pelaksanaan zakat berdasarkan uu no. 23 tahun...
TRANSCRIPT
i
PELAKSANAAN ZAKAT BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus BAZIS di Desa Salamkanci, Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang) SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Stara 1
dalam Ilmu Syari’ah
Disusun oleh:
Muhammad Fauzi
21108021
JURUSAN SYARIAH PROGRAM STUDI AL AHWAL AS SYAKHSIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
2012
ii
DEPARTEMEN AGAMA RI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323 706, 323 433 Salatiga 50721
Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag. DOSEN STAIN SALATIGA
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 3 eksemplar Hal : Naskah skripsi
Saudara Muhammad Fauzi Kepada
Yth. Ketua STAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu’alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : Muhammad Fauzi
NIM : 21108021
Jurusan / Progdi : Syariah / Al-Ahwal Asyakhsiyah
Judul : PELAKSANAAN ZAKAT BERDASARKAN UU
NO. 23 TAHUN 2011 TENTANG
PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus BAZ di
Desa Salamkanci Kec. Bandongan Kab. Magelang)
Dengan ini kami mohon skripsi saudara tersebut diatas supaya segera
dimunaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum. Wr. Wb.
Salatiga,11 Oktober 2012
Pembimbing,
Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
NIP. 19720531 199803 1002
iii
SKRIPSI
PELAKSANAAN ZAKAT BERDASARKAN UU NO. 23 TAHUN 2011
TENTANG PENGELOLAAN ZAKAT (Studi Kasus BAZIS di Desa
Salamkanci Kec. Bandongan Kab. Magelang)
DISUSUN OLEH
MUHAMMAD FAUZI
NIM : 21108021
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga, Pada hari. Rabu, tanggal 05-12-2012 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar sarjana S1
Hukum Islam
Susunan Panitia Penguji
Ketua Penguji : Drs. Agus Waluyo. M. Ag
Sekretaris penguji : Mufiq, S . Ag. M. Phil
Penguji I : Drs. A. Bahruddin, M. Ag
Penguji II : Dra. Siti Zumrotun, M. Ag
Penguji III : Dr. Adang Kuswaya, M.Ag
Salatiga, Rabu, Tanggal 05 Desember 2012
Ketua STAIN Salatiga
Dr. Imam Sutomo, M.Ag
NIP. 1958027 198303 1002
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Muhammad Fauzi
NIM : 21108021
Jurusan : Syari’ah
Program Studi : Al ahwal As Syakhsiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar karya saya sendiri, bukan
jiplakan dari karya orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam
skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, September 2012
Yang Menyatakan
Muhammad Fauzi
21108021
v
MOTTO
ORANG PINTAR BUKANLAH YANG SEKOLAH DENGAN TINGGI DAN
MENDAPATKAN IJAZAH YANG BANYAK TAPI ORANG PINTAR DIALAH
YANG MAMPU MENYEKOLAHKAN SESEORANG MENDAPATKAN IJAZAH
YANG BANYAK
vi
PERSEMBAHAN
Sembah sujudku kepada Allah SWT
Dan Shalawat serta salam tercurahkan pada Nabi Muhammad SAW
semoga kita mendapat safaatnya, sehingga aku mampu berkarya
Ayahanda H. Abdul Mutholib dan Ibunda Hj. Siti Nok Sa’dah,
dua insan mulia yang dengan cinta dan kasihnya aku memiliki
serta Kakakku Muhammad Syaifudin & Muhammad Nur Rohman
yang selalu menyayangiku dan memberikan motivasi semangat
Kekasihku yang selalu mengisi hari-hariku dalam kedamaian dengan cinta, kasih,
dan senyuman yang membuat damainya suasana hati
Kawan-kawanku semua yang ada di Salatiga,
teman-teman PMII SALATIGA, AHS 08 (SORBAN 08),
dan seluruh pihak yang tak mungkin kusebut satu persatu.
vii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
“Alhamdulillahi Robbil Aalamiien”, segala puji hanya bagi Allah
SWT, karena berkat rahmat dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
penulisan skripsi ini. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada junjungan
Nabiyulloh Agung Muhammad SAW, pembawa risalah kebenaran, penunjuk
arah dari dunia penuh kegelapan, kedholiman, kepada dunia terang
benderang, penuh hidayah dan berkah. Semoga dengan shalawat ini, penulis
memperoleh syafaat beliau dari dunia sampai yaumil qiyamah. Amin.
Alhamdulillah, dengan rasa syukur penulis skripsi dengan judul
“Pelaksanaan Zakat Berdasarkan Undang-Undang No. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat (Studi Kasus BAZIS di Desa Salamkanci Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang) ” ini telah selesai. Skripsi ini merupakan
salah satu guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam pada Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Hasil karya ini tidak lepas
dari peran dan bantuan segala pihak yang dengan tulus tanpa pamrih
memperlancar penulisan ini. Kesempatan yang baik, penulis gunakan sebagai
sarana menghaturkan ucapan terima kasih yang tulus kepada:
1. Bapak. Dr. Imam Sutomo, M. Ag. Selaku Ketua STAIN Salatiga.
2. Bapak Mubasirun, M. Ag. selaku Ketua Jurusan Syariah.
3. Bapak Ilyya Muhsin, SHI, M.Si. selaku Ketua Program Studi Ahwal
Al-Syakhsiyah Jurusan Syariah.
4. Bapak Dr. Adang Kuswaya, M.Ag Selaku Pembimbing yang telah
meluangkan waktunya semata-mata untuk membimbing dan
viii
mengarahkan penulis dalam menyusun hingga terselesaikannya skripsi
ini.
5. Bapak Sudiyanto, S.H selaku Kepala dan Staf Perpustakaan kampus 1
STAIN Salatiga dan Perpustakaan Syari’ah Kampus 2 STAIN Salatiga.
6. Bapak H. Muslim Ismail sebagai pengurus BAZIS Desa Salamkanci
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
7. Bapak Mustofa selaku kepala Desa dan seluruh staf-stafnya yang ada di
Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
8. Ayah H. Mutholib, Ibu Hj. Siti Nok Sa’adah, serta kakak Muhammad
Syaifuddin dan Muhammad Nur Rohman yang tercinta dan tersayang,
yang senantiasa mendo’akan, dan memotivasi dengan tulus dan ikhlas.
9. Abah K.Ahmad Habibilah selaku pengasuh pondok pesantern Salafiah
Blotongan yang telah memberikan bimbingan ahlak dan ilmu agama,
hanya bisa menadahkan kedua tanggan semoga menjadi amal kebaikan
beliau.
Terima kasih kepada semua pihak atas bantuannya, penulis hanya bisa
berdo’a semoga Allah SWT membalas amal baik semua pihak yang telah
membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Selanjutnya, penulis
menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari
kesempurnaan. Maka dari itu saran dan kritik yang konstruktif senantiasa
penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi siapa saja yang membaca.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
ix
ABSTRAK
Fauzi, Muhammad. 2012. Pelaksanaan penyaluran zakat berdasarkan UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat (Studi kasus BAZ di Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang) .Skripsi .Jurusan Syariah. Program Studi Ahwal Al-Syakhshiyyah. Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing: Dr. Adang Kuswaya, M.Ag.
Kata kunci: Pengelolaan Zakat, UU No. 23 tahun 2011
Selama ini potensi zakat di Indonesia belum dikembangkan secara optimal dan belum dikelola secara profesional. Hal ini disebabkan belum efektifnya Lembaga Zakat yang menyangkut aspek pengumpulan administrasi, pendistribusian, monitoring serta evaluasinya. Dengan kata lain, Sistem Organsisasi dan Manajemen Pengelolaan Zakat hingga kini dinilai masih bertaraf klasikal, bersifat konsumtif dan terkesan Inefisiensi sehingga kurang berdampak sosial yang berarti. UU Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat dibentuk guna mengatur Organisasi atau lembaga pengelolaan zakat dalam merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengawasi pendistribusian dan pendayagunaan zakat yang ada di Indonesia. Oleh karena itu, penulis mencoba mengangkat Pelaksanaan Zakat Berdasarkan UU No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di Kabupaten Magelang (studi kasus pada BAZ IS di Desa Salamkanci Kec. Bandongan Kab. Magelang).Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sistem pengelolaan zakat di BAZIS Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang dalam tinjauan UU Nomor 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat.
Penulisan skripsi ini menggunakan jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Sedangkan tehnik pengumpulan datanya di tekankan pada dokumentasi dan wawancara dengan pengurus Bazis Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Hasil dari penelitian skripsi ini menyimpulkan bahwa Bazis Desa Salamkanci pada hakekatnya memiliki 2 sistem pengelolaan zakat yaitu sistem Pasif,dan sistem Aktif. Namun dalam implementasi sistem tersebut belum maksimal. Begitu juga dengan pengelolaannya belum memenuhi standart yang diatur dalam UU pengelolaan zakat. Hal tersebut dibuktikan dengan sistem pengawasannya yang lemah karena belum adanya dewan yang secara khusus mengawasi pengelolaan zakat di Bazis Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ........................................................ ii
LEMBAR PENGESAHAN ....................................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
MOTTO ................................................................................................................... v
PERSEMBAHAN ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................. vii
ABSTRAK ............................................................................................................... ix
DAFTAR ISI ............................................................................................................ x
DAFTAR TABEL ................................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 6
D. Kegunaan Penelitian ................................................................................. 7
E. Penegasan Istilah ...................................................................................... 8
F. Metode Penelitian ..................................................................................... 9
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ....................................................... 9
2. Kehadiran Peneliti........................................................................... 11
3. Lokasi Penelitian ............................................................................ 12
4. Sumber Data .................................................................................. 13
5. Proses Pengumpulan Data .............................................................. 14
6. Analisis Data ................................................................................. 15
7. Pengecekan Keabsahan Data .......................................................... 16
8. Tahap-tahap Penelitian .................................................................... 17
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 19
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengelolaan Zakat oleh Pemerintah sebelum UU No. 23 Tahun 2011
tentang pengelolaan Zakat .................................................................... 22
xi
B. Latar Belakang UU No. 23 Tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat ..... 32
C. Tujuan UU No.23 Tahun 2011 ............................................................. 36
D. Pengelolaan Zakat oleh Pemerintah RI setelah UU No. 23 tahun 2011
tentang Pengelolaan Zakat ................................................................... 37
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT DI BAZIS DESA SALAMKANCI
KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
A. Letak Geografis Desa Salamkanci ..................................................... 42
1. Legenda dan sejarah Desa Salamkanci ............................................. 42
2. Geografis ......................................................................................... 43
3. Keadaan Penduduk ......................................................................... 43
4. Tingkat Pendidikan .......................................................................... 44
5. Mata Pencaharian ............................................................................ 44
6. Pola Penggunaan Lahan ................................................................... 45
7. Pemilikan Ternak ............................................................................. 46
8. Sarana dan Prasarana Desa .............................................................. 47
9. Kelembagaan Desa .......................................................................... 47
B. Profile Badan Amil Zakat di Desa Salamkanci Kec. Bandongan
Kab.Magelang ..................................................................................... 48
1. Sejarah Badan Amil Zakat ............................................................. 48
2. Azas Aqidah dan Kedudukan ......................................................... 50
3. Tujuan ........................................................................................... 50
4. Kenggotaan .................................................................................... 51
5. Kewajiban Anggota ....................................................................... 51
6. Hak-hak Anggota ........................................................................... 51
7. Mekanisme pengelolaan Zakat ....................................................... 52
8. Keuangan dan Distribusi ................................................................ 52
9. Distribusi ....................................................................................... 52
10. Stuktur BAZIS Desa Salamkanci ................................................... 53
C. Objek dan Bentuk Pendistribusian Zakat BAZIS Desa Salamkanci ....... 56
11. Pendanaan Zakat ........................................................................... 56
xii
12. Distribusi Zakat ............................................................................ 56
D. Faktor Pendukung dan penghambat ..................................................... 61
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN DAN
PENGELOLAAN ZAKAT DI BAZIS SALAMKANCI
KEC.BANDONGAN KAB.MAGELANG TAHUN 2012 ......................... 64
A. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Zakat melalui Badan Amil
ZAkat berdasarkan UU No 23 tahun 2011 .......................................... 64
B. Analisis Pengaruh UU No. 23 Tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat di Kab. Magelang Tahun 2012 ................................ 66
C. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung pelaksanaan
Penggelolaan Zakat melalui Badan Amil Zakat di Salamkanci
Kec. Bandongan Kab. Magelang tahun 2012 ........................................ 68
BAB V PENUTUP
A. Simpulan .............................................................................................. 70
B. Saran .................................................................................................... 72
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ........................................ 44
Tabel 2 : Potensi Zakat Desa Salamkanci Menurut Mata Pencaharian ..................... 45
Tabel 3 : Luas dan Penggunaan Lahan Desa Salamkanci ........................................ 46
Tabel 4 : Kepemilikan Ternak Desa Salamkanci...................................................... 47
Tabel 5 : Lembaga yang ada di Desa Salamkanci .................................................... 48
Tabel 6 : Pemasukan Zakat BAZIS Desa Salamkanci .............................................. 59
Tabel 7 : Pemasukan Zakat Desa Salamkanci .......................................................... 60
Tabel 8 : Pembagian Zakat Desa Salamkanci .......................................................... 60
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Zakat merupakan salah satu rukun Islam, dan menjadi salah satu unsur
pokok bagi tegaknya syariat Islam. Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib
(fardhu) yang dilaksanakan oleh kaum muslimin. Dari sebagian harta zakat
itu adalah hak fakir miskin dan merupakan titipan Allah pada diri orang kaya.
Banyak dalil yang menyebutkan tentang perintah membayar zakat bagi orang
yang mampu, baik dalam Al-Quran maupun dalam sunah.
Dalam al-Qur’an juga disebutkan tentang mengeluarkan zakat
seperti:
Qs.al Baiyyinah: 5
!$tBur (#ÿrâ�ÉDé& žw Î) (#r߉ç6÷èu‹Ï9 ©! $# tûüÅÁ Î=øƒèC ã&s! tûïÏe$!$# uä!$xÿuZãm (#qßJ‹É)ãƒur no4qn=¢Á 9$# (#qè?÷sãƒur no4qx.“9$# 4
y7 Ï9ºsŒur ߃ϊ ÏpyJÍhŠs)ø9$# ÇÎÈ
Artinya: “Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan)
agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan
zakat, dan yang demikian Itulah agama yang lurus”.
Qs. At-Taubah: 103
õ‹è{ ô ÏB öNÏlÎ;ºuqøBr& Zps%y‰|¹ öNèdã�ÎdgsÜ è? NÍkŽÏj.t“è?ur $pkÍ5 Èe@ |¹ ur öNÎgø‹n=tæ ( bÎ) y7 s?4qn=|¹ Ös3y™ öNçl°; 3 ª! $#ur
ìì‹ÏJy™ íOŠÎ=tæ ÇÊÉÌÈ
Artinya : “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat
itu kamu membersihkan dan menyucikan mereka, dan mendoalah untuk
2
mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketentraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Qs. Al –Ma’aarij: 24-25
šú ïÉ‹©9$#ur þ’Îû öNÏlÎ;ºuqøBr& A,ym ×Pqè=÷èB ÇËÍÈ È@ ͬ!$¡¡ =Ïj9 ÏQrã�ós yJø9$#ur ÇËÎÈ
Artinya : “ Dan orang-orang yang dalam hartanya tersedia bagian
tertentu, bagi orang (miskin) yang meminta dan orang yang tidak mempunyai
apa-apa (yang tidak mau meminta)”.
