pelopor pembelajaran modern

50
PELOPOR PEMBELAJARAN MODERN REVISI MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH Landasan Pendidikan yang dibina oleh Prof. Dr. Punaji Setyosari M.Ed FATCHIYATUN NI’MAH 120331540701/B

Upload: fatchiyatun-nimah

Post on 20-Oct-2015

300 views

Category:

Documents


17 download

DESCRIPTION

landasan pendidikanpelopor pembelajaran modern duniacomeniusJ J rousseauJohann Friedrich HerbartJohn dewey, Herbert Spancer, Jane Addams, Jean Piaget

TRANSCRIPT

PELOPOR PEMBELAJARAN MODERN

REVISI MAKALAHUNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATAKULIAH Landasan Pendidikanyang dibina oleh Prof. Dr. Punaji Setyosari M.Ed

FATCHIYATUN NIMAH 120331540701/B

UNIVERSITAS NEGERI MALANGPROGRAM PASCASARJANAPROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIADESEMBER 2012

DAFTAR ISI

BAB IPENDAHULUANA. Latar Belakang 1B. Rumusan Masalah 2C. Tujuan 2

BAB IIPEMBAHASANA. Comenius 3B. Jean Jacques Rousseau 4C. Johann Heinrich Pestalozzi 7D. Johann Friedrich Herbart 9E. Friedrich Froebel 10F. Herbert Spencer 11G. John Dewey 12H. Jane Addams 15I. Maria Montessori 16J. Jean Piaget 18K. Paulo Freire 20L. Pelopor Pendidikan Indonesia 231. Ki Hajar Dewantoro 232. Dewi Sartika 263. R. A. Kartini 27

BAB IIIKESIMPULAN Kesimpulan 30

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangTeori dan gagasan mengenai pendidikan telah muncul sejak lama. Pelopor awal seperti Johann Amos Comenius, Jean-Jacques Rousseau, dan Johann Heinrich Pestalozzi menantang konsep yang telah diwariskan oleh pelopor terdahulu tentang kejahatan anak dan pembelajaran pasif yang selama ini mendominasi sekolah. Teori kejahatan anak bersikeras bahwa anak terlahir dengan kecendurangan menjadi jahat/buruk dan kecenderungan kenakalan ini dapat dihilangkan oleh guru yang otoriter. Sebaliknya, pelopor pendidikan awal mendeklarasikan teori naturalis bahwa anak secara alami adalah baik dan pembawaan tersebut membawa isyarat untuk pendidikan mereka. Pendidik selanjutnya seperti Friedrich Froebel, Maria Montessori, Herbert Spencer, John Dewey, Jean Piaget, and Paulo Freire berpendapat bahwa (1) pendidikan seharusnya mengikuti tahap-tahap alami dari pertumbuhan dan perkembangan manusia dan (2) anak belajar dengan berinteraksi dengan objek dan situasi di lingkungan sekitar mereka setiap harinya. Taman kanak-kanak Froebel dan Montessori membahas usaha untuk menciptakan lingkungan belajar yang sesuai dengan perkembangan anak. Dewey dan Piaget menekankan pada pentingnya interaksi anak dengan lingkungan sebagai model pembelajaran yang paling efektif. Freire menyebutkan bahwa pendidikan meningkatkan kesadaran dari masyarakat yang tertindas sehingga mereka mampu membebaskan diri dari kondisi sosial, ekonomi dan politik yang menekan mereka. Johann Herbart menciptakan metode pembelajaran yang sistematis. Kita harus dapat berpikir bahwa para pelopor di atas sebagai pendidik dari zaman dahulu yang dapat menyinari pandangan kita mengenai pembelajaran dan pendidikan. Pendidik merupakan seseorang yang hidup, berpemikiran dan berperilaku serta mengabdi sebagai model atau contoh untuk orang lain dalam dunia pendidikan. Mulai dari penggagas naturalisme, moralisme, sosialisme, dan sebagainya, para pelopor pendidikan mengembangkan ide mereka mengenai sekolah, kurikulum dan metode pembelajaran yang selanjutnya mengarah pada persiapan dan kegiatan pembelajaran di kelas. Teori-teori tersebut dapat dapat dijadikan sebagai refleksi pemikiran kita mengenai belajar dan pembelajaran.Kita dapat mengkaitkan pelopor pendidikan di atas dengan pengajar, terutama guru yang mempengaruhi pandangan kita mengenai pendidikan. Selanjutnya kita dapat merefleksikan bagaimana pelopor tersebut berkontribusi dalam ide kita mengenai pendidikan dan pembelajaran. Dalam makalah ini akan membahas bagaimana para pelopor pendidikan membangun filosofi dan teori pendidikan mereka. Para pelopor pendidikan ini mengembangkan ide mereka mengenai sekolah, kurikulum dan metode pembelajaran yang berlanjut pada kegiatan pembelajaran di kelas, yang secara terperinci akan dibahas dalam beberapa poin. Poin-poin penting yang akan dibahas lebih lanjut diantaranya 1) siapa yang menjadi pioneer pendidikan, 2) bagaimana mereka memaknai pengetahuan, pendidikan, pengajaran dan pembelajaran, 3) pengaruh gagasan para pioneer terhadap pendidikan.

B. Rumusan Masalah1. Siapa saja yang menjadi pioneer pendidikan?2. Bagaimana mereka memaknai pengetahuan, pendidikan, pengajaran dan pembelajaran?3. Bagaimana pengaruh gagasan para pioneer terhadap pendidikan?

C. Tujuan1. Mengetahui siapa saja yang menjadi pioneer pendidikan.2. Mempelajari bagaimana mereka memaknai pengetahuan, pendidikan, pengajaran dan pembelajaran.3. Mempelajari pengaruh gagasan para pioneer terhadap pendidikan.

BAB IIPEMBAHASAN

A. ComeniusJan Kamensky yang dikenal sebagai Comenius berkeinginan untuk menghapus ketidaktoleransian dalam agama. Untuk mengakhiri ketidaktoleransian dalam agama, dia membangun sebuah filosofi pendidikan, pansophism, untuk memperbaiki pemahaman dan pengetahuan secara universal. Sebagai pelopor pendidikan untuk perdamaian, Comenius mempercayai bahwa membagi pengetahuan secara global akan mengatasi masalah kesukuan dan agama serta menciptakan kedamaian dunia. Comenius merupakan tokoh transisional antara pengajar humanis renaisan dan pembaharu naturalistik selanjutnya. Penekanannya lebih terletak pada penggunaan indera dibandingkan hafalan yang bersifat lemah. Pembelajaran dimulai dengan frase yang pendek dan sederhana dan secara bertahap ke frase yang lebih panjang dan kompleks.

1. Prinsip Pengajaran dan PembelajaranDengan menghargai kebutuhan dan minat anak, Comenius menolak doktrin kejahatan anak yang memandang bahwa anak-anak secara hakiki adalah buruk sehingga guru harus memberikan hukuman fisik untuk mendisiplinkan mereka. Comenius menginginkan dan menyarankan guru untuk memperhatikan dan menyayangi anak-anak, tidak diperkenankan untuk menekan mereka karena pembelajaran akan lebih efektif jika anak-anak siap untuk mempelajari pelajaran tertentu. Pembelajaran juga disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Seorang guru harus mengorganisasikan pelajaran ke dalam tahap asimilasi yang mudah sehingga membuat pembelajaran secara bertahap, kumulatif dan menyenangkan. Terdapat beberapa prinsip yang ditekankan oleh Comenius untuk diterapkan dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas, yaitu:a) Penggunaan objek dan gambar dalam mengilustrasi sebuah konsep.b) Penggunaan aplikasi terhadap kehidupan sehari-hari.c) Adanya materi pembelajaran yang sederhana dan langsung.d) Penggunaan prinsip umum terlebih dahulu baru menuju yang khusus.e) Penekanan bahwa objek adalah satu kesatuan.f) Tidak diperbolehkan mengganti topik atau materi sebelum siswa benar-benar paham dengan materi tersebut.Prinsip Comenius menekankan pada kesiapan anak, penggunaan objek kongkret dan pergerakan yang secara bertahap dalam pembelajaran sehingga menjadi bagian-bagian yang utuh dari program pendidikan pengajar.

2. Pendidikan dan SekolahComenius meyakini bahwa semua orang adalah bagian dari sebuah keluarga atau asosiasi. Dia percaya bahwa sekolah, dengan perbaikan pengetahuan dan nilai-nilai umum dapat menyebarkan pemahaman dan perdamaian internasional. Comenius menggunakan pendidikan untuk mengajarkan toleransi antar suku dan agama.

3. Pengaruh Terhadap PendidikanComenius ingin membentuk guru-guru yang memiliki kepedulian, yang respect pada permasalahan manusia, budaya dan agama. Guru-guru juga harus belajar bagaimana mengenali tahap-tahap perkembangan anak dan kesiapannya untuk belajar. Di dalam praktiknya, guru disarankan untuk tidak diperkenankan untuk menggegaskan ataupun menekan anak, tetapi harus menciptakan iklim kelas yang menyenangkan dan nyaman. Guru dapat menggunakan objek dan gambar dalam sistem pembelajaran untuk mendorong siswa menggunakan indera mereka.

