pegaruh penanaman disiplin terhadap kreativitas anak usia

42
1 PEGARUH PENANAMAN DISIPLIN TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA PRASEKOLAH Tugas Akhir Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Prasyarat Kelulusan pada Progran Diploma II Oleh: Syarifatul ulfah 1403204056 PENDIDIKAN GURU TAMAN KANAK-KANAK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2 0 0 6

Upload: iamtanthowi

Post on 14-Jun-2015

1.399 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

PEGARUH PENANAMAN DISIPLIN TERHADAP KREATIVITAS ANAK USIA PRASEKOLAH

Tugas Akhir Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Prasyarat Kelulusan pada Progran Diploma II

Oleh: Syarifatul ulfah 1403204056

PENDIDIKAN GURU TAMAN KANAK-KANAK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2006

1

HALAMAN PENGESAHAN

Tugas Akhir berjudul Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah setelah mendapat koreksi dan perbaikan seperlunya dinyatakan sah sebagai prasyarat kelulusan pada program Diploma II Pendidikan Guru Taman Kanak-Kanak Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Disahkan di semarang pada:

Hari

:

Tanggal :

Mengetahui, Dosen pembimbimg, Dosen penguji,

Drs. Sukardi, M.Pd, NIP. 131676923

Amirul Mukminin, S.Pd, NIP. 132307557

Ketua Program Studi D2 PGTK

Dra. Hj. Sri S. Dewanti, H, M.Pd

2

SARI

Syarifatul Ulfah, NIM: 1403204056, jurusan PGTK Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang tahun 2004-2006. Judul Tugas Akhir: Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah. Pembimbing: Drs. Sukardi, M.Pd. Kata Kunci: pengaruh, disiplin, dan kreativitas Kenyataan yang ada di masyarakat ada taman kanak-kanak yang menerapkan dan menetapkan peraturan dan ada juga taman kanak-kanak yang memberikan kebebasan kepada anak didiknya untuk melakukan sesuatu sesuai dengan bakat dan minatnya sehingga merangsang imajinasinya untuk menghasilkan produk-produk kreatifnya. Kreativitas tersebut diharapkan tidak bertentangan dengan disiplin yang perlu diterapkan pada anak usia dini. Akan tetapi, kenyataanya disiplin sering ditafsirkan sama dengan hukuman yang merupakan alat efektif untuk menegakkan disiplin dengan tujuan agar anak dapat bertingkah laku sesuai dengan aturan yang berlaku. Penulisan tugas akhir ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengaruh penanamn disiplin terhadap kretivitas anak usia prasekolah. Disiplin memiliki lima unsur pokok yaitu (1) peraturan, (2) kebiasaan, (3) hukuman, (4) penghargaan, dan (5) konsistensi. Tujuan dari peraturan adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu. Kreativitas tidak bertentangan dengan disiplin dan mengikuti peraturan yang ditentukan. Kreativitas tidak berarti kebebasan untuk melakukan segala sesuatu dengan semaunya. Anak usia prasekolahpun harus belajar disiplin dan mengikuti norma-norma dan aturan-aturan yang ditentukan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Hal-hal yang mendukung kreativitas yang berkaitan dengan disiplin adalah: (1) kemampuan bekerja keras, (2) berpikir mandiri, dan (3) pantang menyerah. Cara penanaman yang umumnya digunakan yaitu disiplin negatif dan disiplin positif. Sedangkan menurut Hurlock dalam bukunya Perkembangan Anak, cara menanamkan disiplin ada tiga yaitu: (1) disiplin otoriter, (2) disiplin permisif, dan (3) disiplin demokratis. Faktor-faktor yang mempengaruhi cara penanamn displin yaitu: (1) kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua, (2) penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok, (3) usia orang tua dan guru, (4) pendidikan untuk menjadi orang tua dan guru, (5) jenis kelamin, (6) status sosioekonomi, (7) konsep mengenai orang dewasa (8) jenis kelamin anak, (9) usia anak dan (10) situasi. Menanamkan disiplin secara otoriter dapat meyebabkan hubungan antara orang tua dan anak kurang harmonis dan anak kurang mendapatkan pengakuan dari orang tua sehingga anak malas bahkan takut untuk berkreasi.

3

Disiplin secara permisif dengan memberikan kebebasan kepada anak menjadikan anak manja dan kehilangan kreativitasnya. Cara penanaman disiplin yang sesuai untuk digunakan adalah disiplin demokratis dengan memberikan penghargaan kepada anak dan adanya sikap terbuka menjadikan anak percaya diri tegas bersahabat dan dapat mendorong daya kreatif anak untuk berkembang. Berdasarkan pemaparan dalam penulisan ini, beberapa saran yang sekiranya dapat dijadikan pertimbangan yaitu: (1) dalam mengembangan disiplin dan kreativitas hendaknya memperhatikan tahap perkembangan anak, (2) dalam menanamkan disiplin sebaiknya menggunakan disipin demokratis.

4

MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO: Hidup adalah perjuangan Isilah hari ini dengan ilmu yang bermanfaat dan amal yang sholeh dan jangan tunda besok hingga lepas waktumu sekarang dan menjadi hari kemarin dan tidak akan kembali selamanya Hargailah anak-anakmu dan perhaluslah budi pekertinya (H.R. Muslim)

PERSEMBAHAN: 1. Bapakku Ashfihani dan ibuku Fatimah yang membiayai studiku dan selalu mendoakanku 2. Kakakku Heri Rudi Atmoko dan tunanganku Joko Santoso yang selalu mendukung dan menyayangiku 3. Drs. Sukardi,M.Pd yang telah membimbingku dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini 4. Keluarga besar H. Hadi Purnomo dan Hj. Inamah yang selalu memotivasi dan membantuku dalam setiap hal 5. Teman-temanku seperjuangan di progam studi PGTK 6. Pembaca yang budiman

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir yang berjudul Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah dengan lancar. Dalam menyusun Tugas Akhir ini, tentunya tidak lepas dari bantuan, dorongan serta bimbingan dari berbagai pihak. Maka dari itu penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada: 1. Ketua Jurusan Progam Studi PGTK, Dra. Sri Sulastri Dewanti Handayani,M.Pd. 2. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Drs. Sukardi, M.Pd. 3. Sahabatku Riyanti, Nuraeni, dan Ipunk yang telah membantu dan memberikan motivasi dalam penyelesaian Tugas Akhir ini Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna karena keterbatasan kemampun penulis. Untuk itu, saran dan kritik yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan Tugas Akhir ini. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihakyang membaca.