Ditinjau dari segi bahasa, kata zakat merupakan kata dasar (masdar)
dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, dan baik. Sesuatu itu zaka,
berarti tumbuh dan berkembang, dan seseorang itu zaka, berarti orang itu
baik. Menurut Lisan al-arab arti dasar dari kata zakat, ditinjau dari sudut
bahasa, adalah suci, tumbuh, berkah, dan terpuji: semuanya digunakan di
dalam Quran dan hadis.
Zakat dari segi istilah fiqih berarti “ Sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan Allah diserahkan kepada orang-orang yang berhak” di samping
berarti “ mengeluarkan jumlah tertentu itu sendiri.” Jumlah yang dikeluarkan
dari kekayaan itu disebut zakat karena yang dikeluarkan itu” ( Qardhawi,
1973: 34 ).
Zakat sebagaimana telah jelas bagi kita, adalah kewajiban yang
bersifat pasti, telah ditetapkan sebagai “ sesuatu kewajiban dari Allah”.
Dikeluarkan oleh orang yang mengharapkan ridha Allah dan balasan
kehidupan yang baik di akhirat nanti. Tidak dilaksanakan oleh orang yang
lemah keyakinannya terhadap hari kemudian/akhirat. Kemudian selain
daripada itu, bahwa pelaksanaan zakat harus diawasi oleh penguasa,
3
dilakukan oleh petugas yang rapi dan teratur dipungut dari orang yang wajib
mengeluarkan untuk diberikan kepada orang yang berhak menerima
(Qardhawi, 1973: 733). Adapun harta benda yang wajib untuk dizakatkan
menurut Hasbi AshshidieQi adalah beraneka ragam jenisnya, mulai emas,
perak, barang tambang, barang temuan, harta perdagangan, tanaman, dan
buah-buahan, binatang ternak, zakat bangunan, pabrik, profesi, sampai zakat
saham dan obligasi (Ashshidieqi,1984: 77 ).
Orang yang tidak mengeluarkan zakat akan mendapatkan siksaan di
akhirat dan di dunia, dia akan mendapatkan siksaan yang pedih. Seperti
firman Allah dalam surat At Taubah ayat 34-35 seprti dibawah ini (Al-
Zuhayly, 1995: 91).
* $pkš‰r'»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä bÎ) #ZŽ�ÏWŸ2 šÆ ÏiB Í‘$t6ôm F{ $# Èb$t7÷d”�9$#ur tbqè=ä.ù'u‹s9 tA ºuqøBr& Ä $Y9$#
È@ ÏÜ »t6ø9$$Î/ šc r‘‰ÝÁ tƒur `tã È@ ‹Î6y™ «! $# 3 šú ïÏ%©!$#ur šc rã”É\õ3tƒ |= yd©%!$# spžÒ Ïÿø9$#ur Ÿw ur $pktXqà)ÏÿZãƒ
’Îû È@ ‹Î6y™ «! $# Nèd÷ŽÅe³ t7sù A> #x‹yèÎ/ 5OŠÏ9r& ÇÌÍÈ tPöqtƒ 4‘ yJøtä† $ygøŠn=tæ ’Îû Í‘$tR zO Zygy_ 2” uqõ3çGsù $pkÍ5
öNßgèd$t6Å_ öNåkæ5qãZã_ ur öNèdâ‘qßgàß ur ( #x‹»yd $tB öNè?÷”t\Ÿ2 ö/ä3Å¡ àÿRL{ (#qè%rä‹sù $tB ÷LäêZä. šc râ“ÏYõ3s?
ÇÌÎÈ
Artinya : Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya sebahagian besar dari
orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, Maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih,pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka Jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, Maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu."(QS At Taubah: 34-35).
Adapun siksaan dunia yang akan diterima oleh orang yang tidak
mengeluarkan zakat dan meremehkannya ialah bahwa harta itu akan diambil,
4
dia akan dicela, dipandang sebagai orang yang memiliki utang harta, dan
setengah hartanya diambil oleh hakim secara paksa (Al-Zuhayly, 1995: 93).
Dalam rangka meningkatkan daya guna dan hasil guna, zakat harus
dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam, amanah,
kemanfaatan, keadilan, kepastian hukum, terintegrasi, dan akuntabilitas
sehingga dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi pelayanan dalam
pengelolaan zakat. Selama ini pengelolaan zakat berdasarkan Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat dinilai sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat
sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang Nomor 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan zakat yang diatur dalam Undang-undang ini meliputi kegiatan
perencanaan, pengumpulan, pendistribusian, dan pendayagunaan.
Selain menerima zakat, BAZNAS atau LAZ juga dapat menerima
infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya. Pendistribusian dan
pendayagunaan infak, sedekah, dan dana sosial keagamaan lainnya dilakukan
sesuai dengan syariat Islam dan dilakukan sesuia dengan peruntukkan yang
diikrarkan oleh pemberi dan harus dilakukan pencatatan dalam pembukuan
tersendiri.
Demikian halnya di Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang, masih banyak warga yang menyalurkan zakatnya
melalui BAZIS yang ada di kelurahan tersebut, baik itu berupa zakat hasil
pertanian mereka, uang, ada pula berupa pakaian dan beras. Kebanyakan dari
mereka hanya menyalurkan zakatnya saja kepada BAZIS tanpa mereka
ketahui penyalurannya. oleh karena itu, sangat dikhawatirkan sekali keadaan
5
tersebut sehingga akan menimbulkan kesalah fahaman masyarakat luas
tentang proses penyaluran zakat tersebut. Oleh karena itu, penulis kemudian
memilih Pelaksanaan zakat untuk dijadikan kajian yang menarik untuk
dibahas. Penulis ingin memaparkan dan meneliti dari masyarakat bagaimana
proses dan pelaksanaan zakat melalui BAZIS yang ada di Desa Salamkanci
tersebut.
Dari latar belakang masalah di atas, maka dalam penelitian ini penulis
mengambil judul Pelaksanaan Zakat Berdasarkan UU No.23 Tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat di Kabupaten Magelang (studi kasus pada BAZ
IS di Desa Salamkanci Kec. Bandongan Kab. Magelang).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, fokus
penelitan dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana pelaksanaan penyaluran zakat melalui Badan Amil Zakat
berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di
Bazis Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten
Magelang?
2. Bagaimana pengaruh UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat di Kabupaten Magelang tahun 2012?
3. Faktor apa saja yang menjadi penghambat dan pendukung penyaluran
zakat melalui Badan Amil Zakat di Desa Salamkanci Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang tahun 2012?
C. Tujuan Penelitian
6
1. Untuk mengetahui pelaksanaan penyaluran zakat melalui Badan Amil
Zakat berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat
di Bazis Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten
Magelang.
2. Untuk mengetahui bagaimana pola penyaluran zakat melalui Badan
Amil Zakat di Kabupaten Magelang tahun 2012.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat dan pendukung penyaluran
zakat melalui Badan Amil Zakat di Desa Salamkanci Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang.
D. Kegunaan Penelitian
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoretis
a. Memperluas wawasan dalam khasanah keilmuan pembelajaran
zakat.
b. Sebagai acuan pembelajaran ilmu tentang pengelolan zakat.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pembaca.
Dapat menambah wawasan tentang pengelolaan zakat kepada
para pembaca.
b. Bagi peneliti
1. Mempunyai ilmu yang bermanfaat untuk meningkatkan sikap
untuk selalu melakukan kewajiban berzakat.
2. Menambah pengalaman peneliti dalam penelitian yang terkait
dengan zakat, UU zakat, serta Badan Amil Zakat.
7
3. Untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh
gelar sarjana Strata 1 (S.1) dalam bidang hukum Islam
(syari’ah).
E. Penegasan Istilah
Penegasan istilah dikemukakan untuk menghindari kesalah pahaman
dan kekaburan pengertian serta memberikan gambaran mengenai ruang
lingkup dalam penelitian adalah sebagai berikut :
Zakat adalah satu rukun yang bercorak sosial ekonomi dari lima rukun
islam. Dengan zakat, disamping ikrar tauhid ( syahadat ) dan shalat,
seseorang barulah sah masuk ke dalam barisan umat islam dan diakui
keislamannya
(Qardawi, 1973: 3 ).
Menurut Mazhab Maliki mendifinisikannya dengan, “mengeluarkan
sebagian yang khusus dari harta yang khusus pula yang telah mencapai
nishab ( batas kuantitas yang mewajibkan zakat) kepada orang-orang yang
berhak menerimanya (mustahiq). Mazhab Hanafi mendifinisikan zakat
dengan, “Menjadikan sebagian harta yang khusus dari harta yang khusus
sebagai milik orang yang khusus, yang ditentukan oleh syari’at karena Allah
S.W.T.”. Menurut Mazhab Syafi’i zakat adalah sebuah ungkapan untuk
keluarnya harta atau tubuh sesuai dengan cara khusus. Menurut Mazhab
Hambali zakat adalah hak yang wajib (dikeluarkan) dari harta yang khusus
untuk kelompok yang khusus pula. Yang dimaksud dengan kelompok khusus
adalah delapan kelompok yang diisyaratkan oleh Allah swt (Al-Zuhayly,
1995: 83).
8
Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS ) merupakan badan resmi dan
satu-satunya yag dibentuk oleh pemerintah berdasarkan keputusan Presiden
RI No.8 tahun 2001 yang memiliki tugas dan fungsi menghimpun dan
menyalurkan zakat, infaq, dan sedekah (ZIS) pada tingkat nasional.
F. Metode penelitian
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini pendekatan penelitian yang digunakan adalah
bersifat deskriptif kualitatif, Kirk dan Miller (1986:9) dalam Lexy J.
Moleong mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung dari
pengamatan pada manusia baik dalam kawasannya maupun dalam
peristilahannya (Moleong, 2005: 4). Oleh karena itu, penulis menggunakan
penelitian deskriptif kualitatif, karena dianggap dapat mengamati secara
langsung obyek yang dijadikan penelitian. Berusaha memahami secara
mendalam tentang pelaksanaan penyaluran zakat melalui badan amil zakat
berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di
Kabupaten Magelang.
Menurut Bogdan dan Taylor (1975:5) mendefinisikan Metode
Kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati (Moleong, 2005: 4). Pendekatan kualitatif digunakan untuk
mengungkapkan data deskriptif dari informasi tentang apa yang mereka
lakukan, dan yang mereka alami terhadap fokus penelitian. Penelitian
menggunakan metode kualitatif karena ada beberapa pertimbangan antara
lain; pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila
9
berhadapan dengan kenyataan jamak. Kedua, metode ini menyajikan
secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Ketiga,
metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak
penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi
(Moleong, 2005: 9).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan atau metode deskriptif
yang merupakan sebuah penelitian kelompok manusia atau suatu objek,
set, kondisi, sistem pemikiran ataupun suatu kelas istimewa (Nazir, 1985:
63).
Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi
gambaran, lukisan secara sistematik, faktual dan akurat, mengenal fakta-
fakta, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. Ciri-ciri
metode deskriptif secara harfiah adalah metode penelitian untuk membuat
gambaran mengenai situasi atau kejadian, sehingga metode ini
berkehendak mengadakan akumulasi data dasar belaka. Tetapi dalam
pengertian metode penelitian yang lebih luas, penelitian deskriptif
mencakup metode penelitian yang lebih luas di luar metode sejarah dan
eksperimental, dan secara lebih umum sering diberi nama metode survey.
Kerja peneliti bukan saja memberikan gambaran terhadap fenomena-
fenomena, tetapi juga menerangkan hubungan, menguji hipotesa-hipotesa,
membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu
masalah yang ingin dipecahkan. Dalam mengumpulkan data digunakan
teknik wawancara, dengan menggunakan schedule questionair ataupun
interview guide (Nazir, 1960: 64).
2. Kehadiran Peneliti
10
Pada penelitian kualitatif ini, kehadiran peneliti mutlak diperlukan.
Hal ini dikarenakan instrumen penelitian dalam penelitian kualitatif adalah
peneliti itu sendiri. Karena dengan terjun langsung ke lapangan maka
peneliti dapat melihat secara langsung fenomena di daerah lapangan
seperti "kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, Ia
sekaligus merupakan perencana, pelaksana pengumpulan data, analisis,
penafsir data, dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya".
Jadi, kunci dari penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri karena ia
bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data, sedangkan
instrumen selain manusia mempunyai fungsi terbatas, yaitu hanya sebagai
pendukung tugas peneliti.
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini dibuktikan dengan surat izin
meneliti guna mendapatkan data yang diperlukan peneliti oleh subjek atau
informan. Hal ini karena sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti terlebih
dahulu mengajukan surat izin penelitian kepada lembaga yang
bersangkutan.
Adapun peran peneliti dalam penelitian ini adalah diawali dengan
pengamat tidak sepenuhnya sebagai peneliti, akan tetapi masih melakukan
fungsi pengamatan. Peneliti disini pada waktu penelitian mengadakan
pengamatan langsung, sehingga diketahui fenomena-fenomena yang
nampak. Secara umum kehadiran peneliti di lapangan dilakukan dalam 3
tahap yaitu:
a. Penelitian pendahuluan yang bertujuan mengenal lapangan
penelitian.
11
b. Pengumpulan data, dalam bagian ini peneliti secara khusus
menyimpulkan data.
c. Evaluasi data yang bertujuan menilai data yang diperoleh di
lapangan penelitian dengan kenyataan yang ada.
Peneliti harus berusaha dapat menghindari pengaruh subjektif dan
menjaga lingkungan secara alamiah agar proses sosial yang terjadi berjalan
sebagaimana biasanya. Di sinilah pentingnya peneliti kualitatif menahan
dirinya untuk tidak terlalu jauh intervensinya terhadap lingkungan yang
menjadi objek penelitian.
3. Lokasi Penelitian
Lokasi penilitian ini adalah Badan Amil Zakat (BAZ) kabupaten
Magelang. Lokasinya terletak di Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang. Peneliti memilih lokasi ini karena BAZ di
Salamkanci sudah melaksanakan edaran Bupati Magelang mengenai
pelaksanaan BAZDA yang ada di Kabupaten Magelang, sehingga
memudahkan peneliti untuk melakukan identifikasi.
4. Sumber Data
Jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian tersebut berupa
informasi dalam bentuk sumber data yang tertulis.Menurut Lofland (1984:47)
sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong, menyatakan bahwa sumber
data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain (Moleong,
2011: 157).
