pelanggaran hak cipta karya fotografi di...

87
PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.) Oleh : KARINA PUTRI NIM : 11150480000043 PROGRAM STUDI ILMU HUKUM FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1441 H/2020 M

Upload: others

Post on 14-Nov-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI

DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

KARINA PUTRI

NIM : 11150480000043

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 2: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

i

PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI

DI MEDIA DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Hukum (S.H.)

Oleh :

KARINA PUTRI

NIM : 11150480000043

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1441 H/2020 M

Page 3: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam
Page 4: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam
Page 5: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam
Page 6: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

v

ABSTRAK

Karina Putri NIM 11150480000043 PELANGGARAN HAK CIPTA

KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA INTERNET MENURUT HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL. Program Studi Ilmu Hukum, Konsentrasi Hukum

Bisnis, Fakultas Syariah dan Hukum, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta 1440H/2020M. Isi: viii + 77 halaman + 3 lampiran + 3 halaman daftar

pustaka.

Studi ini bertujuan untuk mengkaji perlindungan hukum terhadap pencipta

Hak Cipta karya fotografi yang hak moral dan hak ekonomi dilanggar di media

internet menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta. Metode

penelitian ini menggunakan pendekatan bersifat penelitian yuridis normatif, yaitu

penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang ada dalam peraturan

perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah.

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan pelanggaran hak cipta fotografi masih

marak terjadi, mengacu kepada salah satu kasus Aryono, yang foto di instagram

pribadinya diambil oleh media online untuk kepentingan komersial. Dalam kasus ini

terjadi pelanggaran hak moral dan hak ekonomi. Di dalam Undang-Undang Hak

Cipta dijelaskan pada pasal 5 hak moral melekat kepada pencipta untuk

mempertahankan hak pencipta yang berlaku seumur hidup dan jika digunakan untuk

komersial dijelaskan pada pasal 9 pencipta memiliki hak ekonomi yaitu setiap orang

wajib mendapatkan izin pencipta untuk melakukan penggunaan komersial

perlindungan ini berlaku selama 50 tahun.

Kata kunci : Hak Cipta Fotografi, Pelanggaran Hak Cipta.

Pembimbing Skripsi : Dr. Nahrowi, S.H., M.H.

Daftar Pustaka : Tahun 1981 sampai Tahun 2018

Page 7: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

vi

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat

rahmat, nikmat serta karunia dari Allah SWT peneliti dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Daring Menurut

Hak Kekayaan Intelektual”. Sholawat serta salam peneliti panjatkan kepada Nabi

Muhammad Shallallahu’Alaihi wa Sallam, yang telah membawa umat manusia dari

zaman kegelapan ke zaman yang terang benderang ini.

Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini, peneliti banyak mendapatkan

bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak sehingga dalam kesempatan ini peneliti

mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:

1. Dr. Ahmad Tholabi Kharlie, S.H., M.H. Dekan Fakultas Syariah dan Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Muhammad Ali Hanafiah Selian, S.H., M.H.Ketua Program Studi Ilmu Hukum

dan Drs. Abu Tamrin, S.H., M.Hum.Sekretaris Program Studi Ilmu Hukum UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini.

3. Dr. Nahrowi, S.H., M.H. Pembimbing Skripsi yang telah bersedia meluangkan

waktu dan memberikan arahan dalam membimbing peneliti dalam penulisan

skripsi ini.

4. Kepala Pusat Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah membantu

dalam menyediakan fasilitas yang memadai untuk peneliti mengadakan studi

kepustakaan guna menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

vii

5. Pihak-pihak lainnya yang telah berkontribusi dalam pembuatan skripsi ini terutama

orang tua peneliti yaitu Bapak Aspan Daulay dan Ibunda Nilawati Salman yang

telah memberikan doa, saran dan dukungan terbaik selama masa penelitian.

Peneliti berharap semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu

peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari Allah

SWT. Peneliti menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

ini. Namun, peneliti berharap agar karya ilmiah ini dapat memberikan manfaat bagi

semua pihak.

Jakarta, 28 November 2019

Karina Putri

Page 9: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

viii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN PERSETUJUAN BIMBINGAN ................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA ............................................................ iii

LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................ iv

ABSTRAK ...................................................................................................... v

KATA PENGANTAR .................................................................................... vi

DAFTAR ISI ................................................................................................... vii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah .................. 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................ 6

D. Metode Penelitian ..................................................................... 6

E. Sistematika Pembahasan .......................................................... 11

BAB II HAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

....................................................................................................... 12

A. Kerangka Konseptual ............................................................... 12

1. Pengertian, Sifat dan Kedudukan Hak Cipta ..................... 12

2. Pembatasan Hak Cipta ...................................................... 13

3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta ..................................... 14

4. Penghapusan Pencatatan Ciptaan Hak Cipta ..................... 16

5. Jangka Waktu Hak Cipta ................................................... 17

6. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Litigasi .......... 18

7. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Non Litigasi ... 21

B. Kerangka Teori ......................................................................... 22

Page 10: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

ix

1. Teori Perlindungan Hukum ............................................... 22

C. Tinjauan (review) kajian terdahulu ........................................... 23

BAB III ASPEK FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA PADA HAK CIPTA

......................................................................................................... 25

A. Jenis-jenis Karya Fotografi ....................................................... 25

1. Fotografi Komersial dan Fotografi Non Komersial ............. 25

2. Perbedaan Potret dan Fotografi................ ............................ 27

B. Jenis-jenis Media Massa ........................................................... 34

1. Tinjauan Umum Tentang Media Siber ................................. 34

2. Tinjauan Umum Tentang Media Cetak ................................ 36

BAB IV KETENTUAN PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA

FOTOGRAFI DI MEDIA DARING............................................ 38

A. Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi Di Media Daring ...... 38

B. Ketentuan Hak Moral dan Hak Ekonomi Terkait Privasi

Pencipta Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi .. 51

BAB V PENUTUP ...................................................................................... 69

A. Kesimpulan ............................................................................... 69

B. Rekomendasi ............................................................................ 70

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 71

LAMPIRAN ....................................................................................................

Page 11: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Di era globalisasi ini, Indonesia termasuk negara yang dalam

perkembangan dunia usahanya semakin pesat. Hal ini dikarenakan seiring

bergantinya waktu, pertumbuhan perekonomian di dunia semakin bersaing

satu sama lain. Dewasa ini, kehidupan manusia tidak dapat dilepas dari arus

komunikasi dan informasi, bahkan kini informasi telah menjelma menjadi

suatu kekuatan tersendiri dalam persaingan global yang semakin kompetitif.

Salah satu nya maraknya fotografi di media internet. Dari karya fotografi

yang dihasilkan terdapat hak cipta di dalamnya dan dilindungi oleh undang-

undang yang berlaku.

Hak Kekayaan Intelektual secara umum dapat digolongkan kedalam

dua kategori utama, yaitu Hak Cipta dan Hak Kekayaan Industri. Hak

Kekayaan Intelektual atau yang biasa disebut HKI merupakan terjemahan dari

Intellectual Property Rights. Secara sederhana HKI adalah suatu hak yang

timbul bagi hasil pemikiran yang menghasilkan suatu produk yang

bermanfaat bagi manusia. HKI juga dapat diartikan sebagai hak bagi

seseorang karena telah membuat sesuatu yang berguna bagi orang lain. Objek

atau hal-hal yang diatur dalam HKI adalah karya-karya yang lahir dari

kemampuan intelektual daya pikir manusia. Hak Kekayaan Intelektual

dikategorikan sebagai hak atas kekayaan mengingat HKI pada akhirnya

menghasilkan karya-karya intelektual berupa: pengetahuan, seni, sastra,

teknologi dimana dalam mewujudkannya membutuhkan pengorbanan tenaga,

waktu biaya dan pikiran.1

Hak Cipta adalah karya cipta dalam bidang ilmu pengetahuan, seni dan

sastra.. Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi (economic rights) dan hak moral

(moral rights). Hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat

1 Rooseno Harjowidigdo, Mengenal Hak Cipta Indonesia, (Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1997), h. 13

Page 12: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

2

ekonomi atas ciptaan serta produk terkait. Hak moral adalah hak yang

melekat pada diri pencipta atau pelaku yang tidak dapat dihilangkan atau

dihapus dengan alasan apapun walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah

dialihkan. Khusus mengenai hak cipta, awalnya terdapat dua aliran sistem

hukum yang membentuknya, yaitu sistem hukum common law yang lahir di

Inggris, kemudian berkembang serta banyak mendapat pengaruh dari

Amerika Serikat dan sistem hukum Kontinental yang awalnya dianut oleh

negara-negara Eropa daratan, seperti Prancis, Belanda, Italia dan Jerman

Di Indonesia sendiri pengaturan hak cipta hadir pada masa

pemerintahan kolonial Belanda setelah diberlakukannya Auteurswet 1912

(selanjutnya disebut Undang-Undang Hak Cipta 1912) merupakan peraturan

perundang undangan buatan legislatif pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Setelah merdeka, Indonesia memiliki Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta (UUHC). Hak Kekayaan Intelektual (HKI) adalah hak

yang berkenaan dengan kekayaan yang timbul karena kemampuan intelektual

manusia.2 Terkait hak moral, maka perlindungannya akan berlaku seumur

hidup, lain halnya dengan hak komersil (hak ekonomi) yang perlindungannya

dibatasi dalam waktu tertentu.

Berdasarkan Pasal 59 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta,

perlindungan komersil atas suatu karya fotografi dibatasi selama 50 (lima

puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan pengumuman. Perlindungan

hukum terhadap Hak Cipta di Indonesia saat ini diatur dalam Undang-Undang

Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta yang memberikan pengertian

bahwa: “Hak Cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara otomatis

berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan dalam bentuk

nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.” Secara yuridis tidak ada kewajiban mendaftarkan

setiap ciptaan pada kantor Hak Cipta, karena Hak Cipta tidak diperoleh

berdasarkan pendaftaran namun Hak Cipta terjadi dan dimiliki penciptanya

2 Subroto, Muhammad Ahkam, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk

Penumbuhan Inovasi, (Jakarta: LIPI Press, 2005) h. 11

Page 13: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

3

secara otomatis ketika ide itu „selesai‟ dan diekspresikan dalam bentuk suatu

karya atau ciptaan yang berwujud.

Kehadiran internet sebagai sebuah fenomena kemajuan teknologi

menyebabkan terjadinya percepatan globalisasi dan lompatan besar bagi

penyebaran informasi dan komunikasi di seluruh dunia.3 Penggunaan internet

sebagai media informasi multimedia membuat beragam karya digital dapat

secara terus menerus digandakan dan disebarluaskan ke ribuan orang dalam

waktu singkat, hanya dengan menekan beberapa tombol komputer. Tidak

heran jika internet kemudian dipandang sebagai lautan informasi yang

memiliki banyak muatan hak milik intelektual, khususnya hak cipta.

Kehadiran internet saat ini dimaknai sebagai sebuah kemajuan teknologi yang

menjadikan penyebab terjadinya percepatan arus globalisasi, yang di

dalamnya terdapat hal positif dan hal negatif. Dalam sisi negatif, yang

dimaksud disini adalah yang berkaitan dengan dunia kejahatan. J.E. Sahetapy

menyatakan dalam tulisannya, bahwa kejahatan erat kaitannya dengan

perkembangan masyarakat.

Semakin maju kehidupan masyarakat, maka kejahatan juga ikut maju. 4

Untuk itu diperlukan wadah yang dapat membantu dan melindungi ide-ide

kreatif tersebut. Untuk tingkat internasional organisasi yang mewadahi bidang

HKI (Hak atas Kekayaan Intelektual) adalah WIPO (World Intellectual

Property Organization) Aspek teknologi juga merupakan faktor yang sangat

dominan dalam perlindungan HKI (Hak atas Kekayaan Intelektual).

Perkembangan teknologi informasi dan digital saat ini mengakibatkan

informasi dapat dengan mudah dan cepat tersebar ke seluruh pelosok dunia.

Hak cipta merupakan salah satu jenis perlindungan HKI yang disediakan

untuk melindungi karya seni, pengetahuan dan sastra. Pelanggaran terhadap

karya cipta, dalam hal ini pada karya seni fotografi, sering terjadi terutama

yang berkaitan dengan status kepemilikan haknya. Sebenarnya, status

3 Yusran Isnaini, Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space, Bogor, Ghalia

Indonesia, 2009, h. 1 4 Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime), (Bandung:

PT Refika Aditama, 2010), h. 21

Page 14: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

4

kepemilikan atas suatu foto sudah jelas ketentuannya yakni dimiliki oleh

orang yang pertama kali menciptakan serta mempublikasikannya ciptaannya,

dalam hal ini fotografer.

Hal ini sesuai dengan prinsip first to invent dalam Hak Cipta. Salah

satu masalah yang seringkali dihadapi oleh pencipta foto adalah ketika ia

bekerja sebagai karyawan dan berada dibawah suatu perjanjian kuasa, terlebih

lagi ketika salah satu pihaknya tidak paham betul mengenai apa yang telah

diperjanjikan sebelumnya berkaitan dengan hak kepemilikan atas foto-foto

yang telah tercipta. Setiap karya kreatif yang tercipta dari seseorang atau

sekelompok orang sebagai bentuk dari kemampuan intelektual manusia yang

berguna dan memberi dampak baik dari berbagai aspek perlu diakui dan perlu

dilindungi, agar ide-ide kreatif yang telah diciptakan tidak diklaim atau di

bajak oleh pihak lain.

Hukum diharapkan dapat memberikan perlindungan bagi karya

intelektual, sehingga mampu mengembangkan daya kreasi masyarakat. Salah

satu pelanggaran Hak Cipta atas karya fotografi yang terjadi di Indonesia

adalah yang terjadi antara seorang pencipta karya fotografi bernama Aryono

Huboyo Djati yang menyatakan foto Potret Tino Saroengallo karya Aryono,

ia merasa karya fotonya digunakan, dipublikasikan, dan diperbanyak oleh 8

media online di Indonesia tanpa izin dan tidak mencantumkan nama asli dari

pencipta atas karya fotografi tersebut. Karena merasa haknya telah dilanggar

maka akhirnya pencipta tersebut mengajukan gugatan atas pelanggaran yang

terjadi. Aryono pun menggugat melalui Pangka dan Syndicate Law Office.

Aryono mempersoalkan hak moral dan hak ekonomi atas pemuatan foto itu.

Pengaduan itu pun diselesaikan oleh Dewan Pers.

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti

lebih lanjut mengenai pelanggaran hak cipta karya fotografi di media internet,

yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi yang berjudul

“PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA

DARING MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL”.

Page 15: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

5

B. Identifikasi, Pembatasan, dan Perumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diajukan sebelumnya,

maka identifikasi masalah penelitian ini sebagai berikut :

a. Pelanggaran Hak Moral dan Hak Ekonomi pada Hak Kekayaan

Intelektual yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun

2014 tentang Hak Cipta

b. Kurangnya edukasi Hak Cipta tentang fotografi di kalangan

masyarakat

c. Maraknya pengambilan foto tanpa izin untuk keperluan komersial

dan non komersial

d. Syarat suatu karya cipta fotografi agar memperoleh perlindungan

hak cipta

e. Upaya pemerintah dalam memberikan perlindungan hukum bagi

pencipta foto

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah

dikemukakan agar pembahasan dan penelitian ini lebih terarah, maka

peneliti membatasi pembahasan dengan membuat batasan hanya

mengenai bentuk perlindungan hak cipta Pencipta terhadap hak cipta

karya fotografi dalam aktifitas daring mengenai perlindungan hak

moral dan ekonomi menurut Undang-Undang Nomor 28 tahun 2014

tentang Hak Cipta.

3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah peneliti berikan pada latar

belakang dan batasan masalah di atas perumusan masalah yang

diangkat ialah implementasi tinjauan hukum terhadap pelanggaran Hak

Cipta karya fotografi di media internet.

Dari perumusan masalah tersebut peneliti pertegas dengan

pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Apa penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi?

Page 16: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

6

b. Bagaimana ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya pencipta

fotografi jika privasi seseorang dilanggar?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini, paling tidak peneliti mendalilkan tujuan

penelitian sebagai berikut:

a. Untuk mengetahui mengenai penyebab media online masih

melanggar hak cipta fotografi

b. Untuk mengetahui ketentuan hak moral dan hak ekonomi karya

pencipta tersebut jika privasi seseorang dilanggar

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini bermanfaat untuk :

a. Manfaat teoritis, penelitian ini memberikan sebagai tambahan

dokumentasi segi hukum dalam membahas Hak Cipta karya

fotografi dan dapat menjadi referensi untuk penelitian hukum

berikutnya

b. Manfaat praktis, penilitian ini dapat bermanfaat bagi para peminat

hukum perdata dan praktisi hukum bisnis dalam menganalisis

tentang pelanggaran dalam hak cipta terkait karya fotografi dan

diharapkan menjadi masukan bagi Direktorat Jendral Kekayaan

Intelektual (DJKI) agar lebih mensosalisasikan hak cipta fotografi

ke khalayak umum dan Dewan Pers ke seluruh media online.

D. Metode Penelitian

Metode merupakan strategi utama dalam mengumpulkan data-data

yang diperlukan untuk menjawab persoalan yang dihadapi. Pada dasarnya

sesuatu yang dicari dalam penelitian ini tidak lain adalah “pengetahuan”

atau lebih tepatnya “pengetahuan yang benar”, dimana pengetahuan yang

benar ini nantinya dapat dipakai untuk menjawab pertanyaan atau

Page 17: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

7

ketidaktahuan tertentu.5 Untuk dapat merampungkan penyajian skripsi ini

agar dapat memenuhi kriteria sebagai tulisan ilmiah diperlukan data yang

relevan dengan skripsi ini. Dalam upaya pengumpulan data yang

diperlukan itu, maka diterapkan metode pengumpulan data sebagai

berikut:

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian hukum kualitatif. Penelitian

disebut penelitian kualitatif apabila jenis data dan analisa yang

digunakan bersifat naratif, dalam bentuk pernyataan-pernyataan yang

menggunakan penalaran. Jenis penelitian ini adalah penelitian hukum

kualitatif. Para peneliti kualitatif mencari makna, pemahaman,

pengertian, verstehen tentang suatu fenomena, kejadian, maupun

kehidupan manusia dengan terloibat langsung dan/atau tidak langsung

dalam setting yang diteliti, kontekstual, dan menyeluruh. Peneliti bukan

mengumpulkan data sekali jadi atau sekaligus dan kemudian

mengolahnya, melainkan tahap demi tahap dan makna disimpulkan

selama proses berlangsung dari awal sampai akhir kegiatan, bersifat

naratif dan holistik. 6

2. Pendekatan Masalah

Penelitian hukum merupakan suatu kegiatan know-how dalam

ilmu hukum yang bersifat perspektif, bukan sekedar know-about.

