peneraan alat ukur laju alir fluida

53
PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA I . TUJUAN PERCOBAAN Tujuan percobaan ini adalah membuat kurva baku hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter cairan dengan laju alir air dan kurva baku hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter gas dengan laju alir udara. II. DASAR TEORI Dalam perancangan alat dan pemipaan dalam industri terdapat beberapa besaran yang perlu diperhatikan. Selain sifat fluida itu sendiri seperti densitas dan viskositas, debit dan laju alir juga memegang peranan penting. Terdapat beberapa pilihan alat yang dapat digunakan untuk mengukur laju alir fluida, salah satunya adalah rotameter. Rotameter berbentuk tabung yang terbuat dari gelas, kaca atau plastik yang transparan. Tabung ini memiliki diameter atas yang sedikit lebih besar dibandingkan diameter bawahnya. Pada dinding rotameter terdapat garis-garis skala ukuran panjang untuk mengukur ketinggian float atau pelampung yang terdapat di dalam tabung. Bentuk float bermacam-macam, yaitu bisa berbentuk bola, kerucut, dan lain sebagainya. Hal tersebut

Upload: febdayanti-yovita

Post on 20-Oct-2015

1.151 views

Category:

Documents


42 download

DESCRIPTION

Teknik

TRANSCRIPT

PENERAAN ALAT UKUR LAJU ALIR FLUIDA

I . TUJUAN PERCOBAAN

Tujuan percobaan ini adalah membuat kurva baku hubungan antara

tinggi pelampung dalam rotameter cairan dengan laju alir air dan kurva baku

hubungan antara tinggi pelampung dalam rotameter gas dengan laju alir udara.

II. DASAR TEORI

Dalam perancangan alat dan pemipaan dalam industri terdapat beberapa

besaran yang perlu diperhatikan. Selain sifat fluida itu sendiri seperti densitas dan

viskositas, debit dan laju alir juga memegang peranan penting. Terdapat beberapa

pilihan alat yang dapat digunakan untuk mengukur laju alir fluida, salah satunya

adalah rotameter.

Rotameter berbentuk tabung yang terbuat dari gelas, kaca atau plastik

yang transparan. Tabung ini memiliki diameter atas yang sedikit lebih besar

dibandingkan diameter bawahnya. Pada dinding rotameter terdapat garis-garis

skala ukuran panjang untuk mengukur ketinggian float atau pelampung yang

terdapat di dalam tabung.

Bentuk float bermacam-macam, yaitu bisa berbentuk bola, kerucut, dan

lain sebagainya. Hal tersebut tergantung dari jenis fluida yang akan diukur laju

alirnya. Rotameter cairan memiliki float yang berbentuk bola sedangkan rotameter

gas memiliki float berbentuk kerucut.

Bahan pelampung dapat diganti-ganti sesuai dengan rapat massa dan laju

maksimum zat cair yang diukur. Pelampung dapat bergerak naik turun secara

bebas karena didorong oleh zat alir yang mengalir dari bagian bawah rotameter ke

atas. Pada keadaan stabil yaitu ketika tinggi pelampung tidak lagi berubah-ubah,

terbentuk keseimbangan gaya dimana gaya ke atas (gaya Archimedes) sama

dengan gaya gesek ditambah gaya berat pelampung.

Rotameter bekerja dengan prinsip beda tekanan tetap. Semakin besar

perbedaan tekanan, laju alir fluida menjadi semakin besar yang menyebabkan

ketinggian pelampung juga semakin besar karena gaya dorong fluida yang

bertambah kuat.

Pada pengukuran laju alir cairan, pengukuran dapat dilakukan langsung

dengan mengukur debit cairan yang tertampung selama jangka waktu tertentu.

Berbeda dengan pengukuran laju alir gas yang dilakukan secara tidak langsung,

yaitu dengan mengukur debit air yang terdesak oleh aliran gas. Dalam hal ini

diasumsikan volume air yang terdesak sama dengan volume gas yang mengalir.

Rotameter digunakan dalam percobaan ini karena memiliki beberapa

kelebihan, yaitu:

1. Rotameter dianggap bebas dari pengaruh densitas, sejauh perubahan

itu tidak lebih dari 15%.

2. Rotameter telah terbukti cocok untuk pengukuran laju alir fluida gas

dan cairan.

3. Rotameter modern tidak dipengaruhi viskositas (kekentalan) sehingga

tidak mengubah peneraan.

4. Pressure drop rendah.

5. Biaya pengadaan awal rendah.

6. Rangebility rendah. (McCabe, Smith, and Harriot,1987)

A. Peneraan Alat Ukur Laju Alir Gas

1. Prinsip Kerja Float pada Rotameter Gas

Float pada rotameter gas bekerja dengan prinsip beda tekanan

tetap. Semakin besar perbedaan tekanan, laju alir fluida menjadi

semakin besar yang menyebabkan ketinggian pelampung juga semakin

besar karena gaya dorong dari fluida yang bertambah kuat. Pengukuran

laju alir gas dilakukan secara tidak langsung, dengan mengukur debit

air yang terdesak oleh aliran gas. Dalam hal ini diasumsikan volume

air yang terdesak sama dengan volume gas yang mengalir.

2. Gaya yang Bekerja pada Float Rotameter Gas

Pada keadaan stabil yaitu ketika tinggi pelampung tidak lagi

berubah-ubah, terbentuk keseimbangan gaya di mana gaya ke atas

(gaya Archimedes) sama dengan gaya gesek ditambah gaya berat

pelampung.

Pada rotameter gas (kerucut)

W = FA -Fg (1)

Gaya gesek diabaikan sehingga Fg = 0

sehingga, W = FA (2)

FA = gV (3)

FA = 13gr2l (4)

dengan, FA = gaya Archimedes (g cm/s2)

massa jenis float (g/cm3)

r = jari-jari float (cm)

l = tinggi float (cm)

g = gaya gravitasi (cm/s2)

Berikut adalah gambar gaya-gaya yang bekerja pada float

rotameter gas :

Gambar 1. Gaya-Gaya yang Bekerja pada Float Rotameter

Gas

3. Bentuk Float pada Rotameter Gas

Bentuk float pada rotameter gas adalah kerucut. Hal ini karena

kerucut memiliki ujung yang runcing, luas penampang, volume dan

massa yang kecil, sehingga mudah diangkat oleh gas yang mempunyai

daya desak relatif kecil dibandingkan cairan.

