narasi hijrah tubuh

190
HIJRAH TUBUH Perjalanan tubuh keruang dimana, waktu yang kapan; Catatan Peserta Latihan Dasar Kesenian XIII UPKSBS UMI NARASI LATIHAN DASAR KESENIAN XIII “HIJRAH TUBUH” UPKSBS UMI TIM DOKUMENTASI & MULTIMEDIA @2014

Upload: upksbs-umi

Post on 21-Jul-2016

416 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

Perjalanan tubuh keruang dimana, waktu yang kapan; Catatan Peserta Latihan Dasar Kesenian XIII UPKSBS UMI

TRANSCRIPT

HIJRAHT U B U H

Perjalanan tubuh keruang dimana, waktu yang kapan; Catatan Peserta Latihan Dasar Kesenian XIII UPKSBS UMI

NARASI

LATIHAN DASAR KESENIAN XIII “HIJRAH TUBUH” UPKSBS UMITIM DOKUMENTASI & MULTIMEDIA @2014

HIJRAHT U B U H

NARASI

Perjalanan tubuh keruang dimana, waktu yang kapan; Catatan Peserta Latihan Dasar Kesenian XIII UPKSBS UMI

LATIHAN DASAR KESENIAN RELAGALIGO XIII “HIJRAH TUBUH”UNIT PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI BUDAYA DAN SASTRA

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

Narasi Hijrah TubuhPerjalanan tubuh keruang dimana, waktu yang kapan; Catatan Peserta Latihan Dasar Kesenian XIII UPKSBS UMI

Peserta Hijrah TubuhAbdul Rahmat M, Ade Muthmainnah Askar, Adi Kurniawan, Ahmad Gazawi, Ahyar Hamzah, Akbar Nur A, Akmal Hidayat, Ali Hahman W, Andi Eka Saputra, Andi Muh. Jamil, Andi Muh. Ali, Andi Reski Azis, Andini Milia, Anggi Utami, Ardyanti A P, Arham Diandika, Arjuan Amiruddin, Armawaty, Asry Murdani Sukur, Aswan Kaharuddin, Athillah Noval, Bayu Saputra, Elis Novianti Lasut, Fajar Rakasiwi, Fajria Anggriani, Fandi Rauf, Iffa Surya Dungdung, Indra Hernawan, Iqra Fahresa, Khusnul Khatimah, Muh. Cipta Ismaya S, Muhammad Haris, Muhammad Reyhan, Muhammad Sarwono, Muhammah Ilham Azhar, Muh. Ilmi Padya, Muh. Rizal Tahir, Muhammad Arga Saputra M, Muhammad Bintang Squarlet, Muhammad Hasrudin, Muhammad Irfan, Muhammad Nur Wahyu, Nabilah Chairunnisaa Anggo, Nirwana Fathir, Nova Tiara Pratiwi, Novita Kartika S, Nur Alam, Nur Cholis, Nur Iman, Nurfajrin Ramadhan, Nurrahman Asdar, Nurul Putri A, Rahmat Nur Kasim, Rafidah, Rahmadaniah Azis, Rahmat Rauf, Rahmatullah Usman, Rahmawati Slamat, Ricky Wahyudi Phasmar, Rosfianti M Yadasang, Syarifuddin La Hasan, Septy Yuwandy Raphy, Shiyam Pebri Praptianingtiyas, Sitti Harpena, Sitti Nurul Baety, Suci Rahmadani, Suhardi, Sulfitrah.

Terima KasihPengurus UPKSBS UMI Periode 2014-2015, Steering Committe &Tim Produksi Latihan Dasar Kesenian relagaligo XIII “Hijrah Tubuh”, dan seluruh anggota UPKSBS UMI, serta segala hal yang bermakna dan berguna dalam proses-proses yang diberikan khususnya dalam latihan dasar kese-nian ini.

Produksi@2014

UPKSBS UKM Seni UMIUnit Pengembangan Kreativitas Seni Budaya dan Sastra Universitas Muslim Indo-nesia (UPKSBS UMI) adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampus UMI yang bergerak dalam bidang pengembangan kreativitas kesenian mahasiswa.

UPKSBS UMI berdiri pada tahun 1991. Sejarah berdirinya tak terlepas dari peris-tiwa AMARAH 1996 yang sampai saat ini menjadi spirit dalam berkarya.

Struktur dan divisi-divisi didalamnyapun terus mengalami modifikasi dan perkembangan seiring dengan kebutuhan zaman dan teknologi, dengan asumsi UKM Seni UMI adalah sebuah laboratorium dimana kita meracik dan merancang suatu formula berkesenian yang tepat serta mampu mengintegrasikan kondisi sosial budaya yang terjadi di masyarakat.

Latihan Dasar Kesenian relagaligo XIII “Hijrah Tubuh”Merupakan program UKM Seni UMI dalam penerimaan anggota baru pada satu periode kepengurusan. Latihan Dasar Kesenian ini adalah salah satu bentuk proses pembelajaran dan pemberian pemahaman dasar tentang seni.

Sebagai organisasi regenerasi, penggarapan materi latihan dasar kesenian merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter dan mencip-takan kader yang berkompeten. Untuk itu UKM Seni UMI selalu berusaha mem-formulasikan bentuk dan melakukan evaluasi-evaluasi disetiap penerimaannya.

HIJRAH TUBUH adalah sebuah pemaknaan dari hijrah maknawiyah (refleksi perjalanan menuju keyakinan, pemikiran, sikap dan cita rasa) yang kemudian menjadi dasar pelaksanaan dan tema kegiatan dalam latihan dasar kesenian kali ini dengan harapan agar kader-kader UKM Seni UMI mampu memaknai setiap perjalanan dan proses-prosesnya.

RANGKAIAN KEGIATAN LDK XIII “HIJRAH TUBUH”; Pendaftaran Hijrah Tubuh (25 Des - 2014 - 22 Jan 2015), Ruang Pengenalan Diri (24 - 25 Jan 2015), Pengumuman Hasil Pengenalan Diri (26 Jan 2015), Registrasri dan Pembekalan (26 - 28 Jan 2015), Selamat Datang di Hasta Rasio dan Emperia (30 Jan - 3 Feb 2015), Registrasi dan Pembekalan Perayaan Tubuh di Alam (4 - 5 Feb 2015), Perayaan Tubuh di Alam (6 - 8 Feb 2015), dan Refleksi Hijrah Tubuh (10-16 Feb 2015).

Narasi Hijrah TubuhMerupakan salah satu bentuk dokumentasi narasi atau catatan proses peserta latihan dasar kesenian ke-13 UPKSBS UMI.

Acuan Dasar Pelaksanaan Latihan Dasar Kesenian ke-XIII

Unit Pengembangan Kreativitas Seni Budaya dan Sastra Universitas Mus-lim Indonesia (UPKSBS UMI) adalah salah satu unit kegiatan mahasiswa di kampus UMI yang bergerak dalam bidang pengembangan kreativitas kesenian mahasiswa. UPKSBS UMI telah banyak melahirkan karya-karyanya dengan menjadikan UPKSBS UMI sebagai medium atau laboratorium untuk mengembangkan kreativitas, meracik, dan merancang formula berkese-nian yang tepat yang mampu mengintegrasikan kondisi sosial budaya yang terjadi di masyarakat. Pola berkesenian umumnya mengutamakan pelestarian kesenian tradisional daerah sebagai suatu aset peninggalan yang harus dijaga kelestariannya. Disamping itu pengembangan kemam-puan (skill) dan pengetahuan baik yang sifatnya individu atau kelembagaan yang berbasis kesenian sehingga menjadi bekal ketika terjun ke masyarakat sebagai seorang sarjana berwawasan seni yang kreatif dan inovatif.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam aktivitas dalam berorganisasi dan berkarya ada empat aspek yang merupakan parameter kesuksesan atas hal tersebut, yaitu : Sumber Daya Manusia (SDM), Kader yang berkwalitas dan tanggungjawab, skill dasar, keseimbangan teori dan praktek. Dalam hal ini aspek-aspek itu akan dibalut dengan kreativitas dalam pelaksanaan latihan dasar kesenian XIII ini.

Kebutuhan SDM, LDK XIII dilaksanakan mengingat kebutuhan SDM dalam tubuh UPKSBS UMI sangat kurang. Sehingga dalam menjalankan program-program tiap divisinya dibutuhkan SDM yang memadai untuk kuantitas dan kualitasnya.

Pengetetahuan dan skill dasar. Anggota baru yang diseleksi dalam LDK XIII, diharapkan mempunyai pemahaman dan skill dasar berkesenian dan ber-lembaga sebagai modal awal pijakan untuk proses-proses berikutnya, seh-ingga dapat menjadi kader yang benar-benar berkualitas dan bertanggung jawab.

Keseimbangan teori dan praktek. Anggota baru yang dihasilkan melalui proses seleksi LDK XIII, dalam masa-masa awal berprosesnya, tidak han-ya diarahkan pada praktek atau prosese kreatif melainkan pada teori juga. Sehingga ada keseimbangan antara kemampuan praktek dan teori. Pema-

haman teori tentang kesenian juga dapat diperoleh melalui yaitu: diskusi, kajian dan workshop.

Melatih berpikir kreatif. Pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan adalah penting. Kesadaran ini perlu dijadikan pijakan dalam pengembangan pola pikir (mindset) dan sikap dalam berkarya. Untuk itu para kader perlu diberikan pemahaman dan kemampuan kreatif untuk mempengaruhi ke-mandirian dan tanggungjawabnya.

Besar dengan Karya !

Mari berkarya dengan perjalanan-perjalanan yang dimaknai!!!

Narasi Hijrah Tubuh | 1

Tahap indoor “hijrah tubuh” LDK XIII UPKSBS UMI di Benteng Somba Opu tepatnya di Baruga, yang berlangsung selama lima hari dengan ban-yak pengalaman berkesan, terutama pada saat malam apresiasi, peserta di bagi menjadi beberapa kelompok sesuai minat devisi masing-masing, saya sendiri ada di devisi teater. Kami mulai sibuk mempersiapkan per-tunjukan terbaik dengan waktu satu hari yang di berikan panitia, dari mu-lai menentukan judul dan membuat naskah teater dan mencari proper-ti. Dengan waktu yang singkat kami lebih tertantang dan lebih semangat dalam latihan, berulang kali kami mengulangi adegan demi adegan untuk menghindari kesalahan dalam pertunjukan nanti sampai mengurangi dan menambah adegan, hingga akhirnya semua siap dan telah di bungkus. Begitupun dengan kelompok lain terlihat sibuk latihan sesaui devisinya. Meskipun ini hanya pementasan tergolong sederhana dengan penonton yang sedikit namun bagi saya pribadi ini sangat luar biasa dan saya sangat antusias, maklum ini adalah karya pertama kami di UPKSBS UMI.

Pukul 18.00 Wita, hanya tersisa beberapa menit lagi sebelum kami me-mentaskan karya kami, badan terasa dingin dan detak jantung berdetak tak karuan. Hal yang sama terlihat di beberapa peserta lainnya, sampai akhirnya ada seorang panitia yang datang di kelompok kami ”kelompok teater seruling bersiap-siap” dan menyuruh kami untuk kebalakang pang-gung, teater Seruling adalah nama yang kami pilih untuk nama kelompok kami, suasana tegang makin bertambah dan di tambah lagi dengan teman-teman lain yang juga terlihat semakin panik, kanda Imam sebagai pedamp-ing kami dan sekaligus juga kordinator teater mencoba membuat situasi menjadi santai, dengan menyuruh kami fokus pada adegan dan menga-takan ini adalah perasaan deg-degkan enak dan inilah yang di cari oleh pe-main teater. Prolog, telah membacakan narasinya, lampu sorot pun men-yala menyorot lakon pertama, di sambut sorakan dari penonton menjadi semangat tersendiri, sampai akhirnya pertunjukan selesai, saya pribadi merasa lega dan puas meskipun ada beberapa kesalahan dari lighting, na-mun itu tidak terlalu berpengaruh pada pertunjukan kami.

ABDUL RAHMAT MMalam Apresiasi

2 | Narasi Hijrah Tubuh

Malam Ramah-Tamah

Tahap outdor hijrah tubuh UPKSBS UMI berlangsung selama tiga hari, yang di laksanakan di Kabupaten Maros, Desa Leang-leang, tanggal 7 Februari. Malam itu pukul 22:00 WITA, kami berkumpul untuk mengikuti agenda ke-giatan tahap outdoor, masing-masing peserta diwajibkan membawa head-lamp, kemudian berbaris rapi berjalan menuju hutan yang kami tidak tahu entah apa yang akan kami lakukan didalam hutan, suara-suara teriakan pengurus panitia semakin membuat suasana semakin tegang, satu persatu kelompok turun bukit melalui jalur yang cukup licin, hingga sampai pada suatu tempat didalam hutan yang terdapat beberapa buah obor menyala yang ditancapkan ditanah membentuk lingkaran.

Semua peserta duduk melingkar di dalam sebuah lingkaran obor, dan obor itu sendiri sebagai penerangnya, kemudian ada arahan dari panitia pen-gurus untuk mempersilahkan ketuan umum UPKSBS UMI untuk penyam-paikan sambutannya, sesuai tema malam ramah tamah peserta diberikan kesempatan untuk maju ke tengah lingkaran menyampaikan kesan-kesan selama mengikuti tahap penerimaan anggota baru, kemudian di lanjutkan persembahan lagu dari peserta maupun anggota UPKSBS UMI, suasana keakraban sangat terasa, dan larut karena syair-syair lagu yang indah yang di terangi api unggun, tidak terasa waktu sudah menunjukkan 02:00 WIB, dan peserta kembali ke tenda masing-masing

Malam ramah tamah lebih bertujuan sebagai proses pengakraban antar sesama peserta maupun anggota pengurus UPKSBS UMI, dan sebagai hibu-ran setelah melakukan tahap kegiatan yang lumayan cukup menguras tena-ga dan pikiran.

Narasi Hijrah Tubuh | 3

ADE MUTHMAINNAH ASKARKetegangan yang Luar Biasa Hebatnya

Pada waktu itu tanggal 24 januari 2015, saya bangun pukul 05.30 untuk melaksanakan shalat shubuh. Hari itu adalah hari dimana bakat dan kemampuan saya di uji dalam sebuah ruangan besar sebelum resmi menjadi Anggota Muda di UPKSBS UMI. Hari sebelumnya saya berlatih vo-cal sampai larut malam. Ada perasaan ragu pada saat hari itu, saya selalu berpikir apakah saya bisa melewati tahap ini. Waktu pun terus berjalan, saya mulai bersiap-siap menuju ke kampus. Pada waktu itu saya menggu-nakan rok putih, baju berwarna cream dan jilbab berwarna senada dengan baju saya. Jantung saya mulai berdebar-debar pada saat berjalan keluar kamar kost dan pada saat saya mengendarai motor menuju ke kampus. Sesampainya di kampus saya berhenti tepat di depan Fakultas saya yai-tu Fakultas Ekonomi untuk menunggu 3 orang sahabat saya yang sebel-umnya kami memang sudah janjian di tempat itu. Saya menunggu mere-ka sekitar 15 menit, mereka pun datang melangkah kea rah saya dengan muka yang mulai tegang. Kami ber-empat pun berkumpul di tempat itu, 1 orang sahabat saya yaitu yanti dia mengatakan kalau dia sangat tegang dan 2 orang sahabat saya yaitu Arma dan elis mengatakan kalau dia sangat santai menghadapi tes nantinya. Saya bersama elis pun ke AL-JIBRA un-tuk melihat keadaan disana, sesampainya di sana kami hanya melihat be-berapa orang senior yang berlalu-lalang di sekitar gedung tersebut. Kami berdua pun kembali ke depan fakultas ekonomi karena dua orang sahabat saya masih ada di sana. Sesampainya di sana, kami berempat memutuskan untuk menuju ke AL-JIBRA bersama-sama. 3 orang sahabat saya berjalan kaki dan saya sendiri mengendarai motor. Pada waktu itu kami berempat tidak langsung masuk ke Auditorium AL-JIBRA karena kami berempat mu-lai merasa takut dan tegang, jadi kami memutuskan untuk berdiri di bawah pohon di sekitar Auditorium AL-JIBRA. Di situ saya mengeluh saya tidak ingin ikut masuk karena saya sangat tegang menghadapi tes yang ada di dalam sana namun dua orang sahabat saya mengatakan kalau semuanya akan baik-baik saja di dalam sana. 30 menit kami berdiri di tempat tersebut akhirnya kami memutuskan untuk masuk ke Auditorium AL-JIBRA bersa-ma-sama. Pada waktu itu kami di suruh masuk dan registrasi ulang, kami di mintai potongan formulir pendaftaran dan menuliskan nama, fakultas, jurusan,nomor formulir, 3 pilihan minat dan nomor Hp kami di buku reg-istrasi. Sesudah itu kami di beri nomor tampil dan menunggu giliran kami kapan. Pada waktu itu nomor tampil saya 41 seingat saya. Kami berempat menunggu, jantung saya mulai berdebar dengan sangat kencang dan kaki

4 | Narasi Hijrah Tubuh

saya gemetaran. Satu persatu pendaftarpun di panggil masuk ke dalam suatu ruangan yang di kelilingi oleh kain hitam. Saat itu saya mengatakan kepada teman-teman saya kalau kalian sudah masuk semua saya akan pulang karena saya pada saat itu sangat tegang dan gemetaran. Beberapa jam kemudian kami pun di suruh untuk istirahat sejak, kalau ada yang mau makan dan shalat boleh pergi sekarang kami di beri waktu 30 menit untuk beristirahat. Setelah itu kami pun kembali ke dalam Auditorium AL-JIBRA untuk menunggu giliran kami tampil. Kami menunggu hingga jam 3 sore, semua peserta pun di perbolehkan untuk masuk ke dalam ruangan yang di tutupi kain hitam tersebut untuk melihat penampilan-penampilan peserta yang lain. Satu persatu sahabat ku naik untuk menampilkan bakat mere-ka, pada saat itu saya pun tambah gemetaran dan mencoba menenangkan diri. Beberapa menit kemudian giliran saya untuk tampil, saya pun naik ke atas panggung dengan perasaan takut. Pada waktu itu ada tiga orang juri yang menyuruh saya menampilkan bakat yang paling dominan di antara 3 pilihan minat tersebut, saya mengatakan kalau saya paling berbakat di tarik suara (bernyanyi). Saya pun bernyanyi di depan peserta yang belum tampil, senior yang menjadi penonton dan ketiga juri. Pada waktu itu saya membawakan lagu dari Novita Dewi berjudul “ Sampai Habis Air Mataku” , lalu saya di Tanya apakan saya mempunyai bakat yang lain saya bilang tidak ada. Setelah tampil saya pun menuju ke samping panggung, ternya-ta masih ada tahap wawancara. Pada saat itu saya sangat kaget dan tidak menduga namun saya harus melewati tahap ini. Saat itu di sesi wawancara saya di hadapkan oleh salah satu senior di UPKSBS UMI bernama kakanda Aden. Di situ saya di berikan beberapa pertanyaan sekitas seni , ekonomi dan hubungan seni dan ekonomi. Setelah beberapa menit sei wawancara pun selesai saya pun kembali berkumpul dengan ke empat sahabat saya. Lalu kami pun di perbolehkan untuk pulang.

Narasi Hijrah Tubuh | 5

Karya yang menguras pikiran dan perasaan

Pada saat indoor kami disuruh untuk membuat karya dalam waktu yang sangat singkat, kami hanya di beri waktu 30 menit sampai 6 jam. Yang sangat saya ingat pada saat indoor adalah membuat music pengiring untuk mengiringi tarian dari penari divisi tari. Saat itu saya betul-betul pusing, Pada saat mandi, istirahat dan makan saya terus memikirkan karya apa yang akan kelompok saya tampilkan malam nanti. Masing-masing dari anggota devisi music tradisi banyak yang tidak mempunyai basic di music tradisi.

Setelah di beri waktu untuk mandi, makan dan istirahat kami pun kem-bali berkumpul dengan devisi masing-masing. Saya pun berkumpul dengan teman devisi saya, pada saat itu yang menjadi leader kami yai-tu kakanda Dwi biasa juga di panggil Mas Dwi. Pada saat itu kami di suruh untuk berimajinasi dengan liar, kami masing-masing harus beri-majinasi bagaiman perasaan kami pada saat sebelum hujan, pada saat hujan, setelah hujan dan bagaimana rasanya pada saat pesta rakyat.

Pada saat di suruh berimajinasi seperti itu imajinasi saya betul-betul ti-dak ada, saat itu saya rasanya ingin menangis karena saya tidak tau apa yang akan saya berikan kepada kelompok saya saat itu pula saya ter-us berusaha untuk mencari imajinasi. Pada saat itu kami berkumpul di dekat tangga di pintu samping kamar peserta laki-laki. Pada saat itu ka-kanda Dwi betul-betul pusing karna kami belum membuat satu pun arasemen untuk mengiringi penari. Saat itu pun kami di ajarkan bermain basic music tradisi, yang mengajarkan kami pada waktu itu adalah ka-kanda Dwi, kakanda Rizal, kakanda ikbal dan kakanda chancu. Setelah itu kami di suruh untuk membuat lingkaran kecil sambil berpegangan tangan dan menutup mata, kami disuruh untuk bermajinasi tentang hu-jan dan lingkungan. Kami berimajinasi apa yang kami rasakan sebe-lum hujan, pada saat hujan, setelah hujan dan pada saat pesta rakyat.

Setelah bermeditasi kami di suruh untuk menceritakan di sebuah ker-tas apa yang ada di dalam pikiran saya pada saat bermeditasi. Setelah itu kami menggabungkan apa yang kami rasakan pada saat hujan. Setelah itu kami di suruh untuk membuat pola dari masing-masing alat music dan menggabungkannya, merasakan apa yang kami rasakan pada saat pola tersebut di gabungkan menjadi sebuah arasemen. Tetapi pada saat kami di suruh untuk membuat pola tersebut kami betul-betul blank, kami ti-dak tau arasemen apa yang akan kami buat. Sementara itu kakanda Dwi

6 | Narasi Hijrah Tubuh

terus memotivasi kami dan membocorkan sedikit demi sedikit arasemen apa yang akan kami bawakan tetapi pada saat itu saya dan teman-teman betul-betul tidak memperhatikan apa yang di tunjukkan oleh kakanda Dwi karena pada saat itu kami betul-betul pusing.

Waktu pun terus berjalan kami belum mendapatkan inspirasi dan pola yang akan kami buat karya. Beberapa jam sebelum kami latihan dengan divisi tari baru kami di bantu untuk membuat arasemen, 3 arasemen yang di buat oleh kakanda Dwi dan kakanda Rizal dan 2 arasemen lagi kami yang buat. Pada saat itu otak kami mulai encer untuk membuat arasemen. Setelah latihan beberapa menit kami pun menggabungkan semua arase-men dan membentuk sebuah karya yang sangat bagus menurut kami. Kami pun berkumpul dengan devisi tari dan mencoba mengiringi tarian mere-ka, di sela-sela latihan ada beberapa arasemen yang kami ubah dan masih acak-acakan pada waktu itu. Tetapi setelah berlatih bersama-sama kami pun menyempurnakan arasemen dan gerakan tari menjadi satu kesatuan yang saling harmonis.

Penuh dengan solidaritasYang sangat ingat pada waktu outdoor adalah ketika kaki saya keseleo (salah urat). Kronologisnya seperti ini Kami berbaris lalu di suruh untuk jalan bebek, di sela-sela kami jalan bebek ada sebuh kubangan air yang ha-rus dilewati dengan melompat. Pada saat itu ada sebuah batu di tengah kubangan tersebut di situlah tempat kaki kanan saya berpijak namun pi-jakan kaki saya bergoyang dan membuat kaki saya keseleo pada waktu itu, namun saya harus terus melanjutkannya karena kami di suruh untuk tiarap. Pada saat tiarap saya sudah merasakan nyeri yang sangat hebat di kaki saya tapi saya tetap memaksakan untuk tiarap sampai di samp-ing kakanda deka. Setelah itu saya berdiri namun kaki saya sangat sakit lalu salah satu senior bertanya kenapa kaki kamu saya hanya menjawab keseleo, lalu senior tersebut menyuruh dua orang membantu saya ber-jalan sampai ke tenda. Selama perjalanan saya hanya bisa menahan sakit. Beberapa menit kemudian tibalah kami di dapur, saya di suruh untuk meluruskan kaki saya. Beberapa senior pun mendekati saya dan menco-ba melihat kaki saya yang keseleo ternyata kaki saya keseleo yang san-gat parah. Salah satu senior yang ahli dalam memijit yaitu kakanda ikbal mencoba mengurut kaki saya, sedikit saja di sentuh kaki saya sudah mera-sakan sangat sakit. Disinilah terlihat betapa akrab dan rasa peduli antara senior dan peserta Perayaan tubuh di alam, ini yang membuat saya tetap bertahan dan ingin mengikuti proses di UPKSBS UMI dalam berkarya.

Narasi Hijrah Tubuh | 7

Mendengar atau membaca kata Hijrah Tubuh mungin membuat kita sedik-it bingung. Hijrah tubuh merupakan gabungan 2 kata berbeda yang mem-bentuk kata majemuk tak senyawa. Bila dipisahkan dan didefinisikan satu persatu, Kata Hijrah berasal dari bahasa arab hajara yang berarti perpina-han atau meninggalkan suatu tempat untuk pindah ke tempat lain. Sedang-kan Tubh merupakan keseluruhan struktur fisik organisme dalam hal ini adalah manusia. Jadi Hijrah Tubuh mengandung pengertian Proses perpin-dahan tubuh dari suatu ruang atau tempat menuju ke ruang atauu tempat lain.

Hijrah Tubuh adalah kata yang menjadi Tema dalam proses perekrutan an-ggota baru LDK XIII UPKSBS UMI. Saya sendiri merupakan salah seorang peserta yang ikut dalam proses Hijrah Tubuh. Mungkin kata Hijrah dan Tu-buh sudah tidak asing bagi kita, akan tetapi apabila 2 kata ini kemudian di-gabungkan menjadi suatu kesatuan maka akan terasa asing. Saya juga tidak terlalu mengerti tenttang makna Hijrah Tubuh tetapi anggota UPKSBS UMI pasti mempunyai pemaknaan tersendiri mengenai Hijrah Tubuh karena dalam pengambilan tema pasti melalui yuangan-tuangan pikiran kemudi-an didiskusikan lalu diputuskan melalui kesepakatan. Saya sendiri memak-nai Hijrah Tubuh sebagai pengambilan keputusan untuk berpindah atau meninggalkan ruang-ruang lama menuju ruang yang baru. Tentunya den-gan teman-teman baru, ilmu-ilmu baru, pengetahuan baru, pengalaman baru dan bisa jadi pacar baru :D, ya intinya menuju sesuatu yang baru.

Dalam Hijrah Tubuh terdapat beberapa tahapan sesuai dengan yang ter-cantum di formulir yaitu TKP (Tes Kemampuan Peserta) 24-25 Januari 2015, Hasta Rasio dan Emperia (Indoor) 30-3 Februari 2015, Perayaan Tubuh di Alam(Outdoor) 6-8 Februari dan Refleksi Hijrah Tubuh 9-15 feb-ruari. TKP adalah tahap dimana para peserta diuji di atas panggung men-genai kemampuan sesuai dengan minat yang dipilih dan akan dinilai oleh 4 orang juri perwakkilan masing-masing divisi. Dalam lembar formulir terdapat beberapa peminatan yaitu penulisan, tari, musik, rupa dan teater. Ada 3 kolom yang diisi sesuai dengan minat prioritas. Setelah tampil diatas panggung untuk menunjukkan kemampuan peserta dan dinilai oleh juri maka selenjutnya akan dibawa ke ruang berkas. Dalam ruang berkas diada-kan proses wawancara antara peserta dengan anggota UPKSBS UMI yang ditunjuk untuk itu. Untuk menuju tahap selanjutnya yaitu Indoor, peserta

ADI KURNIAWANHijrah Tubuh

8 | Narasi Hijrah Tubuh

harus dinyatakan lolos TKP di lembar pengumuman dan wajib melakukan registrasi ulang serta membayar kontribusi sebanya RP.100 rb. Setelah dinyatakan lolos dan telah menyelesaikan administrasi, peserta akan masuk ke tahap indoor. Hasta Rasio dan Emperia (Indoor) adalah tahap dimana peserta ditempatkan suatu tempat dalam hal ini adalah Benteng Somba Opu tepatnya di Baruga Somba Opu selama 5 hari untuk meneri-ma materi-materi yang disajikan oleh UPKSBS UMI seperti materi tentang musik, penulisan, teater, tari, rupa, sejarah ideologi dan konstitusi, doku-mentasi dan publikasi dll. Pada tahap indoor ada latihan fisikk yang dina-makan Olah Tubuh. Olah Tubuh merupakan kegiatan rutin setiap pagi yang dilakukan oleh para peserta dengan didampingi instruktur. Itu sangat ber-manfaat karena membuat tubuh menjadi sehat dan lentur. Terdapat pula proses meditasi yang melatih kita untuk lebih fokus dan mengurangi be-ban pikiran. Di tahap indoor, divisi masing-masing peserta dipilihkan oleh panitia dan steering dengan melihat kecendrungan peserta. Jadi peserta ti-dak mutlak berada di divisi yang dia pilih sebagai prioritas karena steering punya penilaian tersendiri. Di malam terakhir Indoor merupakan malam apresiasi karya. Malam apresiasi karya adalah malam pertunjukan karya menurut divisi yang sebelumnya telah dibentuk kelompok masing-masing divisi oleh panitia dan steering dan masing-masing kelompok mempunyai pendamping. Semua kelompok diberi waktu selama 1 hari untuk mencip-takan suatu karya sesuai dengan tema yang ditentukan. Di malam apresiasi karya sangat berkesan bagi saya karena merupakan kali pertama bagi saya untuk tampil dengan karya yang dibuat secara bersama.

Setelah melalui tahap indoor, tahap selanjutnya yang harus dilalui untuk menjadi anggota UPKSBS UMI adalah tahap Outdoor atau perayaan Tubuh di Alam. Sebelum Perayaan Tubuh di Alam, ada proses pembekalan sela-ma 2 hari. Pada hari pertama pembekalan, para peserta diberi Olah Tubuh terlebih dahulu sebelum menerima informasi mengenai perayaan tubuh di alam oleh steering dan panitia. 1 hari yang tersisa merupakan waktu untuk menyiapkan perlengkapan tim dan perlengkapan pribadi guna ke-langsungan outdoor seperti tenda, alat masak, logistik dll. Perayaan Tubuh di Alam merupakan tahap dimana peserta dibawa untuk berproses di alam bebas dan menyatu dengan alam. Di tahap ini peserta dibawa ke desa ben-go-bengo kab. Maros tepatnya di Hutan Pendidikan UHNAS selama 3 hari 2 malam. Dalam proses outdoor terdapat banyak games menarik diadakan oleh panitia yang melatih kekompakan, konsentrasi dan penyelesaian ma-salah. Di pertama adalah hari yang penuh games, hari ke dua adalah hari untuk fokus berkarya di alam bebas, hari ketiga adalah hari kembali ke

Narasi Hijrah Tubuh | 9

kampus II UMI. Mental kita sangat dilatih pada saat perayaan tubuh di alam misalnya bagaimana sikap kita pada saat berkarya namun dikucilkan oleh orang lain.

Tahapan terakhir adalah Refleksi Hijrah Tubuh. Refleksi Hijrah Tubuh mer-upakan tahap dimana peserta membuat suatu laporan berupa kumpulan catatan proses harian selama Hijrah Tubuh, Karya Narasi seputar Hijrah Tubuh, Deskripsi karya pada saat indoor dan outdoor serta resume buku yang kategorinya dipilihkan oleh steering.

10 | Narasi Hijrah Tubuh

Perayaaan Tubuh di Alam

Perayaan Tubuh di Alam merupakan nama lain dari tahap Outdoor yang diselenggarakan oleh UPKSBS UMI untuk proses perekrutan anggota baru yang bertemakan HIJRAH TUBUH. Dalam proses Hijrah Tubuh terdapat beberapa tahapan yaitu TKP, Indoor, Outdoor dan refleksi Hijrah Tubuh. Di tulisan ini saya akan bercerita tentang Outdoor atau Perayaan Tubuh di Alam. Perayaan Tubuh di Alam merupakan tahap yang harus dilalui oleh peserta setelah Indoor guna terdaftar sebagai anggota muda UPKSBS UMI.Perayaan Tubuh di Alam diadakan di Hutan Pendidikan Unhas desa Ben-go-Bengo Kab. Maros selama 3 hari 2 malam terhitung mulai tanggal 6 februuari – 8 februari. Para peserta start di Halaman Al-Jibra Kampus II UMI jl. Urip Soemoharjo sekitar pukul 09.00 – 10.00 WITA dengan meng-gunakan Bus ¾ sebagai alat kendara. Sebelum berangkat, Ketua Umum UPKSBS UMI mengadakan acara pelepasan untuk para peserta untuk menuju tempat Perayaan Tubuh di Alam kemudian dirangkaikan dengan membaca doa guna meminta keselamatan kepada Allah SWT. Para peserta dengan carrier dan daypacknya masing-masing kemudian diarahkan oleh panitia untuk naik di Bus yang sudah disediakan. Tidak menunggu lama Bus kemudian mulai bergerak meninggalkan Halaman Al-Jibra Kampus II UMI menuju tempat Perayaan Tubuh di Alam. Dengan melakukan perjalanan kurang lebih selama 2-3 jam dengan kecepatan rata-rata bus sekitar 70-80 km/jam, akhirnya Bus yang mengangkut rombongan peserta bersama panitia dan steering tiba di Desa Bengo-bengo kabupaten Maros. Sebelum menuju titik camp, rombongan peserta dan panitia laki-laki melaksanakan shalat Jumat di Mesjid terdekat. Setalah shalat Jumat, semua peserta kemu-dian berbaris rapi dan berjalan menuju titik camp yang diarahkan oleh Koordinator Lapangan (Korlap).

Untuk sampai ke titik camp, peserta berjalan melalui jalan yang menan-jak dan menempuh perjalanan kurang lebih selama 15 menit. Sampai di titik camp, peserta yang sudah dibagi menjadi 6 kelompok kemudian di-instruksikan untuk mengeluarkan tenda masing-masing untuk didirikan. Setelah semua tenda sudah berdiri, peserta perempuan pada kelompok masing-masing kemudian bertugas untuk menghidangkan makanan untuk anggota kelompok.

Selama Proses perayaan Tubuh di Alam, rangkaian kegiatan-kegiatan yang ada dilakukan di sebuah lapangan yang ada di Hutan pendidikan Unhas. Lapangan yang termaksud berada di tengah Hutan dan untuk sampai di

Narasi Hijrah Tubuh | 11

tempat tersebut kira-kira membutuhkan waktu sekitar 10-20 menit den-gan berjalan kaki. Di hari pertama Perayaan Tubuh di Alam, peserta dibawa ke lapangan dan dilebur menjadi 3 kelompok yang sebelumnya 6 kelompok dan disajikan beberapa games yang melatih konsentrasi dan kekompakan tim diantaranya permainan penyeberangan melewati tali yang membutuh-kan kekompakan, Pemetaan diri bedasar asal daerah dan obor kejayaan. Semua kegiatan yang ada di lapangan selesai apabila sudah menjelang petang dan peserta kembali ke tempat camp untuk istirahat, makan dan tidur.

Di hari ke dua Perayaan Tubuh di Alam, peserta lebih ditekankan untuk membuat suatu karya dengan memanfaatkan apa saja yang ada di sekitarn-ya. Sebelumnya panitia membentuk 3 kelompok yaitu Tanah, Hutan dan Sungai kemudian masing-masing kelompok dengan anggotanya mengek-splorasi sesuatu di sekitarnya melalui pikiran kemudian menuangkannya dalam bentuk karya. Karya yang telah dibuat oleh masing-masing kelom-pok nantinya akan dinilai oleh panitia dan steering jadi peserta dituntut untuk serius dan cerdas dalam membuat suatu karya.

Malam ke dua yang juga adalah malam terakhir untuk Perayaan tubuh di alam merupakan malam ramah tamah dengan para anggota UPKSBS UMI dimana terdapat sajian-sajian musik oleh anggota UPKSBS UMI dan pen-yampaian pesan dan kesan oleh peserta Hijrah Tubuh.

Di hari ke tiga atau hari terakhir Perayaan Tubuh di Alam merupakan hari pemulangan peserta dari Hutan pendidikan Unhas Desa Bengo-Bengo ka-bupaten Maros untuk kembali ke Makassar. Sudah tidak ada kegiatan pada hari ke 3 dan peserta hanya bersantai-santai dan lebih mengakrabkan diri dengan peserta lainnya. Sekitar Pukul 13.00, peserta dan anggota UPKSBS UMI beranjak meninggalkan lokasi camp menuju bus. Pukul 13.15-13.30 WITA Bus mulai bergerak meninggalkan tempat Perayaan Tubuh di Alam untuk kembali menuju Halaman Al-Jibra Kampus II UMI jl. Urip Soemo-harjo. Dengan menempuh perjalanan selama 2-3 jam dengan kecepatan rata-rata 70-80 km/jam, Bus yang mengangkut rombongan peserta dan anggota UPKSBS UMI lainnya sampai di Halaman Al-Jibra. Sampainya para peserta di Kampus UMI menandakan bahwa Perayaan Tubuh di Alam telah selesai dan peserta akan melanjutkan persyaratan terakhir yaitu refleksi Hijrah Tubuh untuk terdaftar sebagai anggota muda UPKSBS UMI.

12 | Narasi Hijrah Tubuh

Langkah kaki terbawa menuju organisasi intra kampus yaitu ukm seni UMI. Awalnya bimbang dan ragu menyatu, karna tak yakin langkah niat tersebut berjalan dengan baik. Akupun berinisiatif melawan sisi negatif tersebut.Tekat kuat yang menyertaiku untuk selalu berkarya, menyonsong kemauan berkreatifitas proses demi proses kulalui, mengikuti TKP dimana peserta berkemampuan dewa kusebutnya, talenta yang luar biasa.

Rasa minderpun menghantui mendoktrin pikiranku untuk mundur dari proses tersebut, Akan tetapi teman yang selalu mendapingiku memberikan sugesti yang positif dengan percaya diri saya menampilkan kemampuan yang biasa. Rasa minder kembali menghantui menengok hasil dari TKP tapi rasa itu begitu sekejap hilang saat melihat hasil yang begitu memuaskan LOLOS tulisanya.

Hasta rasio membentuk karakter teman-teman untuk menjadi seorang seniman, karya demi karya kami persembahkan kerjasama tim memben-tuk hasil yang maksimal, sebuah karya yang bernilai estetika tertuang den-gan ide-ide,akan tetapi kami belum puas akan itu karya demi karya kami ciptakan dengan waktu yang terbatas dan ruanglingkup yang begitu ter-batas,hasta rasio kami tutup dengan karya istimewah.

Proses beriahkutnya saya ikuti yaitu perayaan tubuh di alam, para peserta merayakan betul dengan cara kembali berkarya diruang lingkup yang ber-beda yaitu alam dengan kekayaan yang diasediakan berupa TANAH, AIR, HUTAN dijadikan sebuah aktifitas kesenian, saling melengkapi mencip-takan karya sederhana.

Tanggung jawab bersimbolis benang merah begitu menyala dimalam hari dan begitu mencolok di siang hari, begitu melekat erat dilengan, terkadang menjadi penyemangat pada saat membuat karya. Hujan menaungi kami, mendapingiku dengan teman-teman untuk berkarya. Basah tidak begitu basah dingin tidak begitu dingin merayakan tubuh di alam, karya kamipun tereksplor berdampingan dengan alam.

Malam kembali menaungi kami dengan sinar rembulan, dingin yang menggores lembut dikulit kurasakan akan tetapi kebersamaanlah yang

AHMAD GAZAWIHijrah Tubuh

Narasi Hijrah Tubuh | 13

menghangatkanku dengan iringan karya teman-teman, berpanggung tanah dan rumput bercahayakan api unggun. Larut pada malam kebersamaan berhijrah tubuh bersama di alam, pulang tanpa membawa sesuatu tanpa meninggalkan sesuatu kecuali jejak penghijraan tubuh di alam.

14 | Narasi Hijrah Tubuh

Pagi itu saya terbagun dari tempat tidur, mengingat ternyata hari ini hari keberangkatan ke benteng somba opu. Oh sampai lupa perkenalkan saya merupakan mahasiswa semester akhir yang belum mau selesai karena ma-sih ada “SESUATU” yang ingin saya cari ^_^ nama Aya’ pria berkharismatik asal luwu yang katanya suka perang. Oke langsung saja, pagi ini juga adalah persiapan saya menuju anggota muda UPKSBS UMI. Untuk mengikuti ma-teri indoor yang di laksanakan di benteng somba opu hari ini, hari pertama saya bangun yang sangat pagi. Sebelum berangkat saya bersiap-siap untuk persiapan Lima har kedepan. Dalam fkiran saya ngapain aja yah di sana selama lima hari. ?? oh…

Jam sudah menunjukan 06.00 waktunya berangkat ke kampus setelah sarapan dan prepare. Setibanya di kampus tepatnya depan UPKSBS UMI ternyata bukan hanya saya saja yang sudah siap berangkat terlihat beber-apa mahasiswa yang tampak saling berkumpul, langsung ku parkirkan motorku yang terlihat seperti makelar tanah saking kotornya, karena ini musim hujan. Beberapa mahaiswa(i) sepertinya masih malu-malu untuk saling berkenalan. Hmmmmm… ternyata ada beberapa teman satu fakultas sya yang sudah siap. Setelah memarkirkan motorku saya bergabung bersa-ma teman dari fakultas yang sama. Beberapa menunggu tidak lama kemu-dian datang sebuah mobil tentara. Ternyata kami akan menggunkan mobil tersebut. Setelah semua peserta tiba kami pun bersiap-siap untuk berang-kat koloni-koloni yang tadinya hanya berbicara dengan sesame teman fakultasnya hilang sudah, dalam mobil yang kami naiki tersebut bercampur sudah. Namun tak jarang masih ada perasaan saya yang masih canggung untuk membuka obrolan, yah biasa perasaan ego senior masih ada dalam diri saya, sebenarnya saya ingin menghilagkan persaan yang seperti itu.

Treet.. Akhirnya sampai juga di tempat tujuan “BENTENG SOMBA OPU” se-dikit yang saya tau ternyata somba opu ini dulunya tempat tinggal seluruh raja dari segala penjuru, saya terfikir mungkin ini alas an orang-orang ter-hormat di daerah saya biasa di beri gelar “ OPU ” karena sepengetahuan saya kerajaan yang terbesar di Sulawesi itu adalah kerajaan LUWU. Lepas dari itu tema kegiatan pada LDK kali ini di UKM Seni UMI adalah “Hijrah Tubuh” sepertinya makna yang cukup mendalam. Peserta akhirnya dipersi-lahkan memasuki rumah adat yang telah di sewa sebelumnya lumayan

AHYAR HAMZAHIndoor

Narasi Hijrah Tubuh | 15

besar kira-kira bias menampung orang sebanyak 500. Dan juga terdapat aula sekedar teman-teman tau rumah adat yang di sewa ini adalah rumah adat terbesar di benteng somba opu ini. Ada beberapa kamar, tentunya kami sebagai peserta di sedikan 3 kamar dan satu kamar untuk panitia. Entah kenapa ada yang mengganjal di fikiran saya setibanya di tempat ini, ternyata ada sesorang yang sangat ingin saya lia. Seseorang itu merupakan sosok wanita yang saya kagumi sebut saja namanya Bunga. Hahahahhaha-ha… semacam nama samara. Wanita ini selalu saya terbanyang entah kena-pa tanpa ada alasan yang jelas tentang hal ini. Mungkin semacam perasaan dari hati ke hati. Asiik…Asik.

16 | Narasi Hijrah Tubuh

Outdoor

Malam itu saya di bangunkan, tanpa sadar teman-teman di sekeliling saya sudah tidak ada ternyata mereka jalan deluan karena memang begitulah konsepnya. saya merupkan saah satu pesrta terakhir yang jalan malam itu dengan berbekal senter, buku catatan dan bolpoin saya langsung menuju ke sumber suara. Sayang sekali malam di tim terakhir ini tidak ada wanita yah setidaknya ada untuk di gombalin. Hahhahahhahahah.. dan kebanya-kan juga orang terakhir malam itu adalah teman 1 timku sebelumnya dari kelompok 6. Setelah debat kusir dengan beberapa isu yang akan di angkat akhirnya saya memilih ingkungan dan yang lain sih politik, jujur saja saya kurang sepakat dengan isu itu walaupun itu merupakan trand topik di ja-man sekarang. Yah karena kelompok tanah ada dua kubu makanya kami membuat dua karya seni teater dan seni instalasi.

Dengan memanfaatkan alam saya bersama fida dan juna menuju kedalam hutan mencari akar kayu yang annatinya di jadikan pengikat ternyata pe-mandangan di dalam hutan sedikit membuat saya takut walaupun itu tidak saya perlihatkan kepada fida bagamana tidak suasana di dalam huta itu sunyi sepi dan membuat bulu kuduk merinding karena saya memanjat agak jauh ke atas demi endapatkan akar. Setelah semuanya terkumpul kami di di minta mengumpulkan senter kami jadi kali ini yang di bawa hanya head-lamp. Iyya senter yang berada di kepala. Pasti malam ini malam penyiksaan di mana semua orang akan di siksa sepert halnya pengkaderan yang sela-ma ini saya ikuti. Kami berjalan menyusuri jalan menuju ke lapangan yang jaraknya kurang lebih stengah kilo di perjalanan setiap kami singgah kami selalu mencatat apa-apa saja yang telah kami lalui.

Akhirnya tiba di pos pertama dengan nuansa yang sakral dengan diperciki air suci, hehehehhehehe… itu menurut saya dan lanjut lagi ke pos selajut-nya pos perjanjian dan amanah di pos ini saya mendapatkan gelang mer-ah pertanda saya adalah calon anggota UPKSBS UMI. Tidak sampai disitu, kami melanjutkan perjalanan ke pos selanjutnya yang dimna tempat tera-khir kami dikumpulkan di tengah lapangan.

Narasi Hijrah Tubuh | 17

Ketika itu waktu menunjukkan pukul 04.30 am, saat sedang tidur lelap, ti-ba-tiba saya di bangunkan oleh panitia. Saat perasaan masih tidak karuan karena bangun tiba-tiba, saya pun berjalan keluar dari rumah adat baruga somba opu. Suhu yang dingin membuat saya makin mengantuk. Saya tetap berjalan menuju kumpulan peserta lainnya.

Saat bergabung di kumpulan peserta ku dengar suara gertak untuk para peserta. Setelah beberapa menit kami berdiri dan di beri arahan kamipun disuruh lari. Tanpa alas kakai saya dan peserta lainnya berlari kecil dengan merasaka tusukan-tusukan kerikil kecil pecahan aspal rusak. Terus berlari sampai rasa ngantuk hilang.

Ketika sang mentari perlahan muncul kami tetap berlari kecil di atas ker-ikil-kerikil pecahan aspar yang telah rusak yang menusuk telapak kaki. Seketika aku menoleh kebelakang, kulihat wajah-wajah yang bercucuran keringat dengan mimic yang lelah tapi dengan semangat yang begitu besar mereka tak gentar untuk terus berlari diatas aspal rusak.

Kudengar arahan untuk berhenti berlaridan arahan selanjutnya yaitu ber-jalan kecil di depan baruga somba opu. Kemi berjalan dengan memeben-tuk suatu lingkaran dan langkah kaki di samakan.arahan selanjutnya kami disuruh berhenti dan melakukan gerakan-gerakan di tubuh seperti gera-kan di kepala, tangan, pundak, pinggang, kakai. Dan yang paling menyebal-kan adalahgerakan kuda-kuda yang membuat paha serasa di bakar.

Kulihat panitia mulai mengabsen saya dan peserta yang lain. Saya berseru “hadir ka” ketika nama saya di ucap oleh panitia yang mengabsen. Setelah semua peserta di absen, saya pun kembali ke dalam baruga somba opu mengambil perlengkapan mandi untuk pergi mandi.

Saya keluar lagi dari dalam baruga untuk pergi mandi di rumah warga yang letaknya tidak jauh dari baruga somba opu. Dalam perjalanan aku singgah di kantin yang ada di depan masjid untuk duduk sejenak karena keringat masih bercucuran. Saya membeli sebatang rokok an membakarnya lalu mengisapnya dan teh panas juga menemani asap-asap rokok itu. Setelah rokok dan teh habis dan saya juga sudah membayarnya, saya pun melanjut-kan perjalan ke rumah warga untuk mandi.

