pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

72

Click here to load reader

Upload: adi-rama-yudha

Post on 19-Feb-2016

130 views

Category:

Documents


58 download

DESCRIPTION

sistem pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

TRANSCRIPT

Page 1: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

1.2 TUJUAN

1.3 MANFAAT PENULISAN

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI DAN KRONOLOGIS

2.2 TEORI-TEORI API

A. Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)

B. Teori Piramida Bidang Empat (Tetrahedron of Fire)

2.3 PENGERTIAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

2.4 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

2.4.1 Sistem Pencegahan

2.4.2 Sistem Pemadaman

2.4.3 Sistem Evakuasi

BAB III STUDI PROYEK

3.1 SPESIFIKASI OBJEK

1. Sistem Pencegahan

2. Sistem Pemadaman

3. Sistem Evakuasi

KESIMPULAN

Page 2: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Akhir-akhir ini, media massa cetak dan elektronik banyak melaporkan terjadinya

kebakaran pada bangunan, baik bangunan tempat tinggal, perkantoran atau

gudang/pabrik. Penyebabnya pun bermacam-macam, seperti hubungan pendek arus

listrik, meledaknya kompor, kecerobohon penyalaan api dan sebagainya.

Memang, suatu bangunan gedung memiliki potensi terjadinya

kebakaran. Apalagi bila bangunan tersebut material konstruksinya berasal dari material

yang mudah terbakar dan digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang mudah

terbakar.

Oleh karenanya, guna meminimalisasi kebakaran dan menanggulangi kejadian

kebakaran pada bangunan gedung, maka gedung harus diproteksi melalui penyediaan

prasarana dan sarana proteksi kebakaran serta kesiagaan dan kesiapan pengelola,

penghuni dan penyewa bangunan dalam mengantisipasi dan mengatasi kebakaran.

Sistem proteksi kebakaran pada bangunan gedung merupakan sistem yang terdiri

atas peralatan, kelengkapan dan sarana, baik yang terpasang maupun terbangun pada

bangunan yang digunakan baik untuk tujuan sistem proteksi aktif, sistem proteksi pasif

maupun cara-cara pengelolaan dalam rangka melindungi bangunan dan lingkungannya

terhadap bahaya kebakaran.

1.2 TUJUAN

Tujuan penulisan dari tugas ini adalah untuk memahami bagaimana sistem

perlindungam dan pengamanan terhadap bahaya kebakaran serta untuk mengetui dan

memahami bagaimana penerapannya terhadap bangunan.

1.3 MANFAAT PENULISAN

1.3.1 Manfaat Umum

Page 3: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Adapun manfaat umum dari makalah ini adalah untuk dapat

memahami mengenai sistem pengamanan terhadap bahaya kebakaran

pada bangunan disekitar kita.

1.3.2 Manfaat Teoristis

Adapun manfaat teoristis dari makalah ini adalah untuk

mengetahui dan menambah wawasan mengenai sistem perlindungan dan

pengamanan pada bahaya kebakaran dalam perancangan utilitas

bangunan.

1.3.3 Manfaat Praktis

Adapun manfaat praktis dari makalah ini adalah informasi yang

digali diharapkan menjadi cerminan atau pedoman bagi masyarakat luas.

Page 4: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI DAN KRONOLOGIS

Sejak dahulu api berperan besar dalam menunjang bermacam-macam kebutuhan

hidup manusia, mulai dari hal kecil hingga hal besar. Sebagai salah satu contoh, api

digunakan untuk memasak atau untuk pemakaian skala besar dalam industri peleburan

logam. Tapi api juga merupakan elemen yang jika digunakan secara sembarangan dan

sudah tidak dapat dikendalikan lagi, akan menjadi malapetaka dan dapat menimbulkan

kerugian materi maupun jiwa manusia. Hal tersebutlah yang biasa disebut kebakaran.

Api berawal dari proses reaksi oksidasi antara unsur Oksigen ( O2 ), Panas dan

Material yang mudah terbakar ( bahan bakar ). Unsur – unsur tersebutlah yang jika tidak

dikendalikan atau tanpa pengawasan akan menyebabkan kebakaran. Berikut ini adalah

uraian singkat mengenai unsur – unsur api:

a. Oksigen

Oksigen atau gas O2 yang terdapat diudara bebas adalah unsur penting

dalam pembakaran. Jumlah oksigen sangat menentukan kadar atau keaktifan

pembakaran suatu benda. Kadar oksigen yang kurang dari 12 % tidak akan

menimbulkan pembakaran.

b. Panas

Panas menyebabkan suatu bahan mengalami perubahan suhu /

temperatur, sehingga akhirnya mencapai titik nyala dan menjadi terbakar.

Sumber – sumber panas tersebut dapat berupa sinar matahari, listrik, pusat

energi mekanik, pusat reaksi kimia dan sebagainya.

c. Bahan yang mudah terbakar (Bahan Bakar)

Bahan tersebut memiliki titik nyala rendah yang merupakan temperatur

terendah suatu bahan untuk dapat berubah menjadi uap dan akan menyala bila

tersentuh api. Bahan makin mudah terbakar bila memiliki titik nyala yang makin

rendah. Dari ketiga unsur – unsur di atas dapat digambarkan pada segitiga api.

Proses kebakaran berlangsung melalui beberapa tahapan, yang masing – masing

tahapan terjadi peningkatan suhu, yaitu perkembangan dari suatu rendah kemudian

meningkat hingga mencapai puncaknya dan pada akhirnya berangsur – angsur menurun

Page 5: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

sampai saat bahan yang terbakar tersebut habis dan api menjadi mati atau padam. Pada

umumnya kebakaran melalui dua tahapan, yaitu :

a. Tahap Pertumbuhan ( Growth Period )

b. Tahap Pembakaran ( Steady Combustion )

Gambar 2.1.1 : Kurva Suhu Api

Pada suatu peristiwa kebakaran, terjadi perjalanan yang arahnya dipengaruhi

oleh lidah api dan materi yang menjalarkan panas. Sifat penjalarannya biasanya kearah

vertikal sampai batas tertentu yang tidak memungkinkan lagi penjalarannya, maka akan

menjalar kearah horizontal. Karena sifat itu, maka kebakaran pada gedung – gedung

bertingkat tinggi, api menjalar ketingkat yang lebih tinggi dari asal api tersebut.

Saat yang paling mudah dalam memadamkan api adalah pada tahap

pertumbuhan. Bila sudah mencapai tahap pembakaran, api akan sulit dipadamkan atau

dikendalikan.

Page 6: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2.2 TEORI-TEORI API

A. Teori Segitiga Api (Triangle of Fire)

Untuk dapat berlangsungnya proses nyala api diperlukan adanya tiga unsur

pokok yaitu adanya unsur : bahan yang dapat terbakar (fuel), oksigen (O2) yang cukup

dari udara atau bahan oksidator dan panas yang cukup. Apabila salah satu unsur tersebut

tidak berada pada keseimbangan yang cukup, maka api tidak akan terjadi.

Gambar 2.2.1 : Segitiga Api

B. Teori Piramida Bidang Empat ( Tetrahedron of Fire)

Gambar 2.2.2 : Tetrahedron Of Fire

Fenomena pada suatu bahan yang terbakar adalah terjadi perubahan bentuk dan

sifat-sifatnya yang semula menjadi zat baru, maka proses ini adalah perubahan secara

kimia. Proses pembakaran ditinjau dengan teori kimia adalah reaksi satu unsur atau satu

senyawa dengan oksigen yang disebut oksidasi atau pembakaran. Produk yang

terbentuk disebut oksida.

Gambar 2.2.2 : Teori Metode Piramida bidang Empat

Page 7: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2.3 PENGERTIAN SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Pemadam Kebakaran atau Fire Fighting adalah upaya mencegah terjadinya

kebakaran atau meluasnya kebakaran ke ruangan-ruangan ataupun lantai-lantai

bangunan, termasuk ke bangunan lainnya melalui eliminasi ataupun meminimalisasi

risiko bahaya kebakaran, pengaturan zona-zona yang berpotensi menimbulkan

kebakaran, serta kesiapan dan kesiagaan sistem proteksi aktif maupun pasif, dengan

metode proteksinya menggunakan berbagai macam media yang dapat digunakan

sebagai pemadam api.

