pcm-mux (pulse code modulation mux)

Upload: arya-wahyu-wibowo

Post on 15-Jul-2015

757 views

Category:

Documents


8 download

DESCRIPTION

Pulse Code Modulation Mux

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

LABORATORIUM SISTEM TELEKOMUNIKASISEMESTER IV TH 2010/2011

JUDUL

( PCM T-MUX) PCM TIME MULTIPLEX GRUP 1 TELKOM 4A

PROGRAM STUDI TEKNIK TELEKOMUNIKASI

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA

Pembuat Laporan

: Kelompok 1

Nama Praktikan

: 1. Ade Kamilia 2. Adi Rizky Pratomo 3. Arya Wahyu Wibowo 4. Darmawati Anggraini

(1309030305) (130903031Z) (1309030197) (1309030349)

Tanggal Selesai Praktikum

: 11 Mei 2011

Tanggal Penyerahan Laporan : 18 Mei 2011

Nilai

:

Keterangan

:

PCM TIME MULTIPLEX ( PCM T-MUX)

I.

TUJUAN 1. Menentukan beberapa karakterisitk / keistimewaan dari PCM Time Multiplex. 2. Menjelaskan fungsi masing masing bagian dan step dari proses sinyal. 3. Menjelaskan beberapa kesalahan yang terdapat pada sistem PCM T-MUX.

II.

DIAGRAM RANGKAIAN

Gambar 1.

III.

ALAT DAN KOMPONENy y y y y y y y 2 Pulse Amplitude Modulator 2 Pulse Amplitude Demodulator 1 Pulse Code Modulator 1 Pulse Code Demodulator 1 Clock Generator 1 DC Power Supply 2 Function Generator 1 Dual Trace Oscilloscope 15 volt

IV.

PENDAHULUANMerupakan pengembangan dari PAM T-MUX yaitu dengan memperluaskan menjadi PCM Time Multiplexer. Sebuah pengkodean PCM tersedia dalam jalur transmisi PAM pada bagian pemancar dan pada bagian penerimanya terpasang sebuah decoder PCM.

Gambar 2.

Kekurangan kekurangan dalam sistem PAM dapat dihindari dengan menstransmisikan sinyal digital sebagai ganti dari amplitudo pulsa.

Perbandingan sinyal terhadap noise ( S/N) tidak tergantung dari panjang saluran yang digunakan dalam saluran transmisi. Pengolahan data data mudah dilakukan dan sebagian besar interferensi pada saluran dapat ditekan. Menurut ketentuan CCITT, sistem PCM 30 menggunakan transmisi PC Multiplexer. Hubungan dengan waktu dapat diperlihatkan pada gambar di bawah ini :

Gambar 3.

Frekuensi sampling adalah 8 KHz yang menghasilkan sebuah lebar pulsa frame 125 s. Nilai nilai sample kemudian dikodekan dalam pengkodean non linear ke 8 bit kata sehingga pada output sinyal biner 30 KHZ x 8 bits = 1920 Kbit/sec siap untuk transmisi PCM. Sinyal ini juga melalui 2 kanal, masing masing 64 Kbit untuk sinkronisasi transmisi dan nada pilih sehingga secara bersamaan sebuah output sinyal sebesar 2049 Kbit/sec telah dihasilkan. Dalam percobaan ini digunakan lebar pulsa frame 125 s dan ditransmisikan 2 kanal pembicaraan. Sebuah kanal yang terpisah digunakan untuk sinkronisasi sinyal. Transmisi PCM membutuhkan waktu dan delay sinyal yang terbatas, maka unit demultiplexer telah menyediakan sinyal sinyal sample yang tertunda.

V.

LANGKAH PERCOBAAN

5.1

Hubungkan rangkaian seperti Gambar 1. Gunakan sinyal sinyal sbb :

Kanal A : Gelombang Sinusoida 400 Hz, 2 Vpp (1) Kanal B : Gelombang Segitiga 600 Hz, 2 Vpp (2) Atur pulsa sampling dari clock generator hingga maximum dengan mengatur tp, hingga sinyal sinyal pada output D sama jauhnya.