4. Persamaan Bernoulli serta Pengaruh Perbedaan Ketinggian Pipa

Discharge

Pada saat pengukuran debit, tinggi permukaan ujung discharge

harus sejajar dengan permukaan air di dalam penampung. Hal ini

untuk menghilangkan pengaruh tekanan akibat perbedaaan ketinggian

atau tekanan hidrostatis, sehingga aliran yang terjadi hanya

dipengaruhi oleh beda tekanan di dalam dan di luar tabung. Jika tinggi

discharge lebih rendah daripada tinggi permukaan air di dalam botol

penampung maka debit menjadi lebih besar dari yang seharusnya

karena adanya gaya hidrostatis yang timbul akibat perbedaan

ketinggian permukaan air. Sedangkan jika tinggi discharge lebih tinggi

daripada permukaan air di dalam botol penampung maka debit menjadi

lebih kecil dari yang seharusnya karena ada gaya gravitasi yang harus

dilawan. Penjelasan matematisnya adalah sebagai berikut :

Hukum Bernoulli (dengan F=W=0)

P1+12

ρ v12+ ρg h1−F−W =P2+

12

ρ v22+ ρgh2 (5)

12

ρ (v12−v2

2 )=ρg ( h2−h1 )+(P2−P1) (6)

karena diameter botol sangat besar, v1 diasumsikan nol

12

ρ v22=ρg (h2−h1 )+(P2−P1) (7)

karena h2=h1, maka persamaan menjadi:

12

ρ v22=(P2−P1) (8)

v22=

2(P2−P1)ρ

(9)

sehingga kecepatan aliran fluida hanya dipengaruhi oleh beda tekanan

gas dan udara luar (P2-P1).

Gambar 2. Posisi Titik 1 dan 2 pada Alat Percobaan Laju Alir Gas

Jika gas dalam tabung pengaman habis sebelum percobaan selesai,

maka pengambilan data harus diulangi dari awal, karena tujuan

percobaan ini adalah membuat kurva baku hubungan antara ketinggian

float dengan laju alir fluida. Jika kita mengisi tabung gas lagi, maka

tekanan akan bertambah dan menyebabkan laju alir gas yang berbeda

dengan pengambilan data sebelumnya.

B. Peneraan Alat Ukur Laju Alir Cair

1. Kondisi Overflow

Fluida cair rapat massanya cenderung tetap, sehingga volumenya

juga tetap untuk massa yang tetap. Oleh karena itu pengukuran debit

fluida cair dapat dilakukan secara langsung dengan mengukur volume

air yang tertampung dalam gelas ukur per satuan waktu.

Kondisi overflow pada percobaan adalah cara untuk mengontrol

debit air. Pada kondisi overflow, ketinggian air pada bak penampung

konstan. Akibat itu, kecepatan aliran air juga konstan, sehingga

diharapkan float stabil pada levelnya. Overflow membuat ketinggian

permukaan air di dalam bak penampung tetap, sehingga tekanan

hidrostatisnya juga konstan, karena tekanan hidrostatis berbanding

lurus dengan ketinggian fluidanya.Kondisi overflow dapat dijelaskan

secara matematis sebagai berikut:

persamaan Bernoulli (dengan F=W=0)

P1+12

ρ v12+ ρg h1−F−W =P2+

12

ρ v2+ ρg h2 (5)

Pada aliran overflow, maka kecepatan penurunan ketinggian air

pada penampung bernilai nol (V1=0) dan h1 tetap. Diasumsikan letak

pipa keluar berada pada dasar penampung sehingga h2=0. Penampung

terbuka dan pipa aliran keluar juga terbuka maka tekanan udara adalah

sama (P1=P2). Maka kecepatan aliran pada pipa keluar dapat diketahui

dengan persamaan :

v2=√2 g∆ h (10)

Nilai ∆ h=h1 sehingga dengan menjaga nilai ketinggian (h1) tetap,

maka kecepatan aliran pada pipa keluar (v2) adalah konstan.

Gambar 3. Posisi Titik 1 dan 2 pada Alat Percobaan Laju Alir

Cairan

2. Gaya yang Bekerja pada Float Rotameter Cairan

Pada keadaan stabil yaitu ketika tinggi pelampung tidak lagi

berubah-ubah, terbentuk keseimbangan gaya di mana gaya ke atas

(gaya Archimedes) sama dengan gaya gesek ditambah gaya berat

pelampung.

Pada rotameter cairan (bola):

W = FA -Fg (1)

gaya gesek diabaikan sehingga Fg = 0

sehingga, W = FA (2)

FA = gV (3)

F A= ρg43

π r3(11)

dengan, W = gaya berat (g cm/s2)

FA = gaya Archimedes (g cm/s2)

Fg = gaya gesek (gcm/s2)

massa jenis float 9g/cm3)

r = jari-jari float (cm)

g = gaya gravitasi (cm/s2)

Berikut ini adalah gambar gaya-gaya yang bekerja pada float rotameter

cairan:

Gambar 4. Gaya-gaya yang Bekerja pada Float Rotameter Cairan

3. Bentuk Float pada Rotameter Cairan

Bentuk float pada rotameter cairan adalah bola. Alasan dipilih

bentuk bola adalah bola memiliki luas penampang, volume dan massa

yang besar (dibanding dengan float bentuk kerucut yang digunakan

pada rotameter gas). Hal ini sesuai dengan sifat cairan yang memiliki

daya desak lebih kuat dari pada gas, sehingga ketika cairan dialirkan

float tidak langsung terlempar ke atas.

4. Bilangan Reynolds

Bilangan Reynolds adalah suatu bilangan yang dipakai untuk

menentukan jenis aliran fluida. Bilangan ini tidak berdimensi namun

identik dengan aliran suatu fluida. Bilangan Reynolds diperoleh dari

perkalian antara diameter dalam pipa dengan kecepatan fluida dan

densitas fluida kemudian dibagi dengan viskositas fluida.

Persamaannya adalah sebagai berikut :

ℜ=ρvμ

D (12)

dengan, densitas fluida (gram/cm3)

V = kecepatan aliran fluida (cm/s)

D = diameter pipa (cm)

viskositas fluida (cms/gr)

Ada tiga macam aliran fluida berdasarkan nilai bilangan Reynolds-nya:

1. Aliran laminer, nilai bilangan Reynolds lebih kecil dari 2100.

2. Aliran transisi, nilai bilangan Reynolds = 2100-4000.

3. Aliran turbulen, nilai bilangan Reynolds lebih besar dari 4000

(Brown, 1950).

Manfaat mengetahui bilangan Reynolds untuk aliran fluida di industri

adalah:

1. Penentuan bilangan Reynolds berfungsi dalam penentuan jenis

aliran fluida. Dengan mengetahui pola aliran fluida, maka kita

dapat mengetahui ukuran dan jenis pipa yang akan digunakan.

