pemanasan global dalam agroekosistem

26
EKOLOGI TANAMAN PEMANASAN GLOBAL DALAM AGROEKOSISTEM Oleh: Fariz Zul Fauzi (171) M. Hifzan Ridhani (151) FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG i

Upload: anammusofa

Post on 07-Nov-2015

236 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

Pemanasan Global dalam Agroekosistem

TRANSCRIPT

EKOLOGI TANAMAN

PEMANASAN GLOBAL DALAM AGROEKOSISTEM

Oleh:

Fariz Zul Fauzi

(171)

M. Hifzan Ridhani

(151)FAKULTAS PERTANIAN DAN PETERNAKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2015

KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Alloh SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ekologi Tanaman dengan judul Pemanasan Global dalam Agroekosistem.

Adapun makalah Pemanasan Global dalam Agroekosistem ini telah kami usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami tidak lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada pihak yang telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka kami membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada kami sehingga kami dapat memperbaiki makalah Pemanasan Global dalam Agroekosistem.Akhirnya penyusun mengharapkan semoga dari makalah Pemanasan Global dalam Agroekosistem ini kita dapat mengambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 24 Mei 2015

PenulisDAFTAR ISI

iiKATA PENGANTAR

iiiDAFTAR ISI

1BAB I

1PENDAHULUAN

11.1. Latar Belakang

21.2 Rumusan Masalah

21.3 Tujuan

3BAB II

3PEMBAHASAN

52.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara

72.2 Dampak yang terjadi akibat pencemaran udara

82.3 Solusi

14BAB IV

14Penutup

144.1 KESIMPULAN

ivDAFTAR PUSTAKA

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam beberapa tahun belakangan ini masalah kerusakan Agroekosistem sudah menjadi isu Nasional dan Internasional. Salah satu yang mendasari hal ini adalah terjadinya pemanasan global akibat efek rumah kaca yang sudah terjadi dalam waktu yang cukup lama. Pembukaan hutan untuk dijadikan lahan pertanian merupakan salah satu penyumbang terjadinya pemanasan global. Perubahan lahan hutan menjadi Agroekosistem lahan kering bagi keperluan pertanian menetap dan sementara demi untuk memenuhi kebutuhan hidup sudah terjadi sejak lama.

Kemajuan ilmu pengetahuan, dan teknologi serta pertambahan penduduk menuntut perlunya penyediaan sumber daya untuk memenuhi konsumsi pangan dan areal pemukiman. Untuk merealisasikannya perlu tindakan yang bijaksana agar tidak menimbulkan dampak perubahan terhadap lingkungan.

Agroekosistem terbentuk sebagai hasil interaksi antara sistem sosial dengan sistem alam, dalam bentuk aktivitas manusia yang berlangsung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari (livelihood). Agroekosistem adalah ilmu yang mempelajari mengenai hubungan timbal balik antra factor biotic dan abiotik dalam lingkungan. Udara merupakan faktor yang penting dalam kehidupan, namun dengan meningkatnya pembangunan fisik kota dan pusat-pusat industri, kualitas udara telah mengalami perubahan. Udara yang dulunya segar kini kering dan kotor. Hal ini bila tidak segera ditanggulangi, perubahan tersebut dapat membahayakan kesehatan manusia, kehidupan hewan serta tumbuhan

Pencemaran udara diartikan sebagai adanya bahan-bahan atau zat-zat asing di dalam udara yang menyebabkan perubahan susunan (komposisi) udara dari keadaan normalnya. Kehadiran bahan atau zat asing di dalam udara dalam jumlah tertentu serta berada di udara dalam waktu yang cukup lama, akan dapat mengganggu kehidupan manusia. Bila keadaan seperti itu terjadi maka udara dikatakan telah tercemar

Pencemaran Air di dalam tata kehidupan manusia, air banyak memegang peranan penting antara lain untuk minum, memasak, mencuci dan mandi. Di samping itu air juga banyak diperlukan untuk mengairi sawah, ladang, industri, dan masih banyak lagi. Tindakan manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambahjumlah bahan anorganik pada perairan dan mencemari air. Misalnya, pembuangan detergen ke perairan dapat berakibat buruk terhadap organisme yang ada di perairan. Pemupukan tanah persawahan atau ladang dengan pupuk buatan, kemudian masuk ke perairan akan menyebabkan pertumbuhan tumbuhan air yang tidak terkendali yang disebut eutrofikasi atau blooming. Beberapa jenis tumbuhan seperti alga, paku air, dan eceng gondok akan tumbuh subur dan menutupi permukaan perairan sehingga cahaya matahari tidak menembus sampai dasar perairan. Akibatnya, tumbuhan yang ada di bawah permukaan tidak dapat berfotosintesis sehingga kadar oksigen yang terlarut di dalam air menjadi berkurang.