5.2

Tunjukkan sinyal pada input coder (3) dan output PCM decoder (5) Gambar hasilnya pada lembar kerja 1 dan berikan penjelasan.

5.3

Tunjukkan sinyal PCM pada saluran transmisi (4) Gambar hasilnya dan jelaskan !

5.4

Tunjukkan sinyal output dari PCM decoder (5) dan output PAM demodulator (x) pada osiloskop. Gambar hasilnya pada lembar kerja 2 dan terangkan proses dari sinyal tersebut !

5.5

Bandingkan sinyal input dan sinyal output pada kanal A dan kanal B ( 1 dan 6, 2 dan 7). Berikan komentar tentang kualitas transmisi dan amati serta jelaskan pengaruh perubahan tp.

VI.

DATA PERCOBAAN

VII.

ANALISARangkaian PCM T-Mux ini merupakan pengembangan dari PAM T-Mux. Caranya adalah dengan memasukkan output dari rangkaian PAM T-Mux ke dalam rangkaian PCM coder (PCM modulator). Dengan kata lain, sinyal ouput yang dihasilkan merupakan sinyal PAM T-Mux yang diubah menjadi kode bit-bit digital (8 bit). Pada percobaan ini digunakan dua kanal input sinyal informasi. Kanal pertama (kanal A) mengunakan gelombang sinusoida 2 Vpp dengan frekuensi 400 Hz. Kanal kedua (kanal B) menggunakan gelombang segitiga 2 Vpp dengan frekuensi 600 Hz. Seperti pada PAM T-Mux, pembagian kanal transmisi berdasarkan waktu (time multiplexing) diatur oleh clock sampling dari clock

generator. Delay antara clock kanal pertama dan kedua diatur sejauh mungkin (maksimum) agar tidak terjadi interferensi. Pada rangkaian PCM modulator dan demodulator, digunakan output D dari clock generator. Sinyal ini merupakan gabungan dari clock smapling kanal pertama dan kedua. Pada rangkaian PAM demodulator digunakan clock sampling yang sama dengan rangkaian modulator. Gelombang informasi kemudian dimasukkan ke rangkaian PAM modulator pada masing-masing kanal. Pada rangkaian ini gelombang tersebut disampling sesuai dengan clock sampling pada setiap kanal. Lalu gelombang output dari kedua kanal digabungkan dan ditransmisikan dalam satu saluran transmisi. Hasilnya seperti yang ditunjukkan pada oscilloscope. Pada gelombang output terlihat adanya hasil sampling dari gelombang sinus (kanal A) dan gelombang segitiga (kanal B). kedua hasil sampling ini dapat disatukan dalam satu saluran transmisi dikarenakan adanya selisih waktu (delay) pada proses sampling. Sehingga pada output terlihat seakan-akan kedua gelombang input disampling bergantian. Output dari PAM modulator ini dimasukkan ke rangkaian PCM modulator. Rangkaian ini menggunakan sinyal SYN (synchronous) pada proses konversi analog ke digital, dan menggunakan sinyal CK pada proses konversi parallel ke serial. Sinyal SYN berasal dari sinyal output D dari clock generator, sedangkan sinyal CK berasal dari sinyal SYN yang diubah menjadi sinyal 8 bit. Pada oscilloscope, terlihat bahwa output dari rangkaian ini berupa sinyal digital 8 bit. Hal ini sesuai dengan teori, yaitu sinyal PAM dari kedua kanal digabungkan dan diubah menjadi sinyal digital 8 bit. Jadi sinyal PCM T-Mux merupakan sinyal digital 8 bit. Selanjutnya, sinyal PCM T-Mux dimasukkan ke dalam rangkaian PCM decoder (PCM demodulator). Pada rangkaian ini juga digunakan sinyal SYN dan CK, yang sama dengan yang digunakan pada PCM coder. Pada oscilloscope, terlihat bahwa output rangkaian ini berupa sinyal sample dari gelombang sinus dan segitiga. Akan tetapi, hasil ini berbeda jika dibandingkan dengan sinyal input PCM coder (sinyal PAM). Pada sinyal PAM, gelombang input disample terhadap ground (level tegangan 0). Pada step-step sampling terjadi transisi dari level tegangan gelombang input dan level tegangan 0, dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan kedua gelombang input disampling secara terpisah dengan waktu clock yang berbeda. Sedangkan pada sinyal output PCM decoder, terlihat seakan-akan sinyal kedua gelombang input disampling secara bersamaan. Pada step-step sampling terjadi transisi dari level tegangan gelombang sinus ke level tegangan gelombang segitiga,