Semarang, Juli 2006

Penulis

6

DAFTAR ISI

halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................. i HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... ii SARI........................................................................................................... iii MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................................ v KATA PENGANTAR .............................................................................. vi DAFTAR ISI ............................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ..................................................................... 1 B. Rumusan Masalah ................................................................ 2 C. Tujuan .................................................................................. 3 D. Pembatasan Masalah ............................................................ 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Hakikat Anak Usia Prasekolah, Disiplin dan kreativitas ............................................................................. 4 B. Karakteristik Kreativitas dan Disiplin pada Anak Usia Prasekolah ............................................................................ 7 C. Unsur-unsur Disiplin ............................................................ 9 BAB III PEMBAHASAN A. Hubungan Antara Disiplin dan Kreativitas ........................... 14 B. Cara Penanaman Disiplin Terhadap Anak Usia Prasekolah. 17

7

C. Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Cara

Penanaman

Disiplin ................................................................................ 24 D. Pentingnya Penanaman Disiplin dan Pengembangan

Kreativitas Bagi Anak Usia Prasekolah .............................. 26 E. Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah .................................................................... 30 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................... 32 B. Saran ..................................................................................... 33 DAFTAR PUSTAKA

8

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Anak usia prasekolah adalah masa keemasan (golden age) yang mempunyai arti penting dan berharga karena masa ini merupakan pondasi bagi masa depan anak. Masa ini anak memiliki kebebasan untuk berekspresi tanpa adanya suatu aturan yang menghalangi dan membatasinya . Kenyataan yang ada di masyarakat, bahwa taman kanak-kanak menerapkan dan menetapkan peraturan. Contohnya anak harus memakai pakaian seragam, anak harus mengerjakan pekerjaan rumah, dan sebagainya sehingga menyebabkan anak tertekan dan menimbulkan kebosanan karena anak harus melakukan semuanya itu tanpa mengetahui tujuannya. Kenyataan lain ada taman kanak-kanak yang memberikan kebebasan kepada anak didiknya untuk melakukan sesuatu sesuai bakat dan minatnya sehingga akan merangsang pikiran dan imajinasinya yang memungkinkan akan menghasilkan produk-produk kreatifnya. Kreativitas di atas diharapkan tidak bertentangan dengan disiplin yang perlu diterapkan pada anak usia dini karena akan menimbulkan suatu kebiasaan yang dapat diteladani. Hal ini sesuai dengan Hurluck (1999: 83) yang mengatakan bahwa disiplin merupakan kebutuhan mutlak di masa kanakkanak. Akan tetapi kenyataanya, disiplin sering ditafsirkan sama dengan

9

hukuman yang merupakan alat efektif untuk menegakkan disiplin dengan tujuan agar anak dapat bertingkah laku sesuai aturan yang berlaku. Hal ini berarti jika anak melakukan suatu aturan ada unsur keterpaksaan dari anak karena takut dengan hukuman, bukan atas dasar kesadaran anak itu sendiri. Sehingga keadaan seperti ini memungkinkan akan membatasi kreativitas anak. Kenyataanya kreativitas bagi anak usia prasekolah merupakan suatu prioritas yang harus dikembangkan karena dengan kreativitas anak akan dapat menemukan solusi-solusi atas permasalahan yang menimpa dirinya. Selain itu anak yang kreatif mampu menemukan dan menciptakan sesuatu yang baru yang belum pernah ada sebelumnya. Fenomena di atas, mendiskripsikan bahwa disiplin mempunyai pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak usia prasekolah

terutama dalam hal kreativitas. Sesuai dengan diskripsi tersebut, penulis akan membahas sebuah permasalahan yang berjudul Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah.

B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dapat disusun suatu permasalahan bagaimana disiplin yang diterapkan pada anak usia prasekolah mempengaruhi kreativitas anak.

10

C. Tujuan Tujuan penulisan makalah ini adalah mendiskripsikan pengaruh penanaman disiplin terhadap kreativitas anak usia prasekolah.

D. Pembatasan Masalah Berdasarkan permasalahan yang akan dibahas penulis membatasi usia prasekolah adalah 4-6 tahun (usia TK) sedangkan kajiannya terbatas pada dampak dari penanaman disiplin terhadap kreativitas anak secara psikologis.

11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Dan Hakikat Anak Usia Prasekolah, Disiplin, dan Kreativitas 1. PengertianAnak Usia Prasekolah Anak usia prasekolah adalah anak usia 4-6 tahun di mana pada usia ini anak telah mencapai kematangan dalam berbagai fungsi motorik dan diikuti dengan perkembangan intelektual dan sosioemosional. Selain itu, imajinasi intelektual dan keinginan anak untuk mencari tahu dan bereksplorasi terhadap lingkungan juga merupakan ciri utama anak pada usia ini. 2. Hakikat Anak Usia Prasekolah Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sangat jarang bahkan mustahil ditemukan dua pribadi yang memiliki kesamaan meskipun dua pribadi tersebut adalah kembar. Perbedaan tersebut dapat bersifat turunan yang diwariskan dari orang tua anak dan dapat pula disebabkan dari hasil pengalaman yang diperoleh anak baik dalam lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Setiap anak juga terlahir dengan potensi yang berbeda, memiliki kelebihan, bakat, dan minat sendiri. Ada anak yang berbakat menari, menyanyi, mengganbar, dsb.

12

Anak usia prasekolah mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat baik fisik maupun mental. Ada 7 aspek perkembangan anak yaitu: fisik motorik intelektual moral emosional sosial bahasa kreativitas Dari ketujuh aspek perkembangan di atas kreativitas masuk di dalamnya sehingga dapat difahami betapa pentingnya kreativitas bagi anak usia prasekolah. 3. Pegertian Disiplin Poerwadarminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 28) mengartikan kata disiplin adalah latihan batin dan watak dengan maksud supaya segala perhatian anak selalu mentaati tata tertib di sekolah. Sedangkan menurut Hurlock (1999: 82) dalam bukunya Perkembangan Anak mengartikan perilaku disiplin yakni perilaku seseorang yang belajar dari atau secara sukarela mengikuti seorang pemimipin. Dalam hal ini, anak merupakan murid yang belajar dari orang dewasa tentang hidup menuju kearah kehidupan yang berguna dan bahagia dimasa mendatang.

