modul ii profesionalisme

31
MODUL II KORBAN MASSAL Oleh: KelompOk 1A: DEWI APRAHA ASMIN (110 207 0012) IRAWATI (110 208 0084) ASNI HAERUNNISA(110 211 0004) DZULHIJJAHYANTI(110 211 0032) GABRIYAH HAMZAH (110 211 0045) RIA RESKI K. MOHAMAD (110 211 0069) SYAHID GUNAWAN A (110 211 0073) M. TANTHOWI DARWIS(110 211 0087) DIAN ASRINY AMIN (110 211 0089) AINIL MAKSURA (110 211 0132) DWI PUTRI ARWINI (110 211 0145)

Upload: ai-coryde

Post on 26-Jun-2015

2.468 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Modul ii profesionalisme

MODUL IIKORBAN MASSAL

Oleh: KelompOk 1A:

DEWI APRAHA ASMIN (110 207 0012) IRAWATI (110 208 0084) ASNI HAERUNNISA (110 211 0004) DZULHIJJAHYANTI (110 211 0032) GABRIYAH HAMZAH (110 211 0045) RIA RESKI K. MOHAMAD (110 211 0069) SYAHID GUNAWAN A (110 211 0073) M. TANTHOWI DARWIS (110 211 0087) DIAN ASRINY AMIN (110 211 0089) AINIL MAKSURA (110 211 0132) DWI PUTRI ARWINI (110 211 0145)

Page 2: Modul ii profesionalisme

SKENARIO

KEMBAR SIAM

Kembar siam lahir di manchester 8 agustus 2008. Nama yang sebenarnya tidak di

umumkan, tetapi oleh pengadilan inggris untuk mudahnya diberi nama Mary dan Jodie. Dari

segi medis, kondisi mereka sangat berat. Tulang pinggulnya mereka menempel dan tulang

punggung beserta seliruh bagian bawah tubuh menyambung. Kaki-kaki ada pada tempatnya

dalam posisi silang menyilang. Keadaan itu tampak pada gambar yang dikeluarkan oleh RS

St. Mary’s. Jantung dan paru-paru mary tidak berfungsi, lagi pula otaknya tidak berkembang

penuh. Jodie tampak dalam keadaan fisik normal, tetapi janung dan paru-parunya mendapat

beban berat. Karena harus menyediakan darah beroksigen juga untuk saudaranya. Menurut

para dokter keadaan ini hanya bisa berlangsung tiga sampai enem bulan. Kalau keadaan ini

dibiarkan lebih lama, dua-duanya akan meninggal dunia.

Page 3: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…

Dengan demilian kasus kembar siam ini menimbulkan suatu dilema yang amat memilukan.

Orang tua, staf medis, dan semua pihak yang terlibat dalam kasus ini menghadapi suatu pilihan

yang sangat sulit. Jika Mary dan Jodie tidak di pisahkan, mereka dua-duanya meninggal. Jika

mereka dipisahkan melalui operasi, mary pasti akan mati, karena ia tidak bisa benafas sendiri,

sedangkan jodie mempunyai peluang baik untuk hidup dengan agak normal, walaupun dalam

keadaan cacat dan harus menjalani banyak operasi lagi untuk sedikit demi sedikit

membetullkan kondisi fisiknya.

Orang tua kedua bayi perempuan ini adalah pemeluk agama yang saleh. Mereka

berpendapat, Mary dan Jodie sebaiknya tidak di pisahkan, karena cinta mereka untuk kedua

anak ini sama besarnya. Merka tidak bisa menerima jika yang paling lemah harus di korbankan

kepada yang kuat. Karena itu mereka memilih menyerahkan seluruh masalah ini kepada

kehendak Tuhan. Staf medis di RS Mary’s tidak setuju. Sesuai dengan naluri kedokteranyang

umum, mereka beranggapan bahwa kehidupan yang mungkin tertolong, harus di tolong juga.

