panduan pdt tkhi

83
PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT PADA JAMAAH HAJI INDONESIA DEPARTEMEN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN JAKARTA 1999 Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Pedoman Penatalaksanaan Penyakit pada Jamaah Haji Indonesia Jakarta : Departemen Kesehatan, 1999 1. Judul 1. DISEASE PILGRIM AND PILGRIMAGES - MECCA

Upload: earlyquinn85

Post on 18-Jun-2015

1.373 views

Category:

Documents


50 download

DESCRIPTION

PDT TKHI

TRANSCRIPT

Page 1: Panduan PDT TKHI

PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT PADA JAMAAH HAJI INDONESIA

DEPARTEMEN KESEHATAN RI DIREKTORAT JENDERAL PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN PEMUKIMAN JAKARTA 1999

Katalog Dalam Terbitan. Departemen Kesehatan RI Indonesia. Departemen Kesehatan. Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman Pedoman Penatalaksanaan Penyakit pada Jamaah Haji Indonesia Jakarta : Departemen Kesehatan, 1999 1. Judul 1. DISEASE PILGRIM AND PILGRIMAGES - MECCA

Page 2: Panduan PDT TKHI

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI …………………………………………………………………… I KATA PENGANTAR ………………………………………………………… iii PRAKATA ……………………………………………………………………. iv

BAB I. PENATALAKSANAAN PENYAKIT ……………………………… 1

A. Jantung Koroner …………………………………………….. 1 B. Paru …………………………………………………………….. 20

C. Saluran Pencemaan …………………………………………. 37 D. Gangguan FaaI Hati …………………………………………. 42

E. Meningitis Meningokokus …………………………………… 43

F. Rematik ………………………………………………………… 47 G. Gangguan Jiwa ……………………………………………….. 50

H. Kulit …………………………………………………………….. 57 I. THT …………………………………………………………….. 60

J. Sengatan Dingin ……………………………………………… 63 BAB II. PENATALAKSANAAN GIZI ……………………………………… 68

A. Pendahuluan …………………………………………………. 68

B. Pengaruh Musim Dingin Terhadap Kebutuhan Gizi ……… 68 BAB III. PENATALAKSANAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN ………. 96 A. Pengelolaan Obat dan Aikes di Arab Saudi ……………….. 96 B. Daftar Obat dan Alat Kesehatan …………………………….. 97

BAB IV. PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS ………… 109

PENUTUP ……………………………………………………………………… 116

Page 3: Panduan PDT TKHI

KONTRIBUTOR

1. Dr. H. Zainuswir, Sp.JP. 2. Dr. Hj. Meylita Azis, Sp.JP. 3. Dr. Ashyadi, A.Sp.KJ. 4. Dr. H. Fidiansyah, Sp.KJ. 5. Dr. Rusdi Efendi, Sp.KJ. 6. Dr. H. Hanafi, Sp.P. 7. Dr. Muhardi J.Sp.P. 8. Dr. H. Djoko Tiradi, Sp.PD. 9. Dr. Hj. Ana Uyainah, Sp.PD. 10. Dr. Maryantoro, Sp.PD. 11. Dr. Rikyanto, Sp.K. 12. Dr. Elfita Nurdin 13. Dr. Asma Agus 14. Drs. H. Ondri Saputra 15. Anwar Musadad, MSc. 16. M. Maemunah, SKM. 17. Hj. Ike Gunawiarsih, SKP. 18. I.G.A. Nyoman Suriati, SKP.

EDITOR

1. Dr. H. Yusharmen, DCommH, MSc. 2. H. Prihartono, SKM. 3. Hj. Sugini, SKM. 4. Hj. Liliek Oendarwati, SKM. 5. Dr. H. Rimarky Oemar 6. Hj. Siti Husmiati, SKM. 7. H. Ade Mashuri, BSc.

Page 4: Panduan PDT TKHI

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb. Dalam cangka merealisasi perwujudan pelayanan yang profesional bagi jamaah haji agar dapat melaksanakan ibadah dengan sah, lancar, dan selamat, maka telah dapat disusun buku “PEDOMAN PENATALAKSANAAN PENYAKIT PADA JAMAAH HAJI INDONESIA”. Buku ini merupakan pedoman bagi para petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI ) dalam melaksanakan tugas pelayanan kesehatan di perjalanan pergi pulang ke dan dari Arab Saudi maupun ketika berada di Arab Saudi. Dengan adanya buku pedoman ini diharapkan penanganan jamaah haji yang sakit baik di kloter dan BPHI akan lebih baik. Kepada berbagai fihak yang telah berkonstribusi sehingga tersusunnya buku pedoman ini kami ucapkan terima kasih. Semoga segala yang telah disumbangkan dapat bermanfaat bagi semua pihak dan mendapat pahala disisi Allah SWT. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Page 5: Panduan PDT TKHI

PRAKATA Buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji Indonesia ini merupakan petunjuk yang sederhana, tidak mengandung pembahasan yang rumit dan diharapkan dapat menjadi pegangan bagi petugas Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) Kloter/Non Kloter. Dalam buku ini penyakit disusun berdasarkan kelompok penyakitnya, kemudian diuraikan muali dari gambaran singkat tentang penyakit, diagnosis dan penatalaksanaannya baik di Pesawat, Kloter dan BPHI yang meliputi; gambaran ringkas penyakit, diagnosis dan pengobatan praktis, rasional. Disamping itu, buku ini berisi tentang penatalaksanaan gizi / dietetik masing - masing penyakit, pengamatan penyakit dan sanitasi serta penatalaksanaan obat maupun alat kesehatan di Arab Saudi. Buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji Indonesia tidak sebagai instruksi yang kaku. Dalam batas yang tidak menyimpang dan pada situasi tertentu, para petugas kesehatan dapat bertindak lain untuk dapat memperoleh penatalaksanaan yang lebih baik. Buku ini merupakan edisi pertama, oleh karena itu para editor dan kontributor menyadari bahwa buku pedoman ini tak luput dari kekurangan dan keterbatasannya maupun jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami mengharapkan perbaikan / penyempurnaan dari para pembaca demi tercapainya peningkatan pelayanan kesehatan bagi para duyufurrahman dimasa-masa mendatang.

Jakarta, Januari 1999

Para Kontributor dan Editor

Page 6: Panduan PDT TKHI

BAB. I PENATALAKSANAAN PENYAKIT

I. PENATALAKSANAAN PENYAKIT A. Jantung Koroner

1. Angina Pectoris Tidak Stabil Angina Pectoris Tidak Stabil adalah suatu sindroma klinik rasa sakit dada iskemik yang mencakup spektrum yang luas dari berbagal presentasi klinik dimana ada pethuruan pola angina, tanpa bukti adanya nekrosis miokard Ciri-ciri angina pectoris, yaitu, adanya peningkatan frekuensi, intensitas dan lamanya sakit di dada Rasa sakit ini limbul sewaktu istirahat atau dengan aktifitas ringan, bekurangnya respon terhadap nitrat

a. DIAGNOSIS

Diagnosis ditetapkan berdasarkan; riwayat nyeri dada yang khas sesuai dengan ciri diatas dan adanya gambaran iskhemi pada EKG sewaktu angina. Adapun pemeriksaan pendukung yang dapat dilakukan, seperti Laboratorium; enzym jantung masih normal, darah rutin, gula darah, ureum creatinin. Hal lain dilakukan Rontgen foto, Eko kardiografi, Treadmill dan kateterisasi (dapat direncanakan setelah jamaah haji kembali ke Tanah Air. Sebagai diagnosis banding yaitu Intark Miokard Akut.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter Pengobatan

a) ISDN Sublingual 5 mg, dapat diulang setelah 5-10 menit. b) Diazeparn 5 mg, 3 x 1 tabIet c) Infus RL atau Glukosa 5% dengan tetesan emergency (8 tts/mnt) d) Beri oksigen 3-4 ltr/mnt

Tindak lanjut : Rujuk ke RSAS/BPHI

Asuh keperawatan : a) Berikan obat-obatan dan oksigen sesuai instruksi. b) Awasi ketat tanda-tanda vital c) Atur posisi pasien senyaman mungkin. d) Jelaskan pasien harus istirahat total (bed rest)

Gizi : Bebas lunak

Sanitasi surveitans : Reporting dan rekording.

2) Di BPHI

Pengobatan

a) Tirah baring b) Oksigen 2 - 4 ltr/mnt c) Infus Dextrose 5% atau NaCI 0,9% d) Obat penenang ringan, Diazepam 5 mg/B jam

Page 7: Panduan PDT TKHI

e) Puasa selama 8 jam f) Laxadin g) Obat-obat khusus : Nitrat, Penyekat Beta, Heparinisasi (Bolus 5000

U, lanjutkan perdrip 1000 U/jam s.d APTT 1,5 - 2 x nadi, jika memungkinkan)

h) Aspirin dimulai dari fase akut I) Bila belum teratasi dapat ditambah antagonis Kalsium.

Tindak Lanjut : Bila dapat diatasi dalam 48 jam prognosa kurang baik,

maka harus segera rujuk ke RSAS.

Asuhan Keperawatan a) Membebaskan/mengontrol nyeri b) Mencegah/meminimalkan komplikasi yang dapat timbul pada otot

jantung (Myocard) c) Memberikan informasi mengenai proses penyakit, prognosis dan

tindakan perawatan/pengobatan d) Memberi dukungan dan penjelasan mengenai perubahan pola

hidup.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Terjadi

a. Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut Gangguan Rasa Nyaman Nyeri Akut dapat terjadi sehubungan

dengan penurunan aliran darah ke myocard (otot jantung) dan peningkatan kerja jantung/konsumsi oksigen.

Intervensi 1) Catat respon pasien terhadap efek obat 2) Identifikasi faktor penyebab frekuensi, durasi, intensitas dan lokasi

nyeri 3) Observasi gejala sesak nafas, muaVmuntah, palpitasi, pusing 4) Tinggikan bagian kepala 5) Monitor nadi dan irama nadi 6) Pada saat serangan Angina, dampingi psien untuk mengurangi

stress, pasien harus bedrest, tanda-tanda vital di monitor setiap 5 menit.

Kolaborasi 1) Pemberian oksigen tambahan 2) Pemberian obat-obatan: Nitrogliserin sublingual atau obat longacting :

Isosorbid (Isordil, Sorbitate) 3) Betabloker 4) Analgesics: Acetaminophen 5) Memonitor serial EKG 6) Merujuk pasien ke RSAS (persiapan rujukan) b. Penurunan “Cardiac Out Put”

Penurunan “Cardiac Out Put” dapat terjadi sehubungan dengan perubahan inotropik (efek obat-obatan), perubahan denyut nadi/ritme dan konduksi. Adapun tanda dan gejalanya, seperti; perubahan haemodynamic, mengeluh sesak, lelah, kulit dingin, perubahan mental, nyeri dada yang berlanjut.

Intervensi

Page 8: Panduan PDT TKHI

1) Monitor tanda-tanda vital (tekanan darah, nadi) 2) Catat warna kulit dan kualitas nadi 3) Dengar/auskultasi bunyi nafas dan murmur 4) Berikan posisi tidur yang nyaman sesuai kebutuhan pasien terutama

saat serangan 5) Penuhi kebutuhan perawatan dini sesuai indikasi 6) Monitor dan catat respon obat-obatan terutama kombinasi dari

Calsium Antagonis, Propanol dan Nitrat 7) Kaji tanda dan gejala CRF.

Kolaborasi

1) Pemberian oksigen tambahan sesuai indikasi 2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi : Ca-Antagonis (Nifedipine,

Verapamil), Beta Bloker 3) Mengirim pasien ke RSAS jika keadaan tidak membaik.

c. Rasa Cemas

Rasa cemas dapat terjadi sehubungan dengan situasi krisis, ancaman gagal menunaikan lbadah Haji atau takut meninggal. Rasa cemas ini ditandai dengan; rasa gelisah, ekspresi wajah tampak cemas, tegang, peningkatan emosi, perhatian hanya pada diri sendiri.

Intervensi

1) Perhatikan ekspresi, menghilangkan rasa takut, perasaan tertekan/depresi.

2) Berikan semangat kepada keluarga, teman, agar memberi dukungan kepada pasien.

3) Dampingi pasien sampai stabil.

Kalobrasi : Pemberian sedative dan transquilizers sesuai indikasi.

Gizi 1) Puasakan selama 8 jam 2) Beri makanan cair/Iunak dalam 24 jam 3) Lanjutkan dengan 1300 cal, rendah garam dan rendah lemak.

Sanitasi surveilans : Rekording dan reporting.

2. Infark Miokard Akut

“Infark Miokard Akut” terjadi akibat oklusi koroner akut dengan “Iskemia Miokard” yang berkepanjangan dan pada akhirnya menyebabkan kerusakan sel-sel. Kerusakan miokard yang timbul tergantung pada letak pembuluh darah yang tersumbat, lamanya sumbatan, ada tidaknya kollateral dan luas miokard yang terkena.

a. DIAGNOSIS Diagnosis dapat ditegakkan dengan beberapa ketentuan. Pertama, ditemukan sakit dada khas infark, lama sakit Iebih dari 20 menit, tidak hilang dengan istirahat dan nitrat. Kedua, gambaran EKG dengan evolusinya yang khas (MCI) Ketiga, hasil laboratorium terlihat peningkatan enzym (KG, CKMB, Troponim T. dll) Bila terdapat 2 dari 3 kriteria tersebut atau seluruhnya, maka tindakan kita segera kirim ke RSAS. Adapun pemeriksaan pendukung, seperti; pemeriksaan serial EKG adanya ST elevasi (khas MCI), pemeriksaan serial Laboratorium; enzym jantung meningkat, Rontgen foto Ekokardiografi, Treadmill test, Kateterisasi (berencana setelah di tanah air).

Page 9: Panduan PDT TKHI

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan a) Sama dengan penatalaksanaan pada Angina Tak Stabil. b) Lapor pilot untuk turun dinegara terdekat agar segera mendapat di

Rumah Sakit.

2) Di Kloter Tindakan dan pengobatan sesuai dengan Angina Tak Stabil Tindak lanjut: Segera rujuk ke RSAS.

3) Di BPHI

Pengobatan a). Tirah baring di ruang perawatan intensif (ICCU) b) Berikan oksigen sebanyak 2-41/menit c) Pasang akses vena Dextrose 5%/NaCI 0,9% d) Pasang monitor, pemantauan EKG sampai keadaan stabil selama 3-4

hari e) Pemeriksaan laboratorium darah enzym jantung, gula darah dan

elektrolit serta rontgen foto f) Atasi rasa sakit dengan pemberian:

- Nitrat sublingual, spray, intra vena (pertimbangkan kontra indikasi) - Morfin sulfat 2,5-5 mg i.v, dapat diulang tiap 5-20 menit sampai sakit

hilang - Pethidin 50-75 mg i.v.

g) Atasi rasa takut dan gelisah dengan - Diazepam 5 mg i.v atau peroral - Aspirin 160 - 325 mg/hari

h) Pengobatan lain-lain, bila perlu

- Sulfas Atropin 0,5 mg i.v atas indikasi - Lidokain bolus 1 mg/kg BB, dilanjutkan dosis

pemeliharaan 3 mg/menit hari I, sampai dengan 3 hari berturut-turut dengan tapering off.

- Trombolisis bila pasien datang kurang dari 4 jam. Tindak Lanjut : Rujuk ke RSAS. Asuhan Keperawatan a) Mengurangi nyeri dan cemas b) Mengurangi kerja jantung C) Mencegah/mendeteksi dysritmia atau komplikasi d) Memenuhi perawatan din (kebutuhan sehari-hari) Masalah keperawatan yang mungkin timbul a. Gangguan Rasa Tak Nyaman dan Nyeri Akut

Gangguan rasa tak nyaman dan nyeri akut dapat terjadi sehubungan dengan kurangnya suplai oksigen ke otot jantung sekunder karena oklusi Arteri coronaria. Kondisi ini ditandai, dengan rasa nyeri dada hebat dengan menjalar ke lengan kiri, leher, punggung belakang dan epigastnium. Disamping itu, ekspresi wajah tampak kesakitan, kelelahan, lelah, perubahan kesadaran, nadi

Page 10: Panduan PDT TKHI

dan tekanan darah.

Intervensi 1) Monitor dan catat karakteristik nyeri: lokasi nyeri, intensitas nyeri,

durasi/Iamanya nyeri, kualitas dan penyebaran nyeri. 2) Kaji apakah pernah ada riwayat nyeri dada sebelumnya 3) Atur lingkungan tenang dan nyaman, jelaskan bahwa pasien harus

istirahat 4) Ajarkan tehnik relaksasi seperti; nafas dalam dll. 5) Ukur/periksa tanda-tanda vital sebelum dan sesudah pengobatan

analgetik. Kolaborasi 1) Pemberian tambahan oksigen dengan “nasal canule” atau masker. 2) Pemberian obat-obatan sesuai indikasi, antiangina (Nitroglycerin seperti;

nitro - disk, nitro bid), Beta blockers; propanolol (indera), pindolol (vitlen), atenolol (tenormin), analgesic (seperti; morphine/meperidine/ demoral),Ca-antagonis (seperti, nifedipine/adalat).

b. Keterbatasan/ketidak Mampuan Aktifitas Fisik

Keterbatasan/ketidak mampuan aktifitas fisik terjadi sehubungan dengan suplai oksigen dan keburukan oksigen yang tidak seimbang, iskemik/kematian otot jantung. Kondisi ini ditandai dengan; kelelahan, perubahan nadi dan tekanan darah saat aktifitas, perubahan warna kulit, dysritmia.

Intervensi 1) Catat nadi, irama dan tekanan darah sebelum, saat dan setelah aktifitas 2) Anjurkan dan jelaskan bahwa pasien harus istirahat (bed rest) sampai

keadaan stabil 3) Jelaskan/anjurkan pasien supaya tidak mengedan jika buang air besar 4) Hindarkan pasien kelelahan ditempat duduk 5) Rencanakan aktifitas bertahap jika telah bebas nyeri; duduk ditempat

tidur, berdiri, duduk di kursi 1 jam sebelum makan 6) Ukur tanda vital sebelum dan sesudah aktifitas. Kolaborasi : Merujuk ke ASAS untuk program tindak lanjut dan rehabilitasi.

c. Rasa Cemas

Rasa cemas dapat terjadi berkaitan dengan perubahan status menjadi sakit, ancaman kematian, kegagalan berhaji. Kondisi ini ditandai, dengan; tekanan darah meningkat, wajah tampak cemas/tegang, perhatian hanya pada diri sendiri.

Intervensi 1) Lakukan komunikasi teraputik dengan cara membina hubungan saling

percaya dan dengarkan keluhan pasien dengan sabar 2) Dampingi pasien, cegah tindakan destruktif dan konfrontatif 3) Jelaskan tindakan-tindakan yang akan dilakukan 4) Jawab pertanyaan pasien dengan konsisten 5) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kolaborasi; pemberian sedative, misalnya Diazepam (valium), Flurazepam hydrochloride (Dalmane), Lorazepam (ativan).

Page 11: Panduan PDT TKHI

d. Potensial Penurunan “Cardiac Out Put”

Penurunan “Cardiac Put Put” dapat terjadi sehubungan dengan perubahan nadi, aliran konduksi, dan penurunan preload/peningkatan SVR.

Intervensi 1) Ukur tekanan darah, evaluasi kualitas nadi 2) Kaji adanya murmur, S3 dan S4 3) Dengarkan bunyi nafas 4) Hindarkan aktifitas dan anjurkan pasien untuk istirahat 5) Gunakan pispot/urinal bila ingin ke kamar mandi/WC 6) Siapkan alat-alat/obat-obatan emergensi. Kolaborasi 1) Pemberian oksigen tambahan 2) Pemasangan infus 3) Rekam EKG 4) Pemeriksaan Rontgen thoraks ulang 5) Rujuk ke RSAS jika perlu pemasangan “Pace maker”.

e. Potensial penurunan perfusi jaringan

Penurunan perfusi jaringan dapat terjadi sehubungan dengan vasokontriksi hipovolemia.

Intervensi 1) Awasi perubahan emosi secara mendadak misalnya bingung, cemas,

lemah/letargi dan penurunan kesadaran (stupor) 2) Awasi adanya sianosis, kulit dingin dan nadi perifer 3) Kaji adanya tanda-tanda Homan’s (Homan’s Sign); nyeri pada pergerakan

lutut, eritema dan edema 4) Monitor pernafasan 5) Kaji fungsi pencernaan; ada tidaknya mual, penurunan bunyi usus, muntah,

distensi abdomen dan konstipasi 6) Monitor pemasukan cairan; ada tidaknya perubahan dalam produksi urine. Kolaborasi 1) Pemeriksaan laboratorium; astrup, creatinin dan elektrolit 2) Pengobatan; Heparin, Cemitidin (Tagamet), Panitidine (Zantac) dan

Antasida. f. Perubahan Volume Cairan

Perubahan volume cairan yang berlebihan terjadi sehubungan dengan penurunan perfusi organ renal, peningkatan retensi sodium dan air, serta peningkatan tekanan hidrostatik atau penurunan protein plasma.

Intervensi 1) Kaji bunyi nafas, ada tidaknya crackles 2) Kaji JVD (Distensi Vena Jugularis) dan oedem ada atau tidak ada 3) Keseimbangan cairan 4) Timbang berat badan setiap hari 5). Jika memungkinkan berikan cairan 2000 cc/24 jam.

Kolaborasi: Pemberian garam/minum dan diuretik misalnya Furosemid (Lasix).

Page 12: Panduan PDT TKHI

Gizi : Makanan cair atau lunak 1300 kalori rendah garam dan rendah lemak setelah puas 8 jam kemudian diulang setelah 24 jam.

Sanitasi surveilans : Recording dan reporting

3. Hipertensi Emergensi

Hipertensi emergensi merupakan keadaan yang membutuhkan pengobatan yang cepat. Komplikasi a. Jantung : - Diseksi Aorta yang akut - Kegagalan ventrikel kiri b. Serebrovaskuler : - Perdarahan intra cranial - Perdarahan subarachnoid c. Lain-lain : - Ekslamsia - Epistaksis - Trauma kepala a. DIAGNOSIS

1) Tekanan darah diastolik> 140 mg Hg. 2) Kardiomegali karena adanya bendungan jantung dan paru. 3) Oligouria dan asotermia. 4) Nyeri kepala, gelisah, mata kabur, kejang-kejang dan kesadaran

menurun sampai dengan koma. 5) Perdarahan exudat dan edema. 6) Mual dan muntah.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter - Nifedipine 5 mg sublingual, ulang tiap 15 menit sampai tensi

160/100 mm Hg. - Oral nifedipine 3 x 10 mg - Captopril 3 x 25 mg - Prazozim 2 x 1 mg

- ISDN 3 x l0 mg

Tindak Lanjut : Segera rujuk ke RSAS / BPHI. Sanitasi surveilans : Recording dan reporting

2) Di BPHI

a) Harus dirawat secara intensif b) Pasang infus untuk obat-obatan melalui intra vena

Pengobatan

Jenis Obat Dosis Obat bekerja Keterangan

1. Nitroprusid 0,25-10mg/kg BB Segera 1 - 2 menit

2. Nitrogliserin 5 - 100.../mnt 2 - 5 menit 1/u dng iskemi

Page 13: Panduan PDT TKHI

3. Hidralasin 10-20 mg i.v 10 - 20 menit 3-5 menit Catatan : Pemantauan ketat terhadap penurunan tekanan darah secara cepat dan

fungsi-fungsi organ target seperti; otak, jantung dan ginjal. Asuhan Keperawatan

a) Mempertahankan fungsi Kardiovaskuler b) Mencegah komplikasi c) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit, prognosis dan

pengobatan d) Memberi dorongan. agar pasien aktif dalam berobat/ kontrol.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul a. Potensial Penurunan “Cardiac Out Put” Potensial penurunan

“Cardiac Out Put” terjadi sehubungan dengan peningkatan Afterload, vasokonstriksi, Iskemik Miokard dan Hipertroti Ventrikel.

