modul praktikum a4
DESCRIPTION
OSEANOGRAFITRANSCRIPT
MODUL PRAKTIKUM
OSEANOGRAFI UMUM
Oleh:
Lumban Nauli L. Toruan, S.Pi
NIP: 132320152
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS NUSA CENDANA
KUPANG
2008
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan i
KATA PENGANTAR
Perkembangan dunia oseanografi saat ini sudah sedemikian pesat baik secara ilmu,
teknologi, sampai pada tingkat aplikasinya yang bahkan dapat dimanfaatkan oleh banyak
kalangan, tidak lagi terbatas pada kalangan ilmuwan atau militer saja. Sudah banyak alat dan
bahan yang dibuat untuk mendukung penelitian, eksplorasi, dan eksploitasi dalam bidang
oseanografi yang menunjang berbagai bidang ilmu lainnya, salah satunya adalah budidaya
perairan. Meskipun demikian, setiap alat dan bahan yang sedemikian canggihnya dibuat selalu
mengikuti prinsip dasar yang tidak berbeda jauh dengan konsep awal pengukuran suatu
parameter dimana alat yang digunakan masih sederhana.
Beberapa faktor yang membedakan antara peralatan dan bahan yang sederhana dan yang
moderen adalah harga, metode penggunaan, efisiensi, efektifitas, dan yang terutama adalah
tingkat ketelitian. Alat, bahan, dan metode yang digunakan pada penuntun praktikum ini masih
sangat sederhana, hal ini berkaitan dengan fasilitas yang tersedia. Namun demikian seperti yang
telah diungkapkan, konsep pengukuran yang dilakukan masih sesuai dengan prinsip dasar
parameter yang diukur. Selain itu karena praktikum ini pada dasarnya berusaha memperkenalkan
mahasiswa kepada proses-proses umum yang terjadi di pesisir sampai lautan dan meningkatkan
pemahaman dari apa yang telah diperoleh secara teori, maka alat, bahan, dan metode yang
digunakan dianggap masih memadai bagi mahasiswa. Agar mahasiswa lebih memahami materi
praktikum ini, kami menyarankan agar mahasiswa dapat membaca beberapa buku yang
tercantum pada Daftar Pusataka dalam buku penuntun ini, selain itu mahasiswa juga dapat
membaca literatur lainnya yang sudah beredar luas baik melalui media elektronik maupun cetak.
Tujuan umum yang diharapkan melalui praktikum ini adalah:
a). mengetahui penggunaan peralatan dan bahan dalam mengukur suatu parameter,
b). mengetahui prinsip kerja alat dan bahan yang digunakan,
c). mengetahui kandungan suatu parameter yang diukur dikaitkan dengan teori,
d). mengetahui kaitan antara fungsi parameter yang diukur dengan parameter lain atau
dengan bidang ilmu lainnya,
e). meningkatkan kerjasama tim diantara peserta praktikum.
Berdasarkan hal tersebut, selain penilaian akademik, maka praktikum ini juga menilai perilaku/
aktivitas peserta dalam kelompok mulai dari persiapan sampai pada pembuatan laporan
praktikum.
Penuntun ini merupakan revisi dari penuntun pertama yang dibuat dan digunakan pada
tahun 2007. Revisi yang dilakukan adalah perbaikan pada kesalahan cetak, perbaikan pada
gambar penuntun, perbaikan langkah – langkah pada metode pengukuran suatu parameter, dan
penambahan materi praktikum. Selain itu juga terdapat perbaikan pada peraturan praktikum agar
praktikum bisa berjalan dengan tertib dan aman. Diharapkan dengan perbaikan – perbaikan ini,
mahasiswa lebih mudah melakukan dan memahami materi praktikum.
Penulis menyadari masih banyaknya kekurangan dalam materi maupun hal lainnya pada
penuntun praktikum ini, oleh karena itu penulis menerima segala masukan yang konstruktif demi
perbaikan penuntun ini. Pebruari 2008
Lumban Nauli. L. Toruan
Penuntun ini merupakan revisi dari penuntun kedua yang dibuat dan digunakan pada tahun 2008.
Revisi yang dilakukan adalah perbaikan pada kesalahan cetak, perbaikan pada gambar penuntun,
perbaikan langkah – langkah pada metode pengukuran suatu parameter, perbaikan tabel data,
penambahan materi praktikum dari internet, dan pertanyaan praktikum.
30-08-2010
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan ii
DAFTAR ISI
Halaman
Kata pengantar..................................................................................................................... i
Daftar isi .............................................................................................................................. ii
Daftar gambar...................................................................................................................... ii
Peraturan praktikum ............................................................................................................ iii
Tambahan penjelasan format penulisan ..............................................................................vi
I. Salinitas.......................................................................................................................1
II. Temperatur/suhu .........................................................................................................3
III. Kedalaman perairan ....................................................................................................5
IV. Kecerahan perairan.....................................................................................................7
V. Kecepatan dan arah arus permukaan air .....................................................................9
VI. Pasang surut ...............................................................................................................11
VII. Elevasi kontur pantai...................................................................................................13
VIII. Kecepatan arus menyusur pantai (velocity of longshore current)...............................16
Daftar Pustaka .....................................................................................................................18
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Metode pengukuran salinitas........................................................................................... 1
2. Metode pengukuran kedalaman perairan ........................................................................ 5
3. Secchi disk....................................................................................................................... 7
4. Metode pengukuran kecerahan air .................................................................................. 7
5. Metode pengukuran kecepatan dan arah arus ................................................................. 9
6. Metode pengukuran pasang surut....................................................................................11
7. Metode pengukuran elevasi kontur pantai ......................................................................13
8. Metode pengukuran elevasi kontur pantai ......................................................................14
9. Metode pengukuran kecepatan arus menyusuri pantai ...................................................16
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan iii
PERATURAN PRAKTIKUM
I. Jadwal praktikum
1. Pendahuluan praktikum dan praktikum di kelas dilakukan pada hari kuliah atau Hari
Sabtu, dan tidak mengganggu semua jadwal resmi kuliah teori yang telah dibuat oleh
pihak akademik Undana.
2. Praktikum lapangan dilakukan pada Hari Sabtu atau hari libur nasional maupun hari libur
lainnya yang bersifat fakultatif atau hari lainnya dimana praktikan sedang tidak
kuliah/praktikum pada mata kuliah lain.
3. Praktikum lapangan dilakukan dari jam 06.00 Wita – 18.00 Wita dan dapat diperpanjang
bila diperlukan baik lama praktikum dan atau frekuensinya.
4. Ujian praktek dilakukan pada akhir praktikum lapangan, ujian teori praktikum dilakukan
di kampus.
5. Bagi praktikan yang terlambat lebih dari 15 menit, tidak diperbolehkan mengikuti
praktikum kecuali dapat menunjukkan alasan-alasan yang jelas dan benar disertai surat
keterangan yang sah dari orang/pejabat yang berwenang. Hal yang sama juga berlaku bila
praktikan akan meninggalkan praktikum sebelum praktikum berakhir atau meninggalkan
kegiatan di tengah-tengah praktikum dan akan kembali lagi. Keadaan – keadaan yang
diijinkan adalah pada keadaan: menghadiri kedukaan keluarga kandung, baru dari rumah
sakit karena sesuatu penyakit yang diderita oleh praktikan, dan dari
kuliah/ujian/praktikum suatu mata kuliah.
6. Tidak ada praktikum susulan.
7. Laporan praktikum diserahkan paling lambat dua minggu setelah praktikum lapangan
berakhir atau berdasarkan keputusan dosen pengasuh praktikum. Setiap keterlambatan
pengumpulan laporan praktikum akan dikenakan pengurangan nilai. Batas maksimum
keterlambatan adalah tujuh hari setelah tanggal pengumpulan yang ditentukan. Bila
melewati tanggal tersebut, laporan praktikum mendapatkan nilai 0 (nol).
