panggilan hidup berkeluarga

37
PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA XII IPA 7 Besty Sinambela – Caesaria Dwinata – Cindia Andry Felix Demas – Farah Fadira – M. Juniardo – Putri Islamiati Vanny Andriani – Veronita – Victor

Upload: vanny-andriani-huang

Post on 20-Jun-2015

2.991 views

Category:

Education


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Panggilan hidup berkeluarga

PANGGILAN HIDUP BERKELUARGA

XII IPA 7

Besty Sinambela – Caesaria Dwinata – Cindia Andry

Felix Demas – Farah Fadira – M. Juniardo – Putri Islamiati

Vanny Andriani – Veronita – Victor

Page 2: Panggilan hidup berkeluarga
Page 3: Panggilan hidup berkeluarga

Makna Perkawinan

Pandangan tradisional: suatu ikatan yang juga mengikat kerabat mempelai dan mempelai itu sendiri.

Pandangan hukum: janji mempelai untuk hidup bersama yang diucapkan di depan masyarakat agama dan negara.

Pandangan sosiologis: persekutuan hidup yang memiliki bentuk, tujuan, dan hubungan khusus antar masyarakat.

Pandangan antropologis: persekutuan yang dimulai dengan cinta dan berkembang atas dasar cinta.

Page 4: Panggilan hidup berkeluarga

Makna Perkawinan menurut Agama

Islam: perkawinan dibolehkan Rasullulah SAW di mana mempelai saling membutuhkan dan membentuk ikatan yang sah.

Katolik: perkawinan adalah sakramen, yang mengikat mempelai di depan Tuhan.

Kristen: persekutuan hidup total bagi mempelai yang berlangsung seumur hidup dan dimateraikan dengan berkat nikah kudus.

Buddha: perkawinan merupakan ikatan lahir batin bagi mempelai dengan membentuk rumah tangga sesuai Dhamma.

Hindu: perkawinan merupakan peningkatan nilai berdasarkan hukum agama dengan diadakannya upacara skaral dan kemanusiaan.

Kong Hu Cu: adanya keharmonisan, kedamaian, dan kebahagiaan dan tidak mengenal perceraian.

Page 5: Panggilan hidup berkeluarga

Beberapa Pandangan tentang Perkawinan

Merupakan persekutuan hidup dan cinta, yang menyatukan mempelai dalam kesatuan lahir batin. Sehingga mereka bersekutu membentuk suatu keluarga.

Merupakan lembaga sosial, yang menghalalkan persekutuan mempelai dan diatur dengan hukum adat dan hukum negara.

Merupakan lembaga hukum negara, di mana perkawinan disahkan bukan hanya sekedar soal cinta sama cinta.

Page 6: Panggilan hidup berkeluarga

Tujuan Orang Menikah dan Membangun Keluarga

Saling bergantung sama lain, untuk saling berbagi termasuk minat, hobi, dan perasaan.

Memulai sebuah keluarga, dengan memiliki keturunan dan bisa menjadi orang tua serta membangun rasa aman dan menciptakan keluarga yang bahagia.

Kehidupan seksual, merupakan sesuatu yang dihalalkan setelah menikah dan diperuntukkan untuk memiliki keturunan.

Saling memahami, satu sama lain dapat saling memahami kebutuhan dan keinginan masing-masing setelah melewati hari bersama.

Tanggung jawab, di mana mempelai akan menyadari pentingnya masa depan pernikahan sehingga menjalankannya penuh tanggung jawab.

Manajemen keuangan lebih baik, pernikahan dapat menghentikan kita dari pengeluaran yang tidak perlu.

Hidup lebih berkualitas, di mana satu sama lain masing-masing memperjuangkan hidup berkualitas (sejahtera) atas keluarga.

Page 7: Panggilan hidup berkeluarga

Alasan Perkawinan Perlu Dipersiapkan

Perkawinan bukan soal main-main, namun sesutatu yang penting dan menyangkut suatu panggilan pokok bagi manusia.

Perkawinan merupakan sesuatu yang baru bagi pasangan, maka perlu dipersiapkan.

Agar rumah tangga nantinya tidak timbul konflik.

Page 8: Panggilan hidup berkeluarga

Apa saja yang perlu dipersiapkan?

Persiapan mental, agar dapat menerima perbedaan di dalam kehidupan rumah tangga nantinya.

Persiapan finansial, untuk menjaga kesejahteraan keluarga.

Persiapan fisik, untuk menghadapi kehidupan keluarga nantinya.

Persiapan pola pikir, dengan merencanakan segala sesuatunya dengan matang.

