pembahasan tpp blok 2 observasi(1)

26
Tugas Pengenalan Profesi Blok II BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dan pasien merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam praktik kedokteran. Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk berbincang-bincang dengan pasiennya sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya, dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja. Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan, kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing. Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar FK UMP 2012 Page 1

Upload: rizky-zuriati

Post on 14-Jul-2016

23 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

tpp fk ump blok 2

TRANSCRIPT

Page 1: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam profesi kedokteran, komunikasi dokter dan pasien merupakan salah satu

kompetensi yang harus dikuasai oleh dokter. Kompetensi komunikasi menentukan

keberhasilan dalam membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien. Selama ini

kompetensi komunikasi dapat dikatakan terabaikan, baik dalam pendidikan maupun dalam

praktik kedokteran.

Di Indonesia, sebagian dokter merasa tidak mempunyai waktu yang cukup untuk

berbincang-bincang dengan pasiennya sehingga hanya bertanya seperlunya. Akibatnya,

dokter bisa saja tidak mendapatkan keterangan yang cukup untuk menegakkan diagnosis dan

menentukan perencanaan dan tindakan lebih lanjut. Dari sisi pasien, umumnya pasien merasa

dalam posisi lebih rendah di hadapan dokter sehingga takut bertanya dan bercerita atau hanya

menjawab sesuai pertanyaan dokter saja. Tidak mudah bagi dokter untuk menggali

keterangan dari pasien karena memang tidak bisa diperoleh begitu saja.

Oleh karena itu, perlu dibangun hubungan saling percaya yang dilandasi keterbukaan,

kejujuran dan pengertian akan kebutuhan, harapan, maupun kepentingan masing-masing.

Dengan terbangunnya hubungan saling percaya, pasien akan memberikan keterangan yang

benar dan lengkap sehingga dapat membantu dokter dalam mendiagnosis penyakit pasien

secara baik dan memberi obat yang tepat bagi pasien. Komunikasi yang baik dan berlangsung

dalam kedudukan setara sangat diperlukan agar pasien dapat menceritakan sakit atau keluhan

yang dialaminya secara jujur dan jelas. Komunikasi efektif mampu mempengaruhi emosi

pasien dalam pengambilan keputusan tentang rencana tindakan selanjutnya, sedangkan

komunikasi tidak efektif akan mengundang masalah kepada dokter dan pasien sendiri.

Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh dokter dan pasien.

Permasalahan komunikasi dengan pasien hanya akan menyita waktu dokter, tampaknya harus

diluruskan. Sebenarnya bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif

dengan pasiennya, banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan

baik kondisi pasien dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter.

Kondisi ini amat berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa

tenang dan aman ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan

nasihat dokter karena yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya.

FK UMP 2012 Page 1

Page 2: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Pasien percaya bahwa dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya.

(Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini ialah

Bagaimana cara berkomunikasi yang efektif antara dokter dan pasien ?

1.3 Tujuan

1.3.1Tujuan Umum

1. Untuk mengetahui cara komunikasi yang efektif antara dokter dengan pasien.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui sejauh mana hubungan dokter dan pasien yang telah terjalin di

Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

2. Untuk mengetahui cara melakukan komunikasi secara efektif dengan pasien demi

tercapai pelayanan medis secara optimal.

1.4 Manfaat

Melalui pelaksanaan TPP ini diharapkan memberikan manfaat :

1. Menambah pengetahuan tentang komunikasi efektif antara dokter dan pasien

sehingga pada saatnya menjadi seorang dokter mampu mengaplikasikannya dengan

kehidupan nyata.

2. Menambah pengalaman dan observasi lapangan.

FK UMP 2012 Page 2

Page 3: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Komunikasi

Komunikasi tidak bisa dipisahkan dari manusia yang pada dasarnya merupakan

makhluk sosial. Komunikasi merupakan proses penyampaian pikiran-pikiran atau informasi

seseorang kepada orang lain melalui suatu cara tertentu sehingga orang lain mengerti betul

apa yang dimaksud oleh penyampai pikiran. Johnson dan Jonshon (1997) mengatakan bahwa

komunikasi merupakan usaha menimbulkan respon-respon melalui lambang-lambang verbal.

