pendidikan kimia (kim)

38
Kumpulan Abstrak Tesis Semester Gasal 2010/2011 Pendidikan Kimia (KIM)

Upload: tranque

Post on 31-Dec-2016

255 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pendidikan Kimia (KIM)

Kumpulan Abstrak TesisSemester Gasal 2010/2011

Pendidikan Kimia (KIM)

Page 2: Pendidikan Kimia (KIM)

152 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Page 3: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 153

Analisis Kesalahan Konsep Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang dan Perbaikannya dengan Strategi Konflik Kognitif

Venni Ika Susanti

Susanti, Venni Ika. 2010. Analisis Kesalahan Konsep Pokok Bahasan Kesetimbangan Kimia pada Mahasiswa Universitas Negeri Malang dan Perbaikannya dengan Strategi Konflik Kognitif. Tesis, Program Studi Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Effendy, M.Pd, Ph.D, (II) Prof. Suhadi Ibnu, M.A, Ph.D

AbstrakSalah satu pokok bahasan dalam ilmu kimia adalah kesetimbangan kimia. Pokok bahasan ini

diberikan pada mahasiswa program studi ilmu kimia S1 Universitas Negeri Malang yang menempuh mata kuliah kimia dasar. Pada pokok bahasan kesetimbangan kimia banyak terdapat konsep-konsep abstrak yang cenderung tidak mudah dipahami. Hal ini memungkinkan terjadinya kesalahan pemahaman. Kesalahan pemahaman yang terjadi secara konsisten disebut dengan kesalahan konsep. Salah satu upaya untuk mengurangi kesalahan konsep adalah dengan menggunakan strategi konflik kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi pada mahasiswa; (2) mengetahui keefektifan strategi konflik kognitif dalam mengurangi kesalahan konsep; (3) mengidentifikasi persistensi kesalahan konsep pada mahasiswa untuk pokok bahasan kesetimbangan kimia.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan rancangan pra-eksperimental one group pretest-postest design. Rancangan deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi dan mendeskripsikan kesalahan-kesalahan konsep dan persistensi kesalahan konsep. Rancangan one group pretest-postest digunakan untuk mengetahui keefektifan strategi konflik kognitif untuk mengurangi kesalahan konsep pada mahasiswa. Subyek penelitian ini adalah 27 mahasiswa program studi ilmu kimia S1 Universitas Negeri Malang tahun ajaran 2007/2008. Mereka merupakan mahasiswa yang dikirim oleh pemerintah daerah Nusa Tenggara Timur. Instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan tes wawancara. Tes pilihan ganda memiliki validitas isi sebesar 96,2% dan koefisien reliabilitas tes, dihitung dengan menggunakan korelasi product moment, sebesar 0,91. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan paired sample t-test dan analisis deskriptif. Kesalahan konsep mahasiswa ditetapkan berdasarkan jawaban salah pada saat tes tulis dan wawancara. Persistensi kesalahan konsep mahasiswa dianalisis berdasarkan mahasiswa yang mengalami kesalahan konsep secara konsisten pada saat pretes, postes dan tes persistensi.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut: (1) kesalahan-kesalahan konsep yang terjadi pada mahasiswa untuk pokok bahasan kesetimbangan kimia adalah: (a) dengan bertambahnya waktu reaksi, konsentrasi reaktan semakin bertambah sampai pada saat setimbang konsentrasinya tetap; (b) pada saat setimbang, laju reaksi ke kanan dan ke kiri tetap tetapi berbeda kecepatannya dan; (c) keadaan setimbang tercapai pada saat grafik berpotongan; (d) kesetimbangan tercapai pada waktu konsentrasi reaktan dan produk sama; (e) kesetimbangan kimia merupakan kesetimbangan statis bukan kesetimbangan dinamis; (f) jumlah zat pada saat setimbang tidak dapat diidentifikasi secara stoikiometri jika menggunakan pereaksi berlebih; (g) ungkapan tetapan kesetimbangan heterogen melibatkan konsentrasi zat berfase padat; (h) penambahan zat dengan konsentrasi yang lebih rendah dibandingkan dengan konsentrasi zat pada keadaan setimbang akan menggeser kesetimbangan yang arahnya dari zat tersebut; (i) penambahan zat yang tidak bereaksi dalam kesetimbangan akan menggeser kesetimbangan ke reaktan; (j) penambahan zat yang bereaksi dalam kesetimbangan akan menggeser kesetimbangan ke arah produk; (k) pada kesetimbangan dengan jumlah mol reaktan dan produk berbeda, jika tekanan diperbesar atau volume diturunkan maka kesetimbangan bergeser ke pihak dengan jumlah mol yang lebih besar; (l) pada kesetimbangan dengan pelarut air, penambahan dan penguapan air tidak akan menggeser kesetimbangan karena tidak ada penambahan reaktan atau produk; (m) jika tekanan diperbesar atau volume diturunkan maka kesetimbangan bergeser ke arah produk; (n) jika suhu dinaikkan maka kesetimbangan bergeser ke pihak yang melepas panas; (o) kenaikan suhu akan menaikkan harga tetapan kesetimbangan; (p) katalis menaikkan energi aktivasi (Ea) reaksi. (2) Strategi konflik kognitif secara signifikan efektif dalam mengurangi kesalahan konsep mahasiswa pada pokok bahasan kesetimbangan kimia. (3) Persistensi kesalahan konsep yang terjadi pada mahasiswa termasuk dalam kategori sangat rendah.

Kata kunci: kesalahan konsep, kesetimbangan kimia, strategi konflik kognitif, persistensi kesalahan konsep

Page 4: Pendidikan Kimia (KIM)

154 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Analysis of Misconceptions of Chemical Equilibrium on Chemistry Students of State University of Malang and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy

Venni Ika Susanti

Susanti, Venni Ika. 2010. Analysis of Misconceptions of Chemical Equilibrium on Chemistry Students of State University of Malang and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy. Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, State University of Malang. Supervisors: (I) Prof. Effendy, M.Pd, Ph.D; (II) Prof. Suhadi Ibnu, M.A, Ph.D

AbstractChemical equilibrium is a topic given to chemistry students of S1 program of State University of

Malang undertake chemistry courses. This topic consist of many abstract concepts not easily understood which may lead to error in understanding the concept. The error in understanding of concepts that occurs consistently is called misconception. One effort to reduce the misconception is using a conflict cognitive strategy. The purposes of this research are: (1) to identify students’ misconceptions; (2) to know the effectiveness of conflict cognitive strategy in improving misconceptions, (3) to identify the persistence of students’ misconceptions in chemical equilibrium topic.

This research applies descriptive and one group pretest-posttest designs. Descriptive design is used to identify and describe students’ misconceptions and its persistence. One group pretest-posttest model is used to know the effectiveness of conflict cognitive strategy in reducing student misconceptions. The subject of this research is 27 students of S1 program of State University of Malang in the 2007/2008 academic year sent by government of East Nusa Tenggara province. The research instruments are a multiple choice test with four answers and interview guidance. Multiple choice test has content validity of 96.2% and reliability tests, measured using the product moment correlation, of 0.91. The data obtained are analyzed using paired sample t-test and descriptive analysis. Misconceptions are judged based on the wrong answers given on multiple choice test and interview. The persistence of misconceptions were analyzed based on misconceptions of university students who have the wrong consistent answers given on pretest, posttest and persistence test.

The results of this research are as follows. (1) Students’ misconceptions in chemical equilibrium identified are: (a) with increasing reaction time, reactant concentration increases and constant when the equilibrium condition is established; (b) at equilibrium, the forward and reverse reaction rates are constant but with different value; (c) equilibrium condition is attained when plot of forward and reverse reaction rates are intersect; (d) equilibrium is established when reactant and product concentrations are the same; (e) chemical equilibrium is a static equilibrium, not a dynamic one; (f) stoichiometric amount of substances at equilibrium can not be identified if excess reagent is used; (g) heterogeneous equilibrium constant expression involves substance in solid phase; (h) addition of a substance with lower concentration compare to that at equilibrium condition shifts equilibrium from that substance; (i) the addition of inert substance shifts the equilibrium to the reactants; (j) addition of reactive substance shifts the equilibrium to the product; (k) at equilibrium with different number of moles of reactants and products, increasing pressure or decreasing volume shifts the equilibrium to the side with greater number of moles; (l) equilibrium with water as solvent, addition and evaporation of water will not shift the equilibrium because there is no addition of reactant or product; (m) increasing volume or reducing pressure shifts equilibrium to the product; (n) increasing temperature shifts equilibrium to the side that releases heat; (o) increasing temperature increases the equilibrium constant; (p) a catalyst increases the activation energy (Ea) of reaction. (2) Conflict cognitive strategy is significantly effective in reducing students' misconceptions of chemical equilibrium. (3) Students’ persistence of misconception may be categorized to be very low.Keywords: misconceptions, chemical equilibrium, conflict cognitive strategy, persistence misconceptions

Page 5: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 155

Analisis Pemahaman Konseptual dan Pemahaman Algoritmik Materi Larutan Asam-Basa, Buffer dan Larutan Garam Siswa Kelas XI SMAN 3 Mojokerto serta Upaya Perbaikannya

dengan Pendekatan Mikroskopik

Mustofa

Mustofa. 2010. Analisis Pemahaman Konseptual dan Pemahaman Algoritmik Materi Larutan Asam-Basa, Buffer dan Larutan Garam Siswa Kelas XI SMAN 3 Mojokerto serta Upaya Perbaikannya dengan Pendekatan Mikroskopik. Tesis, Program Studi Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Prof. Effendy, Ph.D, (2) Prof. Suhadi Ibnu, Ph.D.