Page 9: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Sahnya Perkawinan menurut UU 1974

Pasal 6 Perkawinan harus didasarkan atas persetujuan kedua calon

mempelai. Untuk melangsungkan perkawian seorang yang belum mencapai

umur 21 tahun dan harus mendapat izin kedua orangtua. Pasal 7

Perkawinan hanya diizinkan hanya jika pihak pria sudah mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16.

Pasal 8 Perkawinan dilarang antara dua orang yang berhubungan darah

dalam garis keturunan dan berhubungan semenda. Pasal 9

Seorang yang masih terikat tali perkawinan dengan orang lain tidak dapat kawin lagi.

Pasal 10 Apabila suami dan isteri yang telah cerai kawin lagi satu dengan

yang lain dan bercerai lagi, maka di antara mereka tidak boleh dilangsungkan perkawinan lagi.

Page 10: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Sahnya Perkawinan menurut Agama Islam

Bagi calon mempelai pria: beragama Islam, laki-laki, jelas orangnya, cakap bertindak hukum, dan tidak terhalang pernikahan.

Bagi calon mempelai wanita: beragama Islam, perempuan, jelas orangnya, dapat dimintai persetujuan, dan tidak terhalang pernikahan.

Masing-masing kedua mempelai telah ditentukan, baik dengan isyarat, nama atau sifat atau semacamnya.

Kerelaan kedua mempelai. Yang melakukan akad bagi pihak wanita

adalah walinya. Ada saksi dalam akad nikah.

Page 11: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Sahnya Perkawinan menurut Agama Katolik

Perjanjian perkawinan mengikat mempelai yang telah dibaptis dan kesepakatan ini dibuat dengan bebas dan sukarela.

Kesepakatan perkawinan in diajukan dan diterima oleh imam atau diakon yang bertugas.

Imam atau diakon yang bertugas akan memberi berkat gereja dan sakramen pernikahan sehingga mempelai resmi masuk ke dalam status gereja.

Persiapan pernikahan harus didahului oleh persiapan pengajaran tentang martabat kasih suami-istri, peran masing-masing, dan pelaksanaannya.

Page 12: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Sahnya Perkawinan menurut Agama Kristen

Perkawinan dilaksanakan di hadapan pendeta dengan mengucapkan janji bersatu dengan dihadiri oleh dua orang saksi.

Kedua mempelai harus sudah dibaptis, disakramen, dan telah setuju tanpa paksaan untuk menikah.

Umur mempelai pria minimal 16 tahun dan mempelai wanita minimal 14 tahun.

Salah satu atau kedua calon mempelai tidak terikat perkawinan sebelumnya.

Page 13: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Sahnya Perkawinan menurut Agama Buddha

Kedua mempelai saling menyetujui dan saling mencintai, mengikuti penataran Pandita satu bulan sebelum upacara pernikahan, dan tidak memiliki hubungan darah.

Umur mempelai wanita minimal 17 tahun dan mempelai pria 20 tahun, jika umur kedua mempelai di bawah batas tersebut, dibutuhkan izin orangtua bersangkutan.

Kedua mempelai tidak terikat tali pernikahan dan upacara pernikahan diadakan di depan altar Buddha.

Page 14: Panggilan hidup berkeluarga

Faktor yang Membahayakan Perkawinan

Perbedaan prinsip, berkaitan dengan agama, karir, anak dan sering dijadikan alasan dalam perceraian.

Kekerasan, faktor utama mengapa suami-istri menggugat perceraian.

Perselingkuhan, seringkali menyangkut aktivitas seksual.

Kecanduan, meliputi kebiasaan merokok, mabuk, dan mengkonsumsi obat terlarang.

Keuangan, masalah finansial ini biasanya menjadi pemicu adanya perceraian.

Komunikasi, buruknya komunikasi dapat membuat rumah tangga hancur.

Page 15: Panggilan hidup berkeluarga

Sikap yang Harus Dibesarkan agar Suami Istri Tetap Mesra dan Bahagia

Saling mengerti, meliputi tentang kehidupan, pengalaman, suasana agar tercipta rasa tenteram dalam keluarga.

Saling menerima, untuk menerima segala kelebihan dan kekurangan pasangan. Apabila tidak dijalankan, maka akan memicu ketegangan dalam keluarga.

Saling menghargai, bila tidak terbina dengan baik maka suasana keluarga menjadi tegang dan menimbulkan percekcokan.

Saling mempercayai, meliputi tidak percaya pada pribadi pasangan dan kemampuannya maka akan menimbulkan kecemasan, ketegangan, dan pertentangan dalam keluarga.