Intervensi

1) Monitor tekanan darah dengan tehnik yang benar 2) Ukur kualitas nadi sentral dan perifer 3) Auskultasi bunyi jantung dan nafas 4) Observasi warna kulit, temperatur dan “capillary refill time”

(waktu aliran darah balik, normal 1-3 detik) 5) Kaji adanya edema 6) Jelaskan bahwa pasien perlu membatasi aktifitas 7) Bantu dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari 8) Atur posisi kepala lebih tinggi 9) Anjurkan dan ajarkan tehnik relaksasi 10) Monitor respon obat/pengobatan dan tekanan darah

Kolaborasi

Pemberian obat-obatan sesuai indikasi

1) Thiazide diuretics : Chlorothiazide 2) Diuretivs : Furosemide (lasix) 3) Potassium - Spating diuretics : Spironolactone (Aldactone) 4) Sympathetic inhibitors Propanolol (Inderal), Artenolol 5) Vasodilators: Prazosin (minipress), Calsium Channet Blokers

(nitedipine).

b. Gangguan Rasa Nyeri Kepala Akut Gangguan Rasa Nyeri Kepala Akut dapat terjadi sehubungan dengan peningkatan tekanan pembuluh darah otak.

Intervensi 1) Anjurkan pasien untuk bedrest pada saat fase akut 2) Ajarkan cara mengurangi nyeri tanpa menggunakan obat-obatan

misalnya kompres dingin pada dahi, pijit/urut pada bagian belakang leher dan tehnik relaksasi

3) Batasi aktifitas yang dapat menimbulkan nyeri kepala seperti; duduk terlalu lama, terlalu membungkuk dan batuk yang lama/sering.

Kolaborasi: Pemberian obat-obatan sesuai indikasi misalnya

Page 14: Panduan PDT TKHI

Analgesic, Tranguilizers (Lorazepam/Ativan), Diazepam (Valium). c. Gangguan Nutrisi

Gangguan Nutrisi yang lebih dari kebutuhan tubuh terjadi sehubungan dengan kebiasaan hidup, pemasukan (intake) melebihi kebutuhan metabolik dan budaya. Keadaan ini ditandai dengan berat badan 10-20% diatas BB ideal dan makan berlebihan. Intervensi 1) Jelaskan kepada pasien tentang diet yang sesuai seperti;

membatasi garam, lemak, gula, mentega dan telor. 2) Identifikasi kebutuhan kalori dan diet: tinggi serat dan banyak

buah-buahan. 3) Anjurkan untuk mengurangi berat badan secara bertahap 1-2

kg/minggu. Kolaborasi : Pemberian diet yang sesuai.

d. Koping Individu Yang Tidak Efektif Koping individu yang tidak efektif dapat terjadi sehubungan

dengan perubahan gaya hidup/ kebiasaan, kurang relaksasi, kurang dukungan, nutrisi yang tidak baik, kegiatan yang berlebihan dan persepsi yang tidak realistik. Kondisi ini ditandai dengan merokok yang terus menerus, mudah marah, depressi, mengeluh susah tidur dan nyeri yang menetap.

Intervensi 1) Kaji mekanisme koping yang efektif, kenali penyebab stress

pasien 2) Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan

pengobatan 3) Bantu pasien dalam menyusun program kegiatan khususnya

dalam pelaksanaan ibadah di Tanah Air. Gizi : Diet rendah sodium. Sanitasl surveilans : Reporting dan rekording

4. Penyakit Jantung Aritmia

Aritmia adalah gangguan pembentukan dan hantaran impuls pada jantung. Etilogi; Karena penyakit-penyakit di jantung sendiri, antara lain penyakit jantung koroner, penyakit jantung katup dan karena penyakit-penyakit/gangguan diluar jantung, antara lain obat-obatan, gangguan elektrolit, penyakit endokrin. a. DIAGNOSIS

Berdasarkan klinis dibagi menjadi 3 bagian 1) Aritmia minor: tidak memerlukan pengobatan, umpama extra sistol

ventrikel < 6 x I menit atau yang jarang. 2) Aritmia mayor, memerlukan pengobatan, misalnya extra sistol yang > 6

x/menit, takhikardi paroximal dll. 3) Aritmia yang mengancam kehidupan yaitu yang memerlukan

pengobatan segera, seperti Takhikardi ventrikel, fibrilasi ventrikel dll.

Page 15: Panduan PDT TKHI

b. PENGOBATAN : 1) Pengobatan terhadap penyakit yang

mendasarinya 2) Penggunaan obat-obatan anti aritmia yang sesuai dengan jenis aritmianya 3) DC shock 4) Alat pacu jantung, sampal dengan tindakan bedah jantung.

Beberapa jenis aritmia yang memerlukan pengobatan segera dan sering ditemukan

1) Paroksimal Atrial Takhikardi / P.A.T

Terjadi bila sentrum ektopik yang terdapat di atrium mengirimkan pacuannya dalam frekuensi yang tinggi. Etilogi; Penyakit endokrin, penyakit katup jantung, juga dapat ditemukan pada orang normal yang mengalami stres.

a) DIAGNOSA

Berdasarkan anamnesa; jamaah mengeluh jantung berdebar-debar/berdenyut cepat sekali hingga baju disekitar dada bergoyang, debaran datangnya tiba-tiba dan hanya beberapa menit atau dapat juga beberapa hari, kadang-kadang dapat hilang dengan sendirinya. Dari hasil pemeriksaan EKG terlihat gambaran denyut jantung 150 - 250 x I menit dan gelombang P abnormal atau tidak dapat dilihat.

b) PENGOBATAN Bila keadaan pasien baik (sadar, vital sign normal) dapat dilakukan pengobatan non medika menthosa yaitu 1) Percobaan Valsava; setelah inspirasi yang dalam, pasien diinstruksikan

menghembuskan nafas dengan glottis tertutup. 2) Percobaan Muller; setelah expirasi yang panjang dan dalam pasien

diinstruksikan menarik nafas dengan glottis tertutup. 3) Tekanan pada bola mata (hati-hati). 4) Pasien disuruh muntah. 5) Tekanan pada sinus karotis (hati-hati).

Di Kloter : Berikan Verapamil tablet

Di BPHI:

Berikan Verapamil injeksi dan Digitalis, bila keadaan memburuk (tidak sadar dan tekanan darah menurun) pasang infus dan berikan oksigen 3 liter/menit.

Tindak lanjut : Bila mendapatkan pasien P.A.T. segera rujuk ke BPHI, sebelumnya lakukan non medika mentosa dan berikan tablet Verapamil.

2) Fibrilasi Atrium I A.F. Rapid Respond Ditandai dengan denyut jantung yang

cepat sampai dengan 350x/menit per ECU. Etilogi; Penyakit jantung katup, penyakit jantung koroner, hipertensi, Tirotolsikosis.

a) DIAGNOSIS

Diagnosis ditegakkan dengan EKG.

Page 16: Panduan PDT TKHI

b) PENATALAKSANAAN

Di Penerbangan = di Kloter Pasien diberi Diazepam 3x5 mg dan segera dirujuk ke BPHI dengan infus tetesan emergensi 8-10 tts/mnt.

Di BPHI Pengobatan dilakukan berdasarkan gejala kilnis dan penyakit dasar, tetapi dapat pula dilakukan; Digitalisasi, penyekat Beta, dan DC shock.

3) Ektra Sistol Ventrikel (V.E.S) Adalah terjadinya kontraksi ventrikel yang Iebih awal, karena adanya impuls

yang datang dari sentrum ektopik pada ventrikel dalam siklus jantung yang normal. Etilogi; penyakit jantung dengan/ tanpa kardiomegall, bukan penyakit jantung antara lain Intoksikasi digitalis, gangguan elektrolit, stres, kopi/rokok.

a) DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gelombang ORS lebar; Bigemini

(VES selangseling dengan gelombang QRS yang normal); Trigemini (VES setiap 2 gelombang QRS yang normal).

b) PENGOBATAN

(1) Anti aritmia : Disopyramid 2 x 1 tablet (2) Terapi kausal umpamanya hipokalemi! acidosis (3) Sedative : Trangualizer

4) Takhikardia Ventrikel Terdapat 3 atau lebih ekstrasistole secara berturut-turut, yang terjadi tiba-tiba

dalam waktu singkat atau menetap dalam waktu yang lama. Etilogi; Penyakit jantung lanjut/berat, gangguan elektrolit.

a) DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan dengan EKG; dimana gambaran EKG QRS lebar-lebar

110-240 x/menit, gelombang P tak kelihatan. b) PENATALAKSANAAN

Penerbangan : RJP dan hubungi pilot untuk segera mendarat agar memperoleh pertolongan lebih lanjut.

Kioter : RJP dan segera rujuk ke RSAS.

BPHI: Lidocain hidrokiorid i.v bolus 1 mg/kg BB, disuntikkan perlahan-lahan dalam waktu 2 - 4 menit. Dilanjutkan dengan dosis 2 - 4 mg/menit/drip selama 48 jam. RJP dan segera rujuk ke RSAS.

5) Fibrilasi Ventrikel

Fibrilasi ventrikel merupakan aritmia yang paling buruk prognosisnya dan merupakan penyebab kematian mendadak yang paling sering. Etilogi; Infark miokard akut, penyakit jantung yang berat, hipokalemi dan hiperkalemi berat.

Page 17: Panduan PDT TKHI

a) DIAGNOSIS Diagnosis ditegakkan dimana penderita ditemukan hilang kesadaran, shock dan apnoe, serta hasil EKG.

b) PENGOBATAN

(1) Segera lakukan resusLtasi jantung paru (2) DC shock mulai dari 200 youle (3) Obat-obatan emergensi sesuai perkembangan penyakit/seperti:

Adekosin, Xylocard, KCL, Melon, Sulfas Atrofin, Adrenalin. (4) Segera rujuk ke RSAS.

5. Gagal Jantung

Gagal jantung adalah suatu keadaan dimana jantung tidak lagi mampu memompa darah ke jaringan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh, walaupun darah balik masih normal. Ada 2 (dua) etiologi gagal jantung, Pertama, Intra Cardial, meliputi; Penyakit jantung bawaan umpamanya (seperti; ASD, VSD dll); Penyakit jantung katup (seperti; MS-MI, AS, Al, TS dan TI); Penyakit jantung koroner (seperti; Ml, Iskemi); Penyakit jantung Kardiomyopati. Kedua, Ekstra Kardial, meliputi; Anemi, Hipertensi, Tiroid, CRF/penyakit ginjal khronis, Diabetes Mellitus dan COPD. Kelainan gagal jantung diklasifikasi secara f secara fisiologis menjadi dua, yaitu; gagal jantung kiri atau gagal jantung kanan dan gagal jantung kiri dan kanan (gagal jantung kongestit).

a. DIAGNOSA

Anamnesis adanya “Paroxysmal Nocturnal Dyspnoe” yaitu terbangun malam hari karena sesak, “Dyspnoe de Effort” yaitu sesak bila aktifitas meningkat, Oligouri dan “Orthopnoe” yaitu tidur harus memakai bantal tinggi. Pada pemeriksaan fisik; denyut jantung > 120 x menit, bunyi jantung “Gallop (+)“, bising jantung bisa ada/tidak, ronchi pada bagian basal paru. Stadium lanjut (decomp kanan) terdapat JVP tinggi, Hepatomegali, oedem tungkai bawah dan Acites. Pemeriksaan pendukung; pada Thorak foto PA terlihat kardiomegali dengan bendungan vena paru (clue) Pada stadium lanjut pumonary - oedem. Hasil EKG terlihat Takhikardia, dengan gelombang P mitral, gelombang P biphasic di TV, dan LVH (pembesaran ventrikel kiri) Sedangkan hasil Echocandiografi tampak pembesaran ventrikuler kiri, gerakan dinding ventrikel hipokinetik - akinetik dan EPSS.10.

b. PENATALAKSANAAN:

1) Di Kloter

a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan bantal > 2 buah (1/2 duduk)

b) Beri oksigen 2 - 4 liter menit c) lnfus Ringer Laktat dengan tetesan emergensi 8 tts/menit d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya

penyakit)

2) Di BPHI a) Posisi pasien diatur duduk dikursi roda atau tidur dengan batal >

2 buah (1/2 duduk) b) Beri oksigen 2-4 liter/menit c) Infus Ringer Laktat tetesan emergensi 8 tts/menit d) Lasix inj. 1 ampul (dosis disesuaikan dengan beratnya penyakit) e) Digitalisasi cepat, tiap 2 jam/4 jam dengan dosis cedilanid 0,03

Page 18: Panduan PDT TKHI

x GB = X mg. Caranya : - Berikan 1 bolus cedilanid 1 amp (0,4 mg) yang

dilarutkan/diencerkan (2cc cedilanid + 8 cc RL) diberikan i.v pelan dalam 5 menit.

- Selanjutnya tiap 2 atau 4 jam 1 cc cedilanid (1/2 amp) sampai dosis total X mg.

- Setiap pemberian cedilanid, diambil rekaman EKG sebelumnya (didahului rekaman EKG) untuk evaluasi.

- Bila denyut jantung Iebih kurang 90 x/menit maka cedilanid inj. diganti per oral (Digoxin tablet)

- Digitalisasi lambat (tiap 6 - 8 jam) disesuaikan dengan klinis atau ringan - beratnya penyakit.

f) Pemeriksaan darah astrup, elektrolit g) Substitusi Kalium bila perlu h) Preparat Mangan i) Bila tekanan darah cenderung turun, Dopamin -Dobutrex drip

yang dimulal dari 5 micron gr/kg BB dosis dinaikkan untuk mempertahankan tekanan darah sistolik 110 - 120 mgHg.

j) Pasang Dourcatheter dan ukur minum dan produksi urine (diupayakan Balance Negatif)

k) Diet cair V, diet jantung dan AG (rendah garam), disesuaikan dengan beratnya penyakit

I) Evaluasi “Vital Sign”, EKG dan Thoraks foto.

Tindak Lanjut: Bila menemukan pasien jatuh kedalam “Decomp” (gagal jantung) dilapangan, sikap no. a - d dapat dilakukan sambil merujuk pasien ke BPHI / RSAS.

Gizi : Diet cair V, diet jantung dan AG (rendah garam), disesuaikan dengan beratnya penyakit.

B. Paru

1. Asma bronkiale dalam serangan (ringan, sedang, berat) dan Bekas TB + SOPT (Sydrome Obstruktif Pasca TB) Serangan asma bronkiale sering ditimbulkan oleh ISPA, tekanan emosi, kerja fisik atau rangsangan yang bersifat alergen.

a. DIAGNOSIS

Anamnesis; riwayat serangan asma (+), sesak nafas (+), batuk kering (+), batuk berdahak (putih, hijau, kuning), demam +/dan riwayat asma pada keluarga (+) Pencetus serangan asma; suhu udara, debu, makanan, kecapean, dan emosi.

Pada pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, vital sign bisa normal/meningkat, suhu afebril/febril, infeksi saluran nafas atas (+); Paru sonor, VES mengeras, Wheezing (+) Ronchi +/-, Jantung dalam batas normal/takhikardia; Abdomen normal; Extremitas normal. Pada pemeriksaan penunjang; laboratorium darah rutin, Hb, Ht, Leukosit, Trombosit duff; Analisa gas darah dikoreksi jika terdapat kelainan; Rontgen thoraks (tidak mutlak).

Page 19: Panduan PDT TKHI

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter Pada serangan ringan dengan tanda-tanda: Aktifitas biasa, bicara lancar, HR < 100 x / 1 mnt. Dapat diberikan pengobatan; Ventolin inhaler 3 x 1 PUFF, Teofilin oral 3 x 75 mg (tablet), Salbutol 3 x 0,5 mg (tablet), Antibiotik oral : Amoxicillin 3 x 500 mg, jika perlu dan Mukolitik/ ekspektoran.

Tindak Lanjut: Jika obstruks tidak teratasi, segera rujuk ke BPHI dan bila mungkin beri Aminophillin drip 1 amp/8 jam/klof Dextrose 5%.

2) Di BPHI

Pada serangan sedang dengan tanda-tanda, bicara terputusputus, sesak berat, keringatan, nadi > 120 x/1 mnt, APE < 40% atau <100 ltr/mnt, periksa dengan PFR.

Dapat diberikan pengobatan a) Nebulisasi dengan Ventolin/Salbuven/Bricasma/+ Bisolvon

(seluruhnya 1 cc) sebanyak 1-3 kali dalam 1 jam pertama dan dapat diulang 1-4 jam kemudian jika klinis belum ada perbaikan. Jika dengan nebulisasi tidak membaik, maka berikan Bricasma 1/2 ampul subkutan atau drip Bricasma 2 ampul/1 kolf Destrose 5% selama 6 jam atau drip Aminophillin 3/4 ampul - 1 ampul / 1kolf Dextrose 5% selama 8 jam.

b) Kalmethasone 3 x 10 mg (2 ampul) c) Oksigen 4 liter/menit dengan ventory mask. d) Minum yang banyak e) Perlu pemeriksaan serial astrup/+elektrolit f) Antibiotika atas indikasi g) Ekspektoran/mukolitik

Tindak Lanjut : Apabila kondisi pasien makin memburuk, dengan tanda tanda : Sianosis, suara natas melemah, bradikardi, aritmia, hipotensi, lelah, gelisah, asidosis respiratorik/metabolik (dengan Astrup), hipoksemia berat (dengan astrup) segera rujuk ke RSAS. Asuhan Keperawatan : 1) Mempertahankan potensi jalan nafas 2) Meningkatkan pertukaran gas 3) Memenuhi pemasukan nutrisi dan air 4) Mencegah komplikasi 5) Memberi informasi tentang penyakit

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif dapat terjadi sehubungan dengan Peningkatan produksi sputum, Penumpukan sputum karena sputum kental, Pembengkakan/penebalan mukosa Bronkhus, Kelelahan/kekurangan energi.

Page 20: Panduan PDT TKHI

Intervensi Atur posisi pasien senyaman mungkin, jauhkan dari polusi, observasi karakteristik batuk, dan bantu serta latih batuk efektif, tingkatkan pemasukan cairan.

Kolaborasi: 1) Pemberian oksigen (02) 2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial 3) Tindakan chest fisioterapi 4) Monitor analisa gas darah dan Rontgen Thoraks. b. Pertukaran Gas Menurun

Pertukaran gas menurun dapat terjadi sehubungan dengan gangguan suplai oksigen (obtruksi, bronkhospasme, kerusakan alveoli).

Intervensi 1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler / semi

fowler) 2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari-hari

pasien 3) Monitor tanda-tanda vital

Kolaborasi 1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri 2) Beri O2 tambahan 3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke RSAS.

c. Gangguan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan dapat terjadi sehubungan dengan kurangnya kebutuhan tubuh sampai dengan sesak nafas, kelelahan, karena efek samping obat-obatan, mual dan muntah.

Intervensi 1) Kaji keadaan diet, beri makanan yang disukai, catat tingkat

kesulitan makan, evaluasi berat badan 2) Auskultasi bunyi usus (bising usus) 3) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut secara teratur 4) Berikan obat ekspektoran sesuai program 5) Siapkan tempat khusus untuk sputum 6) Beri cairan yang cukup, bila perlu kolaborasi untuk pemasangan

infus.

d. Potensial lnfeksi Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi silia, penumpukan sputum, peningkatan polusi Iingkungan, proses penyakit khronik dan malnutrisi.

Intervensi 1) Monitor suhu tubuh 2) Ulangi tentang pentingnya latihan nafas dalam, batuk efektif dan

Page 21: Panduan PDT TKHI

pemberian cairan yang cukup Kolaborasi : Pemberian anti mikrobial e. Kurang Pengetahuan Mengenal Proses Penyakit

Kurangnya pengetahuan mengenai proses penyakit sehubungan dengan kurangnya pendidikan dan informasi.

Intervensi 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya 2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya 3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di

Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai masker, makan dan minum yang cukup

4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler (bronkhodilator) sesuai program dokter.

Tindak Lanjut: Keadaan menjadi berat (prognosis buruk), bila ditemui salah satu gejala dibawah ini 1) Suara nafas melemah "silent chest” pada auskultasi 2) Cyanosis 3) Bradikardi, Aritmia jantung, hipotensi 4) Lelah, gelisah, mengantuk serta refrakter terhadap semua

Bronkodilator dan pengobatan supportif lainnya 5) Hiperapnea, asidosis respiratorik, asidosis metabolik 6) Hipoksemia berat walaupun dengan pengobatan adekuat 7) Memerlukan perawatan di ICU, segera rujuk ke RSAS. 2. TB Paru dan Haemoptisis

Ekspektorasi darah atau mukus yang berdara. Etiologi; TB Paru (aktif/bekas), BE, Abses Paru, Kanker Paru, Brokhitis Kronis. Kegawatan batuk darah tergantung jumlah darah yang dikeluarkan dan sumbatan bekuan darah yang keluar, tetapi batuk darah yang sedikit ada kemungkinan terjadi batuk darah yang masif.

a. Batuk Darah Masif

1) DIAGNOSIS a) Batuk dara > 600 rnV24 jam & belum berhenti. b) Batudarah>250ml-<600m1/24jam, HB < 10 gr %, masih

berlangsung.

2) PENATALAKSANAAN

a) Di Penerbangan = di Kloter 1) Tenangkan pasien 2) Baringkan pada posisi miring kearah paru yang

“sakit” (ronchi (+) pada bagian yang sakit 3) Pasien disuruh membantukkan darah yang masih

ada dalam saluran nafas agar tidak terjadi obtruksi saluran nafas, dan darah dibatukkan kedalam kantong plastik

4) Isap lendir (darah) jika kondisi pasien Iemah (pasien

Page 22: Panduan PDT TKHI

tidak mampu batuk) 5) Obat-obatan hemostatik; transamin, vit. K. Vit. C, Ca.

Glukonas injeksi 6) Pemasukan cairan yang cukup, oral dan parenteral.