AbstrakTujuan pembelajaran kimia di SMA adalah untuk membekali pengetahuan, pemahaman dan

sejumlah kemampuan peserta didik yang dipersyaratkan untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Ada dua kategori pemahaman dalam ilmu kimia yaitu pemahaman konseptual dan pemahaman algoritmik. Pemahaman konseptual adalah kemampuan dalam menjelaskan teks, diagram, dan fenomena yang melibatkan konsep-konsep pokok yang bersifat abstrak dan teori-teori dasar sains. Pemahaman algoritmik adalah kemampuan dalam menjelaskan bagaimana cara menyelesaikan suatu permasalahan dengan menggunakan rumus atau perhitungan untuk mendapatkan hasil yang berupa angka-angka. Selama ini evaluasi dalam pembelajaran kimia cenderung ditekankan pada soal-soal algoritmik dibandingkan soal-soal konseptual dengan anggapan bahwa kemampuan algoritmik siswa adalah menunjukkan kemampuan konseptualnya. Dalam kenyataan hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konseptual siswa cenderung tertinggal dibandingkan pemahaman algoritmiknya. Banyak siswa memiliki kemampuan memecahkan masalah algoritmik meskipun mereka tidak memahami konsep dasarnya. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengidentifikasi kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal konseptual dan soal-soal algoritmik pada materi larutan asam-basa, buffer, dan larutan garam; (2) mengukur hubungan antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal algoritmik dengan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal konseptual tentang larutan asam basa, buffer, dan larutan garam; dan (3) menidentifikasi keefektifan pendekatan mikroskopik sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal konseptual pada materi larutan asam basa, buffer, dan larutan garam.

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dan rancangan penelitian eksperimen semu. Rancangan penelitian deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan pemahaman konseptual dan algoritmik siswa. Rancangan penelitian eksperimen semu, yaitu nonequivalent control group design digunakan untuk mengidentifikasi keefektifan penggunaan pendekatan mikroskopik untuk meningkatkan pemahaman konseptual siswa. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas XI semester dua program IPA SMAN 3 Mojokerto tahun pelajaran 2009/2010 yang telah menerima materi larutan asam basa, buffer, dan larutan garam yang terdiri dari 4 kelas paralel dengan jumlah siswa untuk setiap kelas 35 atau 36 siswa. Sampel penelitian terdiri dari dua kelas yang diambil secara acak dari empat kelas yang ada. Satu kelas merupakan kelas eksperimen dan diberi pembelajaran ulang dengan pendekatan mikroskopik, sedangkan kelas yang lain merupakan kelas kontrol dan diberi pembelajaran ulang tanpa menggunakan pendekatan mikroskopik. Pemahaman siswa diukur dengan tes pilihan ganda yang terdiri dari 10 item untuk tes pemahaman algoritmik dan 10 item untuk tes pemahaman konseptual. Dari hasil uji coba instrumen tes diperoleh validitas isi sebesar 93,3% dan reliabilitas tes, dihitung dengan menggunakan rumus Spearman-Brown, sebesar 0,77. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan uji statistik korelasi dan anacova.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kemampuan siswa kelas XI IPA SMA Negeri 3 Mojokerto dalam menyelesaikan soal-soal konseptual dan soal-soal algoritmik pada materi larutan asam-basa, buffer, dan larutan garam termasuk dalam kategori rendah. Kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal algoritmik lebih baik daripada kemampuannya dalam menyelesaikan soal-soal konseptual, (2) korelasi antara kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal algoritmik dengan soal-soal konseptual tentang larutan asam-basa, buffer, dan larutan garam adalah sangat lemah, (3) pembelajaran ulang materi larutan asam- basa, buffer, dan larutan garam dengan menggunakan pendekatan mikroskopik meningkatkan kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal-soal konseptual dan soal-soal algoritmik lebih tinggi dibandingkan pembelajaran ulang tanpa menggunakan pendekatan mikroskopik.

Kata kunci : pemahaman konseptual, pemahaman algoritmik, pendekatan mikroskopik

Page 6: Pendidikan Kimia (KIM)

156 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Analysis of Conceptual and Algorithmic Understanding of Acid- Base, Buffer, and Salt Solutions Materials of Grade XI Students of SMAN 3 Mojokerto and the Effort to Improve

them using Microscopic Approach

Mustofa

Mustofa. 2010. Analysis of Conceptual and Algorithmic Understanding of Acid- Base, Buffer, and Salt Solutions Materials of Grade XI Students of SMAN 3 Mojokerto and the Effort to Improve them using Microscopic Approach. Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, State University of Malang. Supervisors: (I) Prof. Effendy, Ph.D; (II) Prof. Suhadi Ibnu, Ph.D.

AbstractThe purposes of chemistry teaching at senior high school are to provide knowledge, understanding,

and a number of skills required for students for entering higher education. There are two types of understanding in studying chemistry: conceptual and algorithmic understanding. Conceptual understanding is the ability to describe text, diagram, and phenomena which involve essential abstract concepts and basic theories in science. Algorithmic understanding is the ability to describe the way to solve problems using formulas or calculations to get the result that consists of numbers. So far evaluation in chemistry teaching tends to be focused on algorithmic item tests compared to conceptual ones with the assumption that students’ ability in solving algorithmic problems is directly indicates their ability in solving conceptual problems. However, research reports indicate that students’ ability in solving conceptual problems is behind their ability in solving algorithmic ones. Many students are able to solve algorithmic problems even though they do not understand their conceptual background.

The objectives of this study are: (1) to identify students' ability in solving conceptual and algorithmic item test in acid-base, buffer, and salt solutions materials; (2) to measure the correlation between students' ability in solving algorithmic and conceptual item tests in acid-base, buffer, and salts solutions materials; and (3) to know the effectiveness of microscopic approach in improving students’ ability in solving algorithmic and conceptual item tests in acid-base, buffer, and salts solutions materials.

This research applies descriptive and quasi experimental designs. Descriptive design is used to describe students’ conceptual and algorithmic understanding. Quasi experimental design, namely nonequivalent control group design, is used to identify the effectiveness of microscopic approaches in improving students’ conceptual and algorithmic understanding. Population of this research is science students of grade XI semester two of SMAN 3 Mojokerto in the 2009/2010 academic year which consists of four parallel classes with 35 or 36 students. The students have been subjected to chemistry teaching for acid-base, buffer, and salts solutions materials. Research sample consists of two classes obtained by a random draw. One class was subjected to improvement of conceptual and algorithmic understanding using microscopic approach while another class was subjected to improvement of conceptual and algorithmic understanding without using microscopic approach.

Students' understanding was measured using a multiple-choice test consisting of 10 conceptual items test and 10 algorithmic items to test. Trying out the test gave content validity of 93.3 % and reliability, measured using Spearman-Brown formula, of 0.77. Data were analyzed using descriptive analysis, correlation and anacova statistics analysis.

Research results showed that: (1) students’ ability in solving conceptual and algorithmic item tests of acid-base, buffer, and salts solutions materials may be categorized to be low. Students’ ability in solving conceptual problems is behind their ability in solving algorithmic ones; (2) correlation between students 'ability in solving conceptual and algorithmic problems about the acid-base, buffer, and salt solutions is very weak; (3) remedial of acid-base, buffer, and salts solutions materials using microscopic approach increases students’ ability in solving conceptual and algorithmic problems higher than remedial without using microscopic approach.

Keywords: conceptual understanding, algorithmic understanding, microscopic approach.