AKBAR NUR ABerlari di Atas Aspal Rusak

18 | Narasi Hijrah Tubuh

Malam Dibawah Pohon Pinus Ketika waktu menunjukkan pukul 10.30 malam, aku di bangunkan oleh teman satu tim saya. Aku kira ada apa, ternaya semua peserta disuruh untuk kumpul lagi . wajah-wajah yang tampak menahan rasa kantuk ber-kumpul di depan halaman camp panitia. Dengan membawa matras, gelas, dan headlamp kami berbaris. Saya mengumpuk semua gelas dari anggota kelompok lalu memberikan kepada steering. Gertakan-gertakan dari kor-lap memebuat rasa kantuk hilang.

Setelah arahan saya dan peserta lainnya berjalan menuju suatu tempat yang belum di ketahui dimana tujuannya. Suhu yang cukup dingin mene-mani raga ini dalam melangkah. Tak lama berjalan kami singgah di suatu tempat dimana ada beberapa panitia yang memberikan arahan. Setelah itu saya dan peserta lainnya mulai berjalan lagi di bawah hutan pinus dengan gumpalan kabutnya.

Sekitar 50meter berjalan dan menuruni buit rendah, dari kejauhan saya melihat beberapa api obor yang di bentuk menjadi lingkarang yang cukup besar. Setelah sampai di sekitar obor kami disuruh duduk bersila dengan beralaskan matras yang di bawa dari camp tadi. Setelah itu kami menden-gar sambutn dari ketua panitia dan ketua umum, ternyata malam itu ada-lah malam ramah tamah.

Beberapa peserta di minta untuk menyampaikan kesan dan pesan selama mengikuti outdoor. Ada juga peserta yang di tunjuk untuk membawakan sebuah lagu, termasuk saya. Setelah itu penampilan dari beberapa anggota UPKSBS UMI yang membawakan karya-karya mereka, setelah cukup lama duduk dan menyaksikan panitia yang menyanyi, iba-tiba ada gelas hyang berisi bubur kacang hijau yang masih panas diberikan oleh peserta yang paling ujung.

Ketika lagu SAHABATKU MALAM MALAMKU dinyanyikan kami semua ber-diri dan saling berpegang tangan, dan sama-sama bernyanyi hingga lagu habis, setelah itu kami kembali ke camp untuk istirahat.

Narasi Hijrah Tubuh | 19

Hasta rasio dan emperia adalah salah satu tahap yang harus di jalani oleh peserta Latihan Dasar Kesenian XIII Hijrah Tubuh UPKSBS UKM Seni UMI. Tahap ini menjadi sangat urgen bagi peserta yang ingin menjadi bagian dari UPKSBS UKM Seni UMI. Termasuk saya sendiri yang menjadi salah satu peserta kegiatan tersebut. Dimana saya sudah melewati beberapa tahap sebelum kegiatan indoor hasta rasio dan emperia berlangsung.

Tiba saatnya saya harus mengikuti tahap hasta rasio dan emperia. Yah, te-patnya berlangsung selama 5 hari 4 malam yang dimulai pada hari jum’at tanggal 30 Januari hingga hari senin tanggal 2 Februari tahun 2015. Sabar, tekun bahkan mental dan fisik saya siapkan untuk mengikuti tahap ini.

Dimulai lah hari dimana saya mengikuti tahap hasta rasio dan empiria pada hari pertama. Berangkatlah saya dari kontrakan menuju kekampus tepatnya sekretariat UPKSBS UKM Seni UMI. Singkat cerita seluruh peserta pun diberangkatkan menuju lokasi kegiatan. Yah, Baruga Benteng Somba Opu menjadi lokasi tahap kegiatan tersebut. Setibanya dilokasi, saya sendi-ri mengikuti seluruh rangkaian kegiatan yang telah disusun oleh panitia. Cukup lelah dan menguras tenaga saya karena istirahat berkurang dan se-harian full harus menerima materi.

Hari demi hari pun kulalui. Materi demi materi pun kuterima bahkan im-plementasinya pun ku lakukan. Hingga tiba saat malam dimana saya dan teman-teman peserta harus mengimplementasikan segala sesuatu yang saya terima setelah 3 hari menerima materi-materi dalam sebuah pemen-tasan karya. Saya sendiri mengambil konsentrasi penulisan. Dimana saya digabung bersama teman-teman penulisan untuk membuat sebuah karya dan dipentaskan di malam apresiasi hasta rasio dan emperia.

Saya dan teman kelompok saya diberi waktu sehari untuk menggarap karya kami dengan tema hujan dan lingkungan. Dimulai dari pagi saya pun menyeruput secangkir kopi dengan menghisap rokok cukup untuk me-liarkan pikiran. Ide-ide pun terbayang dibenakku dan tak luput aku catat dibuku saku dengan sebuah pulpen. Sedikit demi sedikit catatan ku pun menjadi banyak, hingga kuputuskan untuk merangkumnya menjadi se-buah sajak-sajak indah untuk dipentaskan malam harinya. Setelah menjadi sebuah puisi yang bermakna tentang kebahagian merayakan hujan. Saya-

AKMAL HIDAYATSelalu Ada Tawa Dibalik Lelah Yang Terbayar

20 | Narasi Hijrah Tubuh

pun memperlihatkan karya puisi saya kepada pembimbing saya yaitu ka-kanda boncu dan kakanda veno. Mereka berdua pun merespon dengan positif. Langsung saja saya mengedit-editnya sedikit hingga nikmat untuk dinikmati. Setelah saya menyelesaikan puisi saya untuk teatrikal puisi di-malam apresiasi. Saya pun langsung menghampiri teman kelompok saya untuk melakukan latihan sebelum pementasan. Sore haripun tiba, dimana seluruh kelompok wajib melakukan gladi bersih di atas panggung malam apresiasi hasta rasio dan emperia. Saya dan kelompok saya pun mendapat giliran pertama untuk melakukan gladi bersih. Setelah itu saya bersiap-siap untuk pementasan malam harinya.

Waktu pun berlalu begitu saja, hingga tiba dimana saya dan teman-teman penulisan akan mementaskan karya kami. Dengan penuh perasaan harap-harap cemas divisi penulisan pun naik ke atas panggung lalu mementaskan karya kami. Saya pun mengambil posisi di atas panggung dan bersiap-siap menunggu giliran saya untuk membacakan puisi berjudul jemuran-jemu-ran tak berdosa. Tawa bahkan tepuk tangan penonton yang riuh sedik-it membuat saya menghilangkan rasa tegang. Dan akhirnya pementasan jarum jarum pena diakhiri dengan sebuah lagu yang berjudul jarum-jarum angin. Lalu tepuk tangan penonton membuat kami tambah legah lagi akhir pementasan karya kami.

Satu persatu pun saya dan teman-teman penulisan turun dari panggung lewat belakang panggung. Di belakang panggung sudah ada kakanda bon-cu yang menanti kami dan kembali kakanda boncu memberikan ucapan terima kasih dan tepuk tangan kecil sebagai tanda hadiah kerjasama kami selama persiapan malam apresiasi ini. Dan lanjut satu persatu seluruh pe-serta telah mementaskan karyanya. Hingga malam apresiasi pun berakh-ir dengan lagu sahabat malam-malamku oleh LDK XII. Dan seluruh yang hadir diruangan itu menyanyikannya secara bersama-sama dengan penuh tawa hingga lelah ini terbayarkan oleh keceriaan-keceriaan dimalam itu.

Lelah dan suntuk selama berhari-hari melewati tahap ini. Namun selalu ada hikmah yang bisa dipetik dari sebuah peristiwa atau kejadian-kejadian yang di alami. Salah satu satunya saya, meskipun lelah namun semuanya terbayarkan oleh tawa keceriaan yang ditampakkan oleh panitia, peserta dan pekerja seni kampus yang datang dimalam hari itu. Dan saya dapat menyadari bahwa kita harus berkawan dengan waktu dan waktu itu adalah waktu yang tepat untuk menjalani sebuah proses hingga menjadi sebuah

Narasi Hijrah Tubuh | 21

karya yang dapat di terima oleh penikmatnya. Dan intinya adalah kesaba-ran dalam menjalaninya. Terima kasih kepada seluruh yang terlibat dalam kegiatan ini hingga membuat saya sedikit merubah pandangan saya terha-dap sebuah proses dalam membuat suatu karya seni.

22 | Narasi Hijrah Tubuh

Merayakan Hujan di Alam

Perayaan tubuh di alam yaitu salah satu tahap untuk menjadi bagian dari UPKSBS UKM Seni UMI dan dilaksanakan di Desa Bengo-bengo Kabupat-en Maros tepatnya di Hutan Lindung Pendidikan Universitas Hasanud-din.

Jum’at, 6 februari 2015 adalah hari dimana peserta dan panitia berangkat bersama-sama menuju lokasi perayaan tubuh di alam. Saya dan peserta lainnya tiba di lokasi siang hari. setibanya dilokasi seluruh peserta sibuk dengan arahan panitia. Ada yang memasang tenda, memasak makan siang dan adapula yang duduk sambil bercerita. Setelah makan kami pun mengi-kuti semua rangkaian acara perayaan tubuh di alam.

Waktu terus berjalan hingga hari kedua menjelang. Dimana saya dima-sukkan dalam kelompok hutan untuk melakukan sebuah eksplorasi tu-buh hingga eksplorasi bentuk di dalam hutan. Eksplorasi bentuklah yang menurut saya berkesan karena dimana seluruh peserta dari pagi hari yang cuma makan makanan ringan beraktivitas hingga malam hari dan diguyur hujan deras. Saya dan teman-teman kelompok hutan mulai menggarap se-buah karya eksplorasi bentuk di hutan dengan media yang tersedia di alam. Menjelang tengah hari karya kamipun selesai dan tinggal mempresenta-sikannya kepada anggota UPKSBS UKM Seni UMI. Namun lama kelamaan menunggu dengan perut keroncongan seorang panitia pun mengumpulkan seluruh peserta untuk berteduh karena sudah banyak yang kedinginan.

Saya pun diperintahkan untuk memanggil seluruh anggota UPKSBS di kamp dengan bermodalkan sebuah toa untuk demonstrasi di kamp pani-tia. Dan saya kembali kelokasi eksplorasi bentuk. akhirnya seluruh anggota yang akan menonton presentase karya kami berdatangan dan memaksakan kami tetap melanjutkan pementasan ditengah turunnya hujan yang deras. Satu persatu kelompok mempresentasekan karyanya hingga selesai.

Sorepun tiba dan kami masih berada dikondisi lapar, dingin, dan basah karena hujan. Alam seakan tak menampakkan kapan berhentinya hujan disore itu. Namun betul-betul saya dan peserta lainnya seakan merasakan tidak terjadi hujan, membiarkan air hujan membasahi pakaian dan inikah yang dikatakan merayakan hujan di alam? Entah apa namanya namun saya sendiri menikmatinya meskipun kedinginan disore itu.

Narasi Hijrah Tubuh | 23

Akhirnya aktifitas kami berakhir di sore menjelang malam itu dan kami menuju ke lokasi kamp untuk beristirahat sekaligus makan malam. Hari itu memberikan saya tentang cara memaknai hujan dan hujan tidak sela-manya menjadi sebuah penghalang dalam berkegiatan, bahkan hujan bisa mendukung sebuah kegiatan. Terima kasih kepada seluruh yang terlibat dalam perayaan tubuh di alam karena saya mendapatkan banyak pengala-man menarik dan ilmu yang bermanfaat dalam memaknai hujan di alam.

24 | Narasi Hijrah Tubuh

Sabtu, 25 januari 2015 “Proses TKP”Kesan saya di hari pertama proses TKP yaitu mulai Tepat pukul 11.00, jiwa dan raga bergegas menuju TKP UKM SENI UMI yang berlokasi di Audito-rium Al Jibra. Salah seorang juri bertanya. “ apa yang bisa kamu bawakan disini? Saya pun menjawab music, karena music adalah pilihan pertama saya, Silahkan nyanyikan sebuah lagu yang anda tahu, dan saya menyan-yikan lagu melayu, dan selanjutnya dipilihan kedua saya adalah teater, saya kemudia melakukan peran yang disuruhkan, Sesudah proses TKP, Selanjut-nya saya dihadapkan dengan tes wawancara. Sempat terasa takut karena semua pertanyaan di lontarkan dengan susah, tapi saya menjawab semua pertanyaan.

Kamis , 28 januari 2015 “Proses pembekalan indoor”Membuat kesan bagi saya yaitu pada malam hari adalah refleksi tubuh malam hari ketika kita mengelilingi lilin dan merasakan api dari lilin terse-but, merasakan api yang masuk kedalam badan walaupun saya tidak mera-sakannya, tapi saya melihat teman saya, yang telah merasukinya.

Sabtu , 31 januari 2015 “Indoor hari ke Dua”Kesan dari saya waktu materi terakhir pada pukul 23:00 wita. Materi teater dari kanda Ilmam. Tak banyak paparkan mengenai teater, karena kita ter-fokus pada prakteknya dengan pembagian sembilan titik yang tertulis berbagai macam karakter. Saya melihat teman – teman memerankan gaya mereka dengan sangat unik, yang membuat tawa.

Minggu, 1 februari 2015 “Indoor hari ke Tiga”Kesan saya pada hari ini adalah teguran suara dari senior “ Bangun..!! sho-lat subuh. kami pun di bangunkan dari tidur untuk sholat subuh. Segera bergegas lalu menuju ke mesjid. Dan pukul 09:00 wita, masuklah pada materi pertama “RUPA” yang di bawakan oleh kanda cahyadi, dengan Seni Instalasi. Pembagian kelompok pun terbagi. Awalnya idepun banyak di usulkan, dan akhirnya kerjasama pun di lakukan sesuai instruksi perintah. Tema yang kami bawakan di seni instalasi ini ialah tentang penangkapan ikan yang berlebihan . Instalasipun selesai.Waktunya untuk presentasi dan pertanyaan di lontarkan mengenai seni instalsi kami.

ALI RAHMANKesan

Narasi Hijrah Tubuh | 25

Senin, 2 Februari 2015 (indoor hari ke empat, apresiasi seni)Kesanku untuk hari ini adalah, pada apresiasi kami, kami membuat tim kelompok music. Walaupun berjalan lancar pada saat latihan tapi pada pe-mentasannya saya melakukan kesalahan.

Sabtu, 7 Februari 2015 (hijrah tubuh perayaan alam 2)Pada malam perrtama saya dibangunkan terdengar suara “bangun ko ce-pat. Siapkan buku,bolpen, headlamp dan ringkupmu” kata salah satu se-nior yang membangunkanku. Saya pun bergegas keluar dan berkumpul di halaman perkemahan. Agenda ini adalah agenda penculikan secara halus yang di buat perteam-team.

Minggu, 8 Februari 2015 (proses pemulangan)Nyanyian alam bergema dengan indah. Tiba saatnya kami di penghujung agenda hijrah tubuh di perayaan alam.kami.

26 | Narasi Hijrah Tubuh

Saya Mengikuti Latihan Dasar Kesenian Relagaligo XII tapan Indoor. Ban-yak pelajaran dari tahap ini tentang kesenian dan budaya yang selama ini saya tidak pernah lihat. Bertemu Dengan Orang Orang Yang Memiliki Jiwa Kesenian yang tinggi. Banyak belajar dari teman teman dengan potensi dan bakat yang berbeda beda. Selama ini merasa bahwa tau akan Seni Dan Budaya Hanya Seperti Dongeng Ternyata masih banyak di luar sana yang belum tersentuh oleh mata ini. Ternyata saya lupa akan budaya dan kese-nian yang ada di negeriku sendiri. Banyak pelajaran yang sangat berharga dan tidak mungkin bias di lupakan. Kemampuan yang selama ini kita pun-ya memiliki cara tersendiri untuk mengembangkannya. Ini adalah sebuah pengalaman yang akan menjadi cerita untuk generasi saya selanjutnya.

Tahap Outdoor adalah Tahap Yang Penuh Tanda Tanya Tak Tahu Apa Yang Akan Kita Lakukan Di Sini. Semua Orang Terdiam dan Merasa Pasrah Kare-na Inilah Jalan Dari Proses itu. Detik Demi Detik Berlalu Tak Kenal Kasi-han . Kami Sampai Di Desa Yang tenang Penuh dengan Keramahan Dengan Suasana Yang Mendung Kembali Menyelimuti Pikiran. Catatan yang Ma-sih kosong Dan Mulai Mengungkapkannya Dengan Perasaan Seharian Ini. Sungguh kelelahan hanya menjadi hiburan semata. Keceriaan dan tawa be-rubah menjadi jawaban dari tanda Tanya besar dari kegelisahan hati pada awalnya. Kita di beri pemahaman dan ditugaskan untuk menyatu dengan alam, memahami alam, serta memelihara alam itu sendiri. Kehangatan dan Kesejukan Di Alam Seakan Menjadi Warna dalam mengiringi kegiatan ini.

ANDI EKA SAPUTRA......

Narasi Hijrah Tubuh | 27

Pada malam itu, malam yang sangat membanggakan bagi saya, karena saya di malam itu, saya sangat berperan penting dalam sebuah malam apresiasi karyanya UPKSBS UMI LDK XIII. Saya disitu mendapatkan divisi teater dan saya pun sangat senang sekali, karena selama ini saya ingin sekali bermain teater dan saya ingin mendalaminya itu. Disitu saya mendapatkan divisi teater yang berjenis konvensional, dimana saya disitu berperan sebagai masyarakat kecil yang ingin sekali adanya hujan didesa saya. Walaupun, saya dan teman-teman lelah dalam pra apresiasi tapi, saya dan teman-teman harus tetap semangat dalam membuat karya teater ini, karena ini adalah sarya saya dan teman-teman untuk mengapresiasikan pada malam apresiasi.

Ketika suasana mulai sore, saya dan teman-teman mulai gladi untuk mem-permantap karya saya dan teman-teman, supaya tidak ada keraguan dalam diri saya dan teman-teman. Sesudah gladi, saya pun mulai bergegas untuk mandi, supaya bisa menyegarkan tubuh yang lemas dan kaku ini. Sesudah mandi, dilanjutkan ibadah shalat maghrib dan isya, supaya dilancarkan da-lam malam apresiasi ini dan tidak ada pola pikiran negatif yang masuk da-lam diri saya dan teman-teman, ketika malam apresiasi ini. Ketika malam apresiasi telah tiba, saya pun mulai gemetaran dan tubuh ini serasa kaku, karena tidak lama lagi saya dan teman-teman akan mementaskan karya kami, yang kami ciptakan hanya satu hari saja. Waktunya nama teater saya dipanggil, saya pun mulai gemetaran sekali dan saya pun mulai memasuki panggung, serasa saya ingin terbang, karena saya dan teman-teman diton-ton oleh penonoton. Sesudah saya dan teman-teman pentas, kami pun mu-lai briefing untuk menjelaskan tentang tadi pas malam apresiasi UPKSBS UMI LDK XII dan sesudah briefing, peserta dan anggota UKM Seni UMI pun mulai menyanyikan lagu sahabatku malam-malamku. Karena lagu ini ada-lah lagu untuk perpisahan.

ANDI MUHAMMAD JAMIL......

28 | Narasi Hijrah Tubuh

Ketika Indoor yang berkesan adalah disaat saya dan peserta lainnya Olah Tubuh. Mungkin bukan hanya saya yang mengeluh tentang ini tetapi peser-ta lainnya juga mengeluh. Entah kenapa mungkin saya dan peserta lainnya jarang berolahraga. Setelah beberapa hari Olah Tubuh ternyata asik, badan terasa ringan, keringat yang keluar dari tubuh bercucuran deras seperti mandi pagi. Yang berkesan lagi ketika Indoor adalah Mandi. Yah mandi, Mandi di baruga Somba Opu perlu mempunyai kelincahan tersendiri kare-na toilet yang di sediakan cuman 4 sementara saya dan peserta berjum-lah 69 peserta. Airnya keruh, toiletnya ada yang banjir sampai mata kaki karena tersumbat, sampai mandi di mesjid di marahi warga sekitar, tapi asiklah. Dan juga ketika malam apresiasi dengan mementaskan karya yang telah kami buat, saya merasa senang sekali karena bisa menampilkan se-buah karya di depan peserta LDK XIII maupun kakak-kakak dan panitia dari UPKSBS UMI. Sempat gemetar, grogi, takut bercampur menjadi satu ketika nama kelompok kami di panggil. Saya yang sempat lupa pola yang telah di ajarakan dari pembimbing sampai ketika tabuhan bedug dari risal membuatku mengingat lagi. Tetap saja saya lupa dan akhirnya saya hanya mengimprove semua pola yang telah di ajarkan oleh pembimbing.

Yang berkesan ketika Outdoor adalah di saat dalam bus, karena barang dan peserta lainnya semua di dalam bus sampai ketika barang atau carier yang isinya logisticpun diduduki oleh peserta. Alhasil telur dari kelompok yang kami bawa beberapa ada yang pecah, untung hanya beberapa. Kemudian di saat games Obor Kejayaan karena kakak-kakak dari UPKSBS UMI mem-ber rintangan dan rintangannya itu adalah air yang di campur dengan tai sapi itu sangat seru sampai ketika ada peserta yang ingin muntah, mungkin tainya masuk ke mulut ataukah tidak tahan dengan aromanya. Selain itu di saat penampilan karya yang hujan terus menurus. Saya beserta teman-teman dan juga panitia ikut merasakan basah dan dinginnya hujan. Dan juga ketika Malam Ramah Tamah, disitu kami semua di takut-takuti oleh panitia sebelum menuju ke lokasi Malam Ramah Tamah karena ada beber-apa yang mengaku sakit yang begitu parah padahal tidak sakit. Sungguh kakak-kakak dari UPKSBS UMI berteater lagi kayaknya. Penghujung waktu, kami segera kembali ke area perkemahan dan tertidur pulas.

ANDI MUHAMMAD AL......

Narasi Hijrah Tubuh | 29

Setelah beberapa hari kami lalui bersama,dalam in door LDK XIII UPKSBS UMI di benteng sombaopu ada hal yang bisa kami petik dari selama pros-es tersebut berlangsung.Selama beberapa hari itu banyak referensi yang kami dapat dari materi-materi yang kami dapat tentang seni itu sendiri..Berbagai asal daerah yang berbeda mulai sabang sampai merauke itu ber-gabung dalam LDK XIII UPKSBS UMI.Yang di mana menurut saya ini adalah wadah yang sangat strategis untuk menjalin silaturahmi antara teman-ta-man dari daerah lain.Bukan hanya tali silaturahmi,tapi kami juga meme-bangun hubungan persadaraan antar pemuda sebangsa dan se tanah air.Awanya kita tidak saling kenal satu sama lain,namun di tempat ini kami bisa saling kenal bahkan saling berbagi.Dalam hal ini juga bisa membuat kami saling bertukar fikiran untuk menemukan jalan keluar ketika diantara kami mendapat kesulitan selama proses in door berlangsung.Hari demi hari kami lalui bersama.Makan bersama,tidur bersam.susah senangpun kami bersama selama proses.Hal ini juga kami rampung dalam bingkai ke-bersamaan.Ada juga hal yang baru pertama kali saya lakukan yaitu berdiri di atas panggung yang sederhana namum terkesan mewah.Diantara pul-han penonton yang berada di depan saya sambil membacakan syair-syair puisi tentang lingkungan dan hujan.Bahkan saya sendiri tidak percaya bah-wa apa yang saya lakukan itu berjalan dengan sangat baikmenurut saya.Bi-asanya orang yang baru menginjakkan panggung pementasan itu mungkin agak sedikit gerogi.Tapi lain halnya dengan saya,serasa seperti hal-hal yang sudah biasa saya lakukan/terbiasa.Dan puisi yang saya bawakan itu adalah puisi yang saya buat sendiri .Memang pada awalnya saya bertanya-tanya dalam hati apakah saya bisa?apakah saya mampu?Namun dengan keper-cayaan diri saya yang mungkin begitu besar membuat saya melekukan hal tersebut dengan lancar.Selanjutnya tahap out door.

Di out door tidak jauh berbeda dengan apa yang ada di in door karena hal yang paling berkesan pada saat out door dan in door itu hampir sama.Na-mun apa yang ada di out door itu lebih menekankan kita teruta saya ten-tang arti solidaritas dan kekompakan dalam suatu lembaga yaitu UPKSBS UMI.Selain itu saya juga mndapatkan hal baru yang di mana dalam out door itu bersentuhan langsung dengan alam dan agenda eksplorasi yang saya dapat di out door sangat-sangat menjadi hal yang patut saya banggakan karena mengeluarkan semua beban-beban fikiran yang menggajal di otak

ANDI REZKY ASIZBersatu dalam Bingkai Kebersamaan

30 | Narasi Hijrah Tubuh

saya. Otak serasa fresh pada saat itu.Keakraban kamipun semakin kuat pada saat out door di mana kami juga mengalami hal yang tak lain adalah kebersamaan.Berbagai hal yang kami lewati,hujan tak menjadi penghalang bagi kami untuk berjuang melewati segala hal-hal yang telah di berikan oleh panitia.Susah,senang,sedi,bahagia itu kita satu rasa.Canda dn tawapun menghiasi bingkai kebersamaan kami di lokasi out door.Hanya hal yang membuat saya kecewa yaitu dari 80 lebih peserta yang telah mengikuti tahap in door kini yang mengikuti out door tersebut hanya 68 orang.Pada hal di in door kami sdah berjuang bersama namun,teman-teman yang tidak hadir itu sangatlah rgi menrut saya karena tidak gampang melalui tahap in door.Entah alasan mereka apa?kenapa mereka tidak ikut out door?” Tapi semua orang punya alasan kenapa tidak ikut .Saya pribadi sangat-sangat bersyukur karena telah melalui beberapa tahap proses yang telh di atur oleh pnitia pelaksana.Dan saya sadar bahwa ini bukanlah hal dari segalan-ya tapi ini baru awal dari perjuangan kami di mana kemudian kami bisa berkarya setelah menyandang status anggota.

Narasi Hijrah Tubuh | 31

Dalam kegiatan penerimaan anggota baru UPKSBS UMI diadakan LDK XIII, Saya tertarik untuk menjadi anggota UPKSBS UMI. Akhirnya saya mem-beranikan diri mendaftar sebagai peserta LDK XIII UPKSBS UMI. Kegiatan pertama dalam tahap penerimaan anggota baru adalah tahap Indoor yaitu Hasta Rasio dan Imperia. Saya berangkat dari kampus menuju lokasi in-door di Baruga Benteng Somba Opu.

Sepanjang perjalanan saya agak cemas dan mempersiapkan mental saya dalam menjalani kegiatan indoor nanti, tiba di lokasi tepatnya di Rumah Adat Baruga Benteng Somba Opu saya melihat banyak rumah adat lain disekitarnya dan salah satunya adalah rumah adat ini. Rumah adat yang kami tempati ini adalah rumah kayu sangat besar dengan ruang pertunju-kan, ruang makan dan beberapa kamar yang kami tempati untuk beristi-rahat. Dalam kegiatan ini hal yang paling berkesan dibenak saya adalah mem-buat karya untuk pertunjukan pentas penutupan kegiatan indoor LDK XIII UPKSBS UMI. Karena untuk membuat satu karya saja saya perlu mempe-lajari dan memahami tema dengan seksama, mencari isu, masalah, pener-jemahan, setelah itu barulah saya bisa membuat sebuah karya dalam ben-tuk gambar. Terkadang saya keluar dari keramaian dan menghirup udarah segar sembari menikmati pemandangan sekaligus menyegarkan badan dan fikiran di alam untuk mencari sebuah inspisrasi agar saya bisa men-ciptakan sebuah karya yang akan saya sajikan di malam pentas. Akhirnya, setelah lama berjalan-jalan saya mendapat banyak ide untuk dibuat karya. Kembali ke rumah adat saya langsung duduk mengambil kertas gambar dan mulai menggores pensil dan membentuk sebuah bentuk karya dalam gambar yang memiliki sebuah makna. Satu-persatu karya yang saya buat telah selesai sebanyak lima karya gambar, perasaan saya saat menggambar tidak bisa saya gambarkan dalam kata-kata, saya sangat suka dengan luki-san tapi di UPKSBS UMI ini saya baru tau bahwa sebuah karya tidak hanya dilihat dari keindahan saja tapi dilihat juga dari makna apa yang terkand-ung didalamnya, banyak pelajaran yang saya dapat dari proses pembuatan karya ini, terutama arahan dari para panitia pendamping yang selalu mem-bimbing saya dalam menentukan langkah-langkah yang harus saya ambil dalam membuat sebuah karya.

ANDINI MILIAIndoor

32 | Narasi Hijrah Tubuh

Outdoor

Kegiatan Outdoor dilaksanakan setelah kegiatan indoor dalam mengikuti proses Hijrah Tubuh LDK XIII UPKSBS UMI, dalam kegiatan kali ini adalah Perayaan Tubuh di Alam yang dilaksanakan di Camba.

Saya dan teman-teman berangkat ke lokasi Outdoor dengan kendaraan Bus pada hari jum’at 06 februari 2015 pukul 10:00 pagi dan tiba pukul 12:30 siang, dilanjutkan berjalan kaki menuju tempat camp dengan jalanan yang menanjak dan tas yang berat, butuh perjuangan untuk sampai ke tempat camp, sampai ditempat camp kami mendirikan tenda di halaman rumah dan bersiap untuk melanjutkan kegiatan Outdoor.

Dalam kegiatan Outdoor ini kami banyak menghabiskan waktu di alam terbuka, jauh dari suasana perkotaan yang penuh dengan polusi udarah, asap-asap kendaraan dan pabrik, suara bising kendaraan, dan gedung-ge-dung tinggi yang menyesakkan. Disini saya sangat menikmati suasana alam yang tenang dengan udarah yang segar, pepohonan dan rumput-rumput yang hijau, kicauan burung, suara aliran sungai, hembusan angin membuat saya merasa sangat nyaman dan rileks, seperti terbebas dari tahanan dan kurungan kota yang penuh sesak, disini juga rasa lelah dan penat dengan rutinitas sehari-hari dikampus hilang saat ditempat alam bebas seperti ini.

Banyak hal yang saya lakukan disini, tiba di tempat ini kegiatan berjalan dan banyak permainan yang diberikan oleh panitia sebelumnya kami diba-gi dalam tiga kelompok yaitu Tanah, Hutan, dan sungai permainan yang diberikan opleh panitia seperti permainan Peta, satu-persatu dari kami menuju ke lapangan yang diibaratkan sebagai peta dan kami mencari dan berdiri ditempat dimana daerah asal kami berada jika dipeta.

Salah satu kegiatan yang berkesan menurut saya dalam proses Hijrah Tu-buh Outdoor ini adalah membuat karya bebas dengan memanfaatkan alam dan apa yang ada disekitarnya. Disini kami dilatih untuk membuat karya yang bagus dan dapat dipertanggung jawabkan dengan memanfaatkan apa yang ada dan disinilah muncul ego dari masing-masing anggota kelompok inilah yang harus kami kontrol dan berusaha untuk mencari jalan keluar dari permasalahan dan perselisihan pendapat. Pada akhirnya kami sam-pai pada titik kesepakatan bahwa dalam kelompok ini kami membuat dua buah karya seni instalasi yang bertama politik dan lingkungan.

Narasi Hijrah Tubuh | 33

Masih melekat di mataku, pemandangan indah, hutan rindang, yang penuh dengan kesejukan. Angin berhembus menyapa dedaunan yang di lewatin-ya, suara penghuni hutan yang terus bernyanyi seolah-olah silih berganti menyambut serasa ingin mengajak bermain. Air yang jernih dan bebatuan hitam yang menghampar luas dengan tumbuh-tumbuhan yang menghalan-gi membuatku ingin kembali lagi. Di sebelah kanan-kiri, aku bisa meman-dangi pepohonan sejauh mata memandang, dengan bukit berbatu, serta pemandangan bukit di sebelah utara hutan. Kurasakan dingin membasuh kakiku karena air di dataran tinggi menghempas kakiku dan terasa nik-mat air itu ketika bibirku terkena percikan. Sepanjang aku berjalan, hampir pinggiran hutan di penuhi dedaunan hijau. Kulihat ada yang berjalan me-nikmati kesejukan lestarinya alam, bermain dengan air, berfoto-foto den-gan latar sekitar hutan. Tapi yang paling membuatku tertarik, ketika aku berjalan lagi terlihat hamparan luas sebuah lapangan hijau dan di huni be-berapa ekor hewan berkaki empat, semakin manambah keindahan hutan ini.

Aku duduk melepas lelah, berteduh di bawah rindang pohon, Tiupan angin sedikit demi sedikit mengeringkan keringatku, bajuku tak terasa basah lagi karena berjalan cukup mendaki. Aku merasa segar. “Sedang apa,?, mela-mun ya?” Aku dikagetkan oleh sapaan seorang panitia yang belum aku ke-nal awalnya. Agak tersipu memang, aku berusaha lebih ramah. “Oo, tidak juga, hanya sedikit berpikir tentang esok hari!” jawabku sambil meman-dang seekor kupu-kupu yang baru lewat. “, apapun esok jangan terlalu di fikirkan, jalani saja apa adanya, InsyaAllah semua berjalan indah. Orang itu diam sejenak, lalu balik bertanya. “kamu tau maksudnya?” Sorot mataku memandang tatapan mata orang itu, aku menganggukan kepala walaupun sebenarnya aku belum mengerti. “Ya, disini kamu akan menemukan yang beda dari kehidupanmu sebelumnya, dimana kamu akan berpindah dari tempat asalmu ke tempat yang mungkin selama ini tidak pernah kamu bayangkan. Selamat datang dan selamat berproses jalani semua seperti keadaan hatimu, yakinlah akan banyak cerita dan pengalaman menunggu kehadiranmu, di tempat ini penuh dengan keindahan yang akan membuka gerbang untukmu dan di mulai dari sini.

ANGGI UTAMIHijrah Tubuh

34 | Narasi Hijrah Tubuh

Sebuah Karya

Setiap orang pasti pernah embuat karya, entah itu karya tulis, musik, ilmi-ah, rupa, ataupun tari, tapi tidaklah dia di sebut karya apabila tidak memi-liki estetika, etika, dan konsep. Waktu kecil aku suka menggambar, dan di delapan lembar buku gambarku itu yang beda hanyalah tanggal pembuata-nnya, tapi gambar yang aku buat hampir mirip semua, dimana aku menar-ik dua garis berbentuk setengah lingakaran yang di tengah-tengahnya ku selipkan sebuah bulatan kecil yang seakan-akan mengeluarkan cahaya, iya itu sebuah pemandangan, dengan itu aku di beri nilai yang rata-rata tidak kurang dari 80, dan aku menganggap itu adalah karya. Sampai aku duduk di perguruan tinggi pun masih suka menggambar dan bermain musik ses-uai keinginanku, ternyata itu buaknlah sebuah karya, dimana semua tidak jelas, mungkin dia memiliki unsur keindahan, tapi belum tentu di dalamnya terselip pesan yang bisa di sampaikan. Karena sebuah karya bukan sema-ta menampilkan keindahan di dalamnya, tetapi harus memiliki tujuan dan sasaran yang tepat, sehingga seorang penikmat karya tanpa di deskripsikan ia dapat menerima pesan-psan dari yang tampak.

Salah satu pernyataan yang sering aku dapat adalah jadilah dirimu sendi-ri, dimana hanya aku aku dan aku, aku bebas dengan apa yang aku mau, negara ini sudah merdeka, tapi aku belum bisa memerdekakan diriku, en-tah dimana dan bagaimana, aku terus menulis apa yang aku inginkan, aku menggambar sesuai kemauan tanganku, aku menari sesuai kesenanganku, dan aku bernyanyi let me think.

Narasi Hijrah Tubuh | 35

Terik fajar kembali menerangi hari-harku, menyingsing dikala semuanya masih melakukan aktifitas seperti biasa, materi pembelajaran tiap harinya menjadi sarapan hingga makan malam. Baruga somba opu lah yang men-jadi saksi bisu perjalanan kala itu. Setiap hari jalan dilorong – lorong itu kususuri dan tiap hari pula aku melihatnya, tiap hari aku duduk, tiap hari pula aku menatapnya, tatapan itu sangat tajam. Sangat dalam sehingga menyisipkan pesan diantara tatapan itu, dan juga kadang kala tatapan itu sungguh menyakitkan, aku selalu bertanya pada hati, hati mana yang selalu bertanya.

Mata itu selalu terbayang kala aku memikirkannya, entah hal itu membuat-ku risih atau kah aku merasakan sesuatu. Sarapan, Makan siang, hingga waktu tidur pun itu selalu bersamanya, kekompakannya tiada tara, hanya ada suka yang tersirat darinya, dan hanya sebuah kata bahagia yang selalu terlukiskan walau kadang kala kesedihan begitu melanda ketika aku meli-hatnya terpojok merenung.

Kegiatan ini kembali menyegarkan ingatanku akan semua hal yang lalu, ter-lebih ketika saat sedang menciptakan sebuah karya seni, aku melihatnya, dia... iya dia yang disana.. selalu terlintas. Tetapi dibalik semua itu aku ha-rus menahan diri, karena kami tidak bisa bersama selamanya. Pembatas itu selalu ada, dia yang selalu memberikan harapan namun tidak bisa dikem-balikan, pembatas itu adalah waktu.

Hari demi hari aku lalui di baruga ini, materi demi materi ku terima, kegia-tan demi kegiatan aku jalani, semua hal itu begitu nyata dan menyenang-kan, andai kenangan itu dapat terulang kembali, kebersamaan dengannya kebahagiaan dengannya, hingga hati demi hati telah tersentuh, sifatnya su-dah terbias jelas dari sikapnya. Terbuai dengan kenyamanan melahirkan kasih sayang diantaranya, sungguh hal yang mencubit kenangan lama yang kembali terngiang di memori hati, menawarkan sejuta tawa dan kegem-biraan melahirkan kenyamanan sebuah pertemanan, persahabatan hingga melebihi dari itu. Andai dapat ku ulang kembali semua tetapi hanya tulisan yang dapat aku curahakan. Dan semua nya hanya ada dalam ingatan dan kenangan INDOOR UPKSBS UMI – LDK 13, HIJRAH TUBUH.

ARDYANTI A PKamu?

36 | Narasi Hijrah Tubuh

ADA YANG HILANG!

Semakin hari semakin dekat rasanya dengan dirinya, nyaman rasanya sera-sa tidak ingin berpisah, kamu.. iyah kamu.. aku suka! Jangan pergi! Tetapi aku tidak boleh egois, aku tetap harus berbagi dengannya. Siratan hati itu hanya kiasan sedikit dari gambaran sebenarnya. Kedatanganku dihari itu membuat hingar bingar kota menjadi hilang, keletihanku terbuyar karena keramahan pemilik alam yang indah itu masih menyisakan keindahannya, tetapi aku tidak boleh bersantai, alasan dari semua itu hanya karena kewa-jiban ku datang kesini.

Dinginya pagi itu tidak akan aku lupakan, suara itu mengiang ditelingaku, desiran air itu menenangkanku, tetapi aku tetap duduk diatasnya, dingin-ya sungai, kerasnya batu aku tidak perdulikan, pikiranku melayang kosong tanpa beban, semua itu terasa ringan bagai percikan air yang menyentuh lembut wajahku. Semuanya bercampur padu menjadi nikmat rasanya bera-da dibawah rimbunan dedaunan dan sejuknya pepohonan. Meditasi kami berjalan lancar tanpa ada yang merasa kehilangan.

Sore itu menjadi bukti bahwa aku dan teman-teman seperjuangan masih bergelut dengan dinginnya air sungai dan teduhnya payung alam, karya kami sudah hampir selesai, sentuhan terkhir dari pemanisan karekter yang kuat yang bisa menjadikan karya kami begitu sempurna. Tak terasa langit pun menangis dan kami pun sempat meninggalkannya, yah.. karya kami masih tertinggal di tengah aliran sungai. Tak apalah kami percaya alam bisa menjaganya, tetapi kenyataan berberbanding terbalik dengan kenyataan, hasil karya kami habis tergerus derasnya sungai, kawan-kawan kami tum-bang satu persatu. Kami tidak patah semangat, kami bangun lagi dan mem-perbaiki apa yang musti di benarkan.

Malam harinya adalah malam perpisahan, aku masih terjaga, entah apa yang masih terusik dibenakku hingga aku masih berada disampingnya, hingga aku terlelap, dia masih menjagaku, aku tau hal buruk apa yang nanti akan datang, tetapi aku tidak bisa beranjak darinya, hingga waktu itu datang dan perpisahan pun berakhir di PERAYAAN TUBUH DI ALAM, HIJRAH TUBUH.

Narasi Hijrah Tubuh | 37

Wisata Karya yang dilakukan pada hari ke dua proses Outdoor “Perayaan Tubuh di Alam” LDK XIII relagaligo Hijrah Tubuh menyisakan sedikit cer-ita berbeda. Setelah pengunjung yang agak telat datang untuk berwisata karya, ketiga kelompok yang adapun tak ada yang mampu memuaskan para pengunjung. Tanah, Hutan dan Sungai masing-masing mendapatkan hukuman karena belum mampu memuaskan pengunjung. Dari satu kelom-pok ke kelompok yang lain, masing-masing saling menakut-nakuti akan hukuman yang sangat berbau ‘senioritas”. Dari kelompok tanah ke kelom-pok hutan dan dari hutan ke kelompok sungai kami diarahkan agar seo-lah-olah diberi hukuman yang sangat berat. Semisal jalan jongkok, bergul-ing dilumpur, disentuh dengan tangan dan berbagai hukuman yang sekali lagi berbau ‘senioritas.’

Menariknya hal itupun membuat masing-masing kelompok harus berpikir ekstra untuk tidak fokus dalam penampilan dan tidak mendapat hukuman. Oleh karenanya, penampilan kelompokpun bukan menjadi semakin baik melainkan menjadi sabgat kaku karena diselimuti ketakutan akan huku-man. Ternyata, hukuman yang diberikan tek seperti apa yang diperkirakan, melainkan hukuman yang diberikan lagi-lagi olah tubuh. Tapi, olah tubuh kali ini agak beda dari biasanya, lebih sulit dan lebih menguji kekompakan.Setelah proses hukuman dirasakan oleh kelompok Tanah dan Hutan, akh-irnya kelompok Sungai pun merasakannya. Namun, dikarenakan matahari mulai hampir tak kelihatan karena hutan yang agak gelap dan hujan ter-us saja turun, kelompok sungaipun di arahkan untuk ke tempat pengum-pulan awal. Berbeda dari kelompok Tanah dan Hutan, kelompok Sungai mendapat porsi olah tubuh agak sedikit dikarenakan panitia tak rela jika Tanah dan Hutan melihat Sungai mendapat hukuman.

Point yang paling berkesan dari hukuman wisata karya ketika Steering mengatakan yang mau “Besar dengan Karya” bergabung ke kelompok sun-gai untuk mendapat olah tubuh dan yang tidak mau “Besar denga Karya” membuat kelompok sendiri. Akhirnya kesemua dari kami bergabung den-gan kelompok sungai untuk mendapat olah tubuh. “Dengan alibi motto dari UPKSBS kami semua mendapat oalh tubuh ekstra”. Hahaha..

Akhirnya kami disatukan kembali untuk olah tubuh selanjutnya. Sembari mengambil kuda-kuda, kami harus meneriakkan kepanjangan dari UPKSBS

ARHAM DIANDIKAHukuman Wisata Karya

38 | Narasi Hijrah Tubuh

satu persatu. “Unit Pengembangan Kreatifitas Seni Budaya dan Sastra” yah.. itulah yang kami teriakkan. Mengapa olah tubuh ini menjadi cukup sulit, karena jika ada yang salah menyebutkan kepanjangan dari UPKSBS maka akan diulang dari awal dan itu sangat melelahkan karena kami sembari mengambil kuda-kuda. Setelah moment yang sangat seru juga melelahkan ini kami kemudian diarahkan untuk kembali ke camp untuk aktivitas beri-kutnya.

Narasi Hijrah Tubuh | 39

Rabu 24 januari 2015 adalah awal mula di mana aku mengikuti sebuah seleksi penerimaan anggota baru di UPKSBS UMI. Pada hari itu saya mengi-kuti tahap tes kemampuan di aulah Al-Jibrah diman saat itu saya mendapa-tkan nomor rigistrasi 07. Saya duduk di baris kursi paling depan sembari menunggu giliran untuk tampil diatas panggung.

Ketika tiba giliranku untuk tampil diatas panggung rasa grogi pun muncul, karena saat itu saya disaksikan teman-teman peserta lainnya di tambah lagi empat juri yang ada tepat dihadapanku membuat mulut dan tubuh ini sedikit kaku menjawab petanyaan dari sang juri. Saat itu saya memilih mi-nat di Teater, penulisan, dan rupa. Dan semua itu harus diperagakan satu persatu. Belum lagi pertanyaan demi pertanya yang keluar dari mulut sang juri membuat mulut dan tubuh ini serasa tak mau bergerak.

Setelah dua hari kemudian, tibalah saat-saat yang aku tunggu, hari dimana hasil seleksi tes kemampuan di umumkan. Pagi itu langit mendung dan di barengi dengan hujan rintik-rintik membuat tubuh ku sedikit kedinginan dan aku mencoba mengambil sebatang rokok ku disaku baju, lalu kubar untuk menghangatkan tubuh ini yang sedikit kedinginan.

Perlahan ku hembuskan asap yang berada didalam mulutku dan sesekali aku melirik kearah laboratorium UPKSBS UMI dan Kulihat dari kejahuan dua kertas yang tertempel di mading Laboratorium UPKSBS UMI, lalu per-lahan aku mencoba mendekat kearah kertas yang tertempel dimading, dan kucari namaku untuk memastikan apakah aku lolos ke tahapan selanjutnya dan akhirnya aku menemukan namaku berada di urutan ke 45, dalam hati aku berbisik syukurlah aku lolos ketahap selanjutnya.

ARJUNA AMIRUDDIN....

40 | Narasi Hijrah Tubuh

ARMAWATY....

Narasi Hijrah Tubuh | 41

ASRY MUDANI SYUKUR....

42 | Narasi Hijrah Tubuh

Dimulai dari niat untuk berkreasi dan mengembangkan bakat disaat itu pula saya ingin berproses bersama teman-teman yang lain yang sepaham dari beberapa jurusan yang ada di UMI, serta di sinihlah langkah awal sya memasuki suatu wadah yang menjadi landasan saya untuk berkarya yaitu lembga UKM yang ada di kmpus, lembaga organisasi seni yang struktur dengan baik yaitu UPKSBS UMI di sinilah awal saya memulai yang namanya proses berorganisasi, yang di mana tempat saya berproses.

Dan untuk melalui proses saya harus melawati proses penerimaan anggota ukm seni terlebih dahulu, dan proses inilah yang menjdikan saya sebgai pribadi yang baik dalam berkarya, selama proseses yang saya ikuti saya banyak mendapat pengalaman yang begitu luar biasa menurut saya, selain itu saya juga mendapat teman-teman baru di sini, dan begitu banyak bimb-ingan yang baik dari pihak panitia UKM seni.

Pengalaman yang paling berkesan saya di waktu proses indoor yaitu pada saat saya membuat karya bersama teman-teman peserta karena sebelumn-ya saya tidak tahu mewarnai gambar saya, setiap saya mewarnai pasti gam-bar saya terlihat jelek, tetapi pada saat saya di proses indoor, saya merasa ingin sekali belajar karena pada saat itu, kami semua peserta divisi rupa yang mengambil instalasi di suruh oleh panitia untuk membuat karya kami dengan cara menyatukan dan mengkonstruksikan sejumlah benda yang di anggap bisa merujuk suatu bentuk simbol, dan saya pun kayk tidak yakin kalaau karyaa kami akan jadi karena sering terkendala oleh bentuk/simbol yang akan kaami sampaikan padaa penglihat, namun kami tetapa optimis akan karya kami tetap jdi dan alhamdulillah semuanya berjalan dengan baik.

