penelitian s1 keperawatan

44
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Fungsi yang baik dari system pernapasan sangat berperan penting dalam mendukung proses kehidupan manusia. Keseimbangan O2 dan CO2 serta pengaturan atau homeostatis pH dalam tubuh semuanya diatur melalui system pernapasan sehingga apabila terjadi malfungsi dari setiap komponen dapat mengganggu pertukaran dan pengangkutan gas serta dapat membahayakan proses kehidupan. Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian utama di dunia adalah penyakit tuberculosis paru. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang terutama mennyerang perenkim paru, yang disebabkan oleh microbakterium tuberculosis. System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi sehingga

Upload: candra-p-detu-suid

Post on 19-Jan-2016

133 views

Category:

Documents


7 download

DESCRIPTION

Fernando Mongkau, S.Kep

TRANSCRIPT

Page 1: Penelitian S1 keperawatan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Fungsi yang baik dari system pernapasan sangat berperan penting dalam

mendukung proses kehidupan manusia. Keseimbangan O2 dan CO2 serta

pengaturan atau homeostatis pH dalam tubuh semuanya diatur melalui system

pernapasan sehingga apabila terjadi malfungsi dari setiap komponen dapat

mengganggu pertukaran dan pengangkutan gas serta dapat membahayakan

proses kehidupan.

Salah satu penyakit yang menyebabkan kematian utama di dunia adalah

penyakit tuberculosis paru. Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi yang

terutama mennyerang perenkim paru, yang disebabkan oleh microbakterium

tuberculosis. System imun tubuh berespon dengan melakukan reaksi inflamasi

sehingga mengakibatkan penumpukan eksudat dalam alveoli. (Smeltzer, 2002).

World Health Organisation (WHO) memperkirakan bahwa jumlah seluruh

kasus tuberkulosis di dunia maeningkat dari 7,5 juta pada tahun 1990 menjadi

10,2 juta pada tahun 2000. Jumlah penderita Tuberkulosis/ TB (penyakit yang

menyerang paru) di Indonesia masih menduduki peringkat ke-3 dunia setelah

India dan China. Jumlah pasien TB di Indonesia sekitar 5,8 % dari total jumlah

pasien TB dunia. Di Indonesia, diperkirakan setiap tahun terdapat 528.000 kasus

TB baru dengan kematian sekitar 91.000 orang. Angka prevalensi TB di

1

Page 2: Penelitian S1 keperawatan

2

Indonesia pada tahun 2009 adalah 100 per 100.000 penduduk dan TB terjadi

pada lebih dari 70% usia produktif (Sedyaningsinh, 2010).

Percabangan trakheobronkhial umumnya membentuk sekitar 100 ml sputum

perhari sebagai bagian dari mekanisme pembersihan normal. Namun

pembentukan sputum yang disertai dengan batuk adalah hal yang tidak normal.

(Asih, 2003)

Pembentukan sputum adalah reaksi paru-paru terhadap setiap iritan yang

kambuh secara konstan. Jumlah sputum purulen yang sangat banyak (kental dan

kuning atau hijau) atau perubahan warna sputum kemungkinan manandakan

infeksi bakteri. Batuk yang hebat, berulang atau tidak terkontrol yang tidak

produktif akan sangat melelahkan dan berpotensi membahayakan. Pembentukan

sputum merupakan suatu keadaan patologis sehingga ventilasi menjadi tidak

optimal (Smeltzer, 2002).

Kekentalan sputum tergantung pada tingginya kadar air didalamnya. Hal ini

sering tergantung pada tingkat hidrasi pasien. Kebanyakan pasien penyakit

saluran nafas mengalami dehidrasi. Ini mengakibatkan sputum kental dan

lengket. Jika sputum terlalu kental untuk dikeluarkan ada baiknya mengurangi

viskositasnya dengan meningkatkan kandungan airnya melalui hidrasi yang

adekuat (minum air). Meningkatkan masukan cairan secara sistemik dapat

berfungsi sebagai ekspektoran yang efektif. Pemasukan tinggi cairan membantu

untuk mengencerkan secret dan mambuatnya mudah dikeluarkan

(www.kalbefarma.com).

Page 3: Penelitian S1 keperawatan

3

Data yang diperoleh di Ruang Interna, tuberculosis paru merupakan kasus

penyakit terbanyak diantara 10 jenis penyakit lainnya. Pada bulan Juli sampai

Desember 2011 terdapat 227 kasus penyakit tuberculosis paru. Dimana, setiap

bulan pada tahun 2011 kasus ini semakin bertambah, dan umumnya pasien

tuberculosis paru yang dirawat mengalami penumpukan sputum.