Page 7: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 157

Identifikasi Kesalahan Konsep Materi Laju Reaksi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pagak dan Perbaikannya dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif

Dhamas Mega Amarlita

Amarlita, Dhamas Mega. 2010. Identifikasi Kesalahan Konsep Materi Laju Reaksi pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Pagak dan Perbaikannya dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitif. Tesis, Program Studi Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana, Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Effendy, Ph.D, (II) Dr. Subandi, M.Si

AbstrakIlmu kimia mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi karena konsep-konsep dalam kimia bersifat

abstrak, merupakan penyederhanaan dari keadaan sebenarnya, dan sifatnya berurutan. Salah satu materi kimia yang diajarkan di SMA adalah laju reaksi. Kesulitan dalam memahami konsep-konsep dalam materi laju reaksi dapat menyebabkan terjadinya kesalahan pemahaman. Pemahaman salah yang terjadi secara konsisten disebut dengan kesalahan konsep (misconseption). Salah satu upaya untuk memperbaiki kesalahan konsep adalah dengan menggunakan strategi konflik kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi dan memaparkan jenis-jenis kesalahan konsep materi laju reaksi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA, (2) mengidentifikasi dan memaparkan sumber-sumber penyebab kesalahan konsep materi laju reaksi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA; (3) mengidentifikasi keefektifan strategi konflik kognitif dalam memperbaiki kesalahan konsep materi laju reaksi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA, dan (4) mengidentifikasi adanya persistensi kesalahan konsep materi laju reaksi yang terjadi pada siswa kelas XI IPA.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan pra eksperimen. Rancangan deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi kesalahan konsep, sumber penyebab terjadinya kesalahan konsep, dan persistensi kesalahan konsep. Rancangan penelitian pra eksperimen digunakan untuk mengetahui keefektifan strategi konflik kognitif dalam memperbaiki kesalahan konsep siswa. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pagak tahun pelajaran 2009/2010 yang terdiri dari 27 siswa. Instrumen penelitian berupa tes pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban dan tes wawancara. Tes pilihan ganda memiliki validitas isi sebesar 95,7 % dan koefisien reliabilitas tes, dihitung dengan menggunakan korelasi product moment, sebesar 0,97. Urutan langkah-langkah dalam penelitian adalah: (1) pre tes dilanjutkan dengan wawancara, (2) pembelajaran strategi konflik kognitif, (3) pos tes dan wawancara, (4) tes persistensi yang dilakukan setelah selang waktu dua minggu. Data yang diperoleh analisis dengan menggunakan paired sample t-test dan analisis deskriptif. Kesalahan konsep ditetapkan berdasarkan jawaban salah siswa pada saat tes tulis dan wawancara. Persistensi kesalahan konsep siswa dianalisis berdasarkan siswa yang mengalami kesalahan konsep secara konsisten, yaitu mengalami kesalahan konsep pada saat pre tes, pos tes dan tes persistensi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) jenis kesalahan konsep siswa pada materi laju reaksi diantanya adalah (a) dengan bertambahnya waktu reaksi jumlah reaktan semakin berkurang tetapi laju reaksi semakin meningkat (81,5%), (b) Pada reaksi A + B C, jika pereaksi B berlebih maka pada akhir reaksi pereaksi B akan mendekati nol atau akan habis (63%); (c) laju reaksi rata-rata merupakan perbandingan antara perbedaan konsentrasi produk pada saat awal dan akhir reaksi dengan waktu reaksi (96,3%); (d) orde reaksi ditentukan oleh semua reaktan beserta koefisien reaksinya (66,7%); (e) tumbukan dengan orientasi yang tepat hanya terjadi antara atom-atom yang sama (100%); (f) laju reaksi meningkat dengan bertambahnya ukuran pereaksi (66,7%); (g) kenaikan suhu akan meningkatkan energi aktivasi dan laju reaksi (77,8%); dan (h) katalis dapat meningkatkan energi aktivasi dan meningkatkan laju reaksi (63%). (2) Kemungkinan sumber kesalahan konsep pada siswa adalah kurang lengkapnya penjelasan tentang materi laju reaksi pada buku pelajaran kimia siswa dan tidak akuratnya pemahaman guru tentang materi tersebut; (3) strategi konflik kognitif adalah efektif dalam memperbaiki kesalahan konsep siswa pada materi laju reaksi. (4) Setelah dua minggu, persistensi kesalahan konsep terjadi pada 14,8 % siswa, dan termasuk dalam kategori sangat rendah.

Kata kunci : kesalahan konsep, laju reaksi, strategi konflik kognitif

Page 8: Pendidikan Kimia (KIM)

158 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Identification of Misconceptions of Reaction Rate on Year 11th Science Student of SMA Negeri 1 Pagak and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy

Dhamas Mega Amarlita

Amarlita, Dhamas Mega. 2010. Identification of Misconceptions of Reaction Rate on Year 11th Science Student of SMA Negeri 1 Pagak and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy. Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, State University of Malang. Supervisors: (I) Prof. Effendy, Ph.D, (II) Dr. Subandi, M.Si

AbstractChemistry has high level of difficulty because its concepts are mostly abstract, a simplification of

the real situation, and consecutive. One of chemistry topic taught at high school is reaction rate. The difficulty in understanding the concepts in reaction rate topic may lead to wrong understanding. The wrong understanding that occurs consistently may lead to misconception. One attempt to improve misconception is by using conflict cognitive strategy. The purposes of this research are: (1) to identify and describe the types of misconceptions of reaction rate occurring on year 11 th science student, (2) to identify and describe the sources of misconceptions of reaction rate occurring on year 11 th science student, (3) to identify the effectiveness of cognitive conflict strategy in improving misconceptions of reaction rate occurring on year 11th science student, and (4) to identify and describe the persistence of misconceptions of reaction rate occurring on year 11th science student.

This research applies descriptive and pre experimental designs. Descriptive design is used to identify misconception, sources of the misconception, and persistence of misconception. Pre experimental design is used to know the effectiveness of conflict cognitive strategy in improving students' misconception. The subjects of this research were year 11th science students of SMAN 1 Pagak in the 2009/2010 academic year that consisted of 27 students. Research instruments are multiple choice test with four answers and questioner. Multiple choice test has content validity of 95.7 % and reliability, measured using the product moment correlation, of 0.97. The sequence of steps in this the research is: (1) pre test and interview; (2) improvement of misconception using conflict cognitive strategy; (3) post test and interview; (4) persistence tests conducted after an interval of two weeks. The data obtained were analyzed using paired sample t-test and descriptive analysis. Misconceptions were judged based on the wrong students’ answers given on test and interview. Persistence of misconception was identified based on students’ wrong consistent answers given on pretest, posttest, and persistence test.

The results of this research are: (1) the types of student misconceptions in the reaction rate are: (a) the amount of reactants decreases with time but the reaction rate increases (81.5%); (b) for the reaction A + B C, if B is in excessive amount, at the end of reaction the amount of B is close to zero or B is used up (63%); (c) the average rate is ratio of concentration of products before and after reaction completed with reaction time (96.3%); (d) order of reaction is determined by all reactants and their reaction coefficient (66.7%); (e) collision with proper orientation only occurs between the same atoms (100%); (f) reaction rate increases with increasing the size of reactants (66.7%); (g) increasing temperature will increase activation energy and reaction rate (77.8%); and (h) catalyst increases activation energy and reaction rate. (2) The possible sources of students’ misconceptions are incomplete explanation about concepts in reaction rate topic given in students’ chemistry book and inaccurate understanding of concepts in reaction rate topic by the teacher. (3) Conflict cognitive strategy is effective in improving students’ misconceptions of reaction rate. (4) After two weeks, persistence of misconception occurs on 14.8% of students and can be categorized to be very low.

Keywords: misconceptions, reaction rate, conflict cognitive strategy

Page 9: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 159

Analisis Kesalahan Konsep Tentang Larutan Buffer Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 dan SMA YPK Bontang Serta Upaya Memperbaikinya dengan Menggunakan Strategi Konflik

Kognitifi

Nuraini Khodaryah

Khodaryah, Nuraini. 2010. Analisis Kesalahan Konsep Tentang Larutan Buffer Pada Siswa Kelas XI IPA SMAN 2 dan SMA YPK Bontang Serta Upaya Memperbaikinya dengan Menggunakan Strategi Konflik Kognitifi. Tesis. Program Studi Magister Pendidikan Kimia. Pembimbing : (I) Prof. H. Effendy, M.Pd, Ph.D, (II) Prof. H. Suhadi Ibnu, M.A, Ph.D.