Tindak Lanjut; segera rujuk ke BPHI.

b) Di BPHI

Pengobatan : 1) Tenangkan pasien 2) Berbaring pada posisi paru yang “sakit”, sedikit

Trendelenburg 3) Saluran nafas harus terbuka; spontan - tindakan 4) Pemasangan IV line untuk pengganti cairan, pemberian

obat parenteral dan “Imobilisasi pasien” 5) Nutrisi yang cukup 6) Pemberian hemostatik; Transamin, Vit.K, Vit.C, Ca.

Glikonas injeksi 7) Batuk darah massif, cek Hb dan Ht. Bila Ht<25%,

HbdOgr%, perdarahan masih (+).

Tindak Lanjut : segera rujuk ke RSAS karena perlu di tranfusi dan anjuran pulang dini.

Asuhan Keperawatan : 1) Memaksimalkan/mempertahankan ventilasi/ oksigenasi 2) Mencegah penyebaran infeksi 3) Memberi dukungan untuk menjaga/mempertahankan

kesehatan 4) Memberi informasi tentang penyakit dan pengobatan.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Berihan Jalan Nafas tidak Etektif

Bersihan jalan nafas yang tidak efektif sehubungan dengan sekret yang kental, sputum bercampur darah, kelelahan, batuk produktif, pembengkakan trakhea/faring.

Intervensi 1) Kaji dan catat fungsi pernafasan: bunyi nafas, jumlah RR,

irama dan kedalaman, penggunaan otot-otot bantu, karakteristik batuk dan sputum, jumlah darah yang dibatukkan.

2) Beri posisi yang nyaman: fowler/semi fowler 3) Jika sedang batuk darah sebaiknya pasien dalam posisi

duduk 4) Dampingi dan anjurkan pasien untuk membatukkan

darahnya untuk mencegah sumbatan jalan nafas 5) Beri tempat khusus untuk menampung sputum atau

darahnya 6) Catat karakteristik sputum/darah 7) Bersihkan sekret/darah dari mutut dan trakhea lakukan

pengisapan sekret jika diperlukan (di BPHI) 8) Penuhi kebutuhan cairan minimal 2500 cc/hari, jika tidak

ada kontra indikasi.

Page 23: Panduan PDT TKHI

Kolaborasi; Pemasangan infus, pemberian 02, pemberian obat-obatan: mukolitik, bronkhodilator, kortikosteroid. Jika dalam keadaan gawat, bantu untuk intubasi dan segera kirim ke RSAS (?)

b. Potensial Menyebarnya Infeksi

Potensial penyeraban infeksi sehubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, penurunan fungsi silia, penumpukan sputum, kerusakan jaringan, malnutrisi.

Intervensi 1) Jelaskan bahwa penyakit dapat menyebar/menular melalui

percikan air Iudah, udara pematasan, batuk, bekas makan/minum.

2) Anjurkan pasien untuk batuk dengan menutup mulut dan hidung dengan tissue dan membuangkanya pada tempat yang telah disediakan.

3) Jelaskan bahwa pasien perlu isolasi untuk mengurangi penyebaran infeksi dan memberi ketenangan kepada pasien.

4) Monitor suhu tubuh jika perlu. 5) Anjurkan dan jelaskan pentingnya minum obat dengan

teratur. Kolaborasi : Pemberian obat-obatan TB sesuai indikasi yaitu : INH, Ethambutol, Rifampisin, PZA. c. Gangguan Pertukaran Gas

Gangguan pertukaran gas sehubungan dengan atelektasis, penurunan fungsi jaringan paru, kerusakan membran alveolar - kapiler, edema bronkhial.

Intervensi 1) Kaji, awasi dan catat: sesak nafas (dyspnoe), tachypnea,

bunyi nafas abnormal, peningkatan usaha bernafas, pengembangan dada dan kelelahan.

2) Evaluasi tanda-tanda gangguan pertukaran gas seperti: cyanosis, membran mukosa biru/kebiruan, kuku kebiruan.

3) Ajarkan dan deminstrasikan cara pursed-up breathing (pemafasan dengan mulut mencucu) pada saat ekspirasi khususnya pada pasien fibrosis.

4) Anjurkan untuk bed rest (istirahat)/kurangi aktifitas. 5) Kaji kemampuan untuk perawatan diri dan bantu jika

pasien membutuhkan.

d. Gangguan Kebutuhan Nutrisi Gangguan kebutuhan nutrisi dan kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan sering batuk, kelelahan, sesak, tidak nafsu makan.

Intervensi 1) Kaji status nutrisi pasien, pola makan dan berat badan

sebelumnya (dapat dilihat di buku status kesehatan). 2) Anjurkan pasien untuk makan makanan yang disukai. 3) Jika memungkinkan hidangkan makanan yang disukai

Page 24: Panduan PDT TKHI

pasien. 4) Jelaskan pentingnya makan yang cukup. 5) Monitor pemasukan dan pengeluaran serta berat badan. 6) Lakukan perawatan oral sebelum dan sesudah

memberikan pengobatan pernafasan. Gizi : Diet Tinggi Kalori dan Tinggi Protein (TKTP). Sanitasi surveilans ; hindari penyebaran infeksi dengan perawatan isolasi.

3. PPOK ( Penyakit Paru Obstruktif Khronik) Eksserbasi Akut

a. DIAGNOSIS

Anamnesis sesak nafas, capek, batuk (dahak putih, hijau, kuning), demam (+)/(-), riwayat sesak yang lama. Pada -pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, hipopnoe/ hiperpnoe; TD normal/meningkat, nadi . 80 x/mnt, RR > 24x/ mnt; suhu afebris/febris; Toraks; Paru: Emfisemateus, hipersonor, vesikuler melemah, experium memanjang, ronchi (+) / (-); Cor; tachikardi; Abdomen dan extremitas normal. Pada pemeriksaan pendukung: Rontgen toraks PA, UDFL, Analisa gas darah, pemeriksaan sputum MO jika terdapat tanda-tanda infeksi.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan = di Kloter

a) Nebulisasi; Atroven/Salbutamol/Bris-casma/bisa ditambah Bisolvon seIuruhnya per 1 cc, dapat diberikan 3-4 x sehari.

b) Oksigen 2 ltr/mnt. c) Steroid (Kalmethason 10 mg, iv) d) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi e) Intake cairan cukup.

2) Di BPHI

a) Oksigen 2 ltr/mnt b) Intake cairan 25 - 30 cc/kg BB c) Fisioterapi dada, astrup serial d) Sabitamol 3x2 mg, Aminophillin tablet 3x1 tablet e) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi f) Steroid jika klinis berat, tidak ada respon bronkhodilator.

Lanjut : Rujuk ke RSAS, jika keadaan makin berat.

Asuhan Keperawatan: 1. Mempertahankan potensi jalan natas 2. Meningkatkan pertukaran gas 3. Memenuhi pemasukan nutrisi dan air 4. Mencegah komplikasi 5. Memberi informasi tentang penyakit

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

a. Bersihkan Jalan Nafas tidak Efetif

Page 25: Panduan PDT TKHI

Bersihan jalan nafas tidak etektif sehubungan dengan peningkatan produksi sputum, penumpukan sputum karena sputum kental, pembengkakan/penebalan mukosa bronkhus, kelelahan/kekurangan energi.

Intervensi: 1) Atur posisi senyaman mungkin 2) Jauhkan dari polusi 3) Observasi karakteristik batuk, dan bantu serta latih batuk

efektit 4) tingkatkan pemasukan cairan

Kolaborasi: 1) Pemberian oksigen (02) 2) Pemberian obat bronkhodilator, inhalasi dan anti mikrobial 3) Tindakan chest fisioterapi 4) Monitor anafisa gas darah dan Rontgen foto.

b. Pertukaran Gas Menurun

Pertukaran gas menurun sehubungan dengan gangguan suplai oksigen (obtruksi, bronkhospasme, kerusakan alveoli).

Intervensi 1) Atur posisi yang memudahkan untuk bernafas (fowler/semi

fowler) 2) lstirahatkan pasien dan bantu memenuhi kebutuhan sehari--

hari pasien 3) Monitor tanda-tanda vital Kolaborasi 1) Monitor AGD (Analisa Gas Darah) dan pulse oximetri 2) Beri O2 tambahan 3) Bantu saat intubasi, pertahankan ventilasi saat pindah ke RSAS.

c. Gangguan Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi dan Cairan

Gangguan pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan dengan sesak nafas, kelelahan, efek samping obat-obatan, mual dan muntah.

Intervensi 1) Kàji keadaan diet, makanan yang disukai, catat tingkat

kesulitan makan, evaluasi berat badan. 2) Auskultasi bunyi usus (bising usus) 3) Lakukan pemerliharaan kebersihan mulut secara teratur 4) Berikan obat ekspektoran sesuai program 5) Siapkan tempat khusus untuk sputum 6) Beri cairan yang cukup Kolaborasi; untuk pemasangan infus.

d. Potensial lnfeksi

Potensial infeksi sehubungan dengan penurunan fungsi si!ia, penumpukan sputum, peningkatan polusi lingkungan, proses penyakit khronik, malnutrisi.

Page 26: Panduan PDT TKHI

Intervensi Monitor suhu tubuh, tekankan tentang pentingnya latihan nafas dalam, batuk efektif, dan pemberian cairan yang cukup. Kolaborasi : Pemberian anti mikrobial. e. Kurang Pengetahuan Mengenai Proses Penyakit Kurang

pengetahuan mengenai proses penyakit sehubungan dengan kurang pendidikan, kurang informasi.

Intervensi 1) Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya. 2) Jelaskan mengenai penyakit yang dialaminya. 3) Jelaskan cara mencegah penyakitnya bila kambuh selama di

Tanah Suci yaitu dengan menghindari polusi, memakai masker, makan dan minum yang cukup.

4) Ajarkan cara menggunakan obat-obatan inhaler (bronkhodilator) sesuai program dokter.

Gizi: Diet makanan lunak Tindak Lanjut Evaluasi Pengobatan 1) Tanda-tanda membaik yaitu keluhan berkurang, tanda-tanda

infeksi membaik, pasien sudah bisa mobilisasi tanpa mengeluh sesak.

2) Tanda-tanda perburukan yaitu sesak makin berat, capek, bicara susah, penderita membentuk nafas lambat dan dalam.

Tindakan 1) Bronkodilator per drip, nebulisasi (Salbutamol 1 cc, Atrovent 1 cc) 4 x I 1 jam (Aminopillin 0,5/kg BB/jam). 2) Steroid injeksi Intra Vena. 3) Periksa analisa gas darah dan elektrolit. 4) Perlu perawatan intensif, segera rujuk ke RSAS.

4. Broncho Pneumonia/Pneumonia

a. DIAGNOSIS

Anamnesis batuk, dahak berwarna kuning/hijau, bisa demam/ bisa tidak, sesak nafas (+) / (-). Pemeriksaan fisik; Kesadaran mulai dari komposmentis sampai penurunan kesadaran, tanda-tanda vital bisa normal atau meningkat, suhu febril, Tekanan darah normal/meningkat, takhikardia, dan paru; sonor, vesikuler, ronchi (+). Pemeriksaan Pendukung; Rontgen : infiltrat, perselubungan, Laboratorium; lekusitosis dan untuk kasus berat dilakukan analisa gas darah, MO Sputum/pemeriksaan gram.

b. PENATALAKSANAAN 1) Di Penerbangan = di Kloter Segera rujuk ke BPHI/RSAS 2) BPHI

Page 27: Panduan PDT TKHI

Pengobatan a) Antibiotik yang diberikan dapat golongan Penisillin, golongan

Makrolide, golongan Sefalosporin, golongan Quinolon, golongan Aminoglicoside. Cara pemberian injeksi atau oral.

b) Mukolitik, Ekspektoran, Bronchodilator (tablet, syrup) c) Antipiretik kalau perlu d) Pemasukan cairan dan diet disesuaikan dengan keadaan pasien e) Oksigen 4 /tr/1 mnt/tergantung hasil Astrup. Tindak Lanjut : Rujuk ke ASAS. Asuhan Keperawatan 1) Meningkatkan/mempertahankan fungsi respirasi 2) Mencegah komplikasi 3) Memberi dukungan untuk proses penyembuhan 4) Memberi penjelasan mengenai proses penyakit/prognosis dan

pengobatan. Masalah Keperawatan Yang Mungkin Terjadi a. Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif

Bersihan jalan nafas tidak efektif sehubungan dengan inflamasi trakheo bronkhial, peningkatan produksi sputum, nyeri pleuritik, penurunan energi dan kelelahan. Yang ditandai dengan pernafasan dalam dan cepat, RR berubah, nyeri saat batuk, bunyi nafas abnormal, penggunaan otot bantu pernafasan, sesak, cyanosis dan batuk dengan/tanpa produksi sputum.

lntervensi 1) Kaji jumlah pernafasan (AR), kedalaman dan gerakan dada. 2) Auskultasi bunyi nafas apakah ada wheezing, crackles. 3) Tinggikan bagian kepala tempat tidur, dan rubah posisi pasien

secara teratur. 4) Istirahatkan pasien, ajarkan dan demonstrasikan cara batuk

efektif. 5) Jika perlu lakukan pengisapan lendir. 6) Beri minum air hangat lebih banyak (minimal 2500 cc/ hari), bila

tidak ada kontra indikasi. Kolaborasi 1) Kaji dan monitor efek pengobatan nebulisasi dan chest

fisiotherapi, IPPB (Intermitten Positive Pressure Breathing), Postural drainage.

2) Catat dan berikan obat-obatan, mukolitik, ekspektoran, bronchodilator dan analgesik.

3) Beri cairan tambahan; infus. 4) Beri humidifikasi oksigen. 5) Mintor analisa gas darah (Astrup), pulse oximetry. b. Pertukaran Gas (difusi) Menurun

Pertukaran gas (difusi) menurun sehubungan dengan perubahan membran alveolar-kapiler, perubahan aliran oksigen (Hypoventilasi). Dengan ditandai dengan seska nafas, cyanosis, nadi cepat, hypoxia (kekurangan O2 dalam jaringan).

Intervensi

Page 28: Panduan PDT TKHI

1) Kaji kedalaman, jumlah dan kesuiitan bernafas 2) Observasi tanda-tanda cyanosis (membran mukosa, kuku) 3) Kaji status mental (kesadaran) 4) Monitor denyut nadi dan irama jantung 5) Monitor suhu tubuh (jika diperlukan) 6) Bila suhu tubuh tinggi, beri pakaian yang tipis, atur suhu udara di

dalam ruangan nyaman. Beri kompres dingin atau hangat (tapid water sponges)

7) Anjurkan/pertahankan pasien bed rest, ajarkan tehnik relaksasi 8) Atur posisi semitowler, ajarkan tehnik nafas dalam dan batuk

efektif. Kolaborasi 1) Pemberian oksigen (terapi oksigen) dengan nasal canule atau

mask oksigen atau venturi mask. 2) Hasil pemantauan analisa gas darah/pulse oxymetri. C. Ketidak Mampuan Aktifitas

Ketidak mampuan aktifitas sehubungan dengan suplai dan kebutuhan oksigen tidak seimbang. kelelahan, batuk yang terus menerus, sesak nafas.

Ditandai dengan pasien tampak lelah, nafas cepat, nadi cepat jika aktifitas.

Intervensi 1) Kaji aktifitas yang masih dapat dilakukan 2) Anjurkan pasien untuk istirahat 3) Atur posisi pasien yang nyaman 4) Kaji pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan bantu untuk

memenuhi kebutuhan sehari-hari pasien. d. Gangguan Rasa Nyaman

Gangguan rasa nyaman disebabkan nyeri akut sehubungan dengan inflamasi pada jaringan paru, batuk yang kuat, reaksi dari toxin di set. Ditandai dengan nyeri dada pleuritik dan pusing.

Intervensi 1) Kaji karakteristik nyeri 2) Monitor tanda-tanda vital 3) Ajarkan cara mengurangi rasa nyeri seperti relaksasi dan latihan

nafas, distraksi (mendengarkan musik/kaset ngaji, dan zikir) 4) Lakukan pemeliharaan kebersihan mulut lebih sering. Kolaborasi : Pemberian obat-obatan analgetik dan antitusif. e. Potensial Penurunan Volume Cairan

Potensial penurunan volume cairan sehubungan dengan suhu tinggi, pernafasan melalui mulut, hiperventilasi, muntah, penurunan intake oral.

Intervensi 1) Kaji dan catat; tanda-tanda vital, peningkatan suhu tubuh,

takhikardi, hipotensi orthostatik. 2) Kaji turgor kulit, membran mukosa (bibir dan lidah). 3) Monitor pemasukkan dan pengeluarari cairan serta warna urine. 4) Hitung balance cairan.

Page 29: Panduan PDT TKHI

5) Beri cairan/minum lebih banyak. Kolaborasi; Pemberian obat-obatan sesuai indikasi (anti-piretik, anti mimetik), pasang infus. Gizi : Diet disesuaikan keadaan pasien (TKTP).

Tindak Lanjut : Perhatikan terjadinya tanda-tanda sepsis antara lain kesadaran makin menurun, demam, tekanan darah labil, RR rneningkat, HR meningkat.

5. Penumotoraks = Kolaps Paru

a. DIAGNOSIS

Anamnesis sesak nafas mendadak perlahan-lahan, nyeri dada pada hemitoraks yang kolaps. Pada pemeriksaan fisik tampak sesak nafas, AR > 20 x / mnt, TD normal, nadi normal / meningkat; Infeksi hemitoraks yang sakit gerakannya tertinggal; Perkusi hipersonor; Fremitus melemah; Vesikuler melemah. Pemeriksaan Penunjang; Foto thorak; tampak daerah lusen avaskuler.

b. PENATALAKSANAAN 1) Di Penerbangan = di Kloter

a) Oksigen 4 ltr/mnt. b) Jika sesak makin berat lakukan torakosintesis pada ruang

interkostal V pada hemitoraks yang sakit dengan abocath No. 14. Abocath hubungkan dengan bloodset. Ujung bloodset yang satu lagi masukkan kedalam botol yang berisi cairan steril (atau tambah Betadine 10 cc).

2) Di BPHI

1) Rawat dengan slang WSD (Abocath No. 14) terfiksasi. 2) Pasien latihan nafas dalam.

Tindak Lanjut : Bila bertambah sesak rujuk ke RSAS

6. Edema Paru

a. Kardiogenik 1) DIAGNOSIS

Anamnesis sesak nafas sehingga posisi duduk/setengah duduk, ada riwayat penyakit jantung, hipertensi dan coroner. Pemeriksaan fisik; tampak sesak nafas, AR > 24 x / mnt, nadi tachikardi, tekanan darah normal rendah/tinggi; tachikardi, Gallop (+) I (-); Paw, ronchi basah halus terutama pada kedua lapangan bawah paw; Abdomen normaVmembesar dan extremitas nor-mal/edema. Pada pemeriksaan penunjang; Foto thoraks Kerley B line (+),

Page 30: Panduan PDT TKHI

Vasculansasi meningkat, gambaran EKG iskemia / infark / LVH, hasil Astrup terlihat asidosis respiratorik/metabolik dan hipoksemia.

2) PENATALAKSANAAN a) Di Penerbangan = di Kloter

1) Oksigen 4 ltr/mnt 2) Restriksi cairan 15 - 20 cc/kg BB/24 jam 3) Lasix 3 x 1 ampul (jika TD> 110 MMHg 4) Kalium Durales 2 x 1 tablet 5) Morfin iv 1 ampul (jika edema paw Std I) 6) Antibiotik jika ada tanda-tanda infeksi 7) Digitalisasi kalau ada tanda-tanda Decomp (lihat penanganan

Decomp Cordis). Tindak Lanjut : Rujuk ke BPHI/RSAS. b) Di BPHI 1) Penatalaksanaan lanjutan dari kloter

2) Lakukan pemeriksaan Astrup & elektrolit, UDFL dan Rontgen. C. Saluran Pencernaan 1. Hematemesis, Melena dan Hematosesia

Haematemesis adalah muntah darah tercampur makanan. Melena adalah pasase tinja berwarna kehitaman dan konsistensi seperti Tir (Tarry). Hamatemesis dan Melena, keduanya disebabkan perdarahan saturan cerna bagman atas, biasanya secara anatomis sumber perdarahan di atas ligamentum Treitz. Keadaan ini selalu bersifat gawat darurat yang harus segera ditangani. Hematemesis harus dibedakan dengan Hemoptisis (Batuk darah). Hematosesia adalah perdarahan segar dari saluran cerna bagian bawah.

a. DIAGNOSIS 1) Hematemesis Anamnesis muntah darah berwarna hitam tercampur dengan makanan, jumlah

darah yang keluar sebanyak 500 - 2000 cc,. perdarahan secara spontan tanpa batuk. PH asam karena tercampur asam lambung, baunya khas amis dan anyir. Ada riwayat penyakit lambung/saluran cerna, minum obat Sosilat/Anti Inflamasi Non Steroid!obat Rematik. Menderita penyakit hati khornik (Serosis/Hepatis). Paa pemeriksaan fisik terdapat gangguan Hemodinamik. Hasil pemeriksaan laboratorium anemia ringan sampai sedang, urine berwarna kuning tua.

2) Melena Anamnesis berak berwarna kehitaman seperti petis/Tir (Tarry), bau

amis/anyir/sticky, jumlahnya 300 - 1000 cc/ Iebih, PH asam dan tampak seperti kopi (Coffee ground appearance). Pada pemeriksaan fisik terdapat gangguan Hemodinamik, laboratorium anemia ringan sampai sedang dan lakukan pemeriksaan Hb, Ht, Trombo, CT, BT, Urine Iengkap.