Sehingga dibutuhkan kemampuan mengidentifikasi masalah hukum,

menganalisis masalah dan kemudian memberikan pemecahan atas

masalah tersebut.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan hukum yuridis. Dalam pendekatan hukum yuridis yang

dilakukan adalah mengkaji peraturan perundang-Undangan (statute

approach), buku-buku, dan jurnal (library research) yang berhubungan

5 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,

1997), h. 27-28 6 A. Muri Yusuf, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan,

(Jakarta: Prenadamedia Group, 2014), h. 328-329

Page 18: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

8

dengan penelitian ini dan menggabungkan dengan unsur-unsur

normatif. Penelitian hukum normatif adalah metode penelitian hukum

yang diberlakukan dengan meneliti bahan pustaka atau data sekunder

belaka. Tipe penelitian ini adalah penelitian hukum perspektif, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau

merumuskan masalah sesuai dengan keadaan/fakta yang ada.7

3. Sumber Data

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder

yang artinya data sebelumnya telah diolah oleh orang lain. Data

sekunder ini antara lain : dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-

hasil penelitian yang berbentuk laporan, buku harian, hasil interview,

dan lain-lain. Data sekunder ini meliputi bahan hukum primer, bahan

hukum sekunder, dan bahan hukum tersier :

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat

autoritatif artinya mempunyai otoritas. Bahan-bahan hukum primer

meliputi perundang-undangan, catatan-catatan resmi atau risalah

dalam pembuatan perundang-undangan, dan putusan-putusan hakim.

Dalam penelitian ini yang termasuk dalam bahan hukum primer

adalah:

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2014

Tentang Hak Cipta

3) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 1999

tentang Pers

4) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik

5) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan

Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik

7 Bambang Waluyo, Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, (Jakarta: Sinar Grafika,

2008), h. 9

Page 19: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

9

6) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data

Pribadi Dalam Sistem Elektronik

7) Surat Keputusan Dewan Pers Nomor: 03/SK-DP/III/2006

Tentang Undang-Undang Nomor 0 Tahun 1999 Tentang Pers

Kode Etik Jurnalistik Sebagai Peraturan Dewan Pers

8) Risalah Penyelesaian Mediasi Aryono Huboyo Djati Terhadap

8 Media Siber (Detik.com, Tribunnews.com, Metrotvnews.com,

Medcom.id, Matamata.com, Grid.id, Kapanlagi.com,

Merdeka.com)

9) Surat gugatan dari Aryono Huboyo Djati melalui Pangka &

Syndicate Law Office

b. Bahan Hukum Sekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang tidak mempunyai kekuatan

mengikat tetapi membahas atau menjelaskan topik terkait dengan

penelitian berupa

1) Buku-buku; Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan

Intelektual oleh Abdul Atsar, Hukum Hak Cipta oleh Eddy

Damian, Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space,

Yusran Isnaini, Perkembangan Hukum Intellectual Property

Rights oleh Endang Purwaningsih, Menggali Keadilan Hukum

oleh Iman Sjahputra dan yang terdapat dalam daftar pustaka

2) Situs internet seperti; https://dewanpers.or.id/ ,

https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-

dari-fotografi-komersial/,

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea

71f99/mekanisme-penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual

dan yang terdapat dalam daftar pustaka

3) Artikel dalam majalah/media elektronik, laporan

penelitian/jurnal hukum, makalah yang disajikan dalam

pertemuan kuliah dan catatan kuliah.

Page 20: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

10

c. Bahan Tersier

Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan

penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder

seperti kamus hukum, KBBI, dan lain-lain.

4. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan studi kepustakaan di

Perpustakaan Utama UIN Jakarta, Perpustakaan Fakultas Syariah dan

Hukum, Perpustakaan Nasional, Perpustakaan Umum Provinsi DKI

Jakarta dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis catatan yang

bersumber pada bahan-bahan pustaka yang mendukung. Selain itu,

Pengumpulan data dilakukan di Dewan Pers dengan mengambil Risalah

Penyelesaian Mediasi Aryono Terhadap 8 Media Siber.

Adapun bahan hukum, baik bahan hukum primer, bahan hukum

sekunder, maupun bahan non-hukum diuraikan dan dihubungkan

sedemikian rupa, sehingga ditampilkan dalam penulisan yang lebih

sistematis untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan. Cara

pengolahan bahan hukum dilakukan secara memilah dan menganalisis

buku-buku, jurnal, website, Peraturan perundang-undangan dengan

mengkaitkan kasus Aryono. Pengolahan ini dilakukan secara deduktif

yakni menarik kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum

terhadap permasalahan konkret yang dihadapi.

5. Teknik Penulisan

Dalam penyusunan penelitian ini peneliti menggunakan metode

penulisan sesuai dengan sistematika penulisan yang ada pada Buku

Pedoman Penulisan Skripsi, Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Syarif

Hidayatullah, Jakarta, tahun 2017.

Page 21: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

11

E. Sistematika Pembahasan

Untuk dapat menuangkan hasil penelitian dalam bentuk penulisan yang

benar dan tersistematis, maka skripsi ini disusun dengan sistematika penulisan

sebagai berikut;

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini merupakan bab pendahulu yang isinya antara lain memuat

latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan

perumusan masalah, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II HAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

Dalam bagian bab ini peneliti akan membahas mengenai kajian

pustaka, kerangka konseptual, kerangka teoritis dan tinjauan (review)

kajian terdahulu.

BAB III JENIS-JENIS FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA

Mengenai data penelitian, maka peneliti mencantumkan literasi yang

berkaitan dengan jenis-jenis karya fotografi dan jenis-jenis media

massa.

BAB IV PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI

MEDIA DARING

Analisis yang dibahas dalam bab ini merupakan suatu gabungan antara

bab II dan bab III mengenai “PELANGGARAN HAK CIPTA

KARYA FOTOGRAFI DI MEDIA DARING MENURUT HAK

KEKAYAAN INTELEKTUAL”

BAB V PENUTUP

Berisi kesimpulan-kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian dan

dilengkapi juga dengan rekomendasi.

Page 22: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

12

BAB II

HAK CIPTA MENURUT HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL

A. Kerangka Konseptual

1. Pengertian, Sifat dan Kedudukan Hak Cipta

Hak cipta merupakan salah satu bagian diantara beberapa cabang

dari Hak Kekayaan Intelektual (Intellectual Property Rights). Istilah hak

cipta yang dikenal adalah hak pengarang sesuai dengan terjemahan

harfiah bahasa Belanda, Auteursrecht. Baru pada Kongres Kebudayaan

Indonesia ke-2, Oktober 1951 di Bandung, penggunaan istilah hak

pengarang dipersoalkan karena dipandang menyempitkan pengertian hak

cipta1.Hak Cipta adalah hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mengatur penggunaan hasil penuangan gagasan atau informasi

tertentu. Di Inggris, penggunaan istilah copyright dikembangkan untuk

melindungi penerbit, bukan untuk melindungi si pencipta, dengan

perkembangan hukum dan teknologi perlindungan juga diberikan kepada

pencipta, dan cakupan hak cipta diperluas, tidak hanya buku, tetapi karya

cipta lainnya.2

Dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

,pengertian hak cipta adalah hak eksklusif pencipta yang timbul secara

otomatis berdasarkan prinsip deklaratif setelah suatu ciptaan diwujudkan

dalam bentuk nyata tanpa mengurangi pembatasan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.Pencipta ialah seorang atau

beberapa orang. secara sendiri-sendiri atau bersama-sama menghasilkan

suatu ciptaan yang bersifat khas dan pribadi. Ciptaan ialah setiap hasil

karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra yang dihasilkan

1Eddy Damian, Hukum Hak Cipta, (Bandung: Alumni, 2009) , h. 111.

2 Endang Purwaningsih. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights. (Bogor :

Ghalia Indonesia. h. 1

Page 23: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

13

atas inspirasi, kemampuan, pikiran, imajinasi, kecekatan, keterampilan

atau keahlian yang diekspresikan dalam bentuk nyata.

Pada umumnya dalam hak cipta terkandung hak ekonomi

(economic right) dan hak moral (moral right) dari pemegang hak cipta.

Hak ekonomi adalah hak untuk memperoleh keuntungan ekonomi atas hak

cipta. Hak ekonomi ini berupa keuntungan sejumlah uang yang diperoleh

karena penggunaan hak ciptanya tersebut oleh dirinya sendiri, atau karena

digunakan oleh pihak lain berdasarkan lisensi yang diberikan. Selanjutnya

yang dimaksud dengan hak cipta mengandung hak moral adalah hak yang

melindungi kepentingan pribadi atau reputasi penemu atau pencipta.

Di samping itu, berbicara mengenai masalah sifat dasar hak cipta

maka perlu diketahui bahwa pada dasarnya hak cipta ini merupakan hak

mutlak atas suatu benda atau biasa disebut sebagai hak kebendaan dalam

kondisi yang tidak berwujud (intangible right) dan sangat pribadi,

sehingga orang lain yang akan menggunakannya wajib mendapatkan izin

atau lisensi.3

2. Pembatasan Hak Cipta

Mengenai permasalahan ciptaan yang dilindungi, secara eksplisit

dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta sudah disinggung. Selengkapnya ketentuan ini merinci

beberapa bagian ciptaan yang dilindungi hak ciptanya, yakni: (a) buku,

pamflet, perwajahan karya tulis yang diterbitkan, dan semua hasil karya

tulis lainnya; ceramah, kuliah, pidato, dan Ciptaan sejenis lainnya; alat

peraga yang dibuat untuk kepentingan pendidikan dan ilmu pengetahuan;

lagu dan/atau musik dengan atau tanpa teks; drama, drama musikal, tari,

koreografi, pewayangan, dan pantomim; karya seni rupa dalam segala

bentuk seperti lukisan, gambar, ukiran, kaligrafi, seni pahat, patung,atau

kolase; karya seni terapan; karya arsitektur; peta; karya seni batik atau seni

3 Arif Lutviansori, Hak Cipta dan Perlindungan Foklor Di Indonesia, (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010), h. 71

Page 24: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

14

motif lain; karya fotografi; potret; karya sinematografi; terjemahan, tafsir,

saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan

karya lain dari hasil transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen,

transformasi, atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; kompilasi

Ciptaan atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program

Komputer maupun media lainnya;Kompilasi ekspresi budaya tradisional

selama kompilasi tersebut merupakan karya yang asli; Permainan video;

dan Program Komputer.

Hasil karya yang tidak dilindungi hak cipta meliputi: (Pasal 41 ayat

(2) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta)

a. Hasil karya yang belum diwujudkan dalam bentuk nyata;

b. Setiap ide, prosedur, sistem, metode, konsep, prinsip, temuan atau

data walaupun telah diungkapkan, dinyatakan , digambarkan ,

dijelaskan, atau digabungkan dalam sebuah ciptaan; dan

c. Alat, benda, atau produk yang diciptakan hanya untuk menyelesaikan

masalah teknis atau yang bentuknya hanya ditujukan untuk kebutuhan

fungsional.

Hal-hal yang tidak termasuk hak cipta adalah hasil rapat terbuka

lembaga negara, peraturan perundang-undangan, pidato kenegaraan atau

pidato pejabat pemerintah, putusan pengadilan atau penetapan hakim, dan

kitab suci atau simbol keagamaan (Pasal 42 Undang-Undang Nomor 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta). Hal-hal yang tidak dapat didaftarkan

sebagai ciptaan adalah: Ciptaan di luar bidang ilmu pengetahuan, seni, dan

satra , Ciptaan yang tidak orisinil, Ciptaan yang bersifat abstrak, Ciptaan

yang sudah merupakan milik umum, Ciptaan yang tidak sesuai dengan

ketentuan pada Undang-Undang Hak Cipta.

3. Mekanisme Pencatatan Hak Cipta

Secara praktik untuk menghindari berbagai macam masalah hukum

seperti sengketa maka ada baiknya seorang pencipta mendaftarkan karya

ciptaanya. Pendaftaran hak cipta yang kini telah diubah istilahnya menjadi

Page 25: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

15

Pencatatan, dapat dilakukan melalui beberapa alternatif, yaitu : Secara

langsung kepada Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri, Direktorat

Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM di Jl. H.R.

Rasuna Said Kav. 8-9, Jakarta Selatan 12940, melalui Kantor Wilayah

Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia di seluruh Indonesia

dan melalui konsultan hak kekayaan intelektual.

Pencatatan dapat dilakukan dengan melalui permohonan. Menurut

Pasal 67 UUHC Dalam hal Permohonan diajukan oleh beberapa orang

yang secara bersama-sama yang hak atas suatu ciptaan atau produk hak

terkait.permohonan dilampiri keterangan tertulis yang membuktikan hak

tersebut dan badan hukum, permohonan dilampiri salinan resmi akta

pendirian badan hukum yang telah disahkan oleh pejabat berwenang.

Berikut bagaimana tata cara pendaftaran hak cipta berdasarkan

Pasal 66 UUHC yaitu Pencatatan ciptaan dan produk hak terkait diajukan

dengan permohonan secara tertulis dalam bahasa indonesia oleh Pencipta,

Pemegang Hak Cipta, pemilik Hak Terkait, atau Kuasanya kepada

Menteri. Permohonan sebagaimana dimaksud dilakukan secara elektronik

dan/atau non elektronik dengan menyertakan contoh ciptaan, produk hak

terkait, atau penggantinya melampirkan surat pernyataan kepemilikan

Ciptaan dan Hak Terkait dan membayar biaya. hal pemeriksaaan dalam

pendaftaran hak cipta dilakukan oleh menteri.

Keputusan menerima atau menolak permohonan wajib diberikan

dalam 27 waktu paling lama 9 (sembilan) bulan terhitung sejak tanggal

diterimanya permohonan.. Berikut ini adalah persyaratan pencatatan hak

cipta fotografi perorangan yang dilakukan secara langsung kepada

Direktorat Hak Cipta dan Desain Industri. Direktorat Jendral Kekayaan

Intelektual, Kementrian Hukum dan HAM: mengisi formulir pencatatan

lalu melampirkan contoh ciptaan berupa selembar foto atau beberapa

lembar foto yang akan didaftarkan hak ciptanya, selanjutnya melampirkan

dokumen pendukung seperti identitas pemohon dan bukti

kewarganegaraan, surat kuasa khusus apabila melalui kuasa, surat

Page 26: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

16

pernyataan kepemilikan hak cipta setelah itu, membayar biaya pendaftaran

sebesar Rp. 300.000,- (Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun

2014 tentang Jenis dan Tarif atas Hebus Penerimaan Negara Bukan Pajak

Yang Berlaku Pada Kementrian Hukum dan Hak Asasi Manusia).4Berikut

skema proses pendaftaran hak cipta:

4. Penghapusan Pencatatan Ciptaan Hak Cipta

Hapusnya Kekuatan hukum pencatatan Ciptaan dan produk Hak

Terkait dapat dibatalkan karena Permintaan orang atau badan hukum yang

namanya tercatat sebagai pencipta, pemegang hak cipta, atau pemilik hak

terkait dan lampaunya waktu sebagaimana dimaksud dalam pada ayat (1)

dimiliki oleh 2 (dua) orang atau lebih, pelindungan Hak Cipta berlaku selama

waktu yang ditentukan oleh undang-undang Hak Cipta yang terdapat dalam pasal

59-61. Putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap

4 Departemen Kehakiman R.I Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek, Buku

Panduan di Bidang Hak Cipta, (Jakarta: Pengayoman, Maret 1993), h.17

PENDAFTARAN PERMOHONAN

PEMERIKSAAN FORMALITAS

PEMERIKSAAN SUBSTANTIF

DIDAFTAR

PENGUMUMAN

DALAM

TAMBAHAN

BERITA NEGARA

DAFTAR

UMUM

CIPTAAN

DIBERITAHUKAN KEPADA

PEMOHON APABILA ADA

KEKURANGAN

PERSYARATAN UNTUK

DALAM WAKTU 3

BULAN TIDAK

DIIPENUHI

DITOLAK

DAPAT

MENGAJUKAN

KEBERATAN KE

PN

Page 27: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

17

mengenai pembatalan pencatatan ciptaan atau produk hak terkait.

Melanggar norma agama, norma susila, ketertiban umum, pertahanan dan

keamanan negara, atau peraturan perundang-undangan yang

penghapusannya dilakukan oleh Menteri. Penghapusan pencatatan ciptaan

atas permintaan orang atau badan hukum yang namanya tercatat sebagai

Pencipta, Pemegang Hak Cipta, atau pemilik Hak Terkait dikenai biaya

5. Jangka Waktu Hak Cipta

Pemberlakuan perlindungan hukum hak cipta pada pelaksanaannya

memiliki jangka waktu perlindungannya. Masa perlindungan ini diberikan

untuk memberikan kepastian hukum sampai kapan suatu ciptaan atau karya

intelektual tersebut dapat dijamin perlindungannya dan dapat ditindak atas

pelanggaran yang dilakukan terhadap ciptaan tersebut. Menarik untuk

diketahui bahwa hak moral ini melekat abadi atau tak ada batasan waktu

yang diatur.

Satu hal lagi, hak moral tak bisa dialihkan kepada orang lain.

Sedangkan untuk Hak Ekonomi khususnya bagi karya cipta fotografi, sudah

diatur dalam Pasal 59 ayat (1) UU No. 28 Tahun 2014 Pelindungan Hak

Cipta atas Ciptaan Karya fotografi; Potret; karya sinematografi; permainan

video; Program Komputer; perwajahan karya tulis; terjemahan, tafsir,

saduran, bunga rampai, basis data, adaptasi, aransemen, modifikasi dan

karya lain dari hasil transformasi; terjemahan, adaptasi, aransemen,

transformasi atau modifikasi ekspresi budaya tradisional; kompilasi Ciptaan

atau data, baik dalam format yang dapat dibaca dengan Program Komputer

atau media lainnya; dan kompilasi ekspresi budaya tradisional selama

kompilasi tersebut merupakan karya yang asli, Berlaku selama 50 (lima

puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman. Perlindungan Hak

Cipta atas ciptaan berupa karya seni terapan berlaku selama 25 (dua puluh

lima) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.

Page 28: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

18

6. Penyelesaian Sengketa Hak Cipta Melalui Litigasi

Terkadang dalam proses interaksi tersebut yang tidak selamanya

berjalan “mulus” akhirnya menimbulkan gesekan-gesekan masalah antara

pihak-pihak yang berkepentingan. Umumnya hak cipta dilanggar jika materi

hak cipta tersebut digunakan tanpa izin dari pencipta yang mempunyai hak

eksklusif atas ciptaannya. Media penyelesaian masalah dalam bidang

kekayaan intelektual, biasanya dapat ditempuh dengan melalui dua jalan,

yaitu melalui jalur pengadilan dan ADR (Alternative Dispute Resolution).