Secara lebih luas, komunikasi diartikan sebagai bentuk tingkah laku seseorang, baik verbal

maupun non verbal yang ditanggapi oleh orang lain. Konsep penting yang berhubungan

dengan komunikasi adalah umpan balik.

Apabila seorang berbicara dengan orang lain maka yang diharapkan adalah

jawabannya sehingga dapat diketahui pikiran, perasaan dan kemudian melaksanakan apa

yang dimaksud. Menurut Mulyana (2001) komunikasi adalah proses penyampaian informasi

dari pengirim kepada penerima, artinya informasi itu dapat dipahami oleh penerima, juga

oleh orang itu sendiri.

2.2 Dasar-dasar Komunikasi

Pada dasarnya, setiap orang memerlukan komunikasi sebagai salah satu alat bantu

dalam kelancaran bekerja sama dengan orang lain dalam bidang apapun. Komunikasi

berbicara tentang cara menyampaikan dan menerima pikiran-pikiran, informasi, perasaan,

dan bahkan emosi seseorang, sampai pada titik tercapainya pengertian yang sama antara

penyampai pesan dan penerima. Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi antara dokter

dan pasien di tempat praktik diartikan tercapainya pengertian dan kesepakatan yang dibangun

dokter bersama pasien pada setiap langkah penyelesaian masalah pasien. Untuk sampai pada

tahap tersebut, diperlukan berbagai pemahaman seperti pemanfaatan jenis komunikasi (lisan,

tulisan/verbal, non-verbal), menjadi pendengar yang baik (active listener), adanya

penghambat proses komunikasi (noise), pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi

yang tepat (channel), dan mengenal mengekspresikan perasaan dan emosi.

Selanjutnya, definisi tersebut menjadi dasar model proses komunikasi yang berfokus

pada pengirim pikiran-pikiran atau informasi (sender/source), saluran yang dipakai

FK UMP 2012 Page 3

Page 4: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

(channel) untuk menyampaikan pikiran-pikiran atau informasi, dan penerima pikiran-pikiran

atau informasi (receiver). Model tersebut juga akan mengilustrasikan adanya penghambat

pikiran-pikiran atau informasi sampai ke penerima (noise), dan umpan balik (feedback) yang

memfasilitasi kelancaran komunikasi itu sendiri. (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006)

2.3 Definisi Orientasi Komunikasi

Orientasi dapat diartikan sebagai peninjauan untuk menentukan kecenderungan

pandangan atau sikap yang tepat dan benar (Tim Redaksi KBBI, 1991). Orientasi komunikasi

secara harafiah merupakan suatu kecenderungan sikap dalam berkomunikasi antara dokter

dengan pasiennya. Dalam hubungan dokter dan pasien, baik dokter maupun pasien dapat

berperan sebagai sumber atau pengirim pesan secara bergantian. Suatu komunikasi yang

berorientasi baik dan buruk erat kaitannya dengan komunikasi yang efektif (Ismawati, 2009).

Orientasi yang baik dari komunikasi diartikan sebagai suatu keberhasilan dalam

sebuah interaksi dan dinyatakan sebagai komunikasi yang efektif, sedangkan orientasi yang

buruk menandakan ketidakefektifan dari komunikasi tersebut. Komunikasi efektif dapat

mengatasi kendala yang ditimbulkan baik pasien maupun dokter. Saat berkomunikasi, dokter

dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien dan keluarganya begitupun pasien dapat

percaya sepenuhnya kepada dokter. Keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien

ditentukan oleh kemampuannya untuk mengkomunikasikan secara jelas apa yang ingin

disampaikan, menciptakan kesan yang diinginkan atau mempengaruhi pasien sesuai

kehendaknya (Ismawati, 2009).

