pemakaian gaya bahasa metafora dalam novel karya tere liye …

141
i PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE: KAJIAN SEMANTIK SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Disusun oleh: Angela Merici Ahut (161224037) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2020 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Upload: others

Post on 03-Oct-2021

20 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

i

PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA

DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE: KAJIAN SEMANTIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Disusun oleh:

Angela Merici Ahut (161224037)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2020

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 2: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

iv

MOTO

Menunda pekerjaan berarti menunda kesuksesan.

(Angela Merici Ahut)

Kebanggaan kita yang terbesar adalah bukan tidak pernah gagal, tetapi

bangkit kembali setiap kali kita jatuh

(Confusius)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan bimbang.

Teman yang paling yang setia, hanyalah keberanian dan keyakinan yang

teguh.

(Andrew Jackson)

Orang yang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan, dan

kenyamanan tetapi dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata.

(Dahlan Iskan)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 3: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Penulis persembahkan skripsi ini untuk:

1. Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu melimpahkan rahmat dan berkat-

Nya.

2. Ayah saya, Stanislaus Jemali yang selalu berjuang dengan penuh kesabaran

dan selalu memberi dukungan dengan penuh cinta kasih.

3. Ibu saya Almh. Rovina Juli di Surga, yang selalu mengirim doa terbaiknya

dan semasa hidupnya selalu berjuang dan mendukung penulis dalam segala

hal dengan penuh kasih sayang.

4. Keluarga besar saya yang selalu mendoakan penulis, memotivasi dan selalu

memberi dukungan dengan penuh cinta kasih dan perhatian.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 4: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

viii

ABSTRAK

Ahut, Angela Merici. 2020, “Pemakaian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Karya

Tere Liye: Kajian Semantik.” Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan

Bahasa Sastra dan Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Sanata Dharma.

Penelitian ini menganalisis gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye.

Penelitian ini merupakan penelitian deskripsi kualitatif dengan sumber data novel

karya Tere Liye yang terdiri atas lima novel, yaitu: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si

Anak Spesial, Si Anak Pintar dan Si Anak Pemberani. Penelitian ini memiliki tiga

tujuan. (1) mendeskripsikan wujud gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye.

(2) Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa metafora yang digunakan dalam novel karya

Tere Liye. (3) mendeskripsikan makna gaya bahasa metafora yang terdapat dalam

novel karya Tere Liye.

Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian ini adalah teknik

membaca, mencatat dan menginventarisasi. Instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri yang merupakan alat pengumpulan data utama. Analisis data dilakukan

dengan tahapan: mengidentifikasi dan mengiventarisasi data hasil temuan,

mengklasifikasikan data hasil temuan berdasarkan jenis gaya bahasa metafora,

menafsirkan fungsi, menginterpretasi makna hasil analisis data, dan mendeskripsikan

hasil analisis data tersebut.

Hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan peneliti menunjukkan tiga hal

penting yakni pertama, jenis gaya bahasa metafora terbagi menjadi empat yaitu:

metafora antropomorfis, metafora binatang, metafora konkret ke abstrak, dan metafora

sinaestetik. Kedua terdapat fungsi gaya bahasa metafora yang digunakan dalam novel

tersebut diantaranya: fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi referensial, dan fungsi puitik.

Ketiga, terdapat makna yang terkandung dalam gaya bahasa metafora yang digunakan

dalam novel tersebut diantaranya: makna metafora menegaskan sesuatu, makna

metafora menyatakan atau menerangkan sesuatu, makna metafora menyampaikan

pendapat, makna metafora menyindir dan makna metafora menggambarkan karakter

seseorang.

Kata kunci: Semantik, wujud gaya bahasa metafora, fungsi, dan makna.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 5: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

ix

ABSTRACT

Ahut, Angela Merici. 2020. The Use of the Metaphorical Language Styles in the

Novel by Tere Liye: A Semantic Study. Thesis. Yogyakarta: Indonesian

Language Education and Literature Study Program, Department of Languages

and Arts, Faculty of Teachers Training and Education, Sanata Dharma

University.

This study analyzes the metaphorical language styles in the novel by Tere Liye.

This research is a qualitative descriptive namely: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si

Anak Spesial, Si Anak Pintar, and Si Anak Pemberani. This research has three

objectives. (1) Describe the types of metaphorical language style in Tere Liye's novel.

(2) Describe the functions of the metaphorical language style used in Tere Liye's novel.

(3) Describe the meanings of the metaphorical language style contained in Tere Liye's

novel.

The data gathering techniques in this research are reading, note-taking, and

inventory. The instrument of this study is the researcher herself who becomes the main

data collection tool. The data analysis process undergoes several stages: identifying

and inventorying the findings, classifying the findings based on the types of

metaphorical language style, examining the functions, interpreting the meanings of

data analysis results, and describing the data analysis results.

The analysis result and discussion indicate three important points. First, the

types of metaphorical language styles are divided into four, namely: anthropomorphic

metaphor, animal metaphor, concrete to abstract metaphor, and synesthetic metaphor.

Second, the functions of the metaphorical language style used in the novel include

emotive function, conative function, referential function, and poetic function. Third, the

meanings of the metaphorical language style contained in the novel include the

meaning of the metaphor to affirm something, the meaning of the metaphor to express

or explain something, the meaning of the metaphor to convey an opinion, the meaning

of the metaphor to satiate, the meaning of the metaphor to describe a person's

characters, and the meaning of the metaphor based on the context of the sentence.

Keywords: Semantic, form of metaphorical language style, function and meaning

.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 6: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................................i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI .............................................................. iii

HALAMAN MOTO .................................................................................................iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................................vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................. vii

ABSTRAK ............................................................................................................. viii

ABSTRACT ...............................................................................................................ix

KATA PENGANTAR ............................................................................................... x

DAFTAR ISI .............................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 4

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5

1.5 Batasan Istilah ............................................................................................. 6

1.6 Sistematika Penyajian .................................................................................. 7

BAB II LANDASAN TEORETIS ............................................................................ 8

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 7: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

xiv

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan ................................................................. 8

2.2 Landasan Teori .......................................................................................... 12

2.2.1 Semantik .................................................................................................. 12

2.2.2 Gaya Bahasa ............................................................................................. 14

2.2.3 Gaya Bahasa Metafora ............................................................................. 17

2.2.4 Jenis-jenis Metafora ................................................................................. 22

2.2.5 Fungsi Bahasa ......................................................................................... 26

2.2.6 Novel ........................................................................................................ 26

2.3 Kerangka Berpikir ...................................................................................... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............................................................. 31

3.1 Jenis Penelitian ......................................................................................... 31

3.2 Sumber Data dan Data ............................................................................... 32

3.3 Teknik Pengumpulan Data ......................................................................... 32

3.4 Instrumen Penelitian ................................................................................. 33

3.5 Teknik Analisis Data ................................................................................. 34

3.6 Triangulasi Data ......................................................................................... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................... 37

4.1 Deskripsi Data ............................................................................................ 37

4.2 Analisis Data .............................................................................................. 38

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa Metafora ................................................................. 39

4.2.1.1 Antropomorfis ............................................................................. 38

4.2.1.2 Binatang ....................................................................................... 42

4.2.1.3 Konkret ke Abstrak ...................................................................... 44

4.2.1.4 Sinaestetik .................................................................................... 46

4.2.2 Fungsi Gaya Bahasa Metafora ................................................................. 48

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 8: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

xv

4.2.2.1 Fungsi Emotif ............................................................................ 49

4.2.2.2 Fungsi Konatif .......................................................................... 51

4.2.2.3 Fungsi Referensial .................................................................... 53

4.2.2.4 Fungsi Puitik ............................................................................. 55

4.2.3 Makna Gaya Bahasa Metafora ................................................................. 56

4.2.3.1 Makna Menegaskan Sesuatu ....................................................... 57

4.2.3.2 Makna Menyatakan atau Menerangkan sesuatu ......................... 58

4.2.3.3 Makna Menyampaikan Pendapat................................................. 61

4.2.3.4 Makna Menyindir ....................................................................... 63

4.2.3.5 Makna Menggambarkan Karakter Seseorang............................. 65

4.3 Pembahasan............................................................................................... 67

BAB V PENUTUP .................................................................................................. 72

5.1 Kesimpulan ................................................................................................ 72

5.2 Saran .......................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 74

LAMPIRAN ............................................................................................................ 77

BIOGRAFI PENULIS ......................................................................................... 132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 9: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

xvi

DAFTAR BAGAN

Bagan 2.3 Kerangka Berpikir .................................................................................. 30

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 10: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

1

BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab pendahuluan ini akan dipaparkan latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan istilah, dan sistematika

penyajian. Peneliti menguraikan bagian-bagian tersebut dengan rinci berikut ini.

1.1 Latar Belakang

Bahasa merupakan bagian penting yang tidak dapat dipisahkan dari

kehidupan manusia. Menurut Siswanto (2012:1) bahasa itu merupakan alat atau

syarat berhubungan antara manusia satu dengan manusia yang lain, baik lahir

maupun batin dalam pergaulan setiap hari. Melalui bahasa manusia dapat

menyatakan suatu hal atau mengungkapkan perasaan. Bahasa digunakan untuk

mengungkapkan sesuatu hal baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Bahasa secara langsung merupakan penyampaian bahasa langsung berdasarkan

makna yang ingin disampaikan atau bermakna leksikal. Bahasa tidak langsung

merupakan bahasa yang digunakan untuk menyampaikan hal dengan bahasa kias.

Fungsi utama dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi. Melalui komunikasi

akan terbentuk sebuah relasi.

Bahasa dikaji dalam ilmu linguistik. Linguistik adalah ilmu yang berkaitan

dengan bahasa atau dapat disebut sebagai induk ilmu bahasa, seperti fonologi,

morfologi, sintaksis, dan semantik Suhardi (2013:13). Dalam skripsi ini, penulis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 11: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

2

melakukan penelitian linguistik yakni semantik. Menurut Yule (2015:164)

semantik adalah kajian makna kata, frasa, dan kalimat.

Dalam kehidupan sehari-hari untuk mengekspresikan berbagai keperluan,

manusia banyak menggunakan bentuk-bentuk gaya bahasa. Ekspresi yang berupa

ungkapan-ungkapan sering lebih tepat disampaikan dengan bentuk gaya bahasa

daripada secara literal Lakoff dan Johnson (dalam Nurgiyanto, 2010). Sebagai

media ekspresi karya sastra, bahasa dimanfaatkan oleh sastrawan untuk

menciptakan efek makna tertentu guna mencapai efek estetika. Gaya bahasa

terkait dengan relasi antara satu kata dengan kata lain dalam membentuk sebuah

makna. Gaya bahasa dibatasi sebagai cara mengungkapkan pikiran melalui

bahasa secara khas yang memperhatikan jiwa dan kepribadian penulis atau

pemakai bahasa Keraf (2006-113). Jiwa dan kepribadian yang dimaksud,

bagaimana seorang pengarang dapat menggambarkan seorang tokoh dengan

bahasa yang khas dan gaya penulisannya.

Dale (et al) (dalam Tarigan, 2013) mengungkapkan gaya bahasa adalah

bahasa indah yang digunakan untuk meningkatkan efek dengan jalan

memperkenalkan serta membandingkan suatu benda atau hal tertentu dengan

benda atau hal lain yang lebih umum.

Gaya bahasa merupakan salah satu unsur bahasa yang dapat membangun

keindahan karya sastra, salah satunya adalah gaya bahasa metafora. Istilah

metafora termasuk bagian dari gaya bahasa/ gaya pengungkapan. Metafora

merupakan salah satu unsur estetis dan kreativitas berbahasa yang berhubungan

dengan kesamaan antar makna. Metafora adalah sebuah fenomena kebahasaan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 12: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

3

yang berlaku dalam tataran semantik. Metafora terkait dengan relasi antara satu

kata dengan kata lain dalam membentuk sebuah makna.

Pentingnya metafora sebagai suatu kekuatan kreatif dalam bahasa telah

dikenal, dan banyak tuntutan (klaim) dikemukakan orang atas nama metafora.

Menurut Aristoteles (dalam Ullman, 2014: 265) hal terbesar selama ini adalah

menguasai metafora. Metafora sendiri tidak dapat dipisahkan oleh yang lain, ia

merupakan tanda kejeniusan. Gaya bahasa metafora memiliki pengertian

membandingkan suatu hal yang lain tanpa mempergunakan kata-kata hubung

pembanding. Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013:15) memberikan definisi

metafora sebagai pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan

sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Nurgiyantoro

(2015:400) menyatakan bahwa metafora merupakan gaya perbandingan yang

bersifat tidak langsung dan implisit. Sesuatu yang disebut pertama adalah yang

dibandingkan sedang yang kedua adalah pembandingnya. Dilihat dari hakikat

karya sastra secara keseluruhan, sebagai kualitas estetis, perbandingan dianggap

sebagai majas yang paling penting sebab semua majas pada dasarnya memiliki

ciri-ciri perbandingan. Metaforalah yang paling banyak dan paling intens dalam

memanfaatkan perbandingan. Dengan kata lain sesuai dengan pendapat Eco

(1986:87), di antara semua gaya bahasa, maka metaforalah yang paling penting.

Gaya bahasa metafora sering kita temukan dalam berbagai teks kesusastraan.

Penggunaan gaya bahasa dalam karya sastra tidak dapat dipisahkan dari novel.

Wiyatmi (2009:28) menyatakan novel sebagai bagian dari karya sastra berbentuk

narasi yang isinya merupakan suatu kisah sejarah atau sebuah deretan peristiwa.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 13: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

4

Peneliti memilih novel karya Tere Liye yang terdiri dari lima novel, yaitu

Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar dan Si Anak

Pemberani. Novel Si Anak Badai terbitan tahun 2019, sedangkan keempat novel

lainnya terbitan tahun 2018. Kelima novel tersebut merupakan novel terbaru dan

baru pertama kali diteliti oleh peneliti saat ini. Novel karya Tere Liye tersebut

menyuguhkan bentuk komposisi gaya bahasa metafora yang baru dan menarik.

Pengarang lebih berani mengungkapkan realita kehidupan dengan menggunakan

bahasa persamaan dan perbandingan serta isi dari novel membawa pembaca pada

suasana yang sesungguhnya ke dalam cerita yang tidak bisa ditebak.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis akan menganalisis pemakaian

gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye. Adapun judul penelitian ini

“Pemakaian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Karya Tere Liye: Kajian

Semantik. Harapannya peneliti dapat memberikan pemahaman mengenai

pemakaian gaya bahasa, terutama gaya bahasa metafora.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Wujud gaya bahasa metafora apa sajakah yang terdapat dalam novel karya

Tere Liye?

2. Fungsi gaya bahasa metafora apa sajakah yang terdapat dalam novel karya

Tere Liye?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 14: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

5

3. Makna apa saja yang terdapat pada setiap wujud gaya bahasa metafora

dalam novel karya Tere Liye?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang hendak dicapai dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mendeskripsikan wujud gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel

karya Tere Liye.

2. Mendeskripsikan fungsi gaya bahasa metafora yang terdapat pada setiap

gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye.

3. Mendeskripsikan makna yang terdapat pada setiap gaya bahasa metafora

dalam novel karya Tere Liye.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian yang berjudul Pemakaian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel

Karya Tere Liye: Kajian Semantik ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-

pihak yang membutuhkan. Terdapat dua manfaat yang dapat diperoleh dari

pelaksanaan penelitian ini, yaitu:

1. Manfaat Teoretis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat

sebagai berikut:

a. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai

tinjauan untuk memahami gaya bahasa metafora dalam novel karya

Tere Liye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 15: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

6

b. Menjadi pijakan-pijakan teoretis bagi penelitian-penelitian yang

sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi kalangan umum, penelitian ini diharapkan dapat menambah

wawasan lebih luas mengenai karya sastra yang berbicara tentang

gaya bahasa khususnya metafora.

b. Bagi praktisi pendidikan, misalnya guru, penelitian ini diharapkan

dapat memberikan masukan atau sumbangan mengenai penciptaan

variasi novel berikutnya, supaya dapat menjadi salah satu rujukan

bahan pengajaran serta dapat mengidentifikasikan majas perbandingan

khususnya metafora pada saat memberikan pelajaran pada siswa.

c. Bagi peneliti lain dapat menjadi bahan masukan bagi penelitian

berikutnya tentang gaya bahasa metafora yang terkandung dalam

sebuah novel.

1.5 Batasan Istilah

Peneliti membatasi beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

Istilah-istilah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Semantik

Semantik adalah ilmu tentang makna atau tentang arti (Chaer, 2013: 2)

2. Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa

secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 16: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

7

bahasa). Sebuah gaya bahasa harus mengandung tiga unsur berikut:

kejujuran, sopan santun dan menarik (Keraf, 2006: 113).

3. Metafora

Metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya

melainkan sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau

perbandingan Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013:15).

4. Novel

Novel sebagai bagian dari karya sastra berbentuk narasi yang isinya

merupakan suatu kisah sejarah atau sebuah deretan peristiwa (Wiyatmi,

2009:28).

1.6 Sistematika Penyajian

Sistematika penyajian penulisan penelitian ini adalah sebagai berikut.

Bab I memaparkan latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penyajian. Bab II memaparkan

kajian terdahulu yang relevan, kajian teori dan kerangka berpikir. Bab III

memaparkan tentang metode penelitian yang menguraikan tentang jenis

penelitian, data dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, teknik analisis data dan triangulasi data. Bab IV memaparkan

deskripsi data, hasil analisis data dan pembahasan. Bab V memaparkan

kesimpulan dan saran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 17: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

8

BAB II

LANDASAN TEORETIS

Bab II ini berisi teori yang digunakan sebagai alat untuk memecahkan

masalah dalam penelitian ini. Teori yang digunakan meliputi: penelitian yang

relevan berisi tentang topik-topik penelitian yang sejenis dengan penelitian lain.

Kajian teori berisi tentang berbagai teori yang digunakan sebagai landasan

analisis dari penelitian ini, terdiri atas teori semantik, gaya bahasa, gaya bahasa

metafora, jenis-jenis metafora, fungsi metafora dan novel.

2.1 Kajian Terdahulu yang Relevan

Penelitian menemukan lima penelitian terdahulu yang relevan dengan

penelitian yang dilakukan saat ini. Pertama, penelitian Yonatan (2017) berjudul

“Analisis Metafora dalam Lirik Lagu Iwan Fals Pada Album Tahun 1981-1983

Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley”. Hasil penelitian

menunjukan ada 92 ungkapan metafora baik itu berupa frasa, klausa dan kalimat

dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983. Dalam menciptakan ungkapan

metafora dalam lirik lagu Iwan Fals pada album 1981-1983 kategori human paling

menonjol dengan jumlah 31 data, kemudian kategori being 22 data, kategori

animate 15 data, kategori object 7 data, kategori energy dan living masing-

masing 6 data, kategori cosmos dan substance masing-masing 2 data, dan kategori

terrestrial 1 data.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 18: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

9

Kedua penelitian L. Erline W. Krisdaninggar (2019) berjudul “Topik Dan

Metafora Dalam Syair Lagu Karya Grup Band Dialog Dini Hari”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa syair lagu Dialog Dini Hari ada empat jenis

topik, yakni (1) alam, terdapat tujuh judul lagu, yaitu lengkung langit, bumiku

buruk rupa, pagi, pelangi, oksigen, nyanyian langit, dan menutup tirai. (2)

manusia, terdapat sebelas judul lagu, yaitu aku adalah kamu, temui diri, rehat

sekejap, beranda taman hati, sahabatku jadi hantu, renovasi otak, lagu sedih, hati-

hati, aku di mana, aku dan burung, dan jalan dalam diam. (3) rindu, terdapat

tujuh judul lagu, yaitu senandung rindu, lirih penyair murung, ku kan pulang,

sediakala, tentang rumahku, di balik pintu, dan gurat rasa. (4) cinta. Terdapat

lima judul lagu, yaitu 360 batu, dariku tentang cinta, lagu cinta, manuskrip telaga,

dan hiduplah hari ini. Kemudian ditemukan pula jenis-jenis metafora dalam syair

lagu Dialog Dini Hari, yakni (1) metafora in presentia dan (2) metafora in

absentia. Dari hasil analisis, jenis metafora in absentia lebih banyak ditemukan,

dibanding dengan jenis metafora in presentia.

Ketiga penelitian Widya Wahyuningtyas (2019) berjudul Metafora Dan

Fungsi Metafora Dalam Novel Garis Waktu Karya Fiersa Besari. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa penelitian tersebut ada tiga jenis gaya bahasa metafora yang

digunakan dan empat fungsi gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel

garis waktu karya Fiersa Besari. Jenis-jenis gaya bahasa metafora yang digunakan

dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari adalah metafora abstrak dan konkret,

metafora sinestesia, dan metafora antropomorfik/personifikasi, sedangkan fungsi

metafora dalam novel garis waktu karya Fiersa Besari adalah fungsi puitik, fungsi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 19: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

10

informasi, fungsi ekspresif, dan fungsi direktif. Penelitian ini menggunakan

metode simak, yaitu menyimak penggunaan bahasa dan teknik pengumpulan data

yang digunakan adalah teknik simak bebas libat cakap.

Keempat penelitian dilakukan oleh Alfia N. Hidayah dan Wahyu Oktavia

(2019) dalam Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang berjudul

“Metafora Dalam Naskah Drama “Senja Dengan Dua Kelelawar” Karya

Kirdjomulyo. Hasil penelitian menunjukan ada empat jenis gaya bahasa metafora

yang terkandung dalam naskah drama Senja Dengan Dua Kelelawar yang terdiri

dari metafora antropomorfik 9 data, metafora hewan 3 data, metafora abstrak ke

konkret 7 data, dan metafora sinestesia 4 data.

Kelima penelitian Nabilla Maharani (2020) berjudul “Metafora Dalam

Wacana Berita Di Kedaulatan Rakyat Edisi 20 September 2019”. Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa dalam wacana berita di Kedaulatan Rakyat

Edisi 20 September 2019, ditemukan sebelas topik ranah target dan ranah sumber,

yaitu: topik berbidang (1)umum, (2) pendidikan, (3) olahraga, (4) politik, (5)

teknologi, (6) hokum, (7) kriminal, (8) kuliner, (9) ekonomi, (10) lingkungan, dan

(11) pariwisata. Dari sebelas topik tersebut topik umum adalah topik yang paling

banyak ditemukan dengan 9 ranah target dan ranah sumbernya. Selanjutnya

disusul oleh topik berbidang pendidikan teknologi, hukum, dan kriminal 4 data.

Lalu, topik berbidang kuliner, ekonomi, lingkungan 3 data dan berbidang

pariwisata 1 data. Hasil temuan juga menunjukkan terdapat empat jenis metafora

dalam wacana berita di Kedaulatan Rakyat edisi 20 September 2019, yang terdiri

dari jenis metafora (1) metafora benda yang dibagi menjadi empat bidang, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 20: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

11

peralatan 10 data, bangunan 6 data, alam 5 data, makanan dan minuman dengan 5

data. (2) metafora antropomorfis yang dibagi menjadi tiga bidang, yaitu bagian

tubuh manusia 9 data, tindakan manusia 3 data, dan sifat manusia 1 data (3)

metafora binatang 4 data, (4) metafora tumbuhan 4 data.

Masing-masing penelitian di atas mempunyai ciri khusus yang membedakan

antara penelitian yang satu dengan penelitian yang lainnya, karena ditinjau dari

sudut yang berbeda dalam pembahasannya. Persamaan penelitian ini dengan

penelitian yang relevan di atas yaitu sama-sama meneliti mengenai gaya bahasa

metafora baik itu dalam karya fiksi seperti novel pada penelitian yang sedang

dilakukan, novel pada penelitian Widya Wahyuningtyas (2019), dan naskah drama

pada penelitian Alfia Nurul Hidayah 1, Wahyu Oktavia 2 (2019), maupun nonfiksi

seperti pada syair lagu dalam penelitian Yonatan (2017), penelitian L. Erline

Widyaswari Krisdaninggar (2019), dan penelitian Nabilla Maharani (2020) dalam

wacana berita di Kedaulatan Rakyat edisi 20 September 2019.

Perbedaan penelitian yang relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan

adalah penelitian ini menggunakan lima novel karya Tere Liye, menganalisis

wujud gaya bahasa metafora, fungsi gaya bahasa metafora dan makna gaya bahasa

metafora yang dikaji dari teori semantik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 21: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

12

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Semantik

Menurut Chaer (2013:2), kata semantik dalam bahasa Indonesia (Inggris:

Semantic) berasal dari bahasa Yunani sema (kata benda) yang berarti “tanda”

atau “lambang”. Kata kerjanya semaino yang berarti “menandai” atau

“melambangkan”. Yang dimaksud dengan tanda atau lambang di sini sebagai

padanan kata sema itu adalah tanda linguistik seperti yang dikemukakan oleh

Ferdinand de Saussure (1966), yaitu yang terdiri dari (1) komponen yang

mengartikan yang berwujud bentuk-bentuk bunyi bahasa dan (2) komponen ini

merupakan tanda atau lambang, sedangkan yang ditandai atau dilambanginya

adalah sesuatu yang berada di luar bahasa yang lazim disebut referen atau hal

yang ditunjuk.

Kata semantik ini kemudian disepakati sebagai istilah yang digunakan

untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda

linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Atau dengan kata lain bidang studi

linguistik yang mempelajari makna atau arti dalam bahasa. Oleh karena itu,

kata semantik dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang makna

atau arti, salah satu dari tiga tataran analisis bahasa yaitu: fonologi, gramatika

dan semantik.

Istilah semantik dalam sejarah linguistik ada pula digunakan istilah lain

seperti semiotika, semiologi, semasiology, sememik dan semik untuk merujuk

pada bidang studi yang mempelajari makna atau arti dari suatu tanda atau

lambang. Namun istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 22: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

13

karena istilah-istilah yang itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas yaitu

mencakup makna tanda atau lambang pada umumnya. Termasuk tanda-tanda

lalu lintas, kode morse, tanda-tanda ilmu matematik. Verhaar (dalam Pateda,

2001:7) memberikan batasan semantik sebagai teori makna atau teori arti.