3) Hematosesia

Anmnesis berak darah segar, bau amis/anyir, volume 200 - 1000 cc, PH netral sampai aUalis. Dapat terjadi gangguan Hemodinamik dan jarang terjadi

Page 31: Panduan PDT TKHI

anemia, kecuali perdarahan hebat/Iebih dari 3 hari b. PENATALAKSANAAN 1) Di Penerbangan a) Puasakan sampai di bandara tujuan b) Berikan Antasida 2 sendok makan (30 cc) setiap 2 jam dan Simetidine 2 tablet/8

jam. c) Duphalac 2 sendok makan setiap 3 jam dan Neomysin 4 x 500 mg d) Pengawasan vital sign dan perdarahan yang mana tekanan darah diastole harus

di atas 70 mm Hg, nadi sekitar 80 -100 kali/mnt, respirasi 20-24 kali/mnt. Bila perdaraha lebih dari 3000 cc atau selama 3 jam penerbanan tidak berhenti, maka laporkan ke “Purser untuk menyampaikan kepada pilot agar mendarat di lapangan udara terdekat untuk pemasangan Naso gasirik (pipa lambung) dan infus lin. Jika memungkinkan lanjutkan penerbangan dimana penderita diinfus dengan NaCi 0,9% + Adona 2 ampul : 20 tetes / mnt, Simetidine 4 x 1 ampul i.v, Ampisillin 3 x 1 gros i.v (tes dulu) dan Posisi penderita diatur berbaring atau setengah duduk.

e) Setelah sampa segera mjuk ke BPDIIRSAS/RS di Tanah Air f) Tenangkan penderita, dan jika penderita tenang biasanya perdarahan akan

berhenti dalam waktu 3 - 4 jam. 2) Di Kloter a) Beri Antasida 2 sendok makan (30 cc) dan Simetidine 2 tablet, dan setelah itu

puasakan. b) Segera rujuk ke BPHI/RSAS. Tindak Lanjut : Rujuk ke BPHI/RSAS. 3) Di BPHI a) Lengkapi anamnesa/pem. Fisik/laboratorium b) Pasang pipa Naso gastrik dan kumbah lambung dengan air L5 sampai

jernih/perdarahan berhenti dan puasakan c) Simetidine 3 x 2 ampul i.v atau 4 x 1 ampul i.v d) Nutrisi parenteral 2100 kal/24 jam e) Ampislilin 3 x 1 gr i.v (yang segolongan) f) Duphalac/Letulase 4 x 2 sendok makan g) Neomycin 4 x 500 gr h) Propanodol 3 x 20 gr I) iso sorbit mono nitrat 3 x 10 mg. Tindak Lanjut a) Bila keadaan umum memburuk/perdarahan tidak berhenti dalam 4 jam/Hb di

bawah 8 gr %, maka segera rujuk ke RSAS.

b) Bila membaik makan 24 jam setelah perdarahan berhent/ tenng beri diet cain porsi 6 x 24 jam. Obat oral/parenteral Ianjutkan 4 x 24 jam.

c) Bila bertambah membaik obat parenteral I NG tube dilepas dan lakukan mobilisasi.

d) Cari penyakit primer (utama), hindari faktor pencetus (obat dIL)

Page 32: Panduan PDT TKHI

2. Gastro Enteritis

a. DIAGNOSIS Defekasi berbentuk cairan atau setengah cairan > 3 kali sehari, bersifat mendadak dan berlangsung singkat dalam beberapa jam atau hari. Tampak tanda-tanda dehidrasi; tekanan darah turun, nadi meningkat, turgor kulit kurang, kesadaran menurun, ekstremitas dingin, jari tangan keriput dan sianosis. Lakukan pemeriksaan pendukung yaitu darah perifer Iengkap, analisa gas darah, elektrolit, ureum, kreatinin, analisa dan kultur tinja. Diagnosis Banding: Kolera eltor, Salmonellosis, Shigellosis, Amebiasis.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan

Anti biotik, sesuai dengan perkiraan diagnosis; a) Kolera Eltor: Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari selama 3 hari b) Salmonellosis: Ampisilin 4 x 1 gr/hari selama 10-14 hari c) Shigellosis: Ampisillin 4 x 1 gr/hari selama 5 hari d) Amebiasis: Metronidazole 4 x 500 mg/hari selama 3 hari e) Banyak minum sebagai pengganti cairan yang keluar.

2) Di Kioter

Berikan perawatan tirah baring, berikan banyak minum dan diet bubur, lakukan rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar, beri antibiotik sesuai dengan perkiraan diagnosis (lihat add 1.) Rujuk ke BPHI, apabila tidak tampak perbaikan atau bertambah berat.

3) Di BPHI

Pengobatan Rehidrasi dengan cairan Ringer Laktat dengan jumlah cairan yang diberikan sesuai dengan jumlah cairan yang keluar. Berikan Antibiotik sesuai dengan perkiraan diagnosis, evaluasi hemodinamik dengan baik.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul a. Gangguan Keseimbangan Cairan/Dehidrasi Isotonis

Gangguan keseimbangan cairan (dehidrasi isotonis) sehubungan dengan diare. Kriteria evaluasi : Dehidrasi teratasi.

Intervensi 1) Pemberian cairan per parenteral/infus sesuai dengan kebutuhan cairan yang

hilang (pemberian awal 1000 cc/i jam) 2) Monitor pemasukan dan pengeluaran 3) Monitor vital sign 4) Ben oralit sesuai dengan kemampuan pasien (adlibidum). Kolaborasi; terapi cairan infus dan pengobatan lanjutan. b. Gangguan Rasa Nyaman Gangguan rasa nyaman sehubungan dengan muntah dan diare. Kriteria evaluasi : Rasa nyaman terpenuhi.

Intervensi 1) Perhatikan kebersihan tempat tidur/seprai/personal higiene 2) Beri tempat tidur yang bolong daerah bokong untuk menampung diare

Page 33: Panduan PDT TKHI

3) Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya dan tindakan yang akan dilakukan (tindakan perawatan isolasi).

c. Gangguan Nafsu Makan

Gangguan nafsu makan sehubungan dengan diare. Kriteria evatuasi : Adanya nafsu makan

Intervensi 1) Beri makanan lunak untuk menurunkan stimulasi usus 2) Beri makanan tinggi kalori tinggi protein (TKTP) 3) Hindari makanan yang merangsang dan yang membuat kembung /

menimbulkan gas seperti kol dan kubis dll. 4) Porsi kecil tapi sering. d. Potensial Terjadinya Penularan

Potensial terjadinya penularan sehubungan dengan penyebab diare. Kriteria evaluasi : Tidak terjadi penularan.

intervensi 1) Penderita dirawat diruang terpisah (isolasi) 2) Cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja 3) Bekas alat-alat makan, alat tenun dsb didesinfeksi/direndam air panas

sebelum dicuci. 4) Personal higiene penderita seperti mandi dan kebersihan mulut dan anus

penderita. Kolaborasi : Kepada petugas Sansur tentang adanya kasus diare untuk penyuluhan/surveilans ke kloter asal jamaah haji. Gizi : Diet lunak. Sanitasi surveilans : Memberikan penyuluhan tentang pencegahan penularan infeksi, dan investigasi sumber penularan.

D. Gangguan Faal Hati 1. Ikterus dan Prekoma Hepatikum Ikterus adalah peningkatan kadar Bilirubin dalam sirkulasi darah dengan

manifestasi klinik pada kulit dan segera akibat gangguan fungsi hati, baik akut atau khronis (khronis eksaserbas akut). Prekoma Hepatikum adalah keadaan klinis penurunan kesadaran akibat penyakit hati khronik dengan berbagai gejala dan tanda. Ikterus dan prekoma Hepatikum dapat berdiri sendiri atau sating berkaitan.

a. DIAGNOSIS 1) Ikterus

Anamnesis riwayat penyakit hati/kuning (obat, jamu, tranfusi, pengidap/carrier), stelera dan kulit berwarna kuning / kehijauan, mual, muntah, gatal, demam (sub febril) dan diare. Pada pemeriksaan hepar teraba Hepato/spleno megali. Hasil pemeriksaan laboratorium bilirubin direk/totat meningkat, urine berwarna kuning tua seperti air teh, SGOT/SGPT/Gama GT/Alkali Transferase meninggi, HBs Ag dan Anti HBs Ag.

Page 34: Panduan PDT TKHI

2) Prekoma Hepatikum Anamnesis riwayat penyakit hati khronik, keadaan umum terlihat gelisah, mual, muntah, bicara meracau dan keringat dingin. “Abdominal pain” dan Despepsia. Takhikardi dan disorientasi ringan, pada pemeriksaan palpasi Didopati Hepato/Spleno Megali, Asites, Speder Naevi, Eritema Palmaris dan G inekomastia. Hasil laboratorium, didapatkan tanda-tanda keganasan fungsi hati.

3) Koma Hepatikum

Kesadaran Somnolens hingga Komateus yang disertai / tidak dengan gangguan Hemodinamik - Tremor halus. b. PENATALAKSANAAN 1) Di Penerbangan

a) Bila ikterus, jamaah sakit harus istirahat total. b) Jika Prekoma Hepatikum atau koma Hepatikum, lakukan infus dengan

cairan Isotokis hingga Bandara tujuan. 2) Di Kioter

a) Jika ikterus atasi dahulu dehidrasi, batasi kegiatan fisik, isolasi dari jamaah lain dan segera rujuk ke BPHI.

b) Pada Prekoma dan koma Hepatikum, segera kirim ke BPHI. 3) Di PBHI

a) Bila ikterus lakukan pemasangan Infus dengan cairan isotonis/plasma expander (Dextrans/Aminoleban/Aminofusin)

b) Koreksi penyakit utama c) Pada Prekoma dan koma hepatikum segera rujuk ke RSAS.

Tindak Lanjut

a) Bila ada perbaikan - Terapi konservatif - Diet hati khronik - Pengawasan vital sign

b) Bila tidak ada perbaikan, pertimbangkan pulang dini. E. Meningitis meningokokus (Bacterial meningitis)

Meningitis adalah peradangan selaput otak dan selaput sumsum tulang belakang yang akut. Ditinjau dari penyebabnya dibagi menjadi 2 golongan yaitu meningitis yang disebabkan bakteri (Bacterial meningitis) dan disebabkan virus (Virus meningitis). Etilogi: Neisseria meningitidis (Meningokokus) group A sering sebagai penyebab terjadinya wabah, sedangkan dalam keadaan endemis umumnya group B & C. Group lain Juga dapat sebagai penyebab yaitu group A, B & C paling banyak menimbulkan penyakit. Sero group A penyebab wabah di daerah Sub Sahara Afrika. Sero group B & C endemis di Eropah dan Amerika Serikat. Pathogenesis: Fokus primair infeksi meningococcus adalah pada nasopharinx. Paling sering ditandai adanya radang lokal dan menimbulkan symptom ringan. Penyebaran meningokokus dari nasofaring melalui aliran darah dan biasanya diikuti gejala klinis yang jelas.

1. DIAGNOSIS Anamnesis demam, sakit kepala, mual, muntah, anorexia, kejang dan sakit sendi. Pada pemeriksaan fisik: Rangsangan meningeal seperti; kaku kuduk, tanda Kerning, tanda Brudzinki), kemerahan di kulit (seperti; rash, ptechiae, vesicular, echymosis, kesadaran menurun (seperti; delirium, shock dan koma). Pemeriksaan Pendukung: Lumbal Punctie untuk pemeriksaan liquor Cerebro Spinalis,

Page 35: Panduan PDT TKHI

hasilnya terlihat warna dan kekeruhan dapat jernih atau keruh, tekanan derigan manometer bisa > 20 cm air, kualitatif protein dengan Nonne & Pandy, kuantitatif Cel (PMN & MN) normal Glikosa dibanding Glukosa darah > 0,5 - 1/3 Glukosa darah. Preparat langsung MN 5/mm 3 dan pewarnaan Gram, BTA serta Kultur. Kontra indikasi LP, peninggian tekanan intra cranial (TIC) yang nyata, antara lain pemeriksaan fundus copy untuk melihat edema papil nervus optikus (apakah > 2 Dioptri). Pemeriksaan darah tepi Lekositosis/kadang-kadang leukopenia dan Thrombosit normal atau menurun.

Diagnosis Banding 1) Pendarahan SUb Arachnoid 2) Abses Retro Faring 3) Demam Thypoid 4) Encephalitis 5) Tetanus 6) Sengatan panas 7) Pneumonia 8) Psikosis

2. PENATALAKSANAAN

a. Di Penerbangan = di Kloter 1) Penderita di Infus 2 A, AL; 14 - 20 tts/mnt. 2) Ampicillin kombinasi dengan Chloramphenikol. 3) Segera rujuk ke RSAS atau BPHI.

b. Di BPHI

1) Penderita di Infus 2 A, RL; 14 - 20 tts/mnt 2) Pengobatan dengan Ampicillin di kombinasi dengan Chloramphenicol

sesuai dosis. 3) Segera rujuk ke RSAS, setelah diberi pertolongan seperlunya serta

perawatan penderita secara suportif.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul a. Gangguan Pengaturan Suhu Tubuh

Gangguan pengaturan suhu tubuh sehubungan dengan Sepsis. Kriteria evaluasi : Suhu tubuh normal kembali. Intervensi 1) Kompres dingin / es 2) Monitor vital sign 3) Anjurkan banyak minum 4) Pemberian cairan infus

Kolaborasi; Pemberian cairan infus dan pengobatan lanjutan.

b. Gangguan Kesadaran

Gangguan kesadaran sehubungan dengan serangan selaput otak. Kriteria lntervensi : Semua kebutuhan pasien dibantu perawat sehingga kebutuhan pasien terpenuhi.

Intervensi 1) Kebutuhan 02, pemberian 02 (2-4 1/mnt), membersihkan jalan nafas dengan

penghisapan lendir, monitor vital sign, menghitung Glasco Coma Scoring untuk mengetahul penurunan kesadaran.

2) Kebutuhan makanan dan minuman, pemberian terapi parenteral sesuai

Page 36: Panduan PDT TKHI

program medis, pemberian makanan melalui slang (Nasal Gastric Tube) sesuai dengan program gizi.

3) Kebutuhan cairan dan elektrolit, pemberian terapi parenteral sesuai program medis, monitor pemasukan dan pengeluaran (mengatur keseimbangan cairan).

4) Monitor vital sign. 5) Kebutuhan eliminasi, pemasangan catether dan penampungannya,

pemasangan alas bokong/duk untuk menampung defekasi dan jaga kebersihan bokong.

6) Pencegahan dekubitus akibat tirah baring: a) Jaga kebersihan sprei/baju pasien b) Posisi selang seling setiap 2-3 jam c) Pasang windring di bokong penderita d) Usahanya kebersihan perseorangan terutama bersihan

bokong/punggung

7) Lakukan massage, pemberian minyak zaitun di punggung dan bokong penderita.

c. Potensial Terjadinya Kejang

Potensial terjadinya kejang sehubungan dengan penyakit Meningitis meningokokus. Kriteria evaluasi: Kejang berkurang dan penurunan akibat samping sari kejang.

Intervensi 1) Pemberian terapi anti konvulsi sesuai dengan program medis. 2) Pasang spatel lidah dibungkus kasa untuk mencegah lidah tergigit dan

menutup jalan nafas. 3) Monitor respirasi dan jalan nafas. d. Potensial Terjadinya Komplikasi dan Infeksi Nasokomial

Potensial terjadinya komplikasi dan infeksi sehubungan dengan lamanya dirawat. Kriteria evaluasi: Komplikasi dan infeksi nasokomial dihindari/dikurangi.

Intervensi 1) Pencegahan dekubitus (sesuai intervensi pada gangguan kesadaran). 2) Pencegahan phlebitis dan tempat tusukan infus dengan mengganti slang

setiap 3-4 hari sekali dan bekerja dengan tehnik septik aseptik. 3) Pencegahan infeksi saluran kemih dengan

a) Pemasangan catether dengan memperhatikan tehnik septik aseptik. b) Ganti slang catether setiap 3-4 hari sekali. c) Kebersihan daerah genetalia (terutama wanita).

e. Potensial Terjadinya Penularan (Cross lnfeksi)

Potensial terjadinya penularan sehubungan dengan penyakit Meningitis meningokokus. Kriteria evaluasi: Tidak terjadi cross infeksi.

Intervensi 1) Pasien diisolasi/barrier Nursing ditempat khusus terpisah dengan penyakit

lain. 2) Petugas harus selalu cuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. 3) Di isolasi ditempat terpisah dengan penyakit lain. 4) Petugas harus selalu mencuci tangan sebelum dan sesudah bekerja. 5) Memakai masker pada saat berkomunikasi dengan jamaah sakit/ bekerja.

Page 37: Panduan PDT TKHI

6) Petugas memakai celemek pada saat bekerja.

f. Kurangnya Pengetahuan Pasien/Keluarga Mengenal Penyakitnya. Kriteria evatuasi : Pengetahuan bertambah.

Intervensi 1) Penyuluhan mengenai cara mencegah penularan. 2) Informasi manfaat isolasi dan vaksinasi. 3) Informasi mengenai tindakan-tindakan yang diberikan.

Hal-hal yang harus diperhatikan perawat. 1) Pemberian program pengobatan, perhatikan dosis, jam / frekuensi

pemberian, efek samping, tulis nama yang memberikan. 2) Mempersiapkan alat-alat tindakan diagnostik, lumbal fungsi, funduscopi.

F. Rematik

1. Arthritis Gout

a. DIAGNOSIS Berdasarkan (Kriteria ARA), terdapat kristal monosodium urat didalam cairan atau terdapat kristal monosodium urat di dalam totus atau didapat 6 dari 12 kriteria berikut

1) lnflamasi maksimum pada hari pertama 2) Serangan artritis akut lebih dan 1 kali 3) Artritis monoartikuler 4) Sendi yang terkena benwarna kemerahan 5) Pembengkakan dan sakit pada sendi MTP 1. 6) Serangan pada sendi MTP unilateral 7) Serangan pada sendi pada tarsal unilateral 8) Adanya tofus 9) Hiperurisemia 10) Pembengkakan sendi asimetris pada gambaran radiologik 11) Kista subkortikal tanpa erosi pada gambaran radiologik 12) Kultur bakteri cairan sendi negatif. Pemeriksaan pendukung; kadar asam urat darah dan urin, ureum, kreatinin dan CCI serta radiologi sendi.

Diagnosis banding; Pseudogout, Artritis septik, Demam rematik, Artritis reumatoid.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: Penyuluhan dan obat antiinflamasi non steroid (Indomethacin). 2) Di Kloter

a) Penyuluhan dan diet rendah purin b) Obat antiinflamasi non streroid (Indomethacin) c) Pengobatan hiperurisemia (Allopurinol 1 x 300 mg) apabila peradangan

akut telah teratasi. d) Rujuk ke BPHI, apabila peradangan sangat hebat.

Page 38: Panduan PDT TKHI

3) Di BPHI

a) Pengobatan fase akut: Kolkisin dan obat antiinflamasi non steroid. b) Pengobatan hiperurisemia: Diet rendah purin dan obat urikosurik

(Allopurinol 1 x 300 mg). 2. Rhematoid Arthritis (RA) a. DIAGNOSIS

Berdasarkan Kriteria ARA th 1987 Rhematoid arthritis ditandai dengan; 1) kaku sendi pada pagi hari sekurang-kurangnya 1 jam, 2) Artritis pada sekurang-kurangnya 3 sendi, 3) Artritis pada persendian tangan, 4) Artrits yang simetris, 5) Nodul reumatoid, 6) Faktor Reumatoid serum positif dan 7) gambaran radiologik yang spesifik. Untuk menentukan diagnosis RA dibutuhkan 4 dari 7 kriteria tersebut diatas, kriteria 1 s/d 4 harus diderita penderita minimal 6 minggu.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut, obat-obatan anti inflamasi non steroid misalnya; Indomethacin, Piroksikam dll.

2) Di Kloter

a) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut. b) Pemberian obat-obatan anti inflamasi non streroid (indomethacin,

Piroksikam). c) Rujuk ke BPHI, apabila peradangan sendi sangat hebat atau

terdapat infeksi sekunder.

3) Di BPHI a) Pada umumnya tidak dibutuhkan rawat inap, kecuali peradangan

sendi sangat hebat atau disertai infeksi sekunder. b) Proteksi pada sendi yang sakit terutama pada stadium akut. c) Pemberian obat-obatan anti inflamasi pada stadium akut. d) Pemberian obat-obatan remitif (DMARD), misainya; Salazopirin,

Kioroquin dll. e). Fisoterapi.

3. Artritis Septik Bakteriai (Non Gonokok)

a. DIAGNOSIS Diagnosis ditetapkan dengan nyeri sendi akut umumnya monoartikuler dan terbanyak mengenai sendi lutut, biasanya terdapat penyakit lain yang mendasarinya, dan ditemukan bakteri dari kultur cairan sendi. Pemeriksaan penunjang antara lain analisis cairan sendi, pewarnaan gram dan kultur cairan sendi, pemeriksaan radiografi sendi, lekosit, LED, dan CRF serta kultur darah.

Diagnosis Banding : Artritis gonokok, Bursitis septik.

Page 39: Panduan PDT TKHI

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: Berikan antibiotik berspektrum luas dan analgesik. 2) Di Kioter : Berikan antibiotik berspektrum luas dan analgesik,

selanjutnya rujuk ke BPHI. 3) Di BPHI

a) Pengobatan dengan Aspirasi cairan sendi. b) Antibiotik berspektrum luas sebelum ada hasil kultur dan diubah

setelah hasil kultur diperoleh.. c) Joint drainage. d) Rujuk ke RSAS apabila memerlukan tindakan bedah.

G. Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa adalah suatu kelompok gejala atau perilaku yang dapat ditemukan secara kIinis dan dengan penderitaan (distress) serta berkaitan dengan terganggunya tungsi (disfungsi). Penyebab timbulnya gangguan jiwa adalah bersifat multifaktorial. Berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa (PPDGJ), urutan hirarki dasar diagnosis gangguan jiwa senantiasa diawali dengan memikirkan kemungkinan penyebab organik yang mendasari (faktor organo - biologi) atau dikenal dengan istilah Gangguan Mental Organik (GMO). Apabila dasar organik dapat disingkirkan maka perlu dipikirkan faktor penyebab lainnya yaitu : taktor spiko-edukasi, sosial-budaya dan psikorreligius.

1. DIAGNOSIS

Berdasarkan Auto dan allo-anamnesis dari orang terdekat disekitarnya maupun Buku Kesehatan Haji sangat penting untuk memperjelas riwayat perjalanan penyakit. Hal ini penting untuk menentukan adanya dasar organik atau bukan, onset akut atau kronis, kelainan psikosis atau neurosis serta riwayat obat-obatan yang dipakai. Pada pemeriksaan fisik status internus dan neurologis dilakukan sebagaimana lazimnya pemeriksaan di bidang kedokteran. Adanya kelainan status internus dan atau neurologis menuntun kearah kelainan organik (GMO) dan memerlukan pemeriksaan lanjutan sesuai kelainan yang ditemukan.

Sedangkan status psikiatri diketompokkan dalam pemeriksaan a. Kesadaran

Kesadaran merupakan keadaan biologik - fungsional yang optimal untuk bereaksi terhadap stimulus dari luar dan/atau dari dalam. Penilaian fungsi kesadaran merupakan hal yang utama dan lazim dalam setiap awal pemeriksaan medis. Timbulnya gangguan kesadaran merupakan gejala patognomonik adanya Gangguan Mental Organik (GMO) Misalnya; dellirium, epilepsi, cedera otak, meningitis atau heat stroke.

b. Realty Testing Ability (RTA)

Uji kemampuan menilai realitas (RTA) merupakan aspek yang sangat memegang peranan penting dan berkaitan dengan aspek mental alinnya (misalnya; gangguan kesadaran, waham, halusinasi, kegaduh-gelisahan, autistik, afek yang tumpul/datar). Adanya gangguan RTA merupakan tanda patognomonik gejala psikosis.