1.2 Rumusan Masalah1. Dampak dari pemanasan global1.3 Tujuan

1. Agar mengetahui dampak dari pemanasan global dalam agroekosistem

BAB II

PEMBAHASANPertanian merupakan salah satu dari aspek yang menjadi penyokong kehidupan, baik kehidupan di pedesaan ataupun di perkotaan. Sektor ini merupakan sektor yang berfungsi sebagai penyuplai bahan makanan. Namun agaknya pertanian untuk saat ini dan untuk waktu yang akan datang memerlukan perhatian yang lebih. Hal ini terkait dengan adanya efek pemanasan global yang melanda bumi yang disebabkan oleh produksi gas emisi yang terlampau tinggi. Pemanasan global semakin menguat dengan berkurangnya luas hutan sebagai pengimbang siklus udara.

Penyuluhan terhadap petani sebagai bentuk dari perhatian yang diberikan pemerntah harus dilakukan dalam upaya memnghambat adanya pemanasan global. Seperti yang telah dilakukan oleh beberapa negara yang memasukkan sector pertanian sebagai sector unggulanPenyuluhan tentang dampak pertanian terhadap pemanasan global kepada petani memang telah dilakukan. Penyuluhan tersebut berisi tentang pembakaran sisa pertanian yang juga dapat memperparah pemanasan global. Penyuluhan tersebut dititik beratkan pada penanaman padi. Penitik beratan tersebut bukan karena pembudidayaan padi sebagai produsen gas metana dan karbondioksida terbesar, tetapi dikarenakan pertanian padi di Asia merupakan sector yang mendominasi dari sector-sektor yang lain.

Bahkan di Indonesia telah terjadi iklim global. Hal ini dapat dilihat dari maraknya bencana banjir saat musim penghujan tiba dan kekeringan saat musim kemarau. Bila ditilik memang sebagian besar faktor yang menyebabkan iklim global ini merupakan akibat dari tindakan-tindakan yang merusak keseimbangan lingkungan. Kita bisa melihat dari adanya penggundulan hutan yang dilakukan tanpa adanya penanaman ulang selama berpuluh-puluh tahun. Pembukaan lahan baru oleh petani-petani juga menjadi faktor yang memperparah peanasan global di Indonesia. Kita tentunya masih ingat tentang adanya pembukaan lahan baru di Kalimantan dengan membakar semak-semak yang dampaknya tidak hanya dirasakan oleh Indonesia sendiri tatapi juga dirasakan oleh beberapa negara tetangga.

Dengan demikian hal yang harus dilakukan adalah melakukan penyuluhan atau sosialisasi terhadap masyarakat tentang pembukaan lahan baru yang dapat memperparah pemanasan global di Indonesia serta menghindari emisi gas secara berlebihan.

Kaitan pemanasan global dengan sektor pertanian, khususnya budidaya padi, juga telah menjadi perhatian banyak pihak. Berbagai inovasi budidaya tanaman padi terus dilakukan. Perjuangan untuk meningkatkan produksi dan juga meningkatkan kualitas padi terus diupayakan. Akan tetapi, tantangan problem pemanasan global yang muncul membuat para peneliti harus mengkaji ulang pertanian padi sawah yang sudah menjadi tradisi dari waktu ke waktu. Persoalan pemanasan global harus menjadi salah satu faktor dalam melihat masalah-masalah pertanian. Pemanasan global akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman pangan dan ketersediaan air.

Studi yang sudah ada menunjukkan produktivitas padi di China akan menurun 5-12 persen apabila suhu mengalami kenaikan 3,6 derajat Celsius. Kasus yang sama juga akan terjadi di Banglades. Produksi beras di negeri itu akan turun sekitar 10 persen. Produksi gandum di Banglades akan turun sepertiganya pada 2050 dibandingkan dengan produksi saat ini jika kenaikan suhu itu terjadi.

