilihat pada
tabel 4.8 berikut ini.
Tabel 4.8
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Variabel Independen Sig Keterangan
Komposisi Dewan Komisaris 0,660 Tidak ada heteroskedastisitas
EfektivitasKomite Audit 0,429 Tidak ada heteroskedastisitas
Konsentrasi Kepemilikan 0,184 Tidak ada heteroskedastisitas
Financial Distress 0,935 Tidak ada heteroskedastisitas
Assets in Place 0,866 Tidak ada heteroskedastisitas
Sumber : Data Diolah
Hasil perhitungan heteroskedastisitas dengan menggunakan Uji
Glejser pada tabel mengindikasikan nilai probabilitas signifikansinya di
atas 5% sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi yang
digunakan tidak terdapat adanya heteroskedastisitas.
92
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan apakah dalam model regresi linier
terdapat korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Model regresi
yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi atau tidak terjadi
autokorelasi. Uji autokorelasi yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji Durbin-Watson. Hasil uji autokorelasi dapat dilihat pada
tabel 4.9 berikut ini.
Tabel 4.9
Hasil Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of
the Estimate
Durbin-
Watson
1 ,604a ,365 ,323 ,07666 1,962
a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
b. Dependent Variable: VD
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa nilai DU adalah 1,772
sementara nilai DW adalah 1,962 lebih besar dari batas DU dan kurang
dari (4 – DU) / (4 - 1,772) = 2,228. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak
terjadi autokorelasi positif atau negatif.
3. Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi (R²) digunakan untuk mengukur
seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Nilai koefisien determinasi antara 0 dan 1. Apabila nilai
koefisien determinasi mendekati satu, maka variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan dalam
93
memprediksi variabel dependen.Koefisien determinasi (Adjusted R
Square) dapat dilihat pada tabel 4.10 berikut ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Koefisien Determinasi
Model Summaryb
Model R
R
Square
Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,604a ,365 ,323 ,07666
a. Predictors: (Constant), AIP, AKT, FD, KDK, KK, KA
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Hasil regresi memiliki nilai Adjusted R Square sebesar 0,323 atau
32,3%. Variabel dependen pengungkapan sukarela (VD) dapat dijelaskan
secara signifikan oleh variasi variabel independen. Variabel independen
tersebut adalah komposisi dewan komisaris, efektivitas komite audit,
konsentrasi kepemilikian, financial distress dan assets in place, sedangkan
sisanya 67,7% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diamati dalam
penelitian ini.
4. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan
a. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
Uji F menunjukkan semua variabel independen yang ada dalam
model regresi mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel
dependen. Apabila nilai signifikansi < 0,05 maka Ha diterima. Nilai F
diturunkan dari tabel ANOVA yang dapat dilihat pada tabel 4.11 di
bawah ini.
94
Tabel 4.11
Hasil Uji Signifikansi Simultan
ANOVAa
Model
Sum of
Squares df
Mean
Square F Sig.
1 Regression ,260 5 ,052 8,835 ,000b
Residual ,452 77 ,006
Total ,712 82
a. Dependent Variable: VD
b. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat diperoleh F hitung sebesar 8,835
yang mana lebih besar dari F tabel (2,21). Hasil uji signifikansi sebesar
0,000 < 0,05, berarti komposisi dewan komisaris, efektivitas komite
audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress dan assets in place
secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sukarela. Hal ini menunjukkan bahwa komposisi dewan komisaris,
efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial distress,
dan assets in place berpengaruh secara simultan terhadap
pengungkapan sukarela.
b. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Uji statistik t digunakan untuk mengetahui pengaruh antara
masing-masing variabel independen untuk menjelaskan variabel-
variabel dependen dengan tingkat signifikansi 5% atau 0,05. Apabila
nilai probabilitas < 0,05 maka koefisien regresi signifikan dan Ha
diterima. Apabila nilai probabilitas lebih dari 0,05 maka koefisien
regresi tidak signifikan dan Ha ditolak.
95
Tabel 4.12
Hasil Uji Statistik t
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,349 ,094 3,715 ,000
KDK -,083 ,089 -,092 -,936 ,352
KA ,366 ,062 ,566 5,882 ,000
KK ,051 ,044 ,117 1,170 ,245
FD ,015 ,058 ,025 ,265 ,792
AIP -2,236 1,560 -,132 -1,433 ,156
a. Dependent Variable: VD
Sumber : Data Diolah (output SPSS 22)
Pada tabel 4.12 terlihat bahwa ada empat variabel independen yaitu
komposisi dewan komisaris, konsentrasi kepemilikan, financial distress
dan assets in place tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan (variabel dependen)
yaitu sebesar 0,352, 0,245 , 0,792 dan 0,156 (karena lebih besar
daripada tingkat signifikansi 5%). Variabel independen efektivitas
komite audit mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel
pengungkapan sukarela, dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000
(lebih kecil dari tingkat signifikansi 5%). Berikut ini akan dijelaskan
lebih lanjut mengenai hasil dari tabel 4.12
1) Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris (KDK) terhadap
Pengungkapan Sukarela (VD)
Komposisi dewan komisaris yang dilambangkan dengan KDK
berdasarkan tabel mempunyai nilai t sebesar -0,936 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,352 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini
96
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel komposisi dewan
komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perushaaan
perbankan. Hipotesis 1 dalam penelitian ini ditolak.
2) Pengaruh Efektivitas Komite Audit (KA) terhadap
Pengungkapan Sukarela (VD)
Efektivitas komite audit yang diukur dengan perusahaan yang
memenuhi 11 item yang terdiri dari aktivitas, size dan kompetensi.
Efektivitas komite audit mempunyai nilai t sebesar 5,882 dan
tingkat signifikansi sebesar 0,000 atau lebih kecil dari 0,05. Hal ini
menyimpulkan bahwa secara parsial variabel efektivitas komite
audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap pengungkapan
sukarela dalam laporan tahunan perusahaan perbankan. Hipotesis 2
dalam penelitian ini diterima.
3) Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan (KK) terhadap
Pengungkapan Sukarela (VD)
Konsentrasi kepemilikan berdasarkan tabel mempunyai nilai t
sebesar 1,170 dan tingkat signifikan sebesar 0,245 atau lebih besar
dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa secara parsial variabel
konsentrasi kepemilikan tidak berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan perusahaan
perbankan. Hipotesis 3 dalam penelitian ini ditolak.
97
4) Pengaruh Financial Distress (FD) terhadap Pengungkapan
Sukarela (VD)
Financial Distress yang diukur dengan pendekatan risk-based
bank rating dengan melihat faktor-faktor penilaian yang terdiri dari
profil risiko (risk profile). Dalam penelitian ini rasio yang
digunakan adalah rasio Non Performing Loan (NPL) yang
mewakili risiko kredit. Financial distress berdasarkan tabel
mempunyai nilai t sebesar 0,265 dan tingkat signifikansi sebesar
0,792 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan bahwa
secara parsial variabel financial distress tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hipotesis 4 dalam penelitian ini ditolak.
5) Pengaruh Assets in Place (AIP) terhadap Pengungkapan
sukarela (VD)
Assets in place atau dilambangkan dengan AIP berdasarkan
tabel mempunyai nilai t sebesar -1,433 dan tingkat signifikansi
sebesar 0,156 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini menyimpulkan
bahwa secara parsial variabel assets in place tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan sukarela dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hipotesis 5 dalam penelitian ini ditolak.
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada tabel 4.12
maka persamaan regresi adalah sebagai berikut:
VD = 0,349–0,083KDK+0,366KA+0,051KK+0,015FD–2,236AIP+ɛ
98
Tabel 4.13
Ringkasan Hasil Penelitian
No Variabel Hasil
1 Komposisi Dewan Komisaris Berpengaruh Tidak Signifikan
2 Efektivitas Komite Audit Berpengaruh dan Signifikan
3 Konsentrasi Kepemilikan Berpengaruh Tidak Signifikan
4 Financial Distress Berpengaruh Tidak Signifikan
5 Assets in Place Berpengaruh Tidak Signifikan
99
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penelitian ini menguji mengenai pengaruh komposisi dewan
komisaris, efektivitas komite audit, konsentrasi kepemilikan, financial
distress dan assets in pplace terhadap pengungkapan sukarela (voluntary
disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan perbankan tahun 2012
sampai 2014. Analisis pengaruh yang dilakukan dalam penelitian ini
menggunakan analisis regresi berganda dengan program Statistical
Package for Social Science (SPSS) Ver. 22. Data sampel yang digunakan
sebanyak 83 perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama periode 2012 sampai 2014.
Hasil pengujian dalam penelitian ini dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut:
1. Komposisi dewan komisaris berpengaruh tidak signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Hossain dan Reaz (2007), Nuryaman (2009) dan
Khaldoon (2015).
2. Efektivitas komite audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
100
yang dilakukan oleh Chen dan Jaggi (2000), Ho dan Wong (2001)
serta Evi dan Rosa (2014).
3. Konsentrasi kepemilikan berpengaruh tidak signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Javad (2014), Mohammed dan Ehab (2014) serta
Fatemeh dan Mansour (2014).
4. Financial distress berpengaruh tidak signifikan terhadap
pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan
perusahaan perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Wijaya (2009).
5. Assets in place berpengaruh tidak signnifikan terhadap pengungkapan
sukarela (voluntary disclosure) dalam laporan tahunan perusahaan
perbankan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Hossain (2008).
B. Saran
Penelitian mengenai pengungkapan sukarela (voluntary disclosure) di
masa mendatang diharapkan dapat mempertimbangkan saran beikut ini:
1. Penelitian selanjutnya agar menggunakan jenis perusahaan yang
berbeda sebagai pembanding dan menggunakan periode penelitian
lebih dari 3 tahun agar hasil penelitian lebih akurat.
101
2. Penelitian selanjutnya dapat menggunakan variabel lain seperti
struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, leverage, profitabilitas,
karakteristik perusahaan serta umur perusahaan.
3. Penelitian selanjutnya menggunakan item-item pengungkapan
sukarela yang terbaru dan berlaku untuk perusahaan go public di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
102
DAFTAR PUSTAKA
Adhariani, Desi, ”Tingkat Keluasan Pengungkapan Sukarela dalam Laporan
Tahunan dan Hubungannya dengan Current Earning Respont
Coefficient (ERC)”, Tesis Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia,
2004.
Albitar Ghassan Khaldoon,”Firm Characteristic, Governance Attributes and
Corporate Voluntary Disclosure: A Study of Jordanian Listed
Companies”,International Business Research, Vol. 8 No. 3, 2015.
Almilia, Luciana Spica dan Kristijadi, “Analisis Rasio Keuangan untuk
Memprediksi Kondisi Financial Distress Perusahaan manufaktur
yang terdaftar di BEJ”, Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia,
Vol.7 No.2, 2003.
Almilia, Luciana Spica dan Ikka Retrinasari,”Analisis Pengaruh Karakteristik
Perusahaan Terhadap Kelengkapan Pengungkapan Dalam Laporan
Tahunan Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEJ”,
Proceeding Seminar Nasional FE Universitas Trisakti, Jakarta,
2007.
Amalia, Dessy, “Faktor-faktor yang Mempengaruhi Luas Pengungkapan
Sukarela (Voluntary Disclosure) pada Laporan Tahunan
Perusahaan”, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol. 1 No. 2, 2005.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan. Keputusan Ketua
Badan Pengawas Pasar Modal No. Kep – 06/PM/2000 tentang
Perubahan Peraturan Nomor VIII G 7 Tentang Pedoman Penyajian
Laporan Keuangan, Jakarta,2000.