2.4 SISTEM PEMADAM KEBAKARAN

Sistem-sistem pemadam kebakaran dapat diuraikan melalui bagan sebagai berikut:

1. Sistem Pencegahan

2. Sistem Pemadaman

3. Sistem Evakuasi

2.4.1 Sistem Pencegahan

2.4.1.1 Program Pencegahan Kebakaran

Program pencegahan kebakaran dapat kelompokkan menjadi tiga kategori utama

yaitu:

1. Program engineering yaitu program yang meliputi perencanaan

bangunan yang yang aman dari kebakaran dan perencanaan proses yang aman

dari kebakaran,misalnya instalasi fire detection system (aktif) dan instalasi fire

protection system (pasif).

2. Program edukasi yaitu program untuk meningkatkan kesadaran pekerja

terhadap kebakaran,yaitu dengan cara memberikan pelatihan-pelatihan tentang

kebakaran,identifikasi penyebab kebakaran,bahaya kebakaran,pencegahan

kebakaran dan evakuasi jika terjadi kebakaran.

3. Pogram Penegakan Sistem program penegakkan sistem adalah program

untuk memastikan bahwa semua sistem pencegahan kebakaran sesuai atau

comply dengan fire code atau regulasi yang ada. Maka harus dilakukan inspeksi

terhadap semua fasilitas pencegahan kebakaran secara berkala.

Page 8: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2.4.1.2 Klasifikasi Bangunan Berdasarkan Ketahanan Terhadap Api

Sistem pencegahan kebakaran pada bangunan dapat berfungsi dengan baik

asalkan sebelumnya dilakukan syarat untuk bangunan itu sendiri. Klasifikasi

bangunan menurut struktur utamanya tahan terhadap api di bagi menjadi empat kelas

yaitu A, B, C dan D.

1. Bangunan Kelas A

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 3

jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas A adalah hotel, pertokoan,

perkantoran, rumah sakit, bangunan industri, tempat hiburan, museum dan

bangunan dengan penggunaan ganda/ campuran.

2. Bangunan Kelas B

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 2

jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas B adalah perumahan

bertingkat, asrama, sekolah dan tempat ibadah.

3. Bangunan Kelas C

Struktur utama bangunan tersebut setidaknya tahan api sekurang-kurangnya 1

jam. Contoh bangunan yang termasuk ke dalam kelas C adalah bangunan yang

tidak bertingkat atau bangunan sederhana.

4. Bangunan Kelas D

Bangunan yang tidak tercakup ke dalam kelas A, B, C dan diatur tersendiri

contohnya adalah instalasi nuklir dan gudang-gudang senjata/ mesin.

2.4.1.3 Fire Alarm System

Sistem pengindera api atau yang umum dikenal dengan fire alarm system adalah

suatu sistem terintegrasi yang didesain dan dibangun untuk mendeteksi adanya gejala

kebakaran, untuk kemudian memberi peringatan (warning) dalam sistem evakuasi dan

ditindak lanjuti secara otomatis maupun manual dengan sistem instalasi pemadam

kebakaran ( fire fighting system ).

Sistem Pendeteksian dan Pengendalian

Di lapangan, dikenal 3 sistem pendeteksian dan pengendalian, yaitu :

Page 9: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

1. Non addressable system.

Sistem ini disebut juga dengan conventional sistem. Pada sistem ini MCFA

menerima sinyal masukan langsung dari semua detektor (biasanya jumlahnya sangat

terbatas) tanpa pengalamatan dan langsung memerintahkan komponen keluaran untuk

merespon masukan tersebut. Sistem ini umumnya digunakan pada bangunan / area

supervisi berskala kecil, seperti perumahan, pertokoan atau pada ruangan-ruangan

tertentu pada suatu bangunan yang diamankan.

2. Semi addressable system.

Pada sistem ini dilakukan pengelompokan / zoning pada detektor & alat

penerima masukan berdasarkan area pengawasan (supervisory area). Masing-masing

zona ini dikendalikan ( baik input maupun output ) oleh zone controller yang

mempunyai alamat / address yang spesifik. Pada saat detektor atau alat penerima

masukan lainnya memberikan sinyal, maka MCFA akan meresponnya (I/O)

berdasarkan zone controller yang mengumpankannya.

Dalam konstruksinya tiap zona dapat terdiri dari :

a. satu lantai dalam sebuah bangunan / gedung.

Gambar 2.4.1 : Conventional Fire Detection System

Page 10: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

b. beberapa ruangan yang berdekatan pada satu lantai di sebuah bangunan / gedung.

c. beberapa ruangan yang mempunyai karakteristik tai di sebuah bangunan / gedung.

Pada display MCFA akan terbaca alamat zona yang terjadi gejala kebakaran,

sehingga dengan demikian tindakan yang harus diambil dapat dilokalisir hanya pada

zona tersebut.

Gambar 2.4.2 : Common Addressable Fire Alarm System

3. Full addressable system.

Merupakan pengembangan dari sistem semi addressable. Pada sistem ini semua

detector dan alat pemberi masukan mempunyai alamat yang spesifik, sehingga proses

pemadaman dan evakuasi dapat dilakukan langsung pada titik yang diperkirakan

mengalami kebakaran.

Komponen Utama Sistem Fire Alarm

Komponen utama sistem fire alarm terdiri dari MCFA ( Main Control Fire

Alarm ). MCFA merupakan peralatan utama dari sistem protection. MCFA berfungsi

menerima sinyal masuk (input signal) dari detector dan komponen proteksi lainnya

(fixed heat detector, smoke detector, ROR heat detector, dll).

Page 11: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Jenis - Jenis Alat Pendeteksi.

Alat pendeteksi atau detector adalah alat yang berfungsi sebagai alat penerima

masukan yang bekerja secara otomatis. Jenis detector kebakaran ini terbagi menjadi 4

macam yaitu:

1. Detektor Asap (Smoke Detector).

2. Detektor Panas (Heat Detector).

3. Detektor Api (Flame Detector).

4. Detektor Gas (Fore Gas Detector).

1. Detektor Asap (Smoke Detector)

Detektor asap (smoke detector) adalah alat yang berfungsi mendeteksi asap.

Ketika detektor mendeteksi asap maka detektor akan segera mengirimkan sinyal

sehingga fire alarm berbunyi. Prinsip umumnya sensor asap berfungsi untuk mendeteksi

keberadaan asap di udara. Namun, dalam perkembangannya aplikasi yang tidak

menggunakan komponen sensor asap pun juga bisa dikatakan sebagai sensor asap.

Walaupun dengan kemampuan yang berbeda. Sensor ini dapat mengenali perubahan

udara yang disebabkan khususnya oleh asap. Dimana untuk jenis sensor asap tertentu

juga dapat mendeteksi kandungan apa saja yang terdapat dalam asap tersebut.

Gambar 2.4.3: Smoke DetectorSumber: http://blog.arc-system.net

Page 12: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Jenis – Jenis Smoke Detector

a. Photoelectric / optical

Photoelectric / optical mendeteksi asap menggunakan sensor cahaya. Cahaya

(infra red) diarahkan ke sensor photoelectric, apabila ada asap maka cahaya tidak

sepenuhnya diterima sensor photoelectric. kejadian ini ditangkap sebagai sinyal yang

kemudian diteruskan ke fire alarm. Dari pengalaman lapangan diketahui kelemahan dari

detektor ini adalah sering kali menimbulkan false alarm yang diakibatkan oleh debu.

Prinsip kerjanya yaitu sebagai berikut:

Gambar 2.4.4 : Prinsip Kerja Optical Smoke Detector

Sumber: http://blog.arc-system.net

Photoelectric sensor akan terus menerus memancarkan cahaya ke sebuah dioda

penerima. Apabila kekuatan cahaya berkurang sampai nilai tertentu maka photo detector

akan mendeteksi adanya asap. Sistem yang dipakai di sketsa ini adalah sistem

pemantulan. Apabila ada asap dalam jumlah yang tertentu maka sinar akan dipantulkan

menuju photo detector. Photo detector sangat peka pada asap yang berwarna putih.

Kondisi optimal photoelectric bekerja pada partikel smoke 0,3 – 10 micron.

b. Ionization

Ionization detektor model ini menggunakan metode ionization chamber.

kelemahan dari detektor ini adalah setelah habis umur pakainya, detektor dikategorikan

limbah radioaktif, karena di dalam detektor ini terdapat ameresium.