Page 4: Modul ii profesionalisme

KLARIFIKASI KATA SULIT

TRIASES.O.PINDIKASI MEDIK

Page 5: Modul ii profesionalisme

PERMASALAHAN

Masalah yang terdapat dalam kasus di atas ialah:

Tidak seimbangnya tenaga medis dengan jumlah

pasien

Semua pasien ingin diutamakan dalam mendapatkan

pelayanan

Pasien mengganti label triase agar lebih dahulu

mendapat pelayanan

Page 6: Modul ii profesionalisme

ANALISIS MASALAH

DILIHAT DARI ASPEK HUMANIORA KEDOKTERAN:

Pada kasus tersebut kami melihat adanya aspek humaniora

kedokteran berupa komunikasi yang dilakukan oleh dokter beserta

tim medis dengan memberI penjelasan melalui pengeras suara

mengenai tujuan pemberian label berwarna pada pasien yang

berdasar pada klasifikasi warna kegawatdaruratan (fungsi Triase)

sesuai dengan standar SOP (Standar Operasional Prosedur). Selain

itu, meskipun telah mengklasifikasikan pasien, dokter tetap tidak

mengesampingkan kondisi pasien yang lain.

Page 7: Modul ii profesionalisme

KAIDAH DASAR BIOETIKA:1. Beneficence Beneficence adalah prinsip moral yang mengutamakan tindakan yang

ditujukan kebaikan pasien atau penyediaan keuntungan dan

menyeimbangkan keuntungan tersebut dengan resiko dan biaya.

Dalam kasus di atas:

1. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaat pada pasien lebih banyak

2. Kewajiban menolong pasien yang gawat darurat

3. Melakukan tindakan SOP / triase guna mempercepat penanganan pada

pasien yang berjumlah banyak.

DILIHAT DARI ASPEK ETIKA KEDOKTERAN

Page 8: Modul ii profesionalisme

Beneficence

No KRITERIA ADATIDAK

ADA

1Mengutamakan altruisme yaitu menolong tanpa

pamrih rela berkorban untuk kepentingan orang lain.

2Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia

3Memandang pasien / keluarga / sesuatu tak hanya

sejauh menguntungkan dokter.

4Mengusahakan agar kebaikan / manfaatnya lebih

banyak dibandingkan dengan keburukannya.

5Paternalisme bertanggung jawab / berkasih sayang.

6Menjamin kehidupan baik minimal manusia.

7Pembatasan goal-based.

Page 9: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…

No KRITERIA ADATIDAK

ADA

8Maksimalisasi pemuasan kebahagiaan / preferensi

pasien.

9 Minimalisasi akibat buruk.

10 Kewajiban menolong pasien gawat darurat.

11 Menghargai hak-hak pasien secara keseluruhan

12 Tidak menarik honorarium diluar kepantasan.

13Maksimalisasi kepuasan tertinggi secara

keseluruhan.

14 Mengembangkan profesi secara terus menerus.

15 Memberikan .obat berkhasiat namun murah.

16 Menerapkan Golden Rule Principle.

Page 10: Modul ii profesionalisme

2. Non-Maleficence

Prinsip non-maleficence adalah prinsip menghindari terjadinya

kerusakan atau prinsip moral yang melarang tindakan yang

memperburuk keadaan pasien.

Dalam kasus di atas:

1. Sikap dokter yang mengutamakan pelayanan terlebih dahulu terhadap

pasien yang lebih gawat / emergency (diberi label merah).

2. Berusaha untuk meminimalisasikan bahaya pasien / kerugian pada

pasien

Page 11: Modul ii profesionalisme

Non-MaleficenceNo Kriteria Ada Tidak

Ada

1 Menolong pasien emergensi

2

Kondisi untuk menggambarkan kriteria ini adalah : pasien

dalam keadaan amat berbahaya atau beresiko hilangnya

sesuatu yang penting (gawat), dokter sanggup mencegah

bahaya atau kehilangan tersebut, tindakan kedokteran

tersebut terbukti efektif, manfaat bagi pasien > kerugian

dokter atau hanya mengalami resiko minimal

3 Mengobati pasien yang luka

4 Tidak membunuh pasien (tidak melakukan euthanasia)

5 Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien

6 Tidak memandang pasien hanya sebagai objek

Page 12: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…No Kriteria Ada

Tidak Ada

7Mengobati secara tidak proporsional

8Tidak mencegah pasien dari bahaya

9Menghindari mispresentasi dari pasien

10Tidak membahayakan kehidupan pasien karena kelalaian

11Tidak memberikan semangat hidup

12Tidak melindungi pasien dari serangan

13Tidak melakukan white collar crime dalam bidang kesehatan/ke rumah sakitan yang merugikan pihak pasien dan keluarganya

Page 13: Modul ii profesionalisme

3. Autonomy

Autonomi adalah prinsip yang menghormati hak-hak pasien, terutama hak

otonomi pasien (the rights to self determination) dan merupakan kekuatan

yang dimiliki pasien untuk memutuskan suatu prosedur medis.