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor KEP-
643/BL/2012 tentang Pembentukan dan Pedoman Pelaksanaan Kerja
Komite Audit, Jakarta,2012.
Barros, P, Carlos, Boubaker Sabri, Hamrouni Amal, “Corporate Governance
and Voluntary Disclosure In France”, The Journal of Applied
Business Research, Vol. 29 No. 2, 2013.
Basari, M, Taukiful, “Sengketa Utang:Keterbukaan Informasi PKPU
Davomas sDipertanyakan”, diakses pada tanggal 26 Februari 2016
pukul 09.15.
Belkoui, dan Ahmed Riahi,”Teori Akuntansi”,Edisi Kelima, Penerbit
Salemba Empat, Jakarta, 2006.
103
Cheng, Eugene C.M, dan Courtenay, Stephen M, “Board Composition,
Regulation Regime and Voluntary Disclosure”, The International
Journal of Accounting,Vol. 41,2006.
Chen, J.P Chen dan Jaggi, Bikki, ”Association Between Independent Non-
Executive Directors, Family Control and Financial disclosures in
Hong Kong”, Journal of Accounting and Public Policy”Vol.19,
2000.
Choi, D.S. Frederick, dan Mueller, G. Gerhard,”Akuntansi
Internasional”,Buku Satu, Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 1999.
Choi, Frederick dan Gary, Meek,”Akuntansi Internasional”,Buku 1 Edisi 6,
Penerbit Salemba Empat, Jakarta, 2010.
Chrisman, J.J., Chua, J.H., Steier, L.P., Wright, M., McKnee, D.N.,”An
Agency Theoretic Analysis of Value Creation Through Management
Buy-Outs of Family Firms”,Journal of Family Business Strategy,
Vol. 3, 2012.
Claessens, S., Djankov, S., Fan, J., & Lang, L,” Disentangling the Incentive
and Entrenchmrnt Effect of Large Shareholding”, Jurnal of Finance,
Vol. 57 No. 6, 2002.
Dallas, George,”Governance and Risk. Analytical Hand books for Investors,
Managers, Directors and Stakeholders”,McGraw Hill,New
York,2004.
Darrough, M.N.,”Disclosure Policy and Competition:Cournot vs
Bertrand”,The Accounting Review, Vol. 68 No. 3, 1993.
Dashti Javad, Mohammad M.S., dan Sariush Mohammadi Zanjirani,”The
Impact of Ownership Concentration on The Level of Voluntary
Disclosure of Information in Tehran Stock Exchange Firms”,Indian
Journal of Fundamental and Applied Life Sciences, Vol. 4, 2014.
Elliot, R.K dan Jacobson, P.D,”Costs and Benefits of Business Information
Disclosure”, Accounting Horizonz, Vol. 8 No. 4, 1994.
Eng, L.L., Mak, Y.T.,”Corporate Governance and Voluntary Disclosure”,
Journal of Accounting and Public Policy, Vol. 22 No. 4, 2003.
Fatemeh, S.N., dan Mansour Garkar,”Correlation Between Ownership
Concentration, Voluntary Disclosure, and Information Asymmetry in
Companies Listed on the Stock Exchange”, Kuwait Chapter of
104
Arabian Journal of Business and Management Review, Vol. 4 No. 1, 2014.
Gantyowati Evi dan Nugraheni Lenna Rossa,”The Impact of Financial
Distress Status and Corporate Governance Structures on the Level of
Voluntary Disclosure within Annual Reports of Firms”, Journal of
Modern Accounting and Auditing, Vol. 10 No. 4, 2014.
Ghozali, Imam,”Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM SPSS
21”,Edisi 7 Cetakan VII, Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
Semarang, 2013.
Godfrey, Jayne, Allan Hodgson, Ann Tarca, Jane Hamilton, & Scott
Holmes,”Accounting Theory”, 7th Ed. John Wiley & Sons, Inc,
2010.
Hadi,N.dan A.Sabeni, “Analysis of Factors Affecting The Extent of
Voluntary Disclosure in The Annual Report of Public Company
Firms in Jakarta Stock Exchange,” Jurnal Maksi Vol.1, 2002.
Hamid, Abdul,”Panduan Penulisan Skripsi”,Fakultas Ekonomi dan Bisnis
UIN Jakarta, 2012.
Haniffa, R.M dan Cooke, T.E.,”Culture, Corporate Governance and
Disclosure in Malaysian Corporation”, Presented at the Asian AAA
World Conference in Singapore, Vol. 38 No. 3, 2002.
Hardiningsih, Pancawati,”Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Voluntary Disclosure Laporan Tahunan Perusahaan”, Jurnal Bisnis
dan Ekonomi Vol. 15 No. 1, 2008.
Haely, M.P dan Krishna G. Palepu,”Information Asymmetry, Corporate
Disclosure and The Capital Market: a review of the empirical
disclosure literature”, Journal of Accounting and Economics, Vol.
31, 2001.
Healy, P.M., dan Palepu, K.G.,”The Effect of Firms Financial Disclosure
Strategies on Stock Prices”, Accounting Horizons, Vol. 7 No. 1,
1993.
Henderson, Scott, Graham Pearson, dan Kate Harris,”Financial Accounting
Theory”, Pearson Education Australia, Australia, 2004.
Hendriksen, Eldon dan Michael Van Breda,”Teori Akunting”,Edisi Kelima,
Penerbit Interaksara, Jakarta, 2002.
105
Hermawan, Ancella, A., “Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komite
Audit, Kepemilikan Keluarga, dan Peran Monitoring Bank Terhadap
Kandungan Informasi Laba”, Disertasi Universitas Indonesia, 2009.
Hossain, M dan Hammami, H.,”Voluntary Disclosure in the Annual Reports
of an Emerging Country, the case of Qatar”, Advances in Accounting
Incoporating Advances in International Accounting, 2009.