Dari uraian diatas mendorong peneliti untuk meneliti tentang: Efektifitas

Pemberian Hidrasi yang Adekuat Terhadap Ekskresi Sputum pada Pasien

Tuberkulosis Paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang Kabupaten

Bolaang Mongondow.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut: Apakah efektif jika diberi hidrasi yang adekuat terhadap ekskresi sputum

pada pasien tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Diketahui pengaruh pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada

pasien tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow

Page 4: Penelitian S1 keperawatan

4

2. Tujuan khusus

a. Diidentifikasi ekskresi sputum pre pemberian hidrasi pada pasien

tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang Kabupaten

Bolaang Mongondow.

b. Diidentifikasi ekskresi sputum post pemberian hidrasi pada pasien

tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang Kabupaten

Bolaang Mongondow.

c. Dianalisa pengaruh pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada

pasien tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow.

2. Manfaat penelitian

1. Manfaat aplikatif

Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk penerapan proses

keperawatan kepada pasien tuberkulosis paru.

2. Manfaat keilmuan

Dapat dijadikan pedoman dalam proses asuhan keperawatan untuk

pengembangan ilmu pengetahuan.

3. Manfaat Metodologi

Dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan penelitian lebih lanjut.

Page 5: Penelitian S1 keperawatan

5

BAB II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. HIDRASI

Hidrasi adalah tindakan menggabungkan atau menimbulkan penggabungan

dengan air (Dorland, 2002).

Total jumlah volume cairan dalam tubuh dan jumlah total terlarut, demikian

juga konsentrasinya relatif konstan selama kondisi keadaan

menetap,ditambahkan seperti yang dibutuhkan untuk homeostatis. Asupan

cairan sangat bervariasi dan harus disesuaikan dengan keluaran seimbang dari

tubuh untuk mencegah penurunan atau peningkatan volume cairan tubuh.

Cairan ditambahkan kedalam tubuh dari 2 sumber utama :

1. Berasal dari larutan/cairan makanan yang dimakan yang normalnya

menambah cairan tubuh sekitar 2200 ml/hari.

2. Berasal dari sintesis dalam badan sebagai hasil oksidasi karbohidrat,

menambah sekitar 200 ml/hari. Jadi total: 2400 ml/hari

Di dalam tubuh manusia, cairan akan terdistridusi ke dalam 2 kompartemen

utama yaitu cairan intraselular (ICF) dan cairan ekstrasellular (ECF). Cairan

intraselular adalah cairan yang terdapat di dalam sel sedangkan cairan

ekstraselular adalah cairan yang terdapat di luar sel. Kedua kompartemen ini

dipisahkan oleh sel membran yang memiliki permeabilitas tertentu. Hampir 67%

5

Page 6: Penelitian S1 keperawatan

6

dari total badan air (Body’s Water) tubuh manusia terdapat di dalam cairan

intrasellular dan 33% sisanya akan berada pada cairan ekstrasellular.

Air yang berada di dalam cairan ekstrasellular ini kemudian akan

terdistribusi kembali kedalam 2 Sub-Kompartemen yaitu pada cairan interstisial

(ISF) dan cairan intravaskular (plasma darah). 75% dari air pada kompartemen

cairan ekstraselular ini akan terdapat pada sela-sela sel (cairan interstisial) dan

25%-nya akan berada pada plasma darah (cairan intravaskular).

Pendistribusian air di dalam 2 kompartemen utama (Cairan Intrasellular dan

Cairan Ekstrasellular) ini sangat bergantung pada jumlah elektrolit dan

makromolekul yang terdapat dalam kedua kompartemen tersebut. Karena sel

membran yang memisahkan kedua kompartemen ini memiliki permeabilitas yang

berbeda untuk tiap zat, maka konsentrasi larutan (osmolality) pada kedua

kompartemen juga akan berbeda. (http://www.pssplab.com/journal/01.pdf).

