naskah akademik rancangan undang-undang tentang guru
TRANSCRIPT
NASKAH AKADEMIK
RANCANGAN UNDANG-UNDANG
TENTANG
GURU
TIM PENYUSUN
RUU TENTANG GURU
PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG
BADAN KEAHLIAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2019
NA RUU Guru 14 Maret 2019
2
SUSUNAN TIM KERJA PENYUSUNAN NASKAH AKADEMIK
DAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG GURU
TAHUN 2019
Penanggung Jawab : Dr. Inosentius Samsul, S.H., M.Hum.
Ketua : Prof. Dr. Ujianto P. Singgih, S.Sos., M.Si.
Wakil Ketua : Arrista Trimaya, S.H., M.H.
Sekretaris : Rachmat Wahyudi Hidayat, S.H., M.H.
Anggota : 1. Nita Ariyulinda, S.H., M.H.
2. Ricko Wahyudi, S.H., M.H.
3. Woro Wulaningrum, S.H., M.H.
4. Yuwinda Sari Pujianti, S.H.
5. Ihsan Badruni Nasution, S.Sy., S.H.
6. Sindy Amelia, S.H.
7. Aryudhi Permadi, S.H., M.H.
8. Elga Andina S.Psi., M.Psi.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
3
KATA SAMBUTAN
KEPALA PUSAT PERANCANGAN UNDANG-UNDANG
Assalamualaikum Wr.Wb,
Salam Sejahtera bagi kita semua,
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
karena hanya atas karunia dan rahmat-Nya, penyusunan Naskah
Akademik Rancangan Undang-Undang tentang Guru dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Naskah Akademik ini disusun sebagai dasar
pertanggungjawaban ilmiah terhadap penyusunan Rancangan Undang-
Undang (RUU) tentang Guru sekaligus guna memenuhi persyaratan dalam
pengajuan rancangan undang-undang sebagaimana ditentukan dalam
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan.
Sesuai dengan keputusan rapat intern Komisi X DPR RI, Komisi X
DPR RI akan melakukan penyusunan RUU tentang Guru. Berdasarkan hal
tersebut Pimpinan Komisi X DPR RI meminta kepada Badan Keahlian DPR
RI untuk membuat NA dan Draft RUU tentang Guru melalui surat
No.LG/09434/DPR RI/V/2018 tanggal 21 Mei 2018. Penyusunan RUU
tentang Guru tidak terlepas dari tujuan bernegara yang tercantum dalam
pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam mewujudkan tujuan bernegara
tersebut maka Pemerintah memiliki kewajiban untuk menyediakan sumber
daya manusia di bidang pendidikan khususnya guru yang berkompeten,
berintegritas, dan profesional. Dengan demikian, pengaturan khusus dan
komprehensif mengenai guru diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan
tata kelola guru secara terencana, terarah, dan berkesinambungan sesuai
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan.
Akhirnya kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh
anggota Tim Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang
tentang Guru yang telah menyelesaikan tugasnya. Terima kasih juga kami
sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan sumbangan saran
NA RUU Guru 14 Maret 2019
4
dan pemikiran hingga tersusunnya Naskah Akademik Rancangan Undang-
Undang tentang Guru. Harapan kami, Naskah Akademik Rancangan
Undang-Undang tentang Guru ini bermanfaat bagi bangsa Indonesia.
Jakarta, 8 Maret 2019
Kepala Pusat Perancangan Undang-Undang,
Dr. Inosentius Samsul, SH., M.Hum
NIP. 19650710 199003 1 007
NA RUU Guru 14 Maret 2019
5
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN .................................................................... 7
A. Latar Belakang .......................................................................... 7
B. Identifikasi Masalah ................................................................ 10
C. Tujuan dan Kegunaan .............................................................. 11
D. Metode .................................................................................... 12
E. Sistematika Penulisan .............................................................. 13
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS ......................15
A. Kajian Teoretis.......................................................................... 15
B. Kajian terhadap Asas/Prinsip yang Berkaitan dengan
Penyusunan Norma ................................................................. 36
C. Kajian terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi yang
Ada, Permasalahan yang Dihadapi Masyarakat, dan
Perbandingan dengan Negara Lain ............................................ 38
D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang
akan Diatur dalam Undang-Undang terhadap Aspek
Kehidupan Masyarakat dan Dampaknya terhadap Aspek
Beban Keuangan Negara ......................................................... 90
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT ...................................................................93
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS ....... 111
A. Landasan Filosofis.................................................................. 111
B. Landasan Sosiologis ............................................................... 113
C. Landasan Yuridis ................................................................... 115
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG
LINGKUPMATERI MUATAN UNDANG-UNDANG ............................ 118
A. Jangkauan dan Arah Pengatura ............................................. 118
NA RUU Guru 14 Maret 2019
6
B. Ruang Lingkup Materi Muatan .............................................. 119
1. Ketentuan Umum .............................................................. 119
2. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keguruan .................... 122
3. Kualifikasi dan Kompetensi ................................................. 125
4. Pengadaan .......................................................................... 126
5. Pemindahan ....................................................................... 128
6. Pemberhentian ................................................................... 129
7. Beban Kerja ........................................................................ 129
8. Pembinaan dan Pengembangan .......................................... 130
9. Penghargaam ..................................................................... 132
10. Guru Warga Negara Asing ................................................. 132
11. Hak dan Kewajiban ........................................................... 133
12. Pelindungan ..................................................................... 137
13. Organisasi Profesi ............................................................. 137
14. Ketentuan Peralihan ......................................................... 139
15. Ketentuan Penutup ........................................................... 139
BAB VI PENUTUP ....................................................................... 141
A. Simpulan .............................................................................. 141
B. Saran .................................................................................... 143
DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 145
NA RUU Guru 14 Maret 2019
7
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tolok ukur keberhasilan bangsa, yang
memengaruhi kualitas kehidupan masyarakat. Di Indonesia, pendidikan
merupakan hak asasi manusia yang diakui dan dilindungi, serta harus
diselenggarakan negara untuk memajukan kesejahteraan umum dan
mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut,
pemerintah telah melakukan berbagai pengaturan, meliputi sistem,
sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia. Diprioritaskannya
pendidikan juga tercermin dari pengalokasian 20% APBN (Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara) untuk anggaran pendidikan. Bahkan
ditegaskan bahwa visi pendidikan nasional kita adalah terwujudnya
sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa
untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia berkembang
menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif
menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Salah satu variabel penting dalam sistem pendidikan nasional
adalah Guru. Dalam bahasa Sansekerta, guru berarti seorang yang
paling dihormati, figur spiritual yang tidak memiliki cela dan tidak boleh
memiliki kesalahan. Guru bukan sekedar pendidik dan pengajar namun
juga mengemban misi seorang begawan, selain bijaksana juga
menguasai ilmu pengetahuan serta sarat akan nilai moral dan agama.
Guru diharapkan menjadi sosok yang berilmu, sabar, santun, dan patut
diteladani.
Sebagai pendidik, guru diharapkan dapat mentransformasikan
ilmu pengetahuan yang tengah berkembang kepada peserta didik.
Sedangkan sebagai tenaga pendidik, guru merupakan sosok yang
berperan dalam membentuk kepribadian peserta didik sesuai dengan
batasan norma-norma sosial yang menjadi pegangan masyarakat.
Sampai saat ini masih banyak persoalan pengelolaan guru yang
masih menjadi kendala pembangunan pendidikan kita. Pertama, dari
NA RUU Guru 14 Maret 2019
8
segi kualitas guru yang dianggap masih belum sesuai dengan tuntutan.
Rendahnya mutu tenaga pendidik sudah sejak lama menjadi persoalan
dalam dunia pendidikan kita, namun penanganannya belum optimal
bahkan dipandang telah menjadi persoalan biasa. Hal ini tentu saja
sangat mengkhawatirkan bagi masa depan bangsa yang dihadang oleh
persaingan global.
Pada tahun ajaran 2016/2017 terdapat 84,21% guru SD layak
mengajar; 92,11% guru SMP layak mengajar; 96,88% guru SMA layak
mengajar; dan 93,96% guru SMK layak mengajar.1 Pemaknaan layak
mengajar di sini adalah guru dengan ijazah D-4/S-1 atau lebih tinggi
sebagai guru layak mengajar (qualified teacher). Pengertian itu belum
mengakomodir kualitas yang dibuktikan dengan sertifikasi guru. Jika
memasukkan jumlah guru yang disertifikasi, maka angka di atas akan
semakin berkurang. Pada tahun 2007, 2008, dan 2010 telah dilakukan
uji kompetensi awal untuk menentukan nominator sertifikasi. Pada
tahun 2015 mulai dilakukan uji kompetensi guru, rata- rata nilai uji
kompetensi guru nasional adalah 56,69.2 Jika dilihat lebih jauh,
terdapat perbedaan hasil uji kompetensi antara guru yang sudah S1
dengan guru yang belum S1. Untuk Taman Kanan-kanak (TK) rata-rata
nilainya adalah 59,65. Untuk guru SD yang datanya paling banyak
belum memenuhi S1 mendapatkan rata-rata nilai 54,33, untuk jenjang
SMP rata- ratanya 58,25. Dan untuk SMA rata-ratanya 61,71.3 Ini
mengindikasikan bahwa kompetensi guru masih rendah berdasarkan
tolak ukur yang ditentukan dalam standar pendidik dan tenaga
kependidikan.
Kedua, semakin maraknya masalah perlindungan guru yang
disebabkan konflik dengan peserta didik, orang tua, atau pihak lain.
Setidaknya ada 6 kasus guru berhadapan dengan hukum sejak tahun
2015 yang menjadi dampak atas kebijakan guru mendisiplinkan
1Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Rangkuman Statistik Persekolahan
2017/2018, (Jakarta,Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2017), hlm. 19. 2Temu Ismail, S.Pd.,M.Si., Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan Dosen,
disampaikan dalam Seminar Nasional Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan
Dosen, 25 September 2018, hlm. 20 3Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
9
muridnya. Hal ini menyebabkan guru menjadi tidak memiliki wibawa
untuk melakukan pendisiplinan terhadap peserta didik. Berkurangnya
rasa percaya terhadap guru bukan saja mengarah pada kegagalan
pendidikan, tapi juga penghancuran masa depan anak didik. Padahal,
dalam Pasal 36 ayat (3) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 Tentang
Guru dan Dosen (UU tentang Guru dan Dosen), telah ditegaskan
perlindungan hukum bagi guru yang mendapatkan tindak kekerasan,
ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi atau perlakuan tidak adil.
Selain itu perlindungan guru juga disebutkan dalam Pasal 39, Pasal 40
dan Pasal 41 UU tentang Guru dan Dosen.
Ketiga, jumlah dan rasio guru yang belum memadai. Pada tahun
2016, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menganalisa sumber
daya manusia pendidikan dasar dan menengah bahwa secara
keseluruhan pendidikan dasar dan menengah (dikdasmen) masih terjadi
kekurangan guru sebesar 146.987 orang dengan rincian yaitu SD
kelebihan guru sebesar 90.618, SLB kekurangan guru sebesar 3.596,
SMP kelebihan guru sebesar 34.901, SMA kekurangan guru sebesar
160.661 dan SMK kekurangan guru sebesar 108.249. Jika dilihat dari
rasio siswa per guru, jumlah guru SD dan SMP lebih banyak dari siswa.
Sebaliknya, jumlah guru lebih sedikit daripada jumlah siswa.4
Untuk mengatasi permasalahan di atas, pemerintahan berupaya
memperkuat kebijakan rekrutmen dan distribusi guru yang berkualitas
dengan sebaran yang merata di seluruh wilayah. Salah satu kebijakan
tersebut, dilakukan dengan mengirim sarjana lulusan LPTK untuk
mendidik di daerah tertinggal, terdepan dan terluar (3T) di seluruh
Indonesia selama 1 tahun, yang mencakup Aceh, Sumatera Utara, Nusa
Tenggara Timur, Sulawesi Utara, Papua, Papua Barat, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, dan Maluku. Peserta program ini telah
mencapai 13.092 orang hingga tahun 2015.
Akan tetapi, dengan adanya Undang-Undang Nomor 23 Tahun
2014 tentang Pemerintahan Daerah, kewenangan penyebaran guru
4Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Analisis Sumber Daya Manusia
Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016. (Jakarta, Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan, 2016), hlm. iii.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
10
berada di tangan pemerintah daerah. Daerah yang memiliki banyak
guru dan berkualitas akan dapat mengimplementasikan pemerataan
guru, namun sebaliknya daerah yang kurang guru secara kuantitas dan
kualitas akan mengalami kesulitan.
Keempat, masalah kesejahteraan guru. Salah satu terobosan yang
diamanatkan UU tentang Guru dan Dosen adalah peningkatan
kompensasi bagi guru sehingga meningkatkan pengakuan dan
penghargaan terhadap profesi guru dan dosen yang selama ini
kerap menjadi profesi yang kurang dihargai. Hal ini diwujudkan dalam
bentuk tunjangan profesi, yang akan diperoleh para guru yang telah
memenuhi syarat dan lulus ujian sertifikasi. Hingga saat ini masih
terdapat 1 juta guru yang belum memenuhi syarat minimal kualifikasi
akademik S-1/D-4. Selain itu, baru sekitar 1,9 juta guru yang telah
tersertifikasi. Proses sertifikasi berjalan terlalu lambat tidak sebanding
dengan pertumbuhan jumlah guru, hingga target 10 tahun yang
diamanatkan UU tentang Guru dan Dosen untuk mensertifikasi semua
guru belum tercapai.
Kelima, masalah pendidikan guru yang belum diulas secara
mendalam dalam UU tentang Guru dan Dosen. Program pendidikan
guru merupakan salah satu prodi yang paling banyak dibuka perguruan
tinggi, karena banyak peminatnya. Berdasarkan data dari
Kemenristekdikti RI (2016) pada tahun 2015 terdapat 412 LPTK (tidak
termasuk LPTK dibawah Kemenag RI), sedangkan tingginya minat calon
mahasiswa disebabkan ada prospek kesejahteraan yang akan diterima
guru. Akan tetapi, peminatnya bukan siswa terbaik. LPTK hanya
dijadikan cadangan ketika mereka tidak diterima di perguruan tinggi
favorit. Hal ini menyebabkan lulusan LPTK pun tidak memiliki kualitas
yang diharapkan dan layak menjadi guru.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, terdapat
beberapa permasalahan sebagai berikut:
NA RUU Guru 14 Maret 2019
11
1. Bagaimana perkembangan teori tentang guru dan bagaimana
praktik empiris tentang guru? Apakah terdapat permasalahan dalam
praktik penyelenggaraan yang terkait dengan substansi yang akan
diatur dan bagaimana solusi yang perlu dituangkan sebagai materi
muatan undang-undang dalam RUU tentang Guru?
2. Bagaimana kondisi hukum dan peraturan perundang-undangan
yang ada pada saat ini terkait dengan guru? Apakah terjadi
kekosongan hukum? Apakah terdapat pengaturan dalam peraturan
yang lebih rendah dari undang-undang yang seharusnya diatur
dengan undang-undang? Apakah terjadi tumpang tindih antara
peraturan perundang-undangan? Apakah terjadi disharmonisasi
sehingga diperlukan solusi dalam bentuk RUU tentang Guru?
3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,
dan yuridis dari pembentukan RUU tentang Guru?
4. Apa yang menjadi sasaran, jangkauan, dan arah pengaturan, ruang
lingkup serta materi muatan yang perlu diatur dalam RUU tentang
Guru?
C. Tujuan dan Kegunaan Penyusunan NA
Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Permusikan
bertujuan untuk:
1. mengetahui perkembangan teori tentang guru; praktik empiris
tentang guru dan permasalahan dalam praktik penyelenggaraan
yang terkait dengan substansi yang akan diatur; serta solusi yang
perlu dituangkan sebagai materi muatan undang-undang dalam
RUU tentang Guru;
2. mengetahui kondisi hukum dan peraturan perundang-undangan
yang ada pada saat ini terkait dengan guru, meliputi: adanya
kekosongan hukum; adanya pengaturan dalam peraturan yang lebih
rendah dari undang-undang yang seharusnya diatur dengan
undang-undang; adanya tumpang tindih antara peraturan
perundang-undangan; dan adanya disharmonisasi sehingga
diperlukan solusi dalam bentuk RUU tentang Guru;
NA RUU Guru 14 Maret 2019
12
3. merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis, dan
yuridis dari pembentukan RUU tentang Guru yang dapat menjadi
dasar atau argumentasi dari pembentukan RUU tentang Guru;
4. merumuskan sasaran, jangkauan, dan arah pengaturan, ruang
lingkup serta materi muatan yang perlu diatur dalam RUU tentang
Guru.
Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Guru diharapkan
dapat digunakan sebagai acuan atau dasar bagi penyusunan draf RUU
tentang Guru.
D. Metode
Penyusunan Naskah Akademik RUU tentang Guru dilakukan
melalui studi kepustakaan/literatur dengan menelaah berbagai data
sekunder seperti peraturan perundang-undangan terkait, baik di tingkat
undang-undang maupun peraturan pelaksanaan dan berbagai dokumen
hukum terkait. Guna melengkapi studi kepustakaan dan literatur
dilakukan pula diskusi melalui Focus Group Discussion/FGD dan
wawancara serta kegiatan uji konsep dengan berbagai pihak
berkepentingan atau stakeholders terkait guru dan para pakar atau
akademisi, antara lain:
1. Organisasi Profesi, yang terdiri atas:
a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI);
b. Ikatan Guru Indonesia (IGI);
c. Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGSI);
d. Forum Guru Honorer; dan
e. Asosiasi Guru Sejarah Indonesia.
2. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan;
3. Kementerian Agama;
4. Musyawarah Guru Mata Pelajaran Sejarah; dan
5. Pemangku kepentingan di daerah, yang terdiri atas:
a. Provinsi Jawa Barat:
1) Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat; dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
13
2) Universitas Pendidikan Indonesia.
b. Provinsi Kalimantan Barat:
1) FKIP Universitas Tanjungpura;
2) Dinas Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat;
3) Musyawarah Guru Mata Pelajaran; dan
4) PGRI Kalimantan Barat.
c. Provinsi Papua Barat:
1) Universitas Pendidikan Muhammadiyah Sorong;
2) Dinas Pendidikan Kota Sorong;
3) Dinas Pendidikan Kabupaten Raja Ampat;
4) Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia
Dini Indonesia (Himpaudi) Kota Sorong; dan
5) Himpunan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Anak Usia
Dini Indonesia (Himpaudi) Kabupaten Raja Ampat.
d. Provinsi Bangka Belitung:
1) Dinas Pendidikan Kabupaten Belitung;
2) SMAN 1 Tanjung Pandan.
E. Sistematika Penulisan
Sistematika Naskah Akademik RUU tentang Guru yakni sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN, memuat latar belakang, identifikasi masalah,
tujuan dan kegunaan, serta metode.
BAB II KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS, memuat uraian
mengenai materi yang bersifat teoritis, asas/prinsip yang berkaitan
dengan penyusunan norma, praktik empiris, dan implikasi penerapan
sistem baru yang akan diatur dalam Undang-Undang terhadap aspek
kehidupan bermasyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban
keuangan negara.
BAB III EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN TERKAIT, memuat kajian terhadap peraturan perundang-
undangan terkait yang memuat kondisi hukum yang ada, keterkaitan
undang-undang baru dengan peraturan perundang-undangan lain.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
14
BAB IV LANDASAN FILOSOFIS, SOSILOGIS, DAN YURIDIS, memuat
pertimbangan atau alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang
dibentuk mempertimbangkan landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis.
BAB V JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP
MATERI UNDANG-UNDANG, memuat jangkauan, arah pengaturan, dan
ruang lingkup dari undang-undang yang dibentuk.
BAB VI PENUTUP, memuat simpulan dan saran.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
15
BAB II
KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS
A. Kajian Teoretis
1. Fungsi dan Kedudukan Guru
Guru dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.
Pengertian ini memberi kesan bahwa guru adalah orang yang
melakukan kegiatan dalam bidang mengajar. Istilah guru sinonim
dengan kata pengajar dan sering dibedakan dengan istilah pendidik.
Perbedaan ini dalam pandangan Muh. Said dalam Rusn dipengaruhi
oleh kebiasaan berpikir orang Barat, khususnya orang Belanda yang
membedakan kata onderwijs (pengajaran) dengan kata opveoding
(pendidikan).5 Pandangan ini diikuti oleh tokoh-tokoh pendidikan di
dunia Timur, termasuk tokoh-tokoh pendidikan di kalangan muslim.
Nata mengemukakan istilah-istilah yang berkaitan dengan
penamaan atas aktivitas mendidik dan mengajar. Ia lalu
menyimpulkan bahwa keseluruhan istilah- istilah tersebut
terhimpun dalam kata pendidik.6 Hal ini disebabkan karena
keseluruhan istilah itu mengacu kepada seseorang yang
memberikan pengetahuan, keterampilan atau pengalaman kepada
orang lain. Selanjutnya, guru menurut Zahara Idris dan Lisma
Jamal dalam Idris adalah orang dewasa yang bertanggung jawab
memberikan bimbingan kepada peserta didik dalam hal
perkembangan jasmani dan ruhaniah untuk mencapai tingkat
kedewasaan, memenuhi tugasnya sebagai makhluk Tuhan, makhluk
individu yang mandiri, dan makhluk sosial.7
Guru menjadi faktor yang menentukan mutu pendidikan
karena guru berhadapan langsung dengan para peserta didik dalam
5 Abidin Ibn. Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Cet. II), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,.2009), hlm. 62–63. 6 Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam ( Jilid I. Cet. I), (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu,1997), hlm 61. 7 Muhamad Idris, Kiat Menjadi Guru Profesional, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2008),
hlm 49.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
16
proses pembelajaran di kelas. Di tangan guru, mutu dan
kepribadian peserta didik dibentuk. Karena itu, perlu sosok guru
kompeten, bertanggung jawab, terampil, dan berdedikasi tinggi.
Guru adalah kurikulum berjalan. Sebaik apa kurikulum dan sistem
pendidikan yang ada tanpa didukung oleh kemampuan guru,
semuanya akan sia-sia. Guru berkompeten dan bertanggung jawab,
utamanya dalam mengawal perkembangan peserta didik sampai ke
suatu titik maksimal. Tujuan akhir seluruh proses pendampingan
guru adalah tumbuhnya pribadi dewasa yang utuh.
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi yang begitu
pesat, guru tidak lagi sekadar bertindak sebagai penyaji informasi.
Guru juga harus mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator,
dan pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi.8 Dengan demikian, guru juga harus senantiasa
meningkatkan keahliannya dan senantiasa mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu
menghadapi berbagai tantangan.
Bagi sebagian guru, perubahan dan perkembangan ini bersifat
menyebabkan kecemasan, karena tidak hanya berupa perubahan
teknis dan praktis, tapi juga menimbulkan konsekuensi psikologis
bagi guru. Misalnya, perubahan kurikulum atau perubahan
kebijakan pendidikan. Perubahan itu tidak sekadar perubahan
struktur dan isi kurikulum, atau sekadar perubahan isi
pembelajaran, tetapi perubahan yang menuntut perubahan sikap
dan perilaku dari para guru. Misalnya, perubahan karakter, mental,
metode, dan strategi dalam pembelajaran. Guru dalam menjalankan
tugas profesionalnya mempunyai tugas dan tanggung jawab yang
tidak ringan.
8 M. Shabir Usmani, Kedudukan Guru sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung
Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru. Auladuna, Vol. 2 No. 2 Desember 2015,
hlm. 222
NA RUU Guru 14 Maret 2019
17
Sanjaya9 menyebutkan ada empat peran guru dalam
pengembangan kurikulum yaitu sebagai implementers, adapters,
developers, dan researchers. Sebagai implementers, guru bertugas
melaksanakan kurikulum yang sudah ada; sebagai adapter, guru
menyelaraskan kurikulum dengan karakteristik kebutuhan siswa
dan kebutuhan daerah; sebagai developer menuntut guru untuk
menyusun kurikulum kemudian menentukan strategi yang tepat
dalam pembelajaran; dan akhirnya sebagai researcher guru bertugas
menguji bahan ajar demi menemukan metode yang paling efektif.
Sementara itu, Mudhofir menyebutkan ada 6 tugas guru,
yaitu:10
a. sebagai pengajar, yang merencanakan dan melaksanakan
pengajaran.
b. sebagai pembimbing, yang memberikan bantuan kepada siswa
dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
c. sebagai administrator kelas, di mana ia menatalaksanakan
pengajaran di dalam kelas.
d. sebagai pengembang kurikulum, menuntut guru untuk mencari
gagasan-gagasan baru dalam menyempurnakan praktek
pendidikan dan aktivitas pengajaran.
e. untuk mengembangkan profesi, pada dasarnya ialah tuntutan
dan panggilan untuk selalu mencintai, menghargai, menjaga,
dan meningkatkan tugas dan tanggung jawab profesinya. Oleh
karena itu, guru dituntut untuk selalu peka dan meningkatkan
kualitasnya.
f. untuk membina hubungan dengan masyarakat, merupakan
tugas guru untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan, karena pendidikan tidak
saja terjadi di sekolah tapi juga di luar sekolah, terutama di
9 Faridah Alawiyah, Peran Guru Dalam Kurikulum 2013, Aspirasi, 4(1), Juni 2013,
hlm. 68. 10 Ali Mudghofir, Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012), hlm 86.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
18
rumah.
Untuk itu, guru harus memiliki dan menguasai
kompetensinya dan sekaligus mengetahui hak dan kewajibannya
sehingga ia menjadi sosok guru yang betul-betul profesional.
2. Guru sebagai Profesi
Profesionalisme berasal dari kata profesi yang artinya suatu
bidang pekerjaan yang ingin atau akan ditekuni oleh seseorang.
Sanusi dalam Syaefudin mengatakan bahwa profesi merupakan
suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian (expertise)
dari para anggotanya.11 Artinya ia tidak dapat dilakukan oleh
sembarangan orang yang tidak dilatih atau disiapkan secara khusus
untuk melakukan pekerjaan itu. Webstar dalam Kusnandar juga
mengatakan bahwa profesi juga diartikan sebagai jabatan atau
pekerjaan tertentu yang mensyaratkan pengetahuan khusus yang
diperoleh dari pendidikan akademis yang intensif.12
Sementara profesional menunjuk pada penampilan seseorang
yang sesuai dengan tuntutan yang seharusnya. Profesional adalah
pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian,
kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau
norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi.13
Guru yang profesional akan tercermin dalam penampilan
pelaksanaan pengabdian tugas-tugas yang ditandai dengan
keahlian, baik dalam materi maupun metode. Di samping
keahliannya, sosok guru profesional ditunjukkan melalui tanggung
jawabnya dalam melaksanakan seluruh pengabdiannya. Guru
profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan
tanggung jawabnya sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
11Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan
di Indonesia. Cet. IV, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), hlm. 16–17. 12Udin Syaefudin Saud, Pengembangan Profesi Guru.(Bandung: Alfabeta, 2009),
hlm.6. 13Kusnandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2009),
hlm. 45.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
19
masyarakat, bangsa, negara, dan agamanya. Sebagai pengajar
atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu
keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap
adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan
peningkatan sumber daya manusia yang dihasilkan dari upaya
pendidikan, selalu bermuara pada faktor guru.14 Hal ini
menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia
pendidikan.
Profesionalisme guru merupakan kondisi, arah, nilai, tujuan
dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan dalam bidang
pendidikan dan pengajaran yang berkaitan dengan pekerjaan
seseorang yang menjadi mata pencaharian.15 Sanjaya merinci
pekerjaan profesional guru, dengan ciri pokok sebagai berikut:
a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara
mendalam yang hanya mungkin didapatkan dari lembaga-
lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga kinerjanya
didasarkan pada keilmuan yang dimilikinya yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
b. Suatu profesi menekankan kepada suatu keahlian dalam bidang
tertentu spesifik sesuai dengan jenis profesinya, sehingga antara
profesi yang satu dengan profesi yang lainnya dapat dipisahkan
secara tegas.
c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan
kepada latar belakang pendidikan yang dialaminya yang diakui
oleh masyarakat, sehingga semakin tinggi latar belakang
pendidikan akademis sesuai dengan profesinya, semakin tinggi
pula tingkat penghargaan yang diterimanya.
Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat juga
memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan, sehingga
masyarakat memiliki kepekaan yang sangat tinggi terhadap setiap
14 Abidin Ibn. Rusn, Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan (Cet. II), (Yogyakarta:
Pustaka Pelajar,.2009), hlm. 63. 15Syafrudin Nurdin, Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum, (Ciputat: PT
Ciputat Press, 2005), hlm. 13.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
20
efek yang ditimbulkannya dari pekerjaan profesinya itu.16
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi
yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan
pengajaran. Secara sederhana, kompetensi adalah kualitas yang
dimiliki individu untuk dapat melakukan pekerjaan tertentu.
Kompetensi lebih dari sekadar pengetahuan dan keterampilan.
Menurut Ali Mudlofir, kompetensi terdiri dari 6 komponen: (1)
performance component, (2) subject component, (3) professional
component, (4) process component, (5) adjustment component, dan (6)
attitudes component.17
Kompetensi tidak sama dengan pekerjaan. Bahwa kompetensi
dan pekerjaan memiliki keterkaitan yang sangat erat, memang
demikian hakikatnya. Kompetensi dalam konteks ini lebih
cenderung merupakan prasyarat tertentu yang harus dipenuhi oleh
seseorang sebelum melakukan suatu pekerjaan.18 McClelland
menjelaskan bahwa kompetensi bersifat spesifik pada tugas dan
organisasi, sehingga mereka hanya bisa digambarkan dalam konteks
pekerjaan yang ditugaskan.19
Suatu kompetensi dapat terdiri dari beberapa pengetahuan
dan keterampilan. Ia mencakup kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan yang kompleks, dengan menarik atau menggerakkan
sumber daya psikososial (termasuk keterampilan dan sikap) dalam
konteks tertentu.20 Misalnya kemampuan berkomunikasi efektif
membutuhkan keterampilan bahasa, keterampilan IT praktis, dan
sikap terhadap lawan bicaranya.
Oleh karena itu, Mudhofir menganggap kompetensi sebagai
16 Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media
Group, 2008), hlm. 275. 17 Ali Mudlofir, Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012), hlm. 99. 18 Hermana Soemantri, Kompetensi Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan
Kurikulum Sekolah di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, Nomor 6,
November 2010, hlm. 685 19 Leonardo Evangelista, Competence, competencies and career guidance, Coherence,
Co-Operation and Quality in Guidance and Counselling Research, 2009, hlm. 1–6. 20 ibid
NA RUU Guru 14 Maret 2019
21
pilarnya atau teras kinerja dari suatu profesi.21 Artinya, seorang
profesional yang kompeten itu harus dapat menunjukkan
karakteristik utamanya, seperti:
a. Mampu melakukan sesuatu pekerjaan tertentu secara rasional. Ini
berarti ia memiliki kemampuan analisis kritis dan pertimbangan
logis untuk membuat pilihan dan memutuskan.
b. Menguasai perangkat pengetahuan (teori dan konsep, prinsip dan
kaidah, hipotesis dan generalisasi, data dan informasi, dsb.)
tentang seluk beluk apa yang menjadi bidang tugas pekerjaannya.
c. Menguasai perangkat keterampilan (strategi dan taktik, metode
dan teknik, prosedur dan mekanisme, sarana dan instrumen, dsb)
tentang cara bagaimana dan dengan apa harus melakukan
pekerjaannya.
d. Memahami standar kelayakan normatif minimal kondisi
keberhasilan pengajaran
e. Memiliki motivasi dan aspirasi untuk melakukan tugasnya
f. Memiliki kewenangan untuk mendemonstrasikan dan menguji
kompetensinya agar memperoleh pengakuan.
Para ahli mengusulkan banyak konsep mengenai kompetensi
guru, seperti kemampuan intelektual; manajemen; keterampilan
interpersonal; menjadi profesional22; mampu melakukan kontak
secara pantas dengan penonton.23 Dalam pandangan Fathivajargah
guru yang pantas dipekerjakan adalah yang memiliki kompetensi
kognitif (kesadaran diri, kesadaran pembelajar, dan kesadaran atas
proses belajar mengajar), emosional (berdasarkan minat, nilai, dan
sikap), dan praktikal (berkaitan dengan murid, kelas, sekolah, dan
masyarakat).24 Spencer & Spencer mengenalkan model gunung es
(iceberg model) dalam menjelaskan mengenai kompetensi, yang
21 Ali Mudghofir,Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, Jakarta,
2012), hlm. 97-98 22 M Ilanlou & M Zand, Professional competencies Of Teachers And The Qualitative
Evaluation, Procedia - Social and Behavioral Sciences, 29, 2011, hlm. 1144 23 ibid 24 ibid, hlm. 1145
NA RUU Guru 14 Maret 2019
22
mencakup pengetahuan, sikap, dan keterampilan.25 Jika
pengetahuan dan keterampilan didapat dari pendidikan dan
pelatihan, maka sikap merupakan hasil dari dinamika kepribadian
manusia yang bertumbuh sejalan dengan perkembangan mentalnya.
