pdrb kabupaten luwu 2013 (berdasarkan lapangan usaha)

130
.

Upload: lapposadaruddin

Post on 22-Nov-2015

167 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

Buku PDRB

TRANSCRIPT

  • .

  • BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAHKABUPATEN LUWU

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTOKABUPATEN LUWU 2013

    (BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Ukuran Buku : 21 cm x 15 cm

    Jumlah Halaman : xii + 114 Halaman

    Naskah : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu

    Penyunting : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu

    Gambar Kulit : Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu

    Diterbitkan Oleh : Badan Perencanaan Pembangunan DaerahKabupaten Luwu

    Dicetak Oleh :

    Catatan:

    Boleh dikutip dengan menyebutkan sumbernya.

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) iii

    SAMBUTAN BUPATI LUWU

    Publikasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN

    LUWU 2013 (BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) merupakan salah

    satu informasi yang sangat bermanfaat bagi kepentingan pemerintah,

    kalangan swasta, lembaga pendidikan, serta masyarakat luas.

    Dalam rangka memantau perkembangan pembangunan khususnya

    pembangunan ekonomi dari tahun ke tahun, diperlukan angka Produk

    Domestik Regional Bruto (PDRB) dan Pendapatan Perkapita Penduduk,

    dimana angka tersebut merupakan parameter yang mencerminkan tingkat

    pertumbuhan ekonomi dan tingkat pendapatan masyarakat.

    Dengan tersedianya angka PDRB Kabupaten Luwu tahun 2012 ini,

    patut kita syukuri dan sambut baik sebagai salah satu piranti perencanaan,

    guna menjabarkan pembangunan yang semakin kompleks.

    Saya ucapkan terima kasih dan penghargaan kepada pihak penyusun

    dan semua yang terlibat, dengan harapan pada masa yang akan datang

    dapat lebih ditingkatkan. Kepada para pengguna saya harapkan pula kiranya

    produk ini diberdayakan untuk kemajuan pembangunan daerah Kabupaten

    Luwu khususnya dan pembangunan nasional pada umumnya.

    Belopa, Juli 2013BUPATI LUWU,

    Ir. H. ANDI MUDZAKKAR, M. H.

  • iv PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU

    BAPPEDA Kabupaten Luwu sebagai salah satu komponen perancang

    arah dan sasaran pembangunan dalam rangka menjabarkan kebijakan

    nasional yang selaras dengan aspirasi masyarakat. Untuk melaksanakan tugas

    tersebut sangat membutuhkan informasi dan fakta pertumbuhan ekonomi

    baik secara global maupun per sektor lapangan usaha serta kontribusi sektor

    tersebut dalam menunjang pertumbuhan ekonomi. Hal tersebut merupakan

    bahan kajian dan analisis guna penentuan kebijakan dan perencanaan.

    Publikasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN

    LUWU 2013 (BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) merupakan salah

    satu acuan dasar bagi para pengambil/penentu kebijakan dalam

    merencanakan pembangunan di masa yang akan datang, khususnya dalam

    pelaksanaan otonomi dan bahan evaluasi hasil pembangunan yang telah

    dilaksanakan. Mengingat pentingnya publikasi ini dan kerja sama yang telah

    terjalin baik selama ini sehingga terwujudnya publikasi ini perlu terus digalang

    dan ditingkatkan. Dan akhirnya, kami ucapkan terima kasih kepada semua

    pihak yang telah membantu sehingga publikasi ini dapat diterbitkan, semoga

    bermanfaat bagi kita semua.

    Belopa, Juli 2013KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU,

    Drs. H. ANDI MUSAKKIR, M. M.NIP. 19581231 198303 1 204

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) v

    PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN LUWU

    Publikasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN

    LUWU 2013 (BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) berhasil dihitung dan

    diterbitkan kembali berkat kerja sama yang baik antara BPS Kabupaten Luwu

    dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu, serta bimbingan dari BPS

    Provinsi Sulawesi Selatan dan juga dukungan dari berbagai pihak.

    Angka yang tersaji dalam publikasi ini telah melalui proses

    rekonsiliasi di tingkat provinsi beserta semua kabupaten/kota lainnya dalam

    lingkup Provinsi Sulawesi Selatan. Dengan demikian, keseimbangan serta

    kelayakan data baik antara daerah dengan data di tingkat Provinsi Sulawesi

    Selatan maupun antar daerah itu sendiri semakin konsisten. Informasi yang

    dirilis dalam publikasi ini antara lain meliputi Tinjauan PDRB, Perkembangan

    Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi, Struktur Ekonomi, dan PDRB Perkapita

    Penduduk Kabupaten Luwu selama tahun 2008 2012.

    Kepada semua pihak yang membantu hingga publikasi ini

    diterbitkan, kami ucapkan banyak terima kasih, dan untuk kesempurnaan

    pada masa datang diharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para

    pengguna. Semoga publikasi ini membawa manfaat bagi kita semua.

    Belopa, Juli 2013KEPALA BPS KABUPATEN LUWU,

    HASIMI, S. Sos.NIP. 19610224 198203 1 001

  • vi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    DAFTAR ISI

    HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

    HALAMAN KATALOG PUBLIKASI ......................................................................................ii

    SAMBUTAN BUPATI LUWU ..............................................................................................iii

    SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KABUPATEN LUWU ............................................................iv

    PENGANTAR KEPALA BPS KABUPATEN LUWU ................................................................v

    DAFTAR ISI ....................................................................................................................vi

    DAFTAR TABEL ................................................................................................viii

    DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x

    BAB I PENDAHULUAN ................................................................................................1

    1.1 Latar Belakang .................................................................................3

    1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................6

    1.3 Ruang Lingkup .................................................................................7

    1.4 Sistematika Penulisan ................................................................7

    BAB II METODOLOGI .....................................................................................9

    2.1 Konsep dan Defenisi ................................................................11

    2.2 Sumber Data dan Pengumpulan Data ................................................16

    2.3 Metode Pengolahan Data ................................................................16

    2.4 Metode Penghitungan ................................................................16

    2.5 Metode Analisis ................................................................................22

    BAB III TINJAUAN UMUM ................................................................................................25

    3.1 Gambaran Umum Wilayah ................................................................27

    3.2 Gambaran Umum Kependudukan ......................................................33

    3.3 Gambaran Umum Perekonomian .......................................................36

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) vii

    BAB IV ANALISIS PDRB .................................................................................37

    4.1 PDRB Kabupaten Luwu Secara Umum ................................................39

    4.2 Perbandingan PDRB Kabupaten Luwu, Daerah Luwu Raya,dan Provinsi Sulwesi Selatan .............................................................41

    BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI ................................................................45

    5.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu ................................47

    5.2 Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi ......................................................51

    5.3 Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi Berdasarkan Sub-Sektor ..................53

    BAB VI STRUKTUR EKONOMI ................................................................69

    6.1 Struktur Ekonomi Kabupaten Luwu Secara Umum ...............................71

    6.2 Distribusi Persentase Sektor Unggulan terhadap StrukturEkonomi .........................................................................................74

    BAB VII PDRB PERKAPITA PENDUDUK ...........................................................81

    7.1 PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu Secara Umum 83

    7.2 Perbandingan PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu,Daerah Luwu Raya, dan Provinsi Sulawesi Selatan ..............................84

    BAB VIII PENUTUP ............................................................................................87

    8.1 Kesimpulan ......................................................................................89

    8.2 Saran dan Implikasi Kebijakan ...........................................................90

    LAMPIRAN ......................................................................................................................93

  • viii PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1. Jarak Dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Kecamatan diKabupaten Luwu, 2012 ...................................................... 31

    Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Luwu,2008 2012 ....................................................................... 39

    Tabel 3. PDRB ADH Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan dan KabupatenLuwu, 2008 2012 ............................................................. 42

    Tabel 4. PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 Kabupaten/Kotase-Daerah Luwu Raya, 2012 ................................................ 43

    Tabel 5. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Luwu ADH Berlaku dan ADHKonstan 2000, 2008 2012 ................................................. 49

    Tabel 6. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi di Kabupaten Luwu,2008 2012 ...................................................................... 51

    Tabel 7. Pertumbuhan Sektor 1 (Pertanian) Berdasarkan Sub-Sektor-nya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ................................... 53

    Tabel 8. Pertumbuhan Sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) Ber-dasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ... 56

    Tabel 9. Pertumbuhan Sektor 3 (Industri Pengolahan) BerdasarkanSub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ................... 58

    Tabel 10. Pertumbuhan Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Minum) Ber-dasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ..... 59

    Tabel 11. Pertumbuhan Sektor 6 (Perdagangan, Hotel, dan Restoran)Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 62

    Tabel 12. Pertumbuhan Sektor 7 (Pengangkutan dan Komunikasi) Ber-dasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ... 63

    Tabel 13. Pertumbuhan Sektor 8 (Keuangan, Persewaan, dan Jasa Pe-rusahaan) Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu,2008 2012 ...................................................................... 65

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) ix

    Tabel 14. Pertumbuhan Sektor 9 (Jasa-Jasa) Berdasarkan Sub-Sektor-nya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 ................................... 67

    Tabel 15. Struktur Ekonomi (Persentase Kontribusi PDRB ADH Berlakuper Sektor Ekonomi) Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) . 72

    Tabel 16. Distribusi Persentase Sektor 1 (Pertanian) Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) ........... 75

    Tabel 17. Distribusi Persentase Sektor 6 (Perdagangan, Hotel, dan Res-toran) Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu,2008 2012 (Persen) .......................................................... 78

    Tabel 18. Distribusi Persentase Sektor 9 (Jasa-Jasa) Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) ........... 79

    Tabel 19. PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwu, 2008 2012 .... 83

    Tabel 20. PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten/Kota se-Daerah LuwuRaya, 2012 ......................................................................... 86

  • x PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    DAFTAR GAMBAR

    Gambar 1. Peta Administratif Kabupaten Luwu ..................................... 28

    Gambar 2. Persentase Ketinggian Daerah di Kabupaten Luwu, 2012 ...... 32

    Gambar 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di KabupatenLuwu, 2008 2012 ............................................................. 34

    Gambar 4. PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 di KabupatenLuwu, 2008 2012 (Juta Rupiah) ........................................ 40

    Gambar 5. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu, 2008 2012(Persen) ............................................................................. 48

    Gambar 6. Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu dan Provinsi Sula-wesi Selatan, 2008 2012 (Persen) ..................................... 50

    Gambar 7. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi di Kabupaten Luwu,2010 2012 (Persen) ......................................................... 52

    Gambar 8. Pertumbuhan Sektor 1 (Pertanian) Berdasarkan Sub-Sektor-nya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen) ..................... 56

    Gambar 9. Pertumbuhan Sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) Ber-dasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2010 2012(Persen) ............................................................................. 57

    Gambar 10. Pertumbuhan Sektor 3 (Industri Pengolahan) BerdasarkanSub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) .... 59

    Gambar 11. Pertumbuhan Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Bersih) di Kabu-paten Luwu, 2010 2012 (Persen) ...................................... 60

    Gambar 12. Pertumbuhan Sektor 5 (Bangunan) Berdasarkan Sub-Sektor-nya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) ..................... 61

    Gambar 13. Pertumbuhan Sektor 6 (Perdagangan, Hotel, dan Restoran)Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen) .................................................................... 62

    Gambar 14. Pertumbuhan Sektor 7 (Pengangkutan dan Komunikasi)Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen) .................................................................... 64

  • PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) xi

    Gambar 15. Pertumbuhan Sektor 8 (Keuangan, Persewaan, dan JasaPerusahaan) Berdasarkan Sub - Sektornya di KabupatenLuwu, 2010 2012 (Persen) ............................................... 66

    Gambar 16. Pertumbuhan Sektor 9 (Jasa-Jasa) Berdasarkan Sub-Sektor-nya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen) .................... 68

    Gambar 17. Struktur Ekonomi Kabupaten Luwu Berdasarkan SektorEkonomi, 2012 (Persen) ..................................................... 71

    Gambar 18. Distribusi Persentase Sektor 1 (Pertanian) dan Sub-SektorUnggulannya di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) ..... 76

    Gambar 19. Kontribusi Sektor 9 (Jasa-Jasa) di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen) ................................................................... 80

    Gambar 20. Perbandingan PDRB Perkapita Penduduk Kabupaten Luwudan Provinsi Sulawesi Selatan, 2008 2012 (Rupiah) ......... 85

    Gambar 21. Perbandingan PDRB Perkapita Penduduk se-Daerah LuwuRaya, 2012 (Rupiah) ........................................................ 86

  • xii PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

  • BAB IPENDAHULUAN

  • Pembangunan ekonomi adalah suatu proseskenaikan pendapatan total dan pendapatanperkapita dengan memperhitungkan adanyapertambahan penduduk dan disertai denganperubahan fundamental dalam struktur ekonomisuatu daerah dan pemerataan pendapatan bagipenduduk suatu daerah.

