pemupukan _p puguh
DESCRIPTION
Pemupukan TanahTRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pupuk merupakan setiap bahan yang diberikan ke dalam tanah atau
disemprotkan pada tanaman dengan maksud untuk menambah unsur hara
yang diperlukan oleh tanaman. Pengertian lain dari pupuk adalah suatu bahan
yang diberikan ke dalam tanah dan atau tanaman dengan maksud untuk
mengubah kondisi fisik, kimia, dan hayati dari tanah dan atau tanaman
sehingga sesuai dengan tuntutan tanaman.
Demikian pula pemberian urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan
kadar N dalam tanah tersebut. Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan.
Dengan demikian bahan kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk.
Namun menurut beberapa pengertian pupuk dibatasi menjadi pengertian
secara khusus. Pengertian pupuk secara khusus ialah suatu bahan yang
mengandung satu atau lebih hara tanaman. Dengan demikian kapur tidak
termasuk dalam kategori pupuk berdasarkan pengertian secara khusus.
Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman umumnya mengandung bahan
lain, yaitu:
1. Zat pembawa atau karier (carrier). Contoh: Double superfosfat (DS): zat
pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran
bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (Zwavelzuure
Amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% sekitar khlor, asam
sulfat (H2SO4).
3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud
agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang,
nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin lebih menarik.
Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin, malam, wax dan
sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih mahal dibandingkan
tanpa mantel.
4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi
sering diberi filler agar ratio fertilizernya dapat tepat sesuai dengan yang
diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata.
Berdasarkan pada proses terjadinya, pupuk dapatdi golongkan menjadi 2
golongan, ke 2 golongan itu adalah sebagai berikut:
1. Pupuk Buatan: Adalah pupuk yang dibuat oleh pabrik dengan meramu
bahan kimia (anorganik) dengan kadar hara yang tinggi.
2. Pupuk Alam: Adalah pupuk yang terjadi dari akibat mekanisme alam
terhadap bahan bahan alami melalui proses degradasi dan dekomposisi.
Berdasarkan pada kandungan kimia dari bahan pupuknya pupuk dapat
digolongkan menjadi 2, ke 2 golongan pupuk tersebut adalah sebagai berikut:
1. Pupuk Organik: Yaitu pupuk yang terdiri dari senyawa-senyawa organik
seperti C, H, dan O.
2. Pupuk Anorganik: Yaitu pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa
anorganik.
Pengelompokan pupuk
Pupuk dapat dikelompokan menjadi 3 bagian, antara lain:
1. Pupuk alam dan buatan; Pupuk alam antara lain: pupuk kandang,
pupuk hijau, dan pupuk kompos. Pupuk buatan adalah pupuk yang
dibuat oleh pabrik dengan meramu bahan kimia (anorganik) dengan
kadar hara yang tinggi, sedangkan pupuk alam adalah pupuk yang
terbuat secara alami melalui proses degradasi dan dekomposisi.
2. Pupuk menurut unsur yang terkandung
Menurut unsur yang terkandung, pupuk dapat dibedakan sebagai
pupuk nitrogen. Contohnya, pupuk urea, ZA, NPK, dan lain-lain.
3. Pupuk organik dan anorganik
Pupuk organik yaitu terdiri atas senyawa-senyawa organik (C, H, O).
Sedangkan pupuk anorganik tersusun atas senyawa-senyawa
anorganik.
B. Tujuan
Makalah ini bertujuan agar mahasiswa dapat:
1. Mengenal berbagai macam pupuk dan dapat membedakannya
2. Mengetahui sifat masing-masing pupuk dalam hal warna, bentuk, pH,
sifat, higroskopis, kelarutan, kadar hara, macam pupuk.
3. Membuat pupuk campur dari pupuk tunggal yang ada.
4. Dapat melakukan pengapuran dengan metode SMP dan Al-dd
II TINJAUAN PUSTAKA
1. Pupuk dan Sifat-sifatnya
Pupuk mengenal istilah makro dan mikro. Meskipun belakangan ini
jumlah pupuk cenderung makin beragam dengan aneka merek, kita tidak akan
terkecoh. Apapun namanya dan Negara manapun pembuatnya, dari segi unsur
yang dikandungnya tetap saja hanya ada dua golongan pupuk yaitu pupuk
makro dan pupuk mikro.
Sebagai patokan dalam membeli pupuk adalah unsur yang
dikandungnya. Termasuk dalam pengertian ini adalah pemberian bahan kapur
dengan maksud untuk meningkatkan pH tanah yang masam, pemberian legin
bersama benih tanaman kacang-kacangan serta pemberian pembenah tanah
(soil conditioner) untuk memperbaiki sifat fisik tanah. Demikian pula pemberian
urea dalam tanah yang miskin akan meningkatkan kadar N dalam tanah
tersebut.