Page 13: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 2.4.5 : Prinsip Kerja Ionization Smoke Detector

Sumber: http://blog.arc-system.net

Smoke detector ini terdiri atas 2 plat yang bermuatan listrik dan terdapat bahan

radioaktif di antara plat positif dan negatif. Tumbukan antar partikel tersebut akan

menyebabkan adanya ion positif dan negatif yang akan tertarik ke dua plat dan

membentuk arus dengan nilai tertentu. Apabila ada asap yang masuk maka ion akan

bereaksi dengan asap dan sensor pun bekerja. Sensor ini dapat bereaksi dengan cepat

pada bahan – bahan yang mudah terbakar. Dengan partikel 0,01 sampai 0,3 micron.

Gambar 2.4.5: Prinsip Kerja Ionization Smoke Detector Sumber: http://blog.arc-system.net

Page 14: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2. Heat Detector

Gambar 2.4.6 : Heat Detector

Sumber : http://www.griyatekno.com

Heat Detector / Alat Pendeteksi Panas adalah sensor yang digunakan untuk

mendeteksi  temperatur tinggi. Heat Detector ada banyak macam, Salah satu produk

Heat Detector 4 Wire, yaitu  detektor panas yang dapat diintegrasikan dengan panel

controller (security alarm). alat ini memiliki telah dilengkapi fitur auto-reset apabila

mengalami trigger alarm. Dengan desain stylish, alat ini dapat ditempatkan pada ceiling

ruangan dengan berbagai pola interior.  

3. Flame Detector

Gambar 2.4.7 : Flame DetectorSumber : http://www.sierramonitor.com

Page 15: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Detektor api (Flame Detector) adalah sebuah sensor yang dimaksudkan untuk

dapat melihat dan merespon keberadaan nyala api, misalnya dengan menyalakan sistem

supresi kebakaran atau dengan mematikan saluran bahan bakar, bereaksi lebih cepat

daripada pendeteksi asap atau pendeteksi panas.

Gambar 2.4.8 : Vlamedetectie Spectrum (Flame detector spectrum)Sumber :

http://en.wikipedia.org/wiki/Flame_detector#mediaviewer/File:Vlamdetectie_spectrum.jpg

Jenis – Jenis Flame Detector

a. Ultraviolet (UV)

Detector Ultraviolet bekerja dengan panjang gelombang kurang dari 300 nm

(nanometer). Detektor ini mampu mendeteksi kebakaran dan ledakan dalam waktu 3-4

milidetik karena radiasi UV yang dipancarkan langsung di saat menyalanya api. Akan

tetapi, alarm palsu dapat terpicu oleh sumber ultraviolet lainnya seperti kilat, alat las,

radiasi, dan sinar matahari langsung. Untuk mengurangi pemicu alarm palsu, penundaan

waktu selama 2-3 detik sering dimasukkan dalam desain pendeteksi api ultraviolet.

b. Near IR array

Near infrared (IR) Array flame detector, biasa juga dikenal sebagai pendeteksi

api visual (visual flame detector), menggunakan teknologi pengenalan api yang dapat

mengkonfirmasi api dengan menganalisis radiasi infrared (IR) terdekat melalui susunan

pixel dari perangkat teknologi CCD (charge-coupled device).

Page 16: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

c. Infrared

Infrared (IR) adalah detektor api yang bekerja dalam serangkaian spektrum

inframerah. Gas panas memancarkan pola spektral yang khusus di wilayah inframerah,

yang dapat dirasakan menggunakan kamera khusus pemadam kebakaran thermal

imaging (TIC), sejenis kamera thermographic yang dapat membaca dan membedakan

suhu. Alarm palsu dapat disebabkan oleh permukaan panas lainnya dan radiasi dari

panas pada suatu area, dan alat ini juga dapat dibutakan oleh keberadaan air dan energi

surya. Biasanya, frekuensi tunggal detektor api inframerah (IR) akan sensitif pada

panjang gelombang sekitar 4,4 mikrometer. Waktu respon umumnya adalah 3-5 detik.

d. UV/IR

Gabungan antara pendeteksi api ultraviolet (UV) dan Infrared (IR),

membandingkan ambang batas sinyal dalam dua rentang konfigurasi “AND” dan

membandingkan rasio keduanya dari satu sama lain untuk mengkonfirmasi sinyal api

dan meminimalkan alarm palsu.

e. IR/IR flame detection

Detector api dengan Infrared ganda (IR / IR) membandingkan ambang batas

sinyal dari kedua rentang inframerah. Dalam hal ini satu sensor terlihat di kisaran 4,4

mikrometer, sedangkan sensor lain terlihat pada frekuensi referensi tertentu.

f. IR3 flame detection

Tiga detektor api inframerah membandingkan tiga susunan panjang gelombang

tertentu dalam daerah spectral inframerah dan rasio mereka satu sama lain. Dalam hal

ini satu sensor terlihat pada kisaran 4.4 mikrometer dan sensor lainnya berada pada

susunan referensi baik di atas dan di bawahnya. Hal ini memungkinkan detektor untuk

membedakan antara sumber pancaran inframerah non-api dan api, yang memancarkan

karbon dioksida (CO2) panas dalam proses pembakaran (ini memiliki karakteristik

spectral dengan puncaknya pada 4,4 mikrometer). Hasilnya, baik jangkauan deteksi dan

kekebalan terhadap alarm palsu dapat ditingkatkan secara signifikan. Detector Triple IR

(IR3) dapat mendeteksi 0.1 m2 (1 ft2) api bensin sampai sejauh 65 m dalam waktu

kurang dari 5 detik.

Kebanyakan detektor IR dirancang untuk mengabaikan radiasi konstan yang

berlatar belakang inframerah, yang hadir secara terus menerus di semua lingkungan.

Page 17: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Sebaliknya, mereka mengukur bagian termodulasi dari radiasi. Ketika terkena modulasi

radiasi inframerah non-api, detector Inframerah (IR) dan detector UV / IR menjadi lebih

rentan terhadap alarm palsu. Sementara itu Triple Infrareds Detector (IR3) menjadi agak

kurang sensitif, tetapi lebih kebal terhadap alarm palsu. Triple IR (IR3), seperti jenis

detector inframerah lainnya, rentan terhadap resiko sensor yang dibutakan oleh silaunya

lapisan air yang terpapar cahaya pada jendela detektor.

g. Visible sensors

Dalam beberapa detektor, sensor untuk menangkap radiasi yang terlihat

ditambahkan ke dalam desain dengan tujuan untuk lebih membedakan alarm palsu atau

untuk meningkatkan jangkauan deteksi. Contoh: detector api UV / IR / vis, IR / IR / vis,

IR / IR / IR / vis.

h. Video

CCTV atau kamera web dapat digunakan video pendeteksi (panjang gelombang

antara 0,4 dan 0,7 nm). Namun seperti halnya manusia, kamera dapat dibutakan oleh

asap atau kabut.

4. Gas Detector

Gambar 2.4.9 : Gas DetectorSumber : http://i01.i.aliimg.com

Gas Detector / Pendeteksi Gas / Gas Alarm Standalone Gas Detector adalah alat

yang dapat digunakan untuk mendeteksi adanya kebocoran gas berbahaya seperti LPG

dan Methane. Detector ini dapat berfungsi tanpa harus menggunakan panel controller.

Ketika mendeteksi gas berbahaya,alat  ini akan membunyikan built-in sirine.Alat  ini

Page 18: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

dapat ditempatkan pada dinding ruang yang rentan terhadap kebocoran gas. Disamping

sebagai Gas detector, alat ini dapat diintegrasikan dengan alarm system.

2.4.2 Sistem Pemadaman

Sistem pemadaman merupakan tindakan yang dilakukan saat terjadi kebakaran.

Tahap ini harus di perhatikan dengan serius karena tahap ini merupakan tahap penting

agar kebakaran/api tidak meluas. Alat-alat pemadam kebakaran yang digunakan untuk

memadamkan api yaitu seperti berikut.

