naskah akademik rancangan undang-undang tentang guru

150
NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU TIM PENYUSUN RUU TENTANG GURU PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA 2019

Upload: others

Post on 01-Oct-2021

19 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NASKAH AKADEMIK

RANCANGAN UNDANG-UNDANG

TENTANG

GURU

TIM PENYUSUN

RUU TENTANG GURU

PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG

BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT

REPUBLIK INDONESIA

2019

Page 2: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

2

SUSUNAN TIM KERJA PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK

DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

TAHUN 2019

Penanggung Jawab : Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.Hum.

Ketua : Prof. Dr. Ujianto P. Singgih, S.Sos., M.Si.

Wakil Ketua : Arrista Trimaya, S.H., M.H.

Sekretaris : Rachmat Wahyudi Hidayat, S.H., M.H.

Anggota : 1. Nita Ariyulinda, S.H., M.H.

2. Ricko Wahyudi, S.H., M.H.

3. Woro Wulaningrum, S.H., M.H.

4. Yuwinda Sari Pujianti, S.H.

5. Ihsan Badruni Nasution, S.Sy., S.H.

6. Sindy Amelia, S.H.

7. Aryudhi Permadi, S.H., M.H.

8. Elga Andina S.Psi., M.Psi.

Page 3: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

3

KATA SAMBUTAN

KEPALA PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG

Assalamualaikum Wr.Wb,

Salam Sejahtera bagi kita semua,

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,

karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah

Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Guru dapat diselesaikan

dengan baik dan lancar. Naskah Akademik ini disusun sebagai dasar

pertanggungjawaban ilmiah terhadap penyusunan Rancangan Undang-

Undang (RUU) tentang Guru sekaligus guna memenuhi persyaratan dalam

pengajuan rancangan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan

Perundang-Undangan.

Sesuai dengan keputusan rapat intern Komisi X DPR RI, Komisi X

DPR RI akan melakukan penyusunan RUU tentang Guru. Berdasarkan hal

tersebut Pimpinan Komisi X DPR RI meminta kepada Badan Keahlian DPR

RI untuk membuat NA dan Draft RUU tentang Guru melalui surat

No.LG/09434/DPR RI/V/2018 tanggal 21 Mei 2018. Penyusunan RUU

tentang Guru tidak terlepas dari tujuan bernegara yang tercantum dalam

pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan tujuan bernegara

tersebut maka Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan sumber

daya manusia di bidang pendidikan khususnya guru yang berkompeten,

berintegritas, dan profesional. Dengan demikian, pengaturan khusus dan

komprehensif mengenai guru diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan

tata kelola guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan sesuai

dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan.

Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh

anggota Tim Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang

tentang Guru yang telah menyelesaikan tugasnya. Terima kasih juga kami

sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan saran

Page 4: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

4

dan pemikiran hingga tersusunnya Naskah Akademik Rancangan Undang-

Undang tentang Guru. Harapan kami, Naskah Akademik Rancangan

Undang-Undang tentang Guru ini bermanfaat bagi bangsa Indonesia.

Jakarta, 8 Maret 2019

Kepala Pusat Perancangan Undang-Undang,

Dr. Inosentius Samsul, SH., M.Hum

NIP. 19650710 199003 1 007

Page 5: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

5

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 7

A. Latar Belakang .......................................................................... 7

B. Identifikasi Masalah ................................................................ 10

C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 11

D. Metode .................................................................................... 12

E. Sistematika Penulisan .............................................................. 13

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ......................15

A. Kajian Teoretis.......................................................................... 15

B. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang Berkaitan dengan

Penyusunan Norma ................................................................. 36

C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang

Ada, Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat, dan

Perbandingan dengan Negara Lain ............................................ 38

D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang

akan Diatur dalam Undang-Undang terhadap Aspek

Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya terhadap Aspek

Beban Keuangan Negara ......................................................... 90

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT ...................................................................93

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ....... 111

A. Landasan Filosofis.................................................................. 111

B. Landasan Sosiologis ............................................................... 113

C. Landasan Yuridis ................................................................... 115

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG

LINGKUPMATERI MUATAN UNDANG-UNDANG ............................ 118

A. Jangkauan dan Arah Pengatura ............................................. 118

Page 6: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

6

B. Ruang Lingkup Materi Muatan .............................................. 119

1. Ketentuan Umum .............................................................. 119

2. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keguruan .................... 122

3. Kualifikasi dan Kompetensi ................................................. 125

4. Pengadaan .......................................................................... 126

5. Pemindahan ....................................................................... 128

6. Pemberhentian ................................................................... 129

7. Beban Kerja ........................................................................ 129

8. Pembinaan dan Pengembangan .......................................... 130

9. Penghargaam ..................................................................... 132

10. Guru Warga Negara Asing ................................................. 132

11. Hak dan Kewajiban ........................................................... 133

12. Pelindungan ..................................................................... 137

13. Organisasi Profesi ............................................................. 137

14. Ketentuan Peralihan ......................................................... 139

15. Ketentuan Penutup ........................................................... 139

BAB VI PENUTUP ....................................................................... 141

A. Simpulan .............................................................................. 141

B. Saran .................................................................................... 143

DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 145

Page 7: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan bangsa, yang

memengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Di Indonesia, pendidikan

merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dilindungi, serta harus

diselenggarakan negara untuk memajukan kesejahteraan umum dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut,

pemerintah telah melakukan berbagai pengaturan, meliputi sistem,

sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Diprioritaskannya

pendidikan juga tercermin dari pengalokasian 20% APBN (Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara) untuk anggaran pendidikan. Bahkan

ditegaskan bahwa visi pendidikan nasional kita adalah terwujudnya

sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa

untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang

menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif

menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.

Salah satu variabel penting dalam sistem pendidikan nasional

adalah Guru. Dalam bahasa Sansekerta, guru berarti seorang yang

paling dihormati, figur spiritual yang tidak memiliki cela dan tidak boleh

memiliki kesalahan. Guru bukan sekedar pendidik dan pengajar namun

juga mengemban misi seorang begawan, selain bijaksana juga

menguasai ilmu pengetahuan serta sarat akan nilai moral dan agama.

Guru diharapkan menjadi sosok yang berilmu, sabar, santun, dan patut

diteladani.

Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat mentransformasikan

ilmu pengetahuan yang tengah berkembang kepada peserta didik.

Sedangkan sebagai tenaga pendidik, guru merupakan sosok yang

berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan

batasan norma-norma sosial yang menjadi pegangan masyarakat.

Sampai saat ini masih banyak persoalan pengelolaan guru yang

masih menjadi kendala pembangunan pendidikan kita. Pertama, dari

Page 8: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

8

segi kualitas guru yang dianggap masih belum sesuai dengan tuntutan.

Rendahnya mutu tenaga pendidik sudah sejak lama menjadi persoalan

dalam dunia pendidikan kita, namun penanganannya belum optimal

bahkan dipandang telah menjadi persoalan biasa. Hal ini tentu saja

sangat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa yang dihadang oleh

persaingan global.

Pada tahun ajaran 2016/2017 terdapat 84,21% guru SD layak

mengajar; 92,11% guru SMP layak mengajar; 96,88% guru SMA layak

mengajar; dan 93,96% guru SMK layak mengajar.1 Pemaknaan layak

mengajar di sini adalah guru dengan ijazah D-4/S-1 atau lebih tinggi

sebagai guru layak mengajar (qualified teacher). Pengertian itu belum

mengakomodir kualitas yang dibuktikan dengan sertifikasi guru. Jika

memasukkan jumlah guru yang disertifikasi, maka angka di atas akan

semakin berkurang. Pada tahun 2007, 2008, dan 2010 telah dilakukan

uji kompetensi awal untuk menentukan nominator sertifikasi. Pada

tahun 2015 mulai dilakukan uji kompetensi guru, rata- rata nilai uji

kompetensi guru nasional adalah 56,69.2 Jika dilihat lebih jauh,

terdapat perbedaan hasil uji kompetensi antara guru yang sudah S1

dengan guru yang belum S1. Untuk Taman Kanan-kanak (TK) rata-rata

nilainya adalah 59,65. Untuk guru SD yang datanya paling banyak

belum memenuhi S1 mendapatkan rata-rata nilai 54,33, untuk jenjang

SMP rata- ratanya 58,25. Dan untuk SMA rata-ratanya 61,71.3 Ini

mengindikasikan bahwa kompetensi guru masih rendah berdasarkan

tolak ukur yang ditentukan dalam standar pendidik dan tenaga

kependidikan.

Kedua, semakin maraknya masalah perlindungan guru yang

disebabkan konflik dengan peserta didik, orang tua, atau pihak lain.

Setidaknya ada 6 kasus guru berhadapan dengan hukum sejak tahun

2015 yang menjadi dampak atas kebijakan guru mendisiplinkan

1Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rangkuman Statistik Persekolahan

2017/2018, (Jakarta,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 19. 2Temu Ismail, S.Pd.,M.Si., Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan Dosen,

disampaikan dalam Seminar Nasional Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan

Dosen, 25 September 2018, hlm. 20 3Ibid.

Page 9: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

9

muridnya. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak memiliki wibawa

untuk melakukan pendisiplinan terhadap peserta didik. Berkurangnya

rasa percaya terhadap guru bukan saja mengarah pada kegagalan

pendidikan, tapi juga penghancuran masa depan anak didik. Padahal,

dalam Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang

Guru dan Dosen (UU tentang Guru dan Dosen), telah ditegaskan

perlindungan hukum bagi guru yang mendapatkan tindak kekerasan,

ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil.

Selain itu perlindungan guru juga disebutkan dalam Pasal 39, Pasal 40

dan Pasal 41 UU tentang Guru dan Dosen.

Ketiga, jumlah dan rasio guru yang belum memadai. Pada tahun

2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menganalisa sumber

daya manusia pendidikan dasar dan menengah bahwa secara

keseluruhan pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) masih terjadi

kekurangan guru sebesar 146.987 orang dengan rincian yaitu SD

kelebihan guru sebesar 90.618, SLB kekurangan guru sebesar 3.596,

SMP kelebihan guru sebesar 34.901, SMA kekurangan guru sebesar

160.661 dan SMK kekurangan guru sebesar 108.249. Jika dilihat dari

rasio siswa per guru, jumlah guru SD dan SMP lebih banyak dari siswa.

Sebaliknya, jumlah guru lebih sedikit daripada jumlah siswa.4

Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintahan berupaya

memperkuat kebijakan rekrutmen dan distribusi guru yang berkualitas

dengan sebaran yang merata di seluruh wilayah. Salah satu kebijakan

tersebut, dilakukan dengan mengirim sarjana lulusan LPTK untuk

mendidik di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di seluruh

Indonesia selama 1 tahun, yang mencakup Aceh, Sumatera Utara, Nusa

Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan

Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku. Peserta program ini telah

mencapai 13.092 orang hingga tahun 2015.

Akan tetapi, dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan penyebaran guru

4Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Analisis Sumber Daya Manusia

Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016. (Jakarta, Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan, 2016), hlm. iii.

Page 10: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

10

berada di tangan pemerintah daerah. Daerah yang memiliki banyak

guru dan berkualitas akan dapat mengimplementasikan pemerataan

guru, namun sebaliknya daerah yang kurang guru secara kuantitas dan

kualitas akan mengalami kesulitan.

Keempat, masalah kesejahteraan guru. Salah satu terobosan yang

diamanatkan UU tentang Guru dan Dosen adalah peningkatan

kompensasi bagi guru sehingga meningkatkan pengakuan dan

penghargaan terhadap profesi guru dan dosen yang selama ini

kerap menjadi profesi yang kurang dihargai. Hal ini diwujudkan dalam

bentuk tunjangan profesi, yang akan diperoleh para guru yang telah

memenuhi syarat dan lulus ujian sertifikasi. Hingga saat ini masih

terdapat 1 juta guru yang belum memenuhi syarat minimal kualifikasi

akademik S-1/D-4. Selain itu, baru sekitar 1,9 juta guru yang telah

tersertifikasi. Proses sertifikasi berjalan terlalu lambat tidak sebanding

dengan pertumbuhan jumlah guru, hingga target 10 tahun yang

diamanatkan UU tentang Guru dan Dosen untuk mensertifikasi semua

guru belum tercapai.

Kelima, masalah pendidikan guru yang belum diulas secara

mendalam dalam UU tentang Guru dan Dosen. Program pendidikan

guru merupakan salah satu prodi yang paling banyak dibuka perguruan

tinggi, karena banyak peminatnya. Berdasarkan data dari

Kemenristekdikti RI (2016) pada tahun 2015 terdapat 412 LPTK (tidak

termasuk LPTK dibawah Kemenag RI), sedangkan tingginya minat calon

mahasiswa disebabkan ada prospek kesejahteraan yang akan diterima

guru. Akan tetapi, peminatnya bukan siswa terbaik. LPTK hanya

dijadikan cadangan ketika mereka tidak diterima di perguruan tinggi

favorit. Hal ini menyebabkan lulusan LPTK pun tidak memiliki kualitas

yang diharapkan dan layak menjadi guru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat

beberapa permasalahan sebagai berikut:

Page 11: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

11

1. Bagaimana perkembangan teori tentang guru dan bagaimana

praktik empiris tentang guru? Apakah terdapat permasalahan dalam

praktik penyelenggaraan yang terkait dengan substansi yang akan

diatur dan bagaimana solusi yang perlu dituangkan sebagai materi

muatan undang-undang dalam RUU tentang Guru?

2. Bagaimana kondisi hukum dan peraturan perundang-undangan

yang ada pada saat ini terkait dengan guru? Apakah terjadi

kekosongan hukum? Apakah terdapat pengaturan dalam peraturan

yang lebih rendah dari undang-undang yang seharusnya diatur

dengan undang-undang? Apakah terjadi tumpang tindih antara

peraturan perundang-undangan? Apakah terjadi disharmonisasi

sehingga diperlukan solusi dalam bentuk RUU tentang Guru?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

dan yuridis dari pembentukan RUU tentang Guru?

4. Apa yang menjadi sasaran, jangkauan, dan arah pengaturan, ruang

lingkup serta materi muatan yang perlu diatur dalam RUU tentang

Guru?

C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan NA

Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Permusikan

bertujuan untuk:

1. mengetahui perkembangan teori tentang guru; praktik empiris

tentang guru dan permasalahan dalam praktik penyelenggaraan

yang terkait dengan substansi yang akan diatur; serta solusi yang

perlu dituangkan sebagai materi muatan undang-undang dalam

RUU tentang Guru;

2. mengetahui kondisi hukum dan peraturan perundang-undangan

yang ada pada saat ini terkait dengan guru, meliputi: adanya

kekosongan hukum; adanya pengaturan dalam peraturan yang lebih

rendah dari undang-undang yang seharusnya diatur dengan

undang-undang; adanya tumpang tindih antara peraturan

perundang-undangan; dan adanya disharmonisasi sehingga

diperlukan solusi dalam bentuk RUU tentang Guru;

Page 12: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

12

3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan

yuridis dari pembentukan RUU tentang Guru yang dapat menjadi

dasar atau argumentasi dari pembentukan RUU tentang Guru;

4. merumuskan sasaran, jangkauan, dan arah pengaturan, ruang

lingkup serta materi muatan yang perlu diatur dalam RUU tentang

Guru.

Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Guru diharapkan

dapat digunakan sebagai acuan atau dasar bagi penyusunan draf RUU

tentang Guru.

D. Metode

Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Guru dilakukan

melalui studi kepustakaan/literatur dengan menelaah berbagai data

sekunder seperti peraturan perundang-undangan terkait, baik di tingkat

undang-undang maupun peraturan pelaksanaan dan berbagai dokumen

hukum terkait. Guna melengkapi studi kepustakaan dan literatur

dilakukan pula diskusi melalui Focus Group Discussion/FGD dan

wawancara serta kegiatan uji konsep dengan berbagai pihak

berkepentingan atau stakeholders terkait guru dan para pakar atau

akademisi, antara lain:

1. Organisasi Profesi, yang terdiri atas:

a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI);

b. Ikatan Guru Indonesia (IGI);

c. Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI);

d. Forum Guru Honorer; dan

e. Asosiasi Guru Sejarah Indonesia.

2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;

3. Kementerian Agama;

4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah; dan

5. Pemangku kepentingan di daerah, yang terdiri atas:

a. Provinsi Jawa Barat:

1) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat; dan

Page 13: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

13

2) Universitas Pendidikan Indonesia.

b. Provinsi Kalimantan Barat:

1) FKIP Universitas Tanjungpura;

2) Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat;

3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran; dan

4) PGRI Kalimantan Barat.

c. Provinsi Papua Barat:

1) Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong;

2) Dinas Pendidikan Kota Sorong;

3) Dinas Pendidikan Kabupaten Raja Ampat;

4) Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia

Dini Indonesia (Himpaudi) Kota Sorong; dan

5) Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia

Dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Raja Ampat.

d. Provinsi Bangka Belitung:

1) Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung;

2) SMAN 1 Tanjung Pandan.

E. Sistematika Penulisan

Sistematika Naskah Akademik RUU tentang Guru yakni sebagai

berikut:

BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang, identifikasi masalah,

tujuan dan kegunaan, serta metode.

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS, memuat uraian

mengenai materi yang bersifat teoritis, asas/prinsip yang berkaitan

dengan penyusunan norma, praktik empiris, dan implikasi penerapan

sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang terhadap aspek

kehidupan bermasyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban

keuangan negara.

BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-

UNDANGAN TERKAIT, memuat kajian terhadap peraturan perundang-

undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan

undang-undang baru dengan peraturan perundang-undangan lain.

Page 14: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

14

BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSILOGIS, DAN YURIDIS, memuat

pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang

dibentuk mempertimbangkan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis.

BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI UNDANG-UNDANG, memuat jangkauan, arah pengaturan, dan

ruang lingkup dari undang-undang yang dibentuk.

BAB VI PENUTUP, memuat simpulan dan saran.

Page 15: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

15

BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

1. Fungsi dan Kedudukan Guru

Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang

yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.

Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam bidang mengajar. Istilah guru sinonim

dengan kata pengajar dan sering dibedakan dengan istilah pendidik.

Perbedaan ini dalam pandangan Muh. Said dalam Rusn dipengaruhi

oleh kebiasaan berpikir orang Barat, khususnya orang Belanda yang

membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding

(pendidikan).5 Pandangan ini diikuti oleh tokoh-tokoh pendidikan di

dunia Timur, termasuk tokoh-tokoh pendidikan di kalangan muslim.

Nata mengemukakan istilah-istilah yang berkaitan dengan

penamaan atas aktivitas mendidik dan mengajar. Ia lalu

menyimpulkan bahwa keseluruhan istilah- istilah tersebut

terhimpun dalam kata pendidik.6 Hal ini disebabkan karena

keseluruhan istilah itu mengacu kepada seseorang yang

memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada

orang lain. Selanjutnya, guru menurut Zahara Idris dan Lisma

Jamal dalam Idris adalah orang dewasa yang bertanggung jawab

memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal

perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat

kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk

individu yang mandiri, dan makhluk sosial.7

Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan

karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam

5 Abidin Ibn. Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Cet. II), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,.2009), hlm. 62–63. 6 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( Jilid I. Cet. I), (Jakarta: Logos Wacana

Ilmu,1997), hlm 61. 7 Muhamad Idris, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),

hlm 49.

Page 16: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

16

proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu dan

kepribadian peserta didik dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru

kompeten, bertanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi.

Guru adalah kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum dan sistem

pendidikan yang ada tanpa didukung oleh kemampuan guru,

semuanya akan sia-sia. Guru berkompeten dan bertanggung jawab,

utamanya dalam mengawal perkembangan peserta didik sampai ke

suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan

guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh.

Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu

pesat, guru tidak lagi sekadar bertindak sebagai penyaji informasi.

Guru juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator,

dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri

informasi.8 Dengan demikian, guru juga harus senantiasa

meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu

menghadapi berbagai tantangan.

Bagi sebagian guru, perubahan dan perkembangan ini bersifat

menyebabkan kecemasan, karena tidak hanya berupa perubahan

teknis dan praktis, tapi juga menimbulkan konsekuensi psikologis

bagi guru. Misalnya, perubahan kurikulum atau perubahan

kebijakan pendidikan. Perubahan itu tidak sekadar perubahan

struktur dan isi kurikulum, atau sekadar perubahan isi

pembelajaran, tetapi perubahan yang menuntut perubahan sikap

dan perilaku dari para guru. Misalnya, perubahan karakter, mental,

metode, dan strategi dalam pembelajaran. Guru dalam menjalankan

tugas profesionalnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang

tidak ringan.

8 M. Shabir Usmani, Kedudukan Guru sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung

Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru. Auladuna, Vol. 2 No. 2 Desember 2015,

hlm. 222

Page 17: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

17

Sanjaya9 menyebutkan ada empat peran guru dalam

pengembangan kurikulum yaitu sebagai implementers, adapters,

developers, dan researchers. Sebagai implementers, guru bertugas

melaksanakan kurikulum yang sudah ada; sebagai adapter, guru

menyelaraskan kurikulum dengan karakteristik kebutuhan siswa

dan kebutuhan daerah; sebagai developer menuntut guru untuk

menyusun kurikulum kemudian menentukan strategi yang tepat

dalam pembelajaran; dan akhirnya sebagai researcher guru bertugas

menguji bahan ajar demi menemukan metode yang paling efektif.

Sementara itu, Mudhofir menyebutkan ada 6 tugas guru,

yaitu:10

a. sebagai pengajar, yang merencanakan dan melaksanakan

pengajaran.

b. sebagai pembimbing, yang memberikan bantuan kepada siswa

dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.

c. sebagai administrator kelas, di mana ia menatalaksanakan

pengajaran di dalam kelas.

d. sebagai pengembang kurikulum, menuntut guru untuk mencari

gagasan-gagasan baru dalam menyempurnakan praktek

pendidikan dan aktivitas pengajaran.

e. untuk mengembangkan profesi, pada dasarnya ialah tuntutan

dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga,

dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Oleh

karena itu, guru dituntut untuk selalu peka dan meningkatkan

kualitasnya.

f. untuk membina hubungan dengan masyarakat, merupakan

tugas guru untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam

mencapai tujuan-tujuan pendidikan, karena pendidikan tidak

saja terjadi di sekolah tapi juga di luar sekolah, terutama di

9 Faridah Alawiyah, Peran Guru Dalam Kurikulum 2013, Aspirasi, 4(1), Juni 2013,

hlm. 68. 10 Ali Mudghofir, Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2012), hlm 86.

Page 18: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

18

rumah.

Untuk itu, guru harus memiliki dan menguasai

kompetensinya dan sekaligus mengetahui hak dan kewajibannya

sehingga ia menjadi sosok guru yang betul-betul profesional.

2. Guru sebagai Profesi

Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu

bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.

Sanusi dalam Syaefudin mengatakan bahwa profesi merupakan

suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise)

dari para anggotanya.11 Artinya ia tidak dapat dilakukan oleh

sembarangan orang yang tidak dilatih atau disiapkan secara khusus

untuk melakukan pekerjaan itu. Webstar dalam Kusnandar juga

mengatakan bahwa profesi juga diartikan sebagai jabatan atau

pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan khusus yang

diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.12

Sementara profesional menunjuk pada penampilan seseorang

yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. Profesional adalah

pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan menjadi

sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,

kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.13

Guru yang profesional akan tercermin dalam penampilan

pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan

keahlian, baik dalam materi maupun metode. Di samping

keahliannya, sosok guru profesional ditunjukkan melalui tanggung

jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru

profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan

tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,

11Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan

di Indonesia. Cet. IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 16–17. 12Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru.(Bandung: Alfabeta, 2009),

hlm.6. 13Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009),

hlm. 45.

Page 19: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

19

masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Sebagai pengajar

atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu

keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap

adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan

peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya

pendidikan, selalu bermuara pada faktor guru.14 Hal ini

menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia

pendidikan.

Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan

dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang

pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan

seseorang yang menjadi mata pencaharian.15 Sanjaya merinci

pekerjaan profesional guru, dengan ciri pokok sebagai berikut:

a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara

mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-

lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya

didasarkan pada keilmuan yang dimilikinya yang dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang

tertentu spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara

profesi yang satu dengan profesi yang lainnya dapat dipisahkan

secara tegas.

c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan

kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui

oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang

pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi

pula tingkat penghargaan yang diterimanya.

Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga

memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga

masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap

14 Abidin Ibn. Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Cet. II), (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar,.2009), hlm. 63. 15Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: PT

Ciputat Press, 2005), hlm. 13.

Page 20: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

20

efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.16

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi

yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan

pengajaran. Secara sederhana, kompetensi adalah kualitas yang

dimiliki individu untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu.

Kompetensi lebih dari sekadar pengetahuan dan keterampilan.

Menurut Ali Mudlofir, kompetensi terdiri dari 6 komponen: (1)

performance component, (2) subject component, (3) professional

component, (4) process component, (5) adjustment component, dan (6)

attitudes component.17

Kompetensi tidak sama dengan pekerjaan. Bahwa kompetensi

dan pekerjaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, memang

demikian hakikatnya. Kompetensi dalam konteks ini lebih

cenderung merupakan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh

seseorang sebelum melakukan suatu pekerjaan.18 McClelland

menjelaskan bahwa kompetensi bersifat spesifik pada tugas dan

organisasi, sehingga mereka hanya bisa digambarkan dalam konteks

pekerjaan yang ditugaskan.19

Suatu kompetensi dapat terdiri dari beberapa pengetahuan

dan keterampilan. Ia mencakup kemampuan untuk memenuhi

kebutuhan yang kompleks, dengan menarik atau menggerakkan

sumber daya psikososial (termasuk keterampilan dan sikap) dalam

konteks tertentu.20 Misalnya kemampuan berkomunikasi efektif

membutuhkan keterampilan bahasa, keterampilan IT praktis, dan

sikap terhadap lawan bicaranya.

Oleh karena itu, Mudhofir menganggap kompetensi sebagai

16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media

Group, 2008), hlm. 275. 17 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2012), hlm. 99. 18 Hermana Soemantri, Kompetensi Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan

Kurikulum Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 6,

November 2010, hlm. 685 19 Leonardo Evangelista, Competence, competencies and career guidance, Coherence,

Co-Operation and Quality in Guidance and Counselling Research, 2009, hlm. 1–6. 20 ibid

Page 21: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

21

pilarnya atau teras kinerja dari suatu profesi.21 Artinya, seorang

profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukkan

karakteristik utamanya, seperti:

a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Ini

berarti ia memiliki kemampuan analisis kritis dan pertimbangan

logis untuk membuat pilihan dan memutuskan.

b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan

kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dsb.)

tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.

c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode

dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dsb)

tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan

pekerjaannya.

d. Memahami standar kelayakan normatif minimal kondisi

keberhasilan pengajaran

e. Memiliki motivasi dan aspirasi untuk melakukan tugasnya

f. Memiliki kewenangan untuk mendemonstrasikan dan menguji

kompetensinya agar memperoleh pengakuan.

Para ahli mengusulkan banyak konsep mengenai kompetensi

guru, seperti kemampuan intelektual; manajemen; keterampilan

interpersonal; menjadi profesional22; mampu melakukan kontak

secara pantas dengan penonton.23 Dalam pandangan Fathivajargah

guru yang pantas dipekerjakan adalah yang memiliki kompetensi

kognitif (kesadaran diri, kesadaran pembelajar, dan kesadaran atas

proses belajar mengajar), emosional (berdasarkan minat, nilai, dan

sikap), dan praktikal (berkaitan dengan murid, kelas, sekolah, dan

masyarakat).24 Spencer & Spencer mengenalkan model gunung es

(iceberg model) dalam menjelaskan mengenai kompetensi, yang

21 Ali Mudghofir,Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,

2012), hlm. 97-98 22 M Ilanlou & M Zand, Professional competencies Of Teachers And The Qualitative

Evaluation, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 29, 2011, hlm. 1144 23 ibid 24 ibid, hlm. 1145

Page 22: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

22

mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.25 Jika

pengetahuan dan keterampilan didapat dari pendidikan dan

pelatihan, maka sikap merupakan hasil dari dinamika kepribadian

manusia yang bertumbuh sejalan dengan perkembangan mentalnya.

Semakin lama daftar kompetensi guru bertambah seiring

dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi guru dalam

konteks dampak kebijakan pendidikan global.26 Sejauh ini ada 39

kompetensi guru yang dikumpulkan Kovač, Eafajac & Buchberger.

Kompetensi tersebut dibagi atas 4 kelompok.27

a. Kompetensi terkait nilai-nilai dan pengasuhan anak;

b. Kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman sistem

pendidikan dan kontribusi terhadap pengembangannya;

c. Kompetensi berkaitan pengetahuan mengenai mata pelajaran,

pedagogi, dan kurikulum;

d. Kompetensi terkait evaluasi diri dan pengembangan profesional.

Kompetensi sosial kemudian ikut dipertimbangkan, misalnya

kesediaan guru untuk berpartisipasi dalam debat publik tentang

pendidikan; memantau dan berpartisipasi dalam kegiatan amal yang

relevan; kemampuan berpartisipasi dalam proyek di bidang

pendidikan; memahami prioritas nasional dalam pendidikan;

kesediaan untuk bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam

mengatur kegiatan program (misalnya menyelenggarakan pelatihan

praktis dalam bisnis lokal); kemampuan untuk mengantisipasi

kebutuhan pasar tenaga kerja baru yang terkait dengan pendidikan;

kemampuan melakukan penelitian untuk kemajuan pendidikan;

pemahaman tentang legislasi dan otoritas dalam pendidikan;

kesediaan untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan dari

institusi kesehatan dan sosial; dan kemauan untuk berpartisipasi

25 Lyle Spencer & Signe M. Spencer, Competence at Work, Models For Superior

Performance, (Canada : John Wiley & Sons, Inc., 1993), hlm.11 26 Vesna Kovač, Branko Rafajac, & Iva Buchberger, Croatian Teacher Competencies

Related to the Creation and Implementation of Education Policy, C.E.P.S Journal, 4(4),2014,

hlm.54 27 ibid.

