penetapan jumlah ion tembaga dengan kromatografi penukar kation
TRANSCRIPT
LAPORAN PRAKTIKUM
PEMISAHAN KIMIA
PERCOBAAN KE 5
13 SEPTEMBER 2013
PENETAPAN JUMLAH ION TEMBAGA DENGAN KROMATOGRAFI
PENUKAR KATION
KELOMPOK 7
OFFERING G
LAILY AFRIYANTI (110332406428)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
JURUSAN KIMIA
2013
PENETAPAN JUMLAH ION TEMBAGA DENGAN KROMATOGRAFI
PENUKAR KATION
A. DASAR TEORI
Kromatografi digunakan untuk memisahkan campuran dari substansinya menjadi
komponen-komponennya. Seluruh bentuk kromatografi bekerja berdasarkan prinsip yang
sama.
Seluruh bentuk kromatografi memiliki fase diam (berupa padatan atau cairan yang
didukung pada padatan) dan fase gerak (cairan atau gas). Fase gerak mengalir melalui fase
diam dan membawa komponen-komponen dari campuran bersama-sama. Komponen-
komponen yang berbeda akan bergerak pada laju yang berbeda pula.
Kromatografi ion, yang merupakan salah satu bagian dari bidang ilmu kromatografi
adalah sebuah teknik analisis yang sekarang ini menjadi sangat populer dan "terbaru" serta
telah digunakan di banyak bidang pengetahuan sebagai teknik dasar untuk memisahkan dan
menentukan anion dan/atau kation. Penggunaan dari teknik ini banyak diaplikasikan dalam
menganalisis di sejumlah jenis sampel air alam sebagai bentuk monitoring terhadap kondisi
lingkungan sekitar.
Lebih dari 3 dekade lamanya, tepatnya 1975, penggunaan metode analisis kromatografi
ion berkembang pesat sejak kali pertama diperkenalkan oleh Hamish Small dan timnya.
Small bersama timnya berhasil mendeteksi dan memisahkan sejumlah kation seperti kation
logam alkali (alkali metal) seperti : Li+, Na+, K+, Rb+, Cs+) kemudian mengaplikasinnya
dalam sampel air kencing manusia (human urine), serum darah anjing (dog's blood serum)
serta beberapa sampel minuman jus (orange and grape juices). Mereka menggunakan kolom
pemisah sebagai fase diam (stationary phase) yang di dalamnya diisi resin (resin-H+ dan
resin-OH-).
Sementara untuk eluent sebagai fase gerak (mobile phase) digunakan HCl. Beberapa
resin lain juga dicobakannya antara lain resin-Ag+, resin-Cu2+, resin-Cl- dan sejumlah resin
lainnya. Hasil penemuannya ini kemudian dipublikasikannya di salah satu jurnal bergensi
untuk bidang kimia analitik, Anal. Chem. 47 (1975) 1801, pada September 1975.
Terpublikasinya hasil penelitian mereka ini di jurnal tingkat Internasional menandai
dimulainya era baru teknik kromatografi ion[1].
Resin penukar ion dapat didefinisi sebagai senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang
mengandung ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang
mempunyai ion-ion yang dapat dipertukarkan. Sebagai zat penukar ion, resin mempunyai
karakteristik yang berguna dalam analisis kimia, antara lain kemampuan menggelembung
(swelling), kapasitas penukaran dan selektivitas penukaran. Penggunaannya dalam analisis
kimia misalnya untuk menghilangkan ion-ion pengganggu, memperbesar konsentrasi jumlah
ion-ion renik, proses deionisasi air atau demineralisasi air, memisahkan ion-ion logam dalam
campuran dengan kromatografi penukar ion
Resin pemisah ion yang biasa dipakai pada kromatografi modern sudah mempunyai
ukuran yang lebih kecil, akan tetapi kelebihannya memiliki kapasitas yang rendah di banding
pada model kromatografi sebelumnya. Paking material kolom yang baik, dianggap bisa
memberikan bentuk puncak yang baik atau tidak broading peak dan tailing peak. Bentuk
puncak yang baik bisa seperti lancip berdiri tegak. Dengan sejumlah alasan di atas,
pemisahan anion dan kation sekarang ini bisa berjalan sukses walau masih menyisakan
sedikit perbedaan dalam waktu retensi dari ion sampel.