  • BAB I PENDAHULUAN

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 3

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 LATAR BELAKANG

    Istilah pembangunan bisa saja diartikan berbeda antara orang satu

    dengan orang yang lain, antara daerah yang satu dengan daerah yang lain

    dan antara negara yang satu dengan negara yang lain. Secara tradisional,

    pembangunan memiliki arti peningkatan yang terus menerus pada Gross

    Domestic Products atau Produk Domestik Bruto suatu negara dan difokuskan

    pada peningkatan Gross Domestic Regional Products atau Produk Domestik

    Regional Bruto pada suatu provinsi, kabupaten, atau kota.

    Kemudian seiring berkembangnya waktu, muncul alternatif definisi

    pembangunan ekonomi yang menitikberatkan pada peningkatan income

    perkapita (pendapatan perkapita). Definisi ini menekankan pada kemampuan

    suatu negara atau daerah untuk meningkatkan output yang dapat melebihi

    tingkat pertumbuhan penduduk. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu

    proses dimana pemerintah daerah dan seluruh komponen masyarakat

    mengelola berbagai sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola

    kemitraan untuk menciptakan suatu lapangan pekerjaan baru dan

    merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam daerah tersebut

    (Blekely, 1989).

    Pembangunan ekonomi pada dasarnya bertujuan untuk

    meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,

  • PENDAHULUAN BAB I

    4 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    memeratakan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan

    ekonomi regional dan mengusahakan pergeseran kegiatan ekonomi dari

    sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan perkataan lain, arah

    pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan masyarakat

    meningkat secara mantap dan dengan tingkat pemerataan yang sebaik

    mungkin.

    Begitu pentingnya pembangunan ekonomi ini, maka perencanaan

    pembangunan ekonomi yang matang dan tepat menjadi suatu hal mutlak

    yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah. Pelaksanaan otonomi daerah

    kabupaten/kota, telah memberikan wewenang kepada pemerintah daerah

    untuk melakukan perencanaan, menentukan strategi dan membuat

    kebijaksanaan dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerahnya

    masing-masing.

    Di dalam perencanaan ekonomi suatu daerah pada dasarnya ada 2

    (dua) permasalahan pokok yaitu: (i) bagaimana mengusahakan agar

    pembangunan ekonomi dapat meningkatkan pendapatan masyarakat secara

    mantap, (ii) bagaimana agar pendapatan yang timbul tersebut dapat dibagi

    atau diterima masyarakat secara merata.

    Oleh karena itu, dalam membuat perencanaan pembangunan

    ekonomi tersebut, dibutuhkan berbagai macam data statistik yang lengkap

    (complete), tepat (accurate), mutakhir (up to date), dan terpercaya (reliable),

    sebagai bahan analisa dalam menentukan dan mengarahkan sasaran

    pembangunan serta sebagai bahan/dasar dalam menentukan strategi dan

    kebijaksanaan yang akan diambil.

  • BAB I PENDAHULUAN

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 5

    Berbagai data statistik yang merupakan ukuran kuantitas mutlak

    diperlukan untuk memberikan gambaran keadaan masa lalu, masa kini, serta

    sasaran-sasaran yang akan dicapai pada masa yang akan datang. Dari data

    statistik ini pula, daerah bisa melakukan monitoring dan evaluasi terhadap

    strategi atau kebijaksanaan pembangunan ekonomi yang diambil pada masa-

    masa lalu dan hasil yang telah dicapai sebagai akibat pelaksanaan strategi

    dan kebijaksanaan tersebut oleh berbagai pihak baik pemerintah daerah

    sendiri maupun pihak swasta.

    Salah satu data statistik yang sangat dibutuhkan tersebut adalah

    data yang dapat menginformasikan mengenai gambaran perkembangan

    pembangunan yang telah dilaksanakan oleh pemerintah daerah guna

    mengetahui pertumbuhan ekonomi yang telah dicapai serta potensi-potensi

    komoditi ekonomi yang potensial dan perlu dikembangkan. Data tersebut

    adalah Produk Domestik Regional Bruto atau biasa disebut Pendapatan

    Regional. Dari data ini pula dapat diketahui nilai-nilai barang dan jasa-jasa

    yang diproduksi dalam suatu wilayah/daerah dalam kurun waktu tertentu

    (biasanya satu tahun).

    Untuk memenuhi maksud tersebut, telah dihitung dan disusun

    statistik PDRB Kabupaten Luwu untuk data tahun 2012, dimana angkanya

    masih bersifat sementara dengan menggunakan tahun dasar 2000,

    sedangkan seluruh angka untuk tahun-tahun sebelumnya sudah berupa

    angka tetap. Berbeda dengan delapan tahun sebelumnya yang menggunakan

    tahun dasar 1993.

    Perubahan ini dilakukan dengan alasan bahwa pada tahun 2000

    telah terjadi dinamika perekonomian masyarakat yang naik turun dengan

  • PENDAHULUAN BAB I

    6 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    perbedaan yang sangat signifikan dengan tahun 1993, dimana di dalamnya

    telah terjadi banyak perubahan struktur barang (bukan kuantum) yaitu dari

    tidak ada menjadi ada.

    1.2 TUJUAN DAN MANFAAT

    Adapun manfaat/kegunaan dari informasi data PDRB antara lain

    sebagai berikut:

    a. PDRB atas dasar harga berlaku (nominal) menunjukkan kemampuan

    sumber daya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB

    yang besar menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar,

    begitu juga sebaliknya.

    b. PDRB atas dasar harga konstan (riil) dapat digunakan untuk

    menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau

    pertumbuhan setiap sektor dari tahun ke tahun daerah ini.

    c. Distribusi PDRB atas dasar harga berlaku menurut sektor menunjukkan

    struktur perekonomian atau peranan setiap sektor ekonomi dalam suatu

    daerah. Sektor ekonomi yang mempunyai peran besar menunjukkan

    basis perekonomian suatu daerah.

    d. Sebagai salah satu indikator mengenai tingkat kemakmuran suatu

    daerah.

    e. Untuk mengetahui tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi).

    f. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai PDRB per

    kepala atau per satu orang penduduk.

    g. PDRB perkapita atas dasar harga konstan berguna untuk mengetahui

    pertumbuhan nyata (riil) ekonomi perkapita penduduk suatu daerah.

    h. Sebagai salah satu indikator komponen penyusunan Dana Alokasi Umum

    (DAU).

  • BAB I PENDAHULUAN

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 7

    1.3 RUANG LINGKUP

    Secara nasional, PDRB tahun 2012 dihitung mencakup 491

    kabupaten/kota, 33 provinsi, dan angka nasional (Indonesia). Publikasi

    Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Luwu 2013 (Berdasarkan

    Lapangan Usaha) ini terfokus pada wilayah Kabupaten Luwu untuk tahun

    2012. Namun, untuk melihat perbandingan series di tahun-tahun sebelumnya,

    maka dilakukan analisis perbandingan PDRB Kabupaten Luwu tahun 2012

    dengan tahun-tahun sebelumnya. Selain itu, untuk melihat keterbandingan

    dengan daerah lain, juga dilakukan analisis keterbandingan untuk melihat

    posisi PDRB Kabupaten Luwu di antara kabupaten/kota lainnya, baik dalam

    satu regional daerah Luwu Raya, Provinsi Sulawesi Selatan, maupun skala

    nasional.

    1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

    Publikasi Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Luwu 2013

    (Berdasarkan Lapangan Usaha) disusun dengan sistematika penulisan sebagai

    berikut:

    1. Bab I Pendahuluan

    Menguraikan latar belakang, tujuan dan manfaat, ruang lingkup, dan

    sistematika penulisan.

    2. Bab II Metodologi

    Membahas tentang metodologi, yang meliputi pengertian, konsep, metode

    yang digunakan, penjelasan IPM dan komponennya, cara penghitungan

    indeks masing-masing komponen, dan sumber data yang digunakan.

  • PENDAHULUAN BAB I

    8 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    3. Bab III Tinjauan Umum

    Membahas mengenai gambaran umum Kabupaten Luwu yang diuraikan

    atas letak geografis, komposisi kependudukan, dan kondisi ekonomi.

    4. Bab IV Analisis PDRB

    Membahas mengenai PDRB Kabupaten Luwu secara umum, dan

    perbandingannya antar kabupaten/kota lainnya di daerah Luwu Raya dan

    Provinsi Sulawesi Selatan.

    5. Bab V Pertumbuhan Ekonomi

    Membahas mengenai pertumbuhan ekonomi Kabupaten Luwu secara

    umum dan pertumbuhan masing sektor ekonominya.

    6. Bab VI Struktur Ekonomi

    Membahas mengenai struktur ekonomi Kabupaten Luwu secara umum

    yang mencakup kontribusi masing-masing sektor ekonomi terhadap

    pembentukan PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu.

    7. Bab VII PDRB Perkapita Penduduk

    Membahas mengenai PDRB perkapita penduduk Kabupaten Luwu secara

    umum, dan perbandingannya antar kabupaten/kota lainnya di daerah

    Luwu Raya dan Provinsi Sulawesi Selatan.

    8. Bab IX Penutup

    Berisi kesimpulan dan saran implikasi kebijakan.

  • BAB IIMETODOLOGI

  • Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)berdasarkan lapangan usaha (sektoral) adalahtotal nilai produki barang dan jasa yang diproduksidi wilayah (regional) tertentu dalam kurun waktutertentu (biasanya satu tahun). PDRB sektoral inidibedakan menjadi dua macam, yaitu PDRB atasdasar harga berlaku dan PDRB atas dasar hargakonstan.