Semakin lama daftar kompetensi guru bertambah seiring
dengan perubahan dan tantangan yang dihadapi guru dalam
konteks dampak kebijakan pendidikan global.26 Sejauh ini ada 39
kompetensi guru yang dikumpulkan Kovač, Eafajac & Buchberger.
Kompetensi tersebut dibagi atas 4 kelompok.27
a. Kompetensi terkait nilai-nilai dan pengasuhan anak;
b. Kompetensi yang berkaitan dengan pemahaman sistem
pendidikan dan kontribusi terhadap pengembangannya;
c. Kompetensi berkaitan pengetahuan mengenai mata pelajaran,
pedagogi, dan kurikulum;
d. Kompetensi terkait evaluasi diri dan pengembangan profesional.
Kompetensi sosial kemudian ikut dipertimbangkan, misalnya
kesediaan guru untuk berpartisipasi dalam debat publik tentang
pendidikan; memantau dan berpartisipasi dalam kegiatan amal yang
relevan; kemampuan berpartisipasi dalam proyek di bidang
pendidikan; memahami prioritas nasional dalam pendidikan;
kesediaan untuk bekerja sama dengan masyarakat setempat dalam
mengatur kegiatan program (misalnya menyelenggarakan pelatihan
praktis dalam bisnis lokal); kemampuan untuk mengantisipasi
kebutuhan pasar tenaga kerja baru yang terkait dengan pendidikan;
kemampuan melakukan penelitian untuk kemajuan pendidikan;
pemahaman tentang legislasi dan otoritas dalam pendidikan;
kesediaan untuk bekerja sama dengan pemangku kepentingan dari
institusi kesehatan dan sosial; dan kemauan untuk berpartisipasi
25 Lyle Spencer & Signe M. Spencer, Competence at Work, Models For Superior
Performance, (Canada : John Wiley & Sons, Inc., 1993), hlm.11 26 Vesna Kovač, Branko Rafajac, & Iva Buchberger, Croatian Teacher Competencies
Related to the Creation and Implementation of Education Policy, C.E.P.S Journal, 4(4),2014,
hlm.54 27 ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
23
dalam rencana pengembangan sekolah.28
Sementara itu, penelitian terhadap efektivitas guru di Inggris
telah menghasilkan model yang mengaitkan 3 faktor: karakteristik
profesional, keterampilan mengajar, dan iklim kelas.29 Dalam
bekerja seseorang membutuhkan kompetensi profesional yang
terdiri dari pengetahuan dan keterampilan dan kompetensi personal
yang mencakup motif individu, ciri, dan konsep diri.
Kalau menurut Aghaie30 para guru perlu memiliki kompetensi
(1) pengetahuan atas berbagai keterampilan berpikir dan
mengaplikasikannya; (2) familiar dengan metode pembelajaran dan
pengajaran baru serta mengaplikasikannya; (3) manajemen kelas
dan keterampilan khusus untuk berkomunikasi dengan murid; (4)
familiar dengan teknologi komunikasi dan informasi, serta mampu
menggunakannya dalam pengajaran; (5) keterampilan meneliti; dan
(6) terampil dalam mengevaluasi prestasi akademik. Akan tetapi,
Shabani memiliki teori yang lebih sederhana, yaitu membagi
kompetensi menjadi 2, yaitu (1) kompetensi karakteristik, yang
meliputi pengaturan berorientasi murid, berorientasi pada murid
dan kedekatan murid, dan pengaturan berorientasi subjek; (2)
saintifik, yang termasuk di dalamnya adalah kesadaran psikologi,
metode mengajar, metode komunikasi baru, psikologi sosial,
psikologi pengajaran dan komunikasi.31 Taghi Pour Zahir32 juga
membagi 2 kompetensi guru menjadi vokasional dan personal, di
mana vokasional meliputi pengetahuan umum, pengetahuan vokasi
dan keterampilan komunikasi; sedangkan yang personal antara lain
kesehatan jiwa dan fisik, ketaatan pada nilai, serta memiliki
kemampuan mental yang baik.
Ilandou dan Zan sendiri mengusulkan guru memiliki
28 Ibid, hlm. 56 29 P Sammons & L Bakkum, Effective Schools, Equity And Teacher Effectiveness: A
Review To The Literature, Profesorado, 15(3),2011, hlm. 16. 30 Ibid. 31 Ibid. 32 Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
24
kompetensi umum dan kompetensi khusus.33 Kompetensi umum
meliputi pemahaman dengan psikologi perkembangan dan
pembelajaran, kesadaran akan proses pengajaran-pembelajaran,
manajemen kelas, metode pengajaran, pengontrolan dan evaluasi.
Sementara itu, kompetensi khusus antara lain penguasaan konten,
menyajikan konten dalam urutan yang tepat, mengorganisasi
konten, menguasai penggunaan alat latihan, mencatat secara
akurat, memberikan umpan balik kepada murid.34
Berdasarkan pembagian para ahli di atas, penulis menemukan
kesamaan yaitu bahwa guru harus memiliki setidaknya 3 dimensi
kompetensi, yaitu:
a. Pengetahuan, termasuk di dalamnya penguasaan materi
pembelajaran, pengetahuan mengenai teori pengajaran, konsep
pedagogis.
b. Praktek, yaitu kemampuan untuk menyampaikan materi kepada
murid dalam cara efektif berdasarkan teori pengajaran.
c. Afeksi, yaitu passion, semangat, motivasi untuk mengajar.
Bila dianalisis kembali, guru dalam konteks profesional dari
pengertian dan ciri profesional tersebut di atas dapat diartikan
sebagai profesi seorang guru dalam melaksanakan pekerjaannya
bukan hanya mengajar dan memberikan informasi berupa materi
pelajaran saja, akan tetapi memiliki tujuan. Dalam melaksanakan
tugas dan tanggung jawabnya diperlukan kemampuan khusus yang
didasarkan konsep pengetahuan yang spesifik.
Sebagai tenaga profesional, maka pengelolaan guru juga harus
mengikuti prosedur yang terpadu dalam pengelolaan sumber daya
manusia, yaitu:
a. Rekrutmen dan Seleksi Guru
Rekrutmen didahului dengan perencanaan kebutuhan
sumber daya manusia. Kegiatan ini akan menentukan jumlah
33 Ibid. 34 Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
25
orang yang dibutuhkan, keahlian yang diharapkan, dan proses
pendidikan yang dibutuhkan untuk memproduksi tenaga guru.
Rekrutmen guru dilakukan pada saat calon mahasiswa
mendaftar ke LPTK. LPTK merupakan salah satu kunci berhasil
atau tidaknya pendidikan di Indonesia. Gaffar menekankan
bahwa LPTK memiliki tugas pokok untuk mendidik calon-calon
guru TK hingga perguruan tinggi.35 Pendidikan guru merupakan
langkah awal untuk mempersiapkan sumber daya guru. Dr
Huihua He, Associate Professor dan Deputy Director, College of
Education - Shanghai Normal University, menyatakan bahwa
pendidikan guru setidaknya berjalan 4 tahun ditambah 1 tahun
kerja praktek untuk menjadi guru (UNESCO).
Untuk mengemban tugas tersebut, LPTK harus dinilai
apakah sudah memenuhi standar kelayakan sebagai sebuah
LPTK yang bermutu dan memiliki kemampuan untuk
melaksanakan tugas tersebut. Untuk menghasilkan lulusan yang
berkualitas perlu dilakukan perbaikan pada saat rekrutmen
calon mahasiswa. Dengan kata lain, calon mahasiswa harus
diseleksi secara ketat agar menghasilkan sarjana yang
berkualitas. Selain itu juga harus melakukan pembenahan
kurikulum, kualitas dosen, atmosfer akademik, sarana, dan
budaya akademik juga harus dibangun untuk melahirkan
sarjana pendidikan yang handal secara intelektual dan memiliki
kualitas akhlak yang baik.
Tidak semua orang dapat menjadi dokter untuk
menyembuhkan penyakit pasien, diperlukan keahlian khusus
melalui pendidikan khusus untuk menjadi seorang dosen.
Begitupun guru, tidak semua orang dapat menjadi guru,
diperlukan keahlian khusus melalui pendidikan khusus untuk
menjadi seorang guru. Kompetensi guru tidak serta merta dapat
dimiliki oleh seorang guru, karena kemampuan ini didapat
35 Mohammad Fakry Gaffar, Standarisasi dan Pengembangan Mutu Pendidikan,
(Makalah disampaikan pada Pertemuan FIP/JIP Seluruh Indonesia di Bukittinggi, 12-14
September 2005).
NA RUU Guru 14 Maret 2019
26
melalui proses yang panjang. Kemampuan ini dapat dimiliki oleh
individu melalui pendidikan dan pelatihan khusus keguruan
dalam jangka waktu yang tidak singkat dan tidak instan. LPTK
memiliki peran yang cukup signifikan dalam mencetak dan
melatih tenaga pendidik. Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) adalah lembaga yang menyelenggarakan
program akademik dalam sejumlah disiplin ilmu pengetahuan
dan mengembangkan ilmu pendidikan, ilmu keguruan,
mendidik dan mempersiapkan tenaga profesional dalam bidang
kependidikan. Keberadaan LPTK menjadi sangat penting karena
menyangkut keberlangsungan masa depan pendidikan di
Indonesia dalam mempersiapkan calon- calon guru profesional.
LPTK menjadi lembaga pendidikan mengembangkan
kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
dengan mewujudkan profesionalisme guru secara sistemik
terukur dan terarah. Peran LPTK adalah mempersiapkan dan
meningkatkan kemampuan guru untuk memiliki kompetensi
kepribadian, kompetensi profesi, serta kompetensi sosial melalui
pendidikan yang pada akhirnya dapat menghasilkan calon guru
atau guru yang profesional sehingga mampu melaksanakan
proses pembelajaran secara baik. LPTK harus terus dibangun,
kedudukannya pun menjadi penting. Saat ini mulai menjamur
pendidikan tinggi yang memiliki jurusan atau program studi
keguruan, namun perannya sangat sedikit karena belum bisa
mencetak tenaga guru profesional yang siap pakai.
Menurut ILO dan UNESCO, program persiapan guru harus
mencakup:36
1) Pengetahuan umum
2) Studi dengan elemen utama: filosofi, psikologi, sosiologi yang
diaplikasikan dalam pendidikan, teori dan sejarah edukasi,
36 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning
the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.26.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
27
dan pendidikan perbandingan, pedagogis eksperimental,
administrasi sekolah dan metode pengajaran berbagai mata
pelajaran;
3) Studi terkait bidang pengajaran yang diinginkan murid;
4) Praktek pengajaran dalam pelaksanaan aktivitas
ekstrakurikuler di bawah arahan guru yang memiliki
kualifikasi penuh.
Pendidikan berbasis kompetensi menjadi tuntutan dalam
sistem pendidikan di berbagai negara.37
b. Penempatan Guru
Ahmad Yani menemukan 4 faktor yang paling banyak
berpengaruh terhadap kebijakan distribusi guru, yaitu (1)
ketiadaan regulasi) ketiadaan regulasi penempatan dan distribusi
guru dalam bentuk payung hukum yang kuat, (2) lemahnya
sistem data informasi kependidikan, (3) lemahnya pengawasan
dan penegakan hukum, dan (4) kekuatan permainan elit politik
lokal.38
Sebagaimana pekerjaan lain, ILO dan UNESCO
menyarankan adanya masa percobaan bagi calon guru. Masa
percobaan harus dilihat sebagai kesempatan untuk menjaga
standar profesional yang tepat serta pengembangan kemahiran
mengajar guru. Durasi normal masa percobaan harus diketahui
sebelumnya dan kondisi untuk penyelesaiannya yang
memuaskan harus benar-benar terkait dengan kompetensi
profesional. Jika guru gagal menyelesaikan masa percobaannya
dengan memuaskan, dia harus diberitahu alasannya dan harus
memiliki hak untuk mengulang.39
37 S. Nissilä, et al, Towards competence-based practices in vocational education -
what will the process require from teacher education and teacher identities?, CEPS Journal : Center for Educational Policy Studies Journal, 5(2),2015), hlm. 16.
38 Ahmad Yani, Kebijakan Distribusi Guru Melalui Participatory Management Pada Era Otonomi Daerah. Manajerial, 9(17), 2010, hlm. 47-48.
39 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.29.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
28
Dalam konsep karir guru di Indonesia, masa percobaan
dapat dilakukan ketika calon guru masih mengikuti pendidikan
di LPTK. Kegiatan ini perlu disatukan dalam rangkaian uji
kompetensi yang menjadi syarat seseorang dapat menjadi guru
dan nantinya mendapat pengakuan sebagai guru (misalnya
dengan sertifikat pendidik). Prosedur yang dilakukan dapat
berupa:
Gambar 1.
Prosedur
c. Penilaian kinerja
Keberhasilan atau kegagalan sistem pendidikan di sekolah
bergantung pada pengetahuan dan keterampilan guru.40
Pengetahuan guru terus dituntut untuk beradaptasi dengan
perkembangan jaman, baik berupa perubahan kurikulum
maupun gaya belajar anak didik. Oleh karena itu perlu
dilakukan evaluasi atas kinerja guru. Evaluasi berfungsi untuk
menjaga guru tetap meningkatkan pengetahuan teori dan
praktiknya sekaligus meningkatkan keterampilan baru yang
dibutuhkan. Evaluasi dapat digunakan untuk
40 William B. Jr Weber, L. Somers, & L. Wurzbach, Improving The Teaching And
Learning Of Mathematics: Performance-based Assessment Of Beginning Mathematics Teachers, School Science and Mathematics, 98(8), 1998, hlm. 430.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
29
mengidentifikasikan kekurangan guru yang perlu ditutupi
dengan pelatihan.41
Berdasarkan Penelitian Efektifitas Guru (Teacher
Effectiveness Research, TER) pengajaran yang efektif berasal dari
8 faktor guru, yaitu: (1) orientasi, (2) structuring; (3) pertanyaan;
(4) pencontohan pengajaran; (5) aplikasi; (6) lingkungan
pembelajaran di kelas; (7) manajemen waktu; dan (8) penilaian.42
Kedelapan faktor tersebut dikelompokkan Kyriakides dan
Archambault menjadi 5 dimensi, yaitu43
1) Orientasi, yang mengacu pada perilaku guru ketika
menyampaikan tujuan dari tugas, pelajaran, atau
serangkaian pelajaran tertentu. Termasuk juga di dalamnya
perilaku guru ketika menantang anak didik menyatakan
alasan mengapa suatu kegiatan dilakukan dalam pelajaran.
Orientasi dimaksudkan untuk menarik partisipasi murid di
dalam kelas, karena mereka merasa pelajaran yang
disampaikan memiliki makna.
2) Structuring menunjukkan pola perilaku guru mengatur awal
pelajaran, menguraikan konten, menarik ide utama, dan
mengulas kembali ide utama di akhir pembelajaran.
3) Teknik bertanya. guru yang efektif melontarkan pertanyaan
dan berusaha melibatkan murid dalam kegiatan
pembelajaran.
4) Teaching modelling. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa
guru yang efektif diharapkan dapat membantu siswa
menggunakan strategi dan/atau mengembangkan strategi
mereka sendiri untuk memecahkan berbagai jenis masalah.44
41UNESCO. What Makes a Good Teacher?, UNESCO, diakses dari
https://en.unesco.org/news/what-makes-good-teacher, pada tanggal 19 September 2018 42Leonidas Kyriakides, Isabelle Archambault, & Michel Janosz, Searching for stages
of effective teaching: A study testing the validity of the dynamic model in canada.The Journal of Classroom Interaction, 48(2), 2013, hlm. 11
43Ibid. 44Kyriakides, Campbell, & Christofidou, 2002, dalam Leonidas Kyriakides, Isabelle
Archambault, & Michel Janosz, Searching for stages of effective teaching: A study testing the
NA RUU Guru 14 Maret 2019
30
Dengan begitu, siswa cenderung mengembangkan
keterampilan yang membantu mereka mengatur
pembelajaran mereka sendiri (misalnya, pengaturan mandiri,
pembelajaran aktif).45
5) Aplikasi, penting bagi guru yang efektif untuk dapat memberi
kesempatan mempraktekkan dan mengaplikasikan apa yang
diajarkan.
Dalam penilaian kinerja, dipertimbangkan kemampuan
guru menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai dengan beban kerja
guru. Pengaturan beban kerja guru menjadi penting agar guru
dapat menjalankan tugasnya secara maksimal. ILO dan UNESCO
merekomendasikan beberapa poin yang perlu diperhatikan
terkait beban kerja guru, antara lain:46
1) Jam kerja guru per hari dan per minggu harus ditetapkan
dengan berkonsultasi dengan organisasi guru.
2) Penetapan jam mengajar memperhatikan semua faktor yang
relevan dengan beban kerja guru, seperti:
a) jumlah murid yang diajar per hari dan per minggu;
b) perlunya menyediakan waktu yang memadai untuk
perencanaan dan persiapan pelajaran, serta untuk
evaluasi kerja;
c) jumlah mata pelajaran berbeda yang harus diajarkan
dalam satu hari;
d) waktu yang dibutuhkan guru untuk melakukan riset,
terlibat dalam kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler,
tugas-tugas pengawasan dan konseling murid;dan
e) keinginan menyediakan waktu bagi guru untuk
melaporkan dan berkonsultasi dengan orang tua terkait
perkembangan murid.
validity of the dynamic model in canada.The Journal of Classroom Interaction, 48(2), 2013.
hlm. 13 45 loc.cit. 46 International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation concerning
the Status of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm. 36-
37
NA RUU Guru 14 Maret 2019
31
3) Guru harus diberikan waktu yang cukup untuk
berpartisipasi dalam program pelatihan.
4) Partisipasi guru dalam kegiatan ekstrakurikuler tidak boleh
menjadi beban tambahan dan mengganggu penyelesaian
tugas utamanya sebagai guru.
5) Guru yang diberikan tanggung jawab pendidikan khusus di
samping instruksi kelas harus dikurangi jam mengajar
normalnya.
d. Pengembangan
Untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan,
perlu diadakan pelatihan dan pendidikan bagi guru.
Pengembangan dapat membantu mereka agar mampu mengatasi
tanggung jawabnya di masa depan.47 Manfaat pengembangan:48
Tabel 1
Manfaat Pengembangan
Untuk Manfaat
sekolah/Institusi Memperbaiki pengetahuan dan keterampilan. Memperbaiki moral pekerja.
Membantu menciptakan citra institusi lebih baik. Membantu perkembangan kebenaran, keterbukaan, dan kepercayaan.
Membantu pengembangan perusahaan. Institusi dapat membuat keputusan yang lebih efektif dalam memecahkan masalah.
Menurunkan biaya. Memperbaiki hubungan guru dan manajemen.
Mengurangi biaya konsultasi dengan pihak luar. Membantu guru menyesuaikan diri dengan perubahan.
Membantu dalam mengatasi konflik dan mencegah stres.
Individu Membantu mengambil keputusan yang lebih baik dan pemecahan masalah yang lebih efektif.
Mendapatkan motivasi dari pengakuan, prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan.
47 Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri Mangkuprawira, Manajemen Sumber Daya Manusia
Strategik (edisi kedua), (Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia, 2011), hlm. 133 48 ibid
NA RUU Guru 14 Maret 2019
32
Membantu meningkatkan pengembangan dan
kepercayaan diri. Membantu mengatasi stres, kekecewaan, dan konflik Menyediakan informasi untuk memperbaiki
pengetahuan dan keterampilan. Meningkatkan kepuasan kerja. Mengembangkan jiwa yang terus mau belajar.
Membantu mengembangkan keterampilan berbicara, mendengarkan dan menulis.
Membantu mengurangi rasa takut/khawatir dalam mencoba tugas baru.
personal, hubungan
manusia, dan pelaksanaan kebijakan
Memperbaiki komunikasi antar kelompok dan individual.
Menyediakan informasi tentang kesempatan yang sama dan kegiatan yang disepakati. Memperbaiki keterampilan hubungan lintas personal
Memperbaiki moral. Membangun konsolidasi.
Menyediakan lingkungan yang baik untuk belajar, berkembang, dan koordinasi.
e. Kompensasi
Kompensasi merupakan imbalan atas pekerjaan yang
dilakukan. Kompensasi dapat berbentuk moneter (gaji,
tunjangan dsb) maupun nonmoneter (karir dan pencapaian
sosial). Kompensasi menjadi patokan kepuasan pekerja.
Menurut Schuler & Jackson kompensasi moneter
mempunyai beberapa tujuan utama:49
1) Menarik pelamar kerja potensial;
2) Mempertahankan karyawan yang baik;
3) Meraih keunggulan kompetitif;
4) Meningkatkan produktivitas, karena memengaruhi motivasi
dan kepuasan;
5) Melakukan pembayaran sesuai aturan hukum, dengan kata
lain sebagai batas agar pemberi kerja tidak melakukan
penyimpangan peraturan ketenagakerjaan;dan
49 Randall Schuler & Susan E Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia:
Menghadapi Abad ke-21 (Edisi keenam, Jilid 2), (Jakarta: Penerbit Airlangga, 1999), hlm.
87.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
33
6) Memudahkan sasaran strategis.
PGRI mencatat ada sekitar satu juta guru yang hidup di
bawah kata sejahtera. Masih banyak dalam data pokok
pendidikan (Dapodik) masih banyak masalah. Dari data Dapodik
guru PNS dan yayasan ada sekitar 53,4 persen, sisanya guru
honorer.
Upaya Pemerintah yang akan mengangkat sekitar 250 ribu
guru honorer menjadi CPNS dan pegawai pemerintah dengan
perjanjian kerja (P3K), karena kita kekurangan satu juta guru.
Karena itu, pengangkatan PNS agar mengutamakan para guru
honorer yang memenuhi kualifikasi dan kompetensi. Pemerintah
untuk tidak mengambil data "siluman", yang tiba-tiba muncul.
Harus terbuka, diberi kesempatan kepada mereka yang sudah
terdata dengan baik. Dengan begitu, kita kedepankan
profesionalisme, kompetensi dan di sisi lain kita menghargai
para guru yang telah lama mengabdi.
Penelitian Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI
menemukan bahwa para guru melihat fenomena brain-drain
merupakan langkah paling logis yang ditempuh para profesional
(termasuk guru) yang sempat mengenyam pendidikan di luar
negeri.50 Kerja sebagai pegawai pemerintah ditinggalkan karena
tidak ada jaminan kehidupan yang lebih baik.
ILO dan UNESCO menyarankan gaji guru haruslah:51
1) mencerminkan pentingnya fungsi pengajaran bagi masyarakat
dan karenanya pentingnya guru serta tanggung jawab dari
semua jenis yang jatuh pada mereka dari saat mereka masuk
ke layanan;
2) dibandingkan dengan gaji pekerjaan lain yang membutuhkan
kualifikasi serupa atau setara;
50Yulia Indahri, dkk., Permasalahan Tata Kelola Guru: Implementasi Undang-Undang
Guru dan Dosen dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Guru, (Jakarta: Pusat Penelitian Badan
Keahlian DPR RI, 2017), hlm. 83. 51International Labour Organization, The ILO/UNESCO Recommendation Concerning
The Status Of Teachers (1966 ), (Geneva: International Labour Organization, 2016), hlm.40
NA RUU Guru 14 Maret 2019
34
3) mencukupi untuk memastikan standar hidup yang layak bagi
guru dan keluarga mereka serta dapat digunakan untuk
berinvestasi dalam pendidikan lebih lanjut atau dalam
mengejar kegiatan budaya, sehingga dapat meningkatkan
kualifikasi profesional mereka; dan
4) mempertimbangkan fakta bahwa pekerjaan tertentu
membutuhkan kualifikasi dan pengalaman yang lebih tinggi,
serta memiliki tanggung jawab yang lebih besar.
f. Unionisasi
Unionisasi merupakan upaya pekerja dan badan-badan di
luar perusahaan untuk bertindak sebagai satu kesatuan ketika
berhubungan dengan manajemen mengenai masalah-masalah
yang berkaitan dengan pekerjaan mereka.52 Dalam konteks
profesi guru, organisasi profesi guru merupakan salah satu
organisasi profesi paling tua di negara kita.
Salah satu ciri profesi adalah adanya kontrol yang ketat
atas para anggotanya. Suatu profesi ada dan diakui masyarakat
karena ada usaha dari para anggotanya untuk menghimpun diri.
Melalui organisasi tersebut, profesi dilindungi dari kemungkinan
penyalahgunaan yang dapat membahayakan keutuhan dan
kewibawaan profesi itu. Kode etik pun disusun dan disepakati
oleh para anggotanya. Maka suatu organisasi profesi menyerupai
suatu sistem yang senantiasa mempertahankan keadaan yang
harmonis. Ia akan menolak keluar komponen sistem yang tidak
mengikuti arus atau meluruskannya. Dalam praktek
keorganisasian, anggota yang mencoba melanggar aturan main
organisasi akan diperingatkan, bahkan dipecat. Jadi dalam
suatu organisasi profesi, ada aturan yang jelas dan sanksi bagi
pelanggar aturan.
52 Randall Schuler & Susan E Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia:
Menghadapi Abad ke-21 (Edisi keenam, Jilid 2), (Jakarta: Penerbit Airlangga, 1999), hlm
253.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
35
Beberapa bagian pokok dalam organisasi antara lain:53
1) Kesatuan sosial, berarti organisasi terdiri dari kelompok
(himpunan, perserikatan) orang yang saling berinteraksi,
saling tergantung satu sama lain dalam menjalankan tugas
pokok dan fungsinya masing-masing dalam suatu kesatuan
yang bermakna bagi dirinya dan bagi organisasi;
2) Struktur dan koordinasi, berarti aktivitas orang-orang dalam
organisasi dirancang dan disusun dalam suatu pola tertentu
yang menggambarkan tugas pokok dan fungsi, mekanisme
kerja setiap bagian, dan hubungan kerja antar bagian.
Pelaksanaan kegiatan setiap bagian tersebut dilakukan
secara bersama-sama, menyeluruh, seimbang dan terpadu;
3) Batasan yang dapat diidentifikasi. Setiap organisasi
mempunyai batasan yang mengidentifikasi anggota
organisasi dari yang bukan anggota organisasi, siapa dan apa
yang menjadi bagian dan bukan menjadi bagian organisasi.
Batasan organisasi dapat diidentifikasi melalui kontrak
perjanjian yang disepakati oleh anggota dan organisasi; dan
4) Memiliki tujuan, yang dapat dicapai bersama-sama.
Beberapa organisasi profesi di dunia pendidikan, antara
lain:54
1) Persatuan (Union), antara lain; Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI), Australian Education Union, Singapore
Teacher’s Union, National Union of the Teaching Profession
Malaysia, Japan Teacher’s Union;
2) Federasi (Federation), antara lain: All India Federation of
Teachers Organisations, Bangladesh Teachers’ Federation,
Federation of Elementary Education Teachers’ Association of
Thailand;
53 Ali Mudhofir,Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam
Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada., 2012), hlm.
295-297 54 Ibid, hlm. 306
NA RUU Guru 14 Maret 2019
36
3) Aliansi (Alliance), antara lain: Alliance of Concered Teachers,
Philipina; dan
4) Asosiasi (Association) yang terdapat di kebanyakan Negara.
Ditinjau dari segi kategorisasi keanggotaannya juga
ternyata menunjukkan corak keorganisasian yang bervariasi,
seperti menurut:55
1) Jenjang pendidikan di mana mereka bertugas (dasar,
menengah, dan perguruan tinggi);
2) Status penyelenggara kelembagaan pendidikan (negeri,
swasta);
3) Bidang studi/keahlian (guru bahasa Inggris, matematika,
dsb.);
4) Gender (wanita, pria); dan
5) Latar belakang etnis (Cina, Tamil, Melayu, dsb.).
Struktur dan kedudukan dipandang dari segi jangkauan
wilayah kerjanya juga ternyata beragam dan bersifat:
1) Lokal (kedaerahan, kewilayahan);
2) Nasional (negara); dan
3) Internasional (WCOTP, WFTU, dsb.).
B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Berkaitan dengan Guru
Pengaturan tentang guru berlandaskan pada asas-asas sebagai
berikut:
1. Asas Pelindungan
Pengaturan tentang guru harus mampu memberikan
pelindungan kepada guru baik berupa pelindungan hukum dan
pelindungan profesi. Pelindungan hukum diberikan:
a. terhadap tindak kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif,
intimidasi dan perlakukan tidak adil yang disebabkan oleh
peserta didik, orang tua, masyarakat, birokrasi, dan pihak lain.
b. dalam bentuk advokasi non litigasi. Ini merupakan fasilitasi
penyelesaian perkara di luar pengadilan dalam bentuk konsultasi
55 Ibid. hlm. 306-307
NA RUU Guru 14 Maret 2019
37
hukum, mediasi dan pemenuhan atau pemulihan hak pendidik.
Adapun pelindungan profesi berupa PHK yang tidak sesuai
peraturan, termasuk pemberian imbalan yang tidak wajar,
pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan
terhadap profesi dan pembatasan atau pelarangan yang dapat
menghambat guru dan tenaga kependidikan.
2. Asas Keadilan
Pengaturan tentang guru harus mampu memberikan peluang
dan kesempatan yang sama secara proporsional bagi guru berstatus
PNS maupun guru berstatus non PNS.
3. Asas Pemerataan
Pengaturan tentang guru harus mampu melakukan pemerataan
distribusi guru ke semua sekolah dalam satu zonasi atau di luar
zonasi agar tidak terjadi kesenjangan kualitas pendidikan di
sekolah-sekolah dan mencegah penumpukan sumber daya manusia
yang berkualitas dalam suatu wilayah tertentu.
4. Asas Kualitas
Dalam pengaturan ini harus mampu menciptakan guru sebagai
tenaga pendidik yang berkualitas baik itu kualitas keterampilan,
etos kerja, intelektual, emosional, sosial dan spiritual, tanpa
memiliki kualitas yang baik, bangsa ini akan tertinggal oleh negara-
negara lain.
5. Asas Tanggung jawab
Guru memiliki tanggung jawab dalam melaksanakan fungsi,
tugas dan perannya sebagai tenaga pendidik.
6. Asas Afirmasi
Pemerintah melakukan keberpihakan kepada guru yang berada
di daerah, terpencil, terdepan, dan terluar dalam hal tata kelola,
pengembangan kompetensi, dan pemberian kesejahteraan.
7. Asas Integritas
Guru dalam melaksanakan kewajibannya harus berpegang
teguh pada nilai-nilai moral dan tidak berafiliasi pada kepentingan
kelompok atau golongan tertentu.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
38
C. Kajian Terhadap Praktik Penyelenggaraan, Kondisi Yang Ada,
Permasalahan Yang Dihadapi Masyarakat, dan Perbandingan dengan
Negara Lain
Bagian ini berisi kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi
yang ada, dan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat yang
merupakan gambaran fakta empiris mengenai guru yang terjadi di
masyarakat. Kajian pada bagian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu
kajian tentang tata kelola guru di Indonesia secara umum dan kajian
tentang pendidikan guru di Indonesia. Fakta empiris ini diperoleh
antara lain dari data primer melalui pengumpulan data lapangan dan
diskusi dengan berbagai stakeholder terkait. Selain itu, dalam bagian ini
juga diuraikan mengenai praktik empiris mengenai guru di tiga negara,
yaitu Tiongkok, Jepang, dan Malaysia yang dapat menjadi sumber
referensi yang dapat diadopsi sesuai dengan aspek sosial dan budaya
masyarakat Indonesia.
1. Tata Kelola Guru di Indonesia
Dari hasil pengumpulan data di lapangan dan diskusi dengan
para narasumber, beberapa isu yang perlu mendapat perhatian
dalam tata kelola guru di Indonesia yaitu:
a. Kuantitas dan Distribusi Guru
Kesenjangan antara sebaran guru di daerah perkotaan
dengan di daerah perdesaan sangat lebar perbedaannya. Jika
dilihat jumlah guru secara kuantitatif maka jumlahnya cukup,
namun sebaran guru yang tidak merata pada setiap daerah
menjadi permasalahan dalam pemenuhan jumlah guru.
Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
menyatakan bahwa rasio ideal guru dan murid berkisar antara
1:15 sampai 1:20, tergantung dengan tingkatan pendidikan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di daerah Kalimantan
Barat, jumlah guru di Kalimantan Barat yang tercatat di ikhtisar
data pendidikan berjumlah 58.566 orang. Pemerintah Pusat
menilai jumlah guru tersebut sudah cukup, namun menurut
NA RUU Guru 14 Maret 2019
39
Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat jumlah tersebut belum
memenuhi kebutuhan di lapangan karena tidak meratanya
sebaran guru di setiap daerah.
Sementara itu, jumlah rasio guru PNS dan murid di Kota
Sorong juga masih sangat kurang dan belum mencapai angka
ideal kebutuhan guru yang harus dipenuhi. Angka rasio guru
PNS terhadap siswa di Kota Sorong untuk satuan pendidikan
Taman Kanak-kanak adalah 1: 49,55; Sekolah Dasar sebesar 1:
40,13; dan Sekolah Menengah Pertama berjumlah 1:27,28.