Jalur pengadilan biasanya digunakan untuk menyelesaikan sengketa HKI

yang bersifat terbuka dan tidak mengandung unsur rahasia, misalnya Hak

Cipta, Merek, dan lain-lain, sedangkan ADR digunakan untuk

menyelesaikan sengketa terhadap aspek kekayaan intelektual yang

mempunyai unsur rahasia, misalnya Paten dan Rahasia Dagang. Berikut

Penyelesaian Sengketa Melalui Litigasi (Di Pengadilan). Berikut ini

mekanisme penyelesaian bagi pencipta yang ingin mempertahankan

haknya:5

a. Gugatan Perdata

Mekanisme ini diatur di dalam Pasal 100 UUHC. Pemegang hak

cipta berhak mengajukan gugatan ganti rugi kepada pengadilan niaga

atas pelanggaran hak ciptaannya dan meminta penyitaan terhadap benda

yang diumumkan atau hasil perbanyakan ciptaan itu. Pemegang hak

cipta juga berhak memohon kepada pengadilan niaga agar

memerintahkan penyerahan seluruh atau pameran karya, yang

merupakan hasil pelanggaran hak cipta sebelum menjatuhkan putusan

akhir dan untuk mencegah kerugian yang lebih besar pada pihak yang

haknya dilanggar. Hakim dapat memerintahkan pelanggar untuk

menghentikan kegiatan pengumuman dan/atau perbanyak ciptaan atau

5 Abdul Atsar, Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual, (Yogyakarta:

Deepublish, 2018), h. 42.

Page 29: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

19

barang yang merupakan hasil pelanggaran hak cipta. Untuk

penyelesaian sengketa melalui Pengadilan, tata cara gugatan telah diatur

dalam pada Pasal 100-101 Undang-Undang Hak Cipta 2014 sebagai

berikut.6

Gugatan atas pelanggaran Hak Cipta diajukan kepada ketua

Pengadilan Niaga. Gugatan yang sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dicatat oleh panitera Pengadilan Niaga dalam register perkara

pengadilan pada tanggal gugatan tersebut didaftarkan, lalu Panitera

Pengadilan Niaga memberikan tanda terima yang telah ditandatangani

pada tanggal yang sama dengan tanggal pendaftaran. Panitera

Pengadilan Niaga menyampaikan permohonan gugatan kepada ketua

Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 2 (dua) Hari terhitung sejak

tanggal gugatan didaftarkan. Dalam waktu paling lama 3 (tiga) Hari

terhitung sejak gugatan didaftarkan, Pengadilan Niaga menetapkan Hari

sidang. Pemberitahuan dan pemanggilan para pihak dilakukan oleh juru

sita dalam waktu paling lama 7 (tujuh) Hari terhitung sejak gugatan

didaftarkan.Putusan atas gugatan harus diucapkan paling lama 90

(sembilan puluh) Hari sejak gugatan didaftarkan. Dalam hal jangka

waktu tersebut tidak dapat dipenuhi, atas persetujuan Ketua Mahkamah

Agung jangka waktu tersebut dapat diperpanjang selama 30 (tiga puluh)

Hari. Putusan Pengadilan Niaga harus disampaikan oleh juru sita

kepada para pihak paling lama 14 (empat belas) Hari terhitung sejak

putusan diucapkan.

b. Tuntutan Pidana.

Ketentuan pidana pelanggaran hak cipta diatur di dalam Pasal

112-118 UUHC. Pengajuan gugatan perdata tetap bisa dilakukan

bersama tuntutan pidana. Proses perdata tidak menggugurkan hak

negara untuk melakukan tuntutan pidanas ebelum dilakukan upaya

pidana, UUHC yang baru mengaharuskan dilakukan upaya mediasi

6 https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/mekanisme-

penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal 29 Oktober 2019.

Page 30: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

20

terlebih dahulu sebelum tuntutan pidana dilakukan (Pasal 95 ayat 4

Undang-Undang No. 28 Tahun 2014). Berikut contoh ketentuan Pidana

pada Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta.

Setiap orang yang dengan tanpa hak melakukan pelanggaran hak

ekonomi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) huruf i untuk

penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 1 (Satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.100.000.000,00 (Seratus juta rupiah). Setiap orang yang dengan

tanpa hak melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 9 ayat (1) huruf c, huruf d, huruf f, dan/atau untuk

penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 3 (Tiga) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.500.000.000,00 (Lima ratus juta rupiah). Setiap orang yang dengan

tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau pemegang Hak Cipta

melakukan pelanggaran hak ekonomi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 9 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf e dan/atau huruf g untuk

penggunaan secara komersial dipidana dengan pidana penjara paling

lama 4 (Empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.1.000.000.000,00 (Satu miliar rupiah). Setiap orang yang memenuhi

unsur sebagaimana yang dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam

bentuk pembajakan, dipidana dengan pidana penjara paling lama 10

(Sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak

Rp.4.000.000.000,00 (Empat miliar rupiah). Di samping sanksi-sanksi

yang telah disebutkan di atas yang telah diubah, perubahan lain yang

dibilang mendasar, adalah tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 120 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini

merupakan delik aduan. Itu artinya tidak dapat ditutut kecuali atas

pengaduan dari pemegang Hak Cipta.

Page 31: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

21

7. Penyelesaian Sengketa Melalui Non Litigasi

Sengketa atau beda pendapat perdata dapat diselesaikan oleh para

pihak melalui alternatif penyelesaian sengketa yang didasarkan pada itikad

baik dengan mengesampingkan penyelesaian secara litigasi di Pengadilan

Negeri. Pasal 95 ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang

Hak Cipta, mengatur bahwa penyelesaian sengketa Hak Cipta dapat

dilakukan melalui alternatif penyelesaian sengketa, arbitrase dan

penyelesaian alternatif lainnya. Berikut jenis-jenis penyelesaian sengketa

non litigasi:

a. Negoisasi

Negosiasi sebagai sarana bagi para pihak yang bersengketa untuk

penyelesaiannya tanpa keterlibatan pihak ketiga sebagai penengah,

sehingga tidak ada prosedur baku, akan tetapi prosedur dan

mekanismenya diserahkan kepada kesepakatan para pihak yang

bersengketa tersebut. Penyelesaian sengketa sepenuhnya dikontrol oleh

para pihak, sifatnya informal, yang dibahas adalah berbagai aspek, tidak

hanya persoalan hukum saja7

b. Mediasi

Mediasi adalah proses penyelesaian sengketa antara para pihak yang

dilakukan dengan bantuan pihak ketiga (Mediator) yang netral dan tidak

memihak sebagai fasilitator, dimana keputusan untuk mencapai suatu

kesepakatan tetap diambil oleh Para Pihak itu sendiri, tidak oleh

mediator.

c. Konsiliasi

Konsiliasi pada praktiknya hampir sama dengan mediasi, yang

membedakan adalah kewenangan dari pihak ketiga yang menengahi

sengketa tersebut. Pihak ketiga tersebut adalah Konsiliator. Pada mediasi,

pihak ketiga yang menengahi sengketa tidak memiliki kewenangan untuk

memaksa para pihak mematuhi keputusan yang diambil. Sedangkan,

7 Muryati, Dewi Tuti, and B. Rini Heryanti. “Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian

Sengketa Nonlitigasi di Bidang Perdagangan.” Jurnal Dinamika Sosbud 3, No. 1 2011, h.56

Page 32: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

22

pada konsiliasi, pihak ketiga yang menengahi sengketa tersebut memiliki

kewenangan untuk memaksa para pihak untuk mematuhi keputusan yang

diambil.8

d. Arbitrase

Arbitrase diatur dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang

Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa. Berdasarkan Pasal 1

angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase dan

Alternatif Penyelesaian Sengketa, arbitrase adalah cara penyelesaian

suatu sengketa perdata di luar peradilan umum yang didasarkan pada

perjanjian arbitrase yang dibuat secara tertulis oleh para pihak yang

bersengketa.

B. Kerangka Teori

1. Teori Perlindungan Hukum

Dalam hal hak cipta peneliti mengaitkannya dengan teori

perlindungan hukum karena dengan adanya perlindungan hukum maka

pihak yang bersalah maupun yang tidak bersalah saling mengetahui

peraturan-peraturan yang berlaku khususnya di negara sendiri.

Kepentingan hukum adalah mengurus hak dan kepentingan manusia,

sehingga hukum memiliki otoritas tertinggi untuk menentukan

kepentingan manusia yang perlu diatur dan dilindungi. Perlindungan

hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan hukum lahir dari suatu

kententuan hukum dan segala peraturan hukum yang diberikan oleh

masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan masyarakat

tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-anggota

masyarakat dan antar perseorangan dengan pemerintah yang dianggap

mewakili kepentingan masyarakat.9

8 Munir Fuady, Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis, Bandung, PT

Citra Aditya Bakti, 2000, h. 47-48. 9 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53

Page 33: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

23

Menurut Satjipto Raharjo, perlindungan hukum adalah

memberikan pengayoman terhadap hak asasi (HAM) yang dirugikan orang

lain dan perlindungan itu diberikan kepada masyarakat agar dapat

menikmati semua hak-hak yang diberikan oleh hukum10

. Selanjutnya

dikemukakan pula bahwa salah satu sifat sekaligus merupakan tujuan dari

hukum adalah memberikan perlindungan (pengayoman) kepada

masyarakat. Oleh karena itu perlindungan hukum terhadap masyarakat

tersebut harus diwujudkan dalam bentuk adanya kepastian hukum.

C. Tinjauan (review) Kajian Terdahulu

Sebagai pertimbangan dalam penelitian ini, peneliti akan menyertakan

beberapa skripsi hasil penelitian terdahulu sebagai perbandingan kajian materi

yang akan di bahas sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Rifai Al Arif mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan

Hukum Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Skripsi ini

menjelaskan mengenai bagaimana perlindungan hukum fotografi di Daerah

Yogyakarta. Persamaan peneliti terdahulu dengan sekarang yaitu objek yang

dibahas sama-sama tentang fotografi. Perbedaan skripsi ini dengan peneliti

ialah pada bagian penjelasan dimana peneliti lebih memfokuskan pada

tinjauan hukum pada karya fotografi di media internet.11

2. Skripsi yang ditulis Mulyadi mahasiswa Fakultas Syari‟ah dan Hukum,

Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2015. Skripsi

ini menjelaskan mengenai bagaimana perlindungan hukum fotografi terkait

pelanggaran hak cipta melalui Internet. Persamaan dengan peniliti ialah

obyek nya yaitu membahas pelanggaran hak cipta. Terdapat perbedaan

mengenai studi kasus. Dalam skripsi di atas, disebutkan tinjauan hukum

10

Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, ... h. 69

11

Rifai Al Arif, ” Perlindungan Hukum Atas Karya Cipta Forografi Oleh Kementrian

Hukum Dan Hak Asasi Manusia Di Daerah Istimewa Yogyakarta “ (Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah

dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2016)

Page 34: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

24

islam mengenai kedudukan hak cipta, sedangkan penelitian peneliti

berfokus pada pelanggaran fotografi di media internet. 12

3. Jurnal Hukum Adigama

Anton Bayu Samudra dalam sebuah jurnal yang diterbitkan oleh

Universitas Indonesia, 2012 yang berjudul “Perlindungan Karya Seni

Fotografi Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002

Tentang Hak Cipta”. Penjelasannya fokus kepada, yang menjadi pembeda

jurnal ini membahan perlindungan fotografi secara umum dan masih

menggunakan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 yang sudah tidak

berlaku. Persamaan peneliti terdahulu dengan sekarang yaitu objek yang

dibahas sama-sama tentang fotografi. 13

12

Mulyadi, Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Melalui Internet

(Studi Komparatif Undang-Undang No. 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Dan Hukum Islam),

(Skripsi S-1 Fakultas Syari‟ah dan Hukum, Unversitas Islam Negeri Ar-Raniry Darussalam Banda

Aceh, 2015)

13

Anton Bayu Samudra, Perlindungan Karya Seni Fotografi Berdasarkan Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Fakultas Hukum Universitas Diponegoro.

Page 35: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

25

BAB III

ASPEK FOTOGRAFI DAN MEDIA MASSA PADA HAK CIPTA

A. Jenis-jenis Karya Fotografi

1. Fotografi Komersial dan Fotografi Non Komersial

Fotografi Komersial merupakan foto yang mempunyai nilai jual

dan fotografi yang dibuat berdasarkan tujuan komersil seperti iklan

produk, poster, dan lain lain yang akan mendapatkan bayaran dari

perusahaan yang menyewa jasa tersebut. Dalam fotografi komersial

biasanya akan dibantu oleh pengarah style dari perusahaan, sebagai

fotografer juga harus bisa berkomunikasi dengan baik dengan pengarah

style agar mencapai konsep yang dimaksud dengan baik dan sesuai dengan

keinginan yang dituju Fotografi komersial itu biasanya meliputi : Fashion,

Still Life fotografi, food fotografi, foto produk, arsitektural dan Potret dan

Wedding fotografi.1

Suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang bak pribadi atau Badan

yang bertujuan untuk mendaparkan suatu keuntungan, baik secara

langsung ataupun tidak langsung. Pada fotografi komersial, struktur

pasarnya dapat dilihat dari variasi strategi bisnisnya yang dapat dibagi

menjadi 3 yaitu (1) low volume high price, para pemainnya relatif lebih

sedikit dan eksklusif karena harga yang ditawarkan memang cukup tinggi.

Tingginya harga yang ditawarkan biasanya karena pemain di kelas ini

telah memiliki reputasi baik yang cukup lama, dan memiliki diferensiasi

teknik atau produk (dalam bentuk hasil foto ataupun jasa) yang sulit

disaingi para pemain lain. Harga yang ditawarkan di kelas ini berkisar di

atas 50 juta rupiah. Bahkan saat ini ada yang menawarkan harga paket

fotografi perkawinan hingga ratusan juta rupiah. (2) mid volume mid price,

1 “ Commercial Photography: Jenis Dari Fotografi Komersial “, diakses dari

https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-dari-fotografi-komersial/ pada

tanggal 28 Juli pukul 11.08.

Page 36: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

26

pemainnya relatif lebih banyak daripada pasar low volume high price,

namun tidak sebanyak high volume low price. Harga menengah ini

dikarenakan reputasi yangdimiliki bisnis fotografi tersebut belum lama

atau diferensiasi produknya tidak terlalu unik. Harga yang ditawarkan pada

pasar menengah ini berkisar antara belasan hingga puluhan juta rupiah dan

(3) high volume low price, pemain pada pasar high volume low price

biasanya diisi para pemain baru dan pemain lama yang memang menyasar

pada pasar yang besar. Para pemain baru ini biasanya didominasi

fotografer yang mulai beralih dari fotografi amatir ke fotografi profesional.

Fotografi yang tadinya hanya sebagai hobi kemudian dikembangkan

menjadi sumber penghasilan. Dalam tahap ini, tentunya fotografer masih

dalam usaha membangun reputasinya. Untuk itu, harga yang ditawarkan

kepada konsumen juga masih rendah. Sementara itu, dari pemain lama di

pasar ini, tidak banyak diferensiasi produk yang diberikan kepada

konsumen. Perlu waktu lebih lama dalam menghasilkan karya foto untuk

menciptakan diferensiasi, sehingga demi mendapatkan volume pasar yang

besar, diferensiasi produk tidak dijadikan prioritas dalam bisnis.

Ketiga jenis bisnis fotografi tersebut dapat secara gamblang

memperlihatkan struktur pasar di dalam ruang lingkup fotografi komersial.

Terlihat bahwa semakin rendah volumenya, maka semakin rendah pula

persaingannya. Strategi bisnis tersebut dapat dilakukan bidang fotografi

mana pun seperti jasa fotografi perkawinan, fotografi produk komersial,

fotografi mode, atau jasa studio foto. Di pasar ini terjadi persaingan

sempurna karena jumlah pemain dan juga permintaannya sangat banyak.2

Fotografi non komersial adalah sesuatu jasa fotografi yang tidak

berorientasi profit atau sama sekali tidak berfokus pada mencari

keuntungan.Suatu kegiatan yang dilakukan oleh orang baik pribadi atau

badan yang tidak untuk mendapatkan suatu keuntungan, baik yang secara

langsung ataupun tidak langsung. Tidak semua fotografi berjenis

2 Achmad Ghazali, Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019, (Jakarta:

PT. Republik Solusi, 2015), h. 79.

Page 37: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

27

komersial, banyak kegunaan fotografi non komersial contohnya

mengabadikan momen dengan kamera handphone untuk disimpan atau

untuk foto pribadi yang bisa dilakukan sebagai hobi. Banyak orang yang

mengabadikan momen untuk dimasukkan di media sosial untuk

menunjukkan suatu visual kepada khalayak umum.

Dalam fotografi juga berfungsi sebagai alat komunikasi visual

dimana oleh orang-orang dapat digunakan sebagai bahan publisitas yang

bermanfaat. Fotografi juga dapat menciptakan dan memvisualkan secara

jelas buah pikiran karena dapat menggambarkan kejadian sesungguhnya

lewat karya fotonya, intinya foto yang dihasilkan harus bias bercerita,

sehingga tanpa harus menjelaskan orang sudah mengerti isi dari foto

tersebut tanpa memanipulasi foto tersebut.

2. Perbedaan Potret dan Fotografi

Potret adalah sebuah lukisan, foto, patung, atau representasi seni

dari seseorang, yang mana wajah atau ekspresinya adalah hal utama.

Dimaksudkan untuk menampilkan personalitas, dan juga kadang perasaan

seseorang. Untuk alasan tersebut, maka potret pada umumnya bukanlah

foto spontan (snapshot), namun komposisi seseorang dalam kondisi diam

dan dipersiapkan. Sebuah potret seringkali menampilkan seseorang yang

melihat langsung ke pelukis atau fotografer, dengan tujuan yang berkaitan

antara subyek dengan yang melihat potret tersebut

Potret terdiri dari environmental portrait dan close-up/headshot.

Environmental portrait yaitu potret yang merekam lingkungan hidup

subjek, sedangkan close-up/ headshot adalah potret yang hanya wajah saja.

Selain itu terkait subjek yang ada dalam potret juga terdiri dari potret yang

lebih dari satu orang dan potret diri.

Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta Pasal 1 ayat 10 Potret adalah karya fotografi dengan objek manusia,

hal ini menandakan bahwa definisi potret menurut Undang-Undang Hak

Cipta merupakan karya fotografi dengan subjek didalamnya berupa wajah

manusia. Oleh karena itu, apabila foto atau potret milik kita, yang

Page 38: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

28

digunakan oleh orang lain tanpa seizin pemilik, sehingga membawa

manfaat ekonomi bagi orang lain, dapat diartikan orang tersebut telah

merugikan kita sebagai pemegang hak eksklusif pencipta atau pemegang

hak cipta, hal ini sesuai dengan Pasal 12 UU Hak Cipta yang berbunyi:

(1) Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial,

Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi

atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau

periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang

yang dipotret atau ahli warisnya.

