modul untuk perancang pelatihan

29
MODUL PELATIHAN BAGI PERANCANG PELATIHAN Disusun Oleh: Yossy Suparyo Ahmad Muttakin Dipublikasikan untuk kalangan terbatas RUANG BELAJAR MASYARAKAT (RBM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM Mpd) 2013 1

Upload: yossy-suparyo

Post on 01-Dec-2014

195 views

Category:

Education


11 download

DESCRIPTION

Modul ini membahas strategi perancangan pelatihan untuk melakukan pemberdayaan sehingga penulis modul menempatkan proses pelatihan sebagai strategi perubahan sosial—dari pemikiran tertutup menuju pemikiran yang terbuka, dari pesimisme menuju optimisme, dari organisasi yang stagnan menuju organisasi yang dinamis dan penuh semangat belajar (learning organization).

TRANSCRIPT

Page 1: Modul untuk Perancang Pelatihan

MODUL PELATIHAN BAGI PERANCANG PELATIHAN 

Disusun Oleh:

Yossy SuparyoAhmad Muttakin

Dipublikasikan untuk kalangan terbatasRUANG BELAJAR MASYARAKAT (RBM)

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM Mpd)

2013

1

Page 2: Modul untuk Perancang Pelatihan

Daftar Isi

Pengantar ~ 3BAB I Desain Pelatihan ~ 5BAB II Menentukan Tujuan Pelatihan ~ 8BAB III Teknik Memfasilitasi Pelatihan ~ 13BAB IV Merancang Media Belajar ~ 20BAB V Pengorganisasian Pelatihan ~ 25Daftar Pustaka ~28Tentang Penulis ~29

2

Page 3: Modul untuk Perancang Pelatihan

Pengantar

Modul ini merupakan buku panduan bagi peserta Pelatihan bagi Perancang Pelatihan yang diselenggarakan oleh Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM MPd) Kabupaten Banyumas. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan mutu kegiatan pelatihan sebagai bagian dari kerja pemberdayaan semakin meningkat sekaligus tepat menjawab kebutuhan masyarakat perdesaaan.

Modul ini membahas strategi perancangan pelatihan untuk melakukan pemberdayaan sehingga penulis modul menempatkan proses pelatihan sebagai strategi perubahan sosial—dari pemikiran tertutup menuju pemikiran yang terbuka, dari pesimisme menuju optimisme, dari organisasi yang stagnan menuju organisasi yang dinamis dan penuh semangat belajar (learning organization).

Modul ini dipergunakan untuk paket pelatihan singkat berdurasi 10 jam sehingga pokok pembahasan dilakukan secara singkat dan fokus. Untuk bahan rujukan pelatihan yang lebih mendalam akan disusun modul tersendiri pada kemudian hari. Untuk itu, kami membagi modul menjadi lima pokok bahasan, yaitu:

1. Desain Pelatihan2. Menentukan tujuan pelatihan. 3. Teknik Memfasilitasi Pelatihan 

3

Page 4: Modul untuk Perancang Pelatihan

4. Merancang Media Belajar5. Pengorganisasian Pelatihan

Tujuan Penulisan Modul

Modul merupakan sumber rujukan penting dalam penyelenggaraan pelatihan. Penulisan modul ini merupakan upaya untuk menyusun pengetahuan eksplisit dari usaha untuk meningkatkan kinerja penyelenggaraan pelatihan dalam kerja pemberdayaan masyarakat di Kabupaten Banyumas. 

1. Tujuan Umum Tujuan Umum dari penulis Modul Pelatihan bagi Perancang Pelatihan yaitu peserta dapat memahami cara merancang suatu pelatihan, mulai dari menentukan tujuan, menetapkan metode, memfasilitasi kegiatan belajar, membuat media belajar dan menyusun langkah­langkah jitu untuk menyelenggarakan pelatihan. 

Tujuan KhususPenulis Modul ini bertujuan untuk peserta dapat: 

1. Menjelaskan Desain Pelatihan2. Menentukan tujuan pelatihan. 3. Melakukan Teknik Memfasilitasi Pelatihan 4. Merancang Media Belajar5. Melakukan Pengorganisasian Kegiatan Pelatihan

Penyelenggara pelatihan juga harus bisa mengukur keberhasilan kegiatan pelatihan. Pelatihan harus bisa mengukur perubahan sikap dan perilaku peserta akibat pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki. 

Mudah­mudahan modul sederhana ini memberi inspirasi bagi Anda yang akan menjadi perancang pelatihan. Dengan rendah hati, kami menyadari modul ini belum sempurna dan masih harus terus diperbaiki segala kekurangannya.

4

Page 5: Modul untuk Perancang Pelatihan

BAB I DESAIN PELATIHAN

Pengertian

Desain pelatihan merupakan proses perencanaan yang menggambarkan urutan kegiatan atau sistematika mengenai sebuah pelatihan. Kegiatan ini mencakup tata urutan kegiatan atau komponen pelatihan sebagai suatu kesatuan yang bulat dan komprehensif. 

Suwandi (2013) menjelaskan ada tiga unsur penting dalam mendesain pelatihan, yaitu: maksud (apa yang harus dicapai), metode (bagaimana mencapai tujuan), dan format (dalam keadaan bagaimana penentuan rancang bangun yang akan tercapai).

Apabila Anda sudah menetapkan tiga unsur penting di atas, langkah selanjutnya adalah melakukan persiapan penyelenggaraan pelatihan berupa: 

1. Menetapkan alokasi waktu, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk menerapkan rancangbangun tersebut; 

2. Apa yang Anda lakukan agar peserta terlibat dan berpartisipasi; 3. Pokok atau kunci apa, instruksi apa, ide apa yang disajikan dan apa 

yang Anda inginkan dari peserta; 4. Materi atau bahan apa yang Anda butuhkan atau apa kebutuhan 

peserta untuk menerapkan desain pelatihan; 

5

Hal yang Perlu Diperhatikandalam Desain Pelatihan

Maksud

Metode

Format

Page 6: Modul untuk Perancang Pelatihan

5. Pengaturan, bagaimana Anda mengetahui lingkungan fisik agar desain pelatihan dapat berhasil; 

6. Akhir, penilaian apa yang Anda buat dan alat/diskusi apa yang diinginkan peserta sebelum melanjutkan ke kegiatan berikutnya.