Hal-hal yang diperlukan dari sebuah teknik/metode pemisahan dalam kromatografi ion
modern dapat disebutkan sebagai berikut: :
1. Efisiensi kolom pemisah anion dan kation memungkinkan dengan mengamati N =
Theoretical Plates nya.
2. Sebuah eluen yang digunakan bisa memberikan waktu retensi yang berbeda dari ion pada
setiap kali injeksi sampel.
3. Interaksi antara eluent dan resin karena adanya kesetimbangan yang cepat dalam kolom
yang bisa mengakibatkan peak broadening dapat dieliminasi atau diminimalisasi.
4. Bisa terjadi waktu retensi yang terlalu panjang atau pendek akibat dari kondisi eluen yang
dipakai.
5. Resin dan eluent yang dipakai harus sesuai dengan detektor yang digunakan.
Banyaknya aplikasi kromatografi ion modern di banyak bidang keilmuan menjadikan
teknik ini lebih favorit digunakan dibanding dengan teknik deteksi ion lainnya. Beberapa
kelebihan yang dimiliki kromatografi ion sehingga menjadikan "the best choice" dalam dunia
penentuan/pemisahan ion/logam, di antaranya :
a) Kecepatan (speed): Kecepatan dalam analisis suatu sampel menjadi aspek yang sangat
penting dalam hal analisis ion. Salah satu yang menyebabkannya adalah masalah 。 ヲ
klasik 。 ヲ yaitu untuk mengurangi biaya dan bisa menghasilkan data-data analisis yang
akurat dan cepat. Namun lebih daripada itu, sebenarnya yang lebih penting adalah
memberikan andil dengan maksimal dalam perhatian kepada kondisi lingkungan
(environmental efforts) yang dari hari ke hari jumlah sampel yang mau dianalisis (untuk
diketahui kandungan apa saja di dalamnya) semakin bertambah. Itulah sebabnya, teknik
ini terus dikembangkan orang untuk mendapatkan teknik pemisahan/pendeteksian yang
lebih praktis dengan biaya yang relatif murah. Sebagai tambahan pula bahwa limbah
(waste) yang dihasilkan dari penggunaan eluen dapat dikurangi
b) Sensitivitas (sensitivity): Dengan berkembangnnya teknologi mikroprosessor, mulailah
orang mengkombinasikannya dengan efisiensi kolom pemisah, mulai skala konvensional
(ukuran diameter dalam milimeter) sampai skala mikro yang biasa juga disebut
microcolumn. Sehingga walaupun hanya dengan jumlah sampel yang sangat sedikit,
semisal 10 ヲ。。ヲ yang diinjetkan ke dalam sistem kromatografi, ion-ion yang ada dalam
sampel tersebut dapat terdeteksi dengan baik.
c) Selektivitas (selectivity): Dengan sistem ini, bisa dilakukan pemisahan berdasarkan
keinginan, misalnya kation/anion organik saja atau kation/anion anorganik yang ingin
dipisahkan. Itu dapat dilakukan dengan memilih kolom pemisah yang tepat. Ataupun
hanya ion tertentu yang ingin diukur walaupun banyak ion lain yang ada dalam sampel.
d) Pendeteksian yang serempak (simultaneous detection): Secara umum, anion dan kation
dipisahkan/dideteksi terpisah dengan menggunakan sistem analisis yang terpisah (different
systems) pula. Padahal sangat penting dilakukan pendeteksian secara serempak
(simultaneous) antara anion dan kation dalam dalam sekali injek untuk sebuah sampel.
Tentunya, pendekatan yang terakhir ini punya sejumlah kelebihan dibanding pemisahan
terpisah. Sebagaimana telah diulas di atas, beberapa kelebihan di antaranya dapat menekan
biaya operasional, memperkecil jumlah limbah saat analisis berlangsung, memperpendek
waktu analisis (short time analysis) serta dapat memaksimalkan hasil yang diinginkan.
e) Kestabilan pada kolom pemisah (stability of the separator column): Walaupun sebenarnya,
ketahanan kolom ini berdasarkan pada paking (packing) material yang diisikan ke dalam
kolom pemisah. Namun kebanyakan, kolom pemisah bisa bertahan pada perubahan yang
terjadi pada sampel, misalnya konsentrasi suatu ion terlalu tinggi, tidak akan
mempengaruhi kestabilan material penyusun kolom. Namun, diakui bahwa ada juga
kolom pemisah yang mempunyai waktu penggunaan yang tidak terlalu lama, dikarenakan
paking kolom yang kurang baik atau karena faktor internal lainnya.