Panel Antar Pemerintah tentang Pemanasan Global seperti diberitakan Environmental News Network menyimpulkan bahwa budidaya padi adalah satu di antara penyebab utama peningkatan emisi metana, salah satu gas rumah kaca yang 21 kali lebih berpotensi menyebabkan efek rumah kaca dibanding karbon dioksida, yang menyebabkan kerusakan ozon dan kenaikan suhu.

Dalam pertemuan itu muncul draf perubahan budidaya padi dan juga perbaikan usaha peternakan yang diharapkan dapat menurunkan emisi metana dari sektor pertanian. Penurunan produksi gas metana itu diharapkan dari sekitar 56 persen dibanding produksi gas metana saat ini apabila perbaikan budidaya padi dilakukan. Emisi gas dalam produksi padi adalah unik. Selain memproduksi gas metana yang berasal dari peruraian bahan organik usaha tani padi, juga memproduksi karbon dioksida yang dihasilkan dari pembakaran sisa tanaman padi. Usaha tani padi juga memproduksi nitrogen dioksida dari peruraian pupuk. Semua gas itu merupakan penyebab efek rumah kaca.Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pemanasan global yang disebabkan oleh pertenian adalah dengan menggunakan pertanian organik. Pertanian organik adalah cara menanam tanaman secara alami dengan penekanan terhadap perlindungan lingkungan dan pelestarian tanah serta sumber air kita yang berkelanjutan. Pertanian organik tidak menggunakan pupuk buatan yang berasal dari bahan bakar minyak, pestisida, atau makanan dari hasil modifikasi genetika. Pertanian organik sebaliknya menggunakan pestisida biologi tanpa kimia yang diatur secara ketat sehingga melindungi tanah, udara, makanan, dan hewan liar dari bahaya kimia yang biasa digunakan dalam pertanian konvensional. Melalui teknik bervariasi seperti rotasi penanaman, pupuk hijau, dan kontrol pestisida biologi; petani organik dapat membuat tanah yang lebih baik dan memproduksi tanaman yang lebih sehat yang dapat memberi daya tahan terhadap penyakit maupun serangga.

Tumbuhan ini ditanam di atas tanah yang kaya nutrisi, mengandung tingkat mineral dan mikronutrisi yang lebih tinggi, termasuk vitamin dan antioksidan yang penting. Jadi, untuk menghindari racun yang berbahaya, makanan organik menjadi makanan yang jauh lebih baik bagi vitalitas dan kesehatan kita. Tak diragukan lagi bahwa semakin banyak dokter yang merekomendasikan organik, pola makan nabati untuk meningkatkan kesehatan dan memulihkan diri dari penyakit kronis.

Pertanian organik juga menawarkan manfaat berikut: Melindungi jutaan petani dan pekerja pertanian di seluruh dunia dari racun pestisida serta bahaya lain yang berhubungan, mengurangi risiko pribadi dari kanker karena pestisida, mengurangi efek ketidaksuburan dan gangguan pada sistem saraf, melindungi kesehatan bagi anak-anak dan bayi yang belum lahir, melindungi keanekaragaman hayati, melestarikan lapisan tanah atas yang penting untuk menghindari pengikisan yang cepat karena pertanian konvensional; mengurangi zona mati yang ada di lautan karena pupuk buatan; melindungi koloni lebah dari kemusnahan, mengembalikan keamanan suplai pangan kita; dan masih banyak lagi.

Pertanian organik menawarkan kita harapan yang besar dengan kapasitas untuk membantu mengatasi beberapa masalah lingkungan yang paling kritis saat ini, yaitu: pemanasan global, kerusakan lingkungan, dan menipisnya persediaan pangan dan air di seluruh dunia. Dibandingkan dengan pertanian konvensional, pertanian organik menggunakan bahan bakar fosil dan air yang jauh lebih sedikit untuk menghasilkan panen yang sama. Terlebih lagi, ia mungkin dapat membantu mengerem dan bahkan membalikkan efek perubahan iklim.