AbstrakKesulitan siswa dalam memahami materi yang mendasari materi larutan buffer seperti asam basa

dan kesetimbangan kimia, memungkinkan siswa mengalami kesalahan dalam memahami larutan buffer. Jika kesalahan tersebut terjadi secara konsisten maka dapat dikatakan terjadi kesalahan konsep. Salah satu upaya yang diharapkan dapat mengurangi kesalahan konsep adalah pembelajaran dengan menggunakan strategi konflik kognitif. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk: (1) mengidentifikasi kesalahan-kesalahan konsep; (2) mengetahui sumber kesalahan konsep; (3) mengetahui keefektifan strategi konflik kognitif untuk mengurangi kesalahan konsep; (4) untuk mengetahui persistensi kesalahan konsep yang terjadi pada siswa kelas XI IPA pada materi larutan buffer.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan one group pre-test post-test design. Rancangan deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi sumber kesalahan konsep, jenis kesalahan konsep dan persistensi kesalahan konsep pada materi larutan buffer, sedangkan rancangan one group pre-test post-test design digunakan untuk mengetahui keefektifan strategi konflik kognitif untuk mengurangi kesalahan konsep pada materi larutan buffer. Sampel penelitian ini adalah 28 siswa kelas XI IPA SMAN 2 dan 27 siswa kelas XI IPA SMA YPK Bontang. Kesalahan konsep diidentifikasi melalui tes dan wawancara. Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes pilihan ganda dengan satu jawaban benar, tiga jawaban pengecoh dan satu jawaban kosong. Dari hasil uji coba diperoleh validitas isi tes sebesar 96,7% dan reliabilitas tes, diukur dengan menggunakan korelasi product moment, sebesar 0,90 dan.

Hasil-hasil penelitian adalah: (1) Kesalahan-kesalahan yang yang terjadi pada siswa dalam materi buffer adalah: (a) Buffer asam adalah campuran dari asam dan basa; (b) Buffer basa adalah campuran dari asam dan basa; (c) Larutan buffer asam dapat dibuat dengan mereaksikan asam lemah dan basa kuat dengan jumlah mol yang sama; (d) Larutan buffer basa dapat dibuat dengan mereaksikan basa lemah dan asam kuat dengan jumlah mol yang sama; (e) Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan buffer asam maka konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap; (f) Jika sedikit asam ditambahkan pada larutan buffer basa maka konsentrasi H3O+ atau H+ meningkat sedangkan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap; (g) Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan buffer asam maka konsentrasi OH- meningkat dan konsentrasi asam lemah dan basa konjugatnya tetap; (h) Jika sedikit basa ditambahkan pada larutan buffer basa maka konsentrasi OH- meningkat dan konsentrasi basa lemah dan asam konjugatnya tetap; (i) Asidosis adalah suatu kondisi dimana pH menurun, maka konsentrasi H 3O+ atau H+

juga turun; (2) Kemungkinan sumber-sumber kesalahan konsep pada siswa adalah kurang lengkapnya penjelasan tentang topik larutan buffer pada buku pelajaran kimia siswa dan tidak akuratnya pemahaman guru tentang materi tersebut; (3)Pembelajaran menggunakan strategi konflik kognitif secara siginifikan efektif untuk mengurangi kesalahan konsep yang terjadi pada siswa; (4) Setelah tiga minggu, persistensi kesalahan konsep terjadi pada 14,6% siswa dan termasuk dalam kategori rendah.

Kata kunci: kesalahan konsep, larutan buffer, strategi konflik kognitif, persistensi

Page 10: Pendidikan Kimia (KIM)

160 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Analysis of Misconception About Buffer Solution on 11th Grade Science Students of SMAN 2 and SMA YPK Bontang and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy

Nuraini Khodaryah

Khodaryah, Nuraini. 2010. Analysis of Misconception About Buffer Solution on 11th Grade Science Students of SMAN 2 and SMA YPK Bontang and Its Improvement Using Conflict Cognitive Strategy. Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, State University of Malang. Supervisors: (I) Prof. H. Effendy, M.Pd, Ph.D, (II) Prof. H. Suhadi Ibnu, MA, Ph.D.

AbstractStudents’ difficulties in understanding concepts underlying concepts in buffer solution topic, such as

acid-base and chemical equilibrium concepts, may lead to wrong understanding. The wrong understanding that occurs consistently may lead to misconception. One attempt to improve misconception is by using conflict cognitive strategy. The purposes of this study are: (1) to identify students’ misconceptions about buffer solution, (2) to identify the sources of students’ misconceptions about buffer solution, (3) to identify the effectiveness of cognitive conflict strategy in improving students’ misconceptions about buffer solution, (4) to identify the persistence of students’ misconceptions about buffer solution.

Research sample consisted of 28 year XI science students of SMAN 2 Bontang and 27 year XI science students of SMA YPK Bontang. Students’ misconception was identified using multiple choice test and questionaire. Each item of multiple choice test has three possible answers. Students are permitted to give another answer if they do not agree with the provided answers. Trying out the multiple choice test shows that the test has content validity of 96.7 % and reliability, measured using product moment correlation, of 0.90.

The results of this research are summarized as follows. (1) students’ misconceptions about buffer solution are: (a) buffer acid is a mixture of acid and base, (b) buffer base is a mixture of acid and base, (c) acidic buffer solution can be prepared by reacting a weak acid and a strong base with the same number of moles, (d) alkaline buffer solution can be prepared by reacting a weak base and strong acid with the same number of moles, (e) if small amount of acid is added to acidic buffer solution, concentration of H3O + or H +

increases while concentrations of weak acid and its conjugate base remain constant; (f) if small amount of acid is added to the alkaline buffer solution, concentration of H3O + or H + increases while concentrations of weak base and its conjugate acid remain constant; (g) if small amount of base is added to the acidic buffer solution, the concentration of OH‾ increases while the concentration of weak acid and its conjugate base remain constant; (h) if a slight amount of base added to alkaline buffer solution, the concentration of OH‾ increases while concentration of weak base and its conjugate acid remain constant; (i) acidosis is a condition where the pH decreases accompanied with decreasing of H3O+ or H+ concentration. (2) The possible sources of students’ misconceptions are incomplete explanation about buffer solution topic given in students’ chemistry book and inaccurate understanding of concepts about buffer solution topic by the teacher. (3) Conflict cognitive strategy is effective in improving students’ misconceptions about buffer solution. (4) After three weeks, persistence of misconception occurs on 14.6 % of students and can be categorized to be very low.

Keywords: misconception, buffer solution, conflict cognitive strategy, persistence

Page 11: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 161

Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Kualitas Prose, Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri

Aceh Besar

Zahri, Fatimah

Zahri, Fatimah. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle terhadap Kualitas Prose, Hasil Belajar dan Retensi Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Asam Basa Kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar. Tesis, Program Studi Magister Pendidikan Kimia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Prof. Drs. H. Suhadi Ibnu, M.A, Ph.D; (II) Dr. Subandi, M.Si

AbstrakMateri asam basa terdiri dari banyak konsep yang berkaitan dengan konsep sebelumnya seperti

disosiasi dan kesetimbangan. Topik ini juga banyak melibatkan perhitungan matematika. Kombinasi keduanya cenderung menyebabkan siswa mengalami kesulitan untuk mempelajarinya. Model pembelajaran daur belajar enam fase (LC-6) yang berorientasi pada konstruktivistik diharapkan dapat memudahkan siswa dalam mempelajari topik ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) perbedaan hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC-6 dengan siswa yang diajar dengan model konvensional, (2) perbedaan retensi hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajar LC-6 dengan siswa yang diajar dengan model konvensional, (3) kualias proses pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran LC-6 dan model konvensional, dan (4) persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran LC-6 dan model konvensional.

Penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif dan eksperimen semu. Rancangan deskriptif digunakan untuk menggambarkan kualitas proses belajar mengajar dan persepsi siswa terhadap penerapan model pembelajaran LC-6 dan model pembelajaran konvensional. Rancangan eksperimen semu digunakan untuk mempelajari hasil belajar siswa dan retensi setelah pembelajaran dengan menggunakan model LC-6 dan model konvensional. Subjek penelitian ini adalah siswa dari dua kelas XI IPA SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, tahun ajaran 2009/2010 yang terdiri dari 27 siswa setiap kelasnya. Salah satu dari kelas tersebut proses pembelajarannya menggunakan model LC-6 dan yang lainnya diajarkan dengan model konvensional. Uji t digunakan untuk membandingkan hasil belajar siswa dan retensi yang diperoleh dari pembelajaran dengan model LC-6 dan model konvensional. Siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC-6 dan model konvensional menggunakan buku teks kimia yang sama. Data penelitian adalah hasil belajar dan retensi hasil belajar, kualitas proses pembelajaran dan persepsi siswa terhadap pelaksanaan model pembelajaran LC-6 dan model konvensional. Data hasil belajar dan retensi dikumpulkan dengan menggunakan tes objektif yang terdiri dari 20 item. Hasil uji coba instrumen tes hasil belajar memberikan validitas isi sebesar 99,0% dan koefisien reliabilitas, diukur dengan rumus Kuder-Richardson-20, sebesar 0,64. Data proses belajar dikumpulkan dengan menggunakan lembar observasi dengan validitas isi sebesar 98,0%. Data persepsi siswa dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner dengan validitas isi sebesar 99,7% untuk model pembelajaran LC-6 dan 99,0% untuk model pembelajaran konvensional.

Temuan penelitian adalah: (1) hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran LC-6 lebih tinggi dari hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran konvensional, (2) tes retensi pertama dan kedua menunjukkan bahwa retensi siswa model pembelajaran LC-6 lebih baik daripada retensi siswa model pembelajaran konvensional, (3) kualitas proses belajar mengajar model pembelajaran LC-6 adalah lebih baik daripada model pembelajaran konvensional, (4) siswa yang diajar dengan menggunakan model LC-6 merespon positif terhadap penerapan model pembelajaran, sedangkan siswa yang diajar dengan model konvensional merespon netral terhadap model pembelajaran yang diterapkan.

Kata kunci: siklus belajar, proses belajar, hasil belajar, persepsi, retensi, asam-basa

Page 12: Pendidikan Kimia (KIM)

162 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

The Effect of Learning Cycle Model of Learning upon Quality of Learning Process, Achievement, and Retention on Acid Base Topic of Grade XI Science Students of SMAN 1

Indrapuri Aceh Besar

Zahri, FatimahZahri, Fatimah. 2010. The Effect of Learning Cycle Model of Learning upon Quality of Learning Process,

Achievement, and Retention on Acid Base Topic of Grade XI Science Students of SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar. Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, Malang State University. Supervisors: (I) Prof. Drs. H. Suhadi Ibnu, M.A, Ph.D; (II) Dr. Subandi, M.Si

AbstractAcid-base topic consists of many concepts related to previous concepts such as dissociation and

equilibrium. This topic also involves many mathematics calculations. Combination of them tends to make students difficult in studying this topic. Six steps learning cycle (LC-6) model of learning which oriented to constructivist is expected to make students easier in studying this topic. The purposes of this research were to know: (1) achievement of students subjected to LC-6 model of learning compared to those subjected to conventional model of learning; (2) retention of students subjected to LC-6 model of learning compared to those subjected to conventional model of learning; (3) quality of learning process using LC-6 model of learning; and (4) students’ perception about implementation of LC-6 model of learning.

This research applied descriptive and quasi experimental designs of research. Descriptive design was used to describe quality of learning process, and students’ perception toward application of LC-6 and conventional models of learning. Quasi-experimental design was used to study students’ achievement and retention after being subjected to LC-6 and conventional models of learning. Subjects of this research were students of two year IX science-classes (IPA class) of SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, of the academic year of 2009/10 which consisted of 27 students of each class. One of them (IPA 1 XI class) was subjected to LC-6 learning process while the other was subjected to conventional learning process. The t-test was applied in comparing students’ achievements and retention obtained from LC-6 and conventional models of learning.

Students subjected to LC-6 and conventional model of learning used the same chemistry text book. Research data were students’ achievement and retention, quality of learning process and students’ perception upon implementation of LC-6 model of learning. The data of students’ achievement and retention were collected using objective test consisted of 20 items. Trying out of the instrument gave content validity of 99.0 % and coefficient reliability, measured using Kuder-Richardson-20 formula, of 0.64. The data of learning process were collected using observation sheets with content validity of 98.0 %. The data of students’ perception were collected using a questionnaire with content validity of 99.7 % for class subjected to LC-6 model of learning, and of 99.0 % for class subjected to conventional model of learning.

The research findings were: (1) achievement of the students’ subjected to LC-6 model of learning was higher than that subjected to conventional method model of leaning; (2) first and second retention tests indicate that retention of the students’ subjected to LC-6 model of learning was better than that subjected to conventional method model of leaning, (3) quality of learning process in LC-6 model of learning was better than that in conventional model of learning; and (4) students subjected to LC-6 model of learning responded positively toward implementation of this learning model, while students subjected to conventional model of learning responded neutrally toward implementation of this model of learning.

Keywords: learning cycle, learning process quality, achievement, retention, acid- base

Page 13: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 163

Pengembangan Media Hybrid Learning Pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X Dalam Materi Hidrokarbon

Ivatul Laily Kurniawati

Kurniawati, Ivatul Laily. 2010. Pengembangan Media Hybrid Learning Pada Mata Pelajaran Kimia SMA Kelas X Dalam Materi Hidrokarbon. Tesis, Program Studi Setingkat Jurusan Kimia. PPS. Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (I) Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D (II) Surjani Wonorahardjo, Ph.D

AbstrakSalah satu materi yang dibelajarkan di SMA adalah hidrokarbon. Materi ini cukup padat, sehingga

membutuhkan waktu yang panjang dalam penyampaiannya di kelas. Penggunaan waktu yang panjang tersebut, menyebabkan pembelajaran kimia organik tidak hanya dibutuhkan pendekatan pembelajaran yang lebih inovatif dan menarik, tetapi juga diperlukan media pembelajaran. Oleh karena itu perlu dikembangkan suatu media yang dapat mengintegrasikan antara pendekatan pembelajaran dengan media pembelajaran berbasis ICT yang dapat digunakan sebagai alternatif untuk memperbaiki hasil belajar kimia, khususnya pada materi senyawa hidrokarbon. Pengembangan media ini bertujuan untuk (1) mengembangkan media Hybrid Learning pada materi hidrokarbon, (2) mengetahui kelayakan media pembelajaran Hybrid Learning hasil pengembangan dalam materi pokok senyawa hidrokarbon, dan (3) mengetahui efektivitas penggunaan media hasil pengembangan dibandingkan dengan pembelajaran tanpa menggunakan media pembelajaran Hybrid Learning.

Pengembangan dilakukan dengan menggunakan model pengembangan 4D yang mencakup tahap-tahap: define, design, develop, dan disseminate. Pengembangan ini hanya sampai pada tahap develop karena hasil pengembangan tidak disosialisasikan ke sekolah. Validasi dilakukan oleh ahli. Uji coba dilakukan oleh siswa. Uji coba lapangan terbatas dilakukan di SMA Negeri 1 Dampit yang melibatkan 15 siswa.

Hasil pengembangan adalah media interaktif , yang terdiri dari bagian pra pembuka, pembuka, isi, serta penutup dan website, yang terdiri dari home, materi, shout box, bulletin board, kontak, serta petunjuk. Hasil dari validasi oleh para ahli adalah kelayakan adalah kelayakan media Hybrid Learning untuk komponen isi, kebahasaan, dan penyajian masing-masing adalah 3,4 (89,9%); 3,5 (88,8%); dan 3,5 (88,8%). Efektivitas media Hybrid Learning dilihat dari hasil belajar yang diperoleh dari siswa dalam uji coba lapangan terbatas. Rata-rata hasil belajar siswa tersebut adalah 83,50 berbeda dengan rata-rata hasil belajar siswa tersebut sebelum menggunakan media Hybrid Learning pada materi hidrokarbon, yaitu sebesar 70,00. Perbedaan ini ditunjukkan oleh hasil uji t-dua ujung (thitung = 11,37) yang lebih besar dari ttabel (4,30). Ketuntasan belajar siswa yang menggunakan media Hybrid Learning adalah 100%, atau tidak satu pun siswa yang tidak tuntas belajar.

Kata kunci: media Hybrid Learning, hybrid learning, hidrokarbon

The Development Of Hybrid Learning Media on The Topic of Hydrocarbon for Tenth Grader High School Students

Ivatul Laily Kurniawati

Kurniawati, Ivatul Laily. 2010. The Development Of Hybrid Learning Media on The Topic of Hydrocarbon for Tenth Grader High School Students. Thesis. Chemistry Education Study Program. State University of Malang. Supervisors: (I) Drs. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., Ph.D (II) Surjani Wonorahardjo, PhD.

AbstractOne of the topic in high school is a hydrocarbon. This topic contain of dense concept and requires a

longer time to deliver the content in the classroom. Organic chemistry learning is need not only an inovative and attractive learning approach, but also media. It is necessary to develop a medium that can integrate models of learning with ICT-based instructional media. It is believed to be used as an alternative to improve learning the outcomes, especially in the topic of hydrocarbon compounds. The development of media has aims to (1) develop the design of Hybrid Learning in the topic of hydrocarbon, (2) determine the feasibility

Page 14: Pendidikan Kimia (KIM)

164 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

of Hybrid Learning media, and (3) examine the effectiveness of the media use the results compared to conventional. The development is applying the develop model by Thiagarajan. This model of development that includes 4D stages: define, design, develop, and disseminate. This development was only reached the stage of. Tests validation by experts, student in individual, and limited trials. Limited trials conducted in SMA Negeri 1 Dampit, involving 15 students.

The result is the media of Hybrid Learning, which consists of the pre-opening, an opening, contents, and cover. As well as website, which consists of the home, materials, shout box, bulletin board, contacts, and guidance. Results from validation of the feasibility of Hybrid Learning for component content, language, and presentation of each is 92,5; 91,7; and 92,2%. Effectiveness of Hybrid Learning media seen from the results limited trial. Average students learning outcomes are 83,5. Average students learning outcomes before using the media Hybrid Learning on the hydrocarbon topic, to 70,0. This difference is shown by the results of the two ends of the t-test (tcount = 11,4) greater than ttable (4,3). Mastery learning students who use Learning Hybrid media is 100%, or every students pass.

Kata kunci: media Hybrid Learning, hybrid learning, hidrokarbon

Analisis Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri Siwalima Ambon

Herlina Labobar

Herlina Labobar, 2010. Analisis Implementasi KTSP Dalam Pembelajaran Kimia di SMA Negeri 2 dan SMA Negeri Siwalima Ambon, Tesis, Jurusan Pendidikan Kimia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang, Pembimbing: (I) Prof. Srini M. Iskandar, M.Sc., Ph.D., (II) Prof. Suhadi Ibnu, M.A., Ph.D.

AbstrakKTSP merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh setiap sekolah, dan

dikembangkan sesuai tuntutan otonomi pendidikan. KTSP menuntut perubahan paradigma dalam pendidikan dan pembelajaran. Mengingat perubahan kurikulum sering terjadi, maka perlu dilakukan analisis terhadap implementasi KTSP. Analisis implementasi ini dapat berkaitan dengan kemampuan dan unjuk kerja guru sebagai pelaksana kurikulum, dalam hal penyusunan perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pembelajaran serta tindak lanjut, dalam kegiatan pengembangan kurikulum di sekolah, yang didalamnya termasuk komponen pendukung dan penghambat pembelajaran kimia di sekolah, serta pandangan guru terhadap perubahan kurikulum.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan implementasi KTSP dalam pembelajaran Kimia dengan menggunakan guru mata pelajaran Kimia dan Kepala Sekolah sebagai informan kunci. Objek penelitian adalah SMA Negeri 2 dan SMA Negeri Siwalima Ambon. Data dikumpulkan dengan menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Pengecekan keabsahan data dilakukan dengan 2 cara yaitu ketekunan pengamatan dan triangulasi. Analisis data dilakukan melalui tiga tahap yaitu reduksi, penyajian data dan verifikasi atau kesimpulan akhir sebagai temuan penelitian.

Temuan hasil penelitian antara lain: (1) kesuksesan implementasi KTSP tergantung pada jumlah, latar belakang pendidikan, pengalaman mengajar, beban mengajar, rasio guru dan siswa, serta minat guru dalam mengembangkan profesinya; (2) pemahaman guru dari kedua sekolah terhadap penyusunan perencanaan pembelajaran berupa penyusunan silabus dan RPP masih sangat rendah; (3) dalam pelaksanaan pembelajaran, guru kimia mengalami kesulitan karena tidak didukung dengan sarana prasarana yang memadai, bahan ajar dan media yang terbatas, serta strategi/pendekatan/metode pembelajaran yang digunakan guru kurang bervariasi; (4) dari segi penilaian pembelajaran, guru kimia mengalami kesulitan pada ranah-ranah penilaian afektif dan psikomotor; (5) faktor-faktor pendukung implementasi KTSP adalah profesionalisme guru; kerjasama dan kekompakan guru kimia dalam pelaksanaan tugas; sarana prasarana, lingkungan sosial siswa dan kebijakan sekolah; (6) faktor-faktor penghambat implementasi KTSP antara lain: keterbatasan kemampuan guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran; belum adanya kesepahaman diantara guru dalam menerapkan KTSP; kurangnya kegiatan sosialisasi dan workshop yang dapat menjawab kebutuhan guru dalam pelaksanaan KTSP; terbatasnya sarana prasarana; intensitas keterlibatan siswa dalam aktivitas ekstra-kurikuler yang tinggi; kesibukan guru akibat tugas ganda; kekurangan guru mata pelajaran kimia (SMAN Siwalima Ambon); jumlah rombongan belajar sangat besar (SMAN 2 Ambon); (7) pandangan

Page 15: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 165

guru; KTSP baik untuk pengembangan pendidikan di Indonesia; dan (8) kegiatan sosialisasi KTSP dan pengembangannya oleh guru akan lebih efektif bila dilakukan melalui MGMP.

Berdasarkan temuan penelitian, beberapa saran yang dapat diajukan agar implementasi KTSP berjalan dengan baik antara lain: (1) mengurangi beban guru dari tugas-tugas administrasi yang menyita waktu; (2) sosialisasi KTSP yang lebih optimal; (3) pihak Dinas Pendidikan Kota Ambon maupun Provinsi Maluku serta sekolah diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana yang diperlukan; (4) dilakukan kegiatan peningkatan kemampuan guru kimia dalam penguasaan materi pelajaran; (5) ditingkatkan kemampuan guru dalam mengembangkan teknik penilaian yang dapat mengukur kemampuan siswa secara menyeluruh; (6) difungsikannya kembali MGMP sekolah maupun MGMP Kota Ambon; (7) supervisi yang dilakukan oleh Diknas tidak hanya pada kelengkapan administratif perangkat perencanaan guru, tetapi juga harus pada kontennya.

Kata kunci : Implementasi KTSP, Pembelajaran Kimia, SMA.

Analysis of Implementation of KTSP for Chemistry Learning in SMA Negeri 2 and SMA Negeri Siwalima Ambon

HerlinaLabobar

HerlinaLabobar, 2010. Analysis of Implementation of KTSP for Chemistry Learning in SMA Negeri 2 and SMA Negeri Siwalima Ambon, Thesis, Chemistry Education Study Program, Faculty of Graduate Study, State University of Malang, Supervisors: (I) Prof. Srini M. Iskandar, M.Sc., Ph.D., (II) Prof. Suhadi Ibnu, M.A., Ph.D.

AbstractKTSP is known as an operational curriculum that arranged and implemented by each schools in

Indonesia. It is developed to meet demands of educational autonomy. Implementation of KTSP required a paradigm adjustment in education and learning. The change curriculum is considered often, therefore the analysis towards KTSP implementation particularly on ability and capability of teacher as curriculum applicant is necessary. Several important factors in KTSP are planning, implementation, and assessment of learning aside with follow-up in development activities in school curriculum, supporting and inhibiting components in learning chemistry at school and teachers' views on changes curriculum.

This qualitative research study explains the implementation of chemistry KTSP that involves chemical teachers and principals as key informant. Population of this research is SMA 2 and SMA Siwalima Ambon. The researcher uses instrument to collect data including interview, observation, and documentation. Data validation were checked in two ways: discipline observation and triangulation. Reduction, data serving and verification of last conclusion as result invention are activities of data analysis.

There result indicates: (1) the success of KTSP implementation depends on number, educational background, teaching experience, teaching assessment, teachers and students ratio, and teachers interested in developing their professional; (2) teachers understanding in learning plans of syllabus preparation and RPP are still insufficient; (3) the learning implementation, most of chemistry teachers have difficulties because inadequate support on complete equipment, teaching material, media, method, approach, and strategy in learning; (4) the learning assessment of affective and psychomotor are considered difficult; (5) Supporting factors of implementation of KTSP, are teacher professionalism; cooperation and cohesiveness of chemistry teachers in the implementation of tasks; equipment, student social environment; school policy; (6) Inhibit factors implementation of KTSP are teachers ability on planning learning; insufficient understanding among teachers in KTSP application; information dissemination and workshops with materials that could not be answered by the teachers who needs of KTSP; lilmited facilities; the high intensity of student involvement in extra-curricular activities; demanding teachers time due to the double task; limited available chemistry teachers (SMUN Siwalima Ambon); large number of classes (SMAN 2 Ambon); (7) teachers viewed KTSP are good for education development in Indonesia; (8) the effectiveness of KTSP socialization and its development will considered more effective if it was done by by MGMP.

Several suggestions are provided such as: (1) reducing teachers load on administrative tasks that wasting time; (2) optimizing KTSP socialization; (3) expecting to complete school equipments and providing teachers reinforcement by The Education Department of the city of Ambon Maluku province and the schools; (4) (5) expecting to develop assessment techniques that can measure overall student ability by chemical teachers; (6) making possible the role of MGMP and Ambon City MGMP; (7) supervision by The Education

Page 16: Pendidikan Kimia (KIM)

166 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Department is not limited to administrative completeness of teacher teaching planning, but also on its content.

Keywords: KTSP Implementation, Chemistry Learning, High School.

Keefektifan Model Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Learning cycle Dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bontang

Solihin, Imam

Solihin, Imam. 2010. Keefektifan Model Pembelajaran Inkuiri Terbuka dan Learning cycle Dalam Meningkatkan Kualitas Proses dan Hasil Belajar Kimia Siswa Kelas X SMA Negeri 3 Bontang. Tesis. Program Studi Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (1) Prof. Dra. Srini M. Iskandar, M.Sc., Ph.D, (2) Dr. I. Wayan Dasna, M.Si, M.Ed.

AbstrakPembelajaran yang cenderung berpusat pada guru merupakan salah satu faktor yang menyebabkan

belum optimalnya kualitas proses dan hasil belajar kimia siswa khususnya pada siswa kelas X di SMA Negeri 3 Bontang. Penerapan model inkuiri terbuka dan model pembelajaran learning cycle 5 fase (LC 5E) diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaran kimia siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keefektifan model inkuiri terbuka dan model pembelajaran LC 5E dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar kimia serta kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa pada materi larutan elektrolit dan non-elektrolit.

Penelitian ini mengunakan desain eksperimen faktorial 2 × 2. Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 3 Bontang yang berjumlah 132 siswa dengan sampel yang dipilih menggunakan teknik cluster random sampling. Sampel terdiri atas 66 siswa yang terbagi dalam dua kelompok kelas. Kelompok pertama (33 siswa) dibelajarkan dengan model inkuiri terbuka, kelompok kedua (33 siswa) dibelajarkan dengan model pembelajaran LC 5E. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari instrumen pembelajaran dan instrumen pengukuran.Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa 20 soal valid dengan reliabilitas 0,88. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan teknik deskriptif dan analisis statistik uji Anakova pada taraf signifikan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) penerapan model inkuiri terbuka dan model pembelajaran LC 5E, mampu meningkatkan kualitas proses pembelajaran, pemahaman konsep dan keterampilan proses serta sikap ilmiah siswa. (2) tidak terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara model inkuiri terbuka dan LC 5E dalam meningkatkan hasil belajar kimia siswa (3) terdapat perbedaan keefektifan yang signifikan antara model inkuiri terbuka dan LC 5E dalam meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, (4) terdapat interaksi antara model pembelajaran dan kemampuan awal siswa terhadap peningkatan hasil belajar dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Perbedaan keefektifan pembelajaran terhadap kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa, ditunjukkan oleh rerata nilai postes jenjang C4-C6. Rerata nilai postes jenjang C4-C6 untuk siswa kelompok tinggi pada kelas inkuiri terbuka adalah 83, lebih tinggi dari rerata nilai yang diperoleh siswa kelompok tinggi pada kelas LC 5E, yaitu 73. Sebaliknya nilai postes jenjang C4-C6 yang diperoleh siswa kelompok rendah pada kelas inkuiri terbuka adalah 47, jauh lebih rendah dibanding rerata nilai yang diperoleh siswa kelompok rendah pada kelas LC 5E, yaitu 62.

Kata kunci: Inkuiri terbuka, learning cycle, hasil belajar, kemampuan berpikir tingkat tinggi

Page 17: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 167

The effectiveness of Open inquiry Model and the Learning Cycle Model in Improving the Quality of Process and Chemistry Learning Outcomes of 10th Grade Student at

SMA Negeri 3 Bontang

Solihin, Imam

Solihin, Imam. 2010. The effectiveness of Open inquiry Model and the Learning Cycle Model in Improving the Quality of Process and Chemistry Learning Outcomes of 10 th Grade Student at SMA Negeri 3 Bontang. Thesis Graduate Master of Chemical Education, State University of Malang. Advisors: (1) Prof. Dra. Srini M. Iskandar, M.Sc., Ph.D., (2) Dr. I Wayan Dasna, M.Si, M.Ed.

AbstractLearning process which tend to be teacher-centered is a factor causing process quality and student

learning result of teaching chemistry become suboptimal, those of the 10th grade students of SMA Negeri 3 Bontang. Implementation of learning open inquiry model and learning cycle was expected to improve the quality of the students' chemistry learning. This study aimed to determine the effectiveness of the open inquiry method and learning cycle learning model in improving the processes quality and results of chemistry learning and higher order thinking skills of students on the material of non-electrolyte and electrolytes solutions.

This research used factorial 2 x 2 experimental design. The research population were 10 th grade students of SMA Negeri 3 Bontang totaling 132 students with a sample selected using cluster random sampling technique. The sample consisted of 66 students, divided into two groups of classes. The first group (33 students) learned by using an open inquiry method, the second group (33 students) by learning cycle instructional model. The research instrument used consisted of learning instruments and measurement instruments.The trial result instrument shows that 20 questions were valid with a reliability of 0.88. The research data were analyzed using descriptive techniques and anacova statistical analysis at the significant level α = 0.05.

The result of this study showed that: (1) the implementation of open inquiry and learning cycle model, capable of improving the quality of the learning process, understanding concepts, and also scientific students’, (2) there was no significance among open inquiry learning model versus learning cycle in improving students learning result, (3) there were significant among opened inquiry versus learning cycle model in improving higher order thinking ability of students, (4) there was interaction among learning models and academic ability in improving learning result and higher order thinking ability of students. Effectiveness differences to students’ higher order thinking ability is shown on the average post test grade on C4-C6 level. On the average post test grade on C4-C6 level in opened inquiry class is 81, higher than on the average grade achieved by high cluster students in learning cycle cluster, 73. On the contrary post test grade on C4-C6 level achieved by low cluster students in opened inquiry cluster is 47, much lower than on the average grade achieved by low cluster student in learning cycle class, 62.

Keywords: open inquiry, learning cycle, learning result, high order thingking ability.

Page 18: Pendidikan Kimia (KIM)

168 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Pengaruh pendekatan Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing Tehadap Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Asidi Alkalimetri Kelas XI Prodi Keahlian Analisis

Kimia di SMK Negeri 1 Bontang

Sudirman Pide

Pide, Sudirman, 2010. Pengaruh pendekatan Inkuiri Terbuka dan Inkuiri Terbimbing Tehadap Kualitas Proses dan Hasil Belajar Siswa pada Materi Asidi Alkalimetri Kelas XI Prodi Keahlian Analisis Kimia di SMK Negeri 1 Bontang. Tesis, Jurusan Pendidikan Kimia, Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing: (1) Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., (2) Prof. Srini M. Iskandar. M.Sc., Ph.D.

AbstrakProses pembelajaran materi asidi alkalimetri di SMK Negeri 1 Bontang yang dilakukan selama ini

cenderung terpusat pada guru (teacher centered), sehingga siswa kurang diberi kesempatan untuk mengembangkan kreativitas dan belum terlibat secara maksimal dalam proses pembelajaran. Penerapan pendekatan pembelajaran inkuiri terbuka dan inkuiri terbimbing yang berlandaskan teori konstruktivistik merupakan alternatif pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) perbedaan kualitas proses belajar siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri terbuka dibandingkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing pada materi asidi alkalimetri, dan (2) perbedaan keefektifan penggunaan pendekatan inkuiri terbuka dibandingkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing terhadap hasil belajar pada materi asidi alkalimetri.

Penelitian ini menggunakan rancangan eksperimen semu dan rancangan deskriptif. Rancangan eksperimen semu digunakan untuk mempelajari hasil belajar siswa setelah pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbuka dan pendekatan inkuiri terbimbing. Rancangan deskriptif digunakan untuk meng-gambarkan kualitas proses pembelajaran terhadap penerapan pendekatan inkuiri terbuka dan pendekatan inkuiri terbimbing. Subyek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI Prodi Keahlian Analisis Kimia SMK Negeri 1 Bontang tahun pelajaran 2009/2010 sebayak 61 siswa (siswa kelas XI A dan XI B). Kelompok eksperimen dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri terbuka dan kelompok kontrol dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing. Instrumen yang digunakan meliputi instrumen perlakuan dan instrumen pengukuran. Validitas instrumen dinilai oleh tiga orang pakar pendidikan dari Universitas Negeri Malang. Hasil validasi instrumen yang diberikan oleh ketiga validator adalah untuk validitas instrumen perlakuan (RPP dan LKS) diperoleh rata-rata 90,3% dan untuk validitas pengukuran (soal postes) diperoleh rata-rata 93,3%, hasil reliabilitas, yang diukur dengan Pearson Correlation, sebesar 0,62. Dari uji normalitas dan homogenitas diperoleh data penelitian terdistribusi normal. Data hasil belajar dianalisis dengan menggunakan analisis anava satu jalur, sedangkan untuk kualitas proses dianalisis secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri terbuka lebih baik dari kualitas proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri terbimbing, dan (2) hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri terbuka lebih tinggi dari hasil belajar kelompok siswa yang dibelajarkan dengan pendekatan inkuiri terbimbing.