Page 23: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

23

dalam rencana pengembangan sekolah.28

Sementara itu, penelitian terhadap efektivitas guru di Inggris

telah menghasilkan model yang mengaitkan 3 faktor: karakteristik

profesional, keterampilan mengajar, dan iklim kelas.29 Dalam

bekerja seseorang membutuhkan kompetensi profesional yang

terdiri dari pengetahuan dan keterampilan dan kompetensi personal

yang mencakup motif individu, ciri, dan konsep diri.

Kalau menurut Aghaie30 para guru perlu memiliki kompetensi

(1) pengetahuan atas berbagai keterampilan berpikir dan

mengaplikasikannya; (2) familiar dengan metode pembelajaran dan

pengajaran baru serta mengaplikasikannya; (3) manajemen kelas

dan keterampilan khusus untuk berkomunikasi dengan murid; (4)

familiar dengan teknologi komunikasi dan informasi, serta mampu

menggunakannya dalam pengajaran; (5) keterampilan meneliti; dan

(6) terampil dalam mengevaluasi prestasi akademik. Akan tetapi,

Shabani memiliki teori yang lebih sederhana, yaitu membagi

kompetensi menjadi 2, yaitu (1) kompetensi karakteristik, yang

meliputi pengaturan berorientasi murid, berorientasi pada murid

dan kedekatan murid, dan pengaturan berorientasi subjek; (2)

saintifik, yang termasuk di dalamnya adalah kesadaran psikologi,

metode mengajar, metode komunikasi baru, psikologi sosial,

psikologi pengajaran dan komunikasi.31 Taghi Pour Zahir32 juga

membagi 2 kompetensi guru menjadi vokasional dan personal, di

mana vokasional meliputi pengetahuan umum, pengetahuan vokasi

dan keterampilan komunikasi; sedangkan yang personal antara lain

kesehatan jiwa dan fisik, ketaatan pada nilai, serta memiliki

kemampuan mental yang baik.

Ilandou dan Zan sendiri mengusulkan guru memiliki

28 Ibid, hlm. 56 29 P Sammons & L Bakkum, Effective Schools, Equity And Teacher Effectiveness: A

Review To The Literature, Profesorado, 15(3),2011, hlm. 16. 30 Ibid. 31 Ibid. 32 Ibid.

Page 24: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

24

kompetensi umum dan kompetensi khusus.33 Kompetensi umum

meliputi pemahaman dengan psikologi perkembangan dan

pembelajaran, kesadaran akan proses pengajaran-pembelajaran,

manajemen kelas, metode pengajaran, pengontrolan dan evaluasi.

Sementara itu, kompetensi khusus antara lain penguasaan konten,

menyajikan konten dalam urutan yang tepat, mengorganisasi

konten, menguasai penggunaan alat latihan, mencatat secara

akurat, memberikan umpan balik kepada murid.34

Berdasarkan pembagian para ahli di atas, penulis menemukan

kesamaan yaitu bahwa guru harus memiliki setidaknya 3 dimensi

kompetensi, yaitu:

a. Pengetahuan, termasuk di dalamnya penguasaan materi

pembelajaran, pengetahuan mengenai teori pengajaran, konsep

pedagogis.

b. Praktek, yaitu kemampuan untuk menyampaikan materi kepada

murid dalam cara efektif berdasarkan teori pengajaran.

c. Afeksi, yaitu passion, semangat, motivasi untuk mengajar.

Bila dianalisis kembali, guru dalam konteks profesional dari

pengertian dan ciri profesional tersebut di atas dapat diartikan

sebagai profesi seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya

bukan hanya mengajar dan memberikan informasi berupa materi

pelajaran saja, akan tetapi memiliki tujuan. Dalam melaksanakan

tugas dan tanggung jawabnya diperlukan kemampuan khusus yang

didasarkan konsep pengetahuan yang spesifik.

Sebagai tenaga profesional, maka pengelolaan guru juga harus

mengikuti prosedur yang terpadu dalam pengelolaan sumber daya

manusia, yaitu:

a. Rekrutmen dan Seleksi Guru

Rekrutmen didahului dengan perencanaan kebutuhan

sumber daya manusia. Kegiatan ini akan menentukan jumlah

33 Ibid. 34 Ibid.

Page 25: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

25

orang yang dibutuhkan, keahlian yang diharapkan, dan proses

pendidikan yang dibutuhkan untuk memproduksi tenaga guru.

Rekrutmen guru dilakukan pada saat calon mahasiswa

mendaftar ke LPTK. LPTK merupakan salah satu kunci berhasil

atau tidaknya pendidikan di Indonesia. Gaffar menekankan

bahwa LPTK memiliki tugas pokok untuk mendidik calon-calon

guru TK hingga perguruan tinggi.35 Pendidikan guru merupakan

langkah awal untuk mempersiapkan sumber daya guru. Dr

Huihua He, Associate Professor dan Deputy Director, College of

Education - Shanghai Normal University, menyatakan bahwa

pendidikan guru setidaknya berjalan 4 tahun ditambah 1 tahun

kerja praktek untuk menjadi guru (UNESCO).

Untuk mengemban tugas tersebut, LPTK harus dinilai

apakah sudah memenuhi standar kelayakan sebagai sebuah

LPTK yang bermutu dan memiliki kemampuan untuk

melaksanakan tugas tersebut. Untuk menghasilkan lulusan yang

berkualitas perlu dilakukan perbaikan pada saat rekrutmen

calon mahasiswa. Dengan kata lain, calon mahasiswa harus

diseleksi secara ketat agar menghasilkan sarjana yang

berkualitas. Selain itu juga harus melakukan pembenahan

kurikulum, kualitas dosen, atmosfer akademik, sarana, dan

budaya akademik juga harus dibangun untuk melahirkan

sarjana pendidikan yang handal secara intelektual dan memiliki

kualitas akhlak yang baik.

Tidak semua orang dapat menjadi dokter untuk

menyembuhkan penyakit pasien, diperlukan keahlian khusus

melalui pendidikan khusus untuk menjadi seorang dosen.

Begitupun guru, tidak semua orang dapat menjadi guru,

diperlukan keahlian khusus melalui pendidikan khusus untuk

menjadi seorang guru. Kompetensi guru tidak serta merta dapat

dimiliki oleh seorang guru, karena kemampuan ini didapat

35 Mohammad Fakry Gaffar, Standarisasi dan Pengembangan Mutu Pendidikan,

(Makalah disampaikan pada Pertemuan FIP/JIP Seluruh Indonesia di Bukittinggi, 12-14

September 2005).

Page 26: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

26

melalui proses yang panjang. Kemampuan ini dapat dimiliki oleh

individu melalui pendidikan dan pelatihan khusus keguruan

dalam jangka waktu yang tidak singkat dan tidak instan. LPTK

memiliki peran yang cukup signifikan dalam mencetak dan

melatih tenaga pendidik. Lembaga Pendidikan Tenaga

Kependidikan (LPTK) adalah lembaga yang menyelenggarakan

program akademik dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan

dan mengembangkan ilmu pendidikan, ilmu keguruan,

mendidik dan mempersiapkan tenaga profesional dalam bidang

kependidikan. Keberadaan LPTK menjadi sangat penting karena

menyangkut keberlangsungan masa depan pendidikan di

Indonesia dalam mempersiapkan calon- calon guru profesional.

LPTK menjadi lembaga pendidikan mengembangkan

kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

dengan mewujudkan profesionalisme guru secara sistemik

terukur dan terarah. Peran LPTK adalah mempersiapkan dan

meningkatkan kemampuan guru untuk memiliki kompetensi

kepribadian, kompetensi profesi, serta kompetensi sosial melalui

pendidikan yang pada akhirnya dapat menghasilkan calon guru

atau guru yang profesional sehingga mampu melaksanakan

proses pembelajaran secara baik. LPTK harus terus dibangun,

kedudukannya pun menjadi penting. Saat ini mulai menjamur

pendidikan tinggi yang memiliki jurusan atau program studi

keguruan, namun perannya sangat sedikit karena belum bisa

mencetak tenaga guru profesional yang siap pakai.

Menurut ILO dan UNESCO, program persiapan guru harus

mencakup:36

1) Pengetahuan umum

2) Studi dengan elemen utama: filosofi, psikologi, sosiologi yang

diaplikasikan dalam pendidikan, teori dan sejarah edukasi,

36 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning

the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.26.

Page 27: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

27

dan pendidikan perbandingan, pedagogis eksperimental,

administrasi sekolah dan metode pengajaran berbagai mata

pelajaran;

3) Studi terkait bidang pengajaran yang diinginkan murid;

4) Praktek pengajaran dalam pelaksanaan aktivitas

ekstrakurikuler di bawah arahan guru yang memiliki

kualifikasi penuh.

Pendidikan berbasis kompetensi menjadi tuntutan dalam

sistem pendidikan di berbagai negara.37

b. Penempatan Guru

Ahmad Yani menemukan 4 faktor yang paling banyak

berpengaruh terhadap kebijakan distribusi guru, yaitu (1)

ketiadaan regulasi) ketiadaan regulasi penempatan dan distribusi

guru dalam bentuk payung hukum yang kuat, (2) lemahnya

sistem data informasi kependidikan, (3) lemahnya pengawasan

dan penegakan hukum, dan (4) kekuatan permainan elit politik

lokal.38

Sebagaimana pekerjaan lain, ILO dan UNESCO

menyarankan adanya masa percobaan bagi calon guru. Masa

percobaan harus dilihat sebagai kesempatan untuk menjaga

standar profesional yang tepat serta pengembangan kemahiran

mengajar guru. Durasi normal masa percobaan harus diketahui

sebelumnya dan kondisi untuk penyelesaiannya yang

memuaskan harus benar-benar terkait dengan kompetensi

profesional. Jika guru gagal menyelesaikan masa percobaannya

dengan memuaskan, dia harus diberitahu alasannya dan harus

memiliki hak untuk mengulang.39

37 S. Nissilä, et al, Towards competence-based practices in vocational education -

what will the process require from teacher education and teacher identities?, CEPS Journal : Center for Educational Policy Studies Journal, 5(2),2015), hlm. 16.

38 Ahmad Yani, Kebijakan Distribusi Guru Melalui Participatory Management Pada Era Otonomi Daerah. Manajerial, 9(17), 2010, hlm. 47-48.

39 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.29.

Page 28: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

28

Dalam konsep karir guru di Indonesia, masa percobaan

dapat dilakukan ketika calon guru masih mengikuti pendidikan

di LPTK. Kegiatan ini perlu disatukan dalam rangkaian uji

kompetensi yang menjadi syarat seseorang dapat menjadi guru

dan nantinya mendapat pengakuan sebagai guru (misalnya

dengan sertifikat pendidik). Prosedur yang dilakukan dapat

berupa:

Gambar 1.

Prosedur

c. Penilaian kinerja

Keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan di sekolah

bergantung pada pengetahuan dan keterampilan guru.40

Pengetahuan guru terus dituntut untuk beradaptasi dengan

perkembangan jaman, baik berupa perubahan kurikulum

maupun gaya belajar anak didik. Oleh karena itu perlu

dilakukan evaluasi atas kinerja guru. Evaluasi berfungsi untuk

menjaga guru tetap meningkatkan pengetahuan teori dan

praktiknya sekaligus meningkatkan keterampilan baru yang

dibutuhkan. Evaluasi dapat digunakan untuk

40 William B. Jr Weber, L. Somers, & L. Wurzbach, Improving The Teaching And

Learning Of Mathematics: Performance-based Assessment Of Beginning Mathematics Teachers, School Science and Mathematics, 98(8), 1998, hlm. 430.

Page 29: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

29

mengidentifikasikan kekurangan guru yang perlu ditutupi

dengan pelatihan.41

Berdasarkan Penelitian Efektifitas Guru (Teacher

Effectiveness Research, TER) pengajaran yang efektif berasal dari

8 faktor guru, yaitu: (1) orientasi, (2) structuring; (3) pertanyaan;

(4) pencontohan pengajaran; (5) aplikasi; (6) lingkungan

pembelajaran di kelas; (7) manajemen waktu; dan (8) penilaian.42

Kedelapan faktor tersebut dikelompokkan Kyriakides dan

Archambault menjadi 5 dimensi, yaitu43

1) Orientasi, yang mengacu pada perilaku guru ketika

menyampaikan tujuan dari tugas, pelajaran, atau

serangkaian pelajaran tertentu. Termasuk juga di dalamnya

perilaku guru ketika menantang anak didik menyatakan

alasan mengapa suatu kegiatan dilakukan dalam pelajaran.

Orientasi dimaksudkan untuk menarik partisipasi murid di

dalam kelas, karena mereka merasa pelajaran yang

disampaikan memiliki makna.

2) Structuring menunjukkan pola perilaku guru mengatur awal

pelajaran, menguraikan konten, menarik ide utama, dan

mengulas kembali ide utama di akhir pembelajaran.

3) Teknik bertanya. guru yang efektif melontarkan pertanyaan

dan berusaha melibatkan murid dalam kegiatan

pembelajaran.

4) Teaching modelling. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa

guru yang efektif diharapkan dapat membantu siswa

menggunakan strategi dan/atau mengembangkan strategi

mereka sendiri untuk memecahkan berbagai jenis masalah.44

41UNESCO. What Makes a Good Teacher?, UNESCO, diakses dari

https://en.unesco.org/news/what-makes-good-teacher, pada tanggal 19 September 2018 42Leonidas Kyriakides, Isabelle Archambault, & Michel Janosz, Searching for stages

of effective teaching: A study testing the validity of the dynamic model in canada.The Journal of Classroom Interaction, 48(2), 2013, hlm. 11

43Ibid. 44Kyriakides, Campbell, & Christofidou, 2002, dalam Leonidas Kyriakides, Isabelle

Archambault, & Michel Janosz, Searching for stages of effective teaching: A study testing the

Page 30: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

30

Dengan begitu, siswa cenderung mengembangkan

keterampilan yang membantu mereka mengatur

pembelajaran mereka sendiri (misalnya, pengaturan mandiri,

pembelajaran aktif).45

5) Aplikasi, penting bagi guru yang efektif untuk dapat memberi

kesempatan mempraktekkan dan mengaplikasikan apa yang

diajarkan.

Dalam penilaian kinerja, dipertimbangkan kemampuan

guru menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan beban kerja

guru. Pengaturan beban kerja guru menjadi penting agar guru

dapat menjalankan tugasnya secara maksimal. ILO dan UNESCO

merekomendasikan beberapa poin yang perlu diperhatikan

terkait beban kerja guru, antara lain:46

1) Jam kerja guru per hari dan per minggu harus ditetapkan

dengan berkonsultasi dengan organisasi guru.

2) Penetapan jam mengajar memperhatikan semua faktor yang

relevan dengan beban kerja guru, seperti:

a) jumlah murid yang diajar per hari dan per minggu;

b) perlunya menyediakan waktu yang memadai untuk

perencanaan dan persiapan pelajaran, serta untuk

evaluasi kerja;

c) jumlah mata pelajaran berbeda yang harus diajarkan

dalam satu hari;

d) waktu yang dibutuhkan guru untuk melakukan riset,

terlibat dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler,

tugas-tugas pengawasan dan konseling murid;dan

e) keinginan menyediakan waktu bagi guru untuk

melaporkan dan berkonsultasi dengan orang tua terkait

perkembangan murid.

validity of the dynamic model in canada.The Journal of Classroom Interaction, 48(2), 2013.

hlm. 13 45 loc.cit. 46 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning

the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm. 36-

37

Page 31: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

31

3) Guru harus diberikan waktu yang cukup untuk

berpartisipasi dalam program pelatihan.

4) Partisipasi guru dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak boleh

menjadi beban tambahan dan mengganggu penyelesaian

tugas utamanya sebagai guru.

5) Guru yang diberikan tanggung jawab pendidikan khusus di

samping instruksi kelas harus dikurangi jam mengajar

normalnya.

d. Pengembangan

Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,

perlu diadakan pelatihan dan pendidikan bagi guru.

Pengembangan dapat membantu mereka agar mampu mengatasi

tanggung jawabnya di masa depan.47 Manfaat pengembangan:48

Tabel 1

Manfaat Pengembangan

Untuk Manfaat

sekolah/Institusi Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan. Memperbaiki moral pekerja.

Membantu menciptakan citra institusi lebih baik. Membantu perkembangan kebenaran, keterbukaan, dan kepercayaan.

Membantu pengembangan perusahaan. Institusi dapat membuat keputusan yang lebih efektif dalam memecahkan masalah.

Menurunkan biaya. Memperbaiki hubungan guru dan manajemen.

Mengurangi biaya konsultasi dengan pihak luar. Membantu guru menyesuaikan diri dengan perubahan.

Membantu dalam mengatasi konflik dan mencegah stres.

Individu Membantu mengambil keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah yang lebih efektif.

Mendapatkan motivasi dari pengakuan, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan.

47 Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia

Strategik (edisi kedua), (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 133 48 ibid

Page 32: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

32

Membantu meningkatkan pengembangan dan

kepercayaan diri. Membantu mengatasi stres, kekecewaan, dan konflik Menyediakan informasi untuk memperbaiki

pengetahuan dan keterampilan. Meningkatkan kepuasan kerja. Mengembangkan jiwa yang terus mau belajar.

Membantu mengembangkan keterampilan berbicara, mendengarkan dan menulis.

Membantu mengurangi rasa takut/khawatir dalam mencoba tugas baru.

personal, hubungan

manusia, dan pelaksanaan kebijakan

Memperbaiki komunikasi antar kelompok dan individual.

Menyediakan informasi tentang kesempatan yang sama dan kegiatan yang disepakati. Memperbaiki keterampilan hubungan lintas personal

Memperbaiki moral. Membangun konsolidasi.

Menyediakan lingkungan yang baik untuk belajar, berkembang, dan koordinasi.

e. Kompensasi

Kompensasi merupakan imbalan atas pekerjaan yang

dilakukan. Kompensasi dapat berbentuk moneter (gaji,

tunjangan dsb) maupun nonmoneter (karir dan pencapaian

sosial). Kompensasi menjadi patokan kepuasan pekerja.

Menurut Schuler & Jackson kompensasi moneter

mempunyai beberapa tujuan utama:49

1) Menarik pelamar kerja potensial;

2) Mempertahankan karyawan yang baik;

3) Meraih keunggulan kompetitif;

4) Meningkatkan produktivitas, karena memengaruhi motivasi

dan kepuasan;

5) Melakukan pembayaran sesuai aturan hukum, dengan kata

lain sebagai batas agar pemberi kerja tidak melakukan

penyimpangan peraturan ketenagakerjaan;dan

49 Randall Schuler & Susan E Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia:

Menghadapi Abad ke-21 (Edisi keenam, Jilid 2), (Jakarta: Penerbit Airlangga, 1999), hlm.

87.

Page 33: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

33

6) Memudahkan sasaran strategis.

PGRI mencatat ada sekitar satu juta guru yang hidup di

bawah kata sejahtera. Masih banyak dalam data pokok

pendidikan (Dapodik) masih banyak masalah. Dari data Dapodik

guru PNS dan yayasan ada sekitar 53,4 persen, sisanya guru

honorer.

Upaya Pemerintah yang akan mengangkat sekitar 250 ribu

guru honorer menjadi CPNS dan pegawai pemerintah dengan

perjanjian kerja (P3K), karena kita kekurangan satu juta guru.

Karena itu, pengangkatan PNS agar mengutamakan para guru

honorer yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Pemerintah

untuk tidak mengambil data "siluman", yang tiba-tiba muncul.

Harus terbuka, diberi kesempatan kepada mereka yang sudah

terdata dengan baik. Dengan begitu, kita kedepankan

profesionalisme, kompetensi dan di sisi lain kita menghargai

para guru yang telah lama mengabdi.

Penelitian Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI

menemukan bahwa para guru melihat fenomena brain-drain

merupakan langkah paling logis yang ditempuh para profesional

(termasuk guru) yang sempat mengenyam pendidikan di luar

negeri.50 Kerja sebagai pegawai pemerintah ditinggalkan karena

tidak ada jaminan kehidupan yang lebih baik.

ILO dan UNESCO menyarankan gaji guru haruslah:51

1) mencerminkan pentingnya fungsi pengajaran bagi masyarakat

dan karenanya pentingnya guru serta tanggung jawab dari

semua jenis yang jatuh pada mereka dari saat mereka masuk

ke layanan;

2) dibandingkan dengan gaji pekerjaan lain yang membutuhkan

kualifikasi serupa atau setara;

50Yulia Indahri, dkk., Permasalahan Tata Kelola Guru: Implementasi Undang-Undang

Guru dan Dosen dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Guru, (Jakarta: Pusat Penelitian Badan

Keahlian DPR RI, 2017), hlm. 83. 51International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation Concerning

The Status Of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.40

Page 34: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

34

3) mencukupi untuk memastikan standar hidup yang layak bagi

guru dan keluarga mereka serta dapat digunakan untuk

berinvestasi dalam pendidikan lebih lanjut atau dalam

mengejar kegiatan budaya, sehingga dapat meningkatkan

kualifikasi profesional mereka; dan

4) mempertimbangkan fakta bahwa pekerjaan tertentu

membutuhkan kualifikasi dan pengalaman yang lebih tinggi,

serta memiliki tanggung jawab yang lebih besar.

f. Unionisasi

Unionisasi merupakan upaya pekerja dan badan-badan di

luar perusahaan untuk bertindak sebagai satu kesatuan ketika

berhubungan dengan manajemen mengenai masalah-masalah

yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.52 Dalam konteks

profesi guru, organisasi profesi guru merupakan salah satu

organisasi profesi paling tua di negara kita.

Salah satu ciri profesi adalah adanya kontrol yang ketat

atas para anggotanya. Suatu profesi ada dan diakui masyarakat

karena ada usaha dari para anggotanya untuk menghimpun diri.

Melalui organisasi tersebut, profesi dilindungi dari kemungkinan

penyalahgunaan yang dapat membahayakan keutuhan dan

kewibawaan profesi itu. Kode etik pun disusun dan disepakati

oleh para anggotanya. Maka suatu organisasi profesi menyerupai

suatu sistem yang senantiasa mempertahankan keadaan yang

harmonis. Ia akan menolak keluar komponen sistem yang tidak

mengikuti arus atau meluruskannya. Dalam praktek

keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main

organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam

suatu organisasi profesi, ada aturan yang jelas dan sanksi bagi

pelanggar aturan.

52 Randall Schuler & Susan E Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia:

Menghadapi Abad ke-21 (Edisi keenam, Jilid 2), (Jakarta: Penerbit Airlangga, 1999), hlm

253.

Page 35: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

35

Beberapa bagian pokok dalam organisasi antara lain:53

1) Kesatuan sosial, berarti organisasi terdiri dari kelompok

(himpunan, perserikatan) orang yang saling berinteraksi,

saling tergantung satu sama lain dalam menjalankan tugas

pokok dan fungsinya masing-masing dalam suatu kesatuan

yang bermakna bagi dirinya dan bagi organisasi;

2) Struktur dan koordinasi, berarti aktivitas orang-orang dalam

organisasi dirancang dan disusun dalam suatu pola tertentu

yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi, mekanisme

kerja setiap bagian, dan hubungan kerja antar bagian.

Pelaksanaan kegiatan setiap bagian tersebut dilakukan

secara bersama-sama, menyeluruh, seimbang dan terpadu;

3) Batasan yang dapat diidentifikasi. Setiap organisasi

mempunyai batasan yang mengidentifikasi anggota

organisasi dari yang bukan anggota organisasi, siapa dan apa

yang menjadi bagian dan bukan menjadi bagian organisasi.

Batasan organisasi dapat diidentifikasi melalui kontrak

perjanjian yang disepakati oleh anggota dan organisasi; dan

4) Memiliki tujuan, yang dapat dicapai bersama-sama.

Beberapa organisasi profesi di dunia pendidikan, antara

lain:54

1) Persatuan (Union), antara lain; Persatuan Guru Republik

Indonesia (PGRI), Australian Education Union, Singapore

Teacher’s Union, National Union of the Teaching Profession

Malaysia, Japan Teacher’s Union;

2) Federasi (Federation), antara lain: All India Federation of

Teachers Organisations, Bangladesh Teachers’ Federation,

Federation of Elementary Education Teachers’ Association of

Thailand;

53 Ali Mudhofir,Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam

Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada., 2012), hlm.

295-297 54 Ibid, hlm. 306

Page 36: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

36

3) Aliansi (Alliance), antara lain: Alliance of Concered Teachers,

Philipina; dan

4) Asosiasi (Association) yang terdapat di kebanyakan Negara.

Ditinjau dari segi kategorisasi keanggotaannya juga

ternyata menunjukkan corak keorganisasian yang bervariasi,

seperti menurut:55

1) Jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (dasar,

menengah, dan perguruan tinggi);

2) Status penyelenggara kelembagaan pendidikan (negeri,

swasta);

3) Bidang studi/keahlian (guru bahasa Inggris, matematika,

dsb.);

4) Gender (wanita, pria); dan

5) Latar belakang etnis (Cina, Tamil, Melayu, dsb.).

Struktur dan kedudukan dipandang dari segi jangkauan

wilayah kerjanya juga ternyata beragam dan bersifat:

1) Lokal (kedaerahan, kewilayahan);

2) Nasional (negara); dan

3) Internasional (WCOTP, WFTU, dsb.).

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Berkaitan dengan Guru

Pengaturan tentang guru berlandaskan pada asas-asas sebagai

berikut:

1. Asas Pelindungan

Pengaturan tentang guru harus mampu memberikan

pelindungan kepada guru baik berupa pelindungan hukum dan

pelindungan profesi. Pelindungan hukum diberikan:

a. terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,

intimidasi dan perlakukan tidak adil yang disebabkan oleh

peserta didik, orang tua, masyarakat, birokrasi, dan pihak lain.

b. dalam bentuk advokasi non litigasi. Ini merupakan fasilitasi

penyelesaian perkara di luar pengadilan dalam bentuk konsultasi

55 Ibid. hlm. 306-307

Page 37: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

37

hukum, mediasi dan pemenuhan atau pemulihan hak pendidik.

Adapun pelindungan profesi berupa PHK yang tidak sesuai

peraturan, termasuk pemberian imbalan yang tidak wajar,

pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan

terhadap profesi dan pembatasan atau pelarangan yang dapat

menghambat guru dan tenaga kependidikan.

2. Asas Keadilan

Pengaturan tentang guru harus mampu memberikan peluang

dan kesempatan yang sama secara proporsional bagi guru berstatus

PNS maupun guru berstatus non PNS.

3. Asas Pemerataan

Pengaturan tentang guru harus mampu melakukan pemerataan

distribusi guru ke semua sekolah dalam satu zonasi atau di luar

zonasi agar tidak terjadi kesenjangan kualitas pendidikan di

sekolah-sekolah dan mencegah penumpukan sumber daya manusia

yang berkualitas dalam suatu wilayah tertentu.

4. Asas Kualitas

Dalam pengaturan ini harus mampu menciptakan guru sebagai

tenaga pendidik yang berkualitas baik itu kualitas keterampilan,

etos kerja, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, tanpa

memiliki kualitas yang baik, bangsa ini akan tertinggal oleh negara-

negara lain.

5. Asas Tanggung jawab

Guru memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi,

tugas dan perannya sebagai tenaga pendidik.

6. Asas Afirmasi

Pemerintah melakukan keberpihakan kepada guru yang berada

di daerah, terpencil, terdepan, dan terluar dalam hal tata kelola,

pengembangan kompetensi, dan pemberian kesejahteraan.

7. Asas Integritas

Guru dalam melaksanakan kewajibannya harus berpegang

teguh pada nilai-nilai moral dan tidak berafiliasi pada kepentingan

kelompok atau golongan tertentu.

Page 38: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

38

C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada,

Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat, dan Perbandingan dengan

Negara Lain

Bagian ini berisi kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi

yang ada, dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang

merupakan gambaran fakta empiris mengenai guru yang terjadi di

masyarakat. Kajian pada bagian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu

kajian tentang tata kelola guru di Indonesia secara umum dan kajian

tentang pendidikan guru di Indonesia. Fakta empiris ini diperoleh

antara lain dari data primer melalui pengumpulan data lapangan dan

diskusi dengan berbagai stakeholder terkait. Selain itu, dalam bagian ini

juga diuraikan mengenai praktik empiris mengenai guru di tiga negara,

yaitu Tiongkok, Jepang, dan Malaysia yang dapat menjadi sumber

referensi yang dapat diadopsi sesuai dengan aspek sosial dan budaya

masyarakat Indonesia.

1. Tata Kelola Guru di Indonesia

Dari hasil pengumpulan data di lapangan dan diskusi dengan

para narasumber, beberapa isu yang perlu mendapat perhatian

dalam tata kelola guru di Indonesia yaitu:

a. Kuantitas dan Distribusi Guru

Kesenjangan antara sebaran guru di daerah perkotaan

dengan di daerah perdesaan sangat lebar perbedaannya. Jika

dilihat jumlah guru secara kuantitatif maka jumlahnya cukup,

namun sebaran guru yang tidak merata pada setiap daerah

menjadi permasalahan dalam pemenuhan jumlah guru.

Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

menyatakan bahwa rasio ideal guru dan murid berkisar antara

1:15 sampai 1:20, tergantung dengan tingkatan pendidikan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data di daerah Kalimantan

Barat, jumlah guru di Kalimantan Barat yang tercatat di ikhtisar

data pendidikan berjumlah 58.566 orang. Pemerintah Pusat

menilai jumlah guru tersebut sudah cukup, namun menurut

Page 39: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

39

Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat jumlah tersebut belum

memenuhi kebutuhan di lapangan karena tidak meratanya

sebaran guru di setiap daerah.

Sementara itu, jumlah rasio guru PNS dan murid di Kota

Sorong juga masih sangat kurang dan belum mencapai angka

ideal kebutuhan guru yang harus dipenuhi. Angka rasio guru

PNS terhadap siswa di Kota Sorong untuk satuan pendidikan

Taman Kanak-kanak adalah 1: 49,55; Sekolah Dasar sebesar 1:

40,13; dan Sekolah Menengah Pertama berjumlah 1:27,28.