2. Bilangan Reynolds juga dapat mempengaruhi gaya-gaya yang

bekerja pada pipa, misalnya gaya gesek (friksi) antara aliran air dan

pipa.

C. Alat Ukur Fluida Gas selain Rotameter

1. Tabung Pitot

Prinsip kerja tabung pitot adalah kecepatan aliran diukur

berdasarkan beda tekanan pada manometer.

Laju alir fluida pada percobaan ini hanya dipengaruhi oleh

ketinggian float (gaya gesek antara fluida dengan selang dan float

diabaikan). Di mana semakin tinggi posisi float semakin besar debit

aliran fluida (debit aliran fluida adalah volume alir fluida dibagi waktu

alir fluida terukur).

Gambar 5. Prinsip Kerja Tabung Pitot

Dengan memakai persamaan Bernoulli dititik a dan b :

Pa+12

ρ ' v2=Pb (13)

Pa+ρgh=Pb (14)

sehingga dari kedua persamaan diperoleh :

v=√ 2 ρghρ '

(15)

dengan, Pa = tekanan statik di dalam arus gas (atm)

Pb = tekanan di titik b (atm)

h = beda tinggi cairan (m)

v = laju gas (m/s)

rapat massa gas (kg/m3)

’ = rapat massa cairan dalam manometer (kg/m3)

D. Alat Ukur Fluida Cair selain Rotameter

1. Orificemeter

Prinsip kerja orificemeter adalah perubahan penampung aliran

fluida dari pipa menuju orifice yang menyebabkan kecepatan linier

fluida semakin membesar sedangkan tinggi tekanannya semakin

menurun. Perbedaan tinggi ini dimanfaatkan untuk mengukur

kecepatan debit aliran fluida.

Gambar 6. Sensor Aliran Orificemeter

Dari gambar sensor aliran fluida dengan orificemeter di atas maka

jumlah fluida yang mengalir persatuan waktu (m3/detik) dapat

dirumuskan sebagai berikut:

Q=k A2 √ 2 gρ

√P1−P2 (16)

dengan, = massa jenis fluida (kg/m3)

P = tekanan fluida pada pipa 1 dan 2 (atm)

Q = jumlah fluida yang mengalir (cm3/s)

k = konstanta pipa

A2 = luas penampang pipa sempit (m2)

G = gravitasi bumi (m/s2)

2. Venturimeter

Sscara sederhana venturimeter adalah pipa yang mempunyai

nozzle. Prinsip kerjanya adalah kecepatan linier fluida yang mengalir

1 2

pada venturimeter akan bertambah di sepanjang bagian mulut

venturimeter ini, sedangkan tekanannya semakin berkurang. Kecepatan

fluida akan berkurang pula ketika fluida memasuki bagian dalam

nozzle. Penurunan tekanan aliran fluida dimanfaatkan untuk

pengukuran debit aliran fluida.

http://www1.uts.com/physics/flowmetering/flowmeter.htm

Gambar 7. Venturimeter

Cairan mengalir pada arah mendatar maka h1=h2, sehingga :

P1−P2=12

ρ( v2

A22 )(A1

2−A22) (17)

Tekanan hidrostatis pada manometer adalah :

P1 = ’gh (18)

P2 = gh (19)

sehingga

P1−P2=gh( ρ'−ρ) (20)

substitusi persamaan (17) ke (20) :

v=A2 √ 2gh( ρ'−ρ)ρ( A1¿¿2−A2

2)¿

(21)

dengan, P = tekanan fluida pada pipa 1 dan 2 (atm)

= massa jenis fluida (kg/m3)

’= massa jenis fluida dalam venturimeter (kg/m3)

h = selisih tinggi fluida (m)

A1 = luas penampang pipa besar (m2)

A2 = luas penampang pipa sempit (m2)

v = laju fluida (m/s)

g = gravitasi bumi (m/s2)

D = diameter pipa (m)

III . METODOLOGI PENELITIAN

A. Bahan

Bahan-bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Air Ledeng

2. Udara

B. Rangkaian Alat Percobaan

Alat yang digunakan dalam percobaan ini ditunjukkan oleh gambar

rangkaian alat berikut:

Gambar 8. Rangkaian Alat Percobaan Pengukuran Laju Alir

Zat Alir Cairan

Keterangan:

1. Pipa pengeluaran air

2. Statif

3. Rotameter

4. Float

5. Bak penampung air

910

6. Pipa pengatur aliran ke

7. Pipa overflow

8. Pipa pengatur aliran ke rotameter

9. Stopwatch

10. Gelas ukur PYREX 50 mL

Gambar 9. Rangkaian Alat Percobaan Laju Alir Zat Alir Gas

Keterangan:

1. Meteran tekanan

2. Kran overflow

3. Kompresor

4. Kran pengatur aliran

5. Rotameter

6. Float (penampung)

7. Pipa pengeluaran

8. Botol penampung air

9. Statif

1413

10. Kran overflow

11. Kran pengatur aliran gas

12. Tabung pengaman

13. Gelas ukur PYREX 50 mL

14. Stopwatch

Cara Kerja

1. Peneraan Laju Alir Zat Cair

Langkah pertama, kran pemasukan dibuka untuk mengisi bak

penampungan air hingga penuh dan terjadi aliran overflow. Langkah

kedua, aliran air dialirkan ke rotameter. Ketinggian float diatur pada

ketinggian 6 cm. Debit cairan yang mengalir dalam rotameter diukur

pada selang waktu ±3 detik menggunakan stopwatch dan gelas ukur

50 mL. Volume air tertampung dan waktu di stopwatch dicatat.

Dilakukan pengambilan data 5 kali berturutan untuk ketinggian float

yang sama. Suhu air ledeng di gelas ukur diukur dengan termometer

alkohol 110 o C pada pengambilan data kelima untuk ketinggian float

yang sama. Gelas ukur dikeringkan sebelum digunakan untuk setiap

ketinggian float yang berbeda. Debit diukur untuk ketinggian float

yang lain 5,5 cm; 5 cm; 4,5 cm; 4 cm; 3,5 cm; 3 cm; 2,5 cm; 2 cm;

1,5 cm.

2. Peneraan Laju Alir Gas

Suhu udara diukur dengan termometer ruangan atau dinding

dan dicatat hasilnya setelah suhu yang ditunjukkan konstan.

Rangkaian alat disiapkan. Semua kran pada rangkaian alat ditutup.

Kran pengarah aliran gas dibuka.