Charles Morris dan kemudian Rudolf Canarp (dalam Tarigan, 1985:2-3)

mengatakan bahwa semantik dalam pengertian secara luas dapat dibagi atas tiga

pokok bahasan, yaitu: sintaksis, semantik, pragmatik. Pembagian tersebut

sesuai dengan formulasi Moris (1938) maka terdapatlah perbedaan sebagai

berikut: sintaksis menelaah “hubungan-hubungan formal antara tanda-tanda

satu sama lain”. Semantik menelaah “hubungan-hubungan tanda-tanda dengan

objek yang merupakan wadah penerapan tanda-tanda tersebut”. Pragmatik

menelaah hubungan-hubungan tanda-tanda dengan para penafsir atau

interpretator Morris (dalam Tarigan, 1985: 2-3).

R, C Stalnaker (melalui Tarigan, 1985:4), membuat perumusan yang

lebih sederhana dan lebih mudah dipahami sebagai berikut: Sintaksis menelaah

kalimat-kalimat, semantik menelaah preposisi-preposisi, sedangkan pragmatik

menelaah mengenai perbuatan-perbuatan linguistik beserta konteks-konteks

tempatnya tampil.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian semantik,

peneliti dapat menyimpulkan bahwa objek dari semantik adalah makna. Maka,

semantik adalah cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna suatu

kata, frasa atau kalimat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 23: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

14

2.2.2 Gaya Bahasa

Menurut Keraf (2006:112) gaya atau khususnya gaya bahasa dikenal

dalam retorika dengan istilah style. Kata style diturunkan dari kata Latin stilus,

yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian

menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada

lempengan tadi. Kelak pada waktu penekanan dititikberatkan pada keahlian

untuk menulis indah, maka style lalu berubah menjadi kemampuan dan

keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah.

Karena perkembangan itu, gaya bahasa atau style menjadi masalah atau

bagian dari diksi atau pilihan kata yang mempersoalkan cocok tidaknya

pemakaian kata, frasa atau klausa tertentu untuk menghadapi situasi tertentu.

Sebab itu, persoalan gaya bahasa meliputi semua hierarki kebahasaan: pilihan

kata secara individual, frasa, klausa, dan kalimat, bahkan mencakup pula

sebuah wacana secara keseluruhan. Malahan nada yang tersirat di balik

sebuah wacana termasuk pula persoalan gaya bahasa. Jadi, jangkauan gaya

bahasa sebenarnya sangat luas, tidak hanya mencakup unsur-unsur kalimat

yang mengandung corak-corak tertentu, seperti yang umum terdapat dalam

retorika-retorika klasik.

Walaupun kata style berasal dari bahasa Latin, orang Yunani sudah

mengembangkan sendiri teori-teori mengenai style itu. Ada dua aliran yang

terkenal yaitu:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 24: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

15

a) Aliran Platonik menganggap style sebagai kualitas suatu ungkapan.

Menurut mereka ada ungkapan yang memiliki style, ada juga yang tidak

memiliki style.

b) Aliran Aristoteles menganggap bahwa gaya adalah suatu kualitas yang

inheren, yang ada dalam tiap ungkapan.

Dengan demikian aliran Plato mengatakan bahwa ada karya yang

memiliki gaya dan ada karya yang sama sekali tidak memiliki gaya.

Sebaliknya aliran Aristoteles mengatakan bahwa semua karya memiliki gaya,

tetapi ada karya yang memiliki gaya yang tinggi ada yang rendah, ada yang

memiliki gaya yang kuat ada yang lemah, ada yang memiliki gaya yang baik,

dan ada juga yang memiliki gaya yang jelek.

Bila kita melihat gaya secara umum, kita dapat mengatakan bahwa gaya

adalah cara mengungkapkan diri sendiri, entah melalui bahasa, tingkah laku,

berpakaian, dan sebagainya. Gaya bahasa memungkinkan kita dapat menilai

pribadi, watak, dan kemampuan seseorang yang mempergunakan bahasa itu.

Semakin baik gaya bahasanya, semakin baik pula penilaian orang

terhadapnya; semakin buruk gaya bahasa seseorang, semakin buruk pula

penilaian diberikan padanya. Style atau gaya bahasa dapat dibatasi sebagai

cara mengungkapkan pikiran melalui bahasa secara khas yang

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis Keraf (2006:113).

Di samping itu menurut Sudjiman (1993:15) gaya bahasa ditentukan

antara lain oleh sifat karya yang bersangkutan, apakah berupa epik atau lirik,

lisan, atau tulisan, apa makna karya itu, serta siapa pembaca yang dituju.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 25: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

16

Dengan memperhatikan hal itu sering kita dapat lebih memahami mengapa

gaya bahasa yang satu begini dan yang lain begini. Dengan bahasa yang

berbunga-bunga dan ragam majas, pengarang berusaha menarik pembaca

kepada bentuk ekstetiknya, “bahasa nan indah”, baru kemudian pada gagasan

yang hendak disampaikan. Sebuah gagasan yang biasa saja jadi tampak

megah karena dibungkus dengan baju yang berenda-renda tetapi agak

berlebihan.

Adapun pengertian gaya bahasa dalam karya sastra naratif merupakan

bentuk-bentuk ungkapan yang digunakan oleh pengarang untuk

menyampaikan ceritanya. Dalam penyampaian ide atau gagasan, pengarang

menggunakan bahasa sebagai sarana untuk penyampaian. Setiap pengarang

mempunyai gaya pengungkapan sendiri dalam menyampaikan ceritanya.

Bentuk ungkapan yang digunakan pengarang itulah yang disebut gaya bahasa

(Fitri dan Syahrul, 2012)

Tarigan (2013:4) menambahkan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk

retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk

menyakinkan atau mempengaruhi pembaca. Jenis-jenis gaya bahasa yaitu

gaya bahasa pertentangan, gaya bahasa perbandingan, gaya bahasa pertautan,

gaya bahasa perulangan. Gaya bahasa metafora termasuk dalam gaya bahasa

perbandingan.

Tujuan utama gaya bahasa adalah menghadirkan aspek keindahan.

Tujuan ini terjadi baik dalam kaitannya dengan penggunaan bahasa sebagai

sistem model pertama, dalam ruang lingkup linguistik, maupun sebagai sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 26: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

17

model kedua, dalam ruang lingkup kreativitas sastra, Wellek dan Werren

(dalam Ratna, 2009:67)

2.2.3 Gaya Bahasa Metafora

Dalam ilmu kebahasaan, metafora dikategorikan ke dalam majas

perbandingan. Metafora berasal dari bahasa Yunani metaphora yang

berarti”memindahkan” dari meta “di atas, melebihi”+ pherein “membawa”

metafora membuat perbandingan antara dua hal atau benda untuk

menciptakan suatu kesan mental yang hidup, walaupun tidak dinyatakan

secara eksplisit dengan penggunaan kata-kata seperti, ibarat, bak, sebagai,

umpama, laksana, penaka, serupa seperti pada perumpamaan Dale[et al]

(dalam Tarigan 2013: 15). Menurut Tarigan (2013: 15) metafora adalah

sejenis gaya bahasa perbandingan yang paling singkat, padat, tersusun rapi. Di

dalamnya terlihat dua gagasan: yang satu adalah kenyataan, sesuatu yang

dipikirkan, yang menjadi objek, dan satu lagi merupakan pembanding

terhadap kenyataan tadi dan kita menggantikan yang belakangan itu menjadi

yang terdahulu tadi.

Ullman (2014:265) menyatakan bahwa metafora merupakan suatu

perbandingan antara dua hal yang bersifat menyatu (luluh) atau perbandingan

yang bersifat langsung karena kemiripan/kesamaan yang bersifat konkret atau

nyata atau bersifat intuitif/perceptual. Karena perbandingan tersebut bersifat

menyeluruh, maka tidak menggunakan kata-kata yang mengungkapkan

perbandingan, misalnya seperti, bak, laksana, bagaikan. Dua hal tersebut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 27: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

18

adalah the thing we are talking about (sesuatu yang sedang diperbincangkan

atau sering disebut tenor), dan the thing that to which we comparing it

(sesuatu/hal yang menjadi perbandingan dengan sesuatu yang pertama atau

sering disebut wahana), sedangkan unsur atau unsur-unsur yang biasa mereka

punyai membentuk dasar dari metafora. Misalnya adalah kalimat a muscle is

a little mouse. Dalam kalimat tersebut yang menjadi tenor adalah muscle

(otot) sedangkan little mouse (tikus kecil) disebut dengan wahana.

Ratna (2009:18) mengungkapkan bahwa metafora didefinisikan

melalui dua pengertian, secara sempit dan luas. Pengertian secara sempit,

metafora adalah majas seperti metonomia, sinekdoke, hiperbola, dan

sebagainya. Pengertian secara luas meliputi semua bentuk kiasan, penggunaan

bahasa yang dianggap „menyimpang‟ dari bahasa baku. Dalam pembicaraan

ini metafora lebih banyak ditinjau dalam kaitannya dengan pengertian kedua.

Dikaitkan dengan pengertian gaya bahasa secara sempit, sebagai majas yang

secara tradisional sudah dikenal luas (lihat juga V.2), yang dibedakan menjadi

majas penegasan, perbandingan, pertentangan, dan majas sindiran, metafora

termasuk salah satu unsur majas kedua, majas perbandingan. Dilihat dari

hakikat karya sastra secara keseluruhan, sebagai kualitas estetis, perbandingan

dianggap sebagai majas yang paling penting sebab semua majas pada

dasarnya memiliki ciri-ciri perbandingan. Metaforalah yang paling banyak

dan paling intens dalam memanfaatkan perbandingan. Dengan kata lain sesuai

dengan pendapat Eco (1986:87), di antara semua majas, maka majas

metaforalah yang paling penting. Oleh karena itulah, di samping sastra dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 28: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

19

linguistik metafora menjadi objek filsafat, estetika, dan psikologi. Selaras

dengan pendapat Aristoteles (dalam Ratna 2007:258) metafora adalah

pengalihan makna melalui analogi, membandingkan sekaligus

mempersamakan suatu objek dengan objek yang lain untuk memperoleh

makna yang berbeda.

Metafora digunakan untuk mengungkapkan makna yang berbeda

dengan kata yang digunakan. Ini berarti bahwa metafora menyangkut

perbandingan kesamaan antara dua hal. Persamaan yang dimaksud bisa berupa

kesamaan wujud yang bisa diindera atau dalam hal karakter atau sifat antara

dua hal (Adisutrisno 2008).

Poerwadarminta (dalam Tarigan, 2013:15) menambahkan bahwa

metafora adalah pemakaian kata-kata bukan arti yang sebenarnya, melainkan

sebagai lukisan yang berdasarkan persamaan atau perbandingan. Metafora

sebagai suatu hal yang sama atau seharga dengan hal yang lain yang

sesungguhnya tidak sama. Maksud dari metafora ini adalah membandingkan

suatu hal dengan hal yang lain yang berbeda, baik dari sifat, wujud dan lain

sebagainya Alterberd 1970 (dalam Pradopo, 2012: 66). Keraf (2006:139)

menjelaskan bahwa metafora semacam analogi yang membandingkan dua hal

secara langsung, tetapi dalam bentuk yang singkat: bunga bangsa, buaya

darat, buah hati, cindera mata, dan sebagainya. Metafora sebagai

perbandingan langsung tidak mempergunakan kata: seperti, bak, bagai,

bagaikan, dan sebagainya, sehingga pokok pertama langsung dihubungkan

dengan pokok kedua. Proses terjadinya sebenarnya sama dengan simile tetapi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 29: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

20

secara berangsur-angsur keterangan mengenai persamaan dan pokok pertama

dihilangkan, misalnya:

Pemuda adalah seperti bunga bangsa. Pemuda adalah bunga

bangsa,

Pemuda Bunga bangsa

Orang itu seperti buaya darat. Orang itu adalah buaya darat.

Orang itu Buaya darat.

Metafora tidak selalu harus menduduki fungsi predikat, tetapi dapat

juga menduduki fungsi lain seperti subjek, objek, dan sebagainya. Dengan

demikian, metafora dapat berdiri sendiri sebagai kata, lain halnya dengan

simile. Konteks bagi sebuah simile sangat penting, karena akan membantu

makna persamaan itu, sebaliknya makna metafora justru dibatasi oleh sebuah

konteks. Bila dalam sebuah metafora, kita masih dapat menentukan makna

dasar dari konotasinya sekarang, maka metafora itu masih hidup. Tetapi kalau

kita tidak dapat menentukan konotasinya lagi, maka metafora itu sudah mati,

sudah merupakan klise.

Perahu itu menggergaji ombak.

Mobilnya batuk-batuk sejak tadi pagi.

Pemuda-pemudi adalah bunga bangsa.

Kata-kata menggergaji, batuk-batuk, bunga dan bangsa masih hidup

dengan arti aslinya. Sebab itu, penyimpangan makna seperti terdapat dalam

kalimat-kalimat di atas merupakan metafora yang hidup. Namun, proses

penyimpangan semacam itu pada suatu saat dapat membawa pengaruh lebih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 30: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

21

lanjut dalam pembuatan makna kata. Kebanyakan perubahan makna kata

mula-mula terjadi karena metafora. Lama-kelamaan orang tidak memikirkan

lagi tentang metafora itu, sehingga arti yang baru itu dianggap sebagai arti

yang kedua atau ketiga kata tersebut: berlayar, berkembang, jembatan, dan

sebagainya. Metafora semacam ini adalah metafora mati. Dengan matinya

sebuah metafora, kita berada kembali di depan sebuah kata yang mempunyai

denotasi baru. Metafora semacam ini dapat membentuk sebuah kata kerja,

kata sifat, kata benda, frasa, atau klausa: menarik hati, memegang jabatan,

mengembangkan, menduga, dan sebagainya. Sekarang tidak ada lagi orang

yang berpikir bahwa bentuk-bentuk itu tadinya adalah metafora. Metafora

berjasa dalam penciptaan istilah-istilah baru, seperti, kaki kursi, kepala

pasukan, mata angin, sayap pesawat, dan sebagainya. Kata-kata tersebut pada

mulanya bekerja secara analogis. Penyangga kursi dianalogikan dengan kaki

pimpinan, pasukan dianalogikan dengan kepala, penjuru angin dianalogikan

dengan mata, dan bagian pinggir sayap yang berfungsi untuk menjaga

keseimbangan dianalogikan dengan sayap.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas mengenai pengertian gaya

bahasa metafora, peneliti menyimpulkan bahwa gaya bahasa metafora adalah

suatu ungkapan kebahasaan yang membandingkan suatu hal dengan hal yang

lain yang memiliki kemiripan atau kesamaan tanpa menggunakan kata

pembanding seperti, bak, bagaikan, dan sebagainya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 31: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

22

2.2.4 Jenis-jenis Metafora

Lakoff dan Johnson (dalam Wiradharma 2016:8-9) membedakan

metafora menjadi tiga, yaitu 1) metafora struktural, 2) metafora

orientasional, 3) metafora ontologis. Metafora ontologis merupakan metafora

yang mengkonsepkan hal-hal abstrak, seperti pikiran, pengalaman, dan

proses dalam sesuatu yang bersifat konkret. Metafora struktural merupakan

sebuah konsep dibentuk secara metaforis dari satu konsep lain ke konsep lain

yang didasarkan pada dua ranah, yaitu ranah sumber (RSu) dan ranah

sasaran (RSa). Metafora orientasional merupakan metafora yang

berhubungan dengan orientasi ruang, seperti atas-bawah, dalam-luar,

depan-belakang.

Knowles dan Moon (2006:5-7) membedakan metafora ke dalam dua

bagian, yaitu metafora konvensional dan metafora kreatif. Metafora

konvensional adalah metafora yang sudah kehilangan cirinya sebagai sebuah

metafora, karena sering digunakan dalam kosakata sehari-hari. Pengguna

metafora konvensional tidak menyadari menggunakan bahasa metaforis.

Istilah dead metaphor sering digunakan untuk menyebut metafora

konvensional. Makna metafora konvensional sudah terdapat dalam kamus.

Metafora kreatif adalah metafora yang digunakan penulis atau pembicara

untuk mengekspresikan ide-ide atau perasaannya ke dalam sebuah tulisan

atau ucapan. Tujuan dari metafora kreatif adalah agar makna dan konteks

mudah dipahami oleh pembaca.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 32: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

23

Menurut tinjauan semantik, Ullman (2014:267-269) di antara sekian

banyak metafora yang diekspresikan oleh manusia, ada empat kelompok

utama yang terjadi dalam berbagai bahasa dan gaya bahasa. Jenis metafora

atas empat kategori tersebut yaitu (i) metafora antropomorfis (ii) metafora

binatang (iii) metafora dari konkret ke abstrak dan (iv) metafora sinaestetik.

1. Metafora Antropomorfis

Salah seorang pemikir yang meperhatikan metafora jenis ini

adalah filsuf Italia abad ke-18, Giambattista Vico ia mengatakan

bahwa semua bahasa sebagian besar ekspresi yang mengacu pada

benda-benda tidak bernyawa dibandingkan dengan cara pengalihan

(transfer) dari tubuh dan anggota badan manusia, dari indera dan

perasaan manusia. Pada bab tentang polisemi kita melihat sejumlah

kecil metafora yang membandingkan benda-benda tak bernyawa

dengan tubuh manusia, seperti punggung bukit, mulut sungai, jantung

kota dan sebagainya. Sebenarnya ada juga banyak transfer yang

menjadi kebalikan dari yang di atas itu, yaitu bagian dari tubuh kita

dinamakan dengan binatang atau benda tak bernyawa, seperti bola

mata, gendang telinga, buah dada, tali pusar dan sebagainya Ullman

(2014:267). Metafora antropomorfis juga berdasarkan sifat dan

tindakan manusia. Metafora antropomorfis dikenal dengan gaya

personifikasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 33: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

24

2. Metafora Binatang

Sumber utama imajinasi atau metafora yang lain adalah dunia

binatang. Metafora jenis ini menggunakan binatang atau bagian tubuh

binatang atau sesuatu yang berkaitan dengan binatang untuk pencitraan

sesuatu yang lain. Pada umumnya didasarkan pada kemiripan bentuk

yang cukup jelas sehingga kurang menghasilkan karya ekspresivitas

yang kuat.

Ullman (2014:267-268) menjelaskan metafora jenis ini bergerak

dalam dua arah utama. Sebagian diterapkan untuk binatang atau benda

yang tidak bernyawa. Adapun tumbuhan yang menggunakan nama

binatang, seperti lidah buaya, jambu monyet, kuping gajah, cocor

bebek, dan lain sebagainya. Adapun benda-benda tak bernyawa yang

menggunakan nama binatang, seperti rambut ekor kuda, telur mata

sapi, dan lain-lain. Seseorang dapat diserupai dengan nama binatang,

seperti si babi, si belut, si kerbau, dan sebagainya karena watak atau

perilakunya seperti binatang. Tindakan orang juga dapat diserupai

dengan nama binatang, seperti membabi buta, membebek dengan

awalan me- dalam arti; berbuat atau bertingkah laku seperti‟. Ada pula

ungkapan seperti si macan bola, si jago tembak, buaya keroncong, di

samping kata atau ungkapan seperti mengoceh (untuk orang yang

banyak bicara). Menggerogoti uang negara (kata menggerogoti biasa

untuk bajing, tikus), menggondol piala, nyengir kuda, kata-katanya

masih menyengat, menanduk bola, mengais rejeki.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 34: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

25

Benda-benda tak bernyawa juga ada yang bisa bertingkah, dan

tingkah ini dimetaforakan dengan sumber binatang: truk itu

menyeruduk mobil dari belakang, panas matahari yang menyengat,

generasi muda telah menelurkan kreativitasnya.

3. Metafora Konkret ke Abstrak

Salah satu kecenderungan dasar dalam metafora adalah

menjabarkan pengalaman-pengalaman abstrak ke dalam hal yang

konkret. Dalam banyak hal, pengalihan atau transfer itu masih jelas,

tetapi sebagian lagi masih memerlukan penelitian etimologis untuk

melacak citra konkret yang mendasari kata yang abstrak itu Ullman

(2014:268).

Jenis ini dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang

abstrak atau samar-samar diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa

sehingga dapat berbuat secara konkret atau bernyawa.

4. Metafora Sinaestetik

Suatu jenis metafora yang sangat umum didasarkan kepada

transfer atau pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Seperti dari

bunyi (dengan indra dengar) ke indra penglihatan, dari sentuhan ke

bunyi, dan sebagainya. Jika kita berbicara tentang suara yang hangat

atau dingin maka kita menyadari adanya sejenis kesamaan antara

temperatur yang hangat atau dingin dan kualitas suara-suara tertentu.

Begitu pula kalau kita berbicara tentang warna yang keras, bau yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 35: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

26

manis, pandangannya tajam, bicaranya manis. Contoh tersebut

merupakan perpindahan atau transfer dari indra A ke Indra B.

2.2.5 Fungsi Gaya Bahasa Metafora

Dalam komunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling sering

digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis, Felicia

(2001:1). Menurut Jakobson (dalam Soeparmo 2013: 18-19) ada enam faktor

bahasa yang harus ada dalam karya sastra, sehingga memungkinkan terjadinya

komunikasi. Keenam faktor bahasa adalah: addresser, context, message,

contact, code, dan addresce. Oleh Jakobson enam faktor bahasa itu selalu

disejajarkan dengan fungsi bahasa. Adapun enam fungsi gaya bahasa metafora

meliputi: (1) fungsi emotif digunakan untuk mengungkapkan rasa gembira,

kagum, kesal, sedih dan sebagainya, (2) fungsi konatif mengacu pada efek

pesan terhadap penerima, (3) fungsi referensial digunakan untuk

membicarakan suatu permasalahan dengan topik tertentu, menempatkan

prioritas utama dalam komunikasi yang objektif dan faktual. (4) fungsi puitik

untuk menyampaikan suatu amanat atau pesan tertentu, (5) Fungsi fatik

digunakan sekadar untuk mengadakan kontak dengan orang lain, dan (6)

Fungsi metalingual apabila yang dibicarakan masalah bahasa adalah dalam hal

menggunakan bahasa tertentu/ mengidentifikasi kode yang digunakan.

2.2.6 Novel

Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Inggris, yaitu

novel. Istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 36: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

27

novella (yang dalam bahasa Jerman: novelle). Secara harfiah novella berarti

„sebuah barang baru yang kecil‟, dan kemudian diartikan sebagai „cerita

pendek dalam bentuk prosa‟ Abrams (dalam Nurgiyantoro 2015:11-12).

Istilah novella dan novellet mengandung pengertian yang sama dengan istilah

Indonesia „novelet‟ (Inggris novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi

yang panjangnya cukupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu

pendek Nurgiyantoro (2015:12).

Pengertian novel menurut KBBI adalah karangan prosa yang panjang

mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang di

sekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Nurgiyantoro Burhan (2015:11) menjelaskan bahwa novel merupakan sebuah

karya yang bersifat imajiner dan kreatif. Pendapat Nurgiyantoro ini mengacu

pada sifat novel yang disamakan dengan arti fiksi, yang bersifat imajinatif dan

kreatif. Novel dibangun oleh unsur-unsur pembangun, yaitu unsur intrinsik

dan unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik sebuah novel adalah unsur-unsur yang

(secara langsung) turut serta membangun cerita. Kepaduan antarberbagai

unsur intrinsik inilah yang membuat sebuah novel berwujud. Atau sebaliknya,

jika dilihat dari sudut kita pembaca, unsur-unsur (cerita) inilah yang akan

dijumpai jika kita membaca sebuah novel. Unsur yang dimaksud, untuk

menyebut sebagian saja misalnya, peristiwa, cerita, plot, penokohan , tema,

latar, sudut pandang penceritaan, bahasa atau gaya bahasa, dan lain-lain.

Di pihak lain unsur ekstrinsik adalah unsur-unsur yang berada di luar teks

sastra itu, tetapi secara tidak langsung memengaruhi bangun atau sistem

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 37: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

28

organisme teks sastra. Atau, secara lebih khusus ia dapat dikatakan sebagai

unsur-unsur yang memengaruhi bangun cerita sebuah karya sastra, namun

sendiri tidak ikut menjadi bagian di dalamnya. Wellek dan Warren (dalam

Nurgiyantoro 2015:30) mengungkapkan bahwa unsur ekstrinsik sebuah novel

haruslah dipandang sebagai sesuatu yang penting. Unsur ekstrinsik yang

dimaksud adalah keadaan subjektivitas individu pengarang, biografi

pengarang, psikologi pengarang dan pembaca, dan keadaan di lingkungan

pengarang

Jassin (dalam Nurgiyantoro: 2015: 18) menyatakan bahwa novel adalah

suatu cerita yang bermain dalam dunia manusia dan benda yang ada disekitar

kita, tidak mendalam, lebih banyak melukiskan suatu saat dari kehidupan

seseorang dan lebih mengenai suatu episode. Suharto (2002:43)

menambahkan bahwa novel merupakan struktur yang bermakna. Novel tidak

sekedar serangkaian tulisan yang menggairahkan ketika dibaca, tetapi

merupakan struktur pikiran yang tersusun dari unsur-unsur yang padu.

Novel sebagai bagian dari karya sastra berbentuk narasi yang isinya

merupakan suatu kisah sejarah atau sebuah deretan peristiwa, (Wiyatmi,

2009:28).

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa novel

adalah sebuah cerita karangan prosa yang panjang dan mengandung

serangkaian cerita kehidupan yang berusaha melukiskan kehidupan tokoh-

tokohnya dengan berbagai unsur yang mendukungnya supaya dapat

menonjolkan watak dan sifat pelakunya. Cerita novel atau cerita fiktif tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 38: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

29

hanya sebagai suatu cerita khayalan semata, melainkan juga sebuah imajinasi

yang dihasilkan oleh pengarang sebagai suatu realitas baru atau fenomena

yang dapat dilihat dan dirasakan.