Selain dilihat dari rasio jumlah guru dan murid, jumlah

kekurangan guru juga perlu dilihat rasio guru dari mata

pelajarannya, karena menurut Pemerintah Kabupaten Belitung,

terdapat kekurangan guru hanya pada mata pelajaran tertentu

saja.

Untuk memenuhi kekurangan rasio kebutuhan guru

tersebut, beberapa upaya yang dilakukan sekolah daerah yaitu:

1) mengangkat guru-guru honor sekolah untuk sekolah negeri

dan mengangkat guru honor yayasan untuk sekolah swasta;

2) menyetujui mutasi guru ke daerah atau satuan pendidikan

yang kekurangan guru;

3) kepala sekolah masuk ke kelas untuk mengajar;

4) memanfaatkan guru mata pelajaran untuk mengajar di kelas

lain, baik guru yang sama mata pelajaran keahliannya

maupun guru dual keahlian; dan

5) menerima guru PNS yang kekurangan jam mengajar 24

jam/seminggu.

Berdasarkan hasil pengumpulan data di Universitas

Pendidikan Indonesia, pengaturan terhadap guru harus menjadi

otorisasi dan dalam kontrol pemerintah pusat (goverment control).

Pemerintah pusat harus membuat suatu sistem perekrutan,

pengadaan, dan penyebaran guru yang terintegrasi. Apabila

berada dalam kontrol pemerintah pusat, akan lebih mudah

Page 40: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

40

untuk mengendalikan permasalahan guru, misalnya kekurangan

guru di daerah terpencil akan lebih mudah untuk diatasi karena

Pemerintah telah mempunyai peta persebaran guru di tiap

wilayah, sampai wilayah terpencil sekalipun. Adapun cara yang

dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut misalnya dengan

penempatan guru melalui metode rayonisasi.

Selain itu, menurut Pemerintah Kabupaten Raja Ampat,

kebijakan pemerintah untuk mendatangkan guru garis depan ke

pulau di Provinsi Papua dan Papua Barat juga dinilai tidak akan

efektif untuk menyelesaikan permasalahan, karena guru yang

ditempatkan bukan berasal dari putra/putri daerah sehingga

tidak akan bertahan lama di daerah. Oleh karena itu,

putra/putri daerah yang lebih diberdayakan menjadi guru garis

depan.

b. Kualitas dan Mutu Guru

Kualitas guru Indonesia saat ini masih sangat rendah. Dari

hasil uji kompetensi awal yang dilakukan pada 275.768 guru

tingkat nasional, hasilnya cukup memprihatinkan, dari bobot

skor 100, ternyata nilai terendah dari hasil uji tersebut adalah 1,

dan rata-rata skornya adalah 41,5. Ini mengindikasikan bahwa

kompetensi guru masih rendah berdasarkan tolak ukur yang

ditentukan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.56

Data jumlah guru di Indonesia per Desember 2017 yang

dipaparkan Kemendikbud RI pada 16 Januari 2018, menyatakan

bahwa jumlah guru saat ini 3.017.296 orang. Berdasarkan data

yang dipaparkan, dari jumlah keseluruhan guru tersebut masih

terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi

akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Selain

itu, data dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan

Kementerian Agama juga menunjukkan bahwa masih terdapat

60.682 guru yang belum disertifikasi dan 27.838 guru yang

56 Buku Saku Statistik Pendidikan 2014/2015

Page 41: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

41

belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV. Padahal sesuai

amanat dari UU tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 82

dinyatakan bahwa dalam 10 Tahun setelah diberlakukannya

Undang-Undang tersebut, seluruh guru telah memiliki

kualifikasi S-1/D-IV dan sertifikat pendidik. Selengkapnya data

tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:

Gambar 2

Rincian Guru di bawah Kemendikbud yang sudah Sertifikasi dan

Belum Sertifikasi

Sumber: Paparan Mendikbud RI pada Raker dengan Komisi X DPR RI, 16

Januari 2018.

Page 42: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

42

Gambar 3

Kompetensi Guru di bawah Kementerian Agama

Sumber: Paparan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian

Agama di Badan Keahlian DPR RI, 20 Juli 2018

Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi

kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana

seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu

mata pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan

inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja

dapat mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak

maksimal.

Menurut akademisi Universitas Tanjungpura, rendahnya

kualitas guru diawali dari hulu, yaitu pada proses rekrutmen

guru. Ujian masuk calon mahasiswa LPTK tidak berbeda dengan

calon mahasiswa fakultas lain, sehingga tidak bisa menyaring

calon-calon guru yang memiliki kompetensi khusus. Sampai saat

ini, belum ada standar rekrutmen calon mahasiswa, baik untuk

pendidikan akademik maupun pendidikan profesi guru yang

bersifat terpadu dan khusus untuk calon guru. Kegiatan

pembinaan guru hingga saat ini juga dinilai masih kurang.

Page 43: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

43

Pembinaan seharusnya tidak hanya dilakukan oleh LPTK, tetapi

juga oleh organisasi profesi dan melalui partisipasi masyarakat.

c. Beban Kerja Guru

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan,

diketahui bahwa aturan beban kerja guru berdasarkan UU

tentang Guru dan Dosen yaitu mengajar minimal 24 jam tatap

muka tidak dapat dipenuhi semua guru di Kabupaten Belitung.

Kekurangan jam mengajar banyak terjadi di sekolah-sekolah

yang jauh jaraknya. Oleh karena itu, solusi sementara yang

diberikan adalah diberi jam tambahan sebagai guru piket.

Selain itu, jumlah siswa juga mempengaruhi besaran

beban kerja yang dihadapi guru. Guru yang memiliki siswa

banyak harus meluangkan lebih banyak waktu dalam

melakukan evaluasi dan penilaian. Saat ini, proporsi jumlah

siswa tidak diperhitungkan, padahal kegiatan tersebut menjadi

nilai bagi guru dalam penyusunan angka kredit. Guru yang

sedikit muridnya akan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang

dinilai angka kredit.

Guru sebagai bagian inti dari proses pendidikan yang core

businessnya adalah pembelajaran, sering terlibat dalam

penyelenggaraan pendidikan yang mengharuskan mereka

berurusan dengan surat pertanggungjawaban (SPJ)

penggunanaan dana yang rumit. Para guru pada akhirnya harus

berkutat dengan permasalahan administrasi yang tidak ada

hubungannya dengan tugas pokok. Mereka harus mampu secara

administratif meng-SPJ-kan anggaran untuk kegiatan

pembelajaran yang tidak mampu mereka pahami komponen-

komponennya.

d. Penghargaan dan Pelindungan Guru

Penghargaan diberikan kepada guru yang mengikuti

kegiatan ajang guru berprestasi, baik tingkat kota, propinsi

maupun tingkat nasional. Selain itu juga ada kegiatan-kegiatan

Page 44: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

44

di luar yang difasilitasi oleh pemerintah seperti penulisan karya

ilmiah guru, Forum Ilmiah Guru (FIG) dan lain-lain. Pemerintah

pusat mencoba mengapresiasi kinerja guru dalam berbagai ajang

perlombaan yang diharapkan dapat menfasilitasi kreativitas guru

dalam berkarya. Termasuk di dalamnya simposium penulisan

jurnal karya tulis ilmiah untuk guru yang berpresetasi.

Adapun terkait dengan pelindungan terhadap guru dalam

pelaksanaan tugas, saat ini terdapat pengaturannya dalam

Permendikbud Nomor 10 Tahun 2017 tentang Perlindungan bagi

Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Perlindungan tersebut

meliputi perlindungan hukum, profesi, keselamatan dan

kesehatan kerja, dan/atau hak atas kekayaan intelektual.

Dalam peraturan tersebut juga disebutkan secara tegas

siapa saja yang berkewajiban memberikan perlindungan hukum

kepada guru apabila ada permasalahan hukum dalam

pelaksanaan tugasnya. Ketentuan dalam Pasal 3 menyatakan

bahwa pelindungan terhadap guru merupakan kewajiban bagi:

1) Pemerintah;

2) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;

3) Satuan Pendidikan;

4) Organisasi Profesi; dan

5) dan/atau Masyarakat.

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, Dinas

Pendidikan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat telah

memberikan pelindungan kepada guru sesuai dengan Pasal 4

Permendikbud No. 10 Tahun 2017, upaya perlindungan

dilakukan bagi guru dalam bentuk nonlitigasi (diluar

pengadilan), misalnya:

1) konsultasi hukum;

2) mediasi;dan

3) pemenuhan dan/atau pemulihan hak.

Page 45: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

45

Permasalahan lainnya, guru juga lebih banyak terombang-

ambing dengan konstelasi politik yang terjadi saat ini. Seperti

menjelang momen pemilihan kepala daerah, kampanye

terselubung dilakukan melalui berbagai seminar maupun

pelatihan. Di sisi ini, guru mudah dimanfaatkan sebagai mesin

politik calon kepala daerah. Oleh karena itu, guru perlu

membangun kemandiriannya untuk dapat membatasi politisasi

yang dilakukan para politisi terhadap guru.

e. Kesejahteraan Guru

Tingkat kesejahteraan guru saat ini masih sangat

memprihatinkan, terutama bagi guru yang masih berstatus

sebagai guru bantu atau guru honorer. Adapun kesejahteraan

guru yang diatur dalam UU tentang Guru dan Dosen dapat

digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4

Kesejahteraan Guru

Program sertifikasi guru yang dilakukan saat ini

merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan

kesejahteraan guru melalui tunjangan profesional guru. Manfaat

lainnya dari sertifikasi guru yaitu perlindungan profesi dari

Page 46: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

46

praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra

profesi guru, melindungi masyarakat dari praktik-praktik

pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional,

menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK, dan kontrol mutu

serta jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.

Permasalahan lainnya terkait kesejahteraan juga ditemui

untuk guru yang mengajar di sekolah swasta dengan yayasan

induk (dari dalam atau luar negeri) yang mapan secara keuangan

dengan yang kurang mapan. Perlu ada standar dan pemerintah

mempunyai data yang mutakhir agar terlihat kemampuan

masing-masing sekolah untuk memberikan kesejahteraan

kepada para gurunya. Jika dimungkinkan, terdapat kewajiban

bagi pemerintah (baik pusat maupun daerah) untuk memberikan

subsidi kepada sekolah yang secara ekonomi kurang mampu

agar ada standar baku untuk kesejahteraan para guru. Selain

itu, diharapkan pula ada perjanjian kerja yang jelas standarnya

untuk guru non-PNS dengan melihat pemenuhan upah

minimum pada masing-masing sekolah sebagai bentuk

perlindungan dan juga agar tidak ada kesenjangan pendapatan

dengan profesi lain.

f. Organisasi Profesi Guru

Organisasi profesi guru menurut UU tentang Guru dan

Dosen adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang

didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan

profesionalitas guru. Saat ini, peran perlindungan atau

pengayom guru dalam menjalankan profesinya dirasakan sangat

kurang dari organisasi profesi yang ada. Organisasi profesi guru

seharusnya berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas guru

melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, pendidikan, dan

pelatihan.

Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan,

ditemukan bahwa organisasi profesi guru, terutama di daerah

Page 47: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

47

lebih banyak dipengaruhi oleh unsur politik sehingga perlu

pengaturan untuk memisahkan unsur politik dalam organisasi

profesi. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Pontianak

juga memandang perlu ada penguatan rumusan mengenai

organisasi profesi. Untuk menyatukan guru yang ada di seluruh

Indonesia, perlu ada suatu wadah berhimpun yang dikelola dari,

oleh, dan untuk kepentingan dan memberikan perlindungan

kepada guru. Organisasi tersebut juga harus dapat memberikan

bimbingan dan arahan bagi profesi guru dalam penyelenggaraan

kegiatan belajar dan mengajar, termasuk penyelenggaraan

kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk pengembangan

kapasitas dan kompetensi guru sesuai dengan kemajuan zaman.

MGMP juga dapat menjadi salah satu unsur dalam organisasi

profesi yang akan memyatukan guru mata pelajaran tertentu

menjadi lebih kompeten dan professional.

Permasalahan lainnya terkait dengan organisasi profesi

guru adalah masih terdapat pimpinan organisasi guru yang

bukan berlatar belakang profesi guru sehingga dikhawatirkan

tidak optimal dalam memberikan pelindungan dan pengayoman

terhadap profesi guru.

2. Pendidikan Guru

Beberapa permasalahan yang masih terjadi dalam pendidikan

guru di Indonesia saat ini antara lain:

a. Kualifikasi Pendidikan Guru

Setelah 13 tahun UU tentang Guru dan Dosen diundangkan

dan waktu yang dipersyaratkan untuk pemenuhan kualifikasi

terlewatkan, masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi

pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU tentang

Guru dan Dosen57. Artinya masih banyak guru yang memiliki

57 Pasal 9 UU Guru dan Dosen mensyaratkan kualifikasi akademik minimum guru

adalah sarjana atau diploma empat. Selanjutnya dalam Pasal 82 ayat (2) memberikan

batas waktu pemenuhan kualifikasi akademik tersebut yakni 10 (sepuluh) tahun sejak UU

Guru dan Dosen diundangkan.

Page 48: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

48

kualifikasi pendidikan diploma tiga atau dibawahnya, atau bahkan

setara SMA/SMU.

Adapun yang menjadi penyebab belum terpenuhinya kualifikasi

pendidikan guru berasal dari 2 (dua) faktor, yakni faktor eksternal

dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari luar guru, yakni

minimnya anggaran dan keterbatasan LPTK. Untuk anggaran yang

bersumber dari APBN dan APBD, Pasal 13 ayat (1) UU tentang

Guru dan Dosen telah mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah

Daerah untuk menyediakan anggaran untuk peningkatan

kualifikasi akademik bagi guru. Namun minimnya anggaran yang

bersumber dari 20% dana pendidikan tidak mencukupi untuk

melakukan pembinaan dan pengembangan guru, termasuk

kualifikasi akademiknya.

Bahkan di daerah sekalipun, keterbatasan anggaran memaksa

Pemerintah Daerah mengangkat guru honorer yang kualifikasinya

justru dibawah kualifikasi minimum. Pemerintah Daerah Kota

Sorong misalnya, telah memberikan kesempatan bagi guru yang

akan melanjutkan jenjang kualifikasi pendidikannya baik S1

maupun S2 pada LPTK. Namun faktor alokasi anggaran APBD

untuk peningkatan kapasitas guru sangat minim dan belum

mencukupi.

Selain keterbatasan anggaran, keberadaan LPTK juga menjadi

faktor tidak terpenuhinya kualifikasi guru. Untuk di daerah 3T

(tertinggal, terluar, terdepan) yang notabene merupakan daerah

terpencil sangat sulit mengakses LPTK yang menyediakan program

pendidikan tinggi sarjana atau diploma empat. Beberapa wilayah di

Indonesia yang secara geografis berada di kepulauan seperti

kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, akses pendidikan bahkan

harus ditempuh melalui jalur laut dan memerlukan waktu yang

cukup lama. Faktor internal berasal dari dalam guru itu sendiri.

Umumnya guru yang sudah lama mengajar dan “nyaman” dalam

posisinya cenderung enggan untuk meng-upgrade pendidikannya.

Page 49: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

49

Selain dikarenakan faktor usia, kebijakan dan pola rekrutmen

Pemerintah/Pemerintah Daerah yang kurang jelas dan transparan

dalam memilih dan menentukan guru yang berhak mengikuti

program peningkatan kualifkasi pendidikan juga menyebabkan

guru menjadi enggan untuk meningkatkan kualifikasi

akademiknya. Padahal sebagai agen pendidikan kualifikasi

pendidikan sangat penting bagi kompetensi guru dan mutu

pendidikan.

b. Pendidikan Profesi Guru

Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan prasyarat calon guru

untuk menjadi guru. Seseorang yang telah memenuhi kualifikasi

pendidikan minimum baik sarjana atau diploma empat tidak serta

merta langsung menjadi guru. Orang tersebut harus terlebih

dahulu mengikuti program PPG. Menurut Unimuda Sorong,

Program PPG yang dijalankan oleh Pemerintah saat ini sudah baik

dengan memperhatikan daerah afirmasi yang memperhatikan

kearifan lokal dengan membuka program PPG 3T. Namun, dalam

menyelenggarakan PPG, kendala yang dihadapi oleh Unimuda

Sorong yakni kesulitan dalam menyiapkan kelengkapan dokumen

penyelenggaraan PPG melalui pendaftaran online dan masih

banyak calon guru yang tidak tahu tentang Program PPG dan

manfaatnya, salah satunya sebagai syarat untuk mengikuti CPNS.

Selain permasalahan sosialisasi, pelaksanaan PPG saat ini juga

menyisakan sejumlah persoalan lain. Pertama, karena PPG

merupakan program Pemerintah Pusat maka seringkali muncul

ketidaksesuaian antara ketersediaan/lowongan PPG dengan

kebutuhan lapangan. Artinya seringkali PPG yang dibuka bukanlah

mata pelajaran yang dibutuhkan. Contoh, di daerah sangat

membutuhan guru fisika namun pada pembukaan program PPG

ketersediaan lowongan guru fisika justru tidak ada. Hal ini

menyebabkan banyak guru yang tidak sesuai dengan latar

belakang pendidikannya terpaksa mengambil lowongan PPG yang

Page 50: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

50

tersedia. Akibatnya guru menjadi tidak berkompeten dan mutu

pendidikan rendah.

Kedua, adanya ketidaksesuaian antara ketersediaan PPG

dengan jumlah guru. Saat ini masih banyak jumlah guru yang

belum mengikuti PPG baik dari kalangan PNS, swasta atau Guru

Tetap Yayasan (GTY) dan bahkan honorer sedangkan “slot” PPG

yang tersedia sedikit. Jumlah guru yang belum mengikuti PPG ini

semakin lama akan semakin bertambah sebagai akibat

pengangkatan guru baru baik PNS maupun non PNS.

Ketiga, minimnya peran LPTK dan organisasi profesi dalam

penyelenggaraan PPG. Seharusnya sebagai bagian dari pendidikan

profesi, penyelenggaraan PPG tidak mutlak menjadi yurisdiksi

Pemerintah Pusat. Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan

Kota bandung, pengadaan guru melalui penyelenggaraan PPG

seharusnya bekerjasama/berkolaborasi dan bersinergis dengan

LPTK dan organisasi profesi. Tujuannya adalah agar terpenuhinya

kesesuaian antara kebutuhan, ketersediaan lowongan program

PPG, serta kualifikasi dan kompetensi guru. Selain itu kolaborasi

dan sinergitas antara Pemerintah Pusat melalui kementerian, LPTK,

dan organisasi dapat menjamin mutu pendidikan, mutu layanan

pendidikan, dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (layanan

profesi).

Selain itu menurut Unimuda Sorong, organisasi profesi

merupakan ujung lidah bagi setiap guru untuk menyampaikan

berbagai macam hal yang dihadapi dan permasalahan yang

dihadapi oleh setiap anggota profesi yang harus dapat diselesaikan

dengan baik melalui organisasi profesi. Sampai saat ini kerja sama

dengan organisasi profesi dilakukan sebatas untuk menentukan

capaian pembelajaran yang di kembangkan oleh organisasi profesi.

Keempat, kredibilitas dan akreditasi LPTK. Untuk menjaga

mutu pendidikan, layanan pendidikan, dan layanan profesi, LPTK

yang menyelenggarakan PPG harus kredible dan berakreditas

minimal B. Bahkan di Kota Pontinak, Kalimantan Barat, akreditasi

Page 51: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

51

LPTK yang menyelenggarakan PPG harus berakreditasi A sehingga

menyebabkan Universitas Tanjung Pura menjadi satu-satunya

LPTK yang berhak menyelenggarakan PPG. Untuk memenuhi kuota

LPTK ini, Pemerintah harus membuka kompetisi dan menetapkan

syarat ketat bagi LPTK. LPTK yang belum memenuhi persyaratan

baik dari akreditasi, sarana dan prasarana maupun SDM

berkualitas dapat merujuk ke LPTK lain.

3. Uji Kompetensi dan Sertifikasi

Uji kompetensi pada dasarnya merupakan sarana untuk

mengukur sejauh mana kemampuan mengajar seorang calon guru

sebelum diangkat menjadi guru. Uji kompetensi guru ini sendiri

meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Hanya saja menurut LPTK Tanjung Pura Pontianak, uji kompetensi

guru dibuat secara khusus dan dilaksanakan sejak awal perekrutan

mahasiswa perguruan.

Saat ini ujian masuk calon mahasiswa LPTK tidak berbeda

dengan calon mahasiswa fakultas lain, sehingga tidak bisa menyaring

calon guru yang memiliki kompetensi khusus. Seharusnya ada

standar rekrutmen calon mahasiswa baik untuk pendidikan

akademik maupun pendidikan profesi guru yang bersifat terpadu dan

khusus untuk calon guru.

Adapun uji kompetensi calon guru yang akan diangkat menjadi

guru selama ini belum dilaksanakan secara optimal karena uji

kompetensi hanya dititikberatkan pada pengukuran kompetensi

profesional dan pedagogik, belum mengukur kompetensi psikologikal

dan sosial. Seharusnya kompetensi seorang guru antara lain:

a. Guru profesional adalah guru yang memahami materi ajar

b. Guru profesional paham siapa muridnya.

c. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik

d. Guru yang tumbuh dan selalu berkembang dalam mendidik secara

berkelanjutan (manusia yang suka belajar).

Page 52: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

52

Selain permasalahan materi uji kompetensi, penyelenggaraan

uji kompetensi juga perlu dibenahi. Dalam penyelenggaraan uji

kompetensi seharusnya terjadi sinergitas antara Dinas Pendidikan,

LPTK, dan organisasi profesi. Sinergitas ini penting karena setiap

pemangku kepentingan memiliki peran yang saling terikat satu sama

lain. Dinas Pendidikan menyediakan data kebutuhan kompetensi

guru, LPTK menyelenggarakan dan menyediakan SDM guru sesuai

kompetensi, sedangkan organisasi profesi dapat terlibat dalam

penyelenggaraan sekaligus melakukan pembinaan dan pengawasan

atas mutu layanan profesi guru.

Sertifikasi merupakan tujuan akhir dari rangkaian pendidikan

guru. Sertifikasi erat kaitannya dengan kesejahteraan guru.

Seseorang yang telah memenuhi persyaratan menjadi guru, mulai

dari kualifikasi pendidikan, telah mengikuti PPG, dan lulus uji

kompetensi, berhak memperoleh sertifikasi dan diangkat menjadi

guru. Guru yang telah memperoleh sertifikasi berhak mendapatkan

tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan

sebagaimana yang diamanahkan dalam UU tentang Guru dan Dosen.

Menurut LPTK Universitas Muhammadyah Sorong, sertifikasi

erat kaitannya dengan kesejahteraan (meningkatkan perekonomian

guru), sehingga seringkali disalahartikan seorang guru dimana

motivasi mengajar lebih berorientasi pada uang dari pada berorientasi

pada pendidikan. Kondisi inipun dibenarkan oleh Dinas Pendidikan

kota Bandung yang mengakui bahwa sertifikasi guru belum secara

signifikan meningkatkan kompetensi, kualifikasi, dan kesejahteraan

guru. Seharusnya untuk menjaga kompetensi dan kualifikasi guru,

sertifikasi harus dilakukan secara berjenjang dan berkala. Hasilnya

diharapkan dapat memberikan mutu kegiatan belajar mengajar

sekaligus kesejahteraan bagi guru itu sendiri.

Pemanfaatan sertifikasi untuk kesejahteraan pada dasarnya

tidak sepenuhnya salah selama guru mampu secara proprosional

membagi kesejahteraannya dengan peningkatan kompetensi dan

profesionalismenya. Kendala lain adalah minimnya akses dan

Page 53: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

53

kemudahan. Saat ini untuk di daerah tertentu sangat sulit bagi guru

untuk mengakses secara mudah proses mendapatkan sertifikasi.

Selain itu menurut PGRI Pontianak proses sertifikasi masih belum

berpihak pada guru. Seharusnya proses mendapatkan sertifikasi

melalaui PPG dan uji kompetensi dibuat sesederhana dan

dipermudah.

Permasalahan selanjutnya mengenai regulasi dan kebijakan

sertifikasi yang berlaku. Menurut Dinas Pendidikan Provinsi

Kalimantan Barat regulasi tentang guru yang dikeluarkan oleh

Pemerintah perlu dibenahi karena menimbulkan banyak ketimpangan

perlakuan, utamanya perlakuan yang berbeda terhadap guru dan

Dosen. Salah satunya peraturan mengenai linieritas kompetensi guru

yang berlaku surut menyebabkan guru yang sudah tua tidak dapat

disertifikasi. Selain itu aturan linieritas terkait sertifikasi yang

menjadi korban adalah guru SMK karena tidak linier. Banyak guru

SMK yang berasal dari teknik, insinyur mempunyai akta 4 tidak bisa

mendapatkan sertifikasi. Aturan linieritas akan mengakibatkan

kekurangan guru.

Terkait kebijakan sertifikasi, adanya program Guru Garis

Depan (GGD) telah menimbulkan konflik dengan para guru lokal yang

belum tersertifikasi. Program ini menempatkan guru di daerah 3T.

Biasanya guru yang ditempatkan masih muda dan telah memiliki

sertifikasi, yang membuat guru lokal menjadi cemburu. Guru lokal

kesulitan untuk mengikuti PPG karena tidak boleh meninggalkan

tugas mengajar. Sementara LPTK yang boleh menyelenggarakan PPG

adalah yang berakreditasi A yang secara lokasi berjauhan dengan

tempat mengajar.

Permasalahan terakhir dan klasik terkait sertifikasi adalah

keterbatasan anggaran. Keterbatasan anggaran menyangkut

pembayaran sertifikasi guru dan evaluasi terhadap guru yang

tersertifikasi. Menurut LPTK Universitas Tanjung Pura, keterbatasan

anggaran mengakibatkan belum semua guru dapat disertifikasi.

Indonesia terlalu berlebihan ketika menargetkan sertifikasi 300.000

Page 54: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

54

guru per tahun, yang bahkan tidak bisa dilakukan di negara maju.

Sertifikasi juga berdampak pada pembengkakan anggaran negara.

Pada kenyataannya, negara belum sanggup untuk membiayai semua

tunjangan profesi guru, sehingga di lapangan ditemui kasus

terlambatnya pembayaran tunjangan profesi guru, termasuk yang

dirapel selama 6 bulan.

Mengenai anggaran evaluasi guru tersertifikasi, Dinas

Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat misalnya, belum memiliki

kegiatan untuk mengevaluasi guru yang sudah memiliki sertifikat

pendidikan. Yang dilakukan saat ini adalah dengan menerima laporan

dari pengawas apabila ada guru yang disertifikasi namun kinerjanya

tidak sesuai dengan yang diharapkan.

4. Tata Kelola Guru di Beberapa Negara

a. Tiongkok

Di Tiongkok, guru atau para pengajar mendapat tempat

yang sangat penting di kehidupan masyarakat. Dengan demikian,

sistem pendidikan keguruan di Tiongkok meningkat. Budaya

Confisius sendiri berperan penting dalam membentuk

karakteristik orang Tiongkok yang menghormati para guru.

Sehingga tidak mengherankan apabila guru mendapatkan posisi

dan strata yang penting dan mendapatkan kehormatan di negeri

tirai bambu tersebut. Pendidikan guru adalah salah satu elemen

penting dari sistem pendidikan sosialis di Tiongkok. Pendidikan

guru menjadi salah satu tulang punggung dalam kemajuan

pendidikan di Tiongkok selama 50 (lima puluh) tahun terakhir.

Perhatian lebih telah ditunjukkan oleh pemerintah dalam bentuk

kebijakan sebagai bentuk keseriusan dalam membangun kualitas

dan mutu guru yang bertaraf internasional. Tiongkok telah

berhasil membangun sistem pendidikan yang dewasa di berbagai

level dan berbagai tipe untuk pendidikan keguruan. Sistem

tersebut juga sangat cocok dengan situasi dan kondisi para guru

di negara tersebut. Di Tiongkok juga sudah tersedia institusi

Page 55: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

55

pelatihan guru dan sistem regulasi lain yang bertaraf

internasional.

Pendidikan guru di Tiongkok ini dibagi menjadi 2 (dua)

bagian, yakni: pre‐service education dan in‐service training. Di

dalam pre‐service training, terdapat program 4 (empat) tahun di

institusi pelatihan guru (termasuk program universitas keguruan

dan institut) dan program 3 (tiga) tahun (termasuk program

training colleges dan sekolah pelatihan guru menengah). Instansi

pendidikan ini memberikan pelatihan yang layak terhadap

guru‐guru untuk level‐level sekolah Taman Kanak‐kanak, Sekolah

Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,

Sekolah Menengah Kejuruan, Universitas dan yang lainnya. In‐

service training juga menyediakan instansi khusus untuk

pelatihan guru‐guru di pendidikan sekolah. Program pelatihan

para guru juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah.

Banyaknya program‐program yang disediakan, seperti: TV

Program, Kelas Malam, Ujian Online dan masih banyak lagi

merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan

mutu guru‐guru di Tiongkok.58

Melalui reformasi yang terus digalang oleh pemerintah

Tiongkok, kualitas dan mutu pendidikan keguruan di Tiongkok

terus meningkat setiap tahun. Tercatat dari tahun 1999 sampai

tahun 2013, jumlah institut atau universitas keguruan di

Tiongkok meningkat dari 87 instansi menjadi 94 instansi,

sedangkan sekolah spesialis keguruan dikurangi dan digabung

dari 110 menjadi 48 instansi saja. Lulusan dari pendidikan

keguruan ini juga meningkat jumlahnya, dari 53 ribu di tahun

1999 menjadi 240 ribu di tahun 2013. Jumlah guru yang

meningkat secara signifikan dari tahun 1996 ke tahun 2013 juga

menjadi salah satu tolok ukur akan kemajuan kualitas, mutu dan

juga minat rakyat Tiongkok terhadap pendidikan keguruan. Total

58Chaerun Anwar, Sistem Pendidikan di Cina, dimuat dalam

https://www.academia.edu/11602257/Sistem_Pendidikan_China ,diakses pada tanggal 28

Februari 2019.