Manfaat Desain Pelatihan

Desain pelatihan merupakan pedoman atau acuan dalam pelaksanaan pelatihan. Desain pelatihan yang baik akan membantu para penyelenggara pelatihan untuk:

1. Mengetahui secara sistematis tahapan kegiatan pelatihan yang akan dilaksanakan. 

2. Mengetahui aspek­aspek mana yang akan menjadi fokus utamanya. 3. Mengetahui model yang digunakan dalam melaksanakan latihan. 4. Menyiapkan bahan­bahan dan metode yang digunakan. 

Model Desain Pelatihan

Sebagian besar desain pelatihan mengacu pada teori dasar pendidikan yang disampaikan oleh Bloom (Marzano, 2000). Menurutnya, desain pelatihan harus mampu menjawab empat pertanyaan, yaitu

1. Apa tujuan pelatihan yang ingin dicapai? (Aim, Goal, Objectives)2. Apa pengalaman­pengalaman yang dibutuhkan untuk mencapai 

tujuan itu? (subject matter)3. Bagaimana mengorganisasi pengalaman­pengalaman itu menjadi 

satu kesatuan yang utuh (learning activities)4. Bagaimana cara mengukurnya (evaluate)

Pada praktiknya, model desain pelatihan di bawah ini sering menjadi acuan para perancang pelatihan di Indonesia, perhatikan secara saksama:

6

AnalisisKebutuhan

StrategiPendekatan

PenyusunanBahanPelaksanaan

Pelatihan

EvaluasiPelatihan

Page 7: Modul untuk Perancang Pelatihan

Lebih lanjut bagan di atas dapat diterjemahkan dalam delapan tahap desain pelatihan, yaitu: 

1. Mengidentifikasi kebutuhan organisasi 2. Spesifikasi pelaksanaan pembelajaran 3. Mengidentifikasi kebutuhan peserta 4. Menentukan tujuan 5. Memilih kurikulum 6. Memilih strategi pembelajaran 7. Mendapatkan sumber­sumber pembelajaran 8. Melaksanakan pelatihan

Lembar Latihan

1. Mengapa kita perlu membuat desain pelatihan? 2. Anda seorang tenaga pelatih, cobalah merencanakan sebuah desain 

pelatihan

7

Page 8: Modul untuk Perancang Pelatihan

BAB IIMENENTUKAN TUJUAN PELATIHAN

Definisi 

Tujuan pelatihan dirumuskan sesuai dengan tujuan kegiatan pembelajaran (learning activities goal). Pada dasarnya, peserta pelatihan itu mengikuti suatu serentetan proses belajar agar dapat meningkatkan kemampuannya di pelbagai bidang. Agar pelatihan dapat dirancang secara baik, maka Anda perlu menentukan apa tujuan latihan yang hendak direncanakan. Bila tujuan pelatihan sudah jelas dan terarah, maka Anda bisa menentukan bagaimana proses belajar yang akan diselenggarakan, alat dan bahan yang hendak dipergunakan, waktu, pelatih, dan sebagainya. 

Tujuan belajar adalah adanya perubahan tingkah laku dari peserta pelatihan sebagai hasil dari proses belajar yang menggunakan materi latihan atau pokok bahasan tertentu, di mana materi latihan tersebut merupakan sumber rumusan tujuan belajar. Rumusan tujuan belajar yang baik akan memudahkan peserta untuk mengerti maksud dan hasil terbaik yang akan dicapai selama proses belajar. Selain itu, dia akan menjadi tolok ukur bagi pelatih dalam menetapkan aktivitas belajar.

Penetapan Tujuan Belajar

Ada tiga prinsip yang harus diperhatikan dalam menetapkan tujuan belajar, yaitu: 

8

Page 9: Modul untuk Perancang Pelatihan

1. Tujuan belajar perlu dititikberatkan pada perubahan sikap dan tingkah laku ke arah yang lebih matang. Artinya setelah mengikuti pelatihan, peserta lebih siap bertindak serta lebih berani memikul risiko. Untuk itu, tingkat pengetahuan dan keterampilan peserta terhadap penguasaan materi latihan perlu mendapat perhatian. Perhatikan bagan di bawah ini:

• Mengerti: Peserta dapat menerima pelajaran yang dibahas bersama. • Memahami: Peserta dapat menerima dan menggunakan pelajaran 

tersebut untuk perkembangan diri sendiri maupun dapat menjelaskannya kepada orang lain. 

• Menghayati: Peserta telah mengadakan penilaian apa yang telah dipahami dengan kesimpulan positif. Dengan kesimpulan demikian itu orang yang bersangkutan mempunyai motivasi yang besar untuk mengamalkannya 

• Terampil: Peserta sudah mampu melaksanakan pelajaran yang telah dibahas bersama. 

• Berdaya cipta: Peserta sudah mampu melihat perspektif menyeluruh dari pesan tersebut dan sekaligus mengaitkannya dengan objek lain di luar peran sendiri. 

2. Tujuan belajar minimal mengandung tiga komponen, yaitu:• Tingkah laku, maksudnya merupakan pernyataan tentang tingkah 

laku dan keterampilan apa yang akan diperoleh peserta setelah kegiatan belajar. 

• Kriteria, maksudnya penetapan syarat minimal dari tingkat pencapaian penampilan yang diharapkan dari peserta. 

• Kondisi, maksudnya di mana peserta akan mendemonstrasikan keterampilan atau perilakunya di dalam dan setelah kegiatan belajar.  

3.  Akhirnya setelah tujuan belajar tersusun, kiranya perlu diuji dengan mengajukan pertanyaan­pertanyaan berikut:

• Apakah itu sudah jelas? Ditulis dengan sederhana, singkat dan langsung. 