(2) Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,

Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Potret sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang memuat Potret 2 (dua) orang atau lebih, wajib

meminta persetujuan dari orang yang ada dalam Potret atau ahli

warisnya.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta menyatakan bahwa karya fotografi merupakan semua foto yang

dihasilkan dengan menggunakan kamera. Apabila dalam penjelasan

sebelumnya dinyatakan bahwa potret dapat berupa lukisan, foto atau

patung, maka yang dimaksud potret dalam Undang-Undang Hak Cipta

adalah potret dalam bentuk foto hasil karya fotografi.

Karya fotografi merupakan salah satu ciptaan yang dilindungi

menurut Pasal 40 ayat (1) huruf k Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014

tentang Hak Cipta (“UU Hak Cipta”). Yang dimaksud dengan "karya

fotografi" sesuatu yang diciptakan manusia yang mengandung unsur

keindahan atau intisari dari kreativitas meliputi semua foto yang dihasilkan

dengan menggunakan kamera. Perlindungannya berlaku selama 50 (lima

puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman.3 Definisi

3 Risa Amrikasari “ Pembubuhan Watermark dalam Karya Fotografi sebagai Identitas

Pencipta “, diakses dari

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan-iwatermark-i-

dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-penciptaada tanggal 29 Juli pukul 12.05.

Page 39: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

29

fotografi dari kamus Merriam-Webster versi online adalah fotografi dapat

diartikan sebagai suatu seni atau proses menghasilkan gambar melalui

energi radiasi dan terutama cahaya pada permukaan yang sensitif (sensor

optik).4 Atau dengan kata lain karya fotografi merupakan semua foto yang

dihasilkan dengan menggunakan kamera. Dalam fotografi terdapat tujuan

dan hakekat yaitu adalah komunikasi. Suatu karya fotografi dapat disebut

memiliki nilai komunikasi ketika dalam penampilan subjeknya digunakan

sebagai medium pemyampaian pesan atau merupakan ide yang

terekspresikan kepada pemirsanya sehingga terjalin suatu kontak

pemahaman makna.5

Fotografi sebagai medium salah satu contohnya adalah sebagai

media informasi dan media berkespresi. Fotografi sebagai media informasi

maka memiliki hubungan dengan dunia jurnalistik, karena media

informasi saat sekarang ini selalu menyertakan foto dalam setiap

pemberitaannya, diantaranya seperti surat kabar atau koran. Karya

fotografi dalam dunia jurnalistik memiliki nilai tersendiri, yaitu sebagai

daya tarik bagi para pembaca sebelum membaca berita, maka sifatnya

dalam sebuah berita fotografi adalah sebagai penunjang. Melalui fotografi

juga mampu memberikan informasi secara singkat pada pembaca, hanya

melalui sebuah foto maka para pembaca mengerti maksud informasi yang

hendak disampaikan tanpa perlu menggunakan banyak kalimat untuk

menjelaskan.

Fotografi sebagai media berekspresi lebih erat kaitannya dengan

dunia seni. Menurut sumardjo yang menuliskan bahwa penciptaan karya

seni memang merupakan kerja pengungkapan diri, ekspresi diri, dalam

suatu wujud benda seni. Dari definisi di atas, maka seni dalam

4https://www.merriam-webster.com/dictionary/photography, diakses pada hari Selasa 29

Oktober 2019 pukul 4.24 WIB.

5 Soeprapto Soedjono, “Tinjauan Yuridis Perbanyakan Potret Tanpa Seizin Pihak yang

Dipotret”, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007, h. 13.

Page 40: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

30

penciptaannya adalah suatu media bagi seseorang untuk mengungkapkan/

berekspresi.

Apabila potret terdiri dari environmental portrait dan close-up/

headshot, serta potret yang lebih dari satu orang dan potret diri, fotografi

terdiri dari beberapa jenis diantaranya yaitu6:

a. Journalism Photography

Fotografi jurnalisme merupakan sprsialisasi khusus untuk mencari dan

menampilkan foto-foto yang bernilai berita.

b. Wedding Photography

Wedding photography merupakan spesialisasi dari fotografi yang

mengkhususkan diri pada mengabadikan momen-momen pernikahan.

c. Architectular Photography

Architectular photography merupakan spesialisasi di bidang pemotretan

bangunan, baik eksterior, interior maupun detailnya. Kebutuhan akan

fotografer di bidang ini akan semakin meningkat dengan maraknya

bisnis property sekarang.

d. Scientific Photography

Scientific photography merupakan spesialisasi fotografi untuk

keperluan ilmiah.. Jenis fotografi ini diperlukan misalnya pada

penelitian mikrobiologi yang membutuhkan fotografi mikroskopik

untuk memotret jasad renik yang terlihat melalui mikroskop.

e. Aerial Photography

Aerial photography merupakan spesialisasi pemotretan udara, banyak

digunakan untuk survey, pemetaan, penggunaan tata ruang maupun

pertanian. Disini juga mampu memperlihatkan keindahan serta luasnya

area.

f. Astro Photography

Astro photography merupakan spesialisasi khusus memotret benda-

benda luar angkasa atau yang berhubungan dengan astronomi. Fotografi

6 http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-pemula/

diakses pada tanggal 29 Oktober 5.20 2019\

Page 41: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

31

ini memerlukan perlengkapan khusus untuk dapat memotret benda-

benda astronomi. Biasanya unutk melakukan pekerjaan ini

menggunakan adapter dari kamera ke teleskop sehingga dapat

mengambil gambar luar angkasa dengan kamera.

g. Modeling Photography

Modeling photography merupakan spesialisasi memotret onjek manusia

yang menjadi model, pada umumnya digunakan untuk keperluan

majalah atau iklan. Selain itu modeling photography juga ada yang

dilakukan khusus untuk memotret model-model yang sedang bergaya di

catwalk.

h. Commercial Photography

Commercial photography banyak diperlukan untuk kepentingan

periklanan, merupakan pemotretan khusus untuk mengkomunikasikan

iformasi produk agar orang yang membeli produk tersebut tertarik

untuk mencoba atau membeli.

i. Industrial Photography

Industrial photography merupakan spesialisasi lanjutan dari fotografi

komersil yang mengkhususkan diri pada pemotretan industry, salah satu

tujuannya adalah untuk membuat profil perusahaan dan dapat juga

digunakan sebagai media publikasi dan pengiklanan suatu perusahaan.

j. Food Photography

Food photography merupakan spesialisasi lanjutan dari fotografi

komersial. Food photography pada umumnya juga digunakan

untukiklan atau kepentingan display majalah dan buku-buku masak-

memasak.

k. Fashion Photography

Fashion photography masih lanjutan dari fotografi komersial. Fashion

photography berkonsentrasi pada bagaimana agar pakaian yang di

tampilkan dapat sebaik mungkin sesuai dengan konsep desainer busana

tersebut, pada umumnya fotografi ini digunakan untuk pembuatan

katalog, brosur atau majalah.

Page 42: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

32

l. Glamour Photography

Glamour photography berusaha untuk memotret objek terlihat lebih

cantik dari aslinya.

m. Landscape Photography

Landscape photography merupakan salah satu cabang fotografi yang

objek utamanya adalah suatu pemandangan, biasanya digunakan untuk

kepentingan majalah atau iklan.

n. Macro Photography

Macro photography merupakan fotografi close-up atau jarak dekat,

dengan objek utama adalah benda-benda yang kecil misalnya serangga,

bunga, dan lain-lain.

o. Panning Photography

Panning photography merupakan jenis fotografi yang objek utamanya

adalah benda bergerak, misalnya motor berjalan, mobil berjalan, dan

lain-lain.

p. Night Shot Photography

Night shot photography merupakan jenis foto yang mengambil foto

pada malam hari. Untuk jenis fotografi ini diperlukan adanya tripod

supaya gambar yang terambil tidak bergoyang karena menggunakan

speed sangat rendah.

q. Street Photography

Street photography merupakan jenis fotografi documenter yang

menampilkan objek foto dalam situasi terang didalam tempat-tempat

umum, seperti jalan, taman, pantai, mall, konvensi politik dan

pengaturan lainnya.

r. Chrono Photography

Chrono photography merupakan jenis fotografi yang menangkap

gerakan dari waktu ke waktu melalui serangkaian gambar diam, yang

biasanya digabungakan menjadi satu foto untuk analisis selanjutnya.

Page 43: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

33

s. Fine Art Photography

Fine art photography merupakan jenis fotografi yang melakukan

pemotretan untuk memenuhi visi kreatif para seniman.

t. Forensic Photography

Forensic photography merupajan seni menghasilkan reproduksi yang

akurat dari TKP atau lokasi kecelakaan untuk kepentingan pengadilan

atau untuk membantu dalam penyelidikan dan juga merupakan bagian

dari proses pengumpulan bukti.

Dari penjelasan tersebut maka terdapat perbedaan antara potret

dengan fotografi, meskipun apabila dilihat dari definisi yang terdapat pada

Undang-Undang Hak Cipta bahwa potret merupakan karya fotografi

dengan objek manusia, yang menandakan bahwa potret merupakan bagian

dari fotografi namun terdapat perbedaan diantara keduanya.

Perbedaan antara potret dengan fotografi adalah potret dapat

diwujudkan dalam bentuk lukisan, foto, ataupun patung sehingga media

yang digunakan tidak hanya kamera melainkan bisa melalui kanvas, batu

dan lain-lain, berbeda dengan fotografi yang hanya melalui media kamera

untuk menghasilkan sebuah foto. Namun, apabila dilihat dari kacamata

Undang-Undang Hak Cipta, maka yang dimaksud potret merupakan karya

fotografi dengan objek manusia, hal ini berarti potret yang dimaksud

dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah potret yang dihasilkan melalui

kamera dan dengan objek hanya berupa manusia. Dalam ketentuan

tersebut definisi potret maka dipersempit. Selain itu tujuan dari fotografi

adalah komunikasi, sebagai medium menyampaikan pesan sehingga

terjalin suatu kontak pemahaman makna. Berbeda dengan potret yang

memiliki tujuan untuk merekam kepribadian seseorang. Perbedaan yang

lainnya yaitu fotografi memiliki objek yang bermacam-macam yaitu bisa

berupa alam, benda, manusia, hewan dan tumbuhan, asalkan semua

gambar tersebut dihasilkan melalui media kamera. Hal tersebut kembali

pada definisi karya potret yang terdapat pada Penjelasan dalam Undang-

Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, yang menyatakan

Page 44: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

34

bahwa karya fotografi meliputi semua foto yang dihasilkan dengan

menggunakan kamera, dengan ini maka tidak ada pembatasan terkait

denga objek karya fotografi. Sedangkan objek potret hanya manusia,

seusai dengan ketentuan Undang-Undang Hak Cipta yang berlaku yaitu

Pasal 1 angka 10 yang menyatakan bahwa potret adalah karya fotohrafi

dengan objek manusia. Dan jika ditelusuri, dalam Undang-Undang Hak

Cipta No 19 Tahun 2002 Potret belum ada didalam ciptaan yang

dilindungi hak cipta, namun di dalam Undang-Undang Hak Cipta Tahun

2014 Potret sudah dicantumkan.

B. Jenis-jenis Media Massa

Salah satu wujud nyata penting dalam melembagakan demokrasi

adalah pers dan media massa yang bebas untuk menyatakan pendapat.

Melalui media massa, kebebasan dalam berpendapat, berdikusi dan

berdialog yang mengarah pada penerapan demokrasi berkelanjutan

(demokrasi deliberatif)7. Media massa adalah alat yang digunakan dalam

penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima)

dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar,

film, radio, TV). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah

perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau

proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa ialah

memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. Berikut jenis-jenis

media massa:

1. Media Internet/ Cyber

Tanpa disadari, terciptanya internet telah menjadikan komoditas

artikel, berita dan informasi semakin memiliki nilai. Kecepatan dan

keakuratan telah menjadi faktor penentu komoditas di atas. Para

pembaca dapat memperoleh berita, khususnya kejadian-kejadian atau

pengetahuan populer yang sedang hangat dengan cepat. Media koran,

7 Nina Andriana, ” Media Siber Sebagai Alternatif Jembatan Komunikasi Antara Rakyat

Dan Pemimpinnya”, (Desember, 2013), h. 2.

Page 45: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

35

tabloid atau majalah konvensional memiliki periodisasi waktu terbit.

Ada yang harian, mingguan, bulanan, atau bahkan semsteran. Di

internet, siklus terbit artikel atau berita elektronik sangat pendek,

bahkan hanya dalam hitungan menit. Hal demikian terjadi karena

internet menyediakan fasilitas untuk meng-update dan meng-upload

berita dengan mudah dan cepat. Dengan demikian, haya dalam hitungan

menit artikel atau berita dapat segera tersaji di layar kaca komputer para

pembaca. Siklus berita yang pendek dapat terjadi karena berita dapat

disajikan tanpa dicetak. Setiap penulis artikel dan peliput berita dapat

menyusun suatu naskah dan segera meng-uploadnya di halaman situs

yang telah tersedia.

Media siber memiliki karakter khusus sehingga memerlukan

pedoman agar pengelolaannya dapat dilaksanakan secara profesional,

memenuhi fungsi, hak, dan kewajibannya sesuai Undang-Undang

Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers dan Kode Etik Jurnalistik. Untuk

itu Dewan Pers bersama organisasi pers, pengelola media siber, dan

masyarakat menyusun Pedoman Pemberitaan Media Siber.

Media Siber adalah segala bentuk media yang menggunakan

wahana internet dan melaksanakan kegiatan jurnalistik, serta memenuhi

persyaratan Undang-Undang Pers dan Standar Perusahaan Pers yang

ditetapkan Dewan Pers Isi Buatan Pengguna (User Generated Content)

adalah segala isi yang dibuat dan atau dipublikasikan oleh pengguna

media siber, antara lain, artikel, gambar, komentar, suara, video dan

berbagai bentuk unggahan yang melekat pada media siber.8 Lebih

lanjut, internet pun memiliki sejumlah fasilitas bukan hanya untuk

penyajian berita berupa teks, melainkan juga gambar berupa foto

bahkan animasi video. Sementara itu, internet sebagai media jurnaistik

saat ini memang memiliki kekayaan fasilitas yang seakan tiada batas.

Bahkan kini, internet pun dapat dieksplorasi untuk menyajika karya-

8 Andi Muh. Fadli, “Penerapan Kode Etik Dewan Pers Di Media Siber” (Studi Kasus

Media Online Kabar Makassar)”, IV, (April, 2018), h. 165

Page 46: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

36

karya jurnalistik yang lebih komunikatif. Tandanya adalah lahirnya

surat kabar elektronik (e-news) yang telah banyak mengubah pola orang

dalam mencacri berita dan informasi, sebutlah Kompas Cyber Media,

Femina Online, Detik.com, dan CyberNas (Bernas.co.id) merupakan

model jurnalistik modern. Media siber tidak serta merta sebagai media

yang lepas dari dunia nyata. Hubungan antar pengguna pada dasarnya

merupakan transformasi dari hubungan di dunia nyata. Alasan yang

kelima, etika berinternet diperlukan agar setiap pengguna ketika berada

di media siber memahami hak dan kewajibannya sebagai warga dunia

siber. Mengingat begitu pentingnya etika dalam media siber

Melalui internet, redaksi dapat melengkapi tidak hanya gambar-

gambar dua dimensi seperti foto, melainkan dapat pula menyertakan

liputan video sebuah kejadian di lapangan. Dengan model seperti

demikian, tampaknya redaksi dapat menciptakan daya tarik yang unik

bagi para pembacanya. Konsep koran atau majalah konvensional,

kecuali dalam hal media penyajiannya. Kalau koran tradisional

menggunakan media kertas, maka koran elektronik menggunakan layar

monitor dan perangkat komputer9

2. Tinjauan Umum Tentang Media Non Internet/ Cetak

Media cetak merupakan media tertua yang ada dimuka bumi.

Media cetak berawal dari media yang disebut dengan Acta Diuna dan

Acta Senatus dikerajaan romawi, kemudian berkembang pesat setelah

Johanes Guttenberg menemukan mesin cetak hingga kini sudah

beragam bentuknya, seperti surat kabar, tabloid, dan majalah. Media

cetak adalah segala barang cetak yang dipergunakan sebagai sarana

penyampaian pesan seperti yang sudah disebutkan sebelumnya macam-

macam media cetak pada umumnya.10

Dalam konsep pengertian diatas,

9 Budi Sutedjo Dharma Oetomo, Ester Wibowo, Eddy Hartono & Samuel Prakoso,

Pengantar Teknologi Informasi Internet. Konsep dan Aplikasi, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007),

h.7 10

Suranto Aw, Komunikasi Sosial Budaya , (Yogyakarta: Graha Ilmu 2010), cet pertama,

h. 228

Page 47: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

37

media cetak (surat kabar dan majalah) memiliki kadar inovasi yang

lebih tinggi daripada buku cetak – penemuan (invensi) bentuk karya

tulis, sosial dan budaya yang baru – meskipun pada masa itu pandangan

yang muncul tidak demikian adanya. Kekhususan surat kabar, jika

dibandingkan dengan sarana komunikasi budaya lainnya, terletak pada

individualisme, orientasi pada kenyataan, kegunaan, sekularitas (nilai–

nilai), dan kecocokannya dengan tuntutan kebutuhan kelas sosial baru,

yakni kebutuhan para usahawan kota dan orang profesional.

Kualitas kebaruannya bukan terletak pada unsur teknologi atau

cara distribusinya, melainkan pada fungsinya yang tepat bagi kelas

sosial tertentu yang berada dalam iklim kehidupan yang berubah dan

suasana yang secara sosial dan politis lebih bersifat permisif (terbuka).

Dari segi formatnya dan ukuran kertas, media massa cetak secara rinci

meliputi (a) koran atau suratkabar (ukuran kertas broadsheet atau 1/2

plano), (b) tabloid (1/2 broadsheet), (c) majalah (1/2 tabloid atau kertas

ukuran folio/kwarto), (d) buku (1/2 majalah), (e) newsletter

(folio/kwarto, jumlah halaman lazimnya 4-8), dan (f) buletin (1/2

majalah, jumlah halaman lazimnya 4-8). Isi media massa umumnya

terbagi tiga bagian atau tiga jenis tulisan: berita, opini, dan feature.