dan sebaliknya. Sehingga dapat dikatakan bahwa sinyal input PCM coder (sinyal PAM) merupakan hasil sampling dari kedua gelombang input yang digabungkan, sedangkan sinyal output PCM decoder berupa sampling dari gabungan kedua gelombang input. Untuk mendapatkan gelombang output yang sama dengan gelombang input semula, gelombang dari PCM decoder dimasukkan ke dalam rangkaian PAM demodulator kanal A dan B. pada PAM demodulator digunakan clock yang sesuai dengan masing-masing kanal. Demodulator akan memisahkan gelombang kanal A dan B. Dengan demikian akan dihasilkan gelombang output yang sesuai dengan input masing-masing kanal. Hasilnya seperti yang terlihat pada oscilloscope. Pada titik X (demodulator kanal B), dihasilkan gelombang segitiga. Hal ini menunjukkan bahwa demodulator dengan clock yang sesuai akan mengambil (memisahkan) gelombang segitiga dari gelombang output PCM decoder. Akan tetapi, gelombang ini masih kurang sempurna, tidak sama dengan gelombang input. Hal ini dikarenakan pada titik X gelombang belum melewati filter. Lalu, pada masing-masing kanal dilihat output akhirnya. Pada kanal A didapatkan gelombang sinus, sama seperti gelombang input. Pada kanal B didapatkan gelombang segitiga seperti pada gelombang input. Kedua gelombang ini sempurna (tanpa cacat) seperti gelombang input semula. Hal ini membuktikan bahwa system PCM T-Mux dapat mengantisipasi noise pada saat transmisi. Hal ini dikarenakan sinyal dikirimkan dalam bentuk bit-bit digital. Apabila delay pada clock diubah (dikurangi), bentuk gelombang akan berubah. Jika delay terus dikurangi, bentuk gelombang semakin lama semakin terlihat tidak sempurna. Hal ini dikarenakan adanya intrferensi yang disebabkan clock sampling kedua kanal memiliki waktu yang sama atau delay yang sangat kecil. Dengan demikian, pada system ini masih dimungkinkan terjadi interferensi karena hal ini terjadi saat proses modulasi PAM.

VIII. KESIMPULAN y PCM T-Mux merupakan proses pengubahan sinyal PAM T-Mux menjadi bit-bitdigital (8 bit) sebelum ditransmisikan.

y System PCM T-Mux aman dari noise saat transmisi karena sinyalditransmisikan dalam bentuk bit-bit digital.

y Pada system PCM T-Mux masih dimungkinkan terjadinya interferensi karenahal ini terjadi saat proses modulasi PAM.

IX.

REFERENSIPulse-code modulasi (PCM) adalah metode yang yang digunakan oleh Alec untuk digital merupakan sampel analog sinyal, diciptakan

Reeves pada tahun 1937. Ini adalah bentuk standar untuk audio digital di komputer dan berbagai Blu-ray , Compact Disc dan DVD format, serta menggunakan lain seperti digital telepon sistem. Sebuah stream PCM adalah representasi digital dari sinyal analog, di mana besarnya sinyal analog adalah sampel secara teratur pada interval yang seragam, dengan masing-masing sampel yang terkuantisasi ke nilai terdekat dalam jarak langkah digital. PCM sungai memiliki dua sifat dasar yang menentukan kesetiaan mereka untuk sinyal analog asli: dengan laju sampling , yang merupakan jumlah kali per detik bahwa sampel yang diambil, dankedalaman bit , yang menentukan jumlah nilai digital mungkin sampel masing-masing dapat ambil.