Outdoor Pengalaman yang paling berkesan saya pada waktu proses outdoor yaitu pada saat kami 1 team yang berada di team sungai untuk membuat karya, karya yang kami buat pada saat itu ialah teater serta di ringi karya music ilmiah dan instalasi, saya memainkan lat musik yang kami buat dalam wak-tu yang singkat, saat itu saya maaemainkan alat musik yg saya buat,di sana suasana begitu ceria. Meskipun hujan kami tetap melanjutkan karya kami.. Yang berkesan juga pada saat kami bermain dengan semua peserta, per-

ASWAN KAHARUDDINHijrah Tubuh

Narasi Hijrah Tubuh | 43

mainan itu adalah obor kemerdekaan, saya rasa berkesan karena pada saat itu kami semua kompak untuk melindungi satu lilin yang akan kami bawah sampai tempat yang ditentukan, dan kami juga bisa mengeco panitia yang melempari kami pakai air yang tercampur dengan tai sapi, pada akhirn-ya kekompakan kami bisa melewatkan permainan itu. Dan yang paling berkesan juga pada saat malam puncak outdoor, saat itu kami semua pe-serta mengira panitia akan memproses kami dengan cara yang keras tetapi ternyata tidak, pada saat itu hanyalah kami membuat lingkarang yang di tengahnya api unggun dan kami semua bernyanyi bersama dan memberi-kan kesan-kesan kami yang telah kami lewati pada saat outdoor, itulah pen-galaman saya yang paling berkesan pada saat outdoor.

44 | Narasi Hijrah Tubuh

UPKSBS atau unit pengembangan kreatifitas seni budaya dan sastra ialah suatu organisasi internal dalam kampus yang didirikan tahun 1999 dikam-pus Universitas Muslim Indonesia. Dan LDK ialah latihan dasar kesenian atau proses perekrutan anggota baru UPKSBS dan saya selaku LDK ke-13. Ada beberapa tahap-tahap penerimaan anggota baru UPKSBS itu sendiri dan pada tanggal 25 Desember 2014 terbukalah pendaftaran untuk men-gambil formulir bersama teman saya yang paling cakep bernama Irwan-syah Agus Aries, hingga pada akhirnya semua persyaratan berkas sudah lengkap dan saya mengembalikan formulir sebelum batas yang telah di-tentukan yaitu tanggal 22 Januari 2015. Selama setelah mengembalikan formulir hingga mulainya TKP atau tes kemampuan peserta. Kami pasti se-maksimal mungkin untuk mempersiapkan diri menghadapi TKP, akan teta-pi saya tidak mempersiapkan diri saya hingga pada akhirnya pada tanggal 24 Januari yaitu tes kemampuan dasar saya datang pukul 13.00 dan saya menerima nomor tes yang ke-55. Dalam keadaan tenang tapi ketakutan saya tetap menunggu dan menanti hingga nomot tes saya dipanggil. Pada saat itu saya berada di urutan ketiga dari belakang dan sekitaran 3 jam saya menunggu akhirnya nomor saya dipanggil dan dengan percaya dirinya saya menampilkan bakat apapun yang bisa saya tampilkan. Saya memain-kan gitar sambil bernyanyi, bermain jimbe sebisa saya, dan saya meng-gambar apa yang saya ketahui tentang seni rupa itu sendiri. Setelah turun dari panggung saya diwawancarai oleh kak Andreas selaku ketua umum UPKSBS, disana saya ditanyakan banyak hal mulai dari organisasi organi-sasi yang saya masuki, info info yang sedang banyak diperbincangkan oleh masyarakat maupun mahasiswa, sampai pengalaman yang telah saya lalui yang berhubungan tentang kesenian selama hidupku.

Hasil tes kemampuan peserta keluar ditanggal 26 januari 2015 dan Alham-dulillah saya lulus ketahap berikutnya untuk menjalani indoor atau hasta rasio. Didalam pembekalan kami dibekali oleh alat-alat yang akan kami gu-nakan saat indoor selama 5 hari, dan sampailah saatnya tanggal 30 Janu-ari pukul 07.00 kami berkumpul di sekretariat UKPSBS untuk berangkat menuju lokasi kegiatan hasta rasio & emperia yang lokasinya berada di Ba-ruga Benteng Sumba Opu, akan tetapi saat itu bertepatan dengan berang-katnya menuju lokasi indoor saya juga baru ingin membayar pembayaran kuliah untuk semester empat, jadi saat itu saya menyusul dengan senior

ATHILLAH NOVALPerjalanan Perjuangan

Narasi Hijrah Tubuh | 45

saya di fakultas ekonomi sebab dia juga mempunyai masalah yang sama dengan saya.

Setelah solat jumat saya melanjutkan perjalanan menuju lokasi indoor, ti-banya disana saya bersama senior dan teman teman LDK 13 sedang makan siang bersama diruangan luas yang memuat seluruh peserta hingga akh-irnya kembali berbaur dengan yang lainnya menjalani proses indoor den-gan jumlah peserta 69 orang dari berbagai fakultas di Universita Muslim Indonesia. Dihari pertama itu kami mempelajari materi tentang orientasi dan kreatifitas seni dan setelah itu dilanjut materi tentang sejarah ideologi dan konstitusi upksbs umi. Selanjutnya kami mendalami tentang materi ar-tivistme, hingga saat malam tiba kami mempelajari tentang eksplorasi dan bagaimana cara mengeksplorasikan diri kita hingga tingkat yang tertinggi dan sampai tidak sadarkan diri. Setiap malam hari sebelum tidur kami pe-serta diperintahkan untuk menulis catatan proses selama menjalani lati-han dasar kesenian.

Hari kedua indoor tepatnya tanggal 31 januari 2015 kami bangun subuh sewajibnya dilakukan oleh umat muslim dan melakukan perenggangan tu-buh selama satu jam dan kembali masuk ke Baruga sembari melaksanakan sarapan pagi dan membersihkan badan untuk kembali menerima materi selanjutnya karena itu adalah kegiatan rutin yang dilakukan setiap harin-ya selama indoor, materinya itu termasuk juga tentang kesenian penulisan, musik, tari, dan teater sampai malam hari dan kembali beristirahat.

Keesokan harinya tanggal 1 Februari 2015 kegiatan rutin dilakukan dan kembali meneerima materi selanjutnya yaitu materi rupa, manajemen produksi, dan yang terakhir tentang dokumentasi. Hingga saat malam tiba kami dibagi kelompok sesuai dengan divisi divisi kami dan saya selaku dari divisi musik berkumpul sebanyak enam orang dari empat kelompok divi-si music. Kami diberi waktu 24 jam untuk menciptakan sebuah lagu yang bertemakan tentang “hujan” dan saat itu kami member nama kelompok kami ialah SENJA, nam band acoustic dari perkumpulan enam orang yang ahli dalam music dan menciptakan lagu kurang lebih dua puluh empat jam dan lagu tersebut kami namakan “butir butir tuhan” dan kami terus latihan hingga malam pementasan pada tanggal 2 Februari 2015.

SENJA ialah band acoustic yang tampil pertama dengan keadaan yang san-gat gugup di karenakan tidak adanya rasa percaya diri dan keberanian

46 | Narasi Hijrah Tubuh

kami naik ke atas panggung membawakan lagu singkat yang penuh makna itu dan disitulah letak seni nya bagaimana kami menciptakan sebuah lagu kreatif dengan waktu yang terbilang cepat dan penampilan demi penampi-lan teman teman dipertunjukkan dihadapan kami semua sampai acara selesai dan kami beristirahat untuk pulang dikeesokan harinya.

Narasi Hijrah Tubuh | 47

Menatap Alam

“Perayaan Tubuh Di Alam” atau outdoor terjadwal tanggal 7-9 Februari 2015 di desa Bengo Bengo kecamatan camba kabupaten Maros, akan tetapi sebelum outdoor kami melakukan pembekalan yaitu tanggal 4-6 Februari 2015 disitu kami melakukan perenggangan tubuh yang berlokasi diseki-taran mesjid kampus (Mesjid Umar Bin Khattab UMI), dan melakukan olah tubuh agar stamina pada saat outdoor nanti terjaga dan siap untuk melaku-kan kegiatan yang lumayan berat dan menguras banyak tenaga. Al jibra 7 Februari 2015 adalah tempat kami berkumpul sebelum berangkat ke lokasi outdoor, kami memanfaatkan waktu yang kosong untuk jalan-jalan melihat situasi Universitas Muslim Indonesia pada pagi hari sambil menghirup uda-ra segar dan di dalam perjalanan kami begitu menikmati perjalanan karena suasana dinding bebatuan menjadi pembatas jalan ditambah lagi dengan pepohonan yang menambah keindahan sehingga mata tak bosan untuk memandang dan menikmati karunia sang Maha Pencipta dalam waktu ku-rang lebih satu jam kami peserta dan panitia sampai di desa bengo bengo dan segera camp ditempat yang telah disesuaikan. Kami camp dan mulai memasak makanan untuk di santap pada siang hari bersama kelompok masing masing, setelah makan dan kami siap siap diperhadapkan langsung ke alam dan mulai melakukan olah nafas dan olah vocal di sekitaran antara pegunungan, hutan, dan sungai, setelah itu kami memainkan game yang lumayan kotor tapi seru, game nya bertujuan membawa lilin ke obor dan melewati tantangan dari siraman senior senior berupa air dan tai sapi akan tetapi teman teman peserta tetap menjalaninya dengan hati yang senang karena kebersamaan yang menjadikan semua menjadi indah dan setelah itu pada malam hari kami dibangunkan untuk injurit malam yang menant-ang dan menguji adrenalin seni kami di alam.

Hari kedua outdoor kami menjalaninya sudah berada di dalam hutan kare-na bekas injurit kemarin dan pagi itu juga kami pemanasan dan kembali melakukan olah tubuh yang sudah sering kami lakukan sebelumnya, dan kembalilah kami peserta ke camp guna untuk bersih bersih dan sarapan pagi. Hingga tiba saat siang hari kami kembali kealam dan diperintahkan untuk membuat sebuah karya yang didalamnya terdapat semua divisi di-visi dalam kesenian seperti tari, music, teater, rupa, dan penulisan. Kami menciptakan karya itu sampai sore hari walau dalam keadaan cuaca yang buruk atau hujan kami tetap bersemangat menciptakan karya tim kami. Hingga selesailah hasil karya kami dan kami menamakannya “presiden boneka” karya gabungan dari kelompok 3 dan 6 dari unsur tanah.

48 | Narasi Hijrah Tubuh

Malam terakhir outdoor pukul 11.00 kami dibangunkan sambil membawa matras dan gelas, entah apa tujuan panitia tapi teman-teman hanya dapat menjalani kegiatan sedemikian rupa yang telah dikonsepkan oleh panitia dari jauh jauh hari sebelum terlaksananya kagiatan ini, akan tetapi disana senior menyambut kami dengan api unggun yang hangat dan suasana alam yang menyimbolkan sebuah malam yang sangat berarti buat kami dan me-mang malam itu adalah malam yang penuh rasa untuk teman teman seang-katan LDK 13 dan karena dibatasi oleh waktu kami kembali ke camp untuk beristirahat agar esok kami siap untuk pulang dan melanjutkan proses per-ekrutan angota atau latihan dasar kesenian berupa deskripsi karya, narasi, dan catatan proses, itulah UPKSBS “BESAR DENGAN KARYA”

Narasi Hijrah Tubuh | 49

BAYU SAPUTRAPembuatan Seni Instalasi

Bertempat di benteng Sumba Opu. Dalam penerimaan anggota baru LDK XIII UPKSBS. Malam apresiasi terjadi pada malam ini. Setelah tiga hari ber-proses dan menerima materi akhirnya pada malam ini semua di tuangkan dalam bentuk pementasan. Semua materi yang sudah di dapatkan dalam tiga hari itu di praktekkan pada malam Apresiasi.

Salah satu karya seni yang di pentaskan pada malam apresiasi adalah seni istalasi.. Seni instalasi (installation = pemasangan) adalah seni yang me-masang, menyatukan, dan mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalan-persoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini. Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga dimen-sional yang memperhitungkan elemen-elemen ruang, waktu, suara.

Dalam pembuatan seni Instalasi kami para peserta di beri tema yaitu hujan dan lingkungan, diamana cuaca juga pada saati itu sedang hujan. Dalam pembuatan seni instalasi tidak semata-mata membuat sebuah karya, tapi harus di kaji terlebih dahulu danharus mengerti tentang tema yang diber-ikan.

Dalam pembuatanseni instalasi iniyang di berikankepercayaan untuk mem-buatnyaa da empat orang yaitu: Bayu(saya), Arya, Rahmat, dan Eno. Pada saat itu saya dan teman-teman mebuat Seni Instalasi satu harian full,karna pada malam harinya kami berempat mengkaji terus tentang tema yang di berikan yaitu Hujan dan Lingkunga, bertempat di Aula Baruga Somba Opu kami berempat terus mengakji , memaknai dan mencari penyebab-penye-babnya.

Karna dalam pembuatan seni Instalasi harus empunyai makna, dan karya yang telah di buat harus bis di pertanggung jawabkan dalam bentuk Deskripsi karya. Pada malam itu kami berempat berdiskusi sampai jam 01.00 , waktu yang berlalu pun tidak terasa. Karena waktu yang semakin larut dan kondisi mata yang tidak mendukung kami un bergegas beristira-hat karena besok masih banyak pekerjaan yang harus di kerjakan.Pagi pun menjelang, suara-suara kicauan burung dan sejuknya angin pagi mengawali hari indah pada waktu itu. Kami berempat kembali berkumpul

50 | Narasi Hijrah Tubuh

pada jam 09.00 untuk kembali membahas tentang seni Instalasi yang akan di kerjakan. Setelah satu jam kami berdiskusi akhirnya sudah mendapat-kan titik temu dan gambaran tentang apa yang akan di buat dan apa yang akan di tampilkan pada malam Apresiasi. Kami berempat pun bergegas mencari bahan yang di perukan, ada bambu, tali/akar sebagai pengikat dll yang penting bisa dipakai dalam karya kami.

Setelah satu jam kami bekerja tiba-tiba Pembina yaitu kak cahyadi datang. Dia memberikan masukan tentang sesuatu yang akan kami buat, ternya-ta kami salah tanggap, dan akhirnya kami pun pusing seketika pada saat itu. Sekitar 1 jam termenung dan kembali berdiskusi tapi kami belum mendapatkan titik temu yang sempurna. Kami melanjutkan mengerjakan seni Instalasi pada pukul 14.00 setelah santap siang. Di situ kak cahyadi mulai membantu dan memberkan gambaran . kami berempat mulai men-cari lokasi yang sempurna untuk membuat karya ini, dan akhirnya kami pun menemukannya. Pada saat itu kami menemukan tempat pas depan Ba-ruga ada sebuah pohon tidak terlalu besar dan itu di manfaatkan sebagai salah satu bahan pembuatan.

Sekitar tiga jam kami bekerja dan jam sudah menujukkan pukul 16.00 kami telah selesai mengerjakan seni Instalasi. Di karya itu kami menceritakan tentang orang-orang yang tidak tau apa manfaat hujan dan dia terus meno-laknya akhirnya lingkungan dan pepohona tidak ada yang subur.

Malam Aprsiasi pun tiba , kami pun sudah siap untuk mempertanggung jawabkan karya seni Instalasi yang telah kami buat. Kebetulan pada ma-lamitu yang maju untuk mempersentasikan karya kami adalah Rahmat, dia menjelaskannya dengan teliti. Biarpun karya ini tidak sesmpurna orang li-hat tapi kami sangat puas . karna ini karya pertama yang kami telah buat. kami juga telah mendapatkan pengalaman dalam membuat seni Instalasi.

Narasi Hijrah Tubuh | 51

Perjalanan Hijrah Tubuh

Bertempat di camba desa bengo-bengo, di tempat ini berlangsung kegia-tan yaitu perayaan tubuh di Alam. Pada hari sabtu 7 februari 2015 sekitar pukul 04.00 para peserta dibangunkan satu persatu dari dalam tenda.Setelah bangun, saya kaget ternyata tinggal berdua dalam tenda, kami di bangunkan atu per satu. Setelah di bangunkan kami di suruh membawa catatan proses dan headlamp. Setiap satu kali pembangunan ada 5 orang yang di bangunkan, saya di bangunkan bersama oca, akmal,beti dan syiam.

Kami berlima di suruh untuk terus berjalan mengikuti jalur yang sudah ada,jalan yang di tempuh tidak terlalu jauh karena masih di awal-awal per-jalanan. setelah berjalan kami menemukan obor yang menyala.

Di tempat itu kami di suruh untuk berwudhu tapi sebelum kelompok kami yang berwudhu masih ada kelompok lain yang berwudhu terpaksa kami menunggu dulu, sambil menunggu kami memanfaatkan waktu untuk mencatat semua proses perjalanan yang telah kami lalui. setelah kelom-pok mereka selesai kelompok kami pun sudah bersiap untuk berwudhu. Setelah itu kami ke obor selanjutnya , disitu kami di sepak-sempakkan pa-kai daun yang basah. Katanya sebagai symbol penyucian. Setelah itu kami kelilin yang ada disebelahnya , disitu kami di berikan gelang berwarna merah sebagai tanda UPKSBS, kami di beri gelang itu se-bagai amanah yang harus di jaga sebaik-baiknya, dan dituntun untuk men-jaga nama baik UPKSBS/ UKM SENI UMI.

Setelah itu kami ke lilin yang ada di sebelahnya lagi, disitu kak Andreas se-laku ketua umum UPKSBS memberikan motivasi untuk kami dan member-ikan semangat untuk tetap melanjutkan proses, disitu kak andreas berkata “Apapun yang terjadi saya akan selalu ada di depan mu”. Setelah dari kak Andreas kami terus berjalan kedepan, suara-suara jangkrik, dan angin pagi yang sangat dingin menemani perjalanan kami pada malam itu. Kami terus naik keatas sampai ke titik selanjutnya.

Disitu kami berlima di berikan batu dan di tanay-tanya tentang fungsi batu dan apa manfaat batu selain di buat sebagai seni, setelah itu kami disuruh untuk menjaga batu itu sebagai amanah. Dan kami pun melanjutkan per-jalanan di gelapnya malam. jalan yang kami tempuh semakin sulit karena jalur yang di tempuh semakin menanjak dan licin. Tapi kami masih sema-

52 | Narasi Hijrah Tubuh

ngat untuk melanjutkan prosesnya. Setelah itu kami berlima berjalan terus ke depan sampai kami melihat cahaya obor yang itu ternyata pos selan-jutnya, di pos itu kami di berikan tanah dan ditanya tentang fungsi- fungsi tanah bagi kehidupan dana apa manfaat dari tanah itu. Dan kami juga di tuntun untuk menjaga tanah yang telah di berikan sebagai amanah.

Setelah itu kami terus meanjutkan perjalanan , jalur selanjutnya tidak ter-lalu jauh tapi jalurnya semakin menanjak keatas dan udara semakin dingin . Kami pun sampai dititik selanjutnya kami di berikan lagi ranting pohon dan disuruh untuk menjagannya,terus kami di Tanya-tanya tentang kita dari fakultas apa, dan kami menjawab kami dari fakultas UKM SENI UMI. Sekitar pukul 06.00 kami pun begegas ke lapangan untuk berkumpul den-gan yang lain .

Disana sudah banyak peserta yang duduk dilapangan , mereka duduk perkelompok yang sudah dibagi. Merka duduk di dalam lingkaran yang su-dah di sediakan oleh panitia. Kami berlima pun di tuntun untuk masuk ke lingkaran itu dan bergabung dengan yang lain. Kami duduk sambil melan-jutkan catatan proses perjalanan sembari menunggu teman-teman yang lain.

Pada pukul 06.30 semua peserta telah berkumpul di dalam lngkaran itu. Setelah semuanya berkumpul kami di beri pemahaman dan penjelasan ten-tang apa yang terjadi pada saat subuh itu.

Setelah semuanya selesai para peserta pun bertanya-Tanya , ternyata itu proses hijrah tubuh dan proses utuk menjadi warga UPKSBS. Memang pada saat itu kami melihat seperti adanya ritul-ritual ane , tapi memang begitu prosesnya. Para peserta pun lega karna proses perjalan hijrah tubuh pun telah usai.

Narasi Hijrah Tubuh | 53

Manfaat Olah Tubuh

Pagi itu disaat sang surya masih malu-malu untuk menampakkan sinarnya. Saya mulai menuruni anak tangga secara perlahan-lahan menghitung seti-ap langkah kaki ini. Udara dipagi itu terasa sangat dingin, dinginnya seakan menusuk sampai ketulang-tulang.

Kami mulai mengatur barisan untuk memulai kegiatan dipagi itu, dimana saya dan teman-teman mulai melakukan pemanasan terlebih dahulu, dim-ulai dengan melakukan gerakan ringan dilanjut dengan berlari-lari. Setelah pemanasan saya dan teman-teman masuk keinti dari kegiatan saya dipagi itu yaitu olah tubuh. Ternyata olah tubuh itu tidak seperti apa yang saya pikirkan, gerak-gerakan yang sangat susah menurutku membuatku sangat lelah dan kesakitan.

Akan tetapi lama-kelamaan saya mulai terbiasa dengan olah tubuh dan mu-lai merasa nyaman dengan gerakan-gerakan itu. Ternyata gerakan dalam olah tubuh itu sangat bermanfaat bagi saya yang mengambil devisi tari, karena penari itu dituntut untuk memiliki kelenturan tubuh.

Eksplorasi ditengah Hutan

Udara yang begitu dingin, diiringi dengan rintihan hujan disiang itu. Mem-buat tubuhku menggigil kedingingan.Saya dan teman-teman megikuti arahan dan langkah pembimbing menuju ketempat kegiatan, yaitu dihutan. Karena pada saat dibagikan kelompok saya masuk dalam kelompok hutan. Saat sampai dihutan saya dan teman-teman melalukan eksplorasi, eksplorasi ini bertujuan untuk menyatuhkan diri dengan alam sebelum memulai kegiatan. Setelah saya dan teman-teman melakukan eksplorasi kami langsung memulai kegiatan, kegiatan kami ten-tang teater dihutan. Meskipun dengan adanya hujan, becek, dan kotoran yang berserakan dimana-mana tidak menghalangi kami untuk membuat karya. Dan pada akhirnya saya dan teman-teman dapat menyelesaikan karya kami, yang berjudul Hilang.

ELIS NOVIANTI LASUT

54 | Narasi Hijrah Tubuh

Hari jumat 13 fabruary menjadi hari paling menyibukkan di setiap hari- hari ku dimana semua urusan mengenai laporan dan catatan proses men-jadi teman akrab malam ini,semua waktu di habiskan dalam setiap helai ketikan dan laptop seakan menja dipacar paling setia malam iniJam demi jam dilalui hanya dengan bergelut dengan cerita yang menyerupai curhatan ini.

Pagi sampai malam dan malam menemui pagi kembali. Tangan seolah berdansa mengikuti liukan huruf di layar laptop, mengetik dalam suasana hening Malam itu kamar dan kasur menjadi peraduan paling nyaman sem-bari menikmati secangkir kopi hangat yang menjadi dongkrak mata di saat kantuk menerpa Ternyata malam ini adalah malam valentine yang seba-gian orang menjadi hari special namun bagiku hari itu hanyalah hiasan kal-ender yang menjadi khayalan sebab seluruh waktu ku habiskan bersama kata demi kata, rangkaian demi rangkaian untuk menjadikan satu karya penulisan yang berbobot untuk melengkapi persyaratan menjadi anggota muda di UPKSBS UMI. Malam valentine kali ini seakan kurayakan bersama tumpukan kertas laporan yang nantinya akan di kumpul bersamaan den-gan narasi ini Tak peduli lagi apa itu malam dan bagaimana itu pagi, yang menjadi pusat perhatian hari ini adalah semangat untuk menyelesaikan semua catatan prosesku Hujan seakan menertawakan semua kegiatanku di kamar saat ini, disaat sosial media ramai membincangkan mengenai val-entine bersama orang tersayang saya mengekspresikan valentine bersama catatan proses yang menjadi dead line hari hariku saat ini Memang cukup aneh bagi sebagian orang, namun hal ini menjadi nyaman ku lakukan tak lebih proses ini adalah penentu dari sekian banyak dan panjangnya pros-es yang ku lalui sebelumnya. Inilah kisah ku dimana menciptakan sebuah narasi untuk menjadi bagian dari sejarah panjangku bergabung bersama UPKSBS UMI Meski sebagian orang menyebut valentine dengan mengerja-kan tumpukan kertas dancatatan proses lebih pantas di sebut valentine ke-labu tapi bagiku kebahagiaan sesungguhnya ketika menyelesaikan semua yang menjadi kewajibanku dan hari itu menjadi kebahagiaan tersendiri it-ulah yang lebih pantas di sebut valentine terang benerang di bandingkan berhura hura tanpa arah seolah menjadikan malam valentine adalah ajang pembuktian cinta yang harusnya kita aplikasikan setiap hari.

FAJAR....

Narasi Hijrah Tubuh | 55

Hari ini tepatnya hari selasa 2 februari 2015. Sudah 4 hari aku berada di tempat ini. Baruga Benteng Somba Opu. Tempat yang memberikan begi-tu banyak pengalaman dalam waktu yang singkat. Aku duduk termenung sambil memperhatikan mereka yang berlalu lalang menyusuri koridor-ko-ridor ruangan ini, seolah ada inspirasi yang terselip di antara langkah-lang-kah mereka. Ada jejak yang mereka tinggalkan walaupun hanya di ukir oleh tumpukan debu, namun jejaknya terlihat jelas. Mungkin itu bisa menjadi satu inspirasi. Tidak cukup dengan satu inspirasi, indra ku yang lain tertuju pada suara-suara yang cukup bising. Aku mencoba menebak darimana su-ara-suara itu berasal. Mungkin dari bawah kolong, dan mungkin dari sudut-sudut bagian ruangan ini. Tetapi aku tidak peduli dengan suara-suara yang menurutku bising. Toh, tidak ada inspirasi yang aku dapatkan disana.Ku alihkan perhatianku keluar jendela. Ada seorang pengembala disa-na. Sepertinya dia baru melepaskan kerbau-kerbaunya untuk mencari makanan lezat di atas tanah. Apakah kerbau-kerbau itu tidak bosan me-makan makanan yang sama setiap harinya? Apakah kerbau-kerbau itu pernah protes dengan gestur kalau mereka ingin tempat baru untuk men-yantap makanan yang sama? Ah, yang tahu akan jawabannya hanya para kerbau dan Tuhan, si pengembala mungkin juga tahu kalau dia peka. Aku serasa ingin tertawa memikirkannya.

Sejenak terasa hening. Tidak ada suara bising, suara orang berjalan, atau su-ara apapun. Ruangan ini serasa kosong. Yang ada hanya aku sendiri. Duduk sendirian di sudut kamar dengan memegang selembar kertas dan sebuah pulpen. Tidak ada pengembala ataupun kerbau-kerbau yang sedang sibuk menyantap makanannya ketika aku melihat keluar jendela. Yang ada hanya hujan. Mereka bilang, banyak rahasia yang hujan sembunyikan. Bisa saja semua rahasia ada di balik hujan. Ah, tapi tidak dengan rahasia ku. Aku menyunggingkan bibir sambil memainkan pulpen yang ada di tanganku.Tapi hari ini, sebaiknya aku berbagi rahasia bersama hujan. Aku membu-tuhkan bahan untuk ciptaanku hari ini. Hujan, hening dan sepi. Ini yang ada sekarang. Aku masih memainkan pulpen dengan mengaitkannya dari sela-sela jari, berfikir dan berfikir. Dan aku mengerti, hening mengajarkan bahwa sepi itu membosankan. Sekejap, aku berhenti memainkan pulpen-ku. Aku mulai menghubungkan ujungnya dengan selembar kertas kosong yang aku pegang sedari tadi dan mulai menuangkan inspirasi baru dalam hening.

FAJRIA ANGGRIANIApresiasi

56 | Narasi Hijrah Tubuh

Perlahan dan perlahan, seiring dengan tinta-tinta hitam memenuhi setiap baris lembaran kertas, suara-suara bising, langkah kaki kembali terdengar. Di luar sana si pengembala masih setia memperhatikan para kerbau yang sedang sibuk menyantap rerumputan, sementara aku, masih di sudut ka-mar ini. Menciptakan bait-bait kalimat tentang hujan.

Narasi Hijrah Tubuh | 57

Ranjau

Kembali lagi kami melanjutkan proses hijrah tubuh. Kali ini, perayaan tu-buh di alam. Sempat terbesitkan banyak macam pertanyaan di benak kami tentang hal-hal yang akan kami jalani di sana? Apa, bagaimana, semoga, dan kata-kata yang lain menjadi kata pembuka sebelum kami mengucap-kan harapan dan pertanyaan.

Pukul 09.00 am, setelah pelepasan langsung oleh ketua umum, kami pun berangkat. Tujuan kali ini adalah Hutan Pendidikan Unhas, letaknya di Camba, tepatnya Jl Poros Maros-Bone. Perjalanan yang kami tempuh ku-rang lebih 2 jam. Setelah melewati berbagai tikungan tajam yang cukup memacu adrenalin, kami pun tiba di tempat tujuan. Tepat pukul 12.30 pm, kami di sambut oleh teriknya matahari setiba di sana. Saya mengenal tem-pat ini, tidak jauh dari tempat di mana pernah saya tempati untuk kegiatan yang lain.

Setelah shalat jum’at usai, kami melanjutkan perjalanan yang cukup menanjak. Saya fikir, ini akan menjadi perjalanan jauh. Ternyata prediksis saya salah, kurang lebih 15 menit, kami sampai ke tempat yang di tentukan panitia. Lanjut dengan mendirikan tenda dan memasak, lalu kami kemba-li melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak dari hutan ini. Sesam-painya di lapangan, saya merasa berada di sebuah kaki gunung, tepatnya di lembah. Suasananya sama. Jika ada yang pernah ke Lembah Ramma, tepat-nya di kaki gunung bawakaraeng, mungkin saja dia akan berpendapat yang sama dengan saya sekarang. Setelah pembagian kelompok, saya masuk ke dalam kelompok sungai.

Disana, kami bermeditasi. Kami merasakan hal-hal yang aneh, mungkin berhubungan dengan hal-hal mistis. Ah, entahlah. Lanjut dengan kami bermain games. Permainan kali ini melibatkan kami yang berjumlah 68 orang. Permainannya, kami harus membawa sebuah lilin untuk menyal-akan sebuah lilin yang sedang menunggu di ujung lapangan. Permainan ini tidak mudah ternyata, ada beberapa tantangan. Air dari panitia yang sudah siap di lemparkan kepada kami, angin, dan air hujan. Lilin kami sempat mati sebelum sampai ke lilin yang di tuju. Terpaksa kami harus memulainya dari awal. Air yang di lemparkan kepada kami adalah air ker-uh yang bercampur ranjau. Ketika kami hampir sampai di ujung perjala-nan, tiba-tiba semuanya bubar karena ada ranjau yang jatuh dari langit.

58 | Narasi Hijrah Tubuh

Marah, lucu, miris, semuanya bercampur jadi satu dalam benak kami. Par-ahnya karena ada ranjau yang kena pas tepat di wajahnya. Hari pertama outdoor, sudah memberikan cerita yang sangat mengesankan.

Narasi Hijrah Tubuh | 59

Olah TubuhSelesai shalat subuh selanjutnya kami di arahkan oleh panitia untuk ber-siap-siap untuk berkumpul di halaman somba opu, setelah semua peserta telah berkumpul, selanjutnya kami di arahkan oleh panitia untuk memben-tuk barisan, setelah barisan terbentuk selanjutnya kami di arahkan untuk lari-lari dengan rapi, pertama-tama kami diaarahkan oleh panitia untuk lari-lari kecil dan sekitar lima menit lari-lari kecil selanjutnya kami berlari mengikuti tempo dari tepukan panitia, semakin lama tepukan tempo dari panitia semakin cepat, dan kami para peserta mengikuti tepukan tempo dari panitia. Sekitar tiga puluh menit kami berlari-lari selanjutnya kami di-arahkan panitia untuk membentuk lingkaran, setelah lingkaran terbentuk selanjutnya kami mengikuti arahan dari salah satu panitia, dan ternyata kami para peserta di beri praktek olah tubuh. Ini adalah pengalaman per-tama bagi saya melakukan olah tubuh, jadi olah tubuh masih sangat asing bagi saya. Pertama-tama kami diarahkan oleh panitia instruktur untuk mengangkat kedua tangan dan kedua telapak tangan ditempelkan, kemudi-an selanjutnya kedua ibu jari menopang dagu dan kepala diangkat ke atas, selanjutnya kedua tangan di taruh di atas kepala dan kepala di tundukkan. Dan ada beberapa gerakan olah tubuh yang menurutku sedikit ulit dilaku-kan untuk pemula, di mana gerakannya satu kaki diangkat dan di luruskan kedepan, dan kaki satu yang menopang sedikit di tekuk. Olah tubuh ini san-gat berkesan bagi saya karena baru pertama kali saya lakukan.

Olah RasaWaktu itu sekitar jam setengah dua belas malam, kami para peserta yang berkumpul di ruang materi, dan pada saat itu panitia mengarahkan kami untuk membentuk barisan lingkaran, setelah itu kami disuruh duduk, kami diarahkan panitia untuk duduk dengan jaga jarak, setelah itu panitia me-matikan lampu, saya sedikit bingung kenapa panitia mematikan lampu, kemudian panitia yang memberi instruktur olah rasa mengeluarkan beber-apa lilin, kemudian panitia menyalakan lilin dan menaruh lilin terebut di tengah-tengah lingkaran. Kemudian panitia mengarahkan kami untuk ten-ang, setelah semua peserta tenang selanjutnya panitia mengarahkan kami untuk menenangkan pikiran kami setelah itu kami diarahkan panitia untuk menarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan di keluarkan lewat hidung, setelah beberapa menit melakukan olah pernafasan selanjutnya kami

FANDY RAUF....

60 | Narasi Hijrah Tubuh

diarahkan panitia untuk berdiri dan kami diarahkan untuk berjalan di sekitar ruang materi, kami disuruh berjalan dengan mengikuti kemauan kami asalkan tetap di area ruang materi dan mengelilingi lilin, setelah itu kami diarahkan kembali untuk duduk dan menenangkan pikiran, setelah itu kami dirahkan untuk mengolah rasa denga memikirkan apa yang diar-ahkan oleh panitia, dan setelah berapa lama ada peserta yang seperti kera-sukan. Ini adalah pengalaman pertama saya mengikuti yang namanya olah rasa. Ternyata olah rasa itu adalah cara kita mengolah rasa kita.

YogaPagi itu seharusnya kami melakukan olah tubuh seperti hari-hari sebel-umnya, tapi karena berhubung pagi itu cuaca tidak medukung untuk olah tubuh diluar, akhirnya kami para peserta diarahkan oleh panitia ke ruang materi, pertama saya pikir kami para peserta akan melakukan olah tubuh di ruang materi, ternyata paitia akan megarahkan kami untuk melakukan yoga, yoga sering saya dengar dan sering saya lihat, tapi saya tidak pernah melakukan yoga, jadi ini adalah yoga pertama yang akan saya lakukan. Per-tama-tama kami disuruh duduk dan kami di beri jarak satu sama lain an-tara peserta, setelah semuanya duduk pertama-tama kami diarahkan untuk olah pernafasan, Tarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan dikeluarkan lewat mulut, setelah rileks selanjutnya kami diarahkan untuk mengikuti in-struktur dari kak afdal. Saya pikir gerakan yoga itu gampang, memang jika melihat gerakan yoga sangat gampang, ternyata ketika di praktekkan san-gat susah ternyata. Salah satu gerakan sedikit susah menurut saya adalah gerakan yang kedua kaki terlentang kedepan dan sedikit di lebarkan kes-amping dan selanjutnya wajah bertemu dengan lutut, dilakukan beberapa detik, memang tidak lama tapi rasanya sangat susah. Ini adalah yoga pertama yang saya lakukan, walaupun pertama kali melakukan yoga dan gerakannya sedikit sulit, mungkin karena itu pertama kali saya melakukannya, tapi saya sangat senang bias melakukan yoga

Olah Rasa Di AlamSebelumnya waktu di indoor di somba opu saya sudah melakukan olah rasa, tapi pada saat itu saya melakukannya di dalam ruangan. Dan pada saat outdoor kami para peserta di bagi menjadi beberapa kelompok, dan pada saat itu saya berada di kelompok sungai. Setelah semua peserta memiliki kelompok selanjutnya kami di arahkan oleh pembimbing mas-ing-maing kelompok, pada saat itu kami di bombing oleh kak umar. Kam umar membimbing kami kelompok sungai ke sungai, setelah sampai dis-ungai disanakami disuruh untuk mengambil posisi yang menurut kami

Narasi Hijrah Tubuh | 61

paling nyaman, akhirnya saya duduk di samping air mengalir, suasana sun-gai disana sangat tenang, setelah semua dalam posisinya masing-masing selanjutnya kami duduk semacam duduk bermeditasi, pertama-tama kami diarahkan untuk Tarik nafas dalam-dalam lewat hidung dan di hembuskan lewat mulut, setelah itu kami di arahkan untuk menutup mata selanjutnya panitia mengarahkan kami untuk menyatu dengan alam, merasakan alam, aroma alam, dan bunyi-bunyian alam. Olah rasa di alam juga adalah pengalaman pertama bagi saya, dan yang saya rasakan waktu olah rasa di alam adalah pikiran saya menjadi sangat tenang.

Malam terakhir di OutdoorMalam itu kami para peserta sedikit lelah karena aktivitas yang sedikit padat, dan pada saat kami para peserta ingin beristirahat, tiba-tiba kami diarahkan oleh panitia untuk berkumpul, setelah para peserta berkumpul sesuai dengan kelompok, selanjutnya satu persatu kelompol di arahkan ke suatu tempat, kami para peserta berpikir bahwa itu adalah jurit malam. Dan setelah tiba kelompok kami kelompok empat selanjutnya kami ber-jalan berurutan, setelah berjalan beberapa meter saya melihat ada bebera-pa obor yg dibuat lingkaran, dan selanjutnya kami di arahkan panitia untuk membuat lingkaran. Selanjutnya ketua menyampaikan pesan dan dilanjut-kan oleh ketua panitia, selanjutnya panitia memberi kesempatan peserta untuk menyampaikan pesan dan kesan, selanjutnya peserta di beri kesem-patan untuk menghibur, setelah peserta selanjutnya beberapa dari pani-tia yang menghibur, dan yang paling keren menurut saya adalah ketika api tumpukan kayu yang berada di lingkaran yang kami buat itu di bakar, dan terbentuklah api unggun yang mencairkan dinginnya malam, selanjutnya sambil menikmati suguhan dari panitia dan menikmati hangatnya api un-ggun, selanjutnya panitia membagikan kami bubur kacang ijo yang hangat, sungguh malam yang sangat mengesankan.

62 | Narasi Hijrah Tubuh

Ada beberapa hal yang menarik dari proses hijrah tubuh Unit Pengemban-gan Kreatifitas Seni Budaya dan Sastra (UPKSBS) UKM Seni Umi. Saat in-door dan outdoor. Jujur saja, semua yang berhubungan dengan kak Arham yang terjadi di indoor maupun di outdoor itu semua berkesan untukku. Aku hanya ingin lebih dekat lagi dengan kak Arham. Niat itu muncul sebe-lum aku memutuskan untuk mendaftar di penerimaan anggota baru UKM seni UMI. Hanya saja di kegiatan ini aku baru di pertemukan dengannya. Banyak hal yang ku perhatikan darinya. Mulai dari Tes Kemampuan Peser-ta, lalu saat indoor. Dia berlari mengejar truk tentara. Kemudian saat di lokasi indoor, aku memperhatikan semuanya dalam diam. Aku sering me-lihatnya memejamkan mata saat materi berlangsung. Dan itu membuatku tertawa. Pada saat materi teater lagi – lagi aku tertawa karena melihatn-ya. Ooh iya, saat indoor aku paling suka bagian eksplorasi. Itu membuatku tenang. Merasa nyaman. Bukan hanya itu. ada banyak hal yang sebenarnya sangat berkesan. Tapi susah ku jelaskan menjadi bentuk narasi. Semuanya ku tuangkan di dalam catatan proses. Dan ada bagian di catatan proses di-mana aku berharap bisa satu kelompok dengan kak arham? Itu yang paling membuatku merasa senang saat mendengar namaku dan namanya di sebut sebagai satu tim di kegiatan outdoor.

Ooh iya, pada saaat indoor semua materi cukup mengasyikkan. Happynya lagi bisa tertawa dengan teman baru dan pastinya melihat kak Arham itu membuatku jauh lebih bersemangat. Ohhh iya, kak Andreas tetaplah den-gan wibawa seperti itu. itu membuatmu lebih kelihatan cool. Bukan hanya kisah – kisah senang saja yang ada di kegiatan indoor dan outdoor. Ada juga kisah melelahkan. Apalagi setelah olah tubuh. Itulah kisah yang paling melelahkan.

Kadang aku suka bermain dengan apa yang ku lihat, tertawa dengan apa yang ku rasakan dan hampir di setiap pagi di kegiatan indoor ku lihat senyum sumringah dari wajah semua peserta juga di wajah para panitia. Di pagi hari setelah olah tubuh, kami diberi sarapan yang selalu nikmat. Jika boleh menyampaikan ucapan terima kasih, akan ku sampaikan ucapan ter-ima kasihku kepada kakanda cantik berjilbab jingga dan semua yang meny-iapkan sarapan senikmat ini. Bukan hanya sarapan bahkan makan siang dan makan malamnya pun tak kalah nikmatnya. Ada ucapan terima kasih

IFFA SURYA DUNDUNGAda Cerita Dibalik Namanyanya

Narasi Hijrah Tubuh | 63

khusus dari ibuku untuk kakak – kakak yang sudah menjaga pola makanku. Hahaha.

Hal lain yang membuatku senang adalah saat aku masuk di divisi music. Banyak yang memilih divisi ini. Tapi tidak di tempatkan di divisi ini. Sung-guh baik sekali dewi fortuna kepadaku.

Cerita sedih juga ada. Saat aku tampil dengan kelompokku saat malam apresiasi ? aku merasa sedih. Karena saat itu, ku lihat wajah kak Arham. Wajahnya biasa – biasa saja saat melihat penampilanku. Bisa dibilang bah-wa dia satu – satunya yang tidak berekspresi saat timku tampil. Mungkin dia lelah atau mungkin mengantuk sehingga tak ada senyuman saat pan-dangan kami bertemu. Tapi itu menjadi motivasi untukku agar bisa berk-arya lebih baik lagi. Dalam diam aku berkata “suatu saat nanti kamu akan jadi orang pertama yang memuji karyaku” kuharap bisa seperti itu.

Cerita yang menjengkelkan juga ada. Ingat di catatan proses sempat ku se-but manusia NATO ? saat pembagian kelompok materi rupa, aku kembali bertemu dengan teman – teman baru. Hanya satu orang yang menjadi per-hatianku. Dia adalah orang yang menurutku sangat ambisius. Entah siapa yang memilihnya menjadi ketua tim. Tapi yang pasti aku tidak suka den-gan karakternya. Pernah dengar istilah NATO ? No Action Talk Only. Seperti itulah gambaran tentang dia, orang yang sampai saat ini tidak kuketahui namanya. Beberapa kali sempat aku terkejut. Terkejut bukan karena ini hal yang menggembirakan. Tapi di beberapa pembagian kelompok, lagi – lagi aku di satukan dengan orang yang tidak ku ketahui namanya itu. Entah ke-napa aku sangat sulit memahami temanku yang satu ini. Mungkin karena aku dan dia tidak sepaham dan mungkin auranya kurang baik. Entahlah. Yang jelas saat aku tau kalau aku satu tim dengannya, sifat ambisiusnya mulai muncul kembali. Bukan hanya itu. Sifatnya yang lain muncul satu per satu. Dia kembali menjadi ketua tim kami. Aku bertanya – tanya, siapa yang memilihnya ? bahkan tidak ada kesepakatan saat itu. ku akui sisi baiknya adalah percaya diri untuk memimpin kami. Tapi sifatnya tidak menunjuk-kan ciri – ciri pemimpin yang baik dan bijaksana. Dia egois, mau menang sendiri, tidak mau menerima pendapat orang lain. Jangankan menerima, mendengarkan pendapat orang lain saja dia menolak. Jika ada kesempa-tan akan ku sampaikan padanya “terlalu percaya diri itu beda tipis dengan tidak tau diri”. Memang sedikit menyakitkan. Tapi ini juga demi kebaikan dia. Dia tidak seharusnya memelihara sifat seperti itu. dan sebagai teman, sepertinya aku harus mengingatkannya.

64 | Narasi Hijrah Tubuh

Aku sadar, seharusnya aku tak boleh terlalu terbuka sampai mengutarakan kekagumanku kepada kak Arham dengan cara menyebut namanya di setiap catatan proses ataupun narasi yang ku buat. Tapi inilah caraku. Menuang-kan kekagumanku dalam sebuah tulisan. Dan inilah langkah awalku untuk mencoba menjadi penulis.

Setiap orang butuh objek dalam setiap karyanya. Dan sampai saat ini objek-ku dalam berkarya adalah kak Arham. Tsssahhhh.

Mengenai kegiatan outdoor yang berkesan itu ada banyak hal juga. Tapi yang paling berkesan adalah saat aku membawakan botol air minum kes-ayangan kak Arham. Terus aku juga senang saat aku jatuh karena terpele-set, kak Arham yang membantuku sampai ke camp. Juga satu hal lagi saat aku haus, dia membiarkanku minum dari botol minuman kesayangannya.Cerita tentang masak di hari pertama outdoor, entah harus mulai darimana. Yang jelas itu adalah pengalaman pertamaku memasak menggunakan nest-ing. Aku bingung. Karena kebingungan itulah 30 menit waktu yang diber-ikan oleh panitia, kami gunakan hanya untuk memasak nasi. Untung saja adhe membawa lauk jadi. Sehingga tak perlu khawatir jika masakan lain belum siap. Pengalaman yang satu ini juga sangat berkesan. Terus terang saja aku kasihan melihat wajah – wajah teman satu kelompokku yang harus menelan ludah saat melihat makanan kelompok lain.

Saat di lapangan para peserta di arahkan untuk bermain games. Nama gamesnya adalah games lilin kejayaan. Instruksi games ini adalah bagaima-na caranya menjaga lilin agar tetap menyala dan menyalakan obor yang ada di ujung lapangan yang lainnya. Dengan banyak cobaan sampai harus ter-kena lemparan bola air dari panitia. Bukan hanya lemparan air biasa. Teta[-pi juga lemparan bola air yang di campur dengan kotoran sapi. Jujur saja, itu hal yang paling menjijikkan. Karena saat itu, aku dan teman – teman lain tidak menyangka bahwa hari ini kita akan bermain – main dengan ko-toran sapi. saat terkena bom kotoran sapi itulah perasaanku campur aduk. Kotoran sapi itu mendarat di kepalaku bahkan sampai terkena wajahku. Rasanya ingin muntah. Seluruh tubuhku terkena kotoran sapi. Ini baru namanya mandi kotoran sapi.

Teman – teman lain menertawakan kami yang terkena kotoran sapi. Ingin rasanya saat itu aku berkata kepada mereka yang tertawa, tolonglah. Ini sama sekali bukan lelucon.

Narasi Hijrah Tubuh | 65

Singkat cerita, permainan lilin kejayaan pun selesai. Walau harus mandi kotoran sapi yang penting lilin kejayaan itu berhasil sampai ke tempat yang sudah disediakan. Rasanya terbayar sudah perjuangan kami. Dan saat kem-bali ke camp, kami harus kembali melalui perjalanan jauh. Aku merasa risih dengan bau yang seperti ini. Teman – teman lain pun sepertinya mengejek. Aku mengerti bahwa kotoran sapi memang bau. Tapi ini bukan mauku. Aku juga tidak mau bau seperti ini. Cukup diam saja. Aku hanya terdiam melihat wajah menjijikkan teman – temanku saat melihat ke arahku. Dan akhirnya sampai juga di camp. Tanpa ragu ku ambil alat mandiku dan bergegas ke toilet untuk membersihkan tubuhku dari kotoran sapi ini.

Yang aku ingat adalah aku tertidur pulas di dalam tenda bersama dua orang temanku yaitu kak pena dan adhe. Aku terbangun tepat pukul 00.13 Wita. Sekilas ku lihat di samping kiriku kak pena tidak ada di tempatnya. Ku fikir dia ke toilet. Jadi ku lanjutkan saja tidurku. Hingga untuk kedua kalinya aku terbangun tepat pukul 02.47 Wita. Masih ku lihat kak pena tidak di tem-patnya. Ku bangunkan adhe. Karena ku pikir kak pena menghilang. Tadinya aku ingin melapor ke panitia. Saat kupakai jilbabku, kak asti datang mem-buka tenda. Dan saat itu kak asti menyuruhku keluar dan membawa alat tulis beserta head lamp. Saat itulah aku menyadari bahwa kak pena tidak menghilang. Tapi di culik untuk agenda jurit malam. Yang terpikir di kepal-aku adalah pasti ada celup – celupnya. Hanya itu saja. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus menjalani ini sampai selesai. Empat peserta lainnya sudah di bangunkan. Siap untuk jalan. Satu orang panitia menemani kami. Dengan berbekal dua headlamp kami mengikuti kakak yang membawa kami dari camp ke lokasi jurit malam.