Semua usaha tersebut dinamakan pemupukan. Dengan demikian bahan
kapur, legin, pembenah tanah dan urea disebut pupuk. Dalam pengertian yang
khusus pupuk ialah suatu bahan yang mengandung satu atau lebih hara
tanaman. Dengan pengertian ini, dari kegiatan yang disebutkan di atas hanya
urea yang dianggap pupuk karena bahan tersebut yang mengandung hara
tanaman yaitu nitrogen. Bahan pupuk selain mengandung hara tanaman
umumnya mengandung bahan lain, yaitu:
1. Zat pembawa atau karier (carrier). Double superfosfat (DS): zat
pembawanya adalah CaSO4 dan hara tanamannya fosfor (P).
2. Senyawa-senyawa lain berupa kotoran (impurities) atau campuran
bahan lain dalam jumlah relatif sedikit. Misalnya ZA (zwavelzuure
amoniak) sering mengandung kotoran sekitar 3% berupa khlor, asam
bebas (H2SO4) dan sebagainya.
3. Bahan mantel (coated) ialah bahan yang melapisi pupuk dengan maksud
agar pupuk mempunyai nilai lebih baik misalnya kelarutannya berkurang,
nilai higroskopisnya menjadi lebih rendah dan mungkin agar lebih
menarik. Bahan yang digunakan untuk selaput berupa aspal, lilin,
malam, wax dan sebagainya. Pupuk yang bermantel harganya lebih
mahal dibandingkan tanpa mantel.
4. Filler (pengisi). Pupuk majemuk atau pupuk campur yang kadarnya tinggi
sering diberi filler agar ratio fertilizer nya dapat tepat sesuai dengan yang
diinginkan, juga dengan maksud agar mudah disebar lebih merata.
Higroskopisitas adalah mudah tidaknya pupuk menyerap uap air yang ada di
udara. Pupuk yang higroskopis kurang baik karena mudah menjadi basah atau
mencair bila tidak tertutup. Bila kelembapan udara menurun, pupuk dapat
menjadi kering kembali tetapi terjadi bongkah-bongkah yang keras. Pada suhu
udara rata-rata berbagai jenis pupuk mulai menarik uap air pada kelembapan
nisbi udara lebih dari 50 %. Di Indonesia kelembapan nisbi udara rata-rata
sekitar 80 %, sehingga pupuk yang mudah menarik air (higroskopis) seperti
urea akan menjadi rusak kalau tidak disimpan dengan baik. Untuk mengurangi
higroskopisitas tersebut biasanya pupuk dibuat menjadi butir-butiran sehingga
luas permukaan yang menarik air menjadi berkurang. Kadang-kadang butiran
tersebut juga diberi lapisan penahan air, yang hanya dapat menyerap air jika
kadar air cukup banyak.
Kelarutan, menunjukkan mudah tidaknya pupuk larut dalam air dan mudah
tidaknya unsur yang terdapat dalam pupuk diambil oleh tanaman. Umumnya
pupuk N dan K mudah sekali larut dalam air, sedangkan pupuk P dapat
dibedakan menjadi (1) mudah larut dalam air (superpospat), (2) larut dalam
asam sitrat atau ammonium sitrat (FMP – Fused Magnesium Phosphate) dan
(3) larut dalam asam keras (fosfat alam).
Daya Kristalisasi : Daya kristalisasi kelembaban dimana pupuk tersebut
disimpan. Apabila suhu dan kelembaban rendah maka daya pengkristalan
pupuk akan tinggi. Daya pengkristalan ini bisa dikurangi dengan pemakaian
bahanbahan yang disebut conditioner. Conditioner ini diberikan pada saat
pembentukan pupuk.
Pupuk Tunggal
Pupuk tunggal adalah pupuk yang tersusun atas senyawa-senyawa anorganik
dengan kandungan unsur hara utamanya (hara makro) satu macam, misalnya
N, P, atau K.
Pupuk Kompos
Pupuk kompos merupakan bahan-bahan organik yang telah mengalami
pelapukan, seperti jerami, alang-alang, sekam padi, dan lain-lain termasuk
kotoran hewan. Sebenarnya pupuk hijau dan seresah dapat dikatakan sebgai
pupuk kompos. Tetapi sekarang sudah banyak spesifikasi mengenai kompos.
