pemantauan kestabilan lereng

15
KOMPETENSI PEMANTAU KESTABILAN LERENG : IMPLIKASINYA TERHADAP PRODUKTIVITAS PENAMBANGAN SUMBER DAYA MINERAL Dedy Muljadihardja*, Herry Permana*, Fredy Epriliansyah* T. Yan W. M. Iskandarsyah** ABSTRAK Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat cepat perlu diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja yang prima, berkualitas tinggi dan mampu bersaing dalam pasar global. Pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu alternatif dalam upaya menciptakan dan meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas, kreatif, inovatif, komunikatif, bertanggungjawab dan serta mempunyai kemampuan menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Program pendidikan dan pelatihan ini harus memberikan hasil keluaran yang mempunyai kemampuan baku dan layak jual, oleh karenanya program pendidikan dan pelatihan yang berdasarkan kompetensi akan menjadi lebih bernilai untuk memenuhi tuntutan pasar yang diinginkan. Suatu lereng dinyatakan stabil atau tidak stabil adalah dengan menggunakan parameter-parameter sebagai beikut ; material, kekuatan tanah dan batuan, sudut lereng (slope angle), iklim, vegetasi, dan waktu. Sedangkan dalam melakukan pemeliharaan stabilitas lereng yang baik, terutama pada area penambangan, perlu dilakukan monitoring secara cermat dan teratur, melalui pemasangan alat-alat pemantau tinggi permukaan airtanah (piezometer), kecepatan gerakan tanah (extensometer) dan arah gerakan tanah (inclinometer). Pendidikan dan Pelatihan dibidang geologi, khususnya mengenai kestabilan lereng di wilayah pertambangan, merupakan suatu hal penting dan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kompetensi seorang pemantau kestabilan lereng di wilayah pertambangan. Tentunya hal ini dibutuhkan oleh setiap perusahaan pertambangan untuk meminimalisasi kejadian atau kecelakaan tambang yang diakibatkan oleh longsoran atau runtuhan dinding pit, serta untuk meningkatkan pengelolaan sumberdaya mineral yang berwawasan lingkungan dengan efektif dan efisien. Seorang pemantau kestabilan lereng harus memiliki pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang cukup, dalam hal ; Pemahaman tentang kestabilan lereng, pemahaman proses-proses yang mengakibatkan runtuhnya dinding pit, penganalisaan sudut lereng yang aman, penirisan air pada lereng pit, pemantauan kondisi lereng (visual dan peralatan mekanis), dan koordinasi antar departemen atau instansi terkait. Koordinasi dan komunikasi yang baik dapat dicapai apabila sumberdaya manusia yang dimiliki oleh perusahaan tambang mempunyai perilaku atau sikap yang baik. Sikap atau perilaku ini merupakan kompetensi yang tidak tampak (inner competence) yang cukup sulit untuk di tingkatkan, berbeda dengan pengetahuan dan ketrampilan yang merupakan kompetensi yang tampak dan mudah ditingkatkan melalui kursus-kursus atau diklat teknis. Ketiga faktor tersebut diatas merupakan unsur dasar dari kompetensi yang diartikan sebagai karakteristik/perilaku dasar yang berhubungan dengan kinerja efektif dalam tugas tertentu. Key words : kestabilan lereng, pendidikan dan pelatihan, pengetahuan, ketrampilan dan sikap/perilaku. * Pusdiklat Geologi, DESDM ** Jurusan Geologi, Universitas Padjadjaran  Dedy Muljadihardja , Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah. ”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Upload: adityo-padhi

Post on 06-Apr-2018

232 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 1/15

Page 2: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 2/15

I. PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berjalan sangat cepat perlu

diimbangi dengan kemampuan tenaga kerja yang prima, berkualitas tinggi dan mampu

bersaing dalam pasar global. Pendidikan dan pelatihan menjadi salah satu alternatif dalam

upaya menciptakan dan meningkatkan sumberdaya manusia yang bermutu, kreatif,

inovatif, dan mempunyai kemampuan menghadapi perkembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi. Program pendidikan dan pelatihan ini harus memberikan hasil keluaran yang

mempunyai kemampuan baku dan layak jual, oleh karenanya program pendidikan dan

pelatihan yang berdasarkan kompetensi akan menjadi lebih bernilai untuk memenuhi

tuntutan pasar yang diinginkan.