Selain dilihat dari rasio jumlah guru dan murid, jumlah
kekurangan guru juga perlu dilihat rasio guru dari mata
pelajarannya, karena menurut Pemerintah Kabupaten Belitung,
terdapat kekurangan guru hanya pada mata pelajaran tertentu
saja.
Untuk memenuhi kekurangan rasio kebutuhan guru
tersebut, beberapa upaya yang dilakukan sekolah daerah yaitu:
1) mengangkat guru-guru honor sekolah untuk sekolah negeri
dan mengangkat guru honor yayasan untuk sekolah swasta;
2) menyetujui mutasi guru ke daerah atau satuan pendidikan
yang kekurangan guru;
3) kepala sekolah masuk ke kelas untuk mengajar;
4) memanfaatkan guru mata pelajaran untuk mengajar di kelas
lain, baik guru yang sama mata pelajaran keahliannya
maupun guru dual keahlian; dan
5) menerima guru PNS yang kekurangan jam mengajar 24
jam/seminggu.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di Universitas
Pendidikan Indonesia, pengaturan terhadap guru harus menjadi
otorisasi dan dalam kontrol pemerintah pusat (goverment control).
Pemerintah pusat harus membuat suatu sistem perekrutan,
pengadaan, dan penyebaran guru yang terintegrasi. Apabila
berada dalam kontrol pemerintah pusat, akan lebih mudah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
40
untuk mengendalikan permasalahan guru, misalnya kekurangan
guru di daerah terpencil akan lebih mudah untuk diatasi karena
Pemerintah telah mempunyai peta persebaran guru di tiap
wilayah, sampai wilayah terpencil sekalipun. Adapun cara yang
dapat ditempuh untuk mengatasi hal tersebut misalnya dengan
penempatan guru melalui metode rayonisasi.
Selain itu, menurut Pemerintah Kabupaten Raja Ampat,
kebijakan pemerintah untuk mendatangkan guru garis depan ke
pulau di Provinsi Papua dan Papua Barat juga dinilai tidak akan
efektif untuk menyelesaikan permasalahan, karena guru yang
ditempatkan bukan berasal dari putra/putri daerah sehingga
tidak akan bertahan lama di daerah. Oleh karena itu,
putra/putri daerah yang lebih diberdayakan menjadi guru garis
depan.
b. Kualitas dan Mutu Guru
Kualitas guru Indonesia saat ini masih sangat rendah. Dari
hasil uji kompetensi awal yang dilakukan pada 275.768 guru
tingkat nasional, hasilnya cukup memprihatinkan, dari bobot
skor 100, ternyata nilai terendah dari hasil uji tersebut adalah 1,
dan rata-rata skornya adalah 41,5. Ini mengindikasikan bahwa
kompetensi guru masih rendah berdasarkan tolak ukur yang
ditentukan dalam standar pendidik dan tenaga kependidikan.56
Data jumlah guru di Indonesia per Desember 2017 yang
dipaparkan Kemendikbud RI pada 16 Januari 2018, menyatakan
bahwa jumlah guru saat ini 3.017.296 orang. Berdasarkan data
yang dipaparkan, dari jumlah keseluruhan guru tersebut masih
terdapat 25% guru yang belum memenuhi syarat kualifikasi
akademik dan 52% guru belum memiliki sertifikat profesi. Selain
itu, data dari Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan
Kementerian Agama juga menunjukkan bahwa masih terdapat
60.682 guru yang belum disertifikasi dan 27.838 guru yang
56 Buku Saku Statistik Pendidikan 2014/2015
NA RUU Guru 14 Maret 2019
41
belum memenuhi kualifikasi S-1 atau D-IV. Padahal sesuai
amanat dari UU tentang Guru dan Dosen dalam Pasal 82
dinyatakan bahwa dalam 10 Tahun setelah diberlakukannya
Undang-Undang tersebut, seluruh guru telah memiliki
kualifikasi S-1/D-IV dan sertifikat pendidik. Selengkapnya data
tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini:
Gambar 2
Rincian Guru di bawah Kemendikbud yang sudah Sertifikasi dan
Belum Sertifikasi
Sumber: Paparan Mendikbud RI pada Raker dengan Komisi X DPR RI, 16
Januari 2018.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
42
Gambar 3
Kompetensi Guru di bawah Kementerian Agama
Sumber: Paparan Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Agama di Badan Keahlian DPR RI, 20 Juli 2018
Realitas semacam ini, pada akhirnya akan mempengaruhi
kualitas anak didik yang dihasilkan. Belum lagi masalah, dimana
seorang guru (khususnya SD), sering mengajar lebih dari satu
mata pelajaran (guru kelas) yang tidak jarang, bukan merupakan
inti dari pengetahuan yang dimilikinya, hal seperti ini tentu saja
dapat mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak
maksimal.
Menurut akademisi Universitas Tanjungpura, rendahnya
kualitas guru diawali dari hulu, yaitu pada proses rekrutmen
guru. Ujian masuk calon mahasiswa LPTK tidak berbeda dengan
calon mahasiswa fakultas lain, sehingga tidak bisa menyaring
calon-calon guru yang memiliki kompetensi khusus. Sampai saat
ini, belum ada standar rekrutmen calon mahasiswa, baik untuk
pendidikan akademik maupun pendidikan profesi guru yang
bersifat terpadu dan khusus untuk calon guru. Kegiatan
pembinaan guru hingga saat ini juga dinilai masih kurang.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
43
Pembinaan seharusnya tidak hanya dilakukan oleh LPTK, tetapi
juga oleh organisasi profesi dan melalui partisipasi masyarakat.
c. Beban Kerja Guru
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan,
diketahui bahwa aturan beban kerja guru berdasarkan UU
tentang Guru dan Dosen yaitu mengajar minimal 24 jam tatap
muka tidak dapat dipenuhi semua guru di Kabupaten Belitung.
Kekurangan jam mengajar banyak terjadi di sekolah-sekolah
yang jauh jaraknya. Oleh karena itu, solusi sementara yang
diberikan adalah diberi jam tambahan sebagai guru piket.
Selain itu, jumlah siswa juga mempengaruhi besaran
beban kerja yang dihadapi guru. Guru yang memiliki siswa
banyak harus meluangkan lebih banyak waktu dalam
melakukan evaluasi dan penilaian. Saat ini, proporsi jumlah
siswa tidak diperhitungkan, padahal kegiatan tersebut menjadi
nilai bagi guru dalam penyusunan angka kredit. Guru yang
sedikit muridnya akan mudah menyelesaikan tugas-tugas yang
dinilai angka kredit.
Guru sebagai bagian inti dari proses pendidikan yang core
businessnya adalah pembelajaran, sering terlibat dalam
penyelenggaraan pendidikan yang mengharuskan mereka
berurusan dengan surat pertanggungjawaban (SPJ)
penggunanaan dana yang rumit. Para guru pada akhirnya harus
berkutat dengan permasalahan administrasi yang tidak ada
hubungannya dengan tugas pokok. Mereka harus mampu secara
administratif meng-SPJ-kan anggaran untuk kegiatan
pembelajaran yang tidak mampu mereka pahami komponen-
komponennya.
d. Penghargaan dan Pelindungan Guru
Penghargaan diberikan kepada guru yang mengikuti
kegiatan ajang guru berprestasi, baik tingkat kota, propinsi
maupun tingkat nasional. Selain itu juga ada kegiatan-kegiatan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
44
di luar yang difasilitasi oleh pemerintah seperti penulisan karya
ilmiah guru, Forum Ilmiah Guru (FIG) dan lain-lain. Pemerintah
pusat mencoba mengapresiasi kinerja guru dalam berbagai ajang
perlombaan yang diharapkan dapat menfasilitasi kreativitas guru
dalam berkarya. Termasuk di dalamnya simposium penulisan
jurnal karya tulis ilmiah untuk guru yang berpresetasi.
Adapun terkait dengan pelindungan terhadap guru dalam
pelaksanaan tugas, saat ini terdapat pengaturannya dalam
Permendikbud Nomor 10 Tahun 2017 tentang Perlindungan bagi
Pendidik dan Tenaga Kependidikan. Perlindungan tersebut
meliputi perlindungan hukum, profesi, keselamatan dan
kesehatan kerja, dan/atau hak atas kekayaan intelektual.
Dalam peraturan tersebut juga disebutkan secara tegas
siapa saja yang berkewajiban memberikan perlindungan hukum
kepada guru apabila ada permasalahan hukum dalam
pelaksanaan tugasnya. Ketentuan dalam Pasal 3 menyatakan
bahwa pelindungan terhadap guru merupakan kewajiban bagi:
1) Pemerintah;
2) Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya;
3) Satuan Pendidikan;
4) Organisasi Profesi; dan
5) dan/atau Masyarakat.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan, Dinas
Pendidikan Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat telah
memberikan pelindungan kepada guru sesuai dengan Pasal 4
Permendikbud No. 10 Tahun 2017, upaya perlindungan
dilakukan bagi guru dalam bentuk nonlitigasi (diluar
pengadilan), misalnya:
1) konsultasi hukum;
2) mediasi;dan
3) pemenuhan dan/atau pemulihan hak.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
45
Permasalahan lainnya, guru juga lebih banyak terombang-
ambing dengan konstelasi politik yang terjadi saat ini. Seperti
menjelang momen pemilihan kepala daerah, kampanye
terselubung dilakukan melalui berbagai seminar maupun
pelatihan. Di sisi ini, guru mudah dimanfaatkan sebagai mesin
politik calon kepala daerah. Oleh karena itu, guru perlu
membangun kemandiriannya untuk dapat membatasi politisasi
yang dilakukan para politisi terhadap guru.
e. Kesejahteraan Guru
Tingkat kesejahteraan guru saat ini masih sangat
memprihatinkan, terutama bagi guru yang masih berstatus
sebagai guru bantu atau guru honorer. Adapun kesejahteraan
guru yang diatur dalam UU tentang Guru dan Dosen dapat
digambarkan sebagai berikut:
Gambar 4
Kesejahteraan Guru
Program sertifikasi guru yang dilakukan saat ini
merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan
kesejahteraan guru melalui tunjangan profesional guru. Manfaat
lainnya dari sertifikasi guru yaitu perlindungan profesi dari
NA RUU Guru 14 Maret 2019
46
praktik-praktik yang tidak kompeten yang dapat merusak citra
profesi guru, melindungi masyarakat dari praktik-praktik
pendidikan yang tidak berkualitas dan tidak profesional,
menjadi wahana penjaminan mutu bagi LPTK, dan kontrol mutu
serta jumlah guru bagi pengguna layanan pendidikan.
Permasalahan lainnya terkait kesejahteraan juga ditemui
untuk guru yang mengajar di sekolah swasta dengan yayasan
induk (dari dalam atau luar negeri) yang mapan secara keuangan
dengan yang kurang mapan. Perlu ada standar dan pemerintah
mempunyai data yang mutakhir agar terlihat kemampuan
masing-masing sekolah untuk memberikan kesejahteraan
kepada para gurunya. Jika dimungkinkan, terdapat kewajiban
bagi pemerintah (baik pusat maupun daerah) untuk memberikan
subsidi kepada sekolah yang secara ekonomi kurang mampu
agar ada standar baku untuk kesejahteraan para guru. Selain
itu, diharapkan pula ada perjanjian kerja yang jelas standarnya
untuk guru non-PNS dengan melihat pemenuhan upah
minimum pada masing-masing sekolah sebagai bentuk
perlindungan dan juga agar tidak ada kesenjangan pendapatan
dengan profesi lain.
f. Organisasi Profesi Guru
Organisasi profesi guru menurut UU tentang Guru dan
Dosen adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang
didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan
profesionalitas guru. Saat ini, peran perlindungan atau
pengayom guru dalam menjalankan profesinya dirasakan sangat
kurang dari organisasi profesi yang ada. Organisasi profesi guru
seharusnya berpartisipasi untuk meningkatkan kualitas guru
melalui berbagai kegiatan, seperti seminar, pendidikan, dan
pelatihan.
Berdasarkan hasil pengumpulan data di lapangan,
ditemukan bahwa organisasi profesi guru, terutama di daerah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
47
lebih banyak dipengaruhi oleh unsur politik sehingga perlu
pengaturan untuk memisahkan unsur politik dalam organisasi
profesi. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) di Pontianak
juga memandang perlu ada penguatan rumusan mengenai
organisasi profesi. Untuk menyatukan guru yang ada di seluruh
Indonesia, perlu ada suatu wadah berhimpun yang dikelola dari,
oleh, dan untuk kepentingan dan memberikan perlindungan
kepada guru. Organisasi tersebut juga harus dapat memberikan
bimbingan dan arahan bagi profesi guru dalam penyelenggaraan
kegiatan belajar dan mengajar, termasuk penyelenggaraan
kegiatan-kegiatan yang ditujukan untuk pengembangan
kapasitas dan kompetensi guru sesuai dengan kemajuan zaman.
MGMP juga dapat menjadi salah satu unsur dalam organisasi
profesi yang akan memyatukan guru mata pelajaran tertentu
menjadi lebih kompeten dan professional.
Permasalahan lainnya terkait dengan organisasi profesi
guru adalah masih terdapat pimpinan organisasi guru yang
bukan berlatar belakang profesi guru sehingga dikhawatirkan
tidak optimal dalam memberikan pelindungan dan pengayoman
terhadap profesi guru.
2. Pendidikan Guru
Beberapa permasalahan yang masih terjadi dalam pendidikan
guru di Indonesia saat ini antara lain:
a. Kualifikasi Pendidikan Guru
Setelah 13 tahun UU tentang Guru dan Dosen diundangkan
dan waktu yang dipersyaratkan untuk pemenuhan kualifikasi
terlewatkan, masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi
pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam UU tentang
Guru dan Dosen57. Artinya masih banyak guru yang memiliki
57 Pasal 9 UU Guru dan Dosen mensyaratkan kualifikasi akademik minimum guru
adalah sarjana atau diploma empat. Selanjutnya dalam Pasal 82 ayat (2) memberikan
batas waktu pemenuhan kualifikasi akademik tersebut yakni 10 (sepuluh) tahun sejak UU
Guru dan Dosen diundangkan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
48
kualifikasi pendidikan diploma tiga atau dibawahnya, atau bahkan
setara SMA/SMU.
Adapun yang menjadi penyebab belum terpenuhinya kualifikasi
pendidikan guru berasal dari 2 (dua) faktor, yakni faktor eksternal
dan faktor internal. Faktor eksternal berasal dari luar guru, yakni
minimnya anggaran dan keterbatasan LPTK. Untuk anggaran yang
bersumber dari APBN dan APBD, Pasal 13 ayat (1) UU tentang
Guru dan Dosen telah mewajibkan Pemerintah dan Pemerintah
Daerah untuk menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik bagi guru. Namun minimnya anggaran yang
bersumber dari 20% dana pendidikan tidak mencukupi untuk
melakukan pembinaan dan pengembangan guru, termasuk
kualifikasi akademiknya.
Bahkan di daerah sekalipun, keterbatasan anggaran memaksa
Pemerintah Daerah mengangkat guru honorer yang kualifikasinya
justru dibawah kualifikasi minimum. Pemerintah Daerah Kota
Sorong misalnya, telah memberikan kesempatan bagi guru yang
akan melanjutkan jenjang kualifikasi pendidikannya baik S1
maupun S2 pada LPTK. Namun faktor alokasi anggaran APBD
untuk peningkatan kapasitas guru sangat minim dan belum
mencukupi.
Selain keterbatasan anggaran, keberadaan LPTK juga menjadi
faktor tidak terpenuhinya kualifikasi guru. Untuk di daerah 3T
(tertinggal, terluar, terdepan) yang notabene merupakan daerah
terpencil sangat sulit mengakses LPTK yang menyediakan program
pendidikan tinggi sarjana atau diploma empat. Beberapa wilayah di
Indonesia yang secara geografis berada di kepulauan seperti
kabupaten Raja Ampat, Papua Barat, akses pendidikan bahkan
harus ditempuh melalui jalur laut dan memerlukan waktu yang
cukup lama. Faktor internal berasal dari dalam guru itu sendiri.
Umumnya guru yang sudah lama mengajar dan “nyaman” dalam
posisinya cenderung enggan untuk meng-upgrade pendidikannya.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
49
Selain dikarenakan faktor usia, kebijakan dan pola rekrutmen
Pemerintah/Pemerintah Daerah yang kurang jelas dan transparan
dalam memilih dan menentukan guru yang berhak mengikuti
program peningkatan kualifkasi pendidikan juga menyebabkan
guru menjadi enggan untuk meningkatkan kualifikasi
akademiknya. Padahal sebagai agen pendidikan kualifikasi
pendidikan sangat penting bagi kompetensi guru dan mutu
pendidikan.
b. Pendidikan Profesi Guru
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan prasyarat calon guru
untuk menjadi guru. Seseorang yang telah memenuhi kualifikasi
pendidikan minimum baik sarjana atau diploma empat tidak serta
merta langsung menjadi guru. Orang tersebut harus terlebih
dahulu mengikuti program PPG. Menurut Unimuda Sorong,
Program PPG yang dijalankan oleh Pemerintah saat ini sudah baik
dengan memperhatikan daerah afirmasi yang memperhatikan
kearifan lokal dengan membuka program PPG 3T. Namun, dalam
menyelenggarakan PPG, kendala yang dihadapi oleh Unimuda
Sorong yakni kesulitan dalam menyiapkan kelengkapan dokumen
penyelenggaraan PPG melalui pendaftaran online dan masih
banyak calon guru yang tidak tahu tentang Program PPG dan
manfaatnya, salah satunya sebagai syarat untuk mengikuti CPNS.
Selain permasalahan sosialisasi, pelaksanaan PPG saat ini juga
menyisakan sejumlah persoalan lain. Pertama, karena PPG
merupakan program Pemerintah Pusat maka seringkali muncul
ketidaksesuaian antara ketersediaan/lowongan PPG dengan
kebutuhan lapangan. Artinya seringkali PPG yang dibuka bukanlah
mata pelajaran yang dibutuhkan. Contoh, di daerah sangat
membutuhan guru fisika namun pada pembukaan program PPG
ketersediaan lowongan guru fisika justru tidak ada. Hal ini
menyebabkan banyak guru yang tidak sesuai dengan latar
belakang pendidikannya terpaksa mengambil lowongan PPG yang
NA RUU Guru 14 Maret 2019
50
tersedia. Akibatnya guru menjadi tidak berkompeten dan mutu
pendidikan rendah.
Kedua, adanya ketidaksesuaian antara ketersediaan PPG
dengan jumlah guru. Saat ini masih banyak jumlah guru yang
belum mengikuti PPG baik dari kalangan PNS, swasta atau Guru
Tetap Yayasan (GTY) dan bahkan honorer sedangkan “slot” PPG
yang tersedia sedikit. Jumlah guru yang belum mengikuti PPG ini
semakin lama akan semakin bertambah sebagai akibat
pengangkatan guru baru baik PNS maupun non PNS.
Ketiga, minimnya peran LPTK dan organisasi profesi dalam
penyelenggaraan PPG. Seharusnya sebagai bagian dari pendidikan
profesi, penyelenggaraan PPG tidak mutlak menjadi yurisdiksi
Pemerintah Pusat. Menurut Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kota bandung, pengadaan guru melalui penyelenggaraan PPG
seharusnya bekerjasama/berkolaborasi dan bersinergis dengan
LPTK dan organisasi profesi. Tujuannya adalah agar terpenuhinya
kesesuaian antara kebutuhan, ketersediaan lowongan program
PPG, serta kualifikasi dan kompetensi guru. Selain itu kolaborasi
dan sinergitas antara Pemerintah Pusat melalui kementerian, LPTK,
dan organisasi dapat menjamin mutu pendidikan, mutu layanan
pendidikan, dan mutu pendidik dan tenaga kependidikan (layanan
profesi).
Selain itu menurut Unimuda Sorong, organisasi profesi
merupakan ujung lidah bagi setiap guru untuk menyampaikan
berbagai macam hal yang dihadapi dan permasalahan yang
dihadapi oleh setiap anggota profesi yang harus dapat diselesaikan
dengan baik melalui organisasi profesi. Sampai saat ini kerja sama
dengan organisasi profesi dilakukan sebatas untuk menentukan
capaian pembelajaran yang di kembangkan oleh organisasi profesi.
Keempat, kredibilitas dan akreditasi LPTK. Untuk menjaga
mutu pendidikan, layanan pendidikan, dan layanan profesi, LPTK
yang menyelenggarakan PPG harus kredible dan berakreditas
minimal B. Bahkan di Kota Pontinak, Kalimantan Barat, akreditasi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
51
LPTK yang menyelenggarakan PPG harus berakreditasi A sehingga
menyebabkan Universitas Tanjung Pura menjadi satu-satunya
LPTK yang berhak menyelenggarakan PPG. Untuk memenuhi kuota
LPTK ini, Pemerintah harus membuka kompetisi dan menetapkan
syarat ketat bagi LPTK. LPTK yang belum memenuhi persyaratan
baik dari akreditasi, sarana dan prasarana maupun SDM
berkualitas dapat merujuk ke LPTK lain.
3. Uji Kompetensi dan Sertifikasi
Uji kompetensi pada dasarnya merupakan sarana untuk
mengukur sejauh mana kemampuan mengajar seorang calon guru
sebelum diangkat menjadi guru. Uji kompetensi guru ini sendiri
meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.
Hanya saja menurut LPTK Tanjung Pura Pontianak, uji kompetensi
guru dibuat secara khusus dan dilaksanakan sejak awal perekrutan
mahasiswa perguruan.
Saat ini ujian masuk calon mahasiswa LPTK tidak berbeda
dengan calon mahasiswa fakultas lain, sehingga tidak bisa menyaring
calon guru yang memiliki kompetensi khusus. Seharusnya ada
standar rekrutmen calon mahasiswa baik untuk pendidikan
akademik maupun pendidikan profesi guru yang bersifat terpadu dan
khusus untuk calon guru.
Adapun uji kompetensi calon guru yang akan diangkat menjadi
guru selama ini belum dilaksanakan secara optimal karena uji
kompetensi hanya dititikberatkan pada pengukuran kompetensi
profesional dan pedagogik, belum mengukur kompetensi psikologikal
dan sosial. Seharusnya kompetensi seorang guru antara lain:
a. Guru profesional adalah guru yang memahami materi ajar
b. Guru profesional paham siapa muridnya.
c. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik
d. Guru yang tumbuh dan selalu berkembang dalam mendidik secara
berkelanjutan (manusia yang suka belajar).
NA RUU Guru 14 Maret 2019
52
Selain permasalahan materi uji kompetensi, penyelenggaraan
uji kompetensi juga perlu dibenahi. Dalam penyelenggaraan uji
kompetensi seharusnya terjadi sinergitas antara Dinas Pendidikan,
LPTK, dan organisasi profesi. Sinergitas ini penting karena setiap
pemangku kepentingan memiliki peran yang saling terikat satu sama
lain. Dinas Pendidikan menyediakan data kebutuhan kompetensi
guru, LPTK menyelenggarakan dan menyediakan SDM guru sesuai
kompetensi, sedangkan organisasi profesi dapat terlibat dalam
penyelenggaraan sekaligus melakukan pembinaan dan pengawasan
atas mutu layanan profesi guru.
Sertifikasi merupakan tujuan akhir dari rangkaian pendidikan
guru. Sertifikasi erat kaitannya dengan kesejahteraan guru.
Seseorang yang telah memenuhi persyaratan menjadi guru, mulai
dari kualifikasi pendidikan, telah mengikuti PPG, dan lulus uji
kompetensi, berhak memperoleh sertifikasi dan diangkat menjadi
guru. Guru yang telah memperoleh sertifikasi berhak mendapatkan
tunjangan profesi, tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan
sebagaimana yang diamanahkan dalam UU tentang Guru dan Dosen.
Menurut LPTK Universitas Muhammadyah Sorong, sertifikasi
erat kaitannya dengan kesejahteraan (meningkatkan perekonomian
guru), sehingga seringkali disalahartikan seorang guru dimana
motivasi mengajar lebih berorientasi pada uang dari pada berorientasi
pada pendidikan. Kondisi inipun dibenarkan oleh Dinas Pendidikan
kota Bandung yang mengakui bahwa sertifikasi guru belum secara
signifikan meningkatkan kompetensi, kualifikasi, dan kesejahteraan
guru. Seharusnya untuk menjaga kompetensi dan kualifikasi guru,
sertifikasi harus dilakukan secara berjenjang dan berkala. Hasilnya
diharapkan dapat memberikan mutu kegiatan belajar mengajar
sekaligus kesejahteraan bagi guru itu sendiri.
Pemanfaatan sertifikasi untuk kesejahteraan pada dasarnya
tidak sepenuhnya salah selama guru mampu secara proprosional
membagi kesejahteraannya dengan peningkatan kompetensi dan
profesionalismenya. Kendala lain adalah minimnya akses dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
53
kemudahan. Saat ini untuk di daerah tertentu sangat sulit bagi guru
untuk mengakses secara mudah proses mendapatkan sertifikasi.
Selain itu menurut PGRI Pontianak proses sertifikasi masih belum
berpihak pada guru. Seharusnya proses mendapatkan sertifikasi
melalaui PPG dan uji kompetensi dibuat sesederhana dan
dipermudah.
Permasalahan selanjutnya mengenai regulasi dan kebijakan
sertifikasi yang berlaku. Menurut Dinas Pendidikan Provinsi
Kalimantan Barat regulasi tentang guru yang dikeluarkan oleh
Pemerintah perlu dibenahi karena menimbulkan banyak ketimpangan
perlakuan, utamanya perlakuan yang berbeda terhadap guru dan
Dosen. Salah satunya peraturan mengenai linieritas kompetensi guru
yang berlaku surut menyebabkan guru yang sudah tua tidak dapat
disertifikasi. Selain itu aturan linieritas terkait sertifikasi yang
menjadi korban adalah guru SMK karena tidak linier. Banyak guru
SMK yang berasal dari teknik, insinyur mempunyai akta 4 tidak bisa
mendapatkan sertifikasi. Aturan linieritas akan mengakibatkan
kekurangan guru.
Terkait kebijakan sertifikasi, adanya program Guru Garis
Depan (GGD) telah menimbulkan konflik dengan para guru lokal yang
belum tersertifikasi. Program ini menempatkan guru di daerah 3T.
Biasanya guru yang ditempatkan masih muda dan telah memiliki
sertifikasi, yang membuat guru lokal menjadi cemburu. Guru lokal
kesulitan untuk mengikuti PPG karena tidak boleh meninggalkan
tugas mengajar. Sementara LPTK yang boleh menyelenggarakan PPG
adalah yang berakreditasi A yang secara lokasi berjauhan dengan
tempat mengajar.
Permasalahan terakhir dan klasik terkait sertifikasi adalah
keterbatasan anggaran. Keterbatasan anggaran menyangkut
pembayaran sertifikasi guru dan evaluasi terhadap guru yang
tersertifikasi. Menurut LPTK Universitas Tanjung Pura, keterbatasan
anggaran mengakibatkan belum semua guru dapat disertifikasi.
Indonesia terlalu berlebihan ketika menargetkan sertifikasi 300.000
NA RUU Guru 14 Maret 2019
54
guru per tahun, yang bahkan tidak bisa dilakukan di negara maju.
Sertifikasi juga berdampak pada pembengkakan anggaran negara.
Pada kenyataannya, negara belum sanggup untuk membiayai semua
tunjangan profesi guru, sehingga di lapangan ditemui kasus
terlambatnya pembayaran tunjangan profesi guru, termasuk yang
dirapel selama 6 bulan.
Mengenai anggaran evaluasi guru tersertifikasi, Dinas
Pendidikan Provinsi Kalimantan Barat misalnya, belum memiliki
kegiatan untuk mengevaluasi guru yang sudah memiliki sertifikat
pendidikan. Yang dilakukan saat ini adalah dengan menerima laporan
dari pengawas apabila ada guru yang disertifikasi namun kinerjanya
tidak sesuai dengan yang diharapkan.
4. Tata Kelola Guru di Beberapa Negara
a. Tiongkok
Di Tiongkok, guru atau para pengajar mendapat tempat
yang sangat penting di kehidupan masyarakat. Dengan demikian,
sistem pendidikan keguruan di Tiongkok meningkat. Budaya
Confisius sendiri berperan penting dalam membentuk
karakteristik orang Tiongkok yang menghormati para guru.
Sehingga tidak mengherankan apabila guru mendapatkan posisi
dan strata yang penting dan mendapatkan kehormatan di negeri
tirai bambu tersebut. Pendidikan guru adalah salah satu elemen
penting dari sistem pendidikan sosialis di Tiongkok. Pendidikan
guru menjadi salah satu tulang punggung dalam kemajuan
pendidikan di Tiongkok selama 50 (lima puluh) tahun terakhir.
Perhatian lebih telah ditunjukkan oleh pemerintah dalam bentuk
kebijakan sebagai bentuk keseriusan dalam membangun kualitas
dan mutu guru yang bertaraf internasional. Tiongkok telah
berhasil membangun sistem pendidikan yang dewasa di berbagai
level dan berbagai tipe untuk pendidikan keguruan. Sistem
tersebut juga sangat cocok dengan situasi dan kondisi para guru
di negara tersebut. Di Tiongkok juga sudah tersedia institusi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
55
pelatihan guru dan sistem regulasi lain yang bertaraf
internasional.
Pendidikan guru di Tiongkok ini dibagi menjadi 2 (dua)
bagian, yakni: pre‐service education dan in‐service training. Di
dalam pre‐service training, terdapat program 4 (empat) tahun di
institusi pelatihan guru (termasuk program universitas keguruan
dan institut) dan program 3 (tiga) tahun (termasuk program
training colleges dan sekolah pelatihan guru menengah). Instansi
pendidikan ini memberikan pelatihan yang layak terhadap
guru‐guru untuk level‐level sekolah Taman Kanak‐kanak, Sekolah
Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
Sekolah Menengah Kejuruan, Universitas dan yang lainnya. In‐
service training juga menyediakan instansi khusus untuk
pelatihan guru‐guru di pendidikan sekolah. Program pelatihan
para guru juga mendapat perhatian khusus dari pemerintah.
Banyaknya program‐program yang disediakan, seperti: TV
Program, Kelas Malam, Ujian Online dan masih banyak lagi
merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan kualitas dan
mutu guru‐guru di Tiongkok.58
Melalui reformasi yang terus digalang oleh pemerintah
Tiongkok, kualitas dan mutu pendidikan keguruan di Tiongkok
terus meningkat setiap tahun. Tercatat dari tahun 1999 sampai
tahun 2013, jumlah institut atau universitas keguruan di
Tiongkok meningkat dari 87 instansi menjadi 94 instansi,
sedangkan sekolah spesialis keguruan dikurangi dan digabung
dari 110 menjadi 48 instansi saja. Lulusan dari pendidikan
keguruan ini juga meningkat jumlahnya, dari 53 ribu di tahun
1999 menjadi 240 ribu di tahun 2013. Jumlah guru yang
meningkat secara signifikan dari tahun 1996 ke tahun 2013 juga
menjadi salah satu tolok ukur akan kemajuan kualitas, mutu dan
juga minat rakyat Tiongkok terhadap pendidikan keguruan. Total
58Chaerun Anwar, Sistem Pendidikan di Cina, dimuat dalam
https://www.academia.edu/11602257/Sistem_Pendidikan_China ,diakses pada tanggal 28
Februari 2019.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
56
guru di Tiongkok pada tahun 2013 berjumlah 10,4 juta orang. Di
antaranya, guru sekolah dasar berjumlah 5 juta orang, guru
sekolah menengah pertama berjumlah 3,4 juta orang dan guru
sekolah menengah atas berjumlah 1,3 juta orang.59
1) Pendidikan Pre‐Service
Pendidikan pre‐service modern di Tiongkok dimulai
pada tahun 1952, ketika PKC mulai mereformasi sistem
pendidikan keguruan di Tiongkok untuk pertama kalinya.
Selain itu pemerintah juga mengadakan pelatihan untuk
guru‐guru secara besar‐besaran. Reformasi untuk sistem
pendidikan keguruan tercatat dilakukan pemerintah
Tiongkok sebanyak 4 kali, yaitu pada tahun 1952, 1960,
1976 dan yang terakhir pada tahun 1980. Pada tahun 1952,
pemerintah mengeluarkan kebijakan pendidikan pre‐service
dalam bentuk draft resmi untuk yang pertama kalinya Di
dalam draft tersebut terdapat ringkasan dari mata pelajaran
yang harus diikuti, jumlah murid, jurusan yang dibuka dan
hal‐hal administratif lainnya. Pada tahun 1960–1978,
revolusi budaya yang besar menghancurkan sistem
pendidikan Tiongkok saat itu. Ujian Masuk Perguruan Tinggi
Tiongkok (UMPTC) dan program kuliah dihentikan Segenap
warga diajak terjun ke kancah politik untuk merevisi ideologi
mereka saat itu. Dunia pendidikan Tiongkok memasuki era
paling suram semenjak era Republik.