Biasanya orang lebih suka menggunakan limbah atau sampah domestik yang
berasal dari tumbuh-tumbuhan dan bahan yang dapat diperbaharui yang tidak
tercmpur logam dan plastik. Hal ini juga diharapkan dapat menanggulangi
adanya timbunan sampah yang menggunung serta megurangi polusi dan
pencemaran di perkotaan.
Pupuk Kandang
Pupuk kandang mempunyai keuntungan sifat yang lebih baik daripada pupuk
organik lainnya apalagi dari pupuk anorganik, yaitu :
1. Pupuk kandang merupakan humus banyak mengandung unsur-unsur
organik yang dibutuhkan di dalam tanah. Oleh karena itu dapat
mempertahankan struktur tanah sehingga mudah diolah dan banyak
mengandung oksigen. Penambahan pupuk kandang dapat
meningkatkan kesuburan dan poduksi pertanian. Hal ini disebakan tanah
lebih banyak menahan air lebih banyak sehingga unsur hara akan
terlarut dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.
2. Sumber hara makro dan mikro dalam keadaan seimbang yang sangat
penting unuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro
yang tidak terdapat pada pupuk lainnya bisa disediakan oleh pupuk
kandang, misalnya S, Mn, Co, Br, dan lain-lain.
3. Pupuk kandang banyak mengandung mikrooganisme yang dapat
membantu pembentukan humus di dalam tanah dan mensintesa
senyawa tertentu yang berguna bagi tanaman, sehingga pupuk kandang
merupakan suatu pupuk yang sangat diperlukan bagi tanah dan tanaman
dan keberadaannya dalam tanah tidak dapat digantikan oleh pupuk lain.
Pupuk Cair
Pupuk oganik bukan hanya berbentuk padat dapat berbentuk cair seperti pupuk
anorganik. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman
karena unsur-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang
terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair
dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan
perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air
rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair. Penggunaan pupuk cair
dapat memudahkan dan menghemat tenaga.
Keuntungan pupuk cair antara lain :
1. pengerjaan pemupukan akan lebih cepat
2. penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga
dapat menjaga kelembaban tanah
3. aplikasinya bersama pestisida organik berfungsi sebagai pencegah dan
pemberantas penggangu tanaman.
2. Pencampuran Pupuk
Kemampuan tanah untuk menyediakan nutrien tersedia bervariasi besar,
juga kebutuhan mineral tanaman yang berbeda cukup bervariasi. Dalam rangka
menyediakan nutrien bagi bermacam-macam tanaman dengan kebutuhan
berbeda, pupuk yang berisi dua atau lebih unsur penting disiapkan dalam
berbagai derajat yang berbeda. Mereka dikenal sebagai pupuk campuran, dan
dibuat dengan mencampur dua atau lebih pembawa pupuk yang terpisah.
Mempersiapkan pupuk campuran dapat di kerjakan dengan cara yang
relatif sederhana, khususnya bila campuran terdapat pada derajatr yang rendah
(misalnya pupuk yang mengandung presentase nitrogen yang rendah). Mereka
dibuat dari bahan campuran penting yang cocok dan yang besar menentukan
derajat atau susunan yang dinginkan. Terdapat perlengkapan yang mencampur
massa pupuk. Dalam pemakaiannya pupuk buatan terbukti mempunyai
kelebihan yang positif daripada pupuk organik, seperti pupuk kandang, air
kotoran dari kandang, kotoran manusia dan kompos sebagai berikut
(Hardjodinomo, 1970).
Dengan pupuk buatan kita dapat memberikan berbagai zat makanan
tanaman dalam jumlah dan perbandingan yang kita kehendaki. Pemberian
pupuk ke dalam tanah merupakan salah satu cara untuk mengatasi masalah
berkurangnya unsur hara dalam tanah yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk
dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan pupuk buatan. Pupuk alam adalah
pupuk yang langsung didapat dari alam misalnya fosfat alam, pupuk organik
(pupuk kandang, kompos, pupuk hijau), sedangkan pupuk buatan adalah pupuk
yang dibuat di pabrik dengan jenis dan kadar unsur haranya sengaja
ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah tertentu. Pupuk buatan yang
secara umum digunakan dalam usaha pertanian antara lain: Urea, ZK, SP-36,
KCl, ZA, dan TSP (Lingga P dan Marsono, 2000).
Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain: kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan
tanaman yang hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan (Rosmarkam,
2002). Unsur hara dalam tanah dapat menjadi berkurang atau hilang karena
Terserap oleh tanaman dan selanjutnya terbawa keluar ketika panenan
berlangsung. Biasanya untuk memupuk beberapa jenis pupuk sengaja
dicampur yang tujuannya akan menghemat waktu, tenaga dan biaya yang
dikeluarkan. Perlu diingat bahwa untuk mencampur pupuk harus hati-hati,
karena beberapa pupuk menjadi rusak kalau dicampur atau tidak dapat
disimpan lama setelah pencampuran.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat pupuk campur
adalah:
1. Pupuk yang akan di campur harus berfasa sama
2. Tidak menimbulkan efek campuran yang merugikan tanaman
3. Pencampuran pupuk harus dilakukan dalam keadaan kering
4. Kandungan haranya harus dihitung
5. Kekurangan bahan pupuk dapat diisi dengan bahan pengisi yang
berbentuk serbuk, tanah kering dan abu gosok.
Keuntungan dari pupuk campur ini antara lain:
1. Dapat menggantikan pupuk majemuk NPK yang relatif mahal
2. Dalam sekali pemupukan unsur hara yang diberikan sudah terlengkapi
3. Murah harganya, serta meningkatkan kreatifitas pemupukan
Unsur hara yg diperlukan tanaman adalah: Karbon (C), Hidrogen (H), Oksigen
(O), Nitrogen (N), Fosfor (P), Kalium (K), Sulfur (S), Kalsium (Ca),
Magnesium (Mg), Seng (Zn), Besi (Fe), Mangan (Mn), Tembaga (Cu), Molibden
(Mo), Boron (B), Klor (Cl), Natrium (Na), Kobal (Co), dan Silikon (Si)
(Rosmarkam, 2002). Pemberian pupuk ke dalam tanah merupakan salah satu
cara untuk mengatasi masalah berkurangnya unsur hara dalam tanah yang
dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk dapat dibedakan menjadi pupuk alam dan
pupuk buatan. Pupuk alam adalah pupuk yang langsung didapat dari alam
misalnya fosfat alam, pupuk organik (pupuk kandang, kompos, pupuk hijau),
sedangkan pupuk buatan adalah pupuk yang dibuat di pabrik dengan jenis dan
kadar unsur haranya sengaja ditambahkan dalam pupuk tersebut dalam jumlah
tertentu. Pupuk buatan yang secara umum digunakan dalam usaha pertanian
antara lain: Urea, ZK, SP-36, KCl, ZA, dan TSP (Lingga dan Marsono, 2000).
3. Pengapuran
Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang
bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH
tanah sehingga karenanya unsur-unsur hara menjadi lebih tersedia,
memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah
lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman
dan unsur lain tidak banyak terbuang. Kapur banyak mengandung unsure Ca
tetapi pemberian kapur ke dalam tanah pada umumnya bukan karena tanah
kekurangan unsure Ca tetapi karena tanah terlalu masam. Oleh karena itu pH
tanah perlu dinaikkan agar unsure-unsur hara seperti P mudah diserap
tanaman dan keracunan Al dapat dihindari.
Pengertian asam di sini adalah suatu senyawa yang bila di larutkan ke
dalam air akan menghasilkan proton atau hidrogen. Sedangkan basa adalah
senyawa yang menghasilkan ion hidroksil jika di larutkan dalam air. Di dalam
tanah, apabila kepekatan ion hidrogen atau di sebut pula proton yang beredar
didalam tanah lebih sedikit, maka rekasi tanah tersebut menjadi asam dan
apabila sebaliknya, tanah tersebut menjadi basa. Besarnya tingkat keasaman
dan kebasaan tanah di nyatakan dalam bentuk gram mol per liter yang di tulis
dalam bentuk pecahan, misalnya 1/10 gram mol/liter atau
1/100.000.000.000.000 gram mol/liter. Angka-angka tersebut bisa juga di tulis
sebagai angka 10 berpangkat seperti 10 -7 (logaritma 7 negatif).
Angka log negative dari kepekatan ion hidrogen merupakan derajat
kemasaman, yaitu reaksi tanah yang di lambangkan dengan pH singkatan dari
Potential of Hydrogen. Derajat kemasaman yang di lambangkan oleh pH
berkisar antara 1 sampai 14. angka satu menunjukkan kepekatan ion hidrogen
pada tanah adalah 10 -1 atau 1/10 gram mol/liter, angka dua menunjukkan
kepekatan ion hidrogen pada tanah adalah 10 -2 atau 1/100 gmol/liter dan
seterusnya sampai 14. Pada angka yang di tunjukkan oleh pH, jika angka lebih
kecil dari 7 (1-7) maka tanah tersebut bersifat masam, dan bila angka lebih
besar dari 7 (7-14) maka tanah tersebut bersifat basa. Sedangkan untuk tanah
normal, angka yang di lambangkan oleh pH adalah 7.