ModulasiDalam diagram, suatu gelombang sinus (kurva merah) adalah sampel dan terkuantisasi untuk kode modulasi pulsa. Gelombang sinus adalah sampel secara berkala, ditampilkan sebagai kutu pada sumbu x- . Untuk setiap sampel, salah satu dari nilai yang tersedia (kutu pada sumbu-y) yang dipilih oleh beberapa algoritma. Hal ini menghasilkan representasi sepenuhnya diskrit dari sinyal input (daerah diarsir) yang dapat dengan mudah disandikan sebagai data digital untuk penyimpanan atau manipulasi. Untuk contoh gelombang sinus di sebelah kanan, kita dapat memverifikasi bahwa nilai-nilai terkuantisasi pada saat pengambilan sampel adalah 7, 9, 11, 12, 13, 14, 14, 15, 15, 15, 14, dll Encoding nilai-nilai ini sebagai bilangan biner akan menghasilkan set berikut camilan : 0111 (2 3 0 2 2 1 +2 1 +2 0 1 1 = 0 +4 +2 +1 = 7), 1001, 1011, 1100, 1101, 1110, 1110, 1111, 1111, 1111, 1110, dll nilai digital yang kemudian bisa lebih lanjut diproses atau dianalisis dengan tujuan khusus prosesor sinyal digital atau tujuan umum DSP.

Beberapa Pulse Code Modulation aliran juga bisa multiplexed ke dalam agregat yang lebih besar aliran data , umumnya untuk transmisi multiple stream melalui link fisik tunggal. Salah satu teknik ini disebut time-division

multiplexing atau TDM, dan secara luas digunakan, terutama dalam sistem telepon publik modern. Teknik lain disebut Frekuensi-division multiplexing , dimana sinyal diberikan frekuensi dalam spektrum, dan dikirim bersama dengan sinyal lain dalam spektrum tersebut. Saat ini, TDM jauh lebih banyak digunakan daripada FDM karena kompatibilitas alam dengan komunikasi digital, dan kebutuhan bandwidth pada umumnya rendah. Ada banyak cara untuk mengimplementasikan perangkat nyata yang melakukan tugas ini. Dalam sistem riil, alat seperti itu biasanya diterapkan pada satu sirkuit terpadu yang hanya kekurangan jam diperlukan untuk pengambilan sampel, dan biasanya disebut sebagai ADC (analog-ke-digital converter).Perangkat ini akan menghasilkan pada output mereka suatu representasi biner masukan kapan pun mereka dipicu oleh sinyal clock, yang kemudian akan dibaca oleh prosesor dari beberapa macam.

Sampling dan kuantisasi dari sinyal (merah) untuk PCM 4-bit Setelah disampling, sinyal akan diquantizasi, yaitu proses pembulatan nilainilai tegangan setelah disampling. Maksudnya ialah, saat kita melakukan sampling, maka kita membuat suatu pen-skala-an sehingga kita mengetahui ada berapa level quantisasi dalam suatu sinyal itu. Dalam hal quantisasi, skala pada quantisasi sinyal akan berbeda dari yang ujung(peak) daripada di lembah. Hal ini disebabkan, dalam

percapakan, pembicaraan sering dilakukan pada amplitudo rendah dan bukan amplitudo tinggi, kita pasti jarang bercakap-cakap dengan nada suara tinggi. Maka dari itu, skala pada lembah biasanya lebih banyak daripada skala di puncak. Hal ini digunakan pada proses selanjutnya yaitu companding (compressing & expanding). Proses ini membuat pen-skala-an menjadi tidak rata. Akan tetapi hal ini tidak menjadi masalah karena yang penting data tidak berubah dari 0 dan 1. Proses selanjutnya ialah pengkodean, yaitu membuat hasil setelah disampling menjadi memiliki nilai 0 dan 1. Setelah dilakukan proses ini, maka sinyal siap ditransmisikan. Tetapi bukan ditransmisikan secara serta merta, dalam pengiriman data, harus dilakukan modulasi agar bisa dikirimkan.

