naskah tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s syekh abdul...

235
Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul Latif Syakur (1882-1963): Tafsir Kebangsaan dari Ranah Minang Abad XX Ujian Tesis Diajukan Kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Sebagai Salah Satu Syarat Uintuk Memperoleh Gelar Magister pada Bidang Filologi Islam Oleh: Zikra Fadilla 21151200100055 Pembimbing: Dr. M. Adib Misbachul Islam, M.Hum MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM KONSENTRASI FILOLOGI ISLAM SEKOLAH PASCASARJANA UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2020 M/ 1441 H

Upload: others

Post on 04-Dec-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul Latif Syakur (1882-1963):

Tafsir Kebangsaan dari Ranah Minang Abad XX

Ujian Tesis

Diajukan Kepada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebagai Salah Satu Syarat Uintuk Memperoleh Gelar Magister pada Bidang

Filologi Islam

Oleh:

Zikra Fadilla

21151200100055

Pembimbing:

Dr. M. Adib Misbachul Islam, M.Hum

MAGISTER PENGKAJIAN ISLAM

KONSENTRASI FILOLOGI ISLAM

SEKOLAH PASCASARJANA

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2020 M/ 1441 H

Page 2: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

i

PENGANTAR PENULIS

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah

swt., yang telah melimpahkan haidayahNya, sehingga penulis

dapat menyelesaikan penelitian yang berjudul: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s Syekh Abdul Latif Syakur (1882-

1963): Tafsir Kebangsaan dari Ranah Minang Abad XX.

Salawat dan salam senantiasa dilimpahkan kepada Nabi dan

RasulNya.

Buku ini merupakan hasil dari hasil penelitian tesis

penulis sebagai syarat meraih gelar magister pada Sekolah

Pascasarjana (SPs) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Selama

menjalani (kembali) kehidupan mahasiswa, saya memperoleh

banyak ilmu dan pengetahuan baru. Selama menempuh

pendidikan di kampus dengan visi misi “membaca dunia

dibaca dunia” ini, penulis berterima kasih kepada Menteri

Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia

(Kemendikbud RI) atas kepercayaannya dengan memberikan

tunjangan pendidikan melalui program Beasiswa Unggulan

(BU).

Dosen pembimbing Dr. M. Adib Misbachul Islam,

M.Hum, yang tak hanya sebatas membimbing penulis, namun

selalu mem-follow up perkembangan tesis penulis di luar

jadwal bimbingan tesis. Penulis ucapkan terima kasih banyak

atas keikhlasannya dan kesabarannya membimbing penulis,

sehingga penelitian ini menjadi karya ilmiah yang laik.

Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Sukron

Kamil, MA., Dr. Fuad Jabali, MA., Dr. Imam Sujoko, MA

telah meluangkan waktu untuk mengkritik tulisan ini agar

menjadi karya ilmiah yang baik. Dan juga kepada para dosen

di SPs UIN Jakarta yang telah membagikan ilmunya, Prof. Dr.

Azyumardi Azra, MA., Prof. Dr. Suwito, MA., Prof. Dr.

Oman Fathurahman, M.Hum, Prof. Iik Arifin Mansurnoor,

MA, Ph.D., serta dosen-dosen lainnya yang berkontribusi

dalam meningkatkan cakrawala langit ilmu penulis.

Page 3: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

ii

Secara khusus, terima kasih kepada orangtua. Terutama

kepada Ama (my mood booster) yang tak putus-putusnya

mendoakan dan mengikhlaskan saya untuk melanjutkan studi

ke jenjang Magister. Kepada Adik-adik: Fitri Ramadhanti,

S.Sos., Tazkia Aini, Muhammad Fajri, Lukman Nul Hakim,

serta Akbar Putra Syafriyanda sebagai pemacu semangat agar

segera menuntaskan buku ini. Terima kasih kepada Mak Wo,

Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara yang

turut berkontribusi secara moril dan materil. Dan tak lupa

pula terima kasih kepada Rahmat Zulyatama S.Hum yang

turut menyokong selama proses penelitian ini, semoga juga

segera dapat menyelesaikan Magister.

Penelitian ini dapat selesai dengan baik karena

kemurahan hati ahli waris almarhum Syekh Abdul Latif

Syakur yaitu Ibu Khuzaimah (cucu dari Syekh Abdul Latif

Syakur) atas keikhlasan beliau dalam mengizinkan penulis

untuk melakukan penelitian terhadap Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s ini dan juga Uda Asfi (anak Ibu Khuzaimah)

yang sangat welcome kepada saya, sehingga saya dapat

memperoleh data tambahan terkait almarhum Syekh Abdul

Latif Syakur, kepada mereka saya haturkan terima kasih

banyak. Juga terima kasih kepada mereka yang berada di

Padang, Sumatera Barat: Dr. Ahmad Taufik Hidayat, M.Hum

yang mendorong saya untuk terjun ke dunia manuskrip hingga

menimba ilmu di SPs UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

juga selalu menyemangati sekaligus memberikan ide-ide

untuk penelitian. Tak lupa pula terima kasih saya ucapkan

kepada musafir cinta Bang Chairullah, MA.Hum dan Kak

Rizhasca Samra, S.Hum yang berkenan menerima kedatangan

saya setiap kali kembali ke Ranah Minang dan juga

menginspirasi saya dalam menyelami dunia manuskrip.

Kepada Bang Apria Putra, MA.Hum yang bersedia

memberikan informasi terkait objek penelitian ini. Reflinaldi,

S.Hum., M.Hum teman sejawat dalam bertukar pikiran dan

berbagi wawasan. Kepada Novil Cut Nizar, M. Psi. Psikolog,

Page 4: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

iii

teman sekaligus psikolog yang selalu menyemangati dalam

penyelesaian tesis ini.

Saya juga berterimakasih kepada kawan-kawan

seperjuangan dalam studi S2 di SPs UIN Jakarta, terutama

kepada Nur Mardhiah, Restia Gustiana, Aam Aminah, Nur

Ikhlas, Oga Satria, Khaidir Hasram, Ahmad Hifni, Helmi

Hidayatullah, Intan Zakiyyah, Ahwazy Anhar, Reni

Ilmayanti, Husni Mubarok, serta seluruh teman S2 angkatan

2015/2016. Dan juga senior S3 angkatan 2015/2016: Bang

Zia, Pak Ari, Bundo Fitriliza, Pak Mardian, dan lainnya yang

tak dapat penulis sebutkan satu per satu. Tak lupa kepada

senior dan teman-teman diskusi lintas disiplin dan angkatan:

Bang Syarif, Bang Khusairi, Babe Rifki, Bang Fadlur, Bang

Alwy, Bang Sahlan, Bang Rais, Uda Akhyar, Uda Hanif, Pak

Isnaini, Uni Nengsih, Nila, Diah, Kak I’ah, Kak Inda, Kak

Lana, Uni Nurul, Kak Nur, Kak Hasnah, Kak Via, Kak Ika

dan mereka yang tak mungkin untuk disebutkan semua.

Terkhusus juga kepada keluarga baru selama menimba ilmu di

SPs UIN Jakarta: Kak Vemmy, Kak Tiara, Kak Amie, Kak

Nabilah, Eryz, Adek Septri, dan Mas Ikfil.

Ciputat, Oktober 2020

Penulis,

Zikra Fadilla

Page 5: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengahdirkan suntingan

teks Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s (NTYN) yang

ditulis oleh Syekh Abdul Latif Syakur (1882-1963) pada

tahun 1949 menggunakan aksara Jawi. Di samping

menyunting, penelitian ini juga menggali, mengungkap, dan

menjelaskan ideologi dan pemikiran Syekh Abdul Latif

Syakur. Dalam naskah ini, Syekh Abdul Latif Syakur

menafsirkan ayat-ayat yang diawali dengan redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang dikontekstualisasikan dengan peristiwa dan

kondisi sosial yang terjadi di tempat bermukimnya pada masa

itu.

Penelitian ini berjenis kualitatif, dengan

mengombinasikan pendekatan filologis dan analisis wacana

kritis untuk menganalisis data penelitian. Pendekatan

filologis digunakan untuk menghasilkan teks yang siap dibaca

dan dipahami oleh masyarakat umum. Analisis wacana kritis

model Norman Fairclough digunakan untuk mengungkap

konteks, pemikiran dan ideologi Syekh Abdul Latif Syakur

berdasarkan teks NTYN.

Penelitian ini menemukan, NTYN mengisi kekosongan

ruang penulisan tafsir di Nusantara pada rentang tahun 1940-

1948 dan juga merupakan teks yang diterima oleh masyarakat

setempat meskipun ia tidak disebarkan serta dicetak secara

masif, karena teks ini diyakini merupakan isi dari dakwah

lisan yang dilakukan Syekh Abdul Latif Syakur. Berdasarkan

analisis terhadap teks naskah tafsi>r a>ya>t ya< ayyuha> al-na>s dengan pendekatan analisis wacana kritis itu, penelitian ini

membuktikan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur menolak dan

mengkritik aktifitas kolonial yang dilakukan Belanda baik

pada masa prakemerdekaan maupun pascakemerdekaan. Hal

ini tercermin melalui karya tafsirnya yang membahas tentang

persatuan, kesetaraan, persamaan, dan rasa cinta tanah air.

Pembahasan tersebut juga disandarkan pada doktrin Islam

Page 6: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

yaitu tauhid. Temuan ini juga menunjukkan bahwa Syekh

Abdul Latif Syakur dalam mengarang teks NTYN ini

terpengaruh oleh suasana lingkungannya pada masa itu. Teks

NTYN ini menunjukkan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur

adalah ulama yang memiliki rasa nasionalis tanpa

mengabaikan sisi religiusnya.

Temuan penelitian di atas sejalan dengan kajian yang

telah dilakukan Islah Gusmian (2013), Jajang A Rohmana

(2013), Sulaiman Ibrahim (2012), dan Johanna Pink (2010)

bahwa penulisan teks tafsir di Indonesia dipengaruhi oleh

ideologi, kepentingan dan background sosiokultural-

intelektual para mufassirnya. Hal ini berseberangan dengan

Abu Zayd yang mengecam keras tafsir-tafsir bermuatan

ideologis. Menurutnya Ideologi dalam penafsiran secara

umum, merujuk pada adanya bias, keperluan, kecenderungan,

dan tujuan-tujuan politis pragmatis serta keagamaan dalam

sebuah karya tafsir.

Kata kunci: ideologi, teks, Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya< Ayyuha> al-Nas, dan Syekh Abdul Latif Syakur

Page 7: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

vi

PEDOMAN TRANSLITERASI

Pedoman transliterasi Arab-Latin yang digunakan

dalam penelitian ini mengacu pada ALA-LC

ROMANIZATION yang terdapat pada tabel berikut:

A. Konsonan

Arab Latin Arab Latin

}D ض A ا

{T ط B ب

}Z ظ T ت

‘ ع Th ث

Gh غ J ج

F ف }H ح

Q ق Kh خ

K ك D د

L ل Dh ذ

M م R ر

N ن Z ز

H ه،ة S س

W و Sh ش

Page 8: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

vii

Y ي }S ص

B. Vokal

1. Vokal Tunggal

Tanda Nama Huruf Latin Nama

Fatḥah A A

Kasrah I I

D}ammah U U

2. Vokal Rangkap atau Diptong

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

... ي Fatḥah dan

ya Ay

A dan Y

... و Fatḥah dan

wau Aw A dan W

Contoh:

H{awl :حول Bayna :بين

C. Vokal Panjang

Tanda Nama Gabungan

Huruf

Nama

Fatḥah dan ــا

alif a>

A dan garis

di atas

Page 9: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

viii

Kasrah dan ــي

ya>’ i>

I dan garis

di atas

Ḑammah dan ــو

waw u>

U dan garis

di atas

D. Ta’ Marbūt}ah.

Transliterasi ta’ marbūt}ah (ة) di akhir kata, bila dimatikan

ditulis h.

Contoh:

Madrasah :مدرسة Mar’ah : مرأة

(ketentuan ini tidak digunakan terhadap kata-kata Arab

yang sudah diserap ke dalam bahasa Indonesia seperti

shalat, zakat dan sebagainya, kecuali dikehendaki lafadz

aslinya)

E. Shiddah

Shiddah/Tashdīd di transliterasi ini dilambangkan dengan

huruf, yaitu huruf yang sama dengan huruf bershaddah

itu.

Contoh:

Shawwa>l :شوال <Rabbana :ربنا

F. Kata Sandang

Kata sandang dilambangkan dengan ال dilambangkan

berdasarkan huruf yang mengikutinya. Apabila diikuti

huruf syamsiyah maka ditulis sesuai dengan huruf yang

bersangkutan, dan jika diikuti huruf qamariyah ditulis al.

Contoh:

al-rah}ma>n :الرحمن al-Qalam : القلم

Page 10: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

iv

DAFTAR ISI

PENGANTAR PENULIS ............................................................ i

DAFTAR ISI ................................................................................ iv

PEDOMAN TRANSLITERASI .................................................. vi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................ 1

B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah .................. 9

C. Tujuan Penelitian ............................................................ 10

D. Manfaat Penelitian .......................................................... 11

E. Kajian Terdahulu yang Relevan ...................................... 11

F. Metode Penelitian ........................................................... 16

G. Sistematika Penulisan ..................................................... 22

BAB II TEKS, WACANA, DAN IDEOLOGI

A. Teks dan Konteks ............................................................ 24

B. Wacana, Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis .. 31

C. Refleksi Ideologi dalam Teks .......................................... 35

D. Kebangsaan dan Nasionalisme ........................................ 39

BAB III SYEKH ABDUL LATIF SYAKUR DALAM DINAMIKA

PENULISAN TAFSIR NUSANTARA

A. Sumatera Barat Pada Paruh Awal Abad XX ................... 44

B. Biografi Syekh Abdul Latif dan Karya-karyanya ........... 52

C. Syekh Abdul Latif Syakur dalam Tradisi Penulisan Tafsir di

Nusantara ......................................................................... 62

BAB IV NASKAH DAN TEKS TAFSI>>R A>YA>T YA> AYYUHA> AL-NA>S

A. Deskripsi Naskah ............................................................. 76

B. Ringkasan Isi ................................................................... 79

C. Pengantar dan Pertanggungjawaban Edisi ...................... 87

D. Teks Tafsi>>r A>Ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s .............................. 90

Page 11: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

v

BAB V PEMIKIRAN SYEK ABDUL LATIF SYAKUR DALAM

TEKS NASKAH TAFSI>R A>YA>T YA> AYYUHA> Al-NA>S A. Tauhid dalam Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s ................ 151 B. Gagasan Persatuan Umat ................................................ 160

C. Gagasan tentang Kebebasan dan Kesetaraan .................. 173

D. Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Sebagai Kritik Terhadap

Aktifitas Kolonialisme .................................................... 190

BAB VI PENUTUP

A. Kesimpulan ...................................................................... 199

B. Saran ................................................................................ 201

DAFTAR PUSTAKA .................................................................. 203

GLOSARIUM .............................................................................. 212

INDEKS ....................................................................................... 217

BIODATA PENULIS................................................................... 224

Page 12: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manuskrip atau naskah kuno (selanjutnya akan disebut

naskah) merupakan salah satu bukti eksistensi bahwa

Indonesia tidak hanya negara yang dilimpahi kekayaan dan

keindahan alam semata. Naskah ialah dokumen tertulis yang

berisi ungkapan perasaan dan pikiran seseorang di masa lalu

sebagai hasil budaya bangsa di masa lampau,1 sehingga naskah

menjadi sumber primer autentik yang mampu mendekatkan

jarak masa lampau dan masa sekarang.2 Naskah kuno sebagai

peninggalan tertulis memiliki kedudukan yang sangat penting,

karena banyak memuat informasi yang lebih jelas dan luas

tentang kehidupan manusia. Bahkan keberadaannya termasuk

cagar budaya yang harus dilindungi sesuai Undang-Undang

No. 11 tahun 2010 tentang benda cagar budaya.3

1 Siti Zahra Yudiafi dan Mu’jizah, Filologi (Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, 2001), h. 3.2. 2 Oman Faturrahman [sic] (Fathurahman), dkk, Filologi

dan Islam Indonesia (Jakarta: Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010),

h. 3. 3 Undang-Undang No.11 tahun 2010 pasal 1 tentang Cagar

Budaya, bahwa Benda Cagar Budaya adalah benda buatan manusia.

Baik bergerak maupun tidak bergerak, berupa kesatuan atau

kelompok, atau bagian-bagiannya, atau sisa-sisanya yang memiliki

hubungan erat dengan kebudayaan dan sejarah perkembangan

manusia. Dalam UU No.11tahun 2011 pasal 5 perihal Kriteria Cagar

Budaya, benda, bangunan, atau struktur dapat diusulkan sebagai

Benda Cagar Budaya, Bangunan Cagar Budaya, atau Struktur Cagar

Budaya apabila memenuhi kriteria: berusia 50 (lima puluh)tahun atau

lebih; mewakili masa gaya paling singkat berusia 50 tahun; memiliki

arti khusus bagi sejarah, ilmu pengetahuan, pendidikan, agama,

dan/atau kebudayaan; dan memiliki nilai budaya bagi penguatan

kepribadian bangsa. Diakses pada 02 November 2017.

Page 13: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

2

Naskah sebagai rekam jejak budaya bangsa masa lampau

memuat berbagai informasi kehidupan masa lalu yang dapat

memperlihatkan keterkaitan dan keterhubungannya dengan

masa kini, baik dalam bidang pemikiran maupun praktik

kehidupan sosial sehari-hari. Pengkajian terhadap peristiwa

masa lalu tak hanya mengungkap peristiwa penting apa yang

terjadi di masa itu, tetapi juga dapat merekonstuksi dan

mengembangkan budaya saat ini atau bahkan budaya di masa

depan. Naskah di Indonesia sangat beragam jenisnya, di

antaranya naskah sastra, sejarah, budaya, hukum, pendidikan,

keagamaan, dan lain-lain.

Masuknya Islam di Indonesia memberikan kekhasan

tersendiri pada tradisi tulis-menulis dan penyalinan naskah.

Dalam konteks ini, naskah berperan dalam menggambarkan

proses Islamisasi yang melahirkan ulama-ulama yang

produktif. Hal ini tampak jelas dari naskah-naskah yang

ditemukan ada yang berbahasa Arab dan ada pula yang

berbahasa daerah. Keberagaman bahasa naskah dan juga

jenisnya menunjukkan bahwa beragamnya sudut pandang para

cedikiawan terhadap realitas kehidupannya. Membuat naskah

sebagai refleksi dari kehidupan sosial dan bahkan juga

dijadikan sarana untuk mengkritik oleh penulisnya. Oleh

karena itu, naskah merupakan sumber penting yang tak dapat

diabaikan dalam melakukan rekonstruksi sejarah.

Namun demikian, penelitian bersumber naskah masihlah

kurang peminat, karena sebagian orang menganggap bahwa

naskah bukanlah sesuatu yang penting, sehingga tidak pelu

dijaga. Adanya pemikiran seperti itu membuat banyak naskah

yang baik secara sengaja maupun tidak, ditelantarkan bahkan

dibakar.4 Oleh sebab itu, penelitian berbasis naskah perlu

dilakukan dan bahkan diperhatikan sebagai upaya untuk

4 Lihat Chairullah, Naskah Ijazah dan Silsilah tarekat

Kajian Terhadap Transmisi Tarekat Naqsyabandiyah Khalidiyah di Minangkabau (Ciputat: Sakata Cendikia, 2014), h. 1.

Page 14: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

3

menyelamatkan naskah-naskah secara fisik maupun dari segi

isi/kandungan naskah itu dengan berbagai pendekatan.

Penelitian ini akan meneliti sebuah naskah yang diberi

judul langsung oleh penulisnya dengan Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s (selanjutnya disebut Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s dan disingkat NTYN). NTYN merupakan karya Syekh

Abdul Latif Syakur, sebuah naskah keagamaan yang berisi

tafsir ayat-ayat al-Qur’an yang diawali dengan kalimat ya> ayyuha> al-na>s. Naskah ini merupakan salah satu dari tiga

bundel naskah tafsir karya Syekh Abdul Latif Syakur yang

tersimpan di Yayasan Bani Latif, desa Balai Gurah Kecamatan

Ampek Angkek Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

Berbeda dengan penyusunan tafsir pada umumnya, yang

disusun secara berurutan mulai dari surah al-Fa>tih}ah hingga

surah al-Na>s, sesuai dengan tertib surah dan ayat yang terdapat

dalam mushaf al-Qur’an, naskah tafsir ini disusun berdasarkan

ayat-ayat yang dimulai dengan kalimat Ya> Ayyuha> Al-Na>s (sekalian manusia). Penulisan teks naskah tafsir ini hampir

sama dengan tafsir modern, dimana ayat ditulis di margin

sebelah atas halaman naskah, dan tafsir diletakkan pada bagian

margin sebelah bawah. Kedua bagian ini dibatasi dengan

sebuah garis.

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s dapat

diperlakukan sebagai codex unicus karena berdasarkan

pengamatan penulis tidak ditemukannya salinan naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s ini. Naskah ini telah terdaftar dalam

katalog dalam jaringan Puslektur Kemenag tahun 2015.

Sebagai naskah tunggal atau codex unicus yang merupakan ciri

khas dari nakah tafsir ya> ayyuha> al-na>s, selain adanya

perbedaan sistematika dan struktur penafsiran dengan kitab

tafsir pada umumnya, dalam naskah ini Syekh Abdul Latif

Syakur sebagai pengarang menginformasikan melalui halaman

Page 15: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

4

kedua yang berisi kolofon5 pada bagian pendahuluan naskah

tersebut, latar belakang kondisi keadaan saat mengarang tafsir

ayat-ayat al-Quran yang dimulai dengan ya> ayyuha> al-na>s, sebagai berikut:

“Sekianlah pendahuluan karangan ini sementara kita di

dalam suasana darurat dijelma oleh musuh. Wa tawakkal ‘ala> Alla>h!

Hormat diri hamba wa al-sala>m ‘alaykum

Haji Abdul Lathif Syakur

Sabtu 19 Jumadil awal 1368 H

19 Maret 1949 M

Di Balingka sedang bertempur”

Berdasarkan kutipan kolofon di atas ada beberapa

karakteristik yang terdapat di dalam tafsir ya> ayyuha> Al-Na>s yang dikarang dan ditulis oleh Syekh Abdul Latif Syakur,

yaitu; pertama, pada kutipan kolofon naskah, dijelaskan bahwa

saat naskah ini diproduksi atau ditulis dalam keadaan darurat.

kedua, naskah ini dikarang pada tahun 1949, menurut penulis

bertepatan dengan agresi militer Belanda, sehingga pada pada

halaman-halaman berikutnya, Syekh abdul Latif Syakur

membahas tentang kemerdekaan. Hal ini dipertegas dengan

teks-teks yang termuat dalam naskah tafsir ya> ayyuha> al-na>s,

5 Kolofon (colophon) merupakan catatan penutup dari

autor/penyalin naskah, terletak di akhir naskah namun bukan menjadi

bagian dari teks tersebut. Umumnya, kolofon berisi identitas

autor/penyalin, waktu dan tempat penyalinan, serta informasi lain

yang berhubungan dengan aktifitas penyalinan naskah (lihat Oman

Fathurahaman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, 96, bandingkan

dengan Siti Zahra Yudiafi dan Mu’jizah, Filologi, h. 4.34).

Terkadang kolofon juga terdapat di awal naskah, kebanyakan

terdapat pada naskah Arab. Namun sangat jarang ditemukan pada

naskah Nusantara (keterengan ini disampaikan oleh Oman

Fathurahman pada 10 Mei 2017, pukul 11.30 WIB).

Page 16: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

5

salah satunya:

“Ya> ayyuha> al-na>su ittaqu> rabba-kum al-ladhi> khalaqa-kum min nafs wa>h}idah wa khalaqa min-ha> zaujaha> wa baththa min-huma> rija>lan kathi>ran wa nisa>’an – wa ittaqu> Alla>h al-ladhi>na tasa>alu>na bih wa al-arh}a>m inna Alla>h ka>na ‘alaykum qari>ba>. Al-nisa>’: 1

Hai sekalian manusia – anak cucu adam semuanya!

Takutlah kamu akan Tuhanmu yang telah mengadakan

kamu daripada diri yang satu Adam diadakan daripada

nya istrinya Hawa dan dikembangkannya daripada

keduanya laki-laki yang banyak dan perempuan – dan

takutlah kamu akan Allah yang selalu kamu meminta

dengan Dia dan takutilah s}ilat al-rahmi. Bahwasanya

Allah adalah Dia di atas kamu memperhatikan dan

menjaga.

Ayat ini sungguhpun turunnya di negeri Makkah

ditujukan kepada orang-orang di sana semasa al-Qur’a>n

turun tetapi seruannya sampai kemana pojok-pojok yang

berisi manusia, maka manusia semuanyalah yang

diserukan karena tiap-tiap seruan terwujud kepada suatu

bangsa tentu segala yang sebangsa itu terkena sama

sekali. Umpamanya: jika orang berkata: bangsa

Indonesia tidak bisa maju orang Indonesia tidak bisa

merdeka. Tentulah asal orang itu bangsanya dan tanah

airnya dia merasa hati. Sampai kepada masa yang

beratus-ratus tahun dibelakang asal ternama bangsa

manusia juga. Bukanlah orang yang semasa perkataan itu

keluar dari yang mengatakan - atau bukan orang yang

semasa tahun 1923 M umpamanya.”

Selain dua hal tersebut setelah membaca seluruh isi

naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s ini, penulis menemukan

keunikan lainnya yaitu diselipkannya ayat al-Qur’an yang

diawali dengan kata ya> bani> a>dam. Adanya keunikan seperti

itu, memungkinkan adanya berbagai hal yang ingin

disampaikan oleh Syekh Abdul Latif Syakur melalui

tulisannya. Hal ini tercermin dalam redaksi-redaksi yang

Page 17: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

6

termuat dalam kolofon naskah tersebut yang mengindikasikan

bahwa adanya motif atau kepentingan tertentu yang ingin

diungkapkan oleh Syekh Abdul Latif Syakur melalui naskah

Tafsi>rya> ayyuha> al-na>s. Terdapat beberapa faktor yang menjadikan naskah ini

sebagai objek yaitu: pertama, naskah ini ditulis oleh Syekh

Abdul Latif Syakur seorang ulama yang eksistensinya tidak

seterkenal rekan seperguruannya semisal Haji Abdul Karim

Amrullah (HAKA atau Inyiak Rasul), Syekh Sulaiman Ar-

Rasuli (salah seorang pendiri PERTI), Syekh Djamil Djambek

(ahli Falak), dll saat menimba ilmu kepada Syekh Ahmad

Khatib al-Minangkabawi.6 Jika melihat dari peta keilmuan itu,

maka dapat dipahami bahwa Syekh Abdul Latif Syakur hidup

pada masa-masa terjadinya konfrontasi dan polemik antara

Kaum Tuo dan Kaum Mudo di Sumatera Barat.

Kedua, karena penulis naskah ini kurang terkenal,

sehingga membuat karyanya juga tidak terekspos dan tidak

terhimpun dalam inventarisasi karya tafsir yang ditulis oleh

ulama-ulama Nusantara. Ketiga, berdasarkan kolofon naskah

ini ditulis pada awal tahun 1949 yang mungkin bertepatan

dengan agresi militer Belanda II. Keempat, di dalam NTYN

terdapat penjelasan tentang tauhid yang selanjutnya dikaitkan

dengan term-term kebebasan semisal kemerdekaan, persamaan

hak, dan prinsip-prinsip HAM. Sehingga nantinya teks ini akan

menunjukkan arah ideologi atu pemikiran Syekh Abdul Latif

Syakur berdasarkan kondisi Minangkabau pada abad XX.

Akhir abad XIX dan awal abad XX merupakan masa-

masa terjadinya benturan sosial dan berkembangnya ideologi

hampir di seluruh dunia. Meningkatnya kesadaran akan hak

asasi manusia, hak bangsa untuk menentukan nasib sendiri di

seluruh belahan bumi dan rasa yang kuat untuk terlepas dari

penjajah. Begitu pula dengan bangsa Indonesia yang ditandai

6 Firdaus, dkk, Beberapa Ulama di Sumatera Barat

(Padang: Puslit Press, 2011), h. 240.

Page 18: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

7

dengan muculnya kesadaran pemuda-pemuda Indonesia

terpelajar ingin menentukan nasib bangsanya yang tertindas.

Keinginan itu nampak dari kegigihan menentang dan melawan

kolonialisme pada masa prakemerdekaan. Dan juga

pascakemerdekaan ditunjukkan dengan semangat untuk

mempertahankannya. Semangat itu juga mengalir pada Syekh

Abdul Latif Syakur yang direfleksikannya melalui teks Naskah

Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s. Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s menjadi saksi bisu bagaimana seorang ulama lokal yang

tidak terkenal di pentas nasional, namun memiliki semangat

untuk menentang dan mengkritik kolonialisme yang dijalankan

oleh Belanda.

Berdasarkan paparan di atas, dapat dipahami bahwa

suatu karya tulis dapat dijadikan sebagai medium pengungkap

perasaan suatu individu. Pramono dan Ahmad berpendapat

bahwa naskah-naskah yang disalin dan ditulis dimaksudkan

untuk menyebarkan pengajian dan mendebat ataupun

mengkritik pendapat orang lain serta untuk mengkritik

keadaan sosial. Hal ini sekaligus memberi kesan bahwa apa

yang dilakukan para ulama dalam mempertahankan paham

keagamaannya, adalah bagian dari kebiasaan berdebat yang

dikembangkan di kalangan ulama.7 Berdasarkan pernyataan

Pramono dan Ahmad tersebut jika merujuk pada kolofon dan

teks yang termuat di dalam NTYN, mengindikasikan naskah

ini bertujuan untuk menyebarkan ajaran Islam sembari

mengkritik kondisi sosial pada masa itu.

Sejalan dengan Pramono dan Ahmad, sejatinya suatu

karya tidak lahir dengan sendirinya dan tentu karya yang

tercipta tidak akan terlepas dari keadaan internal maupun

eksternal pengarangnya. Begitupun dalam melahirkan karya

7 Pramono dan Zahir Ahmad, “Beberapa Catatan Terhadap

Kitab-Kitab Karya Ulama Minangkabau Pada Permulaan Abad XX”,

WACANA ETNIK Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 4, No. 2,

(2013), h. 112.

Page 19: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

8

tafsir. Dalam melakukan penafsiran, seorang penafsir tidak

akan terlepas dari tiga hal yaitu: 1. Para penafsir adalah manusia yang akan membawa

muatan-muatan kondisi kemanusiaan yang mereka

alami.

2. Penafsiran tidak terlepas dari bahasa, sejarah, dan

tradisi dimana penafsir hidup.

3. Teks sejatinya tidak menjadi wilayah bagi dirinya

sendiri. Sebab sebagai teks, tafsir juga mempunyai

konteks sendiri.8

Dengan realitas tersebut, merupakan hal yang wajar jika

muncul berbagai jenis tafsir sesuai kepentingan dan ideologi9

pengarangnya.

Usaha untuk menganalisis ideologi dengan tafsir sebagai

objeknya belumlah banyak dilakukan. Namun beberapa

intelektual sudah mulai melakukannya. Islah Gusmian

misalnya, dalam bukunya yang berjudul “Khazanah Tafsir

Indonesia Dari Hermeneutika hingga Ideologi”10 telah

menganalisis ideologi yang berkembang dalam tradisi

penulisan tafsir di Indonesia dengan mengadopsi metode

analisis wacana kritis yang dikemukakan Teun A. Van Dijk.

Kajian serupa juga dilakukan oleh Jajang A Rohmana

dalam artikel pada Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies yang

dijuduli “Ideologi Tafsir Lokal Berbahasa Sunda: Kepentingan

Islam-Modernis dalam Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci

8 Fakhruddin Faiz, Hermeneutik Qur’ani Antara Teks,

Konteks, Dan Kontekstualisasi (Yogyakarta: Qalam, 2007), 45. Lihat

juga Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutik Hingga Ideologi (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 11.

9 Ideologi yang dimaksud dalam tulisan ini ialah

sebagaimana yang dijelaskan Esposito, yaitu cara atau isi pemikiran

yang dianggap karakteristik individu, kelas, atau politik (John. L.

Esposito, Ensiklopedia Oxford (Bandung: Mizan, 2002), h. 251). 10 Lihat Islah Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia Dari

Hermeneutik Hingga Ideologi (Yogyakarta: LkiS, 2013).

Page 20: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

9

Lenyepaneun”. Penelitian ini menemukan bahwa secara

ideologis kedua tafsir yang disusun para pegiat Islam

pembaharu berpengaruh pada materi tafsir yang disesuaikan

dengan misi pembaharuan Islam.11 Selain itu, ada juga

penelitian yang dilakukan oleh Sulaiman Ibrahim dengan judul

“Tafsir Al-Quran Bahasa Bugis: Vernakulasi Dalam Kajian

Tafsir Al-Muni>r” yang menggunakan teori analisis wacana

kritis model Norman Fairlough dan penemuannya dalam

penelitian ini lebih kepada dimensi sosio kultural pemikiran

Daud Ismail dalam Tafsir Al-Muni>r yang ditulisnya dalam

bahasa Bugis.12

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s (NTYN) karya

Syekh Abdul Latif Syakur dipilih sebagai objek penelitian ini,

karena berdasarkan keterangan di atas bahwa munculnya karya

tafsir tidak terlepas dari latar belakang sosiokultural,

kepentingan dan ideologi pengarangnya. Meskipun telah ada

kajian terhadap salah satu dari tiga karya tafsir Syekh Abdul

latif Syakur, namun kajian tersebut tidak memfokuskan kepada

ideologi dan pemikiran Syekh Abdul latif Syakur. Berdasarkan

kajian sebelumnya pun kajian terhadap kepentingan dan

ideologi dengan menjadikan manuskrip tafsir sebagai objeknya

masihlah minim. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian terhadap ideologi dan pemikiran Syekh

Abdul Latif Syakur.

B. Identifikasi, Rumusan dan Batasan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Agar tercapai pembahasan yang sisitematis tentang

Naskah Tafsi>r A>ya>>t Ya> Ayyuha> al-Na>s, berikut beberapa

11 Lihat Jajang A. Rohmana, “Ideologi Tafsir Lokal

Berbahasa Sunda: Kepentingan Islam-Modernis dalam Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun”, Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies Vol.2, No. 1, (2013).

12 Lihat Sulaiman Ibrahim, Tafsir Al-Quran Bahasa Bugis: Vernakulasi Dalam Kajian Tafsir Al-Muni>r (Jakarta: LeKAS, 2012).

Page 21: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

10

masalah yang teridentifikasi berdasarkan latar belakang,

diantaranya:

a. Latar belakang penulisan Naskah Tafsi>r A<ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s oleh pengarang.

b. Metode penafsiran yang digunakan dalam Naskah

Tafsi>r A>\<ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s

c. Maksud penggunaan aksara Arab Jawi dalam

penulisan Naskah Tafsi>r A<ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s. d. Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s dan naskah-

naskah lainnya yang dikarang oleh Syekh Abdul Latif

Syakur merupakan koleksi pribadi ahli waris yaitu Ibu

Khuzaimah yang kurang terekspos.

e. Kedudukan Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s di

tengah-tengah perkembangan tafsir Nusantara.

2. Rumusan dan Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan

dibahas dalam penelitian ini yaitu edisi teks NTYN karya

Syekh Abdul Latif Syakur dan ideologi penafsirnya. Untuk

memperjelas fokus masalah penelitian ini, masalah pokok yang

dibicarakan dalam penelitian ini, akan dirumuskan dua

pertanyaan penelitian yaitu:

a. Bagaimana suntingan teks Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s (NTYN) karya Syekh Abdul Latif

Syakur?

b. Bagaimana ideologi dan pemikiran Syekh Abdul Latif

Syakur berdasarkan teks Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s (NTYN)?

Penelitian ini dibatasi pada penyuntingan teks Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s karya Syekh Abdul Latif Syakur dan

tema-tema kebangsaan yang terkandung dalam teks NTYN.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini berdasakan rumusan masalah di

atas untuk menghadirkan suntingan dan edisi teks NTYN

Page 22: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

11

karya Syekh Abdul Latif Syakur, serta menjelaskan ideologi

Syekh Abdul Latif Syakur dalam menafsirkan ayat-ayat al-

Quran yang diawali dengan kalimat ya> ayyuha> al-na>s.

Meskipun demikian rician dari tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Menghadirkan edisi teks NTYN karya Syekh Abdul

Latif Syakur yang dapat dibaca dan difahami.

b. Menggali, mengungkap, dan menjelaskan

ideologi/pemikiran Syekh Abdul Latif Syakur

melalui tafsir terhadap ayat al-Quran yang diawali

dengan kalimat Ya> Ayyuha> al-Na>s yang menggunakan

aksara Arab Melayu .

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Adanya edisi teks dari aksara Arab-Melayu ke aksara

Latin berbahasa Indonesia dapat dimanfaatkan oleh

pembaca secara luas untuk kepentingan praktis maupun

akademis.

b. Pengungkapan gagasan-gagasan yang terdapat di dalam

Naskah Tafsi>r Ya> ayyuha> al-Nas dapat berkontribusi

untuk pengkajian terhadap sosok Syekh Abdul Latif

Syakur. Selain itu, NTYN sebagai sebuah karya tafsir

ulama lokal yang belum dikenal masyarakat umum

ataupun akademisi khususnya, patut untuk diperhatikan

dalam konteks mengisi ruang dalam khazanah tafsir

karya ulama Nusantara.

E. Kajian Terdahulu yang Relevan

Kajian secara filologis terhadap teks NTYN sejauh

pantauan peneliti belum pernah dilakukan ataupun diteliti

dalam berbagai kajian akademik. Hanya saja salah satu dari 3

bundel naskah tafsir yang dikarang oleh Syekh Abdul Latif

Syakur dengan judul “al-Da’wah wa al-Irsha>d ila> Sabi>l al-Rasha>d”sudah pernah diteliti oleh Hidayat dkk., dan peneliti

Page 23: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

12

termasuk dalam tim tersebut.13

Dalam penelitian yang berjudul “Tafsir Sosial Ayat-

Ayat Al-Quran Naskah Syekh Abdul Latif Syakur Edisi teks

dan Telaah Konteks”, Hidayat, dkk. dalam penelitiannya

menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Temuan dari

penelitian tersebut, bahwa berdasarkan suntingan yang

dihadirkan dalam penelitian itu tergambar sebuah tafsir dengan

corak lokal yang unik, lahir dari pemahaman keagamaan dan

pengalaman interaksi sosial Syekh Abdul Latif Syakur. Teks

tafsir tersebut ditulis dengan metode tafsir mawd}u>’i, dengan

penekanan pada aspek-aspek kemanusiaan sebagaimana

tergambar dalam pilihannya terhadap ayat-ayat yang dimulai

dengan kalimat ‘wa min al-na>s’.14 Berdasarkan kesimpulan

yang dipaparkan Hidayat dalam tulisan tersebut, penulis

sependapat bahwa setelah teks disunting ditemukan keunikan

tafsir yang kental dengan nuansa lokal yang merupakan buah

pemahaman agama dan interaksi sosial Syekh Abdul Latif

Syakur dengan penduduk lokal.

Kajian tenhadap teks NTYN karya Syekh Abdul Latif

Syakur memang belum ada. Meskipun temuan di lapangan

NTYN yang juga ditulis Syekh Abdul Latif Syakur ini dari segi

format penulisannya memanglah sama dengan tafsir yang

dijudulinya dengan al-Da’wah wa al-Irsha>d ila> Sabi>l al-Rasha>d berupa tafsir tematik atau mawd}u’i >. Namun, penelitian ini

berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat,

dkk., baik dari segi objek yang dipilih maupun metode yang

digunakan dalam menganalisis objek. Dalam penelitiannya

Hidayat memilih manuskrip al-Da’wah wa al-Irsha>d ila> Sabi>l al-Rasha>d yang juga merupakan sebuah tafsir, diawali dengan

13 Ahmad Taufik hidayat, dkk, Laporan Penelitian Tafsir

Sosial Ayat-ayat Al-Quran Naskah Syekh Abdul Latif Syakur (Padang: Pusat Penelitian dan Penerbitan LPPM IAIN Imam Bonjol

Padang, 2014) 14 Hidayat, dkk, Laporan, h. 60.

Page 24: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

13

redaksi wa min al-na>s. Hidayat, dkk., dalam penelitiannya

menggunakan sosiolinguistik sebagai pisau analisis.

Sedangkan objek penelitian tesis ini ialah naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s karya syekh Abdul Latif Syakur dan untuk

menganalisis kandungan naskah atau teks akan menggunakan

metode analisis konten yang diperkuat dengan analisis wacana

kritis (CDA) model Norman Fairclough.

Sehubungan dengan itu, tulisan yang berkaitan dengan

Syekh Abdul Latif Syakur dan riwayat hidupnya juga masih

kurang. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Apria Putra

tentang “Ulama Minangkabau dan Sastra: Mengkaji

Kepengarangan Syekh Abdullatif Syakur Balai Gurah (2017)”,

mengemukakan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur adalah

seorang ulama yang produktif menulis. Sebagian karangannya

dalam wujud karya sastra yang dipengaruhi oleh unsur-unsur

yang ada di dalam dirinya sendiri ataupun dari luar dirinya.

Pisau analisis yang digunakan dalam artikel ini adalah

pendekatan sastra yang berfokus pada sosiokultural

pengarang.15

Selain Putra, penelitian yang dilakukan oleh Ridhoul

Wahidi, dkk, tentang Syaikh Abdul Latief Syakur’s View on

Moral Values in Tafsi>r Surah Al-Mukminu>n (2018)

mengungkapkan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur lewat tafsir

surat al-mu’minu>n mampu menghadirkan nilai moral dalam

mengatasi dekadensi akhlak masa dulu yang masih relevan

dengan masa kini melalui penerapan prinsip-prinsip khusyu>‘ dan khudu>‘ yang transenden untuk memenangkan fitrah dan

akal manusia dari hawa nafsu.

Perlu juga disebut sebuah tulisan Fidaus, dkk. di dalam

buku Beberapa Ulama di Sumatera Barat, yang diterbitkan

oleh Puslit Press tahun 2011. Di dalam tulisan yang berjudul

15 Apria Putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra:

Mengkaji Kepengarangan Syekh Abdul Latif Syakur”, Diwan Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol. 9, Edisi 17, (Juni 2017), h. 601-623.

Page 25: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

14

Syekh Abdul Latif Syakur, memuat riwayat hidup ulama

tersebut serta ulasan mengenai kiprahnya dalam dunia tulis

menulis.16

Berbeda dengan penulis-penulis di atas, penelitian yang

menganalisis ideologi pada karya tafsir, maka beberapa hasil

penelitian berikut dapat dijadikan sebagai pedoman studi

literatur atau kajian terdahulu yang relevan. Islah Gusmian di

dalam bukunya yang berjudul “Khazanah Tafsir Indonesia Dari

Hermeneutika hingga Ideologi (2013)” telah menganalisis

ideologi yang berkembang dalam tradisi penulisan tafsir di

Indonesia dengan mengadopsi metode analisis wacana kritis

yang dikemukakan Teun A. Van Dijk. Temuan Gusmian dalam

penelitian ini tersingkapnya berbagai kepentingan yang

diusung dalam karya tafsir di Indonesia, yang mana proses

representasi kepentingan ini dilakukan dengan berbagai cara.

Selanjutnya, Jajang A Rohmana dalam artikel pada

Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies yang dijuduli “ Ideologi

Tafsir Lokal Berbahasa Sunda: Kepentingan Islam-Modernis

dalam Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun (2013)”.

Rohmana dalam artikel ini juga menggunakan analisis wacana

kritis, namun ia tidak menyebutkan secara spesifik teori

analisis wacana kritis siapa yang digunakannya. Rohmana

menemukan bahwa secara ideologis kedua tafsir yang disusun

para pegiat Islam pembaharu, berpengaruh pada materi tafsir

yang disesuaikan dengan misi pembaharuan Islam.17

Berikutnya, ada juga penelitian yang dilakukan oleh

Sulaiman Ibrahim dengan judul “Tafsir Al-Quran Bahasa

Bugis: Vernakulasi Dalam Kajian Tafsir Al-Muni>r (2012)”

16 Firdaus, dkk., Beberapa Ulama di Sumatera Barat, h.

234-240. 17 Jajang A. Rohmana, “Ideologi Tafsir Lokal Berbahasa

Sunda: Kepentingan Islam-Modernis dalam Tafsir Nurul-Bajan dan

Ayat Suci Lenyepaneun”, Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies Vol.2, No. 1, (2013), h. 125-154.

Page 26: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

15

yang menggunakan teori analisis wacana kritis model Norman

Fairlough dan temuannya dalam penelitian ini lebih kepada

dimensi sosio kultural pemikiran Daud Ismail dalam Tafsir Al-

Muni>r yang ditulisnya dalam bahasa Bugis.18

Kemudian ada juga artikel Johanna Pink “Traditional

and Ideology in Contemporary Sunnite Qur’a>nic Exegesis:

Qur’a>nic Commentaries From The Arab World, Turkey and

Indonesia and their Interpretation of Q 5:51 (2010).” yang

menggunakan metode komparasi terhadap penafsiran Q 5:51

oleh 17 ulama tafsir sunni dari tiga negara berbeda yaitu Arab,

Turki, dan Indonesia. Temuan Pink, bahwa cara penafsiran 17

ulama yang dipilihnya itu dalam menafsirkan Q 5:51 juga

dipengaruhi oleh background keilmuan serta posisi mereka

ditengah masyarakat, dan poin lain dari temuan Pink ialah para

mufassir Arab lebih konservatif dalam menafsirkan hal-hal

yang berhubungan dengan non-muslim dibandingkan para

mufassir Turki dan Indonesia.19

Penelitian-penelitian terkait naskah yang ditulis oleh

Syekh Abdul Latif Syakur menggambarkan beberapa

perbedaan dengan penelitian ini, mulai dari pemilihan naskah

yang dijadikan sumber data penelitian maupun pendekatan

yang digunakan untuk mengeksplorasi teks. Adapun penelitian

terhadap ideologi dan kepentingan mufassir juga berpengaruh

dalam penafsiran terhadap kitab suci al-Qur’an. Posisi

penelitian ini adalah menambahkan literatur terhadap

penelitian sebelumnya dengan mengangkat Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s karya Syekh Abdul Latif yang masih

18 Sulaiman Ibrahim, Tafsir Al-Quran Bahasa Bugis:

Vernakulasi Dalam Kajian Tafsir Al-Muni>r (Jakarta: LeKAS, 2012). 19 Johanna Pink, “Traditional and Ideology in

Contemporary Sunnite Qur’a>nic Exegesis: Qur’a>nic Commentaries

From The Arab World, Turkey and Indonesia and their Interpretation

of Q 5:51”, Die Welts des Islams, New Series Vol. 50, Issue I, (2010),

h. 3-59.

Page 27: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

16

belum dikenal oleh pakar-pakar tafsir di Indonesia.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian sebagai blue print yang akan

menuntun peneliti untuk mencapai tujuan atau signifikansi

dalam penelitian.

1. Jenis Penelitian

Saat melakukan sebuah penelitian seorang peneliti harus

mengemukakan terlebih dahulu jenis penelitian yang akan

dilakukannya. Sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa

jenis penelitian dibagi dua yaitu penelitian kualitatif dan

penelitian kuantitatif. Penelitian kualitatif menurut Bodgan

dan Taylor yang dikutip Moleong adalah penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati, selain

itu Kirk dan Miler mendefenisikan penelitian kualitatif

merupakan tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial

yang secara fundamental bergantung pada pengamatan

terhadap manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan

dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan

peristilahannya.20 Sedangkan penelitian kuantitatif adalah

penelitian yang bersumberkan pada fakta-fakta dari objek

penelitian memiliki realitas dan variabel-variabel yang dapat

diidentifikasi hubungannya melalui pengukuran.21 Penelitian

ini berjenis kualitatif yang mengahsilkan data deskriptif,

berdasarkan pada hasil pengamatan secara terperinci terhadap

objek penelitian sehingga dapat merefleksikan makna yang

terdapat pada data penelitian.

2. Sumber Data

Penelitian sebagai upaya mengahasilkan pengetahuan

20 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif

(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2000), h. 2-3. 21 Syamsir Salam dan Jaenal Aripin, Metodologi Penelitian

Sosial (Ciputat: UIN Jakarta Press,2006), h. 36.

Page 28: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

17

dan informasi yang bersifat ilmiah yang dapat diterima, maka

diperlukan data kongkrit untuk mencapai tujuan tersebut.

Dalam suatu penelitian perlu ditegaskan sumber data yang

digunakan dalam penelitian. Data berdasarkan cara

memperolehnya terbagi dua yaitu data primer yang langsung

diperoleh dari objek penelitian dan data sekunder yang sudah

ada dalam bentuk jadi.22

Penelitian ini bermaksud memberikan data seteliti

mungkin tentang permasalahan yang dibahas dan menganalisis

data agar diperoleh jawaban. Adapun sumber data primer

dalam penelitian ini adalah Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s (NTYN) yang ditulis oleh Syekh Abdul Latif Syakur.

Sedangkan untuk data sekunder dalam penelitian ini berupa

paratext yang merupakan verbal material atau material-

material lain yang mendampingi teks dan penyajiannya.

Paratext dibagi dua yaitu peritext dan epitext. Peritext adalah

sesuatu yang terdapat di dalam text berupa ilustrasi, iluminasi,

catatan pinggir, dll yang kadang tidak berhubungan langsung

dengan isi suatu text. Dalam kasus NTYN yang termasuk

peritext ialah catatan yang ditulis Syekh Abdul Latif Syakur

pada margin sebelah atas pada beberapa halaman naskah. Epitext adalah sesuatu yang berada diluar karya seperti

wawancara, kritik dokumen-dokumen atau literatur-literatur

yang berhubungan dengan text, 23 misalnya wawancara tentang

riwayat hidup pengarang, referensi yang berbicara tentang

riwayat pengarang, dan karya tulis pengarang selain NTYN.

22 Rianto Adi, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum

(Jakarta: Granit, 2004), h. 57. 23 Gerard Genette and Marie Maclean, “Introduction to

The Paratext,” The Johns Hopkins University Press (1991), 262-270 dan lihat juga Mohammad Rokib dan Moh. Mudzakkir, “ Negosiasi

Islam dan Budaya Lokal Pada Terjemahan Novel “Kisah Seribu Satu

Malam”: Sebuah Kajian Parateks,” Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 14, No.1 (Januari-Juni 2016), h. 82.

Page 29: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

18

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan upaya strategis

dalam suatu penelitian. Dengan adanya teknik yang benar,

maka akan diperoleh data yang sesuai dengan standar

kelaikkan penelitian. Dalam memperoleh data penelitian, dapat

dilakukan dengan berbagai cara. Pada penelitian kualitatif,

biasanya dapat dilakukan dengan cara observasi, wawancara,

dokumentasi dan triangulasi/gabungan.24 Berdasarkan

penjelaasan tersebut, penelitian ini akan menggunakan langkah

triangulasi/gabungan untuk mengumpulkan data.

Triangulasi merupakan gabungan dari berbagai teknik

pengumpulan data yang telah disebutkan di atas, dari sumber

data yang telah ada.25 Maka dalam penelitian yang menjadikan

naskah tulisan tangan sebagai objek penelitian ini, akan

menggabungkan teknik pengumpulan data penelitian kualitatif

dan alur penelitian filologi. Dalam penelitian filologi langkah

awal yang dilakukan peneliti adalah melakukan inventarisasi

naskah, upaya yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi

terkait keberadaan naskah. Jika dikaitkan dengan teknik

pengumpulan data kualitatif, inventarisasi naskah dapat

dilakukan dengan memeriksa koleksi katalog manual ataupun

katalog elektronik.

Selanjutnya, melakukan observasi ke tempat

penyimpanan naskah untuk memperoleh informasi terkait

naskah. Agar data yang berkaitan dengan naskah dapat

terkumpul dengan detail, wawancara perlu untuk dilakukan.

Biasanya wawancara dalam penelitian filologi dilakukan untuk

menggali informasi tentang pengarang naskah, proses

penyalinan naskah serta ruang lingkup penyebaran naskah.

Penelitian ini menjadikan naskah tulisan tangan sebagai

objek penelitian, maka tentu saja prosedur pengumpulan data

24 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitati Dan

R&D, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 224-225. 25 Sugiono, Metode Penelitian ..., h. 241

Page 30: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

19

tidak terlepas dari proses penelitian filologi yakni,

inventarisasi naskah: mengumpulkan informasi-informasi yang

berhubungan dengan naskah.26 Penelusuran terhadap NTYN

berdasarkan pada informasi yang diberikan oleh Apria Putra

pada tahun 2014, sehingga peneliti pada saat itu bersama

rekan-rekan dan dosen pengampu mata kuliah Filologi

langsung menelusuri kediaman Ibu Khuzaimah selaku ahli

waris yang berada di desa Balai Gurah Kecamatan IV Angkek

Kabupaten Agam Provinsi Sumatera Barat.

Berdasarkan penelusuran ini,ditemukan beberapa karya

Syekh Abdul Latif Syakur yang masih utuh, berupa manuskrip

dan naskah cetak. Di antara manuskrip itu terdapat tiga bundel

karya tafsir yang dikarang oleh Syekh Abdul Latif Syakur:

pertama, al-Da’wah wa-al-Irsha>d ila> Sabi>l al-Rasha>d sebuah

tafsir al-Qur’an yang diawali dengan redaksi “wa-min al-na>s”selesai ditulis pada Januari 1949. Kedua, tafsir ayat-ayat

yang berawalan “ya> ayyuha> alladhi>na a>manu>”. Dan ketiga,

sebuah tafsir yang diberi judul “tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s”

dan ditulis pada Maret 1949. Manuskrip yang disebutkan

terakhir inilah yang dijadikan objek pada penelitian ini.

4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini mencakup

dua hal, yaitu: pertama, pendekatan filologis untuk

menghadirkan teks yang siap dibaca dan dipahami oleh

masyarakat umum dari berbagai lintas disiplin. Dan kedua,

analisis wacana kritis digunakan untuk mengeksplorasi

kandungan naskah.

Dalam penelitian filologi, sebagaimana dijelaskan di

atas tujuannya adalah menghadirkan suntingan teks atau edisi

teks yang siap dibaca. Edisi teks berfungsi untuk menetapkan

26 Nabilah Lubis, Naskah, Teks, dan Metode Penelitian

Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa & Sastra Arab Fakultas Adab

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1996), h. 64.

Page 31: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

20

sebuah teks dalam bentuk yang paling autentik. Hal ini

dilakukan karena suatu teks dalam sejarah penurunannya telah

mengalami distorsi, korup dan penyimpangan-penyimpangan,

baik karena faktor kesengajaan maupun faktor

ketidaksengajaan.27

Ketika melakukan edisi teks, seorang peneliti perlu

untuk menentukan metode edisi apa yang patut digunkan

dalam mengedisi teks. Hal ini tergantung pada kondisi dan

jumlah naskah yang ditemukan di lapangan. Jika naskah yang

ditemukan berupa naskah jamak (lebih dari satu), maka metode

edisi yang dapat dipilih untuk digunakan adalah metode

landasan dan metode gabungan.28 Penerapan metode landasan

dapat digunakan jika menurut peneliti di antara naskah yang

diteliti memilik nilai lebih. Penentuan nilai tersebut

berdasarkan bahasa, isi, dan usia teks tersebut.29

Apabila naskah yang ditemukan hanya satu atau tunggal

(codex unicus) maka peneliti lebih mudah dalam memilih

metode untuk edisi teks. Terdapat dua cara yang bisa dipilih

oleh para peneliti: edisi diplomatis dan edisi standar atau edisi

kritik. Edisi diplomatis atau diplomatik yaitu menyajikan

suntingan teks dengan seteliti-telitinya tanpa mengadakan

27 Siti Baroroh Baried et.al, PengantarTeori Filologi

(BPPF UGM, Yogyakarta: 1994); Edwar Djamaris, Pengantar Sastra Rakyat Minangkabau, (Yayasan Obor Indonesia, Jakarta:2001), h. 7.

