panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

64
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 2016

Upload: imam-nurhadi

Post on 14-Apr-2017

66 views

Category:

Education


14 download

TRANSCRIPT

Page 1: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

i

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Tahun 2016

Page 2: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

ii

Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar©2016 oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah,

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

Kredit Foto Sampul dan Foto Isi: Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar, Dikdasmen, Kemdikbud

Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia (YPPI)

Page 3: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

iii

SAMBUTAN

Evaluasi yang dilakukan oleh Programme for International Student Assessment (PISA), yang diadakan oleh Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan

Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development), menggambarkan bahwa dalam dua periode asesmen yang diadakan pada tahun 2009 dan 2012, peserta didik Indonesia menempati peringkat 64 dari 65 negara peserta dalam matematika, sains dan membaca.

Rendahnya kompetensi peserta didik di tiga bidang ini membuktikan bahwa ada yang belum tepat dalam pengelolaan pendidikan. Rendahnya pemahaman terhadap bacaan menunjukkan bahwa proses pendidikan belum mengembangkan kompetensi dan minat peserta didik terhadap pengetahuan. Praktik pendidikan yang dilaksanakan di SD selama ini juga memperlihatkan bahwa sekolah belum berfungsi sebagai organisasi pembelajar yang menjadikan semua warganya sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi pembelajar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, dalam hal ini Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, mengembangkan Gerakan Literasi Sekolah. Gerakan Literasi Sekolah adalah sebuah upaya menyeluruh yang melibatkan semua warga sekolah dan masyarakat, sebagai bagian dari ekosistem pendidikan, untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar agar warga sekolah termasuk peserta didik mampu menjadi pembelajar sepanjang hayat dan dapat memenuhi perannya di era teknologi informasi.

Gerakan Literasi Sekolah (GLS) diawali dengan gerakan penumbuhan budi pekerti sebagaimana dituangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. Salah satu kegiatan di dalam gerakan tersebut adalah “kegiatan 15 menit membaca buku nonpelajaran sebelum waktu belajar dimulai”. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat agar mereka mampu mengembangkan potensi diri seutuhnya. Ketika sekolah melaksanakan kegiatan ini, sekolah akan mampu mengoptimalkan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya.

Terobosan penting ini hendaknya melibatkan semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan

Page 4: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

iv

pendidikan. Pelibatan orang tua peserta didik dan masyarakat juga menjadi komponen penting dalam menjadikan peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.

Panduan Umum ini disusun guna memberi arahan strategis bagi kegiatan literasi di Sekolah Dasar dalam lingkup Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Pelaksanaan GLS di SD akan melibatkan unit kerja terkait di internal Kemendikbud dan juga pihak-pihak lain. Kerja sama semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan sangat diperlukan untuk melaksanakan gerakan bersama yang efektif dan terintegrasi.

Jakarta, Januari 2016 Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Hamid Muhammad, Ph.D NIP 195905121983111001

Page 5: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

v

KATA PENGANTAR

Gerakan Literasi Sekolah yang digagas dan dikembangkan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah merupakan respons atas rendahnya kompetensi

peserta didik Indonesia dalam bidang matematika, sains, dan membaca—sesuai dengan data penelitian oleh Programme for International Student Assessment (PISA), yang diadakan untuk Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD—Organization for Economic Cooperation and Development). Melalui penguatan kompetensi literasi, terutama literasi dasar, diharapkan peserta didik dapat memanfaatkan akses lebih luas pada pengetahuan agar rendahnya peringkat kompetensi tersebut dapat diperbaiki.

Dalam hal ini, kompetensi literasi dasar (menyimak-berbicara, membaca-menulis, berhitung-memperhitungkan, dan mengamati-menggambar) sudah selayaknya ditanamkan sejak pendidikan dasar, lalu dilanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi sehingga peserta didik dapat meningkatkan kecanggihannya untuk mengakses informasi dan pengetahuan. Selain itu, peserta didik juga diharapkan memiliki sistem peringatan dini pada dirinya tentang mana informasi yang bermanfaat dan mana informasi yang tidak bermanfaat. Hal itu karena literasi sejatinya mengarahkan seseorang pada keluhuran budi.

Oleh karena itu, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti menyuratkan salah satunya kegiatan membaca buku nonpelajaran selama lima belas menit sebelum waktu belajar dimulai. Kegiatan tersebut adalah upaya menumbuhkan kecintaan membaca kepada peserta didik melalui bacaan yang bermutu, sehingga ke dalam diri mereka akan terinstal informasi-informasi yang baik dan bermanfaat. Terlebih lagi, peserta didik terdorong mengeksplorasi informasi dan pengetahuan yang telah dibacanya. Dari hal itu pula, diharapkan peserta didik memperoleh pengalaman belajar yang menyenangkan sekaligus merangsang imajinasi mereka.

Sebagai sebuah desain induk penumbuhan budi pekerti, Gerakan Literasi Sekolah perlu melibatkan para pemangku kepentingan secara terprogram dengan satu tujuan agar peserta didik, terutama di tingkat pendidikan dasar menjadi sadar, melek, dan berbudaya literasi. Untuk itu, terbitnya buku Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar

Page 6: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

vi

ini sangat penting bagi pemangku kepentingan di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat dalam melaksanakan kegiatan literasi yang efektif dan terintegrasi.

Jakarta, Januari 2016 Direktur Direktorat Pembinaan Sekolah Dasar Drs. Wowon Wirdayat, M.Si. NIP. 195801251981031002

Page 7: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

vii

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1A. Latar Belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .1B. Landasan Hukum. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .3C. Tujuan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .4D. Sasaran . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .5

BAB II KONSEP DASAR . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7A. Literasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .7B. Jenis Literasi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .8C. Literasi di Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .10

BAB III RANCANGAN INDUK PELAKSANAAN LITERASI SEKOLAH . . .17A. Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .17A. Peran Pemangku Kepentingan. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .20B. Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .23C. Strategi. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .25E. Peningkatan Kapasitas. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .27F.Target Pencapaian . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .29

BAB IV PELAKSANAAN GERAKAN LITERASI DI SD . . . . . . . . . . . . . . . . .33A. Tahapan Pengembangan Literasi di SD. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .33B. Target Pencapaian Literasi di SD . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .46

BAB V MONITORING DAN EVALUASI . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .49A. Kemendikbud . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .49B. Dinas Pendidikan Provinsi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .50C. Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .50D. Satuan Pendidikan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .51E. Masyarakat . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .52

BAB VI PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .53

Page 8: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

viii

Page 9: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB I PENDAHULUAN

A . Latar BelakangIndonesia tercatat sebagai salah satu negara yang berhasil mengurangi angka buta huruf. Data UNDP tahun 2014 mencatat bahwa tingkat kemelekhurufan masyarakat Indonesia sudah mencapai 92,8% untuk kelompok dewasa, dan 98,8% untuk kategori remaja. Capaian ini sebenarnya menunjukkan bahwa Indonesia sudah melewati tahapan krisis literasi dalam pengertian kemelekhurufan. Meskipun demikian, tantangan yang saat ini dihadapi adalah aliterasi, bentuk lain dari krisis literasi; yakni, orang bisa dan mampu membaca, namun mereka tidak mau membaca.

Aliterasi dianggap sebagai fenomena umum, bahkan di negara-negara maju dengan tingkat literasi yang tinggi yang dalam hal ini ketersediaan buku tidak menjadi masalah. Fenomena ini menunjukkan bahwa banyak faktor berkontribusi terhadap permasalahan literasi pada masyarakat. Selain keterbatasan akses terhadap buku di seluruh Indonesia, pemerintah juga menghadapi rendahnya motivasi membaca di kalangan peserta didik. Hal ini memprihatinkan karena pada era teknologi informasi saat ini, peserta didik dituntut untuk memiliki kemampuan membaca dalam pengertian memahami teks secara analitis, kritis, dan reflektif.

Literasi kontemporer ini menjadi kebutuhan masyarakat global yang harus mengadaptasi kemajuan teknologi dan modernitas. Deklarasi Praha (2003) mencanangkan bahwa literasi informasi (information literacy) mencakup kemampuan literasi dasar (basic literacy), kemampuan untuk meneliti dengan menggunakan referensi (library literacy), kemampuan untuk menggunakan media informasi (media literacy), teknologi

Page 10: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

2

(technology literacy), dan kemampuan untuk mengapresiasi grafis dan teks visual (visual literacy). Literasi yang komprehensif dan saling terkait ini memampukan seseorang untuk berkontribusi kepada masyarakatnya sesuai dengan kompetensi dan perannya sebagai warga negara global (global citizen). Dalam era global ini, literasi informasi menjadi penting. Deklarasi Alexandria pada tahun 2005 (sebagaimana dirilis dalam www.unesco.org) menjelaskan tentang literasi informasi, sebagai berikut.

Literasi informasi adalah kemampuan untuk melakukan manajemen pengetahuan dan kemampuan untuk belajar terus-menerus. Secara terinci, literasi informasi merupakan kemampuan untuk menyadari kebutuhan informasi dan saat informasi diperlukan, mengidentifikasi dan menemukan lokasi informasi yang diperlukan, mengevaluasi informasi secara kritis, mengorganisasikan dan mengintegrasikan informasi ke dalam pengetahuan yang sudah ada, memanfaatkan serta mengomunikasikannya secara efektif, legal, dan etis.

Kebutuhan literasi pada era global ini menuntut pemerintah untuk menyediakan serta memfasilitasi sistem dan pelayanan pendidikan sesuai dengan UUD 1945 ayat 3, “Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa.” Ayat ini menegaskan bahwa program literasi juga mencakup upaya mengembangkan potensi kemanusiaan yang mencakup kecerdasan intelektual, emosi, bahasa, estetika, sosial, spiritual, dengan daya adaptasi terhadap perkembangan arus teknologi dan informasi. Upaya ini sejalan dengan falsafah yang dinyatakan oleh Ki Hadjar Dewantara bahwa pendidikan harus melibatkan semua komponen masyarakat (keluarga, pendidik profesional, pemerintah, dll.) dalam membina, menginspirasi/memberi contoh, memberi semangat, dan mendorong perkembangan anak.

Literasi tidak terpisahkan dari dunia pendidikan. Literasi menjadi sarana peserta didik dalam mengenal, memahami, dan menerapkan ilmu yang didapatkannya di bangku sekolah. Literasi juga tidak terlepas dari kehidupan peserta didik, baik di rumah maupun di lingkungan sekitarnya.

Sayangnya, data evaluasi Programme for International Student Assesment (PISA) tahun 2012 menunjukkan bahwa kemampuan peserta didik Indonesia dalam membaca, matematika, dan sains masih tertinggal dari negara lain. Survei ini mengevaluasi

Page 11: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

3

kemampuan membaca peserta didik Indonesia yang berusia 15 tahun, dan menemukan bahwa kemampuan membaca mereka menempati urutan ke-60 dari 64 negara yang berpartisipasi dalam PISA. Kemampuan matematika peserta didik Indonesia berada di urutan 64 dari 65 negara, sedangkan dalam bidang sains, mereka menempati urutan 64 dari 65 negara.

Selain itu, hasil tes Progress International Reading Literacy Study (PIRLS) tahun 2011 yang mengevaluasi kemampuan membaca peserta didik kelas IV menempatkan Indonesia pada posisi ke-42 dari 45 negara peserta dengan skor 428, di bawah nilai rata-rata 500. Data ini selaras dengan temuan UNESCO terkait kebiasaan membaca masyarakat Indonesia, bahwa hanya 1 dari 1.000 orang masyarakat Indonesia yang membaca.

Permasalahan ini menegaskan bahwa pemerintah memerlukan strategi khusus agar program di sekolah dapat ditindaklanjuti atau diintegrasikan dengan kegiatan di keluarga dan masyarakat. Hal ini untuk memastikan keberlanjutan intervensi kegiatan literasi sekolah agar dampaknya dapat dirasakan di masyarakat.

Untuk dapat mengembangkan strategi implementasi pelaksanaan literasi di sekolah yang berdampak menyeluruh dan sistemik, sekolah harus tumbuh sebagai sebuah organisasi yang mengembangkan warganya sebagai individu pembelajar. Sekolah juga harus memiliki struktur kepemimpinan yang juga terkait dengan lembaga lain di atasnya, serta sumber daya yang meliputi sumber daya manusia, keuangan, serta sarana dan prasarana. Sekolah memberikan layanan pendidikan dalam bentuk pembelajaran di dalam kelas dan berbagai kegiatan lain di luar kelas yang menunjang pembelajaran dan tujuan pendidikan. Memperhatikan karakteristik sekolah sebagai sebuah organisasi akan mempermudah pelaksana program untuk mengidentifikasi sasaran perlakuan agar perlakuan dapat diberikan secara menyeluruh (whole school approach).

B . Landasan Hukum1. Sumpah Pemuda butir ke-3: “Menjunjung bahasa persatuan bahasa Indonesia”. 2. Undang-Undang Dasar 1945, Pasal 31 ayat 3: “Pemerintah mengusahakan dan

menye- lenggarakan satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan bangsa”.

Page 12: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

4

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

4. Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Praha tahun 2003 tentang kecerdasan literasi dasar.

5. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.6. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 40 Tahun 2007 tentang Pedoman bagi Kepala

Daerah dalam Pelestarian dan Pengembangan Bahasa Negara dan Bahasa Daerah. 7. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa,

dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan.8. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan

Kedua atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

9. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan indikator 18 “Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi”. Hal ini menegaskan pentingnya peran buku, dalam bentuk buku teks, dan buku komersial (buku cerita fiksi dan nonfiksi dalam pembelajaran di sekolah).

10. Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 2014 tentang Pelaksanaan UU Nomor 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan.

11. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti.

C . Tujuan

1 . Tujuan Umum Menumbuhkembangkan ekosistem pendidikan dan kebudayaan melalui gerakan literasi sekolah agar menjadi pembelajar sepanjang hayat.

2 . Tujuan Khususa. menumbuhkembangkan budi pekerti; b. membangun ekosistem pendidikan dan kebudayaan berbasis literasi; c. menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajar (learning organization);

Page 13: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

5

d. mempraktikkan kegiatan pengelolaan pengetahuan (knowledge management);e. menjaga keberlanjutan budaya literasi.

D . SasaranSasaran Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah ekosistem sekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah yang meliputi satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB.

Page 14: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

6

Page 15: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB II KONSEP DASAR

A . Literasi Pada dasarnya literasi merupakan kegiatan yang berhubungan dengan membaca dan menulis. Namun, Deklarasi Praha pada tahun 2003 menyebutkan bahwa literasi tidak hanya berkaitan dengan dua aktivitas tersebut. Ia juga mencakup bagaimana seseorang berkomunikasi dalam masyarakat. Literasi juga bermakna praktik dan hubungan sosial yang terkait dengan pengetahuan, bahasa, dan budaya (Unesco, 2003).

Deklarasi yang difasilitasi oleh Unesco itu juga menyebutkan bahwa literasi informasi terkait pula dengan kemampuan untuk mengidentifikasi, menentukan, menemukan, mengevaluasi, menciptakan secara efektif dan terorganisasi, menggunakan dan mengomunikasikan informasi untuk mengatasi berbagai persoalan. Kemampuan-kemampuan itu harus dimiliki tiap individu sebagai syarat untuk b erpartisipasi dalam masyarakat informasi, dan itu bagian dari hak dasar manusia menyangkut pembelajaran sepanjang hayat.

Maka, secara sederhana, dalam konteks peserta didik, dapat disimpulkan bahwa kegiatan literasi merupakan cara peserta didik mengakses, memahami, dan menggunakan informasi yang berada di sekitarnya untuk mengatasi berbagai permasalahan hidupnya.

Page 16: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

8

B . Jenis LiterasiSecara umum, literasi memiliki lima komponen penting yang saling berkaitan sebagai berikut. 1. Literasi Dasar (Basic Literacy), yaitu kemampuan untuk mendengarkan,

berbicara, membaca, menulis, dan menghitung. Dalam literasi dasar, kemampuan untuk mendengarkan, berbicara, membaca, menulis, dan menghitung (counting) berkaitan dengan kemampuan analisis untuk memperhitungkan (calculating), mempersepsikan informasi (perceiving), mengomunikasikan, serta menggambarkan informasi (drawing) berdasar pemahaman dan pengambilan kesimpulan pribadi.

2. Literasi Perpustakaan (Library Literacy), yaitu kemampuan lanjutan untuk bisa mengoptimalkan Literasi Perpustakaan yang ada. Maksudnya, pemahaman tentang keberadaan perpustakaan sebagai salah satu akses mendapatkan informasi. Pada dasarnya literasi perpustakaan, antara lain, memberikan pemahaman cara membedakan bacaan fiksi dan nonfiksi, memanfaatkan koleksi referensi dan periodikal, memahami Dewey Decimal System sebagai klasifikasi pengetahuan yang memudahkan dalam menggunakan perpustakaan, memahami penggunaan katalog dan pengindeksan, hingga memiliki pengetahuan dalam memahami informasi ketika sedang menyelesaikan sebuah tulisan, penelitian, pekerjaan, atau mengatasi masalah.

3. Literasi Media (Media Literacy), yaitu kemampuan untuk mengetahui berbagai bentuk media yang berbeda, seperti media cetak, media elektronik (media radio, media televisi), media digital (media internet), dan memahami tujuan penggunaannya. Secara gamblang saat ini bisa dilihat di masyarakat kita bahwa media lebih sebagai hiburan semata. Kita belum terlalu jauh memanfaatkan media sebagai alat untuk pemenuhan informasi tentang pengetahuan dan memberikan persepsi positif dalam menambah pengetahuan.

4. Literasi Teknologi (Technology Literacy), yaitu kemampuan memahami kelengkapan yang mengikuti teknologi seperti peranti keras (hardware), peranti lunak (software), serta etika dan etiket dalam memanfaatkan teknologi. Berikutnya, dapat memahami teknologi untuk mencetak, mempresentasikan, dan mengakses internet. Dalam praktiknya, juga pemahaman menggunakan komputer (Computer Literacy) yang di dalamnya mencakup menghidupkan dan mematikan komputer, menyimpan dan mengelola data, serta menjalankan program perangkat lunak.

Page 17: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

9

Sejalan dengan membanjirnya informasi karena perkembangan teknologi saat ini, diperlukan pemahaman yang baik dalam mengelola informasi yang dibutuhkan masyarakat.

5. Literasi Visual (Visual Literacy), adalah pemahaman tingkat lanjut antara literasi media dan literasi teknologi, yang mengembangkan kemampuan dan kebutuhan belajar dengan memanfaatkan materi visual dan audio-visual secara kritis dan bermartabat. Tafsir terhadap materi visual yang setiap hari membanjiri kita, baik dalam bentuk tercetak, di televisi maupun internet, haruslah terkelola dengan baik. Bagaimanapun di dalamnya banyak manipulasi dan hiburan yang benar-benar perlu disaring berdasar etika dan kepatutan.

Dalam konteks Indonesia, kelima komponen tersebut di atas perlu diawali dengan literasi usia dini yang mencakup fonetik, alfabet, kosakata, sadar dan memaknai materi cetak (print awareness), dan kemampuan menggambarkan dan menceritakan kembali (narrative skills). Pemahaman literasi dini sangat penting dipahami oleh masyarakat karena menjamurnya lembaga bimbingan belajar baca-tulis-hitung bagi batita dan balita menggunakan cara yang kurang sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak. Oleh karena itu, perlu diberi perhatian terhadap keberlangsungan pendidikan literasi usia dini berlanjut ke literasi dasar sebagaimana dipaparkan pada Tabel 2.1 berikut.

Tabel 2 .1 Peran Pemangku Kepentingan dalam Pelaksanaan Literasi

No Komponen Literasi Pihak yang Berperan Aktif

1. Literasi usia dini Orangtua dan keluarga

2. Literasi dasar Pendidikan formal

3. Literasi perpustakaan Pendidikan formal

4. Literasi teknologi Pendidikan formal dan keluarga

5. Literasi media Pendidikan formal, keluarga, dan lingkungan sosial

6. Literasi visual Lingkungan sosial

Dalam pendidikan formal, peran aktif para pemangku kepentingan, yaitu kepala sekolah, guru, tenaga pendidik, dan pustakawan sangat berpengaruh untuk memfasilitasi pengembangan komponen literasi peserta didik. Selain itu, diperlukan juga pendekatan cara belajar-mengajar yang keberpihakannya jelas tertuju kepada komponen-komponen literasi ini. Kesempatan peserta didik terpajan dengan kelima komponen literasi akan

Page 18: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

10

menentukan kesiapan peserta didik berinteraksi dengan literasi visual. Sebagai langkah awal, dapat disimpulkan bahwa diperlukan perubahan paradigma semua pemangku kepentingan untuk terciptanya lingkungan literasi ini.

C . Literasi di SekolahKegiatan literasi di sekolah seharusnya tidak lagi dipahami hanya aktivitas baca, tulis, dan hitung (calistung). Tidak pula menempatkan perpustakaan dan akses internet sekadar sarana mendapatkan informasi. Pihak sekolah, dalam hal ini kepala sekolah, pendidik, dan tenaga kependidikan, harus membekali peserta didik dengan kemampuan dalam mengakses, memahami, dan menggunakan informasi secara cerdas.

Mengacu pada metode pembelajaran Kurikulum 2013 yang menempatkan peserta didik sebagai subjek pembelajaran dan guru sebagai fasilitator, kegiatan literasi tidak lagi berfokus pada peserta didik semata. Guru selain sebagai fasilitator juga menjadi subjek pembelajaran. Namun, pada kenyataannya, akses tidak terbatas peserta didik pada sumber informasi, baik di dunia nyata (koran, televisi, radio) maupun dunia maya (laman berita, blog, dll.) dapat memosisikan mereka sebagai yang lebih banyak tahu daripada guru mereka sendiri. Ketika peserta didik dalam berliterasi tidak lepas dari kontribusi guru, guru harus berupaya menjadi fasilitator yang berkualitas. Guru yang malas membaca dan menulis serta gagap teknologi akan melahirkan peserta didik yang kurang baik dalam berliterasi.

Oleh karena itu, dalam konteks literasi di sekolah, subjek dalam kegiatan literasi adalah peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan (pustakawan, pengawas), dan kepala sekolah. Literasi menjadi gerakan bersama yang menempatkan warga sekolah sebagai subjek.

1 . Prinsip-prinsip Literasi SekolahMenurut Beers (2013), praktik-praktik yang baik dalam gerakan literasi sekolah menekankan prinsip-prinsip sebagai berikut.

a. Perkembangan literasi berjalan sesuai dengan tahap perkembangan yang bisa diprediksiTahap perkembangan anak dalam belajar membaca dan menulis sifatnya saling beririsan antartahap. Memahami tahap perkembangan literasi dapat membantu

Page 19: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

11

sekolah untuk memilih strategi pembiasaan dan pembelajaran literasi yang tepat sesuai dengan kebutuhan perkembangan peserta didik.

b. Program literasi yang baik bersifat berimbangSekolah yang menerapkan program literasi berimbang menyadari bahwa tiap peserta didik memiliki kebutuhan yang berbeda satu sama lain. Dengan demikian, diperlukan berbagai strategi membaca dan jenis teks yang bervariasi pula. Program literasi yang berimbang merangkul pendekatan apa pun yang bermakna dan yang bisa menjadikan peserta didik menjadi pembaca yang kuat. Program literasi yang bermakna bisa dilakukan dengan memanfaatkan bahan bacaan kaya teks seperti karya sastra untuk anak dan remaja.

c. Program literasi berlangsung di semua area kurikulumPembiasaan dan pembelajaran literasi di sekolah adalah tanggung jawab semua guru di semua mata pelajaran. Pembelajaran di mata pelajaran apa pun membutuhkan bahasa, terutama membaca dan menulis. Dengan demikian, pengembangan profesional guru dalam hal literasi perlu diberikan kepada guru semua mata pelajaran.

d. Tidak ada istilah terlalu banyak untuk membaca dan menulis yang bermaknaKegiatan membaca dan menulis di kelas perlu dilakukan kapan pun kondisi di kelas memungkinkan. Untuk itu, perlu ditekankan bentuk kegiatan yang bermakna dan kontekstual. Misalnya, ‘menulis surat untuk walikota’ atau ‘membaca untuk ibu’ adalah contoh-contoh kegiatan yang bermakna dan memberikan kesan kuat kepada peserta didik.

e. Diskusi dan strategi bahasa lisan sangat pentingKelas berbasis literasi yang kuat akan melakukan berbagai kegiatan lisan berupa diskusi tentang buku selama pembelajaran di kelas. Kegiatan diskusi ini juga harus membuka kemungkinan untuk perbedaan pendapat agar kemampuan berpikir kritis bisa diasah. Peserta didik perlu belajar untuk menyampaikan perasaan dan pendapatnya, saling mendengarkan, dan menghormati perbedaan pandangan satu sama lain.

Page 20: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

12

f. Keberagaman perlu dirayakan di kelas dan sekolahPenting bagi pendidik untuk tidak hanya menerima perbedaan, namun juga merayakannya melalui agenda literasi di sekolah. Buku-buku yang disediakan untuk bahan bacaan peserta didik perlu merefleksikan kekayaan budaya Indonesia agar peserta didik bisa terpajan pada pengalaman multikultural sebanyak mung-kin.

2 . Strategi Membangun Budaya Literasi SekolahSekolah memiliki peran yang amat penting dalam menanamkan budaya literat pada anak didik. Untuk itu, tiap sekolah tanpa terkecuali harus memberikan dukungan penuh terhadap pengembangan literasi. Di sekolah dengan budaya literasi yang tinggi, peserta didik akan cenderung lebih berhasil, dan guru lebih bersemangat mengajar.

Perlu dipahami bahwa program membaca seperti membaca bebas dan membaca bersuara hanyalah bagian dari kerangka besar untuk membangun budaya literasi sekolah. Agar sekolah mampu menjadi garis depan dalam pengembangan budaya li-te rat, Beers, dkk. (2009) memberikan beberapa strategi untuk menciptakan budaya literasi yang positif di sekolah.

a. Lingkungan fisik ramah literasiLingkungan fisik adalah hal pertama yang dilihat pengunjung. Pada dasarnya, lingkungan fisik haruslah ramah dan kondusif untuk pembelajaran. Sekolah yang mendukung pengembangan budaya literasi memiliki beberapa kondisi, antara lain karya peserta didik dipajang di seluruh penjuru sekolah, termasuk koridor dan kantor kepala sekolah dan guru. Selain itu, karya-karya peserta didik diganti secara rutin untuk memberikan kesempatan kepada semua kelas untuk menjadi perhatian. Selain itu, buku dan bahan bacaan lain dapat diperoleh dengan mudah di pojok baca pada semua kelas, kantor, dan ruang lain di sekolah. Kantor kepala sekolah idealnya juga memajang karya peserta didik dan buku-buku bacaan anak. Ruang pimpinan dengan pajangan karya peserta didik akan memberikan kesan positif tentang komitmen sekolah terhadap pengembangan budaya literat.

b. Lingkungan sosial dan afektifSekolah dibangun melalui model komunikasi dan interaksi seluruh komponen sekolah. Hal ini bisa dibentuk dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian

Page 21: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

13

peserta didik sepanjang tahun. Pemberian penghargaan dapat dilakukan saat upacara bendera pada setiap minggu untuk menghargai kemajuan peserta didik di semua aspek. Sesuai dengan semangat literasi, prestasi yang dihargai tidak hanya akademik, namun juga sikap dan upaya peserta didik. Dengan demikian, setiap peserta didik mempunyai kesempatan untuk memperoleh penghargaan sekolah. Selain itu, literasi mewarnai semua perayaan penting pada sepanjang tahun pelajaran. Hal ini bisa direalisasikan dalam bentuk festival buku, lomba poster, mendongeng, karnaval tokoh buku cerita, dan sebagainya. Pimpinan sekolah harus mengambil peran aktif dalam menggerakkan literasi. Hal yang bisa dilakukan, antara lain membangun budaya kolaboratif antarguru dan staf sekolah. Dengan demikian, setiap orang bisa terlibat sesuai dengan kepakaran masing-masing. Peran orang tua sebagai sukarelawan dalam gerakan literasi akan semakin memperkuat komitmen sekolah dalam pengembangan budaya literat.

c. Lingkungan akademikLingkungan fisik dan sosial akan bisa dibangun apabila lingkungan akademik tercipta. Hal ini bisa dilihat dari perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di sekolah. Pimpinan sekolah bisa membentuk tim literasi. Tim ini bertugas membuat perencanaan dan asesmen program. Adanya Tim literasi sekolah bisa memastikan terciptanya suasana akademik yang kondusif, yang mampu membuat seluruh anggota komunitas sekolah antusias untuk belajar. Sekolah harus memberikan alokasi waktu yang cukup banyak untuk pembelajaran literasi. Salah satunya dengan menjalankan kegiatan membaca dalam hati dan membacakan buku dengan nyaring selama 15–30 menit sebelum pelajaran berlangsung, minimal tiga kali seminggu. Waktu literasi ini sedapat mungkin tidak dikorbankan untuk kegiatan lain yang tidak perlu. Untuk menunjang kemampuan guru dan staf, mereka perlu diberikan kesempatan untuk mengikuti program pelatihan tenaga kependidikan demi peningkatan kapasitas literasi.

Tabel 2.2 berikut ini mencantumkan beberapa parameter yang dapat digunakan sekolah untuk membangun budaya literasi sekolah yang baik.

Page 22: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

14

Tabel 2 .2 Lingkungan Sekolah yang Literat

a . Lingkungan Fisik

1) Karya peserta didik dipajang di sepanjang lingkungan sekolah, termasuk koridor dan kantor (kepala sekolah, guru, administrasi, bimbingan konseling).

2) Karya peserta didik dirotasi secara berkala untuk memberi kesempatan yang seimbang kepada semua peserta didik.

3) Buku dan materi bacaan lain tersedia di pojok-pojok baca di semua ruang kelas.

4) Buku dan materi bacaan lain tersedia juga untuk peserta didik dan orang tua/pengunjung di kantor dan ruangan selain ruang kelas.

5) Kantor kepala sekolah memajang karya peserta didik dan buku bacaan untuk anak.

6) Kantor kepala sekolah mudah diakses oleh warga sekolah.

b . Lingkungan Sosial dan Afektif

1) Penghargaan terhadap prestasi peserta didik (akademik dan nonakademik) diberikan secara rutin (tiap minggu/bulan). Upacara hari Senin merupakan salah satu kesempatan yang tepat untuk pemberian penghargaan mingguan.

2) Kepala sekolah mengenali peserta didik apabila masuk ruang kelas (bukan hanya peserta didik yang berprestasi atau dianggap bermasalah).

3) Kepala sekolah terlibat aktif dalam pengembangan literasi.

4) Merayakan hari-hari besar dan nasional dengan nuansa literasi, misalnya merayakan Hari Kartini dengan membaca surat-suratnya.

5) Terdapat budaya kolaborasi antarguru dan staf, dengan mengakui kepakaran masing-masing (dan tidak saling menjatuhkan).

6) Terdapat waktu yang memadai bagi staf untuk berkolaborasi menjalankan program literasi dan hal-hal yang terkait dengan pelaksanaannya.

7) Staf sekolah dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan, terutama dalam menjalankan program literasi.

c . Lingkungan Akademik

1) Terdapat Tim Literasi Sekolah yang bertugas melakukan asesmen dan perencanaan. Apabila diperlukan, ada pendampingan dari pihak eksternal.

2) Disediakan waktu khusus dan cukup banyak untuk pembelajaran dan pembiasaan literasi: membaca dalam hati (sustained silent reading), membacakan buku dengan nyaring (reading aloud), membaca bersama (shared reading), membaca terpandu (guided reading), diskusi buku, bedah buku, presentasi (show-and-tell presentation).

3) Waktu literasi dijaga agar tidak dikorbankan untuk kepentingan lain yang dianggap tidak perlu.

4) Disepakati waktu berkala untuk Tim Literasi Sekolah membahas pelaksanaan gerakan literasi sekolah.

5) Buku fiksi dan nonfiksi tersedia dalam jumlah cukup banyak di sekolah. Buku cerita fiksi sama pentingnya dengan buku berbasis ilmu pengetahuan.

Page 23: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

15

6) Ada kesempatan pengembangan profesional tentang literasi yang diberikan untuk staf, melalui kerja sama dengan institusi terkait (perguruan tinggi, dinas pendidikan, dinas perpustakaan, atau berbagi pengalaman dengan sekolah lain).

7) Seluruh warga sekolah antusias menjalankan program literasi, dengan tujuan membangun organisasi sekolah yang suka belajar.

Strategi tersebut bisa diadaptasi, sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Namun, pada dasarnya, aspek-aspek yang disebutkan adalah karakteristik yang perlu dipenuhi dalam pengembangan budaya literasi di sekolah. Melalui pelaksanaan satu per satu, dengan kerja sama antara guru dan pimpinan sekolah maka kita bisa bermimpi suatu saat Indonesia akan menjadi bangsa yang literat.

Page 24: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

16

Dok . Yayasan Pengembang Perpustakaan Indonesia

Page 25: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB III RANCANGAN INDUK

PELAKSANAAN LITERASI SEKOLAH

A . Rancangan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah

Kesuksesan GLS membutuhkan partisipasi aktif semua unit kerja di lingkungan internal Kemendikbud (Permendikbud Nomor 11 Tahun 2015) dan juga kolaborasi dengan lembaga di luar Kemendikbud. Pelaksanaan program literasi di semua satuan pendidikan melibatkan semua pemangku kepentingan, meliputi pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten/kota. Pada lingkup internal Kemendikbud, kolaborasi literasi melibatkan, antara lain Badan Bahasa, LPMP, Balitbang (Puskurbuk dan Puspendik), dan Pustekkom, sedangkan pada lingkup eksternal Kemendikbud melibatkan, antara lain perguruan tinggi, Perpustakaan Nasional RI (PNRI), Ikapi, lembaga donor, dan lain-lain.

Struktur organisasi kerja sama tersebut digambarkan dalam Bagan 3.1 berikut ini.

Page 26: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

18

Bag

an 3

.1 . S

truk

tur

orga

nisa

si k

erja

sam

a di

ling

kung

an in

tern

al d

an e

kste

rnal

Kem

endi

kbud

Page 27: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

19

Di samping itu, kegiatan literasi sekolah membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan di tingkat pemerintahan, dari tingkat pemerintah pusat, dinas pendidikan provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan di tingkat sekolah. Di tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala sekolah, pengawas, guru, komite sekolah, dan masyarakat, termasuk dunia usaha dan industri. Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai dengan peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang berlaku. Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain lembaga masyarakat di bidang pendidikan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan para tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia industri dapat berupa program pendidikan yang merupakan implementasi dari Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility). Kesuksesan program literasi sekolah dapat dicapai apabila tiap-tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan program literasi sesuai dengan perannya masing-masing.

Page 28: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

20

A . Peran Pemangku Kepentingan

Bagan 3 .2 Pemangku Kepentingan Literasi

KEMENDIKBUD - Kebijakan Nasional - Panduan - Sosialisasi kepada

Disdik Provinsi, Kab/Kota, Satuan Pendidikan dan Masyarakat.

- Pelatihan Guru - Monitoring dan

Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Provinsi, Kab/Kota dan Satuan Pendidikan

DISDIK KAB/KOTA - Kebijakan Daerah - Sosialisasi kepada

Satuan Pendidikan dan Masyarakat

- Pelatihan dan pendampingan pelaksanaan gerakan di Satuan Pendidikan

- Monitoring dan Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Satuan Pendidikan

SATUAN PENDIDIKAN - Visi dan Misi SD - Kebijakan SD - Pelaksanaan Pembelajaran - Pembiasaan - Sarana dan prasarana dan

Fasilitas Pendukung - Pengelolaan Sarana dan Prasarana

dan Fasilitas Pendukung - Pelatihan guru - Pelibatan Publik (Komite

SD dan masyarakat)

DISDIK PROVINSI - Kebijakan Daerah - Sosialisasi kepada

Disdik Kab/Kota. - Monitoring

dan Evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat Kabupaten/Kota

MASYARAKAT - Gerakan publik - Berpartisipasi dalam kegiatan

di satuan pendidikan

Keterangan: Struktur Implementasi Garis Pelaporan

Page 29: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

21

Kegiatan literasi dapat berjalan dengan optimal dengan kolaborasi antara semua elemen pemerintah dan masyarakat. Lembaga pemerintah dan masyarakat memiliki peran sebagai berikut.

1 . Kemendikbuda. membuat kebijakan; b. menjabarkan desain induk pelaksanaan GL;c. menyusun panduan pelaksanaan, petunjuk teknis, dan semua dokumen pendukung

pelaksanaan program;d. melaksanakan sosialisasi program kepada dinas pendidikan provinsi, kabupaten/

kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; d. merancang dan melaksanakan pelatihan untuk warga sekolah dan masyarakat; e. melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan program di tingkat provinsi,

kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; danf. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program.

2 . Dinas Pendidikan Provinsia. melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan

kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing;b. membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program;c. melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan

di kabupaten/kota masing-masing;d. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan

literasi di tingkat provinsi dan lingkungan dinas pendidikan kabupaten/kota; dan e. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi

pelaksanaan program.

3 . Dinas Pendidikan Kabupaten/Kotaa. melakukan analisis kebutuhan dan mengkaji isu-isu strategis yang terkait dengan

kemampuan literasi guru dan peserta didik di wilayah masing-masing;b. membuat kebijakan daerah untuk mendukung pelaksanaan program;c. melakukan sosialisasi konsep, program, dan kegiatan literasi di satuan pendidikan

di kabupaten/kota masing-masing;

Page 30: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

22

d. merencanakan dan melaksanakan pendampingan dan pelatihan kepada warga sekolah untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam memberikan pelayanan pendidikan terutama pelaksanaan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik;

e. memantau serta memastikan ketersediaan buku referensi dan buku pengayaan di sekolah;

f. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat; dan

g. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

4 . Satuan Pendidikana. mengidentifikasi kebutuhan sekolah dengan mengacu pada Standar Pendidikan

Nasional atau minimal mengacu pada Standar Pelayanan Minimal Pendidikan Dasar;

b. melaksanakan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan, dan semester sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;

c. melaksanakan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik;

d. memanfaatkan sarana dan prasarana sekolah dengan maksimal untuk memfasilitasi pembelajaran;

e. mengelola perpustakaan sekolah dengan baik;f. menginventarisasi semua prasarana yang dimiliki sekolah (salah satunya buku).g. menciptakan ruang-ruang baca bagi warga sekolah;h. melaksanakan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran;i. mengawasi dan mewajibkan peserta didik membaca sejumlah buku sastra dan

menyelesaikannya dalam kurun waktu tertentu; j. Komite Sekolah mendukung dan terlibat aktif dalam kegiatan gerakan literasi

sekolah; k. merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang melibatkan orangtua dan

masyarakat untuk meningkatkan kesadaran mereka terhadap literasi agar

Page 31: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

23

perlakuan yang diberikan kepada peserta didik di sekolah bisa ditindaklanjuti di dalam keluarga dan di tengah masyarakat;

l. merencanakan dan atau bekerja sama dengan pihak lain yang melaksanakan berbagai kegiatan literasi;

m. melakukan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan literasi yang dilaksanakan; dan

n. membuat rencana tindak lanjut berdasarkan hasil monitoring dan evaluasi pelaksanaan program.

5 . Masyarakata. ikut terlibat dan berpartisipasi dalam kegiatan sekolah untuk meningkatkan

kemampuan literasi warga sekolah; danb. menyelenggarakan gerakan publik, antara lain gerakan membacakan buku

untuk anak, gerakan mengumpulkan buku anak dan menyalurkannya ke taman-taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang publik yang ramah anak.

C . Tahapan Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah

GLS dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sekolah di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik sekolah (ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga sekolah (peserta didik, tenaga pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, program literasi sekolah dilaksanakan dengan peta sebagai berikut.

Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah

Page 32: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

24

Pembiasaan ini bertujuan menumbuhkan minat terhadap bacaan dan terhadap kegiatan membaca dalam diri warga sekolah. Penumbuhan minat baca merupakan hal fundamental bagi pengembangan kemampuan literasi lanjut.

Tahap ke-2: Pengembangan lebih lanjut minat baca untuk kemampuan literasi tahap berikutnyaKegiatan literasi pada tahap ini diharapkan mampu mengembangkan kemampuan memahami bacaan dan mengaitkannya dengan pengalaman pribadi, berpikir kritis, dan mengolah kemampuan komunikasi secara kreatif (verbal, tulisan, visual, digital) melalui respons terhadap bacaan.

Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasiDalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk pada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

Beberapa manfaat dari pembelajaran berbasis literasi, antara laina. meningkatkan kapasitas guru dan tenaga pendidik lain dalam mengelola

sumber daya sekolah untuk mengoptimalkan pembelajaran sesuai dengan minat, potensi peserta didik, dan budaya lokal, tenaga pendidik akan menjadi figur teladan literasi dan pembelajar sepanjang hayat;

b. pembelajaran berbasis literasi mengakomodasi pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (Cara Belajar Peserta Didik Aktif) sehingga sekolah perlahan-lahan akan beralih dari metode konvensional/klasikal di mana guru menyediakan informasi untuk pembelajaran;

c. mengurangi beban kognitif peserta didik dalam mengolah pengetahuan karena pembelajaran akan disajikan melalui buku-buku pengayaan yang berkualitas baik dan menarik;

d. warga sekolah akan terbiasa mengolah informasi sesuai dengan kemanfaatan, akurasi konten, kepatutan dengan usia, dan tujuan pembelajaran;

Page 33: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

25

mampumencari pengetahuansecara mandiri dan dapat menerapkan metoda pembelajaran yang sesuai dengan minat dan potensi mereka; dan

e. warga sekolah akan terhubung dengan jejaring komunitas literasi karena pembelajaran berbasis literasi akan membutuhkan partisipasi publik serta dunia industri dan usaha.

.

Bagan 3 .3 Peta Pengembangan Literasi Sekolah dalam Skema 3 Tahap

Pembiasaan

PengembanganPembelajaran

Tabel 3 .1 Fokus Kegiatan dalam Pengembangan Gerakan Literasi Sekolah

TAHAPAN KEGIATAN

PEMBIASAAN 1. membangun ekosistem gerakan literasi sekolah dengan fokus pada lingkungan fisik

2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati (sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping)

PENGEMBANGAN 1. mengembangkan ekosistem literasi sekolah yang mencakup lingkungan fisik, sosial afektif, dan akademik

2. membaca selama 15 menit setiap hari sebelum jam pelajaran melalui kegiatan membacakan nyaring (read aloud), membaca dalam hati (sustained silent reading), dan peta cerita (story mapping)

3. Peningkatan kemampuan literasi melalui 2 jam pelajaran literasi di saat kunjungan perpustakaan

PEMBELAJARAN Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasi

Page 34: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

26

D . Strategi

1 . Strategi UmumPeningkatan kapasitas semua pemangku kepentingan terkait kegiatan literasi merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan. Sebab, sebagai gerakan bersama, kegiatan literasi meniscayakan semua pelaku adalah subjek. Tidak ada objek. Bisa jadi, program yang digulirkan oleh tingkat tertentu juga berlaku bagi para pelaku di tingkat tersebut.

Peningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui pelaksanaan gerakan literasi di lingkungan satuan pendidikan dasar dan menengah mulai dari SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB (SDLB, SMPLB, SMALB) dengan strategi, antara lain:a. menggulirkan dan menggelorakan gerakan literasi di sekolah;b. menyiapkan kebijakan pimpinan dari pusat sampai daerah dengan program literasi

yang jelas, terukur, dan dapat dilaksanakan sampai tingkat satuan pendidikan;c. meningkatkan kapasitas sekolah untuk menyuburkan tumbuh-kembangnya literasi

warga sekolah: 1) sarana prasarana/lingkungan sekolah, perpustakaan, dan buku, dan2) sumber daya manusia (pengawas, kepala sekolah, guru, pustakawan, komite

sekolah);d. menyemai gerakan literasi akar rumput;e. meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya literasi;f. memberikan apresiasi atas capaian literasi berupa pemberian penghargaan literasi

(Adiliterasi); dang. melaksanakan monitoring dan evaluasi untuk peningkatan berkelanjutan bagi literasi

sekolah..

Page 35: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

27

2 . Strategi PelaksanaanStrategi pelaksanaan dapat dipaparkan pada Bagan 3.4 berikut.

Bagan 3 .4 Strategi Pelaksanaan Literasi Sekolah

Kapitalitas Pemda Sosialisasi Kemendikbud, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kab/Kota

Pela

ksan

aan

Lite

rasi

Kapitalitas Warga Sekolah

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN

1. Pelaksanaan Pembelajaran2. Pembiasaan

3. Pengelolaan Sarpras

Pelatihan Kepala Sekolah

Pelatihan Guru

Pelatihan Tenaga Kependidikan

Pustakawan

Ketersediaan Sarpras

Perencanaan dan Penganggaran yang Baik berdasarkan analisa

kebutuhan Sosialisasi Komite Sekolah

Di tingkat sekolah, kesuksesan gerakan literasi ditentukan oleh adanya dukungan pemerintah daerah dalam melakukan sosialisasi, meningkatnya peran dan kapasitas warga sekolah (kepala sekolah, guru, tenaga kependidikan, pustakawan, dan Komite Sekolah). Peningkatan kapasitas ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan pendampingan. Selain itu, keberlangsungan program literasi juga ditentukan oleh ketersediaan sarana dan prasarana sekolah yang menunjang kegiatan literasi.

E . Peningkatan KapasitasPeningkatan kapasitas di semua lini, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan, dapat dilakukan melalui tiga pendekatan:

1 . SosialisasiSosialisasi dilakukan dengan tujuan agar program dan kebijakan terkait literasi tersampaikan ke publik secara massif dan mudah diakses. Semua lapisan masyarakat,

Page 36: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

28

kapanpun dan di manapun, dapat dengan mudah mengakses informasi penting seputar kegiatan literasi.

Perlu diperhatikan, sosialisasi tidak selesai pada sampainya informasi kepada masyarakat. Masyarakat juga harus terlibat dalam kegiatan sosialisasi tersebut. Maka, kegiatan sosialisasi harus dikemas semenarik mungkin untuk memikat minat masyarakat, terutama kalangan pelajar.

Pengemasan materi sosialisasi juga harus dilakukan dengan strategi matang. Sebab, tujuan sosialisasi bukan hanya agar orang lain tahu, melainkan turut melakukan.

2 . LokakaryaLokakarya diperlukan untuk menyamakan persepsi dan menentukan langkah bersama dalam gerakan literasi. Forum ini mengundang sejumlah pihak terkait dan berkompeten untuk membahas berbagai persoalan dari sudut pandang ilmiah mengenai problematika literasi dan cara terbaik penanganannya. Lokakarya dapat menghasilkan rekomendasi dan kesepakatan di bidang literasi yang mengikat semua pihak untuk menjalankannya secara konsisten.

3 . Pendampingan Pendampingan adalah upaya untuk memastikan keberlangsungan program literasi sekolah. Pendampingan dilakukan melalui dua cara, yaitu pendampingan teknis dan pendampingan operasional. a) Pendampingan teknis berupa penguatan kapasitas guru dan tenaga pendidik melalui

pelatihan-pelatihan dan semiloka.b) Pendampingan operasional diberikan dalam bentuk saran-saran kegiatan dan

petunjuk langsung yang diberikan sebagai bagian dari kegiatan harian literasi sekolah. Pendampingan operasional biasanya berupa kunjungan terhadap kepala sekolah dan tenaga pendidik (pustakawan, guru) dan saran-saran perbaikan program atau pemecahan masalah.

Idealnya, pendampingan teknis dan pendampingan operasional diberikan oleh orang yang sama. Hal ini bertujuan untuk memastikan agar materi-materi yang diberikan dalam kegiatan pendampingan teknis dapat diimplementasikan dalam kegiatan harian sekolah. Namun, seandainya hal ini tidak mungkin, pendampingan operasional dapat

Page 37: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

29

diberikan oleh pengawas, anggota tim LPMP, atau tokoh LSM yang memiliki visi literasi.

4 . Penyediaan Sarana dan PrasaranaAgar berjalan efektif dan komprehensif, gerakan literasi membutuhkan dukungan sarana dan prasarana yang memadai. Dukungan ini dapat berupa dokumen, infrastruktur, program, dan produk pendukung lainnya. Alokasi anggaran memadai sangat penting untuk mendukung pengadaan semua keperluan tersebut.

Penyediaan sarana dan prasarana dapat berasal dari pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan pemangku kepentingan lainnya.

F . Target PencapaianProgram literasi sekolah diharapkan akan menciptakan ekosistem sekolah yang literat. Ekosistem sekolah yang literat adalah lingkungan sekolah yang1. menyenangkan dan ramah anak sehingga menumbuhkan semangat warganya dalam

belajar;2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi pada ling-

kungan sosialnya; dan5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal sekolah.

Page 38: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

30

Tabel 3 .2 Ekosistem Sekolah yang Diharapkan di Setiap Jenjang

SD Ekosistem SD yang literat adalah kondisi yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada pengetahuan.

SMP Ekosistem SMP yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kreatif, inovatif, perilaku empati sosial, dan cinta kepada pengetahuan.

SMA Ekosistem SMA yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku kritis dan ilmiah.

SMK Ekosistem SMK yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap kritis, kreatif, inovatif, berjiwa wirausaha, dan cinta kepada pengetahuan.

SLB Ekosistem SLB yang literat adalah kondisi yang memungkinkan pengembangan sikap dan perilaku yang baik, berempati sosial, mandiri, dan terampil.

Kemampuan literasi ditumbuhkan secara berkesinambungan pada satuan pendidikan SD, SMP, SMA, SMK, dan SLB. Perkembangan teknologi dan media menuntut kemampuan literasi peserta didik yang terintegrasi, dengan fokus kepada aspek kreativitas, kemampuan komunikasi, kemampuan berpikir kritis, dan satu hal yang penting adalah kemampuan untuk menggunakan media secara aman (media safety) seperti yang dipaparkan pada Tabel 3.3 berikut.

Tabel 3 .3 Peta Kompetensi Literasi Sekolah di Tahap Pertama Gerakan Literasi

Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis Keamanan Media (Media Safety)

SD/SDLB awal mengartikulasikan empati terhadap tokoh cerita

memisahkan fakta dan fiksi

mampu menggunakan teknologi dengan bantuan/pendampingan orang dewasa

SD/SDLB lanjut mempresentasikan cerita dengan efektif

mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya

mengetahui batasan unsur dan aturan kegiatan sesuai konten

SMP/SMPLB bekerja dalam tim, mendiskusikan informasi dalam media

menganalisis dan mengelola informasi dan memahami relevansinya

memahami etika dalam menggunakan teknologi dan media sosial

SMA/SMK/SMALB

mempresentasikan analisis dan mendiskusikannya

menganalisis stereotip/ideologi dalam media

memahami landasan etika dan hukum/aturan teknologi

Page 39: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

31

Kompetensi berjenjang tersebut dicapai melalui kegiatan yang relevan di satuan pendidikan SD/SDLB, SMP/SMPLB, dan SMA/SMK/SMLB. Fokus kegiatan di tiaptiap jenjang perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut.

Tabel 3 .4 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi pada Tahap Pertama Gerakan Literasi

Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan Jenis Bacaan Sarana & Prasarana

SD awal

menyimak cerita untuk menumbuhkan empati

mengenali dan membuat inferensi, prediksi, terhadap gambar

membacakan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hati

buku cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksi

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah

SD lanjut

menyimak (lebih lama) untuk memahami isi bacaan

memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll)

membacakan buku cerita dengan nyaring, membaca dalam hati

buku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak/digital/visual

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah

SMP

menyimak untuk memahami makna implisit dari cerita/pendapat penulis

memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll)

membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati

Novel anak, artikel media, komik, semua jenis tulisan (narasi, ekspositori, argumentatif), dalam bentuk cetak/digital/visual

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah

SMA/SMK

menyimak cerita dan melakukan analisis kritis terhadap tujuan/pendapat penulis

mengembangkan pemahaman terhadap bacaan menurut tujuan penulisan, konteks, dan ideologi dalam penulisannya

membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati

Semua jenis teks cetak/visual/digital yang sesuai dengan peruntukan usia

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca, kantin, kebun sekolah

Page 40: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

32

Page 41: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB IV PELAKSANAAN

GERAKAN LITERASI DI SD

Kegiatan literasi di SD membutuhkan partisipasi semua pemangku kepentingan di tingkat pemerintahan, mulai tingkat pemerintah pusat, Dinas Pendidikan

Provinsi dan Kabupaten/Kota, serta satuan pendidikan di tingkat SD. Di tingkat satuan pendidikan, yang menerima perlakuan (intervensi) adalah kepala sekolah, pengawas, guru, komite sekolah, orangtua, dan masyarakat termasuk dunia usaha dan industri.

Perlakuan yang akan diberikan kepada setiap unsur akan berbeda sesuai dengan peran dan kapasitasnya dalam pendidikan terkait dengan kebijakan yang berlaku. Dari unsur masyarakat dapat melibatkan, antara lain, lembaga masyarakat di bidang pendidikan dan kebudayaan, perpustakaan masyarakat, taman bacaan masyarakat, dan para tokoh masyarakat. Pelibatan dari dunia usaha atau industri dapat berupa gerakan pendidikan yang merupakan implementasi dari tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility). Kesuksesan gerakan literasi SD dapat dicapai apabila tiap-tiap pemangku kepentingan memiliki kapasitas yang memadai untuk melaksanakan gerakan literasi sesuai dengan perannya masing-masing.

A . Tahapan Pengembangan Literasi di SDGerakan literasi di SD dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan SD di seluruh Indonesia. Kesiapan ini mencakup kesiapan kapasitas fisik SD (ketersediaan fasilitas, sarana, prasarana literasi), kesiapan warga SD (peserta didik, tenaga pendidik, orangtua, dan komponen masyarakat lain), dan kesiapan sistem pendukung lainnya (partisipasi publik, dukungan kelembagaan, dan perangkat kebijakan

Page 42: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

34

yang relevan). Untuk memastikan keberlangsungannya dalam jangka panjang, gerakan literasi SD dilaksanakan dengan pemetaan sebagai berikut.

Tahap ke-1: Pembiasaan kegiatan membaca yang menyenangkan di ekosistem sekolah .

Fokus kegiatan pada tahap ini adalah sebagai berikut.a . Implementasi dan sosialisasi kegiatan membaca selama 15 menit

sebelum pelajaran dimulaiKegiatan membaca yang dapat dilakukan adalah membacakan buku dengan nyaring (read aloud) dan membaca dalam hati (sustained silent reading/SSR). Selain itu, peserta didik dapat menonton film pendek dan mendiskusikannya. Pada kegiatan ini, peserta didik diharapkan untuk tidak dibebani dengan tugas menulis tanggapan terhadap bacaan (resume atau simpulan terhadap bacaan).

Tabel 3 .5 Dua Cara Pembiasaan Membaca di SD

Dua Cara Menjadikan Peserta Didik Gemar Membaca

1Membaca nyaring (read aloud) yang

dilakukan oleh guru/pustakawan/kepala SD .

2Membaca dalam hati (sustained silent reading) adalah waktu yang diberikan

kepada peserta didik untuk membaca tanpa gangguan .

Tujuan:1. memberikan pengalaman membaca yang

menyenangkan;2. memberikan contoh bagaimana cara

membaca;3. melatih peserta didik menyimak;4. menjadikan guru/pustakawan/kepala SD

teladan membaca.

Tujuan:1. memberi kesempatan peserta didik untuk

meningkatkan kemampuan serta kelancaran membaca melalui kegiatan membaca untuk kesenangan;

2. meningkatkan motivasi kepada peserta didik untuk membaca;

3. membangun kebiasaan membaca; 4. melatih peserta didik untuk berkonsentrasi.

Page 43: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

35

Tabel 3 .6 Langkah-langkah Membaca NyaringA . Langkah-Langkah Membaca Nyaring (Read Aloud)

1. Persiapan yang perlu dilakukan

a. memahami tujuan dan metode membaca nyaring (read aloud); b. merencanakan tujuan membaca;c. mengetahui tingkat kemampuan berpikir dan membaca peserta didik;d. memilih buku yang berkualitas baik dan memiliki isi yang disesuaikan

dengan perkembangan nalar peserta didik (termasuk perkembangan tren atau minat peserta didik);

e. melakukan kegiatan prabaca dan baca ulang dengan tujuan1) mengetahui jalannya cerita, atau isi/pesan dalam setiap buku yang

dibaca;2) mengetahui letak tanda-tanda baca sehingga memungkinkan untuk

mengatur intonasi suara agar menarik atau menentukan kapan harus jeda;3) mengantisipasi pertanyaan yang ditanyakan oleh peserta didik; 4) melakukan prediksi atau menghubungkan isi bacaan dengan hal lain yang

relevan;f. menulis pertanyaan-pertanyaan sebagai bahan diskusi;g. melatih intonasi, volume suara, dan gerak tubuh agar dapat membacakan

buku dengan menarik serta ekspresi wajah yang mendukung;h. membuat perencanaan agar kegiatan ini dapat meningkatkan pemahaman

peserta didik atas bacaan.

2. Sebelum membaca nyaring

a. memulai dengan percakapan pembuka dan menyebutkan mengapa memilih bahan bacaan tersebut;

b. menunjukkan sampul buku cerita yang akan dibacakan dan menyampaikan gambaran singkat cerita;

c. menyebutkan judulnya, pengarang, dan ilustratornya;d. menggali pengalaman peserta didik, misalnya dengan menanyakan: Apakah

ada di antara mereka yang pernah membaca buku tersebut? Apakah ada yang memiliki buku itu? Atau apakah ada di antara mereka yang dapat menduga isi buku itu?;

e. mulai menyusuri ilustrasi kalau terdapat dalam buku atau bahan bacaan;f. melaksanakan/mengupayakan kegiatan membaca semenarik mungkin;g. memperhatikan tujuan-tujuan membaca nyaring.

3. Saat membaca nyaring

a. suara dapat didengar seluruh peserta didik: tidak terlalu cepat, disertai intonasi, ekspresi, dan gestur yang mendukung;

b. menjaga interaksi dengan pelibatan emosi yang positif;c. bersikap responsif dalam berkomunikasi dengan peserta didik;d. membantu peserta didik untuk belajar mendengar dan menyimak;e. menjadikan bacaan sebagai media untuk berbagi informasi;f. mengajak peserta didik untuk aktif bertanya;g. menjadikan isi bacaan sebagai ajang diskusi; h. mengajak peserta didik membuat peta cerita (story map) apabila waktu

memungkinkan;i. mengajak peserta didik untuk mengungkapkan secara lisan apa yang

didengar atau dibacakan dan apa yang dipikirkan (think aloud) terkait bacaan;

j. mengembangkan proses metakognitif (mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis serta sintesis, evaluasi, reflesi, dan kontemplasi).

Page 44: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

36

4. Setelah membaca nyaring

a. Kegiatan lanjutan yang dianjurkan, antara lain1) meminta peserta didik mengajukan pertanyaan;2) guru mengajukan pertanyaan seandainya peserta didik tidak bertanya;3) meminta peserta didik untuk menceritakan ulang bacaan dengan kata-

katanya sendiri;4) mengajak peserta didik melakukan aktivitas lain untuk mengembangkan

cerita/bahan bacaan seperti membuat surat, kartu, poster atau keterampilan lain yang berhubungan dengan isi bacaan;

b. meletakkan buku atau materi bacaan di tempat yang mudah dilihat dan dijangkau oleh tangan peserta didik;

c. mencatat judul buku yang telah dibacakan.

Tabel 3 .7 Langkah-langkah Membaca Dalam hati

1. Persiapan membaca dalam hati

a. memahami tujuan dan metode membaca dalam hati (sustained silent reading);

b. membuat daftar bacaan untuk mengetahui kesesuaiannya dengan peserta didik dan untuk mengantisipasi pertanyaan yang muncul.

2. Sebelum membaca dalam hati dilakukan

a. menawarkan kepada peserta didik apakah mereka memilih sendiri buku yang ingin dibaca dari sudut baca kelas atau membawanya sendiri dari rumah;

b. membebaskan peserta didik untuk memilih buku yang sesuai dengan minat dan kesenangannya;

c. memberi semangat kepada peserta didik bahwa ia harus membaca buku tersebut sampai selesai, dalam kurun waktu tertentu, bergantung pada ketebalan buku;

d. membolehkan peserta didik untuk mencari buku lain apabila isi buku dianggap kurang menarik;

e. membolehkan peserta didik untuk memilih tempat yang disukainya untuk membaca;

f. menyediakan buku-buku dengan jenis dan judul yang variatif.

3. Saat membaca dalam hati

Peserta didik dan guru bersama-sama membaca buku masing-masing dengan tenang selama 15 menit.

4. Setelah membaca dalam hati

Guru dapat menggunakan 5–10 menit setelah membaca untuk bertanya kepada peserta didik tentang buku yang dibaca.

b. Pengembanganlingkunganfisiksekolahuntukmenumbuhkanminatpada literasi

Hal ini mencakup:1) pengembangan perpustakaan sekolah, sudut buku kelas, dan area

baca;

Page 45: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

37

Perpustakaan merupakan salah satu prasarana literasi yang seharusnya berfungsi sebagai pusat pembelajaran di SD. Pengembangan dan penataan perpustakaan menjadi bagian penting dari pelaksanaan gerakan literasi SD dan pengelolaan pengetahuan yang berbasis pada bacaan. Perpustakaan yang dikelola dengan baik mampu meningkatkan minat baca warga SD dan menjadikan mereka pembelajar sepanjang hayat.

Dengan memperhatikan kesiapan sumber daya yang ada di SD, dapat dikembangkan prasarana literasi agar perpustakaan berfungsi optimal. Perpustakaan SD idealnya berperan dalam mengoordinasi pengelolaan sudut buku kelas, area baca, dan prasarana literasi lain di SD. Ihwal ketiganya dipaparkan pada tabel 3.8 berikut.

Tabel 3 .8 Pengembangan Perpustakaan SD, Sudut Buku Kelas, dan Area Baca

Perpustakaan SD Sudut Buku Kelas Area Baca SD

• Pusat pengelolaan pengetahuan dan sumber belajar di SD, dikelola di bawah tanggung jawab kepala SD.

• Dalam pengoperasi- annya, perpustakaan SD dilaksanakan oleh tim perpustakaan yang terdiri atas tenaga yang terlatih di dalam pengelolaan bahan literasi

• Untuk optimalisasi layanan, perpustakaan dapat dilengkapi berbagai sistem dan aplikasi untuk penca- tatan pengunjung, aktivitas membaca, dan pengembangan budaya literasi SD

• Sudut buku kelas, yaitu sebuah sudut di kelas yang dilengkapi dengan koleksi buku yang ditata secara menarik untuk meningkat- kan minat baca peserta didik

• Sudut di ruangan kelas yang digunakan untuk memajang koleksi bacaan dan karya peserta didik.

• Penyediaan buku untuk mendukung aktivitas pembelajaran di kelas.

• Berperan sebagai perpanjangan fungsi perpustakaan SD, yaitu mendekatkan buku kepada peserta didik.

• Dikelola oleh guru, peserta didik, dan orangtua.

• Area baca SD, meliputi semua area di lingkungan sekolah (serambi, koridor, halaman, kebun, ruang kelas, dll.) yang ditata untuk meningkatkan minat baca peserta didik.

• Lingkungan fisik SD yang mendukung pelaksanaan kegiatan literasi SD.

• Dapat mencakup kantin, tempat ibadah, ruang tunggu orangtua, serambi, halaman, kebun, dan area lainnya.

• Dilengkapi dengan prasarana yang nyaman (meja, kursi, rak-rak buku) untuk membuat peserta didik betah membaca. Ini bisa dilakukan, antara lain dengan membuat ruang baca terbuka di SD, dengan menyediakan kursi dan meja baca di taman SD.

Page 46: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

38

2) Pengembangan sarana lain (UKS, kantin, kebun sekolah) yang mendukung penumbuhan minat terhadap literasi

Pelaksanaan UKS di SD merupakan kebutuhan dasar yang harus dipenuhi karena terkait dengan gaya hidup sehat. Selama ini kegiatan yang terkait dengan UKS, antara lain mencuci tangan, toileting, kebersihan, kerapian, dan keindahan. Sentuhan aktivitas literasi dapat memperkaya kegiatan UKS, di antaranya pembuatan poster kesehatan/kebersihan; me ngumpulkan dan menulis peribahasa-peribahasa yang terkait dengan gaya hidup sehat, kebersihan, kerapian, serta keindahan.

Kantin selama ini identik dengan tempat kegiatan jual-beli makanan dan minuman. Sebagian besar kantin sekolah kondisinya memprihatinkan karena menjual berbagai makanan dengan bahan dan kemasan tidak sehat. Kondisi kantin seperti ini harus diubah dengan cara memfungsikan kantin sebagai pusat berkembangnya teknologi makanan dan peri kehidupan yang beradab. Teknologi makanan terkait dengan cara membersihkan, menyimpan, memasak atau mengolah makanan, menyajikan, dan mengemas makanan. Dengan demikian, aktivitas di kantin akan memperkuat proses

Page 47: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

39

pembelajaran yang terintegrasi dengan sains, matematika, bahasa, seni, muatan lokal, revolusi hijau, dan sebagainya.

Memfungsikan kebun sekolah sebagai laboratorium hidup pun tak kalah pentingnya. Anak-anak akan memiliki pengetahuan beragam jenis tanaman hias, tanaman obat, tanaman pangan, tanaman bumbu dapur, dan buah-buahan yang bermanfaat untuk kehidupan. Dari kebun sekolah ini beragam aktivitas dapat dikembangkan untuk memperkuat proses pembelajaran secara terintegrasi.

3) Pengembangan koleksi teks cetak (buku bacaan nonteks pelajaran, kliping koran/majalah, dll), serta visual dan digital (filmdanmateridariinternet)apabilasekolahtelahmemilikiperangkat teknologi yang relevan .Dalam kegiatan membaca selama 15 menit, peserta didik perlu dibantu untuk memilih buku yang diminatinya. Bantuan yang diberikan hanya sebatas memberi saran sesuai dengan tingkat kemampuan membaca mereka agar kegiatan membaca menjadi menyenangkan. Buku-buku yang dibacakan atau dibaca sendiri

Page 48: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

40

oleh peserta didik berperan penting dalam meningkatkan minat baca dan kesiapan belajar mereka. Karena itu, guru perlu membekali diri dengan kemampuan memilih bahan bacaan sesuai dengan pemeringkatan kapasitas membaca (leveling reading). Selain itu, peserta didik perlu terpajan pada beragam jenis buku yang sudah diperingkat (leveling book).

