pasukan gerilya sarawak

99
 PASUKAN GERILYA RAKYAT SARAWAK/PASUKAN RAKYAT KALIMANTAN UTARA (PGRS/PARAKU): KEMUNCULAN DAN PENUMPASANNYA 1963-1970 TESIS NAMA : RUCIANAWATI NPM : 0706182406 UNIVERSITAS INDONESIA FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI SEJARAH DEPOK JANUARI 2011 Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Upload: honeyemannuel

Post on 13-Apr-2018

261 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 1/99

 

PASUKAN GERILYA RAKYAT SARAWAK/PASUKAN

RAKYAT KALIMANTAN UTARA (PGRS/PARAKU):

KEMUNCULAN DAN PENUMPASANNYA

1963-1970

TESIS

NAMA : RUCIANAWATI

NPM : 0706182406

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI SEJARAH

DEPOK

JANUARI 2011

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 2: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 2/99

 

i

PASUKAN GERILYA RAKYAT SARAWAK/PASUKAN

RAKYAT KALIMANTAN UTARA (PGRS/PARAKU):

KEMUNCULAN DAN PENUMPASANNYA

1963-1970

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Magister Humaniora

NAMA : RUCIANAWATI

NPM : 0706182406

UNIVERSITAS INDONESIA

FAKULTAS ILMU PENGETAHUAN BUDAYA

PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI SEJARAH

DEPOK

JANUARI 2011

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 3: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 3/99

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 4: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 4/99

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 5: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 5/99

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 6: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 6/99

 

v

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa, yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan tesis

ini. Hanya atas kehendak-Nya, saya diberi ketabahan dan kekuatan untuk

menyelesaikan tesis ini. Penulisan tesis ini dilakukan dalam rangka memenuhi

salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Pascasarjana Ilmu Sejarah pada

Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Dengan segala

hambatan dan keterbatasan, saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan

dari berbagai pihak sangat sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Olehkarena itu, saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada:

(1) 

Prof. Dr. Susanto Zuhdi, selaku dosen pembimbing yang telah

menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam

 penyusunan tesis ini.

(2) Prof. Dr. I Ketut Surajaya, selaku Penasehat Akademik yang selalu

mengarahkan dan memberikan jalan keluar yang sangat bijaksana atas

segala persoalan yang saya alami selama masa studi.

(3) Dr. Priyanto  Wibowo, selaku Ketua Departemen Sejarah UI atas segala

kebijakannya dalam membantu menyelesaikan persoalan saya.

(4) Tri Wahyuning Mudaryanti, M.Si, selaku Sekretaris Departemen Sejarah

UI yang selalu ramah dan sangat bersahabat dalam memberikan nasehat

kepada saya.

(5) 

Prof. Dr. M.I. Djoko Marihandono sebagai penguji yang telah memberikan

 banyak sekali masukan dan inspirasi, sehingga sangat membantu saya

dalam proses penyelesaian tesis ini.

(6) 

Dr. Mohammad Iskandar sebagai penguji yang sangat obyektif dalam

memberikan kritik dan saran.

(7) Dr. Erwiza Erman, yang telah meluangkan waktu di sela-sela

kesibukannya yang luar biasa, untuk berdiskusi dan memberikan masukan

untuk perbaikan tesis ini.

(8) Suribidari, teman diskusi yang selalu memberikan semangat dan dorongan.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 7: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 7/99

 

vi

(9) Keluarga tercinta, yang selalu memberikan dukungan penuh, khususnya

untuk suamiku Heri Wibowo yang selalu setia mendampingi di saat

senang maupun susah. Juga untuk buah hatiku Danish dan Nadhiif, dua

malaikat kecil yang menjadi semangat hidupku.

(10) Sahabat dan semua pihak yang telah banyak membantu kelancaran

 penulisan tesis ini.

Akhir kata, semoga Allah Yang Maha Esa berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah membantu saya. Saya berharap, semoga tesis ini

dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan.

Depok, 13 Januari 2011

Penulis

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 8: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 8/99

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 9: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 9/99

 

viii

ABSTRAK

 Nama : Rucianawati

Program Studi : Sejarah

Judul : Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan Rakyat KalimantanUtara (PGRS/PARAKU): Kemunculan dan Penumpasannya

1963-1970

Tesis ini membahas tentang kemunculan dan penumpasan gerakan

PGRS/PARAKU di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak pada

 periode 1963 - 1970. Secara deskriptif naratif, tesis ini memaparkan awal mula

 proses pembentukan PGRS/PARAKU di daerah perbatasan, apa saja aktivitasnya,

dan bagaimana sikap dan tindakan pemerintah, maupun dampaknya terhadap

masyarakat. Dari hasil penelitian dalam tesis ini dapat diketahui bahwa gerakan

PGRS/PARAKU semula mendapat dukungan dari pemerintah Indonesia dan

membantu Indonesia ketika konfrontasi dengan Malaysia. Namun demikian,ketika terjadi pergantian rezim penguasa dari Orde Lama ke Orde Baru gerakan

PGRS/PARAKU yang berhaluan komunis kemudian ditumpas.

Kata Kunci:

PGRS/PARAKU, konfrontasi, perbatasan

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 10: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 10/99

 

ix

ABSTRACT

 Name : Rucianawati

Study Program : History

Title : Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak/Pasukan Rakyat KalimantanUtara (PGRS/PARAKU): Kemunculan dan Penumpasannya

1963-1970

This thesis discusses the emergence and extermination of PGRS/PARAKU in

 border areas of West Kalimantan and Sarawak in the period 1963 to 1970.

Chronologically, this thesis describes the beginning of the formation of

PGRS/PARAKU on the border and their activities. Beside that, it also describes

the government actions and policies in facing PGRS/PARAKU, and the impact of

this movement to the society. From the results of this research, it can be seen that

the Indonesian government (Old Order) support PGRS/PARAKU. However,

when the regime changes from the Old Order to the New Order, PGRS/PARAKU,as a communist’s movement was crushed.

Keywords:

PGRS/PARAKU, confrontation, border

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 11: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 11/99

 

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................i

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME ..............................................ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ..................................................iiiHALAMAN PENGESAHAN ...............................................................................iv

KATA PENGANTAR ............................................................................................v

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH .............................vii

ABSTRAK ...........................................................................................................viii

DAFTAR ISI ..........................................................................................................x

DAFTAR SINGKATAN .......................................................................................xi

Bab 1 Pendahuluan .................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah ...........................................................1

1.2 Permasalahan ............................................................................4

1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................5

1.4 

Kerangka Konseptual................................................................6

1.5 Tinjauan Pustaka ......................................................................9

1.6 Metode dan Sumber Penelitian ...............................................12

1.7 Sistematika Penulisan .............................................................14

Bab 2 Kondisi Daerah Perbatasan dan Masalahnya ..........................152.1 Kondidi Alam dan penduduknya.............................................15

2.1.1 Etnis Dayak ..............................................................16

2.1.2 Etnis Melayu ............................................................17

2.1.3 Etnis Cina... .............................................................18

2.2 Kondisi dan Hubungan Masyarakat.........................................202.3 Kondisi Pemerintahan .............................................................25

2.4 Perkembangan Komunis di Perbatasan ........................ ..........29

Bab 3 Gerakan PGRS/PARAKU...........................................................373.1 Kemunculan PGRS/PARAKU dan aktivitasnya.....................37

3.2 Sikap dan Tindakan Pemerintah .............................................47

3.3 Sikap Masyarakat: Demonstrasi Masyarakat Dayak...............51

Bab 4 Penumpasan dan Dampaknya....................................................60

4.1 ABRI dan Masyarakat dalam penumpasan ............................61

4.2 

Kerjasama Pemerintah Indonesia-Malaysia............................714.3 Dampak terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi......................74

Bab 5 Kesimpulan ..................................................................................81

Daftar Pustaka .....................................................................................................84

Lampiran ............................................................................................................ 88

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 12: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 12/99

 

xi

DAFTAR SINGKATAN

ABRI : Angkatan Bersenjata Republik Indonesia

BARJASA : Barisan Rakyat Jati Sarawak

BIM : Briged Infanteri Malaysia

DIKB : Daerah Istimewa Kalimantan Barat

GAM : Gerakan Aceh Merdeka

GTK : Gerakan Tjina Komunis

KOGA : Komando Siaga

KOLAGA : Komando Mandala Siaga

Kosatgas : Komando Satuan Tugas

MCA : Malayan Chinese Association

MIC : Malayan Indian Congress

 NKU : Negara Kalimantan Utara

OPM : Organisasi Papua Merdeka PANAS : Partai Negara Sarawak

PARAKU : Pasukan Rakyat Kalimantan Utara

Permesta : Perjuangan Rakyat Semesta

PESAKA : Parti Pesaka Anak Sarawak

PGRS : Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak

PKI : Partai Komunis Indonesia

PKS : Partai Komunis Sarawak

PRRI : Pemerintahan Revolusioner Republik IndonesiaSABER : Sapu Bersih

SAYA : Sarawak Advance Youths Association

SCA : Sarawak Chinese Association

SCIO : Sarawak Communist International Organization

SNAP : Sarawak National Party

SUPP : Sarawak United People Party

TC : Training Centre

TNKU : Tentara Nasional Kalimantan Utara

UMNO : United Malay National Organization

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 13: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 13/99

1

Universitas Indonesia

Bab 1

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam sejarah hubungan Malaysia dan Indonesia, sepanjang tahun 1950-

an sampai 1970-an merupakan periode yang penuh dengan gejolak politik.

Malaysia memperoleh kemerdekaan dari pemerintah kolonial Inggris pada tahun

1957. Proses untuk merdeka tersebut didahului dengan diadakannya pemilihan

umum pada tahun 1955. Dalam pemilihan umum ini, aliansi dari United Malay

 National Organization (UMNO),  Malayan Chinese Association  (MCA), dan

 Malayan Indian Congress (MIC) memenangkan pemilihan itu. Mereka kemudian

meminta kepada pihak pemerintah kolonial Inggris untuk memberikan

kemerdekaan kepada Malaya secepatnya. Pada tanggal 31 Agustus 1957, Negara

Federasi Malaya resmi berdiri sebagai negara yang merdeka.1  Negara federal

tersebut adalah gabungan dari tiga model pemerintahan Inggris di tanah

Semenanjung, yaitu  Federated Malay State, Unfederated Malay State, dan StraitSettlement .2

Selama proses perjuangan Negara Federasi Malaya sampai memperoleh

kemerdekaan,  North Borneo  (Sabah), Sarawak, dan Brunei merupakan kawasan

yang berdiri di luar Negara Malaya. Wilayah tersebut berada di bawah protektorat

Inggris. Kawasan ini mulai bergolak ketika Perdana Menteri Negara Federasi

Malaya, Tengku Abdurachman, mencetuskan gagasan untuk membentuk Negara

Federasi Malaysia Raya, dengan menggabungkan Negara Federasi Malaya dengan

1  Negara Federasi Malaya sebenarnya telah dibentuk oleh pemerintah kolonial Inggris

 pada tahun 1948, yang terdiri dari sembilan negara bagian, yaitu Perak, Selangor, Negeri

Sembilan, Pahang, Johor, Terengganu, Kelantan, Kedah, dan Perlis. (Fauziah Syaffie dan Ruslan

Zainuddin. (2001). Sejarah Malaysia. Selangor: Fajar Baki Sdn. Bhd., hlm 429-430).

2  Federated Malay State yang terdiri atas Perak, Selangor, Pahang dan Negeri Sembilan

disyahkan pada bulan Juli 1896, dengan pusat di Kuala Lumpur. Unfederated Malay State terdiri

atas empat negeri di bagian utara yaitu Perlis, Kedah, Kelantan, dan Terengganu, serta ditambah

Johor, sedangkan yang disebut sebagai Strait Settlement terdiri atas Penang, Melaka, dan

Singapura. (Barbara Watson Andaya dan Leonard Andaya. (1982).  A History of Malaysia.

London: Macmillan Press Ltd., hlm. 182-183 dan 200).

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 14: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 14/99

2

Universitas Indonesia

Singapura, Sabah, Sarawak, dan Brunei. Gagasan tersebut mendapat dukungan

dari beberapa kelompok, tetapi juga ada tentangan dari kelompok yang lain.

Kelompok-kelompok yang tidak menyetujui ide penggabungan tersebut,

kemudian melakukan pemberontakan atau perlawanan seperti yang terjadi di

Brunei, dengan munculnya pemberontakan dari Partai Rakyat Brunei pada tanggal

8 Desember 1962.3

Gagasan untuk membentuk Negara Federasi Malaysia Raya tersebut tidak

hanya mendapat tentangan dari kelompok-kelompok yang berada di wilayah

Borneo Utara atau di Semenanjung, akan tetapi juga dari negara tetangga seperti

Indonesia dan Filipina. Pihak Filipina tidak menyetujui penggabungan tersebut

karena mempermasalahkan Sabah yang semula berada di bawah Sulu, sedangkan

 pihak Indonesia tidak setuju dengan ide pembentukan Negara Federasi Malaysia

Raya karena hal tersebut dianggap sebagai bentuk neokolonialisme yang harus

dilawan. Meskipun demikian, pembentukan negara federal tersebut terus berjalan

hingga resmi berdiri pada tanggal 16 September 1963.

 

4

Masing-masing negara di kawasan Asia Tenggara ini mengalami gejolak

 politik di dalam negeri, tetapi terjadi juga gejolak politik antar-negara, misalnya

Dalam periode yang sama, Indonesia mengalami gejolak politik, yang

diwarnai dengan terjadinya transisi politik dari demokrasi parlementer ke

demokrasi terpimpin. Periode ini ditandai dengan semakin menguatnya peran

militer, dan meluasnya pengaruh Partai Komunis Indonesia (PKI) terhadap

 perkembangan politik. Sementara itu di daerah-daerah juga mengalami gejolak,

sebagai contoh pemberontakan DI/TII di Jawa Barat sekitar tahun 1949 – 1962,

PRRI/Permesta di Sulawesi dan Sumatera pada tahun 1957 - 1961, pembentukan

Republik Maluku Selatan (RMS) sekitar tahun 1950, dan sebagainya. Semua

gerakan itu pada dasarnya bertujuan untuk mendirikan pemerintahan sendiri dan

melepaskan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Disamping itu pada periode ini proses dekolonisasi sedang berlangsung yang ditandai dengan

nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing, dan keluarnya peraturan yang

mengharuskan orang Cina untuk memilih warga negara.

3 Willard A. Hanna. (1964). The Formation of Malaysia: New Factor in World Politics.

 New York: American Universities Field Staff, Inc., hlm. 126.4 Barbara Watson Andaya and Leonard Y. Andaya. Op.Cit ., hlm. 274.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 15: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 15/99

3

Universitas Indonesia

Malaysia dengan Filipina, yang menentang masuknya Sabah dalam Negara

Federasi Malaysia. Hubungan Indonesia dan Malaysia juga bergolak hingga

 berujung pada konfrontasi. Pada masa inilah terjadi gelombang pengungsian para

 pemberontak atau orang-orang yang menentang pembentukan Negara Federasi

Malaysia dari Sarawak maupun Brunei ke wilayah Kalimantan Barat. Pangkal

dari semua peristiwa tersebut adalah ide pembentukan Negara Federasi Malaysia.

Para pemberontak dari Brunei yang mendukung Negara Kalimantan Utara

(NKU), dan orang-orang Cina komunis dari Sarawak, terutama dari Sarawak

Advance Youths Association (SAYA) di Kalimantan Barat kemudian bergabung

dan membentuk Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat

Kalimantan Utara (PARAKU). Kondisi ini dimanfaatkan oleh Presiden Sukarno

dengan proyek penghancuran neokolonialisme, hingga tercetus Dwi Komando

Rakyat (Dwikora).5

PGRS/PARAKU yang mendapat latihan dari pihak militer Indonesia

semula bergabung dengan sukarelawan Dwikora untuk melawan Malaysia.

Setelah selesai masa konfrontasi gerakan ini kemudian ditumpas seiring dengan

terjadinya perubahan rezim pemerintahan di Indonesia dari Orde Lama ke Orde

Baru. Pergantian rezim ini diikuti dengan pergantian kebijakan terhadap

organisasi komunis. Sejak 12 Maret 1966, organisasi komunis dinyatakan sebagai

organisasi terlarang di Indonesia. Oleh karena itu PGRS/PARAKU yang beraliran

komunis diberantas oleh pemerintah Orde Baru.

 

6

Dalam kaitan ini agaknya penting untuk menyimak pernyataan Menteri

Penerangan B.M. Diah, yang menyatakan bahwa Kalimantan Barat telah mewarisi

dua kawan dan dua musuh, yaitu PGRS dan PARAKU.

 

7

 5  Dwikora dicetuskan oleh Presiden Sukarno pada tanggal 3 Mei 1964 yang berisi: 1)

Pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, 2) Bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya,

Singapura, Sarawak, dan Sabah, untuk menggugurkan negara boneka Malaysia. (Iman Toto K.Rahardjo dan Suko Sudarso (eds.). (2010).  Bung Karno: Masalah Pertahanan – Keamanan.

Jakarta: Grasindo, hlm. 63).6 Larangan terhadap organisasi komunis tertuang dalam Tap MPRS No, XV/MPRS/1966

tentang pembubaran PKI, pernyataan sebagai organisasi terlarang di seluruh wilayah negara

Republik Indonesia bagi PKI, dan larangan setiap kegiatan untuk menyebarkan atau

mengembangkan faham atau ajaran komunisme/Marxisme-Leninisme.7  Angkatan Bersendjata, 19 Oktober 1967.

Pernyataan ini

menyiratkan makna bahwa gerakan ini dulu membantu Indonesia pada saat berkonfrontasi dengan Malaysia, tetapi setelah itu menjadi musuh.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 16: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 16/99

4

Universitas Indonesia

Anggota-anggota PGRS/PARAKU kemudian melakukan perlawanan

dengan bergerilya di hutan-hutan wilayah perbatasan. Peristiwa tersebut

menunjukkan posisi perbatasan sebagai wilayah yang jauh dari jangkauan

 pemerintah pusat dan kurang diperhatikan sehingga menjadi tempat yang relatif

aman untuk berkembangnya kelompok yang melawan pemerintah. Sebelum

terjadinya konfrontasi dan kemunculan gerakan komunis, daerah perbatasan ini

cenderung terisolasi dari perhatian pemerintah pusat. Di distrik Lundu, di wilayah

 perbatasan Sarawak-Kalimantan Barat sebagai contoh, terjadi hubungan simbiosis

antara masyarakat yang tinggal di kedua sisi perbatasan. Mereka telah

membangun hubungan sosial dan ekonomi, melalui pergerakan manusia dan

 barang yang sebenarnya bersifat transnasional. Jaringan transnasional di

 perbatasan yang sudah berjalan lama ini runtuh ketika terjadi konfrontasi

Indonesia dan Malaysiapada tahun 1963. Daerah perbatasan ini berubah mennjadi

arena pertarungan politik dan militer, dan kemudian berlanjut sebagai ajang

gerilya dari PGRS/PARAKU.8

1.2  Permasalahan

Karena munculnya berbagai persoalan yang menyangkut ideologi dan

keamanan, perbatasan kemudian banyak dilihat dari sudut pandang pertahanan

dan keamanan. Namun demikian, sebenarnya aspek-aspek lain seperti ekonomi,

sosial, dan budaya juga menarik untuk dikaji, karena masing-masing aspek

tersebut dapat saling mempengaruhi. Beranjak dari sini, tesis ini mencoba untuk

memaparkan kemunculan gerakan PGRS/PARAKU dan penumpasannya, yang

dimulai pada tahun 1963, ketika unsur-unsur PGRS/PARAKU terbentuk di

Kalimantan Barat, sampai dengan tahun 1970 ketika berakhirnya penumpasan,

oleh pihak militer Indonesia. Persoalan PGRS/PARAKU ini sangat menarik

karena pada masa Orde Lama mereka didukung oleh pemerintah dan dilatih olehmiliter Indonesia, tetapi pada masa Orde Baru mereka ditumpas oleh militer.

Tesis tentang kemunculan dan penumpasan gerakan PGRS/PARAKU di

 perbatasan Indonesia dan Malaysia pada tahun 1963-1974 ini akan mengangkat

8

 Noboru Ishikawa. (2010). Between Frontiers: Nation and Identity in a Southeast Asian Borderland . Singapura: NUS Press, hlm. 90.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 17: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 17/99

5

Universitas Indonesia

 permasalahan yang cukup menarik, yaitu bagaimana munculnya gerakan

PGRS/PARAKU di perbatasan Indonesia-Malaysia? Apa faktor-faktor yang

menyebabkan munculnya gerakan tersebut?

PGRS/PARAKU semula mendapat dukungan dari pememerintah Orde

Lama, tetapi pada masa Orde Baru gerakan tersebut ditumpas oleh pemerintah.

Yang menjadi pertanyaan disini, mengapa gerakan PGRS/PARAKU yang semula

didukung kemudian ditumpas oleh pemerintah? Bagaimana penumpasannya?

Ruang lingkup yang diambil dalam tesis ini yaitu tahun 1963-1970.

Periode awal diambil pada tahun 1963 karena pada masa ini muncul gagasan

untuk membentuk PGRS dan PARAKU. Ide untuk membentuk PGRS dan

PARAKU tersebut muncul setelah ada pertemuan-pertemuan antara tokoh-tokoh

Partai Rakyat Brunei, Sarawak Advance Youth Association (SAYA), dan

didukung oleh Partai Komunis Indonesia. Periode akhir diambil tahun 1970

karena pada masa ini baik pemerintah Indonesia telah menghentikan operasi-

operasi militer untuk menumpas gerakan PGRS/PARAKU.

Batas spasial tesis ini adalah wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan

Sarawak. Pembahasan akan dititikberatkan di wilayah Kalimantan Barat, karena

PGRS/PARAKU lebih banyak melakukan kegiatan di wilayah Kalimantan Barat

daaripada di wilayah Sarawak. Tema yang diangkat dalam tesis ini dibatasi pada

masalah kemunculan gerakan PGRS/PARAKU, penumpasan yang dilakukan

 pemerintah, terutama dari pemerintah Indonesia, dan dampak dari peristiwa

tersebut terhadap kehidupan sosial dan ekonomi.

1.3  Tujuan Penelitian

Berdasarkan pada latar belakang dan permasalahan di atas, tesis ini

memiliki tujuan untuk mengungkap dan memaparkan proses kemunculan dan

 penumpasan gerakan PGRS/PARAKU di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan

Sarawak, Malaysia Timur pada tahun 1963 – 1974. Selain itu tesis ini juga

 bertujuan untuk melihat pentingnya wilayah perbatasan bagi Negara Kesatuan

Republik Indonesia.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 18: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 18/99

6

Universitas Indonesia

1.4  Kerangka Konseptual

Wilayah perbatasan adalah wilayah yang rawan dari segi politik dan

ekonomi, karena perbatasan adalah tempat yang aman dan nyaman dari berbagai

kegiatan yang illegal,  seperti penyelundupan, migrasi illegal , dan menjadi basis

kelompok separatis. Untuk memahami peristiwa-peristiwa yang terjadi di daerah

 perbatasan, perlu untuk memaparkan apa yang dimaksud dengan perbatasan dan

kapan perbatasan itu ditetapkan.

Konsep tentang perbatasan, tak dapat dilepaskan dari istilah garis batas

(border ) dan batas wilayah (boundary). Ketika perbatasan dilihat sebagai sebuah

zona, maka muncul istilah wilayah perbatasan (borderland ). Perbatasan kemudian

diartikan sebagai entitas fisik, dengan perwujudan relasi timbal balik dan saling

ketergantungan sosial yang cukup intens antara anggota masyarakat yang tinggal

kedua wilayah yang berbatasan. Dalam konteks pembangunan sosial dan

ekonomi, adanya hubungan timbal balik dan saling ketergantungan berarti

mengakui eksistensi dari kelompok masyarakat yang berada dalam satu wilayah

dan di wilayah atau negara tetangga, sehingga wilayah perbatasan dapat bermakna

dalam batas-batas teritorial dan hak-hak warga masing-masing negara tetangga.9

Perbatasan suatu negara ( state’s border ), muncul bersamaan dengan

lahirnya negara itu sendiri. Pada awalnya, perbatasan negara dilihat sebagai

sebuah ruang geografis yang sejak awal telah menjadi wilayah perebutan

kekuasaan antarnegara. Perebutan kekuasaan tersebut ditandai dengan adanya

 pertarungan untuk memperluas batas-batas antarnegara. Dalam perkembangannya,

 perbatasan dapat dipahami dari dua perspektif, yaitu dari perspektif geografis, dan

 perspektif sosial. Dari sudut pandang geografis, permasalahan perbatasan akanselesai ketika negara yang berbatasan telah mencapai kesepakatan tentang batas

wilayah negaranya masing-masing. Dari perspektif sosial, perbatasan bukan hanya

dilihat dari dua wilayah yang dipisahkan, dan memilki peraturan atau

 pemerintahan yang berbeda. Perbatasan mempunyai makna baru sebagai

9

  Johanis Haba.(2010). “Etnisitas, Identitas, dan Nasionalisme di Wilayah PerbatasanIndonesia”. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang Antropologi. Jakarta: LIPI, hlm. 5-6.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 19: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 19/99

7

Universitas Indonesia

konstruksi sosial dan kultural yang tidak terikat pada pengertian yang bersifat

teritorial.10

Indonesia, sebagai negara kepulauan memiliki batas wilayah daratan,

 perairan, dan wilayah ruang udara. Wilayah daratan adalah bagian dari daratan

yang merupakan tempat kediaman penduduk negara yang bersangkutan. Wilayah

 perairan adalah bagian perairan yang menjadi wilayah dari suatu negara,

sedangkan wilayah ruang udara merupakan ruang udara yang terletak di atas

 permukaan wilayah daratan dan perairan suatu negara. Di Indonesia, batas

wilayah daratan terdapat di perbatasan Kalimantan dengan Malaysia (Sabah dan

Sarawak), Papua dengan Papua Nugini, dan Timor dengan Timor Leste.

 

11

Daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak telah ditentukan sejak

masa kolonial, yaitu melalui perjanjian antara pemerintah kolonial Inggris dan

Belanda, yang disebut  Anglo-Dutch Treaty  (1824).

 

12

Setelah merdeka, wilayah Indonesia mengikuti daerah yang pernah

menjadi kekuasaan pemerintah kolonial Belanda. Wilayah Kalimantan (Indonesia)

Pada masa pemerintahan

kolonial Belanda, daerah perbatasan Borneo Barat dan Sarawak kurang mendapat

 perhatian dari pemerintah, sehingga sarana dan prasarana sosial maupun

ekonominya sangat terbatas. Kondisi geografis daerah perbatasan yang

didominasi hutan yang lebat menjadi salah satu alasan kurangnya kontrol

 pemerintah. Selain itu, keberadaan penduduk perbatasan yang tinggal di

 pedalaman dengan budaya ‘headhunter ’, yaitu berburu kepala manusia, juga

menjadi alasan para pejabat pemerintah (kolonial) untuk tidak datang ke daerah

tersebut.

10 Riwanto Tirtosudarmo.(2005). “Wilayah Perbatasan dan Tantangan Indonesia Abad 21:

Sebuah Pengantar”, dalam Riwanto Tirtosudarmo dan John Haba (eds.).  Dari Entikong Sampai Nunukan: Dinamika Daerah Perbatasan Kalimantan – Malaysia Timur (Sarawak dan Sabah). 

Jakarta: Pustaka Sinar Harapan., hlm. 1-2.11

  Simela Victor Muhamad. (2004). “Batas Wilayah Negara dalam Perspektif Hukum

Internasional”, dalam Poltak Partogi Nainggolan (ed.).  Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan

 Indonesia: Ancaman terhadap Integritas Teritorial . Jakarta: Tiga Putra Utama, hlm. 20-27.12

  Perjanjian tersebut antara lain berisi kesepakatan pembagian wilayah pengaruh

kekuasaan pemerintah kolonial Belanda dan Inggris. Dalam kesepakatan yang dibuat, Belanda

menerima penguasaan Inggris atas Singapura. Belanda menyerahkan Melaka kepada Inggris, dan

Inggris meninggalkan Sumatera (Bengkulu) untuk diserahkan kepada Belanda. Selain itu juga ada

kesepakatan untuk bekerjasama dalam menjaga keamanan, khususnya dalam menghadapi

 perompak di kawasan kepulauan Melayu. ( Nicholas Tarling (ed.). (1999). The Cambridge History

of Southeast Asia. Volume three, from c. 1800 to the 1930s. Cambridge university Press, hal. 13-14 dan 53).