II. Tata Tertib Praktikum
1. Pada saat praktikum, praktikan membawa peralatan praktikum yang telah ditugaskan
sebagai bagian dari tugas.
2. Tugas diserahkan pada saat praktikum sebelum materi praktikum dijelaskan sebagai
syarat mengikuti praktikum. Praktikan yang tidak menyerahkan tugas dilarang mengikuti
praktikum dan nilai praktikum pendahuluan adalah nol (0). Bila jenis dan jumlah
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan iv
peralatan yang dibawa tidak sesuai dengan yang ditugaskan, maka praktikan tersebut
akan mengalami pengurangan nilai.
3. Pada saat praktikum di dalam ruangan, praktikan harus berpakaian rapi (berkerah),
mengenakan sepatu, mematikan HP, tidak merokok, dan tidak keluar ruangan kecuali
untuk ke kamar kecil untuk buang air kecil, buang air besar, buang ingus, cuci muka, dan
muntah. Bila praktikan melanggar, maka nilai praktikum pendahuluan adalah nol (0).
4. Praktikan diijinkan untuk makan dan minum sesuai norma yang berlaku pada masyarakat
yang normal saat praktikum, namun harus menjaga ketertiban dan kebersihan lokasi
praktikum. Bila praktikan diketahui tidak menjaga ketertiban dan kebersihan akibat
aktifitas makan dan minumnya, maka nilai praktikum adalah 0 (nol).
5. Pada saat praktikum lapangan, praktikan membawa peralatan praktikum yang telah
ditugaskan. Bila jenis dan jumlah peralatan yang dibawa tidak sesuai dengan yang
ditugaskan, maka praktikan tersebut akan mengalami pengurangan nilai.
6. Pada saat praktikum lapangan, praktikan berpakaian bebas namun sopan dan memakai
alas kaki/bersepatu untuk berjalan di dasar perairan untuk menghindari luka dll.
7. Pada saat praktikum lapangan, praktikan dianjurkan membawa obat-obatan (terutama
alkohol, kapas, pembalut luka, obat luka, obat tetes mata, dan balsem), makanan dan
minuman, tabir surya, jas hujan, topi, pakaian ganti, serta barang-barang pribadi lainnya.
8. Dilarang membuang sampah sembarangan pada saat praktikum. Semua sampah dan
peralatan yang tidak dipakai lagi, dikumpulkan dan dibuang pada tempatnya.
III. Aturan Laporan Praktikum
Laporan tidak dijilid, boleh memakai kertas bekas. Laporan diketik dengan format sbb:
1. Kertas A4; margin atas, kanan, dan bawah = 2 cm, margin kiri = 2,5 cm; jenis huruf
Times New Roman 12 (TNR 12), nomor halaman di bagian kanan bawah. Jenis huruf
pada tabel dan gambar minimal TNR 11.
2. Halaman depan dituliskan nama/judul praktikum, nama mahasiswa dan NIM, logo
Undana, program studi, jurusan, fakultas dan tahun praktikum.
3. Bab I. Pendahuluan; berisi latar belakang, gambaran lokasi, waktu, serta tujuan
praktikum.
4. Bab II. Hasil; berisi hasil jadi (hasil setelah data diolah, bukan lagi data mentah).
5. Bab III. Pembahasan, berisi jawaban dan pembahasan atas pertanyaan dari modul
praktikum.
6. Bab IV. Proses kerja; bab ini tidak menjelaskan materi praktikum tetapi menjelaskan
perilaku kelompok/tim. Bab ini berisi proses kerjasama antar mahasiswa dalam kelompok
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan v
(maupun antar kelompok bila ada yang perlu dijelaskan) saat persiapan praktikum, saat
praktikum di lapangan, dan saat membuat laporan; masalah yang muncul dalam
kerjasama tersebut; sebab dan akibat dari masalah tersebut, cara mengatasi masalah, dll.
7. Bab V. Kesimpulan; berisi kesimpulan dari a) hasil dan pembahasan serta b) proses kerja.
8. Daftar pustaka. Tata penulisan daftar pustaka adalah sebagai berikut:
Nama pengarang. Tahun. Judul karangan. Kota penerbit: Nama penerbit. Jumlah halaman.
Nama pengarang. Thn. Judul. Kota penerbit: Nama penerbit. Jumlah halaman. <Nama
situs>. Tanggal situs diakses/dikunjungi.
9. Lampiran, berisi tabel data mentah dan satu contoh perhitungan setiap materi praktikum.
IV. Penilaian Praktikum
Penilaian yang dilakukan dalam praktikum adalah kehadiran, tugas pendahuluan, aktifitas
dan perilaku mahasiswa saat praktikum, ujian praktikum, laporan praktikum, dan ketepatan
waktu.
Nilai Akhir Praktikum = 0,10 x Kehadiran + 0,15 x Praktikum Pendahuluan dan di Kelas
+ 0,30 x Praktikum Lapangan + 0,20 x Ujian Praktikum
+ 0,25 x Laporan Praktikum
V. Peralatan Praktikum
1. Peralatan praktikum pribadi yang dibawa adalah: pinsil 2B, pulpen, penggaris plastik
minimal 30 cm, penghapus, busur derajat yang telah dilubangi pada bagian pusat derajat
(pertemuan dua garis antara garis 00/180
0 dan 90
0), kalkulator yang dapat menghitung
trigonometri, kertas folio bergaris, kertas grafik, paku kecil (sekitar 3-5 cm).
2. Peralatan praktikum kelompok yang harus dibawa adalah: kompas, termometer analog
500C, tisu gulung; benang kasur; tali rafia; botol aqua kosong 1,5 l dua botol; bola
pingpong; stopwatch/jam/HP yang memiliki fasilitas stopwatch; keping secchi (secchi
disk) satu keping; tongkat/papan 2,5 m berskala @ 5 cm satu buah; selang bening/
transparan (sebagai waterpass) 6 m (diameter 5 mm); selang transparan ¾ 2 m; tongkat 1
m berskala @ 5 cm empat buah; pemberat dua buah; meteran (meteran jahit/besi/roll
meter); papan jalan/lapangan, spidol hitam permanen dua buah; data-data perairan dan
meteorologis dari BMG /DISHIDROS/DKP dan lain-lain yaitu data pasang surut, data
arah dan kecepatan arus perairan, data tinggi gelombang, data arah dan kecepatan angin,
suhu perairan dan udara, serta salinitas perairan pada tanggal praktikum lapangan
dilakukan; tas/kantong plastik yang cukup besar untuk menaruh beberapa peralatan.
3. Peralatan praktikum wajib dibawa saat praktikum pendahuluan dan praktikum lapangan.
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan vi
TAMBAHAN PENJELASAN FORMAT PENULISAN
1. Bab II. Hasil
Pada Bab II harus terdapat tabel hasil pengukuran di lapangan seperti di bawah ini selain tabel
lain yang mungkin akan dicantumkan oleh praktikan.
Arus
Sta. Jam Sal
(0/00)
Suhu
(0C)
Dalam
(cm)
Kecer.
(cm) Kec.