28 Metode gabungan digunakan jika semua naskah yang

akan ditelitinya bernilai sama kualitasnya. Penerapan metode ini

menghasilkan suntingan teks yang baru karena berasal dari gabungan

hasil bacaan semua naskah yang berkualitas sama itu. Sehingga

metode gabungan ini sangat jarang digunakan, karena dapat

menghasilkan teks yang baru. Selain kedua metode tersebut,

penelitian terhadap naskah jamak juga dapat menggunakan edisi

kritis yang merupakan usaha memperbaiki teks asli yang hilang

berdasarkan pada sumber-sumber yang ada, memilih bacaan yang

terbaik, memperbaiki kesalahan, dan membakukan ejaan. 29 Siti Zahra Yudiafi dan Mu’jizah, Filologi, h. 5.19.

Page 32: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

21

perubahan apapun.30 Dalam edisi diplomatik, sang pengkaji

naskah tidak berniat meyajikan teks yang baik untuk dibaca

melainkan hanya menyajikan teks apa adanya.31

Naskah Tafsi>r A<ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s karya Syekh

Abdul Latif Syakur ini dapat dikategorikan pada codex unicus, karena berdasarkan penelusuran peneliti setelah memerikasa

katalog-katalog tidak ditemukan salinan naskah ini. Maka

metode penyuntingan teks yang akan digunakan dalam

penelitian ini, adalah edisi standar/kritik. Edisi standar/kritik

merupakan kebalikan dari edisi diplomatis, berupaya

menghadirkan teks yang siap baca, dan oleh karenanya jika

menurut keyakinan penyunting terdapat banyak kesalahan dan

penyimpangan akan diperbaiki sesuai kaidah kebahasaan dan

wawasan penyunting tentang konten naskah.32

Karena fokus penelitian adalah ideologi Syekh Abdul

Latif Syakur dalam NTYN, maka penelitian ini akan

menggunakan pendekatan analisis konten yang merupakan

upaya untuk memahami teks baik dari dalam teks itu sendiri

maupun aspek di luarnya. Untuk memperkuat pendekatan

tersebut, penelitian ini akan menggunakan discourse analysis (analisis wacana); yaitu suatu kajian yang menganalisis bahasa

yang digunakan secara alamiah (berbicara) ataupun bentuk

tulisan.33 Analisis wacana tidak hanya semata digunakan dalam

kajian bahasa, tetapi juga dapat digunakan dalam kajian bidang

lain. Dalam kajian linguistik, analisis wacana lebih difokuskan

kepada satuan bahasa di atas kalimat yang tidak hanya terbatas

pada hubungan gramatikal saja.

30 Siti Zahra Yudiafi dan Mu’jizah, Filologi, h. 5.17. 31 Faturrahman [sic] (Fathurahman), Filologi, h. 21. 32 Faturrahman [sic] (Fathurahman), Filologi, h. 21. 33 Mulyana, Kajian Wacana, Teori, Metode dan Prinsip-

prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005), 3. Lihat

juga Abdul Rani dkk., Analisis Wacana, Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian (Malang: Bayumedia Publishing, 2006), h. 9.

Page 33: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

22

Analisis wacana dalam bentuk analisis wacana kritis

(critical discourse analisys) yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu analisis wacana kritis model Norman

Fairclough yang melihat naskah memiliki konteks. Konteks34

yang dimaksud bahwa bahasa tidak hanya dilihat dari aspek

internal linguistiknya saja, namun ia juga dipengaruhi oleh hal

yang berada di luar teks35 yang mempengaruhi pemakaian

bahasa.36 Fairclough memandang teks sebagai sesuatu yang

memiliki konteks mulai dari text production, process interpretation, text consumption, atau berdasarkan praktik

sosiokultural.37 Dengan menggunakan model Fairclough ini

melihat naskah/teks memiliki sejarah perjalanannya, yang

mana untuk melihat perjalanan sejarahnya tersebut tidak hanya

terjadi pada dimensi bahasa yang digunakan tetapi juga

dipengaruhi dimensi diri pengarang itu sendiri sehingga dapat

menggambarkan ideologi pengarang.38

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan penelitian ini akan penulis

klasifikasikan pada enam bab dengan rincian sebagai berikut :

Bab pertama merupakan pedahuluan yang mana akan

menjelaskan: pertama, latar belakang pemilihan Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> Al-Na>s sebagai objek penelitian. Kedua,

34 Konteks dalam linguistik dikelompokkan pada empat

bagian yaitu konteks bahasa, konteks emosi, konteks kondisi/situasi,

dan konteks budaya (lihat Ah}mad Mukhta>r ‘Umar. ‘Ilm al-Dila>lah

(Beirut: Maktabah Da>r al-‘Aru>bah, 1982), h. 72. 35 Teks yang dimaksud tidak hanya kata-kata yang tercetak

di dalam kertas, tapi juga semua ekspresi komunikasi melalui ucapan,

musik, gambar, dll (lihat Mulyana, Kajian Wacana, h. 9). 36 Mulyana, Kajian Wacana, h. 9. 37 Norman Fairclough, Analysing Discourse, Textual

Analysis For Social Research (London & New York: Routledge,

1997), h. 98. 38 Fairclough, Analysing Discourse, h. 98-100.

Page 34: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

23

rumusan dan batasan masalah. Ketiga, tujuan penelitian.

Keempat, kajian terdahulu yang relevan. Kelima, metode

penelitian yang meliputi jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, terakhir metode analisis data. Dan kelima,

sistematika penulisan.

Bab kedua merupakan kerangka teoritis sebagai blue print dalam menuliskan hasil penelitian yang berisikan:

pertama, memaparkan tentang hubungan teks dan konteks.

Kedua, menjelaskan tentang wacana dan keterkaitannya

dengan ideologi. Ketiga, menggambarkan refleksi ideologi

dalam khazanah pengkajian teks tafsir Nusantara. Keempat,

membahas tentang hubungan kebangsaan dan nasionalisme.

Bab ketiga akan mendeskripsikan biografi singkat dari

Syekh Abdul Latif Syakur. Adapun rincian pembahasannya

yaitu; pertama, gambaran Sumatera Barat paruh awal abad XX.

Kedua, memaparkan riwayat singkat Syekh Abdul Latif

Syakur dan karya-karyanya. Ketiga, mendeskripsikan teks

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s (NTYN) di tengah-

tengah tafsir Nusantara.

Bab keempat penelitian ini yang terdiri dari: pertama,

mendeskripsikan kondisi fisik naskah. Kedua, memaparkan

ringkasan isi. Ketiga, pengantar edisi dan pertanggungjawaban

edisi serta edisi teks.

Bab kelima dijuduli dengan Pemikiran Syekh Abdul

Latif Syakur yang akan memaparkan konsep Syekh Abdul

Latif Syakur tentang tauhid berdasarkan teks naskah Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s, gagasan persatuan umat, dan gagasan tentang

kesetaraan, serta kritik Syekh Abdul Latif Syakur terhadap

kolonialisme.

Bab keenam yaitu penutup yang meliputi kesimpulan

dari permasalahan yang telah dianalisis dan saran.

Page 35: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

24

BAB II

Teks, Wacana, dan Ideologi

Pada bab ini akan membicarakan pendapat ahli tentang

teks, wacana, ideologi dan keterkaitannya. Selain itu, bab ini

juga akan membahas bagaimana pendapat para akademisi

terhadap tranmisi ideologi seorang mufassir yang

terrefleksikan melalui teks, khususnya pada teks tafsir yang

ada di Nusantara.

A. Teks dan Konteks

Berbicara tentang teks tidak akan terlepas dari apa yang

dimaksud dengan teks dan bagaimana teks itu terbentuk. Kata

nas}s} dalam bahasa Arab digunakan untuk mewakili kata teks.

Nas}s}} berdasarkan mu‘jam maqa>yi>s al-lughah menunjukkan

daya angkat, tinggi dan akhir sesuatu.1 Dalam perspektif

filologi, teks adalah kandungan atau isi dari naskah atau

manuskrip.2 Teks terdiri dari isi dan bentuk, mengandung

gagasan dan amanat luhur yang ingin disampaikan pengarang

pada pembaca.3 Teks tidak lahir dari ruang bebas, namun ia

lahir dari ruang dan sudut pandang seorang pengarang. Teks

merupakan hasil kontak langsung antara pengarang dan

1 Ibn al-H}usayn Ah}Mad bin Fa>ris bin Zakariyya, Mu‘jam

Maqa>yi>s al-Lughah (Da>r al-Fikr), h. 356. 2 Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metodologi Penelitian

Filologi (Jakarta: Forum Kajian Bahasa & Sastra Arab Fakultas Adab

IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 1996), h. 27. 3 Siti Baroroh Baried, dik., Pengantar Teori Filologi

(Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas Seksi Filololgi

Fakultas Sastra Universitas Gajah Mada, 1994), h. 57.

Page 36: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

25

lingkungan sekitarnya.4 Sebagaimana Kristeva juga

berpendapat bahwa tidak ada satu tekspun yang berdiri sendiri,

ia terbentuk melalui jejaring teks lain secara eksplisit maupun

implisit.5

Selain pandangan di atas, ada beberapa pandangan

lainnya terkait teks. Teks secara sederhana adalah produk dari

tindak pertukaran penggunaan bahasa, secara luas teks itu

adalah produk dari tindakan bahasa.6 Pernyataan tersebut

sejalan dengan apa yang diungkapkan Halliday bahwa teks

merupakan bahasa yang berfungsi, dimana ia memiliki

kesatuan makna baik secara lisan ataupun melalui tulisan.7

Sejalan dengan Fairclough yang juga berpendapat bahwa teks

itu adalah sebuah produk. Produk dari proses interpretasi

terhadap praktik sosial.8 Praktik sosial disandarkan pada unsur

yang ada di luar berupa konteks, sehingga terbentuk teks. Maka

Fairclough memandang teks sebagai sesuatu yang memiliki

konteks.9

Gracia sebagaiman yang dikutip oleh Syamsul Wathani

berpendapat bahwa teks adalah sekumpulan entitas berupa

4 Edward. W. Said, The World The Text and The Critic

(USA: Harvard University Press Cambridge, Massachusetts, 1983),

h. 33. 5 Didi Sukyadi, “Dampak Pemikiran Saussure Bagi

Perkembangan Ilmu Linguistik dan Disiplin Ilmu Lainnya”, dalam

Parole, Vol. 3 No. 2 (Oktober 2013), h. 11. 6 Yasraf Amir Piliang, “Semiotika Teks: Sebuah

Pendekatan Analisis Teks”, dalam Mediator, Vol. 5 No. 2 (2004), h.

189. 7 M.A.K. Halliday & Ruqaiya Hasan, Cohesion in English

(Harmondsworth: Longman, 19876), h. 1. 8 Norman Fairclough, Analysing Discourse, Textual

Analysis For Social Research (London & New York: Routledge,

1997), h. 24. 9 Ah}mad Mukhta>r ‘Umar. ‘Ilm al-Dila>lah (Beirut:

Maktabah Da>r al-‘Aru>bah, 1982), 72.

Page 37: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

26

tanda yang dipilih, disusun dan diatur oleh pengarang dalam

maksud konteks tertentu kepada audien. Teks merupakan

karya historis seseorang yang terbiasa menggunakan bahasa

yang berkembang untuk berkomunikasi. Dalam konteks ini,

teks adalah bahasa yang berfungsi di tengah-tengah

masyarakat.10

Menurut Abu Zayd istilah teks dipergunakan dalam dua

bidang epistimologi yang saling mempengaruhi, yaitu:

perspektif analisis wacana dan semiotika. Dalam konsep

semiotika menurutnya teks bermakna luas mencakup seluruh

sistem tanda yang memproduksi makna umum baik teks

linguistik maupun teks non-linguistik terutama teks seni.11

Dalam perspektif analisis wacana, menurut Abu Zayd istilah

teks terbatas hanya pada sistem tanda bahasa yang dapat

memproduksi makna umum.12 Oleh karena itu dalam analisis

wacana, teks tidak hanya dilihat melalui aspek kebahasaannya

saja, namun teks juga dilihat dari konteks dibentukanya teks.

Dalam tradisi penurunan dan penyalinan, teks dapat

dikelompokkan pada tiga macam, yaitu: teks lisan, teks naskah

tulisan tangan, dan teks cetakan.13 Teks lisan lahir dari tradisi

mendongeng yang berkembang di tengah-tengah masyarakat

yang diturunkan dari satu generasi ke genarasi selanjutnya,

biasanya berisikan cerita-cerita rakyat. Adapun teks naskah

tulisan tangan merupakan kelanjutan dari tradisi lisan yang tak

jarang di dalamnya memuat cerita-cerita rakyat yang

berkembang pada tradisi lisan. Sebagaimana namanya teks

10 Samsul Wathani, “Paradigma Sintesis Tafsir Teks Al-

Qur’an Menimbang Hermeneutika Pemaknaan Teks Jorge J. E Gracia

Sebagai Teori Penafsiran Tekstual Al-Qur’an”, dalam Journal of Qur’a>n and H}adi>Th Studies, Vol. 5, No. 2 (Desember 2016), h. 251

11 Nasr Hamid Abu Zayd, Imam Syafi’i Moderatisme Elektisisme Arabisme (Yogyakarta: Lkis, 1997), 113.

12 Abu Zayd, Imam Syafi’i Moderatisme, 113. 13 Baried, Pengantar Teori Filologi, 58.

Page 38: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

27

naskah tulisan tangan, maka ia adalah teks yang ditulis

menggunakan tangan dengan bahasa dan aksara yang

berkembang pada suatu daerah. Setelah mesin cetak

ditemukan, maka tradisi penyalinan teks menjadi lebih maju,

dimana teks sangat mudah untuk diperbanyak dalam waktu

yang singkat dibandingkan teks naskah tulisan tangan yang

menggunakan tenaga manusia.

Kandungan dari sebuah teks merupakan cerminan dari

realitas yang dihadapi dan dilalui oleh seorang pengarang.

Sebagai sebuah cermin, maka teks biasanya juga merefleksikan

pergumulan budaya bangsa. Teks sebagaimana telah dijelaskan

sebelumnya, ia merupakan medium untuk menyalurkan ide

atau gagasan, cita-cita, pengetahuan yang dituangkan dalam

bentuk tulisan. Tak jarang teks memuat informasi dan

peristiwa penting yang terjadi pada suatu waktu.

Setiap teks lahir dari strukur sejarah suatu budaya,

sehingga ia dapat ditafsirkan. Oleh karena itu bahasa yang

terdapat di dalam teks bukan hanya untuk teks itu sendiri,

melainkan juga untuk di luarnya. Maka untuk dapat memahami

suatu teks perlu untuk mengetahui konteks yang

mengelilinginya. Pemahaman terhadap konteks merupakan hal

yang sangat penting saat menafsirkan teks, agar tafsir tidak

mengalami bias.

Berdasarkan tradisi keilmuan Islam, Abu Zayd

mengklasifikasikan teks menjadi dua, yaitu teks primer dan

teks sekunder. Ia menambahkan, terdapat perbedaan antara

teks primer dan teks sekunder. Teks primer dalam khazanah

intelektual Islam adalah al-Qur’an yang merepresentasikan

seluruh rangkaian peritstiwa pertama dalam teks yang muncul

di sekitarnya. Teks sekunder berasal dari teks kedua yaitu

sunnah dan begitu pula ijtihad yang dilakukan oleh generasi

berikutnya baik oleh fuqaha>’ dan mufassir.14

14 Abu Zayd, Imam Syafi’i Moderatisme, 113.

Page 39: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

28

Pandangan Abu Zayd di atas sejalan dengan Saeed yang

mengungkapkan bahwa al-Qur’an adalah teks.15 Al-Qur’an

sebagai teks merupakan respons terhadap kondisi sosial tempat

ia diturunkan. Al-Qur’an diturunkan di tengah-tengah

masyarakat Arab, sehingga peradaban masyarakat Arab pasca

diturunkannya al-Qur’an adalah peradaban teks.16 Tak hanya

itu, al-Qur’an adalah sebuah teks keagamaan yang berisi segala

hal terkait kehidupan dan/atau setelah kehidupan. Sebagai teks

keagamaan, maka al-Qur’an adalah teks suci yang diyakini

muslim di seluruh dunia berisi ajaran-ajaran yang berasal dari

Tuhan.

Al-Qur’an sebagai teks yang bersumber dari Tuhan

senantiasa menjadi pedoman dalam hidup manusia. Teks al-

Qur’an bukanlah teks yang sederhana. Ia adalah teks yang

sangat kompleks.17 Untuk mengurai sebuah teks yang

kompleks itu, diperlukan interpretasi atau penafsiran. Maka

yang dapat menafsirkan teks al-Qur’an adalah seorang

mufassir. Sehingga mufassir pada akhirnya menghasilan teks

yang baru yaitu teks tafsir.

Teks tafsir lahir sebagai entitas sejarah yang terbentuk

berdasarkan pemahaman dan pengalaman mufassir terhadap

teks al-Qur’an. Teks tafsir tidak terlepas dari interaksi mufassir dengan al-Qur’an dan lingkungan sekitarnya. Tak salah kiranya

bila mengklasifikasikan teks tafsir juga merupakan produk

budaya. Oleh karena itu, teks tafsir terikat dengan kepentingan

mufassir sebagai pengarang.

15 Abdullah Saeed, Reading The Qur’an in The Twenty-

first Century A Contextualist Approach (New York: Routledge,

2014), h. 13. 16 Nasr Hamid Abu Zayd, Mafhu>m al-Nas}s}: Dira>sa>t fi>

‘Ulu>m al-Qur’an (Beirut: al-Markaz al-S}aqafi> al-‘Arabi>, 2000), h. 6-

7. 17 Saeed, Reading The Qur’an ..., h. 13

Page 40: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

29

Pada dasarnya teks tidak memiliki kekuasaan

epistimologis. Kuasa yang dilakukan teks, ada dalam ranah

epistimologi tertentu. Setiap teks berusaha memunculkan

kekuasaan epistimologinya yang baru dengan anggapan bahwa

ia memperbarui teks-teks yang terdahulu. Hanya saja

kekuasaan tekstual tidak akan berubah pada kekuasaan

kultural, jika seseorang atau kelompok menjadikannya

kerangka ideologi.18

Konteks atau dalam bahasa Arab disebut siya>q yang

bermakna tata>bu‘ artinya saling mengikuti atau menggiring

sesuatu. Secara istilah konteks ialah suatu unsur lingual dan

unsur non lingual yang mendahului serta mengikuti suatu unsur

bahasa dalam ujaran.19 Konteks juga berhubungan dengan

situasi yakni tempat, waktu, dan lingkungan penggunaan

bahasa.20 Semua situasi dan hal yang berada di luar teks dan

mempengaruhi pemakaian bahasa dimana teks diproduksi.21

Maka produksi teks selalu diikuti oleh konteks.

Konteks dibedakan pada empat jenis yaitu konteks

linguistik, konteks emosional, konteks situasi dan konteks

budaya atau sosial. Dalam memahami makna pada suatu

kalimat, maka sebuah kata berpengaruh saat membentuk

makna. Pembahasan semacam ini berkaitan dengan konteks

linguistik. Makna tersebut dilihat dari lingkup bahasa mulai

dari ujaran, morfem, kata, klausa, dan kalimat. Untuk dapat

melihat makna yang bervariasi dan membatasi makna agar

sesuai denggan maksud, konteks linguistik dapat

18 Abu Zayd, Imam Syafi’i Moderatisme, 117. 19 Mohammad Kholison, Semantik Bahasa Arab Tinjauan

Historis, Teoritik & Aplikatif (Sidoarjo: Lisan Arabi, 2016), h. 289

dan 292. 20 Bari>d ‘Awadh Haidar, ‘Ilm al-Dala>lah Dira>sah

Naz}ariyyah wa Tat}bi>qiyyah (Cairo: Maktabah al-A>da>b, 2005), h. 56. 21 Eriyanto, Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks

Media (Yogyakarta: LkiS, 2008), h. 8.

Page 41: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

30

mengungkapkan makna lewat beberapa unsur yaitu: struktur

bunyi, struktur morfologi, struktur sintaksis, kolokasi, dan

style.22

Konteks emosional adalah kumpulan perasaan dan

interaksi yang yang terkandung dalam kata. Konteks

emosional dapat menentukan tingkat kuat atau lemahnya

muatan emosi dalam suatu kata. Sementara makna emosional

yang tekandung pada kata-kata kekutannya memiliki takaran

emosi berbeda, ada yang lemah, sedang, dan kuat.23

Sebagaimana pernyataan Halliday bahwa teks atau

wacana merupakan bahasa yang berfungsi dan memiliki

kesatuan makna, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan. Teks

tidak hadir dengan sendirinya, melainkan ia menyatu dengan

konteksnya. Sehingga untuk memahami teks tergantung pada

bagaimana memahami konteks.

Menurut Fairclough bahasa tidak hanya dilihat dari

aspek internal linguistiknya saja, melainkan ia juga

dipengaruhi oleh hal yang berada di luar teks yang

mempengaruhi pemakaian bahasa.24 Mulai dari text production, process interpretation, text consumption, atau

berdasarkan praktik sosiokultural.25 Maka tak salah kiranya

bila Fairclough mengungkapkan wacana adalah bentuk

tindakan seseorang saat menggunakan bahasa dalam

merepresentasikan realitas yang dilihatnya.26

22 Mohammad Kholison, Semantik Bahasa Arab, h. 304. 23 Samsul Bahri, “Peran Al-Siya>q (Konteks) Dalam

Menentukan Makna”, dalam Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 14, No. 12, (Oktober 2016), h. 93

24 Mulyana, Kajian Wacana, Teori, Metode dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana (Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005), h. 9.

25 Norman Fairclough, Analysing Discourse, h. 98. 26 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 289.

Page 42: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

31

B. Wacana, Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis

Berangkat dari pendapat beberapa ahli di atas, maka

berbicara tentang teks tidak akan terlepas dari topik wacana.

Term wacana adalah term umum yang digunakan dalam

berbagai aspek keilmuan dengan beragam pemahaman. Titik

temunya berhubungan dengan studi mengenai bahasa atau

pemakaian bahasa. Maka dapat difahami bahwa berbicara

tentang wacana dalam sudut keilmuan apapun tidak terlepas

dari bahasa.27

Wacana dalam KBBI memiliki dua definisi; pertama,

komunikasi verbal (percakapan). Dan kedua, satuan bahasa

terlengkap yang diwujudkan dalam bentuk karangan atau

laporan utuh seperti artikel, novel, buku dan lain sebagainya.28

Dari kedua definisi tersebut dapat dipahami bahwa wacana

merupakan komunikasi verbal berupa teks lisan (percakapan)

ataupun teks tertulis. Kelompok formalis memahami wacana

merupakan teks atau tatanan bahasa yang lebih tinggi dari

kalimat.29 Menurut Triana, wacana adalah unit bahasa yang

urutan tingkatnya lebih luas dari kalimat sebagai medium

komunikasi, namun wacana juga melibatkan aspek sosial

dibaliknya.30

Halliday juga berpendapat bahwa wacana adalah

pertarungan kekuasaan. Setiap wacana yang ada, tidak dilihat

sebagai sesutu yang netral. Ia merupakan bentuk pertarungan

kekuasaan, sehingga wacana tidak terlepas dari kekuasaan.

Kekuasaan sebagaimana yang dimaksud Foucault dalam

27 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 3.

28 KBBI V apps diakses pada 27 Desember 2019 29 P. Ari Subagyo, “Pragmatik Kritis: Paduan Pragmatik

dengan Analisis Wacana Kritis”, dalam Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 2, (Agustus 2010), h. 177.

30 Hetti Waluati Triana, Suci Humaira, Reflinaldi, Perilaku Verbal Mahasiswa IAIN IB Di Dunia Maya: Analisis Wacana Kritis

(Padang: LP2M IAIN Imam Bonjol Padang, 2013), h. 10.

Page 43: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

32

Eriyanto, bukanlah berupa penindasan secara fisik, melainkan

ia dibentuk melalui wacana berupa hubungan sosial yang

mampu menghasilkan nilai-nilai dan ideologi.31

Theo Van Leeuwen memandang teks sebagai wujud dari

ideologi. Teks dilihat sebagai strategi wacana, cara penafsiran

terhadap realitas, pendeskripsian seseorang atau kelompok

terhadap realitas.32 Adapun Fairclough melihat naskah/teks

memiliki sejarah perjalanannya, yang mana untuk melihat

perjalanan sejarah tersebut tidak hanya terjadi pada dimensi

bahasa yang digunakan tetapi juga dipengaruhi dimensi diri

pengarang itu sendiri sehingga dapat menggambarkan ideologi

pengarang.33

Ideologi berusaha menguji dimana ‘makna’ atau ‘ide’

mempengaruhi pemahaman dan aktivitas individu ataupun

kelompok yang membentuk dunia sosial.34 Istilah ideologi

dalam banyak literatur digunakan dalam dua cara yang sangat

berbeda, yaitu: pertama, ideologi digunakan sebagai istilah

yang murni deskriptif sebagai sistem berfikir, sistem

kepercayaan, praktik-praktik simbolik yang berhubungan

dengan tindakan sosial dan politik. Penggunaan istilah ini

memunculkan apa yang disebut dengan konsepsi netral tentang

ideologi. Kedua, Ideologi secara mendasar berhubungan

dengan proses pembenaran hubungan kekuasaan yang tidak

seimbang, berhubungan dengan proses pembenaran dominasi.35

Dalam KBBI, ideologi diartikan sebagai kumpulan konsep

bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) yang

31 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 71-72. 32 Theo van Leeuwen, Discourse and Practice New Tools

for Critical Discourse Analysis (New York: Oxford, 2008), h. 28-47. 33 Fairclough, Analysing Discourse, h. 98-100. 34 John B. Thomson, Analisis Ideologi: Kritik Wacana

Ideologi-Ideologi Dunia (Yogyakarta: IRCiSoD, 2003), h. 125. 35 John B. Thomson, Analisis Ideologi, h. 125.

Page 44: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

33

memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup

dan/atau cara berpikir seseorang atau suatu golongan.36

Ada banyak definisi ideologi yang dikemukakan oleh

para sarjana. Raymond William misalnya mengelompokkan

ideologi pada tiga ranah; pertama, sebuah sistem kepercayaan

yang dimiliki oleh kelompok atau kelas tertentu. Kedua,

sebuah sistem kepercayaan yang dibuat. Dan ketiga, proses

umum produksi makna dan ide.37 Sedangkan Karl Marx

sebagaimana dikutip Eriyanto berpendapat bahwa ideologi

merupakan kesadaran palsu.38 Menurut Esposito, ideologi

adalah cara atau isi pemikiran yang dianggap karakteristik

individu, kelas, atau politik.39

Ideologi sebagaimana didefenisikan oleh para ahli

bukanlah sistem unik yang dibentuk dari pengalaman

seseorang semata. Namun ia ditentukan melalui masyarakat di

tempat hidupnya dan posisi sosialnya di tengah masyarakat.

Maka pemahaman terhadap ideologi tergantung kepada

bagaimana cara seseorang memahami teks dalam suatu

wacana. Sehingga pemahaman tehadap teks memunculkan

hubungan antara pengarang teks dan pembaca teks. Dan dalam

konteks pemahaman terhadap ideologi, tergantung pada

sejalannya penafsiran seorang pengarang dengan pembaca

terhadap suatu wacana.

Dapat dipahami bahwa teks atau wacana dipandang

sebagai praktik ideologi, atau pencerminan dari ideologi

tertentu. Ideologi yang berada di balik pengarang suatu teks

akan selalu menghasilkan bentuk wacana tertentu. Sehingga

36 https://kbbi.web.id/ideologi, diakses pada 14:38

12/03/2018. 37 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 87-92. 38 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 93. 39 John. L. Esposito, Ensiklopedia Oxford (Bandung:

Mizan, 2002), h. 251. Maka penelitian ini akan menyandarkan

defenisi ideologi sebagaimana yang dikemukakan Esposito di atas.

Page 45: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

34

ideologi secara inheren bersifat sosial, tidak personal atau

individu. Dan teks dapat menggambarkan identitas ideologi

seseorang ataupun kelompok. Maka dalam penelitian ini untuk

melihat hubungan teks dan ideologi pada tafsir Al-Qur’an akan

digunakan kerangka analisis wacana kritis.

Kerangka analisis wacana kritis yang digunakan

berdasarkan kepada pendapat Norman Fairclough. Sebelumnya

telah dijelaskan bahwa Fairclough melihat bahasa bukan hanya

dari kaca mata linguistik saja, namun bahasa adalah praktik

sosial. Maka, wacana adalah bentuk dari pemakaian bahasa.

Implikasinya, pertama, wacana adalah bentuk tindakan

bagaimana responss seseorang terhadap realita. Kedua, wacana

memiliki hubungan timbal balik dengan struktur sosial.40

Selanjutnya Fairclough membagi analisis wacana

dalam tiga bagian, yaitu: teks, discourse practice, dan

sociocultural practice. Teks bukan hanya menggambarkan

tampilan sebuah objek tapi bagaiamana hubungan antar objek

dijelaskan. Teks merupakan dimensi yang berhubungan dengan

fitur linguistik: kosa kata, semantik, dan tata kalimat. Setiap

teks dapat dianalisis dari representasi, relasi dan identitas.41 Discourse practice (praktik wacana) merupakan

dimensi yang berhubungan dengan proses produksi bahasa dan

reproduksi makna. Produksi bahasa adalah proses representasi

pemikiran dan perasan penulis melalui kode bahasa atau

dikenal dengan istilah proses penghasilan teks. Reproduksi

makna merupakan konsumsi teks, yaitu bagaimana pembaca

memahami teks yang diproduksi oleh penulis atau yang dikenal

dengan istilah proses penafsiran. Sementara itu, sociocultural practice berhubungan dengan konteks di luar teks seperti

peristiwa apa yang terjadi saat teks diproduksi.42

40 Eriyanto, Analisis Wacana, h. 286. 41 Norman Fairclough, Critical Discourse Analysis: The

Critical Study of Language (New York: Longman, 1995), h. 97. 42 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h.97.

Page 46: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

35

Analisis teks digunakan sebagai proses menguraikan

wacana dari segi bentuk dan makna.43 Analisis teks ini

berkaitan dengan makna ideasional, interpersonal, dan

tekstual. Analisis teks ketiga makna ini dapat dihasilkan dari

bentuk teks (termasuk struktur/gaya cerita), hubungan kohesif

antarkalimat dan antarklausa), gramatikal, dan kosakata.

Discourse practice (praktik wacana) meliputi proses

penghasilan, penyebaran, dan penggunaan teks. Proses

penghasilan teks dan proses penafsiran teks dibentuk melalui

discourse practice. Teks dibentuk melalui discourse practice

yang akan menentukan bagaimana teks tersebut dihasilkan.

Oleh karena itu, analisis terhadap discourse practice harus

memperhatikan aspek sosiokognitif penghasilan dan

penafsiran teks.44

C. Refleksi Ideologi dalam Teks

Karya tulis dapat dijadikan sebagai media pengungkap

perasaan suatu individu. Karena sebuah karya apapun jenisnya

baik sastra atapun non-sastra merupakan cerminan dari realitas

pengarangnya.45 Begitu pula dengan teks sakral seperti teks

keagamaan, ia dapat dijadikan sebagai sarana untuk

menyampaikan kegelisahan dan kritik terhadap kondisi di

sekitar pengarangnya.46 Jika dikaitkan dengan naskah atau

manuskrip, Pramono dan Ahmad berpendapat bahwa naskah-

naskah yang disalin dan ditulis bertujuan untuk

mentransmisikan pengajian dan mendebat ataupun menentang

pendapat orang lain serta untuk mengkritik keadaan sosial. Hal

ini sekaligus mengesankan bahwa apa yang dilakukan para

43 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 133-134. 44 Fairclough, Critical Discourse Analysis, h. 135. 45 Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra

Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi (Edisi Revisi) (Yogyakarta:

MedPress, 2008), 90-91. 46 Endraswara, Metodologi Penelitian Sastra, 91.

Page 47: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

36

ulama dalam menjaga paham keagamaannya merupakan

bentuk kebiasaan berdebat yang dikembangkan di kalangan

ulama.47

Sejalan dengan Pramono dan Ahmad, sejatinya suatu

karya tidak lahir dengan sendirinya dan tentu karya yang

tercipta tidak akan terlepas dari keadaan internal maupun

eksternal pengarangnya. Begitupun dalam melahirkan karya

tafsir. Dalam melakukan penafsiran, seorang penafsir tidak

akan terlepas dari tiga hal yaitu:

1. Para penafsir adalah manusia yang akan membawa

muatan-muatan kondisi kemanusiaan yang mereka

alami.

2. Penafsiran tidak terlepas dari bahasa, sejarah, dan

tradisi di mana penafsir hidup.

3. Teks sejatinya tidak menjadi wilayah bagi dirinya

sendiri. Sebab sebagai teks, tafsir juga mempunyai

konteks sendiri.48

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa

tafsir pada suatu masa merupakan produk zamannya. Tafsir

sangat memungkinkan menjadi wadah mufassirnya untuk

merespons keadaan di linkungannya. Selain itu, munculnya

sebuah tafsir juga merupakan bentuk tanggung jawab mufassir

secara moral maupun akademis terhadap wacana yang tengah

berkembang di sekitarnya. Dengan realitas tersebut,

merupakan hal yang wajar jika muncul berbagai jenis tafsir

sesuai kepentingan dan ideologi pengarangnya.

47 Pramono dan Zahir Ahmad, “Beberapa Catatan

Terhadap Kitab-Kitab Karya Ulama Minangkabau Pada Permulaan

Abad XX”, WACANA ETNIK Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 4, No. 2, (2013), 112.

48 Fakhruddin Faiz, Hermeneutik Qur’ani Antara Teks, Konteks, Dan Kontekstualisasi (Yogyakarta: Qalam, 2007), 45. Lihat

juga Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, 11.

Page 48: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

37

Jika berbicara tentang refleksi ideologi dalam karya

tafsir, maka beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh sarjana pemerhati tafsir Nusantara menemukan bahwa

beberapa tafsir di Indonesia baik secara langsung ataupun tidak

langsung terselip ideologi pengarang. Islah Gusmian telah

menganalisis ideologi yang berkembang dalam tradisi

penulisan tafsir di Indonesia pada dasawarsa 1990-an. Temuan

Gusmian dalam penelitian ini tersingkapnya berbagai

kepentingan yang diusung dalam karya tafsir di Indonesia,

yang mana proses representasi kepentingan itu dilakukan

dengan berbagai cara.49

Selanjutnya, Jajang A Rohmana menemukan bahwa

secara ideologis Tafsir Nurul-Bajan dan Ayat Suci Lenyepaneun yang disusun para aktivis Islam pembaharu di

tanah Pasundan, berpengaruh pada konten tafsir yang

disesuaikan dengan misi pembaharuan Islam. Menurut

Rohmana dalam kedua tafsir tersebut para mufassirnya secara

tegas menyatakan sikap kritisnya terhadap kalangan Islam

Tradisional. Selain itu kritikan terhadap pelaksanaan ajaran

keagamaan di tatar Sunda yang mereka anggap sinkretik tak

luput dari sasaran. Kenyataan demikian membuat Rohmana

menegaskan bahwa teks keagamaan seperti tafsir tidak luput

dari kepentingan penulisnya.50

Dalam kesempatan lain Rohmana yang memfokuskan

perhatiannya pada perkembangan tafsir berbahasa Sunda

semakin menguatkan pendapat sebelumnya. Meski dalam

redaksi yang berbeda bahwa membaca polemik keagamaan

pada suatu karya tafsir tidak dapat dilepaskan dari latar

ideologis dan kepentingan penafsirnya sendiri. Hal ini

49 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, 322-376 50 Jajang A. Rohmana, “Ideologi Tafsir Lokal Berbahasa

Sunda: Kepentingan Islam-Modernis dalam Tafsir Nurul-Bajan dan

Ayat Suci Lenyepaneun”, Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies Vol.2, No. 1, (2013), 125-154.

Page 49: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

38

disimpulkan melalui analisisnya terhadap tafsir Malja’ al-T}a>libi>n yang dikarang oleh K.H. Ahmad Sanusi yang

menggunakan bahasa Sunda dan beraksara pegon. Tafsir

tersebut menurut Rohmana sangat kuat mencermikan

tanggapan kritis mufassirnya terhadap sejumlah gugatan kaum

reformis pada 1930-an tentang masalah khilafiyah

keagaamaan. Dimana Sanusi sebagai penafsir berhasil

menampakkan latar sosial-keagamaanya melalui sikapnya

sebagai pewaris tradisi keilmuan Islam pesantren yang

menghubungkan warisan keilmuan klasik dengan konteks

zamannya.51

Berikutnya, penelitian Sulaiman Ibrahim dengan judul

“Tafsir Al-Qur’an Bahasa Bugis: Vernakulasi Dalam Kajian

Tafsir Al-Muni>r (2012)” yang menggunakan teori analisis

wacana kritis model Norman Fairlough dan temuannya dalam

penelitian ini lebih kepada dimensi sosiokultural pemikiran

Daud Ismail dalam Tafsir Al-Muni>r yang ditulisnya dalam

bahasa Bugis.52

Kemudian ada juga Johanna Pink yang menggunakan

metode komparasi terhadap penafsiran Q 5:51 oleh 17 ulama

tafsir sunni dari tiga negara berbeda yaitu Arab, Turki, dan

Indonesia. Temuan Pink, bahwa cara penafsiran 17 ulama yang

dipilihnya itu dalam menafsirkan Q 5:51 juga dipengaruhi oleh

background keilmuan serta posisi mereka ditengah

masyarakat, dan poin lain dari temuan Pink ialah para mufassir Arab lebih konservatif dalam menafsirkan hal-hal yang

berhubungan dengan non-muslim dibandingkan para mufassir Turki dan Indonesia.53

51 Rohmana, “Polemik Keagamaan,” 27-52. 52 Sulaiman Ibrahim, Tafsir Al-Quran Bahasa Bugis:

Vernakulasi Dalam Kajian Tafsir Al-Muni>r (Jakarta: LeKAS, 2012). 53 Johanna Pink, “Traditional and Ideology in

Contemporary Sunnite Qur’a>nic Exegesis: Qur’a>nic Commentaries

From The Arab World, Turkey and Indonesia and their Interpretation

Page 50: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

39

Berbeda dengan beberapa sarjana pemerhati tafsir yang

secara umum menyiratkan kesepakatan mereka bahwa karya

tafsir tidak dapat terlepas dari ideologi dan kepentingan

mufassirnya, Abu Zayd mengecam keras tafsir-tafsir

bermuatan ideologis. Menurutnya Ideologi dalam penafsiran

secara umum, merujuk pada adanya bias, keperluan,

kecenderungan, dan tujuan-tujuan politis pragmatis serta

keagamaan dalam sebuah karya tafsir. Oleh karena itu, dia

tidak sepakat dengan model penafsiran yang secara

epistemologis berpijak pada ideologi.54

Perbedaan pendapat dikalangan ahli dan peneliti tentang

terdapatnya ideologi atau tidak boleh terdapat ideologi dalam

suatu tafsir, adalah sesuatu yang memang harus ada dalam

ranah kajian ilmiah. Karena ditemukannya ideologi di dalam

sebuah tafsir merupakan responss terhadap sosiokultural yang

berkembang di sekitar mufassir. Sedangkan penolakan

terhadap adanya muatan ideologi di dalam tafsir sebagaimana

yang dimaksudkan Abu Zayd, menegaskan bahwa penafsiran

Al-Qur’an merupakan wujud dari upaya menjabarkan

pentunjuk Allah di dalamnya yang tidak bisa diintervensi oleh

kepentingan mufassir. Kendati terjadi perbedaan sudut

pandang di antara ahli tentang ideologi dalam tafsir, belum

ditemukan penelitian terhadap ideologi Syekh Abdul Latif

Syakur berdasarkan NTYN.

D. Kebangsaan dan Nasionalisme

Kebangsaan merupakan bentuk turunan dari kata

bangsa. Bangsa adalah kelompok masyarakat yang bersamaan

asal dan keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta

of Q 5:51”, Die Welts des Islams, New Series Vol. 50, Issue I, (2010),

3-59. 54 Lihat dan baca bagian II, Abu Zayd, Imam Syafi’i

Moderatisme.

Page 51: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

40

berpemerintahan sendiri.55 Kata dasar bangsa yang mengalami

afiksasi56 berupa konfiks57, sehingga membentuk kata

kebangsaan berarti ciri-ciri yang menandai golongan bangsa,

perihal bangsa, kedudukan (sifat) sebagai orang mulia,

kesadaran diri sebagai warga dari suatu negara.58 Bangsa

menurut Soekarno sebagaiamana dijelaskan oleh Suseno

adalah komunitas karakter yang berkembang dari komunitas

pengalaman bersama.59

Menururut Anderson, bangsa adalah komunitas politik

yang terbatas dan berdaulat yang dicita-citakan atau

diangankan. Komunitas politik dikatakan sebagai imagined,

karena anggota komunitas tidak pernah saling mengenal, saling

bertemu, atau bahkan saling mendengar. Hal yang ada dalam

pikiran masing-masing anggota komunitas hanyalah angan-

angan tentang komunitasnya. Suatu bangsa akan terbentuk jika

sejumlah besar warga pada komunitas mau menetapkan diri

sebagai suatu bangsa yang mereka angankan.60 Maka kata

kebangsaan berdasarkan defenisi-defenisi tersebut merupakan

wujud dari kesadaran suatu kelompok masyarakat pada suatu

wilayah yang memiliki kesamaan asal keturunan, bahasa, adat,

dan sejarah.

55 KBBI V apps, diakses pada 12 Desember 2019 56Afiksasi adalah pemberian imbuhan pada suatu kata

dasar (https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-imbuhan, diakses pada 12

Desember 2019) 57Konfiks adalah imbuhan yang terletak di awal dan di

akhir sekaligus (https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-imbuhan, 12

Desember 2019) 58 KBBI V apps, diakses pada 12 Desember 2019 59 Baca prolog Franz Magnis-Suseno dalam Yudi Latif,

Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila

(Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2015), h. xxiii. 60 Benedict Anderson, Imagined Communities Reflections

on The Origin and Spread of Nationalism Revised Edition (London-

New York: Verso, 2006), h. 5-7.

Page 52: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

41

Kebangsaan adalah paham yang berkembang di sebuah

negara bangsa (nation state). Negara bangsa bermula dari

pecahnya revolusi Prancis (1789-1799) yang dipengaruhi oleh

revolusi AS (1765-1783).61 Revolusi Prancis lahir sebagai

bentuk pemberontakan masyarakat Prancis terhadap sistem

pemerintahan absolut yang dijalankan oleh raja, diskriminasi

terhadap hak rakyat dan memperparah kondisi keuangan

kerajaan yang telah defisit dengan prilaku konsumtif yang

menjurus pada hedonisme.62 Saat revolusi Prancis berlangsung,

hampir di setiap penjuru menggaungkan semangat liberte, egalite, fraternite.63 Revolusi Prancis tersebutlah yang menjadi

cikal bakal terbentuknya negara bangsa, menggantikan

kerajaan dengan sistem monarki.64 Negara-bangsa dalam

perspektif politik Eropa merupakan sebuah gagasan baru yang

sering disebut modern nation state, meskipun sebenarnya telah

berlangsung sebelumnya. Negara bangsa menurut Hans Kohn

adalah bentuk organisasi politik yang ideal yang batasan

politiknya disesuaikan oleh etnografisnya.65

Konsep negara-bangsa dengan paham kebangsaan,

sebenarnya sudah lama berkembang di dunia Islam. Dalam

Islam term bangsa diwakili oleh beberapa kata yaitu; ummah

61https://mediaindonesia.com/read/detail/253974-negara-

bangsa diakses pada 12 Desember 2019. 62https://monitor.co.id/2018/09/21/revolusi-perancis-dan-

jatuhnya-kekuasaan-sang-raja/ diakses pada 12 Desember 2019. 63 Anggraeni Kusumawardanie & Faturochman,

“Nasionalisme”, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2, (Desember

2004), h. 64. 64 Azman, “Nasionalisme dalam Islam”, al-Daulah, Vol. 6,

No. 2, (Desember 2017), h. 267. 65 Hans Kohn, The Idea of Nationalism A Study in Its

Origin and Background (New York: The Macmillan Company, 1946),

h. 17.

Page 53: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

42

(umat), qawm (kaum), dan shu’u>b.66 Term bangsa menurut

Siradj ada yang menunjukkan kesatuan seluruh bangsa

sebagaimana terdapat dalam Qs. al- Baqarah: 213, manusia itu

adalah umat (bangsa) yang satu. Kesatuan bangsa manusia ini,

dilihat dari asal mereka yaitu Adam dan Hawa.67

Kesatuan bangsa sebagaimana yang dimaksud dalam

negara-bangsa menurut Madjid adalah negara untuk seluruh

umat. Negara-bangsa didirikan atas kesepakatan bersama yang

menghasilkan hubungan kontraktual dan transaksional terbuka

antara pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan. Tujuan

negara-bangsa ialah mewujudkan kemaslahatan umat.68

Negara bangsa yang berkembang di Indonesia

merupakan manifestasi dari perjuangan pemimpin terdahulu.

Kesadaran untuk menentukan nasib sendiri yang tumbuh di

tengah-tengah masyarakat sebagai responss terhadap

kolonialisme merupakan alasan terwujudanya Negara

Kesatuan Republik Indonesia saat ini. Semangat ingin terbebas

dari penjajahan bangsa lain, keinginan untuk menentukan nasib

sendiri atas nama sebuah bangsa menjadi dasar dalam

pembentukan paham ideologi kebangsaan yang saat ini disebut

dengan nasionalisme.69

Nasionalisme dalam pandangan Kohn adalah paham

yang mengemukakan kesetiaan tertinggi suatu individu adalah

untuk negara kebangsaan. Menurut Kohn pula dulu sebelum

terbentuknya nasionalisme, kesetiaan seseorang tidak

ditujukan kepada negara bangsa tetapi ditujukan kepada

66 Said Aqiel Siradj, Islam Kebangsaan Fiqih Demokratik

Kaum Santri (Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999), h. 191. 67 Said Aqiel Siradj, Islam Kebangsaan, h.191. 68 Nurcholish Madjid, Indonesia Kita (Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama, 2004), h. 43. 69 Dede Rosyada, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan,

Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani (Jakarta:

ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003), h. 24.

Page 54: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

43

kekuasaan sosial, organisasi politik, raja, kesatuan ideologi,

dan lain-lain.70

Berbeda dengan Kohn, menurut Sartono Kartodirjo

sebagaimana dikutip oleh Murod, nasionalisme adalah ideologi

yang mencakup lima prinsip yaitu unity (kesatuan) yang

merupakan syarat mendasar. Liberty (kemerdekaan) yang

mencakup kemerdekaan untuk berpendapat. Equality

(persamaan) bagi setiap warga untuk mengembangkan

kemampuannya individu. Personality (kepribadian) dibentuk

oleh pengalaman budaya dan sejarah bangsa. Dan performance

yaitu prestasi yang dibanggakan kepada bangsa lain.71

Berdasarkan pendapat beberapa ahli tersebut, dapat

difahami bahwa nasionalisme adalah kesetiaan yang timbul

atas kesadaran atas identitas bersama. Biasanya dipicu oleh

rasa sama. Kesamaan itu bisa berasal dari sama keturunan,

suku, budaya, bahasa, dan derah asal. Rasa sama tersebut akan

melahirkan rasa nasionalisme jika ada keinginan untuk bersatu.

70 Hans Kohn, The Idea of Nationalism 71 Abdul Choliq Murod, “Nasionalisme Dalam Pespektif

Islam, ” Jurnal Sejarah CITRA LEKHA, Vol. XVI, No. 2 (Agustus

2011), h. 46

Page 55: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

44

BAB III

Syekh Abdul Latif Syakur dalam Dinamika Penulisan Tafsir

Nusantara

Pada bab ini akan memaparkan tentang biografi singkat

Syekh Abdul Latif Syakur dan karyanya. Pembahasan ini akan

mengulas sekilas tentang Sumatera Barat pada masa pra

kemerdekaan dan pasca kemerdekaan Indonesia awal abad

kedua puluh. Dalam sub bab tersebut akan menggambarkan

kondisi sosial masyarakat Sumatera Barat pada masa sebelum

kemerdekaan dan setelah kemerdekaan Indonesia. Selanjutnya

akan memaparkan riwayat singkat Syekh Abdul Latif Syakur.

Dan pada poin terakhir akan menjelaskan tentang karya-karya

Syekh Abdul Latif Syakur, serta posisi teks Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s (NTYN) di tengah-tengah tafsir

Nusantara.

Akhir abad sembilan belas dan awal abad dua puluh

merupakan puncak imprealisme ditandai dengan banyak

negara-negara Barat yang membentuk kekaisaran. Inggris dan

Prancis misalnya yang melakukan ekspansi ke Afrika dan Asia.

Tujuan mereka adalah untuk menjadikan kawasan tersebut

sebagai wilayah kekuasaan bangsa Eropa. Tak jauh berbeda

dengan Inggris dan Prancis, Belanda juga turut serta dalam

masa imprealisme. Belanda telah mengukuhkan posisinya di

Indonesia bahkan lebih dahulu daripada periode puncak

imprealisme.1

1 Sitti Aisyah, “Dinamika Umat Islam Indonesia pada

Masa Kolonial Belanda (Tinjauan Historis)”, Jurnal Rihlah Vol. II,

No. 1, (1 Mei 2015), h. 12

Page 56: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

45

A. Sumatera Barat Pada Paruh Awal Abad XX

Sumatera Barat adalah salah satu kawasan utama yang

menjadi tempat perlawanan terhadap penjajahan pada abad dua

puluh. Pada masa kegiatan melawan Belanda, Sumatera Barat

adalah daerah yang setia kepada Indonesia. Kesetiaan daerah

ini tampak dari banyaknya menghasilkan putra daerah yang

cemerlang. Banyak tokoh-tokoh nasionalis masa pra

kemerdekaan dan generasi pemimpin politik Indonesia pasca

kemerdekaan dengan berbagai pandangan ideologi berasal dari

daerah ini.2

Keunikan masyarakat Sumatera Barat yang paling

mencolok adalah perpaduan sistem matrilineal yang kuat dan

masih eksis serta keyakinan teguh terhadap ajaran Islam pada

mayoritas masyarakat Minangkabau. Meski terkadang

terdapat pertentangan antara sistem matrilineal dan keyakinan

Islam, namun itu semua menjadi perpaduan nyata dalam

perkembangan kontestasi ideologi di akhir masa penjajahan.

Hal ini dapat dilihat antara tahun 1920-an dan 1940-an dimana

partai politik Islam dapat berbaur dengan koalisi komunis.

Pada akhir periode penjajahan, selain nasionalisme kuat

mengakar di Minangkabau, sekolah-sekolah dasar dan

menengah swasta Islam modern juga banyak tumbuh subur di

sana dibandingkan kawasan lain di Indonesia.3

Permulaan awal abad kedua puluh merupakan peralihan

tujuan Belanda dari upaya penaklukan wilayah ke eksploitasi

sumber kekayaan alam Indonesia. Pada masa itu istilah yang

digunakan sebenarnya bukanlah eskploitasi, namun diganti

dengan ungkapan keprihatinan atas kesejahteraan bangsa

Indonesia. Peralihan tujuan dan pemilihan ungkapan tersebut

2 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra

Barat dan Politik Indnesia 1926-1998 (Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2005), h. xxxi-xxii. 3 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra

Barat, h. xxxii.

Page 57: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

46

melahirkan sebuah kebijakan yang disebut ‘politik etis’.

Peralihan ini berpengaruh besar terhadap masalah politik,

budaya, dan agama masyarakat Indonesia. Aktivitas anti-

kolonial dan aktivitas pembaruanpun juga berjamuran pada

masa ini.4 Di samping untuk menjarah kekayaan sumber daya

alam Indonesia, Belanda juga datang membawa para misionaris

Kristen dan Protestan untuk menyebarkan ajarannya di

Indonesia.5

Awal abad kedua puluh bisa dikatan sebagai titik puncak

kebangkitan nasional di Indonesia. Di Sumatera Barat,

ditandai dengan perlawanan terhadap kebijakan Belanda

tentang pembayaran pajak langsung dengan mengakibatkan

meletusnya perang belasting (pajak) di Kamang dan menyebar

kewilayah lainnya.6 Perang ini diprakarsai oleh ulama tarekat

Syattariah. Pasca terjadinya perang belasting, aktivitas-

aktivitas anti kolonial Belanda tumbuh subur di Sumatera

Barat dengan berbagai bentuk. Aktivitas anti kolonial yang

merupakan bentuk nasionalisme memiliki karakteristik yang

sangat berbeda dengan daerah-daerah lainnya.

4 M. C. Ricklefs terj Satrio Wahono, dkk., Sejarah

Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: Serambi, 2005), h. 319 dan

341. 5 Husni Mubarok, “Babak Baru Ketegangan Islam dan

Kristen di Indonesia”, dalam Studia Islmika Indonesian Journal For

Islamic Studies, Vol. 21, No. 3, (2014), h. 582. 6 Erman, sebagaimana merujuk pada Kahin menyatakan

bahwa perang belasting ini terjadi pada tahun 1908 (lebih lanjut baca

Erman, “Perlawanan Ulama Minangkabau Terhadap Kebijakan

Kolonial Di Bidang Pendidikan Awal Abad XX”, Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 3, No. 1, (Januari - Juni 2015), h. 1.)

Baca juga Audrey Kahin, Dari Pemberontakan Ke Integrasi, h. 12.

Bandingkan dengan Irhas A. Samad, dkk., Islam dan Praksis Kultural Masyarakat Minangkabau, (Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 2007),

h. 149.

Page 58: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

47

Kebiasaan masyarakat Minangkabau yang suka

mendengarkan cerita, baik itu cerita-cerita biasa, cerita rakyat,

maupun cerita heroik pahlawan sangat berpengaruh bagi

masyarakat di Sumatera Barat. Kisah-kisah seperti itu

biasanya diceritakan dari satu generasi ke generasi. Tradisi ini

sangat berperan dalam membentuk spirit anti kolonial di

tengah-tengah masyarakat Minang. Oleh karena itu, tradisi

mendengarkan cerita atau sejarah (oral story atau oral history)

sangat kuat pengaruhnya dalam mengembangkan rasa

nasionalisme dibandingkan penanaman pemikiran-pemikiran

Barat yang waktu itu sangat gencar dilakukan.7

Selain itu, konsep kesetaraan yang tertanam dalam

falsafah adat Minangkabau yakni: duduak samo randah, tagak samo tinggi8. Maksudnya adalah: setiap orang secara individu

adalah sama, sama asal-muasal, penciptaannya dan harkat

martabatnya. Lalu perpaduan antara konsep kesetaraan dalam

falsafah adat Minang dan prinsip egaliter dalam Islam juga

sangat berpengaruh dalam membentuk mindset dari

masyarakat Minangkabau pada masa itu. Ditambah pula

dengan tradisi merantau yang dilakukan oleh pemuda Minang

keluar daerah juga berperan dalam menumbuhkan kesadaran

akan rasa nasionalisme.9

Kesadaran semacam ini tidak lahir dari kalangan elit

masyarakat Minang yang berpendidikan Barat. Ia lahir dari

rahim kepentingan-kepentingan agama, pendidikan dan

pengusaha Sumatera Barat yang berdasarkan kepada idealisme

masyarakat saudagar Islam. Kepentingan-kepentingan itu

disebarkan lewat hubungan dagang melalui jaringan alternatif

7 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra

Barat, h. 93 8 Duduak samo randah, tagak samo tinggi: duduk sama

rendah, berdiri sama tinggi. 9 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra

Barat, h. 93

Page 59: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

48

Sumatera dan Malaya, Singapura dan Timur Tengah, atau

Bangkok dan India tanpa melalui jaringan kolonial.10

Bermunculannya intelektual-intelektual muda yang

aktif di berbagai lembaga pendidikan, merupakan salah satu

bentuk nyata perlawanan yang ada di Sumatera Barat.

Lembaga pendidikan tersebut kebanyakan merupakan milik

pribadi (swasta) yang didirikan oleh kaum terpelajar-

pengusaha.11 Tak hanya kaum pelajar-pengusaha, respons yang

sama juga diperlihatkan oleh para ulama Minangkabau.

Adanya respons seperti ini menunjukkan bahwa telah ada

upaya untuk melakukan pembaruan untuk mengatasi intervensi

Belanda.

Upaya pembaruan di Minangkabau sebenarnya telah ada

jauh sebelum abad kedua puluh. Misal, saat pecahnya perang

Paderi. Perang Paderi yang awalnya adalah untuk memurnikan

ajaran Islam dari unsur bid‘ah dan khurafat, juga menjadi

perang terhadap aksi kolonialisme.12 Hal ini terjadi karena

kaum adat meminta bantuan kepada pihak Belanda untuk

mengalahkan kelompok agama yang diwakili oleh kaum

Paderi. Setelah paderi, gerakan pembaruan di Minangkabau

telah digagas oleh Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

sejak akhir abad kesembilan belas hingga awal abad dua puluh.