Pada tahun 1978, barulah sistem UMPTC dipulihkan
dan pendidikan modern Tiongkok yang sempat berhenti
selama kurun waktu nyaris 20 tahun kembali bergulir. Lewat
reformasi yang digalakkan oleh Deng Xiaoping, Tiongkok
mengeluarkan kebijakan pengembangan pendidikan menuju
era pendidikan modern dalam upayanya mengejar
ketinggalan dari negara barat. Pada tahun 2008, Chairman
Hu Jintao menetapkan moto “pengembangan pendidikan
59Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
57
berkelanjutan” yang mengajak Tiongkok untuk
berkonsentrasi membenahi pendidikan dalam upaya untuk
memajukan bangsa. Jumlah murid pun terus bertambah
setiap tahunnya.
2) Mata Kuliah
Pada tahun 1980, pemerintah mengumumkan
reformasi untuk mata kuliah yang akan diangkat dalam
program pre‐service education, reformasi tersebut memiliki
ketentuan sebagai berikut:
1. Seluruh sistem materi pelajaran pre‐service education di
Tiongkok harus mengedepankan pendidikan ideologi,
menjunjung tinggi teori Marxis dan teori Maoism serta
berada di bawah garis pembangunan sosialis komunis
pemerintah.
2. Masa belajar pre‐service education di seluruh institut dan
perguruan tinggi Tiongkok adalah 3 sampai 4 tahun,
tergantung dengan jurusannya masing‐masing.
3. Materi pelajaran wajib dan menjadi subyek kunci dalam
pre‐service education antara lain: sastra, matematika, ilmu
politik dan pendidikan budaya.
3) Lembaga Pendidikan Pre‐service di Tiongkok
Pendidikan Pre‐service adalah pelatihan yang
diwajibkan oleh pemerintah Tiongkok untuk proses pelatihan
dan seleksi seorang guru. Lembaga resmi yang ditunjuk oleh
pemerintah dalam mengatur program Pre‐service education di
Tiongkok dibagi menjadi 2, yaitu: institut atau universitas
keguruan, dan intansi pendidikan resmi lainnya. Instansi
atau universitas keguruan sendiri dibagi menjadi 2, yaitu:
instansi keguruan tinggi dan instansi keguruan menengah.
Instansi keguruan tinggi meliputi 4 instansi, yaitu:
universitas keguruan, institut atau college keguruan, sekolah
keguruan untuk kejuruan, sekolah spesialis diploma
keguruan dan sekolah spesialis diploma keguruan untuk
NA RUU Guru 14 Maret 2019
58
kejuruan. Sedangkan instansi keguruan menengah dibagi
menjadi 2, yaitu: sekolah keguruan menengah umum dan
sekolah keguruan menengah luar biasa. Instansi pendidikan
resmi lainnya di Tiongkok meliputi 2 instansi, yaitu: kursus
keguruan umum dan kursus keguruan untuk kejuruan.
4) Perkembangan dan Prospek
Berdasarkan situasi pendidikan di Tiongkok pada saat
ini dan situasi perkembangan pendidikan di dunia, para
pakar di Tiongkok menggambarkan kerangka perkembangan
dan prospek pendidikan keguruan di Tiongkok sebagai
berikut :
1. Kesenjangan daerah barat dan timur akan semakin
berkurang.
Dikarenakan luas wilayah yang besar, jumlah
penduduk yang sangat padat dan juga kesenjangan yang
terjadi antara daerah barat dengan daerah timur, tingkat
pendidikan keguruan di setiap daerah Tiongkok juga
sangat berbeda. Banyak kualitas pendidikan keguruan di
wilayah barat yang masih di bawah rata‐rata. Di masa
depan, pemerintah akan lebih berkonsentrasi untuk
menyeimbangkan dan mengatasi kesenjangan ini, bukan
terus memajukan kualitas pendidikan keguruan di daerah
timur sesuai fokus yang terdahulu.
2. Metode dalam pendidikan pengajaran akan semakin
terbuka dan bervariasi.
Metode pengajaran yang dulu diajarkan oleh Tiongkok
adalah meniru metode pengajaran Uni Soviet. Seiring
dengan runtuhnya Uni Soviet dan menanjaknya Amerika
Serikat, metode pengajaran yang diajarkan oleh Tiongkok
sedikit banyak meniru metode dari Amerika Serikat. Akan
tetapi, seiring dengan semakin pesatnya kemajuan yang
digapai Tiongkok dalam segala aspek, Tiongkok mulai
NA RUU Guru 14 Maret 2019
59
mengembangkan metode pengajaran yang cocok dengan
budaya dan adat istiadat negara itu sendiri. Para pakar
memperkirakan, metode yang digunakan ke depannya
akan semakin terbuka dan semakin bervariasi.
3. Guru‐guru akan semakin professional.
Profesi guru adalah profesi khusus yang
membutuhkan teori, etika moral tinggi dan keterampilan
khusus untuk mengajar. Saat ini pemerintah sedang fokus
dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan para
guru yang ada. Kualifikasi untuk para guru pun semakin
ketat setiap tahunnya. Syarat dan ketentuan yang
dibutuhkan terus meningkat, sehingga guru‐guru yang
mengajar adalah guru yang memiliki tingkat kualitas dan
potensi yang besar.
4. Ideologi dan pengertian akan pendidikan terus direformasi.
Sejak tahun 1960, belajar seumur hidup telah
menjadi tren pendidikan internasional. Dalam beberapa
tahun terakhir, integrasi Tiongkok dalam teori dan praktek
pendidikan guru terus dieksplorasi. Pengertian dan ideologi
bahwa lulusan sarjana keguruan lebih rendah daripada
sarjana biasa akan berubah. Seiring dengan banyaknya
kebijakan pemerintah yang melindungi dan juga
memberikan keuntungan tersendiri terhadap lulusan
jurusan keguruan, masyarakat pelan‐pelan akan mulai
menghargai strata dari pendidikan keguruan.
5. Mata kuliah dan kurikulum semakin terorganisir.
Dilihat dari kurikulum pendidikan, pendidikan
keguruan Tiongkok memiliki subyek utama dengan
proporsi 15%, sementara subyek pilihan melampui lebih
dari 60‐70%. Selain itu, fokus pelajaran sebelumnya hanya
terfokus pada pendidikan ideologi dan pendidikan budaya,
sedikit sekali pelajaran sains yang diperhatikan selain
matematika. Kesempatan magang yang diperoleh pun
NA RUU Guru 14 Maret 2019
60
dirasa sangat kurang. Hal ini pula yang menyebabkan
mengapa pendidikan keguruan menjadi kehilangan
pasarnya dalam beberapa tahun belakangan ini.
Pemerintah merasa perlu untuk mereformasi kurikulum
pelajaran yang ada. Dengan mengikuti perkembangan
zaman, pemerintah merasa harus memasukkan pelajaran
sains dan teknologi agar para guru mendapatkan
kualifikasi yang cukup untuk menjadi seorang guru. Selain
itu, proporsi subyek utama pun akan semakin besar,
sehingga kurikulum semakin terorganisir. Nantinya mata
kuliah dan kurikulum akan semakin terpusat dan
menonjolkan kelebihan dan karakteristik pendidikan
keguruan itu sendiri.
5) Pendidikan In‐Service
Pendidikan in‐service adalah pendidikan yang wajib
dilakukan oleh setiap guru untuk mempertahankan jenjang
karirnya. Lewat pendidikan in‐service pulalah, guru baru bisa
mendapatkan kenaikan pangkat dan kenaikan gaji. Oleh
karena itu, peran yang dimainkan instansi yang mengurus
in‐service education sangatlah besar. Sebagai catatan,
pendidikan in‐service adalah program yang wajib diambil oleh
para guru. Akan tetapi, terlepas guru terkait mengikuti
program pendidikan in‐service atau tidak, mereka tetap harus
mengikuti evaluasi akhir tahun untuk mempertahankan
statusnya sebagai guru. Fungsi dari pendidikan in‐service di
Tiongkok adalah:
1. Sebagai bentuk dari evaluasi guru setiap tahun dan
untuk mempertahankan kualifikasi seorang guru;
2. Sebagai salah satu sarana dari guru untuk mendapatkan
promosi pangkat;
3. Sebagai salah satu sarana dari guru untuk mendapatkan
promosi gaji; dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
61
4. Untuk meningkatkan kualitas dan mutu guru dalam
upaya pemerintah meningkatkan kualitas pendidikan
keguruan di Tiongkok.
6) Institusi Penyelenggara
Lembaga yang menangani pendidikan in‐service di
Tiongkok dibagi menjadi 2, yaitu instansi pembinaan guru
tinggi dan instansi lainnya. Instansi pembinaan guru tinggi
sendiri dibagi menjadi 3, yaitu instansi pembinaan guru
tinggi tingkat propinsi, tingkat kabupaten dan tingkat daerah.
Instansi lainnya dibagi menjadi 2, yaitu pusat pembinaan
guru swasta, dan self‐examination center. Seluruh lembaga
tersebut mendapatkan pengakuan dari pemerintah dan telah
mendapatkan izin resmi dalam membuka kelas kurikulum
dengan tujuan pembinaan guru. Sehingga dari segi kualitas,
instansi tersebut memiliki kredibilitas yang dapat
dipertanggung‐jawabkan. Kualifikasi, kurikulum dan mata
pelajaran yang diatur dalam sistem pembinaan guru diatur
oleh sekolah dengan pengawasan dari Dewan Negara di
Tiongkok. Beberapa lembaga bahkan memiliki program
kerjasama internasional dengan cara mengirim gurunya
keluar negeri untuk mengambil kredit dalam salah satu
kurikulum pembinaan tersebut.
7) Waktu dan Mata Kuliah
Meskipun dalam program pendidikan in‐service, para
guru masih harus melaksanakan tugasnya sebagai seorang
guru. Oleh karena itu, waktu yang dipilih untuk pembinaan
adalah hari Sabtu dan Minggu. Kredit yang dapat diambil
juga bisa dipilih sesuai dengan kebutuhan guru
masing‐masing. Pada akhir tahun belakangan ini, pemerintah
lebih banyak memberikan otonomi kepada instansi
pembinaan guru dalam hal administratif pembinaan guru.
Sehingga instansi terkait juga lebih bebas dalam mengatur
NA RUU Guru 14 Maret 2019
62
waktu dan mata kuliah yang ingin diambil oleh para guru.
Secara keseluruhan, mata kuliah yang harus diambil kurang
lebih sama dengan mata kuliah di pre‐service education, di
mana pembinaan, pelajaran ideologi dan moral menjadi
subyek yang paling penting. Kemudian disusul dengan ilmu
politik, bahasa dan sastra, psikologi dan pelajaran umum
lainnya. Secara keseluruhan, selain penekanan pelajaran
ideologi yang menekankan teori Marxisme dan teori Maoism,
kurikulum pelajaran pembinaan guru di Tiongkok tidak jauh
berbeda dengan standar internasional lainnya.
8) Biaya Pembinaan
Terkait pembiayaan pembinaan para guru dalam
pendidikan in‐service di Tiongkok, pemerintah membagi
program sebagai berikut:
a) Program Gratis
Program gratis ini wajib diikuti oleh seluruh guru yang
terdaftar resmi di lembaga pendidikan pemerintah. Setiap
tahun pemerintah menetapkan kredit minimal yang harus
diikuti oleh para guru menurut subyek pengajarannya
masing‐masing. Anggaran biaya program gratis ini
didukung oleh pemerintah pusat dan pemerintah daerah;
dan
b) Program Ekstra
Program ekstra adalah program yang tidak wajib diikuti
oleh para guru. Biaya yang dikenakan dalam program
ekstra ini juga harus ditanggung oleh para guru secara
individu. Dalam beberapa kasus, biaya program ekstra ini
terkadang ditanggung oleh instansi tempat guru mengajar
atau perusahaan terkait. Dengan mengikuti program
ekstra, para guru akan mendapatkan kemudahan dan
kelancaran dalam proses kenaikan strata, pangkat atau
kenaikan gaji. Dalam beberapa tahun belakangan,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
63
program ekstra banyak disesuaikan dengan program
keguruan internasional. Sehingga beberapa program
ekstra di Tiongkok dikaitkan dan memiliki kerja sama
dengan instansi pendidikan luar negeri. Hal ini
memungkinkan para guru untuk dikirim ke luar negeri
dalam proses pembinaan lebih lanjut.
9) Rekrutmen Guru
Rekrutmen guru di Tiongkok resmi dilakukan oleh
pemerintah, meskipun dalam pelaksanaannya pemerintah
banyak memberikan otonomi kepada setiap sekolah. Akan
tetapi, beberapa hal utama seperti masalah kualifikasi dan
masalah gaji masih ditangani secara langsung oleh
pemerintah pusat. Berikut ini adalah beberapa info utama
mengenai rekruitmen guru di Tiongkok:
a) Kualifikasi Guru Bagi rakyat Tiongkok yang memiliki
keinginan dan niat luhur untuk menjadi seorang guru,
bisa mengajukan pendaftaran dengan syarat memenuhi
batas umur yang ditentukan dan juga kualifikasi lainnya
seperti yang tertulis di “Teacher’s Law”. Seperti diatur
dalam Teacher’s Law, Untuk memperoleh kualifikasi
sebagai seorang guru, para calon harus memiliki catatan
resmi terkait mengenai:
b) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru TK,
calon guru minimal harus merupakan lulusan dari
sekolah keguruan TK atau tingkat di atasnya;
c) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru SD,
calon guru minimal harus merupakan lulusan dari
sekolah keguruan tingkat dasar atau tingkat di atasnya;
d) Untuk memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang
guru di sebuah sekolah menengah pertama, atau guru
untuk kursus pengetahuan umum dan program khusus
di sekolah kejuruan dasar, calon guru minimal harus
NA RUU Guru 14 Maret 2019
64
merupakan lulusan dari sekolah keguruan tingkat atas
dari pendidikan keguruan dalam sistem perguruan tinggi
atau universitas;
e) Untuk memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang
guru di sebuah sekolah menengah atas, atau guru untuk
kursus pengetahuan umum dan program khusus di
sekolah kejuruan menengah, calon guru minimal harus
merupakan lulusan dari sebuah perguruan tinggi resmi
atau dari pendidikan keguruan selama 4 tahun dalam
sistem perguruan tinggi atau universitas. Adapun
kualifikasi dan penetapan standar untuk menjadi guru di
sekolah menengah kejuruan tingkat menengah dan atas
atau sekolah teknik akan diatur oleh departemen
administratif terkait di bagian pendidikan;
f) Untuk memperoleh kualifikasi untuk guru di sebuah
lembaga pendidikan tinggi, calon guru minimal harus
menyelesaikan program sarjana atau program pasca
sarjana sesuai dengan peraturan terkait;
g) Untuk memperoleh kualifikasi bagi seorang guru untuk
pendidikan orang dewasa, calon guru minimal harus
merupakan lulusan dari lembaga pendidikan tinggi,
tergantung pada tingkat dan standar dari kategori
pendidikan orang dewasa terkait.
Setiap warga yang tidak memiliki catatan resmi untuk
kualifikasi guru sebagaimana diatur dalam Undang‐undang
ini, harus mengikuti ujian kualifikasi guru untuk
memperoleh kualifikasi resmi. Sistem ujian kualifikasi guru
nasional akan ditentukan oleh Dewan Negara. Proses
rekruitmen dan kualifikasi seorang guru dilakukan setahun 2
kali, yaitu pada waktu musim semi dan musim gugur.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
65
10) Badan Perekrut Guru
Badan yang bertanggung‐jawab atas perekrutan guru
diatur dalam Teacher’s Law mengenai masalah kualifikasi
dan ketenagakerjaan sebagai berikut:
a) Negara akan menetapkan sistem kualifikasi bagi para
guru. Semua warga negara Tiongkok yang mematuhi
konstitusi dan hukum, dan memiliki minat dalam bidang
pendidikan, serta memiliki karakter, ideologis dan moral
yang sehat, memiliki catatan kualifikasi dari sekolah
resmi sebagaimana diatur dalam Undang‐undang ini atau
yang telah lulus dalam ujian kualifikasi guru nasional,
memiliki pendidikan dan kemampuan mengajar yang
baik, dan setelah lolos kualifikasi lainnya, berhak untuk
memperoleh kualifikasi untuk menjadi seorang guru.
b) Setiap Warga yang tidak memiliki catatan resmi untuk
kualifikasi guru sebagaimana diatur dalam
Undang‐undang ini, harus mengikuti ujian kualifikasi
guru untuk memperoleh kualifikasi resmi sebagai seorang
guru. Sistem ujian kualifikasi guru nasional akan
ditentukan oleh Dewan Negara.
c) Departemen administrasi pendidikan di bawah Dewan
Negara akan bekerja melakukan langkah‐langkah transisi
kualifikasi bagi para guru yang sebelum berlakunya
Undang‐undang ini, telah mengajar di sekolah‐sekolah
atau lembaga pendidikan lainnya, tetapi tidak memiliki
catatan dari sekolah formal sebagai diatur dalam
Undang‐undang ini.
d) Kualifikasi bagi guru di sekolah dasar dan menengah
harus dievaluasi dan disetujui oleh departemen
administrasi dari pemerintah daerah setempat atau di
atas tingkat kabupaten. Kualifikasi bagi para guru di
sekolah menengah kejuruan dan sekolah teknik harus
dievaluasi dan disetujui oleh departemen berkompeten
NA RUU Guru 14 Maret 2019
66
yang terkait, di bawah naungan departemen administrasi
pendidikan dari pemerintah daerah setempat pada atau di
atas tingkat kabupaten. Kualifikasi untuk guru reguler
lembaga pendidikan tinggi harus dievaluasi dan disetujui
oleh departemen administrasi pendidikan di bawah
Dewan Negara, atau provinsi, daerah otonom, atau
kotamadya langsung di bawah Pemerintah Pusat, atau
dengan sekolah yang telah disahkan oleh departemen
tersebut.
Jika seorang warga negara yang memiliki catatan resmi
sebagaimana diatur dalam Undang‐undang ini, atau yang
telah lulus kualifikasi ujian nasional keguruan, meminta
departemen terkait untuk mengevaluasi dan menyetujui
kualifikasi bagi para guru tersebut, departemen terkait harus
memberikan evaluasi dan persetujuan sesuai dengan
persyaratan yang diatur dalam Undang‐undang ini. Para guru
baru harus menjalani periode percobaan terlebih dahulu,
sebelum memiliki kualifikasi resmi menjadi seorang guru.
Mereka yang telah kehilangan hak‐hak politik atau sedang
menjalani pidana penjara atau hukuman yang lebih berat
atas kejahatan yang disengaja tidak akan diperbolehkan
untuk mendapat kualifikasi guru; dan mereka yang telah
memperoleh kualifikasi guru akan kehilangan kualifikasi
tersebut. Para lulusan sekolah keguruan di berbagai
tingkatan harus terlibat dalam pengembangan pendidikan
dan pengajaran sesuai dengan ketentuan yang relevan dari
negara. Negara harus melembagakan sistem gelar profesional
bagi guru. Langkah‐langkah khusus akan dikelola dan
diimplementasikan oleh Dewan Negara. Sekolah dan lembaga
pendidikan lainnya secara bertahap akan menetapkan sistem
pengangkatan bagi guru. Pengangkatan guru harus
berdasarkan pada prinsip kesetaraan antara kedua belah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
67
pihak. Sekolah dan guru akan menandatangani kontrak
perjanjian yang akan mendefinisikan hak kewajiban dan
tanggung‐jawab masing‐masing. Langkah‐langkah untuk
menerapkan sistem pendaftaran bagi para guru harus
dirumuskan oleh departemen administrasi pendidikan di
bawah Dewan Negara.
11) Gaji dan Tunjangan Guru
Gaji guru juga diatur oleh pemerintah dengan mengikuti
landasan dari Teacher’s Law, seperti di bawah ini:
a) Rata‐rata gaji guru tidak akan lebih rendah atau mungkin
lebih tinggi dari pegawai negeri dan harus dinaikkan
secara bertahap. Sebuah sistem untuk promosi dan
sistem kenaikan gaji yang teratur harus ditetapkan, dan
langkah‐ langkah khusus itu harus dirumuskan oleh
Dewan Negara.
b) Guru sekolah dasar, menengah dan sekolah kejuruan
harus menikmati tunjangan yang sepadan dengan
kontribusi waktu pengajaran mereka dan
langkah‐langkah khusus harus dirumuskan oleh
departemen administrasi pendidikan dan departemen
terkait lainnya di bawah Dewan Negara.
c) Pemerintah daerah setempat di berbagai tingkatan harus
memberikan subsidi untuk guru dan para lulusan dari
sekolah menengah kejuruan atau dari sekolah teknik
tinggi yang bersedia untuk melibatkan diri dalam
pendidikan dan pengajaran di daerah yang dihuni oleh
etnis minoritas nasional atau di daerah terpencil dan
miskin.
d) Pemerintah daerah setempat di berbagai tingkat dan
departemen terkait di bawah Dewan Negara harus
memberikan prioritas dan perlakuan istimewa untuk
NA RUU Guru 14 Maret 2019
68
prosedur konstruksi, penyewaan dan penjualan rumah
untuk para guru di daerah perkotaan.
e) Pemerintah di tingkat kabupaten dan kecamatan harus
memberikan kenyamanan bagi guru sekolah dasar dan
menengah di daerah pedesaan dalam memecahkan
masalah tempat tinggalnya.
f) Guru akan mendapat perlakuan yang sama seperti
pegawai negeri dalam perawatan medis. Mereka harus
diberikan cek up kesehatan rutin dan harus menikmati
izin istirahat dan penyembuhan yang diatur dalam
prosedur yang seharusnya. Lembaga medis akan
memberikan kemudahan dalam perawatan medis bagi
para guru. Setelah pensiun atau berhenti bekerja, guru
akan menikmati keuntungan materi seperti yang telah
ditentukan oleh negara.
g) Pemerintah setempat atau di atas tingkat kabupaten
dapat meningkatkan rasio pensiun untuk pensiunan guru
sekolah dasar dan menengah yang telah lama bergerak
dan berkontribusi di bidang pendidikan dan pengajaran.
h) Pemerintah di berbagai tingkatan harus mengadopsi
langkah‐langkah untuk meningkatkan keuntungan
material dari guru yang digaji menggunakan dana
setempat dan secara bertahap memastikan bahwa guru
tersebut menerima gaji yang sama seperti guru yang
digaji dan disubsidi oleh negara. Untuk langkah dan
prosedur secara spesifik harus dirumuskan oleh
pemerintah di berbagai tingkatan tergantung kepada
kondisi setempat. Sedangkan, keuntungan material guru
dari sekolah swasta akan diatur menurut ketentuan
sekolah itu sendiri.
i) Guru yang telah memberi kontribusi dan hasil yang
signifikan dalam pendidikan dan pengajaran, baik dalam
pelatihan personil, dalam penelitian ilmiah, pendidikan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
69
reformasi, pembangunan sekolah, pelayanan sosial dan
pekerjaan terkait program studi wajib diberikan
penghargaan oleh sekolah yang memperkerjakan. Guru
yang telah membuat kontribusi yang signifikan harus
diberikan penghargaan tertentu oleh pemerintah setempat
di berbagai tingkatan dan departemen terkait yang diatur
oleh dewan negara. Guru yang telah membuat kontribusi
yang besar harus diberikan gelar kehormatan sesuai
dengan ketentuan yang relevan dari negara.
Negara harus mendorong dan mendukung baik individu
maupun organisasi‐ organisasi sosial untuk mendonasikan
uang kepada yayasan yang didirikan menurut “the Private
and Non Governmental Education Act of the People’s Republic
of Tiongkok and the Regulations on Implementation of the Act”.
Dana dari yayasan ini akan disumbangkan kepada para guru
sebagai bentuk penghargaan. Dikarenakan kondisi kemajuan
pendidikan di Tiongkok yang beraneka ragam dan juga
tingkat kesenjangan yang tinggi, oleh karena itu gaji guru
pun sangat bervariasi untuk setiap daerah. Dalam beberapa
tahun belakangan ini, pemerintah terus meningkatkan gaji
dan tarif hidup guru seiring dengan kemajuan perkembangan
ekonomi di negaranya. Khususnya, untuk guru yang rela
untuk mengajar di daerah barat, tunjangan yang diberikan
juga semakin besar setiap tahunnya.
12) Pangkat dan Karir Guru
Berikut adalah jenjang karir dan pangkat guru untuk
setiap levelnya masing‐masing:
a) Pangkat guru untuk pendidikan TK (dari pangkat
terendah menuju pangkat tertinggi):
- Guru pendidikan dasar grade 3;
- Guru pendidikan dasar grade 2;
NA RUU Guru 14 Maret 2019
70
- Guru pendidikan dasar grade 1 (sekretaris);
- Guru pendidikan dasar tingkat tinggi;
- Guru pendidikan menengah tingkat dasar; dan
- Guru pendidikan dasar spesial.
b) Pangkat guru untuk pendidikan SD (dari pangkat
terendah menuju pangkat tertinggi):
- Guru pendidikan SD biasa;
- Guru pendidikan SD grade 2;
- Guru pendidikan SD grade 1;
- Guru pendidikan SD tingkat tinggi;
- Guru pendidikan menengah tingkat menengah; dan
- Guru pendidikan SD spesial.
c) Pangkat guru untuk pendidikan menengah kejuruan (dari
pangkat terendah menuju pangkat tertinggi):
- Guru pendidikan SMK biasa;
- Asisten guru pendidikan SMK;
- Guru pendidikan SMK tingkat tinggi; dan
- Guru pendidikan SMK spesial.
d) Pangkat guru untuk pendidikan SMP (dari pangkat
terendah menuju pangkat tertinggi):
- Guru pendidikan menengah biasa;
- Guru pendidikan menengah grade 2;
- Guru pendidikan menengah grade 1;
- Guru pendidikan menengah tingkat tinggi;
- Guru pendidikan menengah tingkat sekretaris; dan
- Guru pendidikan menengah spesial.
Untuk dapat naik pangkat, setiap guru harus memenuhi
kredit tertentu terlebih dahulu, kredit tersebut dapat
diperoleh melalui banyak jalur. Di antaranya adalah melalui:
pengalaman selama mengajar, nilai tinggi dalam evaluasi
sekolah, lolos dalam ujian kenaikan pangkat dan juga
keikutsertaan akan pembinaan guru. Biasanya untuk dapat
NA RUU Guru 14 Maret 2019
71
naik satu pangkat, seorang guru memerlukan paling sedikit 2
tahun, dan bisa mencapai 5 tahun untuk tingkat tertentu.
Sekolah atau lembaga pendidikan lainnya harus melakukan
penilaian terhadap kesadaran politik para guru dan tingkat
ideologi, tingkat profesionalitas, etos kerja dan performa
mereka.
Departemen administrasi pendidikan akan membimbing
dan mengawasi penilaian untuk para guru. Penilaian
dilakukan dengan cara objektif, adil dan akurat. Dalam
proses penilaian, pendapat dari guru, rekan‐rekan dan siswa
harus dipertimbangkan. Hasil penilaian akan menjadi
patokan dalam pengangkatan guru dan pembayaran gaji
serta penjatuhan hukuman yang terkait. Dalam jenjang karir
guru di Tiongkok, kepala sekolah bukanlah pangkat teratas.
Bagi seorang guru pada pendidikan tertentu, misalnya
professor dalam pendidikan universitas, mereka tidak bisa
mengalami kenaikan pangkat lagi dalam stratanya. Jika yang
bersangkutan berkenan ingin menjadi kepala sekolah,
keputusan pusat akan diambil oleh pemerintah daerah yang
diberi tugas oleh pemerintah dalam menangani instansi
pendidikan terkait.
13) Pengembangan Profesi Guru
Guru adalah kekuatan utama perubahan pendidikan
yang signifikan dan berperan aktif dalam reformasi
kurikulum. Dalam memfasilitasi dan melaksanakan
kurikulum yang berpusat pada peserta didik dan proses
belajar‐mengajar, peran guru tidak berkurang, tetapi
diintensifkan dalam bentuk yang berbeda. Salah satu tujuan
dari pelaksanaan kurikulum di Tiongkok adalah "untuk
mengubah implementasi kurikulum dari penekanan
berlebihan pada pembelajaran reseptif, dari menghafal dan
pengulangan, ke bentuk yang berpartisipasi aktif, praktikum
NA RUU Guru 14 Maret 2019
72
mandiri, dan mengembangkan peserta didik dalam hal
mengumpulkan dan mengolah informasi, memperoleh
pengetahuan baru, memecahkan masalah dan melakukan
komunikasi". Sementara itu perubahan dalam "proses belajar
mengajar" menjadi fokus dari kurikulum, di mana guru diberi
tugas untuk memfasilitasi pembelajaran aktif dan mandiri,
untuk berinteraksi secara aktif dengan murid dan
berkembang bersama mereka, untuk menghormati
kepribadian murid dan perbedaan individu dalam kebutuhan
belajar yang beragam, untuk menciptakan lingkungan
pendidikan dengan partisipasi aktif peserta didik dan
kapasitas dalam menerapkan pengetahuan yang dipelajari,
dan akhirnya untuk memfasilitasi setiap peserta didik untuk
mengembangkan potensi sebagai manusia seutuhnya.
Dalam mencapai tujuan kurikulum tersebut, guru
diharapkan menjadi peserta aktif selama proses perubahan
kurikulum, menjadi penyambung lidah dari filosofi dan
prinsip‐prinsip kurikulum tersebut, untuk menjadi pelaksana
yang efektif dalam perubahan kurikulum yang direncanakan,
dan menjadi evaluator prestasi peserta didik. Guru juga
berkewajiban untuk menggunakan teknologi informasi
sebagai alat pembelajaran dan mengintegrasikan teknologi
dengan pedagogi dalam proses belajar mengajar untuk
perubahan dalam isi pengajaran, gaya belajar dan interaksi
guru‐ murid. Pelatihan dan pengembangan profesionalisme
guru dengan demikian telah menjadi prasyarat dan kata
kunci dalam proses pelaksanaan kurikulum. Praktek‐praktek
inovatif yang sukses dalam membangun kapasitas guru
untuk pelaksanaan kurikulum meliputi:
14) Pelatihan guru di tingkat lokal dan nasional
Kementerian Pendidikan membuat kebijakan yaitu
seorang guru harus melalui pelatihan sebelum menduduki
NA RUU Guru 14 Maret 2019
73
jabatannya atau pekerjaan. Tanpa melalui pelatihan yang
dibutuhkan, guru tidak diperkenankan menduduki
jabatannya atau pekerjaan tersebut.
15) Mengembangkan sistem kelembagaan Sekolah Berbasis
Proyek Pengajaran‐ Penelitian (School‐based
research‐teaching)
Sistem kelembagaan ini telah memainkan peran besar
dalam membimbing guru untuk merefleksikan diri pada
praktek pengajaran mereka, untuk memecahkan masalah
melalui penelitian, dan untuk pengembangan guru melalui
pembelajaran profesional. Penelitian tindakan berbasis
sekolah guru bertujuan untuk membuat lembaga pusat
praktek guru profesional dan perubahan kurikulum. Melalui
upaya individu maupun kolektif, penelitian berbasis sekolah
telah menyebabkan perubahan besar dan perbaikan dalam
pelaksanaan kurikulum, pengembangan profesi guru, dan
rekonstruksi budaya sekolah seperti:
a) mengubah kehidupan profesional guru;
b) meningkatkan hubungan guru‐mitra;
c) mengubah budaya sekolah dan etos kerja dari berpusat ke
guru menjadi berpusat ke siswa; dan
d) mengubah struktur organisasi sekolah untuk membuat
sekolah sebagai sebuah organisasi yang benar‐benar
belajar dan menjadi komunitas belajar.
16) Pengorganisasian Jaringan Penelitian Guru berbasis
Internet dan Pelatihan Jarak jauh
Dalam memanfaatkan potensi besar teknologi
informasi‐komunikasi sebagai alat belajar mengajar, sebagai
sumber daya pendidikan, dan sebagai alat perubahan
pendidikan, pemerintah Tiongkok melakukan investasi besar
dalam menerapkan Sekolah Pedesaan Jarak Jauh Modern
NA RUU Guru 14 Maret 2019
74
dengan total investasi sebesar satu miliar Yuan RMB (setara
dengan lebih dari USD $ 14.000.000) untuk melengkapi 6
sekolah pedesaan dengan CD pembelajaran, pengajaran
sistem satelit, dan ruang komputer, sehingga dapat
meningkatkan mutu sumber daya manusia.