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 11

    BAB II

    METODOLOGI

    2.1 KONSEP DAN DEFINISI

    Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan alat yang dapat

    digunakan untuk melihat kondisi perekonomian suatu wilayah. Dengan

    melakukan perbandingan PDRB antar tahun, dapat dilihat pertumbuhan

    ekonomi yang terjadi akibat adanya aktifitas perekonomian selama kurun

    waktu satu tahun berjalan dalam wilayah tersebut. Dari data PDRB juga dapat

    dilihat struktur perekonomian serta tingkat perubahan harga (inflasi/deflasi).

    PDRB juga menjadi salah satu indikator untuk melihat tingkat kemakmuran

    suatu wilayah.

    Melihat begitu banyak hal yang bisa diperoleh dari pemanfaatan data

    PDRB tersebut, maka data PDRB selalu digunakan oleh pemerintah sebagai

    salah satu variabel yang dipertimbangkan untuk menentukan arah kebijakan

    dan strategi pembangunan yang akan dilakukan terutama pembangunan yang

    menyangkut masalah pembangunan ekonomi. Dengan memanfaatkan data

    PDRB pula pemerintah dapat melakukan evaluasi akan kinerja atas program-

    program kebijakan dan strategi pembangunan yang telah dilaksanakan

    selama kurun waktu satu tahun berjalan.

    Oleh karena itu, penyajian data PDRB yang mutakhir (up to date)

    dan terpercaya (realible) harus selalu dilakukan sehingga setiap strategi dan

    kebijakan yang diambil akan tepat sasaran dan terkontrol. Perkembangan dan

  • METODOLOGI BAB II

    12 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    perubahan struktur ekonomi suatu wilayah berpengaruh besar terhadap PDRB

    yang terbentuk dalam wilayah tersebut. Oleh karena itu, tahun dasar yang

    digunakan sebagai tahun rujukan penilaian (reference year) menjadi sesuatu

    yang mutlak harus selalu up to date dan disesuaikan dengan kondisi

    perekonomian yang terjadi, sehingga hasil estimasi PDB/PDRB yang dilakukan

    akan menjadi realistik, dalam pengertian mampu memberikan gambaran yang

    jelas terhadap fenomena pergeseran struktur produksi lintas sektor.

    Secara teknis, pengertian Produk Domestik Regional Bruto sendiri

    dapat dikatakan sebagai penjumlahan dari nilai tambah bruto, yaitu tambahan

    nilai yang ditimbulkan oleh aktifitas berbagai faktor produksi dalam

    memproses bahan baku dan penolong sehingga lebih dekat kepada pengguna

    atau nilai barang dan jasa yang ditimbulkan oleh faktor produksi. Apabila

    seluruh nilai tambah bruto atau nilai barang dan jasa yang ditimbulkan oleh

    faktor-faktor produksi dalam wilayah tertentu dan dalam jangka tertentu

    dijumlahkan maka diperoleh PDRB.

    PDRB dapat disajikan dari beberapa segi, antara lain segi produksi,

    pendapatan, dan pegeluaran. Penjelasannya masing-masing seperti yang

    dijabarkan di bawah ini.

    a. Segi Produksi

    PDRB adalah jumlah nilai netto produksi barang dan jasa yang diproduksi

    oleh berbagai unit produksi pada suatu wilayah dalam jangka waktu

    tertentu (biasanya satu tahun). Unit-unit produksi tersebut dalam

    penyajian ini dikelompokkan menjadi 9 lapangan usaha (sektor) yaitu:

    1. Pertanian,

    2. Pertambangan dan Penggalian,

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 13

    3. Industri Pengolahan,

    4. Listrik, Gas, dan Air Bersih,

    5. Bangunan,

    6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran,

    7. Pengangkutan dan Komunikasi,

    8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan, dan

    9. Jasa-Jasa.

    Dari setiap sektor tersebut akan dirinci lagi menjadi beberapa sub-

    sektor, dari beberapa sub-sektor tersebut akan dirinci lagi berdasarkan

    kegiatan dan masing-masing komoditasnya.

    b. Segi Pendapatan

    PDRB adalah jumlah balas jasa (pendapatan) yang diterima oleh faktor-

    faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi diwilayah tertentu

    pada jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Balas jasa faktor

    produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji (balas jasa tenaga kerja),

    sewa tanah (balas jasa tanah), bunga modal (balas jasa modal) dan

    keuntungan (balas jasa kewirausahawan/enterpreneurship); semuanya

    sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam

    definisi ini, PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung

    neto (pajak tak langsung dikurangi subsidi).

    c. Segi Pengeluaran

    PDRB adalah jumlah pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga,

    konsumsi lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi

    pemerintah, pembentukan modal tetap perubahan stok, dan ekspor netto

    disuatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

  • METODOLOGI BAB II

    14 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Secara konsep, tiga pendekatan tersebut akan menghasilkan angka

    yang sama. Jadi, jumlah pengeluaran akan sama dengan jumlah barang dan

    jasa akhir yang dihasilkan dan harus sama pula dengan jumlah pendapatan

    untuk faktor-faktor produksi. PDRB yang dihasilkan dengan cara ini disebut

    sebagai PDRB atas dasar harga pasar, karena di dalamnya sudah dicakup

    pajak tak langsung netto.

    Dalam aplikasinya, pengertian PDRB ini meluas dan menurunkan

    beberapa konsep yang akan digunakan dalam penghitungannya. Berikut ini

    dijelaskan beberapa konsep dan definisi dasar yang dipakai dalam

    penghitungan PDRB Kabupaten Luwu.

    a. PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

    PDRB atas dasar harga berlaku adalah jumlah nilai produksi, pendapatan

    atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga yang berlaku pada

    tahun yang bersangkutan. Untuk selanjutnya, PDRB Atas Dasar Harga

    Berlaku akan disingkat penulisannya menjadi PDRB ADH Berlaku.

    b. PDRB Atas Dasar Harga Konstan

    PDRB atas dasar harga konstan adalah jumlah nilai produksi, pendapatan

    atau pengeluaran yang dinilai sesuai dengan harga pasar yang tetap

    pada tahun dasar. Dalam publikasi ini harga pasar yang tetap itu adalah

    harga-harga pada keadaan tahun 2000. Biasanya disebut PDRB harga

    konstan dengan tahun dasar 2000. Untuk selanjutnya, PDRB Atas Dasar

    Harga Konstan akan disingkat penulisannya menjadi PDRB ADH

    Konstan.

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 15

    c. Produk Domestik Regional Netto (PDRN) Atas Dasar Harga Pasar

    PDRN atas dasar harga pasar adalah PDRB dikurangi dengan nilai

    penyusutan barang modal tetap yang digunakan dalam proses produksi

    selama setahun.

    d. PDRN Atas Biaya Faktor Produksi

    PDRN atas dasar biaya faktor produksi adalah nilai PDRN atas dasar

    harga pasar dikurangi dengan nilai pajak tidak langsung netto pada

    tahun yang bersangkutan.

    e. Pendapatan Regional (Regional Income)

    Pendapatan regional adalah nilai PDRN atas dasar biaya faktor ditambah

    dengan pendapatan netto (pendapatan yang masuk dikurangi dengan

    pendapatan yang keluar). Karena arus pendapatan diatas sulit dihitung,

    maka pendapatan regional dianggap sama PDRN atas biaya faktor.

    f. Pendapatan Perkapita

    Pendapatan perkapita adalah PDRN atas dasar biaya faktor produksi

    dibagi dengan jumlah penduduk pertengahan tahun untuk tahun yang

    sama.

    g. Penyusutan Barang Modal Tetap

    Penyusutan barang modal tetap adalah susutnya nilai suatu barang

    modal tetap yang digunakan dalam proses produksi.

    h. Pajak Tidak Langsung Netto

    Pajak tidak langsung netto adalah pajak tak langsung dikurangi subsidi

    yang diberikan kepada produsen pada tahun yang sama.

  • METODOLOGI BAB II

    16 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    2.2 SUMBER DATA DAN PENGUMPULAN DATA

    Dalam menghitung PDRB, digunakan data pendukung dari sektor-

    sektor lapangan usaha berupa data produksi komoditi, harga, rasio biaya

    antara, dan lain sebagainya untuk masing-masing kabupaten/kota. Data

    dikumpulkan dari dinas/badan/instansi terkait dan bertanggung jawab akan

    ketersediaan data tersebut. Data dikumpulkan dalam range waktu satu tahun,

    karena PDRB yang dihitung oleh seluruh kabupaten/kota di Indonesia masih

    dalam range waktu satu tahun (PDRB tahunan).

    2.3 METODE PENGOLAHAN DATA

    Setelah tahap pengumpulan data selesai, tahap berikutnya adalah

    pengolahan data. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan

    komputer dan software yang meliputi tahapan:

    - pemeriksaan data;

    - editing dan coding (penyuntingan data dan pengkodean);

    - entry data (perekaman data); dan

    - validasi dan tabulasi data.

    2.4 METODE PENGHITUNGAN

    Terdapat dua metode yang digunakan dalam menghitung PDRB ADH

    Berlaku Kabupaten Luwu, yaitu metode langsung dan metode tak langsung.

    Metode langsung adalah metode penghitungan dengan menggunakan data

    yang bersumber dari daerah. Metode langsung akan dapat memperlihatkan

    karakteristik sosial ekonomi setiap daerah. Di samping itu, manfaat

    pemakaian data daerah dapat digunakan untuk menyempurnakan data

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 17

    statistik daerah yang lemah. Hasil penghitungannya memperlihatkan seluruh

    produk barang dan jasa yang dihasilkan daerah ini. Metode langsung dapat

    dilakukan dengan menggunakan tiga macam pendekatan yaitu pendekatan

    produksi, pendapatan, dan pengeluaran.

    1. Pendekatan Produksi

    Dilakukan dengan menghitung nilai tambah dari barang dan jasa

    yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

    mengurangkan biaya antara dari masing-masing nilai produksi bruto

    tiap-tiap sektor atau sub sektor. Nilai tambah merupakan nilai yang

    ditambahkan pada barang dan jasa yang dipakai oleh unit produksi

    dalam proses produksi sebagai input antara. Nilai yang ditambahkan

    ini sama dengan balas jasa faktor produksi atas ikut sertanya dalam

    proses produksi. Formulanya adalah sebagai berikut:

    Dimana,

    NTB = Nilai Tambah Bruto

    NPhp = Nilai Produksi pada Harga Produsen

    BA = Biaya Antara

    Apabila NPhp sulit diketahui karena sulit memperoleh data harga

    produsen, maka NPhp dihitung sebagai berikut:

    NTB = NPhp - BA

  • METODOLOGI BAB II

    18 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    NPhp = NPhk - TTMDimana,

    NPhp = Nilai Produksi pada Harga Produsen

    NPhk = Nilai Produksi pada Harga Pembeli/Konsumen

    TTM = Margin Perdagangan dan Angkutan

    (Trade and Transport Margin)

    2. Pendekatan Pendapatan

    Dilakukan dengan cara menghitung nilai tambah bruto dengan

    menjumlahkan seluruh unsur-unsur balas jasa faktor produksi yaitu

    upah dan gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tak langsung

    netto. Yang termasuk dalam surplus usaha disini adalah bunga, sewa

    tanah dan keuntungan. Formula penghitungannya adalah sebagai

    berikut:

    Dimana,

    NTB = Nilai Tambah Bruto

    NTN = Nilai Tambah Netto

    D = Penyusutan (Depresiasi Barang Modal Tetap)

    Sedangkan nilai tambah netto dihitung dengan formula berikut ini:

    NTB = NTN + D

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 19

    Dimana,

    NTN = Nilai Tambah Netto

    UpG = Upah dan Gaji (Biaya Tenaga Kerja)

    SU = Surplus Usaha, yang terdiri atas Sewa Tanah,

    Bunga Netto, dan Profit

    PTL = Pajak Tak Langsung Netto (Setelah Subsidi Pemerintah

    Dikeluarkan)

    3. Pendekatan Pengeluaran

    Dilakukan dengan cara menghitung jumlah pengeluaran konsumsi

    akhir atas barang dan jasa yang diproduksi maupun diimpor dari luar

    wilayah (Kabupaten Luwu), dan perubahan stok. Jadi produk

    domestik regional dihitung dengan cara menghitung berbagai

    komponen pengeluaran akhir yang membentuk produk domestik

    regional tersebut. Secara umum pendekatan pengeluaran dapat

    dilakukan dengan berbagai cara sebagai berikut:

    - Melalui pendekatan penawaran yang terdiri dari metode arus

    barang, metode penjualan eceran dan metode penilaian eceran.