Meskipun pembaruan yang dilakukannya tak langsung di

Minangkabau, namun pengaruhnya cukup kuat dirasakan pada

saat itu.

Langkah yang ditempuh Syekh Ahmad Khatib al-

Minangkabawi sangat jauh berbeda dengan yang telah

10 Audrey Kahin, Dari Pemberontakan ke Integrasi

Sumatra Barat, h. 94 11 Elizabeth E. Graves terj Novi Andri, dkk., Asal-Usul

Elite Minangkabau Modern Responss terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2007), h. 278.

12 Irhas A. Samad, dkk., Islam dan Praksis Kultural Masyarakat Minangkabau, h. 88.

Page 60: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

49

dilakukan oleh para pembaru Minangkabau terdahulu. Semisal

Tuanku Imam Bonjol melalui gerakan Paderi yang identik

dengan kekerasan.13 Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

justru memilih jalur pendidikan dan sukses menyebarkan

pemikirannya di kawasan Hindia-Timur (Indonesia dan

Malaya), terutama di Minangkabau. Alasannya cukup

sederhana, sebagai putra kelahiran Minangkabau yang tinggal

di Makkah dengan segudang prestasi yang ditunjukkan dengan

memperoleh kedudukan sebagai imam mazhab Syafi’i dan

diberi hak istimewa oleh kerajaan Arab untuk mengajar di

Masjid al-H}ara>m, yang tidak terbuka untuk umum.14 Dan

metode pembaruan tanpa ada unsur kekerasan ini lebih mudah

diterima di tengah masyarakat yang masih tenggelam dalam

bayang kelam masa Padri.

Kesuksesan Ahmad Khatib dalam menyebarkan

pikirannya tidak terlepas dari peranan murid-muridnya,

terutama yang berasal dari Minangkabau. Secara garis besar

ada dua gagasan utama yang dilakukan Ahmad Khatib al-

Minangkabawi dalam mereformasi pemikiran, pertama, open minded. Berwawasan terbuka dengan membuka pintu ijtihad,

sehingga tidak taklid. Kedua, memurnikan agama dari praktik-

praktik keagamaan yang tidak sesuai syariat. Dengan kedua ide

ini, ia mampu menginspirasi murid-muridnya secara

intelektual dalam menyelamatkan akidah Islam dari inovasi-

inovasi saat mempraktikan ritual ibadah.15

13 M. C. Ricklefs terj Satrio Wahono, dkk., Sejarah

Indonesia Modern 1200-2004 (Jakarta: Serambi, 2005), h. 303. 14 Hamka, Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim

Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat (Jakarta:

UMMINDA, 1982), h. 272. 15 Murni Jamal, DR. H. Abdul Karim Amrullah

Pengaruhnya dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke-20 (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), h. 14.

Page 61: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

50

Setelah kembali ke kampung halaman masing-masing,

para murid Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi mulai

mengimplementasikan gagasan guru mereka. Mereka mulai

melakukan pemurnian terhadap ajaran Islam dan praktiknya

sebagaimana yang telah diperoleh saat menimba ilmu di

Makkah kepada Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Di

antara murid-murid Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi

ada yang mampu menyesuaikan ide-ide gurunya itu dengan

gagasan baru sehingga tidak taklid. Sedangkan bagi mereka

yang berwawasan sempit tidak mampu menyesuaikan sehingga

mereka hanya menjadi murid yang taklid pada pengajaran guru

mereka. Perbedaan cara berpikir ini menggiring ulama Minang

di Sumatera Barat pada abad XX terkotak-kotak pada Kaum

Muda dan Kaum Tua. Kaum Muda adalah mereka yang

menerima dan melakukan ijtihad yang tidak taklid dan Kaum

Tua ialah mereka yang terjebak pada taklid .16

Polemik antara Kaum Tua dan Kaum Muda di

Minangkabau berpusat pada topik agama. Pertentangan kedua

kelompok ini berkembang menjadi perdebatan-perdebatan

terbuka. Hal ini berimbas pada terkotak-kotaknya pola

beragama masyarakat Islam di Minagkabau, begitu pula

dikalangan ulama. Suraupun sebagai pusat aktivitas

keagamaan tidak luput dari dampak perpecahan ini. Sebab

surau merupakan basis bagi para ulama yang terafiliasi pada

masing-masing kelompok untuk menyebarkan pemikiran

mereka. Selain surau, media massa seperti majalah-majalah

yang dikeluarkan oleh masing-masing kelompok juga berperan

dalam mengukuhkan ide-ide mereka sebagai wujud eksistensi

kelompoknya.17 Meskipun terdapat polarisasi antara Kaum

Tua dan Kaum Muda, pada akhirnya mereka menyadari bahwa

16 Murni Jamal, DR. H. Abdul Karim Amrullah

Pengaruhnya, h. 14. 17 Irhas A. Samad, dkk., Islam dan Praksis Kultural

Masyarakat Minangkabau, h. 107-109.

Page 62: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

51

perdebatan itu hanyalah pada aspek khila>fiyah dan furu>‘iyah.

Sebaliknya pada aspek fundamental dalam agama Islam, kedua

kelompok ini masih sependapat.18

Pertikaian yang terjadi antara ulama Kaum Tua dan

Kaum Muda awal abad kedua puluh di Sumatera Barat,

memberikan dampak positif dalam proses kebangkitan bangsa

Indonesia. Ini juga menjadi revolusi dalam pendidikan Islam di

Minangkabau khususnya dan Nusantara umumnya. Surau,

awalnya hanyalah tempat memperdalam agama dengan sistem

tradisional berupa halaqah sebagaimana majelis ilmu di Timur

Tengah pada waktu itu. Namun polemik yang terjadi di antara

kedua kelompok ulama itu mentranformasi surau menjadi

sentra perubahan, mulai dari cara mengajar hingga penerbitan

majalah-majalah Islam.19

Sebagaimana telah dikemukakan pada bagian awal bab

ini, abad kedua puluh merupakan era kebangkitan nasional di

Indonesia. Kebangkitan itu juga menembus ranah pendidikan.

Ada beberapa alasan yang mendorong terjadinya kebangkitan

dalam pendidikan pada masa itu di antaranya: pertama,

dorongan untuk melakukan perlawanan terhadap kolonial.

Kedua, respons terhadap sistem pendidikan kolonial Belanda

yang diskriminatif. Ketiga, pengaruh pembaharuan yang

dilakukan oleh Kaum Muda. Selain itu, dorongan dari luar

Indonesia akibat pengaruh pemikiran tokoh-tokoh pembaharu

Timur Tengah seperti Jamaluddin al-Afgani dan Muhammad

Abduh yang dibawa oleh pelajar-pelajar asal Indonesia yang

menimba ilmu ke tanah suci Makkah, Madinah, dan Mesir.20

18 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-

1942 (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 260-261. 19 Irhas A. Samad, dkk., Islam dan Praksis Kultural

Masyarakat Minangkabau, h. 108. 20 Nasril, “Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX

Kasus Sumatera Barat”, h. 80-82. Diakses pada 20 Agusutus 2018.

Page 63: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

52

Kebangkitan pada ranah pendidikan di Sumatera Barat

ditandai dengan pembaharuan atau modernisasi pada surau-

surau yang telah berkembang baik. Pengajarnya adalah

pemuda-pemuda yang telah pulang ke Minangkabau dari

perjalanan intelektual ke Timur Tengah. Lewat tangan guru-

guru muda seperti Haji Abdul Karim Amrullah, Abdullah

Ahmad, Syekh Djamil Djambek, dan lain-lain itulah purifikasi

ajaran Islam dan modernisasi dalam pendidikan Islam tersebar.

Sebagaiaman telah disinggung di awal, Syekh Ahamad Khatib

al-Minangkabawi adalah pilar awal dari modernisasi yang

terjadi di Minangkabau.21

B. Biografi Syekh Abdul Latif dan Karya-karyanya

Syekh Abdul Latif Syakur merupakan putra daerah

Sumatera Barat yang lahir di Air Mancur pada 15 Agustus

1882.22 Beliau putra dari Abd Sjakur Simabur, Sawah Gadang,

Balai Gurah dan Fatimah Piliang, Sawah Gadang, Balai Gurah.

Saat Abdul Latif Syakur dilahirkan, kedua orang tuanya sedang

21 Rini Rahman, “Modernisasi Pendidikan Islam Awal

Abad 20 (Studi Kasus di Sumatera Barat)”, dalam Humanus, Vol.

XIV, No.2, (2015), h. 177. 22 Ada perbedaan pendapat tentang waktu lahirnya Syekh

Abdul Latif ini, misalnya Nazwar dalam tulisannya menyatakan

bahwa Syekh Abdul Latif Syakur lahir pada 16 Agustus 1881 (lihat,

Akharia Nazwar, Ahmad Khatib, Ilmuwan Islam Di Permulaan Abad Ini (Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983), sedangkan Hidayat dalam

tulisannya menjelaskan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur lahir pada

tahun 1880 (lihat. Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat Al-Quran Naskah Syekh Abdul Latif Syakur (Padang: Pusat

Penelitian Dan Penerbitan LPPM IAIN Imam Bonjol Padang, 2014),

h. 47. Jika merujuk pada salah satu manuskrip karya Syekh Abdul

Latif Syakur yang berjudul Al-Juz’u Al-Tha>min ‘Ashr min Su>rah Al-Mu’minu>n, bahwa ia dilahirkan pada 27 Ramadan 1299, maka

berdasarkan h}isa>b al-jumal ia lahir pada tahun 1882.

Page 64: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

53

merantau ke desa kecil yang terletak di Padang Panjang itu.23

Ayahnya adalah seorang andeman pembuat rel kereta api,

apabila tidak ada pekerjaan biasanya ia pergi ke sawah untuk

mencari rumput dan menjualnya kepada kusir bendi.24 Saat

beliau sedang erat menyusu, ibunya meninggal. Selanjutnya

Latif disusui oleh wanita asal Kayu Tanam, yang dikenal Uai

Tarsiah.25

Setelah ibunya meninggal, saat berusia 7 tahun Latif

dibawa oleh ayahnya ke Makkah untuk berhaji. Sesampainya

di Makkah, ia diajak menemui Syekh Ahmad Khatib al-

Minangkabawi.26 Tak hanya berhaji, ayah Abdul Latif Syakur

juga menginginkan ia memperkuat ilmu agamanya di sana.

Sehingga, ayahnya memutuskan untuk menetap di sana.

Selama berada di Makkah, Abdul Latif belajar kepada Syekh

Ahmad Khatib al-Minangkabawi. Syekh Ahmad Khatib

memiliki beberapa murid yang berasal dari Minangkabau

diantaranya Haji Abdul Karim Amrullah (HAKA atau inyiak

Rasul), Abdullah Ahmad, Syekh Djamil Djambek, Syekh Taher

Jalaluddin al-Falaki, Syekh Sulaiman al-Rasuli (inyiak

Canduang), Syekh M. Djamil Jaho, dan masih banyak lagi yang

lainnya. Sedangkan Syekh Abdul Latif Syakur merupakan

23 Akharia Nazwar, Ahmad Khatib, h. 75. 24 Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat,

h. 47. 25 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 26 Syekh Ahmad Khatib merupakan ulama asal Koto Tuo

Ampek Angkek, yang dekat dengan kampung ayah Abdul Latif (lebih

lanjut baca Ahmad Taufik Hidayat, Tafsir Sosial Ayat-Ayat, h. 47

dan Apria Putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra: Mengkaji

Kepengarangan Syekh Abdul Latif Syakur”, Diwan Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol. 9, Edisi 17, (Juni 2017), h. 601-604.

Page 65: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

54

murid paling muda usianya di antara mereka yang disebutkan

tadi.27

Abdul Latif Syakur saat beguru kepada Syekh Ahmad

Khatib al-Minangkabawi, belajar membaca al-Qur’an dan

mengkaji kitab-kitab semisal tauhid, ilmu alat, fiqh, dll. Pada

usia 10-11 tahun selain belajar, ia pun turut membantu Syekh

Ahmad Khatib al-Minangkabawi mengajar. Banyak pelajar

asal Minangkabau yang belajar kepadanya sebelum mengikuti

pelajaran dengan Syekh Ahmad Khatib al-Minangkabawi.28

Selain menimba ilmu kepada Syekh Ahmad Khatib al-

Minangkabawi, Syekh Abdul Latif Syakur juga menuntut ilmu

kepada Syekh Khatib Kumango seorang ahli tilawah di

Mekkah yang juga berasal dari Minangkabau.29 Kepada nya,

Syekh Abdul Latif Syakur belajar tilawah al-Qur’an. Oleh

karena itu, dalam sebuah karya tafsir yang dikarang oleh Syekh

Abdul Latif Syakur terdapat kutipan yang terkait dengan ilmu

qira>’at.30

Ketika Abdul Latif belajar, ayahnya kembali ke

kampung halamannya untuk beberapa saat dan ia dititipkan

kepada Syekh Ahmad Khatib. Saat kembali ke Mekkah,

ayahnya datang dan membawa istrinya yang bernama Saleha

Sikumbang, Sawah Gadang, Balai Gurah.31 Tak lama setelah

ayahnya sampai di Makkah bersama istrinya itu, ayahnya pun

meninggal. Meskipun ayahnya telah meninggal, ia tetap

27 Firdaus, dkk., Beberapa Ulama di Sumatera Barat

(Padang: Puslit IAIN Padang, 2008), h. 234 dan Sa’diah Sjakurah,

Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak Dilahirkan (manuskrip). 28 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 29 Apria Putra, “Ulama Minangkabau Dan Sastra ..., h. 607. 30 Ridhoul Wahidi, dkk., “Syaikh Abdul Latief Syakur’s

View on Moral Values in Tafsi>r Surah Al-Mukminu>n”, Esensia Jurnal ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 19, No. 1, (April 2018), h. 69.

31 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak Dilahirkan (manuskrip).

Page 66: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

55

melanjutkan belajar di sana dengan didampingi ibu

sambungnya. Setelah 12 tahun lamanya berada di Makkah,

Abdul Latif Syakur kembali ke kampung halamannya

Bukittinggi bersama ibu sambungnya pada tahun 1901.32

Kepulangan Syekh Abdul Latif Syakur dari tanah suci

Makkah ke kampung halamannya pada tahun 1901 ini, juga

bertepatan dengan kembalinya Dr. Haji Abdul Karim Amrullah

(HAKA) dari sana.33 Waktu kembalinya mereka merupakan

masa di mana gagasan Syekh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi

sedang tumbuh subur di kampung halaman mereka,

Minangkabau. Dan di sini Abdul Latif Syakur turut menjadi

agen penyebaran ide-ide dari Syekh Ahmad Khatib.

Sesampainya di kampung halaman, Abdul Latif Syakur tetap

tinggal bersama ibu sambungnya.

Pada awal kepulangannya, Abdul Latif belumlah bisa

berbicara menggunakan bahasa Melayu, ia hanya bisa

berbahasa Arab. Hal ini dapat dimaklumi, karena dari usia 7

tahun ia berangkat ke Makkah dan baru kembali sekitar usia 19

tahun dan ia sangat fokus memperdalam bahasa Arab dan

hanya berkomunikasi dengan bahasa Arab. Sehingga pada awal

keberadaannya di kampung halaman, Syekh Abdul Latif

Syakur belumlah memulai aktifitas pengajaran. Setelah lama

menetap dan mulai bisa berbahasa Melayu Minang, barulah ia

mulai aktifitas pengajaran. Sebelum mulai mengajar ia telah

dinikahkan dengan anak pamannya yang seayah dengan

ayahnya.34 Dalam beberapa tulisan dikatakan bahwa Syekh

Abdul Latif Syakur menikah sebanyak sembilan kali, namun

32 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 33 Murni Djamal, Dr. H. Abdul Karim Amrullah

Pengaruhnya dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke-20 (Leiden-Jakarta: INIS, 2002), h. 20.

34 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak Dilahirkan (manuskrip).

Page 67: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

56

yang bertahan hingga ia wafat sebanyak tiga orang. Sedangkan

yang lainnya telah bercerai. Faktor perceraian itu karena tidak

memiliki keturunan.35

Syekh Abdul Latif Syakur merupakan ulama yang

cenderung pragmatis, yakni lebih mengutamakan hal-hal yang

bermanfaat dan mudah dipraktikkan.36 Hal ini dapat diketahui

dari langakah yang ditempuhnya saat memulai pergerakan di

kampung halaman. Syekh Abdul Latif Syakur mulai dengan

memperhatikan keadaan di sekitarnya. Ia mendapati

masyarakat setempat sudah menjalankan kewajiban agama

Islam seperti shalat, namun bacaan mereka masih belum benar.

Maka ia mulai dengan mengajarkan perkara shalat dimulai dari

tata cara bersuci hingga bacaan shalat yang benar.37 Saat itu ia

mengajar di sebuah surau yang disebut surau Si Camin. Surau

Si Camin itu adalah surau peninggalan ayah Syekh Abdul Latif

Syakur di kampungnya.38

Sebagai ulama yang berkiprah di tengah-tengah

konfrontasi antara Kaum Tua dan Kaum Muda, Syekh Abdul

Latif Syakur justru tidak menunjukkan bahwa ia terafiliasi

pada salah satu di antara kedua kelompok itu. Bagi Abdul Latif

Syakur, memihak pada salah satu kelompok hanya akan

membuat masyarakat semakin bingung dalam menjalankan

praktik ajaran Islam. Keputusan Syekh Abdul Latif Syakur ini

yang mungkin membuatnya tidak populer seperti ulama-ulama

35 Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat

..., h. 48. 36 Wawancara pribadi dengan Zulashfi, Ciputat, 9 Januari

2019. 37 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 38 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip).

Page 68: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

57

seangkatan pada masanya.39 Sikapanya yang demikian itu pula

menunjukkan bahwa ia adalah seorang ulama yang netral dala

konteks kekinian disebut ulama moderat.40 Ada juga yang

mengelompokkan Syekh Abdul Latif Syakur pada golongan

Kaum Muda (pembaharu), barangkali ini karena ia juga

termasuk kepada ulama yang juga menolak taklid dan

membuka ijttihad sebagaimana umumnya ulama pembaharu.

Pembaruan Syekh Abdul Latif Syakur yang diketahui

adalah saat ia mendirikan sebuah sekolah agama pada tahun

1916 yang diberi nama al-Tarbiyah al-H}asanah.41 Sekolah ini

merupakan tempat belajar membaca al-Qur’an. Sekolah ini

termasuk kepada salah satu sekolah modern yang ada di

Sumatera Barat. Karena di sini murid-murid sudah

menggunakan meja dan kursi tempat belajar, serta

menggunakan batu tulis sebagai alat tulis pada masa itu.42

Pada sekolah itu tidak hanya diajarkan membaca al-

Qur’an namun juga diajarkan baca tulis untuk mereka yang

masih buta huruf. Di awal berdirinya sekolah ini, murid-murid

yang belajar adalah anak-anak yang belum belajar mengaji dan

anak-anak yang duduk di kelas tiga Sekolah Rakyat (SR). Saat

mengajar baca al-Qur’an, Syekh Abdul Latif tidak memulai

dari surat ‘amma seperti lazimnya yang diajarkan di surau-

surau yang ada di Sumatera Barat pada masa itu. Ia mengarang

39 Yulfira Riza, dkk., “Berdamai dengan Perempuan:

Komparasi Teks antara Naskah Al-Mua>shirah dan Kitab Cermin

Terus”, Manuscripta, Vol. 9. No. 1, (2019), h. 121. 40 Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat

..., h. 48. 41 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 42 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). Lihat juga Sa’diah Sjakurah, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Tamat Selam Satu Tahun (manuskrip).

Page 69: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

58

dan menulis sendiri buku pedoman belajar, buku itu dijuduli

Ta‘li>m al-Qira>’ah.43

Sebelum mulai membuka madrasah itu, sebenarnya

Syekh Abdul Latif telah mulai mengajar dengan murid pertama

adalah anak sulungnya. Pada waktu itu keponokannya juga

turut ikut serta belajar. Setelah anak sulungnya dan

keponakannya telah menamatkan membaca al-Qur’an dalam

rentang waktu satu tahun, Syekh Abdul Latif Syakur hendak

mengadakan syukuran atas keberhasilan mereka. Namun Syekh

Abdul Latif Syakur menangguhkan syukuran itu hingga anak

keduanya selesai menamatkan pula membaca tiga puluh juz al-

Qur’an. Setelah satu tahun, barulah syukuran itu dilakukan.

Syekh Abdul Latif mengadakan perayaan khatam al-

Qur’an anak dan keponakannya itu tepat di bulan Zulhijah.

Acara itu dilaksanakan setelah shalat idul adha dengan besar-

besaran. Ia menyembelih dua ekor sapi untuk memeriahkan

acara khatam al-Qur’an itu dan juga sebagai tanda pembukaan

madrasah yang ia dirikan itu.44 Syukuran khatam al-Qur’an

yang dilakukan Syekh Abdul Latif Syakur ini, menjadi cikal-

bakal dari tradisi perayaan khatam al-Qur’an yang berkembang

di beberapa daerah di Sumatera Barat hingga saat ini. Apa

yang dilakukan Syekh Abdul Latif Syakur ini dapat

dikategorikan kepada pembaharuan pada masa itu.

Syekh Abdul Latif Syakur bukanlah sosok ulama yang

masyhur di Sumatera Barat. Namun, ia adalah ulama yang

terkenal di regional Balai Gurah dan Bukittinggi. Ia juga

termasuk ulama yang peduli pada nasib perempuan.

Kepeduliannya itu diwujudkan dengan mendirikan majalah

Djauharah pada tahun 1923. Penulis yang berkontribusi dalam

majalah itu adalah perempuan yaitu putri sulung Syekh Abdul

43 Sa’diah Sjakurah, Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA)

Tamat Selam Satu Tahun (manuskrip). 44 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip).

Page 70: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

59

Latif Syakur yang bernama Sa’diah Sjakurah dan beberapa

teman perempuannya. Mereka semua diasuh dan dibimbing

langsung oleh Syekh Abdul Latif Syakur dalam mengahasilkan

tulisan untuk majalah tersebut. Pada tahun 1925 aktivitas

majalah Djauharah terhenti, sebab terdampak dari

pemberontakan PKI.45

Syekh Abdul Latif Syakur adalah seorang ulama yang

sangat mencintai ilmu pengetahuan. Ia tidak membiarkan

ilmunya hanya mengendap pada dirinya sendiri. Selama

hidupnya, ia sangat giat berpartisipasi untuk mencerdaskan

kehidupan masyarakat sekitar dengan mengajar di madrasah

yang didirikannya sendiri ataupun yang ada di dekat

kampungnya. Tak hanya mengajar, ia juga banyak menuangkan

gagasannya dengan goresan tinta dalam lemabaran demi

lembaran kertas. Kegiatan kepengarangan Abdul Latif Syakur

tidak hanya sebatas mengarang buku panduan untuk mengajar,

tetapi juga sebagai respons terhadap linkungan sekitarnya. Ia

sangat suka mengarang menggunakan bahasa Arab.46

Karangan Abdul Latif Syakur kebanyakan membahas

persoalan-persoalan agama yang tengah populer pada masa itu.

Sebagai ulama yang produktif menulis, Syekh Abdul Latif

Syakur tidak membatasi dirinya hanya fokus mengarang pada

satu cabang keilmuan tertentu. Namun ia juga mengerahkan

dirinya untuk mengarang pada ilmu lainnya. Dari banyak

bidang keilmuan yang ditulis, fiqih, akhlak, tauhid, dan bahasa

Arab adalah ilmu-ilmu yang kerap dijadikan tema dalam

menulis.47

45 Sa’diah Sjakurah, Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak

Dilahirkan (manuskrip). 46 Apria Putra, “Ulama Minangkabau dan Sastra ...”, h.

608. 47 Apria Putra, “Ulama Minangkabau dan Sastra ...”, h.

609.

Page 71: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

60

Syekh Abdul Latif Syakur termasuk salah seorang dari

sedikit ulama Minangkabau yang produktif menulis.

Menurutnya, “menuangkan pemikiran kita melalui tulisan akan

membuat pemikiran kita abadi dan tetap berguna bagi orang

banyak walaupun kita telah mati”.48 Prisnsip yang seperti itu

membuat Syekh Abdul Latif Syakur diakui oleh Syekh

Muhammad Djamil Djambek sebagai ulama penulis.49 Dari

filolosofinya itu, dapat dipahami bahwa Abdul Latif Syakur

ingin tetap menjadi manusia yang bermanfaat kendatipun ia

telah meninggal, salah satunya melalui karya-karyanya.

Secara umum karya tulis Syekh Abdul Latif dapat

diklasifikasikan pada dua kelompok, pertama, berbahasa Arab.

Kedua, berbahasa Melayu-Minangkabau. Dari cara penulisan,

karyanya dapat diketegorikan pada dua bentuk yaitu puisi dan

prosa. Selain menulis karya sendiri, Syekh Abdul Latif Syakur

juga menerjemahkan kitab-kitab klasik berbahasa Arab ke

bahasa Melayu.50

Semangat Syekh Abdul Latif Syakur dalam menulis

semakin menggebu dalam rentang tahun 1920-1925. Ia banyak

menulis materi pelajaran madrasah sebagai respons terhadap

masalah yang dihadapi masyarakat setempat. Terkait

karyanya, berdasarkan keterangan yang terdapat dalam sampul

kitab akhla>quna> al-‘adabiyah yang dicetak oleh Drukkerij

Islamijah Bukittinggi ada sekitar 19 karya Syekh Abdul Latif

Syakur yang telah diterbitkan.51 Menurut Zulashfi, karya

Syekh Abdul Latif Syakur yang telah dicetak sebanyak 20 buah

48 Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat

..., h. 53. 49 Ahmad Taufik Hidayat, dkk., Tafsir Sosial Ayat-Ayat

..., h. 52. 50 Apria Putra, “Ulama Minangkabau dan Sastra ...”, h.

609. 51 Apria Putra, “Ulama Minangkabau dan Sastra ...”, h.

609-610.

Page 72: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

61

dan untuk karya masih berupa manuskrip belumlah dilakukan

pendataan secara rinci, namun kemungkinan ada sekitar 16

karya berupa manuskrip dari total 36 karya yang disimpan

keluarganya. Menurut Zulashfi pula, kemungkinan masih ada

karya Syekh Abdul Latif Saykur yang masih disimpan oleh

keturunannya yang lain, mengingat hingga akhir hayatnya

Syekh Abdul Latif Saykur memiliki tiga orang istri yang masih

bersamanya.52

Beberapa karya Syekh Abdul Latif Syakur yang telah

diterbitkan dan teridentifikasi yaitu:

1. Lat}a>if al-H}adi>th al-Nabawiyyah, perkumpulan seribu

hadis-hadis Nabi.

2. Maba>di’ al-‘Arabiyyah wa-Lughatuha>, kitab yang

membahas tata bahasa Arab yang difokuskan pada

ilmu sharaf dan ilmu nahwu, ditulis menggunakan

bahasa Arab.

3. Tambo Islam, berisikan sejarah Nabi saw. ditulis

menggunakan bahasa Arab Melayu

4. Akhla>quna> al-Ada>biyah, berisikan tentang sikap-

sikap dalam menjalankan aktivitas sehari-hari

(bermuamalah).

5. Al-Tarbiyah wa al-Ta‘li>m, berisikan tentang rukun

Islam, rukun Iman dan tauhid serta hal-hal yang

berhubungan dengan akidah.

6. Ta‘li>m al-Qira>’ah, sebuah buku pegangan tatacara

membaca al-Qur’an. Buku ini adalah buku yang

digunakan saat mengajar di sekolah al-Tarbiyah al-H}asanah.

7. Mulakhkhas} al-Ta>rikh al-Islami. 8. Maba>di’ al-Qa>ri’, buku pengenalan huruf hijaiyah,

makha>rij al-h}uru>f, harakat, dan ilmun tajwid.

52 Wawancara pribadi dengan Zulashfi, Ciputat, 9 Januari

2019.

Page 73: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

62

9. Ta‘li>m al-Qira>’ah al-‘Arabiyah, buku yang berisi

tuntunan bahas Arab dan kiat-kiat agar mampu

menguasai bahasa Arab dengan cepat dan Mudah.

10. Al-juz’u al-Tha>min ‘Ashr min Su>rat al-Mu’minu>n,

karangan yang berisi tafsir surat al-mu’minu>n dari

ayat 1-21.

11. Al-Da‘wah wa-al-Irsha>>d ila> Sabi>li al-Rasha>d, buku

yang berisikan tafsir beberapa ayat al-Qur’an yang

diawali redaksi wa-min al-na>s. Tulisan ini berisi

tentang seruan dan petunjuk kepada manusia yang

beragam corak.

12. Ya> Ayyuha> Alladhi>na A>manu> yang merupakan tafsir

dari beberapa ayat yang berawalan ya> ayyuha alladhi>na a>manu>.

C. Syekh Abdul Latif Syakur dalam Tradisi Penulisan

Tafsir di Nusantara

Al-Qur’an sebagai kitab suci umat Islam merupakan

petunjuk dan pedoman bagi umat manusia, hudan li al-na>s. Agar dapat memperoleh petunjuk tersebut serta dapat

dipelajari, difahami dan diamalkan demi tercapainya maksud

diturunkannya al-Qur’an, maka penafsiran terhadap al-Qur’an

sudah menjadi sebuah kebutuhan yang semestinya. Pentingnya

aktivitas penafsiran terhadap al-Qur’an ini dimaksudkan agar

manusia dapat memahami inti sari al-Qur’an, dan

kandungannya tersampaikan secara tepat kepada mereka.

Karena ayat-ayat yang terdapat di dalam al-Qur’an mencakup

berbagai aspek kehidupan yang holistik, sehingga al-Qur’an

menjadi rujukan berbagai disiplin ilmu yang dibutuhkan oleh

umat manusia. Oleh karena itu, supaya al-Qur’an dapat

dijadikan referensi maka diperlukanlah tafsir untuk

memahaminya.

Mengingat tidak semua umat Islam dapat memahaminya

dengan mudah maka penafsiran adalah satu-satunya jalan agar

fungsi al-Qur’an tersampaikan kepada orang-orang awam

Page 74: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

63

khususnya. Ayat-ayat al-Qur’an yang umumnya berisikan

konsep, prinsip-prinsip pokok yang belum terjabar dan

dioperasionalkan agar dapat dengan mudah di aplikasikan

dalam kehidupan manusia.

Penafsiran terhadap ayat al-Qur’an sudah lama

dilakukan jauh berabad-abad yang lalu oleh ulama-ulama

terdahulu setelah wafat Rasulullah saw. dan telah dilakukan

dari masa-kemasa, selalu ada pembaharuan khususnya oleh

mufassir modern. Kajian tafsir sebagai ilmu al-Qur’an, lebih

khusus lagi metodologi tafsir, pada paruh kedua abad ke-20

yang lalu, mengalami perkembangan yang pesat dan sangat

berarti. Meskipun eksistensi penafsiran itu telah ada dan

awalnya dilakukan langsung oleh Rasulullah saw.,

produktivitas tersebut tak hanya dilakukan oleh para ulama

yang berasal dari Timur Tengah saja, tetapi penafsiran al-

Qur’an juga dilakukan oleh ilmuan Barat53 dan tentunya juga

dilakukan oleh ulama Nusantara (Indonesia saat ini) yang tak

kalah pentingnya.

Penafsiran terhadap al-Qur’an sebagaimana dijelaskan di

atas juga dilakukan oleh ulama Nusantara. Namun sebelum

melakukan penafsiran tersebut perlu dipahami terlebih dahulu

bagaimana proses awal diterimanya Islam hingga

ditafsirkannya al-Qur’an di Indonesia. Proses penafsiran al-

Qur’an tidak terlepas dari diterimanya Islam sebagai agama di

Indonesia. Kedatangan bangsa Arab, Gujarat, Persia turut

berpengaruh dalam menyebarkan Islam di Indonesia.54

Berkembangnya Islam tidak terlepas dari sikap

masyarakat Indonesia yang terbuka dan ramah terhadap

siapapun yang datang. Kedatangan Islam tanpa ayunan bilah

53 Lihat misalnya Morteza Karimi-Nia, “Contemporary

Qur’anic Studies in Iran and its Relationship with Qur’anic Studies

in the West”, Journal of Qur’anic Studies 14.1 (2012). 54 Persoalan kedatangan Islam ke Indonesia masih terjadi

perdebatan dikalangan ahli hingga saat ini.

Page 75: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

64

pedang juga menjadi faktor yang membuatnya diterima dengan

tiada perlawanan dari masyarakat bumi pertiwi. Kedua faktor

tersebut menjadikan Islam disambut dengan tangan terbuka di

Nusantara. Dengan demikian telah membuktikan bahwa Islam

tidak ditolak di negeri ini.

Upaya penafsiran ayat al-Qur’an dalam berbagai

konteks di Nusantara telah berlangsung selama empat periode,

sebagai berikut.

1. Periode Klasik, berlangsung pada abad VIII - XV M.

2. Periode Pertengahan, berlangsung pada abad XVI -

XVIII M.

3. Periode Pramodern, yang berlangsung pada abad XIX

M.

4. Periode Modern, berlangsung pada abad XX M.55

Menurut Baidan yang dimaksud dengan periode klasik

(abad VIII - XV M) yakni sejak permulaan Islam sampai ke

Indonesia sekitar abad pertama dan kedua Hijriah, berlangsung

hingga abad kesepuluh Hijriah. Pada periode ini penafsiran al-

Qur’an belumlah seperti periode-periode selanjutnya. Karena

masa ini merupakan awal berkembangnya Islam di Indonesia,

sehingga tidak mungkin menafsirkan al-Qur’an dalam bentuk

khusus. Meski demikian upaya penafsiran atau bibit tafsir telah

ada pada masa ini, di mana ia terintegrasi dengan bidang ilmu

lain seperti fiqh, teologi dan tasawuf yang semuanya disajikan

dalam tatanan praktis bukan dalam kerangka kajian teoritis.

Adapun metode penafsiran pada masa ini tergolong pada

metode ijma>li> (global) meskipun tidak sempurna dan tidak

dituliskan.56

55 Nashruddin Baidan, Perkembangan Tafsir al-Quran di

Indonesia (Solo: PT. Tiga Serangkai, 2002), h. 32-111. Untuk

penetapan abad VIII sebagai awal perkembangan tafsir di Indonesia,

Baidan mengacu pada kesimpulan pendapat sejarawan dalam seminar

di Medan pada tahun 1963 mengenai islamisasi di Indonesia. 56 Baidan, Perkembangan Tafsir, h. 32-36.

Page 76: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

65

Berbeda dengan periode klasik, periode pertengahan

(XVI - XVIII M) tidak lagi mengandalkan ingatan dalam

menafsirkan al-Qur’an. Pada masa ini penafsiran al-Qur’an

sudah mulai merujuk pada kitab-kitab tafsir yang dibawa dari

Timur Tengah seperti Jalalayn dan Lubab al-Ta’wi>l fi> Ma’a>ni al-Tanzi>l (al-Kha>zin).57 Kitab-kitab yang dibawa oleh para

guru itu biasanya dibacakan kepada murid mereka, lalu

diterjemahkan ke dalam bahasa murid. Adapun bentuk dan

corak penafsiran pada periode ini sama dengan kitab tafsir dari

Timur Tengah yang mereka gunakan tersebut. 58

Salah satu bukti yang menunjukkan bahwa pada masa ini

upaya penafsiran al-Qur’n telah dilakukan dengan

ditemukannya naskah tafsir surat al-Kahfi [18]:9 pada abad ke-

16 M. Naskah tafsir ini merupakan naskah anonimus yang

ditulis oleh ulama asal Aceh. Tafsir ini diperkirakan ditulis

pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1636),

dimana mufti kesultanannya adalah Shams al-Di>n al-

Sumatrani atau bahkan mungkin pada periode sebelumnya

yaitu sultan ‘Ala’ al-Di>n Ri’ayat Shah Sayyid al-Mukammil

dengan muftinya Hamzah al-Fansuri.59 Manuskrip tafsir ini

kemudian dibawa dari Aceh ke Belanda oleh seorang ahli

bahasa Arab asal Belanda yaitu Erpinus (w.1642) pada awal

abad ke-17 M. Selanjutnya manuskrip tersebut menjadi koleksi

57 Baidan, Perkembangan Tafsir, 38. Tafsir Lubab al-

Ta’wi>l fi> Ma’a>ni al-Tanzi>l atau yang lebih sering disebut dengan

tafsir al-Kha>zin ini merupakan kitab tafsir yang cukup populer pada

dunia Islam Melayu-Indonesia (lihat Petter Riddell, Islam and the Malay-Indonesian World Transmission and Responsse (Singapura:

Horizon Books Pte Ltd., 2001), h. 45). 58 Baidan, Perkembangan Tafsir, h. 38-39. 59 M. Nurdin Zuhdi, Pasar Raya Tafsir Indonesia dari

Kontestasi Metodologi hingga Kontekstualisasi (Yogyakarta:

Kaukaba Dipantara, 2014), h. 47. Bandingkan dengan Islah Gusmian,

Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutik Hingga Ideologi (Yogyakarta: LkiS, 2013), h. 41.

Page 77: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

66

Cambridge University Library hingga sekarang dengan kode

katalog MS Ii.6.45.60

Menurut Ichwan sebagaimana dikutip oleh Gusmian,

corak tafsir surat al-Kahfi tersebut kental dengan nuansa sufi,

sedangkan literatur tafsir merujuk pada tafsir Lubab al-Ta’wi>l fi> Ma ‘a>ni al-Tanzi>l (al-Kha>zin) dan tafsir Anwa>r al-Tanzi>l wa Asra>r al-Ta’wi>l (al-Bayd}a>wi)>.61 Hal ini sejalan dengan apa

yang diungkapkan oleh Baidan bahwa tafsir al-Qur’an di

Indonesia pada periode pertengahan telah merujuk pada tafsir

Timur Tengah.62

Masih pada periode pertengahan yaitu seabad setelah

tafsir surat al-Kahfi; abad ke-17 M. upaya penafsiran juga telah

dilakukan oleh ulama asal Aceh yaitu ‘Abd al-Ra’uf bin Ali al-

Fansuri al-Singkili atau lebih dikenal dengan ‘Abd al-Rauf al-

Singkili (1615-1693M) dengan judul Tarjuman al-Mustafid.63

Menurut Riddell Tarjuman al-Mustafid merupakan karya tafsir

pertama yang ditulis oleh ulama Nusantara yang sekitar tahun

1675 M dengan menggunakan Melayu aksara Jawi.64

Pada mulanya Tarjuman al-Mustafid yang ditulis oleh

‘Abd al-Rauf al-Singkili diduga sebagai terjemahan dari kitab

tafsir al-Bayd}a>wi> sebagaimana yang diungkapkan Hurgronje.65

Menurut Riddell apa yang disampaikan Hurgronje bahwa

Tarjuman al-Mustafid merupakan terjemahan tafsir al-Bayd}a>wi> adalah sebuah kekeliruan, lalu ia mengoreksi

kekeliruan tersebut dengan menyatakan bahwa Tarjuman al-Mustafid secara garis besar merupakan terjemahan dari tafsir

Jala>layn meskipun ia juga banyak merujuk pada tafsir Bayd}a>wi>

60 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, h. 41. 61 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, h. 41. 62 Baidan, Perkembangan Tafsir, h. 38. 63 Riddell, Islam and the Malay-Indonesian World, h. 125. 64 Riddell, Islam and the Malay-Indonesian World, h.161. 65 Lihat footnote no.6 Snouck Hurgronje, The Achehnese

Vol. II (Leyden: tp, 1906), h. 17.

Page 78: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

67

dan tafsir Kha>zin.66 Pendapat lain yang dikutip oleh Baidan

justru membantah pernyataan yang dikemukakan oleh

Hurgronje dan Riddell, bahwa Tarjuman al-Mustafid merupakan karya asli dari ‘Abd al-Ra’uf al-Singkili meskipun

terdapat kutipan dari tafsir al-Bayd}a>wi>.67

Setelah munculnya tafsir Tarjuman al-Mustafid pada

abad ke-17 M., aktivitas penafsiran baru muncul kembali pada

abad ke-19 M., periode ini disebut dengan pramodern. Pada

masa ini lahir sebuah tafsir yang berjudul Tafsi>r Muni>r li Ma’a>lim al-Tanzi>l atau populer juga dengan sebutan Marah Labid yang dikarang oleh ulama Nusantara yang bermukim di

Makkah yaitu Muhammad Nawawi al-Bantani (1813-1897

M).68 Kendati ditulis oleh ulama asal Nusantara, tafsir Marah Labid tidaklah ditulis menggunakan aksara Jawi sebagaimana

tafsir Tarjuman al-Mustafid melainkan ia ditulis dengan

bahasa Arab yang penulisannya selesai pada hari Rabu, 5

Rabiul Akhir 1305 H bertepatan dengan 21 Desember 1887

M.69

Tafsir ini tergolong pada tafsir Ijma>li> yang

penjelasannya ringkas dan mengikuti alur kalimat al-Qur’an

sehingga sedikit sulit untuk membedakan antara ayat al-

Qur’an dan tafsirnya karena kemiripannya. Di sisi lain Marah Labid ini juga menjelaskan secara rinci layaknya tafsir Tah}li>li> seperti pada Q.S. al-Hashr: 16 yang menghabiskan satu

halaman penuh.70

Memasuki abad ke-20 M (periode Modern), tafsir

Nusantara mengalami peningkatan yang cukup signifikan.

Pada masa ini karya tafsir yang ditulis oleh ulama Nusantara

66 Riddell, Islam and the Malay-Indonesian World, h. 161. 67 Baidan, Perkembangan Tafsir, h. 62. 68 Mafri Amir, Literatur Tafsir Indonesia (Ciputat:

Mazhab Ciputat, 2013), h. 40. 69 Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 49. 70 Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 53.

Page 79: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

68

mulai menjamur. Selain itu bentuk penyajian tafsir juga

mengalami perkembangan dan bervariasi. Misalnya muncul

tafsir tematik yang sangat simpel yaitu Zedeleer uit den Qor’an (Etika Qur’a>n) yang ditulis Syekh Ahmad Soerkattie

menggunakan bahasa Belanda. Di sisi lain, model penyajian

yang mengkhususkan pada surat tertentu, yaitu seperti Tafsir

al-Qur’anul Karim, surat al-Fatihah yang dikarang oleh

Muhammad Nur Idris dengan bahasa Indonesia. Ada juga yang

menulis tafsir hanya pada juz tertentu, semisal Tafsir Djuz

‘Amma yang ditulis oleh Adnan Lubis.71

Perkembangan tafsir Nusantara pada abad keduapuluh

yang amat pesat telah dipetakan oleh Yusuf. Dalam pemetaan

Yusuf, tafsir al-Qur’an yang pertama muncul pada masa ini

adalah Tafsir Qur’a>n Karim Bahasa Indonesia yang ditulis oleh

Mahmud Yunus.72 Tafsir ini mulai ditulis Yunus pada

November 1922. Penulisannya dilakukan secara bertahap juz

demi juz hingga juz ketiga, juz keempat ditulis oleh H. Ilyas

Muhammad Ali dibawah bimbingan Yunus lalu tehenti, pada

1935 dilanjutkan kembali dengan dibantu HM. Kasim Bakry

hingga rampung pada juz ke-18, dan sisanya diselesaikan

sendiri oleh Yunus pada 1938.73

Pada tahun 1925 tafsir yang berjudul Alqoeranoel Hakim Beserta Toedjoean dan Maksoednja ditulis oleh Iljas dan Abd.

Jalil. Tafsir ini hanyalah sebuah tafsir juz pertama. Dalam

71 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, h. 47. 72 M. Yunan Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an di

Indonesia Abad Keduapuluh”, Ulumul Qur’an Vol. III, No. 4, (1992),

h. 51. Mahmud Yunus ialah seorang cendikiawan muslim asal

Sungayang Batu Sangkar yang tak hanya mengarang tafsir. Namun

dia juga menyibukkan dirinya dalam dunia pendididikan semenjak ia

remaja hingga akhir hayatnya. Ia juga termasuk produktif dalam

dunia tulis-menulis, telah banyak tulisan yang dilahirkannya yang

berhubungan dengan keislaman dan pendididikan. Lihat Amir,

Literatur Tafsir Indonesia, h. 58, h. 69-72. 73 Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an”, h. 51.

Page 80: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

69

penulisan tafsir ini, telah menunjukkan bahwa adanya model

baru yang dapat dilihat dari sifat penafsir yaitu model

penafsiran kolektif. Penafsiran bersifat kolektif ini menjadi

cikal bakal penafsiran kolektif dikemudian hari seperti yang

dilakuakn oleh Departemen Agama Republik Indonesia.74 Di

tahun yang sama Tjokroaminoto memperkenalkan terjemahan

dari tafsir yang dikarang Maulvi Mohammed Ali dari

Ahmadiyah Lahore yang menuai kritikan banyak ulama karena

penerjemahannya yang dianggap liar.75

Selain Mahmud Yunus cendikiawan asal Sumatera

Barat yang juga menulis tafsir adalah H. Abdul Karim

Amrullah (HAKA). Sebagaiman ulama lain semasanya yang

multidisipliner, HAKA juga meluangkan waktunya untuk

menulis tafsir al-Qur’an yang sederhana. Tafsir itu diberi judul

al-Burha>n: Mentafsirkan Dua Puluh Dua Surat dari pada al-

Qur’an yang diterbitkan pada tahun 1927 oleh percetakan

Baroe Fort de Kock. Karya ini berisi tafsir terhadap ayat 22

ayat al-Qur’an dimulai dari surat al-D}uh}a> hingga al-Na>s. Berdasarkan pendahuluan yang dituliskan HAKA pada

karangannya, bawha tafsir ini merupakan materi kuliah tentang

tafsir al-Qur’an yang ia sampaikan di surau Jembatan Besi.76

Setelah Mahmud Yunus muncul penafsiran 30 juz yang

dikarang oleh A. Hassan, dengan judul al-Furqan Tafsir al-Qur’an. A. Hassan menjelaskan bahwa tafsir yang dikaryakan

ini mula-mula diterbitkan adalah juz I dari tafsir al-Qur’an

pada 1928 dan sempat terhenti. Pada 1941 ia melanjutkan

kembali penulisannya hingga surat Maryam. Atas permintaan

74 Gusmian, Khazanah Tafsir Indonesia, h. 44. 75 M. Nurdin Zuhdi, Pasar Raya Tafsir Indonesia dari

Kontestasi Metodologi hingga Kontekstualisasi, h. 65. 76 Apria Putra dan Chairullah Ahmad, Bibliografi Karya

Ulama Minangkabau Awal Abad XX Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda (Padang: Komunitas Suluah Indonesia Heritage

Center, 2011), h. 86.

Page 81: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

70

Salim bin Sa’ad Nabhan, ia menulis kembali tafsirnya dari juz

pertama hingga juz 30 dan diterbitkan pada 1956.77

Syekh Sulaiman Ar-Rasuli al-Khalidi yang juga kerap

disapa “Inyiak Canduang”, berasal dari Candung Sumatera

Barat juga menulis tafsir yang berjudul Risalah al-Qawl al-Baya>n fi> Tafsi>r al- Qur’an. Risalah ini diterbitkan oleh

Mathba’ah Islamiyah Fort de Kock, tahun 1928. Dalam karya

ini Syekh Sulaiman ar-Rasuli menafsirkan satu Juzu’ al-

Qur’an, yaitu Juz 30 yang lebih dikenal dengan Juz ‘Amma,

mulai dari surat al-Naba’ hingga surat al-Na>s. Dalam

pendahuluannya disebutkan alasan penulisan risalah ini, yaitu

karena permintaan dari beberapa orang kaum muslimin.

Awalnya ia merasa bimbang untuk menafsirkan al-Qur’an

dalam bahasa Jawi Melayu yang menurutnya tidak dapat

dijadikan landasan hukum. Sebab untuk mengetahui kebenaran

maknal al-Qur’an, dalam pandangannya seseorang haruslah

memahami ilmu bahasa Arab.78

Dalam mengarang tafsir ini, Inyiak Canduang terlebih

dahulu menjelaskan tentang makna tafsir dan keutamaan

makna al-Qur’an. Selanjutnya ia masuk kepada Juz 30 yang

ditafsirkan, dimulai dengan tafsir surat al- Fa>tih}ah. Kemudian

beliau mulain menafsirkan surat al-Naba>’ hingga akhir surat al-Na>s. Pada akhir tafsir ini, Syekh Sulaiman menulis satu

nasehat untuk memperbanyak mengingat Allah.

Pada rentang tahun 1931-1932 seorang ulama dari tanah

Pasundan yaitu K.H. Ahmad Sanusi dalam pengasingannya di

Batavia Centrum mengahsilkan sebuah tafsir yang dijuduli

Malja’ al-T}a>libi>n. Tafsir tersebut ditulis menggunakan bahasa

Sunda dan aksara Pegon. Penjelasan di dalam tafsir menyerupai

tafsir Jala>layn. Meskipun ditulis dalam kondisi keterasingan

mufassirnya, tafsir ini tetap dapat dipublikasikan di daerah

77 Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an”, h. 51. 78 Apria Putra dan Chairullah Ahmad, Bibliografi Karya

Ulama Minangkabau, h. 140-141.

Page 82: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

71

seperti Priangan, Batavia, Banten sampai Purwakarta. Tafsir

ditulis hingga juz 9 dalam 28 jilid tipis.79

Malja’ al-T}a>libi>n tergolong pada tafsir yang ditulis

dengan metode tah}li>li> (analitis) dan pendekatan bil ma’thu>r. Dalam menafsirka suatu ayat, Sanusi menyandarkan pada

riwayat h}adi>th, asba>b al-nuzu>l, pendapat sahabat, dan lain-lain.

Meskipun secara umum menggunakan pendekatan bil ma’thu>r, namun pada beberapa ayat yang lain ia juga menghubungkan

dengan keadaan sosial pada masa itu.80 Hal ini dibuktikannya

melalui jilid 6 dari tafsir ini yang mengritisi kolonial Belanda

dan pangareh praja mengenai nasib bangsanya.81 Sebagai

ulama yang masyhur, ternyata Sanusi tidak hanya menulis

sebuah tafsir. Menurut beberapa pengamat sebelum menulis

Malja’ al-T}a>libi>n, ia telah menulis tafsir lengkap 30 juz

berjudul Raud}ah al-‘Irfa>n yang juga menggunakan bahasa

Sunda dan aksara pegon.82 Selain kedua tafsir tersebut, Ahmad

Sanusi juga produktif dalam menuliskan bergai tafsir dengan

judul yang beragam.83

Pada tahun 1958, HAMKA seorang ulama sekaligus

sastrawan memulai aktivitas penafsiran. Sama dengan apa

yang dilkukan ayahnya yaitu HAKA, sebelum ditulis tafsir

tersebut merupakan kajian kuliah subuh. Biasa

disampaikannya di Masjid al-Azhar Kebayoran Baru Jakarta.

Penafsiran itu dimulai dari surat al-Kahfi juz 15. Pada tahun

1962 pelajaran tafsir yang rutuin dilakukan dalam kuliah subuh

79 Jajang A. Rohmana, “Polemik Keagamaan dalam Tafsir

Malja’ At}-T}a>libi>n Karya K.H. Ahmad Sanusi,” S}uh}uf Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya Vol. 10, No. 1(Juni 2017), h. 35-

36. 80 Rohmana, “Polemik Keagamaan,” h. 38. 81 Rohmana, “Polemik Keagamaan,” h. 38. 82 Rohmana, “Polemik Keagamaan,” h. 35. 83 Lihat footnote no. 19 Islah Gusmian, “Tafsir Al-Qur’an

di Indonesia: Sejarah dan Dinamika,” Nun Jurnal Studi Alqur’an dan Tafsir di Nusantara Vol. 1, No. 1 (2015), h. 8.

Page 83: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

72

dimuat secara bersambung pada majalah Gema Islam. Pada

tanggal 27 Januari 1964 M, HAMKA ditangkap penguasa Orde

Lama dengan tuduhan berkhianat terhadap tanah air.

Penahanan ini menjadi kesempatan berharga untuknya, karena

dalam waktu lebih kurang 2 tahun di penjara HAMKA, justru

dapat merampungkan penulisan tafsirnya 30 juz, kemudian

diterbitkan pertama kali pada tahun 1967 dengan nama Tafsir al-Azhar.84

Setelah diterbitkannya tafsir al-Azhar yang dikarang

oleh HAMKA selama penahanannya, lahir pula dua karya tafsir

berjudul Tafsir al-Qur’an al-Majid al-Nur dan Tafsir al-Qur’an al-Karim al- Bayan yang ditulis oleh seorang ahli fiqh dan tafsir

yaitu Prof. TM. Hasbi Ash-Shiddiqy. Berdasarkan

pengantarnya, tafsir al-Nur (dicetak pada tahun 1956) ditulis

dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan umat muslim

Indonesia dalam mendapatkan tafsir berbahasa Indonesia yang

lengkap, mudah dipahami, serta menerangkan penggalan ayat-

ayat al-Qur’an dengan aksara latin. Tafsir ini tidak ditulis

dengan corak yang spesifik, karena pengarang menulis dan

mengaitkan dengan berbagai ilmu pengetahuan secara

merata.85 Sedangkan tafsir al-Bayan (dicetak pada tahun 1971)

merupakan penyempurnaan dari tafsir al-Nur yang belum

memuaskan Hasbi Ash-Shiddiqy.86

Tahun 1972 pemerintah Indonesia melalui Departemen

Agama Republik Indonesia membentuk Dewan Penyelenggara

Pentafsir al-Qur’an yang menyusun al-Qur’an dan

Terjemahannya. Tafsir ini ditulis dengan metode tah}li>li> (analisis) yang menguraikan tafsir ayat-ayat al-Qur’an

84 Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an”, h. 52. 85 Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 167-168. 86 Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an”, h. 52.

Page 84: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

73

berdasarkan urutan suratnya, dari awal hingga akhir. Dari

jenisnya tafsir ini dikategorikan pada tafsir bi al-ra’yi>.87 Menutup tafsir abad duapuluhan muncul pula Tafsir

Rahmat yang ditulis oleh H. Oemar Bakry pada tahun 1981.

Tafsir ini dikelompokkan pada tafsir yang bercorak lughawiy,

karena ditulis dan disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia

yang benar. Dan metode yang digunakan dalam Tafsir Rahmat didominasi oleh metode ijma>li.88

Selain karya-karya di atas masih ada beberapa karya

tafsir lainnya yang belum teridentifikasi salah satunya adalah

Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s yang lahir dari rahim paruh awal abad

XX. Sebagaimana pada masa paruh awal abad itu, di

Minangkabau sendiri sedang berada pada puncak semangat

untuk meraih kemerdekaan dan mempertahankan kemerdekaan

saat Belanda datang kembali untuk menguasai Indonesia.

Munculnya kitab ini, sebagai respons terhadap manusia

umumnya dan masyarakat yang berada dilingkungan Syekh

Abdul Latif Syakur sendiri.

Teks naskah tafsi>r ya> ayyuha> al-na>s ini adalah sebuah

kitab tafsir mawd}u>‘i >. Tafsir yang membahas ayat-ayat al-

Qur’an berdasarkan tema tertentu, dimana ayat-ayat itu boleh

jadi berasal dari surat yang sama ataupun berbeda, terbuhul

dalam satu ikatan pembahasan yang sama.89 Teks ini secara

umum membahas ayat-ayat yang diawali dengan kata-kata ya> ayyuha> al-na>s yang diterjemahkan oleh Syekh Abdul Latif

Syakur dengan hai bangsa manusia. Redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang ditafsirkan oleh Syekh Abdul Latif Syakur hanyalah

sebanyak tuju belas ayat dari beragam surat yang terdapat di

dalam al-Qur’an. Kwantitas tersebut berbeda dari jumlah total

87Lihat Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h.219.

Bandingkan dengan Yusuf, “Karakteristik Tafsir al-Qur’an”, h.52. 88 Amir, Literatur Tafsir Indonesia, h. 228-240. 89 Must}afa> Muslim, Maba>h}ith fi> Tafsi>r al-Mawd}u>‘i >

(Damaskus: Da>r al-Qalam, 2000), h. 16.