2.2.1. Kerangka Berpikir

Pada bagian ini akan dipaparkan oleh peneliti kerangka berpikir yang

digunakan dalam penelitian yang berjudul Pemakaian Gaya Bahasa Metafora

Dalam Novel Tere Liye: Kajian Semantik. Gaya bahasa merupakan gaya dan

cara seseorang mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan menggunakan

bahasa yang khas.

Analisis gaya bahasa metafora atas dasar teori semantik perlu dilakukan.

Kajian semantik mengenai gaya bahasa metafora dapat ditemukan dalam

berbagai novel termasuk novel karya Tere Liye. Penggunaan gaya bahasa

metafora dapat menghasilkan kata atau kalimat yang baru dan menarik, namun

mengandung maksud dan tujuan tertentu yang dapat memberikan efek estetika.

Rumusan masalah yang akan dijawab melalui penelitian mencakup tiga

rumusan yaitu (1) Wujud gaya bahasa metafora apa sajakah yang terdapat

dalam novel karya Tere Liye (2) Fungsi gaya bahasa metafora apa sajakah yang

terdapat dalam novel karya Tere Liye dan (3) Makna apa saja yang terdapat

pada setiap wujud gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 39: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

30

2.3 Bagan Kerangka Berpikir

Kajian Semantik

Gaya Bahasa

Metafora

Wujud gaya bahasa

metafora

Pemakaian Gaya Bahasa Metafora

Dalam Novel Karya Tere Liye

Fungsi gaya bahasa

metafora

Makna gaya bahasa

metafora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 40: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

31

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab metodologi penelitian ini menguraikan jenis penelitian, data dan

sumber data penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, teknik

analisis data, dan triangulasi data. Keenam hal tersebut diuraikan pada subbab

berikut.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

deskripsi kualitatif. Artinya, data maupun fakta yang telah dihimpun oleh peneliti

kualitatif berbentuk kata atau gambar. Dalam hal ini mendeskripsikan berarti

menggambarkan apa, mengapa, dan bagaimana suatu kejadian Ghony (2012:44).

Penelitian deskripsi ini mengacu pada dokumen sebagai bahan penelitian yang

digunakan sebagai bahan informasi penunjang dan sebagai bagian berasal dari

kajian kasus yang berupa sumber data pokok.

Moleong (2014:6) menyatakan penelitian kualitatif adalah penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan. Secara holistik,

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks

khusus yang alamiah dengan memanfaatkan berbagai metode penelitian. Penelitian

ini dikatakan penelitian deskripsi kualitatif, karena penelitian ini mendeskripsikan

data secara sistematis. Data yang ditemukan berupa frasa atau kalimat pada novel

karya Tere Liye.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 41: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

32

3.2 Sumber Data dan Data

Sumber data yang terdapat dalam penelitian ini adalah novel karya Tere

Liye yang terbagi menjadi lima bagian yaitu: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si

Anak Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa frasa atau kalimat yang

dicurigai mengandung gaya bahasa metafora. Frasa dan kalimat dapat

diwujudkan dalam bentuk deskripsian oleh penulis dan dialog yang dilakonkan

oleh para tokoh dalam novel karya Tere Liye. Data dihimpun dengan membaca

secara seksama disertai dengan catatan-catatan yang mencakup deskripsian

mengenai dugaan gaya bahasa metafora.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan sumber data primer yaitu novel karya Tere Liye yang terbagi menjadi

lima bagian yaitu: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar,

dan Si Anak Pemberani. Dalam teknik penelitian ini langkah-langkah yaitu:

1. Membaca

Peneliti akan membaca sumber terkait yaitu novel karya Tere Liye yang

terbagi menjadi lima bagian yaitu: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak

Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani. Menurut Hodgson (dalam

Tarigan, 2008:7), menyatakan bahwa membaca adalah suatu proses yang

dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang

hendak disampaikan oleh penulis melalui kata-kata/media bahasa tulis. Dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 42: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

33

kaitannya dengan membaca, salah satu jenis dari membaca akan digunakan oleh

peneliti sebagai salah satu teknik untuk memperoleh informasi, yaitu membaca

teliti. Peneliti akan membaca secara teliti dan saksama serta membaca ulang

terkait dengan paragraf dan kalimat-kalimat, dengan begitu peneliti dapat

menemukan data yang dimaksud, terutama kata, frasa, dan kalimat yang

dicurigai mengandung gaya bahasa metafora.

2. Mencatat

Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah mencatat. Peneliti

akan mencatat hasil temuan dari sumber data. Frasa atau kalimat yang dicurigai

sebagai gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel. Dengan cara

mencatat ini peneliti akan lebih mudah dalam mengumpulkan data.

3. Mengiventarisasi

Langkah berikut adalah mengiventarisasi atau mendaftar hasil temuan-temuan

berupa frasa atau kalimat yang dicurigai sebagai metafora dalam penelitian ini.

3.4 Instrumen Penelitian

Arikunto (2010:203) menyatakan bahwa Instrumen penelitian adalah alat

atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar

pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap,

dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Instrumen dalam penelitian ini adalah

peneliti sendiri (human instrument) yang merupakan alat pengumpulan data utama.

Human instrument atau manusia sebagai instrumen utama dalam penelitian ini

adalah peneliti yang sudah berbekal teori tentang semantik, gaya bahasa metafora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 43: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

34

dan teori dibidang sastra khususnya pemakaian gaya bahasa dalam karya sastra

(novel).

3.5 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan

teknik analisis bahasa yang diungkapkan oleh Sudaryanto (2015:69-70), yaitu

teknik perluas. Adapun kegunaan teknik perluas adalah untuk menentukan segi-segi

kemaknaan satuan lingual tertentu. Penggunaan teknik perluas juga digunakan

untuk mengetahui kadar kesinoniman bila menyangkut dua satuan atau dua unsur

satuan yang berlainan tetapi diduga bersinonim satu sama lain. Teknik perluas yang

diutarakan Sudaryanto kemudian dikembangkan dan disesuaikan dengan objek

penelitian. Pengembangan dan penyesuaian dilakukan karena objek penelitian

terdapat dalam data penelitian berupa gaya bahasa metafora dalam novel Karya Tere

Liye.

Analisis data akan dilakukan pada saat pertama kali peneliti mengumpulkan

data. Setelah mengumpulkan data, peneliti akan melakukan analisis data dengan

langkah sebagai berikut:

a. Peneliti mengidentifikasi dan menginventarisasi kata atau kalimat yang

mengandung gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye yang terbagi

menjadi lima novel, yaitu : Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si

Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani karya Tere Liye.

b. Peneliti mengklasifikasikan data hasil yang telah dicatat berdasarkan jenis

gaya bahasa metafora.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 44: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

35

c. Peneliti menafsirkan fungsi gaya bahasa metafora yang terkandung dalam

novel karya Tere Liye.

d. Menginterpretasi makna metaforis kata atau kalimat yang terdapat dalam

novel karya Tere Liye novel Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si

Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani. Interpretasi data merupakan upaya

untuk memperoleh arti dan makna yang lebih mendalam dan luas terhadap

hasil penelitian yang dilakukan. Pembahasan hasil penelitian dilakukan

dengan cara meninjau hasil penelitian secara kritis dengan teori yang relevan

dan informasi yang akurat (Moleong, 2006:151).

e. Mendeskripsikan atau menjelaskan tentang gaya bahasa metafora dalam suatu

bentuk laporan penelitian. Pada bagian ini, peneliti akan mencantumkan hasil

data yang berupa frasa, dan kalimat yang dicurigai sebagai gaya bahasa

metafora.

3.6 Triangulasi Data

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan sesuatu

yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding

terhadap data itu. Triangulasi data ini bertujuan untuk memeriksa keabsahan hasil

penelitian ini. Selain itu, triangulasi data ini juga digunakan untuk mengetahui

tingkat ketepatan dan kedalaman hasil penelitian ini. Denzin (dalam Moleong

2006:330), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang

memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Triangulasi yang

digunakan untuk memeriksa keabsahan penelitian ini adalah triangulasi penyidik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 45: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

36

Triangulasi penyidik merupakan teknik triangulasi yang memanfaatkan peneliti atau

pengamat yang lain untuk mengecek penelitian ini. Dalam penelitian ini, peneliti

meminta kesediaan Ibu Septina Krismawati, S.S., M.A selaku dosen Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, untuk menjadi triangulator yang akan

memeriksa hasil penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 46: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

37

BAB 1V

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini memuat hasil penelitian yang terdiri dari beberapa poin

penting, diantaranya deskripsi data, analisis data, dan pembahasan. Deskripsi

data dalam bab ini berisi paparan data yang diperoleh oleh peneliti. Analisis

data berisi wujud gaya bahasa metafora, fungsi gaya bahasa metafora dan

makna gaya bahasa metafora, sedangkan pada pembahasan akan dipaparkan

lebih lanjut mengenai hasil analisis data yang telah dilakukan mengenai

pemakaian gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye.

4.1 Deskripsi Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah novel karya Tere Liye yang

terbagi menjadi lima novel, yaitu: Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak

Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani. Semantik adalah salah satu

cabang ilmu linguistik yang mempelajari tentang makna. Tarigan (2013:4)

mengungkapkan bahwa gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu

penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk menyakinkan atau

mempengaruhi pembaca. Metafora suatu perbandingan antara dua hal yang

bersifat menyatu (luluh) atau perbandingan yang bersifat langsung karena

kemiripan/kesamaan yang bersifat konkret atau nyata atau bersifat

intuitif/perceptual. Karena perbandingan tersebut bersifat menyeluruh, maka

tidak menggunakan kata-kata yang mengungkapkan perbandingan, misalnya

seperti, bak, laksana, bagaikan, Ullman (2014:265)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 47: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

38

Data yang dihimpun dalam penelitian ini berupa frasa atau kalimat

yang mengandung gaya bahasa metafora akan diidentifikasikan berdasarkan

jenis-jenis metafora. Peneliti menggunakan teori dari Ullman dalam

mengklasifikan jenis gaya bahasa metafora. Ullman (2014:267-269)

membagikan metafora menjadi empat jenis, yaitu: (1) metafora antropomorfis,

(2) metafora binatang, (3) metafora konkret ke abstrak, dan (4) metafora

sinaestetik. Penelitian ini juga meneliti tentang fungsi gaya bahasa metafora

dan makna yang muncul dari penggunaan gaya bahasa metafora dalam

kutipan yang terdapat dalam novel Karya Tere Liye yang terbagi menjadi lima

novel, yaitu Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar,

dan Si Anak Pemberani.

Mengingat data yang ditemukan cukup banyak, maka dalam kajian ini

masing-masing jenis gaya bahasa metafora akan ditampilkan beberapa contoh

tergantung pemakaian gaya bahasa tersebut. Uraian yang lebih lengkap akan

ditampilkan pada bagian lampiran di akhir skripsi ini.

4.2 Analisis Data

Subbab ini membahas hasil analisis pemakaian gaya bahasa metafora pada

novel karya Tere Liye. Analisis metafora dilakukan untuk menemukan gaya

bahasa metafora berdasarkan kajian semantik. Semantik pada hakikatnya

adalah ilmu tentang makna atau tentang arti Chaer (2013:2). Jadi yang akan

dipaparkan dalam analisis ini adalah wujud gaya bahasa metafora, fungsi gaya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 48: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

39

bahasa metafora dan makna gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel

karya Tere Liye.

4.2.1 Wujud Gaya Bahasa Metafora

Dalam novel karya Tere Liye yang terbagi menjadi lima novel, yaitu Si

Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak

Pemberani yang dianalisis peneliti, wujud gaya bahasa metafora berupa kata,

frasa atau kalimat yang ditemukan dalam empat jenis gaya bahasa metafora

yang meliputi metafora antropomorfis, metafora binatang, metafora konkret

ke abstrak dan metafora sinaestetik. Berikut ini akan diberikan masing-masing

contoh analisisnya.

4.2.1.1 Metafora Antropomorfis

Salah seorang pemikir yang memperhatikan metafora jenis ini adalah

filsuf Italia abad ke-18, Giambattista Vico. Dalam tulisannya yang berjudul

Scienzanuova ia mengatakan, dalam semua bahasa sebagian besar ekspresi

yang mengacu pada benda-benda tidak bernyawa dibandingkan dengan cara

pengalihan (transfer) dari tubuh dan anggota badan manusia, dari indera dan

perasaan manusia. Pada bab tentang polisemi kita melihat sejumlah kecil

metafora yang membandingkan benda-benda tak bernyawa dengan tubuh

manusia, seperti punggung bukit, mulut sungai, jantung kota dan sebagainya.

Sebenarnya ada juga banyak transfer yang menjadi kebalikan dari yang di atas

itu, yaitu bagian dari tubuh kita dinamakan dengan binatang atau benda tak

bernyawa, seperti bola mata, gendang telinga, buah dada, tali pusar dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 49: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

40

sebagainya Ullman (2014:267). Metafora antropomorfis juga berdasarkan sifat

dan tindakan manusia. Metafora antropomorfis dikenal dengan gaya

personifikasi. Dari sekian banyak metafora antropomorfis peneliti hanya

memaparkan enam contoh metafora antropomorfis dari novel karya Tere Liye

sebagai berikut:

1) Pintu kabin terbuka. Lidah ombak menyiram seluruh kapal. (Hal. 224)

2) Mamak dengan suara nyaring langsung menyahut dari dapur,

“Bangunkan segera adik-adik kau, Eli! Hari ini Mamak dan Bapak akan

sibuk sekali membantu Mang Dullah menebar bibit padi. Harus segera

berangkat pagi-pagi buta. (Hal. 6)

3) Mereka insinyur-insinyur yang hebat. Dengan alat-alat itu mereka bisa

tahu apa saja isi perut bumi. (Hal. 7)

4) Sebenarnya musim penghujan sudah tiba dipenghujung, tetapi hujan

tidak bosan turun setiap malam. (Hal. 103)

5) Mengasah manik-manik, merangkai gelang, memasang mata kalung.

(hal. 130)

6) Motor Paman Unus merapat ke mulut jalan setapak. (Hal. 243)

Data (1) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Badai. Pada data (1)

Frasa lidah ombak termasuk metafora antropomorfis. Lidah merupakan bagian

tubuh dari manusia. Kata lidah dalam KBBI V adalah bagian tubuh dalam

mulut yang dapat bergerak-gerak dengan mudah, gunanya untuk menjilat,

mengecap, dan berkata-kata. Pengarang menamakan sesuatu yang tidak

bernyawa yaitu ombak dengan bagian tubuh manusia yaitu lidah.

Data (2) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Kuat. Pada data (2)

Frasa pagi-pagi buta termasuk metafora antropomorfis. Pengarang

membandingkan keadaan pagi hari atau subuh dengan sifat manusia yaitu buta

yang merupakan keadaan tidak bisa melihat atau gelap. Kata buta dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 50: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

41

KBBI V adalah tidak dapat melihat karena rusak matanya; tunanetra. Pagi-

pagi buta berarti pagi-pagi benar. Pengarang sengaja menciptakan metafora

seperti itu, sehingga terkesan lebih bermakna.

Data (3) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial. Pada data (3)

Frasa isi perut bumi termasuk metafora antropomorfis. Perut merupakan

bagian tubuh dari manusia. Kata perut dalam KBBI V adalah bagian tubuh di

bawah rongga dada. Pengarang menamakan sesuatu yang tidak bernyawa

yaitu bumi dengan bagian tubuh manusia yaitu perut. Seolah-olah bumi yang

merupakan sesuatu tidak bernyawa memiliki perut seperti manusia.

Data (4) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial. Pada data (4)

hujan tidak bosan termasuk metafora antropomorfis. Tidak bosan merupakan

sifat manusia yang selalu melakukan sesuatu secara terus-menerus atau tidak

merasa puas. Seolah hujan memiliki sifat tidak bosan seperti manusia. Hujan

tidak bosan berarti hujan yang tidak berhenti turun atau tidak reda. Pada data

ini pengarang menerapkan kata tidak bosan yang biasanya dirasakan manusia

dengan sesuatu yang tidak bernyawa yaitu hujan. Seolah-olah hujan bisa

memiliki sifat tidak bosan seperti manusia.

Data (5) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Pemberani. Pada data

(5) Frasa mata kalung termasuk metafora antropomorfis. Kata mata

merupakan bagian tubuh dari manusia yang berfungsi sebagai alat

penglihatan. Dalam data ini pengarang menempatkan kata mata pada suatu

benda mati yaitu kalung. Kalung merupakan salah satu perhiasan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 51: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

42

biasanya digunakan oleh manusia seolah-olah memiliki mata. Mata kalung

berarti hiasan indah yang ada pada kalung.

Data (6) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Pemberani. Pada data

(6) Frasa mulut jalan setapak termasuk metafora antropomorfis. Mulut yang

merupakan bagian tubuh manusia. Dalam KBBI V mulut merupakan rongga

di muka, tempat gigi dan lidah untuk memasukkan makanan. Pengarang

menerapkan kata mulut dengan sesuatu yang tidak bernyawa yaitu jalan

setapak. Seolah-olah jalan setapak memiliki mulut seperti manusia. Mulut

jalan setapak berarti pinggir jalan setapak.

4.2.1.2 Metafora Binatang

Ullman (2014:267-268) menjelakan metafora jenis ini bergerak dalam

dua arah utama. Sebagian diterapkan untuk binatang atau benda yang tidak

bernyawa. Adapun tumbuhan yang menggunakan nama binatang, seperti lidah

buaya, jambu monyet, kuping gajah, cocor bebek, dan lain sebagainya.

Adapun benda-benda tak bernyawa yang menggunakan nama binatang, seperti

rambut ekor kuda, telur mata sapi dan lain-lain. Seseorang dapat diserupai

dengan nama binatang, seperti si babi, si kerbau, dan sebagainya karena watak

atau perilakunya seperti binatang. Tindakan orang juga dapat diserupai dengan

nama binatang, seperti membabi buta, membebek dengan awalan me- dalam

arti berbuat atau bertingkah laku seperti‟. Peneliti memaparkan lima gaya

bahasa metafora yang termasuk dalam metafora binatang. Berikut contoh-

contohnya:

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 52: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

43

1) Kehilangan anak, tak tahu rimbanya, entah hidup atau mati. (hal. 223)

2) Seseorang, sambil melepas helm putihnya, berusaha menjelaskan.

“Tetapi kok ini ada monyet pengganggu?!” teman-temannya

mengangkat bahu saling menoleh. (Hal.14)

3) Dasar simpai pengecut! Beraninya keroyokan. (Hal. 43)

4) Sebentar lagi Amel. Bapak memecahkan keasyikan kami

memperhatikan ekor kereta yang meliuk di belakang. Sebentar apa?

Amelia menoleh. “Terowongan itu” Bapak mengedipkan mata. (Hal.

332)

5) Disebut dengan nama “pakis ekor monyet” (Hal. 325)

Data (7) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Kuat. Metafora

binatang pada data (7) dapat dilihat dari penggunaan frasa tak tahu rimbanya.

Rimba biasanya referen dengan kehidupan binatang, tetapi pada data ini

keberadaan seseorang dibandingkan dengan rimba. Rimba merupakan hutan

lebat (yang luas dengan pohon yang besar-besar). Tak tau rimbanya berarti

tidak diketahui keadaan dan keberadaannya.

Data (8) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial. Metafora

binatang pada data ini dapat dilihat dari penggunaan kata Monyet

pengganggu. Kata monyet dalam KBBI V merupakan binatang yang bulunya

berwarna keabu-abuan dan berekor panjang, tetapi kulit muka, telapak tangan

kakinya tidak berbulu. Pada data ini pengarang membandingkan watak anak-

anak dengan monyet. Dimana kadangkala seekor monyet menjadi pengganggu

di perkebunan ataupun di ladang masyarakat.

Data (9) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial.

Metafora binatang pada data (9) dapat dilihat dari penggunaan frasa simpai

pengecut. Simpai (KBBI V kera yang warna bulunya kekuning-kuningan).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 53: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

44

Pengarang membandingkan seseorang dengan simpai, karena memiliki

kemiripan dari sifat maupun sikapnya.

Data (10) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Metafora

binatang pada data ini dapat ditunjukkan dari penggunaan frasa ekor kereta.

Ekor merupakan bagian tubuh dari binatang. Pengarang pada data ini

menerapkan kata ekor yang biasanya referen dengan binatang pada benda

tidak bernyawa yaitu kereta. Pada data ini seolah-olah kereta memiliki ekor

seperti binatang. Ekor kereta berarti bagian paling ujung dari sebuah kereta.

Data (11) terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Metafora binatang

dapat ditunjukkan dari penggunaan frasa ekor monyet. Pada data ini

pengarang menamakan sebuah tumbuhan yaitu pakis menggunakan nama

binatang yaitu monyet, karena tumbuhan pakis tersebut memiliki kemiripan

dengan ekor monyet.

4.2.1.3 Metafora Konkret ke Abstrak

Salah satu kecenderungan dasar dalam metafora adalah menjabarkan

pengalaman-pengalaman abstrak ke dalam hal yang konkret. Dalam banyak

hal, pengalihan atau transfer itu masih jelas, tetapi sebagian lagi masih

memerlukan penelitian etimologis untuk melacak citra konkret yang

mendasari kata yang abstrak itu Ullman (2014:268).

Jenis ini dapat dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang abstrak

atau samar-samar diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa sehingga dapat

berbuat secara konkret atau bernyawa. Dari sekian banyak metafora abstrak ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 54: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

45

konkret peneliti hanya memaparkan lima contoh metafora abstrak ke konkret

dari novel karya Tere Liye sebagai berikut:

1) Dia ingin mencium kaki ibunya. Sayangnya kebencian itu terlalu

tinggi. (Hal. )

2) Pelangi hatiku. Astaga! Sungguh pilihan judul yang menarik. (Hal.

49)

3) Kini tidak ada lagi saling tuduh dan saling curiga. Dan di atas

segalanya, dengan mengembalikan buku gambar ini, Bapak harap kau

juga mengembalikan kejujuran dalam mahkota hatimu, memberinya

singgasana terbaik. (Hal. 165)

4) Aku tertawa melihat Burlian dan Pukat berbirit-birit ke dapur berebut

mengambil panci di atas tungku. Rasa sebalku gara-gara kejadian itu

di kota jadi berguguran. (Hal. 25)

5) Apa lagi penjelasannya? atau kau punya dugaan yang lebih

baik?”Hima bertanya balik melihat seringai tidak percayaku. Aku

terdiam. Otakku buntu. (Hal. 108)

Data (12) di atas terdapat dalam novel Si Anak Kuat. Metafora abstrak

ke konkret pada data (12) dapat dilihat dari penggunaan kata kebencian itu

terlalu tinggi. Kebencian adalah perasaan benci, sifat-sifat benci dan

merupakan sesuatu yang abstrak, sedangkan tinggi adalah jauh jaraknya dari

posisi sebelah bawah dan sesuatu yang dinyatakan secara jelas. Pada data ini

adanya pengalihan dari abstrak ke konkret. Kebencian diumpamakan menjadi

tinggi.

Data (13) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Penanda

metafora abstrak ke konkret pada data (13) dapat dilihat dari penggunaan frasa

pelangi hatiku. Pelangi adalah lengkung spektrum warna di langit, memiliki

macam warna. Pelangi merupakan sesuatu yang dinyatakan secara jelas,

sedangkan hati merupakan sesuatu yang bersifat abstrak. Pengarang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 55: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

46

mengumpamakan seseorang yang dicintai dengan pelangi, karena pelangi itu

adalah sesuatu yang terlihat indah dan menarik.

Data (14) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Metafora

abstrak ke konkret pada data (14) dapat dilihat dari ungkapan mengembalikan

kejujuran dalam mahkota hatimu. Mahkota adalah sesuatu yang dinyatakan

secara jelas atau ada wujud nyatanya, sedangkan hati adalah sesuatu yang

abstrak. Hati yang bersifat abstrak dialihkan menjadi konkret.

Data (15) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Metafora

abstrak ke konkret dapat ditunjukkan dari penggunaan kalimat rasa sebalku

gara-gara kejadian di kota jadi berguguran. Rasa sebel merupakan wujud

abstrak. Berguguran memiliki arti banyak yang gugur. Biasanya yang biasa

berguguran adalah bunga, daun, dan lain-lain dan dinyatakan secara jelas.

Pada data ini adanya pengalihan dari abstrak ke konkret. Rasa sebal seolah-

olah bisa berguguran seperti sesuatu yang berguguran.

Data (16) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Metafora

abstrak ke konkret dapat dilihat dari penggunaan frasa otakku buntu. Otak

merupakan sesuatu yang bersifat abstrak, sedangkan buntu merupakan sesuatu

yang bersifat konkret. Dalam data ini otak dikonkretkan menjadi buntu.

Otakku buntu berarti tidak bisa berpikir lagi.

4.2.1.4 Metafora Sinaestetik

Ullman (2014:267-270) mengatakan bahwa metafora sinaestetik

merupakan suatu jenis metafora yang sangat umum didasarkan kepada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 56: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

47

transfer atau pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Seperti dari bunyi

ke indra penglihatan, dari sentuhan ke bunyi, dan sebagainya. Peneliti

memaparkan lima gaya bahasa metafora yang termasuk dalam metafora

Sinaestetik. Berikut contoh-contohnya:

1) Ekspresi wajah mamak dingin. (Hal. 24)

2) Menatap wajah manisnya, tidak peduli seberapa jauh kami berpisah

(hal.185)

3) Jangan bodoh, semua itu uang. Itulah yang dicari pendatang ini.