2.4.2.1 Hydrant

Hydrant merupakan sebuah terminal air untuk bantuan darurat ketika terjadi

kebakaran. Hydrant ini juga berfungsi untuk mempermudah proses penanggulangan

ketika bencana kebakaran melanda. Hydrant merupakan sebuah fasilitas wajib bagi

bangunan-bangunan publik seperti pasar tradisional maupun modern, pertokoan, bahkan

semestinya lingkungan perumahan pun harusnya ada fasilitas hydrant. Pada saat terjadi

peristiwa kebakaran Fire Hydrant harus mudah terlihat dan segera dapat dipergunakan.

National Fire Protection Association (NFPA) secara specifik menyatakan bahwa Fire

Hydrant harus diwarnai dengan chrome yellow atau warna lain yang mudah terlihat

termasuk diantaranya white, bright red, chrome silver dan lime-yellow, tetapi

sebenarnya aspek terpenting adalah warna tersebut harus konsisten terutama dalam satu

wilayah tertentu.

NFPA menyarankan bahwa secara umum ada perbedaan secara fungsi antara

Fire Hydrant untuk kebutuhan perkotaaan (municipal system) dan kebutuhan pribadi

(private system) termasuk di dalamnya untuk pabrik, sehingga harus ada perbedaan

warna dan penandaan lainnya. Secara internasional warna violet (light purple) telah

dikembangkan sebagai warna untuk non-portable water.

Ciri penandaan lainnya adalah flow indicators, standar NFPA untuk bonnets

(topi hydrant) dan caps (sumbat hydrant) harus diwarnai sesuai dengan indikasi kuatnya

tekanan aliran hydrant (20 p.s.i.)

Page 19: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Hydrant System

Sistem pada hydrant terdiri atas:

• Tempat penyimpanan air (Reservoir)

• Sistem distribusi

• Sistem pompa hydrant

Berikut akan dijelaskan masing-masing dari system tersebut;

1. Tempat penyimpanan air (Reservoir)

Reservoir merupakan tempat penampungan air yang akan digunakan dalam

proses pemadaman kebakaran. Biasanya reservoir ini berbentuk satu tanki ataupun

beberapa tangki yang terhubung satu dengan yang lainnya. Reservoir ini bisa berada di

atas tanah maupun dalam tanah. Dan harus dibuat sedemikian rupa hingga dapat

menampung air untuk supply air hydrant selama minimal 30 menit penggunaan hydrant

dengan kapasitas minimum pompa 500 galon per menit.

Selain itu reservoir juga harus dilengkapi dengan mekanisme pengisian kembali

dari sumber-sumber air yang dapat diandalkan untuk menjaga level air yang tersedia

dalam reservoir. Mekanisme pengisian reservoir ini terdiri dari sistem pompa yang

dihubungan dengan sumber air yang dapat diandalkan misalnya dengan air tanah, air

sungai, dll.

2. Sistem Distribusi

Untuk mendukung proses dan sistem kerja hydrant, diperlukan sistem distribusi

yang menggunakan pipa untuk menghubungkan sumber air hingga ke titik selang

hydrant. Dalam perancangan jaringan pipa hydrant, yang terbaik adalah menggunakan

system jaringan interkoneksi tertutup contohnya sistem ring atau O. Sistem ini

memberikan beberapa keunggulan, contohnya adalah sebagai berikut:

• Air tetap dapat didistribusikan ke titik hydrant walaupun salah satu area pipa

mengalami kerusakan.

Page 20: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

• Semburan air hydrant lebih stabil, meskipun seluruh titik hydrant dibuka.

Sistem pipa utama (primary feeders) dari hydarant biasanya berukuran 12-16

inch. Pipa sambungan ke dua (secondary feeders) biasanya berukuran 8-12 inch.

Sedangkan untuk cabang pipa biasanya berukuran 4.5-6 inch. Pada ujung pipa hydrant

tersambung dengan pilar hydrant. Disamping pilar hydrant terpasang box yang

digunakan untuk menyimpan selang hydrant (hose). Selang ini terbuat dari bahan

kanvas yang panjangnya berkisar 20-30 meter.

Untuk mendukung supply air hydrant, dibuatlah suatu sambungan pipa yang

berinterkoneksi dengan sistem pipa hydrant yang disebut sambungan Siamese.

Sambungan ini terdiri dari satu / dua sambungan pipa yang fungsinya adalah untuk

memberikan supply air tambahan pada sistem hydrant. Sambungan ini sangat berguna

bagi petugas pemadam kebakaran untuk memberikan suplai air tambahan melalui mobil

pemadam kebakaran atau sistem pilar hydrant umum.

3. Sistem Pompa Hydrant

Gambar 2.4.10 : Sistem Pompa HydrantSumber : http://fire-safety-securiti-solution.blogspot.com/2012/09/hidrant.html

Sistem ini terdiri atas panel kontrol pompa, motor penggerak, dan unit pompa.

Pompa dikontrol melalui sistem panel kontrol, sehingga dapat menghidupkan serta

mematikan keseluruhan system dan juga untuk mengetahui status dan kondisi pompa.

Page 21: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Motor penggerak pompa merupakan sistem mekanik elektrik yang mengaktifkan pompa

untuk menyedot dan menyemburkan air.

Unit pompa untuk hydrant biasanya terdiri dari:

1. Pompa Diesel

Digunakan sebagai sumber tenaga cadangan pada saat listrik mati

2. Pompa Utama

Digunakan sebagai penggerak utama untuk menyedot air dari sumber ke titik hydrant

3. Pompa Jockey

Digunakan untuk mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant

Page 22: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Jenis hydrant dapat di bagi menjadi dua bagian :

1. Hydrant Box

Hydrant Box ini dapat dibagi menjadi dua yaitu berupa Indoor Hydrant (terletak di

dalam gedung) atau Outdoor Hydrant (terletak di luar gedung). Untuk pemasangan

Hydrant Box di dalam ruangan pada bagian atasnya (menempel pada dinding) harus

disertai pemasangan alarm bell. Pada Hydrant Box terdapat gulungan selang atau lebih

dikenal dengan istilah Hose Reel.

Gambar 2.4.11 (kiri) : Indoor HydrantGambar 2.4.12 (kanan): Outdoor Hydrant

Sumber : http://jogjasafety.com/products/hydrant

2. Hydrant Pillar

Alat ini memiliki fungsi untuk menyuplai air dari PAM dan GWR gedung

disalurkan ke mobil pemadam kebakaran agar pemadam kebakaran dapat menyiram air

mobil ke gedung yang sedang terbakar. Alat ini diletakkan diluar gedung yang jumlahya

serta peletakannya sesuai dengan jumlah gedung.

Page 23: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

`

Gambar 2.4.13: Hydrant PillarSumber :http://www.combat.com.sg/photo_library/pillar_hydrants/pix_pillar_hydrant.jpg

Untuk pemasangan perlatan hydrant diperlukan syarat-syarat sebagai berikut:

1. Sumber persediaan air hydrant kebakaran harus diperhitungkan pemakaiannya selama

30-60 menit dengan daya pancar 200 galin/menit.

2. Pompa-pompa kebakaran dan peralatan listrik lainnya harus mempunyai aliran listrik

tersendiri dari sumber daya listrik darurat.

3. Selang kebakaran dengan diameter antara 1,5” - 2” harus terbuat dari bahan yang

tahan panas dengan panjang selang 20-30 meter.

4. Harus disediakan kopling penyambungan yang sama dengan kopling dari unit

pemadam kebakaran.

5. Penempatan hydrant harus terlihat jelas, mudah dibuka, mudah dijangkau dan tidak

terhalang oleh benda-benda lain

6. Hydrant di halaman harus menggunakan katup pembuka dengan diameter 4” untuk 2

kopling, diameter 6” untuk 3 kopling dan mampu mengalirkan air 250 galon/menit

atau 950 liter/menit untuk setiap kopling.

Untuk jumlah pemakaian hydrant pada suatu bangunan itu disesuaikan dari klasifikasi

bangunan dan jumlah luas bangunan tersebut. Untuk klasifikasi bangunan A= 1 buah/80

m2, bangunan B= 1 buah/1000 m2, bangunan C= 1 buah/1000m2 .