Hossain, M dan Reaz, M.,”Determinants and Characteristics of Voluntary
Disclosure by Indian Banking Companies”,Corporate Social
Responsibility and Environment Management, Vol. 14 No. 5, 2007.
Ho, S.M., dan Wong, K.S,”A Study of a Relationship Between Corporate
Governance Structures and The Extent of Voluntary
Disclosure”,Journal of International Accounting, Auditing and
Taxation, Vol. 10, 2001.
Hubert, Ooghe and Tine De Langhe,”The Anglo-American versus the
Continental European Corporate Governance Model: Empirical
Evidence of Board Composition in Belgium”, European Business
Review,Vol.14 No.6, 2002.
Indriantoro, Nur dan Bambang Supamo,”Metodologi Penelitian
Bisnis”,BPEE,Yogyakarta, 2002.
Istanti, Sri Layla Wahyu,”Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengungkapan
Sukarela Modal Intelektual (Tesis)”, Program Pasca
SarjanaUniversitas Diponegoro, 2009.
Jeanjean, Thomas dan Stolowy, Herve,”Determinants of Boardmembers
Financial Expertise Empirical Evidence from France”,The
International Journal of Accounting, Vol. 44, 2009.
Jensen, Michael C. dan William H. Meckling,”Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost and Ownership”, Journal of
Financial Economics, Vol. 3, 1976.
Jiang, Haiyan., Habib, Ahsan dan Hu Baiding,”Ownership Concentration,
Voluntary Disclosure and Information Asymmetry in New
Zealand”,The British Accounting Review,Vol. 43, 2011.
Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal-LK Nomor: KEP-
431/BL/2012 Tanggal 1 Agustus 2012.
La Porta, R., Lopez-de-Silanes, F., Shleifer, A., & Vishny, R.,”Corporate
Ownership Around the World”, Journal of Finance, Vol. 54, 1999.
106
Mohamed, A.K, Basuony, Ehab, K.A. Mohamed,”Board Composition,
Ownership Concentration, And Voluntary Internet Disclosure By
MSM-Listed Companies”,Corporate Board: Role, Duties &
Composition, Vol. 10 No. 1, 2014.
Nuryaman,”Pengaruh Konsentrasi Kepemilikan, Ukuran Perusahaan, dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Pengungkapan
Sukarela”,Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia, Vol. 6 No. 1,
2009.
Omar, Bilal. dan Simon, Jo,”Corporate Aggregate Disclosure Practices in
Jordan”,Advances in Accounting, Incorporating advances in
International Accounting, Vol. 27, 2011.
Rodoni, Ahmad dan Ali, Herni,”Manajemen Keuangan, Edisi pertama”,
Mitra Wacana Media, Jakarta,2010.
Sarwono, Jonathan dan Ely Suhayati,”Riset Akuntansi Menggunakan
SPSS”,Edisi 1, Graha Ilmu: Yogyakarta, 2010.
Sehar, Najm-Ul, Bilal dan Tufail Sumaira,”Determinants of Voluntary
Disclosure in Annual Report: A Case Study of Pakistan”, Academy
of Business and Scientific Research, Vol. 2 No. 2, 2013.
Shinta,N.P, dan Ahmar, N, “ Eksplorasi Struktur Kepemilikan Saham Publik
di Indonesia Tahun 2004-2008”,The Indonesian Accounting
Review,Vol.1 No. 2, 2011.
Soemarso, S.R, “Akuntansi Suatu Pengantar”,Buku Dua, Salemba Empat,
Jakarta, 2003.
Sudarmadji, Ardi Murdoko dan Lana Sularto,”Pengaruh Ukuran Perusahaan,
Profitabilitas, Leverage dan Tipe Kepemilikan Perusahaan Terhadap
Luas Voluntary Disclosure Laporan Keuangan Tahunan”, Jurnal
Fakultas Ekonomi, Vol 2, 2007.
Sun, Y., Yi, Y., Lin, B,”Board Independence, Internal Information
Environment and Voluntary Disclosure of Auditor’s Reports on
Internal Control”, China Journal of Accounting Research, Vol. 5,
2012.
Suwardjono, Teori Akuntansi : Perekayasaan Pelaporan Keuangan, Edisi
Ketiga, BPFE Yogyakarta, 2008.
Stolowy, H., dan Lebas, M.J.,”Financial Accounting and Reporting: A Global
107
Perspective”,Thomson Learning, London, 2004.
Taman, Abdullah dan Billy Agung Nugroho, “Determinan Kualitas
Implementasi Corporate Governance Pada Perusahaan Yang
Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2004-2008”,Jurnal
Universitas Negeri Yogyakarta, 2010.
Todd, R dan Sherman, R.,”International Financial Statement Analysis In
F.D.S Choi (Ed)”,Handbook of International Accounting, New
York: Wiley Chapter 9, 1991.
Undang-undang Republik Indonesia tentang Perseroan Terbatas No. 40
Tahun 2007.
Verrenchia, R.E.,”Essays on Disclosure”, Journal of Accounting and
Economics, Vol. 32, 2001.
Wijaya, Ari,”Mekanisme Corporate Governance Pada Perusahaan Yang
Mengalami Permasalahan Keuangan (Financially Distressed Firms)”
Universitas Pembangunan Veteran Jakarta.
108
LAMPIRAN 1
109
Lampiran 1
Nama Perusahaan Perbankan
No Daftar Bank Kode
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO
2 Bank MNC International Tbk BABP
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA
4 Bank Central Asia BBCA
5 Bank Bukopin Tbk BBKP
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN
11 Bank Mutiara Tbk BCIC
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII
21 Bank Permata Tbk BNLI
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN
25 Bank Victoria International Tbk BVIC
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR
28 Bank Mega Tbk MEGA
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS
33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA
Sumber : Data Diolah
110
Lampiran 2
Cheklist Pengungkapan Adaptasi dari Chekclist Hossain dan Reaz (2007), Sehar et al.