(m/s)
Arah
(0)
Pasut
(cm)
VLC
(m/s)
Elevasi
(0)
1
2
…
Rerata – –
Cat.1 Sta = stasiun/lokasi Sal.= Salinitas Dalam=Kedalaman Kecer.=Kecerahan
Kec.=Kecepatan Pasut = Pasang surut VLC = Kecepatan longshore current
Elevasi = Elevasi kontur pantai
Cat.2 Rerata dilakukan (dihitung) hanya pada lokasi yang sama
Cat.3 Data yang dicantumkan adalah data lapangan yang telah dikoreksi
Cat.3 Gunakan dua angka di belakang koma
2. Bab III. Pembahasan
Bahaslah hasil yang didapatkan berdasarkan pengetahuan/informasi yang dimiliki maupun berdasarkan
gagasan/ide yang timbul melalui pertanyaan penuntun pada modul praktikum ini. Pembahasan dapat
dibantu secara visual dengan bantuan grafik dan atau gambar lainnya. Pembahasan seharusnya didukung
berdasarkan pustaka yang relevan namun bukan dari modul kuliah atau modul praktikum.
3. Lampiran
Pada saat praktikum di lapangan, tabel data dibuat pada satu lembar kertas folio bergaris dalam bentuk
memanjang. Pada laporan praktikum, bila harus dipotong, maka tabel dapat dibuat seperti contoh di
bawah ini.
Tabel data mentah
Sta. Jam Sal.
(0/00)
Suhu
(0C)
Kedalaman (D) Bias kedalaman
r (cm) α (0) Cos α z (cm) Dbd (cm) Dd (cm) %
1
2
…
Rerata
Catatan:
r = panjang tali sebenarnya di bawah permukaan air
α = sudut yang dibentuk antara x dan r atau antara z dan r
z = kedalaman perairan yang telah dikoreksi
bd = belum dikoreksi
d = telah dikoreksi
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan vii
lanjutan…
Kecerahan (Secchi Disk/SD) Bias SD
Sta. Jam r1
(cm) α1
(0)
Cos α1 z1
(cm)
r2
(cm)
α2
(0)
Cos
α2
z2
(cm)
SDbd
(cm)
SDd
(cm)
%SD
(%) %
1
2
…
Rerata – – – – – – – – –
Catatan:
r = panjang tali sebenarnya di bawah permukaan air
α = sudut yang dibentuk antara z dan r
z = kedalaman SD dikoreksi
1 = jarak SD dari permukaan air yang dicelupkan sampai batas pertama kali SD tidak terlihat
2 = jarak SD dari permukaan air yang ditarik dari dasar sampai batas pertama kali SD terlihat
bd = belum dikoreksi
d = dikoreksi
lanjutan…
Sta. Jam Arus Permukaan Bias Arus
r (cm) α (0) Sin α y (cm) Waktu (detik) Vbd (m/detik) Vd (m/detik) Arah (
0) %
1
2
…
Rerata – – – – – – –
Catatan:
r = panjang tali dari tangan pengamat sampai permukaan air
α = sudut yang dibentuk antara (y) dan (r) y = panjang tali yang sudah terkoreksi (jarak dari pengamat sampai tempat dimana botol berada)
V = Kecepatan
bd = belum dikoreksi
d = dikoreksi
lanjutan…
Bias Pasut Sta. Jam Pasut Lapangan Pasut Tabel Pasut dari Internet
SPD-SPP SPS-SPP
Awal
(cm)
Akhir
(cm)
Selisih
(cm)
Awal
(cm)
Akhir
(cm)
Selisih
(cm)
Awal
(cm)
Akhir
(cm)
Selisih
(cm) % %
1
2
…
Rerata –
Catatan: SPD = Selisih pasut dari DISHIDROS (Pasut Tabel) (cm)
SPS = Selisih pasut dari SEA LEVEL STATION MONITORING FACILITY (cm)
SPP = Selisih pasut dari percobaan (Pasut Lapangan) (cm)
lanjutan…
Sta. Jam Elevasi Pantai Longshore Current
Jarak (x) Tinggi (y) y/x Arc tg α (0) Jarak (m) Waktu (s) V (m/s)
1
2
…
Rerata – – – – – –
Catatan: V = kecepatan arus menyusur pantai
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 1
I. SALINITAS
Alat: refraktometer, pipet, tisu, dan kalkulator. Bahan: air tawar dan air laut
Metode pengukuran:
a. Buka penutup kaca refraktometer. Ambil beberapa tetes air dengan menggunakan pipet tetes,
teteskan pada bagian atas kaca refraktometer (prisma) sampai memenuhi seluruh bagian prisma.
b. Lalu tutup kacanya pelan-pelan dengan penutup prisma.
c. Pada saat ditutup, seluruh air contoh harus menutupi prisma.
d. Arahkan prisma refraktometer menghadap cahaya yang cukup terang. Lihat perubahan salinitas
melalui lensa yang terletak pada bagian belakang refraktometer.
e. Nilai salinitas ditunjukkan pada suatu skala yang ditunjukkan oleh suatu garis perbatasan antara
warna biru dan putih pada refraktometer. Nilai salinitas terletak di sebelah kanan skala dengan
satuan 0/00.
f. Bila selesai mengukur salinitas, maka buka penutup prisma refraktometer, lalu bilas prisma dan
bagian dalam penutupnya dengan air tawar dengan posisi prisma miring ke depan. Setelah itu
prisma dan bagian dalam penutup prisma dilap dengan menaruh tisu di atas prisma lalu ditutup
dengan penutup prisma, sehingga tisu diapit diantara prisma dan penutup prisma. Pada posisi
tertutup tersebut, tarik tisu pelan-pelan menjauhi refraktometer. Ulangi lagi bila prisma dan
penutupnya belum kering.
g. Pada pengambilan selanjutnya, sebelum sampel ditaruh pada prisma, sampel air diambil dan
dibuang berkali-kali dengan menggunakan pipet, sehingga pipet tersebut diharapkan bebas dari
pengaruh salinitas sebelumnya.
a. b. c.
d. e. f.
Gambar. 1. Metode pengukuran salinitas
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 2
h. Pada daerah estuari dan laut di titik/lokasi/stasiun yang sama, ukur salinitas setiap 30 menit.
i. PERHATIAN! Bagian yang boleh terkena air hanya bagian prisma dan bagian dalam penutupnya,
selain dari bagian-bagian itu tidak boleh terkena air.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari salinitas?
b. Metode apa yang digunakan pada penggunaan refraktometer sehingga perubahan salinitas dapat
diketahui? Jelaskan mengapa anda menyebut metode tersebut.
c. Mengapa garis perbatasan antara warna biru dan putih pada refraktometer bisa naik dan turun?
d. Bagaimana perubahan salinitas yang anda ukur dari perairan tawar sampai laut? Mengapa bisa
demikian?
e. Bagaimana perubahan salinitas berdasarkan waktu pada suatu titik/stasiun yang sama? Mengapa
demikian?
f. Apakah nilai salinitas yang anda ukur berbeda dengan pengamatan teman anda pada waktu yang
sama? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
g. Apakah kelebihan dan kelemahan menggunakan refraktometer?
h. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengukur salinitas, apa kelebihan dan
kelemahannya?
i. Pilih tiga nilai salinitas yang berbeda pada perairan estuari atau laut berdasarkan pengukuran yang
anda lakukan, dari nilai tersebut carilah konsentrasi a). klorida, b). sodium, c).sulfat, d).
magnesium, e). kalsium, f). nilai klorinitas bila diketahui pada saat salinitas = 35,170/00,
konsentrasi Cl-= 19,35
0/00, K
+=0,39
0/00, SO4
2-=2,71
0/00, Mg
2+= 1,28
0/00, Ca
2+=0,41
0/00.
j. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi salinitas perairan berdasarkan a).waktu, b). lokasi?