B. TUJUAN
Memahami proses penukaran ion yang terjadi pada resin penukar kation dan
menentukan jumlah garam yang dipertukarkan melalui titrasi.
C. ALAT DAN BAHAN
Alat:
Kolom kromatografi
Buret
Erlenmeyer
Gelas kimia
Pipet
Bahan:
Resin penukar kation
Larutan Cu(II) 0,1 M
HCl 1 M
HCl 6 M
NaOH 0,1 M
Indikator MO
Aquades
D. LANGKAH KERJA
Langkah pertama yang kami lakukan adalah kolom diisi dengan resin penukar kation,
setinggi 7 cm dan kolom resin di cuci dengan 25 mL aquades. Eluat yang keluar ditampung
dalam erkenmeyer yang telah berisi beberapa tetes (3 tetes) indikato MO dan dipastikan eluat
netral yang ditunjukkan dengan warna MO pada pH mendekati netral. Eluat ini dibuang
(tidak disimpan). Perlahan-lahan dituangkan 10 mL larutan CuSO4 0,1 M menggunakan pipet
tetes. Penambahan ke dalam kolom dilakukan dengan melewatkan pada dinding kolom.
Cairan dalam kolom harus 1 cm diatas resin, supaya resin tidak kering. Atur laju alir kira-kira
1 mL/menit. Saat sampel masuk, dimulai mengumpulkan eluat yang keluar dalam erlenmeyer
yang bersih, yang telah ditambahkan dengan 4 tetes indikator MO dan sedikit aquades
(sekitar 3 mL). Catat perubahan warna yang terjadi, saat eluat terkumpul dalam erlenmeyer.
Saat sampel hampir masuk semua ke dalam kolom, dimulai dilakukan elusi dengan
menggunakan 40 mL aquades, dan tampung eluat dalam Erlenmeyer yang sama. Eluat di
titrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sehingga terjadi perubahan warna.
Langkah selanjutnya adalah prosedur di atas diulangi kembali, namun sebelum
mengulang prosedru diatas, dilakukan regenerasi kolom dengan menambahkan 10 mL larutan
HCl 0,5 M. Dilanjutkan dengan mencuci kolom dengan 25 mL akuades. Prosedur diatas
diulangi dan setiap selesai dilakukan regenerasi. Eluat dari proses ini dapat dibuang. Setelah
selesai, tutup kran kolom dan sisasakan cairan di atas kolom kurang lebih 1 cm, supaya tidak
kering.
Langkah terakhir yaitu diamati perubahan warna yang terjadi pada kolom resin dan
sketsakan (gambarkan) pada jurnal. Dibuat analisis mengapa terjadi perubahan waran
tersebut, reaksi yang terjadi dalam resin? Hitung berat Cu2+ (mg) dalam 10 mL larutan
sampel, yang telah dipertukarkan oleh resin.
E. DATA DAN ANALISIS DATA PERCOBAAN
No Langkah Kerja Data Penelitian Kesimpulan
1.
2.
3.
5.
Kolom diisi resin
penukar kation
Kolom resin dicuci
dengan aquades
ditampung dalam
Erlenmeyer dan 3 tetes
MO hingga eluat netral
Kolom resin diisi larutan
CuSO4 0,1 M dan eluat
dikumpulkan dalam
Erlenmeyer dan di tetesi
4 tetes MO dan kolom
resin dielusi dengan
aquades dan eluat di
tamping dalam
Erlenmeyer yang sama
Eluat di titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N
Resin berwarna:
Hijau
MO orange
Eluat netral kuning
Eluat berwarna
merah muda
Warna eluat setelah di
titrasi sedikit orange
Vawal = 0,00
Vakhir = 19,5
Vyang dibutuhkan =
19,5
Eluat yang belum netral
berwarna merah muda karna
masih bercampur dengan asam
1.
2.
3.
Regenerasi kolom
dengan HCl 0,5 M
Kolom di cuci dengan
akuades
Kolom resin dicuci
dengan aquades
ditampung dalam
Erlenmeyer dan 3 tetes
Regenerasi I eluat
berwarna hijau
Eluat hasil cuci tidak
berwarna
MO orange
Eluat netral kuning
4.
5.