Page 48: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

38

BAB IV

KETENTUAN PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI

DI MEDIA DARING

A. Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi di Media Internet

Teknologi informasi dan komunikasi mengubah perilaku masyarakat

dan peradaban global. Di samping itu, perkembangannya menjadikan dunia

menjadi tanpa batas (borderless) dan perubahan sosial yang secara signifikan

berlangsung demikian cepat1. Pelanggaran hak cipta dapat diartikan sebagai

perbuatan mengambil, mengutip, merekam, memperbanyak, atau

mengumumkan sebagian atau seluruh karya cipta milik orang lain, tanpa

sepengetahuan dan seizin pencipta atau pemegang hak cipta. Dalam

prakteknya tindakan-tindakan tersebut sering dilakukan untuk kepentingan

komersial atau demi memperoleh keuntungan pribadi. Disamping untuk

kepentingan komersial, pelanggaran hak cipta tersebut juga dapat digunakan

untuk melakukan penghinaan terhadap orang lain.

Dapat dikategorikan sebagai sebuah pelanggaran hak cipta apabila

perbuatan tersebut mengarah pada pelanggaran hak ekslusif pencipta atau

pemegang hak cipta. Hak ekslusif pencipta merupakan hak yang hanya

diperuntukkan bagi pencipta, sehingga tidak ada pihak lain yang dapat

memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pencipta diantaranya seperti hak untuk

membuat salinan yang kemudian menjual salinan tersebut, hak untuk

mengimpor dan mengekspor ciptaan, hak untuk mengadaptasi ciptaan, hak

menampilkan atau memamerkan ciptaan didepan umum, dan hak menjual

atau mengalihkan hak eksklusif tersebut kepada orang lain.

Dalam jaringan intenet, banyak terdapat situs yang menyediakan

layanan penyimpanan data. Sejatinya situs-situs tersebut sebenarnya

ditujukan untuk menyimpan data- data pribadi seseorang, mempermudah

menyebarkan data, ataupun alternative penyimpanan data yang dapat diambil

1 Ahmad M. Ramli, Cyber Law dan HAKI, Dalam Sistem Hukum Indonesia, Refika

Aditama, Bandung, 2004, hlm. 1.

Page 49: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

39

kapanpun dibutuhkan. Namun pada kenyatannya, fasilitas tersebut seringkali

digunakan sebagai media penyebaran data bermuatan Hak Cipta

didalamnya.Data yang bermuatan pelanggaran HakCipta di unggah melalui

situs-situs penyimpanan file tersebut, kemudian link untuk mengunduh file

tersebut disebarluaskan, baik melalui situs, media sosial, dan lain sebagainya.

Orang lain yang melihatnya, tinggal mengunduh secara gratis melalui link

yang telah disebarkan.

Saat ini, di internet banyak terdapat situs-situs yang tanpa hak hanya

menjiplak tulisan orang lain. Situs-situs internet tersebut biasanya mencari

tulisan orang di situs lain, kemudian mengunggah di situsnya untuk

menambah isi materi dari situs tersebut. Hal tersebut tentu saja merupakan

salah satu bentuk pelanggaran Hak Cipta karena dengan sengaja tanpa

persetujuan pencipta, menjiplak suatu tulisan kemudian menguhduh di situs

miliknya atau orang lain, tanpa mencantumkan nama pencipta aslinya bahkan

mengganti nama pencipta tersebut. Bahkan pelanggaran seperti ini seringkali

dilakukan orang tanpa sadar. Banyak orang sembarangan mengutip,

menjiplak tulisan orang tanpadi sertai sumber sehingga melanggar Hak Moral

pencipta.

Orang yang melakukan pelanggaran tersebut tidak menyadari

perbuatannya atau menganggap yang dilakukannya adalah hal sepele yang

tidak ada konsekuensinya. Salah satu bentuk ciptaan yang dilindungi adalah

program komputer, saat ini begitu banyak program komputer yang digunakan

oleh banyak orang untuk kebutuhan sehari-hari.Namun banyak dari program

tersebut digunakan secara illegal. Sejatinya program tersebut biasanya

berbayar sebagai bentuk hak ekonomi yang dimiliki programer yang

bertindak sebagai pencipta. Pada kenyaannya, banyak program tersebut di

retas oleh sebagian orang untuk dapat digunakan secara bebas dan gratis.

Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan

komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas

batas negara dilewati secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu

era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai dengan

Page 50: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

40

karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar manusia di seluruh

dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan

wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial.

Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya

berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.

Informasipada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan

didistribusikan serta ditransmisikan kapan saja dan dimana saja. Tidak dapat

disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi terpopuler saat ini.

Berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pengusaha, artis, penyanyi sampai

kalangan masyarakat bias telah menikmati manfaat internet. Tidak

mengherankan, website atausitus di internet terus bertambah dari waktu ke

waktu. 2

Maraknya pemasangan website di internet baik untuk tujuan komersial

maupun non komersial ternyata membuka peluang terjadinya pelanggaran

Hak Cipta. Terlebih dengan semakin canggihnya teknologi informasi,

peluang tersebut menjadi semakin besar. Selain memberikan banyak dampak

positif, di sisi lain keberadaan internet juga memberikan ruang untuk

timbulnya berbagai bentuk kejahatan. Termasuk diantaranya pelanggaran Hak

Cipta. Saat ini banyak bentuk ciptaan yang dapat berwujud digital dan

disebarkan melalui jaringan internet. Keberadaan jaringan internet sendiri

sebenarnya memberikan keuntungan tersendiri juga bagi pencipta maupun

pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya

untuk memperoleh manfaat dari ciptaannya tersebut. Namun masalah dapat

timbul apabila pihak yang mengumumkan atau memperbanyak ciptaan

tersebut merupakan pihak yang sama sekali tidak berkepentingan.

Berbagai bentuk kejahatan terjadi melalui media internet yang dikenal

dengan cyber crime. Berikut adalah bentuk pelanggaran Hak Cipta yang

seringkali terjadi dalam jaringan internet. Banyak situs di internet yang

menyediakan berbagai data yang didalamnya terkandung pelanggaran Hak

2 Reyfel A. Rantung1, Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-Udang

Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta, Vol.II/No.1/Januari-Maret /2014, h. 105

Page 51: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

41

Cipta. Situs-situs internet tersebut diantaranya memberikan fasilitas kepada

pengakses untuk mengunduh lagu, film, buku, foto, dokumen, dan

sebagainya. Bisanya pengguna dapat mengunduh secara gratis, namun ada

pula situs yang mewajibkan pengguna untuk melakukan registrasi terlebih

dahulu, bahkan terdapat pula situs yang mewajibkan pengguna untuk

membayar data yang hendak diunduh. Pihak pengelola situs sendiri

sebenarnya tidak memiliki hak untuk menyebarkan atau memperbanyak

ciptaan tersebut. Mereka memperolehnya dari sumber lain, atau

memperbanyak sendiri dari produk aslinya.

Begitu bebas dan cepatnya pertukaran informasi melalui media

internet menimbulkan celah yang dapat dimanfaatkan oleh orang-orang yang

tidak bertanggung-jawab. Sebuah karya cipta dengan tanpa hak dapat tersebar

dengan begitu cepatnya kepada siapa saja di seluruh penjuru dunia dan

pelakunya bias saja bukan hanya seorang tetapi begitu banyak orang yang

terlibat. Begitu mudahnya menduplikasi sebuah data, kemudahan

mengunduh, kemudian menyebarkannya lagi menjadikan masalah tersendiri

bagi sulitnya penegakan Hak Kekayaan Intelektual dalam media internet.

Suatu foto yang baru saja di rilis, tiba-tiba dapat langsung di temukan melalui

jaringan internet, di unduh, kemudian disaksikan oleh siapa saja.

Hal tersebut dapat terjadi pula terhadap musik, buku, dan bentuk

lainnya yang sebenarnya dilindungi dalam Hak Cipta. Perbuatan semacam itu

tentu saja secara langsung-maupun tidak langsung dapat merugikan pihak

pencipta dengan merenggut hak-haknya. Berbagai upaya telah dilakukan oleh

berbagai pihak dalam rangka menegakan Hak Cipta dalam jaringan internet.

Penanggulangan terhadap pelanggaran Hak Cipta dalam jaringan internet

menjadi penting untuk ditegakan. Bukanhanya untuk mengurangi jumlah

pelanggaran yang semakin masif, tetapi juga untuk melindungi hak-hak dari

Pencipta itu sendiri

Adapun yang menjadi contoh pelanggaran hak cipta melalui situs di

internet misalnya kasus Aryono salah satu foto karyanya, dengan obyek

sineas Tino Saroengallo, dipakai oleh beberapa media online di Indonesia

Page 52: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

42

tanpa seizinnya. mengirimkan somasi ke beberapa media yang telah memuat

fotonya secara tidak sah. Beberapa ada yang menanggapi dan mengaku salah,

tetapi ada pula yang tidak menggubris. Adapun delapan media yang memuat

fotonya tanpa izin, yakni Grid.id, Tribunnews.com, Detik com, Metronews

com, MataMata.com. Poliklitik, Kapanlagi.com, dan Merdeka.com.

Pelanggaran kedelapan media tersebut berbeda-beda. Mulai dari penerbltan

tanpa izin, (Detik.com, MetroTVNews.com, MataMata com), penghilangan

tandatangan Aryono dari foto (Grid.id), manipulasi foto menjadi hitam-putih

dengan pangkasan (Kapanlagi.com) yang kemudian diterbitkan ulang

(Merdeka.com) tanpa pengecekan, sampal menjadi gambar vector,

sebagaimana yang ada di Politiktik.com.

Bahkan penggantian tandatangan Aryono dengan Grid.id dan

TribunNews.com. Aryono lalu menulis sebuah status di Facebook menegur

Grid.id, media pertama yang ia dapati menerbitkan potret Tino, karyanya,

sebagal ilustrasl berita kepergian Tino dan menyatakan akan mengirim

tagihan.Sementara hasil pembayarannya akan dlserahkan ke keluarga Tino,

mengingat keluarga Tino telah menghablskan banyak uang untuk biaya

pengobatan. Teguran yang disampalkan pada Grid.id hanya ditanggapi

dengan penurunan foto tersebut dan pengumuman pemuatan foto yang

digunakan di berita terkait karena adanya keberatan dari pemilik foto, seolah-

olah dengan demikian pelanggaran hak cipta adalah suara genta yang bisa

dihentikan.

Foto yang diambil oleh beberapa media online tersebut diunggah di

akun instagram milik pribadi Aryono yang terkunci. Hanya orang-orang yang

mengikutinya yang bisa melihat karya tersebut.Dalam foto tersebut Aryono

sudah menaruh watermark namun beberapa media ada yang mengapusnya

dan mengedit ulang. foto tersebut rencananya akan dibuat untuk cover buku

tentang Tino Saroengallo yang akan diterbitkan tepat pada 100 hari kematian

Page 53: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

43

almarhum. Dan sebelumnya almarhum pernah berpesan agar foto nya hanya

diserahkan untuk Aryono3

Aryono lalu menulis sebuah status di Facebook menegur Grid.id,

media pertama yang ia dapati menerbitkan potret Tino, karyanya, sebagal

ilustraso berita kepergian Tino dan menyatakan akan mengirim tagihan.

Sementara hasil pembayarannya akan dlserahkan ke keluarga Tino,

mengingat keluarga Tino telah menghabiskan banyak uang untuk biaya

pengobatan.Teguran yang disampalkan pada Grid.id hanya ditanggapi dengan

penurunan foto tersebut dan pengumuman pemuatan foto yang digunakan di

berita terkait karena adanya keberatan dari pemilik foto, seolah-olah dengan

demikian pelanggaran hak cipta adalah suara genta yang bisa dihentikan.

Walau pun hak ekonomi dan hak moral atas karyanya telah

dicederai, Aryono tidak berprasangka buruk terhadap media-media atau orang

yang bertanggungjawab di media bersangkutan melihat kemungkinan adanya

salah paham hak cipta kiriman-kiriman di Instagram, sehingga mengira setiap

kirim di Instagram atau medsos pada umumnya otomatis menjadi creative

common, atau domain publik yang bisa digunakan oleh siapa saja. Banyak

media yang belum membedakan antara signature dengan kutipan sumber;

antara fair use dan komersial, dan belum meleknya awak media terhadap UU

Hak Cipta dan penggunaan karya kreatif orang lain di media online secara

umum, termasuk pengecekan legalitas penggunaan karya dari sumber

penerbitan ulang.

Pasal 28 Undang Undang Hak Cipta jelas mengatakan, setiap karya

cipta mengandung hak moral dan hak ekonomi bagi penciptanya. Hak moral

itu melekat, tidak bisa dihapuskan,seseorang atau badan hukum tidak bisa

begitu saja menggunakan karya orang lain tanpa seizin penciptanya. Apalagi

kemudian sengaja mengubah atau menghilangkan nama penciptanyan diganti

dengan nama orang lain. Dalam kasus ini terbukti bahwa masih banyak yang

3 Penyebab Kasus Pelanggaran Hak Cipta di Internet – Peraturan di Internet

https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-dari-kasus-

pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all diakses pada 29 Oktober

2019 pada pukul 22:16 BBWI.

Page 54: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

44

belum sadar betapa pentingnya hak cipta. kita perlu membangun kesadaran

pentingnya hak cipta, khususnya kepada media pers. Karena media pers harus

menjadi penjaga kebenaran. Berkenaan dengan akurasi dan kecepatan berita,

Kovach dan Rosenstiel menyatakan bahwa kewajiban pertama wartawan

adalah pada kebenaran. Prinsip pertama wartawan ini yaitu pengejaran akan

kebenaran yang tidak berat sebelah adalah yang paling membedakannya dari

semua bentuk komunikasi lain. Selanjutnya, Kovach dan Rosenstiel

menuturkan, demi mengejar kebenaran itu, intisari wartawan adalah disiplin

verifikasi4.

Namun, Dewan Pers belum memiliki data yang pasti sampai proses

verifikasi faktual selesai dilakukan di akhir tahun 2017, namun, bila merujuk

pada proses pendataan yang pernah dilakukan dan kemudian diterbitkan

menjadi buku berjudul “Data Pers 2015”, media online yang memenuhi

syarat disebut perusahaan pers dan profesional berjumlah 168 perusahaan.

Proses jurnalistik harus dilakukan secara sistematis mulai dari memperoleh

dan menulis fakta, didukung pula dengan professionalisme sebagai wartawan.

baik dalam meliput suatu peristiwa yang terjadi yang mengandung nilai

berita, maupun idealisme sebagai wartawan untuk mencari kebenaran, serta

ketelitian dan sikap kritis dan serba ingin tahu yang harus dipertahankan.

Oleh karena itu, seorang wartawan surat kabar harus memiliki skill atau

keterampilan yang berlandaskan teoritis, pendidikan dengan mengutamakan

kecepatan, ketepatan, kebenaran, kejujuran, keadilan, keseimbangan, dan

tidak berprasangka (praduga tak bersalah), sehingga informasi yang

disuguhkan tidak akan merugikan baik untuk institusinya maupun

personalnya.

Sebab bukan tidak mungkin karya foto di tempatnya bekerja juga akan

dipakai oleh orang lain tanpa izin. Kasus seperti yang dialami Aryono

sebenarnya sudah berulangkali terjadi. Bahkan pelanggaran seperti ini

seringkali dilakukan orang tanpa sadar. Banyak orang sembarangan

4 Bill Kovach dan Tom Rosenstiel., The Element of Journalism. ed., Stanley, Penerjemah;

Yusi A. Pareanom, (Jakarta; Institut Studi Arus Informasi, 2004), h. 39

Page 55: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

45

mengutip, menjiplak tulisan orang tanpadi sertai sumber sehingga melanggar

hak moral pencipta. Orang yang melakukan pelanggaran tersebut tidak

menyadari perbuatannya atau menganggap yang dilakukannya adalah hal

sepele yang tidak ada konsekuensinya. Saat ini begitu banyak media online

yang ada di Indonesia, tetapi tidak memiliki tenaga dan modal yang cukup

untuk memenuhi kebutuhannya.

Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto

milik orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa

masih menuliskan nama sumber foto, tetapi banyak yang tidak

mempedulikannya.hak cipta harus dihormati, tidak boleh digunakan

sembarangan tanpa izin penciptanya. Dalam hak cipta melekat hak moral dan

hak ekonomi dari penciptanya. Meluasnya pemakaian internet di segala

sektor ternyata membawa konsekuensi tersendiri. Di samping manfaat besar

yang diberikan kepada pemakai jasa, kehadiran media internet juga

memunculkan masalah baru di bidang Hak Kekayaan Intelektual terutama

Hak Cipta.

Dalam era digital saat ini, konsepsi Hak Cipta juga telah melebar,

sangat penting untuk membahas mengenai perlindungan Hak Cipta di

jaringan internet sebagai upaya untuk mengantisipasi dampak negative yang

ditimbulkan oleh internet. Salah satunya adalah dengan adanya media digital.

Kini banyak informasi yang dapat diubah bentuk kedalam media digital. Saat

ini banyak karya cipta juga bias diwujudkan kedalam bentuk digital.

Beberapa hal yang dapat menyebabkan kasus pelanggaran Hak Cipta di

Internet :

a. Menyimpan Konten

Dalam satu contoh, seseorang yang membuat Video mengunggah data file

yang dibuatnya di Internet dengan peraturan pengunjung hanya dapat

mengunakan (menyaksikan) konten (Video) tersebut di website penguggah

Video dan ketika pemilik konten resmi mendapati anda menyimpan

(Download) file video yang diunggahnya maka dapat dikatakan bahwa

anda melanggar kebijakan yang telah dibuat pengunggah video.

Page 56: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

46

b. Membagikan Konten

Ketika anda mengunakan konten seseorang misal Teks dan Gambar di

artikel yang hanya diizinkan untuk digunakan sendiri baik dalam website

tersebut ataupun anda simpan atau tidak dibagikan (Publikasikan) kepada

orang lain maka anda masih mematuhi kebijakan pemilik konten tersebut.

Tetapi jika anda mengunakannya untuk diperlihatkan kepada orang lain

tanpa sepengetahuan pemilik konten, anda dapat dikasuskan karena tidak

mengikuti pedoman pengunaan konten seperti yang telah disetujui.

c. Mengedit atau Memodifikasi Konten

Contoh konten berupa aplikasi yang dilindungi kemurniannya tidak boleh

dimodifikasi karena dalam kegiatan tersebut tentunya seseorang sudah

mengubah nilai asli yang dipublikasikan oleh pemilik konten resmi yang

dapat menyebabkan sistem menjadi berubah dan menyebankan masalah

yang akan merugikan penguna maupun pemilik resmi aplikasi tersebut.

d. Mempublikasikan atau Copy Paste konten (Reupload) Konten

Reupload yaitu menyalin dan mempublikasikan konten seseorang untuk

kepentingan diri sendiri yang menyebabkan pemilik konten asli mengalami

kerugian karena kegiatan tersebut. Biasanya kegiatan ini merupakan hal

yang cukup rawan dengan perselisihan antara pemilik dengan seorang

yang mempublikasi.5

e. Belum meleknya media online terhadap hak cipta

Saat ini begitu banyak media online yang ada di Indonesia, tetapi tidak

memiliki tenaga dan modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto milik

orang lain yang ditemukan di google, lalu menggunakan karya kreatif orang

lain untuk konten komersial media online, termasuk pengecekan legalitas

penggunaan karya dari sumber penerbitan ulang.