Page 40: Panduan PDT TKHI

c. Aspek sikap dan perilaku Sikap dan perilaku merupakan kesiapan memberikan respon dengan cara yang khas untuk mencapai motif/tujuan tertentu. Kegaduh-gelisahan, autistik, penarikan din, apatis, sulit menyesuaikan diri dengan lingkungan yang sedemikian parah menyokong ke arah tanda-tanda psikosis.

d. Aspek alam perasaan (afek)

Afk merupakan unsur yang memberi kehangatan dan warna pada kepribadian seseorang. Afek yang tumpul atau datar merupakan gejala patognomoik adanya gangguan psikosis.

e. Aspek persepsi dan berpikir

Persepsi merupakan penerimaan kesan melalui panca indera atau yang dirasa untuk mengenal, mengetahui objek-objek dari stimulus. Sedangkan berfikir merupakan rangkaian proses asosiasi, kombinasi, integnasi, penguraian dan sintesis unsur-unsur pikiran dalam membuat kesimpulan, pendapat dan penilaian. Aspek persepsi dan benfikir juga berkaitan dengan penilaian daya ingat dan orientasi. Gejala yang timbul dalam gangguan persepsi dan berfikir sedemikian luas (antara lain ; waham, asosiasi longgar, loncat gagasan, halusinasi, ilusi, dpresonalisasi) sehingga penilaiannya dikaitkan dengan uji kemampuan menilai realitas (RTA). Adanya gangguan persepsi dan/atau berfikir yang disertai gangguan RTA merupakan tanda patognomonik gangguan psikosis. Mengingat sarana dan prasarana yang ada, pemeriksaan penunjang lebih diutamakan pada kasus-kasus yang diduga sebagai kelainan organik (GMO) dan perlu bekerja sama dengan dokter ahli Iainnya.

2. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan gangguan jiwa selama di pesawat, kloter dan BPHI pada umumnya dibedakan oleh sarana dan prasarana yang ada. Perbedaannya adalah tersedianya sarana perawatan bila di BPHI dalam bentuk ruangan isolasi. Untuk memudahkan prinsip penatalaksanaan bagi petugas, maka pengelompokkan gangguan jiwa dibedakan dalam 3 bagian utama;

a. Gangguan Mental Organik

Prinsip utama penatalaksanaan gangguan jiwa adalah memikirkan adanya kelainan organik yang mendasari timbulnya penyakit. Sebagaimana keadaan gangguan fisik, jika ditemukan kecurigaan adanya kelainan organik (GMO) yang perlu diatasi adalah keadaan gangguan organiknya sehingga memerlukan penatajaksanaan bersama-sama dengan dokter ahli Iainnya. Prinsip penanganan A (air way), B (breathing), dan C (circulation) dilakukan sesuai prosedur dan kebutuhan. Selanjutnya diberikan terapi sesual etilogi dan simptom yang ditemukan. Kegaduhan-gelisahan yang timbul pada GMO dapat diberikan injeksi Haloperidol 5 mg atau injeksi CPZ 50 mg IM dan hindari pemberian lnjeksi Diazepam jika diduga adanya kelainan organik.

b. Gangguan Psikotik

Jika keadaan organik dapat disingkirkan, maka penatalaksanaan gangguan psikiatri ditekankan pada aspek ada-tidaknya gejala psikosis yang ditandai oleh gangguan penilaian realitas (RTA). Gangguan RTA yang sedemikian parah dan mengganggu diri dan/atau Iingkungan memertukan tindakan pengamanan (fiksasi) yang manusiawi, misalnya dengan jaket fiksasi atau isolasi ruangan. Selanjutnya diberikan farmakoterapi antipsikotik yaitu injeksi Halloperidol 5 mg IM atau injeksi

Page 41: Panduan PDT TKHI

CPZ 100 mg IM dan injeksi Diazepam 10 - 20 mg IM/IV sesuai tingkat kegaduhgelisahannya. Tindakan ini dapat diulangi setelah 30 menit jika betum reda. Selanjutnya diberikan terapi oral antipsikotik CPZ 3 x 50 - 100 mg/hari, dapat dinaikkan sampai 900 mg/hari atau Haloperidol 3 x 5 - 10 mg/hari. Efek samping yang perlu diperhatikan pada pemberian anti psikotik adalah timbulnya gejala extrapiramidal (parkinson) yang ditandai antara lain; kekakuan, berjalan seperti robot, lidah tertarik. Jika timbul efek tersebut dapat diberikan injeksi Fifenhidramin 2 cc IM atau Injeksi Sulfas Atrof in 0,25 - 0,5 mg IM dan pemberian oral Trihexifenidil (artane) 3 x 2 - 4 mg/hari. Efek samping antipsikotik lainnya adalah hipotensi. Oleh karena itu, jika tekanan darah kurang dari 90/60 mm Hg maka tidak diberikan antipsikotik dan lakukan tindakan pembaringan serta minum kopi. Jika tekanan darah belum membaik berikan IVFD RL / Dex 5% 30 - 40 tts/mnt disertai Noradrenalin 2 amp/kolf hingga tekanan darah membaik> 100 I 70 mm Hg.

c. Gangguan Non-psikotik (Neurotik) Gangguan ini paling banyak dijumpai dengan secara umum

dikelompokkan dalam kelompok ansietas dan depresi. Gejala ansietas menunjukkan kecemasan yang berlebihan disertai rasa takut yang tidak wajar. Gejala lainnya adalah timbulnya berbagai keluhan somatik tanpa dasar organik. Penderita ansietas yang tidak menunjukkan gejala penyakit parah, biasanya tidak memerlukan perawatan dan cukup diberikan anti-ansietas seperti diazepam 5 - 15 mg perhari atau Alprazolam 1,5 - 3 mg/hari dibagi dalam 3 dosis. Selanjutnya penderita diberikan psikoterapi supportif.

Sedangkan gejala depressi adalah reaksi kesedihan akibat kehilangan

objek yang disayangi atau dicintai (lost of love object). Gejalanya dimulai dengan sering murung, menarik diri dari kegiatan (mengurung diri), tidak nafsu makan, gangguan pola tidur, erosi kemampuan berfikir dan konsentrasi, merasa tidak berguna dan kadang-kadang ingin bunuh diri. Jika gejalanya ringan, penderita cukup diberi psikotenapi supportif dan antidepresan (Amitniptiline 3 x 25 mg/hari atau Imipramin 3 x 25 mg/hari atau Amineptine 2 x 200 mg/hari atau CPZ 3 x 50 mg atau Hallopenidol 3 x 0,5 mg/hari).

Tindak Lanjut : Bila gejala yang timbul cukup berat (kecenderungan untuk bunuh diri/ingin bunuh diri/percobaan bunuh diri) maka sebaiknya penderita dirujuk ke BPHI untuk mendapat perawatan Iebih lanjut oleh psikiater.

Page 42: Panduan PDT TKHI
Page 43: Panduan PDT TKHI

Sikap Menghadapi Pasien:

1. Hangat, ramah, banyak perhatian dan tenang 2. Bersikap empati, menyapa lebih dahutu, memperkenalkan diri,

mengajak bicara, menunjukkan perhatian, mengalah. 3. Formil, netral, “menjaga jarak” (khususnya untuk pasien paranoid). 4. Bila kondisi pasien masih membahayakan, ambil sikap waspada

(pasien difikasi). 3. PENGOBATAN a. Obat- obat anti psikotik.

1) Chlorpromazine/Largactil - Tablet 3 x 100 mg dapat dinaikkan s.d 900 mg / hari. - lnjeksi 100 mg IM, injeksi dapat diulang 30 - 45 menit.

2) Haloperidol - Tablet 3 x 5mg - lnjeksi Serenace 5 mg/cc - Halloperidol drop 3 x 20 tts

3) Pertenazin (Ovomit) 3 x 8 mg. 4) Flufenazine decanoat (Modecate) injeksi 25 mg/cc

Bila ada efek samping obat :

a) Hipotensi ortostatik: Baringkan penderita lebih kurang 10 menit, beri minum kopi. Bila belum menotong berikan IVFD RL / Dex 5% 30-40 Us / mnt ditambah Noradrenatin 2 amp / koif.

b) Parkison atau Akatisia berikan Artane 3 x 2 - 4 mg / hari, Sulfas Atrofin 3 x 1, Inj. SA 1 - 2 amp IM atau injeksi Delladril 1-2 cc IM.

b. Obat anti Depresant 1) Amitriptilin (Toilinc) 75 - 300 mg / hari 2) Imipramin (Tofranil) 75 - 300 mg / hari 3) Maprotilin (ludionil) 75 - 300 mg / hari 4) Amineptin (Survectov) 1 x 1 tablet 5) Moclobemide (Aurorix) 2 x 1 tablet 6) Sertraline Zoloft) 1 x 1 tablet c. Obat anti cemas (Benzodiazepine) 1) Alprazlam (Xanax) 0,5 - 4 mg / hari 2) Lorazepam (Ativan) 1 - 8 mg / hari 3) Diazepam (Valium) 4 - 40 mg / hari 4) Bromazepam (Lexotan) 3 - 6 mg / hari 5) Clobazam (Frisium) 20 - 30 mg / hari

Page 44: Panduan PDT TKHI

H. Kulit

1. SLE (System Lupus Erythematous) a. DIAGNOSIS

Berdasarkan 11 eritina ARA, pada anamnesis adanya keluhan bercak merah pada wajah, timbul perlahan kemudian melebar dan gatal terutama terkena panas.

Pemeriksaan fisik: 1) Rambut ditemukan Pluk test (+) dan alopesia dengan scarring 2) Wajah terdapat malar rash seperti kupu-kupu dan fotosensitif 3) Ujung-ujung jari deprresed scar sampai ulkus

Pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah laboratorium darah dengan hasil anemia, leukopenia dan LED meningkat, Rontgen foto dada, hasil EKD abnormal.

Diangnosis Banding : Erupsi obat bentuk foto sensitivitas dan Rheumatoid fever

b. PENATALAKSAAN

1) Di Penerbangan :

a) Monitor obat dan gejala yang timbul b) Perlakuan sama dengan jamaah biasa.

2) Di Kloter :

a) Prednison 30 mg / hari b) Sunblock dengan SPF >= 15

Asuhan Keperawatan: Sesuai dengan gejala yang timbul a) Istirahat dengan aktifitas dikurangi b) Pakaian yang protektif dari Sun exposed. c) Perhatikan obat-obatan yang memperberat

Gizi : Diet TKTP Sanitasi surveilans : a) Penyuluhan kurangi aktifitas diluar

b) Recording dan Reporting

3) Di BPHI : a) Follow up apakah sudah adekuat b) Alternatif tambahkan Chloroquin ablet 1 x 500 mg / hari.

2. Dermatitis Atopik

a. DIAGNOSIS Anamnesis, gatal yang berulang pada lipatan lengan dan lutut serta adanya stigma atopik pribadi / keluarga. Pemeriksaan fisik terdapat bekas eksloriasi, plak hiperpigmentasi pada fasca cubiti danpoplitea. Hasil pemeriksaan penunjang Ig E meningkat dan eosinofilia. Pada tes tusuk dan tes tempel

Page 45: Panduan PDT TKHI

dengan TDR hasflnya positif.

Diagnosis banding : Scabies dan Erupsi obat, golongan halogen

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan : Obat-obatan diteruskan dan ventilasi yang baik.

2) Di Kloter

Pengobatan : Berikan Antihistamin golongan sedatif per oral dan Krim steroid

Asuhan Keperawatan: a) Pakaian yang menyerap keringat. misalnya katun b) Kurangi faktor pencetus, misalnya debu dan suhu lingukungan

hendak yang menyenangkan.

Gizi : Hindari makanan yang merangsang, misalnya makanan yang berbumbu.

Sanitasi Surveilans : Kontrol lingkungan yaitu kelembaban dan TDR serta recording - reporting

3) Di BPHI

Pengobatan : Evaluasi pengobatan apakah sudah adekuat dan tambahkan prednison 20 mg hari dalam masa singkat.

Asuhan Keperawatan a) Hindari tempat-tempat yang berdebu b) Hindari sabun antiseptik dan farfum

Gizi: Diet yang tidak merangsang

Sanitasi surveilans : Evaluasi kepadatan debu dan TDR, recording dan reporting.

3. Xerotic Skin I Dis xerotik

a. DIAGNOSIS Pada anamnesis penderita mengeluh kulit kering dan bersisik disertai keluhan gatal. Sedangkan pada pemeriksaan fisik kulit tampak bersisik, bibir pecah-pecah dan pada uji gones tampak kulit lebih putih dan berskuama.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan : Aklimatisasi lingkungan dan berikan krim pelembab / baby

oil 2) DiKloter Beri pengobatan dengan krim pelembab dan antihistamin oral

a) Mandi dengan air hangat dan gunakan sabun hanya sedikit, sebaiknya

sabun digunakan mengandung pelembab b) Pakaian dari bahan katun

Page 46: Panduan PDT TKHI

Gizi : Beri diet TKTP Sanitasi Surveilans: Recording dan reporting 3) Di BPHI

a) Pengobatan diteruskan b) Krim steroid perlu dipertimbangkan bila ada tanda-tanda c) Bibir oleskan margarin / lip gloss.

Asuhan Keperawatan : Hindari sabun yang berlebihan Gizi : Hindari makanan yang merangsang bila bibir pecah-pecah dan diet TKTP. Sanitasi surveilans : Evaluasi kelembaban, recording dan reporting

L. THT 1. Epistaksis

Epistaksis adalah pendarahan dari rongga hidung

a. DIAGNOSIS

Berdasarkan penyebab dibagi menjadi: 1) Lokal disebabkan infeksi, neoplasma atau kongenital misalnya

Hereditary haemorrhagic teleangiectasia (osler) 2) Sistematik yang disebabkan Kardiovaskuler ( hipertensi atau

arteriosclerosis ), kelainan darah, infeksi, perubahan tekanan atmosfir (Caissom disease) atau kelainan Endokrin.

Berdasarkan sumber dibagi menjadi: 1) Epistaxis anterior berasal dari plexus Kiessel bach atau arteri Etmoidalis

anterior dan mudah diatasi. 2) Epistaxis posterior berasal dari arteri Sfenopalatina dan atau arteri

Etmoidalis posterior. Sering terdapat pada usia lanjut akibat hipotensi atau Arterio sclerosis dan pendarahan hebat serta jarang berhenti spontan.

PENATALAKSANAAN

Prinsipnya: 1) Menghentikan pendarahan 2) Mencegah komplikasi 3) Mencegah berulang dengan mencari penyebab.

1) Di Kloter a) Pasien didudukan I berbaring duduk dengan kepala ditundukkan. b) Monitor vital sign c) Cuping hidung dipencet selama 5 menit d) Bila tidak berhasil segera rujuk ke BPHI

2) Di BPHI

a) Monitor vital sign, bila terlihat tanda-tanda shock (tensi turun) segera pasang infus.

b) Pasang tampon adrenalin 5 - 10 menit dan “ala nasi” ditekan kearah septum.

Page 47: Panduan PDT TKHI

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul a. Potensial Terjadinya Shock Potensial terjadinya shock sehubungan dengan Epistaksis. Kriteria Evaluasi : Epistaksis berhenti.

Intervensi: 1) Pasien didudukkan / berbaring setengah duduk

dengan posisi kepala ditundukkan, tujuannya adalah mencegah darah masuk ke dalam saluran nafas (mencegah aspirasi)

2) Letakkan bengkok dimuka pasien untuk menampung darah 3) Monitor vital sign dan jika tampak tanda-tanda shock (tensi turun)

segera pasang infus 4) Apabila pendarahan berasal dari pleksus Kieselbach, maka cuping

hidung dipencet untuk mengurangi pendarahan. 5) Siapkan alat:

a. Lampu kepala b. Spekulum hidung c. Alat penghisap d. Pinset e. Kapas f. Tampon gulung g. Alat pelilit (aplikator) kapas. h. Api spiritus i. Kateter j. Adrenalin k. Vaselin/salep antibiotika I. Nitras argenti 25 % m. Tampon Bellocq yaitu kain kasa yang dilipat/ digulung kemudian

diikat dengan 2 buah tali sehingga ujung tall pada satu sisi 2 lembar, sedangkan pada sisi lainnya satu lembar. Tampon ini diperlukan untuk menolong pendarahan anterior.

Kaloborasi : Terapi pemberian infus dan obat-obatan serta tindakan pemasangan tampon dan tindakan pengobatan lanjutan.

Upaya pencegahan: 1) Pemakaian masker untuk menghindari iritasi karena udara. 2) Membuang lendir/cairan hidung jangan terlalu keras. 3) Pasien hipertensi dilakukan pengontrolan tekanan darah.

J. Sengatan Dingin

1. Sengatan dingin (Frost Bite dan Cold Injuries) Frostbite adalah salah satu manifestasi klinik cold injuris atau sering disebut freezing cold injuries.

a. DIAGNOSIS

1) Frost Nip

Bentuk klinis yang paling ringan, cenderung mengenai telinga, hidung, pipi, jari dan ibu jari, tangan atas dan bawah serta tungkai atas dan atau bawah. Berdasarkan anamnesis penderita mengeluh ada rasa kaku / beku daerah telinga (Aurikuler atau Auditus

Page 48: Panduan PDT TKHI

kanalikuli), hidung, pipi, jari tangan/ibu jar bahu, lengan atas/bawah, tungkai atas atau paha atas dan paha bawah. Kekakuan pada status lokalis, nyeri tekan atau pada udara dingin dan Hiperemis sekitar lesi/sendi.

2) Freezing (frost bite)

Akibat gangguan aklimatisasi yang mengenai aliran pembuluh darah kecil akibatnya oklusi agglutinasi Trombosit dan Trombi. Berdasarkan anamnesis penderita mengeluh “Anestesi” (hilang rasa) atau baal di daerah tungkai atas / bawah dan jari-jari tangan kaku / beku. Pada pemeriksaan status lokalis, mulai tampak mascrasi dan keringat tampak berlebihan serta nyeri sendi-sendi kecil/besar atau asimetris. Hasil laboratorium menunjukkan Lekositosis, osteoporosis gangguan aglutinasi / CT / BT.

3) Non Freezing (Immersion Foot Injuries):

Hanya menangani tungkai, walaupun dapatterjadi secara bersama dengan “Frost bite”. Sering menyerang pelaut / surveyor di tengah laut dan tentara (“Trench Foot”). Berdasarkan hasil anamnesis kaki basah terlalu lama dan dingin. Pada pemeriksaan fisik tampak pucat, palsasi nadi melemah, hiperemia, bengkak, dan nyeri.

Diangnosis Banding a) Gagal jantung kongetive, Aritmia jantung b) Uremia, gagal ginjal akut/khronik c) Diabetes Mellitus d) Takar lajak ( “over dosis” ) obat-obat

Antipiretik, Opiat / Benzo Diazpin, Tranquiliser mayor/minor atau anti histamin non selektif.

b. PENATALAKSANAAN

1) Di Penerbangan: a) Selimuti dengan kain hangat dan kendorkan ikatan-ikatan pada

tubuh (ikat pinggang, kancing celana, pakaian dalam, sepatu, arloji, kalung dan ikat kepala)

b) Minum dan makan makanan yang hangat dengan porsi sedikit tetapi sering misalnya setiap 15 menit.

c) Rebahkan dengan posisi kepala agak rendah dan tungkai Iebih tinggi 30 derajat.

d) Kompres air hangat pada daerah lesi atau berikan cairan / krem pelembab di sekitar lesi.

e) Bila nyeri semakin hebat boleh diberikan Asam Mefenamat 500 mg setiap 8 jam atau Tranadot 50 mg/8 jam.

2) Di Kloter:

a) Baringkan penderita dengan alas lunas dan selimuti dengan selimut hangat.

b) Lepaskan semua ikatan tubuh c) Beri minum dan makan makanan yang hangat d) Lakukan kompres hangat / Revanol pada daerah lesi e) Segera rujuk ke BPHI/RSAS.

Page 49: Panduan PDT TKHI

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul Gangguan Fungsi Suhu Tubuh ( “Termo Regulasi”) Gangguan fungsi suhu tubuh ( “Termo Regulasi” ) sehubungan dengan Sengatan dingin. Yang ditandai dengan: a) Vasokontruksi pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak pucat b) Produksi kelenjar keringat ( “Sabesca”) menurun sehingga kulit

terlihat kering. c) Kram, kaku, menggigil hingga pingsan Kriteria evaluasi : Sengatan

dingin teratasi. Intervensi: a) Beri selimut dan buli-buli panas mengurangi penguapan b) Bawa ketempat / ruangan yang bersuhu panas c) Beri minum hangat yang banyak d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan berwudhu g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan daya

tahan tubuh. h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi parental / infus.

3) Di BPHI

a) Lengkapi anamnesa, pemeriksaan fisik dan laboratorium. b) Imobilisasi, kalau perlu fiksasi sederhana di daerah lesi. c) Obati faktor pencetus dan penyakit primer / sekunder. d) Reworming bertahap:

• Penyinaran infra merah setiap 2 jam selama 20 menit sampai suhu normal.

• Kompres air panas / hangat setiap 1 jam selama 30 menit • Ruangan hangat / tanpa pendingin.

e) Antibiotika cakram luas misalnya Amoxillin 3 x 50 gr, Doxiciclin 2 x 100 gr atau Ciprofloksasin 3 x 500 mg.

f) Anti Inflamasi misalnya Nonflamin atau Excelase 3 x 2 tablet g) Anti Oksidan dosis tinggi 3 x 1 tablet h) Obat sirkulasi tepi dosis tinggi misalnya Aspirin

325 gr atau Aspilet 2 x 1 tablet, Dipiridamol 3 x 75 mg dan vitamin B complek atau B12 dosis tinggi * 2 x 5000 U)

i) Fisio terapi dengan Short Wave Diatermi, Musde Wavement, Relaksasi, Masage ringan dengan gelly dan latihan otot dengan bola tenis.

Masalah Keperawatan Yang Mungkin Timbul

Gangguan Fungsi Suhu Tubuh (“Termo Regulasi”) Gangguan fungsi suhu tubuh (“Termo Regulasi”) sehubungan dengan Sengatan dingin.

Yang ditandai dengan: a) Vasokontriksi pembuluh darah kulit sehingga kulit tampak pucat b) Produksi kelenjar keringat ( “Sebasea” menurun sehingga kulit

terlihat kering. c) Kram, kaku, menggigil hingga pingsan.

Page 50: Panduan PDT TKHI

Kriteria evaluasi : Sengatan dingin teratasi.

Intervensi

a) Beri selimut dan buli-buli panas untük mengurangi penguapan b) Bawa ketempat/ ruangan yang bersuhu panas. c) Beri minum hangat yang banyak. d) Kulit diolesi dengan pelembab untuk mengurangi kulit kering e) Pakaikan pakaian yang tebal dan kaos kaki. f) Hindari menggunakan air dingin untuk minum, mandi dan

berwudhu. g) Beri diet tinggi kalori dan tinggi protein untuk meningkatkan

daya tahan tubuh. h) Perhatikan personal higiene dan kebersihan lingkungan.

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi parenteral/infus.

Tindak lanjut: Konsul dokter Bedah atau dokter ahli Saraf, lakukan pengobatan konservatif dan pembatasan aktifitas serta gunakan alat bantu atau “Weight Bearing”.