Data yang diperoleh adalah data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati dan data yang
12
diperoleh adalah hasil dari wawancara dan observasi kepada anggota
BAZIS dan masyarakat Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang. Adapun sumber data dalam hal ini adalah:
a. Sumber data utama (primer)
Sumber data yang diambil peneliti melalui wawancara dan
observasi. Sumber data primer diperoleh langsung dari subyek
penelitian. Sumber data primer merupakan data yang
dikumpulkan, diolah dan disajikan oleh peneliti dari sumber
utama. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data utama
yaitu anggota BAZIS, masyarakat Desa Salamkanci.
b. Data Sekunder
Data di atas dimaksudkan untuk melengkapi data primer dari
kegiatan peneliti. Data skunder berasal dari dokumen-dokumen
berupa catatan-catatan. Meleong juga menjelaskan tentang
sumber data penting lainnya adalah berbagai sumber tertulis
seperti buku disertasi, buku riwayat hidup, jurnal, dokumen-
dokumen, arsip-arsip, evaluasi buku harian dan lain-lain. Selain
itu foto dan data statistik juga termasuk sumber data tambahan (
Moleong, 2011: 113). Dalam kotnteks ini peniliti gunakan adalah
data-data yang diperlukan seperti data tentang orang yang zakat,
infaq dan shodaqoh. Orang-orang yang menerima zakat, infaq dan
shodaqoh.
5. Proses pengumpulan Data
a. Observasi atau Pengamatan
13
Observasi adalah sebuah pengamatan dan pencatatan dengan
sistematik mengenai fenomena yang diteliti (Hadi, 1990: 131).
Metode ini digunakan untuk mendapatkan data keadaan lokasi
umum penelitian, keadaan masyarakat Desa Salamkanci sehingga
dapat diperoleh informasi tentang pengelolaan zakat, infaq dan
shodaqoh sesuai UU No.23 tahun 2011.
b. Interview atau Wawancara
Interview adalah metode pengumpulan data dengan proses
tanya jawab dengan cara lisan dimana dua orang atau lebih saling
berhadapan secara fisik (Surakhmad, 1985: 132). Dengan metode
ini, penulis mendapatkan informasi ataupun data tentang
pelaksanaan penyaluran zakat melalui Badan Amil Zakat
berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di
Kabupaten Magelang khususnya di Bazis Desa Salamkanci.
c. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode atau alat untuk mengumpulkan
data mengenai hal-hal yang berupa catatan, traskip buku, surat
kabar, notulen, agenda dan lain sebagainya (Arikunto, 1998: 236).
Metode ini digunakan untuk memperoleh data tentang gambaran
pelaksanaan penyaluran zakat melalui Badan Amil Zakat
berdasarkan UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat di
Kabupaten Magelang.
6. Analisis Data
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan kualitatif deskriptif
yang terdiri dari kegiatan, yaitu pengumpulan data sekaligus reduksi data,
14
penyajian data, dan penarikan kesimpulan atau verikasi (Hebermen, 1992:
16). Pertama, setelah pengumpulan data selesai, maka tahap selanjutnya
melakukan reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang
yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilih. Kedua, data
yang telah direduksi akan dibentuk dalam narasi. Ketiga, penarikan
kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua.
7. Pengecekan Keabsahan Data
Pengambilan data-data melalui tiga tahapan, di antaranya yaitu tahap
pendahuluan, tahap penyaringan dan tahap melengkapi data yang masih
kurang. Dari ketiga tahap itu, untuk pengecekan keabsahan data banyak
terjadi pada tahap penyaringan data. Oleh sebab itu, jika terdapat data yang
tidak relevan dan kurang memadai maka akan dilakukan penyaringan data
sekali lagi di lapangan, sehingga data tersebut memiliki kadar validitas
yang tinggi.
Moleong berpendapat bahwa: ” Dalam penelitian diperlukan suatu
teknik pemeriksaan keabsahan data. Sedangkan untuk memperoleh
keabsahan temuan perlu diteliti kredibilitasnya dengan menggunakan
teknik sebagai berikut:
a. Presistent Observation (ketekunan pengamatan) yaitu dalam
mengadakan observasi secara terus menerus terhadap objek penelitian
guna memahami gejala lebih mendalam terhadap berbagai aktivitas
yang sedang berlangsung di lokasi penelitian. Dalam hal ini yang
15
berkaitan dengan zakat, infaq dan shodaqoh yang sesuai dengan UU
No. 23 tahun 2011.
b. Triangulasi yaitu pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau
pembanding terhadap data. Triangulasi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah triangulasi sumber data dengan cara
membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu
informasi yang diperoleh melalui waktu alat yang berbeda dalam
metode kualitatif. Sehingga perbandingan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pengamatan zakat, infaq dan shodaqoh yang
sesuai dengan UU No. 23 tahun 2011 di Desa Salamkanci Kecamatan
Bandongan Kabupaten Magelang dengan wawancara oleh beberapa
informan.
c. Analisis Kasus Negatif dilakukan dengan jalan mengumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan
informasi yang telah dikumpulkan dan digunakan sebagai bahan
pembanding.
d. Pengecekan Anggota. Pengecekan dengan anggota yang terlibat
dalam proses pengumpulan data sangat penting dalam pemeriksaan
derajat kepercayaan. Yang dicek dengan anggota yang terlibat
meliputi data, kategori analisis, penafsiran dan kesimpulan (Moleong,
2011: 326).
8. Tahap-tahap Penelitian
Adapun prosedur atau tahap penelitian yang peneliti lakukan dalam
penelitian ini secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
16
a. Tahap Pra Lapangan
Ada enam tahap yang harus dilakukan oleh peneliti dalam
tahapan ini ditambah dengan satu pertimbangan yang perlu
dipahami, yaitu etika penelitian lapangan. Enam tahapan tersebut
antara lain yaitu menyusun rancangan penelitian, memilih
lapangan penelitian, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai
lapangan, memilih dan memanfaatkan informan, dan menyiapkan
perlengkapan penelitian ( Moleong, 2011: 127). Konteks tahapan
di atas penelitian Pertama, menentukan lapangan dengan
pertimbangan bahwa Desa Salamkanci dalah salah satu daerah
yang memiliki BAZIS yang telah berdiri sudah lama, mempunyai
data-data yang diperlukan, serta mempunyai BAZIS yang tertata.
Kedua Menyusun proposal penelitian, Proposal penelitian ini
digunakan untuk meminta izin kepada lembaga yang terkait
sesuai dengan sumber data yang diperlukan.
b. Tahap Pelaksanaan Penelitian
1) Pengumpulan data
Mengadakan observasi langsung ke Desa Salamkanci
dengan melibatkan beberapa informan untuk memperoleh
data, yakni:
a) Wawancara dengan kepala Desa Salamkanci.
b) Wawancara dengan anggota BAZIS.
c) Wawancara dengan masyarakat atau informan.
d) Observasi langsung dan pengambilan data langsung
dari lapangan.
17
e) Menela’ah teori-teori yang relevan.
2) Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara,
dokumentasi dan observasi diidentifikasi agar
memudahkan peneliti dalam menganalisa sesuai dengan
tujuan yang diinginkan.
c. Tahap Akhir Penelitian
Tahap ketiga merupakan analisis data, pada setiap tahap ini
peneliti lakukan dengan mengecek dan memeriksa keabsahan data
dengan fenomena maupun dokumentasi untuk membuktikan
keabsahan data yang peneliti kumpulkan. Analisis dilakukan
sepanjang penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal
sampai akhir penelitian dan dilakukan terus menerus dari awal
sampai akhir penelitian. Pengamatan tidak mungkin tanpa analisis
dan tafsiran untuk mengetahui apa maknanya.
G. Sistematika Penulisan
Dalam penulisan skripsi ini disusun dengan menggunakan uraian yang
sistematis untuk pengkajian dan pemahaman terhadap persoalan yang ada.
Adapun sistematika dalam penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab I pendahuluan, yang meliputi: Latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode
penelitian yang meliputi : pendekatan dan jenis penelitian, kehadiran peneliti,
lokasi penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis data,
pengecekan keabsahan data, tahap-tahap penelitian serta sistematika
penulisan .
18
Bab II landasan teori, dalam bab ini akan dikaji masalah pengelolaaan zakat
oleh pemerintah sebelum UU No. 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat,
masalah latar belakang diundangkannya UU No. 23 tahun 2011 tentang
pengelolaan zakat, serta tujuan dari UU No.23 tahun 2011 dan pengelolaan
zakat oleh Pemerintah RI setelah UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan
zakat.
Bab III pelaksanaan zakat di Bazis Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang. Bab ini meliputi letak geografis Desa Salamkanci.
Sejarah dan profil Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh di Desa
Salamkanci Kabupaten Magelang. Objek dan bentuk pendistribusian zakat
Bazis Desa Salamkanci, faktor apa saja yang menjadi penghambat dan
pendukung penyaluran zakat melalui Badan Amil Zakat di Desa Salamkanci
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang tahun 2012.
Bab IV analisis terhadap pelaksanaan dan pengelolaan zakat di Bazis Desa
Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang. Bab ini meliputi,
analisis pelaksanaan dan penyaluran zakat melalui Badan Amil Zakat
berdasarkan UU No.23 tahun 2011. Analisis pengaruh UU No 23 tahun 2011
tentang pengelolaan zakat di Kabupaten Magelang. Analisis faktor
penghambat dan pendukung pelaksanaan pengelolaan zakat melalui Badan
Amil Zakat di Desa Salamkanci.
BabV penutup; adapun dalam bab yang terakhir, penulis akan mencoba
menarik simpulan dari penilitian dan saran.
19
20
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pengelolaan zakat oleh pemerintah sebelum UU No. 23 tahun 2011
Tentang pengelolaan zakat.
Sejak Rasulullah hijrah ke Madinah, Rasulullah selalu mengutus
kepada sahabat untuk mengambil zakat dari orang-orang kaya. Hal ini
ditunjukan ayat al Qur’an dan hadis Nabi sebagai berikut:
خذ من ا مو ا لھم صد قة تطھر ھم وتز كیھم بھا وصل علیھم ا ن صلو ا تك سكن لھم و ا هللا سمیع
علیم
Arinya : Pungutlah sedekah dari sebagian harta bensa mereka untuk
membersihkan dan mensucikan mereka, dan doakanlah mereka, karena
sebenarnya doamu itu adalah menjadi penawar hati untuk mereka. Dan Allah
maha mendengar dan maha mengetahui (Qs, At-Taubah: 103).
Hadis Nabi;
تؤ خذ من ا غنیا ء ھم فتر د على فقر ا ء ھم
Artinya : Diambil (zakat) dari orang-orang kaya mereka, lalu
diberikan kepada orang-orang fakir miskin (HR. Bukhori II/505 no.1331).
Rasulullah Muhammad membangun lembaga zakat sebagai sebuah
sistem untuk menciptakan keadilan ekonomi dan distribusi kekayaan social.
Pada masa itu, masyarakat Islam merupakan masyarakat yang hidup dalam
jalinan persaudaraan yang kuat dengan tingkat kesejahteraan yang tinggi
berkat berfungsinya sistem tersebut. Sistem diadakan untuk mentransformasi
masyarakat dengan ketimpangan social ekonomi menjadi masyarakat adil dan
makmur. Sumber-sumber keuangan masyarakat yang terdiri dari zakat, infaq,
21
sodaqoh, rampasan perang (ghanimah), jizyah, kharaj, rikaz, fai’,bea cukai,
serta waqaf dikelola lewat Bait al-Mal. Sumber-sumber itu terdapat pada para
aghniya (the have) yang disebut sebagai kelompok muzakki, lalu dana yang
terhimpun didistribusikan kepada kelompok masyarakat yang berhak
(mustahiq) yang terdiri dari delapan kelompok (Khasanah, 2010:6).
Sebagaimana dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat 60 sebagai berikut;
* $yJ RÎ) àM »s%y‰¢Á 9$# Ïä!#t�s)àÿù=Ï9 ÈûüÅ3»|¡ yJø9$#ur tû,Î#ÏJ»yèø9$#ur $pköŽn=tæ Ïpxÿ©9xsßJø9$#ur öNåkæ5qè=è% † Îûur É> $s%Ìh�9$#
tûüÏBÌ�»tóø9$#ur † Îûur È@ ‹Î6y™ «! $# Èûøó$#ur È@ ‹Î6¡¡ 9$# ( ZpŸÒ ƒÌ�sù šÆ ÏiB «! $# 3 ª! $#ur íOŠÎ=tæ ÒO‹Å6 ym ÇÏÉÈ
Artinya ; sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang
fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu’allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berhuntang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dari ayat di atas dapat dijelaskan bahwa orang yang berhak menerima
zakat itu adalah; 1. fakir: orang yang tidak memiliki harta benda dan pekerjaan
yang mampu mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Dia tidak
memilik suami, ayah-ibu, dan keturunan yang dapat
membiayainya, baik untuk membeli makanan, pakaian, maupun
tempat tinggal (AL-Zuhayly, 1984: 280).
2. Miskin: orang yang memiliki pekerjaan, tetapi penghasilannya
tidak dapat dipakai untuk memenuhi hajat hidupnya (AL-
Zuhayly, 1984: 281).
3. Amil: orang atau badan lembaga yang mendapat tugas untuk
mengambil, memungut, dan menerima zakat dari para muzaki,
menjaga dan memeliharanya kemudian menyalurkannya kepada
22
mustahiq, dengan persyaratan sebagai amil zakat ; akil baliq
(mukallaf), memahami hukum zakat dengan baik, jujur, amanah
memiliki kemampuan untuk melaksanakan tugas keamilan
(Mufraini,2006: 188).
4. Muallaf: orang yang diharapkan kecenderungan hatinya atau
keyakinannya dapat bertambah terhadap Islam atau terhalangnya
niat jahat mereka atas kaum muslimin atau harapan akan adanya
kemanfaatan mereka dalam membela dan menolong kaum
muslimin dari musuh (Qordawi ,1991: 563).
5. Riqab: para budak muslim yang telah membuat perjanjian
dengan tuannya (al-makatabun) untuk dimerdekakan dan tidak
memiliki uang untuk membayar tebusan atas diri mereka,
meskipun mereka telah bekerja keras dan membanting tulang
mati-matian, mereka tidak mungkin melepaskan diri dari orang
yang tidak menginginkan kemerdekaannya kecuali telah
membuat perjanjia. Jika ada seorang hamba yang yang dibeli,
uangnya tidak akan diberikan kepadanya melainkan pada
tuannya. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk memberikan
zakat kepada para budak itu agar dapat memerdekakan diri
mereka (AL-Zuhayly, 1984: 285).
6. Gharim (orang yang banyak hutang): orang-orang yang
memiliki hutang, baik hutang itu untuk dirinya sendiri maupun
bukan, baik utang itu dipergunakan untuk hal-hal yang baik
maupun untuk melakukan kemaksiatan,jika utang itu
dilakukannya untuk kepentingan sendiri, dia tidak berhak
23
mendapatkan bagian dari zakat kecuali dia adalah seorang yang
dianggap fakir. Tetapi, jika utang itu untuk kepentingan orang
banyak yang berada dibawah tanggung jawabnya, untuk
menebus denda pembunuhan atau menghilangkan barang orang
lain, dia boleh diberi bagian zakat (AL-Zuhayly, 1984: 286).
7. Sabilillah: yaitu perjalanan spiritual atau keduniaan yang di
upayakan untuk mencapai ridho Allah, baik dalam hal berbau
akidah maupun aplikasi mekanisme nilai Islam perbuatan.