Saat melihat cahaya lilin dari kejauhan perasaanku semakin tak karu-an. Rasa kantuk, takut, dan dingin melebur jadi satu. Meski begitu tetap ku langkahkan kakiku menuju pintu gerbang UPKSBS UKM Seni UMI. Di pintu gerbang itu satu per satu dari kami di suruh berwudhu. Kemudian setelah wudhu, disucikan, dan setelah disucikan, kami diberikan benang merah yang di kaitkan ke pergelangan kami. Dengan amanah menjaga benang itu sampai kapanpun kami bisa. Aku ingat yang memasangkan gelang itu adalah kak Muas. Setelah dipasangkan gelang, aku berjalan menuju kak andreas. Kak andreas berpesan padaku bahwa apapun yang akan ku hadapi, aku tak boleh takut karena kak andreas ada bersamaku dan teman – teman lain. Setelah melewati gerbang UPKSBS UKM Seni UMI, ku lanjutkan perjalanan ke Pos pertama. Di pos pertama lagi – lagi kami di beri amanah berupa air. Kemudian di pos kedua kami juga diberi amanah

66 | Narasi Hijrah Tubuh

berupa tanah. Selanjutnya di pos ketiga kami diberi amanah lagi beru-pa ranting pohin. Entah apa maksud dari titipan – titipan itu. yang jelas kami harus menjaganya. Selanjutnya di pos sebelum penampungan. Sem-pat kami di goda oleh kakak yang ada di pos itu. mereka menyuruh kami melepaskan gelang merah yang ada di tangan kami. Tentu saja aku tak mau melepasnya. Alas an pertama karena aku di amanahkan untuk menjaga ini. Dan alasan kedua karena yang memakaikan dan memberikan amanah itu adalah kak muas . Dan akhirnya perjalanan di malam hari pun selesai. Tidak ada celup – celup seperti yang ku bayangkan dan yang kutakutkan.

Selanjutnya di pagi hari, seperti hari sebelumnya. Olah tubuh lagi. Setelah olah tubuh kembali ke camp. Bersih – bersih dan memasak. Saat memasak itulah lagi – lagi peserta laki – laki yang memasak. Aku mulai merasa tidak enak badan. Mungkin masuk angin. Setelah sarapan kembali kami di arah-kan ke lapangan. Di lapangan itulah kegiatan selanjutnya di adakan. Masih seputar games. Games kali ini, enam kelompok di bagi menjadi tiga kelom-pok lagi. Yaitu kelompok tanah, kelompok hutan dan kelompok sungai. Aku masuk di kelompok hutan. Tugas kami selanjutnya adalah membuat suatu karya dari alam berupa teater yang memanfaatkan alam sekitar den-gan tema kelompok hutan. Semuanya kebagian tugas. Dan saat presentasi, ternyata sukses. Tapi teta[p saja kami kena hukuman hanya karena sandal. Anggap saja para panitia dan steering comitte sengaja mencari kesalahan kami untuk menghukum kami. Tapi hubungannya juga tidak berat.

Narasi Hijrah Tubuh | 67

Dalam proses LDKXIII Hijrah tubuh UPKSBS UMI banyak sekali hal berke-san yang saya dapati salah satunya yaitu pada saat indoor. Dimana pada saat indoor saya mendapat banyak pelajaran. Salah satunya yaitu pada saat hari ketiga indoor. Pada waktu itu sekitar pukul 4 sore semua peserta dikumpul oleh steering dan dibagi perkelompok menurut divisi masing-masing. Pada waktu itu semua kelompok disuruh membuat sebuah karya dengan tema “Hujan dan Lingkungan”. Pada saat pembagian kelompok, saya mendapat kelompok yang membuat karya dalam bentuk music modern. Saya mer-upakan kelompok ketiga dari semua kelompok music modern. Kelompok saya pada waktu itu terdiri dari 6 orang. Ada saya,rahman,iman,alam,pu-tri dan anggi. Masing-masing kelompok pun memiliki pendamping mas-ing-masing. Pendamping kelompok saya yaitu kak acho LDKXII. Setelah pembagian kelompok, kamipun berdiskusi untuk membuat karya apa yang kami akan buat. pertama-tama kami merasa pusing untuk mencari ide , tetapi lama kelamaan pikiran kami masing-masingpun terbuka. Kami berdiskusi menungumpulkan ide-ide masing-masing dan ditampung untuk dicari yang terbaik. Pada waktu itu, kami sudah tidak dibatasi oleh panitia tetapi tetap dalam pengawasan pendamping.

Pada malam hari setelah makan, saya dan kelompok saya beserta pendamp-ing berkumpul untuk mendiskusikan lagu yang kami bawakan. Pada waktu itu salah satu teman saya sudah merangkai kata-kata untuk dijadikan lagu. Melalui kesepakatan bersama, disepakatilah lagu itu tetapi dengan per-timbangan-pertimbangan yang telah didiskusikan. Tapi tidak sedikit juga kata-kata yang ada dalam lagu tersebut diganti. Kami pun mencari mu-sic yang pas untuk lagu tersebut dengan menggunakan gitar saja. Sekitar pukul 21.30 WITA kami dipindah tempat diwarung yang ada didepan baru-ga somba opu dimana kami awalnya diteras baruga. Kami berdiskusi seka-ligus cerita-cerita hingga pukul 00.30 WITA. Tidak terasa waktu kamipun bergegas tidur. Keesokan paginya kamipun bangun, sekitar pukul05.00WI-TA dan dilanjutkan dengan olah tubuh yang setiap hari kita lakukan pada saat indoor. Setelah olah tubuh, dilanjutkan dengan sarapan. Seperti bia-sa kalau sarapan pagi kita hanya memakan dua biji kue dan segelas teh. Setelah sarapan kamipun bergegas untuk mandi beserta mengganti pa-kaian kami. Setelah mandi dan mengganti pakaian, saya dan teman-teman yang lain berkumpul dengan masing-masing kelompok untuk melanjutkan

INDRA HERNAWANKarya

68 | Narasi Hijrah Tubuh

latihan membuat karya yang disuruhkan oleh steering.pada waktu itu, saya dan teman kelompok saya berkumpul ditengah-tengah rumah. Pada saat itu, kelompok saya tinggal membuat music untuk lau kami karena lirik su-dah dibuat tadi malam. Ketika kami berkumpul pada watu itu, alat music yang kami pakaipun terbatas. Kami cuma mendapat kejon yang kelompok lain tidak pakai. Sedangkan itu gitar kami tak punya. Sementara itu kelom-pok 1 sedang latihan menggunakan dua gitar. Jadi kita berinisiatif untuk meminjam gitar tersebut demi kelangsungan latihan kami. Tidak mudah juga untuk meminjamnya tetapi kamipun berhasil juga dengan berbagai macam cara untuk meminjam gitar tersebut. Setelah gitar saja, kamipun melanjutkan latihan kami. Ini merupakan pengalaman baru bagiku karena ssebelumnya saya tidak pernah membuat lagu apapun dengan musiknya. Kami latihan dari jam 9 pagi sampai sore sekitar pukul 5.

Pada proses membuat karya dikelompok saya, saya bertugas memaikan kejon. Pada waktu itu, ternyata tidak mudah untuk membuat music dalam sebuah lagu karena membutuhkan banyak ide-ide agar lagu tersebut dapat indah didengar. Pertama-tama kelompok saya latihan didalam rumah, kare-na keadaan rumah pada waktu itu terlalu berisik karena kelompok lain juga latihan kamipun sepakat untuk pindah tempat. Kami berpindah ke kolong rumah. Disana tidak begitu rebut karena jauh dari kelompok-kelompok lagi yang juga sedang latihan. Pada saat kelompok saya latihan, beberapa kali alunan music yang kami gunakan diganti. Ketika music sudah dirasa pas untuk lagu kami tiba saatnya untuk vocal menunjukkan suaranya. Da-lam vocal waktu itu dua teman cewek kami yaitu anggi dan putri. Tidak gampang juga mereka bernyanyi belum lagi pembagian suara yang diajar-kan oleh pendamping kami. Sementara kami berlatih tidak terasa waktu hampir jam 5. Kami merasa kaget karena tidak terasa sebentar lagi kami akan tampil. Pada waktu itu juga kami lupa untuk menamakan kelompok kami. Tapi telah dipikir-pikir bersama dan kamipun mendapat nama untuk kelompok kami. Tarue Akustik, merupakan nama kelompok kami. Nama tarue akustik diambil dari, tarue menurut teman saya merupakan baha-sa Makassar dari pelangi. Kebetulan dalam kelompok saya semua berbe-da juruan, sama dengan pelangi. Pelangi memiliki berbagai macam warna yang berbeda. Kenapa kami ambil pelangi? Karena pada wwaktu itu musim hujan dimana jika setelah hujan muncul juga pelangi dan juga tema untuk membuat kareya pada waktu itu yaitu hujan.

Tepat pukul 5 sore kami berhenti untuk berlatih karena pada saat itu kami diberikan batas sampai jam 5 untuk berlatih. Kelompok saya berkumpul

Narasi Hijrah Tubuh | 69

membuat lingkaran dan mendengarkan penyampaian dari pendamping kami. Pada penyampaian oleh pendamping kami, diselingi juga doa untuk menutup latihan. Pesan dari pendamping kelompok saya yaitu beruasaha tampilkan yang maksimal, benar salah tidak apa-apa karena ini merupakan sebuah pengalaman. Tiba saatnya pementasan. Pementasan malam itu di-namakan malam apresiasi. Pada malam apresiasi kelompok yang pertama tampil dari LDKXIII yaitu dari Padat akustik. Dan kelompok saya tempil pal-ing terakhir pada LDKXIII. Sebelum tampil saya kebelakan panggung den-gan teman saya. Saya menunggu sekitar 20 menit untuk tampil. Pada saat dibelakang panggung, saya dan kelompok saya duduk melingkar beserta pendamping. Kami diberikan arahan dan juga berdoa sebelum tampil. Dan tiba saatnya kelompok saya untuk tampil, pertama kami masuk dipanggu-ng beriringan dengan kondisi panggung yang gelap. Sementara itu semua alat music disiapkan oleh panitia untuk masing-masing teman kelompok saya. Setelah kami siap, lampu panggung pun menyala. Didepan panggung sudah tida terlihat wajah penonton kerena lampu yang begitu silau. Yang terlihat pada waktu itu Cuma bayangan yang tidak jelas.

Cahaya lampu tersebut membuat ketegangan kami berkurang. Setelah teman kelompok saya siap sayapun menghitung dan kamipun menampil-kan lagu yang kami ciptakan. Lagu kami berjudul Iringan Hujan. Sekitar tiga menit kelompok saya tampil, dan hasilnya cukup memuaskan. Ketika kelompok saya selesai tampil pertama cahaya lampu mati dan kamipun keluardari panggung dengan perasaan lega. Ini merupakan pengalaman baru bagi saya. Malam apresiasi malam itu merupakan penutup yang indah dalam proses indoor LDKXIII “Hijrah Tubuh”.

70 | Narasi Hijrah Tubuh

Susana Malam yang Indah

Proses outdoor merupakan salah satu tahap dalam penerimaan anggota baru diUKM Seni UMI. Dalam outdoor sebelumnya telah ada tahap dari tes kemampuan peserta sampai pembekalan untuk outdoor. Sebelum out-door, terlebih dahulu ada proses pembekalan sebelumnya yaitu pembeka-lan outdoor. Tanggal 4 februari 2015, semua peserta berkumpul diMesjid Umar bin Khattab untuk pembekalan outdoor. Pada saat pembekalan out-door kami ditanya perlengkapan apa saja yang dibawa pada saat outdoor dan juga dibagi pendamping tiap masing-masing kelompok. pembekalan outdoor juga diisi dengan olah tubuh. Pembekalan outdoor selesai hingga pukul 19.30WITA. Keesokan harinya, saya dan kelompok saya memper-siapkan perlengkapan tim kami. Kami berkumpul dimesjid umar bin khat-tab dengan membawa perlengkapan tim untuk dipacking. Kami selesai packing perlengkapan tim jam 5 sore dan kami langsung membawa carrier yang berisi perlengkapan tim kesekretariat untuk disimpan karena sudah perjanjian waktu kemarin bahwa perlengkapan akan dikarantina. Setelah menyimpan perlengkapan, kamipun pulang kerumah masing-masing un-tuk mempersiapkan diri karena esok harinya marupakan outdoor. Pada tanggal 6 februari 2015 tiba saatnya outdoor.

Semua peserta berkumpul disekretariai UPKSBS UMI pukul 7 pagi. Setelah semua sudah siap kami pun berjalan menuju auditorium aljibra den-gan membawa tas masing-masing. Pada saat diauditorium kami berbaris menurut kelompok. Pada saat itu, mungkin semua peserta menghiraukan penyampaian dari panitia jadi semua peserta disuruh mengambil jatah dengan cara push up. Setelah itu pelepasan dari kak andreas, lalu semua peserta menaiki bus yang merupakan transportasi kami ke lokasi outdoor. Tempat pelaksanaan outdoor berada dibengo-bengo maros. Disana mer-upakan hutan pendidikan unhas. Lama perjalanan dari kampus menuju lokasi outdoor memakan waktu sekitar 2 jam. Kami tiba dibengo-bengo sekitar pukul 11.30WITA. Pada saat sampai, kamipun turun dan berkum-pul didepan warung yang ada didepan lokasi outdoor. Kebetulan pada hari itu hari jumat, jadi yang laki-laki bergegas kemejid untuk sholat ju-mat. Setelah sholat jumat kamipun berkumpul dengan berbaris menurut kelompok. Cuaca pada waktu itu cukup cerah dan juga panas. Belum lagi kami mengambil jatah push up yang diinstruksikan oleh panitia karena kesalahan yang kami buat. Setelah itu, kamipun berjalan dengan berir-ingan menurut kelompok serta membawa perlengkapan masing-masing menuju lokasi outdoor. Tiba dilokasi kami disambut dengan spanduk yang

Narasi Hijrah Tubuh | 71

bertuliskan selamat dating diperayaan tubuh dialam. Kami tiba dilokasi sekitar pukul 13.30WITA. Pada saat sampai terlebih dahulu kami berbaris memndengarkan instruksi dari panitia. Kemudian setelah itu bagi peserta cowok mendirikan tenda untuk cewek terleih dahulu, setelah itu barulah mendirikan tenda untuk cowok. Disamping itu, peserta yang cewek dimas-ing-masing kelompok bergegas membuat makanan untuk santap siang kami. Kami diberikan waktu sekitar 45 menit untuk memasak maupun makan.

Berlangsungnya kegiatan outdoor yaitu 3 hari dari tanggal 6-8 februari 2015. Pengalaman yang berkesan saya pada waktu outdoor terdapat pada malam terakhir. Pada saat itu kak deka datang dengan bertanya siapa yang punya penyakit. Yang punya penyakit diberikan tali rapia pertanda bahwa dia memiliki penyakit. Sekitar pukul 12 malam kami berkumpul dengan berbaris menurut kelompok berjalan kedaerah yang saya kira akan diada-kan jurit. Sampai dilokasi, ternyata kami jalan masuk kedalam sebuah ling-karan yang dikelilingi obor. Ketika semua peserta masuk, kamipun duduk. Ketika duduk kak deka langsung mengeluarkan penyampaian. Penyam-paian tersebut merupakan “ini adalah malam terakhir outdoor lalu sudah tidak ada lagi acara setelah ini, sekarang merupakan malam ramah tamah UPKSBS UMI”. Ternyata feeling saya salah tentang adanya jurit ternyata ti-dak. Pada malam ramah tamah semua peserta ynag mau tampil dipersilah-kan tampil karena sudah disediakan gitar dan juga djimbe. Saya mengambil giliran untuk tampil. Saya tampil memainkan djimbe dan gitar dimainkan ooleh ambank. Setelah dari oeserta tampil dilanjutkan penampilan dari kakak-kakak dari UPKSBS UMI. Sebelum tampil, terlebih dahulu penyam-paian-penyampain dari kakak-kakak panitia.

Sementara berlangsungnya malaam ramah tamah kami disuguhkan den-gan bubur kacang ijo yang dibuat oleh kakak-kakak cewek dari ukm seni umi yang dimana kajang ijo sebelumnya kami kumpul. Berlangsungnya malam ramah tamah kira-kira hingga pukul 00.30 WITA. Setelah selesai, kamipun kembali ketenda untuk beristirahat karena esok harinya merupa-kan hari terakhir outdoor. Pengalaman pada malam ramah tamah mer-upakan pengalaman yang sangat berkerkesan diantara yang lain. Tanggal 8 februari, merupakan hari terakhir outdoor. Saya bangun sekitar pukul 9 pagi sementara teman-teman saya yang lain sudah bangun terlebih dahulu dan memasak untuk sarapan pagi kami. Setelah sarapan pagi kami bergegas untuk pulang. Semua tenda maupun

72 | Narasi Hijrah Tubuh

perlengkapan dipacking dan dimasukkan kedalam carrier maupun tas. Sebelum pulang kami berkumpul dan diinstruksikan oleh panitia untuk membuang sampah-sampah ketempatnya. Sebelum pulang juga kami sem-patkan berfoto-foto bersama peserta lainnya. Tepat pada hari itu juga kaka den LDKXI berulang tahun. Dengan berbagai cara yang telah didiskusikan untuk membuat surprise buat kaka den. Dan surprise itu berhasil, outdoor kali ini smemiliki sangat banyak cerita yang mungkin tidak bias dituliskan dengan kata-kata. Tiba saatnya pulang kamipun berjalan meuju bus yang mengantar kami pulang dan kami langsung naik di bus tersebut. Kami pulang sekitar pukul 12.00 WITA. Ketika di bus semua teman-teman tidur karena capek dalam kegiatan kali ini. Kami tiba dikampus kembali eseki-ta pukul 15.00 WITA. Sangat senang rasanya telah pulang kembali berarti semakin dekat saya menjadi anggota dari UPKSBS UMI dengan melewati berbagai tahap-tahapnya.

Narasi Hijrah Tubuh | 73

IQRA FAHRESA....

74 | Narasi Hijrah Tubuh

Hal yang sangat ditunggu-tunggu pada saat indoor adalah malam apresiasi. Sangat ditunggu-tunggu oleh para peserta maupun para senior LDK sebel-umnya. disini peserta ingin mmperlihatkan kemampuan mereka. Akhirnya hari yang ditunggu-tunggupun tiba. Setelah pembagian kelompok semalam dan pnentuan tema, paginya kami langsung latihan. Seperti aktivitas sebel-umnya, kami olah tubuh. Lalu pergi meembersihkan diri, setelah itu mulai latihan. Saya tergabung dalam divisi musik, kelompok 1. Kami terdiri dari 5 orang. Hal pertama yang dilakukan pada pagi ini yaitu membuat syair lagu yang hendak dipentaskan. Dengan tema hujan dan lingkungan.

Butuh waktu sekitar 1 atau 2 jam membuat syairnya. Setiap orang mini-mal membuat syairnya masing-masing, lalu digabungkan. Kemudian kami mulai mencari iramanya. Setelah beberapa menit dan jadi. Kami langsung memulai latihannya. Dengan meminjam sebuah gitar,jimbe,bass,dan warakas, kamipun memulai latihan. Latihan berlangsung selama beberapa jam, hingga geladi bersih. Selesai itu kami langsung istirahat.

Malam pun tiba. Acara yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Dengan perasaan berdebar kami menuju belakang acara begitu dipanggil oleh panita. Awalnya saya sempat gugup, tetapi berusaha menganggapnya san-tai. Terdengar tepuk tangan meriah yang bertanda bahwa penampilan se-belumnya telah selesai dan sebentar lagi penampilan kelompoknya kita. Setelah berdoa kami langsung menuju ke panggung. Disana kami langsung mengambil setiap posisi masing-masing. Beberapa lama kemudian lam-pupun dinyalakan terdengar tepukan tangan meriah para penonton. Lalu suara gitar terdengar, disusul suara jimbe, lalu suara bass yang dimainkan oleh saya sendiri. Tetapi sayangnya vocalis kami sangat gugup hingga lupa liriknya, dia bahkan gemetaran. Suaranya tidak keluar dan ia hanya diam saja, semua penonton terheran-heran. Panitia di samping panggung berte-riak-teriak menyuruhnya menyanyi. Sejujurnya saya sangat kecewa, kare-na sudah melakukan yang terbaik tetapi hasilnya seperti itu. Saya bahkan lupa bagaimana hingga lagu itu bisa selesai. Akhirnya lampu di padamkan dan kami langsung turun dari panggung. Selama sisa acara saya tidak bisa menikmatinya. Masih terus terbayang bagaimana pentas pertama yang jadi kacau balau. Tetapi setelah diberi nasehat oleh salah satu panitia, alhamdu-lillah rasa kecewa itu sedikit berkurang. Dan sayapun bisa lanjut menikma-ti acara itu dengan perasaan sedikit lega. Dan bisa tertawa seperti lainnya.

KHUSNUL KHATIMAHMALAM PERSEMBAHAN

Narasi Hijrah Tubuh | 75

Malam Kuhijrah Tubuh

Berbagai macam proses telah dilewati untuk menjadi anggota muda UPKSBS. ,mulai dari pengambilan formulir,pengembalian, TKP, pengumu-man TKP, pembekalan Indoor, Indoor, lalu pembekalan outdoor. Dan proses sekarang yang sedang diikuti yaitu Outdoor. Kegiatan kali ini dilakukan di Camba, desa Bengo-bengo.

Setelah mengikuti kegiatan seharian, kami diijinkan untuk beristirahat. saya dibangunkan oleh panitia pada pukul 04.00 pagi hari. Saat bangun, tenda dalam keadaan kosong, teman-teman saya yang lainnya sudah tidak ada,Begitu keluar dari tenda, saya melihat beberapa teman-teman sudah berada diluar tenda dan berkumpul dengan panitia. kami dibagi menjadi beberapa kelompok. dengan membawa headlamp dan alat tulis, kamipun di tuntun menuju hutan. Saya bersama 4 orang teman lainnya, berjalan menu-ju hutan dengan penerangan 2 headlamp, yang dipakai oleh saya dan salah satu teman saya. Kami diminta menulis apapun yang ada dijalan, apapun yang kami lihat. Selama perjalanan kami hanya mendengar suara-suara jangkrik, burung hantu, dan bunyi-bunyi langkah kaki.

Begitu melihat sebuah cahaya (obor) kami langsung berhenti. Disana ter-dapat beberapa panitia, dan kami langsung disuruh berwudhu, lalu kami diberikan gelang merah. Setelah itu kami melanjutkan perjalanan. selama perjalanan kami berhenti setiap melihat ada obor. Disetiap tepat pember-hentian kami diberi amanah oleh panitia, dan diminta untuk menjagan-ya. Hari sudah mulai pagi begitu kami tiba di lapangan, disana sudah ada teman-teman lainnya yang terlihat sedang menyelesaikan catatan proses mereka. Lalu kami disuruh untuk bergabung di penampungan bersama dengan teman-teman lainnya dan melanjutkan catatan proses kami.

76 | Narasi Hijrah Tubuh

MUH. CIPTA ISMAYA SIndahnya Kebersamaan. Didalam Kebersamaan itu

terdapat Sebuah Cinta

‘Indoor’Awal keberangkatan dari sekretariat UPKSBS UMI pada jam 09.00 WITA. Pada awalnya kami di suruh kumpul oleh penitia di hari sebelumnya jam 07.00 WITA, setalah dari beberapa teman sudah berkumpul di sekretar-iat, ada dari panitia mengabsen, tapi ada beberapa teman belum sempat datang. Setelah semua terkumpul kami di beranngkatkan menaiki kend-aaran aparatur negara (TNI) yang di mana di mobil tersebut awal dari kebersamaan itu. Di mobil truk tersebut kami bercengkrama dengan be-berapa teman-teman, ada yang juga sibuk bermain gedget, ada juga yang menyempatkan berkenalan antara sesama peserta LDK XIII ‘Hijrah Tubuh’. Tak lama waktu berselang kamipun tiba di lokasi ‘indoor’ yang di mana kami di sambut oleh panitia dan pengurus di lokasi. Waktu terus berjalan tak terasa sudah jam 12.00 WITA. Setelah kami di sambut dan di beri ara-han orah pengurus kamipun melakukan sholat jum’at yang tak jauh dari lokasi indoor. Setelah semua telah di laksanakan kami semua kembali kelo-kasi. Di mana kami bersama teman peserta yang belum saling mengenal jadi akhirnya saling mengenal. Dan selama materi berlangsung kami hanya sempat becengkrama dengan beberapa teman. Waktu terus berjalan, tak terasa waktunya pembagian kelompok, di mana saya sendiri mendapatkan kelompok acoustik, dari situlah awal bermulanya timbul rasa itu. Tak tesa sudah malam apresiasi di mana malam itu, malam yang sangat mendebar-kan buat saya. Karena malam tersebut cinta mulai kami rasakan.

Bercengkrama dengan Alam‘Outdoor’Awal keberangkatan ‘outdoor’ pada hari jum’at tanggal 6 – Februari – 2015 jam 08.00 WITA kami semua berkumpul di parkiran Aula Al-jibra UMI di mana kami semua di kumpulkan oleh panitia sebelum menaiki bus kelo-kasi ‘outdoor’ di desa bengo-bengo. Setelah semua sudah berkumpul kami di lepas sambut oleh Ketua Umum UPKSBS UMI. Setelah semua sudah ber-kumpul kami di berangkat kelokasi. Sambil menikmati perjalanan. Kami menikmati indahnya pemandangan di dekat lokasi perayaan Hijrah Tu-buh. Alam memang bagitu indah untuk di pandang dan di nikmati. Setelah sampai di lokasi kami semua bersiap-siap melakukan sholat jum’at berja-maah yang tauh dari lokasi perayaan Hijrah tubuh, waktu terus berjalan

Narasi Hijrah Tubuh | 77

kamipun selesai melakukan sholat jum’at, dan selanjutnya kami berjalan menaiki tebing yang begitu curam dan di kelilingi indanya pohon-pohon pinus yang ada di sekitar loaksi perayaan tubuh, meskipun terasa capek tapi kami menikmati semuanya. Setelah berjalan cukup jauh, kami sampai di lokasi camp, sambil di beri arahan ada juga teman-teman yang sibuk me-masang tenda untuk kami beristirhat, ada juga yang menyiapkan makan siang, setelah semua telag terpasang dan makan siangpun selesai, kami beri arahan untuk melakukan perayaan Hijrah tubuh di alam bebas sambil menikmati indahnya pemandangan di sekitar. Waktu terus berjalan sem-painya di di lapangan yang tak jauh dari camp kami, kami di bagi menjadi beberapa kelompok, di mana saya berada di kelompok 1 yaitu sungai, di mana di sungai itu saya bisa merasakan lebih dekat yang namanya alam bebas. Sambil menikmati alam bebas kami semua melakukan meditasi un-tuk lebih bisa merasakan yang namanya alam bebas, waktu terus berjalan kamipun selesai melakukan meditasi dan kami kembali ke camp untuk bersiap-siap melakukan kegiatan perayaan Hijrah Tubuh selanjutnya. Tak terasa kami sudah melewati hari-hari di lokasi ‘outdoor’ desa bengo-ben-go. Malam terakhirpun tiba, di mana malam terakhir itu di bawa menuju lokasi ramah tama, yang mana malam ramah tama itu kami di kelilingi oleh indahnya pancaran bulan di taburi oleh berjuta bintang di langit dan di kel-ilingi beberapa pohon pinus yang berada yang tak jauh dari lokasi ‘outdoor’ perayaan Hijrah tubuh.

78 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD HARISLakonku

Di pagi yang sangat cerah akupun di bangunkan untuk mengikuti olah tu-buh. Di saat aku terbangun rasa kantuk belum juga hilang , Aku pun menuju ke tempat olah tubuh. Dengan berjalan yang sangat lelah . di pagi yang cer-ah itu pukul 05.12 saya mulai melakukan pemanasan agar badan tak kaku dan sayapun merasa hangat, kamipun berlari mengelilingi benten sumbo pu dengan semangat rasa kantuk mulai hilang . Di beberapa putaran ada peserta yang sangat lelah hingga dia hampir pingsan ,diputaran terakhir kami langsung membentuk sebuah lingkaran dan melakukan olah tubuh. pertama tama kepala kami angkat hingga terasa dan memutar mutarnya, dan rasa kantuk itupun sudah hilang . . saya sangat menikmati olah tubuh ini ketika kita berbaring kami mengangkat kaki sejengkal bersamaan den-gan kepala , saat kami mencoba terasa berat dan banyak peserta yang tak tahan tetapi saya sangat menikmati gerakan olah tubuh ini, kami pun mem-bentuk kuda kuda yang kuat dan teman kami akan naik di atas , saya hanya menjaga keseimbangan agar teman saya tidak jatuh.

Di saat materi musik kami di kelompokkan dan membuat karya Musik karya musik kami adalah puisi , kami pun latihan untuk membuatkan musik di puisi kami Mangemen di kelompok kamipun membagi tugas ke-pada kami yang mengeringi musik pada saat itu saya ada di bass , kami cuaman latihan beberapa menit saja dan tampil pada penampilan terakhir penampilan kami cukup bagus di siang hari itu.

Adapun yang saya senangi , ketika di malam apresiasi karena latihan kami yang sangat singkat . kami bisa tampil dengan bagus sayapun menikmati peran saya sebagai rakyat yang mencari air .ketika suasana malam sangat dingin saya pun tertidur saat menyaksikan penampilan peserta lainya. Saya terbangun ketika panitia mempersembah-kan karya musiknya , penampilan panitia di malam itu sangat menghibur kami rasa kantuk yang kurasakan lenyap seketika .dan ketika acara di tutup panitia mempersembahkan lagu , semuah peserta berdiri dan mengenggam tangan dan benyanyi bersama , saya senang di malam itu.

Narasi Hijrah Tubuh | 79

Karya Alam

Di pagi hari yang cerah matahari pun menyinari kami hingga kami terban-gun. Tepat jam 07.00 pagi sesudah sarapan kami di arahkan ke sungai un-tuk membuat karya yang akan di tonton oleh semuah panitia . Di sungai kita membuat karya alam yang berhubungan dengar air , karena banyak-nya kami satu persatu membuat karya masing masing . sayapun membuat karya sebuah rumah adat , dan peserta lainya pun membuat karya masing masing , di saat karya selesai kami membuat musik dan mencocokkan ger-akan tari dengan musik . alat musik yang kita pakai hanya batu , bambu , kayu adapun sendal , kami pun latihan . di saat kami meninggalkan lokasidi perjalanan hujan turun begitu deras ketika kita kembali ke sungai semua karya kami hancur , kamipun membuat karya yang baru .

Tepat jam 05.00 sore , semua panitia dan peserta tiba di lokasi kami dan tak sabar melihat karya kami . Akhirnya kami memulai karya, yang di mulai dengan penari karena teman kita ada yang sakit maka tari di gabungkan dengan teater lalu di penulisan kami hanya meniru suara binatang hingga penonton tertawa dengan kami . di saat penampilan selesai ada satu peser-ta yang keberatan dengan kelompok kami , hingga akhirnya kami di beri sangsi sama dengan kelompok yang lain.

Hujan pun mulai redah dan kami berbaring di antara kotoran binatang dan melakukan gerakan melipat kaki , hingga kaki merapat di tanah . saya tak bisa bernafas ketika melakukan gerakan itu tapi saya memaksakan diri untuk bisa bergabung di upksbs . Panitia pun berlari menginjak air yang ada di sekitar kami , mata kami perih , sayapun bersabar dan bersemangat menjalalani sangsi tersebut.

Ketika malam , peserta di bangunkan dan masing masing peserta memba-wa matras dan gelas . sesampai di tempat tujuan kami masuk ke lingkaran obor pada saat itu sayapun merasa hangat . peserta memberi kesan kesan selama mengikuti outdor adapun yang menyumbangkan lagu.Panitia pun membagikam bubur kacang hijau kepada peserta . di malam itu rasa kantuk dan dingin hilang sekejap , panitia pun menghibur kami dengan permainan musiknya kami pun ikut bernyanyi. Dan berdiri sam-bil mengenggam tangan sambil mengayunkanya . Malam itu adalah malam terakhir kami di Outdor dan sayapun sangat bahagia di malam itu.

80 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD REYHANMalam Apresiasi

Berapa hari lamanya kami melewati beberapa proses itu. Mulai dari pendaftaran, tes kemampuan, indoor, dan outdoor. Dan yang paling aku in-gat dalam cela-cela sesi proses tersebut adalah ketika malam apresiasi seni di tahap outdoor.

Malam itu kami bersiap-siap diri untuk tampil diatas panggung tersebut, perasaanku agak gugup, mengapa tidak, nanti adalah penampilan perta-maku membacakan syair puisi diatas panggung yang penontonnya bisa dibilang lumayan banyak. Aku akan menampilkan teatrikal puisi diatas sana dan tidak tau harus bagaimana dan kemana agar penampilan tersebut tidak mengecewakan.

Setelah mendengar arahan dari kak Boncu dan kak Veno aku mencoba mengulang dan menghafal sedikit syair tersebut dengan mencoba-coba berbagai macam ekspresi aku berjalan kesana kemari sambil memegang secarcik kertas yang berisikan sajak-sajak puitis tersebut. Yang lain tampak sibuk dengan konsep penampilan mereka, sepertinya mereka sama den-ganku. Mereka semua terlihat agak canggung membebaskan diri, seakan terkurung oleh jeruji malu, iya! Mereka agak malu-malu untuk tampil all out diatas panggung nanti.

Tepukan tangan sudah tiba, pertanda penampilan kelompok yang mem-buat kami menunggu tadi telah selesai. Sekarang apa? Kami saling me-nengok satu sama lain. Sekarang adalah giliran kami. Setelah diantar dan diperkenalkan oleh MC diatas panggung, kami melangkah dan menunggu dibelakang panggung. Hingga saat mereka menyebut dan memanggil nama divisi kami “Jarum-jarum pena” dengan wajah secercah harapan kami mu-lai melangkah berdiri didepan panggung yang satu mengatur senar gitar, satu berbincang mengatur apa yang akan dilakukan nanti, satu dua bereak-si seperti orang sibuk menyiapkan segala halnya, dan aku bersiap dengan mantap duduk dipanggung sesuai konsep sambil mengangguk asal dan menjawab pertanyaan sok sibuk dari temanku. Lampu penggung detik itu dimatikan sementara untuk persiapan kami.Beberapa menit kemudian, lampu seketika dinyalakan. Kami sudah siap. Lantunan gitar mulai berintonasi dengan pelan nan indah.

Setelah bernyanyi dan membacakan sedikit musikalisasi puisi. Kini giliran

Narasi Hijrah Tubuh | 81

Fajrin, dia mulai berdiri dari barisan yang kutempati duduk bersama teman yang akan menampilkan teatrikal nanti. Aku melihatnya dengan sangat-san-gat gugup dan berharap akan ada yang merasuki ku setelah pembacaannya nanti. Aku menutup mata sejenak menghindari kontak dengan penonton, mengatur nafas dan tiba-tiba terlintas video Alm W.S Rendra yang tadi sore sempat kunonton.

Aku kemudian membuka mata dan berdiri melangkah kedepan panggung, dihadapannya aku mulai mengucapkan baris demi baris syair yang kubuat itu. Seakan bukan tubuhku, aku bergerak bebas mengekspresikan kata tiap katanya, menari dan berteriak mengikuti irama puisi. Laksana sepasang kekasih yang berbincang tentang hujan. Tiba saat pertengahan, kepalaku mendadak kosong, aku bingung ingin mengucapkan apa lagi dan sudah sampai mana baris puisiku tadi. Penonton tiba-tiba diam dan panggung menjadi kosong. Aku melihat kertas itu cukup lama dan mencari baris itu. Kemudian aku berfikir, pertunjukkan harus berlanjut. Baris yang terlupa-kan tadi dengan inisiatifku sendiri menyambungnya dengan kata nurani. Setelah itu dilanjutkan sesuai rencana. Hingga kalimat akhir aku mem-buang kertas tersebut, seakan meniru pembacaan puisi Alm. W.S Rendra. Dan berbalik kembali kearah panggung, setelah itu satu persatu tepukan tangan dari seluruh penonton dan panitia UPKSBS penerimaan anggota UKM Seni UMI terdengar, menyibak suasana sepi di Baruga Benteng Somba Opu Makassar. Malam itu aku tahu, seni itu bukan sekedar bagaimana kita membaca, latihan dan berkarya. Tapi bagaimana kita membebaskan dan mengeksplorasikan diri, mengatasi kekosongan dan kesalahan yang ada secara spontan, kreatif dan reaktif. Dan malam itu, aku laksana fakir seni, yang berhasil menyulap panggung padang pasir menjadi taman penuh se-merbak bunga.

82 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD SARWONOPerjalanan; Merayakan Tubuh

Jum’at, pukul 06.00 saat itu ku bangun dari tempat tidurku, dan ku dengar suara dari atap rumah ku. ku berjalan keluar lalu ku coba menengok ternya-ta hujan yang bersiarah di pagi ini. masuk ke dalam ku periksa kembali ta-sku apakah tak ada ketinggalan tuk perlengkapan di sana nanti. setelah itu sarapan pagi,mandi ,pakaian dan siap-siap menuju kampus umi sebelum ke sekret ukm seni, terlintas di pikiranku bahwa tampaknya aku lupa membeli sesutu, yah’ ku lihat ada indomaret di sana tak jauh dari pandanganku ku berjalan menuju ke tempat tersebut masuk ke dalam mencari hedline,botol Aqua,makanan ringan dll, lalu menuju ke kasir tuk membayar, setelah itu keluar wets’ ketemu dengan ketua kelompok 6 nama nya k’ahyar tampak-nya ia juga ingin membeli sesuatu, namun gerimis hujan belum redah. ti-ba-tiba k’ahyar menawarkan untuk sama-sama menuju ke sekret ukm seni dengan kendaraanya <motor> dengan laju kecepatan 40 m/jam akhirnya sampai di sekret nampaknya sudah banyak dari teman peserta yang lebih dulu datang. Suasana ketika hujan tlah berhenti daun-daun tua pun muda berserakan di tanah menjadi sampah.

Silih berganti jam menunjukkan pukul 08.10 para peserta LDK XIII di ar-ahkan menuju ke auditorium al jibra sbab, di sana bus yang kan di naiki sudah ada. Namun ada beberapa dari peserta blum tiba di lokasi, dan cuaca tampak terang matahari kembali mengejek seakan-akan kami adalah pa-kaian yang di jemur di bawah sini. Dan akhirnya semua peserta sudah leng-kap selesai di absen perempuan lebih dulu setelah itu laki2nya dan pani-tia meyusul 3 buah bis siap berangkat menuju maros. di perjalanan lewati camba pengunungan kulihat dengan mata mulut berbisu sejenak jantung berdetak kencang nafas tak beraturan akibat lokasi di samping kiri kanan jurang yang mendalam bagaimana tidak jalan nya berliku-liku tajam hing-ga melewatinya katakan “Luar Biasa”. akhirnya tiba di lokasi pemandangan lumayan bagus sawah-sawah terlihat subur dan matahari masi berseman-gat. “Hutan Pendidikan Unhas”.

Narasi Hijrah Tubuh | 83

Perjalanan; Pesta Perayaan Tubuh

Pukul 15.00 pm, kami melanjutkan perjalanan menyusuri jalan setapak si hutan ini. Hutan masih terlindungi dan sangat teduh, di tengah perjalanan tepatnya samping kanan terdapat penangkaran lebah. Mungkin karena san-gat menikmati perjalanan, kami pun sampai di lapangan. Tidak jauh dari pandangan kami, terlihat kabut yang menyelimuti pinus. Tempat ini sama persis dengan lembah yang berada di kaki gunung Bawakaraeng yaitu Lem-bah Ramma. Bukan hanya kami yang berada di sini beberapa macam satwa telah mendahului kami sebelumnya. Selanjutnnya pembagian kelompok, sebelumnya kami terbagi menjadi 6 kelompok, dan sekarang hanya di bagi menjadi 3. Kelompok tanah, hutan, dan sungai. kelompok saya tergabung bersama dengan kelompok 3 yang dimana saya adalah kelompok 6. Kami di sebut kelompok tanah. Berbicara tentang tanah sangatlah luas makna yang di miliknya. Tanah, merupakan tempat berpijak, untuk menanam , dalamn-ya terdapat banyak unsur seperti air, api, dan lain sebagainya.

Kami melakukan refleksi tubuh, dimana kami berusaha untuk menyatukan jiwa dengan alam. Saya merasakan jiwa saya larut oleh sugesti sehingga tubuh saya mengikut dengan suara-suara yang berada di sekitar saya. Ten-ang, sejuk dan tubuh saya terasa lebih ringan. Selanjutnya kami bermain games. Entahlah apa namanya, permainan ini melibatkan semua peserta dimana kami harus membawa satu lilin yang menyala untuk menyalakan lilin yang berada di ujung lapangan. Permainan ini tidak mudah, butuh solidaritas, kreativitas, dan tentunya fokus. Tantanganya ada , Air yang datangnya dari panitia dan hujan beserta angin. Setelah hampir sampai pada ujung lapangan untuk menyalakan lilin, sayangnya lilin kami mati. Terpaksa, kami mengulang lagi dari awal. Nah, disini terdapat cerita yang seru. Bagaimana tidak? Dengan penuh perjuangan, dimana kami basah kuyup karena mendapatkan air keruh yang entahlah ada campuran apa di dalamnya, sesampainya di ujung lapangan berkisar 2 langkah dari lilin yang di tuju, tiba-tiba entah dari mana asalnya, kami mendapatkan bonus yang baunnya sangat menyengat , sejenak kami terdiam dan saling melirik setelah tersadar kami langsung berhamburan. Ternyata, ranjau sapi alias kotoran sapi yang saya maksud.

Setelah games, kami kembali ke camp untuk membersihkan diri dari per-cikan ranjau yang menempel di pakaian kami. Pengalaman yang tak akan pernah terlupakan.

84 | Narasi Hijrah Tubuh

Diawali pada pagi hari ini yang begitu cerah saya dibangunkan oleh seo-rang wanita idamanku lewat telfon sekitar pukul 06.00 pagi. kemudian bersiap untuk segera bergegas untuk mengikuti tahap kegiatan outdoor. Banyak pengalaman-pengalaman baru yang saya dapatkan disini baik itu secara langsung maupun tidak langsung.

Banyak moment-moment yang berkesan tapi, ada salah satu moment yang paling tidak bisa saya lupakan yaitu malam terakhir saat oudoor. Yah sebut saja malam ramah tamah. Awalnya disini saya sedikit bingung apa lagi yang akan dilakukan oleh para panitia? Mengapa semua ketua kelompok dipang-gil oleh panitia? Dan pertanyaan terakhir kenapa panitia harus membagi tanda tali merah bagi mereka yang punya penyakit? Tidak henti-hentinya saya bertanya-tanya dalam diri sendiri. Mungkinkah kami akan disuruh berlari lagi? ataukah kami akan melakukan olah fisik? Yah sedikit ragu tapi saya tetap memberanikan diri untuk lanjut mengikuti kegiatan tersebut.

Seiring jalannya waktu toa pun berbunyi pertanda semua peserta harus berbaris sesuai kelompoknya masing-masing. Kami diberi beberapa peng-arahan yaitu diarahkan untuk membawa matras untuk kelompok entahlah mau di apain itu matras . ah bodoh amat! Percaya diri saja apapun yang akan terjadi saya tetap melanjutkan kegiatan selanjutnya. Berhubung saya kelompok pertama, jadi kelompok saya yang disuruh jalan pertama mengi-kuti panitia yang sedang menuntun kami. Entahlah kami semua mau dibawa kemana. Yang pasti tempat itu melewati wc. Jalanannya cukup licin, nanjak serta turunan. Sampailah di tempat yang ingin dituju. Entahlah tempat apa ini, kenapa begitu banyak panitia dengan seragam PDHnya masing-masing. Saya mulai bertanya lagi apa sebenarnya yang akan dilakukan disini , men-gapa begitu banyak obor-obor api yang menyala? Mengapa kami disuruh mengelilinginya? Ah entahlah, saya tetap fokus pada perintah dari panitia. Setelah itu kami disuruh menggelarkan matras dan disuruh membentuk suatu lingkaran yang dikelilingi oleh obor-obor api yang seakan menghan-gatkan tubuhku sejenak dari tusukan-tusukan angin malam yang sangat dingin.

Dan akhirnya pertanyaanku yang sedari tadi membuat ku bertanya-tanya pada diriku sendiri terjawab juga. Api unggun yang seakan-akan membuat-ku terbangun oleh kantuk yang hebat menyapaku dengan lembut. Ternyata

MUHAMMAD ILHAM AZHARLingkar Ramah Tamah

Narasi Hijrah Tubuh | 85

semua yang ku pikir itu salah. Aku mengira akan disuruh berlari atau se-jenisnya. Yah inilah yang dikatakan malam ramah tamah. Disini kami saling sharing tentang apa saja atau masalah-masalah yang masih mengganjel di hati kami. Kami semua saling terbuka dan disini juga kami saling berbagi moment-moment dari itu nyanyi, bercanda bareng, bermain music bareng, bercerita bareng hingga tertawa bersama. Semua bebanku seakan hilang sejenak entah mengapa itu bisa terjadi yang pasti moment ini tidak akan saya lupakan dan pastinya akan aku kenang terus sampai kapanpun itu. Terima kasih untuk malam-malam terhebat ini wahai sahabat-sahabatku LDK RELAGALIGO XIII

86 | Narasi Hijrah Tubuh

Tampil; Tentang Yang pertama

Hari ini diawali diawali dengan bangun pagi dengan dibangunkan oleh seorang sosok perempuan yang membesarkan saya yaitu sosok seorang ibu saya dan kemudian saya bergegas untuk bersiap mandi dan mengikuti tahap indoor UPKSBS UMI.Nah disini saat yang memang sangat berkesan saat mengikuti tahap indoor ini yaitu saat memasuki materi music yang merupakan pilihan yang paling saya prioritaskan saat pemilihan divisi di formulir pendaftaran.Lalu kemudian memutuskannya bersama teman-teman kelompok saya.

Saat itu saya dibagi menjadi beberapa kelompok dan saat itu saya mulai bertanya kepada diri saya,teman seperjuangan dan para senior bahwasanya karya musik sepertia apa yang akan saya buat dan tampilkan dengan waktu yang teramat sangat singkat.Dalam membuat sebuah lagu itu saya merasa sangat bersemangat karena ini adalah kali pertama saya merangkaikan se-buah karya lagu di depan beberapa pasang mata yang akan menyaksikan dan akhirnya karya lagu yang dirangkaikan dengan beberapa macam alat music bisa selesai juga.

Tibalah saat menampilkan karya lagu kami.Dengan perasaan yang sangat penuh dengan kebimbangan akhirnya saya bisa bermain music dengan me-mainkan sebuah gitar akustik dengan memaksimalkan semua kemampuan saya.Dan Alhamdulillah bisa selesai juga walaupun dihadapan para senior masih kurang bagus mungkin tetapi saya sangat merasa bersyukur karena ini adalah penampilan perdana saya didapan beberapa pasang mata yang menyaksikan.Setelah menampilkan karya,saya berkata didalam hati bah-wasanya saya berterima kasih kepada para teman-teman kelompok dan para senior UPKSBS UMI karena tanpa kalian saya tidak akan bisa melaku-kan dan mendapatkan banyak pembelajaran hal seperti itu diluar sana dan kalian LDK RELAGALIGO XIII sangat luar biasa.

Narasi Hijrah Tubuh | 87

MUH. ILMI PADYALingkar Ramah Tamah

IndoorYang mengesankan menurut saya pada waktu indoor (hasta dan emperia) ialah pada ba saat dibangunkan pada pagi hari untuk olah tubuh yang di-mana menurut saya olah tubuh sangat berperan terutama demi kerileksa-sian, pengaturan nafas serta kebugaran saya sendiri. Saya berlari sekitar lokasi rumah adat baruga somba opu bersama teman teman peserta yang dilatih panitia. Seusai berlari beberapa gerakan kecil dilakukan dari kepala, tangan hingga kaki. Tentunya menurut saya semua gerakan itu sangat ber-manfaat bagi tubuh saya. Gerakan yang menurut saya sangat bermanfaat yaitu membuat kuda-kuda walaupun sangat susah dilakukan hingga nyeri yang saya rasakan pada paha saya.