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 20: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 20/99

8

Universitas Indonesia

 berbatasan dengan Kalimantan Utara yang masih berada dibawah pengaruh

kekuasaan Inggris. Pada masa awal kemerdekaan, pembangunan terfokus di Jawa

sebagai pusat kekuasaan. Masalah perbatasan kemudian menjadi persoalan

 penting ketika muncul berbagai isu seperti perebutan batas wilayah,

 penyelundupan, migrasi, maupun pengaruh ideologi. Komunisme menjadi salah

satu isu penting yang muncul sejak berakhirnya kolonialisme. Perbatasan sebagai

wilayah yang kurang diperhatikan dengan mudah dapat menjadi tempat

 berkembang (base camp) dari kelompok atau aliran terlarang, dijadikan sebagai

tempat persembunyian para pemberontak atau kelompok-kelompok yang

menentang pemerintah.

Gerakan PGRS/PARAKU adalah salah satu contoh gerakan perlawanan

terhadap pemerintah pusat yang terjadi di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan

Sarawak. Semula mereka menjadi bagian dari sukarelawan Dwikora yang dilatih

oleh militer Indonesia pada jaman Orde Lama. Dalam perkembangannya mereka

menjadi musuh yang diperangi oleh militer pada jaman Orde Baru. Gerombolan

PGRS/PARAKU melakukan perang secara bergerilya ke hutan-hutan di daerah

 perbatasan. Untuk memahami perjuangan mereka, perlu dipaparkan apa yang

dimaksud dengan perang gerilya.

Perang gerilya merupakan salah satu strategi perang yang biasanya

dilakukan oleh pasukan-pasukan kecil untuk melawan pasukan yang lebih besar.

Menurut Jenderal A.H. Nasution, dalam bukunya tentang pokok-pokok gerilya,

 perang gerilya disebut sebagai perang si kecil/si lemah melawan si besar/si kuat.

Perang gerilya biasanya merupakan perang ideologi, yang melibatkan rakyat.

Oleh karena itu perang gerilya ini disebut juga sebagai perang rakyat semesta,

walaupun tidak berarti bahwa seluruh rakyat ikut bertempur. Rakyat, yangmenjadi tempat pangkalan gerilya, sangat berperan dalam membantu merawat dan

menyembunyikan atau membantu penyamaran kaum gerilya, serta menyelidiki

situasi untuk keperluan kaum gerilya. Adanya bantuan dari rakyat ini merupakan

salah satu syarat pokok perang gerilya, di samping tersedianya ruang geografis

yang cukup dan waktu perang yang lama.13

 13

 A.H. Nasution. (1984).  Pokok-pokok Gerilya: dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang lalu dan yang akan datang . Bandung: Angkasa. , hlm. 4-50.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 21: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 21/99

9

Universitas Indonesia

Gerilya berakar dari rakyat, oleh karena itu untuk mengalahkannya harus

menggunakan strategi anti-gerilya dengan menghilangkan akar-akar gerilya itu

dari rakyat. Jadi perang anti-gerilya bertujuan untuk memisah gerilya dari rakyat

sebagai pangkalannya. Gerakan anti gerilya ini mengutamakan gerakan politik,

 psikologis dan ekonomis.14

1.5  Tinjauan Pustaka

Gerakan PGRS/PARAKU menerapkan strategi perang gerilya dalam

melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia. Kegiatannya dipusatkan di

daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, dengan ruang geografi yang

sangat luas, sehingga pergerakan mereka lebih leluasa. Basis gerakannya adalah

masyarakat, terutama dari etnis Cina, di mana mereka bisa mendapatkan pasokan

logistik dan merekrut kader-kader baru. Anggota PGRS/PARAKU, yang sebagian

 besar adalah etnis Cina, dapat dengan mudah menyamar atau berbaur dengan

masyarakat yang juga didominasi oleh etnis Cina.

Untuk menumpas kegiatan gerilya PGRS/PARAKU, pemerintah Indonesia

melakukan tindakan militer militer dengan operasi-operasi militer di tempat-

tempat yang menjadi basis gerakan mereka. Selain itu juga diterapkan anti-gerilya

dengan usaha untuk memisahkan kaum gerilya dari masyarakat yang mendukung

gerakannya. Dengan tindakan anti-gerilya ini akhirnya kekuatan gerilya

PGRS/PARAKU dapat dilemahkan.

Masalah perbatasan merupakan masalah yang menarik untuk dikaji dari

 berbagai sudut ilmu. Sejauh ini perbatasan cenderung dikaitkan dengan masalah

 politik, keamanan dan keutuhan negara. Sebagai contoh adalah persengketaan

 perbatasan Indonesia-Malaysia yang memperebutkan Pulau Sipadan dan Ligitan,

serta Blok Ambalat, yang lebih dilihat dari sudut pandang politik dan keamanan.

Di sisi lain aspek ekonomi, sosial, dan budaya di daerah perbatasan sebenarnya

tidak kalah menarik untuk dikaji.

Mengenai perbatasan Indonesia-Malaysia, khususnya di perbatasan

Kalimantan dan Malaysia Timur, telah dilakukan beberapa penelitian, antara lain

14  Ibid. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 22: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 22/99

10

Universitas Indonesia

yang dilakukan oleh Ardhana, dkk. (2006) tentang  Dinamika Etnisitas dan

 Hubungan Ekonomi pada Wilayah Perbatasan di Kalimantan Timur - Sabah:

Studi Kasus di Wilayah Krayan dan Long Pasia (Jakarta: PSDR-LIPI). Buku ini

antara lain membahas tentang dinamika historis masyarakat di perbatasan

Indonesia – Malaysia, kondisi kependudukan, serta interaksi etnisitas dan

 perdagangan yang terjadi di wilayah tersebut. Berdasarkan hasil penelitian

disebutkan bahwa sejak lama telah muncul keinginan yang kuat dari penduduk

lokal di daerah perbatasan untuk meningkatkan hubungan dengan negara tetangga.

Mereka terpisah dalam dua negara yang berbeda, sehingga memiliki identitas

nasional yang berbeda, akan tetapi sebagian besar dari mereka memiliki kesamaan

etnik. Mobilitas penduduk di kawasan perbatasan ini semakin cepat sebagai

dampak dari proses globalisasi.

Hasil penelitian tersebut juga menjelaskan bahwa telah ada upaya

 pemerintah (Indonesia) utuk membangun potensi yang ada di wilayah perbatasan.

Pembangunan dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan wilayah NKRI

dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat dengan menggali potensi

sosial, budaya, ekonomi, dan keuntungan lokasi geografis untuk berhubungan

langsung dengan negara tetangga. Masyarakat di perbatasan Kalimantan

sebenarnya memiliki potensi untuk mengelola sumberdaya alam di wilayahnya,

akan tetapi mereka menghadapi kendala dengan keterbatasan sarana dan prasarana

untuk lebih meningkatkan potensi yang dimiliki. Dalam memenuhi kebutuhan

sehari-hari mereka sangat tergantung pada negara tetangga.

Studi lain dilakukan oleh Tirtosudarmo dan John Haba (eds.) (2005), Dari

 Entikong Sampai Nunukan: Dinamika Daerah Perbatasan Kalimantan –

 Malaysia Timur (Serawak dan Sabah).  Hasil kajian yang memuat kompilasitulisan dari beberapa peneliti ini membahas persoalan-persoalan yang cukup luas

di daerah perbatasan, antara lain tentang karakteristik historis, demografi politik,

 permasalahan ekonomi, hubungan etnis, masalah kehutanan, dan potensi konflik.

Dari beberapa aspek yang dibahas dalam studi ini, aspek ekonomi

kelihatan lebih menonjol, karena dinamika ekonomi sangat berperan dalam

hubungan kedua wilayah yang saling berbatasan. Dinamika ekonomi berkaitan

erat dengan pembangunan sarana dan prasarana misalnya pembangunan jalan

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 23: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 23/99

11

Universitas Indonesia

lintas yang menghubungkan kedua negara. Hal ini berarti bahwa ekonomi sangat

 berpengaruh dalam proses migrasi penduduk di wilayah perbatasan.

Masalah daerah perbatasan Indonesia – Malaysia juga pernah diangkat

dalam tesis Suryansyah (1994),  Masalah Daerah Perbatasan Indonesia –

 Malaysia di Kalimantan Barat: antara Pertimbangan Ekonomi dan Keamanan. 

Dalam tesis ini Suryansyah mengulas kondisi-kondisi yang mempengaruhi

 perkembangan masyarakat perbatasan, antara lain kondisi geografi dan demografi,

sosial-ekonomi, serta sosial-politik. Dijelaskan bahwa pembangunan wilayah

 perbatasan menemui berbagai hambatan, misalnya migrasi tenaga kerja musiman

ke negara tetangga, penyelundupan, keterbatsan informasi, keterbatasan jalan

darat, keterbatasan pendidikan, dan masalah kesehatan. Selain itu, tesis ini juga

membahas kebijakan pemerintah, serta kerjasama sosial-ekonomi antara

 pemerintah Malaysia dan Indonesia dalam pembangunan daerah perbatasan.

Pembangunan yang dilakukan terfokus pada usaha untuk merangsang kegiatan

 produksi, terutama pertanian, usaha pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya,

dan usaha yang dapat mendorong dan meningkatkan mutu pemukiman dan

lingkungan hidup. Sementara itu kerjasama pemerintah Indonesia dan Malaysia

terwujud melalui Kelompok Kerja Sosial Ekonomi Malaysia-Indonesia (Pokja

Sosek Malindo).

Berbeda dengan tulisan-tulisan yang telah ada sebelumnya, tesis ini

mencoba untuk mengangkat masalah di perbatasan Kalimantan Barat dan

Sarawak, yang berkaitan dengan kemunculan dan penumpasan PGRS/PARAKU.

Masalah PGRS/PARAKU ini sebelumnya pernah dibahas dalam tulisan-tulisan

yang bersifat militer, antara lain dalam buku Tandjungpura Berdjuang: Sejarah

 Kodam XII/Tandjungpura Kalimantan-Barat   yang dikeluarkan oleh SemdanXII/Tandjungpura (1970). Selain itu, Soemadi, yang pernah menjabat sebagai

Pangdam XII/Tanjungpura pada periode 1969 – 1973, juga membahas masalah

PGRS/PARAKU dalam bukunya Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi

Subversi Komunis Asia Tenggara (Pontianak: Yayasan Tanjungpura, 1974).

Kedua buku itu membahas PGRS/PARAKU dari sudut pandang militer, sehingga

kurang melihat apa yang terjadi atau apa yang dirasakan oleh masyarakat. Oleh

karena itu tesis ini berusaha untuk melengkapi tulisan-tulisan sebelumnya, dengan

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 24: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 24/99

12

Universitas Indonesia

melihat kemunculan dan penumpasan gerakan PGRS/PARAKU, serta sikap

masyarakat dan dampak yang dirasakan dengan terjadinya peristiwa tersebut.

1.6 

Metode dan Sumber Penelitian

Untuk melakukan rekonstruksi sejarah, maka diperlukan data selengkap

mungkin. Oleh karena itu perlu pngumpulan data yang sebanyak-banyaknya,

dengan melacak sumber sejarah yang relevan dengan tema yang diangkat dalam

tesis ini. Pengumpulan data primer maupun sekunder dilakukan terutama melalui

studi pustaka (library research) di Perpustakaan Nasional, Disdok Pusjarah

ABRI, Perpustakaan Negeri Malaysia, Perpustakaan University Malaysia Sabah,

Arkib Negeri Malaysia, serta penelusuran data melalui internet.

Dari penelusuran data yang dilakukan, ditemukan sumber primer, antara

lain dokumen dan koran sezaman. Sumber primer banyak ditemukan di Indonesia,

sedangkan di Malaysia sumber primer yang berupa arsip sulit ditemukan, karena

adanya larangan bagi orang luar untuk melihat arsip atau koran dan majalah yang

telah masuk dalam Arkib Negara. Hal ini kemungkinan besar karena hubungan

kedua negara sedang memanas ketika terjadi penangkapan terhadap tiga petugas

Dinas Kelautan dan Perikanan Indonesia oleh Tentara Diraja Malaysia pada bulan

Agustus 2010. Di Malaysia lebih banyak ditemukan sumber-sumber sekunder,

antara lain buku-buku yang membahas tentang gerakan komunis di Sarawak,

sejarah pembentukan Negara Federasi Malaysia, dan sejarah Sarawak.

Tesis ini berusaha untuk menerapkan metode sejarah kritis melalui empat

kegiatan pokok, yaitu pengumpulan bahan-bahan yang relevan, menyingkirkan

 bagian-bagian yang tidak otentik, menyimpulkan kesaksian yang dapat dipercayamengenai bahan-bahan yang otentik, kemudian menyusunnya menjadi suatu kisah

sejarah yang berarti.15

Karena tesis ini mengangkat suatu permasalahan yang terjadi di daerah

 perbatasan, maka dalam pemaparannya selalu dikaitkan dengan konsep hubungan

 pusat dan pinggiran (centre  dan  periphery). Dua wilayah itu memiliki sudut

15  Louis Gottschalk,  Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI-Press,

1985), hlm. 18.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 25: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 25/99

13

Universitas Indonesia

 pandang yang berbeda. Untuk memahami suatu kisah atau peristiwa, perlu kiranya

untuk melihat dari berbagai sudut pandang. Dari sudut pandang pusat, pinggiran

seringkali tampak sebagai daerah yang memiliki pandangan yang sempit dan

kurang maju. Pusat hampir selalu melihat pinggiran dengan menekankan pada apa

yang hilang atau kurang, sedangkan dari sudut pandang pinggiran itu sendiri apa

yang bisa dilihat adalah suatu proses kreatif dari akomodasi, asimilasi, dan

sinkretisme.16

Penulisan sejarah tidak hanya membutuhkan dokumen apa, di mana dan

 bagaimana, tetapi memerlukan kecermatan untuk memilih dokumen yang mana.

 Gerakan PGRS/PARAKU terjadi di daerah perbatasan kalimantan

Barat dan Sarawak, maka perlu kiranya untuk mendapatkan data-data yang

menggambarkan hubungan perbatasan sebagai daerah pinggiran, dan pusat

kekuasaan sebagai penentu kebijakan.

Setelah mendapatkan data-data yang relevan dengan dengan peristiwa

gerakan PGRS/PARAKU, seperti Dokumen Operasi PGRS/PARAKU, laporan

 perkembangan tentang situasi daerah perbatasan, Risalah Serah Terima Kodam

XII/Tandjungpura, koran-koran sejaman yang memuat berita tentang gerakan

PGRS/PARAKU, serta artikel dan buku-buku penunjang, dilakukan seleksi data

atau sumber sejarah, sehingga dapat diketahui sumber yang otentik dan sumber

yang kurang otentik. Data-data dari militer tentunya memposisikan tentara atau

 pemerintah sebagai pihak yang benar, dan PGRS/PARAKU menjadi pihak yang

salah dan harus ditumpas. Oleh karena itu perlu kehati-hatian untuk memilah

sumber dan membandingkan dengan sumber lain, untuk menjaga netralitas

 penulisan.

17

 16

  Peter Burke. (1998). The European Renaissnce: centres and peripheries. Oxford:

Blackwell Publishers Ltd., hlm. 1317

  Sartono Kartodirdjo,  Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah. (Jakarta:PT.Gramedia, 1992), hlm. 31

Dokumen atau data yang ditemukan bisa jadi hanya dari satu sumber sehingga

diperlukan data pembanding, atau setidak-tidaknya data pelengkap untukmemahami kondisi yang melatarbelakangi terjadinya suatu peristiwa. Oleh karena

itu perlu usaha untuk memahami peristiwa yang terjadi, dengan membandingkan

sumber dan berita yang ditemukan, kemudian menganalis untuk membuat

rekonstruksi sejarah secara kronologis.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 26: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 26/99

14

Universitas Indonesia

1.7  Sistematika Penulisan

Tesis ini disusun dalam lima bab, yang pertama adalah pendahuluan.

Bagian ini berisi latar belakang masalah, permasalahan, tujuan penelitian,

kerangka konseptual, tinjauan pustaka, metode dan sumber penelitian, serta

sistematika penulisan.

Bagian kedua akan membahas tentang kondisi daerah perbatasan dan

masalahnya, dengan melihat kondisi alam dan penduduknya, kondisi dan

hubungan masyarakat, kondisi pemerintahan, serta perkembangan komunis di

 perbatasan. Bagian ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang akan

menghantar pada terjadinya suatu peristiwa.

Bagian ketiga akan membahas gerakan PGRS/PARAKU. Bagian awal dari

 bab tiga ini memaparkan munculnya gerakan PGRS/PARAKU dan aktivitasnya,

kemudian melihat sikap dan tindakan pemerintah, dan yang terakhir sikap

masyarakat terhadap gerakan PGRS/PARAKU, terutama sikap masyarakat

Dayak.

Bagian keempat memaparkan penumpasan dan dampaknya. Disini akan

dijelaskan peranan ABRI dan masyarakat dalam penumpasan gerakan

PGRS/PARAKU, kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam

menangani masalah PGRS/PARAKU, dan dampak dari gerakan PGRS/PARAKU

dan penumpasannya terhadap keadaan sosial dan ekonomi.

Bagian kelima adalah kesimpulan yang menjawab pertanyaan-pertanyaan

dalam penelitian. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 27: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 27/99

15

Universitas Indonesia

Bab 2

Kondisi Daerah Perbatasan dan Masalahnya

Kondisi suatu daerah dapat berpengaruh terhadap munculnya berbagai

masalah atau peristiwa di daerah tersebut. Sebagai contoh misalnya kondisi

daerah perbatasan yang jauh dari pusat kekuasaan, maka daerah tersebut menjadi

tempat yang aman untuk berbagai kegiatan illegal . Daerah pinggiran ini juga bisa

menjadi tempat berkembangnya suatu gerakan separatis yang melawan

 pemerintah pusat.

Bagian kedua ini membahas kondisi alam dan penduduk di daerah

 perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, kondisi dan hubungan masyarakat,

serta kondisi pemerintahan. Kondisi perbatasan sebagai daerah yang marginal

karena kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat, menjadi salah satu

faktor pendukung munculnya gerakan separatis yang ingin melepaskan diri dari

 pemerintah pusat. Oleh karena itu pada bagian ini juga dijelaskan perkembangan

komunis di perbatasan yang kemudian menjadi dasar ideologi gerakan

PGRS/PARAKU.

2.1 Kondisi Alam dan Penduduknya

Wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak memiliki kondisi

geografis yang hampir sama, sebagai wilayah hutan tropis, serta memiliki

kesamaan kelompok etnis, misalnya suku Dayak, Melayu, dan Cina. Kalimantan

Barat berbatasan dengan Sarawak di sebelah utara sepanjang lebih kurang 440

km, di sebelah timur berbatasan dengan Kalimantan Timur dan Kalimantan

Tengah, di sebelah selatan berbatasan dengan Laut Jawa, dan di sebelah barat

 berbatasan dengan Laut Cina Selatan.

Luas daerah Kalimantan Barat mencakup 146.760 km2. Dari luas wilayah

tersebut, hampir setengahnya merupakan daerah air dan rawa. Karakteristik

wilayah Kalimantan Barat secara umum merupakan daerah yang landai. Di

kawasan ini terdapat sedikit daerah pegunungan yang terletak di sekitar wilayah

 perbatasan Sarawak dan di perbatasan Kalimantan Timur. Daerah pesisir dan

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 28: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 28/99

16

Universitas Indonesia

muara sungai merupakan daerah dataran rendah yang kurang subur karena sering

tergenang air laut. Kalimantan Barat memiliki karakteristik khusus dengan

 banyaknya sungai yang mengalir di daerah tersebut, antara lain Sungai Kapuas,

Sungai Landak, Sungai Sekayam, dan Sungai Sambas, yang sebagian besar

 berfungsi sebagai sarana transportasi.

Penduduk daerah Kalimantan Barat didominasi oleh etnis Dayak yang

merupakan penduduk asli. Kelompok etnis lain seperti etnis Cina dan Melayu

merupakan kelompok etnis pendatang. Kelompok-kelompok etnis lain, misalnya

Jawa, Bugis, Minang, biasanya termasuk dalam kelompok etnis Melayu. Berikut

ini akan diuraikan kelompok etnis Dayak, Melayu, dan Cina. Kelompok etnis

Cina diuraikan lebih banyak mengingat gerakan PGRS/PARAKU dilakukan oleh

etnis Cina komunis.

2.2.1 Etnis Dayak

Etnis Dayak, adalah kelompok etnis yang diakui sebagai penduduk asli

( Indigenous people) pulau Kalimantan. Etnis Dayak ini terbagi dalam kelompok-

kelompok sub etnis, antara lain Iban, Bidayuh, Punan, dan Kayan. Jumlah sub-sub

etnis Dayak bisa mencapai ratusan, karena setiap kelompok penduduk pribumi

non-muslim biasanya dimasukkan dalam suku Dayak, termasuk mereka yang

hidup secara nomaden di hutan-hutan.1

Dayak Iban merupakan etnis pribumi dengan jumlah terbesar, yang tinggal

di Kalimantan Barat maupun di Sarawak. Asal usul orang Iban sendiri menurut

 beberapa sumber adalah dari pedalaman Kalimantan, yaitu di sekitar Sungai

Kapuas. Mereka terkenal sebagai peladang berpindah. Suku Iban ini telah

melakukan migrasi ke Sarawak sejak ratusan tahun yang lalu, diperkirakan sejak pertengahan abad ke-16. Migrasi massal yang kedua terjadi pada tahun 1800-an,

dan gelombang yang ketiga terjadi pada awal abad ke-20.

 

2

Sebagian besar dari orang Dayak Iban bertempat tinggal di daerah

 pedalaman, dan di lembah-lembah sungai. Mata pencahariannya adalah berladang,

1 Victor T. King. (1993). The Peoples of Borneo. Oxford: Blackwell Publisher, hal. 31.

2  PSDR-LIPI. (2002).  Pariwisata Etnik/Budaya dan identitas Komunitas Lokal di

 Malaysia. Jakarta: Pusat Penelitian Sumberdaya Regional LIPI, hal. 17.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 29: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 29/99

17

Universitas Indonesia

 berburu, nelayan, dan mencari hasil hutan. Mereka yang tinggal di sepanjang

 perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak biasanya menjual hasil hutan ke

Sarawak, sekaligus berbelanja bahan-bahan kebutuhan sehari-hari.3

Di Kalimantan Barat, proporsi orang Melayu hampir sama dengan orang

Dayak, yaitu sekitat 40% dari jumlah penduduk. Orang Melayu sering

diidentikkan dengan orang Islam. Jadi orang yang berkomunikasi dengan bahasa

Melayu dan beragama Islam termasuk dalam kategori orang Melayu. Sebagian

 besar orang Melayu hidup sebagai pedagang, nelayan, dan petani. Mereka hidup

Kehidupan sosial masyarakat Dayak pada pertengahan abad ke-20, masih

 banyak bertumpu pada ikatan-ikatan adat yang kuat. Mereka akan lebih mengikuti

 perintah kepala suku. Orang-orang Dayak mempunyai hubungan yang relatif baik

dengan kelompok etnis lain, bahkan banyak terjadi perkawinan campuran,

misalnya antara etnis Dayak dengan orang Cina. Hubungan perdagangan orang

Dayak dengan orang Cina telah berjalan ratusan tahun. Orang Dayak merupakan

kelompok etnis yang terbuka, mereka mudah menerima dan bersosialisasi dengan

kelompok etnis pendatang lain.

2.2.2 Etnis Melayu

Etnis Melayu merupakan salah satu kelompok etnis terbesar di Malaysia

maupun di wilayah Indonesia. Sebagian besar dari mereka hidup sebagai nelayan

atau petani. Pola hidup mereka tersebar, ada yang tinggal di pedalaman

(umumnya yang bekerja sebagai petani), dan ada pula yang tinggal di daerah

 pesisir. Di Sarawak maupun di Kalimantan Barat, etnis Melayu ini tidak

digolongkan sebagai kelompok etnis pribumi atau bumiputera. Kelompok etnis

Melayu, ini merupakan pendatang, terutama dari Semenanjung dan berbagai

daerah di nusantara. Dalam pengelompokan etnis di Malaysia, etnis Melayu

merupakan kelompok etnis terbesar dibanding dua kelompok etnis lainnya, yaitu

Cina dan India. Kelompok etnis yang dianggap pribumi Malaysia (Semenanjung)

ini sebenarnya terdiri dari berbagai macam kelompok etnis, termasuk pendatang

dari Jawa dan Bugis.

3

 Lampiran Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura 30 Juni 1967, hal. 45-46.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 30: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 30/99

18

Universitas Indonesia

di sekitar daerah pantai, di sepanjang sungai-sungai besar, dan di pusat-pusat

 perdagangan.4

Posisi etnis Cina menjadi kuat dengan pembentukan kongsi-kongsi.

Mereka segera menjadi golongan eksklusif dengan peraturan atau semacam

 pemerintahan sendiri. Perubahan politik di Cina pada tahun 1896 juga semakin

memperkuat posisi orang Cina. Pada waktu itu pemerintah Cina mengeluarkan

 pernyataan bahwa seluruh orang-orang Cina dimanapun mereka berada tetap

diakui sebagai warga negara Cina. Kebijakan tersebut menjadikan etnis Cina yang

tinggal di Kalimantan Barat menganggap daerah tersebut sebagai “Small China”.

 

2.2.3 Etnis Cina

Etnis Cina merupakan salah satu kelompok etnis pendatang yang

 jumlahnya cukup dominan di Kalimantan Barat maupun di Sarawak. Kedatangan

mereka di daerah ini dapat dirunut dari ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.

Pada awal abad ke-12 orang-orang Cina datang ke Kalimantan dengan membawa

 barang-barang dagangan untuk ditukar dengan hasil mentah misalnya lada dan

rotan. Dalam perkembangannya mereka kemudian banyak yang menetap di

Kalimantan. Mereka hidup dari perdagangan, pertanian atau perkebunan.

Ketika pertambangan emas mulai ramai dibuka di daerah Kalimantan

Barat pada abad ke-19, tenaga kerja dari etnis Cina mulai ramai berdatangan

untuk bekerja di sektor ini. Sebagai contoh adalah raja Mempawah yang

mengundang pekerja Cina dari Brunei untuk bekerja di pertambangan emas. Raja

Sambas mengikuti langkah raja Mempawah untuk mengundang pekerja-pekerja

Cina untuk bekerja di pertambangan emas. Sebagai akibatnya semakin banyak

etnis Cina yang datang dan bermukim di daerah Kalimantan Barat.

5

Kedatangan kaum kolonial Belanda di Kalimantan Barat pada abad ke-19

menggeser posisi orang Cina dalam monopoli perdagangan. Orang-orang Cina

kemudian menjadi pedagang perantara dan pengumpul bahan-bahan mentah di

Kalimantan. Posisi ini sebelumnya berada di tangan orang-orang Melayu. Orang

4 Victor T.King. (1993). Op.Cit., hal. 32.

5  Semdam XII/Tandjungpura. (1970),  Tandjungpura Berdjuang: Sejarah Kodam

 XII/Tandjungpura Kalimantan-Barat , hlm. 230-231.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 31: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 31/99

19

Universitas Indonesia

Melayu kemudian menjadi pengumpul/pengambil hasil hutan. Kondisi ini

menyebabkan orang Dayak semakin terdesak ke daerah pedalaman.

Di bawah pemerintah kolonial Belanda, etnis Cina mendapat posisi yang

lebih baik daripada etnis pribumi, yaitu sebagai golongan Timur Asing yang

 berada diantara bangsa Eropa dan pribumi. Sampai dengan masa akhir

 pemerintahan kolonial Belanda, orang-orang Cina di Kalimantan Barat sebagian

 besar merupakan petani dan pedagang perantara. Mereka tinggal di daerah pesisir

atau pinggir sungai, karena daerahnya yang subur dan mudah dalam perhubungan,

yaitu melalui laut atau sungai.6

Peran orang-orang Cina kembali mencuat setelah Perang Dunia II, ketika

mereka berusaha merebut kekuasaan dari tangan Jepang. Mereka sudah memiliki

 persenjataan dan organisasi yang teratur. Markas pergerakan dan aktivitasnya

dipusatkan di Montrado, yang letaknya sekitar 100 km di sebelah utara Pontianak.

Ketika Indonesia memproklamasikan kemerdekaan, etnis Cina di Kalimantan

Barat tidak begitu merespon karena telah keinginan mereka untuk membuat

 pemerintahan sendiri langsung di bawah RRC.