Page 56: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

56

guru di Tiongkok pada tahun 2013 berjumlah 10,4 juta orang. Di

antaranya, guru sekolah dasar berjumlah 5 juta orang, guru

sekolah menengah pertama berjumlah 3,4 juta orang dan guru

sekolah menengah atas berjumlah 1,3 juta orang.59

1) Pendidikan Pre‐Service

Pendidikan pre‐service modern di Tiongkok dimulai

pada tahun 1952, ketika PKC mulai mereformasi sistem

pendidikan keguruan di Tiongkok untuk pertama kalinya.

Selain itu pemerintah juga mengadakan pelatihan untuk

guru‐guru secara besar‐besaran. Reformasi untuk sistem

pendidikan keguruan tercatat dilakukan pemerintah

Tiongkok sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1952, 1960,

1976 dan yang terakhir pada tahun 1980. Pada tahun 1952,

pemerintah mengeluarkan kebijakan pendidikan pre‐service

dalam bentuk draft resmi untuk yang pertama kalinya Di

dalam draft tersebut terdapat ringkasan dari mata pelajaran

yang harus diikuti, jumlah murid, jurusan yang dibuka dan

hal‐hal administratif lainnya. Pada tahun 1960–1978,

revolusi budaya yang besar menghancurkan sistem

pendidikan Tiongkok saat itu. Ujian Masuk Perguruan Tinggi

Tiongkok (UMPTC) dan program kuliah dihentikan Segenap

warga diajak terjun ke kancah politik untuk merevisi ideologi

mereka saat itu. Dunia pendidikan Tiongkok memasuki era

paling suram semenjak era Republik.

Pada tahun 1978, barulah sistem UMPTC dipulihkan

dan pendidikan modern Tiongkok yang sempat berhenti

selama kurun waktu nyaris 20 tahun kembali bergulir. Lewat

reformasi yang digalakkan oleh Deng Xiaoping, Tiongkok

mengeluarkan kebijakan pengembangan pendidikan menuju

era pendidikan modern dalam upayanya mengejar

ketinggalan dari negara barat. Pada tahun 2008, Chairman

Hu Jintao menetapkan moto “pengembangan pendidikan

59Ibid.

Page 57: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

57

berkelanjutan” yang mengajak Tiongkok untuk

berkonsentrasi membenahi pendidikan dalam upaya untuk

memajukan bangsa. Jumlah murid pun terus bertambah

setiap tahunnya.

2) Mata Kuliah

Pada tahun 1980, pemerintah mengumumkan

reformasi untuk mata kuliah yang akan diangkat dalam

program pre‐service education, reformasi tersebut memiliki

ketentuan sebagai berikut:

1. Seluruh sistem materi pelajaran pre‐service education di

Tiongkok harus mengedepankan pendidikan ideologi,

menjunjung tinggi teori Marxis dan teori Maoism serta

berada di bawah garis pembangunan sosialis komunis

pemerintah.

2. Masa belajar pre‐service education di seluruh institut dan

perguruan tinggi Tiongkok adalah 3 sampai 4 tahun,

tergantung dengan jurusannya masing‐masing.

3. Materi pelajaran wajib dan menjadi subyek kunci dalam

pre‐service education antara lain: sastra, matematika, ilmu

politik dan pendidikan budaya.

3) Lembaga Pendidikan Pre‐service di Tiongkok

Pendidikan Pre‐service adalah pelatihan yang

diwajibkan oleh pemerintah Tiongkok untuk proses pelatihan

dan seleksi seorang guru. Lembaga resmi yang ditunjuk oleh

pemerintah dalam mengatur program Pre‐service education di

Tiongkok dibagi menjadi 2, yaitu: institut atau universitas

keguruan, dan intansi pendidikan resmi lainnya. Instansi

atau universitas keguruan sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:

instansi keguruan tinggi dan instansi keguruan menengah.

Instansi keguruan tinggi meliputi 4 instansi, yaitu:

universitas keguruan, institut atau college keguruan, sekolah

keguruan untuk kejuruan, sekolah spesialis diploma

keguruan dan sekolah spesialis diploma keguruan untuk

Page 58: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

58

kejuruan. Sedangkan instansi keguruan menengah dibagi

menjadi 2, yaitu: sekolah keguruan menengah umum dan

sekolah keguruan menengah luar biasa. Instansi pendidikan

resmi lainnya di Tiongkok meliputi 2 instansi, yaitu: kursus

keguruan umum dan kursus keguruan untuk kejuruan.

4) Perkembangan dan Prospek

Berdasarkan situasi pendidikan di Tiongkok pada saat

ini dan situasi perkembangan pendidikan di dunia, para

pakar di Tiongkok menggambarkan kerangka perkembangan

dan prospek pendidikan keguruan di Tiongkok sebagai

berikut :

1. Kesenjangan daerah barat dan timur akan semakin

berkurang.

Dikarenakan luas wilayah yang besar, jumlah

penduduk yang sangat padat dan juga kesenjangan yang

terjadi antara daerah barat dengan daerah timur, tingkat

pendidikan keguruan di setiap daerah Tiongkok juga

sangat berbeda. Banyak kualitas pendidikan keguruan di

wilayah barat yang masih di bawah rata‐rata. Di masa

depan, pemerintah akan lebih berkonsentrasi untuk

menyeimbangkan dan mengatasi kesenjangan ini, bukan

terus memajukan kualitas pendidikan keguruan di daerah

timur sesuai fokus yang terdahulu.

2. Metode dalam pendidikan pengajaran akan semakin

terbuka dan bervariasi.

Metode pengajaran yang dulu diajarkan oleh Tiongkok

adalah meniru metode pengajaran Uni Soviet. Seiring

dengan runtuhnya Uni Soviet dan menanjaknya Amerika

Serikat, metode pengajaran yang diajarkan oleh Tiongkok

sedikit banyak meniru metode dari Amerika Serikat. Akan

tetapi, seiring dengan semakin pesatnya kemajuan yang

digapai Tiongkok dalam segala aspek, Tiongkok mulai

Page 59: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

59

mengembangkan metode pengajaran yang cocok dengan

budaya dan adat istiadat negara itu sendiri. Para pakar

memperkirakan, metode yang digunakan ke depannya

akan semakin terbuka dan semakin bervariasi.

3. Guru‐guru akan semakin professional.

Profesi guru adalah profesi khusus yang

membutuhkan teori, etika moral tinggi dan keterampilan

khusus untuk mengajar. Saat ini pemerintah sedang fokus

dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan para

guru yang ada. Kualifikasi untuk para guru pun semakin

ketat setiap tahunnya. Syarat dan ketentuan yang

dibutuhkan terus meningkat, sehingga guru‐guru yang

mengajar adalah guru yang memiliki tingkat kualitas dan

potensi yang besar.

4. Ideologi dan pengertian akan pendidikan terus direformasi.

Sejak tahun 1960, belajar seumur hidup telah

menjadi tren pendidikan internasional. Dalam beberapa

tahun terakhir, integrasi Tiongkok dalam teori dan praktek

pendidikan guru terus dieksplorasi. Pengertian dan ideologi

bahwa lulusan sarjana keguruan lebih rendah daripada

sarjana biasa akan berubah. Seiring dengan banyaknya

kebijakan pemerintah yang melindungi dan juga

memberikan keuntungan tersendiri terhadap lulusan

jurusan keguruan, masyarakat pelan‐pelan akan mulai

menghargai strata dari pendidikan keguruan.

5. Mata kuliah dan kurikulum semakin terorganisir.

Dilihat dari kurikulum pendidikan, pendidikan

keguruan Tiongkok memiliki subyek utama dengan

proporsi 15%, sementara subyek pilihan melampui lebih

dari 60‐70%. Selain itu, fokus pelajaran sebelumnya hanya

terfokus pada pendidikan ideologi dan pendidikan budaya,

sedikit sekali pelajaran sains yang diperhatikan selain

matematika. Kesempatan magang yang diperoleh pun

Page 60: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

60

dirasa sangat kurang. Hal ini pula yang menyebabkan

mengapa pendidikan keguruan menjadi kehilangan

pasarnya dalam beberapa tahun belakangan ini.

Pemerintah merasa perlu untuk mereformasi kurikulum

pelajaran yang ada. Dengan mengikuti perkembangan

zaman, pemerintah merasa harus memasukkan pelajaran

sains dan teknologi agar para guru mendapatkan

kualifikasi yang cukup untuk menjadi seorang guru. Selain

itu, proporsi subyek utama pun akan semakin besar,

sehingga kurikulum semakin terorganisir. Nantinya mata

kuliah dan kurikulum akan semakin terpusat dan

menonjolkan kelebihan dan karakteristik pendidikan

keguruan itu sendiri.

5) Pendidikan In‐Service

Pendidikan in‐service adalah pendidikan yang wajib

dilakukan oleh setiap guru untuk mempertahankan jenjang

karirnya. Lewat pendidikan in‐service pulalah, guru baru bisa

mendapatkan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji. Oleh

karena itu, peran yang dimainkan instansi yang mengurus

in‐service education sangatlah besar. Sebagai catatan,

pendidikan in‐service adalah program yang wajib diambil oleh

para guru. Akan tetapi, terlepas guru terkait mengikuti

program pendidikan in‐service atau tidak, mereka tetap harus

mengikuti evaluasi akhir tahun untuk mempertahankan

statusnya sebagai guru. Fungsi dari pendidikan in‐service di

Tiongkok adalah:

1. Sebagai bentuk dari evaluasi guru setiap tahun dan

untuk mempertahankan kualifikasi seorang guru;

2. Sebagai salah satu sarana dari guru untuk mendapatkan

promosi pangkat;

3. Sebagai salah satu sarana dari guru untuk mendapatkan

promosi gaji; dan

Page 61: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

61

4. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru dalam

upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan

keguruan di Tiongkok.

6) Institusi Penyelenggara

Lembaga yang menangani pendidikan in‐service di

Tiongkok dibagi menjadi 2, yaitu instansi pembinaan guru

tinggi dan instansi lainnya. Instansi pembinaan guru tinggi

sendiri dibagi menjadi 3, yaitu instansi pembinaan guru

tinggi tingkat propinsi, tingkat kabupaten dan tingkat daerah.

Instansi lainnya dibagi menjadi 2, yaitu pusat pembinaan

guru swasta, dan self‐examination center. Seluruh lembaga

tersebut mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan telah

mendapatkan izin resmi dalam membuka kelas kurikulum

dengan tujuan pembinaan guru. Sehingga dari segi kualitas,

instansi tersebut memiliki kredibilitas yang dapat

dipertanggung‐jawabkan. Kualifikasi, kurikulum dan mata

pelajaran yang diatur dalam sistem pembinaan guru diatur

oleh sekolah dengan pengawasan dari Dewan Negara di

Tiongkok. Beberapa lembaga bahkan memiliki program

kerjasama internasional dengan cara mengirim gurunya

keluar negeri untuk mengambil kredit dalam salah satu

kurikulum pembinaan tersebut.

7) Waktu dan Mata Kuliah

Meskipun dalam program pendidikan in‐service, para

guru masih harus melaksanakan tugasnya sebagai seorang

guru. Oleh karena itu, waktu yang dipilih untuk pembinaan

adalah hari Sabtu dan Minggu. Kredit yang dapat diambil

juga bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan guru

masing‐masing. Pada akhir tahun belakangan ini, pemerintah

lebih banyak memberikan otonomi kepada instansi

pembinaan guru dalam hal administratif pembinaan guru.

Sehingga instansi terkait juga lebih bebas dalam mengatur

Page 62: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

62

waktu dan mata kuliah yang ingin diambil oleh para guru.

Secara keseluruhan, mata kuliah yang harus diambil kurang

lebih sama dengan mata kuliah di pre‐service education, di

mana pembinaan, pelajaran ideologi dan moral menjadi

subyek yang paling penting. Kemudian disusul dengan ilmu

politik, bahasa dan sastra, psikologi dan pelajaran umum

lainnya. Secara keseluruhan, selain penekanan pelajaran

ideologi yang menekankan teori Marxisme dan teori Maoism,

kurikulum pelajaran pembinaan guru di Tiongkok tidak jauh

berbeda dengan standar internasional lainnya.

8) Biaya Pembinaan

Terkait pembiayaan pembinaan para guru dalam

pendidikan in‐service di Tiongkok, pemerintah membagi

program sebagai berikut:

a) Program Gratis

Program gratis ini wajib diikuti oleh seluruh guru yang

terdaftar resmi di lembaga pendidikan pemerintah. Setiap

tahun pemerintah menetapkan kredit minimal yang harus

diikuti oleh para guru menurut subyek pengajarannya

masing‐masing. Anggaran biaya program gratis ini

didukung oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah;

dan

b) Program Ekstra

Program ekstra adalah program yang tidak wajib diikuti

oleh para guru. Biaya yang dikenakan dalam program

ekstra ini juga harus ditanggung oleh para guru secara

individu. Dalam beberapa kasus, biaya program ekstra ini

terkadang ditanggung oleh instansi tempat guru mengajar

atau perusahaan terkait. Dengan mengikuti program

ekstra, para guru akan mendapatkan kemudahan dan

kelancaran dalam proses kenaikan strata, pangkat atau

kenaikan gaji. Dalam beberapa tahun belakangan,

Page 63: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

63

program ekstra banyak disesuaikan dengan program

keguruan internasional. Sehingga beberapa program

ekstra di Tiongkok dikaitkan dan memiliki kerja sama

dengan instansi pendidikan luar negeri. Hal ini

memungkinkan para guru untuk dikirim ke luar negeri

dalam proses pembinaan lebih lanjut.

9) Rekrutmen Guru

Rekrutmen guru di Tiongkok resmi dilakukan oleh

pemerintah, meskipun dalam pelaksanaannya pemerintah

banyak memberikan otonomi kepada setiap sekolah. Akan

tetapi, beberapa hal utama seperti masalah kualifikasi dan

masalah gaji masih ditangani secara langsung oleh

pemerintah pusat. Berikut ini adalah beberapa info utama

mengenai rekruitmen guru di Tiongkok:

a) Kualifikasi Guru Bagi rakyat Tiongkok yang memiliki

keinginan dan niat luhur untuk menjadi seorang guru,

bisa mengajukan pendaftaran dengan syarat memenuhi

batas umur yang ditentukan dan juga kualifikasi lainnya

seperti yang tertulis di “Teacher’s Law”. Seperti diatur

dalam Teacher’s Law, Untuk memperoleh kualifikasi

sebagai seorang guru, para calon harus memiliki catatan

resmi terkait mengenai:

b) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru TK,

calon guru minimal harus merupakan lulusan dari

sekolah keguruan TK atau tingkat di atasnya;

c) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru SD,

calon guru minimal harus merupakan lulusan dari

sekolah keguruan tingkat dasar atau tingkat di atasnya;

d) Untuk memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang

guru di sebuah sekolah menengah pertama, atau guru

untuk kursus pengetahuan umum dan program khusus

di sekolah kejuruan dasar, calon guru minimal harus

Page 64: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

64

merupakan lulusan dari sekolah keguruan tingkat atas

dari pendidikan keguruan dalam sistem perguruan tinggi

atau universitas;

e) Untuk memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang

guru di sebuah sekolah menengah atas, atau guru untuk

kursus pengetahuan umum dan program khusus di

sekolah kejuruan menengah, calon guru minimal harus

merupakan lulusan dari sebuah perguruan tinggi resmi

atau dari pendidikan keguruan selama 4 tahun dalam

sistem perguruan tinggi atau universitas. Adapun

kualifikasi dan penetapan standar untuk menjadi guru di

sekolah menengah kejuruan tingkat menengah dan atas

atau sekolah teknik akan diatur oleh departemen

administratif terkait di bagian pendidikan;

f) Untuk memperoleh kualifikasi untuk guru di sebuah

lembaga pendidikan tinggi, calon guru minimal harus

menyelesaikan program sarjana atau program pasca

sarjana sesuai dengan peraturan terkait;

g) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru untuk

pendidikan orang dewasa, calon guru minimal harus

merupakan lulusan dari lembaga pendidikan tinggi,

tergantung pada tingkat dan standar dari kategori

pendidikan orang dewasa terkait.

Setiap warga yang tidak memiliki catatan resmi untuk

kualifikasi guru sebagaimana diatur dalam Undang‐undang

ini, harus mengikuti ujian kualifikasi guru untuk

memperoleh kualifikasi resmi. Sistem ujian kualifikasi guru

nasional akan ditentukan oleh Dewan Negara. Proses

rekruitmen dan kualifikasi seorang guru dilakukan setahun 2

kali, yaitu pada waktu musim semi dan musim gugur.

Page 65: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

65

10) Badan Perekrut Guru

Badan yang bertanggung‐jawab atas perekrutan guru

diatur dalam Teacher’s Law mengenai masalah kualifikasi

dan ketenagakerjaan sebagai berikut:

a) Negara akan menetapkan sistem kualifikasi bagi para

guru. Semua warga negara Tiongkok yang mematuhi

konstitusi dan hukum, dan memiliki minat dalam bidang

pendidikan, serta memiliki karakter, ideologis dan moral

yang sehat, memiliki catatan kualifikasi dari sekolah

resmi sebagaimana diatur dalam Undang‐undang ini atau

yang telah lulus dalam ujian kualifikasi guru nasional,

memiliki pendidikan dan kemampuan mengajar yang

baik, dan setelah lolos kualifikasi lainnya, berhak untuk

memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang guru.

b) Setiap Warga yang tidak memiliki catatan resmi untuk

kualifikasi guru sebagaimana diatur dalam

Undang‐undang ini, harus mengikuti ujian kualifikasi

guru untuk memperoleh kualifikasi resmi sebagai seorang

guru. Sistem ujian kualifikasi guru nasional akan

ditentukan oleh Dewan Negara.

c) Departemen administrasi pendidikan di bawah Dewan

Negara akan bekerja melakukan langkah‐langkah transisi

kualifikasi bagi para guru yang sebelum berlakunya

Undang‐undang ini, telah mengajar di sekolah‐sekolah

atau lembaga pendidikan lainnya, tetapi tidak memiliki

catatan dari sekolah formal sebagai diatur dalam

Undang‐undang ini.

d) Kualifikasi bagi guru di sekolah dasar dan menengah

harus dievaluasi dan disetujui oleh departemen

administrasi dari pemerintah daerah setempat atau di

atas tingkat kabupaten. Kualifikasi bagi para guru di

sekolah menengah kejuruan dan sekolah teknik harus

dievaluasi dan disetujui oleh departemen berkompeten

Page 66: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

66

yang terkait, di bawah naungan departemen administrasi

pendidikan dari pemerintah daerah setempat pada atau di

atas tingkat kabupaten. Kualifikasi untuk guru reguler

lembaga pendidikan tinggi harus dievaluasi dan disetujui

oleh departemen administrasi pendidikan di bawah

Dewan Negara, atau provinsi, daerah otonom, atau

kotamadya langsung di bawah Pemerintah Pusat, atau

dengan sekolah yang telah disahkan oleh departemen

tersebut.

Jika seorang warga negara yang memiliki catatan resmi

sebagaimana diatur dalam Undang‐undang ini, atau yang

telah lulus kualifikasi ujian nasional keguruan, meminta

departemen terkait untuk mengevaluasi dan menyetujui

kualifikasi bagi para guru tersebut, departemen terkait harus

memberikan evaluasi dan persetujuan sesuai dengan

persyaratan yang diatur dalam Undang‐undang ini. Para guru

baru harus menjalani periode percobaan terlebih dahulu,

sebelum memiliki kualifikasi resmi menjadi seorang guru.

Mereka yang telah kehilangan hak‐hak politik atau sedang

menjalani pidana penjara atau hukuman yang lebih berat

atas kejahatan yang disengaja tidak akan diperbolehkan

untuk mendapat kualifikasi guru; dan mereka yang telah

memperoleh kualifikasi guru akan kehilangan kualifikasi

tersebut. Para lulusan sekolah keguruan di berbagai

tingkatan harus terlibat dalam pengembangan pendidikan

dan pengajaran sesuai dengan ketentuan yang relevan dari

negara. Negara harus melembagakan sistem gelar profesional

bagi guru. Langkah‐langkah khusus akan dikelola dan

diimplementasikan oleh Dewan Negara. Sekolah dan lembaga

pendidikan lainnya secara bertahap akan menetapkan sistem

pengangkatan bagi guru. Pengangkatan guru harus

berdasarkan pada prinsip kesetaraan antara kedua belah

Page 67: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

67

pihak. Sekolah dan guru akan menandatangani kontrak

perjanjian yang akan mendefinisikan hak kewajiban dan

tanggung‐jawab masing‐masing. Langkah‐langkah untuk

menerapkan sistem pendaftaran bagi para guru harus

dirumuskan oleh departemen administrasi pendidikan di

bawah Dewan Negara.

11) Gaji dan Tunjangan Guru

Gaji guru juga diatur oleh pemerintah dengan mengikuti

landasan dari Teacher’s Law, seperti di bawah ini:

a) Rata‐rata gaji guru tidak akan lebih rendah atau mungkin

lebih tinggi dari pegawai negeri dan harus dinaikkan

secara bertahap. Sebuah sistem untuk promosi dan

sistem kenaikan gaji yang teratur harus ditetapkan, dan

langkah‐ langkah khusus itu harus dirumuskan oleh

Dewan Negara.

b) Guru sekolah dasar, menengah dan sekolah kejuruan

harus menikmati tunjangan yang sepadan dengan

kontribusi waktu pengajaran mereka dan

langkah‐langkah khusus harus dirumuskan oleh

departemen administrasi pendidikan dan departemen

terkait lainnya di bawah Dewan Negara.

c) Pemerintah daerah setempat di berbagai tingkatan harus

memberikan subsidi untuk guru dan para lulusan dari

sekolah menengah kejuruan atau dari sekolah teknik

tinggi yang bersedia untuk melibatkan diri dalam

pendidikan dan pengajaran di daerah yang dihuni oleh

etnis minoritas nasional atau di daerah terpencil dan

miskin.

d) Pemerintah daerah setempat di berbagai tingkat dan

departemen terkait di bawah Dewan Negara harus

memberikan prioritas dan perlakuan istimewa untuk

Page 68: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

68

prosedur konstruksi, penyewaan dan penjualan rumah

untuk para guru di daerah perkotaan.

e) Pemerintah di tingkat kabupaten dan kecamatan harus

memberikan kenyamanan bagi guru sekolah dasar dan

menengah di daerah pedesaan dalam memecahkan

masalah tempat tinggalnya.

f) Guru akan mendapat perlakuan yang sama seperti

pegawai negeri dalam perawatan medis. Mereka harus

diberikan cek up kesehatan rutin dan harus menikmati

izin istirahat dan penyembuhan yang diatur dalam

prosedur yang seharusnya. Lembaga medis akan

memberikan kemudahan dalam perawatan medis bagi

para guru. Setelah pensiun atau berhenti bekerja, guru

akan menikmati keuntungan materi seperti yang telah

ditentukan oleh negara.

g) Pemerintah setempat atau di atas tingkat kabupaten

dapat meningkatkan rasio pensiun untuk pensiunan guru

sekolah dasar dan menengah yang telah lama bergerak

dan berkontribusi di bidang pendidikan dan pengajaran.

h) Pemerintah di berbagai tingkatan harus mengadopsi

langkah‐langkah untuk meningkatkan keuntungan

material dari guru yang digaji menggunakan dana

setempat dan secara bertahap memastikan bahwa guru

tersebut menerima gaji yang sama seperti guru yang

digaji dan disubsidi oleh negara. Untuk langkah dan

prosedur secara spesifik harus dirumuskan oleh

pemerintah di berbagai tingkatan tergantung kepada

kondisi setempat. Sedangkan, keuntungan material guru

dari sekolah swasta akan diatur menurut ketentuan

sekolah itu sendiri.

i) Guru yang telah memberi kontribusi dan hasil yang

signifikan dalam pendidikan dan pengajaran, baik dalam

pelatihan personil, dalam penelitian ilmiah, pendidikan

Page 69: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

69

reformasi, pembangunan sekolah, pelayanan sosial dan

pekerjaan terkait program studi wajib diberikan

penghargaan oleh sekolah yang memperkerjakan. Guru

yang telah membuat kontribusi yang signifikan harus

diberikan penghargaan tertentu oleh pemerintah setempat

di berbagai tingkatan dan departemen terkait yang diatur

oleh dewan negara. Guru yang telah membuat kontribusi

yang besar harus diberikan gelar kehormatan sesuai

dengan ketentuan yang relevan dari negara.

Negara harus mendorong dan mendukung baik individu

maupun organisasi‐ organisasi sosial untuk mendonasikan

uang kepada yayasan yang didirikan menurut “the Private

and Non Governmental Education Act of the People’s Republic

of Tiongkok and the Regulations on Implementation of the Act”.

Dana dari yayasan ini akan disumbangkan kepada para guru

sebagai bentuk penghargaan. Dikarenakan kondisi kemajuan

pendidikan di Tiongkok yang beraneka ragam dan juga

tingkat kesenjangan yang tinggi, oleh karena itu gaji guru

pun sangat bervariasi untuk setiap daerah. Dalam beberapa

tahun belakangan ini, pemerintah terus meningkatkan gaji

dan tarif hidup guru seiring dengan kemajuan perkembangan

ekonomi di negaranya. Khususnya, untuk guru yang rela

untuk mengajar di daerah barat, tunjangan yang diberikan

juga semakin besar setiap tahunnya.

12) Pangkat dan Karir Guru

Berikut adalah jenjang karir dan pangkat guru untuk

setiap levelnya masing‐masing:

a) Pangkat guru untuk pendidikan TK (dari pangkat

terendah menuju pangkat tertinggi):

- Guru pendidikan dasar grade 3;

- Guru pendidikan dasar grade 2;

Page 70: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

70

- Guru pendidikan dasar grade 1 (sekretaris);

- Guru pendidikan dasar tingkat tinggi;

- Guru pendidikan menengah tingkat dasar; dan

- Guru pendidikan dasar spesial.

b) Pangkat guru untuk pendidikan SD (dari pangkat

terendah menuju pangkat tertinggi):

- Guru pendidikan SD biasa;

- Guru pendidikan SD grade 2;

- Guru pendidikan SD grade 1;

- Guru pendidikan SD tingkat tinggi;

- Guru pendidikan menengah tingkat menengah; dan

- Guru pendidikan SD spesial.

c) Pangkat guru untuk pendidikan menengah kejuruan (dari

pangkat terendah menuju pangkat tertinggi):

- Guru pendidikan SMK biasa;

- Asisten guru pendidikan SMK;

- Guru pendidikan SMK tingkat tinggi; dan

- Guru pendidikan SMK spesial.

d) Pangkat guru untuk pendidikan SMP (dari pangkat

terendah menuju pangkat tertinggi):

- Guru pendidikan menengah biasa;

- Guru pendidikan menengah grade 2;

- Guru pendidikan menengah grade 1;

- Guru pendidikan menengah tingkat tinggi;

- Guru pendidikan menengah tingkat sekretaris; dan

- Guru pendidikan menengah spesial.

Untuk dapat naik pangkat, setiap guru harus memenuhi

kredit tertentu terlebih dahulu, kredit tersebut dapat

diperoleh melalui banyak jalur. Di antaranya adalah melalui:

pengalaman selama mengajar, nilai tinggi dalam evaluasi

sekolah, lolos dalam ujian kenaikan pangkat dan juga

keikutsertaan akan pembinaan guru. Biasanya untuk dapat

Page 71: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

71

naik satu pangkat, seorang guru memerlukan paling sedikit 2

tahun, dan bisa mencapai 5 tahun untuk tingkat tertentu.

Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya harus melakukan

penilaian terhadap kesadaran politik para guru dan tingkat

ideologi, tingkat profesionalitas, etos kerja dan performa

mereka.

Departemen administrasi pendidikan akan membimbing

dan mengawasi penilaian untuk para guru. Penilaian

dilakukan dengan cara objektif, adil dan akurat. Dalam

proses penilaian, pendapat dari guru, rekan‐rekan dan siswa

harus dipertimbangkan. Hasil penilaian akan menjadi

patokan dalam pengangkatan guru dan pembayaran gaji

serta penjatuhan hukuman yang terkait. Dalam jenjang karir

guru di Tiongkok, kepala sekolah bukanlah pangkat teratas.

Bagi seorang guru pada pendidikan tertentu, misalnya

professor dalam pendidikan universitas, mereka tidak bisa

mengalami kenaikan pangkat lagi dalam stratanya. Jika yang

bersangkutan berkenan ingin menjadi kepala sekolah,

keputusan pusat akan diambil oleh pemerintah daerah yang

diberi tugas oleh pemerintah dalam menangani instansi

pendidikan terkait.

13) Pengembangan Profesi Guru

Guru adalah kekuatan utama perubahan pendidikan

yang signifikan dan berperan aktif dalam reformasi

kurikulum. Dalam memfasilitasi dan melaksanakan

kurikulum yang berpusat pada peserta didik dan proses

belajar‐mengajar, peran guru tidak berkurang, tetapi

diintensifkan dalam bentuk yang berbeda. Salah satu tujuan

dari pelaksanaan kurikulum di Tiongkok adalah "untuk

mengubah implementasi kurikulum dari penekanan

berlebihan pada pembelajaran reseptif, dari menghafal dan

pengulangan, ke bentuk yang berpartisipasi aktif, praktikum

Page 72: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

72

mandiri, dan mengembangkan peserta didik dalam hal

mengumpulkan dan mengolah informasi, memperoleh

pengetahuan baru, memecahkan masalah dan melakukan

komunikasi". Sementara itu perubahan dalam "proses belajar

mengajar" menjadi fokus dari kurikulum, di mana guru diberi

tugas untuk memfasilitasi pembelajaran aktif dan mandiri,

untuk berinteraksi secara aktif dengan murid dan

berkembang bersama mereka, untuk menghormati

kepribadian murid dan perbedaan individu dalam kebutuhan

belajar yang beragam, untuk menciptakan lingkungan

pendidikan dengan partisipasi aktif peserta didik dan

kapasitas dalam menerapkan pengetahuan yang dipelajari,

dan akhirnya untuk memfasilitasi setiap peserta didik untuk

mengembangkan potensi sebagai manusia seutuhnya.