Dalam kasus di atas:

1.

Page 14: Modul ii profesionalisme

Autonomy

NO KRITERIA ADA TIDAK ADA

1. menghargai hak menentukan nasib sendiri,

menghargai mertabat pasien

2. tidak mengintervensi pasien dalam membuat

keputusan ( pada kondisi elektif)

3. berterus terang

4. menghargai privasi

5 menjaga rahasia pasien

6. menghargai rasionalitas pasien

Page 15: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…

NO KRITERIA ADATIDAK

ADA

7. melaksanakan informed consent

8. membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil

keputusan sendiri

9. tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi

pasien

10mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam

mebuat keputusan, termasuk keluarga pasien sendiri

11sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien

pada kasus non emergensi

12 tidak berbohong kepada pasien meskipun demi

kebakan pasien.

13 menjaga hubungan (kontrak

Page 16: Modul ii profesionalisme

4. Justice

Justice adalah prinsip moral yang mementingkan fairness dan keadilan dalam

bersikap maupun dalam mendistribusikan sumber daya (distributive justice)

atau pendistribusian dari keuntungan biaya dan resiko secara adil.

Dalam kasus di atas:

1. Menjaga kelompok yang rentan, dalam hal ini mengutamakan kelompok pasien

yang gawat darurat

2. Tidak membeda-bedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status social, dll

melainkan melalui klasifikasi kegawat daruratan kondisi pasien

3. Tidak membedakan cara pelayanan yang dilakukan terhadap kelompok pasien

yang sama-sama rentan (berlabel merah / gawat darurat)

Page 17: Modul ii profesionalisme

JusticeNO KRITERIA ADA TIDAK ADA

1. memberlakukan segala sesuatu secara

universal

2. mengambil porsi terakhir dari proses

membagi yang telah ia lakukan

3. memberi kesempatan yang sama terhadap

pribadi dalam posisi yang sama

4. menghargai hak sehat pasien (affordability,

equlity, accessibility, availability, and quality).

5. menghargai hak hukum pasien

6. menghargai hak orang lain

7. menjaga kelompok yang rentan (yang paling

dirugikan)

Page 18: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…NO KRITERIA ADA TIDAK ADA

8 tidak melakukan penyalahgunaan

9. bijak dalam makro alokasi

10. memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien

11. meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya

12. kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian (biaya, beban, dan sanksi) secara adil.

13. mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat yang berkompeten

14. tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah/tepat

15. menghormati hak populasi yang sama-sama rentan pnyakit / gangguan kesehatan

16. tidak membedakan pelayanan pasien atas dasar SARA, status sosial, dan lain-lain.

Page 19: Modul ii profesionalisme

DILIHAT DARI PROFESIONALISME KEDOKTERAN

Pada kasus di atas dokter telah melakukan tindakan penanganan

secara profesional karena pada prinsipnya dokter telah memberikan

perawatan yang baik dengan mendahulukan pasien yang gawat

darurat. Selain itu, dokter juga telah memenuhi penanganan secara

SOP (Standar Operasional Prosedur) yang dalam hal ini melakukan

triase, dokter tak lupa melakukan komunikasi dan penjelasan pada

pasien, serta menerapkan kaidah dasar bioetik kedokteran. Pada

intinya, dokter pada kasus di atas telah melakukan aspek humaniora

dan etik kedokterannya secara profesional.

Page 20: Modul ii profesionalisme

Etika Klinik Jonsen Siegler

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1. Apakah masalah medis pasien? Riwayat? Diagnosis?

Prognosi?

Tulang pinggul Mary dan Jodie saling

menempel, paru-paru dan jantung Mary

tidak berfungsi, otak Mary tidak

berkembang, jantung dan paru-paru Jodie

mendapat beban berat.