 

7

Setelah memperoleh kemerdekaan, pemerintah Indonesia tampaknya

kurang memperhatikan pembangunan di wilayah perbatasan Kalimantan Barat-

Sarawak. Program pembangunan difokuskan di Jawa sebagai pusat kekuasaan.

Dengan kondisi yang serba terbatas, para pejabat pemerintah di Kalimantan Barat

dalam melaksanakan tugasnya sering mendapat bantuan dari orang-orang Cina,

misalnya oli untuk motor, perlengkapan, penginapan, menyediakan kapal dan

sebagainya, karena keterbatasan dana dari pemerintah. Oleh karena itu kedudukan

orang Cina menjadi kuat dan mereka memiliki pengaruh yang besar di desa-desa.

 

8

Keberadaan orang-orang Cina di Kalimantan Barat, terutama yang masihmenjadi warga negara asing (RRC), dan kekuatan jaringan serta perekonomian

mereka menimbulkan keresahan bagi pemerintah. Karena ideologi yang berbeda,

orang-orang Cina ini dikhawatirkan dapat mempengaruhi masyarakat. Untuk

mengatasi permasalahan yang timbul, pada tahun 1966 pemerintah membentuk

Badan Penertiban Warga Negara Asing Cina yang bertujuan untuk membina dan

6 Tobing, K. (1955). Kalimantan-Barat . Bandung: Penerbit N.V. “Masa Baru”, hal 66.

7

 Semdan XII/Tandjungpura (1970)., Loc.cit..8 Ibid ., hal. 128-129.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 32: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 32/99

20

Universitas Indonesia

membatasi dominasi kelompok WNA-Cina dalam perekonomian.  Selain itu juga

dikeluarkan peraturan-peraturan yang berisi:

-  Invetarisasi sekolah-sekolah milik WNA-Cina dan kemudian diserahkan

 pelaksanaan dan pemanfaatannya kepada Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan.

-  Melarang pemindahan hak milik dalam bentuk apapun terhadap WNA-

Cina.

-  Membatasi ruang gerak WNA-Cina. Jika meraka hendak bepergian harus

mendapat ijin dari Pepelda. 9

Keberadaan peraturan-peraturan tersebut membatasi perkembangan etnis Cina di

Kalimantan Barat. Namun demikian, disisi lain pembatasan tersebut dapat

dimengerti sebagai bentuk antisipasi pemerintah akan berkembangnya aliran

komunis, dan penguasaan sektor-sektor perekonomian oleh orang asing.

Diantara ketiga kelompok etnis yang telah diuraikan di atas, terdapat

hubungan sosial dan ekonomi yang telah berjalan lama. Mereka hidup dengan

spesialisasi profesi masing-masing, dan dalam hubungan yang saling melengkapi.

Etnis Cina biasanya memegang peranan dalam perdagangan, juga mengusahakan

 pertanian dan perkebunan. Etnis Melayu sebagian besar berprofesi sebagai petani,

sedangkan etnis Dayak biasanya hidup dari hasil hutan, misalnya rotan dan damar.

Dalam hubungan sosial, etnis Cina tampaknya memiliki posisi yang lebih

fleksibel. Orang Cina di daerah Kalimantan Barat mempunyai hubungan yang

 baik dengan etnis Dayak atau Melayu. Seringkali terjadi perkawinan campuran

antara orang Cina dan orang Dayak, atau orang-orang kampung yang biasa

dikunjungi oleh para pedagang Cina. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan

 persaudaraan yang menjadi ikatan yang sangat penting. Orang Cina banyak jugayang menikah dengan anggota kelompok penguasa Melayu.10

2.2 Kondisi dan Hubungan Masyarakat

Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, di

Kalimantan Barat setidaknya terdapat tiga kelompok etnis, yaitu Dayak, Melayu,

9

  Risalah Serah Terima Jabatan Kodam Tandjungpura, 30 Juni 1967. 10 Tobing, K. (1955). Op.Cit., hlm. 8-9 dan 115.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 33: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 33/99

21

Universitas Indonesia

dan Cina. Mereka memiliki hubungan yang baik, dengan spesialisasi masing-

masing, misalnya orang Cina sebagai pedagang atau pengusaha perkebunan,

orang Melayu yang mengusahakan pertanian, dan orang Dayak sebagai

 pengumpul hasil hutan. Hubungan sosial dan ekonomi tidak hanya terbatas di

wilayah Kalimantan Barat, tetapi juga terjalin dengan penduduk di wilayah

Sarawak.

Kegiatan penduduk melintasi perbatasan ini telah berjalan sejak ratusan

tahun lalu, bahkan sebelum perbatasan itu sendiri terbentuk ketika terjadi

 perjanjian  Anglo-Dutch Treaty  antara pemerintah kolonial Inggris dan Belanda,

 pada tahun 1824. Pada masa kekuasaan James Brooke di Sarawak (1841-1868),

tidak ada kontrol yang ketat di daerah perbatasan Sarawak dan Kalimantan Barat.

Brooke kurang memperhatikan masalah perbatasan, dan lebih mementingkan

hubungan dengan suku-suku lokal serta mengontrol pembayaran pajak. Ia

memberikan kekuasaan dan kebebasan kepada ketua-ketua adat dalam mengatur

warganya, termasuk dalam aktivitas lintas batas Kalimantan Barat dan Sarawak.

Sementara itu pemerintah kolonial Belanda yang menguasai Kalimantan lebih

mengkonsentrasikan kekuasaaannya di Jawa, sehingga kurang memperhatikan

wilayah perbatasan.11

Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, daerah perbatasan Kalimantan

Barat dan Sarawak tidak dijaga secara ketat oleh pihak Indonesia, karena

keterbatasan sumberdaya manusia. Pos penjagaan hanya ada di bagian Sarawak.

Permasalahan mulai muncul ketika ada pos-pos penjagaan yang

mensyaratkan surat-surat identitas atau paspor bagi siapapun yang akan melewati

 perbatasan, misalnya dengan penjagaan pintu perbatasan di Tebedu. Sebagai

akibatnya, muncul jalan-jalan tidak resmi (illegal ) yang menghubungkan kedua

wilayah yang berbatasan. Penduduk memilih untuk melintasi jalan yang tidak

resmi karena terbebas dari pemeriksaan, dan tidak harus mengurus surat-surat

identitas/paspor. Biasanya jalan-jalan tersebut hanya dapat dilalui dengan berjalankaki. Sebagai daerah yang bersebelahan, hubungan penduduk di Kalimantan Barat

dan Sarawak berjalan dengan baik, karena batas wilayah bukan menjadi

 penghalang untuk kegiatan sosial dan ekonomi yang sudah berjalan lama.

11

 Karim, Mulyawan. “Di Bawah Dua Bangsa Penjajah”. Kompas, 14 Agustus 2009.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 34: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 34/99

22

Universitas Indonesia

Kondisi ini tentunya memudahkan siapa saja untuk melintasi perbatasan. Lalu

lintas perbatasan pada masa ini lebih banyak dilakukan oleh orang Indonesia

terutama untuk kegiatan ekonomi, mengingat kondisi Sarawak yang lebih maju

dibandingkan dengan Kalimantan Barat.

Pada tahun 1950-an, perdagangan lintas perbatasan ini cukup ramai,

terutama perdagangan illegal   (penyelundupan). Bahan yang banyak

diselundupkan dari Kalimantan Barat ke Sarawak adalah lada dan karet,

sebaliknya barang yang dibawa dari Sarawak adalah barang-barang mewah seperti

radio, rokok, emas, dan sebagainya. Pada masa ini penduduk Kalimantan Barat

sebagian besar menggantungkan hidup dari hasil karet, kopra, dan hasil-hasil

hutan. Daerah-daerah subur yang menjadi penghasil kopra, karet, dan padi antara

lain adalah Pontianak, Sambas, dan Ketapang. Daerah pedalaman seperti

Sanggau, Kapuas Hulu dan Sintang menjadi penghasil karet dan hasil-hasil hutan

seperti rotan, damar, gambir dan kayu.12

Jenis Tanaman

Secara umum, karet dan rotan dapat

dikatakan sebagai produk unggulan di Kalimantan Barat.

Lada merupakan komoditas terbanyak yang diselundupkan karena

 perbedaan harga yang cukup tinggi antara harga jual di Kalimantan Barat dan

Sarawak, di mana harga di Kalimantan sekitar ¼ dari harga lada di Sarawak.

Penyelundupan terus berjalan dan sulit untuk diatasi. Hal tersebut dapat

dibuktikan dengan minimnya atau tidak ada laporan produksi lada seperti tabel di

 bawah ini:

Produksi Perkebunan Rakyat di Kalimantan Barat 1968 – 1972

(ton)

1968 1969 1970 1971 1972Karet 91.740 101.080 90.000 93.675 97.000

Kelapa 21.403 24.587 15.000 32.284 32.300

Kopi 750 800 800 695 700

Lada 940 950

Tebu 1.350 1.200 1.200 539 540

Sumber: Monografi Daerah kalimantan Barat, 1974.

12 Tobing, Op.Cit ., hal. 39 dan 75.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 35: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 35/99

23

Universitas Indonesia

Di Kalimantan Barat, banyak terdapat perkebunan lada, terutama di daerah

 perbatasan. Akan tetapi dalam tabel tersebut produksi lada tahun 1968 – 1970

tidak tercatat. Tidak adanya catatan produksi lada tersebut bukan karena tidak ada

 produksi, akan tetapi hasil panen lada dijual di daerah Sarawak.

Petani lada di Kalimantan Barat menjual hasil ladanya ke Sarawak karena

dua alasan, yaitu masalah perbedaan harga dan kemudahan transportasi.

Perkebunan-perkebunan lada sebagian besar terletak dekat dengan perbatasan.

Dari perkebunan lada di sekitar perbatasan tersebut, diperlukan waktu empat

sampai enam jam dengan berjalan kaki untuk menuju ke perkampungan di

Sarawak. Di kampung tersebut sudah terdapat jalan raya yang menghubungkan ke

Kuching dan kota-kota lain di Sarawak seperti Simanggang dan Sibu. Jika lada

yang dihasilkan dijual ke wilayah Indonesia, setidaknya diperlukan waktu enam

sampai delapan jam dengan berjalan kaki untuk sampai ke perkampungan

terdekat. Sarana transportasi yang menghubungkan dari perkampungan tersebut

ke kota terdekat juga belum berjalan secara teratur. Transportasi banyak dilakukan

dengan sampan atau perahu menyusuri sungai selama dua sampai tiga hari untuk

sampai di kota yang agak besar seperti Sambas, Bengkayang, atau Sekadau.13

Dalam usaha perkebunan dan perdagangan lada di perbatasan, peran utama

dipegang oleh kelompok Cina. Sebagian besar dari perkebunan lada dimiliki oleh

orang Cina. Selain sebagai pemilik perkebunan, orang-orang Cina juga berperansebagai pedagang perantara. Dalam bisnis ini, orang Dayak biasanya berperan

sebagai kuli borongan yang membawa lada ke Sarawak. Mereka senang

melakukan pekerjaan ini karena penghasilan mereka lebih besar daripada bekerja

di ladang atau menoreh karet. Jika tertangkap dan ditahan oleh pihak yang

 berwenang, biasanya mereka mengakui barang tersebut sebagai miliknya

Kesulitan transportasi tersebut disebabkan pula oleh keberadaan jalan-jalan raya

yang sangat terbatas jumlahnya. Jalan-jalan raya yang ada sebagian besar

merupakan peninggalan masa penjajahan Belanda dan Jepang, dan sudah banyak

yang rusak.

13 Ibid ., hal. 77-78

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 36: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 36/99

24

Universitas Indonesia

sendiri.14

Penyelundupan pada waktu itu tidak sulit dilakukan karena banyaknya

 jalan illegal   yang dapat ditempuh, yaitu melalui sungai-sungai atau berjalan

melalui hutan-hutan. Dari perbatasan, jalan-jalan raya di Sarawak hanya berjarak

sekitar dua sampai tiga kilometer. Setelah melewati perbatasan, barang yang

diselundupkan sudah dapat dijual kepada para pedagang Cina, yang memiliki

warung yang letaknya sekitar 100m dari perbatasan. Para pedagang Cina ini

kemudian membawa barang-barang selundupan ke Kuching dengan bus atau

truk.

  Hal inilah yang menyebabkan para pedagang mempercayakan

 pengangkutan kepada mereka. Jadi jika terkena suatu kasus, para pedagang yang

sebagian besar orang Cina tidak ikut berurusan dengan pihak aparat.

15

Penduduk perbatasan ini banyak yang memiliki dua identitas, yaitu

sebagai warga negara Indonesia sekaligus penduduk Sarawak. Semula hanya

orang-orang Cina pemilik perkebunan atau pedagang yang mempunyai dua kartu

identitas atau kewarganegaraan ganda. Namun demikian, pasca kerusuhan di

Sarawak tahun 1952, penjagaan di perbatasan diperketat oleh pemerintah jajahan

Penjagaan wilayah perbatasan dari pihak Indonesia pada waktu itu masih

 belum intensif karena terbatasnya jumlah aparat yang menjaga perbatasan.

Sebaliknya pemerintah Sarawak sejak berada di bawah kekuasaan Inggris sudah

mempunyai peraturan bahwa hanya mereka yang mempunyai Card of Identity 

atau pas Kunjungan Pendek dari pemerintah Indonesia yang dapat masuk di

daerah Sarawak. Mereka yang akan memasuki daerah Sarawak harus memiliki

kartu kunjungan yang disebut Short-visit,  yang berlaku untuk 14 hari. Orang-

orang Indonesia yang akan berkunjung ke Sarawak sebagian besar tidak mau

membuat kartu kunjungan dan memilih datang secara illegal  melalui jalur yang

tidak resmi karena untuk mengurus kartu tersebut mereka harus datang ke

kecamatan Seluas yang terletak di bagian hulu Sungai Sambas, sekitar 30 km dari

 perbatasan Bau. Hal ini dianggap memakan waktu dan merepotkan, serta memiliki

 batas waktu kunjungan yang terbatas. Banyak diantara penduduk Indonesia yang

tinggal di perbatasan pada waktu itu mempunyai sumber penghidupan di Sarawak,misalnya berdagang komoditi pertanian.

14

  Ibid .15  Ibid ., hal. 74-76.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 37: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 37/99

25

Universitas Indonesia

Inggris sehingga banyak orang dari suku Dayak yang sering melintas perbatasan

membuat dua tanda penduduk. Mereka menjadi penduduk Sarawak untuk

memperoleh kartu identitas (Card of Identity) sehingga bebas dari pemeriksaan di

 pos pemeriksaan Inggris. Kartu tersebut secara langsung juga memberi hak

kepada mereka untuk membeli senjata, peluru, dan rabuk di Sarawak yang sangat

diperlukan untuk merawat ladang mereka. Tanaman di ladang pada masa itu

sering dirusak kera, babi hutan, atau binatang-binatang lain.16

2.3 Kondisi Pemerintahan

Kalimantan Barat dan Sarawak, merupakan dua daerah yang

 berdampingan, tetapi berada dalam dua kekuasaan yang berbeda. Oleh karena itu

kedua wilayah ini memiliki struktur pemerintahan yang berbeda. Kalimantan

semula merupakan daerah yang terbagi dalam kekuasaan kerajaan-kerajaan kecil.

Struktur kekuasaan kemudian berubah dengan hadirnya kaum kolonial. Pada

tahun 1839, Kalimantan terbagi dalam tiga kawasan ketatanegaraan, yaitu

kawasan pengaruh kekuasaan Belanda, kawasan kerajaan Brunei, dan kawasan

timur laut yang masuk lingkungan Kerajaan Sulu. Daerah yang berada di bawah

kekuasaan pemerintah Belanda secara administratif dibagi menjadi tiga afdeeling ,

yaitu afdeeling Pantai Selatan dan Pantai Timur, afdeeling  Sambas, dan afdeeling  

Pontianak.  Afdeeling   Pantai Selatan dan Pantai Timur dipimpin oleh seorang

residen, sedangkan dua afdeeling   lainnya dipimpim oleh asisten residen. Dalam

hierarkhi kekuasaan pemerintah kolonial Belanda, residen dan asisten residen di

Kalimantan ini langsung berada di bawah pemerintah tertinggi di Batavia.17

Pada masa pendudukan Jepang, Kalimantan Barat berada di bawah pemerintahan angkatan laut Jepang yang berpusat di Banjarmasin. Selepas

kekuasaan Jepang, Kalimantan berada di bawah pengawasan pemerintahan

 pendudukan Belanda (NICA), dan berstatus sebagai karesidenan. Pada tahun 1948

statusnya berubah sebagai Daerah Istimewa Kalimantan Barat (DIKB). Selepas

 pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda, tahun 1949, Kalimantan Barat

16  Ibid ., hal. 78-79.

17

  ANRI.(1973).  Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda tahun 1839 – 1848. Jakarta:Arsip Nasional Republik Indonesia, hal. LXXXIX.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 38: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 38/99

26

Universitas Indonesia

 berada dalam status Karesidenan Administratif yang merupakan bagian dari

Propinsi Kalimantan.18

Pada tahun 1951, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri RI

tanggal 8 September 1951 No. Pem. 20/6/10, segala ketentuan tentang pembagian

administratif daerah Kalimantan Barat yang semula dikenal dengan nama

 Residentie Westerafdeeling van Borneo  telah dicabut. Kalimantan Barat

kemudian dibagi dalam tujuh daerah tingkat dua (6 kabupaten dan 1 kotamadya),

yaitu Kabupaten Pontianak dengan ibukota di Mempawah, Kabupaten Sambas

dengan ibukota di Singkawang, Kabupaten Ketapang dengan ibukota di Ketapang,

Kabupaten Sanggau dengan ibukota di Sanggau, Kabupaten Sintang dengan

ibukota di Sintang, Kabupaten Kapuas dengan ibukota di Patusibau, dan

Kotamadya Pontianak.

 

19

  Selama menjadi ‘Crown Colony’ dari Inggris, Sarawak diperintah oleh

seorang Gubernur dengan kabinetnya yang terdiri dari Chief-Secretary  (setaradengan direktur kabinet) dengan anggota-anggota kabinet yang disebut Secretary 

atau direktur departemen. Pada umumnya jabatan sekretaris dipegang oleh orang-

orang Inggris, tetapi pada tahun 1954-1955 sekretaris untuk urusan soal-soal

dalam negeri dipegang oleh bangsawan Melayu, Datuk Hadji Abang Mustapa

Kalimantan Barat berada di bawah koordinasi Gubernur

Kalimantan, dan dikepalai oleh seorang Residen yang berkedudukan di Pontianak.

Pada tahun 1957, Kalimantan Barat menjadi daerah propinsi otonom.

Sementara itu, Sarawak yang berbatasan dengan Kalimantan Barat,

memiliki sejarah pemerintahan yang unik, dan berbeda dengan negara-negara

 bagian lain di Malaysia. Sarawak pernah dikuasai oleh Dinasti White Rajah (1841

 – 1941), menjadi koloni Inggris, kemudian menjadi bagian dari Malaysia. Pada

masa Perang Dunia II, Sarawak juga menjadi daerah pendudukan Jepang. Selepas

dari kekuasaan Jepang, Sarawak kembali kepada kekuasaan Dinasti Brooke.

Vyner Brooke menyerahkan Sarawak untuk menjadi bagian dari protektorat

Inggris pada tahun 1946. Sejak itu, Sarawak bersama dengan Kesultanan Brunei

menjadi bagian dari koloni Inggris yang disebut Northern Borneo.

18  Team Penyusun Monografi Daerah Kalimantan Barat. (1976).  Monografi Daerah

 Kalimantan Barat.  Jakarta: Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan

Kebudayaan, hal. 23.19 Tjilik Riwut. (1979). Kalimantan Membangun. Palangka Raya: Mendagri, hal. 35.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 39: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 39/99

27

Universitas Indonesia

(Datuk Bandar). Sarawak terbagi atas lima karesidenan yang disebut division,

yang masing-masing dikepalai oleh seorang residen berbangsa Inggris.

Karesidenan I dengan pusatnya di Kuching, karesidenan II ibukotanya di

Simanggang, Karesidenan III di Sibu, Karesidenan IV di Miri, dan yang ke V di

Limbang. Tiap-tiap karesidenan terbagi atas beberapa distrik yang dikepalai

 District-Officer . Distrik terbagi dalam beberapa onder-distrik yang dikepalai Sub-

 District Officer .  District Officer   dalam menjalankan kewajibannya didampingi

oleh dewan penasehat yang disebut  District Advisory Council   yang sewaktu-

waktu dapat juga dibantu oleh Chinese Advisory Boards. Pejabat residen

didampingi oleh dewan penasehat yang anggotanya diambil dari dewan distrik

dan dari dewan penduduk Cina. Gubernur dalam menjalankan kekuasaan

eksekutif dibantu oleh Supreme Council   (dewan pertimbangan agung), sedang

dalam kekuasaan legislatif dibantu oleh Council Negeri  (dewan pertimbangan

negeri).20

Pemerintah jajahan Inggris melakukan politik memecah belah antara

 berbagai kelompok etnis yang tinggal di Sarawak. Sebagai contoh kebijakan

dalam pengangkatan pegawai, penarikan pajak, dan bahkan dalam pembagian

 jalan. Jalan besar di kampung-kampung dibagi, sebelah kiri hanya boleh dilalui

etnis Cina, sedangkan di sebelah kanan untuk etnis Melayu. Untuk pembayaran

 pajak, orang Cina harus membayar pajak tanah dan rumah 100-200 ringgit per

tahun, sedangkan orang Melayu hanya satu ringgit. Etnis Cina walaupun bukan

sebagai penduduk asli ataupun mayoritas, mendapat kedudukan yang istimewa

dalam pemerintahan di Sarawak. Di kantor-kantor pemerintahan ataupun

 perusahaan, 97% pekerjanya adalah etnis Cina, sedangkan orang Melayu bekerja

sebagai pesuruh kantor, atau diperbantukan pada bagian yang tidak penting.

 

21

Sarawak berada di bawah protektorat Inggris sampai dengan tahun 1963,

ketika wilayah ini kemudian bergabung dengan Negara Federasi Malaysia.

Penggabungan Sarawak ke dalam negara federasi Malaysia mengalami proses

Dengan adanya politik pecah belah tersebut, hubungan antar etnis di Sarawak

seolah-olah dikondisikan untuk terkotak-kotak atau berjarak antara satu kelompok

etnis dengan kelompok etnis lainnya.

20

  Ibid. 21  Pembangunan, 19 September 1952

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 40: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 40/99

28

Universitas Indonesia

yang cukup panjang, sejak munculnya isu pembentukan negara federasi tersebut

muncul pada tahun 1961. Pertarungan politik terjadi antara kelompok yang

mendukung dan menentang penggabungan Sarawak ke dalam negara federasi

Malaysia. Partai Negara Sarawak (PANAS) yang dipimpin Datu Bandar Abang

Mustapha mengalami perpecahan ketika ada kelompok yang mendukung dan

menentang pembentukan Malaysia. Kelompok yang menentang ide tersebut

kemudian mendirikan partai sendiri yang disebut Barisan Rakyat Jati Sarawak

(BARJASA).22

Menjelang pemilihan umum yang dilaksanakan pada bulan April - Juli

1963, lima partai yang tergabung dalam Parti Perikatan Sarawak, yaitu PANAS,

BARJASA, Sarawak National Party (SNAP), Parti Pesaka Anak Sarawak

(PESAKA), dan Sarawak Chinese Association (SCA) mencapai kesepakatan

untuk mendukung pembentukan Malaysia, sedangkan Sarawak United People’s

Party (SUPP) tetap pada pendiriannya untuk menentang pembentukan Malaysia.

Menjelang pemilihan umum, PANAS menarik diri dari aliansi karena tidak setuju

dalam pembagian kursi. Pada akhir pemilihan umum, partai aliansi mendapat 19

kursi, sedangkan PANAS dan SUPP masing-masing memperoleh lima kursi.

 

23

Dengan kemenangan partai aliansi, berarti bahwa Sarawak masuk sebagai

 bagian dari Negara Federasi Malaysia. Sejak menjadi bagian dari Malaysia,

Sarawak dikepalai oleh Ketua Negara (Yang Dipertuan Negeri), dan pemerintahan

dijalankan oleh Ketua Menteri (Chief Minister ).

 

SUPP yang mengalami kekalahan ini kemudian muncul sebagai oposisi, dan

 bahkan kemudian ada diantara para anggotanya yang berpindah ke Kalimantan

Barat untuk bergabung dalam perjuangan PGRS/PARAKU.

24

 22

 Sabihah Osman. (2009). “Pembangunan Politik Sarawak: Satu Penelusuran Sejarah”,

dalam Nidzam Sulaiman dan Zaini Othman (eds.).  Pilihan Raya dan Pembangunan Politik

Sarawak . Sabah: UMS, hlm. 13-14.23

  Ibid .24

  Haji Buyong Adil. (1981). Sejarah Sarawak . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa danPustaka Kementerian Pelajaran Malaysia, hlm. 118.

Selama masa transisi ini terjadi

 berbagai gejolak politik di Sarawak, antara lain disebabkan oleh persaingan antar partai, politik konfrontasi Indonesia, dan munculnya perlawanan kaum komunis.

Untuk itu dalam bagian selanjutnya akan dibahas perkembangan komunis di

 perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 41: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 41/99

29

Universitas Indonesia

2.4 Perkembangan Komunis di Perbatasan

Komunisme merupakan suatu ideologi yang mencita-citakan sistem

masyarakat yang memiliki sarana-sarana produksi secara bersama-sama, dan

mendasarkan pembagian produksi dengan asas bahwa setiap anggota masyarakat

dapat memperoleh hasil pembagian sesuai dengan kebutuhannya.25

-  Komunis Rusia bisa gagal dan jatuh apabila gerakan-gerakan komunis

tidak berhasil di negara-negara lain di dunia, terutama di Eropa.

Faham

komunisme secara internasional sebenarnya telah muncul sejak tahun 1919, yang

 bersumber pada konsepsi Lenin, dengan dasar alasan bahwa:

-  Mengajak dan melahirkan aks-aksi revolusioner di seluruh dunia

sangat tergantung para anggota organisasi yang semuanya terikat oleh

kepercayaan dan keyakinan yang revolusioner.26

Berdasarkan pada alasan diatas, komunisme terus disebarkan ke seluruh dunia

oleh para pengikutnya, termasuk ke Indonesia dan wilayah Asia Tenggara pada

umumnya.

Ideologi komunisme ini berkembang di Asia Tenggara, terutama pada

masa dekolonisasi, seiring dengan perang dingin antara blok Barat dan Timur,

yang juga merupakan perang ideologi antara komunisme dan liberalisme. Di

Indonesia, daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak dapat dikatakan

sebagai daerah yang rawan dengan kemunculan kaum komunis karena banyaknya

etnis Cina yang tinggal di daerah tersebut. Etnis Cina di Kalimantan Barat

maupun di Sarawak, sebagian besar masih berkewarganegaraan RRT. Di

Kalimantan Barat menurut catatan Kodam XII/Tanjungpura jumlah orang Cina pada awal tahun 1960-an diperkirakan 450 ribu orang. Dari jumlah tersebut, 350

ribu diantaranya masih berkewarganegaraan Cina. Mereka berkeinginan untuk

langsung berada di bawah kekuasaan Cina. Hal inilah yang mendorong etnis Cina

untuk membuat ‘society’ sendiri, terlepas dari kekuasaan lokal. Etnis Cina ini

25  Ensiklopedi Indonesia Vol. 4. (1983). Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve, hlm. 1845-

1846.26

  Soemadi. (1974).  Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia Tenggara. Pontianak: Yayasan Tanjungpura, hal. 21.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 42: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 42/99

30

Universitas Indonesia

mempunyai komunitas tersendiri, di mana biasanya mereka membentuk

 perkampungan-perkampungan di suatu tempat, yang disebut sebagai ‘Pecinan’

atau ‘China Town’. Mereka mempertahankan adat istiadat leluhurnnya dan

mendirikan sekolah-sekolah sendiri sebagai salah satu sarana mempertahankan

 budayanya. Dari komunitas yang terbatas ini komunisme berkembang seiring

dengan perkembangan komunisme di Cina.