“Percakapan mulai menghangat.” (Hal. 220)

4) Tidak bisa mereka seenak perut membawa truk-truk dan alat-alat berat

pengeduk pasir ke kampung kita tanpa izin. Memangnya itu tanah

kakek-nenek mereka? ( Hal.7)

5) Aku tidak akan teriak-teriak. Aku akan bersikap manis. Aku

mengikuti teladan Bapak. (389)

Data (17) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial. Metafora

sinaestetik pada data (17) dapat dilihat dari penggunaan kata ekspresi wajah

mamak dingin. Metafora ini didasarkan pada pengalihan dari indra satu ke

indra yang lain. Ekspresi wajah yang biasanya ditanggap oleh indra

penglihatan, dialihkan indra perasa yaitu dingin. Ekspresi wajah Mamak

dingin berarti ekspresi kejengkelan atau tidak ramah. Dalam kalimat ini dingin

diumpamakan sebagai suatu keadaan.

Data (18) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Metafora

sinaestetik dapat ditunjukkan dari penggunaan kata menatap wajah manisnya.

Pada data ini adanya pengalihan dari satu indra ke indra yang lain. Menatap

yang biasanya ditanggap oleh indra penglihatan dialihkan ke indra perasa

yaitu manis.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 57: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

48

Data (19) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Metafora

sinaestetik pada data (19) dapat dilihat dari penggunaan kata percakapan

mulai menghangat. Pada data ini adanya pengalihan indra dari satu indra ke

indra yang lain, yaitu percakapan yang biasanya ditanggap oleh indra

pendengaran dialihkan menjadi ke indra perasa yaitu menghangat.

Data (20) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Pemberani. Metafora

sinaestetik pada data (20) dapat dilihat dari penggunaan kata seenak perut.

Pada data ini adanya pengalihan indra dari indra yang satu ke indra yang

lainnya. Enak biasanya ditanggap oleh indra pengecap atau perasa dialihkan

ke penglihatan perut untuk menggambarkan situasi atau keadaan. Seenak

perut berarti berbuat sewenang-wenang atau sesuka hati.

Data (21) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Pemberani. Metafora

sinaestetik pada data (21) dapat dilihat dari penggunaan kata bersikap manis.

Kata manis biasanya ditanggap oleh indra pengecap atau perasa, dalam data

ini manis diumpamakan suatu keadaan dalam bersikap. Bersikap manis berarti

bersikap sopan dan ramah.

4.2.2 Fungsi Gaya Bahasa Metafora

Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai fungsi gaya bahasa metafora

dalam novel karya Tere Liye yang terbagi menjadi lima novel, yaitu Si Anak

Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak

Pemberani. Fungsi bahasa metafora menurut Jakobson (dalam Soeparmo

2003: 18-19) dapat dikelompokkan ke dalam enam jenis fungsi, diantaranya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 58: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

49

adalah fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi referensial, fungsi puitik, fungsi

fatik, fungsi metalingual. Pada penelitian mengenai fungsi, peneliti

menyesuaikan fungsi Jakobson dengan konteks kalimat dalam gaya bahasa

metafora. Peneliti hanya menemukan ada empat fungsi gaya bahasa metafora

yang terkandung dalam novel karya Tere Liye. Berikut akan dipaparkan

analisis fungsi gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel karya Tere

Liye:

4.2.2.1 Fungsi Emotif

Fungsi emotif digunakan digunakan untuk mengungkapkan rasa

gembira, kagum, kesal, sedih, khawatir, dan sebagainya. Di bawah ini akan

dipaparkan lima contoh hasil analisis fungsi emotif yang terdapat dalam

novel karya Tere Liye. Analisisnya selengkapnya akan dipaparkan.

1. Perasaan Mamak jadi berbunga-bunga, sebab ubi jalar yang dipilih

Rahma bagus-bagus. (hal.176)

2. Dasar dua sigung nakal!” Kak Eli yang gagal mengejar dan

memaksa mereka kembali pulang kini menaiki anak tangga sambil

menepis-nepis rambut dan pakaiannya yang terkena gerimis. (hal. 13)

3. Kehilangan anak, tak tahu rimbanya, entah hidup atau mati. (hal.

223)

4. Dasar simpai pengecut! Beraninya keroyokan. (hal. 43).

5. Menatap wajah manisnya, tidak peduli seberapa jauh kami berpisah

(hal.185)

Data (22) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Badai. Data tersebut

termasuk fungsi emotif. Fungsi emotif dapat ditunjukkan dengan pemakaian

metafora perasaan mamak jadi berbunga-bunga. Perasaan mamak jadi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 59: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

50

berbunga-bunga mengungkapkan perasaan gembira atau senang. Perasaan

merupakan sesuatu yang abstrak, sedangkan berbunga-bunga sesuatu yang

konkret. Berbunga- bunga biasanya digunakan sebagai hiasan agar terlihat

bagus dan menarik. Penggunaan kata berbunga-bunga pada suatu perasaan

untuk menunjukan rasa bahagia Mamak, karena Ubi Jalar yang dipilih ramah

bagus, dan itu sesuai dengan keinginan tokoh (Mamak).

Data (23) di atas terdapat dalam novel Si Anak Kuat. Data tersebut

termasuk fungsi emotif. Fungsi emotif dapat ditunjukan dari penggunaan

kata dasar dua sigung nakal. Metafora dasar dua sigung nakal yang

diungkapkan oleh salah satu tokoh dalam cerita menggambarkan perasaan

kesal. Kesal karena adik-adiknya tidak bisa diatur, susah untuk dinasihatin.

Dibandingkan dengan sigung, karena memiliki sifat atau perilaku yang sama

seperti sigung.

Data (24) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Kuat. Data tersebut

termasuk fungsi emotif. Fungsi emotif dapat ditunjukkan dari penggunaan

kata kehilangan anak, tak tahu rimbanya, entah hidup atau mati. Metafora

kehilangan anak, tak tahu rimbanya, entah hidup atau mati mengungkapkan

perasaan sedih. Sedih karena kehilangan anak, tetapi tidak diketahui keadaan

dan keberadaannya, entah masih hidup ataupun sudah meninggal.

Penggunaan kata rimba bukanlah arti yang sebenarnya, rimba pada data ini

digunakan untuk menunjukkan keberadaan.

Data (25) di atas terdapat dalam Novel Si Anak Spesial. Data tersebut

termasuk dalam fungsi emotif. Fungsi emotif dapat ditunjukkan dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 60: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

51

penggunaan kata dasar Simpai pengecut. Metafora dasar dua Simpai

pengecut mengungkapkan rasa kesal dari seorang tokoh dalam cerita. Salah

satu tokoh dalam cerita dibandingkan dengan simpai. Simpai merupakan

kera yang bulunya berwarna keabu-abuan dan berekor panjang, tetapi kulit

muka telapak tangan, dan telapak kakinya tidak berbulu. Dibandingkan

dengan simpai, karena memiliki sifat dan perilaku yang sama, tidak bisa

menyelesaikan masalah hanya menjadi pengecut.

Data (26) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Data tersebut

termasuk dalam fungsi emotif. Fungsi emotif dapat ditunjukkan dari

penggunaan kata menatap wajah manisnya. Metafora menatap wajah

manisnya menggambarkan rasa kagum kepada seseorang. Wajah manisnya

menunjukkan kecantikan seseorang. Kata manis biasanya referen dengan

gula, tetapi pada data ini manis menunjukkan sebuah kecantikan.

4.2.2.2 Fungsi Konatif

Fungsi konatif mengacu pada efek pesan terhadap penerima,

mempengaruhi sikap orang lain untuk melakukan sesuatu atau

mengendalikan suatu perbuatan. Di bawah ini akan dipaparkan empat

contoh hasil analisis fungsi konatif yang terdapat dalam novel karya Tere

Liye. Analisisnya selengkapnya akan dipaparkan.

1. Mamak dengan suara nyaring langsung menyahut dari dapur,

“Bangunkan segera adik-adik kau, Eli! Hari ini Mamak dan Bapak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 61: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

52

akan sibuk sekali membantu Mang Dullah menebar bibit padi.

Harus segera berangkat pagi-pagi buta. (hal. 6)

2. Kau tidak terlalu kecil untuk bisa melihatnya, Amel. Kau lebih

cepat mengerti dibanding kakak-kakakmu soal memahami

kebaikan. Tetapi kau terlalu keras kepala untuk menerimanya.

Kak Eli menyayangi kau. (hal. 57)

3. Maka mamak ringan hati menggadaikan cincin kawin itu demi

kau.

(hal. 217) spesial

4. Padahal dengan pengunjung lain mulut kau terus berkicau. “Hima

nyengir. (hal. 351)

Data (27) di atas terdapat dalam novel di atas terdapat dalam novel

Si Anak Kuat. Data tersebut termasuk dalam fungsi konatif, karena

mempengaruhi orang lain untuk melakukan sesuatu. Mempengaruhi Eli

untuk membangunkan adik-adiknya, karena Mamak dan Bapak akan

sibuk sekali membantu Mang Dullah menebar bibit padi. Harus segera

berangkat pagi-pagi buta. Pagi-pagi buta berarti pagi-pagi benar.

Data (28) di atas terdapat dalam novel di atas terdapat dalam novel

Si Anak Kuat. Data tersebut termasuk dalam fungsi konatif, karena

mengendalikan dan mempengaruhi sikap seseorang agar tidak keras

kepala lagi. Keras kepala memiliki makna susah dinasihati dan tidak

mendengarkan orang lain.

Data (29) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Data

tersebut termasuk dalam fungsi konatif, karena mempengaruhi sikap

seseorang untuk melakukan sesuatu. Metafora ringan hati memiliki

makna keikhlasan. Novel ini menceritakan Mamak yang ikhlas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 62: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

53

menggadaikan cincin kawin demi sang anak (Burlian), dengan

penggunaan kalimat itu, maka akan mempengaruhi sikap seseorang.

Data (30) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Data

tersebut termasuk dalam fungsi konatif, karena mempengaruhi dan

mengendalikan sikap seseorang agar tidak diam, padahal dengan

pengunjung lain mulutnya selalu berkicau. Berkicau berarti berbunyi

(tentang burung murai). Berkicau lebih referen dengan suara burung.

Pada data ini berkicau berarti berceloteh.

4.2.2.3 Fungsi Referensial

Fungsi referensial digunakan untuk membicarakan suatu

permasalahan dengan topik tertentu, menempatkan prioritas utama dalam

komunikasi yang objektif dan faktual. Di bawah ini akan dipaparkan lima

contoh hasil analisis fungsi referensial yang terdapat dalam novel karya

Tere Liye. Analisisnya selengkapnya akan dipaparkan.

1. Kadang proses itu mudah dilakukan, bahkan menyenangkan.

Kadang sebaliknya, menyakitkan, makan hati. Karena orang-orang

sudah terlanjur nyaman, terbiasa. (hal. 359)

2. Jarang ada orang yang hatinya hitam sekali, dan sebaliknya juga

susah mencari yang hatinya sempurna putih. (hal. 229)

3. Ibunya hanya punya sepetak kecil ladang karet. Meskipun disadap

setiap hari, getah karetnya tidak mencukupi. Maka Raju ringan

tangan ikut bekerja. (hal. 113)

4. Kejadian barusan telah membunuh keberanian yang tersisa. (hal.

23)

5. Semua tinggal hamparan air deras berwarna keruh dan membawa

potongan-potongan kayu bekas pembalakan liar. Alam telah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 63: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

54

membuat perhitungan, yang kadang kala justru orang-orang tak

berdosa juga terpaksa menanggung getahnya. (hal. 416)

Data (31) di atas terdapat dalam novel Si Anak Kuat. Data tersebut

termasuk dalam fungsi ferensial, karena membicarakan suatu topik

tertentu, yaitu mengenai sebuah proses yang dihadapi. Dijelaskan bahwa

kadang proses itu mudah dilakukan, bahkan menyenangkan. Kadang

sebaliknya, menyakitkan, makan hati. Karena orang-orang sudah terlanjur

nyaman, terbiasa. Makan hati yang dimaksud dalam kalimat ini adalah

sedih. Sesuai dengan fakta memang sebuah proses itu terkadang mudah

dan terkadang sulit juga dilakukan.

Data (32) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Data

tersebut termasuk dalam fungsi referensial, karena membicarakan suatu

permasalahan atau topik tertentu mengenai sifat atau hati seseorang.

Dijelaskan bahwa jarang ada orang yang hatinya hitam sekali, dan

sebaliknya juga susah mencari yang hatinya sempurna putih. Memang

pada kenyataannya jarang sekali ada orang yang hatinya hitam memiliki

makna hati yang penuh dengan dosa, kejahatan atau kebencian.

Sedangkan metafora hatinya sempurna putih memiliki makna hatinya

yang suci dan penuh dengan kebaikan.

Data (33) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Data tersebut

termasuk dalam fungsi referensial, karena membicarakan suatu

permasalahan atau topik mengenai salah satu tokoh dalam cerita, yaitu

Raju yang suka membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 64: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

55

sehari-hari. Dijelaskan bahwa ibunya hanya punya sepetak kecil ladang

karet. Meskipun disadap setiap hari, getah karetnya tidak mencukupi.

Maka Raju ringan tangan ikut bekerja. Ringan tangan berarti suka

membantu.

Data (34) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Data tersebut

termasuk dalam fungsi referensial, karena membicarakan suatu

permasalahan atau topik tertentu sesuai dengan fakta mengenai suatu

kejadian yang baru dialami tokoh. Dijelaskan bahwa kejadian yang baru

dialami tokoh dalam cerita telah membunuh keberanian yang tersisa.

Membunuh keberanian memiliki makna merasa takut.

Data (35) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Data

tersebut termasuk dalam fungsi ferensial, karena membicarakan suatu

permasalahan atau topik yang sesuai dengan fakta, yaitu orang yang

menanggung getahnya dari orang-orang yang sudah melakukan

pembalakan liar yang bisa merusak alam dan tidak bertanggung jawab.

Ketika alam memberi perhitungan orang-orang yang tidak berdosa

terpaksa menanggung akibatnya juga.

4.2.2.4 Fungsi Puitik

Fungsi puitik untuk menyampaikan suatu amanat atau pesan

tertentu. Di bawah ini akan dipaparkan dua contoh hasil analisis fungsi

puitik yang terdapat dalam novel karya Tere Liye. Analisisnya

selengkapnya akan dipaparkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 65: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

56

1. Jangan sekali-kali menjawab ucapan Pak Kapten jika dia marah.

Urusan bisa jadi panjang, tak tau mana hulu dan hilirnya lagi.

(hal.19)

2. Dan jangan sekali-kali kalian merendahkan rebana di depannya. Itu

sama saja membangunkan buaya tidur,” tambah Mamak,

menjelaskan kecintaan Wak Minah terhadap rebana. (hal.108)

Data (36) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Data tersebut

termasuk dalam fungsi Puitik, karena menyampaikan suatu hal atau pesan

agar tidak menjawab ucapan Pak Kapten jika dia sedang marah, karena itu

dapat menyebabkan urusan atau masalah bisa jadi panjang tidak jelas

awalnya bahkan sampai penyelesaiannya. Pesan merupakan sebuah nasehat

baik petunjuk, peringatan atau teguran.

Data (37) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Data tersebut

termasuk dalam fungsi puitik, karena menyampaikan pesan supaya tidak

merendahkan rebana di depannya (Wak Minah) itu sama saja

membangunkan buaya tidur. Membangunkan buaya tidur bermakna

membangkitkan kemarahan seseorang. Salah satu tokoh dalam cerita, yaitu

Wak Minah dibandingkan dengan buaya, karena memiliki sifat buas seperti

buaya. Buaya merupakan binatang melata yang buas.

4.2.3 Makna Gaya Bahasa Metafora

Pada bagian ini menjelaskan makna-makna yang muncul dari

pemakaian gaya bahasa metafora dalam novel karya Tere Liye yang terbagi

menjadi lima novel, yaitu Si Anak Badai, Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si

Anak Pintar dan Si Anak Pemberani. Peneliti menemukan beberapa makna

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 66: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

57

yang muncul dari pemakaian gaya bahasa metafora, makna tersebut adalah

sebagai berikut:

4.2.3.1 Makna Metafora Menegaskan Sesuatu

Berikut akan dipaparkan analisis makna menegaskan sesuatu yang

muncul dari pemakaian gaya bahasa metafora pada novel karya Tere Liye.

Berikut akan dipaparkan data-datanya.

1. Kembali ke pertanyaan Ode, ada yang keran rezekinya mengalir deras,

ada yang keran rezekinya hanya menetes. (hal. 58)

2. Jangan bodoh, semua itu uang. Itulah yang dicari pendatang ini.

“Percakapan mulai menghangat.” (hal. 220)

3. Kalian harus mencengkeram kokoh gagangnya dengan kedua tangan,

lantas menghantamkan mata kapaknya. (hal. 288)

4. Urusan ini bukan sekadar bilang “tidak”, Eli. Kita harus pintar, tahan

banting, dan punya daya tahan menghadapi mereka. (hal. 420)

Data (38) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Metafora keran

rezekinya mengalir deras dan keran rezekinya hanya menetes berarti ada

yang rejekinya lancar atau banyak dan ada yang tidak. Metafora ini juga

memiliki makna menegaskan suatu hal mengenai rezeki, karena rezeki setiap

orang berbeda, ada yang lancar dan ada yang tidak.

Data (39) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Data tersebut

mengandung makna menegaskan sesuatu. Pengarang menegaskan bahwa

percakapan mulai menghangat. Metafora tersebut menegaskan bahwa

percakapan atau perbincangan sudah mulai mendalam.

Data (40) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Frasa mata

kapak memiliki berarti ujung kapak yang tajam. Frasa mata kapak termasuk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 67: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

58

dalam metafora antropomorfis. Data (40) juga memiliki makna menegaskan

suatu hal. Hal ini terlihat dari kata-kata yang diucapkan Bapak dalam

menegaskan sesuatu bahwa kalian harus mencengkeram kokoh gagangnya

dengan kedua tangan, lantas menghantamkan mata kapaknya. Pernyataan

tersebut menegaskan bahwa tokoh dalam cerita harus mencengkeram kokoh

gagangnya dengan kedua tangan, lantas menghantamkan ujung kapak yang

tajam.

Data (41) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Frasa

tahan banting berarti tidak gampang menyerah. Data (41) memiliki makna

menegaskan sesuatu. Hal ini ditunjukkan dari kata yang diucapkan Bapak

dalam menegaskan sesuatu bahwa urusan ini bukan sekadar bilang “tidak”,

Eli. Kita harus pintar, tahan banting, dan punya daya tahan menghadapi

mereka. Pernyataan tersebut menegaskan agar tokoh dalam cerita tidak

mudah menyerah dalam menghadapi masalah.

4.2.3.2 Makna Metafora Menyatakan atau Menerangkan Sesuatu

Berikut akan dipaparkan analisis makna menyatakan atau

menerangkan sesuatu yang muncul dari pemakaian gaya bahasa metafora

pada novel karya Tere Liye. Berikut akan dipaparkan data-datanya.

1. Kakak perlu makan banyak, Thiyah. Fatah melotot. Selain tenaga,

perasaan kami juga diaduk-aduk hari ini. Gara-gara isi bungkusan

tertukar. (hal. 71)

2. Perasaan Mamak jadi berbunga-bunga, sebab ubi jalar yang dipilih

Rahma bagus-bagus. (hal.176)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 68: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

59

3. Kampung kami terletak di kaki bukit barisan. (hal.13)

4. Sejauh ini kami tidak tahu bahwa isi perut hutan juga dipenuhi

sumber kekayaan. (hal. 13)

5. Lima belas berjalan tanpa bicara, kami akhirnya tiba di bibir

sungai.

(hal. 150)

6. Jadilah nama geng kami berubah jadi empat buntal. (hal. 165)

Data (42) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Metafora

perasaan kami juga diaduk-aduk hari ini termasuk dalam metafora abstrak

ke konkret. Metafora perasaan kami juga diaduk-aduk hari ini berarti

banyak masalah atau diuji kesabaran, dan juga banyak hal yang rasakan

entah bahagia ataupun ragu dan kecewa. Diaduk-aduk berarti mencampur

dan mengacau, mengarau. Kata diaduk-diaduk biasanya dipakai untuk

mengaduk adonan, minuman atau makanan seperti gulai, tetapi pada data ini

pengarang menggunakan kata diaduk-aduk pada sesuatu yang bersifat

abstrak, yaitu perasaan. Kata perasaan kami juga diaduk-aduk hari ini juga

memiliki makna menyatakan atau menerangkan suatu hal yang yang

dirasakan, yaitu salah satu tokoh dalam cerita menjelaskan bahwa perasaan

mereka hari ini diaduk-aduk. Menurut KBBI V menyatakan berarti

menerangkan, menjadikan nyata dan menjelaskan.

Data (43) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Metafora

perasaan Mamak jadi berbunga-bunga termasuk dalam metafora abstrak ke

konkret. Metafora perasaan Mamak jadi berbunga-bunga berarti bahagia,

senang. Berbunga-bunga berarti mempunyai hiasan yang bagus. Kata

berbunga-bunga referen dengan hiasan pada suatu benda, misalnya pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 69: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

60

suatu kain. Pengarang menggunakan kata berbunga-bunga pada suatu yang

bersifat abstrak yaitu perasaan. Seolah-olah perasaan bisa berbunga-bunga.

Metafora perasaan Mamak jadi berbunga-bunga juga bermakna menyatakan

atau menerangkan suatu perasaan, yaitu menyatakan jikalau Mamak bahagia

atau senang, karena ubi jalar yang dipilih Rahma bagus-bagus.

Data (44) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Frasa kaki

bukit barisan termasuk dalam metafora antropomorfis. Frasa kaki bukit

berarti bagian bawah bukit barisan. Pengarang membandingkan kesamaan

letak kaki yang merupakan bagian tubuh manusia dengan bagian bawah

bukit. Frasa kaki bukit juga memiliki makna menyatakan atau menerangkan

suatu tempat. Novel ini menceritakan bahwa kampung mereka terletak di

bagian bawah bukit barisan.

Data (45) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Frasa isi

perut hutan termasuk dalam metafora antropomorfis. Frasa isi perut hutan

berarti isi hutan atau kekayaan yang dimiliki hutan yang dapat dimanfaatkan.

Pengarang membanding bagian tubuh manusia yaitu perut dengan sesuatu

yang tidak bernyawa yaitu hutan. Seolah-olah hutan memiliki perut seperti

manusia. Frasa isi perut hutan juga memiliki makna menyatakan atau

menerangkan sesuatu, yaitu kekayaan yang dimiliki hutan yang biasa

dimanfaatkan.

Data (46) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Termasuk

dalam metafora antropomorfis. Frasa bibir sungai berarti tepi sungai.

Pengarang membandingkan kesamaan letak bibir yang terdapat pada bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 70: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

61

luar mulut manusia dengan bagian luar sungai. Frasa bibir sungai juga

memiliki makna menyatakan dan menerangkan suatu hal. Tokoh dalam

cerita menyatakan atau menerangkan bahwa lima belas berjalan tanpa bicara,

mereka akhirnya tiba di tepi sungai.

Data (47) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Kalimat

Jadilah nama geng kami berubah jadi empat buntal termasuk dalam

metafora binatang. Kalimat jadilah nama geng kami berubah jadi empat

buntal berarti anak-anak pemberani seperti ikan buntal ganas. Buntal dalam

KBBI V adalah ikan laut yang berbisa, dapat mengembungkan perutnya

apabila tersentuh, berduri besar dan membahayakan terdapat di laut tropis.

Pengarang membandingkan anak-anak pemberani dengan dengan ikan

buntal, karena memiliki perilaku yang sama yaitu membahayakan dan

berbisa. Metafora Jadilah nama geng kami berubah jadi empat buntal juga

memiliki makna menyatakan atau menerangkan sesuatu. Pengarang

menyatakan bahwa bahwa para tokoh dalam cerita (geng Eli) adalah anak-

anak yang pemberani dan berbisa sama seperti ikan buntal.

4.2.3.3 Makna Metafora Menyampaikan Pendapat

Berikut akan dipaparkan analisis makna menyampaikan Pendapat

yang muncul dari pemakaian gaya bahasa metafora pada novel karya Tere

Liye. Berikut akan dipaparkan data-datanya.

1. Kasihan apanya? Nahkoda itu „makan gaji‟, Za. (hal.12)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 71: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

62

2. Kadang proses itu mudah dilakukan, bahkan menyenangkan.

Kadang sebaliknya, menyakitkan, makan hati. Karena orang-orang

sudah terlanjur nyaman, terbiasa. (hal. 359)

3. Mungkin dia tersinggung atau marah besar karena ucapan bapak.

(hal. 11)

4. Ah, itu cuma cinta monyet, tidak lebih tidak kurang. (hal. 59)

Data (48) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Metafora

makan gaji berarti menyalahgunakan uang yang bukan miliknya.

Pernyataan pada data (48) memiliki makna menyampaikan pendapat.

Menyampaikan pendapat berarti mengungkapkan pikiran. Pada data ini

salah satu tokoh dalam cerita menyampaikan pendapatnya bahwa untuk apa

kasihan kepada nahkoda kapal, karena menurut tokoh tersebut nahkoda itu

menyalahgunakan uang yang bukan miliknya.

Data (49) di atas terdapat dalam novel Si Anak kuat. Frasa makan

hati termasuk metafora konkret ke abstrak. Frasa makan hati berarti

menyedihkan atau susah hati. Frasa tersebut memiliki makna

menyampaikan pendapat atau pikiran. Salah satu tokoh dalam cerita novel

tersebut menyampaikan pendapatnya bahwa kadang proses itu mudah

untuk dilakukan, bahkan menyenangkan. Kadang sebaliknya, menyakitkan,

menyedihkan. Karena orang-orang sudah terlanjur nyaman, terbiasa.

Data (50) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Frasa marah

besar termasuk metafora konkret ke abstrak. Frasa marah besar memiliki

berarti marah sekali. Data (50) memiliki makna menyampaikan pendapat.