Teknologi internet yang menghubungkan antar satu komputer dengan

komputer lainnya diseluruh dunia dengan memiliki daya kemampuan lintas

5 https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-

peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11 BBWI

Page 57: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

47

batas negara dilewati secara mudah (bonderless world) telah melahirkan suatu

era baru yang dikenal dengan era digital. Era digital ini ditandai dengan

karakteristik berupa adanya kemudahan interaksi antar manusia di seluruh

dunia dengan memanfaatkan jaringan internet dan tanpa terhalangi dengan

wilayah geografis suatu negara dan aturan-aturan yang sifatnya teritorial.

Sejalan dengan itu juga, di era digital ini ditandai dengan karakteristik lainnya

berupa adanya kemudahan setiap orang untuk memperoleh informasi.

Informasipada era ini sangat mudah diperoleh, dipertukarkan, diakses dan

didistribusikan serta ditransmisikan kapan saja dan dimana saja.

Tidak dapat disangkal lagi, internet telah menjadi alat komunikasi

terpopuler saat ini. Berbagai lapisan masyarakat, mulai dari pengusaha, artis,

penyanyi sampai kalangan masyarakat bias telah menikmati manfaat internet.

Maraknya aktifitas di internet baik untuk tujuan komersial maupun non

komersial ternyata membuka peluang terjadinya pelanggaran Hak Cipta.

Terlebih dengan semakin canggihnya teknologi informasi, peluang tersebut

menjadi semakin besar. Selain memberikan banyak dampak positif, di sisi

lain keberadaan internet juga memberikan ruang untuk timbulnya berbagai

bentuk kejahatan. Termasuk diantaranya pelanggaran Hak Cipta. Saat ini

banyak bentuk ciptaan yang dapat berwujud digital dan disebarkan melalui

jaringan internet.

Keberadaan jaringan internet sendiri sebenarnya memberikan

keuntungan tersendiri juga bagi pencipta maupun pemegang hak cipta untuk

mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya untuk memperoleh manfaat

dari ciptaannya tersebut. Namun masalah dapat timbul apabila pihak yang

mengumumkan atau memperbanyak ciptaan tersebut merupakan pihak yang

sama sekali tidak berkepentingan yang secara langsung maupun tidak

langsung dapat merugikan Pencipta maka dari itu Undang-Undang Nomor 24

Tahun 2014 tentang Hak cipta diperlukan untuk melindungi dari hal-hal yang

dapat merugikan pencipta.6 Hak cipta adalah wujud nyata penghargaan

6 Reyfel A. Rantung, “Hak Cipta Dalam Jaringan Internet Ditinjau Dari Undang-

Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta”,Vol II, No.1, (Maret, 2014), h.107.

Page 58: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

48

terhadap hasil karya yang dibuat oleh pencipta karya tersebut. Tindakan

pembajakan adalah bagian dari tindak kejahatan di dunia internet yang dalam

hal ini disebut dengan cybercrime, tindak pembajakan ini adalah

penggandaan hasil karya dengan tidak bertanggung jawab dan tentunya

hasilnya pun akan berbeda kualitasnya karena media yang digunakan

tentunya berbeda.

Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah menjadi salah

satu variabel dalam Undang-Undang tentang Hak Cipta ini, mengingat

teknologi informasi dan komunikasi di satu sisi memiliki peran strategis

dalam pengembangan Hak Cipta, tetapi di sisi lain juga menjadi alat untuk

pelanggaran hukum di bidang ini. Pengaturan yang proporsional sangat

diperlukan, agar fungsi positif dapat dioptimalkan dan dampak negatifnya

dapat diminimalkan4. Perkembangan dan kemajuan Teknologi Informasi

yang demikian pesat telah menyebabkan perubahan kegiatan kehidupan

manusia dalam berbagai bidang yang secara langsung telah memengaruhi

lahirnya bentuk-bentuk perbuatan hukum baru. Saat ini telah lahir suatu

rezim hukum baru yang dikenal dengan hukum siber atau hukum telematika.

Hukum siber atau Cyber Law, secara internasional digunakan untuk

istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi. Demikian pula, hukum telematika yang merupakan perwujudan

dari konvergensi hukum telekomunikasi, hukum media, dan hukum

informatika. Istilah lain yang juga digunakan adalah hukum teknologi

informasi (law of information technology), hukum dunia maya (virtual world

law), dan hukum mayantara. Dalam perspektif Cyber Law, pencipta atau

pemegang hak cipta yaitu pihak yang melakukan up load (unggah) dan atau

namanya dicantumkan dalam ciptaan yang diunggah tersebut, kecuali

dibuktikan lain. Istilah-istilah tersebut lahir mengingat kegiatan yang

dilakukan melalui jaringan sistem komputer dan sistem komunikasi baik

dalam lingkup lokal maupun global (Internet) dengan memanfaatkan

teknologi informasi berbasis sistem komputer yang merupakan sistem

elektronik yang dapat dilihat secara virtual. Hal itu berakibat terhadap

Page 59: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

49

perlindungan karya cipta secara manual, sehingga dengan munculnya rezim

hukum baru yang berkaitan dengan perkembangan teknologi dan informasi

melalui internet (Cyber Law), perlu dikaji lebih cermat substansi UU No 28

Tahun 2014 tentang Hak Cipta

Karena pelanggaran hak cipta di media internet atau bisa disebut salah

satu cybercrime maka Undang-Undang I Undang-undang Informasi dan

Transaksi Elektronik atau Undang Undang nomor 11 tahun 2008 atau UU

ITE juga turut melindungi segala pelanggaran yang terjadi di media daring.

UU ITE adalah UU yang mengatur tentang informasi serta transaksi

elektronik, atau teknologi informasi secara umum.

Berikut ini adalah pasal pasal dari UU ITE yang mengatur terkait Hak

Kekayaan Intelektual, diantaranya :Pasal 25 “Informasi Elektronik dan/atau

Dokumen Elektronik yang disusun menjadi karya intelektual, situs internet,

dan karya intelektual yang ada di dalamnya dilindungi sebagai Hak Kekayaan

Intelektual berdasarkan ketentuan Peraturan Perundang-undangan. Pasal 26

(1) Kecuali ditentukan lain oleh Peraturan Perundangundangan, penggunaan

setiap informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi

seseorang harus dilakukan atas persetujuan Orang yang bersangkutan. (2)

Setiap Orang yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan

Undang- Undang ini. Adapun penjelasan atas pasal tersebut adalah : Pasal 25

Informasi Elektronik dan/atau Dokumen Elektronik yang disusun dan

didaftarkan sebagai karya intelektual, hak cipta, paten, merek, rahasia dagang,

desain industri, dan sejenisnya wajib dilindungi oleh Undang-Undang ini

dengan memperhatikan ketentuan Peraturan Perundangundangan. Pasal 26

Ayat (1) Dalam pemanfaatan Teknologi Informasi, perlindungan data pribadi

merupakan salah satu bagian dari hak pribadi (privacy rights).

Hak pribadi mengandung pengertian sebagai berikut: a. Hak pribadi

merupakan hak untuk menikmati kehidupan pribadi dan bebas dari segala

macam gangguan. b. Hak pribadi merupakan hak untuk dapat berkomunikasi

dengan Orang lain tanpa tindakan mematamatai. c. Hak pribadi merupakan

Page 60: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

50

hak untuk mengawasi akses informasi tentang kehidupan pribadi dan data

seseorang. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak cipta dan

Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau Undang Undang

nomor 11 tahun 2008 diharapkan hadir untuk melindungi pelanggaran-

pelanggaran dan hak-hak para pencipta yang dimana sesuai dengan teori

perlindungan hukum menurut Fitzgerald, sebagaimana dikutip Satjipto

Raharjo perlindungan hukum yaitu memberikan pengayoman terhadap Hak

Asasi Manusia yang dirugikan orang lain dan perlindungan itu diberikan

kepada masyarakat agar dapat menikmati semua hak-hak yang diberikan

hukum. UUHC harus menjadi koreksi terhadap kelemahan sistem hukum

pelindungan terhadap pencipta, pemegang hak cipta, dan pemilik hak terkait.

UUHC harus menjadi hukum yang pro-keadilan, yaitu hukum yang

memberikan keadilan.

Penerapan perlindungan hukum pada aspek bisnis terutama merek juga

harus tersentuh dengan teori perlindungan hukum yang secara eksplisit

melindungi hak asasi manusia. Para penganut aliran ini memandang bahwa

hukum dan moral adalah cerminan dan aturan secara internal dan eksternal

dari kehidupan manusia yang diwujudkan melalui hukum dan moral.

Kasus seperti yang dialami Aryono sebenarnya sudah berulangkali

terjadi. Saat ini begitu banyak media online yang ada di Indonesia, tetapi

tidak memiliki tenaga dan modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya.

Akhirnya banyak media yang mengambil jalan pintas, mengambil foto milik

orang lain yang ditemukan di google, lalu digunakannya. Beberapa masih

menuliskan nama sumber foto, tetapi banyak yang tidak mempedulikannya.

Hal ini tidak sesuai dengan teori perlindungan hukum. Diperlukan kesadaran

hukum oleh masyarakat ataupun media online untuk menghargai Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang hak cipta yang melindungi hak-hak

pencipta dari pelanggaran hak asasi manusia.

Fitzgerald mengutip istilah teori perlindungan hukum dari Salmond

bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan dan mengkoordinasikan beberapa

kepentingan dalam masyarakat karena dalam suatu lalu lintas kepentingan,

Page 61: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

51

perlindungan terhadap kepentingan tertentu dapat dilakukan dengan cara

membatasi beberapa kepentingan di lain pihak. Kepentingan hukum adalah

mengurus hak dan kepentingan manusia, sehingga hukum memiliki otoritas

tertinggi untuk menentukan kepentingan manusia yang perlu diatur dan

dilindungi. Perlindungan hukum harus melihat tahapan yakni perlindungan

hukum lahir dari suatu kententuan hukum dan segala peraturan hukum yang

diberikan oleh masyarakat yang pada dasarnya merupakan kesepakatan

masyarakat tersebut untuk mengatur hubungan perilaku antara anggota-

anggota masyarakat dan antara perseorangan dengan pemerintah yang

dianggap mewakili kepentingan masyarakat.7

Teori perlindungan hukum bahwa hukum bertujuan mengintegrasikan

dan mengkoordinasikan berbagai kepentingan dalam masyarakat karena

dalam suatu lalu lintas kepentingan, perlindungan terhadap kepentingan

tertentu hanya dapat dilakukan dengan cara membatasi berbagai kepentingan

di lain pihak. Dengan kerangka berpikir tentang sifat dasar hak cipta yang

demikian, seseorang tidak memperoleh hak untuk mengkopi ataupun

memperbanyak karya fotografi tanpa seizin dari pencipta. Penerapan

perlindungan hukum pada aspek bisnis terutama hak cipta juga harus

tersentuh dengan teori perlindungan hukum yang secara eksplisit melindungi

hak asasi manusia.

B. Ketentuan Hak Moral dan Hak Ekonomi Terkait Privasi Pencipta

Terhadap Pelanggaran Hak Cipta Karya Fotografi

Privasi merupakan konsep abstrak yang mengandung banyak makna.

Penggambaran populer mengenai privasi antara lain adalah hak individu

untuk menentukan apakah dan sejauh mana seseorang bersedia membuka

dirinya kepada orang lain atau privasi adalah hak untuk tidak diganggu.

Privasi merujuk padanan dari Bahasa Inggris privacy adalah kemampuan satu

7 Satjipto Raharjo, Ilmu Hukum, (Bandung: PT. Citra Adtya Bakti, 2000), h. 53

Page 62: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

52

atau sekelompok individu untuk mempertahankan kehidupan dan urusan

personalnya dari publik, atau untuk mengontrol arus informasi mengenai diri

mereka. Jadi dapat disimpulkan bahwa, privasi adalah tingkatan interaksi atau

keterbukaan yang dikehendaki oleh seseorang pada suatu kondisi atau situasi

tertentu, dimana situasi yang dirasa sebagai privat atau tidak yang

menentukan adalah subjektifitas dan kontrol (ruang interpersonal dan

territorial) dari seseorang tersebut. Namun privasi juga erat kaitannya dengan

kebebasan, karena di dunia modern ini semua informasi akan mudah

didappatkan di era digital.

Kebebasan termasuk suatu yang bersifat asasi, yang umumnya para

ahli memiliki konsepsi yang sama bahwa kebebasan ada pada setiap insan.

Secara ekripsi, kebebasan senantiasa ada batasan baik kelemahan yang

bersifat internal maupun eksternal. Pada dasarnya kebebasan bukan berarti

berbuat kehendak hati melainkan ada batasnya untuk mengakui dan

menghormati hak dan kewajiban setiap manusia pada umumnya. Informasi

telah mengenalkan suatu etika baru, bahwa setiap pihak yang mempunyai

informasi memiliki naluri yang senantiasa mendesiminasikan kepada pihak

lain, begitu pula sebaliknya. Teknologi informasi menjanjikan bahwa

komunitas abad 21 akan memiliki jaringan komunikasi dan teknologi multi

media sebagai tulang punggunya.

Penghargaan atas privasi dalam komunitas informastika yang

mengglobal, amat sangat berbeda dalam suasana yang fiscal, demikian pula

dalam kepentingan atas privasi data. Keperluan menjaga kerahasiaan data dan

informasi pribadi tampak menjadi prioritas untuk meletakkan kepercayaan

dalam jaringan interaksi komunikasi. Hak atas privasi pada dasarnya sudah

cukup lama dikenal dan diakui dalam rezim hukum baik internasional

ataupun nasional. Regulasi mengenai privasi dalam berbagai rejim hukum ini

pada dasarnya untuk melindungi priivasi dari seseorang terhadap invasi yang

tidak sah yang dapat dilakukan oleh Negara ataupun dari korporasi.

Page 63: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

53

Regulasi mengenai privasi dalam rejim hukum hak asasi manusia

internasional diatur pertama kali pada Deklarasi Universal Hak Asasi

Manusia (DUHAM) pada Pasal 12 yang menyatakan

“No one shall be subjected to arbitrary interference with his privacy,

family, home or correspondence, nor to attacks upon his honour and

reputation. Everyone has the right to the protection of the law against such

interference or attacks.”

Pengaturan lebih mengikat dituangkan dalam Kovenan Internasional

Hak Sipil dan Politik (Kovenan Sipol) yang diatur dalam Pasal 17 yang

menyatakan

“1. No one shall be subjected to arbitrary or unlawful interference

with his privacy, family, home or correspondence, nor to unlawful attacks on

his honour and reputation.

2. Everyone has the right to the protection of the law against such

interference or attacks. “8

Perlindungan hak privasi dalam legislasi memungkinan setiap orang

untuk mengontrol pengumpulan, akses, dan penggunaan informasi pribadi

yang berada di pemerintahan ataupun di korporasi. Namun, realitasnya

tidaklah sesederhana itu karena ada hak untuk informasi juga memberikan

perlindungan bagi masyarakat untuk mengakses informasi dan data yang ada

di pemerintahan, termasuk data dan informasi pribadi.

Karena itu aspek perlindungan privasi saat ini menghadapi tantangan

baru, khususnya dengan penggunaan dan penerapan teknologi. Teknologi

memungkinkan terjadinya pengumpulan dan penyebarluasan informasi dan

data pribadi termasuk informasi dan data pribadi yang sensitive. Dengan

centang perenang pengaturan privasi dalam kaitannya dengan akses terhadap

informasi membuat warga Negara dalam posisi yang rentan terhadap

serangan privasi yang dapat dilakukan oleh pemerintah dan juga korporasi.

8 Anggara dkk, Menyeimbangkan Hak: Tantangan Perlindungan Privasi dan Menjamin

Akses Keterbukaan Informasi dan Data di Indonesia, (Jakarta: Institute for Criminal Justice

Reform, 2012), h.4

Page 64: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

54

Untuk mengatasi persoalan tersebut, pemerintah berinisiatif untuk

menyusun Rancangan Undang – Undang Perlindungan Data dan Informasi

Pribadi (RUU PDIP). RUU PDIP ini disusun karena adanya kebutuhan untuk

melindungi hak-hak individual di dalam masyarakat sehubungan dengan

pengumpulan, pemrosesan, penyelenggaraan, penyebarluasan data pribadi.

Perlindungan yang memadai atas privasi menyangkut data dan pribadi akan

mampu memberikan kepercayaan masyarakat untuk menyediakan data dan

informasi pribadi guna berbagai kepentingan masyarakat yang lebih besar

tanpa disalahgunakan atau melanggar hak-hak pribadinya.

RUU ini terdiri dari 16 bab dengan 46 pasal diharapkan dapat

menciptakan keseimbangan antara hak-hak individu dan masyarakat yang

diwakili kepentingannya oleh negara. Pengaturan tentang privasi atas data

dan informasi pribadi ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap

terciptanya ketertiban dan kemajuan dalam masyarakat informasi.21 Sampai

saat ini, RUU PDIP ini masih dalam proses pembahasan di pemerintah.

Dalam melindungi privasi di dalam dunia digital diperlukan hukum

perlindungan data pribadi. Hukum perlindungan data pribadi berkembang

sejatinya bersamaan dengan perkembangan teknologi itu sendiri, khususnya

teknologi informasi dan komunikasi. Walaupun Rancangan Undang –

Undang Perlindungan Data dan Informasi Pribadi (RUU PDIP) masih dalam

rancangan tetapi sudah ada peraturan yang melindungi data pribadi dari

Kementrian Kominfo yaitu Permenkominfo Nomor 20 tahun 2016 tentang

Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PDPSE). Dalam

implementasinya, aturan‐aturan perlindungan data pribadi yang terkait

dengan penyelenggaraan sistem elektronik, termasuk di dalamnya komunikasi

dan informatika, kemudian dirumuskan dalam sejumlah Permenkominfo,

Permenkominfo yang terkait misalnya Permenkominfo Nomor 20 tahun 2016

tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PDPSE), juga

Permenkominfo No. 21/2017 tentang Perubahan Kedua Atas Permenkominfo

Nomor 12 tahun 2016 Tentang Registrasi Pelanggan Jasa Telekomunikasi.