Di Sarawak, Ideologi komunis berkembang sejak tahun 1927, yang dibawa

dan disebarkan oleh pengikut-pengikut aliran komunis yang melarikan diri ke

Sarawak karena diburu oleh pengikut Kuomintang. Gerakan komunis yang

terorganisasi muncul sejak tahun 1941, dengan terbentuknya Liga Anti-Fasis

Sarawak (Sarawak Anti-Fascist League - SAFL), yang bertujuan untuk menentang

 pendudukan Jepang di Sarawak. Pada tahun 1942 organisasi ini berubah menjadi

Liga Pembebasan Bangsa (Race Liberation League - RLL). Organisasi ini

mempelopori pembentukan Persatuan Orang Muda Cina Seberang Laut (Overseas

Chinese Young Men’s Association – OCYMA). Pada tanggal 21 Oktober 1951

dibentuk Liga Belia Cina Seberang Laut Demokratik Sarawak (Sarawak Overseas

Chinese Democratic Youth League – SOCDYL), yang merupakan organisasi

komunis pertama di Sarawak.27

Komunisme di Sarawak semakin berkembang dengan berdirinya Liga

Pembebasan Sarawak (Sarawak Liberation League – SLL), yang merupakan

gabungan dari beberapa organisasi komunis di Sarawak. Organisasi ini mampu

mempengaruhi kelompok pelajar, petani, dan buruh untuk bergabung dengan

mereka. Pada tahun 1956 organisasi ini berubah menjadi Persatuan Belia Maju

Sarawak (Sarawak Advanced Youths Association – SAYA). Organisasi ini

mempunyai beberapa organisasi bawahan seperti Persatuan Petani Sarawak(Sarawak Farmers Association – SFA).

 

28

 27

  Mohd. Reduan Haji Asli.  Pemberontakan Bersenjata Komunis di Malaysia. Kuala

Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikan Malaysia, 1993, hal. 7428  Ibid ., hal. 75 – 76.

Ideologi komunis juga menyusup dalam

 politik Cina di Sarawak, Sarawak United Peoples’ Party (SUPP). Partai yang

 berdiri pada tanggal 12 Juni 1959 ini dipimpin oleh Stephen Yong dan Ong Kee

Hui.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 43: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 43/99

31

Universitas Indonesia

Perjuangan kaum komunis di Sarawak terus berlanjut hingga memasuki

masa konfrontasi Indonesia – Malaysia. Permasalahan yang terjadi antara

 pemerintah Indonesia dan Malaysia yang berujung pada konfrontasi ini berawal

 pada tanggal 27 Mei 1961, ketika Perdana Menteri Persekutuan Tanah Melayu

(Malaya), Tunku Abdurachman di depan Foreign Correspondents’ Association di

Singapura mencetuskan gagasan untuk membentuk Negara Federasi Malaysia.

Semula dia tidak menyetujui penggabungan Persekutuan Tanah Melayu dengan

Singapura dengan alasan:  pertama, perbandingan yang tidak seimbang antara

orang-orang Melayu dan orang-orang asing lainnya, terutama etnis Cina; kedua,

dikhawatirkan terjadi dominasi ekonomi oleh etnis Cina; ketiga, kekhawatiran

akan meningkatnya ancaman gerakan komunis. Gagasan untuk membangun

 Negara Federasi Malaysia Raya dengan menggabungkan Persekutuan Tanah

Melayu dengan Singapura, Sabah, Sarawak, dan Brunei kemudian muncul antara

lain dengan alasan:  pertama, jumlah penduduk Melayu secara keseluruhan di

daerah tersebut akan melebihi etnis Cina; kedua, untuk melawan gerakan

komunis, antara lain dari Indonesia yang bekerjasama dengan RRT; ketiga, untuk

mencegah jatuhnya Singapura ke dalam pengaruh komunis.29

Gagasan untuk menggabungkan Kalimantan Utara dan Singapura ke

dalam Federasi Malaysia didukung oleh sebagian besar penduduk Melayu, tetapi

tidak disetujui oleh sebagian besar etnis Cina di kawasan tersebut karena alasan

 politik dan ekonomi. Pemerintah Indonesia tidak menyetujui gagasan tersebut,

karena negara federasi yang akan terbentuk dipandang sebagai neo-kolonialisme.

Filipina juga tidak menyetujui pembentukan federasi tersebut, dan kemudian

mengklaim Sabah sebagai bagian dari wilayahnya. Selain itu negara-negara yang

termasuk dalam kubu komunis, seperti RRT secara tegas menentang pembentukannegara federasi Malaysia.

 

30

Kelompok-kelompok yang tidak setuju dengan pembentukan federasi,

terutama etnis Cina di Sabah, Sarawak maupun Brunei, akhirnya melakukan

 perlawanan-perlawanan terhadap pemerintah Malaya. Sebagian besar dari mereka

menginginkan kemerdekaan negeri masing-masing, atau membentuk satu

kesatuan sebagai negeri Borneo yang merdeka. Pada bulan Juli 1961, dibentuklah

29

 Soemadi, Op.Cit., hlm. 52.30 Ibid ., hlm. 52-53.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 44: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 44/99

32

Universitas Indonesia

Barisan Bersatu (United Front) yang terdiri dari Ong Kee Hui (SUPP), A.M.

Azahari (Partai Rakyat Brunei), dan Donald Stephens. Mereka secara terang-

terangan menentang rencana pembentukan Federasi Malaysia. Untuk mengatasi

 permasalahan ini, pada tanggal 23 Juli 1961 dibentuklah  Malaysian Solidarity

Consultative Committee (MSCC) yang beranggotakan wakil-wakil dari

Semenanjung Melayu, Singapura, Sarawak, Brunei, dan Sabah. Tugas dari komite

ini adalah untuk mengumpulkan dan membandingkan pendapat-pendapat yang

 berkaitan dengan pembentukan Federasi Malaysia. MSCC mengadakan empat

kali pertemuan secara bergilir, yaitu di Jesselton (Kota Kinabalu), Kuching, Kuala

Lumpur, dan Singapura. Dari empat kali pertemuan yang diadakan, wakil dari

Brunei terlihat tidak berminat untuk masuk sebagai bagian dari Malaysia. 31

Pada tanggal 8 Desember 1962, muncul pemberontakan dari Partai Rakyat

di Brunei yang dipimpin oleh Sheik A.M. Azahari. Mereka memproklamirkan

 berdirinya Negara Kalimantan Utara yang meliputi daerah Sabah, Sarawak, dan

Brunei dengan Sultan Brunei, Sir Omar Ali Saifuddin, diangkat sebagai Kepala

 Negara, dan Azahari sebagai Perdana Menteri. Mereka juga membentuk Tentara

 Nasional Kalimantan Utara (TNKU). Mereka memberikan ultimatum kepada

 pemerintah Inggris untuk mengakui kemerdekaan Kalimantan Utara. Jika pihak

Inggris mengabaikan ultimatum tersebut, maka para pemberontak mengancam

akan menghancurkan instalasi penambangan minyak di Seria.

 Oleh

karena itu tak mengherankan jika kemudian muncul pemberontakan dari Partai

Rakyat di Brunei yang menentang pembentukan Federasi Malaysia.

32

Perjuangan Azahari mendapat dukungan dari Partai Komunis Indonesia

(PKI). Namun demikian Negara Kalimantan Utara tersebut dinyatakan oleh

Azahari bersifat netral, tidak berideologi komunis. Para pemberontak mampumenguasai beberapa kota di Brunei, Sabah, dan Sarawak. Sultan Brunei kemudian

meminta bantuan kepada pemerintah Inggris untuk menghentikan pemberontakan.

Setelah datang bantuan dari tentara Inggris di Singapura, pemberontakan dapat

diatasi dalam waktu kurang dari dua minggu.

 

33

 31

  Mohd. Noor Bin Abdullah, 1976.  Kemasukan Sabah dan Sarawak ke Dalam

 Persekutuan Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pelajaran

Malaysia. Hal. 41-45.32

 Suara Merdeka, 11 Desember 1962.33 Mohd. Noor Bin Abdullahh, Op.Cit.., hal. 63-64.

Meskipun pemberontakan berhasil

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 45: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 45/99

33

Universitas Indonesia

ditumpas, tetapi TNKU terus melakukan perang gerilya dan bersembunyi di

kawasan hutan. Pemimpin mereka, Azahari melarikan diri ke Manila.

Di Sarawak, tentangan terhadap pembentukan Federasi Malaysia tidak

muncul sebagai bentuk pemberontakan bersenjata. Partai yang beraliran komunis

SUPP, menentang dimasukkannya Sarawak sebagai bagian dari Federasi

Malaysia, karena hal itu hanya dianggap sebagai pemindahan kekuasaan dari

 pemerintah kolonial Inggris kepada kekuasaan asing lain. Mereka mengadakan

rapat-rapat umum untuk menarik dukungan massa. Clandestine Communist

Organization  (CCO) juga menentang dengan menyebarkan poster-poster anti

Tunku dan Malaysia.34

Setelah munculnya pemberontakan Azahari di Brunei, partai komunis di

Sarawak mendapat tekanan dari pemerintah. Para pemimpin partai komunis

Sarawak ini kemudian hijrah ke Kalimantan Barat. Dalam catatan Kodam

XII/Tanjungpura disebutkan bahwa selama masa konfrontasi, sekitar 850 orang

Cina dari Sarawak berpindah atau mengungsi ke wilayah Kalimantan Barat. Pada

umumnya mereka merupakan anggota organisasi pemuda yang bernaung di

 bawah Serawak United People Party (SUPP). Mereka kemudian menggabungkan

diri dengan Sukarelawan Tempur Dwikora dengan membentuk Pasukan Gerilya

Rakyat Serawak (PGRS) dan Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PARAKU).

 

35

Perdana Menteri Malaya pada waktu itu, Tunku Abdurachman, dalam

 pidatonya di depan para pemimpin pemuda UMNO menuduh Indonesia

memimpin “pendurhakaan di Brunei” (Revolusi Rakyat Kalimantan Utara). Ia

mengatakan bahwa Indonesia iri hati dengan kesuksesan Malaya untuk

mendorong rakyat Kalimantan Utara dan Singapura untuk bergabung dalam

Federasi Malaysia. Ia menyebut pihak Indonesia telah melakukan banyak pengkhianatan untuk menggagalkan Malaysia. Tunku Abdurachman menyatakan

 bahwa pemberontakan di Brunei itu sudah hampir dapat diatasi, tetapi pemerintah

dan pemimpin-pemimpin politik Indonesia terus mengucapkan pidato-pidato yang

 berapi-api untuk mendukung pemberontakan tersebut.

 

36

 34

  Ibid.., hal. 46.35

 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 196736  Bintang Timur , 26 Desember 1962

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 46: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 46/99

34

Universitas Indonesia

Pihak pemerintah Malaysia menuduh Indonesia telah bermaksud untuk

menghasut rakyat di Sarawak, Brunei, dan Sabah supaya memberontak dan

melawan pemerintah. Malaysia menyatakan bahwa rakyat di ketiga daerah telah

menyetujui penggabungan dalam federasi. Tunku Abdurachman menuduh PKI

secara terang-terangan mendukung pemberontakan di Brunei dan menunggangi

 politikus-politikus tertentu di Malaya untuk melaksanakan maksud-maksudnya.

Beberapa pemimpin politik di Malaya dikatakan mempunyai hubungan erat

dengan partai-partai politik di Indonesia.37

Perseteruan memuncak ketika Indonesia memutuskan untuk melakukan

 politik konfrontasi. Malaya dianggap sebagai kaki tangan neokapitalisme dan

neoimperialisme yang menjalankan sikap permusuhan terhadap Indonesia. Dalam

 pidato politiknya, Presiden Sukarno menyebut Malaysia sebagai neo-

kolonialisme. Malaysia adalah proyek Inggris yang membahayakan revolusi

Indonesia.

 

38  Indonesia mendukung pemberontakan di Brunei karena merupakan

 perjuangan untuk memperoleh kemerdekaan dan menentang neo-kolonialisme

Malaysia.39

Pada tanggal 3 Mei 1964, Presiden Soekarno mendekritkan Dwikora, yang 

 berisi: 1) pertinggi ketahanan revolusi Indonesia, 2) bantu perjuangan

revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Sarawak, dan Sabah, untuk

menggugurkan negara boneka Malaysia.

 

40

Suasana konfrontasi memberi kesempatan kepada kelompok komunisuntuk lebih berkembang. Pihak komunis Cina mendukung pendirian Indonesia

yang menentang neo-kolonialisme Malaysia. Hal ini memberikan angin segar bagi

Setelah ada dekrit tersebut, satuan

tempur dan intelijen ditempatkan di sepanjang perbatasan Kalimantan dan

Sarawak-Sabah untuk melakukan operasi Dwikora. Operasi tersebut berada di

 bawah Komando Mandala Siaga (Kolaga), yang merupakan gabungan dari

 beberapa kesatuan militer.

37  Ibid .

38 Departemen Penerangan R.I. (1963).  Politik Kita adalah Politik Konfrontasi. Salinan

 Naskah Amanat Presiden Sukarno pada Rapat Raksasa Front Nasional “Mengganjang Malaysia”

di Istana Olahraga Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 27 Juli 1963

39 Mohd. Reduan Haji Asli, Op.Cit., hal. 96-97.

40

  Iman Toto K. Rahardjo dan Suko Sudarso (eds.). (2010).  Bung Karno: Masalah Pertahanan – Keamanan. Jakarta: Grasindo, hlm. 63).

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 47: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 47/99

35

Universitas Indonesia

 perkembangan komunis di Indonesia karena kedekatan Indonesia dengan negara

komunis Cina. Selama masa konfrontasi, banyak orang dari Sarawak, terutama

 pengikut aliran komunis mengungsi ke Kalimantan Barat. Di Kalimantan Barat ini

mereka menyusun strategi untuk mengadakan perlawanan. Pemerintah Cina

memberikan dukungan kepada para pemimpin komunis dengan mengirimkan

utusan dan mengadakan pertemuan-pertemuan. Dengan dukungan dari pemerintah

Cina maupun Indonesia, kelompok komunis mampu bertahan di wilayah

Kalimantan Barat.

Dengan melihat kondisi alam dan masyarakat di daerah perbatasan

Kalimantan Barat dan Sarawak, pada akhirnya dapat dipahami jika kemudian

timbul berbagai permasalahan, baik yang bersifat horizontal antar-masyarakat,

maupun yang bersifat vertikal, antara masyarakat dengan penguasa. Masalah-

masalah yang timbul di perbatasan ini antara lain adalah berlangsungnya lalu

lintas manusia dan barang secara illegal , yang disebabkan oleh rendahnya tingkat

kesadaran masyarakat tentang makna kewarganegaraan (citizenship).41

-  Letak geografis Kalimantan Barat dan Sarawak yang berhadapan langsung

dengan Laut Cina Selatan, sehingga memudahkan masuknya orang-orangCina (komunis) dari RRC;

Hal ini

menjadi salah satu resiko wilayah perbatasan yang bersifat terbuka, sehingga

menjadi ‘melting point ’ untuk berbagai kegiatan yang melibatkan masyarakat di

kedua wilayah yang berbatasan.

Sebagai wilayah marginal yang jauh dari pusat kekuasaan, perbatasan juga

 bisa menjadi basis perkembangan kelompok-kelompok separatis. Dalam hal ini,

daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak merupakan daerah yang sangat

rawan dengan berkembangnya kelompok atau organisasi terlarang seperti

komunis. Hal tersebut didukung oleh beberapa faktor, antara lain:

-  Posisi daerah perbatasan jauh dari jangkauan pemerintah pusat, sehingga

 pengawasan tidak ketat karena keterbatasan sarana dan personel;

41 Riwanto Tirtosudarmo.(2005). “Wilayah Perbatasan dan Tantangan Indonesia Abad 21:

Sebuah Pengantar”, dalam Riwanto Tirtosudarmo dan John Haba (eds.).  Dari Entikong Sampai

 Nunukan: Dinamika Daerah Perbatasan Kalimantan – Malaysia Timur (Sarawak dan Sabah). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan., hlm. 1-2.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 48: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 48/99

36

Universitas Indonesia

-  Jumlah etnis Cina yang cukup besar di Kalimantan Barat maupun Sarawak

(menurut perkiraan Kodam XII/Tandjungpura, terdapat 450 ribu etnis Cina

di Kalimantan Barat), yang memungkinkan mereka memiliki persatuan

yang lebih kuat, terlebih dalam menyebarkan komunisme;

-  Banyaknya jalur (terutama illegal) yang menghubungkan Kalimantan

Barat dan Sarawak, yang memudahkan keluar masuknya kelompok

terlarang di kedua wilayah.

Dengan kondisi yang demikian, maka organisasi komunis, seperti

PGRS/PARAKU memanfaatkan wilayah di mana mereka bisa merasa aman,

terkadang di wilayah Indonesia, dan terkadang di wilayah Sarawak. Kemunculan

dan aktivitas PGRS/PARAKU ini dibahas dalam bab selanjutnya.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 49: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 49/99

37

Universitas Indonesia

Bab 3

Gerakan PGRS/PARAKU

Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam bab 2, bahwa kondisi alam dan

 penduduk, hubungan masyarakat, dan kondisi pemerintahan telah menjadikan

wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak sebagai wilayah marjinal yang

 jauh dari jangkauan pusat kekuasaan. Kondisi ini memungkinkan tumbuh

suburnya gerakan separatis yang melawan pemerintah pusat. Komunisme

 berkembang di daerah perbatasan, yang akhirnya mendukung kemunculan

PGRS/PARAKU.

Bab tiga ini memaparkan munculnya gerakan PGRS/PARAKU, faktor-

faktor apa saja yang mendukung kemunculan gerakan tersebut, dan apa aktivitas

dari PGRS/PARAKU. Bagian ini juga melihat sikap dan tindakan pemerintah

terhadap gerakan tersebut, dan yang terakhir sikap masyarakat, terutama sikap

masyarakat Dayak.

3.1 Kemunculan PGRS/PARAKU dan Aktivitasnya

Gerakan PGRS/PARAKU merupakan suatu gerakan kaum komunis Cina

di daerah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, yang ingin menyusun suatu

 pemerintahan sendiri, dan berada langsung di bawah kepemimpinan Peking.

Gerakan ini muncul sebagai penggabungan dari kelompok-kelompok yang

menentang pembentukan Negara Federasi Malaysia. Anggota gerakan yang

didominasi oleh etnis Cina ini tidak mau berada di bawah etnis Melayu, karena

hak-hak mereka, terutama dalam penguasaan ekonomi menjadi terganggu. Oleh

karena itu mereka berjuang untuk membentuk pemerintahan sendiri atau berada

langsung di bawah pemerintahan di Peking.1

Ide untuk berdiri sendiri di kalangan etnis Cina tersebut telah muncul sejak

tahun 1896, ketika pemerintah Cina mengeluarkan pernyataan bahwa seluruh

1

 Mary Somers Heidhues. (2008).  Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di “DistrikTionghoa” Kalimantan Barat . Jakarta: Yayasan Nabil, hlm. 228-229.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 50: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 50/99

38

Universitas Indonesia

orang Cina dimanapun mereka berada tetap diakui sebagai warga negara Cina.2 

Bepedoman pada ide tersebut, maka masyarakat Cina yang tinggal di perantauan

 biasanya membentuk komunitas sendiri dan bahkan berusaha membuat peraturan

sendiri yang terorganisir. Dalam prakteknya mereka seolah-olah membentuk

negara kecil dalam suatu negara. Hal ini pula yang terjadi pada etnis Cina di

Kalimantan Barat maupun di Sarawak. Mereka tetap merasa sebagai bagian dari

masyarakat Cina. Mereka membangun sekolah-sekolah sendiri yang juga menjadi

 pusat kegiatan kebudayaan menurut tradisi leluhur mereka di daratan Cina.

Intensitas hubungan mereka dengan negeri Cina menjadikan mereka cepat

menyesuaikan diri dengan perkembangan sosial politik di negeri asalnya.3

Setelah Perang Dunia II berakhir, dan Jepang mengalami kekalahan,

sebagian besar etnis Cina di Borneo Barat (Kalimantan Barat) merasa gembira

karena mereka akan terbebas dari penjajahan Jepang. Mereka kemudian

mengibarkan bendera nasional negeri Cina (Kuo Min Tang) dan berharap tentara

nasionalis Cina datang ke distrik Cina di Kalimantan Barat untuk membantu

mereka dan menyatukan distrik tersebut sebagai salah satu propinsi negeri Cina di

seberang lautan.

 

4  Ketika Indonesia berjuang melawan agresi Belanda, orang-

orang Cina di Kalimantan Barat seolah berada “di luar pagar perjuangan”, atau

 bahkan lebih menunjukkan loyalitas terhadap Belanda.5

 2  Soemadi. (1974).  Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi Subversi Komunis

 Asia Tenggara. Pontianak: Yayasan Tanjungpura, hlm.50-51.3  Ibid.., hlm. 40-41.

4

 Mary Somers Heidhues. (2008). Loc.Cit .5 Soemadi., Op.Cit ., hlm. 51.

Pasang surut kondisi politik Indonesia sejak meraih kemerdekaan, revolusi

fisik, hingga munculnya pemberontakan komunis tampaknya tidak mempengaruhi

keinginan kelompok etnis Cina di Kalimantan Barat untuk berdiri sendiri. Suasana

konfrontasi Indonesia-Malaysia digunakan sebagai jembatan untuk melancarkan

 perlawanan. Posisi etnis Cina yang beraliran komunis ini cukup kuat karena

adanya kerjasama dengan kelompok mereka di Sarawak. Dari kerjasama dan penggabungan kelompok komunis di Sarawak, Brunei dan Kalimantan Barat

inilah dapat dirunut asal mula munculnya Pasukan Gerilya Rakyat Sarawak dan

Pasukan Rakyat Kalimantan Utara (PGRS/PARAKU).

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 51: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 51/99

39

Universitas Indonesia

Kerjasama di antara kelompok komunis di wilayah Kalimantan Barat

maupun Kalimantan Utara mulai tampak ketika muncul gagasan dari Perdana

Menteri Persekutuan Tanah Melayu (Malaya), Tunku Abdurachman pada tahun

1961, untuk membentuk Negara Federasi Malaysia, dengan menggabungkan

wilayah Sabah, Sarawak, Brunei, dan Singapura dalam negara federasi. Etnis

Cina, terutama yang beraliran komunis tidak menyetujui ide tersebut karena

mereka tidak mau berada di bawah pemerintahan orang Melayu. Mereka ingin

membentuk pemerintahan sendiri atau menjadi bagian dari negeri Cina, Oleh

karena itu muncullah perlawanan-perlawanan, baik yang bersifat terbuka ataupun

sembunyi-sembunyi.

Di Brunei, Partai Rakyat yang dipimpin Sheik A.M. Azahari melakukan

 pemberontakan pada tanggal 8 Desember 1962, dengan mengumumkan berdirinya

 Negara Kalimantan Utara (NKU) yang meliputi daerah Sabah, Sarawak, dan

Brunei. Mereka juga membentuk Tentara Nasional Kalimantan Utara (TNKU).

Perjuangan Azahari dalam membentuk Negara Kalimantan Utara ini mendapat

dukungan dari Indonesia, terutama dari Partai Komunis Indonesia (PKI). Jika

wilayah Kalimantan Utara masuk sebagai bagian dari Negara Federasi Malaysia,

maka wilayah tersebut menjadi bagian dari neokolonialisme yang disponsori

Inggris. Kondisi tersebut dianggap berbahaya bagi perkembangan Negara

Indonesia. Oleh karena itu pemerintah Indonesia mendukung Negara Kalimantan

Utara, yang berarti mencegah neokolonialisme di wilayah Kalimantan Utara yang

 berbatasan langsung dengan Kalimantan Barat dan Timur. Presiden Soekarno

menyatakan simpatinya kepada para pemberontak, dan menjanjikan bantuan

material maupun pelatihan militer.6

Dalam waktu kurang dari dua minggu pemberontakan dapat ditumpas oleh pemerintah kolonial Inggris. Meskipun demikian, sisa-sisa pasukan TNKU terus

melakukan gerilya di hutan-hutan, dan sebagian berpindah ke wilayah Kalimantan

Barat. Azahari berhasil meloloskan diri dan berlindung di wilayah Indonesia. Di

Jakarta, Azahari diterima sebagai pemimpin Kalimantan Utara yang menghadapi

neo-kolonialisme yang perlu mendapat bantuan. Menteri Luar Negeri Indonesia

 pada waktu itu, Soebandrio, membawa Azahari ke Kalimantan dan

6

 M. Panggabean. (1993).  Berjuang dan Mengabdi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, hlm.282.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 52: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 52/99

40

Universitas Indonesia

memperkenalkan kepada rakyat.7

Dalam pidato Presiden Sukarno di Senayan, Jakarta, pada tanggal 27 Juli

1963, disebutkan bahwa pembentukan Malaysia adalah wujud dari

neokolonialisme yang membahayakan revolusi Indonesia. Oleh karena itu

 pembentukan Negara Federasi Malaysia tersebut harus digagalkan baik dengan

 jalan diplomasi, pengerahan tenaga rakyat, maupun konfrontasi di segala bidang.

 Hal ini dimaksudkan agar rakyat di Kalimantan

membantu perjuangan Azahari untuk membentuk Negara Kalmantan Utara.

Sementara itu di Sarawak, SUPP merupakan partai komunis yang

menentang pembentukan Federasi Malaysia. Setelah terjadinya pemberontakan

Partai Rakyat di Brunei, partai komunis di Sarawak ini mendapat tekanan dari

 pemerintah. Sebagaimana para anggota TNKU, para pemimpin maupun anggota

komunis Sarawak, terutama yang tergabung dalam Sarawak Advance Youth

Association (SAYA) kemudian berpindah ke wilayah Kalimantan Barat yang

dirasa lebih aman. Pemerintah Indonesia yang tidak sepakat dengan

 pembentukaan Negara Federasi Malaysia menerima kedatangan mereka, dan

 bahkan bekerja sama untuk ‘mengganyang’ Malaysia.

Sebagai kelanjutan dari politik konfrontasi ini, pada tanggal 3 Mei 1964 Presiden

Soekarno mendekritkan Dwikora untuk membantu perjuangan revolusioner rakyat

Malaya, Singapura, dan Kalimantan Utara, untuk menghancurkan Malaysia.

Pencanangan Dwikora kemudian disusul dengan dekrit pembentukan Komando

Siaga (KOGA) pada tanggal 16 Mei 1964, yang mengkoordinasikan kegiatan

militer terhadap Malaysia. Untuk memperkuat pasukan, pada bulan September

1964 dibentuklah Komando Mandala Siaga (KOLAGA) yang bertujuan untuk

mengkoordinasikan dan mengarahkan semua kegiatan militer di Sumatera dan

Kalimantan terhadap Malaysia.

9

Setelah pembentukan Komando Mandala Siaga, dilakukan gerakan-

gerakan militer yang terbatas pada gerakan gerilya di wilayah Kalimantan. Selain

itu juga dilakukan penyusupan ke wilayah Kalimantan Utara. Dari pihak

7  Ibid ., hlm. 284.

8  Departemen Penerangan R.I. (1963).  Politik Kita adalah Politik Konfrontasi. Salinan

 Naskah Amanat Presiden Sukarno pada Rapat Raksasa Front Nasional “Mengganjang Malaysia”

di Istana Olahraga Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, 27 Juli 19639 M. Panggabean, Op. Cit ., hlm. 287.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 53: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 53/99

41

Universitas Indonesia

Indonesia maupun Malaysia tidak ada pernyataan perang secara resmi, sehingga

kontak militer yang terjadi disebut perang rahasia ( secret war ).10

-  Partai Komunis Sarawak bekerjasama dengan PKI, Pemerintah Indonesia,

dan Negara Nasionalis Kalimantan Utara.

Sementara itu, pada awal masa konfrontasi tahun 1963, Pemerintah Cina

mengirimkan dua utusan ke Kalimantan Barat, yaitu Wen Min Tjuen dan Wong

Kee Chok. Keduanya semula merupakan tokoh-tokoh komunis di Malaya. Setelah

komunis mendapat perlawanan di Malaya, mereka kemudian diusir sehingga

kembali ke Peking. Kedatangan Wen Min Tjuen dan Wong Kee Chok ke

Kalimantan Barat bermaksud untuk menemui Yap Chung Ho, Wong Hon, Liem

Yen Hwa, dan Yacob, tokoh-tokoh organisasi komunis Sarawak yang telah

 berpindah ke wilayah Indonesia. Maksud dari pertemuan tersebut adalah untuk

menjelaskan garis perjuangan Partai Komunis Sarawak (PKS). Dalam pertemuan

tersebut disepakati arah perjuangan mereka, yaitu:

-  Menghimpun kekuatan-kekuatan revolusioner yang terdiri dari buruh tani,

dan mempererat hubungan dagang dengan masyarakat Dayak.