Sabilillah kerap di artikan sebagai jihad (berperang) karena
memang pada sejumlah Al-Quran, arti dari kata fisabilillah
sangat berdekatan dengan pemahaman jihad berperang di jalan
Allah. Namun demikian, bila kita menelaah lebih dalam
memahami kata fisabilillah ternyata lebih luas dari pengertian
berperang di Jalan Allah. Sebagaimana golongan Hanafiah
berpendapat dalam mengartikan kata “fisabilillah” menurut abu
Yusuf menyatakan bahwa sabilillah itu adalah sukarelawan
jihad muslim yang kehabisan akomodasi dan perbekalannya
mereka adalah yang tidak sanggup bergabung dengan tentara
Islam, karena kefakiran akomodasi atau bahan pangan untuk
bekal. Dana zakat disalurkan kepada mereka dengan tujuan agar
mereka dapat mengejar ketertinggalan mereka dari tentara
perang muslim yang pergi ke medan jihad (Mufraini,2006:202).
8. Ibnu sabil: orang yang bepergian (musafir) untuk melaksanakan
suatu hal yang baik (tha’ah) tidak termasuk maksiat (AL-
Zuhayly, 1984: 289).
24
Selain orang-orang yang berhak menerima zakat, ada pula beberapa
orang atau kelompok yang tidak boleh mendapat pembagian zakat, yaitu:
1. Orang kaya yang mempunyai kelebihan harta
2. Orang kuat yang mampu bekerja
3. Orang yang tidak beragama dan orang fakir yang memerangi
Islam
4. Anak-anak orang yang mengeluarkan zakat, kedua orang tua dan
istrinya
5. Keluarga Nabi S.A.W yaitu Banu Hasyim saja, atau Banu
Hasyim dan Banu AL-Mutholib (Qardawi, 1991: 673).
Yang menjadi kunci keberhasilan lembaga zakat dalam mengatasi
masalah kesenjangan sosial dan kemiskinan adalah kepastian hukum
pelaksanaan zakat, yang eksekusinya langsung dilakukan oleh aparat Negara.
Berdasarkan pengertian ayat 103 surat 10 ( at-Taubah ) dan Hadist Nabi serta
kebijakan para ‘Khulafa’ur Rasyidun’ dapat ditandaskan, bahwa lembaga
pengelola zakat adalah penguasa atau pemerintah. Untuk memanfaatkan dan
mendayagunakan zakat dengan sebaik-baiknya diperlukan kebijakan lembaga
pengelolaan zakat dengan melibatkan peran pemerintah. Dana zakat itu tidak
harus diberikan kepada yang berhak secara apa adanya tetapi dapat diberikan
dalam bentuk lain yang dapat digunakan sebagai sarana produktif sehingga
dapat melepaskan fakir-miskin dari ketergantungan pada belas kasihan orang
lain. Dengan catatan bahwa dana zakat yang diberikan tersebut harus
diserahterimakan dahulu kepada yang berhak (mustahiq) kemudian baru
ditawarkan apakah dana tersebut mau diikutkan suatu proyek atau dibelikan
sesuatu yang bisa dimanfaatkan, dana itu haruslah atas nama mustahiq
25
tersebut bukan milik amil lagi, sedangkan peran amil disini hanya
memfasilitasi untuk membantu para mustahiq agar ada peningkatan taraf
hidupnya (Khasanah, 2010 : 11).
Pada era reformasi tahun 1998, setelah menyusul runtuhnya
kepemimpinan nasional Orde Baru, terjadi kemajuan signifikan di bidang
politik dan sosial kemasyarakatan. Setahun setelah reformasi tersebut, yakni
1999 terbitlah Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Zakat. Di era reformasi, pemerintah berupaya untuk menyempurnakan sistem
pengelolaan zakat di tanah air agar potensi zakat dapat dimanfaatkan untuk
memperbaiki kondisi sosial ekonomi bangsa yang terpuruk akibat resesi
ekonomi dunia dan krisis multi dimensi yang melanda Indonesia. Untuk
itulah pada tahun 1999, pemerintah bersama Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR) telah menerbitkan Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang
pengelolaan Zakat, yang kemudian diikuti dengan dikeleluarkannya
Keputusan Menteri Agama Nomor 581 tahun 1999 tentang Pelaksanaan
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 dan Keputusan Direktur Jenderal
Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D-291 tahun 2000 tentang Pedoman
Teknis Pengelolaan Zakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 38 tahun
1999 ini, pengelolaan zakat dilakukan oleh Badan Amil Zakat (BAZ) yang
dibentuk oleh Pemerintah yang terdiri dari masyarakat dan unsur pemerintah
untuk tingkat kewilayahan dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk
dan dikelola oleh masyarakat yang terhimpun dalam berbagai ormas
(organisasi masyarakat) Islam, yayasan dan institusi lainnya. Dalam Undang-
undang Nomor 38 tahun 1999 dijelaskan prinsip pengelolaan zakat secara
profesional dan bertanggung jawab yang dilakukan oleh masyarakat bersama
26
pemerintah. Pemerintah dalam hal ini berkewajiban memberikan
perlindungan, pembinaan, dan pelayanan kepada muzakki, mustahiq, dn
pengelola zakat. Dari segi kelembagaan tidak ada perubahan yang
fundamental dibanding kondisi sebelum tahun 1970-an. Pegelolaan zakat
dilakukan oleh Badan Amil Zakat yang dibentuk oleh pemerintah, tetapi
kedudukan formal badan itu sendiri tidak terlalu jauh berbeda dibanding masa
lalu. Amil zakat tidak memiliki power untuk menyuruh orang membayar
zakat. Mereka tidak diregistrasi dan diatur oleh pemerintah seperti halnya
petugas pajak guna mewujudkan masyarakat yang peduli bahwa zakat adalah
kewajiban (http://aliboron.wordpress.com/2010/10/26/pengelolaan-zakat-di-
indonesia-perspektif-peran-negara/. 16 juni 2012).
Dalam upaya pengumpulan zakat, pemerintah telah mengukuhkan
Badan Amil Zakat (BAZ), yaitu, lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh
pemerintah, yang personalia pengurusnya terdiri atas ulama, cendekiawan,
profesional, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintah, dan Lembaga Amil
Zakat (LAZ), yaitu, lembaga pengelola zakat yang dibentuk oleh masyarakat,
yang pengukuhannya dilakukan oleh pemerintah bila telah memenuhi
persyaratan tertentu. Lembaga-lembaga ini ditugaskan sebagai lembaga yang
mengelola, mengumpulkan, penyaluran, dan memberdayakan para penerima
zakat dari dana zakat. Peran pemerintah tidak dapat diandalkan sepenuhnya
dalam mewujudkan kesejahteraan, karena itulah diperlukan peran dari
lembaga-lembaga tersebut (UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat).
Sejak era reformasi kendala yang menjadi penghalang bagi
pelembagaan zakat secara perlahan mulai tekuak antara lain dengan lahirnya
Undang-undang No. 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat. Sesuai dengan
27
pasal-pasal dalam Undang-undang tersebut, bahwa pemerintah tidak
berfungsi sebagai operator yang mengelola zakat tetapi pemerintah berfungsi
sebagai regulator, motivator, koordinator dan fasilitator. Pengelolaan zakat
dilakukan oleh badan yang dibentuk pemerintah atau lembaga yang didirikan
oleh masyarakat dan diberi otoritas formal melalui pengukuhan pemerintah.
Dengan lahirnya Undang-Undang tersebut pemerintah dalam hal ini
Departemen Agama melakukan berbagai upaya dalam rangka memberikan
dorongan dan fasilitas agar pengelolaan zakat yang dilakukan Badan Amil
Zakat (BAZ) dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) dapat dilakukan secara
professional, amanah dan transparan, sehingga tujuan pengelolaan zakat bagi
sebesar-besarnya kemaslahatan dan kemakmuran umat dapat tercapai
(Khasanah, 2010 : 12).
Hal yang terpenting dalam mengelola zakat adalah cara yang
ditempuhnya dalam menghimpun dan mendayagunakan dana zakat. Yang
menjadi latar belakang perlu dibuatnya peraturan perundangan tentang
pengelolaan zakat agar organisasi pengelola zakat tidak menempuh caranya
sendiri-sendiri. Saat ini telah ada berbagai ketentuan perundangan yang
mengatur tentang masalah tersebut,yaitu dengan dikeluarkannya Undang-
Undang Nomor 38 Tahun 1999 tentang pengelolaan zakat. Undang-Undang
Nomor 17 Tahun 2000 tentang perubahan ketiga atas UU No.7 Tahun 1983
tentang pajak penghasilan. Keputusan Menteri Agama Nomor 581 Tahun
1999 tentang pelaksanaan UU No.38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat.
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji Nomor D/291 tentang
Pedoman Teknis Pengelolaan Zakat (Hafifudin,2002 : 126). Serta yang
terbaru adalah Undang-undang No 23 Tahun 2011 atas revisi dari Undang-
28
undang No 38 Tahun 1999. Dengan adanya peraturan tersebut, pengelolaan
zakat yang dilakukan oleh organisasi pengelola zakat, baik Badan Amil Zakat
(BAZ) maupun Lembaga Amil Zakat (LAZ) diharapkan bisa lebih baik
dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat muzakki kepada organisasi
pengelola zakat.
Sementara itu, kedudukan BAZ adalah sebagai organisasi pengelola
zakat yang dibentuk oleh pemerintah yang pembentukannya harus sesuai
dengan mekanisme sebagaimana telah diatur dalam keputusan Dirjen Bimas
Islam dan Urusan Haji No.D/291 Tahun 2001. Sedangakan LAZ adalah
organisasi pengelola zakat yang dibentuk sepenuhnya atas prakarsa
masyarakat dan merupakan badan hukum tersendiri, serta dikukuhkan oleh
pemerintah (Khasanah, 2010 : 69).
Dalam penyaluran zakat,infaq dan sodaqoh (ZIS) kepada masyarakat
sebanyak 8 asnaf (golongan) ada 2 golongan yang ditiadakan karena untuk
riqob dianggap sudah tidak ada dan untuk amil sudah diambilkan dari dana
subsidi pemerintah setempat. Hampir semua ketentuan mengenai pengelolaan
BAZIS ditetapkan dengan SK Gubernur. Penentuan prosentase pembagian
ZIS ditetapkan oleh SK Gubernur tahun 1991 dengan ketentuan sebagai
berikut, 40% untuk fakir miskin, 50% untuk sabilillah, 10%untuk muallaf,
gharimin dan ibnu sabil. Pada tahun berikutnya 1992/1993, 60% untuk fakir
miskin, 30% untuk fisabilillah, 10% untuk muallaf, gharimin dan ibnu sabil
(Dasuki, 1996 : 160).
B. Latar Belakang Undang-Undang No.23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat.
29
Mulai akhir tahun 2011 Undang-Undang Pengelolaan Zakat yang
baru diundangkan di Jakarta pada tanggal 25 november 2011 dan
ditempatkan pada lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2011 nomor
115, merupakan pengganti dari Undang-Undang No 38 tahun 1999. Salah
satu pertimbangan diterbitkannya UU ini adalah sebagaimana disebutkan
pada butir (e) bahwa UU No.38 tahun 1999 dinilai oleh DPR sudah tidak
sesuai perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat. Sementara hal
penting lain dan tidak diangkat sebagai pertimbangan adalah bahwa tidak
kurang dari 12 tahun kita belajar melaksanakan syariat zakat tidak sedikitnya
memperoleh perhatian anggota DPR. Seolah-olah kerja DPR sebelumnya dan
para pegiat ZIS selama ini tidak memiliki nilai sedikitpun sumbangannya
terhadap kesejahteraan masyarakat miskin. Ini semua tentu merupakan hak
para anggota dewan.
Dalam Undang-Undang No 23 tahun 2011 ini tidak tercantum pasal
perkataan atau pernyataan bahwa ; “ setiap Warga Negara Indonesia yang
beragama Islam (dan mampu) atau badan yang di miliki oleh orang muslim
berkewajiban menunaikan zakat seperti pasal 2 UU No 38 tahun 1999.
Artinya UU ini sudah tidak taat asas yang tercantum dalam pasal 2 ayat (a)
UU No 23 tahun 2011 yang bunyinya ; “ Pengelolaan zakat berdasarkan
syariat Islam.” Apalagi jika dikaitkan dengan dekrit presiden 5 juli 1959
kembali ke UUD 1945. Piagam Jakarta tertanggal 22 juni 1945 menjiwai
UUD 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan konstitusi
tersebut. Artinya setiap Warga Negara Indonesia yang beragama Islam wajib
melaksanakan syariah Islam, termasuk kewajiban menunaikan zakat.
Menghilangkan kewajiban Warga Negara Indonesia yang beragama Islam
30
atau badan yang dimiliki oleh orang muslimin menunaikan zakat, dapat
diartikan sama dengan pencoretan 7 kata dalam piagam Jakarta kota (http;//
basrimangun. Blogspot.com/2011/12/uu-pengelolaan-zakat-2011.html.17 juni
2012).
Dalam penjelasan atas UU No 23 tahun 2011 tentang Pengelolaan
Zakat di tegaskan bahwa BAZNAS merupakan lembaga pemerintah non
structural yang bersifat mandiri dan bertanggung jawab kepada presiden
melalui Menteri Agama. Artinya BAZNAS yang merupakan (Badan) Amil (
Zakat nasional) terbukti sepenuhnya berada dibawah kendali pemerintah atau
Menteri Agama. Atas dasar tersebut maka posisi Badan Amil Zakat (BAZ)
dan Lembaga Amil Zakat (LAZ) haruslah setara dan tidak ada diskriminatif.
Jangan diposisikan LAZ sebagai pembantu BAZNAS seperti tercantum pada
pasal 1 ayat 7 dan 8 UU 23 tahun 2011. BAZ adalah Badan Amil Zakat yang
dibentuk oleh pemerintah dengan melibatkan masyarakat, sedangkan LAZ
adalah Lembaga Amil Zakat yang sepenuhnya dibentuk oleh masyarakat,
namun harus dikukuhkan oleh pemerintah walaupun. Walaupun BAZ
dibentuk oleh pemerintah dengan bantuan masyarakat mestinya peranan
masyarakat harus lebih dominan di dalam kepengurusan BAZ. Pemerintah
hanyalah inisiator dalam pembentukan BAZ guna membentuk tim penyeleksi
yang terdiri dari unsur ulama, cendikia, tenaga professional, praktisi
pengelola zakat dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang terkait, dari
unsure pemerintah. Ikut hadirnya unsur pemerintah dalam BAZ terkait
dengan tugas pokok fungsinya, kementrian agama,personilnya diambil dari
Urusan Agama Islam (URAIS) sedangkan dari seksi social jumlah tiap
tingkatan cukup masing-masing satu orang tiap tingkatan kelembagaan.
31
Keputusan Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No D/291 tahun 2000
tentang pedoman teknis pengelolaan zakat dapat dijadikan referensi untuk
penyusunan pengurus BAZNAS atau LAZNAS Daerah, Propinsi, serta
kabupaten atau kota (http;// basrimangun. Blogspot.com/2011/12/uu-
pengelolaan-zakat-2011.html.18 juni 2012).