M e 2NKeterangan : N : Angka biner per code word M : Angka kuantisasi Level

N ! log 2 M

DemodulationUntuk menghasilkan output dari data sampel, prosedur modulasi diterapkan secara terbalik. Setelah setiap periode sampling telah berlalu, nilai berikutnya adalah membaca dan sinyal digeser ke nilai baru. Sebagai hasil dari transisi, sinyal akan memiliki sejumlah besar energi frekuensi tinggi. Untuk kelancaran keluar sinyal dan menghapus yang tidak diinginkan aliasing frekuensi, sinyal akan melewati filter analog yang menekan energi di luar rentang frekuensi yang diharapkan (yaitu, lebih besar dari frekuensi Nyquist s f / 2). Beberapa sistem menggunakan digital penyaringan untuk menghapus beberapa aliasing itu,

mengkonversi sinyal dari digital ke analog di sample rate yang lebih tinggi seperti yang analog filter diperlukan untuk anti-aliasing jauh lebih sederhana. Dalam beberapa sistem, tidak ada eksplisit penyaringan dilakukan sama sekali; seperti itu tidak mungkin untuk sistem apapun untuk mereproduksi sinyal dengan bandwidth

tak terbatas, kerugian yang melekat dalam sistem mengkompensasi artefak - atau sistem hanya tidak memerlukan presisi banyak. The Teorema

sampling menunjukkan bahwa perangkat praktis PCM, menyediakan frekuensi sampling yang cukup lebih besar dari sinyal input, dapat beroperasi tanpa memperkenalkan distorsi yang signifikan dalam band frekuensi yang dirancang mereka. Elektronik yang terlibat dalam menghasilkan sinyal analog yang akurat dari data diskrit mirip dengan yang digunakan untuk menghasilkan sinyal

digital. Perangkat ini DAC (-ke-analog konverter digital), dan mengoperasikan mirip dengan ADC. Mereka menghasilkan pada output mereka

suatu tegangan atau arus (tergantung pada jenis) yang merupakan nilai yang disajikan pada input mereka. Output ini kemudian akan secara umum disaring dan diperkuat untuk digunakan.

Digitasi sebagai bagian dari proses PCMDalam PCM konvensional, sinyal analog dapat diproses (misalnya,

dengan kompresi amplitudo ) sebelum menjadi digital. Setelah sinyal digital, sinyal PCM biasanya dikenakan untuk diproses lebih lanjut (misalnya, digital data kompresi ). PCM dengan kuantisasi linier dikenal sebagai Linear PCM (LPCM). Beberapa bentuk PCM menggabungkan pemrosesan sinyal dengan coding. versi lama dari sistem ini diterapkan pengolahan dalam domain analog sebagai bagian dari A / D proses; implementasi lebih baru melakukannya dalam domain digital. Teknik-teknik yang sederhana telah banyak dianggap usang oleh transformasi modern berbasis kompresi audio teknik.

DPCM mengkodekan nilai-nilai PCM sebagai perbedaan antara arus dan nilai prediksi. Sebuah algoritma memprediksi sampel berikutnya berdasarkan sampel sebelumnya, dan toko encoder hanya perbedaan antara prediksi dan nilai aktual. Jika prediksi ini masuk akal, lebih sedikit bit dapat digunakan untuk merepresentasikan informasi yang sama. Untuk audio, jenis pengkodean

mengurangi jumlah bit yang diperlukan per sampel sekitar 25% dibandingkan dengan PCM.

Adaptive DPCM (ADPCM) adalah varian dari DPCM yang bervariasi ukuran dari langkah kuantisasi, untuk memungkinkan pengurangan lebih lanjut dari bandwidth yang diperlukan untuk diberikansignal-to noise rasio .