Cara menentukan keasaman tanah
Untuk menetukan tingkat kemasaman tanah, maka alat yang bisa di
gunakan di antaranya adalah kertas lakmus dan Soil Tester/pH tester. Adapun
cara menggunakan alat-alat tersebut adalah sebagai berikut :
a). Kertas lakmus; Untuk kertas lakmus ini, tahap pemakainnya adalah sebagai
berikut:
1. Ambil tanah sample yang akan di ukur derajat kemasamannya
2. Larutkan tanah tersebut ke dalam aquadest (dalam wadah)
3. Biarkan tanah terendam sampai airnya bening kembali
4. Setelah airnya bening, pindahkah air yang bening ke wadah yang lain.
5. Ambil sedikit kertas lakmus dan celupkan ke dalam air tersebut
Setelah beberapa saat, lihat perubahan warna pada kertas lakmus tersebut dan
cocokkan dengan warna skala pada pembungkus kertas lakmus yang biasanya
di lengkapi angka masing-masing pH.
b) Soil tester atau pH tester; Untuk alat ini pemakaiannya cukup mudah, yaitu
tinggal menancapkan alat yang mirip pasak ini kedalam tanah sesuai batas
yang di anjurkan, kemudian tinggal melihat angka-angka jarum skala yang
ada pada bagian atas alat tersebut.
Pangapuran pada tanah masam
Pada umumnya, pH tanah yang dikehendaki untuk pertumbuhan
tanaman agar optimal adalah pH tanah netral yaitu 6,5-7,0 karena pada kondisi
pH netral unsur hara dapat tersedia secara optimal dan mikroorganisme dapat
berkambang dengan maksimal (Foth, 1995).
Untuk tanah-tanah yang bersifat masam agar pH-nya meningkat mendekati
netral, maka di perlukan pengapuran. Besarnya pengapuran tergantung dari :
1. Angka pH tanah yang ingin dicapai
2. Jenis kapur yang diberikan yang di nyatakan dengan kandungan setara
CaCO3
3. Besarnya ukuran partikel kapur. Semakin halus kapur, semakin sedikit
kapur yang di berikan.
4. Kelas tekstur tanah. Semakin tinggi kandungan liat tanah, semakin tinggi
kapur yang di berikan.
Sedangkan cara mengapur tanah masam itu sendiri ada beberapa tahap yang
harus di lalui dengan susah payah, yaitu :
1. Persiapkan kapur sesuai dosis yang telah di tentukan.
2. Bersihkan lahan yang akan di kapur dari rumput atau tanaman
pengganggu lainnya.
3. Cangkul / bajak tanah secara keseluruhan.
4. Bagi lahan dalam beberapa petak. Misalnya lahannya adalah satu
hektar, maka bagi menjadi 40 petakan, yang berarti tiap petak akan
mendapat jatah 1/40 dosis kapur yang di berikan.
5. Petakan-petakan tersebut dapat di tandai dengan tali atau lainnya, tanda
apa sajalah pokoknya yang mau mengapur bisa tahu, terserahlah seperti
tester
6. Tebarkan kapur ke seluruh lahan sesuai rencana.
Hal- hal yang perlu di perhatikan dalam pengapuran tanah masam
Pengapuran pada tanah asam harus memperhatikan beberapa hal yang
penting, yaitu :
a). Waktu pengapuran
Waktu pengapuran yang paling baik adalah pada saat penghujung
musim kemarau, apabila hujan sedang giat-giatnya turun, maka sebaiknya
pengapuran janganlah di lakukan.
b). Dosis kapur
Sebaiknya dosis yang di berikan jangan sampai berlebihan, karena
dapat menyebabkan tanah menjadi basa, jika tanah basa maka harus diberi
belerang, dan hal ini sungguh sangat merepotkan. Untuk tanah yang terlalu
asam, di anjurkan untuk melakukan pengapuran secara bertahap, misalnya
setelah pengapuran pertama berjalan 2-3 minggu kemudian tanah di kapur lagi.
Pengapuran
Kapur merupakan salah satu bahan mineral yang dihasilkan melalui
proses pelapukan dan pelarutan dari batu-batuan yang terdapat dari dalam
tanah. Mineral utama penyusun kapur adalah kalsit dan dolomit yang tergolong
dalam mineral sekunder. Kapur menurut susunan kimia adalah CaO, tetapi
istilah kapur adalah senyawa bentuk karbonat kapur dengan CaCO3 dan
MgCO3 sebagai komponen utarna. Bentuk oksidanya yaitu CaO, dapat
dihasilkan dengan memanaskan kalsium karbonat dan menghilangkan
karbondioksidanya. Bentuk hidroksidanya dapat terbentuk dengan membasahi
atau menambahkan air pada bentuk oksidanya.
Tanah masam umumnya tidak produktif. Untuk meningkatkan produktifitas
tanah tersebut, pemberian kapur adalah cara yang tepat. Beberapa keuntungan
dari pengapuran adalah : 1) fosfat menjadi lebih tersedia, 2) kalium menjadi
lebih efisien dalam unsur hara tanaman, 3) struktur tanahnya menjadi baik dan
kehidupan organisme dalam tanah lebih giat, 4) menambah Ca dan Mg bila
yang digunakan adalah dolomin, dan 5) kelarutan zat-zat yang sifatnya
meracun tanaman menjadi menurun dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Selain tanah-tanah yang bereaksi masam, terdapat pula tanah yang,
bereaksi alkalis (basa) dengan derajat pH lebih dari 8.0. Tanah-tanah demikian
perlu diturunkan pH nya sampai mendekati netral agar permanfaatannya untuk
berusaha tani lebih baik. Usaha untuk menurunkan pH pada tanah yang
reaksinya alkalis dapat dilakukan dengan memberikan beberapa bahan, yaitu
tepung belerang (S).
Cara pengapuran dengan bahan pengapur untuk menaikkan pH tanah
yang paling umum pada tanah-tanah pertanian yang menghendaki perbaikan
derajat keasamannya adalah dengan cara disebar dan disemprotkan. Bila ada
kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan kapur melebihi pH tanah yang
diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman, biasanya tanaman akan
memberikan tanggapan terhadap pengapuran akan sangat menderita, terutama
pada tahun pertama pemberian kapur. Pemberian kapur dalam jumlah sedang
pada tanah berat tidak akan memberikan pengaruh buruk. Tetapi, pada tanah
berpasir atau berdebu dan bahan organik rendah jumlah pemberian kapur yang
sama menyebabkan banyak tanaman menderita.
Pengaruh buruk yang dapat terjadi adalah : 1 ) kekurangan besi, mangan,
tembaga dan seng, 2) Ketersediaan fosfor mungkin menurun karena
pembentukan senyawa kompleks dan tidak larut, 3) Serapan fostor dan
penggunaannya dalam metabolisme tanaman dapat terganggu, 4) serapan
boron dan penggunaannya dapat terganggu dan 5) perubahan pH yang
meningkat cepat dapat berpengaruh buruk. Dengan begitu kerusakan akibat
kelebihan kapur sukar diterangkan secara memuaskan, karena adanya
hubungan biokoloidal yang kompleks dalam tanah.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pupuk adalah bahan/material yang ditambahkan untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi tanaman di dalam tanah, terutama untuk tanah-tanah yang
kekurangan unsur hara berdasarkan hasil analisa tanah. Banyak
bahan/material pupuk yang diambil atau dimurnikan langsung dari cadangan
mineral alami dalam bumi dan ada pula yang bersifat sintetis atau yang
dihasilkan melalui bahan/reaksi kimia tertentu. Contoh pupuk alami antara lain
Sulfur-Phospor-Magnesium (Sulpomag) dan triple super phospat (TSP),
sedangkan pupuk yang sintetis antara lain Urea dan Amonium Nitrat.
Untuk mendapatkan hasil yang tinggi dan kualitas yang baik, perlu
diusahakan tersedianya persyaratan yang sebaik – baiknya, agar tanaman
tumbuh dengan baik.Untuk itu perlu diatur sistem pembuangan air, pengolahan
tanah yang baik, penggunaan benih yang prima dan penanggulangan secara
intensif berbagai rerumputan, penyakit tanaman, hama dan lain
sebagainya.Namun syarat utamanya adalah tanaman harus mendapatkan zat
makanan yang cukup selama dalam pertumbuhannya.salah satu zat makanan
tersebut adalah pupuk.
A. Pengenalan pupuk
Bahan organik merupakan salah satu komponen tanah yang sangat
penting bagi ekosistem tanah, dimana bahan organik merupakan sumber
pengikat hara dan substrat bagi mikrobia tanah. Bahan organik tanah
merupakan bahan penting untuk memperbaiki kesuburan tanah, baik secara
fisik, kimia maupun biologi.
Usaha untuk memperbaiki dan mempertahankan kandungan bahan
organik untuk menjaga produktivitas tanah mineral masam di daerah tropis
perlu dilakukan (Rosmarkam, 2002). Bahan organik yang berasal dari sisa
tumbuhan dan binatang yang secara terus menerus mengalami perubahan
bentuk karena dipengaruhi oleh proses fisika, kimia dan biologi. Bahan organik
tersebut terdiri dari karbohidrat, protein kasar, selulose, hemiselulose, lignin dan
lemak. Penggunaan pupuk organik dapat memperbaiki struktur tanah dan
mendorong perkembangan populasi mikro organisme tanah. Bahan organik
secara fisik mendorong granulasi, mengurangi plastisitas dan meningkatkan
daya pegang air (Hardjowigeno, 1993).