B. Jean Jacques Rousseau Jean Jacques Rousseau mengemukakan bahwa pada keadaan dasarnya, manusia adalah noble savages, tidak bersalah, bebas dan tidak terkurangi oleh kehidupan sosial ekonomi. Rousseau sering dikritik mengenai ketidak-konsistenannya mengenai anak. Meskipun dia menulis mengenai menghormati/menghargai kebebasan anak, dia menempatkan anaknya di panti asuhan dari pada mengasuh dan mendidiknya sendiri.Rousseau mengangkat filosofi pendidikannya pada tahun 1762 melalui novenya yang berjudul Emile, cerita tentang pendidikan seorang anak laki-laki sejak lahir hingga dewasa. Rousseau berpendapat bahwa insting dan kebutuhan anak secara hakikat adalah baik dan harus dipenuhi dibandingkan harus ditekan oleh sekolah dan guru yang otoriter.

1. Prinsip Belajar dan PembelajaranSeperti Comenius, Rousseau menekankan pada pentingnya tahap-tahap perkembangan manusia. Di dalam novelnya, Emile, Rousseau mengidentifikasi 5 tahap perkembangan, yaitu infancy, childhood, boyhood, adolescence dan youth. Masing-masing tahap mempunyai kondisi sendiri-sendiri dalam hal kesiapan untuk belajar dan menuju ke tahap selanjutnya. a) Tahap pertama, yaitu pada tahap infancy (usia 0-5 tahun), Emile memulai untuk membangun pengenalan awal pada sekitarnya. Dia belajar secara langsung untuk menganalisis objek atau benda-benda yang ada di sekitarnya. b) Pada tahap childhood (usia 5-12 tahun), Emile membangun kepribadian personalnya sendiri dimana dia belajar bahwa setiap tindakan pasti ada konsekuensinya. Rousseau menilai bahwa belajar melalui secara mandiri (melalui pengalaman pribadi) akan lebih efektif dibandingkan dengan mengajari anak-anak dengan kata-kata yang tidak mereka pahami maknanya.c) Pada tahap boyhood (usia 12-15 tahun), Emile belajar mengenai ilmu pengetahuan dengan mengamati proses pertumbuhan hewan dan tumbuhan. Dengan melakukan eksplorasi terhadap dunianya, dia belajar geografi secara langsung. Emile juga belajar tentang perdagangan dan sebagainya guna menghubungkan kemampuan mental dan jiwanya.d) Di tahap adolescence (usia 15-18 tahun), Emile siap untuk belajar mengenai dunia sosial, pemerintahan, ekonomi dan bisnis. Dia juga mengunjungi meseum, teater, galeri, perpustakaan guna membangun rasa estetikanya. e) Pada tahap akhir, youth pada yaitu usia 18-20 tahun, Emile memperluas pengetahuannya dengan mengunjungi Paris dan negara-negara di Eropa. Setelah dia bertemu dengan istrinya, cerita tersebut berakhir ketika Emile memberitahukan pada turonya bahwa dia berencana memberikan pendidikan yang sama pada anaknya seperti yang dia alami.

2. Pendidikan dan SekolahRousseau meragukan sekolah. Dia menganggap bahwa sekolah hanya mengajarkan anak-anak untuk menyesuaikan diri dengan aturan-aturan sosial dibandingkan dengan hidup mengikuti aturan alam. Emile, anak alam, lebih memilih untuk mengikuti insting dan rangsangan dibandingkan menekan/memaksa keduanya. Jika kesenangan yang dia dapat, Emile mendapatkan hadiah (reward). Tetapi jika aksinya menyebabkab sakit, dia mengambil konsekuensi ini dalam dirinya. Rousseau merumuskan filosofi pendidikannya sebagai berikut :a) Childhood adalah landasan untuk perkembangan manusia selanjutnya.b) Ketertarikan dan insting alami dari anak-anak akan mengarahkan mereka untuk lebih mengeksplorasi lingkungan.c) Paksaan atau tuntutan untuk menjadi dewasa memiliki efek negatif pada perkembangan anak-anak.Ide Rousseau berkontribusi dalam mentoleransi dan memajukan pandangan mengenai anak-anak sehingga dapat mempengaruhi belajar dan pembelajaran.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniMeskipun cerita mengenai pendidikan Emile mendapat kritikan sebagai cerita fiktif dan tidak dapat dipraktikan sebagai hubungan dari seorang siswa dengan guru, Rousseau dapat mempengaruhi pendidikan modern. Rousseau mengungkapkan bahwa kurikulum harus timbul dari ketertarikan dan kebutuhan anak-anak. Rousseau juga mengantisipasi adanya konstruktivisme dimana anak-anak menginterpretasi realita mereka lebih bersumber dari informasi dan sumber-sumber tidak langsung. Meskipun Rousseau tidak percaya pada sistem pengajaran di sekolah, Rousseau menyarankan pada guru untuk mengikuti dan mendasarkan pengajarannya pada minat anak-anak dan bahwa anak-anak seharusnya belajar dari interaksi langsung mereka dengan lingkungan.

Tabel 1. Pelopor Pembelajaran Modern

PIONEERLATAR BELAKANG SEJARAHTUJUAN PENDIDIKANKURIKULUM

Comenius 1592-1670(Crech)Perang agama pada abad ke-17 diikuti reformasi protestanBerdasarkan pada pertumbuhan dan perkembangan alami anak; berkontribusi pada perdamaian dan pemahaman Bahasa daerah/lokal, membaca, menulis, matematika, agama, sejarah, latin; pengetahuan secara umum

Rousseau1712-1778(Swis-Prancis)Abad ke-18Menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan ;Mengembangkan sikap yang baik/santunAlam; lingkungan

Pestalozzi1746-1827(Swiss)Awal abad ke-19, periode post-nepoleonic dan awal industrialisasiMengembangkan moral manusia dan kekuatan fisik secara harmonis, menggunakan persepsi dalam pembentukan ide Pelajaran mengenai benda; ,bentuk, angka, nada

Herbart1776-1841Jerman Pertengahan abad ke-19,kebangkitan filosofi dan psikologi di EropaMengembangkan berbagai sisi minat dan karakter moralPembelajaran akademik dan humanistik, khususnya sejarah dan kemampuan baca dan tulis

FroebelAbad ke-19, kebangkitan filosofi idealisme dan kebangkitan nasionalismeMengembangkan hakikat spiritual anak dalam lingkungan tertentuLagu, cerita, permainan, hadiah, profesi

Spencer 1820-1903InggrisTeori evolusi Darwin pada 1859 dan kebangkitan industrialisasi pada abad ke-19Memungkinkan individu untuk hidup secara efektif, ekonomis dan ilmiahPraktikal, kegunaan dan subyek sains

Dewey1859-1952AmerikaAwal abad ke-20Pergerakan kemajuan Amerika, perkembangan ilmu sain dan kebangkitan filosofi pragmatismeBerkontribusi dalam perkembangan personal individu, sosial dan intelektualMembuat dan melakukan (making and doing); sejarah dan geografi; sains; masalah

Addams1860-1935AmerikaAwal pertengahan abad ke-20, periode imigrasi besar-besaran dan perubahan urbanPeleburan imigrasi dalam masyarakat sosial Amerika dengan tetap melestarikan warisan kebudayaan etnis merekaJangkauan yang luas untuk kemampuan pratikum untuk hidup di pusat urban, seni, sain dan penyelesaian masalah

Montessori1870-1952Itali Akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20, deklarasi feminisme; perhatian besar pada awal pendidikan anak-anakMembantu perkembangan sensori anak, otot dan intelektual dalam lingkungan tertentuKeterampilan motor dan sensori;

Piaget1896-1980SwissAbad ke-20Perkembangan psikologi oleh Freud, Hall, Jung dan lainnyaMengorganisasi pendidikan dalam istilah operasi konkret dan formal

Freire 1921-1997Brazil Akhir abad ke-20Mengkritisi neokolonialisme dan globalismePeningkatan kesadaran tentang kondisi eksploitatifKemampuan menulis dan membaca serta dialog kritis

C. Johann Heinrich Pestalozzi

Pestalozzi hidup pada awal revolusi di Eropa dan Amerika. Industrialisasi merubah kehidupan keluarga, yaitu wanita dan anak-anak masuk ke dalam dunia kerja dengan paksa. Karena kekhawatiran dampak perubahan ekonomi terhadap keluarga dan anak-anak, Pestalozzi berkeinginan untuk mengembangkan sekolah, mengajarkan untuk menyayangi keluarga akan dapat mendidik sesuai dengan perkembangan anak. Ide Pestalozzi tentang hubungan keluarga dan sekolah sangatlah berguna dan berpengaruh terhadap pendidikan saat ini.Pestalozzi, penganut filosofi realis, menjelaskan bahwa otak membentuk konsep dengan abstraksi data yang dihimpun oleh indera. Metodenya menggunkan objek dalam pembelajaran mempengaruhi Froebel dan Montessori.