Delta modulasi adalah bentuk DPCM yang menggunakan satu bit per sampel. Dalam telepon, sinyal audio standar untuk panggilan telepon tunggal

dikodekan sebagai sampel analog 8.000 per detik, dari 8 bit masing-masing, memberikan 64 kbit / s sinyal digital dikenal sebagaiDS0 . Default kompresi sinyal encoding pada DS0 adalah baik hukum- (mu-hukum) PCM (Amerika Utara dan Jepang) atau Undang-undang- PCM (Eropa dan sebagian besar dari seluruh dunia). Ini adalah sistem kompresi logaritmik dimana 12 atau 13-bit linear PCM jumlah sampel adalah dipetakan menjadi nilai 8-bit. Sistem ini dijelaskan oleh standar internasional G.711 . Suatu usulan alternatif untuk floating

point representasi, dengan-bit mantissa 5 dan-bit radix 3, ditinggalkan. Mana biaya sirkuit yang tinggi dan penurunan kualitas suara dapat diterima, kadang-kadang masuk akal untuk memampatkan sinyal suara lebih jauh. Algoritma ADPCM digunakan untuk memetakan serangkaian 8-bit-hukum atau sampel A-

hukum PCM menjadi serangkaian sampel ADPCM 4-bit. Dengan cara ini, kapasitas garis adalah dua kali lipat. Teknik ini rinci dalam G.726 standar. Kemudian ditemukan bahwa bahkan kompresi lebih lanjut adalah mungkin dan standar tambahan diterbitkan. Beberapa standar internasional menjelaskan sistem dan ide-ide yang dilindungi oleh hak paten milik pribadi dan dengan demikian penggunaan standar-standar ini mengharuskan pembayaran kepada pemegang paten. IP komunikasi. Beberapa teknik ADPCM yang digunakan pada Voice over

Encoding untuk transmisiPulse-code modulasi dapat berupa -kembali ke-nol (RZ) atau non-return-tozero (NRZ). Untuk sistem NRZ akan disinkronisasi menggunakan informasi diband, tidak boleh ada jeda simbol identik, seperti yang atau nol. Untuk sistem PCM biner, kepadatan 1-simbol yang disebut-kepadatan. Ones-density sering dikontrol menggunakan teknik precoding seperti Run Length Limited pengkodean, dimana kode PCM diperluas menjadi kode sedikit lagi dengan jaminan yang terikat pada-kepadatan sebelum modulasi ke saluran tersebut. Dalam kasus lain, tambahan framing bit ditambahkan ke dalam aliran yang menjamin transisi simbol setidaknya sesekali. Teknik lain yang digunakan untuk mengontrol orang-density adalah penggunaan pengacak polinomial pada data mentah yang akan cenderung

mengubah aliran data mentah ke dalam sungai yang terlihat pseudo-random, tetapi di mana sungai baku dapat diperoleh kembali persis dengan membalik efek dari polinom tersebut. Dalam hal ini, lama berjalan dari nol atau yang masih dimungkinkan pada output, tapi dianggap tidak cukup untuk berada dalam toleransi rekayasa normal. Dalam kasus lain, jangka panjang DC nilai dari sinyal termodulasi ini penting, karena membangun sebuah DC offset akan cenderung sirkuit detektor bias keluar dari jangkauan operasi mereka. Dalam hal ini tindakan khusus dilakukan untuk menjaga hitungan kumulatif DC offset, dan memodifikasi kode jika perlu untuk membuat DC offset selalu cenderung kembali ke nol. Banyak dari kode-kode ini kode bipolar , dimana pulsa dapat positif, negatif atau tidak ada. Dalam khas inversi alternatif tanda kode, non-zero pulsa bergantian antara menjadi positif dan negatif. Aturan ini bisa dilanggar untuk menghasilkan simbol-simbol khusus yang digunakan untuk framing atau keperluan khusus lainnya.