Page 85: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

74

dua puluh satu ayat al-Qur’an yang berawalan ya> ayyuha> al-na>s, sebagaimana yang terdapat pada al-mu‘jam al-mufahras li-al-fa>z}i al-Qur’an al-kari>m. Uniknya, dalam teks tafsir ini Syekh

Abdul Latif Syakur justru memasukkan ayat dengan kata-kata

ya> bani> a>dam yang terdapat dalam surat al-A‘ra>f. Berdasarkan penjelasan di atas tampak bahwa Tafsi>r

A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s ini merupakan tafsir yang lahir pada

dekade keempat abad dua puluh. Sebagaimana dituliskan pada

halaman kolofon naskah bahwa tafsir ini ditulis tahun 1949. Ia

mengisi kekosongan ruang penulisan tafsir di Nusantara pada

rentang tahun 1940-1948.

Page 86: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

75

BAB IV

NASKAH DAN TEKS TAFSI>>R A>YA>T YA> AYYUHA> AL-

NA>S

Bab ini akan memaparkan kondisi fisik dari naskah

Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s, meliputi: kode dan penomoran

naskah, kolofon, ukuran, jumlah halaman, nomor halaman,

jumlah baris per halaman, jenis alat tulis dan tinta yang

digunakan, jenis aksara dan bahasa yang digunakan, jenis alas

naskah serta kondisi penjilidan naskah. Tujuannya, agar

pembaca mengetahui informasi fisik naskah yang akan dibahas

dalam penelitian ini. Selanjutnya diikuti dengan penjelasan

ringkasan isi teks naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s

(NTYN). Berikutnya adalah pengantar edisi,

pertanggunjawaban edisi teks dan edisi teks.

Menghadirkan teks yang siap dan laik dibaca merupakan

hal utama dalam pekerjaan filologi. Tujuannya, agar teks dapat

berfaedah. Oleh karena itu, seorang pengakaji naskah

(manuskrip) harus berusaha membebaskan teks dari kekeliruan.

Kekeliruan itu bisa saja dilakukan oleh pengarang sendiri atau

penyalin. Kesalahan dalam proses penulisan ataupun

penyalinan suatu naskah, sah-sah saja terjadi. Karena seorang

penyalin bahkan pengarang sekalipun adalah manusia yang tak

luput dari kesalahan. Kesalahan dalam aktivas penyalinan

naskah, tidak selamanya dinilai sebagai suatu kesalahan,

keteledoran, dan korup. Hal ini bisa saja dinilai sebagai wujud

produktivitas imajinasi seorang pengarang atau penyalin.

Biasanya dilakukan agar teks yang termuat di dalam naskah,

Page 87: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

76

dapat diterima pada masa ia dihasilkan. Maka perlu untuk

menyunting teks agar dapat dibaca.

A. Deskripsi Naskah

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s ini merupakan

koleksi pribadi Ibu Khuzaimah selaku ahli waris sebagaimana

telah disebutkan sebelumnya. NTYN merupakan salah satu

tafsir ayat al-Qur’an yang ditulis langsung oleh Syekh Abdul

Latif Syakur. Naskah ini bisa diakses dengan mudah karena

keluarga selaku ahli waris sangat terbuka dan antusias dalam

menyambut peneliti dan pemerhati naskah. Menurut

pernyataan Khuzaimah, salah seorang anaknya menyarankan

untuk memberikan izin kepada para penggiat naskah yang

tertarik dan ingin mengumpulkan informasi terkait karya tulis

Syekh Abdul Latif Syakur. Menurutnya agar karya-karya

tersebut dapat didaftarkan demi menjaga keoriginalannya serta

bermanfaat untuk perkembangan keilmuan.1 Hal inilah yang

membuat naskah ini mendapatkan senTuhan pemerhati naskah,

berupa pemeliharaan dan telah didaftarkan pada katalog online.

Berikut akan dipaparkan keterangan ringkas tentangan

NTYN:

MS/SALS 16

Naskah dengan kode dan penomoran MS/SALS 16

merupakan naskah koleksi Khuzaimah, terdaftar pada urutan

ke-16 pada koleksi itu. Kini, naskah ini dengan kode berbeda

telah terdaftar pada katalog online Lektur Kemenag yaitu;

Lkk_PYK2015_Mengatas 02. Judul naskah ini adalah Tafsir

1 Keterangan ini disampaikan Khuzaimah saat peneliti

mengunjungi kediaman beliau di desa Balai Gurah Kecamatan IV

Angkat Kabupaten Agam Sumatera Barat pada selasa, 5 Desember

2017 pukul 15.30 WIB.

Page 88: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

77

Ya Ayyuha al-Nas. Judul yang ditulis oleh pengarangnya

adalah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s bi al-Malayu.

Naskah MS/SALS 16 ini memiliki kolofon yang terletak

di halaman kedua naskah sebelum masuk pada halaman isi

naskah, sehingga menjadi salah satu keunikan dari naskah ini.2

Di dalam kolofon itu dijelaskan bahwa MS/SALS 16 ditulis

dalam situasi darurat dijelma musuh, dengan goresan tinta Haji

Abdul Latif Syakur pada 19 Maret 1949. Selain itu, juga

dituliskan bahwa di Balingka sedang bertempur.

Berdasarkan keterangan yang terdapat pada map

pembungkus naskah ini, ukurannya 14 × 20 (dalam cm). Blok

teks 10,5 × 18 (dalam cm). Jumlah halaman 60. Namun

berdasarkan hasil pembacaan ulang peneliti, naskah ini hanya

terdiri dari 52 halaman. Halaman 20, 37, 38, 39, 40, 45, 46, 51,

dan 52 adalah halaman kosong. Sedangkan halaman 29 hingga

32 ialah halaman yang hilang (kim), tetapi setelah peneliti

melakukan cross cek pada koleksi naskah ahli waris yang

lainnya, halaman-halaman tersebut diselipkan pada naskah

lain.

2 Kolofon (colophon) merupakan catatan penutup dari

autor/penyalin naskah, terletak di akhir naskah namun bukan menjadi

bagian dari teks tersebut. Umumnya, kolofon berisi identitas

autor/penyalin, waktu dan tempat penyalinan, serta informasi lain

yang berhubungan dengan aktifitas penyalinan naskah (lihat Oman

Fathurahaman, dkk., Filologi dan Islam Indonesia, 96, bandingkan

dengan Siti Zahra Yudiafi dan Mu’jizah, Filologi, 4.34). Terkadang

kolofon juga terdapat di awal naskah, kebanyakan terdapat pada

naskah Arab. Namun sangat jarang ditemukan pada naskah Nusantara

(keterengan ini disampaikan oleh Oman Fathurahman pada 10 Mei

2017, pukul 11.30 WIB).

Page 89: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

78

Dalam MS/SALS 16 tidak terdapat penomoran selain

penomoran ayat dengan menggunakan pena oleh penulis. Pada

penemoran ayat itu juga terdapat kekeliruan. Setelah ayat ke-

9 ditulis ayat ke-6. Akibatnya terjadi pengulangan nomor ayat.

Namun, pengulangan tersebut tidak berpengaruh pada

pengulangan isi teks.

Jumlah baris pada setiap halaman umumunya terdiri dari

23, 24 dan 25 baris, kecuali halaman ke-1 terdiri dari 20 baris;

halaman ke-16 terdiri dari 32 baris; halaman ke-19 terdiri dari

7 baris; halaman ke-26 terdiri dari 21 baris; halaman ke-28 dan

ke-42 terdiri dari 17 baris; halaman ke-30 terdiri dari 22 baris;

halaman ke-32 terdiri dari 15 baris; halaman ke-36 terdiri dari

12 baris; dan halaman ke-50 terdiri dari 26 baris.

Baris-baris pada tulisan tidak menggunakan garis

pengarah, sehingga tulisan-tulisan yang terdapat di dalam teks

tidak semuanya sejajar dan lurus. Beberapa halaman teks

mempunyai garis bingkai baca yang mana jumlahnya tidak

beraturan. Ada halaman-halaman yang hanya terdapat satu

garis bingkai baca saja seperti pada halaman ke-2, ke-31, ke-

33, dan ke-35. Adapun pada beberapa halaman lainnya terdapat

dua garis bingkai baca seperti pada halaman ke-3, ke-9, ke-15,

ke-17, ke-19, ke-25, dan ke-27. Pada halaman teks tidak

terdapat alihan, tidak ditemukan iluminasi, dan pada halaman

ke-4 ditemukan semacam ilustrasi seperti wajah seseorang.

Alat tulis yang digunakan diperkirakan adalah sebuah

pena dengan ujung yang tidak terlalu runcing. Tinta yang

digunakan untuk tulisan pada umumnya berwarna hitam,

beberapa juga berwarna biru namun bukan merupakan

rubrikasi. Ukuran tulisan kecil, tidak tembus, sebagian tinta

Page 90: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

79

pecah dan melebar tetapi tidak berpengaruh terhadap teks

sehingga masih bisa dibaca.

Teks MS/SALS 16 ditulis dalam bahasa Arab dan

Melayu Minangkabau, dengan mempergunakan aksara Arab

Melayu atau Jawi. Artinya, pada MS/SALS 16 terdapat dua

aksara, yaitu Arab dan Arab Melayu. Dalam teks ini terdapat

dua cara penulisan yang digunakan yakni; pertama, ayat yang

terletak di bagian atas ditulis dengan menggunakan aksara

Arab. Kedua, arti dan tafsir ayat yang terletak di bawaha ayat

ditulis dengan menggunakan aksara Arab- Melayu.

Alas naskah MS/SALS 16 adalah kertas lokal, tanpa cap

kertas, tanpa garis tebal dan garis tipis. Warna kertas seperti

kertas koran. Naskah dijilid dengan sampul kertas tipis

berwarna coklat. Keadaan naskah cukup baik, meskipun ada

halaman yang terlepas dari jilidnya, sebagaimana yang telah

dijelaskan dia atas.

B. Ringkasan Isi

Teks NTYN terdiri dari 52 halaman yang berisi tafsir

ayat-ayat yang diawali kata ya> ayyuha> al-na>s, sebagai berikut:

Halaman pertama dan kedua, berisi pendahuluan yang

berisi pengantar karangan. Dalam pengantarnya Syekh Abdul

Latif Syakur mengajak untuk memperhatikan penduduk alam

yang telah diciptakan Allah dengan berbagai bangsa dan jenis.

Dengan beragam bangsa dan jenis itu, Allah menyeru manusia

dengan ayatNya ya> ayyuha> al-na>s (segala manusia). Seruan

tersebut ditujukan kepada yang merasa dirinya manusia,

tunduk dan patuh di bawah perintah Allah. Di dalam

pendahuluan ini juga dikatakan bahwa pada saat mengarang,

kondisi saat itu sedang darurat dijelma oleh musuh.

Page 91: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

80

Halaman ketiga dan keempat, tafsir surat al-Baqarah:

21-22. Qs. al-Baqarah ayat 21 adalah ayat al-Qur’an yang

berawalan ya> ayyuha> al-na>s dan ayat 22 adalah keterangan

lanjutan dari ayat 21. Tafsir ayat 21 itu merupakan seruan

kepada manusia untuk menyembah Allah, Tuhan yang Maha

Esa. Dan manusia disuruh untuk menyadari hanya Allah yang

mampu menciptakan segala sesuatu dengan memperhatikan

langit dan bumi. Di samping itu, manusia juga diperintahkan

untuk tidak mengumpamakan Allah dengan yang lainnya.

Halaman kelima dan keenam, adalah tafsir surat al-

Baqarah ayat 168-169. Dalam ayat ini, ALS menafsirkan

bahwa Allah menyeru manusia untuk memakan makanan halal

lagi baik. Ia juga mengingatkan bahwa makanan yang baik itu

adalah makanan yang diperoleh dari usaha dan cucuran

keringat sendiri. Dalam ayat ini manusia diingatkan untuk

tidak mengikuti hasutan setan. Dan ALS menafsirkan agar

tidak terperdaya oleh tipu muslihat setan.

Halaman ketujuh dan kedelapan, merupakan tafsir surat

al-Nisa>’ ayat 1. ALS menafsirkan ayat ini dengan mengatakan

bahwa seruan Allah kepada manusia agar menyadari asal usul

mereka. Seluruh bangsa manusia yang terlahir ke dunia ini

berasal dari satu pokok yaitu Adam dan Hawa. Dari mereka

berdua kemudian berkembanglah menjadi laki-laki dan

perempuan hingga saat ini. Oleh karena itu, manusia dituntut

untuk bersatu.

Halaman kesembilan dan kesepuluh, tafsir surat al-Nisa>’

ayat 1. Meskipun terdapat pengulangan dalam menafsirkan

ayat yang sama, namun ada sedikit perbedaan. Masih sama

dengan penafsiran sebelumnya bahwa ayat ini ditafsirkan agar

manusia menyadari asal usulnya dan bersatu. Persatuan di sini

Page 92: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

81

lebih ditekankan pada persatuan seluruh bangsa. Menjalin dan

menjaga silaturahmi. Menumbuhkan rasa persamaan dan rasa

cinta tanah air.

Halaman kesebelas dan kedua belas, ialah tafsir surat al-

Nisa>’ ayat 170. Menurut ALS ayat ini merupakan seruan

kepada manusia yang bertabiat lalai bahwa Allah telah

mengutus RasulNya yaitu Muhammad saw. kepada manusia

sebagai Rasul akhir zaman. Kedatangannya membawa al-

Qur’an yang berisi keterangan yang tidak dapat lagi diingkari

kebenarannya. Lalu manusia diperintahkan untuk mengimani

kebenaran Rasul dan kitab yang dibawanya. Jika manusia

mengingkarinya, Allah memperingatkan manusia bahwa Ia

Maha Mengetahui.

Halaman ketiga belas dan keempat belas, tafsir surat al-

Nisa>’ ayat 174-175. ALS menafsirkan ayat ini sebagai seruan

kepada manusia agar merasakan keesan Allah swt., dengan

menggunakan akal yang telah diberikanNya. Akal merupakan

ciri kesempurnaan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah.

Dengan akal itu, manusia dapat membedakan antara yang hak

dan batil. Akal juga menuntun untuk bekerja dengan ikhlas dan

tulus menuju pada mengesakan Tuhan, serta mengantarkan

manusia pada memperoleh kelezatan amal dan kemerdekaan.

Halaman kelima belas hingga halaman kesembilan belas,

pada halaman ini Syekh Abdul Latif Syakur menafsirkan

beberapa ayat dalam surat al-A‘ra>f yang berawalan ya> bani>

a>dam. Kata ya> bani> a>dam yang merupakan seruan Allah kepada

anak cucu Adam dalam tafsir ini disetarakan ALS maknanya

dengan ya> ayyuha> al-na>s. Karena kata ya> ayyuha> al-na>s

seruannya bersifat umum kepada seluruh manusia dan ya> bani>

a>dam seruannya juga bersifat umum pada seluruh manusia

Page 93: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

82

yang merupakan anak cucu Adam. Dalam ayat ini menurut

ALS berisi peringatan kepada manusia agar menjaga diri

dengan bertakwa. Berhati-hati terhadap tipu daya setan.

Peringatan melakukan sesuatu karena mengikuti apa yang

dilaku orang tua sebelumnya. Peringatan bagi yang

menyertakan Allah dalam melakukan kejahatan. Dan

keterangan tentang orang yang diberi petunjuk dan disesatkan

oleh Allah. Namun pada ayat 31 surat al-A‘ra>f ini, ALS

mengosongkan pada bagian tersebut, sehingga tidak ada tafsir

terhadap ayat tersebut.

Halaman kedua puluh satu dan kedua puluh dua, tafsir

surat Yunu>s ayat 23. Pada ayat ini Syekh Abdul Latif Syakur

tidak menafsirkan seluruh ayat secara utuh, ia hanya

menafsirkan sebagian ayat yang dimulai dengan redaksi ya>

ayyuha> al-na>s. penggalan ayat ini sebagai peringatan Allah

kepada manusia yang berbuat kebaikan untuk dirinya namun

dengan cara zalim yaitu menyakiti orang lain. Ayat ini menurut

penafsiran Abdul Latif Syakur, merupakan peringatan untuk

semua umat manusia yang ingin bahagia agar tidak menyakiti

orang lain demi memperoleh kebahagiaan itu.

Halaman kedua puluh tiga dan kedua puluh empat, tafsir

terhadap surat Yunu>s ayat 57. Ayat ini ditafsirkan sebagai

fungsi al-Qur’an bagi manusia. Dalam ayat ini, manusia

diingatkan bahwa kedatangan al-Qur’an sebagai obat bagi. Al-

Quran dapat dijadikan sebagai pengajaran. Al-Qur’an

merupakan obat penyakit yang ada di dalam hati. Al-Qur’an

adalah petunjuk bagi hati. Dan juga al-Qur’an ialah rahmat

bagi orang-orang yang mempercayainya.

Halaman kedua puluh lima dan dua puluh enam

merupakan tafsir ayat 104-107 dari surat Yunu>s. Pada ayat ini

Page 94: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

83

Allah memerintahkan Nabi Muhammad saw.. untuk menyeru

manusia yang masih ragu terhadap agama Islam, masih

menyembah selain Allah dan mengaskan bahwa Nabi

Muhammad hanya menyembah Allah yang mematikan

Rasulullah dan manusia lainnya. Ayat ini juga berisi perintah

agar berislam dengan tulus dan ikhlas. Selain itu, ayat ini juga

memperingatkan manusia agar tidak menyekutukan Allah.

Karena jika berbuat syirik sama dengan zalim kepada diri

sendiri.

Pada halaman kedua puluh tujuh dan dua puluh delapan

adalah tafsir surat Yunu>s ayat108-109. Tafsir ayat ini tentang

peringatan Allah kepada manusia melalui Nabi Muhammad

bahwa Allah telah mengirimkan petunjuk untuk manusia,

barang siapa yang memperoleh petunjuk itu maka kebaikannya

adalah untuk dirinya sendiri. Adapun yang sesat, maka

kesesatan itu juga untuknya sendiri. Dan ayat ini juga

menegaskan bahwa Nabi Muhammad bukanlah pemelihara

manusia. Maka kita diperintahkan untuk bersabar, karena yang

memberi keputusan adalah Allah swt..

Halaman kedua puluh sembilan dan tiga puluh berisi

tafsir surat al-H}ajj ayat 1-2. Ayat ini merupakan peringatan

tentang akan terjadi guncangan yang saat besar ketika kiamat,

sehingga manusia diperintahkan untuk benar-benar

bertawakkal kepada Allah. Pada hari kiamat nanti

diberitahukan bahwa manusia akan menyaksikan para

perempuan yang menyusui akan lalai terhadap anak yang

disusuinya, perempuan yang mengandung tanpa disadarinya

akan keguguran, peristiwa demikian akan membuat seluruh

manusia mabuk (heran).

Page 95: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

84

Halaman ketiga puluh satu dan tiga puluh dua adalah

tafsir surat al-H}ajj ayat 5-7. Pada potongan ayat-ayat ini berisi

pengingat bagi manusia yang masih ragu dan tidak

mempercayai akan hari kiamat. Manusia diperintahkan untuk

memperhatikan kembali bagaimana proses penciptaan manusia

mulai dari tanah sehingga menjadi nutfah dan dilahirkan ke

dunia, lalu bagaimana proses manusia tumbuh dan berkembang

dari lahir hingga tua dan kembali seperti anak-anak. Di

samping itu juga dapat memperhatikan bagaimana Allah

merubah tanah yang mati (tidak produktif), menjadi subur

(produktif) karena disirami dengan air hujan. Dengan kejadian

seperti itu menunjukkan bahwa hari kiamat pasti akan datang,

dan tidak diragukan lagi. Dan juga Allah akan membangkitkan

manusia dari kubur.

Halaman ketiga puluh tiga dan ketiga puluh empat

adalah tafsir surat al-H}ajj ayat 49-54. Ayat ini

memperingatkan manusia bahwa Nabi Muhammad saw. adalah

pemberi peringatan. Jika orang beriman kepada Allah, Nabi

Muhammad saw. dan al-Qur’an, maka ia akan memperoleh

rezki yang mulia. Bila orang-orang menentang ayat Allah

dengan tujuan melemahkan, mereka adalah penghuni neraka.

Ayat ini menegaskan bahwa Allah juga memelihara dan

menjaga Nabi dan Rasul terdahulu sebelum Nabi Muhammad

saw. dari gangguan serta godaan setan saat menyampaikan

ayat Allah. Bagi orang-orang yang musyrik, godaan setan itu

menjadi cobaan yang merendahkan derajat kemanusiaannya.

Sedangkan bagi orang yang telah diberi ilmu dan meyakini

bahwan al-Qur’an berasal dari Allah serta menjadikannya

pegangan hidup, maka Allah akan memberikan petunjuk jalan

yang lurus kepada mereka itu.

Page 96: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

85

Pada halaman ketiga puluh lima dan tiga puluh enam

merupakan tafsir surat al-H}ajj ayat 73-74. Ayat ini peringatan

kepada manusia yang menyembah dan takut kepada selain

Allah melalui sebuah perumpamaan. Jika sesuatu yang mereka

sembah itu tidak dapat menciptakan seekor lalatsekalipun

berkumpul untuk menciptakannya. Malah jika lalat tersebut

mengerubungi sembahannya itu, tidak akan mampu lepas dari

kerubangan itu karena tidak memiliki kuasa untuk

melakukannya. Mengapa manusia mau bertuhan dan menurut

perintah selain Allah?

Halaman selanjutnya adalah halaman keempat puluh

satu dan empat puluh dua berisi tafsir surat Fa>t}ir ayat 3-4,

adapun beberapa halaman sebelumnya adalah halaman kosong

sebagaimana telah dijelaskan pada pembahasan deskripsi

naskah. Ayat ini memerintahkan manusia yang berpaling dari

Allah untuk mengingat nikmatNya, karena Allah yang

memberikan rezki dari langit dan bumi kepada mereka. Melalui

ayat ini pula Allah memberikan ketenangan kepada Nabi

Muhammad bila mana ada bangsanya (kaum Quraish)

mendustakannya, hal itu pula yang dialami Rasul terdahulu.

Selanjutnya, pada halaman keempat puluh tiga dan

empat puluh empat berisi tafsir surat Fa>t}ir ayat 5-6. Kedua aya

ini ditafsirkan sebagai peringatan dan penegasan bahwa janji

Allah itu benar, maka jangan sampai manusia terperdaya oleh

kehidupan dunia. Jangan sampai manusia terlena dengan tipuan

setan yang dapat melepaskan pegangan manusia kepada Allah.

Ayat ini juga memperingatkan bahwa setan dan pengikutnya

adalah musuh yang nyata, musuh abadi yang harus dilawan.

Pada tafsir ayat ini Syekh Abdul Latif Syakur menegaskan

bahwa rasa yakin dan tawakkal kepada Allah adalah senjata

Page 97: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

86

paling ampuh dalam perjuangan melawan musuh agama seperti

setan. Dan juga di akhir tafsir ayat ini ia mengingatkan juga

untuk senantiasa bersykur kepada Tuhan, karena hidup adalah

untuk berjuang selamanya.

Halaman keempat puluh tujuh dan empat puluh delapan

adalah tafsir surat Fati>r ayat 15-17. Ayat ini berisi peringatan

Allah kepada manusia yang butuh kepada Nya, sebab Ia

Mahakaya. Di sini juga dijelaskan bahwa kekayaan Allah

bukanlah untuk Nya, namun kekayaan itu untuk hambaNya.

Dalam ayat ini juga diberikan keterangan bahwa Allah tidak

menghendaki manusia berada dalam kekurangan, suatu

kemudahan bagi Allah untuk merubah itu semua. Di ujung

tafsir ayat ini diberikan beberapa gambaran bagaimana Allah

dengan mudah merubah keadaan suatu bangsa, melalui contoh

tersebut Syekh Abdul Latif Syakur mengingatkan masyarakat

Indonesia agar memperhatikan itu dengan berpegang kepada

undang-undang.

Halaman keempat puluh sembilan dan lima puluh

merupakan bagian akhir dari teks tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s

ini. di dalamnya adalah tafsir dari surat al-H}ujura>t ayat 13.

Ayat ini menyeru manusia untuk sadar bahwa Allah

menciptakan manusia dengan berbagai perbedaan jenis, ras,

bangsa, dll., agar saling mengenal, bukan malah

membanggakan antara satu bangsa ke bangsa lain. Karena

kelebihan dan kemuliaan bukanlah karena bangsa atau

keturunan, melainkan karena ketakwaan kepada Allah. Allah

senantiasa mengamati hamba-Nya yang bertakwa kepada Nya.

Page 98: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

87

C. Pengantar dan Pertanggungjawaban Edisi Teks

Edisi teks adalah ruh dari aktivitas penelitian filologi.

Tujuan dari dilakukan edisi teks terhadap suatu naskah,

menghadirkan naskah yang laik dikonsumsi publik dan

bermanfaat untuk keilmuan lainnya. Maka, bagi peneliti atau

pengkaji naskah perlu untuk mengoreksi kesalahan atau

kekeliruan yang terdapat di dalam teks, baik kesalahan yang

mungkin disengaja atau yang tidak sengaja.

Pada penelitian ini naskah yang dijadikan objek

hanyalah satu yaitu Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s,

sehingga edisi yang dipilih untuk menyunting naskah ini adalah

edisi kritis. Dalam mengaplikasikan edisi kritis terhadap codex

unicus (naskah tunggal) diperlukan ketelitian dan kehati-

hatian ekstra, karena ketiadaan salinan teks sebagai bacaan

pembanding. Maka dalam menyunting teks NTYN ini, peneliti

berusaha mengahdirkan teks yang bersih dari berbagai macam

kekeliruan dan menghadirkan teks dengan kualitas bacaan

yang baik.

Manuskrip sebagai dokumentasi tertulis yang memuat

informasi tentang peristiwa di masa lampau ataupun sumber

keilmuan. Aksara yang terdapat di dalamnya sudah tidak

digunakan lagi. Oleh karena itu, agar dapat memperoleh

informasi yang terhimpun di dalam suatu manuskrip, perlu

untuk menghadirkannya dalam bentuk bacaan yang baik (the

best reading). Transliterasi menjadi salah satu upaya untuk

mengahdirkan teks yang dapat dibaca khalayak umum, dengan

mengganti suatu aksara, huruf demi huruf dari satu abjad ke

abjad lainnya. Setelah transliterasi dilakukan, maka perlu

untuk melakukan edisi kritis sebagaimana yang telah

dijelaskan sebelumnya agar teks dapat dikonsumsi publik.

Page 99: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

88

Dalam menyunting NTYN ini, ada beberapa standar acuan

yang dijadikan sebagai landasan, yaitu:

1. Transliterasi dari aksara Arab ke aksara Latin

berdasrkan pada pedoman transliterasi Library of

Congress.

2. Pemberian nomor halaman, dimulai dari halaman

pendahuluan. Penomoran halaman diletakkan pada

bagian awal setiap teks.

3. Tanda //..// merupakan halaman awal setiap redaksi

baik pendauluan ataupun ayat.

4. Tanda /../ merupakan peralihan ke halaman

berikutnya.

5. Pembagian paragraf berdasarkan pada kepaduan

gagasan utama.

6. Pemberian pungtuasi untuk memudahkan dalam

memahami teks.

7. Pemakaian huruf kapital berdasarkan pada PUEBI.

8. Kata-kata yang merupakan bahasa Arab dan bahasa

daerah ditulis dengan cetak miring.

9. Kata-kata bahasa Arab yang telah diserap dalam

bahasa Indonesia, ditulis dalam bentuk serapan yang

sesuai dengan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

dalam jaringan (online). Misalnya, s}ilat al-rah}mi akan

ditulis silaturahmi, ta‘a>la> akan ditulis taala.

10. Setiap kata pengulangan yang ditulis singkat semisal:

apa2 akan ditulis apa-apa.

11. Pengulangan yang berbentuk kata kerja akan

diberikan keterangan pada aparat kritik (terdapat pada

footnote)

12. Pengurangan pada suatu kata yang tidak sesuai

dengan ejaan pada KBBI dalam jaringan akan

diberikan keterangan bentuk asal kata tersebut

sebagaimana termuat di dalam teks pada aparat kritik.

13. Tanda ‹ ... › digunakan untuk menandai kata yang

tidak perlu dibaca atau diabaikan saja.

Page 100: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

89

14. Tanda [...] digunakan untuk menandai huruf, suku

kata, kata dan tanda baca yang ditambahkan karena

diduga hilang atau kurang.

Page 101: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

90

D. Teks Tafsi>>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s

//1//

Bismilla>h al-rah}ma>n al-rahi}m

Al-h}amdu lilla>h wa>hib al-‘at}iyyah. Ashhadu an la>-ila>ha illa>

Alla>h al-wa>h}id al-ah}ad. Wa-ashhadu anna Muh}ammadan

‘abduhu> wa-rasu>luh arsalahu ka>ffah li-al-na>s. Wa-al-s}ala>h wa-

al-sala>m ‘ala> sayyidina> Muh}ammad sayyid al-awwali}n wa-al-

a>khiri>n wa-‘ala> a>lihi al-t}a>hiri>n wa-s}ah}a>batihi al-akrami>n.

S}ala>tan wa-sala>man ila> yawm al-di}n.

Amma> ba‘ad. Tatkala kita perhatikan penduduk alam

yang telah diadakan Tuhan dengan berbagai bangsa [dan]

berlainan jenis. Bermacam bentuk dan perawakan satu bangsa

daripada bangsa lain. Malah di antara yang berbagai bangsa

itulah dapat kita mengetahui kekuatan qudrah Allah dan

iradatNya. Dengan ilmu dan hikmahnya dapatlah suatu bangsa

yang amat termulia dan tertinggi derajatnya, pangkatnya,

bentuk dan perawakannya, sedang Tuhan yang Maha Esa dan

[Maha]kuasa yang menjadikan itu berkata: la-qad khalaqna> al-

insa>n fi> ah}san al-taqwi>m. Demi sesungguhnya Kami telah

jadikan bangsa insan manusia itu pada sebaik bentuk pendirian

dan kejadiannya. Di dalam susunan tubuh dan sifat manusia itu

melengkapi padanya sifat-sifat yang ada pada makhluk yang

lain umpama: keberanian, kejujuran, kekuatan, tenaga, hemat,

cermat, hawa, nafsu, kemauan, kekerasan, mengalah, penakut,

pemalu dan lain sebagainya.

Dibalik itu nanti, belakang hari bila datang zaman tua,

zaman lemah tidak bergaya lagi berkurang-kuranglah amal

Page 102: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

91

pekerjaan seseorang daripada masa zaman kuat, zaman remaja.

Disana menjadilah manusia jatuh kepada kekurangan

keuntungan dan kebahagiaan.

/2/

Tetapi kalau seseorang ada berjasa berbakti dengan segala

kebaika[n] serta beramal saleh dan patuh beribadah kepada

Tuhan yang Maha Esa mendapatlah dia keuntungan yang tak

putus-putusnya ((thumma radadna>hu asfala sa>fili>n. Illa>

alladhi>na a>manu> wa-‘amilu> al-s}a>lih}a>t fa-lahum ajrun ghayru

mamnu>n)). Kemudian Kami tunda manusia itu kepada derajat

yang dibawah sekali, selain daripada orang yang iman percaya

kepada Allah dan beramal saleh, maka mereka mempunyai

pahala yang tak putus-putusnya, balasan yang menyampaikan

dari dunia sampai kepada akhirat.

Siapa orangnya itu? Yaitu orang yang menyahuti seruan

Tuhan kepada bangsa manusia, yang diseru oleh Tuhan dengan

ucapan ((ya> ayyuha> al-na>s)) segala manusia. Mana orang yang

merasa dirinya manusia, menyahutlah dia. Mana orang yang

me[ng]akui bahwa dirinya manusia di dalam seruan, patuhlah

dia bertunduk di bawah perintah Tuhan Allah yang menyeru

dia itu. Maka pada karangan ini kita sajikan ayat-ayat Qur’an

yang berawalan dengan panggilan bunyi ((ya> ayyuha> al-na>s))

yang ditujukan kepada sidang bangsa manusia. Mana yang

berbangsa dengan manusia, menyahutlah serta menerima apa-

apa yang diserukan atau diperintahkan kepadanya. Bukan saja

manusia melainkan1 kepada jin-jihin- sampai juga seruan itu.

Dan menerima juga akan jeratan yang telah ditentukan oleh

Tuhan kepadanya. Karena jihin itu sebangsa yang berbudi

beramal juga.

1 Melahinkan.

Page 103: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

92

Sekianlah pendahuluan karangan ini sementara kita di dalam

suasana darurat dijelma oleh musuh. Wa-tawakkal ‘ala> Alla>h!

Hormat diri hamba wa-al-sala>m ‘alay-kum

Haji Abdul Latif Syakur

Sabtu 19 Jumadil awal 1368 H

19 Maret 1949 M

Di Balingka sedang bertempur

//3// ayat ke-1

Ya> ayyuha> al-na>s u‘budu> rabbakum al-ladhi> khalaqakum wa-

alladhi>na min qabli-kum la-‘alla-kum tattaqu>n. Al-ladhi> ja‘ala

la-kum al-ard} fira>shan wa-al-sama>’ bina>’an wa-’anzala min al-

sama’ ma>’an fa-akhraja bi-hi min al-thamara>t rizqan la-kum fa-

la>-taj‘alu> lilla>h anda>dan wa-antum ta‘lamu>n. QS. al-Baqarah :

21-22.

Hai segala bangsa manusia sembah oleh mu Tuhanmu yang

Maha Esa, yang telah me[ng]adakan kamu dan orang-orang

dari sebelum kamu, supaya kamu takut. Tuhan yang

menjadikan untuk kamu akan bumi jadi hamparan, dan langit

atap, dan diturunkan-Nya dari langit awan akan air, maka

dikeluarkannya dengan dia daripada segala buah-buahan jadi

rezeki untukmu. Maka janganlah kamu jadikan bagi Tuhan

Allah umpama-umpama sedangkan kamu mengetahui.

Ya> ayyuha> al-na>s: hai segala bangsa manusia dari masa

turunnya ayat sampai hari kiamat. Seruan Tuhan ini mengenai

kepada segala bangsa manusia yang merasai dirinya manusia

sempurna. Serta diketahui sifat manusia dan bangsanya lebih

mulia daripada segala bangsa-bangsa yang lainnya. Serta

dihormati kemanusiaannya dan kelebihannya daripada bangsa-

bangsa hamba Allah yang lain yaitu akal dan pikir serta tenaga

dan kemauannya yang tertentu untuk manusia.

Page 104: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

93

U‘budu> rabbakum: telah berkata Ibn ‘Abbas rad}iyalla>h

‘anhuma> tiap-tiap kata ((u‘budu))> atau ibadah-ibadah yang

diserukan dalam al-Qur’an maka dia nya ((al-tauh}i>d))

mengesakan2 Tuhan yang Esa. Maka sekalian manusia di muka

bumi ini diserukan kepada agama Tuhan yang berdasarkan

kepada keTuhanan yang Esa. Tiada Tuhan yang lain daripada

Nya. Kata-kata mengesakan3 Tuhan ada dua bahaginya : I.

Tauh}i>d al-uluhiyah, inilah tauhid yang disengaja pada ayat ini.

Yaitu: Tuhan Esa. Dan segala pekerjaan yang dilakukan baik

ibadah atau amalan dan lain-lain hanya menuju kepada

berdasarkan Tuhan yang Esa belaka. II. Tauh}i>d al-rububiyah,

ini tauhid orang yang mengaku iman kepada Tuhan yang Esa

tiada ada Tuhan yang lain daripada Nya. Tetapi amalannya

pekerjaan dan ibadahnya berkarena kepada yang lainNya

daripada Tuhan yang Maha Esa. Di dalam Qur’an dikatakan

orang itu ‘abd al-t}a>ghu>t. Yakni tidak jujur ikhlas semata-mata

kepada Tuhan.

/4/

Al-ladhi> khalaqakum wa-alladhi>na min qablikum: suatu

sifat utama pada Allah yang menentukan kepada manusia

supaya mendasarkan pekerjaannya sama sekali kepada Tuhan

Allah yang Esa yang me[ng]adakan kamu dan orang-orang

yang sebelum kamu. Sifat itu ((al-khalq)) namanya, yaitu

me[ng]adakan sesuatu daripada ‘adam mah}d }: semata-mata

tiada apa-apa menjadi dia ada dengan diadakan Tuhan.

La-‘alla-kum tattaqu>n: supaya kamu menjadi manusia

yang bertakwa patuh mau mengerjakan tiap-tiap pekerjaan

yang berfaedah untuk merdeka yang badi.

2 Meesakan. 3 Meesakan.

Page 105: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

94

Al-ladhi> ja‘ala lakum al-ard} fira>shan: tambahan

keterangan supaya manusia tambah insaf dan sadar akan

dirinya bahwa Tuhan yang Esa yang menjadikan. Kalau belum

juga mengerti lihatlah bumi yang dipandang datar dan lebar ini,

Dia yang menjadikan supaya kita dapat mendiaminya.

Wa-al-sama>’a bina>’an : keterangan lihatlah langit yang

menudungi kita dengan lebar dan tingginya. Berbagai-bagai

pula pembawaannya untuk kita. Berpikirlah manusia barang

sejurus, tekurkan kepala yang satu arah ke bumi dan

tengadahkanlah ke langit, siapa yang menjadiakan itu.

Wa-’anzala min al-sama’ ma>’an: dari atas diturunkan air

bercucuran ke bawah dari mana di atas nya manusia sudah tahu

akan air apat zatnya dan lain-lain tetapi dari apa jadinya?

Fa-akhraja bi-hi min al-thamara>t rizqan la-kum: gunanya

air kata Tuhan sebagian4 daripada nya untuk menumbuhkan5

tumbuhan dan pohon yang mengeluarkan bermacam-macam

buah-buahan dari zat air yang satu bangsa dapat menimbulkan

bermacam warna dari bumi yang satu guna akan menjadi rezeki

perolehan bagi sidang manusia seumumnya, bukan saja kepada

manusia malahan kepada segala bangsa binatang.

Fala taj‘alu> lilla>h anda>dan : sudah manusia memikirkan

dengan pikiran, Tuhan berkata janganlah kamu umpamakan

Tuhan Allah itu dengan yang lain-lain, tiada dapat Tuhan kamu

itu lawan umpamaNya.

Wa-antum ta‘lamu>n : Tuhan menutup ayat ini, sedang

kamu sudah dimuliakan dan dilebihkan dengan berbagai

pengetahuan yang dapat dengan akal dibawa berpikir sendiri.

4 Sebahagian. 5 Penumbuhkan.

Page 106: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

95

Tetapi manusia belum juga insaf akan kemanusiaannya malah

suka juga bertuhan banyak.

//5// ayat ke-2

Ya> ayyuha> al-na>s kulu> mimma> fi> al-ard}i h}ala>lan t}ayyiban wa-

la> tattabi‘u> khut}uwa>t al-shayt}a>n innahu la-kum ‘aduwwun

mubi>n. Innama> ya’maurukum bi-al-su>’ wa-al-fah}sha>’ wa-an

taqu>lu ‘ala> Alla>h ma> la>-ta‘lamu>n. QS. al-Baqarah 168-169.

Hai sekalian manusia makanlah oleh mu sebagian6 daripada

barang yang ada pada bumi, yang halal yang baik. Dan jangan

kamu turut pelangkahan setan. Bahwasanya ia kepada mu

musuh yang seterang-terangnya. Hanya dia selalu menyuruh

kamu dengan kejahatan dan keji. Dan bahwa kamu katakan

kepada Allah barang yang tiada kamu ketahui.

Adalah masa dahulu orang-orang jahiliyah kaum

musyrik Quraish banyak yang mengharamkan barang yang

dihalalkan Tuhan. Kita terangkan sedikit barang yang

diharamkan mereka padahal tidak dengan perintah agama atau

syariat nabi-nabi dahulu. Bah}i>rah kalau unta mereka beranak

lima ekor yang kelima jantan, [h]endak unta-unta7 itu ditandai

dengan menggantung telinganya, tidak boleh dikendarai dan

tidak boleh disemblih, hanya dibiarkan saja kemana sukanya.

Saibah, seorang yang dalam perjalanan atau dalam sakit

dia berkata : kalau selamat aku sampai pulang atau kalau aku

sembuh dari sakit ini, untaku ini aku lunaskan. Untanya itu

bernama saibah, sama jalannya dengan bah}i>rah, tidak boleh

dipekerjakan atau disemblih. Was}i>lah, seekor kambing betina

yang telah beranak tujuh kali turun kali yang ketujuh anaknya

6 Sebahagian. 7 Unta unta.

Page 107: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

96

jantan, maka anak kambing yang ketujuh itu boleh dimakan

oleh laki-laki saja kalau disemblih, haram perempuan

memakannya. H}a>m, kalau unta jantan telah menurunkan anak

sepuluh kali turun, sampai anaknya sepuluh kali turun pada

unta betina maka bapa[k] unta itu bernama h}a>m, merdeka

daripada dikendarai, dibebani dan merdeka dimana-mana dia

minum atau makan tidak boleh diusir.

Dan ada juga mereka mengharamkan barang-barang

yang halal daripada makanan yang sedap-sedap dan

sebagainya. Dipandangnya itu terlarang bertali dengan agama.

Untuk penolak pekerjaan mereka itu atau memperbaiki adat

mereka itu diturunkan Tuhan ayat ini. Sungguhpun sebab

turunnya yang tersebut itu dan kepada kaum dahulu kala tetapi

hukumnya umum kepada segala orang yang meninggalkan

yang dihalalkan Allah dengan keyakinannya kepada

mengharamkan, atau menurut agamanya katanya, tetapi bukan

kata agama.

/6/

Ya> ayyuha> al-na>s kulu> mimma> fi> al-ard} h}ala>lan t}ayyiban

: hai sekalian manusia makanlah daripada yang ada pada bumi

yakni sebagian8 daripada yang ada patut dimakan, makanlah!

Karena maklum bukan semuanya isi bumi ini dapat dimakan.

Di antara yang patut dimakan itu dengan dua syarat pula :

pertama,9 yang dihalalkan Tuhan mana yang dihalalkan jangan

diharamkan, mana yang diharamkan Tuhan jangan dihalalkan.

Artinya, mana yang diizinkan syarak makanlah sekalipun tidak

enak seperti obat. Kedua, yang baik yang mana sekalipun halal

tetapi tidak baik kepada diri atau tidak baik pengambilannya.

8 Sebahagian. 9 Di dalam teks dituliskan:1

Page 108: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

97

Segala-gala isi bumi ini halal belaka sebelum turun agama

(syariat) atas mengharamkan sebagiannya. Di dalam segala

yang halal itu hendaklah diambil atau dimakan yang t}ayyib –

yang baik, yaitu yang dapat dengan perusahaan sendiri, cucur

peluh keringat sendiri. Karena tidak ada rezki yang lebih baik

daripada pencaharian sendiri.

Wa-la>-tattabi‘u> khut}uwa>t al-shaytha>n: dan jangan turut-

turutan saja kepada pelangkahan setan-setan, hawa nafsu dan

pikiran-pikiran yang menyimpang daripada agama. Sebagai

dengan aniaya dan tipu[-]tipu dan lain pekerjaan yang tak

diizinkan agama, yang bersalahan dengan peraturan agama.

Innahu lakum ‘aduwwun mubi>n: sebenarnya setan -setan

itu baik setan dari iblis halus atau dari iblis kasar yang

mencelupkan kepada kamu supaya kamu turutkan kepada jalan

yang curang itu. Itulah musuh kamu yang sebenar-benar

musuh. (musuh dalam selimut lebih jahat dari musuh

berhadapan[)].

Innama> ya’maurukum bi-al-su>’ wa-al-fah}sha>’: kejahatan

dan pe[r]musuhan kita dengan setan adalah dia kerjanya selalu

lain tidak melainkan menyuruh berbuat jahat. Perkara yang

tidak senonoh dengan kebenaran dan berbuat yang keji-keji

yang terlarang dalam agama dan tidak baik dipandangan10

umum yang mempunyai rasa dan perkasa budi pekerti

kemanusiaan.

Wa-an taqu>lu> ‘ala> Alla>h ma> la>-ta’lamu>n: dia setan-setan

menyuruh kamu supaya kamu mengatakan kepada yang tidak

dalam agama atau mengatakan supaya menyuruh mengerjakan

sesuatu di dalam agama tetapi hasilnya lebih mudarat daripada

yang disuruhkan. Seperti menyuruhkan amalan yang sunat-

10 Di dalam teks dituliskan: dipemandangan.

Page 109: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

98

sunat besar pahalanya tetapi perintah Tuhan yang tertentu

dengan wajib tertinggal. Karena itu, di dalam itu kamu tidak

tahu bahaso11 sudah kena tipu daripada nya.

//7// ayat ke- 3

Ya> ayyuha> al-na>s ittaqu> rabbakum al-ladhi> khalaqakum min

nafsin wa>h}idatin wa-khalaqa min-ha> zaujaha> wa-baththa min-

huma> rija>lan kathi>ran wa-nisa>’a>. Wa-ttaqu> Alla>h alladhi>na

tasa>’alu>na bi-hi wa-al-’arh}a>ma inna Alla>h ka>na ‘alay-kum

qari>ba>. QS. al-Nisa>’: 112

Hai sekalian manusia anak cucu adam semuanya! Takutlah

kamu akan Tuhanmu yang telah me[ng]adakan kamu daripada

diri yang satu Adam diadakan daripada nya istrinya Hawa dan

dikembangkannya daripada keduanya laki-laki yang banyak

dan perempuan, dan takutlah kamu akan Allah yang selalu

kamu meminta dengan Dia dan takutilah silaturahmi.

Bahwasanya Allah adalah Dia di atas kamu memperhatikan

dan menjaga.

Ayat ini sungguhpun turunnya di negeri Makkah,

ditujukan kepada orang-orang di sana semasa Qur’an turun,

tetapi seruannya sampai kemana pojok-pojok yang berisi

manusia. Maka manusia semuanyalah yang diserukan karena

tiap-tiap seruan terwujud kepada suatu bangsa tentu segala

yang sebangsa itu terkena sama sekali. Umpamanya, jika orang

berkata bangsa Indonesia tidak bisa maju, orang Indonesia

tidak bisa merdeka. Tentulah asal orang itu bangsanya dan

tanah airnya dia merasa hati. Sampai kepada masa yang

11 Bahaso (Minang): bahwa 12 Pada NTYN dituliskan 2, sebenarnya ayat ini merupakan

ayat ke-1 dari surat al-Nisa>’

Page 110: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

99

beratus-ratus tahun dibelakang asal ternama bangsa manusia

juga. Bukanlah orang yang semasa perkataan itu keluar dari

yang mengatakan atau bukan orang yang semasa tahun 1923 M

umpamanya.

Mereka itu yang akan kita ceritakan ini terhadap kepada

segala bangsa manusia. Yang mana manusia itu berasal dari

seorang bapa[k] dan seorang ibu daripada yang berdua itulah

kembang biaknya manusia yang berkembangan13 sampai

sekarang malah sampai kepada tamatnya dunia ini. Maka sebab

itu ternyatalah bahwa manusia seluruhnya dari satu pokok

bapa[k] yang dikeluarkan oleh seorang ibu. Maka dengan

mengetahui ketuhanan yang Esa dan usul yang satu maka

hendaklah manusia bersatu sama sekali. Jadilah seperti tubuh

yang satu. Bantu[-]membantu. Umpamanya orang Barat

berkepandaian orang Timur banyak bahan. Biarlah orang

Timur menyediakan bahan, orang Barat kerjakanlah.

/8/

Dan buatkanlah apa yang kefarduan orang Timur. Sementara

orang Timur belum cukup kepandaian.

Ya> ayyuha> al-na>s ittaqu> rabba-kum al-ladhi> khalaqa-

kum min nafs wa>h}idah: hai sekalian manusia takutlah kamu

dengan mengerjakan yang disukai-Nya dan meninggalkan yang

tidak disukaiNya. Yaitu Tuhan yang me[ng]adakan daripada

satu tubuh, diri yang satu yaitu nabi Allah Adam yang

dijadikan Tuhan daripada tanah, akan jadi bapa[k] segala

manusia.

Wa-khalaqa min-ha> zaujaha>: dan setelah Tuhan

menjadikan Adam dari tanah sampai menjadi manusia maka

dijadikanlah akan seorang perempuan dari sebelah tulang rusuk

13 Berkekembangan

Page 111: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

100

Adam itu sementara Adam di dalam tidur. Akan jadi istri oleh

nabi Allah Adam bapa[k] manusia.

Wa-baththa min-huma> rija>lan kathi>ran: dan

berkembanganlah daripada dua orang laki istri itu berapa laki-

laki yang banyak dan perempuan yang banya kembang

berkembangan turun[-]temurun sampai kini.

Wa-ittaqu> Alla>h alladhi>na tasa>’alu>na bi-hi wa-al-arh}a>m:

setelah kamu mengetahui persatuan kamu yang terbesar yaitu

yang berasal[-]usul kepada dua orang laki istri, maka ingatlah

pula kepada peraturan Tuhan yang Esa terhadap u>la> al-arh}a>m,

bekaum berkerabat bersebangsa senusa. Wajib kamu sama-

sama setuju seniat mencari kemuliaan dan kekuatan secara

saudara-saudara yang telah maju pada sebangsanya, kalau-

kalau dia nanti berbuat sewenang-wenang kepada bangsa yang

lemah. Memang kita semuanya manusia bersaudara,

seketurunan tetapi temangu-mangu oleh karena hal yang

datang kemudian. Menjadi tumbuh benci[-]membenci,

lingkar[-]melingkar karena itu tabiat kalam. Lihatlah dua

orang anak kecil seibu sebapa[k] mula-mulanya bersayang-

sayangan, beramah-ramahan, lama[-]kelamaan bermusuh,

berkelahi tatkala sampai besar. Dan lagi umpama kaum Barat

mula-mula datang ke Timur atau ke Indonesia, bakato di

bawah-bawah manyawuk di hilia-hilia. Berkehendak membeli

bahan-bahan yang kefarduan mereka, tetapi lama menjadi

penjajah pengenas darah. Buat mencegah dan melawan khianat

itu, bersatulah kita yang kaum kerabat sebangsa senusa supaya

teguh dan aman.

Inna Alla>h ka>na ‘alay-kum qari>ba>: bahwasanya Allah

taala itu adalah Dia selalu mengintip memerhatikan dan

Page 112: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

101

menengok tingkah laku dan pekerti kamu kalau-kalau nanti di

belakang menjadi bahaya.

//9// ayat ke-4

Ya> ayyuha> al-na>s ittaqu> rabba-kum al-ladhi> khalaqa-kum min

nafs wa>h}idah wa-khalaqa min-ha> zaujaha> wa-baththa min-

huma> rija>lan kathi>ran wa-nisa>’an wa-ittaqu> Alla>h alladhi>na

tasa>alu>na bi-hi wa-al-arh}a>m inna Alla>h ka>na ‘alay-kum qari>ba>.

Al-nisa>’: 1

Hai manusia rata, takutlah kepada akan Tuhanmu yang telah

menjadikan kamu dari diri satu dan dijadikan dari diri yang

satu itu akan istrinya. Dan dikembangkanNya14 daripada

keduanya beberapa laki-laki yang banyak dan perempuan. Dan

hendaklah kamu takut akan Allah yang kamu minta-meminta

dengan Dia dan takuti pulalah segala kaum kerabat u>la> al-

arh}a>m. Bahwasanya Allah akan kamu mengintip.

Jelasnya: hai bangsa manusia hendaklah kamu takut

kepada Allah yang Dia telah menjadikan kamu daripada

seorang bapa[k] – Adam – dan seorang ibu – Hawa – daripada

dua laki istri itulah maka menjadi berkembang biak di atas

bumi ini, sekali lagi hendaklah kamu patuh kepada Allah

menurut perintahNya, menjahui laranganNya, yang mana

kamu selalu hari minta[-]meminta dengan Dia, dengan

namaNya, dan begitu juga takutlah kamu akan memutuskan

perhubungan irh}a>m, kaum famili, sanak saudara yang jauh dan

hampir. Ingatlah kamu dan ketahuilah bahaso Allah Tuhan

yang menjadikan kita selalu menatap dan me[ng]amat-amati

pekerjaan kita zahir dan batin.

14 Di dalam teks diperkembangNya

Page 113: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

102

Tuhan memerintahkan kepada persatuan yang benar,

yaitu persatuan kemanusiaan. Bangsa apapun15 jua berasal dari

keturunan ((Adam dan Hawa))lain tidak. Berselisih jalan juga?

Berlainan kebatinan? Sedang pangkal agama satu dan Tuhan

satu, Rabb al-‘a>lami>n. Marilah kita mempelajari betul-betul

apa maksudnya Tuhan menerangkan kepada kita bahaso

bangsa manusia yang berkembangan [di] seluruh dunia ini,

kembangan16 dari seorang bapa[k]– Adam-

/10/

dan seorang ibu -Hawa– ialah supaya menimbulkan perasaan

kepada rata-rata manusia. Dan Tuhan memberi kepada

manusia perasaan itu yang terkandung pada segenap manusia.

Perasaan mana, perasaan sama. Bersama untuk bersatu dan

bersatu untuk bersama. Asalnya sama, pokok agama satu.

Agama tiada bermusuh karena bangsa, agama membuka jalan

dan pintu untuk dimasuki segala bangsa. Agama ada

menganjurkan suatu jalan bagi segenap bangsa yang

dinamakan jalan yang benar serta lurus. Di dalam al-Qur’an

tersebut: wa anna hadha> s}ira>t}i> mustaqi>man. QS. Al-An’a>m :

152. Dan sesungguhnya inilah – agama Islam – jalan Aku yang

lurus, yang benar, yang mengandung hak perasaan, persamaan

sosial, sosial demokrasi17.

Di dalam perasaan[-]perasaan sesama manusia di dalam

segala bangsa yang ada di atas dunia ini, maka Tuhan

menganjurkan18 juga hak kebangsaan dan tanah air yang berarti

takuti pulalah hak perhubungan persatuan kaum kerabat, sanak

15 Di dalam teks apa juapun 16 Kekembangan. 17 Di dalam teks asosial demokrati. 18 Meajur.

Page 114: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

103

famili, u>la> al-arh}a>m. Supaya bekerja bersama-sama

memperbaiki aturan karang perbuatan (a-r-kh-n-s-t-y). Akan

mencari daya upaya persatuan bangsa, boleh mencapai

persatuan kemanusiaan, presiden19 Wilson – ويلسون – Amerika

yang telah meninggal memajukan sikap persatuan bangsa.

Penghulu kita Nabi Muhammada sallallahu alihi

wasallam, memajukan persatuan kebangsaan. Dengan petatah

petitih beliau ((h}ub al-wat}an min al-i>ma>n)). Cinta tanah air itu

suatu daripada iman. Iman percaya. Percaya kepada siapa?

Percaya kepada Tuhan yang Esa, yang mempunyai kekuasaan

pada semesta alam. Bila percaya kepada Tuhan, hendaklah

percaya pula kepada perintahnya, turut yang disukaiNya, jauhi

yang tidak disukaiNya. Inilah jalan yang benar, jalan yang lurus

yang mesti ditempuh, dilalui oleh manusia yang berbudi,

berperasaan20 kemanusiaan. Jalan yang benar yang

diperkatakan ini, niscaya terlihat pada tiap-tiap bangsa, tiap-

tiap orang damai, ia membersihkan fikran dan hatinya.

//11// ayat ke-5

Ya> ayyuha> al-na>s qad ja>a kum al-Rasu>l bi-al-h}aq min

Rabbikum fa’minu> khayran la-kum wa-in takfuru> fa-inna lilla>h

ma> fi> al-sama>wa>ti wa-al-ard} wa>-ka>na Alla>h ‘ali>man h}aki>man.

QS. al-Nisa>’:170

Hai semuanya manusia sungguh telah datang kepada mu Rasul

dengan sebenar-benarnya dari Tuhan kamu, maka imanlah

kamu terlebih baik bagimu. Dan jika kafir kamu maka

bahwasanya Allah taala mempunyai segala apa yang di dalam

19 president 20 Beperasaan.

Page 115: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

104

langit dan bumi. Dan adalah Allah taala amat mengetahui dan

amat memperhatikan.

Seruan Tuhan pada ayat ini kepada sekalian manusia.