Geologi sebagai ilmu yang mempelajari bumi, merupakan salah satu bagian dari

ilmu pengetahuan yang berhubungan langsung dengan alam (natural sciences). Alam

menghadapkan kita pada resiko pasti yang menumbuhkan kesadaran manusia untuk 

langsung menjawab resiko tersebut, sehingga dibutuhkan tenaga kerja yang berkualitas

tinggi dalam menuntaskan pekerjaan geologi. Pada sektor energi dan sumberdaya mineral,

geologi mempunyai peranan yang sangat besar dalam penentuan potensi hingga cadangan

energi dan sumberdaya mineral, sehingga tenaga geologi yang memiliki kompetensi

cukup baik perlu diciptakan untuk mencapai target sektor energi dan sumberdaya mineral

yang telah ditentukan.

Geologi mempunyai peranan yang sangat penting di dalam melaksanakan

pembangunan yang berkelanjutan pada sektor energi dan sumberdaya mineral. Geologi

tidak hanya dipergunakan untuk penentuan potensi atau cadangan energi dan sumberdaya

mineral yang dapat dikelola, tetapi juga memberikan solusi bagi permasalahan konstruksi,

penataan lingkungan, pencemaran, bencana alam, dan wisata alam. Informasi geologi

umumnya dituangkan dalam program pemetaan yang selanjutnya diharapkan dapat

membantu pemahaman karakter alam bagi para perencana pembangunan sektor energi

dan sumberdaya mineral.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 3: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 3/15

II. PERAN GEOLOGI DALAM PERTAMBANGAN

Para ahli geologi maupun tenaga kerja dalam bidang geologi berperan dalam

mengantisipasi dan menterjemahkan beberapa kriteria geologi yang penting seperti :

1. Kondisi bentang alam yang menunjang tataguna lahan, drainase, erosi, abrasi, serta

kestabilan lereng.

2. Kondisi tanah meliputi sifat fisik dan mekanik tanah, penyebaran dan ketebalan untuk 

dievaluasi terhadap kestabilan lereng, potensi sebagai bahan bangunan, bahan dasar

industri, serta tempat pembuangan sampah.

3. Keberadaan dan kondisi bahan galian golongan Vital, Strategis, dan Industri.

4. Keberadaan sumberdaya air, baik air permukaan maupun airtanah.

5. Keberadaan struktur geologi yang mempengaruhi penempatan mineral ekonomis atau

kehadiran sesar aktif yang mempengaruhi sarana dan prasarana yang dibangun di

atasnya.

6. Potensi sumberdaya energi seperti energi migas, energi batubara, energi panasbumi

tenaga air, dan energi nuklir.

7. Potensi bahaya geologi seperti letusan gunungapi dan aliran lahar, gempa bumi dan

tsunami, banjir, longsoran dan amblesan.

8. Potensi wisata alam seperti wisata gunungapi, arung jeram, dan penelusuran gua di

daerah batugamping.

Kondisi geologi setiap daerah yang berbeda menyebabkan keragaman potensi

energi dan sumberdaya mineral yang juga berbeda. Untuk mengelolanya secara efektif 

dan efisien dibutuhkan tenaga geologi yang kompeten. Tenaga geologi yang dibutuhkan

pada sektor energi dan sumberdaya mineral adalah tenaga kerja yang memiliki

kompetensi-kompetensi dalam bidang sebagai berikut :

1. Penyelidikan dan eksplorasi sumberdaya mineral, minyak dan gas bumi.

2. Penyelidikan dan pengelolaan airtanah.

3. Penyelidikan lingkungan geologi untuk perencanaan tata ruang, pengembangan

wilayah, dan dayadukung keteknikan.

4. Penanggulangan atau mitigasi bencana geologi.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 4: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 4/15

Bidang penyelidikan lingkungan geologi untuk perencanaan tata ruang,

pengembangan wilayah, dan dayadukung keteknikan merupakan salah satu kompetensi

yang sangat penting bagi seorang pemantau kestabilan lereng di dalam mendukung

pemanfaatan sumberdaya mineral. Materi pelajaran yang dibutuhkan untuk meningkatkan

kompetensi seorang pemantau kestabilan lereng di wilayah pertambangan adalah sebagai

berikut :

- Analisis Kestabilan Lereng

- Geologi Perencanaan

- Geologi Lingkungan Kawasan Pertambangan

- Geologi Teknik

- Mekanika Tanah dan Batuan

- Hidrogeologi Daerah Pertambangan

- Penirisan Tambang

- Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) Pertambangan

III. KEJADIAN LONGSORAN DI WILAYAH PERTAMBANGAN

Bentuk topografi permukaan bumi yang bervariasi secara dominan disebabkan oleh

proses gerakan tanah, dengan kata lain hanya dimungkinkan karena adanya kuat geser

(shear strength) dari tanah atau batuan yang melampaui tegangan geser (shear stress) oleh

beban gravitasi atau beban lainnya. Biasanya terlihat bahwa lereng-lereng yang paling

curam adalah yang paling tidak stabil, tetapi terdapat pula contoh-contoh keruntuhan

yang juga terjadi pada lereng yang landai.

Suatu lereng dinyatakan stabil atau tidak stabil adalah dengan menggunakan

parameter-parameter sebagai beikut :

•  Material

•  Kekuatan tanah dan batuan

•  Sudut lereng (slope angle)

•  Iklim

•  Vegetasi

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 5: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 5/15

•  Waktu

Pada prinsipnya suatu lereng dikatakan stabil atau akan stabil apabila tegangan

geser tanah (D) yang menyebabkan lereng tersebut longsor ( driving forces )sama besar

dengan tegangan geser tanah (N) yang menahan lereng longsor ( resisting forces ).

Kestabilan suatu lereng dinyatakan dengan suatu nilai yang disebut nilai faktor keamanan

atau lebih dikenal dengan safety factor (SF).

Formulasi yang digunakan adalah sebagai berikut :

SF = Resisting Forces / Driving Forces

Keterangan : SF > 1 = aman, SF < 1 = tidak aman / longsor

Gambar 1. Gaya-Gaya dalam Kestabilan Lereng

Faktor-faktor yang menyebabkan ketidakstabilan lereng secara umum dapat

diklasifikasikan sebagai berikut :

1. Faktor – faktor yang menyebabkan naiknya tegangan; meliputi naiknya berat unit

tanah karena pembasahan, adanya tambahan beban eksternal (bangunan),

bertambahnya kecuraman lereng karena erosi alami atau penggalian, dan bekerjanya

beban goncangan.

2. Faktor – faktor yang menyebabkan turunnya kekuatan; meliputi adsorpsi air, kenaikan

tekanan pori, beban goncangan atau beban berulang, pengaruh pembekuan dan

pencairan, hilangnya sementasi material, proses pelapukan, dan regangan berlebihan

pada lempung yang sensitif.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 6: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 6/15

Secara umum kehadiran air adalah faktor dari kebanyakan keruntuhan lereng,

karena hadirnya air menyebabkan naiknya tegangan maupun turunnya kekuatan.