Peningkatan keefektifan dokter dalam berhubungan dengan pasien dapat dicapai

dengan cara berlatih mengungkapkan maksud, menerima umpan balik tentang tingkah

lakunya dan memodifikasi tingkah laku sampai pasien mempersepsikannya sebagaimana

yang dimaksudkan. Artinya, sampai akibat-akibat yang ditimbulkan oleh tingkah lakunya

dalam diri pasien itu seperti yang diharapkan dokter. Komunikasi disebut efektif apabila

penerima menginterpretasikan pesan yang diterima sebagaimana dimaksudkan oleh pengirim

(Supratiknya, 1995).

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa orientasi komunikasi

adalah suatu kecenderungan sikap dalam menyampaikan informasi dari seseorang kepada

orang lain, secara verbal maupun non verbal sehingga dapat menimbulkan pengertian

bersama antara dokter dan pasien.

FK UMP 2012 Page 4

Page 5: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

2.4 Komunikasi Efektif dalam Hubungan Dokter-Pasien

Komunikasi efektif dapat mengatasi kendala yang ditimbulkan oleh pasien dan

dokter. Bila dokter dapat membangun hubungan komunikasi yang efektif dengan pasiennya,

banyak hal-hal negatif dapat dihindari. Dokter dapat mengetahui dengan baik kondisi pasien

dan keluarganya dan pasien pun percaya sepenuhnya kepada dokter. Kondisi ini amat

berpengaruh pada proses penyembuhan pasien selanjutnya. Pasien merasa tenang dan aman

ditangani oleh dokter sehingga akan patuh menjalankan petunjuk dan nasihat dokter karena

yakin bahwa semua yang dilakukan adalah untuk kepentingan dirinya. Pasien percaya bahwa

dokter tersebut dapat membantu menyelesaikan masalah kesehatannya. (Konsil Kedokteran

Indonesia, 2006)

Menurut Kurtz (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan bahwa

komunikasi efektif justru tidak memerlukan waktu lama. Komunikasi efektif terbukti

memerlukan lebih sedikit waktu karena dokter terampil mengenali kebutuhan pasien (tidak

hanya ingin sembuh). Dalam pemberian pelayanan medis, adanya komunikasi yang efektif

antara dokter dan pasien merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter dapat

melakukan manajemen pengelolaan masalah kesehatan bersama pasien, berdasarkan

kebutuhan pasien.

Dalam membangun komunikasi efektif dokter dan pasien perlunya memberikan pedoman

(guidance) untuk dokter guna memudahkan berkomunikasi dengan pasien dan atau

keluarganya (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006). Melalui pemahaman tentang hal-hal

penting dalam pengembangan komunikasi dokter dan pasien diharapkan terjadi perubahan

sikap dalam hubungan dokter dan pasien yang lebih baik. Menurut Kurtz (dalam Konsil

Kedokteran, 2006). Tujuan dari komunikasi efektif antara dokter dan pasiennya adalah untuk

mengarahkan proses penggalian riwayat penyakit lebih akurat untuk dokter, lebih

memberikan dukungan pada pasien, dengan demikian lebih efektif dan efisien bagi keduanya.

Menurut Kurzt (dalam Konsil Kedokteran, 2006) menyatakan dalam dunia kedokteran

ada dua pendekatan komunikasi yang digunakan :

Disease centered communication style atau doctor centered communication style,

komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam usaha menegakkan diagnosis,

termasuk penyelidikan dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala

FK UMP 2012 Page 5

Page 6: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Illness centered communication style atau patient centered communication style,

komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien tentang penyakitnya yang secara

individu merupakan pengalaman unik. Di sini termasuk pendapat pasien,

kekhawatirannya, harapannya, apa yang menjadi kepentingannya serta apa yang

dipikirkannya.

Dengan kemampuan dokter memahami harapan, kepentingan, kecemasan, serta

kebutuhan pasien dalam patient centered communication style sebenarnya tidak memerlukan

waktu lebih lama dari pada doctor centered communication style. Keberhasilan komunikasi

antara dokter dan pasien pada umumnya akan melahirkan kenyamanan dan kepuasan antara

dokter dan pasien, khususnya menciptakan satu kata tambahan bagi pasien yaitu

mendapatkan empati. Empati itu sendiri dapat dikembangkan apabila dokter memiliki

ketrampilan mendengarkan dan berbicara yang dapat dipelajari dan dilatih. Menurut Carma

L. Bylund & Gregory Makoul dalam tulisannya tentang Emphatic Communication in

Physician-Patient Encounter (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) menyatakan betapa

pentingnya empati ini dikomunikasikan. Dalam konteks ini empati disusun dalam batasan

definisi berikut :

1. Kemampuan kognitif seorang dokter dalam mengerti kebutuhan pasien (a physician

cognitive capacity to understand patient’s needs).