    - Melalui pendekatan permintaan yang terdiri dari pendekatan

    survei pendapatan dan pengeluaran rumah tangga metode data

    anggaran belanja, metode balance sheet dan metode staitistik

    perdagangan luar negeri.

    NTN = UpG + SU + PTL

  • METODOLOGI BAB II

    20 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Sedangkan metode tak langsung adalah penghitungan PDRB untuk

    sektor tertentu dilakukan dengan mengalokasikan PDB atau nilai tambah dari

    setiap sektor/sub-sektor komoditas/kegiatan usaha dari lingkup nasional/multi

    regional dengan menggunakan indikator yang relevan.

    Sebelumnya telah dijelaskan mengenai penghitungan PDRB ADH

    Konstan. Sebagai upaya untuk menyajikan data PDRB yang up to date

    sehingga sesuai dengan kondisi perekonomian terkini maka perlu dilakukan

    pergeseran tahun dasar (rebasing). Jika pada publikasi-publikasi lima tahun

    sebelumnya PDRB atas dasar harga konstan disajikan dengan menggunakan

    tahun dasar 1993, maka pada publikasi tahun ini PDRB atas dasar harga

    konstan disajikan atas dasar harga konstan tahun 2000. Ada beberapa alasan

    yang mendorong Badan Pusat Statistik (BPS) untuk melakukan pergeseran

    tahun dasar penghitungan PDB/PDRB, antara lain:

    1. Pertumbuhan ekonomi yang dihitung berdasarkan tahun dasar 1993

    menjadi makin tidak realistis, karena perubahan struktur ekonomi yang

    relatif cepat mengakibatkan pertumbuhan ekonomi berdasarkan tahun

    1993 menjadi kerendahan.

    2. Karena cakupan terus disempurnakan, selama jangka waktu tujuh tahun

    juga telah terjadi perubahan struktur/bentuk komoditas serta kombinasi

    harga yang sangat signifikan.

    3. Struktur ekonomi tahun 1993 belum tersentuh dampak deregulasi dan

    debirokratisasi.

    4. Hadirnya krisis ekonomi di pertengahan tahun 1997 berdampak pada

    perubahan struktur perekonomian Indonesia, sehingga struktur

    perekonomian tahun 2000 telah berbeda dengan tahun 1993.

    5. Menurut rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagaimana

    tertuang dalam buku panduan yang baru Sistem Neraca Nasional

    dinyatakan bahwa estimasi PDB/PDRB atas dasar harga konstan

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 21

    sebaiknya dimutakhirkan secara periodik dengan menggunakan tahun

    referensi yang berakhiran 0 dan 5. Dan hal ini juga sudah didukung oleh

    komitmen pimpinan BPS negara ASEAN tahun 2000.

    6. Pada tahun 2000, BPS telah menyelesaikan penyusunan Tabel Input

    Output Indonesia 2000 yang dapat dijadikan sebagai kerangka dasar

    (bench marking) bagi penyempurnaan penghitungan estimasi PDB/PDRB.

    7. Peyusunan series Indeks Harga Perdagangan Besar (IHPB) maupun

    Indeks Harga Konsumen (IHK) akan menggunakan tahun dasar baru,

    yaitu tahun 2000 sehingga diharapkan kedua jenis indeks harga tersebut

    dapat mendukung langkah penyempurnaan penghitungan estimasi

    PDB/PDRB ke depannya.

    Maka dari itu, hingga saat ini tahun dasar yang digunakan adalah

    tahun 2000. Untuk menghitung PDRB ADH Konstan 2000 digunakan beberapa

    cara, yaitu:

    a. Cara Revaluasi

    Dilakukan dengan menilai kembali PDRB sesuai harga pada tahun dasar

    (dalam hal ini tahun 2000). Baik produksi, biaya antara, penyusutan

    maupun pajak tidak langsung dinilai dengan harga pada tahun dasar

    tersebut.

    b. Cara Ekstrapolasi

    Dilakukan dengan menghitung nilai tambah masing-masing tahun dengan

    cara mengalikan nilai pada tahun dasar dengan indeks produksi untuk

    masing-masing kegiatan/ komoditas yang relevan.

  • METODOLOGI BAB II

    22 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    c. Cara Deflasi

    Dilakukan dengan menghitung nilai tambah masing-masing tahun dengan

    cara membagi nilai tambah atas dasar harga berlaku dengan indeks

    harga untuk masing-masing kegiatan yang relevan.

    d. Cara Deflasi Berganda

    Dalam hal ini yang dideflasikan adalah nilai produksi (output) dan biaya

    antaranya. Kemudian nilai tambah atas dasar harga konstan dihitung

    dengan cara mengurangi nilai produksi dengan biaya antara.

    Tingkat heterogenitas yang tinggi baik antar kabupaten/kota

    maupun antar kecamatan membutuhkan proses pengolahan data yang cukup

    lama. Heterogenitas yang dimaksud adalah data variabel ekonomi menyebar

    dan berfluktuasi tidak sesuai dengan penyebaran wilayah administratif

    melainkan mengikuti jalur distribusinya. Selain itu, berbagai sumber data dan

    hasil penghitungan yang digunakan pada PDRB juga menyebabkan

    heterogenitas yang tinggi antara kabupaten/kota, provinsi, maupun tingkat

    nasional. Oleh karena itu, diperlukan adanya rekonsiliasi data antara nasional

    dengan provinsi, provinsi dengan kabupaten/kota, dan kabupaten/kota

    dengan kecamatan (jika angka kecamatan juga dihitung), untuk menjaga

    konsistensi, agregasi, dan keseimbangan data pada akhir penghitungan

    (angka final).

    2.5 METODE ANALISIS

    Metode yang digunakan dalam analisis ini adalah metode analisis

    deskriptif. Analisis deskriptif merupakan analisis kuantitatif yang digunakan

    untuk mempermudah analisis tabel-tabel dan grafik secara sederhana

  • BAB II METODOLOGI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 23

    sehingga didapatkan gambaran mengenai perkembangan dari obyek

    penelitian. Dalam publikasi ini, analisis tersebut digunakan untuk

    menginterpretasikan angka PDRB Kabupaten Luwu tahun 2012 jika

    dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, dan interpretasi

    perbandingan angka PDRB Kabupaten Luwu tahun 2012 dengan angka PDRB

    kabupaten/kota lainnya di regional daerah Luwu Raya, Provinsi Sulawesi

    Selatan, dan skala nasional.

  • METODOLOGI BAB II

    24 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

  • BAB IIITINJAUAN UMUM

  • Perkembangan ekonomi merupakan salah satuindikator penting guna melakukan evaluasi dankoreksi terhadap program pembangunan ekonomiyang telah dilaksanakan pada satu periode yanglalu. Perkembangan ekonomi ini dapat dilihat dariperkembangan PDRB atas dasar harga berlakusuatu daerah dari waktu ke waktu.

  • BAB III TINJAUAN UMUM

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 27

    BAB III

    TINJAUAN UMUM

    3.1 GAMBARAN UMUM WILAYAH

    Awalnya, Kabupaten Luwu adalah sebuah kabupaten besar di

    Provinsi Sulawesi Selatan yang kemudian mekar menjadi empat wilayah

    strategis. Bermula dari pemekaran yang menjadikan Kabupaten Luwu Utara

    dengan ibu kota kabupatennya Kecamatan Massamba dan Kabupaten Luwu

    itu sendiri dengan ibu kota kecamatannya masih tetap di Palopo. Kemudian

    Kabupaten Luwu Utara memekarkan sebuah kabupaten baru yaitu Kabupaten

    Luwu Timur dengan ibu kota kabupatennya bertempat di Kecamatan Malili,

    dan di saat yang hampir bersamaan Kabupaten Luwu juga memekarkan Kota

    Palopo menjadi pemerintahan otonomi Kota Palopo.

    Pasca pemekaran Kabupaten Luwu dan Kota Palopo atas dasar

    Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2003, pusat pemerintahan dipindahkan dari

    Kota Palopo ke Kecamatan Belopa sejak tahun 2006, seiring ditetapkannya

    Kecamatan Belopa sebagai ibu kota Kabupaten Luwu berdasarkan Peraturan

    Pemerintah Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2005, dan diresmikan

    menjadi ibu kota sejak 13 Februari 2006. Periode 2004 2009, Kabupaten

    Luwu dipimpin oleh Bupati H. M. Basmin Mattayang. Kemudian dilakukan

    pemilihan kepala daerah langsung untuk pertama kalinya dan terpilih

    Ir. H. Andi Mudzakkar, M.H sebagai Bupati terpilih periode 2009 2014.

  • TINJAUAN UMUM BAB III

    28 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Gambar 1.Peta Administratif Kabupaten Luwu

    Sumber: Pemerintah Daerah Kabupaten Luwu

    Secara geografis, Kabupaten Luwu terletak pada koordinat antara

    2345 sampai 33730 LS dan 11915 sampai 1214311 BB, dengan

    batas administratif sebagai berikut:

  • BAB III TINJAUAN UMUM

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 29

    - Sebelah utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu Utara dan

    Kabupaten Tana Toraja;

    - Sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan

    Kabupaten Wajo;

    - Sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja dan

    Kabupaten Enrekang; dan

    - Sebelah timur berbatasan dengan Teluk Bone dan Provinsi Sulawesi

    Tenggara.

    Dilihat dari letak geografis, Kabupaten Luwu terbilang cukup

    strategis dikarenakan bersebelahan dengan Kota Palopo yang terletak di jalur

    Trans Sulawesi, yang menghubungkan daerah Sulawesi Tengah dan Sulawesi

    Tenggara. Pelabuhan Tanjung Ringit yang berada di Kota Palopo turut

    menjadikan Kabupaten Luwu sebagai salah satu dari kabupaten/kota lainnya

    di daerah Luwu Raya sebagai pintu gerbang utama Sulawesi Selatan bagian

    utara, dimana pelabuhan ini merupakan salah satu pintu penghubung untuk

    mendistribusikan hasil pertanian Kabupaten Luwu ke luar daerah.