BAB. II PENATALAKSANAAN GIZI

II. PENATALAKSANAAN GIZI A. Pendahuluan

Berdasarkan berbagai kajian ilmiah telah ditemukan bahwa kebutuhan seseorang akan zat gizi ditentukan oleh banyak faktor. Perubahan musim dan suhu udara sekeliling ternyata juga mempengaruhi jumlah kebutuhan kalori dan zat gizi lain. Berdasarkan informasi yang diperoleh, separuh waktu keberadaan jamaah haji tahun 1999, jatuh pada musim dingin dengan kelembaban rendah. Hal ini ternyata menjadi tantangan bagi Tim Kesehatan Haji Indonesia untuk mengantisipasi keadaan tersebut, yang diantaranya adalah Pembinaan Gizi. Dalam tulisan ini akan ditelaah seberapa jauh pengaruh musim dingin di Arab Saudi terhadap para jamaah haji Indonesia. Hal ini sangat penting untuk menentukan langkah-langkah Pembinaan Gizi Para Tamu Allah tersebut. Tujuan pembinaan ini tiada lain adalah untuk mencapai keadaan kesehatan jamaah yang optimal agar dapat melaksanakan ibadah sebaik mungkin

B. Pengaruh Musim Dingin Terhadap Kebutuhan Gizi

Sebuah penelitian mengenai “Pengeluaran Energi” atau Energi Expenditure pada sekelompok pekerja didaerah pegunungan / dataran tinggi yang berhawa dingin, memberikan hasil kenaikan kurang lebih 25% dibandingkan dengan dataran rendah. Sedangkan hasil penelitian serupa terhadap kelompok orang yang bukan pekerja dimusim dingin hanya menghasilkan kenaikan 25% saja. Hasil penelitian yang beragam ini tampaknya akibat dipengaruhi variabel

Page 51: Panduan PDT TKHI

individu. Penggunaan baju dingin adalah salah satu upaya menghangatkan tubuh tanpa meningkatkan jumlah konsumsi makanan. Jumlah haji yang pada umumnya terdiri dari kelompok orang yang sudah berumur dengan klasifikasi aktivitas sedang, tampaknya peningkatan kebutuhan zat gizi tidak diperlukan terlalu tinggi. Penambahan sebesar maksimum 5% diperkirakan sudah cukup memadai untuk meraih derajat kesehatan yang optimal agar dapat melaksanakan ibadah secara sempurna.

Ini dapat dicapai dengan cara mengkonsumsi makanan selingan diantara dua kali makan. Sedang untuk menanggulangi kelembaban rendah hendaknya diimbangi dengan jumlah cairan yang cukup, baik dari air minum dan mengkonsumsi buah-buahan yang cukup. 1. PENATALAKSANAAN

a. Di Kloter

1). Penyuluhan di pondokan terhadap:

a) Jamaah yang tidak memerlukan diit khusus, baik secara perorangan maupun kelompok. Materi diberikan secara singkat dan jelas, berupa pesan-pesan: - Jangan menahan lapar - Makanlah sesuatu diantara dua kali makan - Perbanyak minum - Perbanyak makan buah-buahan

b) Jamaah yang karena mengidap penyakit tertentu harus

menjalani diit khusus, diperlukan materi khusus yang akan dibicarakan kemudian.

2). Pengecekan berat badan seluruh jamaah, dan hasilnya ditindak

lanjuti agar dapat dicapai berat badan normal.

b. Di BPHI Pemenuhan kebutuhan gizi bagi jamaah yang dirawat di BPHI adalah berdasarkan ketetepan Tim Medis yang merawat, baik mengenai jumlah zat gizi yang diperlukan maupun bentuk makanan yang diberikan.

1). Jamaah yang tidak memerlukan diit khusus. Untuk kelompok ini

digunakan standar makanan rumah sakit yang ada. Berdasarkan bentuknya, makanan dapat dibedakan menjadi : a) Makanan biasa dengan makanan pokok: Nasi/ pengganti b) Makanan lunak, dengan makanan pokok Bubur/pengganti c. Makanan saring, dengan makanan pokok Bubur yang

dihaluskan/pengganti d) Makanan cair, dengan formula rumah sakit (lihat pada Lampiran

1). Disamping formula rumah sakit, dewasa ini sudah banyak diproduksi formula komersial dengan susunan nutrisi yang beragam, sesuai dengan penyakit yang diderita.

2). Jamaah yang memerlukan Diit khusus a). Diabetes Mellitus (DM). Diit ini dibagi menjadi

Page 52: Panduan PDT TKHI

8 tingkatan sebagai berikut: - DM1 : 1.100 Kalori - DM II : 1.300 Kalori - DM Ill : 1 .500 Kalori - DM IV : 1.700 Kalori - DM V : 1.900 Kalori - DM VI : 2.100 Kalori - DM VII : 2.300 Kalori - DM VIII: 2.500 Kalori

Penentuan jumlah kalori secara gampang, yaitu untuk pasien kurus 2.300-2.500 kalori, normal 1.700-2.100 kalori, dan gemuk 1.100-1.500 kalori. Pembagian makanan sehari dapat dilihat pada Lampiran II. Daftar bahan makanan penukar yang berguna untuk mengganti susunan hidangan agar tidak membosankan, dapat dilihat pada Lampiran III.

b) Jantung, macam diit dan indikasi pemberian:

Diit Jantung I Diit Jantung I diberikan kepada penderita dengan “infark miokard akut” atau gagal jantung berat. Pemberian berupa 1-11/5 liter cairan sehari selama 1-2 hari pertama bila penderita dapat menerimanya. Makanan ini rendah kalori dan semua zat-zat gizi.

Diit Jantung II Diit Jantung II diberikan secara berangsur dalam bentuk lunak dan rendah garam, setelah fase akut infark dapat diatasi menurut beratnya hipertensi atau oedema yang menyertai penyakit. Makanan ini juga rendah kalori, protein, dan thiamin. Dilt Jantung III Diit Jantung III diberikan sebagai makanan perpindahan dari Diit Jantung II kepada penderita penyakit jantung tidak tentalu berat. Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna berbentuk lunak atau biasa. Makanan ini rendah kalori dan rendah, tetapi cukup zat-zat gizi lainnya sesuai beratnya hyportensi atau oedema yang menyertai penyakit. Diit Jantung IV Dilt Jantung IV diberikan sebagai makanan perpindahan dari Dilt Jantung III atau kepada penderita penyakit jantung ringan. Pemberian dalam bentuk biasa sesuai beratnya hipentensi atau oedema yang menyertai. Makanan diberikan rendah garam dan cukup kalori dan zat-zat gizi.

Tabel 1 Daftar Waktu, Energi dan Standar Diet

Waktu / Energi

Standar Diet

1100 1300 1500 1700 1900 2100 2300 2500 07.00:

Page 53: Panduan PDT TKHI

Nasi 1/2 1 1 1 11/2 11/2 11/2 1 Hewani 1/2 1/2 1/2 1/2 1/2 1 1 1 Nabati - — 1 1 1 1 1 1 SayurA s 2 s s s s - s SayurB - - - - - - -

Minyak - 1 1 1 1 1 1 1 10.00: Buah 1 1 1 1 1 1 1 1 Susu - - - - - - 1 1 13.00: Nasi 1 1 1

1/2 2 2 2

1/2 3 3

Hewani 1 1 1 1 1 1 1 1 Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1 SayurA s s s s s s s S

SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1 Buah 1 1 1 1 1 1 1 1 Minyak 1 1 1 2 2 3 3 3 16.00: Buah 1 1 1 1 1 1 1 1 19.00: Nasi 1/2 1 1 1

1/2 2 2 2 3

Hewan 1 1 1 1 1 1 1 1 Nabati 1 1 1 1 1 1 1 1 SayurA s s s s s s S S

SayurB 1 1 1 1 1 1 1 1 Buah 1 1 1 1 1 1 1 1 Minyak 1 1 1 1 2 2 2 2

Tabel 2 Daftar Diit Jantung Berdasarkan

Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung II

Berat (g) URT Berat (g) URT Beras Daging Telur Tempe Sayuran Buah Minyak Margann t. garam Gula pasir Tepung Susu

- - - - -

400 - -

80 80

- - - - -

-2 gis sari - -

8 sdm 16 sdm

100 100 60

-

200 400

10 40 20

3 gis bubur 3 pt. Sdg.

1 butir -

2 gis 4 pt. sdg.

-

1 sdm 1 sdm 1 sdm

Bahan makanan Diit Jantung I Diit Jantung_II Berat (g) URT Berat (g) URT

Beras Daging Telur Tempe Sayuran

200 100 50 100 200

4 gis tim 2 pt. Sdg.

1 butir 4 pt. Sdg. 2 gelas

250 100 50 100 200

31/2 gis tim 2 pt. Sdg.

1 butir 1 pt. Sdg. 2 gelas

Page 54: Panduan PDT TKHI

Buah Minyak Margarin t. garam Gula pasir TepungSusu

400 15

-

30 -

4 pt. Sdg 1 1/2 sdm

-

3 sdm -

400 25

-

30

4 pt. Sdg. 2 1/2 sdm

-

3 sdm

Pembagian minuman sehari: Pukul 06.00 Susu 1 gis Pukul 08.00 Susu 1 gis Pukul 10.00 Air Jeruk 1 gis Pukul 13.00 Susu 1 gis Pukul 15.00 Sari Pepaya 1 gis Pukul 18.30 Sari Pepaya 1 gis Pukul 20.00 Teh manis 1 gis

Tabel 3 Daftar Makanan Diit Jantung Sehari

Pukul Bahan

Makanan Diit Jantung II Diit Jantung Ill Diit Jantung IV

Berat (g)

URT Berat (g)

URT Berat (g)

URT

08.00 Beras Telur

Sayuran Tep.Susu Minyak

Gula pasir

30 50 50 20

-

10

1 gls bbr

1 btr 1/2gls 4sdm

-

1 sdm

50 50 50

-

5 10

1 gis tim 1 btr

1/2gls -

1/2 sdm 1 sdm

50 50 50

-

5 50

3/4 gls nasi 1 btr

1/2gls •

1/2 sdm 1 sdm

Pukul Bahan Makanan

Diit Jantung II Diit Jantung III Diit Jantung IV

Berat (9)

URT Berat (9)

URT Berat (9)

URT

10.00

12.00 dan

10.00

16.00

Pepaya (gula pasir

Beras Tempe

Sayuran Pepaya

Margarin Minyak Pepaya

Gula pasir

100 20 35 -

75 100 5 -

100 10

1 pt. Sdg. 2 sdm 1 gls bbr - 2/4 gls 1 ptsdg 1/2 sdm - 1 ptsdg 1 sdm

100 10 75 50 75

100 -

5 100 10

1 pt. sdg. 1 sdm

11/2 gls tim

2 pt. sdg. 2/4 gls 1 ptsdg

-

1/2 sdm 1 ptsdg 1 sdm

100 10

100 50 75

100 -

10 100 10

1 pt. sdg. 1 sdm

11/3 gls nasi

2/4 Pt sdg 1 Pt sdg

-

1 sdm 1 Pt sdg 1 ptsdg

Tabel 4

Daftar Golongan Bahan Makanan Yang Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan

Sumber HidratArang

Beras, bubur, singkong, talas, kentang, makroni, ml, bihun, roti, biskuit, tepung-tepurigan, gula.

Kue-kue yang terlalu manis dan gurih seperti cake, tercis, dodol, dsb.

Sumber Protein Hewani

Daging sapi kurus, ayam bebek, ikan, telur, susu dalam jumtah terbatas

Semua daging berlemak, sosis

Sumber Protein Nabati

Kacang-kacangan kering maks 25 g sehari tahu, tempe, oncom.

Sumber Lemak

Minyak, margarin, mentega, sedaoat digunakan untuk

Goreng-gorengan, santan kerital

Page 55: Panduan PDT TKHI

menggoreng : kelapa, santan encer dalam jumlah terbatas.

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan

Sayuran

Sayuran yang tidak menimbulkan gas bayum, kangkung, buncis, kacang panjang, toge, labu slam, oyong, tomat, wortel, dsb.

Buah-buahan

Semua buah : nangka, durian, advokat, hanya dibolehkan dalam jumlah terbatas.

Sayuran yang menimbulkan gas seperti kol, sawi, lobak

Bumbu-bumbu Bumbu dapur, seperti : pala, kayu manis, asam, gula, garam.

Lombok dan bumbu lain yang merangsang

Minuman Teh encer, coklat, sirop, susu dalam jumlah terbatas.

Kopi, dan teh kental

Tabel 5 Contoh Menu: Diit Jantung II

Pagi Siang Sore

Nasi tim Bubur nasi Bubur nasi Telur 1/2 matang

Tim daging giling Semur daging giling

Setup wortel Sup sayuran Setup bayam Teh manis Pepaya Pisang Susu - Pukul 16.00: air jeruk Pukul 10.00: Slada pepaya

Pagi Slang Sore Nasi tim Nasi tim Nasi tim Telur 1/2 matang Daging bumbu Tomat Ikan pepes Setup wortel Tempe bacem Tahu tim Teh manis Sayur bening Ca. Sayur Pukul 10.00: Slada pepaya Pepaya Pisang Pukul 16.00 : Air jeruk Contoh menu diit jantung IV sama dengan Diit Jantung III, hanya nasi tim diganti dengan nasi.

c) Penyakit Kelainan Pembuluh Darah Kelainan pembuluh darah berupa arteroskierosis diakibatkan oleh meningkatnya kadar lipida darah sehingga disebut hiperlipidemia atau lebih terkenal dengan sebuta “dislipidemia I’. Umumnya kada lipid disebut hiperlipo prôteinemia. Diit hiperlipoproteinemia berbeda menurut 5 tipe yaitu I sampai dengan V. Karena hiperlipoproteinemia I, II dan V jarang ditemui, maka dalam penuntun Diit RSCM-Persegi hanya diuraikan Diit I liperlipoproteinemia II dan IV.

Out I liperlipoproteinemia II Out Hiperlipoproteinemia II diberikan kepada penderita hiperlipo proteinemia tipe II. Tipe ini didapat pada semua umur dan diduga dapat menurun, atau sekunder pada

Page 56: Panduan PDT TKHI

konsumsi kolesterol tinggi, nephrosis, atau penyakit hati. Kadar kolesterol darah biasanya tinggi, sedangkan kadar trigliserida normal atau tinggi.

Syarat-syarat diit yang diberikan: 1) Lemak terbatas dengan perbandingan lemak tak jenuh

ganda (T.TJG) / lemak jenuh (U) 1,8 - 2,8. ini dapat dicapai bila lemak takjenuh ganda lebih an 10 persen kalori total.

2) Kolesterol rendah yaitu dibawah 300 mg sehari. 3) Hidrat arang tidak dibatas 4) Kalori sesual kebutuhan 5) Serat tinggi.

Tabel 7

Daftar Bahan Makanan, Berat dan Ukuran Rumah Tangga

Bahan Makanan Berat (g) URT Beras 300 4 gls nasi Daging 100 2 ptg sdg Tempe 150 6 ptg sdg Kacang hijau 25 2 1/2 sdm Sayuran 300 3 gls Buah 300 3 ptg pepaya sdg Minyak gizi 30 3 sdm Gula pasir 25 2 1/2 sdm

Tabel 8

Daftar Nilai Gizi Sehari

Kalori 2.280 Hidrat arang 374 g Protein 79g Kalsium 0,5g Lemak 53 g Besi 28 mg - Lemak jenuh 9,2 g Vitamin A 11.988 SI - Lmk tak jenuh gnd

Thiamin 1 mg

- LTJG/LG 2,3 Vitamin C 194 mg - Kolesterol 70 mg

Tabel 9

Daftar Pembagian Makanan Sehari

Waktu Bahan Berat URT Pukul Pukul

10.00

16.00

Beras Kac. Hijau Tempe Gula pasir Sayuran Minyak jag. Gula pasir Beras Buah Daging Tempe Sayuran Buah

70 g 25 g 50 g 15 g 50 g 10 g 10 g 115 g 100 g 50 g 50 g 125 g 75 g

1 gls nasi 2 1/2 sdm 2 ptg sdg 1 1/2 sdm 1/2 gls 1 sdm 1 sdm 1 1/2 gls nasi 1 ptg pepaya sdg 1 ptg sdg 2 ptg sdg 1 1/4 gls 1 ptg pepaya sdg

Page 57: Panduan PDT TKHI

Minyakjagung 10 g 1 sdm

Tabel 10

Contoh menu Diit Hiperlipoproteinemia II

Pagi Siang Sore Nasi Nasi Nasi Tempe goreng Ikan goreng Daging bumbu Bali Setup buncis Tahu balado Tumis kacang merah Pukul 10.00 Sayur asam Sup sayuran Bubur kcg hijau Lalap timun

Pepaya Pukul 16.00 Pepaya

Rebusan sawi / Tomat

Tabel 11

Daftar Bahan Makanan boleh dan tidak boleh diberikan

Gel. Bahan Makanan

Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan

Sumber Beras, jagung, roti, kentang Kue-kue, cake, tarcis yang

HidratArang makroni, bihun, tepung-tepungan, jam, madu, gula, sirop, dsb

dibuat dengan susu penuh, keju, kuning telur, mentega, kelapa, minyak kalapa dan

Sumber Protein- Hewani

Daging sapi dan ayam yang tidak berlemak, lidah dalam jumlah terbatas, ikan, putih telur, susu skim yoghrut, dsb.

lemak jenuh lain. Semua daging berlemak seperti domba, kornet, susu, kuning telur, udang, kerang, jeroan, jantung, otak, hati, ginjal, susu penuh, keju es

Sumber Kacang-kacangan dan krim.

Protein Nabati hasilnya seperti tahu, tempe, oncom, keju kacang tanah.

Sumber Semua minyak tumbuh Minyak kelapa, kelapa,

Lemak

tumbuhan kecuali minyak kelapa, seperti minyak jagung, kacang tanah, biji bunga matahari, biji kapas, wijen.

santan kental, lemak hewan, margarin, mentega

Sayuran Semua macam sayuran Buah-buahan Semua macam buah-

buahan Bumbu-bumbu Semua macam bumbu

Dilt Hiperlipoproteinemia IV

Diit Hiperlipoproteinemia IV diberikan kepada penderita hiperlipo proteinemia IV. Tipe ini sering timbul pada umur 20 tahun ke atas pada “arteroskierosis prematur” atau sekunder pada Diabetes Mellitus atau penyakit metabolisme lain. Pada umumnya disertai kegemukan. Kadar kolesterol darah normal atau tinggi, sedangkan kadar trigliserida biasanya tinggi.

Syatar-syarat dilt yang diberikan: 1) Kalori rendah, bila penderita terlalu gemuk. Jika telah tercapai berat badan

normal, kalori disesuaikan untuk mempertahankan berat badan tersebut.

Page 58: Panduan PDT TKHI

2) Hidrat arang dibatasi : 40 - 60 persen kalori total. Pengurangan terutama dari hidrat arang murni (gula murni dan makanan yang mengandung gula murni).

3) Lemak terbatas, diutamakan menggunakan lemak tak jenuh ganda. 4) Kolesterol terbatas : 300 - 500 mg sehari. 5) Protein tidak dibatasi. 6) Serat tinggi.

Tabel 12 Daftar Bahan Makanan Sehari

Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sesual Tingkat Kalori

Bahan Makanan 1200 Kalori 1500 Kalori

Berat (g) URT Berat (g) URT Beras

Daging Telur

Tempe Sayu ran

Buah Minyak Jagung

70 100 50 100 400 400 20

1 gls nasi 2 ptg sdg

1 butir 4 ptg sdg

4 gls 4 ptg pepaya

2 sdm

125 100 50

100 400 400 25

1 1/2 gls 2 ptg sdg

1 butir 4 ptg sdg

4 gls 4 ptg pepaya

2 1/2 sdm

Bahan Makanan 1200 Katori 1500 Kalori

Berat (g) URT Berat (g) URT Beras

Daging Telur

Tempe Sayuran

Buah MinyakJagung

175 100 50 100 400 400 25

2 1/2 gls nasi 2 ptg sdg

1 butir 4 ptg sdg

4 gls 4 ptg pepaya

2 1/2sdm

250 100 50

100 400 400 30

3 1/2 gls 2 ptg sdg

1 butir 4 ptg sdg

4 gls 4 ptg pepaya

3sdm

Tabel 13 Daftar Nilai Gizi Sehari Sesuai Katori

1200 Kalori 1500 Kalori Katori 1298 1540 Protein 58 g 62 g Lemak 45 g 51 g - Lemak jenuh 9,9 g 10,5 g - Lemak jenuh gd 15,7 g 18,6 g - Perb.LTJG/LG 1,6 1,8 - Kolesterol 345 mg 345 mg Hidrat arang 174 g 217 g Kalsium 0,5 g 0,5 g Besi 24 mg 24,5 mg Vitamin A 16324 SI 16324 SI Thiamin 0,8 mg 0,9 mg Vitamin C 260 mg 260 mg

Page 59: Panduan PDT TKHI

1700 Kalori 2000 Kalori Kalori 1720 2035 Protein 66 g 71 g Lemak 52 g 57 g - Lemak jenuh 10, 7 g 11,4 9 - Lemakjenuhgd 18,7g 21,69 - Perb.LTJG/LG 1,8 2 - Kolesterol 345 mg 345 mg Hidrat arang 256 g 217 g Kalsium 0,5 g 0,5 g Besi 24,9 mg 25,5 mg Vitamin A 16324 SI 16324 SI Thiamin 1 mg 1,1 mg Vitamin C 260 mg 260 mg

Tabet 14 Daftar Bahan Makanan

Berdasarkan Waktu, Berat, Ukuran Rumah Tangga dan Kalori Sehari

Waktu Pukul

Bahan Makanan

1200 Kalori 1500 Kalori

Berat (g) URT Berat (g) URT 07.00 Beras

Telur Sayuran Minyak

-

50 100

-

-

1 butir 1 gls

-

15 50 100 5

1/4 gls nasi 1 butir 1 gls

1/2 sdm

10.00/1 6.00

Buah 100 1 ptg sdg 55 1 ptg sdg

Slang & Sore

Beras Daging Tempe

Sayuran Buah

Minyak

35 50 50

150 100 10

1/2 gls nasi 1 ptg sdg 2 ptg sdg 11/2 gls

1 ptg sdg 1 sdm

50 50 50 150 100 10

2/4 gls nasi 1 ptg sdg 2 ptg sdg 11/2 gls

1 ptg sdg 1 sdm

Waktu Pukul

Bahan Makanan

1200 Kalori 1500 Kalori

Berat (g) URT Berat (g)

URT

07.00 Beras Telur

Sayuran Minyak

35 50

100 5

1/2 gls 1 butir 1 gls

1/2 sdm

40 50 100 10

1/2 gls nasi lbutir 1 gls

1 sdm 10.00/1

6.00 Buah 100 1 ptg sdg 100 1 1/2 ptg sdg

Siang & Sore

Beras Daging Tempe

Sayuran Buah

Minyak

70 50 50

150 100 10

1 gls nasi 1 ptg sdg 2 ptg sdg 1 1/2 gls 1 ptg sdg

1 sdm

105 50 50 150 100 10

2/4 gls nasi 1 ptg sdg

2 gls 1 1/2 gls 1 ptg sdg

1 sdm

Page 60: Panduan PDT TKHI

Tabel 15 Daftar Makanan Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Gel. Bahan Makanan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan Sumber HidratArang

Beras, jagung, roti, tepung-tepungan (maezena) hunkwee, terigu, beras, ml, bihun, kentang, aspageti, makaroni dalam jumlah terbatas.