Page 24: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2.4.2.2 Sprinkler

Sprinkler merupakan sistem yang digunakan untuk memadamkan kebakaran pada

sebuah bangunan. Sprinkler akan secara otomatis menyala bila ada kebakaran yang

terjadi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam perencanaan sistem fire sprinkler adalah:

- Jenis sistem dan fungsi bahaya kebakaran

- Perhitungan hidrolik tiap jenis hunian (bahaya kebakran ringan Q = 225 1/min, p

= 2,2 kg/cm2 ; bahaya kebakaran sedang Q = 375-1100 1/min, p = 1,0 – 1,7

kg/cm2; bahaya kebakaran berat Q = 2300 – 4550 1/min, p=1,0 – 1,7 kg/cm2).

- Kepadatan pancaran dan kerja maksimum yang diestimasi

- Sistem penyediaan air

- Penempatan dan letak kepala spinkler

- Jenis kepala spinkler.

Gambar 2.4.14 : Kepala SprinklerSumber : pkppksupadio.wordpress.com

Page 25: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Sistem Pada Sprinkler

1. Wet Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler berisikan air bertekanan dengan

tekanan air selalu dijaga pada tekanan yang relatif tetap

2. Dry Riser System : Seluruh instalasi pipa sprinkler tidak berisikan air bertekanan,

peralatan penyedia air akan mengalirkan air secara otomatis jika instalasi fire alarm

memerintahkannya.

- Pada umumnya gedung bertingkat menggunakan sistim Wet Riser.

- Pada sistem dilengkapi Fire Brigade Connection yang diletakkan diluar

bangunan.

Peralatan Utama dan Fungsi

1. Pompa kebakaran terdiri dari Electric Pump, Diesel Pump dan Jockey Pump.

- Apabila tekanan didalam pipa menurun, maka secara otomatis Jockey pump

akan bekerja untuk menstabilkan tekanan air didalam pipa.

- Jika tekanan terus menurun (misal glass bulb pada kepala sprinkler pecah)

maka pompa kebakaran utama akan bekerja dan otomatis pompa jockey

berhenti.

- Apabila pompa kebakaran utama gagal bekerja setelah 10 detik, kemudian

pompa cadangan Diesel secara otomatis akan bekerja.

- Jika kedua pompa tersebut gagal bekerja, alarm akan segera berbunyi dengan

nada yang berbeda dengan bunyi alarm sistim, untuk memberi tahukan

kepada operator akan adanya gangguan.

- Sistim bekerja pompa Fire Hydrant adalah “Start otomatis” dan “Mati secara

Manual”.

- Pada saat pompa kebakaran utama bekerja, wet alarm valve akan terbuka dan

segera membunyikan alarm gong. Aliran didalam pipa cabang akan memberi

indikasi pada flow switch yang terpasang pada setiap cabang & dikirim ke panel

fire alarm untuk membunyikan alarm pada lantai bersangkutan.

2. Pressure Switch : Alat kontrak yang bekerja akibat perubahan tekanan.

3. Manometer : Alat untuk membaca tekanan

4. Time delay relay : Alat relay yang bekerja berdasarkan seting waktu yang sudah

ditentukan.

Page 26: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

5. Safety valve : Alat pelepas tekanan lebih

6. Pressure Reducing Valve : Alat pembatas tekanan

7. Kepala Sprinkler (Head Sprinkler) : Alat pemancar air yang bekerja setelah

pecahnya bulb akibat panas yang ditimbulkan oleh kebakaran. Ukuran kepala sprinker

15 mm, kepadatan pancaran 5 mm/mnt, area kerja maks. 144 m2, laju aliran 725 lt/mnt

dan setiap katup kendali jumlah maks. adalah 1.000 buah kepala sprinkler.

Page 27: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Sistem sprinkler otomatik adalah adalah kombinasi dari deteksi panas dan

pemadaman, ia bekerja secara otomatik penuh tanpa bantuan orang atau sistem lain.

Sehingga system ini merupakan sistem penanggulangan/ pemadaman kebakaran yang

paling efektif dibandingkan dengan sistem hidran dan lainnya.

Klasifikasi Sprinkler

Sistem sprinkler terdiri dari 3 klasifikasi sesuai dengan klasifikasi hunian bahaya

kebakaran, yaitu :

1. Sistem bahaya kebakaran ringan

Kepadatan pancaran yang direncanakan 2.25 mm/menit, dengan daerah kerja

maksimum yang diperkirakan : 84 m2, adapun jenis hunian kebakaran ringan

antara lain seperti bangunan perkantoran, perumahan, pendidikan, perhotelan,

rumah sakit dan lain-lain.

2. Sistem bahaya kebakaran sedang

Kepadatan pancaran yang direncanakan 5 mm/menit, dengan daerah kerja

maksimum yang diperkirakan : 72 – 360 m2, sedangkan yang termasuk jenis hunian

kebakaran ini adalah : industri ringan seperti : pabrik susu, elektronika, pengalengan,

tekstil, rokok, keremik, pengolahan logam, bengkel mobil dan lain-lain.

3. Sistem bahaya kebakaran berat

Untuk proses industri kepadatan pancaran yang direncanakan 7.5 – 12.5

mm/menit, dengan daerah kerja maksimum yang diperkirakan adalah 260 m2,

sedangkan bahaya pada gudang penimbunan tinggi kepadatan yang direncanakan 7.5 –

30 mm/menit. Daerah kerja maksimum yang diperkirakan 260 – 300 m2 dengan

kepadatan pancaran yang direncanakan untuk bahaya pada gedung penimbunan tinggi

tergantung pada sifat bahaya barang yang disimpan, adapun yang termasuk jenis hunian

kebakaran ini adalah industri berat seperti : pabrik kimia, korek api, bahan peledak,

karet busa, kilang minyak, dan lain-lain.

Semua ruang dalam bangunan tersebut harus dilindungi dengan sistem sprinkler, kecuali

ruang tertentu yang telah mendapat izin dari pihak yang berwenang seperti : ruang tahan

Page 28: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

api, kamar kakus, ruang panel listrik, ruangan tangga dan ruangan lain yang dibuat

khusus tahan api.

Jenis Sprinkler

1. Antifreeze Sprinkler System (a wet system)

Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai sprinkler otomatis dengan sistem

pemipaan yang mempunyai penyelesaian untuk mencegah pembekuan (antifreeze) dan

terhubung dengan suplai air. Penyelesaian pencegahan pembekuan adalah dengan

dibuangnya bersamaan dengan air saat sistem sprinkler bekerja setelah ada panas dari

suatu kebakaran.

2. Circulating Closed – Loop Sprinkler System

Sistem sprinkler pipa basah yang mempunyai anti proteksi kebakaran yang

sudah terhubung ke sistem sprinkler otomatis dalam sistem susunan yang tersirkulasi

(Close loop piping arrangement) dengan tujuan untuk meningkatkan pemipaan sprinkler

ke air yang ada untuk pemanasan dan pendinginan dimana air terjebak atau tidak bisa

dipindahkan atau digunakan dari sistem tapi hanya disirkulasi melewati sistem

pemipaan.

3. Combined Dry Pipe – Preaction Sprinkler System

Sistem sprinkler pipa basah yang dikendali dengan sistem sprinkler otomatis

yang sudah terhubung ke sistem pemipaan yang mempunyai udara di bawah tekanan

dengan tambahan sistem deteksi yang terpasang pada daerah yang sama dengan sistem

sprinkler. Cara kerja dari sistem deteksi memanfaatkan alat trip actuator dengan katup

pipa kering terbuka secara tiba-tiba tanpa kehilangan tekanan udara dalam sistem, yang

juga bisa terjadi dengan cara memasang atau membuka katup udara buang di ujung dari

umpan utama yang mana biasanya pembukaan dari kepala sprinkler. Sistem deteksi juga

melayani secara otomatis sistem fire alarms.

4. Deluge Sprinkler System

Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler sistem terbuka yang sudah

terhubung pemipaan dengan suplai air lewat katup yang dibuka oleh sistem deteksi yang

terpasang pada daerah yang sama dengan dengan sprinkler, ketika katup terbuka, air

Page 29: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

mengalir ke dalam sistem pemipaan dan dibuang melalui sprinkler jika terjadi

kebakaran.