Saling mencintai, maka perlu lemah lembut dalam bicara, memberi perhatian, bijaksana dalam bergaul, jauhi sikap egois, tidak mudah tersinggung, menenangkan batin, dan menunjukkan rasa cinta.

Page 16: Panggilan hidup berkeluarga

Usaha untuk Menghadapi Kesulitan dalam Perkawinan

Agama: memberi tuntunan dan bimbingan kepada mempelai agar terhindar dari perbuatan tercela, menanamkan nilai kemanusiaan agar dapat saling mengerti.

Pemerintah: membuat peraturan perundang-undangan, menegakkan kinerja aparat penegak hukum, memberikan keadilan dan penegakan HAM.

Diri sendiri: untuk masalah keuangan, bersikaplah terbuka. Saling meningkatkan kesadaran akan hak dan kewajiban diri, bersikap sama dalam mendidik anak, bersikap jujur pada pasangan, dan berhenti mengkritik dan mulailah menasehati.

Page 17: Panggilan hidup berkeluarga

Kewajiban Suami, Istri, dan Anak

Suami: memberi nafkah, membantu istri dalam mengurus rumah tangga, menjadi pemimpin keluarga, menyelesaikan masalah dengan bijaksana, penuh pengertian, menghormati dan sopan terhadap keluarga istri, sabar, jujur, dan memelihara kepercayaan keluarga.

Istri: mendapatkan nafkah lahir batin, diperlakukan secara manusiawi, mendapat penjagaan perlindungan, membantu suami dalam mengurus bahtera rumah tangga, tidak menyulitkan suami, memelhiara diri dan menjaga kehormatan keluarga.

Anak: berbakti kepada orangtua, tidak membantah dan membangkang, menafkahi orangtua jika sudah berpenghasilan, melaksanakan ibadah, sopan, menjaga kehormatan keluarga.

Page 18: Panggilan hidup berkeluarga

Pentingnya Pembinaan Iman dalam Keluarga

Iman dapat mendasari perilaku anggota keluarga Iman dapat mengatasi berbagai krisis dalam

keluarga Iman dapat mengarahkan manusia melihat

segala sesuatu dengan kaca mata Allah

Bentuk-bentuk Pembinaan Iman Berdoa bersama, membaca kitab suci, dan

mengikuti pembinaan iman yang menyangkut kehidupan keluarga.

Page 19: Panggilan hidup berkeluarga

Hambatan Pembinaan Iman dalam Keluarga

Suasana keluarga: kurangnya komunikasi, saling menghormati, dan mempercayai sehingga timbul percekcokan dan pertengkaran.

Budaya keluarga: menomorsatukan kebendaan, menomorduakan agama, dan bersikap masa bodoh.

Keluarga tidak membangun dalam satu iman.

Page 20: Panggilan hidup berkeluarga

Hal yang harus Direncanakan untuk Keluarga Sejahtera

Mempertahankan cinta sebagai landasan hidup berkeluarga.

Menciptakan komunikasi. Mengenal dan melaksanakan kewajiban

dan hak masing-masing. Merencanakan hidup berkeluarga secara

bertanggung jawab.

Page 21: Panggilan hidup berkeluarga

Kesulitan dalam Merencanakan Keluarga Sejahtera

Adanya faktor budaya dengan slogan ‘banyak anak, banyak rejeki’.

Adanya faktor etos kerja, di mana pemerintah daerah kurang kompak untuk menyukseskan program keluarga sejahtera.

Hubungan pusat dan daerah kurang tersinkroniasi kebijakan.

Perangkat perundang-undangan kurang mendukung.

Kurangnya pengendalian kuantitas penduduk. Kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan

pentingnya program ini.

Page 22: Panggilan hidup berkeluarga

Pandangan Agama Islam tentang KB

Bila dilakukan dengan alasan ekonomi, maka hal ini dinyatakan haram. Dengan kata lain, dilarang untuk membunuh anak-anak karena kemiskinan yang dialami.

Bila dilakukan dengan alasan kesehatan, maka hukumnya makruh. Hanya dapat dilakukan dalam darurat seperti dalam rangka menyelamatkan jiwa seseorang.

Page 23: Panggilan hidup berkeluarga

Pandangan Agama Katolik tentang KB

Menurut Humanae Vitae, penggunaan kontrasepsi merupakan tindakan haram, karena setiap persetubuhan harus tetap terbuka kepada adanya kehidupan baru.

Selain kontrasepsi, pensterilisasian juga dianggap tidak sah karena termasuk dalam alat pengatur kelahiran dan bertentangan dengan ajaran moral dan prinsip perkawinan Katolik.