Cara Menghitung kebutuhan cairan tubuh yaitu dengan menggunakan rumus

umum sesuai berat badan yaitu:

100 ml x 10 Kg Pertama

50 ml x 10 Kg Kedua

20 ml x Sisa berat badan (Kg)

(100 ml x 10 Kg Pertama =.... + 50 ml x 10 Kg Kedua =....+20 ml x Sisa berat

badan (Kg)=….ml/1x24 jam)

(Mima Cs, 2001)

Page 7: Penelitian S1 keperawatan

7

Cairan intraseluler maupun ekstraseluler memainkan peran penting dalam

mendukung kehidupan. Hidrasi terhadap mekanisme bersihan mukosilia normal

dan pengenceran secret merupakan tujuan dari pelembaban inhalasi. Hidrasi

sistemik adekuat penting untuk mendapatkan hasil optimal pada pelembaban

inhalasi. (Hudak&Gallo, 1997).

Air adalah komponen dasar dari tubuh Anda yang menguasai sekitar 60%

dari total bobot tubuh Anda. Semua sistem di dalam tubuh tergantung pada air.

Misalnya, air akan menyemburkan toksin keluar dari dari organ vital, membawa

nutrisi ke dalam sel dan membasahi otot-otot di sekitar telinga, hidung dan

tenggorokan. (http://organisasi.org/fungsi-cairan-tubuh-manusia)

Tabel. 1 Intake dan Output Rata-Rata Harian Dari Unsur

Tubuh Yang Utama

Intake (Range) Output (range)

AIR (ml)

AI 1. Minum = 1400 - 1800

AI 2. Dalam makanan = 700 - 1000

Air 3. Hasil Oksidasi = 300 - 400

1.Urine = 1400 - 1.800

2.Faeces = 100

3.Kulit = 300 - 500

4.Paru-Paru = 600 - 800

Total : 2400 - 3200 Total : 2400 - 3200

(Mima Cs, 2001)

Page 8: Penelitian S1 keperawatan

8

B. Ekskresi Sputum

Pembentukan sputum adalah reaksi paru-paru terhadap setiap iritan yang

kambuh secara konstan. Sputum secara konstan dikeluarkan keatan menuju

faring ke silia paru. Sputum yang terdiri atas lendir, debris selular,

mikroorganisme, darah, pus dan benda asing akan dikeluarkan dari paru-paru

dengan membatukan atau membersihkan tenggorok. (Asih, 2003).

Jumlah sputum purulen yang sangat banyak (kental dan kuning atau hijau)

atau perubahan warna sputum kemungkinan menandakan infeksi bakteri. Warna

sputum mempunyai makna klinis yang penting. Sputum yang berwarna kuning

menandakan suatu infeksi. Sputum berwarna hijau menandakan pus yang

tergenang yang umum ditemukan pada bronkhiektasis. (Smeltzer, 2002).

Batuk merupakan refleks proaktif yang disebabkan oleh iritasi pada

percabangan trakheobronkhial. Kemampuan untuk batuk merupakan mekanisme

penting dalam membersihkan jalan nafas bagian bawah dan banyak orang

dewasa normalnya batuk beberapa kali ketika bangun pagi untuk membersihkan

trachea dan faring dari ekskresi yang telah menumpuk selama tidur. Batuk juga

merupakan gejala yang paling umum dari penyakit pernapasan yang bisa

mengganggu istirahat dan tidur, nafsu makan pasien mungkin juga menurun

karena bau sputum dan reaksi yang tertinggal dalam mulut. (Asih, 2003).

Sekresi yang sangat banyak dapat menyumbat jalan nafas dan banyak klien

dengan tuberkulosis paru dan dapat mengganggu pertukaran gas yang adekuat.

Page 9: Penelitian S1 keperawatan

9

Agar sputum mudah dikeluarkan, dianjurkan pasien mengonsumsi air yang

banyak pada malam sebelum pengambilan sputum. (www.isolasisputum.com).

Memperbanyak masukan cairan akan menunjang hidrasi sistemik dan

meningkatkan ekspektorasi efektif. (Asih, 2003).

Orang dewasa normal menghasilkan mukus sekitar 100 ml dalam saluran

nafas setiap hari. Mukus ini diangkut menuju faring dengan gerakan pembersihan

normal silia yang melapisi saluran pernafasan (Price & Wilson, 2005). Jika

produksi lendir berlebihan pengeluarannya menjadi tidak efektif sehingga lendir

tertumpuk.

Sputum secara konstan dikeluarkan menuju faring oleh silia saluran

pernafasan. Sputum yang terdiri atas lendir, debris seluler, mikroorganisme,

darah, pus dan benda asing akan dikeluarkan dari paru-paru dengan

membatukkan atau membersihkan tenggorokan.