Dalam mencapai tujuan kurikulum tersebut, guru

diharapkan menjadi peserta aktif selama proses perubahan

kurikulum, menjadi penyambung lidah dari filosofi dan

prinsip‐prinsip kurikulum tersebut, untuk menjadi pelaksana

yang efektif dalam perubahan kurikulum yang direncanakan,

dan menjadi evaluator prestasi peserta didik. Guru juga

berkewajiban untuk menggunakan teknologi informasi

sebagai alat pembelajaran dan mengintegrasikan teknologi

dengan pedagogi dalam proses belajar mengajar untuk

perubahan dalam isi pengajaran, gaya belajar dan interaksi

guru‐ murid. Pelatihan dan pengembangan profesionalisme

guru dengan demikian telah menjadi prasyarat dan kata

kunci dalam proses pelaksanaan kurikulum. Praktek‐praktek

inovatif yang sukses dalam membangun kapasitas guru

untuk pelaksanaan kurikulum meliputi:

14) Pelatihan guru di tingkat lokal dan nasional

Kementerian Pendidikan membuat kebijakan yaitu

seorang guru harus melalui pelatihan sebelum menduduki

Page 73: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

73

jabatannya atau pekerjaan. Tanpa melalui pelatihan yang

dibutuhkan, guru tidak diperkenankan menduduki

jabatannya atau pekerjaan tersebut.

15) Mengembangkan sistem kelembagaan Sekolah Berbasis

Proyek Pengajaran‐ Penelitian (School‐based

research‐teaching)

Sistem kelembagaan ini telah memainkan peran besar

dalam membimbing guru untuk merefleksikan diri pada

praktek pengajaran mereka, untuk memecahkan masalah

melalui penelitian, dan untuk pengembangan guru melalui

pembelajaran profesional. Penelitian tindakan berbasis

sekolah guru bertujuan untuk membuat lembaga pusat

praktek guru profesional dan perubahan kurikulum. Melalui

upaya individu maupun kolektif, penelitian berbasis sekolah

telah menyebabkan perubahan besar dan perbaikan dalam

pelaksanaan kurikulum, pengembangan profesi guru, dan

rekonstruksi budaya sekolah seperti:

a) mengubah kehidupan profesional guru;

b) meningkatkan hubungan guru‐mitra;

c) mengubah budaya sekolah dan etos kerja dari berpusat ke

guru menjadi berpusat ke siswa; dan

d) mengubah struktur organisasi sekolah untuk membuat

sekolah sebagai sebuah organisasi yang benar‐benar

belajar dan menjadi komunitas belajar.

16) Pengorganisasian Jaringan Penelitian Guru berbasis

Internet dan Pelatihan Jarak jauh

Dalam memanfaatkan potensi besar teknologi

informasi‐komunikasi sebagai alat belajar mengajar, sebagai

sumber daya pendidikan, dan sebagai alat perubahan

pendidikan, pemerintah Tiongkok melakukan investasi besar

dalam menerapkan Sekolah Pedesaan Jarak Jauh Modern

Page 74: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

74

dengan total investasi sebesar satu miliar Yuan RMB (setara

dengan lebih dari USD $ 14.000.000) untuk melengkapi 6

sekolah pedesaan dengan CD pembelajaran, pengajaran

sistem satelit, dan ruang komputer, sehingga dapat

meningkatkan mutu sumber daya manusia.

Selain menggunakan peralatan canggih untuk

melakukan pendidikan dan pelatihan jarak jauh guru

berbasis internet Kementerian Pendidikan juga melalui pusat

Kurikulum Pendidikan Dasar mengembangkan buku teks

berbasis web gratis dalam membimbing guru dalam

pengembangan profesional guru. Lokakarya Pelatihan Jarak

Jauh memfasilitasi pendistribusian bahan ajar sesuai dengan

kurikulum, melalui on‐line modul presentasi dan interaksi

off‐line untuk dialog dan diskusi serta tukar menukar

rencana pelajaran secara elektronik. Internet memudahkan

pelatihan guru secara online dan memberikan kesempatan

pada guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Hasil

dari survei kuesioner untuk evaluasi pelatihan online

tersebut menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi

dari 90%. Selama jangka pelatihan pendek yaitu 15 hari lebih

dari 10.000 peserta mempublikasikan 870,000 makalah,

tingkat kunjungan halaman situs web pelatihan dalam sehari

melampaui 1 juta pengunjung.

b. Jepang

Pola pendidikan di Jepang sangat dipengaruhi oleh Amerika

setelah Perang Dunia Kedua berakhir.60 Sistem pendidikan

Jepang tersentralisasi sejak tahun 1872. Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(Ministry of Education, Culture, Sport, Science, and Technology -

60 Hirotoshi Yamasaki, “Teachers and Teacher Education in Japan”, Bull. Grad.

School Educ.Hiroshima Univ., Part III, No.65, 2016,19.

Page 75: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

75

MEXT/ Monkasho)61 merumuskan tujuan dan jam instruksi

nasional, menyetujui dan mengeluarkan buku teks,

mempromosikan aktivitas-aktivitas olah raga sepanjang hidup,

menyelia penelitian ilmiah dan urusan internasional (seperti

beasiswa dan pertukaran pelajar), dan mengawasi pendidikan

tinggi, termasuk persyaratan sertifikasi guru, penunjukan guru,

dan pelatihan dalam jabatan.62 Masing-masing dari 47 prefektur

(setara seperti provinsi di Indonesia) dan 12 kota yang ditunjuk

kabinet (seirei shitei toshi) bertanggung jawab untuk penunjukkan

guru. Mereka juga pemberi utama pelatihan dalam jabatan.63

Pengelolaan guru diarahkan dengan Undang-Undang

Sertifikasi Guru pada tahun 1949. Dalam pengaturan ini

sertifikasi guru dibagi atas 3 yaitu sertifikat normal, sertifikat

profisional dan sertifikat sementara. Sertifikat normal terbagi atas

2, yaitu:64

1) Kelas 1 yang diberikan kepada lulusan pendidikan 4 tahun

(universitas).

2) Kelas 2 untuk lulusan junior college (akademi).

Sertifikat normal dan profisional juga diklasifikasikan atas:

1) Sertifikat guru SD

2) Sertifikat guru sekolah menengah

3) Sertifikat guru SMA

4) Sertifikat guru TK dan sekolah kebutuhan khusus

5) Sertifikat kepala sekolah, pengawas, dan penyelia.

Sertifikat sementara diberikan ketika pemberi kerja tidak

dapat mempekerjakan seseorang dengan sertifikat normal.

61 Sebelumnya Ministry of Education, Science, Sport, and Culture ( Monbusho),

pada Januari 2001 bergabung dengan Science and Technology Agency (Kagaku-gijutsu-

cho). 62 Vivienne Collinson & Yumiko Ono, “The Professional Development of Teachers in

the United States and Japan”, European Journal of Teacher Education, Vol, 24, No. 2,

2001:225 63 Ibid 64 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit

Page 76: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

76

Sertifikat ini biasanya berlaku 3 tahun dan hanya valid di

prefektur yang mengeluarkannya. 65

Jepang menggunakan sistem terbuka (open system) yang

memberikan kesempatan bagi siapa saja yang telah menamatkan

4 tahun pendidikan untuk menjadi guru. Lulusan 4 tahun

pendidikan yang disyaratkan undang-undang diberikan izin

mengajar dari dewan pendidikan prefektur.66

Untuk meningkatkan kualitas guru, pada tahun 1953

diperkenalkan sistem akreditasi bagi program pendidikan guru.

Ada beberapa jenis lembaga pendidikan guru di Jepang: Sekolah

pendidikan guru di universitas nasional, sekolah “semi”

pendidikan guru, sekolah pendidikan pascasarjana, sekolah

profesional (departemen) pendidikan, sekolah/perguruan tinggi

lain selain sekolah pendidikan, perguruan tinggi junior, program

lanjutan yang harus diselesaikan setelah program sarjana atau

perguruan tinggi, dan program pendidikan guru dari perguruan

tinggi pelatihan khusus yang diakui oleh Kementerian Pendidikan,

Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

(Ministry of Education, Culture, Sport, Science, and Technology -

MEXT).

Tabel 2

Kualifikasi Dasar dan Jumlah SKS yang diperlukan untuk

mendapatkan Sertifikat Mengajar

Tipe

Sertifikasi

Persyaratan

dasar

Jumlah SKS

minimum

Mata

kuliah pengajaran

Mata kuliah

pedogogis

Mata kuliah

pengajaran atau

pedagogi

Pendidikan khusus

Guru SD Sertifikat S-2 41 8 34

65 Teacher Training and Certificate System,

https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf 66 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit, hal 20

Page 77: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

77

Lanjutan

Sertifikat Kelas 1

S-1 41 8 10

Sertifikat Kelas 2

diploma 31 4 2

Guru Sekolah

Menengah

Sertifikat Lanjutan

S-2 31 20 32

Sertifikat Kelas 1

S-1 31 20 8

Sertifikat Kelas 2

diploma 21 10 4

Guru SMA Sertifikat Lanjutan

S-2 23 20 40

Sertifikat kelas 1

S-1 23 20 16

Guru sekolah

kebutuhan khusus

Sertifikat Lanjutan

S-2 & sertifikat mengajar

SD, Sekolah Menengah, SMA, atau

TK.

50

Sertifikat Kelas 1

S-1 & sertifikat mengajar

SD, Sekolah Menengah, SMA, atau

TK.

26

Sertifikat Kelas 2

sertifikat mengajar

SD, Sekolah Menengah, SMA, atau

TK.

16

Guru TK Sertifikat Lanjutan

S-2 6 35 34

Sertifikat Kelas 1

S-1 6 35 10

Sertifikat Kelas 2

Diploma 4 27

Page 78: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

78

Sumber: Yamasaki, 2016:23; Numano, Taro. 2010.“Teacher Training and Certificate

System”, https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf.)

Tabel 3

Mata Kuliah dan Jumlah SKS yang dibutuhkan untuk Mengajar:

Sertifikat Kelas 1

Area dan isi pembelajaran SD SMP SMA

Pentingnya pengajaran Urgensi pengajaran dan peran guru

2 2 2

Tugas-tugas guru

Memberikan kesempatan untuk pemilihan karir

Teori Dasar pendidikan teori, sejarah, dan filosofi pendidikan

6 6 (5) 6 (4)

proses pengembangan dan pembelajaran siswa

isu-isu sosial, sistemik, dan manajerial pendidikan

Kurikulum dan metode-metode pengajaran

Pentingnya kurikulum dan metode-metode organisasi

22 12 (6)

6 (4)

metode-metode pengajaran mata pelajaran

metode-metode pengajaran pendidikan moral

metode-metode pengajaran aktivitas khusus

metode-metode dan teknik-teknik pendidikan

Bimbingan siswa, konseling, dan bimbingan karir

teori dan metode-metode bimbingan siswa

4 4 (2) 4(2)

teori dan metode-metode konseling pendidikan

teori dan metode-metode bimbingan siswa

teori dan metode-metode bimbingan karir

Page 79: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

79

Pengajaran siswa Bimbingan preliminary dan final 5 5 (3) 3 (2)

pengajaran siswa

Seminar praktik mengajar 2 2 2

Keterangan: angka di dalam kurung mengindikasikan guru-guru untuk mata pelajaran

seni dan musik.

Mahasiswa yang telah menyelesaikan rangkaian kelas

untuk mendapatkan sertifikat guru dari sekolah atau prodi yang

terakreditasi kemudian mengajukan aplikasi sertifikat mengajar

dan transkrip akademiknya ke dinas pendidikan prefektural pada

awal Maret melalui perguruan tingginya.67 Setelah di-review, dinas

mengeluarkan sertifikat mengajar pada akhir bulan Maret.

Lulusan diploma akan mendapatkan sertifikat mengajarnya

bersamaan dengan ijazah diplomanya.

Berbeda dengan di Indonesia, di Jepang para mahasiswa

mencari pekerjaan ketika masih di tahun terakhir kuliahnya.

Rekrutmen guru dimulai pada awal bulan Mei, dengan 2 tahap

tes:68

1) Tes tertulis meliputi bidang pengajaran, misalnya pedagogi

dan hukum serta peraturan pendidikan, tes tertulis mengenai

pendidikan secara umum, esai pendek, dan tes bakat. Tes ini

berlangsung selama 2-3 hari di bulan Juli. Jika lolos

(diumumkan pada awal Agustus), peserta dapat melanjutkan

pada tes berikutnya.

2) Tes yang meliputi microteaching, tes praktik, wawancara, dan

tes tertulis. Tes ini dilaksanakan pada akhir Agustus atau

awal September. Pengumuman kelulusan dilakukan pada

akhir September.

Kandidat guru yang akan diterima akan mendapatkan

pemberitahuan penerimaan kerja pada bulan Februari atau Maret.

Pada akhir bulan Maret mereka diberikan penugasan sekolah dan

akan mulai bekerja pada tanggal 1 April.

67 Ibid, hal. 26 68 Ibid, hal. 26-27

Page 80: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

80

Guru di Jepang dihargai setara dengan profesi serupa di

bidang lain.69 Pendapatan tahunan guru baru sekitar 3.5 juta yen.

Jumlah ini terus bertambah hingga ketika mencapai usia pensiun

(60 tahun) menjadi sekitar 9 juta yen. Menurut Yamasaki gaji

guru 4% lebih tinggi dibandingkan rata-rata gaji PNS lulusan

universitas.70 Struktur gaji guru mendapatkan kenaikan setiap

tahun sampai masa pensiun tanpa mempersyaratkan performa

atau level tanggung jawab.71 Selama karirnya, guru diharuskan

berganti sekolah setiap beberapa tahun. Mereka harus pernah

bekerja di daerah pedesaan sedikitnya sekali sepanjang karirnya.

OECD mencatat rata-rata guru SD menghabiskan 784 jam

per tahun untuk mengajar. Di kebanyakan negara jam kerja

berlangsung 3 s.d. 6 jam setiap harinya. Di Jepang, rata-rata guru

mengajar 3 jam atau kurang setiap harinya.72

Guru-guru sekolah umum di jepang secara hukum wajib

untuk mengikuti pengembangan profesional berkelanjutan. Guru

baru di sekolah umum dipekerjakan secara bersyarat untuk 1

tahun, di mana selama jangka waktu tersebut mereka harus

menerima program pengembangan guru yang diberikan dinas

pendidikan prefektural. Program ini terdiri atas 2 sub program

(Yamasaki, 2016:27):

1) In-school training (pelatihan dalam jabatan) di mana mereka

bekerja sebagai guru kelas, mendapatkan bimbingan dan

nasihat dari guru pembimbing berpengalangan (untuk 6 jam

atau lebih setiap minggunya).

2) Di pusat pengembangan karyawan dinas pendidikan selama

lebih dari 25 hari.

69 Susan D. Holloway & Yoko Yamamoto, Sensei! Early childhood education teachers

in Japan. In Saracho, O. and Spodek, B. (eds.), Contemporary perspectives in early

childhood education: Studying teachers in early childhood setting, Information Age Publishing Greenwich CT, 2003, 9

70 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit, hal 27 71 Susan D. Holloway & Yoko Yamamoto, Op. Cit. 72 OECD, "Indicator D4 How much time do teachers spend teaching?", in Education

at a Glance 2018: OECD Indicators, OECD Publishing, Paris, 2018, hal

Page 81: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

81

Program berikutnya dilaksanakan pada tahun ke-2, ke-3,

dan ke-6 pelatihan guru, juga pelatihan bagi guru-guru dengan

pengalaman lebih dari 10 tahun.73

c. Malaysia

Guru didefinisikan sebagai tenaga pengajar yang telah

memperoleh sertifikat mengajar, ijazah pendidikan dan gelar dari

perguruan tinggi, yang ditunjuk oleh Kementerian Pelajaran

Malaysia (KPM) untuk mengabdi di sekolah. Kategori guru

mencakup calon guru, guru pemula, guru, dan administrator

sekolah (termasuk kepala sekolah dan asisten guru senior). Calon

guru adalah seorang individu yang menjalani pelatihan guru di

tingkat diploma dan tingkat pertama. Guru pemula adalah guru

yang telah menjalani pelatihan guru dan telah mengabdi dalam

jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Di Malaysia guru

dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan

emosi siswa.

1) Pendaftaran guru

Pendaftaran sebagai guru dilaksanakan berdasarkan

ketentuan yang berlaku sesuai undang-undang, termasuk

melalui tahapan seleksi administrasi, ujian, serta pengamatan

yang dianggap perlu. Setelah membayar biaya yang

ditentukan, pendaftar memperoleh bukti/sertifikat

pendaftaran. Ketentuan dan persyaratan pendaftaran dapat

berubah menyesuaikan kebutuhan dan berdasarkan

ketentuan yang berlaku. Pemerintah dapat menolak

pendaftaran seseorang sebagai guru jika: (a) pendaftar berusia

di bawah delapan belas tahun; (b) tidak memiliki kualifikasi

untuk mengajar atau memiliki kualifikasi yang dianggap tidak

memadai untuk menjadi guru; (c) dengan sengaja membuat

pernyataan/ menyampaikan data yang tidak benar berkaitan

dengan kualifikasi pendaftaran; (d) menderita beberapa cacat

73 Ibid.

Page 82: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

82

fisik atau mental atau penyakit lainnta, yang dianggap tidak

cocok untuk menjadi seorang guru; (e) telah dihukum karena

pelanggaran oleh pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara

untuk jangka waktu tidak kurang dari satu tahun atau denda

tidak kurang dari dua ribu ringgit; atau (f) bukan orang yang

sehat dan layak untuk menjadi guru.

Secara khusus terdapat 5 alternatif cara/program yang

dapat di tempuh untuk menjadi guru di Malaysia. Syarat

utama masing-masing program adalah peserta harus terlebih

dahulu memiliki Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Sijil Pelajaran

Malaysia (Ijasah Pembelajaran Malaysia) atau SPM merupakan

sejenis pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan

Malaysia (Majlis Peperiksaan Malaysia) atau MPM. Rata-rata

siswa memperoleh SPM pada saat ujian akhir pendidikan

menengah atas. SPM merupakan syarat bagi pelajar di

Malaysia untuk melanjutkan pendidikan ke universitas.74

a) SPM > PISMP > SK

Setelah memperoleh SPM, untuk dapat menjadi

pendidik diwaibkan menempuh program kursus persiapan

selama 1 tahun yakni Program perolehan Ijazah Sarjana

Muda Perguruan (PPISMP). kemudian dilanjutkan dengan

Program Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PISMP) selama 4

tahun. PISMP merupakan program khusus untuk melatih

calon guru dengan berbagai bidan spesialisasi yang

diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia

dan dilaksanakan di Institut Pendidikan Guru (IPG).

Mereka yang mengikuti program ini disiapkan untuk

mengajar di sekolah dasar setelah lulus. Setelah

menyelesaikan program ini mereka akan memperoleh gelar

sarjana dalam bidang pendidikan dan dinyatakan

74 https://afterschool.my/articles/5-ways-you-can-become-a-teacher-in-

malaysia diakses 10 Maret 2019.

Page 83: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

83

memenuhi persyaratan untuk mengajar di sekolah-sekolah

dasar di Malaysia atau yang biasa disebut Sekolah

Kebangsaan (SK).

Kualifikasi yang harus dipenuhi untuk dapat mengiuti

program ini adalah: (1) berkewarganegaraan Malaysia; (2)

berusia maksimal 20 tahun; (3) sehat; (4) Aktif dalam

kegiatan ekstrakurikuler; (5) Memperoleh SPM dengan

ketentuan: memperoleh nilai sangat baik (A+, A, dan A-)

pada 5 mata pelajaran (syarat minimum), memiliki nilai

lebih pada Bahasa Malaysia, Sejarah dan Bahasa Inggris;

serta (6) memenuhi persyaratan kelayakan di bidang

spesialisasi yang dipilih.

b) SPM > STPM > Degree > SMK

Program ini merupakan program yang paling umum

ditempuh untuk menjadi pengajar. Dalam program ini

peserta harus mendapatkan kredit untuk setiap subjek di

SPM. Setelah memperoleh SPM, dilanjutkan dengan

menempuh program matrikulasi. Peserta dapat memilih

Program matrikuasi 1 tahun atau program matrikulasi 2

tahun. Setelah selesai dari program matrikulasi

dilanjutkan dengan menempuh program pendidikan di

universitas untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.

Setelah menyelesaikan rangkaian program ini peserta

dinyatakan memenuhi syarat untuk mengajar di sekolah

menengah di Malaysia atau yang biasa disebut Sekolah

Manengah Kebangsaan (SMK).

c) SPM > STPM > Degree > SMK

Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (Sertifikat Sekolah

Tinggi Malaysia atau yang biasa dikenal dengan STPM)

adalah program pra-universitas Malaysia. Kursus ini

adalah salah satu dari banyak pilihan setelah

Page 84: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

84

menyelesaikan SPM sebelum mengejar gelar sarjana di

universitas. STPM digagas oleh Dewan Pemeriksaan

Malaysia, dengan memperkenalkan format STPM modular

baru pada tahun 2012. Di bawah sistem modular baru ini,

pemerintah Malaysia didukung oleh perwakilan dari

Cambridge Assessment dari Inggris untuk memantau

standar dan kualitas program ini.

Jalur ini banyak dipilih karena STPM merupakan

salah satu program pra-universitas yang paling terjangkau.

Jalur ini sangat ideal bagi mereka yang tidak mencapai

nilai bagus di SPM tetapi masih ingin menjadi guru.

Setelah menyelesaikan STPM selama 1,5 tahun,

selanjurnya dapat melanjutkan pendidikan selama sekitar

3 tahun. Setelah menyelesaikan program ini mereka

memenuhi kualifikasi untuk ditempatkan mengajar di

sekolah menengah.

d) SPM > Diploma > Degree > SMK

Pengajar juga bisa berasal dari lulusan diploma yang

selanjutnya melanjutkan pendidikan untuk memperoleh

gelar kependidikan di universitas. Lulusan diploma dapat

melanjutkan dengan transfer ke jurusan kependidikan

sehingga dapat memangkas waktu perkuliahan pada tahun

petama dengan langsung ke tahun kedua. Dari jalur ini

duru dapat ditempatkan untuk mengajar jenjang sekolah

menengah.

e) SPM > Pre-U/ Diploma > Degree > Teach for Malaysia >

SK/SMK

Jalur ini diambil oleh mereka yang tidak bergelar

sarjana pendidikan tetapi memutuskan untuk mengajar.

Jalur yang ditempuh diawali dengan memperoleh SPM

dilanjutkan dengan program kursus prakuliah (Pre

Page 85: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

85

Universitas) atau dapat juga program diploma, selanjutnya

menempuh program sarjana pendidikan dan dilanjutkan

mengikuti program Teach for Malaysia. Teach for Malaysia

adalah sebuah organisasi nonprofit yang dirancang khusus

untuk memberikan kesempatan kedua bagi lulusan untuk

mengajar di sekolah negeri, baik itu sekolah dasar maupun

menengah. Salah satu konsep unik di Teach for Malaysia

adalah menggunakan berbagai kemampuan yang telah

dipelajari pada jenjang pendidikan sebelumnya untuk

meningkatkan kreativitas. Misalnya ketika seseorang

menempuh mengambil jurusan musik (non kependidikan)

dia dapat menggunakan keterampilan yang dipelajari pada

jurusan musik untuk mengajarkan materi sejarah. Peserta

program Teach for Malaysia diwajibkan untuk mengajar

full time selama dua tahun, dan memperoleh gaji selama

program tersebut.

Adapun persyaratan untuk mengikuti program Teach

for Malaysia adalah: (1) Berkewarganegaraan Malaysia; (2)

Usia maksimum 32 tahun; (3) Memiliki nilai kresit

minimum dalam SPM Bahasa Melayu; (4) bergelar sarjana

nonkependidikan; (5) memiliki track record akademik yang

kuat ( CGPA Minimum3.0); serta (6) Tidak memiliki

Kualifikasi Pendidikan untuk mengajar di sekolah umum.

2) Kompetensi Guru

Kompetensi guru termasuk dalam hal-hal yang

berkaitan dengan personal, professional, dan social seperti

pengajaran, kepakaran dalam bidang tertentu, kepakaran

dalam teori yang berkaitan dengan pengajaran dan

pembelajaran, manajemen pengajaran, adaptasi dalam

komunitas dan personalitas. Lima komponen berkaitan

dengan kompetensi guru diantaranya adalah kurikulum,

Page 86: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

86

pedagogi, penilaian, kontribusi kepada sekolah dan kontribusi

terhadap profesi.75

a) Kurikulum. Guru seharusnya memiliki pengetahuan

tentang isi kandungan materi yang akan diajarkan yang

dikemas dalam suatu kurikulum.

b) Pedagogi. Guru memiliki kemampuan mengajar, mengelola

kelas menggunakan strategi dan kaidah pengajaran

dengan teknologi pengajaran yang sesuai.

c) Penilaian. Guru dapat memberikan penilaian kepada

peserta didik berkaitan dengan kemajuan belajar,

bagaimana melaporkan kemajuan belajar kepada orang tua

siswa, serta menyusun tahap kemajuan belajar.

d) Kontribusi terhadap sekolah. Sebagai staf institusi

pelajaran, setiap guru seharusnya memberi sumbangan

yang konstruktif kepada sekolah secara meluas, menerima

tanggung jawab fungsi yang luas kepada sekolah secara

formal, secara nonformal bertanggung jawab terhadap

pengembangan budaya, mempunyai etika yang baik,

reputasi dan mampu bersosialisasi dan menjalin hubungn

baik dengan komunitas sekolah.

e) Kontribusi terhadap profesi. Setiap guru diharapkan dapat

mengamalkan profesi guru dengan meningkatkan

profesionalitas, aktif dalam aktivitas profesi, memberikan

sumbangan terhadap pembangunan profesi guru dan

bersedia membantu rekan secara professional. Guru

sebaiknya berperilaku sebagai professional.

Disamping itu, guru juga harus memiliki:76

a) Pengetahuan;

75 Saedah Siraj dan Mohammed Sani Ibrahim, “Standar Kompetensi Guru

Malaysia”https://www.academia.edu/15250433/STANDARD_KOMPETENSI_GURU_MALAY

SIA, diakses pada 8 Maret 2019.

76 Ibid.

Page 87: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

87

Guru harus meningkatkan pengetahuan secara terus-

menerus untuk meningkatkan kinerja dan prestasi diri.

b) Keahlian; dan

Guru menggunakan pengetahuan dan keahlian yang

diperoleh untuk melaksanakan tugas dengan baik untuk

mencapai tujuan organisasi.

c) Kepribadian.

Nilai-nilai kepribadian dan perilaku yang perlu dihayati

dan di amalkan oleh guru.

3) Tugas dan Tanggung Jawab Guru

Adapun tugas dan tanggung jawab guru di Malaysia

meliputi:77

a) Merencanakan, menyiapkan dan menyampaikan pelajaran;

b) Mengajar sesuai dengan kebutuhan pendidikan,

kemampuan dan pencapaian setiap siswa dan kelompok

siswa;

c) Menetapkan pekerjaan, mengoreksi dan menandai secara

teratur pekerjaan yang dilakukan oleh siswa;

d) Menilai, mencatat, dan melaporkan perkembangan,

kemajuan, dan pencapaian serta perilaku siswa;

e) Memberikan atau berkontribusi pada penugasan lisan dan

tertulis, laporan dan referensi yang berkaitan dengan

masing-masing siswa atau kelompok siswa;

f) Berpartisipasi dalam pengaturan dalam kerangka kerja

nasional yang disepakati untuk penilaian kinerja siswa;

g) Mendorong kemajuan umum dan kesejahteraan siswa

secara individu, kelompok siswa atau kelas yang

dipercayakan kepadanya;

77 Human Resources Development Department Directorate for Educational Services.

The Teacher’s Handbook.https://education.gov.mt/en/resources/Documents/Teachers%20Resources/Te

achers%20short%20Handbook.pdf diakses pada 10 Maret 2019.

Page 88: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

88

h) Memberikan bimbingan dan saran kepada siswa tentang

masalah-masalah pendidikan dan sosial dan tentang

pendidikan lebih lanjut dan karir masa depan mereka,

termasuk informasi tentang sumber-sumber saran ahli

yang lebih banyak;

i) Berkomunikasi, berkonsultasi dan bekerja sama dengan

anggota staf sekolah lainnya, termasuk mereka yang

memiliki posisi tanggung jawab khusus dan orang tua

untuk kepentingan siswa;

j) Berpartisipasi selama waktu sekolah dalam pertemuan

yang diadakan untuk kepentingan siswa;

k) Meninjau dan mengevaluasi metode pengajaran dan

pembelajarannya dan program pengajaran dan

pembelajaran dalam Kurikulum Minimum Nasional;

l) Memberikan saran dan bekerja sama dengan Kepala

Sekolah, Kepala Sekolah, Asisten Kepala Sekolah, dalam

hal persiapan dan pengembangan kursus studi, bahan

ajar, program pengajaran, metode pengajaran dan

penilaian serta pengaturan pelayanan pastoral;

m) Berpartisipasi dalam pelatihan pribadi dan pengembangan

profesional lebih lanjut sebagai guru, termasuk kehadiran

dalam pendidikan in-service dan kursus pelatihan yang

ditentukan oleh otoritas Divisi Pendidikan dan disepakati

dengan serikat pekerja yang relevan;

n) Menjaga ketertiban dan disiplin yang baik di antara siswa

dan menjaga kesehatan dan keselamatan mereka kapan

saja dan di mana saja ketika siswa berada di bawah

asuhannya;

o) Berpartisipasi dalam staf, kelompok atau pertemuan lain

untuk organisasi dan administrasi sekolah yang lebih baik,

atau terkait dengan kurikulum sekolah atau pengaturan

perawatan pastoral;

Page 89: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

89

p) Berkontribusi pada pengembangan profesional guru baru

dan guru siswa sesuai dengan pengaturan yang disepakati

dengan Kepala Sekolah;

q) Memberikan informasi dan saran yang diperlukan dan

membuat daftar permintaan dan pengaturan yang

diperlukan sehubungan dengan pengajaran mata pelajaran

yang ditugaskan kepadanya;

r) Memastikan penyimpanan yang aman dari peralatan yang

biasanya digunakan olehnya selama pelajaran dan

memastikan bahwa layanan dan pemeliharaannya rutin;

s) Menghadiri majelis sekolah;

t) Menyusun daftar hadir siswa yang diasuhnya; dan

u) Turut berkontribsi dalam manajemen, organisasi,

ketertiban, dan disiplin sekolah.