2. Menunjukkan afektifitas/sensitifitas dokter terhadap perasaan pasien (an affective

sensitivity to patient’s feelings).

3. Kemampuan perilaku dokter dalam memperlihatkan/menyampaikan empatinya

kepada pasien (a behavioral ability to convey empathy to patient).

2.5 Aplikasi Komunikasi Efektif Dokter Pasien

2.5.1 Sikap Profesional Dokter

Menurut Silverman (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) sikap profesional

seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya (dealing with

task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan fungsinya;

mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi dengan

tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-self) dan mampu menghadapi berbagai

macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang lain

(dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini

FK UMP 2012 Page 6

Page 7: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter yang merupakan

landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif. Sikap profesional ini hendaknya

dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses konsultasi berlangsung, dan di

akhir konsultasi. Contoh sikap dokter ketika menerima pasien yaitu :

Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.

Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.

Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu menganggap

penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).

Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum, spesialis,

dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-

lain).

Menilai suasana hati lawan bicara.

Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien.

Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna

menunjukkan perhatian dan kesungguhan mendengarkan.

Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak

perlu.

Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap

menunjukkan raut wajah dan sikap yang tenang.

Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan

keputusan.

Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.

Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.

Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.

2.5.2 Sesi Pengumpulan Informasi

Di dalam komunikasi dokter dan pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi

pengumpulan informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi

penyampaian informasi. Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat

terjerumus ke dalam sesi penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi

dan konseling) secara prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran

dokter. Dalam dunia kedokteran, model proses komunikasi pada sesi penggalian

FK UMP 2012 Page 7

Page 8: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

informasi telah dikembangkan oleh Van Dalen (dalam Konsil Kedokteran Indonesia,

2006) dan digambarkan dalam sebuah model yang sangat sederhana dan aplikatif.

Kotak 1 : Pasien memimpin pembicaraan melalui pertanyaan terbuka yang

dikemukakan oleh dokter (Patient takes the lead through open ended question by the

doctor).

Kotak 2 : Dokter memimpin pembicaraan melalui pertanyaan

tertutup/terstruktur yang telah disusunnya sendiri (Doctors takes the lead through

closed question by the doctor).

Kotak 3 : Kesepakatan apa yang harus dan akan dilakukan berdasarkan

negosiasi kedua belah pihak (Negotiating agenda by both).

Sesi penggalian informasi terdiri dari (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) :

1. Menurut Silverman (1998) menggali alasan kedatangan pasien, dimana belum tentu

keluhan utama secara medis inilah yang disebut dalam kotak pertama model Van

Dalen (2005). Pasien harus menceritakan keluhan atau apa yang dirasakan sesuai

sudut pandangnya (illness perspective). Pasien berada pada posisi sebagai orang yang

paling tahu tentang dirinya karena mengalaminya sendiri. Sesi ini akan berhasil

apabila dokter mampu menjadi pendengar yang aktif (active listerner), sedangkan

pendengar yang aktif adalah fasilitator yang baik sehingga pasien dapat

mengungkapkan kepentingan, harapan, kecemasannya secara terbuka dan jujur. Dari

hal ini akan membantu dokter dalam menggali riwayat kesehatannya yang

merupakan data-data penting untuk menegakkan diagnosis.

2. Menurut Van Thiel (2000) penggalian riwayat penyakit dapat dilakukan melalui

pertanyaan-pertanyaan terbuka dahulu, yang kemudian diikuti pertanyaan tertutup

yang membutuhkan jawaban ”ya” atau ”tidak”. Inilah yang dimaksud dalam kotak

kedua dalam model Van Dalen (2005). Dokter sebagai seorang yang ahli, akan

menggali riwayat kesehatan pasien sesuai kepentingan medis (disease perspective).