Jelaskan.
k. Apakah hubungan antara salinitas dengan densitas laut?
l. Apakah hubungan antara perubahan salinitas perairan dengan metabolisme organisme laut yang
a).stenohalin, b).eurihalin
m. Apakah kaitan antara salinitas dengan tekanan osmotik pada organisme laut? Jelaskan dan berikan
contohnya!
n. Apakah gunanya mengetahui salinitas perairan dalam lingkup oseanografi dan budidaya perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 3
II. TEMPERATUR/SUHU
Alat: termometer analog, kalkulator, dan data suhu permukaan laut dari dari ECMWF (European
Center for medium Range Forecast) yang diunduh dari http://data-
portal.ecmwf.int/data/d/interim_daily/. Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Pegang hanya bagian atas termometer.
b. Celupkan seluruh termometer dimana bagian berskala menghadap mata pengamat.
c. Diamkan termometer dalam air minimal dua menit, lalu amati perubahan cairan dalam kolom
termometer.
d. Garis perbatasan antara cairan alkohol (berwarna merah) atau cairan raksa (berwarna perak)
dengan kolom yang kosong menunjukkan nilai temperatur saat itu.
e. Pada saat pengukuran, termometer tidak boleh diangkat dari kolom air.
f. Pada daerah estuari dan laut di titik/lokasi/stasiun yang sama, ukur suhu perairan setiap 30 menit.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari suhu?
b. Gambarkan termometer analog dan tuliskan bagian-bagiannya. Gambarkan juga cara mengukur
suhu dengan menggunakan termometer analog.
c. Berdasarkan cairannya, ada berapa macam termometer analog, apakah perbedaan, kelebihan, dan
kelemahan dari tiap jenis cairan tersebut?
d. Metode apa yang digunakan pada penggunaan termometer analog tersebut? Jelaskan.
e. Mengapa cairan pada termometer bisa naik dan turun?
f. Mengapa saat mengukur suhu, termometer tidak boleh diangkat dari kolom air?
g. Apakah kelebihan dan kekurangan menggunakan termometer seperti yang anda gunakan?
h. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengukur suhu, apa kelebihan dan
kelemahannya?
i. Pilihlah 10 suhu perairan yang anda dapatkan dalam praktikum ini, ubahlah dalam satuan 0F,
0R,
dan 0K.
j. Bagaimana perubahan suhu dari perairan tawar sampai laut? Mengapa bisa demikian?
k. Bagaimana perubahan suhu yang anda ukur berdasarkan perubahan waktu pada titik/lokasi/stasiun
yang sama? Mengapa demikian?
l. Apakah nilai suhu yang anda ukur berbeda dengan pengamatan teman anda pada waktu yang
sama? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
m. Apakah terjadi perbedaan nilai suhu antara yang anda ukur dengan suhu yang diperoleh dari situs
internet http://data-portal.ecmwf.int/data/d/interim_daily/ pada hari yang sama? Mengapa?
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 4
n. Situs internet apa lagi yang dapat digunakan untuk memperoleh data suhu selain dari yang telah
dituliskan pada modul ini? Jelaskan bagaimana cara mengunduhnya hingga menampilkan data
suhu harian pada bulan ini. Jadikan salah satu wilayah di NTT sebagai contoh kasus.
o. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi suhu permukaan perairan berdasarkan a).waktu, b).
lokasi? Jelaskan.
p. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi suhu kolom perairan yang lebih dalam berdasarkan
a).waktu, b). lokasi? Jelaskan
q. Mengapa makin dalam kolom perairan, umumnya suhu perairan menjadi menurun?
r. Apakah hubungan antara suhu dengan salinitas laut?
s. Apakah hubungan antara suhu dengan densitas laut?
t. Diantara faktor salinitas dan suhu, faktor manakah yang sangat mempengaruhi densitas laut?
Mengapa?
u. Apakah hubungan antara perubahan suhu lingkungan dengan metabolisme organisme laut yang
a).poikilotermik, b).homeotermik
v. Apakah gunanya mengetahui suhu perairan dalam lingkup oseanografi dan budidaya perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 5
III. KEDALAMAN PERAIRAN
Alat: tali berskala, pemberat, busur derajat, dan kalkulator. Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Pemberat ( ) diikat dengan tali berskala (r). Pada bagian atas
dihubungkan dengan bagian titik pusat busur derajat. Pada
titik yang sama dari busur tersebut dihubungkan dengan tali
pendek (x) yang telah diberi pemberat ( ).
b. Pengukuran diusahakan dilakukan pada saat perairan tenang
dan cuaca yang cerah.
c. Pemberat diturunkan sampai menyentuh dasar perairan, pada saat itu tali dalam keadaan kendur.
Tarik tali pelan-pelan secara halus sampai tali terasa tegang. Saat pertama kali tali terasa tegang,
maka hal tersebut menunjukkan pemberat telah berada di dasar perairan dan menunjukkan
kedalaman perairan.
d. Tarik lagi tali tersebut beberapa cm dari dasar perairan lalu turunkan lagi sampai menyentuh dasar.
e. Tarik kembali tali pelan-pelan secara halus sampai tali terasa tegang. Saat pertama kali tali terasa
tegang, maka hal tersebut menunjukkan pemberat telah berada di dasar perairan dan kondisi tali
yang telah menjadi tegang menunjukkan kedalaman perairan.
f. Lihat sudut (α) pada busur derajat yang dibentuk antara (r) dan (x) kemudian sudut tersebut
dicatat.
g. Ukur panjang tali dari permukaan air sampai dasar perairan dengan menggunakan alat ukur
panjang.
h. Untuk mengetahui kedalaman perairan yang telah dikoreksi/sebenarnya (z), maka menggunakan
faktor koreksi dimana rumusnya adalah
Faktor koreksi: (z)
cosα=(r)
(3.1)
, sehingga (z)=(r)×cosα (3.2)
dimana (r) = panjang tali sebenarnya di bawah permukaan air (cm)
(z) = kedalaman perairan yang telah dikoreksi (cm)
α = sudut yang dibentuk antara x dan r atau antara z dan r
i. Pada wilayah estuari di titik/lokasi/stasiun yang sama, ukur kedalaman perairan setiap 30 menit.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari kedalaman perairan?
b. Gambarkan tali berskala serta pemberatnya dan tuliskan bagian-bagiannya. Gambarkan juga cara
mengukur kedalaman perairan dengan menggunakan alat tersebut.
c. Metode apa yang digunakan pada pengukuran kedalaman perairan ini? Jelaskan.
α x
Udara
r z Air
Gambar 2. Metode pengukuran
kedalaman perairan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 6
d. Bagaimana perubahan kedalaman dari perairan tawar sampai laut? Mengapa demikian?
e. Bagaimana perubahan kedalaman berdasarkan waktu pada titik/lokasi yang sama? Mengapa
demikian?
f. Apakah nilai kedalaman perairan yang anda ukur berbeda dengan pengamatan teman anda pada
waktu yang sama? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
g. Baca kembali proses c-e pada bagian metode, mengapa pemberat sebaiknya diturunkan dan ditarik
sebanyak dua kali?
h. Sampai pada batas yang dapat anda lihat, bagaimana hubungan kedalaman perairan dengan kondisi
substrat/dasar/sedimen perairan pada lokasi yang berbeda?
i. Hitung kedalaman perairan bila tidak memasukkan faktor koreksi. Berapa persenkah
bias/penyimpangannya? Apakah nilai bias/ penyimpangannya tidak selalu sama atau selalu sama
pada tiap titik dan atau waktu? Mengapa demikian?