Produksi dahak dapat meningkat karena adanya rangsangan pada membran

mukosa secara fisik, kimiawi, maupun karena infeksi. Konsistensi dahak dapat

digolongkan menjadi encer (watery), kental sampai lengket (Djodjodibroto,

2007).

Pembentukan sputum disertai dengan batuk adalah hal yang tidak normal.

Tanyakan klien tentang warna sputum (jernih, kuning, hijau, kemerahan, atau

mengandung darah), bau, kualitas (berair, berserabut, berbusa, kental), dan

kuantitas (sendok teh, sendok makan, cangkir). Perubahan warna, bau, kualitas,

Page 10: Penelitian S1 keperawatan

10

atau kuantitas sangat penting untuk di demonstrasikan dalam rekam medik klien.

Tanyakan juga apakah sputum hanya di bentuk setelah klien berbaring dalam

posisi tertentu. Beberapa kelainan meningkatkan pembentukan sputum.

Warna dari sputum mempunyai makna klinis yang penting. Sputum ysng

berwarna kuning menandakan suatu infeksi. Sputum berwarna hijau menandakan

adanya pus yang tergenang, yang umumnya ditemukan pada bronkhiektasis.

Karakter dan konsistensi sputum juga sangat penting untuk di catat (Asih. 2003).

C. Teknik Nafas Dalam

Tujuan teknik nafas dalam adalah untuk meningkatkan ekspansi paru,

mobilisasisekresi dan mencegah efek samping dari retensi sekresi (pneumonia,

atelektasis dan deman).

Teknik nafas dalam:

1. Jelaskan tentang pentingnya nafas dalam pada klien.

2. Bantu klien untuk duduk di tepi tempat tidur atau posisikan tempat tidur

dalam posisi fowler tinggi.

3. Instruksikan klien untuk dengan lambat bernafas sedalam yang

memungkinkan. Letakan telapak tangan anda pada sangkar iga klien untuk

mengkaji ekspansi penuh dada.

4. Instruksikan klien untuk menghembuskan nafas dengan lambat.

Page 11: Penelitian S1 keperawatan

11

5. Ulangi langkah-langkah 3 dan 4 sebanyak 10-20 kali. Amati terhadap

pening, sesak nafas atau masalah-masalah pernapasan lainnya.

D. Batuk Efektif

Batuk efektis adalah tindakan yang perlukan untuk membersihkan sekresi.

Tujuannya yaitu untuk membersihkan jalan nafas pasien dari penumpukan sekret.

Teknik batuk efektif :

1. Jalaskan tentang pentingnya batuk secara efektif

2. Pakai masker, gaun, sarung tangan, atau alat pelindung lainnya jika ada

indikasi.

3. Bantu klien untuk batuk :

a. Instruksikan klien untuk melakukan dua atau tiga kali nafas dalam.

b. Ketika klien menghirup nafas berikutnya, instruksikan klien untuk condong

kedepan, tahan nafas selama 1 detik dan mengkontraksikan otot-otot

abdomennya.

c. Instruksikan klien untuk batuk dengan kuat dan mengeluarkan sekresi

kedalam tisu atau basin emesin.

d. Beban abdomen dan dada klien ketika ia batuk dengan menekan dinding

dada bagian bawah serta abdomennya menggunakan tangan, bantal, atau

handuk yang dilipat selama ekspirasi.

e. Ulangi langkah-langkah yang sebelumnya sesuai kebutuhan.

Page 12: Penelitian S1 keperawatan

12

f. Auskultasi paru-paru klien untuk mengkaji pengeluaran sekresi yang

adekuat.

4. Buang tisu dan bersihkan basin.

5. Lakukan perawatan mulut.

6. Kembali ke posisi yang nyaman.

7. Lepaskan pakaian pelindung yang anda kenakan dan cuci tangan anda.

8. Anjurkan klien untuk banyak minum jika tidak ada kontra indikasi.

(Asih, 2003).

E. Tuberculosis Paru

1. Pengertian

Tuberkulosis adalah infeksi penyakit menular yang disebabkan oleh

Mycobacterium tuberculosis, sebagian besar kuman TB menterang paru,

tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya (Depkes RI, 2002)

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang

parenkim paru (Brunner & Suddarth, 2001).