Dengan disahkannya UU ini, muncul banyak tanggapan. Sebagian
masyarakat mengkhawatirkan keberadaan UU ini. Kalau-kalau ada agenda
menyulitkan umat Islam dalam menunaikan zakat. Sebagian ahli menilai UU
ini bisa kontraproduktif. Bahkan ada LAZ yang berencana untuk melakukan
uji materil. Berbagai tanggapan telah terinventarisasi. Pengurus BAZNAS
cukup memberikan jaminan, bahwa aspirasi LAZ akan diakomodasikan.Agar
semua kekhawatiran dan penilaian dapat diinternalisasikan dalam pengaturan
tindak lanjut, baik melalui PP maupun Peraturan Menteri (
http://www.forumzakat.net/index.php?act=viewartikel&id=77. 20 juni 2012).
Secara eksplisit latar belakang UU ini disebutkan dalam bagian
pertimbangan, yaitu; Pertama, bahwa Negara menjamin kemerdekaan tiap-
tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk
beribadah menurut agamanya dan kepercayaanya. Kedua, bahwa menunaikan
zakat merupakan kewajiban bagi umat Islam yang mampu sesuai dengan
syariat Islam. Ketiga, bahwa zakat merupakan pranata keagamaan yang
bertujuan untuk meningkatkan keadilan dan kesejahteraan masyarakat.
Keempat, bahwa dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasil guna, zakat
harus dikelola secara melembaga sesuai dengan syariat Islam; Kelima, bahwa
Undang-Undang Nomor 38 tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat sudah
tidak sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat
32
sehingga perlu diganti; maka dari alasan hal-hal diatas perlu dibentuk
Undang-Undang tentang pengelolaan zakat. Dibandingkan dengan UU No 38
Tahun 1999, UU Pengelolaan Zakat baru mengatur hal yang berbeda sama
sekali terkait dengan konsep kelembagaan BAZNAS. BAZNAS dalam UU
Pengelolaan Zakat baru merupakan satu lembaga yang definitif dan diatur
secara rigid. Sedangkan BAZNAS dalam UU No 38 Tahun 1999 merupakan
bentuk dari badan amil zakat yang hanya diatur fungsinya saja, sedangkan
pengaturan mengenai BAZNAS secara definitif diatur dalam peraturan
pelaksananya, yaitu, Keputusan Presiden No 8 Tahun 2001 tentang Badan
Amil Zakat Nasional (UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat).
C. Tujuan Undang-Undang No 23 tahun 2011
Dari latar belakang di atas menunjukan bahwa pemerintah
mendukung upaya pelaksanaan syariat Islam dalam pengelolaan zakat.
Diharapkan dengan dikeluarkan UU tentang pengelolaan zakat dapat menjadi
legitimasi badan pengelola zakat baik yang dibentuk oleh pemerintah maupun
masyarakat.
Dengan UU ini, semua lembaga pengelola zakat harus mengkoversi
sesuai dengan Undang-undang ini, baik dari segi teknis dan yuridis. Jadi
lembaga-lembaga pengelola zakat yang didirikan oleh ormas maupun
organisasi-organisasi tertentu harus berbadan hukum dan memenuhi syarat-
syarat tertentu yang ditentukan oleh Undang-undang ini. Tujuan utama UU
ini adalah terwujudnya kemandirian pranata Islam berupa lembaga keuangan
yang dikelola oleh umat Islam untuk digunakan sebagai kemaslahatan umat.
Dalam pasal 3 UU No 23 tahun 2011, disebutkan bahwa tujuan dari
pengelolaan zakat adalah Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi
33
pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan.
D. Pengelolaan zakat oleh Pemerintah RI setelah UU No. 23 tahun 2011
Tentang Pengelolaan Zakat.
Baznas merupakan lembaga yang dibentuk pemerintah untuk
mengelola zakat. Badan ini dibentuk setelah diberlakukannya UU tentang
pengelolaan zakat pada tahun 2011. Di mana tujuan UU ini adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara social dan ekonomi belum
mampu.
Landasan hukum badan ini adalah amanat UU No 23 tahun 2011 dan
Surat Keputusan Presiden RI No 115 tahun 2011 tanggal 25 november 2011,
maka didirikan Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menjadi lembaga
pengumpul dan penyalur zakat resmi dan juga sebagai koordinator Badan
Amil Zakat Daerah.
Adapun latar belakang perlunya didirikan BAZNAS adalah melihat
realita bangsa yang memperihatinkan, diantaranya:
1. Kemiskinan meningkat
2. Pengangguran semakin bertambah yang diakibatkan karena
tidak tersedianya lapangan kerja
3. Anak jalanan dan pengemis semakin banyak
4. Kejahatan semakin meningkat dan keamanan tidak terjamin
5. Harga-harga selalu bergerak naik
34
6. Kepercayaan kepada pemerintah dan aparaturnya menurun
7. Pengurus masjid-masjid turun jalan dengan meminta dana
untuk pembangunan masjid.
Dari fenomena krisis yang sedemikian rupa menyadarkan kita telah
terjadi kesenjangan yang menyebabkan terjadinya penyimpangan yang
mengarah pada anarkisme dan kesesatan. Sebagai langkah konkrit yang harus
dilakukan adalah memberikan solusi yang paling tepat untuk dapat keluar
dari krisis yang berkepanjangan, Yaitu dengan menyandarkan diri pada al-
Quran dan as-Sunnah yang sesuai dengan konsep Islam, yaitu lewat zakat,
infaq, dan sadaqah. Target yang ingin dicapai melalui zakat adalah
mengangkat harkat dan martabat kaum dhuafa, orang kaya, bangsa dan
Negara (www.baznasgo.com; 10 juli 2012).
Pengelolaan zakat akan optimal jika, pertama , zakat dikelola oleh
sebuah organisasi pengelola zakat yang memiliki otoritas. Dalam hal ini
UU No. 23 Tahun 2011 merumuskan organisasi pengelola zakat secara
lebih tegas sehingga memiliki kepastian hukum. Kedua , pada saat yang
sama, pengelolaan zakat memerlukan akuntabilitas dan profesionalitas
sehingga mampu bermanfaat lebih banyak sesuai tujuan zakat itu
sendiri.Dalam UU No. 38 Tahun 1999, otorisasi terhadap lembaga
pengelola zakat tidak tegas. Ketidak tegasan itu membuat pengelolaan
zakat tidak optimal. Karena lemahnya koordinasi BAZNAS dan BAZDA.
Apalagi koordinasi dengan lembaga-lembaga amil zakat yang dikelola oleh
masyararakat.UU No. 23 Tahun 2011 mengatur tentang: Pertama , sistem
manajemen zakat yang akan terintegrasi. Dalam sistem ini, BAZNAS
ditempatkan sebagai satu-satunya lembaga pemegang otoritas zakat.
35
Pemerintah akan berperan dalam pembinaan regulasi dan pengawasan.
BAZNAS sebagai organisasi pemerintah nonstruktural yang sehari-hari
berkoordinasi dengan Kementerian Agama akan mengoordinir
pengelolaan zakat secara nasional. Kedua , dengan pengelolaan zakat
yang dilakukan oleh organisasi yang memiliki badan hukum resmi, maka
kepentingan umat akan lebih terlindungi. Pada saatnya nanti muzaki akan
lebih mudah melaksanakan zakat dan dana dijamin aman, serta para
mustahik akan lebih mudah memperoleh bantuan.
Saat ini Baznas dijabat oleh Prof. Dr. KH Didin Hafidhuddin, M.Sc
(61tahun) sebagai ketua umum Badan Amil zakat Nasional (BAZNAS) yang
dibentuk pada tanggal tanggal 25 november 2011, berdasarkan Kepres No.
115/2011. Adapun program kerja Baznas secara umum sebagai berikut:
1. Kebijakan Mutu
a. Pembinaan, pengembangan dan penyadaran kewajiban
berzakat demi meningkatkan kesejahteraan serta kualitas
kehidupan masyarakat.
b. Memberikan pelayanan yang terbaik bagi muzaki dan
mustahik Baznas.
c. Membuat program pemberdayaan yang terencana dan
berkesinambungan dalam meningkatkan taraf hidup
mustahik menjadi muzaki.
d. Menyajikan data penerimaan dan pendayagunaan zakat
yang akurat karena didukung oleh amil yang bekerja
secara professional.
36
e. Manajemen yang fokusterhadap pembinaan dan
pengembangan sumber daya manusia sebagai amil yang
menjalankan amanah.
a. Selalu mengedepankan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi seluruh amil BAZNAS (www. Baznas. or. id: 24juni
2012).
2. Tujuan Mutu
b. Menjadikan program unggulan BAZNAS sebagai arus
utama program pendayagunaan Organisasi Pengelola Zakat
(OPZ) seluruh Indonesia.
c. Memaksimalkan partisipasi organisasi pengelola zakat
dalam mendukung program bersama pendayagunaan
nasional.
d. Fokus kepada instansi pemerintah, BUMN dan Luar Negeri
melalui penguatan regulasi.
e. Penguatan sentralisasi data nasional baik muzaki maupun
jumlah penghimpunan.
f. Melakukan sosialisasi dan edukasi bersama.
g. Optimalisasi KKI (Koordinasi, Konsultasi, Informasi)
melalui penyusunan mekanisme dan sistem koordinasi,
penguatan lembaga serta SDM OPZ.
h. Meningkatkan kerjasama antar lembaga nasional dan
internasional.
i. Intensifikasi dan ekstensifikasi hubungan kemitraan dan
koordinasi dengan instansi pemerintah, BUMN, perbankan
37
syariah,dan organisasi social/keagamaan di dalam dan luar
negeri.
j. Peningkatan sumber dana dan sumber daya
(www.baznasgo.com; 10 juli 2012).
BAB III PELAKSANAAN ZAKAT DI BAZIS DESA SALAMKANCI KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG
A. Letak Geografis Desa Salamkanci
1. Legenda dan sejarah Desa Salamkanci
Desa Salamkanci merupakan Desa yang tidak terlepas dari nilai-
nilai sejarah. Desa yang tak luput dari penjajahan kaum penjajah yang
menjajah bangsa Indonesia selama berabad-abad lamanya. Penjajahan
menjadikan Desa Salamkanci mempunyai semangat untuk menjadi yang
merdeka.
Pada era sebelum kemerdekaan kira-kira Tahun 1935, wilayah
Salamkanci terdiri dari beberapa Desa diantaranya Desa Krajan dan Desa
Karangsari. Desa Krajan terletak di Krajan 1 atau dusun Salam 1,
Sedangkan Desa Karangsari berlokasi di Dusun Semali. Beberapa dusun
lain, seperti Kanci dan Bolong juga mempunyai makna sejarah. Dusun
Kanci yang pada waktu zaman penjajah dinamai Kanci karena ketika
para penjajah masuk ke dusun tersebut merasakan “kancilen” yang
38
maknanya kebingungan, kemudian dinamai Dusun Bolong karena di
dusun tersebut ada mitos adanya sebuah lubang besar.
Pada masa itu hubungan kedua Desa dengan dusun –dusun yang
ada sangat harmonis dalam segala hal. Atas prakarsa para tokoh di kedua
Desa baik tokoh agama, tokoh masyarkat, dan tokoh pemudanya
akhirnya pada tahun 1940 di sepakati untuk penggabungan kedua Desa
itu menjadi satu Desa, satu kepimimpinan. Tujuan penggabungan kedua
Desa agar keselamatan, kebersamaan persatuan dan kesatuan semakin
kuat dan tokoh di bawah satu kepemimpinan satu Kepala Desa. Nama
Desa yang disepakati oleh tokoh –tokoh kedua Desa tersebut adalah
Salamkanci, yang mengandung makna religi yaitu Selamat dari
marabahaya, aman, tentram sepanjang masa khususnya pada saat itu
selamat dari kekejaman para kaum penjajah (Dokumen Desa
Salamkanci).
Sejak penggabungan Desa menjadi Desa Salamkanci, hingga saat
ini sudah ada pergantian Kepala Desa sampai 4 kali. Yaitu sejak
kepemimpinan Bapak Honggo Diprojo yang pertama kali ( 1957-1989 ),
dilanjutkan dengan Kepemimpinan oleh Bapak Zainuddin Sumarno (
1989-1999 ), kemudian oleh Bapak Asnal Fauzi dan yang sekarang tahun
2012 oleh Bapak Mustofa sampai sekarang.
2. Geografis
Desa Salamkanci secara administrasi termasuk wilayah
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang terletak di sebelah utara
Kabupaten Magelang dengan jarak 17 Km dan 4 Km dari Kecamatan
39
Bandongan. Desa Salamkanci terdiri dari 9 Dusun 10 RW dan 30 RT.
Luas wilayah 343 Ha dengan batas-batas :
a. Sebelah utara : Desa Sukodadi
b. Sebelah Selatan : Desa Sukosari
c. Sebelah Timur : Desa Kedungsari
d. Sebelah Barat : Desa Balekerto Kec. Kaliangkrik
3. Keadaan penduduk
Jumlah penduduk
Jumlah total : 3.722 jiwa
Terdiri dari :
a. Laki-laki : 1.864 jiwa
b. Perempuan : 1.908 jiwa
Jumlah Kepala Keluarga : 1.013 jiwa (Dokumen Desa Salamkanci).
4. Tingkat pendidikan
Tingkat pendidikan Desa Salamkanci masih sangat rendah, hal ini
disebabkan karena taraf ekonomi masyarakat dengan penghasilan rendah
dan fasilitas pendidikan kurang memadai. Fasilitas pendidikan di Desa
Salamkanci meliputi :
a. 2 Sekolah Taman Kanak-kanak
b. 4 Sekolah Dasar
c. 1 Madrasah Tsanawiyah
Tabel 1. Jumlah Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan No Tingkat Pendidikan Jumlah
1 Tidak Tamat SD 187
2 Tamat SD/ Sederajat 1425
40
3 Tamat SLTP/ Sederajat 1075
4 Tamat SLTA/ Sederajat 472
5 D1/D2/D3/ Diploma 102
6 S1/S2 34
Jumlah 3295
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Salamkanci 2010
5. Mata Pencaharian
Sebagian besar keluarga Desa Salamkanci mempunyai mata
pencaharian di bidang pertanian. Menurut catatan Monografi Desa
Salamkanci tahun 2008 terdiri dari :
a. Penduduk petani : 654 Orang
b. Buruh tani : 617 Orang
c. Buruh/ Swasta : 243 Orang
d. Pegawai Negeri : 149 Orang
e. Pengrajin : 6 Orang
f. Pedangang : 40 Orang
g. Peternak : 2 Orang
h. Montir : 4 Orang
Tabel 2.Potensi Zakat Desa Salamkanci menurut Mata Pencaharian No Jenis Mata Pencaharian Jumlah
1 Petani 623
2 Buruh Tani 617
3 Buruh Bangunan 381
41
4 PNS/TNI/ABRI 188
5 Pedagamg 134
6 Lain-lain 668
Jumlah 2531
Sumber : Data Sekunder Monografi Desa Salamkanci 2010
6. Pola Penggunaan Lahan
Luas Desa Salamkanci secara keseluruhan sebesar 343 Ha. Hal
tersebut dapat dilihat dan dirinci dari luas lahan untuk kegiatan pertanian
yaitu tanah sawah seluas 215 Ha, tanah kering seluas 88 Ha, lahan yang
digunakan untuk jalan dan kuburan seluas 15 Ha, pekarangan 25 Ha, dan
yang lainnya sungai. Perincian penggunaan lahan lebih jelas dapat dilihat
pada tabel berikut ini :
Tabel 3. Luas dan penggunaan Lahan Desa Salamkanci No Penggunanan Lahan Luas (Ha)
1 Sawah 215
2 Tanah Kering 88
3 Kuburan 15
4 Pekarangan 25
Sumber : Data Monografi Desa Salamkanci 2010
7. Pemilikan Ternak
Selain bekerja sebagai petani maupun buruh bangunan dan pertokoan,
penduduk Desa Salamkanci sebagian kecil juga memelihara ternak untuk
mata pencaharian dan menampung tenaga kerja dari sekitar penduduk dari
Desa Salamkanci.