Kue-kue, cake, tarcis yang dibuat dengan susu penuh, keju, minyak kelapa dan lemak jenuh lain, kripik singkong/kentang, permen, coklat, jam gula, madu.

Sumber Protein Hewani Sumber Protein Nabati

Daging sapi, domba, ayam, ikan, putih telur, susu skim, kuning telur dibatasi 3 butir seminggu. Kacang-kacangan dan hasil olahannya seperti tahu, tempe, oncom, kacang hijau, kacang merah, kacang tolo.

Semua daging berlemak, kornet, kulit ayam, keju, jeroan, otak, udang dan kerang-kerangan, susu penuh, es krim.

Sumber Lemak

Semua minyak tumbuh-tumbuhan kecuali minyak kelapa, seperti minyak jagung, kacang tanah, biji bunga matahari, biji kapas, wijen, margarin khusus.

Minyak kelapa, kelapa santan, margarin, mentega

Sayuran Semua macam Sayuran

Buah-buahan Semua macam buah-buahan

Bumbu-bumbu Semua macam bumbu

Tabel 16 Contoh Menu Diit Hiperlipoproteinemia 1200 kalori

Pagi Siang Sore

Telur 1/2 masak Nasi Nasi Irisan tomat Ikan goreng

Tempe balado Sayur asam Lalap ketimun I tomat Nenas

Daging empal Tumis kacang tanah Sayuran bening Lalap rbs kcng panjang Pisang

Pukul 10.00 Pukul 16.00 Selada buah Selada buah

Diit hiperlipoproteinemia IV 1500 s/d 2000 kalon menu nya sama dengan Out Hiperlipoproteinemia IV - 1200 kalori, kecuali pagi ditambah nasi dan oseng buncis.

Keterangan: Daftar komposisi lemak, asam lemak, dan kolesterol dapat dilihat pada lampiran IV.

Page 61: Panduan PDT TKHI

d) Diit Hipertensi:

Diii Hipertensi diberikan dengan diit rendah garam yang tujuannya adalah membantu menghilangkan retensi garam/air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah. Syarat-syarat pemberian diit: 1) Cukup kalori, protein, mineral, dan vitamin 2) Bentuk makanan disesuaikan dengan keadaan penyakit. 3) Jumlah natrium yang diperbolehkan disesuaikan dengan retensi air/garam

dan/atau hipertensi. Diit rendah garam diberikan kepada penderita dengan oedema dan/ atau hipertensi, sebagaimana terdapat pada penyakit “Decompensatio Cordis, Cirrhosis Hepatis, penyakit ginjal tertentu, Toksemia pada kehamilan dan Hipertensi Esensiil. Diit ini mengandung cukup zat-zat gizi sesuai dengan keadaan penyakit dan diberikan dengan berbagai tingkat Out Rendah Garam.

Diit Rendah Garam I (200 - 400 mg mg Na) Diit rendah garam I dalam pemasakan tidak ditambahkan garam dapur. Bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedem, acites dan atau hipertensi berat.

Tabel 17 Daftar Bahan Makanan

Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Tangga Sehari

No. Nama Bahan Berat (gram) Ukuran Rumah Tangga 1. Beras 350 5 gelas Nasi 2. Daging 100 2 potong sedang 3. Telur 50 1 bt ayam negeri 4. Tempe 100 4 potong sedang 5. Kacang Hijau 25 2 1/2 sendok makan 6. Sayuran 200 2 gelas 7. B u a h 150 2 bh pisang 8. Minyak 25 21/2sendokmakan 9. Gula pasir 25 2 1/2 sendok makan

Daftar NiIai Gizi Sehari. - Kalori : 2230 - Protein : 75 gram - Lemak : 53 gram - Hidrat Arang : 365 gram - Kalsium : 0,5 gram -Besi : 24mg -VitaminA : 6139mg - Thiamin : 1,2 mg - Vitamin C : 87 mg - Natrium : 305 mg

Page 62: Panduan PDT TKHI

Tabel 18 Daftar Makanan Berdasarkan Berat dan Ukuran Rumah Sehari

P a g i : Siang dan Sore :

Beras Telur Sayuran Minyak Gula psr

70 gr = 1 gelas nasi 50 gr = 1 btr 50 gr = 1/2 g&as 5 gr = 1/2 sdm 10 gr - 1 sdm

Beras Daging Sayuran B u a h Minyak

140 gr 50 gr 75 gr 75 gr 10 gr

= 2 gls nasi = 1 pt. sdg = 3/4 gelas = 1 bh pis. = 1 sdm

Pukul 10.00: Kacang Hijau Gula Pasir

25 gr = 2 1/2 sdm 15 gr = 1 1/2 sdm

• Diit Rendah Garam II (600 - 800 mg Na)

Pemberian makanan sehari sama dengan Diit Rendah Garam I. Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan 1/4 sdt garam dapur (1 gram) : bahan makanan tinggi natrium dihindarkan. Makanan ini diberikan kepada penderita dengan oedema, ascites, dan atau hipertensi tidak terlalu berat.

• Diit Rendah Garam III (1000 - 1200 mg Na)

Pemberian makanan sehari sama dengan Diit Rendah garam I. Dalam pemasakan dibolehkan menggunakan 1/2 sdt (2 gr) garam dapur. Makan ini diberikan kepada penderita dengan oedema dan atau hipertensi ringan.

Cara memilih bahan makanan : Makanan yang diberikan makanan biasa rata-rata mengandung 2800 - 6000 mg natrium yang ekivalen dengan 7 - 15 gr Na Chiorida. Sebagian natrium berasal dari garam dapur, selebihnya dari bahan makanan yang mengandung natrium tinggi. Kadar natrium pada berbagai jenis bahan makanan dapat dilihat pada lampiran I.

Tabel 19

Daftar Makanan Boleh dan Tidak Boleh Diberikan

Golongan Boleh Diberikan Tidak Boleh Diberikan Sumber Beras, bulgur, kentang, roti, biskuit dan kue-kue Hidrat Arang singkong, terigu, tapioka,

hunkwee, gula, makanan yang diolah dari bahan

yang dimasak dengan garam dapur dan atau

soda. makanan tsb diatas tanpa

garam dapur dan soda.

Sumber Daging dan ikan maksimum

Otak, ginjal, lidah, sardin,

Protein Hewani 100 gr sehari, telur max. 1 btr sehan, Susu max. 200 gr sehari.

keju, daging - ikan, telur yang diawet dengan

garam dapur seperti :daging

asap, harnbacon, dendeng

abon, Sumber Protein

Nabati Semua kacang-kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa garam Dapur.

ikan asin, ikan kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, telur pindang

dsb.

Page 63: Panduan PDT TKHI

Sayuran Semua sayuran segar Sayuran yang diawer Tanpa garam dapur, Natrium Benzoas dan Soda.

Keju, kacang tanah dan semua kacang-kacangan yang dimasak dengan garam dapur dan lain ikatan natrium

Buah-buahan Semua buah-buahan segar buah-buahan yang diawet tanpa garam dapur, Natrium benzoas, Dan soda.

Sayuran yang diawet dengan garam dapur dan lain ikatan natrium, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, Acar, dsb.

Lemak Minyak, margarin tanpa Garam mentega tanpa garam.

Margarin, dan mentega biasa.

Bumbu-bumbu Semua bumbu-bumbu segar dan kering yang tidak mengandung garam dapur, dan lain ikatan natrium

garam dapu r, ‘baking powder, soda kue, vetsin dan bumbu-bumbu yang mengandung garam seperti kecap, terasi, tauco, meggie, dsb.

Minuman Teh, kopi, minuman Botol ringan.

Cokiat

Keterangan:

Rasa makanan dapat dipertinggi dengan menggunakan bumbu lain yang tidak mengandung natrium seperti gula, cake, bawang merah, bawang putih, kunyit, jahe, laos, salam, dsb. Makanan yang dikukus, ditumis, digoreng, dipanggang lebih enak dari pada makanan yang direbus.

Pagi Slang Sore Nasi Nasi Nasi Telur dadar Ikan acar kuning daging pesmol Tumis kacang Tahu bacem Tempe keripik Panjang. Sayur lodeh Ca sayuran Pukul 10.00 Pepaya Pisang

Bubur kacang hijau.

• Dilt pada Hipertensi dengan kelainan jantung dan pembuluh darah. Keadaan Hipertensi dengan kelainan jantung dan pembuluh darah sering ditemui, dan merupakan faktor risiko penyakit jantung koroner (PJK). Penatalaksanaan diitnya merupakan kombinasi diit rendah asam dan penyakit jantung dan atau Hipertensi Proteinemia. Lampiran I

MAKANAN CAIR BIASA 2000 CAL 2000 CC

Bahan Susu FC : 110 gr Susu Skim : 100 LLM : 20 gr Telur Ayam : 150 gr (Negeri) Glukosa : 25 gr

Page 64: Panduan PDT TKHI

Gula Pasir : 100 gr Tepung beras : 20 gr Minyak Kacang : 20 cc (happy Salad Oil) Sari Buah : 100 gr Jumlah Cairan : 2000 cc

Nilai Gizi : E = 2013 kalor P = 88 gram L = 75,7 gram KH = 247, 9 gram

Cara Membuat: 1) Susu, gula, minyak di aduk sampai rata ditambahkan air mendidih. 2) Telur dikocok/di blunder 3) Tepung betas dimask setelah dicairkan dengan air secukupnya. 4) Masukan tepung beras ke dalam susu yang sudah diaduk tadi, masak sampai

mendidih angkat dan masukan telur lalu tambah air sampai menjadi 2000 cc. 5) Saring, masukan dalam botol yang sudah disteril dan tutup. Lampiran II

Contoh Menu Berdasarkan Bahan Makanan Penukar

Contoh Menu Diabetes Meilitus: 1500 kalori SEHARI PAGI SlANG SORE SNACK

(P) (P) (P) (P) - Nasi/ Penukar 31/2 1 1 1/2 1 - - Daging/Penukar 2 1/2 1/2 1 1 - - Tempe/Penukar 3 1 1 1 - Sayuran/Penukar 2 8 1 1 - Buah/Penukar 4 - 1 1 2 - Minyak/Penukar 3 - 2 1 -

Contoh Menu Diabetes Mellitus: 1500 KALORI

Waktu B. Makanan Penukar Contoh Menu

Pagi Roti 2 iris Pindakas 2 sdm Telur 1/2 btr

(1 P) (1 P)

(1/2 P)

- Roti Panggang - Pindakan - Telur Rebus

Pukul 10.00

Pisang 1 bh (1 P ) - Pisang

Siang

Nasi 1 gelas Udang 1/4 gelas Tahu 1 potong Tahu 1 potong Minyak 1/2 sdm Sayuran 1 gelas Kelapa 5 sdm Jeruk 1 buah

(11/2) (1 P) (1 P) (1 P ) (1 P) (1 F) (1 P) (1 P )

- Nasi - Nasi - Oseng-oseng - Udang tahu. cabe ijo - Urap sayuran - Jeruk

Pukul 16.00

Duku 15 buah (1 P ) - Duku

Malam Nasi 3/4 gelas Ayam 1 potong

(1 P ) (1 P)

- Nasi - Sop Avarn

Page 65: Panduan PDT TKHI

Kacang rnerah 2 sdrn Sayuran 1 gelas Minyak 1 2 sdm ApeI 1 2 buah

(1 P) (1 P) (1 P) (1 P)

- Kacang merah - Tumis sayuran - Apel

Lampiran Ill:

CONTOH DAFTAR BAHAN MAKANAN PENUKAR Golongan I : SUMBER KARBOHIDRAT Satuan Penukar = 175 kalori 4 gram protein 40 karbohidrat

Bahan Makanan URT Berat (g)

- Bihun - Bavermout - Kentang - Krekes

1/2 gelas 6 sdm 2bh sedang 5 bh besar

50 50

200 50

- Mi Karina - N a s i - Roti putih - Tepung terigu

1/2 bungkus 3/4 gelas 2 ptg sedang 8 sdm

50 100 80 50

Golongan II: SUMBER PROTEIN HEWANI Satuan Penukar = 95 kabri 10 gr protein 6 gr lemas Bahan Makanan URT Berat (g) Ayam 1 ptg sedang 50 - Daging sapi 1 ptg sedang 50 - Hati sapi 1 ptg sedang 50 - - -

Ikan segar Ikan asin Telur ayam

1 ptg sda/1 ekor 1 ptg kecil 1 btr

50 25 50

- Telur bebek 1 btr 60 - Udang segar 1/4 gelas 50 - K e j u 1 ptg kecil 50

Golongan III : SUMBER PROTEIN NABATI Satuan Penukar = 80 kalori

6 gram protein 3 gram lemak 8 gram karbohidrat

Bahan Makanan URT Berat (g) - Kacang hijau 2 sdm 20 - Kacang merah segar 2 1/2 sdm 25

Page 66: Panduan PDT TKHI

- - -

Kacangtanah Kehu kacang tanah T a h u

2sdm 2 sdm 1 biji besar

20 20

100

- Tempe 2 ptg sedang 50 - Susu kedelai 1 gelas 200

Golongan IV: MINYAK Satuan Penukar = 45 kalori

5 gram lemak

Bahan Makanan URT Berat (g) - Minyak kelapa 1/2 sdm 3 - Margarin 1/2 sdm 5 - Minyakkacang/ 1/2sdm 5 kedelai/ jagung. - Kelapa parut 5 sdm 30 - Santan 1/2 gelas 50

Lampiran IV

DAFTAR KOMPOSISI LEMAK, ASAM LEMAK DAN CHOLESTEROL BAHAN MAKANAN (DALAM 100 gr BAHAN MAKANAN)

Bahan makanan Lemak

Total Lemak Jenuh

Lemak tak jenuh Cholesterol

Oleat Linoleat I. Beras 1,1 0,3 0,3 0,2 -

Roti 1,2 0,3 0,7 + -

Jagung 1,3 1,2 0,3 0,7 -

Hevermout 7,4 1,5 2,3 2,9 -

Tepungterigu 1,3 0,1 0,3 0,5 -

II. Daging sapi 14 5,1 1 0,5 70

Daging kambing 9,2 3,6 4 0,6 70 Daging ayam 25 0,9 10,5 2,9 60 Ikan 4,5 1 1,1 0,7 70 Telur 11,5 3,7 5,1 0,8 550 Udang 0,2 • - - 125 Hati 3,2 - - 300 Otak 8,6 - - - 2000

Ill. KacangTanah 42,8 9,4 16,5 13,8 -

Kacang kedelai 15,6 2 4,4 7,9 Kacang mede 49,6 5,5 32,2 8,6 -

Kelapa Tua 34,7 29,4 1,9 + -

Tahu 4,6 1 1 2,1 -

IV. Alpokat 6,5 1,1 2,7 0,7 -

V. Susu sapi cair 3,5 1,8 1,1 + 11

Page 67: Panduan PDT TKHI

Susu kambing cair 3,8 2,4 1 0,2 Susu kerbau 12 7,4 3,1 0,1 -

Susu ibu 3,2 1,5 1 0,3 -

Susu bubuk penuh 30 16,3 9,8 1 5 Susu kental 7,9 4 3 + Tak manis Keju 20,3 11,3 6,9 0,6 100 Keterangan : sedikit Sekali

VI. Minyak kelapa 98 80,2 9,9 3,2 -

Minyak jagung 100 9,4 25,4 54.6 -

Minyak biji kapas 100 32.7 21,6 40,4 -

Minyak Olive 100 19,1 58,8 16,9 Minyak kacang tanah 100 21,9 38,4 32,3 - Minyak kcng kedelai 99,9 12,8 28,9 51 Minyak wijen 100 26,2 38,5 31,5 - Minyak biji bunga Matahari 100 9,8 11,7 72,9 - Margarin 8 21 46,1 7,2 - Mentega 81,6 44,1 23,3 2,1 250 Lampiran V

DAFTAR KADAR NATRIUM DAN KALSIUM DALAM 100 GRAM BAHAN MAKANAN

Bahan makanan Na/Mg K/Mg Bahan Makanan Na/Mg K/Mg

Sumber Hidrat Arang Sumber Protein Nabati

Berasgiling 5 100

Beras lagiling 5 202 Kacang Hijau 6 1132

Beras ketan 5 282 Kacang kedelai - 1504

Beras merah 2 195 Kacang kedelai - 1504

Bihun 13 197 Kuning

Biskuit 500 200 Kcg. kedelai hitam - 410

Havermut 5 400 Keju kcg tanah 607 670

Jagung kuning 5 260 Kacang merah 19 115

Kentang 7 396 Kacangtanah 4 421

Krakers (soda) 110 120 Tahu 12 151

Krakers graham 710 330 Tempe - -

Kue-kue 250 100 Kecap 4000 500

Makaroni 3 132

Misoa 1 96 Susu

Roti Coklat 500 200

Tak bergaram 10 200 Coklat susu 100 500

Roti kismis 300 300 Es krim 100 90

Page 68: Panduan PDT TKHI

Roti puith 530 91 Susu 50 150

Tak bergaram 3 94 Susu asam tepung 600 2800

Roti susu 500 150 Susu kambing 50 200

Singkong 3 394 Susu kental manis 150 320

Tepung kedelai 11 926 Susu kental manis 150 320

Tepung tapioka 5 400 Susu penuh cair 36 150

Tepung terigu 2 400 Susu penuh cair 36 150

Loast (roti bakar) 700 150 Susu penuh tepung 380 1200

Ubi kuning 6 304 Susu krim cair 38 149

Ubi putih 31 210 Susu skim tepung 470 1500

Vermicelli 6 130 Yoghurt 75 200

Sumber Protein Hewani 100 350 L e m a k Kelapa 7 555

Ayam

Corned Beef 1250 100 (spek) 1500 250

Daging anak sapi 100 350 Margarin 987 23

Daging bebek 200 300 Tak garam 15 10

Daging domba 100 350 Mentega 987 15

Daging kelinci 50 350 Santan 4 324

Daging sapi 93 489

Ekor sapi 73 159 Buah-Buahan

Ginjal 200 300

Ham 1250 350 Adpokat 2

HatiSapi 110 213 Anggur 6 -

Ikan 100 300 Apel Hijau

Ikan mas - 335 Apel merah 3,8

Ikan sardin 131 501 Arbei 1 Ikan tongkol 180 470 Belimbing 4 Kantong perut - • D u k u 1 Sapi babat 57 158 Jeruk nipis 4 Keju 1250 100 Jeruk 2 Leverworsi 900 - N e n a s 2 Lidah 100 250 Pepaya 418 Merahtelurayam 108 169 Pisang 1 Merah telur bebek 105 106 sari apel 3 Paru-paru sapi 190 136 Sawo manika Putihtelurayam 215 172 Putih telur bebek 228 158 Lain-lain Sosis 1000 250 Telurayam 158 176 Bouillon blok 5000 100 Telurbebek 191 258 Bubukcoklat 500 1000

Page 69: Panduan PDT TKHI

Udang 185 333 Coklat pahit 4 830 Usus besar 84 177 Garam 38758 4 Usus kecil

123 213

Gula merah Gula putih Hagelslag Jam

24 0,3 25 15

230 0,5 300 75

Sayuran Kopi Madu

0,03 60

16 210

Andewi 14 Teh 10 1800 Bayam 4 Tomato ketcup 2100 800 Bawang merah 9 Bawang putih 18 Bit 36

Daunpepayamuda 16 Kacangbuncis 18 Kacang Kapri (biji) 11 Kapri 1 Kembang kool 20 Ketimun 5,3 Kool 10 Peterseli 28 Petsay 22 Prei 5 Selada 15 Seledri batang 75 Seledri daun 4 Wortel 70

Page 70: Panduan PDT TKHI

BAB. III PENATALAKSANAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN

III. PENGELOLAAN OBAT DAN ALAT KESEHATAN A. Pengelolaan Obat dan Alat Kesehatan di Arab Saudi Keberhasilan pelayanan kesehatan haji di Arab Saudi tidak dapat dipisahkan dengan pengelolaan obat dan alat kesehatan yang baik. Yang dimaksud dengan pengelolaan obat dan alat kesehatan adalah pengadaan dan pendistribusian obat dan alat kesehatan dengan jenis yang sesuai, jumlah yang cukup, dan tepat waktu. Pengadaan obat dan alat kesehatan dilaksanakan menurut ketentuan yang berlaku dengan mengacu pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya. Perencanaan kebutuhan obat dan alat kesehatan dibuat dengan mempertimbangkan beberapa hal antara lain : pola penyakit sesuai iklim di Arab Saudi, standar terapi yang mengutamakan daftar obat esensial nasional (DOEN) dan obat generik untuk penentuan jenis : jumlah jamaah dan pola komsumsi obat dan alat kesehatan untuk penentuan jamaah. Pendistribusian obat dan alat kesehatan dilaksanakan di masing-masing daerah kerja (Jeddah, Makkah, Madinah, Arafah, Mina) dengan sangat memperhatikan ketepatan waktu kesediaan sesuai jenis dan jumlah yang diperlukan. Prosedur pendistribusian dilakukan dengan cara ‘droping’ dan atau permintaan Iangsung melalui pencatatan dan petaporan oleh masing-masing daerah kerja. Dengan sistem administrasi yang tertib akan segera diketahui hal-hal krisis yang terkait dengan ketersediaan obat dan alat kesehatan.