13

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah tata tertib atau peraturan yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk melatih watak anggota yang ada dalam lembaga kependidikan. Pokok utama dari disiplin adalah peraturan. 4. Hakikat Disiplin Disiplin adalah suatu cara untuk membangun anak agar dapat mengembangkan pengendalian diri. Dengan menggunakan disiplin anak dapat memperoleh suatu batasan untuk memperbaiki tingkah lakunya yang salah. Disiplin juga mendorong, membimbing, dan membantu agar anak memperoleh kepuasan karena kepatuhannya dan mengajarkan kepada anak bagaimana berfikir secara teratur (Anonimous, 2003: 140). Tetapi dalam prakteknya disiplin sering dihubungkan dengan sikap yang tegas dan keras dari hukuman yang merupakan alat efektif untuk menegakkan disiplin yaitu agar anak dapat bertingkah laku sesuai aturan yang berlaku. 5. Pegertian Kreativitas Anderos (1961: 13) memberikan definisi tentang kreativitas adalah proses yang dilakukan oleh seorang individu ditengah-tengah

pengalamannya dan yang menyebabkannya untuk memperbaiki dan mengembangkan dirinya. Berbeda dengan Rogers (1959: 18) yang mengartikan kretivitas adalah apa yang dibangun dan dihasilkan darinya suatu hasil cipta yang baru.

14

Dudek (2005: 29) menekankan bahwa pada dasarnya kreativitas anakanak bersifat ekspresionis, bukan kreativitas. Ini dikarenakan

pengungkapan (ekspresi) yang merupakan sifat yang dilahirkan dan dapat berkembang melalui latihan-latihan. Ekspresi ini disebut spontanitas, terbuka, tangkas, dan sportif. Dengan demikian, kreativitas adalah segala pemikiran baru, cara, pemahaman atau model baru yang dapat disampaikan, kemudian digunakan dalam kehidupan. 6. Hakikat Kreativitas Kreativitas merupakan suatu kemampuan yang tersusun dan terdiri dari faktor-faktor yang dapat menambah kemampuan anak untuk berkreasi. Seperti kemampuan untuk memperbarui sesuatu yang sebenarnya telah diketahui dan disepakati, kemampuan untuk

memperbarui kembali dan menciptakan hubungan-hubungan yang baru atas sesuatu yang telah diketahui, kemampuan untuk cepat tanggap terhadap segala prinsip yang baru, kemampuan untuk bersikap fleksibel dan berekspresi secara bebas, dan kemampuan untuk tanggap terhadap permasalahan-permasalahan yang melingkupi seseorang.

B. Karakteristik Kreativitas Dan Disiplin Pada Anak Usia Prasekolah 1. Karakteristik Kreativitas a. Peka terhadap berbagai permasalahan yang terjadi

15

b. Mampu memperluas jaringan pemikirannya dari yang biasa menjadi luar biasa, juga memiliki kemampuan yang besar dalam memberikan respon yang berbeda dalam menghadapi berbagai situasi, pemikiran, dan problematika. c. Peka terhadap keindahan 2. Karakteristik Disiplin Salah satu konsep penting yang harus ditanamkan pada masa kanak-kanak adalah harus menyesuaikan diri melalui proses perkembangan sesuai usia dirinya adalah konsep tentang disiplin. Fenomena yang tampak pada perkembangan disiplin masa kanak-kanak antara lain: disiplin melalui cerita fiktif maupun sebenarnya dapat diajak bertukar pikiran, konsekuensi yang harus diterima apabila berbuat salah dan benar disiplin melalui kegiatan sehari-hari. Contohnya: - anak mulai patuh terhadap peraturan orang tua dan lingkungan sosialnya (schaeffer, 1994: 42) - dapat merapikan kembali mainan yang telah digunakan - mencuci tangan sebelum dan sesudah makan

16

C. Unsur-unsur disiplin Disiplin sebagai upaya pengembangan anak untuk berperilaku sesuai dengan aturan dan norma yang diterapkan oleh masyarakat mempunyai 5 unsur yaitu: 1. Peraturan Salah satu unsur pokok disiplin adalah peraturan. Peraturan adalah ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan untuk menata tingkah laku seseorang dalam suatu kelompok, organisasi, institusi atau komunitas. Tujuanya adalah membekali anak dengan pedoman perilaku yang disetujui dalam situasi tertentu (Hurlock, 1999: 85). Peraturan mempunyai dua fungsi yaitu pertama, peraturan

mempunyai nilai pendidikan, sebab peraturan memperkenalkan pada anak perilaku yang disetujui anggota masyarakat. Misalnya anak beajar dari peraturan tentang memberi dan mendapat bantuan dalam tugas sekolahnya. Bahwa menyerahkan tugas yang dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima sekolah untuk menilai prestasi. Kedua, peraturan membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan. Bila peraturan tersebut merupakan peraturan keluarga bahwa tidak seorang anakpun boleh mengambil mainan milik saudaranya tanpa sepengetahuan dan izin si pemilik, anak segera belajar bahwa hal ini dianggap perilaku yang tidak diterima karena mereka dimarahi atau dihukum bila melakukan tindakan terlarang ini. Agar peraturan dapat memenuhi kedua fungsi tersebut

17

di atas, peraturan itu harus dimengerti, diingat dan diterima oleh anak. 2. Kebiasaan-kebiasaan Kebiasaan ada yang bersifat tradisional dan ada pula yang bersifat modern. Kebiasaan tradisional dapat berupa kebiasaan menghormati dan memberi salam kepada orang tua. Sedangkan yang bersifat modern berupa kebiasaan bangun pagi, menggosok gigi, dan sebagainya. 3. Hukuman Hukuman terjadi karena kesalahan, perlawanan atau pelanggaran yang disengaja. Ini berarti bahwa orang itu mengetahui bahwa perbuatan itu salah namun masih dilakukan. Anonymous, (2003: 157) mengemukakan bahwa tujuan dari hukuman adalah menghentikan anak untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku agar anak jera baik secara biologis maupun psikologis. Hukuman mempunyai tiga peran penting dalam perkembangan disiplin anak. Fungsi pertama adalah menghalangi. Hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak diinginkan. Bila anak menyadari bahwa tindakan tertentu akan mendatangkan hukuman, mereka biasanya urung melakukan tindakan tersebut karena teringat akan hukuman yang dirasakannya diwaktu lampau akibat tindakan tersebut. Fungsi hukuman kedua adalah mendidik. Sebelum anak