2. Etiologi

Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang

berukuran panjang 1-4 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. sebagian besar

Micobacterium tuberculosis adalah berupa lemak/ lipit sehingga kuman

mampu tahan asam serta sangat tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik.

Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak

Page 13: Penelitian S1 keperawatan

13

oksigen. Oleh karena itu, M. tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-

paru yang kandungan oksigennya tinggi (Somantri, 2008).

3. Patofisiologi

Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. tuberkulosis.

Bakteri menyebar melalui jalan nafas menuju alveoli lalu berkembang biak

dan terlihat bertumpuk. Perkembangan M. tuberkulosis juga dapat

menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas), basil juga

menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah ke bagian tubuh lainnya

(ginjal, tulang, dan korteks serebri). Dan area lain dari paru-paru (lobus atas).

Selanjutnya sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan memberikan

reaksi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan reaksi fagositosis

(menelan bakteri), sementara limfosit spesifik tuberkulosis menghancurkan

(melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi jaringan ini mengakibatkan

terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia.

Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar

bakteri.

Interaksi antara M. tuberkulosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa

awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma.

Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikelilingi oleh

makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi

massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon

tubercle. Materi yang terdiri atas makrofag dan bakteri menjadi netrofik yang

Page 14: Penelitian S1 keperawatan

14

selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju

(nectrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya

membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi nonaktif.

Setelah infeksi awal, jika respons sistem imun tidak adekuat maka

penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul

akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif kembali

menjadi aktif. Pada kasus ini , ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga

mengalami necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel yang ulserasi

selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang

terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumoni,

membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh

dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus difagosit atau

berkembang biak di dalam sel. Makrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi

lebih panjang dan sebagian bersatu membantu sel tuberkel epiteloid yang

dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami

nekrosis dan jaringan granulasi yang di kelilingi sel epiteloid dan fibroblast

akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk

suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel (Somantri, 2008).

4. Manifestasi Klinik

Gejala umum barupa demam dan malaise. Demam timbul pada petang

dan malam hari disertai dengan berkeringat. Demam ini mirip dengan demam

yang disebabkan oleh inflensa namun kadang – kadang dapat mencapai 40° -

Page 15: Penelitian S1 keperawatan

15

41°C. Gejala demam ini bersifat hilang timbul. Malaise yang terjadi dalam

jangka waktu panjang berupa pegal – pegal, rasa lelah, anoreksia, nafsu

makan berkurang, serta penurunan berat badan. Pada wanita dapat terjadi

amenorea.

Gejala respiratorik berupa batuk kering atau pun batuk produktif

merupakan gejala yang paling sering terjadi dan merupakan indikator yang

sensitiv untuk penyakit tuberkulosis paru aktif. Batuk ini sering bersifat

persisten karena perkembangan penyakitnya lambat. Gejala sesak nafas timbul

jika terjadi pembesaran nodus limfa pada hilus yang menekan bronkus, atau

terjadi efusi pleura, ekstensi radang parenkim atau miliar. Nyeri dada

biasanya bersifat nyeri pleuritik karena terlibatnya pleura dalam proses

penyakit. Hemoptisis mulai dari yang ringan sampai yang masif mungkin saja

terjadi.

Pada reaktivasi tuberkulosis, gajalanya berupa demam menetap yang naik

dan turun (hectic fever), berkaringat pada malam hari yang menyebabkan

basah kuyup (drenching night sweat), kaheksia, batuk kronik dan hemoptisis.

Pemeriksaan fisik sangat tidak sensitiv dan sangat nonspesifik terutama pada

fase awal penyakit. Pada fase lanjut diagnosis lebih mudah ditegakkan melalui

pemeriksaan fisik, terdapat demam, penurunan berat badan, crackle, mengi

dan suara bronchial (Djojodibroto, 2007).

5. Pemeriksaan Diagnostik

Page 16: Penelitian S1 keperawatan

16

Deteksi dan diagnosis TB dicapai dengan tes objektif dan temuan

pangkajian subjektif : kultur sputum, pewarnaan tahan asam, tes kulit

mantoux, rontgen thoraks, biopsi jarum jaringan paru, analisa gas darah

(AGD), pemeriksaan fungsi pulmonal (Asih. 2003)

6. Komplikasi

a. Batuk darah

b. Pneumothoraks

c. Luluh paru

d. Gagal nafas

e. Gagal jantung efusi pleura

(Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).