Selang pengeluaran akhir dipasang pada kran sumber dan botol

penampung air diisi hingga tanda batas. Kran pengarah aliran gas

dibuka. Selang pengeluaran akhir dipasang pada kran sumber dan

botol penampung air diisi hingga tanda batas. Kran pengaruh aliran

gas ditutup kemabali. Ketinggian cairan pada selang pengeluaran

akhir denngan tinggi cairan pada botol penampung diatur agar

sejajar. Kompresor dinyalakan dan diisi dengan udara hingga

tekanan 5 kg/cm2. Kran penghubung tabung gas pengaman dan

rotameter dibuka. Ketinggian float rotameter diatur 15 cm

menggunakan kran pengatur aliran gas. Debit aliran yang keluar

diukur pada selang waktu kurang lebih 3 detik dengan bantuan

stopwatch dan gelas ukur 100 mL. Volume air tertampung dan waktu

di stopwatch dicatat. Pengambilan data dilakukan 5 kali untuk

ketinggian float yang sama. Debit diukur untuk ketinggian float

yang lain yaitu 13 cm; 11cm; 9 cm; 7 cm, dan 5 cm. Tekanan akhir

udara tersisa di kompresor dicatat. Udara yang tersisa di dalam

kompresor dan tabung pengaman dikeluarkan secara perlahan.

C. Analisis Data

Pengukuran laju alir zat cair dan gas

1. Menghitung debit rata-rata untuk tiap ketinggian float h dengan

rumus:

Qi=V i

t i(22)

Dengan, Qi = debit fluida (cm3/s)

Vi = volume fluida (cm3)

t1 = waktu (s)

Qavg=Q1+Q2+Q3+Q4+Q 5

5(23)

Dengan,Qavg = debit rata-rata fluida (cm3/s)

2. Menentukan hubungan debit fluida cair dan gas Q dengan ketinggian

float (h)

a. Dengan pendekatan logaritmik

Q=a hb (24)

melakukan linierisasi hingga diperoleh persamaan:

lnQ=lna+ ln hb (25)

lnQ=lna+blnh (26)

dengan pemisalan diperoleh:

y=A+Bx (27)

Penyelesaian, dilakukan dengan regresi linier :

B=n Σ xy−Σ x Σ y

n Σ x2−(Σ x)2 (28)

A=Σ y−B Σ xn

(29)

keterangan:

Q = debit fluida (cm3/s)

h = ketinggian float (cm)

a,b = konstanta

n = jumlah data

Penyelesaian dilakukan dengan regresi linier hingga

didapatkan nilai konstanta a dan b untuk persamaan (24).

b. Pendekatan Eksponensial

Q=a ebh (30)

dengan, Q = debit fluida (cm3/s)

a,b = konstanta

h = ketinggian float (cm)

melakukan linierisasi hingga diperoleh persamaan:

lnQ=lna+bh (31)

dengan pemisalan diperoleh :

y=A+Bx (27)

Penyelesaian dilakukan dengan regresi linier hingga

didapatkan nilai konstanta a dan b untuk persamaan (29).

3. Menghitung kesalahan relatif dengan persamaan:

Er=lQ persamaan−Q percobaan

Q persamaan

l x100 % (32)

dengan, Er = kesalahan relatif (%)

Kesalahan relatif rata-rata :

Eravg logaritmik=Σ Er logaritmikn

(33)

Eravg eksponensial= Σ Ereksponensialn

(34)

dengan, Eravg = kesalahan relatif rata-rata (%)

IV . HASIL DAN PEMBAHASAN

Percobaan ini akan diukur laju alir gas dan cairan. Pengukuran laju alir zat

cair menggunakan air ledeng, sedangkan pengukuran laju alir gas menggunakan

udara. Laju alir fluida dapat diukur dengan suatu alat yang disebut rotameter.

Data percobaan ditampilkan dengan persamaan yang didapat melalui

pendekatan logaritmik dan eksponensial.

A. Peneraan alat ukur laju fluida cair

Bak penampungan air diisi air terlebih dahulu hingga overflow, jika

sudah overflow, percobaan dan pengambilan data dapat dilakukan.

Setelah data yang diperlukan berupa hubungan volume, waktu, dan

ketinggian diperoleh, selanjutnya dilakukan perhitungan untuk membuat

kurva baku hubungan debit aliran dengan ketinggian.

Hal-hal yang perlu diperhatikan serta sangat mempengaruhi laju

alir fluida (Q) dalam percobaan peneraan alat ukur laju lair fluida adalah

volume fluida yang terukur, waktu yang digunakan dalam menampung air

dalam gelas ukur atau waktu percobaan dan ketinggian float.

Dari hasil perhitungan didapat hubungan debit dengan ketinggian

float untuk pendekatan logaritmik adalah Q logaritmik =

3,7432h0,7950 ,dengan kesalahan relatif rata-rata sebesar 4,3101 %. Untuk

pendekatan eksponensial diperoleh Q eksponensial = 4,1087e0,2366h, dengan

kesalahan relatif rata-rata sebesar 2,4266 %.

Dari hasil perhitungan tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode

yang lebih sesuai untuk perhitungan pada fluida cair adalah metode

pendekatan eksponensial karena kesalahan relatif rata-rata lebih kecil.

Grafik yang diperoleh:

1.00 2.00 3.00 4.00 5.00 6.00 7.000.0000

2.0000

4.0000

6.0000

8.0000

10.0000

12.0000

14.0000

16.0000

18.0000

Q PercobaanQ LogaritmikQ Eksponensial

Tinggi Float (cm)

Debi

t (cm

3/s)

Gambar 10. Grafik Hubungan Tinggi Float Dengan Debit

Rata-Rata Untuk Fluida Cair

Grafik menunjukkan kurva data percobaan sedikit berbeda dengan

kurva logaritmik maupun eksponensial. Hal ini disebabkan aliran air yang

mengalir tidak konstan akibat ketinggian air pada bak overflow yang tidak

konstan, sehingga debit yang tertampung menunjukkan penyimpangan.

Dari kurva terlihat bahwa, semakin tinggi float, semakin besar debit aliran.

Jadi, debit aliran berbanding lurus dengan ketinggian float, hal ini telah

sesuai teori.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Kecepatan aliran fluida cair konstan pada saat ketinggian float mencapai

titik tertentu.

2. Tekanan udara konstan 1 atm.

3. Tidak ada kebocoran air saat percobaan.

4. Gaya gesek antara fluida dengan selang dan float diabaikan.

B. Peneraan alat ukur laju fluida gas

Percobaan ini dilakukan dengan mengisi udara bertekanan ke

dalam tabung dengan kompresor terlebih dahulu. Setelah udara siap,

percobaan dan pengambilan data mulai dilakukan.