Selama proses ini, fasilitasi terus dilakukan agar pasien mengungkapkan keluhannya

dengan terbuka, serta proses negosiasi saat dokter hendak melakukan komunikasi

satu arah maupun rencana tindakan medis.

2.5.3 Sesi Penyampaian Informasi

FK UMP 2012 Page 8

Page 9: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Setelah sesi sebelumnya dilakukan dengan akurat, maka dokter dapat menyampaikan

kepada pasien dalam sesi memberikan penjelasan informasi. Tanpa informasi yang

akurat di sesi sebelumnya, dokter dapat terjebak dalam kecurigaan yang tidak beralasan.

Secara ringkas ada 6 hal yang penting diperhatikan agar efektif dalam berkomunikasi

dengan pasien (Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) yaitu:

1. Materi Informasi apa yang disampaikan

a) Tujuan anamnesis dan pemeriksaan fisik (kemungkinan rasa tidak nyaman/sakit

saat pemeriksaan).

b) Kondisi saat ini dan berbagai kemungkinan diagnosis.

c) Berbagai tindakan medis yang akan dilakukan untuk menentukan diagnosis,

termasuk manfaat, risiko, serta kemungkinan efek samping/komplikasi.

d) Hasil dan interpretasi dari tindakan medis yang telah dilakukan untuk

menegakkan diagnosis.

e) Diagnosis, jenis atau tipe.

f) Pilihan tindakan medis untuk tujuan terapi (kekurangan dan kelebihan masing-

masing cara).

g) Prognosis.

h) Dukungan (support) yang tersedia.

2. Siapa yang diberi informasi

a) Pasien, apabila dia menghendaki dan kondisinya memungkinkan.

b) Keluarganya atau orang lain yang ditunjuk oleh pasien.

c) Keluarganya atau pihak lain yang menjadi wali/pengampu dan bertanggung

jawab atas pasien kalau kondisi pasien tidak memungkinkan untuk berkomunikasi

sendiri secara langsung.

3. Berapa banyak atau sejauh mana

a) Untuk pasien: sebanyak yang pasien kehendaki, yang dokter merasa perlu untuk

disampaikan, dengan memerhatikan kesiapan mental pasien.

b) Untuk keluarga: sebanyak yang pasien/keluarga kehendaki dan sebanyak yang

dokter perlukan agar dapat menentukan tindakan selanjutnya.

4. Kapan menyampaikan informasi

Segera, jika kondisi dan situasinya memungkinkan.

5. Di mana menyampaikannya

a) Di ruang praktik dokter.

FK UMP 2012 Page 9

Page 10: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

b) Di bangsal, ruangan tempat pasien dirawat.

c) Di ruang diskusi.

d) Di tempat lain yang pantas, atas persetujuan bersama, pasien/keluarga dan dokter.

6. Bagaimana menyampaikannya

a) Informasi penting sebaiknya dikomunikasikan secara langsung, tidak melalui

telpon, juga tidak diberikan dalam bentuk tulisan yang dikirim melalui pos,

faksimile, sms, internet.

b) Persiapan meliputi :

materi yang akan disampaikan (bila diagnosis, tindakan medis, prognosis

sudah disepakati oleh tim).

ruangan yang nyaman, memperhatikan privasi, tidak terganggu orang lalu

lalang, suara gaduh dari tv/radio, telepon.

waktu yang cukup.

mengetahui orang yang akan hadir (sebaiknya pasien ditemani oleh

keluarga/orang yang ditunjuk bila hanya keluarga yang hadir sebaiknya lebih

dari satu orang).

c) Jajaki sejauh mana pengertian pasien/keluarga tentang hal yang akan dibicarakan.

d) Tanyakan kepada pasien/keluarga, sejauh mana informasi yang diinginkan dan

amati kesiapan pasien/keluarga menerima informasi yang akan diberikan.