Sekalipun seruan Ya> ayyuha> al-na>s itu kepada orang Makkah

dan ya> ayyuha> alladhi>na a>manu> untuk orang Madinah. Itu

diwaktu turun. Tetapi secara panggilan menghendaki umum

lafaz. Maka umum lafaz kepada umum manusia, lebih-lebih

pula kepada orang yang telah menerima kitab-kitab suci dari

Nabi-nabi dan Rasul-rasul dahulu yang bahaso21 telah datang

pula kepada mu Rasul, Nabi Muhammad me[ng]anjurkan wajib

pula mempercayainya lebih-lebih pula kepada orang yang tidak

menerima atau tidak berpegang akan kitab-kitab suci yang

terdahulu daripada al-Qur’an. Disebutkan al-rasu>l itu tertentu

kepada Nabi Muhammad peran mereka di masa dahulu telah

menerima penerangan dari kitab-kitab dahulu yang dibelakang

ini ada lagi Rasul yang wajib diimani yaitu Nabi Muhammad.

Ya> ayyuha> al-na>s qad ja>a kum al-Rasu>l bi al-h}aq min

Rabbikum: hai sekalian manusia yang bertabiat lalai dan lemah

ingatan. Sebenarnya telah datang kepada mu Rasul Kami yang

pengabisan, yang telah Kami janjikan pada kitab-kitab yang

terdahulu daripada al-Qur’an. Seperti Taurat kepada Nabi

Musa dan Injil kepada Nabi Isa mengatakan akan keturunan

Nabi Muhammad di zaman akhir ini. Diutuskan kepada

sekalian manusia sampai hari kemudian. Dengan sebenar-

benarnya yang bersuaian dengan kerisalatannya daripada Allah

yang Esa. Membawakan ayat-ayat keterangan Qur’an yang

sebenar-benar keterangan yang tak dapat dibanding dan

dimungkiri lagi kebenarannya. Yang mana Qur’an itu turunnya

dari Tuhan kamu yang menjadikan kamu dengan peraturan-

21 Bahaso (bahasa Minang): bahwa.

Page 116: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

105

peraturan undang-undan alam zahir dan batin akan mendidik

kamu orang mukminin kemanusiaan dan kebersihan hati

terhadap kepada Allah dan sesama makhluk.

/12/

Fa-’minu> khayran la-kum: setelah terang oleh kamu hai

manusia yang mendapat perhatian maka berimanlah kamu pada

kebenaran Rasul itu, yang menyampaikan kepada derajat iman

yang teguh kepada meesakan Tuhan. Jika telah kamu imani

akan dia dan kamu turut peraturannya, itulah yang terlebih baik

kepada mu daripada pendirianmu yang sudah-sudah yang tak

ada kamu perhatikan kebersihan kelurusan undang Qur’an

karena pendirian kamu terhadap tidak me[ng]akui yang

dianjurkan nabi Muhammad itu karena kamu dikelubungi awan

yang berwana-warna.

Wa-in takfuru> fa-‘inna lilla>h ma> fi> al-sama>wa>ti wa-al-

ard}: bangsa manusia yang telah dilaksanai dengan beberapa

kemuliaan-kemuliaan lebih daripada hamba Allah yang lain

dengan otak yang tajam dan pemandangan zahir batin pandai

mengambil cemin perbandingan, sudah ternyata segala

kebenaran itu datang daripada Qur’an tetapi kamu masih

menyangkali dengan sengaja tidak mau membenarkan atau

karena tidak sampai pikiran buat menerimanya karena telah

diselubungi oleh beberapa ganngguan yang memisahkan otak

dan akalmu kepada berdasarkan pada ketuhanan yang esa,

malah tepandang kamu mau (m-w-?-w-a) dunia yang

diibaratkan dengan t}a>ghu>t, ingatlah bahwasanya Allah taala

tetap Tuhan langit dan bumi dan seisinya dan akan menjadikan

keberatan kepada kekuasaanNya, tetapi kamu dan segala

Page 117: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

106

penganjur-penganjur kamu dan anak buah kamu tidak akan22

terlepas kekuasaanNya daripada dunia sampai hari berbalas.

Wa>-ka>na Alla>h ‘ali>man h}aki>man: dan adalah sifat Allah

Tuhan yang Esa itu mengetahui, yang mana pengetahuanNya

mengahabisi segala pengetahuan. Meatasi segala kepandaian

dengan hikmah yang sempurna, yang telah nyata pada

pemandangan dan perasaan sendiri pada diri sendiri atau di luar

diri sendiri. Apakah yang berlaku kepada segala hambanya

yang mempunyai beberapa bentuk dan (p-r-kh-r-m) jujur atau

tidak, iman atau kafir, taat atau durhaka, dan lain-lain. Sama

sekali Tuhan tidak mengambil pusing. Sungguhpun begitu,

Tuhan tidak sia-sia meangadakan23 kamu serta beberapa

kesenangan dan keadaan yang berlaku daripadamu dan kepada

mu. Lambat launnya akan terasa juga apabila nafsu dan hawa

itu berpisah daripada mu. Karena hawa nafsu dan kemauan-

kemauan itu barang. Barang yang datang itu tidakkan tetap

adanya.

//13// ayat ke-6

Ya> ayyuha> al-na>s qad ja>’akum burha>nun min Rabbikum wa

anzalna> ilaykum nu>ran mubi>na>. Fa amma alladhi>na a>manu>

billa>h wa-‘tas}imu> bi-hi> fa-sayudkhiluhum fi> rah}matin minhu

wa fad}lin wa yahdi>him ilay-him s}ira>t}an mustaqi>ma>. QS.al-

Nisa>’: 174-175

Hai sekalian manusia sungguh telah datang kepada mu suatu

keterangan daripada Tuhanmu. Dan telah kami turunkan

kepada mu cahaya (penerangan) yang nyata. Maka ada pun

orang yang telah iman dengan Allah dan berpegang mereka

22 Kan. 23 Meadakan.

Page 118: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

107

dengan dia, maka nanti kami masukkan dia ke dalam suatu

rahmat daripada nya dan karunia dan ditunjukinya akan dia

kepada nya jalan yang lurus –tetap-.

Manusia tidak dapat sampai kepada merasakan keesaan

Tuhan melainkan manusia yang ada mempunyai akal

sempurna. Karena akal sempurna itu dapat memperbandingkan

antara yang hak dan yang batil. Antara yang benar dan yang

salah. Akal itu dapat memutuskan perbandingan yang didapat

pemandangan dan penglihatan zahir sampai kepada

penglihatan batin. Dan yang didapatnya dengan keterangan

yang disampaikan atau yang diterima daripada seorang yang

dipercayai pada cerita, berita yang gaib-gaib yang tak dapat

dengan semata-mata akal dan pikir. Dengan dua keputusan

itulah moga-moga manusia baru sampai pada merasakan

sedapnya perdasaran kepada keesaan Tuhan. Apabila seorang

bekerja ikhlas dengan hati tulus menuju keesaan Tuhan, itulah

yang mendapat kelezatan amal dan merdeka daripada teraru-

aru oleh yang lain.

Ya> ayyuha> al-na>s qad ja>’akum burha>nun min Rabbikum:

hai manusia telah datang kepada mu burhan hajat dan

keterangan. Datangnya daripada Tuhanmu yang membela

kemanusiaanmu supaya terhindar daripada sifat-sifat hidup-

hidupan yang lain daripada bangsa manusia. Keterangan-

keterangan itu yang dibawakan oleh Nabi Muhammad yang

umi dengan beberapa mukjizat dan penerangan agama untuk

melangsungkan hukum-hukum dan peraturan agama Islam.

Membawa kepada mentauhidkan Tuhan yang Esa,

memudahkan jalan kepada kebenaran kemerdekaan manusia

daripada bertuhan kepada lain Allah yang Mahakuasa, supaya

Page 119: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

108

kamu sedapat-dapatnya mengikut peraturan yang didapatkan

Nabi Muhammad daripada Allah Subhanahu wa taala.

Wa anzalna> ilaykum nu>ran mubi>na>: dengan perantara

iman keterangan dan Nabi Muhammad kami turunkan dan

kami nyatakan Qur’an yang memberi petunjuk kepada kamu

sampai meningkat derajat kesucian Tuhan daripada berserikat

dan berbilang yang mana keterangan Qur’an itu tidak dapat-

/14/

dibanding dan disangkali lagi, baik bagi keselamatan dunia

atau keselamatan hari kemudian, baik yang dapat dipandangan

zahir maupun dipandangan gaib.

Fa ’amma alladhi>na ’a>manu> billa>h wa-‘tas}imu> bi-hi>

fasayudkhiluhum fi> rah}matin minhu wa fad}lin: adapun orang

yang iman kepada Allah di antara kamu manusia dengan

mengesakan zatNya dan sifatNya serta berpegang, percaya

kepada yang diterangkan al-Qur’an itu, masuklah dia ke dalam

mengagungkan24 rahmat dan karunia Allah yang tertentu

baginya serta balasan dengan kesenangan yang berpadanan

dengan tingkatan keimanannya dan berpegangan25 kepada

Tuhan yang Esa kuasa itu.

Wa yahdi>him ilay-him s}ira>t}an mustaqi>ma>: dan lagi

ditambah-tambahkan pertunjuk dan pengajarannya kepada

iman dan tauhid yang sampai melambangkan tinggi pangkat

derajatnya kelak kepada jalan yang betul keimanan yang teguh

– kaum bangsa manusia yang sempurna- yang mengahdapkan

dasar segala pendirian kepada keesaan Tuhan supaya terlepas

dari pengaruh-pengaruh tipu daya alam baru, berwujud kepada

jalan kemajuan dan kemerdekaan kepada kebenaran hakiki

24 Mengagungan. 25 Perpegangan.

Page 120: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

109

menghadapi perjuangan hidup. Sesungguhnya telah sampai

kepada mu –kata Tuhan- keterangan-keterangan dan

kenyataan yang sempurna yang dibawakan seorang Nabi dari

bangsa Arab, namanya Muhammad bin Abdullah dari pihak

Tuhanmu supaya kamu mendapat peraturan agama yang

sebenarnya menurut zaman akhir dan modern tentang

pendidikan adab, sopan dan akhlak kebatinan di dalam bekerja

dengan pengetahuan pihak kepada ibadah, perusahaan,

pekerjaan, pergaulan dan siasat politik perjuangan, persediaan

dan masyarakat dari rumah tangga sampai kepada umum.

Malah sampai kepada sosial sesama manusia atau sesama

hamba Allah yang mana di masa itu dunia sekeliling belahan26

bumi ini di dalam kalang kabut yang dirangkup kejahilan kaum

jahiliah. Di Parsi orang menyembah api yang bernyala-nyala,

lagi pula diturunkan Tuhan kepada nya(Muhammad) pertunjuk

pengajaran dengan Qur’an di dalamnya bermacam aturan

undang untuk keselamatan bangsa manusia umum adanya. Kita

persaksikan perkataan filusuf Amerika pemeluk agama Masihi

bernama – Raber : pemeluk Masihi sudah seribu tahun lamanya

belum ada mengeluarkan seorang yang alim kebilangan tetapi

agama Islam di dalam tempo yang sedikit sudah beribu-ribu

orang alimnya.

//15// ayat ke-7

Ya> bani A>dama qad anzalna> ‘alay-kum liba>san yuwa>ri>

sawa>tikum wari>shan wa-liba>su al-taqwa> dha>lika khayrun

dha>lika min a>ya>ti Alla>h la‘alla-hum yadhdhakkaru>n. QS.al-

A‘ra>f: 26

26 Belaan.

Page 121: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

110

Hai anak cucu Adam sesungguhnya telah Kami turunkan atas

kamu pakaian yang menutup kejahatan kamu (aurat kamu) dan

perhiasan. Dan bermula pakaian takwa itu lebih baik yang

demikian itu daripada tanda-tandanya ada Allah supaya

mereka ingat.

Tuhan Allah memanggilkan menyeru kepada seluruh

anak cucu bani Adam yang bakal menjadi khalifah di atas bumi

ini. Bahwasanya Kami – kata Tuhan- telah menurunkan

beberapa macam bahan-bahan yang keluar dari bumi dengan

perantaraan air hujan mengeluarkan rupa-rupa barang yang

akan menjadi pakaian kepada manusia. Satu pakaian untuk

menutup aurat kamu memliharakan aib dan malu kamu. Dua

pakaian perhiasan dan kembangan sebagai burung yang berbulu

sayap yang berwarna-warni. Dan ketiga pakaian takwa yang

memelihara daripada kecelaan dan kejahatan pada dunia dan

akhirat yang sebaik-baik pakaian.

Ayat ini d-p-r-b-ng-y cerita Nabi Allah Adam dan sitina

Hawa ditolak dari surga turun ke bumi ini. Bertempat tetap

sampai kepada anak cucu nenek yang berdua itu. Maka Tuhan

menjadikan dan menurunkan segala apa kefarduan orang yang

dihukum pindah tempat kepada negeri tempat buangan.

Kefarduan kelengkapan yang berkawan untuk mereka, untuk

dunia dan akhirat. Sebagian27 daripada kefarduan itu ialah

pakaian yang menutupi kecelaan, pakaian malu, sopan,

menutup aurat yang diterima bagi sah sembahyang. Begitu

juga kefarduan pakaian pada dunia, memelihara panas dan

dingin. Firman Allah taala: ((waja’ala la-kum sara>bi>l taqi>kum

al-h}urr wa-sara>bi>l taqi>kum bi’sakum)) dan menjadikan Allah

27 Sebahagian.

Page 122: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

111

untuk kamu baju, sirwal, pemelihara kamu daripada hangat28

panas. Dan pakaian baju sirwal memelihara daripada kelihatan

malu kejahatan kamu. Dan pakaian takwa lebih baik bagi kamu

yang akan kamu pakai. Keadaan Tuhan menurunkan pakaian

itu anak Adam suatu tanda juga bagi keesaan Tuhan.

/16/

Dengan memperhatikan yang tersebutkan pada ayat ini,

persesuaian dengan keadaan, adalah agama kita yang kokoh ini

tidak menghalangi dan menegahkan bersedap-sedap pada

makanan dan minuman tersebut pada ayat berbunyi ((wa-kulu>

mimma> razaqakum Alla>h h}ala>lan t}ayyiban wa -ttaqu> Alla>h

alladhi> antum bi-hi mu’minu>n)) maka pada ayat, kita ini tidak

pula dihalangi berpakaian perhiasan disuruh pula oleh

Rasulullah dengan wujud kitab ((ma> mana‘a ah}adukum an w-j-

w-s-?-t min al-ma>l an yattakhidha thawbayn li-yaum al-

jumu‘ah siwa> thawb mihnah)) apa yang menegahkan kamu jika

ada kelapangan dari harta supaya dia mengambil pakaian dua

helai untuk hari Jumat selain dari pakaian palasah yang biasa.

Tidak sadang begitu saja malah beliau ingin juga jika umatnya

bermegah-megah berjombang-jombang berpakaian asal

membawa kepada keridaan atau menz}a>hirkan rahmat dan

nikmat Tuhan. Sampai beliau berkata: man ka>na lahu sha’run

falyukrimhu, siapa yang berambut panjang maka hendaklah

dipeliaharakan, dihiasi, disisiri, diminyaki.

Dan sabda beliau juga ((inna Alla>h yuh}ibbu kullu jayyid

al-ri>h} jayyid al-thiya>b)) bahwasanya Allah taala kasih kepada

orang yang baik baunya dan bersih pakaiannya. Adalah pada

satu kali datang seorang orang kepada Nabi kita, maka dilihat

oleh Rasulullah orang itu berpakaian kurang baik. Agak buruk,

28 Angat.

Page 123: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

112

berkata Rasulullah kepada nya : bagaimana penghidupan

engkau dan harta engkau? Jawab laki-laki itu: adalah sederhana

cukup pemberian Tuhan kepada hamba. Maka berkata

Rasulullah kepada nya: ((inna Alla>h taala yuh}ibbu idha> an‘ama

‘ala> a-m-w-a ni‘mat an yanz}ura ila> athariha> ‘alayh))

bahwasanya Allah taala apabila diberinya seseorang akan

nikmat dia suka akan melihat dan diperlihatkan kepadanya

bekas-bekas nikmatnya itu. Artinya berpakaian dengan

pakaian yang dipakainya yaitu ((liba>s al-taqwa>)) pakaian yang

membawa takwa kepada Allah. Jangan pakaian kesombongan,

takabur, mebenar.

Daripada Abi Hurairah rad}iya Alla>h ‘anhu bahwasanya

Rasulullah berkata: ((la> yanz}ur Alla>h yawm al-qiya>mah ila> man

jara> za>rahu bat}ran)) mutafaq ‘alayh. Bahwasanya Allah taala

tidakkan melihat hari kiamat kepada orang yang merendahkan

mendalamkan kaki pakaian. Dan katanya lagi: ((ma> isbal min

al-ka‘bayn min al-iza>r fa-fi> al-na>r (rawa>hu al-Bukha>ri>))). Mana

yang melampaui ke bawah mata kaki berpakaian itu masuk ke

dalam api naraka. - ‘An ‘Amru ibn Shu‘aib ‘an abi>hi ‘an jaddihi

qa>la: qa>la Rasululullah s}ala Alla>h ‘alayhi wa salla>m ((inna

Alla>h yuh}ibb an yara> athar ni‘matihi ‘ala> ‘abdih))- bahwasanya

Allah taala amat sayang melihat bekas nikmat-Nya yang

diberikan-Nya kepada hamba-Nya. Hadis hasan. Al-riya>d} al-

s}a>lih}i>n 153

//17// ayat ke-8

Ya> bani> a>dama la> yaftinannakum al-shayt}a>n kama> akhraja

abwaykum min al-jannah yanzi‘u ‘an-hum liba>sahum

sawatihima> inna-hu> yara>kum huwa wa-qabi>luhu min h}aythu la>

tarawnahum inna> ja’alna> al-shaya>t}i>n awliya<’ li-alladhi>na la>

yu’minu>n. Wa-idha> fa‘alu> fa>h}ishah qa>lu> wajadna> ‘alayha<

Page 124: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

113

a>ba>’ana> wa-alla>h amarana> biha> qul inna Alla>h la> ya’muru bi al-

fah}sha<’ ataqu>lu>na ‘ala> Alla>h ma> la> ta‘malu>n. Qul amara rabbi>

bi al-qist} wa aqi>mu> wuju>hakum ‘inda kulli masjid wa-d‘u>hu

mukhlis}i>n al-di>n kama> bada’akum ta‘u>du>n. Fari>qan hada> wa

fari>qan h}aqqa ‘alayhim al-d}ala>lah innahum ittakhidhu> al-

shaya>t}i>n awliya>’a min du>ni Alla>h wa yah}sabu>na annahum

muhtadu>n. Qs. al-A’ra>f: 27-30.

Tiga ayat disebutkan disini berikut – pertama

memperingati manusia anak Adam daripada tipuan setan.

Kedua memperingatkan hal ihwal orang yang beramal menurut

kemauan orangtuanya. Ketiga sertakan membawa- Alla>h

subhanahu wa taala> tidak menyuruh kepada kejahatan. Dan

pada ayat keempat penutup menerangkan orang yang dapat

petunjuk29 dan orang yang sesat. Iyalah!

Ayat pertama Tuhan berkata: hai anak cucu adam

jagalah olehmu dirimu jangan kamu diperosokkan oleh setan

kepada lembah belukar kesesatan dengan bermacam waswas

dan fitnah supaya kamu keluar daripada orang-orang yang

dijanjikan Tuhan pahala surga. Lihatlah seperti dua orang

nenek kamu Adam dan Hawa dikeluarkan dari dalam surga

karena tipu waswas dan fitnah yang dibuatkan kepada mereka

sampai mereka dikeluarkan dari dalam surga. Dan ditanggali

dilolos segala pakaian yang ada pada tubuh mereka dan

perhiasan-perhiasan dicabut daripada badan mereka. Kuatlah

kamu segala anak cucu Adam, mudah saja setan merayu-rayu

kamu dengan berbagai tipu muslihat supaya kamu terjerumus

ke dalam belukar kedurhakaan. Karena mereka selalu melihat

menatap kepada kamu beserta30 kaum anak cucunya sedang

29 Pertunjuk. 30 Berserta.

Page 125: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

114

kamu tidak ada melihat mereka. Maka apabila kamu ketahui

bahwa akan demikian maka hendaklah kamu berlindung

daripada th-y-t-y-? denganya itu kepada Tuhan yang ghaib

yang mengetahui segala yang ghaib. Kami-kata Tuhan- tidak

Kami jadikan setanitu berkuasa kepada orang yang iman

kepada Allah, tidak diberi jalan kepada orag mu’minin.

/18/

Orang-orang kafir yang tidak me[ng]indahkan aturan

dan perintah Tuhan, apabila mereka berbuat suatu pekerjaan

yang tidak baik yang dilarang atau yang bersalahan dengan

agama, mereka berkata: sudah begitu juga kami terima dan

kami jawat dari bapa[k]-bapa[k] kami dan orang tua kami.

Tuhan menyuruh kami berbuat sedemikian. Begitulah adat

lama paga usang yang kami pakai selama ini, semua dari orang

tua kami. Begitulah jawab mereka karena sudah terfitnah oleh

setan dan hawa nafsu mereka. Syari’at mereka p-d-y-g

tamakan tiru-meniru agama mereka beralasan kepada

kemauan dan hawa nafsu.

Tuhan berkata kepada nabi Muhammad: katakanlah ya

Muhammad! bahwasanya Allah tidak menyuruh berbuat

kejahatan yang terlarang dalam agama, bagaiamana berani

kamu berkata berbuat barang yang tiada kamu ketahui.

Katakanlah ya Muhammad kepada orang-orang yang

membuat-buatkan berdusta kepada Allah itu. Tuhan aku hanya

menyuruh dengan adil dan lurus membayarkan suatu pada

haknya. Mana yang berbetulan dengan akal orang yang berakal,

dengan pertengahan keadaan, tidak melebih-lebihinya dan

tidak menyia-nyiakan31. Sebab itu hendaklah kamu bangkitkan

tenagamu kepada beramal ibadah kepada wajah Tuhanmu dan

31 Mensia2kan

Page 126: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

115

berdoalah dan beribadahlah kamu kepada Nya dengan ikhlas.

Jangan kamu i’tikadkan juga yang lain daripada Allah akan jadi

Tuhan kamu.

Kamu dahulu dijadikan oleh Tuhan dari ‘adam semata

dilahirkan ke atas dunia supaya kamu beramal berbakti yang

baik-baik. Nanti kamu akan dikembalikan pula kepada sedia

kala. Balik kepada alam ‘adam – dan di sana kamu dihidupkan.

Hidup yang abadi supaya dibalasi segala amalan kamu di atas

dunia ini. Siapa yang taat kepada Nya dengan amalan ikhlas

beruntunglah dia masuk ke dalam surga. Siapa durhaka kepada

Nya merugilah dia masuk ke dalam neraka api yang bernyala-

nyala. Siksa yang sepadan dengan kesalahannya.

Adalah manusia itu dua partai. Satu partai orang yang

mendapat petunjuk32 yaitu kaum muslimin menurut perintah

Allah. Memulakan kerukunan agamanya dengan penuh dan

ikhlas. Dan satu partai orang yang masuk golongan satu yaitu

yang mengambil setan-setannya –akan jadi ikutannya- yang

akan memfitnahi akan dia tidak mereka bertuhan akan Allah.

Tidak menurut aturan Allah. Katanya dianya atas pekerjaan

yang salah itu ialah berbuat baik dan pertunjuk jua.

//19// ayat ke-9

Ya> bani> A>dama khudhu> zi>natakum ’inda kulli masjidin wa-kulu>

wa-shrabu> wa-la> tusrifu> innahu> la> yuh}ibbu al-musrifi>n. Qul

man harrama zi>nata Alla>h allati> akhraja li-‘ibadihi> wa-al-

t}ayyiba>t min al-rizq qul hiya lilladhi> a>manu> fi> al-h}ayawa>t al-

dunya> kha>lis}atan yawm al-qiya>mat kadha>lika nufas}s}ilu al-a>ya>ti

li-qawmin ya’lamu>n. Qul innama> h}arrama rabbiy al-fawa>h}ish

ma> z}ahara min-ha> wa-ma> bat}ana wa-al-ithma wa-al-baghya

32 pertunjuk

Page 127: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

116

bighayri al-h}aq wa-an tushriku> billa>h ma> lam yanazzil bihi>

sult}a>nan wa-an taqu>la> ’ala> Alla>h ma> la> ta’lamu>n. Wa-likulli

ummatin ajalun fa-idha> ja>‘a ajaluhum la> yasta‘khiru>na sa>’atan

wa-la> yastaqdimun>. Qs. al-A’ra>f: 31-34

//21// ayat ke-10

Ya> ayyuha> al-na>s innama> baghyukum ‘ala> anfusikum mata>‘a

al-h}aya>t al-dunya thumma ilay-na> marji‘ukum fa-

yunabbiukum bima> kuntum ta‘malu>n – yu>nus: 23

Hai manusia yang sadar!: hanya sanya keaniayaan kamu adalah

atas dirimu selama bersenang-senang di ruangan hidup di

dunia. Kemudian kepada Kami jua kembalimu. Maka Kami

terangkan kepada mu dengan apa-apa yang ada kamu kerjakan.

Di ayat ini Tuhan Allah memberikan pemandangan

kepada manusia bahwa sifat manusia itu tetap di dalam tidak

jujur –tidak membalas budi, tidak menghargai33 kebaikan

orang, umpamanya: kalau dia di dalam safar –umpama di dalam

pelayaran- datang kepada bahaya laut- angin, topan,

gelombang adalah dia berjanji di dalam hatinya, yang timbul

saja dengan kebenaran dengan keyakinan menyeru meminta

dan mendoa kepada Ilahi Rabi lepaskanlah kami dari bahaya

ini dan berjanji dengan hati sendiri akan bertaat, bertakwa

kepada Tuhan yang Esa selepasnya dari safar ini. Nanti apabila

sudah terlepas, tidak teringat lagi janji yang di dalam safar itu

dengan Tuhan.

Ya> ayyuha> al-na>s innama> baghyukum ‘ala> anfusikum:

hai manusia yag selalu berbuat kesalahan dan kejahatan kepada

sesama kamu dengan menjalankan aniaya satu sama lain.

Kamu buat kejahatan kepada orang lain supaya kamu selamat

33 mehargai

Page 128: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

117

seputus –beruntung- terlepas dari bahaya, maka aniaya kamu

itu kembalinya kepada kamu juga, mengapa demikian? ((man

‘amila s}alih}an fa-li-nafsihi wa man asa>a fa-‘alayha>)) siapa yang

berbuat kebaikan tentu kebaikannya untuk dirinya. Dan siapa

berbuat kejahatan maka kejahatan itu menimpa dirinya juga.

Bukan saja kejahatan itu kepada nya seorang malah kepada

yang seumpamanya atau kepada taulan sejawatnya, sampai

kepada sekaum sebangsa dan setanahairnya. Jikalau

kejahatannya dan aniaya itu sampai kepada merintangi

kesenangan keselamatan dan jua perjuangan dengan musuh

agama bangsa dan kemerdekaan tanah airnya.

Mata>’a al-h}aya>h al-dunya. Tahukah kamu kesalahanmu

itu? Kamu selalu bersuka-suka, bersedap-sedap, bersenang-

senang dengan hidup dan penghidupan dunia kamu yang fana

itu oleh karena kesenangan kamu dengan keduniaanmu itu

kamu putuskan perhubungan kerabat dan

/22/

silaturahim. Lupa kamu akan kewajiban kamu kepada kepada

sebangsa dan senusa malah lagi seagama. Balasan kerja kamu

dan kesalahan kamu itu mengenai kepada masyarakat dan

sepupu kamu adanya.

Thumma ilay-na> marji‘ukum: sesudah kesenangan dan

(k-p-l-s-y-r-n) kamu di dalam hidup dunia yang lenyap ini.

Bahayanya mengenai kepada dirimu dan masyarakat penduduk

tanahairmu maka nanti kemudian hari, di sana nanti kamu

menerima balasan dan menemui bagaimana kamu

menderitakan hukuman Tuhan dihadapan khala>iq dan orang

yang kamu aniaya semasa mereka merasa tertindas dan terhina

ketika kamu sombong takabur kepada mereka. Nasib ketika itu

terserah kepada Allah.

Page 129: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

118

Fa-yunabbi’ukum bima> kuntum ta‘malu>n: maka nanti

kami beri kamu balasan setampilan dengan amalan kamu. Pada

ayat dibelakang ini Tuhan Allah membuatkan perumpamaanya

hidup di dunia ini. Perhatikanlah! Hidup di dunia ini dengan

kesenangannya kalau diumpamakan, adalah seumpama hujan

yang turun menyirami bumi yang subur menambahkan

pelbagai tanaman yang bermacam-macam daripada yang

dimakan oleh manusia seperti jagung, padi, sayuran dan lain-

lain. Dan makanan ternak binatang daripada rumput dan lain-

lain, hatta mengeluarkan bumi akan keindahannya dan

kecantikannya, daun yang rimbun bunga yang berkembangan

buah yang rontok ranun, di sana tumbuh kira-kira dan sangka

ramai kesukaan yang riuh rindang akan mengambil hasil

tanamannya, memetik buahnya, mengutip daunnya dan

menyabut memotong padinya. Padi masak, jagung meupah,

buah lebat bunga kembang dengan tidak disangka, sekonyong-

konyong turunlah bahaya petaka, perintah takdir Tuhan, binasa

isi kebun rusak isi lada, daun merusak, bunga layu, buah gugur

ke tanah batangnya rebah tunduk ke bumi. Entah malam entah

siang-siang menjadi seperti tanaman langkas, seperti sawah

sudah disabit, dipotong tidak ada sebagai yang diangan-angani

semalam lagi. Begitulah Tuhan Allah menjelaskan kepada

kaum yang mau berpikir. Kata peribahasa: ya> man bi-dunyahu

ishtaghal – qad gharrahu t}u>l al-amal. hai orang yang bimbang

dengan keduniaannya- sesungguhnya dia terpedaya dengan

panjang angannya itu.

//23// ayat ke-11

Ya> ayyuha> al-na>sqad ja<’atkum maw‘iz}atun min Rabbikum wa-

shifa>’ lima> fi> al-s}udu>r wa-hudan wa-rah}matan li-al-mu’mini>n.

Qs. Yu>nus: 57

Page 130: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

119

Hai manusia. Sesungguhnya telah datang akan kamu

pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi barang pada dada

dan pertunjuk dan rahmat untuk orang-orang mukmin.

Hai sekalian manusia yang masih belum mengerti dan

sadar pada mengingati asal usul kemanusiaannya

sesungguhnya telah datang kepada mu daripada Tuhanmu yang

Esa yaitu Qur’an –kitab suci- lengkap di dalamnya beberapa

faidah-faidah, penerangan-penerangan yang semuanya itu

tersimpan pada empat perkara:

pertama- maw‘iz}ah- pengajaran, yaitu ... menarik kepada

kebaikan yang digemari dan yang diketakuti –salah akan

membaiki, lupa akan menuruti, terlampau akan

mengembalikan dengan dua jalan: satu memberikan pengajaran

kepada hati supaya tetap keyakinan kepada Tuhan Yang

Mahaesa tiada Tuhan selain Nya- maka segala pekerjaan – dan

perjuangan- kejahatan dan suasana- hidup dan mati- sakit dan

senang, semuanya didatangkan Tuhan belaka dengan maw‘iz}ah

Qur’an itulah baru34 dapat kita mempertahankan kemerdekaan

ruh kita –jiwa kita- pikiran kita dan berkibarnya semangat kita

kepada melawan berjuang kepada musuh kasar dan musuh

halus. Kedua, memberikan pengajaran aturan lembaga

pekerjaan dan amalan yang berupa perintah dan suruh kepada

kebaikan yang mana segala peraturan yang telah diperintahkan

di dalam Qur’an itu sama sekali membawa kepada kebaikan

yang disetujui oleh isi alam yang suka mendalamkan tilikannya

dan pahamnya tidak dengan tergopoh-gopoh yang didorongkan

hawa nafsu. Dengan tilikan sepintas lalu saja dan memberikan

pengajaran yang berupa tagah35 dan larangan pada pekerjaan

34 baharu 35 Tagah (bahasa Minang): cegah

Page 131: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

120

kejahatan yang ditakuti nanti yang membawa kepada

kesengsaraan hidup dunia sampai kepada akhirat.

Kesengsaraan, baik kepada diri sendiri ataupun kepada

bersama –orang umum dan masyarakat. Tetapi kebiasaan

larangan pada yang disukai oeleh kebanyakan orang. Memang

manusia itu beraja kepada hatinya bersultan kepada matanya-

padahal hati itu diperintahi kemauan hawa nafsu dan mata

cendrung kepada rupa dan warna. Maka Tuhan memberikan

pengajaran supaya jangan diturutkan itu.

/24/

Kedua- shifa>un li-ma> fi> al-s}udu>r. Mengobat penyakit-

penyakit yang ada di dalam hati yakni membersihkan hati

daripada syak dan waham. Kepercayaan-kepercayaan yang tak

bersesuaian dengan keadaan dan kejadian alam. I’tikad - i’tikad

yang busuk yang diperlakukan oleh beberapa penipu-penipu

baik di dalam keagamaan baik di dalam keagamaan, baik di

dalam kebudian. Jadi pada makna mengobati penyakit hati ini,

terkumpullah padanya bahwa Qur’an itu mengumpulkan

hikmah-hikmah bahagian akhlak – kebathinan suci

menghapuskan penyakit kebodohan –syak- wasangka- dengki-

takabur, hasad dan khianat, terus dan lain-lainnya. Kalau orang

sudah meminum obat hati dari air aliran al-Qur’an, turunlah

sejuk dan tawar kepada ulu jantung sampai meresap ke

selubung jiwanya tumbuhlah rasa persatuan sangat s-d-y-p-n

dari sebangsa –senusa-seagama-malah sesama hamba Allah.

Ketiga- hudan. Pertunjuk yang membawa ahli inayah-

yang suka memperhatikan kepada jalan kebenaran, suka

menerima ketetapan hati kepada wah}dah dan tawh}i>d dan

terlepas daripada d}ala>lah kaum sesat dan celaka. Dan keempat-

wa-rah}mah li-al-mu’mini>n. Dan rahmat kesenangan dan

Page 132: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

121

kesukaan kepada orang yang suka mempercayai akan dia pada

segala barang yang telah dijanjikan Tuhan di dalam Qur’an

dengan beberapa bahgia dan balasan yang berlipat ganda

daripada amalan-amalan nanti di kampung baqa’.

Empat perkara ini pembawaan Qur’an yang diturunkan

Tuhan kepada Nabi Muhammad, nabi akhir zaman supaya

disampaikan hukum-hukumnya- pelajarannya kepada umatnya

–tiap pihak –segala bangsa- tidak memilih bangsa- tidak

melihat warna hanya menuju kepada manusia yang suka

memperhatikan isinya. Oleh ayat itu orang yang hendak

menempuh jalan merdeka kemenangan yang abadi hendaklah

suka me[ng]amat-amati dan perhatikan dengan tenang

memperbanyak membacanya dan mengetahui makna dan

tujuannya dengan beberapa petunjuk jalan kitab-kitab tafsir

yang telah dikarang oleh orang alim ulama –cerdik pandai –

pahlawan-pahlawan dalam pengetahuan di dalam tiap-tiap

bangsa dan bahasa supaya terang terbentang di dalam ruangan

kelapangan tenaga kekuasaan paham masang jangan

dipadokan saja pengajaran-pengajaran yang datang dari luaran

seperti selama ini!! Wa-huwa al-‘azi>z al-h}aki>m.

//25// ayat ke-12

Qul ya> ayyuha> al-na>s in kuntum fi> shakkin min di>ni> fa-la>-

u‘budu alladhi>na ta‘budu>na min du>ni Alla>h wa-la>kin a‘budu

Alla>h alladhi> yatawaffa>kum wa-umirtu an aku>na min al-

mu’mini>n. Wa-an aqim wajhaka liddi>ni h}ani>fan wa-la>-

takunanna min al-mushriki>n. Wa-la>-tad‘u min du>ni Alla>h ma>

la>-yanfa‘uka wa-la>-yad}urruka fa-in fa‘alta fa-innaka idhann

min al-z}a>limi>n. Wa-inna yamsaska Alla>h bi-d}urrin fa-la>-

ka>shifa lahu illa> huwa wa-in yuridka bi-khayrin fa-la>-ra>dda li-

Page 133: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

122

fad}lihi> yus}i>bu bi-hi man yasha>’ min ‘iba>dihi> wa-huwa al-ghafu>r

al-rah}i>m. Qs. Yu>nus: 104-107

Katakanlah ya Muhammad kepada orang yang ragu-

raguan pada agama engkau yang jahat sangka pada mengikut

pekerjaan dan amalan engkau: hai manusia yang selalu

teperintah oleh kemauan dan lalai daripada berpikir, jika kamu

berada di dalam syak dan ragu juga pada agamaKu yang sebaik-

baik dan sebersih-bersih agama yang pusat dan punc[ak] oleh

sekalian agama karena bersandar dan berdasarnya semata

kepada keesaan Tuhan sejati. Maka aku tidakkan menyembah

dan menghadapkan diriku kepada gambar-gambar dan bahan-

bahan yang kamu sembah itu selain daripada Allah tetapi

adalah aku menyembah dan perhambakan diriku kepada Allah

Tuhan yang Esa, yang mematikan kamu dan membinasakan

barang yang kamu sembah itu, dan aku disuruh supaya adalah

aku masuk bahagian orang-orang mu’minin yang yakin

kepercayaannya dengan menggunakan akal pikirannya kepada

mentauhidkan Tuhan yang Esa –tiada Tuhan selain daripada

Nya.

Dan lagi diwahyukan kepada aku- kata Tuhan Allah

kepada aku: bahwa –tetaplah engkau Muhammad

menghadapkan diri engkau, muka engkau kepada agama yang

telah disuruhkan engkau memegangnya supaya membaikkan

kemanusiaan engkau dan budi engkau. Jangan memandang

berpaling ke kiri ke kanan selain kepada tujuan agama yang

telah diturunkan kepada engkau. Merdekalah engkau daripada

terperintah yang meluar dari perintah agama engkau yang

terpisah daripada agama-agama yang tidak benar itu. Dengan

keadaan demikian, dan janganlah engkau termasuk ke dalam

Page 134: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

123

golongan orang yang memperserikatkan Tuhan. Dan manakala

telah mengetahui engkau akan hakikat isi alam.

Dan ternyata pada engkau bahasa tidak ada daripadanya

yang patut disembah, maka

/26/

jangan engkau menyeru –meminta bantu- mengharap

pertolongan pada segala cita-cita engkau dan hajat engkau

daripada kepada lain Allah yang Esa di antara barang yang

tidak dapat mendatangkan manfaat kepada engkau sekalipun

engkau sembah-sembah benar akan dia. Dan tidak akan

mendatangkan mudarat -dan mereka kepada engkau jika

engkau sangkali akan dia- karena semuanya itu selain daripada

Allah tiada memberi bekas suatu jua. Sedangkan

kemudaratannya sendiri tidak dapat ia menolongnya. Maka

jika engkau kerjakan juga mendoa –menyeru kepadanya dan

engkau i’tikadkan juga yang baharu itu memberi bekas, maka

nyatalah bahwasanya engkau ketika itu jua masuk ke dalam

golongan orang aniaya –menganiaya dirinya sendiri- sebab dia

menurunkan derajatnya yang berakal kepada derajatnya yang

dungu.

Dan jika mengenakan akan dikau Allah taala dengan

suatu mudarat satu kejahatan, maka tiada yang

membukakannya menolongnya daripada engkau melainkan

Dianya –Allah. Dan jika dikehendakiNya kepada engkau

dengan suatu kebaikan pemeliharaan –dengan karuniaNya dan

rahmatNya- maka niscaya tidak ada seorang juga yang kuasa

menolaknya daripada engkau akan karuniaNya itu. Hanya

mengenai sampai karuniaNya dan pemberianNya kepada siapa

yang disukaiNya daripada sekalian hambaNya. Tidak dapat

dihalangi dan tidak terlarang sebab dosa dan kesalahan mereka,

Page 135: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

124

karena Dianya mengampuni dosa hambaNya bila hambaNya

meminta ampun dan surut daripada kesalahannya lagi Dia

pengasih-penyayang kepada hambaNya.

Boleh jadi dihapuskan kejahatan itu atau kejahatan itu

menjadi suatu kebaikan. Karena kadang-kadang pekerjaan

yang tempatnya jahat dan nyata kejahatannya tetapi akhirnya

menjadikannya kebaikan, atau ekornya membawa

kemaslahatan. Maka yang jahat itu menjadi barang yang baik

dan berbakti pada sisi Allah Tuhan Kuasa.

//27// ayat ke-13

Qul Ya> ayyuha> al-na>s qad ja>akum al-h}aqqu min rabbikum

faman ihtada> fa-innana> yahtadi> linafsihi> wa man d}alla fa-

innama> yad}illu ‘alay-ha> wa ma> ana ‘alay-kum bi-waki>l. Wa-

ttabi‘ ma> yuh}a> ilay-ka wa-is}bir h}atta> yah}kauma Alla>h wa-huwa

khayru al-h}a>kimi>n. Qs. Yu>nus: 108-109

Katakanlah Muhammad! Hai sekalian manusia yang

telah menerima penerangan-penerangan, yang telah diberati

dengan ibadah dan pengetahuan supaya bertuhan kepada

Tuhan yang Esa Kuasa dan bermaca,-macam seruan kebenaran.

Dan keinsafan: sesungguhnya36 telah cukup sampai kepada mu

pengajaran dan kebenaran yang amat nyata dan terng

datangnya daripada Tuhanmu yaitu Islam yang menerangi

pucuk-pucuk keimanan dan puncak bubungan pengetahuan.

Maka siapa yang telah mendapat pengajaran dan menerima

petunjuk37 kepada keislaman dan ketauhidan yang sebenarnya,

maka niscaya adalah dia mendapat pengajaran untuk dirinya.

Dan mendapat penerangan jalan yang akan dilaluinya, maka

36 Sungguhnya 37 pertunjuk

Page 136: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

125

adalah pahala –bahagia- balasan kebenaran yang didapatnya itu

nanti untuk dirinya sendiri. Sifat kesempurnaan dan kemuliaan

itu nanti akan dicapainya sendiri.

Dan siapa yang masih sesat juga –tidak menerima

pengajaran- tidak mendapat petunjuk38 dengan penerangan

Islam, malah diabaikannya, tidak diindahkannya, tidak

dibenarkannya. Maka hanya sanya dia tersesat atau menjadi

kesesatannya berbahaya atas pukulan dirinya sendiri. Maka

segala bahaya kesalahannya nanti tentu akan ditanggungnya

sendiri.

Dan katakan juga kepada mereka ya> Muhammad!: tiada

saya atas mu jadi wakil, tiada saya dapat memeliharakan, tidak

dapat saya mempertahankan dan membela kesalahan-

kesalahan kamu itu. Karena saya tidak bertanggungjawab

padahal yang demikian, malah saya manusia seperti kamu pula.

Hanya saya disuruhkan Tuhan kita, supaya menyampaikan

pengajaran dan pertakut, sesudah saya sampaikan kepada hai

manusia sekalian apa yang diperintahkan saya

menyampaikannya maka terserah kepada mu dan terusilah

kepada pikiranmu sendiri-sendiri. Kalau manis lulur dan

telanlah. Dan kalau belum terasa manisnya kinyam-kinyam

dahulu mudah-mudahan dapat

/28/

juga perasaan yang waras, pikiran yang sehat, terbuka juga

pintu selubung h-y-w-a rohani yang suci.

Dibalik itu ya> Muhammad! Engakau turutilah, engkau

kerjakan sungguh-sungguh dengan tenaga engkau sendiri. Apa

yang telah diwahyukan kepada engkau oleh Tuhan engkau,

majulah engkau lancarkan segala peraturan Tuhan engkau.

38 pertunjuk

Page 137: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

126

Tetap engkau menyampaikan kepada orang banyak, orang

umum secara yang telah diperintahkan Tuhan engkau. Jangan

engkau pedulikan sayang orang atau bencinya kepada engkau.

Membenarkan atau mendustakan mereka akan engkau, malah

hendaklah engkau sabar, tahan atas kejahatan mereka dia atas

engkau. Terima saja benci kaum itu dengan sayang kepada

mereka jangan engkau patah39 dan bosan menyeru mereka

sampai bila hari Tuhan Allah menghukumkan kepada mereka -

berupa kemenangan dalam perjuangan dengan berperang-

dengan bertantangan. Hingga sampai agama engkau, agama

Islam ini kembang seluruh ke alam manusia dan bertebaran

tiap-tiap pihak, seluruh dunia.

Di dalam itu ya> Muhammad! Bahwa Tuhan engkau yang

Mahasuci adalah Dia sebaik-baik dan seadil-adil orang yang

menghukum. Dia selalu memperhatikan gelagat kaum bangsa

durhaka. Kaum pengkhianat kepada agama dan bangsa,

seterusnya kepada kemerdekaan tanah air. Tuhan yang Esa

Kuasa bersedia akan menolong orang yang menolong

agamanya, membantu orang yang suka membantu syariatnya.

//29// ayat ke-14

Ya> ayyuha> al-na>s ittaqu> rabba>kum inna zalzalata al-sa>‘ata

shay’un ‘az}i>m. yawma tarawnaha> kullu murd}i‘atin ‘amma>

ard}a‘at wa-tad}a‘u kullu dha>ti h}amlin wa-tara> al-na>sa suka>ra>

wa-ma> hum bi-suka>ra> wa-la>kinna ‘adha>b Alla>h shadi>d. Qs. Al-

H}ajj: 1-2

Hai sekalian manusia! Takutlah kepada Tuhanmu, bahwasanya

goncangan hari kiamat suatu yang amat besar. Pada hari yang

kau lihat nanti, lupa sekalian orang yang menysukan anak akan

39 batah

Page 138: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

127

anaknya yang disusukannya dan menggugurkan sekalian orang

yang dalam hamil akan kandungannya. Dan engkau lihat nanti

orang-orang itu40 habis mabuk, sebenarnya tidak mereka

mabuk. Dan tetapi azab-siksa- Allah amat bersangatan.

Hai sekalian bangsa manusia khusus dan umum, yang

masuk bangsa manusia takutlah kamu kepada Tuhanmu yang

membela kamu dan memberi kemuliaan dan kelebihan atas

segala macam hambanya yang dijadikan-Nya turutlah perintah

Tuhan. Kerjakanlah segala yang disuruhkan-Nya dan jauilah

larangan-Nya, hentikanlah tagah-Nya, takutilah akan hari

berbalas segala kebaikan dengan pahala, segala kejahatan

dengan siksa. Jangan kamu terpe[r]daya sebab kesenangan-

kesenangan41 yang ada pada tanganmu dan kekayaan yang ada

di dalam simpanan kamu itu. Dan anak pinak famili yang

berkembang baik di kelilingmu itu belum tentu akan berfaedah

atau mendatangkan kebaikan kepada mu nanti. Nanti apabila

tiba hari berbangkit (hari akhirat, hari kiamat) hari sa>‘ah tidak

dapat membicarakan, menguraikan42 bagaimana kesusahannya.

Baiklah kita perhatikan, kita ambil pengertian dalam

pada sedikit kesusahan. Hari sa>‘ah itu, pada ayat yang kita

sebutkan di sini: bahwasanya bahaya hari sa>‘ah (hari kiamat)

yang disediakan untuk merubahkan peraturan alam yang kita

lihat, kita pakai sekarang ini, memulangkan alam zahirini ke

alam gaib. Suatu huru-hara yang amat besar dan mengejutkan43

kepada penduduk bumi. Tuhan menyebutkan sedikit daripada

40 Orang2 41 Kesenangan2 42 Menghuraikan 43 Mengejuti.

Page 139: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

128

huru-hara dan kesusahan-kesusahan44 hari itu: pada hari nanti

kamu dapati juga pemulaannya di waktu ((al-nafkhat al-u>la>))

tiupan serunai (terompet yang diserahkan45 oleh Tuhan kepada

seorang malaikat-Nya bernama Israfil ), suatu tiupan berbunyi

suara yang sangat hebat, dahsyat, mengherankan,

mengagumkan46

/30/

kepada segala pendengar-pendengarnya47 hari itu. Sekiranya

seorang ibu yang cinta, sayang dan kasih kepada anaknya yang

sedang dipeluk, dipangkunya pada haribaannya di dalam

menyusukan, mengobat [h]aus dan lapar anak yang

kecintaannya itu, boleh dia lupa akan anak, terlepas dari

tangannya, hilang ingatannya kepada buah percintaannya itu.

Lagi pada hari itu datangnya suara gementar tiupan pertama

dari terompet48 malaikat Isra>fi>l, maka segala perempuan yang

di dalam mengandung (hamil) dengan tidak diketahuinya, jatuh

anaknya dan gugur kandungannya oleh kesangatan huru[-]hara

itu juga. Hasilnya: kalau kita lihat, adalah manusia seumumnya

ketika itu hilang akal menaruh heran. Bukan mabuk sebagai

sekarang (mabuk disebabkan minum tuak, minuman keras),

tidak, malah mabuk pikiran akal dan tenaga tidak dapat

mencari49 daya upaya oleh karena azab Allah dan siksaan yang

turun kepada mereka.

44 Kesusahan2. 45 Diserahi. 46 Mengaggumkan. 47 Pendengar2nya. 48 Selempret. 49 Mencahari.

Page 140: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

129

Sambungan ayat: tetapi adalah sebagian50 orang yang

selalu membantah, menyalahi di dalam agama Allah. Sebab

tidak ada mempunyai pengetahuan, sampai mereka

mengatakan: malaikat itu anak Allah, Qur’an itu dongeng-

dongengan51 orang dahulu, Allah tidk kuasa menghidupkan

orang yang telah mati. Banyaklah perlawanan mereka kepada

agama Tuhan. Suka dia menuturkan kemauan setan yang selalu

durhaka, yang telah dihukumkan atasnya bahwasanya siapa

yang mengikut perintah setan behimpun kepada anak buah

setan itu. Maka terang nyatalah bahwa setan itu akan

menyesatkan daripada jalan tengah (jalan lurus/jalan

kebenaran) dan setan itu memberi dia petunjuk52 kepada jalan

yang menyampaikan, membawa terperosok ke dalam neraka

yang [h]angat (yang bernyala). Alhasil bahwa setan itu telah

tetap akan menyesatkan orang yang mengikutinya dan

menunjukkan jalan kepada neraka.

//31// ayat ke-15

Ya> ayyuha> al-na>s in kuntum fi> raybin min al-ba‘thi fa-inna>

khalaqna>kum min tura>bin thumma min nut}fatin thumma min

mud}ghatin mukhallaqatin wa-ghayri mukhallaqatin li-

nubayyina lakum wa-nuqirru fi> al-arh}a>m ma> nasha>’u ila> ajalin

musamma>n thumma nukhrijukum t}iflan thumma li-tablughu>

ashuddakum wa-minkum man yutawaffa> wa-minkum man

yuraddu ila> ardhali al-‘umuri li-kayla> ya‘lama min ba‘di ‘ilmin

shay’an wa-tara> al-’ard}a ha>midatan fa-idha> anzalna> ‘alay-ha> al-

ma>’a ihtazzat wa-rabat wa-anbatat min kulli zawjin bahi>j{.

50 Sebahagian. 51 Dongeng2an. 52 Pertunjuk.

Page 141: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

130

dha>lika bi-anna Alla>h huwa al-h}aqq wa-annahu yuh}yi> al-mawta>

wa-annahu> ‘ala> kulli shay’in qadi>r{. Wa-anna al-sa>‘ata a>tiyatun

la>-rayba fi>ha> wa-anna Alla>h yab‘athu man fi> al-qubu>r{. Qs. al-

H>}ajj: 5-7

Hai sekalian manusia, orang yang masih ragu-ragu53

akan mempercayai me[ng]imani hari akhirat, jika kamu masih

di dalam keraguan, shak, dan belum percaya akan hari

berbangkit sebagai tidak mumkin jadinya karena sudah luluh

jadi tanah akan kembali berbangkit pada hari kemudian. Maka

untuk menghilangkan54 keraguan, shak, dan wahm itu marilah

kami terangkan dan perhatikanlah! Kata Tuhan: maka

bahwasanya Kami telah menjadikan kamu dengan perantaraan

dari bapa[k] kamu yang berasal kejadian kamu itu daripada

tanah menjadi suatu benda makanan dan minuman daripadanya

menjadi nut}fah yang mengalir daripada urat tulang belulang

bapa[k] yang bernama mani. Maka nut}fah mani itu tertumpah

ke dalam rahim ibu, di sana menjadilah dia ‘alaqah (darah

sebongkah) atau suatu paduan darah. Sesudah itu menjadi dia

(nut}fah - sekping daging) yang terjadi dari perpaduan darah

tadi, mud}ghah. Ini ada yang sempurna, cukup, tidak cacat

ben[t]uknya, dan ada juga yang kurang baik, tidak sempurna,

tidak dapat dijadikan menjadi manusia. Perkara pekerjaan yang

berpindah silih-bersilih dari zat makanan sampai menjadi

nut}fah berangsur-angsur55 pula hingga menjadi sekeping

daging yang boleh dijadikan manusia, itu supaya Kami dapat

menyatakan kepada mu bahwa mengembalikan kemudian hari,

hari berbangkit itu amat mudah pada sisi orang yang

53 Ragu2. 54 Penghilangkan. 55 Berangsur2

Page 142: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

131

Mahakuasa dan Esa. Sesudah itu paduan daging yang telah

menjadi daging, berurat, bertulang itu Kami berikan

/32/

sementara waktu di dalam rahim ibu sampai hari ketika yang

telah dijanjikan, kemudian baru Kami keluarkan kamu dari

kandungan ibu dengan keadaan bayi. Sesudah kamu keluar

maka Kami atur, Kami bela sampai kamu menjadi orang

berakal dan tangkas tubuh jasmani- jiwa rohani, dan semanagat

h}ama>sah berkeberanian dengan keras hati menendang musuh,

mempertahankan agama dan bangsa. Di antara itu, ada pula

yang mati sebelum sampai jangka orang besar dan ... atau mati

sebelum dewasa. Dan di antaranya ada pula yang sampai

berumur lebih dari dewasa sampai pula kembali kepada serupa

perangai umur anak-anak, sampai tahu apa-apa56 lagi.

Sebuah lagi supaya diambil menjadi buah pikiran kepada

kekuasaan Allah Tuhan yang Esa. Lihatlah kepada bumi mati,

tanah kering yang tak mau tumbuh apa-apa57 lagi. Maka mana

kala Kami turunkan kepadanya air hujan, bergeraka kembang

bangkit suburnya, hingga menumbuhkan pelbagai tanam[-

]tanaman yang semerbak satu-satu58 macam yang indah-indah

dan permainya. Semuanya itu menunjukkan yang bahaso Allah,

Tuhan yang sebenar-benarnya59 Esa Kuasa. Menghidupkan

orang mati sebagaimana Dia menghidupkan tanah mati dengan

tumbuh-tumbuhannya60. Dan bahawasanya Allah kuasa kepada

tiap-tiap61 [se]suatu. Dan menjadi keterangan yang

56 Apa2 57 Apa2 58 Satu2 59 Sebenar2nya 60 Tumbuh2annya 61 Tiap2

Page 143: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

132

menunjukkan bahaso hari kiamat itu mesti akan datang, tidak

ada ragu-ragu62 lagi. Dan bahwasanya Allah akan

membangkitkan orang yang telah mati di dalam kubur atau di

mana-mana63 adanya sekalipun.

//33// ayat ke-16

Qul ya> ayyuha> al-na>s innama> ana la-kum nadhi>r mubi>n. Fa

alladhi>na a>manu> wa-‘amilu> al-s}a>lih}ati la-hum maghfiratun wa-

rizqun kari>m. Wa-alladhi>na sa‘aw fi> a>ya>tina> mu‘jizi>na ula>’ika

as}h}a>b al-jah}i>m. Wa-ma> arsalna> min qablika min rasu>lin wa-la>

nabiyyi>n illa> idha> tamanna> alqa> al-shayt}a>n fi> umniyyatihi>

fayansakhu Alla>h ma> yulqi> al-shayt}a>n thumma yuh}kimu Alla>h

a>ya>tihi> wa-Alla>h ‘ali>mun h}aki>m. Li-yaj‘ala ma> yulqi> al-

shayt}a>nu fitnatan li-alladh>na fi> qulu>bihim marad}un wa-al-

qa>siyati qulu>buhum wa-inna al-z}a>limi>na la-fi> shiqa>qin ba’i>d.