4) Kesejahteraan Guru

Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Atase Pendidikan

Kedutaan Besar Malaysia Dato’ Paduka Junaidy Abu Bakar

mengatakan gaji guru pemula di Malaysia berjumlah 1.405 RM

ditambah tunjangan rutin 340 RM. Totalnya sekitar Rp

4.941.222,33. Total gaji ini diberikan kepada guru muda

lulusan Diploma 3 yang baru mengajar. Guru muda ini berada

di grade DGA 29. Di tahap akhir grade ini, gajinya bisa

mencapai Rp 10.682.685,36. Jika guru juga naik golongan

atau grade, gajinya pun akan naik hampir Rp 2 juta.78

Dalam kelompok guru lulusan D-3, ada tiga tingkatan,

yaitu grade DGA 29, grade DGA 32 dan grade DGA 34. Ketika

guru naik pangkat di akhir grade 34, gajiinya bisa mencapai

hampir Rp 12 juta. Itu baru guru lulusan D-III. Beda lagi

dengan para guru dan dosen lulusan S-1 dan S-2. Dalam lima

grade, rentang gajinya dari 1.695 RM plus 550 RM atau sekitar

78https://edukasi.kompas.com/read/2010/04/28/11503066/Uh..Gaji.Guru.Mula.

di.Malaysia.Rp.5.Juta diakses pada 8 maret 2019.

Page 90: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

90

Rp 6.343.799,17 hingga 8.860 RM plus 2.200 RM dengan total

hampir Rp 39 juta.79

Selain gaji pokok ini, mereka juga berhak memperoleh

tunjangan-tunjangan lain, seperti tunjangan perumahan

sebesar 180 RM, laptop gratis, danpinjaman mobil. Para guru

dan dosen juga memperoleh insentif khusus jika mengajar

mata pelajaran seperti Bahasa Inggris atau mengajar pelajar

cacat.

Bagi mereka yang tinggal di kawasan pinggiran dan

mengalami kesulitan transportasi juga memperoleh tunjangan

antara 500 RM sampai 1.500 RM serta dana cuti belajar.

Sementara indeks taraf hidup pun hanya berkisar 750 RM-

1.500 RM. Maksimal hanya terjadi di kawasan Bandar.

Kesejahteraan ini pun berlaku pula bagi para guru swasta.

D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur

dalam Undang-Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan

Dampaknya Terhadap Keuangan Negara

Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru dalam RUU

tentang Guru dilakukan dengan menggunakan instrument Regulatory

Impact Assement (RIA). Instrumen ini digunakan untuk menganalisis

dampak dari suatu regulasi sehingga dapat diperoleh perkiraan biaya

dan manfaat (Cost and Benefit Analysis) jika regulasi tersebut

diterapkan. Kajian dan pemetaan dilakukan dengan memperhitungkan

aspek beban keuangan negara terkait pengaturan yang akan dibuat

dalam RUU tentang Guru. Adapun substansi pengaturan dalam RUU

tentang Guru yang akan diukur aspek beban keuangan Negara, pertama

mengenai penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tidak

tercapainya target sertifikat pendidik dalam kurun waktu 10 (sepuluh)

tahun sebagaimana diamanahkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru Dosen diakibatkan “tersendatnya” penyelenggaraan PPG.

79 Ibid.

Page 91: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

91

Berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 16 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen yang intinya menyatakan bahwa Pemerintah dan

Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan

kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi Guru dalam jabatan

dan memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki

sertifikat pendidik. Hal ini berarti, setiap orang yang ingin menjadi Guru

(profesi), setelah memenuhi syarat yang ditetapkan Pemerintah, berhak

menempuh PPG atas biaya dari Pemerintah dan setelah lulus PPG, Guru

serta-merta berhak pula mendapat pembayaran tunjangan profesi dari

Pemerintah. Kedua pasal ini jelas akan membebani Pemerintah dari

aspek beban keuangan Negara. Namun dalam RUU tentang Guru, PPG

tidak lagi sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah.

Pengaturan skema pembiayaan PPG dalam RUU tentang Guru terbagi 2

(dua) yakni atas biaya sendiri oleh calon Guru atau Guru dalam jabatan

dan dibiayai oleh Pemerintah. Melalui skema pembiayaan ini

diharapkan penyelenggaraan PPG akan terkelola dengan baik dan tidak

menimbulkan antrian yang lama karena Pemerintah akan membuka

quota yang lebih besar bagi penerimaan mahasiswa PPG. Selain itu

sertifikat pendidik bagi lulusan PPG tidak lagi berimplikasi pada

pembayaran tunjangan profesi. Pembayaran tunjangan profesi kepada

Guru akan dilakukan secara selektif dan tepat sasaran. Skema

pembiayaan PPG dan pembayaran tunjangan profesi ini diharapkan

akan mengurangi dampak beban keuangan Negara baik yang bersumber

dari APBN maupun APBD.

Kedua, pengaturan tata kelola Guru terkait penempatan Guru di

daerah khusus terhadap aspek beban keuangan negara. Selama ini

cukup sulit menemukan Guru yang berdedikasi dan bersedia

ditempatkan di daerah khusus. Pengaturan pemberian stimulus dan

tindakan afirmasi seperti pembayaran tunjangan khusus, penyediaan

rumah dinas, kenaikan pangkat rutin dan istimewa, pelindungan dalam

pelaksanaan tugas, dan penyediaan sarana dan prasarana lainnya

sebagaimana diatur dalam RUU tentang Guru jelas akan menambah

beban keuangan Negara yang bersumber dari APBN dan APBN. Namun

Page 92: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

92

demikian pemberian stimulus dan tindakan afirmasi ini diharapkan

akan memenuhi kebutuhan distribusi dan disparitas Guru di daerah

khusus yang sebelumnya tidak dapat teratasi oleh UU Nomor 14 Tahun

2005.

Ketiga, adanya pengakuan sebagai Guru bagi setiap orang yang

mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jalur pendidikan

nonformal berbentuk kelompok bermain80. Sebelumnya berdasarkan UU

Nomor 14 tahun 2005, pendidik profesional yang diakui sebagai Guru

hanya sebatas Guru PAUD jalur pendidikan formal yang berbentuk

taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA). Sedangkan Guru

PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB)

diangkat oleh masyarakat dan oleh karenanya menjadi tanggung jawab

masyarakat. Namun dalam RUU tentang Guru, cakupan definisi Guru

diperluas dengan memasukkan pendidik atau Guru PAUD jalur

pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain sebagai Guru.

Pengakuan ini akan berdampak pada pemberian hak yang sama dengan

Guru PAUD jalur pendidikan formal yang sebelumnya tidak diperoleh

Guru PAUD jalur pendidikan nonformal yang berbentuk kelompok

bermain. Pemberian hak tersebut antara lain kesempatan yang sama

untuk diangkat sebagai Guru ASN, mengikuti PPG, mendapatkan

pembayaran gaji dan tunjangan sebagai Guru dan/atau hak atas

maslahat tambahan lainnya. Pemberian hak kepada guru PAUD jalur

pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain sebagai akibat

perluasan pengaturan definisi Guru dalam RUU tentang Guru jelas

akan berdampak pada aspek beban keuangan negara yang bersumber

dari APBN atau APBD.

80Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan

pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pendidikan nonformal pada jenjang

PAUD berbentuk Kelompok Bermain (KB),Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain

yang sederajat.

Page 93: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

93

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT

Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-

undangan yang berkaitan dengan pengaturan guru. Beberapa peraturan

perundang-undangan tersebut antara lain:

A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

Tahun 1945)

Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD

Tahun 1945) pada alinea keempat mencantumkan tujuan nasional

bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan

seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut memelihara ketertiban

dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan

sosial. Tujuan nasional tersebut harus diwujudkan oleh Pemerintah

dengan penuh amanah dan tanggung jawab. Hal ini disebabkan masa

depan suatu bangsa dapat dilihat dari besarnya perhatian dan upaya

yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam melindungi,

mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya.

Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa tercantum dalam ketentuan Pasal 31

ayat (1) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa setiap warga

Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selain berhak mendapatkan

pendidikan, dalam ketentuan Pasal 31 ayat (3) dijelaskan bahwa

Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional yang diatur dengan Undang-Undang. Manusia

membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya

melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan

diakui oleh masyarakat. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib

Page 94: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

94

mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan

negara Indonesia.

Keberhasilan suatu bangsa dalam menciptakan pendidikan

nasional yang bermutu ditentukan berbagai faktor, antara lain melalui

kualitas tenaga pendidik, kesiapan peserta didik dalam menerima

pelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan,

dan lain-lain. Guru sebagai salah satu tenaga pendidik pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah dituntut untuk dapat maksimal dalam

mendidik dan membimbing para siswa. Guru mempunyai fungsi, peran,

dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional,

khususnya dalam pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional.

Proses pembelajaran bukan hanya merupakan transfer ilmu

dari guru kepada siswa, tetapi merupakan pola interaksi yang harus

dibangun antara guru dan siswa. Siswa bukan hanya merupakan objek

tetapi juga merupakan subyek pembelajaran.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk

meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru juga berperan

untuk mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran pada jenjang

pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan prinsip profesionalitas

untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam

memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, proses

pembelajaran saat ini tidak hanya berorientasi guru tetapi beralih

kepada siswa sehingga guru tidak hanya berfungsi sebagai pendidik,

namun juga sebagai fasilitator, motivator, dan supervisor.

B. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang

Ketenagakerjaan (UU tentang Ketenagakerjaan) pada hakekatnya

dibentuk untuk melindungi tenaga kerja yang dalam hal ini adalah

Page 95: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

95

pekerja atau buruh81. Perlindungan pekerja atau buruh dalam konteks

UU tentang Ketenagakerjaan adalah mengembalikan kedudukan yang

seimbang atau sejajar antara pekerja atau buruh dengan pemberi

kerja82 serta menjamin hak-hak dasar, kesamaan kesempatan, serta

perlakuan tanpa diskriminasi dalam upaya mewujudkan kesejahteraan

pekerja/buruh.

UU tentang Ketenagakerjaan memang tidak secara eksplisit

mengatur mengenai guru. Hal ini dikarenakan telah ada undang-

undang yang secara khusus mengatur mengenai guru yakni dalam UU

tentang Guru dan Dosen. Namun pengaturan mengenai guru dalam UU

tentang Guru dan Dosen lebih mengatur guru yang berstatus sebagai

pegawai negeri sipil yang memiliki hubungan kerja dengan

Negara/pemerintah. Sedangkan guru yang berstatus sebagai guru

swasta atau non- PNS dan guru honorer yang hanya memiliki hubungan

kerja dengan pemberi kerja layaknya tenaga kerja pada umumnya

cenderung terabaikan dalam UU tentang Guru dan Dosen. Kondisi ini

mengakibatkan guru swasta dan guru honorer Guru kurang terpenuhi

haknya dan kurang mendapat perlindungan khususnya terkait kasus

pemutusan hubungan kerja (PHK).

Memang tidak ada satupun pasal-pasal dalam UU tentang

Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai guru swasta/guru honorer.

Namun guru swasta dan guru honorer tetap dapat dikategorikan

sebagai pekerja sebagaimana dimaksud dalam UU tentang

Ketenagakerjaan karena memenuhi unsur-unsur sebagai pekerja. Guru

swasta dan guru honorer memiliki hubungan kerja dengan pemberi

kerja, biasanya yayasan (Guru Tetap Yayasan/GTY) atau satuan

pendidikannya langsung. Hubungan kerja antara guru swasta/guru

honorer dengan yayasan atau satuan pendidikan pun didasarkan pada

kesepakatan kerja bersama (KKB). Unsur-unsur inilah yang dapat

81Pekerja atau buruh menurut Pasal 1 angka 3 UU tentang Ketenagakerjaan adalah

setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 82Pemberi Kerja menurut Pasal 1 angka 4 UU tentang Ketenagakerjaan adalah orang

perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan

tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Page 96: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

96

dijadikan persamaan guru swasta/honorer sebagai pekerja. Sehingga

hak-hak yang diterima pekerja dalam UU tentang Ketenagakerjaan,

patut juga diberikan kepada guru, seperti Pelatihan Kerja (Pasal 9),

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Pasal 86), Penghasilan (Pasal 88),

dan Kesejahteraan (Pasal 99). Selain itu apabila terjadi kasus yang

menimpa guru swasta dan guru honorer, termasuk kasus PHK, maka

peraturan perundang-undangan yang dipergunakan adalah peraturan

perundangan-undangan yang mengatur mengenai ketenagakerjaan dan

perselisihan hubungan industrial83.

Dengan demikian diharapkan melalui UU tentang

Ketenagakerjaan terwujud persamaan kedudukan dan keseimbangan

pemenuhan hak dan kewajiban antara guru swasta dan guru honorer

dengan pemberi kerja, serta terlindunginya guru swasta dan guru

honorer dari perlakuan diskriminasi dalam upaya mewujudkan

kesejahteraan guru.

C. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional

Pasal 31 ayat (3) UUD Tahun 1945 mengamanatkan kepada

Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem

pendidikan nasional dalam suatu Undang-Undang. Amanat tersebut

telah diwujudkan oleh Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU tentang Sistem

Pendidikan Nasional). UU tentang Guru dan Dosen bertujuan untuk

penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh keimanan dan

ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam

rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan standar

nasional pendidikan.

Penerapan standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar

dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk

83Pasal 150 UU Ketenagakerjaan menyebutkan Ketentuan mengenai pemutusan

hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik

persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun

usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan

orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.

Page 97: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

97

mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan tujuan

standar nasional pendidikan yaitu untuk menjamin mutu pendidikan

nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Untuk menjamin pendidikan yang bermutu harus di dukung

dengan adanya pendidik yang bermutu. Dalam ketentuan Pasal 1

angka 6 UU tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan

pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,

dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,

fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta

berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian

guru merupakan salah satu pendidik yang mempunyai peranan penting

dalam menciptakan sistem pendidikan nasional yang bermutu dan

berkualitas.

Keberadaan guru sebagai bagian dari pendidik secara khusus

diatur dalam BAB XI UU tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai

pendidik dan tenaga kependidikan. Ketentuan dalam Pasal 39 ayat (1)

menyebutkan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan

administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan

teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.

Sedangkan pada ketentuan ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan

tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan

proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan

pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan

pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada

perguruan tinggi.

Melihat ketentuan yang diatur dalam ayat (2) tersebut, tugas guru

sebagai tenaga pendidik profesional sangat berat. Pendidik harus dapat

merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu

pada salah satu standar nasional pendidikan, yaitu standar proses.

Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan

dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk

mencapai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan

Page 98: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

98

merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,

pengetahuan, dan keterampilan lulusan.

Sebagai konsekuensi atas pelaksanaan tugas yang diberikan, guru

akan memperoleh hak. Hak yang diperoleh guru sebagai tenaga

profesional diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) UU tentang Sistem

Pendidikan Nasional yaitu: a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan

sosial yang pantas dan memadai; b. penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja; c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan

pengembangan kualitas; d. perlindungan hukum dalam melaksanakan

tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan e. kesempatan

untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk

menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.

Selain memperoleh hak yang memadai, dalam ketentuan Pasal 40

ayat (2) mengatur mengenai kewajiban guru sebagai pendidik yaitu: a.

menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis; b. mempunyai komitmen secara

profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi

teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan

sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dari ketentuan

tersebut dapat dilihat adanya keseimbangan pengaturan antara hak

yang diperoleh pendidik dan kewajiban yang diberikan kepada peserta

didik.

Pengaturan mengenai jaminan kepastian dalam bekerja bagi

pendidik dan tenaga kependidikan untuk dapat bekerja secara lintas

daerah tercantum dalam Pasal 41 ayat (1) UU tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Ketentuan ini mengandung makna bahwa

pendidik dan tenaga kependidikan dapat bertugas di mana pun dalam

wilayah NKRI dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan

perundang-undangan. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran

pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang

mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal dan

Pemerintah serta Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan

pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan

Page 99: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

99

untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (Pasal 40

ayat (2) dan Ayat (3). Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya

daerah yang kekurangan atau kelebihan pendidik dan tenaga

kependidikan, serta dimaksudkan untuk peningkatan kualitas satuan

pendidikan.

Mengingat besarnya kewajiban yang harus dilaksanakan oleh

pendidik, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi minimum dan

sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional sebagaimana diatur dalam Ketentuan Pasal 42 ayat

(1). Pengaturan mengenai kualifikasi guru tersebut juga telah sesuai

dengan ketentuan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan

yang diatur dalam standar pendidikan nasional. Terkait dengan

kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan

dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi

pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.

Sebagai pendidik profesional selain mendapatkan hak

sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) UU tentang

Sistem Pendidikan Nasional, pendidik juga mempunyai hak untuk

mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan latar belakang

pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang

pendidikan, sebagaimana diatur dalam Pasal 43 ayat (1) UU tentang

Sistem Pendidikan Nasional.

Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 43 ayat (2) disebutkan bahwa

sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki

program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sertifikasi

bertujuan untuk memenuhi kualifikasi minimum pendidik yang

merupakan bagian dari program pengembangan karier oleh Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah.

Pemerintah harus dilibatkan dalam penyelenggaraan sistem

pendidikan nasional, terutama untuk menciptakan pendidik yang

bermutu dan profesional sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 44

UU tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah dan Pemerintah

Page 100: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

100

Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah.

Selain Pemerintah dan Pemerintah Daerah, penyelenggara

pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan

mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang

diselenggarakannya. Sebagai bentuk apresiasi bagi penyelenggara

pendidikan oleh masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib

membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada

satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat

tersebut.

D. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen

Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 (Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen), menyebutkan Guru

adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,

membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi

peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,

pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan demikian guru

mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam

pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Untuk menjamin

perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi,

serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang

mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan

kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan

dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan

berkesinambungan.

Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana

dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan

martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi

untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal ini berarti

kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk

melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan

Page 101: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

101

pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, serta menjadi warga

negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Guru wajib memiliki

kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani

dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional.

Materi muatan yang khusus mengatur mengenai Guru dijabarkan

dalam Bab IV UU tentang Guru dan Dosen, memuat kualifikasi,

kompetensi, dan sertifikasi, hak dan kewajiban, wajib kerja dan ikatan

dinas, pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian,

pembinaan dan pengembangan, penghargaan, perlindungan, cuti,

organisasi profesi dan kode etik.

Kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru diperoleh melalui

pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat (Pasal

9). Kualifikasi pendidikan yang dimiliki guru merupakan syarat untuk

diberikan sertifikasi setelah guru mengikuti uji kompetensi. Setiap

guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan

yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan

tertentu, baik di seokolah negeri maupun swasta (Pasal 12). Walaupun

sudah mempunyai kualifikasi akademik sebagai sarjana, guru tetap

harus meningkatkan kualifikasi akademinya ke jenjang pendidikan

yang lebih tinggi.

Dalam peningkatan kualifikasinya tersebut, guru mendapatkan

dukukngan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini diatur

dalam ketentuan Pasal 13 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah

dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk

peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru

dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

Ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17 UU tentang Guru dan Dosen,

mengatur mengenai kewajiban Pemerintah terhadap guru yang telah

mempunyai sertifikat profesi. Pemerintah memberikan tunjangan

Page 102: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

102

profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang

diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat. Tunjangan profesi diberikan

setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah

daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.

Selain itu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan

tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan

pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah

Daerah. Selain mendapatkan hak yang akan diterima, guru mempunyai

kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya yang diatur

dalam Pasal 20. Kewajiban guru antara lain: merencanakan

pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang yang bermutu,

serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Selain itu, Guru

juga dituntut untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi

akademik dan kompetensinya secara berkelanjutan sejalan dengan

pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.

Terkait dengan wajib kerja dan ikatan dinas, Pemerintah

dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi

calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan

nasional atau kepentingan pembangunan daerah. Pemerintah wajib

memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,

maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin

keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

formal serta untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan

anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin

keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang

diselenggarakan oleh Pemerintah. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal

22 dan Pasal 24.

Dalam menjalankan profesinya, guru mendapatkan perlindungan

yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat,

organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan tempat guru bekerja

(Pasal 39). Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum,

Page 103: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

103

perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan

kerja. Guru juga dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat

independen. Fungsi organisasi profesi guru untuk memajukan profesi,

meningkatkan kompetensi, karir, wawasan kependidikan,

perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada

masyarakat. Organisasi profesi juga membentuk kode etik untuk

menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam

pelaksanaan tugas keprofesionalannya.

E. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan

Tinggi ( UU tentang Pendidikan Tinggi) mengatur mengenai sertifikat

profesi yang diatur dalam Pasal 43. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1)

bahwa sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan

praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang

diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan

kementerian, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung

jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya dalam Pasal 43 ayat (2) menyatakan bahwa sertifikat

profesi diterbitkan oleh perguruan tinggi bersama dengan kementerian,

LPNK, dan/atau organisasi yang bertanggung jawab terhadap mutu

layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Berkaitan dengan sertifikat profesi, setiap guru diharuskan

mendapatkan sertifikat profesi atau dengan kata lain sertifikat pendidik

sebagai bukti formal pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai

tenaga profesional. Sertifikat pendidik diperoleh setelah lulus mengikuti

uji kompetensi. Pihak yang menyelenggarakan uji kompetensi adalah

perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga

kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.

Saat ini perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk

melakukan uji kompetensi kepada setiap guru belum melakukan

Page 104: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

104

kerjasama dengan organisasi profesi guru, padahal dalam UU Tentang

Pendidikan Tinggi telah memerintahkan agar perguruan tinggi

menerbitkan sertifikat profesi dapat melibatkan organisasi profesi.

Dalam hal ini organisasi profesi harus terlibat dalam pelaksanaan uji

kompetensi/sertifikasi pendidik karena organisasi profesi memiliki

peran yaitu untuk melakukan pembinaan terhadap anggotanya yang

bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keahlian para anggota.

Oleh sebab itu keterlibatan organisasi profesi guru dalam

pelaksanaan uji kompetensi/sertifikasi pendidikan guru untuk

mendapatkan sertifikat pendidikan sangat penting untuk menjadi

bahan pertimbangan materi muatan Rancangan Undang-Undang

tentang Guru.

F. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara

Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur

Sipil Negara (UU tentang ASN), manajemen ASN terdiri atas manajemen

Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian

Kerja (PPPK). Adapun manajemen PNS dalam Pasal 55 UU tentang ASN

meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat

dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,

penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,

pemberhentian, jaminan hari tua, dan pelindungan.

Dalam Pasal 6 UU tentang ASN menyatakan bahwa Pegawai ASN

terdiri dari PNS dan PPPK. Bagi guru yang berstatus PNS manajemen

kepegawaiannya berdasarkan pada UU tentang ASN. Bagaimana dengan

status guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh pemerintah dan pemerintah daerah (non-PNS) dan guru yang

diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat

(non-PNS). Tentunya guru yang berstatus non-PNS tidak diatur dalam

UU tentang ASN karena tidak berstatus sebagai PNS maupun PPPK.

Jika dilihat dari beban kerjanya, guru-guru yang berstatus non

PNS memiliki beban kerja yang sama dengan guru PNS, bahkan di

daerah tertinggal, terdepan dan terluar mereka sebagai ujung tombak

Page 105: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

105

dalam dunia pendidikan. Keberadaan mereka tidak diiringi dengan

pemberian jaminan kesejahteraan dan penggajian yang sesuai dengan

UMR. Adapun jaminan kesejahteraan yang berhak mereka terima antara

lain berupa jaminan hari tua, tunjangan dan penggajian. Saat ini

banyak diantara mereka yang digaji dibawah UMR. Oleh sebab itu

mengenai keberadaan guru-guru non-PNS menjadi sangat penting

menjadi pertimbangan sebagai substansi yang akan diatur dalam

Rancangan Undang-Undangan tentang Guru.

G. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan

Daerah (UU tentang Pemda) telah membagi urusan pemerintahan yang

terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan

konkuren dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan

konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan

otonomi daerah. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi

kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan

pemerintahan pilihan. Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU tentang

Pemerintahan Daerah bahwa pendidikan masuk dalam urusan

pemerintahan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.

Dalam lampiran UU tentang Pemda, pembagian urusan

pemerintahan bidang pendidikan sub urusan pendidik dan tenaga

kependidikan untuk daerah provinsi berwenang dalam hal pemindahan

pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten/kota dalam

1 (satu) daerah provinsi, sedangkan daerah kabupaten/kota berwenang

dalam hal pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan dalam daerah

kabupaten/kota.

Dalam UU tentang Guru dan Dosen mengatur mengenai

pengangkatan, penempatan, pemindahan dan pemberhentian dan ini

menjadi salah satu kewajiban dari pemerintah daerah provinsi dan

kabupaten/kota. Terkait dengan kesejahteraan guru belum diatur

dalam UU tentang Guru dan Dosen, terutama jaminan keselamatan dan

Page 106: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

106

kesejahteraan guru yang berada di daerah tertinggal, terdepan dan

terluar.

Hendaknya pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota

menjamin memberikan kesejahteraan bagi guru-guru tersebut. Bentuk

kesejahteraan yang dapat diberikan antara lain tempat tinggal yang

layak bagi guru yang berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar

sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam UU tentang Pemda.

Materi ini sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam

penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Guru.

H. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar

Nasional Pendidikan sebagaimana terakhir diubah dengan

Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan

Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang

Standar Nasional Pendidikan

Bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan visi dan

menjalankan misi pendidikan nasional sebagaimana yang

diamanatkan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah

membentuk suatu acuan dasar (benchmark) yang merupakan standar

nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan ini berisi ketentuan

mengenai kriteria minimal dari berbagai aspek yang terkait dengan

penyelenggaraan pendidikan oleh setiap penyelenggara dan satuan

pendidikan. Pasal 2 PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar

Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005) menyebutkan bahwa

salah satu lingkup standar nasional pendidikan tersebut adalah

standar pendidik dan tenaga kependidikan yang berisi kriteria dalam

mewujudkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.

Dalam definisi standar pendidik dan tenaga kependidikan (Pasal 1

angka 8) PP No. 13 tahun 2015 disebutkan Standar Pendidik dan

Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan

dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.

Dalam mewujudkan profesionalisme pendidik, termasuk dalam

hal ini seorang guru, ditetapkan suatu kualifikasi akademik dan

Page 107: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

107

kompetensi. Kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan

minimum yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan

dengan ijazah/sertifikat. Pasal 29 PP 19 Tahun 2005 mengatur bahwa

untuk guru yang berada pada jenjang pendidikan anak usia dini dan

pendidikan dasar menengah (SD, SMP, dan SMA) termasuk sekolah

kejuruan dan sekolah luar biasa kualifikasi akademik pendidikan

minimum yang harus dimiliki adalah diploma IV atau sarjana (S-1).

Penting untuk digarisbawahi bahwa berdasarkan Pasal 94 PP 32

Tahun 201384 standar kualifikasi pendidik yang diatur dalam Pasal 29

baru berlaku efektif sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya

PP (sebelumnya dalam PP No.19 Tahun 2005 standar kualifikasi

pendidik berlaku efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak

ditetapkannya PP). Selama kurun waktu sampai dengan tahun 2020,

BNSP diberikan amanah untuk mengembangkan standar antara yang

secara bertahap menuju pencapaian standar kualifikasi akademik

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.

Selain kualifikasi akademik pendidikan minimum, guru juga

dipersyaratkan untuk memiliki sertifikat profesi guru sesuai dengan

jenjang pendidikannya yang diperoleh melalui program pendidikan

profesi guru (PPG). Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru

berdasarkan Pasal 28 ayat (3) meliputi kompetensi pedagogik,

kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi

sosial.

I. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19

Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor

74 Tahun 2008 tentang Guru

UU tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa

pendidik merupakan tenaga profesional. Guru sebagai pendidik

profesional memiliki fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis

84 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 merupakan perubahan pertama

atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Page 108: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

108

dalam menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu

dalam mewujudkan insan Indonesia yang beriman dan bertakwa

kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,

cakap, kreatif, mandiri, kompetitif, serta menjadi warga negara yang

demokratis dan bertanggung jawab.

Untuk mewujudkan fungsi, peran, dan kedudukan tersebut,

guru perlu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat

pendidik yang sesuai dengan standar nasional pendidik. Sertifikat

pendidik bagi guru dalam jabatan dapat diperoleh melalui pendidikan

profesi atau uji kompetensi. Hal ini dilandasi oleh pertimbangan bahwa

pemerolehan kompetensi dapat dilakukan melalui pendidikan,

pelatihan, dan pengalaman langsung yang diinternalisasi secara

reflektif. Namun Pasal 10 PP No.74 Tahun 2008 memberikan

pengecualian terkait sertifikat pendidik yakni bagi calon guru yang

tidak memiliki sertifikat pendidik tetapi memiliki keahlian khusus yang

diakui dan diperlukan atau ditempatkan/diperlukan di daerah khusus

yang tidak memiliki guru dapat diangkat menjadi pendidik setelah

lulus uji kelayakan.

Selanjutnya dalam Pasal 10A PP No.19 Tahun 2017 secara lebih

tegas menyebutkan bahwa “Setiap orang yang memiliki keahlian

khusus yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan, baik yang sudah

atau belum memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-IV dan tidak

memiliki Sertifikat Pendidik dapat diangkat menjadi guru. Adapun

syarat pengangkatan guru yang memiliki keahlian khusus dengan

ketentuan:

a. diperuntukkan bagi Guru produktif pada SMK;

b. belum terdapat program studi di perguruan tinggi yang

menghasilkan lulusan di bidang keahlian khusus; dan

c. tidak diperuntukkan untuk mengisi formasi khusus pegawai negeri

sipil.