42
Ada 2 tempat peternak di wilayah Kanci 1
a. Ternak Ayam Pedaging, 3 pekerja dengan jumlah 11.000 ekor
(1.500 m)
b. Ternak Burung Gemak, 3 pekerja dengan jumlah 10.000 ekor
(11.400 m)
Selain itu juga ada beberapa peternak kecil-kecil yang ada di wilayah
Desa Salamkanci diantaranya ternak itik karena memang wilayah
Salamkanci kebanyakan persawahan sehingga sangat cocok untuk
berternak itik dan untuk menambah penghasilan keluarga untuk
menopang kebutuhan. Cara pemeliharaannya juga masih sangat sederhana
sekali.
Tabel 4.Kepemilikan Ternak Desa Salamkanci No Kepemilikan Ternak Jumlah (ekor)
1 Kerbau 23 ekor
2 Sapi 21 ekor
3 Itik 1.223 ekor
4 Ayam 3.125 ekor
5 Kambing 147 ekor
6 Entok 528 ekor
7 Perikanan 9 bedeng kolam
Sumber : Data Monografi Desa Salamkanci 2010
8. Sarana dan Prasarana Desa
43
Lalu lintas perhubungan ibukota Kecamatan Bandongan dan
kabupaten Magelang dihubungkan dengan jalan dengan kontruksi jalan
beraspal. Sedangkan dari pusat Desa / kantor Desa menuju keseluruhan
dusun dihubungkan dengan jalan keras yaitu betonisasi. Jalan yang ada di
dusun-dusun juga sudah mengalami pengerasan walaupun masih dengan
botonisasi semen.
9. Kelembagaan Desa
Kelembagaan dapat diartiakan organisasi dan aturan main yang
menentukan ruang gerak tersebut dalam mencapai tujuannya. Secara
umum adanya Undang-undang Peraturan Pemerintah. Keputusan
Presiden, Peraturan Daerah dan Keputusan Pimpinan Daerah, adalah
aturan main yang memberi gerak berjalannya organisasi kelembagaan
masyarakat adalah suatu himpunan norma-norma dari tingkatan yang
berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan masyarakat,
dimana wujud kongkritnya adalah asosiasi.
Tabel 5.Lembaga-lembaga yang ada di Desa Salamkanci No Jenis kelembagaan Desa Jumlah Pengurus/
Kader
1 Badan Perwakilan Desa 7 Orang
2 Lembaga Permasyarakatan Masyarakat Desa
13 Orang
3 Lembaga Pemberdayan Perempuan dan Keluarga
24 Orang
4 RT 30 Unit
5 RW 10 Unit
6 KTNA 8 Orang
7 Kelompok Tani 8 Kelompok
8 Kelompok Kesenian 4 Kelompok
44
9 TK 5 Orang
10 SD 17 Orang
11 MI 17 Orang
12 Posyandu 22 Orang
13 Pesantren 15 Orang
14 Kelompok Tani Ternak 50 Orang
15 MTs 11 rang
Sumber : Data Monografi Desa Salamkanci 2010
B. Profil Badan Amil Zakat di Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang
1. Sejarah Badan Amil Zakat
Zakat sebagai salah satu kewajiban yang disyari’atkan agama Islam
kepada umatnya merupakan salah satu bentuk konkrit dari jaminan sosial,
yang jika dikelola dengan baik dimungkinkan dapat membangun
pertumbuhan ekonomi dan pemerataan pendapatan. Pemanfaatan zakat sangat
tergantung pada pengelolaannya, pendayagunaan zakat yang pengelolaannya
baik akan memenuhi fungsingnya sebagai lembaga ibadah sekaligus sebagai
sarana untuk menanggulangi beberapa masalah sosial, oleh karena itu di
perlukan adanya suatu badan atau wadah yang mengelola zakat, di sini di
perlukan adanya campur tangan ulama dan umara’ (pemerintah) tentu dengan
memperhatikan kepentingan dan kemaslahatan umat Islam (Dokumen Bazis
Desa Salamkanci).
Mengingat pentingnya hal tersebut para ulama dan umara’ Desa
Salamkanci dengan tekad yang bulat dilandasi niat untuk menegakkan agama
Allah, terpanggil untuk mendirikan lembaga zakat yang merupakan lembaga
sosial keagamaan. Maka melalui musyawaroh yang dihadiri para ulama dan
45
umara’ serta tokoh-tokoh masyarakat pada hari kamis, tanggal 2 September
1988, disepakati berdirinya suatu organisasi sosial kegamaan yang diberi
nama Badan Amil Zakat Infaq Shadaqoh (BAZIS). Kemudian Bazis ini
diresmikan berdirinya pada tanggal 28 Desember 1988 di Desa Salamkanci
dan disahkan oleh Keputusan Desa dengan Nomor : 2003/03/Kep-Des/III/89.
1. Motivasi pendirian Bazis ini di ilhami beberapa hal, di antaranya :
a. Masyarakat Desa Salamkanci hampir seluruhnyaberagama Islam,
pelaksanaan ibadah seperti sholat, puasa dan zakat serta ibadah
ijtima’iyyah seperti mengeluarkan sodaqoh baik yang wajib
maupun sunah berlangsung dengan baik, namun khusus
menyangkut zakat pelaksanaannya belum seragam, bahkan masih
ada yang belum sesuai dengan aturan semestinya, tentang apa dan
berapa ketentuan yang harus dikeluarkan zakatnya maupun kepada
siapa dan bagaimana zakat itu harus dikeluarkan belum ada
lembaga yang mengurusinya (Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
b. Mata pencaharian penduduk Desa Salamkanci sekitar 57% sebagai
petani baik petani pemilik tanah maupun petani penggarap/buruh
tani. Untuk mengefektifkan distribusi zakat, infaq dan sodaqoh
dalam upaya pengentasan kemiskinan yang notabene buruh tani,
perlu adanya lembaga sosial keagamaan yang menanganinya
(Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
c. Melihat keberhasilan Bazis di tempat lain, seperti di Desa
Putukerjo, Gondanglegi, Malang, Jawa Timur, dan kesedian
Umara’ untuk mengeluarkan zakat dari tanah bengkok, sekaligus
bersedia mengerakkan Bazis.
46
d. Dengan masyarakat yang homogeny religiusitasnya serta peran
ulama yang cukup qualified dan mau berjuang li kalimatillah ( ال
ت ا هللا عال ء كلما ) masyarakat mendukung gagasan-gagasan baru
untuk meningkatkan kualitas agama maupun Desanya (Dokumen
Bazis Desa Salamkanci).
2. Azas, Akidah dan Kedudukan
a. Organisasi ini berazaskan Pancasila.
b. Organisasi ini berakidahkan Islam.
c. Organisasi ini bersifat sosial, independent, dan tidak terikat kepada
Ormas atau Orpol apapun (Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
3. Tujuan
a. Organisasi ini bertujuan mengaktifkan pengamalan-pengamalan
ajaran Islam, terutama di bidang zakat, infaq dan shodaqoh.
b. Organisasi ini bertujuan meringankan beban dan meningkatkan taraf
hidup para du’afa, fuqura’ dan masakin.
c. Organisasi ini bertujuan menjalin ukhuwah Islamiyah (Dokumen
Bazis Desa Salamkanci).
4. Keanggotaan
a. Aparat Desa Salamkanci yaitu : Kades, Sekdes, Kaur, dan Kadus Desa
Salamkanci.
b. Muzaki yaitu umat Islam yang mempunyai penghasilan di wilayah
Desa Salamkanci dan sudah mencapai nisab.
c. Mustahiq zakat yaitu penduduk Desa Salamkanci yang termasuk salah
satu asnaf delapan, sebagaimana dijelaskan dalam al-Quran.
47
d. Donatur tetap yaitu dermawan yang secara rutin mengeluarkan infaq
atau shodaqohnya melalui BAZIS Salamkanci (Dokumen Bazis Desa
Salamkanci).
5. Kewajiban Anggota
a. Patuh dan taat kepada ajaran agama Islam.
b. Menerima, mendukung dan membantu segala langkah
kebijakansanaan BAZIS Desa Salamkanci.
c. Memupuk dan memelihara ukhuwah Islamiyah.
6. Hak-hak Anggota
a. Menghadiri rapat anggota, mengemukakan pendapat dan memberikan
suara.
b. Memilih dan dipilih menjadi pengurus/jabatan lain yang ditetapkan
baginya.
c. Memberikan peringatan dan koreksi kepada pengurus dengan tujuan
yang baik dan dengan cara yang baik pula.
d. Mendapatkan bimbingan pelayanan sesuai dengan ketentuan
(Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
7. Mekanisme pengelolaan zakat
a. Organisasi ini berusaha mengelola zakat dengan mengumpulkan dari
para muzaki (wajib zakat) dengan sistem pasif dan aktif serta
membagikannya kepada mustahiq zakat (orang yang menerima zakat).
b. Organisasi ini berusaha menggali dan menumbuh kembangkan serta
menyalurkan zakat, infaq,dan shodaqoh dengan skala prioritas.
e. Organisasi ini berusaha member motivasi dan mengarahkan
masyarakat untuk berperan aktif dalam melaksanakan program
48
pemerintah, membangun manusia Indonesia seutuhnya (Dokumen
Bazis Desa Salamkanci).
8. Keuangan dan Distribusi
Keuangan diperoleh dari :
1. Para wajib zakat
2. Donatur tetap
3. Sumbangan yang tidak mengikat
4. Usaha-usaha lain yang halal (Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
9. Distribusi
a. Zakat dibagikan kepada 5 asnaf dari 8 asnaf yang ada di Desa
Salamkanci, dengan perincian sebagai berikut :
1) Fuqara’ 75 %
2) Masakin 75%
3) Amil 5% termasuk biaya pengembangan
4) Gharim 10%
5) Sabilillah 10%
b. Infaq digunakan sebagai stimulant pengembangan fisik dengan
pertimbangan skala prioritas program.
c. Shodaqoh untuk memberikan bantuan kepada para du’afa (Dokumen
Bazis Desa Salamkanci).
10. Struktur Bazis Desa Salamkanci
Stuktur dan personalia pengurus bazis Desa Salamkanci periode
2012/2015
DEWAN PERTIMBANGAN
Ketua : Bp. KH.R Muhaimin Asnawi
49
Wakil ketua : Bp. KH. Muslim Ismail
Sekretaris : Bp. KH. M Nadjmudin Khulaimi
Anggota : Bp. H. Zaenudin Sumarno
: Bp. Hadi Mansur
KOMISI PENGAWAS
Ketua : Bp. Mustofa
Wakil Ketua : Bp. H. Asnal Fauzi
Sekretaris : Bp. Totok Sumaryana
Anggota : Bp. Slamet Ahmad
: Bp. Ashadi
BADAN PELAKSANA
Ketua : Bp. HR M Soecipto
Wakil Ketua : Bp. H. Hanif Fanani NH
Sekretaris : Bp. Gufron Tholib. S.Pd
Wakil Sekretaris : Bp. Muthohar
Bendahara : Bp. KH. Ismail Bajuri
Wakil Bendahara : Bp. Muhammad Iryanto
Seksi-seksi :
Zakat : Bp. Drs. Murtadho
: Bp. Shodikin, S.Hi
Infaq : Bp. Abdul Rofiq
: Bp. Khanafi
Sodakoh : Bp. Muh Run
: Bp. Muztahis
Unit Kerja ( Pokja/KK )
50
: 1. KK Bazis Salam I
: 2. KK Bazis Salam II
: 3. KK Bazis Kanci I
: 4. KK Bazis Kanci II
: 5. Bazis Semali
: 6. KK Bazis Karang Duren
: 7. KK Bazis Derepan
: 8. KK Bazis Gotaan
: 9. KK Bazis Semen
: 10. KK Bazis Mudan
: 11. KK Bazis Bolong
: 12. KK Bazis Dalangan du’afa
(Dokumen Bazis Desa Salamkanci).
Dari struktur kepengurusan Bazis Desa Salamkanci di atas adapun tugas
pokok dan fungsi adalah sebagai berikut:
a. Dewan Pertimbangan
1. Fungsi : sebagai penasehat, meliputi aspek syari’ah dan aspek
managerial.
2. Tugas Pokok : memberikan pertimbangan berkenaan dengan
pelaksanaan pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan
ZIS kepada badan pelaksana.
b. Komisi Pengawas
1. Fungsi : sebagai pengawas internal atas operasional kegiatan yang
dilaksanakan badan pelaksana
51
2. Tugas Pokok : mengadakan pengawasan atas pelaksanaan
pengumpulan, pendistribusian dan pendayagunaan zakat oleh
badan pelaksanaan.
c. Badan Pelaksana
1. Fungsi : sebagai pelaksana pengelola zakat, infaq dan shodaqoh
2. Tugas Pokok : menyelenggarakan pengumpulan, pendistribusian
dan pendayagunaan ZIS sesuai dengan ketentuan agama dan
memperhatikan pertimbangan yang disampaikan oleh dewan
pertimbanagn.
3. Unit Kerja (Pokja/KK)
Untuk mengefektifkan kerja organisasi dan pengembangan
kegiatan, pada setiap RW dibentuk kelompok kerja sebagai
memudahkan para muzaki.
C. Objek dan Bentuk Pendistribusian Zakat BAZIS Desa Salamkanci
1. Pendanaan Zakat
Zakat adalah suatu kewajiban yang harus dipenuhi oleh umat Islam
yang mempunyai harta benda menurut ketentuan yang telah ditentukan oleh
orang Islam.
Dalam pengumpulan zakat sesuai dengan intruksi surat at-taubah (9) :
103, pengurus BAZIS menggunakan dua sistem, yaitu :
a. Sistem Pasif
Yang dimaksud pengumpulan zakat dengan sistem pasif ialah
Amil (pengurus BAZIS) menunggu dari para muzaki (wajib zakat)
52
dengan cara menyetor dan diberi batasan tetentu. Cara ini
diperuntukkan bagi muzaki yang sudah sadar akan kewajibannya.
b. Sistem Aktif
Yang dimaksud dengan sistem aktif ialah Amil mendatangi para
muzaki dari rumah ke rumah, bagi yang belum sadar akan
kewajibannya. Sistem yang kedua ini pada saat ini tidak dilakukan
karena sebagian besar muzaki sudah sadar menyetor langsung
kepada BAZIS ( wawancara dengan bapak Gufron Tholib 16 Juli
2012 ).