OutdoorYang paling mengesankan menurut saya pada saat outdoor (perayaan tu-buh di alam) ketika saya dan kelompok saya yaitu kelompok 3 bersama kelompok 6 yang dinamakan kelompok tanah membuat suatu karya yang bertema bebas namun mempunyai unsur tanah. Kami membuat karya dengan judul “presiden bukan presiden” yang artinya presiden yang dip-ilih oleh masyarakat yang dulunya diberi kepercayaan oleh masyarakat untuk memimpin negeri seolah-olah kini malah ia dikontrol seseorang di belakangnya. Setelah kami presentasekan karya tersebut di depan para pe-serta lainnya dan panitia kami diberi pertanyaan. Adapun beberapa per-tanyaan yang tidak dapat kami jawab. Sebagai sanksinya kami bersedia di beri hukuman apa saja dari panitia. Kami pun menjalankan hukuman tersebut. Hikmah yang saya dapat dari ini semua yaitu harus bisa memper-tanggungjawabkan apa yang telah kita buat dan lebih serius dalam mem-buat karya.

88 | Narasi Hijrah Tubuh

Saat itu sekiranya pukul 22.00 bertempat di Baruga, Benteng Somba Opu saya dan teman-teman peserta LDK XIII UPKSBS UMI melakukan meditasi yang diarahkan oleh salah seorang anggota UPKSBS. Berawal dari menarik dan megeluarkan nafas secara teratur hingga rileks. Kemudian kami pe-lan-pelan menutup mata dan diarahkan untuk bereksplorasi dalam jiwa masing-masing dengan suasana latar setempat yang tenang.

Terdapat beberapa teman peserta mulai bereksplorasi dengan beberapa gerakan yang dihayatinya. Meditasi masih terus berjalan saya pelan-pelan seperti mendapatkan kenyamanan dalam diri saya nyaman dan semakin nyaman hingga meditasi berakhir.

Kekompakan Menuju KemenanganPada sore hari di lapangan yang terdapat beberapa ekor sapi, saya dan para peserta lainnya UPKSBS UMI memainkan sebuah game yang di mana, pera-turannya kami diberi satu lilin yang menyala yang harus dijaga hingga ti-dak boleh mati. Teman-teman yang cewek membuat suatu lingkaran kecil menutupi lilin yang menyala, sedangkan saya dan para peserta cowok yang lain mengelilingi lingkaran kecil yang dibikin cewek-cewek. Selain melind-ungi api lilin tersebut dari angin kami juga diberi cobaan yaitu kami disi-rami air oleh panitia. Yang kami pikirkan adalah bagaimana caranya agar lilin tetap menyala. Di pertengahan jalan lilin kami mati karena terkena air yang disirami panitia.

Kami kembali di tempat start pertama membakar lilin. Kali ini kami me-makai strategi lain yaitu dengan cara mengelabui panitia. Kami berhasil sampai pada garis finish walau kami dihujam air serta kotoran sapi yang dilempari oleh panitia. Pada garis finish salah seorang peserta yang me-megang lilin meneruskan api tersebut ke arah obor dan kami pun berhasil menyelesaikan game tersebut.

MUH. RIZAL TAHIRJiwa dan Ketenangan

Narasi Hijrah Tubuh | 89

Saat indoor proses setiap pagi selalu dibangunkan di pagi hari untuk men-golah tubuh, saat mengolah tubuh pertama-tama harus berlari memutari lapangan selama 3 kali. saat itu merasa sangat lelah dan ada juga yang merasa sangat bersemangat untuk mengikuti kegiatan ini. Setelah berlar-ipemasan selanjutnya merenggangkan tubuh seperti memasang kuda-kuda dan harus menahan tangan tanpa harus menurunkan tangan, begitu pula dengan kaki yang harus di tahan selama mungkin.

Tetapi saat indoor hari ke-4 pagi harinya kami melakukan olah tubuh tapi tidak seperti yang kemarin kami hanya melakukan lari dengan rute yang sangat pendek, hanya melakukan pemanasan dengan cara duduk Cuma melalukan oleh rasa dan meditasi sedikit yang mebuat tubuh menjadi tera-sa lebih enak dan mudah digerakkan dari pada yang sebelumnya.Kebersamaan

Setiap hari selalu bersama-samamelakukan semua kegiatan secara bersa-ma-sama seperti makan bersama, semua saling membutuhkan satu sama lain ada yang memasak ada yang menyiapkan bahan-bahan . saat selesai semua memasak untuk kelompok masing-masing secara bersama mulai menyantap makanan dengan enaknya. Saat itulah semua mengetahui arti dari kebersamaan dan bagaimana cara kerja sama yang baik.

Semua merasa senang tak ada yang terlihat seperti dalam keadaan sedih semua happy dengan kebersamaan yang tak pernah hilang. Apalagi saat pembentukan kelompok dan harus membuat satu karya yang harus di per-tanggung jawabkan.

MUHAMMAD ARGA SAPUTRA MPemanasan di Hasta Rasio & Emperia

90 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD BINTANG SQUARLETPengalaman Berharga

Salah satu pengalaman yang tidak saya lupakan adalah saat memasu-ki proses “Hijrah Tubuh” dimana saya harus menyelesaikan perkuliahan (akademik) dan organisasi (karya) yang keduanya sangat ingin saya tahu kedalamannya. Sekarang saya sadar bahwa waktu terus bergerak maju, tidak dapat berputar kembali dan kita harus memanfaatkan serta meng-hargai-nya sebaik mungkin. Pembelajaran ini membuat saya menguran-gi kecenderungan untuk menunda. Dimana saya sering menunda untuk melakukan tugas yang sangat penting untuk kehidupan saya kedepan.

Disisi lain, saya merasakan solidaritas yang sangat besar. Saat dimana kami belajar bersama, berekspresi, berdiskusi, mengolah jiwa raga dan masih banyak lagi. Solidaritas yang pastinya tidak memandang fakultas, suku, ser-ta tingkat kesejahtraan masing-masing ini membuat ide yang terkurung di dalam benak keluar tanpa rasa malu. Lalu kami gabungkan menjadi suatu karya yang bisa dibilang “lumayan” luar biasa bagi kita. Perasaan yang timbul berkat pembelajaran ini membuat kami haus berkarya, tidak takut untuk berkarya, bahkan lebih merasakan karya yang telah lahir terlebih dahulu tanpa campur tangan kami. Disinilah tempat dimana saya merasa telah terlahir kembali dengan jiwa yang lebih positif dan saling melengkapi langkah demi langkah satu sama lain di rumah kami yang baru.

Terimakasih atas pelajaran yang telah diberikan. Ini adalah sebuah ilmu yang sangat berharga dimana tidak semua orang bisa merasakannya. Saya yakin bisa melanjutkan budaya, tradisi, cita, cipta dan citra dari pendahulu kami yang pastinya tidak akan lelah membimbing. Kemudian saya merasa ini sudah menjadi sebagian aktivitas pribadi yang akan membawa kita ke masa depan yang lebih baik serta bisa menjadi bagian dari sebuah relasi dalam bentuk kekeluargaan.

Narasi Hijrah Tubuh | 91

Mengolah Jiwa dan Raga

Saat dimana melakukan olahtubuh, disaat itulah saya merasakan jiwa dan raga saya tercuci kembali.

Waktu itu subuh telah tiba, bangun lalu segera melakukan ibadah sholat subuh.Turun dari rumah rumah panggung lalu menghirup panjang uda-ra bersih dan bersuhu rendah ini membua tparu-paru saya terasa tercuci kembali. Merasakan dinginnya pijakan kaki, hembusan angin, bersihnya udara membuat indra semakintajam. Sungguh momen yang menyegarkan raga.

Setelah melakukan sholat subuh, kami berkumpul untuk segera memulai olah tubuh. Sambil mengolah tubuh, se-sekali kami melakukan beberapa lelucon ringan yang membuat kami tertawa bersama. Setelahnya, seorang pembimbing mengarahkan kami untuk jogging mengelilingi setengah blok di Baruga Sumba Opu. Dengan semangat, kami mengikuti seorang pem-bimbing yang ada di depan. Sambil jogging, sesekali kami bercerita ten-tang kejadia nlucu yang pernah dialami. Terkadang saking semangatnya, kami tidak sadar jika sudah berada di depan. Senang bias melihat kami bias tertawa bersama walaupun kami berbeda dari macam-macam fakultas, jurusan, suku bahkan sosialitas kami. Disinilah tempa tdimana saya san-gat merasa cocok untuk tinggal. Tanpa pengelompokan bahkankekerasan, membuat saya sangat betah berada di lingkaran ini.Saya berharap dalam lingkaran ini kami bias saling membantu menjaga, menyayangi, menghar-gai, dan saling menyayangi.

Terimakasih untuk para pembimbing di lingkaran ini. Tanpa kalian kami tidak akan mendapatka npelajaran yang berharga ini. Semoga kami bias menjaga namabaik UPKSBS-UMI, amin.

92 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD HASRUDINMalam Apresiasi Pementasan Jarum-Jarum Pena

Senin, 2 Februari 2015Indoor Hasta Rasio Dan Emperia LDK XIII UPKSBS UMI (Unit Pengemban-gan Kreatifitas Seni Budaya Dan Sastra Universitas Muslim Indonesia) di Benteng Somba Opu Aula Baruga. Salah satu proses peserta Relagaligo XIII untuk menjadi bagian dari UKM Seni UMI. Proses Indoor berlangsung 5 hari 4 malam, mulai dari tanggal 30-3 Februari. Dari kakanda-kakanda panitia sendiri memberikan kami Tema “Hujan Dan Lingkungan”. Membuat dan mengembangkan sebuah ide yang bersangkutan dengan kedua kata terse-but yang akan ditampilkan pada Malam Apresiasi nanti. Dimalam apresias-ilah semua peserta menuangkan ide-ide, bebas mengekspresikan dirinya sesuai kemampuannya masing-masing. Pada tanggal 2 Februari kegiatan malam apresiasi peserta relagaliigo XIII dimulai, malam apresiasi itu sendi-ri dimana setiap kelompok atau setiap divisi menampilkan karyanya yang dibuat dalam kurun waktu kurang lebih sehari di atas panggung didepan Kakanda-kakanda Senior dan masyarakat yang akan menonton. Tatanan panggung yang rapi, lukisan-lukisan menghias dinding aula, lighting yang gemilau yang menyorot peserta pentas, serta penonton yang antusias men-yaksikan pementasan. Begitulah gambaran suasana pada malam apresiasi saat itu. Jarum-Jarum Pena begitu sapaan divisi penulisan, menampilkan Musikalisasi Puisi dan Teatrikal Puisi.

Dimusikalisasi puisi menceritakan tentang kerinduan si pembaca terhadap seseeorang yang di sayangi dalam riuh kerjanya. Sedangkan Teatrikal Puisi menggamarkan tentang kehidupan bersama hujan, tentang alam yang ti-dak hanya dimanfaatkan tetapi juga harus dijaga kelestariannya. Disisi lain, seseorang yang diberikan air kehidupan dari langit, akan tetapi dia berang-gapan bahwa hujan adalah perusak segalanya, dan akhirnya dia tersadar ketika melihat orang yang berlalu lalang dengan menggunakan mantel, petani yang senang dengan turunnya hujan. Rasa penyesalan membuatnya ingin bersahabat dengan hujan.

Narasi Hijrah Tubuh | 93

Refleksi Tubuh Di Sungai

6 Februari 2015Hijrah Tubuh. Kegiatan Outdoor LDK XIII UPKSBS UMI (Unit Pengemban-gan Kreatifitas Seni Budaya Dan Sastra Universitas Muslim Indonesia) Di Kecamatan Camba Desa Bengo-Bengo tepatnya Penangkalan Hutan Rimba Fakultas Kehutanan Universitas Hasanuddin. Kegiatan ini berlangsung dari tanggal 6-8 Februari. Ini adalah salah satu proses menuju anggota muda UPKSBS UMI. Hijrah Tubuh atau perayaan tubuh di alam, yakni membiar-kan tubuh rileks dengan alam, keluar sejenak dari zona nyaman di kota, melepas semua kebiasaan-kebiasaan menoton yang sering di lakukan se-hari-hari. Perjalanan dari jalan poros menuju lokasi butuh waktu sekitar 15 menitan dengan berjalan kaki melewati track tanjakan.

Rentehan langkah peserta, barisan tak berkumandang, teriakan seman-gat panitia memberi warna berbeda pada siang hari itu. Sampai di tempat Camp, tenda pun berdiri, perut sudah terisi, langkah dilanjutkan kelapan-gan. Peserta berbaris sesuai kelompok masing-masing, pembagian lahan di bagi menjadi 3 yakni Tanah, Hutan dan Sungai. Kelompok 1 & 4 Sungai, Kelompok 2 & 5 Hutan, Kelompok 3 & 6 Tanah. Saya jatuh di kelompok sun-gai. Kaki pun melangkah menuju sungai, sampai di sana peserta mengam-bil posisi ternyaman, membuat tubuh rileks dan mencoba menyatu dengan alam. Refleksi tubuh pun dimulai, seperti halnya yoga pikiran harus ten-ang. Perlahan menutup mata dan mengatur nafas dengan sebaik-baiknya. Merasakan setiap derasnya aliran air sungai, suara burung berkicau, hir-up segarnya udara di alam, gesekan dedaunan, bunyi ranting pohon yang bergoyang. Mengumpulkan semua masalah hidup dalam satu titik. Fokus dan tetap fokus sambil mendengar arahan pemandu refleksi tubuh. Setelah semua masalah sudah menumpuk tariklah satu masalah yang dianggap se-rius, bayangkan anda meremasnya dan melemparnya jauh-jauh. Pemandu mengarahkan kami untuk meluapkan semua emosi dan rasa gunda dengan teriakan yang keras. Secara serentak peserta berteriak dengan kencang, meluapkan semua amarah yang membelenggu. Teriakkan, teriakkan, dan teriakkan. Usai itu peserta perlahan membuka mata sesuai arahan peman-du Refleksi Tubuh. Seketika perasaan lega, segar, bugar jasmani rohani. Merasa seperti terlahir kembali tanpa dosa. Kesegaran menghampiri diri, kesejukan hati membawa ketenangan dalam diri, seiring sejuknya alam.

94 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD IRFANKesulitan

Sabtu, 2 Februari 2015Untuk pertama kalinya di malam Apresiasi saya tampil memainkan alat musik suling di dua pertunjukan teater. Sebelum tampil dengan alat musik ini, saya ragu akan kesalahan memainkan alat musik tersebut. Penampilan saya di malam itu memotivasikan saya bagaimana cara menghargai waktu yang singkat dengan membuat karya yang memuaskan di mata para pe-nonton.

Saya mengiringi dua pertujukkan teater tadi dengan waktu yang bersa-maan membuat saya sadar akan pentingnya menghargai sebuah waktu. Dalam penampilan pertama, saya mengalami beberapa kesulitan pada pen-gaturan nafas. Saya tidak bisa meniup dengan baik di karenakan nafas yang tidak cukup panjang untuk meniup. Di tengah para penonton dan panitia yang banyak, kelompok saya menco-ba memberikan penampilan yang baik walaupun tidak sedikit memuaskan para kelompok kami sendiri. Dengan di dampingi oleh kakanda pendamp-ing kami untuk naik ke atas panggung dengan mementaskan karya teater yang di iringi oleh seruling saya. Dengan suara seruling yang kurang merdu bagi saya, tetapi saya usahakan membunyikan seruling saya dengan baik agar di nilai baik dengan para penonton dan panitia UPKSBS.

Kelompok saya yakin akan penampilan kami yang terbaik di mata para penonton teater kami. Semangat dan persaudaraan kami yang membuat penampilan kelompok teater dan pengiringnya percaya diri dengan hasil karya yang di buat dalam waktu yang singkat. Di sini kelompok saya men-definisikan bahwa betapa pentingnya waktu yang di gunakan dalam men-garyakan suatu karya dan bertanggung jawab terhadap karya yang di buat. Dan kelompok saya sedikit mengutipkan tentang waktu yaitu “ Gunakanlah waktu dengan sebaik mungkin dan bertanggung jawab akan karya “.

Narasi Hijrah Tubuh | 95

Pertanyaan Malam Hijrah

Sabtu, 7 Februari 2015Dari sekian banyak proses perjalanan menuju anggota UPKSBS mungkin ada satu hal yang paling menyentuh dan berkesan di hati saya yang di beri nama dengan “Malam Hijrah Tubuh” yang di mana perkataan ini adalah se-buah perjalanan yang memakai kemampuan akal berfikirnya peserta un-tuk menjawab setiap perkataan dan pertanyaan yang di beri oleh pemberi pertanyaan. Dalam proses perjalanan ini, kami semua para peserta di ajar-kan bagaimana cara tanggung jawab akan karya yang di buat sendiri.

Berjam-jam perjalanan yang kami lewati dengan kebersamaan dan solidar-itas yang tinggi. Membuat kami sadar akan hal itu adalah sebuah persa-habatan yang tak ternilai harganya di mata para penilai.

Dalam hal ini menggambarkan sebuah perjalanan, dan bagaimana cara bertanggung jawab atas karya yang di buat sendiri. Pada hari itu kami di beri pertanyaan dengan sebuah benda yang di antaranya batu, tanah, air, dan daun. Dengan wajah yang sangat membingungkan kami menjawabn-ya tetapi, jawaban kami di alihkan dengan pertanyaan yang baru. Dengan perjalanan yang menegangkan di tengah malam yang penuh dengan kege-lapan kami peserta dengan jumlah lima orang melewati semua pos-pos dan pertanyaan yang di beri oleh penanya. Sebelum semua perjalanan dalam Hijrah Tubuh kami dengan jumlah peserta lima orang di bangunkan di ten-gah malam itu.

Di setiap perjalanan yang di iringi dengan suara-suara malam, saya dan kelompok saya dengan jumlah lima peserta tadi berjalan dengan pijakan kaki yang serempak, kami berlima mencoba kerja sama dengan memuncul-kan suatu pendapat untuk kerja sama pada saat di beri pertanyaan di setiap pos, dan pendapat yang kami dapat adalah kerja sama pada saat menjawab pertanyaan yang di beri, dan kami pun tiba di penampungan.

96 | Narasi Hijrah Tubuh

MUHAMMAD NUR WAHYUKeseruan Hijrah Tubuh

Nama saya Muhammad Nur Wahyu, biasa di panggil Wahyu, kuliah di Uni-versitas Muslim Indonesia (UMI), angkatan 2013, fakultas ekonomi. Keti-ka saya ingin masuk di UKM SENI UMI (UPKSBS), ada 3 tahab yang harus dilalui indoor, outdoor dan refleksi hijrah tubuh. Ketika indoor bertempat di Baruga Benteng Somba Opu. Hari pertama, ketika malam kami disuruh mengeksplorasikan diri dengan cara meditasi. Pada waktu meditasi lampu dimatikan, lalu kami peserta disuruh duduk bersilah sesuai dengan ting-kat kenyamanan peserta, sambil tangan diatas lutut, mata dipejamkan dan tidak lupa pula kami disuruh mengosongkan pikiran, kata kakak senior “hilangkan semua beban dipikiran adek-adek, ingat adek-adek harus focus, jangan pikirkan tempat lain kecuali tempat adek-adek duduk sekarang ini dan usahakan tenang, tenang dan setenang mungkin”. Lalu kembali kakak senior berkata “ikuti instruktur saya.. tarik nafas lewat hidung, tari terus sampai memenuhi rongga-rongga dada, tahan nafas, hitung dalam hati 8 detik dan keluarkan lewat mulut, ulangi terus sampai adek-adek mera-sakan titik kenyamanan adek-adek”.

Setelah 5 menit berlalu, badan saya terasa lemas, tidak terasa kepala saya pun menyentuh dasar tempat kami duduk (posisi membungkuk). Kami pun disuruh buka mata, lalu kami disuruh berdiri dan membuat lingkaran sambil berpegangan tangan, lalu berjalan memutar. Setelah 2 menit kami disuruh berhenti, disuruh melepaskan rangkulan tangan teman kanan dan kiri, lalu disuruh jalan keseluruh arah, bebas terserah dari masing-masing peserta mau kearah mana, tetapi telinga kami harus lincah mendengarkan instruktur dari kakak senior, ketika beliau mengatakan pelan berarti kami harus jalan pelan, ketika beliau mengatakan agak kencang berarti kami harus menambah kecepatan langkah kaki kami, ketika beliau mengatakan kencang berarti langkang kaki kami harus kencang, tapi tidak lari, ketika beliau mengatakan stop berarti kami harus hentikan langkah kaki kami secara tiba-tiba dan mematung, begitu terus berulang-ulang kali(pelan, agak kencang, kencang dan stop) etss.. kami juga disuruh agar tidak saling menabrak satu sama.

Kami kembali duduk dan lagi-lagi disuruh meditasi. Di meditasi yang kedua ada penambahan berupa lilin, satu lilin dikelilingi 4 orang, saya dengan teman-teman melakukan lingkaran, kebetulan yang satu lingkaran dengan saya teman-teman saya yang satu fakultas dengan saya. Di meditasi sesi

Narasi Hijrah Tubuh | 97

kedua ini instruktur yang diberikan kakak senior masih sama dengan sesi yang pertama, tetapi di sesi yang ke dua ini kami disuruh mengfokuskan pandangan kami pada titik terkecil api yang telah membakar sumbu lilin, lalu sekejap mata kami tertutup sendiri, walaupun mata kami tertutup, tetapi kami disuruh untuk terus memikirkan lilin yang berada di depan kami, memikirkan tempat kami duduk dan memikirkan teman-teman yang berada di dekat saya, itu semua disuruhkan agar kami tidak menghayalkan yang lain-lain dan tetap fokus.

Ketika saya melakukan semua perintah tersebut, kepala, tangan dan tu-buh saya mulai terasa sangat lemas, perlahan-lahan kepala saya mulai ter-ayun-ayun dari kanan ke kiri seakan akan kepala saya mau jatuh kedasar tempat kami duduk. Tidak lama kemudian kepala saya jatuh kebelakang mengenai dasar tempat kami duduk (posisi terbaring dengan kaki bersila), tangan saya pun bergerak sendiri, diri saya mulai mengeksplorasikan ger-akan-gerakan yang saya sendiri saja tidak tau itu gerakan apa, kemudian kaki dan tubuh saya juga ikut bergerak, seakan-akan kaki, tubuh dan tan-gan ingin mengangkat raga ini untuk berdiri.

Setelah berdiri dengan mata tertutub, tangan kembali bergerak seak-an-akan lagi menarik panah. Kayanya sih kaki, tubuh dan badan saya sudah mulai menyatuh, tetapi dipertengahan saya seperti tidak terkontrol, saya melakukan gerakan tetapi saya terjatuh. kemudian kaki, tubuh dan tangan saya bergerak membuat raga saya berdiri kembali, lalu melanjutkan gera-kan-gerakan yang diperagakan kaki, tubuh dan tangan saya. Semakin lama saya semakin tidak terkontrol dan semakin menjadi-jadi, lagi-lagi saya ter-jatuh dan kakak panitia pun membangunkan saya, namun ketika itu saya belum membuka mata, saya berontak, berteriak, lalu memukul-memukul dasar tempat kami duduk bersila, semakin parah.. kakak-kakak senior pun memegangi tubuh saya dan mengatakan “woy bangun woy..2X, woy bangun mko woy..”, dengan perlahan mata saya terbuka, lalu saya diberikan minu-man. Heh.. saya kaya orang kesurupan..

Nah, tidak kalah seru juga nih.. pada malam hari ke empat, malam inilah yang disebut malam apresiasi. Namun sebelum malam apresiasi tiba, pada hari ke tiga kami diberi kelompok sesuai dengan divisi kami, kebe-tulan divisi saya yaitu musik. Saya mendapatkan kelompok 1, yang be-rada di kelompok 1 yaitu saya sendiri yang bernama Wahyu (kejon), Ambang (gitaris), Ali (vokalis), Nina (bassis), Novi (warakas) dan kami kelompok 1 mendapatkan kakak pembimbing yang bernama kak Imam.

98 | Narasi Hijrah Tubuh

Setelah diberikan kelompok kami pun langsung mencari tempat latihan, kami mendapatkan tempat di bagian pojok dekat kamar peserta laki-laki. Ketika itu kak Fajar pun datang menghampiri kelompok kami dan tiba-tiba meneriaki kelompo kami “haha, apakah.. pojokan akustikan”, nah.. disitu-pun kami terpikir untuk membuat nama akustikan kami, yang tercipta ada-lah PADAT (Pojokan rumAh aDAT).

Setelah begitu lama PADAT mencari-cari kata untuk menciptakan sebuah lagu yang sesuai dengan temanya yaitu hujan dan lingkungan, namun dipertengahan malam mata kami pun mengalah dan kami pun istirahat dan melanjutkannya bsk. Pada hari ke empat di pagi hari, kami terus men-cari-cari kata yang sesuai dengan tema, waktu berjalan terus ketika siang kami pun mendapatkan sebuah kata-kata yang pas untuk didengarkan ke-pada teman-teman peserta yang lain dan kakak-kakak senior, judul lagu tersebut adalah “SIMPONI HUJAN”.

Kami melanjutkan lagi latihan untuk mencari nada yang menyentuh jiwa. Setelah beberapa jam kami latihan, akhirnya kami mendapatkan sebuah nada yang benar-benar menyentuh jiwa, seketika itu kami pun udahan dan kami beristirahat. Ketika malam kami pun pentas. Giliran PADAT pun tiba, ketika kami berada di belakang panggung tiba-tiba vokalis PADAT menga-takan “hei, saya tidak terlalu menghafal lirik lagu simponi hujan, tiba-ti-ba kami pun gugup gara-gara ulah si Ali (vokalis), tapi kakak-kakak senior yang berada di balik panggung pun menyemangati kami, seketika kami kembali semangat. Masuklah kami ke panggung dan tampil, ketika tampil saya duduk diatas kejon, lalu saya menutup mata sambil memukul kejon sesuai dengan nada, sangking asiknya bermain kejon, saya tidak tau menau bahwa ternyata apa yang ditakutkan Ali (vokalis), ternyata benar-benar terjadi, Ali lupa liriknya dan spontan mengambil kertas yang berada di kan-tong celananya.

Setelah selesai manggung, saya diberitahu sama Nina(bassis) bahwa Ali lupa lirik, ah.. saya terkejut mendengarkan kata-kata dari Nina, ketika itu saya tidak sadar karna saya asik bermain kejon, yah.. tap sudahlah namanya orang baru belajar berkarya. Ketika semua kelompok telah tampil, giliran senior-senior yang menghibur kami. Setelah asik menonton senior-senior pentas, tanpa disadari sudah jam 12, ketika jam 12 itulah kami peserta dan kakak-kakak senior semakin bergejolak. Suasana semakin ceria, ketika kak Aco menyanyikan lagu yang berjudul “SAHABATKU MALAM MALAMKU”,

Narasi Hijrah Tubuh | 99

serentak senior-senior ikut bernyanyi, nikmatnya masuk ditelinga, semua peserta pun disuruh berdiri, lalu senior dan peserta membuat lingkaran besar sambil merangkul tangan, berpesta dengan kebahagiaan. Lagu pun habis, kami pun kembali duduk dan senior-senior mengenalkan diri satu per satu, lalu di tambah dengan kesan dan pesan oleh peserta, seteleh sele-sai, tiba-tiba kak Aldy bernyanyi dan spontan kami peserta dan senior kem-bali berdiri dan saling merangkul, wow.. kami larut dengan malam yang bahagia.

100 | Narasi Hijrah Tubuh

OLAH TUBUH

Ketika saya mau masuk di UKM SENI UMI (UPKSBS), ada 3 proses yaitu proses indoor, outdoor, refleksi hijraqh tubuh. Ketika indoor di Benteng Somba Opu, rumah adat Baruga, setiap pagi kami selalu melakukan proses olah tubuh. Karna olah tubuh ini sangat penting buat kesehatan dan ke-bugaran, olah tubuh juga sangat penting untuk aktifitas yang lain seperti menari dan berteater, sebenarnya semua divisi membutuhkan yang naman-ya olah tubuh, namun divisi tari dan teaterlah yang paling membutuhkan, agar tidak keseleoh.

Selama outdoor juga, kami selalu melakukan olah tubuh, agar ketika kami mendaki, kami tidak mendapatkan anggota tubuh kami yang pegal-pegal, karna otot yang tegang. Ketika saya outdoor, saya selalu merasakan pegal-pegal, tetapi teman saya yang bernama Rehan selalu member semangat akar saya tidak merasa lesu, karna pegal-pegal, Rehan berkata dalam ba-hasa Makassar “kenapa ki Wahyu, kurang semangat sekali ku lihat ki..”, dan saya pun menjawab “iye bro.. kaya lesu sekali ka, padahal teratur ji makan ku..”, kembali Rehan berkata “oh.. mungkin karena kita tidak serius, waktu olah tubuh”, saya berkata “oh iyo di, mungkin karena itu mi makanya kaya kurang semangat ka”, sejak saat itu mulailah saya selalu bersemangat keti-ka melakukan olah tubuh. Karena olah tubuh membuat otot-otot menjadi tidak tegang dan tidak pegal-pegal.

Narasi Hijrah Tubuh | 101

NABILAH CHAIRUNNISA ANGGOApretiation Night

Tepat di benteng sumba opu, pada baruga sumba opu telah terjadi IN-DOOR Hasta Rasio Dan Emperia LDK XIII UPKSBS UMI Unit Pengemban-gan Kreativitas Seni Budaya Dan Sastra Universitas Muslim Indonesia, Hal yang paling mengagumkan yaitu malam apresiasi, malam apresiasi itu sendiri adalah bagaimana setiap peserta mampu mengapresiasikan apa yang di dapatkan selama indoor berlangsung dengan suatu karya yang di tampilkan sesuai dengan divisi yang telah di pilih pada 3 prioritas utama peserta yang memilih pada waktu tes kemampuan peserta. Ada berbagai macam divisi dalam pementasan malam itu ada musik akustic, band, teater, musikalisasi puisi, teatrikal pusi, tari, musik tradisional, seni instalasi, ar-tistic tata ruang dan panggung, dan lukisan-lukisan yang indah.

Peserta LDK XIII Hijrah Tubuh di berikan tema oleh panitia kegiatan UPKSBS yaitu HUJAN DAN LINGKUNGAN. Tata panggung yang sempurna, suasana yang begitu gelap, lighting yang menggelut ketika ada pementas diatas panggung, dan orang-orang yang menyaksikan malam itu, panitia dan pendamping yang setia mendampingi peserta.

Sebelum pementasan di mulai peserta mendapat arahan dan semangat dari panitia untuk melakukan pementasan, saling menguatkan antara ses-ama peserta maupun panitia dan senior. lalu peserta menuju lokasi pe-mentasan, takut, cemas, gugup, gelap, membaluti keadaan pada malam itu, perasaan tegang tetap terjadi dan di alami setiap peserta.

Pembukaan pementasan pada malam itu adalah presentasi karya dimensi rupa, karya-karya dari divis seni rupa sendiri di presentasikan, pembimb-ing rupa sendiri terlihat sangat antusias membimbing anggotanya. Rupa terbagi dalam 3 divisi kembali, ada divisi artistik, instalasi dan seni lukis. Peserta yang berada pada divisi rupa sendiri sangat memuaskan tentang pertanggung jawaban karya yang di kerjakannya. Seni lukis yang begitu mengindahkan mata, instalasi yang mempunyai makna yang begitu luas, lalu anak tata ruang dan panggung yang menyulap panggung menjadi in-dah.

Pembawa acara di malam itu begitu cantik dan tampan, pembawa acara sendiri begitu memuaskan kita tentang tatanan cara dalam membawakan acara yang santai nan baik pula, malam apresiasi kali ini di hujani karya

102 | Narasi Hijrah Tubuh

para peserta LDK XIII Hijrah Tubuh.

Lantunan ayat suci al-quran pada malam itu membuat ketenangan dalam diri setiap orang yang mendegarkan, surah ar-rahman yang di lantunkan oleh salah satu panitia fakultas agama membuka acara pada malam hari itu. Senja akustik mengisi pementasan pertama, dengan lagu yang bejudul butir-butir tuhan, lalu penampilan seruling teater, padat akustik, penampi-lan musikalisasi dan teatrikal jarum-jarum pena yang begitu romantis, tar-ian yang di iringi musik tradisi, dan band penutup.

Hal yang begitu mengharukan karna pementasan berjalan sebaik mungkin, walaupun banyak kesalahan-kesalahan yang sempat di lakukan peserta, apapun yang terjadi malam itu keslahan-kesalahan yang terjadi setidaknya kami peserta telah melakukan yang terbaik. Malam ini telah mengerjakan kami bahwa dalam bentuk apapun pementasan pemain harus total dalam memerankannya, pelajaran-pelajaran yang di dapatkan merupakan suatu pengalaman pertama dalam seni. Tak peduli kekurangan apapun, setidakn-ya yang di beli adalah pengalaman.

Puisi yang di angkat pada musikalisasi puisi yaitu tentang bagaimana Hu-jan menjadi salah satu sebab pemicu “Rindu”, lalu rindu yang di angkat un-tuk judul puisi. Ketika hujan menitipkan isyarat kepada penikmat kenan-gan, dan kenangan bukanlah apa yang tidak di miliki mata tetapi apa yang tidak rasakan lagi, seketika hujan mengingatkan kepada rindu-rindu yang tak mampu mencintai, hujan yang terjadi antara kotaku dan kotamu se-bab terjadi dingin, basah, dan rindu yang berbeda, dan keadaan kota lalu kendaraan besar menitipkan rindu yang terselip di antara kerutan-kerutan wajah, dan rindu demi rindu terus terjadi.

Pengisi acara yang begitu membawa seni, membuat mata terus menikmati malam ini. Penampilan yang di tampilkan dari pekerja seni kampus lainn-ya, ataupun sanggar seni, menambah pengetahuan dalam berseni, seni ter-lalu indah untuk di jelaskan nilai estetika dari alunan musik, lekukan tari, dan bunyi bunyi yang semua punya nilai keindahan yang begitu membawa kekaguman.

Ketika seluruh pementasan selesai, kesan dan pesan di paparkan oleh setiap peserta dan juga para panitia yang memberikan pesan untuk

Narasi Hijrah Tubuh | 103

menguatkan peserta dalam terus berkarya. Lingkaran antara panitia dan peserta malam itu seakan mengakrabkan antara panitia dan peserta. Kare-na malam semakin larut, dan seluruh peserta belum makan malam, peserta pun makan malam bersama panitia dan senior, saling berhadapan dan ter-dapat 4 baris memanjang untuk posisi makan, lalu karna mengisi malam terakhir panitia dan peserta menyanyi, dan memainkan alat musik hingga subuh menjelang.

Sejujurnya malam itu adalah malam terbaik di antara malam-malam sela-ma INDOOR berlangsung, kekompakan antara peserta yang ingin mentas dan dukungan para pembimbing, senyum, semangat, saling engenal satu sama lain dari berbagai fakultas yang ada dalam sekampus, membuat ke-karaban dan persahabatan terjadi.

Setidaknya pulangnya kita dari tempat ini membuat satu pengalaman yang dapat di ceritakan, walaupun hanya pementasan sederhana dan di lihat oleh pekerja seni kampus lainnya, dan senior yang terdahulu lebh awal belajar tentang seni kepada kita, perbedaan antara seniman jalanan dan pekerja seni kampus serasa terlahir dalam dri, karna banyak hal yang ber-beda dari seniman biasa. Kini malam apresiasi sendiri adalah salah satu malam di antara malam-malam lain yang begitu menyimpan makna.

104 | Narasi Hijrah Tubuh

Perjalanan Menuju Inti Pengalaman

Kini malam semakin larut, tubuh yang meminta untuk di istirahatkan. Headlamp yang menyala dalam tenda merah yang kecil lalu di matikan dan tidur. Lalu peserta di bangunkan satu per satu, ketika saya sendiri di bangunkan oleh panitia salah satu teman kelompok saya tidak ada dalam tenda, sedikit terkejut karna bingung kenapa harus di bangunkan. Seketika keluar dari tenda tersebut, saya duduk dan mendengar arahan dari kordi-nator lapangan.

Malam yang begitu gelap, kelompok 5 adalah kelompok di mana saya tem-pati pada malam itu. Suara jangkrik yang mengiringi langkah kaki pada malam itu kami bersama berjalan menuju gerbang Hijrah Tubuh dalam gerbang hijrah tubuh terdapat 3 obor , sebelum memasuki gerbang hijrah tubuh setiap dari kami berwudhu/bersuci, masuk ke dalam gerbang hijrah tubuh dengan mengucapkan salam lalu di pukulkan pada bahu kiri dan kanan atas sebagai ritual, lalu menuju ke cahaya obor selanjutnya di ge-langkan benang merah dan di amanatkan untuk menjaga amanat gelang merah tersebut sampai kapanpun. Lalu menuju obor selanjutnya, pada obor yag di tempati ketua umum UPKSBS “apapun yang terjadi saya akan tetap berada di depanmu” kutipan pesan yang di sampaikan ketua umum. Lalu berjalan menuju arah lampu selanjutnya, dalam perjalanan dengan lampu headlamp yang menerangi, antrian pada pos pertama banyak lalu menunggu sambil menulis catatan proses yang harus di selesaikan.

Pada pos pertama ada dua amanat yang harus di pilih, anatara batu dan air, lalu air tersebut kami memilih dengan alasan karna air merupakan sumber kehidupan, perjalanan di Ilanjutkan untuk pos selanjutnya, kembali di ber-ikan amanat tanah dalam tanah tersebut makna dari tanah tersebut di pa-parkan sesuai jurusan fakultas, lalu berjalan menuju obor selanjutnya pada pos kali ini pertanyaan tentang makna “Hijrah Tubuh” yang kita maknai Hijrah tubuh adalah perjalanan menuju inti pengalaman, proses memaknai pengalaman, dariyang tidak tau menjadi tau. Lalu menuju ke pos selanjut-nya, gelang merah yang di amanatkan pada gerbang hijrah tadi di minta senior, hingga sampai pada ujung obor yaitu penampungan catatan proses dilengkapi hingga pagi datang. 

Narasi Hijrah Tubuh | 105

Berawal dari tes kemampuan peserta, tepatnya hari minggu 25 Januari 2015. Siang itu saya berangkat dari rumah dengan terburu-buru mengkha-watirkan bahwa saya akan terlambat untuk yang kedua kalinya. Membawa nomor urut peserta 58 yang saya ambil kemarin sore namun tidak sempat berpartisipasi di tes hari pertama karena sudah terlambat. Terkadang, saya juga tidak paham, mengapa belakangan ini saya benar-benar menjadi sep-erti seekor siput, sangat lambat.

Setelah sampai dilokasi tes kemampuan peserta, saya dipersilahkan masuk mengikuti tes. Karena terlambat, saya pun akhirnya berada diurutan ter-akhir. Sambil mengamati penampilan peserta lain yang hebat-hebat, ada yang pintar acting, bermain music, menggambar, membuat puisi dan lain-lain. Sementara saya bahkan tidak tahu apa yang bisa saya tampilkan. Teta-pi hal itu tidak menyurutkan keinginan saya untuk bergabung di UKM Seni. Akhirnya tiba diurutan terakhir, saya pun naik dipanggung dengan percaya diri. Dengan mengenakan pakaian yang serba pink, terlihat mencolok dian-tara peserta lain yang dominan laki-laki dengan setelan berwarna hitam. Menyanyikan lagu yang biasa saya nyanyikan dikamar mandi dan menco-ba memainkan gitar bersama lagu dengan kunci yang lupa-lupa ingat. Saya yang berada diatas panggung dengan percaya diri dan melakukan yang ter-baik semampunya, semata-mata karena ingin bergabung di UKM Seni atau dinamakan dengan UPKSBS UMI.

Rasanya sudah tak sabar melihat pengumuman itu, tanpa ragu, saya me-langkah kesana untuk melihat pengumuman lulus tidaknya saya bergabung dan mengikuti tahap selanjutnya. Dan.. bisa dibayangkan, ketika tak ada keraguan sedikitpun atau boleh dikata yakin, sementara kenyataan di de-pan mata berkata lain, saya dinyatakan TIDAK LULUS berdasarkan pengu-muman yang tertempel.

Karena tak percaya dengan apa yang saya lihat, meskipun dengan mata kepala sendiri, kembali mencari-cari barangkali ada nama Nirwana Fathir yang lain. Sambil mengingat usaha saya sewaktu tes kemampuan peserta dimana menurut saya, saya sudah mengeluarkan suara saya yang indah dan peraih juara pertama nyanyi solo dalam kamar mandi. Setelah berdiri disa-na selama beberapa menit yang rasanya seabad untuk memastikan kemba-li saya lulus atau tidak, akhirnya saya menerima keputusan tidak lulus itu

NIRWANA FATHIRLulus Dibalik Tidak Lulus

106 | Narasi Hijrah Tubuh

dengan lapang dada. Saya pun melangkah berat, tersesat dan tak tahu arah jalan pulang bagaikan butiran debu. Memasang senyum yang termanis wa-lau pahit dan berkata dalam hati “Nirwana, kamu sudah melakukan yang terbaik ! tidak ada yang salah, hanya belum waktunya”.

Dengan membangun kekuatan itu, kugenggam tanganku, lalu melangkah dengan pasti seperti biasa seolah-olah tak ada yang terjadi. Beberapa hari kemudian, entah satu atau dua hari, tak begitu penting karena yang ter-penting yaitu ketika saya membuka ponsel, membaca pesan yang menya-takan bahwa saya LULUS ! saya kaget, apa ini mimpi ? atau sebuah drama dimana saya adalah tokoh utama (terobsesi jadi pemeran utama). Kembali kupastikan, dan ternyata pesan tersebut tetap sama. Alhamdulillah, saya bersyukur atas cerita dibalik kelulusan TKP ini. Tak ada usaha yang sia-sia, jika hari ini, esok atau lusa usaha kita belum terbayar, maka percayalah suatu hari usaha dan kerja keras kita akan terbayar dengan kesuksesan yang lebih. Berjuanglah sampai batas kemampuan terakhir.

Narasi Hijrah Tubuh | 107

Tepat pukul 3.45 aku terbangun saat aku membuka mata salah satu se-nior berada didepanku dan membangunkan aku pun menoleh kekiri dan kanan melihat temanku masih tertidur lelap,aku pun langsung beranjak keluar tenda.disana sudah terliahat beberapa teman saya pun langsung ikut bergabung bersama mereka setelah itu aku dan teman kelompok ber-jalan menyusuri hutan.

Dari kejauhan kami melihat sebuah obor menyala dengan pelan kami ber-jalan,entah siapa disana kami lansung kaget ternyata disana salah seorang senior sudah menunggu kami,kami pun disuciakan dengan air dan dipas-angkan sebuah benang merah ditangan kanan yang menjadi sebuah simbol.aku pun melanjutkan perjalanan memasuki hutan bersama teman-teman rasa meriding pun semakin menjadi-jadi tetapi aku terus melangkah jalan yang berbatu dan menanjak kami jalani.

Hari semakin pagi beberapa pos pun sudah aku lewati hingga pagi pun tiba suara ayam berkokok sudah terdengar cuaca gerimis menyambut pagi,tan-pa lelah kami berlari mengelilingi lapangan yang berada di tengah hutan setelah itu aku bersama teman-temanku kembali ke tenda untuk sarapan pagi denagan menikmati secangkir teh hangat dan biscuit sudah cukup mengisi perut kami.aku dan teman-teman sudah bersiap untuk kegiatan selanjutnya kami kembali memasuki hutan dan tiba di sebuah lapangan dengan cuaca yang masih mendung kami berjalan dengan penuh semangat.

Setibanya dilapangan kami membuat sebuah kelompok dan setiap kelom-pok membuat sebuah karya aku dan teman pun mulai berdiskusi karya apa yang akan kami buat,tak lama kemudian kami sudah menemukan konsep menegnai karya yang akan kami buat.aku dan teman mulai berlatih tapi sayangnya cuaca pagi itu sungguh tak bersahabat hujan turun deras mem-basahi pepohonan.kami pun berlari menuju sebuah rumah yang berada di dekat hutan kami berteduh hingga hujan mulai agak redah.kami pun mulai melanjutkan pementasan kami yang disaksikan para senior dan teman-teman.

Aku tak menyangka kami membuat kesalahan yang sangat fatal.kami mendapat kritikan dari beberapa senior hingga kami diberi hukuman,yah tpi tak apalah mungkin ini jadi pelajaran buat kami semua untuk lebih

NOVA TIARA PRATIWICatatan Prosesku yang Hilang

108 | Narasi Hijrah Tubuh

kreatif menciptakan karya.

Malam hari pun tiba aku dan teman-teman kembali ke dalam tenda,saat aku sedang berbincang-bincang bersama teman-teman salah seorang se-nior memanggil kami untuk berkumpul dan diberi intruksi kami harus menyelesaikan catatan proses kami.aku pun masuk ke dalam tenda dan mencari buku catatanku dan ternyata buku catatan prosesku hilang entah kemana dengan muka panik aku mencari catatanku di tenda-tenda teman tpi tak satu orang pun yang melihatnya.aku bersama salah satu temanku yang kehilangan buku dipanggil keatas rumah oleh stering mereka bertan-ya bagaimana kejadian hingga buku itu hilang saya pun menjelaskan dari awal sebelum buku saya hilang,mereka berkata besok kami bantu untuk mencari dengan muka murung aku turun dari atas rumah.

Tak lama terdengar panggilan dari salah seorang senior memanggil kami untuk berkumpul dengan membawa gelas,sendok dan matras.kami pun mulai berbaris berdasarkan kelompok kami masing-masing dan kami mu-lai berjalan menuju tempat malam puncak ramah tama angina malam se-makin terasa kami pun terus berjalan meleati tanjakan dan penurunan.

Kaki ini terus melangkah melewati jalan berbatu dan penurunan yang cuk-up licin angin malam itu bertiup kencang tubuh ini gemetar dingin semakin menusuk sampai ke tulang ,dan terus aku menggosok kedua tanganku un-tuk sedikit menghangatkan tubuhku yang gemetaran.tibalah kami di suatu tempat ditengah hutan pinus.kami pun duduk melingkar dengan beralas-kan matras dan dikeliling obor-obor .tubuh ini semakin gemetar tangan mulai memucat tak lama kemudian datang segalas kacang ijo hangat yang cukup mengobati dingin yang dari tadi menggerogoti.

Sambil menyantap bubur kacang ijo kami juga menyaksikan penampi-lan teman dan kakak senior yang mempersembahkan sebuah lagu aku pun ikut bernyanyi bersama teman-teman ,kami berdiri dan saling ber-pegangan tangan .tak terasa jam menujukkan pukul 2.30 acara ramah tama malam itu pun berakhir dan kami kembali ke camp untuk beristirahat.

Terdengar suara ayam berkokok aku pun terbangun dan membuka tenda melihat teman-teman melakukan bermacam-macam aktifitas dan apgi ini merupakan pagi terakhir kami disini.saya adan andini mempersiapkan sarapan untuk teman-teman .kami pun makan bersama,tapi pagi itu aku kurang bersemangat mengingat catatan prosesku belum aku temukan .

Narasi Hijrah Tubuh | 109

Setelah packing dan bersiap-siap aku kembali mencari buku catatanku yang hilang sambil teman-teman membongkar tenda aku berjalan mengel-ilingi tenda-tenda tapi tak seorang pun yang melihat,aku pun mulai pasrah air mataku pun jatuh menetes tak tertahan mengingat kata stering jika ti-dak ada catatan proses itu sama saja aku dinyatakan gugur jadi perjuan-ganku sampai ke tahap ini menjadi sia-sia terus aku mencari dan meminta temanku untuk membantu mencari buku itu.

Setelah beberapa lama aku mencari ternyata salah satu teman laki-laki menemukan buku catatanku di dalam tendanya dengan keadaan setengah hancur terbasahi akhirnya buku catatanku yang hilang kembali walaupun beberapa catatan sebelumnya sudah hilang tapi tak apalah aku sudah mulai terasa legah akirnya aku menemukan catatanku walaupun hanya sebagian.

110 | Narasi Hijrah Tubuh

NOVITA KARTIKA STentang Hasta Rasio dan Emperia

Sesampai saya di kampus ternyata kendaraan yang dipakai untuk ke tem-pat indoor adalah mobil tentara. Disitulah pertama kalinya saya menaiki mobil tentara tersebut dan mencoba menikmatinya, sesampai di tempat in-door yaitu di benteng sumba opu disana juga saya mendapatkan pelajaran bahwa membuat suatu karya seni itu tidaklah semudah yang saya bayang-kan dari dulu.

Yang mengesankan disana itu pada saat malam apresiasi walaupun kelom-pok saya tidak menampilkan karya kami dengan baik tapi saya sangat me-nikmati di akhir malam apresiasi itu, karena disana kita bernyanyi ber-sama-sama sambil bepegangan tangan sambil membuat lingkaran dan menyayikan lagu Sahabatku Malam-malamku walaupun saya tidak menge-tahui lagu itu tapi sangat enak terdengar di telinga saya.