Salah satu tokoh dalam cerita mengungkapkan pikirannya bahwa mungkin

dia tersinggung atau marah sekali karena ucapan bapak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 72: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

63

Data (51) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Frasa cinta

monyet termasuk metafora binatang. Frasa cinta monyet memiliki berarti

cinta bohong-bohongan, perasaan cinta yang belum serius dan biasanya

dialami oleh anak muda dalam masa remaja. Pengarang menyebutkan atau

menamakan cinta yang belum serius yang biasa dialami oleh remaja

dengan nama binatang, yaitu monyet. Data (51) juga memiliki makna

menyampaikan pendapat. Salah satu tokoh dalam cerita pada novel Si

Anak Pintar menyampaikan pendapatnya bahwa itu cuma cinta bohong-

bohongan, cinta yang belum serius, tidak lebih tidak kurang.

4.2.3.4 Makna Metafora Menyindir

Berikut akan dipaparkan analisis makna menyindir yang muncul dari

pemakaian gaya bahasa metafora pada novel karya Tere Liye. Berikut akan

dipaparkan data-datanya.

1. Kau jagoan kecil, kau salah alamat membuat keributan di sini.

(hal. 153)

2. Seseorang, sambil melepas helm putihnya, berusaha menjelaskan.

“Tetapi kok ini ada monyet pengganggu?!” teman-temannya

mengangkat bahu saling menoleh. (hal. 14)

3. Mereka bilang apa pentingnya bola voli, permainan anak

perempuan. Mereka hanya mengalah dan alasan lain.” Omong

kosong! Kalau kau servis bola voli kau saja nyangkut di net,

apalagi lari. (hal. 216)

4. Padahal dengan pengunjung lain mulut kau terus berkicau. “Hima

nyengir. (hal. 351)

Data (52) di atas terdapat dalam novel Si Anak Kuat. Frasa salah

alamat bermakna salah sasaran membuat keributan. Alamat berarti nama

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 73: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

64

orang atau tempat yang menjadi tujuan surat, nama dan tempat tinggal

seseorang. Pada data ini pengarang menggunakan kata alamat tidak sesuai

dengan referennya, alamat biasa referen dengan nama atau tempat tinggal

seseorang. Data (52) juga memiliki makna menyindir, salah satu tokoh

menyindir tokoh lain dengan sindiran kau salah alamat membuat keributan.

Data (53) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Kata

monyet pengganggu termasuk metafora binatang. Frasa monyet

pengganggu berarti anak-anak yang tiba-tiba masuk ke hutan dan dianggap

mengganggu para pekerja di hutan. Pengarang membandingkan anak-anak

dengan binatang monyet yang suka mengganggu. Frasa monyet

pengganggu bermakna menyindir. Salah satu tokoh dalam cerita memberi

sindiran kepada anak-anak dengan mengatakan “tetapi kok ini ada monyet

pengganggu?”

Data (54) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Kata

omong kosong termasuk metafora sinaestetik. Kata omong kosong memiliki

berarti bohong atau berbicara tidak benar. Data (54) juga memiliki makna

menyindir. Salah satu tokoh dalam cerita menyindir tokoh lain dengan

sindiran omong kosong! Kalau kau servis bola voli kau saja nyangkut di

net, apalagi lari.

Data (55) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pemberani. Kata

mulut kau terus berkicau memiliki makna suka berbicara atau berceloteh.

Kata berkicau berarti berbunyi (tentang burung murai). Pengarang

membandingkan mulut Hima yang suka berceloteh dengan burung. Pada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 74: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

65

data (55) kata mulut kau terus berkicau juga memiliki makna menyindir,

salah satu tokoh dalam cerita menyindir Hima, karena biasanya dengan

pengunjung lain Hima suka berceloteh.

4.2.3.5 Makna Metafora Menggambarkan Karakter Seseorang

Berikut akan dipaparkan analisis makna Menggambarkan Karakter

Seseorang yang menjelaskan seseorang dalam bersikap atau berperilaku

maupun diperlakukan yang muncul dari pemakaian gaya bahasa metafora

pada novel karya Tere Liye. Berikut akan dipaparkan data-datanya.

1. Dan jangan sekali-kali kalian merendahkan rebana di depannya. Itu

sama saja membangunkan buaya tidur,” tambah Mamak,

menjelaskan kecintaan Wak Minah terhadap rebana. (hal.108)

2. Ekspresi wajah mamak dingin. (hal. 24)

3. Dia terlalu tinggi hati dan menganggap rendah orang lain. (hal. 227)

4. Bapak jangankan menyingkir, berkedip pun tidak. Dasar ular licik!

Makan jurusku! (104)

Data (56) di atas terdapat dalam novel Si Anak Badai. Kata buaya

tidur termasuk metafora binatang. Membangunkan Buaya tidur berarti

membangkitkan kemarahan seseorang. Buaya dalam KBBI V merupakan

binatang melata (reptilian) berdarah dingin bertubuh besar dan berkulit

keras, bernapas dengan paru-paru, hidup di air. Pengarang membandingkan

sifat manusia yaitu Wak Minah dengan buaya, penggunaan kata buaya tidur

ini oleh pengarang, karena Wak Minah memiliki sifat atau watak seperti

binatang yaitu buaya yang memiliki sifat buas. Dimana ketika kita

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 75: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

66

mengganggu buaya yang sedang tidur, pasti buaya tersebut akan buas, marah

dan menerkam kita, sama seperti ketika ada orang yang merendahkan

rebanah di depan Wak Minah itu akan membangkitkan atau membuatnya

marah. Data (56) juga bermakna menggambarkan karakter seseorang. Salah

satu tokoh dalam cerita menggambarkan bagaimana Wak Minah bersikap

jika ada orang yang merendahkan rebana di depannya.

Data (57) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Kata ekspresi

wajah mamak dingin termasuk metafora antropomorfis. Ekspresi wajah

mamak dingin berarti ekspresi kejengkelan atau tidak ramah. Metafora ini

bermakna menggambarkan karakter seseorang dalam bersikap. Seorang

tokoh dalam cerita menggambarkan jikalau Mamak bersikap tidak ramah,

karena merasa jengkel.

Data (58) di atas terdapat dalam novel Si Anak Spesial. Frasa tinggi

hati termasuk metafora abstrak ke konkret. Tinggi hati berarti sombong atau

kesombongan. Kata tinggi berarti jauh jaraknya dari posisi sebelah bawah.

Hati merupakan sesuatu yang abstrak. Kata tinggi biasanya referen dengan

pohon, gunung atau sesuatu yang bisa diukur. Tinggi hati pada data ini

merupakan kiasan. Data (58) memiliki makna menggambarkan karakter

seseorang. Seorang tokoh dalam cerita menggambarkan jika karakter tokoh

lain yang memiliki selalu sombong dan menganggap rendah orang lain.

Data (59) di atas terdapat dalam novel Si Anak Pintar. Frasa ular

licik memiliki termasuk dalam metafora binatang. Pengarang menyamakan

seseorang dengan ular, karena sifat atau karakternya seperti ular. Data (59)

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 76: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

67

ini juga memiliki makna menggambarkan karakter seseorang. Pada data ini

seorang tokoh menggambarkan karakter tokoh lain dalam bersikap, dia

membandingkannya dengan binatang ular, karena kelicikannya.

4.3 Pembahasan

Penelitian berjudul Pemakaian Gaya Bahasa Metafora dalam Novel Karya

Tere Liye: Kajian Semantik ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud gaya

bahasa metafora, fungsi gaya bahasa metafora dan makna gaya bahasa metafora

pada novel karya Tere Liye yang terbagi menjadi lima novel, yaitu Si Anak Badai,

Si Anak Kuat, Si Anak Spesial, Si Anak Pintar, dan Si Anak Pemberani.

Keterkaitan penelitian ini dengan kajian terdahulu yang relevan adalah sama-sama

meneliti mengenai gaya bahasa metafora, sedangkan perbedaan penelitian ini

dengan penelitian relevan adalah ditinjau dari sudut yang berbeda dalam

pembahasannya. Penelitian ini menggunakan lima novel karya Tere Liye,

menganalisis wujud gaya bahasa metafora, fungsi gaya bahasa metafora dan

makna gaya bahasa metafora yang dikaji dari teori semantik.

Pada sub bab ini, peneliti menjelaskan temuan data-data hasil penelitian

yang secara keseluruhan diambil dari proses analisis data sebelumnya. Penjelasan

dalam sub bab ini berhubungan dengan temuan data-data hasil penelitian yang

sudah sesuai dengan teori-teori yang dipaparkan oleh peneliti. Beberapa teori yang

digunakan peneliti pada sub bab pembahasan ini, yaitu teori yang disampaikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 77: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

68

oleh Ullman (2014:266-270) tentang metafora, dan teori yang disampaikan oleh

Jakobson (dalam Soeparmo 2013:18-19) tentang fungsi gaya bahasa metafora.

Selanjutnya, pembahasan akan didasarkan pada tiga rumusan masalah yang

digunakan dalam penelitian ini untuk melihat kesesuaian teori yang sudah

dipaparkan di atas dengan hasil temuan data-data hasil penelitian. Ketiga rumusan

masalah tersebut adalah wujud gaya bahasa metafora, fungsi gaya bahasa

metafora, dan makna gaya bahasa metafora, yang digunakan dalam novel karya

Tere Liye. Pembahasan ketiga rumusan masalah tersebut sebagai berikut:

4.3.1 Wujud Gaya Bahasa Metafora

Berdasarkan hasil analisis, ditemukan beberapa wujud gaya bahasa

metafora yang terdapat dalam novel karya Tere Liye. Wujud gaya bahasa

metafora yang ditemukan peneliti memiliki fungsi dan makna yang berbeda-

beda. Berbekal teori yang dikemukan oleh Ullman (2014:267-269) tentang

jenis-jenis metafora. Peneliti memperoleh empat wujud gaya bahasa metafora

dalam penelitian ini, yaitu metafora antropomorfis, metafora binatang,

metafora konkret ke abstrak, dan metafora sinaestetik. Peneliti menggunakan

penjenisan metafora yang dikemukan oleh Ullman sebagai landasan untuk

menemukan wujud gaya bahasa metafora yang terdapat dalam novel karya

Tere Liye. Berikut peneliti menjelaskan mengenai wujud gaya bahasa

metafora yang ditemukan dalam novel karya Tere Liye.

Metafora antropomorfis selaras dengan pandangan Ullman (2014:267-

269) merupakan semua bahasa yang mengacu pada benda-benda tidak

bernyawa dibandingkan dengan cara pengalihan dari tubuh atau anggota

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 78: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

69

badan manusia, dan perasaan manusia. Metafora ini juga membandingkan

sesuatu yang tidak bernyawa dengan sifat dan tindakan manusia. Metafora

antropomorfis juga dikenal dengan personifikasi. Misalnya, punggung bukit,

mulut sungai, ,jantung kota, badan perahu dan sebagainya.

Metafora binatang selaras dengan pendapat Ullman (2014:266-270)

mengemukan bahwa metafora yang membandingkan sesuatu yang lain dengan

bagian tubuh binatang atau sesuatu yang berkaitan dengan binatang. Metafora

ini menggunakan binatang atau bagian tubuh bintang atau sesuatu yang

berkaitan dengan untuk pencitraan sesuatu yang lain. Misalnya si ular,

membangunkan buaya tidur, menggeroti uang negara, ekor kereta dan

sebagainya. Peneliti juga berpendapat bahwa metafora binatang merupakan

ungkapan kebahasaan yang menggunakan nama binatang atau sesuatu yang

berkaitan dengan bintang dibandingkan dengan sesuatu yang lain berdasarkan

kesamaan atau kemiripan.

Metafora konkret ke abstrak selaras dengan pendapat Ullman

(2014:266-270) kecenderungan dari metafora ini adalah menjabarkan

pengalaman-pengalaman abstrak ke dalam hal yang konkret. Jenis ini dapat

dinyatakan sebagai kebalikan dari hal-hal yang abstrak atau samar-samar

diperlakukan sebagai sesuatu yang bernyawa, sehingga dapat berbuat secara

konkret. Misalnya, panas hati, hatinya hitam dan hatinya sempurna putih.

Metafora sinaestetik selaras dengan pendapat Ullman (2014:266-270)

merupakan metafora yang didasarkan pada pengalihan indra, dari indra yang

satu ke indra yang lainnya. Seperti dari bunyi (dengan indra dengar) ke indra

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 79: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

70

pengelihatan, dari sentuhan ke bunyi, pengelihatan ke perasa, dan sebagainya.

Misalnya, menatap wajah manisnya, suaranya enak didengar.

Wujud gaya bahasa metafora yang paling dominan adalah metafora

antropomorfis, disebabkan karena metafora antropomorfis membandingkan

sesuatu yang tidak bernyawa dengan bagian tubuh manusia atau sesuatu yang

berkaitan dengan manusia. Berdasarkan pengumpulan data dan hasil analisis

data metafora antropomorfis berjumlah tiga puluh sembilan, metafora konkret

ke abstrak berjumlah tiga puluh tujuh, metafora binatang berjumlah tiga belas,

dan metafora sinaestetik berjumlah tiga belas.

4.3.2 Fungsi Gaya Bahasa Metafora

Dalam menganalisis fungsi gaya bahasa metafora yang terdapat dalam

novel karya Tere Liye, peneliti menggunakan teori fungsi bahasa menurut

Jakobson (dalam Soeparmo 2003: 18-19), karena lebih relevan dengan data

penelitian dari peneliti. Fungsi bahasa menurut Jakobson dapat

dikelompokkan ke dalam enam jenis fungsi, diantaranya adalah fungsi emotif,

fungsi konatif, fungsi referensial, fungsi puitik, fungsi fatik, fungsi

metalingual. Pada penelitian mengenai fungsi, peneliti menyesuaikan fungsi

Jakobson dengan konteks kalimat dalam gaya bahasa metafora. Peneliti hanya

menemukan empat fungsi gaya bahasa metafora yang terkandung dalam novel

karya Tere Liye. Keempat fungsi yang ditemukan peneliti dalam novel karya

Tere Liye adalah fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi referensial, dan fungsi

puitik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 80: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

71

Fungsi emotif menurut pandangan teori Jakobson (dalam Soeparmo

2003: 18-19) digunakan untuk mengungkapkan rasa gembira, kagum, kesal,

sedih, khawatir, dan sebagainya. Peneliti juga berpendapat bahwa fungsi

emotif ini digunakan untuk mengungkapkn suasana hati yang sedang

dirasakan. Fungsi konatif menurut pandangan teori Jakobson (dalam

Soeparmo 2003: 18-19) mengacu pada efek pesan terhadap penerima,

mempengaruhi sikap orang lain untuk melakukan sesuatu atau mengendalikan

suatu perbuatan. Peneliti juga berpendapat bahwa fungsi konatif ini digunakan

untuk mempengaruhi orang lain agar melakukan suatu tindakan atau reaksi

emosional terhadap sesuatu yang telah disampaikan.

Fungsi referensial menurut pandangan teori Jakobson (dalam

Soeparmo 2003: 18-19) digunakan untuk membicarakan suatu permasalahan

dengan topik tertentu, menempatkan prioritas utama dalam komunikasi yang

objektif dan faktual. Fungsi puitik menurut pandangan teori Jakobson (dalam

Soeparmo 2003: 18-19) digunakan untuk menyampaikan suatu amanat atau

pesan tertentu.

4.3.3 Makna Gaya Bahasa Metafora

Dalam penelitian ini, peneliti menemukan empat wujud gaya bahasa

metafora, yaitu metafora antropomorfis, metafora binatang, metafora konkret

ke abstrak dan metafora sinaestetik. Dalam setiap wujud gaya bahasa metafora

terdapat makna metafora yang peneliti temukan. Makna tersebut adalah

menegaskan sesuatu, menyatakan atau menerangkan sesuatu, menyampaikan

pendapat, menyindir, dan menggambarkan karakter seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 81: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

72

BAB V

PENUTUP

Bab ini berisikan mengenai simpulan dan saran. Simpulan dan saran

diuraikan menjadi subbab yang berbeda. Berikut paparan mengenai simpulan dan

saran.

5.1 Kesimpulan

Pada penelitian yang berjudul Pemakaian Gaya Bahasa Metafora Dalam

Novel Karya Tere Liye: Kajian Semantik ini peneliti memaparkan tiga hal

penting, yakni pertama, wujud gaya bahasa metafora pada novel karya Tere

Liye. Kedua, Fungsi gaya bahasa metafora pada novel karya Tere Liye. Ketiga

makna yang terkandung pada setiap gaya bahasa metafora yang terdapat pada

novel karya Tere Liye.

Pertama kalimat yang mengandung gaya bahasa metafora berdasarkan

kajian semantik terdapat beberapa kalimat dalam penelitian ini. Rincian jenis

gaya bahasa metafora tersebut sebagai berikut. (1) metafora antropomorfis, (2)

metafora binatang, (3) metafora konkret ke abstrak, dan (4) metafora

sinaestetik.

Kedua, mengenai fungsi gaya bahasa metafora yang terkandung dalam

novel karya Tere Liye di antaranya: fungsi emotif, fungsi konatif, fungsi

referensial, dan fungsi puitik.

Ketiga, mengenai makna yang terkandung dalam gaya bahasa metafora.

Makna gaya metafora yang ditemukan dalam novel karya tere liye adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 82: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

73

menegaskan sesuatu, menyatakan atau menerangkan sesuatu, menyampaikan

pendapat, menyindir, dan menggambarkan karakter seseorang.

Pemakaian gaya bahasa metafora merupakan salah satu unsur estetis dan

kreativitas berbahasa yang berhubungan dengan kesamaan antar makna. Gaya

bahasa metafora sebagai sesuatu kreatif dalam berbahasa dan merupakan tanda

kejeniusan.

5.2 Saran

Sehubungan dengan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti

memberikan saran yang dapat berguna bagi pembaca maupun bagi penelitian

sejenis. Berikut ini merupakan sara-saran dari peneliti:

1. Penelitian ini hanya membahas pemakaian gaya bahasa metafora. Peneliti

berusaha mengembangkan penelitian ini dengan meninjaunya secara

semantik. Namun, penelitian ini dapat dikembangkan lebih lanjut, yaitu

dengan menggunakan kajian stilistika atau stilistika pragmatik.

2. Penelitian ini juga dapat dikembangkan dengan menggunakan sumber data

yang berbeda, seperti naskah drama, surat kabar maupun majalah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 83: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

74

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2012. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2013. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.

Dewa, I. Putu Wijana dan Muhamad Rohmadi. 2011. Semantik: Teori dan Analisis.

Surakarta: Yuna Pustaka.

Felicia. 2001. Pengertian Bahasa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka.

Ghony, M. Djunaidi dan Fauzan Almanshur. 2014. Metode Penelitian Kualitatif.

Yogyakarta: AR-ARUZZ Media.

Gismiyati, Enlelia. 2018. Jenis Dan Peran Majas Perbandingan Pada Novel "Daun

Jatuh Tak Pernah Membeci Angin" Karya Tere Liye. Skripsi. Universitas

Sanata Dharma.

Hamzah, Amir. 2019. Metode Penelitian Kepustakaan . Malang: Literasi Nusantara.

Hidayah, Alfia Nurul dan Wahyu Oktavia. 2019. Metafora Dalam Naskah Drama

Senja Dengan Dua Kelelawar Karya Kirdjomulyo. Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia, 55-64.

KBBI V: Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kelima 2019. Diunduh dari

https://kbbi.kemendikbud.go.id

Keraf, Gorys. 2006. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: PT. Gramedia.

Krisdaninggar, L. Erline Widyaswari. 2019. Topik Dan Metafora Dalam Syair Lagu

Karya Grup Band Dialog Dini Hari. Skripsi . Universitas Sanata Dharma.

Laksana, I. Ketut. 2010. Majas Dalam Bahasa Pers. Denpasar Bali: Bali Media

Adhikarsa.

Latifah, Eka Nur. 2017. Metafora Dalam Lagu Unter Dem Eis Karya Eisblume.

Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 84: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

75

Liye, Tere. 2018. Si Anak Kuat. Jakarta: Republika.

Liye, Tere. 2018. Si Anak Pemberani. Jakarta: Republika.

Liye, Tere. 2018. Si Anak Spesial. Jakarta: Republika.

Liye, Tere. 2018. Si Anak Pintar. Jakarta: Rebpulika.

Liye, Tere. 2019. Si Anak Badai. Jakarta: Republika.

Maharani, Nabila. 2020. Metafora Dalam Wacana Berita Di Kedaulatan Rakyat Edisi

20 September 2019. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Nurgiyanto, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Nurgiyanto, Burhan. 2015. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.

Purwati, dkk. 2018. Menganalisis Gaya Bahasa Metafora Dalam Novel Laskar

Pelangi Karya Andrea Hirata. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia , 291-

302.

Pradopo, Rachmat Djoko. D. 2012. Pengkajian Puisi. Yogyakarta: Gadjah Mada

University Press.

Ratna, Nyoman. Kutha. 2009. Stilistika Kajian Puitika Bahasa, Sastra dan Buday.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Ray, Sukma Adelina. 2019. Analisis Jenis-jenis Metafora Dalam Surat Kabar: Kajian

Semantik. Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 146-150.

Soeparno. 2013. Dasar-Dasar Linguistik Umum. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sudaryanto. 2015. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Sanata

Dharma University Press.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Teknik Analisis Data. Yogyakarta: Duta Wacana

University.

Suhardi. 2013. Pengantar Linguistik Umum. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 85: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

76

Suharto, Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasinya. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.

Bandung : Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 2013. Pengajaran Gaya Bahasa . Bandung: Angkasa.

Tarigan, Henry Guntur. 1985. Pengajaran Semantik. Bandung Angkasa

Taruk, Margareta Anggraini. 2017. Pemakaian Majas Perbandingan Dalam Trilogi

Ronggeng Dukuh Paruk Karya Ahmad Tohari: Kajian Semantik. Skripsi.

Universitas Sanata Dharma.

Ullman, Stephen. 2014. Pengantar Semantik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Wahyuningtyas, Widya. 2019. Metafora Dan Fungsi Metafora Dalam Novel Garis

Waktu Karya Fiersa Besari. Skripsi. Universitas Sanata Dharma.

Wicaksono Andri. 2014.Catatan Singkat Stilistika. Yogyakarta: Garudhawaca

Wiradharma, Gunawan dan Afdol Tharik WS. 2016. Metafora Dalam Lirik Lagu

Dangdut:Kajian Semantik Kognitif. Arhais, 07(1), 8-9

Wiyatmi. 2009. Pengantar Kajian Sastra.Yogyakarta: Pustaka

Yonatan. 2017. Analisis Metafora Dalam lirik Lagu Iwan Fals Pada Album Tagun

1981-1983 Berdasarkan Teori Ruang Persepsi Manusia Model Haley.

Skripsi.Universitas Sanata Dharma.

Yule, George. 2015. Kajian Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Zed, Mestika. 2004. Metode Penelitian Kepustakaan. Yogyakarta: Obor Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 86: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

77

DATA PENELITIAN

PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA

DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE: KAJIAN SEMANTIK

Oleh: Angela Merici Ahut (161224037)

Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Pranowo, M.Pd

Petunjuk Triangulasi:

1. Triangulator memberikan tanda centang (√) pada kolom setuju/tidak setuju

untuk menggambarkan penilaiannya.

2. Berilah catatan pada kolom komentar untuk membantu kebenaran dari hasil

analisis.

3. Setelah mengisi tabulasi data, triangulator membubuhkan tanda tangan di

akhir.

1. Wujud Metafora

No.

Data

Penanda Gaya Bahasa

Metafora

Triangulasi

komentar

Setuju Tidak

setuju

Novel Si Anak Badai

1. Apa maksud kedatangan

kalian, anak ingusan? Bajak

laut berkata dengan suara

berat. (Hal.2)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada frasa

suara berat.

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra.

Suara yang biasanya ditanggap

oleh indra pendengaran

dialihkan ke indra perasa yaitu

berat.

2. Sebuah kapal terlihat

memasuki mulut muara.

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada frasa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 87: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

78

(hal.9) mulut muara.

Termasuk Metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tak

bernyawa, yaitu muara dengan

bagian tubuh manusia mulut.

3. Kasihan apanya? Nahkoda

itu „makan gaji‟, Za. (hal.12)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

“makan gaji.”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tak

bernyawa dengan tindakan

manusia manusia.

4. Jangan sekali-kali menjawab

ucapan Pak Kapten jika dia

marah. Urusan bisa jadi

panjang, tak tau mana hulu

dan hilirnya lagi. (hal.19)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

“tak tau mana hulu dan mana

hilirnya lagi.”

Termasuk Metafora abstrak ke

konkret, karena mengalihkan

sesuatu yang bersifat abstrak ke

sesuatu yang lebih konkret.

5. Tolong tanya Mamak kau,

Za, berapa harganya. Aku

minta harga kawan. (hal. 31)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada frasa

“harga kawan.”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tak

bernyawa dengan tindakan

manusia manusia.

6. Awang memasang wajah

tanpa dosa. (hal.34)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

”memasang wajah tanpa

dosa”

Termasuk metafora konkret ke

abstrak, karena memasang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 88: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

79

merupakan sesuatu yang

dinyatakan secara jelas,

sedangkan dosa sesuatu yang

abstrak.

7. Aku dan Fatah tertentuk.

Diam seribu bahasa (hal. 40)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata ”Diam seribu bahasa”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena seribu bahasa

merupakan sesuatu yang bersifat

abstrak dialihkan ke sesuatu

yang bersifat konkret.

8. Malim yang duduk di pojok

bale sedang memandang ke

arah mulut muara. (hal.49)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada frasa

mulut muara.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

menggunakan atau

membandingkan bagian tubuh

manusia, yaitu mulut dengan

sesuatu yang tidak bernyawa,

yaitu muara.

9. Hingga matahari siap

tumbang di kaki langit,

Malimlah yang paling

banyak mendapatkan uang.

(Hal.53)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan frasa kaki langit.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan bagian

tubuh dari manusia.