18

mengerti peraturan, mereka dapat belajar bahwa tindakan tertentu benar dan yang lain salah dengan mendapat hukuman karena

melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila mereka melakukan tindakan yang diperbolekhan. Aspek edukatif lain dari hukuman yang sering kurang diperhatikan adalah mengajar anak membedakan besar kecilnya kesalahan yang diperbuat mereka. Kriteria yang diterapkan anak adalah frekuensi dan beratnya hukuman. Beratnya hukuman membuat mereka mampu membedakan kesalahan yang serius dan yang kurang serius. Fungsi hukuman yang ketiga adalah memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak diterima masyarakat. Pengetahuan tentang akibat-akibat tindakan yang salah diperlukan sebagai motivasi untuk menghindari kesalahan tersebut. Bila anak mampu mempertimbangkan tindakan alternatif dan akibat masing-masing alternatif, mereka harus belajar memutuskan sendiri apakah suatu tindakan yang salah cukup menarik untuk dilakukan. Jika mereka memutuskan tidak, maka mereka akan mempunyai motivasi untuk menghindari tindakan tersebut. 4. Penghargaan Penghargaan adalah unsur disiplin yang sangat penting dalam pengembangan diri dan tingkah laku. Penghargaan tidak harus berupa materi tetapi dapat juga berupa kata-kata pujian atau senyuman. Penghargaan mempunyai tiga peranan penting dalam

19

mengajar anak berperilaku sesuai dengan aturan yang berlaku. Pertama, penghargaan mempunyai nilai mendidik. Bila suatu tindakan disetujui, anak merasa bahwa hal itu baik. Kedua, penghargaan berfungsi sebagai motivasi untuk mengulangi perilaku yang disetujui. Karena anak bereaksi positif terhadap persetujuan yang dinyatakan dengan penghargaan, dimasa mendatang mereka berusaha untuk berperilaku dengan cara yang akan banyak memberinya penghargaan. Dan ketiga, penghargaan berfungsi untuk memperkuat perilaku yang disetujui secara sosial. Bila anak harus belajar berperilaku secara sosial, ia harus merasa bahwa berbuat demikian cukup menguntungkan baginya. Karenanya penghargaan harus digunakan untuk membentuk asosiasi yang menyenangkan dengan perilaku yang diinginkan. 5. Konsistensi Unsur kelima dari disiplin adalah konsistensi dalam berbagai aturan dan pelaksanaannya. Konsistensi menunjukkan kesamaan dalam isi dan penerapan sebuah aturan. Konsistensi terhadap aturan harus ada diantara semua pihak yang menjalankan aturan tersebut. Konsistensi dalam disiplin mempunyai dua peran penting. Pertama, ia mempunyai nilai mendidik yang besar. Bila peraturannya konsisten, ia memacu proses belajar. Ini disebabkan karena nilai pendorongnya. Kedua, konsistensi mempunyai nilai motivasi yang kuat. Anak yang menyadari bahwa penghargaan selalu mengikuti perilaku yang

20

disetujui dan hukuman selalu mengikuti perilaku yang dilarang, ia akan mempunyai keinginan yang jauh lebih besar untuk menghindari tindakan yang dilarang dan melakukan tindakan yang disetujui daripada anak yang merasa ragu mengenai bagaimana reaksi terhadap tindakan tertentu.

21

BAB III PEMBAHASAN

A. Hubungan Antara Disiplin Dan Kreativitas Hal yang paling penting harus disadari orang tua dan guru ialah bahwa setiap anak memiliki potensi kreatif. Beberapa anak memilikinya lebih

daripada yang lain, tetapi tidak ada anak yang tidak kreatif sama sekali. Terutama anak-anak usia prasekolah sebenarnya sangat kreatif, mereka memiliki kreativitas alamiah. Sayangnya banyak orang tua dan guru yang kurang menyadari atau kurang dapat menghargai kreativitas anak. Mereka lebih menginginkan anak yang selalu patuh dan melakukan hal-hal yang diinginkan orang tua atau melakukan hal-hal yang sama seperti anak lain. Orisinalitas kurang dapat diterima, dianggap menyulitkan, dan bahkan dapat berbahaya. Dengan meningkatnya tekanan-tekanan dari luar (dari orang dewasa), lingkungan anak menjadi semakin tertutup, spontanitas dan inisiatifnya berkurang. Karena itu semua tidak dikehendaki oleh anak, mereka menjadi kehilangan minat terhadap hal-hal baru dalam lingkungan mereka. Tanpa menyadarinya, orang dewasa yang bermaksud baik, dengan dalih menanamkan disiplin dan kepatuhan, tidak memberi kesempatan benih-benih kreativitas anak tumbuh dan berkembang.

22

Ini tidak berarti bahwa disiplin dan kepatuhan tidak penting. Disinilah sering terjadi kesalahpahaman tentang arti dan makna kreativitas. Kreativitas tidak bertentangan dengan disiplin dan mengikuti peraturan yang ditentukan. Hidup dalam masyarakat memang menuntut anggotanya mentaati aturanaturan yang disepakati. Tetapi, seyogianya orang tua dan guru

mempertimbangkan dulu sejauh mana suatu peraturan betul-betul perlu dan sejauh mana diberlakukan secara mutlak. Kreativitas tidak berarti kebebasan untuk melakukan segala sesuatu dengan semaunya. Anak usia prasekolahpun harus belajar disiplin dan mengikuti norma-norma dan aturan-aturan yang ditentukan di rumah, sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan deskripsi di atas, dapat difahami bahwa pada hakikatnya disiplin tidak bertentangan dengan kreativitas. Justru kreativitas memerlukan sikap dan perilaku disiplin karena untuk menghasilkan karya-karya kreatif diperlukan ketekunan. Hal-hal yang dapat mendukung kreativitas yang berkaitan dengan disiplin antara lain: 1. Kemampuan bekerja keras Orang sering menganggap bahwa orang kreatif selalu santai hanya memperoleh informasi. Mereka santai dalam arti mereka senang melakukan apa yang dilakukan dan tidak tegang. Tetapi mereka bekerja keras untuk mewujudkan produk-produk yang kreatif.