Selain menggunakan peralatan canggih untuk
melakukan pendidikan dan pelatihan jarak jauh guru
berbasis internet Kementerian Pendidikan juga melalui pusat
Kurikulum Pendidikan Dasar mengembangkan buku teks
berbasis web gratis dalam membimbing guru dalam
pengembangan profesional guru. Lokakarya Pelatihan Jarak
Jauh memfasilitasi pendistribusian bahan ajar sesuai dengan
kurikulum, melalui on‐line modul presentasi dan interaksi
off‐line untuk dialog dan diskusi serta tukar menukar
rencana pelajaran secara elektronik. Internet memudahkan
pelatihan guru secara online dan memberikan kesempatan
pada guru untuk meningkatkan profesionalismenya. Hasil
dari survei kuesioner untuk evaluasi pelatihan online
tersebut menunjukkan tingkat kepuasan yang lebih tinggi
dari 90%. Selama jangka pelatihan pendek yaitu 15 hari lebih
dari 10.000 peserta mempublikasikan 870,000 makalah,
tingkat kunjungan halaman situs web pelatihan dalam sehari
melampaui 1 juta pengunjung.
b. Jepang
Pola pendidikan di Jepang sangat dipengaruhi oleh Amerika
setelah Perang Dunia Kedua berakhir.60 Sistem pendidikan
Jepang tersentralisasi sejak tahun 1872. Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Ministry of Education, Culture, Sport, Science, and Technology -
60 Hirotoshi Yamasaki, “Teachers and Teacher Education in Japan”, Bull. Grad.
School Educ.Hiroshima Univ., Part III, No.65, 2016,19.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
75
MEXT/ Monkasho)61 merumuskan tujuan dan jam instruksi
nasional, menyetujui dan mengeluarkan buku teks,
mempromosikan aktivitas-aktivitas olah raga sepanjang hidup,
menyelia penelitian ilmiah dan urusan internasional (seperti
beasiswa dan pertukaran pelajar), dan mengawasi pendidikan
tinggi, termasuk persyaratan sertifikasi guru, penunjukan guru,
dan pelatihan dalam jabatan.62 Masing-masing dari 47 prefektur
(setara seperti provinsi di Indonesia) dan 12 kota yang ditunjuk
kabinet (seirei shitei toshi) bertanggung jawab untuk penunjukkan
guru. Mereka juga pemberi utama pelatihan dalam jabatan.63
Pengelolaan guru diarahkan dengan Undang-Undang
Sertifikasi Guru pada tahun 1949. Dalam pengaturan ini
sertifikasi guru dibagi atas 3 yaitu sertifikat normal, sertifikat
profisional dan sertifikat sementara. Sertifikat normal terbagi atas
2, yaitu:64
1) Kelas 1 yang diberikan kepada lulusan pendidikan 4 tahun
(universitas).
2) Kelas 2 untuk lulusan junior college (akademi).
Sertifikat normal dan profisional juga diklasifikasikan atas:
1) Sertifikat guru SD
2) Sertifikat guru sekolah menengah
3) Sertifikat guru SMA
4) Sertifikat guru TK dan sekolah kebutuhan khusus
5) Sertifikat kepala sekolah, pengawas, dan penyelia.
Sertifikat sementara diberikan ketika pemberi kerja tidak
dapat mempekerjakan seseorang dengan sertifikat normal.
61 Sebelumnya Ministry of Education, Science, Sport, and Culture ( Monbusho),
pada Januari 2001 bergabung dengan Science and Technology Agency (Kagaku-gijutsu-
cho). 62 Vivienne Collinson & Yumiko Ono, “The Professional Development of Teachers in
the United States and Japan”, European Journal of Teacher Education, Vol, 24, No. 2,
2001:225 63 Ibid 64 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit
NA RUU Guru 14 Maret 2019
76
Sertifikat ini biasanya berlaku 3 tahun dan hanya valid di
prefektur yang mengeluarkannya. 65
Jepang menggunakan sistem terbuka (open system) yang
memberikan kesempatan bagi siapa saja yang telah menamatkan
4 tahun pendidikan untuk menjadi guru. Lulusan 4 tahun
pendidikan yang disyaratkan undang-undang diberikan izin
mengajar dari dewan pendidikan prefektur.66
Untuk meningkatkan kualitas guru, pada tahun 1953
diperkenalkan sistem akreditasi bagi program pendidikan guru.
Ada beberapa jenis lembaga pendidikan guru di Jepang: Sekolah
pendidikan guru di universitas nasional, sekolah “semi”
pendidikan guru, sekolah pendidikan pascasarjana, sekolah
profesional (departemen) pendidikan, sekolah/perguruan tinggi
lain selain sekolah pendidikan, perguruan tinggi junior, program
lanjutan yang harus diselesaikan setelah program sarjana atau
perguruan tinggi, dan program pendidikan guru dari perguruan
tinggi pelatihan khusus yang diakui oleh Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Olah Raga, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
(Ministry of Education, Culture, Sport, Science, and Technology -
MEXT).
Tabel 2
Kualifikasi Dasar dan Jumlah SKS yang diperlukan untuk
mendapatkan Sertifikat Mengajar
Tipe
Sertifikasi
Persyaratan
dasar
Jumlah SKS
minimum
Mata
kuliah pengajaran
Mata kuliah
pedogogis
Mata kuliah
pengajaran atau
pedagogi
Pendidikan khusus
Guru SD Sertifikat S-2 41 8 34
65 Teacher Training and Certificate System,
https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf 66 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit, hal 20
NA RUU Guru 14 Maret 2019
77
Lanjutan
Sertifikat Kelas 1
S-1 41 8 10
Sertifikat Kelas 2
diploma 31 4 2
Guru Sekolah
Menengah
Sertifikat Lanjutan
S-2 31 20 32
Sertifikat Kelas 1
S-1 31 20 8
Sertifikat Kelas 2
diploma 21 10 4
Guru SMA Sertifikat Lanjutan
S-2 23 20 40
Sertifikat kelas 1
S-1 23 20 16
Guru sekolah
kebutuhan khusus
Sertifikat Lanjutan
S-2 & sertifikat mengajar
SD, Sekolah Menengah, SMA, atau
TK.
50
Sertifikat Kelas 1
S-1 & sertifikat mengajar
SD, Sekolah Menengah, SMA, atau
TK.
26
Sertifikat Kelas 2
sertifikat mengajar
SD, Sekolah Menengah, SMA, atau
TK.
16
Guru TK Sertifikat Lanjutan
S-2 6 35 34
Sertifikat Kelas 1
S-1 6 35 10
Sertifikat Kelas 2
Diploma 4 27
NA RUU Guru 14 Maret 2019
78
Sumber: Yamasaki, 2016:23; Numano, Taro. 2010.“Teacher Training and Certificate
System”, https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf.)
Tabel 3
Mata Kuliah dan Jumlah SKS yang dibutuhkan untuk Mengajar:
Sertifikat Kelas 1
Area dan isi pembelajaran SD SMP SMA
Pentingnya pengajaran Urgensi pengajaran dan peran guru
2 2 2
Tugas-tugas guru
Memberikan kesempatan untuk pemilihan karir
Teori Dasar pendidikan teori, sejarah, dan filosofi pendidikan
6 6 (5) 6 (4)
proses pengembangan dan pembelajaran siswa
isu-isu sosial, sistemik, dan manajerial pendidikan
Kurikulum dan metode-metode pengajaran
Pentingnya kurikulum dan metode-metode organisasi
22 12 (6)
6 (4)
metode-metode pengajaran mata pelajaran
metode-metode pengajaran pendidikan moral
metode-metode pengajaran aktivitas khusus
metode-metode dan teknik-teknik pendidikan
Bimbingan siswa, konseling, dan bimbingan karir
teori dan metode-metode bimbingan siswa
4 4 (2) 4(2)
teori dan metode-metode konseling pendidikan
teori dan metode-metode bimbingan siswa
teori dan metode-metode bimbingan karir
NA RUU Guru 14 Maret 2019
79
Pengajaran siswa Bimbingan preliminary dan final 5 5 (3) 3 (2)
pengajaran siswa
Seminar praktik mengajar 2 2 2
Keterangan: angka di dalam kurung mengindikasikan guru-guru untuk mata pelajaran
seni dan musik.
Mahasiswa yang telah menyelesaikan rangkaian kelas
untuk mendapatkan sertifikat guru dari sekolah atau prodi yang
terakreditasi kemudian mengajukan aplikasi sertifikat mengajar
dan transkrip akademiknya ke dinas pendidikan prefektural pada
awal Maret melalui perguruan tingginya.67 Setelah di-review, dinas
mengeluarkan sertifikat mengajar pada akhir bulan Maret.
Lulusan diploma akan mendapatkan sertifikat mengajarnya
bersamaan dengan ijazah diplomanya.
Berbeda dengan di Indonesia, di Jepang para mahasiswa
mencari pekerjaan ketika masih di tahun terakhir kuliahnya.
Rekrutmen guru dimulai pada awal bulan Mei, dengan 2 tahap
tes:68
1) Tes tertulis meliputi bidang pengajaran, misalnya pedagogi
dan hukum serta peraturan pendidikan, tes tertulis mengenai
pendidikan secara umum, esai pendek, dan tes bakat. Tes ini
berlangsung selama 2-3 hari di bulan Juli. Jika lolos
(diumumkan pada awal Agustus), peserta dapat melanjutkan
pada tes berikutnya.
2) Tes yang meliputi microteaching, tes praktik, wawancara, dan
tes tertulis. Tes ini dilaksanakan pada akhir Agustus atau
awal September. Pengumuman kelulusan dilakukan pada
akhir September.
Kandidat guru yang akan diterima akan mendapatkan
pemberitahuan penerimaan kerja pada bulan Februari atau Maret.
Pada akhir bulan Maret mereka diberikan penugasan sekolah dan
akan mulai bekerja pada tanggal 1 April.
67 Ibid, hal. 26 68 Ibid, hal. 26-27
NA RUU Guru 14 Maret 2019
80
Guru di Jepang dihargai setara dengan profesi serupa di
bidang lain.69 Pendapatan tahunan guru baru sekitar 3.5 juta yen.
Jumlah ini terus bertambah hingga ketika mencapai usia pensiun
(60 tahun) menjadi sekitar 9 juta yen. Menurut Yamasaki gaji
guru 4% lebih tinggi dibandingkan rata-rata gaji PNS lulusan
universitas.70 Struktur gaji guru mendapatkan kenaikan setiap
tahun sampai masa pensiun tanpa mempersyaratkan performa
atau level tanggung jawab.71 Selama karirnya, guru diharuskan
berganti sekolah setiap beberapa tahun. Mereka harus pernah
bekerja di daerah pedesaan sedikitnya sekali sepanjang karirnya.
OECD mencatat rata-rata guru SD menghabiskan 784 jam
per tahun untuk mengajar. Di kebanyakan negara jam kerja
berlangsung 3 s.d. 6 jam setiap harinya. Di Jepang, rata-rata guru
mengajar 3 jam atau kurang setiap harinya.72
Guru-guru sekolah umum di jepang secara hukum wajib
untuk mengikuti pengembangan profesional berkelanjutan. Guru
baru di sekolah umum dipekerjakan secara bersyarat untuk 1
tahun, di mana selama jangka waktu tersebut mereka harus
menerima program pengembangan guru yang diberikan dinas
pendidikan prefektural. Program ini terdiri atas 2 sub program
(Yamasaki, 2016:27):
1) In-school training (pelatihan dalam jabatan) di mana mereka
bekerja sebagai guru kelas, mendapatkan bimbingan dan
nasihat dari guru pembimbing berpengalangan (untuk 6 jam
atau lebih setiap minggunya).
2) Di pusat pengembangan karyawan dinas pendidikan selama
lebih dari 25 hari.
69 Susan D. Holloway & Yoko Yamamoto, Sensei! Early childhood education teachers
in Japan. In Saracho, O. and Spodek, B. (eds.), Contemporary perspectives in early
childhood education: Studying teachers in early childhood setting, Information Age Publishing Greenwich CT, 2003, 9
70 Hirotoshi Yamasaki, Loc. Cit, hal 27 71 Susan D. Holloway & Yoko Yamamoto, Op. Cit. 72 OECD, "Indicator D4 How much time do teachers spend teaching?", in Education
at a Glance 2018: OECD Indicators, OECD Publishing, Paris, 2018, hal
NA RUU Guru 14 Maret 2019
81
Program berikutnya dilaksanakan pada tahun ke-2, ke-3,
dan ke-6 pelatihan guru, juga pelatihan bagi guru-guru dengan
pengalaman lebih dari 10 tahun.73
c. Malaysia
Guru didefinisikan sebagai tenaga pengajar yang telah
memperoleh sertifikat mengajar, ijazah pendidikan dan gelar dari
perguruan tinggi, yang ditunjuk oleh Kementerian Pelajaran
Malaysia (KPM) untuk mengabdi di sekolah. Kategori guru
mencakup calon guru, guru pemula, guru, dan administrator
sekolah (termasuk kepala sekolah dan asisten guru senior). Calon
guru adalah seorang individu yang menjalani pelatihan guru di
tingkat diploma dan tingkat pertama. Guru pemula adalah guru
yang telah menjalani pelatihan guru dan telah mengabdi dalam
jangka waktu enam bulan hingga satu tahun. Di Malaysia guru
dibekali dengan keterampilan yang baik untuk mengatur keadaan
emosi siswa.
1) Pendaftaran guru
Pendaftaran sebagai guru dilaksanakan berdasarkan
ketentuan yang berlaku sesuai undang-undang, termasuk
melalui tahapan seleksi administrasi, ujian, serta pengamatan
yang dianggap perlu. Setelah membayar biaya yang
ditentukan, pendaftar memperoleh bukti/sertifikat
pendaftaran. Ketentuan dan persyaratan pendaftaran dapat
berubah menyesuaikan kebutuhan dan berdasarkan
ketentuan yang berlaku. Pemerintah dapat menolak
pendaftaran seseorang sebagai guru jika: (a) pendaftar berusia
di bawah delapan belas tahun; (b) tidak memiliki kualifikasi
untuk mengajar atau memiliki kualifikasi yang dianggap tidak
memadai untuk menjadi guru; (c) dengan sengaja membuat
pernyataan/ menyampaikan data yang tidak benar berkaitan
dengan kualifikasi pendaftaran; (d) menderita beberapa cacat
73 Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
82
fisik atau mental atau penyakit lainnta, yang dianggap tidak
cocok untuk menjadi seorang guru; (e) telah dihukum karena
pelanggaran oleh pengadilan dan dijatuhi hukuman penjara
untuk jangka waktu tidak kurang dari satu tahun atau denda
tidak kurang dari dua ribu ringgit; atau (f) bukan orang yang
sehat dan layak untuk menjadi guru.
Secara khusus terdapat 5 alternatif cara/program yang
dapat di tempuh untuk menjadi guru di Malaysia. Syarat
utama masing-masing program adalah peserta harus terlebih
dahulu memiliki Sijil Pelajaran Malaysia (SPM). Sijil Pelajaran
Malaysia (Ijasah Pembelajaran Malaysia) atau SPM merupakan
sejenis pemeriksaan yang dilakukan oleh Badan Pemeriksaan
Malaysia (Majlis Peperiksaan Malaysia) atau MPM. Rata-rata
siswa memperoleh SPM pada saat ujian akhir pendidikan
menengah atas. SPM merupakan syarat bagi pelajar di
Malaysia untuk melanjutkan pendidikan ke universitas.74
a) SPM > PISMP > SK
Setelah memperoleh SPM, untuk dapat menjadi
pendidik diwaibkan menempuh program kursus persiapan
selama 1 tahun yakni Program perolehan Ijazah Sarjana
Muda Perguruan (PPISMP). kemudian dilanjutkan dengan
Program Ijazah Sarjana Muda Perguruan (PISMP) selama 4
tahun. PISMP merupakan program khusus untuk melatih
calon guru dengan berbagai bidan spesialisasi yang
diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Malaysia
dan dilaksanakan di Institut Pendidikan Guru (IPG).
Mereka yang mengikuti program ini disiapkan untuk
mengajar di sekolah dasar setelah lulus. Setelah
menyelesaikan program ini mereka akan memperoleh gelar
sarjana dalam bidang pendidikan dan dinyatakan
74 https://afterschool.my/articles/5-ways-you-can-become-a-teacher-in-
malaysia diakses 10 Maret 2019.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
83
memenuhi persyaratan untuk mengajar di sekolah-sekolah
dasar di Malaysia atau yang biasa disebut Sekolah
Kebangsaan (SK).
Kualifikasi yang harus dipenuhi untuk dapat mengiuti
program ini adalah: (1) berkewarganegaraan Malaysia; (2)
berusia maksimal 20 tahun; (3) sehat; (4) Aktif dalam
kegiatan ekstrakurikuler; (5) Memperoleh SPM dengan
ketentuan: memperoleh nilai sangat baik (A+, A, dan A-)
pada 5 mata pelajaran (syarat minimum), memiliki nilai
lebih pada Bahasa Malaysia, Sejarah dan Bahasa Inggris;
serta (6) memenuhi persyaratan kelayakan di bidang
spesialisasi yang dipilih.
b) SPM > STPM > Degree > SMK
Program ini merupakan program yang paling umum
ditempuh untuk menjadi pengajar. Dalam program ini
peserta harus mendapatkan kredit untuk setiap subjek di
SPM. Setelah memperoleh SPM, dilanjutkan dengan
menempuh program matrikulasi. Peserta dapat memilih
Program matrikuasi 1 tahun atau program matrikulasi 2
tahun. Setelah selesai dari program matrikulasi
dilanjutkan dengan menempuh program pendidikan di
universitas untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan.
Setelah menyelesaikan rangkaian program ini peserta
dinyatakan memenuhi syarat untuk mengajar di sekolah
menengah di Malaysia atau yang biasa disebut Sekolah
Manengah Kebangsaan (SMK).
c) SPM > STPM > Degree > SMK
Sijil Tinggi Persekolahan Malaysia (Sertifikat Sekolah
Tinggi Malaysia atau yang biasa dikenal dengan STPM)
adalah program pra-universitas Malaysia. Kursus ini
adalah salah satu dari banyak pilihan setelah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
84
menyelesaikan SPM sebelum mengejar gelar sarjana di
universitas. STPM digagas oleh Dewan Pemeriksaan
Malaysia, dengan memperkenalkan format STPM modular
baru pada tahun 2012. Di bawah sistem modular baru ini,
pemerintah Malaysia didukung oleh perwakilan dari
Cambridge Assessment dari Inggris untuk memantau
standar dan kualitas program ini.
Jalur ini banyak dipilih karena STPM merupakan
salah satu program pra-universitas yang paling terjangkau.
Jalur ini sangat ideal bagi mereka yang tidak mencapai
nilai bagus di SPM tetapi masih ingin menjadi guru.
Setelah menyelesaikan STPM selama 1,5 tahun,
selanjurnya dapat melanjutkan pendidikan selama sekitar
3 tahun. Setelah menyelesaikan program ini mereka
memenuhi kualifikasi untuk ditempatkan mengajar di
sekolah menengah.
d) SPM > Diploma > Degree > SMK
Pengajar juga bisa berasal dari lulusan diploma yang
selanjutnya melanjutkan pendidikan untuk memperoleh
gelar kependidikan di universitas. Lulusan diploma dapat
melanjutkan dengan transfer ke jurusan kependidikan
sehingga dapat memangkas waktu perkuliahan pada tahun
petama dengan langsung ke tahun kedua. Dari jalur ini
duru dapat ditempatkan untuk mengajar jenjang sekolah
menengah.
e) SPM > Pre-U/ Diploma > Degree > Teach for Malaysia >
SK/SMK
Jalur ini diambil oleh mereka yang tidak bergelar
sarjana pendidikan tetapi memutuskan untuk mengajar.
Jalur yang ditempuh diawali dengan memperoleh SPM
dilanjutkan dengan program kursus prakuliah (Pre
NA RUU Guru 14 Maret 2019
85
Universitas) atau dapat juga program diploma, selanjutnya
menempuh program sarjana pendidikan dan dilanjutkan
mengikuti program Teach for Malaysia. Teach for Malaysia
adalah sebuah organisasi nonprofit yang dirancang khusus
untuk memberikan kesempatan kedua bagi lulusan untuk
mengajar di sekolah negeri, baik itu sekolah dasar maupun
menengah. Salah satu konsep unik di Teach for Malaysia
adalah menggunakan berbagai kemampuan yang telah
dipelajari pada jenjang pendidikan sebelumnya untuk
meningkatkan kreativitas. Misalnya ketika seseorang
menempuh mengambil jurusan musik (non kependidikan)
dia dapat menggunakan keterampilan yang dipelajari pada
jurusan musik untuk mengajarkan materi sejarah. Peserta
program Teach for Malaysia diwajibkan untuk mengajar
full time selama dua tahun, dan memperoleh gaji selama
program tersebut.
Adapun persyaratan untuk mengikuti program Teach
for Malaysia adalah: (1) Berkewarganegaraan Malaysia; (2)
Usia maksimum 32 tahun; (3) Memiliki nilai kresit
minimum dalam SPM Bahasa Melayu; (4) bergelar sarjana
nonkependidikan; (5) memiliki track record akademik yang
kuat ( CGPA Minimum3.0); serta (6) Tidak memiliki
Kualifikasi Pendidikan untuk mengajar di sekolah umum.
2) Kompetensi Guru
Kompetensi guru termasuk dalam hal-hal yang
berkaitan dengan personal, professional, dan social seperti
pengajaran, kepakaran dalam bidang tertentu, kepakaran
dalam teori yang berkaitan dengan pengajaran dan
pembelajaran, manajemen pengajaran, adaptasi dalam
komunitas dan personalitas. Lima komponen berkaitan
dengan kompetensi guru diantaranya adalah kurikulum,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
86
pedagogi, penilaian, kontribusi kepada sekolah dan kontribusi
terhadap profesi.75
a) Kurikulum. Guru seharusnya memiliki pengetahuan
tentang isi kandungan materi yang akan diajarkan yang
dikemas dalam suatu kurikulum.
b) Pedagogi. Guru memiliki kemampuan mengajar, mengelola
kelas menggunakan strategi dan kaidah pengajaran
dengan teknologi pengajaran yang sesuai.
c) Penilaian. Guru dapat memberikan penilaian kepada
peserta didik berkaitan dengan kemajuan belajar,
bagaimana melaporkan kemajuan belajar kepada orang tua
siswa, serta menyusun tahap kemajuan belajar.
d) Kontribusi terhadap sekolah. Sebagai staf institusi
pelajaran, setiap guru seharusnya memberi sumbangan
yang konstruktif kepada sekolah secara meluas, menerima
tanggung jawab fungsi yang luas kepada sekolah secara
formal, secara nonformal bertanggung jawab terhadap
pengembangan budaya, mempunyai etika yang baik,
reputasi dan mampu bersosialisasi dan menjalin hubungn
baik dengan komunitas sekolah.
e) Kontribusi terhadap profesi. Setiap guru diharapkan dapat
mengamalkan profesi guru dengan meningkatkan
profesionalitas, aktif dalam aktivitas profesi, memberikan
sumbangan terhadap pembangunan profesi guru dan
bersedia membantu rekan secara professional. Guru
sebaiknya berperilaku sebagai professional.
Disamping itu, guru juga harus memiliki:76
a) Pengetahuan;
75 Saedah Siraj dan Mohammed Sani Ibrahim, “Standar Kompetensi Guru
Malaysia”https://www.academia.edu/15250433/STANDARD_KOMPETENSI_GURU_MALAY
SIA, diakses pada 8 Maret 2019.
76 Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
87
Guru harus meningkatkan pengetahuan secara terus-
menerus untuk meningkatkan kinerja dan prestasi diri.
b) Keahlian; dan
Guru menggunakan pengetahuan dan keahlian yang
diperoleh untuk melaksanakan tugas dengan baik untuk
mencapai tujuan organisasi.
c) Kepribadian.
Nilai-nilai kepribadian dan perilaku yang perlu dihayati
dan di amalkan oleh guru.
3) Tugas dan Tanggung Jawab Guru
Adapun tugas dan tanggung jawab guru di Malaysia
meliputi:77
a) Merencanakan, menyiapkan dan menyampaikan pelajaran;
b) Mengajar sesuai dengan kebutuhan pendidikan,
kemampuan dan pencapaian setiap siswa dan kelompok
siswa;
c) Menetapkan pekerjaan, mengoreksi dan menandai secara
teratur pekerjaan yang dilakukan oleh siswa;
d) Menilai, mencatat, dan melaporkan perkembangan,
kemajuan, dan pencapaian serta perilaku siswa;
e) Memberikan atau berkontribusi pada penugasan lisan dan
tertulis, laporan dan referensi yang berkaitan dengan
masing-masing siswa atau kelompok siswa;
f) Berpartisipasi dalam pengaturan dalam kerangka kerja
nasional yang disepakati untuk penilaian kinerja siswa;
g) Mendorong kemajuan umum dan kesejahteraan siswa
secara individu, kelompok siswa atau kelas yang
dipercayakan kepadanya;
77 Human Resources Development Department Directorate for Educational Services.
The Teacher’s Handbook.https://education.gov.mt/en/resources/Documents/Teachers%20Resources/Te
achers%20short%20Handbook.pdf diakses pada 10 Maret 2019.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
88
h) Memberikan bimbingan dan saran kepada siswa tentang
masalah-masalah pendidikan dan sosial dan tentang
pendidikan lebih lanjut dan karir masa depan mereka,
termasuk informasi tentang sumber-sumber saran ahli
yang lebih banyak;
i) Berkomunikasi, berkonsultasi dan bekerja sama dengan
anggota staf sekolah lainnya, termasuk mereka yang
memiliki posisi tanggung jawab khusus dan orang tua
untuk kepentingan siswa;
j) Berpartisipasi selama waktu sekolah dalam pertemuan
yang diadakan untuk kepentingan siswa;
k) Meninjau dan mengevaluasi metode pengajaran dan
pembelajarannya dan program pengajaran dan
pembelajaran dalam Kurikulum Minimum Nasional;
l) Memberikan saran dan bekerja sama dengan Kepala
Sekolah, Kepala Sekolah, Asisten Kepala Sekolah, dalam
hal persiapan dan pengembangan kursus studi, bahan
ajar, program pengajaran, metode pengajaran dan
penilaian serta pengaturan pelayanan pastoral;
m) Berpartisipasi dalam pelatihan pribadi dan pengembangan
profesional lebih lanjut sebagai guru, termasuk kehadiran
dalam pendidikan in-service dan kursus pelatihan yang
ditentukan oleh otoritas Divisi Pendidikan dan disepakati
dengan serikat pekerja yang relevan;
n) Menjaga ketertiban dan disiplin yang baik di antara siswa
dan menjaga kesehatan dan keselamatan mereka kapan
saja dan di mana saja ketika siswa berada di bawah
asuhannya;
o) Berpartisipasi dalam staf, kelompok atau pertemuan lain
untuk organisasi dan administrasi sekolah yang lebih baik,
atau terkait dengan kurikulum sekolah atau pengaturan
perawatan pastoral;
NA RUU Guru 14 Maret 2019
89
p) Berkontribusi pada pengembangan profesional guru baru
dan guru siswa sesuai dengan pengaturan yang disepakati
dengan Kepala Sekolah;
q) Memberikan informasi dan saran yang diperlukan dan
membuat daftar permintaan dan pengaturan yang
diperlukan sehubungan dengan pengajaran mata pelajaran
yang ditugaskan kepadanya;
r) Memastikan penyimpanan yang aman dari peralatan yang
biasanya digunakan olehnya selama pelajaran dan
memastikan bahwa layanan dan pemeliharaannya rutin;
s) Menghadiri majelis sekolah;
t) Menyusun daftar hadir siswa yang diasuhnya; dan
u) Turut berkontribsi dalam manajemen, organisasi,
ketertiban, dan disiplin sekolah.
4) Kesejahteraan Guru
Berkaitan dengan kesejahteraan guru, Atase Pendidikan
Kedutaan Besar Malaysia Dato’ Paduka Junaidy Abu Bakar
mengatakan gaji guru pemula di Malaysia berjumlah 1.405 RM
ditambah tunjangan rutin 340 RM. Totalnya sekitar Rp
4.941.222,33. Total gaji ini diberikan kepada guru muda
lulusan Diploma 3 yang baru mengajar. Guru muda ini berada
di grade DGA 29. Di tahap akhir grade ini, gajinya bisa
mencapai Rp 10.682.685,36. Jika guru juga naik golongan
atau grade, gajinya pun akan naik hampir Rp 2 juta.78
Dalam kelompok guru lulusan D-3, ada tiga tingkatan,
yaitu grade DGA 29, grade DGA 32 dan grade DGA 34. Ketika
guru naik pangkat di akhir grade 34, gajiinya bisa mencapai
hampir Rp 12 juta. Itu baru guru lulusan D-III. Beda lagi
dengan para guru dan dosen lulusan S-1 dan S-2. Dalam lima
grade, rentang gajinya dari 1.695 RM plus 550 RM atau sekitar
78https://edukasi.kompas.com/read/2010/04/28/11503066/Uh..Gaji.Guru.Mula.
di.Malaysia.Rp.5.Juta diakses pada 8 maret 2019.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
90
Rp 6.343.799,17 hingga 8.860 RM plus 2.200 RM dengan total
hampir Rp 39 juta.79
Selain gaji pokok ini, mereka juga berhak memperoleh
tunjangan-tunjangan lain, seperti tunjangan perumahan
sebesar 180 RM, laptop gratis, danpinjaman mobil. Para guru
dan dosen juga memperoleh insentif khusus jika mengajar
mata pelajaran seperti Bahasa Inggris atau mengajar pelajar
cacat.
Bagi mereka yang tinggal di kawasan pinggiran dan
mengalami kesulitan transportasi juga memperoleh tunjangan
antara 500 RM sampai 1.500 RM serta dana cuti belajar.
Sementara indeks taraf hidup pun hanya berkisar 750 RM-
1.500 RM. Maksimal hanya terjadi di kawasan Bandar.
Kesejahteraan ini pun berlaku pula bagi para guru swasta.
D. Kajian terhadap Implikasi Penerapan Sistem Baru yang akan Diatur
dalam Undang-Undang Terhadap Aspek Kehidupan Masyarakat dan
Dampaknya Terhadap Keuangan Negara
Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru dalam RUU
tentang Guru dilakukan dengan menggunakan instrument Regulatory
Impact Assement (RIA). Instrumen ini digunakan untuk menganalisis
dampak dari suatu regulasi sehingga dapat diperoleh perkiraan biaya
dan manfaat (Cost and Benefit Analysis) jika regulasi tersebut
diterapkan. Kajian dan pemetaan dilakukan dengan memperhitungkan
aspek beban keuangan negara terkait pengaturan yang akan dibuat
dalam RUU tentang Guru. Adapun substansi pengaturan dalam RUU
tentang Guru yang akan diukur aspek beban keuangan Negara, pertama
mengenai penyelenggaraan Pendidikan Profesi Guru (PPG). Tidak
tercapainya target sertifikat pendidik dalam kurun waktu 10 (sepuluh)
tahun sebagaimana diamanahkan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru Dosen diakibatkan “tersendatnya” penyelenggaraan PPG.
79 Ibid.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
91
Berdasarkan Pasal 13 dan Pasal 16 UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang
Guru dan Dosen yang intinya menyatakan bahwa Pemerintah dan
Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk peningkatan
kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi Guru dalam jabatan
dan memberikan tunjangan profesi kepada guru yang telah memiliki
sertifikat pendidik. Hal ini berarti, setiap orang yang ingin menjadi Guru
(profesi), setelah memenuhi syarat yang ditetapkan Pemerintah, berhak
menempuh PPG atas biaya dari Pemerintah dan setelah lulus PPG, Guru
serta-merta berhak pula mendapat pembayaran tunjangan profesi dari
Pemerintah. Kedua pasal ini jelas akan membebani Pemerintah dari
aspek beban keuangan Negara. Namun dalam RUU tentang Guru, PPG
tidak lagi sepenuhnya dibiayai oleh Pemerintah dan Pemerintah daerah.
Pengaturan skema pembiayaan PPG dalam RUU tentang Guru terbagi 2
(dua) yakni atas biaya sendiri oleh calon Guru atau Guru dalam jabatan
dan dibiayai oleh Pemerintah. Melalui skema pembiayaan ini
diharapkan penyelenggaraan PPG akan terkelola dengan baik dan tidak
menimbulkan antrian yang lama karena Pemerintah akan membuka
quota yang lebih besar bagi penerimaan mahasiswa PPG. Selain itu
sertifikat pendidik bagi lulusan PPG tidak lagi berimplikasi pada
pembayaran tunjangan profesi. Pembayaran tunjangan profesi kepada
Guru akan dilakukan secara selektif dan tepat sasaran. Skema
pembiayaan PPG dan pembayaran tunjangan profesi ini diharapkan
akan mengurangi dampak beban keuangan Negara baik yang bersumber
dari APBN maupun APBD.
Kedua, pengaturan tata kelola Guru terkait penempatan Guru di
daerah khusus terhadap aspek beban keuangan negara. Selama ini
cukup sulit menemukan Guru yang berdedikasi dan bersedia
ditempatkan di daerah khusus. Pengaturan pemberian stimulus dan
tindakan afirmasi seperti pembayaran tunjangan khusus, penyediaan
rumah dinas, kenaikan pangkat rutin dan istimewa, pelindungan dalam
pelaksanaan tugas, dan penyediaan sarana dan prasarana lainnya
sebagaimana diatur dalam RUU tentang Guru jelas akan menambah
beban keuangan Negara yang bersumber dari APBN dan APBN. Namun
NA RUU Guru 14 Maret 2019
92
demikian pemberian stimulus dan tindakan afirmasi ini diharapkan
akan memenuhi kebutuhan distribusi dan disparitas Guru di daerah
khusus yang sebelumnya tidak dapat teratasi oleh UU Nomor 14 Tahun
2005.