Kuantisasi Sinyal

Kuantisasi merupakan proses pengelompokan pada selang-selang (interval) tertentu. Besarnya selang kuantisasi ini disebut juga dengan istilah step size. Berdasarkankan besarnya step size dapat dibedakan dua jenis kuantisasi, yaitu: 1. Kuantisasi seragam 2. Kuantisasi tak seragam

Gambar 5.2 Sinyal yang dicuplik dengan beberapa macam frekuensi pencuplik

Banyaknya selang (interval) bergantung pada banyaknya bit yang akan digunakan untuk proses penyandian. Jika konverter A/D n bit maka jangkauan

sinyal analog akan dikuantisasikan (dikelompokkan) menjadi sejumlah 2n selang (interval). Pada gambar 5.3 diperlihatkan ilustrasi kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (n = 4). Banyaknya jumlah bit yang akan digunakan untuk proses penyandian akan menentukan banyaknya jumlah selang (interval) kuantisasi. Semakin besar n maka semakin besar pula jumlah selang (interval) yang digunakan. Hal ini juga berarti besar selang (interval) semakin kecil. Semakin kecil selang interval, maka proses pemodulasian akan semakin teliti, sehingga sinyal yang diperoleh semakin mendekati sinyal aslinya. Pada gambar 5.4 memperlihatkan proses pembentukan sinyal PCM dengan penyandian 4 bit.

Gambar 5.3 Kuantisasi sinyal analog menjadi 16 selang (interval)

Jenis-jenis PCMPCM terdapat 2 jenis, yaitu : a. PCM 30 mempunyai primary rate sebesar 2.048 kbps yang terdiri dari 8000 frame tiap detik. Tiapframe mengandung 32 time slot, 30 time slot digunakan untuk pembicaraan, 1 time slot untuk sinkronisasi, dan 1 time slot untuk signaling. Setiap time slot mengandung 8 bit sampel. Kanal voice ini kemudian dimultiplex secara sinkron ke dalam sebuah 2-Mbps data stream, yang biasa disebut E1. Speech code PCM ditransmisikan 8 bit per time slot sebanyak 8000 kali dalam satu

detik.sehingga data ratenya menjadi 64 kbps. PCM30 menggambarkan suatuaplikasi modulasi kode pulsa (PCM) di mana 30 telepon sinyal analog yang biner dikodekan menjadi aliran sinyal digital. Istilah ini digunakan sekarang kebanyakan sebagai sinonim untuk pengkodean dari 30 channel masing-masing dengan tingkat signaling 64-kbit / s. Tingkat ini juga digunakan pada tahap pertama dari teknik PDH Eropa, sehingga PCM30 juga dikenal sebagai E1. Awalnya dijelaskan perangkat dalam teknologi komunikasi yang dikonversi telepon analog menjadi sinyal digital 30 bit stream 2048 kbit / s.

Sistem PCM30Sistem PCM30-dasar, teknologi switching analog di Eropa, dan bertugas di transmisi digital lalu lintas telepon. Ia memiliki 30 coders, masing-masing dengan saluran telepon dalam 8-bit kata digital (byte) dapat diterapkan. 30 byte, bersama-sama dengan kata ID rangka, dan saluran identifier, bytewise berturut dikirim # Multiplexer #. Dengan demikian, bingkai 32-byte besar. Dalam arah menerima, 30 saluran adalah, menggunakan de-multiplexer, dikonversi kembali ke sinyal analog 30. Time slot 0 digunakan sebagai kata ID bingkai, dan sebagai pendeteksi kata yang digunakan. Ini dikirim secara bergantian. slot Sisa 16 adalah saluran pengidentifikasi untuk saluran pidato. Setiap saluran suara diberikan 4 bit, satu demi satu dalam 16 frame dikirim, ada over-bawah dengan frekuensi 500 Hz dan panjang 16 32 8 # 4096 bit.

b. PCM 24 mempunyai primary rate sebesar 1.544 kbps yang terdiri dari 8000 frame tiap detik. Tiapframe mengandung 24 time slot. Dalam setiap frame ditambahkan satu bit frame, satu framealignment atau sinkronisasi bit (S-bit). Kanal yang digunakan disebut T1. Pada T1 tidak ada time slotyang berfungsi sebagai signaling. Satu bit pada tiap time slot setiap frame ke-6 diganti menjadisignaling information. Sebagai konsekuensi, hanya 7 dari 8 bit yang digunakan, sehingga besar data ratenya menjadi 56 kbps.

TDM-PCM (E1 standard)

LAPORAN SEMENTARA