1. Prinsip Belajar dan PembelajaranPendekatan Pestalozzi dalam pengajarannya dapat digolongkan menjadi dua yaitu secara umum dan khusus. Metode umum memunculkan kesehatan emosional karena lebih mengedepankan pengajaran seperti di rumah sehingga membuat siswa lebih percaya dan senang. Saat metode umum diterapkan, Pestalozzi mengimplementasikan metode khusus dimana materi mengenai objek-objek yang langsung menekan sensory learning. Pada pendekatan ini, anak-anak belajar mengenai objek-objek yang ada di sekitar mereka. Untuk menganalisa bentuk suatu objek, mereka menggambarnya. Anak-anak juga belajar menyebutkan nama-nama benda. Lalu mereka akan belajar mengenai bentuk, angka, nama-nama dan suara yang berhubungan dengan objek tersebut. Selain itu anak-anak juga belajar untuk menggambar, menulis, menghitung, membaca dan sebagainya. Pestalozzi juga menyusun beberapa strategi, dimana guru harus 1) memulai dengan objek yang konkrit sebelum memasuki konsep yang abstrak, 2) memulai dengan mempelajari lingkungan sekitar sebelum mempelajari dengan apa lingkungan harus dikelola, 3) mulai dengan latihan-latihan mudah dan sederhana sebelum mengenalkan pada yang kompleks, 4) selalu mempelajari sesuatu dengan perlahan. Metode Pestalozzi ini merupakan bagian penting dari pendidikan SD di Eropa dan Amerika.

2. Pendidikan dan SekolahSeperti Rousseau, Pestalozzi mendasarkan pengajarannya pada prinsip naturalisme dan menekankan pada pembentukan emosi manusia. Namun tidak seperti halnya Rousseau, Pestalozzi menggunakan sistem kelompok dalam pengajarannya. Dia menekankan pada pendidikan empiris. Seperti Comenius, Pestalozzi percaya bahwa anak-anak harus belajar dengan perlahan dan memahami segala yang mereka pelajari. Pestalozzi juga lebih mendedikasikan pengajarannya kepada anak-anak terlantar. Menurutnya, guru seharusnya bukan hanya mengajar secara institusi tetapi juga harus menyayangi dan peduli terhadap anak-anak. Pestalozzi percaya bahwa kasih sayang memegang peran penting dalam kesuksesan pengajaran.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniGagasan Pestalozzi ini diadopsi oleh SD di Amerika pada abad ke 19. Pestalozzi meyakini bahwa pendidikan seharusnya langsung menstimulasi pikiran dan emosi untuk membangun segi kognitif dan afektif pada siswa.Penekanannya pada manipulasi yang dilakukan oleh siswa dengan menggunakan objek yang ada di lingkungan sekitarnya merupakan pelopor dari pembelajaran berdasarkan pada proses (process-based learning).

D. Johann Friedrich Herbart Johann Friedrich Herbart (1776-1841), seorang profesor filosofi dan psikologi dari Jerman, menciptakan metode pendidikan yang merupakan pembelajaran sistematis dan mendorong pengembangan moral siswa. Setelah mengobservasi metode Pestalozzi, Herbart memutuskan untuk mengorganisasikannya kembali ke dalam tahapan yang lebih spesifik.

1. Prinsip Belajar dan pembelajaranHerbart mendefinisikan minat (interest) sebagai kemampuan seseorang untuk membawa dan mempertahankan sebuah ide secara sadar. Berdasarkan prinsip filosofi Herbart, guru disarankan untuk memperkenalkan dan mengajarkan kepada siswa untuk membuat gagasan-gagasan lalu membantu mereka menyusun hubungan antar gagasan tersebut. Herbart lebih memfokuskan pada perkembangan moral siswa. Dia lebih menekankan pada studi humanistik dari sejarah dan literatur sebagai sumber-sumber yang kaya akan nilai moral. Dengan mempelajari kehidupan orang-orang besar, siswa dapat belajar bagaimana orang-orang membuat keputusan dalam hidup mereka.

2. Pendidikan dan SekolahHerbart menginginkan untuk mensistemtiskan pendidikan dan sekolah dengan cara mengorganisasi pembelajaran ke dalam urutan tahap dengan baik yang harus diikuti oleh guru. Kelima tahap yang dirumuskan oleh Herbart adalah :a) Persiapan, yang mana guru menyiapkan siswa untuk menerima konsep baru.b) Presentasi, dimana guru mengidentifikasi dengan jelas dan mengenalkan konsep baru tersebut.c) Asosiasi. Konsep baru dibandingkan dengan pengetahuan yang sudah diketahui siswa.d) Generalisasi. Konsep umum dibentuk untuk menyatukan antara konsep sebelum dan sesudahnya.e) Aplikasi. Pengetahuan siswa tentang konsep baru diuji dengan pemberian tugas, latihan dan ujian.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniMetode Herbart mendapatkan sambutan yang cukup luas dalam program pendidikan guru di USA dan negara lain, khususnya di Jepang. Guru diajarkan untuk menggunakan tahap-tahap Herbart untuk menyusun sebuah pembelajaran secara sistematis. Pandangan Herbart mengenai pendidikan moral membantu membuat sejarah dan literatur ke dalam inti kurikulum budaya. Disamping popularitasnya, Herbart juga mendapatkan kritikan yaitu pembelajaran yang lebih cenderung mengubah siswa menjadi penerima informasi pasif dibandingkan pembelajar aktif.

E. Friedrich FroebelKeinginan Froebel untuk menjadi guru membawanya ke Institut milik Pestalozzi di Yverdon. Froebel masuk dalam program pelatihan guru (teacher-training program). Pestalozzi berperan sebagai mentor Froebel. Seperti Pestalozzi yang merevisi metode Rousseau, Froebel merevisi metode Pestalozzi. Froebel mendukung aspek tertentu dalam metode Pestalozzi, tetapi dia yakin bahwa proses dalam metode Pestalozzi membutuhkan dasar filosofi yang lebih. Froebel memberikan metode Pestalozzi lebih simbol berarti dengan menegaskan bahwa objek yang konkret akan menstimulasi ingatan/memori tentang konsep yang bersesuaian dalam pikiran anak. Froebel menerima pandangan Pestalozzi tentang sekolah sebgai tempat yang bebas dari emosi untuk anak. Seperti Comenius, Rousseau dan Pestalozzi, Froebel menginginkan guru sensitif terhadap kesiapan dan minat siswa, dibandingkan memaksa anak untuk menghafal apa yang mereka tidak mengerti. Froebel yakin bahwa spiritual adalah pusat naturalism manusia. Setiap anak memiliki kekuatan spiritual dan jiwa. Akhirnya Froebel menyusun konsep taman kanak-kanak sebagai sebuah lingkungan pendidikan, dimana storytelling dan nyanyian menempati poin penting dalam programnya.

1. Prinsip Belajar dan PembelajaranBerdasarkan filosofi idealisme, Froebel percaya bahwa setiap anak mempunyai bagian spiritual masing-masing yang menstimulasi self active learning. Dia lalu mendesign Taman Kanak-kanak sebagai alat persiapan untuk menghadapi lingkungan yang sebenarnya. Taman Kanak-kanak pertama Froebel didirikan pada 1837 di Blankenburg. Dia lebih menekankan pendidikannya pada permainan, lagu, cerita dan kerajinan tangan yang sekarang merupakan bagian standar dari pendidikan anak-anak. Selain itu, hal tersebut juga dapat menstimulasi imajinasi anak-anak dan mengenalkan mereka pada sosial budaya. Permainan akan membuat anak-anak belajar bersosialisasi dan melatih kemampuan fisik dan motorik mereka.

2. Pendidikan dan SekolahKita membentuk pandangan pertama tentang sekolah dan guru adalah pada saat memasuki Taman Kanak-Kanak dan akan membawa pandangan hidup tersebut sepanjang hayat. Froebel percaya bahwa personality guru TK menjadi sangat penting. Pengalaman membuat guru menjadi peka terhadap kebutuhan anak-anak dan memberi mereka pengetahuan dan skill untuk menimbulkan kecintaan dan kepedulian terhadap lingkungan.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa Kini Pendidikan TK tumbuh seiring perubahan internasional. Para imigran Jerman membawa konsep Taman Kanak-Kanak ke USA, dimana akhirnya TK menjadi bagian dari sistem pendidikan di Amerika.

F. Herbert Spencer1. Prinsip Belajar dan PembelajaranMeskipun Herbert Spencer adalah seorang pendidik dengan aliran naturalis, dia mendefinisikan naturalisme dengan sangat berbeda dengan Rousseau dan Pestalozzi. Baginya naturalisme meliputi hukum yang ada di dunia bebas dan kemampuan bertahan hidup. Dia percaya bahwa orang-orang yang ada di dunia industri membutuhkan pendidikan yang berguna untuk penggunaan skill ilmu pengetahuan dan juga subjek-subjek lain untuk bertahan di dunia industri. Sebagai pioneer dalam teori kurikulum modern, Spencer menginginkan pendidikan berdasarkan kegiatan bahwa orang-orang butuh untuk bertahan hidup khususnya bertahan hidup dalam dunia modern melalui IPTEK.