5. Dry Pipe Sprinkler System

Sistem sprinkler yang mempunyai sprinkler otomatis yang sudah terhubung

dengan sistem pemipaan yang terdiri dari udara atau gas nitrogen dibawah tekanan,

sprinkler akan terbuka jika tekanan air ke katup terbuka yang diketahui melalui katup

pipa kering lalu air mengalir ke dalam sistem pemipaan dan keluar dari sprinkler yang

terbuka.

6. Gridded Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang mana mempunyai persilangan di pipa utama yang

terhubung ke banyak pipa cabang. Cara kerja sistem sprinkler akan menerima air dari

kedua ujung pipa cabang pada saat cabang lain membantu memindahkan air antara

persilangan utama.

7. Looped Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang mana percabangan utama yang banyak secara

bersama-sama untuk ditetapkan lebih dari satu jalur untuk air yang mengalir ke sistem

sprinkler yang bekerja dan pipa cabang yang tidak terhubung bersama.

8. Preaction Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem

pemipaan yang terdiri dari udara yang bertekanan dan tidak bertekanan dengan

tambahan sistem deteksi yang terpasang dalam area yang sama dengan sprinkler.

9. Wet Pipe Sprinkler System

Suatu sistem sprinkler yang dikendalikan secara otomatis dengan sistem

pemipaan yang terdiri dari air yang dihubungkan ke suplai air dan air dibuang lagi

secepat mungkin dari sprinkler yang terbuka akibat panas dari suatu kebakaran.

Page 30: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Komponen Sprinkler

1. Pipa Pada Sprinkler

Dengan jumlah hasil perhitungan bagi pipa pembagi, maka perhitungan harus

dimulai dari pipa cabang yang terdekat pada katup kendali. Jika pipa cabang atau kepala

springkler tunggal disambung pada pipa pembagi dengan pipa tegak, maka pipa tegak

dianggap sebagai pipa pembagi. Titik desain adalah tempat dimana dimulai perhitungan

pipa pembagi dan pipa cabang. Dalam perhitungan ukuran pipa pada sistem springkler,

ukuran pipa hanya boleh mengecil sejalan dengan arah pengaliran air.

2. Kepala Sprinkler

Sifat-sifat aliran kepala springkler harus berupa penggunaan sebagai kepala

springkler pancaran atas, atau penggunaan sebagai kepala springkler pancaran bawah,

atau penggunaan sebagai kepala springkler dinding, bentuk-bentuk kepala springkler

dapat dilihat pada gambar di bawah ini

2.4.2.3 Fire Extinguisher (APAR)

Fire Extinguisher adalah alat yang digunakan untuk memadamka api skala kecil

yang biasanya berbentuk tabung dan untuk kebutuhan pemadaman api yang sifatnya

darurat. Alat pemadam api ini tidak diperuntukkan untuk pemadaman api yang sifatnya

sudah out of control, seperti kebakaran dimana api yang telah membakar langit-langit

bangunan, atau situasi-situasi kebakaran yang memang hanya bias diatasi oleh petugas

pemadam kebakaran yang sudah terlatih.

Klasifikasi Fire Extinguisher

Fire extinguisher dibagi menjadi empat kategori berdasarkan perbedaan tipe-tipe api.

1. Class A Fire Extinguisher

Pemadam untuk material-material umum yang mudah terbakar seperti kertas,

kayu, kardus, dan plastik. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan banyaknya

air yang terkandung serta besarnya api yang dapat dipadamkannya.

Page 31: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2. Class B Fire Extinguisher

Pemadam untuk zat-zat cair (liquid) yang mudah terbakar seperti gasoline

(bensin), kerosin, minyak dan oli. Angka rating pada pemadam tipe ini menunjukkan

berapa persegi wilayah api yang dapat dipadamkannya.

3. Class C Fire Extinguisher

Pemadam untuk api yang disebabkan oleh alat-alat elektrik, seperti peralatan

rumah tangga, kabel, circuit breakers, dan sebagainya. Jangan pernah menggunakan air

untuk memadamkan api kelas C ini, karena resiko tersetrum akan jauh lebih besar.

Racun api kelas C ini tidak memiliki angka rating.

4. Class D Fire Extinguisher

Pemadam api kelas D seringkali ditemukan di ruang laboratorium kimia.

Pemadam ini untuk memadamkan api yang melibatkan bahan-bahan metal yang mudah

terbakar, seperti magnesium, titanium, potassium dan sodium. Fire extinguisher ini juga

tidak memiliki rating angka.

Page 32: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Tabel 2.4.1 : Klasifikasi Fire Extinguisher

Contoh dari fire extinguisher adalah tabung pemadam kebakaran. Tabung

pemadam kebakaran dapat dibagi menjadi 2 jenis yaitu:

a. Tabung Pemadam Api Portable Unit .

Tabung pemadam Api Portable Unit adalah tabung pemadam api yang mudah

dioperasikan bahkan oleh satu orang pengguna. karena bentuknya kecil serta beratnya

dapat ditanggung oleh satu orang saja. Portable Unit ini memiliki kelebihan dan

kekurangan, dimana tabung jenis ini dapat mematikan api pada awal terjadinya

kebakaran. tetapi tidak direkomendasikan untuk kebakaran yang sudah membesar.

b. Tabung Pemadam Api Trolley Unit.

Tabung Pemadam Api Trolley Unit adalah tabung pemadam api skala besar dan

bisa dioperasikan oleh dua orang atau lebih, dikarenakan bentuknya yang besar dan juga

berat. Cocok digunakan dalam kebakaran jenis kecil dan sedang, sama halnya dengan

tabung pemadam api portable unit, tabung jenis trolley juga memiliki berbagai bahan

media atau isi sebagai bahan pemadam api.

Gambar 2.4.15:Jenis-Jenis Fire ExtinguisherSumber : http://fireextinguisherservicinghq.com/wp-content/uploads/2011/03/fire-extinguisher-

colours.jpg

Page 33: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Jenis Fire Extinguisher

1. Water and Foam

Gambar 19 : Water and FoamSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Water and Foam fire extinguishers memadamkan api dengan memisahkan

oksigen dari elemen – elemen pembentuk api.Water extinguishers dikategorikan sebagai

pemadam api Class A saja. Jenis ini tidak dapat dipakai untuk kebakaran class B atau C.

Aliran debit bisa menyebarkan cairan yang mudah terbakar dalam kebakaran Kelas B

atau bisa menciptakan bahaya sengatan listrik pada api Kelas C.

2. Carbon Dioxide

Gambar 2.4.16 : Carbon DioxideSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Carbon Dioxide fire extinguishers memadamkan api dengan cara

menghilangkan oksigen dan juga mendinginkan panas dengan debit yang sangat dingin.

Carbon Dioxide dapat digunakan untuk kebakaran jenis B dan C. Jenis ini kurang

efektif jika digunakan untuk kebakaran jenis A.

Page 34: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

3. Dry Chemical

Gambar 2.4.17 : Dry ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Dry Chemical fire extinguishers memadamkan api dengan mengganggu reaksi

kimia dari segitiga api. Jenis ni paling banyak digunakan pada kebakaran karena paling

efektif untuk digunakan dalam kebakaran Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja

dengan menciptakan penghalang antara elemen oksigen dan elemen bakar pada

kebakaran Kelas A.

4. Wet Chemical

Gambar 2.4.18 : Wet ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Wet Chemical adalah agen baru yang memadamkan api dengan menghapus

panas dari segitiga api dan mencegah penyalaan kembali dengan menciptakan

penghalang antara unsur-unsur oksigen dan bahan bakar.

Page 35: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

5. Clean Agent

Clean Agent memadamkan api dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga

api. Clean Agent digunakan untuk Kelas B & C dalam kebakaran. Beberapa alat

pemadam clean agent yang lebih besar dapat digunakan pada kebakaran Kelas A, B,

dan C.

Gambar 2.4.19 : Clean AgentSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

6. Dry Powder 

Gambar 2.4.20: Dry PowderSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Dry Powder  mirip dengan dry chemical, bedanya, dry powder memadamkan api

dengan memisahkan bahan bakar dari unsur oksigen atau dengan menghapus elemen

panas dari segitiga api. Namun, alat pemadam dry powder hanya bisa digunakan untuk

Kelas D. Mereka tidak efektif pada kelas lain dari kebakaran.

Page 36: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

7. Water Mist

Gambar 2.4.21 : Water MistSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Water Mist adalah perkembangan baru yang memadamkan api dengan

mengambil unsur panas dari segitiga api. Mereka adalah alternatif alat pemadam Clean

Agent. Water Mist digunakan untuk kebakaran kelas A, walau jenis ini juga bias

digunakan untuk kebakaran kelas C.

8. Cartridge Operated Dry Chemical 

Gambar 2.4.22 : Cartridge Operated Dry ChemicalSumber : http://www.femalifesafety.org/types-of-extinguishers.html

Cartridge Operated Dry Chemical fire extinguishers memadamkan api terutama

dengan mengganggu reaksi kimia dari segitiga api. Dry chemical efektif pada kebakaran

Page 37: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Kelas A, B, dan C. Agen ini juga bekerja dengan menciptakan penghalang antara

elemen oksigen dan elemen bakar pada kebakaran Kelas A.

2.4.3 Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi merupakan upaya yang dilakukan untuk mengamankan seluruh

penghuni gedung saat terjadi kebakaran. Sistem evakuasi ini meliputi berbagai

komponen yang ada didalam gedung untuk memberikan jalan keluar yang aman dan

efektif sebelum gedung tersebut hancur. Beberapa komponen dari sistem evakuasi

adalah sebagai berikut:

1. Tangga Darurat

Tangga adalah tangga yang berfungsi untuk sirkulasi orang berjalan kaki serta

kelintasan utama pada bangunan gedung antar lantai bertingkat dalam kondisi

keseharian karena menjadi sirkulasi, maka pada tangga harus memenuhi persyaratan

kenyamanan pemakaian untuk naik maupun turun yang tidak melelahkan dan

membahayakan pemakainya.

Tangga darurat adalah tangga yang digunakan untuk mengevakuasi atau

menyelamatkan penghuni gedung dari pengaruh bahaya.

Syarat tangga darurat:

a. Letakknya berhubungam dengan dinding luar bangunan dan mempunyai pintu

akses keluar gedung.

b. Dilengkapi dengan pintu dari bahan tahan api sekurang-kurangnya selama 3 jam.

c. Pada bagian bordes dilengkapi jendela kaca yang bias dibuka dari luar untuk

penyelamatan penghuni.

d. Dilengkapi cerobong pengisap asap.

e. Pada tangga darurat harus dilengkapi dengan lampu penerangan dengan supply

baterai darurat.

f. Lebar tangga minimum 120 cm (untuk lalu lintas 2 orang).

Page 38: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 2.4.23 : Tangga DaruratSumber : http://1.bp.blogspot.com/-_ZPp9SJ7FWU/UNMQ3XZ_YwI/AAAAAAAAADI/x9PSLk3-

mxQ/s1600/tangga+darurat.jpg

2. Pintu Darurat

Pintu darurat adalah alat bantu yang digunakan saat evakuasi untuk menuju

tempat yang aman. Dalam penempatannya pintu darurat ini memiliki beberapa syarat

agar dapat digunakan secara maksimal untuk evakuasi.

Pintu darurat memiliki syarat-syarat tertentu, yaitu:

a. Pintu paling atas membuka ke arah luar (atap bangunan) dan semua pintu

lainnya membuka ke arah ruangan tangga, kecuali pintu paling bawah membuka

ke luar dan langsung berhubungan dengan ruang luar.

b. Pintu tangga terbuat dari bahan yang tahan kebakarannya 2 jam.

c. Daun pintu yang terbuat dari pintu tahan api dilengkapi dengan engsel, kunci

dan pegangan yang juga tahan terhadap api.

d. Pintu tidak dapat dibuka secara otomatis dari ruangan tangga, kecuali pintu

paling atas atau paling bawah.

e. Letak pintu kebakaran ini paling jauh dapat dijangkau oleh pengguna dalam

jarak radius 25 m. Oleh karena itu diperlukan suatu tangga kebakaran dalam

suatu bangunan dengan luas 600m2 yang ditempati 50-70 orang.

Page 39: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 2.4.24 : Pintu DaruratSumber: pkppksupadio.wordpress.com

Page 40: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

3. Sign / Tanda-Tanda Darurat

Sign/ pertanda adalah sebuah petunjuk yang membantu dalam proses evakuasi

saat terjadi bahaya kebakaran. Biasanya petunjuk ini diletakkan pada posisi tertentu

yang mudah dilihat dan memudahkan para penghuni untuk menuju pintu darurat

maupun tangga darurat. Selain itu petunjuk juga harus tetap menyala walaupun keadaan

listrik saat terjadinya kebakaran sedang padam dan bahan penunjuk tersebut juga tahan

terhadap api.

Gambar 2.4.26: Petunjuk Pintu DaruratSumber : http://ilmupalingasik.files.wordpress.com/2012/11/pintudarurat.jpg

Gambar 2.4.25: Tanda-tanda daruratSumber : http://www.infopurchasing.com/wp-content/uploads/2011/07/944196.jpg

Page 41: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

BAB III

STUDI PROYEK

3.1 SPESIFIKASI OBJEK

Gambar 3.1.1: Bird Eye View Pancoran RiversideSumber : Google.com

Gambar 3.1.2: Site Plan Pancoran RiversideSumber : Google.com

Page 42: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Pancoran Riverside Apartement

Bangunan yang kami gunakan untuk objek observasi adalah Pancoran Riverside

Apartement berlokasi di Jl. Pengadegan Timur 1 No.30, Jakarta Selatan. Pancoran

Riverside Apartment memiliki luas 5 ha, proyek ini berencana memiliki 7 tower dan

saat ini baru terealisasi 3 tower. Setiap tower terdapat 24 lantai dimana pada lantai 1

sampai 3 merupakan ruko, lantai 4 sampai 23 merupakan hunian, dan lantai 24

merupakan atap (rooftop).

Gambar 3.1.3: Tower 1 (kiri) dan 2 (kanan) Pancoran RiversideSumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.4 : Tower 3 Pancoran Riverside Apartement

Sumber: Doc. Pribadi

Page 43: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Berdasarkan studi yang telah kami lakukan pada proyek Pancoran Riverside,

tower pada apartemen ini memiliki sistem dan peralatan pencegahan kebakaran, sistem

dan peralatan pemadaman kebakaran, dan sistem evakuasi saat terjadi bahaya

kebakaran.

1. Sistem Pencegahan

Bangunan apartemen Pancoran Riverside masuk dalam klasifikasi bangunan

kelas A dimana lantai dasar sampai lantai ketiga dari bangunan difungsikan sebagai

ruko. Aktivitas yang terjadi pada ruko hanya pada jam-jam kerja sedangkan aktivitas

pada apartemen berlangsung selama 24 jam. Jadi Program yang meliputi perencanaan

proses yang aman dari kebakaran secara aktif adalah dengan instalasi heat detector, fire

alarm, dan smoke detector. Pada bangunan apartemen yang merupakan hunian tidak

menggunakan fire detector karena pada setiap apartemen memiliki dapur dan berbagai

jenis penghuni. Api dari dapur atau dari puntung rokok akan menyebabkan false alarm

atau alarm palsu. Meskipun heat detector dinilai masih lebih lamban dalam mendeteksi

kebakaran dibandingkan fire detector namun untuk bangunan Pancoran Riverside

Apartement heat detector dianggap paling tepat. Heat detector pada tower 2 dan 3 belum

dipasang karena pemasangannya setelah pemasangan plafond dan finishing. Smoke

detector hanya dipasang pada ruko karena pada ruko tidak terdapat dapur sehingga tidak

akan terjadi false alarm atau alarm palsu.

Gambar 3.1.5: Smoke Detector pada RukoSumber : Doc. Pribadi

Page 44: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

2. Sistem Pemadaman

Sistem pemadaman merupakan tindakan paling krusial dalam mencegah

penyebaran api dan memadamkannya. Pada Pancoran Riverside Apartement sistem

pemadam kebakaran yang tersedia seperti; hydrant dengan sumber air dari sungai

ciliwung, sprinkler, dan fire extinguisher. Sumber air yang berasal dari sungai ciliwung

diolah terlebih dahulu di WTP (Water Treatment Plan) yang selanjutnya disimpan

dalam ground tank, lalu dipompa menuju hydrant dan sprinkler.