Setelah bernyayi bersama kami pum makan malam bersama dan lanjut kembali bernyayi-nyanyi bersama dengan senior yang lain sampai pukul 4 pagi, tapi sebelumnya saya dan yang lainnya baru lagi berolahraga lucunya setelah olah tubuh rata-rata cara berjalannya aneh karena saat olah tubuh kami tidak memakai alas kaki.

Dan pada saat indoor saya mendapatka banyak pengajaran tentang seni musik, seni tari, seni teater, seni rupa dan penulisan ada juga yang saya dapatkan yaitu orientasi dan kreativitas, sejarah UPKSBS, AD/ART UPKSBS, aktivisme dan seni, manajemen produksi, dan yang terakhir yaitu doku-mentasi. Lima hari indoor cukup melelahkan tapi bisa teringankan dengan kebersamaan kami para peserta dan senior yang datang pada hari itu.

Narasi Hijrah Tubuh | 111

Hutan, desa bengo-bengo dan perayaan

Saat outdoor di hutan lindung unhas desa bengo-bengo, disana saya banyak mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang bisa saya ambil. Pada saat hari pertama outdoor kami langsung memasang tenda dan makan siang setelah itu semua selesi kami langsung diarahkan untuk berjalan ke sebuah tempat yang disana banyak sapi dan kuda beserta kotoran hewan itu.

Setelah di buatkan kelompok kami langsung diarahkan untuk duduk mel-ingkar dan mengatur nafas, sesudah itu kami langsung dikumpulkan lagi dan kami diarahkan untuk olah vocal saat olah vocal selesai kami langsung bermain games yang dimana games itu mengajarkan kita untuk mepetakan asal kami sendiri. Saat semua peserta telah mengikuti games itu lnjut lagi ke gamrs berikutnya, di games ini kami diajarkan untuk bekerja sama ses-ama peserta untuk membawa sebuah lilin yang sedang menyala ke tem-pat yang sudah ditetapkan oleh para senior, di saat kami membawa lilin tersebut dengan beramai-ramai kami dilempari air kearah diman lilin itu dibawa karena kalau lilin yang kami bawa mati di perjalan kami harus men-gulang lagi dari garis star menuju ke tempat finis itu.

Dan akhirnya kami para peserta berhasil membawa lilin itu tapi sayangnya ada beberapa teman yang terkena lemparan kotoran sapi yang baunya san-gat busuk, untungnya saya sempat menghindar sebelum kotoran sapi itu di lemparkan ke peserta dan saya bersama dede pun aman dari kotoran sapi tersebut.

112 | Narasi Hijrah Tubuh

Sebuah kisah yang tercatat dalam gerak pena tentang arti hidup diantara setiap individu dalam perjalanan hidup terkadang masih ada hal yang ma-sih membuat aku bingung dan menimbulkan Tanya dalam fikiran satu hal yang aku tidak mengerti tentang tradisi , budaya, adat istiadat yang telah lama hidup dalam masyarakat di setiap daerah, mendengar kata seni aku menjadi tertarik ingin mempelajarinya aku ingin mengenal seni itu lebih jauh sebab aku merasa ada pesan yang ingin disampaikan melalui seni ,aku bisa melihat gambaran ekspresi yang terpancar diwajah para seniman mereka ingin berbagi tentang sebuah cerita yang melukiskan tentang ke-hidupan, mungkin orang yang memahami arti kata seni dan mampu mner-jemahkannya dalam bentuk karya berbeda penafsiran dengan orang yang hanya sebatas suka dengan seni ,banyak hal yang masih membuat aku bin-gung dalam memahami setiap goresan-goresan pena yang dituliskan oleh para seniman butuh waktu untuk mempelajari bagaimana mengetahui se-tiap arti kata yang dituliskan, aku menjadi penasaran bagimana kita mem-berikan pemahaman akan makna dan pesan kepada orang lain dengan se-buah karya seni dan disinilah saya ingin belajar banyak tentang seni agar saya bisa mengenal dan mengetahui bahwa dalam berkesenian kita bukan hanya menjadi seorang penikmat seni tapi kita harus mengenal obyek yang ada disekitar kita yaitu; alam, manusia, dan yang lainnya hal ini penting agar kita dapat mengerti setiap kondisi yang ada dan kita bisa menjadi ba-gian dari mereka karena seni itu hidup dalam kehidupan.

Langkah awal aku untuk mengenal seni aku masuk kedalam suatu lingkun-gan dimana aku bisa belajar tentang seni dan didalam lingkungan formal kampus hijau aku menemukan tempat itu, yaitu UPKSBS UMI ditempat ini aku ingin berproses untuk belajar, ditempat ini aku mungkin bisa mene-mukan gambaran tentang seperti apa seni itu sendiri ,dan gambaran itu telah nampak sedikit demi sedikit dari pelajaran yang telah aku dapa-tkan selama ini saat mengikuti indoor UKM seni UMI disitu saya telah memahami bahwa dalam seni ada hal penting yang harus diperhatikan sehingga karya yang kita buat itu bisa dikatakan sebagai karya seni di-antarnya ; seni harus memiliki estetika atau nilai keindahan karena seni itu adalah merupakan gambaran dari suatu peristiwa atau masa dimana dalam penggambaran tersebut harus jelas agar bisa dilihat dan dimngerti oleh orang lain tentang hal yang ingin disampaikan, selain itu seni harus memiliki etika dalam berkarya agar tidak menimbulkan suatu kontradiksi

NUR ALAMKenalkan Aku dengan Seni

Narasi Hijrah Tubuh | 113

ditengah-tengah masyarakat karena karya seni yang hebat adalah karya seni yang tidak bertentangan dengan norma-norma agama hal ini perlu dipahami karena pada hakikatnya manusia harus sadar akan hakikat dirin-ya sebagai mkhluk ciptaan Tuhan , kemudian seni harus memiliki konsep yang jelas agar dalam membuat suatu karya kita bisa mengetahui maksud dan tujuan yang jelas dalam membuat karya seni.

Dari sini saya bisa memahami bahwa seni adalah merupakan salah satu ba-gian dari unsur kehidupan yang harus dipahami karena didalamnnya ter-dapat nilai-nilai serta pesan-pesan moril yang berusaha menyelaraskan ke-hidupan ,namun yang paling penting adalah bagimana seni itu bisa hidup bukan hanya dalam suatu ruang tapai kita harus keluar dan berjalan untuk melihat , mencari , dan menemukan sebuah kisah kehidupan yang ada di-luar sana ,cerita tentang rakyat kecil, kaum miskin kota, anak jalanan ,kita harus berbaur dengan mereka agar kita bisa mendengar setiap cerita dari mereka ,mungkin mereka punya pesan, ,mgunkin mereka punya cita-cita yang ingin disampaikan namun mereka tidak sempat, maka tugas seorang seniman untuk menyampaikan pesan-pesan mereka.

114 | Narasi Hijrah Tubuh

Jejak Langkah

Aku memandang alam ini begitu luas semua kehidupan ada dibumi ini ,na-mun mengapa perasaan ini tidak menemukan kebebasan untuk berfikir, mengapa setiap kata yang ingin ku ucapkan selalu diacuhkan dan tak mau didengar, apakah persoalan tahta ,apa karena aku rakyat kecil, atau kare-na aku miskin ataukah karena aku ini junior, aku rasa hidup dalam tempat seperti ini sama halnya dengan terpenjara dalam suatu ruang yang tidak memberikan hak kepada aku untuk melihat dan menikmati udara dibumi ini ,sungguh materi duniawi telah menutup mata sebagian manusia sehing-ga tak mampu lagi melihat bayangan diri mereka sendiri sekalipun mer-eka berada ditengah panasnya terik matahari ,sungguh ironi kisah kelam yang menimpa sebagian besar manusia, keserakahan telah menghilangkan rasa persaudaraan.

Aku ingin keluar dari ruang yang mengekangku aku ingin bersahabat den-gan alam ,aku ingin melihat pohon itu tumbuh , aku ingin mendengar ki-cauan suara burung-burung, aku ingin melihat terbit fajar, dan aku ingin mlihat sunset di sore hari ,aku ingin menikmati dinginnya mata air dari atas gunung,aku ingin berteriak meneriakkan suasana hati yang kurasakan aku ingin keadilan itu hadir disetiap kehidupan biarkan dia bejalan men-jelajah setiap tempat dimana ia sangat dirindukan kehadirannya oleh ti-ap-tiap manusia. Aku ingin keluar dan berjalan aku ingin menelusuri setiap tempat dibumi ini aku ingin belajar tentang suara, aku ingin belajar tentang lukisan, aku ingin menulis ,dan aku ingin menjadi seorang yang bisa ber-manfaat untuk orang lain.

Dunia seni sedikit demi sedikit telah membuka fikiran aku untuk menjadi seorang yang memiliki kreativitas untuk membuat suatu karya yang dapat dipahami oleh orang lain, dalaam proses perjalanan ini aku banyak men-emukan hal yang sebelumnya tidak aku dapatkan dalam lingkungan yang selama ini tempat aku tinggal ,dalam proses perjalananku ini aku belajar memaknai tentang lingkungan dimana aku berada selama ini aku hanya hidup , berpijak diatas tanah, menghapus dahaga dalam seteguk air mera-sakan kesejukan dari angin dan menemukan kehangatan dari api namun aku tidak memaknai arti dari ke empat unsur kehidupan itu , dalam seni aku ingin belajar memahmi sedikit demi sedikit tentang kehidupan, namun dalam perjlananku masih banyaka hal yang aku ingin tau karena mun-gkin dari segi pemikiran setiap orang pasti berbeda-beda namun aku ya-kin bhwa kebesaran hati untuk melihat hal sedrhana dan kita mau belajar

Narasi Hijrah Tubuh | 115

untuk berkaca dari sekian banyak kisah yang telah terjadi dalam hidup ini.Satu hal yang menjadi dasar untuk aku ingin terus melangkah keluar kare-na aku merasa masih banyak kejanggalan diluar sana dan aku ingin tau seperti apa kehidupan yang katanya modern ini apakah semua orang telah hidup dalam kotak yang bertingkat taukah masih banyak orang yang hidup dibawah cerobong asap ,semua masih menjadi pertanyaan ?dan akn ter-jawab oleh realitas yang da diluar sana namun seblum aku menemukan jawaban itu aku ingin memnemukan suatu ruang dimana aku bisa bebas untuk menuangkan setiap fikiranku kedalam suatu karya seni dimana aku bisa menyampaikan ungkapan hati yang aku rasakan dan aku bisa berbagi cerita kepada penghuni alam raya yang ada di bumi katulistiwa ini .dalam proses perjalananku mencari ruang kebebasan untuk aku memaknai pros-es ini dengan hijrah tubuh dan tempat Itu kutemukan di UKM Seni UMI .

UPKSBS UMI “Besar Dengan Karya”.

116 | Narasi Hijrah Tubuh

NUR CHOLISAjari Aku tentang Seni

Waktu adalah sesuatu yang harus di hargai karena dia datang dan berlalu tanpa kita bisa menghentikannya ,maka setiap saat kita harus mengingat setiap peristiwa dan kejadian yang pernah terjadi baik itu dimasa lalu , karena dia bisa menjadi kenangan ,maupun peristiwa yang sekarang terja-di karena mungkin dia akan menjadi masa depan, banyak cerita yang ada dalam kehidupan yang perlu kita renungkan karena ada pelajaran dibalik setiap kejadian yang kita alami.

Saya ingin menuliskan dan mengingat hal yang pernah saya lalui dalam hidup ini dimana semua yang kita lalui adalah merupakan suatu tahapan yang harus kita maknai dan jadikan sebagai bahan untuk tetap belajar dan menemukan inspirasi untuk membentuk sebuah karya yang akan hid-up dalam setiap kehidupan ,saya sadar bahwa untuk menjadi seseorang yang memiliki kreativitas untuk berkarya maka saya harus berproses dan proses itu akan saya jalani dalam lingkungan orang-orang yang berkese-nian, tahapan proses itu sedang saya jalani dalam UKM Seni UMI sebuah tempat yang menjadi wadah awal saya untuk belajar dan memahami arti dari seni itu sendiri dalam tahap penerimaan materi di indoor saya bisa banyak belajr bahwa untuk melihat sebuah karya bukan hanya dalam segi estetika tapi saya juga harus memahami pesan yang terkandung dida-lamnnya disini saya bisa banyak belajar hal dimana dalam seni itu sendiri perasaan harus tersalurkan dalam karya yang ingin diciptakan, disini saya mulai memahami bahwa menyampaikan pesan itu bisa kita sampaikan le-wat media seni.

Belajar memaknai sesuatu adalah hal penting yang harus sya lakukan agar bisa mendapatkan sebuah inspirasi dalam berkarya di indoor ini sya bela-jar banyak tentang seni mulai dari musik penulisan, tari, teater, terkhusus divisi yang saya jalani yaitu divisi rupa saya melihat lukisan-lukisan yang terpampang di setiap dinding-dinding di baruga sumbaopu masing-masing mempunyai arti dan pesan yang ingin disampaikan ,sya sadar saya masih sulit untuk mengertia apa maksud dari setiap karya lukisan yang ada dan mungkin yang bisa memberikan penjelasan akan makna dalam karya luki-san itu adalah pencipta karya seni lukis itu sendiri, namun meskipun de-mikian saya sadar bahwa untuk memaknai suatu karya maka yang perlu dipergunakan adalah hati karena dari situlah kita bisa menemukan makna yang kita cari karena dalam berkesenian perlu pendalaman jiwa agar karya

Narasi Hijrah Tubuh | 117

yang kita buat mampu kita rasakan akan hal yang ingin diceritakan dalam karya yang kita buat.

Untuk menemukan sebuah gambaran tentang hidup maka penting bagi seseorang yang berkesenian untuk melihat realitas-realitas yang terjadi dalam lingkungan sosial karena setiap langkah yang kita lalui akan tersim-pan bekas kaki dimana kita berpijak ,setiap kisah yang ingin kita ketahui pasti haruslah melalui penelusuran terlebih dahulu layaknya sungai kita ti-dak akan tau seberapa panjang sungai itu kalau kita tidak pernah melaluin-ya ,dan kita tidak akan tau seberapa deras aliran sungai itu akan membawa kita ,sama dalam berkarya kita tidak akan tau seberapa besar orang bisa memaknai karya yang kita buat jika karya itu hanya kita yang ada dida-lamnya, maka hala yang terpenting yang harus dipahami adalah biarkan karya seni itu hidup bersama dengan orang-orang disekelilingnya.hidup itu penuh dengan teka-teki dan jawabannya akan kita temukan disetiap tangkai-tangkai kehidupan dibwah kolong langit yang disinari cahaya ke-hidupan .

118 | Narasi Hijrah Tubuh

Hidup Dengan Seni

Aku terbangun dari lelapnya tidur panjang yang kualami banyak hal yang telah berlalu yang mungkin aku tidak sempat menjumpainya ,mungkin ada kenangan yang telah terlupakan namun aku ingin merefleksi kembali dan mengingat setiap mimpi yang pernah kualami , aku berusaha menemukan hal baru yang aku anggap sebagai pembuka jalan aku untuk menelusuri terjalnya liku-liku kehidupan yang penuh dengan kebisingan-kkebisin-gan yang selalu mengahantui jejak langkahku dalam menjalani titian ke-hidupan.

Aku tergerak untuk megawali langkahku dalam mencapai tapal batas jejak dari seorang seniman ,di lingkungan UKM Seni UMI saya berusaha belajar untuk memaknai alam sekitar lewat tahapan outdoor yang saya jalani saya banyak belajar tentang pemaknaan unsur kehidupan belajar mengerti di-mana saya berpijak yaitu di atas tanah , dimana saya menemukan kehidupan yaitu lewat air dan api dan udara yang menjadi nafas dalam diri ,semua kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT yang telah mengaruniakan nikmat kepada semua penghuni alam raya.dalam prosese perjalanan yang aku lalui di outdoor disitu saya banyak belajar bagaimana memahami seti-ap perasaan jiwa yang terkungkung dalam suatu ruang dan kita berusaha membebaskan diri kita untuk keluar dari ruang yang menjenuhkan ,dan tidak memberikan kita kebebasan untuk berfikir dan bercerita tentang hal-hal yang mengganjal fikiran serta jiwa .

Banyak pelajaran namun juga bnyak kisah menarik yang aku temukan da-lam tahap outdoor ini dimana ada sebuah games yang baru pertama aku daptkan dimana dalam games ini kami berusaha untuk membawa sebuah cahaya lilin dana berusaha menjaga cahaya lilin itu untuk tetap hidup seka-lipun kami harus melalui beberapa rintang diantaranya ; siraman air dari pnitia, dan hembusan angin ,untuk melaui rintangan itu semua maka kami butuh kerjasama dan kekompakan untuk bersama-sama melewati rintan-gan-rintangan yang ada setelah kami mengawali games ini maka ditengah perjalanan siraman-siraman air itu mulai berjatuhan dari samping kiri , kanan dan atas kami ,namun kami tetap berusaha untuk menjaga agar lilin itu tetap hidup sampai tujuan wlaupun kami harus berbasah-basahan kami tetap berjuang untuk melewati rintangan itu ,namun dalam rintangan air ini ,dimana air itu bercampur kotoran hewan sehingga siapapun yang ter-kena pasti dia akan mendaptkan aroma yang luar biasa ,dan ada beberap orang yang menghindari air tersebut dan tidak melindungi cahaya lilin itu

Narasi Hijrah Tubuh | 119

namun ada juga yang memasang muka dan badannya untuk mengahalu air tersebut dan lucunya air kotoran itu masuk kedalam mulut dan mau tidak mau dia telah merasakan air yang bercampur kotoran hewan dan semua yang mengikuti games ini basah terkena air ,namun kami tetapa berusa-ha melalui rintangan itu tidak peduli sebau apa air itu dan akhirnya kami berhasil melauinya dan membawa cahaya lilin itu sampai pada tujuannya. Makna yang dapat dipetik dari games ini adalah seberapapun besarnya rin-tangan dalam hidup namun jika dilalui secara bersama-sama maka yakin-lah bahwa kita bisa melalui itu semua dan intinya manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan sekaligus makhluk sosial yang sejatinya harus saling mem-bantu satu sama lain.

120 | Narasi Hijrah Tubuh

NUR IMANKeseruan dalam Berkarya

Saat itu saya sedang mengikuti latihan dasar kesenian yang di buat oleh ukm seni(upksbs) umi. Di sini saya bertemu banyak teman-teman dari fakultas lain, kami semua sangat menyukai seni, kita tau semua orang pasti mengenal dengan yang namanya seni, semua orang pun pasti suka dengan seni.

Dari begitu banyak teman-trman peserta masing-masing dari kami menyu-kai jenis seni yang berbeda-beda. Saya sendiri sangat menyukai seni music. Kenapa saya suka dengan music, karna menurut saya music itu dapat mem-buat seseorang yang mendengarkannyan menjadi senang, menjadi sedih. Dan bukan hanya itu, music juga dapat membuat seseorang menjadi tenang dan rileks. Setiap hari saya mendengar music entah di kampus, di kos atau di manapun, jenis music yang saya sukai yaitu music rock, tapi belakangan ini saya juga suka mendengarkan music instrumental, karna mendengar music instrumental membuat fikiran saya menjadi tenang dan rileks.

Saat mengikuti latihan dasar kesenian ini saya sangat senang karna kami menerima materi tentang music, saat menerima materi itu saya banyak mendapatkan pengetahuan tentang music, saya juga tau bagaimana cara-nya untuk membuat karya dalam seni music. pada saat itu juga saya dan teman-teman peserta di tantang untuk membuat suatu karya music dalam waktu yang di tentukan, kurang lebih 15 menit, di sini semangat saya pun naik, naluri saya tertantang untuk mebuat karya tentang music, saya dan beberapa teman dalam grup saya ingin menampilkan kolaborasi music instrumental dan puisi. Di sini saya bertugas memainkan alat music gitar kebetulan saya juga sangat hobi bermain gitar, kami pun mulai sibuk mem-buat karya itu.

Karya kami pun sudah selesai. Panitia menyuruh kami untuk naik ke atas panggung mementaskan karya yang telah kami buat. Saya pun merasakan yang namanya demam panggung, jantung mulai berdabar kencang, tangan saya pun sangat dingin, di situ saya sangat gugup karna semua tatapan mata dari teman-teman peserta maupun kanda-kanda panitia semua mli-hat ke arah kami. Saya dan teman-teman mulai menampilkan karya kami ini. teman-teman yang menonton kami pun sedikit mengejek penampilan kami yang saat itu sedikit berantakan. Tapi tak apalah. Wajar saja kalau berantakan, inikan baru permulaan kami untuk membuat karya musik itu.

Narasi Hijrah Tubuh | 121

Dalam kesempatan lain, waktu itu hari ketiga saya mengikuti latihan dasar kesenian ini. kami di pisahkan menurut devisi yang kita minati. Di sini saya memilih devisi music. setelah kami di pisahkan menurut devisi mas-ing-masing. kami di bagi dalam beberapa grup. Kami di tugaskan untuk membuat lagu yang bertemakan tentang hujan dan lingkungan. Tapi lagu tersebut harus sudah jadi besok dan akan di pentaskan pada malam penut-upan kegiatan LDK ini. salah satu teman saya yang menulis liriknya. Saya di sini membantu untuk mencari syair lagunya.

Hari pun sudah larut malam, lagu kami belum juga jadi, yang sudah jadi ha-nya liriknya saja. Kami pun sepakat untuk istirahat dan akan melanjutkan-ya besok. Esok hari pun tiba, kami di sibukkan untuk mencari syair yang pas untuk lirik yang di tulis oleh teman kami. Setelah di pusingkan untuk mencari syair yang pas, akhirnya kami pun mendapatkan syair yang pas untuk lirik yang di tulis oleh salah satu teman dalam grup kami ini. saya sangat senang saat itu karna lagu pertama kami pun jadi. Lagu kami ini kami beri judul ”rintikan hujan” dan kami menamai grup kami ini dengan nama “TAROECOUSTIK”, saya berharap dalam naungan ukm seni(upksbs) umi ini saya dengan taroecoustik dapat di bimbing untuk menciptakan se-buah karya-karya yang luar biasa.

122 | Narasi Hijrah Tubuh

Kesan dimalam Ramah Tamah

Saat itu malam terakhir kami mengikuti kegiatan olah tubuh di alam, saat itu kira-kira kupul 22:00 saya bersama seluruh teman-teman peserta di suruh kumpul. Di sini saya berfikir kenapa kami semua di suruh kum-pul lagi, entah apa lagi yang akan kita lakukan. Kami semua pun kumpul menurut kelompok masing-masing. kami di arahkan untuk masuk menu-ju ke dalam hutan. Di sini fikiran saya mulai aneh-aneh, saya berfikir bah-wa kita semua akan di suruh lagi untuk melakukan olah tubuh. Ternyata perkiraanku salah. Kami di arahkan oleh panitia menuju ke suatu tempat di tengah hutan yang penuh dengan pohon pinus.

Di tengah hutan pinus itu sudah ada beberapa panitia dan juga stering yang menunggu kami. Tampak kejahuan saya melihat banyak sekali obor yang menyala membentuk lingkaran. Sesampainya disana kami di suruh duduk melingkar di dalam lingkaran obor tersebut. Saat itu kabut mulai turun, udaranya sangat dingin, beberapa dari kakanda panitia langsung menyal-akan api unggun yang ada di hadapan kami semua, rasa dingin pun hiaalng bergati dengan rasa hangat, di sini salah satu dari panitia meminta per-wakilan dari kami untuk maju ke tengah menyampaikan kesan-kesannya selama mengikuti kegiatan outdoor ini. di sini saya berdoa dalam hati agar saya tidak di tunjuk untuk maju ke depan karna saya orangnya tidak pan-dai berbicara di hadapan orang banyak, dan juga saya ini orangnya sangat pemalu. Akhirnya salah satu dari teman kami maju untuk menyampaikan kesan-kesannya, silih bergantian teman-teman maju untuk menyampaikan kesan-kesannya yang menurut saya apa yang mereka sampaikan semua hamper sama.

Setelah menyampaikan kesan-kesan, kami semua di tantang lagi untuk maju kedepan membawakan sebuah lagu, salah satu teman dari peserta maju membawakan lagu dari citra idol, di situ kami semua ikut bernyanyi bersama dia. Bukan hanya teman peserta yang maju untuk menyanyikan sebuah lagu tetapi kanda panitia pun ikut maja menyanyikan beberapa lagu yang menjadi hits dalam ukm seni umi itu. di sini suasana menjadi me-riah, kami semua bersama-sama ikut menyanyikan lagu yang di nyanyikan oleh kanda panitia itu.

Kami semua sangat keasikan menyanyi bersama, pada saat salah satu dari panitia maju kedepan membawakan salah satu lagu paling hits di ukm seni(upksbs) yang berjudul “sahabat malam-malamku’ membuat suasana

Narasi Hijrah Tubuh | 123

semakin meriah, di situ kami semua berdiri membentuk lingkaran dan saling bergandengan tangan, kami semuapun ikut mnyanyikan lagu itu, lagu itu sangat keren menurut saya, rasa terharu dan rasa gembira pun muncul pada diri saya, saya berterimakasih kepada panitia dan stering yang telah membuat malam ramatama ini menjadi malam yang sangat luar biasa.  

124 | Narasi Hijrah Tubuh

NURFAJRIN RAMADHANKarya, Seni, dan Rupa

Pengalaman yang paling berkesan saya di waktu proses indoor yaitu pada saat saya membuat karya bersama teman-teman peserta karena sebelumn-ya saya tidak tahu mewarnai gambar saya, setiap saya mewarnai pasti gam-bar saya terlihat jelek, tetapi pada saat saya di proses indoor, saya merasa ingin sekali belajar karena pada saat itu, kami semua peserta divisi rupa yang mengambil gambar di suruh oleh panitia untuk mewarnai karya kami dengan cara melukis gambar, dan saya pun kayak tidak yakin dengan diri saya pada saat itu tetapi saya tetap berusaha untuk mewarnai gambar saya, saya di suruh belajar oleh panitia pendamping, dan akhirnya pada saat saya menyelesaikan gambar saya dengan mewarnainya, saya puas dengan diri saya karena sudah membuat karya yang belum pernah saya buat.

Dan pada saat malam apresiasi saya presentasikan gambar saya, sebelum-nya saya belum pernah presentasi karya saya di depan banyak orang, pada saat itu saya gugup untuk presentasikan karya saya tetapi saya juga beru-saha untuk presentasikan karya saya karena saya juga ingin belajar dalam hal itu, dan akhirnya saya telah presentasikan karya saya di depan teman-teman peserta dan semua panitia-panitia yang ada.

Bermain di AlamPengalaman yang paling berkesan saya pada waktu proses outdoor yaitu pada saat kami 1 team yang berada di team hutan untuk membuat karya, karya yang kami buat pada saat itu ialah teater dan instalasi, saya bermain dalam teater yang kami buat dalam waktu yang singkat, saat itu saya ber-peran jadi monyet hutan, judal karya kami adalah hilang dan tema yang kami ambil yaitu hutan, saya baru pertama kali bermain dalam teater, se-lama ini saya belum perna bermain teater, jadi disitulah saya belajar untuk bermain teater.

Yang berkesan juga pada saat kami bermain dengan semua peserta, per-mainan itu adalah obor kemerdekaan, saya rasa berkesan karena pada saat itu kami semua kompak untuk melindungi satu lilin yang akan kami bawah sampai tempat yang ditentukan, dan kami juga bisa mengeco panitia yang melempari kami pakai air yang tercampur dengan tai sapi, pada akhirnya kekompakan kami bisa melewatkan permainan itu.

Dan yang paling berkesan juga pada saat malam puncak outdoor, saat itu

Narasi Hijrah Tubuh | 125

kami semua peserta mengira panitia akan memproses kami dengan carayang keras tetapi ternyata tidak, pada saat itu hanyalah kami membuat lingkarang yang di tengahnya api unggun dan kami semua bernyanyi ber-sama dan memberikan kesan-kesan kami yang telah kami lewati pada saat outdoor, itulah pengalaman saya yang paling berkesan pada saat outdoor.

126 | Narasi Hijrah Tubuh

Pagi pukul 5 lewat hari ini adalah hari yang sangat-sangat mendebarkan dan hari dimana kami semua akan melakukan pementasan atau menga-presiasikan karya kami tapi sebelum itu kami terlebih dahulu melakukan senam pagi atau olah tubuh seperti kemarin.

Setelah olah tubuh kami sarapan dan istirahat, selesai istirahat saya dan kelompok saya bergabung untuk merapatkan masalah karya kami tidak lama kemudian pembimbing kami kanda acho datang ke kami setelah tadi malam kami menemukan deskripsi karya kami, kami lalu mencari syair dari lagu kami agar kami mendapatkan keselarasan dari nada lagu kami, selesai kami menemukan itu semua kami lalu berlatih lagu kami untuk mendapatkan ke kompakan atau kecocokan nada kami kanda acho men-garahkan kami ketempat yang tidak banyak orang yaitu dibawah rumah disana kami sedikit di bimbing oleh kanda acho mulai dari vocalis, gitar, drum, bass, kaecuali teman saya iman dia mencari sendiri melodi dari lagu tersebut. Setelah semuanya rampung kami melakukann gelada kotor tetap di tempat kami, selesai geladi kami di beritahu oleh panitia yang lain untuk bersiap-siap kamipun lalu mandi.

Setelah saya dan kawan band saya sudah mandi kami berkumpul di ruan-gan apresiasi karna acara sudah mau mulai. Teman saya anggi mulai gugup karna sedikit lagi kami akan tampil saya memberitahukan kapada dia un-tuk untuk mengatur nafasnya, beberapa menit kemudian kami di panggil panitia ke belakang panggung.

Tiba saatnya pementasan dari kelompok saya, kami memberi nama kelom-pok kami yaitu tarue band yang berarti pelangi itu kami ambil dari bahasa makassar. Kamipun naik ke atas panggu dalam suasana gelap saya berada di posisi belakang kiri vocalis dan teman saya diseblah kiri saya iman yang memegang gitar 1 dan di seblahnya ada alam si pencipta lagu dan di seblah kanan vocalis indra sebagai kejon.

Lampu panggungpun menyala vocalis kami memperkenalkan kami semua selesai itu kamipun memulai tampilkan lagu kami tapi di tangah-tengah lagu saya sedikit salah begitu pula dengan gitar 1 iman yang lupa melodi lagunya itu semua karna kami gerogi atau bisa di bilang demam panggu-ng, selesai sudah kami tampil saya dan kelompok saya kembali ke tempat

NURRAHMAN ASDARApresiasi Karya

Narasi Hijrah Tubuh | 127

penonton untuk melihat pementasan selanjutnya.

Beberapa jam selesai sudah malam apresiasi kami semua membentuk ling-karan dan panitia memperkenalkan diri mereka satu persatu, setelah itu kami semua istirahat dan tidur.

128 | Narasi Hijrah Tubuh

Hujan Menghalau

Saya di bangunkan panitia pukul 4.04 bersamaan dengan teman satu tenda saya oca, saya di arahkan menuju ke depan rumah tempat istirahat panitia disna panitia ka’ciwank menunggu kami ia memberitahukan kami untuk fokus, dia membagi kelompok lagi menjadi 5 orang perkelompok untuk jalan malam, saya satu kelompol dengan anggi, armha, dan tman saya yang belum saya kenal setelah itu kami di arahkan menuju ke atas sampai.

Di atas panitia yang lain telah menunggu kami dia juga mengarahkan kami ke panitia selanjutnya, sampai di sana saya dan teman kelompok saya di suruh untuk berudhu terlebih dahulu setelah itu saya di suruh ke panitia selanjutnya disana saya di pukul-pukul dengan kayu daun saya di suruh berjalan kembali ke panitia selanjutnya di sana saya teman kelompok saya di berikan gelang merah kami di beri mandate untuk menjaga gelang terse-but. Lanjut dari sana kami berjalan kami bertemu lagi dengan panitia di sana kami diberikan air dan di beri pertanyaan dia bilang “bagaiman ca-ranya berkaya dengan air ini?” kelompok saya menjawab dengan jawaban masing-masing. Lanjut dari sana saya sendiri melewati panitia dan saya kembali tapi dimarahi oleh panitia dari sana kami berjalan kembali ke panitia selanjutnya disitu kami di beri tanah dan di tanya mengenai divisi apa lalu ditanya lagi apa itu tanah, kegunaannya.

Kami lalu kembali berjalan sepertinya kami sudah hampir sampai karna peserta lainnya sudah terlihat mereka berkumpul di tengah lapangan tapi sebelum sampai kesana kami singgah di tempat panitia dan disana kami di beri daun dan ditanya kegunaaan nya sama seperti panitia-panitia lainnya sesudah itu kami di tanya ke panjangan dari UPKSBS, lanjut dari sana kami bergabung bersama kelompok lainnya untuk menyelesaikan catatan pros-es selama perjalanan tadi.

Pagi mulai terlihat kami semua di arahkan berbaris dan lari pagi lanjut setelah berlari kami olah tubuh seperti biasanya, sesudah itu kami diarah-kan untuk berbaris dan diarahkan ke pembimbing kelompok. Bersama den-gan kelompok 1 kami menuju ke sungai untuk membuat karya perkelom-pok, atau perorang, tapi kami melih untuk berkarya berkelompok, sampai disana kami terlebih dahulu melihat-lihat sekitar sungai dan memikirkan karya apa yang akan kami buat.

Setelah kami dapat ide kami lalu membuat instalasi air, selesai dari pem-

Narasi Hijrah Tubuh | 129

buatan instalasi kami di kumpulkan oleh pembimbing kelompok untuk kumpul kami di arahkan untuk membuat penyajian atau pementasan pada saat panitia atau kakak datang untuk menilai karya kami. Kami semua men-yajikan pementasan berdasarkan divisi kami, ada yang bermain musik, tari, tearter, dan puisi setelah semuanya di bentuk tiba-tiba hujan kami semua di arahkan ole pembimbing untuk naik dan pergi menuju ke lapangan.

Dilapangan kami di arahkan menuju ke rumah dekat lapangan untuk bert-eduh sementara menunggu hujan redah, setelah hujan redah kalompok pertama yang tampil ialah kelompok yang di beri nama tanah, saya dan teman-teman menyaksikan pementasan kelompok tanah, setelah selesai lanjut ke kelompok hutan disana kelompok kami air tidak menyaksikan pe-mentasan kelompok hutan kami malah pergi melihat karya kami terlebih dahulu dan ternyata disana karya kami hancur akibat derasnya aliran sun-gai kami lalu langsung memperbaikinya.

Tidak lama setelah kami memperbaiki karya kami panitia dan kakak senior pun datang, pada saat panitia datang kami langsung melakukan pemen-tasan seperti arahan Pembina kelompok kami, pementasan kami cuman sebentar karna hujan dan waktu magrib sudah mulai tiba. Selesai kami pentas kami di arahkan secepatnya menuju ke lapangan disana lagi-lagi kami olah tubuh dengan menyebutkan UPKSBS dengan kepanjangannya.

Sesudah itu kami kembali menuju ke tenda untuk istirahat, mandi dan makan malam selesai semua itu kami kembali di kumpulkan entah kami akan kemana karna kami di bawah menuju ke tengah hutan, tadinya saya berfikir kami akan di kader ternyata kami di arahkan untuk menghadiri malam ramah tama. Selesai dari malam ramah tama kami semua kembali ke tenda untuk tidur.

130 | Narasi Hijrah Tubuh

NURUL PUTRI AIringan Hujan

Selamat pagi dunia, matahari kali ini tampak malu-malu untuk memancar-kan sinarnya. Seperti biasa butir-butir hujan kali ini yang setia menema-ni perjalan saya. Hujan tak menghalangi kegiatanku melainkan dia hanya membasahiku saja. Oke mulai saja yah! Aku sedikit bingung hal apa yang begitu berkesan untuk dijadikan sebuah narasi? Semua kegiatan yang saya jalani selama indoor semua sangat berkesan. Entah dari menemukan teman baru, menambah pengalaman baru serta pelajaran-pelajaran baru. Ada beberapa moment yang menurutku sangat berkesan yaitu saat pemba-gian kelompok untuk malam apresiasi.

Yah saya kelompok tiga devisi music. Disini kami dibagi enam orang dalam satu kelompok. Diantaranya saya sendiri sebagai vokalis bersama Anggi, Iman dan Rahman sebagai gitaris, Alam sebagai bassis dan yang terakh-ir Indra sebagai pemain jimbe. Yah sebut saja nama kelompok kami yaitu TARUE AKUSTIK. Tarue sendiri memiliki arti yaitu pelangi menurut baha-sa Makassar setempat. Jujur nama ini dibuat secara tiba-tiba dikarenakan kami semua terlalu sibuk berlatih sehingga untuk memberi nama kelom-pok saja tak sempat.

Sampai seketika waktu untuk berlatih selesai, kami masih bingung nama apa yang bagus untuk kelompok kami. Dan pada akhirnya kami sepakat TARUE sebagai nama kelompok kami.

Saya tak terlalu pandai untuk memainkan alat musik sehingga suaralah yang paling bisa kuandalkan. Saya sendiri sebagai suara satu dan anggi se-bagai suara kedua. Aku sempat berfikir kenapa tidak satu orang saja yang sebagai vokalis? Yah jujur aku sedikit egois disini karena saya tak terlalu pandai dalam pembagian suara satu dan suara dua.

Seiring jalannya waktu saya tetap jalani tugas saya dan saya mulai terbia-sa dengan pembagian tugas tersebut. Oh iya, kami tak sendiri. Kami juga diberi pembimbing untuk membimbing kami, membantu kami untuk mem-buat apresiasi tersebut. Entah itu sebuah masukan darinya atau membantu menyelesaikan masalah-masalah yang belum bisa kami pecahkan. Panggil saja dia kak Aco. Iyah, dia pembimbing di kelompok tarue akustik. Dia juga devisi musik. Dia memiliki suara yang sangat merdu serta senyuman yang manis ketika tersenyum.

Narasi Hijrah Tubuh | 131

Seharian kami berlatih terus, bernyanyi bersama, membuat lirik yang ber-temakan hujan yang memang sudah ditentukan oleh para panitia serta mencari nada-nada yang pas sehingga nantinya para penonton bisa menik-matinya dengan senang.

Seiring jalannya waktu kami beristirahat sejenak, bercanda bersama dan bercerita bersama kak Aco. Kemudian kami melanjutkan latihan kami lagi dan tiba-tiba saja datang seorang panitia mengembalikan deskripsi lagu kami. Aku sedikit bingung kenapa harus dikembalikan? Kemudian saya langsung bertanya sama kaka co, dan kak aco menjawab “ mungkin mereka tak percaya kalau lagu itu ciptaan karya kalian”. Saya sedikit down tapi saya tetap percaya diri hingga malam apresiasi pun tiba.

Sebelum tampil, kami sempat diberi beberapa nasihat oleh kak aco agar tetap santai saja saat tampil, tetap percaya diri dan satu lagi ketika saat tampil dan saat latihan berbeda tetap saling memberi semangat dan tak menyimpan dendam satu sama lain. Kemudian kami langsung saja naik ke panggung dan 1,2,3… musik pun dimainkan. Saya bernyanyi lepas dan seadanya seperti tak ada beban yang ku pikirkan. Yah saya menikmatinya dan tak peduli apapun yang akan terjadi saya tetap bernyanyi sampai lagu itu selesai hingga kami turun ke panggung dan seketika semua itu terasa menyenangkan dan akupun tersenyum ketika semua memberi tepuk tan-gan yang sangat keras.

132 | Narasi Hijrah Tubuh

Berkumpul, Malam Berbagi

Yah inilah narasi kedua saya. Cerita ini saya ambil saat saya melakukan ke-giatan outdoor (perayaan alam) di desa Bengo-Bengo, Camba, Maros. se-lama tiga hari kami melakukan banyak kegiatan baik olah tubuh, makan bersama, dan masih banyak kegiatan-kegiatan yang lain lagi. Begitu banyak moment-moment yang berkesan tapi ada beberapa moment yang tak bisa saya lupakan yaitu saat malam terakhir outdoor sebut saja malam ramah tamah. Saya masih tetap terjaga oleh larutnya malam sedangkan sebagian peserta sudah ada yang tidur duluan. Kemudian saya disuruh oleh panitia untuk membangunkan semua peserta yang ketiduran.

Awalnya saya sedikit bingung kegiatan apa lagi yang akan diberikan kepa-da kami disaat malam yang semakin larut ini. Kemudian toa pun berbunyi pertanda semua peserta harus berbaris sesuai kelompok masing-mas-ing dan membawa matras setiap kelompok. Tiba-tiba saja seluruh ketua kelompok disuruh berkumpul dan menghadap ke panitia. Entah apa yang akan disampaikan lagi kepada kami. Kemudian ketua kelompok menyam-paikan sesuatu yaitu tentang pembagian tali merah bagi yang memiliki penyakit entah itu penyakit keras, yang sudah melakukan operasi atau apa saja yang kira-kira tak bisa melanjutkan kegiatan selanjutnya. Yah lumayan banyak yang menggunakan tali merah baik cewek maupun cowok. Saya masih tetap konsisten untuk tak menggunakannya karna saya masih pe-nasaran kegiatan apa lagi yang akan selanjutnya di jalani. Aku tak peduli dan tetap saja percaya diri.

Kemudian toa pun berbunyi lagi, kami disuruh berbaris sesuai kelompok dan mendengarkan beberapa pengarahan dari panitia. Berhubung saya ter-masuk kelompok pertama , kemudian kami disuruh berjalan duluan sambil mengikuti pendamping yang sudah ada di depan kami. Saya masih berfikir dan bertanya-tanya sendiri mau di bawa kemana lagi kami? Ah bodoh amat saya tetap saja berjalan mengikuti teman-teman yang lain. Jalanan yang kami lewati sedikit licin dan memiliki turunan dan tanjakan.

Kemudian tibalah kami disuatu tempat yang dimana disana sudah ada beberapa panitia berseragam dengan baju PDLnya masing-masing yang menunggu kedatangan kami. Aku masih tetap saja bingung mengapa kami disuruh berputar-putar mengelilingi obor api yang seakan menghangat-kan tubuhku sejenak dari dinginnya angin malam. Kemudian kami disuruh menggelarkan matras dan disuruh duduk sesuai kelompok masing-masing.

Narasi Hijrah Tubuh | 133

Dan tiba-tiba saja pancaran api unggun menyinari kami dari gelap gulitan-ya malam. Akhirnya kebingunganku terjawab ternyata apa yang kupikirkan tentang hal-hal aneh itupun hanya angin belaka. Kami semua berkumpul disini saling berbagi cerita atau sharing tentang apa saja selama kegia-tan-kegiatan yang sudah dilewati. Ada beberapa peserta dan pihak dari panitia yang menyumbangkan lagu untuk menambah suasana yang lebih hangat dan bersahabat. Kami semua tertawa bersama, menari bersama hingga beryanyi bersama. Inilah salah satu moment yang paling berkesan yang bakalan aku ceritakan ke sahabat-sahabatku yang ada diluar sana.

134 | Narasi Hijrah Tubuh

RAHMAT NUR KASIM....

Senin, 19 januari 2015 “Proses Pendaftaran”Langkah kaki terbawa menuju organisasi intra kampus yaitu UKM Seni UMI. Segera saya membersihkan diri sambil mandi. Sesudahnya saya bergegas bercermin dahulu lalu mengenakan pakaian yang telah di persiapkan se-belumnya. Sempat, saya berpikir untuk membatalkan niat ini untuk mengi-kuti organisasi ini. Selepas berpakaian, saya pun langsung menuju keka-mpus menggunakan pete-pete yang melintas dijalan poros. Tetap niat ini tertuju pada sekretariat UKM SENI UMI. setelah tiba di lokasi, saya di sapa dengan hangat oleh salah satu panitia Ukm Seni. Sempat saya gugub, kare-na ketakutan melihat wajah seorang di antaranya.

Kemudian formulir pun diserahkan kepada saya dengan tambahan ad-ministrasi sebesar 25 ribu. , Sesudah melengkapi administrasi tersebut, sayapun lekas pulang ke kos untuk mempersiapkan dan melengkapi pers-yaratan formulirnya. Saya pun sempat lupa mencuci foto, melihat kejadian tersebut segera saya mencuci foto tersebut. Semua persiapan telah di lam-pirkan dan terisi lengkap. Keeseokan harinya tanggal 20 januari 2015 lang-kah dan peristiwa yang sama mengantarkan saya menuju kampus tercinta guna mengembalikan formulirnya. Dengan tekat yang kuat saya melangkah ke ukm seni membawa permohonan izin ini. Saya pun menyerahkan kepa-da panitia formulir tersebut, sambil mengecek berkas dan perlengkapan formulir tersebut. Okelah.! Ucap seorang panitia dan merobek belahan for-mulir nya dengan catatan harus mengikuti proses Tes Kemampuan Peserta.

Sabtu, 24 januari 2015 “Ruang Pengenalan Diri”Detak irama waktu berada pada hari esok. Jari jemari tangan dan kaki ber-getar hebat akibat groogi yang menyambar dalam menghadapi TKP (tes kemampuan peserta). Melamun sejenak adalah hal terbaik bagiku guna menghilangkan groogi tersebut. Sayapun segera mandi dan sesudahnya, segera mengenakan pakaian style Korea dengan jaket berwarna merah. Te-pat pukul 11.02, jiwa dan raga bergegas menuju TKP UKM SENI UMI yang berlokasi di Auditorium Al Jibra. Sesampai di TKP, saya pun di sambut han-gat oleh rekanpanitia. Dengan tegas saya kemudian melakukan pendafatarn ulang untuk mendapatkan nomor tes. Angka 50 lah yang berjodoh dengan proses TKP ini. Proses TKP pun sempat di tunda karena panggilan azan zuhur yang akan di kumandangkan. 20 menit waktu yang cukup untuk istirahat sejenak

Narasi Hijrah Tubuh | 135

sambil menghilangkan groogi ini, sekaligus berlatih untuk lagu yang akan dibawakan. Tak hentinya saya mengucapkan syukur, dua orang teman saya datang untuk mengikuti proses ini juga. Waktu istirahat yang di tentukan pun telah habis. Semua peserta telah kembali ke auditorium dan berbaris rapi menunggu giliran nomornya di panggil. Tibalah nomor urutan ku dise-but. Dengan semangat langkah kaki dan jiwa raga menuju panggung. Pen-genalan diri adalah awal permulaan. Kemudian satu persatu pertanyaan terlontarkan sesuai dengan ke tiga divisi yang dipilih. Salah seorang juri bertanya. “ apakah anda seorang vocalis? Silahkan nyanyikan sebuah lagu yang anda tahu.pada saat TKP suara saya merdu dan indah walaupun di tes untuk menyanyikan lagu dangdut, melayu, dan QARIAH. Sesudah proses TKP, Selanjutnya saya dihadapkan dengan tes wawancara. Sempat terasa takut karena semua pertanyaan di lontarkan dengan susah dan di tuntut untuk dijawab. Sesudahnya, sayapun bergegas pulang.

Kamis , 28 januari 2015 “Proses pembekalan indoor”Lembaran waktu, sabtu 28 januari 2015, waktu yang di tetapkan pani-tia. Setiba di lokasi yang telah di sepakati saya bergegas menuju halaman mesjid. Kamipun berkumpul bersama guna membahas perlengkapan pembekalan indoor. Sebelumnya Tradisi yang yang tak pernah terlewat-kan adalah semboyang “tak kenal maka tak sayang”, satu persatu baik dari kakanda maupun peserta sampai tak tersisa memperkenalkan dirinya. Setelah perkenalan berakhir, satu kendala kami ialah teguran dalah satu senior yang berkata “ jangan membuat kubu-kubu perkenalan perfakultas saja”,akan tetapi kalian harus membaur satu sama lain walaupun berbeda fakultas. Rangkaian kata telah terukir di dalam pembekalan kami. Dan tak lupa sayapun menulis seluruh arahan dan info yang diberikan.