7. Pencegahan

Dapat dilakukan dengan cara:

a. Vaksinasi BCG pada bayi dan anak

b. Terapi pencegahan

c. Diagnosis dan pengobatan BTA (+) untuk mencegah penularan

(Persatuan Dokter Paru Indonesia, 2003).

8. Pengobatan

a. Tujuan

1) Menyembuhkan penderita

2) Mencegah kematian

3) Mencegah kekambuhan

Page 17: Penelitian S1 keperawatan

17

4) Menurunkan tingkat penularan

b. Jenis dan Dosis OAT

1) Isoniasid ( H )

Dikenal dengan INH, bersifat bakterisid, dapat membunuh 90 %

populasi kuman dalam beberapa hari pertama pengobatan. Obat ini

sanat efektif terhadap kuman dalam keadaan metabolik aktif yaitu

kuman yang sedang berkembang,Dosis harian yang dianjurkan 5

mg/kk BB,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

diberikan dengan dosis 10 mg/kg BB.

2) Rifampisin ( R )

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman semi –dormant ( persister

) yang tidak dapat dibunuh oleh isoniasid dosis 10 mg/kg BB

diberikan sama untuk mengobatan harian maupun intermiten 3 kal

seminggu.

3) Pirasinamid ( Z )

Bersifat bakterisid dapat membunuh kuman yang berada dalam sel

dengan suasana asam. Dosis harian yang dianjurkan 25mg/kg

BB ,sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

diberikan dengan dosis 35 mg/kg BB.

4) Streptomisin ( S )

Bersifat bakterisid . Dosis harian yang dianjurkan 15 mg/kg BB

sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu digunakan

Page 18: Penelitian S1 keperawatan

18

dosis yang sama penderita berumur sampai 60 tahun dasisnya 0,75

gr/hari sedangkan unuk berumur 60 tahun atau lebih diberikan 0,50

gr/hari.

5) Etambulol ( E)

Bersifat sebagai bakteriostatik . Dosis harian yang dianjurkan 15

mg/kg BB sedangkan untuk pengobatan intermiten 3 kali seminggu

digunakan dosis 30 mg/kg/BB.

c. Prinsip Pengobatan

Obat TBC diberikan dalam bentuk kombinasi dari beberapa jenis,

dalam jumlah cukup dan dosis tepat selama 6-8 bulan, supaya semua

kuman (termasuk kuman persister) dapat dibunuh.Dosis tahap intensif

dan dosis tahap lanjutan ditelan sebagai dosis tunggal, sebaiknya pada

saat perut kosong. Aapabila paduan obat yang digunakan tidak adekuat

(jenis, dosis dan jangka waktu pengobatan), kuman TBC akan

berkembang menjadi kuman kebal obat (resisten). uNtuk menjamin

kepatuhan penderita menelan obot , pengobatan perlu dilakukan dengan

pengawasan langsung (DOT=Direcly Observed Treatment) oleh seorang

pengawas Menelan Obat (PMO ) Pengobatan TBC diberikan dalam 2

tahap yaitu tahap intensif dan lanjutan.

Tahap Intensif

Pada tahap intensif ( awal ) penderita mendapat obat setiap hari dan

diawasi langsung untuk mencegah terjadinya kekebalan terhadap semua

Page 19: Penelitian S1 keperawatan

19

OATterutama rifampisin . Bila pengobatan tahap intensif tersebut

diberikan secara tepat biasanya penderita menular menjadi tidak menular

dalamkurun waktu 2 minggu sebagian besar penderita TBC BTA positif

menjadi BTA negatif ( konversi ) pada akhir pengobatan intensif.

Tahap Lanjutan

Pada tahap lanjutan penderita mendapat jenis obat lebih sedikit , namum

dalam jangka waktu yang lebih lama. Pengawasan Ketet dalam tahap

intensif sangat penting untuk mencegah terjadinya kekebalan obat. Tahap

lanjutan penting untuk membunuh kuman persister ( dormant ) sehingga

mencegah terjadinya kekambuhan.