Catatan: untuk menghitung bias:
( )d bd
d
D -DBias= ×100%
D (3.3)
dimana Dd = nilai kedalaman perairan yang telah dikoreksi (cm)
Dbd = nilai kedalaman perairan yang belum dikoreksi (cm)
j. Apakah kelebihan dan kelemahan metode ini?
k. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengetahui kedalaman perairan, apa
kelebihan dan kelemahannya?
l. Bagaimana hubungan antara kedalaman perairan dengan salinitas perairan?
m. Bagaimana hubungan antara kedalaman perairan dengan temperatur perairan?
n. Bagaimana hubungan antara kedalaman perairan dengan kecerahan perairan?
o. Bagaimana hubungan antara kedalaman perairan dengan kecepatan dan arah arus perairan?
p. Bagaimana hubungan antara kedalaman perairan dengan kondisi substrat/sedimen/dasar perairan?
q. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kedalaman berdasarkan a).waktu, b). lokasi?
r. Apakah gunanya mengetahui kedalaman perairan dalam lingkup oseanografi dan budidaya
perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 7
IV. KECERAHAN PERAIRAN
Alat: keping secchi (secchi disk/SD), tali berskala interval 50 cm, pemberat, busur derajat, kalkulator.
Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Bagian tengah keping secchi dihubungkan dengan tali (r). Pada
bagian bawah keping diberi pemberat. Pada bagian atas
dihubungkan dengan bagian titik pusat busur derajat (pertemuan
antara garis 00/180
0 dan 90
0). Pada bagian yang sama dari busur
tersebut dihubungkan dengan tali pendek (x) yang telah diberi
pemberat ( ).
b. Pengukuran dilakukan pada saat perairan tenang dan cuaca yang
cerah. Usahakan SD tidak terhalang oleh bayangan apapun.
c. Celupkan SD ke dalam air sampai SD tidak dapat dilihat. Pada
saat pertama kali SD tidak dapat dilihat, maka proses
penguluran tali segera dihentikan.
d. Lihat sudut (α) pada busur derajat yang dibentuk antara (r) dan
(x) kemudian sudut tersebut dicatat.
e. Ukur panjang tali dari permukaan air sampai SD lalu hasil
pengukuran dicatat.
f. Setelah itu celupkan SD sampai tidak terlihat, ulurkan tali beberapa cm lebih dalam.
g. Tarik SD yang tidak terlihat dari kedalaman tertentu ke atas sampai pertama kali keping SD
terlihat. Pada saat pertama kali SD dapat dilihat, maka proses penarikan tali segera dihentikan.
h. Lakukan proses d. dan e.
i. Untuk mengetahui kedalaman SD dikoreksi/sebenarnya (z), maka menggunakan faktor koreksi
dimana rumusnya adalah
Faktor koreksi: (z)
cosα=(r)
(4.1)
, sehingga (z)=(r)×cosα (4.2)
dimana (r) = panjang tali sebenarnya di bawah permukaan air (cm)
(z) = kedalaman SD dikoreksi (cm)
α = sudut yang dibentuk antara x dan r atau antara z dan r
j. Untuk mengetahui kedalaman SD, maka menggunakan rumus
( )1 2z +zSD=
2 (4.3)
dimana SD = (secchi depth) kedalaman secchi (cm)
z1 = jarak SD dari permukaan air yang dicelupkan sampai batas pertama kali SD tidak
terlihat (cm)
α x Udara
r z
Air
Gambar 4. Metode pengukuran
kecerahan air
Busur derajat
Gambar 3. Secchi disk
Tali Keping
bundar yang
dicat hitam
Pemberat
Keping
bundar yang
dicat putih
Penjepit
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 8
z2 = jarak SD dari permukaan air yang ditarik dari dasar sampai batas pertama kali SD
terlihat (cm)
k. Untuk mengetahui persentase kecerahan perairan, maka menggunakan rumus:
d
SD%SD= ×100%
z (4.4)
dimana %SD = persentase kecerahan kedalaman secchi (%)
SD = (secchi depth) kedalaman secchi (cm)
zd = kedalaman dasar perairan yang diukur dari lapisan permukaan perairan (cm)
l. Pada daerah estuari dan laut di titik/lokasi/stasiun yang sama, ukur kecerahan air setiap 30 menit.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari kecerahan?
b. Metode apa yang digunakan pada penggunaan SD? Jelaskan.
c. Bagaimana perubahan SD dari perairan tawar – laut? Mengapa demikian?
d. Bagaimana perubahan SD berdasarkan waktu pada titik/lokasi yang sama? Mengapa demikian?
e. Apakah nilai kecerahan yang anda ukur berbeda dengan pengamatan teman anda pada waktu yang
sama? Bila berbeda mengapa?
f. Mengapa saat pengukuran SD sebaiknya dilakukan sebanyak dua kali (menghitung z1 dan z2)?
g. Mengapa pengukuran SD harus dilakukan saat air tenang dan cuaca yang cerah?
h. Apakah artinya bila SD yang dicelupkan makin dalam? Dan apa pula artinya bila SD makin
dangkal? Mengapa?
i. Hitung SD bila tidak memasukkan faktor koreksi. Berapa persenkah bias/penyimpangannya?
Apakah nilai bias/ penyimpangannya tidak selalu sama atau selalu sama pada tiap titik dan atau
waktu? Mengapa demikian?
Catatan: untuk menghitung bias:
( )d bd
d
SD -SDBias= ×100%
SD (4.5)
dimana SDd = nilai kecerahan air yang telah dikoreksi (cm)
SDbd = nilai kecerahan air yang belum dikoreksi (cm)
j. Apakah kelebihan dan kelemahan metode ini?
k. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kecerahan perairan berdasarkan a).waktu, b). lokasi?
Jelaskan.
l. Apakah hubungan antara kecerahan perairan dengan kekeruhan (turbiditas) perairan?
m. Apakah gunanya mengetahui kecerahan perairan dalam lingkup oseanografi dan budidaya
perairan?
Catatan
Gunakan prinsip segitiga dan trigonometri dalam menentukan titik tengah lingkaran saat membuat
keping SD.
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 9
V. KECEPATAN DAN ARAH ARUS PERMUKAAN PERAIRAN
Alat: Botol air plastik ukuran volume 1,5 l, tongkat kayu dengan panjang 1 m, bola pingpong,
pemberat, tali berskala, stopwatch, kompas, busur derajat, dan kalkulator. Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Masukkan pasir atau batu atau air kedalam botol air sampai bila
botol tersebut dicelupkan ke dalam air, hanya dari mulai bagian
leher botol atau tutupnya yang terlihat di atas permukaan air. Cara
lain, ikat pemberat pada tongkat sampai bila dimasukkan ke dalam
air, tongkat yang muncul hanya sekitar 10 cm diatas permukaan air.
Cara lain, masukkan sedikit air ke dalam bola pingpong. Setelah itu
botol/tongkat/bola tersebut diikat tali berskala. Pada bagian atas tali
dihubungkan dengan busur derajat yang telah diberi pemberat ( ).
b. Bila air mengalir dari sebelah kiri ke arah kanan pengamat, maka taruh botol/tongkat/bola tersebut
sekitar 1m di sebelah kiri pengamat, demikian juga sebaliknya. Tali dalam posisi dikendurkan
(diulur).
c. Pada saat menaruh botol/tongkat/bola, jangan dilakukan dengan melempar ke dalam air, namun
taruh secara pelan.
d. Pada saat botol/tongkat/bola berada tepat di hadapan pengamat, maka nyalakan stopwatch
sementara tali botol/tongkat/bola tetap diulurkan sampai jarak tali yang telah ditentukan oleh
pengamat. Setelah botol/tongkat/bola terbawa beberapa meter ke sebelah kanan pengamat, maka
hentikan penguluran tali, lalu tunggu sampai tali tersebut cukup tegang.
e. Pada saat pertama kali tali menjadi tegang, maka stopwatch langsung dihentikan.
f. Ukur panjang tali (r), ukur sudut yang dibentuk antara tali dengan pengamat (α), kemudian dicatat.