Dalam salah satu penelitian yang paling lama terhadap pertanian organik, Institut Rodale yang ada di AS menemukan bahwa managemen tanah organik tidak hanya memperkecil penggunaan bahan bakar fosil, tapi juga menyerap karbon dioksida dari udara dan menyimpannya sebagai karbon di dalam tanah. Para ilmuwan di Rodale memperkirakan bahwa jika praktik organik diimplementasikan pada lahan seluas 3,5 triliun acre, maka hampir 40 persen dari emisi CO2 saat ini dapat diserap. Karena CO2 membutuhkan 100 tahun untuk habis di atmosfer, jadi penelitian terakhir menyatakan bahwa planet kita sedang dalam bahaya dan pemanasan global dapat dengan cepat mencapai titik tanpa harapan. Sekarang gudang pengikat karbon kita seperti laut atau hutan sedang mengalami kerusakan semakin cepat, jadi peranannya untuk menyelamatkan Bumi kita sudah tidak begitu dapat diandalkan lagi.2.1 Faktor Penyebab Pencemaran Udara

Pencemar udara dibedakan menjadi dua yaitu, pencemar primer dan pencemar sekunder. Pencemar primer adalah substansi pencemar yang ditimbulkan langsung dari sumber pencemaran udara. Karbon monoksida adalah sebuah contoh dari pencemar udara primer karena ia merupakan hasil dari pembakaran . Pencemar sekunder adalah substansi pencemar yang terbentuk dari reaksi pencemar-pencemar primer diatmosfer . Pembentukan ozon dalam Smogfotokimia adalah sebuah contoh dari pencemaran udara sekunder. Belakangan ini tumbuh keprihatinan akan efek dari emisi polusi udara dalam konteks global dan hubungannya dengan pemanasan global (global warming) yg memengaruhi;

A. Kegiatan manusia

1. Transportasi

2. Industri

3. Pembangkit listrik

4. Pembakaran (perapian, kompor, furnace,[insinerator]dengan is bahan bakar

5. Gas buang pabrik yang menghasilkan gas berbahaya seperti (CFC)

B. Sumber alami

1. Gunung berapi

2. Rawa-rawa

3. Kebakaran hutan

4. Nitrifikasi dan denitrifikasi biologi

C. Sumber-sumber lain

1. Transportasi amonia

2. Kebocoran tangki klor

3. Timbulan gas metana dari lahan uruk /tempat pembuangan akhir sampah

4. Uap pelarut organik

D. Jenis jenis Pencemar

1. Karbon monoksida

2. Oksida nitrogen

3. Oksida sulfur

4. CFC

5. Hidrokarbon

6. Ozon

7. Volatile Organic Compounds

8. Partikulat

2.2 Dampak yang terjadi akibat pencemaran udara

1. Dampak bagi kesehatan

Substansi pencemar yang terdapat di udara dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernapasan .Jauhnya penetrasi zat pencemar ke dalam tubuh bergantung kepada jenis pencemar. Partikulat berukuran besar dapat tertahan di saluran pernapasan bagian atas, sedangkan partikulat berukuran kecil dan gas dapat mencapai paru-paru. Dari paru-paru, zat pencemar diserap oleh sistem peredaran darah dan menyebar ke seluruh tubuh.

Dampak kesehatan yang paling umum dijumpai adalah ISNA (infeksi saluran napas atas), termasuk di antaranya, asma , bronkitis , dan gangguan pernapasan lainnya. Beberapa zat pencemar dikategorikan sebagai toksik dan karsinogenik . Memperkirakan dampak pencemaran udara di Jakarta yang berkaitan dengan kematian prematur, perawatan rumah sakit, berkurangnya hari kerja efektif, dan ISNA pada tahun 1998 senilai dengan 1,8 trilyun rupiah dan akan meningkat menjadi 4,3 trilyun rupiah di tahun 2015.

2. Dampak terhadap tanaman

Tanaman yang tumbuh di daerah dengan tingkat pencemaran udara tinggi dapat terganggu pertumbuhannya dan rawan penyakit, antara lainklorosis , nekrosis , dan bintik hitam . Partikulat yang terdeposisi di permukaan tanaman dapat menghambat proses fotosintesis .

3. Hujan asam

pH biasa air hujan adalah 5,6 karena adanya CO2 di atmosfer. Pencemar udara seperti SO2 dan NO2 bereaksi dengan air hujan membentuk asam dan menurunkan pH air hujan. Dampak dari hujan asam ini antara lain:

a. Mempengaruhi kualitas air permukaan

b. Merusak tanaman

c. Melarutkan logam-logam berat yang terdapat dalam tanah sehingga memengaruhi kualitas air tanah dan air permukaan

d. Bersifat korosif sehingga merusak material dan bangunan

4. Efek rumah kaca

Efek rumah kaca disebabkan oleh keberadaan CO2, CFC, metana, ozon, dan N2O di lapisan troposfer yang menyerap radiasi panas matahari yang dipantulkan oleh permukaan bumi. Akibatnya panas terperangkap dalam lapisan troposfer dan menimbulkan fenomenapemanasan global .