Page 20: Penelitian S1 keperawatan

20

BAB III

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Independent Dependent

Efektif

Tidak Efektif

Gambar 1. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Variabel yang tidak diteliti

B. Hipotesis

Ho : Tidak efektifnya pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada

pasien tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang

Kabupaten Bolaang Mongondow

Pemberian hidrasi air yang adekuat

Nafas Dalam

Ekskresi sputum pada pasien

tuberculosis paru

Batuk Efektif

20

Page 21: Penelitian S1 keperawatan

21

Ha : Efektifnya pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada pasien

tuberculosis paru di Ruang Interna RSUD Datoe Binangkang Kabupaten

Bolaang Mongondow

C. Definisi Operasional

Table 2. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Opersional Parameter Alat

Ukur

Skala Skore

1 Variabel

independen:

Pemberian

Hidrasi

Tindakan Pemberian

cairan oral da

parenteral yang

adekuat sesuai

keseimbangan tubuh

yang diberikan pada

pasien tuberculosis

paru.

Rumus

perhitungan

kebutuhan

cairan tubuh

2 Variabel

dependen:

Ekskresi

Sputum

Kemampuan pasien

mengeluarkan

Sputum dari saluran

pernapasan ke dunia

luar, sehingga

saluran pernapasan

bias bersih.

- Keefektivan

jalan nafas

- Observasi Guttman -Efektif

mengeluar

kan sputum

: Skor ≥ 5

-Tidak

efektif

mengeluar

kan sputum

: Skor ≤ 5

Page 22: Penelitian S1 keperawatan

22

BAB IV

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah pre eksperimental dengan

menggunakan pre eksperimen one group pre test dan post test design. Rancangan

ini hanya menggunakan satu kelompok subjek. Pengukuran dilakukan sebelum

dan sesudah perlakuan. Perbedaan kedua hasil pengukuran dianggap sebagai efek

perlakuan. (Alimul Azis, 2010)

Tabel 3 . Gambaran Desain Penelitian

Pre Test Perlakuan Post test

01 X 02

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian adalah subjek (misalnya manusia: pasien) yang

memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2008). Populasi dalam

penelitian ini adalah keseluruhan pasien Tuberkulosis paru yang dirawat di

RDUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang khususnya di ruang interna.

Page 23: Penelitian S1 keperawatan

23

2. Sampel

Sampel merupakan bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel diambil dengan

cara accidental sampling, dimana yang menjadi sampel adalah 32 pasien

tuberkulosis paru yang mengalami penumpukan sputum yang kebetulan

bertemu dan dirawat.

a) Kriteria Inklusi

1) Pasien usia 15 sampai 54 tahun

2) Pasien dengan batuk berdahak

3) Pasien yang melakukan teknik batuk efektif dan nafas dalam

4) Pasien TB Paru yang sudah melewati masa kritis

5) Pasien TB Paru tanpa Komplikasi

6) Pasien yang bersedia menjadi responden

b) Kriteria eksklusi

1) Pasien yang menderita TB Paru usia < 15 Tahun dan > 54 Tahun

2) Pasien yang tidak melakukan teknik batuk efektif

3) Pasien yang menderita TBC dengan hemoptisis

4) Pasien yang menderita TBC dengan batuk kering

5) Pasien TBC dengan Komplikasi

6) Pasien yang tidak bersedia berpartisipasi dalam penelitian

22

Page 24: Penelitian S1 keperawatan

24

C. Tempat dan waktu penelitian

Penelitian dilaksanakan di RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang

Mongondow khususnya di Ruang Interna. Penelitian dilaksanakan sejak bulan

Februari 2012 sampai Maret 2012

D. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini berupa lembar observasi dan

wawancara terpimpin. Lembar observasi berjumlah 10 item pengamatan dan

setiap pengamatan diberi pilihan alternatif jawaban “a” diberi skor 0 dan

jawaban “b” diberi skor 1.

Untuk menentukan skor keseluruhan diperoleh berdasarkan nilai median.

Skor tertinggi kali jumlah pertanyaan sama dengan satu kali sepuluh sama

dengan sepuluh, Skor terendah kali jumlah pertanyaan sama dengan nol kali

sepuluh sama dengan nol. Nilai median sama dengan sepuluh tambah nol sama

dengan sepuluh bahagi dua sama dengan lima.

Apabila total skor sama atau diatas nilai median, dikategorikan dapat

mengeluarkan sputum dengan mudah, dan bila berada dibawah nilai median

dikategorikan sukar mengeluarkan sputum dengan baik.

Page 25: Penelitian S1 keperawatan

25

Instrumen lain yang digunakan juga adalah masker, handscoen, gelas ukur

10 cc dan sputum pot, untuk mengukur spesimen sputum yang di ambil pada pagi

hari (pre-post) dengan masing-masing pasien diberikan sputum pot.