Jumat, 29 januari 2015 “indoor pertama”Jumat barokah mengantar semangat jiwa raga menuju indoor di hari per-tama. Sayapun bergegas mandi dan sesudahnya saya berpakaian rapi. Jejak langkah kaki pun mengantarkan untuk kembali memeriksa persiapan dan bekal menuju indoor pertama. Setelah persiapan lengkap, lalu bergegas menuju sekretariat UKM SENI. Tak lama kemudian saya bertememu rekan seatap fakultas saya. Perbincangan pun sempat terjadi. Tak lama kemudi-an, saya dan rombongan seatap pergi menuju secret. Kemudian kami pun menaiki truck dari TNI tersebut. Di perjalanan Interaksi terjadi antara satu dengan yang lain. Mabuk perjalanan bergandeng dengan panas dan kebisin-gan menjadi satu. Semangat kami takan pernah mati. Perjalananpun tiba, tepat di lokasi indoor yaitu benteng somba opu tempat peninggalan sejarah

136 | Narasi Hijrah Tubuh

kabupaten kerajaan Gowa. Kami serombongan peserta turun dari truck dan menuju baruga Somba Opu. Setibanya kami di sambut tarian Paduppa dari kanda divisi tari. Tarian yang indah dengan nilai estetika. Sesudah itu, kami pun pergi menuju kamar pria yang sudah di tentukan. Sejenak kami ber-istirahat sambil menunggu sholat jumat yang akan dilaksanakan. Setelah sholat jumat berlalu, kami kembali menerima materi pertama,yaitu orien-tasi dan kreatifitas yang di bawakan oleh kanda Afdal. Berbagai pertanyaan terlontarkan kepada kami. Dan keseruan tersebut terjadi pada saat games perkenalan untuk saling mengenal satu sama lain. Ilmu tersebut sangatlah bermanfaat. Masuk ke materi kedua dibawakan oleh kanda Ancha ialah se-jarah UPKSBS UMI. Berbagai pengalaman maupun sejarah telah ia papar-kan dari jatuh bangun terdirinya UPKSBS ini. Sedikit refreshing yang unik dengan games mengkonsentrasikan diri. Sempat mencairkan suasana tapi cukup bermanfaat. Masuk ke materi ketiga yang di bawakan oleh kanda Affan mengenai aktifisme dan seni. Sejarah permulaan seni lahir hingga sampai jaman kuno ke zaman modern ia jelaskan. Menarik. Karena semua berlandaskan pada bangsa Yunani kuno. Tak hanya itu ia jelaskan tentang sejarah masuknya seni di Indonesia. Itulah seni yang merambat diseluruh dunia, ujarnya. Dilanjut dengan refleksi tubuh di malam hari sebagai peng-hangat tubuh dari senior, yang cukup menegangkan bercampur horor.

Sabtu , 31 januari 2015 “Indoor hari ke Dua”Lagi dan lagi olah tubuh memulai aktifitas kami. Berbaris menjadi sara-pan pagi kami. Di mulai dengan lari kecil kemudian berlanjut pada olah tu-buh yang sebenarnya. Walau badan terasa pegal, tapi semangat tak pernah pudar. Lanjut dengan MCK dengan sarapan kue dan teh secukupnya. Dan dilanjut dengan membersihkan diri. Waktu mengantar kami pada materi pertama mengenai penulisan yang dibawakan oleh kanda Veno. Kebosanan sempat bercampur akibat ngantuk yang menyandar. Dalam materi ini ban-yak sekali manfaat yang dipaparkan diantaranya, permulaan penulisan di mulai dari berternak ide, berbukalah dengan tiga kata, menentukan judul dan menjadi epigon. Semua mengandung pemaparan yang penting. Materi ini berakhir dengan sajak gila seorang pemateri. Waktu berlanjut pada ma-teri kedua ialah materi musik yang dibawakan oleh kanda Mukhlis. Keseru-an inilah yang dinantikan oleh divisi musik. Banyak sekali beliau paparkan mengenai fungsi dan pengaplikasian alat musik mulai dari musik tradision-al dan musik modern. Pembagian kelompok pun terjadi untuk membuat apresiasi seni. Dan saya mendapat bagian untuk memainkan jimbe, Miris bagi saya karena tampil seadanya dengan waktu sesingkat mungkin. Tibal-ah dengan materi bagi divisi tari yang di bawakan oleh kanda Tomo/Ami.

Narasi Hijrah Tubuh | 137

Suasana gemuruh sempat terasa akibat mata kami haus akan sosok wanita (gombalan). Sungguh permulaan yang segar disambut dengan tarian daer-ah tiga etnis. Gerakan yang mempesona membuat kami jatuh cinta. Masuk kepada materi inti, kanda tomo panjang lebar menjelaskan mengenai Tari di UPKSBS, sejarah tari, dan bagaimana cara menciptakan suatu gerakan tari. Waktu magrib pun menghampiri kegiatan kami dan harus di tunda ses-udahnya. Setelah itu, pembagian kelompok pun di mulai dengan menampil-kan pertujukan tarinya. miris bagiku karna tak sempat menampilkannya karena keterbatasan waktu. Waktu berhembus dan materi terakhir men-yapa kami. Materi teater dari kanda Imam Dan Indri. Tak banyak beliau paparkan mengenai teater, karena kita terfokus pada prakteknya dengan pembagian sembilan titik. Dan akhirnya saya mendapat giliran meragakan ke sembilan titik tersebut. Begitulah teater. Penuh dengan kebohongan la-konnya dan pengeksplorasian bentuk.

Minggu, 1 februari 2015 “Indoor hari ke Tiga”Bangun..!! sholat subuh. kami pun di bangunkan dari tidur cantik guna melaksanakan sholat subuh. Segera bergegas lalu menuju ke mesjid. Setelah menunaikan sholat subuh, kami disuguhkan lagi dengan agenda pertama yaitu olah tubuh. Semua kostum telah diganti sesuai instruksi. Baris berbaris menjadi sarapan pagi kami untuk memulai olah tubuh. Ke-giatan pun berlangsung dengan lari kecil sebagai permulaannya, kemudian di lanjutkan dengan gerakan aktif dari kepala sampai kaki, bahkan sampai jungkir balik di tanah. Sungguh lelah terasa, dan kemudian kami di antar pada waktu MCK sesudahnya. Setelah semua kebutuhan rohani terpenuhi, masuklah pada materi pertama “RUPA” yang di bawakan oleh kanda cahy-adi. Banyak teori dan pembelajarn yang bermanfaat bagi kami dan bera-khir dengan Seni Instalasi. Pembagian kelompok pun terbagi, dan saya di kelompok tiga. Awalnya ide pun banyak di usulkan, dan akhirnya kerjasa-ma pun di lakukan sesuai instruksi perintah. Tema yang kami bawakan di seni instalasi ini ialah perbedaan kondisi perkotaan dan pedesaan. Insta-lasipun selesai. Waktunya untuk presentasi dan pertanyaan di lontarkan mengenai seni instalsi kami. Masuk ke materi kedua mengenai managemen produksi yang diberikan oleh kanda Ilham. Cukup seru dalam materi ini karena di selingi dengan games. Tak lama kemudian, kami di bagi lagi men-jadi menjadi beberapa kelompok. Games ini dimulai dengan pemasangan seutas tali pada tangan masing-masing lawan, dimana maksud dan tujuan games ini adalah untuk menghilangkan keegoisan kami dalam meman-agemen kan suatu kehidupan. Penghujung kegiatan, pembagian kelompok terjadi sesuai divisi masing- masing. Sempat sedih karena tak dimasukan

138 | Narasi Hijrah Tubuh

kedalam divisi musik. Hanya saja di tempatkan di musik teartrical, walau hanya sementara. Berbagai penuan ide saya masukan mengenai teatrical musik ini. Pencarian alatpun dilaksanakan. Setelah mengiringi musik di latihan teater mereka, kamipun kembali pada waktu istirahat yang tepat pada pukul 12.25.

Senin, 2 februari 2015 (indoor hari ke empat, apresiasi seni)Solat subuh menyambut hari kami, bergandeng dengan olah tubuh yang sama seperti hari kemarin. Dimulai dengan empat kali putaran akibat cua-ca hujan yang turun. Proses olah tubuh pun digantikan dengan meditasi yang dibawakan oleh kanda Afdal. Rasa-rasanya tulang terasa segar habis di tarik tarik. Masuk ke kegiatan selanjutnya ialah proses pengumpulan catatan proses di dampingi dengan sarapan bubur kacang hijau dan mandi pagi. Waktu terus berjalan, mempersiapkan kami melakukan geladi persia-pan apresiasi seni kami. Kegiatan berjalan mulus dengan semangat yang menculang. Sempat sedikit kesakitan bagi saya, karena memainkan alat jimbe yang lumayan besar dan seruling yang harus di tiup. Begitu semua persiapan di laksanakan, waktu selanjutnya adalah makan siang. Selepas itu, saya lalu kembali berlatih. Tak terasa sudah pukul 05.00 WITA. Waktu gladi resik telah tiba. Pada saat proses ini semua persiapan telah matang sepenuhnya. Tepat seusai gladi, kami pun mempersiapkan diri untuk pe-mentasan Hijrah Tubuh kami dengan mandi terlebih dahulu. Seusai waktu istirahat, inilah saatnya waktu pementasan di mulai, sebelumnya, tradisi bagi kami ialah berdoa dan rilexasi tubuh agar pementasan tak kacau. Grup Seruling lah yang memulai pementasan kami. Satu kendala bagi saya teat-rical musik pada saat pementasan adalah kurangnya mike yang tersedia. Walaupun dikatakan cukup, ini penampilan saya dan rekan teater yang terbaik. Pentas seni selanjutnya di lanjutkan dengan tarian, musik, dan di-awali dengan rupa. Tibalah di pentas terakhir kami dari kelompok Buras. Kendala yang sama saya hadapi adalah kurangnya alat dari sistem dan ke-salahan sistem sendiri. Semua pementasan berjalan lancar. Dan berakhir dengan ramah tama antar LDK teratas sembari menyanyikan lagu sahabat malam-malamku dan foto bareng bersamanya.

Selasa, 3 Februari 2015 (proses akhir kegiaitan indoor)Senyum mentari menyambut pagiku. Akupun lupa mengerjakan sholat sub-uh. Walau agenda olah tubuh telah tiada. Sesegera mungkin saya melaku-kan packing untuk hari terakhir. Tak lupa sarapan kecil dengan secangkir air putih dan sepotong kue di sebuah kios kecil warga mengenyangkan isi perut ini. tak lama panggilan panitia pun menyambar kehadiran kami, agar

Narasi Hijrah Tubuh | 139

segera bersiap-siap untuk menaiki truck TNI tersebut. Mengakhiri kegia-tan ini, lantas berbagai dokumentasi di lakukan, mulai dengan pemotretan hingga penulisan catatan proses berakhir. Oke. Semua barang dari ransel dan perlatan panitia telah tersusun di punggung mobil dengan rapi. Wak-tunya memulai perjalanan balik ke secret UKM Seni Umi. Sempat tertidur di sepanjang jalan dengan cuaca yang panas. Setiba di secret, hal wajib bagi pria adalah menurunkan barang dan memasukannya ke secret. Setelah semua berakhir, sayapun lalu pulang menuju kubus kehidupanku.

Jumat, 6 februari 2015 (hijrah tubuh perayaan alam 1)Jumat, Desa Bengo-Bengo menjadi saksi bisu perayaan alam kami. Saya-pun segera pergi menuju secret dengan perlengkapan outdoor yag sudah dipersiapkan. Saya menuju Al-Jibra sesuai instruksi panitia. Baris berbaris menjadi prioritas utama kami. Tiba-tiba, jatah Push Up pun kami terima dari senior. Lelah, pegal, panas bercampur jadi satu. Setelah mendapatkan jatah, lalu kami segera menaiki bus transportasi kami, walau tubuh ini ber-himpit dengan tumpukan tas karel, perjalananpun di mulai. Begitu tiba di lokasi buper, saya harus melakukan sholat jumat berjamaah. Waktu ber-putar dan sesudah sholat jumat, kami pun berjalan rapi bak bebek yang berbaris menuju kandang. Sampai di tempat perayaan alam, jatah seorang pria adalah memasang tenda untuk pertama kali bagi wanita. Dilanjutkan dengan pemasangan tenda pria.

Selepas itu, kampung tengah pun tak lupa di perhatikan. Lapar menyam-bar di tubuh kami. Inilah saatnya tugas wanita untuk memasakkan kami. Walau dengan bekal seadaanya, perut ini terasa kenyang. Agenda outdoor pertama telah di mulai dengan melakukan refleksi maupun rilexsasi tubuh. Membuat lingkaran dengan meditasi sambil melakukan olah vocal yang di pimpin oleh kanda Imam, membuat kami semangat. Games pertama be-rakhir, berlanjut dengan games terahir ialah games menyelamatkan nyala lilin. Kami mengatur strategi untuk menyelamatkan lilin. Walau rintangan selalu saja menghadang. Kami berhasil menyelamatkan nyala lilin, di lanjut dengan meletakkan nyala lilin di atas kayu dengan jaring laba-laba sebagai jebakannya.

Kami berhasil. Sempat bersedih karena tubuh ini di lumuri kotoran sapi. Sesudahnya, kami berjalan kembali ke bumi perkemahan, untuk beristira-hat maupun membersihkan diri. Lapar menyambar kami, dan telah men-jadi tugas pokok wanita memasakkan kami. Setelah makan, saya lalu pergi menuju tenda dan mengatur seluruhnya untuk menikmati tidur indah.

140 | Narasi Hijrah Tubuh

Sabtu, 7 februari 2015 (hijrah tubuh perayaan alam 2)Tamparan kecil bersandar di pipiku. “bangun ko cepat. Siapkan buku,bol-pen, headlamp dan ringkupmu” kata salah satu senior yang membangunk-an ku. Saya pun bergegas keluar dan berkumpul di halaman perkemahan. Agenda ini adalah agenda penculikan yang di buat perteam-team. Team telah dibentuk dengan akbar, nono, jamil dan saya sendiri. Segera kami menuju posko pertama menerima arahan. Posko pertama bagi saya adalah pensucian diri dengan mencuci muka sebanyak tiga kali dengan amanat untuk selalu menjaga nama baik UPKSBS UMI dan posko kedua adalah pos-ko mappasili dengan dedaunan, dan yang ketiga adalah posko pengesahan pemasangan gelang merah oleh kanda Aden, dengan amanat untuk sela-lu menjaga kerukunan & silaturahmi bagi UKM SENI. Tak begitu mudah di lalui. Selanjutnya masuk ke pos ke 4 adalah sambutan dari ketua umum UKM Seni dengan amanat agar selalu melindungi alam ini, dan menyatu dengannya serta tanpa lupa mengaplikasikannya dalam hidup ini.

Masuk ke posko ke 5 adalah posko tanah, posko ke 6 adalah posko air dan posko 7 adalah batu. Pertanyaan yang sama terlontarkan mengenai elemen tersebut. Dan akhirnya kita berada pada posko terakhir dengan pemerik-saan catatan proses. Selebihnya, kami di suguhkan dengan olah tubuh di pagi hari. Lelah terasa dengan hujan yang menghampiri. Agenda selanjut-nya adalah istirahat dan mempersiapkan apresiasi seni sesuai tiga elemen tersebut. Setelah istirirahat panjang, saya di tempatkan pada elemen tanah, berbagi persiapan telah kami lakukan hingga penuangan ide pementasan kami. Dan akhirnya pementasan tiba. Berjalan sukses walau menuai kriti-kan dari pihak peserta dan pihak panitia. Dan akhirnya pertanyaan jebakan dilontarkan kepada kami, dengan tidak bisa mempertanggung jawabkan seni kami. Selanjutnya, waktu kami untuk menonton apresiasi seni dari kelompok lain, dan berhujung pada pemberian hukuman. kami pun kem-bali berbaris menerima sanksi secara bergotong royong. Posisi kuda-kuda dan ucapakan “UPKSBS besar dengan karya” menjadi semboyan ucapan kami. Lelah terasa.

Agenda selanjutnya adalah istirahat dan menyambut persiapan malam ramah tamah UKM seni. Kini tiba waktu malam ramah tamah pada pukul 11.02 WITA. Kami pun berbaris rapi menuju lokasi dan membuat lingka-rang besar dengan suasana yang dingin. Satu persatu sambutan baik dari panitia dan peserta di sampaikan. Baik itu pesan dan kesan. Untuk mengisi kegiatan ini, beberapa kanda LDK 11, LDK12 dan LDK13 mengisi dengan bersajak, bernyayi, dan melawak untuk mencairkan suasana serta diiringi

Narasi Hijrah Tubuh | 141

dengan secangkir bubur kacang hijau yang nikmat. Telah larut malam. Mengantarkan kita untuk kembali ke bumi perkemahan dan beristirahat di tenda masing-masing. Semua berjalan dengan Indah sampai keesokkan harinya.

Minggu, 8 februari 2015 (proses pemulangan)Nyanyian alam bergema dengan indah. Tiba saatnya kami di penghujung agenda hijrah tubuh di perayaan alam. Terbangun dari tidur cantik. Kegia-tan pertama kita adalah proses packing-packingan dan pelipatan tenda secara gotong royong. Kegiatan ini sangat seru karena mempunyai nilai ke-bersamaan. Lanjut dengan kegiatan berikutnya ialah mebersihkan seluruh lokasi perkemahan. Waktu yang tepat disini adalah perayaan drama ulang tahun kanda Aden yang bertepatan dengan kegiatan perayaan alam Hijrah Tubuh kami.

Disambut dengan pemilihan kanda tertampan, dan kanda tercantik. Semua kegiatan ini di dokumentasikan dengan foto bersama-sama dari beberapa kamera dokumentasi. Kita lanjut dengan aktifitas terakhir adalah menu-ju ke bus transportasi kami dengan tidak melupakan ritual berdoa kami sebagai umat beragama. Kami lalu berjalan dengan rapi dan menaiki bus tersebut. Perjalanan berlalu. Kini tiba di secret tercinta dengan selamat dan tak lupa melakukan pemeriksaan barang- bawaan kami. Sekali lagi semua berjalan dengan indah proses perayaan alam kami.

142 | Narasi Hijrah Tubuh

Indoor kemarin dilaksanakan di baruga sumba opu dalam rangka peng-kaderan yang bertemakan HIJRAH TUBUH. kami para peserta baik itu dari devisi musik,tari,seni rupa dan penulisan diberi tugas membuat suatu karya yang akan kami tampikan pada saat malam apresiasi,tugas itu berte-makan “HUJAN DAN LINGKUNGAN” ini merupakan pentas pertama kami di UKM SENI / UPKSBS UMI yang akan ditonton oleh senior senior hebat dari angkatan pertama hingga angkatan sekarang,dan hasil dari TKP kemarin saya lulus di devisi teater ,menyedihkan sekali... padahal nyatanya saat itu saya pilih devisi musik,mungkin ini adalah takdir entah apa rencana tuhan dibalik itu semua, mau ngga mau saya harus terima keputusan itu dengan ikhlas dan lapang dada.

Sebelum di bagi pertim terlebih dahulu kami harus kenal satu sama lain(berkenalan) harus tau angkatan berapa,asalnya dari mana.setelah usai perkenalan kak iman dan kak indri yang dimana mereka berdua mer-upakan pendamping kami membagi kelompok teater menjadi dua Tim,tim A dinamakan seruling(seni ruang lingkup) kemudian Tim B dinamakan buras(bumi terasa panas). lalu setelah itu kami mulai berunding dan me-nentukan judul apa yang akan kami angkat untuk malam apresiasi yang dilaksanakan besok malam , namun hasil dari rundingan kami tadi tim A sepakat mengangkat sebuah judul teater yaitu “MENANTI HUJAN” dima-na masyarakat masyarakat setempat mengalami kekeringan akibat pen-gundulan hutan yang dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ,dan hutan sangat dibutuhkan ketika musim kemarau sebagaima-na kita ketahui pepohonan-pepohonan menyimpan banyak cadangan air, teater kami adalah teater experimen dimana tidak ada dialok yang terja-di antara pemain akan tetapi hanya lewat expresi dan simbol kami men-yampaikan sebuah pesan kepada penonton sedangkan kelompok buras menggabungkan antara experimen dan konvensional yang selain mereka menyampaikan pesan lewat expresi dan simbolis kemudian ada beberapa dialok juga yang terjadi antara pemain...dalam hal ini mereka juga cukup kreatif, ada pun judul dari teater tim B adalah “NYAYIAN HUJAN” sebagai pemula tentunya karya kami tidaklah begitu bagus tapi setidaknya kami akan menampilkan sebuah karya teater yang berasal dari penggabungan buah fikiran kami,karna biasanya dari pengalaman pengalam sebelumn-ya kami pentas dengan karya-karya yang dibuat oleh orang lain,.tentun-ya ini merupakan sebuah hal yang sangat menarik dan membanggakan

RAFIDAHIndoor : Teater

Narasi Hijrah Tubuh | 143

bagi saya, kemudian kami pun mulai menentukan peran kami,saya sebagai istri petani yang mencari mata air,kak along sebagai kapitalis yang mene-bang pohon,kak arham,momo,riki dan kak juno sebagai petani,kemudian ada sekitar tiga orang dari devisi musik yang ditugaskan untuk mengiringi teater ada rahmat dania dan ippang,satu orang dari devisi rupa ditugaskan untuk melengkapi perlengkapan yang kami butuhkan untuk pentas dia akr-ab disapa holis,tapi saya memberi nama tersendiri untuk dia yaitu virgin. saat latihan saya mulai bergaul dan mulai merasa nyaman dengan tingkah teman-teman yang lucu saat latihan,wajah dan expresi mereka yang slalu membuat saya ingin slalu tertawa dan tertawa,terutama kak along,tiap kali saya memandangnya saya selalu teringat dengan kejadian pas praktek ma-teri teater dengan expresi sedih dan berkata”kunci leher ma ayah” sangat lucu. nah disinilah saya menemukan apa hubungan jurusan saya (teknik industri) dengan seni,di teknik industri kami diajarkan bagaimana kami berfikir kreatif untuk menciptakan suatu prodak dan pintar dalam meme-nej waktu begitu pula dengan seni.seni yang membuat suatu karya dan industrilah yang memasarkannya sangat berhubungan,tak ada lagi rasa penyesalan sedikit pun dalam benak saya sejak itu karna saya sudah memi-lih organisasi yang tepat apa lagi ketika saya lulus di devisi teater,walaupun awalnya saya merasa tidak terima,banyak pelajaran pelajaran yang bisa saya petik mengenai teater dimana yang saya ketahui sebelumnya teater itu adalah sandiwara panggung,hanya itu saja,ternyata masih banyak lagi yang tidak saya ketahui tentang teater seperti macam macam teater yaitu teater tradisional,teater moderen,drama musikal,teater komedi dan masih banyak lagi,begitu mendidik. Kemudian saat latihan kami mendapatkan beberapa masukan dan kritikan dari senior-senior katanya expresi wajah kami yang masih sangat kurang, lalu kami harus membuat suasana lebih gawat lagi seperti layaknya orang yang betul-betul kekeringan yang tidak tau harus berbuat apa lagi ,kemudian kami diberi saran agar teater kami lebih menarik manusia yang harus jadi pohonnya,lalu kami sepakat kak juno yang menjadi pohon.karna saat itu sudah larut malam lalu kami sepa-kat melanjutkan latihan besok saja.

Keesokan harinya kami mulai latihan dengan serius tak ada lagi can-daan-candaan yang kami buat seperti latihan sebelumnya, dan ekting kami yang mulai agak bagus,tingal kami permantap,dan saat itu kami blum me-nemukan ending dari teater kami,lalu kami sepakat endingnya ketika kami mulai panik dan tidak berdaya tiba-tiba hujan turun dan kami pun merasa senang lalu kami mulai menanam pohon lagi.kami pun latihan trus hing-ga malam pun tiba yang dimana acara akan segera dimulai,dan pada saat

144 | Narasi Hijrah Tubuh

itu tim A tampil kedua setelah penulisan dan tim B tampil ke lima setelah musik ,sebelum pentas kami diberi arahan-arahan oleh pendamping kami yaitu kak iman agar kami tidak gugup dan percaya diri kemudian kami pun pentas di sebuah panggung sederhana dengan lampu sorot yang terdiri dari beberapa warna,sangat mengagumkan,semua lampu dimatikan kec-uali lampu-lampu yang ada dipanggung dengan suasana yang tenang kami memulai berteater hingga akhirnya kami mendengar suara tepuk tangan yang begitu keras,alhamdulillah kami sudah tampil dengan maksimal dan tak ada kesalahan-kesalahan yang kami perbuat.ini berkat kerja sama yang baik.

Narasi Hijrah Tubuh | 145

Ingatan di Malam Hijrah

Kaget ketika dibangunkan tengah malam,dalam hati bertanya-tanya men-gapa hanya saya yang dibangunkan ditenda ini,merasa penasaran dan agak sedikit takut,saya keluar dari tenda ada sekitar 5 peserta yang dibangunk-an,ad fitra,aris,ocal,dan kak nirwana. Saat itu kami adalah tim,lalu kami berjalan keatas perkemahan dengan berjalan kaki sekitar beberapa meter lalu kami beruduh dengan air yang sudah disediakan oleh kakak panitia,la-lu kami dipukulkan dengan daun yang memang sengaja dibasai,kemudian tangan diikatkan tali berwarna merah(simbol UKM SENI)sebagai gelang dan diberi amanat menjaga gelang itu seperti kami menjaga UKM SENI.lalu kami menuju ketempat kak andres disana kami disuruh meletakkan kedua tangan kami diatas dua helai daun lalu kami ditanya “apakah kamu siap berjalan seterusnya? Dan melewati segala sesuatu yang menghalangi kalian kedepannya?” lalu saya menjawab “ insyaallah saya siap”. Lalu kami melanjutkan perjalanan kami menuju pos berikutnya,dari kejauan sudah ad dua kakak yang menanti kedatangan kami,sebelum kami melakukan perkenalan kami diberi pilihan,pilih batu atau air?dan kami sepakat memi-lih air,kemudian kami ditanya balik kenapa pilih air? Jawabanya karna air adalah sumber kehidupan maka dari itu kami memilih air.dan masi bayak lagi pertanyaan yang diberikan kepada kami.

Kemudian kami berjalan lagi menuju pos kak kifli disana kami diberi be-berapa pertanyaan lagi,lalu gelang kami diminta dengan jaminan kami akan diloloskan sampai pos terakhir,tak ad satu pun diantara kami yang memberikan gelang kami,kemudian kami diisinkan pergi.kami berjalan menuju pos kak boncu dan kak ammang,disana kami diberikan tanah kemudian kak boncu berkata” jangan perna membawa nama fakultas di UKM SENI”,lalu ditanya apa makna tanah,di UKM SENI apa yang bisa kami lakukan dengan tanah,jawaban kami pun bermacam-macam.setelah itu kami menuju ke pos kak aco dan kak cancu,disana kami diberi sebuah rant-ing,kemudian diberi pertanyaan-pertanyaan mengenai ranting.setelah itu kami menuju pas terakhir, disana ad kak umar yang menanti kami kemu-dian kami diberi segelas teh hangat lalu kami disuruh duduk didalam ling-karan obor yang menyala.Beberapa jam kemudian fajar pun tiba,matahari pun mulai menampakkan cahayanya,dan kami melakukan olah tubuh den-gan cuaca yang tidak mendukung (gerimis).setelah itu kami menuju tenda untuk mandi dan sarapan.

146 | Narasi Hijrah Tubuh

Perjalanan untuk menjadi seorang seniman kampus tidak begitu gampang. Se-tiap detik setiap langkah setiap tawa yang ada dalam kegiatan UPKSBS UMI selalu saja mengesankan. Memang ada sosok yang terindah di UPKSBS UMI tapi bukan seseorang melainkan sosok UPKSBS itu sendiri. Ada kebanggaan tersendiri ketika tahap demi tahap telah saya lewati. Mulai dari pendaftaran, pengembalian formulir, dan registrasi ulang di Laboratorium UKM SENI UMI. Lalu pembekalan untuk Indoor yang tidak saya ikuti. Kegiatan indoor atau nama kerennya hasta rasio dan emperia, berlokasi di Baruga Benteng Somba Opu, lokasi yang indah.

Hari kedua di Baruga Benteng Somba Opu, subuh nan sejuk dan di bangunkan untuk melaksanakan sholat subuh lalu dilanjutkan dengan olah tubuh, dengan pemanasan berlari empat putaran di kawasan Benteng Somba opu. Mengas-yikkan, ada kesan tersendirinya ketika melakukan aktivitas olah tubuh. Setiap sehabis sholat subuh kami melakukan olah tubuh. Materi-materi yang di su-guhkannya pun sangat menarik dari materi music, rupa, teater, tari dan penu-lisan. Yang mengesankan dalam indoor ialah pada saat kami di suruh membuat kelompok untuk menampilkan karya tiga bidang dari lima bidang tersebut. Saya dan teman-teman yang lain disuruh membuat kelompok untuk membuat se-buah karya.

Lalu yang di outdoor itu semuanya juga mengesankan, semua gamenya san-gat menarik sehingga mengesankan, baik itu spiderwap, Indonesia baru apala-gi game lilin kejayaan. Cara bermain lilin kejayaan, kami diberi lilin sebatang yang dinyalakan dari satu titik ke titik yang lain yang sudah disediakan, game lilin kejayaan, inilah game yang paling menghibur, menjijikkan, mengiyuhkan dan sebagainya. Dipenghujung perjalanan ternyata lilinnya sudah padam, tak hanya sampai disitu, kami pun mengulanginya, kami menyusun strategi, ada satu orang yang memegang lilin tersebut lalu yang lainnya seolah-olah menja-ga lilin tersebut. Untuk kali ini Alhamdulillah strategi kami berhasil. Dan yang mengesankan tantangan pada saat kami mengulangi untuk keduanya kalinya kami dilempari air yang sudah dicampur kotoran kuda dan sapi. Dan membuat yang dikenai menjadi mual sampai muntah.

RAHMADANIAH AZISRumpun Hijrah Tubuh

Narasi Hijrah Tubuh | 147

Midnight

Tengah malam yang sangat sejuk saya dan kawan-kawan yang lain dibangunkan untuk “jurit malam”. Saya sekelompok dengan Kak Pena, Udin, Alif dan Aswan. Kami diarahkan menuju pos yang telah disediakan dengan petunjuk cahaya obor dan dalam perjalanan langkah kami sedikit terhenti karena ingin mencatat lalu kami kedapatan oleh Kak Juple dan akhirnya kami kena marah dan melan-jutkan perjalanan.

Pos yang pertama, kami diperintahkan mengambil air wudhu lalu memasuki gerbang Hijrah Tubuh, setelah melewati gerbang Hijrah Tubuh, kami di”passili” oleh salah satu panitia lalu kami diarahkan menuju Kak Aden, disini kami diberi gelang “benang merah” sebagai tanda kami harus menjaga nama baik UPKSBS UMI lalu di arahkan ke Kak Andreas selaku ketua umum UPKSBS UMI dan kami diberi mandat dan dipertanyakan keyakinan kami masuk UKM SENI UMI.

Pos yang kedua, pos muatan air dan batu kami diperintahkan memilih antara air dan batu oleh Kak Aldi, kelompok kami memilih air, setelah itu kami diper-intahkan untuk berfikir tentang karya apa yang dapat kami buat melalui media air, agak lama kami di pos ini karena sesuatu hal yang selanjutnya akan saya sebutkan di cerita pos selanjutnya. Tapi sebelum itu yang memegang amanah air ialah Udin.

Pos yang ketiga, pos muatan tamnah dan lumpur , sama seperti pos sebelumnya kami diperintahkan memilih antara dua objek tersebut. Disini saya menemukan kesalahan saya di pos muatan batu dan air , ternyata kleinginan Kak Aldi ingin menjadikan air tak hanya dijadikan sebagai objek media melainkan dijadikan objek materi.

Pos yang selanjutnyapos muatan ranting dan daun , yang berkesan disini karena kami diberi pernyataan bahwa di UPKSBS UMI tidak ada yang mengajar dan tidak ada yang diajar melainkan yang ada itu hanya Ilmu.Entah pos apa namanya , pos ini kami disuguhkan segelas teh untuk lima orang lalu diarahkan menuju penampungan.

148 | Narasi Hijrah Tubuh

RAHMATULLAH USMANMalam Apresiasi

Malam apresiasi, disini kita di uji bagaimana pemahaman tentang metri yang sudah kita dapatkan di indoor,kita akan membuat karya untuk dipen-taskan di malam terkhir kegiatan indoor maka dibentuklah berbagai devi-si sesuwai minat yang dipilihnya.inilah ajang kreatifitas peserta LDK ukm umi.Lokasi untuk pentas malam apresiasi diadakan di benteng sombo opu, tempat bersejarah yang dipenuhi rumah adat bugis,dengan suasana pedes-aan yang masih kental dengan budayanya sangat cocok untuk membuat kegiatan,apa lagi pentas yang akan dibuat nantinya masih mengandung unsur budaya sulawesi selatan. panggung untuk pementasan nantinya juga sudah disiapkan,dengan ruangan terbuka jadi saat pementasan kita bisa menyatu dengan alam.Untuk acara malam apresiasi akan dimulai pada hari senin,2-februari-2015 pukul 21.00 wita.

Disini saya memilih seni rupa,ini pilihan pertamaku saat proses pendaft-aran. Tidak berlangsung lama kami anggota seni rupa langsung berdiskusi mengenai karya apa yang akan kita angkat untuk pentas malam apresiasi nanti, satu persatu anggota seni rupa memaparkan idenya masing masing, tidak berlangsung lama kami diskusi k’cahyadi datang dia dipilih panitia untuk membimbing kami disusul dangan k’kuman, k’cahyadi langsung ber-tanya kepada anggota rupa tentang karya apa yang akan kami buat,tapi ti-dak ada yang menjawab mungkin masih malu malu padahal waktu diskusi tadi semua berbicara termaksdud saya.

K’cahyadi menceritakan pengalamannya waktu menjadi pserta LDK seper-ti kami,dan membuat karya bersama anggota rupa, karna malam apresiasi itu adalah momen untuk menampilkan karya yang dibuat peserta,dengan beberapa ide,gagasan potensi yang dimiliki anggota itu disatukan,disini tempat untuk belajar jangan takut salah katanya. Setelah mendengar cerita k’cahyadi kami langsung berdiskusi kembali tentang tema dan karya apa yang akan dibuat, saya dan teman teman sepakat untuk membuat instala-si yang bertemakan pendidikan,tema sudah terbentuk tinggal memikirkan bahan apa yang akan digunakan untuk karya kami.

Sayapun mulai berfikir bahan yang akan digunakan,tapi situasi berubah ternyata tema untuk malam apresiasi itu ditentukan panitia, saya dan teman teman kecewa mendengarkan hal itu,padahal kami sudah menentu-kan tema sendiri tinggal mengusung bahannya saja. Tema yang ditentukan

Narasi Hijrah Tubuh | 149

panita adalah hujan lingkungan kalau masalah judul itu terserah peserta, yah mau bagaimana lagi kami harus ikut aturan panitia k’cahyadi datang menghampiri kami dan membawa informasi tentang devisi seni rupa ternyata dibagi menjadi tiga yaitu instalasi,gambar dan artistik dia mengar-ahkan anggota rupa memilih bidang yang diminatinya,disini saya langsung memilih bidang instalasi dan anggota yang lainnya memilih gambar dan ar-tistik,setelah bidang terbentuk kamipun berpencar mencari tempat diskusi untuk menentukan judul yang akan kami buat,dibidang instalasi berjumlah empat orang termaksud saya.,kamipun mengambil tempat diskusi di ten-gah aula dan diskusi dipimpin k’cahyadi dia memberikan kami masukan tentang tema tersebut, dia mengambil contoh karyanya yang berjudul hu-jan bukan hujat.

Setelah masukan dari k’cahyadi saya dan teman teman instalasi kembali berdiskusi untuk menentukan judul yang akan kami buat,sesuai dengan tema hujan lingkungan kamipun sepakat membuat instalisi yang berjudul hujan bukan kambing hitam,disini menceritakan tentang bagaimana pan-dangan negatif masyrakat terhadap hujan,dia menyalahkan hujan sebagai penyebab bencana alam.padahal manusialah yang merusak lingkungan dan membuang sampah disembarang tempat kemudian terjadi bencana alam banjir dan sebagainya,setelah judul ditentukan saya dan anggota instal-isi keluar dari ruangan untuk mencari bahan yang akan digunakan untuk membuat instalasi kami pun berpencar mengelilingi halaman rumah,ke-bun dan tempat samapah,ternyata tidak gampang untuk mencari bahan instalasi,karna bahan yang kami cari itu tidak ada diwilayah benteng som-bo opu, tapi yang namanya jiwa seni itu mempunyai kreatifitas,klau bahan yang kita cari tidak ada yah bisa mengambil opsi lain itu kata pembimb-ing, bahan untuk membuat instalasi yang sudah didapat kita kumpulkan menjadi satu,kemudian kita bergerak untuk membuat bentuknya,bambu yang disusun menjadi segi tiga,bekas minuman plastik digantung di atas pohon,akar kayu dililitkan kebambu dan lain sebagainya,hampir 80% ben-tuk instalasi sudah kelihatan.

Matahari mulai tenggelam tandanya malam akan tiba, saya dan teman teman instalasi merapikan karya yang akan kami tanpilkan sebentar malam,satu hari ful waktu yang dihabiskan untuk mebuat karya, ini pen-galaman pertamaku menghasilkan karya untuk dipentaskan, apa lagi karya instalasi ini akan dijelaskan didepan penonton,rasa gugupun muncul kare-na takut salah. Fikirku, disinikan kita belajar,salah atau tidak itu maslah dibelakang yang penting kita tampil dulu, saya melangkahkan kaki naik

150 | Narasi Hijrah Tubuh

ketangga menuju kamar untuk mempersiapkan diri sebentar malam pen-tas akan dimulai,waktu tinggal tiga jam lagi.

Waktu berjalan terus sesuai hukumnya,dan menunjukan pukul 9.00,tan-danya malam apresiasi akan segera dimulai,saya dan teman teman devisi seni rupa berkumpul sebelum pentas,k’cahyadi datang menghapiri kami membawa struktur kegiatan dan memberitau bahwa yang tampil pertama adalah devisi seni rupa diapun memberikan kami semangat, untuk seni rupa yang tampil pertama itu bidang instalasi kemudian gambar dan artis-tik,sebelum tampil kami berpegangan tangan dan berdoa untuk kelanjaran pentas nanti.

Setelah berdoa kami menuju panggung karna kegiatan akan dimulai,kulia-hat penonton sudah banyak, ini penampilan perdanaku untuk mempersen-tasekan karya yang kami buat,kuberanikan diri tampil dihadapan orang banyak,acarapun dimulai,saya maju kedepan mempersentasekan karya kami,saya menjelaskan tentang judul yang kami buat,kemudian member-ikan penjelasan satu persatu bahan yang digunakan untuk membuat insa-talasi,berbicara panjang lebar rasa gugu hilang dengan sendirinya,diakhir penampilanku terdengar suara tepuk tangan yang meriah sayapun senag mendengarnya,itu tandanya penonton menyukai karya kami sungguh pen-galaman yang tidak akan kulupa,tampil pertama kali membuat karya dan dipentaskan dihadapan orang orang. Semoga penampilan kedepanya bisa lebih kreatif lagi dan membuat karya lebih dari ini,terimak kasih teman teman atas kerja samanya.

Narasi Hijrah Tubuh | 151

Malam Ramah Tamah

Pukul 21.00,saya dan teman teman dikumpulkan di depan rumah untuk menuju kegiatan selanjutnya, karena mala mini adalah malam terakhir di outdoor,kamipun berbaris dengan kelompok masisng masing dan menuju lokasi kegiatan,berjalanan menelusuri hutan yang gelap dan berbekalkan dua senter setiap kelompok, tiba di turunan terjal,aku melihat ada sebuah obor yang sudah dinyalakan berbentuk lingkaran,kemudian kami melewati turunan yang lumayan terjal itu,tanah yang licin membuat kami berusaha untuk tetap seimbang agar tidak jatuh. Setelah melalui rintangan terse-but,kamipun sampai pada tujuan dimana kami membuat lingkaran dida-lam obor yang menyala.

Panitiapun membuka kegiatan ini dengan mengucapkan selamat datang di malam ramah tama hijrah tubuh, dan dilanjutkan dengan pesan dan kesan yang di sampaikan pesrta selama menjalani kegiatan outdoor ini, teman teman naik satu per satu untuk menyampaikan pesan dan kesannya ter-maksud saya.setelah penyampaian tersebut kemudian dilanjutkan dengan bermain music dan pembacaan puisi guna membujuk malam yang semakin dingin, di tambah santapan bubu yang panas membuat tubuh mulai hangat.Kegiatan ramah tama ini, untuk saling mengenal antara panitia dan peser-ta sekaligus menampilkan skill untuk menghibur kami tentunya,dipenghu-jung acara lagu terakhir yang dibawakan yang berjudul sahabat malam,ka-mipun berdiri untuk menikmati lagu ini dan berpegangan tangan agar hubungan emosional lebih terbentuk,apa lagi dengan lagu ini yang ber-temakan sahabat,kami bernyayi untuk memeriahkan malam terakhir ini, mala mini benar benar berkesan apa lagi dengan suasana alamnya yang semakin sejuk da obor membantu menghangatkan tubuh, kegiatan yang begitu tersimpan di memory akan sesalu dikenang tentunya, untuk kede-pannya bagi kami semua, malam ini adalah milik kita kawan.

Mari kita nikmati dengan persaudaraan menggemgam tangan sambil men-ganyunkan kedepan agar kita bisa kompak terus dalam menghadapi mas-alah yang akan kita hadapai kedepannya,tetaplah bersatu untuk UKM SENI yang lebih eksis lagi.

152 | Narasi Hijrah Tubuh

Begitu banyak hal dalam perjalanan saya mengikuti penerimaan UPKSBS UMI. Dimana saya harus beradaptasi dengan suasana yang ada di sekeliling saya, saya harus mampu membuat diri saya mengerti akan indahnya ke-hidupan yang saya jalani sekarang ini. Hidup adalah pilihan dan saya memi-lih UPKSBS UMI sebagai tempat dimana saya akan mengerti memahami tentang seni, banyak tempat yang bisa saya mengerti memahami tentang seni tapi UPKSBS UMI lah yang menjadi pilihan saya. Saya belajar banyak dari sini, walaupun saya belum menjadi anggota UPKSBS UMI.

Seni merupakan sesuatu hal yang bisa membuat kita nyaman, karena ada unsur estetika, etika, dan konsep (ide) yang tercantum di dalamnya. Dalam hal ini saya dapat menampilkan karya saya dengan bantuan teman – teman, dalam perjalanan saya untuk masuk dalam anggota UPKSBS UMI merupa-kan salah satu bentuk kesuksesan saya dimana disini saya belajar tentang berusaha, memanfaatkan hal – hal yang dapat difungsikan tanpa melewa-ti garis terlarang. Saya belajar banyak tentang yang tidak saya ketahui di dunia kesenian dimana ekspresi yang akan dilakukan pada saat menari, alunan music dan bernyanyi untuk meraih unsur keindahan, rupa yang bisa dilakukan dengan instalasi yang dapat dimanfaatkan dan memfung-sikan alat dan bahan yang ada.

Perjalanan saya dalam mengikuti proses ini banyak hal yang saya dapatkan dimana saya mampu menyelesaikan sebuah proses ini dengan baik, saya mampu menghargai proses ini dengan penuh kebahagian. Begitu banyak proses dalam perjalanan saya tetapi proses ini yang sangat berkesan di-mana saya mampu mempresentasikan apa yang saya lakukan, saya mampu mempertanggung jawabkan apa yang saya lakukan, dalam perjalanan saya, saya sangat berterimkasih tentang proses yang di buat, dalam perjalanan saya, saya berterima kasih untuk sebuah perjalanan yang selalu membuat saya mengulang kembali perjalanan itu. Dan saya kan terus menghargai proses – proses berikutnya.

RAHMAWATI SLAMATProses Perjalananku

Narasi Hijrah Tubuh | 153

Karya dalam Kehidupan

Keyakinan, Kepercayaan, Keindahan, kenyamanan, merupakan suatu un-sur yang harus diterapkan dalam kehidupan, dimana itu merupakan se-buah kunci dari kehidupan. Dalam hidup banyak hal yang membuat saya bahagia, sedih tetapi saya tidak pernah menyerah untuk kehidupan, karena mungkin bukan saat ini saya bahagia tetapi akan ada dimana kebahagian itu datang pada diri saya, saya hanya terus berusaha untuk mendapatkan kebahagian itu. Disini saya dapatkan, dimana saya mengorbankan be-berapa hal dalam akademik demi UPKSBS UMI, dan saat saya korbankan saya mampu meraih kebahagian itu, perjalanan yang saya lakukan untuk menyelesaikan proses UPKSBS UMI ini merupakan sesuatu yang tidak per-nah ada sebelumnya dalam diri saya.

Proses yang saya jalani saat ini bukan saya memikirkan seberapa besar saya korbankan untuk masuk sebagai anggota UPKSBS UMI tetapi saya ber-fikir untuk tetap jaya dan sukses di UPKSBS UMI. Hal yang begitu menge-sankan dimana saya belajar tentang apa yang tidak saya ketahui dimana proses untuk seni dan proses untuk kehidupan. Saya belajar banyak ten-tang kehidupan tetapi disini saya belajar selain dari kehidupan yaitu kes-enian, karena hidup membutuhkan seni dan unsur yang ada di dalam seni juga merupakan unsur kehidupan dimana kita harus terapkan. Proses ini membuat saya semakin dewasa, dalam mengetahui tentang kesenian. Saya melakukan sebuah karya yang tidak pernah saya lakukan sebelumn-ya, karya yang saya buat merupakan sesuatu yang begitu saya banggakan, karena dalam karya itu bukan hanya sebuah karya yang akan di lakukan tetapi harus di tentukan kemudian di deskripsikan , karya itu bukan hanya kita langsung melakukan sebuah karya , tetapi kita harus mempunyai tu-juan dan makna dari karya yang akan disampaikan.

Thanks kakanda UPKSBS UMI untuk proses yang dibuat, dan proses itu merupakan sesuatu hal yang akan kami hargai selamanya. UPKSBS UMI IS THE BEST.

154 | Narasi Hijrah Tubuh

Rabu 24 januari 2015 adalah awal mula di mana aku mengikuti sebuah seleksi penerimaan anggota baru di UPKSBS UMI. Pada hari itu saya mengi-kuti tahap tes kemampuan di aulah Al-Jibrah diman saat itu saya mendapa-tkan nomor rigistrasi 30. Saya duduk di baris kursi paling depan dengan menungu nomor urut saya di panggil.

Setelah itu saya pun di pangil untuk melakukan apa yang saya bisa dan dimana saat itu saya di suruh acting , menggambar , dan memainkan alat musik.

Setelah itu saya di tes wawancara yang dimana saya di beri pertanyaan apa tujun kamu masuk ukm seni umi dan wawancara ke dua saya di beri per-tanyaan tentang apa yang kamu tau tentang masalah – masalah yang saat ini mau pun di luar umi tau pun di dalam umi.

Setelah hari tes tersebut hasilnya pun keluar dan saat itu nama saya ada paling atas di tulis dengan pulpen yang di keterangan lolos dan selanjutnya membayar registrasi ulang dan mengikuti tahap selanjutnya. Tiba lah saya di indoornya dimana kegitan – kegiatan di mulai dari menerima materi , pentas dan makan.

Setelah indoor kami lanjut dengan outdor yang dimana kita harus registra-si ulang lagi.

Setelah itu menuju ke tempat outdor yang dimana kami melakukan kegia-tan di alam membuat karya di alam dan apa pun di alam walupun mandi di kamar madi umum.

Setelah itu pulang dan di lanjutkan dengan pengumpulan dan catatan pros-es dan resume buku.

RICKY WAHYUDI PHASMARMenimba Ilmu

Narasi Hijrah Tubuh | 155

Masuk ke Alam Bersama-sama

Di mulai dengan outdoor terjadwal tanggal 7-9 Februari 2015 di desa Ben-go Bengo kecamatan camba kabupaten Maros, yang menempu perjalan dengan waktu beberapa jam setelah kita sampai di sana karna waktu itu hari jum’at kita langsung sholat jum’at dan setelah itu kita mendaki bersa-ma ke lokasi outdor.

Setelah samapi di sana kita langsung di suruh oleh panitia untuk membuat-kan tenda untuk perempuan setelah itu kita juga membuat tenda sendiri dan tenda yang kami buat ada tiga , satu untuk perempuan dan dua lagi untuk kami para laki – laki . Setelah itu perempuan di suruh oleh panitia untuk membuatkan makan untuk laki – laki yang di mana saat pembuatan makanan sangatlah rame karna para kelompok lain juga sedang membuatkan makan untuk kelom-poknya masing – masing.