MO hingga eluat netral
Kolom resin diisi larutan
CuSO4 0,1 M dan eluat
dikumpulkan dalam
Erlenmeyer dan di tetesi
4 tetes MO dan kolom
resin dielusi dengan
aquades dan eluat di
tamping dalam
Erlenmeyer yang sama
Eluat di titrasi dengan
larutan NaOH 0,1 N
Eluat berwarna
merah muda
Warna eluat setelah di
titrasi sedikit orange
Vawal = 10,2
Vakhir = 26,5
Vyang dibutuhkan =
16,3
F. DISKUSI
Pada praktikum kali ini kami melakukan praktikum kromatografi ion, sebelum
melakukan praktikum kemi menyiapkan resin yang kemudian dimasukan dalam
kolom, resin tersebut dicuci dengan akuades dan eluat yang keluar ditampung dalam
Erlenmeyer yang telah berisi beberapa tetes indikator MO sampai pH mendekati
netral yaitu berwarna kuning , ini berfungsi menyuci resin yang akan kami gunakan
dan menetralkannya kembali.
Resin ini merupakan senyawa hidrokarbon terpolimerisasi, yang mengandung
ikatan hubung silang (crosslinking) serta gugusan-gugusan fungsional yang
mempunyai ion-ion tertentu, ion-ion ini lah yang nantinya akan bertukar dengan ion
Cu2+. Disini akan terjadi gaya elektrostatik di mana ion yang terdapat pada resin
ditukar oleh ion logam yang akan diuji yaitu Cu2+ .
Setelah dicuci dengan akuades, larutan sisa akan ditambahkan Natrium
Hidroksida, hal ini bertujuan untuk mengetahui masih ada atau tidak ion Cu2+. Ion
Cu2+ akan memberikan warna orange jika direaksikan dengan natrium hidroksida.
Setelah dimasukan larutan CuSO4 akan terjadi proses penyerapan ion oleh pori-
pori resin. Ion Cu2+ akan terikat di pori-pori atau permukaan resin, ion Cu2+ dapat
terikat karena adanya gaya elektrostatis, kation dari CuSO4 akan tertarik oleh pori-
pori ataupun permukaan resin.
Setelah dilakukan pencucian dengan aquades, dengan tujuan agar semua HCl
didalam kolom keluar semua. Ion tembaga dapat diketahui dengan menambahkan
indikator Metil Orange. Setelah dilakukan titrasi didapat kadar tembaga yang
tertinggal dalm CuSO4 adalah 0,061 gr. Berarti resin mengikat ion Ca+ sebesar 0,001
g.
Kesimpulan
HCl dan aquades dituangkan kedalam resin berfungsi sebagai pencuci resin
Banyaknya ion kalsium yang terikan dalam resin 0,001 gr
Banyaknya ion kalsium yang tidak giikat resin itu 0,061 gr
G. DAFTAR RUJUKAN
Achmad, hiskia. 1993. Penentuan dasar-dasr praktikum kimia. Bandung : FMIPA ITB
Day dan underwood. 1998. Analisis kimi kuantitatif adisi keenam. Jakarta : Erlangga
http://www.malang.ac.id/jurnal/fmipa/kim/1996a.htmSudjadi, 1986. Metode pemisahan . yogyakarta : kanisius
LAMPIRAN
1. Dik : M CuSO4 : 0,1 MV CuSO4 : 10 mlMr CuSO4 : 159,65ArCu : 63,55
Dit: mol Cu2+ mula-mula=…?Dijawab :
Mg CuSO4 = M × V × Bm CuSO4
= 0,1 × 10 × 159,65
= 159,65 mg
Mg Cu mula-mula = ArCu2+ ¿MrCuSO 4
×MgCuSO 4¿
= 63,55
159,65×159,65=63,55mg
Mol Cu2+ = gramCuAr Cu
=0,0635563,55
=0,001mol
2. Cu2+ + 2OH- Cu(OH)2
Mg Cu yang tidak diikat resin ( titrasi )
Mg Cu2+ ¿ at× (V ×M )×BMCa
= 12×19,5×0,1×63,5=61,96mg
Mg Ca yang diikat resin
Mg Car = Mg Ca mula-mula ─ Mg Ca tr
= 63,55 mg ─ 61,96 mg
= 1,59 mg
Gambar:
Kolom berisi resin dan akuades
Gambar:
Kanan = eluat yang ditambah MO (belum netral)
Kiri = air + MO (warna netral)
Gambar:
Kanan = eluat yang ditambah MO (netral)
Kiri = air + MO (warna netral)
Gambar:
Kiri = resin + larutan CuSO4 0,1 M
kanan atas = sebelum di titrasi
kanan bawah = setelah dititrasi