5. Dampak dari pemanasan global adalah:

a Pencairan es di kutub

b Perubahan iklim regional dan global

c Perubahan siklus hidup flora dan fauna

6. Kerusakan lapisan ozon

Lapisan ozon yang berada di stratosfer (ketinggian 20-35 km) merupakan pelindung alami bumi yang berfungsi memfilter radiasi ultraviolet B dari matahari. Pembentukan dan penguraian molekul-molekul ozon (O3) terjadi secara alami di stratosfer. Emisi CFC yang mencapai stratosfer dan bersifat sangat stabil menyebabkan laju penguraian molekul-molekul ozon lebih cepat dari pembentukannya, sehingga terbentuk lubang-lubang pada lapisan ozon.

2.3 Solusi

Untuk dapat menanggulangi terjadinya pencemaran udara dapat dilakukan beberapa usaha antara lain: mengganti bahan bakar kendaraan bermotor dengan bahan bakar yang tidak menghasilkan gas karbon monoksida dan diusahakan pula agar pembakaran yang terjadi berlangsung secara sempurna, selain itu pengolahan/daur ulang atau penyaringan limbah asap industri, penghijauan untuk melangsungkan proses fotosintesis (taman bertindak sebagai paru-paru kota), dan tidak melakukan pembakaran hutan secara sembarangan, serta melakukan reboisasi/penanaman kembali pohonpohon pengganti yang penting adalah untuk membuka lahan tidak dilakukan pembakaran hutan, melainkan dengan cara mekanik. Misalnya:

1. Pencegahan

a. Sumber Bergerak

- Merawat mesin kendaraan bermotor agar tetap baik.

- Melakukan pengujian emisi dan KIR kendaraan secara berkala.

- Memasang filter pada knalpot.

b. Sumber Tidak Bergerak

- Memasang scruber pada cerobong asap.

- Merawat mesin industri agar tetap baik dan lakukan pengujian secara berkala.

- Menggunakan bahan bakar minyak atau batu bara dengan kadar CO rendah.

c. Manusia

Apabila kadar CO dalam udara ambien telah melebihi baku mutu ( 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam ) maka untuk mencegah dampak kesehatan dilakukan upaya-upaya:

- Menggunakan alat pelindung diri ( APD ) seperti masker gas.

- Menutup / menghindari tempat-tempat yang diduga mengandung CO seperti sumur tua , Goa.

2. Penanggulangan

- Mengatur pertukaran udara didalam ruang seperti mengunakan exhaust-fan.

- Bila terjadi korban keracunan maka lakukan.

- Berikan pengobatan atau pernafasan buatan.

- Kirim segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat

- Clean Air Act yang dibuat oleh pemerintah dan menambah pajak bagi industri yang melakukan pencemaran udara.

- Mengembangkan teknologi yang ramah lingkungan dan dapat diperbaharui diantaranya Fuel Cell dan Solar Cell.

- Menghemat Energi yang digunakan.

- Menjaga kebersihan lingkungan tempat tinggal.