g. Untuk mengetahui jarak sebenarnya yang ditempuh botol/tongkat/bola, gunakan faktor koreksi,
dimana rumusnya adalah
Faktor koreksi: (y)
Sinα=(r)
(5.1)
, sehingga (y)=(r)×Sinα . (5.2)
dimana (r) = panjang tali dari tangan pengamat sampai permukaan air (cm)
(y) = panjang tali yang sudah terkoreksi (jarak dari pengamat sampai tempat dimana botol
berada) (cm)
α = sudut yang dibentuk antara (y) dan (r)
h. Pada rumus kecepatan, y dirubah menjadi s. Untuk mengetahui kecepatan arus, menggunakan
rumus:
Kecepatan s
V=t
(5.3)
α Udara
r
y Air
Gambar 5. Metode
pengukuran kecepatan
dan arah arus
Busur derajat
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 10
dimana V = kecepatan (m/detik)
s = jarak tempuh dari pengamat sampai tempat dimana botol berada (m)
t = waktu tempuh pergerakan botol dari pengamat sampai jarak tertentu (detik)
i. Untuk mengetahui arah arus, bidik kompas pada botol/tongkat/bola, lalu lihat angka derajat pada
kompas.
j. Pada daerah estuari dan laut di titik/lokasi/stasiun yang sama, ukur kecepatan dan arah arus setiap
30 menit.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari a). kecepatan, b). arah, c). arus?
b. Metode apa yang digunakan pada pengukuran kecepatan arus ini? Jelaskan.
c. Bagaimana perubahan kecepatan arus dari perairan tawar – laut? Mengapa demikian?
d. Bagaimana perubahan kecepatan arus berdasarkan waktu pada titik/lokasi yang sama? Mengapa
demikian?
e. Apakah nilai kecepatan arus yang anda ukur berbeda dengan pengamatan teman anda pada waktu
yang sama? Mengapa?
f. Apakah penggunaan media yang berbeda (botol plastik, tongkat, dan bola pingpong) menghasilkan
nilai kecepatan arus yang berbeda pada waktu dan lokasi yang sama? Mengapa?
g. Secara konvensional, apa kelebihan dan kekurangan mengukur arus perairan dengan menggunakan
a) bola pingpong, b) botol plastik volume 1,5 lt, c) tongkat kayu 1 m, d) floating dredge
h. Hitung kecepatan arus bila tidak memasukkan faktor koreksi. Berapa persenkah
penyimpangannya? Apakah biasnya tidak selalu sama atau selalu sama pada tiap titik dan waktu?
Mengapa demikian?
Catatan: untuk menghitung bias:
( )d bd
d
V -VBias= ×100%
V (5.4)
dimana Vd = nilai kecepatan arus yang telah dikoreksi (m/detik)
Vbd = nilai kecepatan arus yang belum dikoreksi (m/detik)
i. Apakah kelebihan dan kelemahan metode ini?
j. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan dan arah arus, apa
kelebihan dan kelemahannya?
k. Bagaimana hubungan antara kecepatan arus air dengan lebar badan air atau luas areal perairan?
l. Bagaimana hubungan antara kecepatan arus air dengan kondisi substrat/sedimen/dasar perairan?
m. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi kecepatan dan arah arus perairan berdasarkan a).waktu,
b). lokasi? Jelaskan.
n. Organisme laut apa saja yang a).dapat dan b).tidak dapat melawan kecepatan arus laut?
o. Apa gunanya mengetahui kecepatan dan arah arus perairan dalam lingkup oseanografi dan
budidaya perairan?
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 11
VI. PASANG SURUT
Alat: tongkat/papan berskala/palem dengan panjang minimal 1,5 meter, selang bening, data pasang
surut dari DISHIDROS (Dinas Hidro Oseanografi), data pasang surut dari SEA LEVEL STATION
MONITORING FACILITY yang diunduh dari http://www.ioc-sealevelmonitoring.org/ dan
kalkulator. Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Tempelkan/ikat selang pada papan berskala.
b. Tancapkan papan berskala pada dasar perairan yang cukup tenang
dengan posisi papan tegak lurus dasar perairan.
c. Amati naik turunnya air dengan melihat air yang ada dalam selang
dan sejajar dengan skala pada papan tersebut. Ukur setiap 30
menit. Catat waktu pengamatan dan tinggi muka air tersebut.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari pasang surut air laut?
b. Metode apa yang digunakan pada pengukuran pasang surut perairan ini? Jelaskan.
c. Bagaimana perubahan pasang surut berdasarkan waktu pada titik/lokasi/stasiun yang sama?
Mengapa demikian?
d. Apakah perubahan naik turunnya muka air pada pengamatan anda memiliki hasil yang sama
dengan teman anda? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
e. Apakah selisih pasang surut selalu sama pada titik/lokasi yang sama bila diukur setiap 30 menit?
Mengapa?
f. Bandingkan perubahan/selisih data pasut anda dengan data pasut dari DISHIDROS pada waktu
yang sama, apakah ada penyimpangan? Bila ada, maka berapa persen penyimpangannya? Mengapa
bisa berbeda?
Catatan: untuk menghitung bias:
a) t t-1SPD=P -P (6.1)
dimana SPD = Selisih pasut dari DISHIDROS (Pasut Tabel) (cm)
Pt = Nilai pasut terakhir yang diukur (cm)
Pt-1 = Nilai pasut pada saat satu jam sebelum pengukuran pasut terakhir (cm)
b) t t-1SPS=P -P (6.2)
dimana SPS = Selisih pasut dari SEA LEVEL STATION MONITORING FACILITY (cm)
Pt = Nilai pasut terakhir yang diukur (cm)
Pt-1 = Nilai pasut pada saat satu jam sebelum pengukuran pasut terakhir (cm)
Udara
Air
Gambar 6. Metode
pengukuran pasang surut
Selang bening
Skala
Palem
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 12
c) t t-1SPP=P -P (6.3)
dimana SPP = Selisih Pasut Percobaan (Pasut Lapangan)
Pt = Nilai pasut terakhir yang diukur (cm)
Pt-1 = Nilai pasut pada saat satu jam sebelum pengukuran pasut terakhir (cm)
( )SPD-SPPBias= ×100%
SPD (6.4)
( )SPS-SPPBias= ×100%
SPS (6.5)
dimana SPD = Selisih pasut dari DISHIDROS (Pasut Tabel) (cm)
SPS = Selisih pasut dari SEA LEVEL STATION MONITORING FACILITY (cm)
SPP = Selisih pasut dari percobaan (Pasut Lapangan) (cm)
g. Apakah terjadi perbedaan nilai pasang surut antara yang anda ukur dengan suhu yang diperoleh
dari situs internet dan DISHIDROS pada hari yang sama? Mengapa?
h. Apakah kelebihan dan kelemahan dari masing-masing metode ini?
i. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengetahui pasang surut perairan, apa
kelebihan dan kelemahannya?
j. Situs internet apa lagi yang dapat digunakan untuk memperoleh data pasang surut selain dari yang
telah dituliskan pada modul ini? Jelaskan bagaimana cara mengunduhnya hingga menampilkan
data pasang surut pada bulan ini. Jadikan salah satu wilayah di NTT sebagai contoh kasus.
k. Apakah tipe pasang surut di Kupang?
l. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mendapat nilai dan tipe pasang surut secara tepat?
m. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi pasang surut perairan berdasarkan a).waktu, b). lokasi?
n. Bagaimana hubungan antara proses pasang surut dengan salinitas perairan pada lokasi yang sama?
o. Bagaimana hubungan antara proses pasang surut dengan kecerahan perairan pada lokasi yang
sama?
p. Bagaimana hubungan antara proses pasang surut dengan kecepatan dan arah arus perairan pada
lokasi yang sama?
q. Bagaimana hubungan antara proses pasang surut dengan kedalaman perairan pada lokasi yang
sama?
r. Apakah pasang surut dapat digolongkan sebagai arus? Jelaskan
s. Sebutkan beberapa organisme laut yang hidupnya sangat tergantung dengan proses pasang surut!
t. Apakah gunanya mengetahui pasang surut perairan dalam lingkup oseanografi dan budidaya
perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 13
VII. ELEVASI KONTUR PANTAI
A. Alat: tongkat/pipa 1 m dua buah,tali berskala,busur derajat, penggaris/meteran, dan kalkulator.
Bahan: sedimen pantai.