Riwayat pasien tidak tercantum dalam

skenario

Diagnosis : Pasien kembar siam

Prognosis : Kemungkinan besar Jodie akan

tetap hidup.

2. Apakah masalah tersebut akut? Kronik? Kritis? Gawat

darurat? Masih dapat disembuhkan?Jodi (salah satu pasien) kemungkinan akan

selamat.

3. Apakah tujuan akhir pengobatannya? Penyembuhan fisik untuk mempertahankan

hidup Jodie.

1. MEDICAL INDICATION

Page 21: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…

4. Berapa besar kemungkinan

keberhasilannya?

Kemungkinan Keberhasilannya

90% untuk Jodie bertahan hidup

5. Apakah rencana lain bila terapi gagal? Salah satu tindakan medis yang

terbaik hanya operasi.

6. Sebagai tambahan, bagaimana pasien ini

diuntungkan dengan perawatan medis, dan

bagaimana kerugiandari pengobatan dapat

dihindari?

Keuntungan yang didapatkan yaitu,

Jodie (seorang bayi dari kembar

siam) dapat bertahan hidup.

Kematian dari kedua-duanya (bayi

yang kembar siam) tidak akan

terjadi, karena hidup Jodie masih

dapat dipertahankan.

Page 22: Modul ii profesionalisme

NO PERTANYAAN ETIK ANALISA

1 Bagaimana prospek dengan atau tanpa pengobatan

untuk kembali ke kehidupan normal?

Jika mendapat pengobatan:

pasien hidup tapi cacat

Tanpa pengobatan: pasien

akan mengalami kematian

2 Apakah gangguan fisik, mental,dan social yang

pasien alami bila pengobatannya berhasil?

Fisik: cacat fisik

Mental : tergantung dari

kepribadian pasien, namun

kemungkinan besar tidak

percaya diri / malu.

Social: kurang percaya diri

bila hidup di lingkungan

hidup.

2. QUALITY OF LIFE

Page 23: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…

3 Apakah ada prasangka yang mungkin

menimbulkan kecurigaan terhadap evaluasi

pemberi pelayanan terhadap kualitas hidup

pasien?

Tidak ada

4 Bagaimana kondisi pasien sekarang atau masa depan,

apakah kehidupan pasien selanjutnya dapat dinilai

seperti yang diharapkan?

Akan diupayakan

semaksimal mungkin

5 Apakah ada rencana alasan rasional untuk

pengobatan selanjutnya?

Ada; melakukan operasi

selanjutnya untuk

menyempurnakan keadaan

pasien

6 Apakah ada rencana untuk kenyamanan dan

perawatan paliatif?

Ada; melakukan operasi

lanjutan

Page 24: Modul ii profesionalisme

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1

Apakah pasien secara mental mampu dan

kompeten secara legal ? apakah ada keadaan

yang menimbulkan ketidakmampuan ?

Pasien belum mampu dan

berkompeten secara legal

dikarenakan pasien masih bayi

2Bila berkompeten, apa yang pasien katakan

mengenai pilihan pengobatanya ?Pasien tidak berkompeten

3

Apakah pasien telah diinformasikan mengenai

keuntungan dan resikonya, mengerti atau

tidak terhadap informasi yang diberikan dan

memberikan persetujuan ?

Belum secara langsung, tapi

melalui informed consent yaitu

orang tuanya dan mereka tidak

member persetujuan

3. PATIENT PREFERENCES

Page 25: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

4

Bila tidak berkompeten, siapa yang pantas

menggantikannya ? Apakah orang yang

berkompeten tersebut menggunakan standar

yang sesuai dalam pengambilan keputusan ?

Pasien digantikan oleh orang tuanya.

Mereka berpatokan pada aturan agama

yang mereka anut

5Apakah pasien tesebut telah menunjukkan

sesuatu yang lebih di sukainya ?

Iya, orang tua pasien lebih memilih

untuk tidak dilaksanakannya operasi

pemisahan

6

Apakah pasien tidak berkeinginan atau tidak

mampu untuk bekerja sama dengan pengobatan

yang diberikan ? kalau iya, kenapa ?