23

2. Berpikir mandiri Orang kreatif berpikir mandiri yaitu mereka mempunyai pendapat sendiri, percaya pada diri sendiri, dan terbuka pada ide-ide baru dari orang lain. 3. Pantang menyerah Orang kreatif selalu berusaha untuk mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan, tidak takut menghadapi kegagalan, dan tidak mundur jika ada rintangan di tengah jalan. Oleh karena itu, dalam membina anak agar menjadi manusia yang tangguh dan produktif, tidak hanya kecerdasan dan kecakapan dalam bidang tertentu yang diperlukan tetapi juga kreativitas dalam berfikir. Ada beberapa ciri perilaku yang mencerminkan kreativitas anak usia prasekolah yaitu: Senang menjajaki lingkungannya Mengamati dan memegang segala sesuatu, mendekati segala macam tempat, seakan-akan haus akan pengalaman Rasa ingin tahu yang besar, karena itu mereka sering mengajukan pertanyaan, dan seakan-akan tidak pernah puas dengan jawaban yang diberikan, yang menyebabkan banyak orang tua merasa tidak berdaya menghadapi pertanyan anaknya Anak usia prasekolah bersifat spontan dan menyatakan pikiran dan perasaannya sebagaimana adanya, tanpa merasakan hambatan.

24

-

Anak usia prasekolah selalu ingin mendapatkan pengalamanpengalaman baru, ia senang berpetualang dan terbuka terhadap rangsangan-rangsangan baru, yang sering mencemaskan orang tuanya.

-

Mereka sering melakukan eksperimen. Hal ini tampak dari perilakunya yang senang mencoba-coba dan melakukan hal-hal yang sering membuat orang tua atau gurunya keheranan dan tidak jarang pula mereka merasa tidak berdaya menghadapi tingkah laku anak seperti suka mambongkar-bongkar barang kesayangan ayah, ibu, kakak, atau alat permainannya sendiri, sehingga kadang-kadang sukar diperbaiki lagi.

-

Anak usia prasekolah jarang merasa bosan, ia senang melakukan bermacam-macam hal.

-

Anak usia prasekolah mempunyai daya imajinasi tinggi. Namun sering orang tua dan guru kurang menghargai fantasi anak, dan lebih menginginkan anak belajar hal-hal yang nyata dan bermanfaat. Orang tua dan guru sebagai pendidik perlu memahami arti kreativitas serta memiliki ketrampilan untuk membantu dan mendorong anak mengungkapkan daya kreatifnya.

B. Cara Penanaman Disiplin Terhadap Anak Usia Prasekolah Cara dan kebiasaan orang tua, guru, dan masyarakat dalam membentuk disiplin anak tergantung pada pengalaman, sikap, karakter, dan pribadinya.

25

Umumnya cara pembentukan perilaku disiplin dikelompokkan menjdi dua yaitu: 1. Disiplin Negatif Setiap keluarga maupun sekolah mempunyai masalah tentang tingkah laku anak yang tidak sesuai dengan standar yang telah ditentukan. Untuk mengatasi hal tersebut, mereka menggunakan disiplin yang salah. Namun, kebanyakan mereka tidak menyadari bahwa mereka telah mengajarkan anak dengan cara disiplin yang negatif, berupa hukuman fisik dan kata-kata yang dapat merugikan perkembangan anak. Menggunakan hukuman pada anak sebenarnya merupakan intervensi yang sangat buruk dan tidak tepat. Dengan memberi hukuman, orang tua dan guru tidak dapat mengubah perilaku anak yang tidak baik menjadi baik. Bahkan hukuman dapat membuat perilaku anak menjadi lebih buruk. Ini merupakan realita yang ada dimasyarakat bahwa kebanyakan guru di taman kanak-kanak bukan lulusan dari pendidikan anak usia dini dan belum pernah mengenal metode dalam menangani tingkah laku yang kurang baik. Mereka melihat hukuman sebagai hal yang wajar dan merupakan satu-satunya cara untuk menekan tingkah laku dan membentuk disiplin pada anak. Perlakuan-perlakuan seperti menekan anak, mengomeli, mengancam merupakan mekanisme yang muncul sebagai bentuk penegakan disiplin yang sebenarnya lebih terkait dengan ketidakpuasan orang tua ataupun guru atas perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan mereka.

26

2. Disiplin Positif Pembentukan disiplin dengan cara-cara yang positif tergantung pada pengalaman, pengetahuan, sikap, dan watak orang tua dan guru. Hallowel (2002: 173) berpendapat bahwa mereka yamg menggunakan disiplin positif selalu memulai dengan kesabaran, cinta dan kepedulian. Apabila orang tua dan guru mengajarkan dan menanamkan disiplin melalui kemarahan maka cara demikian akan menghasilkan kebingungan dan ketakutan pada anak. Mereka harus belajar mengatasi kemarahan dan mengubahnya dengan kesabaran sebagai kunci dari disiplin positif. Pemberian hukuman pada anak bukanlah cara yang tepat untuk menghentikan tingkah laku yang kurang baik yang ditunjukkan anak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kesabaran dan pengertian adalah hal yang sangat penting dalam proses pembelajaran disiplin anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu orang tua atau guru mengajarkan dan menanamkan disiplin, anak belum mengerti dan memahami tentang disiplin. Untuk itu mereka harus memperhatikan tingkat perkembangan anak. Menggunakan pendekatan disiplin positif akan menciptakan atmosfir yang positif dan akan menghasilkan disiplin diri anak yang kondusif. Memberi pujian pada anak apabila mereka telah melakukan sesuatu dan tidak menyalahkan mereka karena telah berbuat kesalahan merupaka cara untuk mendorong anak mencoba kembali melakukan sesuatu.