Wa-li-ya‘lama alladhi>na u>tu al-‘ilma innahu al-h}aqqu min

rabbika fa-yu’minu> bi-hi> fa-tukhbita la-hu> qulu>buhum wa-inna

Alla>h la-ha>di alladhi>na a>manu> ila> s}ira>t}in mustaqi>m. Qs. al-H}ajj

49-54

Katakanlah ya> Muhammad perkataan yang bersih terbit

daripada semata-mata kehalusan hikmah Tuhan kepada

manusia yang belum penuh kepercayaannya karena diganggu

kelalaian: hai sekalian manusia, hanya sanya aku ini tersuruh

daripada Allah kepada kamu menjadi pemberi takut yang

terang supaya kamu terhindar daripada azab. Siksa Allah yang

adalah azab itu disebabkan enggan dan mengelak kamu

daripada jalan benar dan lurus.

62 Ragu2 63 Mana2

Page 144: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

133

Maka segala orang yang iman kepada Allah dan

membenarkan Muhammad serta Qur’annya serta

mengamalkan amalan pekerjaan yang baik-baik yang bertali

dengan mereka dan Tuhannya, adalah mereka mendapat

ampunan dan maaf dari pekerjaan yang telah terlajur daripada

dosa dan kesalahan dahulu, dan mendapat rezeki yang mulia

balasan pahala dan surga balasan keimanan dan kesolehan

mereka beramal.

Dan orang-orang yang berlalu- berusaha untuk

membinasakan peraturan Kami dan mencari64 akal

mendustakan65 Muhammad dan ayat al-Qur’an. Akan melawan

melemahkan semangat keberanian orang kepada beriman

mereka yang celaka itulah nanti yang menjadi66 penunggu

neraka67 jahim tetap mereka di dalamya, tiada terlepas

daripadanya.

Dan Kami ya> Muhammad, tiada Kami me[ng]utus akan

rasul-rasul Kami yang dahulu daripada engkau begitu juga

nabi-nabi yang sebelum engkau, melainkan

/34/

apabila Rasul membaca ayat atau Nabi sedang bercerita kepada

orang-orang yang berhadir, datang saja setan mengganggu

akan perkataan dan pembicaraan Rasul dan Nabi itu dengan

bermacam-macam sebutan –kritik- supaya terganggu dan

kehendak Rasul dan Nabi itu tidak langsung dan cita-citanya

tidak sampai menerangkan ayat dan pengajaran. Kemudian

maka diterangkan Allah juga gangguan setan dengan

64 Mencahari 65 pendustakan 66 Jadi 67 Naraka

Page 145: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

134

keterangan yang diterangkan Rasul dan Nabi itu. Kemudian

dikukuhkan, ditetapkan Allah pendirian Rasul dan Nabi itu

supaya diamalkan akan dia. Allah mengetahui akan kelakuan

tindakan setan itu lagi menghukum dengan binasa, supaya

tindakan-tindakan setan menjadi fitnah -cobaan- dan ujian

kepada orang-orang yang keras kepala berhati batu.

Dan bahwasanya musyrik yang keluar dari garisan

manusia berakal yang aniaya kepada dirinya yang

memperendah-rendah derajat kemanusiaannya. Mau dia

menyembah batu, kayu dan manusia yang seumpamanya.

[Se]sungguhnya adalah dia di dalam kecelakaan-kecelakaan

yang amat terjauh dari kebenaran.

Dan lagi supaya orang-orang berpengetahuan dapat

mengetahui bahwa-Qur’an dan kitab suci itu sebenarnya

datang dari Tuhan engkau. Maka dengan perantaraan demikian

jadilah mereka iman dengan Allah dengan penurunan68 Qur’an

dan membenarkan hukum-hukum yang dibawa-Qur’an dan

yang diterangkan Nabi-nabi dan Rasul. Maka jadi tetap mereka

di atas pendirian mereka kepada beriman dan beramal s}a>lih} –

kependekannya- sesungguhnya Allah memberikan petunjuk69

yang berlipat-lipat kepada orang mu’mini>n dan muslimi>n sebab

mereka tetap bersandar kepada kekuasaan Tuhan yang Esa.

Tiap-tiap orang yang mendirikan mendasarkan kerjanya

kepada Tuhan yang Esa, itulah orang yang tetap keyakinannya

dan perpegangannya. Dan yakin kalau tamatlah70 dunia ini asal

dia dipelihara Tuhan tidak dapat binasa, tetapi kalau janji

68 keturunan 69 pertunjuk 70 matlah

Page 146: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

135

Tuhan sudah datang, bagaimana jua71 keselamatan dan

kekuatan dengan lima menit lulus sama sekali. Perhatikanlan

kejadian-kejadian –suasana-suasana- di dalam perjuangan atau

di luar perjuangan, lain tidak melainkan Allah Tuhan yang Esa

yang akan membawa kita kepada s}ira>t} al-mustaqi>m.

Terkuburlah kita, hilang di dalam ketauhidan sejati. A>mi>n

//35// ayat ke-17

Ya> ayyuha> al-na>s d}uriba mathalun fa-istami‘u> la-hu> inna

alladhi>na tad‘u>na min du>ni Alla>h lan yakhluqu> dhuba>ban wa-

law ijtama‘u> la-hu> wa-in yaslubhumu al-dhuba>ba shay’an la>-

yastanqidhu>hu minhu d}a‘ufa al-t}a>libu wa-al-mat}lu>b. Ma>

qadaru> Alla>h h}aqqa> qadrihi inna Alla>h la-qawiyyun ‘azi>z. Qs.

al-H}ajj: 73-74

Hai manusia yang belum sadar akan dirinya,

menggunakan72 mustika kemanusiaannya dan kelebihannya

daripada segala bangsa yang hidup yaitu akal dan pikirannya.

Telah dijadikan suatu perumpamaan maka dengarkanlah akan

dia, bahwasanya segala yang kamu sembah dan kamu takuti

akan dia selain daripada Allah Tuhan yang Esa, tidakkan kuasa

dia menjadikan me[ng]adakan seekor lalat atau nyamuk yang

sekecil-kecilnya, dan sekalipun berkumpul bermufakat

semuanya bagi me[ng]adakan lalat yang kecil itu pun tidak

dapat juga dia me[ng]adakannya.

Jangankan me[ng]adakan, malah jika mengelubungi

akan dia lalat itu suatu daripad tubuhnya, tidakkan dapat dia

melepaskan dirinya daripada dihinggapi diurungi lalat itu,

memang keduanya lemah, lebih lemah lagi daripada lalat yang

71 Jua: juga 72 Magunokan: menggunakan

Page 147: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

136

lemah itu, yakni yang dianggap ditakuti dan yang disembah

selain daripada Allah itu lemah. Karena tidak kuasa

melepaskan dirinya daripada kerubungan lalat dan lalat lemah.

Karena dia suatu bangsa binatang kecil yang lemah lagi, maka

di sini kelihatan lalat tadi73 lebih kuat karena berani

menghinggapi suatu yang dipandang manusia dia Tuhan.

Orang-orang, manusia yang bertuhan kepada lain Allah

itu, tidak, tidak mengetahui akan Allah sebenar-benar

mengetahui. Kalau sekiranya dia tahu akan Tuhan yang Esa

yang me[ng]adakan sekalian alam sebenar-benarnya tahu,

tentu tidak mau dia menyembah berhala manusia –batu- kayu

dan lain-lainnya. Bahwasanya Allah Tuhan semesta alam yang

Esa Kuasa, sebenarnya kuat kuasa mengalahkan segala-

galanya.

Mengapa suatu bangsa manusia yang berakal berpikiran

itu mau bertuhan menyembah bertunduk kepada lain Allah,

suka menurutkan perintah yang lain daripada perintah Allah,

jikalau tidak dia termasuk ke dalam bagian74 manusia dungu

yang tak mempergunakan akal dan ilmunya.

Sekali lagi- pada ayat ini Tuhan Allah menyuruh kita

mendalamkan paham dan memperhatikan barang yang

/36/

II. Allah taala hanya yang mengetahui turun hujan75 waktunya

dan di mana jatuhnya dan berapa banyak tetesnya, semuanya

dalam ilmu Tuhan seorang.

III. Tuhan mengetahui anak yang di dalam kandungan ibunya,

sempurnanya atau kurang, laki-laki atau perempuan, pukul

73 tahadi 74 bahkian 75 ujan

Page 148: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

137

berapa, menit berapa dia mesti keluar dari rahim ibunya ini,

tertentu pada ilmu Tuhan.

IV. Apa-apa yang akan dikerjakan seseorang pada keesokan

harinya, tidak dapat seseorang mengetahui apa yang akan

dikerjakan b-r-y-w-a/u/o baikkah atau jahat. Dan tidak dapat

seseorang mengetahui apa yang akan dimakannya pagi-pagi b-

r-y-w-a/u/o. Kadang-kadang seseorang menyengaja76 akan

mengerjakan kebaikan tetapi yang dikerjakan kejahatan,

kebalikannya disengajakan77 kepada kejahatan tiba-tiba

dikerjakannya yang kebaikan. dan

V. Tidak dapat diketahuinya di bumi mana dia mati nanti, di

tanah mana dia berkubur. Maka lima perkara inilah ilmu yang

tidak diketahui hamba Allah, melainkan hanya diketahui

Tuhan Allah saja78. Imam ibn ‘Abbas ada berkata: siapa orang

yang mengatakan dia mengetahui salah satu daripada yang

lima perkara ini, maka adalah dia berdusta ... maka segala

pengetahuan-pengetahuan manusia

//41// ayat ke-19

Ya> ayyuha> al-na>s udhkuru> ni‘mat Alla>h ‘alay-kum hal min

khalqin ghayra Alla>h yarzuqukum min al-sama<’i wa-al-ard} la>-

ila>ha illa> huwa fa-anna> tu’faku>n. Wa-in yukadhdhibu>ka faqad

kudhdhibat rusulun min qablik wa-ila> Alla>h turja‘u al-umu>r.

Qs. Fa>t}ir: 3-4

Hai segala manusia ingatlah oleh mu nikmat Allah atas kamu.

Adakah yang menjadikan selain Allah yang memberi rezki

kamu dari langit dan bumi? Tiada Tuhan selain Dia-Nya. Maka

76 Mesengaja. 77 Disangajoan. 78 Sahaja.

Page 149: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

138

ke mana kamu memalingkan diri dan disesatkan orang engkau,

maka sesungguhnya79 telah disesatkan orang Rasul yang pada

sebelum engkau. Dan kepada Allah dikembalikan segala

pekerjaan.

Hai sekalian manusia yang di dalam kelalaian dan di

dalam kealpaan –lupa ingatan- ingatilah nikmat Tuhan yang

telah berlipatganda datang kepada mu. Dihamparkan bumi,

dipayungi-Nya dengan langit yang tiada bertiang bertonggak.

Diutuskan Rasul, orang yang telah diturunkan kepada nya ilmu

pengetahuan dan pendidikan supaya alam dunian dan seisinya

teratur dengan selamat. Dibukakannya pintu rezki yang

bermacam-macam boleh didapat dengan berbagai usaha80 dan

kepandaian dan kepandaian yang didapat dengan ilmu

pengetahuan dan pendidikan.

Maka nikmat yang utama sekali, dijadikannya

diadakannya kamu daripada ‘adam semata-mata supaya dapat

mempergunakan nikmat yang bertambah-tambah. Ingatlah!

Adakah ada Tuhan yang me[ng]adakan alam semestanya selain

daripada Alah?!

Dia yang menurunkan rezki untuk kamu –dan dengan

senang dan riang mengambil dan menyantapnya- ingatilah-

perhatikanlah!! Turun hujan81 bercucuran ke muka bumi terus

masuk ke dalam bumi, sampai di dalam bertemu dengan bahan-

bahan atau zat yang n-nt-y-n-2-y-n maka timbul suatu tanaman

yang berbagai-bagai berguna untuk kamu, atau kefarduanmu.

79 Sungguhnya. 80 Perusahaan. 81 Ujan.

Page 150: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

139

Bersabung angin di udara menjadi guruh dan kilat,

menimbulkan petir, petus82 yang berapi-api jatuh menumbuk

ke bumi, timbullah daripadanya berbagai logam pada tanah

yang telah ditentukan Tuhan. Masing-masing83 logam pada

satu bumi, [ada] yang menjadi84 tambang emas, perak, timah,

besi, dan lain-lain.

/42/

Lebih jelas kalau sudah kejadian petir keras, kemudian

beberapa hari tumbuh saja cendawan tambang namanya yang

lezat dimakan -biasa tumbuhnya sesudah petir itu-

menandakan pertemuan tumpang yang turun dari langit dengan

tumpang yang ada di dalam tanah, keluar dia ke muka bumi

menjadi rezki kepada manusia.

Sesungguhnya tiada Tuhan melainkan Tuhan yang Esa

Kuasa. Kemana juga dihadapkan hati mewujudkan85 Tuhan

yang lain selain kepada Tuhan yang Esa.

Engkau ya> Muhammad! kata Tuhan kepada NabiNya,

pilihanNya dan kekasihNya tatkala telah bersusah payah

menanggung beberapa sengsara yang dideritanya daripada

kaum Quraish, supaya dia bersabar jangan putus harapan

menyampaikan (tabli>gh) membayarkan kewajiban ama>nah

Alla>h untuk membela kaum keluarga, bangsa setanahair

khususnya, dan sesama manusia yang sebangsa seketurunan

daripada bapa[k] yang satu dan ibu yang satu yaitu bangsa

manusia anak cucu Adam dan Hawa. Dan jika engkau

didustakan oleh kaum sesat dan jahiliah itu akan barang apa

82 Petus (bahasa Minang): petir. 83 Satu-satu. 84 Menjadikan. 85 Mengujudkan.

Page 151: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

140

yang engkau sampaikan kepada mereka, itu barang yang sudah

biasa. Sudah jadi waris pusaka atas pemuka-pemuka itu.

Begitu juga saudara-saudara engkau yang terdahulu

daripada Rasul yang terdahulu daripada engkau didustakan

juga oleh kaumnya. Maka sabarlah engkau sebagaimana86

mereka sabar dahulu. Nanti kemana akan perginya, segala

perkara itu akan kembali kepada Allah belaka. Allah akan

membalas engkau dengan pahala yang amat besar dan

membalasi dosa mereka dengan siksa yang amat berat ‹dan›

sangat.

Wa al-ja>hilun li-’ahl ‘ilm ’a‘da>’.

//43// ayat ke-20

Ya< ayyuha> al-na>s inna wa‘da Alla>h h}aqqun fa-la>-

taghurrannakum al-h}ayat al-dunya> wa-la>-yaghurrannakum

billa>h al-ghuru>r. Inna al-shayt}a>n la-kum ‘aduwwun fa-

ittakhidhu>hu ‘aduwwan. Innama> yad‘u> h}izbahu> li-yaku>nu> min

as}h}a>bi al-sa‘i>r. Qs. Fa>t}ir: 5-6

Hai manusia sekalian! Bahwasanya janji Allah itu benar, maka

janganlah kamu ditipu diperdayakan oleh hidup di dunia ini.

Dan janganlah kamu memperdayakan akan kamu dengan Allah

oleh tukang-tukang memperdayakan. Bahwasanya setan

kepada kamu musuh yang nyata maka kamu ambillah dia

menjadi musuh. Hanya sanya mereka selalu menyerunya akan

pengikut-pengikutnya87 dan partainya supaya ada mereka

daripada ahli neraka Sa‘i>r.

86 Bagaimana. 87 Pengikut2nya

Page 152: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

141

Seruan Tuhan kepada orang yang masih sedang dirayu-

rayu88 dibuaikan kesenangan dan kesedapan dunia dan

kekayaannya yang tidak mengerti akan tipu daya musuh setiap

hari, setiap menit, lupa akan kebenaran dan harga diri (harga

kemanusiaan sejati) dimabuk harta benda, kaum keluarga, dan

taulan sahabat sampai lupa akan Tuhan. Tuhan yang

me[ng]adakan dia, yang memberikan segala kesenangan-

kesenangan89 itu. Hingga putus perpegangannya kepada

Tuhan, hilang keyakinannya kepada Allah. Lupa dia

mendasarkan pekerjaannya kepada Tuhan yang Esa; kitab suci

(kitab Tuhan tidak dibenarkannya), sunnah Nabi tidak

diikutinya, fatwa alim diabaikannya.

Pikiran sudah tidur, pemandangan sudah tertutup,

pendengaran kepada ilmu pengajaran sudah tersumbat, sebab

dirayu oleh musuh. Disenang-senangkannya90 perasaan, tidak

dibiarkannya menengok cermin perbandingan. Tonggak

gantungan disangkanya buaian atau ayunan panjang lagi jika

direntang, putuskanlah dengan memperhatikan91 firman Tuhan

ini. “Hai kaum manusia bahwasanya janjinya Allah yang telah

dijanjikannya daripada rupa-rupa92 yang telah sampai kepada

kamu dengan kitab Qur’an dan sunnah-sunnah93 Rasulullah

seperti: berbangkit pada kemudian hari, berkumpul [dan]

berhisab di padang mah}shar (berbalas dosa dan pahala), dan

akan menghuni naraka dan syurga dan lain-lain94. (Itu

88 Dirayu2 89 Kesenangan2 90 Disenang2kannya 91 memperhaikan 92 Rupa2 93 Sunnah2 94 Lain2

Page 153: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

142

semuanya benar) mesti akan terjadi kemudian mati pada hari

akhirat. Maka oleh itu janganlah diperturutkan juga perdayaan

dunia,

/44/

janganlah mau diperolok-olokan95 hidup di dunia ini dan

kesedapan. Janganlah dapat kamu diganggu oleh angan-

angan96 kesenangan dunian ini daripada bekerja untuk

akhiratmu (menuntut keridaan Allah).

Dan janganlah kamu diperdayakan tukang daya, tukang

khianat memperdongok-dongok97 kamu supaya kamu

meninggalkan agama Allah untuk kebahagiaan dunia akhirat.

Dengan membisikkan kepada hatimu: buatlah pekerjaan yang

apa kamu sukai sementara muda ini, nanti bila kita sudah tua

tidak dapat akan mengenyam kelezatan dunia lagi di sana boleh

kita bertakwa –bertobat (Tuhan Allah Maha pengampun). Dan

lain-lain98 daripada itu lagi ujarnya kepada kamu, supaya orang

yang tukang ganggu pengaruh-pengaruh99 menipu itu ialah

setan dan pegawai-pegawainya100, kaum durhaka kaum yang

tidak biasa memperhatikan kekayaan Allah. Dan alat senjata

setan itu harta, pangkat, sahabat kenalan, kaaum famili dari

anak cucu dan istri.

Adanya, kata Tuhan lagi: “ bahwasanya setan itu musuh

yang seterang-terangnya101 pada memisahkan kamu daripada

agama dan taat kepada Allah semenjak dahulu dilakukam

95 Diperolok2an 96 Angan2 97 Memperdongok2 98 Lain2 99 Pengaruh2 100 Pegawi2nya 101 Seterang2nya

Page 154: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

143

kepada bapa[k] (Adam) dan kamu suka juga mengikutinya.

Sebab itu ambillah dia menjadi musuh selamanya, tendang dan

lawanlah. Perangilah akan dia dengan sehabis senjata dan

tenaga. Hanya kerjanya selalu mencari102 anak buah dan

meluaskan partainya, meperbanyak rakyatnya supaya masuk

terjerumus ke dalam belukar kesesatan yang akan diputusnya

pertalian keyakinan kita dengan mendasarkan hal ihwal kita

kepada kuasa Tuhan yang Maha Esa.

Sebab rasa yakin dan tawakal itu lebih daripada beribu-

ribu103 bayunit mariam senapan104 malah daripada bom dan

kapal udara. Musuh kita musuh agama, dia melawan kita

karena kemuliaan untuk orang dan kekayaan untuk orang yang

memerintahnya. Tetapi kita menentang musuh kita karena hati

sendiri, karena keyakinan sendiri, karena di hati biar mati,

karena di mata awak biar buta. Di dalam berdunia-akhirat

jangan lupa sedang menerima kesedapan dunia, syukur kepada

Tuhan jangan ditinggalkan ... hidup itu untuk berjuang untuk

selamanya. Wa-al-sala>m

//47// ayat ke-21

Ya> ayyuha> al-na>s antum al-fuqara>’u ila> Alla>h wa-Alla>h huwa

al-ghaniyyu al-h}ami>d. In yasha’ yudhhibkum wa-ya’ti bi-

khalqin jadi>d. Wa ma> dha>lika ‘ala> Alla>h bi-‘azi>z. Qs. Fa>t}ir: 15-

17

Hai sekalian manusia kamu semuanya berkehendak kepada

Allah dan Allah Dia yang lebih kaya terpuji. Jika menghendaki

Dia niscaya diperkayakan-Nya akan kamu dan didatangkan-

102 Mencahari 103 Beribu2 104 senapang

Page 155: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

144

Nya dengan makhluk yang baru. Dan tiada yang demikian itu

atas Allah ta‘a>la> menjadi keberatan.

Hai manusia yang lupa akan janji, yang hilang ingatan

kepada meneguhi keyakinan kepada Tuhan. Kamu lupakan

nikmat Tuhanmu yang bertambun kepada mu. Kamu abaikan

hak dan kewajiban yang telah kamu akui dalam hati sanubari

kamu. Bayarkanlah kewajibanmu kepada Tuhanmu dan

ketahuilah oleh mu bahwasanya kamu makhluk semuanya pada

tiap nafas, angok, gerak-gerik pada tiap detak nadi dan kerjap

mata.

Berkehendak kepada rezeki Tuhan (rahmat-Nya,

nikmat-Nya, ampun-Nya dan keuntungan dunia dan akhirat);

mengapa tidak sedang adanya daripada tidak ada dia yang

me[ng]adakan, dan Allah kaya dan terkaya daripada sesuatu

sekalian. Yang patut dipuji, disyukuri oleh sekalian yang

berkehendak kepada Nya akan limpah karunia-Nya zahir dan

batin, dahulu dan kemudian, sekarang dan bakal datang, dari

dunia sampai ke akhirat.

Al-Ghaniyy: kaya. Kaya itu ada [dua] pertama, kaya

yang dia yang mengambil manfaat dengan kekayaan-Nya itu

untuk kefarduannya. Kedua, kaya yang dia mengambil manfaat

dengan kekayaan-Nya untuk dirinya dan kaum familinya,

malah berlimpah-limpah105 kepada kemaslahatan umum (untuk

bangsanya, agamanya, dan tanah airnya). Dan ketika kaya

(tidak Dia mengambil manfaat akan kekayaan-Nya itu) hanya

kaya-Nya untuk hamba-Nya dan makhluk-Nya. Inilah kaya

yang kita perkata pada ayat ini. Inilah kayanya Tuhan yang

Esa: kaya Allah ta‘a>la> daripada sekalian (tiada mengambil

105 Limpah berlimpah

Page 156: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

145

faidah). Allah ta‘a>la> menjadikan alam tiada berwasit}ah, Allah

ta‘a>la> menjadikan alam.

/48/

Telah berkata Sahl: tatkala Allah menjadikan makhluk

ditentukannya bagi dirinya kekayaan dan kepada makhluk-Nya

ditentukannya fakir berkehendak kepada nya. Maka siapa

merasa dirinya yang kaya, tertendanglah dia daripada Allah,

tidak mendapat keridaan Allah. Dan siapa menzahirkan

kefakirannya, niscaya disampaikan Allah kehendaknya itu

kepada nya. Maka sepatutnya bagi hamba Allah bahwa ia

memperlihatkan kefakirannya dalam kebatinannya kepada

Allah, dengan memutuskan meminta dan pengharapan kepada

selain Allah. Supaya adalah ubudiahnya dan ibadahnya kepada

Allah.

Makna ubudiah, menghinakan diri kepada Allah dengan

merendah. Tanda orang yang ubudiah kepada Allah dengan

mengabdikan diri kepada Tuhan bahwa tidak mau dia

meminta-minta106 kepada orang lain dan tidak menanti-nanti107

mahasangkan pemberian orang lain, selain kepada Allah.

Hai manusia jangan kamu sangka Allah berkehendak

kamu berkekurangan daripada sekalian makhluk-Nya. Ingatlah

dan perhatikanlah: jikalau Tuhan menghendaki menghapuskan

kamu, membinasakan akan kamu, niscaya dibinasakan-Nya

kamu. Dan [di]hilangkan-Nya dari muka bumi atau dihinakan-

Nya derajat kamu, kemudian didatangkan-Nya, diadakan-Nya

suatu kaum selain kamu yang lebih patuh. Semunya itu tidak

menja[d]ikan keberatan kepada Allah, Tuhan yang amat kaya

106 Meminta2 107 Menanti2

Page 157: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

146

dan amat pemurah. Semuanya pekerjaan itu mudah saja pada

tangan Allah (mengapa tidak).

Kita boleh perhatikan: beberapa umat Islam dahulu yang

kokoh dengan Islamnya mengalahkan bahasa yang tidak Islam

dan ..., seperti orang Mesir menjadi bangsa Arab dan berbahasa

Arab, dan lain-lain yang telah dikalahkan orang Islam yang

tetap dengan agamanya. Tatkala kaum Islam telah masuk

kepada lemah agamnya, tidak berkehendak lagi pada kekayaan

Allah dan dipandangnya sudah kaya raya, jatuh kalah

digantikan oleh bangsa asing. Seperti kerajaa[n] Abasiyah

dapat dikalahkan, digantikan oleh orang Tatar. Lihatlah pada

ilmu bumi dimana orang Amerika asli, Australia asli, bangsa

apa yang menundukkan negerinya. Kita orang Indonesia

hampir-hampir begitu pula. Tetaplah memegang undang-

undang, merdeka!

//49// ayat ke-22

Ya> ayyuha> al-na>s inna> khalaqna>kum min dhakarin wa-untha>

wa-ja‘alna>kum shu‘u>ban wa qaba>ila li-ta‘a>rafu> inna

akramakum ‘inda Alla>h atqa>kum inna Alla>h ‘ali>mun khabi>r.

Qs. al-H}ujura>t: 13

Hai manusia bahwa sanya kami telah menjadikan kamu dari

seorang laki-laki dan seorang perempuan. Dan kami jadikan

kamu bersuku-suku108 dan berkaum-kaum109 supaya kenal

mengenal. Sesungguhnya orang yang terlebih termulia di sisi

Allah yaitu yang setakut-takut110 kamu. Sesungguhnya Allah

mengetahui dan memperhatikan.

108 Bersuku2 109 Berkaum2 110 Setakut2

Page 158: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

147

Hai manusia yang tidak memperhatikan hikmah

Tuhan, tidak memperhatikan alam dan tabiatnya, yang lupa

akan asal kejadiannya, dan perubahan iklim, semua itu

membawa pemandangan yang amat dalam. Seperti bangsa

putih mengatakan bangsa hitam, bangsa gagak. Seperti bangsa

Barat memandang bangsa Timur sebagai bangsa hamba

sahaya. Manusia serupa itu tabiatnya, itulah manusia yang tak

tahu akan ilmu alam dan tabiat alam. Maka Tuhan menurunkan

pengajaran supaya manusia sama-sama insaf dan paham

bahwasanya Kami telah menjadikan, me[ng]adakan kamu

(kata Tuhan) daripada laki-laki yaitu Adam asal sekalian

manusia. Dan daripada perempuan yaitu Hawa, seorang

perempuan yang diadakan dari sebahagian tubuh Adam,

menjadi ibu oleh manusia semuanya. Dengan demikian, tidak

ada jalan untuk melebihkan satu daripada yang lain., sebab satu

keturunan dan satu bangsa (bangsa anak Adam atau bangsa

cucu Hawa).

Dan Kami jadikan kamu (kata Tuhan lagi) bersuku,

berpartai, berkaum, berkeluarga, berluhak, bernagari, berkota,

berdusun, dan seterusnya. Dibagi111 seperi itu supaya dapat

kamu kenal mengenal, ingat mengingati satu sama lain, dan

ketahui kawan dari sana. Sebab tiap pihak, tiap benua ada

mempunyai suatu ketentuan yang teruntuk padanya daripada

penghidupan, pekerjaan, kepandaian, dan lain yang berguna

dan mempergunakannya. Kawan kaum yang lain atau neg[e]ri

asing, jadi dapat kenal mengenal berhubungan hidup bersama,

bersekutu pada nikmat yang diberikan Allah. Kepada yang di

Timur dapat pula yang di Barat.

111 Dibahagi

Page 159: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

148

/50/

Saudara yang di Selatan dapat membantu saudara yang di

Utara dengan apa nikmat yang ada padanya, begitulah

seterusnya.

Memang tiap-tiap iklim mempunyai udara yang

berlainan daripada iklim yang lainnya. Satu-satu iklim

mempunyai ... yang tertentu tidak ada pada iklim yang sebuah

jadi dengan berlain-lain112 kaum dan umat itu dapat menjadi

beruntung kedua belah pihak. Begitu sekadar boleh diketahui

keturunan satu per satu113, bukan supaya mamanggak satu

bangsa kepada satu bangsa. Atau mengalah satu kaum kepada

kaum yang satu, karena kemuliaan dan kelebihan itu bukan

dengan sebab bangsa, bukan dari keturunan.

Lihatlah betapa114 banyak anak-anak, cucu dari orang

ternama menjadi yang sehina-hina115 orang. Kebalikannya

seorang yang dari dua orang ibu bapa[k] yang rendah, bangsa

hina, pekerjaan dan asa, tiba pada anaknya seorang yang mulia

dunia akhirat. Hanya dapat sifat kemuliaan atau kelebihan itu

dari budi pekerti, berani dengan kebenaran, bersemangat yang

beriring dengan ilmu kepandaian, bertakwa kepada Allah,

bersandar kepada Tuhan yang Esa. Inilah sifat yang tak luntur-

lunturnya116, inilah yang dikatakan Tuhan: “bahwasanya yang

... kamu orang yang setakut-takut117 kamu pada sisi Allah.”

Sungguhpun begitu, Allah taala yang amat mengetahui akan

hati orang takwa kepada Tuhan. Dan Allah yang

112 Berlain2 113 Satu persatu 114 beberapa 115 Sehina2 116 Luntur2nya 117 Setakut2

Page 160: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

149

memperhatikan me[ng]amat-amati118 hamba-Nya yang

bertakwa kepada Nya.

Tidak dapat takwa dengan semata-mata amalan ibadah

saja. Kebalikannya tidak pula tentu takwa itu. Malah hati suci,

hati lurus sekalipun, diri terbaring di medan peperangan

dibunuh musuh pada zahirnya mati syahid dengan

dipersaksikan dua mata bahaso dia mati syahid, tetapi

be[r]tolakan kematian orang di dalam bertakwa, ini pulang

kepada Tuhan al-‘Ali>m al-Khabi>r, mudah-mudahan inilah

hendaknya. Telah berkata Ibn Abbas rad}iy Alla>h ‘an-huma>:

mulia itu dua macam; mulia pada dunia dengan harta dan mulia

di akhirat dengan takwa. Dengan takwa baru119 sempurna

ketakwaan dan berkelebihan daripada seseorang. Siapa hendak

mulia carilah120 sifat takwa itu. Sabda Rasulullah: man sarrahu

an yaku>na akram al-na>s falyattaqi Alla>h. Siapa suka supaya dia

sehina orang, maka bertakwalah pada ila>hi> rabbi>. Lalu kata

Rasulullah: ya> ayyuha> al-na>s Innama> al-na>s rajula>ni mu’min

tuqa> kari>m ‘ala> Alla>h wa-fa>jir shaqi>y hayyin ‘ala> Alla>h: hai

manusia, orang itu dua: satu, orang mu[kmin] takwa mulia atas

Allah. Kedua, durhaka celaka sia-sia kepada Allah. Bayd}a>wi

118 Meamat2i 119 Baharu 120 Caharilah

Page 161: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

150

BAB V

PEMIKIRAN SYEK ABDUL LATIF SYAKUR DALAM

TEKS NASKAH TAFSI>R A>YA>T YA> AYYUHA> Al-NA>S

Menghasilkan suntingan suatu teks dan mengungkapkan

isinya saja, telah dianggap memadai dalam penelitian filologi.1

Namun, analisis isi dengan melakukan telaah terhadap teks dan

konteks dengan berbagai perspektif, pada dasarnya adalah

kerja tambahan dalam sebuah penelitian filologi. Meskipun

demikian, tahap analisis merupakan bagian yang sangat

penting. Dalam kondisi ini, peneliti tidak hanya mampu

menjelaskan makna yang terkandung dalam teks, ia juga

dituntut untuk menguhubungkan teks dengan konteks atau

wacana akademik lebih besar, sehingga teks tidak hanya

dipandang sebagai sesuatu yang biasa.2

Dalam konteks penelitian naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s (NTYN), selain menghadirkan teks NTYN

yang bersih dari korup dan siap baca, penelitian ini juga

menyuguhkan pemikiran pengarang, Syekh Abdul Latif

Syakur, dalam menafsirkan ayat-ayat al-Qur’an yang diawali

dengan redaksi ya> ayyuha> al-na>s. Maka pada bab ini akan

dipaparkan beberapa gagasan Syekh Abdul Latif Syakur.

Dalam teks NTYN ini Syekh Abdul Latif Syakur banyak

mengaitkan makna yang terdapat dalam ayat berawalan ya> ayyuha> al-na>s dengan beberapa nilai pancasila. Selain itu, teks

NTYN juga menjadi bukti konkret sikap anti kolonial dari

Syekh Abdul Latif Syakur.

1 Oman Fathurahman, Filologi Indonesia Teori dan

Metode (Jakarta: Kencana, 2015), h. 97. 2 Fathurahman, Filologi Indonesia ..., h. 97.

Page 162: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

151

A. Tauhid dalam Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s

Sebagaimana umumnya dalam karya yang termasuk

pada rumpun ushuluddin tidak akan terlepas dari pembahasan

tauhid. Tafsir sebagai produk rumpun ushuluddin tentu tidak

luput dari pembicaraan tentang tauhid. Tauhid sendiri

merupakan pembahasan sentra dalam teologi Islam yang juga

terhimpun dalam rumpun ilmu ushuluddin. Oleh karena itu

pembahasan tauhid dalam tafsir tidak terlepas dari pemahaman

terhadap tauhid yang terdapat dalam teologi Islam.

Teks naskah Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s sebagai wujud

produk rumpun ushuluddin, juga mengimplementasikan

pembahasan teologi Islam. Dalam teks ini, Syekh Abdul Latif

Syakur memberikan tafsir yang tegas terhadap beberapa ayat

yang berawalan ya> ayyuha> al-na>s. Melalui teks ini Syekh Abdul

Latif Syakur mengintegrasikan sub pembahasan tentang

kemerdekaan dengan ketuhanan.

Sistem ajaran Islam telah mewajibkan bagi setiap

muslim untuk mempunyai keyakinan terhadap masalah

ketuhanan. Ketuhanan merupakan tema inti dalam sirkulasi

ajaran Islam. Al-Qur’a>n sebagai pedoman utama yang memuat

ajaran keagamaan dan moral untuk manusia, banyak

mengemukakan gagasan tentang terwujudnya masyarakat

yang saleh dan kesadaran religi yang tinggi dengan meyakini

dan memurnikan pengetahuan tentang keberadaan Tuhan.

Melalui teks naskah tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s, Syekh

Abdul Latif Syakur menjelaskan konsep teologis yang menjadi

landasan untuk sampai kepada tahap kemerdekaan. Pertama

dapat dilihat dari tafsir Qs. al-Baqarah ayat 21-22 berikut:

( ١٢قون )ياأي ها الناس اعبدوا ربكم الذي خلقكم والذين من ق بلكم لعلكم ت ت ماء ماء فأخرج ب ماء بناء وأنزل من الس ه من الذي جعل لكم الرض فراشا والس

(١١فل تعلوا لله أندادا وأنتم ت علمون ) الثمرات رزقا لكم

Page 163: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

152

Artinya: “Hai segala bangsa manusia sembah oleh mu

Tuhanmu yang Maha Esa, yang telah me[ng]adakan

kamu dan orang-orang dari sebelum kamu, supaya

kamu takut. Tuhan yang menjadikan untuk kamu

akan bumi jadi hamparan, dan langit atap, dan

diturunkan-Nya dari langit awan akan air, maka

dikeluarkannya dengan dia daripada segala buah-

buahan jadi rezeki untukmu. Maka janganlah kamu

jadikan bagi Tuhan Allah umpama-umpama

sedangkan kamu mengetahui.”3

Setelah menerjemahkan ayat di atas, Syekh Abdul Latif

Syakur mengartikan kata perkata atau ada juga potongan

kalimat per kalimat. Di dalam menafsirkan ayat tersebut ada

beberapa kata atau potongan ayat yang erat kaitannya dengan

kemerdekaan. Dalam surat al-Baqarah ayat 21, redaksi ya> ayyuha> al-na>s diartikan Abdul Latif Syakur dengan hai segala

bangsa manusia. Lalu redaksi tersebut diinterpretasikan

sebagai berikut:

“Ya> ayyuha> al-na>s: hai segala bangsa manusia dari masa

turunnya ayat sampai hari kiamat. Seruan Tuhan ini

mengenai kepada segala bangsa manusia yang merasai

dirinya manusia sempurna. Serta diketahui sifat manusia

dan bangsanya lebih mulia daripada segala bangsa-

bangsa yang lainnya. Serta dihormati kemanusiaannya

dan kelebihannya daripada bangsa-bangsa hamba Allah

3 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 49. Halaman pada kutipan teks ini, berdasarkan pada hasil

edisi teks yang terdapat pada tesis ini.

Page 164: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

153

yang lain yaitu akal dan pikir serta tenaga dan

kemauannya yang tertentu untuk manusia.”4

Melalui tafsir penggalan redaksi ya> ayyuha> al-na>s dapat

dilihat, Abdul Latif Syakur menegaskan bahwa bangsa

manusia adalah kelompok yang diberi oleh Allah

penghormatan dan kelebihan dibandingkan kelompok makhluk

ciptaanNya yang lain-lain. Dijelaskan bahwa bangsa manusia

adalah makhluk yang diberikan kelebihan akal dan pikiran

secara khusus oleh Allah. Poin utama pada tafsir potongan

redaksi ini adalah kata ya> ayyuha> al-na>s itu diperuntukkan bagi

bangsa manusia yang benar-benar merasa bahwa dirinya

manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran lalu mampu

untuk berpikir.

Kalimat ya> ayyuha> al-na>s sebagaimana dikatakan oleh

Quraish Shihab, merupakan seruan yang diperuntukkan Tuhan

kepada seluruh umat manusia yang belum beriman, sedang

beriman dan telah beriman.5 Hal ini jika dikaitkan pada

penafsiran Abdul Latif Syakur terhadap redaksi ya> ayyuha> al-na>s, menunjukkan betapa Mahapengasih Allah terhadap

manusia. Allah membekali manusia dengan akal agar dapat

berpikir, meskipun manusia masih ada yang belum beriman

kepada Nya. Dan dalam redaksi ini pula Abdul Latif Syakur

menafsirkan bahwa seluruh manusia berakal yang diseru dalam

ayat ini adalah manusia yang mulai ayat ini diturunkan hingga

akhir zaman kelak. Ini menunjukkan bahwa Allah tidak pilih

kasih, Ia tidak hanya menyeru umat manusia yang ada pada

masa Rasulullah saw. menerima wahyu tapi juga hingga saat

sekarang ini.

4 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 49. 5 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an Vol. 1 (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h.118.

Page 165: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

154

Pada kedua potongan tafsir ayat di atas, tampak jelas

bahwa Allah swt. membekali manusia dengan akal untuk

berfikir sebagai bentuk pembeda dengan makhluk lainnya.

Dengan mengoptimalkan fungsi akalnya, manusia digiring

untuk menyadari bahwa semua Aktivitas yang dilakukan

tujuannya adalah untuk Allah swt. semata. Bagi manusia yang

telah menyadari, maka ia akan sampai kepada esensi tauhid

yaitu mengesakan Allah. Namun diantara sebagian manusia,

masih banyak yang tidak menyadari dengan melakukan

aktifitas karena hal yang lain.

Akal tidak hanya sebatas memproses informasi menjadi

pengetahuan.6 Akal juga bertugas untuk memberi dorongan

moral kepada individu untuk melakukan kebaikan dan

keburukan. Potensi akal yang demikian menurut Quraish

Shihab sesuai dengan pemahaman terhadap ayat al-Qur’a>n

yang berbicara tentang akal: pertama, menggambarkan

sesuatu. Kedua, dorongan moral (kemampuan untuk mengikuti

nilai-nilai moral). Dan ketiga, kemampuan untuk mengambil

pelajaran atau hikmah dan menyimpulkan. Oleh karena itu,

manusia diharapkan agar senantiasa menggunakan akal agar

terhindar dari dosa.

Pendapat Abdul Latif Syakur tentang pemanfaatan akal

hampir sejalan dengan pendapat Muhammad Abduh.

Sebagaimana diungkapkan oleh Abduh, dengan akal yang

dimiliki manusia, ia memiliki kebebasan untuk memilih

sebagai sifat alaminya. Inilah yang membedakan manusia

dengan makhluk lainnya. Manusia dengan akalnya mampu

menimbang mana yang baik dan mana yang buruk,

memutuskan suatu perkara berdasarkan kemauan pribadinya.

Kendati diberi akal dan kebebasan untuk memilih, kebebasan

tersebut tidaklah bersifat mutlak karena adanya batasan dalam

kebebasan itu. Dengan potensi akal yang demikian, maka

6 Darwis Hude, Emosi Manusia dalam Al-Qur’an: Telaah

Melalui Pendekatan Psikologi (disertasi), (Jakarta: 2004), h.154.

Page 166: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

155

manusia akan sampai pada tahap mengenal Tuhan sekaligus

mengesakannya. Kemampuan akal yang dapat membedakan

antara baik dan buruk, dapat dilihat apakah membuat

seseorang semakin dekat dengan Allah atau justru malah

semakin jauh dan lalai.7

Setelah menjelaskan potongan ayat ya> ayyuha> al-na>s,

selanjutnya Abdul Latif Syakur menafsirkan potongan u‘budu>

rabbakum, di sini dijelaskan sebagai berikut:

“U‘budu> rabbakum: telah berkata Ibn ‘Abbas rad}iyalla>h

‘anhuma> tiap-tiap kata ((u‘budu))> atau ibadah-ibadah

yang diserukan dalam al-Qur’a>n maka dia nya ((al-

tauh}i>d)) mengesakan Tuhan yang Esa. Maka sekalian

manusia di muka bumi ini diserukan kepada agama

Tuhan yang berdasarkan kepada keTuhanan yang Esa.

Tiada Tuhan yang lain daripada Nya. Kata-kata

mengesakanTuhan ada dua bahaginya : I. Tauh}i>d al-

uluhiyah, inilah tauhid yang disengaja pada ayat ini.

Yaitu: Tuhan Esa. Dan segala pekerjaan yang dilakukan

baik ibadah atau amalan dan lain-lain hanya menuju

kepada berdasarkan Tuhan Yang Esa belaka. II. Tauh}i>d

al-rububiyah, ini tauhid orang yang mengaku iman

kepada Tuhan yang Esa tiada ada Tuhan yang lain

daripada Nya. Tetapi amalannya pekerjaan dan

ibadahnya berkarena kepada yang lainNya daripada

Tuhan Yang Maha Esa. Di dalam Qur’an dikatakan

7 Nurlela Abbas, “Muhammad Abduh: Konsep

Rasionalisme dalam Islam”, dalam Jurnal Dakwah Tabligh, Vol. 15.

No.1, Juni 2014

Page 167: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

156

orang itu ‘abd al-t}a>ghu>t. Yakni tidak jujur ikhlas semata-

mata kepada Tuhan.”8

Menurut Abdul Latif Syakur kumpulan kata u‘budu> rabbakum, berhubungan dengan prinsip dasar dalam Islam

yaitu tauhid. Tauhid merupakan doktrin dalam ajaran Islam

yang menegaskan keesaan Tuhan.9 Tauhid tersebut

dikelompokkan kepada dua kategori, tauhid uluhiyah dan

tauhid rububiyah, sebagaimana yang dilakukan oleh ulama ahl al-sunnah. Esensi dari tauhid uluhiyah ialah melandaskan

segala amal perbuatan dan ibadah hanya kepada Allah Yang

Maha Esa, bukan pada lainnya. Adapun tauhid rububiyah

menegaskan agar mengakui hanya Allah sajalah Tuhan yang

Esa, tidak Ada Tuhan yang lainnya yang mampu mengatur

seluruh alam semesta. Pada ayat ini Abdul Latif Syakur juga

menjelaskan lagi bahwa manusia masih banyak yang

menyandarkan amal dan ibadahnya kepada selain Allah swt..

Tauhid sangat jelas menekankan bahwa kekuasaan

terbesar dan mutlak berada pada Allah swt., maka seluruh

bangsa manusia hanya patut tunduk kepada Allah dan tidak ada

kekuasaan yang melebihi kekuasaan Allah. Makna kata tauhid

pada tafsir tersebut mengandung unsur pembebasan.

Pembebasan yang dimaksud adalah memerdekakan diri atau

jiwa dari pengaruh, ikatan, penindasan, cengkeraman dari

tuhan-tuhan semu – tuhan selain Allah. Dalam maksud lain,

pembebasan yang terkandung di dalam tauhid juga meliputi

melepaskan diri dari keterindasaan akibat kekuasaan makhluk

seperti manusia, jin ataupun setan.

8 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 49. 9 Yusuf Husain Khan, “The Political Significance Of The

Doctrine Of Tauhid In Islam”, dalam The Indian Journal of Political Science, Vol. 3, No. 4, April-June 1942, h. 361, artikel diakses pada

3 Juli 2018 dari http://www.jstor.org/stable/42754270.

Page 168: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

157

Dalam konteks kemerdekaan Indonesia, term tauhid

sebagaimana ditafsirkan Syekh Abdul Latif Syakur adalah

pengakuan bahwa kekuasaan terbesar dan absolut hanya ada

pada Tuhan. Sehingga tauhid dijadikan sumber pijakan untuk

melawan dominasi kolonial yang menindas bangsa Indonesia

dengan kebijakan-kebijakannya yang menzalimi rakyat

Indonesia. Dan tauhid juga menjadi landasan untuk

mempertahankan kemerdekaan Belanda pada masa Agresi

Militer.

Manifestasi tauhid juga tampak jelas dalam Pembukaan

Undang-Undang Dasar 1945 sebagai berikut:

“Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan

didorongkan oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan kebangsaan

yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini

kemerdekaannya.”10

Kemudian pada potongan akhir surat al-Baqarah ayat 21,

Abdul Latif Syakur mengartikan la-‘allakum tattaqu>n dengan

supaya kamu takut. Peringatan supaya kamu takut secara

ringkas dijelaskan sebagai berikut:

“La-‘allakum tattaqu>n: supaya kamu menjadi manusia

yang bertakwa, patuh, mau mengerjakan tiap-tiap

pekerjaan yang berfaedah untuk merdeka yang badi.”11

Kata la-‘alla yang artinya harapan, menurut ahli tafsir

dan bahasa Arab, mengandung makna majas. Sehingga kata

tersebut dalam potongan ayat di atas, ditafsirkan bahwa Allah

menciptakan hambaNya agar mnyembahNya sambil diberikan

10 UUD45-Awal (PDF), diakses pada 3 Januari 2020. 11 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 50.

Page 169: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

158

kebebasan untuk memilih. Pilihan yang diberikan yaitu antara

taat dan durhaka.12

Maka makna yang terkadung dari potongan ayat di atas,

setelah manusia diciptakan dengan segala kelebihan yang

diberikan Allah, mereka diperintahkan untuk beribadah hanya

kepada Allah. Manusia diperintahkan untuk mengakui serta

mengimani bahwa hanya Allah semata Tuhan yang telah

menciptakan manusia. Tujuan beriman kepada Allah, agar

manusia bertakwa dan tunduk hanya kepada Allah Yang Maha

Esa. Jika manusia telah beriman dan sampai kepada takwa,

maka ia telah sampai kepada kemerdekaan abadi.

Selanjutnya pada surat al-Baqarah ayat 22, menurut

Abdul Latif Syakur masih berhubungan maknanya dengan ayat

21. Dimana pada ayat ini ia menjelaskan bukti-bukti yang

menunjukkan eksistensi keesaan Allah swt., pertama, melalui

penciptaan bumi. Kedua, melalui penciptaan langit.

“Al-ladhi> ja‘ala lakum al-ard} fira>shan: tambahan keterangan

supaya manusia tambah insaf dan sadar akan dirinya bahwa

Tuhan yang Esa yang menjadikan. Kalau belum juga mengerti

lihatlah bumi yang dipandang datar dan lebar ini, Dia yang

menjadikan supaya kita dapat mendiaminya.

Wa-al-sama>’a bina>’an : keterangan lihatlah langit yang

menudungi kita dengan lebar dan tingginya. Berbagai-bagai

pula pembawaannya untuk kita. Berpikirlah manusia barang

sejurus, tekurkan kepala yang satu arah ke bumi dan

tengadahkanlah ke langit, siapa yang menjadiakan itu.”13

Adanya gambaran penciptaan bumi yang hampar agar

bisa ditempati oleh manusia. Manusia dituntun untuk sadar

bahwa hanya Allah sajalah yang sanggup melakukannya, dan

12 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h ..., h. 119-120. 13 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 50.

Page 170: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

159

juga manusia diminta untuk menyadari bagaiamana Allah

menciptakan langit yang tinggi tanpa penyangga sebuah

tiangpun tapi tetap kokoh berada jauh di atas manusia. Lalu

Allah semakin menegaskan kenyataan itu melalui redaksi:

“Fala taj‘alu> lilla>h anda>dan : sudah manusia memikirkan

dengan pikiran, Tuhan berkata janganlah kamu umpamakan

Tuhan Allah itu dengan yang lain-lain, tiada dapat Tuhan

kamu itu lawan umpamaNya.

Wa-antum ta‘lamu>n : Tuhan menutup ayat ini, sedang kamu

sudah dimuliakan dan dilebihkan dengan berbagai

pengetahuan yang dapat dengan akal dibawa berpikir sendiri.

Tetapi manusia belum juga insaf akan kemanusiaannya malah

suka juga bertuhan banyak.”14

Pada akhir ayat ini Allah memerintah manusia untuk

memikirkan serta merenungkan kekuasaanNya itu. Sekali lagi,

agar manusia sadar bahwa Allah taala adalah Tuhan Yang

Maha Esa yang tiada satupun lawan yang mampu

menyetarainya. Meskipun sudah diberikan akal untuk berpikir,

tapi masih ada juga manusia yang tidak sadar dan masih

melakukan perbuatan syirik yaitu bertuhan banyak.

Dalam tafsir ayat di atas, dapat dipahami bahwa

manusia disuruh untuk berfikir secara integral dengan

memperhatikan langit dan bumi. Tujuannya supaya manusia

sadar bahwa keberadaannya di sebuah ruangan yang tak kecil,

sehingga mudah tertipu oleh penampakan lahiriyah. Perintah

untuk memperhatikan langit dan bumi adalah tuntutan Allah

agar manusia manusia bebas (merdeka) dalam berpikir. Dengan

14 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 50.

Page 171: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

160

merdeka berpikir, manusia juga bisa merdeka bertindak.15

Makna mendasar dari tauhid yang terangkum dalam tafsir di

atas ialah ketundukan hanya pada Allah. Dalam pandangan

tauhid, seluruh manusia wajib tunduk kepada Allah bukan

kepada makhluk lainnya. Posisi manusia hanyalah sebatas

hamba yang kedudukannya sama.

Dalam konteks ini Syekh Abdul Latif sejalan dengan

pandangan ulama pembaharu. Dimana keyakinan terhadap

tauhid akan menuntun diri pada kepercayaan dan berserahdiri

kepada Allah semata. Sehingga menumbuhkan keberanian

dalam menghadapi segala hal dan menghilangkan

kekhawatiran dalam bertindak. Dan dalam perspektif ulama

pembaharu juga, tauhid merupakan sumber kekuatan dalam

mengahdapi pihak lain.16 Dalam konteks teks NTYN ini, yang

dimaksud adalah mengahadapi bangsa Barat yang datang

untuk menjajah Indonesia sebelum dan setelah kemerdekaan.

Tauhid sebagaimana yang digambarkan Syekh Abdul

Latif Syakur dalam tafsir ayat ini, tidak bertentangan dengan

Pancasila. Dalam sila pertama Pancasila yaitu ketuhanan Yang

Maha Esa, pada ayat ini seiring dengan manifestasi tauhid

rububiyah. Melalui keyakinan terhadap keberadaan Tuhan

yang Maha Esa juga meningkatkan semangat spiritual yang

juga berpengaruh terhadap semangat perjuangan dalam

mempertahankan kemerdekaan.

B. Gagasan Persatuan Umat

Term umat dalam bahasa Indonesia diserap dari kata

ummah yang diartikan sebagai makhluk manusia.17 Dalam

15 M. Abdul Karim, Islam dan Kemerdekaan Indonesia

(Membongkar Marjinalisassi Peranan Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan RI) (Yogyakarta: Sumbangsih Press, 2005), h. 72.

16 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942 Edisi ke-2 (Jakarta: LP3ES, 1982), h. 113.

17 KBBI V apps, diakses pada 06 Januari 2020.

Page 172: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

161

bahasa Arab, ummah diartikan kumpulan orang yang

membentuk kesatuan politik dan dipersatukan oleh kesatuan

tanah air, bahasa, budaya dan perasaan yang sama.18 Dalam

konteks kekinian term ummah dalam bahasa Arab setara

dengan term bangsa dalam bahasa Indonesia yang memiliki

pengertian kelompok masyarakat yang bersamaan asal

keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan

sendiri.19

Berdasarkan defnisi leksikal di atas tak salah kiranya

bila Syekh Abdul Lathif Syakur menafsirkan ayat pertama

surat al-Nisa>’ ayat 1 dengan awalan ya> ayyuha> al-na>s dengan

makna persatuan. Persatuan yang dimaksud karena kesatuan

asal-usul dari Adam dan Hawa. Menurut Abdul Latif Syakur,

ayat pertama dari surat al-Nisa’ ini merupakan seruan Allah

pada manusia untuk manjaga silaturahmi agar mencapai

persatuan. Berikut penjelasan Abdul Latif Syakur terhadap

ayat pertama surat al-Nisa>’:

ها زوج ن ن فس واحدة وخلق من ها وب ياأي ها الناس ات قوا ربكم الذي خلقكم مهما رجال كثيرا ونساء وات قوا الله الذي تساءلون به والرحام إن ال له كان عليكم من

( ٢رقيبا )

Artinya: “Hai sekalian manusia anak cucu adam semuanya!

Takutlah kamu akan Tuhanmu yang telah

me[ng]adakan kamu daripada diri yang satu Adam

diadakan daripada nya istrinya Hawa dan

dikembangkannya daripada keduanya laki-laki yang

banyak dan perempuan, dan takutlah kamu akan

Allah yang selalu kamu meminta dengan Dia dan

18 Majma‘ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu‘jam al-Waji>z

(Mis{r: Wiza>rat al-Tarbiyah Kwa al-Ta‘li>m, 1994), h. 25. 19 KBBI V apps, diakses pada 06 Januari 2020.

Page 173: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

162

takutilah silaturahmi. Bahwasanya Allah adalah Dia

di atas kamu memperhatikan dan menjaga.”20

Seperti ayat sebelumnya, Abdul Latif Syakur

menafsirkan ayat perkata dan beberapa per penggalan ayat.

Namun pada ayat ini ia terlebih dahulu menjelaskan maksud

dan tujuannya menafsirkan ayat tersebut sebagai berikut:

“Ayat ini sungguhpun turunnya di negeri Makkah, ditujukan

kepada orang-orang di sana semasa Qur’a>n turun, tetapi

seruannya sampai kemana pojok-pojok yang berisi manusia.

Maka manusia semuanyalah yang diserukan karena tiap-tiap

seruan terwujud kepada suatu bangsa tentu segala yang

sebangsa itu terkena sama sekali. Umpamanya, jika orang

berkata bangsa Indonesia tidak bisa maju, orang Indonesia tidak

bisa merdeka. Tentulah asal orang itu bangsanya dan tanah

airnya dia merasa hati. Sampai kepada masa yang beratus-ratus

tahun dibelakang asal ternama bangsa manusia juga. Bukanlah

orang yang semasa perkataan itu keluar dari yang mengatakan

atau bukan orang yang semasa tahun 1923 M umpamanya.”21

Dalam pengantar terhadap surat al-Nisa>’ ayat 1 di atas,

terdapat kekeliruan terhadap tempat turunnya ayat ini.