Page 24: Panggilan hidup berkeluarga

Pandangan Agama Kristen tentang KB

Bagi agama Kristen, program KB dapat menunjang terciptanya kebahagiaan keluarga, di mana hak dan kewajiban anggota keluarga dapat diwujudkan secara memadai.

KB dianggap secara filosofis dapat melindungi hidup maka program ini didukung oleh agama Kristen.

Page 25: Panggilan hidup berkeluarga

Pandangan Agama Buddha tentang KB

Keluarga yang ikut program ini dengan kata lain dapat membantu pemerintah dalam pembangunan masayarakat yang sejahtera.

Menurut pandangan agama Buddha, KB selama dapat menjaga kebahagian dan kesejahteraan keluarga yang merupakan tugas orangtua kepada anak-anaknya, maka progran ini didukung.

Page 26: Panggilan hidup berkeluarga

Alasan Terjadinya Kawin Campur Satu di antara kedua mempelai berminat sama dengan

pasangannya, meliputi ketertarikan fisik, hobi, bahkan sosial ekonomi.

Peleburan dua budaya untuk mengakulturasi budaya. Memperoleh status kewarganegaraan. ‘perbaikan keturunan’ karena adanya perasaan superioritas dari

etnis tertentu. Kawasan lingkungan hidup kurang dominasi pasangan

sekekerabatan. Tingkat akademis yang tinggi sehingga mendapat perspektif hidup

baru. Adanya budaya patriarki yang membuat kaum perempuan ingin

mengaktualisasi diri. Adanya tipe keluarga pluralistik. Pasangan seetnis dianggap tidak memberi contoh yang baik. Pasangan seetnis dianggap kurang berprospek dalam ekonomi. Adanya kesepakatan kolektif di budaya tertentu.

Page 27: Panggilan hidup berkeluarga

Kelebihan dan Kekurangan Kawin Campur

Memperkaya wacana berpikir dan

pengalaman individu. Anak hasil kawin campur

memiliki dua perspektif 2 kebudayaan yang

berbeda dan berkesempatan melihat

dunia tidak dari satu dimensi.

Kedua mempelai dapat mengembangkan nilai

kebudayaan asli mereka.

Seringnya terjadi kesalahpahaman akibat latar belakang budaya

yang berbeda. Timbulnya rasa cinta

akan buda masing-masing sehingga timbul kesulitan penyesuaian

diri. Anak hasil campur

internasional akan bermasalah pada status

kewarganegaraanya.

Kelebihan Kekurangan

Page 28: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Kawin Campur Beda Agama Menurut Agama Islam

Pernikahan seorang wanita muslim dengan lelaki kafir beda agama haram hukumnya, maka hubungan mereka dianggap zina.

Pernikahan seorang pria muslim dengan wanita musyrik juga tidak sah berdasarkan kutipan al-Quran berikut“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanit musyrik, sebelum mereka beriman…” (QS. Al-Baqarah, 2: 222)

Pernikahan seorang pria muslim dengan wanita Ahli Kitab tidak memiliki larangan mutlak. Namun hukumnya lebih pada makruh dan lebih baik ditinggalkan.

Page 29: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Kawin Campur Beda Agama Menurut Agama Katolik

Adanya kesepakatan kedua mempelai untuk perjanjian pernikahan sehingga saling menyerahkan diri dan menerima pasangan.

Dilakukan sakramen pernikahan dan diadakan di dalam liturgi resmi Gereja, setelah itu pasangan akan masuk ke dalam status gereja dengan hak dan kewajiban keluarga terikat pada gereja.

Dilakukan persiapan perkawinan meliputi pengajaran tentang martabat kasih suami-istri, peran masing-masing, dan pelaksanaanya.

Page 30: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Kawin Campur Beda Agama Menurut Agama Kristen

Dianjurkan menikah secara sipil di mana kedua belah pihak tetap menganut agama masing-masing namun gereja tidak memberkati perkawinan mereka.

Diadakan penggembalaan khusus. Perkawinan diberkati bila pasangan non-

Protestan bersedia ikut agama Protestan. Ada gereja yang mengeluarkan anggota

jemaahnya yang menikah beda agama.

Page 31: Panggilan hidup berkeluarga

Syarat Kawin Campur Beda Agama Menurut Agama Buddha

Perkawinan campur beda agama diperbolehkan, asal pengesahan pernikahannya dilakukan menurut cara agama Buddha.

Calon mempelai non-Buddha tidak diharuskan masuk agama Buddha, namun dalam ritual pernikahan kedua mempelai diwajibkan mengucapkan ‘atas nama Sang Buddha, Dharma, dan Sangha’ untuk menghormati kaidah agama Buddha.