• Apakah itu relevan? Menggambarkan kebutuhan sesungguhnya 

9

Mengerti Memahami Menghayati Terampil Berdaya Cipta

Page 10: Modul untuk Perancang Pelatihan

calon peserta dan mulai dari apa yang calon peserta miliki. • Dapatkah peserta menyelesaikannya? • Adakah upaya untuk memperbaiki penampilan calon peserta? • Apakah dapat diukur? • Informasi apa yang Anda miliki yang menunjukkan bahwa calon 

peserta perlu mencapai tujuan belajar tersebut? 

Untuk mempermudah prinsip tujuan belajar di atas, silakan memperhatikan contoh tujuan belajar berikut ini:

Pokok Bahasan Tujuan Belajar

Arti dan tujuan berkomunikasi

• Peserta dapat menjelaskan arti berkomunikasi • Peserta dapat menjelaskan tujuan

berkomunikasi • Peserta dapat memberikan beberapa contoh

berkomunikasi dalam berbagai situasi

Pemupukan berimbang pada tanaman padi

• Peserta dapat menjelaskan arti pemupukan berimbang pada padi

• Peserta dapat menjelaskan keseimbangan hara tanaman untuk padi

• Peserta dapat melakukan pemupukan berimbang pada padi

Taksonomi Bloom 

Bloom dalam Marzano (2000) menyarankan kegiatan pelatihan harus meningkatkan tiga ranah, yaitu pengetahuan (cognitive), keterampilan (psychomotor), dan sikap (affective). Tiga ranah itu selanjutnya dikenal dengan istilah taksonomi Bloom. 

Kemampuan pengetahuan berkaitan dengan kemampuan peserta dalam menggunakan daya pikir dan penalaran tentang materi yang dibahas. Keterampilan adalah kemampuan peserta dalam melakukan pekerjaan yang sifatnya fisik atau teknis terhadap materi bahasan, sedangkan sikap adalah kecenderungan bagi peserta berkaitan dengan materi yang dibahas. 

Perumusan TIK tergantung kepada pokok bahasan yang akan disampaikan. Pada satu pertemuan dimungkinkan pokok bahasan hanya bersifat pengetahuan (teori) sehingga rumusan TIK­nya bersifat pengetahuan. Pada pertemuan lain, pokok bahasan bisa berupa teori dan praktek sehingga TIK­nya bersifat pengetahuan dan keterampilan. Mungkin saja satu pokok bahasan ada unsur pengetahuan, keterampilan dan sikap dan perumusan TIK­nya pun mencakup tiga sifat itu.

10

Page 11: Modul untuk Perancang Pelatihan

Berikut ini adalah tabel yang menjelaskan taksonomi Bloom

Pengetahuan(C)ognitive

Keterampilan(P)sycomotor

Sikap(A)ffective

C1. PengetahuanC2. PemahamanC3. PenerapanC4. AnalisisC5. EvaluasiC6. Kreatif

P1. MeniruP2. MemanipulasiP3. Lancar dan TepatP4. Akurat dan CepatP5. Spontan dan Otomatis

A1. MenerimaA2. MenanggapiA3. MenghargaiA4. Mengatur DiriA5. Menjadi Pola Hidup

11

Page 12: Modul untuk Perancang Pelatihan

Untuk menjelaskan kesatuan taksonomi Bloom, perhatikan ilustrasi belajar sepeda berikut ini. Belajar naik sepeda, jelas berbeda dengan belajar tentang sepeda. Kita bisa belajar naik sepeda tanpa belajar tentang cara membuat sepeda. Tapi, untuk bisa naik sepeda perlu belajar komponen­komponen sepeda yang berfungsi saat sepeda digunakan. Sambil belajar naik sepeda, kita juga mulai menghayati filosofinya: kendaraan rakyat, anti macet, bebas polusi, sekaligus bergiat olahraga dan menjadi sehat. Mungkin juga ada yang tertarik belajar tentang sejarah penemuan sepeda, tapi tidak bisa naik sepeda.

Dari ilustrasi di atas ada tiga hal yang saling berkaitan:1. Kita perlu memahami bahwa setiap metode belajar, memiliki ‘ranah 

belajar’ tertentu yang menjadi karakteristiknya.2. Kita juga perlu memahami jenis media dan fungsinya yang cocok 

dengan metode belajar tersebut.3. Selain itu, harus diperhatikan ‘ranah belajar’ mana yang menjadi 

tujuan belajar dari materi yang bersangkutan sehingga kita bisa menentukan metode dan media belajar yang tepat.

Misalnya:1. Belajar tentang komponen­komponen sepeda dan fungsinya, 

penekanannya pada rana belajar pengetahuan (C). Metode yang digunakan bisa ceramah atau baca buku sendiri. Media yang digunakan: media penjelasan (transparansi) atau buku.

2. Belajar naik sepeda penekanannya pada rana belajar keterampilan (P). Karenanya, digunakan metode praktek. Media yang digunakan: media praktek (sepeda).

3. Belajar bersepeda dengan tertib atau mentaati rambu­rambu lalu­lintas, penekananya pada rana sikap (A). Begitu juga dengan memperkenalkan filosofi naik sepeda itu sehat dan bebas polusi, merupakan rana sikap­nilai. Belajar dengan rana sikap­nilai,memerlukan metode untuk proses penyadaran. Media yang digunakan: permainan.

Lembar Latihan

1. Mengapa kita perlu menentukan tujuan pelatihan2. Cobalah membuat pokok bahasan dari pelatihan yang sudah Anda 

susun di waktu sebelumnya (BAB I), lalu tentukan tujuan instruksional khususnya?

12

Page 13: Modul untuk Perancang Pelatihan

BAB IIITEKNIK MEMFASILITASI PELATIHAN

Definisi

Pelatihan merupakan bentuk pendidikan non­formal berupa suatu rangkaian kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu dengan tujuan yang tertentu. Kegiatan belajar terkait dengan dua proses yang saling berkaitan, yaitu proses belajar dan proses mengajar. 

Dalam suatu pelatihan, proses belajar adalah proses di mana peserta mempelajari sesuatu dan proses mengajar adalah proses di mana pelatih mengajarkan sesuatu. Pelatihan yang sukses ditandai dengan terciptanya keserasian antara proses belajar dan proses mengajar. Peserta memberikan tanggapan positif terhadap bahan/materi yang dibahas bersama pelatih, di pihak lain pelatih harus mengusahakan tumbuhnya tanggapan positif dengan cara menyiapkan dan menyajikan materi secara baik pula. 