Menurut Syekh Abdul Latif Syakur ayat ini diturunkan di

Mekkah, sedangkan bila merujuk pada Shihab ayat ini

diturunkan di Madinah.22 Menurut Shihab meskipun biasanya

ayat yang diturunkan di Madinah berawalan ya> ayyuha> ’alladhi>na ’a>ma>nu >, namun karena ayat ini berisi seruan

persatuan dan seruan itu tidak dikhususkan untuk orang

beriman saja, maka digunakanlah redaksi ya> ayyuha> al-na>s

20 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 52. 21 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 52. 22 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h Pesan, Kesan dan

Keserasian Al-Qur’an Vol. 2 (Ciputat: Lentera Hati, 2000), h. 313.

Page 174: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

163

yang lebih global.23 Kekeliruan yang dilakukan Abdul Latif

Syakur, barangkali karena ia terfokus pada redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang merupakan salah satu karakteristik ayat yang turun

di Makkah.

Terlepas dari kekeliruan di atas, melalui penjelasan

pengantar ayat tersebut dipahami bahwa seruan Allah melalui

al-Qur’a>n bukan hanya ditujukan untuk penduduk Makkah

yang hidup pada masa ayat ini diturunkan. Al-Qur’a>n

diturunkan untuk seluruh manusia yang berada di setiap

penjuru bumi. Tidak dikhususkan hanya kepada manusia yang

ada pada masa tertentu. Di sini Abdul Latif Syakur

mencontohkan pada bangsa Indonesia, jika ada orang yang

mengatakan bangsa Indonesia tidak bisa merdeka, maka

pernyataan ini tidak hanya untuk masyarakat Indonesia pada

masa itu saja, tapi hingga masa berikutnya juga.

Selain keterangan di atas, Syekh Abdul Latif Syakur

juga menjelaskan bahwa seluruh manusia berasal dari nenek

moyang yang sama yaitu Nabi Adam as. dan istrinya Hawa.

Karena berasal dari keturunan yang sama, maka manusia

seharusnya bersatu. Penjelasan lebih lanjut ditunjukkan

melalui penafsiran beberapa potongan ayat dimulai dengan

redaksi ya> ayyuha> al-na>s sebagai berikut:

“Ya> ayyuha> al-na>s ittaqu> rabba-kum al-ladhi> khalaqa-kum min

nafs wa>h}idah: hai sekalian manusia takutlah kamu dengan

mengerjakan yang disukai-Nya dan meninggalkan yang tidak

disukaiNya. Yaitu Tuhan yang me[ng]adakan daripada satu

tubuh, diri yang satu yaitu Nabi Allah Adam yang dijadikan

Tuhan daripada tanah, akan jadi bapa[k] segala manusia.

Wa-khalaqa min-ha> zaujaha>: dan setelah Tuhan menjadikan

Adam dari tanah sampai menjadi manusia maka dijadikanlah

akan seorang perempuan dari sebelah tulang rusuk Adam itu

23 M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Mishba>h ..., h. 313.

Page 175: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

164

sementara Adam di dalam tidur. Akan jadi istri oleh nabi Allah

Adam bapa[k] manusia.

Wa-baththa min-huma> rija>lan kathi>ran: dan berkembanganlah

daripada dua orang laki istri itu berapa laki-laki yang banyak

dan perempuan yang banya kembang berkembangan turun[-

]temurun sampai kini.

Wa-ittaqu> Alla>h al-ladhi>na tasa>’alu>na bi-hi wa-al-arh}a>m:

setelah kamu mengetahui persatuan kamu yang terbesar yaitu

yang berasal[-]usul kepada dua orang laki istri, maka ingatlah

pula kepada peraturan Tuhan yang Esa terhadap u>la> al-arh}a>m,

bekaum berkerabat bersebangsa senusa. Wajib kamu sama-

sama setuju seniat mencari kemuliaan dan kekuatan secara

saudara-saudara yang telah maju pada sebangsanya, kalau-

kalau dia nanti berbuat sewenang-wenang kepada bangsa yang

lemah. Memang kita semuanya manusia bersaudara,

seketurunan tetapi temangu-mangu oleh karena hal yang

datang kemudian. Menjadi tumbuh benci[-]membenci,

lingkar[-]melingkar karena itu tabiat kalam. Lihatlah dua

orang anak kecil seibu sebapa[k] mula-mulanya bersayang-

sayangan, beramah-ramahan, lama[-]kelamaan bermusuh,

berkelahi tatkala sampai besar. Dan lagi umpama kaum Barat

mula-mula datang ke Timur atau ke Indonesia, bakato di

bawah-bawah manyawuk di hilia-hilia. Berkehendak membeli

bahan-bahan yang kefarduan mereka, tetapi lama menjadi

penjajah pengenas darah. Buat mencegah dan melawan

khianat itu, bersatulah kita yang kaum kerabat sebangsa

senusa supaya teguh dan aman.

Inna Alla>h ka>na ‘alay-kum qari>ba>: bahwasanya Allah taala itu

adalah Dia selalu mengintip memerhatikan dan menengok

Page 176: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

165

tingkah laku dan pekerti kamu kalau-kalau nanti di belakang

menjadi bahaya.”24

Dari penafsiran ayat di atas dapat dipahami bahwa

seruan ya> ayyuha> al-na>s tidak hanya khusus untuk manusia

pada masa tertentu melainkan juga kepada seluruh manusia

pada masa kini dan seterusnya. Kumpulan kata “sekalian

manusia” pada hakikatnya mengandung makna kebangsaan

yang tidak terbatas pada suatu generasi khusus ataupun suatu

komunitas khusus. Melainkan ia merujuk kepada seluruh

bangsa yang ada di dunia. Selain itu ayat di atasa juga berisikan

perintah untuk bertakwa kepada Allah dengan melakukan

segala perintahNya dan menjauhi laranganNya. Kata takwa

dalam teks di atas juga dimaknai dengan menyadari bahwa

Allah telah menciptakan manusia dari satu benih yaitu Nabi

Adam as..

Setelah Nabi Adam dan istrinya Hawa diciptakan hingga

kini terus berkembang dan bertebaran di permukaan bumi, lalu

sekali lagi kita diperintahkan untuk bertakwa dan menjaga

hubungan silaturahmi. Dalam ayat ini dapat dipahami bahwa

orang yang bertakwa akan menjaga hubungan baik dengan

sesama manusia. Oleh karena itu, kita dituntut untuk bersatu.

Persatuan itu diwujudkan dengan saling meraih kemuliaan

bersama tanpa ada perselisihan. Keterangan ini dijelaskan oleh

Syek Abdul Latif Syakur dalam teks berikut

Wa-ittaqu> Alla>h al-ladhi>na tasa>’alu>na bi-hi wa-al-arh}a>m:

setelah kamu mengetahui persatuan kamu yang terbesar yaitu

yang berasal[-]usul kepada dua orang laki istri, maka ingatlah

pula kepada peraturan Tuhan yang Esa terhadap u>la> al-arh}a>m,

bekaum berkerabat bersebangsa senusa. Wajib kamu sama-

sama setuju seniat mencari kemuliaan dan kekuatan secara

24 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 52-53.

Page 177: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

166

saudara-saudara yang telah maju pada sebangsanya, kalau-

kalau dia nanti berbuat sewenang-wenang kepada bangsa yang

lemah. Memang kita semuanya manusia bersaudara,

seketurunan tetapi temangu-mangu oleh karena hal yang

datang kemudian. Menjadi tumbuh benci[-]membenci,

lingkar[-]melingkar karena itu tabiat kalam. Lihatlah dua

orang anak kecil seibu sebapa[k] mula-mulanya bersayang-

sayangan, beramah-ramahan, lama[-]kelamaan bermusuh,

berkelahi tatkala sampai besar. Dan lagi umpama kaum Barat

mula-mula datang ke Timur atau ke Indonesia, bakato di

bawah-bawah manyawuk di hilia-hilia. Berkehendak membeli

bahan-bahan yang kefarduan mereka, tetapi lama menjadi

penjajah pengenas darah. Buat mencegah dan melawan

khianat itu, bersatulah kita yang kaum kerabat sebangsa

senusa supaya teguh dan aman.

Dalam kesempatan lain Abdul Latif Syakur menjelaskan

bahwa dalam Qs. al-Nisa>’: 1 ini sebgai berikut:

“Tuhan memerintahkan kepada persatuan yang benar, yaitu

persatuan kemanusiaan. Bangsa apapun jua berasal dari

keturunan ((Adam dan Hawa))lain tidak. Berselisih jalan

juga? Berlainan kebatinan? Sedang pangkal agama satu dan

Tuhan satu, Rabb al-‘a>lami>n. Marilah kita mempelajari betul-

betul apa maksudnya Tuhan menerangkan kepada kita bahaso

bangsa manusia yang berkembangan [di] seluruh dunia ini,

kembangan dari seorang bapa[k]– Adam-

/10/

dan seorang ibu -Hawa– ialah supaya menimbulkan perasaan

kepada rata-rata manusia. Dan Tuhan memberi kepada

manusia perasaan itu yang terkandung pada segenap manusia.

Perasaan mana, perasaan sama. Bersama untuk bersatu dan

bersatu untuk bersama. Asalnya sama, pokok agama satu.

Agama tiada bermusuh karena bangsa, agama membuka jalan

Page 178: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

167

dan pintu untuk dimasuki segala bangsa. Agama ada

menganjurkan suatu jalan bagi segenap bangsa yang

dinamakan jalan yang benar serta lurus. Di dalam al-Qur’a>n

tersebut: wa anna hadha> s}ira>t}i> mustaqi>man. QS. Al-An’a>m :

152. Dan sesungguhnya inilah – agama Islam – jalan Aku yang

lurus, yang benar, yang mengandung hak perasaan, persamaan

sosial, sosial demokrasi25.

Di dalam perasaan[-]perasaan sesama manusia di dalam segala

bangsa yang ada di atas dunia ini, maka Tuhan menganjurkan

juga hak kebangsaan dan tanah air yang berarti takuti pulalah

hak perhubungan persatuan kaum kerabat, sanak famili, u>la> al-

arha>m. Supaya bekerja bersama-sama memperbaiki aturan

karang perbuatan (a-r-kh-n-s-t-y). Akan mencari daya upaya

persatuan bangsa, boleh mencapai persatuan kemanusiaan,

presiden Wilson – ويلسون – Amerika yang telah meninggal

memajukan sikap persatuan bangsa.

Penghulu kita Nabi Muhammada sallallahu alihi wasallam,

memajukan persatuan kebangsaan. Dengan petatah petitih

beliau ((h}ub al-wat}an min al-i>ma>n)). Cinta tanah air itu suatu

daripada iman. Iman percaya. Percaya kepada siapa? Percaya

kepada Tuhan yang Esa, yang mempunyai kekuasaan pada

semesta alam. Bila percaya kepada Tuhan, hendaklah percaya

pula kepada perintahnya, turut yang disukaiNya, jauhi yang

tidak disukaiNya. Inilah jalan yang benar, jalan yang lurus

yang mesti ditempuh, dilalui oleh manusia yang berbudi,

berperasaan kemanusiaan. Jalan yang benar yang diperkatakan

ini, niscaya terlihat pada tiap-tiap bangsa, tiap-tiap orang

damai, ia membersihkan fikran dan hatinya.”26

25 Di dalam teks ditulis sosial demokrat. 26 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 53-55

Page 179: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

168

Pada teks di atas, Syekh Abdul Latif Syakur berpendapat

bahwa Allah telah memerintahkan seluruh manusia untuk

bersatu. Dalam konteks Indonesia yang terdiri dari multietnis,

multikultur dan multireligius menjadi modal dalam

membangun persatuan. Berdasarkan pernyataan Syekh Abdul

Latif Syakur, sungguhpun manusia berkembang menjadi

beragam bangsa, beragam bahasa, berbeda kulit dan ras, serta

berbeda agama, pada hakikatnya berasal dari satu sumber.

Maka manusia harus saling mengasihi. Hal ini diwujudkan

dengan tidak berlaku sewenang-wenang terhadap bangsa yang

lemah.27

Redaksi \penghulu kita Nabi Muhammada sallallahu alaihi wasallam, memajukan persatuan kebangsaan,

memberitahukan bahwa upaya mempersatukan bangsa telah

dahulu dilakukan Rasulullah saw.. Hal tersebut dibuktikan

melalui konstitusi tertulis pertama di dunia yaitu Piagam

Madinah. Di dalam Piagam itu dituliskan bagaimana cara Nabi

menyatukan penduduk Makkah (kaum muhajirin) dan Madinah

(ansar) yang mana kedua penduduk itu juga terdiri dari suku

atau kabilah yang berbeda-beda. Tidak hanya itu, Rasulullah

tidak hanya menyatukan penduduk yang berbeda suku, tapi

juga menyatukan penduduk Madinah yang berbeda agama.

Kebijakan Rasulullah saw. yang mempersatukan bangsa tanpa

memandang suku, etnis, ras, dan agama tersebut merupakan

wujud dari negara bangsa.

Ungkapan cinta tanah air itu suatu dari iman, dengan

penegasan pada kata iman sebagaiman diungkapkan Syekh

Abdul Latif Syakur menunjukkan bahwa mencitai tanah air

adalah wujud dari iman. Iman adalah mempercayai bahwa

Tuhan yang Maha Esa berkuasa atas alam semesta. Bila

percaya pada kekuasaan dan kekuatan Tuhan, maka manusia

27 A.M. Fatwa, Demokrasi Teoritis Upaya Merangkai

Integrasi Politik dan Agama di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2001) h. 99-100.

Page 180: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

169

yang sehat akal dan pikirannya serta menyadari

kemanusiaannya tidak akan melakukan kejahatan seperti

menyakiti bahkan menindas orang lain. Dalam konteks yang

lebih luas, suatu bangsa yang baik tidak akan menyakiti atau

menjajah bangsa lain. Sehingga dapat mewujudkan persatuan

antar bangsa.

Persatuan tidak akan terwujud jika tidak ada rasa

persaudaraan. Persaudaraan dalam Islam tidak hanya

dikhususkan dengan sesama muslim, namun juga dengan

mereka yang non-muslim. Dari sini tampak bahwa Islam sangat

menjunjung persatuan dengan wujud toleransi. Melalui ayat

ini Allah menyeru manusia yang beriman ataupun yang tidak

beriman agar bersatu, saling menyayangi, dan menghargai

serta tidak membeda-bedakan. Oleh karena itu, manusia

diperintahkan untuk menjaga perdamaian di seluruh penjuru

bumi dan menghormati hak asasi manusia.28

Pada ayat teks di atas, manusia diperintahkan untuk

bertakwa kepada Tuhan dengan redaksi wa-ttaqu> rabbakum.

Pada kata wa-ttaqu> yang berarti bertakwalah yang

disandingkan dengan kata rabbakum (Tuhanmu), hal ini lebih

mendorong agar manusia berbuat baik. Kata rabb dalam bahasa

Arab berasal dari rabba> - yurabbi> yang berarti memelihara dan

membimbing. Dengan adanya kata tersebut membuktikan

bahwa adanya hubungan manusia dengan Tuhan yang tidak

pernah putus. Maka hubungan manusia dengan Tuhannya

menuntun manusia untuk memelihara hubungan dengan

sesama manusia.

Wujud persatuan di antara umat manusia yang lainnya

juga tampak jelas dalam penciptaan manusia yang terdiri dari

berbagai ragam suku, budaya, bangsa dan jenis. Keragaman itu

bukanlah sarana untuk membedakan strata antara satu individu

dengan individu lain atau membedakan antara satu kelompok

28 Ali Nurdin, “Wawasan Al-Qur’an tentang Kebhinekaan

dan Persatuan”, dalam al-Burhan, Vol. 16, No. 2, 2016, h. 238.

Page 181: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

170

bangsa dengan bangsa yang lainnya. Perbedaan tersebut ada,

tujuannya satu yaitu untuk saling mengenal. Ha ini ditegaskan

dalam surat al-H}ujura>t ayat 13 sebagai berikut:

ن ذكر وأنثى وجعلناكم شعوبا وق بائل لت عارفوا إن أكر مكم عند الله أت قاكم ياأي ها الناس إنا خلقناكم م ( ٢١إن الله عليم خبير )

Artinya: “Hai manusia bahwa sanya kami telah menjadikan

kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan.

Dan kami jadikan kamu bersuku-suku dan berkaum-

kaum supaya kenal mengenal. Sesungguhnya orang

yang terlebih termulia di sisi Allah yaitu yang

setakut-takut kamu. Sesungguhnya Allah

mengetahui dan memperhatikan.”29

Melalui ayat di atas Syekh Abdul Latif Syakur

menafsirkan sebagai berikut:

“Hai manusia yang tidak memperhatikan hikmah Tuhan, tidak

memperhatikan alam dan tabiatnya, yang lupa akan asal

kejadiannya, dan perubahan iklim, semua itu membawa

pemandangan yang amat dalam. Seperti bangsa putih

mengatakan bangsa hitam, bangsa gagak. Seperti bangsa

Barat memandang bangsa Timur sebagai bangsa hamba

sahaya. Manusia serupa itu tabiatnya, itulah manusia yang tak

tahu akan ilmu alam dan tabiat alam. Maka Tuhan

menurunkan pengajaran supaya manusia sama-sama insaf dan

paham bahwasanya Kami telah menjadikan, me[ng]adakan

kamu (kata Tuhan) daripada laki-laki yaitu Adam asal

sekalian manusia. Dan daripada perempuan yaitu Hawa,

seorang perempuan yang diadakan dari sebahagian tubuh

29 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 49

Page 182: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

171

Adam, menjadi ibu oleh manusia semuanya. Dengan

demikian, tidak ada jalan untuk melebihkan satu daripada

yang lain., sebab satu keturunan dan satu bangsa (bangsa anak

Adam atau bangsa cucu Hawa).

Dan Kami jadikan kamu (kata Tuhan lagi) bersuku, berpartai,

berkaum, berkeluarga, berluhak, bernagari, berkota, berdusun,

dan seterusnya. Dibagi seperi itu supaya dapat kamu kenal

mengenal, ingat mengingati satu sama lain, dan ketahui kawan

dari sana. Sebab tiap pihak, tiap benua ada mempunyai suatu

ketentuan yang teruntuk padanya daripada penghidupan,

pekerjaan, kepandaian, dan lain yang berguna dan

mempergunakannya. Kawan kaum yang lain atau neg[e]ri

asing, jadi dapat kenal mengenal berhubungan hidup bersama,

bersekutu pada nikmat yang diberikan Allah. Kepada yang di

Timur dapat pula yang di Barat

/50/

Saudara yang di Selatan dapat membantu saudara yang di

Utara dengan apa nikmat yang ada padanya, begitulah

seterusnya.

Memang tiap-tiap iklim mempunyai udara yang berlainan

daripada iklim yang lainnya. Satu-satu iklim mempunyai ...

yang tertentu tidak ada pada iklim yang sebuah jadi dengan

berlain-lain kaum dan umat itu dapat menjadi beruntung

kedua belah pihak. Begitu sekadar boleh diketahui keturunan

satu-persatu, bukan supaya mamanggak satu bangsa kepada

satu bangsa. Atau mengalah satu kaum kepada kaum yang

satu, karena kemuliaan dan kelebihan itu bukan dengan sebab

bangsa, bukan dari keturunan. Lihatlah berapa banyak anak-

anak cucu dari orang ternama menjadi yang sehina-hina orang.

Kebalikannya seorang yang dari dua orang ibu bapa yang

rendah, bangsa hina, pekerjaan dan asa, tiba pada anaknya

seorang yang mulia dunia akhirat. Hanya dapat sifat

kemuliaan atau kelebihan itu dari budi pekerti, berani dengan

Page 183: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

172

kebenaran, bersemangat yang beriring dengan ilmu

kepandaian, bertakwa kepada Allah, bersandar kepada Tuhan

yang Esa. Inilah sifat yang tak luntur-lunturnya, inilah yang

dikatakan Tuhan: “bahwasanya yang ... kamu orang yang

setakut-takut kamu pada sisi Allah.” Sungguhpun begitu,

Allah ta‘a>la> yang amat mengetahui akan hati orang takwa

kepada Tuhan. Dan Allah yang memperhatikan me[ng]amat-

amati hamba-Nya yang bertakwa kepada Nya.”30

Pada tafsir ayat di atas Syekh Abdul Latif Syakur

memberikan pemahaman melalui teks naskah Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s ini, bahwa kata ya> ayyuha> al-na>s pada ayat ini

merupakan seruan Allah kepada manusia yang belum sadar dan

tidak sadar akan asal mereka. Apapun rasnya, warna kulitnya,

suku bangsanya, mereka berasal dari pokok yang sama yaitu

seorang laki-laki yang bernama Adam dan seorang perempuan

yang bernama Hawa. Maka tidak ada kelebihan yang satu atas

yang lain. Pada konteks ini, kata kelebihan yang dimaksud

adalah keutamaan atau keunggulan. Sehingga kedudukan

semua umat manusia baik laki-laki maupun perempuan di

dunia ini adalah sama.

Selain itu, dalam teks di atas juga digambarkan bahwa

perbedaan yang ada di tengah-tengah setiap suku, ras, dan

bangsa bertujuan agar manusia saling mengenal. Mengenal

satu sama lain akan mengantarkan manusia untuk menyelami

kelebihan dan kekurangan masing-masing. Dengan itu,

manusia akan sampai pada tahap saling tolong-menolong

untuk melengkapi kebutuhannya. Pada akhirnya semua

perbedaan yang tampak secara lahir itu akan melebur pada satu

titik yaitu persatuan dan solidaritas. Persatuan dan solidaritas

inilah yang menjadi titik awal terbentuknya rasa kebangsaan.

30 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 77-79

Page 184: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

173

C. Gagasan tentang Kebebasan dan Kesetaraan

Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala

bangsa dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia

harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan

perikemanusiaan dan peri-keadilan.31 Kutipan alinea pertama

dari Pembukaan UUD 1945 tersebut sangat jelas

menggambarkan semangat kebebasan dan kesetaraan.

Kebebasan dan kesetaraan merupakan bentuk perhargaan

tertinggi terhadap nilai kemanusiaan.32 Hal ini tidak

bertentangan dengan ajaran Islam yang memuliakan manusia

tanpa memandang etnis, ras, agama, dan lain-lain.

Islam dengan semangat pembebasannya yang

berlandaskan kepada tauhid harus selalu dihadirkan dalam

realitas sosial masyarakatnya, sehingga mampu untuk

melakukan perubahan.33 Syekh Abdul Latif Syakur dalam

pendahuluan teks ini telah menjelaskan dalam proses

penciptaan manusia sebagaimana yang terdapat dalam Qs. al-

Ti>n: 4\ bahwa Allah telah menciptakan manusia dengan

sebaik-baik bentuk kejadian. Dalam susunan bentuk itu Allah

melengkapi manusia dengan sifat. Sifat-sifat itu seperti

keberanian, kejujuran, kuat, keras, mengalah, penakut, dan

lain-lain. Selain itu, manusia juga diberikan hawa dan nafsu.34

31 UUD45-Awal (PDF), diakses pada 3 Januari 2020. 32 Yudi Latif, Mata Air Keteladanan Pancasila Dalam

Perbuatan (Jakarta; Mizan, 2016), h. 133. 33 Mohammad Nawir, “Rekonstruksi Pemahaman Hadis

Analisis Hadis di dalam Fatwa MUI tentang Kesehatan, dalam

Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies”, Vol. 5, No. 2 (December

2016), h. 218. 34 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 48.

Page 185: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

174

Pemberian sifat kepada manusia merupakan bentuk

penghargaan terhadap manusia sebagai khalifah di

permukaan bumi dan juga pembeda dengan makhluk lainnya.

Dengan adanya potensi yang demikian itu, manusia

diberi kebebasan oleh Allah untuk menentukan sifat mana

yang akan mereka implementasikan dalam kehidupan.

Konsep-konsep seperti egalitarianisme, partisipasi, dan

keterbukaan atas dasar kebebasan untuk memilih sendiri

apakah mau menjadi makhluk setinggi-tingginya atau

serendah-rendahnya.35 Tentu saja setiap pilihan akan

dipertanggungjawabkan nantinya di akhirat. Oleh karena itu

Allah memberikan akal kepada manusia untuk

megidentifikasi sifat-sifat tersebut.36 Al-Qur’a>n secara terang

dan jelas berbicara tentang kebebasan manusia dalam

bertindak.

Lebih lanjut Abdul Latif Syakur menguatkan

penjelasan tentang kebebasan manusia dalam menentukan

pilihan dengan akal yang diberikan Allah yaitu dalam

menafsirkan Qs. al-Nisa>’: 174-175 sebagai berikut:

( فأما ٢٧١ياأي ها الناس قد جاءكم ب رهان من ربكم وأنزلنا إليكم نورا مبينا )نه وفضل وي راا الذين آمنوا بالله واعتصموا به فسيدخلهم ف رحة م هديهم إليه

( ٢٧١ا )مستقيم

35 Nurcholis Madjid, Indonesia Kita (Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2004), h. 21. 36 Muh. In’amuzzahidin, “Konsep Kebebasan dalam

Islam”, dalam Jurnal at-Taqaddum, Volume 7, Nomor 2, (November

2015), h. 260.

Page 186: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

175

Artinya: “Hai sekalian manusia sungguh telah datang kepada

mu suatu keterangan daripada Tuhanmu. Dan telah

kami turunkan kepada mu cahaya (penerangan) yang

nyata. Maka ada pun orang yang telah iman dengan

Allah dan berpegang mereka dengan dia, maka nanti

kami masukkan dia ke dalam suatu rahmat daripada

nya dan karunia dan ditunjukinya akan dia kepada

nya jalan yang lurus –tetap-.”37 Dalam pengantar tafsir ayat di atas Abdul Latif Syakur

menjelaskan

“Manusia tidak dapat sampai kepada merasakan keesaan

Tuhan melainkan manusia yang ada mempunyai akal

sempurna. Karena akal sempurna itu dapat

memperbandingkan antara yang hak dan yang batil.

Antara yang benar dan yang salah. Akal itu dapat

memutuskan perbandingan yang didapat pemandangan

dan penglihatan zahir sampai kepada penglihatan batin.

Dan yang didapatnya dengan keterangan yang

disampaikan atau yang diterima daripada seorang yang

dipercayai pada cerita, berita yang gaib-gaib yang tak

dapat dengan semata-mata akal dan pikir. Dengan dua

keputusan itulah moga-moga manusia baru sampai pada

merasakan sedapnya perdasaran kepada keesaan Tuhan.

Apabila seorang bekerja ikhlas dengan hati tulus menuju

keesaan Tuhan, itulah yang mendapat kelezatan amal dan

merdeka daripada teraru-aru oleh yang lain.”38

37 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 56. 38 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 57.

Page 187: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

176

Pada konteks teologis, penjelasan Abdul Latif Syakur

di atas, sedang berada pada posisi aliran pemikiran

mu‘tazilah. Ia mengedepankan akal sebagai penentu jalan

kehidupan seseorang dalam memimikirkan dirinya, alam, dan

masa depannya. Akal dalam tafsir di atas, ditempatkan pada

potensi rohani yang berdaya besar. Melalui potensi itu,

manusia dapat sampai kepada tahap merasakan nikmat

mengetahui dan mengesakan Tuhan.39 Mengesakan Tuhan

berarti mengakui kekuasaan Tuhan lebih besar dari kuasa

apapun. Pengakuan ini merupakan wujud dari pembebasan

diri dari belenggu kuasa selain Tuhan. Dan

Kebebasan merupakan hak dasar yang telah melekat

pada setiap manusia semenjak dilahirkan ke dunia. Kebebasan

adalah bagian dari hak asasi manusia (HAM). HAM ialah

karunia yang diberikan Allah kepada manusia, sehingga tidak

ada yang dapat merampasnya dari pemiliknya. Demikian pula

tidak ada yang dapat mencabut kebebasan seseorang bahkan

kebebasan suatu kelompok masyarakat ataupun bangsa.

Syekh Abdul Latif menjelaskan dalam teks tafsir surat al-

Nisa>’ ayat 1 ini bahwa:

“Tuhan memerintahkan kepada persatuan yang benar,

yaitu persatuan kemanusiaan. Bangsa apapun jua berasal

dari keturunan ((Adam dan Hawa))lain tidak. Berselisih

jalan juga? Berlainan kebatinan? Sedang pangkal agama

satu dan Tuhan satu, Rabb al-‘a>lami>n. Marilah kita

mempelajari betul-betul apa maksudnya Tuhan

menerangkan kepada kita bahaso bangsa manusia yang

39 M. Yunan Yusuf, Alam Pikiran Islam Pemikiran Islam

Dari Khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi (Jakarta:

Kencana, 2014), h. 78.

Page 188: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

177

berkembangan [di] seluruh dunia ini, kembangan dari

seorang bapa[k]– Adam-

/10/

dan seorang ibu -Hawa– ialah supaya menimbulkan

perasaan kepada rata-rata manusia. Dan Tuhan memberi

kepada manusia perasaan itu yang terkandung pada

segenap manusia. Perasaan mana, perasaan sama.

Bersama untuk bersatu dan bersatu untuk bersama.

Asalnya sama, pokok agama satu. Agama tiada bermusuh

karena bangsa, agama membuka jalan dan pintu untuk

dimasuki segala bangsa. Agama ada menganjurkan suatu

jalan bagi segenap bangsa yang dinamakan jalan yang

benar serta lurus. Di dalam al-Qur’a>n tersebut: wa anna hadha> s}ira>t}i> mustaqi>man. QS. Al-An’a>m : 152. Dan

sesungguhnya inilah – agama Islam – jalan Aku yang

lurus, yang benar, yang mengandung hak perasaan,

persamaan sosial, sosial demokrasi.

Di dalam perasaan[-]perasaan sesama manusia di dalam

segala bangsa yang ada di atas dunia ini, maka Tuhan

menganjurkan juga hak kebangsaan dan tanah air yang

berarti takuti pulalah hak perhubungan persatuan kaum

kerabat, sanak famili, u>la> al-arha>m.”40

Keterangan di atas menunjukkan bahwa agama sangat

menjunjung nilai-nilai HAM. Tidak ada agama yang bertolak

belakang dengan nilai HAM. Dalam Islam khususnya tauhid,

sebagai doktrin ajaran Islam yang menegaskan pada

mengesakan Allah swt., terkandung makna pembebasan diri

(self liberation) dan pembebasan sosial yang mana seluruh

manusia memiliki hak yang sama di hadapan Tuhan. Islam

sangat menjamin kebebasan sebagai hak manusia. Nilai

kebebasan berdasarkan pada tolak ukur bahwa manusia

40 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 54.

Page 189: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

178

makhluk mandiri, berpikir, berkehendak bebas, dan bermoral.

Kebebasan dalam Islam dibatasi oleh moral dan etika.

Kebebasan yang tidak dilandasi moral akan menyebabkan

kerusakan/kehancuran.

Meskipun deklarasi HAM (Universal Declaration of

Human Right) ditetapkan pada 1948, sebenarnya isu HAM

secara subtantif sejak awal telah ada dalam syariat Islam.

HAM telah dijadikan ulama sebagai tujuan dalam maqa>s}id al-

shari>’ah. Hanya saja filosofi HAM dalam syariat berbeda

dengan HAM pada deklarasi universal. Menurut Abdillah,

karena filosofi antara HAM dalam syariat dan HAM dalam

delakrasi universal terdapat sejumlah perbedaan maka

menurut beberapa pengamat keduanya dianggap

bertentangan.41

Dalam rumusan ulama Islam, HAM bukan hanya

sebatas hak asasi melainkan ia adalah al-d}aru>riya>t. Al-

d}aruriya>t adalah kebutuhan fundamental yang harus dipenuhi.

Berdasarkan penjelasan Abdillah, istilah HAM dan

perumusannya dalam Islam baru populer pada awal abad 21.

Dan menurutnya pula ulama muslim masa kontemporer baru

berbicara tentang HAM setelah deklarasi HAM oleh PBB

tahun 1948.42 Namun berdasarkan teks Naskah Tafsi>r A>ya>t

Ya> Ayyuha> al-Na>s, Syekh Abdul Latif Syakur seorang ulama

lokal Minangkabau pada tahun 1949 telah berbicara tentang

HAM meskpiun tidak menggunakan kata HAM secara

eksplisit.

41 Masykuri Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial Politik

di Indonesia (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011) h. 14 dan

17. 42 Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial, h. 18.

Page 190: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

179

Tak jauh berbeda dengan ulama kenamaan seperti Abul

A’la Mawdudi yang mengatakan bahwa HAM adalah

pemberian Allah swt.,43 Syekh Abdul Latif Syakur juga

berpendapat sama. HAM bahkan selaras dengan Iman.

Penghormatan terhadap HAM menurut Abdul Latif Syakur

didasarkan pada surat al-Nisa>’: 1, sebagaimana yang

dikemukakan di atas. Abdul Latif Syakur juga mendukung

konsep HAM yang berdasarkan pada aspek fundamental

(d}aru>riya>t), yang meliputi:

1. pemeliharaan terhadap agama (h}ifz} al-di>n), yang

mengandung hak beragama,

2. pemeliharaan terhadap jiwa (h}ifz} al-nafs), hak untuk

hidup dan memperoleh keamanan,

3. pemeliharaan terhadap akal (h}ifz} al-‘aql), hak untuk

memperoleh pendidikan,

4. pemiliharaan terhadap harta (h}ifz} al-ma>l), hak untuk

bekerja, memiliki harta dan hidup layak,

5. pemeliharaan terhadap nasab (h}ifz} al-nasab) hak

untuk memperoleh keturunan, dan

6. pemeliharaan kehormatan (h}ifz} al-‘ird) hak

memelihara harga diri.44

Konsep-konsep HAM yang berdasarkan kepada

maqa>s}id al-shari>‘at di atas juga selaras dengan Deklarasi

HAM, terutama:

1. hak untuk hidup,

2. hak kebebasan agama,

3. hak kebebasan berpikir dan berbicara,

4. hak memperoleh pendidikan,

5. hak untuk bekerja dan memiliki harta kekayaan,

6. hak untuk memilih tempat tinggal sendiri.

43 Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial, h. 18. 44 Abdillah, Islam dan Dinamika Sosial, h. 18-19.

Page 191: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

180

Dari konsep-konsep HAM menurut maqa>s}i>d al-shari>’a>t

dan Deklarasi HAM yang dapat diselaraskan dengan

pemikiran Syekh Abdul Latif Syakur sesuai dalam teks tafsir

ayat-ayat yang berawalan ya> ayyuha> al-na>s.

Syekh Abdul Latif Syakur sebagai ulama yang hidup

dalam dua masa yakni pra-kemerdekaan dan pasca-

kemerdekaan sangat mengerti dengan kondisi lingkungan dan

negaranya. Sebagaimana yang telah diketahui bahwa masa

pra-kemerdekaan adalah masa yang sangat memilukan bagi

bangsa Indonesia tidak hanya dijajah tanah airnya namun juga

harus terancam nyawanya. Padahal dalam Islam, nyawa atau

jiwa merupakan hal fundamental yang harus dijaga. Oleh

karena itu, Abdul Latif Syakur mengemukakan pendapatnya

melalui tafsir surat Yu>nus: 57

ن ربكم وشفاء لما ف الصدور وهد ى ورحة ياأي ها الناس قد جاءتكم موعظة م ( ١٧للمؤمنين )

Artinya: “Hai manusia. Sesungguhnya telah datang akan kamu

pengajaran dari Tuhan kamu dan obat bagi barang

pada dada dan pertunjuk dan rahmat untuk orang-

orang mu’min.”45

Lalu Abdul Latif Syakur menafsirkan maksud ayat di

atas sebagai berikut:

“Hai sekalian manusia yang masih belum mengerti dan

sadar pada mengingati asal usul kemanusiaannya

sesungguhnya telah datang kepada mu daripada

45 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s,h. 63.

Page 192: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

181

Tuhanmu yang Esa yaitu Qur’a>n –kitab suci- lengkap di

dalamnya beberapa faidah-faidah, penerangan-

penerangan yang semuanya itu tersimpan pada empat

perkara: pertama- maw’iz}ah- pengajaran, yaitu b-a-ng-y-

ng menarik kepada kebaikan yang digemari dan yang

diketakuti –salah akan membaiki, lupa akan menuruti,

terlampau akan mengembalikan dengan dua jalan: satu

memberikan pengajaran kepada hati supaya tetap

keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa tiada Tuhan

selain Nya- maka segala pekerjaan – dan perjuangan-

kejahatan dan suasana- hidup dan mati- sakit dan senang,

semuanya didatangkan Tuhan belaka dengan maw’iz}ah Qur’a>n itulah baru dapat kita mempertahankan

kemerdekaan ruh kita –jiwa kita-, pikiran kita dan

berkibarnya semangat kita kepada melawan berjuang

kepada musuh kasar dan musuh halus. Kedua,

memberikan pengajaran aturan lembaga pekerjaan dan

amalan yang berupa perintah dan suruh kepada kebaikan

yang mana segala peraturan yang telah diperintahkan di

dalam Qur’a>n itu sama sekali membawa kepada kebaikan

yang disetujui oleh isi alam yang suka mendalamkan

tilikannya dan pahamnya tidak dengan tergopoh-gopoh

yang didorongkan hawa nafsu. Dengan tilikan sepintas

lalu saja dan memberikan pengajaran yang berupa tagah

dan larangan pada pekerjaan kejahatan yang ditakuti

nanti yang membawa kepada kesengsaraan hidup dunia

sampai kepada akhirat. Kesengsaraan, baik kepada diri

sendiri ataupun kepada bersama –orang umum dan

masyarakat. Tetapi kebiasaan larangan pada yang disukai

oeleh kebanyakan orang. Memang manusia itu beraja

kepada hatinya bersultan kepada matanya- padahal hati

itu diperintahi kemauan hawa nafsu dan mata cendrung

kepada rupa dan warna. Maka Tuhan memberikan

pengajaran supaya jangan diturutkan itu.”46

46 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s,h. 63.

Page 193: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

182

Dari tafsir di atas bahwa menurut Abdul Latif Syakur,

Allah telah memberikan pengajaran kepada hati manusia

melalui maw‘iz}ah yang terdapat di dalam al-Qur’an. Al-Qur’a>n

menjelaskan bahwa dengan tetap yakin pada Allah Yang Maha

Esa, tiada Tuhan selain Allah. Maka semua pekerjaan,

perjuangan, kejahatan, suasana, hidup dan mati, sakit dan

senang telah diatur Allah. Melaui maw‘iz}ah yang terdapat di

dalam al-Qur’a>n itu kita dapat mempertahankan kemerdekaan

ruh –jiwa- sehingga semangat untuk melawan musuh yang

kasar dan halus.

Menurut Fairclough bahwa teks tidak hanya dilihat dari

perspektif bahasanya saja tetapi juga dipengaruhi oleh konteks

yang ada pada pengarang dan lingkungannya47. Dalam konteks

ini, redaksi melawan musuh yang kasar adalah melawan musuh

yang dapat ditangkap oleh indra seperti penjajah. Karena pada

masa teks ini ditulis merupakan masa Agresi Militer Belanda,

masa ini sangat kental dengan aksi perlawanan fisik oleh

bangsa Indonesia dalam rangka mempertahankan

kemerdekaan. Adapun musuh halus dalam teks ini yakni musuh

yang tidak dapat dilihat oleh indra, keberadaannya di dalam diri

manusia seperti hawa nafsu. Maka manusia dalam teks ini juga

dituntut untuk melawan hawa nafsu.

Penjelasan ini telah menggambarkan bahwa Allah telah

menjamin keamanan jiwa manusia melalui al-Qur’a>n yang

diwahyukan kepada Rasulullah saw.. Jaminan Allah ini tidak

dapat disangkal dan dilanggar oleh mahluk manapun. Maka

segala bentuk intervensi apapun yang mengancam jiwa

47 Norman Fairclough, Analysing Discourse, Textual

Analysis For Social Research (London & New York: Routledge,

1997), h. 98.

Page 194: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

183

seseorang akan diberikan ganjaran yang setimpal. Hal ini telah

ditegaskan Allah pula dalam surat Yu>nus: 23

ا ب غيكم على أنفسكم... تاع الياة ا ياأي ها الناس إن ن يام نا مرجعكم لد ث إلي ( ١١عملون )ف ن نبئكم با كنتم ت

Artinya: “Hai manusia yang sadar!: hanya sanya keaniayaan

kamu adalah atas dirimu selama bersenang-senang di

ruangan hidup di dunia. Kemudian kepada Kami jua

kembalimu. Maka Kami terangkan kepada mu

dengan apa-apa yang ada kamu kerjakan.”48

Pada tafsirnya, Syekh Abdul Latif menegaskan sebagai

berikut

“Ya> ayyuha> al-na>s innama> baghyukum ‘ala> anfusikum:

hai manusia yag selalu berbuat kesalahan dan kejahatan

kepada sesama kamu dengan menjalankan aniaya satu

sama lain. Kamu buat kejahatan kepada orang lain supaya

kamu selamat seputus –beruntung- terlepas dari bahaya,

maka aniaya kamu itu kembalinya kepada kamu juga,

mengapa demikian? ((man ‘amila s}alih}an fa-li-nafsihi wa man asa>a fa-‘alayha>)) siapa yang berbuat kebaikan tentu

kebaikannya untuk dirinya. Dan siapa berbuat kejahatan

maka kejahatan itu menimpa dirinya juga. Bukan saja

kejahatan itu kepada nya seorang malah kepada yang

seumpamanya atau kepada taulan sejawatnya, sampai

kepada sekaum sebangsa dan setanahairnya. Jikalau

kejahatannya dan aniaya itu sampai kepada merintangi

kesenangan keselamatan dan jua perjuangan dengan

musuh agama bangsa dan kemerdekaan tanah airnya.

48 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 61.

Page 195: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

184

Mata>’a al-h}aya>h al-dunya. Tahukah kamu kesalahanmu

itu? Kamu selalu bersuka-suka, bersedap-sedap,

bersenang-senang dengan hidup dan penghidupan dunia

kamu yang fana itu oleh karena kesenangan kamu dengan

keduniaanmu itu kamu putuskan perhubungan kerabat

dan

/22/

sila>t al-rah}im. Lupa kamu akan kewajiban kamu kepada

kepada sebangsa dan senusa malah lagi seagama. Balasan

kerja kamu dan kesalahan kamu itu mengenai kepada

masyarakat dan sepupu kamu adanya.

Thumma ilay-na> marji’ukum: sesudah kesenangan dan

kepelesiran kamu di dalam hidup dunia yang lenyap ini.

Bahayanya mengenai kepada dirimu dan masyarakat

penduduk tanahairmu maka nanti kemudian hari, di sana

nanti kamu menerima balasan dan menemui bagaimana

kamu menderitakan hukuman Tuhan dihadapan khala>iq

dan orang yang kamu aniaya semasa mereka merasa

tertindas dan terhina ketika kamu sombong takabur

kepada mereka. Nasib ketika itu terserah kepada Allah.

Fa-yunabbiukum bima> kuntum ta’malu>n: maka nanti

kami beri kamu balasan setampilan dengan amalan kamu.

Pada ayat dibelakang ini Tuhan Allah membuatkan

perumpamaanya hidup di dunia ini. Perhatikanlah! Hidup

di dunia ini dengan kesenangannya kalau diumpamakan,

adalah seumpama hujan yang turun menyirami bumi

yang subur menambahkan pelbagai tanaman yang

bermacam-macam daripada yang dimakan oleh manusia

seperti jagung, padi, sayuran dan lain-lain. Dan makanan

ternak binatang daripada rumput dan lain-lain, hatta

mengeluarkan bumi akan keindahannya dan

kecantikannya, daun yang rimbun bunga yang

berkembangan buah yang rontok ranun, di sana tumbuh

kira-kira dan sangka ramai kesukaan yang riuh rindang

akan mengambil hasil tanamannya, memetik buahnya,

mengutip daunnya dan menyabut memotong padinya.

Padi masak, jagung meupah, buah lebat bunga kembang

dengan tidak disangka, sekonyong-konyong turunlah

Page 196: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

185

bahaya petaka, perintah takdir Tuhan, binasa isi kebun

rusak isi lada, daun merusak, bunga layu, buah gugur ke

tanah batangnya rebah tunduk ke bumi. Entah malam

entah siang-siang menjadi seperti tanaman langkas,

seperti sawah sudah disabit, dipotong tidak ada sebagai

yang diangan-angani semalam lagi. Begitulah Tuhan

Allah menjelaskan kepada kaum yang mau berpikir. Kata

peribahasa: ya> man bi-dunyahu ishtaghal – qad gharrahu t}u>lu al-amal. Hai orang yang bimbang dengan

keduniaannya- sesungguhnya dia terpedaya dengan

panjang angannya itu.”49

Tafsir ayat ini sangat jelas menjamin kebebasan jiwa

manusia. Bagaimana Allah memperingatkan seluruh manusia

yang ingin meraih keberhasilan atau kekayaan, namun ia

menggunakan cara yang tidak baik seperti menzalimi orang lain

atau bangsa lain. Maka Allah mengatakan setiap perbuatan

baik maupun buruk akan diberikan balasan. Setiap kebaikan

akan berdampak pada diri masing-masing. Namun bila

melakukan suatu keburukan, dampaknya tidak hanya untuk diri

sendiri bahkan bisa berdampak pada masyarakat sebangsa dan

setanah air.

Jika dikontekskan pada masa pasca-kolonialisme

Belanda, dampak dari aktifitas kolonialisme itu berimbas pada

penetapan bersalah terhadap pihak kerajaan Belanda yang telah

menutupi aksi kekerasan yang dilakukan oleh tentara Belanda

selama tiga setengah abad berada di Indonesia.50 Selain itu,

49 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 61-63. 50 Gert Oostindie, dkk., Serdadu Belanda di Indonesia

1945-1950 Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah. Penerjemah Susi Moeimam, dkk. (Jakarta: Yayasan Pustaka Obor

Indonesia – KITLV, 2016), h. ix

Page 197: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

186

dampak lainnya adalah banyak muncul perdebatan akademik

maupun politis di Belanda sehingga mempengaruhi citra

Belanda sebagai negara pelopor HAM di dunia.

Bentuk dari hak asasi manusia yang lainnya adalah h}ifzh

al-di>n. H}ifz al-di>n secara arti kata adalah memelihara agama.

Dalam arti luas, h}ifzh al-di>n adalah kebebasan untuk memilih

agama dan menjalankan ritual keagamaan berdasarkan

keyakinan masing-masing individu. Kebebasan sebagaimana

yang disebutkan itu merupakan bentuk dari pemeliharaan

agama.

Islam sebagai agama samawi, sangat menjunjung tinggi

prinsip-prinsip HAM. Dalam masalah beragama, Islam melalui

risalah yang disebarkan oleh para Rasul memberikan tempat

yang layak dan memadai untuk memeluk agama dan memilih

agama. Penegasan itu terdapat dalam Qs. al-Baqarah: 256

bahwa tidak ada paksaan untuk memeluk agama. Ayat tersebut

sangat menghargai hak seseorang untuk memilih agama dan

keyakinannya.

Dalam teks naskah Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s ini, Syekh

Abdul Latif juga berbicara tentang h}ifz} al-di>n. Menurutnya, ada

beberapa bentuk dalam menjaga agama dan mengekspresikan

agama. Pertama berdasarkan pada Qs. al-H}ajj ayat 5, yaitu:

ن ت راب ث ن الب ع فإنا خلقناكم م فة ياأي ها الناس إن كنتم ف ريب م ث من ن لكم ونقر ف لقة وغير ملقة لنب ين الرحام ما نشاء إل من علقة ث من مضغة م

ن ي ت وف لغوا أشدكم ومنكم م فل ث لتب ى ث نرجكم نأجل مسم ي رد ومنكم ما أنزلنا إل أرذل العمر لكيل ي علم من ب عد علم شيئا وت رى الرض هامدة فإذ

ها الماء اهت زت وربت وأنبتت من كل زوج بيج ) ( ١علي

Page 198: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

187

Pada ayat di atas, Syekh Abdul Latif Syakur langsung

memberikan penafsiran pada terjemahan ayat, sebagai berikut:

“Hai sekalian manusia, orang yang masih ragu-ragu akan

mempercayai me[ng]imani hari akhirat, jika kamu masih

di dalam keraguan, shak, dan belum percaya akan hari

berbangkit sebagai tidak mumkin jadinya karena sudah

luluh jadi tanah akan kembali berbangkit pada hari

kemudian. Maka untuk menghilangkan keraguan, shak,

dan wahm itu marilah kami terangkan dan perhatikanlah!

Kata Tuhan: maka bahwasanya Kami telah menjadikan

kamu dengan perantaraan dari bapa[k] kamu yang berasal

kejadian kamu itu daripada tanah menjadi suatu benda

makanan dan minuman daripadanya menjadi nut}fah yang

mengalir daripada urat tulang belulang bapa[k] yang

bernama mani. Maka nut}fah mani itu tertumpah ke dalam

rahim ibu, di sana menjadilah dia ‘alaqah (darah

sebongkah) atau suatu paduan darah. Sesudah itu menjadi

dia (nut}fah - sekping daging) yang terjadi dari perpaduan

darah tadi, mud}ghah. Ini ada yang sempurna, cukup, tidak

cacat ben[t]uknya, dan ada juga yang kurang baik, tidak

sempurna, tidak dapat dijadikan menjadi manusia.

Perkara pekerjaan yang berpindah silih bersilih dari zat

makanan sampai menjadi nut}fah berangsur-angsur pula

hingga menjadi sekeping daging yang boleh dijadikan

manusia, itu supaya Kami dapat menyatakan kepada mu

bahwa mengembalikan kemudian hari. Hari berbangkit

itu amat mudah pada sisi orang yang Mahakuasa dan Esa.

Sesudah itu paduan daging yang telah menjadi daging,

berurat, bertulang itu Kami berikan

/32/

sementara waktu di dalam rahim ibu sampai hari ketika

yang telah dijanjikan. Kemudian baru Kami keluarkan

kamu dari kandungan ibu dengan keadaan bayi. Sesudah

kamu keluar maka Kami atur, Kami bela sampai kamu

menjadi orang berakal dan tangkas tubuh jasmani- jiwa

rohani, dan semangat h}ama>sah berkeberanian dengan

keras hati menendang musuh, mempertahankan agama

Page 199: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

188

dan bangsa. Di antara itu, ada pula yang mati sebelum

sampai jangka orang besar dan ... atau mati sebelum

dewasa. Dan di antaranya ada pula yang sampai berumur

lebih dari dewasa sampai pula kembali kepada serupa

perangai umur anak-anak, sampai tahu apa-apa lagi.”51

Pada teks tafsir di atas, Abdul Latif Syakur menjelaskan

bahwa semenjak proses penciptaan manusia hingga dilahirkan

menjadi bayi kecil, Allah telah menjamin kebebasan mereka.

Allah menumbuhkan jasmani maupun rohani manusia, lalu

Allah menjaga manusia sampai ia berakal. Selanjutnya, dengan

itu semua manusia akan memiliki semangat h}ama>sah,

berkeberanian dengan keras hati menendang musuh,

mempertahankan agama dan bangsa.

Pada teks di atas Syekh Abdul Latif Syakur kembali

berbicara tentang asal-usul penciptaan manusia. Cikal-bakal

manusia berasal dari seorang laki-laki yang disebut bapak.

Tujuannya agar manusia sadar bahwa ia berasal dari asal dan

unsur yang sama, walaupun pada akhirnya masing-masing

mereka terdapat perbedaan.

Dalam konteks ini, Syekh Abdul Latif Syakur sedang

berbicara tentang h}ifz al-di>n. Alasannya, setelah manusia

dibekali dengan akal, mereka ditugaskan untuk melawan

musuh agama Allah. Musuh agama Allah pada masa ini adalah

pemerintah Belanda yang pada saat itu mendukung misi

pengkristenan.52 Pada waktu itu pemerintah Belanda

membatasi segala aktivitas terkait agama Islam. Dimana

mereka menghalangi kegiatan pembelajaran agama Islam

51 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 69. 52 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam, h. 187.

Page 200: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

189

dengan tidak memberikan bantuan, sementara mereka

memberikan bantuan yang berlimpah kepada agama Kristen.53

Bentuk lain dari pembatasan terhadap Islam oleh

Belanda yaitu dengan mengeluarkan aturan yang

mengahruskan lembaga pendidikan Islam di Indonesia untuk

memiliki izin tertulis dari pejebat setempat. Izin itu

menyangkut sifat dari pendidikan Islam pada saat itu.

Kenyataan yang demikian, menurut ulama di Minangkabau

saat itu merupakan bentuk gangguan terhadap kemerdekaan

beragama. Oleh karena itu, bentuk perlawanan yang dilakukan

oleh Muslim di Minangkabau dengan menyatukan semua

pendapat mereka dan menentang keputusan itu. Aksi protes

ulama Minangkabau itu diluar dugaan pemerintah Belanda,

sehingga pada akhirnya mendesak mereka untuk menghapus

aturan itu.54

Melalui teks NTYN ini pula, Syekh Abdul Latif Syakur

memberikan memberikan keterangan, bila para muslim dengan

penuh keyakinan dan h}ama>sah mempertahankan agama Allah,

maka mereka akan mampu mengalahkan semua musuh-musuh

agama tersebut. Tidak hanya itu, bahkan mereka juga turut

mempertahankan bangsa mereka. Sehingga tampak bahwa

dengan menjaga agama (h}ifz al-di>n), secara tidak langsung para

muslim juga turut menjaga jiwa (h}ifz al-nafs) setiap individu

dalam suatu bangsa.

Teks NTYN di atas juga memberikan pandangan bahwa

dengan mempertahankan agama sejalan dengan

mempertahankan kemerdekaan bangsa. Ini jelas menunjukkan

agama menjadi supporting sistem dalam meraih kemerdekaan

53 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam, h. 193. 54 Deliar Noer, Gerakan Moderen Islam, h. 200.

Page 201: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

190

individu dan bangsa. Mak tak salah kiranya pendapat Abdul

Latif Syakur mengutip ungkapan “cinta tanah air sebagian dari

iman”.

D. Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Sebagai Kritik Terhadap

Aktifitas Kolonialisme

Teks sebagai media komunikasi merupakan bentuk dari

praktik wacana dan praktik sosiobudaya. Praktik wacana

adalah bentuk representasi pemikiran penulis melalui produksi

teks. Adapun praktik sosiobudaya adalah konteks yang

melatarbelakangi munculnya sebuah teks.55 Naskah Tafsi>r A>ya>t

Ya> Ayyuha> al-Na>s adalah sebuah teks yang mendeskripsikan

tafsir dari ayat-ayat yang berawalan ya> ayyuha> al-na>s. Teks

naskah tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s merupakan bentuk praktik

wacana yang menggambarkan tanggapan dan respon Syekh

Abdul Latif Syakur terhadap ayat al-Qur’a>n yang dimulai

dengan awalan ya> ayyuha> al-na>s.

Syekh Abdul Latif Syakur melalui tafsir ini

menunjukkan sikapnya terhadap situasi pada masa itu.

Sebagaimana dijelaskannya bahwa NTYN ini ditulis pada

tahun 1949 dalam suasan mencekam. Saat itu Indonesia yang

notabene telah merdeka, namun kembali dipaksa untuk

berjuang mempertahankan kemerdekaannya dari Belanda yang

melancarkan agresi pada tahun itu. Abdul Latif Syakur dengan

perantara teks tafsir ini menunjukkan sisi kritis dan

nasionalisnya dalam merespons tindakan Belanda. Apa yang

telah dilakukan Syekh Abdul Latif Syakur tersebut

55 Norman Fairclough, Critical Discourse Analysis: The

Critical Study of Language (New York: Longman, 1995), h.97

Page 202: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

191

menunjukkan posisi teks sebagai wacana dalam bentuk praktik

sosialbudaya.

Melalui teks naskah Tafsi>r Ya> Ayyuha> al-Na>s ini, Syekh

Abdul Latif Syakur mendeskripsikan bagaimana strategi

bangsa Barat saat hendak menguasai bangsa Timur. salah

satunya terdapat pada penggalan tafsir surat al-Nisa>’ ayat 1,

sebagai berikut:

“Wa-ittaqu> Alla>h alladhi>na tasa>’alu>na bi-hi wa-al-arh}a>m:

setelah kamu mengetahui persatuan kamu yang terbesar

yaitu yang berasal[-]usul kepada dua orang laki istri,

maka ingatlah pula kepada peraturan Tuhan yang Esa

terhadap u>la> al-arh}a>m, bekaum berkerabat bersebangsa

senusa. Wajib kamu sama-sama setuju seniat mencari

kemuliaan dan kekuatan secara saudara-saudara yang

telah maju pada sebangsanya, kalau-kalau dia nanti

berbuat sewenang-wenang kepada bangsa yang lemah.