B. Daftar Kebutuhan Obat Dan Alat Kesehatan.

TABEL: DAFTAR OBAT DAN ALAT KESEHATAN NO

NAMA OBAT BENTUK PERSEDIAAN

1 2 3 I. Anti Infeksi

1. Amoxcillin 500 mg Kaplet 2. Ampicillin 500 mg Kapsul 3. Chloramhenicol 250 mg Tablet 4. Cotrimoxazol Kaplet 5. Cyprofloxacin Kapsul 6. Erythomycin 250 Tablet 7. FG Thoches Tablet 8. Kifarox Tablet 9. Metronidazol 500 mg Tablet

10. Teracyclin Kapsul II. Obat Saluran Pernafasan II. 1.Anti Batuk, Ekspektoran, Mukolitik

Page 71: Panduan PDT TKHI

11. Bisolvon 8mg Tablet 12. Dextrometorphan Tablet 13. Glyceril Guaiacolat Tablet 14. Ilustab Tablet 15. OBH Botol

11.2. Anti Asthma

16. Aminophylin Tablet 17. Asthma Soho Tablet 18. Brasmatric Tablet 19. Bronchophylin Kapsul 20. Dexamethason Tablet 21. Prednison Tablet

11.3 Anti Tuberkolosa

22. Ethambutol Tablet 23. Parabutol Tablet 24. Pyrifort Tablet 25. Pyridoxin Tablet 26. Rifampicin 600 mg Kaplet

11.4 Anti Alergi

27. CTM Tablet 28. Incidal Kapsul

II. 5 Anti Common Cold. Antipiretik

29. Acctosal Tablet 30. Free Cold Tablet 31. Merzatusin Tablet 32. Noza Tablet 33. Paracetamol Tablet 34. Paratusin Tablet 35. Supratlu Tablet

Ill. Analgesik, Anti Inflamasi, Anti Rheumatik

36. Diclofenac Na Tablet 37. Ibuprofen Tablet 38. Mefenamic Acid Tablet 39. Rheumakur Tablet

IV. Anti Depresan

40. Diare Tablet 41. Chlorpromazine 100mg Tablet 42. Chlorpromazine 25 mg Tablet 43. Diazepam Tablet 44. Haloperidol Tablet 45. Malleril Tablet

V. 1. Anti Diare, Anti Spasmodik

46. Buscopan Plus Tablet 47. Dulcolax Tablet 48. Extract Belladon Tablet 49. Fitodiar Tablet 50. Lodia Tablet

Page 72: Panduan PDT TKHI

51. New Diatabs Tablet 52. Oralit Sak 53. 54.

Pavaverin Systabon Tablet Drage

V. 2 Antasida

55. 56. 57. 58. 59.

Cimetidine Gestabil Homag Magnam

Tablet Tablet Tablet Tablet

V. 3 Anti Emetika I Anti Vertigo

60. 61.

Antimo Plasil Tablet Tablet

VI. Anti Diabetika

62. 63. 64.

Diamicron Glibenclamide Glurenorm

Tablet Tablet Tablet

VII. Koagulan

65. 66. 67.

AdonaAC 17 Adona Forte Phytomenadion

Tablet Tablet Tablet

VIII. Obat Kardiovaskuler VIII. 1. Anti Hipertensi

68. 69. 70. 71. 72. 73.

Capoten 25 mg Brinerdin Caterpers Kaptopril Nitedipin Reserpin

Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet Tablet

VIII. 2 Obat Angina

74. 75. 76.

Cedocard 5 mg Cedocard 10 mg Persantin

Tablet Tablet Tablet

VIII.3 Anti Aritmia 77. 78. 79.

Digoxin Disopyramide Folia Digitalis

Tablet Tablet Tablet

VIII. 4 Duretika 80. 81. 82.

Furosemide 40 mg IICT 25 mg

Tablet Tablet

IX. Obat Metabolisme, Ensym & Vitamin IX. 1. Enzim Pencernaan

Page 73: Panduan PDT TKHI

83. 84.

Enzymfort Tripanzym Tablet Tablet

IX. 2 Vitamin dan Multivitamin 85. 86. 87. 88. 89. 90. 91. 92. 93.

Becefort Bio ATP Combionta Galanta C Geriadyn Neorobion Neurovit E. Oskavit Vitamin B 1

Kaplet Kaplet Kaplet Drage Kapsul Tablet Kaplet Tablet Tablet

IX. 3 Hormon 94. 95. 96.

Duphaston Pnmolut N Provera

Tablet Tablet Tablet

X. 1 Obat Kulit 97. 98. 99. 100. 101.

Biocream Choramphecort Kemicetine S.K. Lasonil Mycofug S.K.

Tube Tube Tube Tube Tube

102. Phenergan Cream Tube X.2 Obat Mata AbalonA.T.M Botol Cendo Fenict T.M Botol Cendo Vasason T.M Botol Cendo Vision T.M Botol Chloramphenicol S.M Tube Oxytetracyclin S.M Tube X. 3 Obat Hidung

109. Alupent Spray Botol Uladin Nasal Spray Botol Respolin Inhaler Botol X. 4 Anti Infeksi Mulut Albothy) Botol Gentian Violet Botol X.5 Antiseptika/Desiffektan Daryantulle Lembar Septadine Botol XI. Cairan Infus Atrovent Sol Botol Dextrose 5 % Koif Dextrose 10 % Koif Dextrose 40 % Koif NaCLO,9% Koif Ringer Dextrose Kolt

Page 74: Panduan PDT TKHI

Ringer Lactate Koif XII. Obat Suntik AdonaAc 17 2 cc Ampul Adrenalin Ampul Alupent Ampul Aquabidest p.i Ampul Avil 2cc Ampul

129 Buscopan2cc Ampul 130 Chlorpromazine 25 mg Ampul 131 Cortison Ampul 132 Delladryl Vial 133 Dellamethason Vial 134 Dellamidon Vial 135 Deazepam Ampul 136 Kalpicillin 1000mg Vial 137 Kemicitine Ampul 138 Neurobio Ampul 139 Primperan Ampul 140 Serenace Ampul 141 Transamin Ampul

XIII. Alat Kesehatan XIlI.1 .Dari Kapas I Kain

142 Cotton Buds Pak 143 Gaas Steril Pak 144 Kapas Gulung 145 Plester Gulung 146 Surgical Masker Buah 147 Tensoplast Pak 148 Verban Gulung

XIII 2. Dan Stainless I Plastik

149 Catheter Tip Buah 150 Disposable Surgery Glove Buah 151 Disposable Syringe 2,5cc Buah 152 Disposable Syringe 5cc Buah 153 Disposable Syringe 10cc Buah 154 Disposable Syringe 20cc Buah 155 Foley Catheter Nr.18 Buah 156 Foley Catheter Nr.20 Buah 157 Infusion Set Type 500 Buah 158 LVCatheterNr.18 Buah 159 LV Catheter Nr.20 Buah 160 LV Catheter Nr.22 Buah 161 UrineBagE2TypeA. Buah

Xlll.3. Dan Karet

162 Steril Surgeon Glove 7,5 Buah XIV. Lain-lain

163 Blood Chemistry Unit

Page 75: Panduan PDT TKHI

164 Jelly EKG Tube 165 Kertas EKG Gulung 166 KJJelly Tube 167 Reagent Acutrend Glucose Set 168 Tas Kloter Buah 169 Ultraproct Oint Tube 170 Xylocain Jelly Tube

DAFTAR OBAT-OBATAN DAN ALAT KESEHATAN TAS KLOTER

NAMA OBAT / ALAT KESEHATAN JUMLAH I. ANTI INFEKSI Ampicillin 500 mg 200 kaplet Amoxillin 500 mg 200 kapsul Klorampenikol 250 mg 100 kapsul Erythromycin 250 mg 100 kapsul Tetracyclin 250 mg 100 kapsul Kotrimoxazol 480 mg 100 kapsul II. OBAT SALURAN NAFAS II. 1. ANTITUSIF, EXSPEKTORAN, MUKOLITIK Dextrometorphan 100 tablet Bisolvon 100 tablet Sucus Liquintae Amonium Clorida Menthapip mentol Aqua (OBH) Glyceral Gualacolat (GG)

350 - 480 botol 200 tablet

. II. 2. ANTI ASMA Theophylin (bronchophyline) 100 kapsul Aminophylin 100 tablet Prednisolon 5 mg (Prednison) 200 tablet Dexamethason 5 mg 200 tablet II. 3. ANTI ALLERGI Clorpheniramine Maleat 4 mg (CTM) 1000 mg Incidal 20 kapsul II 3. ANTI COMMON COLD 1 Noscapin CTm, Gliseral Guaiakolat, Parasetamol 500 mg (Paratusin) 200 tablet 2 3

Parasetamol 500 mg, Cafein, CTM, GG Supraflu Acetosal

200 tablet 100 tablet

III. ANALGETIK ANTI INFLAMASI NON

STEROID, ANTI RHEUMATIK

1 Parasetomol 500 mg (Parasetamol) 300 tablet 2 Rheumakur 100 kaplet 3 Mefenemid Asid 250 mg (Ponstan) 100 kaplet 4 Mexonac 25 100 tablet 5 lbol 40 tablet

Page 76: Panduan PDT TKHI

6 Alinamin F 200 tablet 7 Voltaren 50 mg 10 tablet IV. DEPRESAN SUSUNAN SYARAF PUSAT

MUCOLITIK

1 Chlorpromazine HCL 25 mg 100 tablet 2 Diazepam 5 mg 50 tablet V. ANTI DIARE I SPASMOLITIKA 1 New Diatab 100 tablet 2 Lodia Film Coated 100 tablet 3 Papaverin 40 mg 100 tablet 4 Oralit 100 bungkus VI.ANTISIDA 1 Magnam 300 tablet 2 Gestabil 200 tablet VII. ANTIEMETIKUM 1 Antimo (Dimenhidrinate) 50 tablet VIII. ANTI DIABETIK ORAL 1 2

Gliker, clamide Diamicron 40 tablet 30 tablet

IX.ANTI KOAGULAN 1 Phytomenadion 10 mg 50 tablet X. OBAT-OBAT KARDIOVASKULER X.I. ANTI HYPERTENSI 1 2

Reserpine 0,25 mg Catapres 50 tablet 20 tablet

X.2. ANTI ANGINA 1. Cedocard / Persatin / Propronolol HCL

(diberikan salah satu, kalau sudah diberikan cedokard, jangan diberikan persatin atau propranolol HCL)

30 tablet

X.3. ANTI ARITMIA 1 Digoxin 30 tablet X.4. DIURETIKA 1 2

Furosemide HCT

50 tablet 50 tablet

XI.OBATMETABOLISME/ ENZIM DAN

VITAMIN

XI.1 ENZIM PENCERNAAN 1 Enzymfort 100 tablet XI. 2. VITAMIN / MULTI VITAMIN 1 2 3

Combioita Neurobion Vitalong C TRT

200 kapsul 200 kapsul 100 kapsul

Page 77: Panduan PDT TKHI

4 Geradyn 100 kapsul XII. OBAT KULIT, MATA

DAN HIDUNG

XII 1. OBAT KULIT 1 2

Bio Cream Phenergan Cream

20 tube 2 tube

XII.2. INFEKSI PADA

KULIT

1 2

Mycofug zalf Kemcetin zalf 2 tube 2 tube

XII.3. INFEKSI PADA

MATA

1 2 3 4

Albalon A tetes mata Visine Eye Drop Oxytetracycline salep mata Kemicetin 1 % salep mata

3 botol 3 botol 3 tube 3 tube

XIII. OBATMULUT 1 Gentian Violet 1 botol XIV. CAIRAN INFUS 1 Ringer lactat 1 kolt XV. OBAT SUNTIK 1 2 3 4 5 6

Kalpicilin 1000 mg Delladryl 10cc Dellamidon 10 cc Avil 2 cc Adrebakub AdonaAC

1 vial 2 vial 1 ampul 5 ampul 2 ampul 5 ampul

7 Neurobion 1 Ampul 8 Buscopan 2 cc 2 ampul 9 Chlorpromazine 2 ampul 10 Diazepam 2 ampul 11 Aquabidest pro injek 2 vial

XVI. ALAT-ALAT KESEHATAN XVI.1. BENTUK KAIN 1 Tensoplast 1 pak 2 Cotton bug 1 pak 3 Gas steril 1 pak 4 Kapas 100 mg 1 pak 5 Plester 1 pak 6 Verban 7 Surgical masker XVI.2. BENTUK STAINLESS 1 Gunting set 1 buah 2 Classic stetoscope 1 buah 3 Sphygnomanometer 1 buah 4 Penlight steinless 1 buah

Page 78: Panduan PDT TKHI

XVI.3 BENTUK KARET I PLASTIK 1 Steril surgeon glove 7,5 1 buah 2 infus set + abocath 1 set 3 Dispossible syringge 2,5cc 10 buah 4 Dispossible syringe 5cc 5 buah 5 Catether No. 18 & 20 2 buah XVII. LAIN-LAIN (FORM LAPORAN) 1 Cs 1 5 buku 2 Ls 1 buku 3 Lru 1 buku 4 Tru 1 buku 5 Lm 1 buku 6 Lp.1 1 buku

Page 79: Panduan PDT TKHI

BAB. IV

PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS

IV. PENATALAKSANAAN SANITASI DAN SURVEILANS

Kegiatan pengawasan sanitasi lingkungan dan surveilans penyakit bukan hanya tanggung jawab Petugas Sansur, merupakan tugas seluruh petugas kesehatan haji baik di kloter maupun non-kloter (Subko). A. Di Kloter

1. Pengawasan Kesehatan Lingkungan

Pengawasan meliputi: a. Pemondokan jemaah haji, antara lain keadaan kamar tidur, halaman /

gang tempat sampah, kamar mandi, WC, persediaan air, pencahayaan, ventilasi dan saluran air kotor. Bila ditemui keadaan yang tidak baik I memadai petugas TKHI kloter menginformasikan kepada ketua kloter untuk selanjutnya disampaikan ke Maktab/Muassasah.

b. Pengawasan katering jamaah haji, bila kioter tersebut dilayani oleh katering.

c. Penyuluhan kesehatan, dapat dilakukan sejak jamaah haji berada di asrama haji Embarkasi, pesawat terbang, waktu istirahat di Bandara King Abdul Aziz, selama di pemondokan, dan di kemah Arafah Mina.

2. Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit dilakukan atas dasar kasus yang ditangani di kloter, terutama penyakit-penyakit menular atau berpotensi menjadi kejadian luar biasa (KBL). Terdapat beberapa penyakit yang dapat menimbulkan KLB, antara lain diare, kolera, keracunan makanan, meningitis, encephalitis, hepatitis, dan titus abdominalis.

a. Diare

Penyakit ini ditandai dengan perubahan bentuk dan konsitensi tinja melembek sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (Iazimnya 3 kali atau lebih dalam sehari). Tindakan yang dilakukan oleh: 1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai

penyebab.

2) Pencegahan dengan mengamankan makanan dan upaya sanitasi. 3) Penyuluhan, baik pada penderita maupun pada jamaah lain yang

berada di sekitar penderita. 4) Isi formulir Lw. 1. dan segera kirim ke Subko TKHI setempat.

b. Kolera

Penyakit ini ditandai dengan serangan diare akut dengan frekuensi yang tinggi yang sering tanpa rasa mulas disertai muntah dan pada umumnya disertai dehidrasi. Pada usap dubur penderita dapat ditemukan vibrio cholera. Tindakan yang dilakukan adalah:

Page 80: Panduan PDT TKHI

1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai penyebab.

2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi. 3) Penyuluhan, baik pada penderita maupun pada jamaah lain yang

berada di sekitar penderita. 4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

c. Keracunan Makanan

Penyakit ini ditandai dengan mual, muntah, diare, sakit kepala serta berhubungan dengan mengkonsumsi makanan/minuman hasil olahan. Tindakan yang dilakukan oleh: 1) Pengawasan terhadap tempat atau makanan yang diduga sebagai

penyebab. 2) Pencegahan dengan mengamankan dan upaya sanitasi. 3) Penyuluhan balk pada penderita maupun pada jamaah lain yang

berada di sekitar penderita. 4) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

d. Meningitis meningokokus

Penyakit ini ditandai dengan demam tiba-tiba, sakit kepala hebat sertai mual muntah, nyeri sendi otot serta rangsangan meningeal seperti kaku kuduk, nyeri tengkuk. Seringkali disertai ptechie. Pada tahap dini sekali kadang hanya demam/panas tanpa disertai tanda-tanda rangsangan meningial. Dengan demikian penderita dengan gejala panas/demam saja patut dicurigai sebagai penderita meningitis. Upaya yang perlu dilakukan meliputi: 1) Merujuk penderita ke BPHI 2) Penyuluhan tentang penyakit Meningitis meningokokus dan upaya

pencegahan secara berulang-ulang kepada seluruh jemaah haji. 3) Pencegahan dengan cara menganjurkan kepada jamaah untuk selalu

menggunakan masker, menghindari kontak dengan penderita dan daerah padat manusia, menggunakan semprotan air untuk menjaga kelembaban hidung dan tenggorokan serta makan minum yang cukup.

4) Memberikan propilaksi kepada seluruh petugas dan jamaah kioter yang terinfeksi.

5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

e. Encephalitis Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi mendadak, sakit kepala, pusing, kesadaran cepat menurun sampai koma, mual, muntah, kaku kuduk, kejang parese atau paralise. Upaya yang perlu dilakukan meliputi: 1) Merujuk penderita ke BPHI atau RSAS 2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah

untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu. 3) Menjaga konsumsi makanan tertentu. 4) Segera isi formuHr Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat.

f. Hepatitis

Penyakit ini ditandai dengan icterus, demam, lemah, mual, nyeri tekan pada perut kuadran kanan atas dan urine berwarna teh pekat. Upaya yang perlu dilakukan meliputi 1) Segera rujuk penderita ke BPHI atau RSAS. 2) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji dan anjuran kepada jamaah

untuk menghindari aktifitas-aktifitas yang tidak perlu.

Page 81: Panduan PDT TKHI

3) Menjaga konsumsi makanan tertentu. 4) Segera isi formulir Lw. 1. dan kirim ke Subko TKHI setempat.

g. Titus abdominalis Penyakit ini ditandai dengan demam tinggi terus menerus selama 1

minggu atau Iebih, kadang-kadang disertai penurunan kesadaran. Upaya yang perlu dilakukan meliputi: 1) Segera rujuk penderita ke BPHI 2) Pengawasan lingkungan dan upaya sanitasi (desinfeksi) 3) Penyuluhan kepada seluruh jamaah haji. 4) Pencegahan dengan cara mengajurkan kepada jamaah untuk tidak

makan sembangan dan menggunakan peralatan makan bekas penderita.

5) Segera isi formulir Lw. 1 dan kirim ke Subko TKHI setempat. B. Di BPHI

1. Pengawasan Kesehatan Lingkungan a) Pemeriksaan suhu udara 3 kali dalam sehari menggunakan

thermometer maksimum-minimum, yaitu pada pukul 06.00, 14.00 dan pukul 20.00.

b) Pengukuran kelembaban udara 3 kali sehari berbarengan dengan pengukuran suhu udara. Alat yang digunakan adalah hygrometer rambut yang diletakkan secara horizontal di ruangan dan luar ruangan.

c) Pengawasan pemondokan jamaah haji, meliputi: 1) Bagian luar gedung seperti kebersihan, bak-bak sampah, saluran air

kotor dan petugas kebersihan. 2) Bagian dalam gedung seperti luar kamar tidur, persediaan air, WC,

kamar mandi, ventilasi, pencahayaan, tenda, dapur dan kebersihan Iantai.

3) Pemeriksaan kuantitas dan kualitas air. Penghitungan jumlah persediaan air adalah dengan cara mengalikan jumlah jamaah dengan kebutuhan minimal 60 liter! orang/hari. Seclangkan pemeriksaan kualitas air dengan cara memeriksa pH dan sisa chior dalam air secara acak. Sebagai acuan pH antara 6,5-9,2 dan sisa chlor maksimal 0,4 ppm.

d) Pengawasan katering yang meliputi pengawasan dan bimbingan terhadap pengamanan bahan makanan, kesehatan pengelola, persediaan air minum, pengelolaan air limbah, perlindungan terhadap makanan, serta pengangkutan/distribusinya.

2. Pengamatan Penyakit

Pengamatan penyakit (surveilans) meliputi kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data serta penyebarluasan informasi untuk ditindak lanjuti.

a. Pengumpulan data

Pengumpulan data meliputi data kesakitan harian dan kloter dan BPHI; data kematian diri kloter, BPHI dan RSAS; data kelahiran dari kloter, BPHI dan RSAS; data rujukan kloter dan BPHI; data hasil penyelidikan epidemiologi bila ada KLB, serta data lain yang diperoleh dari Subko TKHI dan Kantor Kesehatan Haji Arab Saudi.

b. Pengolahan data

Pengolahan data meliputi rekapitulasi semua laporan harian dan

Page 82: Panduan PDT TKHI

laporan wabah, membuat tabel dan grafik, serta pengujian statistik bila diperlukan.

c. Analisis data

Analisa data untuk melihat kelompok-kelompok risiko tinggi dari variabel waktu, tempat dan orang.

d. Penyajian data

Penyajian data disajikan baik dalam bentuk narasi, tabel maupun grafik

e. Tindak lanjut penanggulangi bila dari hasil pengamatan tersebut terjadi letusan penyakit.

f. Desiminasi informasi antar Subko TKHI daerah kerja.

3. Penanggulangan KLB

Langkah-langkah yang perlu dilakukan bila terjadi KLB a) Pelayanan medik penderita yang dilaksanakan oleh TKHI

kloter, BPHI atau RSAS. Dilakukan tindakan terapi termasuk rujukan dan isotasi bila perlu.

b) Pelaporan secara berjenjang; kloter ke Subko TKHI, Subko TKHI ke

koordinator TKHI dan Koordinator TKHI ke Pimlakhar. c) Penyelidikan epidemiologi yang dilakukan petugas sansur dibantu dokter

kloter dan BPHI dengan cara: 1) Menegakkan diagnosis dan menentukan etiologi penyakit 2) Memastikan ada tidaknya KLB 3) Membuat deskripsi KLB menurut waktu, orang dan tempat. 4) Menganalisis dan menentukan sumber dan cara penularan. 5) Mengidentifikasi jamaah yang mempunyai risiko tinggi. 6) Penanggulangan KLB yang melibatkan seluruh TKHI dan TPHI yang

meliputi: • Tindakan terhadap sumber penular seperti isolasi penderita,

pengobalan pendetita • Tindakan terhadap organisme penyebab misalnya penyehatan air,

penyehatan makanan/minuman, penyehatan pondokan • Tindakan terhadap jamaah misalnya vaksinasi,

- penyuluhan.

4. Pemantauan Jamaah Haji Yang Dirawat di RSAS Pemantauan dilakukan oleh Petugas Sansus dengan dibantu oleh Tenaga

Musiman (Temus) setiap hari ke rumah sakit-rumah sakit di masing-masing daerah kerja.

5. Pencatatan dan Pelaporan

a) Pencatatan menggunakan form Ck. 4 setiap metakukan kunjungna ke pemondokan/katering.

b) Pencatatan menggunakan form Cw. 4a, Cw. 4b dan Cw. 4c bila melakukan penanggulangan KLB.

c) Monitonng laporan dari kloter dan BPHI menggunakan form Ck. 4. d) Kompilasi laporan kioter dan BPHI. e) Membuat laporan khusus keadaan suhu dan kelembaban udara. f) Menyiapkan laporan harian Subko TKHI menggunakan form Lh.4a g) Menyiapkan laporan ke Dinas Kesehatan Arab Saudi menggunakan

form Lh.4b

Page 83: Panduan PDT TKHI

PENUTUP Demikian buku Pedoman Penatalaksanaan Penyakit Pada Jamaah Haji ini disusun sebagal acuan bagi petugas haji TKHI Kloter dan Non Kioter dalam melaksanakan tugasnya dilapangan nanti.