-  Mendirikan basis di daerah perbatasan Sarawak dan Kalimantan Barat, dan

 berjuang terus untuk mempertajam ajaran-ajaran Mao.11

 

Selain dengan tokoh-tokoh komunis dari Sarawak, Wen Min Tjuen dan

Wong Kee Chok juga mengadakan pertemuan dengan pemimpin pemberontakan

Partai Rakyat Brunei, Sheik A.M. Azahari, yang mendapat perlindungan politik

dari pemerintah Indonesia. Pertemuan diadakan di Sintang, dan dihadiri juga oleh

Yap, Wong Hon, Liem Yen Hwa, dan Yacob. Pertemuan ini juga menghasilkan

gagasan untuk membentuk PGRS dan PARAKU, dan TNKU akan mengusahakan persenjataan untuk kedua gerakan tersebut. TNKU berusaha memperoleh senjata

dari sukarelawan-sukarelawan Indonesia yang membantu perjuangan mereka.

Pada masa ini perjuangan TNKU berakhir, kemudian diteruskan oleh PGRS dan

PARAKU.12

 10

  Ibid., hlm. 290.11

Semdan XII/Tandjungpura (1970). Tandjungpura Berdjuang: Sejarah Kodam

 XII/Tandjungpura Kalimantan-Barat, hal. 233.12  Ibid.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 54: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 54/99

42

Universitas Indonesia

Setelah pertemuan di Sintang, diadakan lagi pertemuan lanjutan di Bogor

yang dihadiri oleh Azahari, Soebandrio, Njoto, Soeroto, Yap, Wong Hon, Liem

Yen Hwa, dan Yacob. Dalam kesempatan ini PGRS/PARAKU mendapat

dukungan dari pemerintah Indonesia dengan diberikan kesempatan untuk

mengikuti latihan militer dari Badan Pusat Intelligence (BPI) di Bogor.13

Untuk menindaklanjuti hasil pertemuan-pertemuan yang telah dilakukan,

Yap melakukan pemanggilan terhadap pemuda-pemuda Cina dari Sarawak.

Jumlah mereka yang menyeberang dari Sarawak ke Kalimantan Barat pada masa

konfrontasi ini diperkirakan 850 orang. Mereka kemudian mengikuti latihan

militer dan bergabung dengan PGRS/PARAKU. Sebagai bagian dari sukarelawan

tempur Dwikora, mereka memperoleh pasokan senjata dan amunisi dari tentara

Indonesia. Dalam catatan Kodam XII/TDPR disebutkan bahwa pada masa

konfrontasi mereka telah memasok lebih kurang 450 pucuk senjata kepada

sukarelawan-sukarelawan Cina yang tersebar di sepanjang perbatasan.

 

14

-  Poros Timur, yang meliputi daerah Senaning/Uwak, Nanga

Kantuk/Merakai Panjang, Nanga Badau/Kapar, dan Malon;

Pasokan

 persenjataan ini dimaksudkan sebagai persiapan untuk mengantisipasi terjadinya

 pertempuran dengan Malaysia.

Di Kalimantan Barat, lokasi gerilya pasukan PGRS/PARAKU dibagi

dalam tiga area, yaitu:

-  Poros Tengah, yang meliputi daerah Mangkau, Sontas, Sekunyit/Pangah,

dan Bantan/Segomon;

-  Poros Barat, yang meliputi daerah Liku, Aruk, Sadjingan, dan Djagoi

Babang. 15

Dalam Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura (1967) disebutkan bahwa pasukan PGRS/PARAKU dalam masa konfrontasi ini berada di bawah binaan dan

 pengendalian dari ABRI, yang komandannya bertanggungjawab kepada Pangdam

XII/TDPR selaku Panglima Komando Operasi “Lintas Bebas”.

13  Ibid ., hal. 234.

14  Lampiran Risalah Serah Terima Pangdam XII/TDPR/Pang Handa – Kalbar, 30 Juni

1967. 15 Ibid. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 55: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 55/99

43

Universitas Indonesia

Setelah selesai masa konfrontasi dan pasukan sukarekawan Dwikora

dibubarkan, pasukan PGRS/PARAKU tidak mau kembali ke Sarawak, dan tetap

 berada di wilayah perbatasan. Mereka memilih wilayah Kalimantan Barat sebagai

 basis perjuangannya, karena pengawasan di wilayah Indonesia ini tidak seketat di

wilayah Sarawak. Kondisi alam Kalimantan Barat juga mendukung perjuangan

gerilya yang mereka lakukan, misalnya hutan yang lebat, yang memudahkan

kaum gerilya untuk menyelinap atau bersembunyi. Wilayah berair dan berawa

 juga mendukung kegiatan gerilya tersebut, karena dengan mudah mereka dapat

menghilangkan jejak.

PGRS/PARAKU telah melakukan indoktrinasi dengan menyebarkan

ideologi komunis terhadap penduduk, terutama etnis Cina di Kalimantan Barat.

Penduduk yang terpengaruh dengan provokasi atau indoktrinasi tersebut dengan

sukarela membantu PGRS/PARAKU. Posisi PGRS/PARAKU semakin kuat

ketika ada penggabungan dari bekas anggota-anggota PKI Kalimantan Barat yang

dipimpin oleh S.A. Sofyan. Dari dokumen yang ditemukan, Sofyan

menginstruksikan kepada bekas-bekas anggota PKI untuk berkonsolidasi dan

 bergabung dengan PGRS/PARAKU.16

Ketika masih bergabung dengan pasukan sukarelawan Dwikora,

PGRS/PARAKU pada intinya terdiri dari orang-orang Cina komunis dari Sarawak

(SAYA) dan Kalimantan Utara (TNKU), yang mendapat latihan militer dari

 pemerintah Orde lama. Pasukan ini juga ditambah dengan kaum gerilya komunis

Malaya yang menyusup ke daerah Kalimantan Barat ketika Indonesia

 berkonfrontasi dengan Malaysia.

 

17

 16

  Angkatan Bersendjata, 19 Oktober 1967.17  Api Pantjasila, 19 Oktober 1967.

. PGRS/PARAKU juga diperkuat oleh eks

anggota PKI Kalimantan Barat. Setelah selesai masa konfrontasi,

PGRS/PARAKU ditumpas oleh rezim Orde Baru, karena pada masa ini organisasikomunis dinyatakan sebagai organisasi terlarang di Indonesia, sedangkan

PGRS/PARAKU adalah gerakan yang beraliran komunis. Larangan terhadap

organisasi komunis ini tertuang dalam Tap MPRS No. XV/MPRS/1966, yang

 berisi kebijakan untuk pembubaran PKI, pernyataan PKI sebagai organisasi

terlarang di seluruh wilayah negara Republik Indonesia, dan larangan setiap

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 56: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 56/99

44

Universitas Indonesia

kegiatan untuk menyebarkan atau mengembangkan faham atau ajaran

komunisme/Marxisme-Leninisme.

Dalam kegiatannya, PGRS/PARAKU mendapat bantuan dari Sarawak

Communist International Organization  (SCIO), yang merupakan organisasi

komunis illegal   di Sarawak. SCIO mempunyai hubungan langsung dengan

komunis di Cina. Organisasi ini turut mengatur dan mengarahkan aktifitas

kelompok PGRS/PARAKU, termasuk dalam mengurus masalah logistik serta

 bantuan dari Cina. Adanya bantuan dari pihak luar ini terbukti dari persenjataan

dan perbekalan yang berhasil disita oleh pihak militer Indonesia dalam operasi

 penumpasan yang dilakukan. Beras yang disita berasal dari luar negeri karena

 jenis beras tersebut tidak ada di Indonesia.18

Gerombolan PGRS/PARAKU melakukan latihan-latihan di beberapa

tempat, antara lain di Semugun, Sungai Kapundung, dan Teluk Suak. Ketiga

daerah tersebut terletak di sepanjang jalan menuju Singkawang.

 

19 Dalam catatan

Kodam XII/Tandjungpura disebutkan setidaknya terdapat 20 Training Centre 

(TC) di berbagai daerah di sepanjang perbatasan Sarawak – Kalimantan Barat,

yang digunakan untuk melatih simpatisan dan kader-kader PGRS/PARAKU dari

kalangan penduduk Cina komunis yang berada di Kalimantan Barat. Setiap TC

 berhasil melatih sekitar 100 – 150 kader baru.20

Selama melakukan perlawanan gerilya, gerombolan PGRS/PARAKU

melakukan pencegatan-pencegatan, dan membuat kekacauan dalam masyarakat,

misalnya dengan perampasan dan perampokan. Pada akhir bulan September 1967,

mereka mencegat tujuh orang pegawai pemerintah Indonesia yang sedang dalam

 perjalanan dari Pontianak ke Sanggau Ledo. Dalam pencegata itu seorang petugas

 pamong praja dan seorang polisi tewas.

 

21

Keberhasilan gerombolan PGRS/PARAKU untuk berkembang dan

mencari pendukung di Kalimantan Barat antara lain disebabkan oleh faktor

kesamaan etnis, di mana anggota PGRS/PARAKU sebagian besar adalah etnis

Cina, dan di Kalimantan Barat etnis Cina merupakan kelompok pendatang

18  Angkatan Bersendjata, 19 Oktober 1967.

19  Ibid.

20

 Semdan XII/Tandjungpura (1970). Op.Cit., hlm. 245-246.21 Suluh Marhaen, 4 Oktober 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 57: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 57/99

45

Universitas Indonesia

mayoritas. Orang Cina yang tinggal di Kalimantan Barat sebagian besar adalah

WNA. Ideologi dan kehidupan politis mereka masih berkiblat pada negara Cina.

Jadi Kalimantan Barat hanyalah dijadikan sebagai tempat mencari penghidupan,

sedangkan dalam kehidupan politik mereka berkiblat pada negeri asalnya. Di

Kalimantan Barat etnis Cina banyak yang berhasil dalam bidang perekonomian,

misalnya dalam mengusahakan perkebunan, perdagangan, dan sarana transportasi.

Posisi perekonomian yang kuat menjadi basis yang kokoh untuk mendukung

gerakan PGRS/PARAKU, karena setidaknya pasokan logistik mereka akan

terjamin. Selain itu mereka juga mampu mengadakan atau membeli persenjataan

dan peralatan yang dibutuhkan.

Gerombolan PGRS/PARAKU berusaha untuk melakukan hubungan

dengan daerah Jawa. Dalam beberapa berita disebutkan bahwa unsur-unsur dari

PGRS/PARAKU ini telah membuka jaringan di daerah Sumatera.22  Hal ini

disebabkan posisi mereka di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak

yang semakin terdesak karena operasi militer dari pihak pemerintah Indonesia

maupun Malaysia. Beberapa anggota PGRS/PARAKU juga berhasil menyusup ke

Jakarta dengan maksud untuk menghubungi tokoh-tokoh gerakan illegal Cina

Komunis di Jakarta untuk mengadakan konsolidasi berkenaan dengan penutupan

Kedutaan Besar Cina di Jakarta. Pemutusan hubungan diplomatik dengan Cina

mengakibatkan hilangnya tempat berlindung dan berkumpul bagi gerakan Cina

komunis di ibu kota Jakarta. Dari tokoh-tokoh PGRS/PARAKU yang tertangkap

oleh pihak militer Indonesia dan dokumen-dokumen yang berhasil disita, dapat

diketahui bahwa kaum komunis ini berusaha untuk mengketatkan rencana dari

Cina komunis (Peking) bahwa pada tahun 1970 seluruh Asia Tenggara harus

sudah ‘dikomuniskan’, termasuk Indonesia.

23

-  Faktor geografis. Daerah Kalimantan Barat luasnya kira-kira satu setengah

kali Pulau Jawa dan Madura, sehingga gerak pasukan PGRS/PARAKU

 bisa lebih leluasa. Selain itu keadaan alamnya yang berawa-rawa serta

Gerombolan PGRS/PARAKU mampu bertahan cukup lama untuk

melakukan perlawanan terhadap pemerintah Indonesia karena didukung oleh

 beberapa faktor, antara lain:

22

  Angkatan Bersendjata, 19 Oktober 1967 23 Suluh Marhaen, 4 Nopember 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 58: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 58/99

46

Universitas Indonesia

 berhutan lebat merupakan kondisi yang baik bagi pelancaran perang

gerilya, karena dengan mudah kaum gerilya dapat menghilangkan jejak.

-  Di sebelah utara, Kalimantan Barat berbatasan langsung dengan Sarawak,

dan di sebalah barat seluruhnya berbatasan dengan Laut Cina dan Selat

Karimata. Letak geografis yang terbuka ini memudahkan PGRS/PARAKU

untuk mendapatkan bantuan dari luar daerah, misalnya dari kaum komunis

di negeri Cina.

-  Anggota PGRS/PARAKU yang hampir semuanya terdiri dari etnis Cina,

sangat sulit untuk dibedakan dengan etnis Cina yang sudah ada di

Kalimantan Barat itu sendiri.

-  Keadaan perekonomian di Kalimantan Barat yang masih terbelakang

memudahkan pihak PGRS/PARAKU untuk melakukan gerakan politik

mereka terhadap rakyat. Rakyat sedang kekurangan beras. Walaupun ada

dijual dengan harga yang sangat tinggi. Hasil produksi rakyat sulit untuk

dijual karena orang Cina yang menjadi tengkulak hampir tidak mau untuk

membelinya dengan alasan tidak ada uang kontan akibat peraturan-

 peraturan pemerintah.24

 

Karena dukungan dari faktor-faktor tersebut, PGRS/PARAKU mampu bertahan

hingga lebih dari sepuluh tahun sejak masa kemunculannya. Mereka dengan

mudah dapat menyeberangi perbatasan melalui jalan-jalan illegal  di hutan-hutan

sehingga menyulitkan pihak Malaysia maupun Indonesia dalam melakukan penumpasan.

Hal ini digunakan sebagai alat provokasi pihak

PGRS/PARAKU untuk menghasut rakyat agar membantu perjuangan

mereka melawan pemerintah Indonesia, karena kondisi penduduk tidak

sejahtera ketika berada di bawah pemerintahan Indonesia.

Dari uraian di atas dapat dipahami bahwa pada mulanya gerakan

PGRS/PARAKU muncul sebagai perjuangan untuk menentang masuknya Sabah,

Sarawak, dan Brunei ke dalam wilayah Negara Federasi Malaysia. Mereka ingin

mendirikan negara sendiri-sendiri atau setidaknya tiga wilayah tersebut bergabung

dalam Negara Kalimantan Utara. Pada masa konfrontasi mereka bekerjasama

24  Angkatan Bersendjata, 14 Desember 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 59: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 59/99

47

Universitas Indonesia

dengan pemerintah Orde Lama di Indonesia. Namun demikian, setelah selesai

masa konfrontasi, pemerintah Indonesia yang telah berganti rezim dan sedang

memperbaiki hubungan dengan Malaysia, berbalik untuk memberantas gerakan

PGRS/PARAKU. Kebijakan inilah yang memicu perlawanan PGRS/PARAKU

terhadap pemerintah Indonesia. Mereka yang semula membantu Indonesia seolah-

olah kemudian ‘dicampakkan’, sedangkan mereka masih punya keinginan untuk

membangun negara sendiri dan menyelesaikan perjuangannya.

3.2 Sikap dan Tindakan Pemerintah

Dengan berakhirnya konfrontasi Indonesia-Malaysia, maka pasukan-

 pasukan tempur Indonesia mulai ditarik dari daerah perbatasan. Kondisi yang

demikian menyebabkan timbulnya masalah-masalah baru yang berkaitan dengan

keamanan. Beberapa kelompok atau kegiatan yang dikhawatirkan dapat

menimbulkan gangguan keamanan adalah:

-  Eks sukarelawan tempur yang diduga masih bersenjata

-  Eks Pejuang Kalimantan Utara / Sarawak (Cina SUPP) yang masuk

wilayah Indonesia dan aktif dalam kesatuan sukarelawan tempur yang

telah memegang senjata dan pernah mendapat latihan militer

-  Partisan Dwikora

-  Golongan pro komunis

-  Kegiatan penyelundupan melalui darat dan air di sepanjang perbatasan

-  Adanya pemegang-pemegang senjata (non militer) yang belum

dikembalikan

Kegiatan gerakan-gerakan kesatuan aksi terhadap sasarannya

25

 

Karena keberadaan berbagai kelompok tersebut di atas dianggap dapat

mengganggu keamanan penduduk, maka pihak pemerintah Indonesia melalui

Kodam XII/TDPR mengambil tindakan preventif, antara lain:

-  Diadakan penyaringan bagi eks sukarelawan Dwikora, bagi yang

memenuhi syarat dapat bergabung sebagai anggota TNI, sedangkan

25 Lampiran Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967, hal. 12-13.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 60: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 60/99

48

Universitas Indonesia

sisanya kembali ke masyarakat. Pada tahun 1966 tercatat 120 orang

sukarelawan yang menjadi anggota TNI.

-  Menyelesaikan permasalahan melalui persetujuan dengan Malaysia,

khususnya dalam menangani masalah sukarelawan Cina pelarian dari

Sarawak. Akan tetapi sebelum perundingan dilaksanakan, mereka telah

melarikan diri ke hutan-hutan, baik secara perorangan maupun

 berkelompok.

-  Melakukan pengawasan dan pembersihan terhadap eks anggota PKI

maupun simpatisannya.

-  Mengantisipasi dan menindak tegas penyelundupan di perbatasan. 26

 

Masalah penyelundupan menjadi salah satu agenda yang mendapat

 perhatian dari pemerintah karena sepanjang masa konfrontasi banyak anggota

militer yang terlibat dalam penyelundupan di perbatasan. Dalam laporan Kodam

XII/Tanjungpura disebutkan bahwa setelah berhentinya konfrontasi dengan

Malaysia, beberapa anggota pasukan dari Yonif 511/Braw, Yonif 514/Braw, dan

Yon Brimob Alang-alang, terlibat dalam peristiwa penyelundupan. Setelah

 pasukan-pasukan tersebut ditarik ke induk pasukannya, maka pengamanan

 perbatasan diserakan kembali kepada Kodam XII/TDPR. Untuk mengatasi

masalah penyelundupan oleh oknnum prajurit, Panglima/Pepelda mengeluarkan

Keputusan No. Kep-883/PPD/3/1967, tanggal 30 Maret 1967 tentang pelarangan

 penyelundupan. Selain itu Kodam XII/Tanjungpura berusaha untuk meningkatkan

kesejahteraan prajuritnya dengan pembentukan Komando Kesejahteraan Prajurit

Kodam XII/TDPR.27

  Sebagai wujud dari tindakan preventif untuk menjaga keamanan danketertiban, Pangdam XII/TDPR telah mengeluarkan Surat Keputusan bahwa

terhitung mulai tanggal 1 April 1967 sukarelawan Dwikora dibubarkan, kecuali

 bagi sukarelawan dokter dan guru yang berasal dari luar Kalimantan Barat. Bagi

mereka yang berasal dari jawatan, dikembalikan ke tempat dinas semula.

 

28

 26

  Ibid., hal. 13-14.27

 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 196728  Ibid. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 61: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 61/99

49

Universitas Indonesia

Konsolidasi pasukan bekas sukarelawan Dwikora tidak berhasil dlakukan

karena dalam perkembangannya banyak di antara pasukan sukarelawan Cina yang

melakukan pembangkangan terhadap pemerintah dan mengadakan indoktrinasi

komunis terhadap rakyat di daerah-daerah yang mereka lalui dan tempati. Pada

tahun 1965, jumlah sukarelawan Cina Sarawak tercatat lebih kurang 838 orang

yang dilengkapi dengan 538 pucuk senjata yang terdiri dari Bren, Sten, Senapan,

dan pistol. Mereka tersebar di Semakuan (200 orang), Kartiyasa dan Sajingan

Hulu (91 orang), Sungkung (150 orang), Entapai (199 orang), dan Benua Martinus

(198 orang).29 Selain sukarelawan Cina, pasukan PGRS/PARAKU juga didukung

oleh penggabungan pasukan sisa-sisa Partai Komunis Indonesia (PKI) Kalimantan

Barat di bawah Sofyan, Pheng Tsen Nen, Tan Bun Hiap, dan lain-lain.30

Gerombolan PGRS/PARAKU yang tidak mau berkoordinasi dengan

 pemerintah Indonesia melarikan diri dan membuat markas di hutan-hutan di

Pemerintah Indonesia menghimbau sukarelawan Cina yang tergabung

dalam pasukan PGRS/PARAKU untuk menyerahkan senjata. Berdasarkan data

yang tercatat dalam Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura (1967),

disebutkan bahwa 99 orang anggota PGRS/PARAKU mentaati perintah tersebut,

sedangkan 739 orang terus membangkang. Mereka yang mentaati perintah

disebutkan sebagai sukarelawan Indonesia yang non-komunis, dan keterlibatan

mereka dalam perjuangan tersebut hanya untuk membantu perjuangan rakyat

Kalimantan Utara, sedangkan yang lainnya adalah pasukan yang berasal dari

Sarawak, serta orang-orang Cina yang berkewarganegaraan RRT. Mereka tidak

mau menyerahkan senjata dan tunduk kepada keputusan pemerintah Indonesia

karena keinginan mereka untuk membentuk negara Kalimantan Utara belum

 berhasil. Semula mereka membantu Indonesia dengan harapan dapat

menggagalkan pembentukan Negara Federasi Malaysia, sehingga nantinya

mereka dapat membuat pemerintahan sendiri. Jika kembali ke Sarawak atauwilayah Kalimantan Utara berarti mereka harus tunduk dan mengakui Negara

Federasi Malaysia.

29  Ibid. 

30  Tim Penyusun Buku Sejarah Kodam VI/TPR. (1986). Tiga Puluh Enam Tahun

 Komando Daerah Militer VI Tanjungpura, 20 Juli 1956 – 1986 . Balikpapan: Tim Penyususn BukuSejarah Kodam VI/TPR, hal. 38.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 62: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 62/99

50

Universitas Indonesia

wilayah perbatasan. Mereka melakukan perlawanan melalui sistem gerilya

terhadap pemerintah Indonesia. Keberadaan mereka tersebar di sepanjang

 perbatasan, sebagian di wilayah Indonesia, dan sebagian di wilayah Sarawak.

kekuatan mereka terpusat di sekitar Gunung Sentawi, Sempatung, Sanggau Ledo,

Seluas, Balai Karangan, Nangan Badau, Melantung, dan Batu Beti.31

Menurut keterangan Komandan Brigade Infanteri ketiga Malaysia,

Brigadir Jenderal Tungku Nazaruddin, jumlah anggota PGRS/PARAKU yang

melakukan gerilya di hhutan-hutan di wilayah perbatasan diperkirakan sekitar 900

orang. Dari jumlah tersebut, menurut pihak pemerintah Malaysia, 100 orang

 berasal dari wilayah Malaysia, sedangkan sisanya dari Indonesia. Posisi mereka

lebih banyak di wilayah Indonesia, tetapi mereka akan berpindah melintasi

 perbatasan ke arah Sarawak ketika terdesak oleh tentara Indonesia.

 

32

Di Indonesia, PGRS/PARAKU mengalami dua perlakuan yang berbeda

dari dua rezim yang berkuasa. Pada masa Orde Lama, mereka diperlakukan

sebagai ‘kawan’ yang bersama-sama menentang pembentukan Negara Federasi

Malaysia. Mereka mendapat perlindungan, bahkan pelatihan militer dan fasilitas

 persenjataan. Para pengungsi yang datang dari Sarawak pada akhir Desember

1963 misalnya, mengaku mendapat persetujuan dari pemerintah Indonesia untuk

memerdekakan Sabah dan Sarawak. Pemerintah Indonesia bahkan menghimbau

etnis Cina, terutama yang tinggal di wilayah Kalimantan Barat, untuk membantu

 perjuangan mereka.

 

33

Kondisi ini berbalik ketika rezim Orde Baru menggantikan Orde Lama.

Mereka bukan lagi dianggap sebagai kawan, tetapi kemudian menjadi lawan yang

harus ditumpas. Hal ini berkaitan dengan keluarnya ketetapan pemerintah pada

tanggal 12 Maret 1966, yang menyatakan organisasi komunis sebagai organissasiyang terlarang, dan adanya larangan untuk menyebarkan faham komunisme.

Sebagai gerakan yang beraliran komunis mereka diberantas oleh pemerintah

31 Lampiran Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967, hlm. 7-8

32  Angkatan Bersendjata, 18 Oktober 1967.

33 Muhlis Suhaeri, “The Lost Generation” ke-2, dimuat dalam koran Borneo Tribune, 11

Februari 2008. Diunduh dari  http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-2.html, 

tanggal 15-12-2010, jam 21.30.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 63: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 63/99

51

Universitas Indonesia

Malaysia maupun Indonesia seiring dengan selesainya konfrontasi kedua negara.

Pembersihan dilakukan oleh masing-masing pihak, dan juga melalui kerjasama

karena komunis dianggap sebagai musuh bersama.

Wilayah-wilayah yang dikuasai atau terpengaruh oleh gerakan PGRS-

PARAKU antara lain adalah Tanjung Aju, Sei Balagan, Camar Bulan, Tanjung

Datuk, Gunung Puting, Gunung Kejantau, Gunung Pueh, dan Taidinibung.

Wilayah tersebut persis berada di perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak. Di

daerah ini pemerintah melancarkan Operasi Tertib dan Operasi Sapu Bersih

dengan maksud untuk menundukkan pasukan tersebut.34

3.3 

Sikap Masyarakat: Demonstrasi Masyarakat Dayak

Sebelum terjadinya gerakan PGRS/PARAKU di daerah perbatasan

Kalimantan Barat dan Sarawak, hubungan antara etnis Cina, Melayu, dan Dayak

terjalin dengan baik, terutama karena adanya hubungan sosial dan ekonomi.

Orang Cina yang berprofesi sebagai pedagang, pedagang perantara, atau

tengkulak, banyak yang menjelajah sampai ke daerah pemukiman etnis Dayak di

 pedalaman. Di antara etnis Cina ini kemudian ada yang menikah dengan orang

Dayak atau Melayu. Kondisi yang demikian memudahkan orang Cina (komunis)

untuk mengembangkan gerakan di daerah Kalimantan Barat. Orang-orang Dayak

dan Melayu tidak akan menentang, bahkan ada yang terpengaruh untuk membantu

kegiatan gerombolan PGRS/PARAKU, sepanjang hal tersebut tidak merugikan

mereka.

Ketika terjadi pemberontakan PGRS/PARAKU yang kemudian diatasi

oleh pemerintah dengan tindakan militer, masyarakat mengalami kebingungandalam menentukan sikap. Mereka mendapat doktrinasi dari dua sisi, yaitu dari

gerombolan PGRS/PARAKU dan dari pemerintah, yang diwakili militer. Kondisi

yang paling sulit dialami oleh masyarakat Cina di perbatasan. Ketika para

gerilyawan PGRS/PARAKU datang untuk meminta makan dan berbagai

kebutuhan pangan, mau tak mau mereka harus memberikannya. Jika tidak mau

34 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967

34

 Ibid. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 64: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 64/99

52

Universitas Indonesia

menyediakan kebutuhan kelompok pemberontak ini, nyawa mereka terancam. Di

sisi lain terjadi ketakutan, jika mereka memberikan makanan, maka mereka

dianggap membantu PGRS/PARAKU sehingga dimusuhi oleh tentara.35

  Namun demikian, penduduk Cina yang tinggal di pedalaman banyak juga

yang terpengaruh dengan provokasi gerombolan PGRS/PARAKU. Mereka

membantu gerakan PGRS/PARAKU dengan mensuplai bahan makanan dan

mengadakan pelatihan militer dan bela diri di kalangan masyarakat Cina di

 pedalaman.

 

36

  Karena kekhawatiran meluasnya pengaruh gerombolan PGRS/PARAKU,

 pihak tentara Indonesia mengambil simpati masyarakat melalui pembangunan dan

 perbaikan sekolah-sekolah serta memperbantukan anggota tentara sebagai guru,

 pembukaan perladangan/persawahan baru, pembangunan jalan, jembatan, dan

saluran air, dan pengiriman bantuan berupa alat-alat bangunan, alat-alat pertanian,

dan sebagainya.

 Adanya latihan militer ini mengindikasikan adanya kaderisasi atau

 perekrutan anggota PGRS/PARAKU. Sementara itu, etnis Dayak dan Melayu

lebih bersifat netral, tidak mendukung pemerintah maupun gerombolan

PGRS/PARAKU.