    Wilayah Kabupaten Luwu bagian timur terbentang pantai yang

    panjangnya 100 km sarat dengan potensi usaha perikanan, dan sebelah barat

    terbentang pegunungan yang sangat berpotensi untuk agrowisata serta

    kandungan alamnya memiliki beberapa jenis bahan tambang.

    Luas wilayah Kabupaten Luwu sekitar 3.000,25 km2, dengan jarak

    tempuh dari Kota Makassar lebih dari 367 km, dan terdiri dari 21 kecamatan

    pada tahun 2012 yang dibagi habis menjadi 227 desa/kelurahan. Kecamatan

    Latimojong adalah kecamatan terluas di Kabupaten Luwu. Luas Kecamatan

    Latimojong tercatat sekitar 467,75 km2 atau sekitar 15,59 persen dari luas

  • TINJAUAN UMUM BAB III

    30 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Kabupaten Luwu, menyusul kemudian Kecamatan Bassesangtempe dan

    Kecamatan Walenrang Utara dengan luas masing-masing sekitar 301,00 km2

    dan 259,77 km2 atau 10,03 persen dan 8,66 persen. Sedangkan kecamatan

    yang memiliki luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Belopa Utara dengan

    luas kurang lebih 34,73 km2 atau hanya sekitar 1,16 persen.

    Kecamatan Bassesangtempe dengan ibu kota kecamatannya adalah

    Lissaga merupakan kecamatan terjauh dari ibu kota Kabupaten Luwu dengan

    jarak sekitar 110 km, terjauh kedua adalah Kecamatan Walenrang Barat

    dengan jarak sekitar 89 km, dan ketiga adalah Kecamatan Walenrang Timur

    dengan jarak sekitar 88 km. Sementara itu, yang terdekat adalah Kecamatan

    Belopa Utara yang hanya sekitar 1 km, sedangkan kecamatan yang lain

    tercatat hanya sekitar 6 87 km.

  • BAB III TINJAUAN UMUM

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 31

    Tabel 1. Jarak Dari Ibu Kota Kabupaten ke Ibu Kota Kecamatan di Kabupaten Luwu,2012

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17) (18) (19) (20) (21) (22) (23)LAROMPONG Larompong - 15 7 17 17 23 18 24 31 127 42 44 37 32 58 91 105 97 98 106 104LAROMPONG SEL. Bonepute 15 - 22 32 32 38 33 39 46 144 57 59 52 47 73 106 120 112 113 121 119SULI Suli 7 22 - 10 10 16 17 17 24 120 35 37 30 25 51 84 98 90 89 99 97SULI BARAT Lindajang 17 32 10 - 20 26 27 27 34 130 45 47 40 45 61 94 108 100 99 109 107BELOPA Tampumia Radda 17 32 10 20 - 6 1 7 14 110 25 30 20 25 41 74 88 80 79 89 87KAMANRE Cilallang 23 38 16 26 6 - 7 13 20 129 31 24 16 21 35 68 82 74 73 89 81BELOPA UTARA Pammanu 18 33 17 27 1 7 - 8 15 111 26 31 21 26 42 75 89 81 80 90 88BAJO Bajo 24 39 17 27 7 13 8 - 7 117 20 33 21 26 42 81 95 87 86 96 94BAJO BARAT Bonelemo 31 46 24 34 14 20 15 7 - 124 27 40 28 33 49 88 102 94 93 103 101BASSESANGTEMPE Lissaga 127 144 120 130 110 129 111 117 124 - 85 97 90 95 69 78 92 84 83 93 91LATIMOJONG Kadundung 42 57 35 45 25 31 26 20 27 85 - 47 40 45 61 84 98 100 89 99 107BUPON Noling 44 59 37 47 30 24 31 33 40 97 47 - 12 17 33 61 75 67 66 76 74PONRANG Paddang Sappa 37 52 30 40 20 16 21 21 28 90 40 12 - 5 21 54 68 60 59 69 67PONRANG SELATAN Pattedong 32 47 25 45 25 21 26 26 33 95 45 17 5 - 26 59 73 65 64 74 72BUA Bua 58 73 51 61 41 35 42 42 49 69 61 33 21 26 - 33 47 39 38 48 46WALENRANG Batusitanduk 91 106 84 94 74 68 75 81 88 78 84 61 54 59 33 - 14 6 5 15 13WALENRANG TIMUR Tabah 105 120 98 108 88 82 89 95 102 92 98 75 68 73 47 14 - 20 19 29 27LAMASI Lamasi 97 112 90 100 80 74 81 87 94 84 100 67 60 65 39 6 20 - 11 21 7WALENRANG UTARA Bosso 98 113 89 99 79 73 80 86 93 83 89 66 59 64 38 5 19 11 - 20 18WALENRANG BARAT Ilan Batu 106 121 99 109 89 89 90 96 103 93 99 76 69 74 48 15 29 21 20 - 28LAMASI TIMUR To'lemo 104 119 97 107 87 81 88 94 101 91 107 74 67 72 46 13 27 7 18 28 -

    KECAMATAN IBU KOTAKECAMATAN LAROMPONG

    LAROMPONGS

    EL.SULI SULIB

    ARAT

    BAJOBARAT

    BASSESANGT

    EMPELATIM

    OJONG BUPONBELOPA

    KAMANRE

    BELOPAUTAR

    ABAJO LAMAS

    ITIMUR

    WALENRANGT

    IMURLAMAS

    IWALEN

    RANGUTARA

    WALENRANGB

    ARAT

    PONRANG

    PONRANGSEL

    ATAN BUA WALENRANG

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2013)

    Menurut ketinggian daerah, sebagian besar wilayah Kabupaten Luwu

    berada di ketinggian 100 m ke atas. Seperti terlihat pada Gambar 2 di bawah,

  • TINJAUAN UMUM BAB III

    32 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    0 - 25 m19%

    25 - 100 m17%

    100 - 500 m22%

    500 - 1.000 m18%

    > 1.000 m24%

    luas wilayah yang berada di atas 100 m tercatat sekitar 63,99 persen, sisanya

    sekitar 36,01 persen wilayah berada pada ketinggian 0 100 m.

    Gambar 2.Persentase Ketinggian Daerah di Kabupaten Luwu, 2012

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2013)

    Di Kabupaten Luwu tercatat 11 sungai yang cukup besar dan

    panjang, kesebelas sungai tersebut masing-masing adalah:

    i. Sungai Lamasi melintasi Kecamatan Walenrang Barat, Kecamatan

    Walenrang, dan Kecamatan Lamasi;

    ii. Sungai Makawa melintasi Kecamatan Lamasi Timur;

    iii. Sungai Bua melintasi Kecamatan Bua;

    iv. Sungai Pareman (Noling) melintasi Kecamatan Bupon, Kecamatan

    Ponrang, Kecamatan Ponrang Selatan, dan Kecamatan Kamanre;

  • BAB III TINJAUAN UMUM

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 33

    v. Sungai Bajo melintasi Kecamatan Bajo Barat, Kecamatan Bajo, dan

    Kecamatan Belopa;

    vi. Sungai Suli melintasi Kecamatan Suli Barat dan Kecamatan Suli;

    vii. Sungai Larompong melintasi Kecamatan Larompong;

    viii. Sungai Tembo'e melintasi Kecamatan Larompong Selatan;

    ix. Sungai Rante Belu melintasi Kecamatan Larompong;

    x. Sungai Sampano melintasi Kecamatan Larompong Selatan; dan

    xi. Sungai Kandoa (Balambang) melintasi Kecamatan Bua.

    Dari kesebelas sungai tersebut, yang terpanjang adalah Sungai Pareman

    (Noling) dengan panjang tercatat sekitar 73 km. Sepuluh sungai lainnya

    panjangnya tercatat sekitar 12 69 km.

    3.2 GAMBARAN UMUM KEPENDUDUKAN

    Jumlah penduduk Kabupaten Luwu tahun 2012 yang disajikan pada

    Gambar 3 di bawah ini merupakan angka hasil proyeksi Sensus Penduduk

    2010 dan hasil olahan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) 2012.

    Jumlah Penduduk Kabupaten Luwu tahun 2012 adalah sebesar 338.609 jiwa,

    terdiri dari 167.342 jiwa laki-laki dan 171.267 jiwa perempuan.

  • TINJAUAN UMUM BAB III

    34 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Gambar 3.Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Luwu, 2008 2012

    0

    50.000

    100.000

    150.000

    200.000

    250.000

    300.000

    350.000

    400.000

    LAKI-LAKI PEREMPUAN TOTAL

    LAKI-LAKI 158.970 162.101 164.314 165.968 167.342

    PEREMPUAN 165.259 166.079 168.168 169.860 171.267

    TOTAL 324.229 328.180 332.482 335.828 338.609

    2008 2009 2010 2011 2012

    Sumber: Badan Pusat Statistik Kabupaten Luwu (Kabupaten Luwu Dalam Angka 2013)

    Laju pertumbuhan penduduk dari tahun 2011 2012 mengalami

    peningkatan sebesar 0,83 persen, dengan jumlah penduduk pada tahun

    sebelumnya sebesar 335.828 jiwa terdiri dari 165.968 jiwa laki-laki dan

    169.860 jiwa penduduk perempuan.

    Jumlah penduduk yang terus bertambah setiap tahunnya tersebar di

    berbagai kecamatan di Kabupaten Luwu. Di tahun 2012, jumlah penduduk

    terbesar terdapat di Kecamatan Bua yaitu sebesar 9,31 persen dan jumlah

    penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Latimojong sekitar 1,64 persen.

  • BAB III TINJAUAN UMUM

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 35

    Sementara jika dilihat dari kepadatan penduduk per km2, Kecamatan Lamasi

    merupakan daerah terpadat yaitu 491,47 penduduk per km2 dengan luas

    wilayah hanya 1,41 persen dari luas Kabupaten Luwu, sementara yang paling

    rendah kepadatannya terdapat di Kecamatan Latimojong yaitu hanya 11,88

    penduduk per km2 dengan luas wilayah 15,59 persen dari luas kabupaten

    Luwu.

    Rasio jenis kelamin Kabupaten Luwu di tahun 2012 berada di bawah

    angka 100, tercatat hanya sekitar 98. Ini berarti bahwa jumlah penduduk

    perempuan lebih banyak dari pada jumlah penduduk laki-laki. Atau dengan

    kata lain, dari 100 penduduk perempuan terdapat 98 penduduk laki-laki.

    Kendati demikian jika dilihat dari kelompok umurnya penduduk umur 5 9

    tahun memiliki rasio jenis kelamin tertinggi yaitu sebesar 108 yang berarti

    jumlah penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan. Begitu

    pula jika diamati menurut kecamatan, di Kecamatan Suli Barat, Kecamatan

    Bassesangtempe, Kecamatan Latimojong, Kecamatan Walenrang Utara, dan

    Kecamatan Walenrang Barat keadaannya menjadi terbalik, dimana angka

    rasio jenis kelamin melebihi angka 100, yang berarti bahwa di kecamatan

    tersebut penduduk laki-laki lebih banyak dari penduduk perempuan.