Kerusakan Daerah Lahan Pertanian

Perubahan pola pertanian yang konvensional ke pertanian intensif telah membawa berbagai konsekuensi baik terhadap lingkungan pertanian maupun lingkungan sekitarnya. Konsekuensi nyata perkembangan sistem pertanian intensif antara lain, percepatan erosi, efek residu pupuk dan pestisida. Terjadinya gangguan dalam lingkungan disebabkan adanya manusia yang serakah, kurangnya kepedulian pada ekologi dan akibat penggunaan teknologi pertanian yang tidak mengacu pada pembangunan berwawasan lingkungan (Ambo Ala, 1997). Selain itu, tidak terakomodirnya penggunaan/pemberian pupuk sehingga tidak mampu mencegah terjadinya kerusakan lingkungan (Nuhfil, dkk., 2003). Selanjutnya Reintjes, dkk. (1999), mengatakan bahwa apabila pemupukan yang digunakan pada suatu daerah rendah, maka produksinya akan tertinggal jauh dibanding dengan pertumbuhan jumlah penduduknya. Fenomena ini banyak terjadi pada petani yang mengelola lahan-lahan marginal. Pengelolaan agrokosistem lahan kering dipandang sebagai bagian dari pengelolaan ekosistem sumberdaya alam oleh masyarakat petani yang menempati areal dimana mereka menetap. Masyarakat petani menanami lahan pertanian dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dapat dikatakan sebagai bagian dari pengelolaan agroekosistem lahan kering di daerahnya. Menurut Soerianegara (1977) pengelolaan agroekosistem lahan kering merupakan bagian dari interaksi atau kerja sama masyarakat dengan agroekosistem sumberdaya alam. Pengelolaan agroekosistem lahan kering merupakan usaha atau upaya masyarakan pedesaan dalam mengubah atau memodifikasi ekosistem sumberdaya alam agar bisa diperoleh manfaat yang maksimal dengan mengusahakan kontinuitas produksinya.

1. DAMPAK LINGKUNGAN

Pada lahan miring dengan kemiringan diatas 15% apabila tanah tidak dikelola dengan baik saat ditanami, maka sangat rentan terhadap terjadinya erosi di waktu hujan. Hal ini terjadi karena tanah tidak mampu meresapkan air hujan kedalam tanah, sehingga terjadi aliran permukaan (run off) yang menghanyutkan butiran-butiran tanah sehingga tanah menjadi tidak subur lagi. Menurut Sutono dkk (2007), akibat erosi yang terjadi selama musim hujan tidak hanya menghanyutkan butiran-butiran tanah akan tetapi juga menghanyutkan pupuk dan kompos yang diberikan ketanah juga ikut hanyut sehingga tanah menjadi kurus, oleh sebab itu erosi harus dicegah sedini mungkin. Dampak dari terjadinya erosi ini adalah di daerah bagian bawah terjadinya pendangkalan pada daerah aliran sungai (DAS) yang berakibat terjadinya gangguan keseimbangan ekosistim air setempat.

Erosi adalah sebagai akibat dari penggarapan lahan yang tidak tepat maka untuk penggunaan lahan harus menerapkan teknik konservasi (Shaxson, 1988). Erosi menyebabkan berkurangnya lapisan perakaran efektif, ketersediaan air untuk tanaman, cadangan hara, bahan orgnik dan rusaknya struktur tanah (Lal, 1988). Masalah utama yang dihadapi pada lahan kering beriklim basah bergelombang antara lain mudah tererosi, bereaksi masam, miskin akan hara makro esensial dan tingkat keracunan aluminium yang tinggi (Cook, 1988). Selanjutnya dinyatakan bahwa daerah tropis merupakan medan dimana bertemunya dua kepentingan, yang pertama kegiatan untuk mencapai dan mempertahankan swasembada pangan sedang yang kedua yang tidak kalah pentingnya adalah usaha pelestarian lingkungan. Mengingat lahan merupakan sumber daya yang terbatas dan tidak dapat diperbarui, maka untuk memenuhi kebutuhan pangan tidak ada pilihan lain selain mengembalikan kesuburan lahan yang sudah tererosi.2. CARA PENGENDALIAN

Dalam pembangunan pertanian berkelanjutan pengelolaan agroekosistem lahan kering dapat dipandang sebagai upaya memperbaiki dan memperbaharui sumberdaya alam yang bisa dipulihkan (renewable resources) di daerahnya. Dalam pemanfaatan sumberdaya lahan kering untuk pertanian berkelanjutan memerlukan pendekatan lingkungan dan mengikuti kaidah pelestarian lingkungan. Ada beberapa metode dalam pengendalian dampak negatif dari eksploitasi penggunaan lahan kering.