27

Nelson (1997: 175) berpendapat bahwa disiplin positif merupakan suatu pendekatan yang efektif untuk mengajarkan anak agar memiliki disiplin diri, tanggungjawab, kerjasama, dan kemampuan memecahkan masalah. Konsep positif dari disiplin adalah sama dengan pendekatan dan bimbingan karena menekankan pertumbuhan dari dalam, disiplin diri, dan pengendalian diri yang kemudian akan melahirkan motivasi dari dalam serta dapat menumbuhkan kematangan. Marion (1991: 176) mengatakan bahwa disiplin positif adalah cara yang dilakukan orang dewasa yang memperlakukan anak dengan respek dan harga diri. Ini merupakan tindakan yang berpusat pada anak dan tidak egois, berpusat pada apa yang dibutuhkan anak dan tidak menekan pada apa yang diinginkan atau dibutuhkan orang tua. Berkenaan dengan hal tersebut di atas, dapat difahami bahwa disiplin positif adalah berpusat pada pengajaran dan bukan pada hukuman. Dengan disiplin positif anak diberikan informasi yang benar agar mereka dapat belajar dan mempraktekkan tingkah laku yang benar. Selain itu, dapat diajarkan pada anak bagaimana membina hubungan yang baik. Contohnya saling menghargai, bekerjasama dan rasa hormat pada orang yang lebih tua. Sedangkan menurut Hurlock (1999: 93) dalam bukunya yang berjudul Perkembangan Anak, cara menanamkan disiplin pada anak ada tiga yaitu:

28

1. Disiplin Otoriter Orang tua yang otoriter ditandai dengan selalu melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Orang tua tipe ini tidak mendorong sikap untuk memberi dan menerima (Djiwandono 1989:24). Menurut Danny (1986:96), disiplin secara otoriter mempunyai aturan yang kaku dari orang tua. Kebebasan anak dibatasi, orang tua memaksa anak berperilaku sesuai dengan keinginan mereka. Apabila aturan tersebut dilanggar, mereka biasanya akan memberi hukuman fisik kepada anak. Namun, apabila anak patuh pada aturan orang tua, mereka tidak memberikan hadiah atau ganjaran kepada anak. Mereka beranggapan bahwa sudah sewajarnya apabila anak patuh kepada orang tua. Akibatnya hubungan antara orang tua dan anak kurang harmonis dan anak kurang mendapatkan pengakuan dari orang tua. 2. Disiplin Permisif Tipe orang tua yang permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Orang tua tidak pernah memberi aturan dan arahan kepada anak. Semua keputusan diserahkan kepada anak tanpa pertimbangan dari orang tua. Anak tidak mengetahui perbuatan dan perilakunya itu benar atau salah karena orang tua tidak pernah membenarkan atau

menyalahkannya. Marsono (193:18) menjelaskan bahwa orang tua yang permisif adalah orang tua yang bersifat mengalah, menuruti semua keinginan anak, dan melindungi secara berlebihan. Dengan demikian,

29

dapat diketahui bahwa orang tua yang permisif yaitu orang tua yang memberikan kebebasan penuh kepada anak untuk berbuat sekehendak hatinya. Mereka selalu menerima, membenarkan atau mungkin tidak peduli terhadap perilaku anaknya sehingga mereka tidak pernah memberikan sangsi atau ganjaran kepada anak. Mereka tidak mengontrol sikap dan kurang memberikan bimbingan dan arahan kepada anaknya. Bagi orang tua yang permisif, apa yang mereka lakukan merupakan protes terhadap orang tua yang otoriter yang menerapkan peraturan secara kaku dan keras pada anak-anak mereka sendiri. Dalam hal seperti itu, anak sering tidak diberi batas-batas yang mengatur apa saja yang boleh dilakukan. Mereka mengizinkan anak untuk mengambil keputusan sendiri dan berbuat sekehendak mereka. 3. Disiplin Demokratis Menanamkan disiplin dengan cara demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. Pada waktu yang sama, mereka menentukan aturan mereka sendiri, mendapatkan kebebasan untuk mengemukakan pendapat, gagasan, keinginan, perasaan serta kebebasan untuk menanggapi pendapat orang lain. Dalam hal ini, peran orang tua sebagai pemberi pendapat dan pertimbangan terhadap aktivitas anak. Dengan demikian orang tua yang demokratis menempatkan anak pada posisi yang sama. Artinya hak dan

30

kewajiban orang tua dan anak adalah sama. Anak selalu diikutsertakan untuk berpendapat dan berdialog membicarakan masalah-masalah dalam keluarga terutama yang menyangkut anak itu sendiri. Antara orang tua dan anak mempunyai sikap keterbukaan dan saling memberi sehingga anak merasakan adanya pengakuan terhadap dirinya. Orang tua yang demokratis selalu memperhatikan perkembangan anak dan secara bertahap mengontrol dan memberikan bimbingan dan motivasi kepada anak agar ia dapat hidup secara mandiri. Sesuai dengan hal di atas, metode demokratis menggunakan penjelasan, diskusi dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku tertentu diharapkan. Metode ini lebih menekankan aspek edukatif dari disiplin daripada aspek hukuman. Bila anak masih kecil, mereka diberi penjelasan mengenai peraturan-peraturan yang harus dipatuhi dengan kata-kata yang dapat dimengerti. Misalnya bila ada peraturan bahwa anak tidak boleh menyentuh kompor di dapur, mereka harus diberitahu bahwa perbuatan itu akan menyakiti mereka atau diperlihatkan dengan mendekatkan tangan mereka pada kompor. Dengan bertambahnya usia, mereka tidak hanya diberi penjelasan tentang peraturan melainkan juga diberi kesempatan untuk menyatakan pendapat mereka tentang peraturan. Contohnya bila peraturan itu berbeda dengan peraturan teman mereka, orang tua memberi kesempatan anak untuk mengemukakan mengapa mereka merasa tidak perlu mematuhi peraturan yang tidak berlaku bagi teman mereka. Bila

31

alasan mereka masuk akal, orang tua yang demokratis biasanya mau mengubah peraturan yang ada. Disiplin yang demokratis menggunakan hukuman dan penghargaan dengan penekanan yang lebih besar pada penghargaan. Hukuman tidak pernah keras dan biasanya tidak berbentuk hukuman badan. Hukuman hanya digunakan bila terdapat bukti bahwa anak secara sadar menolak melakukan apa yang diharapkan orang tua. Bila perilaku anak memenuhi standar yang diharapkan, orang tua yang demokratis akan menghargainya dengan pujian atau pernyataan persetujuan yang lain.

C.