Memang kita semuanya manusia bersaudara, seketurunan

tetapi temangu-mangu oleh karena hal yang datang

kemudian. Menjadi tumbuh benci[-]membenci, lingkar[-

]melingkar karena itu tabiat kalam. Lihatlah dua orang

anak kecil seibu sebapa[k] mula-mulanya bersayang-

sayangan, beramah-ramahan, lama[-]kelamaan

bermusuh, berkelahi tatkala sampai besar. Dan lagi

umpama kaum Barat mula-mula datang ke Timur atau ke

Indonesia, bakato di bawah-bawah manyawuk di hilia-hilia. Berkehendak membeli bahan-bahan yang kefarduan

mereka, tetapi lama menjadi penjajah pengenas darah.

Buat mencegah dan melawan khianat itu, bersatulah kita

yang kaum kerabat sebangsa senusa supaya teguh dan

aman.”56

56 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 53.

Page 203: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

192

Dalam penggalan tafsir ayat di atas, Syekh Abdul Latif

Syakur mengingatkan kembali pada tujuan kedatangan bangsa

Barat ke Timur. Pada konteks ini, jika dihubungkan pada masa

penulisan teks sebagaimana yang terdapat pada halaman

kolofon, maka bangsa Barat yang dimaksud adalah Belanda dan

bangsa Timur adalah Indonesia seperti yang telah disebutkan

secara jelas pada teks di atas. Dalam teks di atas, Abdul Latif

Syakur juga menjelaskan bagaimana kelicikan bangsa Belanda

saat di awal kedatangan mereka melalui ungkapan

“bakato di bawah-bawah, manyauk di hilia-hilia.”57

Pepatah di atas terdiri dua kalimat yaitu bakato di

bawah-bawah dan manyauak di ilia-ilia. Bakato di bawah-

bawah dalam ungkapan Minang berarti menjaga kerendahan

hati atau menjaga perkataan agar tidak dianggap meremehkan

orang lain. Adapun kalimat manyauak di ilia-ilia menurut orang

Minang berarti; saat melakukan sesuatu, jangan sampai

menggangu orang lain. Dari arti kedua ungkapan yang

digunakan oleh Syekh Abdul Latif Syakur, menunjukkan sikap

kritisnya melalui budaya Minang yang kental dengan kata-kata

bijak seperti ungkapan di atas.

Tafsir ini dapat menjadi cerminan dari respons Syekh

Abdul Latif Syakur terhadap kedatangan Belanda dan perilaku

mereka terhadap bangsa Indonesia. Melalui pepatah Minang

yang dipilih, menegaskan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur

adalah orang yang anti kolonial. Sikap anti kolonial ini

diperkuat dengan mendeskripsikan watak orang-orang Belanda

yang datang ke Indonesia sebagai berikut:

57 Berkata di bawah-bawah, mandi di hilir-hilir.

Page 204: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

193

“Berkehendak membeli bahan-bahan yang kefarduan

mereka, tetapi lama menjadi penjajah pengenas darah.”

Ungkapan di atas adalah sebuah bentuk sikap licik

Belanda yang digambarkan oleh Syekh Abdul Latif Syakur

melalui teks ini. Menurutnya juga, sikap Belanda ini adalah

bentuk sebuah penghianatan yang nyata terhadap bangsa

Indonesia. Maka dari itu Syekh Abdul Latif Syakur

menyadarkan bangsa Indonesia dan mengajak untuk menentang

penghianatan tersebut dengan pernyataan berikut:

Buat mencegah dan melawan khianat itu, bersatulah kita

yang kaum kerabat sebangsa senusa supaya teguh dan

aman.

Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa Syekh Abdul

Latif Syakur adalah seorang ulama yang sangat menyokong

persatuan bangsa Indonesia. Sokongan ini merupakan bentuk

dari nasionalisme seorang ulama dan wujud kecintaannya

terhadap tanah air. Pemilihan diksi yang digunakan Syekh

Abdul Latif Syakur disesuaikan dengan kebiasaan masyarakat

Minang yang gemar mendengarkan kata-kata bijak seperti

pepatah ataupun melalui pantun. Dalam konteks ini, kata

bersatulah adalah ajakan Syekh Abdul Latif kepada seluruh

bangsa Indonesia untuk melawan pengkhianatan yang

dilakukan Belanda secara jelas terhadap tanah air.

Selain kritikan, teks di atas menunjukkan bahwa pada

saat itu Syekh Abdul Latif Syakur juga tengah menunjukkan

kegelisahannya pada bangsa sendiri. Ia menyadari bahwa

perlakuan bangsa Belanda adalah sebuah penghianatan nyata.

Namun bangsa Indonesia ketika itu ada yang telah sadar dengan

cara melakukan perlawanan, ada juga yang justru menjadi

Page 205: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

194

pengikut bangsa Belanda. Sehingga melalui teks ini Syekh

Abdul Latif Syakur mengingatkan agar seluruh bangsa

Indonesia agar semuanya bersatu untuk melawan penghianatan

bangsa Belanda, agar Indonesia menjadi kuat dan kembali

aman.

Bentuk keresahan Syekh Abdul Latif Syakur pada

bangsa Indonesia lainnya, sebagaimana ia gambarkan dalam

tafsir surat Fa>t}ir ayat 5-6 sebagai berikut:

“Seruan Tuhan kepada orang yang masih sedang dirayu-

rayu dibuaikan kesenangan dan kesedapan dunia dan

kekayaannya yang tidak mengerti akan tipu daya musuh

setiap hari, setiap menit, lupa akan kebenaran dan harga

diri (harga kemanusiaan sejati) dimabuk harta benda,

kaum keluarga, dan taulan sahabat sampai lupa akan

Tuhan. Tuhan yang me[ng]adakan dia, yang memberikan

segala kesenangan-kesenangan itu. Hingga putus

perpegangannya kepada Tuhan, hilang keyakinannya

kepada Allah. Lupa dia mendasarkan pekerjannya kepada

Tuhan yang Esa; kitab suci (kitab Tuhan tidak

dibenarkannya), sunnah Nabi tidak diikutinya, fatwa

‘a>lim diabaikannya. Pikiran sudah tidur, pemandangan

sudah tertutup, pendengaran kepada ilmu pengajaran

sudah tersumbat, sebab dirayu oleh musuh.”58

Tafsir di atas merupakan seruan terhadap manusia yang

setiap saat hanyut dan terlena karena kesenangan, kesedapan

dunia, dan kekayaan di dunia. Banyak orang tidak sadar akan

tipu daya musuh hingga lupa akan harga diri. Merekapun lupa

dengan Allah. Risalah Rasul tak diikutinya. Fatwa orang-orang

alim diabaikannya. Keadaan mereka seperti orang yang

pikarannya tertidur, matanya tetutup, telinganya tersumbat

58 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 74.

Page 206: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

195

akibat rayuan dunia. Pada saat itu manusia benar-benar dalam

keadaan abai dan acuh tak acuh.

Teks ini menggambarkan bahwa kondisi sebagian

individu saat teks diproduksi, dalam keadaan tak peduli dengan

keadaan sekitar. Mereka lebih memilih untuk mengikuti

kesenangan dunia daripada mengikuti perintah Allah dan

RasulNya dan mereka juga mengabaikan fatwa-fatwa yang

dikeluarkan oleh ulama di sekitar mereka. Syekh Abdul Latif

Syakur memilih ungkapan berikut untuk merepresentasikan

keadaan yang dimaksud dalam teks

“Disenang-senangkannya perasaan, tidak dibiarkannya

menengok cermin perbandingan. Tonggak gantungan

disangkanya buaian atau ayunan panjang lagi jika

direntang.”

Ungkapan di atas adalah cerminan bagi orang-orang

yang larut dalam kesenangan dunia dan mengabaikan semua

masukan. Dalam teks ini, Syekh Abdul Latif sedang

mengingatkan masyarakat Indonesia pada masa itu yang

tengah tergiur dengan kedudukan yang diberikan oleh Belanda.

Pada masa penjajahan Belanda, ada sebagian masyarakat yang

menjadi pelayan Belanda. Biasanya mereka adalah orang-orang

keturunan bangsawan atau orang-orang pribumi yang belajar di

sekolah-sekolah pemerintah Belanda. Setelah menyelesaikan

studi di sekolah itu, mereka akan bekerja di lembaga

pemerintahan Belanda. Mereka inilah yang termasuk kepada

orang-orang yang dimaksudkan dalam teks ini.

Selain itu, bentuk kepedulian Syekh Abdul Latif Syakur

terhadap bangsanya juga tercermin dari penggalan tafsir surat

Yunu>s ayat 23 sebagai berikut:

Page 207: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

196

“Ya> ayyuha> al-na>s innama> baghyukum ‘ala> ’anfusikum:

hai manusia yag selalu berbuat kesalahan dan kejahatan

kepada sesama kamu dengan menjalankan aniaya satu

sama lain. Kamu buat kejahatan kepada orang lain supaya

kamu selamat seputus –beruntung- terlepas dari bahaya,

maka aniaya kamu itu kembalinya kepada kamu juga,

mengapa demikian? ((man ‘amila s}alih}an fa-li-nafsihi wa man asa>’a fa-‘alayha>)) siapa yang berbuat kebaikan tentu

kebaikannya untuk dirinya. Dan siapa berbuat kejahatan

maka kejahatan itu menimpa dirinya juga. Bukan saja

kejahatan itu kepada nya seorang malah kepada yang

seumpamanya atau kepada taulan sejawatnya, sampai

kepada sekaum sebangsa dan setanahairnya. Jikalau

kejahatannya dan aniaya itu sampai kepada merintangi

kesenangan keselamatan dan jua perjuangan dengan

musuh agama dan kemerdekaan bangsa tanah airnya.

Mata>‘a al-h}aya>h al-dunya: Tahukah kamu kesalahanmu

itu? Kamu selalu bersuka-suka, bersedap-sedap,

bersenang-senang dengan hidup dan penghidupan dunia

kamu yang fana itu oleh karena kesenangan kamu dengan

keduniaanmu itu kamu putuskan perhubungan kerabat

dan

/22/

silaturahim. Lupa kamu akan kewajiban kamu kepada

sebangsa dan senusa malah lagi seagama. Balasan kerja

kamu dan kesalahan kamu itu mengenai kepada

masyarakat dan sepupu kamu adanya.

Thumma ilay-na> marji’ukum: sesudah kesenangan dan

(k-p-l-s-y-r-n) kamu di dalam hidup dunia yang lenyap

ini. Bahayanya mengenai kepada dirimu dan masyarakat

penduduk tanahairmu maka nanti kemudian hari, di sana

nanti kamu menerima balasan dan menemui bagaimana

kamu menderitakan hukuman Tuhan dihadapan khala>iq

dan orang yang kamu aniaya semasa mereka merasa

tertindas dan terhina ketika kamu sombong takabur

Page 208: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

197

kepada mereka. Nasib ketika itu terserah kepada

Allah.”59

Di sini dijelaskan beberapa karakteristik orang-orang

yang berusaha meraih kesenangan dunia. Pertama, ada yang

meraih kesenangan dengan menyakiti orang lain. Kedua,

meraih kesenangan dengan memutuskan silaturahmi. Ketiga,

ada yang demi kesenangan melupakan kewajiban terhadap

bangsa dan tanah air, bahkan melupakan kewajiban agama.

Syek Abdul Latif Syakur dengan tegas menjelaskan bahwa

semua upaya meraih kesenangan dengan cara yang tidak benar

akan memperoleh balasan di dunia dan di akhirat. Balasan

tersebut tidak hanya berakibat pada diri sendiri tapi juga

berdampak pada orang-orang yang ada di sekitarnya bahkan

bisa juga pada suatu bangsa.

Pada teks ini Syekh Abdul Latif Syakur mengingatkan

saudara-saudaranya sebangsa setanahair agar berhati-hati

dalam mencari kesenangan. Alasannya sangat jelas, pada saat

Belanda kembali ke Indonesia ada sebagian masyarakat

Indonesia yang berusaha untuk menarik simpati kolonial

kembali karena pada masa sebelum kemerdekaan hidupnya

terjamin dengan menjadi antek-antek Belanda. Demi

mengulang kejayaan, mereka sanggup untuk memutuskan

hubungan persaudaraan. Ada yang sanggup mengesampingkan

kewajiban sebagai rakyat Indonesia, yaitu mempertahankan

kemerdekaan. Bahkan mengabaikan perintah agama, demi

kesenangan. Segala perbuatan yang dilakukan itu pada

59 Syekh Abdul Latif Syakur, Tafsi>r Aya>t Ya> Ayyuha> al-

Na>s, h. 62.

Page 209: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

198

akhirnya akan berdampak pada diri sendir bahkan pada sanak

famili terdekat.

Melalui naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s ini dapat

dipahami bahwa sebuah karya tafsir dapat dijadikan medium

penyampaian sikap anti kolonialisme. Artinya bahwa teks

keagamaan tidak selalu bersifat kaku, namun ia bisa bersifat

fleksibel. Terbukti melalui tafsir yang ditulis oleh Syekh Abdul

Latif Syakur, dengan memilih beberapa ayat al-Qur’an yang

dimulai dengan kata ya> ayyuha> al-na>s mampu menjembatani

hubungan antara agama dan negara. Lebih jelas lagi bahwa

dalam naskah ini menggambarkan nilai-nilai pancasila

bersesuaian dengan nilai-nilai Islam yang terdapat di dalam al-

Qur’an. Tafsir ini sangat jelas menunjukkan bahwa seorang

Syekh Abdul Latif Syakur adalah ulama yang nasionalis dan

religius.

Page 210: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

199

BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s (NTYN) adalah

sebuah teks yang dikarang dan ditulis oleh Syekh Abdul Latif

Syakur pada tahun 1949 sebagaimana dituliskan pada halaman

kolofon. Naskah ini tergolong kepada codex unicus. NTYN

dengan kode dan penomoran MS/SALS 16 merupakan naskah

koleksi Khuzaimah (ahli waris), terdaftar pada urutan ke-16

pada koleksi itu. Kini, naskah ini dengan kode berbeda telah

terdaftar pada katalog online Lektur Kemenag yaitu;

Lkk_PYK2015_Mengatas 02. Naskah ini merupakan sebuah

karya tafsir yang ditulis menggunakan aksara Jawi, berbahasa

Melayu Minangkabau. Tafsir ini berbeda dengan tafsir

umumnya. Perbedaan itu ditunjukkan melalui model penulisan

yang dikhususkan pada ayat-ayat yang diawali dengan redaksi

ya> ayyuha> al-na>s.

Temuan lain dari penelitian ini berdasarkan bacaan pada

teks NTYN, bahwa teks naskah tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s

termasuk pada kelompok tafsir mawd}u’i. NTYN mengisi

kekosongan ruang penulisan tafsir di Nusantara pada rentang

tahun 1940-1948. Ia juga merupakan teks yang diterima oleh

masyarakat setempat meskipun tidak dicetak. Karena teks ini

diyakini merupakan isi dari dakwah lisan yang disampaikan

Syekh Abdul Latif Syakur saat ia berdakwah di Bukittinggi

dan sekitarnya.

Berdasarkan analisis terhadap teks naskah tafsi>r aya>t ya> ayyuha> al-na>s ini, sebagaiamana telah diuraikan pada bab-bab

sebelumnya, menjawab dari rumusan masalah bagaiman

suntingan NTYN dan bagamaina ideologi dan pemikiran Syekh

Abdul Latif Syakur, maka kesimpulan penelitian ini adalah:

Page 211: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

200

Pertama, berdasarkan suntingan terhadap teks naskah

tafsi>r aya>t ya> ayyuha> al-na>s, Syekh Abdul Latif Syakur

menafsirakan sebanyak tujuh belas ayat al-Qur’a>n yang

menggunakan redaksi ya> ayyuha> al-na>s dari berbagai surat.

Jumlah ayat dengan redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang telah

ditafsirkan ini, selisih empat ayat dari total dua puluh satu ayat

dengan redaksi yang sama sebagaimana terdapat dalam al-mu‘jam al-mufahras li-al-fa>z}i al-qur’a>n al-kari>m. Selain itu,

ada ayat yang sama ditafsirkan ulang, namun dengan isi yang

berbeda. Temuan lainnya dari penyuntingan terhadap teks

NTYN ini, Syekh Abdul Latif juga menafsirkan ayat-ayat yang

berawalan ya> bani> a>dam yang terdapat pada surah al-A‘ra>f. Kata-kata tersebut diartikan dengan anak cucu Adam. Jika

dianalogikan, kata ya> abani> a>dam sendiri merujuk pada seluruh

manusia.

Kedua, berdasarkan analisis terhadap teks naskah tafsi>r a>ya>t ya< ayyuha> al-na>s dengan pendekatan analisis wacana

kritis, penelitian ini membuktikan bahwa Syekh Abdul Latif

Syakur menolak dan mengkritik aktifitas kolonial yang

dilakukan Belanda baik pada masa prakemerdekaan maupun

pascakemerdekaan dengan pendekatan lokalitas. Hal ini

tercermin melalui karya tafsirnya yang membahas tentang

persatuan, kesetaraan, persamaan, dan rasa cinta tanah air.

Pembahasan tersebut juga disandarkan pada doktrin Islam

yaitu Tauhid. Temuan ini juga menunjukkan bahwa Syekh

Abdul Latif Syakur dalam mengarang teks NTYN ini

terpengaruh oleh suasana lingkungannya pada masa itu. Teks

NTYN ini menunjukkan bahwa Syekh Abdul Latif Syakur

adalah ulama yang memiliki rasa nasionalis tanpa

mengabaikan sisi religiusnya.

Secara umum semangat nasionalisme yang dituangkan

Syekh Abdul Latif Syakur melalui teks tersebut sesuai dengan

perkembangan zamannya. Dimana pada masa itu muncul

semangat untuk memerdekakan diri, menggalang persatuan,

dan cinta tanah air. Semangat itu direfleksikan lewat cara

Page 212: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

201

menafsirkan ayat-ayat dengan redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang

kental dengan lokalitasnya. Pemilihan diksi dalam merangkai

kata demi kata, disesuaikan dengan kultur masyarakat

Minangkabau. Hal ini dapat dijumpai dalam teks ini, dimana

Syekh Abdul Latif Syakur menyematkan beberapa kutipan

kata hikmah yang digunakan oleh orang-orang Minang. Tidak

hanya itu, Syekh Abdul Latif Syakur juga mengutip kata-kata

hikmah yang berasal dari bahasa Arab. Ini menunjukkan

kemapanan ilmu Syekh Abdul Latif Syakur sebagai ulama

lokal yang menempuh pendidikan di tanah suci Mekkah.

Meskipun Syekh Abdul Latif Syakur bukanlah seorang

ulama yang terkenal, ia adalah seorang ulama yang aktif

menulis. Melalui karangan-karangannya, ia menyebarkan

pemikirannya sebagai wujud cinta terhadap tanah airnya dan

kritik terhadap kolonialisme. Lewat karyanya itu pulalah ia

dapat disejajarkan dengan ulama-ulama pembaharu yang

semasa dengannya. Hal ini dibuktikan dari teks naskah tafsi>r a>ya>t ya> ayyuha> al-na>s yang mencerminkan bahwa Syekh Abdul

Latif adalah ulama yang tidak terjebak pada taklid dan

menerima ijtihad. Oleh karena itu, Syekh Abdul Latif Syakur

dapat dikategorikan kepada ulama pembaharu walaupun secara

personal ia tidak menyatakan dan menunjukkan ia temasuk

pada golongan pembaharu.

B. Saran

Penelitian pada tesis ini adalah penelitian yang

menjadikan teks yang terdapat dalam naskah kuno yang

berisikan tafsir terhadap ayat al-Qur’a> yang menggunakan

redaksi ya> ayyuha> al-na>s yang dikarang dan ditulis oleh Syekah

Abdul Latif Syakur. Secara teoritis pengkajian terhadap teks

naskah tafsir ini baru sebatas pada gagasan atau ide pokok dan

konteks apa yang dibicarakan. Kiranya masih banyak aspek

lain yang dapat dikaji dalam teks ini. Misalnya dalam ranah

kajian ilmu tafsir. Karena kajian dari sudut pandang ilmu tafsir

Page 213: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

202

terhadap naskah ini belumlah ada. Secara praktis, khususnya

bagi filolog dan pemerhati naskah kuno yang menjadikan

manuskrip sebagai sumber penelitian, perlu untuk mengekspos

lebih jauh karya-karya Syekh Abdul Latif Syakur yang masih

berupa manuskrip. Karena masih banyak karya beliau yang

belum teridentifikasi.

Page 214: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

203

DAFTAR PUSTAKA

Manuskrip

Sjakurah, Sa’diah. Riwajat Saja Sa’dijah Sjakurah Sejak Dilahirkan. (tp), tt.

------. Taman Pendidikan Al-Qur’a>n (TPA) Tamat Selam Satu Tahun (tp), tt.

Syakur, Syekh Abdul Latif. Tafsir ya> ayyuha> Al-Na>s (tp),

1949.

------. Al-Juz’u Al-Tha>min ‘Ashr min Su>rah Al-Mu’minu>n (tp),

tt.

Buku

Abdillah, Masykuri. Islam dan Dinamika Sosial Politik di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2011.

Ahmad, Chairullah. Naskah Ijazah dan Silsilah Tarekat Kajian Terhadap Transmisi Tarekat Naqsabandiyah Khalidiyah di Minangkabau. Ciputat: Sakata Cendikia, 2014.

Amir, Mafri. Literatur Tafsir Indonesia. Ciputat: Mazhab

Ciputat, 2013.

Aderson, Benedict. Imagined Communities Reflections on The Origin and Spread of Nationalism Revised Edition.

London-New York: Verso, 2006.

Baidan, Nashruddin. Perkembangan Tafsir al-Quran di Indonesia. Solo: PT. Tiga Serangkai, 2002.

Baried, Siti Baroroh et.all, PengantarTeori Filologi. Yogyakarta: BPPF UGM, 1994.

Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Sastra Epistimologi, Model, Teori, dan Aplikasi (Edisi Revisi). Yogyakarta: MedPres, 2008

Eriyanto. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media.

Yogyakarta: LkiS, 2008.

Page 215: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

204

Fathurahman, Oman. Filologi Indonesia Teori dan Metode.

Jakarta: Kencana, 2015.

Fatwa, A.M.. Demokrasi Teoritis Upaya Merangkai Integrasi Politik dan Agama di Indonesia. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2001

Fairclough, Norman. Analysing Discourse, Textual Analysis For Social Research. London & New York: Routledge,

1997.

------. Language and Power. New York: Longman, 1989.

------, Critical Discourse Analysis: The Critical Study of Language. New York: Longman, 1995.

Faiz, Fakhruddin. Hermeneutik Qur’ani Antara Teks, Konteks, Dan Kontekstualisasi. Yogyakarta: Qalam, 2007.

Fathurrahman, Oman. Filologi dan Islam Indonesia. Jakarta:

Puslitbang Lektur Keagamaan, 2010.

Firdaus, dkk. Beberapa Ulama di Sumatera Barat. Padang:

Puslit Press, 2011.

Graves, Elizabeth E. terj Novi Andri, dkk.. Asal-Usul Elite Minangkabau Modern Respons terhadap Kolonial Belanda Abad XIX/XX. Jakarta: Yayasan Obor

Indonesia, 2007.

Gusmian, Islah. Khazanah Tafsir Indonesia Dari Hermeneutik Hingga Ideologi. Yogyakarta: LkiS, 2013.

Hamka. Ayahku: Riwayat Hidup Dr. H. Abdul Karim Amrullah dan Perjuangan Kaum Agama di Sumatera Barat. Jakarta: UMMINDA, 1982.

Haidar, Bari>d ‘Awadh. ‘Ilm al-Dala>lah Dira>sah Naz}ariyyah wa Tat}bi>qiyyah. Cairo: Maktabah al-A>da>b, 2005.

Halliday, M.A.K.. An Introduction to Functional Grammar. Harmondsworth: Penguin Books Ltd., 1985.

Halliday, M.A.K. & Ruqaiya Hasan. Cohesion in English (Harmondsworth: Longman, 19876.

Hidayat, Ahmad Taufik dkk.. Laporan Penelitian Tafsir Sosial Ayat-ayat Al-Quran Naskah Syekh Abdul Latif Syakur.

Page 216: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

205

Padang: Pusat Penelitian dan Penerbitan LPPM IAIN

Imam Bonjol Padang, 2014.

Hude, Darwis. Emosi Manusia dalam Al-Qur’an: Telaah Melalui Pendekatan Psikologi (disertasi). Jakarta: tp,

2004.

Hurgronje, Snouck. The Achehnese Vol. II . Leyden: tp, 1906.

Ibrahim, Sulaiman. Tafsir Al-Quran Bahasa Bugis: Vernakulasi Dalam Kajian Tafsir Al-Muni>r. Jakarta:

LeKAS, 2012.

Jamal, Murni. DR. H. Abdul Karim Amrullah Pengaruhnya dalam Gerakan Pembaruan Islam di Minangkabau pada Awal Abad ke-20. Leiden-Jakarta: INIS, 2002.

Kahin, Audrey. Dari Pemberontakan ke Integrasi Sumatra Barat dan Politik Indonesia 1926-1998. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia, 2005.

Karim, M. Abdul. Islam dan Kemerdekaan Indonesia (Membongkar Marjinalisassi Peranan Islam dalam Perjuangan Kemerdekaan RI). Yogyakarta: Sumbangsih

Press, 2005.

Kholison, Mohammad. Semantik Bahasa Arab Tinjauan Historis, Teoritik & Aplikatif. Sidoarjo: Lisan Arabi,

2016.

Kohn, Hans. The Idea of Nationalism A Study in Its Origin and Background. New York: The Macmillan Company,

1946.

Latif, Yudi. Negara Paripurna Historisitas, Rasionalitas, dan Aktualitas Pancasila. Jakarta: PT Gramedia Pustaka

Utama, 2015.

------. Mata Air Keteladanan Pancasila Dalam Perbuatan.

Jakarta: Mizan, 2016.

Leeuwen, Theo van. Discourse and Practice New Tools for Critical Discourse Analysis. New York: Oxford, 2008.

Lubis, Nabilah. Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi.

Jakarta: Forum Kajian Bahasa & Sastra Arab Fakultas

Adab IAIN Syarif Hidayatullah,1996.

Page 217: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

206

Madjid, Nurcholish.Indonesia Kita. Jakarta: PT Gramedia

Pustaka Utama, 2004.

Majma‘ al-Lughah al-‘Arabiyyah, al-Mu‘jam al-Waji>z. Mis{r:

Wiza>rat al-Tarbiyah Kwa al-Ta‘li>m.1994.

Moleong, Lexy. J.. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:

PT Raja Persada, cet. 13. 2000.

Muhardi. Dari Kaba Ke Novel dalam Menjelang Teori Dan Kritik Susastra Indonesia Yang Relevan. Bandung:

Angkasa, 1988.

Muslim, Must}ada.> Maba>h}ith fi> Tafsi>r al-Mawd}u>‘i>. Damaskus:

Da>r al-Qalam, 2000

Mulyana. Kajian Wacana, Teori, Metode dan Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta:Tiara Wacana, 2005.

Nazwar, Akharia Ahmad Khatib, Ilmuwan Islam Di Permulaan Abad Ini. Jakarta: Pustaka Panjimas, 1983.

Noer, Deliar. Gerakan Moderen Islam di Indonesia 1900-1942.

Jakarta: LP3ES, 1982.

Oostindie, Gert dkk.. Serdadu Belanda di Indonesia 1945-1950 Kesaksian Perang pada Sisi Sejarah yang Salah. Penerjemah Susi Moeimam, dkk. Jakarta: Yayasan

Pustaka Obor Indonesia – KITLV, 2016.

Putra, Apria dan Chairullah Ahmad. Bibliografi Karya Ulama Minangkabau Awal Abad XX Dinamika Intelektual Kaum Tua dan Kaum Muda. Padang: Komunitas Suluah

Indonesia Heritage Center, 2011.

Rani, Abdul dkk.. Analisis Wacana: Sebuah Kajian Bahasa dalam Pemakaian. Malang: Bayumedia Publishing,

2006.

Ricklefs, M. C. terj Satrio Wahono, dkk.. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. Jakarta: Serambi, 2005.

Riddell, Petter. Islam and the Malay-Indonesian World Transmission and Response. Singapore: Horizon Books

Pte Ltd., 2001.

Page 218: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

207

Riza, Yulfira. Warisan Ulama Sufi Minangkabau Sebuah Kajian Filologis terhadap Naskah Kitab Sifat Dua Puluh.

Padang: Imam Bonjol Press, 2015.

Rosyada. Dede, dkk, Pendidikan Kewarganegaraan, Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan Masyarakat Madani. Jakarta: ICCE UIN Syarif Hidayatullah, 2003.

Saeed, Abdullah. Reading The Qur’an in The Twenty-firdt Century A Contextualist Approach. New York:

Routledge, 2014.

Said, Edward. W., The World The Text and The Critic. USA:

Harvard University Press Cambridge, Massachusetts,

1983.

Samad, Irhas A. dkk., Islam dan Praksis Kultural Masyarakat Minangkabau,. Jakarta: PT. Tintamas Indonesia, 2007.

Shihab, M. Quraish. Tafsir Al-Mishba>h} Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an Vol. 1. Ciputat: Lentera Hati,

2000.

Siradj, Said Aqiel. Islam Kebangsaan Fiqih Demokratik Kaum Santri. Jakarta: Pustaka Ciganjur, 1999.

Thomson, Jhon B., Analisis Ideologi: Kritik Wacana Ideologi-Ideologi Dunia. Yogyakarta: IRCiSoD, 2003.

Triana, Hetti Waluati, Suci Humaira, Reflinaldi. Perilaku Verbal Mahasiswa IAIN IB Di Dunia Maya: Analisis Wacana Kritis. Padang: LP2M IAIN Imam Bonjol

Padang, 2013.

‘Umar, Ah}mad Mukhta>r.‘Ilm al-Dila>lah. Beirut: Maktabah Da>r

al-‘Aru>bah, 1982.

UUD45-Awal (PDF), diakses pada 3 Januari 2020.

Yudiafi, Siti Zahra dan Mu’jizah. Filologi. Jakarta: Pusat

Penerbitan Universitas Terbuka, 2001.

Yusuf, M. Yunan. Alam Pikiran Islam Pemikiran Islam Dari Khawarij ke Buya Hamka Hingga Hasan Hanafi. Jakarta: Kencana, 2014.

Ibn al-H}usayn Ah}Mad bin Fa>ris bin Zakariyya, Mu‘jam Maqa>yi>s al-Lughah, Da>r al-Fikr.

Page 219: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

208

Zayd, Nasr Hamid Abu. Imam Syafi’i Moderatisme Elektisisme Arabisme. Yogyakarta: Lkis, 1997.

Zuhdi, M. Nurdin. Pasar Raya Tafsir Indonesia dari Kontestasi Metodologi hingga Kontekstualisasi. Yogyakarta:

Kaukaba Dipantara, 2014

Zuriati. Dunia Pernaskahan Nusantara. Yogyakarta:

INSISTPress, 2014.

Artikel dan Jurnal

Aisyah, Sitti. “Dinamika Umat Islam Indonesia pada Masa

Kolonial Belanda (Tinjauan Historis)”, Jurnal Rihlah

Vol. II, No. 1 (1 Mei 2015).

Azman, “Nasionalisme dalam Islam”, al-Daulah, Vol. 6, No. 2,

(Desember 2017), h. 266-275.

Bahri, Samsul. “Peran Al-Siya>q (Konteks) Dalam Menentukan

Makna”, dalam Ittihad Jurnal Kopertais Wilayah XI Kalimantan, Vol. 14, No. 12, (Oktober 2016), h. 86-98.

Erman. “Perlawanan Ulama Minangkabau Terhadap Kebijakan

Kolonial Di Bidang Pendidikan Awal Abad XX”,

Turãst: Jurnal Penelitian & Pengabdian Vol. 3, No. 1,

(Januari - Juni 2015), h. 1-21.

Gusmian, Islah. “Tafsir Al-Qur’an di Indonesia: Sejarah dan

Dinamika,” Nun Jurnal Studi Alqur’an dan Tafsir di Nusantara Vol. 1, No. 1 (2015), h. 1-32.

Genette, Gerard and Marie Maclean, “Introduction to The

Paratext,” The Johns Hopkins University Press, (1991),

h. 261-272.

In’amuzzahidin, Muh.. “Konsep Kebebasan dalam Islam”,

dalam Jurnal at-Taqaddum, Volume 7, Nomor 2,

(November 2015), h. 259-276.

Khan, Yusuf Husain. “The Political Significance Of The

Doctrine Of Tauhid In Islam”, dalam The Indian Journal of Political Science, Vol. 3, No. 4, April-June 1942, h.

Page 220: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

209

361, artikel diakses pada 3 Juli 2018 dari

http://www.jstor.org/stable/42754270.

Karimi, Morteza Nia. “Contemporary Qur’anic Studies in Iran

and its Relationship with Qur’anic Studies in the West”,

Journal of Qur’anic Studies 14.1 (2012).

Kusumawardanie. Anggraeni & Faturochman,

“Nasionalisme”, Buletin Psikologi, Tahun XII, No. 2,

(Desember 2004), h.61-72.

Mubarok, Husni. “Babak Baru Ketegangan Islam dan Kristen

di Indonesia”, dalam Studia Islmika Indonesian Journal

For Islamic Studies, Vol. 21, No. 3, (2014), h. 580-601.

Murod, Abdul Choliq. “Nasionalisme Dalam Pespektif Islam,

” Jurnal Sejarah CITRA LEKHA, Vol. XVI, No. 2

(Agustus 2011), h. 45-58.

Nasril. “Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad XX Kasus

Sumatera Barat”, h. 76-107. Diakses pada 20 Agusutus

2018.

Nawir, Mohammad, “Rekonstruksi Pemahaman Hadis Analisis

Hadis di dalam Fatwa MUI tentang Kesehatan”, dalam

Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies, Vol. 5, No. 2

(December 2016), h. 218.

Nurdin, Ali. “Wawasan Al-Qur’an tentang Kebhinekaan dan

Persatuan”, dalam al-Burhan, Vol. 16, No. 2, (2016), h.

229-251.

Piliang, Yasraf Amir. “Semiotika Teks: Sebuah Pendekatan

Analisis Teks”, dalam Mediator, Vol. 5 No. 2 (2004), h.

189-198.

Pink, Johanna. “Traditional and Ideology in Contemporary

Sunnite Qur’a>nic Exegesis: Qur’a>nic Commentaries

From The Arab World, Turkey and Indonesia and their

Interpretation of Q 5:51”, Die Welts des Islam, New Series Vol. 50, Issue I, (2010), h 3-59.

Pramono dan Zahir Ahmad. “Beberapa Catatan Terhadap

Kitab-Kitab Karya Ulama Minangkabau Pada

Page 221: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

210

Permulaan Abad XX”, WACANA ETNIK Jurnal Ilmu Sosial dan Humaniora Vol. 4, No. 2, (2013), 111-122.

Putra, Apria. “Ulama Minangkabau Dan Sastra: Mengkaji

Kepengarangan Syekh Abdul Latif Syakur”, Diwan Jurnal Bahasa dan Sastra Arab, Vol. 9, Edisi 17, (Juni

2017), h. 601-623.

Restinaningsih, Lilis. “Konservasi dan Restorsi Terhadap

Naskah Naskah Sebagai Warisan Budaya”,

Academia.edu diakses pada 25 April 2017 10.02 WIB.

Riza, Yulfira dkk., “Berdamai dengan Perempuan: Komparasi

Teks antara Naskah Al-Mua>shirah dan Kitab Cermin

Terus”, Manuscripta, Vol. 9. No. 1, (2019), h. 113-136.

Rini Rahman, “Modernisasi Pendidikan Islam Awal Abad 20

(Studi Kasus di Sumatera Barat)”, dalam Humanus, Vol.

XIV, No.2, (2015), h. 174-182.

Rohmana, Jajang A.. “Ideologi Tafsir Lokal Berbahasa Sunda:

Kepentingan Islam-Modernis dalam Tafsir Nurul-Bajan

dan Ayat Suci Lenyepaneun”, Journal of Qur’a>n and H}adi>th Studies Vol.2, No. 1, (2013), h. 125-154.

------. “Polemik Keagamaan dalam Tafsir Malja’ At}-T}a>libi>n

Karya K.H. Ahmad Sanusi”, S}uh}uf Jurnal Pengkajian Al-Qur’an dan Budaya Vol. 10, No. 1(Juni 2017), h. 25-

57.

Rokib, Mohammad dan Moh. Mudzakkir. “ Negosiasi Islam

dan Budaya Lokal Pada Terjemahan Novel “Kisah

Seribu Satu Malam”: Sebuah Kajian Parateks,” Ibda’ Jurnal Kebudayaan Islam Vol. 14, No.1 (Januari-Juni

2016), h. 79-70.

P. Ari Subagyo, “Pragmatik Kritis: Paduan Pragmatik dengan

Analisis Wacana Kritis”, dalam Masyarakat Linguistik Indonesia, Tahun ke-28, No. 2, (Agustus 2010), h. 177-

187.

Sukyadi, Didi. “Dampak Pemikiran Saussure Bagi

Perkembangan Ilmu Linguisti dan Disiplin Ilmu

Page 222: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

211

Lainnya”, dalam Parole, Vol. 3 No. 2 (Oktober 2013), h.

1-19.

Wahidi, Ridhoul dkk.. “Syaikh Abdul Latief Syakur’s View on

Moral Values in Tafsi>r Surah Al-Mukminu>n”, Esensia Jurnal ilmu-Ilmu Ushuluddin, Vol. 19, No. 1, (April

2018), h. 61-82.

Yusuf, M. Yunan. “Karakteristik Tafsir al-Qur’an di Indonesia

Abad Keduapuluh”, Ulumul Qur’an Vol. III, No. 4,

(1992), 50-60.

Website dan Aplikasi

https://dosenbahasa.com/jenis-jenis-imbuhan, diakses pada 12

Desember 2019.

https://mediaindonesia.com/read/detail/253974-negara-bangsa

diakses pada 12 Desember 2019.

https://monitor.co.id/2018/09/21/revolusi-perancis-dan-

jatuhnya-kekuasaan-sang-raja/ diakses pada 12

Desember 2019.

KBBI V apps.

Wawacara

Khuzaimah, Balaigurah, 2017.

Zulashfi, Ciputat, 9 Januari 2019.

Page 223: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

212

GLOSARIUM

Manuskrip/ naskah : Dokumen tertulis yang berisi

ungkapan perasaan dan pikiran

seseorang di masa lampau.

Autentik : Dapat dipercaya, asli; tulen, sah.

Merekonstruksi : Mengembalikan seperti semula;

melakukan penyusunan

kembali.

Konteks : Bagian suatu uraian atau

kalimat yang dapat mendukung

atau menambah kejelasan

makna; situasi yang ada

hubungannya dengan suatu

kejadian.

Produktif : Mampu menghasilkan (dalam

jumlah besar).

Rekonstruksi : Pengembalian seperti semula.

Sistematika : Pengetahuan mengenai

klasifikasi.

Codex unicus : Naskah tunggal.

Kolofon : Catatan dari autor atau penyalin

naskah biasanya terletak di

akhir naskah namun bukan

menjadi bagian dari teks,

Page 224: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

213

umumnya berisi identitas,

waktu, dan tempat penyalinan.

Darurat : Keadaan sulit yang memerlukan

penanggulangan segera.

Teks : Naskah yang berupa kata-kata

asli dari pengarang.

Redaksi : Cara dan gaya menyusun kata

dalam kalimat.

Motif : Alasan seseorang melakukan

sesuatu.

Agresi : Penyerngan suatu negara

terhadap negara lain.

Term : Istilah.

Ideologi : Cara berpikir seseorang atau

golongan.

Ulama : Orang yang ahli dalam agama

Islam.

Internal : Menyangkut bagian dalam.

Eksternal : Menyangkut bagian luar.

Khushu>‘ : Penuh penyerahan dan

kebulatan hati; sungguh-

sungguh; penuh kerendahan

hati.

Khudu>‘ : Rendah hati.

Page 225: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

214

Khazanah : Kumpulan barang;

perbendaharaan.

Modern : Sikap atau cara berpikir serta

cara bertindak sesuai dengan

tuntutan zaman.

Spesifik : Khusus.

Tafsir : Keterangan; penjelasan.

Interpretasi : Pemberian pendapat terhadap

sesuatu.

Wacana : Satuan bahasa terlengkap yang

direalisasikan dalam bentuk

karangan atau laporan utuh.

Katalog : Daftar yang memuat informasi

tertentu yang ingin

disampaikan, disusun secara

berurutan, teratur, dan alfabetis.

Paratext : Verbal matelrial atau material-

material lain yang mendampingi

teks dan penyajiannya.

Peritext : Sesuatu yang terdapat di dalam

teks berupa ilustrasi, iluminasi,

catatan pinggir yang kadang

tidak berhubungan dengan teks.

Epitext : Sesuatu yang berada di luar

naskah seperti hasil wawancara,

Page 226: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

215

kritik dokumen, literatur yang

berhubungan dengan teks.

Triangulasi : Gabungan dari beberapa teknik

pengumpulan data yaitu

observasi, wawancara, dan

dokumentasi.

Filologi : Ilmu tentang bahasa,

kebudayaan, pranata, dan

sejarah suatu bangsa

sebagaiman terdapat di bahan-

bahan tertulis.

Aksara : Huruf.

Realitas : Kenyataan.

Cendekiawan : Orang yang memiliki sikap

hidup yang terus-menerus

meningkatkan kemampuan

berpikirnya untuk dapat

mengetahui atau memahami

sesuatu.

Mentransmisikan : Mengirimkan atau meneruskan

pesan dari seseorang (benda)

kepada orang lain (benda lain).

Refleksi : Gerakan, pantulan di lua r

kemauan (kesadaran) sebagai

jawaban atas suatu hal atau

kegiatan yang datang dari luar.

Page 227: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

216

Epistemologis : Dasar-dasar dan batas-batas

pengetahuan.

Sosiokultural : Berkenaan dengan segi sosial

dan budaya masyarakat.

Respons : Tanggapan; reaksi; jawaban.

Page 228: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

217

INDEKS

A

Abad, 7, 36, 45, 46, 48, 49,

51, 52, 55, 68, 69

Abdul Latif Syakur, 3, 4,

5, 6, 7, 9, 10, 11, 12, 13,

14, 15, 17, 19, 21, 23,

39, 44, 52, 53, 54, 55,

56, 57, 58, 59, 60, 61,

62, 73, 76, 77, 79, 81,

82, 85, 86, 92, 150, 151,

152, 153, 154, 155, 156,

157, 158, 159, 160, 161,

162, 163, 165, 166, 167,

168, 170, 172, 173, 174,

175, 176, 177, 178, 179,

180, 181, 182, 183, 185,

187, 188, 189, 190, 191,

192, 193, 194, 195, 196,

197, 199, 200, 201

Abu Zayd, 26, 27, 28, 29,

39

Abul A’la Mawdudi, 179

Adam, 5, 42, 80, 81, 98,

99, 101, 102, 110, 113,

139, 143, 147, 161, 163,

165, 166, 170, 172, 176,

200

Agama, 49, 69, 72, 102,

166, 168, 177

Agresi, 157, 182

Ahmad, 6, 7, 12, 35, 36,

38, 48, 49, 50, 52, 53,

54, 55, 56, 57, 60, 68,

69, 70, 71

Ahmad Khatib al-

Minangkabawi, 6, 48,

49, 50, 53, 54

Akal, 81, 107, 154, 175,

176

Aksara, 87

Aktifitas, 190

Allah, 5, 39, 70, 79, 80, 81,

82, 83, 84, 85, 86, 90,

91, 92, 93, 94, 95, 96,

98, 99, 100, 101, 103,

104, 105, 106, 107, 108,

109, 110, 111, 112, 114,

115, 116, 117, 118, 120,

122, 123, 124, 126, 127,

128, 129, 131, 132, 133,

134, 135, 136, 137, 140,

141, 142, 143, 144, 145,

Page 229: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

218

146, 147, 148, 149, 152,

153, 154, 155, 156, 157,

158, 159, 160, 161, 163,

164, 165, 168, 169, 170,

171, 172, 173, 174, 175,

176, 177, 179, 182, 184,

185, 188, 189, 194, 195,

197

Al-Qur’an, 26, 28, 34, 38,

39, 57, 58, 62, 71, 82,

153, 154, 162, 169

Analisis, 19, 21, 22, 25,

29, 30, 31, 32, 33, 34,

35, 173

Apria Putra, 13, 19, 53, 54,

59, 60, 69, 70

Arab Melayu, 11, 61, 79

ayat, 3, 4, 5, 11, 12, 19,

62, 63, 64, 65, 67, 69,

71, 72, 73, 76, 78, 79,

80, 81, 82, 83, 84, 85,

86, 88, 91, 92, 93, 94,

95, 96, 98, 101, 103,

104, 106, 109, 111, 112,

113, 115, 116, 118, 121,

124, 126, 127, 129, 132,

133, 135, 136, 137, 140,

143, 144, 146, 150, 151,

152, 153, 154, 155, 156,

157, 158, 159, 160, 161,

162, 163, 165, 169, 170,

172, 175, 176, 180, 184,

185, 186, 187, 190, 191,

192, 194, 196, 199, 200,

201

B

Bahasa, 9, 13, 14, 15, 19,

21, 24, 29, 30, 38, 53,

68, 88

Balai Gurah, 3, 13, 19, 52,

54, 58, 76

Bangsa, 39, 102, 166, 176

Barat, 44, 45, 46, 47, 48,

63, 99, 100, 147, 160,

164, 166, 170, 171, 191,

192

Belanda, 4, 6, 7, 44, 45,

46, 48, 51, 65, 68, 71,

73, 157, 182, 185, 188,

189, 190, 192, 193, 194,

196, 197, 200

Benedict Anderson, 40

Bodgan, 16

Budaya, 1, 17, 71

C

Cagar, 1

Cinta tanah air, 103, 167

Page 230: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

219

D

Daud Ismail, 9, 15, 38

Discourse, 22, 25, 30, 32,

34, 35, 182, 190

E

Edisi diplomatis, 20

Edisi standar, 21

Edisi teks, 12, 19, 87

Epitext, 17

Eriyanto, 29, 30, 31, 32,

33, 34

Esposito, 8, 33

F

Fairclough, 22, 25, 30, 32,

34, 35, 182

Filologi, 1, 4, 19, 20, 21,

24, 26, 77, 150

Firdaus, 6, 14, 54

H

Haji Abdul Karim

Amrullah, 6, 52, 53, 55

HAKA, 6, 53, 55, 69, 71

Halliday, 25, 30, 31

HAM, 6, 176, 177, 178,

179, 180, 186

Hans Kohn, 41, 43

Hawa, 5, 42, 80, 98, 101,

102, 110, 113, 139, 147,

161, 163, 165, 166, 170,

172, 176, 177

Hermeneutika, 8, 14, 26

Hindia-Timur, 49

I

Ideologi, 8, 9, 14, 24, 32,

33, 35, 37, 39, 65

Indonesia, 1, 2, 4, 5, 6, 8,

11, 14, 15, 16, 20, 31,

36, 37, 38, 42, 44, 45,

46, 48, 49, 51, 63, 64,

65, 66, 67, 68, 69, 71,

72, 73, 77, 86, 88, 98,

100, 146, 150, 157, 160,

162, 163, 164, 166, 168,

174, 178, 180, 182, 185,

189, 190, 191, 192, 193,

194, 195, 197

Intelektual, 69

Inyiak Rasul, 6

Isi, 79

Islah Gusmian, 8, 14, 37,

65, 71

Page 231: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

220

Islam, 1, 2, 4, 7, 8, 9, 14,

17, 27, 37, 38, 41, 42,

43, 44, 45, 46, 47, 48,

49, 50, 51, 52, 55, 56,

61, 62, 63, 64, 65, 66,

67, 72, 77, 83, 102, 107,

109, 124, 125, 126, 146,

151, 155, 156, 160, 167,

169, 173, 174, 176, 177,

178, 179, 180, 186, 188,

189, 200

J

Jajang A Rohmana, 8, 14,

37

Jamaluddin, 51

K

Kandungan, 27

Karl Marx, 33

Karya, 7, 35, 36, 52, 69,

70, 71

Kaum Muda, 50, 51, 56,

69

Kaum Tua, 50, 51, 56, 69

Kebangsaan, 39, 41, 42

Kebebasan, 173, 174, 176,

178, 186

Kepentingan, 8, 9, 14, 37,

47

Khazanah, 8, 14, 36, 37,

65, 66, 68, 69

Khuzaimah, 10, 19, 76,

199

Kolofon, 4, 77

Kolonial, 44, 46, 48

Kolonialisme, 190

Konteks, 8, 12, 22, 24, 29,

30, 36

Kristeva, 25

Kritik, 32, 190

Kritis, 31

L

Linguistik, 25, 31

Literatur, 67, 68, 72, 73

M

Makkah, 5, 49, 50, 51, 53,

54, 55, 67, 98, 104, 162,

163, 168

Makna, 29, 30, 145, 156,

160

Manuskrip, 1, 19, 65, 87

Masa, 44

Mawd}u>‘i, 73

Militer, 157, 182

Page 232: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

221

Minang, 47, 49, 50, 52, 53,

54, 55, 98, 104, 119,

139, 192, 193, 201

Minangkabau, 2, 6, 7, 13,

20, 36, 45, 46, 47, 48,

49, 50, 51, 52, 53, 54,

55, 59, 60, 69, 70, 73,

79, 178, 189, 192, 199,

201

Modernis, 8, 9, 14, 37

MS/SALS 16, 76, 77, 78,

79, 199

Muhammad Abduh, 51,

154, 155

N

Nasionalisme, 39, 41, 42,

43

Naskah, 1, 2, 3, 7, 9, 10,

11, 12, 15, 17, 19, 21,

22, 23, 24, 44, 52, 57,

65, 76, 77, 79, 87, 151,

178, 190, 199

Norman Fairclough, 13,

22, 25, 30, 34, 182, 190

NTYN, 3, 6, 7, 9, 10, 11,

12, 17, 19, 21, 23, 39,

44, 75, 76, 79, 87, 88,

98, 150, 160, 189, 190,

199, 200

Nusantara, 4, 6, 10, 11, 23,

24, 37, 44, 51, 62, 63,

64, 66, 67, 68, 71, 74,

77, 199

P

Paratext, 17

Penafsiran, 8, 26, 36, 63,

69, 71

Penelitian, 3, 9, 10, 11, 12,

13, 15, 16, 17, 18, 19,

24, 35, 46, 52, 201

Pengkajian, 2, 71

Perang Paderi, 48

Peritext, 17

Persatuan, 80, 160, 161,

165, 169, 172

Pramono, 7, 35, 36

Produk, 25

Q

Quraish Shihab, 153, 154,

158, 162, 163

R

Rasul, 53, 81, 84, 85, 103,

104, 105, 133, 134, 138,

140, 186, 195

Page 233: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

222

Redaksi, 73, 168

Ridhoul Wahidi, 13, 54

S

Sastra, 13, 19, 20, 24, 35,

53, 54, 59, 60

Sejarah, 43, 46, 49, 71,

185

Siya>q, 30

Sosial, 7, 12, 16, 17, 36,

52, 53, 56, 57, 60, 178,

179

Studi, 52, 71

Sulaiman Ibrahim, 9, 14,

15, 38

Sumatera Barat, 3, 6, 13,

14, 19, 23, 44, 45, 46,

47, 48, 49, 50, 51, 52,

54, 57, 58, 69, 70, 76

Syekh, 3, 4, 5, 6, 7, 9, 10,

11, 12, 13, 14, 15, 17,

19, 21, 23, 39, 44, 48,

50, 52, 53, 54, 55, 56,

57, 58, 59, 60, 61, 62,

68, 70, 73, 76, 79, 81,

82, 85, 86, 150, 151,

152, 153, 156, 157, 158,

159, 160, 161, 162, 163,

165, 167, 168, 170, 172,

173, 175, 176, 177, 178,

179, 180, 181, 183, 185,

186, 187, 188, 189, 190,

191, 192, 193, 194, 195,

196, 197, 199, 200, 201,

202

Syekh Djamil Djambek, 6,

52, 53

Syekh Khatib Kumango,

54

Syekh Sulaiman Ar-

Rasuli, 6, 70

T

Tafsi>r, 3, 5, 7, 9, 10, 11,

13, 15, 17, 21, 22, 23,

44, 54, 67, 70, 73, 74,

75, 76, 77, 87, 150, 151,

152, 153, 156, 157, 158,

159, 162, 165, 167, 170,

172, 173, 175, 177, 178,

180, 181, 183, 185, 186,

188, 190, 191, 195, 197,

199

Tauhid, 151, 156, 160, 200

Taylor, 16

Teks, 8, 12, 19, 22, 24, 25,

26, 27, 28, 29, 30, 32,

34, 35, 36, 57, 73, 79,

87, 90, 151, 189, 190,

195, 200

Page 234: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

223

Teun A. Van Dijk, 8, 14

Theo Van Leeuwen, 32

Timur, 48, 51, 52, 63, 65,

66, 99, 100, 147, 164,

166, 170, 171, 191, 192

Timur Tengah, 48, 51, 52,

63, 65, 66

Tradisi, 47, 62

Triangulasi, 18

Tuhan, 28, 80, 81, 86, 90,

91, 92, 93, 94, 95, 96,

98, 99, 100, 101, 102,

103, 104, 105, 106, 107,

108, 110, 111, 112, 113,

114, 115, 116, 117, 118,

119, 121, 122, 124, 125,

126, 127, 129, 130, 131,

132, 134, 135, 136, 137,

138, 139, 141, 142, 143,

144, 145, 147, 148, 149,

151, 152, 153, 155, 156,

157, 158, 159, 160, 163,

164, 165, 166, 167, 168,

169, 170, 171, 172, 175,

176, 177, 180, 181, 182,

184, 187, 191, 194, 197

W

Wacana, 21, 22, 24, 29,

30, 31, 32, 33, 34

Y

Ya> ayyuha> al-na>s, 5, 92,

95, 96, 98, 99, 101, 103,

104, 106, 107, 116, 118,

124, 126, 129, 135, 137,

143, 146, 152, 163, 183,

196

Ya> bani> a>dam, 112

Z

Zulashfi, 56, 60, 61

Page 235: Naskah Tafsi>r A>ya>t Ya> Ayyuha> al-Na>s Syekh Abdul ...repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/53109/1/ZIKRA... · Mak Ngah, Mak Mpung, Mak Cik, serta saudara-saudara

224

BIODATA PENULIS

Zikra Fadilla, lahir pada 08

November 1992 di Bukittinggi,

Sumatera Barat. Menempuh

pendidikan Sekolah Dasar (SD)

Islam Darul Makmur (1998-

2004), pernah menempuh

pendidikan sekolah menengah

pertama di Pondok Pesantren

Modern Diniyah Pasir selama

dua tahun dan menyelesaikan di

MTsN Kubang Putih (2004-

2008), menyelesaikan

pendidikan sekolah menengah

atas pada Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Model

Bukittinggi (2008-2011). Melanjutkan jenjang pendidikan

tinggi pada jurusan Bahasa dan Sastra Arab, Fakultas Adab dan

Humaniora, IAIN Imam Bonjol Padang (2011-2015).

Menyelesaikan pendidikan Magister di Sekolah Pascasarjana

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (2016-2020). Selama berada

dilingkungan pendidikan karya tulis yang telah dihasilkan

“Syi’ir Pada Masa Dinasti Abbasiyah Di Timur,” Tsaqafy

(jurnal mahasiswa fakultas Ilmu Budaya Adab), no.1, vol. V

(2014), Tafsir Sosial Ayat-ayat Al-Qur’an Naskah Syekh

Abdul Latif Syakur (bantuan DIPA IAIN Imam Bonjol Padang)

2014, sebagai asisten peneliti, Alih Aksara Naskah Tadzkîr Al-

Ghabî (finalis Sayembara alih aksara, terjemahan, saduran dan

penelitian yang diadakan Perpustakaan Nasional Republik

Indonesia) 2019. Penulis juga pengurus harian pada Lingkar

Filologi Ciputat (LFC) dan pengajar pada lembaga BISA

Learning Center (BLC).