Setelah data berupa hubungan volume, waktu, dan ketinggian float

didapat, data mulai diolah menjadi hubungan debit dan ketinggian float

(h). Pendekatan logaritmik : Q logaritmik = 2,0247h0,3187, sedangkan

pendekatan eksponensial diperoleh hubungan Qeksponensial =

2,7492e0,0407h. Hasil kesalahan relatif rata-rata untuk pendekatan logaritmik

diperoleh 14,3778% dan pendekatan eksponensial sebesar 13,0812%,

sehingga pendekatan yang paling cocok adalah pendekatan eksponensial.

Grafik yang diperoleh:

4.00 6.00 8.00 10.00 12.00 14.00 16.000.0000

1.0000

2.0000

3.0000

4.0000

5.0000

6.0000

Q PercobaanQ LogaritmikQ Eksponensial

Tinggi Float (cm)

Debi

t ()c

m3/

s

Gambar 11. Grafik Hubungan Float Dengan Debit Rata-Rata

Untuk Fluida Gas

Grafik di atas menunjukkan kurva data percobaan sedikit berbeda

dengan kurva logaritmik dan eksponensial. Hal ini disebabkan adanya

penurunan tekanan (pressure drop) yang menyebabkan ketinggian float

pada rotameter menjadi tidak konstan, sehingga debit alir yang keluar dari

selang discharge tidak konstan, karena tinggi float tidak konstan.

Dengan adanya kurva tersebut, terlihat bahwa semakin tinggi float

maka semakin besar debit udara (debit air yang terdorong udara). Jadi

debit fluida berbanding lurus dengan ketinggian float, sesuai dengan teori.

Ketinggian selang discharge dan air keluar sama dengan tekanan air dalam

botol, sehingga air hanya dipengaruhi oleh tekanan gas saja.

Grafik hubungan tinggi float dengan debit rata-rata untuk fluida

gas menunjukkan kurva data percobaan sedikit berbeda dengan kurva

logaritmik dan eksponensial. Hal ini dapat disebabakn oleh beberapa

faktor. Faktor-faktor tersebut di antaranya, botol penampung air tidak

terisolasi sempurna (sumbat di bagian atas mungkin tidak tertutup rapat)

karena akan mempengaruhi tekanan yang ada dalam botol penampung air.

Mungkin tekanan tersebut bisa bertambah besar atau malah kecil sehingga

dapat mempengaruhi hasil percobaan. Ketinggian float pada rotameter

berubah-ubah naik dan turun karena perubahan tekanan dalam kompresor.

Dampaknya akan mempengaruhi hasil percobaan karena kedudukan float

tidak stabil. Bila kedudukan float stabil, maka air yang keluar dapt diukur

volumenya dalam waktu tertentu. Ketinggian selang pengeluaran akhir

tidak sama dan tidak sejajar dengan tinggi permukaan cairan di dalam

botol penampung air. Jika ketinggian selang pengeluaran akhir lebih tinggi

daripada tinggi air di dalam botol penampung, maka debit menjadi lebih

kecil karena gaya tekan udara harus melawan gaya gravitasi. Jika

ketinggian selang pengeluaran lebih rendah daripada tinggi air yang ada di

dalam botol penampung, maka debit air yang keluar akan menjadi lebih

besar karena pengaruh tekanan hidrostatik cairan tersebut. Perlu

diperhatikan bahwa ketinggian selang pengeluaran akhir harus sama

dengan tinggi permukaan cairan dalam botol penampung air agar tekanan

keluar air sama dengan tekanan air dalam botol penampung air.

Grafik yang terbentuk dari hubungan antara debit dan tinggi float

merupakan grafik yang linier walaupun tidak sepenuhnya berupa garis

lurus, karena ada kesalahan relatif yang mengikuti. Kurva tersebut

melenceng pada data percobaan nomor 3 dan nomor 4 dimana kesalahan

relatifnya jumlahnya paling besar di antara keenam data lainnya, yaitu

sebesar 19,8154% untuk data nomor 3 dan 16,4120 % untuk data nomor 4,

kesalahan relatif ini untuk kesalahan relatif eksponensial, sedangkan

kesalahan relatif logaritmik sebesar 20,6620 % untuk data nomor 3 dan

18,7259% untuk data nomor 4. Dengan adanya kesalahan relatif yang

cukup besar ini, grafik yang didapatkan menjadi melenceng dari yang

seharusnya.

Tekanan udara dalam tabung setelah percobaan ini selesai adalah 2

kg/cm2. Apabila gas dalam penampung habis sebelum selesai percobaan,

maka percobaan harus diulang dari awal.

Saat air dalam botol penampung habis sebelum percobaan selesai,

maka kran yang menghubungkan kompresor gas dan rotameter harus

ditutup dahulu, kemudian mengisi botol penampung dan membuka kran

pengarah aliran atas. Botol penampung air diisi kembali hingga tanda

batas tanpa perlu membunag gas dalam kompresor dahulu.

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam percobaan ini adalah:

1. Tekanan udara konstan 1 atm

2. Gaya gesek fluida dan float diabaikan

3. Kecepatan aliran gas tetap, saat ketinggian float tertentu.

V. KESIMPULAN

Kesimpulan yang didapat dari percobaan ini :

1. Hasil percobaan :

a. Peneraan Laju Alir Zat Cair

Persamaan Logaritmik : Q = 3,7431h0,7950

Kesalahan relatif rata-rata : Er = 4,3101%

Persamaan eksponensial : Q = 4,1087e0,2366h

Kesalahan relatif rata-rata : Er = 2,4266%

b. Peneraan Laju Alir Fluida Gas

Persamaan Logaritmik : Q = 2,0247h0,3187

Kesalahan relatif rata-rata : Er = 14,3778%

Persamaan eksponensial : Q = 2,7492e0,0407h

Kesalahan relatif rata-rata : Er = 13,0812%

2. Penggunaan perhitungan dengan pendekatan eksponensial lebih sesuai

diterapkan pada percobaan ini karena berdasarkan perhitungan, kesalahan

relatifnya lebih kecil dibandingakan perhitungan dengan pendekatan

logaritmik.

3. Ketinggian float pada rotameter baik untuk fluida cair maupun gas

berbanding lurus dengan debit alir fluidanya.

VI. DAFTAR PUSTAKA

Brown, G.G.,1950, “Unit Operation”,John Wiley and Sons, Inc., New York.