37

  Ketika masyarakat, terutama etnis Dayak sudah merasa dekat dengan

tentara, muncul isu-isu yang memicu keretakan hubungan dengan etnis Cina. Di

 beberapa tempat diberitakan bahwa gerombolan PGRS merampok harta benda

rakyat. Di daerah Sekajang gerombolan Cina komunis memeras tiap kampung

yang ada di daerah tersebut. Tiap rumah dipaksa menyerahkan seekor babi, ayam

dan sejumlah hasil ladang. Bagi mereka yang menolak, maka semua harta

 bendanya akan diambil secara paksa dan rumah mereka dibakar. Gerombolantersebut juga mengancam penduduk untuk tidak melaksanakan upacara adat,

terutama yang berkaitan dengan ritual keagamaan. Penduduk Cina yang tidak mau

Hal ini merupakan bagian dari operasi intelejen dan teritorial

yang dilakukan oleh ABRI.

35  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 5”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 14 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-5.html, pada tanggal 15-12-2010, jam

21.30. 36

 Semdan XII/Tandjungpura (1970). Op.Cit., hlm. 274.37  Ibid., hlm. 320.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 65: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 65/99

53

Universitas Indonesia

terlibat dengan kelompok Cina komunis ini dikabarkan telah mengungsi dari

daerah Sanggau Ledo ke Bengkayang. Mereka kurang lebih berjumlah 60 orang.38

Berhembusnya kabar tersebut pada mulanya tidak mempengaruhi sikap

etnis Dayak terhadap etnis Cina. Sikap permusuhan masyarakat Dayak terhadap

etnis Cina mulai muncul ketika ada isu bahwa orang Dayak dan Jawa di

Kalimantan Barat dari umur enam tahun ke atas akan dibunuh semua apabila

mereka tidak membantu gerombolan Cina komunis. Pada awalnya, isu tersebut

tidak terlalu dirisaukan oleh masyarakat Dayak, sampai terjadinya peristiwa

 pembunuhan terhadap beberapa orang Dayak. Pada bulan Maret 1967, terjadi

 pembunuhan terhadap seorang guru Dayak di daerah Sungkung. Pada bulan

September juga terjadi penculikan dan pembunuhan terhadap sembilan orang

Dayak dari kampung Taum. Kemudian terjadi pembunuhan terhadap seorang

kepala adat Dayak di daerah Bengkayang.

 

39

Dalam kaitan ini sebenarnya penculikan dan pembunuhan yang terjadi

 belum tentu dilakukan oleh kelompok Cina komunis. Kabar pembunuhan tersebut

 bisa jadi secara sengaja dihembuskan sebagai bagian dari operasi intelejen

Indonesia untuk melakukan provokasi yang memicu keretakan hubungan

masyarakat Dayak dan Cina. Jika dikaitkan dengan konsep gerilya yang

dikemukakan oleh Jenderal A.H. Nasution (1984), tindakan ini merupakan anti-

gerilya yang digunakan untuk melawan gerilya. Gerilya berakar dari rakyat, oleh

karena itu untuk mengalahkannya akar-akar gerilya dari rakyat tersebut harus

diputuskan. Jadi perang anti-gerilya yang dilakukan di sini bertujuan untukmemisah PGRS/PARAKU dan penduduk Cina di daerah pedalaman yang menjadi

 pangkalannya.

  Semua peristiwa tersebut dikaitkan

dengan isu sebelumnya, yaitu ancaman gerombolan Cina komunis, sehingga yang

dituduh sebagai pelaku penculikan dan pembunuhan adalah gerombolan Cina

tersebut.

40

 38

  Api Pantjasila, 5 Oktober 1967.39

 Semdam., Op.Cit ., hal. 274.40

 A.H. Nasution. (1984).  Pokok-pokok Gerilya: dan Pertahanan Republik Indonesia di Masa yang lalu dan yang akan datang . Bandung: Angkasa. , hlm. 4-50.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 66: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 66/99

54

Universitas Indonesia

Hubungan yang terjalin baik antara kedua kelompok etnis itu menjadi

salah satu faktor yang mendukung suasana kondusif untuk perkembangan

kelompok Cina komunis di perbatasan. Masyarakat Dayak tidak akan

mengganggu kegiatan dari etnis Cina di pedalaman sepanjang kegiatan tersebut

tidak mengganggu mereka. Oleh karena itu untuk memudahkan penumpasan

PGRS/PARAKU, salah satu usaha yang dilakukan pihak militer Indonesia adalah

memisahkan atau memecah hubungan yang baik antara etnis Cina dan Dayak,

dengan cara memprovokasi dan menghembuskan isu-isu yang menyebabkan

 permusuhan diantara kedua kelompok etnis tersebut.

Dengan terjadinya beberapa pembunuhan, muncul keresahan di antara

orang Dayak. Mereka mengkhawatirkan terjadinya penculikan dan pembunuhan

yang lebih banyak lagi. Beberapa pemuka adat suku Dayak kemudian

mengadakan pertemuan dengan mantan Gubernur Kalimantan Barat, J.C.

Oevaang Oeray,41  yang merupakan salah satu tokoh Dayak di Pontianak.

Sebelumnya pihak tentara Indonesia telah meminta dukungan kepada Oevaang

Oeray, supaya orang Dayak membantu tentara. Oevaang Oeray adalah salah satu

tokoh masyarakat Dayak yang sangat disegani oleh orang Dayak, sehingga segala

ucapannya dipercaya dan dituruti perintahnya.42

(1) PGRS/PARAKU adalah kelompok komunis, dan komunis tidak beragama,

sedangkan orang Dayak adalah orang yang beragama. Oleh karena itu

orang Dayak tidak bisa hidup bersama komunis. Jadi PGRS/PARAKUharus diganyang.

Pertemuan antara pemuka-pemuka adat suku Dayak dengan Oevaang

Oeray dimaksudkan untuk membahas peristiwa penculikan dan pembunuhan

terhadap orang Dayak. Sebagai hasil dari pertemuan tersebut, Oevaang Oeray

memberikan petunjuk dengan tiga pandangan, yaitu:

(2) PGRS/PARAKU mengganggu keamanan, yang berakibat juga pada

terganggunya keamanan orang-orang Dayak dalam mencari penghidupan

41  Johanes Chrisostomus Oevaang Oeray adalah tokoh suku Dayak yang menjadi

Gubernur Kalimantan Barat pada tahun 1959 – 1966.42  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 9”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 18 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-9.html, pada tanggal 15-12-2010, jam21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 67: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 67/99

55

Universitas Indonesia

sehari-hari. Untuk mendapatkan kemajuan, diperlukan ketenangan dan

keamanan. Oleh karena itu PGRS/PARAKU harus diganyang.

(3) Dalam kaitan PGRS/PARAKU mengganggu keamanan orang Dayak,

maka lebih baik orang Dayak berkorban sewaktu aktif dan turut

mengganyang PGRS/PARAKU daripada mejadi korban waktu pasif.43

 

Dalam kalimat ini dimaksudkan bahwa orang Dayak lebih baik mati

menjadi korban ketika memerangi PGRS/PARAKU, daripada berdiam diri

dan kemudian menjadi korban atau dibunuh oleh PGRS/PARAKU.

Jika menyimak pandangan-pandangan yang diberikan oleh Oevaang Oeray,

terlihat muatan politik yang sangat kental dengan mendiskreditkan gerombolan

PGRS/PARAKU. Pandangan tersebut sebenarnya merupakan ‘pesan titipan’ dari

 pihak militer Indonesia, ketika mereka menemui pemuka-pemuka adat suku

Dayak. Pesan tersebut disampaikan oleh Brigjen Soemadi yang ketika itu

menjabat sebagai Panglima Kodam XII/Tandjungpura.44

Setelah terjadi pertemuan di antara tokoh-tokoh Dayak, hubungan

masyarakat Dayak dan Cina mulai merenggang, karena sebagian besar anggota

PGRS/PARAKU adalah orang Cina. Orang Dayak menaruh curiga terhadap

orang-orang Cina, walaupun mereka belum tentu sebagai anggota atau pendukunggerombolan PGRS/PARAKU. Hasil pertemuan tersebut diikuti dengan

 pengumuman di radio, yang menghimbau agar orang Dayak melakukan

 pengusiran terhadap etnis Cina komunis. Oevaang menulis surat dan membacanya

di radio RRI Pontianak, yang berisi pengumuman bagi orang Cina yang tinggal di

Dari pandangan tersebut tersirat makna bahwa PGRS/PARAKU dituduh

 berada dibalik semua kejadian yang menimpa orang Dayak. Mereka harus

mempertanggungjawabkan perbuatannya, sehingga muncul istilah

‘PGRS/PARAKU harus diganyang’. Sementara itu PGRS/PARAKU sendiri tidak

mempunyai kesempatan untuk menyangkal atau menjawab tuduhan yang belum

tentu kebenarannya.

43

 Semdam., Op.Cit ., hal. 275.44 Muhlis Suhaeri, Ibid .

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 68: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 68/99

56

Universitas Indonesia

 pedalaman Kalimantan Barat, bahwa mereka harus meninggalkan wilayahnya dan

 pindah ke kota kecamatan terdekat.45

Suasana masyarakat, terutama yang berkaitan dengan hubungan antara

etnis Dayak dan Cina semakin memanas, setelah ada pertemuan pemuka-pemuka

adat Dayak, dan diikuti dengan pengumuman di radio. Selanjutnya ada surat

undangan bagi seluruh kepala kampung di wilayah Bengkayang untuk menghadiri

 pertemuan besar pada tanggal 11 Oktober 1967di Samalantan. Pertemuan yang

dihadiri oleh Oevaang tersebut dijaga ketat oleh tentara. Dalam pertemuan itu,

Oevaang memerintahkan kepada seluruh kepala kampung untuk bersiap-siap

menunggu hari yang disebutnya ”Gerakan Demonstrasi”.

 

46

Untuk melihat peta dukungan terhadap gerombolan PGRS/PARAKU dan

untuk mencegah pengaruh yang lebih luas dari gerombolan tersebut, masyarakat

Dayak bersama penduduk Cina dan kelompok pendatang yang lain mengadakan

upacara adat ‘Pemabang’. Upacara tersebut dimaksudkan untuk mengambil

sumpah bersama untuk bersatu mencegah dan menghalau musuh atau perusuh

yang datang dari luar. Mereka yang melanggar sumpah dijatuhi hukuman adat

atau diusir dari kampung.

 Gerakan demonstrasi

orang Dayak untuk mengusir orang Cina akhirnya terjadi pada tanggal 14 Oktober

1967.

47

Ketika terjadi pertempuran antara tentara dan gerombolan

PGRS/PARAKU di sekitar Gunung Merebuk pada tanggal 13 Oktober 1967, 46

anggota gerombolan tewas, dan sebagian tertangkap. Sebagian dari korban yang

tewas maupun yang tertangkap dinyatakan pernah mengikuti sumpah dalam

upacara adat Pemabang. Oleh karena itu sumpah yang telah disepakati dianggap

telah putus karena pelanggaran oleh orang-orang Cina yang bergabung dengangerombolan PGRS/PARAKU.

 

48

 Kepala-kepala adat dan masyarakat Dayak kemudian mengeluarkan

maklumat perang terhadap etnis Cina. Semangkuk darah diedarkan di setiap

45  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 10”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 19 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-10.html,  pada tanggal 15-12-2010,

 jam 21.30. 46

 Ibid.47

 Semdam (1970). Op.Cit.., hal. 275-276.48 Ibid , hal. 275-276.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 69: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 69/99

57

Universitas Indonesia

 perkampungan Dayak di pedalaman, sebagai simbol perang terhadap etnis Cina.

Mereka yang tidak mau menerima dan tidak ikut serta memerangi kelompok Cina

dianggap juga sebagai musuh. Bagi warga Dayak, ‘Mangkok Merah’ merupakan

simbol ajakan dan memenuhi panggilan perang. Ketika ‘Mangkok Merah’ sudah

 berjalan dari satu kampung, maka harus dilanjutkan ke kampung di sebelahnya,

dan diedarkan secara berantai. Masyarakat yang dilewati jalur ‘Mangkok Merah’

tersebut harus memenuhi panggilan perang itu.49

Sebagai kelanjutan dari beredarnya ‘Mangkuk Merah’, pada tanggal 14

Oktober 1967, masyarakat Dayak menyerang pemukiman orang-orang Cina di

kampung Taum, di sekitar gunung Merebuk. Penyerangan meluas ke berbagai

tempat, misalnya di Bengkayang di mana terdapat pemukiman orang-orang Cina.

Rumah-rumah orang Cina dibakar, dan penghuni yang tidak sempat melarikan diri

dibunuh. Kegaduhan suasana demonstrasi masyarakat Dayak ini digambarkan

dengan riuh rendahnya suara teriakan yang berasal dari ratusan orang, yang

mengenakan ikat kepala kain merah. Mereka memegang tombak, mandau, dan

senjata tajam lainnya. Rombongan itu mendatangi satu persatu rumah orang-orang

Cina. Sesampai di setiap rumah, mereka langsung mengambil berbagai perabot

rumah dan barang yang ditinggal pemiliknya. Mereka akan membunuh siapa saja

yang melawan dan menghalanginya.

 

50

Dalam peristiwa itu banyak penduduk Cina yang tidak bersalah dan tidak

terlibat dalam gerombolan PGRS/PARAKU turut menjadi korban. Orang Dayak

mengusir penduduk keturunan Cina di pedalaman yang dianggap sebagai pengikut

gerombolan PGRS/PARAKU. Demonstrasi dari masyarakat Dayak terhadap

kelompok Cina komunis terjadi selama satu bulan. Sebagai akibatnya penduduk

Cina di yang tinggal pedalaman melarikan diri dan mengungsi ke kota-kota disekitar Singkawang, Pontianak, Sambas, Pemangkat, Bengkayang, dan Sungai

Raya. Pada saat itu diperkirakan sekitar 60 ribu penduduk keturunan Cina di

49 Muhlis Suhaeri.(2008). Ibid.

50  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation – 11”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 20 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-11.html,  pada tanggal 15-12-2010,

 jam 21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 70: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 70/99

58

Universitas Indonesia

 pedalaman kabupaten Sambas, Pontianak, Sanggau, dan Ketapang mengungsi ke

kota-kota. Jumlah etnis Cina yang tewas diperkirakan lebih dari 250 orang. 51

Untuk mengendalikan keadaan, pemerintah mengadakan pengamanan dan

 pengarahan terhadap aktivitas orang Dayak, agar tidak melakukan hal-hal yang

negatif. Pada akhir bulan Oktober 1967, di bawah koordinasi Pangkopkamtibda

dibentuklah ‘Laskar Pangsuma’, yang dipimpin oleh pemuka-pemuka suku

Dayak. Tujuan pembentukan laskar ini adalah untuk memimpin dan mengarahkan

spontanitas gerakan suku Dayak, sesuai dengan sasaran yang seharusnya.

 

52

Pihak pemerintah Indonesia menyatakan bahwa demonstrasi suku Dayak

di daerah Kabupaten Pontianak dan Sambas untuk membantu ABRI dalam

menumpas gerombolan PGRS telah ditunggangi oleh oknum-oknum ex PKI, BTI,

Partindo dan BPI, yang menyelewengkan spontanitas rakyat itu, sehingga terjadi

tindakan yang menjurus kepada rasialisme. Sebelumnya tidak ada masalah dalam

hubungan antara etnis Dayak dan Cina. Secara wajar tidak mungkin orang Dayak

tiba-tiba melakukan kekerasan terhadap etnis Cina. Setelah suatu suku Dayak di

daerah perbatasan kabupaten Sambas mengumumkan perang membantu ABRI

menumpas gerombolan pengacau Cina komunis, beberapa otak “demonstrasi

rakyat” disinyalir telah mengirimkan anggotanya untuk mengadakan kontak

dengan penduduk di daerah Bengkayang. Sebagai hasil dari kontak tersebut, dari

Bengkayang mulai beredar mangkok berisi darah yang menurut kepercayaan suku

Dayak merupakan suatu pernyataan perang, sehingga suku Dayak mengangkat

senjata. Pada umumnya mereka tidak mengetahui siapa sebenarnya yang harus

diperangi, akan tetapi perang tersebut dimaknai sebagai solidaritas dan kesetiaan

 pada adat, bahwa menerima mangkok berisi darah berarti harus ikut berperang,

sedangkan kalau menolak dianggap sebagai musuh.

 

53

Ketaatan suku Dayak terhadap adat dijadikan kesempatan oleh oknum-

oknum ex PKI, BTI, Partindo, dan BPI untuk melakukan penyelewengan dan

keonaran, sehingga gerakan itu menjurus ke arah rasialisme. Mereka telah

melakukan perampasan, perampokan, dan bahkan pembunuhan terhadap orang-

 

51 Tim Penyususn Buku Sejarah Kodam VI/TPR. Op.Cit., hal. 39.

52

 Semdan XII/Tandjungpura (1970). Op.Cit., hal. 278.53  Angkatan Bersendjata, 30 November 1967

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 71: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 71/99

59

Universitas Indonesia

orang Cina WNA dan WNI. Banyak di antara mereka yang menjadi korban tidak

tahu menahu dan tidak terlibat dalam gerombolan Cina komunis.54

  54  Angkatan Bersendjata, 30 November 1967.

Dari munculnya gerakan PGRS-PARAKU dapat dilihat adanya kerjasama

atau hubungan yang erat antara etnis Cina yang tinggal di Sarawak dengan

golongan Cina di Kalimantan Barat. Mereka saling membantu dan mengadakan

kontak melewati daerah perbatasan, baik secara legal maupun illegal. Kelompok

etnis lain, seperti Melayu dan Dayak tidak begitu terpengaruh dengan kegiatan

mereka karena hubungan sosial-ekonomi yang sudah terjalin lama.

Orang Cina di Kalimantan Barat telah lama mempunyai hubungan sosial-

ekonomi yang baik dengan orang Dayak. Kondisi yang demikian memudahkan

orang Cina (komunis) untuk mengembangkan gerakan di daerah Kalimantan

Barat. Orang-orang Dayak tidak akan menentang, bahkan kemungkinan akan

terpengaruh untuk membantu kegiatan gerombolan PGRS-PARAKU, sepanjang

hal tersebut tidak merugikan mereka. Perubahan sikap muncul ketika ada

 pengaruh dari pihak lain yang mempunyai maksud dan tujuan tertentu. Dalam

kasus demonstrasi Orang Dayak terhadap etnis Cina, pihak militer memanfaatkan

untuk membantu penumpasan gerakan PGRS/PARAKU.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 72: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 72/99

60

Universitas Indonesia 

Bab 4

Penumpasan dan Dampaknya

Dalam bab tiga sudah dijelaskan bagaimana gerakan PGRS/PARAKU

muncul, apa saja aktivitasnya, bagaimana sikap dan tindakan pemerintah, serta

sikap masyarakat. Sebagai kelanjutan dari bagian sebelumnya, bagian ini akan

melihat bagaimana gerakan PGRS/PARAKU ditumpas. Penumpasan gerakan

tersebut dimulai sejak tahun 1966. Ini bersamaan waktunya dengan selesainya

konfrontasi antara Indonesia dan Malaysia yang ditandai dengan penandatanganan

 perjanjian perdamaian  Jakarta Accord , pada tanggal 11 Agustus 1966.1

 1  Perjanjian perdamaian antara Indonesia dan Malaysia memuat tiga perkara penting,

yaitu : (1) Malaysia setuju untuk memberikan peluang kepada rakyat Sabah dan Sarawak untuk

memastikan keinginan mereka tetap menjadi bagian dari Malaysia atau tidak dengan mengadakan

satu pilihan raya yang bebas; (2) kedua pihak setuju untuk mengadakan hubungan diplomatik dan

mengadakan pertukaran perwakilan diplomatik dengan segera; (3)Malaysia dan Indonesia setuju

untuk menghentikan segala bentuk permusuhan diantara mereka. Kunaseelan Muniandy. (1996).

 Hubungan Malaysia – Indonesia 1957 – 1970. Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka, hlm.233.

Pada saat

itu usaha-usaha untuk membentuk kerjasama bilateral dimulai. Proses ini juga

seiring dengan proses penguatan masing-masing negara. Malaysia sebagai negara

federasi yang baru terbentuk pada tahun 1963 terancam dengan munculnya

gerakan PGRS/PARAKU yang berhaluan komunis. Sementara itu di Indonesia

rezim Orde Baru yang baru saja menggantikan rezim Orde Lama melarang ajaran

komunis. Oleh karena itu kedua pihak kemudian menjalin kerjasama untuk

menghilangkan gerakan komunis yang muncul di daerah perbatasan.

Usaha-usaha pemerintah Orde Baru untuk membentuk negara yang kuat,

mendapat dukungan militer. Dalam proses penguatan rezim baru yang bersifat

sentralistik ini, kelompok-kelompok pemberontak atau separatis yang dipandang

mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus berhadapan

dengan militer dan ditumpas. Penumpasan menjadi satu kata yang menyiratkan

 proses militerisasi pada masa Orde Baru yang sedang berlangsung. Kata ini sangat

 biasa dipakai oleh rezim Orde Baru dalam usaha untuk menghadapi berbagai

kelompok yang menentang pemerintah, misalnya penumpasan G 30 S,

 penumpasan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), penumpasan Organisasi Papua

Merdeka (OPM), dan sebagainya.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 73: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 73/99

61

Universitas Indonesia 

Bab empat ini mencoba untuk memaparkan peranan militer Indonesia

dalam menumpas gerakan PGRS/PARAKU. Selain itu juga dilihat kerjasama dari

 pihak pemerintah Indonesia dan Malaysia dalam menumpas gerakan yang

dianggap sebagai musuh bersama. Pada bagian akhir dibahas dampak gerakan

serta penumpasan yang dilakukan terhadap masyarakat.

4.1 ABRI dan Masyarakat dalam Penumpasan

Penumpasan gerakan PGRS/PARAKU oleh pihak militer Indonesia

dimulai pada akhir tahun 1966. Ini adalah suatu periode dimana konfrontasi antara

Indonesia dan Malaysia telah selesai, komunis sudah runtuh, dan rezim Orde lama

telah digantikan oleh rezim Orde Baru yang mulai memperkuat kekuasaan dengan

 bantuan militer. Pergantian rezim ini pula yang menandai perubahan sikap dan

kebijakan terhadap kelompok PGRS/PARAKU.

Setelah konfrontasi masing-masing negara, baik Indonesia maupun

Malaysia ingin memperkuat diri. Meskipun hubungan mulai baik, kekuasaan di

 pusat makin memperlihatkan perhatian pada daerah peri-peri atau perbatasan

karena dianggap bisa melemahkan hegemoni. Dari pengalaman yang pernah

 pernah dialami, terjadinya suatu peristiwa di daerah perbatasan, terutama yang

 berkaitan dengan masalah politik dan keamanan, dapat berpengaruh pada

hubungan dua negara. Hal ini didasari oleh timbulnya rasa saling curiga, dimana

masing-masing pihak menuduh bahwa gangguan keamanan disebabkan oleh para

 penyusup dari negara tetangga. Dalam peristiwa gerakan PGRS/PARAKU,

 pemerintah Indonesia maupun Sarawak memberikan perhatian khusus dalam

rangka menangani masalah keamanan di perbatasan.Pemerintah Indonesia pada masa Orde Lama membantu PGRS/PARAKU

dan bekerja sama ketika konfrontasi dengan Malaysia. Kerja sama tersebut terjadi

karena adanya kesamaan pendapat untuk menentang berdirinya Negara Federasi

Malaysia. Seiring dengan selesainya konfrontasi, kekalahan komunis, dan

 berkuasanya rezim Orde Baru, PGRS/PARAKU ditumpas. PGRS/PARAKU yang

semula merupakan kawan, akhirnya menjadi lawan bagi pemerintah.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 74: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 74/99

62

Universitas Indonesia 

PGRS/PARAKU merupakan gerakan yang berhaluan komunis. Kelompok

komunis biasanya memiliki berbagai cara dalam melakukan perlawanan, misalnya

dengan meyebarkan atau mendoktrin paham komunis terhadap masyarakat,

melakukan penyusupan-penyusupan, hingga melakukan pemberontakan

 bersenjata secara terbuka. Menurut Soemadi, sistem perlawanan kaum komunis

dibagi atas tiga cara, yaitu:

(1)   perlawanan militer konvensional yang dibarengi dengan

 perlawanan rakyat, misalnya perlawanan komunis di Indocina;

(2)   perlawanan secara gerilya dan bersifat sporadis, dimana pusat-

 pusat perlawanan juga ditempatkan di banyak titik, misalnya di Filipina,

Malaya, Thailand, Sarawak, dan Kalimantan Barat;

(3)   perlawanan dengan manuver politik, yang sejalan dengan intensitas

hubungan internasional, antara lain dengan diplomasi, propaganda, dan

spionase.2

 

Perlawanan gerombolan komunis PGRS/PARAKU termasuk dalam

kategori perlawanan secara gerilya dan bersifat sporadis. Pusat-pusat

 perlawanannya terletak di berbagai tempat di sepanjang perbatasan Kalimantan

Barat dan Sarawak. Perbatasan ini dipilih sebagai basis perlawanan karena kondisi

 perbatasan yang memudahkan relativitas gerak dari kelompok PGRS/PARAKU.

Mereka yang telah menguasai medan perbatasan dengan mudah dapat berpindah

melintasi perbatasan melalui jalan-jalan illegal , untuk mencari tempat yang aman.

Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, PGRS/PARAKU semula

‘berkawan’ dengan pemerintah Orde Lama. Mereka memperkuat pasukan

sukarelawan Dwikora yang dipersiapkan untuk melawan negara federasi Malaya.Ketika konfrontasi selesai dan pasukan sukarelawan Dwikora dibubarkan, muncul

masalah dengan PGRS/PARAKU. Sebagian besar anggota PGRS/PARAKU tidak

mau menyerahkan persenjataan yang semula mereka dapatkan dari militer

Indonesia. Mereka tetap berjuang untuk membentuk pemerintahan sendiri.

Dalam usaha untuk menangani gerombolan PGRS/PARAKU yang

melarikan diri dan bergerilya di hutan-hutan wilayah perbatasan, pemerintah

2

  Soemadi, (1974).  Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi Subversi Komunis Asia Tenggara. Pontianak: Yayasan Tanjungpura, hal. 42.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 75: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 75/99

63

Universitas Indonesia 

Indonesia melakukan tindakan penertiban. Melalui Komando Tempur (Kopur)

IV/Mandau dilancarkan Operasi Tertib I dan II, dengan daerah sasaran Gunung

Sentawi, Sempatung, Songkong, Melancau, dan Benua Martinus. Operasi Tertib I

dilaksanakan pada bulan November – Desember 1966, sedangkan Operasi Tertib

II dilaksanakan pada bulan Januari – Maret 1967.3

-  PGRS yang dipimpin oleh Lim a Lin, dengan jumlah lebih kurang 450

orang. Mereka berrmarkas di daerah Gunung Setawi dan Sempatung.

Dalam masa ini tidak ada

 pertempuran, karena kegiatan lebih ditujukan untuk menghimbau anggota

PGRS/PARAKU untuk menyerahkan diri dan meletakkan senjata.

Setelah diadakan penertiban, kurang lebih hanya separoh dari anggota-

anggota PGRS/PARAKU yang mau berkoordinasi dengan menyerahkan senjata

kepada tentara Indonesia. Selebihnya lagi tetap ingin melanjutkan perjuangan

untuk membentuk negara sendiri. Kekuatan mereka yang tersisa diperkirakan

sebagai berikut:

-  PGRS yang dipimpin oleh Lai Pa Xa, dengan jumlah sekitar 30 orang.

Pasukan ini beroperasi di daerah segitiga Kampung Enteruk.

-  PARAKU yang dipimpin oleh A Tjong (Jusuf Said), dengan jumlah

sekitar 45 orang, dan berkedudukan di daerah Melancau (Gunung

Toetoop).

-  PARAKU yang dipimpin oleh Lo Peng, dengan kekuatan lebih kurang 20

orang. Pasukan ini berada di daerah Benua Martinus (Batu Beti). 4

 

Tindakan pemerintah Indonesia untuk melakukan penertiban tidak

mencapai hasil yang maksimal. Ketika Operasi Tertib II selesai dan terjadi

 penarikan Kopur IV/Mandau dari daerah perbatasan, terjadi kekosongan kekuatan(vacuum of power ). Kesempatan ini digunakan oleh PGRS/PARAKU untuk

memperluas pengaruh dan menyusun kembali kekuatan. Pada saat ini tokoh-tokoh

eks PKI Kalimantan Barat yang menjadi buronan pemerintah menggabungkan diri

dengan gerombolan Cina komunis PGRS/PARAKU. Mereka membentuk

‘pasukan BARA’, yang terdiri dari 60 orang dari PGRS dan 90 orang dari PKI.