Pengangkatan menjadi guru yang memiliki keahlian khusus dilakukan

setelah lulus uji kesetaraan dan uji kelayakan berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Page 109: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

109

Guru selain dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi, disisi

lain dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru harus

memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga

memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan

profesionalnya. Dalam Pasal 15 PP No. 19 Tahun 2017 mengatur

bahwa guru diberikan tunjangan profesi, tunjangan fungsional (Pasal

19), dan tunjangan khusus (Pasal 22). Selain itu, perlu dilakukan

berbagai upaya untuk memaksimalkan fungsi dan peran strategis yang

meliputi penegakan hak dan kewajiban guru, pembinaan dan

pengembangan karir guru, perlindungan hukum, perlindungan profesi,

serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.

J. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan

Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta

Tunjangan Kehormatan Profesor

Peraturan Pemerintah pada dasarnya berisi materi muatan

untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya dengan

tidak menyimpang dari materi yang diatur dalam undang-undang.

Pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang

Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan

Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan amanat dari

UU tentang Guru dan Dosen, khususnya ketentuan Pasal 16, Pasal 18,

Pasal 53, Pasal 55, dan Pasal 56 UU Guru dan Dosen.

Materi muatan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan

mengenai besaran dan waktu pemberian tunjangan profesi guru dan

dosen, tunjangan khusus guru dan dosen, serta tunjangan

kehormatan dosen yang memiliki jabatan akademik profesor.

Adapun besaran tunjangan profesi guru, untuk guru pegawai

negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional guru diberikan sebesar

1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

tunjangan profesi bagi guru yang bukan pegawai negeri sipil diberikan

sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi

Page 110: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

110

akademik yang berlaku bagi guru pegawai negeri sipil. Tunjangan

tersebut diberikan terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya

setelah yang bersangkutan mendapat nomor registrasi guru dari

kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang

pendidikan.

Terkait dengan tunjangan khusus guru, diatur bahwa tunjangan

tersebut diberikan setelah guru yang bersangkutan secara nyata

melaksanakan tugas di daerah khusus dengan kuota yang ditetapkan

Menteri Pendidikan atau Menteri Agama. Besarannya diberikan

sebesar 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan

tunjangan profesi bagi guru yang bukan pegawai negeri sipil diberikan

sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi

akademik yang berlaku bagi guru pegawai negeri sipil.

Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai penghentian

pemberian tunjangan, untuk tunjangan profesi guru dihentikan

apabila guru tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk tunjangan khusus

diberhentikan apabila guru telah selesai menjalankan masa

penugasannya.

Page 111: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

111

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Undang-undang selalu mengandung norma hukum yang

diidealkan (ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita

luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan.85

Cita-cita luhur tersebut terkandung dalam landasan filosofis yang

hendaknya mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut bangsa

Indonesia sendiri. Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau

alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk

mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang

meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang

bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD Tahun 1945.86

Sila kedua Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan

beradab” mengandung makna bahwa dalam segala aspek

penyelenggaraan negara harus senantiasa diarahkan untuk

mewujudkan hakikat manusia yang beradab. Hakikat tersebut

diwujudkan melalui pelaksanaan hidup yang bermartabat setinggi-

tingginya. Penyelenggaraan pendidikan yang baik dan sesuai dengan

nilai-nilai Pancasila merupakan upaya untuk mewujudkan hakikat

manusia Indonesia yang beradab dan bermartabat tersebut.

Selanjutnya, berdasarkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang

tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945), yaitu untuk “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,

perdamaian abadi, dan keadilan sosial” terkandung makna bahwa

85 Jimly Asshidqie, Perihal Undang-Undang, Jakarta, Sekretariat Jenderal MK, 2006,

hal. 170. 86 Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan

Peraturan Perundang-Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan

Lembaran Negara Nomor 5234.

Page 112: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

112

Negara menjamin pemenuhan hak setiap warga negaranya, salah

satunya di bidang pendidikan.

Untuk menjamin pemenuhan hak warga negara di bidang

pendidikan, negara mengambil peran yang sangat signifikan dengan

menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara

serta mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional. Hal ini tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) sampai dengan ayat

(3) UUD Tahun 1945 yang berbunyi:

“(1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”

Penyelenggaraan pendidikan merupakan faktor yang sangat

menentukan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar beriman,

bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, dan

teknologi. Kualitas sumber daya manusia tersebut dihasilkan melalui

proses penyelenggaraan pendidikan yang baik dan bermutu.

Keberhasilan suatu bangsa dalam menciptakan pendidikan yang baik

dan bermutu ditentukan berbagai faktor, antara lain melalui kualitas

tenaga pendidik, kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran,

ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, dan lain-

lain.

Guru merupakan sumber daya pendukung utama dalam

pembangunan sistem pendidikan dan untuk mewujudkan tujuan

pendidikan nasional, sehingga fungsi, peran, dan kedudukan guru

sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di

Indonesia. Guru berperan untuk mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan sesuai dengan prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak

yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan

yang bermutu. Oleh karena itu, diperlukan peran dan upaya negara

untuk meningkatkan mutu, kompetensi, dan profesionalitas guru secara

terarah, terpadu, dan berkesinambungan.

Page 113: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

113

B. Landasan Sosiologis

Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki kedudukan

strategis dan garda terdepan dalam pengembangan kualitas pendidikan.

Guru memiliki peran yang sentral dan signifikan dalam kegiatan belajar

mengajar, baik di jalur pendidikan formal, pendidikan informal, maupun

pendidikan nonformal.

Eksistensi guru dalam pendidikan secara sosial budaya Indonesia

dituntut untuk memiliki banyak kemampuan (multi talent). Guru tidak

hanya dituntut untuk mahir dalam kegiatan belajar mengajar namun

juga harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan,

moral, dan akhlak peserta didik. Bahkan tidak sedikit orang tua yang

menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru.

Namun, ironisnya besarnya tuntutan profesionalitas yang harus

diemban guru masih kontradiktif dengan keadaan guru dengan adanya

sejumlah permasalahan, mulai dari kualifikasi dan kualitas guru,

distribusi dan disparitas guru, kesejahteraan, dan daulat atau

keberdayaan guru, dan pendidikan guru.

Pertama, kualifikasi dan kualitas guru. Selama hampir 14 tahun

UU tentang Guru dan Dosen diundangkan, masih banyak guru yang

belum memenuhi kualifikasi akademik yang dipersyaratkan oleh

undang-undang. Hal ini berarti masih banyak guru yang hanya

merupakan tamatan sekolah menengah. Guru yang secara kualifikasi

akademik belum memenuhi persyaratan jelas akan sangat berpengaruh

terhadap kualitas/mutu dan profesionalitas guru itu sendiri. Padahal

sebagaimana yang telah dijelaskan guru merupakan pendidik

profesional yang memiliki kedudukan strategis sebagai garda terdepan

dalam pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.

Kedua, distribusi dan disparitas guru. Ada perbedaan persepsi

antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terkait dengan jumlah

guru. Pemerintah Pusat berpendapat bahwa jumlah guru yang ada saat

ini mencukupi untuk kebutuhan satuan pendidikan di Indonesia.

Hanya saja jumlah tersebut persebarannya masih kurang merata di

wilayah provinsi Indonesia. Sedangkan menurut Pemerintah Daerah,

Page 114: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

114

jumlah, distribusi, dan disparitas jumlah guru masih kurang atau

belum mencukupi, khususnya bagi wilayah 3T (terluar, terdepan,

tertinggal). Untuk mengatasi kekurangan, distribusi, dan disparitas

guru tersebut Pemerintah daerah mengangkat guru honorer yang tentu

saja kebijakan ini berdampak menambah beban keuangan anggaran

dan pendapatan belanja daerah.

Ketiga, kesejahteraan guru. Kesejahteraan merupakan salah satu

permasalahan penting yang seringkali dikeluhkan guru yang terkait

dengan penghasilan. Penghasilan yang diterima oleh guru saat ini dapat

dikatakan masih belum mencukupi baik dari gaji pokok maupun

tunjangan lainnya. Selain belum mencukupi, penghasilan yang diterima

guru khususnya yang berada di daerah juga seringkali terlambat.

Terkait tunjangan profesi yang seharusnya diterima guru juga masih

terdapat permasalahan. Hal ini dikarenakan hanya guru yang memiliki

sertifikat pendidik melalui pendidikan profesi guru yang berhak

mendapatkan tunjangan profesi. Sementara Pemerintah melakukan

seleksi dan syarat yang ketat terhadap pemberian sertifikasi guru.

Keempat, daulat atau keberdayaan guru. Daulat guru erat

kaitannya dengan upaya perlindungan terhadap guru, khususnya

perlindungan hukum. Belakangan ini sering terjadi kasus hukum yang

menimpa guru. Banyak orangtua yang menggunakan Undang-Undang

tentang Perlindungan Anak sebagai dasar hukum untuk

mengkriminalisasi guru yang “dianggap” melakukan tindakan

sewenang-wenang terhadap murid. Di sisi lain guru berpendapat bahwa

tindakannya semata-mata untuk mendidik murid, tidak hanya mendidik

secara intelektual/kecerdasan namun juga secara akhlak dan moral.

Kelima, pendidikan guru. Pada awalnya pendidikan guru

ditujukan untuk sarjana kependidikan, namun saat ini sudah berbeda

karena tidak dipakai lagi istilah sarjana kependidikan tetapi yang

muncul istilah sarjana saja. Kondisi tersebut semakin diperburuk

dengan diadakannya Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimana

seolah-olah hanya ditujukan sebagai formalitas dalam membina calon

guru dan hanya lulusan program PPG yang memperoleh sertifikat,

Page 115: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

115

sementara lulusan LPTK dengan gelar sarjana kependidikan tidak

secara langsung dapat mengikuti program PPG. Ketika memang yang

dapat memperoleh sertifikasi adalah mereka yang telah mengikuti PPG,

kemudian lulusan S-1 kependidikan yang jumlahnya saat ini sudah

ribuan menjadi terbengkalai dengan alasan lulusan S-1 Kependidikan

tidak dianggap mampu menjadi guru karena belum mengikuti PPG.

C. Landasan Yuridis

Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang

menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi

permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan

mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau

yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan

masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang

berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu

dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru.

Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), dan

bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat) belaka, maka dalam

penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasarkan

pada hukum. Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan,

khususnya terkait dengan kedudukan, fungsi, dan peran guru sebagai

tenaga profesional di Indonesia memerlukan landasan hukum yang

kuat.

Selama ini sudah ada landasan hukum yang khusus mengatur

mengenai guru yang materi muatannya disatukan dengan pengaturan

mengenai dosen, yaitu UU Guru dan Dosen. UU tentang Guru dan

Dosen menempatkan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas

utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini

jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.

Selain itu, sudah terdapat juga UU tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang didalamnya mencakup pengaturan secara umum mengenai guru

sebagai pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan.

Page 116: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

116

Akan tetapi, kedua undang-undang tersebut belum mampu

menjawab permasalahan hukum dan perkembangan kebutuhan terkait

guru saat ini dan di masa yang akan datang. Permasalahan hukum

dalam UU tentang Guru dan Dosen tersebut antara lain mengenai

kewajiban untuk memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikasi guru

paling lama sepuluh tahun sejak UU tentang Guru dan Dosen

diundangkan.

Kewajiban sebagai amanat dari undang-undang ini belum dapat

dijalankan sepenuhnya, karena sampai dengan saat ini masih banyak

guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan S-1 atau

Diploma IV serta belum memiliki sertifikat pendidik. Selain itu,

pengaturan guru dalam UU tentang Guru dan Dosen masih berorientasi

hanya pada guru formal saja, sehingga guru nonformal atau pendidik

lainnya sebagaimana diatur dalam UU tentang Sistem Pendidikan

Nasional tidak termasuk ke dalam pengaturan UU tentang Guru dan

Dosen.

Masih rendahnya kualitas guru yang dibuktikan dengan

rendahnya hasil uji kompetensi yang dilakukan pada guru juga

menunjukkan berbagai permasalahan pengelolaan guru. Realitas ini,

pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas peserta didik yang

dihasilkan. Permasalahan lainnya yang perlu memperoleh solusi

hukumnya adalah terkait dengan kebutuhan pemerataan guru di

seluruh Indonesia yang mengakibatkan kesenjangan antara sebaran

guru di daerah perkotaan dengan di daerah pedesaan yang sangat lebar

perbedaannya.

Persoalan lainnya adalah terkait dengan masih banyaknya guru

yang mengajar lebih dari satu sekolah dengan jarak yang cukup jauh

untuk mengejar kewajiban memenuhi beban kerja minimal guru yang

diatur dalam UU Guru dan Dosen. Hal ini tentu saja dapat

mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal

sehingga perlu memperoleh solusi hukumnya agar proses pendidikan

oleh guru dapat berjalan efektif dan maksimal.

Page 117: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

117

Selanjutnya, guru sebagai profesi memerlukan wadah berhimpun

dalam sebuah organisasi profesi. Pengaturan mengenai organisasi

profesi dalam UU tentang Guru dan Dosen dirasakan masih belum

diatur dengan jelas dan tegas. Dampaknya, sampai saat ini banyak

bermunculan wadah berhimpun guru dengan berbagai latar belakang

dan kepentingan, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih jelas

terkait dengan organisasi profesi guru.

Perkembangan saat ini juga menunjukkan perlu dilakukan

pemisahan pengaturan guru dengan dosen, karena adanya perbedaan

antara tugas guru dan dosen serta kompleksnya permasalahan terkait

dengan guru. Dengan demikian, diharapkan undang-undang yang

mengatur mengenai guru dapat menciptakan guru yang bermutu dan

profesional melalui upaya pembinaan, pemberdayaan, dan peningkatan

mutu dan profesionalitasnya secara terencana, sistematis, dan

berkelanjutan.

Page 118: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

118

BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI

MUATAN UNDANG-UNDANG

A. Jangkauan dan Arah Pengaturan

Jangkauan dan arah pengaturan dalam RUU Guru mencakup

beberapa aspek yang terkait dengan profesi guru secara komprehensif.

RUU Guru ditujukan untuk meningkatkan kompetensi, integritas, dan

profesionalitas Guru sehingga mampu mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, serta

berakhlak mulia. Pengaturan yang paling utama berkaitan dengan tata

kelola guru yang terencana, terarah, dan berkesinambungan sesuai

dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan. Tata kelola guru yang

diatur mulai dari pengadaan (perencanaan, pengangkatan dan

penempatan), pemindahan, dan pemberhentian, termasuk penentuan

beban kerja, pembinaan serta pengembangan karir dan profesi guru.

Selain mengatur mengenai tata kelola, dalam RUU ini juga

memformulasikan penyelenggaraan pendidikan tinggi keguruan, baik

pendidikan akademik maupun pendidikan profesi guru. Dalam

penyelenggaran pendidikan tinggi keguruan juga diatur mengenai syarat

LPTK sebagai lembaga penyelenggara, pelaksanaan uji kompetensi, dan

proses sertifikasi. RUU juga mengatur menganai kualifikasi akademik

dan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, mencakup kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan. Dalam RUU juga diatur

mengenai guru warga Negara asing yang sebelumnya belum diatur

dalam UU No. 14 Tahun 2005.

Materi muatan dalam yang tetap dipertahankan untuk diatur

adalah hak dan kewajiban guru serta pemberian perlindungan bagi

guru yang mencakup pelindungan profesi, akademik, hukum, serta

kesehatan dan keselamatan kerja. Guru juga diberikan kebebasan

berserikat dan berkumpul untuk menyampaikan aspirasinya melalui

organisasi profesi. Untuk itu perlu ada pengaturan mengenai organisasi

guru yang dikelola profesional, bukan hanya sebagai wadah berhimpun,

Page 119: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

119

tetapi juga berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan

pengalaman diantara guru sehingga nantinya dapat berperan untuk

meningkatkan kompetensidan profesionalitas guru.

Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan sebagai

penyempurnaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. Undang-

Undang tersebut merupakan Undang-Undang pertama yang mengatur

mengenai profesi dan sertifikasi bagi guru. Namun dalam

implementasinya selama kurang lebih 13 tahun, ternyata banyak guru

yang belum tersertifikasi sehingga tidak berhak menerima tunjangan.

Seiring dengan perkembangan zaman, ternyata permasalahan yang

dihadapi guru juga semakin kompleks dan harus segera diatasi. Untuk

itu, sasaran yang ingin diwujudkan melalui penyusunan RUU ini yaitu

untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi guru,

mewujudkan kesejahteraan guru, dan memberikan pelindungan

terhadap profesi guru. Guru yang telah memperoleh tunjangan

serifikasi juga dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi yang

dimilikinya sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi.

B. Ruang Lingkup Materi Muatan

Adapun materi muatan yang diatur di dalam RUU tentang Guru

sebagai berikut:

1. Ketentuan Umum

Dalam ketentuan umum memuat batasan pengertian atau

definisi, singkatan/akronim yang dituangkan dalam batasan

pengertian atau definisi, dan atau hal-hal lain yang bersifat umum

yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain

ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa

dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab. Pemberian batasan

pengertian atau pendefinisian dari suatu istilah dalam suatu

undang-undang dimaksudkan untuk membatasi pengertian atau

untuk memberikan suatu makna bagi istilah yang digunakan dalam

undang-undang.

Page 120: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

120

Istilah dan batasan pengertian atau definisi yang perlu diatur

dalam RUU tentang Guru sebagai berikut:

a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik jalur pendidikan formal pada jenjang

pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, serta pendidikan

menengah dan jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok

bermain.

b. Calon Guru adalah lulusan pendidikan akademik program

sarjana kependidikan yang mengikuti pendidikan profesi Guru

sesuai dengan kuota perencanaan kebutuhan Guru secara

nasional.

c. Guru Profesi adalah Guru yang telah memiliki sertifikat profesi.

d. Penyelenggara Pendidikan adalah pemerintah, pemerintah

daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan

pada jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal

berbentuk kelompok bermain.

e. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan

jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain.

f. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik

yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan

Satuan Pendidikan di tempat penugasan.

g. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan

perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru

dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.

h. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap

kompetensi Guru yang telah lulus pendidikan profesi Guru.

i. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan

hukum yang beranggotakan dan diselenggarakan oleh Guru

untuk membina dan mengembangkan profesionalisme Guru.

j. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang selanjutnya

disingkat LPTK adalah perguruan tinggi yang memenuhi

Page 121: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

121

persyaratan dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk

menyelenggarakan program pendidikan profesi Guru serta untuk

menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan

nonkependidikan.

k. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang,

daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah

perbatasan dengan negara lain, daerah yang sulit dijangkau,

daerah yang mengalami bencana alam, daerah yang mengalami

bencana sosial, dan/atau daerah yang berada dalam keadaan

darurat lain.

l. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang

memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia

yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana

dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945.

m. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur

penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan

daerah otonom.

n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan di bidang pendidikan nasional.

Dalam pengaturan RUU tentang Guru berlandaskan pada

asas: a) Pelindungan, yang dimaksud dalam asas ini bahwa

pengaturan tentang Guru harus mampu memberikan pelindungan

kepada Guru, baik berupa pelindungan hukum, profesi, maupun

kesehatan dan keselamatan kerja; b) Keadilan, bahwa pengaturan

tentang Guru harus mampu memberikan peluang dan kesempatan

yang sama secara proporsional bagi Guru Aparatur Sipil Negara dan

Guru non-Aparatur Sipil Negara; c)Pemerataan, dalam asas ini

pengaturan tentang Guru harus mampu menjamin distribusi Guru

secara merata agar tidak terjadi kesenjangan jumlah Guru dan

mencegah penumpukan Guru yang berkualitas dalam suatu wilayah

tertentu; d) Profesionalisme, bahwa pengaturan Guru harus mampu

Page 122: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

122

menciptakan Guru sebagai tenaga pendidik yang kompeten,

berintegritas, dan profesional dalam menjalankan profesinya sesuai

dengan sistem dan standar yang berlaku; dan e) Integritas, dalam

asas ini Guru dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus

berpegang teguh pada nilai moral dan kode etik Guru.

Adapun tujuan pengaturan Guru sebagai berikut:

a. meningkatkan kompetensi, integritas, dan profesionalitas Guru

sehingga mampu mengembangkan potensi peserta didik agar

menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, serta

berakhlak mulia;

b. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan profesi guru yang

bermutu dan mudah diakses;

c. mewujudkan tata kelola Guru yang terencana, terarah, dan

berkesinambungan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan

pendidikan; dan

d. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Guru

dalam menjalankan profesinya.

2. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keguruan

Pendidikan tinggi keguruan diselenggarakan oleh perguruan

tinggi yang memiliki program pendidikan tenaga kependidikan yang

terdiri atas: pendidikan akademik dan pendidikan profesi guru.

Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan pada

penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pendidikan keguruan.

Pendidikan akademik tersebut terdiri atas program sarjana, program

magister, dan program doktor.

Adapun pendidikan profesi guru merupakan pendidikan yang

diarahkan untuk mempersiapkan calon guru untuk memiliki

pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Penyelenggaraan

pendidikan profesi guru harus memperhatikan perencanaan

kebutuhan guru secara nasional. Menteri di bidang pendidikan

menentukan kuota penerimaan mahasiswa pendidikan profesi guru

setelah berkoordinasi dengan Menteri di bidang agama. Penentuan

Page 123: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

123

kuota penerimaan tersebut harus memperhatikan perencanaan

kebutuhan guru secara nasional.

Pendidikan profesi Guru dapat diikuti oleh calon guru.

Pendidikan profesi guru tersebut dilakukan melalui dua mekanisme

pembiayaan, yaitu melalui biaya sendiri; atau dibiayai oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Pendidikan profesi Guru

yang ditempuh oleh calon guru dengan biaya sendiri harus

dilakukan sesuai dengan jenjang pendidikan dan mata pelajaran

yang akan diampu. Adapun bagi calon guru yang menempuh

pendidikan profesi guru yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat harus

memenuhi ketentuan bersedia ditempatkan di daerah khusus dan

memenuhi jangka waktu penempatan paling singkat 2 (dua) tahun.

Jika guru yang telah dibiayai Pemerintah tidak dapat memenuhi

ketentuan tersebut maka wajib mengganti seluruh biaya yang telah

dikeluarkan oleh Pemerintah dan dicabut sertifikat profesinya.

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan dapat

membiayai pendidikan profesi Guru bagi Calon Guru untuk

memenuhi kebutuhan Guru di daerah. Pembiayaan pendidikan

profesi Guru harus memperhatikan perencanaan kebutuhan Guru

secara nasional. Calon Guru yang menempuh pendidikan profesi

guru yang dibiayai Pemerintah Daerah harus memenuhi ketentuan

bersedia ditempatkan di daerah asal dan memenuhi jangka waktu

penempatan paling singkat 2 (dua) tahun.

Untuk memenuhi kebutuhan anggaran dalam

penyelenggaraan pendidikan profesi guru, Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk

penyelenggaraan pendidikan profesi guru.

Pendidikan profesi Guru diselenggarakan oleh LPTK yang

harus memenuhi syarat dan ditetapkan oleh Menteri yang

menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan

tinggi. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:

a. berbentuk universitas;

Page 124: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

124

b. memiliki program studi kependidikan paling rendah berakreditasi

kategori B;

c. memiliki program studi kependidikan yang sama dengan

program pendidikan profesi guru yang akan diselenggarakan;

d. memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan

standar nasional pendidikan tinggi; dan

e. memiliki sarana dan prasarana yang mendukung

penyelenggaraan program pendidikan profesi guru.

LPTK dalam menyelenggarakan pendidikan profesi guru harus

memenuhi standar pendidikan guru yang disusun secara bersama

oleh kementerian di bidang pendidikan tinggi, kementerian di bidang

pendidikan, kementerian di bidang agama, asosiasi LPTK, dan

organisasi profesi guru. Standar pendidikan guru tersebut harus

mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi. Standar

pendidikan guru selanjutnya ditetapkan oleh menteri di bidang

pendidikan tinggi.

LPTK dalam menyelenggarakan pendidikan profesi Guru

bekerja sama dengan kementerian di bidang pendidikan,

kementerian di bidang agama, dan organisasi profesi guru. LPTK

hanya dapat menerima mahasiswa pendidikan profesi Guru sesuai

dengan kuota penerimaan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru.

Namun, jika terjadi peningkatan kebutuhan guru, menteri di bidang

pendidikan berkoordinasi dengan menteri di bidang pendidikan

tinggi untuk menambah kuota penerimaan mahasiswa pendidikan

profesi guru. Dengan demikian, menteri di bidang pendidikan tinggi

dapat menugaskan LPTK untuk menambah kuota penerimaan

mahasiswa pendidikan profesi guru sepanjang memenuhi daya

tampung dan daya dukung LPTK.

Pada tahap akhir pendidikan profesi guru, mahasiswa

pendidikan profesi guru harus mengikuti uji kompetensi secara

nasional pada akhir masa pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk

menjamin mutu lulusan pendidikan profesi guru. Uji kompetensi

tersebut diselenggarakan oleh LPTK bekerja sama dengan organisasi

Page 125: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

125

profesi. Mahasiswa pendidikan profesi guru yang lulus uji

kompetensi berhak mendapatkan sertifikat profesi dan disebut guru

profesi. Sertifikat profesi tersebut diterbitkan oleh LPTK.

3. Kualifikasi dan Kompetensi

Calon guru yang akan diangkat menjadi guru profesi harus

memenuhi beberapa syarat, yaitu: memiliki kualifikasi akademik,

memiliki kompetensi, sehat jasmani dan rohani yang

memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan

nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional tersebut adalah

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,

berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Calon guru memperoleh kualifikasi akademiknya melalui

pendidikan akademik pada program sarjana kependidikan.

Kualifikasi akademik tersebut dibuktikan dengan ijazah sarjana (S-

1) kependidikan. Namun, Pemerintah Daerah juga dapat

mengangkat pendidik dengan keahlian khusus jika terjadi

kekurangan guru mata pelajaran yang memerlukan keahlian

khusus pada jenjang pendidikan menengah kejuruan. Pendidik

dengan keahlian khusus yang dimaksudkan adalah orang

perseorangan yang tidak mempunyai latar belakang ilmu

pendidikan, namun memiliki kompetensi dan keahlian khusus

dalam mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh adalah seseorang

yang memiliki keahlian di bidang teknik mesin, teknik bangunan,

teknik ketenagalistrikan, desain grafis, perhotelan, dan pariwisata.

Pengangkatan tenaga profesional menjadi Guru dengan

keahlian khusus harus memenuhi persyaratan: belum terdapat

program studi di perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan di

bidang keahlian khusus; dan tidak diperuntukkan untuk mengisi

formasi Guru Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan tersebut

Page 126: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

126

dilakukan setelah lulus uji kesetaraan dan uji kelayakan. Uji

kesetaraan merupakan penyetaraan pemenuhan kualifikasi

akademik S-I/D-IV sementara uji kelayakan merupakan pemenuhan

Sertifikasi.

Adapun kompetensi calon guru diperoleh melalui Pendidikan

Profesi Guru (PPG). Kompetensi tersebut merupakan seperangkat

pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,

dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam

melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru meliputi

kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan.

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru untuk

mengelola pembelajaran peserta didik dalam proses pendidikan.

Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang dimiliki guru

dalam mengelola hubungan personal dan sosial dalam lingkungan

pendidikan serta meningkatkan kualitas pribadi sehingga dapat

menampilkan diri sebagai sosok yang diteladani. Selanjutnya,

kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dimiliki guru

untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien

dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik,

dan masyarakat sekitar. Sedangkan kompetensi keilmuan

merupakan kemampuan yang dimiliki guru dalam penguasaan

bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya

yang diampunya.

Empat kompetensi guru tersebut dirumuskan dalam standar

kompetensi guru yang ditetapkan oleh menteri pendidikan yang

disusun atas usul asosiasi LPTK dan organisasi profesi guru.

Standar kompetensi guru tersebut juga digunakan sebagai acuan

untuk pengembangan karier guru, pengembangan kompetensi guru,

dan pelaksanaan sistem informasi manajemen guru.

4. Pengadaan

Pengadaan Guru dilakukan melalui perencanaan,

pengangkatan dan penempatan. Pemerintah Pusat wajib melakukan

Page 127: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

127

perencanaan kebutuhan Guru secara nasional untuk menjamin

keberlangsungan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.

Perencanaan kebutuhan Guru ditetapkan dengan

mempertimbangkan:

a. kebutuhan guru di daerah, termasuk di daerah khusus;

b. pemerataan guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan

oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat;

dan/atau

c. kebutuhan guru mata pelajaran tertentu.

Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan Guru

diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Pengangkatan dan penempatan Guru dilakukan secara

objektif dan transparan berdasarkan perencanaan kebutuhan Guru

yang ditetapkan Pemerintah.cPengangkatan dan penempatan Guru

pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah atau

Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Pengangkatan dan penempatan

Guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat

dilakukan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja

bersama.

Pemerintah dapat menempatkan Guru dengan

memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau

warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi kualifikasi

akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru

di Daerah Khusus.

Guru yang bertugas di Daerah Khusus memperoleh hak yang

meliputi kenaikan pangkat rutin secara otomatis, kenaikan pangkat

istimewa sebanyak 1 (satu) kali, dan perlindungan dalam

pelaksanaan tugas. Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah wajib menandatangani pernyataan kesanggupan

untuk ditugaskan di Daerah Khusus paling singkat selama 10

(sepuluh) tahun.

Page 128: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

128

Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah

Daerah yang telah bertugas selama 10 (sepuluh) tahun atau lebih di

Daerah Khusus berhak pindah tugas setelah tersedia guru

pengganti. Dalam hal terjadi kekosongan Guru di Daerah Khusus,

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib menempatkan

Guru pengganti untuk menjamin keberlanjutan proses

pembelajaran pada satuan pendidikan yang bersangkutan.