Setelah berlama kemudian tiba saat kami di suruh untuk tidur cepat yang di mana saat itu saya sudah punya firasat akan ada jurit , saat itu pun tiba dan filing saya benar dimana saat itu kami di culik satu persatu menjalani satu pos ke pos yang di mana saat pertama kami wudhu dan setelah itu kami di percikan air dan setalah itu kami di berikan gelang untuk menjagah sampai pos sampai akhir di mana saat itu kami harus setiap perjalan kami harus mencatatnya ke dalam sebuah catatan proses dan dimana saat kami lama – lama di sana trus di lanjut dengan olah tubuh di mana saat itu kami harus lari kelilingi lapangan.

Setelah itu kami lanjut dengan makan siang dan setelah itu kami di suruh untuk membuat karya di alam yang di mana kami di bagi kelompok un-tuk yang di mana kelompok tanah , air , dan alam , dimana saat itu kami mendapat kelompok tanah trus kami membuat karya denga kategori tanah, setelah itu datang panitia untuk memberikan koreksi bagian yang mana yang salah dan karna banyak salah dalam karya kami , kami di hukum yang di mana saat kami di suruh tiduran di tanah dan dimana saat itu saat hujan dan becek dan banyak tai sapi , setelah kami di hukum dan kelompok lain juga kelompok ikut di hukum karna banyak juga kesalahan dalam karyanya.

Setelah semua itu berlalu tiba saatnya di malam penutupan yang di mana saat itu kami membuat lingkaran besar yang di mana saat itu kami di suruh

156 | Narasi Hijrah Tubuh

menyanyi untuk memhibur kami para peserta , setelah itu makan kacang hijau bersama .Setelah itu tiba saatnya untuk pulang di makassar dengan rasa bahagia.

Narasi Hijrah Tubuh | 157

Irama hentakan kaki mengalahkan rasa lelah dalam menapaki anak tangga yang mengantarkan ku ke suatu ruangan tempat kegiatan di Baruga ben-teng Somba opu yang berkapasitas 200 orang, pagi ini akan menampung 69 orang yang mengikuti latihan dasar kesenian,kebersihan ruangan yang menyejukan jiwa memberikan energi bagiku untuk menyerap materi yang akan di ajarkan hari ini,apalagi situasi di dukung oleh kepiawaian pema-teri dalam membawakan materi yang di bumbui dengan guraunya,sehing-ga sang surya berusaha menyelusup seolah-olah ingin bersama denganku menerima materi di siang itu.

Rasa kantuk yang tidak tertahan lagi membuatku tertidur saat mengikuti materi di siang itu. Teman-teman yang berada di sampingku mulai memba-ngunkan ku saat mereka melihat ada kakak panitia yang mulai mendekat kearah kami, akan tetapi saya tidak mendengarkan teman-teman yang si-buk membangunkan saya,malahan saya asyik menikmati tidurku saat be-laian angin itu mulai membelai tubuhku seolah-olah mengajakku untuk bermimpi dan menari bersamanya membuatku sangat menikmati tidurku.

Tidak lama kemudian terdengar suara dari belakang ternyata suara dari kakak panitia yang membangunkanku ia mengatakan Di larang tidur pada saat jam materi,aku pun tersentak sambil membuka mata dengan ma-lu-malu, dan mulai mengambil buku yang terselip pena di dalamnya ,men-dengarkan pemateri sambil menulis topic penting yang di sampaikan oleh pemateri.

ROSFIANTI M YASADANGKetertiduran

158 | Narasi Hijrah Tubuh

Keterkejutan

Saya tersenyum sembari mengayuhkan langkah.Angin dingin yang mener-pa,buat tulang-tulang di sekujur tubuhku bergemeretak .ku masukan ke-2 telapak tangan ke dalam saku jaket,coba memerangi rasa dingin yang tera-sa demikian menyiksa. Angin malam pada saat itu tak henti-hentinya mem-buat tubuh ini menggigil,desiran darah ini seolah-olah beku di buatnya.

Terdengar suara dari kerumunan kakak panitia yang memerintahkan kita untuk berbaris sesuai kelompok masing-masing,entah apa yang menye-babkan saya dan teman-teman di perintahkan untuk berbaris saya tidak tau pasti entahlah , setalah barisan itu rapi saya dan teman-teman mulai di arahkan ke suatu tempat ,saya belum mengetahuai tempat apa itu,rasa takut,gelisa membuatku merasa tidak nyaman.

Sepanjang jalan pikiranku tidak menentu membayangkan apa yang akan terjadi nantinya,suasa pada malam itu yang begitu gelap membuatku merasa sangat takut hanya beberapa hedlem yang jadi penerang sepanjang jalan. saat saya sampai pada tempat tujuan itu sangat membuatku terkejut ada banyak obor dan api unggun yang menjadi penerang pada malam itu saya tidak mengetahui untuk apa obor dan api unggun itu rasa penasaran pun menghantui pikiranku.

Suasana hening pada malam itu membuat rasa penasaran semakin memu-ncak. Tak lama kemudian terdengar suara dari teman-teman yang tertawa dan mengatakan bahwa malam ini adalah malam Ramah tamah.

Narasi Hijrah Tubuh | 159

SYARIFUDDIN LA HASANJurit Malam

Mulai dari indoor sampai outdoor yang paling berkesan adalah pada saat jurit malam. Malam itu adalah malam yang tidak bisa dilupakan, karena kami dibangunkan pada jam 02:30 disaat kami sedang asyik tidur, kami dibangunkan lalu dikumpulkan sampai kami berjumla lima orang kami-pun diarah untuk jalan melewati pos satu-persatu, semua teman-teman mengeluh, mungkin karena dingin dan ngantuk. malam itu kami diminta berwudhu di pos pertama, setelah itu kami menuju ke pos berikutnya dan kami dipukul-pukul dibagian bahu dan kepala memakai daun-daunan oleh kak ayu sampai selesai, tetapi daun itu terdapat air dan kami tambah din-gin. sayapun menuju kepos selanjutnya kemudian diberikan amanat untuk menjaga nama baik UKM seni UMI dan diikat tali dibagian tangan kanan saya oleh kak Aden sebagai simbolis kalau tali itu ibarat amanat yang ha-rus dijaga sampai, kamipun melanjutkan perjalanan kepos berikutnya dan bertemu sama kak andreas, ketua umum UKM seni UMI dan kak andreas juga berpesan kalua kita harus menjaga amanat yang diberikan kepada kita dengan sebaik-baiknya.

Kemudian kami melanjutkan perjalan kepos selanjutnya yaitu pos sungai dan bertemu sama kak aldy, dalam perjalanan kami ketemu sama panitia lainnya dijalan yang sedang lewat, kami juga merasakan dingin dan su-ara-suara jangkrik tidak asin lagi terdengar ditelinga kami sampai kamipun tiba dipos sungai dan ketika kami sampai, kami diberi dua pilihan yaitu batu dan air, kita harus memilih salah satu diantara dua itu dan tim kami sepakat memilih air kemudian kami disuruh menjelaskan makna dari air tersebut dan ditanyakan kekami dari media air yang kami pilih, karya seni apa yang akan kami buat dari media air tersebut, dan kami jawab bahwa air bisa dibekukan dan dibuat patung. Kemudian kami kami beri salam dan meninggalkan pos itu untuk melanjutkan perjalanan kepos berikut, yaitu pos tanah dan lumpur, dalam perjalanan, kami merasakan dingin dan men-dengar bunyi-bunyi yang terus bergantian sampai kami tiba di pos berikut dan ditanyakan ke kami dari mana kami berasal dan rata-rata menjawab fakultasnya masing-masing dan ditanya terus sampai ada yang menjawab dari fakultas UKM Seni UMI dan itu yang benar. Kemudian kami ditanyakan makna dari hijrah tubuh, dan masing-masing menjeaskan sesuai pengetau-an kami yang kami ketahui, kemudian ada juga tema saya yang mengatakan kalau hijrah itu proses perindahan dari satu tempat ke tempat lain atau dari satu daerah ke daerah lain dan bisa dikatakan dari perkotaan ke daerah

160 | Narasi Hijrah Tubuh

pedesaan yang dimana daerah kami mendaatkan kebebasan, daerah yang nyaman, luas, udara sejuk dan lain-lain. Kemudian kami dipersilahkan per-gi meninggalkan pos, tetapi sebelum pergi kami diberi sebatang ranting untuk kami beri makna dan karya seni apa yang dapat kami ciptakan dari ranting tersebut. Saat kami jalan kami mendapatkan rintangan yang harus dilewati yang mengharuskan kami harus lompat satu persatu, kemdian ka-mipun berasil melewati rintangan tersebut dan menuju ke pos berikutnya, kemudian kami diberi segelas teh hangat dan kami diminta untuk minum sampai teh itu habis, kamipun dipersilakan ke pos penampungan untuk menyelesaikan catatan proses kami Dari awal kami mulai perjalanan sam-pai kami tiba, kemudian kamipun mengambil salah satu tempat yang ada di area itu, kebetulan kami adalah kelompok ketiga yang tiba disitu setelah dua kelempok yang duluan sampai.

Karena kami adalah kelompok ketiga maka tempat diarea itu masih luas dan kamipun langsung duduk, orang-orang dari kelompok ketiga terdiri dari Saya sendiri Sariudin La hasan, Rahmadania, Andi Muh. Alif, Aswan Ka-haruddin dan Siti Harpera. Kamipun langsung duduk dan membuat catatan proses masing-masing. Saat kami membuat catatan proses kami, kami men-dengarkan suara-suara rumput yang bergoyang dan merasakan goncan-gan tanah. Ternyata itu kelompok berikutnya yang datang dan bergabung bersama kami diarea penampungan dan merekapun ingin menyelesaikan catatan proses mereka dan diikuti oleh kelompok berikutnya Satu-persatu saat kami asyik mencatat, datanglah suara-suara yang kami rasa itu tidak asik lagi yang dialami sehari, kami merasakan dingin, kami takut, Karena suara itu adalah suara hujan gerimis yang turun dan kami agak sedikit merasakan dingin dan takut kalau catatan yang telah kami buat akan rusak karena terkena air hujan, hujan memang sebuan anugerah yang turun dari langit, tetapi kondisi ini hujan turun, hujan bukan lagi sebuah anugerah tetapi sebagai penghalang dalam akifitas kami kali ini. Kami pun memasu-kan catatan proses kami kedalam kantong dan di kumpul ke panitia.

Narasi Hijrah Tubuh | 161

SEPTY YUWANDY RAPHYMerayakan Hujan dengan Pertunjukan

Malam apresiasi adalah satu malam di antara malam-malam lain yang menyimpan begitu banyak makna dan pembelajaran bagai kami peserta “ INDOOR HASTA RASIO DAN EMPERIA LDK XIII UNIT PENGEMBANGAN KREATIVITAS SENI BUDAYA DAN SASTRA UNIVERSITAS MSLIM INDONE-SIA” dan membuat saya banyak belajar tentang pentingnya kebersamaan dan bekerja sama dalam berkarya dan mengatasi suatu masalah, Mungkin sebagian orang menganggap apa yang saya rasakan hanya biasa, tapi beda dengan saya, sesaat setelah malam apresiasi saya mengingat kembali pros-es singkat yang saya dan teman-teman lakukan dapat menghasilkan karya yang begitu luar biasa bagi saya, hanya dalam waktu 1 hari kami berproses kami bisa membuat dan menampilkan karya kami dengan cukup maksimal. Sayapun sejenak berpikir apakah saya mampu melakukan itu semua sendi-ri tanpa bantuan kerja sama dengan teman-teman. Saya rasa mustahil kalo saya dapat melakukan semua itu seorang diri ? tentu saja tidak. Sehebat apapun kita kalo kita hanya sendiri kita tidak bisa melakukan apa-apa. Sayapun mengerti kalau hidup tak boleh egois, namun egois juga perlu da-lam kondisi dan keadaan tertentu. Banyak yang saya dapat setelah terlibat dalam proses ini, pasti banyak yang menganggap ini sudah biasa, tapi tidak dengan saya.

Setelah saya mengikuti proses ini sedikit yang saya bisa kutip “ SEKECIL DAN SEBESAR APAPUN PERMASALAHAN YANG KALIAN HADAPI SEMUA PASTI BISA TERATASI KALAU KALIAN BEKERJA SAMA DAN SUNGGUH-SUNGGUH INGIN MENGATASI DAN MENYELESAIKAN PERMASALAHAN TERSEBUT “.Mungkin hanya sedikit yang saya dapat tuagkan di sini, tapi pribadi saya banyak mendapatkan pelajaran dan pengalaman yang baru dalam berk-arya, “ SEMANGAT KEBERSAMAAN, SEMANGAT YANG MENJADIKAN SE-GALA SESUATU MENJADI MUDAH ”.

Presentasi Karya Olah Bentuk Di AlamDari sekian banyak banyak kegiatan yang kami lalui untuk menjadi ba-gian dari keluarga besar Unit Pengembangan Kreativitas Seni Budaya dan Sastra ada satu kegiatan yaakni presentasi karya olah tubuh di alam yang membuat saya banyak belajar tentang peningnya hutan bagi makhluk hid-up, hari ke-2 outdoor Hasta Rasio dan Emperia LDK XIII UPKSBS UMI pe-serta yang sudah di bagi dalam 6 kelompok dibagi lagi dalam 3 kelompok yaitu sungai yang beranggotakan kelompok 1 dan 4, kelompok hutan yang

162 | Narasi Hijrah Tubuh

beranggotakan kelompok 2 dan 5, kelompok tanah yang beranggotakan kelompok 3 dan 6, waktu itu saya adalah anggota dari kelompok 2 dan ter-gabung dalam kelompok hutan.

Kami di beri instruksi dari panitia untuk membuat karya dengan tema hutan, sesaat kami berdiskusi untuk membahas kira-kira karya apa yang akan kita buat. Dari hasil diskusi kami menyepakati untuk membuat in-stalasi yang bercerita tentang hilangnya hutan dari tahun ke tahun akibat maraknya pembangunan industri, dan teater yang bercerita tentang hilan-gnya ekosistem karena penebangan hutan untuk kepentingan industri.

Sebagaimana yang telah kita keahui bersama bahwa hutan ataupun alam telah menyediakan kita begitu banyak sumber daya alam yang melimpah, namun sebahagian orang berpikir bahwa hutan adalah tempat yang cocok untuk membangun bangunan-bangunan yang megah untuk mencari keun-tungan pribadi, sejenak saya membayangkan apa jadinya kita makhluk hid-up ketika tidak ada lagi hutan di bumi ini, apakah kita masih mampu untuk bertahan hidup ? apa jadinya nanti anak cucu kita yang lahir tanpa melihat indahnya hutan. Karna akibat dari penebangan hutan secara liar banyak hewan yang kelihangan ekosistem dan membuat mereka perlahan-lahan punah, masih bisakah kita menghirup udara segar jika hutan tidak ada lagi?Sayapun tersadar betapa pentingnya hutan bagi makhluk hidup, memang tidak bisa di pungkiri kalo pembanguna industri juga sangat penting bagi kemajuan suatu bangsa, tapi hutan harus kita jaga demi kelangsungan hid-up kita, banyak dampak yang telah kita alami karna penebangan hutan se-cara liar, contohnya banjir, dan polusi di mana-mana. Oleh karna itu Mun-gkin ada sedikit pesan dari saya, jagalah hutan untuk kepentingan bersama di hari mendatang.

Narasi Hijrah Tubuh | 163

Ketika aku bangun pada hari jum’at subuh, aku sangat terkejut karena meli-hat jam di hpku masih menunjukan pukul 05.00 WITA. Ahh masih mengan-tuk sekali kurasa. Ku pandangi sekitar ruangan berbentuk kotak dengan berbias cahaya redup, banyak ku lihat teman – teman yang sudah bangun. Saya pun juga ikut bergegas merapikan diri. Kusimpan buku catatan pros-esku, dan saya pun segera bangkit dari tempat berbaringku. Segera saya mengambil peralatan mandi dan bergegas ke kamar mandi. Sampainya saya di kamar mandi, yang saya dapati malah bak mandi yang kosong den-gan air kran yang tidak mengalir. Betapa syok saya mellihat kran air yang tidak meneteskan air sedikit pun. Padahal saya ingin sekali ke toilet. Akh-irnya dengan penuh rasa kecewa, saya kembali ke kamar. Teman – teman yang masih berada di kamar heran melihat saya datang tanpa adanya butir – butir air yang menetes dan membasahi wajah ini. Saya langsung men-gambil air kemasan yang memang saya bawa sendiri dari rumah untuk di jadikan sebagai air cuci muka dan gosok gigi. Begitu pula dengan teman – teman sekamar yang melakukan hal yang sama.

Setelah saya selesai ganti baju dan merapikan diri, saya pun keluar kamar karena kakak panitia yang sudah memanggil kami. Untuk melakukan pros-es olah tubuh. Dari namanya saja olah tubuh, berarti yang berkaitan den-gan fisik. Misalnya olah raga.Saya berjalan beberapa menit untuk mencapai pintu masuk baruga. Beberapa dari kakak panitia meminta kami untuk ti-dak menggunakan alas kaki. Saat itu saya ingat sekali masih pukul 05.30 WITA. Saya pun menuruni tangga tanpa menggunakan alas kaki. Dalam ha-tiku berkata, oh didepan baruga kah kita olah tubuh. Udara pagi ini dingin sekali, karena mungkin disini masih banyak sekali terdapat pepohonan. Se-hingga dinginnya seperti di kampung saja. Kami menunggu berkumpulnya teman – teman peserta. Setelah menunggu beberapa saat, peserta sudah berkumpul semua. Mula – mulanya kami berbaris dan menghitung. Kemu-dian dari ujung kiri bergerak mulai berjalan santai mengikuti banyak-nya peserta, sampai akhirnya terbentuklah sebuah lingkaran besar yang memutar. Kami masih berjalan santai sampai beberapa kali kami berputar, kemudian panitia mengarahkan kami untuk berjalan menyusuri jalan raya dilingkungan sekitar. Sepertinya saya sudah mulai sesak nafas, saya han-ya bisa berdoa semoga saja saya tidak pingsan nantinya. Lama kami ber-jalan, akhirnya teman – teman di depan berlari sehingga membuat kami yang di berada di belakang ikut berlari juga. Huh,,, saya akhirnya juga ikut

SHIYAM PEBRI PRAPTIANINGTIYASOlah Tubuh Pertama

164 | Narasi Hijrah Tubuh

berlari dengan tanpa menggunakan alas kaki. Ini adalah pertama kalin-ya saya melakukan olah tubuh dengan tanpa menggunakan alas kaki dan membuat kaki saya sakit rasanya saat berlari. Oh Tuhan. Nafasku terasa pu-tus –putus, jangan sampai nanti pas selesai olah tubuh jadi putus betulan. Astagafirullah. Jalanan ini terasa sangat keras. Dengan pasir – pasir yang dapat membuat kulit kaki robek sewaktu – waktu. Inilah yang membuat saya merasa waw. Saya baru merasakan kaki benar – benar lari dengan cara seperti ini. Sebelumya saya jarang sekali olah raga. Dan saya merasa dengan melakukan olah tubuh ini saya merasa cepat lelah. Saya merasa nafasku tersenggal – senggal. Saya mulai kecapaian. Kemudian kamipun berhen-ti didepan Baruga Sombaopu untuk melakukan pendinginan. Pendinginan olah tubuh benar-benar luar biasa karena semua gerekan pendinginannya berbeda dan baru kali ini saya rasakan. Habis itu, kami sarapan pagi den-gan buah kue, segelas teh hangat. Setelah itu, kami siap-siap mandi dan bersiap untuk kegiatan selanjutnya.

Narasi Hijrah Tubuh | 165

Berjalanan dengan Rembulan

Pada malam itu rembulan dan bintang masih menampakkan dirinya, saya dibangunkan dari dalam tenda oleh seorang wanita cantik yang mempu-nyai paras yang samar-samar. Kemudian saya keluar tenda bersama dengan peserta yang lain dan terlebih dahulu mencuci wajah sebelum ketempat kumpul tersebut. Setelah mencuci wajah saya melangkah bersama peserta lain dan kemudian diberikan hatlamp.

Setelah diberikan sedikit informasi oleh kak ciwank tentang bagaimana perjalanan nanti, kami diperintahkan untuk membawa sebuah buku se-bagai catatan dan mencatat segala kegiatan saat jalan nanti.Malam itu, setelah melangkah beberapa langkah. Didepan kami ada kelompok lain dan juga bertahan. Kaki saya saat itu gemetaran, bersama dengan kelom-pok, sebagai satu tim yang berjumlah empat orang, dua perempuan dan dua orang cowok kami berjalan dengan teguh. Setelah beberapa menit ka-mipun sampai ke tempat tujuan, yaitu pos pertama dengan obor dimana di pos pertama ini kami diberi sedikit arahan kemudian disuruh berwudhu, dengan cara mencuci wajah tangan dan kaki, setelah itu saya melihat tiga buah obor. Dan di belakang ada juga satu kelompok. Dengan sedikit sua-sana dan tubuh yang kedinginan sambil menulis setelah itu saya melihat sesorang memegang belukar batang daun yang basah dan dipukulkan ke arah peserta.

Setelah itu kini giliran saya dan dipukulkan dedaunan yang basah tepat dikepala. Sebelum kami melangkah dan melakukan ritual aneh selanjutn-ya kami dipakaikan sebentang gelang merah ditangan kanan, begitupula teman kelompok yang lain. Kemudian menghampiri tempat kak andreas untuk menerima beberapa arahan demi melanjutkan perjalanan. Setelah menunggu teman-teman yang selesai. Kamipun melangkah ke pos selan-jutnya yaitu, kami berjalan menuju cahaya obor yang dimana ditempa-ti oleh dua orang panitian UPKSBS yang bernama kak aldi dan kak deka. Disana kami diberi beberapa arahan. Dan kemudian memberikan sebuah batu yang terbungkus oleh pembungkus plastik gula kepada masing mas-ing kelompok dan batu tersebut diserahkan pada kami sebagai amanah. Kemudian setelah pos tersebut, kami berjalan lagi ke pos selanjutnya yakni ke tempat kak ammang dan kak boncu dan diberikan tanah yang dibungkus oleh sebungkus plastik untuk dijaga. Setelahnya kami diberikan ritual oleh kak aco dan kak chancu yang berisikan sedikit pertanyaan tentang proses hijrah tubuh dan diberikan ranting pohon. Dan akhirnya kami berjalan lagi

166 | Narasi Hijrah Tubuh

ke pos selanjutnya yang dijaga oleh kak umar dan kak kandak. Kami sem-pat minum teh yang diseduhkan oleh kak kandak, lumayan dapat membuat badan sedikit hangat. Kami di berikan sebuah amanah untuk saling meng-hargai dan menghormati sesama maupun dengan senior. Setelahnya kami kedalam lingkaran jejeran obor. Yang dimana disana sudah ada teman – teman kami yang lain yang lebih awal memulai proses.

Narasi Hijrah Tubuh | 167

Pada hari keempat indoor kami peserta Hijrah Tubuh sudah dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai divisinya masing-masing. Kami semua diminta untuk menampilkan sebuah karya yang sesuai dengan divisi kami di malam terakhir nanti. Karena malam terakhir nanti disebut dengan malam “Apre-siasi Seni“. Saya sebagai seorang yang dipilihkan untuk masuk divisi Tari bersama enam orang lainnya berusaha membuat karya yang sebaik-bai-knya dengan tema yang telah dibuatkan oleh Sc dan panitia yanitu “Hujan dan Lingkungan” maka kami mebuat sebuah tarian yang berkaitan dengan tema tersebut.

Semalam suntuk kami berusaha membuat beberapa gerakan namun ti-dak satupun yang muncul dibenakku. Pada saat itu memang saya berada dalam fikiran yang kosong dan itu mungkin karena rasa kantuk. Hinggar pada esok harinya kami memulai lagi latihan beberapa gerakan serta men-cocokkannya dengan skenario yang kami buat. Setelah gerakan rampung, kami pun berlatih kembali dengan para pemusik tradisional yang menja-di pemusik tari pada pementasan kami nanti malam. Setelah begelut dan mengulang-ngulang gerakan yang sama dengan musik yang masih ko-car-kacir kami pun akhirnya mencapai satu titik dimana latihan antara gerak tari dan musik sudah mulai sinkron. Maka kami memutuskan untuk Gladi dipanggung pementasan. Usai Gladi kami pun menuju kamar untuk berganti pakaian dan ber make up layaknya seorang penari. Karena pada malam hari ini kami akan tampil sebagai penari.

Usai ber make up kami semua peserta dan panitia berdoa semoga malam Apresiasi Seni ini berlangsung dengan baik dan sukses. Lalu kami menu-ju ruang pementasan untuk menonton pementasan dari divisi lain yang mendapat nomor urut pementasan lebih awal dari kami. Hingga waktu kami pentas pun tiba, rasa deg-degan yang tak tertahankan mulai merajai diri kami, terutama saya. Rasa itu berlangsung sebelum saya menginjakkan kaki di panggung pementasan. Setelah naik panggung, rasa gugup itu perla-han-lahan mulai hilang, diganti dengan rasa enjoy, menari dengan bahagia bersama teman-teman yang lain.

Walaupun pementasan itu tidak sesuai dengan yang kami harapkan, seti-daknya kami telah menampilkan sebuah karya yang kami buat tak cukup dalam waktu sehari. Hal itu sudah cukup membuat kami berbesar hati.

SITTI HARPENAApresiasi Seni Tari Kreasi

168 | Narasi Hijrah Tubuh

Selanjutnya, kami yakin bisa membuat karya yang lebih baik lagi dengan waktu dan persiapan yang lebih matang. Kami yakin pasti bisa !!.

Narasi Hijrah Tubuh | 169

Eksplorasi Diri

Malam ini adalah malam pertama kami melewati indoor di Baruga Som-ba Opu. Setelah materi yang begitu melelahkan dan membuat kantuk yang sangat mendalam hingga pukul 10.30 p.m. saya sangat berharap agar pani-tia memberikan waktu kepada kami peserta Hijrah Tubuh untuk beristra-hat. Tapi ternyata, harapan hanya tinggal harapan. Waktu istrahat yang saya harapkan tidak pernah ada. Kami kembali melanjutkan dengan sebuah per-mainan yang mungkin sedikit menegangkan. Tapi awalnya saya berusaha menikmati saja karena tidak mengetahui apa yang akan kami lakukan da-lam permainan ini. Awalnya kami disuruh untuk duduk melingkar dan ti-dak saling bersentuhan. Lalu kami diminta untuk berelaksasi dengan posisi duduk bersila dan tangan berada di atas paha. Kami melakukan relaksasi seperti halnya meditasi atau apalah orang-orang diluar sana sebut. Setelah menarik napas tenang melalui hidung dan mengeluarkannya melalui mu-lut begitu seterusnya. Kami lalu diminta berdiri, berjalan-jalan tanpa arah, biarkan kaki kami melangkah kemanapun ia mau, mengikuti tempo yang dibuat oleh instruktur. Setelah itu kami berhenti dan kembali lagi duduk ditempat kami masing-masing.

Setelah relaksasi lagi, bernapas mengatur pola nafas dan menenangkan fikiran, kami dibagi menjadi dua kelompok. Ruang materi hanya disinari dengan beberapa batang lilin saja. Setelah dibagi menjadi beberapa kelom-pok setiap empat orang kemudian diminta untuk duduk mengitari lillin di empat sisinya. Kebetulan kelompokku belum mendapat giliran, jadi kami menonton saja teman-teman yang lain melakukan eksplorasi diri. Sama seperti hipnotis, ada instruksi-instruksi yang diucapkan oleh instruktur untuk diikuti, tapi ini berlaku untuk mereka yang duduk mengitari lilin, sedang kami yang tidak mengitari lilin hanya melihat-lihat saja. Selang be-berapa saat ada seorang teman yang saya lihat mulai aneh gelagatnya, dia mulai menunjukkan gelagat dikuasai oleh sesuatu yang lain dan bukan di-rinya. Hingga ia pun melakukan sebuah entah itu tarian atau pencak silat. Sang instruktur pun mengatakan bahwa ia berhasil melakukan eksplorasi diri namun ia tidak mampu mengendalikan dirinya hingga muncul lah ke-jadian seperti itu. Kami yang tadinya menonton dengan perasaan tegang, takut dan cemas akhirnya mulai bisa menerima apa yang dikatakan oleh instruktur. Namun kami sudah tidak berani melakukan hal yang sama sep-erti kelompok sebelumnya. Kami memilih untuk tidak melakukannya dan kembali ke kamar untuk beristrahat.

170 | Narasi Hijrah Tubuh

SITTI NURUL BAETYPemanasan, Olah Tubuh

Ketika dibangunkan oleh panitia pada hari sabtu subuh, saya melihat jam dihp menunjukkan pukul 05.00 wita. Saya kaget dan langsung bangun un-tuk cuci muka ketika saya menuju kekamar mandi. Sampai di kamar mandi ternyata ada orang didalam lagi buang air besar akhirnya saya pun menung-gu setelah orang itu keluar saya pun langsung masuk dan cuci muka.Setelah cuci muka, saya pun bersiap-siap untuk olah tubuh perasaan ngan-tuk pun masih ada dan malas untuk bangun, saya pun menganti celana saya dengan trening dengan perasaan ngantuk setelah menganti trening saya melap muka saya yang basah tak lama kemudian akhirnya dengan terpaksa saya dan teman saya bangkit berdiri menuju keluar.

Setelah saya sudah diluar saya merasa kedinginan akhirnya saya pun ma-suk kembali dan mengambil jaket habis mengambil jaket saya buru-buru langsung keluar dan ikut berbaris dengan yang lain pas lagi berbaris saya masih menguap-menguap karena masih mengantuk, kami pun diabsen dan habis diabsen kami pun disuruh lari, diawal lari 1 putaran saya masih be-lum merasakan capek tetapi kaki saya sudah sakit karena lari tanpa meng-gunakan alas kaki, putaran kedua saya sudah merasa capek karena mun-gkin saya tidak pernah melakukan kegiatan begini kakiku pun sakit dan merah setelah putaran terakhir/ketiga saya memaksakan diri saya untuk lari walaupun sudah kecapean sekali akhirnya selesailah saya lari.

Setelah berlari langit pun mulai terang kami disuruh melingkar dan melaku-kan gerakan pemanasan, hampir dikatakan saya jarang sekali melakukan olah tubuh apa lagi pemanasan, saya pun mengikuti gerakan-gerakan pem-anasan dan itu membuat paha,betis dan kaki saya sangat sakit, apa lagi ger-akan yang pasang kuda-kuda dan mencium lutut paling sangat tidak bisa kulakukan sangat sulit menurutku karena mungkin badanku tidak lentur dan jarang berolahraga tak lama kemudian selesai pemanasan selesailah olah tubuh, kami pun diabsen lalu disuruh masuk untuk sarapan.

Narasi Hijrah Tubuh | 171

The Last Night

Saya dibangunkan oleh teman saya, saya pun spontan terbangun dan kaget, saya pun bertanya jam berapa sekarang di teman saya, dia pun menjawab 11.30 malam, saya heran untuk apa kita dibangunkan malam ini, apakah ada jalan malam lagi yang nantinya peserta akan disiksa itu yang ada dip-ikiran saya, saya pun bangun dan melap muka saya dengan tissue basah karena malas jalan kekamar mandi selesai melap muka saya saya pun memperbaikki jilbab kemudian diam sejenak karena masih mengantuk, akhirnya saya pun berdiri dan keluar dari tenda.

Setelah saya sudah berada diluar saya pun berdiri dan merasa kedinginan, saya pun disuruh berbaris setelah berbaris kami diinformasikan bahwa se-belum jalan harus membawa sendok,gelas dan handlamp saya pun kembali ketenda untuk mengambil sendok, gelas sekalian mengambil jaket, saya ti-dak membawa handlamp karena saya tidak mempunyai handlamp, selesai mengambil barang yang disuruhkan saya pun kembali berbaris, berbarisn-ya pun sesuai dengan kelompok masing-masing saya pun dikelompok tra-khir kelompok 6 yang ketua kelompoknya itu kak ahyar. Ketua kelompok pun mencek anggota setelah lengkap barulah disuruh jalan.

Setelah semua kelompok jalan dengan diterangi cahaya lampu hadlamp, kami disuruh berhenti dan berbaris lagi, pada saat berbaris saya merasa ingin buang air kecil dan ingin sekali melanjutkan tidur karena mengantuk apa lagi hawanya terasa dingin, mulailah semua kelompok disuruh jalan kebawah lagi, jalanan terasa licin saya pun berjalan dengan hati-hati takut nanti jatuh dan keseleo setelah kebawah saya melihat semua teman saya sudah berkumpul dan melingkar dalam pikiran saya bertanya ini mau buat apa? Setelah saya bergabung dan dikelilingi oleh obor kakak panitia bilang ini adalah malam puncak yaitu malam ramah tamah seketika pikiran neg-ative saya hilang.

Malam ramah tamah pun dimulai, banyak teman-teman saya menunjuk-kan keahliannya dalam bernyanyi,berpuisi,bermain gitar dan kami pun di-hibur oleh kakak senior yang menyanyi dan bermain music, saya pun ikut bernyanyi bersama seketika saya merasa asik,ngantuk saya pun hilang, malam ramah tamah ditutp dengan kami makan bubur kacang ijo bersa-ma dan menyanyikan lagu sahabat malam-malamku sambil berdiri dan berpegangan tangan.

172 | Narasi Hijrah Tubuh

Senin, 2 februari 2015 sekitar pukul 05:00 saya di bangunkan untuk melak-sanakan sholat subuh dan kemudian di lanjutkan dengan kegiatan olah tu-buh.Tetapi tidak seperti olah tubuh sebelumnya,kali ini saya dan peserta lainnya hanya melakukan pemanasan di halaman baruga yang kemudian di lanjutkan dengan peregangan di dalam aula baruga.Gerakan pereganga yang saya lakukan di aula baruga hamper mirip dengan gerakan Yoga,dan mungkin saja itu adalah benar gerakan yoga.Selesai olah tubuh saya dan teman peserta lain di persilahkan untuk sarapan,mandi lalu kembali lati-han tari bagi devisi tari.

Saya dan teman-teman penari berlatih dan membuat gerakan dari hasil pemikiran kami sendiri dan di tambah sedikit arahan pendamping kami.Dalam proses penciptaan karya kami sesama peserta devisi tari seringkali berbeda pendapat satu sama lain.Tidak mudah bagi kami untuk menyatu-kan beberapa ide dan ego dari 7 kepala yang berbeda menjadi satu un-tuk menciptakan gerakan tari sesuai dengan tema yang ada dalam waktu singkat.Apalagi bagi saya,yang menari terakhir kali sewaktu SMP.Ketika kumandan azhan waktu sholat duhur terdengar,kami pun berhenti ber-latih.Saya bergegas untuk mengambil wudhu dan melaksanakan ibadah sholat duhur.Di akhir sholat saya memanjatkan doa agar di beri kemuda-han dalam proses penciptaan karya yang saya dan teman-teman devisi tari lakukan.Setelah sholat dan makan siang bersama saya dan teman-teman penari kemudian melanjutkan latihan kembali tetapi kali ini dengan devisi music tradisional yang akan mengiringi kami.Kami berlatih mencocok kan gerakan dan hitungan tari kami dengan ketukan dan tempo dari music tr-adisional hingga sekitar pukul 05:30 sore dan di lanjutkan dengan gladi di panggung.Setelah gladi kami devisi tari kemudian bersiap untuk sholat magrib dan menggati kostum sesuai dengan kesepakata kami,make up,dan memasang jilbab.Rasa gugup saya pun bertambah besar menjelang pemen-tasan.

Setelah kami siap dengn kostum,make up,dan property,kami para peserta dari devisi tari bersama peserta lainnya dan panitia serta anggota UPKSBS UMI yang berkumpul untuk rapat dan berdoa bersama terlebih dahulu se-belum pementasan.Devisi tari tampil pada urutan ke 10 .Setelah rapat dan berdoa kami semua menuju aula utama tempat pementasan.Pementasan di buka dengan doa yang di bawakan oleh salah seorang anggota UPKSBS UMI

SUCI RAHMADANITari Pertamaku

Narasi Hijrah Tubuh | 173

kemudian penampilan pertama dan di lanjutkan dengan sambutan dari ketua panita dan ketua umum.setelah itu pementasan di lanjutkan dengan penampilan devisi selanjutnya.Ketika penampilan ke 9 sudah mulai naik ke panggung,kami devisi tari bergegas untuk ke belakang panggung untuk mempersiapkan diri kami dan mendengar sedikit arahan dari para pen-damping di tutup dengan doa bersama demi kelancaran pementasan tari kami.setelah penampil ke 9 selesai, saya dan teman-teman penari bersama pemusik tradisional pun mulai masuk ke panggung dan mengatur posisi.Perasaan saya sangat degdegan waktu itu,rasanya jantung saya seperti ha-bis ikut lomba lari maraton.hehehe.Tetapi pementasan must go on!.Kemu-dian dengan mengucapkan Basmalah saya pun mulai bergerak selasar dengan music tradisional yang mengiringi tari.Walaupun di tengah-tengah gerakan tari gendang tidak sesuai,tetapi kami anak tari terus bergerak seu-sai dengan hitungan kami hingga pementasan selesai.

Setelah penampilan tari selesai,kami anak tari dan pemusik tradision-al kembali ke belakang panggung untuk mengadakan evaluasi atas kes-alah-kesalahan yang terjadi selama kami di panggung.Tetapi kami tidak sa-ling menyalahkan atas kekurangan yang terjadi selama penampilan kami.kami menganggap dan menjadikan semuanya sebagai pengalaman dan ilmu baru yang akan sangat bermanfaat bagi kami.

Setelah evaluasi kami kembali ke depan panggung menyaksikan pemen-tasan karya lainnya hingga semua penampilan selesai.Di akhir malam apre-siasi kami semua menyanyikan lagu UPKSBS UMI bersama-sama dan saling menggenggm satu sama lain membentuk sebuah lingkaran.Rasanya sangat menyenangkan dan mengaharukan bagi saya karena selama kurang lebih 4 hari,kita melewati tahap demi tahap,proses demi proses baik itu senang,se-dih,kecewa,lelah,hingga sakit badan karena olah tubuh bersama-sama.Ti-dak hanya peserta,panitia dan anggota UPKSBS lainnya juga sudah sangat bekerja keras untuk menyukseskan tahap indoor ini.Banyak pengalaman dan ilmu baru yang saya dapatkan selama mengikuti proses indoor ini.Setelah bernyanyi bersama beberapa perwakilan dari peserta dan panita secara bergantian saling memberikan kesan dan pesan selama proses in-door ini berlangsun.Di lanjutkan dengan sesi foto-foto dan penampilan dari teman-teman peserta dan anggota UPKSBS yang ingin tampil ke panggung.Moment kebersamaan ini adalah salah satu moment yang tidak akan saya lupakan dalam hidup saya.Setelah semua nya selesai saya kemudian meng-ganti pakaian,bersih-bersih dan mengahpus makeup lalu tidur.

174 | Narasi Hijrah Tubuh

Outdoor Ceria

Sabtu,7 februari 2015 Setelah melakukan gladi untuk pementasan karya dari tim air,saya dan teman-teman peserta dari tim air yang berada di sun-gai kembali ke tanah lapang untuk berkumpul terlebih dahulu sebelum menyaksikan pementasan karya dari tim tanah dan tim hutan.Tetapi sesa-mpainya di tanah lapang hujan pun turun dan kami para peserta berlarian menuju rumah belum jadi yang ada di dekat tanah lapang untuk berlind-ung.ketika hujan reda kami kembali ke tanah lapang tetapi hujan kembali turun pada saat kami di tanah lapang dan kami pun kembali lagi berteduh ke rumah tadi.

Tidak lama kemudian kakak-kakak anggota UPKSBS yang lain datang,mer-eka bermaksud untuk melihat presentasi karya tim yang telah kami buat. Mereka lalu meminta saya dan teman-teman peserta lainnya yang pada saat itu sedang berteduh untuk kembali ke tanah lapang mempresenta-sikan karya kami di tengan turunnya hujan.Karena hujan dan baju saya basah saya pun mengalami kedinginan sangat yang mengakibatkan saya mengigil dan rasanya tangan dan kaki saya suda tidak terasa lagi.

Saya pun langsung di bawah oleh ketua kelompok saya ke bawah rumah belum jadi yang ada di dekat tanah lapang untuk berteduh.Di bawah rumah itu ketua kelompok saya dengan cepat memabantu menghangatkan tangan saya dengan menggesek-gesekkan tangannya di tangan saya agar tangan saya menjadi lebih hangat lalu dia memberikan sorban yang dia kenakan untuk saya kenakan agar tubuh saya menjadi lebih hangat.Seetelah dia membantu saya dan memastikan saya ada yang menemani,ketua kelompok saya lalu kembali ke tanah lapang berkumpul dengan para peserta yang lain untuk menyaksikan presentasi karya dari tim lain dan nantinya dia juga akan mempresentasikan hasil karya dari tim saya yaitu tim air di sungai.Ti-dak lama kemudian tiga kakak senior pendamping tim datang,mereka lalu memberikan saya jaket.Karena mereka datang untuk istirahat makan,mer-eka pun menagajak saya untuk ikut makan bersama.Sebenarnya saya sung-kan dan tidak lapar pada saat itu tetapi karena terus di paksa akhirnya saya juga ikut makan bersama.

Selah makan salah satu dari kakak senior menyalakan lilin untuk sama-sa-ma kita menghangatkan tubuh.Tidak lama kemudian 3 teman peserta per-empuan datang.Salah satu dari mereka ternyata pingsan.Kami pun menco-ba untuk menyadarkannya tetapi gagal, oleh karena itu panitia berinisiatif

Narasi Hijrah Tubuh | 175

untuk membawanya kembali ke tenda dengan bergantian mendengeknya dan sayapun ikut serta kembali ke tenda.

Sesampainya di tenda saya dan dua orang teman saya membatu untuk mengambilkan pakaian ganti untuk ade.Setelah itu kami pun juga di minta oleh panitia untuk mandi dan menggati pakaian basah kami agar kami ti-dak masuk angin.Setelah mandi kami di minta untuk meminum teh buatan panitia untuk menghangatkan badan kami sambil menunggu peserta lain-nya datang dari hutan.

Pengalaman merasakan kedinginan dan mengigil sangat baru pertama kali saya rasakan.Tetapi untungnya ada teman-teman peserta dan kakak-kakak senior anggota UPKSBS UMI yang dengan sangat sigap dan baik mau mem-bantu saya.Dan saya sangat berterimaksi serta bersyukur untuk itu.

Terimakasih bnyak buat nopi,danti,kak ambang,kak umar,kak iman,kak aco ,kak korlap (lupaka siapa namanya)dan semua yang sudah bantu dede waktu kedinginan.

176 | Narasi Hijrah Tubuh

Pada pukul 04.30 kami di bangunkan untuk shalat subuh lankah demi lankah kami melankahkan kaki kami ke mesjid untuk melak-sankan shalat subuh Setelah itu kami di perintahkan untuk berkumpul menyerupai linkaran kemudian olah tubuh 07.00 kami di persilahkan untuk sarapan kemudian kami pergi ke tempat makan yang telah di sediakan kami duduk sambil menunggu teman teman yang lain untuk datang Setelah teman teman sudah berdatangan kepala suku memulai memimpin membaca doa setelah itu kami makan setelah makan kami mulai mandi malam telah tiba kami bersiap siap untuk pentas tarian mulai di lakukan kami menyesuaikan tari dengan mu-sic itulah pengalaman termanis kami sewaktu di atas panggun kami merasa bangga bisa membawakan sebuah music tradisi.

SUHARDITempat Benteng Somba Opu

Narasi Hijrah Tubuh | 177

Pada saat ini saya bangun dan ada tugas besar. kemudian bersiap untuk segera bergegas untuk mengikuti tahap kegiatan outdoor. Banyak hal-hal baru yang saya dapatkan disini baik itu secara langsung maupun tidak langsung. Banyak moment-moment yang berkesan tapi, ada salah satu moment yang paling tidak bisa saya lupakan yaitu malam terakhir saat oudoor. Yah sebut saja malam ramah tamah. Awalnya disini saya sedikit bingung apa lagi yang akan dilakukan oleh para panitia? Mengapa semua ketua kelompok dipanggil oleh panitia? Dan pertanyaan terakhir kenapa panitia harus membagi tanda tali merah bagi mereka yang punya penyakit? Tidak henti-hentinya saya bertanya-tanya dalam diri sendiri. Mungkinkah kami akan disuruh berlari lagi? ataukah kami akan melakukan olah fisik? Yah sedikit ragu tapi saya tetap memberanikan diri untuk lanjut mengikuti kegiatan tersebut.

Seiring jalannya waktu toa pun berbunyi pertanda semua peserta harus berbaris sesuai kelompoknya masing-masing. Kami diberi beberapa peng-arahan yaitu diarahka untuk membawa matras untuk kelompok entahlah mau di apain itu matras. Ah bodoh amat! Percaya diri saja apapun yang akan terjadi saya tetap melanjutkan kegiatan selanjutnya. Berhubung saya kelompok pertama, jadi kelompok saya yang disuruh jalan pertama mengi-kuti panitia yang sedang menuntun kami. Entahlah kami semua mau dibawa kemana. Yang pasti tempat itu melewati wc. Jalanannya cukup licin, nanjak serta turunan. Sampailah di tempat yang ingin dituju. Entahlah tempat apa ini, kenapa begitu banyak panitia dengan seragam PDHnya masing-masing. Saya mulai bertanya lagi apa sebenarnya yang akan dilakukan disini , men-gapa begitu banyak obor-obor api yang menyala? Mengapa kami disuruh mengelilinginya? Ah entahlah, saya tetap fokus pada perintah dari panitia. Setelah itu kami disuruh menggelarkan matras dan disuruh membentuk suatu lingkaran yang dikelilingi oleh obor-obor api yang seakan menghan-gatkan tubuhku sejenak dari tusukan-tusukan angin malam yang sangat dingin. Dan akhirnya pertanyaanku yang sedari tadi membuat ku bertan-ya-tanya pada diriku sendiri terjawab juga. Api unggun yang seakan-akan membuatku terbangun oleh kantuk yang hebat menyapaku dengan lembut. Ternyata semua yang ku pikir itu salah. Aku mengira akan disuruh berlari atau sejenisnya. Yah inilah yang dikatakan malam ramah tamah. Disini kami saling sharing tentang apa saja atau masalah-masalah yang masih mengganjel di hati kami. Kami semua saling terbuka dan disini juga kami

SULFITRAHMelaraskan Proses

178 | Narasi Hijrah Tubuh

saling berbagi moment-moment dari itu nyanyi, bercanda bareng, bermain music bareng, bercerita bareng hingga tertawa bersama. Semua bebanku seakan hilang sejenak entah mengapa itu bisa terjadi yang pasti moment ini tidak akan saya lupakan dan pastinya akan aku kenang terus sampai kapanpun itu. Terima kasih untuk malam-malam terhebat ini wahai saha-bat-sahabatku LDK RELAGALIGO XIII.

Narasi Hijrah Tubuh | 179

Story Proses

Pada hari ini saya bangun dengan keadaan sehat wal-afiat sehabis mengi-kuti semua tahap yang ada pada proses indoor upksbs. Di mna saya dis-ini saat yang memang sangat berkesan mengikuti tahap indoor ini yaitu saat memasuki materi music yang merupakan pilihan yang paling saya prioritaskan saat pemilihan divisi di formulir pendaftaran.Lalu kemudian memutuskannya bersama teman-teman kelompok saya.Saat itu saya dibagi menjadi beberapa kelompok dan saat itu saya mulai bertanya kepada diri saya,teman seperjuangan dan para senior bahwasanya karya musik sep-ertia apa yang akan saya buat dan tampilkan dengan waktu yang teramat sangat singkat.

Dalam membuat sebuah lagu itu saya merasa sangat bersemangat kare-na ini adalah kali pertama saya merangkaikan sebuah karya lagu di depan beberapa pasang mata yang akan menyaksikan dan akhirnya karya lagu yang dirangkaikan dengan beberapa macam alat music bisa selesai juga.Tibalah saat menampilkan karya lagu kami.Dengan perasaan yang sangat penuh dengan kebimbangan akhirnya saya bisa bermain music dengan me-mainkan sebuah gitar akustik dengan memaksimalkan semua kemampuan saya. Dan Alhamdulillah bisa selesai juga walaupun dihadapan para senior masih kurang bagus mungkin tetapi saya sangat merasa bersyukur karena ini adalah penampilan perdana saya didapan beberapa pasang mata yang menyaksikan.

Setelah menampilkan karya,saya berkata didalam hati bahwasanya saya berterima kasih kepada para teman-teman kelompok dan para senior UPKSBS UMI karena tanpa kalian saya tidak akan bisa melakukan dan mendapatkan banyak pembelajaran hal seperti itu diluar sana dan kalian LDK RELAGALIGO XIII sangat luar biasa.