    Jumlah rumah tangga keadaan akhir tahun 2012 tercatat sebanyak

    73.775 rumah tangga dengan rata-rata jumlah anggota rumah tangga

    sebanyak 5 orang. Jumlah rumah tangga ini terbanyak di Kecamatan Bua

    yaitu sekitar 6.893 rumah tangga dan terkecil di Kecamatan Latimojong

    dengan jumlah rumah tangga hanya tercatat 1.510 rumah tangga.

  • TINJAUAN UMUM BAB III

    36 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    3.3 GAMBARAN UMUM PEREKONOMIAN

    Gambaran umum perekonomian secara umum mencakup

    pertumbuhan ekonomi, struktur ekonomi, dan PDRB perkapita penduduk.

    Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB (Atas Dasar

    Harga Konstan) yang berhasil diperoleh pada tahun tertentu dibandingkan

    dengan nilai PDRB tahun sebelumnya. Struktur ekonomi dapat dilihat pada

    kontribusi setiap sektor ekonomi terhadap pembentukan PDRB ADH Berlaku

    suatu daerah pada satu tahun tertentu. Sedangkan PDRB perkapita penduduk

    adalah salah satu ukuran indikator kesejahteraan penduduk dan merupakan

    gambaran rata-rata pendapatan yang dihasilkan oleh setiap penduduk selama

    satu tahun di daerah tertentu. PDRB perkapita diperoleh dari hasil pembagian

    antara PDRB atas dasar harga berlaku dengan jumlah penduduk. Untuk lebih

    jelas dan lengkapnya, ulasan mengenai gambaran perekonomian tersebut

    dapat dilihat pada Bab V, Bab VI, dan Bab VII publikasi ini.

  • BAB IVANALISIS PDRB

  • Pasca pemekaran Kabupaten Luwu yangmemisahkan antara Palopo dengan Luwu itusendiri, dimana Kota Palopo menjadi wilayahotonomi sendiri dan Kabupaten Luwu dengan ibukotanya yang baru yaitu Belopa, ternyata masihmenyisakan potensi yang sangat besar, khususnyapotensi hasil alam yang produksinya terusmenggairahkan perekonomian di Kabupaten Luwuhingga saat ini.

  • BAB IV ANALISIS PDRB

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 39

    BAB IV

    ANALISIS PDRB

    4.1 PDRB KABUPATEN LUWU SECARA UMUM

    Dalam interval waktu 9 tahun pasca pemekaran Kabupaten Luwu

    yang memisahkan antara Palopo dengan Luwu itu sendiri atas dasar UU No.

    11 Tahun 2003 dimana Kota Palopo menjadi wilayah otonomi sendiri dan

    Kabupaten Luwu dengan ibu kotanya yang baru yaitu Belopa, ternyata masih

    menyisakan potensi yang sangat besar. Ini adalah gambaran potensi wilayah

    Wija To Luwu yang terhampar, Malucca dan Malutu dengan simbol Wanua

    Mappatuo Naewai Alena. Sehingga apa yang dihasilkan oleh pembangunan

    selama ini telah menunjukan hasil yang cukup menggembirakan. Hal tersebut

    dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB yang dihasilkan dari tahun ke tahun

    terus mengalami peningkatan.

    Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Luwu, 2008 2012

    TahunPDRB ADH

    Berlaku(Juta Rupiah)

    PerkembanganEkonomi(Persen)

    PDRB ADHKonstan 2000(Juta Rupiah)

    PertumbuhanEkonomi(Persen)

    (1) (2) (3) (4) (5)2008 2.696.359,14 19,62 1.480.669,07 5,742009 3.195.646,47 18,52 1.581.663,42 6,822010 3.717.632,93 16,33 1.691.511,74 6,952011* 4.351.150,40 17,04 1.817.943,58 7,472012** 5.030.495,95 15,61 1.954.090,35 7,49Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • ANALISIS PDRB BAB IV

    40 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    2.696.359,14

    4.351.150,40

    5.030.495,95

    3.717.632,93

    3.195.646,47

    1.480.669,07

    1.817.943,581.954.090,35

    1.581.663,421.691.511,74

    1.000.000,00

    1.500.000,00

    2.000.000,00

    2.500.000,00

    3.000.000,00

    3.500.000,00

    4.000.000,00

    4.500.000,00

    5.000.000,00

    5.500.000,00

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    ADH Berlaku ADH Konstan 2000

    Pada tabel di atas dapat dilihat angka PDRB, Perkembangan

    Ekonomi, dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu selama tahun 2008

    2012. Perkembangan Ekonomi menjelaskan tentang perkembangan

    perekonomian suatu daerah yang terlihat melalui besaran PDRB ADH Berlaku

    pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya. Sedangkan

    Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari besarnya nilai PDRB ADH Konstan

    2000 pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai tahun sebelumnya,

    dimana penggunaan nilai harga atas dasar harga konstan ini dimaksudkan

    untuk menghindari pengaruh perubahan harga, sehingga perubahan yang

    diukur merupakan pertumbuhan riil ekonomi. Perlu diketahui bahwa dalam

    publikasi ini, istilah perkembangan dan pertumbuhan dimaksudkan untuk

    memudahkan dalam membedakan penafsiran pertumbuhan ekonomi riil (ADH

    Konstan 2000) dengan pertumbuhan non-riil (ADH Berlaku).

    Gambar 4.PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 di Kabupaten Luwu, 2008 2012

    (Juta Rupiah)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • BAB IV ANALISIS PDRB

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 41

    Pada tahun 2012, PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu mencapai

    nilai 5.030.495,95 juta rupiah. Dibandingkan tahun 2011, angka PDRB ini

    meningkat cukup signifikan yaitu sekitar 679.345,55 juta rupiah atau naik

    sekitar 15,61 persen. Hal yang sama juga terjadi pada tahun 2011, 2010, dan

    2009. Selama kurun waktu tersebut, PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu

    secara terus-menerus mengalami peningkatan. Jika pada tahun 2008 PDRB

    ADH Berlaku Kabupaten Luwu mencapai angka 2.696.359,13 juta rupiah, di

    tahun 2009 meningkat sekitar 18,52 persen menjadi 3.195.646,48 juta

    rupiah, di tahun 2010 meningkat sekitar 16,33 persen menjadi 3.195.646,47

    juta rupiah, dan di tahun 2011 meningkat sekitar 17,04 persen menjadi

    4.351.150,40

    Sedangkan atas dasar harga konstan tahun 2000, PDRB Kabupaten

    Luwu setiap tahunnya juga mengalami peningkatan secara terus menerus.

    Pada tahun 2012, PDRB ADH Konstan 2000 Kabupaten Luwu mencapai

    1.954.090,35 juta rupiah atau naik sekitar 136.146,77 juta rupiah, bertumbuh

    sekitar 7,49 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan tahun 2011 mencapai

    1.817.943,58 juta rupiah atau naik sekitar 126.431,84 juta rupiah atau

    bertumbuh sekitar 7,47 persen dibandingkan tahun 2010 yang nilainya

    mencapai 1.691.511,74 juta rupiah. Kenaikan juga terjadi pada tahun 2009,

    yaitu sekitar 100.994,34 juta rupiah atau sekitar 6,82 persen.

    4.2 PERBANDINGAN PDRB KABUPATEN LUWU, DAERAH LUWURAYA, DAN PROVINSI SULAWESI SELATAN

    Berikut akan ditampilkan kontribusi PDRB ADH Berlaku Kabupaten

    Luwu terhadap PDRB ADH Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan selama tahun

    2008 2012.

  • ANALISIS PDRB BAB IV

    42 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Tabel 3. PDRB ADH Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan dan Kabupaten Luwu,2008 2012

    Tahun PDRB Prov. Sul-Sel(Juta Rupiah)

    PDRB Kab. Luwu(Juta Rupiah)

    Kontribusi Kab. Luwuterhadap Prov. Sul-Sel

    (Persen)

    (1) (2) (3) (4)2008 85.143.191,27 2.696.359,14 3,172009 99.954.589,75 3.195.646,47 3,202010 117.862.210,18 3.717.632,93 3,152011* 137.389.811,17 4.351.150,40 3,172012** 159.427.096,97 5.030.495,95 3,16Rata-Rata 3,17

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    PDRB ADH Berlaku Kabupaten Luwu tahun 2012 mencapai nilai sebesar

    5.030.495,95 juta rupiah, dan dari tahun 2008 s/d 2012 terus mengalami

    peningkatan. Namun, jika melihat kontribusi PDRB ADH Berlaku Kabupaten

    Luwu terhadap PDRB ADH Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan dari tahun 2008

    s/d 2012 dapat dikatakan sedikit berfluktuasi, jika dirata-ratakan diperoleh

    angka sekitar 3,17 persen per tahun. Pada tahun 2012, kontribusinya

    terhadap PDRB ADH Berlaku Provinsi Sulawesi Selatan adalah sebesar 3,16

    persen sedikit mengalami penurunan jika dibandingkan tahun 2011.

    Sedangkan tahun 2011, kontribusinya terhadap PDRB ADH Berlaku Provinsi

    Sulawesi Selatan sebesar 3,17 persen mengalami kenaikan bila dibandingkan

    tahun 2010 yang memiliki angka 3,15 persen. Tahun 2009, kontribusinya

    relatif lebih besar yaitu sekitar 3,20 persen bila dibandingkan dengan tahun

    2008 yang sekitar 3,17 persen. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel

    3 di atas.

  • BAB IV ANALISIS PDRB

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 43

    Tabel 4. PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 Kabupaten/Kota se-DaerahLuwu Raya, 2012**

    Kab./Kota

    P D R B Peringkatse-Luwu RayaPeringkat

    se-Provinsi Sulsel

    ADHBerlaku

    (Juta Rupiah)

    ADHKonstan 2000(Juta Rupiah)

    ADHBerlaku

    ADHKonstan

    2000

    ADHBerlaku

    ADHKonstan

    2000

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)Luwu 5.030.495,95 1.954.090,35 2 2 9 9Luwu Utara 4.155.914,76 1.777.250,81 3 3 11 11Luwu Timur 10.289.176,71 4.761.376,50 1 1 3 2Palopo 2.637.545,42 1.087.419,80 4 4 18 15Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : ** Angka Sangat Sementara

    PDRB ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000 Kabupaten Luwu tahun

    2012 menduduki peringkat ke-2 bila dibandingkan dengan kabupaten/kota

    lain se-Luwu Raya (Luwu, Luwu Utara, Luwu Timur, dan Palopo). Jika

    dibandingkan dengan kabupaten/kota lain se-Sulawesi Selatan, PDRB ADH

    Berlaku Kabupaten Luwu berada di peringkat 9. Peringkat ini mengalami

    peningkatan jika dibandingkan tahun 2011 yang menduduki peringkat 8.

    Sementara, peringkat PDRB ADH Konstan 2000 tahun 2012 Kabupaten Luwu

    tidak mengalami pergeseran dibandingkan tahun sebelumnya dan tetap di

    peringkat 9.