3  Semdan XII/Tandjungpura (1970). Tandjungpura Berdjuang: Sejarah Kodam

 XII/Tandjungpura Kalimantan-Barat , hlm. 243.4 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 76: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 76/99

64

Universitas Indonesia 

Pasukan ini dipimpin oleh S.A. Sofyan dari PKI dan Hwang dari PGRS. Pusat

kegiatan pasukan ini berada di daerah Bukit Bara di Kabupaten Sambas.5

Melihat perkembangan PGRS/PARAKU yang semakin kuat dengan

adanya penggabungan dari PKI, Kodam XII/Tanjungpura, sebagai

 penanggungjawab masalah keamanan di wilayah Kalimantan Barat mengeluarkan

Surat Keputusan No.Kep-001/02/1967, yang berisi pembentukan Komando

Operasi “Sapu Bersih”.

 

6

Untuk menumpas PGRS/PARAKU yang telah menguasai medan

 pertempuran dan mendapat dukungan dari etnis Cina di perbatasan, pemerintah

Indonesia melakukan Operasi Sapu Bersih I, sejak 15 Maret 1967 – Juni 1967.

Operasi dipimpin Brigjen Ryacudu sebagai Panglima Kodam XII/Tandjungpura.Dalam operasi ini pemerintah Indonesia mengerahkan sekitar 1000 pasukan, yang

dibagi dalam beberapa wilayah penyerangan, antara lain di sekitar Gunung

Sentawi dan Sempatung, Kampung Enteruk, Songkong, Melancau, Benua

Selama periode 1967 – 1970, dilancarkan Operasi Sapu

Bersih (Saber) I, Operasi Saber II, dan Operasi Saber III.

Gerombolan PGRS/PARAKU melakukan perlawanan dengan sistem

gerilya di hutan-hutan. Kekuatan mereka sebenarnya tidak besar, termasuk

anggota dan persenjataannya. Kelebihan mereka adalah penguasaan atas medan di

hutan-hutan di wilayah perbatasan yang sulit dijangkau. Selain itu, kekuatan

mereka juga tidak terkonsentrasi dalam satu wilayah, tetapi terpencar dalam

 pasukan-pasukan kecil yang memudahkan mereka untuk berpindah-pindah

tempat. Jadi markas yang mereka buat hanya bersifat sementara dan tidak

menetap.

PGRS/PARAKU mempengaruhi penduduk di daerah perbatasan, terutama

etnis Cina, agar mau membantu perjuangan mereka. Dari etnis-etnis Cina di

Kalimantan Barat inilah mereka memperoleh tambahan tambahan kader-kader

 baru. Selain itu mereka juga mendapatkan pasokan logistik dari para

 pendukungnya.

5

 Semdan XII/Tandjungpura (1970). Op.Cit., hlm. 245.6 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 77: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 77/99

65

Universitas Indonesia 

Martinus, dan Batu Beti. Karena medan pertempuran yang luas dan sulit untuk

dijangkau, maka jumlah pasukan militer Indonesia 1500 personil.7

(1) Dihancurkannya basis supplai gerombolan Cina komunis, karena orang

Cina yang merupakan simpatisan atau pendukung PGRS/PARAKU

mengungsi atau menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

Pada bulan Juli 1967, terjadi pergantian Panglima Kodam

XII/Tandjungpura, dari Brigjen Ryacudu ke Brigjen Witono. Dalam menangani

gerakan PGRS/PARAKU, Brigjen Witono melanjutkan kebijakan panglima

sebelumnya, yaitu melakukan Operasi Sapu Bersih II, yang berlangssung sejak

 bulan Agustus 1967 - Februari 1969. Operasi ini dibagi dalam tiga tahap, yaitu

Persiapan dan Pengintaian (Agustus - Desember 1967), Penghancuran (Januari

1968 – Juni 1968), serta Konsolidasi dan Pembangunan (Juli 1968 – Februari

1969).

Pada masa opersi Saber II ini dilakukan, terjadilah demonstrasi

masyarakat Dayak, tepatnya pada tanggal 14 Oktober 1967. Demonstrasi ini

 bertujuan untuk mengusir penduduk Cina komunis dari daerah pedalaman.

Sebelumnya, hubungan antara orang Cina dan Dayak terjalin secara harmonis, dan

tidak terjadi konflik yang besar. Hubungan sosial dan ekonomi antara kedua

kelompok ini hancur ketika terjadi demonstrasi masyarakat Dayak, sebuah usaha

intelijen dari pihak militer Indonesia yang memang bertujuan untuk

menghancurkan hubungan tersebut. Pihak militer Indonesia memperoleh banyak

keuntungan dengan terjadinya demonstrasi masyarakat Dayak. Peristiwa tersebut

sangat membantu keberhasilan militer dalam menumpas gerombolan

PGRS/PARAKU. Keuntungan-keuntungan yang diperoleh antara lain:

(2) Hilangnya massa milisi Cina komunis di daerah pedalamam.

(3) Gerakan kelompok pemberontak menjadi lebih lamban karena adanya

 penggabungan dari orang-orang Cina komunis yang melarikan diri ke

hutan. Sebagian dari orang-orang Cina yang terusir atau terkena imbas

dari demonstrasi Dayak mengungsi ke kota-kota di sekitar Pontianak,

atau mereka bergabung dengan PGRS/PARAKU. Jumlah pasukan

yang lebih banyak membuat gerombolan ini lebih lamban.

7

 Lampiran Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967, hal.22.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 78: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 78/99

66

Universitas Indonesia 

(4) Gerombolan pemberontak terkonsentrasi pada satu lokasi karena jika

 berpencar takut menjadi sasaran suku Dayak. Kondisi ini memudahkan

mereka untuk diserang.8

 

Walaupun gerombolan PGRS/PARAKU belum dapat dihancurkan, namun

operasi militer pada tahap II ini cukup melemahkan posisi gerombolan tersebut.

Hal ini lebih disebabkan oleh hancurnya jaringan mereka dengan para

 pendukungnya di daerah pedalaman sebagai akibat dari demonstrasi masyarakat

Dayak. Demonstrasi ini dapat diartikan pula sebagai salah satu bentuk

keberhasilan militer Indonesia dalam operasi intelijen.

Di Kalimantan Barat ini terdapat dua kelompok etnis yang besar

 jumlahnya, yaitu etnis Dayak dan etnis Cina. Baik kelompok PGRS/PARAKU

maupun pemerintah Indonesia menyadari bahwa penguasaan wilayah yang

mencakup masyarakatnya akan sangat mempengaruhi keberhasilan perjuangan

mereka. Setidaknya mereka dapat memperoleh dukungan logistik atau

mendapatkan kader-kader baru. Etnis Cina, sudah hampir dipastikan sebagian

 besar mendukung PGRS/PARAKU. Oleh karena itu etnis Dayak kemudian

menjadi sasaran untuk perebutan pengaruh.

Operasi Saber II yang ditunjang dengan peristiwa demonstrasi masyarakat

Dayak, berhasil menghancurkan sebagian besar kekuatan gerombolan PGRS-

PARAKU. Pada masa ini banyak anggota gerombolan yang tewas atau

menyerahkan diri, termasuk beberapa tokoh atau pimpinan gerombolan, antara

lain Lay Pa Ka, Lay Choon, Liem A Liem, dan Lo Wie. Gerombolan

PGRS/PARAKU ini melemah karena kesulitan untuk mendapatkan bantuan dari

masyarakat di Kalimantan Barat. Sebagai solusinya, mereka melintasi perbatasanuntuk meminta bantuan dari masyarakat Cina di Sarawak, walaupun dengan

resiko harus berhadapan dengan pihak militer Malaysia.9

  Kebijakan pemerintah Indonesia dalam menghadapi PGRS/PARAKU

masih berlanjut dengan Operasi Saber III yang dipimpin oleh Brigjen Soemadi.

Operasi ini berlangsung sejak bulan Maret 1969 – Januari 1970. Jumlah pesonel

8

 Ibid., hal. 274.9 Semdam XII/Tandjungpura. (1970). Op.Cit ., hlm. 298 – 299.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 79: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 79/99

67

Universitas Indonesia 

yng dikerahkan dalam kegiatan ini keseluruhannya mencapai 6500 orang.10 

Tujuan utama dalam operasi Saber III ini, adalah penghancuran PGRS/PARAKU,

dan penangkapan para pemimpinnya, seperti Sofyan alias Heru, Yap Chung Ho,

dan Huang. Selain itu operasi ini juga bertujuan untuk membersihkan masyarakat,

aparatur pemerintah, dan ABRI dari unsur-unsur PGRS/PARAKU, G/30 S/PKI,

dan kelompok-kelompok ekstrem lainnya di wilayah perbatasan.11

Lokasi

Pada awal tahun 1969, menurut catatan Kodam XII/Tanjungpura, jumlah

anggota PGRS/PARAKU yang tersisa kurang lebih 148 orang. Mereka tersebar di

 beberapa tempat sebagai berikut:

Penyebaran PGRS/PARAKU pada tahun 1969

Pimpinan Kekuatan

Batu Hitam Tja Hwa Sa alias Usman dan

Huang Han alias P. Lee

27 orang

Bara-Bina S.A. Sofjan 14 orang

Sungkung-Sempatung Yap Chung Hoo dan Yacob 12 orang

Sontas Tjong Tet Boon 16 orang

 Nanga Badau, Senaning,

dan Nanga Kantuk

Sun Fin Peng 41 orang

Engkilu, Tekelan, dan

Benua Martinus

Shun Chik Wai alias Lo Peng 38 orang

Sisa-sisa gerombolan PGRS/PARAKU melakukan perlawanan dengan

megadakan penyusupan di dalam masyarakat sambil menyusun kekuatan baru.

Kegiatan mereka terpusat di daerah Patna, terutama di sepanjang perbatasan

Gunung Cermai, Sekuyu, Asuangsang. Daerah tersebut merupakan daerah

 penebangan kayu dengan banyak pekerja, sehingga penyusupan ke daerah ini sulit

10

 Dokumen Operasi PGRS/PARAKU Pusjarah ABRI 1969, hal. 2.11  Ibid., hal. 4-5.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 80: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 80/99

68

Universitas Indonesia 

untuk diketahui. Di bagian Sarawak, kegiatan kelompok Cina komunis terpusat di

sekitar komplek Gunung Gading.12

Selama masa Operasi Saber III, dua pemimpin PGRS/PARAKU tewas.

Yap Chung Ho, Komisaris Politik PGRS, dan Yacob sebagai pimpinan militer

tewas tertembak pada tanggal 25 Maret 1969. Sisa-sisa gerombolan

PGRS/PARAKU berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk

menghindari kontak dengan Pasukan Keselamatan Malaysia ataupun dengan TNI.

Mereka memecah pasukan menjadi 3-4 orang untuk di Divisi I, atau 8-10 orang di

daerah Rascom untuk memudahkan pergerakan. Gerombolan PGRS/PARAKU

 bergerak dalam unit-unit kecil untuk memudahkan pergerakan dan memudahkan

 penyusupan dalam masyarakat. Pasukan PGRS/PARAKU tidak mengadakan

 pertempuran terbuka, kecuali jika bertemu dengan pasukan Indonesia yang kecil

 pula.

 

13

Anggota-anggota PGRS/PARAKU mempunyai siasat dan taktik gerilya

yang baik, antara lain karena pelatihan-pelatihan yang telah mereka dapatkan dari

militer Indonesia pada masa konfrontasi. Mereka juga menguasai medan

 pertempuran di perbatasan, sehingga tahu kapan dan dimana harus bersembunyi,

dan dimana bisa menyeberang ke wilayah Sarawak atau sebaliknya. Hal inilah

yang menyebabkan perjuangan mereka berjalan panjang, dan tidak bisa segera

ditumpas oleh pihak militer Indonesia. Mengingat kondisi yang demikian, maka

 pihak militer Indonesia tidak hanya melakukan operasi militer dengan

 pertempuran, namun juga menerapkan operasi teritorial, yaitu kegiatan

 penaklukan tanpa peperangan. Operasi teritorial dilakukan dengan membuat suatu

 pendekatan terhadap masyarakat, dan memberikan penerangan, misalnya PGRS-

PARAKU itu apa, datangnya dari mana, tujuannya apa, dan sebagainya. Padaakhirnya ditekankan bahwa PGRS-PARAKU bukan warga negara Indonesia, jadi

tidak perlu dibantu.

 

14

 12

 Semdan XII/Tandjungpura (1970). Ibid , hal. 303-304.13

  Api Pantjasila, 19 Oktober 1967.14  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 5”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 14 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-5.html, pada tanggal 15-12-2010, jam21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 81: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 81/99

69

Universitas Indonesia 

Operasi teritorial bertujuan untuk mencegah dan membatasi perluasan

 pengaruh PGRS/PARAKU dalam masyarakat. Selain itu kegiatan ini juga

dimaksudkan untuk memisahkan gerombolan PGRS/PARAKU dari sumber-

sumber bantuan masyarakat.15  Pihak militer Indonesia melakukan berbagai

 pendekatan supaya masyarakat percaya dan membantu operasi yang dilakukan

tentara, dan akhirnya turut serta melawan PGRS/PARAKU. Pendekatan dilakukan

antara lain dengan menyediakan berbagai kebutuhan pokok penduduk, seperti

 beras, gula, kopi, tembakau, dan sebagainya. Selain itu juga diadakan pasar

 bulanan untuk penduduk. Bagi para pengusaha diberikan kesempatan untuk

menggelar dagangannya di lokasi tertentu secara berkala.16

Operasi teritorial untuk menarik simpati masyarakat kepada tentara dalam

istilah militer dilakukan dengan “lima P”, yaitu pendekatan, pengenalan,

 penyatuan, pembinaan, dan pemantapan. Langkah pertama adalah pendekatan.

Setelah ada pendekatan, kemudian ada perkenalan diri, negara, dan rakyat. Setelah

ada kesamaan pandangan melalui pendekatan dan pengenalan, maka dilakukan

integrasi antara tentara dan masyarakat dalam melawan musuh yang sama. Setelah

itu ada pembinaan agar masyarakat tetap berada dalam pengaruh tentara. Langkah

terakhir adalah pemantapan sikap yang sama antara tentara dan masyarakat, untuk

menghancurkan gerombolan PGRS/PARAKU.

  Pendekatan-

 pendekatan seperti inilah yang akhirnya mampu merekatkan hubungan antara

masyarakat dan tentara, sehingga kemudian masyarakat membantu perjuangan

tentara dalam menumpas PGRS/PARAKU.

17

Setelah ada kedekatan antara tentara dan masyarakat, maka masyarakat

selalu dilibatkan dalam setiap operasi militer yang dilakukan oleh tentara. Mereka

menjadi kurir, penunjuk jalan, mengangkut beras dan perbekalan, menggotongtentara yang terluka, atau ditugaskan untuk membantu membawa persenjataan.

Mereka tidak memperoleh imbalan apa-apa kecuali makan. Keikutsertaaan

masyarakat dalam setiap operasi penumpasan sebenarnya tidak serta merta

merupakan kerelaan atau kesadaran masyarakat untuk membantu tentara. Pada

masa operasi penumpasan terhadap PGRS/PARAKU ini setiap desa diwajibkan

15 Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandungpura, 30 Juni 1967.

16 Muhlis Suhaeri.(2008). Ibid . 17  Ibid . 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 82: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 82/99

70

Universitas Indonesia 

mengirim warganya, bahkan setiap rumah harus ada satu orang menjadi wakil,

untuk membantu tugas tentara. Mereka bukan hanya bertugas sebagai kurir,

 penunjuk jalan, atau pembawa barang, tetapi mereka juga harus ikut berperang

menumpas PGRS-PARAKU. Masyarakat ada yang dipersenjatai, namun ada juga

yang membawa senjata tradisional seperti tombak dan mandau. Dalam setiap

operasi militer yang dilakukan, biasanya satu regu tentara yang terdiri dari 11

 personel didampingi oleh 8 penduduk lokal. Untuk satu Kompi tentara yang

terdiri dari 100 personel, didampingi sekitar 50 penduduk lokal. Selama masa

operasi militer ini di setiap kampung terdapat posko tentara yang diisi satu peleton

 pasukan, yang terdiri dari 26 personel.18

Tentara Indonesia memanfaatkan para pemuka adat suku Dayak dalam

menumpas PGRS/PARAKU. Para tokoh Dayak, seperti Panglima Burung di

Ketapang, Panglima Tukiman di Sungkung, Panglima Sopa di Bengkayang, dan

tujuh Panglima lainnya diberi pangkat kehormatan atau Pangkat Tituler, setingkat

Letnan. Hal ini ditujukan untuk kebanggaan dalam masyarakat. Mereka juga

mendapat persenjataan dari tentara, bahkan juga mendapatkan gaji. Para panglima

suku Dayak ini ditugaskan untuk merekrut, mengarahkan anak buahnya, dan

 bersama tentara memberantas PGRS/PARAKU. Para Panglima direkrut dengan

alasan bahwa PGRS/PARAKU berusaha untuk menguasai wilayah Kalimantan

Barat. Jadi jika PGRS/PARAKU tidak diberantas maka suku Dayak akan berada

dibawah kekuasaan PGRS/PARAKU.

 

19

Walaupun telah memperoleh bantuan dari masyarakat lokal dalam

melakukan penumpasan terhadap PGRS/PARAKU, namun tentara belum

sepenuhnya bisa mematahkan perjuangan gerombolan tersebut. Anggota

PGRS/PARAKU berpindah-pindah tempat dan keluar masuk di wilayah perbatasan Kalimantan Barat maupun Sarawak. Pemerintah Indonesia melakukan

tindakan militer untuk menangani masalah ini, demikian juga dari pihak Malaysia.

18  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 6”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 15 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-5.html, pada tanggal 15-12-2010, jam

21.30. 19  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 9”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 18 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-9.html, pada tanggal 15-12-2010, jam21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 83: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 83/99

71

Universitas Indonesia 

Oleh karena persoalan PGRS/PARAKU ini menjadi persoalan kedua negara,

maka diperlukan kerjasama antara pihak Indonesia dan Malaysia dalam

menumpas gerakan tersebut.

4.2  Kerjasama Pemerintah Indonesia-Malaysia

PGRS/PARAKU yang beraliran komunis menjadi musuh yang harus

ditumpas oleh pihak pemerintah Indonesia maupun Malaysia. Sejak akhir tahun

1966, pemerintah Indonesia telah melakukan tindakan-tindakan penertiban dengan

Operasi Tertib. Tindakan tersebut kemudian dilanjutkan dengan operasi militer

yang berakhir pada tahun 1970. Ketika di Indonesia gencar dilakukan operasi-

operasi militer, anggota pasukan pemberontak ini banyak yang menyeberang ke

wilayah Sarawak. Mereka ingin melanjutkan perjuangan untuk mendirikan sebuah

republik komunis di Sarawak.20

  Sementara itu pemerintah Malaysia melancarkan tindakan-tindakan militer

untuk menumpas pasukan PGRS/PARAKU yang berada di wilayah Malaysia.

Sejak tahun 1966, pasukan keselamatan Malaysia telah melancarkan operasi untuk

memburu kaum komunis, misalnya Operasi Fiasco di kawasan Lundu dan Lubuk

Antu, dan Operasi Commance. Ketika Indonesia telah menghentikan operasi

militer terhadap PGRS/PARAKU, Malaysia masih melaksanakan beberapa

operasi untuk menumpas kelompok komunis tersebut. Pada bulan Februari 1970

diadakan Operasi Jala Raja, yang berhasil menumpas lebih dari 100 anggota

komunis. Pada tanggal 8 Agustus 1971 juga dilancarkan Operasi Ngayau untuk

menghancurkan kelompok komunis yang berada di distrik ketiga wilayah

Sarawak. dalam operasi ini 85 anggota komunis tewas.

 

21

  Di wilayah Sarawak, pasukan Cina komunis yang oleh pemerintah

setempat disebut sebagai Pertubuhan Komunis Sarawak (PKS)

 

22

 20

  Mohd. Reduan Haji Asli. (1993).  Pemberontakan Bersenjata Komunis di Malaysia.

Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian Pendidikn Malaysia, hlm. 175-176.21

  Ibid., hal. 189-190.22

  Organisasi komunis Sarawak disebut sebagai Pertubuhan Komunis Sarawak,

sedangkan PGRS/PARAKU merupakan pasukan gerilya dari PKS. (Mohd. Reduan Haji Asli. Ibid., hlm. 172).

melakukan

strategi perlawanan dengan tiga cara, yaitu:

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 84: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 84/99

72

Universitas Indonesia 

-  Dasar ketentaraan yang agresif.

Dalam perjuangannya PKS lebih bersifat agresif, yaitu dengan

mengadakan penyerangan-penyerangan, pembunuhan, perampasan

senjata, dan sebagainya.

-  Penggunaan barisan bawah tanah.

Barisan bawah tanah berperanan dalam membina dukungan rakyat,

terutama untuk mendapatkan bantuan logistik dan merekrut kader-kader

 baru.

-  Menggerakkan barisan bersatu.

Barisan bersatu merupakan wadah dari organ-organ komunis di Sarawak

yang berperan dalam mempengaruhi atau mengambil hati masyarakat agar

membantu perjuangan mereka.23

Dalam menumpas gerakan PGRS/PARAKU, pemerintah Indonesia

melakukan kerjasama dengan pemerintah Malaysia. Kerjasama dilakukan antara

Brigade Infanteri 3 Malaysia (3 Briged Infanteri Malaysia – 3 BIM) dan KodamXII Tanjungpura sejak dilancarkan Operasi Sapu Bersih I (1967). Malaysia

menempatkan pasukannya di daerah Lundu, Sibu, Serian dan Sarawak untuk

mencegah masuknya gerombolan PGRS/PARAKU ke wilayah Malaysia Timur.

 

Karena keberadaan PGRS/PARAKU dianggap dapat membahayakan bagi

Malaysia maupun Indonesia, maka diadakan kerjasama untuk menangani masalah

keamanan di perbatasan, terutama yang disebabkan oleh munculnya gerakan

PGRS/PARAKU. Sebagaimana telah disebutkan dalam bagian terdahulu, bahwa

 perbatasan merupakan daerah yang relatif aman sebagai basis persembunyian

kelompok pemberontak seperti PGRS/PARAKU, karena keterbatasan jangkauan

dari pemerintah pusat. Gerombolan PGRS/PARAKU dengan mudah dapat

menyeberang secara illegal   melewati perbatasan tergantung di daerah mana

mereka merasa terancam, dan di daerah mana mereka merasa aman.

24

Untuk mengintensifkan kerjasama penanganan keamanan di daerah

 perbatasan, setiap bulan diadakan rapat koordinasi secara bergilir di Sarawak dan

Kalimantan Barat. Pada awal bulan Nopember 1967, tim militer Indonesia yang

23

  Ibid., hal. 177-184.24 Tim Penyusun Buku Sejarah Kodam VI/TPR. (1986).Op.Cit , hal. 38.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 85: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 85/99

73

Universitas Indonesia 

dipimpin oleh Pangdam XII/Tanjungpura, Brigjen. A.J.N. Witono berada di

Kuching untuk mengadakan pembicaraan dan koordinasi dengan pihak militer

Malaysia mengenai operasi-operasi militer yang sedang dilancarkan di daerah

 perbatasan Sarawak dan Kalimantan Barat. Dalam pembicaraan yang dilakukan,

 pihak Malaysia telah menyetujui untuk memberikan jatah makanan untuk

 pasukan-pasukan Indonesia yang sedang mengadakan operasi di daerah

 pedalaman. Selain itu pihak militer Malaysia juga telah menyetujui untuk

memberikan bantuan angkutan helikopter kepada pasukan-pasukan Indonesia di

daerah pedalaman Kalimantan Barat, karena daerah tersebut sulit untuk dimasuki

melalui jalan darat.25

Selain mendapatkan bantuan bahan-bahan makanan, pihak pemerintah

Indonesia juga sepakat untuk membeli bahan makanan ke Malaysia, sebagai

 perbekalan bagi pasukan yang sedang mengadakan operasi militer di perbatasan.

Dalam suatu berita disebutkan bahwa pada awal bulan Desember, pihak militer

Indonesia telah membeli bahan makanan dari Malaysia yang berjumlah 10 ton.

Persediaan bahan makanan tersebut cukup untuk 10.000 orang selama 2 hari.

Bahan makanan tersebut dikirim melalui udara dengan menggunakan payung.

Pasukan-pasukan Malaysia disebutkan telah membantu membungkus jatah-jatah

makanan tersebut.

 

26

Dari beberapa kali pembicaraan antara pihak militer Indonesia dan

Malaysia, juga terjadi kesepakatan bahwa pihak Malaysia akan memberikan

 bantuan dalam evakuasi korban-korban pertempuran dari pasukan-pasukan

Indonesia.

 

27

Pada bulan September 1969 diadakan Rapat Koordinasi Kodam XII/TDPR

dengan 3 BIM. Dari laporan polisi keamanan Malaysia Timur diketahui bahwa

suku Dayak (Iban) di Sarawak telah banyak yang terpengaruh komunis. Para

 pemimpin masyarakat Iban, seperti Kalong Ningkam, pemimpin suku Iban di

Katibas, dan Djugah pemimpin suku Iban di Song, dipengaruhi oleh SUPP yang

Pengiriman bahan makanan maupun bantuan evakuasi korban lebih

mudah dilakukan ke Sarawak, karena sarana transportasinya yang lebih memadai,

dan adanya bantuan helikopter yang disediakan pemerintah Malaysia.

25  Api Pantjasila, 10 Nopember 1967.

26

  Api Pantjasila, 21 Desember 1967.27  Angkatan Bersenjata, 18 Desember 1967.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 86: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 86/99

74

Universitas Indonesia 

mempropagandakan ketidakpuasan dari suku Iban terhadap pemerintahan

Malaysia.28

  Jika di Indonesia kelompok komunis PGRS/PARAKU melemah ketika

terjadi Operasi Sapu Bersih yang didukung oleh demonstrasi masyarakat Dayak,

maka di Sarawak, kelompok komunis ini terus melakukan gerilya dengan

 penggabungan kekuatan kelompok mereka dari wilayah Kalimantan Barat.

Setelah pemerintah Malaysia mengadakan beberapa kali operasi militer yang

cukup besar untuk menumpas kelompok ini, maka akhirnya pada tahun 1973,

 bersamaan dengan dilaksanakannya Operasi Sri Aman, pemimpin gerakan

PARAKU, Bong Kee Chok beserta 585 anggotanya menyerahkan diri.

 

Dengan melaksanakan operasi militer maupun kerjasama menangani

masalah keamanan di perbatasan, sedikit demi sedikit kekuatan gerombolan

PGRS/PARAKU dapat dilemahkan. Selain karena operasi-operasi militer maupun

 perlawanan dari masyarakat (suku Dayak), gerombolan PGRS/PARAKU

mengalami pelemahan karena pertentangan-pertentangan di dalam organisasi

tersebut. Pertentangan disebabkan oleh perbedaan pendapat maupun perebutan

komando. Pertentangan ini menyebabkan perpecahan diantara mereka dan

memperlemah posisi mereka sendiri.

29

4.3  Dampak terhadap Kondisi Sosial dan Ekonomi

Perjuangan PGRS/PARAKU dalam periode yang panjang, sejak

munculnya ide pembentukan Negara Federasi Malaysia (1961), pemberontakan

Partai Rakyat di Brunei (1962), konfrontasi Indonesia – Malaysia (1963 – 1966),

dan tekanan-tekanan dari pemerintah Indonesia maupun Malaysia tentunya

membawa dampak yang besar dalam kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat

yang tinggal di kawasan yang bergolak. Bagaimana dampak pemberontakan dan

 penumpasan PGRS/PARAKU dibahas pada bagian berikut ini.

Masyarakat yang tinggal di daerah perbatasan adalah kelompok yang

terkena dampak terjadinya suatu peristiwa, misalnya kerusuhan atau gerakan

 perlawanan. Dampak peristiwa yang terjadi bisa bermacam-macam, antara lain

28

 Semdan XII/Tandjungpura (1970).Op.Cit., hal. 320-321.29  Ibid., hal. 192.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 87: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 87/99

75

Universitas Indonesia 

hambataan dalam lalu lintas di perbatasan, gangguan dalam perdagangan,

 pencurian/perampokan oleh kelompok pemberontak, pengungsian, dan

sebagainya.