(2013) dan Barros et al (2013) Berdasarkan Penyesuaian dari Peraturan
Bapepam Nomor KEP-431/BL/2012
A. Corporate strategy
1 Management's objectives and strategies/statement of corporate goals or
objectives (a)
2 Future strategy, information of future expansion (capital expenditures)/
general development of business (a)
B. Corporate Governance
3 Are the independent directors well defined? (a)
4 Directors’ engagement/directorship of other companies (a)
5 Duration of belonging to the company (c)
6 Number of shareholders belonging to the board of directors (c)
7 Details of CEO’s contact address (a)
8 Picture of all directors/board of directors (a)
C. Financial Performance
9 Brief discussion and analysis of a bank’s financial position (b)
10 Qualitative forecast of earnings (c)
11 Risk-weighted assets (ATMR) (a)
12 Total liquid assets to assets ratio (a)
13 Cost-to-income ratio (a)
14 Loan to deposit ratio (LDR) (a)
15 Dividend per share (b)
D. Risk Management
16 Information on risk management committee (b)
17 Information on risk management structure (a)
18 Information on credit risk management structure (a)
19 Narrative discussions on risk assets, risk measurement and monitoring (b)
20 Quantitative information on gross loan positions (a)
21 Information on assets–liability management committee (b)
22 Disclosure of credit rating system/process (b)
23 General descriptions of market risk segments (a)
24 Maturity information about deposits and other liabilities (a)
E. Accounting Policy Review
25 Discussion on accounting policy (a)
26 Disclosure of accounting standards uses for its accounts (a)
F. Key Non-Financial Statistics
27 Age of key employee (a)
28 Number of employees by sex (c)
Bersambung ke halaman berikutnya
111
Lampiran 2 (lanjutan)
29 Details of branch location (a)
30 Number of branch (a)
31 Information on ATM (a)
31 Location of ATM and their address (a)
33 List of top five shareholders of the bank (a)
G. Corporate Social Disclosure
34 Information on donations to charitable organizations (b)
35 Information on social banking activities/banking for the society (a)
H. Others
36 Online banking facilities (a)
37 Information on credit card business (a)
38 Information on welfare of employees (a)
39 Graphical presentation of performance indicators (b)
40 Related party disclosure (b)
Keterangan : (a). Hossain dan Reaz (2007)
(b). Sehar et al (2013)
(c). Barros et al (2013)
112
Lampiran 3
Daftar Pertanyaan Skoring Efektifitas Komite Audit
Penilaian dikembangkan Oleh Hermawan ( 2009 )
BAGIAN I AKTIVITAS Good Fair Poor
1. Apakah komite audit mengevaluasi internal control p
perusahaan
Jika komite audit mengevaluasi internal kontrol maka bernilai
3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor".
2. Apakah komite audit mengusulkan auditor eksternal
Jika komite audit mengusulkan auditor eksternal perusahaan,
maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor".
3. Apakah komite audit melakukan review atas laporan
keuangan
Jika komite audit mereview laporan keuangan perusahaan,
maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor".
4. Apakah komite audit mereview masalah legal perusahaan
Jika komite audit mereview masalah legal perusahaan, maka
bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor".
5. Apakah komite audit menyusun laporan komite audit
Jika komite audit menyusun laporan komite audit perusahaan,
maka bernilai 3 "good", jika tidak maka bernilai 1 "poor".
6. Jumlah rapat dewan komite audit
Jika rapat komite audit dalam setahun lebih dari 6 kali, maka
perusahaan bernilai 3 "good", jika rapat diadakan antara 3-6
kali maka perusahaan bernilai 2 "fair", jika kurang dari 3
maka
bernilai 1 "poor".
7. Tingkat kehadiran komite audit dalam rapatnya
Jika tingkat kehadiran rapat anggota komite audit adalah
80%
maka perusahaan bernilai 3 "good", jika tingkat kehadiran
diantara 70%-80% maka perusahaan bernilai 2 "fair", jika
kurang dari 70% maka perusahaan bernilai 1 "poor".
Bersambung ke halaman berikutnya
113
Lampiran 3 (lanjutan)
BAGIAN I AKTIVITAS Good Fair Poor
8. Apakah Komite audit membahas hal berikut dalam laporan
komite audit:
a. Ruang lingkup komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada
)
b. Keakuratan laporan keuangan ( 1 jika ada dan 0 jika tidak
ada )
c. Cost-effectiveness ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada )
d. Independensi komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada )
e. Objektifitas komite audit ( 1 jika ada dan 0 jika tidak ada )
Jika skor kelima pertanyaan diatas adalah 5, maka
perusahaan
berilai 3 "good", jika nol atau tidak ada yang terpenuhi maka
bernilai 1 "poor", jika kurang dari 5 bernilai 2 "fair".
BAGIAN II JUMLAH ( SIZE ) Good Fair Poor
9. Jumlah Komite Audit Perusahaan
Jika jumlah komite audit perusahaan >3 maka perusahaan
bernilai 3 "good", jika jumlahnya diantara 2-3 maka bernilai
2
"fair", jika kurang dari 2 maka bernilai 1 "poor".
BAGIAN III KOMPETENSI Good Fair Poor
10. Jumlah anggota komite audit yang memiliki latar belakang
akuntansi
Jika >1 anggota komite audit yang memiliki latar belakang
akuntansi, maka perusahaan bernilai 3 "good", jika hanya 1
yang
memiliki latar belakang akuntansi maka perusahaan bernilai 2
"fair", jika tidak ada anggota yang memiliki latar belakang
akuntansi maka perusahaan bernilai 1 "poor".
11. Umur setiap anggota komite audit ( 0 jika tidak terdapat
info)
Jika rata-rata umur anggota komite audit >40 tahun, maka
perusahaan bernilai 3 "good", jika rata-rata umur komite
auditnya antara 30-40 tahun, maka bernilai 2 "fair", jika
kurang dari 30 tahun maka bernilai 1 "poor".