McCabe, W.L., Smith, C.J.,and Harriot,P.,alih bahasa Jisyi,E.,1987, “Operasi

Teknik Kimia Jilid I, edisi ke 4, Penerbit Erlangga, Jakarta.

http://www1.uts.com/physics/flowmetering/flowmeter.htm

VII. LAMPIRAN

A. Identifikasi Hazard Proses dan Bahan Kimia

1. Hazard Proses

a. Pengisian bak penampung dan galon dengan air

Hazard/bahaya yang dapat terjadi adalah melubernya air dan

terjadi banjir akibat luberan air. Hal ini disebabkan kondisi

sambungan pipa pada kran dan pipa menuju bak penampung dan

galon yang kurang rapat.

b. Pengisian kompresor dan tabung pengaman dengan udara

Bahaya yang dapat terjadi adalah meledaknya tabung

pengaman akibat tekanan terlalu besar dari udara yang disimpan.

Oleh sebab itu, praktikan harus selalu mengawasi tekanan udara

yang disedot oleh kompresor sebelum diteruskan ke tabung

pengaman.

2. Hazard Bahan Kimia

a. Air ledeng

Sifat fisis dan kimia dari bahan kimia ini adalah :

Bentuk : cairan

Warna : bening

Bau : Tidak berbau

Massa molekul relatif : 18,02 gram/mol

Titik didih : 100oC

Bahan kimia ini tidak termasuk kategori berbahaya.

B. Penggunaan Alat Pelindung Diri

1. Jas Laboratorium

Jas laboratorium yang digunakan adalah jas dengan lengan

panjang dan menutup hingga lutut. Penggunaan jas harus dengan

seluruh kancing dikancingkan. Hal ini bertujuan untuk melindungi

tubuh dari bahan-bahan kimia yang digunakan selama praktikum.

Dalam praktikum ini, jas laboratorium berguna untuk melindungi diri

dari tumpahan dan atau cipratan air.

2. Google

Google digunakan untuk mencegah air masuk ke mata. Walau

pun air tidak berbahaya, tetapi jika terkena mata, maka dapat

menyebabkan rasa pedih.

3. Sarung Tangan

Sarung tangan digunakan untuk mencegah kontak langsung antara

tangan dengan bahan kimia. Walau pun dalam praktikum ini bahan

kimia yang digunakan hanya air ledeng, tidak menutup kemungkinan

praktikan dapat terkontak dengan bahan kimia dari praktikum lain.

Oleh sebab itu penggunaan sarung tangan tetap dianjurkan.

4. Masker

Masker digunakan untuk mencegah kemungkinan terhirupnya

bahan kimia yang berbentuk uap agar tidak terjadi keracunan. Sama

halnya seperti penggunaan sarung tangan, masker tetap dianjurkan

untuk digunakan, sebab di dalam laboratorium, terjadi praktikum lain

yang menggunakan bahan kimia yang lebih berbahaya.

5. Sepatu Tertutup

Tujuan penggunaan sepatu tertutup adalah untuk menghindari

praktikan dari kemungkinan kontak langsung dengan bahan kimia

yang tumpah ke lantai.

C. Manajemen Limbah

Oleh karena yang digunakan dalam praktikum ini adalah air ledeng,

maka tidak ada penanganan atau pun aturan pembuangan secara khusus.

Air ledeng yang telah digunakan dibuang ke wastafel. Udara bertekanan

dibuang ke atmosfer dengan membuka katup tabung pengaman secara

perlahan, demikian juga dengan udara sisa pada kompresor.

D. Data Percobaan

1. Peneraan Laju Alir Zat Cair

Daftar I. Hubungan antara Tinggi float dengan Debit (Q) untuk Zat

Alir Cairan

h,cm 6 5,5 5

T,°C 30 29 °C

V, mL 49 44 50 54 51 47 46 45 42 45 42 44 44 44 42

t, s 3 2,96 2,9 3,22 3,25 3,13 3,22 3,12 2,97 3,19 3,22 3,22 3,22 3,22 3,18

h,cm 4,5 4 3,5

T,°C 29 29 29

V, mL 37 38 41 39 38 36 36 37 30 32 31 29 27 32 31

t, s 3,18 3,19 3,25 3,22 3,16 3,1 3,25 3,25 2,94 3,03 2,97 3,22 3 3,1 3,28

h,cm 3 2,5 2

T,°C 29 29 29

V, mL 27 26 29 29 28 25 25 23 22 20 21 21 21 20 20

t, s 3,13 3 3,25 3,19 3,25 3,06 3,19 3,06 2,91 3,25 3,25 3,21 3,22 3 3,09

h,cm 1,5

T,°C 28

V, mL 16 16 17 17 15

t, s 3,15 3,1 3,18 3,06 2,97

2. Peneraan Laju Alir Gas

P awal

3,5 kg/cm2

P akhir

2 kg/cm2

T udara

29 oC

Daftar II.Hubungan antaraTinggi float dengan Debit (Q) untuk Zat Alir Cairanh, cm 15 13

V, cm3 17 18 20 17 18 10 17 21 17 15

t, s 3,1 3,19 3,22 3,09 3,15 3,09 3,25 3,21 2,,97 3,16

h, cm 11 9

V, cm3 10 10 10 11 11 10 10 14 9 9

t, s 2,93 3,12 2,97 3,06 3 3,06 3,19 3,28 3,06 3,04

h, cm 7 5

V, cm3 12 11 11 12 15 12 12 13 12 13

t, s 3,07 3,15 3,25 3,09 3,09 3,28 3,19 3,25 3,22 3,28

E. Perhitungan

Pengukuran Laju Alir Zat Cair dan Fluida Gas

Untuk menghitung debit rata-rata tiap ketinggian float (h), digunakan persamaan

(1) dan persamaan (2).

Contoh perhitungan dari data peneraan laju alir zat cair untuk ketinggian float

6,00 cm :

Q 1=49,003,00

=16,3333cm3

s

Q 2=44,002,96

=14 , 8648cm 3

s

Q 3=50,002,90

=17,2414cm3

s

Q 4=54,003,22

=16,7702cm 3

s

Q 5=51,003,25

=15,6923cm3

s

Qavg=(16,3333+14,8648+17,2414+16,7702+15,6923 ) cm 3

s5

¿16,1804cm3

s

Dengan cara yang sama diperoleh data pada daftar III dan daftar IV.

Daftar III.Hasil Perhitungan Debit (Q) dan Debit Rata-rata (Qavg) untuk

Data dari Pengukuran Laju Alir Zat Cair.

No. V, cm3 t, s Q, cm3/sQavg, cm3/s

h, cmNo.

V, cm3 t, s Q, cm3/sQavg, cm3/s

h, cm

1.

49 3 16,3333

16,1804 6 6.

31 2,97 10,4377

9,6435 3,5

44 2,96 14,8648 29 3,22 9,0062

50 2,9 17,2414 27 3 9

54 3,22 16,7702 32 3,1 10,3226

51 3,25 15,6923 31 3,28 9,4512

2.