2. Pendidikan dan SekolahSpencer dengan kuat menolak sekolah tradisonal yang menggunakan literatur verbal dan kurikulum klasik. Dalam gagasannya, dia akan menambahkan teknologi komputer, genetika dan bioengineering ke dalam daftar subjek yang akan diajarkan. Pengenalan rasional masih digunakan dalam pembuatan kurikulum modern. Spencer menggolongkan kegiatan manusia menurut keinginan mereka untuk maju, bertahan hidup dan mencapai kemakmuran. Ilmu pengetahuan menempati prioritas utamanya. Spencer menggolongkan lima tipe kegiatan dalam kurikulum:a) Kegiatan pemeliharaan diri sendiri sebagai dasar dari semua kegiatan yang lain.b) Kegiatan professional yang membuat manusia secara ekonomi harus mensupport dirinya sendiri.c) Kegiatan mendidik anak-anakd) Kegiatan partisipasi sosial dan politike) Kegiatan rekreasi dan pemanfaatan waktu luang

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniPara pendidik Amerika menerima gagasan Spencer. Kurikulum modern dilanjutkan untuk merefleksikan pengaruh Spencer ketika mereka mendasarkan kurikulum pada kegiatan dan kebutuhan manusia. Setelah mendominasi sosial-sain Amerika pada abad kesembilan belas, sosial darwinisme tersingkirkan oleh perubahan experimentalisme dan progresifisme oleh John dewey. Program pengajaran Spencer lebih menekankan pada IPTEK sehingga pengajarannya akan menjadi lebih kompetitif dengan dihilangkannya guru-guru yang tidak kompeten, dan diganti dengan guru yang kompeten.

G. John DeweyJohn Dewey (1859-1952) mengembangkan filosofi pendidikan dengan latar belakang perubahan sosial, politik, sains dan teknologi yang berperan dalam awal abad 21 di Amerika. Dewey percaya bahwa kecerdasan sosial dapat dikembangkan dengan kegiatan aktif berkelompok. Dewey melihat bahwa sekolah memiliki hubungan yang erat dengan sosial, sehingga dapat dikatakan bahwa pendidikan sebagai alat perkembangan masyarakat sosial .

1. Prinsip Belajar dan PembelajaranAnak-anak dipandang sebagai makhluk sosial yang memiliki keinginan untuk menyelidiki dan mengelola lingkungan mereka. Dengan adanya interaksi dengan dunianya, siswa menghadapi beragam masalah yang meliputi masalah pribadi ataupun masalah sosial. Seperti permasalahan tertentu yang dapat menstimulasi anak untuk menggunakan intelegensi mereka untuk menyelesakan kesulitan-kesulitan dan mengembangkan pengetahuan mereka secara aktif. Adapun pendapat yang menentang pendekatan Dewey disajikan dalam tabel 2. Bagi Dewey, metode ilmiah merupakan proses yang paling efektif untuk myelesaikan masalah. Dengan menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan masalaha, siswa belajar bagaimana berpikir reflektif dan mengarahkan pengalaman mereka pada perkembangan pribadi dan perkembangan sosial. Tahap-tahap berikut merupakan penerapan metode ilmiah Dewey dalam proses belajar dan pembelajaran:a) siswa dapat melibatkan pengalamannya jika siswa menemukan permasalahan yang menarik bagi mereka. b) siswa menguraikan permasalahan yang mereka hadapi dengan pengalaman di atas, c) siswa memperoleh informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dengan jalan membaca, penyelidikan, diskusi dan dengan cara yang lain. d) siswa membangun kemungkinan solusi yang dapat digunakan dalam menyelesaikan masalah. e) siswa memilih pemecahan masalah yang mungkin dan mengujinya untuk mengetahui apakah pemecahan masalah tersebut dapat menyelesaikan masalahDewey melihat ilmu tidak sebagai sebuah informasi yang tidak berubah yang ditularkan oleh guru kepada siswa, namun sebagai alat untuk menyelesaikan masalah. Karena manusia dan lingkungannya berubah secara terus-menerus, pengetahuan juga secara kontinyu ditata dan dibangun ulang. Suatu waktu masalah dapat terpecahkan, pemecahan ini merupakan modal dari pengetahuan dan dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah di masa mendatang.

2. Pendidikan dan Sekolah Dewey menganggap pendidikan sebagai proses sosial dengan kelompok anggota yang masih belum dewasa, terutama anak-anak, yang belajar untuk berpartisipasi dan kelompok. Dengan melihat pendidikan sebagai perkembangan sosial, Dewey menyatakan bahwa proses pendidikan tidak memiliki akhir, proses pendidikan senantiasa merombak, dibangun kembali, dan berubah secara terus menerus.Kurikulum Dewey terdiri dari 3 tingkatan aktifitas berpikir dan proses. Tingkatan pertama membuat dan melakukan, melibatkan siswa dalam proyek yang mereka selidiki dari lingkungan. Aktifitas ini mengembangkan kemampuan sensor dan motorik serta mendorong adanya sosialisasi melalui kolaborasi tugas kelompok. Tingkatan kedua mengembangkan kensep siswa mengenai ruang dan waktu melalui sejarah dan geografi. Tingkatan ketiga, siswa berinteraksi dengan bermacam pelajaran sains seperti biologi, kimia dan studi sosial yang dapat mereka gunakan sebagai sumber dalam memecahkan masalah. Dewey menentang pemisahan masyarakat dari satu sama lain karena etnis, ras, gender atau kelas ekonomi. Dewey percaya bahwa bahwa suatu komunitas akan semakin kaya dan berkembang ketika masyarakat tersebut berbagi pengalaman mereka dalam menyelesaikan masalah.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa Kini Dewey membantu sekolah untuk berubah dan berinovasi. Ide Dewey mengenai sosial mengembangkan pengalaman anak yang mendorong pendidikan progresif, yang menekankan pada minat dan kebutuhan anak. Kini, seorang pendidik yang menganut konsep pendidikan Dewey, dapat mengaitkan sekolah dengan tujuan sosial. Pengaruh Dewey dapat dilihat dalam pembelajaran yang berpendekatan orientasi proses: (1) melihat pendidikan dalam pengertian sosial secara luas dan (2) mengembangkan kompetensi untuk menyelesaikan masalah sesuai dengan metode ilmiah. Seorang guru akan menggunakan kegiatan berkelompok, pembelajaran kolaboratif (collaborative learning). Filosofi pendidikan John dewey memiliki pengaruh terhadap pendidikan dunia, termasuk di Amerika. Penerapan filosofi Dewey menemui pro dan kontra. Berikut ulasannya diberikan pada Tabel 2 di bawah ini:

Tabel 2. PERMASALAHAN : Pembelajaran dengan Pengalaman oleh DeweyPERMASALAHAN : Pembelajaran dengan pengalaman oleh Dewey

Pengalaman ataupun filosofi pragmatisme John Dewey sangatlah berpengaruh namun juga kontroversial bagi pendidikan di Amerika. Banyak pendukung Dewey adalah profesor di bidang pendidikan, menekankan proses pembelajaran pada pengalaman, menggunakan metode ilmiah untuk menyelesaikan masalah. Penentang Dewey menyatakan bahwa hal tersebut memiliki standar pendidikan dan hasil yang lebih rendah dengan melemahkan pembelajaran materi pembelajaran secara sistematis dan menganjurkan nilai relatif (pandangan bahwa pengetahuan dibatasi oleh posisi pandangan manusia).

Pertanyaan:Akankah metode pembelajaran Dewey, yaitu inquiry dapat menjadi dasar belajar dan pembelajaran di sekolah Amerika?

Argument PRO1. Metode Dewey terdiri dari kontinuitas anatar pengalaman langsung anak dan kurikulum sekolah yang muncul dan berkembang dari pengalaman. Karena kontinuitasnya, siswa mulai tertarik dan termotivasi, antusias dalam mengejar minat/perhatian mereka hingga area kepentingan pendidikan yang lebih luas.

2. Metode Dewey mendorong siswa untuk mempertanyakan tradisi dan nilai yang diwariskan. Metode Dewey menganjurkan pengalaman mental/sikap, yaitu memandu invensi, penemuan dan inovasi serta membekali siswa untuk menggunakan pengetahuan sebagai alat dalam menyelesaikan masalah perubahan dunia. 3. Metode inquiri Dewey membutuhkan kebebasan berfikir dan bertanya sehingga mendorong partisipasi secara demokratis di masyarakat sosial. Metode Dewey cocok untuk budaya Amerika yang menekankan pada masalah demokrasi institusi dan diskusi terbuka.4. Tujuan pendidikan Dewey-perkembangan manusia untuk perkembangan lebih lanjut- mengajukan pembelajaran yang fleksibel dengan guru dan siswa bebar merespon masalah personal dan sosial. Tipe pendidikan ini mendorong respon/tanggapan yang fleksibel terhadap lingkungan, yang dibutuhkan dalam era teknologi dan dunia yang interdependen/saling tergantung.Argumen KONTRA1. Dengan menekankan pada minat dan kebutuhan anak dan remaja, metode Dewey gagal untuk menekankan peran penting orang dewasa dalam menyalurkan warisan budaya. Hal ini juga meminimalisir kenyataan bahwa pembelajaran sering membutuhkan siswa untuk menerapkan usaha sebelum mengembangkan minat mereka.2. Metode Dewey salah berasumsi bahwa metode ilmiah dapat diterapkan untuk semua permasalahan tanpa pengetahuan yang mendalam tentang konteks masalah tersebut. Sebaliknya, hal yang sangat penting bahwa siswa belajar materi secara sistematis bukan dengan percobaan. Kegagalan dalam penguasaan materi terutama matematika dan sain bagi siswa di Amerika.3. Metode Dewey sangatlah relatif dan situasional, memungkiri adanya nilai dan kebenaran universal untuk bertahan dan menjadi makmur, demokrasi Amerika harus menegaskan kembali dasar patriotik yang jelas dan nilai tradisional, bukan mempertanyakan semua nilai. 4. Pendapat Dewey, tujuan pendidikan hanyalah perkembangan lebih lanjut mengabaikan kebutuhan akan standard yang mendorong pencapaian intelektual dan produktivitas ekonomi. Sekolah, guru dan pebelajar membutuhkan tujuan substantif untuk mengawal proses pembelajaran; gagasan kabur tentang perkembangan manusia tidak cukup.