2. Distribusi Zakat
Sebelum ada BAZIS pembagian zakat di Desa Salamkanci bervariasi,
misalnya zakat padi (makanan pokok) ada yang setelah panen dibagikan
sendiri kepada para tetangga dekatnya bahkan ada juga yang untuk
menambah upah mengetam, tetapi juga ada yang dibagikan melalui
kelompok-kelompok pengajian atau koperasi Baitul Mu’awanah disamping
itu juga ada sebagian kecil yang belum sadar untuk mengeluarkan zakatnya.
Baru setelah ada BAZIS distribusi zakat diatur sebagai berikut :
a. Bagian 75% untuk fakir miskin
75% untuk fakir miskin dibagikan setiap menjelang hari raya,
biasanya tanggal 21 ramadhan melalui KK BAZIS masing-
masing, dengan ketentuan terbuka dihadapan publik serta bersifat
konsumtif, baik berupa uang tunai maupun natural (missal :
peralatan pertanian) dan bersifat produktif baik berupa uang tunai
untuk dikembangkan sebagai modal usaha atau berupa hewan
ternak, atau lainnya.
53
b. Bagian 10% untuk sabilillah/sabililbir
10% untuk sabilillah/sabililbir diwujudkan untuk
pembangunan/perbaikan beberapa masjib, mushola, dan majlis
ta’lim besrta pengasuhnya. Dalam hal ini lebih banyak
menggunakan dana infaq dan shodaqoh.
c. Bagian 10% untuk gharim
10% untuk gharim diberikan kepada panitia kegiatan atau proyek
yang bersifat umum dan mempunyai hutang dengan skala
prioritas, dan secara bergilir misalnya untuk panitia pembangunan
masjid/mushola yang mempunyai hutang.
d. Bagian 5% untuk amil
5% untuk amil dan pengembangan, diwujudkan untuk membeli
buku kas kepada 9 kelompok kerja BAZIS. Namun sering dengan
perkembangannya ada penambahan golongan mustahiq zakat,
yaitu ibnu sabil yang diberikan kepada santri pondok pesantren.
Bagiannya diambilkan dengan mengurangi bagian untuk fakir
miskin, bagian untuk fakir miskin yang tadinya 75% menjadi 70%
dan yang 5% untuk bagian ibnu sabil.
Dengan sistem distribusi zakat yang tiap tahun menjelang hari raya
dibagikan kepada yang berhak sebagaimana yang telah dijelaskan diatas,
maka fungsi BAZIS baru pada tahap mengelola dan mendayagunakannya
untuk keperluan kelangsungan hidup sejahtera bagi fakir miskin. Dengan
demikian hasil pendanaan BAZIS yang dikumpulkan mulai awal tahun, pada
akhir tahun dibagikan kepada yang berhak. Sisa bagian untuk fakir miskin
diberikan kepada fakir miskin yang dianggap paling Masyaqot (paling susah).
54
Sehingga BAZIS tidak mempunyai sisa, kecuali sedikit untuk biaya
administrasi, di sisi lain BAZIS dalam mendistribusikan zakat serta dana
infaq dan shadaqoh dibedakan secara ketat. Zakat hanya diperuntukkan
kepada 8 asnaf (wawancara dengan bapak H. Muslim Ismail 19 Juli 2012).
Sedangkan menyangkut kepentingan umum (maslahat amanah)
seperti pembangunan gardu ronda, perbaikan jalan, gorong-gorong tidak
diambilkan dari harta zakat. Kepentingan masyarakat yang menDesak seperti
penyelenggaraan jenazah juga tidak diambilkan dari harta zakat, tetapi dari
harta infaq dan shadaqoh. Sehubungan dengan sistem zakat yang bersifat
produktif berupa uang tunai yang dikembangkan sebagai modal, pada salah
satu KK BAZIS yaitu KK BAZIS Kanci II dana zakat tersebut dibagikan
melalui anak KK BAZIS (per RT), untuk dikembangkan melalui Koperasi
Fakir Miskin (KFM), koperasi ini menyediakan pinjaman dana untuk modal
usaha bagi para fakir miskin. Karena KFM anggotanya terbatas hanya untuk
fakir miskin saja sebab dananya bersumber dari masyarakat, maka seiring
dengan perkembangannya KFM berubah menjadi Koperasi Unit Bersama
(KUB). Dana yang berasal dari zakat dikembalikan/dibagikan seluruhnya
kepada fakir miskin dan untuk penggalian dana KUB selanjutnya melalui
infaq bergilir agar anggotanya tidak lagi terbatas hanya dari golongan fakir
miskin saja (wawancara dengan bapak H.Muslim Ismail 28 Juli 2012).
Berikut tabel pemasukan zakat Bazis Desa Salamkanci.
Tabel.6 Pemasukan zakat BAZIS Desa Salamkanci tahun 2009/2010
Dari Perangkat Desa Salamkanci Rp. 5.650.000,-
KK Salam I Rp 350.000
55
KK Salam II Rp 350.000
in KK Kanci I Rp 350.000
Sk
KK Kanci II Rp 350.000
Mi KK Semali Rp 350.000
r KK Derepan Rp 335.000
ki KK Gotaan Rp 335.000
Fa
KK Karangduren Rp 335.000
KK Semen Rp 300.000 %
KK Mudan Rp 300.000 70
KK Bolong Rp 300.000 KK Dalangan Rp 300.000
20% Ghorim & Salam 1 Rp 500.000 Sabilillah Sisa Rp 650.000 5% Ibnu Sabil Santri Pondok Rp 282.500
5% Amil Amil & ADMINISTRASI Rp 282.500
JUMLAH Rp 5.650.000
Sumber: Dokumen BAZIS Salamkanci 2010 Distribusi bagian untuk fakir miskin ke dusun dengan
mempertimbangkan kepadatan penduduk masing-masing KK BAZIS. Bagian
untuk sabilillah dan ghorim diberikan bergilir ke tiap-tiap dusun/KK BAZIS.
Pendistribusian kemudian dilanjutkan oleh masing-masing KK BAZIS,
seperti pada salah satu KK BAZIS Desa Salamkanci yaitu KK BAZIS dusun
kanci II (wawancara dengan bapak Muthohar 31 Juli 2012).
Tabel. 7 Pemasukan Zakat Salamkanci Tahun 2009/2010
No Nama Pemasukan Jumlah
1 Saldo Tahun Lalu Rp 103.000
Rp 103.000
2 Dari BAZIS Desa Salamkanci
Rp 350.000
Rp 453.000
3 Dari Muzakki Rp 8.938.500
Rp 9.391.500
Sumber: Dokumen BAZIS tanggal 20 september 2010
56
Tabel. 8 Pembagian Zakat Desa Salamkanci Periode 2009/2010
Prosentasi Penerima Pengeluaran Jumlah
50% Amil dan
Pembagian Rp 451.925 Rp 451.925
10% Sabilillah Rp 903.850 Rp 1.355.775
10% Ghorim Rp 903.850 Rp 2.259.625
Fakir A Rp 2.704.000 Rp 4.963.625
Fakir B Rp 828.000 Rp 5.791.625
Miskin A Rp 2.130.000 Rp 7.921.625
Miskin B Rp 1.402.000 Rp 9.323.625
Sisa Rp 67.875 Rp 9.391.500
Sumber : Dokumen BAZIS tanggal 20 Septenber 2010
Distribusi untuk fakir miskin dibagi rata dengan diklasifikasi menjadi
4 kelompok, seprti untuk tahun 2009-2010 :
1. Fakir A, ditetapkan penghasilannya hanya dapat memenuhi kurang dari
30% dari kebutuhannya, untuk kepala keluarga diberikan Rp.50.000,-
2. Fakir B, diperkirakan penghasilannya hanya dapat memenuhi kurang
dari 50% dari kebutuhannya, untuk kepala keluarga diberikan Rp.
40.000,-
3. Miskin A, diperkirakan penghasilannya hanya dapat memenuhi kurang
dari 70% dari kebutuhannya, untuk kepala keluarga diberikan Rp.
30.000,-
4. Miskin B, diperkirakan penghasilannya hanya dapat memenuhi kurang
dari 80 % dari kebutuhannya, untuk kepala keluarga diberikan Rp.
20.000,-. Ditambah dengan jumlah anggota keluarganya masing-masing
Rp. 10.000,-perkepala.
57
Selain klasifikasi diatas masih ada dua klasifikasi untuk fakir miskin :
Pertama , fakir yaitu orang yang tidak mempunyai penghasilan atau harta
yang produktif untuk memenuhi kebutuhannya. Dan miskin yaitu orang yang
memiliki penghasilan atau harta yang produktif tapi tidak dapat memenuhi
kebutuhannya. Kedua, fakir yaitu orang yang tidak dapat memenuhi
kebutuhannya dan meminta untuk diberi zakat sedangkan miskin yaitu orang
yang tidak memenuhi kebutuhannya tapi tidak minta untuk diberi zakat.
Saldo sebagai cadangan apabila ada yang terlewat dan apabila ternyata tidak
ada maka biasanya setelah hari raya diberikan kepada fakir miskin yang
dianggap paling susah (Masyaqot). Untuk bagian ghorim, muzaki bisa juga
menjadi mustahiq hanya saja untuk Desa Salamkanci yang bisa menerima
zakat atas nama ghorim bukanlah hutang perorangan tapi hutang untuk
kepentingan umum.
D. Faktor Pendukung dan Penghambat
Pengelolaan zakat di Bazis Desa Salamkanci hingga kini belum
memberikan hasil yang optimal. Pengumpulan maupun pemberdayaan dana
zakat masih belum mampu memberikan pengaruh terlalu besar bagi
terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Padahal, pengelolaan zakat telah
ditopang oleh sebuah perangkat hukum yaitu UU No 23 tahun 2011 tentang
Pengelolaan Zakat.
Banyak kendala dan hambatan yang dialami oleh para pengurus Bazis
di Desa Salamkanci untuk menggalang dana zakat dari masyarakat. Faktor
yang mempengaruhi kecilnya kepercayaan masyarakat terhadap
kepengurusan Bazis. Hambatan-hambatan tersebut antara lain:
58
1) Terbatasnya pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan
ibadah zakat
2) Konsepsi zakat yang masih dirasa terlalu sederhana dan tradisional.
Hingga akhirnya dalam pelaksanaannya pun masih sangat
sederhana, yaitu cukup dibagikan langsung sendiri kepada
lingkungannya atau kepada kyai yang disenangi
3) Sifat manusia yang kikir. Sehingga jika kekayaan itu diperoleh atas
jerih payah dalam memeras otak, keringat dan kemampuannya
sendiri, sehingga makin beratlah orang tersebut untuk
mengeluarkan zakatnya
4) Pembenturan kepentingan: dalam konteks ini dimana masyarakat
ketika berkewajiban untuk membayar zakat ada juga kepentingan
yang lain yang harus dipenuhi oleh masyarakat, seperti untuk
membayar tagihan listrik, tagihan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), membayar angsuran kredit motor dan sebagainya.
5) Belum adanya kantor/gedung untuk pengurus Bazis, hal ini
disebabkan kurangnya dukungan dari Pemerintah kota Magelang.
6) Kepercayaan muzaki, dimana banyak muzaki yang masih khawatir
zakat yang diserahkannya hanya dipergunakan oleh amilnya
Disamping itu juga ada faktor-faktor pendukung dalam terlakasananya
para pengurus untuk mengelola zakat demi terwujudnya kesejahteraan
masyarakat. Hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
59
1) Bazis Salamkanci sudah mempunyai peraturan daerah (Perda),
sehingga Bazis Salamkanci mempunyai landasan yang jelas dalam
melaksanakan pengelolaan zakat.
2) banyaknya ulama yang ada di Desa Salamkanci sebagai peran
dalam melakukan sosialisasi terhadap ummatnya tentang
pentingnya zakat.
3) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan professional
4) Manajemen pengelolaan zakat yang baik
5) Fasilitas yang memadai (dana operasional, sarana kerja dan
dukungan kebijakan)
BAB IV ANALISIS TERHADAP PELAKSANAAN DAN PENGELOLAAN ZAKAT
DI BAZIS SALAMKANCI KECAMATAN BANDONGAN KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2012
A. Analisis Pelaksanaan Penyaluran Zakat melalui Badan Amil Zakat
berdasarkan UU No.23 tahun 2011
Sebenarnya kesadaran masyarakat Salamkanci untuk membayar zakat
sangatlah besar, mengingat banyaknya warga untuk selalu membayar zakat
60
dalam setiap kesempatan yang ada. Hal ini disebabkan karena tingginya
kesadaran masyarakat akan makna, tujuan, serta hikmah zakat itu sendiri.
Selain itu, kepercayaan masyarakat yang tinggi kepada Badan Amil Zakat.
Dengan demikian, profesionalisme pengurus Badan Amil Zakat dalam
pelaksanaan pengelolaan zakat memberikan pandangan yang positif kepada
masyarakat yang ingin menyalurkan zakatnya melalui Badan Amil Zakat di
Salamkanci.
Profesionalisme pengurus Bazis Salamkanci ini dibuktikan dengan
adanya Unit Kerja (Pokja/KK) dari masing-masing dusun guna memudahkan
para muzaki yang ingin menyalurkan zakatnya, selain untuk memudahkan
para muzaki, para pengurus Pokja ini sendiri langsung mendatangi para
muzaki yang ingin menyalurkan zakatnya. Misalnya, ketika ada petani yang
sedang memanen hasil pertaniannya dan dari hasil tersebut sudah mencapai
nisob maka pengurus Pokja ini mengingatkan kepada petani untuk membayar
zakat dari hasil panen tersebut.
Keberadaan Bazis di Salamkanci sebagai satu-satunya unit yang
diberi kewenangan mengelola zakat, infaq, dan shadaqoh di lingkungan
Salamkanci, seharusnya bisa menjadi pusat perhatian tersendiri dan
memberikan dampak positif dan menghasilkan produktifitas yang tinggi bagi
para muzaki dan seluruh komponen masyarakat Salamkanci.
Seperti yang sudah penulis sajikan pada Bab III bahwa seluruh
kegiatan yang berkenaan dengan Pengelolaan Zakat harus berpedoman pada
UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Dengan demikian,
keberadaan Bazis di Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten
Magelang sebagai Lembaga Pengelola Zakat, dalam pengelolaannya harus
61
mengacu pada UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat. Berdasakan
UU No.23 tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, maka seluruh Organisasi
Pengelola Zakat (OPZ) harus berada di bawah pengawasan pemerintah atau
Negara, sehingga dana zakat dapat didistribusikan kepada masyarakat.
Dalam hal pelaksanaan pengelolaan ZIS para pengurus Bazis
Salamkanci sudah sesuai dengan pasal 27 tentang pendayagunaan zakat,
dikarenakan Bazis Salamkanci juga melaksanakan edaran Bupati tentang
BAZDA, dalam edaran tersebut bahwa agar dana ZIS dapat tersalurkan
sampai kepada Mustahiq dan dapat berdaya guna serta berhasil guna, maka
pendistribusiannya harus selektif untuk kebutuhan konsumtif dan produktif.
