optika geometris
DESCRIPTION
GeometrisTRANSCRIPT
Optika geometrisDari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Muka gelombang
Optika geometris atau optika sinar menjabarkan perambatan cahaya sebagai vektor yang
disebut sinar. Sinar adalah sebuah abstraksi atau "instrumen" yang digunakan untuk menentukan arah
perambatan cahaya. Sinar sebuah cahaya akan tegak lurus denganmuka gelombang cahaya tersebut, dan
ko-linear terhadap vektor gelombang.
Menurut prinsip Fermat, jarak yang ditempuh sebuah sinar antara dua buah titik, adalah jarak tempuh
terpendek dan tercepat.[1]Sebelumnya, pada tahun 60, Heron dari Alexandria, seorang matematikawan
berkebangsaan Yunani yang tinggal di salah satu propinsiRoma, Ptolemaic Egypt, menjelaskan
prinsip refleksi sinar cahaya dengan jarak tempuh terkecil dalam medium dengan
beberapacermin datar. Ibn al-Haytham, dalam bukunya Kitab al-Manazir atau Book of Optics pada tahun
1021 memperluas prinsip Heron untukrefleksi dan refraksi dan menetapkan versi pertama principle of least
time[2] dengan definisi sinar sebagai aliran partikel energi[3] yang merambat dengan kecepatan konstan[4][5]
[6] pada jarak tempuh yang lurus[4] dengan radiasi ke segala arah. Hanya satu sinar yang terlihat
yaitu sinar dengan radiasi tegak lurus terhadap arah pandang mata. Penyederhanaan principle of least
time ditulis oleh Pierre de Fermat pada suratnya ke Cureau de la Chambre tertanggal 1 Januari 1662,
segera mendapat sanggahan oleh Claude Clerselier, seorang ahli optika dan juru bicara ternama
golongan Cartesian pada bulan Mei 1662. Salah satu sanggahannya:
... Fermat's principle can not be the cause, for otherwise we would be attributing knowledge to nature: and
here, by nature, we understand only that order and lawfulness in the world, such as it is, which acts without
foreknowledge, without choice, but by a necessary determination.
Pada masa kini, definisi prinsip Fermat menambahkan jarak tempuh sinar yang stasioner.
Optika geometris menjelaskan sifat cahaya dengan pendekatan paraksial atau hampiran sudut kecil
dengan penjabaran matematis yang linear, sehingga komponen optik dan sistem kerja cahaya seperti
ukuran, posisi, pembesaran subyek yang dijelaskan menjadi lebih sederhana, diantaranya dengan teknik
optik Gaussian dan penelusuran sinar paraksial.[7] Cahaya didefinisikan sebagai partikel yang merambat,
yang disebut sinar. Ali Sina Balkhi (980–1037), juga mengatakan bahwa the perception of light is due to
the emission of some sort of particles by a luminous source.[8] Pierre Gassendi pada tahun 1660 membuat
proposal teori partikel cahaya. Isaac Newton mempelajari teori Gassendi dan teori plenum Descartes.
Pada tahun 1675, Newton dalam buku Hypothesis of Light membuat Corpuscular theory of Light yang
direvisi hingga tahun 1704 dalam bukunya Opticks, yang menerangkan
fenomena refleksi dan refraksi cahaya dengan asumsi cepat rambat yang lebih tinggi ketika cahaya
melalui medium yang padat tumpat karena daya tarik gravitasi yang lebih kuat. Teori ini mengilhami Pierre
Simon marquis de Laplacedengan hipotesa lobang hitam, sebuah benda yang sangat padat hingga cahaya
pun tidak dapat lepas dari padanya. Laplace menarik hipotesanya saat teori gelombang optik fisis
bermunculan. Essay Laplace kemudian dikembangkan oleh Stephen Hawking dan George F.R. Ellis dalam
buku The large scale structure of space-time.
[sunting]Refleksi
Diagram refleksi sinar cahaya spekular
Refleksi atau pantulan cahaya terbagi menjadi 2 tipe: specular reflection dan diffuse reflection. Specular
reflection menjelaskan perilaku pantulan sinarcahaya pada permukaan yang mengkilap dan rata,
seperti cermin yang memantulkan sinar cahaya ke arah yang dengan mudah dapat diduga. Kita dapat
melihat citra wajah dan badan kita di dalam cermin karena pantulan sinar cahaya yang baik dan teratur.