H. Jane Addams Jane Addams (18601935) mengembangkan filosofi pendidikan yang dikenal dengan pendidikan sosial. Jane addam menentang pendidikan tradisional yang membatasi pilihan dan kesempatan pendidikan untuk wanita. Jane ingin wanita menentukan kehidupan mereka sendiri, memilih karir dan berpartisipasi dalam politik, sosial dan pendidikan.

1. Prinsip Belajar dan Pembelajaran Pekerjaan Jane Addam yang ada di tempat imigran di Cicago, Jane melihat adanya efek dari urbanisasi, industrialisasi dan teknologi dalam masyarakat. Dia berpendapat bahwa pendidikan harus mengambil peran dan tujuan sosial yang lebih luas. Guru harus mempersiapkan siswa untuk tanggung jawab sosial dan demokrasi lebih lanjut.Berdasarkan interaksi yang dialaminya dengan para imigran, Jane menginginkan sekolah umum mencakup sejarah, lagu, kerajinan tangan, cerita dan adat-istiadat dari berbagai kelompok etnik dan ras ke dalam kurikulum.

2. Pendidikan dan Sekolah Pendidikan social Addams menjelaskan pendidikan dalam pengertian yang cukup luas. Jane melihat sekolah sebagai agen, seperti rumah/pemukiman yang memiliki tujuan memulihkan/memperbaiki lingkungan masyarakat dalam sebuah negara yang terjadi transisi dari pedesaan kepada masyarakat urban, industrialisasi dan teknologi.Jane menganggap sekolah sebagai agen multifungsi yang mensosialisasikan dengan baik mengenai pendidikan anak-anak. Guru memiliki tanggung jawab atas pembentukan manusia sosial. Kurikulum harus disusun untuk menyediakan pengalaman yang mengeksplorasi lingkungan, teknologi, dan sosial. Addam memperluas konsep pembelajaran sebagai masyarakat sosial yang memiliki misi sosial dan berimplikasi penting dalam kegiatan pembelajaran. Hal ini berarti bahwa guru harus mempertimbangkan isu-isu perubahan sosial dan keadilan sosial. Bagi guru, hal ini berarti bahwa kelas harus berkaitan dengan individu sebagai anggota suatu komunitas/lingkungan masyarakat.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniAddam meyakini bahwa pendidikan harus bebas dari bias gender yang sesuai dengan tujuan pendidikan, khususnya untuk hak wanita dan kebebasan mereka untuk menentukan kehidupan dan memillih karir. Industrialisasi harus melibatkan tujuan sosial yang luas dengan asumsi bahwa teknologi harus memajukan komunikasi yang lebih baik dibandingkan hanya sekedar kegiatan yang konsumtif.

I. Maria Montessori Maria Montessori (18701952) seorang pendidik yang berasal dari Itali, menciptakan metode pendidikan anak-anak. Montessori berpendapat bahwa pengalaman awal anak merupakan bagian penting dan berpengaruh pada kehidupan mereka selanjutnya. Montessori menentang pendapat bahwa wanita tidak memerlukan pendidikan tinggi.Dengan menentang segala rintangan dan hambatan tentang pendidikan wanita, Montessori diakui oleh Universitas Roma dan menjadi wanita pertama di Itali yang mendapatkan gelar Doktor.

1. Prinsip Belajar dan Pembelajaran Maria Montessori membangun sekolah yang menonjolkan metode, materi dan kegiatan yang berdasarkan pada pengamatannya terhadap anak-anak. Montessori berpendapat bahwa siswa, memiliki kebutuhan dalam diri mereka untuk beraktifitas sesuai dengan apa yang mereka inginkan tanpa dorongan guru dan tanpa motivasi dari luar berupa penghargaan dan hukuman. Montessori menemukan bahwa anak-anak memiliki kemampuan untuk berkonsentrasi dan bekerja. Seorang anak lebih suka mengulangi suatu kegiatan hingga mereka menguasai sebuah keterampilan. Kenyataannya, kapasitas seorang anak adalah belajar secara spontan sehingga menuntun mereka mulai membaca dan menulis dengan inisiatif mereka.

2. Pendidikan dan Sekolah Kurikulum Montessori mencakup kegiatan dan pengalaman: praktik, sensori dan kemampuan formal belajar. Anak-anak belajar untuk menunjukkan kegiatan fisik seperti menata meja, menyajikan hidangan, mencuci piring, menali dan mengkancingkan baju, dan kegiatan fisik dasar lain serta etika sosial. Latihan yang berulang-ulang mengembangkan sensori dan koordinasi otot. Anak-anak belajar huruf alfabet dengan meniru huruf yang ada di papan. Sekolah Montessori merancang rencana pembelajaran dan materi untuk mengembangkan kegiatan fisik, sensori dan kemampuan formal anak-anak. Karena anak-anak belajar secara langsung dalam sebuah lingkungan yang telah dipersiapkan, Montessori lebih dikenal dan disebut sebagai sutradara (directress) dari pada guru.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniRintisan Montessori memberikan kontribusi yang menekankan bahwa pengalaman awal anak merupakan bekal untuk kehidupannya di masa mendatang. Kontribusi yang disumbangkan dalam dunia pendidikan antara lain : a) konsep periode sensitif, yaitu selama fase perkembangan, selama anak siap beraktifitas dengan benda yang berguna untuk sensori, motorik dan kognitif. b) Percaya bahwa anak-anak memiliki kemampuan belajar dengan kemampuan atau keahlian tertentuc) menekankan pada sekolah sebagai bagian komunitas

Gambar 1 Anak-anak pada zaman sekarang ini di sekolah Montessori menggunakan materi pembalajaran yang didesain khusus dengan lingkungan yang telah disiapkan untuk mendorong pembelajaran.

J. Jean PiagetJean Piaget (18961980) seorang psikologis dari Swis, mengembangkan teori perkembangan kognitif, moral dan bahasa. Piaget menggunakan observasi klinis untuk menemukan bagaimana seorang anak membangun dan bertindak sesuai ide mereka.

1. Prinsip Belajar dan PembelajaranPiaget menemukan bahwa anak-anak membangun konsep mereka tentang kehidupan nyata dengan mengeksplorasi lingkungan sekitar secara aktif. Menurut Piaget, perkembangan intelegensi melalui beberapa tahapan, yang ditandai dengan struktur mental pada usia tertentu. Pada setiap tahapnya, anak-anak mengembangkan kemampuan mental baru yang membuat mereka mampu membangun konsep yang mereka bangun pada tahap awal ke tahap yang lebih komplek mengenai dunia. Piaget mengidentifikasi empat periode perkembangan kognitif : a) tahap sensorimotor, dari lahir - 2 tahun, anak mulai belajar mengamati lingkungan mereka. Pengamatan menggunakan indera, mulut, mata dan tangan. Mereka belajar mengkoordinasi indera mereka.b) tahap praoperasional, dari 2 tahun 7 tahun, yaitu ketika intuisi berkombinasi dengan percakapan yang mengarahkan pada pemikiran. Seorang anak pada tahap ini membangun konsep dengan cara mengelompokkan dan menamai benda. Mereka menggunakan tanda dan simbol untuk mewakili ide dan pengalaman mereka.c) tahap kongkret-operasional, 7 tahun 11 tahun, ketika seorang anak mulai berpikir matematika dan logika. Mereka menjadi mahir dalam penataan seperti penggolongan secara umum berdasarkan ukuran, panjang, dan berat, serta pada operasional yang lebih komplek. Mereka menata ulang konsep yang ada pada tahap sebelumnya menjadi lebih abstrak dan komplek. Bertepatan dengan usia sekolah dasar, anak dalam tahap operasional-kongkret melatih kemampuan logika mereka. d) tahap formal-operasional, 11 tahun dewasa awal, individu dihadappkan pada proposisi logika dan membangun hipotesis yang bersifat abstrak. Pada tahap ini, seorang anak mengerti hubungan sebab dan akibat, dapat menggunakan metode ilmiah untuk menjelaskan sebuah realitadan belajar matematika yang komplek, bahasa, dan proses mekanik. Teori tahap perkembangan Piaget sangat penting diterapkan dalam pendidikan. Menunjukkan pada dunia secara berbeda dibandingkan orang dewasa, anak-anak secara konstan membangun dan membentuk pola tentang pandangan mereka tentang dunia sesuai dengan tahap perkembangan mereka. Oleh karena itu, anggapan anak-anak sering berbeda dengan jenis kurikulum dan pembelajaran orang dewasa yang sering dibebankan pada mereka.Pada awal masa anak-anak dan pendidikan sekolah dasar harus didasarkan pada bagaimana anak-anak berkembang dan bberperilaku pada proses berpikir dan belajar. Sesuai dengan tahap perkembangan mereka, anak-anak memiliki kesiapan mereka sendiri untuk mempelajari hal baruberdasarkan level kognitif yang telah mereka capai. Meskipun lingkungan yang kaya dapat menstimulasi kesiapan, kita tidak dapat memaksa anak untuk belajar.