  • ANALISIS PDRB BAB IV

    44 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

  • BAB VPERTUMBUHAN

    EKONOMI

  • Perekonomian suatu wilayah dikatakanmengalami pertumbuhan apabila jumlah balas jasariil (total nilai) terhadap penggunaan faktor-faktorproduksi pada tahun tertentu lebih besardibandingkan tahun sebelumnya. Pembangunanekonomi mendorong pertumbuhan ekonomi, dansebaliknya, pertumbuhan ekonomi memperlancarproses pembangunan ekonomi.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 47

    BAB V

    PERTUMBUHAN EKONOMI

    5.1 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN LUWU

    Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu nilai ukur dari hasil

    pembangunan yang telah dirasakan, khususnya dalam bidang ekonomi.

    Indikator ini dapat pula dipakai untuk menentukan arah kebijakan

    pembangunan yang akan datang. Karena pada dasarnya aktivitas ekonomi

    adalah suatu proses penggunaan faktor-faktor produksi untuk menghasilkan

    barang dan jasa (out put), maka pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat

    memberi dampak pada peningkatan pendapatan masyarakat sebagai pemilik

    faktor produksi.

    Pertumbuhan suatu wilayah dapat saja terjadi tanpa memberi

    dampak positif pada tingkat kesejahteraan masyarakat. Hal ini bisa

    disebabkan karena tingkat pertumbuhan penduduk yang lebih tinggi daripada

    tingkat pertumbuhan pendapatan di wilayah tersebut. Bagi daerah, indikator

    ini sangat dibutuhkan untuk menilai kinerja pembangunan yang telah

    dilaksanakan, serta berguna pula untuk menentukan arah pembangunan pada

    masa yang akan datang. Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari besarnya

    nilai PDRB pada tahun tertentu dibandingkan dengan nilai PDRB pada tahun

    sebelumnya, dimana nilai PDRB yang digunakan adalah nilai PDRB atas dasar

    harga konstan. Harga konstan yang digunakan adalah data harga tahun 2000.

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    48 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    6,826,95

    7,497,47

    5,74

    4,00

    5,00

    6,00

    7,00

    8,00

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    Gambar 5.Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Luwu tahun 2012 sebesar 7,49

    persen. Angka tersebut mengalami sedikit peningkatan jika dibandingkan

    tahun 2011 dimana pertumbuhannya sebesar 7,47 persen. Dari tahun 2008

    hingga 2012, ekonomi Kabupaten Luwu terus bertumbuh. Pada tabel di

    bawah disajikan pertumbuhan PDRB Kabupaten Luwu tahun 2008 2012

    berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. Pertumbuhan PDRB

    berdasarkan harga konstan dapat dikatakan sebagai pertumbuhan ekonomi

    secara riil karena tidak dipengaruhi oleh faktor inflasi pada harga.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 49

    Tabel 5. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Luwu ADH Berlaku dan ADH Konstan 2000,2008 2012

    TahunADH Berlaku ADH Konstan 2000

    Nilai PDRB(Juta Rupiah)

    Perkembangan(Persen)

    Nilai PDRB(Juta Rupiah)

    Pertumbuhan(Persen)

    (1) (2) (3) (4) (5)2008 2.696.359,13 19,62 1.480.669,47 5,742009 3.195.646,48 18,52 1.581.663,43 6,822010 3.717.632,93 16,33 1.691.511,74 6,952011* 4.351.150,40 17,04 1.817.943,58 7,472012** 5.030.495,95 15,61 1.954.090,35 7,49Rata2 3.798.256,98 17,42 1.705.175,71 6,89

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Luwu dalam kurun waktu tahun

    2008 2012 menunjukan trend yang terus menerus mengalami kenaikan.

    Angka 6,82 persen pada tahun 2009 dapat dikatakan mengalami kenaikan

    drastis jika dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,74 persen. Hal ini

    berarti ekonomi Kabupaten Luwu bertumbuh lebih cepat 1,08 persen

    dibandingkan tahun 2008. Pada tahun 2010, ekonomi Kabupaten Luwu

    semakin cepat bertumbuh mencapai 6,95 persen. Angka ini mengalami

    peningkatan sebesar 0,13 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Sedangkan di tahun 2011, pertumbuhannya mencapai 7,47 persen,

    meningkat 0,52 persen dari tahun sebelumnya, dan di tahun 2012,

    pertumbuhannya mencapai 7,49, atau sedikit meningkat 0,02 persen dari

    tahun lalu. Selama periode tahun 2008 2012 pertumbuhan ekonomi

    Kabupaten Luwu relatif stabil dengan rata-rata pertumbuhan 6,89 persen per

    tahun, sedikit lebih baik dibanding rata-rata sebelumnya yang mencapai 6,50

    per tahun.

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    50 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    7,78

    6,23

    8,19

    5,74

    7,47 7,496,95

    6,82

    7,61

    8,37

    4,00

    5,00

    6,00

    7,00

    8,00

    9,00

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    Kabupaten Luwu Provinsi Sulawesi Selatan

    Gambar 6.Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Luwu dan Provinsi Sulawesi Selatan,

    2008 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    Pada tahun 2012, pertumbuhan ekonomi Kabupaten Luwu lebih

    rendah dibandingkan Provinsi Sulawesi Selatan. Hal ini menandakan bahwa

    pergerakan perekonomian Provinsi Sulawesi Selatan di tahun 2012 meningkat

    signifikan, yaitu sekitar 8,37 persen atau meningkat 0,76 persen dibandingkan

    tahun sebelumnya. Berbeda saat tahun 2011, dimana pertumbuhan

    ekonominya sempat melambat sedikit pergerakannya dari angka 8,19 persen

    pada tahun 2010 menjadi 7,61 persen pada tahun 2011. Jika dilihat dari

    kurun waktu tahun 2008 2012, pertumbuhan ekonomi Provinsi Sulawesi

    Selatan mengalami fluktuasi percepatan dari tahun ke tahun. Berbeda dengan

    Kabupaten Luwu yang terus mengalami peningkatan setiap tahunnya dari

    tahun 2008 dengan angka 5,74 persen hingga tahun 2012 mencapai angka

    7,49 persen.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 51

    Dari gambaran tersebut dapat dikatakan bahwa pemerintah daerah

    sebagai regulator roda perekonomian di Kabupaten Luwu berhasil

    menerapkan program-program yang menunjang perekonomian di wilayah ini.

    Namun begitu, tetap harus diupayakan agar pencapaian ini wajib dinikmati

    oleh seluruh masyarakat di Kabupaten Luwu tanpa terkecuali, tidak hanya

    sebagian masyarakat ataupun golongan tertentu.

    5.2 PERTUMBUHAN RIIL SEKTOR EKONOMI

    Pertumbuhan riil setiap sektor ekonomi dapat dilihat pada seberapa

    besar kontribusi masing-masing sektor terhadap pembentukan PDRB pada

    tahun tertentu dibandingkan dengan nilai kontribusi tahun sebelumnya.

    Tabel 6. Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi di Kabupaten Luwu, 2008 2012

    Sektor EkonomiPertumbuhan (Persen)

    2008 2009 2010 2011* 2012**(1) (2) (3) (4) (5) (6)1. Pertanian 2,99 6,97 5,92 6,75 7,602. Pertambangan & Penggal. -0,96 3,28 -0,88 17,14 9,723. Industri Pengolahan 7,39 -3,03 3,56 1,74 1,814. Listrik, Gas, & Air Bersih 12,34 4,82 11,03 16,46 16,895. Bangunan 8,32 6,76 3,93 12,69 8,406. Perdag., Hotel, & Restoran 20,20 14,37 18,59 14,92 12,017. Pengangkutan & Komunikasi 11,72 10,93 10,94 11,36 17,198. Keuangan, Persewaan, & JasaPerusahaan 8,59 8,13 23,42 10,44 12,429. Jasa-Jasa 5,73 8,72 3,38 3,36 2,67

    Pertumbuhan Ekonomi 5,74 6,82 6,95 7,47 7,49Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    52 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    5,92

    -0,8

    8

    3,56

    11,0

    3

    3,93

    18,5

    9

    10,9

    4

    23,4

    2

    3,38

    6,75

    1,74

    16,4

    6

    12,6

    9 14,

    92

    11,3

    6

    7,6

    9,72

    1,81

    16,8

    9

    8,4

    12,0

    1

    17,1

    9

    12,4

    2

    2,673,

    36

    17,1

    4

    10,4

    4

    -5

    0

    5

    10

    15

    20

    25

    1 2 3 4 5 6 7 8 9

    2010 2011* 2012**

    Selama kurun waktu tahun 2008-2012, pertumbuhan riil masing-

    masing sektor ekonomi Kabupaten Luwu terlihat berfluktuasi, namun secara

    umum pertumbuhan ekonomi meningkat dari tahun ke tahun. Pada tabel 6

    terlihat bahwa sektor 7 (Pengangkutan dan Komunikasi) mengalami kenaikan

    pertumbuhan yang paling tinggi dibandingkan sektor lain. Sementara yang

    terendah adalah sektor 3 (Industri Pengolahan).

    Gambar 7.Pertumbuhan Riil Sektor Ekonomi di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    Pada grafik di atas, terlihat perbandingan pertumbuhan sektoral

    antar tahun 2010 2012 di Kabupaten Luwu. Dalam hal ini, pertumbuhan

    sektoral baiknya diperbandingkan dan dianalisis antar tahun sebelumnya

    berdasarkan sektor ekonominya. Dengan begitu, terlihat pola atau

    kecenderungan pergerakan nilainya dari tahun ke tahun. Perlu diketahui,

    nomor urut sektor (1 s/d 9) sesuai dengan yang ada di tabel 6 sebelumnya.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 53

    5.3 PERTUMBUHAN RIIL SEKTOR EKONOMI BERDASARKAN SUB-SEKTOR

    PDRB Sektoral atau PDRB menurut lapangan usaha dikelompokkan

    kedalam 9 sektor, dimana masing-masing sektor dirinci menjadi sub-sektor.

    Pertumbuhan riil sektor ekonomi Kabupaten Luwu akan dijelaskan menurut

    urutan sektor nomor urut terkecil (sektor 1 s/d sektor 9).

    1. Sektor 1 (Pertanian)

    Sektor pertanian terdiri dari 5 sub-sektor yaitu tanaman bahan

    makanan, perkebunan, peternakan & hasil-hasilnya, kehutanan dan

    perikanan. Pertumbuhan sektor pertanian selama tahun 2008-2012 dapat

    dilihat pada tabel 7. Pertumbuhan Sektor 1 (Pertanian) tahun 2012 sebesar

    7,60 persen. Angka tersebut melaju cepat jika dibandingkan dengan

    pertumbuhan di tahun 2011 hanya mencapai 6,75 persen.

    Tabel 7. Pertumbuhan Sektor 1 (Pertanian) Berdasarkan Sub-Sektornyadi Kabupaten Luwu, 2008 2012

    Sub-SektorPertumbuhan (Persen)

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)a. Tanaman Bahan Makanan 9,02 9,40 1,90 -2,01 4,79b. Tanaman Perkebunan -4,69 1,37 2,96 4,98 3,74c. Peternakan & Hasil2nya 4,84 5,31 8,56 8,14 7,11d. Kehutanan -4,93 -8,88 -6,09 4,63 3,92e. Perikanan 46,52 31,18 21,28 20,18 20,05Sektor 1 2,99 6,97 5,92 6,75 7,60

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    54 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Pada sub-sektor tanaman bahan makanan yaitu padi palawija,

    tanaman padi sebagai penyumbang NTB terbesar karena mengalami kenaikan

    produksi. Faktor utama yang mempengaruhi kenaikan tersebut adalah

    bertambahnya luas tanam padi akibat berfungsinya saluran irigasi untuk

    sebagian besar lahan di Kecamatan Lamasi, Bajo, Ponrang, Kamanre,

    Ponrang Selatan, Belopa Utara, dan kecamatan lain disekitarnya. Selain itu,

    ikut mendukung pula curah hujan dengan intensitas curah hujan yang cukup

    tinggi serta berkurangnya hama dan penyakit. Faktor-faktor tersebut yang

    menyebabkan meningkatnya produksi padi di Kabupaten Luwu pada tahun

    2012.