Agar suatu pelatihan berlangsung efektif, kegiatan belajar perlu direncanakan terlebih dahulu sebelum pelatihan dimulai.  Proses belajar mengajar harus memperhatikan lima hal, yaitu

1. Tujuan Belajar2. Urutan yang bertahap3. Perbedaan individu yang dihormati4. Kesempatan berlatih yang memadai5. Hasil diketahui dengan segera

Kegiatan belajar bisa diibaratkan seperti seseorang yang melakukan perjalanan jauh, bila lokasi yang dituju jelas maka proses perjalanannya akan terkontrol dan terarah. Seorang peserta pelatihan harus dapat melihat dan memahami dengan jelas mengapa ia belajar. Sementara itu, pelatih hendaknya memberikan penjelasan dan motivasi kepada peserta pelatihan tentang alasan dan pentingnya mereka mempelajari bahan yang akan disampaikan.

13

Page 14: Modul untuk Perancang Pelatihan

Pendidikan Orang Dewasa

Setiap orang mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang harus dihargai dan mungkin tidak dimiliki oleh yang lainnya. Karena itu semua orang bisa menjadi sumber belajar bagi yang lain, dalam proses fasilitasi yang dilakukan adalah proses membelajarkan (membantu proses belajar) bukan mengajar, di mana semua peserta adalah subjek dari proses belajar sedangkan objeknya adalah realitas kehidupan.

Pelatihan pemberdayaan masyarakat menganut prinsip belajar orang dewasa, yaitu pada perkembangan individual dan pada peningkatan partisipasi sosial dari individu. Pendidikan orang dewasa meliputi segala bentuk  pengalaman belajar yang dibutuhkan oleh orang dewasa, pria maupun wanita sesuai dengan bidang perhatian dan kemampuannya. Akibat atau hasil dari belajarnya orang dewasa tampak pada perubahan perilakunya. 

Perilaku seseorang dipengaruhi oleh sikap, pengetahuan, keterampilan yang dimilikinya serta dalam hal tertentu oleh sarana yang mendukungnya, maka proses belajar manusia dewasa ke arah perubahan perilaku hendaknya digerakkan melalui usaha perubahan sikap baru, memberinya pengetahuan baru, melatihkan keterampilan baru dan dalam hal tertentu penyediaan sarana baru. 

Perubahan perilaku seseorang akan terjadi jika isi dan cara pembelajarannya sesuai dengan kebutuhan yang dirasakannya. Sedang perubahan perilaku itu sendiri terjadi proses reflek di dalam dirinya sendiri. Pada prinsipnya, proses belajar bagi orang dewasa adalah suatu ‘proses belajar dari pengalaman’. 

14

Page 15: Modul untuk Perancang Pelatihan

Untuk mendorong peserta pelatihan menjadi subjek belajar yang aktif maka Anda harus menciptakan suasana atau kesempatan yang luas bagi peserta untuk mempraktikkan atau mengalami sendiri berbagai kasus atau peristiwa secara langsung. Untuk itu, pastikan indera peserta pelatihan aktif dalam proses belajar. Anda bisa memberikan pengalaman sebagai suatu metode latihan. Pengalaman harus dirancang secara cernat, terstruktur dan mengandung nilai pelajaran yang menunjang tercapainya tujuan latihan.

Peran Fasilitator

Sikap pembimbing bagi orang dewasa mempunyai arti dan pengaruh yang besar. Sikap yang perlu untuk menciptakan proses belajar sebuah kelompok adalah sebagai berikut : 

1. Empati : Berarti menyetel pada gelombang pemancar yang sama dengan peserta, yakni mencoba melihat situasi sebagaimana peserta juga melihatnya, berada dan bersatu dengan peserta, membiarkan diri sendiri menyatu dengan pengalaman peserta, merenungkan pengalaman tersebut sambil menekan penilaian sendiri, lalu mengkomunikasikan pengertian itu kepada mereka, bersikap manusiawi dan tidak bereaksi secara mekanis atau memahami masalah peserta hanya secara intelektual, ikut merasakan apa arti manusia dan benda bagi mereka. 

2. Wajar : Berarti jujur, apa adanya, terus terang, konsisten, terbuka, mencerminkan perasaan yang sebenarnya, mengatakan apa adanya, secara sadar menghindari peran sebagai pengajar, mengungkapkan perasaan secara konkret, dan merespon secara tulus. 

15

Page 16: Modul untuk Perancang Pelatihan

3. Respek : Berpandangan positif terhadap peserta, mengkomunikasikan kehangatan, perhatian, pengertian, menghargai perasaan, pengalaman dan kemampuan mereka. 

4. Komitmen : Menghadirkan diri secara penuh, siap menyertai kelompok dalam segala keadaan, mengakui secara jujur kalau merasa bosan atau pikiran melayang jauh, melibatkan diri dalam suka duka. 

5. Mengakui kehadiran orang lain : Mengakui adanya orang lain, tidak menonjolkan diri agar orang lain berkesempatan mengungkapkan diri, bergaul dengan mereka, menunjukkan kepada mereka bahwa ‘saya sadar akan kehadirannya’, mengakui tiap peserta sebagai makhluk bebas yang berhak ada di sana dan bertanggungjawab atas kehadirannya. 

6. Membuka diri : Dalam hal ini keterbukaan mempunyai dua segi Pertama menerima keterbukaan orang lain tanpa menilai dengan ukuran konsep dan pengalaman kita sendiri, setiap saat bersedia mengubah sikap dan pendapat dan konsep kita sendiri, tidak bersikap ngotot agar bermunculan kemingkinan – kemungkinan baru. Kedua, secara aktif mengungkapkan diri kepada orang lain, mengenalkan diri kepada kelompok, apa yang saya rasakan, apa harapan saya, bagaimana pandangan saya, suka dan duka saya, mau mengambil risiko melakukan kekeliruan. 