E. Prosedur Pengumpulan Data

1. Tahap persiapan

a. Kegiatan yang dilakukan meliputi survei pendahuluan, pengajuan judul dan

pembuatan/konsultasi proposal.

b. Dilakukan seminar proposal dan dilanjutkan dengan perbaikan proposal.

c. Pengesahan proposal

d. Konsultasi dalam pembuatan izin penelitian

2. Tahap pelaksanaan

a. Pengajuan ijin penelitian kepada direktur dan kepala keperawatan RSUD

Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.

b. Sosialisasi tujuan, manfaat penelitian dan cara mengisi lembar observasi

responden kepada bagian perawatan dan perawat yang ada di ruang interna

RSUD Datoe Binangkang Kabupaten Bolaang Mongondow.

c. Pengajuan surat permohonan untuk bersedia menjadi subjek penelitian

kepada calon responden

d. Responden terdiri dari 1 kelompok eksperimen. Pengumpulan data

dilakukan pada kelompok tersebut dengan teknik wawancara dan observasi

kemudian didokumentasikan.

Page 26: Penelitian S1 keperawatan

26

e. Kelompok eksperimen diberikan perlakuan berupa pemberian hidrasi yang

adekuat secara oral. Hidrasi diberikan sesuai keseimbangan cairan tubuh

pasien.

f. Setelah diberikan perlakuan, kelompok dievaluasi dan hasilnya

didokumentasikan

g. Setelah data terkumpul penulis melakukan pemeriksaan kelengkapan,

kesinambungan dan keseragaman data.

h. Data dimasukan dalam master table dan pengolahan data dilakukan melalui

analisis statistik dengan menggunakan software computer yaitu SPSS

(Statistical Product and service Solution).

3. Tahap Penyelesaian

a. Penyusunan/konsultasi skripsi

b. Ujian skripsi dan dilanjutkan dengan perbaikan

c. Pengesahan Skripsi

F. Pengolahan Data

Prosedur pengolahan data yang dilakukan adalah

1. Editing

Setelah lembar observasi diisi, kemudian dikumpulkan dalam bentuk

data, data dilakukan pengecekan dengan memeriksa kelengkapan data,

kesinambungan dan keseragaman data.

Page 27: Penelitian S1 keperawatan

27

2. Coding

Untuk memudahkan pengolahan data, semua jawaban atau data

disederhanakan yaitu dengan memberikan simbol-simbol tertentu untuk setiap

jawaban.

3. Tabulasi

Dilakukan setelah seluru varibel dikoding. Data yang telah dikoding

kemudia dimasukkan terlebih dahulu kedalam master tabel (lampiran 9). Entri

data dapat dilakukan dengan cara manual (kartu tabulasi) atau dengan paket

program komputer.

4. Pembersihan data cleaning

Proses untuk meyakinkan bahwa data yang telah dientri/dimasukkan

betul-betul bersih dari kesalahan.

G. Teknik Analisa data

Efektivitas pemberian hidrasi terhadap ekskresi sputum pada pasien

tuberculosis paru, digunakan uji Wilcoxon (Azis Alimul, 2010).

Dari hasil perbandingan kedua variabel tersebut akan ditentukan apakah hipotesa

diterima atau ditolak. Apabila nilai yang didapat lebih kecil dari pada nilai

signifikan (p<0,05) maka hipotesa nol ditolak dan hipotesa alternatif diterima.

Tapi apabila nilai yang didapat lebih besar dari nilai signifikan, maka hipotesa

alternatif ditolak dan hipotesa nol diterima.

Page 28: Penelitian S1 keperawatan

28

H. Etika Penelitian

Etika penelitian bertujuan untuk menjaga kerahasiaan identitas responden

akan memungkinkan terjadinya ancaman terhadap responden. Masalah etika ini

terutama ditekankan pada :

1. Informed Consent

Lembar persetujuan ini diberikan pada responden yang akan mengisi atau

menjawab pertanyaan dan memenuhi kriteria inklusi. Jika subjek menolak,

peneliti tetap menghormati hak-hak mereka.

2. Anonymity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan maka subjek untuk menentukan nama tapi diberi

kode atau inisial.

3. Confidentially

Kerahasiaan informal responden dijamin oleh peneliti dan hanya data-data

tertentu yang akan dilaporkan sebagai hasil penelitian.