Dalam pasal 3 UU No. 23 tahun 2011, disebutkan bahwa tujuan dari
pengelola zakat adalah; Pertama, meningkatkan efektivitas dan efisiensi
pelayanan dalam pengelolaan zakat. Kedua, meningkatkatkan manfaat zakat
untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan
kemiskinan. Dalam hal ini Bazis Salamkanci dalam pendistribusian zakat
bisa dikatakan belum sesuai apa yang diharapkan dalam pasal 3 UU No. 23
tahun 2011 ayat kedua; meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan kemiskinan. Dimana dalam
pendistribusian zakat yang dilakukan oleh para pengurus Bazis Salamkanci
itu di distribusikan pada 1 tahun sekali, itu artinya para mustahiq yang
mendapatkan zakat dari pendistribusian Bazis tersebut tidak bisa untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupannya dan tidak bisa meningkatkan taraf
kehidupan serta untuk menanggulangi kemiskinan.
B. Analisis Pengaruh UU No.23 tahun 2011 Tentang Pengelolaan Zakat di
Kabupaten Magelang tahun 2012
62
Berdasarkan tulisan Airin yang terdapat dalam Suara Merdeka 12
Agustus 2012 dan yang dapat penulis simpulkan bahwa Badan Amil Zakat
Nasional (BAZNAS) bersama IPB menyimpulkan menyimpulkan, potensi
zakat umat Islam Indonesia mencapai Rp 217 triliun, namun yang berhasil
dihimpun pada 2010 baru Rp 1,5 triliun. Tahun 2011, zakat yang
dikumpulkan Baznas meningkat 15,33 persen menjadi Rp 1,73 triliun.
Artinya, zakat yang terkumpul dari seluruh wajib zakat (muzaki) belum ada
satu persennya. Kemanakah sebagian besar zakat tersalurkan? Betulkah
kesadaran muzaki untuk membayar zakat masih rendah? Bisa jadi, banyak
zakat yang terkumpul di Lembaga Amil Zakat (LAZ) yang dibentuk oleh
masyarakat tapi belum dilaporkan ke Baznas. Sesuai pasal 19 UU No. 23
tahun 2011 tentang Pengelolaan Zakat, LAZ wajib melaporkan pengumpulan,
pendistribusian, dan pendayagunaan zakat yang telah diaudit kepada Baznas
secara berkala. Hanya saja, apakah kewajiban itu sudah dilaksanakan oleh
para penanggung jawab LAZ? Menurut UU tersebut, pendirian pendirian
LAZ dan mekanisme pelaporannya kepada Baznas diatur dalam peraturan
pemerintah (PP). Sayangnya, PP itu sampai sekarang belum ada. Dalam
struktur kelembagaan pengelolaan zakat secara nasional, kehadiran LAZ
diperlukan untuk membantu Baznas dalam pengumpulan, pendistribusian,
dan pendayagunaan zakat. Dengan sarana dan prasarana Baznas yang masih
terbatas, networking yang belum merata, dan pengawasan atas LAZ yang
masih lemah, tidak mengherankan jika zakat yang terkumpul secara resmi
oleh Baznas masih sangat kecil. Baznas sendiri sebagai operator zakat
sebenarnya memiliki kredibilitas yang bagus. kelemahan utama manajemen
zakat di negeri ini adalah aspek kelembagaannya. Sistem manajemen belum
63
terbentuk, karena regulasinya saja belum lengkap. Institusi pengelola zakat
yang terpusat pada Baznas sesuai prinsip yang terintegrasi, sebagaimana
kehendak UU, belum merata.
Seperti masalah-masalah yang terjadi pada Baznas nasional diatas
bahwa UU No 23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat belum memberikan
pengaruh yang positif di kabupaten Magelang, hal ini terjadi karena
kurangnya pengawasan pemerintah kota Magelang terhadap lembaga-
lembaga pengelola zakat, dalam UU No 23 tahun 2011 pasal 34 Bab V ayat
(1), (2), (3) bahwa peran pemerintah dalam pengawasan lembaga-lembaga
pengelola zakat sangatlah penting, selain melakukan pengawasan hal yang
juga tak kalah pentingnya peran pemerintah dalam melaksanakan pembinaan
terhadap lembaga-lembaga pengelola zakat, dalam hal ini pembinaan bisa
meliputi fasilitasi, sosialisasi,serta edukasi. Hal ini terbukti dengan bahwa
belum adanya kantor atau tempat tersendiri bagi para lembaga-lembaga
pengelola zakat yang ada di kota Magelang, selama ini para lembaga-lembaga
pengelola zakat yang ada di kota Magelang masih menjadi satu tempat
dengan lembaga yang lain sebagai contoh lembaga pengelola zakat yang ada
di Salamkanci kecamatan Bandongan kabupaten Magelang ini belum
mempunyai kantor atau tempat sendiri, padahal lembaga tersebut telah berdiri
sejak lama dan telah melakukan kegiatan pengelolaa zakat yang sesuai
dengan UU yang berlaku. selama ini lembaga pengelola zakat yang ada di
tersebut masih menjadi satu kantornya dengan pihak kelurahan.
C. Analisis Faktor Penghambat dan Pendukung Pelaksanaan Pengelolaan
Zakat melalui Badan Amil Zakat di Salamkanci Kecamatan Bandongan
Kabupaten Magelang Tahun 2012
64
Pelaksanaan zakat di Salamkanci relative sudah berjalan dengan baik,
hal tersebut di pengaruhi beberapa faktor, di antaranya Bazis Salamkanci
sudah mempunyai peraturan daerah (Perda) sehingga Bazis Salamkanci
mempunyai landasan yang jelas dalam melaksanakan pengelolaan zakat.
Menurut penulis faktor yang tidak kalah penting juga adalah peran ulama
yang ada di Salamkanci dimana para ulama selalu melakukan sosialisasi
terhadap ummatnya tentang pentingnya zakat, faktor manajemen pengelolaan
yang baik serta SDM yang terampil dan professional serta dukungan dari
masyarakat.
Menurut Undang-undang Pengelolaan Zakat tugas pokok dari BAZ
adalah mengumpulkan, mendistribusikan, dan mendayagunakan zakat sesuai
dengan ketentuan agama. apabila tugas-tugas tersebut dilaksanakan secara
professional maka hal itu akan dapat mewujudkan tujuan pengelolaan zakat
sebagaimana diamanatkan oleh UUPZ. Yaitu Pertama, meningkatnya
pelayanan bagi masyarakat dalam menunaikan zakat,. Kedua, meningkatnya
fungsi dan peranan pranata keagamaan dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan masyarakat dan keadaan sosial. Ketiga, meningkatnya hasil
guna dan daya guna zakat.
Dalam kenyataannya BAZ Salamkanci banyak menghadapi kendala
untuk melakukan pengelolaan zakat secara professional guna mewujudkan
tujuan pengelolaan zakat seperti yang terdapat dalam UU pengelolaan zakat.
Fasilitas atau sarana dan prasarana yang masih kurang, fasiltas di sini
mencakup perlengkapan fisik dan biaya operasional, hal ini mengakibatkan
masyarakat umum khususnya Desa Salamkanci yang ingin berkonsultasi
tentang masalah zakat menjadi bingung, ini terbukti dengan masih adanya
65
masyarakat Desa Salamkanci yang masih terbatasnya pengetahuan berkaitan
dengan zakat. Di samping itu BAZ Desa Salamkanci belum memiliki dana
yang mencukupi untuk membiyai operasionalisasi sehari-hari termasuk untuk
melakukan sosialisasi Undang-undang Pengelolaan Zakat ke masyarakat luas.
Selama ini biaya operasional masih diambilkan dari hasil pengumpulan zakat
yang memang tidak begitu besar. Karena bantuan dana dari pemerintah tidak
ada. Padahal dalam Undang-undang dinyatakan bahwa dalam upaya untuk
menunjang pelaksanaan tugas Badan Amil Zakat pemerintah wajib
membantu biaya operasionalnya (Pasal 31).
Masih adanya masyarakat yang kurang memahami tentang zakat
disebabkan kurangnya peran para pengurus Bazis dalam memberikan
penyuluhan guna membantu masyarakat agar memiliki pengetahuan tentang
segala sesuatu yang berkenaan dengan zakat dan juga memberikan pandangan
modern dan paradigma baru tentang zakat. Dengan tujuan agar masyarakat
dapat memahami betapa pentingnya pengelolaan zakat yang dapat
memberikan manfaat yang besar guna kemaslahatan umat dan tercapainya
kesejahteraan, selain itu agar dapat tersosialisasinya Undang-Undang Zakat
dan berbagai program yang dicanangkan pemerintah
66
BAB V PENUTUP
A. Simpulan
Sesudah menguraikan hal-hal yang berkenaan dengan zakat dan
pengelolaan zakat dan infaq atau shadaqah di BAZIS desa Salamkanci
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang maka dapat dikemukakan beberapa
kesimpulan.
1. Pelaksanaan Penyaluran Zakat yang ada di Bazis Desa Salamkanci
Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang sudah sesuai syariat Islam dan
ketentuan undang-undang yang berlaku, hal ini dibuktikan dengan
digunakannya dua sistem yang dijelaskan dalam surat At-Taubah ayat (9):
103 dimana pengurus bazis menggunakan sistem Pasif dan sistem Aktif.
2. Pengaruh UU No.23 tahun 2011 tentang pengelolaan zakat belum
memberikan pengaruh yang positif di Kabupaten Magelang, hal ini terbukti
dengan belum adanya kantor sendiri bagi lembaga-lembaga pengelola zakat,
seperti BAZIS yang ada di Desa Salamkanci belum mempunyai kantor
sendiri bagi para pengurus Bazis, sehingga dalam pasal 34 ayat (3)
Pembinaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) meliputi
fasilitas, sosialisasi, dan edukasi, belum sepenuhnya dijalankan oleh
Pemerintah Kabupaten Magelang.
3. Faktor penghambat dalam pengelolaan zakat yang ada di Bazis Desa
Salamkanci, dalam melaksanakan tugas para pengurus Bazis Desa
Salamkanci tidak dengan mudah untuk mewujudkan tujuan dari Undang-
undangan yang berlaku, dimana dijelaskan dalam pasal 3 ayat (2) yaitu
67
meningkatkan manfaat zakat untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakat
dan penanggulangan kemiskinan, faktor tersebut yaitu;
a) Terbatasnya pengetahuan masyarakat yang berkaitan dengan ibadah
zakat
b) Sifat manusia yang kikir. Sehingga jika kekayaan itu diperoleh atas
jerih payah dalam memeras otak, keringat dan kemampuannya sendiri,
sehingga makin beratlah orang tersebut untuk mengeluarkan zakatnya
c) Pembenturan kepentingan: dalam konteks ini dimana masyarakat
ketika berkewajiban untuk membayar zakat ada juga kepentingan
yang lain yang harus dipenuhi oleh masyarakat, seperti untuk
membayar tagihan listrik, tagihan Perusahaan Daerah Air Minum
(PDAM), membayar angsuran kredit motor dan sebagainya.
d) Belum adanya kantor/gedung untuk pengurus Bazis, hal ini
disebabkan kurangnya dukungan dari Pemerintah kota Magelang.
e) Kepercayaan muzaki, dimana banyak muzaki yang masih khawatir
zakat yang diserahkannya hanya dipergunakan oleh amilnya
4. Faktor pendukung dalam pelaksanaan penyaluran zakat, demi terwujudnya
kesejahteraan masyarakat dan meningkatkan efektivitas pelayanan dalam
pengelolaan zakat.
6) Bazis Salamkanci sudah mempunyai peraturan daerah (Perda),
sehingga Bazis Salamkanci mempunyai landasan yang jelas dalam
melaksanakan pengelolaan zakat.
68
7) Banyak ulama yang ada di Desa Salamkanci berperan sebagai
fasilitator dalam melakukan sosialisasi terhadap ummatnya tentang
pentingnya zakat.
8) Sumber Daya Manusia (SDM) yang terampil dan professional
9) Pengelolaan zakat yang tertata dengan baik
10) Fasilitas yang memadai (dana operasional, sarana kerja dan
dukungan kebijakan).
B. Saran
1. Karena zakat dan infaq atau shadaqah yang merupakan bagian dari nilai
ajaran Islam yang telah dituangkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun
2011, tentang Pengelolaan Zakat dan Infaq atau Shadaqah, maka diharapkan
kepada umat Islam khususnya di desa Salamkanci perlu memberikan respons
positif terhadap pelaksanaan perundang-undangan dan peraturan daerah
tersebut.
2. Campur tangan pemerintah diperlukan dalam pengelolaan zakat karena
pengelolaan zakat adalah perbuatan hukum publik yang merupakan
wewenang dan tanggung jawab pemerintah atau lembaga yang disahkan oleh
pemerintah.
3. Untuk pemerintah kota supaya lebih memperhatikan lembaga-lembaga
pengelola zakat yang ada dengan memberikan fasilitas yang memadai sarana
kerja serta dukungan kebijakan.
69
DAFTAR PUSTAKA Anshori, Abdul Ghofur. 2006. Hukum dan Pemberdayaan Zakat. Yogyakarta:
Nuansa Aksara. Arikunto, Suharsami. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:
Rineka Cipta. Ash-Shiddieqy. 1984. Pedoman Zakat. jakarta: Bulan Bintang. Dasuki, Hafid. 1996. Ensiklopedi Hukum Islam Jilid I. Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve. Departemen Agama RI. 1969. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Jakarta: Jamunu. Hafidhuddin, Didin. 2002. Zakat dalam Perekonomian Modern. Jakarta: Gema Insani. Tim IAIN Raden Intan. 1990. Pengelolaan Zakat Mal Bagian Fakir Miskin. Lampung. Khasanah, Umrotul. 2010. Manjemen Zakat Modern. Malang: Maliki Press. Mufraini, M. Arif. 2006. Akuntansi dan Manajemen Zakat. Jakarta: Kencana prenada
Media Group. Moleong, Lexi.J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Moleong, Lexi.J. 2011. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda
Karya. Nazir Ph.D, Moh. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Permono, Sjechul Hadi. 1993. Pemerintah Republik Indonesia Sebagai Pengelola
Zakat. Jakarta: Pustaka Firdaus. Qardawi, Yusuf. 1991. Hukum Zakat. terjemahan oleh Salman Harun. Jakarta:
Lentera Antar Nusa dan Mizan. Sunarto, Achmad. 1993. Terjemah Shahih Bukhori Juz II. Semarang: CV Asy Syifa’ Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2011 Tentang Pengelolaan
Zakat. 2012. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia. http//aliboron.wordpress.com/2010/10/26/pengelolaan-zakat-di-indonesia-perspektif-
peran-negara/. http//basrimangun. Blogspot.com/2011/12/uu-pengelolaan-zakat-2011.html. www. Baznas. or.id. www. Baznasgo.com Dokumen Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang Dokumen BAZIS Desa Salamkanci Kecamatan Bandongan Kabupaten Magelang