Metode pengukuran 1:
a. Pengamat mengukur elevasi
pantai mulai dari sand dune
(gundukan pasir tertinggi akibat
pengaruh angin dan air) sampai
bibir pantai (batas antara
wilayah pantai yang terkena
hempasan gelombang dan yang
tidak terkena hempasan
gelombang).
b. Pengamat membuat satu garis lurus dari sand dune ke arah bibir pantai.
c. Garis lurus tersebut tegak lurus bibir pantai.
d. Pengamat menancapkan dua tongkat dengan interval antara 1 m - 5 m (x) mengikuti jalur garis
lurus yang sudah dibuat.
e. Gunakan tali (x) dan busur derajat untuk memastikan bahwa jarak yang dibuat adalah 1 meter dan
tegak lurus terhadap tongkat (membentuk sudut 900 antara tongkat dan tali).
f. Ukur ketinggian pantai pada setiap interval (y). Untuk mengetahui ketinggian pantai, maka tarik
tali (x) dari bagian bawah pada tongkat I tegak lurus pada bagian tongkat II. Jarak dari tali pada
bagian tongkat II ke dasar pantai adalah ketinggian yang diukur (y). Lakukan hal yang sama pada
tongkat II ke III dan seterusnya sampai bibir pantai.
g. Hitung sudut yang dibentuk pada setiap interval. Gunakan rumus
(y)
tgα=(x)
(7.1)
untuk mendapat nilai α, gunakan rumus
-1y y
α=arc tgα=arc ( )=tan ( )x x
(7.2)
dimana (y) = ketinggian pantai yang diukur dari dasar sampai batas tali (cm)
(x) = jarak antara dua tongkat yang diukur secara tegak lurus terhadap tongkat = 100 cm.
α = sudut yang dibentuk antara (x) dengan dasar pantai
h. Ulangi prosedur d.- g. sampai bibir pantai.
i. Lakukan prosedur a. - g. pada garis lurus lainnya sebanyak 10 kali dengan jarak antar jalur adalah
5 m.
j. Bandingkan rata-rata kemiringan pantai yang anda ukur dengan klasifikasi berikut
x
Sand dune x
y
x
Gambar 7. Metode pengukuran elevasi kontur pantai
Bibir Pantai
Laut
I
II
III IV
900 α)
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 14
a. Pantai landai tingkat 1: kemiringan 00 - 30
0
b. Pantai landai tingkat 2: kemiringan 300 - 45
0
c. Pantai landai tingkat 3: kemiringan 450 - 60
0
d. Pantai terjal/curam: kemiringan > 600
B. Alat: tongkat/pipa 1 m dua buah, tali, busur derajat dua buah, selang berisi air, penggaris, kalkulator.
Bahan: sedimen pantai dan air tawar/laut.
Catatan: lakukan metode ini pada lokasi/titik yang sama dengan Metode pengukuran 1.
Metode pengukuran 2:
a. Pengamat mengukur elevasi pantai
mulai dari sand dune (gundukan
pasir tertinggi akibat pengaruh
angin dan air) sampai bibir pantai
(batas antara wilayah pantai yang
terkena hempasan gelombang dan
yang tidak terkena hempasan
gelombang).
b. Pengamat membuat satu garis lurus
dari sand dune ke arah bibir pantai.
c. Garis lurus tersebut tegak lurus bibir pantai.
d. Pengamat menancapkan dua tongkat dengan interval antara 1 m - 5 m (x) mengikuti jalur garis
lurus yang sudah dibuat.
e. Gunakan tali (x) dan dua busur derajat untuk memastikan kedudukan kedua tongkat tegak lurus
terhadap tali (membentuk sudut 900 antara tongkat dan tali).
f. Tarik selang yang telah berisi air sesuai jarak antara kedua tongkat. Tempelkan selang tersebut
pada kedua tongkat hingga membentuk seperti huruf U atau V, dimana salah satu bagian selang
menempel pada tongkat I, dan bagian lainnya menempel pada tongkat II.
g. Perhatikan meniskus air (batas antara air dan udara dalam selang) pada kedua tongkat tersebut dan
beri tanda.
h. Pada tongkat I, ukur ketinggian dari meniskus sampai dasar pantai, nyatakan dengan y1.
i. Pada tongkat II, ukur ketinggian dari meniskus sampai dasar pantai, nyatakan dengan y2.
j. Untuk mendapat ketinggian sebenarnya dari dasar pantai pada tongkat I ke dasar pantai pada
tongkat II, maka hitung selisih y1 dan y2 yang dinyatakan sebagai Y. Gunakan rumus
Y=y2-y1 (7.3)
dimana Y = selisih antara ketinggian dari meniskus ke dasar pantai pada tongkat II dan tongkat I
(cm)
y2 = ketinggian dari meniskus ke dasar pantai pada tongkat II (cm)
y1 = ketinggian dari meniskus ke dasar pantai pada tongkat I (cm)
y1
x
y2
Gambar 8. Metode pengukuran elevasi kontur pantai
sejajar
air
selang
II
I
Laut Bibir pantai
busur derajat
batas air/meniskus
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 15
k. Hitung sudut yang dibentuk pada setiap interval. Gunakan rumus
(Y)
tgα=(x)
(7.4)
untuk mendapat nilai α, gunakan rumus
-1Y Y
α=arc tgα=arc ( )=tan ( )x x
(7.5)
dimana (Y) = ketinggian pantai yang diukur dari dasar sampai batas tali (cm)
(x) = jarak antara dua tongkat yang diukur secara tegak lurus terhadap tongkat (cm).
α = sudut yang dibentuk antara (x) dengan dasar pantai
l. Ulangi prosedur d.- k. sampai bibir pantai.
m. Lakukan prosedur a. - k. pada garis lurus lainnya sebanyak 10 kali dengan jarak antar jalur
(interval) antara 1 m - 5 m.
n. Bandingkan rata-rata kemiringan pantai yang anda ukur dengan klasifikasi seperti pada Metode
pengukuran 1 huruf j.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari a). elevasi , b). kontur, c). profil, d). curam/terjal, e). landai, f). datar?
b. Metode apa yang digunakan pada pengukuran profil pantai ini pada a). metode 1, b). metode 2?