    Untuk tanaman jagung sebagai penyumbang kedua terbesar pada

    tanaman Padi Palawija ini, dimana produksinya sempat mengalami penurunan

    sebesar 28,11 persen dibandingkan pada tahun sebelumnya, komoditi

    Sayuran, terjadi pertumbuhan kontraksi (tumbuh negatif) sebesar (50,56)

    persen, hal ini disebabkan karena turunnya produksi tersebut, khususnya

    komoditi Terung, Bayam, Cabe dan Kangkung. Sementara itu tanaman Buah-

    Buahan, komoditi Durian mengalami kenaikan produksi besar-besaran sekitar

    207,50 persen dibandingkan tahun 2011, begitu pula terhadap komoditi

    Langsat juga mengalami kenaikan produksi sekitar 136,77 persen dibanding

    tahun 2011. Hal ini yang menyebabkan pertumbuhan tanaman Buah-Buahan

    bergerak lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya.

    Di Sub-Sektor Perkebunan, beberapa komoditi unggulan mengalami

    kenaikan produksi seperti : Lada, Kelapa Sawit, Aren (Enau), Kapuk, Jambu

    Mete, Kakao, Kelapa Dalam dan Hibrida, dan Cengkeh. Hal ini yang membuat

    pertumbuhan sub-sektor perkebunan sebesar 3,74 persen, atau

    pertumbuhannya sedikit melambat sekitar 1,24 persen dibanding tahun 2011.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 55

    Sub-Sektor Peternakan tumbuh cukup baik, yakni sekitar 7,11

    persen. Penopangnya adalah adanya program bantuan pemerintah daerah

    terhadap kelompok tani ternak besar yaitu jenis Sapi, jenis ternak besar dan

    ternak kecil seperti Kerbau, Kuda, Babi, Kambing/Domba, serta jenis unggas

    seperti Itik/ Unggas lainnya, Ayam Kampung, Ayam Ras Pedaging, dan Ayam

    Ras Petelur ikut serta memberi kontribusi yang positif terhadap pertumbuhan

    sub-sektor peternakan & hasil-hasilnya.

    Sub-Sektor Kehutanan mengalami peningkatan produksi hampir di

    semua komoditinya, seperti kayu meranti, kayu jati, dan kayu rimba

    campuran. Hal ini yang membuat sub-sektor kehutanan mengalami

    pertumbuhan positif sebesar 3,92 persen di tahun 2012 atau sedikit

    melambat pertumbuhannya sekitar 0,71 persen dibanding tahun 2011 yang

    mencapai 4,63 persen.

    Sementara itu, Sub-Sektor Perikanan adalah sub sektor terbesar

    kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi sektor pertanian yakni sebesar

    20,05 persen, walaupun sedikit melambat pertumbuhannya jika dibandingkan

    tahun 2011 yang mencapai 20,18 persen. Produksi perikanan diperoleh dari

    penangkapan ikan di laut dan berkembangnya usaha pembudidayaan ikan

    yang memanfaatkan air payau sebagai medianya. Serta pembudidayaan hasil

    laut lainnya seperti rumput laut.

    Gambar 8 memperlihatkan grafik pertumbuhan sektor 1 (pertanian)

    berdasarkan sub-sektornya selama kurun waktu tahun 2010-2012, terlihat

    jelas bahwa pertumbuhan di sektor ini berfluktuasi selama 3 tahun terakhir.

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    56 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    2,96 4,98 3,74

    8,56 8,14 7,11

    (6,09)

    4,63 3,92

    21,28 20,18 20,05

    (2,01)

    4,791,90

    (10,00)

    0,00

    10,00

    20,00

    30,00

    40,00

    2010 2011* 2012**

    Tanaman Bahan Makanan Tanaman PerkebunanPeternakan dan Hasil-Hasilnya KehutananPerikanan

    Gambar 8.Pertumbuhan Sektor 1 (Pertanian) Berdasarkan Sub-Sektornya

    di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    2. Sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian)

    Sektor pertambangan dan penggalian terdiri dari 3 sub-sektor yakni

    sub-sektor minyak dan gas bumi, pertambangan non migas dan penggalian.

    Tabel 8. Pertumbuhan Sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) BerdasarkanSub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012

    Sub-SektorPertumbuhan (Persen)

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)a. Minyak dan Gas Bumi - - - - -b. Pertambangan Non-Migas - - - - -c. Penggalian -0,96 3,28 -0,88 17,14 9,72Sektor 2 -0,96 3,28 -0,88 17,14 9,72

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 57

    -0,88

    9,72

    17,14

    -2,00

    3,00

    8,00

    13,00

    18,00

    2010 2011* 2012**

    Penggalian

    Pertumbuhan sektor 2 (pertambangan dan penggalian) tahun 2012

    sebesar 9,72 persen, yang menandakan pertumbuhan sektor ini sedikit

    bertumbuh melambat dibandingkan tahun 2011 yang sempat mencapai 17,14

    persen. Sumbangsih satu-satunya diberikan oleh Sub-Sektor Penggalian,

    sementara itu Sub-Sektor Pertambangan Minyak dan Gas Bumi dan Sub-

    Sektor Pertambangan Non-Migas tidak ada karena di Kabupaten Luwu tidak

    ada tambang migas, kecuali tambang timah hitam di Kecamatan Walenrang

    Barat yang belum dieksploitasi melainkan masih dalam tahap eksplorasi.

    Gambar 9.Pertumbuhan Sektor 2 (Pertambangan dan Penggalian) Berdasarkan

    Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    3. Sektor 3 (Industri Pengolahan)

    Pertumbuhan sektor 3 (Industri Pengolahan), tahun 2012 sebesar

    1,81 persen. Di Sektor Industri Pengolahan, hanya Sub-Sektor Industri Tanpa

    Migas yang ada di Kabupaten Luwu, pertumbuhan tertingginya ada di

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    58 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    Kegiatan Tekstil, Barang Kulit dan Alas Kaki. Sementara, kegiatan utama yang

    memberikan sumbangsih terbesar dalam pembentukan NTB Sektor Industri

    Pengolahan adalah Kegiatan Barang Kayu dan Hasil Hutan Lainnya, dimana

    perusahaan yang bergerak di bidang ini adalah PT. Panca Usaha Palopo

    Plywood sebagai perusahaan plywood terbesar di Kabupaten Luwu dan

    hasilnya telah diekspor hingga ke luar negeri, dengan pertumbuhan tercatat

    sebesar 1,83 persen atau sedikit meningkat sebesar 1,01 persen di banding

    tahun 2011.

    Tabel 9. Pertumbuhan Sektor 3 (Industri Pengolahan) Berdasarkan Sub-Sektornyadi Kabupaten Luwu, 2008 2012

    Sub-SektorPertumbuhan (Persen)

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)

    a. Industri Migas: - - - - -1. Pengilangan Minyak Bumi - - - - -2. Gas Alam Cair - - - - -b. Industri Tanpa Migas: 7,39 -3,03 3,56 1,74 1,811. Makanan, Minuman, & Temb. 23,78 7,80 10,79 9,67 5,742. Tekstil, Brg. Kulit, & Alas Kaki 20,33 9,99 17,44 9,68 13,283. Brg. Kayu & Hasil Hutan Lainnya 6,19 -1,80 2,40 0,82 1,834. Kertas & Barang Cetakan 23,22 9,29 -16,69 5,02 5,975. Pupuk, Kimia, & Brg. dari Karet 33,47 9,40 16,55 11,17 13,076. Semen & Brg. Galian Non-Logam 8,97 -100,00 0,00 7,15 -7. Logam Dasar Besi & Baja - - - - -8. Alat Angk., Mesin, & Peralatannya 16,95 -1,52 9,55 11,83 8,139. Barang Lainnya 11,54 3,72 0,84 5,47 0,99

    Sektor 3 7,39 -3,03 3,56 1,74 1,81

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 59

    -3,03

    3,56

    1,811,74

    7,39

    -5,00

    0,00

    5,00

    10,00

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    Industri Tanpa Migas

    Gambar 10.Pertumbuhan Sektor 3 (Industri Pengolahan) Berdasarkan Sub-Sektornya

    di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    4. Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Bersih)

    Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Bersih) dengan laju pertumbuhan

    tahun 2012 sebesar 16,89 persen, atau sedikit meningkat sekitar 0,43 persen

    dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 16,46 persen di tahun 2011.

    Tabel 10. Pertumbuhan Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Bersih) BerdasarkanSub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2008 2012

    Sub-SektorPertumbuhan (Persen)

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    (1) (2) (3) (4) (5) (6)a. Listrik 14,39 4,58 12,16 17,93 13,98b. Gas - - - - -c. Air Bersih 4,94 5,78 6,65 10,46 29,58Sektor 4 12,34 4,82 11,03 16,46 16,89

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

  • PERTUMBUHAN EKONOMI BAB V

    60 PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA)

    6,65

    10,46

    29,58

    17,93

    13,9812,16

    0,00

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    25,00

    30,00

    2010 2011* 2012**

    Listrik Air Bersih

    Dari tabel 10 terlihat bahwa penyumbang utamanya ada di Sub-

    Sektor Air Bersih. Fenomena yang terjadi adalah semakin banyaknya

    perumahan, pertokoan, dan ruko yang dibangun di Kabupaten Luwu oleh

    para developer. Maka dari itu, semakin tinggi pula permintaan instalasi Air

    Bersih ke PDAM oleh masyarakat. Demikian pula pada Sub-Sektor Listrik

    dimana jumlah permintaan instalasi Listrik juga mengalami kenaikan akibat

    besarnya permintaan masyarakat.

    Gambar 11.Pertumbuhan Sektor 4 (Listrik, Gas, dan Air Bersih)

    Berdasarkan Sub-Sektornya di Kabupaten Luwu, 2010 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara

    5. Sektor 5 (Bangunan)

    Sektor 5 (bangunan), dengan laju pertumbuhan tahun 2012 sebesar

    8,40 persen. Angka ini tumbuh melambat jika dibandingkan pertumbuhan

    tahun 2011 yang sempat mencapai 12,69 persen.

  • BAB V PERTUMBUHAN EKONOMI

    PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KABUPATEN LUWU 2013(BERDASARKAN LAPANGAN USAHA) 61

    6,763,93

    8,4

    12,69

    8,32

    0,00

    5,00

    10,00

    15,00

    20,00

    2008 2009 2010 2011* 2012**

    Sektor Bangunan

    Gambar 12.Pertumbuhan Sektor 5 (Bangunan) di Kabupaten Luwu, 2008 2012 (Persen)

    Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten LuwuCatatan : * Angka Sementara

    ** Angka Sangat Sementara