Page 32: Panggilan hidup berkeluarga

Teks Kitab Suci tentang Panggilan Hidup Berkeluarga Agama Islam

Surat Ar Rum ayat 21"Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram (sakinah) kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih (mawaddah) dan sayang (rahmah). Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar ter dapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir".

Surat An Nisa ayat 21"Bagaimana kamu akan mengambilnya kembali, padahal sebagian kamu Telah bergaul (bercampur) dengan yang lain sebagai suami-isteri. dan mereka (isteri-isterimu) telah mengambil dari kamu perjanjian yang kuat.”

Surat Al Ra’ad ayaat 32S“Suami isteri harus menyadari bahwa ikatan perkawinan itu dibangun untuk jangka waktu yang tak terbatas, bahkan hinnga pasangan tersebut meninggal dunia dan masuk surga.”

Page 33: Panggilan hidup berkeluarga

Teks Kitab Suci tentang Panggilan Hidup Berkeluarga Agama Katolik

Kejadian 2: 21 – 24“Lalu TUHAN Allah membuat manusia itu tidur nyenyak; ketika ia tidur, TUHAN Allah mengambil salah satu rusuk dari padanya, lalu menutup tempat itu dengan daging.Dan dari rusuk yang diambil TUHAN Allah dari manusia itu, dibangun-Nyalah seorang perempuan, lalu dibawa-Nya kepada manusia itu. Lalu berkatalah manusia itu: "Inilah dia, tulang dari tulangku dan daging dari dagingku. Ia akan dinamai perempuan, sebab ia diambil dari laki-laki."Sebab itu seorang laki-laki akan meninggalkan ayahnya dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya menjadi satu daging.

Amsal 17: 6“Mahkota orang-orang tua adalah anak cucu, dan kehormatan anak-anak ialah nenek moyang mereka.”

Amsal 19: 14“Rumah dan harta adalah warisan nenek moyang, tetapi istri yang berakal budi adalah karunia TUHAN.”

Amsal 5: 18 – 19 “Diberkatilah kiranya sandangmu, bersukacitalah dengan istri masa mudamu: rusa yang manis, kijang yang jelita; biarlah buah dadanya selalu memuaskan engkau, dan engkau senantiasa berahi karena cintanya.”

Page 34: Panggilan hidup berkeluarga

Teks Kitab Suci tentang Panggilan Hidup Berkeluarga Agama Kristen

Kejadian 1: 27 – 28 “Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. Allah memberkati mereka, lalu Allah berfirman kepada mereka: "Beranak cuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi." 

Kejadian 9: 1Lalu Allah memberkati Nuh dan anak-anaknya serta berfirman kepada mereka: "Beranak cuculah dan bertambah banyaklah serta penuhilah bumi.” 

1 Korintus 7: 3 “Hendaklah suami memenuhi kewajibannya terhadap isterinya, demikian pula isteri terhadap suaminya.”

Page 35: Panggilan hidup berkeluarga

Teks Kitab Suci tentang Panggilan Hidup Berkeluarga Agama Buddha

Sutta Pitaka – Digha Nikaya“Kebahagiaan duniawi terbesar yang dapat dialami manusia adalah perpaduan dari pernikahan yang mengikat dua hati yang saling mencintai menjadi satu.”

Anguttara Nikaya II, 61“Demikianlah perumah-tangga, bila pria dan wanita keduanya mengharapkan untuk berjodoh satu sama yang lain dalam kehidupan sekarang dan dalam kehidupan yang akan datang, hendaknya mereka berdua harus memiliki keyakinan (Saddha) yang sebanding, moral (sila) yang sebanding, kemurahan hati (caga) yang sebanding, dan kebijaksanaan (panna) yang sebanding, maka mereka akan berjodoh….demikianlah di dunia ini hidup sesuai dengan tuntunan dhamma, pasangan suami-istri yang sepadan kebaikannya, di alam dewa bersuka-cita mencapai kebahagiaan yang mereka idam-idamkan.”

Page 36: Panggilan hidup berkeluarga

Doa untuk Keluarga

Ya Allah, terima kasih karena Engkau memberikan kami keluarga yang sangat baik, damai, dan barokah ini. Terima kasih pula pada orangtuaku yang baik mengurusku dari kecil. Aku minta kepada-Mu ya Allah, bantulah kami agar keluarga kami bisa menghadapi segala masalah dengan bersama-sama dan damai selalu serta terhindar dari segala masalah. Aku juga minta kepadamu ya Allah, bantulah kami mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah warohman, dan menjadikan aku sebagai anak yang sholeh dan bisa membanggakan orangtua. Amin.

Page 37: Panggilan hidup berkeluarga

Lagu

Bunda