7. Tidak menggurui : Mengingat bahwa peserta adalah orang dewasa yang mempunyai keahlian sendiri, pengalaman sendiri dan seringkali adalah pemimpin di dalam lingkungannya, maka sikap menggurui dapat dirasakan oleh peserta sebagai meremehkan. 

8. Tidak menjadi ahli : Artinya tidak terpancing untuk menjawab setiap pertanyaan, seakan – akan fasilitator harus ahli dalam segala bidang. 

9. Tidak memutus bicara : Pada waktu peserta bertanya atau mengemukakan pendapatnya fasilitator jangan memutus hanya karena kebetulan ia merasa tak sabar. 

10. Tidak berdebat : Bersoal jawab dengan satu orang saja di tengah – tengah sekian banyak peserta dapat menimbulkan kebisanan. 

11. Tidak diskriminatif : Merupakan hal yang baik kalau pembimbing berusaha untuk memberi perhatian secara merata, bukan hanya kepada satu atau dua orang peserta saja yang disukai secara pribadi.

Metode Memfasilitasi Belajar  

Berikut ini adalah sejumlah metode belajar yang paling sering digunakan dalam pelatihan. Setiap metode ini bekerja dengan cara berbeda.

16

Page 17: Modul untuk Perancang Pelatihan

Metode Penjelasan

Diskusi Metode ini bertujuan untuk tukar menukar gagasan, pemikiran, informasi/pengalaman diantara peserta, sehingga dicapai kesepakatan pokok-pokok pikiran (gagasan, kesimpulan). Untuk mencapai kesepakatan tersebut, para peserta dapat saling beradu argumentasi untuk meyakinkan peserta lainnya. Kesepakatan pikiran inilah yang kemudian ditulis sebagai hasil diskusi. Diskusi biasanya digunakan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari penerapan berbagai metode lainnya, seperti: penjelasan (ceramah), curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi, permainan, dll.

Curah Pendapat (Brainstorming)

Metode curah pendapat adalah suatu bentuk diskusi dalam rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman, dari semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada penggunaan metode curah pendapat pendapat orang lain tidak untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mind-map) untuk menjadi pembelajaran bersama.

Diskusi Kelompok

Sama seperti diskusi, diskusi kelompok adalah pembahasan suatu topik dengan cara tukar pikiran antara dua orang atau lebih, dalam kelompok-kelompok kecil, yang direncanakan untuk mencapai tujuan tertentu. Metode ini dapat membangun suasana saling menghargai perbedaan pendapat dan juga meningkatkan partisipasi peserta yang masih belum banyak berbicara dalam diskusi yang lebih luas. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengembangkan kesamaan pendapat atau kesepakatan atau mencari suatu rumusan terbaik mengenai suatu persoalan. Setelah diskusi kelompok, proses dilanjutkan dengan diskusi pleno. Pleno adalah istilah yang digunakan untuk diskusi kelas atau diskusi umum yang merupakan lanjutan dari diskusi kelompok yang dimulai dengan pemaparan hasil diskusi kelompok

Ceramah Metode ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah dengan kombinasi metode yang bervariasi. Mengapa disebut demikian, sebab ceramah ditujukan sebagai pemicu terjadinya kegiatan yang partisipatif (curah pendapat, disko, pleno, penugasan, studi kasus, dll). Selain itu, ceramah yang dimaksud disini adalah ceramah yang cenderung interaktif, yaitu melibatkan peserta melalui adanya tanggapan balik atau perbandingan dengan pendapat dan pengalaman peserta. Media pendukung yang digunakan, seperti bahan serahan (handouts), transparansi yang ditayangkan dengan OHP, bahan presentasi yang ditayangkan dengan LCD, tulisan-tulisan di kartu metaplan dan/kertas plano, dll.

Bermain Peran (role play)

Bermain peran pada prinsipnya merupakan metode untuk ‘menghadirkan’ peran-peran yang ada dalam dunia nyata ke dalam suatu ‘pertunjukan peran’ di dalam kelas/pertemuan, yang

17

Page 18: Modul untuk Perancang Pelatihan

kemudian dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap sesuatu, misalnya: menilai keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Metode ini lebih menekankan terhadap masalah yang diangkat dalam ‘pertunjukan’, dan bukan pada kemampuan pemain dalan melakukan permainan peran

Simulasi Metode simulasi adalah cara belajar dengan mencuplik suatu situasi kehidupan nyata yang diangkat ke dalam kegiatan belajar. Metode ini dapat digunakan untuk pendalaman materi yang telah disampaikan dengan cara lain (misalnya: ceramah, diskusi kelompok). Hanya saja, metode ini lebih banyak mempengaruhi rana keterampilan dari para peserta (keterampilan mental maupun fisik). Dalam metode simulasi, peserta diminta berperan seakan-akan tengah menerapkan materi yang telah diperoleh kepada kelompok sasarannya. Peserta lainnya diandaikan sebagai kelompok sasaran yang benar-benar akan ditemui dalam keseharian peserta(misalnya seorang peserta menjadi tutor, dan peserta lainnya menjadi warga belajar). Dalam beberapa hal, metode ini memang mirip dengan bermain peran. Tetapi dalam simulasi, peserta lebih banyak berperan sebagai dirinya sendiri.

Sandiwara Metode sandiwara seperti memindahkan ‘sepenggal cerita’ yang menyerupai kisah nyata atau situasi sehari-hari ke dalam pertunjukkan. Penggunaan metode ini ditujukan untuk mengembangkan diskusi dan analisa peristiwa (kasus). Tujuannya adalah sebagai media untuk memperlihatkan berbagai permasalahan pada suatu tema (topik) sebagai bahan refleksi dan analisis solusi penyelesaian masalah. Dengan begitu, rana penyadaran dan peningkatan kemampuan analisis dikombinasikan secara seimbang.

Praktik Lapangan

Metode praktik lapangan bertujuan untuk melatih dan meningkatkan kemampuan peserta dalam mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan yang diperolehnya. Kegiatan ini dilakukan di ‘lapangan’, yang bisa berarti di tempat kerja, maupun di masyarakat. Keunggulan dari metode ini adalah pengalaman nyata yang diperoleh bisa langsung dirasakan oleh peserta, sehingga dapat memicu kemampuan peserta dalam mengembangkan kemampuannya. Sifat metode praktek adalahpengembangan keterampilan.