Ketentuan lebih lanjut mengenai Guru yang bertugas di daerah

khusus diatur dengan Peraturan Pemerintah.

5. Pemindahan

Guru yang berstatus aparatur sipil negara dapat dipindahkan

berdasarkan penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

Selain penugasan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah,

pemindahan Guru juga dapat dilakukan atas permohonan sendiri.

Pemindahan Guru yang berstatus aparatur sipil negara dapat

dilakukan antarprovinsi, antarkabupaten atau antarkota,

antarkecamatan, atau antarsatuan pendidikan. Dalam hal terjadi

pemindahan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah maka

Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya

memfasilitasi pemindahan Guru aparatur sipil negara tersebut.

Adapun pemindahan Guru aparatur sipil negara berdasarkan

permohonan sendiri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Untuk pemindahan Guru non-aparatur sipil negara pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur

oleh penyelenggara pendidikan yang bersangkutan atau satuan

pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau

kesepakatan kerja bersama. Ketentuan mengenai pemindahan

Guru, baik oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah maupun

atas permohonan sendiri diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Page 129: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

129

6. Pemberhentian

Pemberhentian Guru hanya didasarkan pada 2 (dua) putusan

yakni pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak

dengan hormat.

Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan

sebagai guru disebabkan:

a. meninggal dunia;

b. mencapai batas usia pensiun;

c. atas permintaan sendiri;

d. sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat

melaksanakan tugas secara terus menerus selama 12 (dua

belas) bulan; atau

e. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama

antara guru dan penyelenggara pendidikan.

Selain pemberhentian dengan hormat, Guru pun dapat

diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru

disebabkan:

a. melanggar sumpah dan janji jabatan;

b. melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;

atau

c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)

bulan atau lebih secara terus menerus.

Pemberhentian guru baik dilakukan dengan hormat maupun

tidak dengan hormat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Agar tidak terjadi tindakan

kesewenang-wenangan dan menjunjung asas keadilan maka

pemberhentian guru dapat dilakukan setelah guru yang

bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.

7. Beban Kerja

Beban kerja guru dalam proses belajar mengajar meliputi

kegiatan pokok dan tugas tambahan. Beban kerja guru tersebut

Page 130: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

130

harus dipenuhi paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam dan paling

banyak 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.

Adapun Kegiatan pokok dalam beban kerja guru meliputi:

merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, melaksanakan

pembelajaran atau pembimbingan, menilai hasil pembelajaran atau

pembimbingan, dan membimbing dan melatih peserta didik.

Sedangkan tugas tambahan melekat pada pelaksanaan kegiatan

pokok sesuai dengan beban kerja Guru yang meliputi ditugaskan

menjadi wakil kepala satuan pendidikan; ketua program keahlian

satuan pendidikan; kepala perpustakaan satuan pendidikan; kepala

laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan;

pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang

menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu;

atau tugas tambahan lainnya yang terkait dengan pendidikan di

satuan pendidikan.

8. Pembinaan dan Pengembangan

Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan

pengembangan profesi dan pembinaan dan pengembangan karier.

Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi kompetensi

pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan yang dilakukan secara

berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas guru. Bentuk

pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi:

a. peningkatan kualifikasi akademik

peningkatan kualifikasi akademik diutamakan untuk

menyiapkan guru dalam jabatan yang belum memenuhi

kualifikasi akademik untuk mengikuti pendidikan akademik

program sarjana kependidikan. Selain itu peningkatan

kualifikasi akademik juga dimaksudkan mendorong Guru

profesi untuk mengikuti pendidikan akademik program

magister dan doktor.

b. peningkatan kompetensi melalui pendidikan profesi guru

Page 131: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

131

peningkatan kompetensi melalui pendidikan profesi guru

ditujukan untuk menyiapkan Guru dalam jabatan yang belum

memiliki sertifikat profesi untuk menjadi guru profesi.

c. peningkatan kompetensi melalui pelatihan

peningkatan kompetensi melalui pelatihan ditujukan kepada

Guru profesi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,

dan keahlian, antara lain melalui seminar, kursus, penataran,

pelatihan jarak jauh, dan e-learning.

d. penyiapan dan optimalisasi lembaga pendidikan dan pelatihan

milik pemerintah atau masyarakat

lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah misalnya

lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola oleh

kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di

bidang pendidikan, kementerian yang menyelenggarakan

urusan pemerintahan di bidang agama, dan lain-lain. Lembaga

pelatihan milik masyarakat misalnya lembaga pelatihan

penjaminan profesi, lembaga psikologi terapan, dan lain-lain.

Bentuk pembinaan dan pengembangan profesi dinilai dan

disupervisi oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib membina dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,

Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan

mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.

Satuan pendidikan dapat mengusulkan kepada Pemerintah

Pusat dan/atau Pemerintah Daerah untuk menentukan jenis

pelatihan dan/atau kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan

kompetensi guru. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

masyarakat dalam melakukan pembinaan kepada guru dapat

memberikan atau menyediakan fasilitas untuk meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan guru. Pemberian dan penyediaan

fasilitas dilakukan melalui pemberian kesempatan untuk

Page 132: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

132

mengadakan diskusi atau saresahan, pemberian fasilitas internet,

dan lain-lain.

Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah wajib

memberikan anggaran untuk meningkatkan pembinaan dan

pengembangan profesi guru pada satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,

dan/atau masyarakat. Selanjutnya, pembinaan dan pengembangan

profesi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau masyarakat secara

lengkap akan diatur dengan Peraturan Menteri.

Selain pembinaan dan pengembangan kompetensi,

Pemerintah dan Pemerintah Daerah juga melakukan pembinaan

dan pengembangan kareir guru. Pembinaan dan pengembangan

karier Guru Pegawai Negeri Sipil dilakukan melalui penugasan,

kenaikan pangkat, dan promosi yang dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pembinaan

dan pengembangan karier guru non-Pegawai Negeri Sipil meliputi

penugasan dan promosi.

9. Penghargaan

Penghargaan diberikan kepada Guru yang berprestasi,

berdedikasi luar biasa, bertugas di daerah khusus; dan/atau gugur

dalam melaksanakan tugas di daerah khusus. Penghargaan tersebut

dapat diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,

masyarakat, organisasi profesi guru, dan/atau satuan pendidikan.

Penghargaan kepada Guru yang diberikan dapat berbentuk, tanda

jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, beasiswa, piagam

kesempatan prioritas peningkatan kompetensi, dan/atau dalam

bentuk penghargaan lain. Sedangkan ketentuan lebih lanjut

mengenai penghargaan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.

10. Hak dan Kewajiban

Guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan berhak:

Page 133: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

133

a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan

jaminan kesejahteraan sosial;

b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas

dan prestasi kerja;

c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas;

d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;

e. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan

meningkatkan kualifikasi akademik;

f. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam

bidangnya.

g. memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan

pengembangan kualitas;

h. memperoleh dan memanfaatkan sarana, prasarana dan fasilitas

pendidikan untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;

i. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut

menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada

peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,

dan peraturan perundang-undangan;

j. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam

melaksanakan tugas;

k. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan

kebijakan pendidikan; dan

l. memperoleh cuti.

Untuk meningkatkan kesejahteraan, Guru mendapatkan

penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum. Adapun

penghasilan guru meliputi:

a. gaji pokok;

b. tunjangan yang melekat pada gaji;

c. tunjangan profesi;

d. tunjangan fungsional;

e. tunjangan khusus; dan/atau

f. maslahat tambahan.

Page 134: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

134

Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi

penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan, sedangkan guru yang diangkat oleh satuan pendidikan

yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi penghasilan

berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Untuk mendapatkan tungjangan profesi, guru harus memenuhi

memenuhi persyaratan. Adapun persyaratannya adalah:

a. memiliki Sertifikat Profesi;

b. memiliki nomor registrasi Guru;

c. memenuhi beban kerja;

d. aktif mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru

kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan

Sertifikat Profesi yang dimiliki; dan

e. memiliki nilai hasil penilaian kinerja minimal baik.

Tunjangan profesi untuk Guru Pegawai Negeri Sipil diberikan

sebesar 1 (satu) kali gaji pokok guru yang bersangkutan sesuai

dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan

tunjangan profesi untuk guru non-Pegawai Negeri Sipil yang

diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat diberikan sesuai

dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama

dengan guru Pegawai Negeri Sipil. Pemberian tunjangan profesi

dibayarkan secara rutin setiap bulan.

Adapun untuk tunjangan fungsional diberikan oleh Pemerintah

Pusat atau Pemerintah Daerah kepada guru yang diangkat oleh

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah. Guru yang mendapatkan tunjangan fungsional

adalah guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.

Tunjangan khusus diberikan kepada Guru yang bertugas di

Daerah Khusus. Tunjangan khusus untuk guru Pegawai Negeri Sipil

diberikan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok guru yang bersangkutan

Page 135: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

135

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tunjangan

khusus untuk guru non-Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh

satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau

Pemerintah Daerah diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa

kerja, dan kualifikasi yang sama. Pemberian tunjangan khusus

dibayarkan secara rutin setiap bulan. Guru yang ditugaskan oleh

Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah di Daerah Khusus, selain

mendapat tunjangan khusus, juga berhak atas rumah dinas yang

disediakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan.

Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang

diperoleh oleh guru. Maslahat tambahan diberikan dalam bentuk

tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan

kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri

guru. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah menjamin

terwujudnya maslahat tambahan.

Penghasilan guru dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan

dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah. Terkait dengan materi tunjangan profesi, tunjangan

fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan untuk

peraturan teknisnya diatur dengan Peraturan Pemerintah

Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan

berkewajiban:

a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran;

b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

c. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,

menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;

d. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi;

e. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar

pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik

Page 136: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

136

tertentu, latar belakang keluarga, dan latar belakang status sosial

ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;

f. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode

etik guru, nilai agama, dan etika; dan

g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.

11. Pelindungan

Guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya wajib

memperoleh pelindungan. Pelindungan tersebut wajib dilakukan oleh

Pemerintah, Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi, masyarakat,

dan/atau satuan pendidikan. Bentuk pelindungan tersebut,

meliputi:

a. Pelindungan hukum.

Pelindungan hukum mencakup pelindungan terhadap tindak

kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau

perlakuan tidak adil dari peserta didik, orang tua peserta didik,

masyarakat, birokrasi, atau pihak lain, serta pelindungan hak

atas kekayaan intelektual.

b. Pelindungan profesi.

Pelindungan profesi mencakup pelindungan terhadap pemutusan

hubungan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan, pemberian penghasilan yang tidak wajar,

pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan

terhadap profesi, dan pembatasan atau pelarangan lain yang

dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.

c. Pelindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

Pelindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja

mencakup pelindungan terhadap risiko gangguan keamanan

kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana

alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.

12. Guru Warga Negara Asing

Guru warga negara asing dapat bekerja berdasarkan atas

permintaan satuan pendidikan di Indonesia. Permintaan tersebut

Page 137: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

137

bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru yang belum dapat

dipenuhi oleh guru berkewarganegaraan Indonesia dan untuk

meningkatkan mutu pendidikan. Penggunaan guru warga negara

asing juga dilakukan oleh satuan pendidikan hanya dalam

hubungan kerja waktu tertentu.

Satuan pendidikan yang menggunakan guru warga negara

asing wajib memiliki rencana penggunaan guru warga negara asing.

Rencana tersebut merupakan syarat untuk mendapatkan izin kerja

guru warga negara asing. Rencana penggunaan guru warga negara

asing yang paling sedikit memuat:

a. alasan penggunaan guru warga negara asing;

b. jabatan atau mata pelajaran yang diampu dalam satuan

pendidikan; dan

c. jangka waktu penggunaan Guru warga negara asing.

Guru warga negara asing yang akan bekerja pada satuan

pendidikan harus memenuhi syarat memiliki kualifikasi akademik

program sarjana kependidikan, memiliki izin, dan sehat jasmani dan

rohani. Izin diberikan oleh menteri di bidang ketenagakerjaan

setelah mendapatkan rekomendasi sebagai guru dari menteri di

bidang pendidikan. Guru warga negara asing yang dipekerjakan

sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia juga diwajibkan

mematuhi kode etik guru dan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

13. Organisasi Profesi Guru

Untuk menjamin kualitas dan profesionalisme, Guru

membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi Guru. Organisasi Profesi

Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri dan

independen. Guru wajib menjadi anggota Organisasi Profesi Guru.

Organisasi Profesi Guru berfungsi sebagai wadah pemersatu,

pembina, pengembang, dan pengawas Guru.

Organisasi Profesi Guru memiliki tugas: melindungi profesi

Guru; memajukan profesi Guru; dan meningkatkan dan

Page 138: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

138

mengembangkan kompetensi, karier, dan wawasan kependidikan

Guru.

Organisasi Profesi Guru berwenang untuk: menetapkan dan

menegakkan kode etik Guru; memberikan bantuan hukum kepada

Guru; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk

meningkatkan kompetensi Guru; memberikan sanksi atas

pelanggaran kode etik Guru atas rekomendasi dewan kehormatan;

dan memberikan saran untuk kemajuan pendidikan nasional.

Organisasi Profesi Guru berkedudukan di ibukota Negara Republik

Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di daerah.

Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat

Guru, Organisasi Profesi Guru membentuk kode etik. Kode etik yang

dibentuk berisi norma dan etika yang mengikat perilaku Guru

dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.

Organisasi Profesi Guru membentuk dewan kehormatan dan

berwenang untuk:

a. mengawasi pelaksanaan kode etik Guru;

b. memeriksa pada tingkat pertama dan tingkat terakhir atas

pelanggaran kode etik Guru; dan

c. memberikan rekomendasi sanksi kepada Organisasi Profesi Guru

atas pelanggaran kode etik oleh Guru.

Rekomendasi dewan kehormatan harus objektif, non

diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar

Organisasi Profesi Guru serta ketentuan peraturan perundang-

undangan. Organisasi Profesi Guru wajib melaksanakan

rekomendasi sanksi dewan kehormatan. Keanggotaan serta

mekanisme kerja dewan kehormatan diatur dalam anggaran dasar

Organisasi Profesi Guru.

Organisasi Profesi Guru membentuk kelompok kerja guru

mata pelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan cabang

disiplin keilmuan keguruan. Keanggotaan dan mekanisme kerja

kelompok kerja guru mata pelajaran diatur oleh Organisasi Profesi

dalam anggaran dasar Organisasi Profesi Guru. Kelompok kerja

Page 139: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

139

guru mata pelajaran dalam melaksanakan kegiatannya dapat

difasilitasi oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.

14. Ketentuan Peralihan

Ketentuan peralihan memuat penyesuaian terhadap

pendidikan profesi yang sedang berlangsung tetap dilaksanakan

sampai dengan selesainya pendidikan profesi guru.

Selain itu, diatur juga peralihan atau penyesuaian terhadap

Guru dalam jabatan yang diangkat sampai dengan akhir tahun

2015 dan belum memenuhi kualifikasi akademik sebelum undang-

undang ini berlaku untuk tetap dapat melaksanakan tugasnya

sebagai Guru sampai batas waktu pemenuhan kualifikasi akademik

berdasarkan undang-undang ini dipenuhi.

Selanjutnya, Guru dalam jabatan yang diangkat sampai

dengan akhir tahun 2015 dan belum memiliki sertifikat pendidik

sebelum undang-undang ini berlaku tetap dapat melaksanakan

tugasnya sebagai Guru sampai batas waktu pemenuhan sertifikat

pendidik berdasarkan undang-undang ini dipenuhi dan tetap dapat

mengikuti pendidikan profesi Guru dengan biaya dari Pemerintah

Pusat, Pemerintah Daerah, atau satuan pendidikan yang

diselenggarakan oleh masyarakat.

15. Ketentuan Penutup

Di dalam ketentuan penutup ini, memuat ketentuan

peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan guru masih

tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang

tentang Guru ini. Selain itu, juga memuat batasan waktu agar

peraturan pelaksanaan yang diperintahkan dalam RUU tentang

Guru harus sudah dibuat sesuai dengan jangka waktu yang

ditentukan sehingga dapat berjalan dengan baik karena instrumen

hukum yang dibutuhkan telah dipenuhi.

Ketentuan penutup ini juga memuat mengenai pengakuan

atas sertifikat pendidik yang telah diperoleh sebelum undang-

undang ini berlaku tetap diakui keberadaannya dan dimaknai

Page 140: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

140

sebagai sertifikat profesi. Ketentuan penutup juga menyatakan saat

mulai berlakunya dan agar setiap orang mengetahuinya,

memerintahkan pengundangan Undang-Undang tentang

Permusikan ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara

Republik Indonesia.

Page 141: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

141

BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa

simpulan sebagai berikut:

1. Teori dan praktik empiris mengenai Guru

A) Teori

1) Istilah guru mengacu kepada seseorang yang memberikan

pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang

lain. Guru berkompeten dan bertanggung jawab, terutama

dalam mengawal perkembangan peserta didik. Guru juga harus

mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan

pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan

kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri

informasi. Sebagai profesi, guru dalam melaksanakan

pekerjaannya bukan hanya mengajar dan memberikan

informasi berupa materi pelajaran saja, akan tetapi memiliki

tujuan. Sebagai tenaga profesional, guru harus mengikuti

prosedur yang terpadu dalam pengelolaan sumber daya

manusia, yaitu: rekrutmen dan seleksi guru, penempatan guru;

penilaian kinerja; pengembangan; kompensasi; dan unionisasi.

2) Prof. Dr. Wina Sanjaya mengemukakan empat peran guru

dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai implementers,

adapters, developers, dan researchers. Sebagai implementers,

guru bertugas melaksanakan kurikulum yang sudah ada;

sebagai adapters, guru menyelaraskan kurikulum dengan

karakteristik kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah; sebagai

developers menuntut guru untuk menyusun kurikulum

kemudian menentukan strategi yang tepat dalam pembelajaran;

dan sebagai researchers, guru bertugas menguji bahan ajar

demi menemukan metode yang paling efektif.

Page 142: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

142

3) Dr. Ali Mudhofir menyebutkan ada 6 tugas guru, yaitu:

a) sebagai pengajar, guru merencanakan dan melaksanakan

pengajaran.;

b) sebagai pembimbing, guru memberikan bantuan kepada

siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya;

c) sebagai administrator kelas, guru menatalaksanakan

pengajaran di dalam kelas;

d) sebagai pengembang kurikulum, guru untuk mencari

gagasan-gagasan baru dalam menyempurnakan praktek

pendidikan dan aktivitas pengajaran;

e) untuk mengembangkan profesi, pada dasarnya ialah

tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai,

menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas dan

tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu, guru dituntut

untuk selalu peka dan meningkatkan kualitasnya;

f) untuk membina hubungan dengan masyarakat, merupakan

tugas guru untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam

mencapai tujuan-tujuan pendidikan, karena pendidikan

tidak saja terjadi di sekolah tapi juga di luar sekolah,

terutama di rumah.

B) Praktik Empiris

Dalam praktiknya, tata kelola guru di Indonesia masih

menghadapi berbagai kendala, seperti:

1) pemenuhan jumlah guru dalam hal kuantitas dan distribusi

guru yang tidak merata pada setiap daerah;

2) kualitas guru Indonesia saat ini masih sangat rendah dilihat

dari masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi

pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang

Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;

3) pemenuhan beban kerja untuk mengajar minimal 24 jam tatap

muka tidak dapat dipenuhi;

Page 143: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

143

4) kesejahteraan guru yang memprihatinkan, terutama bagi guru

yang masih berstatus sebagai guru honorer;

5) penyelenggaraan pendidikan profesi guru seringkali muncul

ketidaksesuaian antara ketersediaan/lowongan untuk peserta

PPG dengan kebutuhan lapangan;

6) uji kompetensi belum dilaksanakan secara optimal, saat ini uji

kompetensi hanya dititikberatkan pada pengukuran

kompetensi profesional dan pedagogik, belum mengukur

kompetensi psikologikal dan sosial;

7) keterbatasan anggaran menyebabkan pelaksanaan pendidikan

profesi guru menjadi tidak optimal, adanya kuota terbatas

sehingga mengakibatkan daftar tunggu yang panjang;

8) adanya ketimpangan perlakuan dalam regulasi dan kebijakan

sertifikasi yang mengatur tentang guru dan dosen; dan

9) minimnya peran organisasi profesi dalam pelindungan atau

pengayom guru dalam melaksanakan profesinya dan dalam

penyelenggaraan PPG.

2. Kondisi peraturan perundang-undangan saat ini yang berkaitan

dengan guru sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun

2005 tentang Guru dan Dosen. Namun Undang-Undang tersebut

belum mampu menjawab permasalahan terkait guru serta sudah tidak

sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum

dalam masyarakat.

3. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis RUU tentang Guru.

a. Landasan Filosofis.

Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam

pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu untuk “melindungi

segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,

memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan

bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan

kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” terkandung

Page 144: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

144

makna bahwa negara menjamin pemenuhan hak setiap warga

negaranya, salah satunya di bidang pendidikan. Untuk menjamin

pemenuhan hak warga negara di bidang pendidikan, negara

mengambil peran yang sangat signifikan dengan menyatakan

bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara serta

mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan

nasional. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 ayat (1)

sampai dengan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Penyelenggaraan

pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas

sumber daya manusia di Indonesia agar beriman, bertakwa, dan

berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, dan

teknologi. Guru merupakan sumber daya pendukung utama

dalam pembangunan sistem pendidikan dan untuk mewujudkan

tujuan pendidikan nasional, sehingga fungsi, peran, dan

kedudukan guru sangat strategis dalam menentukan kualitas

sumber daya manusia di Indonesia.

b. Landasan Sosiologis.

Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki kedudukan

strategis dan sebagai garda terdepan dalam pengembangan

kualitas pendidikan. Dalam perkembangannya tuntutan

profesionalitas yang harus diemban guru masih terkendala

permasalahan distribusi, kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan,

dan pelindungan.

c. Landasan Yuridis

Pengaturan guru dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005

tentang Guru dan Dosen sudah tidak sesuai lagi dengan

perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam

masyarakat.

4. Materi Muatan RUU tentang Guru.

RUU ini memuat materi muatan yang berkaitan dengan guru,

terdiri dari ketentuan umum yang memuat definisi atau batasan

pengertian, asas dan tujuan, penyelenggaran pendidikan tinggi

Page 145: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

145

keguruan, uji kompetensi, kualifikasi dan kompetensi, pengadaan,

pemindahan, pemberhentian, beban kerja, pembinaan dan

pengembangan, penghargaan, hak dan kewajiban, pelindungan, guru

warga negara asing, organisasi profesi, ketentuan peralihan, dan

ketentuan penutup.

B. Saran

Atas beberapa simpulan diatas, dapat disampaikan saran sebagai

berikut:

1. Perlu adanya pengaturan guru dalam suatu undang-undang

dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, integritas, dan

profesionalitas guru sehingga mampu mengembangkan potensi

peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,

berilmu, serta berakhlak mulia; mewujudkan penyelenggaraan

pendidikan profesi guru yang bermutu dan mudah diakses;

mewujudkan tata kelola guru yang terencana, terarah, dan

berkesinambungan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan

pendidikan; dan memberikan pelindungan dan kepastian hukum

kepada guru dalam menjalankan profesinya.

2. Keberadaan undang-undang tersebut sangat diperlukan sebagai

landasan hukum yang kuat bagi guru sebagai tenaga profesional

di Indonesia dan untuk menjawab permasalahan serta

perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam

masyarakat.

Page 146: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

146

Page 147: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

147

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Asshidqie, Jimly. 2006. Perihal Undang-Undang, Jakarta: Sekretariat Jenderal MK.

Evangelista, Leonardo. 2009. Competence, competencies and career guidance. Coherence, Co-Operation and Quality in Guidance and Counselling Research.

Idris, Muhamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz

Media.

Indahri, Yulia, Singgih, Ujianto, Fahham, Achmad Muchaddam, dan Alawiyah, Faridah. 2017. Permasalahan Tata Kelola Guru: Implementasi Undang-Undang Guru dan Dosen dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Guru. Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.

International Labour Organization. 2016. The ILO/UNESCO Recommendation concerning the Status of Teachers (1966 ). Geneva.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah: Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar Dan Menengah Tahun 2015/2016. Jakarta: Pusat

Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.

Kusnandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:

Rajagrafindo Persada.

Mangkuprawira, Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik (edisi kedua). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia

Mudhofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.

Nurdin, Syafrudin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.

Ciputat: PT Ciputat Press.

OECD. 2018. Indicator D4 How much time do teachers spend teaching?. Paris: OECD Publishing.

Rusn, Abidin Ibn. 2009. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.

Page 148: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

148

Saracho, O. Dan Spodek, B. 2003. Contemporary perspectives in early childhood education: Studying teachers in early childhood setting. Information Age Publishing Greenwich CT.

Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia: Menghadapi Abad ke-21. Jakarta: Penerbit Airlangga.

Spencer, Lyle dan Spencer, Signe M. 1993. Competence at Work, Models For Superior Performance. Canada: John Wiley & Sons Inc.

Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Holloway, S., & Yamamoto, Y. 2003. Sensei! Early childhood education teachers in Japan. In Saracho, O. and Spodek, B. (eds.), Contemporary perspectives in early childhood education: Studying teachers in early childhood setting (pp. 181-207). Greenwich CT: Information Age

Publishing.

Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja

Grafindo Persada.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016. Jakarta:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

JURNAL

Alawiyah, Faridah. 2013. “Peran Guru Dalam Kurikulum 2013”. Jurnal Aspirasi, Vol. 4, No.1, Tahun 2013.

Collinson, Vivienne & Ono, Yumiko. “The Professional Development of Teachers in the United States and Japan”. European Journal of Teacher Education, Vol. 24, No. 2. Tahun 2001.

Hirotoshi Yamasaki, “Teachers and Teacher Education in Japan”. Bull. Grad. School Educ.Hiroshima Univ., Part III, No. 65. Tahun 2016.

Ilanlou, M., & Zand, M. “Professional competencies of teachers and the qualitative evaluation”. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 29, Tahun 2011.

Kovač, V., Rafajac, B., dan Buchberger, I. “Croatian Teacher Competencies Related to the Creation and Implementation of Education Policy”. C.E.P.S Journal, Vol. 4, No. 4. Tahun 2014.

Kyriakides, L., Archambault, I., & Janosz, M. “Searching for stages of effective teaching: A study testing the validity of the dynamic model in canada”. The Journal of Classroom Interaction, Vol. 48, No. 2. Tahun

2013.

Page 149: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

149

Nissilä, S., Karjalainen, A., Koukkari, M., dan Kepanen, P. “Towards

competence-based practices in vocational education - what will the process require from teacher education and teacher identities?”. Center for Educational Policy Studies Journal, Vol. 5, No. 2. Tahun 2015.

Sammons, P., & Bakkum, L. “Effective schools, equity and teacher effectiveness: A review to the literature”. Profesorado, Vol. 15, No. 3.

Tahun 2011.

Saud, Udin Syaefudin. “Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta Soemantri, Hermana. “Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual

Kebijakan Kurikulum Sekolah di Indonesia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 6. Tahun 2010.

Soemantri, Hermana. “Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan Kurikulum Sekolah di Indonesia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 6. Tahun 2010.

Usmani, M. “Kedudukan Guru sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru”. Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2. Tahun 2015.

Weber,William B. Jr, Somers, L., dan Wurzbach, L. “Improving the teaching and learning of mathematics: Performance-based assessment of

beginning mathematics teachers”. School Science and Mathematics, Vol. 98, No. 8. Tahun 1998.

Yani, A. “Kebijakan Distribusi Guru Melalui Participatory Management Pada

Era Otonomi Daerah”. Jurnal Manajerial, Vol. 9, No. 17. Tahun 2010.

Dokumen Lain

Gaffar, Mohammad Fakry. “Standarisasi dan Pengembangan Mutu

Pendidikan” Makalah disampaikan pada Pertemuan FIP/JIP Seluruh Indonesia di Bukittinggi, 12-14 September 2005.

Ismail, Temu, S.Pd.,M.Si. ”Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan Dosen” disampaikan dalam Seminar Nasional Urgensi Perubahan

Undang-Undang Guru dan Dosen, 25 September 2018. Internet

Chaerun Anwar, Sistem Pendidikan di Cina, dimuat dalam https://www.academia.edu/11602257/Sistem_Pendidikan_China ,diakses pada tanggal 28 Februari 2019.

https://afterschool.my/articles/5-ways-you-can-become-a-teacher-in-

malaysia diakses 10 Maret 2019.

Human Resources Development Department Directorate for Educational Services. The Teacher’s

Page 150: NASKAH AKADEMIK RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU

NA RUU Guru 14 Maret 2019

150

Handbook.https://education.gov.mt/en/resources/Documents/Teache

rs%20Resources/Teachers%20short%20Handbook.pdf diakses pada 10 Maret 2019.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rangkuman Statistik Persekolahan RSP 2017/2018, http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_2B40A310-F17C-4315-AF34-1FBA51252C56_.pdf, diakses pada tanggal 10

September 2018.

Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Revitalisasi LPTK, https://ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/ 2016/01/ RAKERNAS-

REFORMASI-LPTK.pdf, diakses pada tanggal 10 September 2018.

Numano, Taro. 2010. Teacher Training and Certificate System, https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf,

diakses 28 Februari 2019.

OECD, The definition and selection of key competencies - Executive summary, https://doi.org/10.1080/2159676X.2012.712997, diakses pada tanggal 19 September 2018.

Saedah Siraj dan Mohammed Sani Ibrahim, Standar Kompetensi Guru Malaysia”https://www.academia.edu/15250433/STANDARD_KOMPETENSI_GURU_MALAYSIA, diakses pada 8 Maret 2019.

Teacher Training and Certificate System,

https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf,

diakses pada tanggal 28 Februari 2019.

UNESCO, What Makes a Good Teacher?, https://en.unesco.org/news/what-makes-good-teacher, diakses pada tanggal 19 September 2018.