2. Pendidikan dan Sekolah Piaget menekankan lingkungan sebagai tempat belajar anak-anak. Dengan berinteraksi dengan lingkungan, mereka membangun pengetahuan tentang dunia melalui proses penemuan yang kreatif disebut konstruktivistik. Seorang anak membangun konsep dari pengetahuan sebelumnya dengan informasi baru sehingga terbentuk konsep yang lebih komplek dan kemampuan berpikir lebih tinggi. Untuk merangsang daya pikir anak, guru dapat merancang pembelajaran dengan materi yang membuat mereka antusias dalam pembelajaran. Prinsip Piaget berikut dapat membantu guru melakukan persiapan dan pelaksanaan pembelajaran : 1) mendorong siswa untuk menggali pengetahuan dan bereksperimen2) memandu secara individu sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kesiapan mereka3) merancang kelas sebagai pusat pembelajaran dengan bertumpu pada materi yang membuat siswa lebih aktifSeperti pada tabel praktik ke teori, telaahlah deskripsi pembelajaran untuk menentukan seberapa luas guru menggunakan pendekatan konstruktivisme.

3. Pengaruh Terhadap Pembelajaran Masa KiniTeori perkembangan Piaget mengaitkan bagaimana siswa belajar berpikir (how to think) dengan belajar dan pembelajaran di sekolah. Teori ini memberikan perubahan yang revolusionair di masa awal anak-anak dan pendidikan dasar, tidak hanya di Amerika tetapi juga di seluruh penjuru dunia. Ide Piaget mendorong perubahan untuk membuat penataan kelas menjadi lebih menyenangkan dan sesuai untuk proses belajar siswa. Pendidikan dan pembelajaran konstruktisme yang berlandaskan pada Piaget menyatakan bahwa anak-anak tidak hanya menyalin atau mengkopi, tetapi lebih pada membangun realitas. K. Paulo FreirePaulo Freire (19211997) mengembangkan teorinya mengenai pendidikan pembebasan (liberation pedagogy). Menurut Freire, literasi diartikan lebih dari sekedar membaca dan menulis, tetapi juga menumbuhkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi hidup mereka. Menurut Freire, literasi tidak hanya berarti membaca dan menulis tetapi juga untuk mencapai kesadaran seseorang tentang kondisi hidup seseorang, terutama bagi mereka yang tereksploitasi dan terpinggirkan.Teori pendidikan Freire membangun landasan teori tentang liberation pedagogy, sebuah teori pendidikan yang merancang pemberdayaan masyarakat untuk menentang dan mengatasi kekuatan yang menindas mereka. 1. Prinsip Belajar dan PembelajaranTujuan penting dalam filosofi Freire adalah conscientizaao, bahasa portugal yang berarti menjadi sadar dan kritis mengenai kondisi sosial, politik dan ekonomi serta kontradiksi yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Untuk menumbuhkan kesadaran siswa, siswa harus mempelajari sejarah dan ras, etnik, bahasa, ekonomi dan sosial kelompok mereka. Mereka menyelidiki dengan penuh kesadaran mengenai kondisi dimana mereka tinggal, mengidentifikasi kondisi tersebut.

2. Pendidikan dan Sekolah Sebuah pendidikan yang mendefinisikan nilai dari seseorang dalam kekayaan dan kekuatan dan melihat sekolah sebagai tiket kesuksesan dalam sebuah sistem eksploitasi ekonomi tidak bisa dikatakan sepenuhnya humanis. Freire menjelaskan bahwa kurikulum sekolah dan pembelajaran dapat menggembleng siswa untuk mengembangkan sikap kritis yang dapat memberi kekuatan dan melibatkan kebebasan pribadi. Seorang guru menurut Freire tidak boleh memihak dan bebas dalam isu bidang sosial, politik dan ekonomi. Dia ingin mengembangkan kesadaran kritis kekuatan hubungan sekolah dengan kondisi yang mempengaruhi mereka. Sebagai contoh, guru di sekolah di daerah yang ditekan secara ekonomi harus mengetahui bahwa kehidupan siswa mereka memprihatinkan dengan adanya kemiskinan, kurangnya akses untuk kesehatan dan rekreasi, obat bius dan kenakalan geng tertentu. Ketika mereka menyadari situasi sekolah mereka, guru dapat melawan kondisi ini dengan menguatkan siswa. Bagi Freiner, pembelajaran yang sebenarnya dilakukan dengan guru dan siswa terlibat dalam dialog terbuka dan berkesinambungan. Apa yang diucapkan oleh guru berimplikasi bahwa guru dan menyalurkan atau menstranmisikan pengetahuan kepada siswa dengan cara memberitahukan pada mereka apa yang benar, siswa mengingat apa yang dikatakan oleh guru dan menyimpannya secara pasif dalam pemikiran mereka sebagai ingatan.Freire menyebut metode pembelajaran guru-berbicara-siswa mendengarkan dengan istilah banking yang masing-masing memori informasi tersebut disimpan sehingga dapat digunakan di masa depan, biasanya untuk tes.

3. Pengaruh Terhadap Pendidikan Masa KiniFreire dihormati sebagai pembaharu pendidikan sejati dan pelopor oleh pengikut teori kritikal pada saat itu. Freire bekerja untuk mengubah belajar dan pembelajaran dari konsep yang terbatas yaitu menularkan informasi menjadi melibatkan siswa dalam pembelajaran mengenai identitas dan arti yang ada di dunia ini yang membutuhkan keadilan, humanis dan kejujuran.Berdasarka Freire, persiapan pembelajaran harus melibatkan diskusi (dengan guru) secara kritis mengenai permasalahan sosial, ekonomi dan politik yang mempengaruhi dunia pendidikan. Dalam pembelajaran di kelas, guru membantu siswa beraktifitas demi keadilan sosial dengan cara menumbuhkan kesadaran. Untuk melihat sejauh mana pemahaman kita mengenai filosofi pendidikan yang telah dijelaskan dan pengaruhnya terhadap pandangan kita terhadap dunia pendidikan, perhatikan ulasan di bawah ini.

DARI TEORI KE PRAKTIK Nancy duduk dan memperhatikan guru mentornya, Nona Walker,menarik perhatian serta melibatkan siswa dalam pembelajaran. Pertemuan kali ini merupakan salah satu dari beberapa tatap untuk pembelajaran mengenai pentingnya proses duplikasi DNA pada tahap pemisahan sel yang disebut dengan mitosis. Siswa telah memiliki bekal dengan membaca beberapa tulisan, tetapi tanpa persiapan lainnya.Nancy bertanya pada Nona Walker, bagaimana cara pendekatan pembelajaran yang akan dilakukannya jika kelas ini adalah kelasnya. Nancy tidak begitu yakin-sebuah pembelajaran akan terdiri dari pengalaman laboratorium-namun pengenalan topik dan menentukan poin-poin yang ditekankan akan menjadi sulit. Pembelajaran menjadi lebih menantang dibandingkan apa yang ditunjukkan oleh Nona Walker.Nona Walker memulai pelajaran dengan mengajukan beberapa pertanyaan. Dimulai dari pertanyaan yang sifatnya luas. Apa yang membuat masing-masing dari kalian unik? Ciri-ciri apa yang kalian miliki yang menghubungkan kalian dengan orang tua kallian ataupun saudara kalian? Bagaimana kalian menjelaskan persamaan dan perbedaan tersebut?Siswa menuliskan pemahaman awal mereka pada buku catatan. Kemudian Nona Walker menunjukkan video yang menjelaskan dasar mitosis dari sel hewan dan tumbuhan. Hal tersebut menggambarkan adanya gen, terdiri dari benang DNA dan menunjukkan rangkaian dan pasangan substansi DNA secara detail.Kemudian dilanjutkan dengan diskusi kelas. Nancy melihat diskusi yang terjadi menjadi semakin rancu. Beberapa siswa nampak kebingungan. Seorang siswa menanyakan tentang teori evolusi Darwin. Siswa yang lain menanykan tentang kanker ataupun mutasi. Seorang siswa menemukan hubungan antara gen dan lingkungan. Dan yang lainnya tetap fokus pada materi pelajaran yang harus dikuasai.Nona Walker nampak tidak terganggu sama sekali tentang hal tersebut. Dia menuliskan beberapa pertanyaan di papan tulis. Kemudian Nona Walker membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil untuk menemukan jawaban pertanyaan tersebut. Masing-masing kelompok menjelaskan duplikasi rantai DNA dengan pertanyaan mereka. Masing-masing kelompok akan membawa hasil kerja mereka pada pertemuan selanjutnya, untuk dapat menyimpulkan dan mengklarifikasi penemuan. Setelah adanya pembahasan dari Nona Walker, masing-masing kelompok mempresentasikan informasi yang mereka peroleh di depan kelas. Nona walker menjelaskan kepada Nancy bahwa dia berfikir keduanya yaitu materi dan proses adalah penting.dia ingin meyakinkan bahwa konsep materi benar, tetapi dia juga ingin siswa belajar menemukan informasi yang mereka butuhkan dan menerapkannya dalam menyelesaikan masalah. Dia ingin siswa belajar cara berpikir (learn to think). Nona Walker juga ingin siswanya mengetahui informasi atau pengetahuan yang dapat diterapkan di dalam keluarga mereka. Nancy berfikir,Jika saja saya dapat belajar menjadi semenantang seperti Nona walker dan menjadi nyaman seperti dia di dalam kelas. Saya akan mendapatkan banyak hal untuk dipelajari-tidak hanya konsep materi tetapi juga bagaimana mengelola kelas sehingga siswa dapat belajar sebagaimana saya menginginkan mereka untuk belajar.PERTANYAAN 1. Pendekatan filosofi apa yang dilakukan oleh Nona Walker? Bagaimana kamu dapat menjelaskan hal tersebut? 2. Pendekatan apa yang mungkin dapat kamu gunakan jika kamu mengajarkan materi yang mirip?3. Pernahkah kamu memiliki guru seperti Nona Walker? Bagaimanakah dia? 4. Pendekatan pendidikan dari pioner siapakah yang diterapkan oleh Nona Walker?