Demonstrasi Demonstrasi adalah metode yang digunakan untukmembelajarkan peserta dengan cara menceritakan danmemperagakan suatu langkah-langkah pengerjaan sesuatu. Demonstrasi merupakan praktek yang diperagakan kepada peserta. Karena itu, demonstrasi dapat dibagi menjadi dua tujuan: demonstrasi proses untuk memahami langkah demi langkah; dan demonstrasi hasil untuk memperlihatkan atau memperagakan hasil dari sebuah proses. Biasanya, setelah demonstrasi dilanjutkan dengan praktek oleh peserta sendiri. Sebagai hasil, peserta akan memperoleh pengalaman belajar langsung setelah melihat, melakukan, dan

18

Page 19: Modul untuk Perancang Pelatihan

merasakan sendiri. Tujuan dari demonstrasi yang dikombinasikan dengan praktik adalah membuat perubahan pada ranah keterampilan.

Permainan (games),

Permainan (games), populer dengan berbagai sebutan antara lain pemanasan (ice-breaker) atau penyegaran (energizer). Arti harfiah ice-breaker adalah ‘pemecah es’. Jadi, arti pemanasan dalam proses belajar adalah pemecah situasi kebekuan fikiran atau fisik peserta.Permainan juga dimaksudkan untuk membangun suasana belajar yang dinamis, penuh semangat, dan antusiasme. Karakteristik permainan adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan (fun) serta serius tapi santai (sersan). Permainan digunakan untuk penciptaan suasana belajar dari pasif ke aktif, dari kaku menjadi gerak (akrab), dan dari jenuh menjadi riang (segar). Metode ini diarahkan agar tujuan belajar dapat dicapai secara efisien dan efektif dalam suasana gembira meskipun membahas hal-hal yang sulit atau berat. Sebaiknya permainan digunakan sebagai bagian dari proses belajar, bukan hanya untuk mengisi waktu kosong atau sekedar permainan. Permainan sebaiknyadirancang menjadi suatu ‘aksi’ atau kejadian yang dialami sendiri oleh peserta, kemudian ditarik dalam proses refleksi untuk menjadi hikmah yang mendalam (prinsip, nilai, atau pelajaran-pelajaran). Wilayah perubahan yang dipengaruhi adalah ranah sikap-nilai.

Lembar Kerja1. Mengapa pelatihan pemberdayaan masyarakat harus menerapkan 

pendidikan orang dewasa?2. Bagaimana peran fasilitator dalam pendidikan orang dewasa?3. Cobalah Anda memilih topik bahasan lalu terapkan prinsip 

pendidikan orang dewasa untuk membahas topik tersebut?

19

Page 20: Modul untuk Perancang Pelatihan

BAB IVMERANCANG MEDIA PEMBELAJARAN

Definisi 

Menurut Paulo Freire, media adalah “alat kodifikasi” yang dirancang untuk membantu peserta belajar menguraikan realita kehidupannya sehingga terjadi proses kesadaran kritis. Sedangkan menurut teori komunikasi, media adalah saluran (medium) untuk menyampaikan informasi/pesan dari komunikator (pemberi pesan) kepada komunikan (penerima pesan).

Dalam pembelajaran partisipatif, sumber informasi dan ilmu pengetahuan adalah semua orang sehingga proses komunikasi pembelajaran terjadi multi­arah. Dengan begitu, dalam pendidikan orang dewasa (POD), kebanyakan media bukanlah alat bantu fasilitator untuk ‘mengajar’ atau memberi ceramah kepada peserta, melainkan untuk digunakan sebagai alat belajar peserta.

Tujuan Penggunaan MediaTujuan penggunaan media belajar antara lain:

1. Meningkatkan dan mendorong partisipasi dan keaktifan peserta belajar, artinya: media sebaiknya dibuat sederhana dan mudah 

20

Page 21: Modul untuk Perancang Pelatihan

dipergunakan oleh peserta (tidak rumit).2. Menimbulkan daya tarik belajar, artinya: media belajar sebaiknya 

bervariasi, menarik, dan kalau perlu dengan menggunakan visualisasi (gambar).

3. Meningkatkan pemahaman peserta, artinya: media belajar sebaiknya membantu memperjelas materi yang sedang dibahas, khususnya hal­hal abstrak yang sulit dijelaskan dengan kata.

Jenis Media Belajar 

Di dalam pembahasan satu topik (materi) belajar, biasanya dipergunakan variasi metode belajar, dan juga variasi media belajar. Agar bisa menentukan jenis media yang akan dipakai, tentunya kita harus mengenali jenis dan nama­nama media belajar berikut ini. Selain itu, seorang fasilitator perlu memiliki kreativitas dan keterampilan untuk membuat media belajarnya sendiri. Media, yang bisa dipersiapkan atau dibuat oleh fasilitator sendiri antara lain:

1. Lembar penugasan (kelompok/perorangan)2. Lembar kasus/cerita3. Lembar praktek (panduan praktek)4. Skenario bermain peran (role play)/drama/fragmen5. Bahan permainan/teka­teki6. Gambar sederhana7. Plastik transparansi (yang sudah diisi)8. Kartu metaplan (yang sudah diisi)9. Flipchart (yang sudah diisi)

Gambar sederhana sebenarnya bisa dibuat oleh setiap fasilitator, tetapi media yang membutuhkan gambar yang lebih rumit atau membutuhkan keahlian khusus lain, fasilitator bisa mencari, mengumpulkan ataumemanfatkan media­media yang relevan yang sudah jadi (tersedia), antara lain:

1. Komik/cerita bergambar/fotonovela (pendek)2. Boneka/wayang (puppet­show)3. Lembar­balik (flip­chart)4. Gambar/foto/poster5. Tayangan video6. Kaset cerita

Catatan: Beberapa jenis media seperti modul, buklet, buku, komik,fotonovela yang isinya lebih panjang (banyak), bisa dianjurkan sebagai bahan bacaan untuk peserta belajar, apabila diperlukan.