1. Konservasi Salah satu upaya penanganan kerusakan lahan akibat ekplorasi adalah dengan menerapkan sistem budidaya lorong dalam pengembangan sistem usahatani lahan kering, karena sistem ini memberikan banyak keuntungan diantaranya dapat menekan terjadinya erosi, meningkatkan produktivitas tanah karena adanya penambahan bahan organik melalui hasil pangkasan tanaman pagar, dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman serta dapat menciptakan kondisi iklim mikro (suhu) di antara lorong tanaman (Sudharto et al., 1996). Pemberian bahan hijauan sebagai mulsa yang berasal dari pangkasan tanaman legume yang dipangkas pada umur 1,5 2 bulan sekali dapat meningkatkan kadar bahan organik tanah dan ketersediaan air, memperbaiki sifat fisik tanah, dan meningkatkan produksi. Sistem bertanam lorong dapat mencegah erosi secara ganda yaitu dengan mulsa hasil pangkasan dan pengurangan laju aliran permukaan (Adiningsih dan Sudjadi, 1989). Hasil pengkajian Basri dkk. (2001) dengan penerapan sistim budidaya lorong di Kabupaten Rejang lebong menunjukkan bahwa dengan adanya barisan tanaman penyangga erosi rumput raja (King grass) yang ditanam sejajar dengan garis kontur secara efektif dapat mengurangi laju erosi. Selanjutnya dari hasil pangkasan king grass yang dilaksanakan setiap bulan dapat menghasilkan 0,5 ton bahan hijauan yang dapat diberikan untuk sapi selama 20 hari. Dari luasan plot seluas 1 ha akan dihasilkan 1 ton bahan hijauan yang dapat digunakan untuk pakan sapi. Pada pengkajian tahun berikutnya (tahun kedua) teras sudah mulai terbentuk sebagai akibat penanaman teras vegetatif dengan tanaman rumput raja. Dengan terbentuknya teras maka pada lahan miring ini sudah terbentuk lahan usahatani yang representatif untuk berbagai jenis tanaman baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan yang sesuai dengan kondisi setempat dan menekan terjadinya erosi diwaktu hujan. Dengan terbentuknya teras secara bertahap sampai menjadi permanen, di samping menjaga kelestarian lahan juga menyebabkan produktifitas lahan akan lebih baik.

2. Pengaturan pola tanam Lahan kering yang murni hanya mengandalkan ketersediaan air dari curah hujan dalam proses produksi pertanian, dimana pengaturan sistim pertanaman diatur dalam bentuk tumpang sari menggunakan tanaman dengan umur panen yang berbeda dan dalam pertumbuhannya tidak banyak memerlukan air dan merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah keterbatasan air. Lahan kering pada umumnya rawan terhadap erosi baik oleh air maupun oleh angin. Salah satu alternatif teknologi untuk mengatasi erosi yaitu menggunakan sistim pertanaman lorong. Fungsi lainnya dari pertanaman lorong adalah untuk menciptakan iklim mikro di lahan kering iklim kering dan tanaman yang digunakan disesuaikan dengan tanaman yang biasa ditanam petani dan tentunya memiliki pangsa pasar. Hasil penelitian Wisnu dkk (2005) menyatakan dengan mengkombinasikan beberapa tanaman pangan ubi kayu, jagung, kacang tanah, kedelai dan kacang hijau yang disusun dalam suatu pertanaman tumpang sari dapat memberikan keuntungan dan dapat memberikan kestabilan cukup baik dalam menghadapi keterbatasan curah hujan.

3. Embung Embung atau tandon air adalah waduk berukuran mikro di lahan pertanian (small farm reservoir) yang dibangun untuk menampung kelebihan air hujan diwaktu musim hujan dan menggunakannya jika diperlukan tanaman pada waktu musim kemarau. Teknik penggunaannya demikian sesuai bagi ekosistem lahan tadah hujan yang memiliki intensitas dan distribusi curah hujan yang tidak pasti. Pembuatan embung dan penerapannya di lahan kering bagi petani sudah banyak dilakukan khususnya di Indonesia bagiagian timur yang memiliki iklim kering dengan keterbatasan air. Di Lombok Timur sebagai daerah yang beriklim kering penggunaan embung sudah menjadi kebiasaan bagi sebagian besar petani. Jumlah embung milik rakyat saat ini adalah 1.458 buah dengan luas keseluruhan 755,58 ha berupa genangan dan 3.083 ha berupa irigasi, rata-rata luas pemilikan embung setiap petani di Lombok Timur adalah 0,51 ha. Hasil penelitian Wisnu dkk. ( 2005) di beberapa Desa di Lombok Timur dengan komoditi tembakau pada musim kering memperlihatkan bahwa dengan penerapan/pemanfaatan embung sebagai sumber air yang dicampur dengan dengan pupuk (ngecor) maka penggunaan air menjadi lebih efisien dan biaya tenaga kerja dapat ditekan karena penyiraman dan pemupukan dilakukan secara bersamaan.