L. M. Pelopor Pendidikan di Indonesia

Tidak hanya para pelopor pendidikan luar negeri yang mampu mempengaruhi dunia pendidikan di Indonesia. Indonesia memiliki pahlawannya sendiri dalam dunia pendidikan, di antaranya adalah Ki Hajar Dewantoro, Dewi Sartika dan R. A. Kartini. Masing-masing pahlawan selain berjuang di daerahnya masing-masing, tetapi pemikiran dan pandangan mereka mampu mengambil peran dalam pembentukan masyarakat yang sadar akan pendidikan.

1. Ki Hajar Dewantoroa) Prinsip Belajar dan PembelajaranSoewardi Soerjaningrat atau yang lebih dikenal dengan Ki Hajar Dewantoro, lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia mendirikan Perguruan Taman Siswa, lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi pribumi untuk memperoleh pendidikan seperti halnya priyayi maupun orang-orang Belanda.Tanggal kelahirannya diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Semboyan ciptaannya adalah tut wuri handayani, menjadi slogan Kementerian Pendidikan Nasional Indonesia.Reorientasi perjuangan Ki Hadjar Dewantara dikembangkan dari pemikiran Maria Montessori dan Robindranat Tagore. Kedua tokoh tersebut merupakan pendobrak dunia pendidikan lama dan pembangunan dunia baru. Selain itu Ki Hadjar Dewantara juga tertarik pada Freidrich Frobel. Frobel adalah seorang pendidik dari Jerman yang mendirikan perguruan untuk anak-anak bernama Kindergarten (Taman Kanak-kanak). Metodenya sederhana, peserta didik diajarkan menyanyi, bermain, dan melaksanakan pekerjaan anak-anak. Asumsinya, anak yang sehat badan dan jiwanya selalu bergerak. Penyediaan alat-alat dengan maksud untuk menarik anak-anak kecil bermain dan berfantasi. Berfantasi mengandung arti mendidik angan anak atau mengajari anak-anak berfikir.Tujuan pendidikan menurut Ki Hajar Dewantoro adalah manusia merdeka, baik secara fisik, mental dan kerohanian. kemerdekaan pribadi ini dibatasi oleh tertib damainya kehidupan bersama dan ini mendukung sikap-sikap seperti keselarasan, kekeluargaan, musyawarah, toleransi, kebersamaan, demokrasi, tanggungjawab dan disiplin. Landasan filosofisnya adalah nasionalistik dan universalistik. Nasionalistik maksudnya adalah budaya nasional, bangsa yang merdeka dan independen baik secara politis, ekonomis, maupun spiritual. Universal artinya berdasarkan pada hukum alam (natural law), segala sesuatu merupakan perwujudan dari kehendak Tuhan. Prinsip dasarnya adalah kemerdekaan, merdeka dari segala hambatan cinta, kebahagiaan, keadilan, dan kedamaian tumbuh dalam diri (hati) manusia. Suasana yang dibutuhkan dalam dunia pendidikan adalah suasana yang berprinsip pada kekeluargaan, kebaikan hati, empati, cintakasih dan penghargaan terhadap masing-masing anggotanya. Maka hak setiap individu hendaknya dihormati; pendidikan hendaknya membantu peserta didik untuk menjadi merdeka dan independen secara fisik, mental dan spiritual; pendidikan hendaknya tidak hanya mengembangkan aspek intelektual sebab akan memisahkan dari orang kebanyakan; pendidikan hendaknya memperkaya setiap individu tetapi perbedaan antara masing-masing pribadi harus tetap dipertimbangkan; pendidikan hendaknya memperkuat rasa percaya diri, mengembangkan hara diri; setiap orang harus hidup sederhana. Metode yang yang sesuai dengan sistem pendidikan ini adalah sistem among yaitu metode pengajaran dan pendidikan yang berdasarkan pada asih, asah dan asuh (care and dedication based on love). Konsep Among yang berarti asuhan dan pemeliharaan dengan suka cita, dengan memberi kebebasan anak asuh bergerak menurut kemauannya, berkembang menurut kemampuannya. Konsep ini kemudian dirumuskan dalam Tutwuri Handayani. Tutwuri Handayani berarti guru berperan sebagai pemimpin mengikuti dari belakang, memberi kebebasan dan keleluasaan bergerak yang dipimpinnya (peserta didik).Among merupakan metode pendidikan yang berjiwa kekeluargaan dan dilandasi dua dasar, yaitu kodrat alam dan kemerdekaan. Guru sebagai pamong, tidak dibenarkan bersifat otoriter terhadap anak didiknya dan sejatinya bersikap Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tutwuri Handayani.Tiga butir penting Pengajaran Rakyat menurut Ki Hadjar Dewantara :1) Pengajaran rakyat harus bersemangat keluhuran budi manusia, oleh karena itu harus mementingkan segala nilai kebatinan dan menghidupkan semangat idealisme.2) Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kecerdasan budi pekerti , jaitu masaknya jiwa seutuhnya atau character building.3) Pengajaran rakyat harus mendidik ke arah kekeluargaan , yaitu merasa bersama-sama hidup, bersama-sama susah dan senang, bersama-sama tangung jawab mulai dari lingkungan yang paling kecil, yaitu keluarga. Jangan sampai di sistem sekolah umum sekolah menjauhkan anak dari alam keluarganya dan alam rakyatnya.

b) Pendidikan dan SekolahRaden Mas Ki Hajar Dewantara, pendidik asli Indonesia, melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologiknya. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia. Beliau mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta, dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.Kekeliruan memahami hasil belajar sebagai prestasi belajar, umumnya menyebabkan guru lupa akan konsep budi pekerti. Konsep ini oleh Ki Hadjar Dewantara, dibangun dari tiga metode, yaitu: ngerti, ngrasa dan nglakoni. Ngerti dimaksudkan memberikan pengertian yang sebanyak-banyaknya kepada anak. Seorang guru ataupun orang tua menanamkan pengetahuan tingkah laku yang baik, sopan santun dan tata krama pada anak didik agar mereka mengerti bahwa tingkah laku yang buruk akan mendatangkan kerugian. Metode ngrasa, yaitu berusaha semaksimal mungkin memahami dan merasakan pengetahuan yang diperolehnya. Dalam hal ini diharapkan anak didik dapat memperhitungkan dan membedakan antara yang benar dan yang salah. Nglakoni, yaitu mengerjakan setiap tindakan, tanggung jawab telah dipikirkan akibatnya berdasarkan pengetahuan yang telah didapatnya. Jika sudah mantap dengan tindakan yang akan dilakukan hendaknya segera dilaksanakan jangan ditunda-tunda.

c) Pengaruh Terhadap Pembelajaran Masa KiniBagi Ki Hajar Dewantara, para guru hendaknya menjadi pribadi yang bermutu dalam kepribadian dan kerohanian, baru kemudian menyediakan diri untuk menjadi pahlawan dan juga menyiapkan para peserta didik untuk menjadi pembela nusa dan bangsa. Dengan kata lain, yang diutamakan sebagai pendidik pertama-tama adalah fungsinya sebagai model atau figure keteladanan, baru kemudian sebagai fasilitator atau pengajar. Nama Hajar Dewantara sendiri memiliki makna sebagai guru yang mengajarkan kebaikan, keluhuran, keutamaan. Pendidik atau Sang Hajar adalah seseorang yang memiliki kelebihan di bidang keagamaan dan keimanan, sekaligus masalah-masalah sosial kemasyarakatan. Modelnya adalah Kyai Semar (menjadi perantara antara Tuhan dan manusia, mewujudkan kehendak Tuhan di dunia ini). Sebagai pendidik yang merupakan perantara Tuhan maka guru sejati sebenarnya adalah berwatak pandita juga, yaitu mampu menyampaikan kehendak Tuhan dan membawa keselamatan.Ki Hadjar Dewantara memberikan alternatif yang berani, yaitu kembali ke jalan Nasional. Pendidikan untuk rakyat Indonesia harus berdasarkan pada budaya bangsanya sendiri. Memberikan kebebasan yang bukan tanpa batas. Kegiatan mereka harus terkontrol, dan menjadikan kebiasaan mereka sebagai media pendidikan