Gambar 3.1.6: WTP (Water Treatment Plan)Sumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.7: Wadah Pengendapan Air WTPSumber : Doc. Pribadi

Page 45: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Pancoran Riverside Apartement kompleks memiliki cara perlakuan tersendiri

dalam hal penyediaan air layak pakai. Sumber air yang tersedia berasal dari sungai

Ciliwung yang airnya tidak layak pakai maka dari itu sebelum siap digunakan air harus

melalui proses pemurnian terlebih dahulu melalui WTP (water treatment plan). Pada

WTP memiliki 3 komponen pompa, yaitu yang pertama adalah main pump atau pompa

utama yang bertugas memompa air dari sungai ke WTP. Kemudian di WTP air

dimurnikan dengan proses penyaringan dan pengendapan kotoran secara berulang-

ulang, air juga dibersihkan dari bakteri-bakteri berbahaya dengan zat kimia sehingga

aman untuk digunakan dan kemudian disimpan sebagai persediaan air di tanki bawah

tanah (ground tank).

Kemudian diesel pump atau pompa diesel digunakan sebagai sumber tenaga

sehingga pompa bekerja terus menerus tanpa terganggu walau pada saat listrik mati.

Yang terakhir adalah jockey pump atau pompa joki merupakan pompa bertekanan yang

mempertahankan tekanan air pada sistem hydrant dan sprinkler.

Gambar 3.1.7: Main Pump WTPSumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.8: Pipa Hydrant Pada WTPSumber : Doc. Pribadi

Page 46: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

a. Hydrant

Hydrant yang digunakan menggunakan hydrant tipe Wet Riser System dimana

seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu dijaga pada tekanan

yang relatif tetap. Jika hydrant diaktifkan atau katup selang pada hydrant dibuka maka

air akan langsung mengalir keluar.

Hydrant pillar dan hydrant box terdapat pada setiap sudut tapak masing-masing

bangunan. Terdapat 4 buah hydrant pillar dan box, ini untuk memudahkan upaya

pemadaman pada saat terjadi kebakaran sebelum datangnya petugas pemadam

kebakaran karena disetiap sudut sudah terdapat alat pemadaman.

Gambar 3.1.9: Hydrant Box dan Hydrant Pillar pada Luar GedungSumber : Doc. Pribadi

Di dalam setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini, disediakan fasilitas

pemadam kebakaran berupa hydrant box yang ada pada setiap sudut lantai bangunan.

Jadi, pada tiap lantai apartemen terdapat 4 unit hydrant box. Hydrant diletakkan

bersebelahan dengan Fire Extinguisher (APAR). Upaya ini dilakukan agar saat terjadi

kebakaran upaya pemadaman dapat dilakukan semaksimal mungkin untuk mencegah

terjadinya penyebaran api yang lebih luas.

Page 47: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 3.1.10: Pipa Hydrant & Hydrant BoxSumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.12: Instalasi Pipa Hydrant Dalam GedungSumber : Doc. Pribadi

Page 48: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

b. Sprinkler

Sprinkler yang digunakan merupakan sprinkler type Wet Riser System

dimana seluruh instalasi pipa berisi air bertekanan dengan tekanan air selalu

dijaga pada tekanan yang relatif tetap. jika alat detector berbunyi dan terjadi

kebakaran atau suhu ruangan panas melebihi batas, sprinkler tersebut akan

mengeluarkan air. Jika salah satu sprinkler dalam satu lantai mengeluarkan air

maka sprinkler di dekatnya otomatis akan mengeluarkan air untuk

menanggulangi penyebaran api ke seluruh ruangan. Pada setiap lantai terdapat

kurang lebih 80 buah sprinkler dengan jarak 2,5 m. Karena masih dalam tahap

pengerjaan sprinkler belum terpasang.

Gambar 3.1.13: Instalasi Pipa SprinklerSumber : Doc. Pribadi

c. Fire Extinguisher (APAR)

Pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini fire extinguisher lebih

banyak diletakkan berdampingan dengan hydrant dan dekat pintu darurat. Ini bertujuan

agar lebih memudahkan pada saat pengoperasian. Karena masih dalam tahap

pengerjaan jadi Fire Extinguisher (APAR) belum terpasang.

Page 49: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 3.1.14: Letak APARSumber : Doc. Pribadi

3. Sistem Evakuasi

Sistem evakuasi pada gedung ini menggukana tangga darurat, pintu darurat,

dantanda-tanda darurat / sign.

a. Tangga Darurat

Tangga darurat pada setiap gedung yang ada di kompleks apartemen ini terletak

di setiap sudut bangunan. Ruangan pada tangga darurat ini merupakan ruangan yang

paling aman untuk berkumpul saat terjadi kebakaran. Tangga darurat memiliki panjang

1m, lebar 30cm, dan tinggi 20cm per anak tangga. Tangga darurat ini menggunakan

Hand railing dari besi yang tidak mudah ternakar oleh api. Karena masi dalam tahap

pengerjaan hand railing belum terpasang.

Page 50: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 3.1.15: Tangga DaruratSumber : Doc. Pribadi

Gambar 3.1.15:Pengukuran Tangga DaruratSumber : Doc. Pribadi

b. Pintu Darurat

Pintu darurat pada kompleks apartement ini terdapat di setiap lantai, pintu

berukuran lebar 80cm dan tinggu kurang lebih 200cm. Pintu darurat berwarna merah

agar memudahkan untuk mengenali karena berbeda dengan pintu yang lainnya saat

terjadi keadaan yang genting. Pintu darurat hanya bisa di buka dari arah dalam gedung

ke luar. Karena masih dalam tahap pengerjaan jadi pintu darurat tersebut belum

terpasang.

Page 51: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

Gambar 3.1.16: Pintu Darurat Pada AtapSumber : Doc. Pribadi

c. Tanda – Tanda darurat

Tanda / petunjuk arah untuk sistem evakuasi pada kompleks apartement

Pancoran Riverside diletakkan pada koridor masing-masing dekat dengan tangga

darurat, ini dimaksudkan agar memudahkan civitas apartemen menuju tempat yang

aman jika terjadi kebakaran. Karena dalam masih dalam tahap pengerjaan jadi tanda

darurat tersebut belum terpasang.

Page 52: pemadam kebakaran pada bangunan tinggi

KESIMPULAN

Hal yang paling krusial dalam sistem Pemadam kebakaran adalah kecepatan

dalam mendeteksi dan memadamkan api untuk mencegah meluasnya api. Namun, salah

satu masalah yang sering timbul pada proses pemadaman api adalah masalah

ketersediaan air. Pada pancoran Riverside Apartement kompleks mengandalkan sumber

air kali Ciliwung sebagai sumber air utama. Namun kondisi air yang penuh sampah dan

kotor tidak layak pakai, sehingga dibutuhkan proses lebih lanjut agar air layak

digunakan. Dalam hal ini apartemen memiliki WTP (water treatmen plan) tersendiri.

Air dipompa dari kali Ciliwung ke WTP untuk selanjutnya disaring dan diendapkan

kotorannya menggunakan bahan kimia. Setelah itu air layak pakai ini disimpan didalam

ground tank. Letak ground tank dibawah tanah sehingga sistem hydrant dan sprinkler

menggunakan sistem pipa bertekanan atau wet riser system.

Masalah lainnya adalah menemukan sistem fire alarm yang sesuai dengan

fungsi bangunan. Pada lantai pertama sampai ketiga Pancoran Riverside Apartement

berfungsi sebagai ruko atau pusat perbelanjaan sehingga banyak material-material yang

mudah terbakar dan biasanya mengepulkan asap yang lebih pekat seperti material kain

sehingga pendeteksi yang digunakan adalah smoke detector. Namun pada lantai empat

keatas berfungsi sebagai hunian sehingga banyak sumber asap yang dapat memicu

alarm palsu seperti asap rokok dan asap dari dapur rumah tangga, jadi pada hunian

digunakan heat detector. Sedangkan sistem evakuasi yang digunakan bersifat pasif,

seperti penyediaan tangga darurat dan jalur evakuasi dengan tanda-tanda darurat.

Dengan memperhatikan semua hal tersebut ditarik kesimpulan bahwa semua sistem-

sistem yang dipakai pada Pancoran Riverside Apartement mulai dari pencegahan,

pemadaman dan evakuasi dipilih menurut kesesuaiannya dengan klasifikasi bangunan

apartemen.