Page 65: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

55

Perlindungan data pribadi menurut Permenkominfo PDPSE meliputi

perlindungan pada proses: perolehan dan pengumpulan; pengolahan dan

penganalisisan; penyimpanan; penampilan, pengumuman, pengiriman,

penyebarluasan, dan/atau pembukaan akses; dan pemusnahan data pribadi.9

Selain cakupan perlindungan data pribadi, yang meliputi semua aspek dan

tahapan pemrosesan data pribadi, dalam Permenkominfo juga diatur hak-hak

dari pemilik data pribadi (rights of subject data), kewajiban pengguna data

pribadi, serta kewajiban dari penyelenggara sistem elektronik dalam semua

tahapan pemrosesan tersebut. Menegaskan kembali mandat PP PSTE, dalam

Permenkominfo ini juga diatur mengenai kewajiban untuk menempatkan

pusat data di dalam wilayah Indonesia (data localizatioan), bagi

penyelenggara sistem elektronik untuk pelayanan publik.

Data center di wilayah Indonesia ini dimaksudkan sebagai fasilitas

yang untuk menempatkan Sistem Elektronik dan komponen terkaitnya untuk

keperluan penempatan, penyimpanan, dan pengolahan data yang disebutkan

pada pasal 3 Permenkominfo Nomor 20 tahun 2016 tentang Perlindungan

Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik (PDPSE):

Perlindungan Data Pribadi dalam Sistem Elektronik dilakukan pada proses:

a. perolehan dan pengumpulan;

b. pengolahan dan penganalisisan;

c. penyimpanan;

d. penampilan, pengumuman, pengiriman, penyebarluasan,

dan/atau pembukaan akses; dan

e. pemusnahan.

Jika terjadi sengketa dalam pengelolaan data pribadi atau terjadi

kegagalan dalam perlindungan kerahasiaan data pribadi, Permenkominfo ini

membuka ruang pengaduan kepada menteri (Kominfo),untuk dilakukan

proses penyelesaian secara musyawarah atau alternatif penyelesaian sengketa

lainnya,atau jika kedua mekanisme tersebut tidak berhasil dapat

Page 66: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

56

menggunakan mekanisme gugatan perdata di pengadilan yang sebagai mana

disebut dalam pasal 29-33 Permenkominfo PDPSE pasal 29:

(1) Setiap Pemilik Data Pribadi dan Penyelenggara Sistem Elektronik dapat

mengajukan pengaduan kepada menteri atas kegagalan perlindungan

kerahasiaan Data Pribadi.

(2) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimaksudkan sebagai

upaya penyelesaian sengketa secara musyawarah atau melalui upaya

penyelesaian alternatif lainnya.

(3) Pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan berdasarkan

alasan:

a. tidak dilakukannya pemberitahuan secara tertulis atas kegagalan

perlindungan rahasia Data Pribadi oleh Penyelenggara Sistem

Elektronik kepada Pemilik Data Pribadi atau Penyelenggara Sistem

Elektronik lainnya yang terkait dengan Data Pribadi tersebut, baik

yang berpotensi maupun tidak berpotensi menimbulkan kerugian; atau

b. telah terjadinya kerugian bagi Pemilik Data Pribadi atau

Penyelenggara Sistem Elektronik lainnya yang terkait dengan

kegagalan perlindungan rahasia Data Pribadi tersebut, meskipun telah

dilakukan pemberitahuan secara tertulis atas kegagalan perlindungan

rahasia Data Pribadi namun waktu pemberitahuannya yang terlambat.

(4) Menteri dapat berkoordinasi dengan pimpinan Instansi Pengawas dan

Pengatur Sektor untuk menindaklanjuti pengaduan sebagaimana

dimaksud pada ayat (1).

Dan dalam pasal 30 dijelaskan bahwa menteri mendelegasikan

kewenangan penyelesaian sengketa Data Pribadi sebagaimana dimaksud

dalam Pasal 29 kepada Direktur Jenderal, Direktur Jenderal dapat membentuk

panel penyelesaian sengketa Data Pribadi. Selanjutnya disebutkan dalam

pasal 31, Pengaduan dan penanganan pengaduan dilakukan berdasarkan tata

cara, sebagai berikut: pengaduan dilakukan paling lambat 30 (tiga puluh) hari

kerja sejak pengadu mengetahui informasi sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 29 ayat (3) huruf a atau huruf b; pengaduan disampaikan secara tertulis

Page 67: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

57

memuat: nama dan alamat pengadu; alasan atau dasar pengaduan; permintaan

penyelesaian masalah yang diadukan; dan tempat pengaduan, waktu

penyampaian pengaduan, dan tanda tangan pengadu. pengaduan harus

dilengkapi dengan bukti-bukti pendukung; pejabat/tim penyelesaian sengketa

data pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi wajib

menanggapi pengaduan paling lambat 14 (empat belas) hari kerja sejak

pengaduan diterima yang paling sedikit memuat pengaduan lengkap atau

tidak lengkap.

Pengaduan yang tidak lengkap harus dilengkapi oleh pengadu paling

lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak pengadu menerima tanggapan

sebagaimana dimaksud pada huruf d dan jika melebihi batas waktu tersebut,

pengaduan dianggap dibatalkan; pejabat/lembaga penyelesaian sengketa Data

Pribadi atas kegagalan perlindungan kerahasiaan Data Pribadi wajib

menangani penyelesaian pengaduan mulai 14 (empat belas) hari kerja sejak

pengaduan diterima lengkap;penyelesaian sengketa atas dasar pengaduan

lengkap tersebut dilakukan secara musyawarah atau melalui upaya

penyelesaian alternatif lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan

Pejabat/lembaga penyelesaian sengketa data pribadi atas kegagalan

perlindungan kerahasiaan data pribadi yang menangani pengaduan dapat

memberikan rekomendasi kepada Menteri untuk penjatuhan sanksi

administratif kepada Penyelenggara Sistem Elektronik meskipun pengaduan

dapat atau tidak dapat diselesaikan secara musyawarah atau melalui upaya

penyelesaian alternatif lainnya.

Dalam upaya penyelesaian sengketa secara musyawarah atau melalui

upaya penyelesaian alternatif lainnya belum mampu menyelesaikan sengketa

atas kegagalan perlindungan kerahasiaan data pribadi, setiap pemilik data

pribadi dan penyelenggara sistem elektronik dapat mengajukan gugatan atas

terjadinya kegagalan perlindungan rahasia Data Pribadi. Gugatan

sebagaimana yang dimaksud hanya berupa gugatan perdata dan diajukan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika dalam proses

Page 68: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

58

penegakan hukum oleh aparat penegak hukum sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berwenang harus melakukan penyitaan,

maka yang dapat disita hanya data pribadi yang terkait kasus hukum tanpa

harus menyita seluruh sistem elektroniknya.

Penyelenggara Sistem Elektronik yang menyediakan, menyimpan,

dan/atau mengelola Data Pribadi yang disita sebagaimana dimaksud dilarang

melakukan tindakan apa pun yang dapat mengakibatkan berubah atau

hilangnya Data Pribadi tersebut dan tetap wajib menjaga keamanan atau

memberikan perlindungan rahasia Data Pribadi dalam Sistem Elektronik yang

dikelolanya.

Pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Menteri ini dilaksanakan

oleh Menteri dan/atau pimpinan intansi pengawas dan pengatur sektor.

Pengawasan yang dilaksanakan Menteri sebagaimana dimaksud meliputi

pengawasan secara langsung maupun tidak langsung. Menteri berwenang

meminta data dan informasi dari penyelenggara sistem elektronik dalam

rangka perlindungan Data Pribadi. Permintaan data dan informasi

sebagaimana dimaksud dapat dilakukan secara berkala atau sewaktu-waktu

apabila diperlukan. Menteri mendelegasikan kewenangan pengawasan kepada

direktur jenderal.

Setiap Orang yang memperoleh, mengumpulkan, mengolah,

menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan, mengirimkan,

dan/atau menyebarluaskan Data Pribadi tanpa hak atau tidak sesuai dengan

ketentuan dalam Peraturan Menteri ini atau peraturan perundang-undangan

lainnya dikenai sanksi administratif sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan berupa: peringatan lisan; peringatan tertulis;

penghentian sementara kegiatan; dan/atau pengumuman di situs dalam

jaringan (website online). Ketentuan mengenai tata cara pelaksanaan sanksi

administratif sebagaimana yang dimaksud diatur dengan Peraturan Menteri.

Sanksi administratif diberikan oleh menteri atau pimpinan instansi pengawas

dan pengatur sektor terkait sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan. Pengenaan sanksi oleh pimpinan instansi pengawas dan pengatur

Page 69: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

59

sektor terkait sebagaimana dimaksud pada ayat dilakukan setelah

berkoordinasi dengan Menteri.

Permenkominfo ini memberikan tenggat waktu (transisi) dua tahun

bagi penyelenggara sistem elektronik, untuk melakukan penyesuaian berbagai

kewajiban dalam perlindungan data pribadi. Akan tetapi dalam praktiknya,

setelah dua tahun berlakunya Permenkominfo, mayoritas penyelenggaraan

sistem elektronik di Indonesia belum sepenuhnya melakukan penyesuaikan

dengan seperangkat kewajiban perlindungan data pribadi yang diatur dalam

Permenkominfo tersebut. Lagi‐lagi peraturan yang hanya setingkat peraturan

menteri, dengan ancaman sanksi yang hanya berupa sanksi administrative,

dinilai kurang memiliki daya ikat dan memaksa bagi penyelenggara sistem

elektronik.

Perlindungan atas data dan informasi sesorang menyangkut soal-soal

hak asasi manusia.Persoalan perlindungan terhadap privasi atau hak privasi

muncul karena keprihatinan akan pelanggaran privasi yang dialami oleh

orang dan atau badan hukum. Perlindungan privasi merupakan hak setiap

warga negara, harus dihormati dan diberikan perlindungan. Termasuk

konsepsi Privacy Information (Security) dimana sebuah informasi harus

aman, dalam arti hanya diakses oleh pihak–pihak yang berkepentingan saja

sesuai dengan sifat dan tujuan dari informasi tersebut.10

Pada dasarnya seluruh tubuh seseorang adalah milik dari orang

tersebut juga. Oleh karena itu ia berkuasa penuh atas tubuhnya. Dengan tubuh

itu, identifikasi diri seseorang akan semakin jelas. Tentunya selalu ada

pengecualian tertentu yang ditentukan oleh hukum. Dan dalam hak cipta juga

erat kaitannya dengan privasi, terutama dalam pengambilan potret seseorang

atau mengambil karya fotografi.

UU Hak Cipta menekankan bahwa potret diri seseorang tidak

diperkenankan disebarluaskan apabila untuk kepentingan komersial. Itulah

batasan hukumnya. Bahkan di ruang publik sekalipun juga terdapat hak cipta,

10

Privasi Online dan Keamanan Dat http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-

palim0d249692cafull.pdf diakses pada tanggal 03 Oktober 2019.

Page 70: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

60

misalnya terkait dengan karya arsitektur; seperti bangunan, gedung, atau

benda lain yang serupa dengannya yang dapat diklasifikasi sebagai karya

arsitektur yang dilindungi oleh undang-undangU.11

Pasal 50 UU Hak Cipta

sudah menentukan bahwa: "Setiap Orang dilarang melakukan Pengumuman,

Pendistribusian, atau Komunikasi Ciptaan yang bertentangan dengan moral,

agama, kesusilaan, ketertiban umum, atau pertahanan dan keamanan Negara"

Hak cipta bisa dibilang unik dan berbeda dari hak kekayaan

intelektual lainnya. Sebab hak cipta mempunyai hak moral yang tidak

dimiliki Hak Kekayaan Intelektual lainnya. Contohnya, hal ini berbeda

dengan hak milik industri yang untuk mendapatkan perlindungan atas hak

eksklusifnya tersebut membutuhkan pendaftaran melalui prosedur yang telah

ditentukan. Hak eksklusif yang diberikan oleh hukum merupakan reward

yang sesuai bagi para inventor mengingat pengorbanan yang harus mereka

lakukan untuk menghasilkan sebuah ciptaan. Dan dalam hak cipta juga erat

kaitannya dengan privasi, terutama dalam pengambilan potret seseorang atau

mengambil karya fotografi.Pasal tersebut menjelaskan bahwa dalam

mengambil foto pun harus yang sesuai dengan moral dan ketertiban umum.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak

Cipta menyatakan bahwa karya fotografi merupakan semua foto yang

dihasilkan dengan menggunakan kamera. Apabila dalam penjelasan

sebelumnya dinyatakan bahwa potret dapat berupa lukisan, foto atau patung,

maka yang dimaksud potret dalam Undang-Undang Hak Cipta adalah potret

dalam bentuk foto hasil karya fotografi. Jika ada seseorang yang merasa

terganggu di foto atau potret nya tidak mau disebarluaskan dan seorang

pencipta tidak menuruti nya maka akan melanggar hak cipta tersebut. Selain

itu, ada juga batasan etik yang juga penting diperhatikan. Meskipun potret

diri seseorang tersebut untuk kepentingan non komersial dan dilakukan di

11

Memotret di ruang publik: antara privasi, hak cipta, dan etika

https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-cipta-dan-etika

Diakses tanggal 03 Oktober 2019 Pada Pukul 20:38 BBWI

Page 71: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

61

ruang publik, sangat disarankan untuk meminta izin apabila memotret orang;

apalagi jika orang tersebut sangat jelas dapat teridentifikasi.

Apabila foto atau potret milik seseorang yang digunakan oleh orang

lain tanpa seizin pemilik, sehingga membawa manfaat ekonomi bagi orang

lain, dapat diartikan orang tersebut telah merugikan kita sebagai pemegang

hak eksklusif pencipta atau pemegang hak cipta, hal ini sesuai dengan Pasal

12 UU Hak Cipta yang berbunyi:

(1) Setiap Orang dilarang melakukan Penggunaan Secara Komersial,

Penggandaan, Pengumuman, Pendistribusian, dan/atau Komunikasi

atas Potret yang dibuatnya guna kepentingan reklame atau

periklanan secara komersial tanpa persetujuan tertulis dari orang

yang dipotret atau ahli warisnya.

(2) Penggunaan Secara Komersial, Penggandaan, Pengumuman,

Pendistribusian, dan/atau Komunikasi Potret sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) yang memuat Potret 2 (dua) orang atau lebih, wajib

meminta persetujuan dari orang yang ada dalam Potret atau ahli

warisnya.

Bahwa Pasal 12 UUHC yang ada saat ini hanya mengatur soal

larangan penggunaan potret secara komersial (untuk kepentingan periklanan)

tanpa persetujuan tertulis orang yang dipotret atau ahli warisnya. Selain itu,

Pasal 43 huruf e juga mengatur bahwa penyebarluasan konten Hak Cipta

melalui media teknologi informasi dan komunikasi yang tidak bersifat

komersial tidak dianggap sebagai pelanggaran Hak Cipta.

Dalam UUHC, penggunaan potret tanpa izin, selama bukan untuk

tujuan komersil, diperbolehkan tetapi jika foto tersebut digunakan tidak untuk

komersial tetapi untuk melecehan atau mencemarkan nama baik seseorang

akan dijerat dengan Pasal 27 UU ITE yang berbunyi “Setiap Orang dengan

sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan/atau mentransmisikan dan/atau

membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan/atau Dokumen

Elektronik yang memiliki muatan penghinaan dan/atau pencemaran nama

baik”. Privasi perlindungan data pribadi di dalam media daring juga

Page 72: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

62

dilindungi oleh Undang-Undang nomor 11 tahun 2008 ITE. Perlindungan

data pribadi dalam sebuah sistem elektronik dalam UU ITE meliputi

perlindungan dari penggunaan tanpa izin, perlindungan oleh penyelenggara

sistem elektronik, dan perlindungan dari akses dan interferensi ilegal. Terkait

perlindungan data pribadi dari penggunaan tanpa izin, Pasal 26 UU ITE

mensyaratkan bahwa penggunaan setiap data pribadi dalam sebuah media

elektronik harus mendapat persetujuan pemilik data bersangkutan.

Setiap orang yang melanggar ketentuan ini dapat digugat atas

kerugian yang ditimbulkan. Pasal 26 UU ITE bahwa Penggunaan setiap

informasi melalui media elektronik yang menyangkut data pribadi seseorang

harus dilakukan atas persetujuan orang yang bersangkutan dan setiap orang

yang dilanggar haknya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat

mengajukan gugatan atas kerugian yang ditimbulkan berdasarkan undang-

undang ini

Dalam penjelasannya, Pasal 26 UU ITE menyatakan bahwa data

pribadi merupakan salah satu bagian dari hak pribadi seseorang. Sedangkan,

definisi data pribadi dapat dilihat dalam Pasal 1 PP PSTE12

yaitu data

perorangan tertentu yang disimpan, dirawat, dan dijaga kebenaran serta

dilindungi kerahasiaan. foto yang diambil melalui kamera handphone dapat

dikatakan sebagai informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik apabila

masih berbentuk elektronik (jika belum dicetak) sebagaimana yang terdapat

dalam Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik Pasal 1 angka 4 UU ITE yaitu “Dokumen Elektronik adalah setiap

Informasi Elektronik yang dibuat, diteruskan, dikirimkan, diterima, atau

disimpan dalam bentuk analog, digital, elektromagnetik, optikal, atau

sejenisnya, yang dapat dilihat, ditampilkan, dan/atau didengar melalui

Komputer atau Sistem Elektronik, termasuk tetapi tidak terbatas pada tulisan,

12

Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan

Transaksi Elektronik

Page 73: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

63

suara, gambar, peta, rancangan, foto atau sejenisnya, huruf, tanda, angka,

Kode Akses, simbol atau perforasi yang memiliki makna atau arti atau dapat

dipahami oleh orang yang mampu memahaminya.”.

Jika merujuk pada pasal 25 UUITE dinyatakan bahwa: “Informasi

elektronik dan/atau dokumen elektronik yang disusun menjadi karya

intelektual, situs internet dan karya intelektual yang ada didalamnya

dilindungi sebagai hak kekayaan intelektual berdasarkan ketentuan

perundang- undangan”. Mengacu pada ketentuan Pasal 26 ayat (1) UU ITE,

“setiap pemindahtanganan data pribadi seseorang harus terlebih dahulu

mendapatkan ijin dari pemilik data (larangan pemindahtanganan data pribadi

secara sewenang‐wenang)”.

Jadi pada dasarnya UU ITE telah menjamin bahwa berbagai informasi

eketronik atau konten elektronik yang berada di situs internet diakui sebagai

karya intelektual khususnya “karya cipta” yang dilindungi oleh”hak cipta”,

sesuai ketentuan yang berlaku. Jika ditelusuri ada suatu kasus yang dialami

oleh Aryono, seorang fotografer yang salah satu foto karyanya, dengan obyek

sineas Tino Saroengallo, dipakai oleh beberapa media online di Indonesia

tanpa seizinnya. Adapun delapan media yang memuat fotonya tanpa izin,

yakni Grid.id, Trlbunnews.com, Detik com, Metronews com, MataMata.com.