Ketiga, adanya pengakuan sebagai Guru bagi setiap orang yang
mengajar pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) jalur pendidikan
nonformal berbentuk kelompok bermain80. Sebelumnya berdasarkan UU
Nomor 14 tahun 2005, pendidik profesional yang diakui sebagai Guru
hanya sebatas Guru PAUD jalur pendidikan formal yang berbentuk
taman kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA). Sedangkan Guru
PAUD jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB)
diangkat oleh masyarakat dan oleh karenanya menjadi tanggung jawab
masyarakat. Namun dalam RUU tentang Guru, cakupan definisi Guru
diperluas dengan memasukkan pendidik atau Guru PAUD jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain sebagai Guru.
Pengakuan ini akan berdampak pada pemberian hak yang sama dengan
Guru PAUD jalur pendidikan formal yang sebelumnya tidak diperoleh
Guru PAUD jalur pendidikan nonformal yang berbentuk kelompok
bermain. Pemberian hak tersebut antara lain kesempatan yang sama
untuk diangkat sebagai Guru ASN, mengikuti PPG, mendapatkan
pembayaran gaji dan tunjangan sebagai Guru dan/atau hak atas
maslahat tambahan lainnya. Pemberian hak kepada guru PAUD jalur
pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain sebagai akibat
perluasan pengaturan definisi Guru dalam RUU tentang Guru jelas
akan berdampak pada aspek beban keuangan negara yang bersumber
dari APBN atau APBD.
80Berdasarkan UU Nomor 23 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan
pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat. Pendidikan nonformal pada jenjang
PAUD berbentuk Kelompok Bermain (KB),Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain
yang sederajat.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
93
BAB III
EVALUASI DAN ANALISIS
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT
Bab ini memuat hasil kajian terhadap Peraturan Perundang-
undangan yang berkaitan dengan pengaturan guru. Beberapa peraturan
perundang-undangan tersebut antara lain:
A. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
Tahun 1945)
Pembukaan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD
Tahun 1945) pada alinea keempat mencantumkan tujuan nasional
bangsa Indonesia, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan
seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut memelihara ketertiban
dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial. Tujuan nasional tersebut harus diwujudkan oleh Pemerintah
dengan penuh amanah dan tanggung jawab. Hal ini disebabkan masa
depan suatu bangsa dapat dilihat dari besarnya perhatian dan upaya
yang telah dilakukan oleh Pemerintah dalam melindungi,
mensejahterakan, dan mencerdaskan rakyatnya.
Salah satu upaya yang dilakukan oleh Pemerintah untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa tercantum dalam ketentuan Pasal 31
ayat (1) UUD Tahun 1945 yang menyebutkan bahwa setiap warga
Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selain berhak mendapatkan
pendidikan, dalam ketentuan Pasal 31 ayat (3) dijelaskan bahwa
Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional yang diatur dengan Undang-Undang. Manusia
membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan
merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya
melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal dan
diakui oleh masyarakat. Untuk itu, seluruh komponen bangsa wajib
NA RUU Guru 14 Maret 2019
94
mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan salah satu tujuan
negara Indonesia.
Keberhasilan suatu bangsa dalam menciptakan pendidikan
nasional yang bermutu ditentukan berbagai faktor, antara lain melalui
kualitas tenaga pendidik, kesiapan peserta didik dalam menerima
pelajaran, ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan,
dan lain-lain. Guru sebagai salah satu tenaga pendidik pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah dituntut untuk dapat maksimal dalam
mendidik dan membimbing para siswa. Guru mempunyai fungsi, peran,
dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional,
khususnya dalam pembangunan bidang pendidikan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional.
Proses pembelajaran bukan hanya merupakan transfer ilmu
dari guru kepada siswa, tetapi merupakan pola interaksi yang harus
dibangun antara guru dan siswa. Siswa bukan hanya merupakan objek
tetapi juga merupakan subyek pembelajaran.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen pembelajaran
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Guru juga berperan
untuk mewujudkan penyelenggaraan pembelajaran pada jenjang
pendidikan dasar dan menengah sesuai dengan prinsip profesionalitas
untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan demikian, proses
pembelajaran saat ini tidak hanya berorientasi guru tetapi beralih
kepada siswa sehingga guru tidak hanya berfungsi sebagai pendidik,
namun juga sebagai fasilitator, motivator, dan supervisor.
B. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (UU tentang Ketenagakerjaan) pada hakekatnya
dibentuk untuk melindungi tenaga kerja yang dalam hal ini adalah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
95
pekerja atau buruh81. Perlindungan pekerja atau buruh dalam konteks
UU tentang Ketenagakerjaan adalah mengembalikan kedudukan yang
seimbang atau sejajar antara pekerja atau buruh dengan pemberi
kerja82 serta menjamin hak-hak dasar, kesamaan kesempatan, serta
perlakuan tanpa diskriminasi dalam upaya mewujudkan kesejahteraan
pekerja/buruh.
UU tentang Ketenagakerjaan memang tidak secara eksplisit
mengatur mengenai guru. Hal ini dikarenakan telah ada undang-
undang yang secara khusus mengatur mengenai guru yakni dalam UU
tentang Guru dan Dosen. Namun pengaturan mengenai guru dalam UU
tentang Guru dan Dosen lebih mengatur guru yang berstatus sebagai
pegawai negeri sipil yang memiliki hubungan kerja dengan
Negara/pemerintah. Sedangkan guru yang berstatus sebagai guru
swasta atau non- PNS dan guru honorer yang hanya memiliki hubungan
kerja dengan pemberi kerja layaknya tenaga kerja pada umumnya
cenderung terabaikan dalam UU tentang Guru dan Dosen. Kondisi ini
mengakibatkan guru swasta dan guru honorer Guru kurang terpenuhi
haknya dan kurang mendapat perlindungan khususnya terkait kasus
pemutusan hubungan kerja (PHK).
Memang tidak ada satupun pasal-pasal dalam UU tentang
Ketenagakerjaan yang mengatur mengenai guru swasta/guru honorer.
Namun guru swasta dan guru honorer tetap dapat dikategorikan
sebagai pekerja sebagaimana dimaksud dalam UU tentang
Ketenagakerjaan karena memenuhi unsur-unsur sebagai pekerja. Guru
swasta dan guru honorer memiliki hubungan kerja dengan pemberi
kerja, biasanya yayasan (Guru Tetap Yayasan/GTY) atau satuan
pendidikannya langsung. Hubungan kerja antara guru swasta/guru
honorer dengan yayasan atau satuan pendidikan pun didasarkan pada
kesepakatan kerja bersama (KKB). Unsur-unsur inilah yang dapat
81Pekerja atau buruh menurut Pasal 1 angka 3 UU tentang Ketenagakerjaan adalah
setiap orang yang bekerja dengan menerima upah atau imbalan dalam bentuk lain. 82Pemberi Kerja menurut Pasal 1 angka 4 UU tentang Ketenagakerjaan adalah orang
perseorangan, pengusaha, badan hukum, atau badan-badan lainnya yang mempekerjakan
tenaga kerja dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
96
dijadikan persamaan guru swasta/honorer sebagai pekerja. Sehingga
hak-hak yang diterima pekerja dalam UU tentang Ketenagakerjaan,
patut juga diberikan kepada guru, seperti Pelatihan Kerja (Pasal 9),
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Pasal 86), Penghasilan (Pasal 88),
dan Kesejahteraan (Pasal 99). Selain itu apabila terjadi kasus yang
menimpa guru swasta dan guru honorer, termasuk kasus PHK, maka
peraturan perundang-undangan yang dipergunakan adalah peraturan
perundangan-undangan yang mengatur mengenai ketenagakerjaan dan
perselisihan hubungan industrial83.
Dengan demikian diharapkan melalui UU tentang
Ketenagakerjaan terwujud persamaan kedudukan dan keseimbangan
pemenuhan hak dan kewajiban antara guru swasta dan guru honorer
dengan pemberi kerja, serta terlindunginya guru swasta dan guru
honorer dari perlakuan diskriminasi dalam upaya mewujudkan
kesejahteraan guru.
C. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional
Pasal 31 ayat (3) UUD Tahun 1945 mengamanatkan kepada
Pemerintah untuk mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem
pendidikan nasional dalam suatu Undang-Undang. Amanat tersebut
telah diwujudkan oleh Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional). UU tentang Guru dan Dosen bertujuan untuk
penyelenggaraan pendidikan yang dilandasi oleh keimanan dan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa serta akhlak mulia dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai dengan standar
nasional pendidikan.
Penerapan standar nasional pendidikan berfungsi sebagai dasar
dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan untuk
83Pasal 150 UU Ketenagakerjaan menyebutkan Ketentuan mengenai pemutusan
hubungan kerja dalam undang-undang ini meliputi pemutusan hubungan kerja yang terjadi di badan usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang perseorangan, milik
persekutuan atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara, maupun
usaha-usaha sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
97
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Sedangkan tujuan
standar nasional pendidikan yaitu untuk menjamin mutu pendidikan
nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Untuk menjamin pendidikan yang bermutu harus di dukung
dengan adanya pendidik yang bermutu. Dalam ketentuan Pasal 1
angka 6 UU tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan
pendidik adalah tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru,
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya, serta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Dengan demikian
guru merupakan salah satu pendidik yang mempunyai peranan penting
dalam menciptakan sistem pendidikan nasional yang bermutu dan
berkualitas.
Keberadaan guru sebagai bagian dari pendidik secara khusus
diatur dalam BAB XI UU tentang Sistem Pendidikan Nasional mengenai
pendidik dan tenaga kependidikan. Ketentuan dalam Pasal 39 ayat (1)
menyebutkan tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan.
Sedangkan pada ketentuan ayat (2) menyebutkan pendidik merupakan
tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan
proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan
pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada
perguruan tinggi.
Melihat ketentuan yang diatur dalam ayat (2) tersebut, tugas guru
sebagai tenaga pendidik profesional sangat berat. Pendidik harus dapat
merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran yang mengacu
pada salah satu standar nasional pendidikan, yaitu standar proses.
Standar proses merupakan standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan. Standar kompetensi lulusan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
98
merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan lulusan.
Sebagai konsekuensi atas pelaksanaan tugas yang diberikan, guru
akan memperoleh hak. Hak yang diperoleh guru sebagai tenaga
profesional diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional yaitu: a. penghasilan dan jaminan kesejahteraan
sosial yang pantas dan memadai; b. penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja; c. pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas; d. perlindungan hukum dalam melaksanakan
tugas dan hak atas hasil kekayaan intelektual; dan e. kesempatan
untuk menggunakan sarana, prasarana, dan fasilitas pendidikan untuk
menunjang kelancaran pelaksanaan tugas.
Selain memperoleh hak yang memadai, dalam ketentuan Pasal 40
ayat (2) mengatur mengenai kewajiban guru sebagai pendidik yaitu: a.
menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis; b. mempunyai komitmen secara
profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan; dan c. memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan
sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya. Dari ketentuan
tersebut dapat dilihat adanya keseimbangan pengaturan antara hak
yang diperoleh pendidik dan kewajiban yang diberikan kepada peserta
didik.
Pengaturan mengenai jaminan kepastian dalam bekerja bagi
pendidik dan tenaga kependidikan untuk dapat bekerja secara lintas
daerah tercantum dalam Pasal 41 ayat (1) UU tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Ketentuan ini mengandung makna bahwa
pendidik dan tenaga kependidikan dapat bertugas di mana pun dalam
wilayah NKRI dengan tetap memperhatikan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pengangkatan, penempatan, dan penyebaran
pendidik dan tenaga kependidikan diatur oleh lembaga yang
mengangkatnya berdasarkan kebutuhan satuan pendidikan formal dan
Pemerintah serta Pemerintah Daerah wajib memfasilitasi satuan
pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan yang diperlukan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
99
untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu (Pasal 40
ayat (2) dan Ayat (3). Hal ini bertujuan untuk menghindari adanya
daerah yang kekurangan atau kelebihan pendidik dan tenaga
kependidikan, serta dimaksudkan untuk peningkatan kualitas satuan
pendidikan.
Mengingat besarnya kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
pendidik, guru dituntut untuk memiliki kualifikasi minimum dan
sertifikasi sesuai dengan jenjang kewenangan mengajar, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana diatur dalam Ketentuan Pasal 42 ayat
(1). Pengaturan mengenai kualifikasi guru tersebut juga telah sesuai
dengan ketentuan mengenai standar pendidik dan tenaga kependidikan
yang diatur dalam standar pendidikan nasional. Terkait dengan
kompetensi guru sebagai agen pembelajaran pada jenjang pendidikan
dasar dan menengah serta pendidikan anak usia dini, yaitu: kompetensi
pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial.
Sebagai pendidik profesional selain mendapatkan hak
sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 40 ayat (1) UU tentang
Sistem Pendidikan Nasional, pendidik juga mempunyai hak untuk
mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan latar belakang
pendidikan, pengalaman, kemampuan, dan prestasi kerja dalam bidang
pendidikan, sebagaimana diatur dalam Pasal 43 ayat (1) UU tentang
Sistem Pendidikan Nasional.
Selanjutnya dalam ketentuan Pasal 43 ayat (2) disebutkan bahwa
sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki
program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Sertifikasi
bertujuan untuk memenuhi kualifikasi minimum pendidik yang
merupakan bagian dari program pengembangan karier oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah.
Pemerintah harus dilibatkan dalam penyelenggaraan sistem
pendidikan nasional, terutama untuk menciptakan pendidik yang
bermutu dan profesional sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 44
UU tentang Sistem Pendidikan Nasional. Pemerintah dan Pemerintah
NA RUU Guru 14 Maret 2019
100
Daerah wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan
Pemerintah Daerah.
Selain Pemerintah dan Pemerintah Daerah, penyelenggara
pendidikan oleh masyarakat berkewajiban membina dan
mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan yang
diselenggarakannya. Sebagai bentuk apresiasi bagi penyelenggara
pendidikan oleh masyarakat, Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib
membantu pembinaan dan pengembangan tenaga kependidikan pada
satuan pendidikan formal yang diselenggarakan oleh masyarakat
tersebut.
D. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
Ketentuan Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 (Undang-Undang Tentang Guru dan Dosen), menyebutkan Guru
adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi
peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dengan demikian guru
mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam
pembangunan nasional dalam bidang pendidikan. Untuk menjamin
perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi,
serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang
mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan
dan peningkatan mutu guru dan dosen secara terencana, terarah, dan
berkesinambungan.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) berfungsi untuk meningkatkan
martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran dan berfungsi
untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Hal ini berarti
kedudukan guru sebagai tenaga profesional bertujuan untuk
melaksanakan sistem pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
101
pendidikan nasional, yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Guru wajib memiliki
kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional.
Materi muatan yang khusus mengatur mengenai Guru dijabarkan
dalam Bab IV UU tentang Guru dan Dosen, memuat kualifikasi,
kompetensi, dan sertifikasi, hak dan kewajiban, wajib kerja dan ikatan
dinas, pengangkatan, penempatan, pemindahan, dan pemberhentian,
pembinaan dan pengembangan, penghargaan, perlindungan, cuti,
organisasi profesi dan kode etik.
Kualifikasi akademik yang dimiliki oleh guru diperoleh melalui
pendidikan tinggi program sarjana atau program diploma empat (Pasal
9). Kualifikasi pendidikan yang dimiliki guru merupakan syarat untuk
diberikan sertifikasi setelah guru mengikuti uji kompetensi. Setiap
guru yang telah memperoleh sertifikat pendidik memiliki kesempatan
yang sama untuk diangkat menjadi guru pada satuan pendidikan
tertentu, baik di seokolah negeri maupun swasta (Pasal 12). Walaupun
sudah mempunyai kualifikasi akademik sebagai sarjana, guru tetap
harus meningkatkan kualifikasi akademinya ke jenjang pendidikan
yang lebih tinggi.
Dalam peningkatan kualifikasinya tersebut, guru mendapatkan
dukukngan dari Pemerintah dan Pemerintah Daerah. Hal ini diatur
dalam ketentuan Pasal 13 Ayat (1) yang menyatakan bahwa Pemerintah
dan Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
peningkatan kualifikasi akademik dan sertifikasi pendidik bagi guru
dalam jabatan yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.
Ketentuan Pasal 16 dan Pasal 17 UU tentang Guru dan Dosen,
mengatur mengenai kewajiban Pemerintah terhadap guru yang telah
mempunyai sertifikat profesi. Pemerintah memberikan tunjangan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
102
profesi kepada guru yang telah memiliki sertifikat pendidik yang
diangkat oleh penyelenggara pendidikan dan/atau satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat. Tunjangan profesi diberikan
setara dengan 1 (satu) kali gaji pokok guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah
daerah pada tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama.
Selain itu, Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah memberikan
tunjangan fungsional kepada guru yang diangkat oleh satuan
pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah dan Pemerintah
Daerah. Selain mendapatkan hak yang akan diterima, guru mempunyai
kewajiban dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya yang diatur
dalam Pasal 20. Kewajiban guru antara lain: merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Selain itu, Guru
juga dituntut untuk meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi
akademik dan kompetensinya secara berkelanjutan sejalan dengan
pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Terkait dengan wajib kerja dan ikatan dinas, Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dapat menetapkan pola ikatan dinas bagi
calon guru untuk memenuhi kepentingan pembangunan pendidikan
nasional atau kepentingan pembangunan daerah. Pemerintah wajib
memenuhi kebutuhan guru, baik dalam jumlah, kualifikasi akademik,
maupun dalam kompetensi secara merata untuk menjamin
keberlangsungan satuan pendidikan anak usia dini jalur pendidikan
formal serta untuk menjamin keberlangsungan satuan pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal serta untuk menjamin
keberlangsungan pendidikan dasar dan menengah yang
diselenggarakan oleh Pemerintah. Hal ini diatur dalam ketentuan Pasal
22 dan Pasal 24.
Dalam menjalankan profesinya, guru mendapatkan perlindungan
yang diberikan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, masyarakat,
organisasi profesi, dan/atau satuan pendidikan tempat guru bekerja
(Pasal 39). Perlindungan tersebut meliputi perlindungan hukum,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
103
perlindungan profesi, serta perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja. Guru juga dapat membentuk organisasi profesi yang bersifat
independen. Fungsi organisasi profesi guru untuk memajukan profesi,
meningkatkan kompetensi, karir, wawasan kependidikan,
perlindungan profesi, kesejahteraan, dan pengabdian kepada
masyarakat. Organisasi profesi juga membentuk kode etik untuk
menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat guru dalam
pelaksanaan tugas keprofesionalannya.
E. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan
Tinggi ( UU tentang Pendidikan Tinggi) mengatur mengenai sertifikat
profesi yang diatur dalam Pasal 43. Berdasarkan Pasal 43 ayat (1)
bahwa sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan
praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang
diselenggarakan oleh perguruan tinggi bekerjasama dengan
kementerian, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung
jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selanjutnya dalam Pasal 43 ayat (2) menyatakan bahwa sertifikat
profesi diterbitkan oleh perguruan tinggi bersama dengan kementerian,
LPNK, dan/atau organisasi yang bertanggung jawab terhadap mutu
layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Berkaitan dengan sertifikat profesi, setiap guru diharuskan
mendapatkan sertifikat profesi atau dengan kata lain sertifikat pendidik
sebagai bukti formal pengakuan yang diberikan kepada guru sebagai
tenaga profesional. Sertifikat pendidik diperoleh setelah lulus mengikuti
uji kompetensi. Pihak yang menyelenggarakan uji kompetensi adalah
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah.
Saat ini perguruan tinggi yang ditunjuk oleh Pemerintah untuk
melakukan uji kompetensi kepada setiap guru belum melakukan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
104
kerjasama dengan organisasi profesi guru, padahal dalam UU Tentang
Pendidikan Tinggi telah memerintahkan agar perguruan tinggi
menerbitkan sertifikat profesi dapat melibatkan organisasi profesi.
Dalam hal ini organisasi profesi harus terlibat dalam pelaksanaan uji
kompetensi/sertifikasi pendidik karena organisasi profesi memiliki
peran yaitu untuk melakukan pembinaan terhadap anggotanya yang
bertujuan untuk meningkatkan kompetensi keahlian para anggota.
Oleh sebab itu keterlibatan organisasi profesi guru dalam
pelaksanaan uji kompetensi/sertifikasi pendidikan guru untuk
mendapatkan sertifikat pendidikan sangat penting untuk menjadi
bahan pertimbangan materi muatan Rancangan Undang-Undang
tentang Guru.
F. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
Dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur
Sipil Negara (UU tentang ASN), manajemen ASN terdiri atas manajemen
Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK). Adapun manajemen PNS dalam Pasal 55 UU tentang ASN
meliputi penyusunan dan penetapan kebutuhan, pengadaan, pangkat
dan jabatan, pengembangan karier, pola karier, promosi, mutasi,
penilaian kinerja, penggajian dan tunjangan, penghargaan, disiplin,
pemberhentian, jaminan hari tua, dan pelindungan.
Dalam Pasal 6 UU tentang ASN menyatakan bahwa Pegawai ASN
terdiri dari PNS dan PPPK. Bagi guru yang berstatus PNS manajemen
kepegawaiannya berdasarkan pada UU tentang ASN. Bagaimana dengan
status guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah dan pemerintah daerah (non-PNS) dan guru yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat
(non-PNS). Tentunya guru yang berstatus non-PNS tidak diatur dalam
UU tentang ASN karena tidak berstatus sebagai PNS maupun PPPK.
Jika dilihat dari beban kerjanya, guru-guru yang berstatus non
PNS memiliki beban kerja yang sama dengan guru PNS, bahkan di
daerah tertinggal, terdepan dan terluar mereka sebagai ujung tombak
NA RUU Guru 14 Maret 2019
105
dalam dunia pendidikan. Keberadaan mereka tidak diiringi dengan
pemberian jaminan kesejahteraan dan penggajian yang sesuai dengan
UMR. Adapun jaminan kesejahteraan yang berhak mereka terima antara
lain berupa jaminan hari tua, tunjangan dan penggajian. Saat ini
banyak diantara mereka yang digaji dibawah UMR. Oleh sebab itu
mengenai keberadaan guru-guru non-PNS menjadi sangat penting
menjadi pertimbangan sebagai substansi yang akan diatur dalam
Rancangan Undang-Undangan tentang Guru.
G. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan
Daerah (UU tentang Pemda) telah membagi urusan pemerintahan yang
terdiri atas urusan pemerintahan absolut, urusan pemerintahan
konkuren dan urusan pemerintahan umum. Urusan pemerintahan
konkuren yang diserahkan ke daerah menjadi dasar pelaksanaan
otonomi daerah. Urusan pemerintahan konkuren yang menjadi
kewenangan daerah terdiri atas urusan pemerintahan wajib dan urusan
pemerintahan pilihan. Berdasarkan Pasal 12 ayat (1) UU tentang
Pemerintahan Daerah bahwa pendidikan masuk dalam urusan
pemerintahan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah.
Dalam lampiran UU tentang Pemda, pembagian urusan
pemerintahan bidang pendidikan sub urusan pendidik dan tenaga
kependidikan untuk daerah provinsi berwenang dalam hal pemindahan
pendidik dan tenaga kependidikan lintas daerah kabupaten/kota dalam
1 (satu) daerah provinsi, sedangkan daerah kabupaten/kota berwenang
dalam hal pemindahan pendidik dan tenaga kependidikan dalam daerah
kabupaten/kota.
Dalam UU tentang Guru dan Dosen mengatur mengenai
pengangkatan, penempatan, pemindahan dan pemberhentian dan ini
menjadi salah satu kewajiban dari pemerintah daerah provinsi dan
kabupaten/kota. Terkait dengan kesejahteraan guru belum diatur
dalam UU tentang Guru dan Dosen, terutama jaminan keselamatan dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
106
kesejahteraan guru yang berada di daerah tertinggal, terdepan dan
terluar.
Hendaknya pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota
menjamin memberikan kesejahteraan bagi guru-guru tersebut. Bentuk
kesejahteraan yang dapat diberikan antara lain tempat tinggal yang
layak bagi guru yang berada di daerah tertinggal, terdepan, dan terluar
sesuai dengan kewenangan yang diatur dalam UU tentang Pemda.
Materi ini sangat penting untuk menjadi pertimbangan dalam
penyusunan Rancangan Undang-Undang tentang Guru.
H. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan sebagaimana terakhir diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2015 tentang Perubahan
Kedua Atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan
Bahwa salah satu upaya untuk mewujudkan visi dan
menjalankan misi pendidikan nasional sebagaimana yang
diamanatkan dalam UU tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah
membentuk suatu acuan dasar (benchmark) yang merupakan standar
nasional pendidikan. Standar nasional pendidikan ini berisi ketentuan
mengenai kriteria minimal dari berbagai aspek yang terkait dengan
penyelenggaraan pendidikan oleh setiap penyelenggara dan satuan
pendidikan. Pasal 2 PP Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar
Nasional Pendidikan (PP No. 19 Tahun 2005) menyebutkan bahwa
salah satu lingkup standar nasional pendidikan tersebut adalah
standar pendidik dan tenaga kependidikan yang berisi kriteria dalam
mewujudkan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam definisi standar pendidik dan tenaga kependidikan (Pasal 1
angka 8) PP No. 13 tahun 2015 disebutkan Standar Pendidik dan
Tenaga Kependidikan adalah kriteria mengenai pendidikan prajabatan
dan kelayakan fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan.
Dalam mewujudkan profesionalisme pendidik, termasuk dalam
hal ini seorang guru, ditetapkan suatu kualifikasi akademik dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
107
kompetensi. Kualifikasi akademik merupakan tingkat pendidikan
minimum yang harus dipenuhi oleh seorang guru yang dibuktikan
dengan ijazah/sertifikat. Pasal 29 PP 19 Tahun 2005 mengatur bahwa
untuk guru yang berada pada jenjang pendidikan anak usia dini dan
pendidikan dasar menengah (SD, SMP, dan SMA) termasuk sekolah
kejuruan dan sekolah luar biasa kualifikasi akademik pendidikan
minimum yang harus dimiliki adalah diploma IV atau sarjana (S-1).
Penting untuk digarisbawahi bahwa berdasarkan Pasal 94 PP 32
Tahun 201384 standar kualifikasi pendidik yang diatur dalam Pasal 29
baru berlaku efektif sepenuhnya 7 (tujuh) tahun sejak ditetapkannya
PP (sebelumnya dalam PP No.19 Tahun 2005 standar kualifikasi
pendidik berlaku efektif sepenuhnya 15 (lima belas) tahun sejak
ditetapkannya PP). Selama kurun waktu sampai dengan tahun 2020,
BNSP diberikan amanah untuk mengembangkan standar antara yang
secara bertahap menuju pencapaian standar kualifikasi akademik
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29.
Selain kualifikasi akademik pendidikan minimum, guru juga
dipersyaratkan untuk memiliki sertifikat profesi guru sesuai dengan
jenjang pendidikannya yang diperoleh melalui program pendidikan
profesi guru (PPG). Adapun kompetensi yang harus dimiliki guru
berdasarkan Pasal 28 ayat (3) meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi
sosial.
I. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 19
Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor
74 Tahun 2008 tentang Guru
UU tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidik merupakan tenaga profesional. Guru sebagai pendidik
profesional memiliki fungsi, peran, dan kedudukan yang strategis
84 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 merupakan perubahan pertama
atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
108
dalam menghasilkan proses dan hasil pendidikan yang bermutu
dalam mewujudkan insan Indonesia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, kompetitif, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggung jawab.
Untuk mewujudkan fungsi, peran, dan kedudukan tersebut,
guru perlu memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, dan sertifikat
pendidik yang sesuai dengan standar nasional pendidik. Sertifikat
pendidik bagi guru dalam jabatan dapat diperoleh melalui pendidikan
profesi atau uji kompetensi. Hal ini dilandasi oleh pertimbangan bahwa
pemerolehan kompetensi dapat dilakukan melalui pendidikan,
pelatihan, dan pengalaman langsung yang diinternalisasi secara
reflektif. Namun Pasal 10 PP No.74 Tahun 2008 memberikan
pengecualian terkait sertifikat pendidik yakni bagi calon guru yang
tidak memiliki sertifikat pendidik tetapi memiliki keahlian khusus yang
diakui dan diperlukan atau ditempatkan/diperlukan di daerah khusus
yang tidak memiliki guru dapat diangkat menjadi pendidik setelah
lulus uji kelayakan.
Selanjutnya dalam Pasal 10A PP No.19 Tahun 2017 secara lebih
tegas menyebutkan bahwa “Setiap orang yang memiliki keahlian
khusus yang dibutuhkan oleh satuan pendidikan, baik yang sudah
atau belum memenuhi kualifikasi akademik S-1/D-IV dan tidak
memiliki Sertifikat Pendidik dapat diangkat menjadi guru. Adapun
syarat pengangkatan guru yang memiliki keahlian khusus dengan
ketentuan:
a. diperuntukkan bagi Guru produktif pada SMK;
b. belum terdapat program studi di perguruan tinggi yang
menghasilkan lulusan di bidang keahlian khusus; dan
c. tidak diperuntukkan untuk mengisi formasi khusus pegawai negeri
sipil.
Pengangkatan menjadi guru yang memiliki keahlian khusus dilakukan
setelah lulus uji kesetaraan dan uji kelayakan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
109
Guru selain dituntut memiliki kualifikasi dan kompetensi, disisi
lain dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya guru harus
memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum sehingga
memiliki kesempatan untuk meningkatkan kemampuan
profesionalnya. Dalam Pasal 15 PP No. 19 Tahun 2017 mengatur
bahwa guru diberikan tunjangan profesi, tunjangan fungsional (Pasal
19), dan tunjangan khusus (Pasal 22). Selain itu, perlu dilakukan
berbagai upaya untuk memaksimalkan fungsi dan peran strategis yang
meliputi penegakan hak dan kewajiban guru, pembinaan dan
pengembangan karir guru, perlindungan hukum, perlindungan profesi,
serta perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja.
J. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang Tunjangan
Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan Dosen, serta
Tunjangan Kehormatan Profesor
Peraturan Pemerintah pada dasarnya berisi materi muatan
untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya dengan
tidak menyimpang dari materi yang diatur dalam undang-undang.
Pembentukan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2009 tentang
Tunjangan Profesi Guru dan Dosen, Tunjangan Khusus Guru dan
Dosen, serta Tunjangan Kehormatan Profesor merupakan amanat dari
UU tentang Guru dan Dosen, khususnya ketentuan Pasal 16, Pasal 18,
Pasal 53, Pasal 55, dan Pasal 56 UU Guru dan Dosen.
Materi muatan Peraturan Pemerintah ini meliputi pengaturan
mengenai besaran dan waktu pemberian tunjangan profesi guru dan
dosen, tunjangan khusus guru dan dosen, serta tunjangan
kehormatan dosen yang memiliki jabatan akademik profesor.
Adapun besaran tunjangan profesi guru, untuk guru pegawai
negeri sipil yang menduduki jabatan fungsional guru diberikan sebesar
1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
tunjangan profesi bagi guru yang bukan pegawai negeri sipil diberikan
sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
110
akademik yang berlaku bagi guru pegawai negeri sipil. Tunjangan
tersebut diberikan terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya
setelah yang bersangkutan mendapat nomor registrasi guru dari
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pendidikan.
Terkait dengan tunjangan khusus guru, diatur bahwa tunjangan
tersebut diberikan setelah guru yang bersangkutan secara nyata
melaksanakan tugas di daerah khusus dengan kuota yang ditetapkan
Menteri Pendidikan atau Menteri Agama. Besarannya diberikan
sebesar 1 (satu) kali gaji pokok pegawai negeri sipil yang bersangkutan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan
tunjangan profesi bagi guru yang bukan pegawai negeri sipil diberikan
sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi
akademik yang berlaku bagi guru pegawai negeri sipil.
Peraturan Pemerintah ini juga mengatur mengenai penghentian
pemberian tunjangan, untuk tunjangan profesi guru dihentikan
apabila guru tidak lagi memenuhi syarat sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sedangkan untuk tunjangan khusus
diberhentikan apabila guru telah selesai menjalankan masa
penugasannya.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
111
BAB IV
LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS
A. Landasan Filosofis
Undang-undang selalu mengandung norma hukum yang
diidealkan (ideal norms) oleh suatu masyarakat ke arah mana cita-cita
luhur kehidupan bermasyarakat dan bernegara hendak diarahkan.85
Cita-cita luhur tersebut terkandung dalam landasan filosofis yang
hendaknya mencerminkan cita-cita filosofis yang dianut bangsa
Indonesia sendiri. Landasan filosofis merupakan pertimbangan atau
alasan yang menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk
mempertimbangkan pandangan hidup, kesadaran, dan cita hukum yang
meliputi suasana kebatinan serta falsafah bangsa Indonesia yang
bersumber dari Pancasila dan Pembukaan UUD Tahun 1945.86
Sila kedua Pancasila yang berbunyi “Kemanusiaan yang adil dan
beradab” mengandung makna bahwa dalam segala aspek
penyelenggaraan negara harus senantiasa diarahkan untuk
mewujudkan hakikat manusia yang beradab. Hakikat tersebut
diwujudkan melalui pelaksanaan hidup yang bermartabat setinggi-
tingginya. Penyelenggaraan pendidikan yang baik dan sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila merupakan upaya untuk mewujudkan hakikat
manusia Indonesia yang beradab dan bermartabat tersebut.