21

Page 22: Modul untuk Perancang Pelatihan

Fungsi Media

Media dapat dikembangkan dalam berbagai bentuk, tujuan atau fungsi. Terkadang, sebuah media dikembangkan untuk beberapa tujuan atau fungsi berbeda. Tetapi, sebuah media tidak selalu bisa mencapai banyak tujuan sekaligus. Berikut ini adalah beberapa cara menggunakan media berdasarkan fungsi media tersebut.

Media Berbagi Pengalaman (Media Diskusi)1. Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan

diskusi (misal: media gambar atau lembar kasus untuk diskusikelompok).

2. Peserta melaksanakan diskusi kelompok dengan menggunakan media tersebut.

3. Pada saat pleno, media digunakan lagi untuk mendukung partisipasi peserta, misalnya:• Gambar­gambar ditempelkan• Hasil analisa kasus ditampilkan dengan flipchart• Pelajaran­pelajaran ditulis di atas metaplan, dsb.

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi pengalaman adalah media yang bisa mendorong semua peserta untuk berdiskusi dan bertukarpikiran/informasi (dalam diskusi kelompok atau pleno).

Media Berbagi Peran1. Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media untuk 

melaksanakan suatu kegiatan (tugas tim), misalnya:• Lembar praktek/kerja kelompok• Panduan simulasi/bermain peran• Media untuk melakukan permainan (games)

2. Peserta menggunakan media untuk melaksana­kan suatu kegiatan dan melakukan pembagian tugas di antara mereka (siapa mengerjakan apa).

Pengertian kunci: Media sebagai alat berbagi peran adalah media yang mendorong kegiatan bersama (melibatkan sesama peserta atau peserta dengan fasilitator untuk melaksanakan kegiatan bersama).

Media Penyadaran1. Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media untuk melakukan 

suatu kegiatan.2. Peserta menarik pelajaran (lesson learned) dari kegiatan tersebut 

22

Page 23: Modul untuk Perancang Pelatihan

dan melakukan perenungan bersama. Fasilitator mempersiapkan pertanyaan kunci yang bersifat refleksi sikap­nilai.

Pengertian kunci: Media penyadaran adalah media yang bersifat menggugah perasaan dan mendorong peserta merefleksi sikap­nilai mereka. Metode yang memiliki ‘rana sikap­nilai’ (games, role­play, simulasi, analisa kasus) diperkuat dengan media yang tepat, akan memperbesar efektivitas proses penyadaran.

Media Penjelasan1. Fasilitator menggunakan media untuk menjelaskan, misalnya:

• Transparansi atau power point untuk menjelaskan materi belajar (metode ceramah)

• Flipchart untuk menjelaskan penugasan kepada peserta (instruksional)

• Kartu­kartu metaplan untuk menjelaskan kesimpulan diskusi pleno, dsb.

2. Media juga bisa digunakan oleh peserta untuk menjelaskan sesuatu (misal: gambar, flipchart, metaplan, transparansi, power point, dsb.).

3. Fasilitator kemudian meminta semua peserta untuk memberikan tanggapan, masukan, komentar, atau pertanyaan terhadap penjelasan.

Pengertian kunci: Media sebagai alat bantu adalah media yang bisa digunakan oleh fasilitator maupun peserta untuk menjelaskan suatu pembahasan (presentasi, ceramah, memberi instruksi, dsb.).

Media Analisa Masalah1. Fasilitator menjelaskan cara menggunakan media sebagai bahan 

diskusi (misal: media gambar, lembar kasus, panduan role play, format analisa SWOT atau analisa pohon masalah, dsb.)

2. Peserta menggunakan media untuk melakukan analisa masalah, sebab­akibat masalah, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah dan pilihan tindakan.

Pengertian kunci: Media analisa masalah digunakan sebagai alat bantu untuk melihat semua sudut pandang dan faktor yang saling berkaitan terhadap suatu permasalahan. Media ini harus bisa menggambarkansuatu kerangka atau sistem pemikiran agar mudah dianalisa.

23

Page 24: Modul untuk Perancang Pelatihan

Media Berfungsi Tunggal1. Fasilitator membagikan media berfungsi tunggal (misalnya: bahan 

serahan, referensi, media acuan, dsb.) dan menjelaskan topik (isinya) secara garis besar.

2. Media dibawa pulang oleh peserta.

Pengertian kunci: Media berfungsi tunggal adalah media yang digunakan peserta secara mandiri dalam kegiatan belajarnya sendiri.

Lembar Kerja1. Apa peran media belajar dalam proses pelatihan?2. Buatlah sebuah media belajar sesuai dengan fungsi media yang 

Anda inginkan

24

Page 25: Modul untuk Perancang Pelatihan

BAB VPengorganisasian Pelatihan

Apabila perencanaan pelatihan sudah Anda lakukan, langkah selanjutnya adalah pelaksanaan latihan. Pelaksanaan kegiatan pelatihan dapat dibagi menjadi tiga langkah, yaitu langkah persiapan, langkah pelaksanaan pelatihan, dan pasca pelatihan (pelaporan dan tindak lanjut). 

Persiapan Pelatihan

Langkah persiapan mencakup persiapan administratif dan persiapan edukatif. Persiapan administratif menyangkut kegiatan surat­menyurat, persiapan, keuangan, dan prosedur pelaksanaan latihan itu sendiri. Sedangkan persiapan edukatif adalah segala persiapan latihan yang berhubungan langsung dengan proses belajar­mengajar yang akan diselenggarakan. Kedua persiapan ini perlu dilakukan secara cermat, terutama oleh panitia yang menyangkut administrasi dan oleh pelatih yang menyangkut proses pembelajaran.

Persiapan administrasi pelatihan menyangkut berbagai hal, peserta, pelatih, buku pedoman/petunjuk pelatihan, perlengkapan pelatihan, formulir pendaftaran, pembiayaan pelaksanaan diklat dan sebagainya. Sedangkan persiapan edukatif pelatihan mencakup menentukan kebutuhan alat dan bahan pembelajaran, jadwal latihan, biaya edukatif, ruang pertemuan dan lahan praktek, laboratorium dan sebagainya.