Poliklitik, Kapanlagi.com, dan Merdeka.com. foto tersebut itu akan dibuat

untuk cover buku tentang Tino Saroengallo yang akan diterbitkan tepat pada

100 hari kematian almarhum.

Dalam potretnya, Tino tersenyum lebar dan tampak bahagia.

Mengenakan jaket merah serta kacamata, ia tak memandang ke arah kamera

sehingga menghasilkan sebuah potret candid. Bagi Aryono, potret itu

mengadung sisi personal dan emosional bagi dirinya. Aryono

mengungkapkan foto tersebut akan digunakan di buku Tino, yang rencananya

akan dirilis pada Peringatan 100 Hari Tino Saroengallo.Foto itu sendiri sudah

diunggah di akun instagram milik Aryono yang terkunci. Hanya orang-orang

Page 74: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

64

yang mengikutinya yang bisa melihat. Namun "pengaman" itu bukan

halangan bagi orang-orang yang ingin mengambil foto Aryono.

Disini terdapat pelanggaran hak moral dan hak ekonomi serta privasi.

Hak moral si Pencipta dilanggar karena fotonya telah diambilnya tanpa izin

Aryono sudah mencoba melindungi foto itu dengan mencantumkan

watermark tetapi beberapa media online masih merenggut hak moralnya.

sebagaimana termuat dalam Pasal 4 Undang-Undang Hak Cipta. Hak moral

merupakan hak yang bersifat asasi dan abadi, maksudnya adalah apabila

pemilikan atas hak cipta tersebut dipindahkan kepada pihak lain, maka hak

moral tetap tidak terpisahkan dari penciptanya.

Karena hak moral tidak dapat dialihkan selama pencipta masih hidup,

kecuali dengan adanya wasiat atau sebab lain sesuai dengan peraturan

perundang-undangan setelah pencipta. Pasal 5 ayat (1) UUHC, menyatakan

Hak moral memberikan hak kepada pencipta untuk:

a. Tetap mencantumkan atau tidak mencantumkan namanya pada salinan

sehubungan dengan pemakaian ciptaannya untuk umum

b. Menggunakan nama aliasnya atau samarannya

c. Mengubah ciptaannya sesuai dengan kepatutan dalam masyarakat

d. Mengubah judul dan anak judul ciptaan

e. Mempertahankan haknya dalam hal terjadi distorsi ciptaan, mutilasi

ciptaan, modifikasi ciptaan, atau hal yang bersifat merugikan kehormatan

diri atau reputasinya.

Dalam konfigurasi hukum, hak moral mencakup dua hal besar yaitu

hak paternity atau right of paternity dan right of integrity.13

Hak untuk

mencantumkan atau menyebutkan nama pencipta dalam ciptaannya dan hak

untuk menggunakan nama samaran dalam ciptaannya sebagaimana terdapat

13

Henry Soelistyo, Hak Cipta Tanpa Hak Moral, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011), h.

105

Page 75: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

65

dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a dan b merupakan right of paternity. Sedangkan

right of integrity merupakan segala bentuk sikap dan perlakuan yang terkait

dengan integritas atau martabat pencipta, seperti yang termuat dalam Pasal 5

ayat (1) huruf e. Didalam Article 6bis Konvensi Bern menyatakan 3 substansi

hak moral yang meliputi:

a. The right to claim authorsip; yaitu hak untuk mendapatkan pengakuan

sebagai pencipta. Hal itu dilakukan antara lain dengan menyebutkan

atau mencantumkan nama pencipta dalam ciptaannya.

b. The right to object to any distortion, mutilation, or other modification of

the work; yaitu hak pencipta untuk menolak tindakan yang dapat

mendistorsi, memotong atau menghilangkan sebagaian dari ciptaan

ataupun memodifikasi ciptaan secara sedemikian rupa sehingga

merusak atau merugikan reputasi dan kehormatan pencipta.

c. The right to object other derogatory action in relation to the said work ;

yaitu hak pencipta untuk menolak segala bentuk tindakan atau

perlakuan yang dapat mengganggu atau merendahkan kehormatan dan

reputasi pencipta.

Berdasarkan penjelasan tersebut bentuk-bentuk hak moral baik yang

terdapat dalam Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta,

ataupun menurut konfigurasi hukum, serta ketentuan dalam Konvensi Bern,

maka pada dasarnya terdapat satu point yang sama dari penjelasan masing-

masing ketentuan tersebut, yaitu adalah hak moral mempertahankan hak

pencipta agar tidak terjadi perbuatan yang merugikan kehormatan atau

reputasi dan berlaku seumur hidup.

Selanjutnya ada hak lain yang dilanggar yaitu hak ekonomi, Fungsi

adanya hak ekonomi dalam hak cipta adalah memberikan keuntungan bagi

pencipta atau pemegang hak cipta atas karya yang mereka buat agar

menghasilkan keuntungan. dalam kasus Aryono beberapa Media Online

menggunakan foto karya Aryono untuk kepentingan komersil itu

Page 76: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

66

menimbulkan hak ekonomi Aryono dilanggar. Menurut Undang-undang No

28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta Hak ekonomi adalah :

Pasal 8 :

Hak ekonomi merupakan hak eksklusif Pencipta atau Pemegang Hak Cipta

untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas Ciptaan.

Pasal 9 :

(1) Pencipta atau Pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

memiliki hak ekonomi untuk melakukan:

a. penerbitan Ciptaan;

b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya;

c. penerjemahan Ciptaan;

d. pengadaptasian, pengaransemenan, atau pentransformasian Ciptaan;

e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya;

f. pertunjukan Ciptaan;

g. Pengumuman Ciptaan;

h. Komunikasi Ciptaan; dan

i. penyewaan Ciptaan.

(2) Setiap Orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak

Cipta.

(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang

melakukan Penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial

Ciptaan.

Terkait jangka waktu, hak ekonomi perlindungannya dibatasi dalam

waktu tertentu, berdasarkan pasal 59 Ayat (1) karya fotografi berlaku selama

50 (lima puluh) tahun sejak pertama kali dilakukan Pengumuman berdasarkan

Pasal 8 dan 9 Undang-Undang Hak Cipta tersebut sudah jelas bahwa

penggunaan karya fotografi melekat dengan hak ekonomi pencipta maka dari

itu penggunaan untuk mengambil manfaat ekonomi harus dengan izin dan

jika tidak izin akan melanggar ketentuan hak cipta. Disebutkan dalam pasal

15 UUHC, tidak dianggap sebagai pelanggaran hak cipta apabila disebutkan

Page 77: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

67

sumbernya yang hanya digunakan untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, serta penulisan kritik serta

tinjauan suatu masalah dengan tidak merugikan kepentingan wajar pencipta.

Perbanyakan ciptaan selain program komputer secara terbatas, pembuatan

salinan cadangan program komputer demi kepentingan sendiri serta

perubahan yang didasarkan pada pertimbangan pelaksanaan teknis atas karya

arsitektur juga diperbolehkan dalam undang-undang. Tujuan penggunaan

karya cipta tersebut dibenarkan dengan syarat harus disebutkan sumbernya.

Karya cipta yang digunakan untuk kepentingan pembelaan di dalam atau

luar pengadilan, perbanyakan guna keperluan tunanetra serta kepentingan

perpustakaan atau pusat dokumentasi bersifat non komersial, pertunjukan

atau pementasan non komersil juga dibenarkan oleh undang-undang sebagai

pembatasan. Unsur terpenting yang disyaratkan undang-undang pada Pasal 15

adalah pencantuman sumber pada penggunaan karya cipta bersifat non

komersil atau semata-mata untuk kepentingan pribadi serta penggunaan karya

cipta tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar dari pencipta.

Makna dari kepentingan yang wajar dari pencipta menurut penjelasan

Undang-Undang Hak Cipta adalah suatu kepentingan yang didasarkan pada

keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi atas suatu ciptaan.

Menurut Brian A. Prasetyo, direktur Lembaga Kajian Hukum Teknologi

Universitas Indonesia, meskiun perbanyakan tidak dilakukan untuk mencari

keuntungan tetpai jika merugikan kepentingan ekonomi wajar pencipta maka

dapat dianggap melanggar hak cipta.

Tidak hanya penghargaan atas hak moral pencipta sebagai syarat

pembatasan tetapi undang-undang juga mengatur perlindungan akan hak

ekonomi pencipta ataupun pemegang hak cipta. Namun demikian, ukuran

kepentingan yang wajar ini tidak mudah untuk dipahami dan dimengerti

masyarakat. Telah dijabarkan bahwa seorang pencipta atau pemegang hak

cipta dapat tetap merasakan keseimbangan dalam menikmati manfaat

ekonomi ciptaanya. Sulit untuk dapat dipraktekkan karena belum adanya

Page 78: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

68

standar ukuran keseimbangan dalam menikmati manfaat ekonomi. Pengadilan

tentunya yang akan mengambil peranan penting dalam suatu perkara dan

memberikan keseragaman paham mengenai standar ukuran keseimbangan

manfaat ekonomi tersebut.

UU Hak Cipta telah memberikan berbagai pengaturan sebagai bentuk

pelindungan terhadap hak ekonomi yang dimiliki oleh pemilik hak terkait.

Pengaturan yang komprehensif ini bertujuan untuk menjadikan UU Hak Cipta

sebagai hukum yang progresif yang mengantarkan kepada kehidupan yang

adil, sejahtera, dan bahagia bagi pemilik hak terkait melalui pemenuhan hak

ekonomi pemilik hak terkait. Pelindungan secara regulasi ini harus diikuti

dengan penegakan hukum secara konsisten oleh aparat penegak hukum sesuai

dengan ketentuan dalam UU Hak Cipta demi kepentingan pencipta,

pemegang hak cipta, atau pemilik hak terkait.

Page 79: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

69

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab-bab, diatas maka peneliti menarik beberapa

kesimpulan kesimpulkan yakni sebagai berikut:

1. Penyebab media daring masih melanggar hak cipta fotografi yaitu banyak

media daring yang masih menyepelekan hak cipta dan tidak memiliki

modal yang cukup untuk memenuhi kebutuhannya, akhirnya banyak

media yang mengambil jalan pintas seperti mempublikasikan konten tanpa

izin, mengedit dan memodifikasi konten, tidak melakukan pengecekan

legalitas penggunaan karya dari sumber penerbitan.

2. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2014 tentang Hak Cipta

menjelaskan bahwa pencipta mempunyai hak eksklusif yaitu hak moral

dan hak ekonomi. Pada pasal 5 mengatur bahwa hak moral melekat kepada

pencipta untuk mempertahankan hak pencipta yang berlaku seumur hidup.

Pada pasal 9 mengatur bahwa, pencipta memiliki hak ekonomi yaitu setiap

orang wajib mendapatkan izin pencipta untuk melakukan penggunaan

komersial perlindungan ini berlaku selama 50 tahun.

B. Rekomendasi

1. Untuk media daring tetaplah junjung prosedur pengambilan foto yang benar

sesuai dengan etika jurnalistik. Dewan Pers perlu menyusun dan

memberlakukan secara ketat standart operating procedure (SOP) dalam

pemuatan foto yang bersumber dari pihak lain.

2. Perlu diadakan pemberitahuan secara masif dari Ditjen HKI terkait hak cipta

karya fotografi kepada masyarakat dan media online, karena masalah hak

cipta sangat rentan terjadi pelanggaran di masyarakat. Para pelaku ataupun

Page 80: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

70

media online yang ingin menggunakan karya fotografi seseorang hendaknya

meminta izin dari pencipta ataupun ahli waris dari pencipta karya fotografi

dan jika karya tersebut digunakan untuk komersial, hak ekonomi dan hak

moral nya harus dibicarakan terdahulu dengan pencipta karya fotografi

sehingga nantinya dapat meminimalisir permasalahan yang berkemungkinan

akan timbul dikemudian hari.

Page 81: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

71

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdul Wahid dan Mohammad Labib, Kejahatan Mayantara (Cyber Crime),

Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Ahmadi, Fahmi Muhammad dan Jaenal Arifin. Metode Penelitian Hukum.

Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Syarif Hidayatuah Jakarta), 2010.

Atsar, Abdul. Mengenal Lebih Dekat Hukum Hak Kekayaan Intelektual.

Yogyakarta: Deepublish, 2018.

Aw, Suranto, Komunikasi Sosial Budaya. Yogyakarta: Graha Ilmu 2010

Damian, Eddy. Hukum Hak Cipta. Bandung: Alumni, 2009.

Departemen Kehakiman R.I Direktorat Jendral Hak Cipta, Paten dan Merek Buku

Panduan di Bidang Hak Cipta, (Jakarta: Pengayoman, Maret 1993.

Fuady, Munir. Arbitrase Nasional Alternatif Penyelesaian Sengketa Bisnis.

Bandung, PT Citra Aditya Bakti, 2000.

Ghazali, Achmad. Rencana Pengembangan FOTOGRAFI nasional 2015-2019.

Jakarta: PT. Republik Solusi, 2015

Harjowidigdo, Rooseno. Mengenal Hak Cipta Indonesia. Jakarta: Pustaka Sinar

Harapan, 1997.

Isnaini, Yusran. Hak Cipta dan Tantangannya DI Era Cyber Space. Bogor:

Ghalia Indonesia, 2009.

Kovach, Bill, Tom Rosenstiel., The Element of Journalism. ed., Stanley,

Penerjemah; Yusi A. Pareanom, Jakarta: Institut Studi Arus Informasi.

2004.

Lutviansori, Arif. Hak Cipta dan Perlindungan Foklor Di Indonesia. Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010

Made, I Widnyana. “Alternatif Penyelesaian Sengketa & Arbitrase” PT. Fikahati

Aneska, 2014

M Ramli, Ahmad. Cyber Law dan HAKI, Dalam Sistem Hukum Indonesia.

Refika Aditama, Bandung, 2004

Nurul Liza Anjani dan Etty Susolawati, Perlindungan Karya Seni Fotografi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.

Oetomo, Budi Sutedjo Dharma, dkk. Pengantar Teknologi Informasi Internet.

Konsep dan Aplikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu, 2007.

Page 82: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

72

Purba, Afrillyana. Gazalba Saleh dan Andriana Krisnawati, TRIPs-WTO dan

Hukum HKI Indonesia, Jakarta, PT Rineka Cipta, 2006

Purwaningsih, Endang. 2005. Perkembangan Hukum Intellectual Property Rights.

Bogor : Ghalia Indonesia.

Sjahputra, Iman. Menggali Keadilan Hukum, Bandung : P.T. Alumni, 2009.

Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen. , Hukum Perdata : Hukum Benda

,(Yogyakarta: Liberty. 1981)

Sopyan ,Yayan. Pengantar Metode Penelitian, Ciputat: Lembaga

Penelitian UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010.

Subroto, Muhammad Ahkam, Eksplorasi Konsep Kekayaan Intelektual Untuk

Penumbuhan Inovasi. Jakarta: LIPI Press, 2005.

Soelistyo, Henry. Hak Cipta Tanpa Hak Moral. Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2011.

Sunggono, Bambang. Metode Penelitian Hukum Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada, 1997.

Utomo, Tomi Suryo. Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Era Global : Sebuah

Kajian Kontemporer. 2010.

Waluyo, Bambang. Penelitian Hukum dalam Praktek, Cet. IV, Jakarta: Sinar

Grafika, 2005.

Undang-Undang

Undang-Undang No 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Undang-undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi

Elektronik

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Perubahan Undang-Undang

Informasi dan Transaksi Elektronik

Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2016 Tentang Perlindungan Data Pribadi Dalam Sistem Elektronik

Jurnal

Fadli, Andi Muh. “Penerapan Kode Etik Dewan Pers Di Media Siber” (Studi

Kasus Media Online Kabar Makassar)”, Vol. IV, (2018).

Muryati, dkk. Pengaturan dan Mekanisme Penyelesaian Sengketa Nonlitigasi di

Bidang Perdagangan. Jurnal Dinamika Sosbud 3, No. 1, 2011

Mirwansyah, Analisis Hukum Terhadap Tindak Pindana Hak Cipta, FH UNILA.

Page 83: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

73

Nina Andriana, MEDIA SIBER SEBAGAI ALTERNATIF JEMBATAN KOMUNIKASI

ANTARA RAKYAT DAN PEMIMPINNYA, Peneliti Pusat Penelitian Politik,

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta, 2013.

Soedjono, Soeprapto, Tinjauan Yuridis Perbanyakan Potret Tanpa Seizin Pihak

yang Dipotret, Universitas Trisakti, Jakarta, 2007.

Website

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt5cd500ea71f99/mekanisme-

penyelesaian-sengketa-kekayaan-intelektual diakses pada tanggal 29 Oktober

2019 pada pukul 20.30

https://www.soocaphoto.com/ccommercial-photography-jenis-dari-fotografi-

komersial/ pada tanggal 28 Juli pukul 11.08.

https://www.hukumonline.com/klinik/detail/ulasan/lt58d1ab9b36fbe/pembubuhan

-iwatermark-i-dalam-karya-fotografi-sebagai-identitas-pencipta diakses pada

tanggal 29 Juli pukul 12.05.

https://www.merriam-webster.com/dictionary/photography, diakses pada hari

Selasa 29 Oktober 2019 pukul 4.24 WIB.

https://dewanpers.or.id/assets/documents/peraturan/1907030645_2008_Peraturan_

DP_NO_06_TTG_PENGESAHAN_SURAT_KEPUTUSAN_DEWAN_PERS_N

OMOR_03SK-

DPIII2006_TENTANG_KODE_ETIK_JURNALISTIK_SEBAGAI_PERATURA

N_DEWAN_PER.pdf diakses pada hari Selasa 27 November 2019 pukul 21.37

WIB.

http://lensafotografi.com/ragam-jenis-fotografi-yang-perlu-diketahui-oleh-

pemula/ diakses pada tanggal 29 Oktober 5.20 2019

https://www.kompasiana.com/mattbento/5b6c66bb5e13735e821ce682/belajar-

dari-kasus-pemakaian-foto-tanpa-ijin-karya-pencipta-lagu-burung-camar?page=all

diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 22:16

https://jagad.id/hal-yang-dapat-membuat-kasus-pelanggaran-hak-cipta-di-internet-

peraturan-di-internet/ diakses pada 29 Oktober 2019 pada pukul 23:11

Page 84: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

74

http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-palim0d249692cafull.pdf diakses

pada tanggal 03 Oktober 2019

https://beritagar.id/artikel/telatah/memotret-di-ruang-publik-antara-privasi-hak-

cipta-dan-etika Diakses tanggal 03 Oktober 2019 Pada Pukul 20:38

Page 85: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

75

bmbm

Page 86: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

76

Page 87: PELANGGARAN HAK CIPTA KARYA FOTOGRAFI DI ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/52024...perundang-undangan, literatur, pendapat ahli dan makalah-makalah. Hasil dalam

77