10. Kembali ke pertanyaan Ode,

ada yang keran rezekinya

mengalir deras, ada yang

keran rezekinya hanya

menetes. (hal. 58)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Ada yang keran

rezekinya mengalir deras, ada

yang keran rezekinya hanya

menetes”.

Termasuk metafora abstrak ke

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 89: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

80

konkret, karena keran, deras,

dan menetes adalah sesuatu

yang dinyakan secara jelas,

sedangkan rejeki adalah sesuatu

yang abstrak.

11. Kakak perlu makan banyak,

Thiyah. Fatah melotot. Selain

tenaga, perasaan kami juga

diaduk-aduk hari ini. Gara-

gara isi bungkusan tertukar.

(hal. 71)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat dilihat dari penggunaan

kata perasaan kami juga

diaduk-aduk hari ini.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena perasaan

merupakan sesuatu yang tidak

memiliki wujud atau bersifat

abstrak, sedangkan diaduk-aduk

adalah sesuatu yang dinyatakan

secara jelas, adanya pengalihan

dari sesuatu yang abstrak ke

suatu yang lebih konkret.

12. Sebenarnya Mamak sudah

membayar kesalahan, Fat.

(hal. 72)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata, “membayar kesalahan”.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena adanya

pengalihan dari sesuatu yang

abstrak ke sesuatu yang lebih

konkret.

13. Dan jangan sekali-kali kalian

merendahkan rebana di

depannya. Itu sama saja

membangunkan buaya tidur,”

tambah Mamak, menjelaskan

kecintaan Wak Minah

terhadap rebana. (hal.108)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata,“buaya tidur”

Termasuk metafora binatang,

karena membandingkan Wak

Minah dengan buaya, karena

memiliki watak seperti binatang

buaya.

14. Oi aku mulai mencium

aroma kegagalan. Tadi

Thiyah bilang dia tahu

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata , “mencium aroma

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 90: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

81

caranya, sekarang bertanya

berapa siung bawang yang

akan digunakan. (hal. 126)

kegagalan”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra

dari satu indra ke indra yang

lain. Mencium aroma biasanya

ditanggap oleh indra penciuman,

dialihkan ke indra yang lain.

15. Datangilah mereka sekarang

juga. Cium satu per satu itu

akan menjadi embun di hati

kau, juga di hati mereka.”

(Hal 134)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “embun di hati”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati merupakan

sesuatu yang abstrak atau tidak

bisa dilihat, sedangkan embun

sesuatu yang konkret. Sesuatu

yang abstrak dialihkan ke

sesuatu yang lebih konkret.

16. Ombak mulai menggila.

(Hal. 135)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “ombak mulai menggila”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa seperti ombak

dengan tindakan atau sifat

manusia yaitu menggila. Seolah-

olah ombak bisa menggila

seperti manusia.

17. Perasaan Mamak jadi

berbunga-bunga, sebab ubi

jalar yang dipilih Rahma

bagus-bagus. (hal.176)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan kata perasaan

Mamak jadi berbunga-bunga.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena adanya

pengalihan dari sesuatu yang

bersifat abstrak ke konkret.

Perasaan yang merupakan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 91: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

82

sesuatu yang abstrak dialihakan

ke sesuatu yang lebih konkret.

18. Paman Deham sepertinya

tidak peduli. Dia berdiri di

depan Pak Kapten, menjadi

pagar hidup. (hal.217)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan kata pagar hidup.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena pagar

merupakan sesuatu yang tidak

bernyawa dibandingkan dengan

sifat manusia yaitu hidup.

19. Sejak tadi dia mengawasi

lautan, seperti mencari

sesuatu. Matanya tajam

menyapu setiap jengkal

permukaan laut. (hal. 234)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan kata matanya

tajam.

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra

dari satu indra ke indra yang

lain. Matanya yang biasanya

ditanggap oleh indra

pengelihatan, dialihkan ke indra

perasa yaitu tajam. Seolah-olah

matanya buasa menatap

permukaan laut.

20. Pintu kabin terbuka. Lidah

ombak menyiram seluruh

kapal. (Hal. 244)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “lidah ombak”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan bagian

tubuh manusia. Lidah

merupakan bagian tubuh dari

manusia dibandingkan dengan

ombak yang merupakan sesuatu

yang tidak bernyawa.

21. Hari ketiga, saat pagi-pagi

berangkat sekolah, aku

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 92: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

83

melihat yacht, kapal mewah

itu, terapung di laut dekat

bibir muara. (hal.282)

kata “bibir muara”

Termasuk metafora

antropomorfis membandingkan

sesuatu yang tidak bernyawa

dengan bagian tubuh manusia.

Bibir merupakan bagian tubuh

dari manusia dibandingkan

dengan sesuatu yang tidak

bernyawa yaitu muara.

22. Mustahil! Pak Alex itu keras

kepala. Aku khawatir dia

malah mempercepat

mengusir kita dari sekolah.

(hal. 283)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan kata frasa keras

kepala.

Termasuk metafora

antropomorfis karena kepala

merupakan bagian tubuh

manusia yang dibandingkan

dengan rasa yang keras.

23. Begitu tiba di jarak lima

puluh meter dari yacht,

cahaya lampu sorot

menyiram perahu itu.

(hal. 305)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata cahaya lampu sorot

menyiram perahu itu.”

Termasuk metafora

antropomorfis membandingkan

sesuatu yang tidak bernyawa

dengan tindakan manusia.

Menyiram biasanya dilakukan

oleh manusia, tetapi pada data

ini menyiram dilakukan oleh

sesuatu yang tidak bernyawa,

yaitu lampu sorot.

Novel Si Anak kuat

24. Gerimis membungkus

perkampungan. (hal. 5)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata gerimis membungkus

perkampungan.

Termasuk metafora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 93: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

84

antropomorfis membandingkan

benda tidak bernyawa dengan

tindakan manusia. Membungkus

yang biasanya dilakukan oleh

manusia, tetapi pada data ini

dilakukan oleh sesuatu yang

tidak bernyawa yaitu gerimis,

seolah-olah gerimis bisa

membungkus seperti yang biasa

dilakukan manusia.

25. Mamak dengan suara nyaring

langsung menyahut dari

dapur, “Bangunkan segera

adik-adik kau, Eli! Hari ini

Mamak dan Bapak akan

sibuk sekali membantu

membantu Mang Dullah

menebar bibit padi.Harus

segera berangkat pagi-pagi

buta. (hal. 6)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “pagi-pagi buta”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena keadaan

pagi-pagi merupakan sesuatu

yang tidak bernyawa

diabndingkan dengan sifat

manusia yaitu buta.

26.

Dasar dua sigung nakal!”

Kak Eli yang gagal mengejar

dan memaksa mereka

kembali pulang kini menaiki

anak tangga sambil menepis-

nepis rambut dan pakaiannya

yang terkena gerimis.

(hal. 13)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “dasar dua sigung nakal”

Termasuk metafora binatang,

karena membandingkan orang

dengan binatang. Orang itu

memiliki watak atau perilakunya

yang sama dengan binatang.

27. Kau tidak terlalu kecil untuk

bisa melihatnya, Amel. Kau

lebih cepat mengerti

dibanding kakak-kakakmu

soal memahami kebaikan.

Tetapi kau terlalu keras

kepala untuk menerimanya.

Kak Eli menyayangi kau.

(hal. 57)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “keras kepala”

Termasuk metafora

antropomorfis karena kepala

merupakan bagian tubuh

manusia yang dibandingkan

dengan rasa yang keras.

28. Matahari tumbang di kaki Penanda gaya bahasa metafora √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 94: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

85

barat. Pukul lima sore.

(hal. 71)

dapat ditemukan pada kutipan

kata “kaki barat”

Termasuk metafora antromorfis,

karena membandingkan sesuatu

yang tidak bernyawa dengan

bagian tubuh manusia.

Pengarang membandingkan

kesamaan letak kaki yang

terdapat pada bagian bawah

tubuh manusia dengan bagian

bawah arah barat.

29. Semua orang juga tau dia

pintar bersilat lidah.

(hal. 111)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “pintar bersilat lidah”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret. Pintar merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak

dialihkan ke sesuatu yang lebih

konkret.

30. Tambusai tidak menjawab,

Dia kembali menatap buku

tulisnya. Kembali berpikir

akan menulis tentang apa.

Dahinya terlipat. (hal. 115)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “dahinya terlipat”

Termasuk metafora

antropomorfis, Karena terlipat

adalah sesuatu yang biasanya

dilakukan oleh manusia.

31. Dia ingin mencium kaki

ibunya. Sayangnya

kebencian itu terlalu tinggi.

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata” kebencian itu terlalu

tinggi “

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena benci bersifat

abstrak sedangkan terlalu tinggi

konkret, karena dinyatakan

secara jelas. Kebencian

dialihkan ke sesuatu yang lebih

konkret.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 95: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

86

32. Matahari masih malu-malu

menerabas perpohonan.

(hal. 147)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “malu-malu menerabas”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu tidak

bernyawa dengan sifat manusia.

Seolah-olah matahari memiliki

sifat malu-malu seperti manusia.

33. Kau jagoan kecil, kau salah

alamat membuat keributan di

sini. (hal. 153)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “kau salah alamat”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret. Salah merupakan

sesuatu yang asbtrak, sedangkan

alamat sesuatu yang bersifat

konkret. Pada data ini sesuatu

yang bersifat abstrak dialihkan

ke sesuatu yang lebih konkret.

34. Sepanjang hari matahari

bersembunyi di balik awan

hitam. (hal. 162)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Sepanjang hari matahari

bersembunyi di balik awan

hitam”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu tidak

bernyawa dengan tindakan

manusia. Bersembunyi

merupakan tindakan manusia.

Pada data ini matahari seolah-

olah bisa bersembunyi seperti

tindakan manusia.

35. Kehilangan anak, tak tahu

rimbanya, entah hidup atau

mati. (hal. 223)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Kehilangan anak, tak

tahu rimbanya, entah hidup

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 96: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

87

atau mati”

Termasuk metafora binatang,

karena rimba referen dengan

kehidupan binatang.

36. Kalau pohon-pohon di

lembah ini punya raja seperti

yang kau bilang tadi, itulah

rajanya pohon, Maya.

(hal. 284)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “rajanya pohon, Maya.”

Termasuk metafora

antropomorfis. Kata raja

biasanya berkaitan atau referen

dengan manusia yang memiliki

kekuasaan. Pada data ini raja

dibandingkan dengan sebuah

pohon yang besar, yang seakan-

akan bisa berkuasa seperti raja.

37. Kadang proses itu mudah

dilakukan, bahkan

menyenangkan. Kadang

sebaliknya, menyakitkan,

makan hati. Karena orang-

orang sudah terlanjur

nyaman, terbiasa. (hal. 359)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “makan hati”

Metafora Abstrak ke konkret,

karena hati merupakan sesuatu

yang abstrak, sedangkan makan

dinyatakan secara jelas.

Novel Si Anak Spesial

38. Mereka insinyur-insinyur

yang hebat. Dengan alat-alat

itu mereka bisa tahu apa saja

isi perut bumi. (hal. 7)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “isi perut bumi”

Termaksud metafora

antropomorfis, karena

menggunakan bagian tubuh

manusia pada sesuatu yang tidak

bernyawa. Perut merupakan

bagian tubuh dari manusia,

sedangkan bumi adalah sesuatu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 97: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

88

yang tidak bernyawa. Bumi

seolah-olah memiliki isi seperti

perut manusia.

39. Mungkin dia tersinggung

atau marah besar karena

ucapan bapak. (hal. 11)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “marah besar”

Metafora abstrak ke konkret,

karena marah merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak,

sedangkan besar sesuatu yang

dinyatakan secara jelas. Marah

dikonkretkan menjadi besar.

40. Kampung kami terletak di

kaki bukit barisan. (hal.13)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditunjukkan dari

penggunaan frasa kaki bukit.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan bagian tubuh

manusia dengan sesuatu yang

tidak bernyawa. Pengarang

membandingkan kesamaan letak

kaki yang terdapat pada bagian

bawah tubuh manusia dengan

bagian bawah bukit.

41. Sejauh ini kami tidak tahu

bahwa isi perut hutan juga

dipenuhi sumber kekayaan.

(hal. 13)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “isi perut hutan”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan bagian

tubuh manusia. Perut merupakan

bagian tubuh manusia,

sedangkan hutan merupakan

sesuatu yang tidak bernyawa.

Seolah-olah hutan memiliki

perut yang ada isinya seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 98: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

89

perut manusia.

42.

Seseorang, sambil melepas

helm putihnya, berusaha

menjelaskan. “Tetapi kok ini

ada monyet pengganggu?!”

teman-temannya mengangkat

bahu saling menoleh.

(hal. 14)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “monyet pengganggu”

Termaksud metafora binatang,

karena membandingkan perilaku

sesorang dengan perilaku

binatang, karena ada kemiripan.

43. Ekspresi wajah mamak

dingin. (hal. 24)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “ekspresi wajah Mamak

dingin”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan dari

satu indra ke indra yang lain,

yaitu ekspresi wajah yang

biasanya ditanggap oleh indra

pengelihatan dialihkan ke indra

perasa yaitu dingin.

44. Ia tidak mengomel seperti

biasanya, hanya menatap

tajam berseru pendek, dan

tanpa ampun mengisi

keranjang kami banyak-

banyak. (hal. 24)

Metafora sinaestetik Penanda

gaya bahasa metafora dapat

ditemukan pada kutipan kata

“menatap tajam.”

Metafora sinaestetik, karena

adanya pengalihan dari satu

indra ke indra yang lain.

Menatap adalah indra

pengelihatan yang seolah-olah

menjadi tajam.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 99: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

90

45. Dua paku pipih ini, dengan

berat hati terpaksa saya sita.

(hal. 35)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “berat hati”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati merupakan

Sesuatu yang tidak bisa dilihat.

Pada data ini adanya pengalihan

dari sesuatu yang bersifat

abstrak ke sesuatu yang lebih

konkret.

46. Dasar simpai pengecut!

Beraninya keroyokan.

(hal. 43).

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “simpai pengecut”

Termasuk metafora binatang,

karena seseorang yang memiliki

perilaku menyerupai binatang.

47. Satu dua bintang mulai

mengintip di langit,

bertemankan bulan sabit.

(hal. 91)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “bintang mulai mengintip

di langit”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingka sesuatu yang

tidak bernyawa dengan tindakan

manusia yaitu mengintip.

Seolah-olah bintang yang

merupakan sesuatu yang tidak

bernyawa bisa mengintip seperti

yang dilakukan oleh manusia.

48. Sebenarnya musim

penghujan sudah tiba

dipenghujung, tetapi hujan

tidak bosan turun setiap

malam. (hal. 103)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “tetapi hujan tidak bosan

turun setiap malam”

Metafora antropomorfis, karena

membandingkan benda yang

tidak bernyawa dengan sifat

manusia. Tidak bosan biasanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 100: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

91

merupaknsuatu sifat manusia.

Pada data ini hujan yang

merupakan sesuatu yang tidak

bernyawa seolah-olah memiliki

sifat tidak bosan seperti

manusia.

49. Suara tembakan merobek

keheningan lubuk.

(hal. 129)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “merobek keheningan

lubuk”

Termasuk metafora konkret ke

abstrak. Merobek sesuatu yang

dinyatakan secara jelas,

sedangkan keheningan adalah

sesuatu yang abstrak.

Keheningan dialihkan menjadi

sesuatu yang lebih konkret.

50. Mengabaikan terik matahari

yang membakar kepala.

(hal. 163)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “terik matahari yang

membakar kepala.”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan tindakan

manusia yaitu membakar.

Seolah-olah matahari bisa

membakar seperti yang

dilakukan manusia.

51. Tronton-tronton besar yang

berderit mendorong

tumpukan pasir, meratakan

jalan, memuntahkan aspal

cair. (hal. 172)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “memuntahkan aspal

cair”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

memuntahkan termasuk

tindakan manusia. Pada data ini

memuntahkan dilakukan benda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 101: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

92

mati yaitu tronton.

52. Menatap wajah manisnya,

tidak perduli seberapa jauh

kami berpisah. (hal.185)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “menatap wajah

manisnya”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan dari

satu indra ke indra yang lain.

Menatap yang biasanya

ditanggap oleh indra

mengelihatan dialihkan ke indra

perasa yaitu manis.

53. Maka mamak ringan hati

menggadaikan cincin kawin

itu demi kau.

(hal. 217)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “ringan hati”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati sesuatu

yang tidak dapat dilihat,

dialihkan ke sesuatu yang lebih

konkret.

54. Jangan bodoh, semua itu

uang. Itulah yang dicari

pendatang ini. “Percakapan

mulai menghangat.”

(hal. 220)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata”percakapan mulai

menghangat.”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra

yang satu ke indra yang lain.

Percakapan sesuatu yang

ditanggap oleh indra

pendengaran dialihkan ke indra

perasa.

55. Dia terlalu tinggi hati dan

menganggap rendah orang

lain. (hal. 227)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “tinggi hati.”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, tinggi merupakan

sesuatu yang dinyatakan secara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 102: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

93

jelas, sedangkan hati merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak.

Pada data ini sesuatu yang

abstrak dialihkan ke sesuatu

yang lebih konkret.

56. Jarang ada orang yang

hatinya hitam sekali, dan

sebaliknya juga susah

mencari yang hatinya

sempurna putih.

(hal. 229)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “hatinya hitam dan

hatinya sempurna putih”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati tidak bisa

dilihat merupakan sesuatu yang

tidak dapat dilihat, alihkan

menjadi sesuatu yang lebih

konkret.

57. Itu cara terbaik Bapak dan

Mamak untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dan

keyakinan yang menjadi

pegangan penting setiap kali

terbentur masalah, kau selalu

spesial. (hal.327)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat dilitunjukan dari

penggunaan kata terbentur

masalah.

Termasuk metafora abstrak

konkret. Terbentur merupakan

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas, sedangkan masalah adalah

sesuatu yang abstrak. Pada data

ini masalah dialihkan ke sesuatu

yang lebih konkret.

Novel Si Anak Pintar

58. Aduh, bagaimana ini? karcis

Burlian tidak ada, Pak. Suara

burlian mulai mengeras,

cemas. (hal. 5)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Suara burlian mulai

mengeras”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra

dari satu ke indra yang lain.

Suara biasanya ditanggap oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 103: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

94

indra pendengaran dialihkan

indra perasa/peraba.

59. Kejadian barusan telah

membunuh keberanian yang

tersisa. (hal. 23)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “membunuh keberanian”

Metafora abstrak ke konkret.

Membunuh merupakan sesuatu

yang dinyatakan secara jelas,

sedangkan keberanian bersifat

abstrak.

60. Bergegas, Pukat, Burlian!

Kereta ini sudah gila!”

Bapak tanpa menoleh sudah

berlari. (hal. 27)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “kereta ini sudah gila”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan sifat

manusia. Seolah-olah kereta bisa

gila seperti manusia.

61. Apa kata Pak Bin? Jangan

lupa sarapan. Karena dengan

perut kenyang, pelajaran jadi

lebih mudah tersangkut di

kepala. (hal. 46)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “pelajaran jadi lebih

mudah tersangkut di kepala”.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret

Tersangkut merupakan sesuatu

yang dinyatakan secara jelas,

sedangkan di kepala untuk

megambarkan mudah

dimengerti merupakan sesuatu

yang abstrak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 104: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

95

62. Baiklah, sepertinya Bapak

sudah menemukan pujangga

kita. Ah, energi cinta

memang selalu bisa

menghasilkan sastra

terkemuka. (hal. 49)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “energi cinta”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret karena cinta merupakan

sesuatu yang bersifat abstrak

dialihkan ke sesuatu yang lebih

konkret.

63. Oi, meski hujan membuat

halaman sekolah remang, aku

sekilas bisa melihat rona

pelangi di muka Raju.

(hal. 57)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “aku sekilas bisa melihat

rona pelangi di muka Raju”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tidak bernyawa dengan bagian

tubuh manusia. Wajah manusia

olah-olah memiliki rona pelangi,

seperti langit yang biasanya

memiliki pelangi.

64. Ah, itu cuma cinta monyet,

tidak lebih tidak kurang.

(hal. 59)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Ah, itu cuma cinta

monyet, tidak lebih tidak

kurang”

Termasuk metafora binatang,

karena menamakan cinta dengan

nama binatang monyet untuk

menggambarkan cinta bohong-

bohongan.

65.

Kau berani sekali! Aku

membalasnya tidak kalah

kencang, “dasar ayam”

(hal.83)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “dasar ayam”

Termasuk metafora binatang,

karena membandingkan

seseorang dengan binatang.

66. Kami bersungut-sungut satu Penanda gaya bahasa metafora

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 105: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

96

sama lain, perasaan jengkel

masih membukit dalam hati.

(hal. 84)

dapat ditemukan pada kutipan

kata perasaan jengkel masih

membukit dalam hati.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena perasaan jengkel

dan dalam hati merupakan

sesuatu yang abstrak

dikonkretkan seolah-olah

membukit.

67. Bapak jangankan

menyingkir, berkedip pun

tidak. Dasar ular licik!

Makan jurusku! (hal.104)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “dasar ular licik”

Termasuk metafora binatang,

karena membandingkan

seseorang dengan ular.

68. Kau tidak akan pernah

melewatiku jika hanya begitu

saja jurusmu, dasar kerbau

bertanduk! Bapak meludah

ke tanah becek sisa hujan

semalaman.(hal. 104)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “dasar kerbau

bertanduk”

Termasuk metafora binatang,

karena membandingkan

seseorang dengan kerbau

bertanduk.

69. Ibunya hanya punya sepetak

kecil ladang karet. Meskipun

disadap setiap hari, getah

karetnya tidak mencukupi.

Maka Raju ringan tangan

ikut bekerja. (hal. 113)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “ringan tangan”

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra.

Ringan yang biasanya ditanggap

oleh indra perasa menjadi

tanggapan indra pengelihatan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 106: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

97

70. Kini tidak ada lagi saling

tuduh dan saling curiga. Dan

di atas segalanya, dengan

mengembalikan buku gambar

ini, Bapak harap kau juga

mengembalikan kejujuran

dalam mahkota hatimu,

memberinya singgasana

terbaik. (hal. 165)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata: “mengembalikan

kejujuran dalam Mahkota

Hati.”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, hati sesuatu yang

abstrak, sedangkan mahkota

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas.

71. Urusan ini memang selalu

begitu, tim yang menang

selalu bebas berkomentar

apapun, sementara tim yang

kalah tidak punya pilihan

selain menelan kekalahannya

bulat-bulat.

(hal. 248)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “menelan kekalahannya

bulat-bulat.”

Termasuk metafora absrak ke

konkret, karena menelan adalah

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas, sedangkan kekalahan

adalah sesuatu yang samar-

samar. Kekalahan dialihakan ke

sesuatu yang lebih konkret.

72. Pertengkaran kecil seperti ini

biasa terjadi dalam

permainan apa saja, tetapi

bedanya kali ini Can dan

Lamsari sudah panas hati.

(hal. 249)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “panas hati”

Termasuk metafora Abstrak ke

konkret, karena hati merupakan

sesuatu yang abstrak dialihkan

menjadi konkret.

73. Kalian harus mencengkeram

kokoh gagangnya dengan

kedua tangan, lantas

menghantamkan mata

kapaknya. (hal. 288)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “mata kapaknya”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tak

bernyawa dengan bagian tubuh

manusia. Mata merupakan

bagaian tubuh manusia,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 107: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

98

sedangkan kapak adalah sesuatu

yang tidak bernyawa, seolah-

olah kapak memiliki mata

seperti manusia.

74. “Sebentar lagi Amel.” Bapak

memecah keasyikan kami

memperhatikan ekor kereta

yang meliuk di belakang.

“Sebentar apa?” Amelia

menoleh. ”Terowongan

kereta itu”. Bapak

mengedipkan mata”

(hal. 332)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “ekor kereta”

Termasuk metafora binatang,

karena ekor yang biasa dimiliki

binatang diterapkan pada benda

yang tidak bernyawa yaitu

kereta.

Novel Si Anak Pemberani

75. Aku juga sudah lihai

menghadapi perangai adik-

adikku. Hafal mati tabiat

mereka. (hal.2)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada: Hafal

mati tabiat mereka.

Termasuk metafora konkret ke

abstrak, karena adanya

pengalihan dari sesuatu yang

abstrak ke sesuatu yang lebih

konkret.

76. Tidak bisa mereka seenak

perut membawa truk-truk

dan alat-alat berat pengeduk

pasir ke kampung kita tanpa

izin. Memangnya itu tanah

kakek-nenek mereka? (hal. 7)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada seenak

perut.

Termasuk metafora sinaestetik,

karena adanya pengalihan indra

yaitu dari indra pengelihatan ke

indra perasa yaitu enak.

77. Mataku menyapu bersih

seluruh ruangan. Ada

beberapa pintu ruangan lain

dan anak tangga di sudut.

(Hal. 9)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada: mataku

menyapu bersih

Termasuk metafora

antropomorfis, karena tindakan

manusia. Menyapu bersih pada

data ini bukanlah arti yang

sebenarnya. Menyapu bersih

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 108: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

99

pada data ini memiliki makna

melihat secara menyeluruh.

78. Gerakkan tanganku yang

sebenarnya sudah bersiap

menarik paksa Amelia benar-

benar berhenti.Seperti ada

lebah menggigit hatiku.

Mendidih seluruh

kemarahanku. (Hal.15)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kata

mendidih seluruh

kemarahanku.

Metafora abstrak ke konkret,

karena kemarahan merupakan

sesuatu yang abstrak, sedangkan

mendidih sesuatu yang

dinyatakan secara jelas.

79. Aku tertawa melihat Burlian

dan Pukat berbirit-birit ke

dapur.berebut mengambil

panci di atas tungku. Rasa

sebalku gara-gara kejadian di

kota jadi berguguran. (Hal.