114
Kriteria Penetapan Nilai untuk Masing-masing Pertanyaan pada Scoring
Efektivitas Komite Audit Berdasarkan Penelitian Hermawan (2009)
A. Aktivitas Komite Audit
Pelaksanaan tanggung jawab komite audit. Tanggung jawab
komite audit tersebut merupakan tanggung jawab yang telah
ditetapkan oleh BEI dan Bapepam-LK, yaitu:
1 Evaluasi komite audit atas pengendalian internal perusahaan.
2 Pengajuan usulan auditor eksternal dalam proses penunjukkan
auditor eksternal.
3 Penelaahan atas laporan keuangan perusahaan.
4 Evaluasi atas kepatuhan perusahaan terhadap hukum dan peraturan
yang berlaku.
5 Menyiapkan laporan komite audit yang lengkap untuk
pengungkapan dalam laporan tahunan perusahaan.
Kriteria penelitian untuk setiap poin tanggung jawab komite audit.
Good : apabila terdapat informasi bahwa komite audit telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut.
Poor : apabila tidak terdapat informasi bahwa komite audit telah
melaksanakan tugas dan tanggung jawab tersebut.
6 Jumlah rapat komite audit yang diakukan dalam satu tahun.
Dengan semakin banyak rapat yang dilakukan oleh komite audit
untuk keperluan pembahasan hal-hal yang terkait dengan tugas
komite audit, maka komite audit dapat menjalankan tugasnya
dengan lebih efektif, terutama dalam menelaah laporan keuangan.
Kriteria penilaian:
Good : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit lebih
dari 6 (enam) kali dalam setahun.
Fair : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit sebanyak
4 (empat) hingga 6 (enam) kali dalam setahun.
Poor : apabila jumlah rapat yang diadakan oleh komite audit kurang
dari 4 (empat) kali dalam setahun atau perusahaan tidak memberikan
informasi.
7 Tingkat kehadiran dari anggota komite audit dalam rapat yang
diadakan komite audit selama setahun. Tingkat kehadiran ini
menggambarkan keaktifan komite audit dalam menjalankan
tanggung jawabnya di perusahaan. Kriteria penilaian:
Good : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada
rapat yang diadakan oleh komite audit lebih dari 80%.
Fair : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada
rapat yang diadakan oleh komite audit 70%-80%.
Poor : apabila rata-rata tingkat kehadiran anggota komite audit pada
rapat yang diadakan oleh komite audit kurang dari 70% atau
perusahaan tidak memberikan informasi.
8 Komite audit mengevaluasi scope, akurasi, efektivitas biaya,
independensi dan objektifitas auditor eksternal. Salah satu fungsi
115
komite audit adalah memastikan bahwa auditor eksternal telah
melakukan proses audit secara memadai. Kriteria penilaian:
Good : apabila komite audit telah melakukan evaluasi terhadap
seluruh faktor dari auditor eksternal.
Fair : apabila komite audit hanya melakukan evaluasi terhadap
sebagian faktor dari auditor eksternal.
Poor : apabila komite audit tidak melakukan evaluasi terhadap seluruh
faktor dari auditor eksternal atau perusahaan tidak memberikan
informasi pada laporan tahunannya.
B. Jumlah Anggota Komite Audit
9 Jumlah anggota dari komite audit. Menurut ketentuan BEI dan
Bapepam-LK, jumlah anggota komite audit minimal 3 orang.
Semakin banyak jumlah anggota komite audit, maka semakin
efektif tugas yang dapat dijalankan oleh komite audit. Kriteria
penilaian:
Good : apabila jumlah anggota komite audit lebih dari 3 orang.
Fair : apabila jumlah anggota komite audit adalah 3 orang.
Poor : apabila jumlah anggota komite audit kurang dari 3 orang.
C. Kompetensi Komite Audit
10 Jumlah proporsi anggota komite audit yang memiliki latar
belakang pengetahuan di bidang akuntansi. Dengan dimilikinya
pengetahuan di bidang akuntansi tersbeut, diharapkan komite audit
dapat menjalankan tugasnya dalam mengevaluasi kinerja
keuangan perusahaan dengan sangat baik dan efektif. Kriteria
penilaian:
Good : apabila anggota komite audit yang memiliki latar belakang
pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi lebih dari 1 orang.
Fair : apabila anggota komite audit yang memiliki latar belakang
pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi sebanyak 1 orang.
Poor : apabila tidak ada anggota komite audit yang memiliki latar
belakang pendidikan atau pengetahuan di bidang akuntansi atau
perusahaan tidak memberikan informasi.
11 Rata-rata umur anggota komite audit. Hal ini berhubungan dengan
pengalaman dan kemampuan setiap anggota komite audit.
Semakin tua seorang anggota komite audit, diharapkan anggota
tersebut memiliki pengalaman dan kemampuan yang lebih baik
dalam menjalankan tugasnya. Kriteria penilaian:
Good : apabila rata-rata umur anggota komite audit diatas 40 tahun.
Fair : apabila rata-rata umur anggota komite audit antara 30-40
tahun.
Poor : apabila rata-rata umur anggota komite audit dibawah 30
tahun.