Selanjutnya, berdasarkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang
tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 (UUD Tahun 1945), yaitu untuk “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan
ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan,
perdamaian abadi, dan keadilan sosial” terkandung makna bahwa
85 Jimly Asshidqie, Perihal Undang-Undang, Jakarta, Sekretariat Jenderal MK, 2006,
hal. 170. 86 Lampiran I Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan, Lembaran Negara Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Nomor 5234.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
112
Negara menjamin pemenuhan hak setiap warga negaranya, salah
satunya di bidang pendidikan.
Untuk menjamin pemenuhan hak warga negara di bidang
pendidikan, negara mengambil peran yang sangat signifikan dengan
menyatakan bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara
serta mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional. Hal ini tercantum dalam Pasal 31 ayat (1) sampai dengan ayat
(3) UUD Tahun 1945 yang berbunyi:
“(1) setiap warga negara berhak mendapat pendidikan; (2) Setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya; (3) Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang.”
Penyelenggaraan pendidikan merupakan faktor yang sangat
menentukan kualitas sumber daya manusia di Indonesia agar beriman,
bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Kualitas sumber daya manusia tersebut dihasilkan melalui
proses penyelenggaraan pendidikan yang baik dan bermutu.
Keberhasilan suatu bangsa dalam menciptakan pendidikan yang baik
dan bermutu ditentukan berbagai faktor, antara lain melalui kualitas
tenaga pendidik, kesiapan peserta didik dalam menerima pelajaran,
ketersediaan sarana dan prasarana penunjang pendidikan, dan lain-
lain.
Guru merupakan sumber daya pendukung utama dalam
pembangunan sistem pendidikan dan untuk mewujudkan tujuan
pendidikan nasional, sehingga fungsi, peran, dan kedudukan guru
sangat strategis dalam menentukan kualitas sumber daya manusia di
Indonesia. Guru berperan untuk mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan sesuai dengan prinsip profesionalitas untuk memenuhi hak
yang sama bagi setiap warga Negara dalam memperoleh pendidikan
yang bermutu. Oleh karena itu, diperlukan peran dan upaya negara
untuk meningkatkan mutu, kompetensi, dan profesionalitas guru secara
terarah, terpadu, dan berkesinambungan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
113
B. Landasan Sosiologis
Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki kedudukan
strategis dan garda terdepan dalam pengembangan kualitas pendidikan.
Guru memiliki peran yang sentral dan signifikan dalam kegiatan belajar
mengajar, baik di jalur pendidikan formal, pendidikan informal, maupun
pendidikan nonformal.
Eksistensi guru dalam pendidikan secara sosial budaya Indonesia
dituntut untuk memiliki banyak kemampuan (multi talent). Guru tidak
hanya dituntut untuk mahir dalam kegiatan belajar mengajar namun
juga harus mampu mentransformasikan nilai-nilai ilmu pengetahuan,
moral, dan akhlak peserta didik. Bahkan tidak sedikit orang tua yang
menyerahkan pendidikan anaknya kepada guru.
Namun, ironisnya besarnya tuntutan profesionalitas yang harus
diemban guru masih kontradiktif dengan keadaan guru dengan adanya
sejumlah permasalahan, mulai dari kualifikasi dan kualitas guru,
distribusi dan disparitas guru, kesejahteraan, dan daulat atau
keberdayaan guru, dan pendidikan guru.
Pertama, kualifikasi dan kualitas guru. Selama hampir 14 tahun
UU tentang Guru dan Dosen diundangkan, masih banyak guru yang
belum memenuhi kualifikasi akademik yang dipersyaratkan oleh
undang-undang. Hal ini berarti masih banyak guru yang hanya
merupakan tamatan sekolah menengah. Guru yang secara kualifikasi
akademik belum memenuhi persyaratan jelas akan sangat berpengaruh
terhadap kualitas/mutu dan profesionalitas guru itu sendiri. Padahal
sebagaimana yang telah dijelaskan guru merupakan pendidik
profesional yang memiliki kedudukan strategis sebagai garda terdepan
dalam pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Kedua, distribusi dan disparitas guru. Ada perbedaan persepsi
antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah terkait dengan jumlah
guru. Pemerintah Pusat berpendapat bahwa jumlah guru yang ada saat
ini mencukupi untuk kebutuhan satuan pendidikan di Indonesia.
Hanya saja jumlah tersebut persebarannya masih kurang merata di
wilayah provinsi Indonesia. Sedangkan menurut Pemerintah Daerah,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
114
jumlah, distribusi, dan disparitas jumlah guru masih kurang atau
belum mencukupi, khususnya bagi wilayah 3T (terluar, terdepan,
tertinggal). Untuk mengatasi kekurangan, distribusi, dan disparitas
guru tersebut Pemerintah daerah mengangkat guru honorer yang tentu
saja kebijakan ini berdampak menambah beban keuangan anggaran
dan pendapatan belanja daerah.
Ketiga, kesejahteraan guru. Kesejahteraan merupakan salah satu
permasalahan penting yang seringkali dikeluhkan guru yang terkait
dengan penghasilan. Penghasilan yang diterima oleh guru saat ini dapat
dikatakan masih belum mencukupi baik dari gaji pokok maupun
tunjangan lainnya. Selain belum mencukupi, penghasilan yang diterima
guru khususnya yang berada di daerah juga seringkali terlambat.
Terkait tunjangan profesi yang seharusnya diterima guru juga masih
terdapat permasalahan. Hal ini dikarenakan hanya guru yang memiliki
sertifikat pendidik melalui pendidikan profesi guru yang berhak
mendapatkan tunjangan profesi. Sementara Pemerintah melakukan
seleksi dan syarat yang ketat terhadap pemberian sertifikasi guru.
Keempat, daulat atau keberdayaan guru. Daulat guru erat
kaitannya dengan upaya perlindungan terhadap guru, khususnya
perlindungan hukum. Belakangan ini sering terjadi kasus hukum yang
menimpa guru. Banyak orangtua yang menggunakan Undang-Undang
tentang Perlindungan Anak sebagai dasar hukum untuk
mengkriminalisasi guru yang “dianggap” melakukan tindakan
sewenang-wenang terhadap murid. Di sisi lain guru berpendapat bahwa
tindakannya semata-mata untuk mendidik murid, tidak hanya mendidik
secara intelektual/kecerdasan namun juga secara akhlak dan moral.
Kelima, pendidikan guru. Pada awalnya pendidikan guru
ditujukan untuk sarjana kependidikan, namun saat ini sudah berbeda
karena tidak dipakai lagi istilah sarjana kependidikan tetapi yang
muncul istilah sarjana saja. Kondisi tersebut semakin diperburuk
dengan diadakannya Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) dimana
seolah-olah hanya ditujukan sebagai formalitas dalam membina calon
guru dan hanya lulusan program PPG yang memperoleh sertifikat,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
115
sementara lulusan LPTK dengan gelar sarjana kependidikan tidak
secara langsung dapat mengikuti program PPG. Ketika memang yang
dapat memperoleh sertifikasi adalah mereka yang telah mengikuti PPG,
kemudian lulusan S-1 kependidikan yang jumlahnya saat ini sudah
ribuan menjadi terbengkalai dengan alasan lulusan S-1 Kependidikan
tidak dianggap mampu menjadi guru karena belum mengikuti PPG.
C. Landasan Yuridis
Landasan yuridis merupakan pertimbangan atau alasan yang
menggambarkan bahwa peraturan yang dibentuk untuk mengatasi
permasalahan hukum atau mengisi kekosongan hukum dengan
mempertimbangkan aturan yang telah ada, yang akan diubah, atau
yang akan dicabut guna menjamin kepastian hukum dan rasa keadilan
masyarakat. Landasan yuridis menyangkut persoalan hukum yang
berkaitan dengan substansi atau materi yang diatur sehingga perlu
dibentuk peraturan perundang-undangan yang baru.
Sebagai negara yang berdasarkan atas hukum (rechtstaat), dan
bukan berdasarkan atas kekuasaan (machtstaat) belaka, maka dalam
penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara harus didasarkan
pada hukum. Demikian pula dalam penyelenggaraan pendidikan,
khususnya terkait dengan kedudukan, fungsi, dan peran guru sebagai
tenaga profesional di Indonesia memerlukan landasan hukum yang
kuat.
Selama ini sudah ada landasan hukum yang khusus mengatur
mengenai guru yang materi muatannya disatukan dengan pengaturan
mengenai dosen, yaitu UU Guru dan Dosen. UU tentang Guru dan
Dosen menempatkan guru sebagai pendidik profesional dengan tugas
utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini
jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Selain itu, sudah terdapat juga UU tentang Sistem Pendidikan Nasional
yang didalamnya mencakup pengaturan secara umum mengenai guru
sebagai pendidik dalam penyelenggaraan pendidikan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
116
Akan tetapi, kedua undang-undang tersebut belum mampu
menjawab permasalahan hukum dan perkembangan kebutuhan terkait
guru saat ini dan di masa yang akan datang. Permasalahan hukum
dalam UU tentang Guru dan Dosen tersebut antara lain mengenai
kewajiban untuk memenuhi kualifikasi akademik dan sertifikasi guru
paling lama sepuluh tahun sejak UU tentang Guru dan Dosen
diundangkan.
Kewajiban sebagai amanat dari undang-undang ini belum dapat
dijalankan sepenuhnya, karena sampai dengan saat ini masih banyak
guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik pendidikan S-1 atau
Diploma IV serta belum memiliki sertifikat pendidik. Selain itu,
pengaturan guru dalam UU tentang Guru dan Dosen masih berorientasi
hanya pada guru formal saja, sehingga guru nonformal atau pendidik
lainnya sebagaimana diatur dalam UU tentang Sistem Pendidikan
Nasional tidak termasuk ke dalam pengaturan UU tentang Guru dan
Dosen.
Masih rendahnya kualitas guru yang dibuktikan dengan
rendahnya hasil uji kompetensi yang dilakukan pada guru juga
menunjukkan berbagai permasalahan pengelolaan guru. Realitas ini,
pada akhirnya akan mempengaruhi kualitas peserta didik yang
dihasilkan. Permasalahan lainnya yang perlu memperoleh solusi
hukumnya adalah terkait dengan kebutuhan pemerataan guru di
seluruh Indonesia yang mengakibatkan kesenjangan antara sebaran
guru di daerah perkotaan dengan di daerah pedesaan yang sangat lebar
perbedaannya.
Persoalan lainnya adalah terkait dengan masih banyaknya guru
yang mengajar lebih dari satu sekolah dengan jarak yang cukup jauh
untuk mengejar kewajiban memenuhi beban kerja minimal guru yang
diatur dalam UU Guru dan Dosen. Hal ini tentu saja dapat
mengakibatkan proses belajar mengajar menjadi tidak maksimal
sehingga perlu memperoleh solusi hukumnya agar proses pendidikan
oleh guru dapat berjalan efektif dan maksimal.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
117
Selanjutnya, guru sebagai profesi memerlukan wadah berhimpun
dalam sebuah organisasi profesi. Pengaturan mengenai organisasi
profesi dalam UU tentang Guru dan Dosen dirasakan masih belum
diatur dengan jelas dan tegas. Dampaknya, sampai saat ini banyak
bermunculan wadah berhimpun guru dengan berbagai latar belakang
dan kepentingan, sehingga diperlukan pengaturan yang lebih jelas
terkait dengan organisasi profesi guru.
Perkembangan saat ini juga menunjukkan perlu dilakukan
pemisahan pengaturan guru dengan dosen, karena adanya perbedaan
antara tugas guru dan dosen serta kompleksnya permasalahan terkait
dengan guru. Dengan demikian, diharapkan undang-undang yang
mengatur mengenai guru dapat menciptakan guru yang bermutu dan
profesional melalui upaya pembinaan, pemberdayaan, dan peningkatan
mutu dan profesionalitasnya secara terencana, sistematis, dan
berkelanjutan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
118
BAB V
JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP MATERI
MUATAN UNDANG-UNDANG
A. Jangkauan dan Arah Pengaturan
Jangkauan dan arah pengaturan dalam RUU Guru mencakup
beberapa aspek yang terkait dengan profesi guru secara komprehensif.
RUU Guru ditujukan untuk meningkatkan kompetensi, integritas, dan
profesionalitas Guru sehingga mampu mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, serta
berakhlak mulia. Pengaturan yang paling utama berkaitan dengan tata
kelola guru yang terencana, terarah, dan berkesinambungan sesuai
dengan prinsip penyelenggaraan pendidikan. Tata kelola guru yang
diatur mulai dari pengadaan (perencanaan, pengangkatan dan
penempatan), pemindahan, dan pemberhentian, termasuk penentuan
beban kerja, pembinaan serta pengembangan karir dan profesi guru.
Selain mengatur mengenai tata kelola, dalam RUU ini juga
memformulasikan penyelenggaraan pendidikan tinggi keguruan, baik
pendidikan akademik maupun pendidikan profesi guru. Dalam
penyelenggaran pendidikan tinggi keguruan juga diatur mengenai syarat
LPTK sebagai lembaga penyelenggara, pelaksanaan uji kompetensi, dan
proses sertifikasi. RUU juga mengatur menganai kualifikasi akademik
dan kompetensi yang harus dimiliki oleh guru, mencakup kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan. Dalam RUU juga diatur
mengenai guru warga Negara asing yang sebelumnya belum diatur
dalam UU No. 14 Tahun 2005.
Materi muatan dalam yang tetap dipertahankan untuk diatur
adalah hak dan kewajiban guru serta pemberian perlindungan bagi
guru yang mencakup pelindungan profesi, akademik, hukum, serta
kesehatan dan keselamatan kerja. Guru juga diberikan kebebasan
berserikat dan berkumpul untuk menyampaikan aspirasinya melalui
organisasi profesi. Untuk itu perlu ada pengaturan mengenai organisasi
guru yang dikelola profesional, bukan hanya sebagai wadah berhimpun,
NA RUU Guru 14 Maret 2019
119
tetapi juga berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan
pengalaman diantara guru sehingga nantinya dapat berperan untuk
meningkatkan kompetensidan profesionalitas guru.
Penyusunan Naskah Akademik ini dilakukan sebagai
penyempurnaan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005. Undang-
Undang tersebut merupakan Undang-Undang pertama yang mengatur
mengenai profesi dan sertifikasi bagi guru. Namun dalam
implementasinya selama kurang lebih 13 tahun, ternyata banyak guru
yang belum tersertifikasi sehingga tidak berhak menerima tunjangan.
Seiring dengan perkembangan zaman, ternyata permasalahan yang
dihadapi guru juga semakin kompleks dan harus segera diatasi. Untuk
itu, sasaran yang ingin diwujudkan melalui penyusunan RUU ini yaitu
untuk mengatasi berbagai permasalahan yang dihadapi guru,
mewujudkan kesejahteraan guru, dan memberikan pelindungan
terhadap profesi guru. Guru yang telah memperoleh tunjangan
serifikasi juga dituntut untuk mampu meningkatkan kompetensi yang
dimilikinya sehingga mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
B. Ruang Lingkup Materi Muatan
Adapun materi muatan yang diatur di dalam RUU tentang Guru
sebagai berikut:
1. Ketentuan Umum
Dalam ketentuan umum memuat batasan pengertian atau
definisi, singkatan/akronim yang dituangkan dalam batasan
pengertian atau definisi, dan atau hal-hal lain yang bersifat umum
yang berlaku bagi pasal atau beberapa pasal berikutnya antara lain
ketentuan yang mencerminkan asas, maksud, dan tujuan tanpa
dirumuskan tersendiri dalam pasal atau bab. Pemberian batasan
pengertian atau pendefinisian dari suatu istilah dalam suatu
undang-undang dimaksudkan untuk membatasi pengertian atau
untuk memberikan suatu makna bagi istilah yang digunakan dalam
undang-undang.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
120
Istilah dan batasan pengertian atau definisi yang perlu diatur
dalam RUU tentang Guru sebagai berikut:
a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik jalur pendidikan formal pada jenjang
pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, serta pendidikan
menengah dan jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok
bermain.
b. Calon Guru adalah lulusan pendidikan akademik program
sarjana kependidikan yang mengikuti pendidikan profesi Guru
sesuai dengan kuota perencanaan kebutuhan Guru secara
nasional.
c. Guru Profesi adalah Guru yang telah memiliki sertifikat profesi.
d. Penyelenggara Pendidikan adalah pemerintah, pemerintah
daerah, atau masyarakat yang menyelenggarakan pendidikan
pada jalur pendidikan formal dan jalur pendidikan nonformal
berbentuk kelompok bermain.
e. Satuan Pendidikan adalah kelompok layanan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan pada jalur pendidikan formal dan
jalur pendidikan nonformal berbentuk kelompok bermain.
f. Kualifikasi Akademik adalah ijazah jenjang pendidikan akademik
yang harus dimiliki oleh guru sesuai dengan jenis, jenjang, dan
Satuan Pendidikan di tempat penugasan.
g. Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan
perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Guru
dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.
h. Sertifikat Profesi adalah surat tanda pengakuan terhadap
kompetensi Guru yang telah lulus pendidikan profesi Guru.
i. Organisasi Profesi Guru adalah perkumpulan yang berbadan
hukum yang beranggotakan dan diselenggarakan oleh Guru
untuk membina dan mengembangkan profesionalisme Guru.
j. Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan yang selanjutnya
disingkat LPTK adalah perguruan tinggi yang memenuhi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
121
persyaratan dan ditetapkan oleh Pemerintah Pusat untuk
menyelenggarakan program pendidikan profesi Guru serta untuk
menyelenggarakan dan mengembangkan ilmu kependidikan dan
nonkependidikan.
k. Daerah Khusus adalah daerah yang terpencil atau terbelakang,
daerah dengan kondisi masyarakat adat yang terpencil, daerah
perbatasan dengan negara lain, daerah yang sulit dijangkau,
daerah yang mengalami bencana alam, daerah yang mengalami
bencana sosial, dan/atau daerah yang berada dalam keadaan
darurat lain.
l. Pemerintah Pusat adalah Presiden Republik Indonesia yang
memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia
yang dibantu oleh Wakil Presiden dan menteri sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
m. Pemerintah Daerah adalah kepala daerah sebagai unsur
penyelenggara Pemerintahan Daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan
daerah otonom.
n. Menteri adalah menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pendidikan nasional.
Dalam pengaturan RUU tentang Guru berlandaskan pada
asas: a) Pelindungan, yang dimaksud dalam asas ini bahwa
pengaturan tentang Guru harus mampu memberikan pelindungan
kepada Guru, baik berupa pelindungan hukum, profesi, maupun
kesehatan dan keselamatan kerja; b) Keadilan, bahwa pengaturan
tentang Guru harus mampu memberikan peluang dan kesempatan
yang sama secara proporsional bagi Guru Aparatur Sipil Negara dan
Guru non-Aparatur Sipil Negara; c)Pemerataan, dalam asas ini
pengaturan tentang Guru harus mampu menjamin distribusi Guru
secara merata agar tidak terjadi kesenjangan jumlah Guru dan
mencegah penumpukan Guru yang berkualitas dalam suatu wilayah
tertentu; d) Profesionalisme, bahwa pengaturan Guru harus mampu
NA RUU Guru 14 Maret 2019
122
menciptakan Guru sebagai tenaga pendidik yang kompeten,
berintegritas, dan profesional dalam menjalankan profesinya sesuai
dengan sistem dan standar yang berlaku; dan e) Integritas, dalam
asas ini Guru dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus
berpegang teguh pada nilai moral dan kode etik Guru.
Adapun tujuan pengaturan Guru sebagai berikut:
a. meningkatkan kompetensi, integritas, dan profesionalitas Guru
sehingga mampu mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman, bertakwa, berilmu, serta
berakhlak mulia;
b. mewujudkan penyelenggaraan pendidikan profesi guru yang
bermutu dan mudah diakses;
c. mewujudkan tata kelola Guru yang terencana, terarah, dan
berkesinambungan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan
pendidikan; dan
d. memberikan pelindungan dan kepastian hukum kepada Guru
dalam menjalankan profesinya.
2. Penyelenggaraan Pendidikan Tinggi Keguruan
Pendidikan tinggi keguruan diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang memiliki program pendidikan tenaga kependidikan yang
terdiri atas: pendidikan akademik dan pendidikan profesi guru.
Pendidikan akademik merupakan pendidikan yang diarahkan pada
penguasaan dan pengembangan disiplin ilmu pendidikan keguruan.
Pendidikan akademik tersebut terdiri atas program sarjana, program
magister, dan program doktor.
Adapun pendidikan profesi guru merupakan pendidikan yang
diarahkan untuk mempersiapkan calon guru untuk memiliki
pekerjaan dengan persyaratan keahlian khusus. Penyelenggaraan
pendidikan profesi guru harus memperhatikan perencanaan
kebutuhan guru secara nasional. Menteri di bidang pendidikan
menentukan kuota penerimaan mahasiswa pendidikan profesi guru
setelah berkoordinasi dengan Menteri di bidang agama. Penentuan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
123
kuota penerimaan tersebut harus memperhatikan perencanaan
kebutuhan guru secara nasional.
Pendidikan profesi Guru dapat diikuti oleh calon guru.
Pendidikan profesi guru tersebut dilakukan melalui dua mekanisme
pembiayaan, yaitu melalui biaya sendiri; atau dibiayai oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah. Pendidikan profesi Guru
yang ditempuh oleh calon guru dengan biaya sendiri harus
dilakukan sesuai dengan jenjang pendidikan dan mata pelajaran
yang akan diampu. Adapun bagi calon guru yang menempuh
pendidikan profesi guru yang dibiayai oleh Pemerintah Pusat harus
memenuhi ketentuan bersedia ditempatkan di daerah khusus dan
memenuhi jangka waktu penempatan paling singkat 2 (dua) tahun.
Jika guru yang telah dibiayai Pemerintah tidak dapat memenuhi
ketentuan tersebut maka wajib mengganti seluruh biaya yang telah
dikeluarkan oleh Pemerintah dan dicabut sertifikat profesinya.
Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan dapat
membiayai pendidikan profesi Guru bagi Calon Guru untuk
memenuhi kebutuhan Guru di daerah. Pembiayaan pendidikan
profesi Guru harus memperhatikan perencanaan kebutuhan Guru
secara nasional. Calon Guru yang menempuh pendidikan profesi
guru yang dibiayai Pemerintah Daerah harus memenuhi ketentuan
bersedia ditempatkan di daerah asal dan memenuhi jangka waktu
penempatan paling singkat 2 (dua) tahun.
Untuk memenuhi kebutuhan anggaran dalam
penyelenggaraan pendidikan profesi guru, Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah wajib menyediakan anggaran untuk
penyelenggaraan pendidikan profesi guru.
Pendidikan profesi Guru diselenggarakan oleh LPTK yang
harus memenuhi syarat dan ditetapkan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendidikan
tinggi. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:
a. berbentuk universitas;
NA RUU Guru 14 Maret 2019
124
b. memiliki program studi kependidikan paling rendah berakreditasi
kategori B;
c. memiliki program studi kependidikan yang sama dengan
program pendidikan profesi guru yang akan diselenggarakan;
d. memiliki pendidik dan tenaga kependidikan yang sesuai dengan
standar nasional pendidikan tinggi; dan
e. memiliki sarana dan prasarana yang mendukung
penyelenggaraan program pendidikan profesi guru.
LPTK dalam menyelenggarakan pendidikan profesi guru harus
memenuhi standar pendidikan guru yang disusun secara bersama
oleh kementerian di bidang pendidikan tinggi, kementerian di bidang
pendidikan, kementerian di bidang agama, asosiasi LPTK, dan
organisasi profesi guru. Standar pendidikan guru tersebut harus
mengacu pada standar nasional pendidikan tinggi. Standar
pendidikan guru selanjutnya ditetapkan oleh menteri di bidang
pendidikan tinggi.
LPTK dalam menyelenggarakan pendidikan profesi Guru
bekerja sama dengan kementerian di bidang pendidikan,
kementerian di bidang agama, dan organisasi profesi guru. LPTK
hanya dapat menerima mahasiswa pendidikan profesi Guru sesuai
dengan kuota penerimaan mahasiswa Pendidikan Profesi Guru.
Namun, jika terjadi peningkatan kebutuhan guru, menteri di bidang
pendidikan berkoordinasi dengan menteri di bidang pendidikan
tinggi untuk menambah kuota penerimaan mahasiswa pendidikan
profesi guru. Dengan demikian, menteri di bidang pendidikan tinggi
dapat menugaskan LPTK untuk menambah kuota penerimaan
mahasiswa pendidikan profesi guru sepanjang memenuhi daya
tampung dan daya dukung LPTK.
Pada tahap akhir pendidikan profesi guru, mahasiswa
pendidikan profesi guru harus mengikuti uji kompetensi secara
nasional pada akhir masa pendidikan. Hal ini dimaksudkan untuk
menjamin mutu lulusan pendidikan profesi guru. Uji kompetensi
tersebut diselenggarakan oleh LPTK bekerja sama dengan organisasi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
125
profesi. Mahasiswa pendidikan profesi guru yang lulus uji
kompetensi berhak mendapatkan sertifikat profesi dan disebut guru
profesi. Sertifikat profesi tersebut diterbitkan oleh LPTK.
3. Kualifikasi dan Kompetensi
Calon guru yang akan diangkat menjadi guru profesi harus
memenuhi beberapa syarat, yaitu: memiliki kualifikasi akademik,
memiliki kompetensi, sehat jasmani dan rohani yang
memungkinkan guru dapat melaksanakan tugas dengan baik, dan
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Adapun tujuan pendidikan nasional tersebut adalah
untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Calon guru memperoleh kualifikasi akademiknya melalui
pendidikan akademik pada program sarjana kependidikan.
Kualifikasi akademik tersebut dibuktikan dengan ijazah sarjana (S-
1) kependidikan. Namun, Pemerintah Daerah juga dapat
mengangkat pendidik dengan keahlian khusus jika terjadi
kekurangan guru mata pelajaran yang memerlukan keahlian
khusus pada jenjang pendidikan menengah kejuruan. Pendidik
dengan keahlian khusus yang dimaksudkan adalah orang
perseorangan yang tidak mempunyai latar belakang ilmu
pendidikan, namun memiliki kompetensi dan keahlian khusus
dalam mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh adalah seseorang
yang memiliki keahlian di bidang teknik mesin, teknik bangunan,
teknik ketenagalistrikan, desain grafis, perhotelan, dan pariwisata.
Pengangkatan tenaga profesional menjadi Guru dengan
keahlian khusus harus memenuhi persyaratan: belum terdapat
program studi di perguruan tinggi yang menghasilkan lulusan di
bidang keahlian khusus; dan tidak diperuntukkan untuk mengisi
formasi Guru Pegawai Negeri Sipil. Pengangkatan tersebut
NA RUU Guru 14 Maret 2019
126
dilakukan setelah lulus uji kesetaraan dan uji kelayakan. Uji
kesetaraan merupakan penyetaraan pemenuhan kualifikasi
akademik S-I/D-IV sementara uji kelayakan merupakan pemenuhan
Sertifikasi.
Adapun kompetensi calon guru diperoleh melalui Pendidikan
Profesi Guru (PPG). Kompetensi tersebut merupakan seperangkat
pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki,
dihayati, dikuasai, dan diaktualisasikan oleh guru dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya. Kompetensi guru meliputi
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru untuk
mengelola pembelajaran peserta didik dalam proses pendidikan.
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan yang dimiliki guru
dalam mengelola hubungan personal dan sosial dalam lingkungan
pendidikan serta meningkatkan kualitas pribadi sehingga dapat
menampilkan diri sebagai sosok yang diteladani. Selanjutnya,
kompetensi sosial merupakan kemampuan yang dimiliki guru
untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dan efisien
dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Sedangkan kompetensi keilmuan
merupakan kemampuan yang dimiliki guru dalam penguasaan
bidang ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau seni dan budaya
yang diampunya.
Empat kompetensi guru tersebut dirumuskan dalam standar
kompetensi guru yang ditetapkan oleh menteri pendidikan yang
disusun atas usul asosiasi LPTK dan organisasi profesi guru.
Standar kompetensi guru tersebut juga digunakan sebagai acuan
untuk pengembangan karier guru, pengembangan kompetensi guru,
dan pelaksanaan sistem informasi manajemen guru.
4. Pengadaan
Pengadaan Guru dilakukan melalui perencanaan,
pengangkatan dan penempatan. Pemerintah Pusat wajib melakukan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
127
perencanaan kebutuhan Guru secara nasional untuk menjamin
keberlangsungan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah dan/atau masyarakat.
Perencanaan kebutuhan Guru ditetapkan dengan
mempertimbangkan:
a. kebutuhan guru di daerah, termasuk di daerah khusus;
b. pemerataan guru antar satuan pendidikan yang diselenggarakan
oleh pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat;
dan/atau
c. kebutuhan guru mata pelajaran tertentu.
Ketentuan lebih lanjut mengenai perencanaan kebutuhan Guru
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pengangkatan dan penempatan Guru dilakukan secara
objektif dan transparan berdasarkan perencanaan kebutuhan Guru
yang ditetapkan Pemerintah.cPengangkatan dan penempatan Guru
pada satuan pendidikan yang diselenggarakan Pemerintah atau
Pemerintah Daerah dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Pengangkatan dan penempatan
Guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan masyarakat
dilakukan berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja
bersama.
Pemerintah dapat menempatkan Guru dengan
memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru dan/atau
warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi kualifikasi
akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru
di Daerah Khusus.
Guru yang bertugas di Daerah Khusus memperoleh hak yang
meliputi kenaikan pangkat rutin secara otomatis, kenaikan pangkat
istimewa sebanyak 1 (satu) kali, dan perlindungan dalam
pelaksanaan tugas. Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah wajib menandatangani pernyataan kesanggupan
untuk ditugaskan di Daerah Khusus paling singkat selama 10
(sepuluh) tahun.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
128
Guru yang diangkat oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah
Daerah yang telah bertugas selama 10 (sepuluh) tahun atau lebih di
Daerah Khusus berhak pindah tugas setelah tersedia guru
pengganti. Dalam hal terjadi kekosongan Guru di Daerah Khusus,
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah wajib menempatkan
Guru pengganti untuk menjamin keberlanjutan proses
pembelajaran pada satuan pendidikan yang bersangkutan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Guru yang bertugas di daerah
khusus diatur dengan Peraturan Pemerintah.
5. Pemindahan
Guru yang berstatus aparatur sipil negara dapat dipindahkan
berdasarkan penugasan Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
Selain penugasan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah daerah,
pemindahan Guru juga dapat dilakukan atas permohonan sendiri.
Pemindahan Guru yang berstatus aparatur sipil negara dapat
dilakukan antarprovinsi, antarkabupaten atau antarkota,
antarkecamatan, atau antarsatuan pendidikan. Dalam hal terjadi
pemindahan oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah maka
Pemerintah atau Pemerintah Daerah sesuai kewenangannya
memfasilitasi pemindahan Guru aparatur sipil negara tersebut.
Adapun pemindahan Guru aparatur sipil negara berdasarkan
permohonan sendiri dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Untuk pemindahan Guru non-aparatur sipil negara pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat diatur
oleh penyelenggara pendidikan yang bersangkutan atau satuan
pendidikan yang bersangkutan berdasarkan perjanjian kerja atau
kesepakatan kerja bersama. Ketentuan mengenai pemindahan
Guru, baik oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah maupun
atas permohonan sendiri diatur dengan Peraturan Pemerintah.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
129
6. Pemberhentian
Pemberhentian Guru hanya didasarkan pada 2 (dua) putusan
yakni pemberhentian dengan hormat dan pemberhentian tidak
dengan hormat.
Guru dapat diberhentikan dengan hormat dari jabatan
sebagai guru disebabkan:
a. meninggal dunia;
b. mencapai batas usia pensiun;
c. atas permintaan sendiri;
d. sakit jasmani dan/atau rohani sehingga tidak dapat
melaksanakan tugas secara terus menerus selama 12 (dua
belas) bulan; atau
e. berakhirnya perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama
antara guru dan penyelenggara pendidikan.
Selain pemberhentian dengan hormat, Guru pun dapat
diberhentikan tidak dengan hormat dari jabatan sebagai guru
disebabkan:
a. melanggar sumpah dan janji jabatan;
b. melanggar perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama;
atau
c. melalaikan kewajiban dalam menjalankan tugas selama 1 (satu)
bulan atau lebih secara terus menerus.