25)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada: Rasa

sebalku gara-gara kejadian di

kota jadi berguguran.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, sebal sesuatu yang

abstrak, sedangkan berguguran

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas. Rasa sebal pada data ini

seolah-olah bisa berguguran.

80. Bapak meletakan buku

tebal.” Nah, akhirnya, putri

sulung Bapak berlapang dada

meminta maaf.” (Hal. 34)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada:

berlapang dada.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

menggunakan bagian tubuh

manusia yaitu dada.

81. Gara-gara itulah Mamak kau

jatuh hati tidak terkira.

(hal. 37)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Gara-gara itulah mamak

kau jatuh hati tidak terkira.”

Termasuk metafora Abstrak ke

konkret, karena hati sesuatu

yang abstrak, sedangkan jatuh

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 109: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

100

82. Ku pikir tadi ada kepala

siapa yang tiba-tiba jatuh.

Munjib menghela napas,

tersengal karena kaget.

“Hampir copot jantungku.”

Can meringis pucat. (hal. 64)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Hampir copot

jantungku”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena jantung sesuatu

yang abstrak, sedangkan copot

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas. Jantung seolah-olah bisa

jatuh seperti benda yang

biasanya jatuh.

83. Hanya sekali dia menyela,

memotong kalimat Amelia

dan Pukat yang sibuk

bertengkar gara-gara kaleng

celangan milik Amelia

dijadikan Pukat sebagai

badan perahu. (hal. 66)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “badan perahu”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tidak

bernyawa dengan bagian tubuh

manusia. Badan yang biasanya

referen dengan tubuh manusia,

dibandingkan dengan perahu.

84. Menikung siapa saja yang

berhati kerdil dan mudah

percaya. (hal. 69)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Menikung siapa saja

yang berhati kerdil dan

mudah.”

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati itu tidak

bisa dilihat, dialihkan menjadi

lebih konkret.

85. Giliran kau atau Hima saja

yang mengikutinya. Gantian.

Kau bahkan lebih penasaran

dibanding kami bukan?

Damdas keberatan. Aku

mengangguk tipis (hal. 107)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “mengangguk tipis”

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

mengangguk adalah tindakan

manusia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 110: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

101

86. Apa lagi penjelasannya?

Atau kau punya dugaan yang

lebih baik? ”Hima bertanya

balik melihat seringai tidak

percayaku. Aku terdiam.

Otakku buntu

(hal. 108)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “otakku buntu”

Termasuk metafora Abstrak ke

konkret, karena otak sesuatu

yang tidak bisa dilihat,

sedangkan buntu sesuatu yang

dinyatakan secara jelas.

87. Nah, setelah bertahun-tahun,

akhirnya kami semua punya

kesempatan mendengar suara

emas kau, Eli. (hal. 121)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “suara emas”

Metafora sinaestetik, karena

adanya pengalihan indra

pendengaran yaitu suara ke

indra pengelihatan yaitu emas.

88. Mengasah manik-manik,

merangkai gelang,

memasang mata kalung.

(hal. 130)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “mata kalung”

Termasuk metafora

antopomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tak bernyawa dengan bagian

tubuh manusia yaitu mata.

89. Lima belas menit berjalan

tanpa bicara, kami akhirnya

tiba di bibir sungai.

(hal. 150)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “bibir sungai”

Termasuk metafora

antopomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tak bernyawa dengan bagian

tubuh manusia. Bibir merupakan

bagian tubuh manusia,

sedangkan sungai merupakan

sesuatu yang tidak bernyawa.

90. Jadilah nama geng kami

berubah jadi empat buntal.

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 111: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

102

(hal. 165) kata “Jadilah nama geng kami

berubah jadi empat buntal”

Termasuk metafora binatang,

karena orang yang memiliki

perilaku seperti binatang.

91. Tambang pasir itu lengang.

Alat beratnya teronggok bisu.

(hal 171)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada:

teronggok bisu.

Termasuk metafora

antopomorfis, karena bisu

merupakan sifat manusia,

dibandingkan dengan sesuatu

yang tidak bernyawa yaitu alat

berat. Seolah-olah alat berat bisa

bisu seperti manusia.

92. Kau harus temukan

bandonya, Eli.” Mamak

menoleh padaku. “Wawak

kau pasti berkecil hati saat

tahu bando hadiah darinya

kau hilangkan.” (Hal.200)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada: berkecil

hati.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena hati tidak bisa

dilihat jadi dialihkan ke menjadi

konkret.

93. Mereka bilang apa

pentingnya bola voli,

permainan anak perempuan.

Mereka hanya mengalah dan

alasan lain.” Omong kosong!

Kalau kau servis bola voli

kau saja nyangkut di net,

apalagi lari. (Hal. 216)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada: omong

kosong.

Metafora sinaestetik, omong

yang biasanya ditanggap oleh

indra pendengaran dialihkan ke

indra penglihatan yaitu kosong.

94. Motor paman Unus merapat

ke mulut jalan setapak.

(hal. 243)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “mulut jalan setapak.”

Termasuk metafora

antopomorfis, karena

membandingkan sesuatu yang

tak bernyawa dengan bagian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 112: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

103

tubuh manusia yaitu mulut.

95. Aku lebih suka

memperhatikan sendiri,

mencatat baik-baik dalam

kepalaku semua yang ku

lihat. (hal. 255)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Mencatat baik-baik

dalam kepalaku semua yang

ku lihat”

Termasuk metafora Abstrak ke

konkret, karena mencatat

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas, sedangkan dalam kepala

sesuatu yang abstrak.

96. Disebut dengan nama ”pakis

ekor monyet.” (hal. 325)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata ”pakis ekor monyet”

Termasuk metafora binatang,

karena menamai tumbuhan

menggunakan nama binatang

atas dasar kemiripan.

97. Padahal dengan pengunjung

lain mulut kau terus

berkicau. “Hima nyengir.

(hal. 351)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “Padahal dengan

pengunjung lain mulut kau

terus berkicau. “Hima nyengir”

Termasuk metafora binatang,

karena berkicau adalah sifat

binatang (burung).

98. Malam itu, bintang

gemintang ditelan awan

hitam. (hal. 368)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata: bintang gemintang

ditelan awan hitam.

Termasuk metafora

antropomorfis, karena

membandingkan benda tidak

bernyawa dengan perilaku

manusia. Seolah-olah awan bisa

melakukan tindakan menelan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 113: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

104

seperti manusia.

99. Aku tidak akan teriak-teriak.

Aku akan bersikap manis.

Aku mengikuti teladan

Bapak. (hal.389)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata “bersikap manis”

Metafora sinaestetik, karena

adanya pengalihan indra

penglihatan yaitu bersikap ke

perasa yaitu manis.

100. Semua tinggal hamparan air

deras berwarna keruh dan

membawa potongan-

potongan kayu bekas

pembalakan liar. Alam telah

membuat perhitungan, yang

kadang kala justru orang-

orang tak berdosa juga

terpaksa menanggung

getahnya. (hal. 416)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata: menanggung getahnya.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, menanggung adalah

sesuatu yang bersifat abstrak,

sedangkan getah sesuatu yang

dinyatakan secara jelas. Pada

data ini sesuatu yang abstrak

dialihkan ke sesuatu yang lebih

konkret.

101. Tamat dari SMP kota

kabupaten, aku meneruskan

sekolah di kota provinsi. Dan

pintu-pintu kesempatan

terbuka lebar bagiku.

(Hal.418)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata: pintu-pintu kesempatan

terbuka lebar bagiku.

Termasuk metafora abstrak ke

konkret, karena pintu-pintu

sesuatu yang dinyatakan secara

jelas, sedangkan kesempatan

adalah sesuatu yang abstrak.

Kesempatan alihkan menjadi

sesuatu yang lebih konkret.

102. Urusan ini bukan sekadar

bilang “tidak”, Eli. Kita

harus pintar, tahan banting,

dan punya daya tahan

menghadapi mereka.

(hal.420)

Penanda gaya bahasa metafora

dapat ditemukan pada kutipan

kata”tahan banting”

Termasuk metafora

antropomorfis. Kata tahan

banting merupakan bahasa kias,

yang memiliki makna tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 114: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

105

gampang menyerah.

2. Fungsi Gaya Bahasa Metafora

No.

Data

Fungsi Gaya Bahasa

Metafora

Triangulasi

Komentar Setuju Tidak

setuju

Novel Si Anak Badai

1. Apa maksud kedatangan

kalian, anak ingusan? Bajak

laut berkata dengan suara

berat. (Hal.2)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap dari anak-

anak.

2. Sebuah kapal terlihat

memasuki mulut muara.

(hal.9)

Fungsi informasi, karena

memberitahu jika kapal mulai

memasuki tepi muara.

3. Kasihan apanya? Nahkoda

itu „makan gaji‟, Za. (hal.12)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran untuk

tidak merasa kasihan.

4. Jangan sekali-kali menjawab

ucapan Pak Kapten jika dia

marah. Urusan bisa jadi

panjang, tak tau mana hulu

dan hilirnya lagi. (hal.19)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan kekhawatiran

tentang suatu urusan yang tidak

tahu awal dan akhirnya serta

sulit untuk diselesaikan.

5. Tolong tanya Mamak kau,

Za, berapa harganya. Aku

minta harga kawan. (hal. 31)

Fungsi ekspresif, karena

menyampaikan suatu harapan

dan keinginan.

6. Awang memasang wajah

tanpa dosa. (hal.34)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan pikiran jika

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 115: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

106

seseorang tidak merasa bersalah.

7. Aku dan Fatah tertentuk.

Diam seribu bahasa (hal. 40)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan jika mereka

tidak bisa berbuat apa-apa.

8. Malim yang duduk di pojok

bale sedang memandang ke

arah mulut muara. (hal.49)

Fungsi informasi, karena

memberitahukan jika jika Malim

yang sedang memandang ke tepi

muara.

9. Hingga matahari siap

tumbang di kaki langit,

Malimlah yang paling

banyak mendapatkan uang.

(Hal.53)

Fungsi informasi, karena

memberitahukan bahwa

matahari sudah terbenam di

bagian barat, Malimlah yang

paling banyak mendapatkan

uang.

10. Kembali ke pertanyaan Ode,

ada yang keran rezekinya

mengalir deras, ada yang

keran rezekinya hanya

menetes. (hal. 58)

Fungsi informasi, karena

menjelaskan tentang rejeki yang

lancar dan tidak.

11. Kakak perlu makan banyak,

Thiyah. Fatah melotot. Selain

tenaga, perasaan kami juga

diaduk-aduk hari ini. Gara-

gara isi bungkusan tertukar.

(hal. 71)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan yang

yang dirasakan.

12. Sebenarnya Mamak sudah

membayar kesalahan, Fat.

(hal. 72)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap Fat.

13. Dan jangan sekali-kali kalian

merendahkan rebana di

depannya. Itu sama saja

membangunkan buaya tidur,”

tambah Mamak, menjelaskan

kecintaan Wak Minah

terhadap rebana. (hal.108)

Fungsi fatik, karena

menginformasikan pesan yang

bertujuan menjaga hubungan

agar tetap harmonis. Supaya

tidak merendahkan rebana di

depan Wak Minah itu sama saja

memancing amarahnya.

14. Oi aku mulai mencium Fungsi informasi, karena √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 116: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

107

aroma kegagalan. Tadi

Thiyah bilang dia tahu

caranya, sekarang bertanya

berapa siung bawang yang

akan digunakan. (hal. 126)

mengungkapkan perasaan tidak

percaya kepada Thiyah.

15. Datangilah mereka sekarang

juga. Cium satu per satu itu

akan menjadi embun di hati

kau, juga di hati mereka.”

(Hal 134)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang.

16. Ombak mulai menggila.

(Hal. 135)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai

derasnya deburan ombak.

17. Perasaan Mamak jadi

berbunga-bunga, sebab ubi

jalar yang dipilih Rahma

bagus-bagus. (hal.176)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan

senang atau bahagia.

18. Paman Deham sepertinya

tidak peduli. Dia berdiri di

depan Pak Kapten, menjadi

pagar hidup. (hal.217)

Fungsi informasi, karena

menginformasikan tentang

Paman Deham yang menjadi

pelindung bagi Pak Kapten.

19. Sejak tadi dia mengawasi

lautan, seperti mencari

sesuatu. Matanya tajam

menyapu setiap jengkal

permukaan laut. (hal. 234)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai mata

seseorang yang jeli dan serius

memandang permukaan laut.

20. Pintu kabin terbuka. Lidah

ombak menyiram seluruh

kapal. (Hal. 244)

Fungsi informasi, karena

memberitahu bahwa ombak

sudah membasahi seluruh kapal

21. Hari ketiga, saat pagi-pagi

berangkat sekolah, aku

melihat yacht, kapal mewah

itu, terapung di laut dekat

bibir muara. (hal.282)

Fungsi informasi karena

memberitahu tentang kapal yang

terapung di tepi muara.

22. Mustahil! Pak Alex itu keras

kepala. Aku khawatir dia

Fungsi informasi, karena

memberitahukan jikalau Pak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 117: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

108

malah mempercepat

mengusir kita dari sekolah.

(hal. 283)

Alex tidak mendengarkan orang

lain dan tetap pada

pendiriannya.

23. Begitu tiba di jarak lima

puluh meter dari yacht,

cahaya lampu sorot

menyiram perahu itu. (hal.

305)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai lampu

sorot yang menyinari perahu.

Novel Si Anak Kuat

24. Gerimis membungkus

perkampungan. (hal. 5)

Fungsi informasi, karena

memberitahu tentang gerimis

yang terus-menerus turun.

25. Mamak dengan suara nyaring

langsung menyahut dari

dapur, “Bangunkan segera

adik-adik kau, Eli! Hari ini

Mamak dan Bapak akan

sibuk sekali membantu

membantu Mang Dullah

menebar bibit padi.Harus

segera berangkat pagi-pagi

buta. (hal. 6)

Fungsi informasi, karena

memberitahu keberangkatan

pagi-pagi benar.

26. Dasar dua sigung nakal!”

Kak Eli yang gagal mengejar

dan memaksa mereka

kembali pulang kini menaiki

anak tangga sambil menepis-

nepis rambut dan pakaiannya

yang terkena gerimis.

(hal. 13)

Fungsi informasi karena

mengungkapkan kemarahan Kak

Eli.

27. Kau tidak terlalu kecil untuk

bisa melihatnya, Amel. Kau

lebih cepat mengerti

dibanding kakak-kakakmu

soal memahami kebaikan.

Tetapi kau terlalu keras

kepala untuk menerimanya.

Kak Eli menyayangi kau.

(hal. 57)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 118: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

109

28. Matahari tumbang di kaki

barat. Pukul lima sore.

(hal. 71)

Informasi, karena memberitahu

jikalau matahari sudah

terbenam.

29. Semua orang juga tau dia

pintar bersilat lidah.

(hal. 111)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran

seseorang.

30. Tambusai tidak menjawab,

Dia kembali menatap buku

tulisnya. Kembali berpikir

akan menulis tentang apa.

Dahinya terlipat.

(hal. 115)

Fungsi informasi, karena

memberitahukan kesulitan

Tambusai dalam menulis.

31. Dia ingin mencium kaki

ibunya. Sayangnya

kebencian itu terlalu tinggi.

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran

seseorang.

32. Matahari masih malu-malu

menerabas perpohonan.

(hal. 147)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai matahari

yang berlahan terbit.

33. Kau jagoan kecil, kau salah

alamat membuat keributan di

sini. (hal. 153)

Fungsi direktif karena

mempengaruhi sikap seseorang

yang dimetaforakan salah

alamat.

34. Sepanjang hari matahari

bersembunyi di balik awan

hitam. (hal. 162)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai cuaca

yang mendung

35. Kehilangan anak, tak tahu

rimbanya, entah hidup atau

mati. (hal. 223)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan tentang seorang

anak yang tidak diketahui

keberadaan.

36. Kalau pohon-pohon di

lembah ini punya raja seperti

yang kau bilang tadi, itulah

rajanya pohon, Maya.

(hal. 284)

Fungsi informasi, karena

menjelaskan perbandingan

sebuah pohon.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 119: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

110

37. Kadang proses itu mudah

dilakukan, bahkan

menyenangkan. Kadang

sebaliknya, menyakitkan,

makan hati. Karena orang-

orang sudah terlanjur

nyaman, terbiasa. (hal. 359)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan bahwa proses

itu selain menyenangkan juga

menyedihkan.

Novel Si Anak Spesial

38. Mereka insinyur-insinyur

yang hebat. Dengan alat-alat

itu mereka bisa tahu apa saja

isi perut bumi. (hal. 7)

Fungsi informasi, memberitahu

tentang isi bagian bawah tanah

yang berupa minyak bumi, batu

bara atau gas alam.

39. Mungkin dia tersinggung

atau marah besar karena

ucapan bapak. (hal. 11)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan kemarahan

seseorang.

40. Kampung kami terletak di

kaki bukit barisan. (hal.13)

Fungsi informasi, karena

memberitahukan jika kampung

tersebut terletak di lereng bukit

41. Sejauh ini kami tidak tahu

bahwa isi perut hutan juga

dipenuhi sumber kekayaan.

(hal. 13)

Fungsi informasi, karena

memberitahu tentang

ketidaktahuan

42. Seseorang, sambil melepas

helm putihnya, berusaha

menjelaskan. “Tetapi kok ini

ada monyet pengganggu?!”

teman-temannya mengangkat

bahu saling menoleh.

(hal. 14)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap dengan

sebuah ungkapan pertanyaan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 120: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

111

43. Ekspresi wajah mamak

dingin. (hal. 24)

Fungsi informasi, karena

memberitahukan kejengkelan

/ketidakramahan

44. Ia tidak mengomel seperti

biasanya, hanya menatap

tajam berseru pendek, dan

tanpa ampun mengisi

keranjang kami banyak-

banyak. (hal. 24)

Fungsi direktif, karena dapat

mempengaruhi sikap seseorang.

45. Dua paku pipih ini, dengan

berat hati terpaksa saya sita.

(hal. 35)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan tidak

tega menyita paku pipih.

46. Dasar simpai pengecut!

Beraninya keroyokan.

(hal. 43).

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan

marah.

47. Satu dua bintang mulai

mengintip di langit,

bertemankan bulan sabit.

(hal. 91)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai hari

yang beranjak malam.

48. Sebenarnya musim

penghujan sudah tiba

dipenghujung, tetapi hujan

tidak bosan turun setiap

malam. (hal. 103)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai hujan

yang tak kunjung reda.

49. Suara tembakan merobek

keheningan lubuk.

(hal. 129)

Fungsi informasi, karena

menjelaskan mengenai

perubahan situasi.

50. Mengabaikan terik matahari

yang membakar kepala.

(hal. 163)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai

panasnya terik matahari.

51. Tronton-tronton besar yang

berderit mendorong

tumpukan pasir, meratakan

jalan, memuntahkan aspal

cair. (hal. 172)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai tronton

besar yang menumpahkan aspal

cair.

52. Menatap wajah manisnya,

tidak perduli seberapa jauh

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 121: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

112

kami berpisah (hal.185) kecantikan seseorang.

53. Maka mamak ringan hati

menggadaikan cincin kawin

itu demi kau. (hal. 217)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang.

54. Jangan bodoh, semua itu

uang. Itulah yang dicari

pendatang ini. “Percakapan

mulai menghangat.”

(hal. 220)

Fungsi informasi, karena

menjelaskan mengenai

percakapan yang mulai

mendalam.

55. Dia terlalu tinggi hati dan

menganggap rendah orang

lain. (hal. 227)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi perasaan

seseorang.

56. Jarang ada orang yang

hatinya hitam sekali, dan

sebaliknya juga susah

mencari yang hatinya

sempurna putih. (hal. 229)

Fungsi informasi, karena

menjelaskan mengenai sifat

manusia.

57. Itu cara terbaik Bapak dan

Mamak untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dan

keyakinan yang menjadi

pegangan penting setiap kali

terbentur masalah, kau selalu

spesial. (hal.327)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang

Novel Si Anak Pintar

58. Aduh, bagaimana ini? karcis

Burlian tidak ada, Pak. Suara

burlian mulai mengeras,

cemas. (hal. 5)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan

gelisah.

59. Kejadian barusan telah

membunuh keberanian yang

tersisa. (hal. 23)

Fungsi informasi, karena

menyampaikan perasaan

seseorang yang merasa takut.

60. Bergegas, Pukat, Burlian!

Kereta ini sudah gila!”

Bapak tanpa menoleh sudah

berlari. (hal. 27)

Fungsi direktif, karena

mengandung unsur yang

mempengaruhi sikap.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 122: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

113

61. Apa kata Pak Bin? Jangan

lupa sarapan. Karena dengan

perut kenyang, pelajaran jadi

lebih mudah tersangkut di

kepala. (hal. 46)

Fungsi informasi, karena

mengandung keyakinan

seseorang.

62. Baiklah, sepertinya Bapak

sudah menemukan pujangga

kita. Ah, energi cinta

memang selalu bisa

menghasilkan sastra

terkemuka. (hal. 49)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran

seseorang.

63. Oi, meski hujan membuat

halaman sekolah remang, aku

sekilas bisa melihat rona

pelangi di muka Raju.

(hal. 57)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai

kebahagiaan seseorang.

64. Ah, itu cuma cinta monyet,

tidak lebih tidak kurang.

(hal. 59)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran

seseorang.

65. Kau berani sekali! Aku

membalasnya tidak kalah

kencang, “dasar ayam”

(hal.83)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan suatu

kemarahan

66. Kami bersungut-sungut satu

sama lain, perasaan jengkel

masih membukit dalam hati.

(hal. 84)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan suatu perasaan

jengkel yang masih ada dan

membara dalam hati

67. Bapak jangankan

menyingkir, berkedip pun

tidak. Dasar ular licik!

Makan jurusku! (Hal. 104)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan suatu

kemarahan

68. Kau tidak akan pernah

melewatiku jika hanya begitu

saja jurusmu, dasar kerbau

bertanduk! Bapak meludah

ke tanah becek sisa hujan

semalaman.(hal. 104)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan suatu

kemarahan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 123: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

114

69. Ibunya hanya punya sepetak

kecil ladang karet. Meskipun

disadap setiap hari, getah

karetnya tidak mencukupi.

Maka Raju ringan tangan

ikut bekerja. (hal. 113)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai Raju

yang suka membantu.

70. Kini tidak ada lagi saling

tuduh dan saling curiga. Dan

di atas segalanya, dengan

mengembalikan buku gambar

ini, Bapak harap kau juga

mengembalikan kejujuran

dalam mahkota hatimu,

memberinya singgasana

terbaik. (hal. 165)

Fungsi ekspresif, karena

mengandung sebuah harapan.

71. Urusan ini memang selalu

begitu, tim yang menang

selalu bebas berkomentar

apapun, sementara tim yang

kalah tidak punya pilihan

selain menelan kekalahannya

bulat-bulat. (hal. 248)

Fungsi direktif, karena

mengandung unsur yang dapat

mempengaruhi sikap seseorang.

72. Pertengkaran kecil seperti ini

biasa terjadi dalam

permainan apa saja, tetapi

bedanya kali ini Can dan

Lamsari sudah panas hati.

(hal. 249)

Fungsi direktif, karena

mengandung unsur yang dapat

mempengaruhi pikiran.

73. Kalian harus mencengkeram

kokoh gagangnya dengan

kedua tangan, lantas

menghantamkan mata

kapaknya. (hal. 288)

Fungsi direktif, karena memberi

pengarahan.

74. “Sebentar lagi Amel.” Bapak

memecah keasyikan kami

memperhatikan ekor kereta

yang meliuk di belakang.

“Sebentar apa?” Amelia

menoleh. ”Terowongan

kereta itu”. Bapak

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi perasaan

seseorang.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 124: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

115

mengedipkan mata”

(hal. 332)

Novel Si Anak Pemberani

75. Aku juga sudah lihai

menghadapi perangai adik-

adikku. Hafal mati tabiat

mereka. (hal.2)

Fungsi informasi, karena

menyampaikan bahwa penutur

mengenal sekali karakter adik-

adiknya.

76. Tidak bisa mereka seenak

perut membawa truk-truk

dan alat-alat berat pengeduk

pasir ke kampung kita tanpa

izin. Memangnya itu tanah

kakek-nenek mereka?

(hal. 7)

Fungsi informasi, karena

menyampaikan perasaan kesal

77. Mataku menyapu bersih

seluruh ruangan. Ada

beberapa pintu ruangan lain

dan anak tangga di sudut.

(Hal. 9)

Fungsi informasi, karena

memberitahu jika sudah melihat

semua ruangan.

78. Gerakkan tanganku yang

sebenarnya sudah bersiap

menarik paksa Amelia benar-

benar berhenti.Seperti ada

lebah menggigit hatiku.

Mendidih seluruh

kemarahanku. (Hal.15)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan kemarahan

79. Aku tertawa melihat Burlian

dan Pukat berbirit-birit ke

dapur.berebut mengambil

panci di atas tungku. Rasa

sebalku gara-gara kejadian di

kota jadi berguguran.

(Hal. 25)

Fungsi informasi, karena

memberitahu Jika tidak lagi

merasa sebal.

80. Bapak meletakan buku

tebal.” Nah, akhirnya, putri

sulung Bapak berlapang dada

meminta maaf.” (Hal. 34)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang.

81. Gara-gara itulah Mamak kau Fungsi informasi, karena √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 125: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

116

jatuh hati tidak terkira.

(hal. 37)

mengandung keyakinan

seseorang.

82. Ku pikir tadi ada kepala

siapa yang tiba-tiba jatuh.

Munjib menghela napas,

tersengal karena kaget.

“Hampir copot jantungku.”

Can meringis pucat. (hal. 64)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan perasaan

gelisah.

83. Hanya sekali dia menyela,

memotong kalimat Amelia

dan Pukat yang sibuk

bertengkar gara-gara kaleng

celengan milik Amelia

dijadikan Pukat sebagai

badan perahu. (hal. 66)

Fungsi informasi, karena

memberitahu bahwa celengan

dijadikan sebagai badan perahu.