Apabila tidak ada masukan bahan organik ke dalam tanah akan terjadi
masalah pencucian sekaligus kelambatan penyediaan hara. Pada kondisi
seperti ini penyediaan hara hanya terjadi dari mineralisasi bahan organik yang
masih terdapat dalam tanah, sehingga mengakibatkan cadangan total C tanah
semakin berkurang (Hardjowigeno, 1987).
Peningkatan pH disebabkan adanya proses dekomposisi dari berbagai
jenis bahan organik yang diberikan. Hasil perombakan tersebut akan
menghasilkan kation-kation basa yang mampu meningkatkan pH. Hardjowigeno
(1993) menyatakan bahwa pelapukan pada umumnya terjadi secara geokimia
yang terjadi melalui reaksi yang berbeda antara lain oksidasi, reduksi,
oksidaksi-reduksi, hidrasi, solusi, dan hidrolisis. Hasil akhir sederhana dari
perombakan bahan organik antara lain kation-kation basa seperti Ca, Mg, K
dan Na.
Pelepasan kation-kation basa ke dalam larutan tanah akan
menyebabkan tanah jenuh dengan kation-kation tersebut dan pada akhirnya
akan meningkatkan pH tanah. Selanjutnya Richie (1989) menyatakan bahwa
peningkatan pH akibat penambahan bahan organik karena proses mineralisasi
dari anion organik menjadi CO2 dan H2O atau karena sifat alkalin dari bahan
organik tersebut. Jadi dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat
meningkatan pH tanah namun besarnya peningkatan tersebut sangat
tergantung dari kualitas bahan organik yang dipergunakan.
Perbedaan dalam kecepatan proses dekomposisi dan mineralisasi dari
masing-masing jenis bahan organik tersebut pada akhirnya berkorelasi dengan
sumbangan C dan N ke dalam tanah, meskipun dari semua jenis bahan organik
yang digunakan termasuk dalam bahan organik yang berkualitas tinggi atau
berkategori labil dimana paruh waktu (turn over) berkisar 0,1 – 0,05 tahun.
B. Pencampuran pupuk
Pupuk campuran dapat di kerjakan dengan cara yang relatif sederhana,
khususnya bila campuran terdapat pada derajatr yang rendah (misalnya pupuk
yang mengandung presentase nitrogen yang rendah). Mereka dibuat dari
bahan campuran penting yang cocok dan yang besar menentukan derajat atau
susunan yang dinginkan. Terdapat perlengkapan yang mencampur massa
pupuk. Dalam pemakaiannya pupuk buatan terbukti mempunyai kelebihan yang
positif daripada pupuk organik, seperti pupuk kandang, air kotoran dari
kandang, kotoran manusia dan kompos sebagai berikut (Hardjodinomo, 1970).
Dalam melakukan pencampuran pupuk maka kita harus menghitung
kandungan unsure hara masing – masing pupuk. Dalam praktikum kali ini
perbandingan NPK yang digunakanan adalah 8:12:6. Pupuk yang di gunakan
adalah ZA, SP 20 dan KCL. Setelah dilakukan perhitungan dapat di ketahui
jumlah kebutuhan pupuk tersebut, yaitu pupuk ZA 8 gr, pupuk SP 20 60gr dan
KCl 12 gr.
Beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat pupk campur
adalah:
1. Pupuk yang akan di campur harus berfasa sama
2. Tidak menimbulkan efek campuran yang merugikan tanaman
3. Pencampuran pupuk harus dilakukan dalam keadaan kering
4. Kandungan haranya harus dihitung
5. Kekurangan bahan pupuk dapat diisi dengan bahan pengisi yang
berbentuk serbuk, tanah kering dan abu gosok.
Keuntungan dari pupuk campur ini antara lain:
1) Dapat menggantikan pupuk majemuk NPK yang relatif mahal
2) Dalam sekali pemupukan unsut hara yang diberikan sudah terlengkapi
3) Murah harganya, serta meningkatkan kreatifitas pemupukan
Pupuk buatan yang secara umum digunakan dalam usaha pertanian
antara lain: Urea, ZK, SP-36, KCl, ZA, dan TSP (Lingga dan Marsono, 2000).