Jelaskan jawaban anda.
c. Gambarkan profil pantai yang anda amati baik pada metode 1 dan metode 2! Termasuk pada
klasifikasi yang manakah kemiringan pantai yang anda ukur?
d. Bagian mana pada profil pantai yang paling terjal/curam? Mengapa bisa curam? Bagian mana yang
paling landai? Mengapa bisa landai?
e. Apakah perubahan profil pantai di lokasi/titik yang sama pada kedua metode tersebut berdasarkan
pengamatan anda memiliki hasil yang sama? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
f. Apakah perubahan profil pantai pada pengamatan anda pada metode yang sama memiliki hasil
yang sama dengan teman anda? Bila sama mengapa? Bila berbeda mengapa?
g. Diantara kedua metode yang telah anda lakukan, metode manakah yang lebih mudah dilakukan,
mengapa? Mengapa juga metode yang lainnya cukup sulit untuk dilakukan?
h. Apakah kelebihan dan kelemahan pada a). metode 1 dan b). metode 2?
i. Kapan dan atau dimana sebaiknya a). metode 1 digunakan, b). metode 2 digunakan?
j. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengetahui elevasi pantai, apa kelebihan
dan kelemahannya?
k. Faktor apa saja yang dapat merubah elevasi pantai berdasarkan a).waktu, b). lokasi? Jelaskan.
l. Apakah gunanya mengetahui elevasi pantai dalam lingkup oseanografi dan budidaya perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 16
Laut Arah arus
�
1 m
900 5 m
� Pengamat 1 � Pengamat 2
Darat
Gambar 9. Metode pengukuran kecepatan arus
menyusuri pantai
900
a2 b2
b1 a1
VIII. KECEPATAN ARUS MENYUSUR PANTAI
(VELOCITY OF LONGSHORE CURRENT)
Alat: tongkat/pipa 1 m empat buah, busur derajat, tali, botol, penggaris/meteran, pemberat, stopwatch,
pelampung, dan kalkulator. Bahan: air laut
Metode pengukuran:
a. Atur suatu luasan persegi panjang 5 m x 1
m sejajar pantai dengan menggunakan
tongkat yang ditancap pada pasir di tiap
sudut persegi panjang tersebut. Tiap sudut
antara tongkat membentuk sudut 900.
b. Tempatkan Pengamat 1 di belakang lajur a,
Pengamat 2 di belakang lajur b, dan
Pelempar botol di wilayah berair/di laut.
c. Untuk keamanan, maka Pelempar botol
dilengkapi pelampung.
d. Pelempar botol bertugas melempar botol ke arah laut lepas di luar lajur a.
e. Pengamat 1 dan 2 menghitung waktu botol yang di bawa arus diantara lajur a dan b, di hadapan
lajur a dan b.
f. Saat botol berada tepat di hadapan lajur a, nyalakan stopwatch.
g. Saat botol berada tepat di hadapan lajur b, matikan stopwatch.
h. Hitung kecepatan arus menyusur pantai dengan rumus
Kecepatan s
V=t
(8.1)
dimana V = Kecepatan (m/detik)
s = jarak tempuh botol dari lajur a. ke lajur b. (m), dalam hal ini nilai s = 5 m.
t = waktu tempuh pergerakan botol dari lajur a. ke lajur b. (detik)
i. Dalam prakteknya bisa saja botol bergerak dari b ke a, oleh karena itu perlu dicatat juga arah
pergerakan botol, apakah dari a ke b atau sebaliknya, tidak perlu menggunakan kompas.
j. Lakukan sebanyak 10 kali.
k. Amati juga gundukan/tumpukan pasir dan atau lumpur pada pantai tersebut, catat bagian mana
yang lebih menjorok ke arah laut dan bagian mana yang lebih menjorok ke arah darat.
Pertanyaan:
a. Apakah definisi dari longshore current?
b. Metode apa yang digunakan pada pengukuran kecepatan arus menyusuri pantai ini? Jelaskan
c. Bagaimana perubahan arah longshore current berdasarkan waktu pada titik/lokasi yang sama?
Mengapa demikian?
Pelempar
botol
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 17
d. Bagaimana perubahan kecepatan longshore current berdasarkan waktu pada titik/lokasi yang
sama? Mengapa demikian?
e. Apakah arah longshore current yang anda dapatkan berbeda dengan hasil yang diperoleh oleh
teman anda? Mengapa?
f. Apakah kecepatan longshore current yang anda dapatkan berbeda dengan hasil yang diperoleh
oleh teman anda? Mengapa?
g. Gambarkan pengaruh longshore current terhadap bentuk bibir pantai pada wilayah tempat anda
melakukan praktikum. Bagaimana profil bibir pantai sebelum lajur a dan sesudah lajur b?
h. Apakah kelebihan dan kelemahan metode ini?
i. Alat dan metode apa lagi yang dapat digunakan untuk mengetahui longshore current, apa
kelebihan dan kelemahannya?
j. Faktor apa saja yang dapat mempengaruhi longshore current berdasarkan a).waktu, b). lokasi?
Jelaskan.
k. Apakah arah longshore current pada lokasi yang sama dapat berubah berdasarkan waktu?
Mengapa?
l. Apakah akibat longshore current pada waktu yang sama dapat berbeda berdasarkan lokasi?
Mengapa?
m. Apakah pengaruh longshore current terhadap proses sedimentasi?
n. Bagaimana hubungan antara kecepatan dan arah arus air dengan proses sedimentasi lautan?
Apakah pengaruhnya berbeda dengan proses longshore current? Jelaskan.
o. Apakah gunanya mengetahui longshore current dalam lingkup oseanografi dan budidaya perairan?
Catatan
Hak cipta © Pebruari 2008 oleh Lumban Nauli L. Toruan 18
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1988. Diktat kuliah pendidikan survei hidrografi ITB-Pertamina. Kelompok bidang keahlian
kelautan. Bandung: Jurusan Teknik Geodesi-ITB. 630 hlm.
Anonim. 2000. Pengantar Oseanografi. Bandung: Program Studi Oseanografi, Fakultas Ilmu Kebumian
dan Teknologi Mineral, Institut Teknologi Bandung. 273 hlm.
Astanto, T.B. 1999. Pekerjaan Dasar Survei. Kanisius. Yogyakarta.
Azhar I, Tioho H, Pratasik B, FORPPELA Steering Committee. 2003. Panduan Pemantauan Wilayah
Pesisir oleh FORPPELA (I), dalam Koleksi Dokumen Proyek Pesisir 1997-2003, Seri Pemantauan
Wilayah Pesisir. Knight M, Tighe S, editor. USA: Coastal Resources Center, University of Rhode
Island, Narragansett, Rhode Island. 124 hlm
Eckschlager K. 1972. Kesalahan Pengukuran dan Hasil Dalam Analisis Kimia. Mursyidi A, penerjemah.
Jakarta: Ghalia Indonesia. Terjemahan dari: Errors measurement and result in chemical analysis. 237
hlm.
Emery WJ, Thomson RE. 1997. Data Analysis Methods in Physical Oceanography. UK: Elsevier
Science. 634 hlm.
Hadi S, Mihardja DK, Fitriyanto MS, Ali M, Radjawane IM, Susanna. 2001. Petunjuk Praktikum OS-244
Oseanografi Fisika. Bandung: Program Studi Oseanografi, Jurusan Geofisika dan Meteorologi,
Institut Teknologi Bandung.
Head PC, editor. 1985. Practical Estuarine Chemistry: A Handbook. London: Cambridge University
Press. 337 hlm.
Marine Science Special Training Course. 2005. Protocols of Sampling Methods: Oceanography,
planktonology, and microbiology. Bogor: Faculty of Fisheries and Marine Science. IPB.
Michael P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Koestoer YR,
penerjemah. Jakarta: UI press. Terjemahan dari: Ecological Methods for Field and Laboratory
Investigations. 616 hlm.
Ongkosongo OSR, Suyarso, penyunting. 1989. Pasang Surut. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi. 257 hlm.
Pipkin BW, Gorsline DS, Casey RE, Hammond DE. Laboratory Exercises in Oceanography. Edisi ke-2.
New York: W.H Freeman and Company. 257 hlm.
Poerbondono, Djunasjah E. 2005. Survei Hidrografi. Bandung: Refika Aditama.166 hlm.
Wibisono, M.S. 2005. Pengantar Ilmu Kelautan. Jakarta: Grasindo. 226 hlm.
Wright J, Colling A. 1995. Seawater: Its Composition, Properties and Behaviour. Edisi ke-2. The Open
University. England: Pergamon.168 hlm.