2. Raden Dewi Sartikaa) Prinsip Belajar dan PembelajaranRaden Dewi Sartika lahir di Cicalengka pada tanggal 4 Desember 1884 berasal dari keluarga bangsawan. Karena Dewi Sartika merupakan keluarga bangsawan, beliau dapat mengenyam pendidikan di sekolah elit bersama dengan anak para kolonial Belanda serta dengan fasilitas dan kualitas yang jauh lebih baik dibandingkan dengan sekolah untuk rakyat pribumi. Di usia 10 tahun, orang tua Dewi Sartika dibuang ke Ternate. Dengan pengalaman pahit ini, Dewi Sartika belajar untuk menjadi Dewasa.Setelah dewasa Dewi Sartika mendirikan sekolah khusus putri yang diberi nama Sekolah Istri. Sekolah ini menjadi panutan termasuk oleh daerah lain. Pengajarannya meliputi berhitung, membaca, menulis, menjahit, merenda, menyulam dan pelajaran agama.

b) Pendidikan dan Sekolah Gagasan Dewi Sartika dituangkan dengan mendirikan Sakolah Istri yang khusus diperuntukkan untuk kaum perempuan. Sakola Istri adalah ujung dari satu idealisme atau ujung dari cita-cita bangsa yang merupakan hasil kerja keras dalam upaya untuk meningkatkan derajat kaum perempuan, khususnya perempuan Sunda, dan pada umumnya perempuan Indonesia. Implementasi konsep itu sendiri tertuang dalam kurikulum yang diterapkan pada Sakola Istri diantaranya dengan memfokuskan materi pelajaran pada keterampilan perempuan sebagai salah satu upaya pemberdayaan kaum perempuan dengan pendidikan.

c) Pengaruh Terhadap Pembelajaran Masa KiniAtas usaha dan perjuangan Dewi Sartika, merupakan bagian dari usaha emansipasi wanita, sehingga wanita juga memiliki hak yang sama untuk mengenyam dunia pendidika.

3. Raden Ajeng Kartinia) Prinsip Belajar dan PembelajaranRaden ajeng Kartini lahir di Jepara pada tanggal 21 April 1879. Tanggal kelahirannya ini diperingati hari Kartini di Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Ada banyak sebab terjadinya diskriminasi terhadap perempuan, baik bersifat teologis, filosofis, maupun cultural sepeti masih kentalnya budaya patriarkhi yang menyelimuti seluruh lapisan masyarakat. Kondisi dominant budaya patriarkhi kiranya meupakan sebab utama trjadi diskriminasi, baik dalam sektor domestik maupun sosial politik.Pada surat-surat Kartini tertulis pemikiran-pemikirannya tentang kondisi sosial saat itu, terutama tentang kondisi perempuan pribumi. Sebagian besar surat-suratnya berisi keluhan dan gugatan khususnya menyangkut budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan. Dia ingin wanita memiliki kebebasan menuntut ilmu dan belajar. Kartini menulis ide dan cita-citanya, seperti tertulis: Zelf-ontwikkeling dan Zelf-onderricht, Zelf- vertrouwen dan Zelf-werkzaamheid dan juga Solidariteit. Semua itu atas dasar Religieusiteit, Wijsheid en Schoonheid (yaitu Ketuhanan, Kebijaksanaan dan Keindahan), ditambah dengan Humanitarianisme (peri kemanusiaan) dan Nasionalisme (cinta tanah air).

b) Pendidikan dan Sekolah R.A. Kartini berkeyakinan bahwa laki-laki dan perempuan harus memperoleh pendidikan yang sama. Pendidikan merupakan kata kunci menuju perubahan kehidupan kehidupan yang lebih baik. Pendidikan merupakan mediator utama pembebasan manusia dari diskriminasi dan penindasan. Khusus kaum perempuan diharapkan R.A. Kartini bukan hanya menjadi komoditi domestik melainkan bagaimana bisa memasuki peran emansipatoris didalam pergaulan global yang dinamis dan progresif, karena perempuan merupakan kunci pembuka bagi pendidikan putra-putri anak bangsa. R.A. Kartini dengan gerakan emansipasinya mencoba untuk mendobrak agar keluar dari kemelut budaya Jawa pada masanya. Kultur feodal patrialkhal selama berabad-abad membelenggu kaum perempuan, dimana kaum hawa hanya terbatas pada sektor domestik, antara dapur, sumur, dan kasur. Maka R.A. Kartini tampil dan menyerukan akan pendidikan akademis bagi kaum wanita. R.A. Kartini berharap dengan pendidikan kaum wanita dapat berpikiran maju, kreatif, kritis sehinga bisa keluar dari ketidakadilan dan diskriminasi yang ada dalam masyarakat.

c) Pengaruh Terhadap Pembelajaran Masa Kini Pendidikan yang diangankan bukan hanya menyangkut penguasaan materi kognitif semata, melainkan bagaimanamenjadikan manusia-manusia yang berbudi luhur dan brjiwa besar. Yaitu, pendidikan yang mengarahkan manusia menuju kesejahteraan dirinya secara sempurna, baik aspek kognitif, aspek apektif, maupunaspek psikomotorik. Atau denan kata lain pendidikan yang bisa menumbuhkan kekokohan diri secara sempurna baik spiritual, moral, dan intelektual maupunprofesional. Selain itu, Kartini juga mengangankan perempuan Indonesia menguasai berbagai bahasa asig, seperti bahsa Prancis, Inggris, Jerman dan laian-lain. Hal ini dimaksudkan bukan sekedar bergagah-gagah dengan berbicara bahasa-bahasa asing tersebut, tetapi lebih daripada itu adalah bagaimana kaum perempuan mampu membaca dan memehami pikiran-pikiran bangsa asing untuk kemudian secara kritis dan apresiasif dijadikan referensi bagi pembangunan bangsa ke depan. Kartini tidak hanya ingin mencerdaskan bangsanya tetapi juga ingin membentuk budi yang luhur. Ini berarti adanya keseimbangan antara intelektualitas dan moral; suatu paduan yang seimbang antara manusia yang individualistik dan sosial disamping manusia yang cinta pada bangsa dan tanah airnya. Khusus bagi kaumnya Kartini bercita-cita emansipasi agar mereka dapat menjadi manusia yang dewasa dan mandiri. Kartini sangat gigih menegakhan emansipasi bagi kaumnya, namun demikian kegigihan itu bukan sekedar mewujudkan hak persamaan dan kebebasan wanita saja tetapi perjuangan yang mengusahakan perubahan yang menyeluruh bagi bangsanya. la tidak hanya berusaha mendudukkan wanita di tempat yang semestinya dan mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia yang dilengkapi kepribadian kemanusiaan, tetapi Kartini memperjuangkan cita-cita luhur yang berlandaskan kemanusiaan bagi seluruh bangsanya. Dalam menuju cita-citanya Kartini menitikberatkan pentingnya peranan pendidikan.Pentingnya pendidikan bagi wanita dapat dilihat dari ucapannya yang berbunyi Perempuan itu soko guru peradaban. Dapat dikatakan bahwa cita-cita Kartini mengenai pendidikan terwujud dalam dua segi, yaitu yang sifatnya fisik (misalnya dibukanya sekolah-sekolah, kemajuan yang dicapai dalam masyarakat), dan yang lebih fundamental yaitu ketentuan perundang-undangan misalnya ketentuan yang tercakup di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945.Akhirnya dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 108 tanggal 2 Mei 1964, Kartini ditetapkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Seorang wanita yang berjuang menegakkan negara Republik Indonesia lewat pemikirannya

Tokoh pendidikan Indonesia sebanarnya tidak terbatas pada ketiga pahlawan tersebut. Masih banyak pahlawan Indonesia yang berjuang di bidang dan daerahnya masing-masing. Selain terpaku pada filosofi ataupun teori pembelajaran yang dicetuskan oleh para pelopor dari luar negeri, sebenarnya kita telah memiliki tokoh Indonesia yang memiliki pemikiran yang cukup besar untuk dapat menerapkan pendidikan Indonesia yang lebih baik.

BAB IIIKESIMPULAN

Berdasarkan penjelasan pada BAB pembahasan, dapat disimppulkam sesuai dengan rumusan masalah sebagai berikut:1. Tokoh atau pelopor pembelajaran modern diantaranya adalah Comenius, Rousseau, Pestalozzi, Herbart, Froebel, Spencer, Dewey, Addams, Montessori, Piaget dan Freire.2. Dari teori-teori pembelajaran modern yang dikemukakan oleh para pelopor, dapat ditarik garis besar dari setiap gagasan yang disampaikan sebagai berikut : Pembelajaran dapat dilaksanakan dengan menekankan pada aspek manusia secara naturalis, perkembangan moral, emosional, sosial, IPTEK maupun kebebasan dalam memperoleh pendidikan. Pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan tahap perkembangan siswa. Pendidikan dilaksanakan untuk mencapai kesadaran manusia (siswa) akan keadaan yang mereka hadapi dan memperoleh kebebasan yang semestinya mereka peroleh. Pendidikan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan dan minat anak Pembelajaran bagi anak-anak dilaksanakan dengan menggunakan objek yang nyata Pada dasarnya anak-anak mampu membangun pengetahuan mereka sendiri dari pengalaman yang mereka peroleh dari lingkungan mereka Anak-anak lebih cenderung membangun pengetahuan mereka dibandingkan mengingat informasi yang mereka peroleh3. Teori-teori dari para pioneer pendidikan mempunyai pengaruh dalam persiapan, pelaksanaan dan kegiatan pembelajaran di kelas. Selain itu, teori pembelajaran modern tersebut juga mempengaruhi kurikulum dan tujuan dari pendidikan. Beberapa dari teori-teori tersebut juga menjelaskan kedudukan manusia dalam memperoleh ilmu.