Tipe-tipe gerakan tanah secara umum adalah sebagai berikut :

•  Jatuhan (Falls)

•  Longsoran (Slides)

•  Aliran (Flows)

•  Kombinasi (Complex)

Gambar 2. Longsoran jenis Translasi

Pembukaan kawasan pertambangan pada daerah dengan morfologi curam/terjal

perlu ditunjang oleh beberapa kegiatan geologi teknik dan hidrogeologi, seperti

pemeliharaan stabilitas lereng (slope stability) dan penirisan (dewatering), dengan

maksud untuk menghindari terjadinya longsoran / runtuhan batuan akibat dibukanya jalan

(road cuts) dan sistem penambangan yang diterapkan. Sistem penambangan terbuka

(open pit mining) umumnya memiliki kemiringan lereng pit U+ U70º (>140%) dengan

kedalaman mencapai puluhan/ratusan meter, yang sangat rentan terhadap bencana

longsor/runtuhan dinding pit.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 7: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 7/15

 

Gambar 3. Longsoran Jenis Rotasi

Dalam pemeliharaan stabilitas lereng yang baik, terutama pada area penambangan,

perlu dilakukan monitoring secara cermat dan teratur, melalui pemasangan alat-alat

pemantau tinggi permukaan airtanah ( piezometer ), kecepatan gerakan tanah

(extensometer ) dan arah gerakan tanah ( inclinometer ). Kemudian dilanjutkan dengan

program penirisan pada dinding pit, termasuk overburden atau biasa juga disebut sisa

bahan galian (waste dump), yang umumnya dilakukan dengan cara pemboran dan

pemasangan pipa-pipa secara horisontal. Program penirisan ini menjadi sangat penting,

karena air mempunyai kontribusi yang sangat besar dalam proses terjadinya longsor dan

ketidakmungkinan dibuatnya suatu dinding penahan yang permanen dalam area

penambangan, sementara dinding-dinding pit biasanya dibuat sedemikian curam untuk 

mendapatkan cadangan mineral bijih yang sebesar-besarnya.

Gambar 4. Keadaan lereng pit pada suatu penambangan terbuka

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 8: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 8/15

Kejadian longsoran di wilayah pertambangan di Indonesia cukup banyak,

sehingga mengakibatkan kerugian, baik secara materi maupun non materi. Hal ini

kemungkinan disebabkan oleh kelalaian atau kurangnya kompetensi pemantau kestabilan

lereng diwilayah pertambangan. Data kecelakaan tambang tahun 2003, menunjukkan

angka kematian yang tinggi (lihat Gambar 5). Kebanyakan dari kecelakaan tambang

tersebut diakibatkan oleh kejadiaan longsoran atau runtuhan lereng pit.

Gambar 5. Kecelakaan Tambang di Indonesia 2003

TABEL I. KECELAKAAN PERTAMBANGAN DI INDONESIA (2003)

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 9: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 9/15

 

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 10: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 10/15

 

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 11: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 11/15

 

Berdasarkan tabel tersebut di atas, ternyata angka kematian tertinggi justru terjadi pada

perusahaan tambang yang cukup besar. Dengan demikian bukan jaminan bahwa

perusahaan tambang besar memiliki sumber daya manusia yang kompeten, khususnya

dalam bidang pemantauan kestabilan lereng.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 12: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 12/15

Page 13: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 13/15

diklat teknis. Ketiga faktor tersebut diatas merupakan unsur dasar dari kompetensi yang

diartikan sebagai karakteristik/perilaku dasar yang berhubungan dengan kinerja efektif 

dalam tugas tertentu. Hasil riset menunjukkan bahwa tes psikologi untuk merekrut tenaga

kerja diperusahaan hanya berkorelasi dengan kemampuan akademik, tetapi tidak 

berkorelasi dengan prestasi kerja (lihat Gambar 6).

Gambar 6. Integrasi 5 Unsur Kompetensi

Keterangan Gambar 6 :

•  Karakteristik dasar ini disusun 5 unsur: ciri bawaan, konsep diri, motivasi,pengetahuan dan keterampilan (sering disingkat menjadi 3 unsur KSA: knowledge,

skill, atitude)

•  2 unsur yang paling mudah dikenali adalah pengetahuan & keterampilan (kompetensiluar).