Keadaan unsur hara dalam tanah dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
kecepatan pelapukan mineral tanah, sifat bahan induk, keadaan tanaman yang
hidup di atasnya, dan laju pencucian oleh air hujan (Rosmarkam, 2002). Unsur
hara dalam tanah dapat menjadi berkurang atau hilang karena Terserap oleh
tanaman dan selanjutnya terbawa keluar ketika panenan berlangsung.
C. Pengapuran
Pengapuran merupakan salah satu cara untuk memperbaiki tanah yang
bereaksi asam atau basa. Tujuan dari pengapuran adalah untuk menaikkan pH
tanah sehingga karenanya unsur-unsur hara menjadi lebih tersedia,
memperbaiki struktur tanahnya sehingga kehidupan organisme dalam tanah
lebih giat, dan menurunkan kelarutan zat-zat yang sifatnya meracuni tanaman
dan unsur lain tidak banyak terbuang.
Bila ada kelebihan pemberian kapur, yaitu penambahan kapur melebihi
pH tanah yang diperlukan oleh pertumbuhan optimum tanaman, biasanya
tanaman akan memberikan tanggapan terhadap pengapuran akan sangat
menderita, terutama pada tahun pertama pemberian kapur. Pemberian kapur
dalam jumlah sedang pada tanah berat tidak akan memberikan pengaruh
buruk. Tetapi, pada tanah berpasir atau berdebu dan bahan organik rendah
jumlah pemberian kapur yang sama menyebabkan banyak tanaman menderita.
IV. KESIMPULAN
1. Pengenalan Pupuk
a. Sifat fisik pupuk dapat diamati melalui berbagai bentuk, warna, fase, dosis
serta kegunaan yang tercantum dalam kemasan dari tiap-tiap pupuk.
b. Sifat pupuk dapat dilihat dari higroskopisitasnya, kelarutannya,
keasamannya.
c. Urutan pupuk dari yang paling higroskopis adalah Urea, ZA, KCL,
Gandasil A dan B, Mutiara, PHONSKA, dan SP-20.
d. Urutan pupuk dari yang paling asam adalah Mutiara, ZA, Urea, KCl,
Gandasil A dan B, PHONSKA, dan SP-20
2. Pencampuran Pupuk
Pencampuran pupuk dapat dilakukan secara manual dengan
menggunakan perhitungan yang tepat dan takaran yang pas, sesuai dengan
kebutuhan. Dalam praktikum kali ini perbandingan NPK yang digunakan adalah
8:12:6. Pupuk yang di gunakan adalah ZA, SP-20 dan KCl. Setelah dilakukan
perhitungan dapat diketahui jumlah kebutuhan pupuk tersebut, yaitu pupuk ZA
8 gr, pupuk SP 20 60gr dan KCl 12 gr.
3. Pengapuran
a. Tanah masam karena kandungan H+ yang tinggi dan banyak ion AL3+
yang bersifat masam karena dengan air ion tersebut dapat menghasilkan
H+. Di daerah rawa-rawa atau tanah gambut, tanah masam umumnya
disebabkan oleh kandungan asam sulfat yang tinggi.
b. Reaksi tanah dibedakan menjadi kemasaman (reaksi tanah) aktif dan
potensial. Reaksi tanah aktif ialah yang diukurnya konsentrasi hidrogen
yang terdapat bebas dalam larutan tanah. Reaksi tanah potensial ialah
banyaknya kadar hidrogen dapat tukar baik yang terjerap oleh kompleks
koloid tanah maupun yang terdapat dalarn larutan.
c. Untuk menetralkan tanah mineral asam seluas 1 hektar, kedalaman 20
cm mengandung Al – dd 2 me/100gr. Berat jenis tanah 1,2 gr/cm3.
Kebutuhan Al – dd1,5 X Al – dd. Setelah dihitung kapur murni yang di
butuhkan adalah 3,6 ton CaCO3 / ha.
DAFTAR PUSTAKA
Foth, Henry D. 1995. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
Hardjodinomo, 1970. Ilmu Memupuk. Bandung : penerbit Binacipta.
Hardjowigeno, Sarwono. 1987. Ilmu Tanah. Bogor; CV Akademika pressindo.
___________________. 1993. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta:
Akademika Pressindo
Lingga dan Marsono. 2007. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Nurjaya dan Setyorini, D. 2009. Uji Tanah Untuk Menilai Kesuburan Tanah
Mendukung Produksi Tanaman. Balai Besar Pengkajian dan
Pengembangan Teknologi Pertanian Bogor. Bogor.
Rosmarkam, Afandi. 2002. Ilmu Kesuburan Tanah. Yogyakarta; Kaninisus.