Faktor Faktor Yang Mempengaruhi Cara Penanaman Disiplin Penanaman disiplin pada anak usia prasekolah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: Kesamaan dengan disiplin yang digunakan orang tua Bila orang tua dan guru merasa bahwa orang tua mereka berhasil mendidik mereka dengan baik, mereka menggunakan tehnik yang serupa dalam mendidik anak asuhan mereka. Bila mereka merasa tehnik yang digunakan orang tua mereka salah, biasanya mereka beralih ke tehnik yang berlawanan. Penyesuaian dengan cara yang disetujui kelompok Semua orang tua dan guru, terutama mereka yang masih muda dan tidak berpengalaman lebih dipengaruhi oleh apa yang anggota kelompok

32

mereka dianggap cara yang terbaik daripada oleh pendirian mereka mengenai apa yang terbaik. Usia orang tua dan guru Orang tua dan guru yang muda cenderung lebih demokratis dan permisif dibandingkan dengan mereka yang lebih tua. Pendidikan untuk menjadi orang tua dan guru Orang tua yang telah mendapat kursus dalam mengasuh anak akan lebih mengerti anak dan kebutuhannya. Mereka juga menggunakan tehnik demokratis dalam menanamkan disiplin dibandingkan dengan orang tua yang tidak mendapat pelatihan dalam mengasuh anak. Jenis kelamin Wanita pada umumnya lebih mengerti anak dan kebutuhannya dibandingkan pria dan mereka cenderung kurang otoriter. Hal ini berlaku untuk orang tua dan guru maupun pengasuh anak. Status sosioekonomi Orang tua dan guru kelas menengah dan rendah cenderung lebih keras, memaksa, dan kurang toleran dibandingkan mereka yang dari kelas atas yang lebih konsisten. Semakin berpendidikan, semakin mereka menyukai disiplin demokratis. Konsep mengenai peran orang dewasa Orang tua yang mempertahankan konsep tradisional mengenai peran orang tua, cenderung lebih otoriter dibandingkan orang tua yang telah menganut konsep yang lebih modern. Guru yang yakin bahwa harus ada

33

tata cara yang kaku dalam kelas lebih banyak menggunakan disiplin otoriter dibandingkan guru yang mempunyai konsep mengajar yang demokratis. Jenis kelamin anak Orang tua pada umumnya lebih keras terhadap anak perempuan daripada terhadap anak laki-lakinya. Begitu pula para guru cenderung lebih keras terhadap anak perempuan. Usia anak Disiplin otoriter jauh lebih umum digunakan untuk anak kecil daripada untuk mereka yang lebih besar. Apapun tehnik yang disukai, kebanyakan orang tua dan guru merasa bahwa anak kecil tidak dapat mengerti penjelasan, sehingga mereka memusatkan perhatian mereka pada pengendalian otoriter. Situasi Ketakutan dan kecemasan biasanya tidak diganjar hukuman. Sedangkan sikap menantang, negativisme, dan agresi kemungkinan lebih

mendorong pengendalian yang otoriter.

D.

Pentingnya Penanaman Disiplin Dan Pengembangan Kreativitas Bagi Anak Usia Prasekolah 1. Pentingnya Penanaman Disiplin Keyakinan bahwa anak-anak memerlukan disiplin dari dahulu sudah ada, tetapi terdapat perubahan dalam sikap mengenai mengapa mereka memerlukannya. Pada masa lampau, dianggap bahwa disiplin

34

diperlukan untuk menjamin bahwa anak akan menganut standar yang telah ditetapkan masyarakat dan yang harus dipatuhi anak agar ia tidak ditolak masyarakat. Sekarang telah diterima bahwa anak membutuhkan disiplin bila mereka ingin bahagia dan menjadi orang yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplinlah mereka belajar berperilaku dengan cara yang diterima masyarakat dan sebagai hasilnya mereka diterima oleh anggota kelompok sosial mereka. Disiplin diperlukan untuk perkembangan anak karena ia memenuhi beberapa kebutuhan tertentu. Dengan demikian, disiplin memperbesar kebahagiaan dan penyesuaian pribadi dan sosial anak. Beberapa kebutuhan masa kanak-kanak yang dapat diisi oleh disiplin antara lain: Disiplin memberikan rasa aman dengan memberitahukan apa yang boleh dan yang tidak boleh dilakukan Disiplin membantu anak menghindari perasaan bersalah dan rasa malu akibat perilaku yang salah. Perasaan yang pasti mengakibatkan rasa tidak bahagia dan penyesuaian yang buruk. Disiplin memungkinkan anak hidup menurut standar yang disetujui kelompok sosial dan dengan demikian memperoleh persetujuan sosial. Dengan disiplin anak belajar bersikap menurut cara yang akan mendatangkan pujian yang akan ditafsirkan anak sebagai tanda kasih sayang dan penerimaan. Hal ini esensial bagi penyesuaian yang berhasil dan kebahagiaan.

35

-

Disiplin yang sesuai dengan perkembangan berfungsi sebagai motivasi bagi anak untuk mencapai apa yang diharapkan darinya.

-

Disiplin membantu anak mengembangkan hati nurani yang merupakan pembimbing dalam pengambilan keputusan dan

pengendalian perilaku. Secara psikososial, setiap anak memiliki kebutuhan dasar yang dapat dilayani melalui disiplin. Bahkan dapat dikatakan bahwa disiplin sesungguhnya adalah kebutuhan intrinsik dan kebutuhan ekstrinsik bagi perkembangan anak. Kebutuhan intrinsik artinya melalui disiplin anak dapat berfikir, menata dan menentukan sendiri tingkah laku sosialnya sesuai dengan tata tertib dan kaedah-kaedah tingkah laku dalam masyarakat. Sedangkan kebutuhan ekstrinsik artinya dalam

kehidupannya anak akan bertanya dan meminta petunjuk tentang arah tingkah lakunya. Disinilah disiplin berfungsi memberi penerangan agar tingkah laku anak tidak tersesat dan menimbulkan suasana hidup yang tidak menyenangkan bagi anak. Dengan adanya disiplin anak akan memperoleh penyesuaian pribadi, sosial dan institusional yang lebih baik. Penyesuaian pribadi artinya anak dapat mengembangkan kemampuan pribadinya secara optimal dan mewujudkan kemampuan itu sesuai dengan tuntutan dan harapan masyarakat. Penyesuaian sosial artinya anak dapat membangun hubungan dan interaksi sosial secara efektif berdasarkan aturan dan norma-norma sosial yang berlaku di lingkungannya. Penyesuaian