4. Pemakaian pupuk organik Pengolahan lahan untuk pertanian secara terus menerus akan menyebabkan lahan menjadi kurus sehingga untuk usahatani selanjutnya perlu input yang banyak untuk mengembalikan hara tanah yang sudah banyak diserap tanaman. Pemakaian pupuk anorganik yang tidak seimbang secara terus menerus untuk proses produksi dapat merusak lahan dan dalam jangka panjang lahan menjadi tidak efektif lagi untuk usaha pertanian. Salah satu alternatif untuk menyelamatkan keberlanjutan penggunaan lahan adalah dengan mengurangi input yang berasal dari bahan kimia dan beralih kepada pemakaian pupuk organik yang berasal dari bahan organik sisa tanaman atau limbah.

Secara umum saat ini permasalahan yang dihadapi petani di Indonesia adalah kesulitan mendapatkan pupuk anorganik yang kebutuhannya cendrung meningkat. Kesulitan ini sebagian akibat ketersediaan yang tidak mencukupi maupun sistem pendistribusian yang kurang tepat dan faktor faktor lainnya. Sebagai gambaran Produksi nasional tahun 2008 sekitar 6 juta ton sedangkan kebutuhan mencapai 9 juta ton. Kendala ini berimbas kapada penurunan produktifitas lahan dan produksi berbagai komoditas pertanian secara nasional. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelangkaan pupuk dan mengurangi ketergantungan akan pupuk anorganik adalah dengan mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia secara lokal. Pemanfaatan limbah pertanian yang selama ini belum menjadi perhatian sebagai bahan dasar pupuk organik diharapkan dapat memperkecil ketergantungan terhadap pupuk an organik. Pada pihak pemanfaatan limbah pertanian dapat menciptakan efisiensi penggunaan lahan yang ketersediaannya semakin terbatas serta dapat menjaga kelestarian lingkungan. 2.3 Penanggulanan Penguapan Air

Adapun penanggulangan yang dapat di lakukan untuk dapat mengurangi penguapan air yang dapat mengakibatkan pemanasan global adalah sebagai berikut :

1. Pembuangan sampah pada tempatnya, agar permukaan air tidak tergenang oleh sampah dan dapat menyerap energy matahari yang mengenai permukaan air

2. Penggunaan air ledeng secukupnya. Dengan demikian pengeluaran energy tidak terlalu besar

3. Pemampaatan air hujun. Dengan menggunakan air hujun atau air yang beral dari alam kita juga dapat mengurangi penguapan air yang ada di permukaan bumi.

4. Melakukan penyuluhan kepada masyarakat agar dapat melakukan beberapa hal yang dapat mengurangi penguapan air yang dapat mengakibatkan pemanasan global.BAB IV

Penutup4.1 KESIMPULANSalah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah pemanasan global yang disebabkan oleh pertenian adalah dengan menggunakan pertanian organik. Pertanian organik adalah cara menanam tanaman secara alami dengan penekanan terhadap perlindungan lingkungan dan pelestarian tanah serta sumber air kita yang berkelanjutan. Pertanian organik tidak menggunakan pupuk buatan yang berasal dari bahan bakar minyak, pestisida, atau makanan dari hasil modifikasi genetika. Pertanian organik sebaliknya menggunakan pestisida alami tanpa kimia yang diatur secara ketat sehingga melindungi tanah, udara, makanan, dan hewan liar dari bahaya kimia yang biasa digunakan dalam pertanian konvensional.DAFTAR PUSTAKAhttp://devil88-belajarberbagi.blogspot.com/2010/05/

http://gilangrupaka.wordpress.com/2012/01/06

ridhaazza.blogspot.com/2013/01//.html

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/857/1//.pdfhttp://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2123304-pengertian-udara .

http://id.wikipedia.org/wiki/Pencemaran_udara.

http://putracenter.net/2009/01/07/pencemaran-udara-dampak-dan-solusinya.

http://putraprabu.wordpress.com/2008/12/12/pencemaran-udara.

http://www.depkes.go.id/downloads/Udara.PDF.

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/kimia-lingkungan/pencemaran-udara.

Diposkan oleh Dalfiansyah Unyiv14