116
LAMPIRAN 2
117
Lampiran 4
Hasil Pengungkapan Sukarela (Voluntary Disclosure)
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,475 0,575 0,55
2 Bank MNC International Tbk BABP 0,6 0,525 -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,5 0,5 0,5
4 Bank Central Asia BBCA 0,625 0,6 0,675
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,65 0,65 0,625
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,475 0,475 0,6
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,625 0,7 0,7
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,575 0,6 0,6
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,6 0,65 0,65
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,675 0,65 0,7
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,6 0,625 -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,75 0,725 -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,475 0,55 0,475
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,6 0,65 0,65
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,5 0,5 0,525
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,375 0,475 0,575
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,6 0,725 0,725
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,775 0,775 0,575
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,75 0,775 -
21 Bank Permata Tbk BNLI 0,65 0,675 0,675
Bersambung pada halaman selanjutnya
118
Lampiran 4 (lanjutan)
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - 0,675 0,675
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - 0,525 -
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 0,55 0,575 0,575
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,6 0,6 0,65
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - 0,425 0,425
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR 0,55 0,525 -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,675 0,7 0,7
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,55 0,55 0,55
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,675 0,675 0,675
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 0,375 0,525 0,525
33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA 0,525 0,525 0,525
Sumber : Data Diolah
119
Lampiran 5
Hasil Perhitungan Komposisi Dewan Komisaris
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,5 0,5 0,6
2 Bank MNC International Tbk BABP 0,75 0,5 -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,667 0,667 0,667
4 Bank Central Asia BBCA 0,6 0,6 0,6
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,4 0,6 0,5
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,5 0,5 0,5
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,571 0,571 0,5
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,5 0,5 0,5
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,375 0,5 0,714
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,3 0,333 0,5
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,667 0,667 -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,5 0,5 -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,667 0,667 0,667
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,667 0,667 0,571
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,5 0,5 0,5
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,333 0,667 0,667
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,6 0,571 0,714
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,5 0,5 0,5
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,571 0,5 -
21 Bank Permata Tbk BNLI 0,556 0,5 0,5
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - - 0,667
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - 0,6 -
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 0,5 0,5 0,333
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,75 0,75 0,75
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - 0,6 0,6
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR 0,5 0,667 -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,5 0,5 0,5
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,667 0,667 0,667
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,5 0,5 0,6
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 0,667 0,667 0,667
33
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk SDRA 0,667 0,667 0,75
Sumber : Data Diolah
120
Lampiran 6
Hasil Perhitungan Efektifitas Komite Audit
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,697 0,727 0,788
2 Bank MNC International Tbk BABP 0,939 0,879 -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,727 0,758 0,758
4 Bank Central Asia BBCA 0,667 0,909 0,909
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,879 0,879 0,727
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,636 0,576 0,818
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,97 0,97 0,97
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,758 0,879 0,939
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,818 0,818 0,909
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,879 0,818 0,788
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,848 0,636 -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,848 0,848 -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,636 0,667 0,636
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,909 0,939 0,909
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,697 0,667 0,848
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,364 0,606 0,636
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,606 0,636 0,758
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,879 0,939 0,879
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,818 0,879 -
21 Bank Permata Tbk BNLI 0,818 0,879 0,879
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - - 0,788
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - 0,333 -
24
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk BTPN 0,909 0,939 0,909
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,667 0,879 0,848
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - 0,879 0,758
27
Bank Windu Kentjana International
Tbk MCOR 0,485 0,515 -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,939 0,939 0,97
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,515 0,727 0,879
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,909 0,848 0,879
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 0,576 0,515 0,576
33
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk SDRA 0,818 0,818 0,818
Sumber : Data Diolah
121
Lampiran 7
Hasil Perhitungan Konsentrasi Kepemilikan
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,798 0,804 0,804
2 Bank MNC International Tbk BABP 0,699 0,699 -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,388 0,388 0,459
4 Bank Central Asia BBCA 0,504 0,508 0,508
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,393 0,371 0,402
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,999 0,894 0,894
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,588 0,588 0,588
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,603 0,662 0,662
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,568 0,568 0,568
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,614 0,601 0,601
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 1 1 -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,674 0,674 -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,99 0,802 0,038
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,383 0,383 0,383
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,696 0,696 0,826
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,846 0,677 0,677
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,6 0,6 0,6
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,969 0,969 0,969
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,835 0,848 -
21 Bank Permata Tbk BNLI 0,447 0,447 0,447