Kata kunci: inkuiri terbuka, inkuiri terbimbing, proses dan hasil belajar.

Page 19: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 169

The Effect of Open Inquiry and Guided Inquiry to Process Quality and Students’ Learning Result for Acidi-Alkalimetry Material in Grade XI, Study Program of Chemical Analysis at

Public Vocational High School 1 of Bontang

Sudirman Pide

Pide, Sudirman, 2010. The Effect of Open Inquiry and Guided Inquiry to Process Quality and Students’ Learning Result for Acidi-Alkalimetry Material in Grade XI, Study Program of Chemical Analysis at Public Vocational High School 1 of Bontang. Thesis, Chemistry Education Study Program, Postgraduate Program, State University of Malang. Supervisors: (1) Dr. I Wayan Dasna, M.Si., M.Ed., (2) Prof. Srini M. Iskandar. M.Sc., Ph.D.

AbstractLearning process of acidi-alkalimetry material has been conducted as teacher centered at Public

Vocational High School 1 of Bontang. Students, therefore, have less opportunity to develop their creativity maximally. In order to triger students’ creativity, the implementation of open and guided inquiry learning approaches based on the constructivist theory is an alternative of learning that can be applied to increase process quality and students' learning result. This research objectives are to find out: (1) the difference between quality of students' learning process taught by open inquiry and guided inquiry in acidi-alkalimetry material, and (2) the efficacy difference of the use of open and guided inquiries toward the students' achievement in acidi-alkalimetry material.

This research employed quasi experimental design and the descriptive design. The quasi experimental design was used to know students’ learning result after receiving the materials using open and guided inquiry approaches. The descriptive design was used to potray the learning process quality to the implementation of open and guided inquiries. The subject in this research was 61 students of grade XI Study Program of Chemical Analysis at Public Vocational High School 1 of Bontang, in the academic year of 2009/2010 (students of XI A and XI B). The experimental group was taught by using open inquiry approach while the control group was taught by using guided inquiry approach. Instruments used were treatment and measurement instruments. The validity of instrument was measured by the expert of education from State University of Malang. The result given by the three validators to validity of treatment instruments (lesson plan and student work sheet) is mean 90.3% and to measurement instruments (post test) is mean 93.3%. The reliability index, measured by Pearson Correlation, is 0.62. Based on the computation of normality and homogeneity, data of research were proven to achieve normal distribution. The collected data of learning outcome then were analyzed by one-path anova analysis, while the process quality was analyzed by descriptive.

Findings show that: (1) the quality of the students' learning process taught by open inquiry approach is better than the students' learning process taught by guided inquiry approach, and (2) students' achievement taught open inquiry approach is higher than the students' achievement taught by guided inquiry approach.

Keywords: open inquiry, guided inquiry, process and learning result.

Page 20: Pendidikan Kimia (KIM)

170 KUMPULAN ABSTRAK TESIS & DISERTASI 2010/2011

Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Kabupaten Aceh

Besar Pada Materi Reaksi Redoks

Bismi Aulia

Aulia, Bismi. 2010. Pengaruh Penggunaan Pembelajaran Kooperatif Model Teams Games Tournament (TGT) Terhadap Proses dan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Kabupaten Aceh Besar Pada Materi Reaksi Redoks. Tesis, Program Studi Pendidikan Kimia. Program Pascasarjana Universitas Negeri Malang. Pembimbing : (1) Prof. Drs. H. Suhadi Ibnu, M.A. Ph.D; (2) Dra. Surjani Wonorahardjo. Ph.D

AbstrakPendidikan merupakan bagian terpenting demi perkembangan suatu bangsa yang berkualitas.

Pembelajaran yang cenderung berpusat pada guru merupakan salah satu faktor yang menyebabkan belum optimalnya kualitas proses dan hasil belajar kimia siswa khususnya pada siswa kelas X di SMA Negeri 1 Lubuk. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) diharapkan mampu meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran kimia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas belajar, aktivitas mental sains, dan hasil belajar pada materi reaksi redoks.

Penelitian ini mengunakan rancangan eksperimen semu dan deskriptif. Subjek penelitian adalah siswa kelas X SMA Negeri 1 Lubuk sebanyak 2 kelas. Kelas X-1 sebagai kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TGT dan kelas X-2 sebagai kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional. Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari instrumen pembelajaran yaitu silabus, RPP, dan instrumen pengukuran yaitu lembar observasi aktivitas belajar, angket aktivitas mental sains, tes hasil belajar dan angket persepsi. Hasil uji coba instrumen menunjukkan bahwa 30 soal valid dengan reliabilitas 0,98. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis inferensial dengan menggunakan t-test pada taraf signifikan α = 0,05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) kualitas aktivitas belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan materi reaksi redoks pada umumnya termasuk kategori sangat tinggi dan tinggi dalam keterlaksanaan indikator yang ada. (2) kualitas aktivitas mental sains siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol pada materi reaksi redoks menunjukkan siswa telah mampu menerapkan indikator aktivitas mental sains. (3) terdapat perbedaan yang signifikan, antara hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif TGT lebih baik daripada hasil belajar kognitif siswa kelas kontrol yang dibelajarkan dengan model pembelajaran konvensional, dimana skor rerata hasil belajar kognitif siswa kelas eksperimen 76,63 dan kelas kontrol 71,91. (4) hasil belajar afektif siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan rerata sangat tinggi dan tinggi dalam keterlaksanaan indikator yang ada. (5) hasil belajar psikomotorik siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol menunjukkan rerata sangat tinggi dalam keterlaksanaan indikator yang ada. (6) persepsi siswa menunjukkan model pembelajaran kooperatif TGT dapat diterima siswa dengan baik (setuju) untuk diterapkan pada materi reaksi redoks.

Kata kunci: reaksi redoks, kooperatif model Teams Games Tournament (TGT), proses belajar, hasil belajar.

Page 21: Pendidikan Kimia (KIM)

Program Studi S2 KIM 171

The Effect of Using Cooperative Learning Teams Games Tournament Model (TGT) to Process and Learning Results Student 10th Grade SMA Negeri 1 Lubuk Kabupaten Aceh

Besar in Redox Reactions Material

Bismi Aulia

Aulia, Bismi. 2010. The Effect of Using Cooperative Learning Teams Games Tournament Model (TGT) to Process and Learning Results Student 10th Grade SMA Negeri 1 Lubuk Kabupaten Aceh Besar in Redox Reactions Material. Thesis for Study Program of Master Degree of Chemistry Education, Post Graduate Program of The State University of Malang. Supervisors are: (1) Prof. Drs. H. Suhadi Ibnu, M.A. Ph.D.; (2) Dra. Surjani Wonorahardjo, Ph.D.

AbstractEducation is the most important part to create a nation with a quality. Teacher centered learning is

one of the factors that causes quality of process and chemistry learning result be not optimal yet, especially for students in Yr. X in SMA Negeri 1 Lubuk. Implementation of cooperative learning of Teams Games Tournament model (type TGT) is expected to increase the quality of the process of learning and the learning result. This research was to know learning process activity, science mental activity, and learning result in redox reaction after the implementation of the model.

This research used a combination of quasi experimental design and descriptive design. Subjects of the research were Yr. 10 students of SMA Negeri 1 Lubuk consisting of two classes. Yr 10-1 as the experimental class which learn using TGT type of cooperative model of learning and Yr. 10-2 as the control class learnt using a conventional learning model. Research instruments that were used consisted of the subject’s syllabus, RPP, and measurements instruments, i.e. observation sheet of learning activity, mental science activity questionnaire, test on learning result, and a questionnaire on students perception. Tests on validity and reliability of the instruments indicated that 30 questions were valid with reliability index of 0.98. Research data was analyzed by descriptive analysis and inferential t-test analysis at significance level of 0.05.

The Research result indicated that: (1) The quality of student’s learning activity of experimental and control classes could be categorized as high; (2) The quality of student’s science mental activity of experimental and control classes in redox material indicated that the student were able to show the indicators of science mental activity; (3) There was significant difference, in student’s cognitive learning result between experimental and control classes. That average score was 76.63 for experiment class and 71.91 for the control class; (4) Affective learning result in experimental classes and control classes were generally high; (5) Psychomotor learning results in experiment and control classes were generally high; (6) Student’s perception indicated that cooperative learning TGT model was accepted well by students to be applied in redox reaction material.

Keywords: redox reactions, cooperative Teams Games Tournament model (TGT), learning process, learning result.