2.5.4 Langkah-langkah Komunikasi Efektif

Menurut Poernomo (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) ada empat langkah

yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi efektif, yaitu SAJI (salam,

ajak bicara, jelaskan, dan ingatkan)

Secara rinci penjelasan mengenai SAJI adalah sebagai berikut :

1. Salam

Beri salam, sapa dia, tunjukkan bahwa Anda bersedia meluangkan waktu untuk

berbicara dengannya.

2. Ajak Bicara

`Usahakan berkomunikasi secara dua arah. Jangan bicara sendiri. Dorong agar pasien

mau dan dapat mengemukakan pikiran dan perasaannya. Tunjukkan bahwa dokter

menghargai pendapatnya, dapat memahami kecemasannya, serta mengerti perasaannya.

FK UMP 2012 Page 10

Page 11: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Dokter dapat menggunakan pertanyaan terbuka maupun tertutup dalam usaha menggali

informasi.

3. Jelaskan

Beri penjelasan mengenai hal-hal yang menjadi perhatiannya, yang ingin

diketahuinya, dan yang akan dijalani/dihadapinya agar ia tidak terjebak oleh pikirannya

sendiri. Luruskan persepsi yang keliru. Berikan penjelasan mengenai penyakit, terapi,

atau apapun secara jelas dan detil.

4. Ingatkan

Percakapan yang dokter lakukan bersama pasien mungkin memasukkan berbagai

materi secara luas, yang tidak mudah diingatnya kembali. Di bagian akhir percakapan,

ingatkan dia untuk hal-hal yang penting dan koreksi untuk persepsi yang keliru. Selalu

melakukan klarifikasi apakah pasien telah mengerti benar, maupun klarifikasi terhadap

hal-hal yang masih belum jelas bagi kedua belah pihak serta mengulang kembali akan

pesan-pesan kesehatan yang penting.

2.6 Hak dan Kewajiban Dokter-Pasien

2.6.1 Hak dan Kewajiban Dokter

Dalam Undang-undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dalam paragraf 6 berisi

tentang Hak dan Kewajiban Dokter atau Dokter Gigi.

Adapun Hak Dokter dalam Pasal 50 yaitu:

a. Memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas sesuai dengan

standar profesi dan standar prosedur operasional.

b. Memberikan pelayanan medis menurut standar profesi dan standar prosedur

operasional.

c. Memperoleh informasi yang lengkap dan jujur dari pasien atau keluarganya.

d. Menerima imbalan jasa.

Sedangkan Kewajiban Dokter dalam Pasal 51 adalah:

a. Memberikan pelayanan medis sesuai dengan standar profesi dan standar

prosedur operasional serta kebutuhan medis pasien.

FK UMP 2012 Page 11

Page 12: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

b. Merujuk pasien ke dokter atau dokter gigi lain yang mempunyai keahlian atau

kemampuan yang lebih baik, apabila tidak mampu melakukan suatu pemerikasaan

atau pengobatan.

c. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga

setelah pasien itu meninggal dunia.

d. Melakukan pertolongan darurat atas dasar perikemanusiaan, kecuali bila ia

yakin ada orang lain yang bertugas dan mampu melakukannya.

e. Menambah ilmu pengetahuan dan mengikuti perkembangan ilmu kedokteran

atau kedokteran gigi.

2.6.2 Hak dan Kewajiban Pasien

Dalam Undang-Undang No. 29 Tahun 2004 yang terkandung dlam paragraf 7 berisi

tentang Hak dan Kewajiban Dokter.

Adapun Hak Pasien dalam Pasal 52, yaitu:

a. Mendapatkan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 45 ayat (3).

b. Meminta pendapat dokter atau dokter gigi lain.

c. Mendapatkan pelayanan sesuai dengan kebutuhan medis.

d. Menolak tindakan medis.

e. Mendapatkan isi rekam medis.

Kewajiban Pasien dalam Pasal 53, yaitu:

a. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.

b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter atau dokter gigi.

c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan.

d. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima.

FK UMP 2012 Page 12

Page 13: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Tempat Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter Pasien ini akan

dilaksanakan di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang.