36

institusional artinya anak dapat hidup dan menyesuaikan pertumbuhan diri dan interaksi sosialnya dengan syarat-syarat, aturan dan norma yang ditetapkan oleh institusi. Dalam hal ini fungsi pokok disiplin adalah mengajar anak untuk menerima pengekangan yang diperlukan dan membantu mengarahkan anak kejalur tingkah laku yang berguna dan dapat diterima secara personal, sosial dan institusional(Hurlock;1999: 83). 2. Pentingnya Pengembangan Kreativitas Terdapat sejumlah alasan perlunya pengembangan kreativitas dilakukan sejak usia dini. Alasan pengembangan kreativitas yang dirumuskan Munandar(1999: 15) yaitu: Kreativitas untuk Merealisasikan Perwujudan Diri Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah perwujudan diri. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi sehingga karyanya diakui oleh orang lain. Kreativitas Untuk Memecahkan Suatu Permasalahan Kreativitas kemungkinan merupakan kemampuan untuk melihat berbagai

penyelesaian

terhadap

suatu

permasalahan.

Kemampuan untuk melihat berbagai kemungkinan itu perlu dikembangkan sejak dini. Namun pendidikan sekarang dirasakan belum mampu mewujudkan peserta didiknya menjadi kreatif.

37

-

Kreativitas Untuk Memuaskan Diri Keberhasilan anak dalam melakukan percobaan, penelusuran, dan berbagai upaya lainnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak.

-

Kreativitas Untuk Meningkatakan Kualitas Hidup Melaui kreativitas dimungkinkan anak dapat meningkatkan kualitas hidupnya. Hal ini sebagai akibat dari aktivitas yang dilakukannya. Orang kreatif akan mempunyai banyak ide yang dapat dikembangkan sehingga memiliki kemungkinan untuk memperoleh kesejahteraan yang lebih baik dibandingkan orang yang tidak kreatif.

E. Pengaruh Penanaman Disiplin Terhadap Kreativitas Anak Usia Prasekolah 1. Disiplin Otoriter Orang tua yang menerapkan disiplin secara otoriter dapat mengakibatkan: Hubungan antara orang tua dan anak yang kurang harmonis Orang tua yang terlalu keras dengan menggunakan metode yang kasar dan menghukum anak untuk mencapai tujuan mereka, kemungkinan dapat membuat anak mematuhi apa yang mereka inginkan. Namun, walaupun dipermukaannya anak terlihat menurut di bawahnya mungkin tersimpan rasa takut dan tertekan yang dapat menyebabkan anak kehilangan inisiatifnya dalam berkreasi. Anak kurang mendapatkan pengakuan dari orang tua

38

Orang tua yang tidak pernah memberikan pengakuan dan penghargaan kepada anak mereka menjadikan anak malas berkreasi. Karena kreativitas berhubungan erat dengan hasil karya, sedangkan orang tua tidak pernah mengakui dan menghargainya menyebabkan anak malas bahkan takut untuk menciptakan sesuatu yang baru sehingga anak tidak mempunyai kreativitas. 2. Disiplin Permisif Orang tua yang menanamkan disiplin secara permisif, dengan memberikan kebebasan tanpa batas kepada anak untuk berbuat dan berperilaku mengakibatkan anak akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan keinginannya sendiri, tidak perduli apakah perilakunya itu benar atau salah sehingga menjadikan anak menjadi manja. Kebebasan memang sesuai dengan konsep kreativitas. Akan tetapi kreativitas tidak berarti kebebasan tanpa batas untuk melakukan segala sesuatu semaunya. Jika hal ini sudah terjadi, maka anak akan kehilangan inisiatif dan kreativitasnya. 3. Disiplin Demokratis Pengaruh penanaman disiplin dengan cara demokratis menurut

Djiwandono (1989:25) yaitu anak menjadi independen, bersahabat, dapat bekerja sama dengan orang tua, tegas, mempunyai rasa percaya diri yang tinggi, serta berorientasi pada prestasi yang dapat mendorong daya kreatifnya berkembang.

39

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Disiplin dan kreativitas bukanlah dua hal yang saling bertentangan. Kreativitas membutuhkan disiplin karena untuk menghasilkan karya-karya kreatif memerlukan ketekunan. 2. Unsur-unsur disiplin terdiri dari: peraturan kebiasaan hukuman penghargaan konsistensi

3. Hal-hal yang mendukung kreativitas yang berkaitan dengan disiplin yaitu: Kemampuan bekerja keras Berpikir mandiri Pantang menyerah

40

4. Cara penanaman disiplin dan pengaruhnya terhadap kreativitas anak usia prasekolah Disiplin Otoriter Adanya peraturan yang kaku dari orang tua mengakibatkan anak menjadi takut dan merasa tertekan sehingga anak kehilangan inisiatifnya untuk berkreasi Disiplin Permisif Adanya kebebasan tanpa batas dari orang tua menjadikan anak menjadi manja sehingga kreativitas anak akan menghilang Disiplin Demokratis Adanya sikap terbuka dan penghargan kepada anak menjadikan anak percaya diri, tegas, bersahabat, dan dapat mendorong daya kreatif anak untuk dapat berkembang

B. Saran 1. Menanamkan disiplin dan mengembangkan kreativitas adalah hal yang penting bagi masa depan anak. Karena itu, orang dewasa harus memperhatikan kondisi dan tahap perkembangan anak agar keduanya dapat tertanam dan berkembang serta tidak saling bertentangan. 2. Dalam menanamkan disiplin kepada anak usia prasekolah sebaiknya orang dewasa menggunakan disiplin demokratis karena cara ini akan merangsang daya kreatif anak untuk berkembang.

41

DAFTAR PUSTAKA

Abdussalam Al-Khalili, Amal. 2005. Mengembangkan Kreativitas Anak. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar Freeman, Joan, dan Munandar, Utami. 2001. Cerdas dan Cemerlang. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Hurlock, Elizabeth. B. 1999. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga Sujiono, Bambang, dan Nurani, Yuliani Sujiono. 2005. Mencerdaskan Anak Usia Dini. Jakarta: Elex Media Komputindo Kelompok Gramedia Suratno, Drs. 2005. Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi Wantah, J. Maria. 2005. Pengembangan Disiplin Dan Pembentukan Moral Pada Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi

42