Pemberhentian guru baik dilakukan dengan hormat maupun
tidak dengan hormat dilaksanakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Agar tidak terjadi tindakan
kesewenang-wenangan dan menjunjung asas keadilan maka
pemberhentian guru dapat dilakukan setelah guru yang
bersangkutan diberi kesempatan untuk membela diri.
7. Beban Kerja
Beban kerja guru dalam proses belajar mengajar meliputi
kegiatan pokok dan tugas tambahan. Beban kerja guru tersebut
NA RUU Guru 14 Maret 2019
130
harus dipenuhi paling sedikit 24 (dua puluh empat) jam dan paling
banyak 40 (empat puluh) jam dalam 1 (satu) minggu.
Adapun Kegiatan pokok dalam beban kerja guru meliputi:
merencanakan pembelajaran atau pembimbingan, melaksanakan
pembelajaran atau pembimbingan, menilai hasil pembelajaran atau
pembimbingan, dan membimbing dan melatih peserta didik.
Sedangkan tugas tambahan melekat pada pelaksanaan kegiatan
pokok sesuai dengan beban kerja Guru yang meliputi ditugaskan
menjadi wakil kepala satuan pendidikan; ketua program keahlian
satuan pendidikan; kepala perpustakaan satuan pendidikan; kepala
laboratorium, bengkel, atau unit produksi satuan pendidikan;
pembimbing khusus pada satuan pendidikan yang
menyelenggarakan pendidikan inklusif atau pendidikan terpadu;
atau tugas tambahan lainnya yang terkait dengan pendidikan di
satuan pendidikan.
8. Pembinaan dan Pengembangan
Pembinaan dan pengembangan guru meliputi pembinaan dan
pengembangan profesi dan pembinaan dan pengembangan karier.
Pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan keilmuan yang dilakukan secara
berkelanjutan untuk meningkatkan kualitas guru. Bentuk
pembinaan dan pengembangan profesi guru meliputi:
a. peningkatan kualifikasi akademik
peningkatan kualifikasi akademik diutamakan untuk
menyiapkan guru dalam jabatan yang belum memenuhi
kualifikasi akademik untuk mengikuti pendidikan akademik
program sarjana kependidikan. Selain itu peningkatan
kualifikasi akademik juga dimaksudkan mendorong Guru
profesi untuk mengikuti pendidikan akademik program
magister dan doktor.
b. peningkatan kompetensi melalui pendidikan profesi guru
NA RUU Guru 14 Maret 2019
131
peningkatan kompetensi melalui pendidikan profesi guru
ditujukan untuk menyiapkan Guru dalam jabatan yang belum
memiliki sertifikat profesi untuk menjadi guru profesi.
c. peningkatan kompetensi melalui pelatihan
peningkatan kompetensi melalui pelatihan ditujukan kepada
Guru profesi untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan,
dan keahlian, antara lain melalui seminar, kursus, penataran,
pelatihan jarak jauh, dan e-learning.
d. penyiapan dan optimalisasi lembaga pendidikan dan pelatihan
milik pemerintah atau masyarakat
lembaga pendidikan dan pelatihan milik pemerintah misalnya
lembaga pendidikan dan pelatihan yang dikelola oleh
kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pendidikan, kementerian yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang agama, dan lain-lain. Lembaga
pelatihan milik masyarakat misalnya lembaga pelatihan
penjaminan profesi, lembaga psikologi terapan, dan lain-lain.
Bentuk pembinaan dan pengembangan profesi dinilai dan
disupervisi oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah.
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah wajib membina dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru pada
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat,
Pemerintah Daerah, dan/atau masyarakat. Satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat wajib membina dan
mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Satuan pendidikan dapat mengusulkan kepada Pemerintah
Pusat dan/atau Pemerintah Daerah untuk menentukan jenis
pelatihan dan/atau kegiatan yang diperlukan dalam meningkatkan
kompetensi guru. Satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
masyarakat dalam melakukan pembinaan kepada guru dapat
memberikan atau menyediakan fasilitas untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru. Pemberian dan penyediaan
fasilitas dilakukan melalui pemberian kesempatan untuk
NA RUU Guru 14 Maret 2019
132
mengadakan diskusi atau saresahan, pemberian fasilitas internet,
dan lain-lain.
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah wajib
memberikan anggaran untuk meningkatkan pembinaan dan
pengembangan profesi guru pada satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah,
dan/atau masyarakat. Selanjutnya, pembinaan dan pengembangan
profesi guru pada satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, atau masyarakat secara
lengkap akan diatur dengan Peraturan Menteri.
Selain pembinaan dan pengembangan kompetensi,
Pemerintah dan Pemerintah Daerah juga melakukan pembinaan
dan pengembangan kareir guru. Pembinaan dan pengembangan
karier Guru Pegawai Negeri Sipil dilakukan melalui penugasan,
kenaikan pangkat, dan promosi yang dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Sedangkan pembinaan
dan pengembangan karier guru non-Pegawai Negeri Sipil meliputi
penugasan dan promosi.
9. Penghargaan
Penghargaan diberikan kepada Guru yang berprestasi,
berdedikasi luar biasa, bertugas di daerah khusus; dan/atau gugur
dalam melaksanakan tugas di daerah khusus. Penghargaan tersebut
dapat diberikan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, organisasi profesi guru, dan/atau satuan pendidikan.
Penghargaan kepada Guru yang diberikan dapat berbentuk, tanda
jasa, kenaikan pangkat istimewa, finansial, beasiswa, piagam
kesempatan prioritas peningkatan kompetensi, dan/atau dalam
bentuk penghargaan lain. Sedangkan ketentuan lebih lanjut
mengenai penghargaan akan diatur dalam Peraturan Pemerintah.
10. Hak dan Kewajiban
Guru dalam menjalankan tugas keprofesionalan berhak:
NA RUU Guru 14 Maret 2019
133
a. memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan
jaminan kesejahteraan sosial;
b. mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas
dan prestasi kerja;
c. memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas;
d. memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi;
e. memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan
meningkatkan kualifikasi akademik;
f. memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam
bidangnya.
g. memperoleh pembinaan karier sesuai dengan tuntutan
pengembangan kualitas;
h. memperoleh dan memanfaatkan sarana, prasarana dan fasilitas
pendidikan untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan;
i. memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut
menentukan kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada
peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru,
dan peraturan perundang-undangan;
j. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas;
k. memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan
kebijakan pendidikan; dan
l. memperoleh cuti.
Untuk meningkatkan kesejahteraan, Guru mendapatkan
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum. Adapun
penghasilan guru meliputi:
a. gaji pokok;
b. tunjangan yang melekat pada gaji;
c. tunjangan profesi;
d. tunjangan fungsional;
e. tunjangan khusus; dan/atau
f. maslahat tambahan.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
134
Guru yang diangkat oleh satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh Pemerintah atau Pemerintah Daerah diberi
penghasilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, sedangkan guru yang diangkat oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat diberi penghasilan
berdasarkan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Untuk mendapatkan tungjangan profesi, guru harus memenuhi
memenuhi persyaratan. Adapun persyaratannya adalah:
a. memiliki Sertifikat Profesi;
b. memiliki nomor registrasi Guru;
c. memenuhi beban kerja;
d. aktif mengajar sebagai Guru mata pelajaran dan/atau Guru
kelas pada satuan pendidikan yang sesuai dengan peruntukan
Sertifikat Profesi yang dimiliki; dan
e. memiliki nilai hasil penilaian kinerja minimal baik.
Tunjangan profesi untuk Guru Pegawai Negeri Sipil diberikan
sebesar 1 (satu) kali gaji pokok guru yang bersangkutan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, sedangkan
tunjangan profesi untuk guru non-Pegawai Negeri Sipil yang
diangkat oleh satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, atau masyarakat diberikan sesuai
dengan kesetaraan tingkat, masa kerja, dan kualifikasi yang sama
dengan guru Pegawai Negeri Sipil. Pemberian tunjangan profesi
dibayarkan secara rutin setiap bulan.
Adapun untuk tunjangan fungsional diberikan oleh Pemerintah
Pusat atau Pemerintah Daerah kepada guru yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah. Guru yang mendapatkan tunjangan fungsional
adalah guru yang berstatus Pegawai Negeri Sipil.
Tunjangan khusus diberikan kepada Guru yang bertugas di
Daerah Khusus. Tunjangan khusus untuk guru Pegawai Negeri Sipil
diberikan sebesar 1 (satu) kali gaji pokok guru yang bersangkutan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
135
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Tunjangan
khusus untuk guru non-Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh
satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh Pemerintah Pusat atau
Pemerintah Daerah diberikan sesuai dengan kesetaraan tingkat, masa
kerja, dan kualifikasi yang sama. Pemberian tunjangan khusus
dibayarkan secara rutin setiap bulan. Guru yang ditugaskan oleh
Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah di Daerah Khusus, selain
mendapat tunjangan khusus, juga berhak atas rumah dinas yang
disediakan oleh Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangan.
Maslahat tambahan merupakan tambahan kesejahteraan yang
diperoleh oleh guru. Maslahat tambahan diberikan dalam bentuk
tunjangan pendidikan, asuransi pendidikan, beasiswa, dan
kemudahan untuk memperoleh pendidikan bagi putra dan putri
guru. Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah menjamin
terwujudnya maslahat tambahan.
Penghasilan guru dialokasikan dalam Anggaran Pendapatan
dan Belanja Negara dan/atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah. Terkait dengan materi tunjangan profesi, tunjangan
fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan untuk
peraturan teknisnya diatur dengan Peraturan Pemerintah
Guru dalam melaksanakan tugas keprofesionalan
berkewajiban:
a. merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran
yang bermutu, serta menilai dan mengevaluasi hasil
pembelajaran;
b. meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan
kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan
ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;
c. menciptakan suasana pendidikan yang bermakna,
menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis;
d. memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga dan profesi;
e. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas dasar
pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, kondisi fisik
NA RUU Guru 14 Maret 2019
136
tertentu, latar belakang keluarga, dan latar belakang status sosial
ekonomi peserta didik dalam pembelajaran;
f. menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum, kode
etik guru, nilai agama, dan etika; dan
g. memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa.
11. Pelindungan
Guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya wajib
memperoleh pelindungan. Pelindungan tersebut wajib dilakukan oleh
Pemerintah, Pemerintah Daerah, Organisasi Profesi, masyarakat,
dan/atau satuan pendidikan. Bentuk pelindungan tersebut,
meliputi:
a. Pelindungan hukum.
Pelindungan hukum mencakup pelindungan terhadap tindak
kekerasan, ancaman, perlakuan diskriminatif, intimidasi, atau
perlakuan tidak adil dari peserta didik, orang tua peserta didik,
masyarakat, birokrasi, atau pihak lain, serta pelindungan hak
atas kekayaan intelektual.
b. Pelindungan profesi.
Pelindungan profesi mencakup pelindungan terhadap pemutusan
hubungan kerja yang tidak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan, pemberian penghasilan yang tidak wajar,
pembatasan dalam menyampaikan pandangan, pelecehan
terhadap profesi, dan pembatasan atau pelarangan lain yang
dapat menghambat guru dalam melaksanakan tugas.
c. Pelindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.
Pelindungan terhadap keselamatan dan kesehatan kerja
mencakup pelindungan terhadap risiko gangguan keamanan
kerja, kecelakaan kerja, kebakaran pada waktu kerja, bencana
alam, kesehatan lingkungan kerja, dan/atau risiko lain.
12. Guru Warga Negara Asing
Guru warga negara asing dapat bekerja berdasarkan atas
permintaan satuan pendidikan di Indonesia. Permintaan tersebut
NA RUU Guru 14 Maret 2019
137
bertujuan untuk memenuhi kebutuhan guru yang belum dapat
dipenuhi oleh guru berkewarganegaraan Indonesia dan untuk
meningkatkan mutu pendidikan. Penggunaan guru warga negara
asing juga dilakukan oleh satuan pendidikan hanya dalam
hubungan kerja waktu tertentu.
Satuan pendidikan yang menggunakan guru warga negara
asing wajib memiliki rencana penggunaan guru warga negara asing.
Rencana tersebut merupakan syarat untuk mendapatkan izin kerja
guru warga negara asing. Rencana penggunaan guru warga negara
asing yang paling sedikit memuat:
a. alasan penggunaan guru warga negara asing;
b. jabatan atau mata pelajaran yang diampu dalam satuan
pendidikan; dan
c. jangka waktu penggunaan Guru warga negara asing.
Guru warga negara asing yang akan bekerja pada satuan
pendidikan harus memenuhi syarat memiliki kualifikasi akademik
program sarjana kependidikan, memiliki izin, dan sehat jasmani dan
rohani. Izin diberikan oleh menteri di bidang ketenagakerjaan
setelah mendapatkan rekomendasi sebagai guru dari menteri di
bidang pendidikan. Guru warga negara asing yang dipekerjakan
sebagai guru pada satuan pendidikan di Indonesia juga diwajibkan
mematuhi kode etik guru dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
13. Organisasi Profesi Guru
Untuk menjamin kualitas dan profesionalisme, Guru
membentuk 1 (satu) Organisasi Profesi Guru. Organisasi Profesi
Guru sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bersifat mandiri dan
independen. Guru wajib menjadi anggota Organisasi Profesi Guru.
Organisasi Profesi Guru berfungsi sebagai wadah pemersatu,
pembina, pengembang, dan pengawas Guru.
Organisasi Profesi Guru memiliki tugas: melindungi profesi
Guru; memajukan profesi Guru; dan meningkatkan dan
NA RUU Guru 14 Maret 2019
138
mengembangkan kompetensi, karier, dan wawasan kependidikan
Guru.
Organisasi Profesi Guru berwenang untuk: menetapkan dan
menegakkan kode etik Guru; memberikan bantuan hukum kepada
Guru; menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan kompetensi Guru; memberikan sanksi atas
pelanggaran kode etik Guru atas rekomendasi dewan kehormatan;
dan memberikan saran untuk kemajuan pendidikan nasional.
Organisasi Profesi Guru berkedudukan di ibukota Negara Republik
Indonesia dan dapat membentuk perwakilan di daerah.
Untuk menjaga dan meningkatkan kehormatan dan martabat
Guru, Organisasi Profesi Guru membentuk kode etik. Kode etik yang
dibentuk berisi norma dan etika yang mengikat perilaku Guru
dalam pelaksanaan tugas keprofesionalan.
Organisasi Profesi Guru membentuk dewan kehormatan dan
berwenang untuk:
a. mengawasi pelaksanaan kode etik Guru;
b. memeriksa pada tingkat pertama dan tingkat terakhir atas
pelanggaran kode etik Guru; dan
c. memberikan rekomendasi sanksi kepada Organisasi Profesi Guru
atas pelanggaran kode etik oleh Guru.
Rekomendasi dewan kehormatan harus objektif, non
diskriminatif, dan tidak bertentangan dengan anggaran dasar
Organisasi Profesi Guru serta ketentuan peraturan perundang-
undangan. Organisasi Profesi Guru wajib melaksanakan
rekomendasi sanksi dewan kehormatan. Keanggotaan serta
mekanisme kerja dewan kehormatan diatur dalam anggaran dasar
Organisasi Profesi Guru.
Organisasi Profesi Guru membentuk kelompok kerja guru
mata pelajaran yang berfungsi untuk mengembangkan cabang
disiplin keilmuan keguruan. Keanggotaan dan mekanisme kerja
kelompok kerja guru mata pelajaran diatur oleh Organisasi Profesi
dalam anggaran dasar Organisasi Profesi Guru. Kelompok kerja
NA RUU Guru 14 Maret 2019
139
guru mata pelajaran dalam melaksanakan kegiatannya dapat
difasilitasi oleh Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah.
14. Ketentuan Peralihan
Ketentuan peralihan memuat penyesuaian terhadap
pendidikan profesi yang sedang berlangsung tetap dilaksanakan
sampai dengan selesainya pendidikan profesi guru.
Selain itu, diatur juga peralihan atau penyesuaian terhadap
Guru dalam jabatan yang diangkat sampai dengan akhir tahun
2015 dan belum memenuhi kualifikasi akademik sebelum undang-
undang ini berlaku untuk tetap dapat melaksanakan tugasnya
sebagai Guru sampai batas waktu pemenuhan kualifikasi akademik
berdasarkan undang-undang ini dipenuhi.
Selanjutnya, Guru dalam jabatan yang diangkat sampai
dengan akhir tahun 2015 dan belum memiliki sertifikat pendidik
sebelum undang-undang ini berlaku tetap dapat melaksanakan
tugasnya sebagai Guru sampai batas waktu pemenuhan sertifikat
pendidik berdasarkan undang-undang ini dipenuhi dan tetap dapat
mengikuti pendidikan profesi Guru dengan biaya dari Pemerintah
Pusat, Pemerintah Daerah, atau satuan pendidikan yang
diselenggarakan oleh masyarakat.
15. Ketentuan Penutup
Di dalam ketentuan penutup ini, memuat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan guru masih
tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan Undang-Undang
tentang Guru ini. Selain itu, juga memuat batasan waktu agar
peraturan pelaksanaan yang diperintahkan dalam RUU tentang
Guru harus sudah dibuat sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan sehingga dapat berjalan dengan baik karena instrumen
hukum yang dibutuhkan telah dipenuhi.
Ketentuan penutup ini juga memuat mengenai pengakuan
atas sertifikat pendidik yang telah diperoleh sebelum undang-
undang ini berlaku tetap diakui keberadaannya dan dimaknai
NA RUU Guru 14 Maret 2019
140
sebagai sertifikat profesi. Ketentuan penutup juga menyatakan saat
mulai berlakunya dan agar setiap orang mengetahuinya,
memerintahkan pengundangan Undang-Undang tentang
Permusikan ini dengan penempatan dalam Lembaran Negara
Republik Indonesia.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
141
BAB VI
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian pada bab sebelumnya, diperoleh beberapa
simpulan sebagai berikut:
1. Teori dan praktik empiris mengenai Guru
A) Teori
1) Istilah guru mengacu kepada seseorang yang memberikan
pengetahuan, keterampilan, atau pengalaman kepada orang
lain. Guru berkompeten dan bertanggung jawab, terutama
dalam mengawal perkembangan peserta didik. Guru juga harus
mampu bertindak sebagai fasilitator, motivator, dan
pembimbing yang lebih banyak memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mencari dan mengolah sendiri
informasi. Sebagai profesi, guru dalam melaksanakan
pekerjaannya bukan hanya mengajar dan memberikan
informasi berupa materi pelajaran saja, akan tetapi memiliki
tujuan. Sebagai tenaga profesional, guru harus mengikuti
prosedur yang terpadu dalam pengelolaan sumber daya
manusia, yaitu: rekrutmen dan seleksi guru, penempatan guru;
penilaian kinerja; pengembangan; kompensasi; dan unionisasi.
2) Prof. Dr. Wina Sanjaya mengemukakan empat peran guru
dalam pengembangan kurikulum yaitu sebagai implementers,
adapters, developers, dan researchers. Sebagai implementers,
guru bertugas melaksanakan kurikulum yang sudah ada;
sebagai adapters, guru menyelaraskan kurikulum dengan
karakteristik kebutuhan siswa dan kebutuhan daerah; sebagai
developers menuntut guru untuk menyusun kurikulum
kemudian menentukan strategi yang tepat dalam pembelajaran;
dan sebagai researchers, guru bertugas menguji bahan ajar
demi menemukan metode yang paling efektif.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
142
3) Dr. Ali Mudhofir menyebutkan ada 6 tugas guru, yaitu:
a) sebagai pengajar, guru merencanakan dan melaksanakan
pengajaran.;
b) sebagai pembimbing, guru memberikan bantuan kepada
siswa dalam memecahkan masalah yang dihadapinya;
c) sebagai administrator kelas, guru menatalaksanakan
pengajaran di dalam kelas;
d) sebagai pengembang kurikulum, guru untuk mencari
gagasan-gagasan baru dalam menyempurnakan praktek
pendidikan dan aktivitas pengajaran;
e) untuk mengembangkan profesi, pada dasarnya ialah
tuntutan dan panggilan untuk selalu mencintai,
menghargai, menjaga, dan meningkatkan tugas dan
tanggung jawab profesinya. Oleh karena itu, guru dituntut
untuk selalu peka dan meningkatkan kualitasnya;
f) untuk membina hubungan dengan masyarakat, merupakan
tugas guru untuk berkolaborasi dengan masyarakat dalam
mencapai tujuan-tujuan pendidikan, karena pendidikan
tidak saja terjadi di sekolah tapi juga di luar sekolah,
terutama di rumah.
B) Praktik Empiris
Dalam praktiknya, tata kelola guru di Indonesia masih
menghadapi berbagai kendala, seperti:
1) pemenuhan jumlah guru dalam hal kuantitas dan distribusi
guru yang tidak merata pada setiap daerah;
2) kualitas guru Indonesia saat ini masih sangat rendah dilihat
dari masih banyak guru yang belum memenuhi kualifikasi
pendidikan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen;
3) pemenuhan beban kerja untuk mengajar minimal 24 jam tatap
muka tidak dapat dipenuhi;
NA RUU Guru 14 Maret 2019
143
4) kesejahteraan guru yang memprihatinkan, terutama bagi guru
yang masih berstatus sebagai guru honorer;
5) penyelenggaraan pendidikan profesi guru seringkali muncul
ketidaksesuaian antara ketersediaan/lowongan untuk peserta
PPG dengan kebutuhan lapangan;
6) uji kompetensi belum dilaksanakan secara optimal, saat ini uji
kompetensi hanya dititikberatkan pada pengukuran
kompetensi profesional dan pedagogik, belum mengukur
kompetensi psikologikal dan sosial;
7) keterbatasan anggaran menyebabkan pelaksanaan pendidikan
profesi guru menjadi tidak optimal, adanya kuota terbatas
sehingga mengakibatkan daftar tunggu yang panjang;
8) adanya ketimpangan perlakuan dalam regulasi dan kebijakan
sertifikasi yang mengatur tentang guru dan dosen; dan
9) minimnya peran organisasi profesi dalam pelindungan atau
pengayom guru dalam melaksanakan profesinya dan dalam
penyelenggaraan PPG.
2. Kondisi peraturan perundang-undangan saat ini yang berkaitan
dengan guru sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen. Namun Undang-Undang tersebut
belum mampu menjawab permasalahan terkait guru serta sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum
dalam masyarakat.
3. Landasan filosofis, sosiologis, dan yuridis RUU tentang Guru.
a. Landasan Filosofis.
Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam
pembukaan UUD NRI Tahun 1945, yaitu untuk “melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia,
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan
bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial” terkandung
NA RUU Guru 14 Maret 2019
144
makna bahwa negara menjamin pemenuhan hak setiap warga
negaranya, salah satunya di bidang pendidikan. Untuk menjamin
pemenuhan hak warga negara di bidang pendidikan, negara
mengambil peran yang sangat signifikan dengan menyatakan
bahwa pendidikan merupakan hak setiap warga negara serta
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan
nasional. Hal ini sebagaimana tertuang dalam Pasal 31 ayat (1)
sampai dengan ayat (3) UUD NRI Tahun 1945. Penyelenggaraan
pendidikan merupakan faktor yang sangat menentukan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia agar beriman, bertakwa, dan
berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, dan
teknologi. Guru merupakan sumber daya pendukung utama
dalam pembangunan sistem pendidikan dan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, sehingga fungsi, peran, dan
kedudukan guru sangat strategis dalam menentukan kualitas
sumber daya manusia di Indonesia.
b. Landasan Sosiologis.
Guru merupakan pendidik profesional yang memiliki kedudukan
strategis dan sebagai garda terdepan dalam pengembangan
kualitas pendidikan. Dalam perkembangannya tuntutan
profesionalitas yang harus diemban guru masih terkendala
permasalahan distribusi, kualifikasi, kompetensi, kesejahteraan,
dan pelindungan.
c. Landasan Yuridis
Pengaturan guru dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat.
4. Materi Muatan RUU tentang Guru.
RUU ini memuat materi muatan yang berkaitan dengan guru,
terdiri dari ketentuan umum yang memuat definisi atau batasan
pengertian, asas dan tujuan, penyelenggaran pendidikan tinggi
NA RUU Guru 14 Maret 2019
145
keguruan, uji kompetensi, kualifikasi dan kompetensi, pengadaan,
pemindahan, pemberhentian, beban kerja, pembinaan dan
pengembangan, penghargaan, hak dan kewajiban, pelindungan, guru
warga negara asing, organisasi profesi, ketentuan peralihan, dan
ketentuan penutup.
B. Saran
Atas beberapa simpulan diatas, dapat disampaikan saran sebagai
berikut:
1. Perlu adanya pengaturan guru dalam suatu undang-undang
dengan tujuan untuk meningkatkan kompetensi, integritas, dan
profesionalitas guru sehingga mampu mengembangkan potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertakwa,
berilmu, serta berakhlak mulia; mewujudkan penyelenggaraan
pendidikan profesi guru yang bermutu dan mudah diakses;
mewujudkan tata kelola guru yang terencana, terarah, dan
berkesinambungan sesuai dengan prinsip penyelenggaraan
pendidikan; dan memberikan pelindungan dan kepastian hukum
kepada guru dalam menjalankan profesinya.
2. Keberadaan undang-undang tersebut sangat diperlukan sebagai
landasan hukum yang kuat bagi guru sebagai tenaga profesional
di Indonesia dan untuk menjawab permasalahan serta
perkembangan, tuntutan, dan kebutuhan hukum dalam
masyarakat.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
146
NA RUU Guru 14 Maret 2019
147
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Asshidqie, Jimly. 2006. Perihal Undang-Undang, Jakarta: Sekretariat Jenderal MK.
Evangelista, Leonardo. 2009. Competence, competencies and career guidance. Coherence, Co-Operation and Quality in Guidance and Counselling Research.
Idris, Muhamad. 2008. Kiat Menjadi Guru Profesional. Yogyakarta: Ar-Ruzz
Media.
Indahri, Yulia, Singgih, Ujianto, Fahham, Achmad Muchaddam, dan Alawiyah, Faridah. 2017. Permasalahan Tata Kelola Guru: Implementasi Undang-Undang Guru dan Dosen dalam Penyelenggaraan Tata Kelola Guru. Jakarta: Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI.
International Labour Organization. 2016. The ILO/UNESCO Recommendation concerning the Status of Teachers (1966 ). Geneva.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah: Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar Dan Menengah Tahun 2015/2016. Jakarta: Pusat
Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan.
Kusnandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta:
Rajagrafindo Persada.
Mangkuprawira, Prof. Dr. Ir. Tb. Sjafri. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik (edisi kedua). Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia
Mudhofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Nata, Abuddin. 1997. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Nurdin, Syafrudin. 2005. Guru Profesional dan Implementasi Kurikulum.
Ciputat: PT Ciputat Press.
OECD. 2018. Indicator D4 How much time do teachers spend teaching?. Paris: OECD Publishing.
Rusn, Abidin Ibn. 2009. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Kencana Prenada Media Group.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
148
Saracho, O. Dan Spodek, B. 2003. Contemporary perspectives in early childhood education: Studying teachers in early childhood setting. Information Age Publishing Greenwich CT.
Schuler, Randall S. dan Jackson, Susan E. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia: Menghadapi Abad ke-21. Jakarta: Penerbit Airlangga.
Spencer, Lyle dan Spencer, Signe M. 1993. Competence at Work, Models For Superior Performance. Canada: John Wiley & Sons Inc.
Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan, Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Holloway, S., & Yamamoto, Y. 2003. Sensei! Early childhood education teachers in Japan. In Saracho, O. and Spodek, B. (eds.), Contemporary perspectives in early childhood education: Studying teachers in early childhood setting (pp. 181-207). Greenwich CT: Information Age
Publishing.
Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional : Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja
Grafindo Persada.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2016. Analisis Sumber Daya Manusia Pendidikan Dasar dan Menengah 2015/2016. Jakarta:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
JURNAL
Alawiyah, Faridah. 2013. “Peran Guru Dalam Kurikulum 2013”. Jurnal Aspirasi, Vol. 4, No.1, Tahun 2013.
Collinson, Vivienne & Ono, Yumiko. “The Professional Development of Teachers in the United States and Japan”. European Journal of Teacher Education, Vol. 24, No. 2. Tahun 2001.
Hirotoshi Yamasaki, “Teachers and Teacher Education in Japan”. Bull. Grad. School Educ.Hiroshima Univ., Part III, No. 65. Tahun 2016.
Ilanlou, M., & Zand, M. “Professional competencies of teachers and the qualitative evaluation”. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 29, Tahun 2011.
Kovač, V., Rafajac, B., dan Buchberger, I. “Croatian Teacher Competencies Related to the Creation and Implementation of Education Policy”. C.E.P.S Journal, Vol. 4, No. 4. Tahun 2014.
Kyriakides, L., Archambault, I., & Janosz, M. “Searching for stages of effective teaching: A study testing the validity of the dynamic model in canada”. The Journal of Classroom Interaction, Vol. 48, No. 2. Tahun
2013.
NA RUU Guru 14 Maret 2019
149
Nissilä, S., Karjalainen, A., Koukkari, M., dan Kepanen, P. “Towards
competence-based practices in vocational education - what will the process require from teacher education and teacher identities?”. Center for Educational Policy Studies Journal, Vol. 5, No. 2. Tahun 2015.
Sammons, P., & Bakkum, L. “Effective schools, equity and teacher effectiveness: A review to the literature”. Profesorado, Vol. 15, No. 3.
Tahun 2011.
Saud, Udin Syaefudin. “Pengembangan Profesi Guru.Bandung: Alfabeta Soemantri, Hermana. “Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual
Kebijakan Kurikulum Sekolah di Indonesia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 6. Tahun 2010.
Soemantri, Hermana. “Kompetensi” Sebagai Landasan Konseptual Kebijakan Kurikulum Sekolah di Indonesia”. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Vol. 16, No. 6. Tahun 2010.
Usmani, M. “Kedudukan Guru sebagai Pendidik: Tugas dan Tanggung Jawab, Hak dan Kewajiban, dan Kompetensi Guru”. Jurnal Auladuna, Vol. 2, No. 2. Tahun 2015.
Weber,William B. Jr, Somers, L., dan Wurzbach, L. “Improving the teaching and learning of mathematics: Performance-based assessment of
beginning mathematics teachers”. School Science and Mathematics, Vol. 98, No. 8. Tahun 1998.
Yani, A. “Kebijakan Distribusi Guru Melalui Participatory Management Pada
Era Otonomi Daerah”. Jurnal Manajerial, Vol. 9, No. 17. Tahun 2010.
Dokumen Lain
Gaffar, Mohammad Fakry. “Standarisasi dan Pengembangan Mutu
Pendidikan” Makalah disampaikan pada Pertemuan FIP/JIP Seluruh Indonesia di Bukittinggi, 12-14 September 2005.
Ismail, Temu, S.Pd.,M.Si. ”Urgensi Perubahan Undang-Undang Guru dan Dosen” disampaikan dalam Seminar Nasional Urgensi Perubahan
Undang-Undang Guru dan Dosen, 25 September 2018. Internet
Chaerun Anwar, Sistem Pendidikan di Cina, dimuat dalam https://www.academia.edu/11602257/Sistem_Pendidikan_China ,diakses pada tanggal 28 Februari 2019.
https://afterschool.my/articles/5-ways-you-can-become-a-teacher-in-
malaysia diakses 10 Maret 2019.
Human Resources Development Department Directorate for Educational Services. The Teacher’s
NA RUU Guru 14 Maret 2019
150
Handbook.https://education.gov.mt/en/resources/Documents/Teache
rs%20Resources/Teachers%20short%20Handbook.pdf diakses pada 10 Maret 2019.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Rangkuman Statistik Persekolahan RSP 2017/2018, http://publikasi.data.kemdikbud.go.id/uploadDir/isi_2B40A310-F17C-4315-AF34-1FBA51252C56_.pdf, diakses pada tanggal 10
September 2018.
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Revitalisasi LPTK, https://ristekdikti.go.id/wp-content/uploads/ 2016/01/ RAKERNAS-
REFORMASI-LPTK.pdf, diakses pada tanggal 10 September 2018.
Numano, Taro. 2010. Teacher Training and Certificate System, https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf,
diakses 28 Februari 2019.
OECD, The definition and selection of key competencies - Executive summary, https://doi.org/10.1080/2159676X.2012.712997, diakses pada tanggal 19 September 2018.
Saedah Siraj dan Mohammed Sani Ibrahim, Standar Kompetensi Guru Malaysia”https://www.academia.edu/15250433/STANDARD_KOMPETENSI_GURU_MALAYSIA, diakses pada 8 Maret 2019.
Teacher Training and Certificate System,
https://www.nier.go.jp/English/educationjapan/pdf/201103TTCS.pdf,
diakses pada tanggal 28 Februari 2019.
UNESCO, What Makes a Good Teacher?, https://en.unesco.org/news/what-makes-good-teacher, diakses pada tanggal 19 September 2018.