Dalam peristiwa gerakan PGRS/PARAKU, masyarakat mengalami dua

akibat sekaligus, yaitu tekanan dari pemberontak maupun akibat dari kebijakan

 pemerintah untuk menumpas gerakan PGRS/PARAKU melalui operasi-operasi

militer. Penduduk yang tinggal di daerah yang bergejolak berada dibawah

ancaman kaum pemberontak. Pihak gerombolan seringkali meminta bantuan

logistik secara paksa. Di sisi lain mereka takut terhadap pemerintah jika dicurigai

dan dianggap membantu gerombolan.

Masyarakat yang tinggal di lokasi pemberontakan menjadi rebutan untuk

dipengaruhi pihak pemberontak maupun pemerintah. Gerombolan Cina komunis

yang memberontak berpegang pada ajaran Mao yang menganggap masyarakat

sebagai basis sosial. Dukungan dari masyarakat akan sangat berpengaruh terhadap

keberhasilan pemberontakan. Masyarakat yang terpengaruh oleh kelompok

 pemberontak dapat berfungsi sebagai pemasok logistik, sekaligus bersedia sebagai

kader milisi untuk bergabung dalam perjuangan.

Dalam peristiwa pemberontakan dan penumpasan PGRS/PARAKU,

masyarakat yang tinggal di wilayah perbatasan yang sedang bergolak ini banyak

mengalami kerugian dan menjadi korban. Dalam operasi penumpasan, para

 penduduk yang membantu tentara sebagai penunjuk jalan harus berjalan di depan.

Oleh karena itu tak mengherankan jika terjadi pertempuran, masyarakat sipil ini

 banyak yang menjadi korban karena posisi mereka yang berada di barisan depan.

Jika ada tentara yang tewas dalam pertempuran, jasadnya akan ditandu dan

dibawa ke lapangan yang bisa didarati helikopter, untuk dibawa ke Bengkayangatau Singkawang. Tetapi jika ada penduduk lokal yang membantu tentara tewas

dalam peperangan, terkadang mayatnya ditinggal begitu saja di hutan. Hal inilah

yang menimbulkan trauma dan sakit hati penduduk terhadap tentara.  Perasaan

sakit hati juga diperkuat dengan ‘permintaan paksa’ yang dilakukan tentara untuk

mendapatkan beras, ayam, dan barang kebutuhan lainnya kepada penduduk

kampung yang mereka lewati. Perasaan trauma dan ketakutan terhadap tentara

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 88: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 88/99

76

Universitas Indonesia 

sangat besar karena tak jarang penduduk yang tidak mau membantu dihukum atau

dipukuli oleh tentara.30

Dampak yang lebih besar dari gerakan PGRS/PARAKU dan

 penumpasannya terlihat ketika terjadi demonstrasi masyarakat Dayak. Akibat dari

 peristiwa tersebut adalah terjadinya pengungsian besar-besaran dari etnis Cina di

daerah pedalaman Kalimantan Barat, menuju kota-kota di Pontianak,

Singkawang, dan sekitarnya. Dalam peristiwa ini banyak rumah-rumah orang

Cina yang dibakar, dan harta bendanya dirampas. Selain itu juga terjadi

 pembunuhan-pembunuhan terhadap etnis Cina yang belum tentu terlibat dalam

gerakan PGRS/PARAKU. Dalam waktu kurang lebih satu bulan diperkirakan

lebih dari 60 ribu penduduk keturunan Cina di pedalaman kabupaten Sambas,

Pontianak, Sanggau, dan Ketapang mengungsi ke kota-kota, dan jumlah mereka

yang tewas diperkirakan lebih dari 250 orang.

 

31  Para pengungsi tidak hanya

tersebar di wilayah Kalimantan Barat, namun mereka juga tersebar di berbagai

tempat seperti di Jakarta, Singapura, Hongkong, Cina, dan sebagainya.32

Beberapa daerah yang tidak tahu atau tidak menyangka akan mendapat

serangan dari para demonstran mengalami kerusakan yang parah, misalnya di

Menjalin, Tohok, dan Mandor. Serangan berlangsung dengan tiba-tiba dan sangat

cepat, sehingga menimbulkan banyak korban. Senakin merupakan daerah yang

 paling parah, karena para demonstran menyerang dan membakar pasar Senakin.

Etnis Cina yang sebagian besar tinggal di sekitar pasar Senakin sempat melakukan

 perlawanan, tetapi sebagian besar dari mereka akhirnya terbunuh.

 

33

Orang-orang Cina dari pedalaman Kalimantan Barat mengungsi ke

 berbagai tempat. Mereka tinggal di tempat saudara, di sekolah-sekolah, di gereja,

30  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 8”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 17 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-8.html, pada tanggal 15-12-2010, jam

21.30. 31

 Tim Penyusun Buku Sejarah Kodam VI/TPR. Op.Cit., hal. 39.32  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation” seri ke-19. Tulisan berseri dalam

 Borneo Tribune, dimuat tanggal 28 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-19.html,  pada tanggal 15-12-2010,

 jam 21.30. 33  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation” seri ke-11. Tulisan berseri dalam

 Borneo Tribune, dimuat tanggal 20 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-11.html,  pada tanggal 15-12-2010, jam 21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 89: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 89/99

77

Universitas Indonesia 

di tempat pengasapan karet, di gudang, atau di tempat yang disediakan oleh

 berbagai yayasan atau pemerintah. Mereka tinggal di pengungsian rata-rata

selama 2-3 tahun sebelum direlokasi oleh pemerintah. Selama berada di

 pengungsian mereka mengalami berbagai masalah, misalnya kekurangan

 persediaan makanan, dan minimnya fasilitas kesehatan. Banyak diantara para

 pengungsi yang meninggal selama di penampungan, bahkan jumlahnya mencapai

ribuan. Mereka meninggal karena kelaparan dan berbagai penyakit. Walaupun

telah ada perhatian dan bantuan dari Palang Merah Internasional, badan-badan

PBB, dan kelompok Kristen, kondisi para pengungsi tetap memprihatinkan.

Beberapa organisasi telah bekerjasama untuk mendirikan dapur umum dengan

 bahan-bahan hasil sumbangan dari daerah setempat maupun dari luar negeri, dan

dengan dukungan dari isteri-issteri pejabat setempat.34

Peristiwa pengungsian orang-orang Cina sebagai akibat demonstrasi

masyarakat Dayak ini membawa dampak yang panjang. Sebagian besar dari

 penduduk Cina yang semula memegang kendali ekonomi di daerah pedalaman

kehilangan harta bendanya. Sebagai akibatnya banyak diantara mereka yang jatuh

miskin, bahkan menjadi pengemis. Pada masa ini juga banyak anak-anak dari para

 pengungsi yang dijual, dititipkan, atau diberikan pada orang lain semasa orang

tuanya melakukan perjalanan untuk mengungsi.

 

35

Kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat terutama di pedalaman

Kalimantan Barat sangat terganggu dengan demonstrasi orang Dayak dan pengungsian orang-orang Cina. Banyak rumah-rumah orang Cina yang dibakar,

dan harta benda mereka dirampas. Pusat-pusat kegiatan ekonomi, seperti pasar

dan perkebunan-perkebunan lada yang semula digerakkan oleh orang Cina

terbengkalai karena terjadinya pengungsian orang-orang Cina. Demonstrasi

masyarakat Dayak yang semula ditujukan untuk mengusir etnis Cina di

Hal ini dapat dimengerti karena

 jika mereka mengungsi dengan membawa anak kecil, maka akan merepotkan

dalam perjalanan. Selain itu para orang tua ini juga khawatir jika tidak mampu

merawat anak tersebut, sehingga akhirnya dijual atau diberikan kepada orang lain

agar bisa diselamatkan.

34 Mary Somers Heidhues. (2008). Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di “Distrik

Tionghoa” Kalimantan Barat . Jakarta: Yayasan Nabil, hlm. 277. 35  Suluh Marhaen, 1 Desember 1967 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 90: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 90/99

78

Universitas Indonesia 

 pedalaman yang terlibat dalam gerakan PGRS/PARAKU telah berubah arah. Para

demonstran seolah membabi buta dengan menyerang pusat-pusat kegiatan

 perekonomian, misalnya di kota kecamatan Tebas, Kabupaten Sambas. Padahal

tempat tersebut merupakan kota pertanian utama dan ‘gudang padi’ Kabupaten

Sambas. Daerah Singkawang dan sekitarnya yang menjadi penghasil karet juga

ditinggalkan oleh para penghuninya yang sebagian besar etnis Cina. Gudang-

gudang pengasapan karet dan penggilingan karet tidak beroperasi. Sebagai

akibatnya sektor perekonomian, terutama ekspor, mengalami hambatan yang

 besar.36

Dalam salah satu berita surat kabar pada waktu itu disebutkan bahwa

rakyat di Nanga Kantuk yang berdekatan dengan perbatasan Kalimantan Barat

dan Sarawak seolah-olah terkurung, sehingga mereka menemui kesulitan untuk

mendapatkan bahan-bahan pokok yang mereka perlukan, terutama garam, minyak

tanah dan tembakau. Kebutuhan beras masih bisa dipenuhi dari hasil tanaman padi

yang mereka usahakan. Selama berhari-hari ada diantara anggota masyarakat yang

tidak bisa makan nasi karena tidak warung yang buka. Karena tidak bisa

memperoleh beras, akhirnya mereka hanya makan ubi.

 

37

Melihat kondisi tersebut, pemerintah melalui Pangdam XII/Tandjungpura,

Brigjen Soemadi, memberikan modal kepada para panglima suku Dayak yang

dianggap berjasa, untuk mendistribusikan barang di pedalaman. Namun karena

tidak ada bakat dan keahlian untuk berdagang, usaha tersebut tidak berjalan.

Gubernur Kalimantan Barat pada waktu itu, Kadarusno, juga pernah melakukan

usaha untuk memberikan modal kepada para panglima, untuk menyuplai barang

di pedalaman, tetapi usaha tersebut tidak berhasil.

 

38

  Untuk mengatasi masalah yang muncul, terutama masalah pengungsianorang-orang Cina sebagai akibat dari demonstrasi masyarakat Dayak, pemerintah

mengadakan resettlement   ke tempat-tempat pertanian yang baru. Resettlement

dilakukan dengan sistem berpencar untuk menghidari munculnya kekuatan-

 

36  Ibid  

37  Api Pantjasila, 6 Nopember 1967.

38  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 19”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 28 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-19.html,  pada tanggal 15-12-2010, jam 21.30. 

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 91: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 91/99

79

Universitas Indonesia 

kekuatan baru yang bisa merugikan pemerintah. Mereka ditempatkan di suatu

 pulau delta dekat Pontianak. Selain itu, pemerintah pusat juga menginstruksikan

dibentuknya Task force  atau tim khusus dari Departemen Perdagangan untuk

mengusahakan kegiatan ekonomi dan mengatasi persoalan ekonomi. 39

Untuk mengatasi masalah pengungsian, pada tahun 1969, pemerintah

mulai merelokasi para pengungsi ke tempat yang telah dipersiapkan, yaitu di

Kalimas, Punggur, Kabupaten Kubu Raya. Setiap pengungsi diberi lahan selebar

25 depa,

  Hal ini

disebabkan tersendatnya kegiatan perekonomian di wilayah Kalimantan Barat,

karena terjadinya pengungsian orang-orang Cina dari daerah pedalaman.

Pembentukan tim khusus tersebut diharapkan dapat membantu memlihkan kondisi

 perekonomian di Kalimantan Barat, karena wilayah ini mempunyai komoditas-

komoditas penting, seperti karet dan lada, yang menunjang ekspor dalam negeri.

40 diberi rumah kayu berukuran 6 kali 4 meter, dan mendapatkan alat-alat

 pertanian seperti cangkul, sabit, dan pupuk. Mereka juga mendapatkan jatah

makan selama setahun. Setiap orang mendapatkan secangkir beras per hari. Dalam

relokasi pertama di Kalimas ini dipindahkan 30 KK. Relokasi pertama diikuti

dengan relokasi-relokasi berikutnya. Selain di Kalimas, relokasi juga dilakukan di

Parit Baru, daerah Siantan Tengah. Di lokasi ini pemerintah membuat 500 rumah

untuk para pengungsi.41

Para pengungsi yang jumlahnya diperkirakan lebih dari 60 ribu orang tidak

semuanya mengikuti program relokasi pemerintah. Sekitar setengah dari jumlah

 pengungsi tersebut tersebar dan bermukim di kota-kota besar. Sebagian dari

mereka juga mendapat bantuan perumahan dari para pengusaha dan organisasi

masyarakat Cina. Selain itu, sejak tahun 1970 di Kalimantan Barat juga mulai

dibuka industri-industri besar yang dapat menampung tenaga kerja dari para pengungsi, sebagai contoh industri perkayuan di Kubu.

 

42

Setelah selesainya masa konfrontasi, dan seiring dengan usaha untuk

membangun kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Malaysia, setahap demi

39  Angkatan Bersendjata, 14 Desember 1967.

40 Satu depa setara dengan 1,5 meter.

41  Muhlis Suhaeri.(2008). “The Lost Generation - 12”. Tulisan berseri dalam  Borneo

Tribune, dimuat tanggal 21 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations-12.html,  pada tanggal 15-12-2010,

 jam 21.30. 42 Mary Somers Heidhues. (2008). Op.Cit., hlm. 278.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 92: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 92/99

80

Universitas Indonesia 

setahap permasalahan PGRS/PARAKU dapat diatasi. Namun demikian,

 pemberontakan dan penumpasan yang dilakukan masih menyisakan permasalahan

yang tidak mudah untuk segera diselesaikan. Dari peristiwa demonstrasi

masyarakat Dayak, puluhan ribu etnis Cina mengungsi dari daerah pedalaman

Kalimantan Barat. Berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun mereka hidup di

 pengungsian dengan kondisi yang memprihatinkan. Hubungan antara etnis Cina

dan Dayak yang sebelumnya cukup harmonis menjadi renggang, dan perlu waktu

yang cukup lama untuk bisa saling memaafkan dan menghilangkan trauma yang

dirasakan. Selain itu roda perekonomian yang telah berjalan baik secara alamiah

menjadi tersendat, dan bahkan terhenti. Untuk menghidupkan kembali diperlukan

usaha keras dari berbagai pihak. Inilah dampak panjang dari sebuah peristiwa

 pemberontakan dan penumpasan, yang menimbulkan kesengsaraan.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 93: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 93/99

81

Universitas Indonesia

Bab 5

Kesimpulan

Persoalan perbatasan bukan persoalan sejarah saja, tetapi menjadi

 persoalan terus menerus antara dua negara yang saling berbatasan. Perbatasan

 biasanya menjadi daerah yang kurang mendapat perhatian dari pihak penguasa,

sehingga perbatasan ini menjadi tempat yang relatif aman untuk berkembangnya

 berbagai kegiatan illegal seperti penyelundupan, migrasi illegal, maupun sebagai

 basis kegiatan kelompok yang menentang pemerintah pusat. Pada periode 1963 –

1970 di wilayah perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak terjadi gejolak, karena

terjadinya konfrontasi dan gerakan komunis. Inilah yang kemudian

melatarbelakangi munculnya gerakan PGRS/PARAKU.

Gerakan PGRS/PARAKU muncul sebagai hasil pertemuan beberapa pihak

yang pada dasarnya menolak penggabungan Sabah, Sarawak, Brunei, dan

Singapura ke dalam Negara Persekutuan Malaysia. Tokoh-tokoh maupun anggota

TNKU dan SAYA, melarikan diri atau berpindah dari wilayah Brunei dan

Sarawak ke wilayah Kalimantan Barat karena tekanan pemerintah setempat. DiKalimantan Barat mereka mendapat bantuan dari pihak pemerintah Indonesia

yang sedang berkonfrontasi dengan Malaysia. Kelompok PGRS/PARAKU ini

membantu pihak Indonesia dalam menghadapi Malaysia dan bergabung sebagai

 pasukan sukarelawan Dwikora

Seiring dengan selesainya masa konfrontasi dan pergantian rezim

 pemerintahan di Indonesia dari Orde Lama ke Orde Baru, kelompok

PGRS/PARAKU yang beraliran komunis mendapat tekanan dari pemerntah

Indonesia maupun Malaysia. Rezim Orde Baru menyatakan organisasi komunis

sebagai organisasi terlarang, dan melarang penyebaran faham komunis. Hal inilah

yang memicu perlawanan PGRS/PARAKU di perbatasan Kalimantan Barat dan

Sarawak. Mereka memilih wilayah perbatasan sebagai basis operasinya karena

 beberapa alasan. Jarak daerah perbatasan yang jauh dari pusat kekuasaan

menjadikan kawasan ini kurang mendapat perhatian dari pemerintah pusat.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 94: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 94/99

82

Universitas Indonesia

Di perbatasan Kalimantan Barat dan Sarawak, banyak terdapat tempat-

tempat perlintasan yang illegal dan tanpa penjagaan, sehingga memudahkan

anggota PGRS/PARAKU untuk berpindah-pindah tempat, dari wilayah

Kalimantan Barat ke Sarawak dan sebaliknya, dimana mereka bisa menemukan

tempat yang dianggap lebih aman. Selain itu, banyaknya etnis Cina yang tinggal

di kawasan perbatasan baik di wilayah Sarawak maupun Kalimantan Barat

memudahkan gerak dari kelompok PGRS/PARAKU. Mereka dengan mudah

dapat berbaur dan mendapat bantuan dari etnis Cina di perbatasan. Faktor-faktor

tersebut telah mendukung gerakan PGRS/PARAKU untuk bisa bertahan lama.

Munculnya gerakan PGRS-PARAKU, melibatkan keberadaan kaum

komunis. Hal ini disebabkan banyaknya etnis Cina yang tinggal di perbatasan, dan

sebagian besar dari mereka masih berorientasi ke negara asalnya. Diantara etnis

Cina yang tinggal di kawasan Kalimantan Barat maupun di Sarawak, ada

kerjasama dan ikatan yang erat, apalagi setelah ada penyusupan dari kelompok

komunis.

Gerakan PGRS/PARAKU ditumpas oleh pemerintah Indonesia maupun

Malaysia melalui operasi-operasi militer. Masing-masing pihak melakukan

operasi militer di perbatasan untuk menumpas kelompok Cina komunis tersebut.

Selain itu juga ada kerjasama diantara kedua negara dalam menangani gerakan

komunis yang dianggap sebagai musuh bersama. Penumpasan gerombolan ini

memerlukan waktu yang cukup lama. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, antara

lain kondisi geografis sebagai daerah dengan hutan tropis yang lebat sehingga

mudah untuk menjadi tempat persembunyian kelompok pemberontak, adanya

 bantuan dari etnis Cina yang tinggal di tinggal di Kalimantan Barat maupun

Sarawak, dan minimnya penjagaan di daerah perbatasan sehingga memudahkanlalu lintas penduduk di kedua daerah.

Peristiwa pemberontakan PGRS-PARAKU membawa perubahan terhadap

sikap masyarakat yang tinggal di daerah yang bergejolak. Mereka berada dalam

 posisi yang sulit, ketika harus berhadapan dengan pihak pemberontak maupun

 pihak pemerintah (tentara). Kedua pihak terus memperebutkan dukungan

 penduduk. Kebingungan sikap masyarakat berujung pada terjadinya demonstrasi

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 95: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 95/99

83

Universitas Indonesia

masyarakat Dayak terhadap etnis Cina komunis, yang berarti retaknya hubungan

dari kedua kelompok etnis.

Kemunculan gerakan PGRS/PARAKU dan operasi-operasi

 penumpasannya, serta peristiwa yang berkaitan seperti demonstrasi masyarakat

Dayak, membawa dampak yang luas terhadap masyarakat di perbatasan.

Hubungan etnis Dayak dan Cina yang telah lama berjalan dengan baik pada

akhirnya pecah dengan sikap permusuhan diantara keduaa kelompok etnis

tersebut. Demonstrasi ini sendiri membawa dampak panjang pada gelombang

 pengungsian etnis-etnis Cina dari pedalaman ke daerah perkotaan. Perkebunan-

 perkebunan dan usaha perdagangan yang mereka rintis di daerah pedalaman

akhirnya terbengkalai.

Dengan mengkaji kemunculan dan penumpasan gerakan PGRS/PARAKU

di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia ini diharapkan memberi manfaat

kepada para pengambil kebijakan bahwa persoalan batas negara secara

administratif, persamaan etnis dan budaya, merupakan persoalan yang tumpang

tindih, tidak bisa dipisahkan begitu saja. Persoalan perbatasan ini bukan hanya

menjadi persoalan sejarah, tetapi juga menjadi persoalan masa kini dan masa yang

akan datang.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 96: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 96/99

84

Universitas Indonesia

Daftar Pustaka

Arsip dan Dokumen:

Dokumen Operasi PGRS/PARAKU Pusjarah ABRI 1969

Dokumen Operasi PGRS/PARAKU Pusjarah ABRI 1974-1981

Departemen Penerangan R.I. (1963).  Politik Kita adalah Politik Konfrontasi.

Salinan Naskah Amanat Presiden Sukarno pada Rapat Raksasa Front

 Nasional “Mengganjang Malaysia” di Istana Olahraga Gelora Bung

Karno, Senayan, Jakarta, 27 Juli 1963.

Laporan Perkembangan tentang Situasi Daerah Serawak. Komando Wilayah

Pertahanan I Kodam XII/Tanjungpura, April 1978.

Risalah Serah Terima Kodam XII/Tandjungpura, 30 Juni 1967

Koran:

 Angkatan Bersendjata, Oktober – Desember 1967

 Api Pantjasila, Oktober – Deember 1967

 Bintang Timur , 26 Desember 1962

Suara Merdeka, 11 Desember 1962

Suluh Marhaen, Oktober – Desember 1967

Buku dan artikel:

Adil, Haji Buyong. (1981). Sejarah Sarawak . Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan

Pustaka Kementerian Pelajaran Malaysia.

Andaya, Barbara Watson dan Leonard Andaya. (1982).  A History of Malaysia.

London: Macmillan Press Ltd.

ANRI.(1973).  Ikhtisar Keadaan Politik Hindia-Belanda tahun 1839 – 1848.

Jakarta: Arsip Nasional Republik Indonesia.

Ardhana, I Ketut; Maunati, Yekti; Zaenuddin, Dundin dan Purwaningsih, Sri

Sunarti. (2007).  Dinamika Etnisitas dan Hubungan Ekonomi pada

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 97: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 97/99

85

Universitas Indonesia

Wilayah Perbatasan di Kalimantan Timur: Studi Kasus di Wilayah

 Krayan dan Long Pasia. Jakarta: Pusat Penelitian Sumberdaya Regional

(PSDR-LIPI).

Burke, Peter. (1998). The European Renaissnce: Centres and Peripheries.Oxford: Blackwell Publishers Ltd.

 Ensiklopedi Indonesia Vol. 4. (1983). Jakarta: Ichtiar Baru – van Hoeve.

Gottschalk, Louis. (1985). Mengerti Sejarah. Terj. Nugroho Notosusanto. Jakarta:

UI-Press.

Haba, Johanis. (2010). “Etnisitas, Identitas, dan Nasionalisme di Wilayah

Perbatasan Indonesia”. Orasi Pengukuhan Profesor Riset Bidang

Antropologi. Jakarta: LIPI.

Hanna, Willard A. (1964). The Formation of Malaysia: New Factor in World

 Politics. New York: American Universities Field Staff, Inc.

Heidhues, Mary Somers. (2008).  Penambang Emas, Petani, dan Pedagang di

“Distrik Tionghoa” Kalimantan Barat . Jakarta: Yayasan Nabil.

Ishikawa, Noboru. (2010). Between Frontiers: Nation and Identity in a Southeast

 Asian Borderland . Singapura: NUS Press.

Karim, Mulyawan. Di Bawah Dua Bangsa Penjajah. Kompas, 14 Agustus 2009.

Kartodirdjo, Sartono. (1992). Pendekatan Ilmu Sosial dalam Metodologi Sejarah.

(Jakarta: PT.Gramedia).

King, Victor T. (1993). The Peoples of Borneo. Oxford: Blackwell Publisher.

Mullen, Vernon. The Story of Sarawak . Kuala Lumpur: Oxford University Press,

1960.

Muniandy, Kunaseelan. (1996).  Hubungan Malaysia – Indonesia 1957 – 1970.

Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka.

 Nainggolan, Poltak Partogi. (2004).  Batas Wilayah dan Situasi Perbatasan

 Indonesia: Ancaman terhadap Integritas Teritorial . Jakarta: Tiga Putra

Utama.

 Nasution, A.H. (1984). Pokok-pokok Gerilya: dan Pertahanan Republik Indonesiadi Masa yang lalu dan yang akan datang . Bandung: Angkasa.

 Noor Bin Abdullah, Mohd. (1976).  Kemasukan Sabah dan Sarawak ke Dalam

 Persekutuan Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Kementerian Pelajaran Malaysia.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 98: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 98/99

86

Universitas Indonesia

Osman, Mohd. Taib dan Yusoff, Wan Kadir. (1987).  Kajian Budaya dan

 Masyarakat di Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka

Kementerian Pelajaran Malaysia.

Osman, Sabihah. (2009). “Pembangunan Politik Sarawak: Satu Penelusuran

Sejarah”, dalam Nidzam Sulaiman dan Zaini Othman (eds.). Pilihan Raya

dan Pembangunan Politik Sarawak . Sabah: UMS.

Panggabean, M. (1993). Berjuang dan Mengabdi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

PSDR-LIPI. (2002).  Pariwisata Etnik/Budaya dan Identitas Komunitas Lokal di

 Malaysia. Jakarta: Pusat Penelitian Sumberdaya Regional LIPI.

Rahardjo, Iman Toto K. dan Suko Sudarso (eds.). (2010).  Bung Karno: Masalah

 Pertahanan – Keamanan. Jakarta: Grasindo.

Reduan Haji Asli, Mohd. (1993).  Pemberontakan Bersenjata Komunis di

 Malaysia. Kuala Lumpur: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementerian

Pendidikan Malaysia.

Riwut, Tjilik. (1979). Kalimantan Membangun. Palangka Raya: Mendagri.

Semdan XII/Tandjungpura (1970). Tandjungpura Berdjuang: Sejarah Kodam

 XII/Tandjungpura Kalimantan-Barat .

Soemadi. (1974).  Peranan Kalimantan Barat dalam Menghadapi Subversi

 Komunis Asia Tenggara. Pontianak: Yayasan Tanjungpura.

Suhaeri, Muhlis. (2008). “The Lost Generation”, seri 1 - 19. Tulisan berseri dalam

 Borneo Tribune, dimuat tanggal 14 Februari 2008, diunduh dari

http://muhlissuhaeri.blogspot.com/2008/02/lost-generations.html,  pada

tanggal 15-12-2010, jam 21.30.

Suryansyah, Gst. (1994).  Masalah Daerah Perbatasan Indonesia – Malaysia di

 Kalimantan Barat: antara Pertimbangan Ekonomi dan Keamanan.

Yogyakarta: Tesis Program Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada.

Syaffie, Fauziah dan Ruslan Zainuddin. (2001). Sejarah Malaysia. Selangor: Fajar

Baki Sdn. Bhd.

Tarling, Nicholas (ed.). (1999). The Cambridge History of Southeast Asia.

Volume three, from c. 1800 to the 1930s. Cambridge university Press.

Team Penyusun Monografi Daerah Kalimantan Barat. (1976).  Monografi Daerah

 Kalimantan Barat . Jakarta: Proyek Pengembangan Media Kebudayaan

Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

RI.

Pasukan gerilya..., Rucianawati, FIB UI, 2011.

Page 99: Pasukan Gerilya Sarawak

7/24/2019 Pasukan Gerilya Sarawak

http://slidepdf.com/reader/full/pasukan-gerilya-sarawak 99/99

87

Tim Penyusun Buku Sejarah Kodam VI/TPR. (1986). Tiga Puluh Enam Tahun

 Komando Daerah Militer VI Tanjungpura, 20 Juli 1956 – 1986 .

Balikpapan.

Tirtosudarmo, Riwanto dan Haba, John (ed.). (2005).  Dari Entikong Sampai

 Nunukan: Dinamika Daerah Perbatasan Kalimantan – Malaysia Timur

(Serawak dan Sabah). Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Tobing, K. (1955). Kalimantan-Barat . Bandung: Penerbit N.V. “Masa Baru”.

Victor Muhamad, Simela. (2004). “Batas Wilayah Negara dalam Perspektif

Hukum Internasional”, dalam Poltak Partogi Nainggolan (ed.).  Batas

Wilayah dan Situasi Perbatasan Indonesia: Ancaman terhadap Integritas

Teritorial . Jakarta: Tiga Putra Utama.