•  3 unsur lainnya yaitu ciri bawaan, konsep diri dan motivasi, merupakan unsurtersembunyi (kompetensi dalam/tak tampak)

•  Kompetensi pengetahuan dan keterampilan lebih mudah dikembangkan dalam standar

kompetensi profesi, dan disertifikasi melalui proses sertifikasi kompetensi personel

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 14: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 14/15

V. PENUTUP

Bukan jaminan bahwa perusahaan tambang besar memiliki sumber daya manusia yang

kompeten, khususnya dalam bidang pemantauan kestabilan lereng. Kecelakaan tambang

yang cukup tinggi justru terjadi dibeberapa perusahaan tambang yang berskala besar.Seorang pemantau kestabilan lereng di wilayah operasi pertambangan harus memiliki

kompetensi yang terintegrasi anatara pengetahuan, ketrampilan, dan sikap/perilaku.

Kompetensi tersebut hanya dapat ditingkatkan melalui Pendidikan dan Pelatihan

yang bersifat teknis maupun non teknis. Diklat teknis diperlukan untuk meningkatkan

pengetahuan dan ketrampilan, sedangkan diklat non teknis diperlukan untuk 

meningkatkan perilaku individu / personil. Diklat teknis yang diperlukan oleh seorang

pemantau kestabilan lereng diantaranya ; diklat geologi teknik, diklat analisis kestabilan

lereng, diklat geologi lingkungan untuk kawasan pertambangan, dan sebagainya. Diklat

non teknis yang dapat mendukung hal tersebut diatas, salah satunya adalah outbound

management training, yang diharapkan dapat mengintegrasikan kelima unsur kompetensi.

Sehingga kinerja dan produksi perusahaan dapat ditingkatkan, dan kecelakaan tambang

dapat diminimalisasi.

Pusdiklat Geologi merupakan salah satu unit di Departemen Energi dan Sumber

Daya Mineral yang memiliki tugas dan fungsi untuk menyelenggarakan pendidikan dan

pelatihan bidang geologi, yang salah satunya adalah diklat untuk pemantau kestabilan

lereng di wilayah pertambangan. Diharapkan dengan terselenggaranya diklat teknis

maupun non teknis untuk pemantau kestabilan lereng di wilayah pertambangan secara

berkelanjutan, maka pusdiklat geologi dapat berperan aktif untuk meminimalisasi

kecelakaan tambang dan meningkatkan pengelolaan sumberdaya mineral yang

berkelanjutan.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap

Produktivitas Penambangan Sumber Daya Mineral”

Page 15: Pemantauan kestabilan lereng

8/3/2019 Pemantauan kestabilan lereng

http://slidepdf.com/reader/full/pemantauan-kestabilan-lereng 15/15

REFERENSI :

1. Lundgren, Lawrence. 1986. Environmental Geology. Prentice hall, New Jersey, USA.

2. Muljadihardja, D. dan T. Yan W.M. Iskandarsyah, 2005. Paradigma pengelolaan

sumberdaya mineral dimasa yang akan datang. Publikasi ilmiah Pendidikan danPelatihan Geologi, Pusdiklat Geologi, Bandung.

3. Pusdiklat Geologi. 2003. Pusdiklat Geologi (Geological Training and Education

Center), Buku informasi umum. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan

Pendidikan dan Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Pusat Pendidikan dan

Pelatihan Geologi, Bandung.

4. Sub Direktorat K3, Direktorat Teknik Mineral, Batubara, dan Panas Bumi, Departemen

Energi dan Sumber Daya Mineral, 2003.

5. Tim Kompetensi Badiklat, 2005. Kompetensi sebagai basis pengembangan sumber

daya manusia. Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pendidikan dan

Pelatihan Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta.

 Dedy Muljadihardja, Herry Permana, Fredy Epriliansyah,T. Yan W. M. Iskandarsyah.

”Kompetensi Pemantau Kestabilan Lereng : Implikasinya Terhadap