3.1 Waktu Pelaksanaan

Tugas Pengenalan Profesi ini akan dilaksanakan pada :

Hari dan Tanggal : 22 Oktober – 03 November 2012

Jam : 08.00 WIB s.d.selesai

3.3 Subjek Tugas Mandiri

Subjek untuk tugas mandiri ini adalah dokter di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah

Palembang.

3.4 Langkah Kerja

Langkah kerja pelaksanaan Tugas Pengenalan Profesi :

No. Langkah kerja Tanggal Pelaksanaan

1. Konsultasi pembimbing 8– 13 Oktober 2012

2.Pembuatan proposal dan panduan

Observasi15 - 20 Oktober 2012

FK UMP 2012 Page 13

Page 14: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

3.Meminta surat persetujuan dan

pelaksanaan TPP kepada pembimbing15– 20 Oktober 2012

4. Pelaksanaan TPP 22 Oktober 2012 – 03 November 2012

5. Pembuatan laporan pelaksanaan TPP 04 November2012

6 Pleno TPP 05-10 November 2012

3.5 Alat-alat yang digunakan

Alat-alat yang digunakan, yaitu:

1. Alat tulis

2. Daftar panduan observasi

3. Kamera

BAB IV

PENUTUP

Demikian proposal Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi Dokter

Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika, Hukum,

dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang ini

kami buat dengan harapan agar Tugas Pengenalan Profesi berjudul Observasi Komunikasi

Dokter Pasien di Poliklinik Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang pada blok II Etika,

Hukum, dan Komunikasi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang ini dapat terlaksana dengan baik, semua berkat dukungan dari bapak/ibu.

Atas perhatian dan kerjasama ibu, kami haturkan terima kasih.

Palembang, Oktober 2012

Menyetujui,

Nurindah Fitria, M.Psi. Psi

FK UMP 2012 Page 14

Page 15: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

DAFTAR PUSTAKA

Ismawati,wahyu.2009. http://etd.eprints.ums.ac.id/7436/2/F100030128.pdf, diunduh tanggal

10 Oktober 2012

Johnson, D. W. & Johnson. F. P. 1997. Joining Together : Group Theory and Skill. Boston :

Prentice Hall Interbational

Konsil Kedokteran Indonesia. 2006.Komunikasi Efektif Dokter Pasien .Jakarta:KKI

Kurtz, S., Silverman, J., Drapper, J. 1998. Teaching and Learning Communication Skills in

Medicine. Oxon: Radcliffe Medical Press

Mulyana, D. 2001. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung :Rosda.

Mulyohadi, M. A., Ieda, P.S.S, & Huzna, Z. 2006. Komunikasi Efektif Dokter-Pasien.

http://inamc.or.id/download/Manua l Komunikasi Efektif.pdf, di unduh tanggal 10 oktober

2012

Supratiknya, A. 1995.Komunikasi Antar Pribadi. Tinjauan Psikologis. Yogyakarta:Kanisius

FK UMP 2012 Page 15

Page 16: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

Tim Redaksi KBBI. 1991. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Undang Undang Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran.

LAMPIRAN

PANDUAN OBSERVASI KOMUNIKASI DOKTER PASIEN

Nama Dokter :dr. YF

Nama Pasien :RRP dan Bpk. M

NOObjek

Penilaian

Penilaian

Sangat

KurangKurang Baik

Sangat

Baik

1Dokter menyilahkan masuk dan

mengucapkan salam kepada pasien

2Dokter memanggil/menyapa pasien

dengan namanya

3Dokter menciptakan suasana yang

nyaman (bersikap ramah)

4 Dokter memperkenalkan diri

5 Dokter menjelaskan tugas/perannya

6Dokter menunjukkan raut wajah dan

sikap yang tenang kepada pasien

7Dokter menggunakan kontak mata

kepada pasien

FK UMP 2012 Page 16

Page 17: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

8Dokter menggunakan pengucapan yang

jelas kepada pasien

9Dokter menunjukan empati kepada

pasien

10 Dokter menanyakan keluhan pasien

11 Dokter mendengarkan keluhan pasien

12Dokter tidak memotong pembicaraan

pasien

13Dokter menjelaskan mengenai penyakit

yang diderita oleh pasien

14 Dokter melakukan informed consent

15Dokter menjelaskan ulang pesan-pesan

penting kepada pasien

16Dokter melakukan negosiasi segala

sesuatu berdasarkan kepentingan pasien

17Dokter mengucapkan terima kasih dan

berdiri ketika pasien hendak pulang

FK UMP 2012 Page 17

Page 18: Pembahasan TPP BLOK 2 Observasi(1)