Iya, karena menurut orang tua pasien,

yang lemah tidak dapat dikorbankan

kepada yang lebih kuat (sesuai kaidah

agama mereka)

7

Sebagai tambahan, apakah hak pasien untuk

memilih untuk dihormati tanpa memandang etnis

dan agama ?

Dalam scenario, pihak medis tetap

mempertahan non-maleficence

daripada autonomy orang tua pasien

Page 26: Modul ii profesionalisme

NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

1Apakah ada masalah keluarga yang mungkin

memengaruhi pengambilan keputusan pengobatan?

Keluarga tetap berpegang teguh

pada keimanan mereka, sehingga

bertolak belakang dengan

keputusan medis

2

Apakah ada masalah sumber data (klinis dan

perawat) yang mungkin memengaruhi pengambilan

keputusan pengobatan?

Tidak ada masalah sumber data

klinis dan perawat

3Apakah ada masalah faktor keuntungan dan

ekonomi?

Tidak ada penjelasan lebih lanjut

dari scenario

4 Apakah ada faktor religius dan budaya?Terdapat faktor religius yaitu

percaya akan takdir Tuhan.

4. CONTEXTUAL FEATURES

Page 27: Modul ii profesionalisme

Lanjutan…NO PERTANYAAN ETIK ANALISIS

5 Apakah ada batas kepercayaan? tidak ada

6 Apakah ada masalah alokasi sumber daya?Tidak ada masalah khusunya dalam hal

alokasi sumberdaya medis.

7Bagaimana hukum mempengaruhi pengambilan

keputusan pengobatan?

Berdasarkan Kode etik kedokteran

dalam pengambilan keputusan

pengobatan harus sesuai dengan SOP,

hal ini sesuai dengan pasal 2 kode etik

kedokteran yaitu, Dokter harus

memberikan pengobatan sesuai dengan

apa yang pasien butuhkan

8Apakah penelitian klinik atau pembelajaran

terlibat?

Tidak ada

9Apakah ada konflik kepentingan di dalam bagian

pengambilan keputusan didalam suatu institiusi?

Tidak ada

Page 28: Modul ii profesionalisme

Pandangan dari sisi prinsip etika Islam

NO PRINSIP ETIKA ANALISIS

1 Prinsip niat / Intention (qa'idat al qasd)

Dokter berniat

menyelamatkan salah satu

nyawa pasien dari bayi

kembar siam

2Prinsip kepastian / Certainty (qa'idat al

yaqeen)

Dokter yakin dengan tindakan

operasi pemisahan salah

satunya dapat diselamatkan

3Prinsip kerugian / Harm ( qa'idat al

dharar)

salah satu pasien bayi

kembar siam akan

meninggal

Page 29: Modul ii profesionalisme

DILEMA ETIK KDB KRITERIA ANALISA

Pihak medis

ingin melakukan

operasi

pemisahan

terhadap bayi

kembar siam

Non-

maleficence

1NM –

6NM, 9NM,

10NM, &

13NM

Bagi pihak medis, menyelamatkan

salah satu bayi yang masih bisa

diselamatkan adalah lebih utama

daripada membiarkan keadaan bayi

kembar siam tersebut.

Beneficence 1B – 14B &

16B

Pihak medis telah melakukan

informed consent dengan jelas dan

mengupayakan yang terbaik bagi

pasien.

Orang tua

pasien tidak

menyetujui

keputusan pihak

medis

Autonomy 1A – 4A, 6A,

7A & 11A –

13A

Orang tua pasien tetap menolak

karena mengikuti aturan agamanya

serta rasa cintanya yang sama besar

terhadap kedua bayinya.

KONSEP ANALISIS

Page 30: Modul ii profesionalisme

KESIMPULAN

Pada kasus diatas sikap dokter dalam

menangani pasien “korban massal” sesuai

dengan kode etik kedokteran serta mencakup

aspek humaniora, kaidah dasar bioetik, dan

profesionalisme kedokteran.

Dalam perspektif islam

Page 31: Modul ii profesionalisme

DAFTAR PUSTAKA

Sumber: Buku Pengantar Bioetika, Hukum

Kedokteran dan Hak Asasi Manusia oleh dr.

Nasrudin A. Mappaware SpOG