Administrasi Umum• Menyiapkan pengumuman atau surat edaran tentang pelatihan yang 

akan diselenggarakan, waktu, tempat dan persyaratan peserta.• Mempersiapkan instrumen tes masuk (jika ada dan diperlukan).• Mempersiapkan administrasi pendaftaran peserta.• Panggilan peserta dan informasi persyaratan.

Kepesertaan• Menyiapkan format soal tes masuk, jadwal tes dan format yang 

diperlukan.• Menyiapkan buku pedoman/petunjuk latihan yang mencakup 

hal­hal yang perlu diketahui selama mengikuti latihan seperti: (1) tujuan, maksud dan sasaran serta waktu pelaksanaan; (2) tema dan 

25

Page 26: Modul untuk Perancang Pelatihan

subtema; (3) struktur program dan silabi; (4) metode latihan;           (5) pelatih; (6) peserta mencakup persyaratan, jumlah, hak, dan kewajiban; (7) penilaian; (8)tata tertib; dan (9) berbagai petunjuk tentang seminar, diskusi

Menentukan PelatihPenentuan pelatih penting ditetapkan sebelum pelaksanaan latihan agar jadwal dapat ditentukan seawal mungkin. Pelatih sebaiknya orang yang ahli di bidangnya (pakar) baik teori ataupun praktek. Selain itu, Anda perlu menentukan teknisi yang dibutuhkan membantu proses belajar­mengajar di laboratorium, lokasi praktik, bengkel latih dan sebagainya.

Menyiapkan Blanko­blanko • Daftar hadir;• Surat izin bagi peserta;• Formulir identitas peserta/identitas biodata;• Formulir penilaian sikap;• Formulir evaluasi untuk peserta dan panitia;• Formulir lainnya berkaitan dengan proses belajar­mengajar 

Menyediakan Perlengkapan LatihanPerlengkapan latihan seperti OHP, film, bahan praktik, ruang pertemuan, laboratorium, ruang akomodasi dan ruang makan, ruang kuliah serta fasilitas lain yang diperlukan.

Pasca Pelatihan

Usai pelatihan, fasilitator sebaiknya merumuskan agenda atau program kerja yang akan dilakukan setelah pelatihan. Tindak lanjut pelatihan sering disebut dengan istilah POA (Planning of Action) atau RKTL (Rencana Kegiatan Tindak Lanjut). Pada sesi RKTL sebaiknya seluruh peserta bisa berbagi pengalamannya di depan forum.

Ada sejumlah pertanyaan bisa Anda ajukan untuk merumuskan RKTL, yaitu:

1. Apa pengetahuan atau pengalaman baru yang Anda dapatkan selama mengikuti pelatihan ini?

2. Apa rencana Anda untuk menerapkan pengetahuan atau pengalaman baru itu dalam kerja di lembaga Anda?

3. Apa tantangan yang akan Anda hadapi saat menerapkan pengetahuan atau pengalaman baru itu?

26

Page 27: Modul untuk Perancang Pelatihan

Tahap akhir pelaksanaan pelatihan adalah membuat laporan pelatihan. Ada kalanya laporan pelatihan versi ringkas harus sudah selesai pada acara penutupan sehingga pihak penyelenggara bisa melaporkan hasil pelatihan. Laporan pelatihan versi lengkapnya biasanya diselesaikan 1­2 minggu setelah pelatihan untuk diserahkan kepada lembaga yang bertanggung jawab pada pelatihan. 

Bentuk laporan dapat berbentuk esai/uraian atau matriks. Secara garis besar, isi laporan bisa berupa:

1. Gambaran singkat tentang pelatihan yang diselenggarakan2. Pokok bahasan yang diterapkan dalam pelatihan3. Tenaga pengajar/pelatih yang menangani proses pelatihan4. Peserta yang mengikuti pelatihan5. Fasilitas yang digunakan selama pelatihan6. Penilaian yang dilakukan, menyangkut keberhasilan dari peserta, 

pelatih, dan panitia penyelenggara. 7. Masalah­masalah yang muncul selama pelatihan serta jalan keluar 

apa yang telah diambil.

Lembar KerjaSaatnya Anda melakukan persiapan pelaksanaan pelatihan dengan topik yang sudah Anda tentukan pada bab sebelumnya. Silakan membuat tahapan pengorganisasian pelatihan mulai dari persiapan hingga pelaporan

27

Page 28: Modul untuk Perancang Pelatihan

Daftar Pustaka

Bochenski, JM. Dkk.2001. Ilmu dalam Perspektif: Sebuah Kumpulan Karangan tentang Hakikat Ilmu. Jakarta: Yayasan Obor

Djohani, Rianingsih dkk. 2005. Sepuluh Jurus Menulis Modul Pelatihan. Bandung: Driya Media

Freire, Paulo. 1985. Pendidikan Kaum Tertindas. Jakarta: LP3ESHernowo. 2004. Langkah udah Membuat Buku yang Menggugah. Bandung: 

MLCMarzano, Robert J. 2000. Designing a New Taxonomy of Educational 

Objectives (Experts In Assessment Series). English: Corwin PressSuwandi, Achmad. Perancangan Pelatihan. Tidak dipublikasikan 

28

Page 29: Modul untuk Perancang Pelatihan

Tentang Penulis

Yossy Suparyo. Pekerja Manajemen Pengetahuan. Studi di Jurusan Teknik Mesin Universitas Negeri Yogyakarta (1997) dan Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Universitas Islam Yogyakarta (2002). Menekuni dunia rekayasa media dan teknologi tepat guna di dunia perdesaan. Pernah bekerja sebagai Manajer Manajemen Pengetahuan (2006­2012), Sekarang menjadi pegiat Gerakan Desa Membangun (GDM).

Ahmad Muttaqin. Staf Pengajar Sosiologi Agama di STAIN Purwokerto. Studi di Jurusan Perbandingan Mazhab Universitas Islam Negeri Yogyakarta (1997), lalu menempuh pendidikan lanjutan di Jurusan Sosiologi Pasca Sarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (2002). Aktif menjadi peneliti di sejumlah organisasi nonpemerintah.

29