47 3,13 15,016

14,3946 5,5 7.

27 3,13 11,8211

9,4295 3

46 3,22 14,2857 26 3 8,6667

45 3,12 14,4231 29 3,25 8,9231

42 2,97 14,1414 29 3,19 9,091

45 3,19 14,1066 28 3,25 8,6154

3.

42 3,22 13,0435

13,449 5 8.

25 3,06 8,1699

7,4474 2,5

44 3,22 13,6646 25 3,19 7,837

44 3,22 13,6646 23 3,06 7,5163

44 3,22 13,6646 22 2,91 7,5601

42 3,18 13,2075 20 3,25 6,1538

4.

37 3,18 11,6352

12,06 4,5 9.

21 3,25 6,4615

6,5329 2

38 3,19 11,9122 21 3,21 6,5421

41 3,25 12,6154 21 3,22 6,5217

39 3,22 12,1118 20 3 6,6667

38 3,16 12,0253 20 3,09 6,4725

5.

36 3,1 11,6129

11,1679 4 10.

16 3,15 5,0794

5,2386 1,5

36 3,25 11,0769 16 3,1 5,1613

37 3,25 11,3846 17 3,18 5,3459

30 2,94 10,2041 17 3,06 5,5556

32 3,03 10,5611 15 2,97 5,051

Daftar IV. Hasil Perhitungan Debit (Q) dan Debit Rata-rata (Qavg) untuk

Data dari Pengukuran Laju Alir Zat Gas.

No.

V,

cm3 t, s Q, cm3/s

Qavg,

cm3/s h, cm

1.

17,00 3,10 5,4839

5,7107 15,00

18,00 3,19 5,6426

20,00 3,22 6,2112

17,00 3,07 5,5016

18,00 3,15 5,7143

2.

10,00 3,09 3,2362

5,0960 13,00

17,00 3,25 5,2310

21,00 3,21 6,5421

17,00 2,97 5,7239

15,00 3,16 4,7468

3.

10,00 2,93 3,4130

3,4493 11,00

10,00 3,12 3,2051

10,00 2,97 3,3670

11,00 3,06 3,5948

11,00 3,00 3,6667

4.

10,00 3,06 3,2680

3,3146 9,00

10,00 3,19 3,1348

14,00 3,28 4,2683

9,00 3,06 2,9412

9,00 3,04 2,9605

5.

12,00 3,07 3,9088

3,9047 7,00

11,00 3,15 3,4921

11,00 3,25 3,3846

12,00 3,09 3,8835

15,00 3,09 4,8544

6.

12,00 3,28 3,6585

3,8221 5,00

12,00 3,19 3,7618

13,00 3,25 4,0000

12,00 3,22 3,7267

13,00 3,28 3,9634

Hubungan debit fluida cair dan gas (Q) dengan ketinggian float (h), melalui

pendekatan :

a. Logaritmik

Hubungan debit fluida cair dan gas (Q) dengan ketinggian float

melalui pendekatan logaritmik diselesaikan dengan persamaan (3),

persamaan (6), dan persamaan (27). Sebelumnya, dilakukan pemisalan :

ln Q = y ; ln a = A ; ln B ; dan ln h = x. Berdasarkan data percobaan

untuk laju alir fluida cair, maka nilai konstanta a dan konstanta b dapat

dihitung dengan terlebih dahulu menghitung variabel-variabel terkait dan

disajikan pada daftar III.

Nilai A dan B dihitung dengan menggunakan persamaan (28) dan

persamaan (29), sebagai berikut :

B=n .∑ (x . y)−∑ x .∑ y

n .∑ x2−¿¿¿¿

A=∑ y−B∑ x

n

Daftar V.Data Perhitungan Regresi Linier h dan Q untuk Fluida Cair

No. Q, cm3/s h, cm ln Q (y) ln h (x) (x)2 x*y

1. 16,1804 6,00 2,7838 1,7918 3,2105 4,9880

2. 14,3946 5,50 2,6669 1,7047 2,9060 4,5463

3. 13,4490 5,00 2,5989 1,6094 2,5902 4,1827

4. 12,0600 4,50 2,4899 1,5041 2,2623 3,7451

5. 11,1679 4,00 2,4130 1,3863 1,9218 3,3451

6. 9,6435 3,50 2,2663 1,2528 1,5695 2,8392

7. 9,4295 3,00 2,2438 1,0986 1,2069 2,4650

8. 7,4474 2,50 2,0079 0,9163 0,8396 1,8398

9. 6,5329 2,00 1,8769 0,6931 0,4805 1,3009

10. 5,2385 1,50 1,6561 0,4055 0,1644 0,6715

∑ 23,0035 12,3628 17,1516 29,9236

Sehingga untuk zat cair, konstanta A dan B diperoleh :

B=10. (29,9236 )−(12,3628 ) . (23,0035 )

10. (17,1516 )− (12,3628 )2

B=0 ,7950

A=(23,0035 )−(0 ,7950 ) .(12,3628)

10

A=1,3175

ln a=A

a=e A

¿e1,3175

a=3,7341

b=B

B = 0,7950

Dengan demikian, persamaan untuk fluida cair menjadi:

Q= (3,7431 ) . h0,7950 (35)

Daftar VI.Data Perhitungan Regresi Linier h dan Q untuk Fluida Gas

No. Q, cm3/s h, cm ln Q (y) ln h (x) (x)2 x*y

1. 5,7107 15,00 1,7423 2,7081 7,3338 4,7183

2. 5,0960 13,00 1,6285 2,5649 6,5787 4,1769

3. 3,4493 11,00 1,2382 2,3979 5,7499 2,9691

4. 3,3146 9,00 1,1983 2,1972 4,8277 2,6329

5. 3,9047 7,00 1,3622 1,9459 3,7865 2,6507

6. 3,8221 5,00 1,3408 1,6094 2,5902 2,1579

∑ 8,5103 13,4234 30,8668 19,3058

Sehingga untuk fluida gas adalah :

B=6. (19,3092 )−(13,4235 ) . (8,5115)

6. (30,8671 )−(13,4235 )2

B=0,3194

A=8,5115−(0,3194) .(13,4235)

6

A=0,7040

ln a=A

a=e A

¿e0,7040

a=2,0218

b=B

B = 0,3194

Dengan demikian, persamaan untuk fluida gas menjadi:

Q= (2,0218 ) . h0,3194 (36)

b. Eksponensial

Hubungan debit fluida cair dan gas (Q) dengan ketinggan float

melalui pendekatan eksponensial diselesaikan dengan persamaan (30), (

31), dan (27). Data perhitungan variabel-variabel terkait untuk persamaan

eksponensial pada peneraan laju alir fluida cair dan gas adalah sebagai

berikut :

Daftar VII. Data Perhitungan Regresi Linier h dan Q untuk Fluida

Cair untuk Perhitungan dengan Metode Pendekatan Eksponensial

No. Q, cm3/s h, cm (x) ln Q (y) (x)2 x*y

1. 16,1804 6,00 2,7838 36,0000 16,7028

2. 14,3946 5,50 2,6669 30,2500 14,6680

3. 13,4490 5,00 2,5989 25,0000 12,9945

4. 12,0600 4,50 2,4899 20,2500 11,2046

5. 11,1679 4,00 2,4130 16,0000 9,6520

6. 9,6435 3,50 2,2663 12,2500 7,9321

7. 9,4295 3,00 2,2438 9,0000 6,7314

8. 7,4474 2,50 2,0079 6,2500 5,0198

9. 6,5329 2,00 1,8769 4,0000 3,7538

10. 5,2385 1,50 1,6561 2,2500 2,4842

∑ 37,5000 22,0035 161,2500 91,1432

Sehingga konstanta A dan B dapat dihitung sebagai berikut :

B=10. (91,1432 )−(37,5000 ) (23,0035 )

10. (161,2500 )− (37,5000 )2

B=0,236 6

A=(23,0035)−(0,2366 ) .(37,5000)

10

A=1,4131

ln a=A

a=e1,4131

a=4,1087

b=B

b=0,2366

Dengan demikian, persamaan untuk fluida cair menjadi:

Q= (4,0358 ) . e0,2390. h (37)

Daftar VII. Data Perhitungan Regresi Linier h dan Q untuk Fluida

Gas untuk Perhitungan dengan Metode Pendekatan Eksponensial

No. Q, cm3/s h, cm (x) ln Q (y) (x)2 x*y

1. 5,7107 15,00 1,7423 225,0000 26,1345

2. 5,0960 13,00 1,6285 169,0000 21,1705

3. 3,4493 11,00 1,2382 121,0000 13,6202

4. 3,3146 9,00 1,1983 81,0000 10,7847

5. 3,9047 7,00 1,3622 49,0000 9,5354

6. 3,8221 5,00 1,3408 25,0000 6,7040

∑ 60,0000 8,5103 670,0000 87,9493

B=6. (87,9493 )−(60,0000 ) . (8,5103 )

6. (670,0000 )−(60,0000 )2

B=0,0407

A=(8,5103 )−(0,0407 ) . (60,0000 )

6

A=1,0113

ln a=A

a=e1,0113

a=2,7492

b=B

b=0,0407

Dengan demikian, persamaan untuk fluida gas menjadi:

Q= (2,7492 ) . e0,0407. h (38)

c. Kesalahan relatif

Untuk fluida cair

Qlogaritmik=(3,7341 ) . h0,7950Qeksponensial=( 4,1087 ) . e0,2366.h

Contoh perhitungan diambil dari data nomor 1 daftar III:

Ketinggian float 6,00 cm

Q percobaan = 16,1804 cm3/s

Q logaritmik = (3,7341 ) . h0,7950

Q logaritmik = 15,5173 cm3/s

Q eksponensial = (4,1087 ) . e0,2366. h

Q eksponensial = 16,9914 cm3/s

Er logaritmik=|15,5173−16,180415,5173 |.100 %

Er logaritmik=4,2733 %

Er eksponensial=|16,9914−16,180416,9914 |.100 %

Er eksponensial=4,7730 %

Dengan cara yang sama diperoleh data berikut:

Daftar IX.Data Perhitungan Kesalahan Relatif (Er) untuk Fluida Cair

No

. Q, cm3/s Qlogaritmik, cm3/s Qeksponensial, cm3/s Er logaritmik, % Er eksponensial, %

1. 16,1804 15,5173 16,9914 4,2733 4,7730

2. 14,3946 14,4802 15,0957 0,5912 4,0773

3. 13,4490 13,4235 13,4114 0,1900 0,2804

4. 12,0600 12,3450 11,9151 2,3086 1,2161

5. 11,1679 11,2415 10,5857 0,6547 5,4999

6. 9,6435 10,1093 9,4047 4,6076 2,5392

7. 9,4295 8,9433 8,3554 5,4365 12,8552

8. 7,4474 7,7366 7,4232 3,7381 0,3260

9. 6,5329 6,4790 6,5950 0,8319 0,9416

10. 5,2385 5,1544 5,8592 1,6336 10,5919

∑ 24,2655 43,1006

Kesalahan relatif rata-rata:

Er avg logartimik= 110

(24,2655 % )

¿2,4266 %

Er avgeksponensial= 110

(43,1006 % )

¿4,3101 %

Untuk fluida gas :

Q logaritmik=(2,0247 ) . h0,3187

Q eksponensial= (2,7492 ) . e0,0407. h

Contoh perhitungan diambil dari data nomor 1 daftar IV:

Ketinggian float 15,00 cm:

Q percobaan = 5,7107 cm3/s

Q logaritmik = (2,0247).(15,00)0,3187

Q logaritmik = 4,7993 cm3/s

Q eksponensial = (2,7492).e0,0407.15,00

Q eksponensial = 5,0622 cm3/s

Er logaritmik=|Qlogaritmik−QpercobaanQlogaritmik |.100 %

Er logaritmik=|4,7993−5,71074,7993 |.100 %

¿18,9903 %

Er eksponensial=|Qeksponensial−QpercobaanQeksponensial |.100 %

Er eksponensial=|5,0622−5,71075,0622 |.100 %

¿12,8106 %

Dengan cara yang sama diperoleh data berikut:

Daftar X. Data Perhitungan Kesalahan Relatif (Er) untuk Fluida Gas

No. Q, cm3/s Qlogaritmik, cm3/s Qeksponensial, cm3/s Er logaritmik, % Er eksponensial, %

1. 5,7107 4,7993 5,0622 18,9903 12,8106

2. 5,0960 4,5854 4,6665 11,1353 9,2039

3. 3,4493 4,3476 4,3017 20,6620 19,8154

4. 3,3146 4,0783 3,9654 18,7259 16,4120

5. 3,9047 3,7644 3,6554 3,7270 6,8200

6. 3,8221 3,3816 3,3697 13,0264 13,4255

∑ 86,2669 78,4874

Kesalahan relatif rata-rata:

Er avg logaritmik=16

(86,2669 % )

¿14,3778 %

Er avgeksponensial=16

(78,4874 % )

¿13,0812 %