84. Menikung siapa saja yang

berhati kerdil dan mudah

percaya. (hal. 69)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang.

85. Giliran kau atau Hima saja

yang mengikutinya. Gantian.

Kau bahkan lebih penasaran

dibanding kami bukan?

Damdas keberatan. Aku

mengangguk tipis (hal. 107)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi perasaan

seseorang.

86. Apa lagi penjelasannya?

Atau kau punya dugaan yang

lebih baik? ”Hima bertanya

balik melihat seringai tidak

percayaku. Aku terdiam.

Otakku buntu. (hal. 108)

Fungsi informasi,

mengungkapkan pikiran yang

tidak bisa berpikir lagi.

87. Nah, setelah bertahun-tahun,

akhirnya kami semua punya

kesempatan mendengar suara

emas kau, Eli. (hal. 121)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan suara bagus

Eli.

88. Mengasah manik-manik,

merangkai gelang,

memasang mata kalung.

Fungsi informasi, menjelaskan

mengenai hiasan yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 126: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

117

(hal. 130) digunakan pada kalung.

89. Lima belas menit berjalan

tanpa bicara, kami akhirnya

tiba di bibir sungai.

(hal. 150)

Fungsi informasi, karena

memberitahu bahwa mereka

akhirnya tiba di tepi sungai.

90. Jadilah nama geng kami

berubah jadi empat buntal.

(hal. 165)

Fungsi fatik, karena

mengandung tujuan untuk

mengakrabkan sebuah hubungan

persahabatan.

91. Tambang pasir itu lengang.

Alat beratnya teronggok bisu.

(hal 171)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai alat

berat yang tidak beroperasi lagi.

92. Kau harus temukan

bandonya, Eli.” Mamak

menoleh padaku. “Wawak

kau pasti berkecil hati saat

tahu bando hadiah darinya

kau hilangkan.” (Hal.200)

Fungsi direktif, karena dapat

mempengaruhi sikap seseorang.

93. Mereka bilang apa

pentingnya bola voli,

permainan anak perempuan.

Mereka hanya mengalah dan

alasan lain.” Omong kosong!

Kalau kau servis bola voli

kau saja nyangkut di net,

apalagi lari. (Hal. 216)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan kekesalan

94. Motor paman Unus merapat

ke mulut jalan setapak.

(hal. 243)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai motor

yang parkir di pinggir jalan.

95. Aku lebih suka

memperhatikan sendiri,

mencatat baik-baik dalam

kepalaku semua yang ku

lihat. (hal. 255)

Fungsi informasi,

mengungkapkan pikiran

seseorang.

96. Disebut dengan nama ”pakis

ekor monyet” (hal. 325)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai pakis

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 127: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

118

yang menyerupai ekor monyet

97. Padahal dengan pengunjung

lain mulut kau terus

berkicau. “Hima nyengir.

(hal. 351)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi sikap seseorang

98. Malam itu, bintang

gemintang ditelan awan

hitam. (hal. 368)

Fungsi informasi, karena

memberitahu mengenai cuaca

yang mendung.

99. Aku tidak akan teriak-teriak.

Aku akan bersikap manis.

Aku mengikuti teladan

Bapak. (hal.389)

Fungsi direktif, karena dapat

mempengaruhi pikiran

seseorang.

100. Semua tinggal hamparan air

deras berwarna keruh dan

membawa potongan-

potongan kayu bekas

pembalakan liar. Alam telah

membuat perhitungan, yang

kadang kala justru orang-

orang tak berdosa juga

terpaksa menanggung

getahnya. (hal. 416)

Fungsi informasi, karena

mengungkapkan kekesalan

101. Tamat dari SMP kota

kabupaten, aku meneruskan

sekolah di kota provinsi. Dan

pintu-pintu kesempatan

terbuka lebar bagiku.

(Hal.418)

Fungsi informasi informasi,

karena mengandung suatu

kepastian mengenai banyak

peluang

102. Urusan ini bukan sekadar

bilang “tidak”, Eli. Kita

harus pintar, tahan banting,

dan punya daya tahan

menghadapi mereka.

(hal.420)

Fungsi direktif, karena

mempengaruhi pikiran si Eli.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 128: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

119

3. Makna Gaya Bahasa Metafora

No.

Data

Makna Gaya Bahasa

Metafora

Triangulasi

komentar

Setuju Tidak

setuju

Novel Si Anak Badai

1. Apa maksud kedatangan kalian,

anak ingusan? Bajak laut

berkata dengan suara berat.

(Hal.2)

Suara serak. √

2. Sebuah kapal terlihat memasuki

mulut muara. (hal.9)

Tepi muara. √

3. Kasihan apanya? Nahkoda itu

„makan gaji‟, Za. (hal.12)

Menyalahgunakan uang

yang bukan miliknya.

4. Jangan sekali-kali menjawab

ucapan Pak Kapten jika dia

marah. Urusan bisa jadi panjang,

tak tau mana hulu dan hilirnya

lagi. (hal.19)

Urusan bisa jadi panjang

dan tidak jelas awal dan

penyelesaiannya.

5. Tolong tanya Mamak kau, Za,

berapa harganya. Aku minta

harga kawan. (hal. 31)

Harga yang bisa ditawar

atau lebih murah (bukan

harga mati)

6. Awang memasang wajah tanpa

dosa. (hal.34)

Tidak merasa bersalah √

7. Aku dan Fatah tertentuk. Diam

seribu bahasa (hal. 40)

Tidak berkata apapun,

mereka hanya terdiam.

8. Malim yang duduk di pojok bale

sedang memandang ke arah

Memandang ke arah tepi √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 129: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

120

mulut muara. (hal.49) muara.

9. Hingga matahari siap tumbang

di kaki langit, Malimlah yang

paling banyak mendapatkan

uang. (Hal.53)

Matahari siap terbenam

di bagian bawah langit

untuk menunjukkan ufuk

barat.

10. Kembali ke pertanyaan Ode, ada

yang keran rezekinya mengalir

deras, ada yang keran rezekinya

hanya menetes. (hal. 58)

Ada yang rezekinya

lancar atau banyak dan

ada yang tidak.

11. Kakak perlu makan banyak,

Thiyah. Fatah melotot. Selain

tenaga, perasaan kami juga

diaduk-aduk hari ini. Gara-gara

isi bungkusan tertukar. (hal. 71)

Banyak masalah atau

diuji kesabaran atau

banyak sesuatu yang

rasakan entah bahagia

ataupun ragu dan

kecewa.

12. Sebenarnya Mamak sudah

membayar kesalahan, Fat.

(hal. 72)

Menebus kesalahannya

13. Dan jangan sekali-kali kalian

merendahkan rebana di

depannya. Itu sama saja

membangunkan buaya tidur,”

tambah Mamak, menjelaskan

kecintaan Wak Minah terhadap

rebana. (hal.108)

Membangkitkan

kemarahan seseorang

14. Oi aku mulai mencium aroma

kegagalan. Tadi Thiyah bilang

dia tahu caranya, sekarang

bertanya berapa siung bawang

yang akan digunakan. (hal. 126)

Rasa tidak percaya atau

ragu-ragu

15. Datangilah mereka sekarang

juga. Cium satu per satu itu akan

menjadi embun di hati kau, juga

di hati mereka.” (Hal 134)

Perasaan yang tenang,

legah dan senang.

16. Ombak mulai menggila.

(Hal. 135)

Derasnya deburan

ombak.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 130: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

121

17. Perasaan Mamak jadi berbunga-

bunga, sebab ubi jalar yang

dipilih Rahma bagus-bagus.

(hal.176)

Bahagia, senang

18. Paman Deham sepertinya tidak

peduli. Dia berdiri di depan Pak

Kapten, menjadi pagar hidup.

(hal.217)

Memberi perlindungan

bagi pak kapten.

19. Sejak tadi dia mengawasi lautan,

seperti mencari sesuatu.

Matanya tajam menyapu setiap

jengkal permukaan laut.

(hal. 234)

Matanya jeli atau buas

20. Pintu kabin terbuka. Lidah

ombak menyiram seluruh kapal.

(Hal. 244)

Bagian ujung ombak

21. Hari ketiga, saat pagi-pagi

berangkat sekolah, aku melihat

yacht, kapal mewah itu,

terapung di laut dekat bibir

muara. (hal.282)

Bagian terluar muara

atau tepi muara.

22. Mustahil! Pak Alex itu keras

kepala. Aku khawatir dia malah

mempercepat mengusir kita dari

sekolah. (hal. 283)

Tidak mendengarkan

orang lain, tetap pada

pendiriaanya.

23. Begitu tiba di jarak lima puluh

meter dari yacht, cahaya lampu

sorot menyiram perahu itu.

(hal. 305)

Menyinari/menerangi

perahu.

Novel Si Anak kuat

24. Gerimis membungkus

perkampungan. (hal. 5)

Gerimis yang terus

menerus turun, tidak ada

redanya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 131: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

122

25. Mamak dengan suara nyaring

langsung menyahut dari dapur,

“Bangunkan segera adik-adik

kau, Eli! Hari ini Mamak dan

Bapak akan sibuk sekali

membantu membantu Mang

Dullah menebar bibit padi.Harus

segera berangkat pagi-pagi buta.

(hal. 6)

Pagi-pagi benar.

26.

Dasar dua sigung nakal!” Kak

Eli yang gagal mengejar dan

memaksa mereka kembali

pulang kini menaiki anak tangga

sambil menepis-nepis rambut

dan pakaiannya yang terkena

gerimis. (hal. 13)

Tidak bisa diatur

diperbandingkan dengan

sigung.

27. Kau tidak terlalu kecil untuk

bisa melihatnya, Amel. Kau

lebih cepat mengerti dibanding

kakak-kakakmu soal memahami

kebaikan. Tetapi kau terlalu

keras kepala untuk

menerimanya. Kak Eli

menyayangi kau. (hal. 57)

Susah dinasihati dan

tidak mau mendengarkan

orang lain.

28. Matahari tumbang di kaki barat.

Pukul lima sore. (hal. 71)

Matahari sudah terbenam

di sebelah barat.

29. Semua orang juga tau dia pintar

bersilat lidah. (hal. 111)

Pembohong (orang yang

suka berbicara tidak

sesuai dengan kenyataan).

30. Tambusai tidak menjawab, Dia

kembali menatap buku tulisnya.

Kembali berpikir akan menulis

tentang apa. Dahinya terlipat.

(hal. 115)

Dahinya berkerut

berpikir keras

31. Dia ingin mencium kaki ibunya.

Sayangnya kebencian itu terlalu

tinggi.

Hati yang penuh dengan

rasa benci.

32. Matahari masih malu-malu

menerabas perpohonan.

Matahari yang berlahan √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 132: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

123

(hal. 147) terbit.

33. Kau jagoan kecil, kau salah

alamat membuat keributan di

sini. (hal. 153)

Salah sasaran membuat

keributan.

34. Sepanjang hari matahari

bersembunyi di balik awan

hitam. (hal. 162)

Cuaca yang mendung

35. Kehilangan anak, tak tahu

rimbanya, entah hidup atau mati.

(hal. 223)

Tidak diketahui keadaan

dan keberadaannya.

36. Kalau pohon-pohon di lembah

ini punya raja seperti yang kau

bilang tadi, itulah rajanya

pohon, Maya. (hal. 284)

Pohon yang paling besar

ukurannya dibanding

pohon-pohon lainnya.

37. Kadang proses itu mudah

dilakukan, bahkan

menyenangkan. Kadang

sebaliknya, menyakitkan, makan

hati. Karena orang-orang sudah

terlanjur nyaman, terbiasa. (hal.

359)

Menyedihkan atau susah

hati

Novel Si Anak Spesial

38. Mereka insinyur-insinyur yang

hebat. Dengan alat-alat itu

mereka bisa tahu apa saja isi

perut bumi. (hal. 7)

Bagian bawah tanah yang

berisi minyak bumi, batu

bara, atau gas alam.

39. Mungkin dia tersinggung atau

marah besar karena ucapan

bapak. (hal. 11)

Marah sekali

40. Kampung kami terletak di kaki

bukit barisan. (hal.13)

Lereng bukit atau lembah √

41. Sejauh ini kami tidak tahu

bahwa isi perut hutan juga

dipenuhi sumber kekayaan.

(hal. 13)

Isi hutan atau kekayaan

yang dimiliki hutan yang

dapat dimanfaatkan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 133: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

124

42.

Seseorang, sambil melepas helm

putihnya, berusaha menjelaskan.

“Tetapi kok ini ada monyet

pengganggu?!” teman-temannya

mengangkat bahu saling

menoleh. (hal. 14)

Anak-anak yang tiba-tiba

masuk ke hutan dan

dianggap menganggu

para pekerja di hutan.

43. Ekspresi wajah mamak dingin.

(hal. 24)

Ekspresi kejengkelan

atau tidak ramah.

44. Ia tidak mengomel seperti

biasanya, hanya menatap tajam

berseru pendek, dan tanpa

ampun mengisi keranjang kami

banyak-banyak. (hal. 24)

Tatapan yang buas dan

galak.

45. Dua paku pipih ini, dengan berat

hati terpaksa saya sita. (hal. 35)

Tidak sampai hati atau

tidak tega.

46. Dasar simpai pengecut!

Beraninya keroyokan. (hal. 43).

Tidak bisa menyelesaikan

masalah dengan baik-

baik.

47. Satu dua bintang mulai

mengintip di langit,

bertemankan bulan sabit.

(hal. 91)

Menunjukan waktu

petang hari yang mulai

beranjak malam.

48. Sebenarnya musim penghujan

sudah tiba dipenghujung, tetapi

hujan tidak bosan turun setiap

malam. (hal. 103)

Hujan yang tidak

berhenti turun/tidak

pernah reda.

49. Suara tembakan merobek

keheningan lubuk.

(hal. 129)

Perubahan situasi,

sehingga tidak terasa

hening

50. Mengabaikan terik matahari

yang membakar kepala.

(hal. 163)

Terik matahari yang

terlalu panas

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 134: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

125

51. Tronton-tronton besar yang

berderit mendorong tumpukan

pasir, meratakan jalan,

memuntahkan aspal cair.

(hal. 172)

Menumpahkan aspal cair √

52. Menatap wajah manisnya, tidak

perduli seberapa jauh kami

berpisah (hal.185)

Menatap wajah cantiknya √

53. Maka mamak ringan hati

menggadaikan cincin kawin itu

demi kau. (hal. 217)

Keikhlasan √

54. Jangan bodoh, semua itu uang.

Itulah yang dicari pendatang ini.

“Percakapan mulai

menghangat.” (hal. 220)

Percakapan mulai

mendalam.

55. Dia terlalu tinggi hati dan

menganggap rendah orang lain.

(hal. 227)

Kesombongan.

56. Jarang ada orang yang hatinya

hitam sekali, dan sebaliknya

juga susah mencari yang hatinya

sempurna putih.

(hal. 229)

Hatinya hitam memiliki

makna hati yang penuh

dengan dosa, kejahatan

atau kebencian.

Sedangkan metafora

hatinya sempurna putih

memiliki makna hatinya

yang suci dan penuh

dengan kebaikan.

57. Itu cara terbaik Bapak dan

Mamak untuk menumbuhkan

rasa percaya diri dan keyakinan

yang menjadi pegangan penting

setiap kali terbentur masalah,

kau selalu spesial. (hal.327)

Mengahadapi atau

terkena masalah

Novel Si Anak Pintar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 135: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

126

58. Aduh, bagaimana ini? karcis

Burlian tidak ada, Pak. Suara

burlian mulai mengeras, cemas.

(hal. 5)

Berseru panik

59. Kejadian barusan telah

membunuh keberanian yang

tersisa. (hal. 23)

Metafora membunuh

keberanian yang

dimaksud dalam cerita

tersebut adalah merasa

takut.

60. Bergegas, Pukat, Burlian!

Kereta ini sudah gila!” Bapak

tanpa menoleh sudah berlari.

(hal. 27)

Kereta api yang

mengalami

gangguan/tidak berjalan

dengan normal.

61. Apa kata Pak Bin? Jangan lupa

sarapan. Karena dengan perut

kenyang, pelajaran jadi lebih

mudah tersangkut di kepala.

(hal. 46)

Mudah dimengerti atau

dipahami

62. Baiklah, sepertinya Bapak sudah

menemukan pujangga kita. Ah,

energi cinta memang selalu bisa

menghasilkan sastra terkemuka.

(hal. 49)

Kekuatan cinta

63. Oi, meski hujan membuat

halaman sekolah remang, aku

sekilas bisa melihat rona pelangi

di muka Raju. (hal. 57)

Wajah yang kegirangan,

bahagia atau senang.

64. Ah, itu cuma cinta monyet, tidak

lebih tidak kurang. (hal. 59)

Cinta bohong-bohongan,

cinta yang belum serius.

65.

Kau berani sekali! Aku

membalasnya tidak kalah

kencang, “dasar ayam” (hal.83)

Membandingkan

seseorang dengan ayam

karena memiliki sifat

seperti ayam.

66. Kami bersungut-sungut satu

sama lain, perasaan jengkel

masih membukit dalam hati.

Rasa jengkel yang yang

masih ada atau membara.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 136: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

127

(hal. 84)

67. Bapak jangankan menyingkir,

berkedip pun tidak. Dasar ular

licik! Makan jurusku! (hal. 104)

Seseorang yang memiliki

sifat seperti ular

68. Kau tidak akan pernah

melewatiku jika hanya begitu

saja jurusmu, dasar kerbau

bertanduk! Bapak meludah ke

tanah becek sisa hujan

semalaman.(hal. 104)

Seseorang yang memiliki

sifat atau sikap seperti

kerbau bertanduk

69. Ibunya hanya punya sepetak

kecil ladang karet. Meskipun

disadap setiap hari, getah

karetnya tidak mencukupi. Maka

Raju ringan tangan ikut bekerja.

(hal. 113)

Suka membantu.

70. Kini tidak ada lagi saling tuduh

dan saling curiga. Dan di atas

segalanya, dengan

mengembalikan buku gambar

ini, Bapak harap kau juga

mengembalikan kejujuran dalam

mahkota hatimu, memberinya

singgasana terbaik. (hal. 165)

Menanamkan kejujuran

di hati nurani

71. Urusan ini memang selalu

begitu, tim yang menang selalu

bebas berkomentar apapun,

sementara tim yang kalah tidak

punya pilihan selain menelan

kekalahannya bulat-bulat.

(hal. 248)

Menerima kekalahan dan

tidak bisa berbuat apa-

apa.

72. Pertengkaran kecil seperti ini

biasa terjadi dalam permainan

apa saja, tetapi bedanya kali ini

Can dan Lamsari sudah panas

hati. (hal. 249)

Emosi.

73. Kalian harus mencengkeram

kokoh gagangnya dengan kedua

tangan, lantas menghantamkan

Ujung kapak yang tajam √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 137: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

128

mata kapaknya. (hal. 288)

74. “Sebentar lagi Amel.” Bapak

memecah keasyikan kami

memperhatikan ekor kereta yang

meliuk di belakang. “Sebentar

apa?” Amelia menoleh.

”Terowongan kereta itu”. Bapak

mengedipkan mata”(hal. 332)

Bagian paling ujung dari

sebuah kereta.

Novel Si Anak Pemberani

75. Aku juga sudah lihai

menghadapi perangai adik-

adikku. Hafal mati tabiat

mereka. (hal.2)

Mengenal sekali

sifat/karakter adik-

adiknya.

76. Tidak bisa mereka seenak perut

membawa truk-truk dan alat-alat

berat pengeduk pasir ke

kampung kita tanpa izin.

Memangnya itu tanah kakek-

nenek mereka? (hal. 7)

Berbuat sewenang-

wenang atau sesuka hati

77. Mataku menyapu bersih seluruh

ruangan. Ada beberapa pintu

ruangan lain dan anak tangga di

sudut. (Hal. 9)

Melihat secara

menyeluruh semua

ruangan

78. Gerakkan tanganku yang

sebenarnya sudah bersiap

menarik paksa Amelia benar-

benar berhenti.Seperti ada lebah

menggigit hatiku. Mendidih

seluruh kemarahanku. (Hal.15)

Rasa marah yang

memuncak/marah sekali

79. Aku tertawa melihat Burlian dan

Pukat berbirit-birit ke

dapur.berebut mengambil panci

di atas tungku. Rasa sebalku

gara-gara kejadian di kota jadi

berguguran. (Hal. 25)

Tidak lagi merasa sebal

80. Bapak meletakan buku tebal.”

Nah, akhirnya, putri sulung

Dengan ikhlas meminta √

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 138: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

129

Bapak berlapang dada meminta

maaf.” (Hal. 34)

maaf

81. Gara-gara itulah Mamak kau

jatuh hati tidak terkira. (hal. 37)

Menaruh cinta/memiliki

perasaan cinta.

82. Ku pikir tadi ada kepala siapa

yang tiba-tiba jatuh. Munjib

menghela napas, tersengal

karena kaget. “Hampir copot

jantungku.” Can meringis pucat.

(hal. 64)

Kaget yang berlebihan,

sehingga jantung yang

berdenyut cepat.

83. Hanya sekali dia menyela,

memotong kalimat Amelia dan

Pukat yang sibuk bertengkar

gara-gara kaleng celangan milik

Amelia dijadikan Pukat sebagai

badan perahu. (hal. 66)

Bagian utama atau bagian

tengah dari sebuah

perahu.

84. Menikung siapa saja yang

berhati kerdil dan mudah

percaya. (hal. 69)

Orang yang mudah

terpengaruh.

85. Giliran kau atau Hima saja yang

mengikutinya. Gantian. Kau

bahkan lebih penasaran

dibanding kami bukan? Damdas

keberatan. Aku mengangguk

tipis (hal. 107)

Mengangguk secara

terpaksa.

86. Apa lagi penjelasannya? Atau

kau punya dugaan yang lebih

baik? ”Hima bertanya balik

melihat seringai tidak

percayaku. Aku terdiam. Otakku

buntu. (hal. 108)

Tidak bisa berpikir lagi.

87. Nah, setelah bertahun-tahun,

akhirnya kami semua punya

kesempatan mendengar suara

emas kau, Eli. (hal. 121)

Suara yang bagus.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 139: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

130

88. Mengasah manik-manik,

merangkai gelang, memasang

mata kalung. (hal. 130)

Hiasan yang biasa

digunakan dikalung.

89. Lima belas menit berjalan tanpa

bicara, kami akhirnya tiba di

bibir sungai. (hal. 150)

Tepi sungai.

90. Jadilah nama geng kami berubah

jadi empat buntal. (hal. 165)

Anak-anak pemberani

seperti ikan buntal ganas.

91. Tambang pasir itu lengang. Alat

beratnya teronggok bisu.

(hal 171)

Alat berat yang tidak

beroperasi lagi.

92. Kau harus temukan bandonya,

Eli.” Mamak menoleh padaku.

“Wawak kau pasti berkecil hati

saat tahu bando hadiah darinya

kau hilangkan.” (Hal.200)

Sedih

93. Mereka bilang apa pentingnya

bola voli, permainan anak

perempuan. Mereka hanya

mengalah dan alasan lain.”

Omong kosong! Kalau kau

servis bola voli kau saja

nyangkut di net, apalagi lari.

(Hal. 216)

Bohong atau berbicara

tidak benar

94. Motor paman Unus merapat ke

mulut jalan setapak. (hal. 243)

Pinggir jalan setapak √

95. Aku lebih suka memperhatikan

sendiri, mencatat baik-baik

dalam kepalaku semua yang ku

lihat. (hal. 255)

Mengingat semua apa

yang dilihat.

96. Disebut dengan nama ”pakis

ekor monyet”

(hal. 325)

Bentuk pakis yang

menyerupai ekor monyet

97. Padahal dengan pengunjung lain

mulut kau terus berkicau. “Hima

nyengir. (hal. 351)

Suka berbicara atau

berceloteh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 140: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

131

98. Malam itu, bintang gemintang

ditelan awan hitam. (hal. 368)

Cuaca yang mendung √

99. Aku tidak akan teriak-teriak.

Aku akan bersikap manis. Aku

mengikuti teladan Bapak.

(hal.389)

Bersikap sopan dan

ramah

100. Semua tinggal hamparan air

deras berwarna keruh dan

membawa potongan-potongan

kayu bekas pembalakan liar.

Alam telah membuat

perhitungan, yang kadang kala

justru orang-orang tak berdosa

juga terpaksa menanggung

getahnya. (hal. 416)

Ikut merasakan

akibatnya

101. Tamat dari SMP kota

kabupaten, aku meneruskan

sekolah di kota provinsi. Dan

pintu-pintu kesempatan terbuka

lebar bagiku. (Hal.418)

Banyak peluang

102. Urusan ini bukan sekadar bilang

“tidak”, Eli. Kita harus pintar,

tahan banting, dan punya daya

tahan menghadapi mereka.

(hal.420)

Metafora tahan banting

dalam cerita tersebut

memiliki makna tidak

gampang menyerah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Page 141: PEMAKAIAN GAYA BAHASA METAFORA DALAM NOVEL KARYA TERE LIYE …

132

BIOGRAFI PENULIS

Angela Merici Ahut, anak keempat dari enam

bersaudara dari pasangan Bapak Stanislaus Jemali dan Ibu

Rovina Juli. Lahir di Wejang Raci, 10 Januari 1997.

Pendidikan Sekolah Dasar Penulis tempuh di SDK Mano II.

Kemudian melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Poco

Ranaka. Pendidikan SMA penulis tempuh di SMA Negeri 1 Poco Ranaka. Setelah

lulus dari SMA, penulis melanjutkan pendidikan di Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta, dan tercatat sebagai mahasiswa di Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2016.

Masa pendidikan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta diakhiri penulis dengan

menulis Skripsi sebagai tugas akhir dengan judul Pemakaian Gaya Bahasa Metafora

dalam Novel Karya Tere Liye:Kajian Semantik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI