ors. h. suparman usman, s.h. metodologikhutbah

9
Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH D RETORI DW* Penduluan Khutbah merupakan ntuk kegi- atan ibadah ng dilakskkan n diikuti oleb umat Islam setiap ggu (hari Jum'at) dua kali dalam seta- hun (Idul Fitri, Idul Adha) serta (mungkin) bepa kali secara insi- dentil (shalat Kusuf, Khusuf, Istisqa). Khutbah dilaksanan dengan cara me- nyampaikan nasi.hat, inrmasi, ajakan, peringan melalui lisan oleh Khatib (ng menmpaikan khutbah) kepada jama'ah pada kegian ibah tersebut. Karena sitn ng rutin ini (teruta- ma khutbah Jum'at), maka khutbah sangat פnting potensial untuk di- jadikan sana ah (terutama clah bil lisan) bagi pembinaan n peningkan kwalitas umat, di samping kedudukannya sebagai ntuk ibaah dloh. Dalam makalah ini kita akan men- coba melihat lebih jauh secara singkat tentang mete/cara khutbah (meto- dologi khutbah) dan hubungannya dengan keterampilan (seni) berbahasa secara ektif dalam menyampaikan penapat pa waktu seseorang berpi- dato (retorika) untuk menyampain ajakan, sern (dakwah) bagi pembi- naan n peningkatan klitas umat. Hal ini rkain pula dengan ke- raan mesjid yang rfungsi tidak han sebagai tempat ibadah, tapi juga rngsi sebagai tempat pusat pembi- naan kebuda n dan sosial kemasya- rakatan bagi umat lsiam. Πdato dan Khutbah Pito alah פngungkapan pikir- an dalam ntuk kata-kata yang dijukan pada orang banyak. Pidato rti melahirkan isi hati buah pikiran melalui rangkaian kata-kata, se- hina menjelma menjadi kalit ng mengandung arti n dapat dipahami oleh ong-orang yang mendengar pi- to tersebut. Tujuan pito agar isi hati ri orang yang pidato sampai n pat dipahami oleh orang-orang yang mendengarkan pidato tersebut. Selan- jutnya maksud pidato bisa lebih jauh ri itu, bisa untuk menjelaskan atau memperjelas sesuatu persoalan atau ga- ga�, menginfosikan sesuatu, mengajak, mempengaruhi atau men- dorong agar orang lain berbt atau rtindak (atau tidak bertindak) seba- Tulisan ini pernah disampaikan pada Penatanm Khotib dan Imam se·Kabupaten Serano yang diselenggarakan pada tanggal 8 Agustus 1995 bertempat di Pusat Kajian Islam (Islamic Centre) Serang.

Upload: others

Post on 05-Oct-2021

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H.

METODOLOGIKHUTBAH

DAN RETORIKA DAKW AH*

Pendahuluan

Khutbah merupakan bentuk kegi­atan ibadah yang dilaksanakkan clan diikuti oleb umat Islam setiap minggu (hari Jum'at) clan dua kali dalam seta­hun (Idul Fitri, Idul Adha) serta (mungkin) bebernpa kali secara insi­dentil (shalat Kusuf, Khusuf, Istisqa). Khutbah dilaksanakan dengan cara me­nyampaikan nasi.hat, informasi, ajakan, peringatan melalui lisan oleh Khatib (yang menyampaikan khutbah) kepada jama'ah pada kegiatan ibaclah tersebut. Karena sifatnya yang rutin ini (teruta­ma khutbah Jum'at), maka khutbah sangat penting clan potensial untuk di­jadikan sarana clakwah (terutama clakwah bil lisan) bagi pembinaan clan peningkatan kwalitas umat, di samping kedudukannya sebagai bentuk ibaclah rnahdloh.

Dalam makalah ini kita akan men­coba melihat lebih jauh secara singkat tentang metode/cara khutbah (meto­dologi khutbah) dan hubungannya dengan keterampilan (seni) berbahasa secara efektif dalam menyampaikan penclapat pacla waktu seseorang berpi­dato (retorika) untuk menyampaikan

ajakan, seruan (dakwah) bagi pembi­naan clan peningkatan kwalitas umat. Hal ini berkaitan pula dengan ke­beradaan mesjid yang berfungsi tidak hanya sebagai tempat ibadah, tapi juga berfungsi sebagai tempat pusat pembi­naan kebudayaan dan sosial kemasya­rakatan bagi umat lsiam.

Pidato dan Khutbah

Piclato aclalah pengungkapan pikir­an dalam bentuk kata-kata yang ditujukan pada orang banyak. Pidato berarti melahirkan isi hati clan buah pikiran melalui rangkaian kata-kata, se­hingga menjelma menjadi kalirnat yang mengandung arti clan dapat dipahami oleh orang-orang yang mendengar pi­clato tersebut. Tujuan piclato agar isi hati clari orang yang pidato sampai clan clapat dipahami oleh orang-orang yang mendengarkan pidato tersebut. Selan­jutnya maksud pidato bisa lebih jauh clari itu, bisa untuk menjelaskan atau memperjelas sesuatu persoalan atau ga­ga�, menginforrnasikan sesuatu, mengajak, mempengaruhi atau men­dorong agar orang lain berbuat atau bertindak (atau tidak bertindak) seba-

Tulisan ini pernah disampaikan pada Penatanm Khotib dan Imam se·Kabupaten Serano yang diselenggarakan pada tanggal 8 Agustus 1995 bertempat di Pusat Kajian Islam (Islamic Centre) Serang.

Page 2: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

gaimana yang diharapkan oleh yang berpidato, atau mungkin untuk menghibur orang yang mendengarkan pidato. Dilihat dari berbagai macam si­fat dan tujuannya, maka pidato bisa bennacam-macam, seperti piclato khut­bah, pidato politik, pidato kenegaraan, pidato propaganda (kampanye), pidato sarnbutan clan lain-lain.

Khutbah secara etimologis (lug­howy) berarti pidato (kata khutbah,merupakan bentuk masdar dari fiil madli, khotoba, yakhtubu, khutbatan,wa khotobatan, yang sama artinya de­ngan wa 'adza). Namun pengertian khutbah secara terminology syar·iy (is­tilahy), tidak sama dengan pidato biasa, khususnya khutbah dalam rang­kaian ibadah rnahdloh (seperti khutbah Jum'at, Idul Fitri, Idul Adha). Khut­bah Jum'at adalah salah satu bentuk ibadah mahdlah, yang merupakan salah satu syarat sah mengerjakan shalat Jum'at. Khutbah ini diucapkan oleh Khatib (yang mengucapkan khutbah) sebelum melaksanakan sbalat Jum'at dengan cara yang telah ditentukan oleh Syara' (terpenuhi syarat dan rukunnya). Sama halnya dengan khutbah Jum'at yang merupakan bentuk ibadah mahdloh, demikian juga dengan khut­bah Idul Fitri, ldul Adha, Kussuf,Khusuf, dan lstisqa. Bedanya khutbah Jum'at dilakukan sebelurn shalat

Jum'at, sedang khutbah yang lainnya dilakukan sesudah shalat. Kbutbah Jum'at dilakukan dua kali yang disel­ingi duduk di antara keduanya, sedang khutbah yang Iain dilakukan satu kali, walaupun untuk uraian yang terakhir ini para ulama ada yang berbecla pen­dapat (lihat Sayid Sabiq I:271).

Cara dan Isi Khutbah

Pelaksanaan khutbah -- urnpama­nya khutbah Jum'at -- berkaitan dengan ketentuan pelaksanaan shalat yang dikaitkan dengan khutbah terse­but. Kbutbah Jum'at, umpamanya, berkaitan dengan ketentuan ornng­orang yang wajib mengerjakan shalat Jum'at 1 , syarat sah mengerjakan shalat Jum'at2.

Cara melaksanakan khutbab ticlak sama dengan pidato. Kbutbah harus dilaksanakan sesuai dengan aturan yang telah ditentukan oleh agama (hukum Islam). Demikian juga isi khutbah ba­rns tetap mengandung hal-hal yang sudah ditentukan oleb agama.

Cara dan isi khutbah (Jum'at) ber­kaitan erat dengan syarat sah clan rukun khutbah. Syarat sah khut­bah Jum'at aclalah keadaan atau perbuatan yang harus acla atau dila­kukan sebelum dan waktu melaksanakan khutbah tersebut3. Se-

Orang-orang yang wajib mengerjakan shalat Jum'at adalah: muslim, mukallaf, merdeka, laki-laki, sehat dan kuasa melakukannya, tidak sedang dalam perjalanan.

2 Syarat sah mengerjakan shalat Jum' at adalah: dikerjakan waktu Dzuhur, didahului oleh dua khutbah dan dilaksanakan secara berjama' ah.

3 Syarat sah khutbah adalah: Dilaksanakan sabelum shalat Jum' at, niat khutbah, menutup aural, suci dari hadatsdan najis, berdiri bagi yang berkuasa, duduk di antara dua khutbah, dengan suara keras'ijahrl. berturut-turut (tidak terpisah oleh waktu yang lama) antara khuth11h deng11n shal11t Jum' at.

2

Page 3: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

dangkan rukun khutbah adalah unsur atau bagian yang termasuk dalam khut­bah itu sendiri (substansi) 1

Para. ulama ber e<la pendapat da­lam menentukan rukun khutbah ini. Namun dari sekian pendapat itu ada unsur kesepakatan mereka yang men­j adi esensi (hakikat/inti) dari substansi (isi) khutbah tersebut, yaitu mauidzah, peringatan, seruan, ajakan, birnbauan agar orang melaksanakan dan men­ingkatkan taqwa kepada Allah SWT. Hal ini umpamanya terlihat dalam is­tilah Adzdzikru (Hanafiyah), Al WJshiyyah biuaqwa (Syafiiyah), Tahdzir wa tabsyir (Malikiyah), Al Wishiyyah bittaqwa (Hanabilah), dan nasehat agama (Syi'ah Imamiyah/Fiqh Ja'fari).

lsi khutbah harus dipahami oleh yang mendengarkan khutbah (apalagi tentu oleh orang yang mengucapkan khutbah itu sendiri), maka harus ada daya sambung antara apa yang dikata-

kan K.hotib dengan pemahaman orang yang mendengarkan khutbah tersebut. Jama'ah (Jum'at) harus benar-benar rnendengarkan dan memperhatikan (ka­rena rnereka rnemahami) khutbah tersebut, sehingga orang yang tidak memperhatikan isi kbutbah umparnanya dengan bercakap-cakap (ngobrol) de­ngan temannya atau mernperingatkan temannya dengan perkataan "anshit" (diam), maka nilai pahala ibadah Jum'atnya akan menjadi sia-sia (H.R. Jarnaah kecuali Ibnu Majah).

Berkaitan dengan isi khutbah agar dapat dipahami oleh jama'ah yang rnendengarkan khutbah tersebut, maka bahasa yang digunakan harus bisa menjadi alat (menjebatani) agar isi khutbah dipahami oleh orang yang mendengarkan khutbah. Dalam hu­bungan mt, para ulama berbeda pendapat tentang �nggunaan bahasa

?

Arab dalam khutbah-. Dengan keten-tuan bahw.t ayat Ai Qur'an harus tetap

Para ulama berbeda pendapat tentang rukun khutbah sebagai berikut (lihat Al Jaziri 1:391, Muhamad Jawad Mugniyah: 170): 1. Hanafiyah: Rukunnya hanya satu yaitu: Dzikrullah. Dzikrultah berisi uraian yang memperingatkan jama· ah untuk selalu ingat dan beribadah (taqwa) kepada Allah SWT. 2. Syafllyah: Rulcun khutbah ada (lima) yaitu: 1) hamdalah, 2) shalawat kepada Rasuullah, 3) wasiyat (mengajak taqwa). 4) membaca ayat Al Qur'an, dan 5) doa untuk mukmin dan mukminat. 3. Malikiyah: Rukun khutbah hanya 1 (satu) yaitu: Memberikan peringatan kepada jama' ah. baik peringatan yang bersifat ancaman bagi yang tidak taat. dan khabar yang menggembirakan berupapahala bagi yang taat (takhdir wa tabsyir).4. Hanabllah: Rukun khutbah ada 4 (empat): 1) hamdalah, 2) shalawat kepada Rasulullah, 3) membaca ayat Al Qur'an, 4) wasiyat mengajak taqwa kepada Allah SWT. 5) Syi'ah lmamiyah: Rukun khutbah ada 6 (enam) yaitu�_ 1) pujian dan sanjungan kepada Allah SWT, 2) shalawat atas Nabi dan keluarganya, 31 nasihat agama, 41 membaca ayat suci Al Our'an, 5) istigfar, dan 61 doa untuk mukminin dan mukminat.

2 Tentang penggunaan bahasa Arab dalam khutbah, para ulama barbeda pendapat (Al Jaziri 1:391 dan seterusnya, As Syurbashi, 1:74 dan seterusnya) sebagai berikut: a. Hanafiyah: Boleh khutbah dengan selain bahasa Arab. b. Hanabilah: Tidak sah khutbah dengan selain bahasa Arab, kalau mampu. Kalau tidak mampu, boleh dengan bahasa lain yang lebih baik. Al Our' an tetap harus dibaca dengan bah an a Arab. c. Syafi'iyah: Disyaratkan khutbah denngan bahasa Arab, kalau memungkinkan terutama bagi jama'ah bangsa Arab (yang memahami bahasa Arab). Bagi jam a' ah yanq bukan bangsa Arab (yang tidak

3

Page 4: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

dibaca dengan bahasa Arab (tidak bo­leh hanya terjemahannya) bagi mereka yang berpenclapat bahwa di antara m­kun khutbah tersebut adalah membaca Al Qur'an.

Di samping itu agar isi khutbah clapat dipahami oleh clan bermanfaat bagi jama'ah, rnaka rnateri khutbah ha­rus diupayakan antara lain:

a. Masalah yang dikemukakan (diba-•

has) yang aktual. Artmya masalahitu cocok dengan kondisi dan si­tuasi baik tempat dan waktu yangdialami oleh masyarakat jama'ahJum'at tersebut.

b. Selain mengajak meningkatkan ke­taqwaan kepada Allah SWT dalambentuk ibadah rnahdloh, juga dia­jak untuk meningkallcau kwalitasmereka baik di bidang ekonom.i,pendidikan, kemasyarakatan (ke­negaraan).

c. Menekankan persatuan (uhuwwah)ticlak memecah belah, lebih me­nekankan adanya kesamaan, tidakmembesar-besarkan perbedaan(khilafiyah).

d. Tidak rnenyinggung kehorrnatanatau nama baik seseorang.

Persiapan Khutbah

Sebagaimana setiap akan melaku­kan pekerjaan, sebelumnya diperlukan persiapan, dem.ikian juga dengan khut­bah. Seseordng yang akan melak­sanakan khutbah, ia hams membuat

persiapan terlebih dahulu. Makin baik persiapan dibuat, akan makin lebih baik pula basil pelaksanaannya. Apalagi kegiatan khutbah merupakan pekerjaan yang akan dilaksah.akan ber­haclapan dengan orang banyak. Ada pepatah yang mengatakan "Escendit sine labore desce,uiir sine honore ", se­seorang yang naik mimbar tanpa persiapan, akan turun tanpa penghor­matan. Walaupun kadang-kadang persiapan itu bagi seseorang -- teruta­ma bagi yang sudah berpengalaman clan berpengetahuan luas -- sangat re­lati f, baik waktu dan caranya.

Dalam langkah persiapan ini pa­ling tidak ada 3 (tiga) hal yang perlu diperhatikan:

a. Persiapan yang berhubungan de­ngan diri pribadi khotib.

b. Persiapan yang berhubungan de­ngan materi khutbah.

c. Persiapan lainnya yang menunjangterlaksananya khutbah denganbaik.ApabiJa seseorang akan melaksa­

nakan khutbah, ia harus sudah rnenyiapkan dirinya, bail< persiapan mental maupun fisik, karena ia akan bicara dan berhadapan dengan orang banyak dalam rangka melaksanakan ibadat. la harus secara ikhlas melak­sanakan pekerjaan tersebut tanpa pamrih sesuatu, jangan merasa ada keterpaksaan dari siapapun. la harus tampil penuh percaya diri, tidak ragu-

memahami bahaca Arab) tidak disyaratkan harus dengon bohosa Arab.

d. Malikiyah: Disyaratkan khuthah harus dengan bahasa Arab.

4

Page 5: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

ragu, tidak takut, tidak malu atau me­rasa rendah diri. la harus menyiapkan dirinya sebagai seorang yang abn memberikan nasehat dan akan dilihat serta diperhatikan dan dinilai oleh orang banyak. Ia harus tampil clalam keadaan fisik yang sehat, sebab apabila fisiknya tidak sehat sekalipun tidak

begitu serius -- umpamanya seclang batuk, pilek -- maka ha! itu akan sa­ngat mengganggu kelancaran khutbahnya.

Selanjutnya dalam menyiapkan malcri khu!bah, seorang khatib harus m.::nitib topik atau pokok bahasai< yang tepat, urti...,ya masalahnya aktual dan Jiperkirakan akan menarik dan bermanfaat bagi jama"ah. Materi khut­bah Jangan terpisah {,idak menyambung) dengan kondisi clan si­tuasi yang sedang berlangsung. Umpamanya khutbah yang dilaksa­nakan pacla bulan Rabiul Awwal (Maulid) membicarakan masaiah lsra Mi'r�j, atau khutbah pada bulan Ramadban membicarakan masalah haji dan lain sebagainya. Konsep materi

khutbah -- baik diucapkan dengan membaca teks atau tidak -- agar di-usahakan tidak terlalu panjang. Biasanya khutbah Jum'at berlangsung sekitar 20 - 30 menit tennasuk shalat Jum'at. Nabi menganjurkan untuk memendekkan khuthah clan meman­jangkan shalat (H. R. Muslim clan Ahmad).

Pada waktu seorang khotib me­nyiapkan materi khutbah, 1a harus benar-benar menguasai materi yang

5

akan disampaikannya, terutama jangan sampai acla kesalahan dalam masalah prinsip dan dalam ha! yang sudah men­jadi pengetahuan umum (data sejarah atau pengetahuan umurn lainnya). Tennasuk dalam masalah · prinsip wu­pamanya dalam mengemukakan atau rnembaca dalil, baik Al Qur'an mau­pun Hadits,yang sudah menjadi pengetahuan umum, umpamanya se­orang khatib jangan salah menyebut tanggal proklamasi kemt>rdekaan R. I., salah menyebut nama seseorang p�jabat atau orang penting lainnya, seperti nama nabi, nama presiden, nama sa­habat dan lain sebagainya. Materi yang akan disampaikan tidak boleh diisi de­ngan sesuatu yang tidak masuk aka!, yang mustahil terjadi.

Yang terakhir berkaitan dengan persiapa:1 lainnya adalah persiapan yang dapat menunjang terlaksananya khutbah dengan baik, seperti sarana yang berhubungan dengan diri khatih, materi khutbah, tempat clan waktu khutbah. Termasuk dalam bagian ini umpamanya, seorang khatib harus

menyiapkan pakaian yang pantas, sopan dan tidak menjadikan bahan cemoohan, tertawaan atau ejekan jama'ah. Pakaian tersebut dari sejak peci, sorban, baju, sarung atau celana pa�jang harus disiapkan dengan rapih clan teliti. Hal yang kecil kadang-ka­dang bisa mengurangi nilai baik pelaksanaan khutbah, seperti menem­patkan peci yang tidak benar (agak terlalu miring, terlalu kc belakang, ter­lalu ke depan), lupa membetulkan

kancing ha.ju, wama baju yang men-

Page 6: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

colok dengan warna wami eperti .nau ke pesta atau piknik, kumis atau jeng­got yang terkesan aneh dan sebagainya.

Sarana lain yang harus diperha­tikan dan dipersiapkan unpamanya jam (jam tangan atau jam dinding) untuk mengontrol waktu kapan mulai dan ka­pan berakhir, pengeras suara, penerangan, podium atau minbar, tern­pat duduk kbatib, kaca mata (kalau diperlukan untuk membaca teks), dan mungkin kendaraan khatib agar khatib tidak terlambat. Yang terakhir seorang khatib hams tahu kondisi jama' ah yang akan dihadapinya, umpamanya tentang rata-rata pendidikan mereka, sosial ekonomi dan profesi mereka dan in­formasi lain yang sangat berguna bagi arah pembicaraan khatib pada waktu menyampaikan khutbah.

Pelaksanaan Khutbah

Sebagaimana telah diuraik:m di atas, seorang yang scdang bcrk.hutbah adalah seorang yang sedang herpi<lato secara terpimpin oleh syarat dan rukun k.huthah. Oleh karena itu seorang khatib dalam melaksanakan khuthahnya harus memperhatikan aspek-aspek yang berkaitan dengan petunjuk agama se­cara normatif dan aspek- aspek yang berkaitan dengan seni dan teori berpi­dato.

Beberapa aspek yang berkaitan dengan petunjuk agama antara lain:

a. Memperhatikan rukun dan syaratkhutbah, seperti menutup aurat,

6

bcrdiri kalau mampu, duduk di an­tara dua khutbah, masulo1ya waktu dzuhur clan lain-lain.

b. Penyampaia,1 dalil haru · hcnar;baik dalam penempatan 1rnwpundalam cara membacanya, sepertiketentuan tajwidnya kalau mem­baca Al Qur'an.

c. Tempo melaksanakan khutbah ti­dak terlalu lama, dianjurkan pen­dekkan khutbah, panjangkan shalat(H.R.Muslim dan Ahmad).

d. Tidak menggunakan kata-katayang dapat memancing tertawa(humor) atau memancing r-:: ·ponyang gaduh (umpama sorak atausikap lainnya), karena hal ini di­khawatirkan akan mengurang1kek.husyuan ibadah.

Aspek yang berkaitan dt:ngan s..:niclan teori pidato agar pidatonya h�rhasil clan mencapai sasarnn. yang harus <li­perhatikan oleh khotib antara lain:

a. Khatib harus tampil dal:lm kondii::iyang prima, meyakinkan c1msopan, tidak !oyo tapi tidak t;;-rk.::­san sombong. Gunakan pakaidnyang indah dan rapih, bersih _jan­gan menggunakan asseson(pakaian tambahan) yang berlebih­an dan tidak mencolok. Sampaikansalam yang fasih.

b. Materi harus disampaikan Jcnganserius, tidak terkesan santai, tidakterkesan seenaknya sendiri. Na­mWl khatib dalam menyampaikankhutbahnya jangan terkesan me­marahi jama'ah, menghina atau

Page 7: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

melecehkan mereka, jangan terke­san gugup, terburu-buru atau geli­sah.

c. Kuasai kondisi dan situasi jama'ahdengan cara mengontrol merekamelalui pandangan ke berbagaiarah. Jangan cepat terpengaruholeh suatu perubahan yang men­dadak, apabila timbul hal-hal yangdi luar dugaan.

d. Gunakan kata-kata yang bail< danbenar, indah dan sopan serta me­narik. Jangan menggunakan kata­kata yang berulang Jan berbelit­belit serta kata-kata atau istilah as­ing yang mungkin tidak dipahamioleh jama'ah. Jangan menggu­nakan kata-kata kotor, jorok ataudapat berkonotasi negatif.

e. Volume suara agar selalu dikon­trol, tidak terlalu keras dan tidakterlalu lemah/pelan, kecuali yangmemerlukan penekanan demiki­an.

f. Jangan terlalu banyak berdehem,batuk kecil atau gerakan, suara la­innya yang dibuat-buat. Karenahal itu akan mengurangi konsen­trasi perhatian jama 'ah kepadakhatib.

g. Perhatikan waktu, baik di kala me­mulai khutbah, artinya jangan ter­lambat, maupun pada waktuberakhimya khutbah, artinya jan­gan terlalu lama.

Khotib yang Ideal

Dalam kegiatan pelaksanaan khut-

7

bah ada 2 (dua) hal yang menjadi esensi keberhasilan khutbah tersebut, yaitu: 1) Kbutbah sebagai bentuk iba­dah dan 2) Khutbah disampaikan dengan cara mengemukakan atau me­nyampaikan inforrnasi, ajakan melalui lisan (pidato) di hadapan orang banyak untuk membina mereka. Maka kalau kita bicara tentang bagaimana khotib yang ideal, tentu khotib yang memiliki kemampuan ilmu atau penguasaan dua ha! di atas.

Secara singkat khotib yang ideal adalah mereka yane mempunyai ke­mampuan dan memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

a. Memiliki kemampuan penguasaanilmu yang berhubungan denganmasalah agama, khususnyaberkenan dengan masalah shalatsecara umum dan terutama masa­lah shalat Jum'at.

b. Memahami dan memiliki kemam­puan penguasaan yang berkai tandengan ilmu (teknik) berpidato,serta kemampuan penguasaan ilmukemasyarakatan, terutama berke­naan dengan kebutuhan masyara­kat tempat ia berpidato(berkhutbah).

c. Memiliki berbagai kelebihan dansifat serta prilaku yang dapat di_ja­dikan teladan bagi masyarakat.

Seorang khotib dituntut untuk me-nguasai ilmu yang berkaitan dengan masalah agama. Ia dituntut untuk me­mahami dan memiliki kemampuan-kemampuan sebagai ber­ikut:

Page 8: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

a. Memahami clan menguasai dasar­dasar ilmu agama (Islam) baikyang berkaitan dengan masalabaqidah, mulamalat dan tasyawuf.Termasuk di dalarnnya mengetahuidan menguasa, permasalahankhilafiyah.

b. Memahami dan menguasai ilmu­ilmu yang berkaitan dengan AlQur'an, Al Hadits dan dalil-dalilhukum lainnya.

C. Mampu membaca Al Qur'an clanAl Hadits (bahasa Arab) secarabaik dan benar (fasit), serta me­mahami terjamah, makna clanmaksud ayat-ayat Al Qur'an atauHadits yang dibacanya.

d. Menguasai ilmu yang berkaitandengan shalat pada umumnya clanshalat Jum'at pacla khususnya, ter­masuk di dalamnya bagaimana ke­dudukan khutbah cjalam shaiatJum'at.

e. Menguasai ilmu tentang bagaima­na tata cara berkhutbah yang baikdan benar.

f. Mempunyai persepsi yang benartentang esensi ajaran Islam sebagaiagama yang menjanjikan kesela­matan dan kesejahteraan bagi umatmanus1a.

g. Menguasai sejarah Islam padaumumnya dan sejarah Islam di In­donesia pada khususnya.

Selanjutnya eorang khatib harusmempunyai ilmu yang berkaitan de­ngan teknik dan tata cara berpidato, yaitu seni berbicara di hadapan orang

8

banyak. Di samping itu seorang khotib dituntut pula untuk menguasai berbagai ilmu kemasyarakatan yang da­pat mell'lnjang keberhasilan khutbahnya. Oleh karena itu ia dituntut untuk memiliki dan menguasai hal-hal sebagai berikut:

a. Memiliki rasa percaya diri danpunya keberanian.

b. Sehat mental dan fisik.

c. Menguasai perbenclaharaan kata­

kata dan dapat merangkainya, se­hingga menjadi kalimat yang dapatdipaharni oleh orang banyak (yangmendengarkan pidato/kliutbah).

d. Mempunyai kemampuan untukmenyampaikan materi yang tepatdalam khutbah atau pidatonya,minimal yang berkaitan denganhal- hal yang relevan dengan ma­syarakat setempat.

e. Memahami dan menghayati ke­beradaan unat Islam di Indonesiadi tengah-tengah umat lainnya.

f. Memililci kemampuan materi,minimal untuk kepentingan yangberkaitan dengan pelaksanaankhutbah (umpamanya baju,sarung, peci).

g. Memaharni dan menguasai tentangberbagai aspek yang berkaitan de­ngan kenegaraan dan pemba­ngunan di Indonesia, terutamayang berkaitan dengan kepen­tingan umat Islam.

h. Mempunyai wawasan yang luastentang berbagai aspek yang ber­kaitan dengan pembinaan masyara-

Page 9: Ors. H. SUPARMAN USMAN, S.H. METODOLOGIKHUTBAH

kat, khususnya pembinaan dan peningkatan kwalitas urnat Islam.

1. Mengenal jiwa massa yang di­hadapinya, dan menguasai ilmuyang berkaitan dengan psikoiogimassa.

j. Mempunyai kemampuan untukmengambil laugkah-langkah tepatdan JX>Sitif di kala terjadi sesuatudi luar dugaan pada waktu melak­sanakan tugasnya.

Yang terakhir seorang khatib <li­tuntut untulc memiliki berbagai kelebihan (positit) serta memiliki sifat dan ptilaku yang dapat diteladam oleh masyarakat. Seseorang yang mengajak orang lain untuk. bertindak atau tidak bertindak sesuatu, maka ia sendiri ha,. rus bisa menunjukkkan bahwa dirinya telah melaksanakan apa yang ia an­jurkan tersebut, sepanjang anjuran itu menyangkut juga dirinya. Karena sa­ngat besar dosanya bagi seseorang, apabila ia mengajak orang lain tapi ia sendiri tidak melakukannya (Q.S. 61:3). Oleh karena itu dalam khutbah antara Iain disebutkan suatu ajakan bagi jama'ah dan bagi dirinya untuk bertaqwa kepada Allah SWT (Ushikum waiyaya bittaqwallah).

Berkaitan dengan ini seorang khotib dituntut untuk memiliki sifat dan prilaku antara lain:

9

a. Keteguban iman dan taqwa kepadaAllah SWT clan Rasu!Nya .•

b. Ketaatan terhadap peraturan yangberlaku.

c. Memiliki sifat j1tjur, ikhlas, adiJdan bijaksana.

d. Memiliki berbagai kelebihan (po­sitit) dari masyarakat sekitamya,terutama kedalaman dan keting­gian ilmu serta akhlaknya.

e. Berpenampilan sempuma clan me­narik. Artinya seorang khotib ha­rus memiliki (diusahakan) anggotafisik yang sempuma (tidak ca.cad)dan berpenampilan menarik, sim­patik dan sopan (mempunyai dayapikat baik karena suaranya,mimiknya atau Jainnya) bagijama'ah yang mendengamya.

f. Bertindak dan bertutur kata yangoaik dan sopan, baik menurutukuran agama dan masyarakat(adat).

g. Mempunyai kemampuan materiuntuk kehidupan diri clan keluar­ganya secara wajar (baik pangan,sandang dan papan), bahkan kalaumungkin berkecukupan yang �patmembantu orang lain. la ticlakterkesan mencari imbalan daripekerjaan khutbah yang dilaksa­nakannya.

(BERSAMBUNG)