Berikut ini adalah tabel elemen-elemen yang perlu diperhatikan guru dalam memilih buku bacaan.

Tabel 3 .9 Elemen dalam Memilih Bahan Bacaan di SD

Elemen Dalam Memilih Bahan Bacaan yang Baik

1Tingkat kemampuan

membaca

2Konten bacaan yang sesuai dengan

tahap perkembangan psikologis

3Ilustrasi

1) Pembaca Pemula :

Pemula Usia dasar >6-9 tahun) SD kelas rendah

• Peserta didik didampingi dalam pemilihan buku.

• Buku mengandung informasi yang sederhana.

• Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.

• Buku mengandung pesan nilai-nilai (values) sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif.

• Ilustrasi memiliki alur yang mudah dipahami, dan dapat bersifat imajinatif.

• Teks tidak perlu mengulangi apa yang sudah digambarkan oleh ilustrasi.

2) Pembaca Pemula :

Usia dasar (>9-12 tahun) – SD kelas tinggi

• Peserta didik dapat memilih buku secara mandiri.

• Buku mengandung informasi yang lebih maju tingkatannya, contohnya buku konsep.

• Cerita mengandung nilai optimisme, bersifat inspiratif, dan mengembangkan imajinasi.

• Buku mengandung pesan nilai-nilai (values) sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak dalam berbagai aspek, antara lain moral, sosial, kognitif.

• Ilustrasi memiliki alur yang baik dan dapat bersifat imajinatif.

• Ilustrasi berfungsi melengkapi alur cerita.

Page 49: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

41

4) Pembuatan bahan kaya teks (print rich materials)Untuk menumbuhkan budaya literasi, SD dan ruang kelas perlu menjadi lingkungan yang kaya literasi. Penciptaan lingkungan kaya literasi bertujuan memaparkan peserta didik kepada sebanyak mungkin ragam teks sehingga meningkatkan kemampuan literasi mereka. Contoh-contoh bahan kaya literasi adalaha. karya-karya peserta didik berupa tulisan, gambar, atau grafik;b. poster-poster yang terkait pelajaran, poster buku, poster

kampanye membaca, dan poster kampanye lain yang bertujuan menumbuhkan cinta pengetahuan dan budi pekerti;

c. dinding kata;d. label nama-nama peserta didik pada barang-barang mereka

yang disimpan di kelas (apabila ada);e. jadwal harian, pembagian kelompok tugas kelas;f. surat, resep, kupon, kliping, foto kegiatan peserta didik;

g. label nama-nama pada setiap benda di ruang kelas;h. komputer dan/atau perangkat elektronik lain yang mendukung

kegiatan literasi;i. buku dan sumber informasi lain (koran, majalah, buletin);j. papan buletin;k. poster dan mainan alfabet;l. kaset cerita, DVD, dan bahan digital/eletronik yang mendukung

kegiatan literasi,m. perangkat berkarya dan menulis seperti alat tulis, alat warna,

alat gambar, kertas gambar, kertas bekas, busa, kertas prakarya, surat, kertas surat, amplop, koran bekas, kertas sampul, dll.;

n. boneka, balok-balok, kostum, dan permainan edukatif lain untuk digunakan dalam permainan peran (menjadi dokter atau juru masak yang menulis resep, atau pelayan restoran yang menulis daftar pesanan);

Page 50: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

42

o. ucapan selamat datang dan kata-kata yang memotivasi di pintu kelas, lorong SD, dan tempat-tempat lain yang mudah dilihat; dan

p. semua bahan dan alat harus disimpan di tempat yang mudah diraih oleh peserta didik dan perlu dikelompokkan menurut fungsinya (alat gambar disimpan terpisah dari mainan, alat untuk bermain peran, dan lain-lain.). Peserta didik perlu mengetahui di mana mereka dapat menemukan bahan-bahan yang mereka perlukan.

Tahap ke-2: Pengembangan lanjut minat baca untuk kemampuan literasi lanjut Fokus kegiatan pada tahap ini adalah

a. Pengembangan lingkungan fisik, afektif, dan akademik untuk men-dukung kegiatan literasi. Hal ini mencakup, antara lain

1) memasukkan kegiatan berbasis literasi pada perayaan hari besar di sekolah;

Page 51: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

43

2) memberikan penghargaan kepada pencapaian perilaku positif, kepedulian sosial, dan semangat belajar peserta didik; penghargaan ini dapat dilakukan setiap upacara bendera Hari Senin dan peringatan lain;

3) membentuk Tim Literasi Sekolah yang terdiri dari tenaga kependidikan, orang tua, dan elemen masyarakat lain; dan

4) kegiatan-kegiatan akademik lain yang mendukung terciptanya budaya literasi di sekolah (belajar di kebun sekolah, belajar di lingkungan luar sekolah, wisata perpustakaan kota/daerah serta taman bacaan masyarakat, dan lain-lain.).

b. Pengembangan kemampuan literasi melalui kegiatan di perpustakaan sekolah/ perpustakaan kota/daerah atau taman bacaan masyarakat atau sudut baca kelas selama 2 jam pelajaran setiap minggu. Dalam 2 jam pelajaran ini dapat dilakukan berbagai kegiatan literasi, antara lain1) membacakan buku dengan nyaring (read aloud), membaca

dalam hati (sustained silent reading), membaca bersama (shared reading) dan membaca terpandu (guided reading); kegiatan menonton film pendek atau materi dari internet juga termasuk membaca teks visual/digital;

2) peserta didik membuat ulasan terhadap teks (cetak/visual/digital), fiksi dan nonfiksi, melalui beberapa kegiatan, antara lain a) menggambar; b) menceritakan ulang isi teks dengan bahasa yang sederhana dan

kreatif, sesuai dengan kemampuannya; c) bermain peran/drama; d) berkarya membuat sesuatu (craft);e) menulis ulasan dalam bentuk narasi, fiksi, puisi, surat kepada

tokoh dalam bacaan, teks deskriptif, teks analitis, atau teks argumentatif, sesuai kemampuannya; dan

f) melakukan penelitian secara individual dan kelompok, yang dalam kegiatannya, peserta didik dapat mengeksplorasi

Page 52: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

44

teks lain yang relevan dan melakukan pendalaman melalui wawancara, diskusi, membuat angket sederhana, dan lain-lain.

Tahap ke-3: Pelaksanaan pembelajaran berbasis literasiDalam tahap ini, pembelajaran semua mata pelajaran dilakukan dengan merujuk kepada ragam teks (cetak/visual/digital) yang tersedia dalam format buku-buku pengayaan. Guru diharapkan bersikap kreatif dan proaktif mencari referensi pembelajaran yang relevan dan mengurangi kebergantungan pada buku teks pelajaran dan Lembar Kerja Peserta didik (LKS).

Kegiatan yang dapat dilakukan antara lain sebagai berikut.1) Guru melaksanakan penelitian tindakan kelas.2) Guru mengembangkan rencana pembelajaran sendiri dengan meman-

faatkan berbagai media dan bahan ajar.3) Guru melaksanakan pembelajaran dengan memaksimalkan pemanfaatan

sarana dan prasarana untuk memfasilitasi pembelajaran.

Page 53: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

45

B . Target Pencapaian Literasi di SDGerakan literasi di SD diharapkan akan menciptakan ekosistem SD yang literat. Ekosistem yang literat adalah lingkungan SD yang:1. menyenangkan dan ramah peserta didik, sehingga menumbuhkan semangat

warganya dalam belajar;2. semua warganya menunjukkan empati, peduli, dan menghargai sesama;3. menumbuhkan semangat ingin tahu dan cinta pengetahuan;4. memampukan warganya cakap berkomunikasi dan dapat berkontribusi kepada

lingkungan sosialnya; dan5. mengakomodasi partisipasi seluruh warga dan lingkungan eksternal SD.

Ekosistem SD yang diharapkan di setiap jenjang adalah menciptakan ekosistem SD yang literat, yaitu SD yang menanamkan dasar-dasar sikap dan perilaku empati sosial dan cinta kepada pengetahuan. Di era digital ini, kemampuan literasi perlu mempertimbangkan aspek ketersediaan media di lingkunganSD.

Tabel 3 .10 Peta Kompetensi Literasi SD pada Tahap Pembiasaan

Jenjang Komunikasi Berpikir Kritis Keamanan Media

SD awal mengartikulasikan empati terhadap tokoh cerita

memisahkan fakta dan fiksi

mampu menggunakan teknologi dengan bantuan/pendampingan orang dewasa

SD lanjutan mempresentasikan cerita dengan efektif

mengetahui jenis tulisan dalam media dan tujuannya

menggunakan dan mengakses informasi yang sesuai dengan usia dan norma kepatutan.

Selain itu, fokus kegiatan di SD perlu melibatkan aspek-aspek menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang didukung oleh jenis bacaan dan sarana/prasarana yang sesuai dengan kegiatan di setiap jenjang. Hal ini dijabarkan sebagai berikut.

Page 54: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

46

Tabel 3 .8 Cakupan Kegiatan Literasi Berdasarkan Kompetensi di Tahap Pertama Gerakan Literasi

Jenjang Menyimak Membaca Kegiatan Jenis Bacaan

Sarana & Prasarana

SD awal menyimak cerita untuk menum- buhkan empati

mengenali dan membuat inferensi, prediksi, terhadap gambar

membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati

buku cerita bergambar, buku tanpa teks, buku dengan teks sederhana, baik fiksi maupun nonfiksi

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca

SD lanjutan

menyimak (lebih lama) untuk memahami isi bacaan

memahami isi bacaan dengan berbagai strategi (mengenali jenis teks, membuat inferensi, koneksi dengan pengalaman/teks lain, dll.)

membacakan buku dengan nyaring, membaca dalam hati

buku cerita bergambar, buku bergambar kaya teks, buku novel pemula, baik dalam bentuk cetak/digital/visual

sudut buku kelas, perpustakaan, area baca

Page 55: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB V MONITORING DAN EVALUASI

Pelaksanaan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara berjenjang oleh semua pemangku kepentingan sesuai dengan perannya dalam strategi pelaksanaan

gerakan literasi sekolah. Tiap-tiap pemangku kepentingan melaksanakan monitoring dan evaluasi dengan jangkauan yang berbeda sebagai berikut.

A . Kemendikbud Kemdikbud Melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan gerakan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan.

Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. keefektifan sosialisasi di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan

masyarakat;2. pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan tingkat provinsi, kabupaten/

kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap konsep literasi; 3. keefektifan kegiatan pelatihan guru terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan

guru dalam merencpeserta didikan dan melakspeserta didikan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.

1 . Direktorat Pembinaan SDDirektorat Pembinaan SD melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan

GLS di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi

Page 56: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

48

a. ketercapaian GLS di SD;b. keefektifan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, dan

satuan pendidikan; c. keefektifan lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota dan

satuan pendidikan; d. keefektifan peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/kota dan satuan

pendidikan;e. tingkat pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan di tingkat provinsi,

kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap GLS; danf. keefektifan kegiatan pendampingan/pelatihan guru terutama dampak

pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik.

Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan dan dasar dalam memperbaiki pelaksanaan GLS di tahap berikutnya, terutama terkait dengan desain induk pelaksanaan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi pada semua pemangku kepentingan.

2 . Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) LPMP melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan GLS di tingkat provinsi, kabupaten/kota, dan satuan pendidikan, meliputi

a. ketersediaan data tentang ketercapaian GLS di SD;b. ketersediaan data bagi pelaksanaan sosialisasi GLS di tingkat pusat, provinsi,

kabupaten/kota, dan satuan pendidikan; c. ketersediaan data dalam lokakarya GLS di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/

kota dan satuan pendidikan; d. ketersediaan data untuk peningkatan kapasistas GLS di provinsi, kabupaten/

kota dan satuan pendidikan;e. ketersediaan data tentang tingkat pemahaman dan dukungan pemangku

kepentingan di tingkat provinsi, kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat terhadap GLS, dan;

f. ketersediaan data untuk kegiatan superviai dalam pendampingan/pelatihan guru terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan

Page 57: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

49

dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik

Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan untuk memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan Grand Design pelaksanaan gerakan literasi, rencana, model, dan pelaksanaan sosialisasi kepada semua pemangku kepentingan.

B . Dinas Pendidikan ProvinsiDisdik Provinsi melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di tingkat provinsi dan di lingkungan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi1. kebijakan daerah terkait literasi;2. dampak pelaksanaan sosialisasi kepada pemangku kepentingan tingkat provinsi

dan dinas pendidikan kabupaten/kota di wilayahnya masing-masing; 3. dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD; dan 4. dampak pelaksanaan kegiatan-kegiatan terkait literasi di tingkat provinsi terhadap

kemampuan literasi warga SD. Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi dijadikan masukan untuk

memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplementasikan kebijakan pusat dan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat provinsi dan Dinas Pendidikan Kabupaten/Kota.

C . Dinas Pendidikan Kabupaten/KotaDisdik Kabupaten/Kota melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.

Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi1. kebijakan daerah terkait literasi;

Page 58: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

50

2. dampak pelaksanaan sosialisasi terhadap pemahaman dan dukungan pemangku kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat;

3. dampak penyediaan sarana dan prasarana pendukung kegiatan literasi di SD jenjang pendidikan dasar.

4. keefektifan kegiatan pendampingan pelatihan guru, terutama dampak pelatihan terhadap kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik; dan

5. pelaksanaan kegiatan literasi di SD, misalnya ketersediaan buku bacaan di perpustakaan, aktivitas membaca buku non pelajaran selama 15 menit sebelum masuk jam pelajaran, dan kewajiban peserta didik membaca sejumlah buku sastra dalam jangka waktu tertentu.

Hasil pelaksanaan monitoring dan evaluasi akan dijadikan masukan untuk memperbaiki pelaksanaan gerakan pada tahap berikutnya, terutama terkait dengan pelaksanaan gerakan dan kegiatan untuk mengimplentasikan kebijakan pusat dan kebijakan daerah, pelaksanaan sosialisasi pemangku kepentingan tingkat kabupaten/kota, satuan pendidikan, dan masyarakat.

D . Satuan Pendidikan Satuan Pendidikan melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di satuan SD.

Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi 1. keefektifan upaya satuan pendidikan untuk pemenuhan Standar Pendidikan

Nasional atau minimal memenuhi Standar Pelayanan Minimum Pendidikan Dasar;2. keefektifan pelaksanaan kegiatan pembiasaan harian, mingguan, bulanan dan

semester sebagaimana dijabarkan dalam Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti;

3. keefektifan pelaksanaan pelatihan guru untuk meningkatkan kemampuan guru dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan literasi peserta didik;

4. keefektifan dan dampak pemanfaatan sarana dan prasarana di SD dengan maksimal untuk memfasilitasi pembelajaran;

5. keefektifan dan dampak pengelolaan perpustakaan SD dengan baik terhadap pembelajaran dan kemampuan literasi warga SD;

Page 59: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

51

6. pemahaman warga belajar terhadap konsep literasi digital dan kompetensinya dalam memanfaatkan sumber informasi berbasis web;

7. keefektifan dan dampak pelaksanaan inventarisasisemua prasarana yang dimiliki SD (salah satunya buku) terhadap pelayanan SD;

8. keefektifan dan dampak adanya ruang-ruang baca terhadap kemampuan literasi warga SD dan budaya SD;

9. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan membaca selama 15 menit sebelum pembelajaran terhadap minat dan budaya baca warga SD;

10. keefektifan dan dampak pelaksanaan kewajiban membaca sejumlah buku bacaan dalam kurun waktu tertentu kepada peserta didik;

11. keefektifan dan dampak pembentukan Komite Literasi SD yang dikoordinasikan dengan Komite SD di SD terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan literasi yang dilaksanakan;

12. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang melibatkan orangtua dan masyarakat dengan melihat tindakan yang diberikan kepada peserta didik oleh orangtua dan masyarakat untuk menindaklanjuti perlakuan yang diterima peserta didik di SD;

13. keefektifan dan dampak pelaksanaan kegiatan yang dilakukan dengan pihak lain terhadap kemampuan literasi warga SD.

E . MasyarakatMasyarakat melaksanakan monitoring dan evaluasi hasil pelaksanaan gerakan dan kegiatan literasi di satuan SD.

Hal yang dimonitor dan dievaluasi meliputi1. keefektifan keterlibatan dan partisipasi dalam kegiatan SD untuk meningkatkan

kemampuan literasi warga SD; dan2. dampak gerakan publik, seperti gerakan membacakan buku untuk peserta didik,

gerakan mengumpulkan buku peserta didik dan menyalurkannya ke taman-taman bacaan, dan gerakan untuk menghidupkan taman-taman bacaan di ruang publik yang ramah peserta didik terhadap gerakan literasi sekolah.

Page 60: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

52

Page 61: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

BAB VI PENUTUP

Panduan Pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD ini diharapkan dapat memberikan fondasi dan arahan konseptual untuk memahami pelaksanaan kegiatan

literasi, baik di tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota hingga satuan pendidikan di SD. Kegiatan literasi yang dijabarkan dalam buku panduan ini juga dilengkapi dengan panduan-panduan yang lebih rinci dalam melaksanakan kegiatan membaca selama 15 menit, pengembangan sarana prasarana literasi, pengembangan lingkungan yang kaya teks, dan pemilihan buku bacaan yang sesuai untuk kegiatan literasi di SD.

Gerakan Literasi di SD, bukan hanya sebagai aktivitas membaca, menulis dan berhitung; sedangkan internet bukan hanya untuk mencari informasi atau memperoleh hiburan. Literasi seharusnya menjadi sarana untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam berpikir secara analitis, sintesis, evaluatif, kritis, imajinatif, dan kreatif. Oleh karena itu, GLS menjadi penting untuk mencapai kesadaran semua pemangku kepentingan dalam memandang kemampuan literasi sebagai ukuran kemajuan sebuah bangsa.

Dengan disusunnya petunjuk teknis ini, diharapkan dapat menjadi acuan bagi pemangku kepentingan dalam menyusun program, melaksanakan, dan melakukan evaluasi atas hal-hal yang harus dilakukan oleh berbagai pihak yang terkait. Petunjuk teknis ini dimaksudkan untuk memberikan ruang bagi setiap pihak terkait untuk mengetahui tanggung jawab, peran yang diharapkan, serta optimalisasi implementasi bersinergi dengan pihak lainnya agar Gerakan Literasi Sekolah ini dapat dilaksanakan dan mencapai hasil yang diharapkan bersama.

Page 62: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

54

Panduan GLS ini bukan satu-satunya referensi untuk pelaksanaan Gerakan Literasi Sekolah di SD, akan tetapi dapat membantu memberikan acuan umum pelaksanaan di sekolah. Oleh karena itu, sesuai dengan tujuan GLS, yaitu agar tercipta masyarakat Indonesia yang gemar membaca, maka sangat dimungkinkan, bahkan dianjurkan bagi setiap pihak yang akan melaksanakan juga menggunakan referensi lainnya yang relevan untuk memperkaya implementasi gerakan literasi di SD.

Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, apabila dipandang perlu, maka pada saatnya nanti, Panduan GLS ini dimungkinkan direvisi untuk menyesuaikan dengan hal baru yang relevan bagi upaya perbaikan. Untuk menuju hasil yang lebih baik, kepada semua pemangku kepentingan diberi ruang untuk memberikan saran dan masukan bagi perbaikan.

Pertanyaan terkait pelaksanaan gerakan literasi sekolah dapat ditujukan kepada: literasi .sekolah@kemdikbud .go .id

Untuk keperluan berdiskusi, dipersilakan bergabung dengan milis GLS-Kemdikbud dengan alamat:

http://groups .yahoo .com/group/GLS-Kemdikbud

Page 63: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

55

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, Lorin W. & Krathwol, David R. 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and Asessing. A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educational Objectives. New York: Adisson Wesley Longman.

Beers, Carol S., Beers, James W. & Smith, Jeffrey O. 2010. A Principal’s Guide to Literacy Instruction. New York: The Guilford Press.

Fergueson, Brian. tt. Information Literacy: A Primer for Teachers, Librarians, and Other Informed People.

Gail, Ellis., Brewster, Jean, & Mohammed, Sue.1991. Storytelling Handbook for Primary Teachers. England: Penguin.

Hamilton, Emma W. 2009. Raising Bookworms: Getting Kids Reading for Pleasure and Empowerment. Sag Harbour, NY: Beech Tree Books.

Mullis, Ina V.S, et al. 2012. PIRLS 2011 International Results in Reading. TIMS & PIRLS Study Center, Boston: Lynch School of Education.

OECD. 2014. PISA 2012 Results in Focus. “What 15-year-olds Know and What They Can Do with What They Know”.

Permendikbud No.23 Tahun 2013 tentang SPM Dikdas, Lampiran 2 menjelaskan indikator 18 “Setiap SD/MI memiliki 100 judul buku pengayaan dan 10 buku referensi, dan setiap SMP dan MTs memiliki 200 judul buku pengayaan dan 20 buku referensi”. Hal ini menegaskan pentingnya peran buku, dalam bentuk buku teks, buku komersial (buku cerita fiksi dan non-fiksi dalam pembelajaran di sekolah).

Pilgreen, Janice L. 2000. The SSR Handbook: How to Organize and Manage a Sustained Silent Reading Program. Portsmouth, NH: Heinemann Boynton Cook Publisher.

Senge, Peter M. 1990. The Fifth Discipline: The Art and Practice of the Learning Organization. New York: Doubleday.

Page 64: panduan gerakan literasi sekolah di sekolah dasar

56

Trelease, Jim. 2006. Read-Aloud Handbook. England: Penguin Book. UNESCO. 2005. Development of Information Literacy: Through School Libraries

in Southeast Asia Countries. Bangkok. UNESCO. 2003. The Prague Declaration. “Towards an Information Literate

Society.”Wassman, Rose. & Rinsky, Lee A. 1998. Effective Reading in a Changing World,

England: Penguin.