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - - 0,534
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - 0,76 -
24
Bank Tabungan Pensiunan Nasional
Tbk BTPN 0,579 0,41 0,4
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,349 0,347 0,394
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - 0,224 0,224
27
Bank Windu Kentjana International
Tbk MCOR 0,668 0,667 -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,851 0,851 0,851
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,503 0,241 0,232
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,459 0,46 0,46
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 1 1 0,521
33
Bank Woori Saudara Indonesia 1906
Tbk SDRA 0,529 0,529 0,72
Sumber : Data Diolah
122
Lampiran 8
Hasil Perhitungan Financial Distress
No Daftar Bank Kode
NPL 1 (Tidak Sehat) = > 5%
NPL 0 (Sehat) = < 5%
2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 3,68% 0 2,27% 0 3,68% 0
2 Bank MNC International Tbk BABP 5,78% 1 4,88% 0 - -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 2,11% 0 0,37% 0 0,34% 0
4 Bank Central Asia BBCA 0,38% 0 0,44% 0 0,60% 0
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 2,23% 0 2,43% 0 2,77% 0
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 2,28% 0 2,16% 0 2,16% 0
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 2,81% 0 2,17% 0 1,96% 0
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,97% 0 0,92% 0 1,86% 0
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 1,78% 0 1,55% 0 1,69% 0
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 4,22% 0 4,05% 0 4,01% 0
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 3,90% 0 12,28% 1 - -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 2,62% 0 2,03% 0 - -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - - - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,36% 0 0,38% 0 0,80% 0
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 2,07% 0 2,83% 0 4,15% 0
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,73% 0 0,23% 0 0,31% 0
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,24% 0 0,61% 0 0,71% 0
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 1,74% 0 1,60% 0 1,66% 0
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 2,73% 0 3,34% 0 4,95% 0
Bersambung pada halaman selanjutnya
123
Lampiran 8 (lanjutan)
No Daftar Bank Kode
NPL 1 (Tidak Sehat) = > 5%
NPL 0 (Sehat) = < 5%
2012 2013 2014
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 1,70% 0 2,11% 0 - -
21 Bank Permata Tbk BNLI 1,37% 0 1,04% 0 1,70% 0
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - - - - 3,00% 0
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - - 1,60% 0 - -
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 0,58% 0 0,67% 0 0,70% 0
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 2,30% 0 0,70% 0 3,52% 0
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - - 1,04% 0 1,46% 0
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR 1,98% 0 1,69% 0 - -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - - - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,91% 0 0,73% 0 1,30% 0
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0% 0 0% 0 0% 0
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 1,69% 0 3,56% 0 4,36% 0
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 1,70% 0 1,80% 0 1,74% 0
33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA 0,65% 0 0,48% 0 2,51% 0
Sumber : Data Diolah
124
Lampiran 9
Hasil Perhitungan Assets in Place
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
1 Bank Rakyat Indonesia Agroniaga Tbk AGRO 0,002593 0,005633 0,007804
2 Bank MNC International Tbk BABP 0,008511 0,004345 -
3 Bank Capital Indonesia Tbk BACA 0,026288 0,023425 0,019389
4 Bank Central Asia BBCA 0,014537 0,015079 0,015957
5 Bank Bukopin Tbk BBKP 0,008755 0,010833 0,011533
6 Bank Mestika Dharma Tbk BBMD 0,012798 0,013747 0,012975
7 Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk BBNI 0,013734 0,01426 0,014936
8 Bank Nusantara Parahyangan Tbk BBNP 0,004385 0,003558 0,003268
9 Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk BBRI 0,005086 0,006344 0,007379
10 Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk BBTN 0,014164 0,011609 0,010295
11 Bank Mutiara Tbk BCIC 0,012786 0,014633 -
12 Bank Danamon Indonesia Tbk BDMN 0,013452 0,011937 -
13 Bank Pundi Indonesia Tbk BEKS - - -
14 Bank Ina Perdana Tbk BINA 0,002402 0,001264 0,000523
15 Bank Jabar Banten Tbk BJBR 0,010374 0,009852 0,013778
16 Bank QNB Indonesia Tbk BKSW 0,025471 0,010068 0,005501
17 Bank Maspion Indonesia Tbk BMAS 0,020488 0,016752 0,018647
18 Bank Mandiri (Persero) Tbk BMRI 0,011017 0,010429 0,010443
19 Bank CIMB Niaga Tbk BNGA 0,008411 0,009448 0,010658
20 Bank Internasional Indonesia Tbk BNII 0,008797 0,007887 -
Bersambung pada halaman selanjutnya
125
Lampiran 9 (lanjutan)
No Daftar Bank Kode 2012 2013 2014
21 Bank Permata Tbk BNLI 0,005685 0,006932 0,006093
22 Bank Sinar Mas Tbk BSIM - - 0,027473
23 Bank of India Indonesia Tbk BSWD - 0,005581 -
24 Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk BTPN 0,010923 0,010839 0,009728
25 Bank Victoria International Tbk BVIC 0,013752 0,012045 0,010658
26 Bank Mayapada International Tbk MAYA - 0,023038 0,015965
27 Bank Windu Kentjana International Tbk MCOR 0,017693 0,013967 -
28 Bank Mega Tbk MEGA - - -
29 Bank OCBC NISP Tbk NISP 0,010128 0,008593 0,009572
30 Bank Nationalnobu Tbk NOBU 0,001671 0,003698 0,00509
31 Bank Pan Indonesia Tbk PNBN 0,01421 0,014878 0,014497
32 Bank Panin Syariah Tbk PNBS 0,011568 0,007039 0,00481
33 Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk SDRA 0,017296 0,0181 0,01903
Sumber : Data Diolah
126
LAMPIRAN 3
127
Hasil Output SPSS
A. Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
VD 83 ,38 ,78 ,5976 ,09318
KDK 83 ,30 ,75 ,5683 ,10350
KA 83 ,33 ,97 ,7853 ,14395
KK 83 ,22 1,00 ,6221 ,21157
FD 83 0 1 ,02 ,154
AIP 83 ,001 ,026 ,01108 ,005513
Valid N (listwise) 83
B. Uji Asumsi Klasik
1. Uji Normalitas
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Histogram
128
Hasil Uji Normalitas Menggunakan Grafik P-Plot
Hasil Uji Normalitas (One-Sample Kolmogorof-Smirnof Test)
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 83
Normal
Parametersa,b
Mean ,0000000
Std. Deviation ,07428122
Most Extreme
Differences
Absolute ,073
Positive ,073
Negative -,057
Test Statistic ,073
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
d. This is a lower bound of the true significance.
2. Uji Multikolinieritas Coefficientsa
Model
Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1 (Constant) KDK ,853 1,172
KA ,891 1,122
KK ,829 1,206
FD ,898 1,113
AIP ,969 1,032
a. Dependent Variable: VD
129
3. Uji Heteroskedastisitas Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,073 ,050 1,468 ,146
KDK -,021 ,047 -,053 -,442 ,660
KA -,026 ,033 -,094 -,795 ,429
KK ,031 ,023 ,164 1,340 ,184
FD -,003 ,031 -,010 -,082 ,935
AIP ,141 ,830 ,019 ,170 ,866
a. Dependent Variable: ABS_RES
4. Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,604a ,365 ,323 ,07666 1,962
a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
C. Uji Hipotesis
1. Uji Koefisien Determinasi Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the
Estimate
1 ,604a ,365 ,323 ,07666
a. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
2. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)
ANOVA
Model
Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression ,260 5 ,052 8,835
,00
0b
Residual ,452 77 ,006
Total ,712 82 a. Dependent Variable: VD b. Predictors: (Constant), AIP, FD, KA, KDK, KK
130
3. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,349 ,094 3,715 ,000
KDK -,083 ,089 -,092 -,936 ,352
KA ,366 ,062 ,566 5,882 ,000
KK ,051 ,044 ,117 1,170 ,245
FD ,015 ,058 ,025 ,265 ,792
AIP -2,236 1,560 -,132 -1,433 ,156
a. Dependent Variable : VD
vi