Tugas Pengenalan Profesi Blok II

FK UMP 2012 Page 18

Catatan : Karena praktek dilapangan ternyata bukan di poliklinik RSMP seperti sebagaimana yang di rencanakan, tetapi di IGD RSMP, maka ada beberapa paduan observasi dokter pasien yang tidak dilakukan seperti: dokter menyilahkan pasien masuk, menjelaskan tugas dan peranannya serta berdiri ketika pasien hendak pulang. Hal tersebut dikarenakan situasi dan kondisi pasien yang berada di IGD yang harus dilakukan tindakan medis dengan segera. Tetapi dokter sudah menciptakan suasana yang nyaman, bersikap ramah dan menunjukkan sikap empati ke pasien dengan menanyakan dan mendengarkan keluhan yang disampaikan pasien.

Analisis :

Observasi mengenai komunikasi antara dokter dan pasien di Rumah Sakit Muhammadiyah Palembang, tepatnya di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD) dengan dokter YF dapat dikatakan berjalan cukup lancar. Sesuai dengan pendapat Poernomo (dalam Konsil Kedokteran Indonesia, 2006) ada empat langkah yang terangkum dalam satu kata untuk melakukan komunikasi efektif, yaitu SAJI (salam, ajak bicara, jelaskan, dan ingatkan), dokter YF dapat dikatakan sudah baik dalam menerapkan hal tersebut, dokter YF selalu dengan baik mengajak bicara dengan menanyakan keluhan, serta mendengarkan keluhan tersebut. Dokter juga menjelaskan penyakit dan mengingatkan agar pasien tidak melakukan hal-hal yang dapat memperparah penyakit pasien. Akan tetapi, dalam hal “salam” dirasa kurang, karena berdasarkan hasil observasi, pada saat awal memulai dan mengakhiri komunikasi, dokter tidak mengucapkan salam terlebih dahulu.

Dokter YF dapat menciptakan suasana yang nyaman, selalu menjaga kontak mata dengan pasien, menunjukkan raut wajah yang tenang pada pasien, selalu mendengar dan menanyakan keluhan pasien, serta tidak pernah memotong pembicaraan pasien. Hal tersebut sesuai dengan contoh dokter dalam menerima pasien yang tercantuk dalam Konsil Kedokteran Indonesia. Akan tetapi juga ada hal yang tidak dilakukan oleh dokter yang juga terdapat dalam Konsil Kedokteran Indonesia, seperti menyapa pasien dengan namanya serta kurang dalam memperkenalkan diri, menjelaskan tugas dan perannya serta negosiasi untuk kepentingan pasien. Hal-hal tersebut mungkin dikarenakan situasi dan kondisi dokter yang berada di IGD yang harus melakukan tindakan medis dengan segera kepada pasien.

Refleksi : Praktek dilapangan ternyata bukan di poliklinik RSMP seperti sebagaimana yang di rencanakan, tetapi di IGD RSMP, membuat saya sedikit bingung. Mungkin itu juga sebabnya ada beberapa paduan observasi dokter pasien yang kurang dilakukan dokter dengan baik. Oleh karena itu observasi selanjutnya, saya akan lebih mempersiapkan diri, karena memang saat praktek dilapangan banyak hal yang tidak sesuai seperti yang direncanakan. Setelah mempelajari dan melakukan observasi langsung ke lapangan, komunikasi efetif antara dokter dan pasien merupakan hal utama dalam hubungan dokter dan pasien. Untuk kedepannya, saya berharap dapat menerapkan komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien, untuk pelayanan mutu kesehatan yang lebih baik.