neuralgia trigeminal

23
NEURALGIA TRIGEMINAL I. PENDAHULUAN Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata; Neuralgia berasal dari bahasa Yunani; yaitu awalan "neuro-"yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-algia" yang berarti nyeri. Yang mana definisi nyeri menurut Association for the Study of Pain (IASP) has gained widespread acceptance (Merskey et al., 1979) adalah "Suatu pengalaman emosional atau sensorik yang dihubungkan dengan jejas jaringan yang benar-benar atau kemungkinan terjadi”. (9) Umumnya nyeri terbahagi kepada dua tipe, yaitu nyeri nociceptive dan nyeri non-nociceptive. Nyeri nociceptive adalah nyeri yang berhubungan dengan jaringan yang rusak, akibat daripada aktivasi atau sensitasi pada receptor nociceptor di perifer. Nyeri nociceptive terbahagi lagi kepada nyeri somatic dan nyeri viscera, yang mana mampu dibedakan melalui kualiti suatu nyeri dan manifestasinya .(12) Nyeri non-nociceptive pula dibahagikan juga kepada nyeri neuropatic dan nyeri idiopathic. Nyeri neuropathic adalah primer akibat rusaknya struktur pada neural samada pada system saraf perifer atau sistem saraf pusat. Nyeri idiopathic atau nyeri psychogenic adalah lebih luas penggunaannya dalam mendiagnoasa suatu nyeri .(12) Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat paroksismal dan singkat dalam cakupan

Upload: sa3opontjoe

Post on 14-Feb-2016

18 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

saraf

TRANSCRIPT

Page 1: Neuralgia Trigeminal

NEURALGIA TRIGEMINAL

I.         PENDAHULUAN

Neuralgia trigeminal terdiri atas dua kata; Neuralgia berasal dari bahasa Yunani; yaitu

awalan "neuro-"yang berarti terkait dengan saraf, dan akhiran "-algia" yang berarti nyeri.

Yang mana definisi nyeri menurut Association for the Study of Pain (IASP) has gained

widespread acceptance (Merskey et al., 1979) adalah "Suatu pengalaman emosional atau

sensorik yang dihubungkan dengan jejas jaringan yang benar-benar atau kemungkinan

terjadi”.(9)

Umumnya nyeri terbahagi kepada dua tipe, yaitu nyeri nociceptive dan nyeri non-

nociceptive. Nyeri nociceptive adalah nyeri yang berhubungan dengan jaringan yang rusak,

akibat daripada aktivasi atau sensitasi pada receptor nociceptor di perifer. Nyeri nociceptive

terbahagi lagi kepada nyeri somatic dan nyeri viscera, yang mana mampu dibedakan melalui

kualiti suatu nyeri dan manifestasinya.(12)

Nyeri non-nociceptive pula dibahagikan juga kepada nyeri neuropatic dan nyeri

idiopathic. Nyeri neuropathic adalah primer akibat rusaknya struktur pada neural samada

pada system saraf perifer atau sistem saraf pusat. Nyeri idiopathic atau nyeri psychogenic

adalah lebih luas penggunaannya dalam mendiagnoasa suatu nyeri.(12)

Neuralgia trigeminal adalah kelainan yang ditandai oleh serangan nyeri berat

paroksismal dan singkat dalam cakupan persarafan satu atau lebih cabang nervus trigeminus,

biasanya tanpa bukti penyakit saraf organik. Penyakit ini menyebabkan nyeri wajah yang

berat. Penyakit ini juga dikenal sebagai tic doulourex atau sindrom.(2)

Neuralgia pada penyakit ini disertai dengan nyeri yang berat dan menusuk pada rahang

dan wajah, biasanya pada satu sisi dari rahang atau pipi, yang biasanya terjadi dalam

beberapa detik. Dan nyerinya selalunya unilateral dan mengikuti distribusi sensoris dari

nervus kranial V, khas mengenai daerah maksila (V.2) atau mandibula (V.3). Pemeriksaan

fisis biasanya dapat mengeliminasi diagnosa alternatif. Tanda dari disfungsi nervus kranialis

atau abnormalitas neurologis yang lain menyingkirkan diagnosis dari neuralgia trigeminal

idiopatik. dan mungkin menandakan nyeri sekunder yang dirasakan akibat lesi struktural.(2, 3)

II.      ANATOMI DAN FISIOLOGI

Page 2: Neuralgia Trigeminal

Gambar 1. Anatomi dari nervus trigeminus

Nervus trigeminus adalah saraf otak motorik dan sensorik. Serabut motoriknya

mempersarafi muskulus maseter, temporalis, pterigoideus internus et eksternus, tensor

timpani, omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus.

Inti motoriknya terletak di pons. Serabut-serabut motoriknya bergabung dengan serabut-

serabut sensorik nervus trigeminus yang berasal dari ganglion Gasseri. Serabut-serabut

sensoriknya menghantarkan impuls nyeri, suhu, raba dan perasaan proprioseptif. Kawasannya

ialah wajah dan mukosa lidah dan rongga mulut serta lidah, dan rongga hidung. Impuls

proprioseptif, terutama berasal dari otot-otot yang dipersarafi oleh cabang mandibular sampai

ke ganglion Gasseri.(4)

Cabang pertama N.V. ialah cabang oftalmikus. Ia menghantarkan impuls protopatik

dari bola mata serta rung orbita, kulit dahi sampai vertex. Impuls sekretomotorik dihantarkan

ke glandula lakrimalis. Serabut-serabut dari dahi menyusun nervus frontalis. Ia masuk

melalui ruang orbita melalui foramen supraorbitale. Serabut-serabut dari bola mata dan

rongga hidung bergabung menjadi seberkas saraf yang dikenal sebagai nervus nasosiliaris.

Berkas saraf yang menuju ke glandula lakrimalis dikenal sebagai nervus lakrimalis. Ketiga

berkas saraf, yakni nervus frontali, nervus nasosiliaris dan nervus lakrimalis saling mendekat

pada fisura orbitalis superior dan di belakang fisura tersebut bergabung menjadi cabang I

N.V. (nervus oftalmikus). Cabang tersebut menembus duramater dan melanjutkan perjalanan

di dalam dinding sinus kavernosus. Pada samping prosesus klinoideus posterior ia keluar dari

dinding tersebut dan berakhir di ganglion Gasseri. Di dekatnya terdapat arteri facialis (4)

Cabang kedua ialah cabang maksilaris yang hanya tersusun oleh serabut-serabut

somatosensorik yang menghantarkan impuls protopatik dari pipi, kelopak mata bagian

bawah, bibir atas, hidung dan sebagian rongga hidung, geligi rahang atas, ruang nasofarings,

sinus maksilaris, palatum molle dan atap rongga mulut. Serabut-serabut sensorik masuk ke

dalam os. maksilaris melalui foramen infraorbitalis. Berkas saraf ini dinamakan nervus

infraorbialis. Saraf-saraf dari mukosa cavum nasi dan rahang atas serta geligi atas juga

bergabung dalam saraf ini dan setelahnya disebut nervus maksilaris, cabang II N.V. Ia masuk

ke dalam rongga tengkorak melalui foramen rotundum kemudian menembus duramater untuk

berjalan di dalanm dinding sinus kavernosus dan berakhir di ganglion Gasseri. Cabang

Page 3: Neuralgia Trigeminal

maksilar nervus V juga menerima serabut-serabut sensorik yang berasal dari dura fossa crania

media dan fossa pterigopalatinum.(4)

Cabang mandibularis (cabang III N.V. tersusun oleh serabut somatomotorik dan

sensorik serta sekretomotorik (parasimpatetik). Serabut-serabut somatomotorik muncul dari

daerah lateral pons menggabungkan diri dengan berkas serabut sensorik yang dinamakan

cabang mandibular ganglion gasseri. Secara eferen, cabang mandibular keluar dari ruang

intracranial melalui foramen ovale dan tiba di fossa infratemporalis. Di situ nervus meningea

media (sensorik) yang mempersarafi meninges menggabungkan diri pada pangkal cabang

madibular. Di bagian depan fossa infratemporalis, cabang III N.V. bercabang dua.

Yang satu terletak lebih belakang dari yang lain. Cabang belakang merupakan pangkal dari

saraf aferen dari kulit daun telinga (nervus aurikulotemporalis), kulit yang menutupi rahang

bawah, mukosa bibir bawah, dua pertiga bagian depan lidah (nervus lingualis), glandula

parotis dan gusi rahang bawah ( nervus dentalis inferior) dan serabut eferen yang

mempersarafi otot-otot omohioideus dan bagian anterior muskulus digastrikus Cabang

anterior dari cabang madibular terdiri dari serabut aferen yang menghantarkan impuls dari

kulit dan mukosa pipi bagian bawah dan serabut eferen yang mempersyarafi otot-otot

temporalis, masseter, pterigoideus dan tensor timpani. Serabut-serabut aferen sel-sel ganglion

gasseri bersinaps di sepanjang wilayah inti nukleus sensibilis prinsipalis (untuk raba dan

tekan)serta nukleus spinalis nervi trigemini (untuk rasa nyeri) dan dikenal sebagai tractus

spinalis nervi trigemini. dan didekatnya terdapat arteri a. Alveolaris inferior (4)

III.   EPIDEMIOLOGI

Tidak ada studi sistematik mengenai prevalensi dari neuralgia trigeminal, namun suatu

kutipan yang diperkirakan diterbitkan pada tahun 1968 mengatakan bahwa prevalensi dari

neuralgia trigeminal mendekati 15,5 per 100.000 orang di United States. Sumber lain

mengatakan bahwa insiden tahunannya adalah 4-5 per 100.000 orang, dimana menandakan

tingginya prevalensi. Di beberapa tempat, penyakit ini jarang ditemukan. Onsetnya usia

diatas 40 tahun pada 90% penderita. Neuralgia trigeminal sedikit lebih umum terjadi pada

perempuan dibandingkan dengan laki-laki. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan

wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), (2, 3)

Penyakit ini lebih sering terjadi pada perempuan dan biasanya timbul setelah umur 50

tahun, jarang setelah umur 70 tahun. Insiden familial sedikit lebih tinggi (2%) dibanding

Page 4: Neuralgia Trigeminal

insiden sporadik. Faktor resiko epidemiologis (umur, ras, kebiasaan merokok dan minum

alkohol) diperkirakan penting dalam hubungannya dengan apakah wajah atas atau wajah

bawah yang terkena. Perbandingan frekuensi antara laki-laki dan perempuan adalah 2:3,

sedangkan perkembangan dari neuralgia trigeminal pada usia muda dihubungkan dengan

kemungkinan dari multiple sklerosis. Neuralgia trigeminal yang idiopatik khas terjadi pada

dekade kelima kehidupan, tapi dapat pula terjadi pada semua umur, sedangkan simptomatik

atau neuralgia trigeminal sekunder cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda.(3)

IV.       ETIOLOGI

Etiologi trigeminal neuralgia (TN) dapat berupa pusat, perifer, atau keduanya. Saraf

trigeminal (saraf kranial V) bisa menyebabkan nyeri, karena fungsi utama adalah sensorik.

Biasanya, tidak ada lesi struktural hadir (85%), meskipun banyak peneliti setuju bahwa

kompresi pembuluh darah, biasanya vena atau loop arteri di pintu masuk ke saraf trigeminal

pons, sangat penting untuk patogenesis berbagai idiopatik. Ini hasil kompresi dalam

demielinasi saraf trigeminal fokus. Etiologi idiopatik diberi label secara default dan kemudian

dikategorikan sebagai trigeminal neuralgia klasik. (10)

Kondisi idiopatik ini tidaklah diketahui sepenuhnya. Namun, kasus-kasus simtomatik

akibat lesi organic yang dapat diidentifikasi lebih umum ditemui daripada yang sebelumnya

disadari.(1)

Beberapa kasus mencerminkan gangguan serabut eferen nervus V oleh berbagai

struktur abnormal sehingga disebut sebagai kasus-kasus neuralgia trigeminal simtomatik.

Pada beberapa kasus seperti ini, nervus trigeminus tertekan oleh pembuluh darah

vertebrobasiler yang ektasis atau`akibat tumor-tumor seperti neuroma trigeminal atau akustik,

meningioma dan epidermoid pada sudut serebellopontin. Selain itu, traksi juga dapat

diakibatkan oleh hidrosefalus akibat stenozis aquaductus.(1, 4, 5)

Beberapa kasus walaupun jarang merupakan manifestasi dari sklerosis multipel yang

menyerang radiks desendens nervus trigeminus dan merupakan penyebab terbanyak kasus

pada penderita muda. Selain itu, kausa lain yang dipostulatkan adalah inflamasi ganglion

nonspesifik, maloklusi gigi, iskemia serta proses degeneratif sistem saraf.(1, 5)

V.                PATOFISIOLOGI

Page 5: Neuralgia Trigeminal

Ada beberapa hipotesis dari para ahli terhadap bagaimana patofisiologi neuralgia

trigeminal ini. Diduga bahwa neuralgia trigeminal disebabkan oleh demielinisasi saraf yang

mengakibatkan hantaran saraf cenderung meloncat ke serabut-serabut saraf di dekatnya. Hal

ini mengakibatkan sentuhan yang ringan saja dapat dirasakan sebagai nyeri, akibat hantaran

yang berlebihan itu.(11)

Aneurisma, tumor, peradangan meningeal kronis, atau lesi lainnya dapat mengiritasi

akar saraf trigeminal sepanjang pons bisa juga menyebabkan gejala neuralgia trigeminal.

Vaskular yang abnormal dari arteri serebelum superior sering disebut sebagai penyebabnya.

Lesi dari zona masuknya akar trigeminal dalam pons dapat menyebabkan sindrom nyeri yang

sama.(10)

Serangan nyerinya tidak dapat diperkirakan; karena nyeri dapat dicetuskan oleh

aktivitas sehari-hari yang biasanya tidak menimbulkan nyeri (seperti menyisir rambut,

mengunyah makanan, menggosok gigi, atau bahkan saat terkena hembusan angin). Dikenal

pula istilah trigger zone, yaitu daerah yang sering menjadi awal bermulanya neuralgia; yang

terletak di sekitar daerah sekitar hidung dan mulut. (10)

VI.       DIAGNOSIS

Untuk menegakkan diagnosis neuralgia trigeminal, IHS (International Headache Society) menetapkan kriteria diagnostik untuk neuralgia trigeminal sebagai berikut: (11)

1. Serangan nyeri paroksismal yang bertahan selama beberapa detik sampai 2 menit, mengenai satu atau lebih daerah persarafan cabang saraf trigeminal.

2. Nyeri harus memenuhi satu dari dua kriteria berikut:

I. Intensitas tinggi, tajam, terasa di permukaan, atau seperti ditusuk-tusuk.II. Berawal dari trigger zone atau karena sentuhan pemicu.

3. Pola serangan sama terus.4. Tidak ada defisit neurologis.5. Tidak ada penyakit terkait lain yang dapat ditemukan.

Neuralgia trigeminal hendaknya memenuhi seluruh kriteria tersebut; minimal kriteria 1, 2, dan 3. (11)

VII.    GAMBARAN KLINIS

Ciri khas neuralgia trigeminal adalah nyeri seperti tertusuk-tusuk singkat dan

paroksismal, yang untuk waktu yang lama biasanya terbatas pada salah satu daerah

persarafan cabang nervus V. Jika terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh salah satu

Page 6: Neuralgia Trigeminal

cabang, kondisi yang ada dapat disebut neuralgia supraorbital, infraorbital atau mandibular

tergantung saraf yang terlibat. Cabang I jauh lebih jarang terserang dan kadang-kadang

setelah cabang II sudah terserang. Jika nyeri berawal pada daerah yang dipersarafi cabang II

atau III, biasanya akan menyebar ke kedua cabang lainnya. Pada beberapa kasus dapat terjadi

nyeri bilateral walaupun sangat jarang terjadi bersamaan pada kedua sisi. Menurut definisi

yang ada, pasien akan bebas dari rasa nyeri di antara dua serangan paroksismal beruruan ,

walaupun nyeri sisahan kadang kadang ada. Nyeri biasanya terbatas pada disteribusi

kutaseus cabang nV, tidak melintasi linea mediana dan dapat dipicu oleh lebih dari satu titik

pemicu. Nyeri dapat sangat dirasakan pada kening, pipi, rahang atas atau bawah, atau lidah.

Nyeri cenderung menyebar ke daerah persarafan cabang lain. Penampakan klinis yang khas

adalah nyeri dapat dipresipitasi oleh sentuhan pada wajah , seperti saat cuci muka atau

bercukur, berbicara, mengunyah dan menelan. Nyeri yang timbul biasanya sangat berat

sehingga pasien sangat menderita. Nyeri seringkali menimbulkan spasme reflex otot wajah

yang terlibat sehingga disebut ‘tic douloreaux’, kemerahan pada wajah, lakrimasi dan salivasi.

(1)

Tabel 1. Rumusan ciri-ciri khas neuralgia trigeminal (6)

A.    Nyeri: paroksismal, intensitas tinggi, durasi pendek, sensasi shooting

B.     Cabang kedua atau ketiga n. trigeminus

C.     Kejadian: unilateral

D.    Onset: umur pertengahan; wanita (3:2); kambuh-kambuhan sering pada musim

semi dan gugur

E.     Daerah pencetus: 50%; sensitive terhadap sentuhan atau gerakan

F.      Kehilangan fungsi sensorik: tidak ada ( kecuali pernah dirawat sebelumnya)

G.    Perjalanan penyakit: intermitten; cenderung memburuk; jarang hilang spontan

H.    Insidensi familial: jarang (2%)

Pada neuralgia trigeminal seringkali tidak ditemukan berkurangnya sensibilitas tetapi

dapat ditemukan penumpulan rangsang raba atau hilangnya refleks kornea walaupun jarang.

Serangan yang timbul dapat mengurangi nafsu makan, rekurensi dalam jangka lama dapat

menyebabkan kehilangan berat badan, depresi hingga bunuh diri. Untungnya, serangan biasa

berhenti pada malam hari, walaupun pasien dapat juga terbangun dari tidur akibat serangan.

Remisi dari rasa sakit selamam berminggu-minggu hingga berbulan-bulan merupakan tanda

dari penyakit tahap awal.(1)

Page 7: Neuralgia Trigeminal

Gambar 2: Zona innervasi bagi nervus trigeminus, di mana lokasi nyeri boleh terjadi pada

neuralgia trigeminal.

Tabel 2: Perbedaan gejala klinis neuralgia trigeminal idiopatik dengan simptomatik

adalah sebagai berikut (4)

Idiopatik Simptomatik

Neyri bersifat paroksimal di daerah

sensorik cabang oftalmikus atau cabang

maksillaris dan/atau cabang

mandibularis

Nyeri terasa terus menerus di kawasan

cabang oftalmikus, atau nervus infra-

orbitalis

Timbulnya nyeri secara hilang timbul,

serangan pertama bisa berlangsung 30

menit dan serangan berikutanya antara

beberapa detik sampai 1 menit

Nyerinya terus-menerus tidak hilang

timbul, dengan puncak nyeri hilang

timbul

Nyeri merupakan gejala tunggal dan

utama

Disamping nyeri terdapat juga

anestesia/hipestesia atau kelumpuhan

saraf otak, ganguan autonom

Penderitra berusia 45 tahun. lebih

sering wanita dari pada laki-laki

Tidak memperlihatkan kecenderungan

pada wanita atau pria dan tidak terbatas

pada golongan umur tertentu

VI.             PEMERIKSAAN PENUNJANG

Tidak ada uji spesifik dan definitif untuk neuralgia trigeminal. Pemeriksaan radiologis

seperti CT scan dan MRI atau pengukuran elektrofisiologis periode laten kedipan dan refleks

rahang dikombinasikan dengan elketromiografi masseter dapat digunakan untuk

membedakan kasus-kasus simtomatik akibat gangguan struktural dari kasus idiopatik.(1,2)

Pemeriksaan tambahan baru diperlukan kalau ada keluhan neuralgia trigeminal pada

orang-orang muda; karena biasanya ada penyebab lain yang tersembunyi. Itu pun perannya

terbatas untuk eliminasi. Pemeriksaan yang dapat dilakukan: Rontgen TMJ

(temporomandibular joint) dan MRI otak (untuk menyingkirkan tumor otak dan multiple

sclerosis).(10)

Pengukuran potensial somatosensorik yang timbul setelah perangsangan nervus

trigeminus dapat juga digunakan untuk menentukan kasus yang disebabkan oleh ektasis arteri

sehingga dapat ditangani dengan dekompresi operatif badan saraf pada fossa posterior.(1)

Page 8: Neuralgia Trigeminal

VII.    DIAGNOSA BANDING

Neuralgia trigeminal harus dibedakan dari tipe nyeri lainnya yang muncul pada wajah

dan kepala.(6)

Nyeri neuralgia postherpetikum dapat menyerupai neuralgia trigeminal, tetapi adanya

eskar bekas erupsi vesikel dapat mengarahkan kepada neuralgia postherpetikum. Neuralgia

postherpetikum pada wajah biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafi oleh nervus

trigeminus cabang pertama.(1,5)

Sindrom Costen yang bermanifestasi sebagai nyeri menjalar ke rahang bawah dan

pelipis saat mengunya) dapat menyerupai neuralgia trigeminal tetapi hanya dipicu oleh proses

mengunyah; biasanya disebabkan oleh artrosis temporomandibular dan maloklusi gigi.(1)

Nyeri psikogenik daerah wajah sering menyebabkan kesulitan diagnosis. Sindrom yang

disebut neuralgia fasial atipik ini (nyeri wajah atipikal) sering ditemukan pada wanita muda

atau setengah baya. Nyeri bersifat tumpul dan menetap, sering kali unilateral pada rahang

atas (walaupun dapat menyebar ke bagian lain kepala dan leher) dan biasanya dihubungkan

dengan manifestasi ansietas kronik dan depresi. Tanda-tanda fisis tidak ditemukan dan

pemberian analgetika tidak mempan. Perbaikan biasanya diperoleh dengan penggunaan

antidepresan dan obat penenang oleh karena itu, penentuan diagnosis harus sebaik mungkin (1)

Neuralgia migrainosa (nyeri kepala sebelah) dapat menyebabkan nyeri paroksismal

berat pada daerah persarafan trigeminal tetapi dapat dibedakan berdasarkan periode,

ketiadaan faktor pencetus dan durasi tiap nyeri paroksismal yang lebih lama.(1,6)

Diagnos

is

Banding

Persebar

an

Karakteris

tik Klinis

Faktor yang

Meringankan/

Memperburuk

Penyakit

yang

Dihubungk

an

Tata

Laksana

Neuralgi

a

Trigemi

nal

Daerah

persarafa

n cabang

II dan III

nervus

trigeminu

s,

Laki- laki/

perempuan

= 1:3,

Lebih dari

50 tahun,

Paroksisma

l (10-30

Titik-titik

rangsang

sentuh,

mengunyah,

senyum, bicara,

dan menguap

Idiopatik

Skeloris

multipel

pada

dewasa

muda

Kelainan

Carbamazep

ine

Phenytoin

Gabapentin

Injeksi

alkohol

Koagulasi

Page 9: Neuralgia Trigeminal

unilateral detik),

nyeri

bersifat

menusuk-

nusuk atau

sensasi

terbakar,

persisten

selama

berminggu-

minggu

atau lebih,

Ada titik-

titik

pemicu,

Tidak ada

paralisis

motorik

maupun

sensorik.

pembuluh

darah

Tumor

nervus V

atau

dekompresi

bedah

Neuragia

Fasial

Atipik

Unilateral

atau

bilateral,

pipi atau

angulus

nasolabial

is, hidung

bagian

dalam

Lebih

banyak

ditemukan

pada

wanita usia

30-50

tahun

Nyeri hebat

berkelanjut

an

umumnya

pada

daerah

Tidak ada Status

ansietas

atau depresi

Histeria

Idiopatil

Anti

ansietas dan

anti

depresan

Page 10: Neuralgia Trigeminal

maksila

Neuralgi

a Post

herpetik

um

Unilateral

Biasanya

pada

daerah

persebara

n cabang

oftalmiku

s nervus

V

Riwayat

herpes

Nyeri

seperti

sensasi

terbakar,

berdenyut-

denyut

Parastesia,

kehilangan

sensasi

sensorik

keringat

Sikatriks

pada kulit

Sentuhan,

pergerakan

Herpes

Zoster

Carbamazep

in, anti

depresan

dan sedatif

Sindrom

Costen

Unilateral

,

dibelakan

g atau di

depan

telinga,

pelipis,

wajah

Nyeri berat

berdenyut-

denyut

diperberat

oleh proses

mengunyah

,

Nyeri tekan

sendi

temporo-

mandibula,

Maloklusi

atau

ketiadaan

molar

Mengunyah,

tekanan sendi

temporomandib

ular

Ompong,

arthritis

rematoid

Perbaikan

geligi,

operasi pada

beberapa

kasus

Neuralgi

a

Migreno

Orbito-

frontal,

rahang

Nyeri

kepala

Alkohol pada

beberapa kasus

Tidak ada Ergotamin

sebagai

Page 11: Neuralgia Trigeminal

-sum atas,

angulus

nasolabial

sebelah profilaksis

Tabel 3 : Tabel Diagnosis Banding

VIII. PENATALAKSANAAN

A.    Medikamentosa

Table (13)

Drugseficienc

y

Side

effec

t

Initial dose

Dose

increment

s

Target

daily dose

First line

carbamazepi

n

+++ +++ 100 mg 2x1

perhari

50-100 mg

setiap 2-4

hari

400-1000

mg

Second line

oxcarbazepin +++* ++ 300mg 2x1

perhari

600 mg

setiap 1

minggu

600-2400

mg

Gabapentin ++* ++ 300 mg 1x1

perhari

300 mg

setiap 3

hari

900-2400

mg

baclofen ++* +++ 10 mg 3x1

perhari

10 mg

setiap hari

50-60 mg

Obat yang paling efektif adalah karbamazepin (tegretol®) 100-200 mg 3-4X sehari

tergantung toleransi. Dan jika nyeri masih ada maka diberika penambahan dosis 50-100 mg

setiap hari ke 2-4, dan dosis maksimal 1 gr perhari, suatu antikonvulsan, efektif pada

kebanyakan kasus tetapi menyebabkan rasa pusing dan mual pada beberapa pasien sedangkan

pada pasien lain timbul ruam pada kulit dan leucopenia sehingga terpaksa dihentikan. Setelah

beberapa minggu atau bulan pemberian, obat dapat dihentikan tetapi harus diberikan lagi jika

nyeri berulang, jika setelah penggunaan jangka panjang (6 bulan) dan keberhasilan obat turun

Page 12: Neuralgia Trigeminal

50 % maka dosis harus di turunkan secara perlahan jika memungkinkan dapat langsung di

hentikan.(1,13)

Setelah penggunaan carbamazepin tidak efektif lg maka digunakan obat-obatan anti

konvulsan selain karbamazepin dapat memperpendek durasi dan beratnya serangan (second

line). Obat-obat seperti ini contohnya phenitoin (300-400 mg/hari), asam falproat (800-1200

mg/hari), klonazepam (2-6 mg/hari), dan gabapentin (300-900 mg/hari). Baclofen dapat

digunakan pada pasien yang tidak mentoleransi karbamazepin atau gabapentin, tetapi

sebenarnya paling efektif digunakan sebagai adjuvan terhadap salah satu antikonvulsan.

Capsaisin yang diberikan lokal pada titik pemicu atau diberikan sebagai tetes mata topikal

pada mata (proparakain 0,5%) cukup membantu pada beberapa pasien.(7)

Sekitar 80% pasien berespon pada pengobatan karbamazepin atau gabapentin dengan

dosis yang tepat. Pengobatan harus dilakukan setiap hari dan dosisnya dinaikkan secara

bermakna hingga nyeri yang dirasakan berkurang.(8)

B.     Non-medikamentosa

Diberikan jika pasien sudah tidak dapat berespons dengan obat-obatan ataupun pasien yang

perlahan-lahan mulai memperlihatkan gejala resistansi dengan terapi obat.(11)

       I.            Injeksi

Jika nyeri terbatas pada daerah persebaran saraf supraorbital dan infraorbital, injeksi

alkohol atau fenol seringkali dapat memberikan kelegaan yang bertahan berbulan-bulan

hingga menahun. Setelah itu, injeksi harus diulang jika nyeri rekuren. Sayangnya, injeksi

berikutnya lebih sulit dilakukan akibat sikatriks yang timbul akibat injeksi sebelumnya.

Walaupun begitu, terapi injeksi cukup berguna untuk menghindari operasi selama beberapa

waktu dan pada waktu bersamaan membiasakan pasien dengan efek samping yang tidak

terhindarkan yang dapat ditimbulkan oleh operasi, utamanya hilang rasa.(1,6)

    II.            Operatif

Operasi klasik untuk penyakit ini bertujuan membagi ganglion sensorik nervus

trigeminus yang terletak proksimal dari ganglion Gasseri pada fossa crania medialis.

Ganglion motorik tetap tidak mendapat intervensi dan dengan menyisakan serabut saraf

bagian atas, pasien tetap dapat merasa pada daerah yang dipersarafi cabang I. sehingga

serabut saraf sensorik kornea dan reflex kornea tetap normal. Rasa nyeri dan raba akan hilang

selamanya pada daerah yang dipersarafi serabut saraf yang diinsisi. Jika saraf perifer diinsisi

Page 13: Neuralgia Trigeminal

di distal ganglion Gasseri, dapat terjadi regenerasi sehingga nyeri muncul lagi. Cabang

sensorik juga dapat dibagi di dalam fossa kranial posterior di mana serabut tersebut

bergabung dengan pons. Dengan pendekatan yang serupa, tractus medulla desendens nervus

trigeminus dapat dipotong pada medulla. Karena traktus ini hany mengandung serabut saraf

nyeri, sensasi sentuh tetap dipertahankan. Tractotomi jauh lebih berbahaya dengan hasil

tidak pasti disbanding pembelahan cabang sensorik sehingga biasanya dilakukan hanya pada

kondisi-kondisi tertentu seperti jika nyeri terbatas pada nervus supraorbitalis dan reflex

kornea ingin dipertahankan, atau terdapat keterlibatan bilateral dan cabang motorik ingin

dipastikan bertahan.(6)

Gambar 3: Gambar operasi dekompresi mikrovascular

IX.       PROGNOSIS

Neuralgia trigeminal bukan merupakan penyakit yang mengancam nyawa. Namun,

neuralgia trigeminal cenderung memburuk bersama dengan perjalanan penyakit dan banyak

pasien yang sebelumnya diobati dengan tatalaksana medikamentosa harus dioperasi pada

akhirnya. Banyak dokter menyarankan operasi seperti dekompresi mikrovaskular pada awal

penyakit untuk menghindari jejas demyelinasi. Namun, masih ada perdebatan dan

ketidakpastian mengenai penyebab neuralgia trigeminal, serta mekanisme dan faedah dari

pengobatan yang memberikan kelegaan pada banyak pasien.(2)

DAFTAR PUSTAKA

1.      Walton, Sir John. Brain’s Disease of Nervous System. New York: Oxford Universiy Press;

1985.p.110-2

2.      Turkingston, Carol A. Trigeminal Neuralgia. In: Stacey L C and Brigham N, editors. The

Gale Encyclopedia Of Neurological Disorder. Detroit: Thomson Gale; 2006.p.875-7.

3.      Huff S J. Trigeminal Neuralgia. [Online] 2010 [cited 2011 January 31]:[1 screen]. Available

from: URL: http://emedicine.org/trigeminal-neuralgia.htm

Page 14: Neuralgia Trigeminal

4.      Marjono, Mahar and Priguna Sidharta. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: Dian Rakyat;

1988.p.149-59

5.      Merrit H H. A Textbook Of Neurology 5th ed. Philadelphia: Lea and Febiger; 1973.p.365-8

6.      Kane CA and Walter W. Craniofacial Neuralgia. In: Baker A B. Clinical Neurology. New

York: Harper and Row; 1965.p.1897-904

7.      Ropper AH and Robert H B. Adams And Victor’s Principles Of Neurology 8th ed. New York:

McGraw-Hill; 2006.p.161-3

8.      Mumenthaler M, Heinrich M, and Ethan T. Fundamentals Of Neurology An Illustrated

Guide. New York: Thieme; 2006.p.253-4

9.      Institute of Physiology and Pathophysiology, Johannes Gutenberg-University, Mainz,

Germany. Handbook of Clinical Neurology, 2007; Pain and hyperalgesia: definitions and

theories.p.11

10.  J Stephen Huff, MD; Chief Editor: Rick Kulkarni, MD, Medscape reference. Disease, drugs,

and Procedure. Trigeminal Neuralgia in Emergency Medicine.

11.  Siccoli MM, Bassetti CL, Sándor PS. Facial pain: clinical differential diagnosis. Lancet

Neurology 2006; 5: 257-67; Mengenal Neuralgia Trigeminal: Nyeri Hebat Sesisi Wajah.

12.  Jyotsna Nagda And Zahid H. Bajwa; Principles & Practice of Pain Medicine , 2nd Edition;

Classification of pain.

13.  Benetto luke, peter nikunj and fuller geraint; neurology; neuralgia trigeminal