Menurut hukum refleksi untuk cermin datar, jarak subyek terhadap permukaan cermin berbanding lurus
dengan jarak citra di dalam cermin namun parity inverted, persepsi arah kiri dan kanan saling terbalik.
Arah sinar terpantul ditentukan oleh sudut yang dibuat oleh sinar cahaya insiden terhadap normal
permukaan, garis tegak lurus terhadap permukaan pada titik temu sinar insiden. Sinar insiden dan pantulan
berada pada satu bidang dengan masing-masing sudut yang sama besar terhadap normal. [9]
Citra yang dibuat dengan pantulan dari 2 (atau jumlah kelipatannya) cermin tidak parity inverted. Corner
retroreflector memantulkan sinar cahaya ke arah datangnya sinar insiden.[9]
Diffuse reflection menjelaskan pemantulan sinar cahaya pada permukaan yang tidak mengkilap
(Inggris:matte) seperti pada kertas atau batu. Pantulan sinardari permukaan semacam ini mempunyai
distribusi sinar terpantul yang bergantung pada struktur mikroskopik permukaan. Johann Heinrich
Lambert dalamPhotometria pada tahun 1760 dengan hukum kosinus Lambert (atau cosine emission
law atau Lambert's emission law) menjabarkan intensitas radian luminasi sinar terpantul yang
proposional dengan nilai kosinus sudut θ antara pengamat dan normal permukaan Lambertian dengan
persamaan:
photons/(s·cm2·sr)
[sunting]Refraksi
Illustrasi hukum Snellius untuk n1 < n2, seperti pada antarmuka udara/air. θ1 dan θ2 adalah sudut kritis
biasdimana sinar merah merambat menurut prinsip Fermat dan membentuk jendela Snellius. Pada sudut yang
lebih besar terjadi total internal reflection sedangkan pada sudut yang lebih kecil, cahaya akan merambat
lurus.
Ketika gelombang elektromagnetik menyentuh permukaan medium dielektrik dari suatu sudut, leading
edge gelombang tersebut akan melambat sementara trailing edgenya tetap melaju normal.[10] Penurunan kecepatan leading edge disebabkan karena interaksi
denganelektron dalam medium tersebut.[11] Saat leading
edge menumbuk elektron, energi gelombang tersebut akan diserap dan kemudian diradiasi kembali.
Penyerapan dan re-radiasi ini menimbulkan keterlambatan sepanjang arah perambatan gelombang.
Kedua hal tersebut menyebabkan perubahan arah rambat gelombang yang disebut refraksi atau
pembiasan. Perubahan arah rambat gelombang cahaya dapat dihitung dari indeks
bias berdasarkan hukum Snellius:
dimana:
dan adalah sudut antara normal dengan masing-masing sinar bias dan sinar insiden
dan adalah indeks bias masing-masing medium
dan adalah kecepatan gelombang cahaya dalam masing-masing medium
Letak bayangan benda akibat proses refraksi pada lensa
Perhitungan letak bayangan pada lensa dan cermin akan mengikuti:
di mana
adalah jarak objek/benda dari lensa/cermin
adalah jarak bayangan benda dari lensa/cermin
adalah jarak fokus = R/2.
Rumus perhitungan untuk perbesaran bayangan, M:
di mana tanda negatif menyatakan objek yang terbalik (objek yang berdiri
tegak memakai tanda positif).
Hukum Snellius juga disebut Hukum pembiasan atau Hukum
sinus dikemukakan oleh Willebrord Snellius pada tahun 1621 sebagai
rasio yang terjadi akibat prinsip Fermat. Pada tahun 1637,René
Descartes secara terpisah menggunakan heuristic momentum
conservation in terms of sines dalam tulisannya Discourse on
Method untuk menjelaskan hukum ini. Cahaya dikatakan mempunyai
kecepatan yang lebih tinggi pada medium yang lebih padat
karena cahaya adalah gelombang yang timbul akibat terusiknya plenum,
substansi kontinu yang membentuk alam semesta.